Pencarian

Istana Hantu 2

Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 2


sungguh memalukan, pikir Kwan-tiong Tok-ong mengeluh di dalam hatinya!
Si Raja Racun Kwan-tiong, kini benar-benar harus dibuat sibuk oleh gerakangerakan sabuk sutera si gadis yang lihai. Beberapa kali sepasang senjata tangan itu
menyabet ke arah sabuk sutera akan tetapi karena sabuk sutera itu lemas dan kuat,
serta dimainkan oleh Bwe La
-sia saja, sabuk itu tidak mau putus.
Kini menghadapi gadis yang lihai ini, tiba-tiba tangan kiri Kwan-tiong Tok-ong
merogoh sakunya dan sebuah benda hitam menyambar merupakan peluru menyambar
ke arah si Bwe Lan tersenyum ke arah Tiang Le. Tentu saja meskipun tidak diberi peringatan
oleh pemuda lengan buntung itu, Bwe Lan cukup cerdik dan tidak sudi menangkis peluru
itu, malah ia berkelit sambil membalas menyebarkan jarum-jarum beracun yang
bernama Sian-li-tok-ciam. Senjata rahasia yang terbuat dari jarum yang telah direndam
oleh racun dan pernah terkenal dulu di Sian-li-pay!
Datangnya senjata-senjata halus yang terbuat dari jarum-jarum ini, segera Kwantiong Tok-ong mengibaskan lengan bajunya dan memukul runtuh jarum-jarum itu. Kini
melihat bahwa gadis itu cukup cerdik, ia segera bersuit keras.
Tentu saja Bwe Lan tidak tahu apa arti suitan ini, maka dengan sengit merangsek
orang tinggi besar itu. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suitan keras dari atas dan
sesosok burung garuda menyambar ke arah Bwe Lan. Gerakan burung garuda ini
sungguh luar biasa hebatnya, membuat sabuk sutera yang ditangkis oleh cakar garuda
itu terpental ke samping dan bersamaan dengan munculnya burung raksasa itu,
terdengar suara nyaring dari atas punggung garuda:
-hik ini dia cewe yang selama ini
kuimpi-impikan hi-hikgila, bukan sekarang dia kenapa berdiri di s
-tiong Tok-ong berteriak marah
ke arah seorang anak laki-laki gundul yang berdiri di atas punggung garuda.
Anak itu berusia sekitar duapuluh tahun lebih, akan tetapi melihat kepalanya yang
botak dan roman muka yang seperti orang tolol, nampak sekali sikapnya seperti anak
Istana Hantu - Halaman 51
51 yoza collection kecil memandang Bwe Lan seperti seorang anak kecil mengagumi barang permainan
yang menarik hati. Kwan-tiong Tok-ong segera memberi isyarat dengan suitan kepada burung garuda
peliharaannya. Maka tiba-tiba saja terdengar suara menggelepar waktu sayap burung
yang keras dan besar itu melancarkan pukulan-pukulan ke arah Bwe Lan!
Pada saat itu, Bwe Lan kaget setengah mati melihat burung raksasa yang begini
besar dan hebat ditunggangi seorang anak laki-laki gundul dan bermuka bodoh
menyeringai memandangnya. Belum hilang Bwe Lan dari kagetnya, tiba-tiba burung itu
menyambar turun dan sekali mengulur kuku, sabuk sutera Bwe Lan sudah dicangkeram
oleh burung garuda, dan burung itu menggeleparkan sayapnya menampar.
Bwe Lan cepat menangkis mengirim dorongan tangan kirinya ke arah dada burung
itu. Akan tetapi siapa sangka justru sambaran sayap garuda ini demikian dahsyatnya
sehingga ia menjadi terhuyung-huyung dan melepaskan pegangan sabuk suteranya!
Cepat ia bergulingan ke kanan menghindarkan sambaran-sambaran cakar burung
garuda yang menyerangnya dari atas.
yang perkasa ini menjerit ngeri menghadapi burung yang begini besar dan ganas.
Pada saat itulah sebuah tangan bergerak menampar dada si burung dan terdengar
suara keras bergedebuk dan bulu-bulu garuda rontok oleh tamparan tangan kiri Tiang
Le, yang sudah mencelat menyambar tubuh Bwe Lan. Sedangkan Wang Ie sudah
menggelendot di punggung Tiang Le. Dan sekali menggerakkan tubuhnya, ia berkelebat
menarik tangan Bwe Lan. -ha-tek Sianli mengejar di belakangnya. Akan tetapi Tiang Le tak menghiraukan lagi dan berkata
keras: -hationg Tok-ong dan bersuit lagi. Seekor burung garuda menyambar turun menggunakan
cakarnya menyerang Bwe Lan yang berlari di samping Tiang Le.
lelaki yang di punggung garuda itu.
Istana Hantu - Halaman 52
52 yoza collection Lelaki gundul itu bersuit keras dan mengeluarkan sulingnya, tahu-tahu
serombongan ular merayap besar kecil menghampiri Tiang Le. Tentu saja pemuda
lengan buntung ini jadi menghentikan larinya. Ia menoleh ke belakang.
ke belakang dan menggunakan pukulan jarak jauh. Keruan saja tubuh lelaki gundul itu
terpental oleh hantaman tangan kiri Tiang Le dan pada saat itulah Kwan-tiong Tok-ong
sudah tiba di tempat itu dan menyambar tubuh anaknya yang terguling dari punggung
garuda. gundul itu menunjuk Tiang Le. - - tiong Tok-ong. Belum lagi lelaki gundul itu menyahut, tiba-tiba terdengar pekikan yang panjang
menggeletar-geletar dan dibarengi dengan munculnya seorang wanita setengah tua.
Umurnya sekitar empatpuluhan, wajahnya masih kelihatan cantik dan tidak
menyeramkan, hanya pada dahi dan pipinya terdapat lekuk-lekuk dan keriput-keriput
yang membuat wajah yang cantik itu menjadi aneh dan galak.
Sepasang matanya kecil dan tajam dan bergerak selalu. Dia inilah Thung Hay Nionio, wanita Han yang kawin dengan Kwan-tiong Tok-ong dan menetap di Barat sampai
bertahun-tahun lamanya dan telah mempunjai putera yang cukup lihai kepandaiannya
yang bernama Kwan Kong Beng.
Melihat datangnya wanita ini, Tiang Le cepat mempergunakan gin-kangnya
berlompatan di atas pohon dengan dituruti oleh Liang Bwe Lan, karena jalan yang di
depan itu sudah dikurung oleh ratusan ular besar kecil merayap naik. Tentu saja Tiang
Le tidak takut akan ular-ular itu, akan tetapi sekiranya ia melawan gin-kangnya
tubuhnya berkelebatan berloncatan dari pohon ke pohon.
Berkali-kali burung garuda itu menyambarnya, akan tetapi begitu tangan kiri Tiang
Le memukul ke atas terdengar suara keras menggedebuk dan tubuh burung garuda itu
terpental ke atas menghamburkan bulu-bulu yang rontok terhantam pukulan tangan
kiri Tiang Le yang lihai.
Biarpun ia itu hanya sebagai burung, akan tetapi garuda ini cukup cerdik dan takut
mati. Merasakan bahwa pemuda lengan buntung itu lihai sekali, dan telah membuat
dadanya sakit terhantam pukulan tangan itu. Sambil mengeluarkan jeritan nyaring
garuda peliharaan Kwan-tiong Tok-ong itu pada berterbangan menuju ke arah sebelah
selatan. Istana Hantu - Halaman 53
53 yoza collection Sudah barang tentu melihat burung itu terbang ke arah selatan Kwan-tiong Tokong anak isteri dan Bu-tek Sianli mengejarnya ke selatan pula, padahal sesungguhnya
Tiang Le tidak mengambil jurusan ke selatan melainkan ia terus berlari ke utara!
Sehingga ia terluput dari kejaran Bu-tek Sianli dan Kwan-tiong Tok-ong sekeluarga!
ooOOoo Tiang Le ketika mereka menghentikan larinya dan telah berteduh di bawah sebatang
pohon yang rindang. Angin siang berhembus menyejukkan.
Bwe Lan mengambil saputangannya dan mengusap keringat pada dahi dan
lehernya. Terasa nikmat sekali berada di tempat terbuka seperti ini. Ia menundukkan
mukanya dan dadanya berdebar mendengarkan suara halus Tiang Le barusan.
bagaimana Teringat subonya, Wang Ie tertunduk sedih.
ta tidak kembali Sahut Bwe Lan memandang jauh ke muka.
Tiang Le menoleh gadis di sampingnya.
h jatuh ke dalam jurang sukar sekali untuk diharapkan
subo telah binasa, setidakWang Ie sambil menarik tangan kiri gurunya.
Tiang Le memandang muridnya, melihat bola mata Wang Ie penuh genangan air
Istana Hantu - Halaman 54
54 yoza collection Tiang Le tidak menjahut, hanya tangan kirinya menyambar muridnya dan sekali
menggerakkan tubuh bagaikan terbang mereka sudah berlari menaiki puncak
mengambil jurusan dari barat daya.
Sepi sekali keadaan di puncak.
Tiang Le menurunkan Wang Ie dari gendongannya dan berkata kepada muridnya:
Wang Ie berlarian ke depan dan berdiri di tepi jurang, tangannya yang kecil
Tiang Le dan Bwe Lan segera melongok ke bawah dan terdengar jeritan lirih dari
Bwe Lan kaget. Jurang itu demikian dalam. Tebing-tebingnya menjulang tinggi
mengelilingi sekitar tempat itu.
Jauh di bawah sana tidak kelihatan dasarnya, tertutup oleh halimun yang berasap
membubung ke atas. Jauh di sebelah kiri, pada bagian-bagian tepi yang tertutup oleh
rumput-rumput hijau, terdapat air mancur yang menumpahkan airnya dari ketinggian.
Sedangkan di sebelah kanan nampak batu-batu cadas yang runcing menjulang ke atas
merupakan mata pedang yang tertutup oleh kabut-kabut putih yang menyelimuti.
Dengan pandangan matanya, Tiang Le dan Bwe Lan mencari-cari kalau-kalau di
tempat itu terdapat sesosok tubuh. Akan tetapi mereka tidak melihat tubuh Pei Pei.
Andaikan Pei Pei terjatuh ke tempat di sebelah kiri dan kanan, tentu mereka dapat
melihat jenazah atau tubuh gadis itu. Di tempat itu, mereka tidak menemui Pei Pei.
mati atau h -tengah entah bagaimana Wang Ie memandang jurang yang di tengah-tengah itu. Jurang yang dikelilingi
tebing-tebing tinggi dan tak kelihatan dasarnya karena tertutup oleh halimun. Beberapa
kali Bwe Lan menjambitkan batu ke mulut jurang itu, tiada mereka mendengar suara
batu itu jatuh, mudah diduga betapa dalamnya jurang ini.
pipinya. Melihat muridnya menangis hati Tiang Le menjadi pilu. Ia memandang ke jurang
dengan tatapan basah dan nanar.
- Istana Hantu - Halaman 55
55 yoza collection Bwe Lan tertunduk dan menitikkan air mata.
Sampai lama mereka berdiri di tepi mulut jurang itu. Seakan-akan mereka bertiga
itu sedang berdiri di tepi kuburan orang yang telah mati. Mereka menganggap Pei Pei
sudah terkubur hidup-hidup di mulut jurang itu. Tipis sekali harapan mereka untuk dapat
bertemu lagi dengan gadis malang itu.
Siapakah orangnya yang dapat menyelamatkan diri terjatuh ke jurang maut ini"
Tipis sekali untuk hidup, besar kemungkinan tubuh itu akan hancur terbanting dari
ketinggian tebing ini dan batu-batu cadas tentu akan menyambut kedatangan tubuh
Pei Pei yang meluncur dari atas. Sungguh sangat mengerikan sekali.
Ada dua jam Tiang Le membuka matanya. Sekali lagi ia memandang sayu ke arah
permukaan jurang yang tertutup oleh halimun tebal. Kemudian tangan kiri yang tinggal
satuTiang Le menarik tangan muridnya untuk berlalu, akan tetapi begitu ia melihat Bwe
Lan berdiri memandangnya seperti patung dan seperti orang kebingungan, ia berkata
Ditanya begini Bwe Lan menjadi kikuk dan malu. Ia jadi tertunduk dengan muka
merah. Dadanya berdebar-debar.
Sesungguhnya ia sendiri tidak tahu, hendak ke manakah ia kini" Ia adalah murid
Bu-tek Sianli, tempat tinggalnya dulu adalah di pulau Bidadari, akan tetapi sejak
terjadinya bentrokan dengan gurunya itu dan telah kabur dari pulau, malah secara
terang-terangan sudah menolong pemuda di depannya ini dan sampai berbulan-bulan
itu ia membuntuti Tiang Le.
Kini, bagaimana ini, apa yang harus ia katakan" Ia menjadi bingung. Sampai lama
ia tertunduk dengan muka merah saking malunya, baru ia dapat berkata perlahan,
bingung. Ia terus tertunduk.
ndang Bwe Lan yang tertunduk. -tama karena.. . . aku tahu bahwa kau
selalu dikejar-kejar oleh guruku Bu-tek Sianli dan senang sekali aku telah
-li-pay.. . . hem.. . . aku sudah tertarik
sekali kepadamu, aku suka sekali dekat denganmu.
Istana Hantu - Halaman 56
56 yoza collection -niu-san dulu, karena depan Bu-tek Sianli bahwa aku hanya menyintaimu seorang dan tidak ingin kawin
-tiba ia mengangkat mukanya memandang dan kini Tiang Le
yang tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang menjadi pucat.
Teringat ia sekarang bahwa gadis ini telah mengaku terang-terangan di depan Butek Sianli dan murid Sian-li-pay ini menyatakan cinta kepadanya. Malah telah beberapa
kali gadis ini telah menolongnya. Pertama waktu di pulau Bidadari, dan di tebing pantai
laut Po-hay. Betapa gadis ini telah membuktikan kesetiaannya (baca Pendekar Lengan
Buntung). Melihat Tiang Le tertunduk, Bwe Lan masih dapat melihat wajah pemuda itu amat
pucat. Ia mengira bahwa pemuda ini masih menderita sakit bekas pukulan Bu-tek Sianli
tadi pagi di puncak itu. Maka ia cepat-cepat berkata,
untuk merawatmu, biarlah aku merawat luka-lukamu dan mari kita kembali ke pulau
bidadari. Pulau itu sudah kosong dan tidak ditinggali lagi oleh guruku. Kalau tidak
keberatan biar kita berdiam di sana, sambil merawatmu sampai kau sembuh betul,
Debaran jantung pemuda lengan buntung itu bertambah keras dan tidak enak hati
dia melihat kebaikan gadis bekas murid Bu-tek Sianli ini, maka untuk menghilangkan
rasa tidak enak dalam hatinya cepat-cepat ia berkata,
betapa besar budi ini, aku tak akan melupakannya. Terima kasih sekali lagi Nona, tak
usah repotya kau sehat. Harap kau tidak salah
Mendengar kata-kata gadis ini, bukan main terharunya hati Tiang Le. Akan tetapi ia
bingung juga kalau menolak, kerena ia tahu kalau ia menolak, tentu ia akan melukai hati
gadis yang baik hati itu. Lagi, bukankah beberapa kali sudah gadis ini telah
menolongnya. Ia sungguh berhutang budi kepada gadis ini dan lagi, merah muka pemuda itu
apabila teringat perkataan gadis ini, perkataan yang tegas menyatakan bahwa gadis
Istana Hantu - Halaman 57
57 yoza collection itu menyintainya. Hemm, untuk beberapa lama dada Tiang Le berdebar keras. Dan
segera ia menekan hatinya dan berkata,
baikmu, harap jangan kau tumpuki lagi agar tidak terlalu sukar bagiku untuk
membalasnya kelak. -kali aku menolak budi baikmu ini Nona, akan tetapi, pada saat ini kami
hendak kembali ke gunung Tiang-pek-san yang sudah begitu lama aku tinggalkan. Dan
aku akan meneruskan cita-cita mendiang suhu Swie It Tianglo, mendirikan partai Tiangpek-pay yang sudah tercerai berai ini. Biarlah lain kali, kalau memang kau berada di
Mendengar ini Bwe Lan tampak berduka dan menundukkan mukanya.
sahutnya sedih. hati dan ia memandang jauh ke depan.
Tiang Le dapat merasakan kepedihan hati gadis di sampingnya ini. Ia memang
sangat kasihan sekali kepada gadis ini. Ia tahu bahwa setelah Bwe Lan dimusuhi olen
Bu-tek Sianli tentu dia akan selalu terancam oleh bekas gurunya dan lagi ia tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap.
Apalagi setelah tahu bahwa gadis ini sudah tidak mempunyai keluarga sanak famili,
tak tega sebetulnya Tiang Le membiarkan gadis yang begini cantik jelita mengembara
seorang diri tanpa arah tujuan. Akan tetapi tentu saja dia merasa tidak enak hati kalau
mengeluarkan isi hatinya. Maka dia menjadi bingung, kemudian dengan suara sedih dia
menjawab, pek- -sama kami. O Istana Hantu - Halaman 58
58 yoza collection Tentu saja Wang Ie menjadi girang sekali. Cepat-cepat ia berkata dengan suara
Tiang Le mengelus kepala muridnya dengan kasih sayang, kemudian ia menoleh
iang-pek-pek-san, mengunjungi
pondokku yang jelek, kayak kandang kambing. Maklumlah keadaan di gunung.. . . tidak
sama tent kau masih punya rumah, sedangkan aku.. . . Sudahlah, mari kita berangkat.. . . ah Wang Ie
terus saja menggelendot di tangan suhunya.
Tiang Le menarik tangan muridnya dan sebentar itu pula ke tiganya telah menuruni
puncak Ta-pie-san menggunakan gin-kang mereka yang tinggi sehingga bagi orang
yang tidak mempunyai ilmu silat tinggi dan pandangan yang tajam hanya melihat dua
sosok bayangan berkelebat dengan amat cepatnya laksana terbang!
ooOOoo Kita tinggalkan dahulu Tiang Le dan muridnya bersama Bwe Lan yang sedang
menuju Tiang-pek-san yang letaknya limaratus lie jauhnya dari gunung Ta-pie-san, di
sebelah Utara melewati sungai Sin-kiang yang terkenal di Tiongkok pada masa itu.


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan sekarang marilah kita mengikuti pengalaman Pei Pei di jurang maut di puncak
Ta-pie-san. Sungguhpun Tiang Le menduga bahwa gadis itu tidak bakal selamat jatuh
ke jurang ini, namun sesungguhnyalah bahwa kehendak Thian itu tiada seorangpun
yang dapat menduganya. Apalagi soal mati dan hidup seseorang hanya Thian Pencipta
itulah yang memutuskannya. Karena hanya Dia-lah yang berhak atas mati hidup
seseorang di dalam dunia ini! Demikianpun hal nya dengan Pei Pei.
Seperti telah diceritakan dalam bagian depan, betapa Pei Pei yang telah dibuat,
marah atas kekerasan dan kekejaman Nenek Bu-tek Sianli menjadi nekat dan menjerit
penuh kemarahan. Pei Pei menerjang maju dan menggigit betis si nenek.
Keruan saja digigit betisnya Bu-tek Sianli menjerit kesakitan dan mengibaskan kaki
kanannya yang digigit dan sekali kakinya bergerak menendang tubuh Pei Pei terlempar
jauh dan menggelinding masuk jurang. Amat keras sekali tubuhnya meluncur ke bawah,
Istana Hantu - Halaman 59
59 yoza collection angin dingin mengiang di telinganya waktu tubuhnya meluncur dengan pesat ke bawah.
Ia merasakan kepalanya pening bukan main, dalam kagetnya itu ia masih berteriak
keras memanggil nama Tiang Le, akan tetapi suaranya lenyap ditelan dalamnya dasar
jurang yang penuh halimun ini!
Tubuh Pei Pei terus meluncur ke bawah dan sungguhpun pengalaman ini membuat
nyawanya seakan-akan terbang dan semangatnya melayang namun kesadaran
perempuan muda ini masih penuh. Ia tidak mau pingsan malah menjerit keras
memanggil-manggil Tiang Le, suara gemanya berpusing-pusing ke atas.
Saking kerasnya Pei Pei menjerit-jerit sampai habis rasanya suara dan
tenggorokannya menjadi kering, ia memandang ke bawah. Ngeri bukan main
memandang ke bawah. Kalau tadinya ia memandang ke bawah tak melihat apa-apa karena dasarnya
jurang itu ditutupi oleh kabut tebal, kini ia melihat betapa jauh di bawahnya mencuat
batu-batu gunung yang runcing-runcing siap hendak menyate tubuhnya. Saking
ngerinya pemandangan ini hampir pingsan rasanya karena sukar baginya untuk
bernapas dan melihat pemandaugan yang mengerikan di bawah. Sebentar lagi
tubuhnya akan hancur diterima batu-batu yang runcing laksana mata pedang itu.
Pei Pei meramkan matanya! Tak kuasa dia membayangkan kejadian apa yang bakal
dialaminya nanti. Ia siap untuk mati sekarang dalam keadaan tubuhnya yang terbawa
luncuran cepat sekali itu!
Tiba-tiba ia merasakan pundaknya sakit dan tubuhnya seakan-akan dirobek
menjadi dua, tersentak keras akan tetapi ia kini tidak melayang ke bawah lagi. Ketika
dia memandang, alangkah heran hatinya melihat seorang nenek tua renta telah berada
di pinggiran tebing, dan telah mencengkeram pundaknya. Ia kaget akan tetapi
berbareng girang sekali, karena ia mendapat harapan untuk hidup.
Kalau ia terbanting ke bawah, tak dapat di sangkal lagi bahwa tentu akan mati
dengan tubuh hancur lebur. Kini di dalam cengkeraman nenek itu yang bersila di pinggir
tebing ia mendapat harapan besar untuk hidup.
Terasa kini tangan yang kuat mencengkeramnya terangkat ke atas dan dengan
mudahnya tubuhnya telah terlempar ke sebuah tempat tanah datar yang berukuran
empat persegi. Tahu bahwa nenek tua renta ini yang menolongnya segera saja Pei Pei
berlutut dan berkata: ya Pei Pei, menyatakan beribu-ribu terima kasih atas pertolongan Popo (nenek)
begitu lancar dan sopan. Istana Hantu - Halaman 60
60 yoza collection Si Nenek tertawa keras. nerjunkan diri ke jurang maut ini,
berkata begitu Pei Pei berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
embah-nyembah begitu. Aku hanya seorang
ceritakanlah apa yang terjadi denganmu.
itu bukan saja kau yang mati, juga bayi di dalam perutmu itu akan mati pula hanya
kasihan sekali bayi di dalam perutmu itu. Eh sudah berapa bulan kau mengandung
ketajaman mata nenek tua renta ini.
Padahal kandungan yang baru berjalan tiga bulan itu belum kentara benar. Sungguh
mengagumkan sekali nenek ini.
Ia memandang ke arah si nenek dan baru sekarang ia tahu bahwa nenek ini sudah
begitu tua dan ke dua kakinya buntung sebatas dengkul. Dahi dan pipinya sudah penuh
kerut merut, giginya sudah ompong dan bibirnya yang berkerisut berwarna merah.
Tubuh nenek itu kurus kering, akan tetapi anehnya, berpakaian seperti seorang pelayan
pembesar saja rapih dan bersih!
Sikapnya lemah lembut dan waktu berbicara dengan Pei Pei tadi sudah diduga
bahwa dulunya nenek ini tahu akan tata bahasa yang tinggi. Dan cukup sopan.
Melihat nenek tua renta ini sangat baik sekali dan amat ramah, Pei Pei tidak berlaku
sungkan lagi. Ia menghampiri nenek itu dan duduk di atas rumput yang hijau dan tebal.
n Bu-tek Sianli di atas tebing sana itu,
Berkata demikian, Pei Pei teringat akan Tiang Le yang masih terlena pingsan di
atas tebing. Untuk sejenak ia memandang ke atas tebing. Amat tinggi sekali dilihat dari
bawah ini. Akan tetapi ia tidak dapat menembusi tinggi tebing yang tertutup oleh kabut
seperti awan biru yang menutupi ketinggian tebing di atas.
Istana Hantu - Halaman 61
61 yoza collection Dan waktu pandangannya melongok ke bawah, alangkah ngerinya pandangan di
bawah ini. Penuh dengan batu-batu cadas yang runcing dan hitam. Akan tetapi di
tempat ini bukan merupakan dasar jurang yang menyeramkan. Masih di tengah-tengah
lereng gunung Ta-pie-san yang terpisah oleh dalamnya dasar jurang. Akan tetapi
tempat ini merupakan tempat yang indah sekali.
Tidak berapa jauh dari tanah datar yang penuh dengan rumput hijau dan gemuk,
terdapat sebuah mulut gua, agak gelap kelihatan dari tempat ini. Tempat di sini cukup
terang karena mendapat sinar matahari dari jurang di atas itu, sedangkan di sana sini
penuh dengan pohon-pohon yang mengandung buah-buahan.
Tempat ini ternyata merupakan sebuah lereng bukit Ta-pie-san yang tak dapat
didatangi orang karena terpisah oleh jurang amat curam dan tebing yang begitu tinggi.
Agaknya jalan satu-satunya untuk tiba di tempat itu hanyalah dari atas tebing itulah!
Untuk beberapa lama si nenek memandang perempuan muda yang bersimpuh di
depannya. Dan katanya: ke atas. o, di atas tebing itu yang terus menembus ke puncak Ta-pie-san adalah
markas Ang-kin-kay-pang. Saya bersama Tiang Le dan Wang Ie, pergi ke sana. Eh, siapa
tahu kami dikeroyok oleh Bu-tek Sianli dan orang tinggi besar itu. Tiang Le saya lihat
pingsan menghadapi orang tinggi besar. Saya berusaha mencegah Bu-tek Sianli
membunuh Tiang Le, enggak tahunya nenek itu kejam dan telah melempar saya ke
-tek Sianli, rasanya pernah kudengar
nama itu adalah bek Kemudian dengan singkat Pei Pei menceritakan pengalamannya bersama Tiang Le.
Nenek tua renta itu mendengarnya dengan penuh perhatian dan tertarik akan nasib
gadis perempuan muda ini.
Ia merasa kasihan sekali, apalagi melihat kandungan tiga bulan di perut perempuan
yang kelihatannya lemah lembut ini. Maka diam-diam ia merasa bersyukur sekali
kepada Tuhan yang telah memberikan seorang teman dalam kesunyian hidupnya
seorang diri. Istana Hantu - Halaman 62
62 yoza collection Berpuluh-puluh tahun ia menyendiri di tempat ini, tidak pernah bertemu dengan
manusia. Kini munculnya perempuan muda yang bernama Cia Pei Pei itu menyalahi
kembali semangat hidupnya yang hampir padam.
Selesai Pei Pei menceritakan keadaannya, ia memandang nenek yang ke dua
kakinya sudah buntung sebatas dengkul itu. Lalu dengan suara iba bertanyalah dia,
hidup saya yang bernasib malang ini. Saya ceritakan
sebenarnya kepada Popo yang saya anggap sebagai nenek saya dan sebagai penolong
hidup. Saya mendengar cerita Popo, sehingga sampai Popo menetap di tempat ini, sunyi
Jilid 3 ENDENGAR kata-kata perempuan itu, nampak wajah si nenek yang sudah
penuh kerut merut itu bertambah mengerut dan menampakkan roman yang
menyedihkan. Ia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan suara
pelan, muda, masih . tak baik berdiam di tempat ini. Angin sangat kencang, sebentar lagi salju akan turun
dan tempat ini akan menjadi dingin seperti es.
empat tinggalku Niocu. Mari kita masuk,
jauh dari tempat itu. Yang membuat Pei Pei heran, dengan sekali menekan tanah, tubuh nenek itu sudah
mumbul dan mencelat ke dalam gua seperti terbang saja. Padahal kakinya yang
buntung sebatas dengkul itu tidak menginjak tanah. Sungguh luar biasa!!!
Diam-diam Pei Pei girang hatinya. Nenek itu bukan manusia biasa rupanya, tentunya
ia mempunyai kepandaian yang tinggi pula, pikir Pei Pei sambil berjalan masuk ke
dalam gua. Tanpa takut-takut atau ragu-ragu dia memasuki gua itu dengan berjalan
perlahan-lahan ke dalam. Istana Hantu - Halaman 63
63 yoza collection Ternyata gua itu mempunyai terowongan yang tidak begitu gelap seperti yang
dilihatnya dari luar tadi. Ia masuk terus dan setelah berjalan ada seratus tindak, ia tiba
di sebuah ruangan yang cukup lebar dan berbentuk empat persegi. Di atas sebuah batu
yang sudah licin, nampak olehnya si nenek duduk di situ dan menggapaikan tangannya
memanggil. melihat batu-batu marmar yang tertimbun dengan rapih dan bersih.
Seluruh dinding kamar ini terbuat dari batu pualam yang dapat memantulkan
cahaya sehingga nampak ruangan di sini tidak terlalu gelap, apalagi ditambah oleh
cahaya matahari menerobos masuk lewat sebuah lubang seperti jendela, membuat
kamar ini terasa nyaman. Dan waktu ia melongok keluar lewat jendela yang terbuat
dari batu, alangkah indahnya pemandangan di luar sana itu.
Jauh menjurus di depannya terdapat sebuah jurang yang amat dalam dan ditutupi
kabut, di sebelah kiri terdapat sebuah lereng yang ditumbuhi oleh pohon-pohon dan
rumah-rumah penduduk yang dari sini kelihatannya amat kecil berkotak-kotak
sedangkan di sebelah kanan terdapat sebuah aliran sungai yang kelihatannya kecil
melingkar-lingkar seperti ular. Entah sungai apa yang panjang itu, ia menjadi kagum
sekali. -pie-san, Niocu, dan sungai Sin-kiang dapat kau lihat
dari sini melingkar-lingkar seperti ular dan yang berkotak-kotak itu adalah dusun Anghwei yang terkenal di sepanjang sungai Sinduduk di batu yang di sebelahnya.
Terasa dingin sekali batu hitam ini. Pandangannya menyapu keadaan di sekitar
kamar. Ia melihat sebuah peti hitam dan sebuah pedang nampak tergantung di dinding
kamar. Pei Pei ingin bertanya, akan tetapi didengar Nenek itu berkata,
tapaan dari Manusia setengah Dewa yang bernama Suikek Siansu. Akan tetapi setelah penyerbuan orang-orang kang-ouw yang mencaricarinya, sehingga Sui-kek Sians
itu. Istana Hantu - Halaman 64
64 yoza collection -kek Siansu adalah seorang ahli silat yang maha sakti di jaman kerajaan Cin. Ia
adalah bekas panglima perang yang paling lihai ilmu perangnya, sehingga pada
penyerbuan para suku bangsa Naiman yang pada waktu itu lebih besar dari suku
bangsa Mongol dan menundukkan kerajaan Cin, panglima besar yang dulunya bernama
Kok Ciang Taybangsa Naiman habis dibunuh oleh pangl
kerajaan Cin diduduki oleh suku bangsa Mongol, Tay-ciangkun melenyapkan diri, dan
sejak itu tidak pernah lagi didengar namanya.
Sepuluh tahun kemudian muncul seorang manusia yang amat sakti bernama Suikek Siansu. Tak banyak tahu aku akan riwayatnya setelah itu karena buku sejarah yang
pernah kubaca dan kini tersimpan dipeti hitam itu tidak habis kubaca seluruhnya
karena banyak sekali kata-kata huruf kuno yang tidak kumengerti banyak.
hui Niocu bahkan tempat tinggal Sui-kek Siansu ini,
lihatlah di sekelilingnya penuh dengan ukiran gambar-gambar orang bersilat yang
kurasa ditulis oleh manusia setengah dewa itu. Aku hanya baru tiga bagian saja yang
pernah kupelajari mengingat usia yang sudah hampir masuk kubur, untuk apa kupelajari
sampai tamat, maka itu hanya tiga bagian saja aku mengerti.
dinding sebelah kirinya. Pei Pei dengan hati tertarik mengusap-usap dinding yang terbuat dari batu marmer.
Dan benar saja, di setiap dinding tertera gambar-gambar orang sedang berlatih silat.
Tahulah Pei Pei sekarang, pantesin Nenek ini kelihatannya mempunyai kepandaian
tinggi. Tidak tahunya Nenek itu mempelajari tiga bagian dari gambar-gambar ini. Hebat!
-gambar yang terukir pada
dinding-dinding itu adalah sebagian dari ciptaan ilmu silat Sui-kek Siansu yang
bernama Thian-te Bu-tek-cin-keng, ilmu silat yang merupakan pusaka dari Manusia
tetapi sifat kegagahan dari ayahnya menurun.
Perempuan muda itu tertarik sekali dan mengusap-usap tangannya pada dinding
batu itu sehingga gambar-gambar yang tadinya kurang jelas tertutup abu kini
bertambah nyata dan terang dan huruf-huruf yang terdapat di bawahnya, dapat dibaca
oleh Pei Pei. Istana Hantu - Halaman 65
65 yoza collection Akan tetapi begitu ia teringat akan Nenek yang kedua kakinya buntung dan belum
tahu siapakah nenek itu, maka buru-buru ia berkata sambil menghampiri tempat duduk
pada sebuah batu hitam di sebelah kiri si Nenek.
memperkenalkan namanya. Pei Pei duduk di sebelah kiri si Nenek sambil memandang wajah yang sudah amat
tua itu dan yang mendatangkan rasa iba dihatinya. Dan ia memasang telinganya
mendengar cerita Nenek yang bernama Bong Kwi Nio yang katanya cuma sebagai
seorang pelayan saja. Benarkah Bong Kwi Nio ini hanya sebagai seorang pelayan" Dan siapakah dia
sesungguhnya" Untuk mengetahui riwayat Nenek ini, baiklah kembali mengenang masa
limapuluh tahun yang lalu.
ooOOoo Pada masa itu adalah masa jaya pemerintahan kerajaan Beng-tiauw yang dikuasai
oleh bangsa Mongol, jaman keemasan dimana bangsa Mongol dipimpin oleh seorang
pemimpin besar yang bernama Jenghis Khan, kerajaan Mongol. Dengan amat cepatnya
mulai menjelajahi wilayah Tiong-goan. Kotaraja sudah ditaklukkan dan dipegang oleh
seorang kaisar keturunan Han, meskipun kota raja pada waktu itu telah dalam jajahan
bangsa Mongol namun pemerintahan tetap dipegang oleh orang-orang Han dalam
awasan Mongolia. Pada jaman itu yang menjadi kaisar adalah raja muda Yung Lo, orang Han yang
paling pintar memegang tampuk pemerintahan sehingga meskipun dalam jajahan
Mongol, namun di bawah pimpinan Kaisar Yung Lo yang cerdik dan bijaksana, terasa
sekali oleh rakyat betapa tenteram dan damai hidup bangsanya. Makanan berlimpahlimpah didatangkan dari negeri Mongol dan Afganistan. Ke dua suku bangsa ini saling
menukar kebudayaan masing-masing sehingga Tiongkok jajahan Mongol pada waktu
itu mengalami jaman keemasan.
Rakyat hidup makmur, berlimpah sandang dan pangan! Siapakah yang tidak akan
bahagia hidup dalam jaman seperti ini" Raja muda Yung Lo terkenal sekali dan dipujipuji oleh bangsanya, suku bangsa Han.
Kaisar Mongol sendiri yakni Jenghis Khan pernah memberikan tanda jasa kepada
raja muda itu. Di mana-mana rakyat memujinya. Rakyat hidup tenteram dan damai,
Istana Hantu - Halaman 66
66 yoza collection bukankah itu yang menjadi tujuan setiap negara, walaupun kendati negaranya dalam
jajahan sekalipun" Namun di antara ribuan rakyat Tionggoan yang memuja-muja raja muda Yung Lo
ini, bukan sedikit ada di antara mereka yang menaruh iri hati dan cemburu atas
kemajuan raja muda itu. Apa lagi pembesar-pembesar di Kotaraja sudah barang tentu
menjadi kekie bukan main atas pengawasan yang ketat dari kaisar Yung Lo sehingga
bagi mereka tidak ada lagi kesempatan untuk korupsi dan menggendutkan perutnya.
Karena inilah mereka itu tidak puas sekali akan pimpinan yang bijaksana dan jujur
dari Kaisar, sehingga dengan diam-diam mereka ini mulai menjalani aksi menentang.
Dan baru mereka ini menyatakan tindakan yang terang-terangan setelah datangnya
pemberontakan-pemberontakan dari bangsa Han yang tak puas negaranya dalam
jajahan. Bertahun-tahun lamanya pemberontakan berlangsung dan pada akhirnya Kaisar
Yung Lo membunuh diri dengan sebilah pedang kerajaan di atas puncak gunung Taysan. Kaisar ini merasa sedih dan kecewa akan pemberontakan yang bodoh dan mudah
saja ditunggangi oleh beberapa golongan yang sengaja mendesas desuskan bahwa
mereka tidak sudi selalu di dalam jajahan. Negara Tiong-goan (Tiongkok pedalaman)
harus berdiri sendiri dan tidak dalam jajahan orang lain!
Akan tetapi di antara para pembesar yang kontra terhadap Raja muda Yung Lo,
ada juga di antaranya pembesar-pembesar yang setia kepada Raja muda itu, di
antaranya para pembesar Tan Kay Beng atau biasa dikenal dengan sebutan Tan-tayjin.


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang inilah yang paling setia.
Dan pada waktu pemberontakan terjadi dan kaisar Raja muda Yung Lo melarikan
diri, pembesar ini pula yang dapat menyelamatkan peta rahasia peninggalan harta
kerajaan dan disimpannya baik-baik. Akan tetapi entah siapa yang memberitahukan
tentang peta itu, sehingga orang orang jahat yang menghendaki pusaka peninggalan
Raja Muda Yung Lo mulai mendatangi Tan-tayjin.
Orang-orang jahat yang berkepandaian itu, pada suatu malam menyerbu rumah
Tan-tayjin. Membunuh Tan-tayjin beserta seisi rumahnya.
Namun peta pusaka Raja Muda Yung Lo tidak dapat mereka ketemukan. Tentu saja
peta itu, sudah siang-siang telah dibawa lari oleh pelayan Tan-tayjin yang bernama Kwi
Nio! Pelayan yang tua ini lalu menyembunyikan diri di sebuah dusun di kaki Ta-pie-san
bertahun-tahun lamanya sedangkan peta itu sudah dibakar habis. Namun kaisar baru,
mendengar berita ini, segera mencari Bong Kwi Nio dan menghukumnya dengan
Istana Hantu - Halaman 67
67 yoza collection membuntungi kedua kakinya dan kemudian dilemparkan ke jurang maut di atas puncak
gunung Ta-pie-san! Akan tetapi karena nyawa masih betah tinggal di dalam tubuh Bong Kwi Nio,
pelayan itu tidak mati jatuh ke jurang malah secara kebetulan jatuh ke tempat tanah
datar yang penuh dengan pasir-pasir halus. Sehingga pada waktu tubuh Bong Kwi Nio
terbanting jatuh, ia hanya jatuh pingsan saja berhari-hari dan nyawanya tertolong!
Malah secara kebetulan sekali aku jatuh ke tempat ini dan menemukan tempat
pertapaan Sui-kek Siansu dan telah mempelajari pula sedikit ilmu silatnya dari dindingBerkata demikian Nenek itu menarik napas panjang dan memandang Pei Pei
dengan kuatir, terkubur hidup-hidup karena tiada jalan bagi kita untuk
kembali ke dunia ram mempunyai nasib seperti aku terkubur hidup-tiba Nenek itu menangis sedih.
Mendengar kata-kata si Nenek barusan, baru teringatlah ia sekarang bahwa dirinya
berada di tempat yang terpisah oleh dunia ramai. Tak mungkin dia kembali ke dunia
dengan tebing-tebing tinggi! Tak ada jalan keluar!
Untuk naik keluar dari jurang itu, biarpun orang memiliki kepandaian tinggi, kalau
dia tidak bersayap, tak mungkin dapat keluar dari tempat ini. Jangan keluar dari lereng
ini tidak ada karena lereng itu dikelilingi oleh jurang-jurang yang amat curam.
Pendeknya, tempat ini merupakan neraka yang memisahkan Pei Pei dan Bong Kwi
Nio dari dunia luar. Tak ada jalan keluar bagi mereka yang jatuh ke tempat ini!
Pei Pei menjadi bingung dan baru sekarang dia menyadari bahwa ia terjatuh ke
tempat yang merupakan petaka baginya.
Istana Hantu - Halaman 68
68 yoza collection Pei Pei terharu sekali melihat perhatian nenek ini terhadapnya, maka iapun telah
dari dunia luar, tak mu Teringat kandungannya Pei Pei menjadi gelisah. Ia tahu bahwa dia bakal melahirkan
dan kalau tidak bisa keluar dari sini.
Celaka! Ia akan mati bertiga terkubur hidupg uhh, saking bingungnya Pei Pei menangis
tersedu-sedu di pangkuan si Nenek.
Dielus begini dengan kasih sayang oleh si nenek Bong Kwi Nio, bertambah deras
air mata Pei Pei! tangisnya reda. Bong Kwi Nio memandang perempuan muda itu dengan rasa kasih sayang
- keadaannya yang seperti di neraka ini akhirnya ia jatuh pingsan di atas batu di dalam
pelukan Bong Kwi Nio!!! ooOOoo Setelah melakukan perjalanan berminggu-minggu, akhirnya Tiang Le dan Bwe Lan
sampai di kaki gunung Tiang-pek-san yang tinggi dan penuh dengan hutan belukar liar.
Karena bukit ini sukar sekali didaki, karena tidak ada jalan maupun lorong menuju ke
atas, maka dengan menggunakan gin-kangnya yang tinggi, Tiang Le menggendong
Wang Ie berlompatan dari jurang ke jurang dengan diikuti oleh Bwe Lan sehingga kedua
Istana Hantu - Halaman 69
69 yoza collection orang itu merupakan bayangan yang berkelebat ke sana kemari dengar gesitnya
melompati jurang-jurang yang curam dan lebar.
Kalau mereka tidak memiliki gin-kang yang sempurna akan berbahaya sekali
melakukan perjalanan seperti ini. Sekali saja kaki terpeleset dan terjungkal masuk
jurang, tak ada ampun lagi, jiwa akan melayang dan tak dapat diharapkan lagi untuk
hidup! Hutan yang penuh dengan jurang-jurang yang curam dan lebar ini merupakan
bagian Pegunungan Tiang-pek-san di sebelah Barat Daya dan merupakan daerah yang
jarang sekali diinjak oleh kaki manusia. Sebetulnya Tiang Le tahu jalan-jalan yang
mempunyai lorong yang terus menembus ke puncak, yaitu melalui arah selatan, akan
tetapi sangat jauh sekali dari sini dan memakan waktu yang cukup lama. Oleh sebab
itulah sengaja Tiang Le memotong jalan melalui arah Barat Daya sehingga perjalanan
dapat dipercepat dan dua jam kemudian Tiang Le bertiga telah sampai di puncak
pegunungan Tiang-pek-san!
Sungguh indah sekali pemandangan di tempat ini. Sinar matahari bersinar lemah
di sebelah Timur Laut mendatangkan warna yang indah mentakjubkan karena sinar
matahari yang bersinar lemah menembus halimun yang sudah mulai menurun.
Melihat bahwa mareka sudah sampai di atas puncak gunung, segera bocah dalam
gendongan Tiang Le merosot turun dan berlari-lari menghampiri sebuah bangunan tua
yang menjulang tinggi. Itulah markas partai Tiang-pek-pay.
Akan tetapi pandangan Tiang Le dan Bwe Lan yang sudah terlatih dan tajam dari
kejauhan sudah terlihat olehnya dua orang kakek duduk berhadapan di serambi muka
di bawah sebatang pohon siong yang besar yang terdapat di depan rumah itu.
Ketika Tiang Le dan Bwe Lan mendekat, ternyata kedua orang kakek itu sedang
enak-enak bermain catur. Keadaan kedua kakek yang sudah amat tua sekali usianya
itu, sangat aneh sekali dan tidak pernah dikenal oleh Tiang Le dan Bwe Lan.
Yang seorang adalah seorang tua yang berusia sedikitnya tujuhpuluh tahun
usianya, bertubuh kurus tinggi dan rambutnya yang putih sebatas pundak itu beriapriapan. Berpakaian seperti seorang pertapa, terbuat dari kain putih sederhana dan
bersih. Sambil duduk ia memperhatikan papan caturnya, sering menggaruk-garuk
kepala seakan-akan di atas kepalanya banyak terdapat kutu rambut yang gatal.
Juga kakek yang seorang lagi tak kalah anehnya. Usianya juga hampir sebaya
dengan kakek di depannya, berpakaian sederhana pula seperti pakaian yang biasa
dipakai oleh seorang nelayan, di atas kepalanya terdapat topi pandan yang lebar.
Istana Hantu - Halaman 70
70 yoza collection Wajahnya meskipun meskipun sudah kelihatan tua akan tetapi kocak seperti kanakkanak. Apalagi waktu kakek itu melirik ke arah biji-biji catur dihadapannya. Mata yang
masih bening tajam itu persis sekali seperti mata kanak-kanak yang jenaka, sedangkan
mulutnya yang sudah penuh kerisut-kerisut itu mengoceh terus panjang pendek:
rajamu sudah terkurung oleh perdana menteriku yang perkasa, hendak melarikan diri
Suara kakek pertapa itu keras dan nyaring menyatakan kegirangan hati sambil
memperhatikan terus sang perdana menterinya yang mengurung raja.
ke kiri, sambil berkata demikian kakek yang berpotongan seperti seorang nelayan itu
menggerakkan sang raja mundur ke kiri melenyapkan diri dari ancaman sang perdana
menteri lawan yang menyekak.
Untuk beberapa lama, si kakek pertapa termenung sejenak setelah sang raja
berlindung di balik prajuritnya. Ia bisa saja makan pion itu akan tentu saja di bunuh
oleh Raja yang bersembunyi di balik perajuritnya.
Rugilah ia kalau kematian prajurit lawan ditukar oleh perdana menteri yang perkasa
ini. Maka sebab itu diurungkannya untuk mencaplok perajurit dan berdiam diri
mengawasi biji-biji caturnya mencari siasat lagi.
Kedatangan Bwe Lan, Tiang Le dan muridnya tidak diperdulikan oleh kakek aneh
itu. Tiang Le dan Bwe Lan yang berpandangan tajam dapat mengetahui siapa kedua
orang kakek ini. Ia tidak mengenal kakek pertapa itu, akan tetapi ia pernah melihat
kakek yang berpakaian nelayan. Pernah ia bertemu sekali di pulau bidadari dan malah
pernah menolongnya juga dari ancaman Bu-tek Sianli dan kawan-kawannya.
Memang kakek yang mempunyai mata kocak seperti mata kanak-kanak itu adalah
Koay Lojin. Orang tua aneh yang berilmu tinggi dari Fu-niu-san. Sedangkan kakek
pertapa itu adalah Seng Thian Taysu saudara seperguruan dari mendiang Swie It
Tianglo di puncak pegunungan Hong-san.
Seperti telah dituturkan dalam cerita Pendekar Lengan Buntung, Seng Thian Taysu
ini adalah saudara seperguruan dari mendiang Swie It Tianglo, guru Tiang Le atau
Istana Hantu - Halaman 71
71 yoza collection tepatnya ketua partai Tiang-pek-pay. Akan tetapi ketua Tiang-pek-pay ini binasa oleh
Sianli Ku-koay, Te Thian Lomo dan Bong Bong Siangjin.
Dan semenjak itu, hancurlah partai Tiang-pek-pay, ke lima orang murid mendiang
Swie It Tianglo tercerai berai, hanya seorang saja yang bernama Song Cie Lay yang
dapat bertemu dengan Seng Thian Taysu dan diambil sebagai muridnya, akan tetapi
iapun tertawan di lembah Tai-hang-san oleh tentara Mongol (baca Pendekar Lengan
Buntung). Mengenal bahwa seseorang diantara kedua kakek itu adalah Koay Lojin, yang
pernah diketemuinya. Maka Tiang Le dan Bwe Lan berlutut di hadapan ke dua orang
anpwe ini adalah Koay Lojin dari Fu-niu-san yang
terkenal berkunjung ke Tiang-pekSetelah menggerakkan biji caturnya ke depan Koay Lojin menoleh dan tertawa
girang: ini. Eh, toyu, dia ini murid ketiga mendiang Swie It Tianglo yang telah menggemparkan
-ha-ha! -main sebentar denganmu dan kepingin sekali ku menyaksikan kelihaian ilmu silat buntungmu yang
kabarnya telah mengobrak abrik Sian-li-pay dan antek-anteknya.
berdiri dan meraih dayung besarnya yang terletak di sampingnya.
ang muda tidak berani berlaku kurang ajar. Dan maaf kami
terlambat datang ke puncak ini hingga tidak dapat menyambut jiwi locianpwe
in ngerasain kelihaian Tok-pikkiamSeng Thian Taysu yang tertarik akan kedatangan pemuda lengan buntung yang
dikabarkan orang telah menggemparkan dunia persilatan.
Memang sudah lajim pada masa itu, para orang tua gagah paling gatal tangan
apabila mendengar seorang yang masih begini muda akan tetapi telah
menggemparkan dunia persilatan, apalagi orang muda itu buntung lengannya. Sungguh
merupakan kejadian yang menggirangkan bagi kedua orang tua ini untuk mencobanya.
Kalau belum mencoba, rasanya masih penasaran.
Istana Hantu - Halaman 72
72 yoza collection Mendengar perkataan Seng Thian Taysu tadi yang tahu-tahu telah mencabut
pedang yang berkilat-kilat tertimpah cahaya matahari itu, Tiang Le yang tidak pernah
bertemu dengan orang tua ini menjadi heran datang-datang hendak mengujinya. Maka
dengan menjura sekali lagi pemuda itu berkata,
-ha- yang kocak melirik ke arah Seng Thian Taysu
sehingga murid mendiang Swie It Tianglo tidak mengenal engkau, dasar engkau yang
h susiokmu, karena dia adalah sute dari
mendiang gurumu Swie It Tianglo dari Hong-san!
Hong-san. Apakah selama ini susiok baikTentu saja Tiang Le sering kali mendengar nama susioknya di masa suhunya Swie
It Tianglo masih hidup. Akan tetapi karena memang ia tidak pernah bertemu dengan
Seng Thian Taysu, tentu saja Tiang Le tadinya tidak mengenal, bahwa pertapa
dihadapannya ini adalah susioknya. Segera saja Tiang Le berlutut dengan diikuti oleh
Bwe Lan dan muridnya. tajam ke arah Bwe Lan yang tengah tunduk.
BuTahu-tahu Koay Lojin menggerakkan dayungnya menghantam kepala Bwe Lan.
Suara angin mengaung waktu dayung yang besar dan berat itu menyambar angin
karena dengan miringkan sedikit kepala Bwe Lan telah dapat menghindarkan diri dari
sambaran dayung Koay Lojin.
Memang ia dulunya adalah muridnya Bu-tek Sianli, akan tetapi sekarang tidak lagi,
Untuk sesaat ke dua kakek itu tidak bergerak, hanya memandang Bwe Lan dengan
Istana Hantu - Halaman 73
73 yoza collection maaf kepadamu, karena aku telah lancang ke sini mengganggu permainan catur kalian
Pada saat itu Wang Ie telah mendatangi tempat itu sambil membawa beberapa
buah yang masak-masak dan lezat nampaknya karena kulitnya yang kuning kemerahmerahan itu menandakan bahwa buah-buah itu matang di atas pohon. Bocah ini begitu
tadi dilihatnya di depan rumah itu banyak sekali pohon-pohon buah yang masak-masak
dan lezat, terus saja memanjat dan memetik buah ang-co dan membawanya kepada
mereka yang sedang berdiri berhadapan.
Waktu Koay Lojin menoleh dan melihat buah-buah yang masak di tangan bocah itu
keruan saja ia tertawa girang dan menggapaikan tangannya.
makan. Eh, bocah bag tahu dua buah ang-co telah terbang melayang ke tangan si kakek dan terus saja
menggerogotinya dengan enak.
-han Taysu juga berkata dan menghampiri Wang Ie mengambil sebuah dari tangan si bocah
itu. -apa! Permainan catur Sambil makan buah, kedua kakek itu memandang kepada Tiang Le:
aku telah mendengarnya ini. Kau hebat, kalau seandainya suheng Swie It Tianglo masih
Seng Thian Taysu. cabut pedangm -katanya itu ditutup oleh gerakan pedang yang memutar dan
telah menyerang Tiang Le dengan hebat.
Istana Hantu - Halaman 74
74 yoza collection in berkata mengirim terjangan dayungnya yang amat berat dan besar.
Suara angin berciutan waktu dayung di tangan Koay Lojin menyambar-nyambar.
Sementara pedang Seng Thian Taysu berkelebat-kelebat laksana kilat menyambar.
Kedua orang kakek itu benar-benar menyerang Tiang Le dengan gerakan-gerakan
yang hebat dan kuat. Mereka ini sudah mendengar kelihaian pemuda lengan buntung,
maka mereka kini tidak sungkan-sungkan lagi melancarkan serangan-serangan maut
ke arah Tiang Le yang sudah didengar kelihaiannya, kini benar-benar mereka
dihadapkan oleh kenyataan yang sebenarnya.
Sampai duapuluh jurus mereka bertempur mendesak Tiang Le, namun pemuda ini
hebat bukan main. Gerakan-gerakan kaki pemuda buntung itu luar biasa sekali cepat
dan anehnya. Inilah gerak langkah-langkah ajaib yang bernama Ji-cap-it-sin-po.
Koay Lojin menjadi gemas sekali dan kagum setelah beberapa lama belum juga
dapat menjatuhkan Tiang Le yang benar-benar memiliki ilmu silat yang tinggi. Baru
saja hanya dengan tangan kosong mereka belum dapat mengalahkan pemuda apa lagi
kalau pemuda buntung ini menggunakan pedangnya.
Sungguh luar biasa. Pada hal pemuda itu dikeroyok oleh dua orang yang sudah
mencapai tingkat tinggi ilmu silatnya.
Seng Thian Taysu adalah seorang pertapa di puncak Hong-san yang berilmu tinggi,
dan telah menciptakan ilmu pedang yang disebut Cap-ji Liong-sin-kiam-hoat atau
duabelas jurus ilmu pedang naga sakti. Sedangkan Koay Lojin bukanlah orang
sembarangan, dia itu adalah kakek dari Fu-niu-san yang telah menciptakan ilmu tongkat
yang disebut Fu-niu-san-tung-hoat yang hebat bukan main. Kini menghadapi Tiang Le,
mereka menjadi kagum dan heran!
Merasa bahwa pemuda lengan buntung ini benar-benar lihai, tiba-tiba Seng Thian
Taysu, merobah gerakan pedangnya. Ia mainkan jurus-jurus terlihai dari Cap-ji-liongsin-kiam-hoat yang jarang digunakannya itu.
Dan sambil berseru keras tiba-tiba ia merobah gerakan pedangnya yang digunakan
untuk menyerang sambil melompat ke atas. Gerakan ini memang hebat dan tidak
terduga sama sekali, dan ketika Tiang Le mencelat pula ke atas mengirim serangan
tangan kiri dengan gerak tipu Elang Sakti Menyambar Mangsa.
Tangan kiri Tiang Le bagaikan geledek mengibas ke arah datangnya sabetan
pedang Seng Thian Taysu. Sementara kedua kakinya menendang dayung di tangan
Koay Lojin. Istana Hantu - Halaman 75
75 yoza collection angin kibasan lengan baju tangan kirinya Tiang Le, sedangkan dayung di tangan Koay
Lojin mental oleh sepakan ke dua kaki kanan dan kiri Tiang Le waktu di udara.
Thian Thaysu berteriak keras menyuruh pemuda lengan buntung itu menggunakan
pedang. kami dapat puas dan Kini ia telah melemparkan dayungnya yang tadi terpental oleh tendangan Tiang Le


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan telah mencabut tongkat kecilnya yang terselip di pinggang. Sekarang ia mainkan
Fu-niu-san-tung-hoat dengan hebat dibantu oleh tongkat kecilnya yang terbuat dari
cabang pohon yang luar biasa alot dan kuatnya.
Tadinya Tiang Le segan untuk menarik pedang, akan tetapi setelah mendengar
kata-kata Seng Thian Taysu dan Koay Lojin barusan. Dan merasa bahwa kedua orang
kakek ini tidak begitu mudah untuk dirobohkan maka dengan bentakan keras tahu-tahu
pedang di tangan kiri Tiang Le dan berkelebat menangkis pedang Seng Thian Taysu.
tahu-tahu Seng Thian Taysu berseru kaget mengetahui pedangnya sudah somplak
terkena benturan pedang buntung Tiang Le. Matanya yang tajam ke arah pedang
buntung di tangan pemuda itu dan berseru heran,
-cuhut Tiang Le mengetahui pedang susioknya menjadi somplak oleh benturan pedang tadi.
mendesak dengan tongkatnya.
Kini menghadapi tongkat Koay Lojin yang kadang-kadang lunak dan kadang-kadang
keras seperti baja, pedang di tangan Tiang Le tidak dapat merusak tongkat yang alot
dan kuat itu. Maka setelah merasa cukup lama dia melayani kedua orang tua aneh ini,
maka tiba-tiba Tiang Le menggunakan jurus terlihai dari Tok-pik-kiam-hoat.
Dan kembali Koay Lojin dan Seng Thian Taysu dibuat kaget oleh tipu silat ilmu
pedang yang aneh ini, dan untuk kedua kalinya Koay Lojin mengelak dan
menghindarkan luncuran pedang di tangan Tiang Le yang bergerak dari atas
merupakan sambaran yang hebat bagaikan burung garuda menerjang dari angkasa.
Akan tetapi Koay Lojin mengelak dan menghindarkan luncuran pedang, tahu-tahu
Istana Hantu - Halaman 76
76 yoza collection tangan kiri Tiang Le telah menyelipkan pedangnya dan membalas dengan serangan
gerak tangan kilat yang penuh hawa sin-kang tinggi.
ubuh Koay Lojin tergetar hebat.
Sebaliknya Tiang Le terhuyung-huyung dan cepat-cepat ia bersila mengerahkan
hawa sin-kang karena merasa dadanya tergetar akibat benturan dengan tongkat si
kakek Koay Lojin. Setelah beberapa menit rasa sesak di dadanya lenyap, cepat-cepat Tiang Le berdiri
dan menjura ke arah Koay Lojin.
-ha-ha, Tiang Le, bukan engkau yang kalah melainkan aku inilah yang harus
mengakui keunggulanmu. Hemm, sungguh Pendekar Lengan Buntung bukan nama
kosong belaka. Toyu aku mengaku kalah oleh murid Swie It Tianglo dan mengakui
berdirinya partai Tiang-pek-pay atas pimpinan pemuda lengan buntung ini. Selamat
Berkata demikian sekali menggerakkan tubuhnya tahu-tahu Koay Lojin telah lenyap
-hamengirim suara jarak jauh sehingga sehabis itu, orang tua itu berkata kepada Tiang Le,
tandingan pada masa kini. Entah dari mana kau mendapatkan ilmu pedang yang luar
tahui -pengalaman hidupnya kepada Seng Thian Taysu. Diceritakan pula betapa ia pernah bertemu dengan Song Cie Lay, suhengnya. Akan
tetapi sejak pertempuran dengan perwira-perwira Mongol di lembah Tai-hang-san itu,
sejak itu tidak pernah ia ketemuinya lagi.
Ia menjelaskan pula tentang matinya sumoay Sian Hwa waktu melerai perkelahian
antara Bwe Hwa dengan Kong In. Kong In juga mati di tangan Bu-tek Sianli sedangkan
Bwe Hwa sumoaynya pergi entah ke mana.
Istana Hantu - Halaman 77
77 yoza collection T'entu saja kepada susioknya ini ia sama sekali tidak menceritakan tentang
hubungannya dengan Bwe Hwa sehingga gadis itu pergi dan tak muncul lagi.
Sedangkan tentang suhengnya yang bernama Song Cie Lay itu ia tak tahu kemana
perginya! kau seorang yang telah kembali ke Tiang-pek-san maka aku bermaksud untuk meminta
kesediaanmu untuk melanjutkan cita-cita mendiang gurumu mendirikan partai Tiangpek-pay.
atas pundakmu, karena hanya kepadamulah yang boleh diandalkan tentang
kelangsungan partai Tiang-pekpek-pay. Mohon petunjuk susiok, apa yang harus teecu lakukan, karena dalam soal ini
tee aku ke dalam. Di dalam telah menanti anak buah Tiang-pek-pay yang dulu masih dapat
menyelamatkan diri dan sekarang bersedia menggabungkan diri kembali. Marilah Tiang
ruang dalam. Tiang Le dan muridnya dengan diikuti Bwe Lan memasuki ruangan dalam yang
ternyata di situ ada kira-kira duapuluh orang bekas anggota Tiang-pek-pay yang
sempat melarikan diri dan tidak binasa. Tentu saja Tiang Le menjadi girang sekali dan
mengenal orang-orang ini.
Maka bagitu ia sampai di ruang dalam segera ia mengangkat tangan kirinya
menjura hormat. Akan tetapi ia menjadi kaget ketika ke duapuluh orang yang sudah
tua-tua itu berlutut di depannya.
Keruan saja Tiang Le menoleh kepada Seng Thian Taysu.
. -saudara bangunlah. Aku Sung Thiang Le tidak patut mendapat
berlutut paling depan dihadapannya.
Istana Hantu - Halaman 78
78 yoza collection -cu. Sudah lama kami menantiberkata orang itu dengan ramah dan hormat.
Tentu saja Tiang Le mengenal orang tua yang tidak lebih berusia hampir limapuluh
tahun, tubuhnya agak kurus dan bongkok. Berpakaian sederhana berwarna putih dan
ikat pinggang merah. Orang tua ini bernama A Toan yang berhasil membujuk limapuluh
orang-orang Tiang-pek-pay dan mengungsikan diri pada waktu kemunculan Bong Bong
Sianjin dan dua orang kawannya yang lihai!
Sengaja memang Swie It Tianglo menyuruh A Toan membawa ke limapuluh orang
teman-temannya untuk turun gunung, karena ia tahu bahwa kemunculan Bong Bong
Sianjin merupakan kehancuran partainya. Dan ia tidak mau mengorbankan banyak anak
buahnya, sebab itulah ia menyuruh A Toan pergi dan sejak itu tercerai berailah anggota
Tiang-pek-pay. Ada yang setia kembali ke puncak dan mengurus makam gurunya yang telah
binasa di tangan musuh. Ada pula sebagian yang tidak kembali ke puncak dan berdiam
di pantai menjadi nelayan, dan ada juga yang menjadi piauwsu dan pada waktu
kedatangan Seng Thian Taysu dua hari yang lalu hanya ada sekitar duapuluh orang
saja yang kembali ke puncak!
saudaradi depannya. -sehat saja di tempat ini dan manakah
-orang yang berdiri A Toan menjura, -cu, mareka ini adalah yang masih setia akan Tiang-pek-pay
dan telah berjanji untuk kembali ke sini, sedangkan banyak saudara-saudara yang lain
k anggotanya. Akan tetapi,
kesetiaan itulah syarat utama.
-kawan sekalian, aku tidak berkeberatan kalian angkat menjadi
ketua. Memang tadinyapun aku bermaksud ke tempat ini untuk mendirikan Tiang-pekpay. Siapa kira belum apa-apa susiok me
-cu, sekarang marilah kita adakan acara pengangkatan ketua. Di ruang belakang
kami sudah sedia memasang meja sembahyang di depan makam suhu Swie It Tianglo.
Mari kita ke ruang belakang PayTiang Le, Bwe Lan dan Wang Ie mengikuti mereka ke ruang belakang. Ternyata di
ruang belakang terdapat sebuah bong-pay batu nisan yang terawat baik. A Toan dan
orang-orang itulah yang merawatnya dengan setia.
Istana Hantu - Halaman 79
79 yoza collection Dan pada batu di depan nisan mendiang Swie It Tianglo itu telah tersedia pula
makanan dan kertas sembahyang yang terletak di atas meja sembahyang di depan
sebuah nisan. Sampai di tempat ini ke duapuluh orang anggota Tiang-pek-pay berlutut
di depan meja sembahyang diikuti pula oleh Tiang Le dan Bwe Lan, sedangkan Seng
Thian Taysu hanya berdiri menundukkan kepala seperti orang mengheningkan cipta.
Lalu ada seperempat jam kemudian terdengar Seng Thian Taysu membuka suara,
bernama Sung Tiang Le dan disebut orang Pendekar Lengan Buntung. Karena hanya ia
seorang di antara ke lima muridmu yang telah kembali pulang ke puncak gunung, maka
atas persetujuan murid-muridmu yang lain di bawah saksi A Toan, telah mengangkat
pemuda lengan buntung ini untuk meneruskan cita-citamu memimpin partai. Sekarang
Kemudian dengan gerak tangannya, ia mempersilahkan Tiang Le berlutut di depan
meja sembahyang. Tiang Le menggeser berlututnya dan merangkak ke depan. Lalu
dengan suara yang perIahan dan jelas berkatalah,
memberikan kekuatan lahir dan bathin untuk meneruskan cita-citanya suhu mendirikan
partai Tiang-pekTaysu berkata dengan suara yang setengah berbisik, akan tetapi jelas terdengar di
telinga Tiang Le sehingga orang muda lengan buntung yang berlutut itu berkata:
rhadap partai dan untuk ini mempertaruhkan nyawa
teecu demi bakti terhadap Tiang-pekDemikianlah, setelah Tiang Le bersumpah di depan batu nisan mendiang Swie It
Tianglo dan memasang hio, ia lalu menerima pedang Tiang-pek-kiam yang diserahkan
oleh A Toan kepadanya. Sebetulnya pedang itu adalah milik mendiang Swie It Tianglo
yang dititipkan pada A Toan, Gurunya itu pernah memesan,
-baik. Kalau aku binasa kau pergilah
dengan pedang ini. Hanya kepada ke lima orang murid-muridku itulah kugantungkan
harapan. -pek-san dan menggantikan kedudukanku, kau serahkanlah pedang ini kepadanya sebagai lambang
Istana Hantu - Halaman 80
80 yoza collection Dengan terharu Tiang Le menerima pedang itu. Setelah pengangkatan ketua
diresmikan dan mereka satu persatu bersembahyang di depan meja sembahyang. Maka
pada hari itu juga, Tiang Le membuat papan nama bertulisan:
Cuma seminggu Seng Thian Taysu tinggal di atas puncak Tiang-pek-san. Dan pada
keesokan harinya berangkatlah tosu Hong-san kembali ke tempat pertapaan dan
sebelumnya mereka berpesan kepada Tiang Le:
-baiknya dan hindarkan dari yang jahat. Ingat bahwa
kebesaran partai bukan hanya tergantung dari banyaknya murid akan tetapi kesetiaan
itulah yang utama. Hati-hati kau memilih murid Tiang Le.
Didiklah ia! au tidak keberatan, terimalah dia sebagai isterimu. Upacara pernikahan tidak perlu mewahmewah Tiang Le, cukup disaksikan oleh para anggota dan bersembahyang dimakam
gurumu. Kapan kau menikah dengannya kau beritahukanlah padaku, sudah lama sekali
aku tidak -haMendengar kata-kata susioknya ini, keruan saja muka Tiang Le menjadi merah dan
Bwe Lan tertunduk, akan tetapi diam-diam gadis ini menjadi girang dan bahagia. Dari
kerlingan matanya ia melirik Tiang Le menanti reaksi pemuda itu!
akhirnya Tiang Le berkata pelan. Akan tetapi membuat debaran hebat di dada Bwe Lan.
Ia masih tertunduk malu. -ha-moay.. . . sukakah kau.. . . kau.. . . eh
-blakan begitu. Mana nona Bwe Lan mau menjawab. Kau ini bagaimana sih, nanti kau bicarakan di tempat
lupa loh, kartu merahnya. Aku berada di Hong-san akan ramai sekali
dikunjungi oleh tokoh-tokoh dunia persilatan untuk mencari pusaka peninggalan Suikek Siansu. Kalau kau berminat datanglah ke sana sekedar meluaskan pergaulanmu di
dunia kangIstana Hantu - Halaman 81
81 yoza collection Thian Taysu meninggalkan puncak Tiang-pek-san dengan diantar oleh Tiang Le, Bwe
Lan dan muridnya hingga di bawah gunung Tiang-pek-san.
ooOOoo Demikianlah sejak kedatangan Sung Tiang Le, partai Tiang-pek-pay berdiri kembali.
Para anak murid yang tadinya tercerai berai kini kembali lagi ke puncak. Sehingga
dalam waktu yang singkat anak murid Tiang-pek-pay sudah bertambah duapuluh lima
orang. Tiang Le melatih mereka dengan ilmu silat tinggi dibantu oleh Liang Bwe Lan yang
menurunkan ilmu bermain tongkat dan sabuk sutera kepada murid-murid Tiang-pekpay sehingga dalam waktu kurang lebih lima bulan kepandaian anak murid Tiang-pekpay sudah meningkat tinggi dan merupakan partai persilatan yang cukup terkenal
seperti Kun-lun-pay, Hoa-san-pay, Bu-tong-pay dan yang lainnya. Nama Pendekar besar
Sung Tiang Le mulai disegani oleh banyak orang-orang kang-ouw dan mendapat
tempat yang sejajar dengan para orang-orang gagah dan disegani oleb kawan dan
lawan! Dua bulan yang lalu, Tiang Le telah melangsungkan pernikahan dengan Liang Bwe
Lan amat sederhana sekali serta pernikahan yang berlangsung di puncak Tiang-peksan itu. Hanya dihadiri oleh Seng Thian Taysu, Koay Lojin dan beberapa para penduduk
di kaki gunung Tiang-pek-san.
Acara pernikahan itu hanya berlangsung di depan meja sembahyang dan
disaksikan oleh Koay Lojin dan Seng Thian Thaysu. Sungguh suatu pernikahan yang
sederhana akan tetapi membawa kebahagiaan di hati kedua orang muda itu.
Bwe Lan dan Tiang Le merupakan pasangan yang cocok dan ideal. Betapa tidak,
memang sudah lama Bwe Lan mencintai Tiang Le dan sebaliknya walaupun mulanya
Tiang Le belum menaruh cinta kepada Bwe Lan, akan tetapi karena ia merasa sudah
merasa berhutang budi banyak kepada gadis yang berkali-kali pernah menolongnya ini
maka pada akhirnya Tiang Le mengambil Bwe Lan sebagai isterinya.
Pada suatu hari Tiang Le duduk hersama Bwe Lan di muka halaman gedung Tiangpek-pay. Pada waktu itu murid-muridnya tengah berlatih di ruang lian-bu-thia di
belakang. Seperti biasa sehabis memberi petunjuk kepada murid-muridnya, Tiang Le
melepaskan lelah di depan gedungnya ditemani oleh Bwe Lan yang selalu
mendampingi. Mereka memandang jauh, mengawasi awan berarak yang beterbangan
menipis. Sementara matahari pagi mengusap punggung bukit merupakan pancaran
Istana Hantu - Halaman 82
82 yoza collection sinar hangat yang membersit melenyapkan embun-embun yang masih menempel di
daun-daun. suaminya. Mendengar panggilan Bwe Lan yang begitu mesra dan manja Tiang Le menoleh.
Memandang isterinya. Kemudian membersitkan sebuah senyum hangat.
Akan tetapi Bwe Lan tertunduk, pada wajahnya kemerah-merahan segar
merupakan sebuah wajah yang manis dan menggairahkan.
Tiang Le mengusap pipi sang isteri, menengadahkan dan mereka saling
berpandangan. Dua pasang mata saling merenggut, saling mengajuk satu dengan yang
lain. Kemudian Tiang Le lah yang tertunduk.
Entah mengapa, mata Bwe Lan sama benar dengan mata Bwe Hwa sumoaynya.
Mata itu bening dan tajam berkilat-kilat penuh gairah cinta. Teringat akan Bwe Hwa,
Tiang Le merenung lagi. Entah mengapa, baru sekarang ia melihat persamaan mata ini. Mata Bwe Lan dan
mata Bwe Hwa sangat mirip sekali.
Oleh karena itulah, apabila ia melihat mata Bwe Lan teringatlah ia kepada Bwe Hwa.
Dan kalau sudah begitu, nampak pada wajah Tiang Le menyuram dan sayu penuh
kabut-kabut yang merisaukan hatinya!
-moay, mengapa sih mesti malu, apa yang hendak kau
e setelah beberapa lama berdiam diri.
kalau-kalau dipipinya ada tanda hitam atau coreng-moreng, maka ia mengusapnya.
Akan tetapi bukan itu yang dimaksud Bwe Lan.
- Istana Hantu - Halaman 83
83 yoza collection Bwe Lan. -moay. Kalau tidak cinta masakan aku menikah denganmu.
Ingat, setiap orang menikah, itu sudah didasarkan suka sama suka, sudah sama-sama
pokoknya aku heran sekali, kau kelihatannya tidak bahagia denganku. Koko katakanlah
Dipandang seperti ini Tiang Le jadi tertunduk.
-moay. Kau baik sekali, seorang wanita yang berkali-
menanam budi kepadamu. Apakah hanya karena budi itu kau mau mengambil aku
Berkata begini air mata Bwe Lan bercucuran. Ia
berkata tadi dengan mengap-mengap setengah terisak.
Keruan saja melihat isterinya menangis Tiang Le menjadi bingung bukan main.
Buru-buru ia memeluk Bwe Lan dan katanya,
-moay, jangan kau menangis aku memang cinta kepadamu, bukan
saja karena budi aku kawin denganmu, bukan hanya karena itu, harap kau tidak salah
aku sudah menanam budi kepada dirimu, k
engkau telah begitu tulus sudah mencintaiku. Bukankah ini merupakan suatu
kehormatan dan kebahagiaan mendapat cinta kasih darimu yang cantik jelita, Lanmoay.. . . Begitu
Mendengar ini tiba-tiba Bwe Lan tersenyum dalam deraian air mata, yang masih
bergelantungan di bulu-bulu mata. Ia kini memandang Tiang Le dengan pandangan
mesra dan bibir tersenyum manis.
Istana Hantu - Halaman 84
84 yoza collection Sungguh aneh sekali gadis ini, isterinya ini, tadi nangis, eh sekarang tersenyum.


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sungguh tak bisa dimengerti hati isterinya ini, pikir Tiang Le yang terus saja membelai
rambut isterinya dengan mesra.
koko biarkanlah nanti juga kau akan
Tiang Le mengawasi isterinya.
-malu segala, apa sih yang hendak
-som ya, nggak m -hidan menengadah ke atas.
Tiang Le masih memandang ke atas. Dan tiba-tiba Bwe Lan berseru keras:
- Belum lagi Tiang Le menyahut tahu-tahu kim-tiauw itu menukik ke bawah dan
terdengar suara nyaring dan merdu dari angkasa,
Tiba-tiba terdengar wanita di atas punggung rajawali emas itu bersuit dan tahutahu burung rajawali itu telah menukik mencengkeram kepala Tiang Le. Cepat Tiang Le
menggeser kakinya meloncat ke belakang sambil menarik tangan Bwe Lan.
Tamparan sayap kiri burung rajawali itu menggeletar menghantam bangku dimana
Tiang Le dan Bwe Lan duduk tadi. Suara keras terdengar dan bangku itu hancur
berantakan terkena pukulan rajawali yang hebat itu. Bersamaan dengan terdengarnya
Istana Hantu - Halaman 85
85 yoza collection suara bangku yang hancur tadi, berkelebat sesosok tubuh mencelat dan tahu-tahu telah
berdiri di depannya Tiang Le dan Bwe Lan.
Tiang Le terkejut bukan main melihat kedatangan wanita ini. Wanita cantik
berpakaian serba putih, rambutnya yang hitam panjang sampai ke pundak. Matanya
yang bening berkilat-kilat memandang Tiang Le, kemudian tersembul sebuah senyum.
tidak keruan rasa. Ia berdiri terpesona memandang wanita yang memang Lie Bwe Hwa
adanya. Dan yang membuat Tiang Le bengong melongong adalah ketika pandangan
matanya terbentur pada perut wanita cantik itu. Perut yang membuncit dan
menyatakan sebuah kandungan yang sudah bulannya!
-hikikutlah aku, sebentar lagi aku bakal
melahirkan seorang anak dan kau harus menyaksikannya! Hi-hik ini bakal anak kita
Bagaikan disambar petir, Tiang Le terhuyung dua tindak ke belakang. Pandangannya
berkunang-kunang, kepalanya menjadi pening. Kalau seandainya ada geledek yang
menggelegar di atas kepalanya belum tentu Tiang Le sekaget ini. Kata-kata Bwe Hwa
barusan, merupakan halitintar yang maha dahsyat menghantam kepalanya.
Bwe Lan buru-buru menyanggah tubuh suaminya!
Kasihan sekali Tiang Le. Wajahnya pucat pasi. Tubuhnya agak menggigil dan pada
waktu itu wajahnya kelihatan bertambah tua. Dengan terhuyung-huyung TiangLe
memandang perempuan muda yang berpakaian serba putih dan menunjuk ke depan
dengan gagap. sembilan bulan. Beberapa hari lagi, aku akan melahirkan seorang anak. Koko kau ikutlah
-tiba Bwe Hwa menangis memandang Tiang Le.
yang terasa berat bukan main. Ia terhuyung-huyung lagi dan kalau tidak cepat-cepat
Bwe Lan menyanggahnya, tentu Tiang Le akan roboh menggeloso di tanah. Bwe Lan
cepat-cepat menyambar Tiang Le dan mendudukannya di bangku.
Istana Hantu - Halaman 86
86 yoza collection ikut de menunjuk perutnya yang membuncit. Berjalan menghampiri Tiang Le.
sudah miring otak, gila! Bagaimana suamiku kau bilang suamimu. Ia adalah suamiku
Mendengar pertanyaan yang aneh ini, keruan saja Bwe Lan menjadi panas dan
ebar-haHebat sekali pukulan jarak jauh ini. Buru-buru Bwe Lan mengerahkan lwekangnya
dan membalas mendorong wanita itu. Dua telapak tangan yang sama-sama halus dan
kecil beradu. Bentakan ini disertai munculnya seorang anak laki-laki kecil berusia empat tahun dan
diikuti oleh puluhan anak buah murid Tiang-pek-pay.
berpengalaman ini tidak mau berlaku semberono, maka ia lantas menjura dan berkata
hormat, ah dan ada keperluan apakah datang ke puncak Tiang-pekSelama ini aku memang menanti-nantimu
berdiri dan menghampiri Bwe Hwa pula.
-baik di dalam. Dua orang muda itu saling berpandangan. Dari pandangan itu Tiang Le dapat
melihat betapa perempuan muda di depannya itu jauh lebih kurus dan pucat. Kasihan
sekali. Istana Hantu - Halaman 87
87 yoza collection Ia melihat perempuan muda ini, apalagi waktu pandangannya terbentur oleh perut
Bwe Hwa yang membuncit. Terasa hati Tiang Le perih bukan main. Ia tahu bahwa anak
yang di dalam kandungan Bwe Hwa itu adalah anaknya!
dengan panggilan mesra dan pelan. Akan tetapi cukup terdengar oleh Bwe Lan yang berdiri tidak jauh dari tempat itu.
Melihat sikap perempuan muda yang bersikap begini mesra, panas sekali rasanya hati
Bwe Lan. Ingin sekali ia menerjang perempuan muda itu dan menempurnya sampai seribu
jurus. Akan tetapi melihat betapa sikap Tiang Le juga demikian baik dan mesra
kelihatannya Bwe Lan menekan perasaan hatinya yang bergelora, memandang ke arah
Tiang Le dan perempuan muda itu.
arang kau datang, mengapa kau tidak dulu-dulu.
Hwa moay, lama sudah aku mencariLe terdengar bergetar penuh perasaan hati.
Tiba-tiba Bwe Hwa menubruk Tiang Le dan menangis dalam pelukan laki-laki
lengan buntung itu. Suaranya tersendat-sendat menahan isak.
memusuhimu, maka itu aku mencarimu
dan datang ke tempat ini. Koko, kau kembalilah kepadaku, mari kira pergi koko. Kita
an kepala. Ia hendak melepaskan pelukan perempuan muda ini, akan tetapi Bwe Hwa tak melepaskan
pelukannya. Ia memandang Tiang Le dengan tatapan basah.
Tiang Le menggeleng kepala lagi. Ia tak kuasa untuk menentang tatapan Bwe Hwa
yang demikian sandu dan penuh perasaan cinta itu. Hatinya berdebar keras dan
bingung. Andaikan di sini tidak ada Bwe Lan yang telah menjadi isterinya yang sah, tentu ia
tidak akan menjadi bingung seperti ini. Tentu ia akan menerima tawaran gadis ini.
Sesungguhnyalah bahwa ia selama ini tidak pernah melupakan Bwe Hwa. Entah
mengapa sejak kejadian yang memilukan hati di lembah Tai-hang-san itu dan ditambah
lagi peristiwa di pantai Po-hai, ia merasa begitu kehilangan Bwe Hwa.
Istana Hantu - Halaman 88
88 yoza collection Begitu merasa bersalah kepada perempuan muda ini, karena ia tahu bahwa
perempuan muda itu menderita penyakit kanker dada dan menurut kakek kaki buntung
Lim Heng San, usia Bwe Hwa hanya bertahan tinggal beberapa lama lagi. Oleh sebab
itulah, entah kenapa mengingat ini, hati Tiang Le begitu berat berpisah dengan Bwe
Hwa! Akan tetapi sekarang, ia sudah diangkat menjadi ketua Tiang-pek-pay, bertanggung
jawab atas mati hidupnya partai ini. Apalagi di samping itu ada Bwe Lan isterinya dan
muridnya. Tidak, ia tidak bisa meninggalkan puncak ini. Biar bagaimana pun juga ia tidak bisa
berhianat terhadap partai dan mengecewakan hati isteri dan muridnya!
Untuk beberapa lama Tiang Le termenung. Baru ia sadar setelah Bwe Hwa
kah untuk sekali. u HwaSekali-kali tidak karena itu Hwa-moay, kau tahu betapa cintanya aku kepadamu, betapa
Tiang Le dan Bwe Hwa menoleh ke kiri dilihatnya Bwe Lan, memandang Tiang Le
dengan pandangan berapiMelihat Bwe Lan sudah naik darah segera Tiang Le menghampiri isterinya itu dan
menyentuh pundak isterinya deng
moay, memang tentang Bwe Hwa aku tidak pernah menceritakannya kepadamu.
Tiang Le tertunduk, ia hendak memberi keterangan kepada isterinya ini, akan tetapi
belum lagi ia membuka mulut, tahu-tahu Bwe Hwa sudah menghampirinya dan berkata,
Istana Hantu - Halaman 89
89 yoza collection Buru-buru Tiang Le melepaskan pelukannya pada istrinya dan berkata kepada Bwe
-moay, aku tak dapat mengikutmu.. . . aku adalah ketua Tiangpek-pay, dan di samping itu ada istriku Liang Bwe Lan dan muridku Wang Ie, menyesal
Bwe Hwa mundur setindak. Matanya memandang Tiang Le tajam. Tiga butir air
mata meloncat lewa -jangan kau lebih sayang partai dan istrimu yang
Bwe Hwa menjerit lirih. Sebuah pisau menghunjam hatinya. Jantungnya berdarah
seketika. Dirasakannya kepalanya menjadi pening dan berputar-putar! Ia mundur tiga
tindak ke belakang, air matanya berderai-derai membanjir lewat pipinya, pandangannya
basah menatap Tiang Le dan Bwe Lan berganti-ganti.
Tiba-tiba diantara isak tangisnya itu terdengar suara Bwe Hwa memekik lirih:
ata lebih sayang kepada partai dan isteri dan muridmu, kau berhati
menuntut balas atas kepalsuan hatimu. Ia akan datang mencari ayahnya, membunuh
manusia berhati palsu Sung Tiang Le, menghancurkan Tiang-pek-pay, dan membunuh
-hajangan kau lakukan itu.. . . Jangan kau suruh anak di dalam kandungan itu menuntut
balas.. . . Ah.. bunuh aku! Hwa-ha-ha-ha Tiang Le manusia berhati palsu.. . . kau hendak merayuku lagi, pergilah
kau setan jay-hoaSekali t
Dan akibatnya Tiang Le terhuyung- huyung ke belakang akibat tamparan yang keras
dari tangan kanan Bwe Hwa.
Bwe Lan menjerit dan memeluk Tiang Le.
Istana Hantu - Halaman 90
90 yoza collection Lima telapak jari bertanda di pipi laki-laki lengan buntung itu. Melihat pipi suaminya
menjadi merah bertanda, Bwe Lan menoleh ke arah Bwe Hwa dan dengan teriakan
marah ia sudah menerjang wanita di sampingnya itu.
Tiang Le mencegah. Akan tetapi mana Bwe Lan menghiraukan akan cegahannya. Hatinya yang
mendongkol kepada perempuan muda yang berlengan buntung ini, membuat ia tak
dapat mengendalikan perasaan hati lagi. Dan telah menerjang Bwe Hwa dengan pukulan
yang bertubi-tubi! Sebentar itu pula, dua orang perempuan muda itu sudah saling serang dengan
hebat. Biarpun Bwe Hwa telah kehilangan lengan kirinya, akan tetapi ia masih lihai
bukan main. Ilmu silatnya yang didapat dari Pek-moko tidak mengurangi kelihaian kebuntungan
lengan kiri. Ia kini telah mencabut senjata pedang pendek yang melengkung berkilat
keputih-putihan tertimpah cahaya matahari.
Inilah pedang iblis yang bernama Pek-hwa-kiam. Dahsyat luar biasa. Tentu saja Bwe
Lan tahu bahwa senjata lawannya ini adalah pedang yang ampuh dan ganas, ia kini
mengeluarkan sabuk suteranya dan bertempurlah mereka dengan seru dan ramai.
Tiang Le menjadi bingung bukan main. Apalagi melihat pedang ditangan Bwe Hwa
yang ganas dan keji hatinya kuatir akan keselamatan Bwe Lan, meskipun ia tahu bahwa
Bwe Lan tidak mudah untuk dikalahkan akan tetapi tentu saja isterinya ini kalah tajam
senjata. Benar saja belum lagi habis dugaannya, tiba-tiba terdengar suara keras kain robek,
ternyata sabuk sutera di tangan Bwe Lan sudah robek tersabet pedang Pek-hwa-kiam.
Kini dalam kekagetan Bwe Lan tahu-tahu Bwe Hwa sudah menerjang dari atas.
Inilah yang luar biasa, bagaikan terbang saja tubuh Bwe Hwa mencelat ke atas dan
tiba-tiba mengirim serangan dari udara. Pedang Putih berkelebat meluncur ke arah
kepala Bwe Lan dengan gerakan yang amat cepat sekali!
Melihat serangan yang luar biasa dan tak terduga-duga ini, Bwe Lan menjerit kaget
dan hendak membuang diri ke samping, akan tetapi pada saat itu terdengar bentakan
keras dan tahu-tahu pedang di tangan Tiang Le sudah menangkis pedang Bwe Hwa.
Dua senjata yang sama-sama ampuh bergetar di atas.
Terasa tangan Bwe Hwa yang memegang pedang tergetar hebat. Buru-buru ia
mencelat turun dan begitu dilihatnya yang menangkis pedangnya tadi adalah Tiang Le,
Istana Hantu - Halaman 91
91 yoza collection berkilat mata itu memandang laki-laki buntung, yang telah berdiri dihadapan Bwe Lan,
isterinya. di dada. Tiba-tiba Bwe Hwa memekik keras dan ia telah muntahkan darah segar. Terhuyunghuyung dengan wajah pucat pasih. Tiang Le cepat memburu Bwe Hwa dan memegang
lengan kanan itu. - -moay.. . . kau -tiba Bwe Hwa mendorong Tiang Le dan mengelebatkan pedang
pendek Pek-hwa-kiam. Amat cepat sekali gerakan itu, dan Tiang Le menjadi terkejut dan mengegoskan diri
ke samping memasang pundaknya terserempet pedang sambil mengerahkan hawa
sin-kang. merah keluar dari pundak laki-laki Lengan Buntung itu.
Tiang Le terhuyung ke belakang memegangi pundaknya yang berdarah. Bwe Lan
cepat memburu Tiang Le dan melihat pundak itu berdarah, dengan geram sekali Bwe
Lan hendak menerjang Bwe Hwa, akan tetapi terdengar keluhan Tiang Le.
tangan isterinya. berlaku curang, menyerangmu secara pengecut begitu..
kalau marah ia akan muntahkan darah LanTiba-tiba Bwe Hwa memekik keras dan mengirimkan terjangan ke arah Tiang Le
dan Bwe Lan sekali gus, sementara mulutnya yang berlumuran darah segar itu
Pedang putih itu bergulung-gulung menyerbu Tiang Le dan Bwe Lan. Akan tetapi
dengan mudahnya Tiang Le mendorong Bwe Lan dan ia sendiri berkelit, suara pedang
berdesing lewat di atas kepalanya.
Istana Hantu - Halaman 92
92 yoza collection -moay sabarlah, jangan kau menyerang kami
Akan tetapi pada saat itu, seorang pengemis bongkok telah melompat dan
jangan ganggu Paywe Hwa membentak dan
mengalihkan serangan ke arah diri A Toan. Serangannya yang ditusukkan dari kiri ini
demikian cepat sehingga A Toan, yang tidak menduga datangnya serangan dari
samping begini cepat, segera ia membuang diri ke belakang berpok-sai tiga kali untuk
menghindarkan serangan lawan.
Akan tetapi Bwe Hwa yang sudah dibuat marah dan kecewa ini tidak menghentikan
serangannya sampai di situ saja, melainkan mengirimkan kembali tusukan pedang yang
tidak kalah dahsyatnya dari serangan pertama tadi. Pedang pendeknya yang
mengeluarkan cahaya berkilat-kilat itu menyambar lagi menusuk ke arah dada A Toan.
A Toan yang telah mengetahui betapa lihainya perempuan muda yang tangan
kirinya buntung itu, berlaku waspada dan begitu datangnya serangan yang kedua
demikian cepat dan kuat, segera ia mengelebatkan tongkatnya memapaki tusukan
pedang sambil mengerahkan lwekang di tangan kanan.
benturan pedang yang demikian kuat seperti baja. Ia terkejut sekali melihat tongkatnya
sudah patah menjadi dua potong dan belum lagi hilang rasa kaget dan herannya, tahutahu sebuah sinar putih berkelebat di sampingnya ke arah leher.
pedang ke arah leher orang tua bongkok itu. Beberapa senti lagi pedangnya hendak
memenggal leher itu, tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan pedang dan tahu-tahu
pedang Bwe Hwa sudah ditangkis oleh pedang pusaka buntung Tiang Le yang sudah
mencelat menolong A Toan.
Mendengar Tiang Le memanggilnya sumoay, pandangan Bwe Hwa berapi-api
menatap Tiang Le. Tahulah ia apa artinya sebutan itu.
Tiang Le hanya menganggap hanya sebagai adik perguruan saja, tidak lebih dari
pada itu" Setan! Aku harus mengadu nyawa dengan laki-laki lengan buntung ini,
pikirnya. Ia maju selangkah. Istana Hantu - Halaman 93
93 yoza collection -pek-san ini. Percayalah,
melawan, akan tetapi jangan kau memusuhi isteri dan muridmembentak itu Bwe Hwa menerjang maju mengirim tusukan pedang.
Akan tetapi, Bwe Hwa menjerit ngeri ketika melihat pedangnya benar-benar
tertancap di dada itu. Sungguh Tiang Le tidak mengelak akan serangannya. Nampak
olehnya laki-laki lengan buntung itu terhuyung ke belakang dan pedangnya masih
menancap di dada itu. u terhadapku Hwahuyung hendak jatuh. Akan tetapi Bwe Lan dan murid-murid Tiang-pek-pay sudah
menghadangnya. keren. Limapuluh lebih anak buah Tiang-pek-pay sudah mengurungnya. A Toan mendekati


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bwe Hwa dan terus menjura,
-pek-pay, tidak bisa kau bawa
Tiang Le Pay-cu begitu saja. Di sini ada lebih limapuluh orang murid dan istrinya yang
siap untuk melindungi tindakanmu. Ingat Niocu, seorang wanita terhormat dan
mempuyai harga diri tidak akan nanti merebut suami orang menghancurkan rumah
Mendengar perkataan kakek bongkok ini, Bwe Hwa meragu untuk membawa Tiang
Le. Ia memandang laki-laki lengan buntung itu. Tiba-tiba ia menangis pelan. Menoleh
kepada kakek bongkok dan katanya dengan suara terisak:
. . penghinaan ini kelak akan
Istana Hantu - Halaman 94
94 yoza collection Dengan menggerakkan tubuhnya, tahu-tahu Bwe Hwa sudah mencelat ke atas
punggung rajawali emas dan tak lama kemudian terdengar suara tawanya yang seperti
orang menangis. Suara burung rajawali menggelepar-gelepar di atas, membumbung
tinggi, semakin tinggi sehingga merupakan titik hitam di angkasa itu, kemudian lenyap
di balik awan-awan! mena Karuan saja Bwe Lan dan murid-murid Tiang-pek-pay menjadi heran bukan main.
Bukankah tadi mereka melihat betapa dada kiri Tiang Le tertancap pedang hingga
mengeluarkan darah" mengapa sekarang mereka melihat betapa bukan dada kiri
pemuda itu yang tertancap pedang, melainkan pedang itu yang terjepit di ketiak!
Tentu saja mereka telah dikelabui pandangan matanya oleh laki-laki lengan buntung
yang lihay ini. Malah Bwe Hwa sendiripun menyangka pedangnya melukai dada Tiang
Le, dan tadi ia sendiri melihat betapa banyak keluar darah yang keluar dari luka itu.
Sesungguhnya tidaklah demikian. Pada waktu pedang Bwe Hwa menyambar,
memang sengaja Tiang Le tidak mengelak hanya dengan kecepatan yang luar biasa ia
menggeser kakinya dan menjepit pedang itu di ketiaknya. Saking cepatnya gerakan itu
hingga orang menduga dada kiri Tiang Le itulah yang tertancap pedang.
Kemudian dengan pandangan matanya, Tiang Le menentang mata Bwe Hwa,
mengerahkan ilmu bathin mencipta darah yang membanjir di dada, sehingga bagi
pandangan Bwe Hwa pedang itu tertancap di dada Tiang Le dan mengeluarkan darah.
Saking hebatnya ilmu bathin yang dikerahkan oleh Tiang Le ini, sehingga banyak
murid-murid Tiang-pek-pay pun kena dikelabuinya. Hanya A Toan dan Bwe Lan saja
yang melihat betapa pedang itu hanya terjepit di ketiak Tiang Le!
Setelah Tiang Le melepaskan pedang yang terjepit diketiaknya, ia lalu menyambar
tangan Bwe Lan dan Wang Ie memasuki ruang dalam. Sementara A Toan dan muridmurid Tiang-pek-pay kembali ke ruang belakang.
masih cemburu dan tidak enak hati atas kedatangan Bwe Hwa yang mengaku-aku
sebagai isteri Tiang Le. Tiang Le menarik tangan isterinya dan duduklah mereka bertiga. Tiang Le menarik
memulai ceritanya. Istana Hantu - Halaman 95
95 yoza collection Seperti apa yang telah diuraikan dalam bagian depan cerita ini. Begitu pula
diceritakan oleh Tiang Le kepada isterinya didengar pula oleh muridnya yang masih
cilik, Wang Ie. -marah padaku dan hendak membunuhku di sana. Akan tetapi aku dapat mencegahnya, ia
lantas pergi! -carinya. Akan tetapi entah ke mana perginya Bwe Hwa,
, anak yang memusuhiku, ingatkah kau tadi akan perkataannya" Ahh, Lan-moay, alangkah sedihnya
Demikian Tiang Le menutup ceritanya sambil menarik napas berat menandakan
hati yang resah. mengapa kau tidak ambil saja perempuan itu menjadi isterimu dan tinggal di tempat
ini Jilid 4 AK MUNGKIN ia mau, isteriku. Ia hanya menghendaki supaya aku turut
dengannya dan tinggal di puncak rajawali, hemm, baru kudengar nama
aku baru pernah mendengar nama puncak Rajawali. O ya, Lan- moay.. . .
sudahlah kejadian ini, mungkin salahku. Mungkin sudah menjadi hukuman buatku. Wang
Wang Ie berlutut di depan gurunya
ini. Kau baik-baiklah di tempat
ini. Kau harus patuh akan kata-kata Toan-lopek. Sementara kami pergi, A Toan akan
mengawasi partai Tiang-pek-pay. Rajinbali
Istana Hantu - Halaman 96
96 yoza collection -san menghadiri pertemuan tokoh-tokoh
etapi perjalanan ke puncak Tay-san sangat berbahaya dan tidak mudah. Maka sebaiknya kau
ceritakan kepergianku ini kepada saudara-saudara yang lain, kelak nanti apabila saat
Tiang Le memandang istrinya. Mencium keningnya.
Dan dengan mesrah sang suami mengecup bibir yang lembut dari sang istri. Lama
Tiang Le dan Bwe Lan berkecupan menumpahkan gairah cinta yang memecah ria!
ooOOoo Bagaimana Bwe Hwa tahu-tahu telah muncul di puncak Tiang-pek-san dengan
menunggang burung rajawali emas yang besar dan menurut akan perintahnya itu"
Untuk mengetahui pengalaman Bwe Hwa yang sudah lama sekali kita tinggalkan,
baiklah kita mengikuti pengalaman-pengalamannya.
Seperti telah diceritakan pada jilid pertama dalam cerita ini, setelah melihat adegan
yang menyeramkan di gua di pantai laut Po-hay itu, Bwe Hwa menjadi marah sekali
dan menempur Tiang Le. Sungguh panas bukan main pemandangan yang dilihatnya
dalam gua itu. Berhari-hari ia selalu menantikannya kedatangan Tiang Le di lembah Tai-heng-san
antara cemas dan kuatir. Ehm, nggak tahunya di tempat ini Tiang Le dan Pei Pei sedang
melakukan perbuatan mesum. Setan! Tentu saja Bwe Hwa menjadi kalap dan
mengamuk menempur Tiang Le dan membabi buta.
Akan tetapi, seperti telah diceritakan di bagian depan, betapa Tiang Le dapat
menandingi kepandaian gadis itu. Dan setelah merasa betapa ia tak kuat untuk
mengalahkan Tiang Le, maka dengan perasaan kecewa dan penuh kemarahan. akhirnya
Bwe Hwa pergi dari Tiang Le dan Pei Pei.
Ia hendak menjauhkan diri dari pemuda lengan buntung itu. Ia pergi jauh
mengembara ke bagian barat.
Istana Hantu - Halaman 97
97 yoza collection Sesungguhnyalah bahwa ia tiada mempunyai arah tujuan. Ia berjalan berhari-hari
kemana kakinya membawa dirinya. Tanpa disadarinya ia menuju ke barat. Kekecewaan
hati yang meliputi hati Bwe Hwa membuat ia seakan-akan telah melupakan dirinya.
Seorang diri ia terus berjalan.
Kadang-kadang berlari bagaikan setan cepatnya. Kadang-kadang ia menangis
seorang diri di dalam hutan dan memanggil-manggil nama Tiang Le. Kadang-kadang
pula ia menggerakkan tangannya memukul pohon sambil memaki-maki Tiang Le dan
Pei Pei. Di wajahnya penuh amarah membunuh.
Apabila kemarahannya itu memuncak, selalu ia muntahkan darah segar. Sehingga
kian hari wajah Bwe Hwa menjadi pucat dan seperti orang yang hilang ingatan.
Memang demikianlah adanya. Kasihan sekali Bwe Hwa ini. Ia sudah merupakan
seorang yang setengah gila. Kadang-kadang bersikap lembut dan manis, kadangkadang pula kejam bagaikan iblis. Ia cantik jelita seperti bidadari, ia juga kejam dan
telengas terhadap setiap lelaki yang dianggapnya jahat.
Tentu saja biarpun Bwe Hwa kehilangan lengan kirinya yang pernah ia buntungi di
lembah Tai-hang-san itu, akan tetapi karena ia mempunyai wajah yang manis dan jelita,
membuat setiap lelaki yang dijumpainya selalu menarik napas dalam, dan
memandangnya dengan penuh kagum. Kebuntungan tangan kirinya tidaklah
mengurangi kecantikan gadis yang bernama Lie Bwe Hwa itu.
Pada suatu hari ia memasuki wilajah Tibet. Suku bangsa Tibet yang ramah tamah
ini membuat ia menghentikan perjalanannya dan memasuki kota Pin-niang yang cukup
ramai dan banyak dikunjungi oleh orang-orang asing. Disepanjang jalan banyak sekali
dilihatnya orang-orang Han yang berdagang membuka toko, ada yang membuka rumah
makan, restoran dan malah ada yang menjajahkan harang dagangannya di kaki lima.
Memang ramai sekali kota Pin-niang ini, karena kota ini adalah sebuah kota yang
menghubungi perbatasan daerah Tiongkok dan merupakan pintu gerbang bagi Kotaraja
dan Mongolia. Apalagi di situ banyak suku bangsa Tibet asli dan suku bangsa An-hui
yang ramah tamah dan berkebudayaan tinggi, sehingga kota Pin-niang ini merupakan
kota yang terbesar di daerah Tibet.
Pada hari itu udara panas bukan main. Musim kemarau yang amat lama terasa
sekali di daerah ini. Di jalan-jalan orang merasa segan sekali untuk keluar rumah pada
waktu panas terik seperti ini. Lebih nikmat rasanya berdiam di rumah atau bagi para
tamu-tamu hotel mereka duduk-duduk di bawah pohon yang rindang sambil mengobrol.
Rumah-rumah makan juga penuh oleh para tamu yang berbagai ragam roman
mukanya. Ada orang Han, ada juga beberapa laki-laki Shan-tung yang memegang
Istana Hantu - Halaman 98
98 yoza collection bendera sebagai lambang perkumpulan ekspedisi pengantar barang, ada pula yang
berpakaian seperti pelajar-pelajar.
Pokoknya di kota ini segala suku bangsa apapun ada! Mereka ini ada yang datang
untuk berdagang, atau pelancong, ada pula yang hanya sebagai tukang catut barang
dagangan yang mereka seludupkan dari Afganistan. Sebab itulah kota Pin-niang, yang
terletak dekat sungai Zhe-kiang amat ramai dan hingar-bingar!
Begitu Bwe Hwa memasuki pintu gerbang Pin-niang, banyak orang yang
memperhatikan perempuan muda ini. Ada yang merasa iba lihat seorang wanita muda
yang begini cantik, akan tetapi sudah kehilangan lengan kirinya. Ada pula yang terus
saja kagum akan kecantikan wanita itu.
Dan beberapa laki-laki hendak menggodanya. Akan tetapi begitu melihat langkahlangkah kaki si wanita yang demikian cepat dan pedang pendek di punggung, mereka
hanya bengong dan tak berani menggoda.
Karena jalan-jalan berdebu dan panas. Dengan lirikan matanya, Bwe Hwa mencaricari rumah makan. Ia tidak mengerti tulisan-tulisan yang tertera di rumah-rumah
makan. Karena setiap tulisan-tulisan di sana, baik nama jalan maupun nama toko, selalu
ditulisnya dengan bahasa asing yang tidak dimengertinya.
Dan begitu ia mencium bau masakan yang lezat, yang membuat perutnya menjadi
lapar, segera ia tahu bahwa itulah rumah makan. Maka cepat-cepat ia menuju ke rumah
makan tersebut dan memasuki gedung yang cukup besar dan bercat merah itu.
Seorang pelayan menghampiri dan berbicara dalam bahasa Han yang agak kaku,
tetapi dimengerti oleh Bwe Hwa,
menghampiri tempat duduk yang disediakan oleh pelayan.
Baru saja ia duduk dan memandang ke depan, tiba-tiba empat orang tamu
memasuki rumah makan dengan langkah-langkah lebar dan semua tamu terkejut sekali
kedatangan empat orang ini. Malah pelayan rumah makan dengan sikap membungkukbungkuk menghampiri mereka menyambut dengan ramah sekali,
-wi enghiong (Tuan berempat yang gagah) selamat datang di restoran kami dan
-buat karena takut. Bwe Hwa melihat seorang nenek di antara ke empat orang itu, menjadi terkejut.
Diam-diam ia memperhatikan nenek yang duduk tidak jauh darinya.
Istana Hantu - Halaman 99
99 yoza collection Nenek itu sudah tua sekali. Rambutnya yang hitam riap-riapan sebatas pundak
dibiarkan berkibar dipermainkan angin yang menerobos dari jendela rumah makan.
Wajahnya sangat menyeramkan, penuh dengan keriput-keriput dan matanya yang
cekung memancar seperti api.
Tentu saja Bwe Hwa mengenal wanita ini. Nenek itulah bekas pay-cu Sian-li-pay
yang berjuluk Bu-tek Sianli, sedangkan tiga orang kawannya, ia tidak mengenalnya, yang
seorang tinggi besar, seorang laki-laki suku bangsa Tibet dan di sebelah laki-laki tinggi
besar itu duduk seorang wanita suku bangsa Han, meskipun usianya sudah setengah
tua akan tetapi masih kelihatan cantik.
Dan seorang lagi, adalah seorang anak laki-laki yang mempunyai kepala gundul,
berusia sekitar duapuluhan, akan tetapi wajah itu kelihatannya seperti wajah kanakkanak, wajah yang bodoh dan bundar!
Berdebar badan Bwe Hwa. Ia pernah sekali bertemu dengan Nenek Bu-tek Sianli itu
waktu di lembah Tay-hang-san pada waktu menghadapi penyerbuan tentara Mongol.
Malah ia pernah merasa kelihayannya. Dan terluka oleh pukulan Nenek yang lihay.
Diam-diam ia memperhatikan ke empat orang yang dudak di belakangnya itu.
Akan tetapi telinganya yang tajam dapat mendengar suara Bu-tek Sianli yang
tertuju kepada dirinya. Bwe Hwa melirik dan pada waktu itu Bu-tek Sianli dan orang Tibet yang tinggi besar
itu menoleh kepadanya. -ong, belum lagi suhengnya yang berjuluk
Pendekar Lengan Buntung, lebih hebat lagi. Sayang aku belum ketemu lagi dengannya.
yang tinggal satu itu. Biar buntung ke dua-duanya. Pingin tahu aku, apakah setelah
-tek Sianli terdengar agak keras, sambil matanya melirik ke arah Bwe Hwa.
besar sambil menenggak arak di meja.
-tek Sianli sengaja dikeraskan,
membuat untuk seketika merah pada telinga Bwe Hwa.
Istana Hantu - Halaman 100
100 yoza collection Ingin menurut hatinya menggempur nenek itu. Akan tetapi mengingat keadaan
yang tidak mengijinkan dan lagi ia tidak ingin membuat kacau di rumah makan ini.
Maka Bwe Hwa menahan hatinya yang mulai panas dan sambil menguping ia mulai
bersantap siang. e sampingkan dulu, kita perlu cepat-cepat
menghadap Thay-bengcu, Yang Mulia di Istana. Sebaliknya jangan kita menunda-nunda
seorang wanita setengah tua yang terus saja berdiri hendak meninggalkan rumah
makan. memerintah wanita setengah tua itu.
-ong, anakmu memang pantas
tek Sianli. - -lalat hijau membuat pening kepala saja sungguh menjijikan. He,
Tiba-tiba Bwe Hwa menggebrak, meja itu amblas hampir setengahnya membuat
tamu-tamu yang berada di situ kaget setengah mati. Dua orang pelayan rumah makan
buru-buru menghampiri dan berkata sambil membungkuk-bungkukkan badannya.
-cepat menyambar si-poa dan mulai
menghitung. Bwe Hwa cepat mengulurkan uang dan tanpa berkata apa-apa lagi segera dia
meninggalkan rumah makan tersebut, hatinya mendongkol bukan main kepada ke
empat orang yang di belakangnya itu. Waktu dia berlalu sengaja Bwe Hwa
melemparkan pandangan mengejek ke arah Bu-tek Sianli. Kemudian cepat-cepat ia
berlalu meninggalkan rumah makan.
Dengan gin-kangnya yang tinggi sebentar saja ia sudah jauh meninggalkan kota
Pin-niang. Pada saat itu udara yang tadinya panas terik tiba-tiba menjadi gelap.
Mendung hitam bertebaran di atas.
Istana Hantu - Halaman 101
101 yoza collection Udara sejuk sekali membuat Bwe Hwa menghentikan larinya dan berjalan pelanpelan. Di hadapannya terhampar sawah-sawah yang luas menghijau, batang-batang
padi sudah pada merunduk menandakan buahnya yang masak dan tiba saatnya untuk
dituai. Para petani nampak kelihatan riang berada diantara sela-sela rerumpun padi.
Senandung mereka menyambut datangnya musim hujan menandakan keriangan hati.
Seorang anak kecil duduk asyik di atas punggung kerbau sambil meniup
serulingnya. Suara kerbau menguak panjang.
Bwe Hwa berjalan pelan-pelan di antara pematang sawah yang luas menghijau.
Angin hitam memberat di angkasa.
Pada saat itu tiba-tiba Bwe Hwa dikejutkan oleh suara menggelepar di atas. Tibatiba ia terhuyung ke belakang oleh tamparan burung garuda yang besar dan kuat. Kaget
bukan main Bwe Hwa, baru pertama kali ia melihat burung yang demikian luar biasa
besarnya. Dan lebih heran lagi adalah di atas punggung burung itu duduk seorang laki-laki
botak yang kelihatan ketolol-tololan yang tadi siang pernah dilihatnya di rumah makan.
Celaka, kalau lelaki tolol ini sampai ke tempat ini jangan-jangan Bu-tek Sianli dan
dua orang kakek dan nenek itu akan menuju kemari pula. Belum lagi hilang herannya
tiba-tiba burung jang besar itu menukik lagi dari atas menggerakkan cakarnya yang
besar. garuda yang hendak mencengkram kepalanya itu. Ia mengelebatkan pedang pendeknya
dengan maksud membabat kaki itu, akan tetapi terdengar suara keras
Bwe Hwa yang hampir terpental saking kuatnya kuku garuda itu membentur
pedangnya. Kagum sekali Bwe Hwa melibat keampuhan kuku garuda itu, padahal kalau hanya
membentur pedang biasa saja, pedang pendeknya akan dapat membuntungi pedang


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawan. Akan tetapi kuku garuda ini kuat bukan main!
Pada saat itu berkelebat tiga bayangan yang terus saja menyerbu Bwe Hwa.
Ternyata yang telah datang adalah Bu-tek Sianli dan dua orang yang tadi dilihatnya di
rumah makan. Seperti kita pernah mengenalnya, dua orang setengah tua itu bukanlah orang
sembarangan. Mereka itu adalah Kwan-tiong Tok-ong, si Raja Racun dari Barat dan
Istana Hantu - Halaman 102
102 yoza collection isterinya yang bernama Tung Hay Nio-nio, sedangkan laki-laki berkepala gundul itu
adalah anaknya yang ketolol-tololan yang bernama Kwan Kong Beng, laki-laki yang
cukup lihai dan berbahaya!
Sebetulnya keluarga Kwan-tiong Tok-ong ini tidak ada minat untuk mengeroyok
seorang wanita yang kelihatan lemah dan berlengan buntung itu, akan tetapi karena
Bu-tek Sianli membujuknya, maka sekeluarnya dari rumah makan itu mereka mengejar
Bwe Hwa. Kong Beng sengaja disuruhnya menunggang burung garuda peliharaannya
untuk melihat dari atas sedangkan mereka bertiga berlari cepat mengikut, arah garuda
yang terbang menuju ke luar kota.
Demikianlah, begitu mereka sampai dilihatnya garuda itu sudah bertempur
melawan Bwe Hwa. Tentu saja dikeroyok oleh tokoh-tokoh tangguh, Bwe Hwa menjadi
kewalahan setengah mati dan sebentar saja ia mulai terdesak hebat.
Bu-tek Sianli yang memang amat benci kepada perempuan yang lengannya
buntung ini mendesaknya dengan pukulan-pukulan yang berbahaya. Bukan tidak
beralasan Nenek ini membenci Bwe Hwa, karena ia mengingat suheng wanita ini yang
paling dibencinya. Ia sangat dendam kepada laki-laki lengan buntung yang bernama Sung Tiang Le,
gara-gara laki-laki itulah ia kehilangan partai dan kelima murid-muridnya. Rencana
yang semula diatur dengan sempurna musnah sudah akibat tindakan Pendekar Lengan
Buntung yang menyerbu Sian-li-pay.
Untung saja di Sian-li-pay itu ia dapat meloloskan diri dan kemudian lari ke Barat
dan bertemu dengan keluarga Kwan-tiong Tok-ong dan berhasil menghasutnya untuk
dibawa ke selatan. Malah ia menggabungkan diri dengan tokoh-tokoh kaum hek-to di
Barat dan mengakui seorang beng-cu di Barat yang bernama Thay-bengcu.
Kita kembali kepada Bwe Hwa yang dikeroyok oleh orang-orang yang
berkepandaian lihai ini. Ia mainkan jurus-jurus Pek-hwa-kiam-sut dengan sengit.
Dan meskipun ia sudah kehilangan sebelah lengan, akan tetapi dengan pedang Pekhwa-kiam di tangan kanannya membuat tidak gampang bagi Bu-tek Sianli merobohkan
lawannya ini. Saking gemas dan marahnya hati si Nenek ini, ia mengeluarkan
tongkatnya dan menerjang Bwe Hwa dengan gerakan-gerakan yang dahsyat.
Dikeroyok seperti ini biarpun Bwe Hwa sudah mewarisi kitab peninggalan Pek Moko
dan mempunyai senjata ampuh seperti Pek-hwa-kiam, akan tetapi menghadapi Bu-tek
Sianli dan Kwan-tiong Tok-ong yang terkenal di Barat, sebentar saja Bwe Hwa terdesak
hebat. Ia cuma dapat mainkan pedangnya menangkis dan mencelat menghindarkan
cengkraman-cengkraman garuda yang menyambar dari atas.
Istana Hantu - Halaman 103
103 yoza collection Untung saja laki-laki botak yang duduk di atas punggung garuda itu tidak ikut-ikutan
hanya sebentar-sebentar memerintah burungnya menyambar dari atas sehingga
walaupun Bwe Hwa sudah dibuat sibuk dan terdesak oleh terjangan-terjangan tongkat
Bu-tek Sianli dan pukulan-pukulan tangan kosong Kwan-tiong Tok-ong dan Tung Hay
Nio-nio, Bwe Hwa dapat bertahan untuk beberapa lama.
-tek Sianli, Nenek bangsat.. . . Kalau kau gagah, hayo lawan aku.. . .
terjangan tongkat Bu-tek Sianli, dan memapaki pedangnya mengelebatkan ke arah
tangan Kwan-tiong Tok-ong yang bermaksud mengirim totokan ke arah lehernya.
-benar mempunyai nyali naga dan semangat segede
-tiba Kwan-tiong Tok-ong berkata kepada Bu-tek Sianli sambil mengirim
terjangan kibasan lengan jubahnya dengan maksud membelit pedang Bwe Hwa, akan
tetapi tentu saja Bwe Hwa tahu bahwa jubah lawannya ini mempunyai maksud untuk
membelit pedangnya, maka ia menarik kembali tusukan pedang ke arah dada Tung Hay
Nio-nio dan membalas menyerang Bu-tek Sianli.
Kwan-tiong Tok-ong. -tiong Tok-ong dan isteriku
Tung Hay Nio-nio, bersama puteraku Kong Beng adalah sahabat Bu-tek Sianli. Kau begini
muda telah menghina Bu-tek Sianli, benarkah" Sayang sekali, terutama engkau yang
masih begini muda dan cantik sayang sekali kalau mendapat luka, lebih baik
-tek Sianli tak mengganggunya. Aku suka sekali kepadanya ayah, tangkap dia jangan lukai hi-
Beng benar-ben berseru girang. -tiong Tok-ong Memang puteranya ini ku-koay sekali. Berpuluh-puluh gadis telah dikenalkannya
namun Kong Beng selalu menolak tentang perjodohan. Belum mau kawin.
Sekarang begitu mendengar anaknya minta kawin dengan gadis yang begini lihay
dan cantik, meskipun berlengan buntung Kwan-tiong Tok-ong sangat girang sekali,
apabila didengarnya puteranya berkata,
pantas di Istana Hantu - Halaman 104
104 yoza collection -tiba Bwe Hwa berseru keras dan maju menyerang mengelebatkan
pedangnya dengan sengit dan penasaran.
Bu-tek Sianli tertawa menghina dan menyambut dengan tongkatnya. Tung Hay Nionio berseru keras dan menyerbu pula, membantu Bu-tek Sianli mengeroyok gadis yang
hebat ini. -nio berseru ke arah anaknya
mengirim terjangan hebat kepada Bwe Hwa.
-koay (aneh) Kong Beng, puluhan gadis cantik dan terpandang kau
t -nio menggerutu. Betapapun juga ia sayang sama
Kong Beng. Maka ia kini mempercepat gerakan tongkatnya untuk merobohkan Bwe
Hwa. Tak kuat Bwe Hwa menghadapi terjangan yang aneh dan luar biasa dari Tung Hay
Nio-nio, ia menangkis tongkat dan mencelat ke atas menghindarkan diri dari sebuah
tongkat di tangan Bu-tek Sianli.
Pada saat itu selagi tubuhnya melayang di udara, tiba-tiba Kwan-tiong Tok-ong
mencelat ke atas dan sebuah saputangan merah menyambar muka Bwe Hwa yang
cepat berkelit ke kiri. Akan tetapi, tiba-tiba Bwe Hwa merasakan kepalanya menjadi
pening dan berputar. Ternyata ia telah mencium bau yang memabokkan dari
saputangan yang dikibaskan oleh Kwan-tiong Tok-ong, terasa sekali perutnya menjadi
mual dan ia terhuyung-huyung roboh dan terus tak sadarkan diri.
Pada saat itu Bu-tek Sianli menerjang dengan teriakan keras mengelebatkan
tongkatnya menghantam kepala Bwe Hwa. Memang nenek ini begitu sangat benci sekali
kepada Bwe Hwa ini, dan begitu melihat gadis lengan buntung itu sudah menggeletak
tak berdaya segera menyerbu dengan tongkat di tangan.
-ha-ha betina liar, sayang sekali kau tidak ajak si buntung Sung Tiang Le
-tek Sianli berkata menyindir sambil mencelat ke atas dan turun dengan tusukan tongkat ke arah
ulu hati si gadis. Istana Hantu - Halaman 105
105 yoza collection Sungguh keji sekali nenek ini. Dapat dibayangkan betapa akan hancurnya tubuh
Bwe Hwa apabila terhantam pukulan dahsyat tongkat itu.
tongkat Bu-tek Sianli . -tiba Kong Beng berseru keras dan menahan gerakan
-tek Sianli penasaran dan menoleh ke arah Kwan-tiong Tok-ong, merupakan teguran atas kelancangan
puteranya. Akan tetapi belum lagi si Raja Racun dapat menjawab. Dengan berani sekali
Kong Beng melototkan matanya ke arah Bu-tek Sianli.
dan menantang. jangan kau ambil hati, habisi saja permusuhan dengannya sampai di sini. Ia bakal
menjadi mantuku ha-ha-tiong Tok-ong mengawasi Bu-tek Sianli dan
Untuk beberapa lama Bu-tek Sianli tak dapat menjawab.
Ia jadi meragu. Sebetulnya ingin sekali ia membunuh wanita adik seperguruan dari
Pendekar Lengan Buntung Sung Tiang Le, dan melampiaskan perasaan hatinya yang
marah dan mendongkol atas perbuatan Tiang Le yang malah mengobrak-abrik Sian-lipay. Akan tetapi tentu saja biarpun saat itu hati Bu-tek Sianli sedang mendongkol dan
marah, ia tidak begitu bodoh untuk melampiaskan perasaan hatinya.
Ia tahu sekali kalau berkeras mendesak membunuh Bwe Hwa, tentu ia akan
kehilangan tiga orang pembantu yang lihai ini dan ini sangat merugikan dirinya. Maka
sambil tersenyum penuh arti kepada Kong Beng berkatalah Bu-
u dan setelah sadar ia Istana Hantu - Halaman 106
106 yoza collection -tanya ke situ" Pokoknya urusanku dengannya, tak perlu
kau campur. Orang tuaku sudah setuju dan tak banyak tanya-tanya, kau ini apa-apa
menanyaCepat ia menghampiri Bwe Hwa yang masih pingsan. Dan mengurut leher gadis itu,
sehingga Bwe Hwa mengeluh perlahan dan begitu membuka matanya, melihat Kong
Beng tengah memandangnya dengan kagum.
-ha-ha, beruntung sekali aku mempunyai isteri seperti engkau
cantiknya. Puteri Kaisarpun kalah cantik olehmu tra-tra-la tra-la-la, batang hatiku
gembira he-heBwe Hwa diam. Celaka, ia terjatuh ke dalam tangan orang botak yang miring
otaknya. Begitu ia melirik Bu-tek Sianli memandangnya dangan penuh kebencian.
Tahulah ia nenek ini tentu hendak membunuhnya dan kemudian dicegah oleh lakilaki botak yang bersikap kegila-gilaan ini. Maka ia tidak begitu bodoh untuk melawan
mati-matian. Baginya, matipun tidak menjadi soal akan tetapi mengingat kandungannya,
ia harus hidup. nyengir kuda diplototi seperti itu.
-beng Siocia.. . . ha-ha-ha isteriku namanya
Bu-be Kwan-tiong Tok-ong terseyum girang melihat kelakuan puteranya dan berkata,
garuda, akan tetapi hati-hati jang
Tok-ong berkelebat mengejar Bu-tek Sianli yang sudah mencelat pergi.
-tiong -beng, Siocia.. . . . idak sudi kawin denganmu, kau lakitiba-tiba Bwe Hwa mengangkat tangannya mendorong. Akan tetapi ia menjadi kaget
begitu dirasakan tenaganya sudah lenyap.
Tahulah bahwa dirinya telah tertotok. Tentu saja mana mampu ia menghadapi lakilaki ini dalam keadaan tertotok"
Istana Hantu - Halaman 107
107 yoza collection penuhi permintaanmu. O ya barangkali kau takut jatuh nunggang garuda, biar kita
-beng Siocia, aku senang sekali kau tidak
burung garuda dengan jinaknya telah mendekam di samping Kong Beng,
punggung garuda. Saking lemasnya ia terhuyung-huyung hampir jatuh, akan tetapi tangannya
dipegang oleh Kong Beng dan begitu terdengar suitan Kong Beng burung itu
menggerakkan sayapnya terbang tinggi. Tentu saja Bwe Hwa yang tidak biasa naik
burung, apalagi setinggi ini menjadi ngeri hatinya.
Tiba-tiba Kong Beng bersuit lagi, tahu-tahu burung itu sudah menggerakkan
sayapnya, mengipas-ngipas cepat sekali! Dan Bwe Hwa rasa jantungnya berhenti
berdetik ketika tubuhnya tiba-tiba meluncur cepat sekali. Hampir ia terengah-engah
karena sukar bernapas ketika angin bertitip keras dari depan.
Dan begitu Bwe Hwa memandang ke bawah, semua nampak kecil sekali. Kepalanya
pening, akan tetapi ia memiliki kekerasan hati. Sambil menggigit bibir ia menekan
perasaannya. Masa ia harus kalah oleh laki-laki yang duduk di belakangnya"
- kang. Namun Bwe Hwa diam saja. Ia tengah tenggelam dalam pikirannya dan diam-diam
ia mengerahkan hawa sin-kang untuk membebaskan totokan yang melumpuhkan
tenaganya. Setan! Laki-laki botak ini cukup cerdik. Kalau saja ia tidak tertotok seperti ini, ingin
sekali ia menggerakkan tangannya dan mendorong tubuh Kong Beng, biar mampus!
pikir Bwe Hwa. Tentu saja Kong Beng, cukup cerdik. Siang-siang ia sudah menotok jalan darah Bubeng Siocia ini, takut Bu-beng Siocianya kabur dan merepotkan dirinya. Maka tadi begitu
mengurut leher Bwe Hwa menyadarkan, tangannya yang terlatih dan lihai itu telah
menotok jalan darah di tubuh si gadis.
Istana Hantu - Halaman 108
Natasha 2 Walet Emas 07 Pendekar Kipas Akar Wangi Satria Gunung Kidul 2
^