Pencarian

House Of Hades 4

The Heroes Of Olympus 4 House Of Hades Bagian 4


di atas geladak. "Kau tidak apa-apa?" tanya Piper. "Tidak apa-apa," gumam Jason. "Kehilangan senjata,
tapi tidak apa-apa." "Tembak tempurung!" Leo berseru, memutar-mutar alat pengendali Wii-nya. Hazel
mengira buritan meledak. Semburan api meledak di belakang mereka, menyelubungi kepala si kura-kura.
Kapal itu melesat ke depan dan melemparkan Hazel ke geladak lagi. Hazel mengangkat tubuhnya dan
melihat kapal itu melompat-lompat di atas ombak dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan jejak api
seperti roket. Kura-kura itu sudah seratus meter di belakang mereka, kepalanya gosong dan
mengepulkan asap. Monster itu melenguh frustrasi dan mulai mengejar mereka, kaki dayungnya
mengayuh air dengan kekuatan sedemikian rupa hingga kura-kura itu benar-benar mulai menyusul
mereka. Jalan masuk ke selat itu masih setengah mil lagi. "Pengalih perhatian," gumam Leo. "Kita tak
akan pernah mencapainya kecuali kita punya pengalih perhatian." "Pengalih perhatian," ulang Hazel.
Dia berkonsentrasi dan berpikir: Anion! Hazel sama sekali tidak tahu apakah itu akan berhasil. Namun,
seketika itu juga, dia melihat sesuatu di kaki langit"sekilas cahaya dan asap. Benda itu melintasi
permukaan Laut Adriatik. Dalam sekejap, Anion berdiri di atas geladak belakang. Dewa-dewi Olympus,
pikir Hazel. Aku suka sekali kuda ini. Anion mendengus seolah-olah berkata, Tentu saja. Kau tidak bodoh.
Hazel menaiki punggung Anion. "Piper, charmspeak-mu bisa hermanfaat." "Pada zaman dahulu kala, aku
suka kura-kura," gumam Piper, sambil menerima bantuan untuk naik. "Sekarang tidak lagi!" Hazel
memacu Anion. Kuda itu melompat ke sisi kapal, menghantam air dengan lompatan penuh. Kura-kura
itu berenang dengan cepat, tetapi is tidak bisa menyamai kecepatan Anion. Hazel dan Piper melesat ke
sana-kemari di sekitar kepala sang monster, Hazel menebas dengan pedang, Piper meneriakkan
perintah-perintah acak seperti, " Menyelam! Belok kiri! Lihat di belakangmu!" Pedang tidak bisa melukai.
Setiap perintah hanya bekerja Sesaat, tetapi mereka membuat kura-kura itu sangat jengkel. Anion
meringkik mengejek saat si kura-kura menerkamnya, hanya untuk mendapatkan mulut penuh asap kuda.
Segera saja si monster melupakan Argo II sepenuhnya. Hazel terus menusuk-nusuk kepalanya. Piper
terus menjerit-jeritkan perintah dan menggunakan kornukopianya untuk melemparkan kelapa dan ayam
panggang ke bola mata si kura-kura. Begitu Argo II melewati selat, Anion menghentikan gangguannya.
Mereka melesat mengejar kapal, dan sejenak kemudian mereka sudah kembali berada di atas geladak.
Api roket telah padam walaupun lubang-lubang angin perunggu yang mengepulkan asap masih
menyembul dari geladak. Argo II bergerak maju dengan susah payah menggunakan kekuatan layar,
tetapi rencana mereka membuahkan hasil. Mereka tertambat dengan aman di perairan yang dangkal,
sebuah pulau panjang berbatu di sebelah kanan dan tebing-tebing putih curam sebuah daratan besar di
sebelah kiri. Si kura-kura berhenti di jalan masuk ke dalam selat dan memelototi mereka dengan tatapan
mengancam, tetapi is tidak berusaha mengikuti. Tempurungnya jelas terlalu lebar. Hazel turun dari kuda
dan mendapat pelukan eras dari Frank. "Tadi itu bagus sekali!" Wajah Hazel merona. "Terima kasih."
Piper meluncur turun ke sebelah Hazel. "Leo, sejak kapan kita punya propulsi jet?" "Ah, kau tahulah ...."
Leo berusaha terlihat rendah hati.tetapi gagal. "Hanya hal kecil yang kubuat pada waktu luangku. Aku
berharap bisa memberi kalian lebih dari sekadar pembakaran beberapa detik, tetapi setidaknya itu
membuat kita keluar dari sana. "Dan, memanggang kepala si kura-kura," kata Jason penuh penghargaan. "Jadi, bagaimana
sekarang?" "Bunuh kura-kura itu!" kata Pak Pelatih. "Masa kalian harus bertanya" Kita sudah cukup jauh.
Kita punya katapel. Siapkan senjata, Para Demigod!" Jason mengerutkan dahi. "Pak Pelatih, pertarnatama, Anda membuatku kehilangan pedang." "Hei! Aku tidak minta dievakuasi!" "Kedua, kurasa katapel
tidak akan ada gunanya. Tempurung itu seperti kulit Singa Nemea. Kepalanya juga tidak lebih lunak."
"Kalau begitu, kita masukkan amunisi ke tenggorokannya," kata Pak Pelatih, "seperti yang kalian lakukan
dengan monster ,udang itu di Atlantik. Ledakkan dari dalam." Frank menggaruk-garuk kepalanya.
"Mungkin bisa. Tapi,berarti kita akan punya bangkai kura-kura seberat lima juta kilogram menghalangi
jalan masuk ke teluk. Jika kita tidak bisa terbang karena dayung rusak, bagaimana kita mengeluarkan
kapal ini?" "Kita tunggu dan kita perbaiki dayungnya!" kata Pak Pelatih. "Atau, berlayar saja ke arah lain,
dasar bahlul!" Frank tampak bingung. "Bahlul itu apa?" "Teman-Teman!" Nico memanggil dari tiang.
"Tentang herlayar ke arah lain" Kukira itu tidak akan bisa dilakukan." Dia menunjuk ke seberang haluan.
Sekitar setengah kilometer di depan mereka, hamparan tanah berbatu yang panjang itu melengkung dan
bertemu dengan tebing. Terusan itu berakhir dalam bentuk V sempit. "Kita tidak berada di sebuah
selat," kata Jason. "Kita berada di jalan buntu." Rasa dingin merayapi jari kaki dan tangan Hazel. Pada
langkan di sebelah kiri kapal, Gale si sigung berjongkok, menatap penuh harap kepada Hazel. "Ini
jebakan," kata Hazel. Yang lain menatapnya. "Ah, tidak apa-apa," kata Leo. "Seburuk-buruknya yang
terjadi, kita bisa perbaiki. Mungkin makan waktu semalaman, tetapi aku bisa membuat kapal ini terbang
lagi." Di mulut teluk kecil, si kura-kura meraung. Ia sepertinya tidak tertarik meninggalkan tempat itu.
"Yah ...." Piper mengangkat bahu. "Setidaknya kura-kura itu tidak bisa mencapai kita. Kita aman di sini."
Itu sesuatu yang seharusnya tak dikatakan oleh demigod. Kata-kata itu nyaris belum sempat
meninggalkan mulut Piper ketika sebatang anak panah menancap ke layar utama, lima belas sentimeter
dari wajahnya. Awak kapal berhamburan untuk beilindung, kecuali Piper, yang berdiri membeku di tempat, mulut
ternganga memandang anak panah yang nyaris menusuk hidungnya dengan keras. "Piper, merunduk!"
Jason berbisik parau. Tetapi, tidak ada anak panah lain yang menghujani mereka. Frank mengamati
sudut anak panah itu di dalam layar dan menunjuk ke arah puncak tebing. "Di atas sana," katanya. "Satu
pemanah. Kalian lihat?" Matahari menyinari matanya, tetapi Hazel melihat sebuah sosok kecil berdiri di
atas tebing. Baju baja perunggunya berkilat-kilat. "Siapa dia?" tanya Leo. "Mengapa dia menembaki
kita?" "Teman-Teman?" Suara Piper lemah dan sayup-sayup. "Ada pesan." Hazel tidak melihatnya tadi,
tetapi sebuah gulungan perkameti terikat pada batang panah. Hazel tidak yakin mengapa, tetapi hal itu
membuatnya marah. Dia bergegas menghampirinya dan melepas ikatannya. "Eh, Hazel?" kata Leo. "Kau
yakin itu aman?" Hazel membaca pesan itu keras-keras. "Kalimat pertama: Bersiaga Mengantar." "Apa
maksudnya?" Pak Pelatih Hedge mengeluh. "Kira memang siaga. Yah, walau dalam keadaan merunduk.
Dan, kalau pria itu mengharapkan antaran piza, lupakan saja!" "Ada lagi," kata Hazel. "Ini perampokan.
Kirim dua anggota kalian ke atas tebing beserta seluruh barang berharga kalian. Tidak
lebih dari dua. Jangan gunakan kuda sihir. Jangan terbang. Jangan ada muslihat. Panjat saja." "Panjat
apa?" tanya Piper. Nico menunjuk. "Di sana." Serangkaian anak tangga sempit terpahat di tebing,
mengarah atas. Kura-kura, terusan buntu, tebing .... Hazel punya perasaan
ni bukan kali pertama si penulis surat menyerang sebuah kapal di sini. Dia berdeham dan meneruskan
membaca keras-keras: " Maksudku benar-benar semua barang berharga. Kalau tidak, kura-kuraku dan
aku akan membinasakan kalian. Kalian punya waktu lima menit." "Gunakan katapel!" teriak Pak Pelatih.
"NB.," baca Hazel, "Jangan pernah berpikir menggunakan katapel kalian." "Sialan!" kata Pak Pelatih.
"Orang ini hebat." "Apakah pesan itu ditandatangani?" tanya Nico. Hazel menggelengkan kepala. Dia
pernah mendengar sebuah cerita di Perkemahan Jupiter, yang ada hubungannya dengan seorang
perampok yang bekerja dengan seekor kura-kura raksasa, tetapi seperti biasa, begitu dia memerlukan
informasinya, cerita Itu secara menjengkelkan menyelip ke bagian belakang ingatannya, sulit untuk
muncul. Si musang Gale memandanginya, menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan Hazel.
Ujian belum terlewati, pikir Hazel. Mengalihkan perhatian kura-kura itu tidaklah cukup. Hazel belum
membuktikan apa-apa tentang bagaimana dia bisa mengendalikan Kabut terutama karena dia tidak bisa
mengendalikan Kabut. Leo mengamati bagian puncak tebing dan bergumam sangat lirih. "Bukan lintasan yang bagus. Bahkan,
jika aku bisa mempersiapkan katapel sebelum orang itu menusuk kita dengan anak panah, kurasa aku
tak bisa melontarkan tembakan. Jaraknya puluhan meter, nyaris tegak lures ke atas." "Yeah." Frank
menggerutu. "Busurku juga tidak berguna. Dia punya keuntungan yang sangat besar karena berada di
atas kita seperti itu. Aku tak bisa. menjangkaunya." "Dan, ehm ...." Piper menyentuh anak panah yang
tertancap di tiang kapal. "Aku punya perasaan dia penembak yang baik. Kurasa dia tadi tidak berniat
menyasarku. Tapi, jika dia berniat begitu Piper tidak perlu menjelaskan. Siapa pun perampok itu, dia bisa
mengenai sasaran dari jarak puluhan meter. Dia bisa memanah mereka semua sebelum mereka bisa
bereaksi. "Aku akan ke sana," kata Hazel. Dia membenci gagasan itu, tetapi dia yakin Hecate telah
merancang semua ini sebagai semacam tantangan yang keji. Ini adalah ujian Hazel"giliran Hazel untuk
menyelamatkan kapal. Seolah-olah dia butuh penegasan, Gale berlari menyusuri langkan dan melompat
ke atas bahunya, siap untuk menumpang. Awak kapal lain menatapnya. Frank mencengkeram busurnya.
"Hazel?" "Tidak, dengarkan aku," tukas Hazel, "penyamun ini menginginkan benda berharga. Aku bisa
pergi ke atas sana, memanggil emas, permata, apa pun yang dia inginkan." Leo mengangkat satu alisnya.
"Jika kita memenuhi tuntutannya, apa menurutmu dia benar-benar akan melepaskan kita?" "Kita tidak
punya banyak pilihan," kata Nico. "Antara orang ini dan si kura-kura ...."
Jason mengangkat tangan. Yang lain terdiam. "Aku juga akan pergi," katanya. "Surat itu mengatakan dua
orang. Aku akan mengantar Hazel naik ke sana dan menjaga-nya. Lagi pula, aku tidak suka penampilan
tangga itu. Jika Hazel la tuh yah, aku bisa menggunakan angin untuk memastikan ipaya kami berdua
tidak jatuh dengan keras." Anion meringkik memprotes, seolah-olah mengatakan, Kau tanpa aku" Kau
bercanda, `kan" "Aku harus melakukannya, Arion," kata Hazel. "Jason ya. Kurasa kau benar. Ini adalah
rencana terbaik." "Aku hanya berharap pedangku masih ada." Jason memelototi pak Pelatih. "Pedangku
ada di dasar lautan sana, dan tidak ada percy yang bisa mengambilnya." Nama Percy melintasi mereka
seperti mendung. Suasana di geladak menjadi semakin suram. Hazel mengulurkan tangan. Dia tidak
memikirkannya. Dia nya berkonsentrasi pada air dan memanggil emas Imperial. Gagasan bodoh. Pedang
itu terlalu jauh, barangkali puluhan eter di bawah air. Tetapi, Hazel merasakan sentakan cepat di irijemarinya, seperti tali kail yang tergigit, dan pedang Jason Hit layang keluar dari air menuju tangannya.
"Ini," kata Hazel sambil menyerahkan pedang itu. Mata Jason melebar. "Bagaimana jarak pedang ini
nyaris sctengah kilometer!" "Aku berlatih," jawab Hazel walau itu tidak benar. Hazel berharap dia tidak
mengutuk pedang Jason secara tak sengaja dengan memanggilnya, seperti dia mengutuk batu-batu
permata dan logam mulia. Namun, entah bagaimana dia merasa kasusnya berbeda pada ijata.
Bagaimanapun, dia pernah mengangkat sekumpulan
peralatan emas Imperial dari Gletser Bay dan membagikanny kepada Kohort V. Peralatan itu baik-baik
saja. Hazel memutuskan untuk tidak merisaukan hal itu. Dia merasa begitu marah terhadap Hecate dan
begitu lebih dimanipulasi para dewa sehingga dia tidak hendak membiarkan persoalan sepele apa pun
menghalanginya. "Sekarang, jika tidak ada keberatan lain, ada perampok yang harus kami temui."
BAB DUA PULUH TUJUH HAZEL HAZEL SUKA TEMPAT TERBUKA YANG luas"tetapi menaiki Bing setinggi enam puluh meter dengan
tangga tanpa terali, ditambah seekor musang pemarah di atas bahunya" Tidak terlalu. i'rutama ketika
dia seharusnya bisa mengendarai Arion ke puncak dalam hitungan detik. Jason berjalan di belakang
Hazel agar dia bisa menangkap hazel jika Hazel jatuh. Hazel menghargainya, tetapi hal itu tidak
membuat turunan curam tersebut lebih menyenangkan. Dia melirik ke kanan, sebuah kesalahan.
Kakinya nyaris tcrgelincir, semburan kerikil berjatuhan dari tepian tebing. Gale mencicit ketakutan. "Kau
tidak apa-apa?" tanpa Jason. "Ya." Jantung Hazel melompat-lompat di dalam tulang iganya. Fidak apaapa." Tidak ada ruang bagi Hazel untuk menoleh ke arah Jason. Hazel hanya harus yakin Jason tak akan
membiarkannya jatuh menjemput maut. Karena Jason bisa terbang, dia adalah saw-satunya bantuan
yang masuk akal. Meski demikian, Hazel berharap
Frank-lah yang menemaninya, atau Nico, atau Piper, atau Leo. Atau, bahkan yah, baiklah, mungkin
bukan Pak Pelatih Hedge. Namun, tetap saja Hazel tidak bisa membaca Jason Grace. Sejak Hazel tiba di
Perkemahan Jupiter, dia mendengar banyak cerita tentang Jason. Para penghuni perkemahan berbicara
dengan takzim tentang putra Jupiter yang menanjak dari pangkat rendahan di. Kohort V menjadi praetor,
memimpin mereka menuju kemenangan dalam Pertempuran Gunung Tam, kemudian menghilang.
Bahkan, saat ini, setelah segala peristiwa yang terjadi beberapa minggu terakhir, Jason lebih seperti
legenda daripada manusia nyata. Hazel sangat kesulitan menyukainya, dengan mata biru dingin dan
sikapnya yang hati-hati, seolah dia memperhitungkan setiap kata sebelum mengucapkannya. Selain itu,
Hazel tidak bisa melupakan bagaimana Jason slap mencoret saudara Hazel, Nico, ketika mereka
mengetahui Nico tertawan di Roma. Jason waktu itu berpikiran bahwa Nico adalah umpan untuk sebuah
jebakan. Dia benar. Dan mungkin, setelah kini Nico aman, Hazel bisa memahami mengapa kehati-hatian
Jason itu bagus. Tetap saja, dia tidak tahu harus berpikir apa tentang cowok itu. Bagaimana jika mereka
menghadapi kesulitan di puncak tebing itu, dan Jason memutuskan bahwa menyelamatkan Hazel tidak
sangat bermanfaat bagi misi mereka" Hazel memandang ke atas. Dia tidak bisa melihat penyamun itu
dari sini, tetapi Hazel merasa orang itu tengah menunggu. Hazel yakin dia bisa memunculkan cukup
banyak permata dan emas untuk membuat penyamun paling tamak pun terkesan. Dia bertanya-tanya
apakah harta karun yang dia panggil masih menimbulkan kesialan. Dia tidak pernah yakin apakah
kutukan itu telah terpatahkan ketika dia mati untuk kali pertama. Saat ini sepertinya merupakan
kesempatan yang baik untuk mengetahui hal itu. Siapa saja yang merampok para demigod tak berdosa
hersama seekor kura-kura raksasa layak mendapatkan beberapa kutukan keji. Gale si musang melompat
dari bahu Hazel dan berlari mendahului. Gale menengok ke belakang dan menyalak penuh semangat.
"Aku sudah bergerak secepat mungkin," gumam Hazel. Hazel tak bisa mengenyahkan perasaan bahwa
musang itu sangat ingin melihat dia gagal. "Soal, ehm, mengendalikan Kabut," kata Jason. "Apakah kau
inengalami kemajuan?" "Tidak." Hazel mengakui. Dia tidak suka memikirkan kegagalan-kegagalannya"
burung camar yang tak bisa diubahnya menjadi naga, pemukul bisbol Pak Pelatih Hedge yang menolak
mati-matian untuk berubah menjadi hotdog. Hazel hanya tak bisa membuat dirinya percaya bahwa
wmua itu mungkin. "Kau pasti bisa," kata Jason. Nada suara Jason mengejutkan Hazel. Ini bukan
komentar sambil lalu sekadar untuk bersikap sopan. Jason terdengar benar-benar yakin. Hazel terus
menaiki tangga, tetapi dia membayangkan Jason memandanginya dengan mata biru yang tajam itu,
rahangnya mengatup penuh percaya diri. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?" tanya Hazel. "Aku yakin saja.
Aku punya naluri yang bagus tentang apa yang bisa dilakukan orang"lebih tepatnya demigod. Hecate
tidak akan memilihmu jika dia tidak yakin kau punya kekuatan." Mungkin perkataan itu seharusnya
membuat Hazel merasa lebih baik. Tetapi, nyatanya tidak begitu. Hazel juga punya naluri yang baik
tentang orang. Dia tnemahami apa yang memotivasi sebagian besar teman-temannya"bahkan saudara
lelakinya, Nico, yang tak mudah dibaca.
Tetapi, Jason" Dia sama sekali tidak bisa menebak. Semua: orang mengatakan Jason adalah pemimpin
yang alamiah. Haze] memercayainya. Jason baru saja membuatnya merasa sepert anggota tim yang
berharga, mengatakan kepadanya bahwa di mampu melakukan apa saja. Namun, apa yang mampu
dilakukar oleh Jason" Hazel tidak bisa menyampaikan keraguannya ini kepada siar pun. Frank terkagumkagum kepada cowok ini. Piper, tentu saja terpesona setengah mati. Leo adalah sobat karib Jason.
Bahkan Nico sepertinya mengikuti kepemimpinan Jason tanpa keraguan Namun, Hazel tak bisa
melupakan bahwa Jason dahulu adalaE langkah pertama Hera dalam perang melawan para raksasa. Ratt
Olympus itu menaruh Jason ke Perkemahan Blasteran, yang mengawali seluruh rangkaian peristiwa
untuk menghentikan GaLe ini. Mengapa Jason yang pertama" Ada sesuatu yang memberi tahu Hazel
bahwa Jason adalah unsur pemersatunya. Jason juga akar menjadi permainan terakhir. Karena badai
atau api dunia akan terjungkal. Begitulah yang dikatakan ramalan. Betapa pun Hazel takut pada api, dia
lebih takut pada badai. Jason Grace bisa menimbulkan badai yang lumayan dahsyat. Hazel menatap ke
atas dan melihat tepian tebing tinggal beberapa meter di atasnya. Hazel menjangkau bagian puncak itu,
dengan napas tersengal-sengal dan peluh bercucuran. Sebuah lembah melandai berukuran panjang
membentang menuju pedalaman daratan, yang di sana sini dihiasi pepohonan zaitun tak beraturan dan
bongkahan bongkahan besar batu kapur. Kedua kaki Hazel gemetar gara-gara pendakian itu. Gale
sepertinya sudah tak sabar untuk segera menjelajah. Si musang menyalak, buang angin, dan berlari
memasuki semak-semak Jauh di bawah sana, Argo Hterlihat seperti perahu mainan Ii dalam terusan. Hazel tidak mengerti
bagaimana seseorang bisa menembakkan anak panah secara akurat dari tempat setinggi ini, dengan
menapertimbangkan angin dan sorotan cahaya raatahari yang terpantul air. Di mulut teluk kecil, bentuk
tempurung si kura-kura yang sangat besar itu berkilau-kilau seperti sekeping nn yang terpoles. Jason
bergabung dengan Hazel di puncak tebing, tidak terlihat Ichih payah akibat pendakian. Jason mulai
berkata, "Di mana----" "Di sini!" ujar sebuah suara. Hazel berjengit. Dalam jarak hanya tiga meter dari
situ, inuncullah seorang pria, busur dan tempat anak panah terpasang di hahunya, sementara dua buah
pistol flintlock duel model kuno crgenggam di tangannya. Dia mengenakan sepatu bot kulit yang inggi,
celana selutut, dan baju bergaya bajak laut. Rambut hitam ikalnya terlihat seperti rambut anak kecil dan
mata hijaunya yang berkilat-kilat cukup ramah, tetapi saputangan merah menutupi separuh bagian
bawah wajahnya. "Selamat datang!" Bandit itu berseru, sambil mengacungkan Nen jata ke arah mereka.
"Harta atau nyawa!"
hazel yakin orang itu tidak berada di sana sedetik sebelumnya.dia muncul begitu saja, seolah-olah keluar
dari batik sehelai tirai tak kasat mata. "Siapa kau?" tanya Hazel. Bandit itu tertawa. "Sciron, tentu saja!"
"Chiron?" tanya Jason. "Seperti centaurus?" Bandit itu memutar bola matanya. "Skai-ron, sobat. Putra
Poseidon! Penyamun istimewa! Pria yang mengagumkan dalam ,segala hal! Tapi, itu tidak putting. Aku
tidak melihat ada benda berharga!" Dia berteriak, seolah-olah hal itu adalah kabar yang sangat bagus. "Kukira itu berarti kalian
ingin mati?" "Tunggu," kata Hazel. "Kami punya bendy berharga. Tapi, jika kami menyerahkannya,
bagaimana kami bisa yakin kau akan melepaskan kami?" "Oh, mereka selalu menanyakan itu," kata
Sciron. "Aku berjanji kepada kalian, demi Sungai Styx, begitu kalian menyerahkan apa yang kuinginkan,
aku tidak akan menembak kalian. Aku akan mengirim kalian turun dari tebing inn!" Hazel melemparkan
tatapan waspada ke arah Jason. Sungai Styx atau tidak, cara Sciron mengucapkan janjinya tidak
membuat Hazel tenang. "Bagairnana jika kami melawanmu?" tanya Jason. "Kau tidak bisa menyerang
kami dan menyandera kapal kami pada saat yang
sa"DOR! DOR! Kejadiannya begitu cepat, hingga otak Hazel perlu waktu sejenak untuk menangkapnya.
Asap bergulung dari samping kepala Jason. Persis di atas telinga kirinya, sebuah galur membelah
rambutnya seperti hiasan garis pada mobil. Salah satu pistol Sciron masih terarah ke wajahnya. Pistol
yang lain mengarah ke bawah, ke arah sisi tebing, seolah-olah tembakan kedua Sciron diarahkan pada
Argo II. Hazel megap-megap karena rasa kaget luar biasa yang terlambat datang. "Apa yang telah kau
lakukan?" "Oh, jangan khawatir!" Sciron tertawa. "Jika kau bisa melihat sejauh itu"suatu
kemustahilan"kau akan melihat sebuah lubang di dalam geladak di antara sepatu pria muda besar yang
membawa busur." "Frank!"
Sciron mengangkat balm. "Terserah kau. Itu cuma demonstrasi. Aku khawatir hasilnya bisa jauh lebih
serius." Dia memutar-mutar pistolnya. Pelatuknya sudah kembali ke empat semula dan Hazel punya
perasaan senjata itu secara ajaib terisi kembali. Sciron menggoyang-goyangkan alis matanya ke arah
Jason. "Regitulah! Untuk menjawab pertanyaanmu"yah, aku bisa menyerang kalian dan menahan kapal
kalian pada saat yang sama. Amunisi perunggu langit. Sangat mematikan untuk demigod. Kahan berdua
akan mati terlebih dahulu"dor, dor. Lantas aku bisa berlama-lama menembaki teman-teman kalian di
kapal itu. ,atihan menembak dengan sasaran jauh lebih menyenangkan Lila sasarannya masih hidup dan
berlarian ke sana-kemari sambil menjerit-jerit!" Jason menyentuh galur baru yang dibuat oleh peluru
pada mbutnya. Sekali itu, dia tidak tampak sangat percaya diri. Pergelangan kaki Hazel gemetar. Frank
adalah penembak terbaik menggunakan busur yang dikenalnya, tetapi kehebatan si penyamun Sciron ini
tidak manusiawi. "Kau putra Poseidon?" Hazel berhasil berujar. "Dari ea ramu menembak, aku menduga
Apollo." Garis-garis senyum muncul semakin dalam di sekitar mata pria itu. "Wah, terima kasih! Tapi, ini
semata-mata berkat latihan. Si kura-kura raksasa"itu berkat garis keturunanku. Tidak mungkin mondar-
mandir menjinakkan kura-kura raksasa tanpa menjadi anak Poseidon! Tentu raja aku bisa
menenggelamkan kalian dengan gelombang pasang, tetapi itu pekerjaan yang sangat sulit. Sama sekali
tidak seseru menyergap tiba-tiba dan menembaki orang." Hazel berusaha berpikir, mengulur waktu,
tetapi itu sulit dilakukan sembari menatap laras pistol sundut yang mengepulkan :tsap. "Eh ... untuk apa
saputangan itu?" "Agar tidak ada yang mengenaliku!" jawab Sciron. "Tapi, kau tadi memperkenalkan diri," ujar Jason.
"Kau adalah Sciron." Mata si bandit melebar. "Bagaimana kau"Oh. Ya. Kurasa aku tadi
memperkenalkan diri." Dia menurunkan salah satu pistol dan menggaruk-garuk bagian samping
kepalanya dengan pistol yang lain. "Sungguh ceroboh diriku. Maaf. Kurasa aku sudah agak karatan. Garagara bangkit dari kematian, dan segala macam Biar kucoba lagi." Dia mengacungkan kedua pistolnya.
"Bersiaplah untuk menyerah! Aku adalah bandit tanpa nama, dan kalian tidak perlu tahu namaku."
Bandit tanpa nama. Ada sesuatu yang terbetik di dalam ingatan Hazel. "Theseus. Dia pernah
membunuhmu." Bahu Sciron lunglai. "Nah, mengapa kau harus menyebut
namanya" Kita sudah sedemikian akrab!"
Jason mengerutkan kening. "Hazel, kau tahu cerita orang ini"', Hazel mengangguk walau detail-detailnya
masih suram. "Theseus bertemu dengannya di jalan menuju Athena. Sciron biasa membunuh korbannya
dengan cara ehm " Ada hubungannya dengan kura-kura. Hazel tak bisa mengingatnya. "Theseus itu
curang sekali!" Sciron mengeluh. "Aku tidak ingin bicara tentangnya. Aku sudah kembali dari kematian


The Heroes Of Olympus 4 House Of Hades di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang. Gaea berjanji aku bisa tinggal di area pesisir dan menyamun semua demigod yang kumau, dan
itulah yang akan kulakukan! Nah . sampai di mana kita tadi?" "Kau akan melepaskan kami." Hazel
memberanikan diri. "Hmm ...," kata Sciron. "Tidak, aku cukup yakin bukan itu. Ah, benar! Harta atau
nyawa. Mana benda berhargamu" Tidak ada benda berharga" Kalau begitu, aku harus?"
"Tunggu," tukas Hazel. "Aku membawa benda berharga. Setidaknya, aku bisa mendapatkannya." Sciron
mengarahkan salah satu pistol ke kepala Jason. "Yah, kalau begitu, Sayangku, bergegaslah, atau
tembakanku selanjutnya akan menerobos lebih dari sekadar rambut temanmu!"
Hazel hampir tak perlu berkonsentrasi. Keinginannya begitu besar sehingga tanah di bawahnya
bergemuruh dan seketika itu juga memberikan hasil bumi yang luar biasa banyak"logam-logam tnulia
bermunculan ke permukaan seolah-olah tanah sudah tak sabar untuk mengeluarkan mereka. Hazel
mendapati dirinya dikelilingi gundukan harta karun 1 inggi lutut"denarii Romawi, drachma perak,
perhiasan emas Lune., berlian, ratna cempaka, dan mirah delima yang berkilauan"cukup untuk
memenuhi beberapa karung goni. Sciron tertawa senang. "Ya ampun, bagaimana caramu tnelakukan
itu?" Hazel tidak menjawab. Dia teringat semua koin yang muncul persimpangan Hecate. Di sini lebih
banyak lagi yang muncul-1,,Tabad-abad kekayaan tersembunyi dari semua kerajaan yang ,rnah
menguasai wilayah ini"Yunani, Romawi, Bizantium, dan banyak lagi yang lain. Kerajaan-kerajaan itu
telah lenyap, hanya meninggalkan pesisir tandus untuk Sciron si penyamun. Pikiran itu membuat Hazel
merasa kecil dan tak berdaya. "Ambil saja harta karun itu," katanya. "Biarkan kami pergi." Sciron
terkekeh. "Oh, tetapi aku mengatakan semua benda berharga milik kalian. Aku tahu kalian memiliki
sesuatu yang I Tat istimewa di kapal itu sebuah patung gading dan emas yang tingginya kira-kira dua
belas meter?" Keringat di leper Hazel mulai mengering, menimbulkan lenyar yang merambati
punggungnya. Jason melangkah maju. Meskipun senjata terarah ke wajahnya, matanya sekeras bate nilam. "Patung itu
tidak masuk negosiasi." "Kau benar, tidak masuk negosiasi!" Sciron menyetujui. "Aku harus
memilikinya." "Gaea memberitahumu soal patung itu," tebak Hazel. "Dia memerintahkanmu untuk
mengambilnya." Sciron mengangkat bahu. "Mungkin. Tapi, dia bilang kepadaku aku bisa menyimpannya
untuk diriku sendiri. Sulit melewatkan tawaran itu! Aku tidak berniat untuk mati lagi, Teman-Teman. Aku
berniat menjalani hidup yang panjang sebagai orang yang sangat kaya!" "Patung itu tidak ada gunanya
untukmu," ujar Hazel. "Tidak jika Gaea menghancurkan dunia." Moncong pistol Sciron bergoyang.
"Maaf?" "Gaea memanfaatkanmu," jelas Hazel. "Jika kau mengambil patung itu, kami tidak akan bisa
mengalahkannya. Dia berencana menghapuskan manusia dan demigod dari muka bumi, membiarkan
raksasa dan monster mengambil alih. Jadi, di mana kau akan membelanjakan emasmu, Sciron" Itu pun
kalau Gaea membiarkanmu hidup." Hazel membiarkan perkataannya meresap. Dia merasa Sciron tidak
akan kesulitan memercayai pengkhianatan, mengingat dia sendiri adalah penyamun. Sciron diam selama
sepuluh hitungan. Akhirnya garis-garis senyumnya kembali. "Baildah!" katanya. "Aku tidak keterlaluan.
Simpan saja patung itu." Jason mengerjap-ngerjapkan mata. "Kami boleh pergi?" "Hanya tinggal satu hal
lagi," sahut Sciron. "Aku selalu menuntut pembuktian rasa hormat. Sebelum kubiarkan korban-korbanku
pergi, aku bersikeras agar mereka mencuci kakiku."
Hazel tidak yakin dia mendengar dengan benar. Kemudian, sciron menendang sepatu bot kulitnya
hingga lepas, satu demi satu. Kaki telanjangnya adalah hal paling menjijikkan yang pernah Iihat Hazel ...
padahal Hazel pernah melihat beberapa hal yang sangat menjijikkan. Kedua kaki itu bengkak, keriput,
dan seputih adonan roti, ..seolah-olah Baru direndam dalam formalin selama beberapa abad. ,.berkasberkas bulu berwarna cokelat tumbuh dari masing-masing jari kaki yang tidak keruan bentuknya. Kukukuku kakinya yang tak rata berwarna hijau dan kuning, seperti tempurung kura-kura. Kemudian, baunya
menyerang Hazel. Hazel tidak tabu apakah di Istana Dunia Bawah ayahnya ada kafetaria untuk zombi,
tempi lika memang ada, kafetaria itu pasti berbau seperti kaki Sciron. "Begitulah!" Sciron menggoyanggoyangkan jari-jari kakinya yang menjijikkan. "Siapa yang ingin kaki kiri dan siapa yang ingin kaki kanan?"
Wajah Jason berubah nyaris menjadi seputih kaki-kaki itu. "Kau pasti bercanda." "Sama sekali tidak!"
jawab Sciron. "Cuci kakiku, dan urusan kita selesai. Aku akan mengirim kalian turun dari tebing ini. Aku
herjanji, demi Sungai Styx." Dia mengucapkan janji itu dengan begitu santai, hingga lonceng peringatan
berbunyi di kepala Hazel. Kaki. Mengirim kalian turun dari tebing ini. Tempurung kura-kura. Cerita itu
pun kembali ke benaknya, seluruh bagian yang hilang terpasang di tempatnya. Hazel ingat bagaimana
Sciron membunuh korban-korbannya. "Bisa beri kami waktu sebentar?" Hazel bertanya kepada sang
penyamun. Mata Sciron menyipit. "Untuk apa?"
"Yah, ini keputusan besar," kata Hazel. "Kaki kiri, kaki kanan. Kami perlu berunding." Hazel bisa
merasakan Sciron tersenyum di balik penutup wajah itu. "Tentu saja," katanya. "Aku sangat murah hati,
kalian kuberi waktu dua menit." Hazel memanjat keluar dari gundukan hartanya. Dia membawa Jason
sejauh yang berani dia lakukan"sekitar satu setengah meter menuruni tebing, yang dia harap berada di
luar jangkauan pendengaran. "Sciron menendang korban-korbannya dari tebing," bisik Hazel. Jason
membersut. "Apa?" "Ketika kita berlutut untuk mencuci kakinya," jelas Hazel. "Itulah caranya
membunuh orang. Ketika kita kehilangan keseimbangan, pusing gara-gara bau kakinya, dia akan
menendang kita dari tepi tebing. Kita akan jatuh persis ke dalam mulut kura-kura raksasa." Bisa dibilang,
Jason perlu waktu sesaat untuk mencerna hal itu. Dia melirik ke seberang tebing, tempat tempurung
raksasa si kura-kura berkilauan persis di bawah air. "Jadi, kita harus bertempur," simpul Jason. "Sciron
terlalu cepat," kata Hazel. "Dia akan membunuh kita berdua." "Kalau begitu, aku akan bersiap untuk
terbang. Ketika dia menendangku, aku akan melayang setengah jalan menuruni tebing. Kemudian,
ketika dia menendangmu, aku akan menangkapmu." Hazel menggelengkan kepala. "Jika dia
menendangmu dengan keras dan cukup cepat, kau akan terlalu pusing sehingga tak bisa terbang.
Bahkan, kalaupun kau bisa terbang, Sciron punya mata
Ahli tembak. Dia akan mengawasimu saat jatuh, dan jika kau mengapung, dia akan menembakmu di
udara." "Kalau begitu ...." Jason mencengkeram gagang pedangnya. " Kuharap kau punya ide lain?"
Beberapa meter dari situ, Gale si musang muncul dari balik ..semak. Ia mengertakkan gigi dan menatap
Hazel tajam seolah-olah berkata, Bagaimana" Apakah kau punya ide lain" Hazel menenangkan diri,
berusaha tidak menarik emas lagi dari dalam tanah. Dia teringat mimpi yang didapatnya tentang suara
ayahnya, Pluto: yang mati melihat apa yang mereka yakini mereka lihat. Begitu Pula yang hidup. Itulah
rahasianya. Hazel mengerti apa yang harus dia lakukan. Dia benci gagasan itu lebih dari dia membenci si
musang tukang kentut, lebih dari dia membenci kaki Sciron. "Sayangnya, ya," jawab Hazel. "Kita harus
membiarkan Sciron menang." "Apa?" desak Jason. Hazel menyampaikan rencananya kepada Jason.[]
BAB DUA PULUH DELAPAN HAZEL AKHIRNYA!" PEKIK SCIRON. "JAUH LEBIH lama daripada dua menit!" "Maaf," ujar Jason. "Itu keputusan
besar ... kaki yang mana." Hazel berusaha menjernihkan pikiran dan membayangkan adegan melalui
mata Sciron"apa yang didambakan Sciron, apa yang diharapkan Sciron. Itulah kunci untuk
menggunakan Kabut. Hazel tak bisa memaksa orang untuk melihat dunia dengan caranya. Dia tak bisa
membuat realitas Sciron tampak kurang bisa dipercaya. Tapi, jika dia menunjukkan kepadanya apa yang
ingin dia lihat ... yah, Hazel adalah anak Pluto. Dia pernah menghabiskan waktu berpuluh-puluh tahun
bersama orang mati, mendengarkan mereka mendambakan kehidupan masa lalu mereka yang hanya
diingat separuhnya, dikacaukan oleh nostalgia. Orang mati melihat apa yang mereka yakini mereka lihat.
Begitu pula yang masih hidup. Pluto adalah dewa Dunia Bawah, dewa kekayaan. Mungkin dua bidang
pengaruh itu lebih terhubung ketimbang yang disadari Hazel. Tidak banyak perbedaan antara
mendamba dan tamak. Bila Hazel bisa memanggil emas dan berlian, mengapa tidak jenis harta terpendam lain"gambaran
dunia yang ingin dilihat oleh orang-orang" Tentu saja Hazel mungkin salah, dan bila demikian, dia dan
Jason akan menjadi makanan kura-kura. Hazel menaruh tangannya pada saku jaketnya, tempat kayu
bakar sihir Frank terasa lebih berat daripada biasanya. Sekarang dia bukan hanya membawa garis hidup
Frank. Dia menanggung iiyawa seluruh awak kapal. Jason melangkah maju, kedua tangannya terbuka
tanda Hicilyerah. "Aku yang pertama, Sciron. Aku akan mencuci kaki dirimu." "Pilihan yang sangat
bagus!" Sciron menggoyang-goyangkan iri kakinya yang berbulu dan seperti mayat itu. "Aku mungkin
clah menginjak sesuatu dengan kaki ini. Rasanya sedikit lembek di dalam sepatu botku. Tapi, aku yakin
kau akan membersihkannya dagan baik." Telinga Jason memerah. Dari ketegangan pada lehernya, Hazel
bahwa Jason tergoda untuk menghentikan kepura-puraan dan menyerang--satu sabetan cepat dengan
pedang emas Imperial-nya. Hazel tahu jika Jason mencoba, dia akan gagal. "Sciron." Hazel menengahi,
"apakah kau punya air" Sabun" Ragaimana kami hams mencuci?" "Seperti ini!" Sciron memutar pistol
sundutnya. Tiba-tiba pistol itu berubah menjadi botol semprot dan selembar kain lap. dia
melemparkannya kepada Jason. Jason menyipitkan mata. "Kau ingin aku mencuci kakimu dengan
pembersih kaca?" "Tentu saja tidak!" Sciron menautkan alis matanya. ?"rulisannya pembersih berbagai
permukaan. Kakiku jelas masuk definisi berbagai permukaan. Lagi pula, ini antibakteri. Aku
memerlukannya. Percayalah kepadaku, air tidak akan ada gunanya pada kedua kaki yang lucu ini." Sciron
menggoyang-goyangkan jari kakinya, dan bau kafe zombi meruyak lagi ke seluruh penjuru tebing. Jason
nyaris muntah. "Oh, demi dewa-dewi, tidak ...." Sciron mengangkat bahu. "Kau selalu bisa memilih apa
yang ada di tanganku yang satunya." Dia mengangkat pistol sundut di Langan kanannya. "Dia akan
melakukannya," kata Hazel. Jason memelototi Hazel, tetapi Hazel memenangkan perlombaan melotot
itu. "Ya, deh." Jason bergumarn. "Bagus sekali! Sekarang " Sciron melompat ke bongkahan bate kapur
terdekat yang ukurannya tepat untuk dijadikan ganjal kaki. Sciron menghadap ke air dan menaruh
kakinya sehingga dia terlihat seperti seorang penjelajah yang baru saja mengklaim sebuah negara baru.
"Aku akan melihat kaki langit sementara kau menggosok jempol kakiku yang bengkak. Ini akan jauh lebih
menyenangkan." "Yeah," sahut Jason. "Pasti begitu." Jason berlutut di depan si bandit, di tepi tebing
tempat dia merupakan sasaran empuk. Satu tendangan dan Jason akan jatuh. Hazel berkonsentrasi. Dia
membayangkan dirinya adalah Sciron, raja penyamun. Dia tengah memandangi seorang anak berambut
pirang menyedihkan yang sama sekali tidak berbahaya"hanya satu lagi demigod pecundang yang akan
menjadi korbannya. Di dalam benaknya, Hazel melihat apa yang akan terjadi. Hazel memerintah Kabut,
memanggilnya dari kedalaman bumi seperti yang dia lakukan ketika memanggil emas, perak, atau mirah
delima. Jason menyemprotkan cairan pembersih itu. Matanya berair. dia menyeka jempol kaki Sciron dengan lap
dan menoleh ke samping untuk muntah. Hazel nyaris tak sanggup menyaksikan. ketika tendangan itu
terjadi, Hazel nyaris melewatkannya. Sciron menghantamkan kakinya ke dada Jason. Jason terguling
belakang melewati tepi tebing, kedua tangannya terayun-ayun, dan dia berteriak saat terjatuh. Ketika
Jason hampir menyentuh air, si kura-kura muncul dan menelannya dalam sekali lahap, cmudian
tenggelam di bawah permukaan. Bel tanda bahaya terdengar di Argo II. Teman-teman Hazel
herhamburan di atas geladak, mengoperasikan katapel. Hazel lendengar Piper meraung-raung dari kapal.
Suasananya begitu kacau, hingga Hazel hampir kehilangan fokus. Dia memaksa benaknya membelah
menjadi dua"satu hagian terfokus kuat pada tugasnya, satu bagian lagi memainkan peran yang perlu
dilihat Sciron. Hazel berteriak marah. "Apa yang kau lakukan?" "Oh, Sayang ...." Suara Sciron terdengar
sedih, tetapi Hazel ndapat kesan dia tengah menyembunyikan seringaian di balik ..saputangan. "Itu
kecelakaan, aku jamin." "Teman-temanku akan membunuhmu sekarang!" "Mereka bisa mencoba," kata
Sciron. "Tapi, sementara itu kurasa kau punya waktu untuk mencuci kakiku yang lain! percayalah
kepadaku, Sayang. Kura-kuraku sudah kenyang wkarang. Dia tidak menginginkanmu juga. Kau sangat
aman, ecuali kau menolak perintahku." Sciron mengarahkan pistol sundut ke kepala Hazel. Hazel
bimbang, membiarkan Sciron melihat penderitaannya. dia tidak boleh terlalu cepat mengiakan. Kalau
tidak, Sciron tidak iican menganggap Hazel telah takluk. "Jangan tendang aku." Hazel memohon,
setengah menangis. Mata Sciron bersinar-sinar. Persis inilah yang dia harapkan. Hazel putus asa dan tak berdaya. Sciron,
putra Poseidon, kembali berjaya. Hazel nyaris tak percaya orang ini punya ayah yang sama dengan Percy
Jackson. Kemudian, dia teringat bahwa Poseidon memiliki kepribadian yang berubah-ubah, seperti laut.
Mungkin anak-anaknya mencerminkan hal itu. Percy adalah anak dari sifat Poseidon yang lebih baik"
kuat, tetapi lemah lembut dan suka menolong, jenis lautan yang melayarkan kapal-kapal ke daratan nan
jauh dengan aman. Sciron adalah anak dari sisi Poseidon yang lain"jenis laut yang memukul-mukul garis
pantai tanpa ampun hingga hancur, atau menyeret orang-orang tak berdosa dari pantai dan
membiarkan mereka tenggelam, atau menghantam kapal dan menewaskan seluruh awaknya tanpa
belas kasihan. Hazel merenggut botol semprot yang dijatuhkan Jason. "Sciron," geramnya, "kakimu
adalah hal yang paling tidak menjijikkan dari dirimu." Mata Sciron mengeras. "Bersihkan saja." Hazel
berlutut, mencoba tak mengacuhkan bau yang menyengat. Dia bergeser ke samping, memaksa Sciron
menyesuaikan posisinya, tetapi Hazel membayangkan lautan masih berada di punggungnya. Dia
menahan pemandangan itu dalam benaknya saat dia bergeser ke samping lagi. "Segeralah mulai!"
bentak Sciron. Hazel menahan senyum. Dia berhasil membuat Sciron berbalik seratus delapan puluh
derajat, tetapi Sciron masih melihat air di depannya, daerah pedalaman yang berbukit-bukit di
belakangnya. Hazel mulai membersihkan. Hazel sudah banyak melakukan pekerjaan menjijikkan
sebelum ini. Dia pernah membersihkan kandang unicorn di
1crkemahan Jupiter. Dia pernah mengisi dan menggali kakus un tuk legiunnya. Ini tidak ada apa-apanya,
Hazel menghibur diri sendiri. sulit untuk tidak muntah ketika melihat jari-jari kaki
iron. Ketika tendangan itu datang, Hazel melayang ke belakang, tetapi dia tidak terlempar jauh. Dia
mendarat pada pantatnya di atas rumput beberapa meter dari Sciron. Sciron menatap Hazel. "Tapi ...."
Mendadak dunia berubah. Ilusi itu memudar, meninggalkan . iron dalam keadaan bingung bukan
kepalang. Laut berada di i)clakangnya. Dia hanya berhasil menendang Hazel menjauh dari tepian tebing.
Sciron menurunkan pistolnya. "Bagaimana?" "Bersiaplah untuk menyerah," kata Hazel kepadanya.
Jason menukik dari angkasa, persis di atas kepala Hazel, dan menubruk si penyamun hingga jatuh dari
tebing. Sciron menjerit saat dia jatuh, sambil menembakkan pistol flintlock-nya dengan liar, tetapi kali
itu dia tidak mengenai apa-I pa. Hazel berdiri. Dia mencapai tepian tebing tepat waktu untuk melihat
kura-kura itu menyerbu dan mencaplok Sciron dari udara. Jason menyeringai. "Hazel, itu tadi
menakjubkan. Sungguh ... hazel" Hei, Hazel?" Hazel jatuh berlutut, tiba-tiba merasa pusing. Di kejauhan,
dia bisa mendengar teman-temannya bersorak Iari kapal di bawah sana. Jason berdiri di atasnya, tetapi
dia ' bergerak dengan gerakan lambat, sosoknya samar, suaranya hanya tcrdengar berdengung. Es
merayapi bebatuan dan rerumputan di sekitar Hazel. Gundukan harta yang dia panggil tadi terbenam
kembali ke dalam bumi. Kabut berputar-putar.
Apa yang telah kulakukan" pikir Hazel dengan panik. Ads sesuatu yang salah. "Tidak, Hazel," ujar sebuah
suara berat di belakangnya. "Kat telah bertindak benar." Hazel nyaris tak berani bernapas. Dia barn
mendengar sum- itu satu kali sebelumnya, tetapi dia telah mengulang-ulangny ribuan kali dalam benak.
Dia berbalik dan mendapat dirinya tengah mendongat menatap ayahnya. Sosok itu mengenakan pakaian
gaya Romawi"rambui gelapnya dipangkas pendek, wajah pucat perseginya tercukui bersih. Tunik dan
toganya terbuat dari wol hitam yang dihias sulaman benang emas. Wajah-wajah jiwa yang tersiksa
bergerak-gerak pada kainnya. Tepiannya toganya dihiasi warna meral seorang senator atau praetor,
tetapi garis itu beriak seperti sungal darah. Pada jari manis Pluto, terdapat sebuah batu baiduri besar
seperti sebongkah Kabut beku yang terpoles. Cincin kawinnya, pikir Hazel. Tapi, Pluto tak pernah
menikahi ibu Hazel. Dewa tidak menikahi manusia biasa. Cincin itu pasti melambangkan pernikahannya
dengan Persephone. Pikiran itu membuat Hazel begitu marah hingga dia meng-enyahkan persoalannya
dan berdiri. "Apa yang kau inginkan?" desak Hazel. Hazel berharap nada bicaranya menyakiti hati
Pluto"menusuknya atas segala rasa sakit yang pernah dia timbulkan pada diri Hazel. Namun, seulas
senyum samar bermain-main di mulut Pluto. "Putriku," katanya. "Aku terkesan. Kau telah bertambah
kuat.' Aku tidak berterima kasih kepadamu, demikian Hazel ingin berteriak. Dia tidak ingin merasa
senang dengan pujian Pluto; tetapi matanya masih terasa tersengat.
"Kukira kalian para dewa besar sedang lumpuh." Hazel berhasil ,berkata. "Pribadi Yunani dan Romawi
kalian saling berkelahi." "Memang." Pluto membenarkan. "Tapi, kau meminta tuanku sedemikian kuat
sehingga kau memungkinkanku ncul walau cuma untuk sesaat." "Aku tidak meminta bantuanmu."
Bahkan, saat mengucapkannya, Hazel tahu itu tidak benar. untuk kali pertama, dengan sukarela dia
menerima silsilahnya anak Pluto. Dia berusaha memahami kekuatan ayahnya menggunakan kekuatan
itu sepenuhnya. "Ketika kau tiba di rumahku di Epirus," kata Pluto, "kau harus ..siap. Yang mati tidak
akan menyambutmu. Sementara si penyihir perempuan Pasiphae?" "Pasifik?" tanya Hazel. Kemudian,
dia menyadari itu pasti nama perempuan itu. "Dia tidak akan bisa diperdaya semudah Sciron." Mata
Pluto berkilat-kilat seperti batu vulkanik. "Kau berhasil dalam ujian perrtamamu, tetapi Pasiphae berniat
membangun kembali wilayah kekuasaannya, yang akan membahayakan semua demigod. Kecuali,
menghentikannya di Gerha Hades ...." Sosoknya berkelip-kelip. Selama sesaat dia berjanggut,
nengenakan jubah Yunani dengan rangkaian laurel emas dirambutnya. Di sekitar kakinya, kerangkakerangka tangan nenjebol tanah. Dewa itu mengertakkan gigi dan mengerutkan kening. Sosok Romawinya menjadi stabil. Tangan-tangan kerangka masuk kembali ke dalam tanah. "Kita tidak punya banyak
waktu." Dia terlihat seperti pria yang bare saja sakit parah. "Ketahuilah bahwa Pintu Ajal berada di
tingkat terendah Necromanteion. Kau harus membuat Pasiphae I nclihat apa yang ingin dia lihat. Kau
benar. Itulah rahasia dari
semua sihir. Tapi, itu tidak akan mudah dilakukan ketika kau berada di dalam labirinnya." "Apa
maksudmu" Labirin apa?" "Kau akan mengerti." Pluto berjanji. "Dan, Hazel Levesque ... kau tidak akan
memercayaiku, tapi aku bangga pada kekuatanmu. Terkadang terkadang satu-satunya cara aku bisa
memberi perhatian kepada anak-anakku adalah dengan menjaga jarak." Hazel menahan diri dari
melontarkan makian. Pluto hanyalah satu lagi ayah dewa tak ada gunanya yang sedang membuat dalihdalih lemah. Namun, jantung Hazel berdentam-dentam saat dia memutar ulang perkataan Pluto: Aku
bangga pada kekuatanmu. "Pergilah temui teman-temanmu," kata Pluto. "Mereka akan khawatir.
Perjalanan menuju Epirus masih mengandung banyak bahaya." "Tunggu," pinta Hazel. Pluto mengangkat
satu alisnya. "Ketika aku di Thanatos," ujar Hazel, "kau tahu Kematian .. . dia bilang aku tidak termasuk
dalam daftar arwah liar yang harus ditangkap. Dia bilang mungkin itu sebabnya kau menjaga jarak. Jika
kau mengakuiku, kau harus membawaku kembali ke Dunia Bawah." Pluto menunggu. "Apa
pertanyaanmu?" "Kau di sini. Mengapa kau tidak membawaku ke Dunia Bawah" Mengembalikanku ke
tempat yang mati?" Sosok Pluto mulai memudar. Dia tersenyum, tetapi Hazel tidak tahu apakah dia
sedih atau senang. "Barangkali bukan itu yang ingin kulihat, Hazel. Barangkali aku tidak pernah berada di
sini."[] BAB DUA PULUH SEMBILAN PERCY PERCY MERASA LEGA KETIKA PARA setan nenek mengepung u ntuk membu nuh. Tentu, dia ketakutan.
Dia tidak suka peluang tiga lawan beberapa lusin. Namun, setidaknya dia paham pertempuran.
Rerkeliaran menembus kegelapan, menunggu diserang"itu membuatnya hilang akal. Lagi pula, dia dan
Annabeth sudah sering bertempur bersama. Dan kini, ada seorang Titan di pihak mereka. "Mundur."
Percy menikamkan Riptide ke nenek tua keriput terdekat, tetapi dia hanya tersenyum mencemooh.
Kami adalah arai, kata suara narator yang aneh, seolah-olah seluruh hutan itu tengah berbicara. Kau
tidak bisa menghancurkan kami. Annabeth menempel bahu Percy. "Jangan sentuh mereka." Dia
memperingatkan. "Mereka roh kutukan." "Bob tidak suka kutukan." Bob memutuskan. Si anak kucing
kerangka Bob Kecil menghilang di balik baju terusan Bob. Kucing pintar.
Titan itu mengayunkan sapunya dalam bentuk lengkungan lebar, memaksa roh-roh itu mundur, tetapi
mereka datang lagi seperti air pasang. Kami melayani mereka yang marah dan terkalahkan, kata arai.
Kami melayani mereka yang terbantai yang memohon balas dendam dengan napas terakhir mereka.
Banyak kutukan yang bisa kami bagi denganmu. Air api di dalam perut Percy mulai menjalar naik ke
kerong-kongannya. Dia berharap Tartarus memiliki pilihan minuman yang lebih baik atau mungkin
sebatang pohon yang mengeluarkan asam semut. "Kuhargai tawaran itu," sahutnya. "Tapi, ibuku
melarangku menerima kutukan dari orang tak dikenal." Setan terdekat menyerbu. Cakar-cakarnya
terjulur seperti pisau lipat otomatis yang terbuat dari tulang. Percy menebasnya menjadi dua, tetapi
begitu setan itu menguap, kedua sisi dadanya terbakar rasa sakit. Percy terhuyung mundur, tangannya
mencengkeram tulang rusuknya. Jari-jarinya menjadi basah dan merah. "Percy, kau berdarah!"
Annabeth menjeritkan hal yang sudah jelas bagi Percy saat itu. "Oh, dewa-dewi, pada kedua sisi." Itu
benar. Hem kiri dan kanan bajunya yang sobek lengket karena darah, seolah-olah sebatang tombak telah
menembusnya. Atau, sebatang panah Rasa mual nyaris membuatnya roboh. Balas dendam. Kutukan dari
yang terbunuh. Dia teringat sebuah pertempuran di Texas dua tahun silam"melawan monster pemilik
peternakan yang hanya bisa dibunuh jika masing-masing dari ketiga tubuhnya ditusuk secara bersamaan.
"Geryon," ucap Percy. "Seperti inilah aku membunuhnya
Roh-roh memamerkan taring mereka. Lebih banyak arai Iompat dari pohon-pohon berwarna hitam,
mengepakkan sayap eka yang berbulu. Ya, mereka membenarkan. Rasakan sakit yang kau timbulkan
pada Geryon. Begitu banyak kutukan yang telah ditujukan kepadamu, Percy Jackson. Mana yang akan
membuatmu mati" Pilihlah, atau akan merobek-robekmu! Entah bagaimana Percy tetap berdiri di
kakinya. Darah berhenti menyebar, tetapi dia masih merasa seolah-olah ada gagang rai yang terbuat
dari logam panas menancap di tulang rusuknya. tangannya yang memegang pedang terasa berat dan
lemah. "Aku tidak mengerti," gumam Percy. Suara Bob seperti menggema dari ujung sebuah


The Heroes Of Olympus 4 House Of Hades di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terowongan yang panjang: kau membunuh satu arai, ia akan memberimu satu kutukan." "Tapi, jika kita
tidak membunuh mereka ...," kata Annabeth. "Mereka akan tetap membunuh kita," tebak Percy.
Pilihlahnerit arai. Apakah kau akan diremukkan seperti Kampe" Atau, dihancurkan seperti telkhinetelkhine kecil yang kau bantai di batvah Gunung St. Helens" Kau telah menyebarkan begitu banyak
kematian dan penderitaan, Percy Jackson. Biar kami membayarmu! Nenek-nenek bersayap itu
mendesak maju, napas mereka masam, mata mereka menyala-nyala penuh kebencian. Mereka terlihat
seperti Furies, tetapi Percy memutuskan makhluk-makhluk ini lebih buruk daripada Furies. Setidaknya
tiga Furies berada dalam kendali Hades. Setan-setan ini liar, dan mereka terus berlipat Banda. Jika
mereka ini benar-benar merupakan perwujudan kutuk-an di kala sekarat dari setiap musuh yang pernah
dibinasakan Percy ... dia berada dalam kesulitan besar. Dia telah menghadapi banyak sekali musuh.
Salah satu setan menyerbu ke arah Annabeth. Secara naluriah, Annabeth mengelak. Annabeth
menimpakan batu yang dibawanya ke kepala wanita tua itu dan membuyarkannya menjadi debu.
Annabeth tidak punya pilihan. Percy pasti akan melakukan hal yang sama. Namun, seketika itu juga
Annabeth menjatuhkan batunya dan berteriak panik. "Aku tidak bisa melihat!" Dia menyentuh wajahnya,
menatap sekeliling dengan kalang kabut. Matanya berwarna putih seluruhnya. Percy berlari ke sisi
Annabeth, sementara para arai terkekeh. Polyphemus mengutukmu ketika kau memperdayanya dengan
membuat dirimu tak kasat mata di Lautan Monster. Kau menyebut dirimu sendiri Bukan Siapa-Siapa. Dia
tidak bisa melihatmu. Sekarang kau tidak akan melihat para penyerangmu. "Aku akan melindungimu,"
janji Percy. Dia merangkul Annabeth, tetapi saat arai mendekat, Percy tidak tahu bagaimana dia bisa
melindungi mereka berdua. Selusin setan melompat dari segala arah, tetapi Bob berseru, "SAPU!"
Sapunya mendesing di atas kepala Percy. Seluruh barisan penyerang arai terjungkal seperti pin
permainan Boling. Lebih banyak lagi yang menyerbu maju. Bob memukul satu arai di kepala dan
menombak yang lain, meledakkan mereka menjadi debu. Setan-setan yang lain mundur. Percy menahan
napas, menunggu teman Titan mereka terkar ar akibat suatu kutukan mengerikan, tetapi Bob sepertinya
baik-baik saja"sesosok pengawal besar keperakan yang menjauhkan kematian dengan peralatan
kebersihan yang paling menakutkan di dunia. "Bob, kau tidak apa-apa?" tanya Percy. "Tidak ada
kutukan?" "Tidak ada kutukan untuk Bob!" Bob membenarkan.
Para arai menggeram dan mengelilingi mereka, sambil mengawasi sapu Bob. Titan ini sudah dikutuk.
Mengapa kami harus rnenyiksanya lebih lanjut" Kau, Percy Jackson, telah menghancurkan ingatannya.
Bob menurunkan ujung tombaknya. "Bob, jangan dengarkan mereka," kata Annabeth. "Mereka jahat!"
Waktu melambat. Percy bertanya-tanya apakah arwah Kronos berada di suatu tempat di dekat situ,
berputar-putar dalam kegelapan, begitu menikmati momen itu sehingga dia menginginkannya
berlangsung selamanya. Percy merasa persis seperti ketika berusia dua belas tahun, bertempur
melawan Ares di pantai itu di Los Angeles, ketika bayangan penguasa Titan itu kali pertama melintasinya.
Bob berbalik. Rambut putih acak-acakannya terlihat seperti I ingkaran halo yang meledak. "Ingatanku itu
ulahmu?" Kutuk dia, Titan! Arai mendesak, mata merah mereka berkilauan. Tambah jumlah kami.
Jantung Percy berdegup teramat keras. "Bob, ceritanya panjang. Aku tidak ingin kau menjadi musuhku.
Aku berusaha menjadikanmu kawan." Dengan merenggut hidupmu, kata arai. Meninggalkanmu di istana
Hades untuk menggosok lantai. Annabeth mencengkeram tangan Percy. "Ke arah mana?" bisiknya. "Jika
kita harus lari?" Percy mengerti. Jika Bob tidak bersedia melindungi mereka, satu-satunya peluang
mereka adalah lari"tetapi itu sama sekali bukan peluang. "Bob, dengarkan." Percy mencoba lagi, 'Arai
ingin kau menjadi marah. Mereka berkembang biak dari rasa dendam. Jangan berikan a pa yang mereka
mau. Kami adalah temanmu."
Bahkan, saat mengatakannya, Percy merasa sedang berbohong Dia meninggalkan Bob di Dunia Bawah
dan tidak pernah memikirkannya lagi sejak itu. Apa yang membuat mereka menjadi kawan" Fakta
bahwa Percy membutuhkan Bob saat ini" Percy tak pernah sutra ketika para dewa memanfaatkannya
untuk melakukan suruhan mereka. Sekarang Percy memperlakukan Bob dengan cara yang sama. Kau
lihat wajahnya" Arai menggeram. Bocah itu bahkan tidak mampu meyakinkan dirinya sendiri. Apakah
dia pernah mengunjungimu setelah merenggut ingatanmu" "Tidak," gumam Bob. Bibir bawahnya
bergetar. "Bocah lain yang melakukannya." Benak Percy bergerak dengan lamban. "Bocah yang lain?"
"Nico." Bob memandang Percy dengan marah, matanya
penuh luka. "Nico berkunjung. Bercerita tentang Percy. Bilan Percy baik. Bilang dia teman. Itu sebabnya
Bob membantu." "Tapi ...." Suara Percy melemah seolah-olah seseorang tela menyerangnya dengan
pedang perunggu langit. Dia tidak perna merasa begitu rendah dan hina, begitu tak layak merniliki temar
Arai menyerang, dan kali ini Bob tidak menghalangi mereka.
BAB TIGA PULUH PERCY KE KIRI!" PERCY MENYERET ANNABETH, sambil mengiris para arai untuk membuka jalan. Percy
barangkali menjatuhkan lusin kutukan pada dirinya sendiri, tetapi dia tidak langsung merasakannya. Jadi,
dia terns berlari. Nyeri di dada Percy terasa membakar setiap dia melangkah. Dia berbelok-belok di selasela pepohonan, membimbing Annabeth nbil berlari dengan kecepatan penuh walaupun Annabeth buta.
Percy menyadari betapa Annabeth memercayai dirinya untuk mengeluarkannya dari situasi ini. Percy tak
boleti mengecewakan Annabeth, tetapi bagaimana dia bisa menyelamatkan Annabeth" Dan, jika
Annabeth buta permanen Tidak. Percy menindas serbuan rasa panik. Dia akan mencari cara untuk
menyembuhkan Annabeth nanti. Pertama-tama mereka harus meloloskan diri. Sayap-sayap bulu
memukul-mukul udara di atas mereka. Desisan marah dan bunyi lari kaki-kaki bercakar memberi tahu
Percy bahwa setan-setan itu berada di belakang mereka. Saat mereka berlari melewati salah satu arai
yang berada di pohon hitam, Percy menyabetkan pedangnya pada batang
pohon. Dia mendengar pohon itu tumbang, diikuti suara derakan memuaskan dari beberapa lusin arai
yang tertimpa pohon. fika sebatangpohon tumbang di dalam hutan clan menghancurkan satu setan,
apakah pohon itu mendapat kutukan" Percy menyabet lagi sebatang pohon, kemudian sebatang lagi. Itu
memberi mereka tambahan waktu beberapa detik, tetapi tidak cukup. Mendadak, kegelapan di depan
mereka menjadi lebih pekat. Percy menyadari apa arti hal itu tepat pada waktunya. Dia menangkap
Annabeth persis sebelum mereka berdua terjungkal dari tepian tebing. "Apa?" jerit Annabeth. "Ada
apa?" "Tebing." Percy tersengal-sengal. "Tebing besar." "Ke arah mana kalau begitu?" Percy tidak bisa melihat
seberapa jauh kedalaman tebing itu. Bisa jadi tiga meter atau tiga ribu meter. Tidak ada cara untuk
menebak apa yang ada di dasarnya. Mereka bisa melompat dan berharap yang terbaik, tetapi Percy ragu
"yang terbaik" pernah terjadi di Tartarus. Jadi, dua pilihan: kanan atau kiri, mengikuti tepian tebing.
Percy sudah hendak memilih secara acak ketika satu setan bersayap menukik di depannya, melayang di
atas jurang dengan sayap kelelawarnya, persis di luar jangkauan pedang. Apakah jalan-jalan kalian
menyenangkan" tanya suara kolektif arai, menggema di sekeliling mereka. Percy berbalik. Arai
membanjir keluar dari hutan, membentuk bulan sabit di sekeliling mereka. Salah satu arai
mencengkeram lengan Annabeth. Annabeth meraung murka, melemparkan monster itu dengan gerakan
judo dan menindih lehernya, memusatkan seluruh beban tubuhnya ke dalam serangan siku yang akan
membuat pegulat profesional mana pun bangga.
Setan itu buyar, tetapi ketika Annabeth bangkit, dia terlihat kaget dan ketakutan serta buta. "Percy!"
panggilnya, kepanikan merayapi suara Annabeth. "Aku di sini." Percy mencoba menaruh tangannya di
atas bahu Annabeth, tetapi Annabeth tidak berdiri di tempat yang dia kira. Percy mencoba lagi, hanya
untuk mendapati Annabeth berada beberapa meter darinya. Rasanya seperti berusaha memegang
sesuatu di im setangki air, sementara cahaya mengubah-ubah sosok sesuatu itu. "Percy!" suara
Annabeth pecah. "Mengapa kau meninggakan-ku?" "Aku tidak meninggalkanmu!" Percy berbalik ke arah
arai, .kedua lengannya bergetar karena amarah. "Apa yang kalian lakukan kepadanya?" Kami tidak
melakukan apa-apa, kata para setan itu. Kekasihmu ,,,telah melepaskan kutukan istimewa"kenangan
getir dari seseorang yg telah kau tinggalkan. Kau menghukum sesosok jiwa yang tak berdosa dengan
meninggalkan dia dalam kesendirian. Sekarang keinginannya yang paling penuh kebencian telah
terkabul: Annabeth tuerasakan keputusasaannya. Dia juga akan mati dalam keadaan sendirian dan
ditinggalkan. "Percy?" Annabeth menjulurkan kedua tangan, berusaha Hienemukan Percy. Para arai
mundur, membiarkan Annabeth terhuyung-huyung dalam keadaan buta melewati barisan mereka.
"Siapa yang kutinggalkan?" desak Percy. "Aku tidak pernah?" Mendadak perutnya terasa seperti terjun
dari tebing. Kata-kata itu berdering di kepalanya: Sesosok jiwa yang tak berdosa. Sendirian dan
ditinggalkan. Percy teringat sebuah pulau, ti c u ah gua yang diterangi kristal-krital yang bersinar lembut,
meja makan malam di pantai yang dijaga oleh roh-roh udara yang tal kasat mata. "Dia tidak akan
melakukannya." Percy berkomat-kamit. "Di; tidak akan pernah mengutukku." Mata para setan
mengabur menjadi satu seperti suara mereka Pinggang Percy berdenyut-denyut. Rasa sakit di dadanya
lebil parah lagi, seolah ada yang perlahan-lahan memutar-mutar belat di situ. Annabeth berkeliaran di
antara para setan, dengan putu, asa memanggil-manggil namanya. Percy sangat ingin berlar menujunya,
tetapi dia tahu para arai tidak akan mengizinkannya Satu-satunya alasan mereka belum membunuh
Annabeth adalal karena mereka menikmati penderitaan Annabeth. Percy mengertakkan gigi. Dia tidak
peduli betapa banyal kutukan yang dia tanggung. Dia harus menjaga agar para nenek tu; berbulu ini
memusatkan perhatian kepada dirinya dan melindung Annabeth selama mungkin. Percy berteriak murka
dan menyerang mereka semua.[]
BAB TIGAPULUH SATU PERCY SELAMA SATU MENIT YANG MENGGAIRAHKAN, Percy merasa seolah-olah dia menang. Riptide
membelah arai seakan-akan mereka terbuat dari gula bubuk. Salah satu arai panik dan menabrak
sebatang pohon dengan wajah terlebih dahulu. Yang lain menjerit dan berusaha melayang pergi, tetapi
Percy mengiris sayapnya hingga lepas dan mengirimnya berputar-putar memasuki jurang. Setiap kali
satu setan hancur, Percy mengalami perasaan takut yang lebih berat seiring kutukan lain menimpanya.
Beberapa lebih keras dan menyakitkan: tusukan di perut, rasa terbakar seperti tengah disembur dengan
obor las. Beberapa lebih tak kentara: rasa dingin di dalam darah, denyut tak terkendali pada matanya
yang sebelah kanan. Sungguh, siapa yang melempar kutukan dengan napas terakhirnya dan
mengatakan: Kuharap matamu mengejang! Percy tahu dia telah membunuh banyak monster, tetapi dia
tidak pernah benar-benar memikirkannya dari sudut pandang
para monster. Kini seluruh rasa sakit, amarah, dan kebencian mengalirinya, mengisap kekuatannya. Arai
terus berdatangan. Untuk setiap arai yang dia tumbangkan, sepertinya muncul enam penggantinya.
Lengannya yang memegang pedang semakin lelah. Tubuhnya terasa sakit, dan pandangan matanya
kabur. Dia berusaha berjalan menuju Annabeth, tetapi Annabeth tak terjangkau, memanggil-manggil
nama Percy sambil berkeliaran di tengah para setan. Saat Percy sempoyongan menuju Annabeth, satu
setan menerkam dan menghunjamkan gigi ke pahanya. Percy meraung. Dia mengiris setan itu menjadi
debu, tetapi seketika itu juga jatuh berlutut. Mulutnya terbakar lebih parch ketimbang saat dia menelan
air api Phlegethon. Dia membungkuk, gemetaran dan muntah-muntah, saat selusin ular api seperti
rnerayapi esofagusnya. Kau telah memilih, kata suara arai, kutukan Phineas . kematian menyakitkan
yang luar biasa. Percy mencoba berbicara. Lidahnya terasa seperti tengah dipanggang dalam microwave.
Dia teringat raja tua buta yang memburu harpy di seluruh Portland dengan alat pemotong rumput.
Percy menantangnya melakukan suatu pertandingan, dan yang kalah harus minum sebotol kecil darah
gorgon yang mematikan. Percy tidak ingat pria tua buta itu mengucapkan kutukan terakhir, tetapi saat
Phineas membuyar dan kembali ke Dunia Bawah, dia barangkali tidak mendoakan agar Percy hidup
bahagia selamanya. Usai kemenangan Percy saat itu, Gaea telah memperingatkan. Jangan berharap kau
akan terus beruntung. Ketika ajalmu tiba, aku berjanji rasanya akan jauh lebih menyakitkan daripada
darah gorgon. Kini Percy berada di Tartarus, sekarat akibat darah gorgon ditambah selusin kutukan
menyakitkan lain, sementara dia
menyaksikan kekasihnya tersaruk-saruk ke sana-kemari, dalam keadaan tak berdaya, buta, dan yakin
bahwa Percy telah meninggal-kannya. Percy menggenggam erat pedangnya. Buku-buku jarinya mulai
mengepulkan asap. Gumpalan asap putih melingkar-lingkar dari lengan atasnya. Aku tidak akan mati
seperti ini, pikir Percy. Bukan saja karena ini sangat menyakitkan dan sangat menghina, tetapi karena
Annabeth memerlukannya. Begitu dia mati, setan-setan itu akan mengalihkan perhatian mereka kepada
Annabeth. Dia tidak bisa meninggalkan Annabeth sendirian. Arai berkerumun di sekitarnya, terkekeh
dan mendesis. Kepalanya akan meledak terlebih dahulu, suara itu berspekulasi. Tidak, suara itu
menjawab sendiri dari arah lain. Seluruh tubuhnya akan meledak secara bersamaan. Mereka bertaruh
bagaimana Percy akan mati bekas hangus macam apa yang akan ditinggalkan Percy di tanah. "Bob,"
panggil Percy dengan suara parau. "Aku mem-b utuhkanmu." Permohonan putus asa. Percy nyaris tak
bisa mendengar suaranya sendiri. Mengapa Bob harus menjawab permintaannya dua kali" Titan itu kini
sudah mengetahui kebenarannya. Percy bukan temannya. Percy mengangkat matanya untuk kali
terakhir. Pemandangan sekelilingnya seperti berkedip-kedip. Langit menggelegak dan tanah melepuh.
Percy menyadari bahwa apa yang dilihatnya dari Tartarus hanyalah versi yang sudah dikurangi dari
kengerian sebenarnya"hanya apa yang bisa ditangani oleh otak demigodnya. Yang terburuk dari
Tartarus masih terselubung, sebagaimana Kabut menyelubungi monster dari penglihatan manusia. Kini
saat Percy sekarat, dia mulai melihat kebenarannya.
Udara di sana adalah napas Tartarus. Semua monster hanyalah sel-sel darah yang beredar dalam
tubuhnya. Segala sesuatu yang dilihat Percy adalah mimpi dalam benak sesosok dewa kegelapan di
jurang itu. Pasti beginilah Nico melihat Tartarus, dan itu nyaris menghancurkan kewarasannya. Nico satu
dari banyak orang yang tidak diperlakukan Percy dengan cukup baik. Percy dan Annabeth berhasil
sampai sejauh ini mengarungi Tartarus hanya karena Nico di Angelo telah bersikap seperti teman sejati
bagi Bob. Kau lihat kengerian palung ini" kata para arai dengan nada menenangkan. Menyerahlah Percy
Jackson. Bukankah kematian lebih baik daripada bertahan menghadapi tempat ini" "Aku menyesal,"
gumam Percy. Dia minty mail?" Para arai memekik girang. Dia menyesali hidupnya yang gagal,
kejahatan-kejahatannya melawan anak-anak Tartarus. "Bukan," kata Percy. "Aku menyesal, Bob.
Seharusnya aku jujur kepadamu. Kumohon maafkan aku. Lindungi Annabeth." Dia tidak berharap Bob
mendengar atau peduli, tetapi membersihkan nuraninya rasanya merupakan tindakan yang benar. Dia
tidak bisa menyalahkan orang lain atas masalah-masalahnya. Tidak para dewa. Tidak Bob. Dia bahkan
tidak bisa menyalahkan Calypso, gadis yang dia tinggalkan sendirian di pulau itu. Mungkin dia berubah
menjadi benci dan mengutuk pacar Percy karena putus asa. Meskipun demikian, Percy seharusnya
menindaklanjuti Calypso, memastikan para dewa melepaskan dia dari pengasingannya di Ogygia seperti
yang mereka janjikan. Dia tidak memperlakukan Calypso lebih baik daripada dia memperlakukan Bob.
Dia bahkan tidak banyak memikirkan Calypso walaupun tanaman moonlace Calypso masih berbunga di
pot jendela ibunya. Meski harus mengerahkan seluruh sisa tenaganya, Percy bangkit. Asap mengepul dari sekujur tubuhnya.
Kedua kakinya bergetar. Bagian dalam tubuhnya bergolak seperti gunung berapi. Setidaknya Percy bisa
terus bertempur. Dia mengangkat Riptide. Namun, sebelum dia sempat menyerang, semua arai di
hadapannya meledak menjadi debu.[]
BAB TIGA PULUH DUA PERCY BOB BENAR-BENARTAHU BAGAIMANA MENGGUNAKAN sapu. Dia menyabet ke depan dan ke belakang,
menghancurkan setan satu demi satu sementara Bob Kecil si anak kucing bertengger di bahunya,
dengan punggung melengkung dan mendesis. Dalam hitungan detik, semua arai habis. Sebagian besar
menguap. Arai yang pintar terbang memasuki kegelapan sambil menjerit ketakutan. Percy ingin
berterima kasih kepada Titan itu, tetapi suaranya tidak mau keluar. Kedua kakinya ambruk. Telinganya
berdenging. Dari balik binar merah rasa sakit, dia melihat Annabeth pada jarak beberapa meter darinya,
tengah berkeliaran tanpa penglihatan menuju tepian tebing. "Uh!" Percy mendengus. Bob mengikuti
pandangan Percy. Bob melompat ke arah Annabeth dan mengangkatnya. Annabeth berteriak dan
menendang-nendang, meninju perut Bob, tetapi Bob tampaknya tidak peduli. Dia menggendong
Annabeth ke arah Percy dan meletakkan Annabeth dengan lembut.
Sang Titan menyentuh dahi Annabeth. "Owie." Annabeth berhenti meronta. Matanya menjadi jernih.
"Di mana"apa?"" Dia melihat Percy, dan serangkaian ekspresi berkilasan di wajah Annabeth"lega,
bahagia, kaget, takut. 'Ada apa dengannya?" seru Annabeth. "Apa yang terjadi?" Annabeth memeluk
bahu Percy dan menangis di kepala Percy. Percy ingin mengatakan kepada Annabeth bahwa dia tidak
apa-apa, tetapi tentu saja itu tidak benar. Dia bahkan tidak bisa merasakan tubuhnya. Kesadarannya
seperti sebuah balon helium kecil, yang terikat longgar di puncak kepalanya. Tidak punya bobot, tidak
punya kekuatan. Kesadarannya hanya terus mengembang, terus bertambah ringan dan ringan. Dia tahu
bahwa sebentar lagi kesadaran itu entah akan meledak atau talinya akan putus, dan hidupnya akan
melayang pergi. Annabeth meraih wajah Percy dengan tangannya. Dia berusaha menyeka debu serta
keringat dari mata Percy. Bob berdiri di atas mereka, sapunya terpancang ke tanah seperti bendera.
Wajahnya tak bisa dibaca, tampak putih bercahaya dalam kegelapan. "Banyak kutukan," timpal Bob.
"Percy telah melakukan hal-hal buruk pada monster." "Bisakah kau memulihkannya?" Annabeth
memohon. "Seperti yang kau lakukan pada kebutaanku" Pulihkan Percy!" Bob mengerutkan kening. Dia
menarik-narik label nama di seragamnya seolah-olah itu adalah keropeng. Annabeth mencoba lagi.
"Bob?" "Iapetus," kata Bob, suaranya bergemuruh pelan. "Sebelum menjadi Bob, namaku adalah
Iapetus." Udara tergeming. Percy merasa tak berdaya, nyaris tak terhubung dengan dunia.
"Aku lebih suka Bob." Tak terduga, suara Annabeth sangat tenang. "Yang mana yang kau suka?" Titan itu
memandangi Annabeth dengan mata perak murninya. "Aku tidak tahu lagi." Dia berjongkok di sebelah
Annabeth dan mengamati Percy. Wajah Bob terlihat kuyu dan murung, seolah-olah mendadak dia
merasakan beban dari seluruh usianya yang sudah berabad-abad. "Aku sudah janji," gumam Bob. "Nico
minta aku membantu. Kukira Iapetus atau Bob tidak suka melanggar janji." Dia menyentuh kepala Percy.
"Owie," gumam Titan itu. "Owie yang sangat besar." Percy kembali masuk ke dalam tubuhnya.
Dengingan di telinganya memudar. Penglihatannya menjadi lebih jelas. Dia masih merasa seperti baru
menelan penggorengan. Isi perutnya rnenggelegak. Dia bisa merasakan racun itu hanya melambat,
bukan hilang. Namun, dia masih hidup. Dia berusaha menatap mata Bob, untuk mengungkapkan rasa
terima kasihnya. Kepalanya terkulai lagi ke dadanya. "Bob tidak bisa sembuhkan ini," kata Bob. "Terlalu
banyak racun. Terlalu banyak kutukan menumpuk." Annabeth memeluk bahu Percy. Percy ingin berkata:
aku bisa merasakan itu sekarang. Aduh. Terlalu eras. "Apa yang bisa kita lakukan, Bob?" tanpa Annabeth.
"Apakah ada air entah di mana" Air mungkin bisa menyembuhkannya." "Tidak ada air," jawab Bob.
"Tartarus itu parah." Aku tahu itu, Percy ingin berteriak. Setidaknya Titan itu menyebut dirinya Bob.
Bahkan, jika dia menyalahkan Percy karena menghapus ingatannya, mungkin dia mau membantu
Annabeth jika Percy tidak selamat.
"Tidak." Annabeth bersikeras. "Tidak, pasti ada cara. Sesuatu yang bisa menyembuhkan Percy." Bob
meletakkan tangannya di dada Percy. Gelenyar dingin seperti minyak kayu putih menjalari tulang dada
Percy, tetapi begitu Bob mengangkat tangannya, rasa nyaman itu berakhir. Paru-paru Percy terasa
sepanas lahar lagi. "Tartarus membunuh demigod," kata Bob. "Tartarus menyembuhkan monster, tetapi
kalian tidak cocok. Tartarus tidak akan menyembuhkan Percy. Tempat ini benci golongan kalian." "Aku
tidak peduli," sahut Annabeth. "Bahkan, di sini, paSti ada suatu tempat yang bisa digunakan Percy untuk
beristirahat, sejenis obat yang bisa diminumnya. Mungkin kembali ke altar Hermes, atau?" Di kejauhan,
sebuah suara yang berat meraung"suara yang, nahasnya, dikenali oleh Percy. "AKU MENCIUM
BAUNYA!" rasing raksasa itu. "BERSIAP-LAH, PUTRA POSEIDON! AKU DATANG MENEMUIMU!"
"Polybotes," kata Bob. "Dia benci Poseidon dan anak-anaknya. Dia sudah sangat dekat sekarang."
Annabeth berusaha susah payah untuk membantu Percy berdiri. Percy tak suka membuat Annabeth
bekerja sedemikian keras, tetapi dia merasa seperti sekarang bola biliar. Bahkan, meski hampir seluruh
berat badannya ditopang oleh Annabeth, Percy nyaris tak sanggup berdiri. "Bob, aku akan meneruskan
perjalanan, dengan atau tanpa dirimu," kata Annabeth. "Apakah kau mau membantu?" Bob Kecil si anak
kucing mengeong dan mulai mendengkur, sambil menggosok-gosokkan badan ke dagu Bob. Bob
menatap Percy, dan Percy berharap dia bisa membaca raut muka Titan itu. Apakah dia marah atau
hanya sedang sibuk berpikir" Apakah dia merencanakan balas dendam, atau apakah dia merasa terluka karena Percy
berbohong soal menjadi temannya" "Ada sate tempat." Akhirnya Bob berkata. "Ada raksasa yang
mungkin tahu apa yang hares dilakukan." Annabeth nyaris menjatuhkan Percy. "Raksasa. U11, Bob,
raksasa itu jahat." "Sate raksasa baik." Bob bersikeras. "Percaya kepadaku, dan aku akan membawa
kalian kecuali Polybotes dan yang lain menangkap kita lebih dahulu."[]
BAB TIGA PULUH TIGA JASON JASON TERTIDUR SAAT BERTUGAS. ITU hal yang buruk karena dia tengah berada ratusan meter di udara.
Dia seharusnya lebih tahu. Saat itu adalah pagi perjumpaan mereka dengan Sciron sang penyamun, dan


The Heroes Of Olympus 4 House Of Hades di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jason sedang bertugas, melawan beberapa ventus liar yang mengancam kapal. Ketika dia menyabet
ventus terakhir, dia lupa menahan napas. Kesalahan bodoh. Ketika hancur, roh angin menciptakan ruang
hampa udara. Kecuali kita menahan napas, udara tersedot langsung dari paru-paru kita. Tekanan pada
telinga bagian dalam anjlok begitu cepat, hingga kesadaran kita hilang. Itulah yang terjadi pada Jason.
Lebih buruk lagi, dia langsung memasuki sebuah mimpi. Di lubuk bawah sadarnya, dia berpikir: Serius,
nih" Sekarang" Dia perlu bangun. Kalau tidak, dia akan mad. Namun, dia tidak bisa mempertahankan
pikiran itu. Dalam mimpi itu, dia mendapati dirinya berada di atas atap sebuah bangunan tinggi, kaki
langit Manhattan pada waktu malam terbentang di sekelilingnya. Angin dingin menerpa dari sela-sela
bajunya. Beberapa blok dari tempatnya, awan berkumpul di atas Gedung Empire State"pintu masuk ke Gunung
Olympus itu sendiri. Kilat menyambar. Udara disarati bau hujan yang akan turun. Puncak gedung
pencakar langit itu terang seperti biasa, tetapi lampu-lampunya seperti rusak. Lampu-lampu itu
berkedip-kedip dari warna ungu menjadi jingga seolah-olah warna-warna tengah berebut kekuasaan. Di
atas atap bangunan tempat Jason berada, berdirilah teman-teman lamanya dari Perkemahan Jupiter:
kesatuan tempur demigod dalam pakaian perang baja, sementara tameng dan sen
jata-senjata emas Imperial mereka berkilauan dalam gelap. Dia melihat Dakota dan Nathan, Leila dan Marcus. Octavian
berdiri di satu sisi, kurus dan pucat, pinggiran matanya merah akibat kurang tidur atau marah,
serangkaian boneka sesaji terikat dengan tali di pinggangnya. Jubah putih augur menutupi kaus ungu
dan celana komprangnya. Di bagian tengah barisan berdirilah Reyna, kedua anjing logamnya, Aurum dan
Argentum berada di sisinya. Saat melihat Reyna, Jason diserbu rasa bersalah yang besar. Dia telah
membiarkan Reyna percaya bahwa mereka punya masa depan bersama. Jason tak pernah jatuh cinta
kepadanya, Jason tak pernah benar-benar merayunya tetapi Jason juga tidak menolak Reyna. Jason
menghilang, meninggalkan Reyna memimpin per-kemahan sendiri. (Baiklah, itu bukan murni gagasan
Jason, tetapi tetap saja ....) Kemudian, Jason kembali ke Perkemahan Jupiter dengan pacar barunya,
Piper, dan sekelompok teman-teman Yunani dalam kapal perang. Mereka menembak Forum dan
melarikan diri, meninggalkan Reyna dengan perang di tangannya. Dalam mimpi Jason, Reyna tampak
letih. Yang lain inungkin tidak memperhatikan, tetapi Jason sudah bekerja dengan Reyna cukup lama
untuk mengenali kelelahan dalam matanya, kekakuan
pada bahunya di bawah pengikat baju bajanya. Rambut hitamnya basah, seakan-akan dia barn saja
mandi dengan buru-buru. Pasukan Romawi memandangi pintu masuk melalui atap itu seolah-olah
mereka sedang menunggu seseorang. Ketika pintu terbuka, dua orang muncul. Salah satunya adalah
faun"bukan, pikir Jason"satir. Dia mengetahui bedanya di Perkemahan Blasteran, dan Pak Pelatih
Hedge selalu mengoreksinya jika dia melakukan kesalahan. Faun-faun Romawi cenderung berkeliaran,
mengemis-ngemis dan makan. Satin lebih berguna, lebih terlibat dalam urusan demigod. Jason merasa
dia belum pernah melihat satin yang ini sebelumnya, tetapi dia yakin satir ini berasal dari pihak Yunani.
Tidak ada faun yang terlibat begitu penuh tekad mendatangi sekelompok pasukan Romawi bersenjata
pada tengah malam. Satir itu mengenakan kaus Pelestarian Alam bergambar pans yang terancam punah,
serta harimau dan hal-hal lain. Tidak ada yang menutupi kedua kakinya yang berbulu kusut. Janggutnya
lebat, rambut cokelat ikal terselip dalam topi gaya Rasta, dan satu set buluh perindu tergantung di
lehernya. Tangannya memain-mainkan keliman bajunya, tetapi melihat caranya mengamati pasukan
Romawi, memperhatikan posisi dan persenjataan mereka, Jason menduga satir ini pernah berada dalam
pertempuran sebelumnya. Di sisi satin itu adalah seorang gadis berambut merah yang dikenali Jason dari
Perkemahan Blasteran"oracle mereka, Rachel Elizabeth Dare. Rambut keritingnya panjang dan dia
mengenakan blus putih sederhana serta jin yang dihiasi desain-desain tinta buatan tangan. Dia
menggenggam sikat rambut plastik bewarna biru yang diketuk-ketukkan dengan gugup ke pahanya
seperti jimat keberuntungan.
Jason mengingat Rachel di api unggun perkemahan, membaca lank-lank ramalan yang mengirim Jason,
Piper, dan Leo pada perjalanan pertama mereka bersama. Dia adalah remaja manusia biasa"bukan
demigod"tetapi untuk alasan yang tak pernah dipahami Jason, arwah Delphi telah memilihnya sebagai
inang. Pertanyaan sesungguhnya: Apa yang dilakukan Rachel dengan orang-orang Romawi" Rachel
melangkah maju, matanya tertancap kepada Reyna. "Kau telah menerima pesanku." Octavian
mendengus. "Itulah satu-satunya alasan kalian masih hidup sampai sejauh ini, Graecus. Kuharap kalian
datang untu.k merundingkan penyerahan diri." "Octavian ...." Reyna memperingatkan. "Setidaknya
geledah mereka Octavian memprotes. "Tidak perlu," kata Reyna, seraya mengamati Rachel Dare.
"Apakah kalian membawa senjata?" Rachel mengangkat bahu. "Aku pernah memukul mata Kronos
dengan sikat rambut ini sekali. Selain itu, tidak." Orang-orang Romawi sepertinya tidak tahu harus
bagaimana menanggapinya. Manusia itu sepertinya tidak sedang bercanda. "Dan, temanmu?" Reyna
mengangguk ke arah satir. "Kukira kau datang sendirian." "Ini Grover Underwood." Rachel menjelaskan.
"Dia adalah pemimpin Dewan." "Dewan apa?" desak Octavian. "Tetua Berkuku Belah, Bung." Suara
Grover terdengar tinggi dan melengking, seolah-olah ketakutan, tetapi Jason menduga satir itu lebih
kuat daripada yang dia tunjukkan. "Serius, bukankah kalian orang-orang Romawi punya alam dan pohon
dan sebagainya" Aku punya kabar yang perlu kalian dengar. Plus,
aku adalah pelindung resmi. Aku di sini untuk, kalian tahu, melindungi Rachel." Reyna terlihat seperti
sedang berusaha untuk tidak tersenyum. "Tapi, tanpa senjata?" "Hanya buluh ini." Ekspresi Grover
berubah sayu. "Percy selalu mengatakan versiku atas lagu 'Born to be Wild' seharusnya dihitung sebagai
senjata berbahaya, tapi kukira tidak separah itu." Octavian tersenyum mengejek. "Sam lagi teman Percy
Jackson. Hanya itu yang perlu kudengar." Reyna mengangkat tangan meminta semua diam. Anjing emas
dan peraknya mengendus-endus udara, tetapi mereka tetap tenang dan penuh perhatian di sisi Reyna.
"Sejauh ini, tamu-tamu kita berkata jujur," kata. Reyna. "Hati-hati, Rachel dan Grover, jika kalian mulai
berdusta, pertemuan ini tidak akan berjalan baik untuk kalian. Sampaikan apa yang hendak kalian
sampaikan." Dari saku celana jinnya, Rachel mengeluarkan secarik kertas seperti serbet. "Sebuah pesan.
Dari Annabeth." Jason tidak yakin pendengarannya benar. Annabeth berada di Tartarus. Dia tak bisa
mengirim pesan kepada siapa pun pada selembar serbet. Mungkin aku sudah menghantam air dan mati,
kata bawah sadar Jason. Ini bukan penglihatan sebenarnya. Ini sejenis halusinasi pascakematian. Namun,
mimpi itu tampak sangat nyata. Dia bisa merasakan angin menyapu atap. Dia bisa mencium badai. Kilat
berkelap-kelip di atas Gedung Empire State, membuat baju baja pasukan. Romawi berkilauan. Reyna
menerima pesan itu. Sul membaca pesan, alisnya terangkat. Mulutnya membuka karena kaget. Akhirnya,
dia mendongak menatap Rachel. "Apakah ini lelucon?"
"Kuharap demikian," kata Rachel. "Mereka benar-benar berada di Tartarus." "Tapi, bagaimana?"
"Entahlah," kata Rachel. "Surat itu muncul di dalam api pengorbanan di paviliun makan kami. Itu tulisan
tangan Annabeth. Dia memintamu secara khusus." Octavian tergugah. "Tartarus" Apa maksudmu?"
Reyna menyerahkan surat itu kepada Octavian. Octavian berkomat-kamit saat membaca: "Roma,
Arachne, Athena"Athena Parthenon?" Dia memandang berkeliling dengan marah, seolah-olah
menunggu seseorang membantah apa yang tengah dia Baca. "Muslihat orang Yunani! Orang Yunani
terkenal atas muslihat mereka!" Reyna mengambil kembali surat itu. "Mengapa meminta ini dariku?"
Rachel tersenyum. "Karena Annabeth bijaksana. Dia percaya kau bisa melakukan ini, Reyna Avila
Ramirez-Arellano." Jason merasa seperti baru ditampar. Tidak ada yang pernah menggunakan nama
lengkap Reyna. Gadis itu tak suka memberitahukan alasannya kepada siapa pun. Satu-satunya saat Jason
pernah mengucapkan nama itu keras-keras, sekadar untuk mencoba mengucapkannya dengan benar,
Reyna melemparkan tatapan membunuh ke arahnya. Itu adalah nama seoranggadis kecil di San Juan,
kata Reyna kepada Jason. Aku sudah meninggalkannya ketika aku meninggalkan Puerto Rico. Reyna
menatap marah. "Bagaimana kau?" "Uh," sela Grover Underwood. "Maksudmu, inisialmu RA-RA?"
Tangan Reyna bergerak menuju belatinya. "Tapi, itu tidak penting!" sambung satir itu cepat-cepat.
"Begini, kami tak akan mengambil risiko datang ke sini jika kami
tidak memercayai naluri Annabeth. Seorang pemimpin Romawi yang mengembalikan patung Yunani
paling penting ke Perkemahan Blasteran"Annabeth tabu itu bisa mencegah perang." "Ini bukan
muslihat," tambah Rachel. "Kami tidak berbohong. Tanya saja anjing-anjingmu." Kedua anjing
greyhound logam itu tidak bereaksi. Reyna mengelus kepala Aurum sambil berpikir keras. "Athena
Parthenos jadi legenda itu benar." "Reyna!" seru Octavian. "Kau tidak mungkin serius mempertimbangkan hal ini! Bahkan, kalaupun patung itu masih ada, kau paham apa yang tengah mereka
lakukan. Kita sudah hendak menyerang mereka"menghancurkan orang-orang Yunani bodoh
selamanya"dan mereka mengarang tugas konyol ini untuk mengalihkan perhatianmu. Mereka ingin
mengirimmu untuk menjemput ajal!" Orang-orang Romawi lain berbisik-bisik, menatap marah kepada
kedua tamu mereka. Jason teringat betapa Octavian bisa sangat meyakinkan, dan dia berhasil membuat
para perwira berpihak kepadanya. Rachel Dare menghadapkan muka pada sang augur. "Octavian, putra
Apollo, seharusnya kau lebih serius menanggapi hal ini. Bahkan, orang-orang Romawi menghormati
Oracle Delphi, ayahmu." "Ha!" sahut Octacian. "Kau Oracle Delphi" Benar. Dan, aku adalah Kaisar Nero!"
"Setidaknya Nero bisa bermain musik," gumam Grover. Octavian mengepalkan kedua tinjunya. Tiba-tiba
saja angin berubah arah. Angin berputar di sekeliling pasukan Romawi diiringi suara desisan, seperti
sarang ular. Rachel Dare memancarkan aura hijau, seolah-olah terkena cahaya lampu
sorot warna zamrud yang lembut. Kemudian, angin mem udar dan aura itu pun hilang. Seringai
mengejek lenyap dari wajah Octavian. Pasukan Romawi berkerisik gelisah. "Ini keputusanmu," kata
Rachel, seolah-olah tadi tak terjadi apa-apa. "Aku tak punya ramalan spesifik untuk kuberikan kepadamu,
tapi aku bisa melihat kilasan-kilasan masa depan. Aku melihat Athena Parthenos di Bukit Blasteran. Aku
melihat dia membawanya." Rachel menunjuk ke arah Reyna. "Selain itu, Ella menggumamkan larik-larik
dari Kitab Sibylline-mu?" "Apa?" tukas Reyna. "Kitab Sibylline sudah hancur berabad-abad silam."
"Sudah kuduga!" Octavian meninju telapak tangannya sendiri. "Harpy yang mereka bawa dari perjalanan
itu"Ella. Sudah kuduga dia mengucapkan ramalan! Sekarang aku paham. Dia"entah bagaimana dia
menghafalkan satu salinan Kitab Sibylline." Reyna menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.
"Bagaimana mungkin?" "Kami tidak tahu," aku Rachel. "Tapi, ya, sepertinya itulah yang terjadi. Ella
punya ingatan yang sempurna. Dia sangat menyukai buku. Entah di mana, entah bagaimana, dia
membaca kitab ramalan Romawi kalian. Sekarang dialah satu-satunya sumber kitab itu." "Temantemanmu berdusta," sergah Octavian. "Mereka mengatakan kepada kami bahwa harpy itu hanya
meracau. Mereka mencurinya!" Grover mendengus marah. "Ella bukan barang milik kalian! Dia adalah
makhluk yang merdeka. Lagi pula, dia ingin berada di Perkemahan Blasteran. Dia mengencani salah satu
temanku, Tyson." "Si Cyclops." Reyna teringat. "Harpy mengencani Cyclops ...."
"Itu tidak ada sangkut pautnya!" tukas Octavian. "Harpy itu memiliki ramalan Romawi yang berharga.
Jika orang-orang Yunani tidak mau mengembalikannya, kami harus menawan Oracle mereka!
Pengawal!" Dua centurion maju, pila mereka terbidik. Grover membawa buluh perindu ke bibirnya,
memainkan sebuah irama cepat, dan tombak centurion-centurion itu pun berubah menjadi pohon natal.
Kedua pengawal itu menjatuhkan pohon dengan kaget. "Cukup!" Reyna berteriak. Reyna jarang
meninggikan suara. Ketika dia melakukannya, semua orang mendengarkan. "Kita sudah menyimpang
dari intinya," ujar Reyna. "Rachel Dare, kau mengatakan kepadaku Annabeth berada di Tartarus, tapi dia
menemukan cara untuk mengirim pesan ini. Dia ingin aku membawa patung ini dari Tempat Kuno ke
perkemahanmu." Rachel mengangguk. "Hanya orang Romawi yang bisa mengembalikannya dan
memulihkan perdamaian." "Mengapa orang Romawi menginginkan perdamaian," tanya Reyna, "setelah
kapal kalian menyerang kota kami?" "Kau tahu alasannya," kata Rachel. "Untuk menghindari perang ini.
Untuk mendamaikan kembali sisi Yunani dan Romawi para dewa. Kita harus bekerja sama untuk
mengalahkan Gaea." Octavian melangkah maju untuk bicara, tetapi Reyna melemparkan tatapan sangar
ke arahnya. "Menurut Percy Jackson," kata Reyna, "pertempuran melawan Gaea akan berlangsung di
Tempat-Tempat Kuno. Di Yunani." "Di situlah para raksasa berada." Rachel membenarkan. "Apa pun
sihir, apa pun ritual yang direncanakan para raksasa untuk mem-bangkitkan Ibu Bumi, kurasa itu akan
terjadi di Yunani. Tapi yah, masalah kita tidak terbatas pada Tempat-Tempat Kuno. Itu sebabnya aku
membawa Grover untuk bicara dengan kalian."
Satir itu menarik-narik janggutnya. "Yeah ... begini, selama beberapa bulan terakhir ini, aku sudah bicara
dengan para satir dan roh alam di seluruh penjuru benua. Mereka semua mengatakan hal yang sama.
Gaea mulai bergerak"maksudku, diapersis berada di ambang kesadaran. Dia berbisik-bisik di benak
para naiad, berusaha mengubah mereka. Dia menimbulkan gempa, mencabut pohon-pohon dryad.
Minggu lalu saja, dia muncul dalam wujud manusia di selusin tempat yang berbeda, menakut-nakuti
beberapa kawanku. Di Colorado, sebongkah barn berbentuk kepalan Langan raksasa muncul dari gunung
dan memukul beberapa Kuda Poni Pesta seperti lalat." Reyna mengerutkan kening. "Kuda Poni Pesta."
"Ceritanya panjang," sahut Rachel. "Intinya: Gaea akan bangkit di mana-mana. Dia sudah mulai bergerak.
Tidak akan ada tempat yang aman dari pertempuran. Dan, kita tahu sasaran pertamanya adalah
perkemahan-perkemahan demigod. Dia ingin kita binasa." "Spekulasi," kata Octavian. "Pengalih
perhatian. Perkemahan Yunani takut akan serangan kita. Mereka mencoba membuat kita bingung. Lagilagi ini adalah Kuda Troya!" Reyna memutar-mutar cincin perak yang selalu dikenakannya, dengan
gambar pedang dan obor simbol ibunya, Bellona. "Marcus," ujarnya, "ambit Scipio dari kandang."
"Reyna, jangan!" Octavian memprotes. Reyna menghadap kedua orang Yunani itu. "Aku akan melakukan
ini untuk Annabeth, demi harapan perdamaian di antara perkemahan kita, tapi jangan berpikir aku telah
melupakan penghinaan terhadap Perkemahan Jupiter. Kapal kalian menembak kota kami. Kalianlah yang
mengumumkan perang"bukan kami. Sekarang, pergilah."
Grover mengentakkan kaki kambingnya. "Percy tidak akan pernah-5, "Grover," panggil Rachel, "kita
harus pergi." Nada Rachel mengatakan: Sebelum terlambat. Setelah mereka kembali menuruni tangga,
Octavian berputar ke arah Reyna. "Apa kau sudah gila?" "Akulah praetor legiun ini," kata Reyna. "Aku
menganggap ini keputusan terbaik bagi Roma." "Menjemput maut" Melanggar undang-undang tertua
dan pergi ke Tempat-Tempat Kuno" Bagaimana kau akan menemukan kapal mereka, itu pun kalau kau
selamat dalam perjalanan?" "Aku akan menemukan mereka," kata Reyna. "Jika mereka berlayar ke
Yunani, aku tahu sebuah tempat yang akan menjadi perhentian Jason. Untuk menghadapi hantu-hantu
di Gerha Hades, dia membutuhkan pasukan. Hanya ada satu tempat di mana dia bisa menemukan jenis
bantuan semacarn itu." Dalam mimpi Jason, gedung itu seperti miring di bawah kakinya. Dia teringat
percakapan yang pernah dilangsungkannya dengan Reyna bertahun-tahun silam, sebuah janji yang
mereka bunt terhadap satu sama lain. Jason tahu apa yang dibicarakan oleh Reyna. "Ini gila," gumam
Octavian. "Kita sudah diserang. Kita harus menyerang! Dua cebol berbulu itu mencuri perbekalan kita,
menyabotase petugas pengintaian kita"kau tabu orang-orang Yunanilah yang mengirim mereka."
"Barangkali begitu," kata Reyna. "Tapi, kau tidak boleti melancarkan serangan tanpa perintahku.
Lanjutkan mengintai perkemahan musuh. Amankan posisi kalian. Kumpulkan semua sekutu sebisa kalian,
dan jika kalian menangkap cebol-cebol itu, kalian mendapat restuku untuk mengirim mereka kembali ke
Tartarus. Tapi, jangan serang Perkemahan Blasteran sampai aku kembali." Octavian menyipitkan mata.
"Saat kau pergi, augur adalah perwira senior. Aku yang akan memegang kendali." "Aku tabu." Reyna
tidak terdengar senang akan hal itu. "Tapi, kau sudah dengar perintahku. Kahan semua mendengarnya."
Reyna memeriksa wajah-wajah centurion, menantang mereka untuk menyangsikannya. Reyna berderap
pergi, jubah ungunya mengombak dan anjing-anjingnya mengikuti. Begitu Reyna pergi, Octavian berbalik
menghadap para centurion. "Kumpulkan semua perwira senior. Aku menghendaki rapat begitu Reyna
berangkat menempuh perjalanan konyolnya. Akan ada beberapa perubahan dalam rencana legiun ini."
Salah satu centurion membuka mulut untuk menanggapi, tetapi entah karena apa dia berbicara dengan
suara Piper: "BANGUN!" Mata Jason membeliak, dan dia melihat permukaan Taut meluncur cepat ke
arahnya.[] BAB TIGA PULUH EMPAT JASON JASON NYARIS TIDAK SELAMAT. Setelah kejadian itu, teman-temannya menjelaskan bahwa mereka tidak
melihat dia jatuh dari langit hingga detik terakhir. Tidak ada waktu bagi Frank untuk berubah menjadi
elang dan menangkapnya, tidak ada waktu untuk menyusun rencana penyelamatan. Hanya pemikiran
cepat Piper dan charmspeak-nya yang menyelamatkan nyawa Jason. Piper berteriak BANGUN! dengan
sangat kencang sehingga Jason merasa seperti dihantam dengan alat pacu jantung. Dalam sisa waktu
satu milidetik, Jason memanggil angin dan terhindar berubah menjadi potongan lemak demigod yang
mengambang di permukaan Laut Adriatik. Sekembalinya di atas kapal, Jason menarik Leo dan
mengusulkan perubahan rute. Untunglah, Leo cukup memercayainya sehingga tidak menanyakan
alasannya. "Tempat liburan yang aneh." Leo meringis. "Tapi, hei, kaulah bosnya."
Kini, saat duduk bersama teman-temannya di aula ruang makan, Jason merasa sangat sadar, hingga dia
ragu akan tidur selama seminggu ini. Kedua tangannya gelisah. Dia tak bisa berhenti mengetuk-ngetuk
kakinya. Dia menduga seperti inilah yang dirasakan Leo sepanjang waktu, hanya saja Leo punya selera
humor. Setelah yang dilihat Jason dalam mimpinya, dia tidak terlalu ingin bercanda. Saat mereka
menyantap makan siang, Jason melaporkan apa yang dilihatnya di udara. Tetuan-temannya terdiam
lama, cukup bagi Pak Pelatih Hedge untuk menghabiskan roti lapis pisang dan selai kacang, sekaligus
piring keramiknya. Kapal itu berderak-derak saat melayari Adriatik, dayung-dayu ngnya yang tersisa
masih tidak seimbang gara-gara serangan kura-kura raksasa. Setiap beberapa saat Festus si patung
kepala di haluan kapal berkeriang-keriut dan mendecit melalui pengeras suara, melaporkan status
kemudi otomatis dengan bahasa mesin aneh yang hanya bisa dipahami Leo. "Surat dari Annabeth."
Piper menggeleng-gelengkan kepala terheran-heran. "Aku tidak tabu bagaimana itu mungkin, tapi jika
benar?" "Dia masih hidup," kata Leo. "Puji syukur kepada dewa-dewi dan ambilkan saus pedasnya."
Frank mengerutkan dahi. "Apa itu artinya?" Leo menyeka remah-remah makanan dari wajahnya.
"Artinya ambilkan saus pedasnya, Zhang. Aku masih lapar." Frank menyorongkan sebotol saus salsa.
"Aku tidak percaya Reyna mau berusaha mencari kita. Mendatangi Tempat-Tempat Kuno itu tabu. Gelar
praetornya akan dicabut."
"Itu kalau dia masih hidup," timpal Hazel. "Sudah cukup sulit bagi kita untuk mencapai sejauh ini dengan
tujuh demigod dan sebuah kapal perang." "Dan, aku." Pak Pelatih Hedge berserdawa. "Jangan lupa,
Manis, kalian punya keuntungan satir." Mau tak mau Jason tersenyurn. Pak Pelatih Hedge bisa sangat
konyol, tetapi Jason senang dia ikut. Dia teringat satir yang dilihatnya dalam mirnpi"Grover Underwood.
Dia tak bisa membayangkan satir yang jauh berbeda dari Pak Pelatih Hedge, tetapi mereka berdua
tampak pemberani dengan caranya sendiri. Ini membuat Jason bertanya-tanya tentang para faun di
Perkemahan Jupiter"apakah mereka bisa lebih seperti itu jika para demigod Romawi menaruh harapan
lebih besar kepada mereka. Hal lain yang bisa ditambahkan pada daftarnya Daftarnya. Saat itulah Jason
baru menyadari bahwa dia punya daftar, tetapi sejak meninggalkan Perkemahan Blasteran, dia sudah
terus memikirkan cara-cara untuk membuat Perkemahan Jupiter lebih Yunani. Dia tumbuh di
Perkemahan Jupiter. Dia berhasil dengan baik saat itu. Namun, dari dahulu dia memang agak tidak
konvensional. Dia jengkel dengan peraturan-peraturan. Dia bergabung dengan Kohort V karena semua
orang melarangnya. Mereka memperingatkannya bahwa itu adalah unit terburuk. Jadi, dia pun berpikir,
Baiklah, aku akan membuatnya menjadi unit terbaik. Begitu dia menjadi praetor, Jason berkampanye
untuk mengubah nama legiun menjadi Legiun Pertama, bukan Legiun XII, untuk melambangkan awal
yang baru bagi Roma. Gagasan itu nyaris menimbulkan pemberontakan. Romawi Baru sangat
mengagungkan tradisi dan warisan, peraturan tidak berubah
dengan mudah. Jason belajar untuk menerima itu dan bahkan naik ke puncak. Namun, kini setelah dia
melihat kedua perkemahan, Jason tak bisa mengenyahkan perasaan bahwa Perkemahan Blasteran
mungkin telah lebih banyak mengajarinya tentang dirinya sendiri. Jika dia bertahan dari perang melawan
Gaea ini dan kembali ke Perkemahan Jupiter sebagai praetor, mampukah dia mengubah situasi menjadi
lebih baik" Itu adalah kewajibannya. Lantas, mengapa gagasan itu membuatnya gelisah" Dia merasa
bersalah meninggalkan Reyna memimpin tanpa dirinya, tetapi walau begitu sebagian dari dirinya ingin
kembali ke Perkemahan Blasteran bersama Piper dan Leo. Dia menduga hal itu membuatnya menjadi
pemimpin yang sangat buruk.
"Jason?" tanya Leo. "Argo II kepada Jason. Masuk."
Jason menyadari teman-temannya tengah menatapnya dengan penuh harap. Mereka perlu
penenteraman hati. Entah dia kembali atau tidak ke Romawi Baru seusai perang, Jason harus maju
sekarang dan bertindak seperti seorang praetor. "Yeah, maaf." Dia menyentuh galur yang dibuat Sciron
si penyamun pada rambutnya. "Menyeberangi Atlantik merupakan perjalanan yang berat, itu sudah
pasti. Tapi, aku tak akan pernah meragukan Reyna. Jika ada yang berhasil melakukannya, dia pasti bisa.
Piper memutar-mutar sendok di dalam supnya. Jason masih agak cemas membuat Piper cemburu
terhadap Reyna, tetapi ketika Piper mendongak, Piper melemparkan senyum tanpa emosi yang lebih
terkesan mengejek daripada khawatir. "Yah, aku akan sangat senangbertemu Reyna lagi," kata Piper.
"Tapi, bagaimana dia bisa menemukan kita?"
Frank mengangkat tangan. "Tidak bisakah kau mengirim pesan-Iris kepadanya?" "Cara itu tidak terlalu
berhasil." Pak Pelatih Hedge menimpali. "Penerimaannya sangat buruk. Sumpah, setiap malam aku ingin
menendang dewi pelangi itu Ucapannya terputus. Wajah Pak Pelatih berubah menjadi inerah terang.


The Heroes Of Olympus 4 House Of Hades di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pak Pelatih?" Leo menyeringai. "Siapa yang Anda telepon setiap malam, hai bandot tua?" "Tidak ada!"
sergah Hedge. "Bukan siapa-siapa! Maksudku cuma?" "Maksudnya kami sudah mencoba." Hazel
menyela, dan Pak Pelatih memberinya tatapan penuh terima kasih. "Ada sihir yang mengganggu
mungkin Gaea. Menghubungi pihak Romawi lebih sulit lagi. Kurasa mereka menamengi diri mereka."
Jason mengalihkan pandangan dari Hazel ke Pak Pelatih, sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan
satir ini, dan bagaimana Hazel tahu tentang itu. Kini setelah Jason memikirkannya, sudah lama Pak
Pelatih belum menyinggung-nyinggung kekasih nymph-nya si Melli Frank mengetuk-ngetukkan jarinya
ke meja. "Apakah Reyna tidak punya ponsel ..." Ah, tidak. Lupakan. Penerimaan sinyalnya pasti tidak
bagus bila Reyna mengendarai pegasus yang terbang di atas Samudra Atlantik." Jason memikirkan
perjalanan Argo II melintasi samudra, lusinan pertempuran yang nyaris menewaskan mereka. Berpikir
bahwa Reyna melakukan perjalanan itu seorang diri"Jason tidak bisa memutuskan apakah hal itu
mengerikan atau mengagumkan. "Reyna akan menemukan kita," tegas Jason. "Dia menyebut sesuatu
dalam mimpiku"dia mengharapkanku pergi ke suatu tempat dalam perjalanan kita menuju Gerha
Hades. Aku"aku "Nico benar," tukas Jason. "Aku perlu mengunjungi Istana Diocletian. Tempat itulah yang akan didatangi
Reyna pertama kali karena dia tahu aku pasti akan pergi ke sana." Piper mengangkat sebelah alisnya.
"Mengapa Reyna berpikir seperti itu" Karena kau selalu punya ketertarikan gila-gilaan pada budaya
Kroasia?" Jason memandangi roti lapisnya yang tak termakan. Sulit sekali bicara tentang kehidupannya
sebelum Juno menghapus ingatannya. Tahun-tahun yang dihabiskannya di Perkemahan Jupiter seperti
dibuat-buat, seperti sebuah film yang dibintanginya berpuluh-puluh tahun silam. "Reyna dan aku sering
mengobrol tentang Diocletian," ujarnya. "Kami berdua bisa dibilang mengidolakan pria itu sebagai
pemimpin. Kami membicarakan bagaimana kami ingin mengunjungi Istana Diocletian. Tentu saja kami
tahu itu mustahil. Tak ada yang bisa menempuh perjalanan ke Tempat-Tempat Kuno. Meski demikian,
karni membuat perjanjian bahwa jika ternyata kami melakukannya, ke sanalah kami akan pergi."
"Diocletian ...." Leo menimbang-nimbang nama itu, kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak
Tiga Pengemis Sakti 2 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Legenda Kelelawar 4
^