Pencarian

Istana Hantu 5

Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 5


Pada waktu itu, Hay San Taysu, si tosu tinggi besar yang memegang tongkat itu
melayani gadis ini. Alangkah terkejutnya hati tosu kedua dari Kun-lun Sam-lo-jin ini
merasa ilmu silat gadis itu tidak di bawah kepandaian Tiang Le sendiri. Tahulah ia
bahwa gadis ini telah mewarisi ilmu kepandaian dari ayahnya yang berjulukan
Pendekar Lengan Buntung yang hebat itu.
Akan tetapi Hong Kwi yang sudah dibikin marah hatinya, tak memberi kesempatan
lagi kepada Hay San Taysu dan begitu tangan kirinya bergebrak menggunakan jurusjurus Tok-pik-kun-hoat yang luar biasa itu. Tiba-tiba entah bagaimana caranya tubuh
tosu yang tinggi besar terpental ke belakang dan toyanya yang besar dan berat itu
terlepas dari pegangan tangannya.
Ternyata gerak tangan kilat dari gadis ini telah berhasil menerobos dari pertahanan
putaran toya lawan dan begitu terkena pukulan Hong Kwi, keruan saja tosu ini menjadi
meringis-ringis menahan sakit pada perutnya yang telah kena sodok tangan kecil si
gadis. Saking sakit dan mulesnya dirasakan perutnya Hay San Taysu sampai
mengeluarkan air mata! duh yang bukan-bukan" Biarlah
menyerang. Pada saat itu terdengar bentakan dari Tiang Le,
- mengelak menghindarkan diri dari sabetan pedang Lung Nam Taysu.
Mendengar suara ayahnya, Hong Kwi melihat ke samping kiri. Dilihatnya A Toan
dan Lie Su Hian tengah dikeroyok oleh empat orang dari Thay-san-pay.
Sekali menggerakkan tubuhnya gadis itu telah berkelebat dan sekali tangannya
bergerak, dua orang murid Thay-san-pay sudah terjengkang dan mengaduh-aduh
karena tulang iganya telah terpukul tangan kiri gadis ini.
Istana Hantu - Halaman 230
230 yoza collection Sementara itu Bwe Lan yang menghadapi tokoh dari Bu-tong-pay dan Thay-sanpay sebentar saja ia sudah dapat mendesak Giam-ong Ma Ek. Dan pada jurus
kelimapuluh dua, sabuk suteranya telah berhasil membelit pedang lawan dan sekali
menyentak, pedang di tangan Giam-ong Ma Ek telah terlepas dari pegangannya.
Belum lagi hilang kagetnya kedua tokoh Bu-tong-pay ini, tiba-tiba sabuk itu bagaikan
ular hidup di tangan Bwe Lan meluncur cepat mengarah iga lawan. Cepat Giam-ong Ma
Ek membuang diri ke belakang dan menghindarkan totokan sabuk yang lihai itu.
Namun biarpun sudah demikian cepat ia membuang diri ke samping, tetap saja
sabuk di tangan Bwe Lan sudah berhasil menotok pundak Giam-ong Ma Ek. Sehingga
tokoh Bu-tong-pay ini, roboh tanpa dapat menggerakkan tubuh lagi.
Bersamaan dengan itu, Bwe Lan yang sudah mempelajari ilmu gerak tangan kilat
dari suaminya, telah berhasil memukul Bu Ci Goat hingga saking kerasnya benturan
lengan ini, Bu Ci Goat tak kuasa lagi memegang pedangnya dan menjerit kesakitan
karena lengannya dibakar oleh api yang sangat panas.
Pada saat itu, tiba-tiba dari arah gedung Tiang-pek-pay mengebul asap hitam
membumbung tinggi. Murid-murid Tiang-pek-pay yang melihat gedungnya terbakar,
cepat mencelat dan berusaha mematikan api yang berkobar-kobar.
Akan tetapi begitu lima orang murid Tiang-pek-pay masuk ke dalam gedung yang
bagian belakangnya sudah terbakar itu, tiba-tiba terdengar jeritan mengerikan dan
sesosok bayangan dengan amat cepatnya berkelebat lenyap.
Tiang Le cepat mengejar bayangan itu, akan tetapi ia sudah tidak keburu lagi.
Karena bayangan itu sudah lenyap dan tidak kelihatan lagi kemana larinya.
Pendekar ini menggeramkan giginya begitu melihat lima orang muridnya telah
menggeletak di lantai dengan tubuh hangus terbakar dan ternyata telah mati dalam
keadaan yang mengerikan. Cepat-cepat ia keluar dan membentak keras. Suaranya yang menggunakan khikang
tingkat tinggi bergema, -lun-pay, Bu-tong-pay dan Thay-san-pay. Bagus sekali perbuatan
Para orang gagah dari ke tiga partai yang melihat kajadian ini menjadi heran bukan
main. Dari pihak mereka tidak ada yang begitu rendah untuk membakar rumah.
m Istana Hantu - Halaman 231
231 yoza collection -orangnya yang tengah sibuk
memadamkan api. persidangan partaiTiang Le menjadi mendongkol bukan main. Akan tetapi ia tidak menjadi gemas
kepada orang-orang ini, karena ia maklum bahwa mereka ini hanya menjadi korban,
dari perbuatan orang jahat yang sengaja meminjam namanya dalam perbuatan
jahatnya. Ia sekarang malah ingin sekali tahu siapakah barusan yang telah membakar
gedungnya. Nyaris gedungnya lenyap ditelan api kalau tidak buru-buru muridnya
memadamkan api itu. yang tertuduh juga berhak untuk mengetahui siapakah antek-anteknya yang barusan
hendak membakar gedungku dan me
Giam-ong Ma Ek menghela napas dan mengelusmemang berbahaya sekali bagi orang yang masih begini muda sudah memiliki ilmu
kepandaian tinggi, bathin belum kuat sehingga kepandaiannya hanya dipergunakan
untuk melakukan perbuatan jahat dan menyombongkan dirinya.
-tong-pay itu tidak adil, baik kau dengarkan penuturanku. Ketua kami dari Bu-tong-pay telah
lenyap, murid-murid kami melihat sekelebatan bayangan yang menculik ketua kami
adalah seorang lengan buntung.
yang mengenaskan di dalan hutan itu, di kaki gunung Lu-liang-san. Bukti lain, ketua
Kun-lun-pay dan Thay-san-pay juga telah binasa.
menyatakan betapa engkau begitu sombong, Sung Tiang Le. Sekarang kami telah
Tiang mengerutkan alisnya. Benar-benar hebat. Orang jahat yang sudah melakukan
kejahatan-kejahatan ini sengaja memakai namanya dan mengadu domba, lagi mudah
Istana Hantu - Halaman 232
232 yoza collection diduga bahwa orang itu tentu berilmu tinggi. Kalau tidak, masakan ia dapat menculik
ketua partai-partai besar demikian mudah.
Cuwi sekalian, dengarkanlah keteranganku. Ini tentu ada orang jahat yang hendak
mengadu domba. Kalau memang cuwi percaya kepadaku berikanlah aku waktu untuk
melakukan perbuatan yang cuwi
tuduhkan kepadaku, namun karena orang jahat itu sengaja mencemarkan namaku dan
partai Tiang-pek-pay, sudah barang tentu, aku tidak akan tinggal diam!
, bahwa aku Sung Tiang Le bersumpah untuk membantu cuwi memecahkan persoalan
yang sengaja memang dilakukan oleh orang jahat untuk merusak namaku dan
mengadu domba! Aku Sung Tiang Le, akan menghadapi cuwi sekalian dan tidak mundur setapakpun.
-benar sombong sekali. Apa kau kira aku tidak sanggup
-san-pay dengan marah lalu melangkahkan kakinya
maju, pedangnya dikelebatkan di depan muka Tiang Le, akan tetapi yang sungguhsungguh menyerangnya adalah tangan kirinya mencengkeram ke pundak Pendekar
Lengan Buntung itu. Tiang Le tersenyum pahit. Tidak menangkis atau mengelak, terdengar bunyi kain
robek disusul oleh seruan kaget dari Bwe Lan yang siap hendak menerjang tokoh Thaysan-pay ini. Namun belum lagi ia bergerak, Lung Nam Taysu mengangkat tangann}a
memberi isyarat kepada Bu Ci Goat untuk tidak menyerang.
memusuhi Tiang-pek-pay, akan tetapi kau tadi sudah bersumpah untuk menyelidiki
persoalan ini dan membongkar tentang pembunuhan atas ketua-ketua partai besar.
a Lung Nam Taysu tosu dari Kun-lun-pay yang cerdik
ini. Ia tahu bahwa pihaknya belum tentu dapat mengalahkan Sung Tiang Le dan anak
isterinya yang lihai-lihai ini. Maka ia mengambil siasat yang jitu.
Karena ia tahu kalau persoalan ini diambil dengan jalan kekerasan, belum tentu
mereka dapat menawan Tiang Le, malah jangan-jangan dari pihaknyalah yang
Istana Hantu - Halaman 233
233 yoza collection berjatuhan banyak korban. Tadi mendengar Tiang Le bersumpah untuk menyelidiki
perkara ini, ia lantas ber kata:
-partai besar ini dan membawanya
-sama cuwi h tua di dalam hutan itu dan menyelidikinya. Akan tetapi awaslah kau Tiang Le, kalau kau
tidak berhasil membongkar tentang penculikan dan pembunuhan ini, kami tiga partai
besar akan menyerbu Tiang-pek-ong Ma
Ek. Lan mempelototi matanya memandang tokoh Bu-tong-pay ini.
Menurut hatinya ingin sekali ia menggempur orang-orang ini, akan tetapi Tiang Le
sudah berkata kepadanya, -moay, tenanglah. Urusan ini sungguh sangat ruwet sekali. Biar aku akan turun
-koko, aku harus ikut, kalau kau kenapa-kenapa, tidak
ada yang tahu. Biarlah aku ikut bersamamu. Biar Hong Kwi bersama A Toan dan Su
Melihat betapa tak mungkin memang ia meninggalkan Bwe Lan, lalu Tiang Le
Kemudian ia berkata kepada A Toan,
-lopek, kau pimpinlah partai kita. Sebelum aku kembali jangan turun gunung
-cu, mudah-mudahan perkara ini boleh beres dan dapat segera
an untuk berpelesiran, ada
Istana Hantu - Halaman 234
234 yoza collection yang membentak adalah Bwe Lan.
Memang hanya dengan ibunya Hong Kwi merasa segan dan takut. Maka dengan
bersungut-sungut pergilah ia memasuki gedungnya.
Demikianlah, tiga hari Tiang Le dan Bwe Lan turun gunung, tahu-tahu Hong Kwi
juga sudah turun gunung bersama Wang Ie dan mereka hanya menitipkan surat kepada
A Toan dan Su Hian. Sudah barang tentu, ke dua orang kakek ini hanya menghela napas berat saja
karena mereka tidak dapat mencegah kepergian Hong Kwi. Lagi mereka tak perlu
berkuatir karena sesungguhnya kepandaian Hong Kwi jauh lebih tinggi dari pada
mereka. Karena Hong Kwi sudah mewarisi ilmu silat tinggi dari ayah bundanya!
Akan tetapi yang membuat mereka heran, mengapa Wang Ie juga turun gunung"
Untuk apakah anak itu. Heran! Memang sikap pemuda itu sangat aneh sekali, lebih-lebih
pada akhir-akhir ini! Demikianlah seperti yang telah diceritakan di bagian depan Wang Ie dan Hong Kwi
bertemu dengan Nguyen Hoat, akhirnya Wang Ie mengambil jalan sendiri karena
hatinya merasa tidak enak benar apabila mengenang sikap Hong Kwi dan Nguyen Hoat
yang kelihatannya begitu akrab.
Dan, ini membuat ia merasa tidak senang melihat keakraban itu. Entah kenapa!
ooOOoo Kurang lebih duapuluh lima orang yang terdiri dari orang-orang Kun-lun-pay, Thaysan-pay dan Bu-tong-pay telah sampai di sebuah rumah tua di tengah-tengah hutan
kecil itu. Tiang Le dan Bwe Lan harus mengakui bahwa rumah tua ini sangat
menyeramkan sekali keadaannya.
Beramai-ramai mereka memasuki rumah tua yang amat menyeramkan itu. Rumah
itu bertingkat dua, di dalamnya penuh dengan kabang-kabang dan debu yang tebal di
atas meja, menandakan sebuah rumah yang tidak lagi berpenghuni. Sampai ke
belakang-belakang rumah itu Tiang Le dan tokoh-tokoh partai persilatan lainnya
menyelidiki keadaan rumah tua ini.
Di belakang rumah tua itu, terdapat sebuah telaga. Sunyi sekali suasana di tempat
ini. Rumput-rumput dan alang-alang tumbuh tinggi dan pohon-pohon besar yang
terdapat di situ penuh dengan kelalawar hitam, membuat keadaan di tempat itu sangat
menyeramkan! Istana Hantu - Halaman 235
235 yoza collection Air telaga yang sudah hampir mengering karena tidak turun-turun hujan,
menampakkan dasarnya sudah penuh lumpur. Di atas pohon yang rimbun daunnya itu
banyak sekali terdapat sarang laba-laba, daun-daun kering beterbangan di tanah.
Sangat kotor sekali keadaan di tempat ini.
Tiang Le" Lihatkah kau tadi rangka-rangka manusia yang berserakan di halaman
gedung itu. Ketua kami terdapat tergantung di
Tiang Le dengan curiga. Le" Buat apa bersandiwara seperti ini" Kau hendak menyelidiki apakah, rumah ini sudah
Kemudian mereka berdiam diri di tempat itu. Masing-masing menyelidiki keadaan
rumah tua yang sangat menyeramkan ini.
Kun-lun Sam-lo-jin, tiga orang kakek Kun-lun-pay yang masih merasa penasaran
memasuki lagi rumah tua itu dengan pedang di tangan. Akan tetapi belum lama mereka
masuk, tiba-tiba terdengar jeritan kematian mereka dari dalam rumah tua itu.
Mendengar ini Tiang Le dan Bwe Lan, disusul pula oleh banyak orang berkelebat
masuk ke dalam. Apa yang mereka lihat"
Sungguh membuat bulu roma berdiri. Tiga orang kakek dari Kun-lun telah didapati
mati dengan seluruh muka hitam dan hangus.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa keras mengakak sepe
ha-ha, bagus Sung Tiang Le telah berkunjung ke istana hantu. Manusia she Sung lekas
kau berlutut dan menghormat kepada ThayTiang Le dan orang-orang gagah yang lainnya menoleh ke belakang. Alangkah
kagetnya mereka ketika tiba-tiba tembok yang sebelah kiri itu bergetar hebat dan
terbuka seperti pintu rahasia.
Tiba-tiba dari balik tembok yang penuh kabang-kabang itu muncul banyak orang
yang keadaannya sangat menyeramkan!
Istana Hantu - Halaman 236
236 yoza collection asuk untuk berkunjung ke -riapan memegang tombak berkata
mempersilahkan Tiang Le dan orang-orangnya untuk masuk.
Semua orang tua di situ saling pandang dengan heran. Tiang Le tak dapat menahan
kemarahannya lagi. Tentu orang-orang ini yang barusan membunuh Kun-lun Sam-lojin! Akan tetapi
mengapa begitu mendadak kejadiannya" Siapakah orang yang di balik tembok itu"
-lun Sam-lomemandang tajam orang yang berambut riap-riapan itu.
-bengcu Yang Mulia mengundang
kalian untuk masuk ke Istana. Siapa kami tentu saja pelayan-pelayan Istana Hantu. Nah,
Tiang Le memandang kepada Bwe Lan.
teriak Bu Ci Goat mengajak orang-orangnya untuk masuk ke ruang dalam.
Tokoh dari Thay-san-pay ini merasa curiga kepada orang-orang di dalam itu.
Jangan-jangan orang-orang inilah yang telah mencelakakan ketua mereka.
Siapa tahu, karena kalau diingat mereka mendapatkan mayat ketua mereka
tergantung di depan rumah itu. Karena merasa curiga dan penasaran, tokoh Thay-sanpay ini sengaja berjalan duluan. Akan tetapi terlebih dahulu, Tiang Le telah mencelatnya
dan mencegah tokoh Thay-san-pay ini bertindak.
-tayhiap, nanti dulu! Urusan tentang kematian ketua kalian adalah urusanku, oleh
sebab itu baiklah aku yang bertanggung jawab dalam hal ini. Harap cuwi sekalian
meninggalkan tempat ini dan kembali ke Kun-lun-san untuk mengabarkan kematian
Kun-lun Sam-lodengan matanya.
Tentu saja Giam-ong Ma Ek yang cerdik dapat menangkap arti perkataan Pendekar
Lengan Buntung ini dan lekas-lekas ia berkata,
demikian Giam-ong Ma Ek menarik tangan Bu Ci Goat dan memerintahkan kepada anak
buahnya untuk keluar dari rumah tua ini.
Sedangkan Tiang Le dan Bwe Lan sudah mencelat maju masuk ke dalam balik
tembok tua itu, yang bergeser kembali dan menutupi pintu rahasia itu.
Istana Hantu - Halaman 237
237 yoza collection Sampai di dalam ruangan itu, alangkah kagumnya hati Tiang Le dan Bwe Lan,
ternyata mereka berada di sebuah ruangan yang sangat megah sekalian keadaannya
diduga tentu inilah ruangan di bawah tanah dari rumah tua yang tadi mereka masuki.
Entah gedung apa ini namanya.
Tiba-tiba sebuah tembok di depan terbuka. Nampak seorang pemuda tampan,
berusia sekitar duapuluh lima tahun berdiri di atas singgasana sambil memegang
sebuah tongkat yang berwarna hitam. Orang muda itu, nampak sangat berwibawa
sekali. Di kiri kanan muda itu berdiri dua orang kakek yang rambutnya riap-riapan panjang
sebatas paha, yang sebelah kiri si kakek mata satu. Senjatanya terbuat dari tombak,
dan seorang kakek lagi yang rambutnya juga riap-riapan menutupi mukanya, berlengan
buntung. Melihat kakek ini, berdebar dada Tiang Le.
Akan tetapi yang membuat ia terheran-heran ialah melihat betapa Bu-tek Sianli
dan Te Thian Lomo, Thay-lek-hui-mo, dan Nakayarinta juga sudah berada di tempat itu
dengan sikap yang menghormat kepada orang muda ini. Di antara mereka yang tidak
berlutut hanyalah kakek Nakayarinta itu.
Tokoh ini datang dari India dan ia merasa, dirinya sendiri juga seorang raja,
sedangkan di sebelah kiri orang muda yang berwajah agung dan angker itu nampak
pula Kwan-tiong Tok-ong yang hanya memberi hormat seperti seorang beragama


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Budha memberi hormat, merangkap kedua tangan di depan dada sambil menjura, dan
nampak ia berlutut dan duduk seperti orang bersila.
Orang muda itu adalah Thay-bengcu, duduk di atas kursi gading yang terbuat dari
ukiran emas yang berkilauan dan indah sekali, pakaiannya juga mewah dan mentereng.
Tidak jauh dari dua orang kakek itu, terdapat enam orang gadis-gadis cantik menjaga
segala keperluannya. Akan tetapi yang membuat Tiang Le dan Bwe Lan kaget setengah mati melihat
betapa gadis-gadis itu berdiri di samping kanan dan kiri orang muda itu tak bergerak,
nampak wajahnya sayu dan kehilangan sinar kegembiraannya.
Agak jauh dari tempat duduk Thay-bengcu berbaris pengawal yang terdiri dari
orang-orang muda yang juga berkeadaan seperti patung, ada kurang lebih limabelas
orang. Ada yang memegang tombak, toya dan golok ruyung dan penggada. Sikap
mereka angker sekali dan berdiri tegak dalam sikap menghormat dan takut.
Di bagian ruangan yang tampak dari sini nampak pula barisan-barisan pengawal
yang terdiri dari kakek-kakek tua yang berpakaian tidak keruan. Ada yang tambal-
Istana Hantu - Halaman 238
238 yoza collection tambalan, ada yang bercelana pendek, akan tetapi mereka inipun berdiri dengan sikap
yang menghormat. Seorang dari barisan orang-orang muda yang duduk tidak jauh dari Thay-bengcu
-bengcu yang mulia! Sung Tiang Le dan
isterinya dari Tiang-peks! Hadapkan mereka kehadapanku, orang muda itu nampak puas sekali dan
matanya memancar berseri-seri.
Tiang Le dan Bwe Lan maju ke depan. Melihat keangkeran orang muda ini, hatinya
menjadi terkejut sekali. Ia memperhatikan tulisan yang bertulis di atas bangku
singgasana yang diduduki orang muda itu berbunyi demikian,
sedangkan di sebelah kiri dan kanan masing-masing bertulisan dengan huruf-huruf
emas yang indah kata-kata:
Begitu pandangan matanya terbentur dengan tatapan orang muda yang
menamakan dirinya Thay-bengcu ini, Tiang Le dan Bwe Lan terkejut sekali. Karena dari
tatapan pemuda itu, sudah nampak mencerminkan tenaga khi-kang yang luar biasa!
Thay-bengcu memandang ke arah Bwe Lan dengan kening berkerut dan lalu ia
menoleh ke kiri dan bertanya kepada Bu-tek Sianli dengan suara yang penuh wibawah:
-limengikut Pendekar Lengan Buntung Sung Tiang Le,
menghormat. -tek Sianli dengan sikap Thay-bengcu menganggukkan kepalanya. Dan kini menatap Sung Tiang Le. Ia
tersenyum mengejek waktu tatapannya bertemu dengan sinar mata pemuda itu.
Hantu dan berada di bawah kekuasaan Thay-bengcu Yang Mulia. Lekas kau berlutut dan mengakui dosaNakayarinta si kakek muka hitam menggerak-gerakan tongkatnya memandang
Tiang Le dan Bwe Lan berganti-ganti.
idak mengerti apakah artinya persidangan
ini dan tidak tahu pula mengapa aku di suruh menghadap. Juga aku belum tahu
Istana Hantu - Halaman 239
239 yoza collection Tiba-tiba Butelah mengobrak abrik Sian-li-pay dan membawa lari muridku, apakah kau hendak
menyangkal dihadapan Thay-tek Sianli, apa maksudmu" Siapa Thay-bengcu adalah pemimpin besar kami dalam dunia
persilatan, hay ular cobranya dan menekan pundak Tiang Le untuk berlutut.
Pemuda ini mengibaskan tangannya ke arah tongkat sambil berkata:
Baik Tiang Le maupun Nakayarinta, pemegang tongkat itu menjadi terkejut akan
akibat pertemuan tongkat dengan tangan.
Tiang Le merasa tangannya bergetar, demikian besar tenaga lwekang yang
disalurkan dalam tongkat tadi. Akan tetapi sebaliknya pendeta dari Anapurna ini
menjadi terkejut sekali karena tongkatnya telah terpental mundur setelah kena dikibas
oleh tangan Tiang Le. Kemudian Pendeta ini maklum bahwa di dunia kang-ouw jarang ada orang yang
kuat menangkis tongkatnya hanya dengan kibasan tangan belaka, maka tidak anehlah
ia terheran-heran melihat tongkatnya ditangkis oleh tangan kiri Pendekar Lengan
Buntung ini yang masih begini muda usianya. Namun ia menjadi penasaran dan malu
maka tanpa banyak cakap ia lalu menyerang Tiang Le dengan tongkat hitamnya!
Tiang Le menjadi sibuk sekali. Dari angin pukulan tongkat, tahulah ia bahwa ia
menghadapi seorang yang berilmu tinggi.
Melihat bahwa kakek tua hitam bongkok ini sudah melancarkan serangan bertubitubi dan lagi ia melihat betapa Bu-tek Sianli dan Te Thian Lomo sudah bangkit berdiri
siap untuk mengeroyoknya, diam-diam Pendekar ini sangat kuatir sekali akan
keselamatan isterinya, menghadapi seorang kakek Nakayarinta saja sudah demikian
hebatnya, apalagi bila orang-orang ini turun tangan, akan celaka dia!
yang amat lihai itu. menyambarnya pedang yang berkelebat menusuk leher Tiang Le. Yang menyerang ini
adalah Bu-tek Sianli. Istana Hantu - Halaman 240
240 yoza collection Kini Tiang Le mengeluh benar. Apalagi ketika ia mendengar bentakan Bwe Lan yang
sudah mengeluarkan senjata pula melawan Te Thian Lomo dan Thay-lek-hui-mo.
Kini baru menghadapi seorang kakek muka hitam saja ia sudah dibuat sibuk dan
merupakan lawan yang cukup berat. Tiba-tiba baru saja ia bendak bergebrak dengan
jurus-jurus Tok-pik-kun-hoat, terdengar suara tepukan tangan tiga kali dan tahu-tahu
para penyerangnya sudah mengundurkan diri ke tempat masing-masing.
Tiang Le dan Bwe Lan saling berhadapan dengan senjata di tangan memandang
ke arah orang muda yang disebut Thay-bengcu itu.
itulah yang merupakan kegemaranku untuk bersekutu dengan para orang gagah di
dunia ini. Kau adalah tamuku, akan tetapi juga setelah masuk ke Istana Hantu, kalian
-bengcu. locianpwe di sini hendak menangkap kami. Padahal kami tidak pernah mempunyai
permusuhan apa-apa dengan para cianpwe di sini, sehingga kami berkehendak datang
kehadapan cianpwe. berlaku kurang adil dan tidak tahu kesopanan, menyerang seorang tamu yang telah
datang menghadap dengan baik-baik. Nah,
sebagai seorang tamuku yang baik, mari kupersilahkan kau duduk dan terimalah
Orang muda yang dipanggil Thay-bengcu tersenyum memperlihatkan sederetan
gigi yang putih bersih teratur. Dalam bersenyum seperti itu, kagum juga hati Tiang Le
dan Bwe Lan melihat ketampanan pemuda ini.
Entah siapa orang muda tampan ini sehingga dalam usia yang masih amat muda
itu, kelihatannya sangat disegani oleh orang-orang gagah di tempat ini. Tiang Le
mengangkat tangannya di depan dada seperti orang memberi hormat dan berkata,
apakah kiranya Belum lagi Thay-bengcu menjawab, tiba-tiba Nakayarinta maju ke depan dan
hendak mencengkeram pundak Tiang Le. Pemuda itu cepat menggeser kakinya dan
mengelak. Nakayarinta membentak keras:
Istana Hantu - Halaman 241
241 yoza collection pat ini adalah untuk membuat
pengakuan bahwa kau kini berada di tangan Thay-bengcu adalah pemimpin besar kami dalam partai persilatan. Di dalam
urusan dunia kang-ouw, Thay-bengcu yang mengatur dan mengepalai seluruh orangorang gagah di seluruh Tiongkok. Dan ia mempunyai wewenang yang tinggi dan segala
perintahnya tidak boleh diganggu gugat.
-bengcu, tokoh di daerah Utara dan Selatan
sudah setuju tentang pengangkatan ini. Tinggal para ciangbunjin dari partai-partai besar
saja yang harus mengesahkan. Sengaja kami mengundang kemari, untuk mensahkan
ThayTiang Le melirik ke arah orang muda yang disebut beng-cu oleh meceka. Ia
mempunyai pandangan tajam dapat menduga bahwa orang muda yang menjadi Thaybengcu itu tentulah seorang pemuda sangat tinggi ilmu silatnya.
Dari pandangan mata yang penuh hawa sin-kang itu saja sudah menandakan
bahwa orang ini mempunyai kepandaian tinggi. Kalau tidak masakan Bu-tek Sianli,
Nakayarinta dan lain-lainnya takluk kepada orang muda, ini hebat!
Kalau Bwe Lan tidak pernah tertarik akan urusan ini, adalah Tiang Le. Sungguh
sebuah persoalan yang luar biasa sekali. Ia mengenal siapa-siapa berada di Istana
Hantu ini. Dari Bu-tek Sianli saja dapat dibuktikan betapa pihak ini adalah sudah menempuh
jalan hitam yang telah terkenal dengan segala kejahatannya. Akan tetapi karena orang
macam Bu-tek Sianli ini selalu tidak puas akan hidupnya, maka sejak partai Sian-li-pay
yang dipimpinnya ambruk oleh sebab tindakan Pendekar Lengan Buntung Sung Tiang
Le maka ia lalu bersekutu dengan orang-orang segolongan dengannya, seperti
Nakayarinta, Te Thian Lomo, Thay-lek Hui-mo dan keluarga Kwan-tiong Tok-ong.
Dan juga karena munculnya seorang pemuda lihai menamakan dirinya Thaybengcu dan sebagai pay-cu Istana Hantu, maka orang-orang semacam Bu-tek Sianli ini
terus saja menggabungkan diri.
Sehingga kumpulan kaum hek-to ini semakin kuat saja, dan mereka ini dengan
berbagai cara sudah menaklukan orang-orang gagah untuk masuk sekutunya. Hanya
beberapa partai besar saja, seperti Kun-lun-pay, Siauw-lim-pay, Bu-tong-pay dan Hoasan-pay belum mengakui berdirinya Istana Hantu ini dan diam-diam mereka
menentangnya dan tidak sudi bersekutu dengan orang-orang Istana Hantu.
Istana Hantu - Halaman 242
242 yoza collection Sesungguhnya tujuan pergerakan Istana Hantu ini, bukan saja hendak menaklukan
orang-orang gagah di seluruh daratan Tiongkok, melainkan juga mempunyai maksud
yang di luar dugaan Pemerintah Mongol. Diam-diam Thay-bengcu itu menyusun
kekuatan dan suatu ketika kelak, apabila kaum dunia persilatan ini sudah berada di
bawah kekuasaannya, baginya betapa mudahnya meruntuhkan kerajaan Cin yang
dibawah kekuasaan bangsa Mongol itu.
Oleh sebab itulah, sengaja memang Thay-bengcu ini memanggil semua orangorang gagah dan menaklukannya, tak terkecuali Pendekar Lengan Buntung sekalipun.
-bengcu ini mendengar akan kehebatan ilmu silatmu,
maka ia hendak mengulurkan kerja sama yang baik dan persahabatan yang erat untuk
kepentingan kang-ouw dan mengusir penjajah tanah air kita. Jikalau kau telah masuk
ke dalam sekutu kami mudah saja untuk bersahabat dengan partai-partai besar
dingin, ia dapat meraba ke mana tujuan pembicaraan Nakayarinta tadi. Ia hendak
diperalat untuk menghubungi tokoh-tokoh partai persilatan.
Gila! Kalau orang-orang ini sudah menguasai seluruh orang-orang gagah di kolong
langit ini. Betapa akan berbahaya sekali dan ketentraman dunia tidak akan dapat
dipertanggung jawabkan. Apalagi cita-cita orang Istana Hantu ini hendak
menumbangkan pemerintahan Cin, alangkah berbahayanya!
Karena urusanku tentang politik yang menjadi tujuan kalian, bukanlah urusanku dan
kami pihak Tiang-pek-pay tidak ingin turut campur. Akan tetapi satu hal yang sengaja
memang kami datang ke tempat ini hendak bertanya,
-lun-pay, ButongBerkata demikian, Tiang Le memandang tajam ke arah seorang kakek yang
rambutnya riap-riapan menutupi mukanya sehingga wajah itu tidak terlihat dengan
jelas akan tetapi lengan yang buntung sebatas pundak itu, membuat Tiang Le dan Bwe
Lan menjadi curiga dan memandangnya dengan tajam.
Tiba-tiba kakek yang dicurigainya itu tertawa bergelak-gelak dan sepasang
matanya yang tajam seperti matahari mau menyapu pandangan Tiang Le dan Bwe Lan,
suaranya yang serak terdengar bergelombang.
-ha-ha Sung Tiang Le. Rupanya itu maksud kedatanganmu ke tempat ini" Aku
yang berbuat memang, aku yang bertanggung jawab. Betul, aku yang menculik ketuaIstana Hantu - Halaman 243
243 yoza collection ketua partai Bu-tong-pay, Thay-san-pay dan Kun-lun-pay, karena mereka itu manusiamanusia sombong yang tidak mau bersekutu dengan kami.
kawannya itu, nasibmu akan seperti mereka. Kau akan kami gantung di depan rumah
tua itu dan sengaja menjadi umpan binatang buas!
dapat keluar dari Istana Hantu dalam keadaan bernyawa, dan orang-orangmu di TiangpekAkan tetapi makian Tiang Le ini disambut oleh suara ketawa dari Thay-bengcu.
Suara ketawanya halus dan merdu seperti suara wanita saja, membuat Tiang Le dan
Bwe Lan menoleh dan memandang marah kepada orang itu.
k Cu, kau layanilah manusia lengan buntung itu. Ingin kusaksikan
sampai di mana kehebatannya seperti yang diceritakan oleh Bu-tek Sianli dan
Melihat Tiang Le hendak bertempur dengan kakek lengan buntung yang rambut
nya riap-riapan ini, Bwe Lan mengeluarkan sabuk sutera merahnya dan siap hendak
menerjang si kakek, namun suara Bu-tek Sianli terdengar bergema di ruangan itu
a perdulinya -ha-ha! Bubengcu tertawa memperlihatkan giginya yang putih rapih.
- Bu-tek Sianli buru-buru berlutut dan menganggukkan kepalanya.
ngat hubungan hamba dengan bekas murid
-pikkiam-bengcu ini biarpun terdengar
nyaring dan bersih seperti suara wanita, akan tetapi sangat berwibawa dan merupakan
ultimatum yang harus dipatuhi oleh orang-orang Istana Hantu ini. Bong Kek Cu sendiri
berlutut dan menghampiri Tiang Le.
Istana Hantu - Halaman 244
244 yoza collection Tahu bahwa kakek buntung inilah yang telah menodai namanya, maka tanpa
banyak cakap lagi, Tiang Le telah mengerakkan tubuhnya. Dan tanpa dapat diduga oleh
Bong Kek Cu, lebih dulu ia mengirim pukulan ke arah pundak kakek buntung ini.
Kakek yang pernah mendengar akan kehebatan si Pendekar Lengan Buntung ini,
tentu saja cepat mengelak ke kiri dan membalas menangkis dengan tangan kanannya
dengan sekuat tenaga. Biarpun Bong Kek Cu mengerahkan tenaga Tin-yo-kang dalam tangkisannya ini,
namun tetap saja ia terhuyung beberapa langkah ketika hawa pukulan Tiang Le
mendorongnya. Ia benar-benar merasa heran sekali, juga terkejut karena secara aneh
sekali pemuda lengan buntung itu kembali telah menyerangnya.
-tek Sianli yang merasa panas sekali
hatinya telah membentak dari samping dan sinar hitam yang menyilaukan mata
meluncur ke arah punggung Tiang Le dari belakang.
Tiang Le terpaksa menarik kembali serangannya terhadap Bong Kek Cu dan
membalikkan tubuh. Ia melihat serangan tongkat nenek Bu-tek Sianli hebat juga
sedangkan tongkat hitam itu sendiri membikin ia agak jeri.
Tiang Le maklum bahwa tongkat yang di tangan Bu-tek Sianli itu bukanlah
sembarang tongkat biasa melainkan sebuah tongkat hitam berisikan sebuah pedang
pusaka yang ampuh. Pedang Pek-liong-pokiam yang ampuh sekali dan tak boleh dibuat
main-main. Datangnya serangan tongkat hitam si nenek ini iapun mengelak ke kiri dan
melangkah mundur. Bu-tek Sianli mendesak, sedangkan Bong Kek Cu juga mengirimkan
pukulan Tin-yo-kang dari samping bertubi-tubi.
Serangan ini sebenarnya tidak membingungkan hati Tiang Le, akan tetapi yang
membikin ia gugup dan berkawatir sekali adalah begitu didengarnya Bwe Lan juga
sudah bergebrak menyerang Bu-tek Sianli.
Kini melihat betapa isterinya sudah mulai bertempur, Tiang Le bersilat mendekati,
ia bersiap-siap untuk menolong isterinya akan tetapi tentunya kalau hanya melayani
Bu-tek Sianli, Bwe Lan memang sudah dapat menandingi Nenek ini.
Bukan saja karena memang kepandaiannya itu bersumber dari ilmu silat bekas
gurunya ini, namun juga selama ini Bwe Lan sudah melatih diri dengan ilmu silat Tiang
Le yang bernama Tok-pik-kun-hoat sehingga walaupun tidak selihai waktu dimainkan
oleh Tiang Le, namun nyonya ini cukup membuat nenek Bu-tek Sianli menjadi terkejut
dan heran! Istana Hantu - Halaman 245
245 yoza collection Jilid 9 EMENTARA itu Thay-bengcu yang duduk di singgasana kursi kebesaran itu
sampai berdiri melihat Tiang Le dan Bwe Lan bersilat. Ia benar-benar terkejut
dan heran menyaksikan betapa Pendekar Lengan Buntung itu dapat
menandingi Bong Kek Cu dan Nakayarinta yang terkenal dengan tokoh-tokoh kelas
berat. Sampai hampir limapuluh jurus itu ia melihat betapa Bong Kek Cu dan Nakayarinta
belum dapat mengalahkan Tiang Le. Pemuda yang menamakan dirinya Thay-bengcu
ini berseri-seri wajahnya menyaksikan jalannya pertempuran yang luar biasa ini.
Para pengawal yang tadinya berdiri tegak dan gagah di kiri kanan Thay-bengcu,
segera bergerak dan mengurung tempat itu. Dan merupakan pagar hidup yang kokoh
kuat setiap waktu akan bergebrak turun mengeroyok Pendekar Lengan Buntung yang
mengagumkan ini. Sedangkan isteri Pendekar Lengan Buntung yang gagah ini nampak bersilat
memainkan sabuk suteranya didesak oleh Bu-tek Sianli dan dua orang kakek yang telah
turun gelanggang atas perintah Thay-bengcu.
Dua orang kakek yang mengeroyok Bwe Lan adalah Thian-beng Sin-kun dan
seorang kawannya, yakni seorang tosu (pendeta menganut agama To) yang berambut
panjang bernama Pok Siok Say-ong.
Tosu ini adalah seorang pendeta perantau dari pegunungan Go-bi-san dan ilmu
silatnya juga berdasarkan ilmu silat Go-bi-pay, hanya sudah banyak berubah karena dia
sesungguhnya bukanlah murid asli dari Go-bi-pay.
Pok Siok Say-ong adalah seorang tokoh dari Go-bi-pay yang telah terjun ke dunia


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hitam dan menganut agama sesat, yang bernama agama Ngo-kauw, (lima
kepercayaan). Dua orang kakek ini Thian-beng Sin-kun dan Pok Siok Say-ong terkenal
sekali akan ilmu pedang dan tongkat, mereka bergebrak maju mendesak Bwe Lan
membantu Bu-tek Sianli. Namun Liang Bwe Lan adalah isteri Pendekar Besar Sung Tiang Le yang terkenal
akan ilmu silatnya yag bernama Tok-pik-kun-hoat dan Gerak Tangan Kilat yang luar
biasa. Meskipun ia belum memahami seratus persen akan tetapi baru tiga bagian saja,
hebatnya bukan main! Istana Hantu - Halaman 246
246 yoza collection Sehingga Bu-tek Sianli menjadi penasaran dan marah, bercampur malu karena
sampai hampir limapuluh jurus lebih ini ia belum mampu merobohkan bekas muridnya
ini, terlalu! Biarpun dikeroyok oleh tiga orang yang mempunyai kepandaian tingkat tinggi ini,
Bwe Lan tidak merasa gentar sedikitpun. Ia mainkan sabuk suteranya laksana ular
merah yang gesit dan lincah.
Kadang-kadang yang membuat ketiga lawannya ini keder dan ngeri adalah
gebrakan-gebrakan tangan kiri nyonya ini yang luar biasa sekali dahsyatnya membuat
tongkat hitam di tangan Bu-tek Sianli tergetar hebat apabila terserempet angin pukulan
tangan kiri bekas muridnya.
Malah dalam tujuhpuluh jurus itu, Pok Siok Say-ong yang memandang ringan akan
gerakan tangan kilat lawannya, membuat pendeta ini bergerak agak lambat dan pada
saat itu pula sebuah sodokan tangan kiri Bwe Lan yang dimiringkan bergerak cepat
menyambar lambung si pendeta.
Keruan saja menyaksikan kecepatan tangan ini, Pok Siok Say-ong terkejut sekali
dan karena tidak dapat menghindarkan diri lagi, terpaksa ia mengangkat tangan kirinya
menangkis. -ong terpelanting ke belakang, pada saat
itu sebuah sabuk sutera merah menyambar dengan dahsyatnya.
-ong, keruan saja pendeta ini mengeluarkan keringat dingin dan terasa napasnya sesak, gerakan semakin
lambat. terjengkang ke belakang dan muntahkan darah segar.
Pada saat itu Bwe Lan menggerakkan sabuknya hendak menghabisi nyawa si
pertapa sesat ini, namun sebuah gerakan yang halus dan bau anyir telah menyegat
hidungnya. Tahu-tahu Kwan-tiong Tok-ong telah mempergunakan senjatanya yang
dinamakan Cap-tok-mo-jiauw (Sepuluh cakar setan beracun) dan telah mulai
menyerangnya! Melihat munculnya Kwan-tiong Tok-ong ini, Tiang Le yang pernah merasai kelihaian
si Raja Racun keruan saja memberi peringatan kepada isterinya sambil bergebrak
menggunakan gerak tangan kilat menghantam dada Nakayarinta.
-moay, hati- Istana Hantu - Halaman 247
247 yoza collection Tentu saja biarpun tidak diperingatkan oleh suaminya, Bwe Lan telah dapat
menduga akan senjata yang aaeh ini. Dan buru-buru ia masukkan pil merah ke
mulutnya untuk menghindarkan rasa amis dan muak dari sepasang senjata tangan
yang berbau amis bukan main itu.
Datangnya Kwan-tiong Tok-ong ini Bwa Lan mempercepat gerakannya. Sekarang
ia mainkan sabuk sutera dan tok-pik-kiam-hoat pada tangan kirinya yang kadangkadang bagaikan geledek menyambar tangannya bergerak menggunakan jurus-jurus
ilmu silat yang maha dahsyat!
Sebagai ahli silat kelas tinggi, mencium bau yang keluar dari sepasang cakar setan
itu maklumlah nyonya ini bahwa ia menghadapi senjata beracun yang berbahaya dan
hebat. Pula dilihat dari cara bersilat si Raja Racun ini diam-diam Bwe Lan mengeluh.
Tak disangkanya sama sekali bahwa kedatangannya ke tempat ini justru mencari
kayu penggebuk dan mencari kematian sendiri. Siapa sangka justru di tempat ini
muncul tokoh-tokoh kaum hek-to yang benar-benar bagaikan iblis-iblis bermunculan di
siang hari. Kini menghadapi Bu-tek Sianli, Thian Beng Sin-kun dan Kwan-tiong Tok-ong.
Bwe Lan sibuk sekali. Dari angin pukulan tangan cakar setan itu saja, tahulah ia
bahwa ia menghadapi seorang yang berilmu tinggi. Akan tetapi melihat betapa
kedudukkannya sekarang ini amat terjepit dan sukar untuk meloloskan diri, Bwe Lan
bersilat dan mengamuk hebat!
Sementara itu Tiang Le didesak hebat oleh Nakayarinta, Bong Kek Cu dan Te Thian
Lomo dan Thay-lek-hui-mo yang sudah mengurung pula, membuat ia benar-benar
menjadi sasaran sibuk dan terdesak mundur. Betapapun saktinya Sung Tiang Le, kini di
keroyok oleh tokoh-tokoh hitam tingkat tinggi membuat ia sukar untuk bergerak banyak.
Apalagi menghadapi tongkat di tangan pendeta dari Anapurna yang hebatnya
bukan main ini membuat ia menjadi kewalahan. Dan hampir saja pundaknya
terserempet tongkat di tangan Te Thian Lomo kalau saja ia tidak buru-buru mengelak
dan membalas dengan pukulan gerak tangan kilat yang luar biasa dahsyatnya.
Menghadapi pukulan yang merupakan kilat menyambar ini, tak keburu bagi Te
Thian Lomo untuk menangkis. Keruan saja lambungnya telah terhantam angin pukulan
tangan kiri Tiang Le yang dahsyat.
-layang putus talinya, tubuh Te Thian Lomo terpental jatuh
ke dekat Thay-bengcu. Tiang Le yang merasa penasaran dan masih sakit hati oleh
musuh besarnya ini, bergerak cepat berkelebat menyusul tubuh Te Thian Lomo
mengirim pukulan maut untuk yang kedua kalinya.
Istana Hantu - Halaman 248
248 yoza collection yang bernama Thay-bengcu itu yang telah mencelat dan menangkis pukulan Tiang Le.
Tiang Le terkejut bukan main, tiga pukulan mautnya hanya dapat ditangkis dengan
tangan kiri dan tidak menimbulkan reaksi, malah dari telapak tangan yang kecil halus
itu ia merasa menghantam benda yang lunak dan dingin sehingga tiga pukulannya
amblas ke dasar lautan yang dalam.
Dan sikutnya terasa kesemutan. Tahulah Tiang Le bahwa orang muda ini benarbenar memiliki ilmu kepandaian sin-kang luar biasa. Begitu ia menoleh, pemuda tampan
tersenyum mengejek dan berkata sambil duduk kembali di bangku kebesarannya.
Tiang Le merasa penasaran dan mendongkol bukan main. Begitu datangnya dua
serangan dari Nakayarinta dan Te Thian Lomo, ia menggunakan langkah ajaib dan
meloloskan diri dari kepungan lawan, langsung tubuhnya terbang menyambar pemuda
mengirim pukulan dari atas dengan telapak tangan terbuka.
Akan tetapi sungguh mengagumkan sekali. Begitu melihat datangnya serangan
dahsyat ini, pemuda tampan yang menamakan dirinya Thay-bengcu itu malah masih
tenang-tenang saja dan mengangkat tongkatnya ke atas menggoyangkan setengah
berputar. biasa sehingga Tiang Le merasa dari putaran tongkat itu keluar hawa dingin yang luar
biasa. Cepat ia menarik kembali tangan kirinya dan menggerakkan kedua kakinya
menendang dalam posisi di atas.
-bengcu. Sungguh hebat sekali tendangan ini, angin pukulan kedua kakinya saja membuat
para siuli di depannya mengangkat kedua tangan menangkis.
Dan merasakan sebuah gelombang dahsyat yang menyambar, keruan saja siulisiuli di dekat Thay-bengcu mengundurkan diri dan telah mencabut sepasang siangkiamnya, siap menempur Tiang Le.
g, jangan kurang ajar terhadap Thay-bengcu, lekas
gerakannya luar biasa cepatnya.
Bayangan-bayangan orang ini terus menyerbu Tiang Le dengan gerakan-gerakan
yang dahsyat. Tiga orang kakek rambut riap-riapan dan yang berpakaian seperti
pengemis menggunakan sepasang tangannya mendorong ke arah kepala Tiang Le,
Istana Hantu - Halaman 249
249 yoza collection sedangkan ke dua orang kakek itu adalah pemegang golok dan jepitan dapur yang telah
kita kenal bernama A Kay dan A Yong.
Jepitan yang panjang dan berkarat itu hebat sekali sehingga mengeluarkan suara
menciut, dan menjerit waktu jepitan itu dirapatkan menggunting.
Namun Tiang Le dengan segera telah mainkan langkah-langkah ajaib sehingga
walaupun ia terkurung rapat, ia masih dapat menghindarkan diri dari seranganserangan lawan!
Akan tetapi, biarpun ia sudah bergerak cepat, tetap saja sebuah pukulan jarak jauh
yang dilancarkan oleh dua orang kakek itu, meyentuh pundaknya sehingga ia
terhuyung-huyung dua langkah.
terdengar Nakayarinta memberi peringatan menggunakan tongkat ular cobranya
mendesak. Thay-bengcu mencoba membujuk karena ia merasa kagum akan sepak terjang
Pendekar Lengan Buntung ini dan merasa sayang kalau orang yang begini sakti dan
hebat akan binasa di tangan para sekutunya. Lagi, biarpun orang itu berlengan buntung,
namun tak dapat disangkal bahwa Sung Tiang Le mempunyai wajah yang cukup
menarik dan tampan. Oleh sebab itulah Thay-bengcu selalu memperhatikan keadaan Tiang Le.
Akan tetapi mendengar seruan-seruan lawannya yang menyuruh ia berlutut dan
masuk ke dalam sekutunya, Tiang Le menjadi sengit dan marah. Tiba-tiba berkelebat
sebuah sinar perak yang bergulung-gulung melindungi badannya dan membalas
dengan serangan-serangan yang dahsyat.
Kini Tiang Le menunjukkan pedangnya ke arah Thay-bengcu itu, entah mengapa ia
merasa penasaran dan marah bukan main kepada orang muda ganteng ini. Beberapa
anak buah Thay-bengcu sudah maju menyerang, akan terapi begitu terdengar suara
keras, tombak-tombak dan pedang patah dan lima orang telah roboh dengan tubuh
mandi darah. -benar keras kepala! Apakah kau tidak memikirkan
keselamatanmu dan isterimu" Apakah kau kira dapat lolos dari Istana Hantu lebih baik
menyerah dan mari kita bicara baikmerdu.
Istana Hantu - Halaman 250
250 yoza collection Untuk beberapa lama Tiang Le meragu mendengar suara ini. Suara ini seperti suara
wanita, sambil mengelak serangan Beng Kok Cu ia melirik dan alangkah terkejutnya
dan heran hatinya melihat betapa Thay-bengcu tengah memandangnya dengan sinar
mata kagum, mata itu demikian jelita!
Siapakah Thay-bengcu ini" Demikian Tiang Le berpikir keheranan.
Akan tetapi ia tak perlu berpikir lama-lama, karena pada saat itu golok besar dan
jepitan dapur dari pelayan-pelayan Istana Hantu ini sudah berkelebat cepat dan
mengurung Tiang Le, cepat Pendekar Lengan Buntung ini memutar senjatanya.
itu terpotong menjadi dua, mereka menjadi terkejut bukan main dan meloncat mundur.
Pada saat itu Nakayarinta dan Bong Kek Cu telah melancarkan serangan-serangan
bertubi-tubi dan merupakan badai yang mengamuk hebat sekali. Pada saat itu Tiang Le
dikejutkan oleh jeritan lirih dari Bwe Lan yang telah roboh dan pingsan akibat hawa
racun yang dilancarkan oleh Kwan-tiong Tok-ong dari sepasang lengan cakar setan
yang beracun itu. Pada saat itu Tiang Le sudah lelah sekali, juga punggung yang tadi terhantam
tongkat Nakayarinta terasa sakit dan nyeri. Untung saja Pendekar Lengan Buntung ini
memiliki sin-kang yang cukup tinggi sehingga pukulan tongkat kakek pertapa itu tidak
meremukkan tulang pundaknya, hanya terasa sakit dan nyeri.
Namun biarpun ia sudah lelah dan sibuk dikeroyok oleh orang-orang pandai ini,
akan tetapi begitu mendengar jeritan Bwe Lan, isterinya cepat sekali Tiang Le bergebrak
dengaa jurus tok-pik-kiam-hoat yang terlihat menggunakan tipu Naga Sakti
Menggetarkan Gunung, sehingga begitu pedang pusaka buntungnya bergebrak
terdengar jeritan kaget dari Bong Kek Cu dan Nakayarinta yang mencelat mundur ke
belakang. Akan tetapi tiga orang pengeroyoknya lagi yaitu pelayan Istana Hantu yang
memegang golok dan besi jepitan itu menjerit ngeri karena entah bagaimana caranya
tahu-tahu sebuah sinar perak bagaikan kilat menyambar telah menabas paha dan
lengan. Darah merah mengucur dari lengan A Kay dan A Tong yang mengeroyoknya.
Begitu kepungan ini mengendur, dengan gerakan gin-kang yaug luar biasa gesitnya
tahu-tahu tubuh Tiang Le telah mencelat cepat dan telah menyambar tubuh Bwe Lan
yang telah pingsan. Pada waktu itu Bu-tek Sianli yang sudah dibuat gemas oleh sebab
muridnya yang murtad ini segera mengayunkan tongkat sekuatnya menghantam
kepala Bwe Lan. Istana Hantu - Halaman 251
251 yoza collection Namun sebuah kilat menyambar dari samping dan serangkum hawa pukulan yang
amat dahsyat menggetarkan tongkatnya hingga menyeleweng dari sasaran. Begitu ia
menengok tahu-tahu Bwe Lan telah berada dalam kempitan Pendekar Lengan Buntung
yang telah jauh melompat dan dengan menggunakan kesaktiannya. Tiba-tiba tembok
sebelah kiri jebol oleh terjangan tubuh Tiang Le.
Thay-bengcu berdiri dan berteriak marah,
-bengcu telah memberi aba-aba kepada orang-orangnya untuk mencegat Tiang Le dari pintu samping.
Sedangkan Nakayarinta, Bu-tek Sianli, Thay-lek-hui-mo dan Bong Kek Cu telah mencelat
dan mengejar Tiang Le. Tiang Le memasuki sebuah ruangan di bawah tanah. Ia menjadi bingung bukan
main karena begitu ia mencelat ke dalam tiba-tiba ruangan yang tadinya terbuka, kini
otomatis bergerak sendiri menutup jalan. Sehingga ia kini berada di sebuah jalan yang
lurus ke depan dan dari depan nampak orang-orang Istana Hantu barisan panah
mendatangi siap menarik gendewanya. Sedangkan dari belakang nampak Nakayarinta
dan tokoh-tokoh kaum hek-to lainnya mendatangi berlarian cepat, terdengar suara
Nakayarinta tertawa mengejek.
-ha-ha, Pendekar Lengan Buntung, jangan harap kau dapat meloloskan diri dari
Istana Hantu. Lebih baik kau lemparkan pedangmu dan menyerah kalau kalian ingin
hayo kau layani aku Tiang Le memaki sengit dan berdiri dengan tegak.
Tubuh Bwe Lan ditaruh di atas punggungnya, sedangkan tangan kirinya memegang
pedang buntung yang diacungkan ke depan. Siap menghadapi pertempuran!
Thay-bengcu menjadi gemas dan penasaran. Tenyata Tiang Le tidak mau lagi diajak
bersekutu, maka dengan kemarahan hebat ia memerintahkan kepada anak buahnya
untuk menghujani panah, dan ia sendiri sudah mencabut sepasang pedangnya yang
berkeredep-keredep saking ampuh dan hebatnya sepasang pedang Liong-cu-kiam ini,
dan tokoh-tokoh lainnya berdiri tegak memagari jalan. Dengan senyum dikulum Thaybengcu berteriak,
Mendengar aba-aba ini, Tiang Le menjadi tekejut dan siap dengan senjata di tangan.
Istana Hantu - Halaman 252
252 yoza collection Kalau tak menghadapi lawan bagaimana tangguhpun, ia masih dapat melayani. Kini
menghadapi serbuan beribu-ribu anak panah, ia tak dapat berbuat lain kecuali
melindungi dirinya dan tanpa dapat membalas.
Duaratus anggota Istana Hantu, di depan itu menarik anak panahnya. Mereka ini
adalah pasukan Istana Hantu bagian panah yang sudah terlatih.
Setelah mendengar aba-aba dari Thay-bengcu, mereka bergerak mundur dan
menghujani Pendekar Lengan Buntung dengan ratusan panah.
Sungguh hebat sekali! Ternyata barisan panah bukan hanya satu jurusan, karena
begitu tembok terbuka di kanan kiri dan belakang, tahu-tahu bermunculan barisan
panah yang menghamburkan panah-panahnya.
Sehingga penyerangan ini berlangsung dari empat jurusan, depan, belakang
samping kanan dan kiri. tubuh istrinya di punggung.
Akan tetapi betapa terkejutnya hati Pendekar Lengan Buntung ini, karena hujan
anak panah itu dibarengi pula dengan jarum-jarum beracun dari Kwan-tiong Tok-ong
dan Bu-tek Sianli yang berhamburan cepat dan halus. Dan beruntun sehingga serangan
anak panah dan jarum-jarum beracun tidak pernah berhenti.
pedangnya sehingga tubuhnya terselimut oleh putaran pedang yang luar biasa
cepatnya, terbungkus oleh sinar perak yang berhasil meruntuhkan banyak anak panah
dan berpuluh-pukuh jarum berbisa.
-bengcu, kau benar manusia keji dan pengecut kalau kau memang jantan hayo
ki -ha-ha, Sung Tiang Le! Siapa bilang aku keji dan pengecut. Sudah kusambut
secara baik-baik kau masih kurang terima. Hmm, apakah kau begitu sombong sehingga
berhasil keluar dari Istanaku dalam keadaan bernyawa
Suara halus terdengar tergetar dan kemudian disusul oleh serangan banyak anak
panah yang menyambar lagi tak berhenti-hentinya.
Sesungguhnya, sekiranya Tiang Le tidak memondong tsteri dan tidak menguatirkan
keadaan isterinya ini. Ia sudah sejak tadi merangsek orang-orang pengecut ini.
Akan tetapi karena punggungnya memondong tubuh Bwe Lan, gerakannya tidak
begitu leluasa dan kurang gesit sehingga dalam serangan kedua, biarpun ia sudah
Istana Hantu - Halaman 253
253 yoza collection memutarkan pedang buntungnya sedemikan rupa, namun tetap saja tiga buah anak
panah menancap di lengan kirinya yang memutar pedang.
Tiang Le menggigit bibirnya menahan rasa ngeri yang luar biasa. Ternyata ujung
anak panah itu dibubuhi racun sehingga terasa gatal-gatal dan nyeri bukan main. Akan


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi pendekar yang gagah perkasa ini terus mengamuk dan mempertahankan diri
dan tidak akan menyerah! -tiba terdengar jeritan isterinya.
Tiang Le tersentak dan menoleh. Ternyata sebuah jarum beracun sianli-tok-ciam
yang dilontarkan oleh Bu-tek Sianli menyentuh pundaknya dan menancap, akan tetapi
juga bersamaan dengan pundaknya yang terluka itu Bwe Lan tersadar dan mencelat
dari punggung Tiang Le. Terasa sekali punggungnya gatal bukan main, namun sekelebatan saja Bwe Lan
sudah menyadari bahwa punggungnya terkena senjata Sianli-tok-ciam dari Bu-tek
Sianli, maka cepat-cepat ia merogoh sakunya dan menelan sebuah pil merah, diberikan
pula kepada Tiang Le. Pil merah itu adalah pil penolak racun yang pernah ia pelajari di
Pulau Bidadari! -jahanam keparat! Rasakanlah pemba
Jeritan ini disusul berkelebatnya sinar merah dan begitu sabuk sutera di tangan
nyonya itu bergerak, lima orang yang sedang menarik gendewa menjerit ngeri ketika
sabuk merah itu tiba-tiba bagaikan ular hidup telah menyambar mereka dan melilit
lehernya dan sekali sentak saja sekali gus lima orang pemanah itu terangkat ke atas
dan nyawanya melayang seketika itu, juga ketika tangan kiri bergerak menyambar
dahsyat! -penyerangnya yang lain mundur dan berusaha memasang kembali anak panahnya.
Akan tetapi pada saat itu Tiang Le sudah menerjang maju dan membobolkan
barisan panah. Pedang Buntung itu bergerak-gerak menyambar dan terdengar jeritanjeritan mengerikan waktu sepuluh orang Istana Hantu roboh seketika dalam keadaan
tubuh mandi darah. Tiang Le dan Bwe Lan kini benar-benar mengamuk hebat, celakalah orang-orang
barisan panah Istana Hantu ini. Begitu dua orang suami isteri itu sampai ke tempat itu,
bagaikan membabat rumput saja pedang dan sabuk sutera merah berkelebat bagaikan
malaikat pencabut nyawa. Istana Hantu - Halaman 254
254 yoza collection Bong Kek Cu dan dua orang pelayan dapur Istana Hantu yang tadi bersenjatakan
jepitan dan golok besar maju menerjang.
Namun Tiang Le mengerahkan seluruh kepandaiannya, keuletan dan tenaganya
untuk melindungi diri dan juga balas menyerang. Begitu munculnya dua orang pelayan
Istana Hantu yang sudah terluka ini, dalam tiga gebrakan pedang di tangan kiri Tiang
Le bergerak cepat dan dalam detik itu pula berturut-turut terdengar jeritan dari A Kay
dan A Yong yang menggeletak roboh dengan kepala putus, sedangkan Bong Kek Cu
terserempet lengannya dan menjerit kaget melompat mundur.
Pada saat itu Tiang Le sudah gemas kepada orang ini, bergerak cepat dan sekali
pedang buntungnya berkelebat. Lengan kanan Bong Kek Cu putus sebatas pundak dan
terdengar jeritan kakek buntung itu bagaikan babi disembelih!
Kini tokoh-tokoh Istana Hantu mulai menerjang maju. Nakayarinta, Bu-tek Sianli
bergerak menerjang Tiang Le, dan dibantu oleh gerakan sepasang pedang yang luar
biasa dari Thay-bengcu. Sebuah benturan yang keras membuat tangan kiri Tiang Le
tergetar ketika pedang buntungnya tertangkis oleh pedang kiri Thay-bengcu, yang
tersenyum mengejek. -tiba Tiang Le menyilangkan pedang buntungnya
dan tangan kirinya bergerak mengeluarkan jurus gerak tangan kilat yang luar biasa itu.
Saking hebatnya pukulan gerak tangan kilat yang disertai tenaga sin-kang tinggi
ini, membuat Nakayarinta yang terserempet angin pukulan tangan itu terhuyung ke
samping. Akan tetapi Thay-bengcu dengan gerakan pedang yang aneh telah
menggunakan siku kanannya menyambut pukulan ini.
bernama Thay-bengcu itu berteriak kaget dan kagum ketika merasa lengan kanannya
menjadi lumpuh. Namun sungguh patut dipuji karena hanya sedetik itu pula, Thaybengcu ini sudah menggerakkan kembali sepasang siang-kiamnya mendesak Tiang Le.
Melihat munculnya tokoh-tokoh yang berkepandaian tinggi ini, Tiang Le menjadi
kewalahan bukan main. Apalagi setelah kini dirasakan lengannya menjadi nyeri dan
kaku akibat tiga batang anak panah yang menancap di lengannya dan bekas pukulan
dari Nakayarinta itu masih terasa nyeri di pundaknya.
Pada saat itu saking bingungnya ia, gerakannya menjadi lambat dan sebuah pedang
di tangan kiri Thay-bengcu berhasil menerobos masuk dan Tiang Le menggigit bibir
menahan nyeri luar biasa. Ternyata pangkal lengannya robek sampai kelihatan
tulangnya. Istana Hantu - Halaman 255
255 yoza collection Bukan main sakitnya dan Tiang Le merasakan kepalanya berdenyut-denyut dan ia
terhuyung-huyung hendak roboh. Cepat-cepat ia mengempos hawa murni
menenangkan diri. Melirik Bwe Lan yang tengah mengamuk dikeroyok oleh banyak orang-orang, dan
mengirimkan suara melalui khi-kang yang dikirimkan untuk isterinya,
Sesudah berkata demikian tiba-tiba Tiang Le berhenti, bersila, dan menerima tiga
buah gebukan dari Nakayarinta, Bu-tek Sianli dan Te Thian Lomo.
Akan tetapi sungguh hebat, Pendekar Lengan Buntung ini tidak bergeming
sedikitpun. Hanya nampak dari sepasang mata itu yang berair saking hebatnya
pukulan-pukulan ini. Kalau saja ia tidak mengerahkan sin-kang di tubuhnya, tentu tubuh itu sudah hancur
lebur. Akan tetapi pemuda ini, dalam keadaan pakaian atas robek-robek berdiri tegak
dan pandangannya menyapu sekalian orang di situ.
Ia mengerahkan tenaga khi-kangnya berseru keras,
-manusia goblok! Lihat, mengapa aku yang kau tempur tolol. Aku
Thaydemikian Tiang Le menunjuk kepada Thay-bengcu yang bergerak hendak
menyerangnya. Akan tetapi, alangkah ajaib dan luar biasa sekali karena tiba-tiba Nakayarinta. dan
Bu-tek Sianli dengan Te Thian Lomo dan banyak lagi orang-orang Istana Hantu
menyerbu Thay-bengcu yang tentu saja menjadi heran dan kelabakan bukan main
menghadapi penyerbuan dari para sekutunya ini.
Terpaksa ia putarkan sepasang siang-kiamnya dan mencelat mundur sambil
membentak pula mempergunakan khi-kangnya berseru keras,
Suara ini biarpun terdengar nyaring dan merdu, namun dikerahkan dengan tenaga
khi-kang yang tinggi sehingga merupakan suara menggeledek di angkasa, bergema di
ruangan itu. Dan terdengar amat menusuk anak telinga bagi mereka yang berada di
ruangan itu dan menggetarkan hati sehingga mereka yang merangsek Thay-bengcu
menahan senjatanya dan memandang dengan membelalakkan matanya. Apa yang
mereka lihat sesungguhnya"
Istana Hantu - Halaman 256
256 yoza collection Sungguh aneh tadi mereka telah menyerang Thay-bengcunya sendiri. Gila! Buruburu mereka berlutut dengan pikiran yang tak habis herannya melihat kejadian ini.
Thay-bengcu membantingsemua! Menangkap dua ekor tikus sawah saja tidak becus, malah hampir mencelakakan
diriku. Benarpandangan kami kira Thaymempunyai tingkat tinggi dalam kedudukannya memberanikan diri berkata, namun dari
suaranya terdengar mengeletar penuh rasa takut dan hormat.
Sementara yang lainnya hanya menganguk-anggukkan kepala saja seperti ayam
mematuk gabah, tak berani membuka mulut dan bersuara.
Pemuda tampan yang berjuluk Thay-bengcu itu nampak mundar mandir di ruang
itu dan berkata keras, -tiong Tok-ong dan Sian Jiu Nio-nio, aku perintahkan kalian
segera mencari Pendekar Lengan Buntung dan membawanya kemari, mati atau hidup!
-tiong Tokong perlahan. Pendekar Lengan Buntung s
Demikian Thay-bengcu memaki dan meninggalkan mereka. Inilah hebat mendengar
makian pemuda tampan ini tiada seorangpun yang berani membuka mulut.
Thay-bengcu! ooOOoo Udara masih mendung, bekas turunnya hujan. Matahari mengintip cerah setelah
awan-awan hitam yang tadinya menutupi angkasa telah menumpahkan air matanya
membasahi bumi yang gersang ini akibat musim kemarau yang panjang.
Hujan yang turun tadi siang, merupakan udara sejuk yang melingkupi suasana di
kaki bukit Lu-liang-san. Jalan-jalan di dalam hutan itu masih becek bekas turunnya
hujan yang tidak lama tadi. Daun-daun masih nampak basah, berbutir-butir air hujan
menetes dari daun-daun di atas pohon itu.
Udara di dalam hutan itu sejuk sekali, walaupun matahari mulai memancarkan
sinarnya kembali. Mengintip di balik segumpalan awan hitam yang hendak berlalu ditiup
Istana Hantu - Halaman 257
257 yoza collection angin. Dan burung-burung yang tadinya bersembunyi di sarangnya, kini berterbangan
kembali setelah diketahuinya bahwa hujan sudah berhenti.
Burung-burung itu ada yang bertengger di dahan yang basah dan mematukmatukkan paruhnya, ada pula yang mencicit-cicit panjang dan terbang tinggi
bergerombolan. Nampaknya burung-burung itu begitu riang terbang setinggi-tingginya
di dalam udara yang lembab.
Pada saat itu, terdengar suara orang sedang bercakap-cakap, suara seorang wanita.
Suara yang merdu dan dan tampaklah dua orang wanita dari tikungan jalan sedang
duduk di atas pelana kudanya.
Wanita yang di sebelah kiri, adalah seorang wanita setengah tua, berpakaian serba
putih bersih dan dilihat dari wajahnya, mudah saja diduga bahwa wanita setengah tua
ini adalah wanita yang cantik, garis-garis pada wajahnya yang mengerisut itu tidaklah
mengurangi kecantikan dari bentuk raut muka dan mata yang demikian jelita.
Wanita setengah tua itu, sungguh patut dikasihani, karena pada lengan kirinya
sudah buntung sebatas pundak, sehingga lengan baju yang tidak berlengan itu berkibarkibar tertiup angin.
Dan yang seorang lagi. Mempunyai wajah yang hampir sama dengan wanita itu,
matanya juga sama jelinya. Hanya sedikit pada hidung wanita itu agak mancung dan
bagus dan mulutnya kecil, mempunyai sepasang bibir yang basah dan segar.
Usianya sekitar tujuhbelas tahun, seorang gadis remaja. Bersuara merdu dan manja.
h perjalanan ke Tiang-pekdi sebelahnya.
Nyonya itu menoleh dan memandang kepada anaknya. Memandang dengan penuh
sayang dan cinta kasih. Wanita setengah tua itu tersenyum manis dan bibirnya yang
masih indah itu bergerak menjawab:
bernama Lily itu bersemangat. Dalam berkata barusan tangannya yang kecil itu terkepal dan sepasang
matanya bersinar-sinar penuh kemarahan.
Melihat ini senang sekali hati si ibu.
Istana Hantu - Halaman 258
258 yoza collection Lily menoleh dan merendengi jalan kudanya di samping ibunya.
Le" Apakah dia yang membuntungi lengan ibu, ahh, betapa kejamnya laki-laki itu. Akan tetapi ibu, bagaimana
sih sehingga lengan itu bisa buntung, apakah dalam pertempuran"
Buntung itu, tentu seperti tay-ong, ya ibu, penuh cambang bauk dan mukanya.. . . sangat
kejam dan telah membuntungi lenganmu. Tentu Pendekar Lengan Buntung seperti raja
perampok yang ganas dan kejam. Kalau ketemu denganku, hendak kubuntungi
Walau bagaimana kau harus hati-kong Sin Kun Bu-tek, dan
Mereka tidak bercakap-cakap lagi. Karena ibu itu tertunduk dan menarik kendali
kudanya sehingga kuda berjalan lebih dulu. Dalam detik itu, bayangan bersama dengan
Tiang Le melekat di ruang matanya.
Alangkah mesranya, apabila ia teringat kenang-kenangan manis di lembah Taihang-san itu, alangkah menggai
membisiki nama itu. Sebuah nama yang amat disayangnya, dan juga paling dibenci
apabila ia melihat adegan-adegan yang menyakitkan hati di pantai Po-hay.
Dan mengapa Tiang Le tidak jadi menikah dengan Pei Pei dan kawin dengan Bwe
Lan, murid Bu-tek Sianli itu, mengapa" Apakah Tiang Le telah menyia-nyiakan Pei Pei,
dan kawin dengan Bwe Lan, setan! Dia mata keranjang, aku benci. Benci!
Istana Hantu - Halaman 259
259 yoza collection Setetes air mata meloncat dari kelopak mata yang mempunyai telaga yang jernih
airnya itu. Melihat ibunya menangis, Lily terheran.
baru juga sampai di bukit Lu-liang-san. Kira-kira seminggu lagi kita batu sampai di
Tiang-pek- belum lagi ibu itu menarik kendali kudanya, tiba-tiba Lily berkata cepat:
Belum habis Lily berkata, tiba-tiba pandangan Bwe Hwa yang tajam telah mengenali
orang yang di depannya itu. Bibirnya berbisik gemetar.
cepat ke depan. Tidak berapa lama ia sudah tiba di depan sana dan ia melihat seorang laki-laki
lengan buntung setengah tua dan seorang perempuan cantik sepantar ibunya.
Untuk beberapa lama Lily tertegun. Ia melihat laki-laki setengah tua yang lengannya
buntung sebelah kanan itu berjalan dengan muka pucat dituntun oleh seorang
perempuan cantik setengah tua. Laki-laki tersebut nampak gagah dan menyeramkan
berjalan terseok-seok di atas tanah yang becek dan berair.
Pakaiannya compang-camping, bajunya bernoda darah, di pundak kiri dan di
punggung kelihatan tiga batang anak panah menancap, pangkal lengan kirinya terluka
hebat dan dari situ mengalir darah. Dalam keadaan terluka hebat itu laki-laki lengan
buntung itu nampak berjalan dipapah oleh wanita cantik yang nampaknya tengah
kepayahan juga. Lily menghentikan kudanya dan bertanya,
Tiang Le melepaskan pegangan tangan isterinya dan menoleh ke arah gadis yang
datang-datang melontarkan pertanyaan seperti itu.
Istana Hantu - Halaman 260
260 yoza collection Tiang Le mengerutkan alisnya. Bukan karena pertanyaan gadis ini, akan tetapi
merasakan sakit yang luar biasa pada pangkal lengannya sehingga ia menggigit
bibirnya. Tiang Le tenang. Ia dan isterinya sudah berhasil meloloskan diri dari Istana Hantu, akan tetapi karena
keadaannya terluka, sehingga perjalanan sangat lambat sekali dan suatu ketika kelak,
ia harus berhati-hati menghindarkan diri dari kejaran-kejaran orang-orang Istana Hantu.
Kini melihat gadis ini datang-datang bertanya demikian, Tiang Le dan Bwe Lan menjadi
curiga. lan sekali, Pendekar Lengan Buntung, aku dan ibu sedang mencarimu. Kau
-datang memaki kami. Kau ini anak siapa
sih, begitu kurang ajar. Hati-hati mulutmu
membentak marah, namun Tiang Le memberi isyarat dengan pandangan matanya.
yo hadapi pedangku!! Kata ibu kau
dengan suara gemetar dan gugup.
itu dengan marah, dan tanpa banyak cakap lagi dia telah mengelebatkan pedangnya
Istana Hantu - Halaman 261
261 yoza collection Akan tetapi sungguh diluar dugaannya gadis ini. Tiang Le tidak mengelakkannya
ataupun menangkisnya. Sehingga Lily menjadi kaget dan cepat-cepat dia mengegoskan
pedangnya ke kiri dan menyerempet pundak Tiang Le.
Lengan kanan laki-laki buntung itu bercucuran darah yang mengucur dari pundak
kanannya. Tiang Le menggigit bibirnya menahan sakit dan memandang gadis itu
dengan tidak berkedip! mengeluh memegangi lukanya.
Sementara Lily yang menjadi penasaran membentak marah membantingkan
kakinya ke tanah. nar-benar sombong, mengapa kau tidak menangkis seranganku"
suaminya terluka oleh pedang gadis ini membuat gerakan mendorong ke depan.
Sebuah angin pukulan menyambar si gadis. Namun gadis ini dengan senyum
mengejek mengangkat tangan kirinya dan membalas memukul.
Diam-diam nyonya ini menjadi terkejut bukan main ketika merasa tangannya
kesemutan oleh benturan telapak tangan puteri Bwe Hwa ini. Tahulah ia bahwa gadis
ini telah mempunyai lwekang yang hampir mencapai sempurna.
Le tergetar dan merangkul lengan isterinya.
uara Tiang Pada saat itu luka Tiang Le bertambah parah, wajahnya semakin pucat. Ke dua
kakinya sudah menggigil, bukan saja karena luka-luka itu yang membuat ke dua kakinya
menggigil akan tetapi serangan tekanan bathin ini yang membuat ia merasa lemah
bukan main. Apalagi pada saat itu berkelebat sebuah bayangan, tahu-tahu Bwe Hwa
telah berdiri di depan memandanginya.
Lily maju ke depan dan berkata kepada ibunya,
Istana Hantu - Halaman 262
262 yoza collection yang Bwe Hwa tidak menjawab. Hanya ia mengangguk pelan.


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Belum lagi Bwe Hwa menyahut, Lily Sudah menerjang Pendekar Lengan Buntung.
Pedang pusakanya berkelebat cepat menusuk dada Tiang Le dengan gerakan yang luar
biasa gesitnya. Akan tetapi pada saat itu Bwe Lan sudah tahu bahwa suaminya sudah payah dan
tidak melayani gadis ini, segera ia mencabut tongkatnya dan menangkis pedang Lily
yang bergebrak menerjang Tiang Le.
Benturan tongkat kecil itu membuat tusukan pedang si gadis tertahan dan begitu
melihat bahwa yang menangkis pedangnya adalah wanita setengah tua itu, Lily
memekik marah dan tahu-tahu ia telah menerjang Bwe Lan.
bentakan Lily ini dibarengi dengan
gerakan menyabet pinggang nyonya itu.
Namun dengan mengegoskan diri ke samping dan mainkan jurus langkah ajaib,
nyonya Pendekar Lengan Buntung ini sudah dapat berkelit dan balas mengirimkan
serangan tongkatnya pula.
n-hahatedengar keras menggema di hutan kecil itu.
- kau benci bunuhlah aku, bunuhlah.. . . akan tetapi, jangan kau menyuruh anak kita untuk
-hwa-kiamnya dan mendekati
Tiang Le. - jang, Tiang Le. Istana Hantu - Halaman 263
263 yoza collection Namun Pendekar Lengan Buntung ini dengan mata tidak berkedip memandang
sayu kepada perempuan lengan buntung itu.
-moay, mati ditanganmu tidak mengapa, senang
bergerak menusuk dada Tiang Le.
Akan tetapi seperti tadi, Tiang Le sama sekali tidak menangkis atau mengelak,
membiarkan dadanya tertembus pedang.
Tentu saja Bwe Hwa yang sesungguhnya tidak sampai hati menusuk dada Pendekar
Lengan Buntung itu, menjadi terkejut dan cepat-cepat dia menarik kembali pedangnya.
Entah mengapa di hatinya tidak tega membiarkan Pendekar ini tertusuk pedang,
gerakannya tadi juga hanya sebagai gertakan saja.
Namun sesungguhnya pendekar ini tidak menangkis pedang, malah
memandangnya sayu. Terbentur oleh pandangan ini, tiba-tiba Bwe Hwa menangis dan
membanting-bantingkan kakinya sengit.
- anak ya" Takut anak dan isterimu mampus di
huyung dan kepadanya dirasakan berat bukan main.
-tiba Tiang Le terhuyung-
Ketika Bwe Hwa melihat betapa kaki Pendekar itu menggigil dan luka di lengan itu
masih tertancap oleh tiga batang anak panah, ia menjadi kasihan dan terharu. Pedang
Pek-hwa-kiam yang sedianya hendak ditusukkan ke dada pemuda pendekar itu menjadi
menggigil dan lunglai masuk ke dalam sarungnya.
Melihat keadaan Tiang Le yang amat mengenaskan ini, sebenarnya sejak tadipun
ia merasa tidak tega untuk mencelakakan Tiang Le, namun ia mengeraskan hatinya.
Dan hendak menerjang laki-laki buntung itu, siapa sangka Tiang Le tidak melayaninya
malah dalam keadaan seperti ini.
Pakaian putih Pendekar itu sudah berlumuran darah bekas luka dari pedang yang
diserempetkan Lily, ditambah lagi rupa-rupanya Tiang Le ini habis menghadapi
Istana Hantu - Halaman 264
264 yoza collection pertempuran. Maka entah mengapa, perasaan dendamnya yang semula berkobar-kobar
menjadi lumer seketika melihat keadaan Tiang Le seperti ini.
Ia sendiri merasa heran sekali, mengapa hatinya tiba-tiba menjadi lemah dan
menaruh iba hati kepada Pendekar yang tadinya dimusuhi setengah mati, yang lebih
aneh lagi, tiba-tiba perasaan iba itu naik membuat air matanya bertitik turun ketika
melihat Tiang Le terhuyung-huyung hendak jatuh.
Akan tetapi segera ia maju menyambut tubuh Tiang Le, karena Pendekar yang
perkasa ini sudah limbung, dan tentu akan roboh kalau saja tidak buru-buru Bwe Hwa
menyambarnya. Dan Tiang Le telah jatuh pingsan dalam pelukan Bwe Hwa!
Pada saat itu tiba-tiba dari kiri kanan jalan berlompatan banyak orang mengurung
tempat itu. Seorang kakek tua renta muka hitam memegang tongkat ular cobra tertawa
bergelak-gelak menggetarkan suasana di dalam hutan.
-ha-ha! Bagus Toanio kau tetah menangkap Pendekar Lengan Buntung, mari
Bwe Hwa yang tidak kenal orang-orang ini cepat memeluk tubuh Tiang Le yang
telah pingsan dan bertanya kepada si kakek muka hitam,
-he.. kami adalah orang-orang Istana Hantu. Pendekar Lengan Buntung ini
menjadi buronan kami. Untung kau telah dapat menangkapnya, lekas serahkan kepada
kalian tid telah melintangkan Pek-hwa-kiam siap untuk melindungi Tiang Le.
Sementara itu, Bwe Lan yang bertempur dengan Lily menjadi terkejut melihat
kedatangan orang-orang Istana Hantu yang pernah ia rasai kelihaiannya ini. Cepat
sekali ia menggerakkan tongkatnya merangsek Lily dan begitu ada kesempatan,
tubuhnya berkelebat. Amat cepat sekali gerakan ini, tahu-tahu Bwe Lan sudah mengirim pukulan
mendorong ke arah Bwe Hwa yang tidak melihat gerakan ini. Namun begitu pegangan
tangannya terlepas dari rangkulan Tiang Le, tahu-tahu Bwe Lan sudah menyambar
Tiang Le dan berkelebat pergi.
punggung nyonya ini. Istana Hantu - Halaman 265
265 yoza collection Namun Bwe Lan yang tidak menghiraukan orang-orang ini, cepat mempergunakan
gin-kangnya mencelat jauh dan sekali berkelebat. Ia sudah lenyap memanggul tubuh
suaminya. Nakayarinta dan Kwan-tiong Tok-ong mengejar. Namun Bwe Hwa yang sudah
dibuat sengit kepada orang-orang yang dianggapnya telah membuat ia kehilangan
Tiang Le menjadi marah, dan cepat tubuh Bwe Hwa berkelebat dan langsung
menyerang Nakayarinta. begitu, tubuh Bwe Hwa yang masih melayang di udara itu mengirimkan jurus-jurus
berbahaya dari Pek-hwa-kiam-sut.
Tentu saja Nakayarinta yang tidak mengenal wanita buntung lengan ini
memandang ringan terhadap Bwe Hwa dan ia hanya mengibaskan jubah menghadapi
serangan pedang Pek-hwa-kiam.
merasa sambaran pedang yang luar biasa anehnya ini, dan tahu-tahu kibasan jubahnya
sudah robek terbabat pedang perempuan lengan buntung ini.
Merasa bahwa yang dikejar tidak kelihatan bayangannya lagi, Nakayarinta dan
Kwan-tiong Tok-ong membalikkan tubuh menghadapi Bwe Hwa.
-gara engkau sehingga dia lolos dari tanganku. Kalian ini
-hwa-kiam di tangan Bwe Hwa menyerbu
si kakek Nakayarinta bagaikan gelombang pasang yang luar biasa ganasnya.
Kwan-tiong Tok-ong menjadi marah dan menggereng keras dan tubuhnya tahutahu telah melompat ke atas dan kedua tangannya sudah memegang sepasang senjata
yang mengerikan, yakni Cap-tok-ngo-jiauw dan secepat kilat ia menerjang Bwe Hwa
yang sudah menggerakkan pedangnya menggempur Nakayarinta.
Sian Jiu Nio-nio berteriak nyaring, tahu-tahu rambutnya yang panjang menyambar
Bwe Hwa bagaikan ribuan tongkat yang bergerak cepat mengarah sepuluh jalan darah
di tubuhnya. Melihat betapa orang-orang ini dengan cara yang curang telah mengeroyok ibunya,
Lily mengeluarkan pekik panjang dan begitu tubuhnya berkelebat menyambut Sian Jiu
Nio-nio dengan pedang Toat-beng-kiam di tangan.
Istana Hantu - Halaman 266
266 yoza collection Pada saat itu, sehabis jeritan si gadis tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan besar
di atas tahu-tahu sebuah burung rajawali raksasa telah turun menggempur Kwan-tiong
Tok-ong, menggunakan sayapnya menampar sepasang cakar setan yang bergerakgerak mengancam Bwe Hwa.
Raja racun ini mengira bahwa yang datang adalah Kwan Kong Beng puteranya
yang menunggang burung garuda, maka ia bersuit keras dengan girang.
-eng, cakar perempuan Akan tetapi betapa terkejutnya si Raja Racun karena burung yang disangkanya
binatang peliharaannya itu tahu-tahu sudah menerjang turun dan langsung
mengirimkan serangan sayap menggempur Kwan-tiong Tok-ong. Karena gerakan
sayap ini demikian cepat, si Raja Racun menjadi heran dan mengangkat tangannya
menangkis. Akan tetapi alangkah heran hatinya karena burung rajawali ini seperti tahu akan
keampuhan sepasang tangan itu tidak berani menyampok malah ia menggunakan
sayap kanan memukul punggung Kwan-tiong Tok-ong.
-tiong Tok-ong terhuyung ke belakang. Dan mendelikkan matanya,
memaki. jarak jauh ke atas. Akan tetapi sungguh di luar dugaan karena burung ini demikian gesit dan dalam
sedetik itu pula sudah dapat menghindarkan diri dari angin pukulan yang datang itu
dan mencoet panjang, terbang ke atas, seakan-akan burung ini tahu bahwa hawa
pukulan kakek tinggi besar itu mengandung racun yang tidak boleh dipandang ringan,
maka burung yang cerdik ini siang-siang sudah terbang tinggi.
Pada saat itu, tiga batang piauw yang dilemparkan oleh seorang anggota Istana
Hantu, dengan cepat sudah dapat disampok oleh cengkeraman rajawali dan tiba-tiba
entah bagaimana caranya, burung yang luar biasa ini menggerakkan cakarnya yang
mencengkeram tiga batang piauw ke arah penyambitnya.
Gerakan yang tidak disangka-sangkanya ini membuat tiga orang Istana Hantu
dibawah tidak dapat menghindarkan diri lagi akan datangnya pisau terbang yang
meluncur cepat dari atas itu. Jeritan ngeri terdengar membarengi suara tertahan dan
kaget dari tiga orang Istana Hantu yang tersambar piauw menancap di punggung,
senjata makan tuan! Istana Hantu - Halaman 267
267 yoza collection -tiba entah dari mana datangnya
Kwan Kong Beng telah muncul bersama burung garudanya.
Hebat sekali perkelahian antara burung garuda dengan burung rajawali di angkasa
itu. Sedangkan Kwan Kong Beng yang melihat bahwa dua orang wanita di bawah itu
cukup lihai, segera ia mencelat ke bawah dan menyerang Bwe Hwa!
Ternyata biarpun Kong Beng bersikap ketolol-tololan dan ayal-ayalan, kini tahu
bahwa dua orang wanita ini tidak boleh dipandang ringan. Segera ia membantu
ayahnya mengeluarkan pukulan-pukulan dahsyat dengan tangan kanan yang diputarputar memukul ke arah perempuan setengah tua yang gesit dan ganas ini.
Namun Bwe Hwa benar-benar mengamuk menghadapi orang Istana Hantu yang
ternyata pernah dikenalnya ini. Ia mainkan Pek-hwa-kiam-sut dengan gerakan-gerakan
bagaikan guntur memecah bumi.
Bayangan-bayangan putih dari perempuan setengah tua ini, merupakan maut yang
bersiap-siap hendak mencabut nyawa, karena kemana bayangan Bwe Hwa berkelebat.
Salah seorang anggota Istana Hantu yang tidak mempunyai kepandaian tinggi terluka
hebat oleh terjangan pedang pendek putih Pek-hwa-kiam yang haus darah ini, membuat
para pengeroyoknya yang memang tingkatnya rendah hanya mengurung tempat itu
dan memandang ke arah jalannya pertempuran.
Sementara itu, Lily yang menghadapi Sian Jiu Nio-nio, si nenek berambut panjang
ini, mengeluarkan pedang Toat-beng-kiamnya. Hebat sekali sepak terjang gadis ini.
Pedangnya berkelebat-kelebat ganas sekali.
Memang Lily sengaja mainkan jurus-jurus Pek-hwa-kiam-sut. Yang pernah dipelajari
dari ibunya, sedangkan tangan kirinya merupakan pukulan-pukulan geledek yang
membuat Sian Jiu Nio-nio keder karena begitu tangan kiri gadis itu bergebrak ia
merasakan lengannya menjadi lumpuh dan jantungnya sakit.
Untung saja pada saat Sian Jiu Nio-nio menerjang maju mengeroyok gadis ini
dengan tongkat kecilnya yang dibantu oleh Kwan Kong Beng yang telah mengalihkan
serangannya menyerang gadis yang lihai ini.
Dikeroyok empat orang ini, biarpun bagaimana lihai, akhirnya menjadi kewalahan
juga. Dan gerakan-gerakan pedangnya agak terhimpit karena banyaknya tokoh-tokoh
kang-ouw yang telah mengeroyoknya.
Apalagi setelah Nakayarinta, memberi aba-aba kepada orang Istana Hantu yang
berjumlah tidak lebih tigapuluh orang itu untuk membantunya dan menangkap kedua
perempuan ini hidup-hidup.
Istana Hantu - Halaman 268
268 yoza collection Begitu mendengar aba-aba ini, orang-orang Istana Hantu segera menyerbu dan
sebentar saja di dalam hutan itu terjadi pertempuran hebat.
Melihat bahwa dirinya dikeroyok begini banyak orang, Lily mengeluarkan pekikan
nyaring. Tiba-tiba tangan kirinya bergerak-gerak lambat namun penuh hawa sin-kang
tingkat tinggi. Dan begitu tangan kiri itu bergebrak, terdengar pekik mengerikan dari sepuluh
orang-orang Istana Hantu yang telah roboh dalam keadaan tak bernyawa lagi. Inilah
pukulan-pukulan maut yang dipelajari dari kakeknya Sin Kun Bu-tek yang luar biasa itu.
Melihat sepuluh orang sudah roboh mati dalam gebrakan-gebrakan tangan kiri dari
gadis yang lihai ini, Sian Jiu Nio-nio dan Thung Hay Nio-nio menjadi marah bukan main.
Tongkatnya bergerak luar biasa dahsyatnya, sedangkan senjata rambut itu bagaikan
ratusan tombak menyerbu ke arah si gadis bergulung-gulung.
Saking repotnya Lily menghadapi serangan ini, ia tak keburu menangkis sebuah
pukulan tongkat kecil Thung Hay Nio-nio pada punggungnya. Karena tadi ia berusaha
keras menghindarkan diri dari sabetan-sabetan rambut yang lihai dari Sian Jiu Nio-nio
yang lihai, maka terpaksa sambil mengerahkan hawa sin-kang di pundaknya menerima
pukulan tongkat kecil Thung Hay Nio-nio.
-nio menjadi hancur menghantam tubuh yang
penuh hawa sin-kang itu. Perempuan ini terkejut dan heran.
Sebaliknya Lily menjerit keras merasakan jantungnya tergetar hebat oleh serangan
yang lihai ini. Cepat-cepat ia mencelat ke atas dahan pohon dan mengerahkan sin-kang
melindungi jantung. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berdenyut-denyut begitu mendengar seruan ibunya
yang menjerit lirih dan roboh di tangan Nakayarinta.
Untung pendeta dari Anapura tidak bermaksud untuk mencelakakan perempuan
lengan buntung ini. Ia memang sengaja untuk menawannya saja dan dibawa ke Istana
Hantu, dan maka dari itu Bwe Hwa terhindar dari serangan maut Kwan-tiong Tok-ong
yang siap melancarkan pakulan mematikan.
Namun pendeta muka hitam ini telah mencegahnya.
an-tiong Tok-ong bertanya heran dan memandang
Nakayarinta penasaran. Istana Hantu - Halaman 269
269 yoza collection -cu akan murka. Lebih baik kita hadapkan wanita ini, karena gara-gara dia kita kehilangan Pendekar Lengan
Mendengar kata-kata itu, Kwan-tiong Tok-ong tidak membantah lagi. Cepat iapun
berkelebat menyusul bayangan Nakayarinta yang telah memondong Bwe Hwa. Hanya
ia berkata kepada isterinya,
-nio, bereskan saja gadis itu, tawan hidupSehabis berkata demikian si Raja racun itu sudah lenyap dan berkelebat pergi,
diikuti oleh orang-orang Istana Hantu menyusul pemimpinnya kembali ke markas.
Sedangkan Thung Hay Nio-nio dan Sian Jiu Nio-nio bersama Kwan Kong Beng
menghadang gadis yang mencelat ke atas dahan pohon itu.
-orang Istana Hantu, -bengcu mengakui segala kesalahan, mungkin Paduka Yang Mulia akan memberi ampun kepadamu yang masih
Terdengar Thung Hay Nio-nio berkata perlahan. Karena ia merasa sayang kalau
gadis yang begini cantik jelita akan binasa di tangan orang-orang Istana Hantu!
Akan tetapi, sungguh di luar dugaan dari mereka. Lily mengeluarkan jeritan marah
bukan main. Dan sekali berkelebat ia sudah menerjang Thung Hay Nio-nio
menggunakan pedangnya menusuk nenek ini.
Namun alangkah herannya gadis ini karena begitu pedangnya tertangkis oleh
tongkat nenek itu, ia merasakan tubuhnya lemas bukan main. Dan tiba-tiba kepalanya
menjadi pening dan terhuyung-huyung memegangi kepalanya yang terasa berat bukan
main. Tiba-tiba Sian Jiu Nio-nio menggerakkan rambutnya yang panjang. Amat cepat
sekali gerakan ini, sehingga Kwan Kong Beng yang hendak mencegah tindakan nenek
ini tak keburu lagi. Terdengar suara tulang lengan patah, tubuh Lily terlempar jauh dan gadis ini jatuh
dalam keadaan terguling miring. Ternyata tulang tangan gadis itu telah patah di bagian
siku membuat Lily menggeliatkan badannya menahan sakit bukan main.
Istana Hantu - Halaman 270
270

Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yoza collection Dari matanya menetes air mata saking hebatnya rasa nyeri yang menusuk-nusuk
ke jantung. Gadis ini menggigit bibir dan berusaha hendak bangkit namun dirasakan
tubuhnya lemas bukan main.
-hakakek gila Sin Kun Buke atas.
-jurus dari -nio tertawa bergelak sambil mengangkat muka
-nio, jangan kau celakakan gadis itu, hadapkan ia segera ke Istana Hantu, kami
-nio menarik tangan puteranya, namun Kong Beng berkata:
- perempuanTarikan Thung Hay Nio-nio ini membuat tubuh Kong Beng agak terpelanting, namun
ia masih menoleh ke belakang dan berkata kepada Sian Jiu NioAkan tetapi Sian Jiu Nio-nio tidak menyahut. Ia masih tertawa bergelak-gelak
menengadahkan mukanya ke atas.
Pikirannya yang tidak normal itu membuat penyakit lamanya kumat kembali,
rambut yang panjang itu bergerak-gerak bagaikan tangan-tangan yang hendak
mencekik leher si gadis. Tiba-tiba matanya bercahaya aneh dan menyeramkan. Dari kelopak mata yang
sudah tua itu menetes air mata yang berjatuhan bercampur dengan air liur yang keluar
pula dari mulutnya. Lidanya menjilat-jilat bibirnya dan begitu ia menundukkan kepalanya untuk siap
menghancurkan kepala gadis itu. Tiba-tiba ia menjadi terbelalak melihat seorang
pemuda tampan sederhana telah bersimpuh di samping si gadis mengurut-urut lengan
yang tadi terkena pukulannya itu, sedangkan si gadis nampak seperti orang tidur tak
sadarkan diri. Pemuda ini wajahnya sangat tampan, akan tetapi dilihat dari cara berpakaiannya,
agaknya orang muda ini tentu penduduk dusun yang miskin. Di sana sini pada bajunya
Istana Hantu - Halaman 271
271 yoza collection nampak tambal-tambalan, kendati demikian pakaian yang terbuat dari kain kasar itu
cukup bersih. Orang muda itu berusia sekitar sembilanbelas tahun, sepasang matanya laksana
bintang pagi yang cerah menyinarkan. Pandangan tajam menusuk jantung.
Pemuda ini bersimpuh di samping si gadis yang rebah membelakangi, sedangkan
ia tengah mengurut-urut pangkal lengan yang telah remuk itu. Dalam keadaan demikian
pemuda sederhana itu menoleh dan tersenyum.
Pemuda sederhana itu menyembulkan senyum dan berkata tenang,
-cepat. Apa kau tidak takut akan
Dipermainkan seperti ini Sian Jiu Nio-nio menjadi semakin kalap. Tokoh-tokoh besar
dunia kang-ouw tidak ada yang berani mempermainkan dirinya oleh, pemuda ini.
Aneh sejak kapan pemuda ini datangnya, kenapa ia tidak tahu" Padahal ia biasanya
mempunyai pendengaran telinga yang tajam.
Mengapa kali ini dia tidak tahu kedatangan pemuda itu" Kapan datangnya, dan
siapa orang muda yang mempunyai pandangan tajam menembus jantung ini"
-nenek peot, ah kau.. . . . kau berani menghinaku. Apa kau mempunyai nyawa rangkap
- -hik-hik-hik -bo (kuntilanak) mukamu jelek, rambutmu panjang penuh
-nio dan rambutnya bergerak menampar. Dalam kemarahannya ini ia hendak membikin sekali mampus
pemuda sederhana ini dengan sekali sabet dengan rambutnya.
Istana Hantu - Halaman 272
272 yoza collection Inilah kelihaian Sian Jiu Nio-nio. Rambutnya yang panjang terurai sebatas pantatnya
itu merupakan ribuan kawat baja yang bergerak tegang mengirimkan totokan jalan
darah ke arah punggung si pemuda.
Akan tetapi sungguh di luar dugaan Sian Jiu Nio-nio yang menjadi terkejut dan
heran melihat pemuda itu sama sekali tidak menangkis atau mengelak. Serangkum
pukulan rambut yang dahsyat itu diterima dengan pundaknya yang ketika itu telah
membelakanginya. Rasa penasaran dan heran ini membuat nenek itu menjadi gemas dan marah.
Segera ia mengerahkan pukulan rambutnya lebih hebat lagi dengan maksud
melemparkan pemuda yang dianggap sangat bodoh sekali membiarkan pundaknya
terhantam pukulan rambut.
yang hebat itu! Untuk beberapa saat tubuh pemula itu tergetar hebat.
Sebaliknya Sian Jiu Nio-nio terkejut bukan main merasakan seluruh rambutnya
seperti menyentuh besi baja yang keras dan panas, sampai ke kulit kepalanya dirasakan
panas dan nyeri. Namun melihat pemuda itu tidak bergeming dan masih tetap
membelakanginya seakan-akan tidak merasakan pukulan rambutnya tadi, nenek ini
melangkah maju hendak mengirimkan pukulan kedua dengan tangannya yang diputarputarkan di atas kepala.
Akan tetapi, belum lagi ia menjatuhkan pukulan tangannya. Tiba-tiba ia terbelalak
melihat pemuda itu kini berdiri dan tersenyum mengejek kepadanya.
-bo, masih ada lagikah pukulan tahumu" Enak sekali rasanya, tulang belakangku
yang tadinya terasa pegal-pegal itu kini lenyap.
-bo, apa kau nggak Sian Jiu Nio-nio memelototkan matanya. Kalau tidak mengalami sendiri pasti ia
tidak percaya. Ia biasanya membanggakan pukulan rambutnya yang sudah terlatih dan
dapat menghancurkan batu gunung dengan sekali tampar.
Dan pernah hanya dengan beberapa lembar rambutnya ia dapat memukul mati
seekor kerbau gila yang sedang ngamuk. Malah tokoh-tokoh Istana Hantu seperti Te
Thian Lomo, Thay-lek-hui-mo dan Nakayarinta, tak berani manerima pukulan
rambutnya yang dahsyat ini.
Istana Hantu - Halaman 273
273 yoza collection Akan tetapi pemuda ini, sungguh luar biasa! Saking herannya dia, sampai untuk
beberapa lama ia berdiri bengong seakan-akan ia tidak percaya melihat kejadian tadi.
Setankah orang itu" Masa menghadapi pukulan rambutnya tidak kenapa-kenapa,
malah masih bisa tersenyum. Benar-benar tak masuk diakal!
Apakah ia tadi hanya kebetulan saja tidak mengerahkan lwekang di rambutnya
sehingga pemuda itu tidak terluka. Atau apakah tiba-tiba tenaga lwekangnya yang tadi
disalurkan ke seluruh rambutnya tiba-tiba menjadi bocor dan tidak ampuh lagi"
Sian Jiu Nio-nio mengibaskan kepalanya. Terdengar suara keras, karena batu besar
yang berada di tepi jalan itu hancur berantakan dan mengeluarkan bunga api saking
keras pukulan rambutnya barusan.
atu yang nggak punya salah
dipukuli. BenarHampir meledak rasanya kemarahan yang tersembunyi di dalam dada nenek itu,
sehingga saking marahnya, ia mengeluarkan gerengan keras. Dan tahu-tahu serangkum
rambut yang panjang itu sudah menyambar dahsyat ke arah si pemuda.
Ketika itu si pemuda sudah berjongkok di dekat tubuh Lily yang masih menggeletak
terlentang di tanah. Dan merasa ada hawa pukulan yang menyambar dari belakang,
cepat pemuda itu membalikkan tubuhnya dan memegangi kepalanya, seperti orang
yang ketakutan kepalanya terkemplang rambut yang panjang dan berombak-ombak itu.
Akan tetapi dalam keadaan berjongkok seperti itu tiba-tiba ia mementangkan kakinya
dan membuat pasangan bhe-si yang kukuh dan kuat.
g penuh tenaga lwekang itu hertemu di atas kepala si
pemuda yang ditutupi tangan, terdengar suara keras seakan-akan batok kepala si
pemuda hancur berantakan.
Akan tetapi sungguh ajaib bukan kepala si pemuda itu yang hancur berantakan
melainkan puluhan rambut si nenek itulah yang pada beterbangan rontok. Dan Sian Jiu
Nio-nio sendiri terpental mundur, karena merasa pukulan rambutnya tadi membalik
menyerang kepalanya sendiri.
Ribuan bintang berputar-putar di atas kepalanya. Seluruh rambutnya berdiri tegang
dan rasa panas terasa membakar di atas kepalanya.
Sian Jiu Nio-nio memandang si pemuda dengan pandangan membelalak. Kepalanya
bergoyang-goyang karena merasa pening dan telinganya mendengar bunyi mengiung
yang keras. Istana Hantu - Halaman 274
274 yoza collection Sian Jiu Nio-nio cepat meramkan matanya dan mengerahkan hawa murni ke atas
kepala yang terasa pening bukan main. Ia merasa badannya seperti diayun-ayun dan
sepasang kakinya menggigil keras.
Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan sakit, tahulah ia bahwa ia sudah terluka. Segera
ia menjatuhkan diri dan bersila memusatkan tenaga sin-kang di dada.
Setelah merasa bahwa kepalanya tidak terasa pening lagi dan sesak napasnya
lenyap, Sian Jiu Nio-nio membuka matanya dan menengok.
Ternyata pemuda setan itu sudah tidak kelihatan lagi, lenyap bersama gadis yang
terluka tadi. Segera ia bangkit perlahan, berdiri dan memandang ke tempat di mana
tadi pemuda itu berada. Matanya celingukan ke sana kemari. Tiba-tiba pandangan matanya tertumbuk oleh
sebuah tulisan di batu yang tadi telah dipukul olehnya.
Jilid 10 ULISAN itu diguratkan oleh jari telunjuk dan membekas dalam seperti diukir
pada batu yang keras itu. Berbunyi:
-bo, hari ini Giam-lo-ong mengampuni nyawamu. Akan tetapi awas kau!
Melihat tulisan ini, keruan saja Sian Jiu Nio-nio melarikan diri dan ketakutan
setengah mati. Siapa dia.. . . siapa pemuda itu"
Dalam larinya tunggang langgang itu nenek ini tak habisnya berpikir dan tiba-tiba
ia merasakan seluruh bulu tengkuknya berdiri dan cepat-cepat ia melompat jauh lari
semakin cepat dengan hati penuh kengerian!!!
ooOOoo Ya, siapakah dia" Siapa pemuda yang sederhana dan sakti ini" Untuk mengenal
pemuda perkasa ini baiklah kita menengok keadaan Pei Pei di jurang maut di
pegunungan Ta-pie-san. Seperti kita ketahui, Pei Pei yang malang itu terjatuh ke jurang oleh sebab
tendangan Bu-tek Sianli yang keji dan ganas itu. Akan tetapi bersyukurlah kita bahwa
menjelang ajalnya ini secara kebetulan sekali seorang yang ke dua kakinya buntung
tengah berada di tepi jurang di tengah-tengah tebing yang amat tinggi itu.
Istana Hantu - Halaman 275
275 yoza collection Kebetulan ia berhasil menyelamatkan nyawa Pei Pei yang terjatuh, sehingga
perempuan muda ini tidak terbanting seperti dugaan Tiang Le dan Bwe Lan yang
mencari-cari di atas tebing itu.
Bersama nenek yang bernama Bong Kwi Nio itulah Pei Pei tinggal di sebuah gua
yang terdapat di tebing pegunungan Ta-pie-san.
Nenek Bong Kwi Nio yang kedua kakinya buntung sangat sayang sekali kepada Pei
Pei dan menganggap anak sendiri. Ini membuat Pei Pei terharu dan kasihan kepada
nenek yang malang ini, rasanya ia lebih suka tinggal menyendiri di tempat ini bersama
si nenek yang dianggap sebagai neneknya sendiri.
Akan tetapi setelah beberapa bulan Pei Pei tinggal di gua itu, atas pertolongan Bong
Kwi Nio, Pei Pei melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Sung Tiang Hin.
Lampu pelita yang tadinya hampir padam kini menyala kembali menerangi gua di
tebing pegunungan Ta-pie-san itu.
Hari-hari dilaluinya dengan penuh kebahagiaan. Bocah cilik yang bernama Sung
Tiang Hin ini, sangat mirip sekali dengan ayahnya Sung Tiang Le, sehingga Pei Pei
sangat sayang sekali kepada anak tunggalnya ini.
Begitu pula Bong Kwi Nio. Setelah Tiang Hin berumur sepuluh tahun, nenek ini mulai
mendidik Tiang Hin dengan ilmu silat yang pernah ia pelajari dari gambar-gambar di
dalam dinding gua itu. Sedangkan Pei Pei memberi pelajaran ilmu sastra kepada anak ini sehingga dalam
usia hampir limabelas tahun Tiang Hin boleh dikata telah menjadi pemuda remaja yang
pandai ilmu silat dan sastra (bun-bu-cwan-jay)! Semakin dewasa, wajah Tiang Hin mirip
sekali dengan ayahnya sehingga membuat Pei Pei seringkali rindu untuk bertemu
dengan Tiang Le, suaminya.
Kurang lebih hampir duapuluh tahun Pei Pei dan Bong Kwi Nio tinggal di tempat
itu, yakni di sebuah gua yang terdapat di dalam jurang yang, tak berdasar, yang berada
di puncak Ta-pie-san, yang sebetulnya merupakan lereng tersebut dari bukit itu.
Kalau di samping Pei Pei memberi pelajaran sastra kepada anaknya ini, juga ia
menerima gerakan-gerakan ilmu silat yang ia dapat pelajari dari gambar-gambar di
dinding gua. Bong Kwi Nio juga tidak tinggal diam.
Nenek ini melatih Tiang Hin dari dasar-dasar ilmu silat tinggi yang sebetulnya
adalah ciptaan Sui-kek Siansu, akan tetapi karena ia tidak tahu judul ilmu silat ini maka
Bong Kwi Nio memberinya nama ilmu silat Sui-kek-sin-ciang, sehingga dalam usia
Istana Hantu - Halaman 276
276 yoza collection hampir limabelas tahun kemudian Tiang Hin langsung mempelajarinya dari kitab yang
terdapat di dalam sebuah gua itu!
Sehingga atas gemblengan Bong Kwi Nio dan kitab peninggalan Sui-kek Siansu ini,
dalam usia hampir sembilanbelas tahun. Tiang Hin bukan saja sudah matang ilmu
silatnya, namun ia benar-benar digembleng kebathinan oleh ibu dan neneknya!
Memang sejak Bong Kwi Nio tinggal di gua ini hampir tujuhpuluh tahun.. . . , ia merasa
ketenangan bathin dan ketentraman hidup hasil dari pada kesendirian hidupnya di gua
ini. Di tempat yang sunyi ini, nenek itu mendapatkan ketentraman hidup, apa lagi setelah
Tiang Hin lahir. Diam-diam nenek ini memusatkan pikirannya ke alam rohani dan mempertinggi
pelajaran-pelajaran kebathinan yang ia dapat baca dari kitab-kitab yang terdapat di
dalam gua itu, sehingga tak heran Tiang Hin selalu menerima pelajaran-pelajaran
kebathinan yang sangat berharga itu.
Sehingga dalam usia yang masih sangat muda ini, Tiang Hin telah berpikir masak
dan mempunyai pandangan hidup yang jauh!
Pada suatu hari, Pei Pei nampak murung bukan main. Ia memandang jauh ke
sebuah lembah yang menghampar di bawah tebing ini.
Nampak dari sini, di bawah sana itu rumah-rumah penduduk dusun kelihatan kecil
dan seperti kotak-kotak kecil yang hanya kelihatan samar-samar saja. Ia sudah lama
sekali merindukan untuk kembali ke dunia ramai, baru sekarang ini terasa benar setelah
Tiang Hin menjadi seorang pemuda.
Biar bagaimanapun, ia harus mencari jalan untuk keluar dari neraka ini. Berharihari ia memikirkan persoalan ini, sehingga hari itu Tiang Hin menghampirinya dan
menegur. Pei Pei menoleh dan mengusap rambut anaknya yang berlutut di depannya.
-ji. Popo bilang katanya Hinusah kuatir. Jangan pikirkan itu. Di sini ada nenek, aku dan kau yang
sangat mencintaiku, untuk apa kita berpikir yang tidak-ji, biar bagaimanapun juga kita harus berupaya untuk keluar dari
jurang ini. Atau apakah kita diam saja, di sini, dan mati terkubur hidup-hidup.
Istana Hantu - Halaman 277
277 yoza collection Pei Pei terdengar perlahan dan ia mengisak.
ia dijuluki orang Pendekar Lengan
Buntung. -benar -ji. Sekarang mungkin ayahmu berada di Tiang-peksan.
u berpikir bagaimana caranya kita harus keluar dari neraka
ini. Aku tak ingin kau bersendiri di tempat ini Hin-ji, kau masih mempunyai seorang
-pagi mencari jalan. Masak kita tidak keluar dari sini.
-ji. Tebing di sana itu terlalu
tinggi untuk kita dapat ke puncak, tak mungkin kita daki, sedangkan di samping kanan
dan kiri gua ini terbentang jurang yang maha dalam.
hidupusah kuatir. Di dalam segala sesuatu, baiklah serahkan kepada Yang Maha Kuasa.
dari jurang ini. Tentu Thian lebih berkuasa, ia yang akan mengatur dan memberi jalan
asalkan kita Demikianlah berhari-hari itu, Tiang Hin dan Pei Pei mencari jalan keluar dan
menyelidiki keadaan di jurang ini. Akan tetapi sampai berbulan-bulan lamanya, ternyata
mereka tidak menemukan jalan yang kiranya dapat keluar dari jurang ini. Hingga Tiang
Hin yang berhati tabah, akhirnya berkata,
Pei Pei memandang anaknya,
Istana Hantu - Halaman 278
278 yoza collection -ji, tak boleh itu terjadi. Biar bagaimanapun juga kita harus keluar dari
ndangannya ke atas tebing yang tidak kelihatan puncaknya, tertutup oleh awan di atas.
Tebing yang tinggi itu penuh dengan pepohonan yang tumbuh di sana, kadangkadang nampak putih-putih oleh sebab tanah kapur yang tidak ditumbuhi pepohonan.
Awan putih menutupi puncak tebing itu saking tingginya.


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pei Pei juga mendongakkan kepalanya ke atas.
memandang ke atas. Hin. Tiba-ji.. . mengapa sekarang kau yang berputus asa" Bukankah kau sudah mempelajari ilmu silat
tinggi dan tenaga sin-kang kurasa dapat membantu engkau keluar dari sini!
-ji. Dengan menggunakan ilmu cecak
-ji, akan tetapi kurasa jalan inilah satu-satunya. Tak
-kek Siansu bisa keluar dari gua ini tentu merayap di tebing
itu, masakan ia bisa terbang ke atas. Kalau Sui-kek Siansu suhu bisa merayap, mengapa
dah mempunyai kesaktian yang luar biasa.
-ji. Eh, mengapa kau begini lemah
Popo. Kita mendaki tebing itu.. . mudah-
Istana Hantu - Halaman 279
279 yoza collection dalam gua kemudian keluar lagi bersama-sama Bong Kwi Nio.
-datang si nenek menegur.
in tidak ada. Jalan satu-satunya kita harus mendaki tebing itu. Mati dan hidup kita harus berusaha
Melihat ibunya hampir menangis, Tiang Hin menghampiri Poponya dan berkata:
. Jalan satuBong Kwi Nio menggelengkan kepala.
-ji, tebing ini sangat tinggi. Bagaimana kalau kita
tangan. ibu, popo. Aku hendak bertemu dengan ayah dan ibu juga sudah rindu sama ayah. Popo
Bong Kwi Nio memandang ke atas.
wejangan kepadaku, bahwa kita hidup ini harus berusaha dan berharap kepada Thian.
berhasil tidaknya mengapa kita tidak mengharap kepada Thian Yang Maha Kuasa"
hu Sui-kek Siansu dapat keluar dari sini hanya melalui jalan
Bong Kwi Nio menoleh dan memandang cucunya ini. Melihat wajah Tiang Hin yang
begitu serius, nenek ini menarik napas panjang dan akhirnya berkata:
bisa bilang apa-apa. Hanya aku kuatir Hin-
Istana Hantu - Halaman 280
280 yoza collection . Harap Popo tidak menguatirkan kami. O ya,
-seri dan penuh harapan membayang di wajahnya.
-ji. Tak perlu lagi kembali ke dunia ramai. Biarlah dari sini aku
berdoa u -tangisanlah mereka ini. Bagi Pei Pei sebetulnya sangat berat sekali hatinya berpisah dengan nenek yang
sangat dicintainya ini. Budi baik nenek ini sukar sekali untuk terkatakan.
Karena nenek inilah yang pernah menyelamatkan jiwanya sehingga terlahir
puteranya Tiang Hin di tempat ini. Sekarang, ia akan meninggalkannya nenek ini.
Seakan-akan perpisahan ini merupakan kematian saja.
k berhutang budi denganmu. Entah bagaimana aku dapat
membalasnya" Popo.. . . kau turutlah kami mendaki tebing itu . Marilah kita tinggalkan
Suara Pei Pei terisak dan memandang nenek yang kedua kakinya buntung itu, dan
tengah bersimpuh di depan gua. Tangan si nenek mengelus rambut Pei Pei.
Thian yang menentukan. usahakanlah agar keberangkatan kalian ini tidak sia-sia. Kegagalan berarti maut yang
menyambut kalian. dunia ramai, akan menyusahkan bagi yang hidup saja. Biarlah aku di tempat ini.
ngkatlah. Hati-hati Hin-ji, jagailah ibumu, mudah-mudahan kalian
Tiang Hin berlutut memeluk nenek ini dan mengangis terseduyap ke atas tebing itu, mohon doa sembahyangmu agar
itu dan berlutut tiga kali dihadapan si nenek.
Bhong Kwi Nio buru-buru mengangkat bangun Pei Pei dan katanya:
Istana Hantu - Halaman 281
281 yoza collection an begitu Pei Pei, lekaslah kau berangkat, dan sudahkah kau bersiap-siap
dengan alat-alatmu untuk mendaki. Hati-hati Hin-ji, apalagi di sebelah sana itu terdapat
tanah kapur yang mudah longsor. Kalian pergunakanlah tenaga sin-kang merayap
seperti cecak. Ak -ji. Aku akan selalu berdiam di sini
Demikianlah Pei Pei dan Tiang Hin menuju ke jurang sebelah kiri dan
mempergunakan sepasang pedang yang diambilnya di dalam goa. Akan tetapi setelah
sampai di tebing sebelah sana itu, alangkah girangnya pemuda itu melihat pada
dinding-dinding tebing yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon yang mempunyai
akar yang kuat-kuat dan ulet.
Dengan girang sekali Tiang Hin menoleh kepada ibunya,
Sebaiknya dengan bantuan akar-akar ini kita dapat memanjat ke atas.
duluan, biar anak memanjat di bawah. Hati-hati ibu, akar ini licin
Pei Pei mencoba untuk tersenyum. Matanya basah memandang anaknya yang sangat
dicintainya. Melihat mata ibunya basah, Tiang Hin mengusap pipi ibunya dengan sayang,
Tiang Hin memandang ibunya yang telah menjambret akar pohon yang
bergelayutan itu. Kemudian dengan ke dua kakinya ia menjejakkan tebing yang penuh
dengan akar-akar pohon itu.
Melihat ibunya sudah memanjat, pemuda itu cepat mempergunakan gin-kangnya
mencelat ke atas dan menyambar sebuah akar pohon. Sekali lagi ia menoleh ke arah
gua dan berteriak kepada neneknya yang tengah memandang di luar gua itu.
-hati HinDan mendengar seruan yang terakhir ini, Tiang Hin menjadi tabah dan ia terus
merayap bergelayutan dari akar pohon ke akar pohon lainnya yang lebih tinggi. Ia terus
Istana Hantu - Halaman 282
282 yoza collection menggunakan cara berpegangan pada akar pohon ini sambil berkali-kali ia memberi
peringatan kepada ibunya.
Demikianlah, dua orang itu mulai merayap naik. Mulanya memang tidak terlalu
sukar merayap ke atas dengan berpegangan pada akar-akar pohon yang cukup kuat
ini. Akan tetapi setelah mereka sudah sampai ketinggian seratus meter, tiba-tiba
perjalanan terasa amat sukar bukan main.
Berapa kali tubuh Pei Pei hampir tergelincir akibat akar pohon yang dipegangnya
jebol. Dan untung Tiang Hin berada di bawahnya dan cepat-cepat telah memegang
lengan ibunya. Tiba-tiba udara menjadi mendung. Kabut tebal menaungi di atasnya dan hujan turun
dengan lebatnya. Hal yang tak tersangka-sangka ini terjadi sudah.
Kedua orang yang sedang merayap itu bertambah sukar lagi dalam keadaan yang
sangat licin ini. Tubuh ke duanya sudah bermandikan air hujan dan basah kuyup.
Ketika itu Pei Pei sudah lemah sekali. Beberapa kali ia hampir jatuh dan kehilangan
pegangan kalau tidak buru-buru Tiang Hin menyambar tangan ibunya dan
menyodorkan akar pohon yang lebih kuat.
-lama akar ini menahan tubuh kita akan
Tiang Hin kuatir sekali melihat keadaan ibunya yang sudah lelah ini. Ia sendiri kalau
tidak mempunyai sin-kang yang luar biasa ditubuhnya, niscaya tak dapat bertahan lama
melakukan perjalanan merayap seperti ini.
Sekali saja pegangan tangan pada akar pohon itu terlepas, niscaya akan terguling
tubuhnya masuk ke jurang. Namun demikian, dalam keadaan yang amat sukar dan
berbahaya ini, Tiang Hin selalu memperhatikan keadaan ibunya.
yang lebat suara ibunya mengeluh.
aian hujan Cepat dan cekatan Tiang Hin mendekati ibunya dan memeluk tubuh ibunya yang
tak kuasa untuk berpegangan itu.
sampai ke atas sana - Istana Hantu - Halaman 283
283 yoza collection -ji. Kau mengingatkan aku
jangan lamaakar pohon yang lain.
Dengan amat sukar sekali Pei Pei memanjat ke atas. Ia benar-benar sudah lelah
sekali, hampir-hampir tak kuat mengangkat tubuhnya memanjat.
Untung Tiang Hin tidak lengah dan senantiasa menjaga ibunya. Dan berkali-kali ia
menyalurkan hawa sin-kang ke pundak ibunya supaya ibunya dapat tenaga baru,
dengan demikian perlahan dan lambat mereka terus merayap ke atas.
Sementara itu hujan bertambah deras. Udara dingin bukan main membuat Pei Pei
bertambah pucat sekali kelihatannya.
Sedangkan Tiang Hin sendiri, merasa tubuhnya sakit-sakit terkena duri-duri pohon
yang menyeret dan membeset kulit tubuhnya. Sepatu yang dipakainya sudah bolongbolong dan hancur dan bajunya basah kuyup, robek sana sini terkait akar-akar pohon.
Akan tetapi mereka ini sungguh tabah. Biarpun Pei Pei sudah lelah bukan main dan
kedua kaki dan tangannya terasa menggigil, namun ia terus merangkak ke atas dengan
dibantu Tiang Hin yang juga kelihatan sudah lelah sekali karena menahan tubuh ibunya
dari bawah. Sekali saja pegangan tangan terlepas, pasti tubuhnya akan hancur di bawah
jurang. Untuk melakukan perjalanan merayap seperti ini, mereka benar-benar mempunyai
ketabahan yang luar biasa pada saat itu. Agak sukar mencari orang kedua yang seperti
Tiang Hin, yang begini tabah, ulet dan mempunyai tenaga sin-kang yang demikian tinggi
dan tanpa ia sadari. Apalagi setelah tiba di bagian tebing yang penuh dengan tanah-tanah kapur,
hampir-hampir saja Tiang Hin celaka karena pegangan tangannya yang memondong
tubuh ibunya terlepas. Namun pemuda ini demikian tabah dan tidak pernah takut.
Begitu tubuhnya meluncur ke bawah, cepat ia mempergunakan ilmu meringankan
tubuhnya dan menjambret akar pohon, membetulkan letak posisi pada pegangan
tangannya pada ibunya. Kemudian dengan menggunakan ilmu merayap di atas dinding
tangan dan kaki pemuda ini bagaikan melekat di tepi tebing dan perlahan-lahan ia
menarik ibunya yang sudah kepayahan bukan main.
Istana Hantu - Halaman 284
284 yoza collection Akhirnya berkat keuletan dan ketabahan Tiang Hin dalam usahanya ini, sampailah
mereka di atas tebing. Alangkah senangnya hati Tiang Hin menghirup udara puncak
gunung yang begitu menyegarkan.
Akan tetapi begitu ia menarik tangan ibunya, ternyata ibunya telah kepayahan
bukan main. Napasnya satu-satu dan mengap-mengap kecapean seperti ikan kehabisan
air. Melihat keadaan ibunya seperti ini, pemuda itu terkejut dan cepat-cepat memeriksa
tubuh ibunya yang kemudian dicelentangkan di atas rumput tebal di pinggiran jurang.
menyembur dada anaknya. -tiba Pei Pei memuntahkan darah segar
Wajahnya semakin pucat dan napasnya kelihatan mengap-mengap bukan main.
Perempuan setengah tua ini memandang anaknya sayu.
Tiang Hin membuka jubah luarnya dan dengan bajunya ia menyeka darah yang ke
luar dari pinggiran mulut.
Pandangan ibunya semakin meredup.
Ternyata Pei Pei sudah terluka dalam yang amat hebat akibat menahan letih waktu
mendaki tebing tadi. Hanya kekerasan dan kemauan yang keras saja yang membuat
Pei Pei berhasil bertahan sampat di puncak ini. Namun demikian ternyata paru-parunya
telah pecah. Pei Pei memuntahkan darah lagi.
Kaget sekali pemuda ini melihat keadaan ibunya seperti ini, cepat ia mencelat turun
gunung dan bermaksud hendak mencari ahli pengobatan.
Akan tetapi, di puncak gunung ini di mana ada shin-se. Ia berlari-lari menuju dusun,
akan tetapi orang-orang dusun inipun tidak mengerti ilmu pengobatan.
Maka dengan bingung dan tak tahu lagi apa yang mesti ia perbuat. Tiang Hin
berkelebat ke arah puncak mempergunakan gin-kangnya yang tinggi. Hingga melihat
pemuda sederhana itu tahu-tahu sudah lenyap, gemparlah penduduk dusun di kaki
gunung Ta-pie-san. Bagaimana pemuda itu tahu-tahu bisa menghilang dihadapan mereka" Banyak
penduduk dusun menduga tentu semacam hantu yang menjelma menjadi seorang
Istana Hantu - Halaman 285
285 yoza collection pemuda, maka tahayul ini membuat beberapa penduduk lantas saja membakar menyan
agar terhindar dari mara bahaya.
Sementara itu, begitu sampai di puncak Tiang Hin berteriak kaget melihat ibunya
ternyata telah tak bernyawa. Seluruh baju pada dadanya terdapat banyak darah yang
keluar dari mulut, cepat-cepat pemuda itu mengangkat kepala ibunya yang penuh
Sumpah Palapa 20 Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari Liang Pemasung Sukma 1
^