Pencarian

Anjing Setan Baskerville 1

Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville Bagian 1


Sir Arthur Conan Doyle Anjing Setan Baskerville Download Ebook Jar LAinnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Bab 1 Mr. Sherlock Holmes Mr. Sherlock holmes, yang biasanya bangun sangat terlambat di pagi hari kecuali pada saat-saat tertentu yang jarang terjadi ketika ia terjaga sepanjang malam telah duduk di meja sarapan. Aku
berdiri di karpet di depan perapian dan meraih tongkat milik tamu kami yang tertinggal semalam.
Tongkat itu terbuat dari sepotong kayu yang bagus dan tebal, dengan bagian pangkal menggembung,
jenis yang dikenal dengan istilah "pengacara Penang". Tepat di bagian bawah kepala tongkat terdapat
pelat perak selebar hampir satu inci: "Untuk James Mortimer, M.R.C.S., dari teman-teman di C.C.H.,"
terukir di pelat perak itu, ditambah tahun "1884". Tongkat itu biasa dibawa oleh dokter keluarga di
zaman dulu kesannya bermartabat, kokoh, dan menenangkan.
"Well, Watson, apa yang bisa kausimpulkan dari tongkat itu""
Holmes tengah duduk memunggungiku, dan aku tidak memberikan tanda-tanda apa pun
mengenai kesibukanku. "Dari mana kau tahu apa yang kulakukan" Aku yakin kau memiliki mata di belakang
kepalamu." "Paling tidak, ada poci kopi perak yang digosok dengan baik di depanku," katanya. "Tapi,
katakan Watson, kesimpulan apa yang bisa kau tarik dari tongkat tamu kita itu" Karena kita begitu sial
sehingga tidak bisa bertemu dengannya dan tidak mengetahui keperluannya, cendera mata tanpa
sengaja ini menjadi penting. Coba kau rekonstruksikan si pemiliknya, berdasarkan tongkat itu."
"Kupikir," kataku, mengikuti metode temanku sebisa mungkin, "Dr. Mortimer seorang ahli
medis tua yang sukses, sangat terhormat, karena orang yang mengenalnya memberikan tanda
penghargaan ini." "Bagus!" kata Holmes. "Luar biasa!"
"Juga kemungkinan besar dia seorang dokter pedalaman yang banyak melakukan kunjungan
dengan berjalan kaki."
"Kenapa begitu""
2 "Karena tongkat ini, sekalipun aslinya sangat cantik, telah begitu aus akibat sering dipukul-pukul, satu hal yang sulit kubayangkan dilakukan oleh dokter kota. Lapisan besi tebalnya telah aus, jadi
jelas dia banyak berjalan dengan menggunakan tongkat ini."
"Sangat bagus!" kata Holmes.
"Dan tulisan itu, 'teman-teman di C.C.H.' Kurasa huruf H itu singkatan dari Hunt berburu.
Mungkin itu kelompok berburu setempat yang mendapat bantuan medis darinya, dan yang memberikan
hadiah kecil ini sebagai balasannya."
"Sungguh, Watson, kau luar biasa," kata Holmes sambil mendorong mundur kursinya dan
menyulut rokok. "Harus kuakui bahwa penjelasanmu yang begitu bagus sudah menambah
keberhasilanku sendiri, sekalipun kau terkadang agak meremehkan diri. Kepandaianmu mungkin tidak
mencolok, tapi kau benar-benar sumber inspirasi. Ada orang-orang yang tidak memiliki kejeniusan,
tapi mampu merangsangnya. Kuakui, temanku, aku sangat berutang budi padamu."
Ia belum pernah berbicara sebanyak itu sebelumnya. Dan harus
kuakui aku senang mendengarnya, karena aku sering tergelitik oleh
ketakacuhannya akan kekagumanku dan usaha-usahaku untuk
mempublikasikan metodenya. Aku juga merasa bangga, mengira sudah
begitu menguasai sistemnya sehingga bisa menerapkannya dengan
mendapatkan persetujuannya. Kini ia mengambil tongkat itu dari
tanganku dan memeriksanya selama beberapa menit. Lalu dengan
ekspresi tertarik, ia meletakkan rokoknya, dan membawa tongkat itu ke
jendela. Di sana ia mengamatinya sekali lagi dengan kaca pembesar.
"Menarik, sekalipun mendasar," katanya sambil kembali ke sudut
kursi kesukaannya. "Jelas ada satu atau dua indikasi pada tongkat ini,
yang bisa memberi kita satu atau dua deduksi."
"Apa ada yang kulupakan"" tanyaku pongah. "Aku yakin tidak ada
hal-hal penting yang kulewatkan."
"Sayangnya, Watson, justru sebagian besar kesimpulanmu salah.
Ketika kukatakan kau memicu semangatku sendiri, yang kumaksud
3 adalah, sejujurnya, dengan memperhatikan kesalahanmu terkadang aku justru mendapatkan kebenaran.
Bukannya kau salah sepenuhnya dalam hal ini. Orang ini jelas dokter pedalaman. Dan dia banyak
berjalan." "Kalau begitu aku benar."
"Hanya sampai di situ."
"Tapi memang hanya itu." "Tidak, tidak, Watson yang baik, tidak hanya itu sama sekali bukan hanya itu. Misalnya,
menurutku hadiah ini kemungkinan berasal dari rumah sakit dan bukannya dari kelompok berburu. Dan
kalau inisial CC diletakkan di depan kata hospital rumah sakit maka nama 'Charing Cross' akan
sewajarnya menjadi kepanjangannya."
"Kau mungkin benar."
"Kemungkinannya mengarah ke sana. Dan kalau kita menganggap hipotesis ini benar, kita
mendapat landasan baru untuk mulai menyusun profil tamu tidak dikenal ini."
"Well, kalau begitu, seandainya 'C.C.H.' memang singkatan dari 'Charing Cross Hospital,'
kesimpulan apa lagi yang kita dapatkan""
"Apa kau tidak melihatnya" Kau tahu metodeku. Gunakan!"
"Aku hanya bisa memikirkan yang jelas terlihat, yaitu orang ini pernah berpraktek di kota
sebelum pindah ke pedalaman."
"Kurasa kita bisa mengembangkannya sedikit lebih luas dari itu. Coba pertimbangkan.
Kemungkinan terbesar, dalam rangka apa hadiah semacam ini diberikan" Kapan teman-temannya akan
bersatu untuk memberikan tanda niat baik mereka" Jelas pada saat Dr. Mortimer mengundurkan diri
dari rumah sakit untuk membuka praktek sendiri. Kita tahu ada hadiah ini. Kita percaya ada perubahan
dari rumah sakit kota menjadi praktek di pedalaman. Kalau begitu, apakah berlebihan bila kita katakan
pemberian hadiah ini berkaitan dengan perubahan itu""
"Tampaknya itulah kemungkinan terbesar."
"Nah, kau tahu dia tidak mungkin termasuk jajaran staf di rumah sakit, karena hanya seseorang
4 yang sangat mapan dalam praktek di London yang bisa memegang jabatan itu, dan orang seperti itu
tidak akan pindah ke pedalaman. Kalau begitu, siapa dia" Bila dia bekerja di rumah sakit dan bukan
sebagai staf, jelas dia ahli bedah atau dokter umum sedikit lebih tinggi dari mahasiswa senior. Dan
dia mengundurkan diri lima tahun lalu lihat tahun pada tongkatnya. Jadi pendapatmu tentang dokter
keluarga yang serius dan sudah parobaya pun lenyap begitu saja, Watson, dan sebagai gantinya adalah
pemuda yang belum berusia tiga puluh, periang, tidak ambisius, pelupa, dan pemilik seekor anjing
kesayangan, yang menurutku lebih besar dari terrier tapi lebih kecil dari mastiff."
Aku tertawa tertegun sementara Sherlock Holmes bersandar kembali di kursinya dan
mengembuskan cincin asap yang bergelombang naik ke langit-langit.
"Untuk bagian terakhir tadi, aku tidak tahu cara mengeceknya," kataku, "tapi setidaknya
tidaklah sulit mencari tahu beberapa hal mengenai usia dan karier profesional orang itu."
Dari rak buku medisku yang kecil kuambil Direktori Medis dan menemukan nama itu. Ada
beberapa orang bernama Mortimer, tapi hanya satu yang mungkin merupakan tamu kami. Aku
membaea catatan itu keras-keras.
"Mortimer, James, M.R.C.S., 1882, Grimpen, Dartmoor, Devon. Ahli bedah rumah sakit, dari
1882 hingga 1884, di Rumah Sakit Charing Cross. Pemenang hadiah Jackson untuk Patologi
Komparatif, dengan esai berjudul 'Is Disease a Reversion!' Anggota jarak jauh Lembaga Patologi
Swedia. Penulis 'Some Freaks of Atavism {Lancet, 1882). 'Do We Progress!' {Journal of Psychology,
Maret 1883). Petugas Medis untuk jemaat Grimpen, Thorsley, dan High Barrow."
"Tidak disebut-sebut tentang kelompok berburu setempat, Watson," kata Holmes sambil
tersenyum, "melainkan dokter pedalaman, sebagaimana sudah kausimpulkan dengan tepat. Kurasa aku
cukup berakal sehat dalam menarik kesimpulan. Sedangkan mengenai sifatnya, seperti kukatakan kalau
tidak salah, periang, tidak ambisius, dan pelupa. Menurut pengalamanku hanya orang periang di dunia
ini yang mendapatkan pujian, hanya orang tidak ambisius yang meninggalkan karier di London untuk
bekerja di pedalaman, dan hanya orang pelupa yang meninggalkan tongkatnya, dan bukannya kartu
nama, setelah menunggu selama satu jam di rumahmu."
"Mengenai anjingnya""
"Punya kebiasaan membawakan tongkat ini di belakang majikannya. Karena tongkatnya berat,
5 anjing itu terpaksa menggigitnya erat-erat pada bagian tengahnya, dan bekas-bekas gigitannya terlihat
dengan sangat jelas. Rahang anjing itu, seperti tampak dari jarak antara bekas-bekas gigitan ini,
menurut pendapatku terlalu lebar untuk seekor terrier dan tidak cukup lebar untuk seekor mastiff.
Mungkin, ya, by Jove Demi Jupiter, seekor spanil berambut keriting."
Holmes telah bangkit berdiri dan mondar-mandir dalam ruangan sambil berbicara. Sekarang ia
berhenti di depan jendela. Suaranya terdengar begitu yakin sehingga aku memandangnya terkejut.
"Temanku yang baik, bagaimana kau bisa begitu yakin""
"Karena alasan sederhana bahwa aku sedang memandang anjing itu di depan pintu rumah kita,
dan pemiliknya sedang membunyikan bel. Jangan pergi, kumohon, Watson. Dia rekan seprofesimu, dan
kehadiranmu mungkin bisa membantuku. Sekarang ini merupakan saat-saat dramatis nasib Watson,
pada saat kau mendengar bunyi langkah kaki di tangga yang menuju ke dalam kehidupanmu, dan kau
tidak tahu apakah langkah itu membawa kebaikan atau keburukan. Apa yang diinginkan Dr. James
Mortimer, seorang ilmuwan, dari Sherlock Holmes, spesialis kejahatan" Masuk!"
Penampilan tamu kami mengejutkan diriku,
karena semula aku mengharapkan kehadiran seseorang
yang khas dokter pedalaman. Ia pria bertubuh sangat
jangkung, kurus, dengan hidung mancung bagaikan
paruh yang menjulur di antara dua mata kelabu yang
tajam, berdekatan satu sama lain dan berkilat kilat di
balik kacamata berbingkai emas. Ia mengenakan
pakaian bergaya profesional tapi agak ceroboh, karena
mantelnya tampak lusuh dan celana panjangnya kusut.
Meskipun masih muda, punggungnya telah bungkuk,
dan ia berjalan dengan kepala terjulur ke depan dan
sikap seperti orang yang suka ikut campur. Begitu
masuk, ia melihat tongkat di tangan Holmes dan
berlari mendekat sambil berseru gembira. "Aku senang
sekali," katanya. "Aku tidak yakin apakah sudah
meninggalkannya di sini atau di Kantor Pelayaran. Aku tidak ingin kehilangan tongkat ini demi apa pun
6 di dunia." "Kalau tidak salah, ini hadiah," ujar Holmes.
"Ya, Sir." "Dari Rumah Sakit Charing Cross""
"Dari satu atau dua teman di sana pada waktu aku menikah."
"Dear, dear, sayang sekali!" kata Holmes sambil menggeleng.
Dr. Mortimer mengerjapkan mata dari balik kacamatanya dengan agak bingung.
"Apa yang sayang sekali""
"Bahwa kau sudah mengacaukan deduksi kecil kami. Cuma itu. Pernikahanmu, katamu tadi""
"Ya, Sir. Aku menikah, dan karenanya mengundurkan diri dari rumah sakit, dan membawa
semua harapan untuk membuka praktek konsultasi. Aku ingin memiliki rumah sendiri."
"Sudahlah, bagaimanapun juga kami tidak keliru terlalu jauh," kata Holmes. "Dan sekarang, Dr.
James Mortimer..." "Mister, Sir, Mister hanya seorang M.R.C.S."
"Dan jelas seseorang dengan pemikiran yang saksama."
"Hanya seseorang yang senang mencoba-coba ilmu pengetahuan, mencicipi apa yang masih
belum diketahui. Kuanggap aku sedang berbicara dengan Mr. Sherlock Holmes dan bukannya..."
"Tidak, ini temanku, Dr. Watson."
"Senang bertemu denganmu, Sir. Aku sudah mendengar namamu disebut-sebut dalam kaitan
dengan Mr. Holmes. Kau sangat menarik perhatianku, Mr. Holmes. Aku tidak menduga akan melihat
tengkorak yang begitu dolichocephalic atau perkembangan supra-orbital yang begitu mencolok. Boleh
aku mengelus fissure parietal-mu! Cetakan tengkorakmu, Sir, sampai tersedianya yang asli, akan
menjadi ornamen bagi museum antropologi mana pun. Bukannya aku berniat memuji secara
berlebihan, tapi kuakui aku sangat terpesona dengan tengkorakmu."
Sherlock Holmes melambai, mengisyaratkan agar tamu kami duduk. "Kau seorang yang
7 antusias dalam bidangmu, Sir, sebagaimana diriku dalam bidangku," katanya. "Kuamati dari jari
telunjukmu bahwa kau menggulung sendiri rokokmu. Silakan menyulut satu."
Pria itu mengeluarkan kertas dan tembakau, lalu menggulung sebatang rokok dengan
kelincahan mengejutkan. Jemarinya, yang panjang dan gemetar, sesigap dan segelisah antena serangga.
Holmes membisu, tapi pandangannya yang menyambar-nyambar memberitahu diriku bahwa ia
sangat berminat pada tamu kami yang misterius ini.
"Aku beranggapan, Sir," katanya akhirnya, "bahwa kedatanganmu kemari semalam, dan
sekarang ini, bukan hanya untuk memeriksa tengkorakku saja""
"Tidak, Sir, tidak; meskipun aku senang mendapat kesempatan untuk
itu juga. Aku menemuimu, Mr. Holmes, karena kuakui aku bukan seorang yang praktis, dan karena aku tiba-tiba berhadapan
dengan masalah yang amat serius dan luar biasa. Dan, menurut pengetahuanku, sebagai pakar kedua
terbaik di Eropa..."
"Sungguh, Sir! Boleh kutanyakan siapa yang mendapat kehormatan menjadi yang pertama""
tanya Holmes kasar. "Bagi seseorang dengan pemikiran ilmiah yang tepat, karya Monsieur Bertillon pasti sangat
menarik." "Kalau begitu, apa tidak sebaiknya kau berkonsultasi dengannya""
"Seperti kataku tadi, Sir, bagi yang punya pemikiran ilmiah yang tepat. Tapi dalam hal
penanganan kasus-kasus praktis, kau adalah satu-satunya. Aku yakin, Sir, aku tidak bermaksud..."
"Hanya sedikit," kata Holmes. "Menurutku, Dr. Mortimer, lebih baik kau langsung saja
menceritakan masalah apa yang kauhadapi sehingga kau membutuhkan bantuanku."
8 Bab 2 Kutukan Baskerville "Aku membawa naskah," kata Dr. James Mortimer.
"Sudah kulihat begitu kau masuk kemari," kata Holmes.
"Ini naskah kuno."
"Awal abad kedelapan belas, kecuali naskah itu palsu."
"Dari mana kau tahu, Sir""
"Kau sengaja menonjolkannya satu atau dua inci agar terlihat olehku selama percakapan kita
tadi. Hanya pakar yang payah yang tidak bisa menentukan usia dokumen dalam toleransi sekitar satu
dekade. Kau mungkin sudah membaca tulisanku mengenai hal itu. Kuperkirakan dari tahun 1730."
"Tepatnya tahun 1742." Dr. Mortimer mengeluarkan dokumen itu dari saku dadanya. "Ini
naskah keluarga yang dipercayakan kepadaku oleh Sir Charles Baskerville, yang kematiannya yang
tiba-tiba dan tragis sekitar tiga bulan lalu menimbulkan kegemparan di Devonshire. Bisa kukatakan aku
teman terbaiknya, di samping juga dokter pribadinya. Dia
keras kepala, Sir, kasar, praktis, dan tidak imajinatif, seperti
diriku. Meskipun demikian, dia menganggap dokumen ini
sangat serius, dan pikirannya telah dipersiapkan untuk
menghadapi kematian, seperti yang akhirnya terjadi
padanya." Holmes mengulurkan tartgan, menerima naskah itu dan
meratakannya di lututnya.
"Kau akan melihat, Watson, pergantian penggunaan huruf j
panjang dan pendek. Ini salah satu dari beberapa indikasi
yang memungkinkan aku memperkirakan usianya."
Aku memandang dari balik bahunya ke kertas kuning yang
tulisannya telah memudar itu. Di bagian kepala tertulis:
9 "Baskerville Hall", dan di bawahnya, dengan huruf-huruf besar, terdapat tulisan tangan: "1742".
"Tampaknya ini semacam pernyataan."
"Ya, ini pernyataan mengenai legenda yang hidup dalam keluarga Baskerville."
"Tapi bukankah kau hendak mengkonsultasikan sesuatu yang lebih modern dan praktis
denganku"" "Paling modern. Masalah yang paling praktis dan mendesak, yang harus diselesaikan dalam
waktu 24 jam. Tapi naskah itu pendek dan sangat berkaitan dengan kasus ini. Dengan seizinmu akan
kubacakan." Holmes bersandar di kursinya, mengaitkan jemarinya satu sama lain, dan memejamkan mata,
dengan sikap menutup diri. Dr. Mortimer mengarahkan naskah itu ke cahaya dan membaca dengan
suara tinggi dan pecah, menceritakan naratif dari dunia lama yang menarik:
"Mengenai asal Anjing Keluarga Baskerville, terdapat banyak pernyataan. Namun sebagai
keturunan langsung Hugo Baskerville, dan setelah mendengar cerita tersebut dari ayahku, yang juga
mendengarnya dari ayahnya, aku menuliskannya dengan kepercayaan penuh bahwa inilah yang terjadi.
Dan aku akan memaksa kalian mempercayainya, putra-putraku, bahwa Keadilan yang sama, yang telah
menghukum dosa, mungkin juga bersedia mengampuninya, dan bahwa tidak ada beban yang begitu
berat untuk disingkirkan dengan doa dan penyesalan. Belajarlah dari cerita ini, bukan untuk takut
terhadap buah masa lalu, tapi lebih untuk mengatasi masa depan, bahwa kebusukan yang diderita
keluarga kita tidak lagi ditimpakan kepada yang tidak melakukannya.
"Ketahuilah bahwa pada masa Pemberontakan Besar (buku sejarah karya Lord Clarendon yang
sangat kusarankan untuk kalian baca), Baskerville Hall dikuasai Hugo Baskerville. Dia disebut pria
yang paling liar, kurang ajar, dan tidak percaya pada Tuhan. Hal ini, sejujurnya, bisa dimaafkan oleh
para tetangganya, men gingat kebaikan tidak pernah tumbuh di kawasan itu. Tapi Hugo memiliki selera
sinting dan kejam yang menyebabkan dirinya terkenal di seluruh wilayah Barat. Kebetulan Hugo jatuh
cinta (kalau memang ada keinginan yang begitu jahat dengan nama yang begitu indah) pada putri


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rakyat jelata yang memiliki pertanian di dekat lahan Baskerville. Tapi gadis pendiam dan memiliki
reputasi baik itu selalu menghindarinya karena takut. Suatu hari, Hugo bersama lima atau enam
kawannya menyerbu pertanian dan menculik gadis itu sewaktu ayah dan saudara laki-lakinya tidak di
10 rumah. Dia membawa gadis itu ke Hall dan mengurungnya di kamar atas. Lalu Hugo dan teman-temannya berpesta-pora, sebagaimana kebiasaan mereka sepanjang malam. Gadis malang di lantai atas
sangat takut mendengar semua nyanyian, teriakan mabuk, dan sumpah serapah keras yang terdengar
dari lantai bawah. Ketakutan menyebabkan gadis itu mengambil tindakan yang akan menyurutkan hati
bahkan pria yang paling berani atau paling aktif sekalipun. Dengan bantuan tanaman ivy yang menutupi
(dan masih menutupi) dinding selatan, dia turun, dan pulang menyeberangi rawa-rawa yang
membentang di antara Hall dan pertanian ayahnya.
"Tidak lama kemudian Hugo meninggalkan kawan-kawannya untuk membawakan makanan
dan minuman mungkin bersama hal-hal buruk lainnya untuk tahanannya dan mendapati kamar itu
telah kosong. Dengan murka dia turun ke lantai bawah dan melompat ke atas meja besar,
menerbangkan apa saja yang menghalangi jalannya. Dia berteriak keras-keras kepada kawan-kawannya
bahwa malam itu juga dia akan meenyerahkan tubuh dan jiwanya kepada Kekuasaan Iblis bila bisa
menangkap kembali gadis itu. Dan sementara yang lain tertegun menatap kemurkaan Hugo, salah
seorang yang lebih kejam, atau mungkin yang lebih mabuk, berteriak bahwa mereka harus melepaskan
anjing-anjing untuk memburu gadis petani itu. Mendengar
itu Hugo berlari keluar sambil berteriak kepada para
pembantunya agar menyiapkan kuda dan melepaskan
anjing-anjing dari kandang. Sebelumnya dia memberikan
saputangan si gadis ke hidung hewan-hewan itu. Dan
kegemparan pun terjadi di malam bulan purnama di rawa-rawa itu.
"Selama beberapa waktu teman-temannya tertegun,
tidak mampu memahami apa yang dilakukan Hugo. Tapi
tak lama kemudian mereka mulai menyadari apa yang akan
terjadi di tanah rawa itu. Suasana sangat ribut, beberapa
berteriak meminta pistol, beberapa meminta kuda, dan
beberapa meminta botol anggur tambahan. Berikutnya
ketiga belas orang itu naik ke kuda masing-masing dan
mulai mengejar. Bulan bersinar terang dan mereka berderap
11 cepat ke arah yang pasti dilalui gadis itu untuk pulang ke rumahnya.
"Mereka telah berkuda selama satu atau dua mil sewaktu bertemu penggembala di tanah rawa,
dan mereka bertanya kepadanya. Penggembala itu begitu ketakutan sehingga dia hampir-hampir tidak
mampu bicara. Tapi akhirnya dia mengatakan melihat gadis malang itu, juga anjing-anjing yang
memburunya. 'Tapi aku melihat lebih dari itu,' katanya, 'karena Hugo Baskerville melewatiku dengan
kuda hitamnya, dan di belakangnya menyusul seekor anjing hitam bagai dari neraka.' Para pemabuk itu
memaki si penggembala dan melanjutkan perjalanan. Tapi segera bulu kuduk mereka meremang
melihat kuda hitam Hugo Baskerville berderap mendekat, dengan moncong berbusa, tanpa
penunggangnya. Meski ketakutan hebat mencekam, mereka terus masuk ke rawa-rawa sampai akhirnya
tiba di tempat anjing-anjing berada. Hewan-hewan itu, meski terkenal akan keberanian dan
keturunannya yang hebat, tengah bergerombol ketakutan di tepi lembah yang dalam. Beberapa ekor
berusaha menjauh, sementara yang lain menatap ke dasar lembah.
"Teman-teman Hugo berhenti, dengan pikiran yang lebih sadar sekarang. Tiga di antara mereka,
yang paling berani atau mungkin yang paling mabuk, turun ke dasar lembah. Lereng itu melandai ke
dataran tempat dua batu besar masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh orang-orang yang
telah terlupakan di masa lalu. Bulan menerangi dataran itu,
dan di tengah-tengahnya gadis malang itu terkapar, tewas
karena ketakutan dan ke lelahan. Tapi bukan mayat gadis
itu, atau mayat Hugo Baskerville yang tergeletak di
sampingnya, yang menyebabkan ketiga orang itu bergidik,
melainkan makhluk yang berdiri di atas mayat Hugo dan
tengah mencabik tenggorokannya: Seekor makhluk hitam
besar mirip anjing, tapi lebih besar dari anjing mana pun
yang pernah dilihat manusia. Dan saat makhluk itu
berpaling memandang mereka dengan mata menyala-nyala,
ketiganya menjerit ketakutan dan mencongklang kuda
secepat-cepatnya, meninggalkan rawa sambil menjerit-jerit.
Menurut cerita, satu di antara mereka meninggal malam itu
juga saking takutnya, dan yang lainnya patah semangat
12 sepanjang sisa hidupnya. "Begitulah kisahnya, putra-putraku, tentang anjing yang sejak saat itu menghantui keluarga kita.
Kalau aku menuliskannya, itu karena apa yang diketahui dengan jelas lebih tidak menakutkan
dibandingkan apa yang hanya diisyaratkan atau ditebak-tebak. Juga tidak bisa diingkari banyak anggota
keluarga yang menemui ajal tiba-tiba, misterius dan berlumuran darah. Namun kita bisa berlindung
pada kebaikan Yang Maha Kuasa, yang tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah lebih dari
keturunan ketiga atau keempat, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci. Kepada Yang Maha Kuasa
itulah, putra-putraku, kusarankan kalian mencari perlindungan. Dan kunasihati kalian untuk tidak
melintasi rawa-rawa di malam hari, pada saat iblis tengah berkuasa.
"(Dari Hugo Baskerville kepada putra-putranya, Rodger dan John, dengan instruksi agar tidak
memberitahukan sepatah kata pun mengenai hal ini kepada adik perempuan mereka, Elizabeth.)"
Usai membaca naskah itu, Dr. Mortimer menaikkan kacamatanya ke dahi dan menatap Mr.
Sherlock Holmes, yang menguap dan membuang puntung rokoknya ke dalam perapian.
"Well"" katanya.
"Menurutmu ini tidak menarik""
"Bagi kolektor dongeng."
Dr. Mortimer mengeluarkan sehelai koran terlipat dari sakunya.
"Nah, Mr. Holmes, akan kutunjukkan sesuatu yang lebih baru. Devon County Chronicle edisi 14
Mei tahun ini. Ini laporan singkat tentang kematian Sir Charles Baskerville beberapa hari sebelumnya."
Temanku mencondongkan tubuh ke depan dan ekspresinya berubah serius. Tamu kami
mengenakan kembali kacamatanya dan mulai membaca:
"Kematian tiba-tiba Sir Charles Baskerville, yang namanya disinggung-singgung sebagai
kandidat Liberal dari Mid-Devon pada pemilihan yang akan datang, telah membuat penduduk wilayah
ini berduka. Meski baru dua tahun Sir Charles menghuni Baskerville Hall, kehangatan dan
kedermawanannya yang luar biasa telah memenangkan perasaan sayang dan penghormatan mereka
yang mengenalnya. Di masa nouveaux riches orang kaya baru seperti sekarang ini, sungguh
menyegarkan menemukan keturunan bangsawan daerah yang telah hancur mampu mengumpulkan
13 hartanya sendiri dan memulihkan kejayaan keluarganya. Sir Charles menghasilkan sejumlah besar uang
dengan berspekulasi di Afrika Selatan. Lebih bijaksana dari mereka yang terus memaksa hingga roda
nasib berputar balik, dia menguangkan keberhasilannya dan membawanya pulang ke Inggris.
Kematiannya mengakibatkan rencana rekonstruksi dan pengembangan yang ingin dilaksanakannya
terhenti. Karena tidak memiliki anak, dia telah terus terang mengatakan seluruh penduduk daerah
tersebut, selama dia hidup, harus mendapatkan keuntungan dari nasib baiknya. Banyak orang memiliki
alasan pribadi untuk menangisi kematiannya yang terlalu cepat. Sumbangannya kepada lembaga-lembaga sosial setempat sering diberitakan di surat kabar.
"Situasi yang berkaitan dengan kematian Sir Charles tidak bisa dikatakan telah terungkap
seluruhnya, tapi setidaknya sudah cukup banyak yang diketahui untuk menghentikan isu yang memicu
takhayul setempat. Tidak ada alasan apa pun akan kemungkinan pembunuhan, atau kematiannya bukan
karena sebab-sebab alamiah. Sir Charles seorang duda, dan boleh dikatakan memiliki pemikiran
eksentrik. Meski kekayaannya luar biasa, seleranya sederhana, dan para pelayannya di Baskerville Hall
terdiri atas sepasang suami-istri Barrymore; suaminya
menjadi kepala pelayan, dan istrinya pengurus ruma
h. Bukti-bukti, yang didukung sejumlah teman, cenderung
menunjukkan bahwa kesehatan Sir Charles memang menurun
akhir-akhir ini, terutama jantungnya, akibat depresi. Dr.
James Mortimer, teman dan dokter pribadi almarhum, telah
menunjukkan bukti-buktinya.
"Fakta-fakta kasus ini sederhana. Sir Charles
Baskerville biasa berjalan-jalan di jalan setapak Baskerville
Hall yang dihiasi pohon-pohon cemara di sisinya, sambil
mengisap cerutu setiap malam, sebelum tidur. Pada tanggal
empat Mei, Sir Charles berniat pergi ke London keesokan
harinya, dan telah memerintahkan pasangan Barrymore
menyiapkan koper. Pada malam itu dia berjalan-jalan, dan
tidak pernah kembali. Pada pukul dua belas, Barrymore
merasa waswas menemukan pintu depan masih terbuka. Dia
14 menyalakan lentera dan mencari majikannya. Hari itu hujan turun, dan jejak-jejak Sir Charles di jalan
setapak sangat mudah diikuti. Di tengah jalan terdapat gerbang yang mengarah ke rawa-rawa. Di sana
ada petunjuk Sir Charles berdiam diri selama beberapa waktu. Dia lalu melanjutkan perjalanan
menyusuri jalan, dan di ujung jalan itulah mayatnya ditemukan. Satu fakta yang tidak dijelaskan dalam
pernyataan Barrymore adalah jejak kaki majikannya berubah setelah melewati gerbang rawa itu, bahwa
tampaknya sejak itu majikannya berjalan di atas jemari kakinya. Seorang gipsy pedagang kuda bernama
Murphy berada di sana pada waktu itu, tapi menurut pengakuannya dia tengah mabuk berat. Dia
memang mendengar jeritan, tapi tidak mampu memperkirakan dari mana asalnya. Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada mayat Sir Charles. Dan sekalipun terjadi perubahan wajah, sangat luar biasa
begitu hebat sehingga mula-mula Dr. Mortimer menolak percaya bahwa mayat yang tergeletak di
depannya adalah teman dan pasiennya itu dijelaskan sebagai gejala normal dalam dyspnoea dan
kematian akibat gagal jantung. Autopsi menunjukkan penyakit ini sudah lama diderita Sir Charles.
Penemuan koroner ini mengakhiri isu buruk yang berkembang sehubungan dengan kejadian ini, kalau
tidak, mungkin sulit menemukan penghuni Baskerville Hall selanjutnya. Kerabat terdekat Sir Charles
adalah Mr. Henry Baskerville, kalau masih hidup. Dia putra adik bungsu Sir Charles, dan terakhir
diketahui berada di Amerika. Saat ini dia tengah dicari sehubungan dengan kejadian ini."
Dr. Mortimer melipat kembali korannya dan mengantunginya.
"Itulah fakta-fakta publiknya, Mr. Holmes."
"Aku harus berterima kasih padamu," kata Sherlock Holmes, "karena sudah memberitahukan
kasus yang jelas menarik bagiku. Aku sudah membaca beberapa komentar koran waktu itu, tapi saat itu
aku sedang sibuk menangani masalah di Vatikan, dan dalam semangatku melayani Paus, aku
kehilangan kontak dengan beberapa kasus menarik di Inggris. Artikel ini, katamu tadi, berisi semua
fakta-fakta publik""
"Benar." "Kalau begitu, tolong beritahukan fakta-fakta pribadinya." Holmes menyandar ke belakang
sambil menangkupkan ujung-ujung jemarinya, dan ekspresinya berubah sangat pasif dan tenang.
"Dengan begitu," kata Dr. Mortimer, yang mulai menunjukkan sikap sangat emosional, "aku
memberitahukan apa yang tidak kukatakan kepada siapa pun. Motifku menyembunyikan hal ini dari
15 koroner adalah seseorang yang mempercayai ilmu pengetahuan cenderung menolak menyampaikan
sesuatu yang menyebabkan dia terkesan mendukung takhayul yang populer. Motif lainnya, yaitu
Bakersville Hall, seperti yang ditulis koran-koran, jelas tidak akan dihuni bila reputasinya semakin
memburuk. Karena kedua alasan inilah, kupikir tindakanku benar tidak menceritakan semua yang
kuketahui, karena tidak akan ada kebaikan yang diperoleh darinya. Tapi dalam hubungannya dengan
dirimu, aku tidak melihat alasan tidak menceritakan sejujurnya.
"Rawa-rawa itu sangat jarang penghuninya, dan mereka yang tinggal berdekatan merupakan
kelompok yang tertutup. Untuk alasan inilah aku sering bertemu Sir Charles Baskerville. Dengan
perkecualian Mr. Frankland dari Lafter Hall, dan Mr. Stapleton si pecinta alam, tidak ada orang
berpendidikan lainnya dalam radius bermil-mil. Sir Charles seorang pensiunan, tapi justr
u penyakitnya yang menyatukan kami semua, ditambah ketertarikan yang sama terhadap ilmu pengetahuan. Dia
membawa banyak informasi ilmiah dari Afrika Selatan, dan bermalam-malam kami habiskan bersama
dengan mendiskusikan anatomi komparatif antara Bushman dan Hottentot.
"Selama beberapa bulan terakhir semakin nyata bagiku sistem syaraf Sir Charles telah mendapat
tekanan begitu hebat hingga mencapai batas kemampuannya. Dia begitu mempercayai legenda yang
baru saja kubacakan begitu percayanya sehingga,
meskipun dia berjalan-jalan di lahannya sendiri, tidak ada
apa pun yang bisa menariknya pergi ke rawa-rawa di
malam hari. Mungkin bagimu luar biasa, Mr. Holmes, dia
benar-benar yakin nasib buruk mencengkeram keluarganya,
dan jelas sejarah para leluhurnya tidak membangkitkan
semangat. Gagasan adanya hantu jahat ini terus-menerus
menguasainya, dan lebih dari sekali dia menanyakan
padaku apakah sewaktu bepergian di malam hari dalam
tugasku sebagai dokter aku pernah melihat makhluk aneh
atau mendengar lolongan anjing. Pertanyaan yang terakhir
diajukannya beberapa kali kepadaku, dan selalu dengan
suara bergetar karena semangat.
"Aku bisa mengingat dengan baik sewaktu datang ke
16 rumahnya suatu malam, sekitar tiga minggu sebelum kejadian fatal tersebut. Kebetulan dia tengah
berada di pintu depan. Aku baru saja turun dari keretaku dan berdiri di depannya, sewaktu kulihat
pandangannya terpaku ke balik bahuku dengan ekspresi ketakutan yang sangat hebat. Aku berpaling
dan sempat melihat sesuatu yang menurutku sapi hitam besar yang melintas di ujung jalur masuk. Dia
begitu bersemangat dan siaga sehingga aku terpaksa menuju ke tempat hewan tadi terlihat dan mencari-carinya. Tapi hewan itu sudah menghilang, dan kejadian tersebut tampaknya menimbulkan kesan buruk
dalam benak Sir Charles. Aku menemaninya sepanjang malam itu, dan pada saat itulah, untuk
menjelaskan perasaannya, dia menyerahkan naskah yang tadi kubacakan kepada kalian. Kusinggung
kejadian kecil ini karena memiliki kaitan penting dengan tragedi yang terjadi sesudahnya, tapi pada
waktu itu aku menganggap hal ini cuma sepele dan emosinya sama sekali tidak berdasar.
"Kepergian Sir Charles ke London berdasarkan saranku. Jantungnya, aku tahu, terpengaruh, dan
kegelisahan konstan yang dijalaninya, betapapun penyebabnya begitu tidak masuk akal, jelas sangat
mempengaruhi kesehatannya. Kukira beberapa bulan di tempat lain akan memulihkannya seperti
semula. Mr. Stapleton, teman kami yang juga sangat rnengkhawatirkan kondisi kesehatannya,
berpendapat sama. Tapi pada saat terakhir justru terjadi bencana ini.
"Pada malam kematian Sir Charles, Barrymore si kepala pelayan, yang menemukan mayatnya,
memerintahkan Perkins si pelayan menjemputku. Dan karena saat itu aku kebetulan belum tidur, aku
bisa tiba di Baskerville Hall dalam waktu kurang dari satu jam. Aku memeriksa mayatnya dan
mendapatkan semua bukti yang mendukung fakta yang diperoleh penyelidikan. Kuikuti jejaknya
sepanjang jalan. Aku memeriksa sekitar gerbang rawa tempat Sir Charles tampaknya sempat
menunggu. Kusadari perubahan bentuk jejaknya setelah itu. Juga kusadari tidak ada jejak lain kecuali
jejak Barrymore di tanah lunak. Dan akhirnya kuperiksa mayatnya dengan hati-hati, yang belum
disentuh hingga kedatanganku. Sir Charles tergeletak menelungkup, lengannya membentang, jemarinya
mencakari tanah. Dan wajahnya memancarkan emosi yang begitu kuatnya hingga aku hampir-hampir
tidak berani bersumpah menjamin identitasnya. Jelas tidak ada luka-luka fisik apa pun. Tapi ada satu
pernyataan keliru yang disampaikan Barrymore sewaktu penyelidikan. Dia mengatakan tidak ada jejak
di tanah di sekitar mayat. Dia tidak melihat satu pun. Tapi aku melihatnya agak jauh, tapi masih segar
dan jelas." "Jejak kaki""
17 "Jejak kaki." "Pria atau wanita""
Sejenak Dr. Mortimer menatap kami dengan pandangan aneh, dan suaranya merendah hampir
menyerupai bisikan sewaktu menjawab, "Mr. Holmes, itu jejak-jejak seekor anjing raksasa!"
18 Bab 3 Masalahnya Kuakui jawaban tersebut menyebabkan aku gemetar. Nada bicara dokter itu menunjukkan ia
sendiri sangat tergerak oleh apa yang diceritakannya kepada kami. Holmes mencondongkan tubuhnya
ke depan karena bersemangat dan matanya berbinar terang, sebagaimana biasa bila ia sangat tertarik.
"Kau melihat jejak itu""
"Sejelas melihat dirimu."
"Dan kau tidak mengatakan apa pun""
"Apa gunanya""
"Kenapa tidak ada orang lain lagi yang melihatnya""
"Jejak-jejak itu sekitar dua puluh meter dari mayat dan tak
seorang pun memperhatikannya. Kurasa aku pun tidak akan
memperhatikan seandainya tidak mengetahui legenda ini."
"Apakah terdapat banyak anjing gembala di rawa-rawa""
"Tidak diragukan lagi, tapi ini bukan jejak anjing
gembala." "Katamu tadi jejak itu besar""
"Raksasa." "Tapi jejak itu tidak mendekati mayat""
"Tidak." "Bagaimana cuaca malam itu""
"Lembap dan menakutkan."
"Tapi tidak benar-benar hujan""
"Tidak." 19 "Bagaimana situasi jalan setapak itu""
"Ada dua baris pagar cemara tua, tingginya sekitar empat meter dan tidak bisa diterobos. Jalan
di tengahnya selebar hampir dua setengah meter."
"Apakah ada sesuatu di antara pagar cemara dan jalan""
"Ya, ada sebaris rerumputan selebar sekitar satu meter delapan puluh di kedua sisi."
"Kalau tidak salah pagar cemara itu terpotong oleh gerbang di satu tempat""
"Ya, gerbang anyaman yang menuju ke rawa-rawa."
"Apa ada pintu lainnya""
"Tidak ada." "Jadi untuk tiba di jalan berpagar cemara itu seseorang harus melewati pintu masuk dari arah
rumah atau melalui gerbang rawa""
"Ada pintu keluar melewati rumah peristirahatan di ujung seberangnya."


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa Sir Charles tiba di sana""
"Tidak, dia tergeletak sekitar lima puluh meter dari sana."
"Nah, katakan, Dr. Mortimer dan ini penting jejak-jejak yang kaulihat ada di jalan setapak
dan bukan di rerumputan""
"Tidak ada jejak yang bisa terlihat di rerumputan."
"Apa jejak-jejak itu berada di sisi yang sama dengan gerbang rawa""
"Ya, jejak-jejak itu ada di tepi jalan setapak, di sisi yang sama dengan gerbang rawa."
"Ceritamu sangat menarik perhatianku. Satu hal lagi. Apa gerbang anyamannya tertutup""
"Tertutup dan digembok."
"Seberapa tinggi""
"Sekitar satu meter dua puluh senti."
"Kalau begitu, siapa pun bisa melewatinya""
20 "Ya." "Dan adakah jejak yang kautemukan di dekat gerbang anyaman""
"Tidak ada." "Bagus sekali! Tidak adakah yang memeriksanya""
"Aku memeriksanya sendiri."
"Dan tidak menemukan apa pun""
"Semuanya sangat membingungkan. Sir Charles jelas berdiri di sana sekitar lima atau sepuluh
menit." "Dari mana kau tahu""
"Karena dia sudah dua kali membuang abu cerutunya."
"Luar biasa! Ini benar-benar seorang kolega, Watson, sesuai dengan kita. Tapi jejak-jejaknya""
"Dia meninggalkan jejaknya sendiri tersebar di sana. Aku tidak bisa melihat jejak lainnya."
Sherlock Holmes menampar lututnya dengan sikap tidak sabar.
"Kalau saja aku di sana!" serunya. "Jelas sekali kasus ini sangat menarik, dan memberi
kesempatan besar bagi pakar ilmiah. Jalan setapak tempat aku bisa mendapatkan banyak informasi
sudah lama terhapus oleh hujan dan terinjak-injak puluhan petani yang penasaran. Oh, Dr. Mortimer,
Dr. Mortimer, seharusnya kau menghubungiku sejak awal! Banyak yang harus kau jelaskan."
"Aku tidak bisa menghubungimu sebelumnya, Mr. Holmes, tanpa mengungkapkan fakta-fakta
ini kepada dunia dan aku sudah memberikan alasanku kenapa tidak ingin berbuat begitu. Lagi pula, lagi
pula..," "Kenapa kau ragu-ragu""
"Ada situasi di mana bahkan detektif yang paling akurat dan paling berpengalaman pun tidak
berdaya." "Maksudmu, ini masalah supranatural""
"Aku tidak mengatakan begitu."
21 "Tidak, tapi jelas kau berpikir begitu."
"Sejak tragedi itu, Mr. Holmes, aku mendengar beberapa kejadian yang sulit disebut wajar."
"Misalnya""
"Sebelum kejadian mengerikan itu, ada beberapa orang yang pernah melihat makhluk di rawa-rawa yang mirip setan Baskerville itu, yang tidak mungkin merupakan hewan apa pun yang dapat di
jelaskan secara ilmiah. Mereka semua setuju makhluk itu sangat besar, bercahaya, mirip hantu, dan
tidak nyata. Aku sudah memeriksa silang orang-orang ini, salah satu di antaranya penduduk pedalaman
yang keras kepala, seorang pendeta, da
n seorang petani tanah rawa, yang sama-sama menceritakan
penampakan menakutkan ini, tepat seperti anjing neraka dalam legenda. Aku yakin ada teror di distrik
itu, dan hanya orang tolol yang berani melintasi rawa-rawa di malam hari."
"Dan kau, seseorang yang terlatih dalam bidang ilmiah, percaya ini kasus supranatural""
"Aku tidak tahu apa yang harus kupercayai."
Holmes rnengangkat bahu. "Sejauh ini kubatasi penyelidikanku hanya dalam dunia ini," kata Holmes. "Dengan cara yang
paling sederhana aku pernah melawan setan, tapi untuk menghadapi Bapa Setan sendiri mungkin
merupakan tugas yang terlalu ambisius. Meskipun demikian, kau harus mengakui jejak-jejak itu nyata."
"Anjing aslinya cukup nyata untuk mencabik tenggorokan seseorang, dari orang itu pun
memang sama jahatnya."
"Kulihat kau sudah cenderung menjadi supernatural. Tapi, Dr. Mortimer, coba katakan. Kalau
kau berpandangan seperti itu, kenapa kau menemuiku" Kau memberitahuku bahwa sia-sia saja
menyelidiki kematian Sir Charles, tapi secara bersamaan, kau ingin aku menyelidikinya."
"Aku tidak mengatakan aku ingin kau menyelidikinya."
"Kalau begitu, bagaimana aku bisa membantumu""
"Dengan memberiku nasihat apa yang harus kulakukan terhadap Sir Henry Baskerville, yang
akan tiba di Stasiun Waterloo" Dr. Mortimer memandang arlojinya "tepat satu seperempat jam
lagi." 22 "Dia pewarisnya""
"Ya. Sesudah kematian Sir Charles kami mencari pemuda ini dan mengetahui dia bertani di
Kanada. Dari keterangan yang kami terima, dia pemuda baik-baik. Sekarang aku bukan berbicara
sebagai dokter, melainkan sebagai orang kepercayaan dan pelaksana surat wasiat Sir Charles."
"Kuanggap tidak ada orang lain yang mengajukan klaim atas warisan itu""
"Tidak ada. Satu-satunya kerabat lain yang berhasil kami lacak hanyalah Rodger Baskerville,
adik termuda tiga bersaudara. Sir Charles adalah yang tertua. Adik kedua, yang meninggal sewaktu
masih muda, adalah ayah si Henry ini. Rodger adalah kambing hitam keluarga. Dia sepenuhnya mirip
Hugo Baskerville, kata orang. Tingkah lakunya menyebabkan Inggris menjadi terlalu panas, sehingga
dia melarikan diri ke Amerika Tengah dan meninggal di sana pada tahun 1876 akibat demam kuning.
Henry adalah Baskerville terakhir. Dalam satu jam lima menit aku akan menjemputnya di Stasiun
Waterloo. Aku menerima telegram yang mengabarkan dia tiba di Southamptom pagi ini. Nah, Mr.
Holmes, menurutmu apa yang harus kulakukan terhadapnya""
"Kenapa dia tidak datang ke rumah ayahnya""
"Sewajarnya begitu, bukan" Tapi, mengingat setiap Baskerville yang pergi ke sana menemui
nasib buruk, sebaiknya tidak. Aku yakin seandainya sempat, sebelum kematiannya, Sir Charles pasti
akan memperingatkan diriku untuk tidak mengajak orang terakhir dari ras kuno itu, dan pewaris
kekayaan besar ini, ke tempat yang begitu mematikan. Namun, tidak bisa diingkari, kesejahteraan
seluruh wilayah yang miskin dan muram itu tergantung pada kehadirannya. Semua pekerjaan baik yang
sudah dimulai Sir Charles akan hancur berantakan kalau tidak ada yang menghuni Hall. Aku khawatir
kepentinganku sendiri sangat mempengaruhi keputusanku dan oleh karena itu aku datang meminta
nasihatmu." Holmes mempertimbangkannya sejenak.
"Jadi, masalahnya begini," katanya. "Menurut pendapatmu ada sesuatu yang jahat yang
menyebabkan rawa-rawa itu, Dartmoor, tidak aman bagi seorang Baskerville. Begitu pendapatmu""
"Paling tidak aku bersedia mengatakan ada bukti yang menunjuk ke arah itu."
"Tepat sekali. Tapi jelas, kalau teori supranaturalmu benar, mudah sekali bagi makhluk itu
23 bertindak di London sebagaimana di Devonshire. Iblis dengan kekuatan terbatas, bagai gembala
jemaat, sungguh tidak masuk akal."
"Kau bereaksi terlalu berlebihan, Mr. Holmes, dibandingkan bila kau terlibat langsung dalam
masalah ini. Jadi nasihatmu, sesuai pemahamanku, pemuda ini sama amannya di Devonshire seperti di
London. Dia akan tiba lima puluh menit lagi. Apa saranmu""
"Saranku, Sir, panggil kereta, perintahkan anjing spanilmu berhenti mencakari pintu rumahku,
dan menuju ke Waterloo untuk menjemput Sir Henry Baskerville."
"Lalu"" "Lalu kau tidak usah
mengatakan apa pun kepadanya sampai aku sudah mengambil keputusan
mengenai masalah ini."
"Berapa lama waktu yang kauperlukan untuk mengambil keputusan""
"Dua puluh empat jam. Pada pukul sepuluh besok, Dr. Mortimer, aku akan memenuhi
permintaanmu bila kau datang kemari, dan akan membantu rencana masa depanku kalau kau juga
mengajak Sir Henry Baskerville bersamamu."
"Akan kulakukan, Mr. Holmes." Ia menuliskan janji itu di manset kemejanya dan berlalu
tergesa-gesa dengan gaya hampanya yang khas. Holmes menghentikannya di puncak tangga.
"Satu pertanyaan lagi, Dr. Mortimer. Katamu tadi,
sebelum kematian Sir Charles Baskerville, ada beberapa
orang yang melihat penampakan itu di rawa-rawa""
"Tiga orang tepatnya."
"Adakah di antara mereka yang melihatnya lagi
sesudah itu"" "Menurutku tidak."
"Terima kasih. Selamat pagi."
Holmes kembali ke kursinya dengan ekspresi puas
diri yang berarti ada tugas menyenangkan yang harus
24 diselesaikannya. "Kau mau pergi, Watson""
"Kecuali kalau aku bisa membantumu."
"Tidak, Sobat, hanya pada saat-saat harus beraksi aku akan meminta bantuanmu. Tapi kasus ini
luar biasa, dari beberapa sudut pandang benar-benar unik. Kalau kau melewati toko Bradley nanti bisa
kau minta dia mengirimkan satu pon tembakau gulung yang paling keras" Terima kasih. Juga lebih baik
kau tidak kembali sebelum malam. Sesudah itu, aku akan sangat senang membandingkan kesan-kesan
kita mengenai masalah paling menarik ini, yang disampaikan kepada kita pagi ini."
Aku tahu kesendirian sangat penting bagi temanku pada saat ia harus memusatkan perhatian
mentalnya, selama ia mempertimbangkan setiap partikel buktinya, menyusun teori-teori alternatif,
menyeimbangkan satu teori dengan yang lain, dan membulatkan tekad mengenai hal-hal yang penting
dan yang tidak penting. Oleh karena itu kuhabiskan hari itu di klabku dan tidak kembali ke Baker Street
sebelum malam tiba. Waktu menunjukkan hampir pukul sembilan sewaktu aku kembali berada di ruang
dudukku lagi. Kesan pertamaku sewaktu membuka pintu adalah telah terjadi kebakaran, karena ruangan
tersebut dipenuhi asap begitu tebal hingga cahaya lampu di meja tampak buram. Tapi sewaktu
melangkah masuk, ketakutanku seketika memudar, karena bau asap tembakau kasar yang tajam
menyerang tenggorokanku dan menyebabkan aku terbatuk-batuk. Dari balik kabut samar-samar aku
melihat sosok Holmes yang tengah meringkuk di kursi berlengan, dengan pipa tanah liat hitam di sela-sela bibirnya. Beberapa gulungan kertas berserakan di sekitarnya.
"Kau kena flu, Watson"" katanya.
"Tidak, hanya atmosfer beracun ini."
"Kurasa asapnya memang cukup tebal."
"Tebal! Ini sudah tidak bisa ditolerir."
"Buka saja jendelanya, kalau begitu! Kuanggap kau berada di klabmu sepanjang hari ini."
"Holmes yang baik!"
25 "Apa benar""
"Jelas, tapi bagaimana..."
"Ada kesegaran yang memancar dari dirimu, Watson. Kesegaran yang membuatku gembira
karena bisa menerapkan sedikit kekuatanku. Seorang pria terhormat meninggalkan rumah dalam cuaca
seperti ini dan kembali di malam hari dalam keadaan segar, dengan topi serta sepatu bot yang masih
mengilap. Sepanjang hari dia berada di satu tempat yang sama. Dia bukan pria yang memiliki sahabat
karib cukup banyak. Kalau begitu, dari mana dia" Apa kurang jelas""
"Well, cukup jelas."
"Dunia ini penuh dengan hal-hal jelas yang siapa pun bisa mengamatinya secara kebetulan.
Menurutmu, aku ke mana hari ini""
"Tidak ke mana-mana."
"Sebaliknya, aku pergi ke Devonshire."
"Dalam pikiran""
"Tepat sekali. Tubuhku tetap berada di kursi dan, sayangnya, menghabiskan dua poci besar kopi
dan sejumlah besar tembakau. Sesudah kepergianmu, aku pergi ke Stamford untuk mendapatkan peta
Pertempuran bagian rawa-rawa yang ini, dan pikiranku berkeliaran di sana sepanjang hari. Kupuji
diriku sendiri karena mengenali wilayah rawa-rawa itu dengan baik."
"Peta skala besar""
"Sangat besar." Holmes membuka salah satu bagian peta dan meletakkannya di lututnya. "Ini
distrik yang berkaitan dengan kita. Itu Baskerville Hall di tengah-tengahnya."
"Dikelilingi hutan""
"Tepat sekali. Kurasa jalan setapak berpagar cemara itu, sekalipun
tidak ditandai dengan nama
itu, pasti membentang di sepanjang sini, dengan rawa-rawanya sesuai dugaanmu di sebelah
kanannya. Kelompok bangunan ini Grimpen, tempat teman kita, Dr. Mortimer, membuka kantornya.
Dalam radius lima mil, seperti yang kaulihat, hanya ada beberapa hunian. Ini Lafter Hall, yang disebut-sebut dalam naskahnya. Di sini ada rumah yang mungkin tempat tinggal si pencinta alam Stapleton,
26 kalau aku tidak salah. Di sini dua tanah pertanian rawa-rawa, High Tor dan Foulmire. Lalu empat belas
mil jauhnya terdapat lembaga pemasyarakatan Princetown. Di antara dan di sekitar tempat-tempat yang
bertebaran inilah membentang rawa-rawa yang terpencil dan mati. Kalau begitu, di sinilah panggung
tempat tragedi itu dimainkan, dan tempat kita mungkin akan membantu memainkannya lagi."
"Tempatnya pasti liar."
"Ya, lokasinya memang layak. Kalau setan ingin
melibatkan diri ke dalam masalah manusia..."
"Kalau begitu kau sendiri cenderung pada penjelasan
supranatural." "Agen-agen setan mungkin terdiri atas daging dan darah,
bukan" Ada dua pertanyaan yang menunggu kita sejak
awal. Yang pertama adalah, apakah ada kejahatan yang
sudah dilakukan; yang kedua, apa kejahatannya dan
bagaimana kejahatan itu dilakukan" Tentu saja, kalau
dugaan Dr. Mortimer benar, dan kita memang berhadapan
dengan kekuatan di luar hukum Alam yang biasa, berarti
penyelidikan kita berakhir. Tapi kita wajib menyelidiki setiap hipotesis lainnya sebelum kembali
menggunakan hipotesis ini. Kurasa kita bisa menutup jendelanya lagi, kalau kau tidak keberatan. Ini
aneh, tapi kudapati atmosfer yang terkonsentrasi membantu pemusatan pikiran. Aku tidak berpikir
terlalu keras, tapi itu hasil logis keyakinanku. Kau sendiri sudah mempertimbangkan kasus ini""
"Ya, aku banyak memikirkannya hampir sepanjang hari ini."
"Apa pendapatmu""
"Kasus ini sangat membingungkan." .
"Jelas kasus ini memiliki karakteristiknya sendiri. Ada beberapa perbedaan mencolok dalam
kasus ini. Perubahan jejak kaki itu, misalnya .Menurutmu apa yang terjadi""
"Mortimer mengatakan pria ini berjalan dengan ujung jemari kakinya di jalan itu."
"Dia hanya mengulangi pendapat sejumlah orang bodoh dalam penyelidikan. Kenapa ada yang
27 berjalan pada jemari kakinya di jalan""
"Kalau begitu apa""
"Dia berlari, Watson berlari mati-matian, berlari menyelamatkan diri, berlari hingga
jantungnya pecah dan dia jatuh menelungkup, tewas."
"Berlari dari apa""
"Di situlah masalah kita. Ada indikasi-indikasi bahwa korban sudah ketakutan bahkan sebelum
dia mulai berlari." "Dari mana kau bisa berkata begitu""
"Kuanggap penyebab ketakutannya berasal dari seberang rawa-rawa. Kalau memang begitu,
dan tampaknya itu yang paling mungkin terjadi, hanya orang yang kehilangan nyali yang berlari dari
rumah dan bukannya menuju ke rumah. Kalau bukti dari gipsy itu dianggap benar, dia berlari sambil
menjerit-jerit minta tolong ke arah yang justru tidak ada bantuan. Tapi, kalau dipikir lagi, siapa yang
ditunggunya malam itu, dan kenapa dia menunggu orang itu di jalan berpagar cemara dan bukannya di
dalam rumahnya sendiri""
"Menurutmu dia menunggu seseorang""
"Pria itu sudah tua. Kita bisa memahami kebiasaannya berjalan-jalan sore, tapi tanah basah dan
malam sudah menjelang. Wajarkah kalau dia berdiri sekitar lima atau sepuluh menit, sebagaimana telah
diduga Dr. Mortimer yang harus kupuji berdasarkan abu cerutunya""
"Tapi dia keluar setiap malam."
"Kurasa tak mungkin dia menunggu di gerbang rawa setiap malam. Sebaliknya, bukti
menunjukkan dia menghindari rawa-rawa. Malam itu dia menunggu di sana. Malam sebelum
keberangkatannya ke London. Situasinya mulai terlihat bentuknya, Watson. Masalahnya mulai bisa
dipahami. Tolong berikan biolanya, dan kita akan menunda pemikiran apa pun mengenai urusan ini
hingga kita bertemu Dr. Mortimer dan Sir Henry Baskerville besok pagi.
28 Bab 4 Sir Henry Baskerville MEJA sarapan kami telah dibersihkan lebih awal, dan Holmes tengah menunggu dengan
mengenakan jubah rumahnya. Klien-klien kami tiba tepat pada waktunya sesuai janji, karena jam baru
saja menunjuk kan pukul sepuluh sewaktu Dr. Mortimer muncul, diikuti bangsawan muda itu. Pria itu
kecil, waspada, dengan mata hitam, berusia sekitar tiga puluhan, sangat kekar, dengan alis mata hitam
tebal, wajah kuat, dan agak gemuk. Ia mengenakan setelan garis-garis agak kemerahan. Penampilannya
khas seseorang yang termakan cuaca karena menghabiskan sebagian besar waktunya di udara terbuka.
Meskipun begitu, ada sesuatu dalam pandangannya yang mantap dan sikapnya yang tenang
meyakinkan yang menunjukkan ia pria terhormat.
"Ini Sir Henry Baskerville," kata Dr. Mortimer.
"Ya," kata pria itu, "dan yang paling aneh, Mr. Sherlock Holmes, adalah apabila temanku ini
tidak menawarkan untuk menemuimu pagi ini, aku akan datang sendiri kemari. Kalau tidak salah kau
suka memecahkan teka-teki, dan pagi ini aku mendapat teka-teki
yang tidak dapat kupecahkan."
"Silakan duduk, Sir Henry. Kalau tidak salah kau tadi
mengatakan kau mendapat pengalaman luar biasa sejak tiba di
London"" "Tidak sepenting itu, Mr. Holmes. Hanya lelucon, atau
mungkin bukan. Aku mendapat surat ini, kalau kau bisa
menyebutnya sebagai surat, pagi tadi."


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia meletakkan sehelai amplop di meja, dan kami semua
membungkuk memandangnya. Amplop itu berwarna kelabu, jenis
yang umum digunakan. Alamatnya, "Sir Henry Baskerville, Hotel
Northumberland," ditulis dengan huruf-huruf yang kasar; cap
posnya "Charing Cross," dan tanggal pengirimannya kemarin
malam. 29 "Siapa yang mengetahui kau akan menginap di Hotel Northumberland"" tanya Holmes sambil
menatap tamu kami dengan pandangan tajam.
"Seharusnya tidak ada yang tahu. Kami baru memutuskan sesudah aku bertemu Dr. Mortimer."
"Tapi tidak ragu lagi Dr. Mortimer sempat mampir ke sana sebelumnya""
"Tidak, aku menginap di rumah teman," kata dokter. "Tidak mungkin ada indikasi sedikit pun
bahwa kami akan menuju ke hotel itu."
"Hmm! Tampaknya ada yang sangat tertarik dengan pergerakanmu." Dari dalam amplop itu,
Holmes mengeluarkan separo helai kertas folio yang dilipat menjadi empat. Ia membukanya dan
membentangkannya di atas meja. Di tengahnya terdapat tulisan yang terbentuk dari potongan-potongan
kata. Bunyinya: Kalau Anda menilai tinggi kehidupan jauhkan Anda dari rawa-rawa.
Hanya kata "rawa-rawa" yang ditulis tangan.
"Nah," kata Sir Henry Baskerville, "mungkin kau bisa memberitahuku, Mr. Holmes, apa artinya
ini. Dan siapa yang begitu tertarik dengan urusanku""
"Apa pendapatmu, Dr. Mortimer" Kau pasti setuju tidak ada yang supranatural dalam hal ini,
sedikit pun"" "Tidak, Sir, tapi mungkin saja surat ini berasal dari orang yang percaya kasus ini supranatural."
"Kasus apa"" tanya Sir Henry tajam. "Rasanya kalian semua tahu jauh lebih banyak mengenai
urusanku dibandingkan diriku sendiri."
"Kau akan mengetahui apa yang kami ketahui sebelum meninggalkan ruangan ini, Sir Henry.
Aku berjanji," kata Sherlock Holmes. "Untuk saat ini, dengan seizinmu, kita akan memusatkan
perhatian pada dokumen yang sangat menarik ini, yang pasti disusun dan diposkan kemarin malam.
Kau punya Times edisi kemarin, Watson""
"Ya, di sudut sana."
"Maaf merepotkan tapi tolong buka halaman dalam, berita utamanya"" Sekilas Holmes
membacanya, menyusuri kolom demi kolom dengan matanya. "Artikel utamanya tentang perdagangan
30 bebas. Akan kubacakan sebagian.
Anda salah kalau mengira perdagangan atau industri Anda akan terdorong maju berkat tarif
yang protektif, tapi cukup beralasan mengatakan bahwa penerapan tarif tinggi itu untuk jangka
panjang justru menjauhkan negara dari kesejahteraan, memudarkan nilai-nilai impor, dan
menurunkan kondisi kehidupan secara umum di pulau ini.
Apa pendapatmu, Watson"" seru Holmes sambil
menggosok-gosokkan tangan penuh kepuasan. "Apakah
sentimen ini mengagumkan menurutmu""
Dr. Mortimer memandang Holmes dengan sikap
ketertarikan profesional, dan Sir Henry Baskerville
menatapku dengan pandangan kebingungan.
"Aku tidak mengerti banyak tentang tarif dan masalah-masalah seperti itu," katanya, "tapi bagiku tampaknya kita
sudah agak menyimpang dalam melacak jejak surat ini."
"Sebaliknya, k urasa kita justru berada di jejak yang
tepat, Sir Henry. Watson mengetahui lebih banyak metodeku
dibandingkan dengan dirimu, tapi aku khawatir bahkan dia
pun tidak memahami pentingnya kalimat-kalimat ini."
"Tidak, kuakui aku tidak bisa memahami kaitannya."
"Meskipun begitu, Watson yang baik, ada kaitan yang sangat erat, bahwa yang satu diambil dari
yang lain. 'Anda', 'Anda', 'kehidupan', 'nilai', 'jauhkan', 'dari'. Sekarang kau masih belum mengerti asal
kata-kata ini""
"Demi guntur, kau benar! Well, cerdas sekali!" seru Sir Henry.
"Kalau masih ada keragu-raguan, fakta bahwa 'jauhkan' dan 'dari' dipotong menyatu sudah
menghapus keragu-raguan itu." .
"Ya, memang betul!"
"Sungguh, Mr, Holmes, ini melebihi apa pun yang kubayangkan sebelumnya," kata Dr.
31 Mortimer sambil menatap temanku dengan pandangan terpesona. "Aku bisa memahami kalau ada yang
mengatakan kata-kata itu diambil dari koran, tapi bahwa kau bisa menyebutkan koran yang mana, dan
dipotong dari berita utamanya, benar-benar kemampuan luar biasa yang pernah kutemui. Bagaimana
caramu melakukannya""
"Dokter, kau bisa membedakan tengkorak seorang kulit hitam dari tengkorak seorang Eskimo""
"Jelas." "Tapi bagaimana""
"Karena itu hobi khususku. Perbedaannya begitu jelas. Lekuk supra-orbital, sudut wajah,
lengkung maxillari..."
"Tapi ini hobi khususku, dan perbedaannya juga sama jelasnya. Di mataku ada perbedaan jelas
antara jenis huruf leaded bourgeois yang dipergunakan dalam artikel Times dengan cetakan koran sore
seharga setengah penny, sebagaimana antara tengkorak orang kulit hitam dan Eskimo. Deteksi jenis
huruf merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan paling mendasar bagi pakar khusus kejahatan,
walaupun kuakui sewaktu masih muda dulu aku kebingungan membedakan antara Leeds Mercury
dengan Western Morning News. Tapi artikel utama Times sangat unik, dan kata kata ini tidak mungkin
diambil dari koran lain. Karena cap posnya kemarin, kemungkinan kuat kita bisa menemukan kata-kata
ini dalam edisi kemarin."
"Sejauh riil, yang bisa kupahami dari penjelasanmu, Mr. Holmes," kata Sir Henry Baskerville,
"ada seseorang yang memotong pesan ini dengan gunting..."
"Gunting kuku," kata Holmes. "Kalian bisa melihat ini dipotong dengan gunting bermata sangat
pendek, karena guntingannya harus dilakukan dua kali untuk memotong 'jauhi'.'"
"Memang benar. Kalau begitu, ada orang yang memotong pesan ini dengan gunting bermata
pendek, menempelkannya dengan lem..."
"Permen karet," kata Holmes.
"Dengan permen karet ke kertasnya. Tapi aku ingin tahu kenapa kata 'rawa-rawa' harus ditulis
tangan"" "Karena dia tidak menemukan kata itu dalam koran. Kata-kata lainnya semua sederhana dan
32 bisa ditemukan dalam edisi mana pun, tapi 'rawa-rawa' tidaklah seumum itu."
"Wah, tentu saja, begitu jelas. Ada lagi yang kaupahami dari surat ini, Mr. Holmes""
"Ada satu atau dua indikasi, tapi pelakunya telah sangat bersusah payah menyingkirkan semua
petunjuk. Alamatnya, kalau kalian perhatikan, ditulis dengan huruf-huruf kasar. Tapi Times surat kabar
yang jarang ditemukan di tangan sembarang orang, kecuali mereka yang berpendidikan tinggi. Oleh
karena itu, kita boleh beranggapan surat ini disusun oleh seseorang yang berpendidikan tapi ingin
dianggap tidak berpendidikan. Dan usahanya menutupi tulisan tangannya sendiri menunjukkan
tulisannya mungkin, atau akan, kaukenali. Sekali lagi, kalau kau perhatikan, kata-katanya tidak
ditempelkan dalam garis lurus, tapi ada beberapa kata yang lebih tinggi daripada kata-kata lain. 'Hidup',
misalnya, cukup menyimpang dari yang lain. Itu mungkin menunjukkan kecerobohan atau kejengkelan
dan ketergesa-gesaan pemotongnya. Secara keseluruhan, aku lebih cenderung dengan kemungkinan
yang terakhir, karena masalah ini jelas penting, dan kemungkinannya kecil penyusun surat seperti ini
seseorang yang ceroboh. Kalau dia tergesa-gesa, ada pertanyaan menarik. Kenapa dia harus tergesa-gesa" Karena surat apa pun yang diposkan hingga pagi hari tadi, akan tiba di tangan Sir Henry sebelum
dia meninggalkan hotel. Apa penyusunnya takut ada yang menyela dan dari siapa""
"Sekarang kita m ulai memasuki bidang tebak-menebak," kata Dr. Mortimer.
"Lebih tepat dikatakan kita mulai mempertimbangkan kemungkinannya dan memilih yang
paling mungkin. Ini merupakan penggunaan imajinasi secara ilmiah, tapi kita selalu memiliki basis
materiil untuk memulai spekulasi kita. Nah, kau akan menyebutnya menebak-nebak, tidak ragu lagi,
tapi aku hampir pasti alamat ini ditulis di dalam sebuah hotel."
"Bagaimana kau bisa menyimpulkan begitu""
"Kalau kauamati dengan teliti, akan terlihat baik pena maupun tintanya telah menyulitkan si
penulis. Penanya sudah menyembur dua kali dalam satu kata dan mengering tiga kali sewaktu
menuliskan alamat yang pendek ini, menunjukkan tinta dalam botolnya sangat sedikit. Nah, pena atau
botol tinta pribadi jarang sekali dibiarkan dalam keadaan seperti itu, dan kombinasi keduanya pasti
cukup jarang terjadi. Tapi kalian tahu tinta dan pena hotel, kita jarang sekali bisa mendapatkan
gantinya. Ya, aku hampir tidak ragu-ragu mengatakan seandainya kita bisa memeriksa keranjang
sampah hotel-hotel di sekitar Charing Cross hingga menemukan Times dengan berita utama tercabik,
33 kita bisa langsung menemukan orang yang telah mengirimkan pesan ini. Halloa! Halloa! Apa ini""
Dengan hati-hati Holmes memeriksa kertas tempat kata-kata itu
ditempelkan, mengacungkannya hanya sekitar satu atau dua inci dari
matanya. "Well"" "Tidak ada," katanya. "Separo helai kertas ini kosong, bahkan cap
airnya pun tidak ada. Kurasa kita sudah mendapatkan semua yang bisa
diperoleh dari surat misterius ini. Dan sekarang, Sir Henry, apa ada
kejadian menarik lain yang kau temui selama berada di London""
"Hmm, tidak ada, Mr. Holmes. Kurasa tidak ada."
"Kau tidak melihat ada orang yang mengikuti atau
mengawasimu"" "Rasanya seperti aku terlibat dalam novel picisan," ujar tamu kami
itu. "Kenapa harus ada yang mengikuti atau mengawasiku""
"Nanti akan jelas bagimu. Tidak ada lagi yang ingin kauberitahukan kepada kami sebelum kita
mulai membahas masalah itu""
"Yah, tergantung dari apa yang menurutmu layak dilaporkan."
Sir Henry tersenyum. "Aku kurang memahami gaya hidup Inggris, karena hampir seumur hidup kuhabiskan di
Amerika dan Kanada. Tapi kuharap kehilangan salah satu sepatu bot bukanlah bagian dari rutinitas
kehidupan di sini." "Kau kehilangan salah satu sepatu botmu""
"My dear, Sir," seru Dr. Mortimer, "hanya keliru meletakkan. Kau akan menemukannya kembali
sepulangnya ke hotel nanti. Apa gunanya merepotkan Mr. Holmes dengan perkara-perkara sepele
seperti itu"" "Dia yang menanyakan apakah ada kejadian di luar kebiasaan."
34 "Tepat sekali," kata Holmes, "betapapun sepelenya kejadian itu kalau dipandang sepintas. Kau
kehilangan salah satu sepatu botmu, katamu tadi""
"Yah, salah meletakkan. Semalam kuletakkan keduanya di luar pintu kamar, dan pagi harinya
hanya ada satu. Aku tidak bisa memahami niat orang yang membersihkannya. Yang paling buruk dari
kejadian ini adalah aku baru membeli sepasang sepatu itu semalam di Strand, dan aku belum sempat
mengenakannya sama sekali."
"Kalau kau belum pernah mengenakannya, kenapa kau meletakkannya di luar untuk
dibersihkan"" "Sepatu bot itu berwarna cokelat dan belum pernah disemir. Itu sebabnya kuletakkan di luar."
"Jadi, kalau aku tidak salah mengerti, begitu tiba di London kemarin kau langsung keluar untuk
membeli sepatu bot""
"Aku berbelanja cukup banyak. Dr. Mortimer menemaniku. Kau mengerti, di sini aku seorang
bangsawan dan harus menyesuaikan pakaianku. Dan ada kemungkinan aku sudah agak ceroboh karena
kebiasaan di Barat. Salah satunya adalah dengan membeli sepatu bot cokelat itu kuhabiskan enam
dolar untuk itu dan membiarkan salah satunya dicuri sebelum sempat mengenakannya."
"Benar-benar pencurian yang aneh," kata Sherlock Holmes. "Kuakui keyakinanku sama dengan
Dr. Mortimer, bahwa sepatu bot yang hilang itu akan ditemukan tidak lama lagi."
"Dan sekarang, Tuan-Tuan," kata bangsawan itu dengan tegas, "rasanya sudah cukup bagiku
memberitahukan sedikit pengetahuanku. Sudah waktunya kalian menepati janji dan menceritakan
semua tentang tujuan kita."
"Perminta anmu sangat masuk akal," jawab Holmes. "Dr. Mortimer, menurutku paling baik kau
ulangi apa yang sudah kauceritakan kepada kami."
Dengan dorongan itu, teman ilmuwan kami pun mengeluarkan dokumen dari sakunya dan
menceritakan seluruh kasusnya, sebagaimana yang telah dilakukannya kemarin pagi. Sir Henry
Baskerville mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali melontarkan seruan terkejut.
"Wah, tampaknya aku sudah mendapat warisan, lengkap dengan pembalasan dendamnya,"
katanya sesudah kisah yang panjang itu usai. "Tentu saja, aku sudah pernah mendengar tentang anjing
35 itu sejak masih anak-anak. Itu bagai cerita pengantar tidur dalam keluargaku, walaupun aku tidak
pernah menganggapnya serius sebelum ini. Sedangkan mengenai kematian pamanku yah, kejadian itu
terus membebani benakku, dan aku belum bisa menyingkirkannya. Tampaknya kalian masih belum
mengambil keputusan apakah ini tugas polisi atau pendeta."
"Tepat sekali."
"Dan sekarang ada surat yang kuterima di hotel. Kejadian ini tampaknya cocok dengan yang
lainnya." "Tampaknya ada orang yang lebih tahu daripada kita akan apa yang terjadi di rawa-rawa," kata
Dr. Mortimer. "Juga," kata Holmes, "tampaknya ada yang berpandangan baik tentang dirimu, dengan
memperingatkanmu akan bahaya."
"Atau mungkin mereka, untuk tujuan mereka sendiri, ingin mengusirku pergi."
"Tentu saja itu mungkin. Aku sangat berutang budi padamu, Dr. Mortimer, karena melibatkan
diriku dalam masalah yang memiliki beberapa segi yang menarik ini. Tapi, keputusan praktis yang
harus kita ambil sekarang, Sir Henry, adalah apakah baik menyarankan dirimu pergi ke Baskerville
Hall"" "Kenapa aku tidak boleh pergi""
"Kelihatannya berbahaya."
"Maksudmu bahaya kutukan keluarga ini atau dari manusia""
"Itulah yang harus kita ketahui."
"Apa pun hasilnya, jawabanku sudah pasti. Tidak ada setan di neraka, Mr. Holmes, dan tidak
ada manusia di dunia yang bisa mencegahku pulang ke orang-orangku sendiri. Dan, ini boleh
kauanggap sebagai jawaban finalku." Alis matanya yang gelap berkerut dan wajahnya berubah merah
padam saat berbicara. Jelas sekali sifat pemarah keluarga Baskerville tidak punah dari keturunan
terakhir mereka ini. "Sementara itu," katanya, "aku bahkan belum sempat memikirkan semua yang
kalian ceritakan kepadaku. Bukan pekerjaan yang ringan untuk memahami sesuatu dan mengambil
keputusan pada saat yang bersamaan. Aku tidak ingin diganggu selama satu jam, untuk mengambil
36 keputusan. Nah, Mr. Holmes, sekarang sudah pukul setengah dua belas dan aku akan langsung kembali
ke hotelku. Apa kau dan temanmu, Dr. Watson, bisa datang untuk makan siang bersama kami" Pada
saat itu aku akan lebih bisa menjelaskan pendapatku mengenai hal ini."
"Apa kau tidak keberatan, Watson""
"Sama sekali tidak."
"Kalau begitu kalian bisa menunggu kedatangan kami. Apa kau mau kupanggilkan kereta""
"Aku lebih suka berjalan kaki, karena masalah ini menyebabkan aku jadi agak bingung."
"Dengan senang hati akan kutemani dia berjalan kaki," kata Dr. Mortimer.
"Kalau begitu kita bertemu lagi pukul dua. Au revoir, dan selamat pagi!"
Kami mendengar langkah-langkah kaki tamu-tamu kami menuruni tangga dan debam pintu
depan. Seketika Holmes berubah dari seorang pelamun berat menjadi seseorang yang siap beraksi.
"Topi dan sepatu botmu, Watson, cepat! Jangan menyia-nyiakan waktu sedikit pun!" Ia bergegas
masuk ke kamar dan keluar kembali beberapa detik kemudian, mantel rumahnya telah berganti dengan
mantel panjang. Bersama-sama kami bergegas menuruni tangga dan keluar ke jalan. Dr. Mortimer dan
Baskerville masih terlihat sekitar dua ratus meter di depan kami, menuju ke arah Oxford Street.
"Apa sebaiknya aku berlari mengejar mereka""
"Sama sekali jangan, Watson. Aku tidak keberatan kau temani kalau kau tidak keberatan
kutemani. Teman-teman kita bijaksana, karena jelas pagi ini sangat cerah untuk berjalan-jalan."
Ia mempercepat langkahnya sehingga jarak kami tinggal separo. Lalu, sambil tetap
mempertahankan jarak seratus meter, kami mengikuti mereka ke Oxford Street, lalu ke Regent Street.
Pada satu saat teman-teman kami berhenti d
an memandang ke etalase sebuah toko, yang segera ditiru
Holmes. Sesaat kemudian ia berseru penuh kepuasan. Dan, saat mengikuti arah pandangannya yang
penuh semangat, aku melihat sebuah kereta berisi seseorang yang berhenti di seberang jalan yang
sekarang mulai melaju kembali perlahan-lahan.
"Itu buruan kita, Watson! Ayo! Kita amati wajahnya baik-baik, kalau tak ada hal lain lagi yang
bisa kita lakukan." 37 Pada saat itu kulihat pria berjanggut lebat dengan
pandangan mata tajam menusuk, di dalam kereta itu,
berpaling memandang kami melalui jendela samping.
Seketika daun jendela menutup dan terdengar teriakan
kepada kusir kereta. Dan kereta melesat gila-gilaan
menyusuri Regent Street. Holmes berpaling ke sana kemari
dengan penuh semangat, tapi tidak melihat kereta kosong
satu pun di dekat kami. Lalu ia berlari mati-matian
memburu kereta itu di tengah-tengah lalu lintas, tapi
keretanya sudah terlalu jauh, dan menghilang dari
pandangan. "Nah!" kata Holmes dengan getir saat ia muncul
terengah-engah dan pucat pasi akibat menguras tenaga, di
antara kendaraan-kendaraan yang lalu lalang. "Apa pernah
ada nasib sial sekaligus pengaturan yang buruk seperti ini" Watson, Watson, kalau kau jujur, kau juga
akan mencatat kejadian ini, meskipun berpengaruh negatif pada kesuksesanku!"
"Siapa pria itu""
"Entahlah." "Mata-mata""


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari apa yang sudah kita dengar, jelas Baskerville diikuti secara ketat oleh seseorang sejak tiba
di kota ini. Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa diketahui secepat itu bahwa dia menginap di Hotel
Northumberland" Kalau mereka sudah mengikutinya di hari pertama, aku yakin mereka juga akan
mengikutinya di hari kedua. Kau mungkin mengamati tadi aku dua kali mendekati jendela, sewaktu Dr.
Mortimer menceritakan legendanya."
"Ya, aku ingat,"
"Aku mencari-cari orang yang berkeliaran di jalan, tapi tidak melihat satu pun. Kita berhadapan
dengan orang yang pintar, Watson. Masalah ini sangat rumit, dan sekalipun aku belum mengambil
keputusan apakah pihak yang bersinggungan dengan kita ini baik atau jahat, aku selalu sadar akan
38 kekuatan dan rencana. Pada saat teman-teman kita pergi, aku seketika mengikuti mereka dengan
harapan menemukan orang yang menguntit mereka. Untung sekali si penguntit tidak percaya dirinya
mampu melaksanakan rencananya dengan berjalan kaki, tapi menggunakan kereta, sehingga dia bisa
menguntit atau mendahului buruannya, dan dengan begitu lolos dari perhatian. Metodenya memiliki
keuntungan tambahan, yakni seandainya Baskerville menggunakan kereta, dia telah siap. Tapi, metode
itu memiliki satu kerugian yang jelas."
"Dia jadi tergantung pada kusirnya."
"Tepat sekali."
"Sayang sekali kita tidak mencatat nomor keretanya."
"Watson yang baik, walaupun aku sudah bertindak ceroboh jelas kau tidak beranggapan aku
lupa memperhatikan nomor keretanya, kan" Buruan kita menggunakan kereta bernomor 2704. Tapi
untuk saat ini informasi itu tidak ada gunanya bagi kita."
"Aku tidak tahu apa lagi yang bisa kaulakukan."
"Seharusnya, begitu melihat keretanya, aku berbalik dan berjalan ke arah berlawanan. Sesudah
itu aku bisa mencari kereta lain dengan tenang, dan mengikuti kereta buruan kita pada jarak yang aman.
Atau, lebih baik lagi, menuju ke Hotel Northumberland dan menunggu di sana. Pada saat buruan kita
telah mengikuti Baskerville hingga tiba di hotel, kita akan mendapat kesempatan menerapkan
permainan kucing-kucingan ini terhadap dirinya sendiri, dan mencaritahu apa maksudnya.
Kenyataannya, karena terlalu bersemangat, yang segera dimanfaatkan lawan berkat kesigapan dan
energinya yang luar biasa kita telah mengungkapkan kehadiran kita dan kehilangan buruan."
Kami tengah melangkah dengan santai menyusuri Regent Street selama percakapan ini. Dr.
Mortimer dan rekannya telah lama menghilang dari pandangan kami.
"Tidak ada gunanya terus mengikuti mereka," kata Holmes. "Penguntit mereka sudah pergi dan
tidak akan kembali. Kita harus mempertimbangkan lagi tindakan kita selanjutnya. Kau ingat wajah pria
dalam kereta itu""
"Aku hanya mengingat janggutnya."
"Aku juga yang kuperkirakan itu janggut palsu. Seseorang yang pandai dengan tugas serumit
39 ini tidak memerlukan janggut kecuali untuk menyembunyikan wajahnya. Kita masuk ke sini, Watson!"
Ia berbelok, memasuki salah satu kantor layanan pengiriman pesan, dan disambut hangat sang
manajer. "Ah, Wilson, aku tahu kau belum melupakan kasus kecil itu. Aku beruntung bisa
membantumu." "Tidak, Sir, aku belum melupakannya. Kau sudah menyelamatkan nama baikku, dan mungkin
juga nyawaku." "Sobat yang baik, kau terlalu melebih-lebihkan. Kalau tidak salah ingat, Wilson, ada salah satu
anak buahmu bernama Cartwright yang sudah menunjukkan kemampuannya selama penyelidikan."
"Ya, Sir. Dia masih bekerja di sini."
"Bisa tolong kaupanggilkan" Terima kasih! Dan tolong tukar lembaran lima pound ini."
Seorang bocah laki-laki berusia empat belas tahun, dengan wajah cerah dan cerdas, muncul
memenuhi panggilan si manajer. Ia berdiri menatap detektif terkenal itu dengan kekaguman besar.
"Tolong ambilkan Direktori Hotel," kata Holmes. "Terima kasih! Nah, Cartwright, di sini
terdapat nama dua puluh tiga hotel, semuanya berada di sekitar Charing Cross. Kau mengerti""
"Ya, Sir." "Kau harus mendatangi semuanya satu per satu."
"Ya, Sir." "Kau mulai tugasmu dengan memberikan satu shilling kepada portir luar. Ini dua puluh tiga
shilling." "Ya, Sir." "Katakan pada mereka kau ingin memeriksa sampah kertas hari kemarin. Katakan ada telegram
penting yang hilang dan kau sedang mencarinya. Kau mengerti""
"Ya, Sir." "Tapi yang sebenarnya kau cari adalah halaman tengah Times yang sudah berlubang-lubang
40 karena digunting. Ini Times edisi yang kuinginkan. Kau bisa mengenalinya dengan mudah, bukan""
"Ya, Sir." "Di setiap hotel, portir luar akan menghubungi portir
dalam, yang juga harus kauberi satu shilling. Ini dua puluh
tiga shilling. Sesudah itu kau mungkin akan mengetahui
dua puluh dari dua puluh tiga sampah kertas hotel yang
kemarin, sudah dibakar atau dibuang. Di ketiga hotel
lainnya kau akan mendapat setumpuk kertas dan kau harus
mencari halaman Times ini di antaranya. Besar
kemungkinan kau akan menemukannya. Ini sepuluh
shilling untuk keadaan darurat. Tolong sampaikan laporan
ke Baker Street melalui telegram sebelum malam. Dan
sekarang, Watson, kita hanya perlu mencari tahu identitas
kusir No. 2704 melalui telegram. Sesudah itu kita akan
mampir di salah satu galeri seni Bond Street dan mengisi
waktu hingga tiba saatnya kita harus ke hotel."
41 Bab 5 Tiga Petunjuk yang Gagal SHERLOCK HOLMES memiliki kemampuan memilah-milah pemikirannya dalam tingkat
yang luar biasa. Selama dua jam urusan aneh yang melibatkan kami ini seakan terlupakan, dan ia
tenggelam sepenuhnya dalam lukisan-lukisan karya para master Belgia modern. Ia hanya
membicarakan masalah seni, yang hanya sedikit dipahaminya sejak meninggalkan galeri hingga tiba di
Hotel Northumberland. "Sir Henry Baskerville sudah menunggu Anda berdua di lantai atas," kata karyawan hotel.
"Beliau meminta saya langsung mengantar kalian begitu tiba."
"Apa kau. keberatan kalau aku memeriksa buku tamu"" tanya Holmes.
"Sama sekali tidak."
Buku itu menunjukkan ada dua nama yang masuk sesudah Baskerville: Theophilus Johnson
sekeluarga dari Newcastle, dan Mrs. Oldmore dan pelayannya dari High Lodge, Alton.
"Ini pasti Johnson kenalanku," kata Holmes kepada portir. "Dia pengacara, bukan" Beruban,
dan timpang"" "Tidak, Sir. Ini Mr. Johnson, pemilik tambang batu bara, sangat aktif, tidak lebih tua daripada
Anda." "Kau tidak keliru mengenai profesinya""
"Tidak, Sir! Dia sudah bertahun-tahun menggunakan hotel ini, dan kami sangat mengenalnya."
"Ah, kalau begitu beres. Mrs. Oldmore juga, rasanya aku mengenai nama itu. Maafkan rasa
ingin tahuku, tapi terkadang dengan menghubungi teman yang satu, kita menemukan teman yang lain."
"Dia seorang wanita cacat, Sir. Suaminya pernah menjadi walikota Gloucester. Dia selalu
menginap di sini bila datang ke London."
"Terima kasih. Sayangnya aku tidak bisa mengaku mengenalnya. Kita sudah mendapat fakta
yang paling penting dengan p
ertanyaan-pertanyaan ini, Watson," lanjutnya dengan suara pelan saat
42 kami menaiki tangga bersama-sama. "Sekarang kita tahu orang-orang yang begitu tertarik kepada
teman kita tidak menginap di hotel ini. Itu berarti sementara mereka, sebagaimana sudah kita lihat,
sangat ingin mengawasi teman kita, mereka juga sama inginnya agar teman kita tidak melihat mereka.
Nah, ini fakta yang sangat berarti."
"Petunjuk apa""
"Itu menunjukkan halloa, Sobat, ada masalah apa""
Saat tiba di puncak tangga kami hampir bertabrakan dengan Sir Henry Baskerville sendiri.
Wajahnya memerah karena marah, dan ia membawa sebuah sepatu bot tua dan berdebu. Begitu
marahnya sehingga ia hampir-harnpir tidak mam-pu berbicara. Dan saat membuka mulutnya, ia
menggunakan dialek Barat yang jauh lebih banyak dibandingkan yang kami dengar tadi pagi.
"Menurutku hotel ini benar-benar kurang ajar," serunya. "Mereka akan tahu mereka berhadapan
dengan orang yang keliru kalau tidak berhati-hati. Demi guntur, kalau bocah itu tidak menemukan
sepatu botku yang hilang, mereka akan mendapat masalah besar. Aku bisa menerima lelucon yang
paling konyol, Mr. Holmes, tapi kali ini mereka sudah keterlaluan."
"Masih mencari sepatu botmu""
"Ya, Sir, dan aku berniat menemukannya."
"Tapi jelas kau mengatakan yang hilang adalah
sepatu bot cokelat yang masih baru""
"Memang begitu, Sir. Dan sekarang sepatu
botku yang hitam yang hilang."
"Apa! Maksudmu..."
"Memang itu yang kumaksud. Aku hanya
memiliki tiga pasang sepatu di dunia cokelat yang
baru, hitam yang lama, dan sepatu yang kukenakan
sekarang. Semalam mereka menghilangkan sepatuku
yang cokelat, dan hari ini mereka mencuri yang hitam.
Well, kau mengerti" Bicaralah, man jangan hanya
43 berdiri diam di situ!"
Seorang pelayan pria keturunan Jerman telah muncul di sana.
"Tidak ada, Sir. Saya sudah bertanya-tanya ke seluruh hotel, tapi tidak mendapat kabar sedikit
pun." "Well, kalau sepatu bot itu tidak kembali sebelum matahari terbenam, aku akan menemui
manajer dan memberitahu aku keluar dari hotel saat itu juga."
"Pasti ditemukan, Sir saya berjanji sepatu itu akan ditemukan kalau Anda bersedia bersabar
sedikit." "Pastikan itu, karena itu benda terakhirku yang hilang di sarang pencuri ini. Well, well, Mr.
Holmes, maaf sudah merepotkan dirimu dengan masalah seremeh..."
"Kurasa masalahnya tidak seremeh itu."
"Kau tampaknya menganggap masalah ini sangat serius."
"Menurutmu bagaimana""
"Aku tidak berusaha menjelaskannya. Tampaknya ini kejadian yang paling aneh dan paling
sinting yang pernah kualami."
"Mungkin yang paling aneh adalah...," kata Holmes sambil berpikir.
"Menurutmu bagaimana""
"Well, kuakui aku sendiri belum memahaminya. Kasusmu ini sangat rumit, Sir Henry. Apabila
kematian pamanmu turut diperhitiingkan, aku tidak yakin dari kelima ratus kasus penting yang pernah
kutangani ada yang semendalam ini. Tapi kita memiliki beberapa petunjuk, dan kemungkinan satu atau
beberapa di antaranya akan membawa kita kepada kebenaran. Kita mungkin membuang-buang waktu
dengan mengikuti petunjuk yang salah, tapi cepat atau lambat kita akan mendapatkan petunjuk yang
benar." Kami melewati makan siang yang nyaman dengan hanya sedikit membicarakan masalah yang
telah menyatukan kami itu. Baru saat di kamar Baskerville, tempat kami berkumpul setelah makan
siang, Holmes menanyakan apa niat Sir Henry.
44 "Pergi ke Baskerville Hall."
"Kapan"" "Akhir minggu ini."
"Secara keseluruhan," kata Holmes, "kupikir keputusanmu itu bijaksana. Aku memiliki banyak
bukti kau diikuti selama di London. Dan di tengah-tengah jutaan penduduk kota besar ini, sulit
mengetahui siapa orang-orang ini dan apa tujuan mereka. Kalau mereka berniat jahat dan hendak
menipumu, kita takkan sanggup menghentikan mereka. Dr. Mortimer, apa kau tahu kalian berdua
diikuti sewaktu meninggalkan rumahku tadi pagi""
Dr. Mortimer terperangah.
"Diikuti! Oleh siapa""
"Sayangnya aku sendiri tidak tahu. Apa di antara tetangga atau kenalan di Dartmoor ada yang
berjanggut hitam lebat""
"Tidak atau, tunggu sebentar hmm, ya. Barrymore, pelayan Sir Charles, berjanggut hitam
lebat." "Ha! Di mana Barrymore""
"Dia yang bertanggung jawab mengurus Hall."
"Sebaiknya dipastikan dia memang berada di sana, atau ada kemungkinan dia berada di
London." "Bagaimana caranya""
"Kirim telegram, tanyakan: 'Apa semua siap untuk menyambut kedatangan Sir Henry"' Itu
sudah mencukupi. Alamatkan kepada Barrymore, Baskerville Hall. Di mana kantor telegram terdekat"
Grimpen. Bagus sekali, kita akan mengirim telegram kedua kepada kepala kantor pos, isinya: 'Telegram
kepada Mr. Barrymore harus dikirim langsung kepadanya. Kalau dia tidak ada, harap kembalikan
telegram kepada Sir Henry Baskerville, Hotel Northumberland.' Dengan begitu kita akan mengetahui
sebelum malam tiba, apakah Barrymore ada di tempatnya di Devonshire atau tidak."
"Begitu," kata Baskerville. "Omong-omong, Dr. Mortimer, siapa si Barrymore ini""
45 "Dia putra pengurus rumah yang lama, yang sekarang sudah meninggal. Mereka sudah empat
generasi mengabdi di Baskerville Hall. Sepanjang yang kuketahui, dia dan istrinya merupakan
pasangan yang sama terhormatnya seperti orang-orang lainnya di sana."
"Pada saat yang sama," kata Baskerville, "cukup jelas bahwa sepanjang tidak ada anggota
keluarga yang menghuni Hall, orang-orang ini memiliki rumah megah tanpa harus melakukan apa-apa."
"Memang benar."
"Apakah Barrymore mendapat keuntungan dari surat wasiat Sir Charles"" tanya Holmes.
"Dia dan istrinya masing-masing mendapat lima ratus pound."
"Ha! Apa mereka tahu akan menerima uang sebesar itu""
"Ya. Sir Charles sangat senang membicarakan pembagian warisannya."
"Menarik sekali."
"Kuharap," kata Dr. Mortimer, "kalian tidak mencurigai setiap orang yang mendapat warisan
dari Sir Charles, karena aku juga mendapat seribu pound"
"Yang benar saja! Siapa lagi yang mendapat warisan""
"Banyak orang yang menerima sejumlah kecil uang, juga beberapa puluh lembaga sosial. Sisa-nya diwariskan kepada Sir Henry."
"Berapa banyak sisanya""
"Tujuh ratus empat puluh ribu pound."
Holmes mengangkat alis dengan sikap terkejut. "Aku tidak tahu jumlahnya sebesar itu,"
katanya. "Sir Charles terkenal kaya raya, tapi kami baru mengetahui seberapa besar kekayaannya ketika
kami memeriksanya. Nilai total propertinya mendekati satu juta pound."
"Dear me! Jumlah yang cukup besar untuk dipertaruhkan mati-matian. Satu pertanyaan lagi, Dr.
Mortimer. Seandainya ada sesuatu yang menimpa teman muda kita ini maafkan hipotesis yang tidak
menyenangkan ini! siapa yang akan mewarisinya""
46 "Karena Sir Rodger Baskerville, adik Sir Charles, meninggal sebelum menikah, warisan itu
akan jatuh ke tangan pasangan Desmond, sepupu jauh Baskerville. James Desmond seorang pendeta
senior di Westmoreland."
"Terima kasih. Perincian ini sangat menarik. Kau sudah bertemu Mr. James Desmond""
"Ya, dia pernah mengunjungi Sir Charles sekali. Dia berpenampilan biasa saja, dan menjalani
kehidupan bagai orang suci. Aku ingat dia menolak pemberian apa pun dari Sir Charles, sekalipun
sudah didesak." "Dan pria berselera sederhana ini akan mewarisi harta Sir Charles."
"Dia akan mewarisi lahannya karena memang seharusnya begitu. Dia juga akan mewarisi
uangnya, kecuali pemilik yang sekarang menghendaki lain. Tentu saja, pemilik yang sekarang berhak
melakukan apa pun yang disukainya."
"Apakah kau sudah menulis surat wasiatmu, Sir Henry""
"Tidak, Mr. Holmes, belum. Aku tidak sempat, karena baru kemarin aku mengetahui
permasalahannya. Tapi kurasa uangnya harus diterima orang yang mendapat gelar dan lahannya. Itu
gagasan pamanku yang malang. Bagaimana pemilik Hall bisa mengembalikan kejayaan keluarga
Baskerville kalau dia tidak memiliki cukup uang untuk mempertahankan propertinya" Rumah, tanah,
dan uang harus merupakan satu kesatuan."
"Benar juga. Well, Sir Henry, sudah bulat tekadku untuk menyarankan kau pergi ke Devonshire
tanpa menunda-nunda lagi. Hanya ada satu syarat yang kuminta. Kau tidak boleh ke sana seorang diri."
"Dr. Mortimer akan pulang bersamaku."
"Tapi Dr. Mortimer harus menangani prakteknya, dari rumahnya bermil-mil jauhnya dari
tempatmu. Dia mungkin tidak sempat membantumu walaupun dia sangat ingin. Tidak, Sir Henry, kau
harus mengaj ak seseorang yang bisa dipercaya, orang yang akan selalu menemanimu."
"Apa kau sendiri bisa, Mr. Holmes""
"Kalau masalah ini sudah mencapai krisis, dengan senang hati aku sendiri akan datang. Tapi
harap dimengerti, dengan kesibukan praktek konsultasiku dan banyaknya permintaan dari berbagai
tempat, mustahil bagiku meninggalkan London selama jangka waktu yang tidak pasti. Pada saat ini
47 salah satu tokoh terkemuka di Inggris sedang menghadapi pemerasan, dan hanya aku yang bisa
mencegah terjadinya skandal. Kau pasti mengerti betapa mustahilnya bagiku pergi ke Dartmoor."
"Kalau begitu, siapa yang kau rekomendasikan""
Holmes memegang lenganku.


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau temanku ini bersedia, tidak ada lagi orang yang layak menemanimu pada saat-saat
menghadapi masalah. Tidak seorang pun yang bisa mengatakannya dengan lebih yakin selain diriku."
Tawaran itu sangat mengejutkanku. Tapi, sebelum aku sempat menjawab, Baskerville telah
meraih tanganku dan menjabatnya dengan penuh semangat.
"Wah, kau benar-benar baik, Dr. Watson," katanya.
"Kau mengetahui keadaanku, dan kau sama
mengertinya mengenai masalah ini seperri diriku.
Kalau kau bersedia ikut ke Baskerville Hall dan
menemaniku hingga masalah ini selesai, aku tidak akan
melupakannya." Kemungkinan bertualang selalu menarik bagiku,
dan aku merasa tersanjung oleh kata-kata Holmes dan
semangat yang telah ditunjukkan bangsawan itu dalam
menerimaku sebagai teman.
"Dengan senang hati aku bersedia," kataku. "Aku
tidak tahu bagaimana mengisi waktuku dengan cara yang lebih baik lagi."
"Dan kau akan melaporkannya secara hati-hati kepadaku," kata Holmes. "Apabila ada krisis,
yang pasti terjadi, akan kuberitahu apa yang harus kaulakukan. Kuanggap semuanya bisa siap hari
Sabtu nanti"" "Apa Dr. Watson tidak keberatan""
"Sama sekali tidak."
"Kalau begitu hari Sabtu, kecuali kalian mendapat kabar lainnya, kita akan bertemu di stasiun
untuk kereta pukul setengah sebelas dari Paddington."
48 Kami telah beranjak bangkit sewaktu Baskerville berseru penuh kemenangan, dan menerjang ke
salah satu sudut kamar, tempat ia mengambil sebuah sepatu bot cokelat dari bawah lemari pendek.
"Sepatuku yang hilang!" serunya.
"Semoga semua kesulitan kita berakhir semudah ini!" kata Sherlock Holmes.
"Tapi ini aneh sekali," Dr. Mortimer mengomentari. "Aku sudah menggeledah kamar ini dengan
hati-hati sebelum makan siang."
"Aku juga," kata Baskerville. "Setiap incinya."
"Jelas sepatu bot itu tidak ada di sini tadi."
"Kalau begitu, pasti pelayan yang meletakkannya di sana sewaktu kita makan siang."
Pelayan keturunan Jerman itu dipanggil, tapi ia mengaku tidak tahu apa-apa. Dan penyelidikan
selanjutnya juga tidak menghasilkan apa pun. Masalah lain telah ditambahkan ke dalam rangkaian
misteri kecil yang konstan dan yang tampaknya tanpa tujuan ini yang bermunculan susul-menyusul
dengan cepat. Dengan mengesampingkan seluruh kisah kematian Sir Charles yang suram, selama dua
hari ini kami menghadapi serangkaian kejadian yang tidak bisa dijelaskan, termasuk penerimaan surat
potongan kata-kata, mata-mata berjanggut hitam dalam kereta, hilangnya sepatu bot cokelat yang baru,
hilangnya sepatu bot hitam yang lama, dan sekarang ditemukannya kembali sepatu bot cokelat yang
baru. Holmes membisu di kereta dalam perjalanan pulang ke Baker Street. Dan aku tahu dan kerutan
alis mata dan ekspresinya, bahwa benaknya, seperti benakku sendiri, tengah sibuk menyusun
keterkaitan semua kejadian yang aneh dan tampaknya tidak berkaitan ini. Sepanjang sore dan malam ia
duduk tenggelam dalam tembakau dan pemikiran.
Tepat sebelum makan malam, kami menerima dua telegram. Yang pertama berbunyi:
Baru mendapat kabar Barrymore ada di Hall
BASKERVILLE Yang kedua: Mengunjungi dua puluh tiga hotel sesuai perintah, tapi menyesal melaporkan tidak menemukan
49 lembaran Times terpotong.
CARTWRIGHT "Hilang sudah dua petunjukku, Watson. Tidak ada yang lebih menarik selain kasus di mana
segala sesuatunya justru menentangmu. Kita harus mencari petunjuk lain."
"Masih ada kusir yang mengantar mata-mata itu."
"Tepat sekali. Aku sudah mengirim telegram untuk
mendapatkan nama dan alamatnya dari
Kantor Pendaftaran Resmi. Aku pasti akan mendapatkan jawabannya."
Tapi dering bel ternyata menyajikan sesuatu yang bahkan lebih memuaskan daripada sebuah
jawaban. Karena pada saat pintu dibuka pria bertampang kasar yang melangkah masuk adalah kusir
kereta yang kami cari. "Saya mendapat pesan dari kantor pusat bahwa ada pria di alamat ini yang menanyakan tentang
kereta No. 2704," katanya. "Saya sudah mengemudikan kereta selama tujuh tahun dan belum pernah
mendapat keluhan satu pun. Saya langsung kemari dari Yard untuk menanyakan secara langsung, apa
keluhan Anda terhadap saya."
"Tidak ada yang ingin kukeluhkan mengenai dirimu, my good man" kata Holmes. "Sebaliknya,
ada sejumlah uang untukmu kalau kau bersedia menjawab beberapa pertanyaanku."
"Well, hari ini berlalu dengan baik dan tanpa kesalahan," kata si kusir sambil tersenyum. "Apa
yang ingin Anda tanyakan, Sir""
"Pertama-tama, nama dan alamatmu, siapa tahu kelak aku membutuhkan dirimu lagi."
"John Clayton, 3 Turpey Street, Borough. Kereta saya ada di Shipley's Yard, dekat Stasiun
Waterloo." Sherlock Holmes mencatatnya.
"Sekarang, Clayton, ceritakan tentang penumpang yang datang dan mengawasi rumah ini pada
pukul sepuluh tadi pagi, dan sesudahnya mengikuti kedua pria yang keluar dari sini hingga Regent
Street." Pria itu tampak terkejut dan agak malu.
50 "Why, tidak ada gunanya menceritakan apa pun kepada
Anda, karena tampaknya Anda sudah mengetahui semua
yang saya ketahui," katanya. "Kebenarannya adalah tuan itu
mengaku detektif dan saya tidak boleh mengatakan apa pun
kepada siapa pun." "My good fellow, ini urusan yang sangat serius, dan kau
mungkin akan mendapati dirimu dalam posisi sulit kalau
mencoba menyembunyikan apa pun dariku. Katamu
penumpangmu mengaku detektif""
"Ya, memang." "Kapan dia mengatakannya""
"Sewaktu meninggalkan saya."
"Apa dia mengatakan yang lainnya""
"Dia menyebut namanya."
Holmes melirik penuh kemenangan ke arahku. "Oh, dia menyebutkan namanya" Itu benar-benar
ceroboh. Siapa namanya""
"Namanya," kata kusir kereta itu, "Sherlock Holmes."
Belum pernah kulihat temanku setertegun itu mendengar jawaban kusir. Sejenak ia terdiam, lalu
tertawa terbahak-bahak. "Hebat, Watson benar-benar hebat!" katanya. "Orang ini benar-benar secerdas dan sesigap
diriku. Dia berhasil mengalahkanku dengan telak kali ini. Jadi namanya Sherlock Holmes, begitu""
"Ya, Sir, itu namanya."
"Bagus sekali! Katakan di mana kau menjemputnya, dan semua yang terjadi."
"Dia memanggil saya pukul setengah sepuluh di Trafalgar Square. Katanya dia detektif, dan
menawari saya dua guinea kalau saya melakukan semua perintahnya sepanjang hari tanpa bertanya
apa-apa. Saya cukup gembira dan menyetujuinya. Pertama-tama, kami menuju ke Hotel
51 Northumberland dan menunggu di sana hingga kedua pria itu keluar dan menaiki kereta dari antrean.
Kami mengikuti kereta mereka hingga berhenti di dekat tempat ini."
"Di pintu ini," kata Holmes.
"Well, saya tidak bisa yakin mengenai hal itu, tapi saya berani bertaruh penumpang saya
mengetahuinya dengan pasti. Kami berhenti agak jauh di jalan dan menunggu sekitar satu setengah
jam. Lalu kedua pria itu berjalan melewati kami, dan kami mengikutinya sepanjang Baker Street dan..."
"Aku tahu," kata Holmes.
"Sampai kami memasuki sekitar tiga perempat Regent Street. Lalu penumpang saya tiba-tiba
menutup jendela dan berteriak agar saya langsung menuju ke Stasiun Waterloo secepat mungkin. Saya
melecut kuda dan kami tiba di sana dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Lalu dia membayar dua
guinea, selayaknya penumpang yang baik, dan masuk ke dalam stasiun. Dia baru saja melangkah pergi,
sewaktu berbalik dan berkata, 'Kau mungkin tertarik untuk mengetahui bahwa kau baru saja mengantar
Mr. Sherlock Holmes.' Begitulah saya mengetahui namanya."
"Aku mengerti. Dan kau tidak melihatnya lagi sejak itu""
"Tidak sesudah dia masuk ke dalam stasiun."
"Dan bagaimana deskripsi Mr. Sherlock Holmes ini"'
Si kusir menggaruk-garuk kepalanya. "Well, secara keseluruhan dia bukan orang yang mudah
dideskripsikan. Saya pe rkirakan dia berusia empat puluh tahun, tingginya sedang, lima atau tujuh senti
lebih pendek daripada Anda, Sir. Dia mengenakan pakaian bagus, dan berjanggut hitam yang ujungnya
dicukur persegi. Wajahnya pucat. Saya tidak bisa menceritakan apa pun lagi."
"Warna matanya""
"Tidak, saya tidak tahu."
"Tidak ada lagi yang kau ingat""
"Tidak, Sir, tidak ada."
"Well, kalau begitu, ini uangmu. Kau akan mendapat uang lagi kalau bisa memberikan informasi
lain. Selamat malam!"
52 "Selamat malam, Sir, dan terima kasih!"
John Clayton berlalu sambil tertawa kecil, dan Holmes berpaling kepadaku sambil mengangkat
bahu dan tersenyum. "Hilang sudah petunjuk ketiga kita dan kita berakhir di tempat kita memulai," katanya. "Keparat
licin! Dia tahu alamat kita, tahu Sir Henry Baskerville telah berkonsultasi denganku, mengenali diriku
di Regent Street, menebak aku akan mencatat nomor keretanya dan menemukan kusirnya, jadi dia
mengirimkan pesan yang berani itu. Kuberitahu, Watson, kali ini kita mendapat lawan yang seimbang.
Aku sudah terkalahkan di London. Aku hanya bisa berharap kau lebih beruntung di Devonshire. Tapi
aku masih merasa tidak enak karenanya."
"Karena apa""
"Mengirimmu. Ini urusan yang buruk, Watson, urusan yang buruk dan berbahaya. Dan semakin
kupahami, semakin aku tidak menyukainya. Ya, sobat yang baik, kau boleh tertawa, tapi aku berjanji
aku akan sangat gembira kalau kau pulang kembali dengan selamat dan sehat walafiat ke Baker Street."
53 Bab 6 Baskerville Hall SIR HENRY BASKERVILLE dan Dr. Mortimer telah siap pada hari yang telah ditentukan, dan
kami pun pergi ke Devonshire sesuai janji. Mr. Sherlock Holmes mengantarku ke stasiun dan
memberikan saran serta nasihat terakhir sebelum keberangkatan kami.
"Aku tidak akan membuatmu bingung dengan menyarankan teori-teori atau menyampaikan
kecurigaan-kecurigaan, Watson," katanya. "Kuharap kau sekadar melaporkan fakta-faktanya selengkap
mungkin kepadaku, dan biar aku yang menyusun teorinya."
"Fakta-fakta macam apa"" tanyaku.
"Apa pun yang mungkin berkaitan dengan kasusnya, tidak peduli begitu jauh kaitannya, dan
terutama hubungan antara Baskerville muda dengan para tetangganya atau informasi-informasi baru
mengenai kematian Sir Charles. Aku sendiri sudah melakukan penyelidikan selama beberapa hari
terakhir ini, sayang hasilnya masih negatif.
Hanya satu hal yang tampak pasti, yaitu Mr. James Desmond, si pewaris berikutnya, adalah
seorang tua yang sangat disenangi, jadi tidak mungkin dia yang melakukan semua ini. Menurutku kita
benar-benar bisa menghapus namanya dari perhitungan kita. Masih ada orang-orang yang akan benar-benar mengelilingi Sir Henry Baskerville di rawa-rawa."
"Apa tidak lebih baik kalau kita singkirkan dulu pasangan Barrymore ini""
"Jangan. Itu kesalahan terbesar. Kalau mereka tidak bersalah, mengusir mereka merupakan
ketidakadilan yang kejam. Dan kalau mereka bersalah, kita menyia-nyiakan semua kesempatan untuk
menangkap mereka. Tidak, tidak, kita akan mempertahankan mereka dalam daftar tersangka. Lalu
masih ada tukang kebun di Hall, kalau tidak salah ingat. Ada juga dua orang petani rawa-rawa. Ada
teman kita Dr. Mortimer, yang aku yakin jujur sepenuhnya, dan lalu istrinya kita tidak tahu apa-apa
tentangnya. Juga ada si pencinta alam, Stapleton, dan adik perempuannya, yang katanya wanita muda
yang menarik. Juga ada Mr. Frankland, dari Lafter Hall, yang juga merupakan faktor yang tidak kita
ketahui, dan masih ada satu atau dua tetangga lainnya. Orang-orang inilah yang harus kauamati baik-baik."
54 "Aku akan berusaha keras."
"Kurasa kau memiliki pistol""
"Ya, kukira lebih baik aku membawanya."
"Jelas. Simpan revolvermu di dekatmu siang dan malam, dan jangan pernah mengendurkan
kewaspadaanmu." Teman-teman kami telah mendapatkan tempat di kereta kelas satu dan tengah menunggu kami
di peron. "Tidak, kami tidak mendapat kabar baru apa pun," kata Dr.
Mortimer menjawab perranyaan temanku. "Aku berani
bersumpah untuk satu hal, yaitu kami tidak diikuti selama
dua hari terakhir ini. Kami tidak pernah bepergian tanpa
meningkatkan kewaspadaan, dan tidak seorang pun yang
bisa meloloskan diri dari kami."
"Kurasa kalian selalu bersama-sama""
"Kecuali kemarin sore. Aku biasa menghabiskan satu hari
penuh untuk bersenang-senang bila datang kemari, jadi
kuhabiskan waktu di Museum Akademi Bedah."
"Dan aku berjalan-jalan di taman," kata Baskerville. "Tapi
kami tidak menemui masalah apa pun."
"Tetap saja itu ceroboh," kata Holmes sambil menggeleng
dan tampak sangat muram. "Kuminta, Sir Henry, agar kau
tidak pernah bepergian ke mana pun seorang diri. Kau akan
mendapat kesulitan besar nanti. Apa kau berhasil menemukan sepatu botmu yang satu lagi""
''Tidak, Sir, sepatu itu sudah hilang untuk selamanya."
"Memang. Itu sangat menarik. Well, sampai jumpa," tambahnya saat kereta mulai meluncur
memasuki peron. "Ingat baik-baik, Sir Henry, salah satu ungkapan dalam legenda tua aneh yang sudah
dibacakan Dr. Mortimer kepada kita semua, dan hindari rawa-rawa di malam hari pada saat kekuatan
55 jahat berkuasa." Aku berpaling memandang peron sewaktu kami telah jauh meninggalkannya dan melihat sosok
jangkung Holmes berdiri tidak bergerak, menatap kepergian kami.
Perjalanan itu berlangsung lancar dan menyenangkan, dan kuhabiskan sepanjang waktu dengan
berusaha semakin mengenali kedua temanku ini, dan bermain-main dengan anjing spanil Dr. Mortimer.
Beberapa jam kemudian tanah kecokelatan berubah kasar, bangunan-bangunan bata digantikan granit,
dan sapi sapi kemerahan tengah merumput di padang-padang berpagar semak tempat rerumputan hijau
dan tanaman yang lebih mewah menyatakan iklim yang lebih kaya, kalau bukan lebih lembap.
Baskerville muda menatap keluar jendela dan berseru gembira saat melihat pemandangan alam Devon
yang dikenalinya. Aku sudah berkelana ke cukup banyak tempat di dunia sejak meninggalkan tempat ini, Dr.
Watson," katanya, "tapi aku tidak pernah menemukan tempat yang sebanding."
"Aku belum pernah bertemu penduduk Devonshire yang tidak memuja kampung halamannya,"
kataku. "Itu tergantung pada asal-usulnya. Sekilas teman kita ini menunjukkan kepala bulat khas suku
Kelt, yang menyandang antusiasme Kelt dan kekuatan keterikatan. Kepala Sir Charles yang malang
merupakan jenis yang jarang, karakteristiknya separo Galia, separo Ivernia. Tapi kau masih sangat
muda sewaktu terakhir kali melihat Baskerville Hall, bukan""
"Aku masih remaja belasan tahun ketika ayahku meninggal dan aku belum pernah melihat Hall,
karena dia tinggal di bungalo kecil di Pantai Selatan. Setelah itu aku langsung menjumpai seorang
teman di Amerika. Bagiku Hall sama barunya seperti bagi Dr. Watson, dan aku sangat ingin melihat
rawa-rawanya." "Sungguh" Kalau begitu permintaanmu mudah dipenuhi, karena rawa-rawanya ada di sebelah
sana," kata Dr. Mortimer sambil menunjuk keluar jendela gerbong.
Di balik lapangan-lapangan hijau dan lengkungan rendah hutan, menjulang sebuah bukit kelabu
suram dengan puncak bergerigi yang aneh, samar-samar di kejauhan seperti pemandangan alam
fantastis dalam mimpi. Baskerville duduk terdiam dalam waktu lama, tatapannya terpaku ke sana. Dan
aku bisa melihat dari ekspresi wajahnya yang bersemangat betapa berartinya pemandangan itu baginya,
56 pemandangan pertama tempat asing di mana sanak saudaranya tinggal begitu lama dan meninggalkan
jejak-jejak mereka begitu dalam. Ia duduk diam, mengenakan setelan kotak-kotak, dan beraksen
Amerika, di sudut gerbong kereta. Meskipun demikian, saat kupandang wajahnya yang gelap dan
ekspresif, perasaanku semakin kuat betapa ia keturunan sejati keluarga yang berdarah biru, pemarah,
dan sangat pandai. Ada kebanggaan, keberanian, dan kekuatan yang terpancar dari alis matanya yang
tebal, cuping hidungnya yang sensitif, dan mata kelabunya yang besar. Seandainya di rawa-rawa
terlarang itu membentang petualangan yang sulit dan berbahaya, orang inilah rekan yang tepat untuk
mengambil risiko dengan kepastian ia tidak akan melarikan diri.
Kereta berhenti di stasiun kecil dan kami semua turun. Di luar, di balik pagar putih rendah, telah
menunggu kereta kuda kecil. Kedatangan kami jelas merupakan peristiwa besar, karena kepala stasiun
dan para portir mengerumuni kami untuk membawakan baran
g-barang. Ini desa di pedalaman yang
manis dan sederhana, tapi aku terkejut saat melihat kehadiran dua pria di dekat gerbang yang
berpenampilan bagai prajurit, dengan seragam hitam dan bertumpu pada senapan-senapan pendek
mereka, menatap dengan pandangan tajam saat kami melintas. Kusir kereta, seorang pria kecil
berwajah keras, memberi hormat kepada Sir Henry Baskerville. Dan beberapa menit kemudian kami
telah meluncur di jalan putih yang lebar. Padang-padang rumput yang luas berliku-liku ke atas di kedua
sisi jalan, dan rumah rumah tua mengintip dari tengah-tengah tanaman hijau Tapi di balik pemandangan


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alam yang damai dan diterangi cahaya matahari itu, mencuat sosok yang lebih gelap dari langit malam;
lekukan panjang dan muram rawa-rawa, yang dipatahkan oleh perbukitan yang bergerigi dan tampak
sinis. Kereta kecil itu berbelok memasuki jalan kecil, dan kami meliuk-liuk mendaki jalanan yang aus
termakan roda-roda kereta selama berabad-abad, dengan gundukan tanah di kedua sisinya dipenuhi
lumut-lumut yang meneteskan air dan tumbuhan pakis. Semak-semak berduri tampak berkilau ditimpa
cahaya matahari terbenam. Dalam perjalanan yang terus mendaki, kami melewati jembatan granit yang
sempit dan menyusuri sungai kecil yang riuh, berbuih, dan meraung di tengah-tengah bebatuan besar
berwarna kelabu. Baik jalan maupun sungainya meliuk-liuk melintas lembah yang dipenuhi pepohonan
ek dan cemara. Di setiap tikungan Baskerville berseru gembira, memandang sekitarnya dengan penuh
semangat dan melontarkan puluhan pertanyaan. Di matanya semua ini tampak indah, tapi bagiku ada
setitik kemurungan di pedalaman ini yang memancarkan tanda-tanda kepahitan yang begitu jelas.
57 Dedaunan kuning menutupi jalan dan beterbangan saat kami melintas. Derak roda-roda kereta
memudar saat kami melaju melintasi semak-semak yang membusuk di mataku tampak bagai hadiah
menyedihkan yang dihamburkan Alam di depan kereta yang membawa pewaris Baskerville.
"Halloa!" seru Dr. Mortimer, "apa itu"" Di depan kami membentang lahan curam berlapis tanah
liat, garis batas rawa-rawa. Di puncaknya, keras dan jelas bagaikan patung di atas tumpuannya, berdiri
seorang prajurit, muram dan kaku, senapannya siap di lengannya. Ia mengawasi jalan yang tengah kami
lewati. "Ada apa ini, Perkins"" tanya Dr. Mortimer. Kusir kami setengah berputar di kursinya. "Ada
narapidana yang melarikan diri dari Princetown, Sir. Dia sudah berkeliaran tiga hari lamanya. Para sipir
mengawasi setiap jalan dan setiap stasiun, tapi belum menemukannya. Para petani di sekitar sini tidak
suka, Sir, dan itu memang benar."
"Well, kalau tidak salah mereka mendapat lima pound bila memberi informasi."
"Ya, Sir, tapi kemungkinan mendapat lima pound tidak sebanding dengan kemungkinan
tenggorokan Anda disembelih. Anda tahu, ini bukan narapidana biasa. Ini orang yang tidak takut
menghadapi apa pun."
"Siapa dia""
"Selden, pembunuh Notting Hill."
Aku ingat kasus itu dengan baik karena Holmes sangat tertarik dengan kasus yang kejam dan
brutal itu. Hukuman mati tidak bisa dijatuhkan kepada si pelaku karena keragu-raguan atas
kewarasannya, mengingat tindakannya yang begitu tidak berperikemanusiaan. Kereta kami tiba di
puncak dan di depan kami membentang rawa-rawa yang luas, dihiasi semak-semak di sana-sini. Angin
dingin menyapu, menyebabkan kami menggigil. Di suatu tempat di sana, di dataran terpencil itu,
bersembunyi pria buas ini, bagai hewan liar, dengan hati penuh kekejaman terhadap seluruh manusia
yang telah mengusirnya. Informasi tentang narapidana yang lari itu menambah kemuraman suasana
angin yang dingin, dan langit yang menggelap. Bahkan Baskerville pun terdiam dan mengetatkan
mantel di sekeliling tubuhnya.
Kami telah meninggalkan lahan yang subur di belakang dan di bawah kami. Sekarang kami
berpaling memandang ke sana, ke berkas-berkas cahaya matahari yang mengubah sungai menjadi
58 selarik pita keemasan dan berkilauan di tanah kemerahan yang baru dibajak dan hutan yang
membentang luas Jalan di depan kami semakin suram dan semakin liar, menerobos lereng yang
dipenuhi tanaman russet dan zaitun, yang dihias
i bebatuan besar di sana-sini. Sesekali kami melewati
rumah-rumah rawa, yang berdinding dan beratap batu, dengan struktur yang tampak kasar. Tiba-tiba
kami menghadapi ceruk yang berbentuk bagai cangkir, dengan beberapa batang pohon ek dan fir
meliuk-liuk akibat amukan badai selama bertahun-tahun. Dua menara yang tinggi dan sempit
menjulang melebihi pepohonan itu. Kusir menunjuk dengan cambuknya.
"Baskerville Hall," katanya.
Pemilik bangunan itu bangkit berdiri dan menatap
dengan pipi kemerahan dan mata berkilau-kilau. Beberapa
menit kemudian kami tiba di gerbangnya, yang merupakan
setumpuk jeruji besi berukir yang fantastis, dengan pilar-pilar yang telah termakan cuaca di kedua sisinya, dihiasi
lumut, dan dikelilingi kepala babi hutan lambang keluarga
Baskerville. Bangunan itu merupakan reruntuhan granit
hitam dan balok-balok penopang yang telanjang, tapi di
hadapannya berdiri bangunan baru yang separo selesai,
buah pertama emas Afrika Selatan yang dibawa Sir Charles.
Setelah melewati gerbang kami menyusuri jalur
masuk, roda-roda kembali membisu teredam dedaunan, dan
pepohonan tua menjulurkan cabang-cabangnya membentuk
terowongan suram di atas kepala kami. Baskerville
menggigil saat menengadah memandang jalur masuk yang
gelap dan panjang menuju ke rumah yang bercahaya bagai hantu di ujung seberang.
"Di sini"" tanyanya dengan suara pelan.
"Tidak, tidak, jalan berpagar cemara ada di sisi lain."
Pewaris muda itu sekilas memandang sekitarnya dengan ekspresi muram.
"Tidak heran pamanku merasa seakan-akan ada masalah yang menghadangnya di tempat seperti
59 ini," katanya. "Tempat ini sudah cukup menakutkan siapa pun. Akan kupasang serangkaian lampu
listrik di sini dalam waktu enam bulan, dan kalian tidak akan mengenalinya lagi, dengan Swan and
Edison seterang cahaya seribu lilin tepat di depan pintu utama."
Jalan itu berakhir di halaman yang luas, dan rumah itu berdiri di depan kami. Dalam cahaya
yang semakin suram aku bisa melihat bagian tengahnya merupakan sepetak besar bangunan dari mana
terjulur sebuah serambi. Seluruh bagian depannya tertutup tanaman ivy, dengan beberapa jendela
melubangi cadar gelap tanaman itu. Dari bangunan utama inilah menjulang kedua menara yang kuno
dan dipenuhi lubang-lubang. Di sebelah kiri dan kanan menara-menara itu terdapat bangsal-bangsal
dari granit hitam yang lebih modern. Cahaya remang-remang memancar dari balik jendela-jendela. Dan
dari cerobong yang mencuat di atap curamnya mengepul asap hitam.
"Selamat datang, Sir Henry! Selamat datang di Baskerville Hall!"
Seorang pria jangkung melangkah keluar dari
keremangan serambi untuk membuka pintu kereta.
Sosok wanita terlihat di depan cahaya kuning yang
memancar dari dalam ruangan Wanita itu keluar dan
membantu pria jangkung itu menurunkan tas-tas kami.
"Kau tidak keberatan kalau aku langsung pulang,
Sir Henry"" kata Dr. Mortimer. "Istriku sudah menanti
kepulanganku." "Kau tidak mau menunggu makan malam""
"Tidak, aku harus pulang. Mungkin ada pekerjaan
yang sudah menungguku. Dengan senang hati aku
bersedia menunjukkan rumah ini kepadamu, tapi
Barrymore pasti bisa memandumu dengan lebih baik. Selamat tinggal, dan jangan pernah ragu-ragu,
siang atau malam, memanggilku kalau aku bisa membantu."
Deru roda-roda kereta menghilang di jalur masuk saat Sir Henry dan aku memasuki Baskerville
Hall, pintunya berdentang berat di belakang kami. Ruangan tempat kami berada cukup nyaman, luas,
dan dipenuhi balok balok penopang dari kayu ek yang menghitam termakan usia. Di perapian kuno
60 yang besar di balik tirai besi tinggi, kayu bakar berderak-derak dilalap api. Sir Henry dan aku
menjulurkan tangan ke sana, karena kami merasa membeku kedinginan akibat perjalanan yang panjang.
Lalu kami memandang jendela tinggi yang tipis dengan kaca berwarna-warni, panel-panel kayu ek,
kepala kepala rusa jantan, berbagai senjata di dinding, yang semuanya remang-remang dan suram
diterpa cahaya lampu utama.
"Tepat seperti yang sudah kubayangkan," kata Sir Henry. "Benar-benar gambaran rumah
keluarga tua, bukan" Apalagi mengingat ini rumah yan
g sama tempat kerabatku sudah tinggal selama
lima ratus tahun. Benar-benar serius." .
Aku melihat wajahnya yang gelap bagai bersinar-sinar karena semangat kekanak-kanakan saat
ia memandang sekelilingnya. Cahaya yang menerpanya menerangi tempatnya berdiri, tapi bayang-bayang panjang membentang di dinding-dinding dan menjuntai bagaikan kanopi hitam di atasnya.
Barrymore telah kembali dari meletakkan kopor-kopor kami di kamar. Sekarang ia berdiri di depan
kami dengan sikap menunggu seorang pelayan yang terlatih dengan baik. Ia sangat tampan, jangkung,
dengan janggut hitam persegi dan kulit wajah pucat yang mencolok.
"Anda ingin makan malam disajikan sekarang, Sir""
"Sudah siap""
"Dalam beberapa menit lagi, Sir. Air panas sudah tersedia di kamar Anda. Istri saya dan saya
akan merasa gembira, Sir Henry, bila bisa tetap berada di sini sampai Anda sudah mengatur segalanya,
tapi Anda pasti mengerti bahwa dalam kondisi baru, rumah ini memerlukan staf yang cukup banyak."
"Kondisi baru apa""
"Maksud saya, Sir, Sir Charles menjalani kehidupan pensiun yang sepi. Dan kami mampu
memenuhi kebutuhannya. Anda, sudah sewajarnya, pasti menginginkan teman-teman yang lebih
banyak, dan dengan begitu Anda harus menambah jumlah pengurus rumah."
"Maksudmu, kau dan istrimu hendak pergi dari sini""
"Hanya bila situasinya sudah memadai bagi Anda, Sir."
"Tapi keluargamu sudah bekerja pada keluargaku selama beberapa generasi, bukan" Aku tidak
senang memulai kehidupanku di sini dengan memutuskan hubungan keluarga yang sudah lama."
61 Aku merasa melihat tanda tanda emosi di wajah pucat pengurus rumah itu.
"Saya juga merasa begitu, Sir. Juga istri saya. Tapi sejujurnya, Sir, kami berdua merasa sangat
dekat dengan Sir Charles. Dan kematiannya menyebabkan kami merasa shock dan menjadikan suasana
di sekitar kami terasa sangat menyakitkan. Saya takut kami tidak akan pernah lagi merasa tenang di
Baskerville Hall." "Apa rencanamu selanjutnya""
"Saya tidak ragu-ragu, Sir, bahwa kami akan berhasil mandiri dalam bisnis. Kedermawanan Sir
Charles sudah memberi kami jalan untuk itu. Dan sekarang, Sir, mungkin sebaiknya saya mengantar
Anda ke kamar." Balkon persegi membentang di bagian puncak bangunan lama, yang dihubungkan dengan
sepasang tangga. Dari titik tengah ini membentang dua koridor panjang hingga sepanjang bangunan,
dengan semua kamar tidur berjajar di sekelilingnya. Kamar tidurku sendiri berada di bangsal yang
sama dengan Baskerville; bisa dikatakan hampir bersebelahan. Kamar-kamar ini tampaknya jauh lebih
modern daripada bagian tengah rumah, dan kertas dinding yang cerah serta puluhan lilin berhasil
mengusir kesan muram yang tertanam dalam benakku sewaktu kami datang.
Tapi kamar makan yang membuka ke aula
tampak remang-remang dan muram. Ruangan itu
panjang dengan sebuah anak tangga yang memisahkan
meja tempat duduk keluarga dan meja tempat anak-anak mereka. Di salah satu sudut terdapat hiasan
pemusik keliling. Balok-balok kehitaman membentang
di atas kepala kami, dengan langit-langit yang
menghitam karena asap di atasnya. Dengan cahaya
dari sederet suluh menyala serta warna dan
kemeriahan ruang makan kuno, suasananya mungkin
bisa diperlembut. Tapi sekarang, saat dua pria
berpakaian hitam duduk dalam lingkaran cahaya kecil
sebuah lampu bertudung, suara seseorang berubah
62 pelan dan semangatnya pun merosot. Sederet lukisan para leluhur, dalam berbagai corak pakaian dari
ksatria zaman Elizabeth hingga pakaian bupati menatap kami dan menakut-nakuti dengan kebisuan
mereka. Kami bercakap-cakap sedikit, dan aku jelas gembira sewaktu makan malam berakhir dan kami
bisa kembali ke ruang biliar yang modern dan mengisap rokok.
"My word, tempat ini benar-benar kurang ceria," kata Sir Henry. "Kurasa seseorang bisa
menyesuaikan diri, tapi saat ini aku merasa terasing di sini. Aku tidak heran pamanku menjadi agak
gelisah harus menjalani kehidupan seorang diri di tempat seperti ini. Tapi, kalau kau tidak keberatan,
kita akan pergi tidur lebih awal malam ini, dan mungkin suasananya akan terasa lebih ceria besok
pagi." Kubuka tirai jendela sebelum tidur dan memandang keluar. Di balik jendela membentang
lapangan rumput yang melewati pintu depan. Di seberangnya, dua batang pohon tengah mengerang dan
bergoyang-goyang ditiup angin yang semakin kencang. Bulan separo muncul dari balik awan yang
berlari-lari. Dalam cahayanya kulihat bebatuan di balik pepohonan, dan rawa-rawa yang membentang
melankolis. Kututup tirai, dengan perasaan kesan terakhirku sesuai dengan kesan-kesan sebelumnya.
Meskipun demikian itu bukanlah kesan terakhir. Aku merasa lelah namun tetap terjaga,
berguling-guling gelisah, berusaha tidur tapi tidak mampu. Dari kejauhan terdengar suara jam yang
berdentang setiap lima belas menit sekali, namun selain itu hanya kesunyian yang melingkupi rumah
tua ini. Dan lalu, tiba-tiba, dalam kesunyian malam, terdengar suara. Jernih, bergetar, dan tidak
mungkin keliru. Suara isak tangis seorang wanita, isak teredam dan tertahan seseorang yang tercabik-cabik penderitaan hebat. Aku duduk tegak di ranjang dan mendengarkan baik-baik. Suara itu tidak
The Proposal 2 Satria Lonceng Dewa 3 Pangeran Bunga Bangkai Dewi Ular 3
^