Pencarian

Silver Blaze 1

Sherlock Holmes - Silver Blaze Bagian 1


Memoar Sherlock Holmes KUDA PACUAN SILVER BLAZE Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
- 2011 - Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
Kuda Pacuan Silver Blaze "KURASA, Watson, aku harus pergi," kata Holmes pada suatu pagi ketika kami sedang duduk
menikmati sarapan. "Pergi! Ke mana""
"Ke Dartmoor, ke King's Pyland."
Aku tidak terkejut mendengarnya. Justru aku akan merasa heran kalau dia sampai tak
terpengaruh oleh kasus yang luar biasa ini, yang telah menjadi topik pembicaraan hangat di seluruh
Inggris. Sepanjang hari sebelumnya temanku berjalan mondar-mandir di ruangan kami dengan dagu
tertekuk sampai ke dada dan kedua alis menyatu, sambil tak henti-hentinya mengisi dan mengisi lagi
pipanya dengan tembakau hitam yang paling kuat. Telinganya benar-benar tuli terhadap semua
pertanyaan atau komentar yang kuajukan. Semua koran edisi terbaru yang tiba cuma ditengoknya
sejenak, lalu dilemparnya ke sudut ruangan. Tapi, walaupun dia diam seribu bahasa, aku tahu pasti apa
yang sedang dipikirkannya. Saat ini, hanya ada satu kasus di masyarakat yang mampu menantang
kemampuan analisisnya, yaitu lenyapnya secara aneh kuda pacuan favorit yang dijagokan dalam
perlombaan memperebutkan Piala Wessex, dan pembunuhan tragis terhadap pelatihnya. Itulah
sebabnya, aku sudah menduga dan mengharapkan dia akan pergi ke tempat kejadian.
"Dengan senang hati aku akan menemanimu kalau kau tak keberatan," kataku
"Sobatku Watson, keikutsertaanmu akan sangat menolongku. Dan kurasa waktumu tak akan
terbuang dengan sia-sia, karena ada hal-hal sehubungan dengan kasus ini yang kelihatannya sangat
unik. Kurasa kita masih keburu untuk naik kereta api dari Paddington, dan aku akan mempelajari kasus
ini dengan lebih saksama selama perjalanan nanti. Tolong kaubawa teropongmu yang akan amat
berguna di lapangan nantinya."
Dan begitulah, kira-kira satu jam kemudian aku sudah berada di dalam kereta api kelas satu
menuju Exeter, sementara Sherlock Holmes yang berwajah lancip dan penuh rasa ingin tahu itu
terbungkus dalam jaket yang biasa dipakainya kalau sedang bepergian, yang menutupi kedua
telinganya. Dia segera asyik memeriksa koran-koran terbaru yang didapatnya di Paddington. Kami
2 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
sudah melewati Reading ketika dia akhirnya melemparkan koran yang terakhir dibacanya ke bawah
tempat duduknya, lalu menawarkan cerutu kepadaku.
"Perjalanan kita ini menyenangkan," katanya sambil menatap ke luar jendela, lalu melihat jam
tangannya. "Kecepatan kereta ini delapan puluh lima setengah kilometer per jam."
"Aku kok tak melihat tanda yang biasanya ada pada tiap setengah kilometer di jalanan," kataku.
"Aku juga tak melihatnya. Tapi tiang telegraf sepanjang jalan ini jaraknya masing-masing enam
puluh meter, jadi menghitungnya mudah, kan" Kukira kau sudah membaca tentang kasus pembunuhan
John Straker dan lenyapnya kuda pacuan bernama Silver Blaze""
"Aku hanya membaca beritanya dari Telegraph dan Chronicle."
"Ini salah satu kasus di mana kemampuan penyelidikan seseorang harus lebih banyak dipakai
untuk menyaring rincian-rincian daripada untuk mendapatkan bukti-bukti nyata. Tragedi ini tak umum
terjadi, begitu komplet, dan menyangkut kepentingan banyak orang, sehingga kita dihadapkan pada
perkiraan-perkiraan, dugaan-dugaan, dan hipotesis-hipotesis yang luar biasa banyaknya. Kesulitannya
terletak pada bagaimana merumuskan kerangka kejadiannya dan yang jelas tak bisa disangkal lagi
dari teori-teori begitu banyak orang dan wartawan yang sudah ditambah-tambahi di sana-sini. Lalu,
kalau kita sudah mendapatkan dasar yang kuat, k
ita harus melihat kesimpulan-kesimpulan apa yang
bisa ditarik, dan hal-hal khusus apa yang menyangkut misteri ini. Pada hari Selasa malam yang lalu,
aku menerima dua telegram. Satu dari Kolonel Ross, pemilik kuda itu, dan satunya lagi dari Inspektur
Gregory, yang sedang menangani kasus ini, dengan maksud mengajakku bekerja sama."
"Selasa malam yang lalu!" seruku. "Padahal sekarang sudah Kamis pagi. Kenapa kau tak pergi
untuk menyelidikinya kemarin""
"Karena aku telah melakukan kesalahan, sobatku Watson, yang harus kuakui lebih sering
kulakukan dari apa yang bisa diduga orang yang cuma mengenalku dari kisah-kisah yang kautulis.
Begini, aku berpendapat bahwa kuda pacuan yang sedemikian terkenalnya di Inggris ini tak mungkin
bisa disembunyikan secara terus-menerus, terutama di tempat yang begitu jarang penduduknya di
bagian utara Dartmoor. Seharian kemarin aku mengharap untuk mendengar kabar bahwa kuda itu sudah
ditemukan, dan bahwa pencurinya adalah pembunuh John Straker. Tapi ketika sampai lewat sehari lagi
tak ada kemajuan apa-apa kecuali penangkapan terhadap seorang pemuda bernama Fitzroy Simpson,
3 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
aku merasa sudah saatnya aku bertindak. Tapi, dalam beberapa hal, aku merasa tak menyia-nyiakan
waktuku seharian kemarin."
"Kalau begitu, kau sudah berhasil membuat sebuah teori, kan""
"Paling tidak, aku sudah menemukan fakta-fakta penting dari kasus itu. Segera akan kujelaskan
kepadamu satu per satu, karena penyelesaian suatu kasus tak akan menjadi jelas kalau tak disampaikan
kepada orang lain, kan" Dan tentunya aku tak akan bisa bekerja sama denganmu kalau kau tak tahu dari
mana kita memulai penyelidikan ini."
Aku menyandarkan punggungku kebantalan kursi sambil mengisap cerutu, sedangkan Holmes
menyorongkan tubuhnya ke depan, telunjuk kanannya yang panjang dan kurus mencoret-coret
beberapa rincian tulisan pada telapak tangan kirinya. Lalu dijelaskannya kerangka kejadian yang
sedang kami selidiki yang menyebabkan kami harus bepergian saat ini.
"Silver Blaze," katanya, "adalah
keturunan kuda jenis Isonomy yang amat
masyhur kecerdasannya. Kuda itu kini
berusia lima tahun dan selalu
memenangkan lomba pacuan kuda.
Kolonel Ross, pemiliknya, adalah orang
yang sangat beruntung. Sampai saat
terjadinya musibah itu, kuda itu merupakan
favorit unggulan pertama dalam pacuan
berikutnya untuk memperebutkan Piala
Wessex. Pasar taruhan menjagoi dia dengan
angka tiga lawan satu. Selama ini dia
memang menjadi satu-satunya kuda favorit
dalam lomba-lomba pacuan kuda dan tak pernah mengecewakan orang yang menjagoinya, sehingga
orang tak merasa sayang untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang amat banyak untuk
menjagoinya. Itulah sebabnya, jelas sekali bahwa ada pihak-pihak tertentu yang beusaha mencegah
hadirnya Silver Blaze di perlombaan itu pada hari Selasa yang akan datang.
4 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Tentu saja hal ini disadari oleh penghuni King's Pyland, kandang milik Pak Kolonel yang
sekaligus dilengkapi dengan tempat latihan untuk Silver Blaze. Tempat itu dijaga ketat. John Straker,
sang pelatih, dulunya adalah joki yang selalu berlomba di bawah bendera Pak Kolonel, tapi kini dia
sudah pensiun. Dia telah bekerja di tempat Pak Kolonel selama lima tahun sebagai joki, ditambah tujuh
tahun sebagai pelatih kuda, dan selama ini selalu bersikap jujur dan setia. Dia membawahi tiga petugas
kuda yang lebih muda, karena tempat itu tak seberapa besar, dan hanya berisi empat ekor kuda. Salah
satu dari ketiga bawahannya ini tiap malam menjaga kandang secara bergantian, sementara rekan
rekannya tidur di bagian atas kandang itu. Ketiganya orang baik-baik. John Straker
, yang sudah menikah, tinggal secara terpisah di sebuah vila yang berjarak kira-kira dua ratus meter dari kandang.
Dia tak dikaruniai anak, cuma punya seorang pelayan wanita, dan kehidupannya serba kecukupan.
Pedesaan di sekeliling kandang itu sangat sepi, tapi kira-kira tiga perempat kilometer ke utara, ada
sekelompok vila yang dibangun oleh kontraktor bernama Tavistock, dan dihuni oleh para penyandang
cacat, dan orang-orang yang ingin menikmati udara Dartmoor yang segar. Kantor kontraktor Tavistock
terletak kira-kira satu setengah kilometer ke arah barat, sedangkan di seberang padang, juga kira-kira
dalam jarak satu setengah kilometer, terletak kandang dan
tempat latihan kuda bernama Capleton, yang dimiliki oleh
Lord Blackwater dan dijalankan oleh Silas Brown. Bagian
lain padang itu dipenuhi hutan belantara, yang hanya
dihuni oleh beberapa gipsi yang sering berpindah-pindah
tempat. Begitulah keadaannya pada Senin malam yang
lalu, ketika musibah itu terjadi.
"Pada malam itu, setelah kuda-kuda dilatih dan
dimandikan sebagaimana biasanya, kandang pun dikunci
pada jam sembilan malam. Dua dari petugas kandang lalu
berjalan menuju rumah pelatih untuk makan malam,
sedangkan petugas yang satunya, Ned Hunter, tinggal di
kandang untuk berjaga. Beberapa menit setelah jam
sembilan, pelayan si pelatih, Edith Baxter, pergi ke
kandang untuk mengirim makan malam bagi petugas yang
sedang jaga. Menu makan malam itu terdiri atas kare
5 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
daging sapi muda, tapi tanpa air minurn karena ada keran air di kandang. Dan menurut peraturan,
petugas kuda hanya boleh minum dari situ, mereka tak diizinkan membawa minuman lain dari luar.
Pelayan wanita itu membawa lentera, karena di luar sangat gelap dan dia harus menyeberangi padang.
"Edith Baxter berada kira-kira tiga puluh meter dari kandang ketika dia melihat seorang pria
muncul dari kegelapan dan menyuruhnya berhenti. Ketika dia mengarahkan lenteranya ke asal suara
itu, dia melihat bahwa pria itu cukup sopan, mengenakan setelan jas wol abu-abu dilengkapi dengan
topi kain. Dia mengenakan penutup kaki dan memegang tongkat. Tapi yang paling menarik perhatian si
pelayan adalah wajahnya yang amat pucat dan sikapnya yang sangat gelisah. Menurut perkiraannya,
umur pria itu lebih dari tiga puluh tahun.
"'Tolong tanya, berada di manakah saya ini"'
tanyanya. 'Tadi saya sudah mcmutuskan untuk tidur di
padang ketika saya lalu melihat cahaya lentera Anda.'
'"Anda berada di dekat kandang latihan kuda King's
Pyland,' wanita itu menjawab.
"'Oh, benarkah" Betapa mujurnya saya!' teriaknya.
'Saya tahu bahwa ada seorang petugas kuda yang
menjaga kandang itu sendirian tiap malam. Mungkin
yang Anda bawa itu untuk makan malamnya. Nah, saya
yakin Anda tak akan menolak imbalan senilai harga
sebuah gaun baru, kan"' Dari kantong sabuk
pinggangnya, dia mengeluarkan secarik kertas putih
yang terlipat. 'Berikan ini kepada petugas kuda yang
sedang jaga malam, dan Anda akan mampu membeli
gaun paling mahal sekalipun.'
"Sikapnya begitu mendesak sehingga sang pelayan ketakutan. Dia berlari meninggalkan laki-laki itu menuju jendela yang biasa dipakainya untuk menyerahkan makanan. Ternyata jendela itu sudah
terbuka, dan Hunter sedang duduk di depan meja kecil di dalam sana. Dia lalu menceritakan apa yang
baru saja dialaminya. Tiba-tiba pria asing itu sudah muncul di hadapan mereka.
6 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"'Selamat malam,' katanya sambil melongok dari jendela. 'Saya ingin berbicara dengan Anda.'
Menurut pengakuan si pelayan, pria itu masih menggenggam kertas putih yang tadi dikeluarkannya.
"'Mau apa Anda datang kemari"' tany
a petugas kuda. "'Ada bisnis yang akan membuat tebal kantong Anda,' kata pria asing itu. 'Majikan Anda akan
menyertakan dua kuda untuk Piala Wessex Silver Blaze dan Bayard. Coba berikan informasi yang
benar dan Anda tak akan rugi apa-apa. Betulkah pada lomba ketahanan Bayard bisa melampaui kuda-kuda lainnya sejauh seratus meter dalam lima kali lompatan, dan bahwa pemiliknya telah
mempertaruhkan banyak uang untuknya"'
"'Jadi Anda ini salah satu dari makelar informasi, ya!' teriak petugas kuda itu. 'Akan saya
tunjukkan bagaimana kami memperlakukan mereka di King's Pyland.' Dia melompat bangun dan
berlari menyeberangi kandang untuk melepas anjing penjaga. Pelayan wanita segera kabur kembali ke
rumah majikannya, tapi dia sempat menengok ke belakang, dan melihat orang asing itu masih
bersandar di jendela. Tapi semenit kemudian, ketika Hunter berlari ke luar bersama anjing penjaga,
orang asing itu sudah lenyap, dan dia tak berhasil menemukannya walaupun sudah dicarinya sekeliling
bangunan bangunan di sekitar situ."
"Sebentar!" aku menyela. "Apakah petugas kuda itu membiarkan pintu kandang tak terkunci
pada waktu dia berlari ke luar bersama anjing penjaga""
"Hebat, Watson, hebat!" gumam temanku. "Hal itu begitu penting sehingga aku khusus
mengirim telegram ke Dartmoor kemarin untuk menanyakannya. Ternyata petugas kuda tak lupa
mengunci pintu kandang sebelum dia berlari ke luar. Dan, kutambahkan pula, jendela kandang itu
terlalu kecil untuk diterobos oleh badan orang.
"Hunter menunggu sampai rekan-rekannya sesama petugas kuda kembali ke kandang. Lalu dia
mengabari pelatih tentang apa yang telah terjadi. Straker terkejut mendengarnya, walau dia nampaknya
tak begitu mengerti apa artinya semua itu. Pokoknya, dia pun menjadi agak gelisah. Istrinya terbangun
pada jam satu dini hari dan dilihatnya suaminya sedang mengenakan pakaian. Ketika dia bertanya,
suaminya menjawab bahwa dia tak bisa tidur karena mengkhawatirkan keadaan kuda-kuda di kandang,
dan bahwa dia mau pergi ke kandang untuk memeriksa. Istrinya memohon agar dia tak usah pergi saja,
karena di luar hujan turun dengan amat lebatnya, tapi dia tak mengindahkan larangan istrinya itu.
7 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
Dikenakannya jas hujannya yang panjang, dan dia pun lalu meninggalkan rumahnya.
"Mrs. Straker bangun keesokan harinya pada jam tujuh pagi, dan ternyata suaminya belum juga
pulang. Dia bergegas berpakaian, memanggil pelayan wanitanya, lalu menuju ke kandang. Pintu
kandang dalam keadaan terbuka, dan di dalamnya terlihat Hunter meringkuk di kursi dalam keadaan
tak sadarkan diri. Kuda jagoan Silver Blaze tak ada di kandangnya lagi, dan pelatihnya juga tak ada di
situ. "Dua petugas kuda lainnya yang tidur di
bagian atas ruang perlengkapan segera dibangunkan.
Mereka mengaku tak mendengar apa-apa semalaman,
karena mereka memang jagoan tidur. Hunter jelas
telah dibius, dan karena dia tak bisa dimintai
keterangan apa-apa, dia pun dibiarkan saja teler
begitu. Kedua petugas kuda lainnya bersama kedua
wanita itu lalu berlari ke luar untuk mencari Pak
Pelatih. Waktu itu mereka masih berharap bahwa dia
sedang keluar untuk melatih Silver Blaze, walaupun
hari masih begitu pagi. Tapi ketika mereka mendaki
bukit kecil di dekat rumah, dari mana terlihat seluruh
daerah itu, mereka tak melihat jejak Silver Blaze.
Mereka mulai mencium terjadinya suatu tragedi.
"Kira-kira setengah kilometer dari kandang, mereka menemukan jaket John Straker tersangkut
di semak-semak. Tak jauh dari situ ada lekukan tanah berbentuk mangkuk, dan di bagian bawahnya
ditemukan mayat pelat ih yang malang itu. Kepalanya pecah akibat pukulan yang amat dahsyat dengan
menggunakan alat yang sangat berat. Pahanya juga terluka, lukanya panjang dan bersih, jelas karena
sabetan senjata yang sangat tajam. Jelas pula bahwa Straker telah berusaha berjuang membela dirinya
melawan penyerang-penyerangnya, karena di tangan kanannya terselip pisau kecil yang berlumuran
darah sampai ke pegangannya. Tangan kirinya menggenggam syal sutera merah-hitam yang dikenali
oleh pelayan wanita sebagai milik orang asing yang mendatangi kandang tadi malam.
8 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Setelah siuman dari telernya,
Hunter juga membenarkan hal itu. Dia
juga yakin bahwa orang asing yang sama
itulah yang telah menuangkan obat bius ke
makan malamnya. Jadi, tadi malam itu,
kandang praktis dalam keadaan tak
terjaga. "Sehubungan dengan kuda yang
hilang, dapat disimpulkan dari lumpur yang ada di tempat kejadian perkara bahwa ia hadir ketika Pak
Pelatih melawan para penyerangnya. Tapi ia kini lenyap, dan walaupun disediakan hadiah uang dalam
jumlah banyak bagi siapa yang bisa menemukan kuda itu, dan juga para gipsi yang berkeliaran di
sekitar Dartmoor telah diberitahu, tak ada kabar berita apa pun tentang kuda itu. Sisa makan malam
petugas kuda dianalisis, dan ternyata memang mengandung bubuk opium dalam jumlah yang cukup
banyak. Sedangkan para penghuni rumah lainnya yang malam itu juga makan menu yang sama, tak
mengalami efek apa-apa. "Begitulah fakta-fakta utama kasus ini, yang kusimpulkan dari pendapat berbagai orang.
Sekarang, aku ingin menjelaskan apa yang telah dilakukan polisi.
"Inspektur Gregory yang dipercayai untuk menangani kasus ini adalah seorang polisi yang amat
andal. Kalau saja dia memiliki imajinasi, pastilah kedudukannya akan melambung tinggi. Begitu
sampai di tempat kejadian, dia langsung mengejar dan menangkap orang yang dicurigai. Tak susah
untuk menemukan orang itu, karena dia cukup dikenal di daerah itu. Namanya Fitzroy Simpson. Orang
ini berasal dari keluarga baik-baik dan cukup terpelajar, namun telah menghabiskan uangnya dengan
bertaruh di pacuan-pacuan kuda. Sekarang dia menghidupi dirinya dengan menyelenggarakan taruhan
kecil-kecilan di klub-klub olahraga London. Ketika buku taruhannya diteliti, ternyata dia telah menutup
taruhan sebanyak lima ribu pound untuk kekalahan Silver Blaze.
"Ketika ditangkap, dia membenarkan pernyataan bahwa dia mengunjungi Dartmoor malam
sebelumnya dengan maksud mendapatkan informasi tentang kuda-kuda di King's Pyland, dan juga
tentang Desborough yang dijagokan di tempat kedua, kuda asuhan Silas Brown dari Capleton. Dia
tidak memungkiri bahwa dia telah melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, tapi dia menyatakan


Sherlock Holmes - Silver Blaze di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

9 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
bahwa dia tak punya tujuan jahat dan hanya ingin mendapatkan informasi secara langsung. Ketika
diperlihatkan syalnya, dia menjadi sangat pucat, dan tak bisa menjelaskan bagaimana syal, itu bisa
berada dalam genggaman tangan orang yang terbunuh itu. Pakaiannya yang basah menunjukkan bahwa
dia memang berkeliaran di bawah hujan lebat semalam, dan tongkatnya yang bentuknya persis seperti
tongkat pengacara yang berlapis baja, cocok dengan bekas luka yang terdapat pada mayat korban.
"Sebaliknya, tertuduh ini tak terluka sedikit pun, padahal pisau di tangan Straker menunjukkan
bahwa paling tidak salah satu penyerangnya terluka. Begitulah kisahnya, Watson, dan kalau kau bisa
memberikan secercah titik terang saja, aku akan sangat berterima kasih."
Aku mendengarkan dengan penuh minat selama Holmes memaparkan semua ini di hadapanku
dengan begitu jelasnya sebagaimana biasa dilakukannya. Walaupun sebagian besar f
aktanya telah kuketahui, sebelum ini aku tak bisa mengaitkan kepentingan-kepentingannya dan juga hubungannya
satu sama lain. "Apakah tak mungkin," saranku, "bahwa luka-luka irisan pada tubuh Straker disebabkan oleh
pisaunya sendiri ketika sedang melakukan perlawanan, sebagai akibat dari luka yang diderita oleh
otaknya"" "Bukan cuma mungkin; malah bisa jadi begitu," kata Holmes. "Dengan demikian lenyaplah
salah satu hal yang meringankan tersangka."
"Dan, toh," kataku, "sampai sekarang aku masih tak mengerti bagaimana pendapat polisi."
"Kurasa, apa pun pendapat yang bisa kita kemukakan ada kelemahannya," jawab temanku "Aku
yakin, polisi pasti memperkirakan bahwa setelah si Fitzroy Simpson ini membius tukang kuda, dan
membuka kandang dengan kunci palsu, dia lalu menculik kuda itu. Tali kekangnya juga hilang, berarti
telah diambil pula oleh Simpson dan dipasangnya. Lalu setelah meninggalkan kandang dengan
pintunya terbuka, dia menuntun kuda itu melewati lapangan depan, di mana dia lalu bertemu atau lebih
tepatnya kepergok oleh Pak Pelatih. Kejadian berikutnya bisa diduga dengan jelas. Simpson memukul
kepala Pak Pelatih dengan tongkatnya yang berat, tapi dia sendiri tak terluka oleh pisau Straker.
Simpson kemudian menyembunyikan kuda itu, atau bisa juga sang kuda berhasil lolos selama
perkelahian berlangsung dan sekarang sedang berkeliaran entah di mana. Begitulah dugaan polisi,
walau nampaknya kecil kemungkinannya. Tapi teori-teori lain malah lebih kecil lagi kemungkinannya.
10 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
Pokoknya, aku perlu menguji kebenarannya dulu sesampainya di tempat kejadian, dan sementara ini
aku tak bisa berbicara lebih jauh lagi."
Hari telah malam ketika kami tiba di kota kecil Tavistock yang letaknya menonjol di antara
sekelilingnya, karena tepat di tengah tengah daerah Dartmoor. Dua pria menyambut kedatangan kami
di stasiun satunya tinggi dan kulitnya berwarna terang, tapi rambut dan janggutnya bagaikan singa,
sedangkan matanya yang penuh pancaran rasa ingin tahu berwarna biru muda. Pria yang satunya lagi
agak kecil dan sikapnya waspada, sangat rapi dan necis, mengenakan jas panjang lengkap dengan
penutup kaki, dan ada cambang tipis di kedua sisi wajahnya yang memakai kacamata. Yang disebut
belakangan ini adalah Kolonel Ross, seorang olahragawan yang terkenal; dan satunya lagi Inspektur
Gregory, yang karier detektifnya sedang menanjak dengan pesat di Inggris.
"Senang sekali Anda bisa datang. Mr.
Holmes," kata Pak Kolonel. "Pak Inspektur sudah
berusaha semaksimal mungkin, tapi saya ingin lebih
menuntaskan semuanya demi almarhum Straker yang
malang dan juga agar kuda saya bisa ditemukan."
"Apakah ada perkembangan baru"" tanya
Holmes. "Sayang sekali kami hanya mengalami sedikit
kemajuan," kata Pak Inspektur. "Kami menyediakan
kereta terbuka di luar, dan karena Anda tentunya
ingin segera menuju tempat kejadian sebelum larut
malam, mari kita bicarakan hal itu lebih lanjut dalam
perjalanan ke sana."
Semenit kemudian, kami sudah berada dalam sebuah kereta yang nyaman melewati kota kuno
Devonshire yang menarik. Inspektur Gregory langsung berbicara panjang-lebar tentang kasus yang
sedang ditanganinya, sedangkan Holmes kadang-kadang menyelanya dengan beberapa pertanyaan dan
komentar. Kolonel Ross duduk menyandar, kedua tangannya terlipat ke dadanya, dan topinya menutupi
kedua matanya. Aku mendengarkan pembicaraan kedua detektif itu dengan penuh perhatian. Gregory
11 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
sedang mengemukakan teorinya, yang ternyata persis dengan apa yang diramalkan Holmes di dalam
perjalanan kami tadi. "Tertuduhnya mengarah ke Fitzroy Simpson," komentarnya, "dan
saya sendiri yakin dialah
pelakunya. Tapi, pada saat yang sama, saya menyadari bahwa bukti bukti yang ada sementara ini benar-benar tergantung pada keadaan, dan teori ini bisa jadi lain kalau ada perkembangan baru."
"Bagaimana dengan pisau di tangan Straker""
"Kami hampir sepakat bahwa dia telah melukai dirinya scndiri waktu itu."
"Teman saya Dr. Watson juga beranggapah demikian tadi. Kalau demikian, tuduhan justru akan
memberatkan orang bernama Simpson itu."
"Jelas. Tak diketemukan pisau ataupun bekas luka padanya. Bukti yang memberatkannya amat
kuat. Dialah yang mendapat keuntungan kalau kuda jagoan itu disingkirkan. Dialah yang dicurigai
telah membius petugas kuda. Dia pergi keluar pada malam hujan lebat itu, membawa tongkatnya yang
berat, dan syalnya ditemukan tergenggam di tangan korban. Saya yakin semua ini sudah cukup untuk
dibawa ke pengadilan. Holmes menggeleng. "Pengacara yang cerdik akan menggugurkan semua tuduhan itu," katanya.
"Untuk apa dia mengeluarkan kuda itu dari kandangnya" Kalau dia cuma mau melukainya, tidakkah
dia bisa di tempat itu" Apakah terbukti dia memiliki kunci palsu" Di toko obat mana dia membeli
opium" Dan yang lebih penting dari semuanya, sebagai orang asing di daerah ini, di mana dia bisa
menyembunyikan kuda curian yang istimewa itu" Bagaimana penjelasannya tentang kertas yang ingin
diberikannya kepada petugas kuda melalui pelayan wanita""
"Dia mengatakan itu uang kertas sepuluh pound, dan selembar memang ditemukan di
dompetnya. Tapi kesulitan-kesulitan lainnya tak seberat kelihatannya. Dia bukan orang asing di daerah
ini. Dia sudah pernah tinggal di Tavistock dua kali selama musim panas yang lalu. Opium itu mungkin
dibawanya dari London. Kunci palsunya, setelah tak terpakai lagi, tentu langsung dibuangnya begitu
saja. Kuda yang hilang itu mungkin disembunyikannya di bagian bawah terowongan atau di dalam
tambang tua di padang belantara."
"Apa komentarnya tentang syal yang ditemukan tergenggam di tangan korban""
12 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Dia mengakui bahwa syal itu miliknya, tapi katanya syal itu hilang sebelum kejadian tersebut.
Tapi ada hal baru yang ditemukan sehubungan dengan kasus ini yang mungkin bisa menjelaskan
mengapa dia mengambil kuda itu dari kandangnya."
Holmes memasang telinganya.
"Kami menemukan jejak-jejak sekelompok gipsi yang berkemah dalam jarak tiga perempat
kilometer dari tempat kejadian pembunuhan pada hari Senin malam yang lalu. Keesokan harinya
mereka sudah menghilang. Nah, misalkan saja telah terjalin kesepakatan antara Simpson dan para gipsi
tadi, tak mungkinkah kuda itu dititipkan kepada mereka ketika dia kepergok dan mereka
menyembunyikannya""
"Mungkin saja."
"Padang belantara itu sedang dijelajahi dalam upaya memeriksa orang-orang gipsi. Juga
perumahan di Tavistock. Pokoknya semua wilayah dalam radius enam belas kilometer."
"Setahu saya, ada kandang latihan kuda lain di sekitar itu, kan""
"Ya, dan faktor itu pun tentu saja tak boleh kita kesampingkan. Kuda mereka, Desborough,
dijagokan nomor dua dalam taruhan. Jadi mereka pun punya minat agar yang nomor satu disingkirkan
saja. Silas Brown, pelatihnya, diketahui telah bertaruh banyak untuk pacuan mendatang ini, dan dia tak
berteman baik dengan Straker yang malang. Kami sudah menyelidiki kandangnya, namun tak ada
sesuatu pun yang bisa menyangkutkan dirinya dengan tragedi ini."
"Dan tak ada hubungan antara orang bernama Simpson ini dengan kepentingan-kepentingan
Kandang Capleton""
"Tak ada sama sekali."
Holmes menyandarkan punggungnya, dan percakapan berhenti sampai di situ. Beberapa menit
kemudian, kusir kereta kami menghentikan keretanya di depan vila kecil bergenting merah yang
atapnya menjuntai ke jalan ra
ya. Di kejauhan, di seberang padang rumput terlihat sebuah bangunan lain
bergenting abu-abu. Padang belantara yang ditumbuhi pepakuan berwarna perak pudar terhampar di
sekitarnya, memanjang sampai ke cakrawala, terpotong hanya oleh dataran rendah Tavistock dan
sekelompok rumah agak di sebelah barat yang merupakan Kandang Capleton. Kami semua lalu
13 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
melompat turun kecuali Holmes. Dia masih tetap duduk menyandar dengan mata terpaku ke langit di
depannya, terbenam dalam pemikirannya sendiri. Setelah kusentuh tangannya, barulah dia bangkit
dengan sangat terkejut, lalu turun dari kereta.
"Maafkan saya," katanya sambil menoleh ke Kolonel Ross yang sedang menatapnya dengan
terheran heran. "Saya asyik melamun tadi." Matanya bercahaya dan sikapnya menunjukkan adanya
semangat tersembunyi. Maka aku pun yakinlah sebab aku tahu betul kebiasaan-kebiasaannya
bahwa dia telah mendapatkan petunjuk, walaupun aku sendiri tak bisa membayangkan bagaimana dia
mendapatkannya. "Apakah Anda mau segera pergi ke lokasi pembunuhan, Mr. Holmes"" tanya Gregory.
"Saya rasa, saya lebih baik di sini dulu, dan akan menanyakan satu atau dua pertanyaan secara
rinci. Mayat Straker ada di sini, kan""
"Ya, di lantai atas. Pemeriksaan mayat akan dilakukan besok pagi."
"Dia sudah lama bekerja pada Anda, Kolonel Ross""
"Ya, dan pegawai yang baik sekali."
"Saya rasa, Anda telah menggeledah isi sakunya pada saat mayatnya ditemukan, Inspektur""
"Barang-barangnya ada di ruang tamu, kalau Anda ingin melihatnya."
"Dengan senang hati."
Kami semua menuju ruang depan dan duduk mengelilingi meja yang terletak di tengah ruangan,
sementara Pak Inspektur membuka sebuah kotak persegi, mengeluarkan isinya, dan menaruhnya di
hadapan kami. Ada sekotak korek api, sebatang lilin, pipa terbuat dari akar pohon berinisial A.D.P.,
sebungkus tembakau Cavendish yang panjang panjang irisannya, jam perak dengan rantai emas, lima
koin emas, tempat pensil aluminium, beberapa carik kertas, dan sebilah pisau dengan pegangan terbuat
dari gading yang mata pisaunya sangat tipis dan kaku buatan Weiss & Co., London.
"Pisau ini sangat unik," kata Holmes sambil mengangkat benda itu dan mengamatinya dengan
saksama. "Saya rasa, karena ada bercak darah, pisau inilah yang ditemukan di genggaman mayat.
Watson, bukankah pisau ini biasa dipakai di bidangmu""
14 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Namanya pisau katarak," kataku.
"Kurasa begitulah. Mata pisaunya yang sangat tipis memang diperuntukkan bagi operasi-operasi
yang sangat halus. Aneh sekali, untuk apa Pak Pelatih membawa pisau sehalus ini, padahal dia sedang
menjalankan tugas yang cukup kasar dan pisaunya tak bisa dilipat""
"Ujungnya dilapisi semacam penyumbat yang kami tcmukan di samping jenazah korban," kata
Pak Inspektur. "Istrinya mengatakan bahwa sudah beberapa hari pisau tersebut tergeletak di meja rias,
dan suaminya mengambil dan membawanya ketika hendak meninggalkan kamar. Memang pisau itu
merupakan senjata yang tak memadai, tapi mungkin hanya itulah yang bisa disambarnya dengan cepat
waktu itu." "Sangat mungkin. Bagaimana dengan kertas kertas ini""
"Tiga di antaranya adalah kuitansi dari penjual jerami. Yang lain surat perintah dari Kolonel
Ross, dan yang terakhir kuitansi dari sebuah toko pakaian wanita bemilai 37,15 pound, ditandatangani
oleh Madame Lesurier, dari Bond Street, untuk William Darbyshire. Mrs. Straker menjelaskan kepada
kami bahwa Darbyshire adalah teman suaminya, dan kadang kadang surat temannya itu di alamatkan
ke tempatnya "Wah, selera Madame Darbyshire mahal benar,"
komentar Holmes sambil melirik kuitansi itu. "Dua
puluh dua guinea untuk harga sehelai gaun saja
sudah termasuk mahal. Tapi, rasanya tak ada ya
ng bisa dipelajari lagi di sini, sekarang mari kita menuju
ke lokasi pembunuhan."
Ketika kami keluar dari ruang tamu, seorang wanita
yang telah menunggu di gang melangkah ke depan
dan memegang lengan Pak Inspektur. Wajahnya
kaku, kurus, dan penasaran, serta masih diliputi
kengerian. "Mereka sudah tertangkap" Mereka sudah
tertangkap"" katanya dengan terengah-engah.
15 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Belum, Mrs. Straker. Tapi Mr. Holmes ini telah datang dari London untuk membantu kami, dan
kami akan berupaya sekeras mungkin."
"Mrs. Straker, rasanya saya pernah bertemu Anda belum lama ini, pada sebuah pesta kebun di
Plymouth, betulkah"" tanya Holmes.
"Tidak, sir, Anda pasti salah lihat."
"Wah! Saya berani bersumpah. Waktu itu Anda mengenakan gaun sutera berwarna lembut yang
pinggirannya berhiaskan bulu burung unta "
"Saya tak pernah memiliki pakaian seperti itu, sir," jawab wanita itu.
"Ah, begitu, ya"" kata Holmes. Setelah meminta maaf, dia mengikuti Pak Inspektur keluar.
Kami berjalan sebentar melewati padang belantara, lalu sampailah kami ke lubang tempat mayat itu
ditemukan. Pinggirannya dipenuhi semak belukar, dan jaket korban ditemukan tersangkut di situ.
"Malam itu angin tak bertiup, ya"" tanya Holmes.
"Tidak, tapi hujannya lebat sekali."
"Kalau begitu, jaket itu tidaklah terbawa angin sehingga menyangkut di semak belukar, tapi
sengaja ditaruh di situ oleh seseorang."
"Ya, ditaruh di semak belukar di seberang situ."
"Anda membuat saya penasaran. Tentunya tanah di sekitar sini telah diinjak-injak oleh banyak
orang. Pasti banyak orang menengok tempat ini sejak hari Senin malam."
"Selembar tikar sebagai pembatas telah ditaruh di sekeliling tempat itu, dan orang tak diizinkan
melewatinya." "Bagus sekali."
"Di dalam tas ini, saya menyimpan salah satu sepatu bot yang dikenakan Straker waktu itu, satu
sepatu Fitzroy Simpson, dan cetakan sepatu kuda milik Silver Blaze."
"Pak Inspektur, Anda hebat sekali!" Holmes mengambi tas itu, turun ke lubang, lalu mendorong
tikar pembatas agak lebih menyempit. Lalu sambil membungkuk dan menyandarkan dagunya ke
tangannya dia mulai memeriksa lumpur yang terinjak-injak di depannya.
16 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Hei!" katanya tiba-tiba. "Apa ini""
Benda yang ditemukannya itu ternyata sebatang korek api yang sudah terbakar separonya, berlumuran
lumpur sehingga nampak seperti serpihan kayu.
"Saya kok tak melihatnya sebelum ini, ya"" kata Pak Inspektur dengan resah.
"Memang tak terlihat karena tertutup lumpur. Saya melihatnya karena saya memang mencari-cari benda itu."
"Apa" Anda tahu benda itu ada di situ""
"Saya punya dugaan kuat." Dia mengambil sepatu-sepatu yang ada di dalam tas dan mencocok
cocokkannya dengan jejak yang ada di tanah. Dia lalu merangkak naik ke salah satu pinggiran lubang
dan selanjutnya merangkak-rangkak di sekeliling tanaman pepakuan dan semak belukar
"Saya rasa tak ada lagi jejak yang bisa di telusuri," kata Pak Inspektur. "Saya sudah memeriksa
tanah di sekitar sini dengan sangat saksama dalam radius seratus meter."
"Oh, ya"" kata Holmes sambil bangkil berdiri. "Kalau begitu sebaiknya saya menghargai upaya
yang sudah Anda lakukan. Tapi saya ingin jalan-jalan mengelilingi padang belantara sejenak sebelum
terlalu larut malam, supaya saya sudah mengenal medan yang harus saya selidiki besok pagi. Cetakan
sepatu kuda ini saya bawa saja, ya, mungkin dia akan memberi saya keberuntungan."
Kolonel Ross, yang mulai merasa tak sabar dengan metode kerja temanku yang sistematis tapi
tenang-tenang saja itu, menengok ke jam tangannya.
"Saya harap Anda kembali ke rumah bersama saya saja, Inspektur," katanya. "Saya
membutuhkan saran Anda untuk beberapa hal, khususnya mengenai apakah tidak sebaiknya kita
membatalkan nama Silver Blaze dari daftar peserta pacuan mendatang ini di depan umum."
"Jangan," teriak Holmes dengan yakin. "Biarlah na
manya tetap tercantum."
Pak Kolonel membungkuk. "Senang sekali saya mendengar pendapat Anda, sir," katanya.
"Kami menunggu Anda di rumah Straker yang malang setelah Anda kembali dari jalan-jalan, dan kita
akan berangkat bersama-sama ke Tavistock."
Dia membalikkan badan bersama Pak Inspektur, sedangkan aku dan Holmes berjalan perlahan
17 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
lahan melewati padang belantara. Matahari mulai terbenam di balik Kandang Capleton, membiaskan
cahaya keemasan di dataran yang panjang dan menurun di depan kami, sedangkan pepohonan di
kejauhan mulai tampak kecoklatan. Tapi keindahan pemandangan daerah itu sama sekali tak dinikmati
oleh temanku. Dia sedang tenggelam dalam meditasi berpikirnya yang dalam.
"Enaknya begini saja, Watson," katanya pada akhirnya. "Untuk sementara kita lupakan dulu
siapa pembunuh John Straker, dan kita memusatkan diri untuk mencari kuda yang hilang itu. Nah,
seandainya dia terlepas selama atau setelah tragedi itu, ke mana dia akan pergi" Kuda adalah binatang
yang suka berkumpul dengan sesamanya. Kalau dia terlepas sendirian, nalurinya akan mendorongnya
untuk kembali ke King's Pyland atau menyeberang ke Capleton. Untuk apa dia mengembara di padang
belantara yang luas ini" Dan kalau memang demikian halnya, dia pasti sudah terlihat saat ini. Dan
untuk apa orang-orang gipsi menculik kuda itu" Mereka orang-orang yang tak mau mencari masalah
karena mereka tak suka berurusan dengan polisi. Tak mungkin mereka berani menjual kuda seperti itu.
Risikonya terlalu besar, dan tak menghasilkan uang terlalu banyak. Itu jelas sekali."


Sherlock Holmes - Silver Blaze di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi, di mana kuda itu""
"Seperti kubilang tadi, kalau tak ke King's Pyland, ya ke Capleton. Ternyata tak ada di King's
Pyland, jadi pasti di Capleton. Kita akan anggap itu sebagai hipotesis sementara dan mari kita lihat
perkembangannya. Padang bagian sini, sebagaimana dikatakan Pak Inspektur, sangat keras dan kering.
Tapi yang ke arah Capleton cukup lembek, dan kau bisa lihat dari sini ada lubang yang panjang sekali
di sebelah sana, yang pada hari Senin malam pasti dalam keadaan basah. Kalau pengandaian kita benar,
maka kuda itu pasti melewati tempat itu, dan jejaknya pasti terlihat."
Kami mulai mempercepat langkah sambil berbicara demikian, dan beberapa menit kemudian
kami tiba di lubang yang dimaksud. Atas permintaan Holmes, aku menuruni pinggiran lubang ke arah
sebelah kanan, dan dia ke sebelah kiri. Belum sampai lima puluh langkah, aku mendengarnya berteriak
dan melambaikan tangan kepadaku. Di tanah yang lunak di hadapannya, jelas sekali terlihat jejak kaki
kuda yang cocok dengan cetakan sepatu kuda yang dikeluarkannya dari sakunya.
"Coba lihat, betapa berharganya imajinasi," kata Holmes. "Justru inilah yang tak dimiliki
Gregory. Kita membayangkan apa yang mungkin telah terjadi, lalu bertindak atas dasar pengandaian itu
untuk menguji kebenarannya. Ayo, kita lanjutkan perjalanan kita."
18 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
Kami menyeberangi dasar lubang yang berawa-rawa dan kemudian melewati rerumputan yang
kering dan keras sepanjang kira-kira setengah kilometer. Lalu jalanan menurun lagi, dan kami kembali
melihat jejak-jejak kaki. Sepanjang tiga perempat kilometer berikutnya jejak itu menghilang, lalu
terlihat lagi oleh Holmes ketika mendekati Capleton. Dia berdiri sambil menunjuk ke tanah dengan
penuh kemenangan. Di samping jejak kaki kuda terdapat jejak kaki manusia.
"Pada mulanya, kuda itu sendirian," teriakku.
"Begitulah. Sendirian, pada mulanya. Hei, apa ini""
Jejak ganda itu tiba-tiba berbalik dengan tajam dan kembali mengarah ke King's Pyland.
Holmes bersiul, dan kami berdua lalu mengikuti jejak itu selanjutnya. Matanya tertuju pada alur jejak
yang diikutinya, tapi aku sempat menengok ke samping sejenak,
dan betapa terkejutnya aku karena
jejak yang sama itu ternyata berbalik lagi.
"Satu nilai untukmu, Watson," kata Holmes setelah kutunjukkan penemuanku kepadanya.
"Dengan penemuanmu itu berarti kita tak usah jauh-jauh berjalan, karena toh akan kembali lagi ke sini.
Mari kita ikuti saja alur jejak yang berikutnya."
Kami melanjutkan perburuan kami. Dan tak lama kemudian jejak itu berakhir di jalanan
beraspal yang menuju pintu masuk Kandang Capleton. Ketika kami mendekat ke sana, seorang petugas
kuda berlari menemui kami.
"Kalian tak diizinkan berkeliaran di sekitar sini," katanya.
"Saya cuma mau tanya sesuatu," kata Holmes dengan santai, sementara ibu jari dan telunjuknya
dimasukkannya ke saku jaketnya. "Apakah terlalu pagi untuk menemui atasanmu, Mr. Silas Brown,
besok jam lima pagi""
"Bila Anda diperkenan olehnya, sir, dia akan bersedia menemui Anda, karena dia biasanya
bangun pagi-pagi. Tapi sekarang ini dia ada di tempat, sir, kalau Anda ingin menemuinya sekarang.
Tidak, sir, terima kasih. Saya bisa dipecat kalau sampai ketahuan menyentuh uang yang Anda
tawarkan. Nanti..." Begitu Sherlock Holmes memasukkan kembali koin bernilai setengah crown yang tadi
diambilnya dari saku jaketnya, seorang pria tua yang galak wajahnya muncul dari pintu masuk, sambil
19 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
melambai-lambaikan pecut di tangannya.
"Ada apa ini, Dawson"" teriaknya. "Jangan
berani-berani menyebar gosip! Kembali sana ke
pekerjaanmu! Dan kau, apa yang kauinginkan""
"Berbjcara dengan Anda selama sepuluh menit
saja, Tuan yang baik hati," kata Holmes dengan amat
manis. "Aku tak punya waktu untuk berbicara dengan
gelandangan. Kami tak mengizinkan orang asing masuk
ke sini. Cepat pergi, atau kukeluarkan anjing untuk
mengusir kalian." Holmes lalu membisikkan sesuatu ke telinga
pelatih kuda itu. Dia menjadi sangat terkejul bagai
tersambar petir, dan wajahnya menjadi merah padam.
"Itu bohong!" teriaknya. "Keterlaluan
bohongnya!" "Baiklah. Mau dibicarakan di luar sini, di hadapan orang banyak, atau di kamar Anda""
"Oh, silakan masuk saja kalau itu yang kauinginkan."
Holmes lersenyum. "Kau tunggu di sini sebentar, ya, Watson, tak lebih dari beberapa menit,
kok," katanya. "Nah, Mr. Brown, mari."
Pembicaraan itu berlangsung selama dua puluh menit. Sinar kemerahan di langit telah berubah
menjadi kelabu ketika kedua orang itu muncul kembali. Tak pernah sebelumnya aku melihat perubahan
wajah yang sedemikian drastis dalam waktu hanya dua puluh menit. Wajah Silas Brown yang tadi
merah padam kini berubah menjadi pucat pasi, alisnya berkeringat, dan tangannya gemetaran, sehingga
pecut yang dibawanya bergoyang-goyang bagaikan ranting pohon yang ditiup angin kencang. Sikapnya
yang garang dan memerintah lenyap seketika, dan dia berjalan di samping Holmes bagaikan seekor
anjing yang patuh kepada tuntunan tuannya.
20 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Perintah Anda akan dijalankan. Semuanya," katanya.
"Jangan sampai terjadi kesalahan," kata Holmes sambil menoleh kepadanya. Mata pria di
sampingnya itu mengejap-ngejap ketakutan ketika dilihatnya pandangan Holmes yang memancarkan
ancaman. "Oh, tidak, tak akan terjadi kesalahan. Akan segera dikirim. Perlu diubah dulu atau tidak""
Holmes berpikir sejenak, lalu tergelak. 'Tidak," katanya, "Nanti saya akan kirim kabar. Awas,
jangan main-main, atau..."
"Oh, percayalah kepada saya, percayalah kepada saya!"
"Anda harus merawatnya baik-baik seakan-akan dia milik Anda sendiri."
"Serahkan saja semuanya pada saya."
"Baik. Nah, Anda akan menerima kabar dari saya besok pagi." Dia melangkah, tidak
mengacuhkan tangan gemetaran yang disodorkan kepadanya
, dan kami lalu kembali ke King's Pyland.
"Tak pernah kulihat sebelumnya seseorang yang sok kuasa, tapi pengecut dan licik seperti Tuan
Silas Brown ini," komentar Holmes dalam perjalanan kembali.
"Dia yang mengambil kuda itu, ya""
"Dia tak mengakuinya pada mulanya. Tapi aku lalu menceritakan apa saja yang telah
diperbuatnya pada pagi hari itu, sehingga dia pun yakin bahwa pada waktu itu aku memang berada di
tempat kejadian dan menyaksikan semua perbuatannya. Kaulihat, kan, jejak kaki orang di tanah tadi
sangat khas, yaitu depannya persegi, dan ternyata itu cocok dengan sepatunya. Lagi pula, tentu saja
seorang bawahan tak akan berani berbuat seperti apa yang dilakukannya. Kujelaskan kepadanya,
bagaimana ketika pagi-pagi sekali sebagaimana kebiasaannya, dia pergi ke luar, dan melihat seekor
kuda sedang berkeliaran di padang. Dia lalu mendekatinya, dan alangkah terkejutnya dia mengenali
bahwa kuda itu Silver Blaze, karena dahi kuda itu memang berwarna putih keperakan sebagaimana
namanya. Dia segera melihat kesempatan baik, karena inilah satu-satunya kuda yang kemungkinan
besar akan mengalahkan kuda piaraannya sendiri dalam pacuan mendatang. Lalu aku pun menjelaskan
bahwa pada mulanya dia ingin mengembalikan Silver Blaze ke King's Pyland, tapi niat jahat
membujuknya agar menyembunyikannya saja sampai pacuan berakhir. Lalu dia pun membawa kuda itu
21 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
untuk disembunyikan di Capleton. Setelah menjelaskan semua ini, dia pun menyerah, tapi yang
dipikirkannya cuma keselamatan dirinya saja."
"Tapi bukankah kandangnya sudah digeledah""
"Oh, seorang ahli kuda seperti dia kan banyak akalnya."
"Tak takutkah kau meninggalkan kuda itu padanya" Bagaimana kalau dia melukainya""
"Sobatku, dia akan memelihara kuda itu dengan sangat hati-hati. Dia tahu bahwa itulah satu-satunya harapan agar dia tak diperkarakan."
"Menurutku, Kolonel Ross pasti tak akan mengampuni perbuatannya itu."
"Masalahnya tak terlelak pada Kolonel Ross. Aku menjalankan metode-metodeku sendiri, dan
aku memutuskan untuk tak akan banyak bicara nantinya. Itulah kelebihannya kalau kita bekerja secara
tak resmi. Aku tak tahu apakah kau sadar akan hal itu, Watson, tapi sikap Pak Kolonel sendiri agak
congkak. Aku perlu memberinya sedikit pelajaran. Jangan katakan apa-apa tentang kudanya itu, ya""
"Pasti tidak, kalau kau tak mengizinkannya."
"Dan tentu saja soal kuda ini hanyalah sepele saja dibandingkan masalah siapa pembunuh John
Straker." "Dan kau akan melanjutkan penyelidikan""
"Tidak, kita sebaiknya pulang ke London dengan kereta api, malam ini."
Aku sangat terkejut mendengar kata-katanya. Kami baru berada di Devonshire selama beberapa
jam saja, kok, dia mau menghentikan penyelidikan yang telah dimulainya dengan amat cemerlang. Aku
benar-benar tak mengerti sikapnya. Aku tak berhasil mengorek apa pun darinya sampai akhirnya kami
tiba kembali di rumah pelatih kuda King's Pyland. Pak Kolonel dan Pak Inspektur sedang menunggu di
ruang tamu. "Kami akan kembali ke London dengan kereta api malam," kata Holmes. "Kami sudah cukup
menikmati udara Dartmoor yang indah dan segar ini."
Mata Pak Inspektur terbelalak, dan bibir Pak Kolonel menyeringai.
"Jadi Anda angkat tangan soal siapa pembunuh Straker yang malang"" katanya.
22 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
Holmes mengangkat bahu. "Memang ada kesulitan dalam pelacakannya," katanya. "Tapi saya
optimis kuda Anda akan siap bertanding pada hari Selasa depan, dan saya harap Anda mempersiapkan
jokinya. Bolehkah saya minta foto Mr. John Straker""
Pak Inspektur mengambil sehelai dari amplop yang ada di sakunya, lalu menyerahkannya pada
Holmes. "Pak Gregory yang terhormat, Anda tahu apa saja yang saya butuhkan. Kalau Anda tak
keberatan, silakan tunggu di sini sebentar, saya akan me
nanyai pelayan wanita."
"Terus terang, saya agak kecewa dengan konsultan dari London ini," kata Kolonel Ross dengan
tajam ketika temanku sudah meninggalkan ruangan. "Tak ada perkembangan apa-apa yang
dihasilkannya." "Paling tidak, dia menjamin bahwa kuda Anda akan bisa ikut lomba kataku.
"Apalah artinya jaminan"" kata Pak Kolonel sambil mengangkat bahu. "Saya lebih suka kalau
kuda itu kembali pada saya."
Baru saja aku hendak mengatakan sesuatu untuk membela temanku, dia sudah memasuki
ruangan lagi. "Nah, Tuan-tuan," katanya, "saya sudah siap
untuk kembali ke Tavistock."
Ketika kami berjalan menuju kereta, salah
satu petugas kuda membukakan pintunya. Sebuah
pemikiran tiba-tiba muncul di benak Holmes. Dia
mencondongkan tubuhnya ke depan, dan
menyentuh lengan petugas kuda itu.
"Ada beberapa domba di halaman," katanya.
"Siapa yang mengawasi domba-domba itu""
"Saya, sir." "Apakah ada hal-hal yang aneh akhir-akhir
ini"" 23 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Well, sir, memang ada sedikit keanehan, tiga di antara domba-domba itu menjadi pincang, sir."
Aku melihat Holmes merasa sangat gembira mendengar hal itu, karena dia tergelak dan
mengusap-usap kedua tangannya.
"Dugaan yang 'nekat', Watson, sangat 'nekat'," katanya sambil menggamit lenganku. "Gregory,
saya menyarankan agar Anda memperhatikan gejala aneh yang terjadi di antara domba-domba itu. Yuk,
jalan, Pak Kusir!" Kolonel Ross masih bersikap agak meremehkan kemampuan temanku, tapi kulihat wajah Pak
Inspektur berubah. Dia menjadi sangat tertarik pada apa yang baru dikatakan oleh temanku Sherlock
Holmes. "Menurut Anda, pentingkah hal itu"" tanyanya.
"Sangat penting."
"Adakah hal lain yang harus saya perhatikan""
"Tentang keanehan anjing penjaga waktu itu."
"Anjing itu kan tak berbuat sesuatu yang aneh waktu itu."
"Justru di situlah letak keanehannya," sahut Holmes.
Empat hari kemudian, aku dan Holmes kembali bepergian dengan kereta api menuju
Winchester, untuk menonton pacuan kuda yang memperebutkan Piala Wessex. Sebagaimana telah
diatur, Kolonel Ross menjemput kami di luar stasiun, lalu kami langsung diantarnya menuju luar kota.
Wajahnya murung, dan sikapnya sangat dingin.
"Sampai sekarang, saya belum melihat batang hidung kuda saya," katanya.
"Tentunya Anda akan mengenalinya kalau Anda melihatnya"" tanya Holmes.
Kemarahan Pak Kolonel tak terbendung lagi. "Saya sudah mengikuti pacuan-pacuan semacam
ini selama dua puluh tahun, dan tak pernah ada orang yang mengajukan pertanyaan konyol seperti itu,"
katanya. "Anak kecil saja akan mengenali Silver Blaze, karena dahinya berwarna putih keperakan dan
bagian luar kaki depannya belang-belang."
"Bagaimana dengan pasar taruhan""
24 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Well, itulah yang membuat saya penasaran. Kemarin angkanya berkisar antara lima belas
banding satu, tapi angka itu terus menurun, dan sekarang tinggal tiga banding satu."
"Hmm!" kata Holmes. "Jelas, ada orang yang mengendus telah terjadinya sesuatu."
Ketika kereta sampai di dekat tempat pacuan, aku menengok ke papan pengumuman. Bunyinya:
Pendaftaran untuk Kejuaraan Piala Wessex. 50 sovereign per kuda. Hadiah pertama
untuk kuda yang berusia empat atau lima tahun: 1.000 sovereign. Hadiah kedua: 300 pound.
Hadiah ketiga: 200 pound. Perlombaan jenis baru: jarak tiga per-empat kilometer, lima putaran.
1. The Negro, milik Mr. Heath Newton. Topi merah, jaket coklat muda.
2. Pugilist, milik Kolonel Wardlaw. Topi merah jambu, jaket biru dan hitam.
3. Desborough, milik Lord Blackwater. Topi dan lengan jaket berwarna kuning.
4. Silver Blaze, milik Kolonel Ross. Topi hitam, jaket merah.
5. Iris, milik Duke of Balmoral. Bergaris-garis kuning dan hitam.
6. Rasper, milik Lord Singleford. Topi ungu, lengan jaket hitam.
"Kami telah mencoret nama kuda kami yang lain, karena kami percaya pada omongan Anda,"
kata Pak Kolonel. "L
ho, apa itu" Silver Blaze kok tercantum di daftar""
"Lima banding empat untuk Silver Blaze!" teriak pembawa acara. "Lima banding empat untuk
Silver Blaze! Lima belas banding lima untuk Desborough! Lima banding empat yang banyak dipilih!"
"Lihat daftarnya di atas itu," seruku. "Ada enam kuda yang berlomba."
"Enam" Jadi kuda milik saya ikut bertanding"" teriak Pak Kolonel dengan bingung. "Tapi saya
belum melihatnya. Warna topi dan jaket joki saya juga belum terlihat lewat di landasan pacuan."
"Baru lima yang lewat. Yang berikut ini pastilah yang Anda maksud."
Setelah aku berkata demikian, seekor kuda pemburu yang perkasa meluncur dari pintu
permulaan pertandingan, dan melaju melewati kami, jokinya mengenakan topi hitam dan jaket merah,
warna kebanggaan Pak Kolonel.
"Itu bukan kuda saya," teriak Pak Kolonel. "Rambutnya tidak berwarna putih. Apa sebenarnya
25 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
yang telah Anda lakukan, Mr. Holmes""
"Well, well, coba lihat bagaimana larinya kuda itu," kata temanku dengan tenang, tak peduli
dengan macam-macam pertanyaan dari Pak Kolonel. Selama beberapa menit dia asyik dengan
teropongnya: "Hebat! Lompatan awal yang luar biasa!" serunya tiba-tiba. "Di sana, sedang membelok!"
Dari kereta, kami bisa melihat dengan jelas ketika kuda-kuda yang berlomba itu memasuki
landasan pacu yang lurus. Keenam kuda itu begitu berdekatan satu sama lain, sehingga nampaknya
mereka akan bisa diraup dengan mudah dengan menggunakan selembar karpet yang besar, tapi setelah
melewati setengah jalan, kuda berjoki jaket kuning dari Kandang Capleton melaju mendahului lawan-lawannya. Dia mengerahkan seluruh kemampuannya, tapi kuda Pak Kolonel berhasil mengejar ke
depan, sehingga Silver Blaze-lah yang pertama mencapai garis akhir, dengan selisih hanya kira-kira
enam langkah dengan Desborough di tempat kedua. Kuda Duke of Balmoral menyusul kemudian di
tempat ketiga. "Bagaimanapun, saya memenangkan pacuan ini," katanya dengan tercekat sambil mengusap
kedua matanya. "Saya akui, saya tak tahu-menahu soal ini. Tidakkah sudah waktunya Anda
menjelaskan misteri ini, Mr. Holmes""
"Ya, Kolonel, semuanya akan segera dijelaskan kepada Anda. Mari kita menemui kuda juara itu.
Nah, ini dia," lanjutnya sambil menghampiri tempat penimbangan. Hanya pemilik dan teman-teman
dekat mereka yang boleh masuk ke situ.
"Anda hanya perlu menggosok muka dan kakinya dengan anggur, dan dia akan kembali seperti
Silver Blaze yang semula."
"Anda membuat saya sesak napas!"
"Saya temukan dia berada di tangan seorang penipu, dan saya sengaja memasukkannya ke
pacuan dengan penampilan barunya itu."
"Sir, Anda telah melakukan sesuatu yang ajaib. Kuda itu kelihatannya dalam keadaan baik dan
sehat. Larinya kencang sekali. Saya harus mmia maaf, karena telah meragukan kemampuan Anda.
Pelayanan Anda memuaskan sekali, karena nyatanya kuda saya bisa kembali. Saya akan sangat
gembira kalau Anda bersedia pula melacak pembunuh John Straker."
26 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
"Saya sudah melakukan pelacakan," kata Holmes dengan suara lirih.
Aku dan Pak Kolonel menatapnya dengan terkejut. "Anda telah menemukannya! Kalau begitu,
di mana sang pembunuh itu""


Sherlock Holmes - Silver Blaze di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada di sini." "Di sini! Di mana""
"Dekat saya." Wajah Pak Kolonel merah padam. "Saya memang berutang budi pada Anda, Mr. Holmes,"
katanya. "Tapi kata-kata Anda barusan benar-benar merupakan lelucon yang tak lucu, atau penghinaan
besar." Sherlock Holmes tergelak. "Saya jamin, tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak saya
bahwa Anda telah melakukan tindak kejahatan, Kolonel," katanya. "Pembunuhnya adalah yang sedang
berdiri di belakang Anda."
Dia melompat ke samping, dan menaruh tangannya di leher kuda unggul yang b
erkilat itu. "Kuda ini!" teriakku bersamaan dengan Pak Kolonel.
"Benar. Dan agar tak terlalu berat kesalahan
yang dituduhkan kepadanya, kuda itu membunuhnya
dalam upaya membela diri. John Straker itu benar-benar bawahan yang tak bisa dipercaya. Tapi, bel
telah berbunyi, dan karena saya ingin memenangkan
sedikit taruhan di perlombaan berikutnya, sebaiknya
saya tunda dulu penjelasan yang panjang-lebar ini
sampai ada waklu yang lebih cocok."
Malamnya, kami menumpang kereta api
menuju London, dan sengaja memilih tempat di
sudut. Perjalanan itu terasa pendek baik bagi Pak
Kolonel maupun bagi diriku sendiri karena kami
asyik mendengarkan penuturan temanku tentang apa
27 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
yang sebenarnya telah terjadi di kandang latihan Dartmoor pada Senin malam yang lalu, dan
bagaimana caranya menyibakkan semua itu.
"Saya akui," katanya, "bahwa semua teori yang saya dasarkan pada laporan-laporan surat kabar
ternyata salah semua. Sebetulnya ada beberapa indikasi yang bisa didapat, tapi tertutup oleh hal-hal lain
sehingga tak terlihat kepentingannya. Waktu berangkat ke Devonshire, saya berkeyakinan bahwa
Fitzroy Simpson memang pelakunya, walau bukti-bukti yang memberatkannya belum cukup.
"Ketika berada di dalam kereta menuju rumah Pak Pelatih, barulah saya menyadari pentingnya
peranan kare daging yang menjadi menu makan malam petugas kuda. Kalian mungkin masih ingat
bahwa waktu itu saya sedang melamun dan tetap tinggal di kereta walaupun kalian semua sudah turun.
Waktu itu saya sedang berpikir keras, karena petunjuk itu hampir saja tak saya perhatikan."
"Harus saya akui bahwa sekarang pun saya masih belum memahami bagaimana kare daging itu
dapat menolong kita memecahkan masalah ini," kata Pak Kolonel.
"Kare daging itu menjadi awal jalinan pertimbangan saya. Bubuk opium itu ada rasanya, lho.
Tidak pahit memang, tapi masih dapat dirasakan. Kalau dicampurkan ke makanan lain, orang yang
memakannya pasti curiga lalu berhenti makan. Kare tepat sekali dipakai untuk menyembunyikan rasa
opium itu. Tak mungkin orang asing bernama Fitzroy Simpson ini bisa menentukan menu masakan di
rumah Pak Pelatih. Dan kalau dikatakan telah terjadi kebetulan bahwa pada saat dia membubuhkan
bubuk opium ke piring makan petugas kuda, ternyata menunya pas kare daging sehingga
menyembunyikan rasa bubuk opium itu, sungguh tak masuk akal. Itulah sebabnya bukan Simpson
pelakunya, sehingga perhatian kita lalu terpusat kepada suami istri Straker, pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pilihan menu di keluarga itu. Opium dibubuhkan pada piring yang
dimaksudkan akan dikirim ke petugas kuda, karena orang lain yang juga makan menu yang sama
ternyata tak terkena efek opium sama sekali. Di antara suami istri ini, manakah yang mungkin
melakukannya tanpa sepengetahuan pelayan wanita"
"Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya sudah menyadari pentingnya peranan anjing penjaga,
yang ternyata tak menyalak sedikit pun malam itu. Satu kesimpulan yang ternyata benar dapat
menuntun kita ke langkah-langkah berikutnya. Insiden yang melibatkan Simpson menunjukkan bahwa
ada seekor anjing yang menunggui kandang malam itu, dan toh, ketika seseorang memasuki kandang
28 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
dan mengambil seekor kuda, dia tak menyalak dengan nyaring. Buktinya kedua petugas kuda lainnya
yang sedang tidur di bagian atas kandang tak terbangun. Jelas bahwa yang masuk ke kandang adalah
orang yang dikenal baik oleh sang anjing.
"Saya langsung merasa yakin, atau hampir yakin, bahwa John Straker-lah orangnya. Untuk apa"
Tentu saja untuk suatu niat jahat, karena kalau tidak, untuk apa dia sampai membius petugas
kudanya sendiri" Tapi saya belum tahu apa tepatnya yang dikehendakinya. Ada beberapa kasus serupa yang
pernah saya tangani sebelumnya, di mana pelatih kuda meraup keuntungan besar melalui kaki
tangannya dengan menjagokan kuda yang bukan dilatihnya, lalu mengupayakan kecurangan-kecurangan sedemikian rupa sehingga kuda yang dilatihnya tak memenangkan pacuan. Kadang-kadang
dengan menyogok jokinya. Kadang-kadang dengan cara-cara lain yang lebih meyakinkan dan tak
kentara sama sekali. Itukah yang terjadi dalam kasus ini" Saya berharap isi sakunya akan menunjukkan
sesuatu. "Dan, benarlah. Anda kan masih ingat pisau unik yang ditemukan di tangan korban, pisau yang
secara logis tak mungkin dipakai orang sebagai senjata untuk melindungi dirinya. Sebagaimana yang
dikatakan Dr. Watson, pisau itu biasanya dipakai untuk pembedahan yang halus di rumah sakit. Dan
memang itulah yang akan dilakukan Straker malam itu. Dengan pengalaman Anda dalam pacuan kuda,
Anda pasti tahu, Kolonel Ross, bahwa kalau urat paha kuda ditoreh sedikit, dan dikerjakan dengan hati-hati, pasti efeknya tak akan terlihat, Tapi kuda itu akan menjadi agak pincang, dan gerakan kakinya
akan agak meregang atau akan terasa sedikit nyeri pada waktu dia berlari selama pertandingan
berlangsung." "Penjahat tengik! Bajingan!" teriak Pak Kolonel. "Jadi begitulah penjelasannya mengapa John
Straker membawa kuda itu ke luar. Hewan kekar itu pasti akan berteriak gaduh dan membangunkan
orang-orang yang sedang tidur, kalau ditoreh begitu. Jadi harus dilakukan di alam terbuka."
"Betapa butanya saya selama ini!" teriak Pak Kolonel. "Tentu saja, itulah sebabnya mengapa dia
juga memerlukan lilin dan korek api."
"Jelas sekali. Tetapi, ketika saya meneliti barang-barangnya saya tidak hanya tahu bagaimana
dia menjalankan kejahatannya, tapi juga apa motif tindakannya itu. Sebagai orang yang
berpengalaman, Kolonel, Anda pasti tahu bahwa pria biasanya tak membawa-bawa kuitansi milik orang
29 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
lain di sakunya. Barang-barang kita sendiri yang perlu dibawa saja sudah memenuhi saku. Saya
langsung menyimpulkan bahwa Straker memiliki kehidupan ganda, dan punya rumah lain di samping
rumahnya yang di dekat kandang itu. Kuitansi itu menunjukkan keterlibatan seorang wanita lain, yang
suka memakai barang-barang yang mahal harganya. Walaupun Anda menggaji pegawai Anda dengan
tinggi, tak mungkin mereka kuat membeli gaun-gaun seharga dua puluh guinea untuk istri mereka.
Saya bertanya kepada Mrs. Straker tentang gaun-gaun yang tertera di kuitansi suaminya tanpa
membuatnya curiga, dan jawaban yang saya dapat ialah bahwa dia tak memiliki gaun-gaun itu. Saya
lalu mengecek ke alamat penjual gaun-gaun itu dengan membawa foto Straker, maka terbongkarlah
kisah petualangan asmara pria bernama 'Darbyshire' ini.
"Sejak itu semuanya menjadi jelas. Straker menuntun kuda itu ke sebuah lubang supaya cahaya
lilinnya tak terlihat oleh orang lain. Ketika Simpson melarikan diri, syalnya terjatuh tanpa
sepengetahuannya. Straker memungut syal itu karena mungkin bisa dipergunakannya untuk membalut
bekas torehan yang direncanakannya. Setibanya di lubang, dia menuju ke belakang kuda untuk
menyalakan lilin, tapi binatang itu menjadi terkejut dengan adanya sinar yang tiba-tiba itu. Naluri
binatangnya segera mengendus adanya rencana tindak kejahatan. Dia lalu berontak untuk lari dan
sepatu bajanya tepat menyepak dahi Straker. Walaupun hujan lebat, Straker telah melepaskan jaketnya
supaya tak mengganggunya dalam melaksanakan operasinya yang cukup halus. Ketika dia terjatuh oleh
tendangan kuda itu, pisau operasinya menancap ke pahanya. Apakah penuturan saya cukup jelas""
"Hebat!" seru Pak
Kolonel. "Hebat! Sepertinya Anda berada di tempat kejadian dan
menyaksikan semua ini!"
"Dugaan saya yang terakhir ini saya kira agak 'nekat'. Begini, Straker orang yang amat hati-hati.
Menurut saya, sebelum melakukan operasinya pada Silver Blaze, dia pasti berlatih dulu. Binatang apa
yang bisa dijadikannya sebagai kelinci percobaan" Mata saya tertumbuk pada domba-domba yang
berkeliaran, dan saya sempat menanyakan sesuatu, yang anehnya, membuktikan kebenaran dugaan
saya." "Anda betul-betul menyingkap semuanya, Mr. Holmes."
"Ketika kembali ke London, saya mampir ke toko pakaian itu, yang pemiliknya mengenal
Straker sebagai langganan yang baik dengan nama Darbyshire, yang mempunyai istri yang cantik jelita
30 Sir Arthur Conan Doyle Kuda Pacuan Silver Blaze
dan sangat suka mengenakan gaun yang mahal-mahal. Saya yakin wanita inilah yang telah
membuatnya terlilit utang, sehingga dia merencanakan kecurangan ini."
"Semua sudah Anda jelaskan kecuali satu
hal," seru Pak Kolonel. "Ke mana larinya kuda itu""
"Ah, dia melarikan diri, dan terlihat oleh
salah satu tetangga Anda yang lalu merawatnya
dengan baik. Saya rasa, kita tak usah
mempermasalahkan hal itu lagi. Kita sudah sampai
di Perempatan Clapham dan sepuluh menit lagi tiba
di Victoria. Kalau Anda tak keberatan untuk singgah
dan mengisap cerutu sebentar di tempat kami,
Kolonel, dengan senang hati akan saya ceritakan
rincian-rincian lainnya yang pasti akan menarik
perhatian Anda." TAMAT tamat Manusia Penyebar Kutuk 2 Joko Sableng Malaikat Penggali Kubur Pedang Medali Naga 20
^