Pencarian

Kursi Perak 1

The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair Bagian 1


The Chronicles Of Narnia : The Silver Chair
(Kursi perak) -C.S. Lewis BAB SATU Di Belakang Gimnasium SAAT itu hari musim gugur yang kelabu dan Jill Pole sedang menangis di belakang gimnasium.
Dia menangis karena mereka mempermainkannya. Kisah ini bukan cerita tentang sekolah, jadi aku akan memberitahu sesedikit mungkin tentang sekolah Jill, yang bukan topik menyenangkan. Sekolah itu perguruan "koedukasional" bagi anak-anak laki-laki dan perempuan, yang dulunya disebut sekolah "campuran", beberapa orang berkata otak para pengurusnya lebih tercampur-baur daripada sekolah itu sendiri. Para pengurus sekolah ini berpikir anak-anak laki-laki dan perempuan seharusnya diizinkan melakukan apa pun yang mereka sukai. Dan sayangnya yang disukai sepuluh sampai lima belas anak paling besar adalah mempermainkan teman-teman mereka. Berbagai macam hal, tindakan yang mengerikan, terus berlangsung, padahal di sekolah biasa para guru pasti sudah menemukan dan menghentikan tindakan-tindakan ini pada pertengahan semester. Tapi bukan itu yang terjadi di sekolah ini. Atau bahkan kalaupun tindakan-tindakan ini diketahui, mereka yang melakukannya tidak dikeluarkan atau dihukum. Kepala Sekolah berkata mereka termasuk kasus psikologis yang menarik dan memanggil murid-murid mi lalu mengajak mereka bicara berjam-jam. Dan kalau kau tahu hal-hal yang tepat untuk dikatakan pada Kepala Sekolah, hasil akhirnya adalah kau akan jadi murid kesayangan, bukan sebaliknya.
Itulah sebabnya Jill Pole menangis di hari musim gugur yang kelabu di jalan setapak lembap antara dinding belakang gimnasium dan semak-semak. Dan dia belum selesai menangis ketika seorang anak laki-laki muncul di pojokan gimnasium sambil bersiul, tangannya dalam kantong. Dia nyaris menabrak Jill.
"Tidak bisakah kau melihat ke mana jalanmu"" kata Jill Pole.
"Baiklah," kata anak laki-laki itu, "kau tidak perlu marah " kemudian melihat wajah anak perempuan itu. "Wah, Pole," katanya, "ada apa""
Jill menampilkan ekspresi aneh, yang biasanya terjadi saat kau berusaha mengatakan sesuatu tapi kemudian menyadari, begitu mulai bicara, kau akan mulai menangis lagi.
"Mereka, ya" Seperti biasa," kata anak laki-laki itu sedih, membenamkan tangannya semakin dalam pada saku.
Jill mengangguk. Dia tidak perlu mengatakan apa pun, bahkan kalau bisa mengatakannya. Mereka sama-sama tahu.
"Nah, dengarlah," kata anak laki-laki itu, "tidak ada gunanya bagi kita "
Maksudnya baik, tapi cara bicaranya memang mirip orang yang akan mulai menguliahi. Jill tiba-tiba marah besar (yang memang sesuatu yang akan kaulakukan kalau tangismu terputus).
"Oh, pergilah, bereskan urusanmu sendiri," katanya. "Tidak ada yang memintamu datang, bukan" Dan betapa baiknya dirimu mulai memberitahu aku apa yang harus kulakukan! Kurasa kau akan bilang aku harus menghabiskan waktu untuk menjilat mereka dan melakukan hal-hal yang mereka inginkan, dan datang cepat-cepat kalau mereka panggil, seperti yang kaulakukan."
"Oh, ampun!" kata anak laki-laki itu, duduk di pinggiran berumput di tepi semak-semak lalu cepat-cepat bangkit lagi karena rumput itu sangat basah. Dia tidak beruntung bernama Eustace Scrubb, tapi dia bukan anak jahat.
"Pole!" katanya. "Adilkah itu" Apakah aku pernah melakukan hal seperti itu semester ini" Bukankah aku membela Carter soal kelinci" Dan bukankah aku tetap memegang rahasia Spivvins di bawah siksaan pula" Dan bukankah "
"Aku ti-tidak tahu dan aku tidak peduli," isak Jill.
Scrubb melihat Jill masih belum tenang, dan menawarkan permen pedas. Dia ikut makan satu. Jill mulai bisa berpikir lebih jernih.
"Maafkan aku, Scrubb," katanya. "Aku tidak adil. Kau telah melakukan semua itu-semester ini."
"Kalau begitu lupakan semester kemarin, kalau bisa," kata Eustace. "Aku orang yang berbeda saat itu. Aku dulu ya ampun! Aku sangat menyebalkan dulu."
"Yah, sejujurnya memang ya," kata Jill.
"Kalau begitu kau merasakan perubahan diriku, bukan"" kata Eustace.
"Bukan hanya aku," kata Jill. "Semua bilang begitu. Mereka menyadarinya. Eleanor Blakiston mendengar Adela Pennyfather membicarakan perubahanmu di ruang ganti kem
arin. Dia bilang, 'Harus ada yang mengurus si Scrubb itu. Dia sangat tidak tahu aturan semester ini. Kita harus mengurusnya setelah ini.""
Eustace gemetar. Semua murid di Sekolah Eksperimen tahu apa artinya "diurus" oleh mereka.
Kedua anak terdiam sesaat. Tetes air jatuh dari dedaunan laurel.
"Kenapa kau begitu berbeda semester lalu"" tanya Jill.
"Banyak hal aneh terjadi padaku saat liburan," kata Eustace misterius.
"Misalnya"" tanya Jill.
Eustace diam saja beberapa lama. Kemudian dia berkata:
"Dengar, Pole, kau dan aku membenci tempat ini sebesar siapa pun bisa membenci apa pun, bukan""
"Ya, aku membenci tempat ini," kata Jill.
"Kalau begitu kurasa aku bisa memercayaimu."
"Kau baik sekali," kata Jill.
"Ya, tapi ini benar-benar rahasia. Pole, dengar, apakah kau bisa memercayai berbagai hat" Maksudku, hal-hal yang akan ditertawakan semua orang di sini""
"Aku belum pernah mendapat kesempatan memercayai hat seperti itu," kata Jill, "tapi kurasa aku bisa melakukannya."
"Bisakah kau memercayaiku kalau aku bilang aku pernah keluar dari dunia ini-berada di luar dunia ini-liburan kemarin""
"Aku tidak mengerti apa maksudmu."
"Yah, jangan pakai perumpamaan dunia kalau begitu. Misalkan aku bilang padamu aku pernah pergi ke tempat hewan bisa berbicara dan tempat ada- eh-sihir dan naga dan yah, semua hat yang kaukenal dalam dongeng." Scrubb merasa sangat aneh ketika mengatakan semua ini dan wajahnya memerah.
"Bagaimana kau bisa sampai di situ"" tanya Jill. Anehnya dia juga merasa malu.
"Satu-satunya cara yang mungkin dengan sihir," kata Eustace hampir berbisik. "Aku sedang bersama dua sepupuku. Kami hanya dibawa begitu saja. Mereka pernah ke sana sebelumnya."
Sekarang setelah mereka berbisik-bisik, entah bagaimana Jill merasa lebih mudah percaya. Kemudian tiba-tiba kecurigaan besar menguasai dirinya dan Jill berkata (dengan begitu galak sehingga saat itu dia mirip harimau betina):
"Kalau aku sampai tahu kau mempermainkanku, aku tidak akan pernah bicara denganmu lagi. Tidak, tidak, tidak."
"Aku tidak bohong," kata Eustace. "Berani sumpah. Aku bersumpah demi-demi segalanya."
(Saat aku masih bersekolah dulu, anak-anak akan berkata, "Sumpah demi Tuhan." Tapi di sekolah aneh dan jahat ini Tuhan tidak pernah diajarkan.)
"Baiklah," kata Jill. "Aku percaya padamu."
"Dan jangan bilang siapa pun""
"Menurutmu aku ini siapa""
Mereka sangat bersemangat ketika mengatakan ini. Tapi ketika telah mengatakannya, Jill melihat ke sekeliling dan melihat langit musim gugur yang kelabu, mendengar suara tetesan air dari claim, dan memikirkan semua ketidakberdayaan dalam Sekolah Eksperimen (saat itu semester yang panjangnya tiga betas minggu dan mereka masih harus menjalani sebelas minggu), lalu dia berkata:
"Tapi apa gunanya" Kita tidak di sana: kita di sini. Dan kita jelas tidak bisa ke sana. Atau bisakah kita""
"Itulah pertanyaanku selama ini," kata Eustace. "Saat kami kembali dari tempat itu, ada yang memberitahu kedua anak Pevensie (yaitu kedua sepupuku) bahwa mereka tidak bisa ke sana lagi. Mereka sudah tiga kali ke sana. Kurasa mereka sudah menghabiskan giliran mereka. Tap] dia tidak pernah bilang aku tidak bisa kembali. Tentu dia akan berkata begitu, kecuali kalau maksudnya aku akan kembali" Dan aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya, bisakah kita ""
"Maksudmu, apakah ada sesuatu yang bisa membuatnya terjadi""
Eustace mengangguk. "Maksudmu kita bisa menggambar lingkaran di tanah-dan menulis huruf-huruf aneh di sana-dan berdiri di dalamnya-dan mengucapkan mantra-mantra""
"Yah," kata Eustace setelah berpikir keras sejenak. "Kurasa itulah yang selama ini kupikirkan, meskipun tidak pernah kulakukan. Tapi sekarang aku sampai pada kesimpulan, aku merasa semua lingkaran dan mantra itu payah. Kurasa dia tidak menyukainya. Semua itu akan membuatnya tampak seperti kita bisa memerintahnya. Padahal sebenarnya, kita hanya perlu meminta."
"Siapa sih orang yang selalu kaubicarakan ini""
"Mereka menyebutnya Aslan di tempat itu," kata Eustace.
"Namanya aneh sekali!"
"Tidak seaneh dirinya sendiri," kata Eustace khidmat. "Tapi mari ki
ta teruskan. Tidak ada ruginya, hanya meminta. Mari berdiri bersisian, seperti ini. Dan ulurkan tangan dengan telapak ke bawah: seperti yang mereka lakukan di Pulau Ramandu "
"Pulau apa""
"Akan kuceritakan lain kali. Dan dia mungkin ingin kita menghadap timur. Coba lihat, di mana timur""
"Aku tidak tahu," kata Jill.
"Benar-benar hebat betapa anak perempuan tidak pernah tahu arah mata angin," kata Eustace.
"Kau juga tidak tahu," kata Jill kesal.
"Aku tahu, kalau saja kau tidak terus-menerus mengajak bicara. Aku tahu sekarang. Itu timur, menghadap ke pepohonan laurel itu. Nah, maukah kau mengulangi kata-kata ini setelahku""
"Kata-kata apa"" tanya Jill.
"Kata-kata yang akan kuucapkan tentu saja," jawab Eustace. "Nah "
Dan dia mulai, "Aslan. Aslan, Aslan!"
"Aslan, Aslan, Aslan," ulang Jill.
"Tolong biarkan kami berdua pergi ke "
Saat itu terdengar suara dari sisi lain gimnasium, berteriak, "Pole" Ya. Aku tahu di mana dia. Dia menangis di belakang gimnasium. Haruskah aku memanggilnya""
Jill dan Eustace saling memandang, membungkuk di bawah semak-semak, dan mulai merayap menuruni tebing tanah bersemak yang curam dengan kecepatan yang mengagumkan. (Berkat metode pengajaran yang aneh di Sekolah Eksperimen, murid tidak banyak mengerti bahasa Prancis, Matematika, bahasa Latin, atau hal-hal seperti itu. Tapi murid belajar banyak tentang melarikan diri dengan cepat dan tanpa suara ketika dicari mereka.)
Setelah kira-kira satu menit merayap, Eustace dan Jill berhenti untuk mendengarkan, dan tahu dari suara-suara yang datang bahwa mereka diikuti.
"Kalau saja pintu itu terbuka lagi!" kata Scrubb saat mereka terus merayap turun, dan Jill mengangguk. Karena di puncak semak-semak ada dinding batu tinggi dan di dinding itu ada pintu menuju padang terbuka. Pintu ini hampir selalu terkunci. Tapi ada saat pintu itu ditemukan terbuka, atau mungkin hanya sekali itu. Tapi kau bisa membayangkan betapa kenangan bahkan pada satu kejadian pun bisa membuat orang berharap, dan mencoba membuka pintu itu, karena kalau saja ternyata tidak terkunci, pintu itu merupakan jalan yang bagus untuk keluar dari wilayah sekolah tanpa kelihatan.
Jill dan Eustace, sekarang sangat kepanasan dan sangat kotor karena hampir selalu membungkuk dalam-dalam di balik semak-semak,
terengah-engah memanjat dinding. Dan di sanalah pintu itu, tertutup seperti biasa.
"Rasanya tidak bagus," kata Eustace sambil memegang gagang pintu, kemudian, "O-o-oh. Ya ampun!" Karena gagang itu bergerak dan pintu terbuka.
Sesaat sebelumnya, mereka sama-sama ingin keluar melalui pintu itu secepat mungkin, kalau saja pintu itu tidak terkunci. Tapi ketika pintu itu ternyata terbuka, mereka sama-sama berdiri diam. Karena apa yang mereka lihat cukup berbeda dengan apa yang mereka bayangkan.
Mereka membayangkan akan melihat tebing padang bersemak yang terus menanjak sampai menyatu dengan langit musim gugur yang kelabu. Tapi malah matahari terik yang menyapa mereka. Cahayanya berpendar melalui pintu seperti terangnya hari bulan Juni masuk garasi saat kau membuka pintu. Sinar itu membuat tetesan air di rerumputan berpendar seperti manik-manik dan menunjukkan betapa kotornya wajah Jill karena bekas air mata. Dan cahaya matahari itu jelas datang dari sesuatu yang memang tampak seperti dunia lain-menurut apa yang mereka lihat. Mereka melihat tanah yang lebih halus, lebih halus dan cerah daripada apa pun yang pernah dilihat Jill, dan langit biru, serta benda-benda yang begitu terang sehingga mungkin saja mereka perhiasan atau kupu-kupu besar terbang ke sana kemari.
Meskipun menginginkan sesuatu seperti ini, Jill ketakutan. Dia menatap wajah Scrubb, dan melihat anak itu juga takut.
"Ayo, Pole," kata Eustace dengan napas tertahan.
"Apakah kita bakal bisa kembali" Apakah aman"" tanya Jill.
Saat itu terdengar teriakan dari belakang mereka, suara kecil yang kejam dan penuh kebencian, "Ayolah, Pole," cicit suara itu. "Semua tahu kau di sana. Turunlah." Itu suara Edith Jackie, tidak termasuk mereka tapi salah satu pengikut dan penjilat mereka.
"Cepat!" kata Scrubb. "Marl. Berpegangan tangan
. Kita tidak boleh berpisah." Dan sebelum Jill menyadari apa yang terjadi, Eustace meraih tangannya dan mendorongnya melalui pintu itu, keluar dari halaman sekolah, keluar dari Inggris, keluar dari dunia, dan memasuki tempat itu.
Suara Edith Jackie menghilang tiba-tiba seperti suara radio ketika dimatikan. Mereka langsung dikelilingi suara yang berbeda. Suara-suara itu datang dari benda-benda cemerlang di atas mereka, yang setelah terlihat jelas ternyata burung-burung. Mereka membuat suara berisik, tapi jauh lebih mirip musik-musik kelas tinggi yang tidak bisa langsung kaumengerti begitu mendengarnya-daripada suara burung mana pun di dunia kita. Tapi, meskipun ada nyanyian burung itu, ada semacam keheningan memekakkan yang menjadi latar belakang. Keheningan itu, ditambah dengan kesegaran udara, membuat Jill merasa mereka pasti berada di puncak gunung yang sangat tinggi.
Scrubb masih memegang tangan Jill dan mereka melangkah maju, melihat ke segala arah. Jill melihat pohon-pohon besar, seperti pohon cedar tapi lebih besar, tumbuh di mana-mana. Tapi karena pepohonan ini tidak tumbuh rapat, dan tidak ada semak-semak, mereka tetap bisa melihat jauh ke dalam hutan dan ke arah kanan-kirinya. Dan sejauh Jill bisa melihat, semuanya sama-tanah datar, burung-burung beterbangan dengan bulu berwarna kuning, biru kehijauan, atau pelangi, bayangan-bayangan biru, dan kekosongan. Tidak ada angin mengusik udara yang segar dan cerah itu. Hutan itu sangat sepi.
Tepat di depan mereka tidak ada pohon, hanya langit biru. Mereka terus maju tanpa bicara sampai tiba-tiba Jill mendengar Scrubb berkata, "Hati-hati!" dan merasakan dirinya ditarik ke belakang. Mereka berada tepat di bibir jurang.
Jill termasuk orang beruntung yang tidak takut ketinggian. Dia tidak keberatan berdiri di pinggir jurang. Dia malah agak sebal pada Scrubb karena menariknya ke belakang "Memangnya aku anak kecil"" katanya-dan dia mengibaskan tangannya dari genggaman Scrubb. Ketika melihat betapa pucat temannya, Jill semakin sebal.
"Ada apa"" katanya. Dan untuk menunjukkan dia tidak takut, dia berdiri sangat dekat pada bibir jurang, bahkan jauh lebih dekat daripada yang diinginkannya. Kemudian dia memandang ke bawah.
Sekarang dia sadar Scrubb punya alasan untuk pucat, karena tidak ada jurang di dunia kita yang bisa dibandingkan dengan ini. Bayangkan dirimu di puncak tebing paling tinggi yang kautahu. Dan bayangkan kau melihat ke bawah ke dasar. Kemudian bayangkan tebing itu terus menurun lagi, semakin jauh, sepuluh kali lebih jauh, dua puluh kali lebih jauh. Dan ketika kau melihat ke bawah ke kedalaman itu bayangkan benda-benda kecil putih yang mungkin, pada pandangan pertama, kausangka biri-biri, tapi kemudian kau sadar bahwa itu awan-bukan gumpalan-gumpalan kecil kabut tapi awan putih gemuk besar yang beberapa di antaranya sebesar gunung. Dan akhirnya, di antara awan-awan itu, kau melihat dasar sesungguhnya, begitu jauh sehingga kau tidak bisa tahu itu padang atau hutan, tanah atau air, jauh lebih di bawah awan-awan itu daripada kau di atasnya.
Jill memandangnya. Kemudian dia berpikir mungkin, sebaiknya, dia bisa mundur selangkah atau lebih dari pinggir tebing, tapi dia tidak ingin melakukannya karena takut Scrubb bakal berpikir yang tidak-tidak. Kemudian tiba-tiba dia memutuskan dia tidak peduli pada pikiran Scrubb, dan dia lebih baik menjauh dari tepian mengerikan itu dan tidak pernah menertawakan orang yang takut ketinggian lagi. Tapi ketika mencoba bergerak, ternyata dia tidak bisa. Kakinya seolah sudah disemen.
Semua benda seperti berenang di depan matanya.
"Apa yang kaulakukan, Pole" Kembali si bodoh!" teriak Scrubb. Tapi suaranya seolah datang dari jauh. Jill merasa Scrubb meraihnya. Tapi sekarang dia tidak bisa menguasai tangan dan kakinya sendiri. Terjadi pergulatan singkat di tepian jurang. Jill terlalu takut dan pusing untuk menyadari apa yang dia lakukan, tapi ada dua hal yang dia ingat seumur hidup (kedua hal itu sering kembali dalam mimpinya). Satu adalah dia berontak melepaskan diri dari pegangan Scrubb, dan yang lain, di saat yang sama, Scrubb send
iri, sambil menjerit mengerikan, kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke kedalaman.
Untunglah, Jill tidak punya waktu untuk memikirkan apa yang telah dia lakukan. Sejenis binatang besar berbulu terang lari ke pinggir jurang. Dia berbaring, memajukan tubuhnya, dan (inilah yang aneh) meniup. Bukan mengaum atau mendengus, tapi meniup dari mulutnya yang terbuka lebar, meniup semantap pengisap debu mengisap. Jill berbaring begitu dekat pada makhluk itu sehingga bisa merasakan napasnya bergetar mantap melalui tubuhnya. Dia berbaring diam karena tidak bisa bangun. Dia nyaris pingsan, bahkan dia berharap dia benar-benar pingsan, tapi pingsan tidak bisa terjadi begitu saja. Akhirnya dia melihat, jauh di bawahnya, titik kecil hitam melayang menjauh dari tebing namun agak terbang ke atas. Saat titik itu naik, dia juga semakin jauh. Ketika hampir setinggi tebing, dia sudah begitu jauh sehingga Jill tidak bisa melihatnya. Benda itu jelas bergerak menjauh dari mereka dengan sangat cepat. Jill tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa makhluk di sebelahnya meniup benda itu menjauh.
Jadi dia berpaling dan menatap makhluk itu. Dia singa.
BAB DUA Jill Diberi Tugas TANPA memandang Jill sama sekali, singa itu bangkit berdiri dan meniup untuk terakhir kalinya. Kemudian, seolah puas dengan hasil pekerjaannya, dia berbalik dan berjalan santai menjauh, kembali ke dalam hutan.
"Pasti ini mimpi, pasti, pasti," kata Jill pada dirinya sendiri. "Aku akan segera terbangun." Tapi itu bukan mimpi, dan dia tidak terbangun.
"Aku benar-benar ingin kami tidak pernah datang ke tempat menyeramkan ini," kata Jill. "Kurasa Scrubb tidak tahu lebih banyak daripada diriku. Atau kalaupun tahu, dia tidak boleh membawaku ke sini tanpa memperingatkan seperti apa keadaan di sini. Bukan salahku dia jatuh ke jurang itu. Kalau dia tidak menggangguku tadi, kami pasti masih baik-baik saja sekarang." Kemudian Jill kembali teringat teriakan Scrubb saat terjatuh, dan menangis.
Menangis tidak apa-apa asalkan secukupnya. Tapi kau harus berhenti cepat atau lambat, kemudian kau masih harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Ketika berhenti, Jill mendapati dirinya sangat haus. Dia tadi berbaring tertelungkup, dan sekarang bangkit duduk. Burung-burung telah berhenti bernyanyi dan ada keheningan total kecuali satu suara kecil yang terus-menerus datang dari suatu tempat yang jauh. Jill mendengarkan baik-baik, dan hampir langsung yakin itu suara air mengalir.
Jill bangkit dan melihat ke sekelilingnya dengan hati-hati. Tidak ada tanda-tanda keberadaan si singa, tapi begitu banyak pohon di sekelilingnya sehingga mungkin saja binatang itu berada cukup dekat tanpa diketahuinya. Mungkin saja ada beberapa ekor singa. Tapi rasa haus Jill sangat parah sekarang, dan dia mengumpulkan keberanian untuk pergi dan mencari air mengalir itu. Dia berjalan berjingkat, maju mengendap-ngendap dari pohon ke pohon, dan berhenti untuk mengintip ke sekeliling dalam setiap langkahnya.
Hutan began tenang sehingga tidak sukar memutuskan dari mana asal suara itu. Suara itu semakin jelas setiap saat, dan lebih cepat daripada yang dibayangkannya, Jill mencapai padang terbuka dan melihat sungai, sejernih kaca, mengalir melintasi padang itu sepelemparan batu jauhnya dari dirinya. Tapi meskipun pemandangan air membuat Jill sepuluh kali lebih haus daripada sebelumnya, dia tidak berlari untuk minum. Dia berdiri sediam mungkin seolah dirinya telah diubah menjadi batu, dengan mulut ternganga lebar. Dan dia punya alasan yang bagus, tepat di sisi sungai ini berbaringlah si singa.
Binatang itu berbaring dengan kepala mendongak dan kedua cakar depannya terjulur di depan, seperti singa di Trafalgar Square. Jill langsung tahu binatang itu sudah melihatnya, karena matanya memandang tepat ke dalam matanya sesaat kemudian berpaling-seolah dia cukup mengenal Jill dan tidak terlalu memedulikannya.
Kalau aku lari, dia akan langsung bisa mengejarku, pikir Jill. Dan kalau aku maju, aku akan langsung menyerahkan diri ke mulutnya. Yah, anak itu toh tidak bisa bergerak kalaupun mencoba, dan tidak bisa melepaskan pandangannya da
ri si singa. Berapa lama ini berlangsung, Jill tidak yakin, sepertinya berjam-jam. Dan rasa hausnya menjadi begitu menyiksa sehingga Jill nyaris merasa dia tidak keberatan dimakan si singa kalau saja dia yakin bisa minum seteguk penuh sebelumnya.
"Kalau kau haus, kau boleh minum."
Itulah kata-kata pertama yang Jill dengar setelah Scrubb bicara padanya di pinggir jurang. Sedetik dia memandang ke sana kemari, bertanya-tanya siapa yang bicara. Kemudian suara itu kembali berkata, "Kalau kau haus, majulah dan minum," dan tentu saja Jill ingat apa yang dikatakan Scrubb tentang hewan yang bisa bicara di dunia lain itu, dan menyadari pasti si singalah yang bicara. Yah, Jill melihat bibirnya bergerak kali ini, dan suara itu tidak mirip suara manusia. Suara itu lebih dalam, lebih liar, dan lebih kuat, sejenis suara yang berat dan keemasan. Suara itu tidak membuat rasa takutnya berkurang, tapi membuatnya takut dengan cara yang sedikit berbeda.
"Tidakkah kau haus"" tanya si singa.
"Aku hampir mati kehausan," kata Jill.
"Kalau begitu minumlah," kata si singa.
"Bolehkah aku bisakah aku apakah kau keberatan kalau pergi sementara aku minum"" tanya Jill.
Si singa menjawab permintaan ini dengan menatap dan menggeram dalam. Dan saat menatap tubuhnya yang tidak bergerak, Jill sadar dia sama saja meminta seluruh gunung menyingkir demi kenyamanan dirinya.
Suara gemerecik menyegarkan air sungai itu membuat Jill nyaris gila.
"Maukah kau berjanji tidak akan-melakukan apa-apa padaku, kalau aku mendekat"" tanya Jill.
"Aku tidak man berjanji," kata si singa.
Jill begitu haus sekarang, tanpa sadar dia maju selangkah.
"Apakah kau makan anak perempuan"" tanyanya.
"Aku sudah menelan anak-anak perempuan dan laki-laki, wanita dan pria, raja dan kaisar, kota dan kerajaan," kata si singa. Dia tidak mengatakannya dengan cara menyombong, bukan juga dengan penyesalan, atau seolah sedang marah. Dia mengatakannya begitu saja.
"Aku tidak berani mendekat untuk minum," kata Jill.
"Kalau begitu kau harus mati kehausan," kata si singa.
"Oh, ya ampun!" kata Jill, main selangkah lebih dekat lagi. "Kurasa aku harus pergi mencari sungai lain kalau begitu."
"Tidak ada sungai lain," kata si singa.
Tidak terpikir oleh Jill untuk tidak memercayai si singa-tidak ada yang pernah melihat wajah serius hewan tersebut yang bisa melakukan itu-dan pikirannya tiba-tiba mengambil keputusan sendiri. Itulah hal terburuk yang pernah harus dilakukannya, tapi dia main ke sungai itu, berlutut, dan mulai meraup air dengan tangannya. Air itu air paling dingin, paling menyegarkan yang pernah dirasakannya. Kau tidak perlu minum banyak, karena air itu langsung memuaskan dahagamu. Sebelum merasakan air itu, Jill berniat berlari dari si singa begitu selesai minum. Sekarang, dia menyadari itu akan menjadi tindakan yang paling berbahaya. Dia bangkit berdiri dan ber diri dengan bibir masih basah setelah minum.
"Mari sini," kata si singa. Dan Jill harus melakukannya. Dia nyaris berada di antara kedua cakar depan si singa sekarang, menatap tepat ke arah wajahnya. Tapi dia tidak bisa berlama-lama menatapnya, Jill menunduk.
"Anak manusia," kata si singa. "Di mana anak yang laki-laki""
"Dia jatuh ke jurang," kata Jill, dan menambahkan, "Sir." Dia tidak tahu bagaimana harus memanggilnya, dan rasanya tidak hormat bila tidak memanggilnya apa pun.
"Bagaimana dia bisa jatuh, Anak manusia""
"Dia berusaha mencegahku terjatuh, Sir."
"Kenapa kau begitu dekat di pinggir jurang, Anak manusia""
"Aku sedang menyombong, Sir."
"Itu jawaban yang sangat baik, Anak manusia. Jangan pernah melakukannya lagi. Dan sekarang" (saat itu untuk pertama kalinya wajah si singa menjadi sedikit santai) "anak laki-laki itu selamat. Aku telah meniupnya ke Narnia. Tapi tugasmu akan lebih sulit karena apa yang telah kaulakukan."
"Maaf, tugas apa, Sir"" tanya Jill.
"Tugas yang menjadi sebab aku memanggil dirimu dan anak laki-laki itu ke sini dari duniamu sendiri."
Ini membuat Jill sangat bingung. "Dia salah mengira aku orang lain," pikir Jill. Dia tidak berani mengatakan hal ini pada si singa, meskipun dia mera
sa semuanya akan menjadi benang kusut yang mengerikan kalau tidak mengatakannya.
"Katakan apa yang kaupikirkan, Anak manusia," kata si singa.
"Aku sedang bertanya-tanya maksudku mungkinkah ada kesalahan" Karena tidak ada yang memanggil diriku dan Scrubb, tahu bukan. Kamilah yang meminta datang ke sini. Scrubb berkata kami harus memanggil nama-nama seseorang-nama yang tidak kukenal dan mungkin orang itu akan mengizinkan kami masuk. Dan kami melakukannya, kemudian kami menemukan pintu itu terbuka."
"Kau tidak akan memanggilku kecuali aku telah memanggilmu lebih dulu," kata si singa.
"Kalau begitu, kaulah orang itu, Sir"" tanya Jill.
"Memang. Dan sekarang, dengarkan tugasmu. Jauh di sini di tanah Narnia, hiduplah seorang raja yang sedih karena dia tidak punya pangeran penerus keturunan untuk menjadi raja setelah dirinya. Dia tidak punya pewaris karena putra tunggalnya diculik darinya bertahun-tahun yang lalu, dan tidak ada orang di Narnia yang tahu di mana pangeran itu atau apakah dia masih hidup. Tapi dia masih hidup. Aku memberimu perintah ini, temukanlah pangeran yang hilang itu, entah kau menemukannya dan membawanya kembali ke rumah ayahnya, mati dalam tugas ini, atau kembali ke duniamu sendiri."
"Bagaimana caranya"" kata Jill.
"Akan kuberitahu, Nak," kata si singa. "Ada tanda-tanda yang merupakan tuntunanku dalam tugasmu. Pertama-tama, begitu Eustace, si anak laki-laki, menginjak Narnia, dia akan bertemu teman lama yang baik. Dia harus langsung menyapa teman itu, kalau dia melakukannya, kalian akan mendapat bantuan besar. Kedua, kau harus berjalan ke luar Narnia ke arah utara sampai kau menemukan puing-puing kota kuno para raksasa. Ketiga, kau akan menemukan tulisan pada batu di kota tua itu, dan kau harus melakukan apa yang diperintahkan tulisan itu padamu. Keempat, kau akan mengenali si pangeran yang hilang (kalau kau menemukannya) berdasarkan petunjuk ini, dia akan menjadi orang pertama yang kautemui dalam perjalanan yang akan memintamu melakukan sesuatu dalam namaku, dalam nama Aslan."
Karena si singa sepertinya telah selesai, Jill berpikir dia harus mengatakan sesuatu. Jadi dia berkata, "Terima kasih banyak. Aku mengerti."
"Nak," kata Aslan, dengan suara yang lebih ramah daripada sebelumnya, "mungkin kau tidak mengerti sebaik yang kaupikir. Tapi langkah pertama adalah mengingat. Ulangi padaku, dengan berurutan, keempat tanda."
Jill berusaha, tapi tidak bisa mengulanginya dengan tepat. Jadi si singa mengoreksinya, dan menyuruhnya mengulangi lagi dan lagi sampai Jill bisa mengatakan semuanya dengan tepat sempurna. Aslan sangat sabar dalam hal mi, sehingga ketika sudah selesai, Jill memberanikan diri untuk bertanya:
"Maaf, bagaimana aku akan mencapai Narnia""
"Oh, dengan napasku," kata si singa. "Aku akan meniupmu ke sebelah barat dunia seperti aku meniup Eustace."
"Apakah aku bisa menemuinya tepat waktu untuk memberitahunya tentang tanda yang pertama" Tapi kurasa itu tidak penting. Kalau dia melihat teman lama, dia pasti akan menghampiri dan menyapanya, bukan""
"Kau tidak punya waktu untuk dibuang-buang," kata si singa. "Karena itu aku harus langsung mengirimmu. Marl. Berjalanlah bersamaku ke tepi jurang."
Jill ingat dengan baik ketiadaan waktu untuk dibuang-buang itu merupakan kesalahannya sendiri. Kalau aku tidak begitu bodoh, Scrubb dan aku pasti masih bersama. Dan dia ikut mendengar semua instruksi itu bersamaku, pikirnya. Jadi dia melakukan apa yang diperintahkan padanya. Rasanya sangat menakutkan, kembali ke tepi jurang, apalagi si singa tidak berjalan di sisinya tapi di belakangnya-sama sekali tidak membuat suara dengan cakarnya yang lembut.
Tapi jauh sebelum Jill sampai di dekat tepi jurang, suara di belakangnya berkata, "Diam. Sebentar lagi aku akan meniup. Tapi, pertama-tama, ingat, ingat, ingatlah tanda-tandanya. Ulangilah pada dirimu sendiri begitu kau bangun di pagi hari dan sebelum kau tidur di malam hari, dan ketika kau terbangun di tengah malam. Dan hal aneh apa pun yang mungkin terjadi padamu, jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu dari mengikuti tanda-tanda. Dan yang kedua,
aku memberimu satu peringatan. Di gunung ini aku sudah bicara dengan jelas padamu: aku tidak akan sering melakukannya di Narnia sana. Di gunung ini udara jernih dan pikiranmu terang, ketika kau semakin turun mendekati Narnia, udara akan menebal. Hati-hatilah jangan sampai itu memengaruhi pikiranmu. Dan tanda-tanda yang sudah kaupelajari di sini, sama sekali tidak akan mirip dengan apa yang kaubayangkan ketika kau menemukannya di sana. Karena itu sangatlah penting untuk mengenali mereka dengan hatimu dan jangan memerhatikan penampilan mereka. Ingatlah tanda-tanda itu dan percayalah pada mereka. Yang lain tidak penting. Dan sekarang, Putri Hawa, selamat jalan "
Suara itu semakin pelan di akhir kata-katanya dan sekarang menghilang seluruhnya. Jill melihat ke belakangnya. Dia kaget melihat tebing sudah lebih dari seratus meter di belakang, dan sang singa sendiri tinggal setitik warna emas di tepian tebing. Jill telah merapatkan rahang dan mengepalkan tangan, bersiap menyambut tiupan kencang sang singa, tapi tiupan itu begitu lembut sehingga dia bahkan tidak menyadari saat dia meninggalkan tebing. Dan sekarang, tidak ada apa-apa kecuali udara di ribuan demi ribuan meter di bawahnya.
Jill merasa takut sesaat. Di satu sisi, tanah di bawahnya begitu jauh sehingga seolah tidak ada hubungan dengan dirinya. Di sisi lain, mengambang di atas napas singa sangat nyaman. Jill menemukan dia bisa berbaring atau telungkup dan berbalik-balik ke arah mana pun yang diinginkannya, seperti yang bisa kaulakukan di air (kalau kau sudah belajar mengambang dengan benar). Dan karena Jill bergerak mengikuti kecepatan napas, tidak ada angin, dan udara sepertinya sangat hangat. Rasanya sama sekali tidak mirip berada dalam pesawat, karena tidak ada suara dan getaran. Kalau Jill pernah naik balon udara, dia mungkin merasa keadaan itu lebih mirip naik balon udara, tapi lebih baik.
Ketika menengok ke belakang, dia bisa melihat untuk pertama kalinya ukuran sesungguhnya gunung yang ditinggalkannya. Dia bertanya-tanya bagaimana gunung sebesar itu tidak diliputi salju dan es-tapi kurasa semua hal seperti itu berbeda di dunia ini, pikir Jill. Kemudian dia melihat ke bawahnya, tapi dia begitu tinggi sehingga tidak bisa memastikan apakah dia mengambang di atas tanah atau laut, dia juga tidak bisa menentukan kecepatan gerakannya.
"Ya ampun! Tanda-tandanya!" kata Jill tiba-tiba. "Lebih baik aku mengulanginya." Dia panik sedetik atau dua detik, tapi dia mendapati dirinya masih bisa menyebutkan semua tanda itu dengan benar. "Jadi tidak apa-apa," katanya, kemudian berbaring di udara seolah di sofa, dengan mengembuskan napas puas.
"Wah, aku yakin," kata Jill pada dirinya sendiri beberapa jam kemudian, "aku sudah tertidur. Tidur di udara nyaman sekali. Aku ingin tahu apakah sudah ada yang pernah melakukannya sebelum ini. Kurasa belum pernah ada. Oh, sial-Scrubb mungkin pernah! Dalam perjalanan yang sama, tidak lama sebelum diriku. Mari lihat seperti apa pemandangan di bawah."
Pemandangan di bawah tampak seperti padang yang luar biasa luas berwarna biru yang sangat tua. Sejauh pandang tidak ada bukit-bukit, tapi ada benda-benda putih besar bergerak perlahan melintas. "Itu pasti awan," pikir Jill. "Tapi jauh lebih besar daripada yang kami lihat dari jurang. Kurasa mereka lebih besar karena lebih dekat. Aku pasti semakin rendah. Aduh, cahaya matahari ini."
Matahari yang jauh tinggi di atas Jill ketika dia memulai perjalanan, sekarang cahayanya mulai menyakiti mata. Scrubb cukup benar saat berkata Jill (aku tidak tahu bagaimana perempuan pada umumnya) jarang memikirkan arah mata angin. Kalau tahu arah, dia akan tahu, ketika cahaya matahari menyilaukan matanya, bahwa arah perjalanannya kurang lebih ke barat.
Menatap padang biru di bawah, Jill memerhatikan ada titik-titik kecil berwarna lebih muda dan pucat di sana-sini. Itu land pikir Jill. Kurasa itu pulau-pulau. Memang begitu. Jill mungkin akan agak iri kalau saja tahu beberapa pulau itu sudah dilihat Scrubb dari geladak kapal dan bahkan sudah dijejakinya, tapi Jill tidak tahu ini. Kemudian, lama setelahnya, Jill m
ulai melihat ada kerutan-kerutan kecil pada dataran biru itu, kerutan-kerutan kecil yang pasti merupakan ombak besar kalau kau berada di bawah, di antaranya. Dan sekarang, sepanjang horison ada garis gelap tebal yang menebal dan menggelap begitu cepat sehingga kau bisa melihatnya berkembang. Itulah tanda pertama yang Jill dapat tentang betapa cepatnya perjalanannya. Dan dia tahu garis menebal itu pasti tanah.
Tiba-tiba dari sisi kiri (karena angin bertiup dari selatan) awan putih besar mendekat dengan cepat ke arahnya, kali ini sejajar dengan dirinya. Dan sebelum menyadari di mana dirinya, Jill masuk tepat ke tengah kabut yang dingin dan basah. Kejadian itu membuatnya kehilangan napas, tapi hanya sesaat. Jill keluar dari awan itu sambil mengerjapkan mata karena silaunya sinar matahari dan merasakan pakaiannya basah. (Dia mengenakan blazer, sweter, rok pendek, stoking, dan sepatu yang cukup tebal. Di Inggris harinya kelabu dan berlumpur.) Dia keluar dari awan di titik yang lebih rendah daripada ketika dia memasukinya, dan begitu keluar dia menyadari sesuatu yang, kurasa, seharusnya dia harapkan, tapi malah menjadi kejutan dan membuatnya kaget. Suara-suara. Sampai saat itu perjalanannya benar-benar hening. Sekarang, untuk pertama kalinya, Jill mendengar suara-suara ombak dan jeritan burung camar. Dan sekarang juga, dia mencium aroma laut. Tidak mungkin salah tentang kecepatannya sekarang. Dia melihat dua ombak bertabrakan dan semburan buih muncrat di antara mereka, tapi nyaris tidak melihatnya sebelum kejadian itu lewat seratus meter di belakangnya. Daratan semakin mendekat dengan kecepatan tinggi. Jill bisa melihat gunung-gunung jauh di daratan, dan gunung-gunung lain yang lebih dekat di sisi kirinya. Dia bisa melihat teluk-teluk dan tanjung-tanjung, hutan-hutan dan ladang-ladang, pantai berpasir yang membentang. Suara ombak pecah di pantai semakin keras setiap saat dan menenggelamkan suara laut yang lain.
Tiba-tiba daratan terbuka tepat di depannya. Jill mendekati muara sungai. Perjalanannya sangat lambat sekarang, hanya beberapa meter di atas air. Puncak ombak mencapai kakinya dan cipratan besar buih membuatnya nyaris basah sampai ke pinggang. Sekarang dia se makin lambat. Bukannya melayang ke hulu sungai, dia bergerak ke pinggir sungai di sisi kirinya. Ada begitu banyak hal yang harus diperhatikan sehingga Jill tidak dapat mengingat semuanya sekaligus, padang yang begitu halus dan hijau, perahu dengan warna-warni begitu cerah sehingga tampak seperti perhiasan berukuran besar, menara-menara dan benteng-benteng, bendera-bendera berkibar di udara, kerumunan orang, baju-baju indah, persenjataan, emas, pedang, suara musik. Tapi semua ini bercampur-baur. Hal pertama yang jelas bagi Jill adalah dia diturunkan dan berdiri di bawah pepohonan di dekat pinggiran sungai, dan di sana, hanya beberapa meter darinya, berdiri Scrubb.
Hal pertama yang dipikirkan Jill adalah betapa kotor, berantakan, dan secara keseluruhan tidak menariknya penampilan Scrubb. Dan pikirannya yang kedua adalah betapa basahnya diriku!
BAB TIGA Pelayaran sang Raja YANG membuat Scrubb tampak begitu kotor (begitu juga Jill, kalau saja dia bisa melihat dirinya sendiri) adalah kemegahan lingkungan sekitar mereka. Sebaiknya aku langsung menceritakannya.
Melalui celah gunung-gunung yang dilihat Jill jauh di tengah daratan ketika mendekati tempat itu, cahaya matahari terbenam menyinari padang yang rata. Di sisi jauh padang itu, bendera penanda arah angin berkilauan tertimpa cahaya, berdiri kastil dengan banyak menara besar-kecil, kastil paling indah yang pernah dilihat Jill. Di sisi yang dekat ada galangan kapal dari marmer putih, tertambat pada galangan ini, kapal itu: kapal yang tinggi dengan dek depan yang tinggi dan dek belakang yang tinggi, keemasan dan merah, dengan bendera besar di buritan, dan banyak umbul-umbul berkibar di deknya, dan sederetan tameng, menyilaukan seperti perak, di sepanjang pagar pertahanan. Papan jembatannya terpasang di depan Jill, dan di kakinya, tepat slap untuk naik ke kapal, seorang pria yang sangat tua. Dia mengenakan mantel m
ewah berwarna keunguan yang terbuka di bagian depannya, menunjukkan baju rantai besi peraknya. Ada lingkaran emas tipis di kepala pria itu. Janggutnya, seputih wol, hampir mencapai pinggang. Dia berdiri cukup tegak, sebelah tangannya bersandar pada bahu pria berpakaian mewah yang sepertinya lebih muda daripada dirinya sendiri, tapi kau bisa melihat pria itu juga sangat tua dan rapuh. Dia tampak seolah bisa diterbangkan tiupan angin, dan matanya berair.
Tepat di depan sang raja-yang sedang berbalik untuk bicara pada rakyatnya sebelum naik ke kapal itu-ada kursi kecil beroda, dan terikat pada kursi itu, seekor keledai kecil: tidak lebih besar daripada anjing retriever besar. Di kursi ini duduk dwarf kecil yang gemuk. Dia berpakaian semewah sang raja, tapi karena tubuhnya gemuk dan karena dia duduk membungkuk di antara bantal-bantal, dia tampak berbeda: dia tampak seperti buntalan kecil bulu, sutra, dan beludru yang tak berbentuk. Dia sama tuanya dengan sang raja, tapi lebih sehat dan gembira, dengan mata yang sangat tajam. Kepalanya yang tidak bertopi, yang botak serta sangat besar, berkilau seperti bola biliar besar tertimpa cahaya matahari terbenam.
Lebih jauh di belakang, dalam setengah lingkaran, berdiri orang-orang yang langsung Jill kenali sebagai anggota dewan kerajaan. Hanya karena pakaian dan persenjataan mereka indah dilihat. Sejauh itu, mereka lebih mirip hamparan bunga daripada kerumunan orang. Tapi apa yang benar-benar membuat Jill membelalak kan mata dan membuka mulutnya selebar mungkin, adalah orang-orang itu sendiri. Kalau "orang" adalah kata yang tepat. Karena hanya kira-kira satu dari setiap lima orang itu manusia. Sisanya makhluk-makhluk yang tidak akan pernah kaulihat di dunia kita. Faun, satyr, centaurus: Jill bisa mengenali mereka karena pernah melihat gambar mereka. Dwarf juga. Dan ada banyak binatang yang juga dikenalinya: beruang, musang, tikus tanah, leopard, tikus, dan berbagai macam burung. Tapi mereka berbeda dengan binatang-binatang yang bernama sama di Inggris. Beberapa di antara mereka jauh lebih besar-tikus, misalnya, berdiri dengan kaki belakang mereka dan tingginya lebih dari enam puluh sentimeter. Tapi selain itu, mereka semua tampak berbeda. Kau bisa melihatnya dari ekspresi wajah mereka bahwa mereka bisa berbicara dan berpikir sebaik dirimu.
Ya ampun! pikir Jill. Ternyata semua ini benar. Tapi sesaat kemudian dia menambahkan, Aku ingin tahu apakah mereka baik" Karena dia baru melihat, di sisi luar kerumunan itu, satu atau dua raksasa dan beberapa makhluk yang sama sekali tidak dikenalinya.
Saat itu Aslan dan tanda-tandanya menyerbu pikirannya. Jill telah melupakan itu semua selama setengah jam terakhir.
"Scrubb!" bisik Jill, meraih tangan temannya. "Scrubb, cepat! Apakah kau melihat seseorang yang kaukenal""
"Jadi kau muncul lagi, ya"" kata Scrubb kesal (dan dia memang punya alasan untuk itu). "Yah, kau bisa diam" Aku ingin mendengarkan."
"Jangan bodoh," kata Jill. "Tidak ada waktu untuk dibuang-buang. Apakah kau melihat teman lama di sini" Karena kau harus langsung mendatangi dan bicara dengannya."
"Apa maksudmu"" kata Scrubb.
"Aslan sang singa berkata kau barns melakukan itu," kata Jill putus asa. "Aku bertemu dengannya."
"Oh, benarkah" Apa yang dia katakan""
"Dia berkata orang pertama yang kaulihat di Narnia adalah teman lama, dan harus langsung bicara dengannya."
"Yah, tidak ada seorang pun yang pernah kulihat dalam hidupku sebelumnya, dan selain itu, aku tidak tahu apakah ini Narnia."
"Kupikir kaubilang kau pernah ke sini sebelumnya," kata Jill.
"Yah, kalau begitu pikiranmu salah."
"Astaga, menyebalkan sekali! Kaubilang padaku "
"Ya ampun, diamlah dan dengarkan apa yang mereka katakan."
Raja sedang bicara pada si dwarf, tapi Jill tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya. Dan, sejauh yang bisa didengarnya, si dwarf tidak menjawab, meskipun dia sering mengangguk dan menggerakkan kepala. Kemudian Raja mengeraskan suaranya dan bicara pada seluruh rakyatnya: tapi suara begitu tua dan pecah sehingga Jill hanya mengerti sedikit dari pidatonya terutama karena pidato itu
tentang orang-orang dan tempat-tempat yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Ketika pidato itu usai, Raja membungkuk dan mencium kedua belah pipi si dwarf, menegakkan diri, mengangkat tangan kanannya seolah memberi berkat, dan berjalan, perlahan dan dengan langkah gontai, menaiki papan jembatan lalu naik ke kapal. Anggota dewan kerajaan sepertinya sangat terharu dengan kepergian sang raja. Saputangan dikeluarkan, suara isak terdengar dari semua arah. Papan jembatan itu diangkat, terompet ditiup dari dek belakang, dan kapal itu bergerak menjauh dari dermaga. (Kapal itu ditarik perahu dayung, tapi Jill tidak melihatnya.)
"Sekarang " kata Scrubb, tapi dia tidak melanjutkan kata-katanya karena saat itu benda putih besar-sejenak Jill mengira itu layang-layang datang melayang di udara dan mendarat di kaki Scrubb. Dia burung hantu putih, tapi begitu besar sehingga tingginya hampir sama dengan dwarf normal.
Burung itu mengerjapkan dan memicingkan mata seolah dia rabun dekat, dan menelengkan kepalanya sedikit ke satu sisi, dan berkata dengan suara lembut yang ramah:
"Kuu-kuu, kuu-kuu! Siapa kalian berdua""
"Namaku Scrubb, dan ini Pole," kata Eustace. "Maukah kau memberitahu kami, kami berada di mana""
"Di negeri Narnia, di kastil raja, Cair Paravel."
"Apakah yang baru naik kapal itu Raja""
"Benar, benar," kata Burung Hantu sedih, menggelengkan kepalanya yang besar. "Tapi siapa kalian" Ada aura keajaiban memancar dari kalian. Aku melihat kalian datang: kalian terbang. Semua orang lain terlalu sibuk melihat Raja sehingga tidak ada yang tahu. Kecuali aku. Aku kebetulan melihat kalian terbang."
"Kami dikirim ke sini oleh Aslan," kata Eustace dengan suara pelan.
"Kuu-kuu, kuu-kuu!" kata si burung hantu, mengibaskan bulu-bulunya. "Ini terlalu berat bagiku, malam masih begini awal. Aku belum menjadi diriku sendiri sampai matahari benar-benar terbenam."
"Dan kami dikirim untuk menemukan pangeran yang hilang," kata Jill, yang dengan gelisah menunggu untuk bisa terlibat dalam percakapan.
"Inilah pertama kalinya aku mendengar tentang itu," kata Eustace. "Pangeran apa""
"Kau lebih baik langsung bicara pada Lord Regent," kata si burung hantu. "Itu dia, di sana dalam kereta keledai, Trumpkin si dwarf." Burung itu berbalik dan mulai memimpin jalan, bergumam pada dirinya sendiri, "Kuu! Kuu-kuu! Apa yang harus dilakukan! Aku belum bisa berpikir jernih. Masih terlalu sore."
"Siapa nama Raja"" tanya Eustace.
"Caspian Kesepuluh," kata si burung hantu. Dan Jill bertanya-tanya mengapa Scrubb tiba-tiba berhenti dan wajahnya menjadi sangat pucat. Jill merasa belum pernah melihat Eustace begitu pucat sebelumnya. Tapi sebelum Jill punya waktu untuk melontarkan pertanyaan apa pun, mereka telah mencapai si dwarf, yang barn mengambil tall kendali keledainya dan bersiap-siap untuk kembali ke kastil. Kerumunan rakyat telah pecah dan akan bergerak ke arah yang sama, satu-satu, dua-dua, dan sekumpulan demi sekumpulan, seperti orang yang pulang dari menonton pertandingan olahraga atau pacuan.
"Kuu-kuu! Ahem! Lord Regent," kata si burung hantu, membungkuk sedikit dan mendekatkan paruhnya pada telinga si dwarf.
"Heh" Apa"" kata si dwarf.
"Dua orang asing, Yang Mulia," kata Burung Hantu.
"Kau pusing! Apa maksudmu"" kata si dwarf. "Aku melihat dua anak manusia yang kotornya tidak biasa. Apa yang mereka inginkan""
"Namaku Jill," kata Jill sambil melangkah maju. Dia sangat ingin menjelaskan urusan penting yang membuat mereka datang.
"Anak perempuan itu bernama Jill," kata si burung hantu, sekeras yang dia bisa.
"Apa"" tanya si dwarf. "Anak-anak perempuan suka mengutil" Aku sama sekali tidak percaya. Anak-anak perempuan apa" Mengutil apa""
"Hanya ada satu anak perempuan, Yang Mulia," kata si burung hantu. "Namanya Jill."
"Bicara yang keras, bicara yang keras," kata si dwarf. "Jangan berdiri berkasak-kusuk dan berbisik-bisik di telingaku. Siapa yang mengutil""
"Tidak ada yang mengutil," teriak si burung hantu.
"Siapa"" "TIDAK ADA." "Baik, baik. Kau tidak perlu berteriak. Aku belum setuli itu. Apa maksudmu datang kesini memberitahuku tidak ad
a yang mengutil" Kenapa harus ada yang mengutil""
"Lebih baik kauberitahu dia aku Eustace," kata Scrubb.
"Anak laki-laki itu Eustace, Yang Mulia," teriak si burung hantu sekeras yang dia bisa.
"Haus"" kata si dwarf kesal. "Aku berani bertaruh dia haus. Apakah itu alasan membawanya ke sini" Hei!"
"Bukan haus," kata si burung hantu. "EUSTACE."
"Biasa haus, ya" Aku yakin aku tidak tahu kau bicara apa. Kuberitahu ya, Master Glimfeather, ketika aku masih dwarf muda dulu ada binatang dan burung yang bisa bicara di negeri ini yang benar-benar bisa bicara. Tidak ada gumaman, bisikan, dan celotehan ini. Ini tidak bisa ditoleransi lagi. Tidak bisa lagi, Sir. Urnus, terompetku, tolong "
Faun kecil yang berdiri diam di sisi si dwarf selama itu sekarang memberikan terompet telinga perak. Benda itu dibuat seperti alat musik yang disebut serpent, pipanya melengkung tepat di sekitar leher si dwarf. Sementara si dwarf memasang alat itu, si burung hantu, Glimfeather, tiba-tiba berbisik pada anak-anak:
"Otakku sudah lebih jernih sekarang. Jangan katakan apa pun tentang pangeran yang hilang. Akan kujelaskan nanti. Tidak boleh. Tidak boleh. Kuu-kuu! Oh, apa yang harus dilakukan""
"Nah," kata si dwarf, "kalau kau punya sesuatu yang masuk akal untuk dikatakan, Master Glimfeather, cobalah katakan. Tariklah napas panjang dan jangan berusaha bicara terlalu cepat."
Dengan bantuan anak-anak, dan dipotong serangkaian batuk si dwarf, Glimfeather menjelaskan bahwa orang-orang asing ini dikirim oleh Aslan untuk mengunjungi negeri Narnia. Si dwarf melirik cepat kepada mereka dengan ekspresi barn dalam matanya.
"Dikirim sang singa sendiri, hei"" katanya. "Dan dari m'm dari tempat lain itu di balik akhir dunia, hei""
"Ya, Yang Mulia," teriak Eustace ke dalam terompet.
"Putra Adam dan Putri Hawa, hei"" kata si dwarf. Tapi murid-murid di Sekolah Eksperimen tidak pernah mendengar Adam dan Hawa, jadi Jill dan Eustace tidak bisa menjawab ini. Tapi sepertinya si dwarf tidak memerhatikan.
"Yah, anak-anakku," katanya, menjabat tangan yang satu lalu yang lain dan sedikit menundukkan kepala. "Kalian sangat diterima di sini. Kalau raja yang baik, majikanku yang malang, tidak baru saja berlayar ke Seven Isles, dia pasti senang kalian datang. Ini pasti membawa kembali masa mudanya sesaat-sesaat. Dan sekarang, waktu yang tepat untuk makan malam. Kalian harus memberitahuku apa urusan kalian di depan dewan lengkap besok pagi. Master Glimfeather, uruslah supaya kamar tidur terbaik, pakaian yang terbaik, dan sebagainya disediakan bagi tamu-tamu ini. Dan Glimfeather kemarilah "
Saat itu si dwarf mendekatkan mulutnya pada kepala si burung hantu, tentu saja, bermaksud berbisik, tapi seperti orang tuli lainnya, dia tidak bisa mengukur volume suaranya, dan kedua anak mendengarnya berkata, "Tolong urus supaya mereka dimandikan."
Setelah itu, si dwarf menyentuh keledainya dan menyuruhnya bergerak ke arah kastil dengan kecepatan antara berjalan cepat dan santai (binatang itu sangat gemuk), sementara si faun, burung hantu, dan anak-anak mengikuti dengan lebih lambat. Matahari telah terbenam dan udara menjadi dingin.
Mereka menyeberangi lapangan kemudian melalui kebun dan menuju Gerbang Utara Cair Paravel, yang terbuka lebar. Di dalam, mereka menemukan lapangan rumput. Cahaya lampu-lampu sudah tampak dari jendela-jendela aula utama di sebelah kiri mereka dan dari bangunan rumit di depan mereka. Ke dalam bangunan inilah si burung hantu memandu mereka, dan di sana seseorang yang sangat ramah dipanggil untuk melayani Jill. Wanita itu tidak lebih tinggi dari Jill sendiri, dan jauh lebih kurus, tapi jelas sudah dewasa, seanggun pohon dedalu, dan rambutnya juga mirip daun-daun dedalu, dan sepertinya ada lumut di antaranya. Dia mengantar Jill ke kamar bundar di salah satu menara, tempat kolam mandi kecil tertanam di lantai dan api yang membakar kayu wangi menyala di perapian datar, serta lampu tergantung dengan rantai perak dari atap yang miring. Jendela membuka ke arah barat negeri Narnia yang aneh ini, dan Jill melihat warna merah sisa matahari terbenam :; masih berkilau
di gunung-gunung yang jauh. Pemandangan itu membuatnya ingin mengalami petualangan yang lebih seru dan yakin ini barulah awalnya.
Ketika telah mandi, menyisir rambutnya, dan mengenakan pakaian yang disediakan baginya pakaian itu jenis yang bukan saja terasa enak dipakai, tapi juga tampak bagus, berbau harum, dan suaranya pun menyenangkan ketika kau bergerak-Jill ingin kembali melihat pemandangan dari jendela yang menarik itu, tapi dia diganggu ketukan pintu.
"Masuk," kata Jill. Dan Scrubb masuk, juga sudah mandi dan mengenakan pakaian Narnia yang indah. Tapi ekspresi wajahnya tidak menunjukkan dia menikmatinya.
"Oh, inilah kau akhirnya," katanya dengan nada kesal, mengempaskan dirinya sendiri di kursi. "Aku berusaha mencarimu begitu lama."
"Yah, sekarang kau sudah menemukanku," kata Jill. "Menurutku, Scrubb, tidakkah ini semua sangat menyenangkan dan terlalu indah untuk dikatakan." Dia telah melupakan semua tentang tanda-tanda dan si pangeran yang hilang untuk sesaat.
"Oh! Itulah yang kaupikir, bukan"" kata Scrubb, kemudian setelah diam sesaat, "Aku harap kita tidak pernah datang."
"Kenapa"" "Aku tidak tahan," kata Scrubb. "Melihat Raja Caspian menjadi pria tua seperti itu. Ini ini menakutkan."
"Kenapa, apa ruginya bagimu""
"Oh, kau tidak mengerti. Sekarang setelah dipikir lagi, kau tidak akan bisa mengerti. Aku belum menceritakan padamu bahwa dunia ini punya waktu yang berbeda dengan dunia kita."
"Apa maksudmu""
"Waktu yang kauhabiskan di sini tidak mengambil waktu kita. Mengertikah kau" Maksudku, seberapa lamanya pun yang kita habiskan di sini, kita akan kembali ke Sekolah Eksperimen pada waktu yang tepat sama ketika kita meninggalkannya "


The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu tidak menyenangkan "
"Oh, diam! Jangan terus memotong. Dan ketika kau kembali ke Inggris di dunia kita kau tidak bisa tahu seberapa lama waktu sudah berjalan di sini. Mungkin sudah bertahun-tahun di Narnia sementara kita hanya mengalami satu tahun di rumah. Anak-anak Pevensie menjelaskannya padaku, tapi, bodoh sekali, aku melupakannya. Dan sekarang sepertinya sudah tujuh puluh tahun-tahun Narnia-berlalu sejak aku berada di sini dulu. Mengertikah kau sekarang" Dan aku kembali lalu menemukan Caspian sudah menjadi pria yang sangat tua."
"Kalau begitu Raja-lah teman lamamu!" kata Jill. Perasaan ngeri menyerangnya.
"Kurasa memang dialah orangnya," kata Scrubb sedih. "Teman paling baik yang bisa dimiliki seseorang. Dan dulu dia hanya beberapa tahun lebih tua daripada diriku. Dan melihat pria tua itu dengan janggut putih, dan mengingat Caspian seperti pagi itu ketika kami mencapai Lone Islands, atau ketika berkelahi melawan Ular Laut oh, menakutkan. Lebih buruk daripada kembali dan menemukan dia sudah meninggal."
"Oh, diamlah," kata Jill tidak sabar. "In, jauh lebih parah daripada yang kaupikir. Kita sudah melewatkan tanda pertama." Tentu saja Scrubb tidak mengerti ini. Kemudian Jill menceritakan padanya tentang percakapannya dengan Asian dan keempat tanda serta tugas mereka untuk menemukan pangeran yang hilang.
"Jadi mengerti, bukan," kata Jill mengakhiri, "kau memang melihat teman lama, tepat seperti kata Asian, dan kau seharusnya langsung menghampiri serta mengajaknya bicara. Dan kau tidak melakukannya, dan semuanya sudah salah sejak awal."
"Tapi bagaimana aku bisa tahu"" kata Scrubb.
"Kalau saja kau mendengarkanku ketika aku berusaha memberitahumu, kita akan baik-baik saja," kata Jill.
"Ya, dan kalau kau tidak bertindak bodoh di pinggir jurang itu dan hampir membunuhku baiklah, aku bilang membunuh, dan aku akan mengatakannya lagi sesering yang kuinginkan, jadi jangan marah-marah kita pasti berangkat bersama dan sama-sama tahu apa yang harus dilakukan."
"Kurasa sang rajalah orang pertama yang kaulihat," kata Jill. "Kau pasti sudah berada di sini berjam-jam sebelum aku. Apakah kau yakin kau tidak melihat orang lain sebelumnya""
"Aku berada di sini hanya beberapa menit sebelum dirimu," kata Scrubb. "Aslan pasti meniupmu lebih cepat daripada diriku. Mengejar waktu yang hilang: waktu yang kauhilang kan."
"Jangan begitu jahat, Scrubb," kata Jill. "Wah! Apa itu""
I tu lonceng kastil yang berbunyi untuk menandakan waktu makan malam, dan apa yang sepertinya akan menjadi pertengkaran besar dengan gembira diakhiri. Mereka berdua sama-sama lapar saat itu.
Makan malam di aula utama kastil merupakan acara paling mengagumkan yang mereka berdua pernah lihat, karena meskipun Eustace pernah berada di Narnia sebelumnya, dia menghabiskan seluruh waktu kunjungannya di laut dan tidak tahu apa-apa tentang kemegahan dan keramahan rakyat Narnia di tanah mereka sendiri. Umbul-umbul terjuntai dari langit-langit, dan setup masakan dibawa masuk dengan iringan tiupan terompet dan bunyi tambur. Ada sup yang akan membuat air liurmu menetes hanya dengan memikirkannya, dan ikan bernama pavender yang enak, daging, butting, dan kue-kue, serta es, jell, buah, dan kacang-kacangan, serta semua jenis anggur dan minuman sari buah. Bahkan Eustace menjadi gembira dan mengakui itu "sesuatu yang pantas disukai". Dan ketika semua acara makan dan minum selesai, penyair buta maju dan menceritakan kisah lama Pangeran Cor, Aravis, serta si kuda Bree, yang berjudul Kuda dan Anak Manusia, dan berkisah tentang petualangan yang terjadi di Narnia, Calormen, dan daerah di antaranya, di Zaman Keemasan ketika Peter menjadi Raja Agung di Cair Paravel. (Aku tidak punya waktu untuk menuturkannya sekarang, meskipun kisah itu sangat patut diceritakan.)
Ketika mereka menyeret diri ke tempat tidur, sambil menguap lebar-lebar, Jill berkata, "Aku berani bertaruh kita tidur nyenyak malam ini", karena sangat banyak yang mereka alami hari itu. Kata-kata ini menunjukkan betapa sedikit seseorang tahu tentang apa yang akan terjadi pada diri mereka selanjutnya.
BAB EMPAT Rapat Burung Hantu LUCU sekali bahwa semakin mengantuk dirimu, semakin lama waktu yang kaubutuhkan untuk tidur, terutama kalau kau cukup beruntung punya perapian dalam kamarmu. Jill merasa dia bahkan tidak bisa mulai berganti pakaian kecuali kalau dia duduk sebentar di depan perapian terlebih dulu. Dan begitu duduk, dia tidak ingin bangkit lagi. Dia sudah berkata pada dirinya sendiri lima kali, "Aku harus tidur," ketika dikejutkan ketukan di jendela.
Dia berdiri, membuka gorden, dan pertama-tama tidak melihat apa pun kecuali kegelapan. Kemudian dia terlompat kaget ke belakang, karena sesuatu yang sangat besar menabrakkan dirinya pada jendela, menimbulkan suara ketukan keras pada kaca ketika melakukannya. Pikiran yang sangat tidak menyenangkan terlintas di kepalanya-Siapa tahu mereka punya kutu raksasa di negeri ini! Iih! tapi kemudian makhluk itu kembali, dan kali ini Jill hampir yakin dia melihat paruh, dan paruh itulah yang menimbulkan suara ketukan. Itu sejenis burung besar, pikir Jill. Mungkinkah elang" Dia tidak terlalu ingin menerima kunjungan siapa pun bahkan elang, tapi dia membuka jendelanya dan melihat ke luar. Saat itu juga, dengan suara kepakan keras, makhluk itu mendarat dl bingkai jendela dan berdiri di sana memenuhi seluruh jendela, sehingga Jill harus melangkah mundur memberi ruang bagi makhluk itu. Dia si burung hantu.
"Sstt, sstt! Kuu-kuu, kuu-kuu," kata si burung hantu. "Jangan berisik. Nah, apakah kalian berdua benar-benar jujur tentang tugas kalian""
"Tentang pangeran yang hilang, maksudmu"" kata Jill. "Ya, memang kami mendapat tugas itu." Karena sekarang dia ingat suara dan wajah sang singa, yang hampir dilupakannya sepanjang pesta makan dan acara bercerita di aula.
"Bagus!" kata si burung hantu. "Kalau begitu tidak ada waktu yang bisa dibuang.
Kau harus langsung pergi dari sini. Aku akan pergi dan membangunkan manusia satunya. Kemudian aku akan kembali menjemputmu. Kau lebih baik mengganti semua pakaian istana itu dan mengenakan sesuatu yang enak untuk perjalanan. Aku akan kembali sebentar lagi. Kuu-kuu!" Dan tanpa menunggu jawaban, dia sudah menghilang.
Kalau Jill sudah lebih terbiasa pada petualangan, dia mungkin akan meragukan kata-kata si burung hantu, tapi ini tak pernah terlintas dalam pikirannya, dan bayangan menyenangkan tentang pelarian tengah malam membuatnya melupakan rasa kantuknya. Dia kembali mengenakan sweter dan celana pendek-ada pi
sau kecil dalam ikat pinggang celananya, yang mungkin akan berguna-dan menambahkan beberapa benda yang ditinggalkan dalam kamar itu untuknya oleh gadis berambut dedalu. Jill memilih mantel pendek berkerudung yang mencapai lututnya (Mantel yang tepat sekali kalau turun hujan, pikirnya), beberapa saputangan dan sebuah sisir. Kemudian dia duduk dan menunggu.
Dia sudah mulai mengantuk lagi ketika si burung hantu kembali.
"Sekarang kita sudah slap," katanya.
"Kau lebih baik memandu jalannya," kata Jill. "Aku belum mengenal semua lorong ini."
"Kuu-kuu!" kata si burung hantu. "Kita tidak akan keluar lewat istana. Tidak bisa. Kau harus naik ke punggungku. Kita akan terbang."
"Oh!" kata Jill, dia berdiri sambil ternganga, tidak begitu menyukai ide itu. "Tidakkah aku terlalu berat bagimu""
"Kuu-kuu, kuu-kuu! Jangan bodoh. Aku sudah membawa anak yang satu lagi. Nah, tapi padamkan dulu lampu itu."
Begitu lampu sudah dimatikan, kegelapan malam yang kaulihat melalui jendela tampak tidak begitu kelam lagi-tidak lagi hitam, tapi abu-abu. Si burung hantu berdiri di bingkai jendela dengan membelakangi kamar dan mengembangkan sayapnya. Jill harus memanjat ke atas tubuhnya yang pendek gemuk, menjepitkan lututnya di bawah sayap si burung dan berpegangan erat-erat. Bulu-bulunya terasa sangat hangat dan lembut tapi tidak bisa dipakai berpegangan. Aku ingin tahu bagaimana perasaan Scrubb saat dia terbang tadi! pikir Jill. Dan tepat saat dia memikirkan ini, dengan tukikan mengerikan mereka telah meninggalkan bingkai jendela, dan sayap-sayap membuat kibasan angin di dekat telinga Jill, sementara udara malam, dingin, dan lembap, menerpa wajahnya.
Malam itu lebih terang daripada anggapannya, dan meskipun langit berawan tebal, secercah cahaya keperakan menunjukkan di mana bulan bersembunyi di balik awan. Padang-padang di bawahnya tampak abu-abu, dan pepohonan tampak hitam. Angin terasa cukup keras angin berdesis dan bertiup cukup kencang, yang berarti sebentar lagi akan hujan.
Si burung hantu berputar sehingga istana sekarang berada di depan mereka. Sangat sedikit jendela yang masih terang. Mereka terbang di atasnya, ke arah utara, menyeberangi sungai. Udara semakin dingin,. dan Jill merasa bisa melihat bayangan putih si burung hantu di air di bawahnya. Tapi tak lama kemudian mereka berada di sisi utara sungai, terbang di atas daerah berhutan.
Si burung hantu menggigit sesuatu yang tidak bisa dilihat Jill.
"Oh, jangan begitu, tolonglah!" kata Jill. "Jangan mengentak seperti itu. Kau hampir melemparkanku."
"Maaf," kata si burung hantu. "Aku barn makan kelelawar. Tidak ada yang lebih meng goda seperti kelelawar kecil yang gemuk. Maukah kutangkapkan satu""
"Tidak, terima kasih," kata Jill sambil gemetar.
Si burung hantu terbang lebih rendah seka rang dan benda besar gelap tadi semakin besar di hadapan mereka. Jill hanya sempat melihat benda itu menara-bagian menara yang sudah runtuh, yang dirambati sulur-suluran, pikirnya ketika mendapati dirinya membungkuk menghindari bingkai lengkung sebuah jendela, saat si burung hantu masuk bersamanya melalui jendela terbuka yang penuh sulur tanaman rambat serta sarang labah-labah, meninggalkan malam abu-abu yang berhawa segar, memasuki ruang gelap dalam puncak menara itu. Udara agak pengap di dalam, dan begitu turun dari punggung si burung hantu, Jill tahu (seperti yang biasa dirasakan orang-orang entah bagaimana) bahwa tempat itu penuh sesak. Dan ketika suara-suara mulai terdengar dari segala arah dalam kegelapan "Kuu-kuu! Kuu-kuu!" Jill tahu tempat itu penuh burung hantu. Dia agak lega ketika terdengar suara yang benar-benar berbeda:
"Apakah itu kau, Pole""
"Apakah itu kau, Scrubb"" kata Jill.
"Nah," kata Glimfeather, "kurasa kita semua sudah berada di sini. Mari kita buka rapat burung hantu."
"Kuu-kuu, kuu-kuu. Kau benar. Itu memang harus dilakukan," kata beberapa suara.
"Sebentar," kata suara Scrubb. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan terlebih dulu."
"Silakan, silakan, silakan," kata para burung hantu, dan Jill berkata, "Katakan saja."
"Kurasa kalian semua-burung hantu, maksudku," kata Scru
bb, "kurasa kalian semua tahu bahwa Raja Caspian Kesepuluh, saat masih muda, pernah berlayar ke arah timur dunia. Yah, aku bersamanya dalam pelayaran itu. Bersamanya dan Reepicheep si tikus, Lord Drinian, dan mereka semua. Aku tahu ini terdengar sulit dipercaya, tapi orang-orang tidak bertambah tua di dunia kami dalam kecepatan yang sama dengan di duniamu. Dan apa yang ingin kukatakan adalah ini, aku setia pada Raja, dan kalau rapat burung hantu ini berkaitan dengan sejenis plot melawan Raja, aku tidak mau terlibat di dalamnya."
"Kuu-kuu, kuu-kuu, kami semua juga burung hantu yang setia pada Raja," kata para burung hantu.
"Kalau begitu untuk apa rapat ini"" kata Scrubb.
"Hanya ini," kata Glimfeather, "kalau sang Lord Regent, si dwarf Trumpkin, mendengar kalian akan mencari pangeran yang hilang, dia tidak akan membiarkan kalian pergi. Dia akan mengurung kalian tidak lama lagi."
"Ya ampun!" kata Scrubb. "Kau tidak bermaksud Trumpkin pengkhianat, bukan" Aku sering mendengar tentang dirinya dulu, di laut. Caspian Raja, maksudku benar benar memercayainya."
"Oh, tidak," kata satu suara. "Trumpkin bukan pengkhianat. Tapi lebih dari tiga puluh jagoan (kesatria, centaurus, raksasa yang baik, dan macam-macam lagi) pernah sekali-dua kali pergi mencari pangeran yang hilang, dan tidak pernah ada yang kembali. Dan akhirnya Raja berkata dia tidak ingin semua jagoan paling berani di Narnia hilang karena mencari putranya. Dan sekarang tidak ada yang boleh pergi."
"Tapi Raja pasti membiarkan kami pergi," kata Scrubb, "ketika mengetahui siapa diriku dan siapa yang mengirimku."
("Mengirim kami berdua," tambah Jill.)
"Ya," kata Glimfeather, "kurasa, mungkin sekali, dia melakukannya. Tapi Raja sedang pergi. Dan Trumpkin akan memegang erat peraturan. Dia sekeras besi, tapi dia setuli tiang dan sangat pemarah. Kau tidak akan bisa membuatnya menyadari bahwa mungkin inilah waktu untuk membuat perkecualian pada peraturan."
"Kalian mungkin berpikir dia akan mendengarkan kami, karena kami burung hantu dan semua tahu betapa bijaksana burung hantu itu," kata yang lain. "Tapi Trumpkin begitu tua sekarang sehingga hanya berkata, 'Kau hanya anak ayam. Aku ingat ketika kau masih telur. Jangan coba-coba mengajariku, Sir. Demi kepiting dan roti tawar!""
Burung hantu ini menirukan suara Trumpkin dengan cukup bagus, dan terdengar suara tawa burung hantu di mana-mana. Anak-anak mulai melihat bagaimana perasaan rakyat Narnia terhadap Trumpkin sama seperti perasaan orang-orang di sekolah terhadap guru tua, yang agak ditakuti semua, semua membuat lelucon tentang dirinya namun tidak ada yang benar-benar membencinya.
"Raja akan pergi berapa lama"" tanya Scrubb.
"Wah, kalau saja kami tahu!" kata Glimfeather. "Mengertilah, ada desas-desus belakangan bahwa Aslan sendiri terlihat di kepulauan di Terebinthia, kurasa. Dan Raja berkata dia akan mencoba sekali lagi sebelum dia meninggal untuk bertemu Aslan sendiri, dan meminta sarannya siapa yang akan menjadi raja setelah dirinya. Tapi kami semua takut kalau dia tidak bertemu Aslan di Terebinthia, dia akan terus ke timur, ke Seven Isles dan Lone Islands-dan lebih jauh lagi. Dia tidak pernah membicarakannya, tapi kami semua tahu dia tidak pernah melupakan perjalanan ke ujung dunia. Aku yakin jauh di dasar hatinya dia ingin pergi ke sana lagi."
"Kalau begitu tidak ada gunanya menunggu dia kembali"" tanya Jill.
"Tidak, tidak ada gunanya," kata si burung hantu. "Oh, apa yang harus dilakukan, kuu-kuu! Kalau saja kalian berdua tahu dan langsung bicara padanya! Dia pasti akan mengatur segalanya-mungkin bahkan memberi kalian pasukan untuk menyertai kalian mencari sang pangeran."
Jill terdiam mendengar ini dan berharap Scrubb cukup baik hati untuk tidak menceritakan pada para burung hantu kenapa hal itu tidak terjadi. Ternyata Scrubb cukup baik, atau tepatnya hampir. Dia hanya bergumam pelan, "Yah, itu bukan salahku," sebelum berkata keras-keras:
"Baiklah. Kita harus berusaha tanpa bantuan Raja. Tapi ada satu hal lagi yang ingin kuketahui. Kalau ini rapat burung hantu, seperti yang kalian katakan, semuanya adil, ter
buka, dan tidak memiliki maksud jahat, kenapa harus begini rahasia-mengadakannya di tengah reruntuhan dan di tengah malam, dan sebagainya""
"Kuu-kuu! Kuu-kuu!" kata beberapa burung hantu. "Di mana kami harus mengadakan rapat" Kenapa harus ada yang mengadakan rapat tidak di malam hari""
"Mengertilah," jelas Glimfeather, "kebanyakan makhluk di Narnia memiliki kebiasaan yang sangat tidak alami. Mereka melakukan berbagai kegiatan di siang hari, di bawah cahaya matahari yang membakar (uh!) ketika semuanya seharusnya tidur. Dan, sebagai hasilnya, di malam hari mereka begitu buta dan bodoh sehingga kau tidak bisa membuat mereka bicara. Jadi kami para burung hantu memiliki kebiasaan untuk melakukan rapat di jam-jam yang masuk akal, tanpa makhluk lain, ketika kami ingin membicarakan berbagai hal."
"Aku mengerti," kata Scrubb. "Yah sekarang, ayo teruskan. Ceritakan pada kami semua tentang pangeran yang hilang." Kemudian seekor burung hantu tua, bukan Glimfeather, menceritakan kisahnya.
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, sepertinya, ketika Rilian, putra Caspian, masih kesatria yang sangat muda, dia berkuda bersama Ratu, ibunya, di suatu pagi bulan Mei ke bagian utara Narnia. Mereka diiringi banyak prajurit dan dayang, semua mengenakan rangkaian daun segar di kepala mereka dan membawa terompet tergantung di sisi tubuh mereka. Tapi mereka tidak membawa anjing pemburu, karena mereka pergi merayakan muslin semi, bukan berburu. Ketika hari itu semakin hangat mereka mencapai padang yang indah tempat mata air membual segar keluar dari tanah, dan di sana mereka turun dari kuda lalu makan, minum, dan berpesta. Setelah beberapa lama, Ratu merasa mengantuk, dan mereka membentangkan mantel-mantel sebagai alas tidurnya di tepi mata air yang berumput, dan Pangeran Rilian serta sisa rombongannya menjauh dari sang ratu supaya obrolan dan tawa mereka tidak membangunkannya. Kemudian, tiba-tiba, kobra besar keluar dari hutan lebat dan mematuk tangan sang ratu. Semuanya mendengar Ratu menjerit dan buru-buru mendatanginya, dan Rilian-lah yang pertama mencapai sisinya. Dia melihat ular itu melata menjauh dari ibunya dan mengejarnya dengan pedang terhunus. Ular itu besar, berkilau, dan sehijau racun,
jadi Rilian bisa melihatnya dengan jelas. Tapi ular itu melata cepat ke dalam semak-semak rapat dan Rilian tidak bisa mengikutinya lagi. Jadi dia kembali ke sisi ibunya, dan melihat semua pelayannya sibuk di sekeliling Ratu. Tapi kesibukan mereka sia-sia, karena begitu melihat ibunya, Rilian tahu tidak ada dokter di dunia yang bisa menyelamatkannya. Selama nyawanya masih ada, Ratu sepertinya berusaha keras mengatakan sesuatu pada putranya. Tapi dia tidak bisa berbicara dengan jelas, dan apa pun pesannya, dia meninggal tanpa berhasil mengatakannya. Itu terjadi bahkan belum sepuluh menit sejak mereka pertama kali mendengar jeritannya.
Mereka membawa jenazah Ratu kembali ke Cair Paravel. Dia ditangisi Rilian dan Raja, juga seluruh rakyat Narnia. Ratu wanita yang hebat, bijaksana, anggun, dan penuh kegembiraan, mempelai Raja Caspian yang dibawanya pulang dari ujung timur dunia. Dan orang-orang berkata darah bintang-bintang mengalir dalam diri Ratu. Sang pangeran sangat sulit menerima kematian ibunya. Setelah itu, dia selalu berkuda ke hutan di bagian utara Narnia, mencari ular berbisa itu, untuk membunuhnya dan membalas dendam. Tidak ada yang benar-benar memerhatikan hal ini, meskipun Pangeran pulang dari perjalanan-perjalanannya ini tampak lelah dan kesal. Tapi kira-kira sebulan setelah kematian Ratu, ada yang berkata mereka bisa melihat perubahan dalam diri sang pangeran. Ada sorot tertentu dalam matanya seperti orang yang mendapat penglihatan, dan meskipun dia keluar sepanjang hari, kudanya tidak kelihatan habis berlari jauh. Salah satu sahabatnya di antara pejabat-pejabat tua adalah Lord Drinian, yang menjadi kapten kapal ayahnya dalam perjalanan besar ke bagian timur dunia.
Satu malam Drinian berkata pada sang pangeran, "Yang Mulia harus segera melupakan mencari ular itu. Balas dendam pada binatang itu tidak sama seperti pada manusia. Kau menghabiska
n tenagamu dengan sia-sia." Sang pangeran menjawabnya, "My Lord, aku sudah hampir melupakan ular itu tujuh hari terakhir ini." Drinian bertanya apa sebabnya, kalau memang hampir melupakannya, Rilian terus berkuda ke hutan bagian utara. "My Lord," kata sang pangeran, "di sana aku telah melihat makhluk paling indah yang pernah ada."
"Pangeran yang baik," kata Drinian, "dengan izinmu, biarkan aku berkuda bersamamu besok, sehingga aku juga bisa melihat makhluk indah ini."
"Dengan itikad baik," kata Rilian.
Kemudian di saat yang baik keesokan harinya mereka memelanai kuda mereka dan berkuda dengan kencang ke hutan di sebelah utara, mencapai mata air yang sama tempat sang ratu meninggal. Drinian berpikir aneh sekali sang pangeran memilih tempat itu, dibanding tempat-tempat lain, untuk beristirahat. Dan di sanalah mereka beristirahat sampai tengah hari, dan saat itu Drinian mendongak lalu melihat wanita paling cantik yang pernah dilihatnya. Dia berdiri di sisi utara mata air dan tidak berkata apa-apa tapi melambai ke arah sang pangeran seolah memintanya mendekat. Wanita itu tinggi besar, berkilau, dan mengenakan pakaian dari kain tipis sehijau racun. Dan Pangeran memandanginya seperti orang kehilangan ingatan. Tapi tiba-tiba wanita itu hilang, Drinian tidak tahu ke mana, dan mereka berdua kembali ke Cair Paravel. Dalam pikiran Drinian terus terlintas bahwa wanita itu jahat.
Drinian sangat ragu-ragu apakah dia harus menceritakan perjalanan ini pada Raja atau tidak, tapi dia tidak terlalu ingin dianggap tukang bohong dan mulut besar sehingga diam saja. Tapi setelahnya dia berharap dia bercerita. Karena hari berikutnya Pangeran Rilian berkuda sendiri. Malam itu dia tidak kembali, dan sejak saat itu tidak ada tanda keberadaannya bisa ditemukan di Narnia ataupun di negara tetangga, dan tidak ada apa pun yang bisa ditemukan, entah itu kudanya, topinya, mantelnya, atau apa pun yang lain. Kemudian Drinian dengan kesedihan mendalam mendatangi Caspian dan berkata, "Rajaku, cepatlah penggal aku sebagai pengkhianat, karena kebungkamanku, aku telah menghancurkan putramu." Kemudian dia menceritakan kisahnya. Lalu Caspian mengangkat kapak perang dan berlari ke arah Lord Drinian untuk membunuhnya. Drinian berdiri diam seperti tunggul kayu menanti pukulan mematikan itu. Tapi ketika kapak diangkat, Caspian tiba-tiba membuangnya dan menjerit, "Aku telah kehilangan ratu dan putraku, apakah aku harus kehilangan sahabatku juga"" Lalu dia memeluk leher Lord Drinian kemudian memeluknya dan keduanya menangis, persahabatan mereka tidak pecah.
Itulah kisah Rilian. Dan ketika kisah itu usai, Jill berkata, "Aku berani bertaruh kobra dan wanita itu makhluk yang sama."
"Benar, benar, kami juga punya pikiran yang sama, kuu-kuu," kata para burung hantu.
"Tapi kami rasa dia tidak membunuh sang pangeran," kata Glimfeather, "karena tidak ada tulang "
"Kami tahu dia tidak melakukannya," kata Scrubb. "Aslan memberitahu Pole bahwa sang pangeran masih hidup entah di mana."
"Itu membuat keadaan lebih parah," kata burung hantu paling tua. "Itu berarti wanita tersebut ingin menggunakannya, dan punya rencana jahat bagi Narnia. Lama, lama berselang, di awal waktu, Penyihir Putih datang dari Utara dan mengikat tanah kami dalam salju dan es selama ratusan tahun. Dan kami rasa ini mungkin sejenis makhluk yang sama dengan si penyihir."
"Baiklah kalau begitu," kata Scrubb. "Pole dan aku harus menemukan pangeran ini. Bisakah kalian menolong kami""
"Apakah kalian berdua punya pentunjuk"" tanya Glimfeather.
"Ya," kata Scrubb. "Kami tahu kami harus pergi ke utara. Dan kami tahu kami harus mencapai reruntuhan suatu kota para raksasa."
Saat mendengar ini lebih banyak kuu-kuu menanggapi daripada sebelumnya, dan suara-suara para burung menggeser-geserkan kaki mereka serta mengibaskan bulu-bulu mereka, kemudian semua burung hantu mulai bicara pada saat yang sama. Mereka semua menjelaskan bahwa mereka sangat menyesal mereka sendiri tidak bisa pergi bersama anak-anak dalam perjalanan mencari pangeran yang hilang. "Kalian ingin melakukan perjalanan di siang hari, dan kami in
gin melakukan perjalanan di malam hari," kata mereka. "Tidak bisa, tidak bisa." Satu atau dua burung hantu menambahkan bahwa bahkan di sini dalam reruntuhan menara, keadaan tidak segelap saat mereka mulai tadi, dan rapat itu sudah berjalan terlalu lama. Bahkan, sekadar pemberitahuan tentang perjalanan ke reruntuhan kota para raksasa sepertinya telah menurunkan semangat burung-burung itu. Tapi Glimfeather berkata:
"Kalau mereka mau pergi ke sana ke Ettinsmoor kita harus membawa mereka ke salah satu marsh-wiggle. Hanya merekalah yang bisa membantu anak-anak ini."
"Benar, benar. Kuu," kata para burung hantu.
"Ayolah kalau begitu," kata Glimfeather. "Aku akan membawa satu. Siapa yang mall membawa yang lain" Ini harus dilakukan malam ini."
"Aku mau, sejauh tempat marsh-wiggle," kata burung hantu lain.
"Kau sudah slap"" kata Glimfeather pada Jill.
"Kurasa Pole tidur," kata Scrubb.
BAB LIMA Puddleglum JILL tidur. Sejak rapat burung hantu dimulai dia sudah terus-menerus menguap dan sekarang dia tertidur. Dia sama sekali tidak senang dibangunkan lagi, dan mendapati dirinya berbaring di papan telanjang dalam menara berdebu, yang benar-benar gelap, dan hampir penuh burung hantu. Dia bahkan semakin tidak senang ketika mendengar mereka harus pergi ke tempat lain-dan ternyata, tempat itu bukan kasur-dengan menunggang burung hantu.
"Oh, ayolah, Pole, semangatlah," kata suara Scrubb. "Ini kan petualangan."
"Aku muak dengan petualangan," kata Jill kesal.
Tapi dia tetap man naik ke punggung Glimfeather dan benar-benar terbangun (untuk sementara) karena hawa dingin yang tiba-tiba menerpa ketika butting itu terbang bersamanya ke udara malam. Bulan telah hilang dan tidak ada bintang. Jauh di belakangnya, Jill bisa melihat jendela terang jauh di atas tanah, tentu saja salah satu jendela di menara Cair Paravel. Cahaya itu membuatnya ingin kembali dalam kamar tidur yang menyenangkan itu, berbaring di tempat tidur, memandangi perapian di dinding. Jill memasukkan tangannya ke bawah mantel dan mengeratkan mantel itu ke sekeliling tubuhnya. Rasanya menakutkan mendengar dua suara dalam kegelapan tidak jauh darinya. Scrubb dan burung hantunya mengobrol. Dia tidak terdengar lelah, pikir Jill. Dia tidak sadar bahwa Scrubb pernah mengikuti petualangan besar di dunia itu sebelumnya dan udara Narnia mengembalikan kekuatan yang telah dimilikinya ketika berlayar ke Lautan Timur bersama Raja Caspian.
Jill harus mencubiti dirinya sendiri supaya tidak tidur, karena tahu kalau dia tertidur di punggung Glimfeather, dia mungkin akan jatuh. Ketika akhirnya kedua burung hantu mengakhiri perjalanan mereka, Jill turun dari punggung Glimfeather dengan kaku dan mendapati dirinya berdiri di tanah datar. Angin dingin bertiup dan mereka sepertinya berada di tempat tanpa pepohonan. "Kuu-kuu, kuu-kuu!" panggil Glimfeather. "Bangun, Puddleglum. Bangun. Ini tugas dari sang singa."
Tidak ada jawaban dalam waktu lama. Kemudian, dari suatu tempat yang jauh, muncul cahaya samar yang mulai mendekat. Bersama cahaya itu datang suara.
"Burung hantu, ahoi!" kata suara itu. "Apa itu" Apakah Raja meninggal" Apakah musuh mendarat di Narnia" Apakah banjir" Atau naga""
Ketika mencapai mereka, cahaya itu ternyata lentera besar. Jill tidak bisa melihat orang yang memegang lentera itu dengan jelas. Orang itu sepertinya hanya terdiri atas tangan dan kaki. Para burung hantu bicara padanya, menjelaskan segalanya, tapi Jill terlalu lelah untuk mendengarkan. Dia berusaha bertahan bangun ketika menyadari kedua burung hantu mengucapkan selamat berpisah padanya. Tapi setelahnya dia tidak bisa mengingat banyak kecuali bahwa, cepat atau lambat, dia dan Scrubb membungkuk untuk memasuki pintu yang rendah kemudian (oh, untunglah) berbaring pada sesuatu yang lembut dan hangat, dan ada suara yang berkata:
"Nah, di sinilah kalian. Ini yang terbaik. Kalian akan berbaring dengan alas dingin dan keras. Lembap pula, pastinya. Tidak bisa tidur sedikit pun, pastinya, bahkan kalau tidak ada badai, banjir, atau wigwam (tenda) ini tidak menjatuhi kepala kita, seperti yang kutahu bisa terjadi. Harus pu
as sebisa mungkin " Tapi Jill sudah nyenyak sebelum suara itu selesai bicara.
Ketika anak-anak terbangun pagi berikutnya, mereka mendapati diri mereka berbaring, dalam keadaan kering dan hangat, pada kasur jerami di tempat gelap. Bukaan segitiga membuat cahaya matahari masuk.
"Memangnya di mana kita"" tanya Jill.
"Dalam wigwam marsh-wiggle," kata Eustace.
"Apa"" "Marsh-wiggle. Jangan tanya padaku apa itu. Aku tidak bisa melihatnya kemarin malam. Aku akan bangun. Mari cari dia."
"Betapa tidak enaknya perasaan setelah tidur mengenakan pakaian lengkap," kata Jill sambil bangkit duduk.
"Aku baru berpikir betapa menyenangkannya tidak harus berpakaian dulu," kata Eustace.
"Atau tidak harus mandi dulu, kurasa," kata Jill dengan nada jijik. Tapi Scrubb sudah bangkit, menguap, mengguncang badannya, dan merangkak keluar wigwam. Jill melakukan hal yang sama.
Apa yang mereka temukan di luar cukup berbeda dengan bagian Narnia yang telah mereka lihat sehari sebelumnya. Mereka berada di padang terbuka yang luas yang terbagi-bagi menjadi pulau-pulau kecil yang tak terhitung banyaknya oleh saluran air yang juga tak terhitung banyaknya. Pulau-pulau itu tertutup rumput kasar dan dibatasi ilalang serta rumput rawa. Kadang ada gerumbul rumput rawa selebar satu ekar. Awan burung-burung terns hinggap di sana dan terbang lagi-bebek, burung rawa, bangau mini, bangau. Banyak wigwam seperti tempat mereka menginap bisa dilihat di sana-sini, tapi saling berjauhan, karena marsh-wiggle makhluk yang menyukai privasi. Kecuali tepian hutan beberapa mil di selatan dan barat mereka, tidak ada pohon yang bisa dilihat. Daerah timur tanah rawa datar itu mencapai bukit-bukit pasir rendah di horizon, dan kau bisa tahu dari aroma garam dalam angin yang bertiup dari arah sana bahwa laut berada di sana. Di utara mereka ada bukit-bukit rendah berwarna pucat, di beberapa tempat terlindung bebatuan. Sisa daerah itu seluruhnya tanah rawa datar. Tempat itu pasti sangat menyebalkan di malam berhujan. Tapi saat dilihat di bawah cahaya matahari pagi, dengan angin segar bertiup, dan udara penuh jeritan burung, keheningan itu terasa menyenangkan, segar, dan bersih. Anak-anak merasa semangat mereka bangkit.
"Ke mana makhluk itu, aku ingin tahu," kata Jill.
"Marsh-wiggle," kata Scrubb, seolah dia agak bangga karena mengetahui kata itu. "Kurasa wah, itu pasti dia." Kemudian mereka berdua melihatnya, duduk membelakangi mereka, memancing, kira-kira lima puluh meter dari situ.
Awalnya dia sulit dilihat karena berwarna hampir sama dengan rawa, dan karena dia duduk begitu diam.
"Kurasa kita lebih baik ke sana dan mengajaknya bicara," kata Jill. Scrubb mengangguk. Mereka sama-sama merasa agak gugup.
Saat mereka mendekat, makhluk itu memutar kepalanya dan menunjukkan wajah kurus panjang dengan pipi cekung, mulut tertutup rapat, hidung mancung, dan tidak berjanggut. Dia mengenakan topi berujung runcing seperti puncak menara, dengan tepian yang sangat lebar dan datar. Rambutnya, kalau bisa disebut rambut, yang tergantung di atas telinganya yang lebar berwarna abu-abu kehijauan, dan tiap helainya lurus tidak keriting, sehingga tampak seperti rumput kecil. Ekspresinya serius, kulitnya kusam, dan kau bisa langsung melihat bahwa dia menganggap hidup sangat serius.
"Pagi yang indah, Tamu," katanya. "Meskipun ketika aku berkata indah, aku tidak bermaksud tidak mungkin cuaca berubah jadi hujan atau mungkin salju turun, kabut, atau kilat. Kalian tidak bisa tidur, aku berani menebak."
"Ya, kami bisa tidur," kata Jill. "Kami tidur nyenyak."
"Ah," kata si marsh-wiggle, menggelengkan kepalanya. "Aku mengerti kalian berusaha sebaik mungkin menikmati hal yang jelek. Bagus. Kalian dibesarkan dengan baik, benar. Kalian telah belajar menerima segalanya."
"Maaf, kami tidak tahu namamu," kata Scrubb.
"Puddleglum namaku. Tapi tidak apa-apa kalau kalian lupa. Aku selalu bisa memberitahu kalian lagi."
Anak-anak duduk di kiri-kanannya. Mereka sekarang melihat Puddleglum memiliki kaki dan tangan yang sangat panjang, jadi meskipun tubuhnya tidak jauh lebih besar daripada dwarf, dia akan leb
ih tinggi dari sebagian besar manusia kalau berdiri. Jari-jari tangannya berselaput seperti jari-jari katak, juga kaki telanjangnya yang terbenam dalam air berlumpur. Dia mengenakan pakaian longgar berwarna tanah.
"Aku berusaha menangkap beberapa belut untuk sup makan malam kita," kata Puddleglum. "Tapi aku tidak heran kalau aku tidak berhasil menangkap satu pun. Dan kalian toh tidak akan terlalu menyukainya kalau aku bisa menangkapnya."
"Kenapa tidak"" tanya Scrubb.
"Wah, tidak ada alasan kalian harus menyukai makanan kami, meskipun aku yakin kalian akan berusaha menerimanya. Selain itu, sementara aku menangkap ikan, apakah kalian berdua bisa mencoba menyalakan api-semoga kalian tidak celaka saat mencobanya! Kayunya ada di belakang wigwam. Mungkin basah. Kalian bisa menyalakannya di dalam wigwam, kemudian mata kita semua akan kemasukan asap. Atau kalian bisa menyalakannya di luar, kemudian hujan turun dan mematikannya. Ini kotak korek apiku. Kalian tidak tahu bagaimana menggunakannya, kurasa."
Tap, Scrubb sudah mempelajari cara menggunakan benda itu dalam petualangannya sebelumnya. Anak-anak berlari bersama kembali ke wigwam, menemukan kayu (yang benar-benar kering) dan berhasil menyalakan api dengan kesulitan yang tidak lebih besar daripada biasanya. Kemudian Scrubb duduk dan menjaga api itu sementara Jill pergi dan berusaha mandi dengan tidak terlalu nyaman di anak sungai terdekat. Setelah itu dia menjaga api dan Scrubb mandi. Keduanya merasa jauh lebih segar, tapi sangat lapar.
Akhirnya si marsh-wiggle bergabung dengan mereka. Meskipun katanya dia tidak berharap menangkap satu belut pun, dia berhasil menangkap kira-kira selusin, yang sudah dibersihkan dan dikulitinya. Dia memasang panci besar, membesarkan api, dan menyalakan pipanya. Kaum marsh-wiggle merokok tembakau yang sangat aneh dan berat (ada yang bilang mereka mencampurnya dengan lumpur) dan anak-anak memerhatikan asap pipa Puddleglum sama sekali tidak naik ke udara. Asap itu keluar dari mangkuk pipa, turun, merayap di atas tanah seperti kabut. Asap itu sangat hitam dan membuat Scrubb batuk-batuk.
"Nah," kata Puddleglum. "Belut itu butuh waktu lama sekali sampai matang, dan mungkin kalian berdua sudah pingsan kelaparan sebelum mereka matang. Aku kenal seorang gadis kecil-tapi lebih baik aku tidak menceritakan kisah itu. Mungkin kalian bakal jadi kehilangan semangat, dan itu tidak kuinginkan. Jadi, lupakan rasa lapar kalian, dan kita lebih baik bicara tentang rencana kita."
"Ya, marl lakukan itu," kata Jill. "Bisakah kau membantu kami menemukan Pangeran Rilian""
Marsh-wiggle itu mengisap pipa sampai pipinya lebih cekung daripada yang kaupikir bisa dilakukan. "Yah, aku tidak tahu apakah kalian bisa menyebutnya bantuan," katanya. "Aku tidak tahu apakah ada yang bisa benar-benar membantu. Karena kami tidak terlalu suka pergi terlalu jauh ke utara, tidak pada waktu seperti ini, ketika musim dingin akan segera tiba dan sebagainya. Dan sepertinya musim dingin ini akan lebih awal, menurut tanda-tandanya. Tapi kalian tidak boleh membiarkan itu membuat kalian putus asa. Sangat mungkin, dengan adanya musuh, gunung-gunung, sungai-sungai yang harus diseberangi, kehilangan arah, dan nyaris tidak punya bekal untuk dimakan, kita tidak akan terlalu memerhatikan cuaca. Dan kalau kita tidak pergi cukup jauh untuk mendapat hasil, kita mungkin sudah pergi cukup jauh sehingga tidak bisa kembali dengan cepat.
Kedua anak memerhatikan bahwa si marsh-wiggle berkata "kita", bukan "kalian" dan keduanya berteriak pada saat yang sama, "Apakah kau akan ikut kami""
"Oh, ya, aku ikut tentu saja. Lebih baik begitu, mengerti. Kurasa kita tidak akan pernah melihat Raja kembali ke Narnia, sekarang setelah dia pergi ke tanah asing itu, dan dia sakit batuk berat ketika berangkat. Lalu si Trumpkin itu. Dia tidak akan bertahan lama. Dan kalian tahu ada gagal panen setelah muslin panas yang sangat kering. Dan aku tidak akan heran kalau ada musuh menyerang kita. Ingatlah kata-kataku."
"Dan bagaimana cara kita mulai"" tanya Scrubb.
"Yah," kata si marsh-wiggle sangat perlahan, "semua yang me
ncari Pangeran Rilian mulai dari mata air yang sama tempat Lord Drinian melihat wanita itu. Mereka menuju utara, kebanyakan. Dan tidak ada yang pernah kembali, jadi kami tidak bisa benar-benar tahu bagaimana perjalanan mereka selanjutnya."
"Kita barns mulai dengan mencari reruntuhan kota raksasa," kata Jill. "Kata Aslan begitu."
"Harus mulai dengan menemukannya, bukan"" jawab Puddleglum. "Tidak boleh mulai dengan mencarinya, kukira""
"Itulah yang kumaksudkan, tentu saja," kata Jill. "Kemudian, ketika kita menemukannya "
"Ya, kalau!" kata Puddleglum sangat datar.
"Apakah ada yang tahu di mana letaknya"" tanya Scrubb.
"Aku tidak tahu tentang orang lain," kata Puddleglum. "Dan aku tidak akan bilang aku tidak pernah mendengar Kota Tua itu. Kalian tidak akan mulai dari mata air. Kau harus menyeberangi Ettinsmoor. Di sanalah tempat Kota Tua itu, kalau memang ada. Tapi aku sudah pernah ke arah itu sama seperti orang lain dan tidak pernah melihat reruntuhan apapun, jadi aku tidak man berbohong pada kalian."
"Di mana Ettinsmoor"" tanya Scrubb.
"Lihatlah ke arah utara sana," kata Puddleglum, menunjuk dengan pipanya. "Lihat bukit-bukit itu dan tatahan tebing" Itulah awal Ettinsmoor. Tapi ada sungai di antara tempat itu dan kita, Sungai Shribble. Tidak ada jembatan, tentu saja."
"Kurasa kita bisa menyeberanginya, bukan"" kata Scrubb.
"Yah, sungai itu pernah diseberangi," aku si marsh-wiggle.
"Mungkin kita bisa bertemu orang di Ettinsmoor yang bisa memberitahu di mana jalannya," kata Jill.
"Kau benar tentang bertemu orang," kata Puddleglum.
"Orang apa yang tinggal di sana"" tanya Jill.
"Bukan pada tempatku untuk berkata mereka tidak baik menurut cara mereka," jawab Puddleglum. "Kalau kalian menyukai cara mereka."
"Ya, tapi mereka itu apa"" desak Jill. "Ada begitu banyak makhluk aneh di negeri Jill. Maksudku, mereka itu binatang, burung, dwarf, atau apa""
Si marsh-wiggle bersiul panjang. "Fiuu!" katanya. "Apakah kalian tidak tahu" Kupikir burung hantu itu sudah memberitahu kalian. Mereka raksasa."
Jill mengernyit. Dia tidak pernah menyukai raksasa bahkan dalam buku, dan dia pernah bertemu raksasa dalam mimpi. Kemudian dia melihat wajah Scrubb, yang berubah jadi cukup pucat, dan berkata dalam hati, Kurasa keadaan Scrubb lebih parah daripada diriku. Itu membuat Jill merasa lebih berani.
"Raja pernah bercerita padaku dulu," kata Scrubb, " waktu itu, ketika aku berlayar bersamanya bahwa dia benar-benar mengalahkan raksasa-raksasa itu dalam perang dan membuat mereka menghormatinya."
"Itu benar," kata Puddleglum. "Raksasa itu menjaga perdamaian dengan kita. Selama kita tetap di sisi Shribble bagian kita, mereka tidak akan mencelakai kita. Di sisi mereka, di Moor-selalu ada kesempatan. Kalau kita tidak mendekati salah satu di antara mereka, dan kalau tidak ada satu pun dari mereka yang lupa diri, dan kalau kita tidak dilihat, mungkin saja kita bisa berjalan jauh."
"Dengar!" kata Scrubb, tiba-tiba kehilangan kesabaran, seperti yang sering dilakukan orang-orang ketika mereka ketakutan. "Aku tidak percaya semua ini seburuk itu saat menjalaninya, tidak lebih buruk daripada tempat tidur dalam wigwam yang katanya keras atau kayu yang katanya basah. Kurasa Aslan tidak akan mengirim kita kalau kesempatannya begitu kecil."
Scrubb membayangkan si marsh-wiggle akan membalasnya dengan marah, tapi dia hanya berkata, "Semangatmu bagus, Scrubb. Seperti itulah kau harus bicara. Beranikan dirimu. Tapi kita semua harus sangat hati-hati dengan emosi kita, mengingat semua situasi berat yang harus kita lalui bersama. Tidak ada gunanya bertengkar, tahu bukan. Apa pun, jangan memulainya terlalu cepat. Aku tahu ekspedisi-ekspedisi seperti ini biasa berakhir seperti itu: saling menusuk, aku tidak akan heran, sebelum semua berakhir. Tapi semakin lama kita bisa menahan emosi "
"Yah, kalau merasa semua ini begitu tidak mungkin," potong Scrubb, "kurasa sebaiknya kau tidak ikut. Pole dan aku bisa pergi sendiri, bukan begitu, Pole""
"Diam dan jangan bodoh, Scrubb," kata Jill cepat-cepat, takut si marsh-wiggle menyetujui usulan Scrubb.
"Jangan takut , Pole," kata Puddleglum. "Aku ikut, tentu dan pasti. Aku tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini. Ini akan membawa kebaikan bagiku. Mereka semua bilang-maksudku, semua wiggle yang lain bilang-aku terlalu tidak bisa diam, tidak menganggap serius hidup. Kalau mereka sudah mengatakannya sekali, mereka akan mengatakannya seribu kali lagi. 'Puddleglum,' mereka bilang, 'kau ini tidak bisa diam, selalu bergerak dan penuh semangat. Kau harus belajar bahwa hidup tidak hanya terdiri atas setup kodok dan kue belut. Kau harus punya sesuatu yang bisa membuatmu tenang sedikit. Kami mengatakan ini demi kebaikanmu sendiri, Puddleglum. Itulah yang mereka katakan. Nah, pekerjaan seperti ini perjalanan ke utara tepat saat musim dingin mulai, mencari pangeran yang mungkin tidak berada di sana, melalui reruntuhan kota yang belum pernah dilihat siapa pun-itulah yang kubutuhkan. Kalau perjalanan ini tidak membuatku tenang, aku tidak tahu apa lagi yang bisa." Dan dia menggosokkan kedua tangannya yang seperti kaki katak seolah sedang membicarakan perjalanan menuju pesta atau pertunjukan pantomim. "Dan sekarang," tambahnya, "mari lihat sampai mana kematangan belut-belut itu."
Ketika masakan itu siap, rasanya enak dan anak-anak menambah dua kali. Pertama-tama si marsh-wiggle tidak percaya mereka benar-benar menyukainya, dan ketika mereka telah makan begitu banyak, dia harus memercayai mereka, dia kembali berkata masakan itu mungkin akan membuat anak-anak sangat sakit perut. "Makanan yang tepat bagi wiggle mungkin jadi racun bagi manusia, aku tidak heran," katanya. Setelah makan mereka minum teh, dengan kaleng (seperti yang kaulihat dilakukan orang-orang yang bekerja di jalan), dan Puddleglum minum banyak dari botol hitam yang berbentuk persegi. Dia menawari anak-anak sedikit, tapi mereka merasa minuman itu aneh sekali.
Sisa hari itu dihabiskan dengan membuat persiapan bagi keberangkatan pagi-pagi esoknya. Puddleglum, yang paling besar, berkata dia akan memanggul tiga selimut, dengan potongan bacon besar tergulung di dalamnya. Jill harus membawa sisa belut, biskuit, dan kotak korek api. Scrubb harus membawa mantelnya sendiri dan mantel Jill kalau mereka tidak ingin mengenakannya. Scrubb (yang pernah belajar memanah ketika berlayar ke Timur bersama Caspian) membawa busur terbaik kedua Puddleglum, dan Puddleglum membawa busurnya yang terbaik, meskipun dia berkata dengan angin, tall busur yang lembap, pencahayaan yang buruk, dan jari-jari yang kedinginan, kesempatan mereka berdua bisa mengenai apa pun hanya satu berbanding seratus. Dia dan Scrubb sama-sama membawa pedang-Scrubb membawa pedang yang ditinggalkan untuknya dalam kamarnya di Cair Paravel, tapi Jill harus puas dengan pisaunya. Bisa terjadi pertengkaran karena ini, tapi begitu mereka mulai saling membentak, si wiggle menggosokkan kedua tangannya dan berkata, "Ah, ini dia. Memang benar apa yang kupikirkan. Inilah yang biasa terjadi dalam petualangan." Ini membuat Scrubb dan Pole sama-sama tutup mulut.
Mereka bertiga tidur lebih awal dalam wigwam. Kali ini anak-anak tidak bisa tidur nyenyak. Itu karena Puddleglum, setelah berkata, "Kalian sebaiknya berusaha tidur, kalian berdua, bukannya kurasa kita bertiga sama-sama akan bisa menutup mata malam ini," lalu langsung nyenyak dengan dengkuran yang begitu keras dan tiada henti, sehingga Jill, ketika akhirnya tertidur, bermimpi sepanjang malam tentang pengebor jalanan, air terjun, dan berada dalam kereta ekspres yang melintasi terowongan.
BAB ENAM Tanah Liar yang Kosong di Utara
KIRA-KIRA jam sembilan keesokan paginya tiga sosok bisa dilihat mencari jalan menyeberangi Shribble lewat gunungan pasir atau batu pijakan. Sungai itu dangkal, berair deras, dan bahkan Jill pun tidak sampai basah di atas lututnya ketika mereka mencapai sisi utara. Kira-kira lima puluh meter di depan, tanah menanjak ke awal padang rumput gersang, di mana-mana terjal, dan kadang-kadang bahkan membentuk tebing.
"Kurasa itulah jalan kita!" kata Scrubb, menunjuk ke kiri dan barat ke tempat sungai mengalir turun dari padang melalui jurang sempit. Tapi si marsh-wiggle
menggeleng. "Para raksasa sebagian besar tinggal di sisi jurang itu," katanya. "Kau bisa bilang jurang itu seperti jalan bagi mereka. Kita lebih baik terus saja, meskipun daerahnya agak terjal."
Mereka menemukan tempat mereka bisa merangkak naik, dan dalam kira-kira sepuluh menit sudah berdiri terengah-engah di atas. Mereka menatap penuh rasa ingin ke lembah Narnia kemudian berbalik ke arah Utara. Padang luas yang sepi membentang tanpa batas sejauh yang bisa mereka lihat. Di sisi kiri mereka terdapat dataran yang lebih berbatu. Jill berpikir itu pasti tepian jurang para raksasa dan tidak terlalu peduli untuk memerhatikan arah itu. Mereka berangkat.
Tanah tempat itu empuk dan enak untuk berjalan, dan hari itu diterangi matahari musim dingin yang pucat. Saat mereka semakin jauh dalam padang, kesepian semakin terasa: mereka bisa mendengar suara burung peewit dan kadang-kadang melihat elang. Ketika mereka berhenti di tengah pagi untuk istirahat dan minum di kubangan kecil di tepi suatu sungai, Jill mulai merasa dia bisa menikmati petualangan, dan mengatakannya.
"Kita belum mengalami apa-apa," kata si marsh-wiggle.
Berjalan setelah istirahat pertama-seperti Pagi hari di sekolah selesai istirahat atau perjalanan kereta api setelah berganti kereta tidak berjalan seperti yang sebelumnya. Ketika mereka berangkat lagi, Jill memerhatikan bahwa sisi berbatu jurang itu semakin dekat. Dan bebatuannya lebih datar, lebih tegak lurus daripada sebelumnya. Bahkan bebatuan itu tampak seperti menara-menara kecil dari batu. Dan betapa aneh bentuknya!
Kurasa, pikir Jill, semua kisah tentang raksasa mungkin datang dari bebatuan yang aneh itu. Kalau kau datang ke sini ketika hari sudah setengah gelap, kau bisa dengan mudah menganggap tumpukan batu itu raksasa. Lihat saja yang satu itu, sekarang! Kau hampir bisa membayangkan bongkahan di atas itu kepala. Tumpukan batu itu terlalu besar untuk jadi badannya, tapi sudah cukup untuk jadi raksasa yang jelek. Dan semak-semak itu kurasa itu semak dan sarang burung, sungguh-cukup pantas jadi rambut serta janggutnya. Dan benda yang mencuat di kedua sisi itu cukup mirip telinga. Mereka benar-benar besar, tapi aku berani bilang raksasa-raksasa pasti punya telinga yang besar, seperti gajah. Dan-o-o-o-h! "
Darah Jill membeku. Benda itu bergerak. Dia raksasa sungguhan. Tidak salah lagi, Jill melihatnya memutar kepala. Dia telah melihat wajah besar, bodoh, berpipi merah. Semua benda itu raksasa, bukan bebatuan. Ada empat puluh atau lima puluh raksasa, semua berbaris, jelas berdiri dengan kaki mereka di dasar jurang dan siku mereka bersandar di tepi jurang, tepat seperti manusia berdiri dan bersandar pada dinding-bermalas-malasan, di pagi yang cerah setelah sarapan.
"Jalan terus," bisik Puddleglum, yang juga sudah melihat mereka. "Jangan memandang mereka. Dan apa pun yang kalian lakukan, jangan lari. Mereka bisa mengejar kita dalam sekejap."
Jadi mereka terus berjalan, berpura-pura belum melihat raksasa-raksasa itu. Rasanya seperti berjalan melalui gerbang suatu rumah tempat ada anjing galak, tapi lebih parah. Ada lusinan dan lusinan raksasa. Mereka tidak tampak marah-atau baik-atau tertarik. Tidak ada tanda-tanda mereka sudah melihat para petualang itu.
Kemudian wuss-wuss-wuss benda berat melayang di udara, dan bersama dentuman, batu besar jatuh kira-kira dua puluh langkah di depan mereka. Kemudian buk sebongkah batu lagi jatuh enam meter di belakang mereka.
"Apakah mereka membidik kita"" tanya Scrubb.
"Tidak," kata Puddleglum. "Kita jauh lebih aman kalau mereka benar-benar membidik kita. Mereka berusaha mengenai itu-tonggak batu di sebelah kanan itu. Mereka tidak akan mengenainya, tahu. Ini cukup aman, bidikan mereka payah sekali. Mereka bermain lempar batu setiap pagi yang cerah. Mungkin ini satu-satunya permainan yang bisa dimengerti dengan tingkat kecerdasan mereka."
Saat itu sangat menakutkan. Sepertinya barisan raksasa itu tanpa akhir, dan mereka tidak pernah berhenti melemparkan batu, beberapa di antaranya jatuh benar-benar dekat.
Selain bahaya yang sesungguhnya, pemandangan wajah dan mende
ngar suara mereka sudah cukup membuat takut siapa pun. Jill berusaha tidak melihat mereka.
Setelah kira-kira 25 menit, para raksasa rupanya bertengkar. Ini mengakhiri permainan lempar batu, tapi tidak nyaman rasanya berada dalam jarak dekat dengan raksasa yang bertengkar. Mereka saling berteriak dan mengejek dengan kata-kata tanpa arti yang panjangnya kira-kira dua puluh suku kata tiap-tiap katanya. Mereka berbusa-busa, membantah, dan melompat-lompat dalam kemarahan, dan tiap lompatan membuat bumi bergetar seperti ada born yang meledak. Mereka saling memukul kepala dengan palu batu besar yang aneh, tapi tengkorak mereka begitu keras sehingga palu itu membal lagi, kemudian monster yang memukul akan menjatuhkan palunya dan melolong kesakitan karena efek pukulan itu menyakiti jari-jarinya. Tapi dia begitu bodoh sehingga akan melakukan hal yang tepat sama semenit kemudian. In, memiliki akibat jangka panjang yang baik, karena di akhir jam itu semua raksasa kesakitan sehingga mereka duduk dan mulai menangis. Ketika mereka duduk, kepala mereka berada di bawah tepian jurang, sehingga mereka tidak terlihat lagi. Tapi Jill bisa mendengar mereka melolong, terisak, dan menangis seperti bayi besar bahkan setelah tempat itu berjarak satu mil di belakang mereka.
Malam itu mereka berkemah di padang terbuka, dan Puddleglum menunjukkan pada anak-anak bagaimana menggunakan selimut mereka semaksimal mungkin dengan tidur saling memunggungi. (Punggung akan saling menghangatkan dan kau bisa menggunakan kedua selimut di atas tubuh kalian.) Tapi mereka tetap merasa kedinginan, dan tanah terasa keras dan lembap. Si marsh-wiggle memberitahu mereka, mereka bisa merasa lebih nyaman kalau saja mereka memikirkan betapa cuaca akan lebih dingin nanti saat mereka lebih jauh ke utara, tapi ini sama sekali tidak menghibur.
Mereka berjalan melintasi Ettinsmoor berhari-hari, menghemat bacon dan lebih sering makan ayam padang rumput (mereka tentu saja bukan burung yang bisa berbicara) yang dipanah Eustace dan si wiggle. Jill agak iri pada Eustace karena bisa memanah. Eustace mempelajari hal mi dalam perjalanannya bersama Raja Caspian. Karena ada begitu banyak sungai kecil di padang itu, mereka tidak pernah kekurangan air. Jill berpikir bahwa saat, dalam buku-buku, orang hidup dari buruan mereka, buku-buku itu tidak pernah memberitahumu betapa pekerjaan membului dan membersihkan burung hasil buruan itu begitu lama, bau, dan kotor, dan membuat jari-jarimu terasa dingin. Tapi yang menyenangkan adalah mereka hampir tidak bertemu raksasa. Satu raksasa melihat mereka, tapi dia hanya tertawa terbahak-bahak dan pergi mengurus urusannya sendiri.
Kira-kira di hari kesepuluh, mereka mencapai tempat daerah itu berubah. Mereka tiba di tepi utara padang dan memandang tebing terjal ke arah daerah yang berbeda dan lebih muram. Di dasar tebing ada jurang: di luarnya, ada daerah pegunungan tinggi, rekah-rekah gelap, lembah-lembah berbatu, jurang-jurang begitu dalam dan sempit sehingga orang tidak bisa melihat jauh ke dalamnya, dan sungai-sungai yang keluar dari jurang-jurang bergema jatuh ke kedalaman yang gelap. Tidak perlu dikatakan, Puddleglum-lah yang menunjukkan turunnya salju di tebing yang jauh.
"Tapi pasti lebih banyak di sisi utaranya, aku tidak akan heran," tambahnya.
Mereka menghabiskan waktu cukup lama untuk mencapai dasar tebing dan, ketika sudah mencapainya, mereka melihat ke bawah dari tepian jurang ke sungai yang mengalir jauh di bawah mereka dari barat ke timur. Sungai it, dipagari tebing di sisi sebelah sana, juga di sisi sebelah sini, dan airnya tampak hijau tak tersentuh cahaya matahari, penuh riam dan air terjun. Gemuruhnya mengguncangkan tanah bahkan di tempat mereka berdiri.
Pedang 3 Dimensi 12 Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi Mendung Dilangit Kepatihan 1
^