Pencarian

Penyewa Dorset Street 1

Sherlock Holmes - Petualangan Penyewa Dorset Street Bagian 1


Sherlock holmes Kumpulan Kasus Seru Jilid 2
Petualangan Penyewa Dorset Street
Michael Moorcock Sherlocked.org - 2012 - Hari itu adalah salah satu hari panas khas bulan September, ketika seluruh London tampak layu karena terlalu banyak cahaya matahari, seperti binatang laut Artik luas yang tcrdampar di pantai tropis dan ditakdirkan untuk mati karena pencahayaan tak alami. Ketika Roma atau bahkan Paris mungkin gemerlapan dan bermalas-malasan, London hanya terengah-engah.
Jendela-jendela kami terbuka lebar ke arah udara yang pengap dan bising, kerai diturunkan untuk menahan sinar matahari yang menyilaukan, kami terbaring bermalas-malasan, Holmes telentang di atas sofa sementara aku tidur-tiduran di kursi santaiku dan mengingat-ingat tahun-tahunku di India, ketika panas semacam itu terasa normal dan rumah kami diperlengkapi dengan baik untuk menghadapi hal itu. Aku sudah mengharapkan bisa memancing dengan umpan serangga di Yorkshire Dales, tetapi sementara itu, seorang pasienku mulai mengalami persalinan yang sulit dan potensial berbahaya sehingga aku tak bisa dengan sengaja pergi jauh dari London. Bagaimanapun, kami berdua sudah berencana untuk berada di tempat lain sekarang dan ini membuat Mrs. Hudson yang berharga merasa bingung, karena ia sudah mengharapkan Holmes sendiri pergi.
Dengan malas, Holmes menjatuhkan surat yang dibacanya ke lantai. Ada secercah rasa tak senang dalam suaranya ketika ia berbicara.
"Tampaknya, Watson, kita akan diusir dari tempat tinggal kita. Aku sudah berharap ini takkan terjadi sewaktu kau menginap di sini."
Kesenangan temanku pada pernyataan dramatis sudah kukenal baik, jadi aku hampir tak berkedip ketika bertanya: "Diusir, Holmes"" Aku tahu biaya sewanya, seperti biasa, dibayar di depan setiap tahun.
"Hanya sementara, Watson. Kau pasti ingat bahwa kita berdua berniat untuk tidak berada di London sekitar waktu ini, hingga keadaan memaksakan sebaliknya. Berdasarkan pemahaman awal itu, Mrs. Hudson menyewa Messrs Peach, Peach, Peach dan Praisegod untuk memperbarui dan mendekorasi ulang 221b. Ini surat pemberitahuan kita. Mereka mulai bekerja minggu depan dan akan berterima kasih bila kita bisa mengosongkan tempat ini karena akan melibatkan sedikit pekerjaan struktur. Kita tak punya rumah untuk dua minggu, teman lama. Kita harus menemukan rumah baru,
Watson, tetapi harus tidak jauh dari sini. Kau punya pasienmu yang lemah dan aku punya pekerjaanku. Aku harus punya akses pada lalat dan mikroskopku."
Aku bukan orang yang siap menerima perubahan. Aku sudah mengalami beberapa pembatalan rencana dan berita itu, dikombinasikan dengan panasnya udara, membuatku agak marah. "Semua penjahat di London akan mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini," kataku. "Bagaimana bila seorang Peach atau Praisegod dibayar oleh semacam Moriarty baru""
"Keyakinan, Watson! Urusan Reichenbach menimbulkan kesan mendalam. Ini suatu tipu daya yang benar-benar kusesali. Yakinlah, temanku. Moriarty sudah tak ada lagi dan tak ada kemungkinan ada otak penjahat lain seperti miliknya. Namun, aku percaya, kita harus bisa mengawasi keadaan di sini. Tak ada hotel di daerah ini yang layak dihuni manusia. Dan tak ada teman atau saudara di dekat sini yang bisa menampung kita."
Hampir menyentuh perasaan melihat sang ahli deduksi terbenam dalam pikirannya dan mulai merenungkan urusan domestik kami dengan perhatian sebesar yang akan diberikannya pada salah satu kasus sulitnya. Kekuatan konsentrasi inilah, diabdikan untuk masalah apa pun di hadapannya, yang dulu untuk pertama kalinya membuatku terkesan akan bakatnya yang unik. Akhirnya ia menjentikkan jari-jarinya, menyeringai seperti seekor kera Barbary, matanya yang terletak dalam membara dengan intelegensi dan mengejek diri sendiri. "Aku tahu, Watson. Tentu saja, kita akan bertanya pada Mrs. Hudson apakah ia punya tetangga yang menyewakan ruangan!"
"Ide yang luar biasa, Holmes!" aku selalu geli melihat kesenangan temanku yang hampir polos waktu menemukan sesuatu, kalau bukan solusi dilema kami, maka orang terbaik yang menyediakan solusi bagi kami!
Pulih dari su asana hati kami yang jelek, aku bangkit berdiri dan menarik tali lonceng. Sesaat kemudian pengurus rumah kami, Mrs. Hudson, sudah berada di pintu dan berdiri di depan kami.
"Harus saya katakan, saya sangat menyesali kesalahpahaman itu, sir," katanya padaku. "Tapi pasien tetap pasien, saya rasa, dan ikan trout Skotlandia Anda harus menunggu sebentar hingga Anda punya kesempatan menangkap mereka. Tetapi kalau Anda, Mr. Holmes, menurut saya, ada pembunuhan atau tidak, Anda masih bisa menjalani liburan tepi pantai yang menyenangkan. Saudari saya di Hove akan menjaga Anda sebaik di sini di London."
"Saya yakin akan hal itu, Mrs. Hudson. Bagaimanapun, pembunuhan tuan rumah seseorang cenderung membuat gagasan liburan terasa membosankan dan walaupun Pangeran Ulrich tak lebih dari seorang teman dan kondisi kematiannya sangat jelas, saya merasa berkewajiban mempertimbangkan masalah itu. Sangatlah berguna bagi saya bila berbagai peralatan analisa saya berada di dekat saya. Hal itu menimbulkan masalah yang tak mampu saya pecahkan-bila bukan Hove, Mrs. Hudson, lalu di mana" Watson dan saya membutuhkan tempat tidur dan kamar sewa dan harus dekat-dekat sini."
Jelas wanita baik itu tak menyetujui kebiasaan-kebiasaan tak sehat Holmes tetapi sudah putus asa mengubah Holmes sesuai keinginannya.
Ia merengut untuk menunjukkan ketidakpuasannya atas jawaban Holmes dan kemudian berbicara dengan sedikit enggan. "Ada saudara ipar saya di Dorset Street, sir. Nomor Dua, sir. Saya akui masakannya sedikit terlalu keperancis-perancisan untuk saya, tetapi rumah itu bagus, bersih, nyaman, dengan sebuah taman cantik di belakang dan ia sudah menawarkan."
"Dan ia wanita yang bisa menjaga rahasia, bukan Mrs. Hudson, seperti Anda sendiri""
"Seperti sebuah gereja, sir. Suami saya dulu biasa berkata, saudaranya itu dapat memegang rahasia lebih baik daripada petugas pengakuan dosa Paus."
"Baiklah, Mrs. Hudson. Sudah ditentukan! Kami akan pindah ke Dorset Street hari Jumat besok, sehingga tukang Anda bisa bekerja pada hari Senin. Saya akan mengatur agar kertas-kertas dan barang-barang tertentu dipindahkan dan yang lainnya akan aman, saya yakin, di bawah penutup yang bagus. Yah, Watson, bagaimana menurutmu" Kau akan mendapat liburanmu, tetapi sedikit lebih dekat ke rumah dari yang kau rencanakan dan dengan pemancingan yang lebih parah!"
Temanku berada dalam semangat yang begitu positif sehingga aku tak mungkin mempertahankan suasana hatiku dan memang segalanya mulai bergerak cepat dari titik itu, sehingga ketidaknyamanan kecil segera terlupakan.
Kepindahan kami ke Dorset Street nomor 2, berjalan semulus yang bisa diharapkan dan kami segera tinggal di sana. Ketidakrapian Holmes, bagian yang begitu wajar dari orang itu, segera memberi kesan bahwa kamar-kamar baru kami sudah ditinggalinya selama paling tidak satu abad. Ruang-ruang pribadi kami punya pemandangan ke kebun yang mungkin dipindahkan dari Sussex dan ruang tamu depan kami mengarah ke jendela, karena terletak di sudut, dari jendela ini orang bisa mengamati pelanggan datang dan pergi dari toko pegadaian mewah, sering menuju Wheatsheaf Tavern, yang "kamar-kamar tidur beraliran udara bagusnya" kami tolak karena janji berlebihan Mrs. Ackroyd. Aspek menyenangkan lain rumah itu adalah tumbuhan merambat wisteria yang sedang berbunga, yang sudah tua umurnya, yang merambat di bagian depan bangunan dan semakin menambah aspek pedesaan. Aku curiga beberapa kenyamanan kami bukan standar yang diberikan untuk semua penginapnya. Wanita yang baik itu, orang Lanchashire tulen, jelas senang dengan apa yang disebutnya "kehormatan" untuk mengurus kami dan kami berdua setuju kami tak pernah memperoleh pelayanan yang lebih baik. Ia berwajah menyenangkan, lebar, dan bersikap praktis, tanpa omong kosong yang cocok dengan kami berdua. Meskipun aku takkan pernah mengatakan hal ini pada kedua wanita yang bersangkutan, masakannya merupakan perubahan yang agak menyenangkan dibanding masakan Mrs. Hudson yang enak dan sederhana.
Jadi kami pun menetap. Karena pasienku mengalami perkembangan sulit menuju masa-masa menjadi ibu, pen
ting sekali supaya aku bisa dihubungi dengan mudah, tetapi aku memilih menghabiskan waktuku seakan-akan aku benar-benar menikmati sebuah liburan. Memang, Holmes sendiri berbagi tekad yang sama denganku, dan kami mengalami beberapa sore yang menyenangkan bersama-sama, mengunjungi teater-teater dan gedung-gedung musik yang membuat London terkenal. Sementara aku sudah mengembangkan minat pada drama masalah modern seperti Ibsen dan Pinero, Holmes masih menyenangi suasana Kerajaan dan Hippodrome, sementara Gilbert dan Sullivan di Savoy adalah idenya tentang kesempurnaan. Bermalam-malam aku duduk di sebelahnya, sebagian besar dalam boks penonton yang dipilihnya, melirik wajahnya yang asyik dan bertanya-tanya bagaimana orang dengan intelektualitas begitu tinggi bisa bersenang-senang dengan komedi rendahan dan lagu-lagu khas Cockney.
Suasana cerah di Dorset Street 2 tampaknya benar-benar mengangkat semangat temanku dan memberinya sedikit kesan kekanak-kanakan, yang pada suatu hari membuatku berkomentar bahwa ia pasti telah menemukan "air kehidupan", karena ia tampil begitu muda. Ia memandangku dengan sedikit aneh ketika aku berkata demikian dan memberi tahuku untuk mengingatkannya agar menyebutkan penemuannya di Tibet, tempat ia menghabiskan banyak waktu setelah "sekarat" selama pergelutannya dengan Profesor Moriarty. Namun, ia setuju, perubahan ini baik baginya. Ia bisa melanjutkan penelitiannya bila ia mau, tetapi tak merasa wajib tinggal di rumah. Ia bahkan berkeras agar kami mengunjungi bioskop bersama-sama, tetapi hawa panas dalam bangunan itu, ditambah bau keringat yang berasal dari sesama pengunjung, mengusir kami ke udara segar sebelum pertunjukkan usai. Holmes tidak benar-benar menaruh minat pada penemuan itu. Ia cenderung mengakui suatu kemajuan hanya bila kemajuan itu berkaitan langsung dengan profesinya sendiri. Ia memberitahuku bahwa ia yakin bioskop tak relevan dengan kriminologi, kecuali bila dapat digunakan dalam rekonstruksi sebuah pelanggaran dan dengan demikian membantu menangkap seorang pelaku kejahatan.
Kami sedang dalam perjalanan kembali di suatu sore ke kamar sewa sementara kami, sepulang dari menonton pertunjukan bioskop di Madame Tussaud's di Marylebone Road, ketika Holmes tiba-tiba menjadi siaga, mengarahkan tongkatnya ke depan dan berkata dalam gumaman mendesak yang sangat kukenal baik, "Bagaimana pendapatmu tentang orang ini, Watson" Orang dengan topi tinggi baru, kumis merah dan mantel pagi pinjaman yang baru tiba dari Amerika Serikat, tetapi baru saja kembali dari berkunjung di daerah pinggiran barat laut yang mungkin sekarang disesalinya""
Aku tergelak karena hal ini. "Sudahlah, Holmes!" aku berkata. "Aku bisa melihat seorang pria bertopi tinggi menyeret sebuah tas berat, tetapi bagaimana kau bisa berkata ia datang dari Amerika Serikat dan seterusnya, aku sama sekali tak tahu. Aku yakin kau mengarang, teman lama."
"Tentu tidak, Watson yang baik! Tentunya kau sudah memperhatikan bahwa mantel pagi itu sebetulnya jahitan belakangnya mulai terbuka dan itu berarti ukurannya terlalu kecil untuk si pemakai. Penjelasan yang paling mungkin adalah ia meminjam mantel itu untuk melakukan kunjungan tertentu. Topi itu jelas baru dibeli untuk alasan yang sama sementara sepatu pria itu berciri khas hak sepatu "gaucho" dari Amerika Serikat Barat Daya, suatu mode yang hanya ditemukan di dunia bagian itu dan diadaptasi, tentu saja, dari sepatu berkuda Spanyol. Aku sudah melakukan penelitian tentang tumit orang, Watson, seperti juga jiwa orang!"
Kami menjaga jarak di belakang subyek diskusi kami. Lalu lintas sepanjang Baker Street berada pada puncak keramaiannya, penuh oleh kereta-kereta ribut, kuda-kuda yang mendengus, pengemudi-pengemudi yang berteriak dan semua jenis manusia London yang berdesakan pulang, putus asa ingin menemukan suatu cara untuk mendinginkan tubuhnya. "Mangsa" kami berhenti dan menurunkan tasnya secara berkala, kadang-kadang memindahkan bawaannya ke tangan yang lain sebelum melanjutkan perjalanannya.
"Tapi mengapa kaukatakan ia baru tiba" Dan baru berkunjung ke London barat laut"" tanyaku.
"Itu mendasar, Watson. Bila kaupikirkan sejenak, akan jelas bagimu bahwa teman kita ini cukup kaya untuk membeli tas terbaru dan tas Gladstone, namun mengenakan sebuah mantel pagi yang terlalu kecil untuknya. Ini menunjukkan bahwa ia datang dengan sedikit bawaan, atau mungkin barangnya dicuri, dan tak punya waktu mengunjungi penjahit. Atau ia pergi ke salah satu toko pakaian jadi dan membeli baju yang paling pas. Dengan demikian, tas baru itu pun, pasti dibelinya untuk membawa barang yang baru ia peroleh. Jelas ia tak menyadari betapa beratnya benda itu dan aku yakin kalau ia tidak tinggal di sekitar sini, ia pasti sudah menyewa kereta untuknya sendiri. Ia bisa saja menyesali perolehannya. Mungkin barang itu sangat mahal tetapi tidak tepat benar seperti yang ia harapkan... Ia jelas tak menyadari betapa sulitnya membawa barang itu, terutama dalam cuaca seperti ini. Itu menunjukkan bahwa ia yakin ia bisa berjalan dari Stasiun Bawah Tanah Baker Street, yang pada gilirannya menunjukkan bahwa ia baru berkunjung dari London barat laut, yang terutama dilayani dari Baker Street."
Jarang aku mempertanyakan penilaian temanku, tetapi secara pribadi aku mendapati yang satu ini terlalu mengada-ada. Karena itu aku sedikit terkejut, ketika aku melihat pria bertopi tinggi itu berbelok ke kiri ke Dorset Street dan menghilang. Holmes langsung meningkatkan kecepatan langkahnya. "Cepat, Watson! Aku yakin aku tahu ke mana ia pergi."
Setelah mengitari belokan, kami tepat pada waktunya melihat orang Amerika itu sampai di pintu Dorset Street nomor 2, dan memasukkan kunci ke gembok!
"Nah, Watson," kata Holmes penuh kemenangan. "Bagaimana kalau kita mencoba memverifikasi analisaku"" Kemudian ia melangkah menuju teman sepenginapan kami itu, mengangkat topi dan menawarkan bantuannya membawa tas itu.
Reaksi pria itu agak dramatis, ia mundur ke arah pagar dan hampir menjatuhkan topinya hingga menutupi mata. Ia menatap Holmes dengan nafas tersengal, dan kemudian dengan geraman tanpa kata, berjalan terus ke aula depan, menyeret tas Gladstone berat di belakangnya dan membanting pintu di depan wajah temanku. Holmes mengangkat alisnya dengan ekspresi senang bercampur keheranan.
"Tak diragukan lagi kerja kerasnya membawa tas itu membuat suasana hati pria itu jelek, Watson!" Begitu berada di dalam, kami masuk tepat pada waktunya untuk melihat pria itu, dengan topi masih tergantung di kepala, menyeret tasnya mendaki tangga. Tas itu terbuka dan aku melihat sekilas warna perak, kilauan emas, dan gambaran, menurutku, sebuah tangan manusia mungil. Ketika ia mengenali kami ia berhenti kebingungan, kemudian bergumam dengan nada dramatis:
"Hati-hati, tuan-tuan. Saya membawa revolver dan saya tahu bagaimana menggunakannya."
Holmes menerima berita ini dengan tenang dan memberi tahu orang itu bahwa walaupun ia tahu saling menembakkan pistol adalah sesuatu yang wajar dalam sopan santun perkenalan di Texas, di Inggris hal itu masih dianggap tak perlu untuk menyebabkan orang menembakkan pistol di dalam rumah. Menurutku kata-katanya agak hipokrit untuk orang yang gemar berlatih menembak target di ruang tamu!
Bagaimanapun, teman sepenginapan kami itu tampak malu dan mulai menenangkan diri. "Maafkan saya, tuan-tuan," katanya. "Saya orang asing di sini dan harus saya akui saya agak bingung siapa teman dan lawan saya di sini. Saya sudah diperingatkan untuk berhati-hati. Bagaimana Anda bisa
masuk"" "Dengan kunci, seperti Anda, tuan yang baik. Dokter Watson dan saya sendiri adalah tamu di sini selama beberapa minggu."
"Dokter Watson!" Suara pria itu langsung menetapkan bahwa ia orang Amerika. Aksen yang memperpanjang bunyi kata-kata itu mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Barat Daya dan aku cukup mempercayai telinga Holmes untuk merasa yakin bahwa ia orang Texas.
"Sayalah orangnya." Aku kebingungan karena antusiasme-nya yang terlihat jelas tetapi menjadi mengerti ketika ia mengalihkan perhatiannya pada temanku.
"Kalau begitu Anda pasti Mr. Sherlock Holmes! Oh, tuan yang baik, maafkan sikap jelek saya! Saya seorang pengagum berat, tuan-tuan. Saya mengikuti s
eluruh kasus Anda. Anda adalah sebagian alasan saya menyewa kamar di dekat Baker Street. Malangnya, ketika saya mengunjungi rumah Anda kemarin, saya mendapati rumah Anda ditempati kontraktor yang tak bisa memberi tahu saya di mana Anda berada. Karena waktunya singkat, saya terpaksa bertindak sendiri. Dan saya khawatir saya tidak terlalu berhasil! Saya tak tahu bahwa Anda menginap di bangunan ini!"
"Wanita pemilik rumah kita," kata Holmes kering, "terkenal atas kerahasiaannya. Saya ragu kucing peliharaannya pernah mendengar nama kami di rumah ini."
Orang Amerika itu berusia sekitar tiga puluh lima, kulitnya gelap karena matahari, dengan rambut merah, kumis merah total dan rahang berat. Bila bukan karena mata hijaunya yang cerdas dan tangannya yang halus, aku bisa salah menganggapnya sebagai petarung bayaran Irlandia. "Saya James Maclesworth, sir, dari Galveston, Texas. Saya membuka usaha ekspor impor di sana. Kami mengirim barang ke hulu hingga Austin, ibu kota negara bagian kami, dan mendapat reputasi bagus sebagai pedagang jujur. Kakek saya bertempur untuk mendirikan republik kami dan merupakan orang pertama yang membawa kapal uap ke Colorado untuk berdagang dengan Port Sabatini dan kota-kota sungai." Dengan gaya orang Amerika, ia memberikan ringkasan latar belakang, kehidupan dan sejarahnya pada kami, bahkan waktu kami berjabat tangan. Ini kebiasaan yang diperlukan di wilayah Amerika Serikat yang liar dan sebagian besar masih belum aman itu.
Holmes bersikap ramah, seakan mencium misteri yang sesuai cita rasanya, dan mengundang orang Texas itu untuk bergabung dengan kami dalam waktu satu jam, pada waktu itu, sambil minum wiski dan soda, kami bisa mendiskusikan urusannya dengan nyaman.
Mr. Macklesworth langsung menerima undangan ini dan berjanji ia akan membawa serta isi tasnya dan memberi penjelasan penuh atas tingkah lakunya barusan.
Sebelum James Macklesworth tiba, aku bertanya pada Holmes apa kesannya terhadap orang itu. Aku menganggapnya sebagai pria yang cukup jujur, mungkin pengusaha yang jatuh terlalu dalam dan ingin Sherlock Holmes membantunya keluar. Bila hanya itu yang dibutuhkannya dari temanku, aku yakin Holmes akan menolak kasus itu. Di sisi lain, ada kemungkinan urusan ini lain daripada yang lain. Holmes berkata, menurutnya pria itu menarik dan, ia yakin, jujur. Tetapi saat ini ia tak bisa merasa yakin, apakah Macklesworth korban penipuan seorang penjahat pandai atau berakting di luar karakternya. "Karena aku menebak, jelas ada kejahatan yang terlibat di sini, Watson, dan aku tebak kejahatan yang cukup serius. Kau pasti pernah mendengar tentang Perseus karya Fellini."
"Siapa yang tak pernah" Patung itu disebut orang sebagai karya terbaik Fellini-dibuat dari perak padat dan dilapis emas. Patung itu menggambarkan Perseus dengan kepala Medusa, yang dibuat dari safir, zamrud, batu delima, dan mutiara."
"Ingatanmu sempurna seperti biasanya, Watson. Selama bertahun-tahun patung itu adalah puncak koleksi Sir Geoffrey Macklesworth, putra ahli besi terkenal yang dikatakan sebagai orang terkaya di Inggris. Sir Geoffrey, aku ingat, meninggal dalam keadaan miskin. Ia menyukai seni tetapi tak mengerti uang. Ini membuatnya, aku dengar, menjadi mangsa bermacam-macam vampir masyarakat! Pada usia mudanya ia terlibat dalam pergerakan estetika, teman Whistler dan Wilde. Sebetulnya Wilde, yang selama beberapa lama adalah teman baiknya, mencoba membujuknya dengan beberapa kelebihan karya seni yang jauh lebih spektakuler!"
"Macklesworth!" aku berseru.
"Tepat, Watson." Holmes berhenti untuk menyalakan pipa, sambil menatap jalan tempat urusan sehari-hari London melanjutkan rutinitasnya yang akrab dan tak spektakuler. "Barang itu dicuri sekitar sepuluh tahun lalu. Suatu perampokan berani yang, pada waktu itu, kuhubungkan dengan Moriarty. Ada banyak indikasi bahwa patung itu diselundupkan dari negara ini dan dijual ke luar negeri. Namun aku mengenalinya-kalau bukan sebuah tiruan yang sangat bagus-di dalam tas yang dibawa James Macklesworth ke atas. Ia pasti sudah membaca tentang masalah itu, aku yakin, terutama sehubunga
n dengan namanya. Karena itu ia pasti tahu patung Fellini dicuri. Namun jelas ia pergi ke suatu tempat hari ini dan kembali kemari dengan benda itu. Kenapa" Ia bukan pencuri, Watson, kupertaruhkan nyawaku untuk itu."
"Mari berharap ia berniat memberi tahu kita," kataku saat sebuah ketukan terdengar di pintu
kami. Mr. James Mackelsworth menjadi orang yang berbeda. Setelah mandi dan mengenakan pakaiannya sendiri, ia tampak lebih yakin dan santai. Setelannya adalah jenis yang disenangi di bagian dunianya, dengan ciri potongan Spanyol, dan ia mengenakan sebuah dasi berjela-jela di bawah sayap-sayap kerah lebar kemeja lembut, sebuah rompi merah gelap dan sepatu bot berujung lancip berwarna merah darah. Dalam setiap inci tubuhnya ia tampak seperti orang perbatasan yang romantis.
Ia mulai minta maaf atas pakaiannya. Ia tak menyadari, katanya, hingga ia tiba di London kemarin, bahwa pakaiannya aneh dan luar biasa di Inggris. Kami berdua meyakinkan dirinya bahwa penampilannya yang mentereng tak menyinggung kami. Malahan, kami menganggapnya menarik.
"Tapi ini menunjukkan siapa saya dengan baik, bukankah begitu, tuan-tuan""
Kami setuju bahwa di Oxford Street tak banyak orang yang berpakaian seperti dirinya.
"Itulah mengapa saya membeli baju-baju Inggris," katanya. "Saya ingin membaurkan diri dan tak diperhatikan. Topi tinggi itu terlalu besar dan mantel pagi itu terlalu kecil. Celananya adalah satu-satunya benda yang berukuran tepat. Tas ini adalah ukuran terbesar dari modelnya yang bisa saya temukan."
"Jadi, dengan berpakaian pantas, menurut pendapat Anda, Anda naik Kereta Api Metropolitan pagi ini ke-""
"Ke Willesden, Mr. Holmes. Hey! Bagaimana Anda bisa mengetahui hal itu" Apakah Anda membuntuti saya sepanjang hari""
"Tentu tidak, Mr. Macklesworth. Dan di Willesden Anda mengambil Perseus karya Fellini,
bukan"" "Anda tahu segalanya sebelum saya menceritakannya, Mr. Holmes! Saya tak perlu berbicara lagi. Reputasi Anda memang pantas, sir. Bila saya bukan pria rasional, saya bisa percaya bahwa Anda mempunyai kekuatan cenayang!"
"Kesimpulan sederhana, Mr. Macklesworth. Orang mengembangkan ketrampilan, Anda tahu. Tetapi saya perlu berkenalan lebih jauh untuk mengambil kesimpulan bagaimana Anda datang menyeberangi enam ribu mil darat dan laut untuk tiba di London, langsung pergi ke Willesden dan datang kemari dengan salah satu karya terbaik perak Renaissance yang pernah dilihat dunia. Semua itu dalam satu hari pula."
"Saya bisa meyakinkan Anda, Mr. Holmes, bahwa petualangan seperti itu tidak biasa bagi saya. Hingga beberapa bulan lalu saya seorang pemilik perusahaan perkapalan dan perdagangan grosir yang sukses. Istri saya meninggal beberapa tahun lalu dan saya tak pernah menikah lagi. Anak-anak saya sekarang sudah dewasa dan menikah, tinggal jauh dari Texas. Saya rasa saya sedikit kesepian, tetapi cukup puas. Semua itu berubah, seperti yang sudah Anda duga, ketika Perseus karya Fellini masuk ke dalam kehidupan saya."
"Anda menerima kabar tentang hal itu di Texas, Mr. Macklesworth""
"Yah, sir, itu hal yang aneh. Memalukan pula. Tapi saya rasa saya harus jujur pada Anda dan mengutarakannya. Pria pemilik Perseus yang dicuri itu adalah sepupu saya. Kami berkorespondensi sedikit. Dalam korenspondensi itu ia mengungkapkan sebuah rahasia yang sekarang menjadi beban saya. Saya adalah kerabat laki-laki satu-satunya, Anda tahu, dan ia punya urusan keluarga yang harus dikerjakan. Menurutnya, ada seorang sepupu lain di New Orleans, tetapi orang itu masih harus ditemukan dulu. Nah, tuan-tuan, pendeknya saya bersumpah demi kehormatan saya untuk melaksanakan instruksi Sir Geoffrey bila sesuatu terjadi padanya atau pada Perseus Fellini. Instruksinya mengarahkan saya naik kereta api ke New York dan dari New York naik Arcadia ke London. Saya tiba kemarin siang."
"Jadi Anda datang sejauh ini, Mr. Mackleworth, untuk urusan kehormatan"" aku agak terkesan.
"Bisa Anda katakan demikian, sir. Kami menilai tinggi loyalitas keluarga di bagian dunia saya. Tanah Sir Geoffrey, seperti yang Anda ketahui, dipakai membayar hutang-hutangnya. Tetapi b
agian perjalanan saya ini berhubungan dengan urusan priradi. Alasan saya mencari Anda berkaitan dengan hal itu. Saya yakin Sir Geoffrey dibunuh, Mr. Holmes. Seseorang memerasnya dan ia membicarakan "komitmen finansial". Surat-suratnya semakin lama semakin menunjukkan kegelisahannya dan sering berisi cerita melantur tentang kekhawatiranya bahwa takkan ada yang tertinggal untuk pewarisnya. Saya memberitahunya bahwa ia tak punya pewaris langsung dan sebaiknya ia berdamai dengan dirinya sendiri untuk masalah itu. Ia tampaknya tidak menerima yang saya katakan. Ia meminta saya membantunya. Dan ia minta agar saya menjaga rahasia. Saya sudah berjanji. Salah satu surat terakhir yang saya terima dari dia memberi tahu saya bahwa bila saya mendengar berita kematiannya, saya harus segera berlayar ke Inggris dan begitu tiba membawa tas berukuran besar ke Dahlia Gardens no 18, Willesden Green, London Barat Laut, dan memberikan bukti identitas saya, setelah itu saya akan bertanggung jawab atas barang yang sangat berharga bagi keluarga Macklesworth. Terlebih lagi saya harus bersumpah menjaga barang yang disebutkan tetap berada dalam kepemilikan keluarga selamanya.
"Saya menjanjikan hal ini dan hanya beberapa bulan kemudian saya membaca berita perampokan di surat kabar Galveston. Tak lama kemudian, berita itu diikuti kisah bunuh diri Sir Geoffrey yang malang. Tak ada yang bisa saya lakukan, Mr. Holmes, kecuali mengikuti instruksinya, seperti yang sudah saya janjikan akan saya lakukan. Bagaimanapun, saya menjadi yakin bahwa Sir Geoffrey jarang berpikiran waras pada akhir hidupnya. Saya curiga ia takut dibunuh. Ia membicarakan orang-orang yang mau melakukan apa pun untuk memiliki Perak Fellini. Ia tak peduli sisa tanahnya dihipotekkan hingga habis atau ia akan meninggal, secara efektif, sebagai pengemis. Patung Perak itu bernilai sangat penting. Itulah mengapa saya curiga perampokan dan pembunuhannya berhubungan."
"Tapi keputusannya adalah bunuh diri," kataku. "Sebuah surat ditemukan. Koroner merasa
puas." "Surat itu tertutup darah, bukan"" Holmes bergumam dari tempatnya duduk bersandar di kursi, jari-jarinya bersatu di atas dagu.
"Saya dengar itulah yang terjadi, Mr. Holmes. Tetapi karena tak dicurigai adanya permainan kotor, tak ada penyelidikan yang dilakukan."
"Begitu. Tolong lanjutkan, Mr. Macklesworth."
"Yah, tuan-tuan, saya hanya perlu menambahkan sedikit. Saya hanya memiliki kecurigaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang salah. Saya tak ingin ambil bagian dalam kejahatan, ataupun menahan informasi yang berharga dari polisi, tetapi saya terikat janji untuk memenuhi sumpah saya pada sepupu saya. Saya datang pada Anda bukan untuk meminta Anda memecahkan suatu kejahatan, tetapi untuk menenangkan pikiran saya bila tak ada kejahatan yang dilakukan."
"Suatu kejahatan sudah dilakukan, bila Sir Geoffrey mengumumkan perampokan yang tak pernah terjadi. Tetapi itu bukan kejahatan besar, saya setuju. Apa khususnya yang Anda inginkan dari kami, Mr. Macklesworth""
"Saya harap Anda atau Dr. Watson bisa menemani saya ke alamat itu-karena berbagai alasan yang jelas. Saya orang yang taat hukum, Mr. Holmes, dan ingin tetap begitu. Namun sekali lagi, pertimbangan kehormatan . . ."
"Memang begitu," potong Holmes. "Sekarang, Mr. Mackelsworth, beritahu kami apa yang Anda temukan di Dahlia Gardens 18, Willesden!"
"Yah, tempat itu adalah sebuah rumah yang agak kumuh dengan model yang sama sekali tak saya kenal. Semua rumah berdesak-desakan sepanjang sebuah jalan kecil sekitar seperempat mil dari stasiun. Sama sekali bukan yang saya harapkan. Nomor 18 lebih kumuh daripada yang lain-secara keseluruhan merupakan tempat yang memelas, dengan cat mengelupas, halaman yang rumputnya terlalu tinggi, tong sampah yang kelebihan isi dan semua hal yang Anda harapkan Anda lihat di Bagian Timur New York, bukan di pinggiran kota London.
"Sekalipun demikian, saya menemukan pengetuk pintu kotor dan menggedor pintu hingga dibukakan oleh seorang wanita yang secara mengejutkan menarik dari yang harus saya gambarkan sebagai daya tarik peranakan Negro. Seorang wanit
a besar pula, dengan jari-jari panjang tetapi herannya dimanikur dengan baik. Memang, penampilannya tak bercacat, sangat kontras dengan lingkungannya. Ia sudah menunggu saya. Namanya adalah Mrs. Gallibasta. Saya langsung mengenal nama itu. Sir Geoffrey sudah sering membicarakan wanita ini, dengan nada sayang dan percaya yang cukup besar. Ia, kata wanita itu pada saya, dulunya adalah pengurus rumah Sir Geoffrey. Ia memerintahkan wanita itu, sebelum meninggal, untuk melakukan tindakan setia terakhir baginya. Hasilnya, wanita itu menyerahkan selembar surat yang ditulis Sir Geoffrey. Inilah dia, Mr. Holmes."
Ia mengulurkan tangan dan memberikannya pada temanku yang mempelajarinya dengan cermat. "Anda mengenali tulisan tangan ini, tentu saja"" Orang Amerika itu tidak ragu-ragu. "Ini adalah tulisan berkelok-kelok, sedikit tak konsisten, dan maskulin yang saya kenali. Seperti yang bisa Anda lihat, surat itu mengatakan bahwa saya harus menerima warisan keluarga dari Mrs. Gallibasta dan, secara rahasia, membawanya ke Amerika, tempat benda itu harus tetap dalam pengawasan saya hingga suatu waktu ketika sepupu Mackelsworth yang "hilang" ditemukan. Bila ia punya pewaris laki-laki, benda itu harus diberikan pada salah satu dari mereka, terserah penilaian saya. Bila tak ada pewaris laki-laki yang ditemukan, benda itu harus diberikan pada salah satu putri saya-saya tak punya putra yang hidup, dengan syarat mereka menambahkan nama Mackelsworth di belakang nama mereka. Saya tahu, Mr. Holmes, bahwa hingga titik tertentu saya melanggar janji saya. Tetapi saya sedikit sekali mengenal masyarakat dan kebiasaan Inggris. Saya punya rasa kekeluargaan yang kuat dan dulunya tidak tahu bahwa saya berhubungan dengan garis keturunan yang begitu terkenal hingga Sir Geoffrey menulis dan memberi tahu saya. Walaupun kami hanya berkorespondensi, saya merasa berkewajiban melaksanakan permintaan terakhirnya. Bagaimana pun, saya tidak begitu bodohnya sehingga percaya saya benar-benar tahu apa yang saya lakukan dan saya membutuhkan bimbingan. Saya ingin meyakinkan diri saya bahwa hal ini tidak melibatkan permainan kotor dan saya tahu bahwa, dari semua manusia di Inggris, Anda takkan membongkar rahasia saya."
"Saya merasa tersanjung dengan anggapan Anda, Mr. Macklesworth. Tolong, bisakah Anda memberi tahu saya tanggal surat terakhir yang Anda terima dari Sir Geoffrey""
"Surat itu tak bertanggal, tetapi saya ingat cap posnya. Saat itu tanggal lima belas bulan Juni tahun ini."
"Begitu. Dan tanggal kematian Sir Geoffrey""
"Tanggal tiga belas. Kurasa ia mengirimkan surat itu sebelum kematiannya tetapi tak diambil hingga setelah itu."
"Asumsi yang masuk akal. Dan kata Anda, Anda sangat mengenal baik tulisan tangan Sir Geoffrey."
"Kami berkorespondensi selama beberapa tahun, Mr. Holmes. Tulisan itu identik. Tak ada pemalsu, betapa pun cerdiknya, bisa membuat keistimewaan itu, jarak-jarak tak terprediksi ke kata-kata yang hampir tak terbaca itu. Tetapi biasanya tulisan tangannya bagus, tebal, dan istimewa. Ini bukan pemalsuan, Mr. Holmes. Dan begitu pula surat yang ditinggalkannya dengan pengurus rumah tangganya."
"Tapi Anda tak pernah bertemu Sir Geoffrey""
"Sayangnya, tidak. Ia beberapa kali berkata akan datang ke ranch kami di Texas, tetapi saya yakin ada urusan lain menyita perhatiannya."
"Memang, saya mengenalnya sebentar beberapa tahun lalu, ketika kami tergabung dalam klub yang sama. Ia orang bertipe artistik, menyenangi lukisan Jepang dan perabotan Spanyol. Seorang pria yang ramah, suka linglung, agak malu-malu. Nyata sekali berwatak lembut. Terlalu baik untuk dunia ini, seperti yang biasa kami katakan."
"Kapan itu terjadi, Mr. Holmes"" Tamu kami mengajukan badannya, menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
"Oh, sekitar dua puluh tahun lalu, ketika saya baru mulai berpraktek. Waktu itu saya bisa menunjukkan bukti dalam sebuah kasus yang melibatkan seorang teman mudanya yang mengalami kesulitan. Ia cukup bermurah hati untuk percaya bahwa saya telah mampu mengembalikan orang yang baik ke jalan yang lebih baik. Saya ingat ia sering menunjukkan perhati
an murni akan nasib sesamanya. Ia tetap membujang, sepengetahuan saya. Saya prihatin mendengar perampokan itu. Dan kemudian pria malang itu bunuh diri. Saya agak terkejut, tetapi tak ada kecurigaan akan permainan kotor, dan waktu itu saya terlibat dalam masalah yang agak rumit. Pria model lama yang bertipe baik hati. Pelindung banyak artis muda melarat. Senilah, saya simpulkan, yang mengurangi kekayaannya dalam jumlah besar."
"Ia tak banyak membicarakan seni dengan saya, Mr. Holmes. Saya khawatir ia sudah banyak berubah selama tahun-tahun yang lewat. Pria yang saya kenal semakin lama semakin gugup dan jatuh dalam kekhawatiran yang tampak agak tak rasional. Untuk meredakan kekhawatirannya inilah saya setuju melaksanakan permintaannya. Lagi pula, saya adalah keturunan terakhir Mackelsworth dan wajib menerima tanggung jawab tertentu. Saya mendapat kehormatan, Mr. Holmes, karena tanggung jawab itu, tetapi terganggu oleh apa yang diminta dari saya."
"Anda jelas orang yang mempunyai akal sehat berbobot, Mr. Mackelsworth, dan juga orang yang menjunjung tinggi kehormatan. Saya sangat bersimpati dengan kesulitan Anda. Anda benar datang pada kami dan kami akan sebisa mungkin membantu Anda!"
Kelegaan di wajah orang Amerika itu terlihat nyata. "Terima kasih, Mr. Holmes. Terima kasih, Dokter Watson. Saya rasa saya sekarang bisa bertindak dengan koheren."
"Saya rasa, Sir Geoffrey sudah pernah menyebutkan pengurus rumah tangganya""
"Memang, sir, dalam kalimat berbunga-bunga. Wanita itu bekerja padanya sejak lima tahun lalu dan telah bekerja keras menata urusannya. Bila bukan karena wanita itu, katanya, ia akan menghadapi pengadilan kebangkrutan lebih cepat. Bahkan, ia berbicara begitu hangat tentang wanita itu sehingga saya akui saya pernah berpikir-yah, sir, bahwa mereka . . ."
"Saya mengerti maksud Anda, Mr. Mackelsworth. Mungkin juga itu menjelaskan mengapa sepupu Anda tak pernah menikah. Tak ragu lagi perbedaan kelas yang ada tak dapat dijembatani, bila dugaan kita itu benar."
"Saya tak ingin menodai nama saudara saya, Mr. Holmes."
"Tapi kita harus memandang masalah ini dengan realistis, saya kira." Holmes memberi isyarat dengan jari-jarinya yang panjang. "Saya ingin tahu apakah kami diperbolehkan melihat patung yang Anda ambil hari ini""
"Tentu, sir. Saya khawatir koran yang membungkusnya sudah longgar di sana-sini-" "Dan dengan cara itulah saya mengenali hasil karya Fellini," kata Holmes, wajahnya menjadi hampir membayangkan kegembiraan hati saat patung luar biasa itu diperlihatkan. Ia menjulurkan tangan untuk mengeluskan jari-jarinya di atas pahatan otot yang bisa dianggap miniatur tubuh manusia, saking sempurnanya. Bahan peraknya sendiri hidup oleh energi dari dalam dan lapisan emasnya, batu-batu berharganya, semua itu menyumbangkan kesan amat sangat indah pada Perseus, sebatang pedang berdarah di satu tangan, perisainya terpasang di lengan, memegang tinggi-tinggi sebuah kepala berambut ular yang menatap kami lewat mata safir dan mengancam akan mengubah kami menjadi batu!
"Jelas mengapa Sir Geoffrey, yang cita rasanya begitu tinggi, ingin benda ini tetap dalam keluarga," kataku. "Sekarang saya mengerti mengapa ia menjadi begitu terobsesi menjelang akhir hidupnya. Namun saya pikir ia bisa saja mewariskannya pada sebuah museum-atau dijadikan sumbangan-daripada melakukan usaha merepotkan untuk merawatnya. Ini benda yang layak dilihat masyarakat umum."
"Saya sepenuhnya setuju dengan Anda, sir. Itulah mengapa saya berniat membangun sebuah ruang pameran khusus untuk patung ini di Galveston. Tetapi hingga saat itu, saya diperingatkan oleh Sir Geoffrey dan Mrs. Gallibasta, bahwa berita keberadaan patung itu akan membawa masalah besar- dari polisi dan dari pencuri lain yang mendambakan barang, yang mungkin merupakan satu-satunya contoh terbaik karya perak Renaissance Florentine. Benda ini pasti berharga ribuan dollar!
"Saya berniat mengasuransikannya untuk sejuta dollar, setiba saya di rumah," orang Texas itu menawarkan diri.
"Mungkin Anda mau mempercayakan patung itu bersama kami untuk malam ini dan hingga besok malam"" ta
nya Holmes pada tamu kami.
"Yah, sir, seperti yang Anda tahu saya seharusnya naik Arcadia kembali ke New York. Kapal itu berlayar besok malam dari Tilbury. Kapal itu adalah satu dari sedikit kapal uap sekelasnya yang meninggalkan London. Bila saya tunda, saya harus kembali lewat Liverpool."
"Tapi Anda sudah siap untuk melakukan hal itu, bila perlu""
"Saya tak bisa pergi tanpa patung Perak itu, Mr. Holmes. Karena itu, sementara benda itu berada dalam tangan Anda, saya akan harus tinggal." John Mackelsworth tersenyum singkat dan mengedip samar pada kami. "Lagi pula, saya harus mengatakan bahwa misteri kematian sepupu saya lebih memprihatinkan daripada misteri permintaan terakhirnya."
"Sempurna, Mr. Mackelsworth. Saya lihat kita berpikiran sama. Akan menyenangkan bisa menggunakan semua bakat yang saya miliki untuk Anda. Sir Geoffrey tinggal di Oxfordshire, seperti yang saya ingat."
"Sekitar sepuluh mil dari Oxford sendiri, katanya. Dekat sebuah desa pasar kecil yang menyenangkan yang bernama Witney. Rumah itu dikenal sebagai Manor Lama Cogges dan pernah menjadi pusat sebuah perkebunan berukuran besar, termasuk sebuah ladang aktif. Tetapi tanah itu dijual dan sekarang hanya rumah dan halamannya yang tinggal. Semua itu, tentu saja, juga dijual oleh kreditur sepupu saya. Mrs. Gallibasta berkata ia tak percaya tempat itu perlu waktu lama sebelum dibeli orang. Dusun kecil terdekat adalah High Cogges. Stasiun kereta api terdekat adalah di South Leigh, sekitar satu mil jauhnya. Saya tahu tempat itu seperti milik saya sendiri, Mr. Holmes, gambaran Sir Geoffrey regitu hidup."
"Memang! Omong-omong, apakah pada mulanya Anda yang mengontak beliau""
"Tidak sir! Sir Geoffrey punya minat dalam ilmu lambang dan garis keturunan. Dalam usahanya merunut jejak keturunan Sir Robert Mackelsworth, kakek kami bersama, ia menemukan nama saya dan menulis pada saya. Hingga waktu itu saya tak pernah berpikir bahwa saya berhubungan begitu dekat dengan aristokrat Inggris itu! Untuk sementara waktu Sir Geoffrey membicarakan agar saya mewarisi gelar itu-tapi saya seorang anggota partai republik yang taat. Kami tak terlalu senang dengan gelar dan semacamnya di Texas-kecuali bila gelar itu didapatkan sendiri!"
"Anda memberi tahu beliau bahwa Anda tak tertarik mewarisi gelarnya""
"Saya tak ingin mewarisi apa pun, sir." John Mackelsworth bangkit untuk pergi. "Saya hanya menikmati korespondensi itu. Saya menjadi khawatir ketika suratnya semakin lama semakin gelisah dan melantur dan ia mulai membicarakan bunuh diri."
"Namun Anda masih mencurigai adanya pembunuhan""
"Ya, sir. Saya menganggapnya sebagai insting akan kebenaran-atau imajinasi yang terlalu subur. Terserah pada Anda!"
"Saya mencurigai yang pertama, Mr. Mackelsworth. Saya akan menemui Anda lagi di sini besok malam. Hingga saat itu, selamat malam."
Kami berjabat tangan. "Selamat malam, tuan-tuan. Saya akan tidur enak malam ini, untuk pertama kalinya selama berbulan-bulan." Dan setelah berkata demikian tamu Texas kami pergi.
Apa pendapatmu tentang hal itu, Watson"" tanya Holmes, saat ia meraih pipa tanah liatnya yang berbatang panjang dan mengisinya dengan tembakau dari sandal yang dibawanya serta. "Apakah menurutmu Mr. Mackelsworth itu "barang asli" seperti yang biasa dikatakan teman senegara kita""
"Aku sangat terkesan, Holmes. Tetapi aku yakin ia tertipu sehingga melibatkan diri dalam sebuah petualangan yang, bila ia mematuhi insting jujurnya sendiri, takkan pernah ia pikirkan. Aku tak percaya Sir Geoffrey tepat seperti yang ia katakan tentang dirinya. Mungkin ia seperti adanya pada waktu kau mengenalnya, Holmes, tetapi sejak itu akhlaknya jelas merosot. Ia menyimpan kekasih peranakan Negro, terlibat hutang besar, dan kemudian merencanakan pencurian hartanya sendiri untuk menyelamatkan diri dari para kreditur. Ia melibatkan teman Texas kita yang terhormat, mengada-ada ikatan kekeluargaan karena tahu betapa pentingnya hal-hal semacam itu bagi orang Selatan. Kemudian, aku asumsikan, ia berkonspirasi dengan pengurus rumah tangganya untuk memalsukan kematiannya."
"Dan menyerahkan hartany
a pada sepupunya" Mengapa ia melakukan hal itu, Watson""
"Ia menggunakan Mackelsworth untuk membawanya ke Amerika, tempat ia berencana menjualnya."
"Karena ia tak ingin dihubungkan dengan benda itu, atau tertangkap membawa benda itu. Sedangkan Mr. Mackelsworth begitu tampak polos sehingga ia adalah orang yang tepat untuk membawa patung Perak itu ke Galveston. Nah, Watson, itu bukan teori yang buruk dan aku curiga banyak yang relevan."
"Tapi apakah kau tahu sesuatu yang lain""
"Sebetulnya hanya perasaan. Aku yakin Sir Geoffrey sudah meninggal. Aku membaca laporan koroner. Ia meledakkan kepalanya, Watson. Itulah mengapa ada begitu banyak darah dalam pesan terakhirnya. Bila ia merencanakan kejahatan, ia tidak tetap hidup untuk menyelesaikannya."
"Jadi pengurus rumah itu memutuskan untuk melanjutkan rencana""
"Hanya ada satu kelemahan, Watson. Sir Geoffrey tampaknya sudah mengantisipasi bunuh dirinya dan meninggalkan instruksi pada wanita itu. Mr. Mackelsworth mengidentifikasi tulisan tangannya. Aku membaca surat itu sendiri. Mr. Macklesworth sudah berkorespondensi dengan Sir Geoffrey selama bertahun-tahun. Ia mengkonfirmasikan bahwa surat itu jelas milik Sir Geoffrey."
"Jadi pengurus rumah itu juga tak bersalah. Kita harus mencari orang ketiga."
"Kita harus melakukan ekspedisi ke pedesaan, Watson." Holmes sudah membuka Bradshawnya.
"Ada kereta dari Paddington besok pagi yang mencakup pertukaran kereta di Oxford dan membawa kita ke South Leigh sebelum makan siang. Dapatkah pasienmu menolak godaan untuk menjadi seorang ibu selama sehari dua, Watson""
"Untungnya ada indikasi kuat bahwa ia bertekad menikmati sebuah persalinan yang lambat."
"Bagus, kalau begitu besok pagi kita akan menyenangkan hati Mrs. Hudson dengan mencicipi udara segar dan makanan sederhana pedesaan Inggris."
Setelah berkata demikian, temanku yang bersemangat tinggi karena melihat kemungkinan bisa mencurahkan otak sempurna itu untuk sesuatu yang layak, bersandar di kursinya, mengisap pipa dalam-dalam, dan menutup matanya.
Kami tak mungkin memilih hari yang lebih baik lagi untuk ekspedisi kami. Walaupun masih hangat, udara terasa sejuk segar dan bahkan sebelum kami mencapai Oxford, kami bisa mencium kesempurnaan nikmat awal musim gugur Inggris. Di mana-mana jagung dipanen dan pagar-pagar tanaman penuh warna. Ilalang dan batu tulis meluncur melewati jendela kami yang menampakkan yang terbaik di Inggris yang telah dibangun penduduknya menjadi bukit-bukit lahan alami dan ditanami dengan mata yang bernaluri kecantikan dan kepraktisan. Inilah yang kurindukan di Afghanistan dan yang dirindukan Holmes di Tibet, ketika ia mempelajari begitu banyak hal di depan kaki Sang Lama sendiri. Tak ada yang pernah bisa menggantikan, menurut pendapatku, kekayaan dan keanekaragaman pemandangan desa tipikal Inggris.
Tak lama kemudian kami sudah berada di stasiun South Leigh dan berhasil menyewa sebuah kereta poni yang kami pakai untuk berkendara sepanjang jalan ke High Cogges. Kami mengendarai kereta melalui jalan-jalan berkelok, di antara semak-semak tinggi, menikmati kedamaian lembab suatu hari yang ketenangannya hanya dipecahkan oleh suara kicau burung dan lenguhan rendah sapi.
Kami berkendara melalui dusun kecil itu, yang dilayani oleh sebuah gereja Normandia dan sebuah toko kelontong yang juga bertindak sebagai kantor pos lokal. High Cogges sendiri dapat dicapai melalui sebuah jalur kasar, sedikit lebih baik daripada jalur pertanian yang mengarah ke pondok-pondok pertanian indah dengan atap bertambal, yang tampaknya sudah ada di sana sejak permulaan jaman dan penuh ditutupi mawar dan kamperfuli lebat, sebuah rumah modern yang agak vulgar yang oleh pemiliknya sudah dilakukan sejumlah penambahan besar sesuai cita rasa populer masa itu, sebuah rumah pertanian dan bangunan luar dari batu lokal yang hangat yang tampaknya tumbuh dari latar belakang itu sama wajarnya seperti tanaman berduri dan anggrek di baliknya, dan kemudian kami tiba di depan gerbang terkunci Manor Tua Cogges yang memiliki atmosfir rumah terlantar. Bagiku tampaknya bertahun-tahun sudah lewat sejak
tempat itu dipelihara dengan baik.
Sesuai wataknya, temanku mulai menjelajah dan segera menemukan lubang di dinding dan lewat lubang itu kami bisa menerobos masuk untuk menjelajahi pekarangannya. Pekarangan itu hanya sedikit lebih besar dari halaman rumput berukuran luas, beberapa semak-semak dan rumah kaca yang bobrok, sebuah kandang kuda yang terlantar, berbagai gudang lain, dan sebuah bengkel yang anehnya dalam keadaan rapi. Ini, Holmes memberitahuku, adalah tempat Sir Geoffrey meninggal. Tempat itu sudah dibersihkan dengan teliti. Sir Geoffrey meletakkan pistolnya di posisi yang buruk dan menembak dirinya sendiri lewat mulut. Pada pemeriksaan, pengurus rumahnya, yang jelas mengabdi padanya, membicarakan kekhawatiran Sir Geoffrey tentang uang, ketakutan beliau bahwa ia telah mencoreng nama keluarga. Surat yang ditulis dengan tulisan cakar ayam basah oleh darah dan hanya sebagian yang bisa dibaca, tetapi jelas itu tulisan Sir Geoffrey.
"Kaulihat, tak ada petunjuk adanya permainan kotor, Watson. Semua orang tahu Sir Geoffrey bergaya hidup Bohemian sampai kemudian ia tinggal di sini. Ia telah membuang-buang kekayaan keluarga, sebagian besar pada artis dan karya-karya mereka. Tak ragu lagi beberapa dari lukisan modernnya akan jadi berharga, paling tidak bagi seseorang, tetapi saat ini para artis yang ia lindungi belum menghasilkan nilai materi. Aku punya kesan, separuh warga Cafe Royal bergantung pada jutaan uang Mackelsworth hingga akhirnya uang itu habis. Aku juga yakin bahwa pikiran Sir Geoffrey kacau selama tahun-tahun terakhirnya, atau tertekan. Mungkin keduanya. Kupikir kita harus bersusah payah menanyai Mrs. Gallibasta. Namun, pertama-tama, mari mengunjungi kantor pos-sumber segala kebijaksanaan di komunitas kecil ini."
Toko kelontong yang merangkap kantor pos itu adalah sebuah pondok beratap jerami yang diubah, dengan sebuah pagar tiang pancang putih dan hiasan bunga-bunga September yang muncul lebih awal yang tidak akan pada tempatnya dalam sebuah lukisan. Di naungan sejuk toko itu, penuh oleh semua barang yang mungkin dibutuhkan seorang penduduk lokal, dari buku-buku hingga permen lunak, kami disambut oleh wanita pemilik toko yang namanya sudah kami baca di pintu masuk.
Mrs. Beck adalah seorang wanita gemuk berwajah merah muda yang mengenakan baju sederhana dan sebuah celemek berkanji, dengan mata penuh humor dan mulut agak mengerucut yang menyiratkan konflik antara kehangatan alami dan sedikit temperamen suka mengecam. Memang tepat, inilah yang kami temukan. Ia mengenal Sir Geoffrey dan Mrs. Gallibasta. Ia berhubungan baik dengan sejumlah pembantu, katanya, walaupun mereka pergi satu demi satu tanpa ada penggantinya.
"Ada gosip, tuan-tuan, bahwa pria malang itu hampir melarat dan tak bisa membayar pembantu baru. Tetapi ia tak pernah terlambat membayar gaji dan mereka yang bekerja padanya cukup setia. Terutama pengurus rumahnya. Ia bersikap aneh, jenis yang menjaga jarak, tetapi tak ada keraguan bahwa ia mengurus Sir Geoffrey dengan baik dan karena prospek Sir Geoffrey sudah diketahui, pengurus rumah itu tampaknya tidak berkeliaran menunggu uangnya."
"Tapi Anda tidak senang pada wanita itu"" gumam Holmes, matanya mempelajari iklan sebuah permen.
"Saya akui saya menganggapnya sedikit aneh, sir. Ia wanita asing, Spanyol, saya kira. Bukan tampang gipsinya yang mengganggu saya, tetapi saya tak pernah bisa akur dengannya. Ia selalu sangat sopan dan menyenangkan bila bercakap-cakap. Saya melihatnya hampir setiap hari pula-walaupun tak pernah di gereja. Ia datang ke mari untuk membeli segala macam keperluan kecil yang mereka butuhkan. Ia selalu membayar tunai dan tak pernah ingin berhutang. Walaupun saya tak menyukainya, tampaknya ia menyokong Sir Geoffrey, bukan sebaliknya. Beberapa orang berkata ia mudah marah dan pernah sekali memukulkan sebuah alat penggaruk pada seorang pembantu pelayan laki-laki, tetapi saya tak melihat buktinya. Ia menghabiskan beberapa menit bercakap-cakap dengan saya, kadang-kadang membeli surat kabar, mengumpulkan surat yang ada dan berjalan kembali ke jalan setapak ke manor. Hujan at
au tidak, sir, ia akan datang. Ia seorang wanita yang besar dan sehat. Ia akan bercanda betapa merepotkannya itu semua, Sir Geoffrey dan tanahnya, tetapi ia tampaknya tak peduli. Saya hanya tahu satu hal aneh tentang wanita itu. Bila ia sakit tak peduli seberapa parahnya, ia selalu menolak pergi ke dokter. Ia takut secara membuta terhadap profesi medis, sir. Usul untuk memanggil Dr. Saphiro akan membuatnya menjerit berkeras bahwa ia tak memerlukan "gergaji tulang". Dalam segi lain, ia adalah segala sesuatu yang dibutuhkan Sir Geoffrey, pria itu begitu lembut, aneh, dan kepalanya di awang-awang. Ia sudah seperti itu sejak masih kecil."
"Tapi berubah menjadi ketakutan dan pemikiran rak rasional, saya dengar""
"Sejauh yang saya perhatikan tidak begitu, sir. Ia tampaknya tak pernah berubah. Wanita itulah yang lucu. Walaupun Sir Geoffrey tinggal di rumah selama beberapa tahun terakhir dan saya hanya melihatnya sekali-sekali. Tetapi ketika saya melihatnya ia tetap seceria biasanya."
"Itu sangat menarik, Mrs. Beck. Saya berterima kasih pada Anda. Saya rasa saya akan membeli seperempat pound permen peppermint keras terbaik Anda, bila Anda berkenan. Oh, saya lupa bertanya.
Apakah Anda ingat Sir Geoffrey menerima surat dari Amerika""
"Oh, ya, sir. Sering. Ia menunggu surat-surat itu, kata wanita itu. Saya ingat amplop dan prangkonya. Surat itu hampir merupakan satu-satunya korenspondensi regulernya."
"Dan Sir Geoffrey mengirimkan jawabannya dari sini""
"Saya takkan mengetahui hal itu, sir. Surat diambil dari sebuah kotak pilar dekat stasiun. Anda akan melihatnya, bila Anda kembali ke arah itu."
"Mrs. Gallibasta, saya yakin, telah meninggalkan lingkungan ini."
"Baru dua minggu yang lalu, sir. Putra saya membawakan kotak-kotaknya ke stasiun. Ia membawa semua miliknya. Putra saya menyebutkan betapa beratnya kopor-kopornya. Putra saya berkata bila ia tak menghadiri penguburan Sir Geoffrey it gereja St. James sendiri, ia akan mengira wanita itu membawa Sir Geoffrey dalam kopornya. Tolong maafkan kesembronoan itu, sir."
"Saya sangat berterima kasih pada Anda, Mrs. Beck." Detektif itu mengangkat topinya dan membungkuk. Aku mengenali suasana hati Holmes yang cepat, bergairah. Ia sekarang mendapat jejak dan telah mencium suatu bentuk buruan. Saat kami pergi, ia bergumam: "Aku harus mengunjungi 221b segera setelah kita kembali untuk mencari berkas-berkas dari awal karirku."
Saat aku mengemudikan bendi sado kembali ke stasiun, Holmes hampir tak mengucapkan satu kata pun lagi. Ia tenggelam dalam pikirannya sepanjang jalan kembali ke London. Aku terbiasa dengan suasana hati dan kebiasaan temanku dan puas dengan membiarkan otak cemerlang itu bekerja sendiri sementara aku mencurahkan perhatianku pada urusan dunia dalam terbitan pagi Telegraph.
Sir. Macklesworth bergabung dengan kami untuk minum teh sore itu. Mrs. Ackroyd menampilkan hasil karya terbaiknya dengan sandwich salmon asap dan mentimun, makanan kecil, roti dan kue-kue. Tehnya adalah teh Darjeeling favoritku, yang rasa halusnya paling tepat dinikmati pada waktu-waktu seperti ini di sore hari, dan bahkan Holmes berkomentar bahwa kami bagaikan tamu di Sinclair atau Grosvernor.
Ritual kami disaksikan oleh Patung Perak Fellini yang sangat bagus, yang, mungkin untuk mendapat pencahayaan terbaik, telah diletakkan Holmes di jendela ruang duduk kami, yang terbuka ke jalan. Saat itu seakan-akan kami minum teh dengan dihadiri seorang malaikat. Mr. Mackelsworth menyeimbangkan piringnya di atas lutut dengan ekspresi senang. "Saya sudah mendengar tentang upacara ini, tuan-tuan, tetapi tak pernah berharap bisa mengambil bagian dalam Upacara Minum Teh Sore dengan Mr. Sherlock Holmes dan Dokter Watson!"
"Memang, Anda tak melakukan hal itu, sir," kata Holmes lembut. "Ini kesalahpahaman biasa, kurasa, di antara sepupu Amerika kami bahwa teh sore dan siang adalah hal yang sama. Keduanya adalah hidangan yang berbeda, dinikmati pada saat-saat yang berbeda. Teh sore pada jaman saya hanya dinikmati pada jam belajar tertentu, dan merupakan makan malam panas yang dihidangkan awal. Makan malam ya
ng sama, disajikan di kamar anak-anak, akhir-akhir ini dikenal sebagai 'teh sore'. Teh siang, yang terdiri dari pilihan sandwich dingin konvensional, kadang-kadang dengan roti, krim beku dan selai strawberi, disantap orang dewasa, biasanya pada pukul empat. Teh sore, secara umum, disantap anak-anak pada pukul enam. Sosis selalu ada banyak pada sajian seperti itu saat saya masih muda." Holmes tampak menggeletar halus.
"Saya menerima koreksi dan instruksi, sir," kata orang Texas itu riang, dan melambaikan sebuah sandwich halus untuk menekankan perkataannya. Atas tindakan itu kami bertiga meledak tertawa- Holmes dalam caranya sendiri dan Mr. Macklesworth hampir dengan lega, bebas dari masalah berat yang ada dalam pikirannya.
"Apakah Anda menemukan petunjuk tentang misteri di High Cogges"" tamu kami ingin tahu.
"Oh, memang, Mr. Mackelsworth," kata Holmes, "ada satu dua hal yang harus saya verifikasi, tetapi saya rasa kasus ini sudah terpecahkan." Ia tergelak lagi, kali ini menertawakan ekspresi keheranan namun senang di wajah orang Amerika itu.
"Terpecahkan, Mr. Holmes""
"Terpecahkan, Mr. Macklesworth, tetapi bukan terbukti. Dokter Watson, seperti biasa, berkontribusi besar pada kesimpulan saya. Kaulah, Watson, yang mengusulkan motif untuk melibatkan tuan ini dalam sesuatu, yang aku yakin merupakan kejahatan yang mengerikan dan benar-benar berdarah dingin."
"Jadi saya benar, Mr. Holmes! Sir Geoffrey dibunuh!"
"Dibunuh atau didorong untuk bunuh diri, Mr. Macklesworth, itu hampir tak jelas." "Anda tahu pelakunya, sir""
"Saya yakin, ya. Tolong, Mr. Macklesworth," sekarang Holmes mengeluarkan selembar kertas yang menguning dari sebuah saku dalam, "maukah Anda melihat ini" Saya mengambilnya dari berkas saya pada perjalanan ke mari dan saya minta maaf karena kondisinya yang agak berdebu."
Dengan sedikit mengerutkan kening, pria Texas itu menerima kertas yang terlipat dan kemudian menggaruk kepala kebingungan, membaca keras-keras. "Holmes yang baik, terima kasih banyak atas bantuanmu yang murah hati dalam urusan belakangan ini sehubungan dengan teman pelukisku . . . Tak perlu saya katakan, saya selalu berhutang budi padamu. Dengan hormat . . . " Ia mengangkat kepala kebingungan. "Kertas surat ini tidak saya kenal, Mr. Holmes. Athenaeum pasti salah satu klub Anda. Tetapi tanda tangannya palsu."
"Saya pikir Anda akan menentukan demikian, sir," kata Holmes, mengambil kertas itu dari tamu kami. Bukannya menjadi terganggu oleh informasi itu, ia tampak puas. Aku bertanya-tanya seberapa jauh ke belakang akar kejahatan ini akan ditemukan. "Sekarang, sebelum saya menjelaskan lebih jauh, saya merasa perlu menunjukkan sesuatu. Saya bertanya-tanya apakah Anda mau berbaik hati menuliskan sepucuk surat pada Mrs. Gallibasta di Willesden. Saya ingin Anda memberi tahu wanita itu bahwa Anda telah merubah pikiran Anda untuk kembali ke Amerika Serikat dan memutuskan hendak tinggal di Inggris untuk sementara waktu. Sementara itu, Anda berniat meletakkan Patung Perak Fellini di sebuah lemari besi bank hingga Anda kembali ke Amerika Serikat, lalu Anda berpikir-pikir untuk mengambil nasehat hukum tentang apa yang harus dilakukan dengan patung itu."
"Bila saya melakukan hal itu, Mr. Holmes, saya akan tidak menghargai sumpah saya pada sepupu saya. Dan saya akan berbohong pada seorang wanita."
"Percayalah pada saya, Mr. Mackelsworth bila saya meyakinkan Anda, dengan seluruh penekanan, bahwa Anda takkan melanggar janji apa pun pada sepupu Anda dan Anda takkan berbohong pada seorang wanita. Bahkan, Anda akan memberikan bantuan penting bagi Sir Geoffrey Mackelsworth dan, saya harap, kedua negara besar kita, bila Anda mengikuti instruksi saya."
"Baiklah, Mr. Holmes," kata Mackelsworth, mengeraskan rahangnya dan mengambil ekspresi serius, "bila Anda berjanji demikian, saya siap melakukan apa pun yang Anda minta."
"Bagus sekali, Mackelsworth!" bibir Sherlock Holmes tertarik sedikit dari giginya, agak seperti seekor serigala yang melihat akhirnya buruannya menjadi mudah diserang. "Omong-omong, pernahkah Anda di negara Anda sendiri mendengar mahluk ber
nama 'Peter Kecil' atau kadang-kadang 'Pete Prancis"'
"Tentu saja. Pria itu subyek populer surat kabar sensasional dan masih tetap begitu hingga hari ini. Ia beroperasi di luar New Orleans sekitar satu dekade lalu. Jean 'Petit Pierre' Fromental. Orang itu semacam artis pertunjukkan. Ia separuh Arkadia, dan beberapa orang berkata, separuh Cree. Seorang pria kuat yang tampan. Ia terkenal karena serangkaian pembunuhan yang sangat kejam pada orang-orang terkemuka di kamar kecil gedung-gedung yang membuat Picayune terkenal. Seorang sekutu wanita juga terlibat. Ia dikatakan memancing pria-pria itu menuju kematian mereka. Fromental akhirnya ditangkap, tetapi wanita itu tak pernah tertangkap. Beberapa orang yakin wanita itulah yang menolongnya meloloskan diri ketika ia lari. Seingat saya, Mr. Holmes, Fromental tak pernah tertangkap. Bukankah ada bukti bahwa ia, pada akhirnya, dibunuh oleh seorang wanita" Apakah Anda mengira Fromental dan Sir Geoffrey, keduanya adalah korban pembunuh yang sama""
"Dalam beberapa hal, Mr. Mackelsworth. Seperti yang saya katakan, saya enggan menceritakan seluruh teori saya pada Anda hingga saya telah mengujinya. Tetapi kejahatan ini bukan pekerjaan seorang wanita, saya bisa yakinkan Anda. Maukah Anda melakukan yang saya minta""
"Percayalah pada saya, Mr. Holmes. Saya akan menyusun telegram itu sekarang."
Ketika Mr. Macklesworth telah meninggalkan ruangan kami, aku berpaling pada Holmes, mengharapkan sedikit pencerahan, tetapi ia sedang mengurus larutannya seakan-akan larutan itu adalah anaknya yang paling ia sayangi. Ekspresi di wajahnya sangat menggangguku. "Ayolah, Holmes, ini tak bisa dibiarkan! Kau berkata aku membantu memecahkan masalah, namun kau tak mau memberiku petunjuk penyelesaiannya. Mrs Gallibasta bukan pembunuh, namun kau berkata kemungkinan besar hal ini melibatkan pembunuhan. Teoriku-bahwa Sir Geoffrey menyuruh orang diam-diam membawa Patung itu ke luar dan kemudian bunuh diri sehingga ia takkan melakukan kejahatan, seperti yang akan dilakukannya bila ia bangkrut-tampaknya mengkonfirmasi hal ini. Tulisan tangannya mengidentifikasinya sebagai pengarang surat-surat yang mengklaim Mr. Macklesworth sebagai seorang saudara-Macklesworth tak ada urusannya dengan hal itu-dan kemudian tiba-tiba kau berbicara tentang seorang pelarian Louisiana yang terkenal sebagai 'Pierre Kecil', yang tampaknya adalah tertuduh utamamu hingga Mr. Macklesworth mengungkapkan bahwa ia sudah meninggal."
"Aku setuju denganmu, Watson, bahwa itu tampaknya membingungkan. Aku mengharapkan pencerahan malam ini. Apakah kau membawa revolvermu, teman lama""
"Aku tak punya kebiasaan membawa pistol ke mana-mana, Holmes."
Mendengar jawabanku, Sherlock Holmes menyeberangi ruangan dan mengeluarkan sebuah kotak sepatu besar yang juga dibawanya dari 221b siang itu. Dari dalam kotak itu ia mengeluarkan dua buah revolver Webley modern dan sekotak amunisi.
"Kita mungkin memerlukan ini untuk membela diri, Watson. Kita berurusan dengan seorang ahli kriminal yang cerdas. Orang cerdas yang sabar dan penuh perhitungan, yang telah merencanakan kejahatan ini selama bertahun-tahun dan sekarang yakin ada kemungkinan rencana itu digagalkan."
"Kau pikir Mrs. Gallibasta bersekongkol dengannya dan akan memperingatkannya ketika telegram itu tiba""
"Kita katakan begini saja, Watson, kita harus menunggu seorang tamu malam ini. Untuk itulah Patung Perak Fellini berdiri di jendela kita, untuk diketahui siapa pun yang mengenalnya dengan baik."
Aku berkata pada temanku bahwa pada usia dan keadaanku ini, aku mulai kehilangan kesabaran untuk permainan tebak-tebakan semacam ini, tetapi dengan enggan aku setuju untuk memposisikan diriku di tempat yang ditunjuknya dan, sambil menggenggam erat revolverku, bersiap-siap untuk malam itu.
Malam itu hampir sepengap siang hari dan aku mulai berharap aku tadi menolong diriku sendiri dengan mengenakan baju yang lebih tipis dan minum segelas air ketika aku mendengar sebuah suara gesekan aneh dari suatu tempat di jalan dan mengambil risiko melihat sekilas ke bawah dari tempat aku berdiri di belakang tirai.
Aku terkejut melihat sebuah sosok, yang tak menyadari adanya pengamat, namun sepenuhnya terlihat di bawah cahaya kuning lampu, memanjat batang merambat wisteria dengan cepat!
Dalam beberapa detik pria itu-karena sosok itu seorang pria, dan bertubuh raksasa-telah melepaskan sebuah pisau dari sabuknya dan sedang membuka gerendel jendela tempat Patung Perak Fellini masih berada. Yang bisa kulakukan adalah tetap berada pada posisiku. Aku khawatir pria itu akan meraih patung itu dan membawanya keluar bersama dirinya. Tetapi kemudian akal sehat memberitahuku bahwa, kecuali ia berencana menurunkannya lewat jendela, ia harus masuk dan mencoba keluar lewat tangga.
Perampok berani itu tetap tak menyadari pengamatnya, seakan tujuannya begitu memenuhi pikirannya sehingga ia tak menyadari hal-hal lain. Aku melihat wajahnya sekilas dalam cahaya lampu. Ia berambut hitam bergelombang yang diikat ke belakang dengan sebuah bandana, jenggot berumur dua hari di dagunya dan kulit gelap hampir seperti negro yang langsung kuduga bahwa ia bersaudara dengan Mrs. Gallibasta.
Kemudian ia mematahkan gerendel jendela dan aku mendengar nafasnya berdesis dari bibirnya saat ia mengangkat daun jendela dan menyelinap masuk.
Detik berikutnya, Holmes muncul dari tempat persembunyiannya dan mengarahkan revolver pada pria yang berpaling dengan mata membara seekor binatang yang terperangkap, pisau di tangan, mencari jalan keluar.
"Ada revolver penuh berisi yang mengarah pada kepalamu, bung," kata Holmes datar, "dan kau sebaiknya menjatuhkan pisau itu dan menyerah!"
Dengan geraman tanpa kata-kata, pendobrak itu melemparkan dirinya ke arah Patung Perak, menempatkan benda itu di antara dirinya dan pistol kami. "Tembak bila kau berani!" teriaknya. "Kau akan menghancurkan lebih dari sekedar kehidupanku yang tak berharga! Kau akan menghancurkan semua yang ingin kaulestarikan! Aku meremehkanmu, Macklesworth. Kupikir kau orang yang gampang ditipu-terpersona oleh gagasan bahwa kau bersaudara dengan seorang ksatria kerajaan, orang yang menyuratimu dengan akrab! Aku bekerja bertahun-tahun untuk menemukan semua yang bisa kudapatkan tentang dirimu. Kau tampak sempurna. Kau bersedia melakukan apa pun, selama hal itu digambarkan sebagai urusan kehormatan keluarga. Oh, betapa baik rencanaku! Betapa aku menahan diriku! Betapa sabarnya aku. Betapa mulianya semua tindakanku! Semua itu supaya suatu hari nanti aku bisa memiliki, bukan hanya uang Geoffrey yang bodoh itu, tetapi juga hartanya yang paling berharga! Aku mendapatkan cintanya-tapi aku menginginkan segala sesuatu yang ada!"
Saat itulah aku tiba-tiba menyadari apa yang diberitahukan Holmes padaku. Aku hampir terengah keras saat memahami kebenaran situasi itu!
Pada saat itu aku melihat sekelebat warna perak dan mendengar suara memuakkan logam menembus daging. Holmes terjatuh ke belakang, pistolnya jatuh dari tangannya dan dengan sebuah teriakan marah aku menembakkan revolverku sendiri, tanpa memperdulikan Fellini atau karya seninya, karena aku percaya temanku telah sekali lagi diambil dariku-kali ini di depan mataku.
Aku melihat Jean-Pierre Fromental, alias Linda Gallibasta, jatuh ke belakang, tangannya terangkat, dan menabrak jendela tempat tadi ia masuk. Dengan sebuah teriakan mengerikan ia terhuyung, mencambuk udara, kemudian jatuh ke kesunyian mengerikan.
Pada saat itu, pintu terbanting membuka dan masuklah John Mackelsworth, ditempel erat oleh teman lama kami, Inspektur Lestrade, Mrs. Beck dan satu dua penyewa Dorset Street no 2.
"Tak apa-apa, Watson," aku mendengar Holmes berkata, sedikit lemah. "Hanya luka daging. Aku yang bodoh karena tak memikirkan bahwa ia bisa melempar pisau Bowie! Turunlah, Lestrade, dan lihat apa yang bisa Anda lakukan. Saya tadinya berharap bisa menangkapnya hidup-hidup. Mungkin itu satu-satunya jalan kita bisa menemukan uang yang ia curi dari pengayomnya selama bertahun-tahun. Selamat malam, Mr. Mackelsworth. Saya tadinya berharap bisa meyakinkan Anda tentang solusi saya, tetapi saya tak mengharapkan begitu banyak luka selama pertunjukan." Senyumnya lemah dan matanya dipenuhi ra
sa sakit. Untungnya, aku bisa mencapai temanku sebelum ia jatuh dalam pelukanku dan membiarkan aku membimbingnya ke sebuah kursi, tempat aku memeriksa luka itu. Pisau itu menancap di bahunya, dan seperti yang diketahui Holmes, tak menimbulkan kerusakan permanen, tetapi aku tidak iri dengan ketidaknyamanan yang dideritanya.
Macklesworth yang malang benar-benar tercenung. Seluruh gagasannya tentang semua yang terjadi kacau balau dan ia sukar mencerna segalanya. Setelah membasuh luka Holmes, aku menyuruh Macklesworth duduk sementara aku mengambilkan segelas brendi bagi semua orang. Orang Amerika itu dan aku sendiri hendak meledak ingin mengetahui semua yang disimpulkan Holmes, tetapi kami menahan diri hingga temanku itu keadaannya lebih kuat. Namun, sekarang setelah shock awal selesai, ia bersemangat tinggi dan sangat geli melihat ekspresi kami.
"Penjelasanmu cemerlang, Watson, dan menyentuh kebenaran, tetapi aku takut bukan itu jawabannya. Bila kau mau berbaik hati melihat ke saku dalam jaketku, kau akan menemukan dua potong kertas di sana. Maukah kau berbaik hati menariknya keluar sehingga kita semua bisa melihatnya""
Kulakukan seperti yang disuruh temanku. Satu pucuk berisi surat terakhir yang ditulis Sir Geoffrey pada John Macklesworth dan, nyata-nyata, ditinggalkan pada Mrs. Gallibasta. Yang satunya, jauh lebih tua, berisi surat yang dibaca John Macklesworth tadi. Walaupun ada sedikit kesamaan dalam tulisan tangan itu, keduanya jelas ditulis orang yang berbeda.
"Anda berkata ini pemalsuan," kata Holmes, memegang surat di tangan kirinya, "tapi sayangnya bukan. Ini mungkin satu-satunya contoh tulisan tangan Sir Geoffrey yang pernah Anda lihat, Mr. Macklesworth."
"Maksud Anda ia mendiktekan segalanya pada -pada iblis itu""
"Saya ragu, Mr. Macklesworth, bahwa orang yang senama dengan Anda itu pernah mengetahui keberadaan Anda."
"Ia tak mungkin menulis pada orang yang tak pernah dikenalnya, Mr. Holmes!"
"Hubungan surat menyurat Anda, tuan yang baik, sama sekali bukan dengan Sir Geoffrey, tetapi dengan orang yang tergeletak di trotoar di bawah sana. Namanya, seperti yang sudah disimpulkan Dokter Watson, adalah Jean-Pierre Fromental. Saya yakin ia terbang ke Inggris setelah pembunuhan Picayune dan berbaur dengan kelompok Bohemian yang mengelilingi Lord Alfred Douglas dan lain-lain, dan akhirnya menemukan tipe korban penipuan yang tepat seperti yang ia cari. Mungkin sekali ia mempertahankan identitasnya sebagai Linda Gallibasta selama itu. Tentunya itu akan menjelaskan mengapa ia takut diperiksa seorang dokter-kau ingat kata-kata wanita tukang pos. Sukar diketahui apakah ia berpakaian sebagai seorang wanita secara permanen-bagaimanapun juga, itu adalah cara ia memancing korban-korbannya di Lousiana menuju kematian mereka-dan apakah Sir Geoffrey tahu banyak tentang dirinya, tetapi jelas ia membuat dirinya sangat berharga bagi tuannya dan bisa, sedikit demi sedikit, menggerogoti sisa-sisa kekayaan Mackelsworth. Tetapi apa yang benar-benar diidamkannya, adalah Patung Perak Fellini, dan saat itulah ia menentukan arah tindakan yang menghasilkan penipuan penuh perhitungan pada Anda, Mr. Mackelsworth. Ia membutuhkan sebuah nama yang sama yang tinggal tak jauh dari New Orleans. Sebagai pengaman tambahan ia menciptakan sepupu lain. Dengan cara sederhana, menulis surat pada Anda dengan menggunakan kertas tulis Sir Geoffrey, ia membangun seluruh rangkaian kebohongan, yang masing-masing tampaknya menguatkan yang lain. Karena, sebagai Linda Gallibasta, ia selalu mengambil surat, sehingga Sir Geoffrey tak pernah sekalipun menyadari penipuan itu."
Giliran John Macklesworth yang tiba-tiba terduduk saat kesadarannya timbul. "Demi Tuhan, Mr. Holmes. Sekarang saya mengerti!"
"Fromental menginginkan Patung Perak Fellini. Ia menjadi terobsesi dengan gagasan memilikinya. Tetapi ia tahu bahwa bila ia mencurinya, kecil kemungkinannya ia akan pernah bisa membawa patung itu keluar dari negara ini. Ia membutuhkan seseorang yang bisa ditipu. Orang itu Anda, Mr. Mackelsworth. Saya menyesal Anda mungkin bukan sepupu orang yang terbunuh itu. Sir
Geoffrey pun tidak mengkhawatirkan Patung peraknya. Ia tampaknya cukup menerima kemiskinannya dan sudah sejak lama memastikan supaya Patung Perak Fellini tetap berada dalam warisan keluarganya atau untuk umum selama-lamanya. Sehubungan dengan Patung itu, ia dilindungi dari segala hutang oleh sebuah perjanjian khusus dengan Parlemen. Patung itu tak pernah terancam diberikan pada kreditur. Tentu saja, dalam kondisi seperti itu, tak ada cara bagi Fromental untuk bisa mendapatkan Patung itu bagi dirinya sendiri. Pertama-tama ia harus merancang sebuah perampokan-dan kemudian sebuah pembunuhan, yang terlihat seperti konsekuensi perampokan itu. Surat bunuh diri itu palsu, tetapi sukar dibaca. Rencana Fromental adalah menggunakan kejujuran dan kesopanan Anda, Mr. Macklesworth, untuk membawa Patung itu ke Amerika. Kemudian ia berencana untuk mengambilnya dari Anda dengan segala cara yang dianggapnya perlu."
Macklesworth gemetar. "Saya sangat senang saya menemukan Anda, Mr. Holmes. Bila saya tidak secara kebetulan memilih menyewa kamar di Dorset Street, bahkan pada saat ini saya akan sedang berkonspirasi untuk mewujudkan keinginan penjahat itu!"
"Tampaknya, begitu pula Sir Geoffrey. Selama bertahun-tahun ia mempercayai Fromental. Sir Geoffrey tampaknya memuja Fromental, memang. Ia buta terhadap fakta bahwa tanahnya sedang dilucuti dari sisa asetnya. Ia menyalahkan segalanya pada penilaian buruknya dan berterima kasih pada Fromental karena membantunya! Tentu saja, Fromental tak mendapat kesulitan untuk membunuh Sir Geoffrey ketika waktunya tiba. Hal itu pasti amat sangat sederhana. Surat bunuh diri itu adalah satu-satunya pemalsuan, dalam kasus ini, tuan-tuan. Kecuali, tentu saja, bila Anda menghitung pembunuh itu sendiri."
Sekali lagi, dunia dibuat menjadi tempat yang lebih aman dan waras oleh kekuatan pengambilan kesimpulan yang mengagumkan milik temanku Sherlock Holmes.
CATATAN TAMBAHAN Dan itulah akhir petualangan Dorset Street. Patung Perak Fellini diambil oleh Museum Victoria and Albert yang, selama beberapa tahun, menyimpannya di Sayap Gedung "Mackelsworth" khusus sebelum patung itu dipindahkan, dengan persetujuan, ke Museum Sir John Soane. Di sana nama Macklesworth terus hidup. John Macklesworth kembali ke Amerika menjadi orang yang lebih miskin dan bijaksana. Fromental meninggal di rumah sakit, tanpa mengungkapkan letak harta curiannya, tetapi untungnya, sebuah buku bank ditemukan di Willesden dan uangnya dibagikan di antara kreditur Sir Geoffrey, sehingga rumah itu tak perlu dijual. Rumah itu sekarang dimiliki oleh seorang sepupu Macklesworth asli. Hidup segera kembali berjalan normal dan dengan sedikit menyesal kami akhirnya meninggalkan Dorset Street untuk sekali lagi tinggal di 221b. Aku sering, bahkan pada hari ini, melewati rumah menyenangkan itu dan mengenang nostalgia beberapa hari ketika rumah itu menjadi fokus sebuah petualangan luar biasa.
Pdf: www.Sherlocked.org Tamu Dari Gurun Pasir 12 Hamukti Palapa Karya Langit Kresna Hariadi Panji Wulung 10
^