Pencarian

Anjing Setan Baskerville 2

Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville Bagian 2


mungkin berasal dari tempat yang jauh, dan jelas berasal dari dalam rumah. Selama setengah jam aku
menunggu dengan kewaspadaan penuh, tapi tidak terdengar suara apa pun lagi kecuali dentangan jam
dan gemeresik tanaman ivy di dinding.
63 Bab 7 Keluarga Stapleton dari Merripit House
Keindahan baru keesokan paginya berhasil mengusir kesan suram dari benak kami, kesan yang
tercipta dari pengalaman pertama berada di Baskerville Hall. Saat Sir Henry dan aku duduk menyantap
sarapan, cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela dan memantulkan cahaya keemasan dari
deretan senjata di dinding. Panel-panel kehitaman bercahaya bagai kuningan tertimpa berkas keemasan
itu, membuat kami sulit menyadari bahwa di ruangan inilah kami merasa kesuraman menguasai jiwa
kami malam sebelumnya. "Kurasa itu hanya pemikiran kita sendiri dan bukan rumahnya yang harus disalahkan!" kata si
bangsawan muda itu. "Kita kelelahan dan kedinginan karena perjalanan panjang, jadi kita mendapat
kesan muram atas tempat ini. Sekarang kita sudah segar dan sehat, jadi semuanya kembali tampak
ceria." "Walaupun begitu, itu tidak sepenuhnya imajinasi," jawabku. "Apa kau, barangkali, kebetulan
mendengar seseorang, kurasa wanita, yang terisak-isak semalam""
"Menarik sekali, karena memang sewaktu mau tidur aku membayangkan mendengar suara
semacam itu. Aku menunggu selama beberapa saat, tapi tidak terdengar lagi, jadi kusimpulkan itu
semua hanya mimpi." "Aku mendengarnya dengan jelas, dan aku yakin suara itu memang isakan seorang wanita."
"Kita harus segera menanyakannya." Ia membunyikan bel dan menanyai Barrymore apakah ia
juga mendapat pengalaman yang sama. Menurutku wajah pucat si pengurus rumah bertambah pucat
saat mendengarkan pertanyaan majikannya.
"Hanya ada dua wanita di rumah ini, Sir Henry," jawabnya. "Yang satu pelayan, tidur di bangsal
yang lain. Dan satu lagi istri saya, dan saya bisa memastikan itu bukan suaranya."
Aku tahu ia telah berbohong, karena kebetulan setelah sarapan aku bertemu Mrs. Barrymore di
koridor panjang, dengan cahaya matahari menerpa wajahnya. Ia wanita bertubuh besar, pendiam,
tampak keras dengan ekspresi mulut yang kaku. Tapi matanya memerah dan ia memandangku dari
64 balik kelopak yang membengkak. Jadi dirinyalah yang terisak semalam, dan kalau benar begitu,
seharusnya suaminya tahu. Tapi Barrymore jelas-jelas mengambil risiko dengan menyatakan
sebaliknya. Kenapa ia berbohong" Dan kenapa istrinya menangis sesedih itu" Kemisteriusan dan
kemuraman menyelimuti pria berwajah pucat dan berjanggut hitam yang tampan ini. Ia orang pertama
yang menemukan mayat Sir Charles, dan kami hanya memiliki kata-katanya mengenai situasi yang
mengarah ke kematian pria tua itu. Mungkinkah Barrymore yang kami lihat dalam keteta di Regent
Street waktu itu" Janggutnya mungkin sama. Kusir kereta menggambarkan pria yang agak lebih
pendek, tapi kesan seperti itu bisa saja keliru dengan mudah. Bagaimana caraku memastikannya" Jelas
sekali tindakan pertama yang harus kuambil adalah menemui kepala kantor pos Grimpen dan
mencar itahu apakah telegram penguji benar-benar diterima sendiri oleh Barrymore. Apa pun
jawabannya, aku harus mendapatkan sesuatu untuk dilaporkan kepada Sherlock Holmes.
Sir Henry harus memeriksa tumpukan dokumen setelah sarapan, jadi waktunya sangat tepat
bagiku untuk berjalan-jalan sedikit. Perjalanan sejauh empat mil berjalan kaki menyusuri tepi rawa-rawa membawaku ke sekelompok permukiman kecil kelabu, dengan dua bangunan yang lebih besar
yang ternyata losmen dan rumah Dr. Mortimer, menjulang mengatasi yang lainnya.
Kepala kantor pos, yang juga pedagang kelontong di desa itu, mengingat telegramnya dengan
baik. "Tentu saja, Sir," katanya, "aku sudah mengirimkan telegramnya kepada Mr. Barrymore sesuai
perintah." "Siapa yang mengirimkannya""
"Putraku sendiri. James, kau yang mengirim telegram ke Mr. Barrymore di Hall minggu lalu,
bukan"" "Ya, Ayah, aku yang mengirimnya."
"Langsung kepada orangnya"" tanyaku.
"Well, dia sedang di atap waktu itu, jadi aku tidak bisa menyerahkan langsung kepadanya, tapi
kuberikan kepada Mrs. Barrymore, dan dia berjanji segera memberikannya kepada suaminya."
"Kau melihat Mr. Barrymore""
65 "Tidak, Sir. Sudah kukatakan dia ada di atap."
"Kalau kau tidak melihatnya, dari mana kau tahu dia berada di atap""
"Well, jelas istrinya pasti tahu di mana dia berada," kata kepala kantor pos agak tersinggung.
"Apa Mr. Barrymore tidak menerima telegramnya" Kalau ada kesalahan, seharusnya Mr. Barrymore
sendiri yang mengajukan keluhan."
Tampaknya tidak ada gunanya terus mendesak, tapi jelas bahwa walaupun Holmes memiliki
pendapat lain tidak ada bukti Barrymore tidak berada di London waktu itu. Seandainya benar
seandainya orang terakhir yang menemui Sir Charles dalam keadaan hidup adalah juga orang pertama
yang menguntit sang pewaris baru sewaktu tiba di Inggris. Lalu apa" Apa ia hanya kaki tangan atau
justru ia sendiri dalangnya" Apa motifnya memburu keluarga Baskerville" Aku memikirkan surat
peringatan dari potongan-potongan berita Times. Apakah itu hasil karyanya atau karya orang Iain yang
berusaha menentang rencananya" Satu-satunya motif yang masuk akal adalah seperti yang dijelaskan
Sir Henry, bahwa bila keluarganya bisa diusir pergi, pasangan Barrymore akan terjamin mendapat
rumah yang nyaman dan permanen. Tapi, tentu saja, penjelasan seperti itu tidak mencukupi bagi
rencana yang tampak halus dan dalam yang seolah tengah merajut jaring tidak kasat mata di sekeliling
bangsawan muda itu. Holmes sendiri pernah mengatakan tidak ada lagi kasus rumit yang dihadapinya
selama penyelidikannya yang panjang dan sensasional. Sambil berjalan kembali melintasi jalan yang
kelabu dan sunyi, aku berdoa agar Holmes segera terbebas dari kesibukannya dan bisa datang kemari
untuk mengambil alih beban berat tanggung jawab dari bahuku.
Tiba-tiba pemikiranku disela suara langkah-langkah kaki berlari di belakangku dan suara yang
memanggil namaku. Aku berbalik, mengira akan melihat Dr. Mortimer tapi, yang membuatku terkejut,
ternyata orang yang mengejarku itu tidak kukenal. Pria itu kecil, langsing, tercukur rapi, dan wajahnya
terawat. Rambutnya kemerahan, dan rahangnya ramping. Usianya sekitar tiga hingga empat puluh
tahun, mengenakan setelan berwarna kelabu dan topi jerami. Sebuah kotak kaleng tempat spesimen
botani menjuntai di bahunya dan ia membawa jaring kupu-kupu berwarna hijau di salah satu
tangannya. "Maafkan kelancanganku menduga, Dr. Watson," katanya sambil mendekatiku dengan terengah-engah. "Di rawa-rawa ini hubungan kami cukup akrab dan tidak menunggu perkenalan resmi. Kau
66 mungkin sudah pernah mendengar namaku dari teman kita, Mortimer. Aku Stapleton, dari Merripit
House." "Jaring dan kotakmu sudah memberitahuku," kataku
"karena aku tahu Mr. Stapleton pencinta alam. Tapi
bagaimana kau bisa mengenaliku""
"Aku sudah menghubungi Mortimer, dan dia menunjuk
dirimu dari jendela ruang operasinya sewaktu kau melintas.
Karena tujuan kita searah, kupikir lebih baik kukejar dirimu
dan memperkenalkan diri. Aku yakin Sir Henry baik-baik
saja selama perjalanan""
"Dia baik-baik saja, terima kasih."
"Kami semua agak khawatir bahwa sesudah kematian Sir
Charles yang menyedihkan, bangsawan muda itu menolak
tinggal di sini. Agak keterlaluan meminta seorang kaya
datang dan menenggelamkan diri di tempat seperti ini, tapi
aku tidak perlu memberitahu dirimu bahwa hal itu sangat berarti bagi daerah ini. Kurasa, Sir Henry
tidak mempercayai takhayul dalam persoalan ini""
"Kurasa tidak."
"Tentu saja kau mengetahui legenda mengenai anjing setan yang menghantui keluarganya""
"Aku pernah mendengarnya."
"Sungguh luar biasa para petani di sekitar sini! Mereka semua berani bersumpah pernah melihat
makhluk seperti itu di rawa-rawa." Ia berbicara sambil tersenyum, tapi kurasa pandangan matanya
menyatakan ia menganggap masalah ini dengan lebih serius. "Kisah itu sangat mempengaruhi imajinasi
Sir Charles, dan aku tidak ragu itulah yang menyebabkan dia menemui ajalnya setragis itu."
"Bagaimana""
"Sarafnya mendapat tekanan begitu hebat sehingga kemunculan anjing apa pun mungkin
berpengaruh buruk pada jantungnya yang sakit. Menurutku dia benar-benar melihat sesuatu semacam
67 itu pada malam terakhirnya di jalan berpagar cemara. Aku khawatir akan terjadi bencana, karena aku
sangat menyukai pria tua itu, dan aku tahu jantungnya lemah."
"Dari mana kau tahu""
"Temanku Mortimer yang menceritakannya padaku."
"Kalau begitu, menurutmu ada anjing yang mengejar Sir Charles, dan dia tewas ketakutan
karenanya"" "Kau punya penjelasan yang lebih baik""
"Aku belum menarik kesimpulan apa pun."
"Apa Mr. Sherlock Holmes sudah mengambil kesimpulan""
Kata-kata itu menyebabkan aku sejenak menahan napas, tapi pandangan serta ekspresi
wajahnya yang datar menunjukkan ia tidak berniat mengejutkan diriku.
"Tidak ada gunanya bagi kami berpura-pura tidak mengenalmu, Dr. Watson," katanya.
"Keberhasilan detektifmu sudah mencapai tempat ini, dan kau tidak bisa memuji-muji dirinya tanpa
memperkenalkan dirimu sendiri. Sewaktu Mortimer memberitahukan namamu padaku, dia tidak bisa
mengingkari identitasmu. Kalau kau berada di sini, sudah selayaknya Mr. Sherlock Holmes tertarik
pada kasus ini, dan aku jelas penasaran akan pandangannya."
"Sayangnya aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu."
"Boleh kutanyakan, apakah dia akan datang sendiri""
"Dia tidak bisa keluar kota saat ini. Ada kasus-kasus lain yang memerlukan perhatiannya."
"Sayang sekali! Dia mungkin bisa mengungkap misteri ini. Tapi omong-omong tentang risetmu
sendiri, kalau ada kemungkinan aku bisa membantu, aku percaya kau akan menghubungiku. Kalau aku
menemukan indikasi apa pun yang bisa membantu kecurigaanmu atau caramu menyelidiki kasus ini,
mungkin aku bahkan bisa memberikan bantuan atau saran."
"Percayalah, kedatanganku kemari hanya sekadar mengunjungi temanku, Sir Henry. Dan aku
tidak memerlukan bantuan apa pun."
"Bagus sekali!" kata Stapleton, "Kau memang berhak bersikap waspada dan merahasiakannya.
68 Aku memang layak ditolak atas tawaran yang kurasa merupakan campur tangan yang lancang ini. Dan
aku berjanji tidak akan pernah lagi menyinggung-nyinggung masalah ini."
Kami telah tiba di tempat jalan setapak berumput yang sempit memisahkan din dari jalanan dan
meliuk-liuk memasuki rawa-rawa. Bukit yang curam dan dipenuhi bongkahan-bongkahan batu besar
membentang di sebelah kanan bukit batu itu di masa lalu pernah menjadi tempat penggalian granit.
Permukaan yang menghadap ke arah kami berupa tebing gelap, dengan tumbuhan pakis dan semak-semak berduri tumbuh di ceruk-ceruknya. Di kejauhan terlihat asap kelabu mengepul.
"Melewati jalan setapak rawa-rawa ini, Merripit House tidak jauh lagi," katanya. "Mungkin kau
bersedia meluangkan waktu sebentar agar bisa kuperkenalkan dengan adik perempuanku."
Pikiran pertamaku adalah aku seharusnya mendampingi Sir Henry. Tapi lalu aku teringat akan
tumpukan dokumen dan tagihan yang memenuhi meja kerjanya. Jelas aku tidak bisa membantunya
dalam hal itu. Dan Holmes telah terang-terangan mengatakan aku harus mempelajari para tetangga di
rawa-rawa. Kuterima undangan Stapleton, dan kami bersama-sama membelok memasuki jalan setapak
itu. "Rawa-rawa ini menyenangkan," katanya sambil memandang
kehijauan yang membentang,
bergelombang dengan pucuk-pucuk granit ber-gerigi yang fantastis. "Kau tidak akan pernah bosan
dengan rawa-rawa. Kau tidak bisa memikirkan rahasia luar biasa yang disimpannya. Tempat ini begitu
luas, begitu telanjang, dan begitu misterius."
"Kalau begitu, kau mengenalnya dengan baik""
"Aku baru dua tahun di sini. Para penduduk menyebutku pendatang baru. Kami pindah kemari
tidak lama setelah Sir Charles. Tapi seleraku menyebabkan aku menjelajahi setiap bagian kawasan ini,
dan kurasa hanya sedikit orang yang lebih mengenalnya dibanding diriku."
"Apa itu sulit""
"Sangat sulit. Misalnya, lapangan luas di sebelah utara tempat perbukitan yang aneh itu. Kau
melihat ada yang luar biasa di sana""
"Jelas tempat yang tepat untuk berkuda."
"Sudah sewajarnya kau berpikiran begitu. Dan pikiran seperti itu telah menelan sejumlah
69 korban. Kau lihat petak-petak hijau cerah yang bertebaran di sana""
"Ya, tampaknya bagian itu lebih subur dari tempat lainnya."
Stapleton tertawa. "Itu Grimpen Mire yang luas,"
katanya. "Satu langkah keliru berarti kematian bagi manusia
atau hewan. Baru kemarin aku menyaksikan seekor kuda poni
rawa berkeliaran ke sana. Makhluk itu tidak pernah keluar
lagi. Aku melihat kepalanya cukup lama, menjulur keluar dari
kolam lumpur, tapi akhirnya terbenam juga. Bahkan di musim
kering berbahaya sekali menyeberanginya, tapi sesudah hujan
selama musim gugur ini tempat itu sangat menakutkan.
Namun aku bisa menemukan jalanku hingga ke jantung
kawasan ini dan pulang dengan selamat. By George, ada kuda
lain yang terjebak!"
Sesuatu berwarna kecokelatan tengah berguling-guling
dan meronta-ronta di tanah hijau itu. Lehernya yang panjang
menjulur, menggeliat-geliat kesakitan, lalu terdengar jeritan
menakutkan yang membelah rawa-rawa. Hewan itu berpaling menatapku dengan pandangan ngeri, tapi
saraf teman seperjalananku ini tampaknya lebih kuat daripada sarafku.
"Sudah lenyap!" katanya. "Dia tertelan lumpur isap. Dua dalam dua hari, dan masih banyak
lagi, mungkin, karena hewan-hewan itu biasa ke sana di musim kering dan tidak bisa membedakan
lumpur isap itu. Tempat yang buruk, Grimpen Mire ini."
"Dan kau mengaku mampu melewatinya""
"Ya, ada satu atau dua jalan setapak yang bisa dilalui seseorang yang sangat cekatan. Aku sudah
menemukannya." "Tapi kenapa kau mau pergi ke tempat yang begitu mengerikan ini""
"Well, kau lihat perbukitan di sana itu" Bukit-bukit itu sebenarnya pulau yang dikelilingi lumpur
isap yang tidak bisa dilewati, yang sudah mengepung mereka selama bertahun-tahun. Di sanalah
terdapat tanaman dan kupu-kupu langka, kalau kau punya nyali pergi ke sana."
70 "Suatu hari nanti akan kucoba peruntunganku."
Ia memandangku dengan wajah terkejut.
"Demi Tuhan, singkirkan pikiran seperti itu," katanya. "Aku yang akan bertanggung jawab atas
kematianmu. Kujamin kemungkinannya sangat tipis kau bisa kembali dengan selamat. Aku sendiri
hanya bisa melakukannya dengan mengingat-ingat ciri-ciri tertentu yang rumit."
"Halloa," seruku. "Apa itu""
Terdengar erangan panjang dan rendah, sangat menyedihkan, yang menyapu rawa-rawa. Suara
itu memenuhi udara, namun mustahil menentukan dari mana asalnya. Dari sekadar gumaman pelan,
suara itu bertambah keras menjadi raungan dalam, lalu kembali mereda menjadi gumaman sedih.
Stapleton menatapku dengan ekspresi penasaran.
"Tempat yang aneh, rawa-rawa ini!" katanya. "Tapi suara apa itu""
"Menurut para petani, itu suara Anjing Baskerville yang memanggil mangsanya. Aku pernah
mendengarnya satu atau dua kali sebelum ini, tapi belum pernah sekeras itu."
Aku memandang sekitarku, dengan hati menciut ketakutan, pada dataran bergelombang dan
luas itu, yang dihiasi gerumbulan semak hijau di sana-sini. Tidak ada apa pun yang bergerak, kecuali
sepasang burung gagak di sana, yang berkoak-koak keras dari belakang kami.
"Kau seseorang yang berpendidikan. Kau mempercayai omong kosong seperti itu"" kataku.
"Menurutmu, apa yang menimbulkan suara seaneh itu""
"Rawa-rawa terkadang mengeluarkan suara aneh. Karena pergeseran lumpur, atau
meningkatnya permukaan air, atau en
tah apa." "Tidak, tidak, itu tadi suara makhluk hidup."
"Well, mungkin begitu. Apa kau pernah mendengar suara bittern booming""
"Tidak, tidak pernah."
"Burung yang sangat 1angka boleh dikatakan sudah punah di Inggris sekarang. Tapi segala
sesuatu mungkin saja terjadi di rawa-rawa. Ya, aku tidak akan terkejut bila yang baru saja kita dengar
itu suara burung bittern terakhir."
71 "Suara paling aneh dan menakutkan yang pernah kudengar seumur hidup."
"Ya, secara keseluruhan tempat ini memang menakutkan. Lihat perbukitan di sebelah sana.
Menurutmu apa itu""
Seluruh lereng yang curam di sana tertutup bebatuan bulat berwarna kelabu, jumlahnya ratusan.
"Apa itu" Kandang domba""
"Tidak, itu rumah-rumah para leluhur. Manusia prasejarah tinggal jauh di rawa-rawa, dan
karena sejak saat itu tidak ada lagi yang tinggal di sana, kami menemukan semuanya persis seperti
ketika dia meninggalkannya. Itu kemahnya yang tidak beratap. Kau bahkan bisa melihat perapian dan
sofanya kalau cukup bernyali masuk ke sana."
"Tapi itu kota yang cukup hebat. Kapan dihuninya""
"Era Neolitikum tidak ada tanggal pastinya."
"Apa yang dilakukannya""
"Ternaknya dibiarkan merumput di lereng, dan dia belajar menggali timah sewaktu pedang
perunggu mulai menggantikan kampak batu. Lihat saluran besar di bukit di seberangnya. Itu tandanya.
Ya, kau bisa menemukan hal-hal yang sangat aneh di rawa-rawa ini, Dr. Watson. Oh, maafkan aku! Ini
pasti Cyclopides." Seekor lalat atau ngengat kecil terbang melintasi jalur kami, dan seketika Stapleton
menghambur mengejar dengan energi yang luar biasa. Yang membuatku merasa tidak enak, makhluk
itu terbang langsung ke rawa-rawa luas, dan kenalanku tidak berhenti sesaat pun, terus berlari-lari
mengejarnya. Jaring hijaunya melambai-lambai di udara. Pakaian kelabunya dan gerakannya yang
tersentak-sentak, zig-zag serta tidak teratur, menyebabkan ia sendiri mirip ngengat raksasa. Aku berdiri


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengawasinya, kagum akan kelincahannya, bercampur dengan rasa takut kalau ia kehilangan pijakan
di rawa-rawa yang berbahaya itu. Dan saat itulah aku mendengar langkah kaki. Ketika aku berbalik,
kudapati seorang wanita tengah melangkah ke arahku di jalan setapak. Ia datang dari arah kepulan asap
yang menandakan lokasi Merripit House, tapi tanah rawa yang bergelombang telah menyembunyikan
dirinya sampai jaraknya cukup dekat.
Aku tidak ragu-ragu lagi ia adalah Miss Stapleton, karena di rawa-rawa ini pasti jarang ada
72 wanita. Dan aku teringat pernah ada yang menggambarkannya sebagai wanita yang cantik. Wanita yang
mendekatiku itu jelas cantik, dan dengan kecantikan dari jenis yang paling jarang ada. Kekontrasan
antara dua bersaudara ini sangat besar. Stapleton berkulit netral, dengan rambut pucat dan mata kelabu,
sementara adiknya berkulit lebih gelap dari wanita berambut kecokelatan mana pun yang pernah
kutemui di Inggris ramping, anggun, dan jangkung. Wajahnya memancarkan kebanggaan dan
kehalusan, begitu biasa sehingga mungkin akan terkesan pasif kalau bukan karena bentuk mulutnya
yang sensitif serta matanya yang cantik dan bersemangat. Dengan sosoknya yang sempurna dan
gaunnya yang anggun, ia memang mirip penampakan aneh di jalan setapak rawa-rawa yang sepi ini.
Pandangannya terpaku pada kakaknya sewaktu aku berbalik, lalu ia mempercepat langkahnya
mendekatiku. Aku telah mengangkat topiku dan hendak memberikan penjelasan sewaktu kata-katanya
mengalihkan pikiranku ke jalur baru.
"Kembalilah!" katanya. "Kembalilah ke London, sekarang
juga." Aku hanya bisa menatapnya, kaget bagai orang tolol.
Matanya membara menatapku, dan kakinya mengetuk-ngetuk tanah dengan sikap tidak sabar.
"Kenapa aku harus kembali"" tanyaku.
"Aku tidak bisa menjelaskan." Ia berbicara dengan suara
pelan tapi bersemangat, dengan nada yang membangkitkan
rasa penasaran. "Tapi demi Tuhan, lakukan permintaanku.
Kembalilah dan jangan pernah menginjakkan kaki di rawa-rawa ini lagi."
"Tapi aku baru saja tiba."
"Dasar laki-laki!" serunya. "Apa kau tidak bisa
membedakan peringatan yang baik" Kembalilah ke London! Malam ini juga! Jauhi tempat ini dengan
sega la cara! Ssst, kakakku datang! Jangan memberitahukan apa pun yang baru saja kukatakan. Apa kau
tidak keberatan mengambilkan bunga anggrek itu untukku" Di rawa-rawa ini sangat banyak bunga
anggrek, sayangnya kedatanganmu agak terlambat untuk menyaksikan kecantikan tempat ini."
73 Stapleton telah menghentikan perburuannya dan kembali mendekati kami dengan napas
terengah-engah dan wajah memerah karena kehabisan tenaga.
"Halloa, Beryl!" katanya.
Aku merasa sapaannya tidak bisa dikatakan benar-benar riang.
"Well, Jack, kau kepanasan."
"Ya, aku tadi mengejar seekor Cyclopides. Sangat langka dan jarang ditemui di pengujung
musim gugur. Sayang sekali aku tidak bisa menangkapnya!" Ia berbicara dengan nada tidak peduli, tapi
matanya yang kecil memandang wanita itu dan diriku bergantian tanpa henti.
"Bisa kulihat kau sudah memperkenalkan diri."
"Ya. Aku sedang memberitahu Sir Henry bahwa kedatangannya agak terlambat untuk
menyaksikan kecantikan sejati rawa-rawa."
"Well, menurutmu siapa dia""
"Kupikir pasti Sir Henry Baskerville."
"Tidak, tidak," kataku. "Aku hanya seorang warga biasa, tapi aku teman Sir Henry. Namaku Dr.
Watson." Kejengkelan melintas di wajah Miss Stapleton yang ekspresif. "Kami sedang membicarakan
berbagai hal," katanya.
"Kau tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara," komentar kakaknya dengan pandangan
bertanya yang sama. "Aku berbicara seakan Dr. Watson seorang penduduk dan bukannya sekadar tamu," kata
adiknya. "Tidak banyak berarti baginya apakah sekarang terlalu dini atau sudah terlambat melihat
bunga anggrek. Tapi kau akan tetap mengunjungi Merripit House, bukan""
Kami hanya perlu berjalan sebentar untuk tiba di sana, rumah rawa-rawa yang muram, dulunya
merupakan tanah pertanian yang makmur, tapi sekarang telah diperbaiki dan diubah menjadi tempat
hunian modern. Rumah itu dikelilingi hutan, tapi pepohonannya telah dipendekkan dan dirapikan.
Akibatnya, seluruh tempat tersebut memancarkan kekejaman dan kemurungan. Kami disambut seorang
74 pelayan pria yang sudah tua, aneh, dan mengenakan mantel merah yang tampak sesuai dengan
rumahnya. Tapi di dalam terdapat ruangan-ruangan luas yang memancarkan keanggunan yang kurasa
merupakan selera wanita penghuninya. Saat aku memandang keluar dari jendela mereka, ke arah rawa-rawa yang dihiasi granit di sana-sini, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa penasaran kenapa
pria berpendidikan tinggi dan wanita secantik ini mau tinggal di sini.
"Tempat yang aneh untuk tinggal, bukan"" kata Stapleton seakan-akan menjawab pikiranku.
"Tapi kami masih bisa menggembirakan diri, bukan, Beryl""
"Cukup gembira," kata adiknya, tapi suaranya tidak terdengar meyakinkan.
"Aku pernah memiliki sekolah," kata Stapleton. "Letaknya di utara. Untuk orang dengan
temperamen seperti diriku, pekerjaan itu terasa mekanis dan tidak menarik. Tapi keistimewaan untuk
hidup bersama kaum muda, membantu membentuk benak-benak muda itu, dan mengesankan mereka
dengan karakter dan idealisme seseorang, merupakan rangsangan yang sangat menarik bagiku.
Sayangnya nasib menentang kami. Wabah serius melanda sekolah dan tiga muridku tewas. Akibatnya,
sekolah itu tidak pernah pulih, dan sebagian besar modalku tertelan tanpa bisa ditarik kembali.
Meskipun demikian, kalau bukan karena kehilangan persahabatan yang menarik dengan bocah-bocah
itu, aku bisa bersukacita atas kesialanku sendiri. Karena dengan minatku yang kuat pada botani dan
zoologi, di sini kutemukan bidang pekerjaan yang tidak terbatas. Dan adikku ini sama-sama tertarik
kepada Alam, sepertiku. Semua ini, Dr. Watson, melintas dalam benakmu seperti yang ditunjukkan
ekspresimu sewaktu mengamati rawa-rawa dari balik jendela kami."
"Memang terlintas dalam benakku kehidupan di sini agak membosankan mungkin tidak
begitu bagimu, dibandingkan bagi adikmu." .
"Tidak, tidak, aku tidak pernah bosan," kata Miss Stapleton tergesa-gesa.
"Kami memiliki buku-buku, kegiatan penelitian, dan tetangga yang menarik. Dr. Mortimer
merupakan orang yang paling terpelajar dalam bidangnya. Sir Charles yang malang juga teman yang
mengagumkan. Kami mengenalnya dengan baik dan
merasa kehilangan, lebih dari yang bisa
kukatakan. Menurutmu, apakah aku terlalu lancang kalau datang ke sana dan berkenalan dengan Sir
Henry sore ini""
"Aku yakin dia akan senang."
75 "Kalau begitu, mungkin kau bisa menyampaikan tawaranku padanya. Mungkin dengan cara-cara yang sederhana kami bisa membantunya mempermudah situasi sehingga dia terbiasa dengan
suasana barunya. Apa kau mau ke atas, Dr. Watson, dan melihat-lihat koleksi Lepidoptera1-ku" Kupikir
koleksiku yang paling lengkap di kawasan barat daya Inggris. Pada saat kau selesai melihat-lihat
semuanya, kurasa makan siang sudah hampir siap."
Tapi aku sedang ingin kembali ke tugasku. Kemurungan rawa-rawa, kematian kuda poni yang
malang, suara aneh yang dikaitkan dengan legenda Baskerville, semua itu mengisi benakku dengan
kesedihan. Lalu, di atas semua ini, kurang-lebih adalah kesan samar peringatan Miss Stapleton yang
keras, yang disampaikan dengan kejujuran sebegitu rupa sehingga aku tidak bisa meragukan alasan
sangat serius dan mendalam di baliknya. Kutolak semua desakan untuk makan siang di sana, dan aku
segera pulang, menyusuri jalan setapak berumput yang tadi kulewati.
Tapi tampaknya ada jalan pintas bagi yang mengetahuinya, karena sebelum tiba di jalan aku
terkejut mendapati Miss Stapleton telah duduk di sebongkah batu, di samping jalan setapak. Wajahnya
kemerahan karena bergegas, dan ia menekankan tangannya di sisi tubuhnya.
"Aku terpaksa berlari sepanjang jalan untuk bisa mendahuluimu, Dr. Watson," katanya. "Aku
bahkan tidak sempat mengenakan topiku. Aku tidak boleh berhenti, kalau tidak ingin kakakku
menyadari kepergianku. Aku ingin meminta maaf atas kesalahan bodoh menganggap dirimu sebagai
Sir Henry. Harap lupakan apa yang kukatakan, yang tidak ada kaitan apa pun dengan dirimu."
"Tapi aku tidak bisa melupakannya, Miss Stapleton," kataku. "Aku teman Sir Henry, dan
kesejahteraannya sangat berkaitan denganku. Katakan kenapa kau begitu ingin Sir Henry kembali ke
London." "Intuisi wanita, Dr. Watson. Kalau kau mengenalku dengan lebih baik, kau pasti memahami
bahwa aku tidak selalu bisa memberikan alasan untuk apa yang kukatakan atau kulakukan."
"Tidak, tidak. Aku ingat semangat dalam suaramu. Aku ingat ekspresi dalam tatapanmu. Please,
please, jujurlah padaku, Miss Stapleton, karena sejak kedatanganku kemari aku sangat menyadari
kemuraman di sekitarku. Kehidupan sudah menjadi sangat mirip Grimpen Mire, dengan petak-petak
hijau kecil di mana-mana yang bisa menelan seseorang dan tidak ada pemandu yang menunjukkan
jalan. Katakan apa maksudmu yang sebenarnya, dan aku berjanji akan menyampaikan peringatanmu
76 kepada Sir Henry." Ekspresi kebingungan memancar sekilas di wajahnya, tapi pandangan Miss Stapleton kembali
mengeras sewaktu menjawabku.
"Pikiranmu terlalu berlebihan, Dr. Watson," katanya. "Kakakku dan aku sangat terguncang
dengan kematian Sir Charles. Kami mengenalnya dengan baik, karena dia suka berjalan-jalan melintasi
rawa-rawa ke arah rumah kami. Dia sangat terkesan dengan kutukan yang menghantui keluarganya,
dan sewaktu tragedi ini menimpa, sudah sewajarnya aku merasa ada alasan atas ketakutan yang
diungkapkannya. Oleh karena itu, aku merasa tidak enak sewaktu anggota keluarga yang lain datang
hendak menetap di sini. Aku merasa dia harus diperingatkan terhadap bahaya yang akan dihadapinya.
Hanya itu yang ingin kusampaikan."
"Tapi, bahaya apa""
"Kau tahu cerita tentang anjing itu""
"Aku tidak mempercayai omong kosong seperti itu."
"Tapi aku percaya. Kalau kau bisa mempengaruhi
Sir Henry, ajak dia pergi dari tempat yang membahayakan
keluarganya. Dunia ini luas. Kenapa dia ingin tinggal di
tempat seberbahaya ini""
"Karena tempat ini berbahaya. Itu sifat Sir Henry.
Kurasa kalau kau tidak bersedia memberikan informasi
yang lebih jelas, aku khawatir mustahil bagiku
mengajaknya pergi dari sini."
"Aku tidak bisa menyampaikan apa pun yang jelas,
karena aku tidak mengetahui apa-apa dengan jelas."
"Aku ingin menanyakan satu hal lagi, Miss
Stapleton. Kalau hanya ini yang kaumaksudkan sewaktu
berbicara denganku pertama kali tadi, kenapa
kau tidak ingin kakakmu mendengar apa yang kaukatakan" Kau tidak
77 mengatakan apa pun yang bisa membuat dia, atau orang lain, keberatan."
"Kakakku sangat ingin Hall dihuni, karena menurutnya itu demi kebaikan para penduduk rawa
yang miskin. Dia pasti akan sangat marah kalau tahu aku berusaha menyuruh Sir Henry pergi dari sini.
Tapi aku sudah melakukan tugasku sekarang, dan aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Aku harus
kembali, atau dia akan menyadari kepergianku dan merasa curiga aku menemuimu. Selamat tinggal!"
Ia berbalik dan menghilang di balik bong-kahan-bongkahan batu dalam beberapa menit.
Sementara aku bergegas kembali ke Baskerville Hall, dengan ketakutan-ketakutan samar mencengkam
diriku. 78 Bab 8 Laporan Pertama Dr. Watson
MULAI saat ini aku akan menyampaikan rangkaian kejadian melalui surat-suratku kepada Mr.
Sherlock Holmes, surat-surat yang sekarang tergeletak di meja di depanku. Satu halaman hilang, tapi
lainnya tepat sebagaimana dituliskan dan menunjukkan pcrasaan serta kecurigaanku pada saat itu
secara lebih akurat dibanding ingatanku, sejelas yang bisa dilakukan kejadian tragis ini.
Baskerville Hall, 13 Oktober
Holmes yang baik, Surat dan telegramku yang terdahulu sudah memberitahukan perkembangan terakhir di sudut
dunia yang paling terpencil ini. Semakin lama seseorang tinggal di sini, semakin dalam semangat rawa-rawa ini merasukinya, baik luasnya, maupun kemuramannya. Begitu kau masuk ke sana, kau tidak akan
menemukan lagi jejak-jejak Inggris yang modern. Tapi, di sisi lain, kau sadar akan kehadiran rumah-rumah dan karya-karya manusia prasejarah. Ke mana pun kau berjalan, terdapat rumah-rumah manusia
yang terlupakan ini, dengan makam-makam dan monolit-monolit raksasa yang seharusnya menandakan
kuil mereka. Kalau kau memandang gubuk-gubuk batu kelabu di lereng-lereng bukit, kau akan merasa
seolah meninggalkan zamanmu sendiri. Dan kalau kau melihat manusia berbulu yang mengenakan
pakaian kulit merangkak keluar dari pintu gubuknya yang rendah, memasang anak panah di busurnya,
kau akan merasa kehadirannya lebih alami daripada kehadiranmu sendiri. Yang aneh adalah mereka
menjalani kehidupan di tempat yang hampir selalu tidak subur. Aku bukan pakar benda antik, tapi bisa
kubayangkan mereka semacam ras yang tidak suka berperang dan terpaksa menerima tempat di mana
ras lain tidak bersedia menghuni.
Tapi semua ini sebenarnya tidak berkaitan dengan misi yang kaubebankan kepadaku, dan
mungkin sangat tidak menarik bagi benakmu yang sangat praktis. Aku masih ingat ketidakpedulianmu
apakah matahari berputar mengitari bumi atau bumi yang berputar mengitari matahari. Oleh karena itu,
aku kembali menyampaikan fakta-fakta seputar Sir Henry Baskerville.
Kalau kau belum mendapat laporan apa pun selama beberapa hari terakhir, itu karena hingga
hari ini tidak ada kejadian penting apa pun yang bisa dilaporkan. Kemudian, ada peristiwa sangat
79 menarik yang akan kusampaikan nanti. Tapi, pertama-tama, aku harus menyampaikan beberapa faktor
lain dalam situasi ini. Salah satunya, yang tidak banyak kusinggung, mengenai narapidana yang melarikan diri ke
rawa-rawa. Ada alasan kuat yang bisa dipercaya bahwa ia sudah lari lagi, yang disambut lega para
penduduk di sini. Sudah beberapa hari ia tidak terlihat dan tidak terdengar kabar apa pun mengenai
dirinya. Jelas tidak mungkin ia bertahan terus di rawa-rawa hingga sekarang. Tentu saja tempat
persembunyian tidak jadi masalah baginya, di gubuk-gubuk batu itu, misalnya. Tapi tidak ada apa pun
untuk dimakan, kecuali dengan menangkap dan menjagal salah satu domba rawa. Oleh karena itu kami
menganggap ia sudah pergi, dan karena itu para petani bisa tidur lebih nyenyak.
Di rumah ini terdapat empat pria yang kuat, jadi kami bisa menjaga diri dengan baik. Tapi
kuakui ada saat-saat aku merasa tidak enak ketika memikirkan keluarga Stapleton. Mereka tinggal
bermil-mil jauhnya dari bantuan apa pun. Hanya ada satu pelayan yang sudah tua, kakak-beradik
Stapleton, dengan si kakak bukanlah pria yang sangat kuat. Mereka pasti tidak berdaya menghadapi
orang putus asa seperti penjahat Notting Hi
ll ini, kalau ia berhasil mendobrak masuk. Baik Sir Henry
maupun aku mengkhawatirkan mereka, dan menyarankan agar Perkins si pelayan diizinkan tidur di
sana. Tapi keluarga Stapleton menolaknya
Faktanya adalah teman kita, si bangsawan, sudah mulai menunjukkan ketertarikan cukup besar
terhadap tetangga kita. Tidak heran, karena di tempat sesunyi ini waktu berjalan sangat lambat bagi pria
aktif seperti dirinya, dan Miss Stapleton wanita yang sangat memesona dan cantik. Ada sesuatu yang
panas dan eksotis pada dirinya, yang membentuk kekontrasan aneh dengan kakaknya yang tenang dan
tidak emosional namun memancarkan semangat menyala-nyala yang tersembunyi. Sang kakak jelas
sangat berpengaruh terhadap adiknya, karena aku pernah melihat si adik berulang-ulang meliriknya
saat berbicara seakan-akan mencari persetujuan atas ucapannya. Aku yakin kakaknya
menyayanginya. Pandangan kakaknya terkadang memancarkan sikap dingin dan bibirnya sering kali
menunjukkan ketegasan, itu sesuai dengan sifat positif dan, mungkin, keras. Kau pasti akan tertarik
mempelajarinya. Ia datang mengunjungi Baskerville di hari pertama kehadiran kami, dan keesokan paginya ia
mengajak kami berdua ke tempat yang dianggap sebagai bermulanya legenda Hugo yang jahat.
Perjalanan tersebut sejauh bermil-mil melintasi rawa-rawa, ke tempat yang begitu muram sehingga
80 mungkin merangsang timbulnya kisah itu. Kami menemukan lembah sempit di antara tebing-tebing,
yang menuju ke tempat terbuka dengan rerumputan kapas putih di sana-sini. Di tengah-tengahnya
terdapat dua batu raksasa yang telah aus dan berujung tajam bagaikan sepasang taring hewan buas
raksasa. Dalam segala hal, tempat itu sesuai dengan penggambaran lokasi tragedi kuno. Sir Henry
sangat berminat dan bertanya kepada Stapleton, lebih dari sekali, apakah ia benar-benar mempercayai
kemungkinan keterlibatan supranatural dalam kehidupan manusia. Ia menanyakannya dengan nada
ringan, tapi jelas sekali ia sangat penasaran. Stapleton menjawab hati-hati, tapi jelas ia tidak
mengatakan semua yang diketahuinya, atau mengungkapkan semua pendapatnya, karena
mempertimbangkan perasaan sang bangsawan. Ia menceritakan kejadian-kejadian yang mirip, tentang
keluarga yang menderita karena pengaruh jahat, dan ia membiarkan kami mendapat kesan ia
berpendapat sama dengan masyarakat dalam hal ini.
Dalam perjalanan pulang kami mampir di Merripit House
untuk makan siang, dan di sanalah Sir Henry mengenal
Miss Stapleton. Sejak saat pertama melihatnya, Sir Henry
tampak sangat tertarik padanya, dan aku pasti sangat keliru
kalau mengatakan Miss Stapleton tidak berperasaan sama
terhadapnya. Sir Henry berulang-ulang menyinggung
tentang Miss Stapleton dalam perjalanan pulang. Dan sejak
itu hampir tidak pernah hari berlalu tanpa kami bertemu
dengan kakak-beradik itu. Mereka makan malam di sini
malam ini, dan timbul percakapan tentang kemungkinan
kami makan malam di tempat mereka minggu depan. Orang
pasti membayangkan perjodohan seperti itu sangat diterima
Stapleton, tapi lebih dari sekali aku melihat pandangan
tidak setuju yang sangat kuat memancar dari wajahnya
sewaktu Sir Henry memperhatikan adiknya. Tidak
diragukan lagi ia sangat terikat pada adiknya, dan akan menjalani kehidupan yang sunyi tanpa
kehadirannya. Tapi jelas sangat egois bila Stapleton menghalangi adiknya dari pernikahan yang begitu
menjanjikan. Tapi aku yakin Stapleton tidak ingin keakraban itu berkembang menjadi cinta. Dan
beberapa kali kuamati ia bersusah payah agar keduanya tidak t"te-"-t"te berduaan. Omong-omong,
81 instruksimu agar aku tidak pernah membiarkan Sir Henry bepergian seorang diri akan jauh lebih sulit
bila masalah cinta ditambahkan ke dalam masalah kita. Aku bisa dibenci bila melaksanakan perintahmu
setepat-tepatnya. Beberapa hari yang lalu Kamis, tepatnya Dr. Mortimer makan siang bersama
kami. Ia baru saja pulang dari penggalian di Long Down dan mendapatkan tengkorak prasejarah yang
menyebabkan ia begitu gembira. Belum pernah ada orang yang begitu antusias akan satu hal seperti


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya! Keluarga Stapleton d
atang tidak lama sesudahnya, dan dokter yang baik itu mengantar kami
semua ke jalan berpagar cemara, sesuai permintaan Sir Henry, untuk menunjukkan bagaimana tepatnya
kejadian di malam yang naas itu. Jalan berpagar cemara itu merupakan lorong yang panjang dan suram,
di antara dua dinding bersemak-semak yang tinggi, dengan sebaris tipis rerumputan di kedua sisinya.
Di ujung seberang terdapat rumah musim panas yang telah runtuh. Di tengah-tengahnya terdapat
gerbang rawa-rawa, tempat Sir Charles meninggalkan abu cerutunya. Gerbang itu dari kayu yang dicat
putih, dilengkapi selot. Di baliknya terbentang rawa-rawa yang luas. Aku teringat pada teorimu tentang
masalah ini dan berusaha membayangkan kejadiannya. Saat pria tua itu berdiri di sana, ia melihat
sesuatu melintasi rawa-rawa, sesuatu yang menyebabkan ia begitu ketakutan sehingga melarikan diri
dan terus berlari, hingga tewas karena ngeri dan kelelahan. Ia berlari di sepanjang lorong yang panjang
dan suram. Lari dari apa" Anjing gembala di rawa-rawa" Atau anjing hantu, hitam, tanpa suara,
bertubuh raksasa" Apakah ada keterlibatan manusia dalam hal ini" Apakah Barrymore yang pucat dan
waspada tahu lebih banyak daripada yang dikatakannya" Semuanya tidak jelas, tapi selalu ada bayang-bayang gelap kejahatan di baliknya.
Ada satu tetangga lagi yang kutemui setelah suratku yang
dulu. Mr. Frankland, dari Lafter Hall, yang tinggal sekitar empat
mil ke arah selatan dari tempat kami. Ia sudah tua, berwajah
merah, rambut ubanan, dan gampang marah. Ia sangat
bersemangat mengenai hukum Inggris, dan telah menghabiskan
sejumlah besar uang untuk kasus penuntutan. Ia bertarung semata-mata untuk kesenangan dan siap berpihak ke mana pun, jadi tidak
heran kegembiraannya ini sangat mahal. Terkadang ia menutup diri
dan menolak bertemu orang lain bahkan bertemu pendeta
setempat. Pada kesempatan lain ia merobohkan gerbang orang lain
dengan tangannya sendiri dan menyatakan di situ ada jalan setapak
82 entah sejak kapan, dan menantang pemiliknya untuk menuntutnya karena melanggar batas. Ia sangat
menguasai tata cara kebangsawanan kuno dan hak-hak masyarakat, dan terkadang ia menerapkan
pengetahuannya demi penduduk Fernworthy dan terkadang justru untuk melawan mereka. Akibatnya,
ia bisa dipuja dan dibenci oleh penduduk desa, tergantung tindakan terakhirnya. Kata orang ia sedang
menghadapi sekitar tujuh tuntutan hukum saat ini, yang mungkin akan menghabiskan sisa hartanya dan
dengan begitu menyebabkan ia tidak lagi berbahaya di masa depan. Terlepas dari masalah hukum, ia
tampak baik dan ramah, dan aku menyinggungnya hanya karena kau meminta kiriman terperinci
tentang orang-orang di sekitar kami. Saat ini ia tengah sibuk karena, sebagai astronom amatir, ia
memiliki teleskop yang bagus dan dengan alat itu ia berbaring di atap rumahnya, mengamati rawa-rawa
sepanjang hari dengan harapan melihat kehadiran si narapidana. Kalau ia memusatkan seluruh
energinya untuk kegiatan ini, segalanya akan baik-baik saja, tapi ada kabar ia berniat menuntut Dr.
Mortimer karena membongkar makam tanpa persetujuan kerabat terdekat sewaktu menggali tengkorak
neolitikum di Long Down. Ia membantu memecahkan kemonotonan kehidupan kami dan memberi
sedikit kelegaan yang sangat diperlukan.
Dan sekarang, setelah menyampaikan perkembangan terakhir mengenai narapidana yang lari,
keluarga Stapleton, Dr. Mortimer, dan Frankland dari Lafter Hall, izinkan aku mengakhiri surat ini
dengan masalah yang paling penting dan informasi lebih lanjut tentang Barrymore. Dan terutama
mengenai perkembangan yang mengejutkan semalam.
Pertama-tama, mengenai telegram penguji yang kau kirim dari London untuk memastikan
Barrymore benar-benar ada di sini. Aku sudah menjelaskan bahwa kepala kantor pos menunjukkan
telegram itu sia-sia dan kita tidak bisa membuktikan apa pun dengannya. Kuceritakan masalahnya
kepada Sir Henry, dan ia seketika, sesuai gayanya, memanggil Barrymore dan menanyakan apakah ia
sudah menerima telegramnya. Barrymore mengatakan sudah.
"Apa kau sendiri yang menerimanya"" tanya Sir Henry.
Barrymore tampak ter kejut, dan mempertimbangkan sejenak.
"Tidak," katanya, "saya sedang di atas waktu itu, dan istri saya mengantarnya ke sana."
"Apa kau sendiri yang menjawabnya""
"Tidak, saya memberitahukan jawabannya kepada istri saya dan dia menuliskannya."
83 Malam harinya Barrymore kembali membicarakan masalah itu, atas kehendaknya sendiri.
"Saya tidak bisa memahami tujuan pertanyaan Anda tadi pagi, Sir Henry," katanya. "Saya yakin
Anda tidak bermaksud mengatakan saya sudah melakukan pelanggaran terhadap Anda""
Sir Henry terpaksa meyakinkannya bahwa ia tidak bermaksud begitu dan menenangkannya
dengan memberikan sebagian besar pakaiannya; pakaian yang dibelinya dari London telah tiba
seluruhnya. Mrs. Barrymore yang menarik perhatianku. Tubuhnya besar dan kuat, sangat keras, sangat
terhormat, dan cenderung puritan. Rasanya sulit menemukan wanita yang lebih tidak emosional lagi.
Tapi seperti yang sudah kuceritakan, pada malam pertama kehadiran kami di sini, aku mendengarnya
terisak-isak memilukan, dan sejak itu lebih dari sekali kulihat bekas-bekas air mata di wajahnya. Ia
tengah mengalami penderitaan hebat. Terkadang aku penasaran apakah ia sedang dihantui perasaan
bersalah, dan terkadang kuduga Barrymore seorang tiran dalam rumah tangganya. Aku selalu merasa
karakter pria ini aneh dan meragukan, tapi petualangan semalam akhirnya mengungkapkan
kecurigaanku. Meskipun begitu, masalah ini tampak sepele. Kau sadar aku bukan orang yang bisa tidur
nyenyak, dan karena aku selalu waspada, di rumah ini tidurku jadi lebih tidak nyenyak lagi. Semalam,
sekitar pukul dua pagi, aku terjaga mendengar suara langkah kaki diam-diam melintas di depan
kamarku. Aku turun dari ranjang, membuka pintu, dan mengintip keluar. Sesosok bayangan panjang
hitam tengah menyusuri koridor. Bayangan pria yang tengah berjalan perlahan lahan menyusuri lorong
sambil membawa sebatang Iilin. Ia mengenakan kemeja dan celana panjang, tapi tidak mengenakan
alas kaki apa pun. Aku hanya bisa melihat sosoknya, tapi tingginya mengungkapkan pria itu
Barrymore. Ia berjalan sangat lambat dan hati-hati, dan secara keseluruhan penampilannya
menunjukkan perasaan bersalah.
Sudah kuceritakan koridor ini dipotong oleh balkon yang membentang mengitari ruang depan,
tapi berlanjut lagi di sisi seberang. Aku menunggu hingga ia tidak terlihat lagi, lalu mengikutinya.
Sewaktu tiba di balkon, ia telah tiba di ujung koridor seberang, dan melalui cahaya yang memancar
melewati pintu, kutahu ia telah memasuki salah satu kamar. Nah, semua kamar lainnya tidak berperabot
dan tidak ditempati, jadi tindakannya malam itu jadi semakin misterius. Cahaya memancar stabil
84 seakan-akan ia sedang berdiri tanpa bergerak. Dengan hati-hari aku melangkah menyusuri koridor dan
meng-intip dari balik pintu.
Barrymore tengah berjongkok di depan jendela sambil
mengacungkan lilinnya. Sosoknya agak berpaling ke
arahku, dan wajahnya tampak kaku penuh harap saat
menatap ke rawa-rawa yang gelap. Selama beberapa menit
ia terus mengawasi dengan teliti. Seketika aku kembali ke
kamarku, dan tak lama kemudian terdengar langkah kaki
pelan melintas lagi. Lalu sewaktu aku mulai tertidur,
kudengar kunci diputar. Tapi aku tidak tahu dari mana asal
suara itu. Aku juga tidak bisa menebak apa artinya semua
ini. Tapi jelas ada urusan rahasia yang berlangsung di
rumah ini, yang cepat atau lambat harus segera kami
ungkap hingga tuntas. Aku tidak mau merepotkan dirimu
dengan teori-teori, karena kau memintaku hanya
menyampaikan fakta. Aku sudah berbicara panjang-lebar
dengan Sir Henry tadi pagi, dan kami sudah menyusun
rencana tindakan berdasarkan pengamatanku semalam. Aku tidak akan membicarakannya sekarang,
tapi jelas laporanku berikutnya akan menjadi bacaan yang menarik.
85 Bab 9 Laporan Kedua Dr. Watson Cahaya di Rawa-Rawa Baskerville Hall, 15 Oktober
Holmes yang baik, Kalau aku terpaksa tidak memberikan kabar dalam hari-hari pertama misiku, kau harus
mengakui aku sudah menggantinya, dan berbagai kejadian kini berlangsung cepat dan susul-menyusul.
Dalam laporanku yang terakhir,
kuceritakan tentang Barrymore yang keluyuran di malam hari, dan
sekarang ada perkembangan yang, kecuali aku sangat keliru, pasti cukup mengejutkanmu. Situasinya
telah berubah ke arah yang tidak kuantisipasi. Dalam beberapa hal, perkembangan selama empat puluh
delapan jam itu membuat segalanya lebih jelas, dan dalam hal lain, justru menjadikannya lebih rumit.
Tapi akan kuceritakan semuanya dan silakan tentukan sendiri.
Sebelum sarapan di pagi hari setelah petualanganku malam harinya, aku kembali menyusuri
koridor dan memeriksa kamar yang dimasuki Barrymore semalam. Jendela barat tempat ia berdiri dan
menatap keluar, kusadari, memiliki satu keistimewaan dibanding jendela-jendela lain di rumah ini
rawa-rawa tampak paling dekat dari sana. Ada celah di antara dua batang pohon yang memungkinkan
seseorang dari jendela itu memandang ke rawa, sementara dari semua jendela lainnya yang tampak
hanyalah bayangan sekilas di kejauhan. Oleh karena itu, Barrymore pasti sedang mencari sesuatu atau
seseorang di rawa-rawa. Malam sangat gelap, jadi sulit kubayangkan ia berharap melihat apa pun.
Terlintas dalam benakku mungkin ada masalah cinta. Itu akan menjelaskan tindak-tanduknya yang
diam-diam serta ketidaknyamanan yang ditunjukkan istrinya. Pria ini sangat tampan, punya kelebihan
untuk menarik hati gadis pedalaman, jadi teori itu rasanya cukup beralasan. Bunyi pintu dibuka yang
kudengar sesudah kembali ke kamarku, mungkin berarti ia keluar untuk memenuhi janji rahasia. Jadi
aku berdebat sendiri pagi harinya, dan kuberitahu kau arah kecurigaanku, tidak peduli penemuan di
masa depan membuktikan betapa tidak beralasannya kecurigaan tersebut.
Tapi aku merasa bertanggung jawab untuk merahasiakan tindak-tanduk Barrymore sampai aku
bisa menjelaskannya, merupakan beban yang tidak tertahankan. Aku pun menemui Sir Henry di ruang
86 kerjanya sesudah sarapan dan menceritakan yang kulihat. Ia tidak seterkejut dugaanku.
"Aku tahu Barrymore sering berkeliaran di malam hari, dan aku sempat berniat membicarakan
hal itu dengannya," katanya. "Dua atau tiga kali kudengar langkah kakinya melintasi lorong, datang
dan pergi, pada waktu hampir sama seperti yang kauceritakan."
"Mungkin dia mengunjungi jendela itu setiap malam," kataku.
"Mungkin begitu. Kalau benar, kita harus membayanginya dan mencari tahu tujuannya. Aku
ingin tahu apa yang akan dilakukan Holmes bila dia berada di sini."
"Aku yakin dia akan melakukan tepat seperti yang kausarankan sekarang," kataku. "Dia pasti
mengikuti Barrymore untuk mengetahui tujuannya."
"Kalau begitu kita akan melakukannya bersama-sama."
"Tapi jelas dia akan mendengar kita."
"Pria itu agak tuli, dan kurasa kita harus mengambil risiko itu. Kita tunggu di kamarku malam
ini, sampai dia lewat." Sir Henry menggosok-gosok tangannya dengan gembira, jelas ia sangat
mengharapkan petualangan sebagai variasi kehidupan yang tenang di rawa-rawa.
Bangsawan itu telah berbicara dengan arsitek yang menyiapkan rencana untuk Sir Charles, dan
dengan kontraktor dari London, jadi tidak lama lagi akan ada perubahan besar di sini. Para dekorator
dan penata ruangan telah datang dari Plymouth, dan jelas sekali teman kita ini memiliki gagasan-gagasan besar dan berniat memulihkan kejayaan keluarganya habis-habisan. Sesudah rumahnya selesai
direnovasi dan ditata ulang, ia hanya memerlukan seorang istri untuk menggcnapkannya. Dan berkaitan
dengan hal itu, hubungan cinta antara Sir Henry dan Miss Stapleton tidaklah selancar yang bisa
diharapkan dari seseorang dengan situasi seperti dirinya. Hari ini, misalnya, terjadi gejolak tidak
terduga yang menyebabkan teman kita cukup bingung dan jengkel.
Setelah percakapan tentang Barrymore, Sir Henry mengenakan topinya dan bersiap-siap pergi.
Begitu pula aku. "Apa kau ikut, Watson"" tanyanya sambil menatapku dengan pandangan aneh.
"Tergantung apakah kau akan ke rawa-rawa atau tidak," kataku.
87 "Ya, memang." "Well, kau tahu instruksiku. Aku menyesal sudah ikut campur, tapi kau mendengar betapa
sungguh-sungguh Holmes memerintahkan aku tidak boleh meninggalkan dirimu, dan terutama kau
tidak boleh ke rawa-rawa seo
rang diri." Sir Henry memegang bahuku sambil tersenyum ramah.
"Temanku yang baik," katanya, "Holmes, dengan
segala kebijakannya tidak memperkirakan apa yang akan
terjadi sesudah kedatanganku kemari. Kau mengerti" Aku
yakin kau orang terakhir di dunia yang senang merusak
kegembiraan orang lain. Aku harus pergi seorang diri."
Posisiku jadi serba-salah. Aku tidak tahu harus
mengatakan atau bertindak apa, dan sebelum aku sempat
mengambil keputusan, ia telah meraih tongkatnya dan
menghilang. Tapi, sewaktu kupikirkan kembali masalah itu,
hati nuraniku memarahiku karena membiarkan dirinya
lenyap dari pandangan. Kubayangkan bagaimana
perasaanku kalau harus menemuimu dan mengakui telah terjadi kesialan karena aku melalaikan
instruksimu. Mungkin belum terlambat mencegahnya, jadi aku seketika berangkat menuju Merripit
House. Aku menyusuri jalan secepat mungkin tanpa melihat tanda-tanda kehadiran Sir Henry, sampai
tiba di simpang jalan setapak rawa. Di sana, khawatir mengambil arah yang salah, aku mendaki bukit
dari mana aku bisa memandang ke kejauhan bukit yang telah dipotong lokasi penggalian.
Seketika aku melihatnya. Ia berada di jalan setapak rawa, sekitar seperempat mil jauhnya, dan
wanita yang mendampinginya pastilah Miss Stapleton. Jelas sekali ada saling pengertian di antara
mereka dan bahwa pertemuan ini telah direncanakan sebelumnya. Mereka berjalan perlahan-lahan
sambil bercakap-cakap, dan aku melihat Miss Stapleton menggerak-gerakkan tangannya seolah
sungguh-sungguh dengan ucapannya, sementara Sir Henry mendengarkan dengan serius, dan satu atau
88 dua kali menggeleng kuat-kuat. Aku berdiri di sela-sela bebatuan mengawasi mereka, bingung apa
yang harus kulakukan. Untuk mengikuti dan menyela percakapan akrab mereka rasanya keterlaluan,
namun tugasku jelas adalah tidak membiarkan Sir Henry lolos dari pandanganku. Memata-matai
seorang teman benar-benar tugas yang menjengkelkan. Sayangnya, aku tidak melihat jalan lain yang
lebih baik, dan untuk meredakan hati nuraniku aku akan mengakui perbuatanku padanya nanti.
Memang benar bila ada bahaya yang tiba-tiba mengancamnya, aku tak dapat membantu karena terlalu
jauh, tapi aku yakin kau pasti setuju bahwa posisiku sangat sulit.
Sir Henry dan wanita itu berhenti melangkah di jalan setapak dan tenggelam dalam percakapan
mereka, sewaktu tiba-tiba kusadari aku bukanlah satu-satunya orang yang mengawasi pertemuan itu.
Sesuatu berwarna kehijauan yang melayang di udara menarik perhatianku, dan saat memandangnya
dengan lebih teliti kulihat benda itu tertancap pada sebatang tongkat yang dipegang seorang pria yang
tengah berjalan di bawah sana. Stapleton dengan jaring kupu-kupunya. Ia jauh lebih dekat dengan
pasangan itu dibanding diriku, dan tampak berjalan ke arah mereka. Pada saat itu Sir Henry tiba-tiba
menarik Miss Stapleton ke sisinya. Lengannya melingkari tubuh Miss Stapleton, tapi tampaknya
bagiku wanita itu berusaha menjauhinya dengan memalingkan wajah. Sir Henry menunduk mendekati
kepala Miss Stapleton, dan wanita itu mengangkat satu
tangan seakan-akan memprotes. Kemudian kulihat mereka
berpisah dan berpaling dengan tergesa-gesa. Kemunculan
Stapleton yang menjadi penyebabnya. Ia berlari secepatnya
mendekati mereka, jaringnya yang konyol menjuntai di
belakangnya. Ia menggerak-gerakkan tangan dan hampir-hampir seperti menari penuh semangat di depan sepasang
kekasih itu. Aku tidak bisa membayangkan arti adegan itu,
tapi menurutku Stapleton seolah tengah melecehkan Sir
Henry. Sir Henry, yang berusaha menjelaskan, jadi semakin
marah saat Stapleton menolak penjelasannya. Miss
Stapleton hanya berdiri diam di dekat mereka. Akhirnya
Stapleton berputar dan memberi isyarat ke arah adiknya
yang, setelah melirik Sir Henry dengan tatapan bingung,
segera berlalu bersama kakaknya. Isyarat-isyarat
89 kemarahan si pencinta alam itu menunjukkan adiknya juga jadi sasaran. Sir Henry berdiri diam selama
beberapa menit, mengawasi kepergian mereka. Ia lalu berjalan pulang perlahan-lahan, dengan kepala
menunduk gambaran sempurna orang yang ditolak.
Aku tidak bisa membayangkan ar
ti semua ini, tapi aku merasa sangat malu diam-diam
menyaksikan adegan seintim itu. Oleh karena itu aku berlari menuruni bukit dan menemui Sir Henry di
kaki bukit. Wajahnya memerah karena marah dan alisnya berkerut, seperti orang yang tidak tahu harus
berbuat apa. "Halloa, Watson! Dari mana kau"" katanya. "Kau tidak berniat mengatakan kau baru saja
mengikutiku"" Kujelaskan segalanya kepadanya: betapa aku tidak mungkin tetap tinggal di rumah, betapa aku
mengikutinya dan menyaksikan semua yang terjadi. Sesaat ia membelalak padaku, tapi kejujuranku
meredakan amarahnya, dan ia akhirnya tertawa penuh penyesalan.
"Kau pasti mengira di tengah padang rumput itu tempat yang aman untuk sendirian," katanya,
"tapi, demi guntur, seluruh pedalaman tampaknya mengamati pendekatanku pendekatan yang benar-benar menyedihkan! Kau duduk di bagian mana""
"Aku di atas bukit itu."
"Terlalu belakang, eh" Tapi kakaknya sangat jauh di depan. Kau melihatnya mendekati kami""
"Ya." "Apa terlintas dalam benakmu dia sudah sinting kakak Miss Stapleton ini""
"Aku tidak bisa berkata begitu."
"Menurutku ya. Selama ini aku mengira dia waras, sampai hari ini, entah dia atau diriku yang
harus jadi pasien rumah sakit jiwa. Memangnya aku kenapa" Kau sudah bersamaku selama beberapa
minggu, Watson. Katakan terus terang, sekarang! Adakah sesuatu yang mencegahku menjadi suami
yang baik bagi wanita yang kucintai""
"Menurutku tidak ada."
"Dia tidak bisa mengabaikan kekayaanku, jadi pasti dirikulah yang ditolaknya. Kenapa dia
90 menolakku" Setahuku, seumur hidup aku belum pernah menyakiti pria atau wanita mana pun. Tapi dia
tidak membiarkan diriku bahkan menyentuh ujung jemari adiknya."
"Apa dia berkata begitu""
"Itu, dan masih banyak lagi. Watson, aku baru mengenal Miss Stapleton beberapa minggu ini,


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi sejak awal aku sudah merasa bahwa dia diciptakan bagiku. Dan dirinya pun merasa begitu. Dia
gembira bila bersamaku. Aku berani sumpah. Ada kilauan dalam mata seorang wanita, yang berbicara
lebih kuat daripada kata-kata. Tapi kakaknya tidak pernah membiarkan kami berdua, dan baru hari
inilah aku mendapat kesempatan itu. Dia senang bertemu denganku, tapi dia tidak bersedia
membicarakan tentang cinta. Dan dia juga tidak mengizinkan aku membicarakannya. Dia terus
mengatakan tempat ini berbahaya, dan dia tidak akan pernah bahagia sebelum aku pergi dari sini.
Kukatakan padanya karena aku sudah bertemu dengannya, aku tidak harus pergi dari sini secepat
mungkin: Dan kalau dia benar-benar ingin aku pergi, satu-satunya cara hanyalah dia ikut pergi
bersamaku. Dengan begitu aku melamarnya, tapi sebelum dia sempat menjawab, kakaknya muncul,
berlari-lari seperti orang gila. Wajahnya pucat pasi karena marah, dan pandangannya menyala-nyala
karena murka. Apa yang kulakukan dengan wanita itu" Mana berani aku bertindak yang tidak
disukainya" Apa aku menganggap, karena diriku bangsawan, aku bisa berbuat sesuka hati" Seandainya
dia bukan kakaknya, aku pasti lebih tahu cara menyikapinya. Kunyatakan kepadanya, perasaanku
terhadap adiknya sebegitu rupa sehingga aku tidak malu karenanya, dan kuharap dia bersedia menjadi
istriku. Tapi tampaknya penjelasan itu tidak memperbaiki situasi, jadi aku kehilangan kesabaran dan
menjawab dengan nada lebih keras daripada seharusnya, mengingat Miss Stapleton ada di situ. Lalu
semuanya berakhir dengan kepergiannya bersama adiknya, seperti yang kaulihat, dan aku begitu
bingung. Katakan apa arti semuanya ini, Watson, dan aku akan berutang padamu lebih dari yang bisa
kubayar." Kucoba satu atau dua penjelasan tapi, sejujurnya, aku sendiri bingung. Gelar teman kita,
kekayaannya, usianya, karakternya, dan penampilannya semua mendukung, dan aku tidak mengetahui
kelemahan apa pun pada dirinya kecuali nasib buruk yang menghantui keluarganya. Bahwa lamarannya
ditolak sekasar itu tanpa mempertimbangkan keinginan si wanita, dan bahwa wanita itu harus
menerima situasinya tanpa memprotes, benar-benar mengherankan. Tapi, kebingungan kami berakhir
saat Stapleton sendiri berkunjung sore harinya. Ia datang untuk meminta maaf atas kekasarannya tadi
91 pagi, dan sesudah p ercakapan pribadi yang panjang dengan Sir Henry di ruang kerjanya, perselisihan
itu terselesaikan. Dan kami akan bersantap di Merripit House hari Jumat yang akan datang sebagai
tanda perdamaian. "Sekarang pun aku tidak mengatakan dia tidak gila," kata Sir Henry. "Aku tidak bisa melupakan
pandangannya sewaktu dia berlari mendekatiku tadi pagi. Tapi harus kuakui tidak ada orang yang bisa
meminta maaf dengan cara yang lebih memesona dibanding dirinya."
"Apa dia menjelaskan alasan tingkah lakunya""
"Katanya adiknya segalanya bagi dirinya. Itu cukup wajar, dan aku senang dia memahami nilai
Miss Stapleton. Mereka selalu bersama-sama, dan menurut ceritanya dia pria yang sangat kesepian,
dengan hanya sang adik sebagai temannya. Jadi pemikiran akan kehilangan adiknya itu benar-benar
mengerikan. Menurutnya, dia tidak mengerti bahwa aku jadi semakin terikat kepada adiknya. Tapi
sewaktu dia melihat sendiri kenyataannya, dan bahwa adiknya mungkin akan pergi meninggalkannya,
dia merasa begitu shock hingga tidak mampu mengendalikan diri. Ia sangat menyesal atas semua yang
terjadi, dan dia menyadari betapa bodoh dan egois mengira dia bisa memaksa wanita secantik adiknya
menemaninya seumur hidup. Kalau adiknya meninggalkan dirinya, lebih baik dengan tetangga seperti
aku daripada dengan orang lain. Tapi jelas hal itu merupakan pukulan baginya, dan dia perlu waktu
untuk menyiapkan diri menerimanya. Dia berjanji menghentikan semua penolakannya kalau aku
berjanji memberinya waktu tiga bulan, tanpa menyinggung masalah ini dan memuaskan diri dengan
hanya membina persahabatan dengan adiknya selama itu, tanpa menuntut cintanya. Kuberikan janjiku,
dan masalah ini selesai."
Jadi beres sudah salah satu misteri kecil kami, yang ternyata bukan masalah besar. Kami
sekarang tahu mengapa Stapleton tidak menyetujui calon suami adiknya meskipun calon suami itu
selayak Sir Henry. Dan sekarang aku pindah ke petunjuk lain yang berhasil kutemukan dari rangkaian
kerumitan ini, misteri isakan di tengah malam, misteri wajah bernoda air mata Mrs. Barrymore, misteri
perjalanan rahasia si pengurus rumah ke jendela di sebelah barat. Beri aku ucapan selamat, Holmes
yang baik, dan katakan aku tidak mengecewakan dirimu sebagai seorang agen, dan kau tidak menyesali
kepercayaan yang kauberikan kepadaku sewaktu mengirimku kemari. Semuanya ini telah menjadi jelas
dengan pekerjaan semalam.
92 Aku mengatakan "pekerjaan semalam", tapi sebenarnya itu pekerjaan dua malam karena pada
malam pertama kami tidak menghasilkan apa pun. Aku duduk-duduk bersama Sir Henry di kamarnya
hingga hampir pukul tiga pagi, tapi tidak terdengar suara apa-apa kecuali dentangan jam di tangga.
Petualangan yang bisa dikatakan paling melankolis itu berakhir saat kami berdua tertidur di kursi
masing-masing. Untungnya kami tidak patah semangat, dan kami membulatkan tekad untuk mencoba
lagi. Keesokan malamnya kami mengecilkan lampu dan duduk sambil merokok tanpa bersuara sama
sekali. Waktu terasa berlalu dengan sangat lambat. Namun kami merasa terbantu oleh kesabaran yang
sama seperti yang dirasakan pemburu saat mengawasi jebakan, dengan harapan ada hewan yang
tersesat ke dalamnya. Pukul satu, pukul dua, dan kami hampir-hampir putus asa untuk yang kedua
kalinya sewaktu tiba-tiba kami menegakkan diri di kursi masing-masing, dengan seluruh saraf tegang
karena waspada. Kami mendengar derak langkah di lorong.
Langkah-langkah itu berlalu dengan sangat pelan hingga menghilang di kejauhan. Lalu Sir
Henry perlahan membuka pintu kamarnya, dan kami mengejar. Sasaran kami telah mengitari galeri,
dan koridor dalam keadaan gelap gulita. Dengan diam-diam kami menuju ke bangsal seberang, dan tiba
di sana tepat pada waktunya untuk melihat sekilas sosok jangkung berjanggut hitam, dengan bahu
tegap, yang melangkah sangat hati-hati di lorong. Sosok itu melintasi pintu yang sama seperti
sebelumnya, cahaya lilin memancar menunjukkan posisi pintu itu dalam kegelapan, menyorotkan
seberkas cahaya kekuningan memotong keremangan koridor. Dengan hati-hati kami mendekat, menguji
setiap papan sebelum menjejakkan kaki. Kami telah men
inggalkan sepatu bot di kamar, tapi papan-papan tua itu masih berderik-derik saat terinjak. Terkadang rasanya mustahil Barrymore tidak
mendengar kedatangan kami. Untungnya pria itu agak tuli, dan ia tengah tenggelam dalam kegiatannya.
Sewaktu akhirnya kami tiba di pintu dan mengintip ke dalam, kami melihatnya tengah berjongkok di
depan jendela sambil memegang lilin, wajahnya yang pucat dan tegang menempel rapat di kaca, tepat
seperti yang kulihat dua malam yang lalu.
Kami belum mengatur rencana tindakan selanjutnya, tapi Sir Henry biasa bersikap langsung. Ia
melangkah ke dalam ruangan, dan saat itu juga Barrymore melompat bangkit dari depan jendela
dengan napas tersentak. Ia berdiri, kaku dan gemetar, di depan kami. Matanya yang hitam, membelalak
di wajahnya yang bagai topeng pucat, memancarkan kengerian dan ketertegunan saat tatapannya
beralih dari Sir Henry ke arahku.
93 "Apa yang kaulakukan di sini, Barrymore""
"Tidak ada, Sir." Kegelisahannya begitu hebat
sehingga ia hampir-hampir tidak mampu bicara, dan
bayang-bayang di sekitarnya bagai melompat-lompat
akibat getaran lilinnya. "Jendelanya, Sir. Saya berkeliling
setiap malam untuk memastikan semuanya terkunci."
"Di lantai dua""
"Ya, Sir, semua jendela."
"Barrymore," kata Sir. Henry tegas, "kami sudah
membulatkan tekad untuk mendapatkan kebenaran dari
dirimu, jadi lebih baik kau segera menceritakannya. Ayo!
Jangan berbohong! Apa yang kaulakukan di jendela itu""
Pria itu menatap kami dengan sikap tidak berdaya,
dan ia melipat kedua tangannya bagai orang yang dilanda
keragu-raguan dan menderita.
"Saya tidak melakukan apa pun yang merugikan, Sir. Saya hanya memegang lilin di depan
jendela." "Kenapa kau memegang lilin di depan jendela""
"Jangan menanyakannya pada saya, Sir Henry jangan menanyakannya! Saya berjanji, Sir, ini
bukan rahasia saya, dan saya tidak bisa menceritakannya. Seandainya hal ini tidak melibatkan orang
lain, hanya diri saya sendiri, saya pasti tidak akan merahasiakannya dari Anda."
Tiba-tiba sebuah gagasan melintas dalam benakku, dan aku mengambil lilin itu dari tangan si
pengurus rumah yang gemetaran.
"Dia pasti mengacungkannya sebagai tanda," kataku. "Coba lihat, mungkin ada jawaban." Aku
mengacungkan lilin, seperti yang dilakukan Barrymore, dan menatap ke kegelapan malam di luar.
Samar-samar aku bisa membedakan sosok-sosok pepohonan dan bentangan rawa, karena bulan tengah
berada di balik awan. Lalu aku berseru penuh semangat, karena tiba-tiba melihat cahaya kekuningan
94 yang sangat kecil, yang memancar dengan mantap di tengah-tengah kegelapan persegi dalam bingkaian
jendela. "Itu dia!" seruku.
"Tidak, tidak, Sir, itu bukan apa-apa bukan apa-apa sama sekali!" sela si pengurus rumah.
"Saya jamin, Sir..."
"Gerakkan lilinnya, Watson!" seru Sir Henry. "Lihat, cahaya itu juga bergerak! Sekarang,
bajingan, apa kau masih mengingkari ini bukan tanda" Ayo, bicaralah! Siapa sekutumu di luar sana,
dan ada persekongkolan apa ini""
Ekspresi Barrymore tiba-tiba berubah menantang.
"Itu urusan saya, bukan urusan Anda. Saya tidak akan mengatakannya."
"Kalau begitu, kau kupecat sekarang juga."
"Baiklah, Sir. Kalau memang harus begitu."
"Dan kau pergi dengan tidak hormat. Demi guntur, seharusnya kau malu. Keluargamu sudah
tinggal bersama keluargaku selama lebih dari seratus tahun di sini, dan sekarang kudapati kau
mengadakan persekongkolan jahat melawanku."
"Tidak, tidak, Sir, bukan terhadap Anda!"
Suara seorang wanita, dan Mrs. Barrymore, lebih pucat dan
ketakutan daripada suaminya, telah berdiri di ambang pintu.
Sosoknya yang kokoh terbungkus gaun dan syal, yang pasti
tampak lucu seandainya tanpa emosi yang terpancar di
wajahnya "Kita harus pergi, Eliza. Ini akhirnya. Kau bisa mengemasi
barang-barang kita," kata suaminya.
"Oh, John, John, aku sudah mencelakakan dirimu" Ini
perbuatan saya, Sir Henry semuanya tanggung jawab
saya. Dia melakukannya demi saya, dan karena saya
95 memintanya." "Kalau begitu, bicaralah! Apa artinya ini""
"Adik saya yang malang sedang kelaparan di rawa-rawa Kami tidak bisa membiarkannya tewas
di depan rumah kami. Lilin itu tanda ma
kanannya sudah siap, dan lilinnya menunjukkan tempat kami
harus mengantarnya."
"Kalau begitu, adikmu itu..."
"Narapidana yang melarikan diri itu, Sir Selden si penjahat."
"Itu yang sebenarnya, Sir," kata Barrymore. "Sudah saya katakan ini bukan rahasia saya dan
saya tidak bisa menceritakannya kepada Anda. Tapi sekarang Anda sudah mendengarnya, dan Anda
mengerti ini bukan persekongkolan melawan Anda."
Dengan begitu, jelas sudah kegiatan diam-diam di malam hari dan lilin di jendela itu. Sir Henry
dan aku sama-sama tertegun menatap Mrs. Barrymore. Mungkinkah orang yang terhormat ini memiliki
darah yang sama dengan salah satu penjahat terbesar di negara ini"
"Ya, Sir, nama keluarga saya Selden, dan dia adik saya yang paling muda. Kami terlalu
memanjakannya sewaktu dia masih anak-anak dan membiarkannya berbuat semaunya, sehingga dia
mengira dunia ini ciptakan untuk kesenangannya. Saat tumbuh dewasa dia berteman dengan orang-orang jahat, dan dia berubah begitu hebat hingga ibu saya patah hati dan nama keluarga kami tercoreng.
Dari kejahatan yang satu ke kejahatan yang lain, dia tenggelam semakin dalam sehingga hanya kasih
Tuhan saja yang menyelamatkannya dari tiang gantungan. Tapi bagi saya, Sir, dia selalu merupakan
bocah kecil berambut keriting yang saya besarkan dan saya ajak bermain-main. Itu sebabnya dia lari
dari penjara, Sir. Dia tahu saya berada di sini dan kami takkan bisa menolak membantunya. Sewaktu
dia tiba di sini suatu malam, kelelahan dan kelaparan, dikejar-kejar para sipir, apa yang bisa kami
lakukan" Kami menerimanya dan memberinya makan serta merawatnya. Lalu Anda kembali, Sir, dan
menurut adik saya dia akan lebih aman berada di rawa-rawa daripada di tempat lain, seraya menunggu
sampai ribut-ribut mengenai pelariannya mereda. Jadi dia bersembunyi di sana. Setiap dua malam
sekali kami memastikan dia masih di sana dengan membawa lilin menyala ke jendela, dan kalau ada
jawaban, suami saya akan mengantarkan roti dan daging kepadanya. Setiap hari kami berharap dia
pergi, tapi selama dia masih di sana, kami tidak bisa membiarkannya begitu saja. Itulah kebenarannya,
96 karena saya wanita Kristen yang jujur, dan Anda akan melihat kalaupun ada yang harus disalahkan,
sayalah orangnya, dan bukan suami saya karena dia melakukan semua ini demi saya."
Kata-kata wanita itu terucap dengan kejujuran yang meyakinkan.
"Apa benar begitu, Barrymore""
"Ya, Sir Henry. Semuanya."
"Well, aku tidak bisa menyalahkan dirimu karena mendukung istrimu. Lupakan apa yang sudah
kukatakan. Kembalilah ke kamar, kalian berdua, dan kita bicarakan masalah ini lebih lanjut besok
pagi." Setelah mereka pergi, kami kembali memandang keluar jendela. Sir Henry telah membukanya,
dan angin malam yang dingin menerpa wajah kami. Di kegelapan di kejauhan masih terpancar cahaya
kecil kekuningan. "Aku heran dia berani," kata Sir Henry.
"Mungkin diletakkan sedemikian rupa sehingga hanya terlihat dari sini."
"Mungkin. Menurutmu, seberapa jauh jaraknya""
"Kurasa di dekat Cleft Tor."
"Tidak lebih dari satu atau dua mil."
"Mungkin kurang."
"Well, jelas tidak terlalu jauh kalau Barrymore harus membawa makanan ke sana. Dan dia,
penjahat ini, menunggu di dekat lilinnya. Demi guntur, Watson, aku akan menangkap orang itu!"
Pikiran yang sama telah melintas dalam benakku. Suami-istri Barrymore tidak mempercayakan
rahasia mereka pada kami, melainkan mereka terpaksa mengungkapkannya. Orang ini bahaya bagi
masyarakat, penjahat yang tidak memiliki belas kasihan maupun alasan. Kami hanya melakukan tugas
kami dengan mengambil kesempatan mengembalikannya ke tempat ia tidak mungkin mencelakakan
orang lain. Dengan. sifat brutal dan kejamnya, orang lain yang akan membayar harganya kalau kami
berdiam diri. Misalnya, keluarga Stapleton bisa saja sewaktu-waktu diserang, dan mungkin pikiran
inilah yang menyebabkan Sir Henry begitu bersemangat.
97 "Aku ikut," kataku.
"Kalau begitu, ambil revolver dan sepatu botmu. Semakin cepat kita mulai semakin baik, karena
orang itu mungkin akan memadamkan lilinnya dan lari."
Lima menit kemudian kami telah berada di luar rumah, memulai ekspedisi k
ami. Kami bergegas melewati semak-semak yang gelap, di tengah-tengah erangan pelan angin musim gugur dan gemeresik
dedaunan yang berguguran. Udara malam sangat lembap dan berbau busuk. Sesekali bulan mengintip
sekilas, tapi awan menutupi langit, dan tepat pada saat kami tiba di tepi rawa-rawa, hujan gerimis mulai
turun. Lilin di depan kami masih menyala dengan mantap.
"Kau bersenjata"" tanyaku.
"Pisau berburu."
"Kita harus menyergapnya dengan cepat, karena katanya dia sedang putus asa. Kita harus
mengejutkannya dan menangkapnya sebelum dia sempat melawan."
"Omong-omong, Watson," kata bangsawan itu, "apa pendapat Holmes mengenai hal ini"
Bagaimana tentang jam-jam kegelapan di mana kekuatan jahat berkuasa""
Seakan menjawab pertanyaannya, tiba-tiba terdengar jeritan aneh yang sudah pernah kudengar
di tepi Grimpen Mire. Jeritan itu terbawa angin melintasi kesunyian malam, geraman panjang dan
dalam, lalu lolongan melengking, diakhiri erangan menyedihkan. Suara itu berulang-ulang terdengar
sehingga udara bagai bergetar karenanya, suara yang liar dan mengancam. Sir Henry menyambar
lengan bajuku dan wajahnya memucat dalam kegelapan.
"Ya Tuhan, apa itu, Watson""
"Entahlah. Itu suara yang biasa terdengar dari rawa-rawa. Aku pernah mendengarnya sekali."
Suara itu memudar, dan kesunyian total melingkupi kami. Kami berusaha keras mendengarkan,
tapi tidak terdengar apa-apa lagi.
"Watson," kata Sir Henry, "itu lolongan anjing".
Darahku bagai mendingin dalam pembuluhku, karena suara Sir Henry terdengar pecah
menunjukkan kengerian yang tiba-tiba mencengkeramnya.
98 "Apa istilah mereka tentang suara itu"" tanyanya.
"Siapa"" "Penduduk di pedalaman""
"Oh, mereka orang-orang bodoh. Kenapa kita harus memedulikan apa istilah mereka""
"Katakan, Watson. Apa nama yang mereka berikan""
Aku ragu-ragu, tapi tidak bisa menghindari pertanyaan itu.
"Mereka menamakannya lolongan Anjing Baskerville."
Ia mengerang dan terdiam selama beberapa saat.
"Memang suara anjing," katanya pada akhirnya, "tapi kedengarannya berasal dari bermil-mil
jauhnya." "Sulit menentukan asalnya."
"Suaranya naik-turun seiring embusan angin. Itu arah ke Grimpen Mire, bukan""
"Ya, memang." "Well, asalnya dari sana. Ayo, Watson, apa kau sendiri tidak berpikir itu suara anjing" Aku
bukan anak-anak. Kau tidak perlu takut mengatakan yang sebenarnya."
"Stapleton sedang bersamaku sewaktu aku mendengarnya. Katanya itu mungkin suara burung
yang aneh." "Tidak, tidak, itu suara anjing. Ya Tuhan, mungkinkah semua cerita itu mengandung kebenaran"
Mungkinkah aku benar-benar terancam bahaya dari kuasa gelap" Kau tidak mempercayainya, bukan,
Watson"" "Tidak, tidak."
"Tapi, menertawakan masalah ini di London tidak sama dengan berdiri dalam kegelapan rawa-rawa ini dan mendengar lolongan seperti itu. Dan pamanku! Ada jejak anjing di samping mayatnya.
Semuanya cocok satu sama lain. Kurasa aku bukan pengecut, Watson, tapi suara itu serasa
membekukan darahku. Coba rasakan tanganku!"
99

Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rasanya sedingin sebongkah marmer.
"Kau akan baik-baik saja besok."
"Kurasa aku tidak akan bisa melupakan lolongan itu. Menurutmu sebaiknya apa yang kita
lakukan sekarang""
"Sebaiknya kita kembali""
"Tidak, demi guntur, kita sudah kemari untuk menangkap buruan kita, dan kita akan
menangkapnya. Kita mengejar narapidana. Dan seekor anjing neraka, atau mungkin bukan, mengejar
kita. Ayo! Kita pastikan semua iblis neraka itu memang sedang berkeliaran di rawa-rawa."
Kami maju perlahan-lahan dalam kegelapan, dinaungi bayang-bayang gelap perbukitan di
sekeliling kami, dan bintik cahaya kekuningan yang menyala tetap di depan. Tidak ada yang lebih
menipu selain jarak setitik cahaya dalam kegelapan. Terkadang cahaya itu tampak begitu jauh di kaki
langit, dan terkadang seakan hanya beberapa meter di depan kami. Tapi akhirnya kami bisa melihat dari
mana asal cahaya itu, dan kami tahu kami benar-benar sudah dekat. Sebatang lilin menyala tertancap di
celah-celah bebatuan yang mencuat di kedua sisinya untuk menghalangi angin maupun pandangan,
kecuali dari arah Baskerville Hall. Sebongkah batu granit raksasa menutupi kehadiran kami, d
an sambil berjongkok di belakangnya kami memandang lilin itu. Aneh rasanya melihat sebatang lilin menyala di
tengah-tengah rawa, tanpa tanda-tanda kehidupan di dekatnya hanya api yang memancarkan cahaya
kekuningan dan pantulan pada batu di kedua sisinya.
"Apa tindakan kita sekarang"" bisik Sir Henry.
"Tunggu di sini. Dia pasti tidak jauh dari lilinnya. Siapa tahu kita bisa melihatnya."
Belum lagi selesai aku berkata, kami berdua melihatnya. Di bebatuan, di ceruk tempat lilinnya
menyala, mencuat wajah kekuningan yang tampak jahat bagai wajah seekor hewan, memancarkan
keinginan yang buas. Berbau busuk karena rawa-rawa, dengan janggut dan rambut kusut, orang itu
mungkin saja salah satu manusia liar yang menghuni perumahan di lereng bukit. Api di bawahnya
memantul di matanya yang kecil dan licik, yang memandang ke kiri dan kanan dalam kegelapan, bagai
hewan liar yang mendengar suara langkah pemburu.
100 Jelas ada sesuatu yang telah membangkitkan
kecurigaannya. Mungkin saja Barrymore punya isyarat
tertentu yang tidak kami ketahui, atau mungkin orang itu
memiliki alasan lain untuk menganggap situasinya tidak
baik. Tapi aku bisa membaca ketakutan yang terpancar di
wajahnya yang jahat. Ia bisa melesat pergi dan menghilang
dalam kegelapan sewaktu-waktu. Oleh karena itu aku
melompat maju, begitu pula Sir Henry. Pada saat yang
sama, narapidana itu menjerit memaki dan melemparkan
sebongkah batu yang menghantam batu besar tempat
perlindungan kami. Aku sempat melihat sosoknya yang
pendek, kekar, dan kuat saat ia melompat bangkit dan
berbalik lari. Pada saat itu kebetulan bulan menampakkan
diri dari balik awan. Kami bergegas menyusuri bukit, dan
melihat buruan kami berlari dengan kecepatan tinggi di sisi
sebaliknya, melompati bebatuan dengan kelincahan seekor kambing gunung. Kalau beruntung, aku
mungkin bisa menembaknya, tapi aku membawa pistolku hanya untuk membela diri kalau diserang,
dan bukannya untuk menembak pria tidak bersenjata yang tengah lari.
Kami berdua pelari cepat dan cukup terlatih, tapi tidak lama kemudian kami mendapati tidak
mungkin mengejarnya. Kami melihatnya cukup lama dalam cahaya bulan sampai ia menyerupai bintik
kecil yang bergerak lincah di sela-sela bongkahan batu besar di bukit di kejauhan. Kami terus berlari
hingga kehabisan tenaga, tapi jarak di antara kami justru semakin lebar. Akhirnya kami berhenti dan
duduk terengah-engah di dua batu sambil mengawasi buruan kami menghilang di kejauhan.
Dan pada saat itulah terjadi peristiwa yang paling aneh dan tidak terduga. Kami beranjak
bangkit dari batu dan berbalik pulang ke rumah, melupakan pengejaran yang sia-sia itu. Bulan
menggantung rendah di sebelah kanan, dan puncak bergerigi bukit granit menjulang di bawah lingkaran
keperakan itu. Di sana, sehitam patung kayu eboni dengan latar belakang terang benderang, aku
melihat sesosok pria di karang. Jangan menganggapnya sebagai ilusi, Holmes. Kujamin belum pernah
seumur hidup aku melihat sesuatu yang lebih jelas lagi. Sepanjang penilaianku, itu sosok pria yang
101 jangkung dan kurus. Ia berdiri dengan kaki agak terpentang, lengan terlipat, kepala menunduk, seakan-akan tengah memikirkan rawa-rawa yang luas dan bukit granit yang membentang di hadapannya. Ia
mungkin roh yang menguasai tempat itu. Bukan si narapidana. Sosok ini terlalu jauh dari tempat si
narapidana menghilang tadi. Lagi pula, ia jauh lebih jangkung. Sambil menjerit terkejut aku
menunjukkan sosok itu pada Sir Henry, tapi sewaktu aku berpaling hendak meraih lengan Sir Henry,
sosok itu telah lenyap. Tonjolan batu granit yang tajam masih mencuat di bawah bulan, tapi di
puncaknya tidak terlihat tanda-tanda kehadiran sosok tanpa suara dan gerak itu.
Aku ingin ke sana dan menggeledah tempat itu, tapi
jaraknya cukup jauh. Lagi pula saraf Sir Henry masih
terguncang oleh lolongan tadi, yang mengingatkannya
akan kisah gelap yang melingkupi keluarganya. Dan ia
tidak berminat pada petualangan baru. Tidak seperti
diriku, ia tidak melihat sosok tunggal di puncak karang
dan tidak merasakan pengaruh kehadirannya yang aneh
serta sikapnya yang mendominasi. "Tidak ragu lagi pasti salah satu sipir," kata Sir
Henry. "Mereka berkeliaran di rawa-rawa sejak
narapidana itu melarikan diri."
Well, mungkin penjelasannya benar, tapi aku ingin
mendapatkan bukti lebih jauh. Hari ini kami berniat
memberitahu orang-orang Princetown ke mana mereka
seharusnya mencari buruan mereka, tapi sulit menerima
kegagalan kami membawanya kembali sebagai tawanan.
Begitulah petualangan semalam, dan kau harus mengakui, Holmes yang baik, aku sudah melaporkan
dengan cukup baik. Tidak ragu lagi sebagian besar yang kuceritakan tidak relevan, tapi aku masih
merasa sebaiknya kau mengetahui semua fakta ini agar kau bisa memilih sendiri mana yang paling
berguna bagimu untuk mencapai kesimpulan. Jelas ada kemajuan di sini. Sejauh ini kami telah
mengetahui motif tindakan pasangan Barrymore, dan hal itu cukup menjernihkan situasi. Tapi rawa-rawa dengan misterinya, dan para penghuninya yang aneh, masih tidak terusik. Mungkin dalam
102 petualanganku yang selanjutnya aku bisa menemukan jawabannya. Yang paling baik adalah kau kemari
menemani kami. Pokoknya, kau akan mendapat kabar lagi dariku dalam beberapa hari mendatang.
103 Bab 10 Ringkasan Buku Harian Dr. Watson
Sejauh ini aku bisa mengutip laporan-laporan yang kusampaikan selama beberapa hari pertama
kepada Sherlock Holmes. Tapi sekarang aku tiba pada saat narasiku mewajibkan diriku meninggalkan
metode ini, dan sekali lagi harus mempercayai ingatanku, dibantu buku harian yang kutulis saat itu.
Beberapa kutipan buku harian itu akan membawaku ke berbagai peristiwa yang terpaku secara
terperinci dalam benakku. Jadi kulanjutkan ceritaku, mulai dari pagi hari setelah kegagalan kami
menangkap si narapidana dan pengalaman aneh kami yang lain di rawa-rawa.
Tanggal 16 Oktober. Hari yang kelabu dan berkabut diiringi hujan gerimis. Awan berarak
melintasi rumah, dan sekarang naik lebih tinggi menampakkan lekuk-liku rawa-rawa yang menakutkan,
dengan sebaris keperakan di sisi perbukitan, dan bongkahan-bongkahan batu besar di kejauhan yang
kemilau memantulkan cahaya permukaannya yang basah. Suasana di luar dan di dalam sama
melankolisnya. Sir Henry sangat terpengaruh oleh aksi kami semalam. Aku sendiri menyadari beban
dalam hatiku dan perasaan adanya bahaya bahaya yang semakin nyata, yang menjadi lebih
mengerikan karena aku tidak mampu mendefinisikannya,
Dan apakah diriku sendiri tidak menjadi penyebab perasaan itu" Mengingat serangkaian
kejadian yang semuanya menunjuk ke pengaruh jahat yang tengah bekerja di sekeliling kami. Kematian
penghuni terakhir Hall, sesuai dengan kondisi dalam legenda keluarga, dan laporan berulang-ulang dari
para petani tentang kemunculan makhluk aneh di rawa-rawa. Dua kali aku mendengar dengan telingaku
sendiri suara yang sangat mirip lolongan anjing dari kejauhan. Luar biasa, mustahil hal itu benar-benar
di luar hukum alam yang berlaku. Seekor anjing setan yang meninggalkan jejak riil dan mengisi udara
dengan lolongannya, jelas tidak perlu terlalu dipikirkan. Stapleton mungkin termakan takhayul
semacam itu, dan juga Mortimer. Tapi kalau ada satu kelebihan yang kumiliki di dunia ini, itu adalah
logika, dan tidak ada apa pun yang bisa membujukku mempercayai hal-hal seperti itu. Dengan
mempercayainya, sama seperti merendahkan diri setingkat dengan para petani yang malang ini, yang
tidak puas dengan sekadar seekor anjing jahat, tapi merasa perlu menjabarkannya dengan api neraka
yang menyambar dari mulut dan matanya. Holmes tidak akan memperhatikan ocehan seperti itu, dan
aku adalah agennya. Tapi fakta tetaplah fakta, dan dua kali aku mendengar lolongan itu di rawa-rawa.
104 Seandainya memang benar ada anjing besar berkeliaran bebas di sana, hal itu akan menjelaskan
semuanya. Tapi, di mana anjing seperti itu bisa bersembunyi, dari mana ia mendapat makanan, dari
mana asalnya, bagaimana bisa tidak ada seorang pun yang melihatnya di siang hari" Harus diakui
penjelasan alamiah menyajikan kesulitan hampir sebanyak penjelasan lainnya. Dan selalu terlepas dari
masalah anjing tersebut, ada fakta keterlibatan manusia di London, pria
di kereta, dan surat yang
memperingatkan Sir Henry agar menjauhi rawa-rawa. Paling tidak yang terakhir ini nyata, tapi
mungkin itu pekerjaan seorang teman yang berusaha melindungi, sebagaimana juga mungkin pekerjaan
seorang musuh. Di mana teman atau musuh itu sekarang" Apa ia masih tetap berada di London, atau
sudah mengikuti kami kemari" Mungkinkah ia... orang asing yang kulihat di puncak karang" Memang
benar aku hanya sekilas melihatnya, tapi ada hal-hal yang untuk itu aku berani bersumpah ia bukan
salah satu penduduk daerah ini, dan aku sudah menemui semua tetangga di sini sekarang. Sosok itu
jauh lebih jangkung dari Stapleton, jauh lebih kurus dari Frankland. Ia mungkin saja Barrymore, tapi
kami meninggalkan Barrymore di rumah saat itu, dan aku yakin ia tidak mengikuti kami. Kalau begitu
seorang asing masih tetap mengikuti kami, sama seperti yang terjadi di London. Kami belum berhasil
meloloskan diri darinya. Kalau saja aku bisa menangkap orang ini, paling tidak kami akan tiba di akhir
kesulitan kami. Untuk tujuan yang satu inilah aku seharusnya memusatkan seluruh energiku.
Dorongan hati pertamaku adalah menceritakan semua rencanaku kepada Sir Henry. Dorongan
hatiku yang kedua dan yang lebih bijaksana adalah bertindak sendiri, dan sedapat mungkin tidak
mengatakan apa-apa kepada siapa pun. Sir Henry telah berubah pendiam dan seperti teralih
perhatiannya. Sarafnya masih terguncang oleh suara di rawa-rawa itu. Aku tidak akan mengatakan
apapun yang bisa menambah kegelisahannya, tapi aku akan bertindak sendiri untuk meraih tujuan
akhirku. Ada kejadian kecil sesudah sarapan tadi pagi. Barrymore meminta waktu untuk berbicara empat
mata dengan Sir Henry. Dan mereka mengurung diri dalam ruang kerjanya selama beberapa saat. Saat
duduk di ruang biliar, lebih dari sekali aku mendengar suara-suara keras, dan aku bisa menduga inti
pembicaraan yang tengah berlangsung. Beberapa waktu kemudian Sir Henry membuka pintu dan
memanggilku. "Barrymore mengeluh," katanya. "Menurutnya kita sudah bersikap tidak adil terhadapnya
dengan memburu adik iparnya sesudah dia, atas kemauannya sendiri, menceritakan rahasianya."
105 Pengurus rumah itu berdiri dengan wajah sangat pucat tapi sangat tenang di depan kami.
"Saya mungkin sudah berbicara terlalu keras,
Sir," katanya, "dan kalau benar begitu, saya yakin saya
sudah meminta maaf. Pada saat yang sama, saya sangat
terkejut sewaktu Anda berdua kembali tadi pagi dan
tahu bahwa Anda berdua telah memburu Selden
semalam. Orang yang malang itu sudah menghadapi
cukup banyak lawan tanpa harus saya tambahi lagi."
"Kalau kau menceritakannya atas kehendakmu
sendiri, situasinya akan berbeda," kata Sir Henry, "tapi
kau menceritakannya, atau lebih tepat istrimu
menceritakannya, sewaktu keadaan memaksa dirimu
dan kau tidak mampu menghindarinya."
"Saya tidak mengira Anda akan mengambil
keuntungan dari hal itu, Sir Henry sungguh saya
tidak mengira." "Orang itu berbahaya bagi masyarakat. Terdapat banyak rumah terpencil di rawa-rawa, dan dia
jenis orang yang akan melakukan apa pun demi kepentingannya. Cukup melihat wajahnya sekilas, kau
akan tahu. Rumah Mr. Stapleton, misalnya, tidak ada seorang pun di sana, kecuali dirinya sendiri,
untuk melindungi. Tidak ada seorang pun yang aman sebelum dia terkurung."
"Dia tidak akan mendobrak masuk ke rumah mana pun, Sir. Saya berjanji untuk yang satu ini.
Dia tidak akan menyulitkan siapa pun lagi di negara ini. Saya jamin, Sir Henry, dalam beberapa hari
lagi pengaturan sudah dilakukan dan dia akan pergi ke Amerika Selatan. Demi Tuhan, Sir, saya mohon
pada Anda untuk tidak membiarkan polisi tahu dia masih ada di rawa-rawa. Mereka sudah
menghentikan pengejaran di daerah ini, dan dia bisa tinggal sampai kapalnya siap membawanya. Anda
takkan bisa mengungkapkan keberadaannya tanpa menyulitkan saya dan istri saya. Saya mohon kepada
Anda, Sir, jangan mengatakan apa-apa kepada polisi."
"Apa pendapatmu, Watson""
106 Aku mengangkat bahu. "Beban pembayar pajak akan lebih ringan kalau dia berada di luar
negeri." "Tapi, bagaimana dengan kemungkinan dia menahan seseora
ng sebelum pergi""
"Dia tidak akan melakukan tindakan sesinting itu, Sir. Kami sudah menyediakan semua yang
bisa dimintanya. Melakukan kejahatan sekarang, sama saja dengan mengungkapkan keberadaannya."
"Memang benar," kata Sir Henry. "Well, Barrymore..."
"Tuhan memberkati Anda, Sir, dan terima kasih! Istri saya akan mati kalau adiknya sampai
tertangkap lagi." "Kurasa kita sudah membantu kejahatan, Watson" Tapi, sesudah apa yang kita dengar, kurasa
aku tidak bisa membiarkan orang itu digantung, jadi beres sudah. Baiklah, Barrymore, kau boleh
pergi." Diiringi ucapan terima kasih yang terpatah-patah, pria itu berbalik, tapi ia ragu-ragu dan
kembali berpaling. "Anda sudah bersikap sangat baik kepada kami, Sir, dan saya ingin berbuat sebaik-baiknya
untuk membalas. Saya mengetahui sesuatu, dan mungkin seharusnya saya memberitahukan hal ini
sebelumnya. Tapi saya baru mengetahuinya lama sesudah penyelidikan berakhir. Saya belum pernah
memberitahukan hal ini kepada siapa pun. Ini mengenai kematian Sir Charles yang malang."
Sir Henry dan aku sama-sama melompat bangkit. "Kau mengetahui bagaimana dia tewas""
"Tidak, Sir, saya tidak mengetahuinya."
"Lalu apa""
"Saya tahu mengapa dia berada di gerbang pada saat itu. Dia hendak bertemu seorang wanita."
"Bertemu seorang wanita! Masa""
"Ya, Sir." "Siapa wanita itu""
"Saya tidak tahu namanya, Sir, tapi saya tahu inisialnya, yaitu L.L."
107 "Dari mana kau tahu""
"Well, Sir Henry, paman Anda mendapat surat pagi itu. Dia biasa menerima setumpuk surat
karena dia tokoh masyarakat dan sangat terkenal akan kebaikan hatinya, jadi semua orang yang
mendapat kesulitan dengan senang hati meminta pertolongan padanya. Tapi pagi itu, kebetulan, hanya
ada satu surat, jadi saya lebih memperhatikannya. Surat itu dari Coombe Tracey, dan alamatnya ditulis
dengan tulisan tangan seorang wanita."
"Well"" "Well, Sir, saya tidak memikirkannya lebih jauh bila bukan karena istri saya. Beberapa minggu
lalu dia membersihkan kamar kerja Sir Charles yang belum pernah diusik sejak kematiannya dan
menemukan abu surat yang dibakar di bagian belakang perapian. Sebagian besar surat itu sudah
terbakar habis, tapi ada sepotong kecil yang tersisa, ujung sebuah halaman yang masih menyatu dan
tulisannya masih bisa dibaca sekalipun hanya berupa coretan kelabu berlatar belakang hitam. Menurut
kami itu pesan tambahan di akhir surat, dan bunyinya: 'Please, please, karena Anda seorang tuan
terhormat, bakarlah surat ini, dan tunggulah di gerbang pada pukul sepuluh.' Di bagian bawahnya
ditandatangani misial L.L"
"Kau menyimpan potongan itu""
"Tidak, Sir, kertasnya hancur sewaktu kami berusaha mengambilnya."
"Apa Sir Charles pernah menerima surat lain dengan tulisan tangan yang sama""
"Well, Sir, saya tidak pernah memperhatikan surat-suratnya secara khusus. Saya memperhatikan
yang satu ini hanya karena kebetulan itu satu-satunya surat yang datang hari itu."
"Dan kau sama sekali tidak tahu siapa L.L. ini""
"Tidak, Sir, sama seperti Anda. Tapi, menurut saya, kalau kita bisa menemukan wanita ini, kita
akan tahu lebih banyak mengenai kematian Sir Charles."
"Aku tidak mengerti, Barrymore, kenapa kau menyembunyikan informasi sepenting ini""
"Well, Sir, kami menemukannya tidak lama setelah kami mendapat masalah kami sendiri. Lalu,
sekali lagi, Sir, kami berdua sangat menyayangi Sir Charles, mengingat semua yang sudah beliau
lakukan kepada kami. Mengungkapkan hal ini tidak akan membantu majikan kami yang malang, dan
108 sebaiknya kami berhati-hati dengan adanya keterlibatan wanita dalam hal ini. Bahkan yang terbaik di
antara kita..." "Kau menganggap itu akan merusak reputasinya""
"Well, Sir, saya tidak merasa informasi ini akan membawa kebaikan. Tapi sekarang, karena
Anda sudah bersikap baik kepada kami, saya rasa tidak adil bila kami tidak memberitahukan hal ini
kepada Anda." "Bagus sekali, Barrymore, kau boleh pergi." Sesudah pengurus rumah itu pergi, Sir Henry
berpaling kepadaku. "Well, Watson, apa pendapatmu tentang perkembangan baru ini""
"Rasanya justru menyebabkan situanya lebih gelap dari sebelumnya."
"Menurutku juga begitu. Tapi kal
au kita bisa melacak L.L., semuanya pasti jadi jelas. Kita
sudah mengetahui sebanyak itu. Kita tahu ada orang yang mengetahui fakta-faktanya, seandainya saja
kita bisa menemukannya. Menurutmu apa yang harus kita lakukan""
"Beritahukan semuanya kepada Holmes sekarang juga. Itu akan menjadi petunjuk yang dicari-carinya. Aku pasti sudah melakukan kekeliruan besar kalau dia tidak seketika datang kemari sesudah
mendapat kabar itu."
Segera aku kembali ke kamarku dan menyusun laporan untuk Holmes. Jelas Holmes sangat


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sibuk akhir-akhir ini, karena surat yang kuterima dari Baker Street sangat sedikit dan pendek-pendek,
tanpa mengomentari informasi yang kuberikan dan hampir-hampir tidak menyinggung tugasku sama
sekali. Tidak ragu lagi kasus pemerasan yang ditanganinya menyerap seluruh perhatiannya. Meskipun
demikian, faktor baru ini pasti segera menarik perhatiannya dan memperbarui minatnya. Kuharap ia
berada di sini. Tanggal 17 Oktober. Sepanjang hari hujan terus turun, mengguncang tanaman ivy dan menetes
dari dedaunannya, Aku memikirkan narapidana yang berada di rawa-rawa yang suram, dingin, dan
tanpa tempat berteduh. Orang yang malang! Apa pun kejahatannya, ia telah cukup menderita sebagai
balasannya. Lalu aku teringat kepada orang yang lain lagi wajah di kereta, sosok di depan bulan. Apa
ia terlibat dalam hal ini pengawas yang tidak terlihat, sosok yang misterius" Malam harinya aku
mengenakan jas hujanku dan berjalan-jalan di rawa-rawa yang basah dan penuh bayangan-bayangan
gelap, sementara hujan memukul-mukul wajahku dan angin bersiul-siul di telingaku. Tuhan membantu
109 mereka yang berkeliaran di kawasan lumpur isap sekarang, karena bahkan tanah yang keras pun telah
menjadi kubangan lumpur. Kutemukan tonjolan karang hitam tempat aku melihat si pengawas tunggal
itu, dan dari puncaknya aku memandang ke seberang lembah yang tampak melankolis. Hujan melolong
melintasi permukaannya dan awan mendung yang tebal menjuntai rendah di atasnya, memanjang
hingga ke sisi bukit yang fantastis. Di kejauhan di sebelah kiri, agak tersembunyi oleh kabut kedua
menara kurus Baskerville Hall menjulang mengatasi pepohonan. Keduanya merupakan satu-satunya
tanda kehadiran manusia yang bisa kulihat, di samping gubuk-gubuk prasejarah yang bertebaran di
lereng-lereng bukit. Tidak ada jejak pria misterius yang kulihat di tempat ini dua malam yang lalu.
Saat berjalan pulang, aku berpapasan dengan Dr. Mortimer
yang tengah berkereta melewati jalan setapak rawa-rawa
yang berasal dari tanah pertanian Foulmire. Ia penuh
perhatian terhadap kami, dan hampir tidak ada hari berlalu
tanpa kehadirannya di Hall untuk mengetahui keadaan
kami. Ia bersikeras memintaku naik ke kereta, dan
mengantarku pulang. Ternyata ia tengah gelisah
memikirkan hilangnya anjing spanil kecilnya. Hewan itu
telah berkeliaran di rawa-rawa dan belum kembali. Aku
menghiburnya sedapat mungkin sementara pikiranku
mengingat nasib kuda poni di Grimpen Mire. Kurasa ia
tidak akan pernah bertemu anjingnya lagi.
"Oh ya, Mortimer," kataku saat kami terlonjak-lonjak
sepanjang perjalanan, "kurasa hanya sedikit penduduk di
sekitar sini yang tidak kau kenal""
"Kurasa malah tidak ada."
"Kalau begitu, tahukah kau wanita yang berinisial L.L.""
Ia memikirkannya selama beberapa menit.
"Tidak," katanya. "Ada beberapa orang gipsi dan buruh yang tidak kukenal, tapi di antara para
petani atau penduduk di sini, tidak ada seorang pun yang berinisial seperti itu. Tunggu dulu,"
110 tambahnya setelah diam sejenak. "Ada Laura Lyons inisialnya L.L. tapi dia tinggal di Coombe
Tracey." "Siapa dia"" tanyaku
"Dia putri Frankland."
"Apa! Frankland si tua sinting itu""
"Tepat. Laura menikahi seorang seniman bernama Lyons, yang datang kemari untuk membuat
sketsa rawa-rawa. Dia ternyata bajingan dan meninggalkan Laura. Menurut kabar, kesalahannya bukan
hanya di satu pihak. Ayah Laura menolak terlibat urusan putrinya karena Laura menikah tanpa
persetujuannya, dan mungkin juga karena satu atau dua alasan lainnya. Jadi, antara si pendosa tua dan
si pendosa muda, gadis itu menjalam kehidupan yang
cukup buruk." "Bagaimana dia menjalani kehidupannya""
"Kurasa Frankland tua masih berbelas kasihan kepadanya, tapi tidak banyak, karena masalahnya
sendiri cukup banyak. Apa pun yang layak diterima Laura tidak mungkin dibiarkan hingga ke tingkat
paling buruk. Kisah dirinya beredar, dan beberapa orang di sini berusaha membantunya mendapat
kehidupan yang layak. Stapleton pernah membantu, dan Sir Charles juga. Aku sendiri pernah
memberinya bantuan sekadarnya, membantunya mendirikan usaha pengetikan."
Ia ingin mengetahui maksud pertanyaanku, tapi aku berhasil memuaskan rasa penasarannya
tanpa menceritakan terlalu banyak, karena tidak ada alasan kenapa kami harus melibatkan orang lain
lagi dalam rahasia ini. Besok pagi aku akan pergi ke Coombe Tracey, dan kalau aku bisa menemukan
Mrs. Laura Lyons, dengan reputasinya yang samar-samar, berarti sebuah langkah panjang telah
dilakukan untuk memperjelas salah satu insiden dalam rantai misteri ini. Aku jelas telah
mengembangkan kecerdikan seekor ular, karena sewaktu Mortimer terus mendesak, aku dengan santai
menanyakan bentuk tengkorak Frankland. Jadi sepanjang sisa perjalanan, aku hanya mendengarkan
uraian tentang ilmu tengkorak. Tidak sia-sia aku bertahun-tahun tinggal bersama Sherlock Holmes.
Hanya ada satu kejadian lain yang layak dicatat pada hari yang muram ini, yaitu percakapanku
dengan Barrymore, yang memberiku tambahan informasi yang bisa kumainkan pada waktunya nanti.
Mortimer mampir untuk makan malam, dan sesudahnya ia bermain "carte bersama Sir Henry.
111 Pengurus rumah membawakan kopiku ke perpustakaan, dan aku menggunakan kesempatan itu untuk
mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya.
"Well" kataku, "apa kerabatmu yang hebat itu
sudah pergi, atau masih berkeliaran di luar""
"Entahlah, Sir. Kuharap dia sudah pergi, karena
dia tidak membawa apa-apa kemari, kecuali masalah!
Saya belum mendapat kabar darinya sejak mengirimkan
makanannya terakhir kali, dan itu sudah tiga hari yang
lalu." "Kau pernah melihatnya sesudah itu""
"Tidak, Sir, tapi makanannya sudah hilang
sewaktu saya ke sana keesokan harinya."
"Kalau begitu, jelas dia masih di luar sana""
"Saya rasa begitu, Sir, kecuali ada orang lain yang
mengambil makanannya."
Aku duduk dengan cangkir kopi hampir tiba di bibirku dan menatap Barrymore.
"Kau tahu ada orang lain di luar sana""
"Ya, Sir. Ada orang lain lagi di rawa-rawa."
"Kau pernah melihatnya""
"Tidak, Sir." "Kalau begitu, bagaimana kau tahu""
"Selden yang bercerita tentang orang itu, Sir, sekitar seminggu yang lalu atau lebih. Dia juga
bersembunyi, tapi setahu saya dia bukan narapidana. Saya tidak menyukainya, Dr. Watson terus
terang saja, Sir, saya tidak menyukainya." Ia berbicara dengan ketulusan yang tiba-tiba.
"Sekarang, dengarkan aku, Barrymore! Aku tidak berminat dalam masalah ini. Aku menangani
masalah majikanmu, aku kemari dengan tujuan membantunya. Katakan sejujurnya, apa yang tidak
112 kausukai." Barrymore ragu-ragu sejenak, seakan-akan menyesali semburan ucapannya atau mendapati
dirinya sulit mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata.
"Semua kejadian ini, Sir," serunya pada akhirnya sambil melambai ke arah jendela yang
dibasahi hujan, yang mengarah ke rawa-rawa. "Ada permainan kotor entah di bagian mana, dan ada
kejahatan hebat yang sedang berkembang, untuk itu saya berani bersumpah! Seharusnya saya merasa
senang, Sir, kalau bisa melihat Sir Henry kembali ke London."
"Tapi apa yang membuatmu waspada""
"Kematian Sir Charles! Itu sudah cukup buruk, mengingat semua yang dikatakan petugas kamar
mayat. Juga suara-suara di rawa-rawa pada malam hari. Tidak ada orang yang mau melintasinya di
malam hari, meskipun dibayar. Lalu orang asing yang bersembunyi di luar sana, mengawasi serta
menunggu! Apa yang ditunggunya" Apa artinya ini" Artinya, tidak ada kebaikan bagi siapa pun yang
menyandang nama Baskerville, dan dengan senang hati saya akan mengundurkan diri begitu para
pelayan baru Sir Henry siap mengambil alih Hall."
"Tapi, mengenai orang asing ini," kataku. "Bisa kauceritakan tentang dirinya" Apa yang
dikatakan Selden" Apa
dia tahu tempat orang asing ini bersembunyi, atau apa yang dilakukannya""
"Dia pernah melihatnya satu atau dua kali, tapi Selden sangat tertutup dan tidak
mengungkapkan apa pun. Mula-mula dia mengira orang ini polisi, tapi tidak lama kemudian dia tahu
orang ini warga biasa seperti dirinya. Bahkan agak terhormat, sepanjang yang bisa dilihat Selden, tapi
apa yang sedang dilakukannya, tidak bisa diketahui."
"Menurut Selden, orang ini tinggal di mana""
"Di antara rumah-rumah tua di lereng bukit gubuk-gubuk batu tempat tinggal orang-orang
kuno itu." "Bagaimana dengan makanannya""
"Selden mendapati ada bocah yang bekerja pada orang itu, yang membawakan semua
kebutuhannya. Aku berani bertaruh bocah ini pergi ke Coombe Tracey untuk memenuhi keinginan
orang itu." 113 "Bagus sekali, Barrymore. Lain kali mungkin kita akan bercakap-cakap lagi." Sesudah
kepergian kepala pelayan itu, aku berjalan ke jendela yang gelap, dan memandang ke balik kacanya
yang buram, ke arah awan yang berarak dan pepohonan yang tertiup angin. Dari dalam rumah pun
suasananya sudah seperti ini, bagaimana dengan di dalam gubuk batu di rawa-rawa" Kebencian macam
apa yang bisa menyebabkan seseorang mengintai di tempat seperti itu pada saat seperti ini" Dan apa
yang diincarnya sehingga bersedia menghadapi situasi seperti itu" Di sana, di gubuk di rawa-rawa itu,
tampaknya terletak pusat dari masalah yang sudah begitu membingungkanku. Aku bersumpah tidak
akan ada hari lain yang berlalu sebelum aku mengambil semua tindakan yang bisa dilakukan seseorang
untuk mencapai jantung misteri ini.
114 Bab 11 Laki-Laki di Bukit Karang
Ringkasan dari buku hanan pribadiku yang merupakan bab terakhir telah membawa narasiku
hingga tanggal 18 oktober, saat kejadian-kejadian aneh ini mulai bergerak dengan sigap menuju
akhirnya yang mengerikan. Kejadian-kejadian selama beberapa hari berikutnya disajikan berdasarkan
ingatanku, dan aku bisa menceritakannya tanpa bantuan catatan yang kubuat waktu itu. Kumulai dari
hari setelah aku berhasil menemukan dua fakta yang sangat penting yaitu bahwa Mrs. Laura Lyons
dari Coombe Tracey telah menulis surat kepada Sir Charles Baskerville dan mengadakan janji temu
dengannya di tempat dan pada waktu Sir Charles menemui ajalnya; dan bahwa orang asing yang satu
lagi di rawa-rawa bisa ditemukan di antara gubuk-gubuk batu di lereng bukit. Dengan kedua fakta ini
aku merasa entah kecerdasanku atau semangatku pasti turun kalau sekarang aku tidak bisa memperjelas
situasinya. Aku tidak sempat menceritakan pada Sir Henry apa yang sudah kuketahui mengenai Mrs. Lyons
semalam, karena Dr. Mortimer terus bermain kartu dengannya hingga larut malam. Tapi, pada waktu
sarapan, aku memberitahukan penemuanku dan menanyakan apakah ia bersedia menemaniku ke
Coombe Tracey. Mula-mula ia sangat bersemangat ikut, tapi setelah mempertimbangkan kembali, kami
sama-sama merasa hasilnya mungkin akan lebih baik bila aku pergi seorang diri. Semakin resmi
kunjungan tersebut, semakin sedikit informasi yang bisa kami peroleh. Oleh karena itu kutinggalkan
Sir Henry, bukannya tanpa kegelisahan, dan menuju ke petualanganku yang baru.
Sewaktu tiba di Coombe Tracey, kuminta Perkins mengistirahatkan kuda-kudanya. Aku
bertanya ke sana kemari mengenai wanita yang hendak kuinterogasi. Aku tidak menemui kesulitan
menemukan kamarnya, yang terletak di tengah dan cukup bagus. Seorang pelayan mengantarku tanpa
banyak formalitas. Dan, sewaktu aku masuk ke ruang duduk, seorang wanita yang tengah duduk di
depan mesin tik Remington melompat bangkit sambil tersenyum ramah. Tapi ekspresinya beruhah
muram saat melihat aku seorang yang asing baginya, dan ia kembali duduk dan menanyakan tujuanku.
Kesan pertama yang dipancarkan Mrs. Lyons adalah kecantikan yang luar biasa. Mata dan
rambutnya berwarna kelabu tua, dan pipinya sekalipun berbintik-bintik cukup banyak kemerahan
115 segar. Tapi kesan kedua adalah kecaman. Ada sesuatu yang tidak beres pada wajahnya, sesuatu yang
tidak kentara, kekasaran ekspresinya, kekerasan pancaran matanya mungkin, atau bibirnya yang
kendur, yang mengur angi kecantikannya yang sempurna. Tapi, tentu saja, kekurangan itu baru kusadari
setelah memikirkannya kembali. Pada saat itu aku hanya menyadari diriku sedang berada di hadapan
wanita yang sangat cantik, dan ia sedang menanyakan apa tujuan kedatanganku. Baru pada saat itu
kusadari betapa rumitnya misiku.
"Kebetulan," kataku, "saya mengenal ayah Anda."
Perkenalan yang ceroboh, dan wanita itu membuatku semakin merasakannya.
"Tidak ada kesamaan apa pun antara ayah saya dan saya," katanya. "Saya tidak berutang apa
pun padanya, dan teman-temannya bukanlah teman-teman saya. Kalau bukan karena almarhum Sir
Charles dan orang-orang baik lainnya, saya mungkin akan mati kelaparan tanpa dipedulikan ayah
saya." "Saya kemari justru karena almarhum Sir Charles Baskerville."
Bintik-bintik di wajahnya bagai menyala.
"Apa yang bisa saya ceritakan tentang dirinya"" tanyanya,
dan jemarinya bermain-main gugup di atas tombol mesin
tiknya. "Anda mengenalnya, bukan""
"Saya sudah mengatakan saya sangat berutang budi atas
kebaikannya. Kalau saya bisa memenuhi kebutuhan saya,
itu sebagian besar karena bantuannya."
"Apa Anda bersurat-suratan dengannya""
Wanita itu seketika menengadah dengan pancaran
kemarahan di matanya. "Apa maksud pertanyaan itu"" tanyanya tajam.
"Tujuannya adalah untuk menghindari skandal. Lebih baik
116 saya menanyakannya di sini daripada masalah itu berkembang di luar kendali kita."
Ia terdiam dan wajahnya masih tetap pucat pasi. Akhirnya ia menengadah dengan sikap
menantang. "Well, akan saya jawab," katanya. "Apa pertanyaan Anda""
"Apakah Anda bersurat-suratan dengan Sir Charles""
"Saya jelas pernah menulis satu atau dua kali untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan
dan kedermawanannya."
"Apa Anda mengingat tanggal surat-surat itu""
"Tidak." "Anda pernah bertemu dengannya""
"Ya, satu atau dua kali, sewaktu dia datang ke Coombe Tracey. Dia sudah pensiun, dan lebih
suka melakukan kebaikan secara diam-diam."
"Tapi kalau Anda jarang bertemu dengannya atau menulis surat kepadanya, bagaimana dia bisa
tahu masalah Anda sehingga bisa membantu Anda""
Ia menghadapi pertanyaanku dengan kesiapan yang matang.
"Ada beberapa orang yang mengetahui kisah saya yang menyedihkan dan bersatu untuk
membantu. Salah satunya Mr. Stapleton, tetangga dan teman dekat Sir Charles. Dia sangat ramah, dan
melalui dirinyalah Sir Charles mengetahui masalah saya."
Aku sudah tahu Sir Charles Baskerville menjadikan Stapleton sebagai pembagi dermanya dalam
beberapa kesempatan, jadi pernyataan wanita ini mengandung kebenaran
"Apa Anda pernah menulis surat kepada Sir Charles, memintanya bertemu dengan Anda""
lanjutku. Wajah Mrs. Lyon kembali memerah karena marah.
"Yang benar saja, Sir, ini benar-benar pertanyaan yang luar biasa."
"Maafkan saya, Madam, tapi saya harus mengulanginya."
117 "Kalau begitu, jawaban saya jelas tidak."
"Tidak pada hari kematian Sir Charles""
Seketika warna merah menghilang dari wajahnya, dan ekspresinya berubah sepucat mayat.
Bibirnya yang kering tidak mampu mengucapkan kata "Tidak", yang lebih tepat kulihat daripada
kudengar. "Jelas ingatan Anda sudah menipu Anda," kataku. "Saya bahkan bisa mengutip sebagian dari
surat Anda, Bunyinya 'Please, please, karena Anda seorang tuan terhormat, bakarlah surat ini, dan
tunggulah di gerbang pada pukul sepuluh.'"
Kukira ia jatuh pingsan, tapi ia berhasil pulih dengan susah payah.
"Apa tidak ada lagi yang layak disebut orang terhormat"" katanya terperangah
"Anda sudah bersikap tidak adil kepada Sir Charles. Dia memang membakar surat itu. Tapi
terkadang sebuah surat masih bisa dibaca sekalipun sudah dibakar. Jadi Anda mengakui telah menulis
surat itu"" "Ya, saya memang menulisnya," serunya, mengobral emosinya dengan serangkaian kata-kata.
"Saya yang menulisnya. Kenapa saya harus mengingkarinya" Saya tidak memiliki alasan untuk merasa
malu karenanya. Saya harap dia bisa membantu. Saya percaya kalau saya berbicara langsung
dengannya, dia akan membantu, jadi saya minta dia menemui saya."
"Tapi kenapa pada jam selarut itu""
"Karena saya baru tahu dia akan pergi ke London keesokan harinya d
an mungkin tidak akan kembali selama berbulan-bulan. Ada alasan kenapa saya tidak bisa ke sana lebih awal."
"Tapi kenapa bertemu di kebun dan bukannya di rumah""
"Anda kira seorang wanita bisa berkunjung ke rumah seorang bujangan sendirian pada jam
selarut itu"" "Well, apa yang terjadi sewaktu Anda tiba di sana""
"Saya tidak pernah ke sana."
"Mrs. Lyons!" 118 "Tidak, saya bersumpah demi semua yang saya anggap suci. Saya tidak pernah ke sana. Ada
kejadian lain yang menghalangi kepergian saya."
"Apa itu""


Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu masalah pribadi. Saya tidak bisa menceritakannya."
"Kalau begitu Anda mengakui Anda mengadakan janji temu dengan Sir Charles pada saat dan di
tempat dia menemui ajalnya, tapi Anda mengingkari bahwa Anda menepati janji temu itu."
"Itu yang sebenarnya."
Berkali-kali aku menanyainya, tapi aku tidak pernah bisa melewati titik itu.
"Mrs. Lyons," kataku sambil bangkit berdiri, mengakhiri wawancara yang panjang dan tidak
selesai ini, "Anda menanggung tanggung jawab yang sangat besar dan mengambil posisi yang salah
dengan tidak mengungkapkan semua yang Anda ketahui. Kalau saya terpaksa meminta bantuan polisi,
Anda akan tahu seberapa jauh keterlibatan Anda. Kalau Anda tidak bersalah, kenapa tadi Anda
mencoba mengingkari telah menulis surat kepada Sir Charles pada tanggal itu""
"Karena saya takut ada yang menarik kesimpulan yang salah dari kejadian itu, dan saya
mungkin akan terlibat ke dalam skandal."
"Dan kenapa Anda begitu mendesak agar Sir Charles menghancurkan surat Anda""
"Kalau Anda membaca suratnya, Anda pasti tahu."
"Saya tidak mengatakan saya sudah membaca seluruh surat."
"Anda mengutip sebagian darinya."
"Saya mengutip pesan tambahannya. Suratnya, seperti sudah saya katakan tadi, sudah dibakar
dan tidak bisa dibaca lagi. Saya tanyakan sekali lagi, kenapa Anda begitu mendesak Sir Charles agar
menghancurkan surat yang diterimanya pada hari kematiannya""
"Masalah itu sangat pribadi."
"Berarti semakin penting bagi Anda untuk menghindari penyelidikan umum."
"Akan saya ceritakan, kalau begitu. Kalau Anda sudah mendengar cerita saya yang
menyedihkan, Anda pasti tahu saya sudah menikah dengan tergesa-gesa dan memiliki alasan untuk
119 menyesalinya." "Saya sudah mendengarnya."
"Kehidupan saya merupakan penganiayaan yang tidak henti-hentinya dari suami yang saya
benci. Hukum berpihak kepadanya, dan setiap hari saya menghadapi kemungkinan dia memaksa saya
tinggal bersamanya. Pada waktu menulis surat itu kepada Sir Charles, saya tahu ada kemungkinan
untuk mendapatkan kembali kebebasan saya bila bisa membayar biayanya. Itu berarti segalanya bagi
saya kedamaian pikiran, kebahagiaan, kehormatan segalanya. Saya mengetahui kedermawanan Sir
Charles, dan saya pikir kalau dia mendengar ceritanya dari saya sendiri, dia akan bersedia membantu."
"Kalau begitu, kenapa Anda tidak pergi""
"Karena saya menerima bantuan dari sumber Iain."
"Lalu kenapa Anda tidak menulis surat kepada Sir Charles dan menjelaskannya""
"Saya pasti berbuat begitu seandainya tidak membaca berita kematiannya di koran keesokan
harinya." Cerita wanita itu terasa masuk akal, dan semua pertanyaanku tidak mampu mengguncangnya.
Aku hanya bisa memastikannya dengan memeriksa apakah ia memang benar mengajukan perceraian
kepada suaminya pada saat atau sekitar saat tragedi itu.
Kecil kemungkinan ia berani berbohong tentang pembatalan kedatangannya ke Baskerville
Hall, karena jelas ia memerlukan kereta untuk sampai ke sana, dan tidak akan bisa kembali ke Coombe
Tracey sebelum dini hari. Perjalanan seperti itu tidak bisa dirahasiakan. Oleh karena itu,
kemungkinannya ia sudah berbicara jujur. Atau, paling tidak, sebagian di antaranya merupakan
kebenaran. Aku meninggalkannya dengan perasaan bingung dan kecewa. Sekali lagi aku menghadapi
jalan buntu yang tampaknya ada di setiap jalan yang kupilih untuk mencapai tujuan misiku. Meskipun
demikian, semakin kupikirkan ekspresi dan sikap wanita itu, aku semakin yakin ia menyembunyikan
sesuatu. Kenapa ia berubah sepucat itu" Kenapa ia berusaha keras mengingkarinya sampai harus
dipaksa mengungk apkannya" Kenapa ia begitu tertutup mengenai saat-saat seputar tragedi itu" Sudah
pasti penjelasan semua ini tidak sesederhana seperti yang diyakinkanriya. Untuk saat ini aku tidak bisa
melanjutkan penyelidikan di arah ini, aku harus kembali ke petunjuk lain yang harus kucari di antara
gubuk-gubuk batu di rawa-rawa.
120 Dan itu arah yang paling samar. Kusadari hal itu. dalam perjalanan pulang dan mengingat
kembali bagaimana bukit demi bukit menunjukkan jejak-jejak orang-orang kuno. Satu-satunya
petunjuk yang diberikan Barrymore hanyalah kemungkinan orang asing itu tinggal di salah satu gubuk
yang telah ditinggalkan. Dan ratusan gubuk seperti itu tersebar di seluruh rawa-rawa. Tapi aku
memiliki pengalamanku sendiri yang bisa menjadi panduan, yang memperlihatkan orang itu berdiri di
puncak bukit karang hitam Black Tor. Jadi tempat itu akan menjadi pusat pencarianku. Dari sana aku
harus menggeledah setiap gubuk di rawa-rawa hingga menemukan gubuk yang tepat. Kalau orang ini
ada di dalamnya, aku akan tahu dari mulutnya sendiri di bawah todongan revolverku kalau perlu
siapa dirinya dan kenapa ia mengikuti kami selama ini. Ia mungkin berhasil meloloskan diri dalam
keramaian Regent Street, tapi ia tidak akan bisa melakukannya di rawa-rawa yang sepi ini. Di sisi lain,
kalau aku bisa menemukan gubuknya dan penghuninya tidak ada di dalamnya, aku harus tinggal di
sana, tidak peduli berapa lama, hingga ia kembali. Holmes telah kehilangan dirinya di London. Jelas
akan merupakan kemenangan bagiku kalau bisa melacak dan menangkapnya, sementara "Tuanku"
gagal. Keberuntungan telah berkali-kali menentang kami
dalam penyelidikan ini, tapi sekarang akhirnya
keberuntungan membantuku. Dan kurir nasib baik itu tidak
lain adalah Mr. Frankland yang tengah berdiri dengan
kumis kelabu dan wajah kemerahannya di luar gerbang
kebunnya yang terbuka ke jalan raya yang kulalui.
"Selamat siang, Dr. Watson," serunya dengan selera
Dewi Tangan Jerangkong 1 Fear Street - Cewek Baru The New Girl Perguruan Sejati 10
^