Pencarian

Misteri Kurcaci Gaib 2

Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib Bagian 2


Pete menepuk pahanya. Senternya memang masih tergantung di pinggangnya. Dengan segera ia menyalakannya. Seketika itu juga nampak jalur sinar terang merobek kegelapan. Sedetik kemudian senter Jupiter juga sudah dinyalakan.
Sosok-sosok tubuh kecil berpencar lari ketika cahaya terang menyoroti, mereka. Terdengar suara-suara halus berceloteh dalam bahasa yang tak dikenal. Rupanya kurcaci-kurcaci itu kini lebih berhati-hati. Mereka menyadari bahwa Pete dan Jupiter bukan lawan yang dapat dianggap enteng.
Kedua remaja itu berada di bagian belakang panggung dari gedung bioskop itu. Di tempat itu terdapat dekor-dekor yang terbuat dari kanvas yang besar-besar dan berukuran empat persegi. Dekor-dekor disusun berjejer-jejer. peninggalan masa lalu ketika di teater itu masih suka diadakan show dan juga sandiwara sekali-sekali. Sebuah sofa yang tempat duduknya sudah melengkung ke bawah, sebuah jentera pemintal yang sudah usang serta sebuah jenjang juga nampak di situ Kelihatannya ditinggal begitu saja ketika gedung itu ditutup bertahun-tahun yang lalu.
Tiba-tiba terdengar bunyi mengelepak di udara. Sesuatu yang gelap melintas dengan cepat dekat kepala mereka, lalu menghilang.
"Kelelawar!" teriak Pete.
Itu tak usah kaupedulikan. Kita akan diserang," kata Jupiter. Makhluk-makhluk kecil yang tadi sudah mulai bergerak mendekat lagi, sekarang dengan bersenjatakan pentungan kayu. "Kemana kita"
Ke sini. Ikut aku! Pete langsung lari. Ia paling ahli mencari jalan, juga di lingkungan yang asing baginya. Ia memiliki naluri yang tajam sekali untuk menemukan arah yang benar. Seakan-akan di kepalanya adalah kompas!
Pete lari di sela dua jajaran dekor yang ditumpukkan dalam keadaan berdiri. Jupiter menyusul sambil menendang jenjang kayu hingga terguling.
Dari teriakan-teriakan melengking yang segera terdengar, diketahuinya bahwa para pengejar tersandung jenjang itu. Tapi saat berikutnya Pete berhenti lari dengan tiba-tiba, sehingga Jupiter menubruknya dari belakang. Ternyata di ujung lorong sempit itu dua makhluk kecil sudah menunggu dengan pentungan teracung.
Kita terkepung," kata Pete ia menelan liur karena kaget "Mereka ada di belakang dan di depan kita.
""Kalau begitu kita harus lari ke samping, kata Jupiter. "Kita tembus saja kanvas ini.
Sambil berkata begitu ia menendang. Kain kanvas yang sudah lapuk itu langsung robek. Pete dan Jupiter menerobos masuk ke dalam lubang yang terjadi. Dengan kepala ditundukkan, mereka menembus dekor-dekor selanjutnya, meninggalkan kanvas yang robek-robek di belakang mereka.
Dengan segera mereka sudah berhasil meninggalkan para pengejar yang kebingungan di tengah kain kanvas yang robek-robek itu. Pete dan Jupiter terus berlari. Akhirnya mereka muncul di atas panggung yang berlantai "kayu.
Mereka menyorotkan sinar senter mereka ke arah depan. Di kejauhan, di belakang kursi-kursi kosong berdebu yang berderet-deret nampak sejumlah pintu. Mungkin lewat Situ mereka akan bisa keluar itu pun jika mereka berhasil mendobrak rintangan berupa papan-papan yang dipakukan ke pintu-pintu luar.
Sementara mereka sedang menilai keadaan yang dihadapi dari arah belakang terdengar bunyi langkah-langkah ringan mendekat. Pete mengayunkan sentern
ya, sehingga sinarnya memancar ke belakang. Ternyata kurcaci itu datang menghampiri dengan mengendap-ngendap.
"Lari! seru Pete. Lewat gang sebelah tengah!"
Sambil berkata begitu ia lari menuju jenjang yang mengarah ke lantai utama teater itu. Tepat pada saat itu lampu-lampu di atas menyala semua. Rupanya ada yang menekan sakelar utama.
Lampu hias besar memancarkan cahaya remang. karena kacanya yang merah dan hijau diselubungi debu bertahun-tahun. Sementara lari menyusul Pete yang sudah menuruni jenjang, Jupiter melihat dua makhluk kecil datang mengejarnya. Satu di antaranya meraih tali yang terjulur dari langit-langit panggung. Dengan gaya akrobat makhluk kecil itu melayang sambil bergantung pada tali, lalu menjatuhkan diri - tepat menimpa bahu Jupiter. Anak itu terjerembab jatuh. Senternya terlempar dari tangannya. Jupiter berjuang sekuat tenaga, berusaha membebaskan diri dari kurcaci yang kini bertengger di bahunya.
Pete kembali untuk membantu Jupiter. Dipeluknya pinggang kurcaci dan disentakkannya sehingga terangkat dari bahu Jupiter. Makhluk kecil itu disungsangkannya di antara dua deretan kursi paling depan. Kurcaci itu tersangkut di situ. Ia menjerit-jerit minta tolong.
Kawan-kawannya berhenti mengejar sebentar, untuk membantu teman yang terjepit di antara kursi-kursi itu, Jupiter dan Pete tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka cepat-cepat lari menyusur gang sebelah tengah menuju ke serambi depan.
Dengan sekuat tenaga mereka menghantamkan bahu ke daun pintu utama yang besar. Tapi pintu itu sedikit pun tidak bergerak.
Pintu ini sebelah luarnya ditutup dengan papan-papan yang dipakukan," kata Pete dengan napas putus-putus. "Kita harus mencari jalan lain lewat jendela misalnya. Yuk, Jupe!"
Pete lari menyusur sebuah lorong samping, lalu menaiki tangga yang gelap. Dengan diterangi sinar senter Pete sebagai satu-satunya sumber cahaya mereka melewati tangga itu, lalu satu tangga lagi.
Mereka berhenti sebentar untuk mengatur napas. Pete memadamkan senternya. lalu keduanya mengintip lewat sela-sela tirai beledu yang sudah lapuk.
Ternyata mereka telah naik sampai ke tingkat balkon. Jauh di bawah nampak empat sosok tubuh kecil-kecil berkerumun. Tampaknya kurcaci-kurcaci itu sedang berunding.
Sementara kedua remaja itu masih mengintip sesosok tubuh lain nampak menuruni tangga panggung. menuju ke tempat penonton. Yang datang itu manusia biasa yang berbadan kekar.
Biar pun redup, tapi penerangan lampu masih cukup untuk bisa mengenali wajah orang yang baru datang itu.
"Itu kan Rawley!" kata Pete kaget. "Ia bekerja sama dengan mereka!"
"Ya, Suara Jupiter terdengar lesu. "Aku telah melakukan kekeliruan besar, Pete. Tapi sekarang tidak ada waktu untuk membicarakannya. Ssst!"
"Hei Kate!" Rawley berteriak pada keempat kurcaci itu. "Ayo berpencar - cari anak-anak itu. Kita harus berhasil meringkus mereka. Mengerti" Mereka tidak mungkin minggat - karena semua pintu terpaku rapat!"
"Keempat manusia kecil yang di bawah dengan segera berpencar ke segala arah.
Saat ini mereka kehilangan jejak kita," kata Jupiter. "Jika kita bisa menemukan tempat bersembunyi, suatu saat nanti Miss Agawam pasti kan terbangun. lalu -"
Wah, betul juga! Begitu menyadari bahwa kita hilang ia pasti akan memanggil polisi. Dan polisi akan mencari kita ke sini, kata Pete. Semangatnya bangkit kembali.
"Polisi pasti akan menemukan kameraku yang tersangkut ke semak di luar," kata Jupiter. "Mereka akan menarik foto yang sudah jadi, lantas dengan segera tahu bahwa ada sesuatu yang aneh di sini. Jika kita bisa bersembunyi terus sampai Miss Agawam melaporkan hilangnya kita, kita pasti selamat"
"Kalau begitu cepat-cepat saja kita cari tempat bersembunyi!" kata. Pete. "Aku mendengar suara-suara naik di tangga."
"Bab 12 Pete Berusaha Lari
"Miss Agawam terbangun karena merasa seperti mendengar bunyi orang sedang menggali. Ia berbaring tanpa bergerak di tempat tidurnya sesaat. Ya, betul - memang ada yang sedang menggali. Bunyinya seperti datang dari dalam tanah. jauh di bawah rumahnya. Rupanya kurcaci-kurcaci sudah mulai sibuk lagi. Apakah kedua
remaja itu juga mendengarnya" Mereka benar-benar baik hati menawarkan diri untuk menemaninya. Dari kamar mereka tidak terdengar suara apa-apa. Mungkin mereka belum bangun. Barangkali mereka tidur terus, walau jam weker sudah berdering membangunkan.
"Anak-anak! panggil Miss Agawam. Jupiter! Pete!
Tidak terdengar jawaban. Terpaksa mereka harus dibangunkan supaya juga bisa mendengar kesibukan kurcaci-kurcaci itu.
Miss Agawam turun dari tempat tidurnya, lalu mengenakan mantel kamar yang tebal. Ia bergegas menuju ke pintu kamar di mana kedua remaja itu tidur.
" Anak-anak'" panggilnya sekali lagi. Tapi masih tetap tidak ada yang menjawab. Miss Agawam membuka pintu, lalu menekan tombol lampu. Napas wanita tua itu tersentak, ketika cahaya lampu menerangi ruangan sebelah dalam.
Tempat tidur kedua remaja itu kosong!
Miss Agawam memandang berkeliling dengan hati berdebar-debar. Piyama Jupiter dan juga Pete masih terlipat rapi di atas kursi. Kotak kulit yang mereka bawa juga ada di situ.
Miss Agawam langsung mengambil kesimpulan bahwa Pete dan Jupiter mendengar kurcaci-kurcaci itu lalu lari pulang karena ketakutan. Mereka meninggalkannya seorang diri di situ.
Aduh - apa yang harus kulakukan sekarang"" bisik Miss Agawam pada dirinya sendiri.
Ia tidak tahan berada lebih lama lagi di rumah itu. Ia merasa tidak mampu lagi setelah anak-anak yang hebat seperti Jupiter Jones dan Pete Crenshaw pun begitu ketakutan, sehingga minggat tanpa permisi lagi.
Lebih baik ia pergi ke apartemen keponakannya. Roger sudah menawarkan tempat itu. Ia boleh datang kapan saja ia mau.
Miss Agawam turun ke tingkat bawah untuk menelepon. Jari-jarinya begitu gemetar, sehingga tiga kali ia harus memutar nomor-nomor sebelum berhasil. Begitu terdengar suara Roger, wanita tua itu langsung berkata sambil terbata-bata, "Kurcaci-kurcaci itu muncul lagi. Aku bisa mendengar mereka dengan jelas sekali. Roger, aku tak tahan lebih lama lagi di tempat ini. Aku ingin ke tempatmu malam ini juga. Besok - ya, besok akan kujual rumah ini pada Mr. Jordan!
"Bibiku sayang, kata Roger, "aku memang berpendapat bahwa sebaiknya kaujual saja rumahmu itu. Tapi kita masih bisa bicara mengenainya besok. Sekarang cepatlah berpakaian dan kemaskan sebuah koper kecil. Sekarang ini juga aku akan datang menjemputmu dengan mobilku. Sepuluh menit lagi aku akan sudah ada di sana.
Baiklah, Roger. Saat itu aku pasti sudah siap, kata Miss Agawam. Ia pun mulai berpakaian.
Perasaannya saat itu sudah lebih enak. walau hatinya masih tetap berdebar-debar. Kegelisahannya itu belum lenyap sampai saat ia sudah meninggalkan rumah dan berada dalam mobil Roger. Miss Agawam bahkan sama sekali tidak memeriksa pintu, apakah sudah terkunci atau belum.
Sementara itu kegelisahan Pete dan Jupiter semakin memuncak.
Mereka masih sibuk mencari tempat persembunyian di bagian atas gedung bioskop. Senter hanya dinyalakan kalau benar-benar perlu saja. Umumnya mereka bergerak sambil meraba-raba sepanjang gang-gang gelap yang berbau usang dan pengap.
Sekali-sekali mereka mendengar suara-suara para pengejar di belakang. Suara Rawley yang membentak-bentak kedengarannya makin lama makin mendekat
"Kedua remaja itu sampai di sebuah pintu lalu mendorongnya sehingga terbuka. Jupiter menyorotkan senternya berkeliling. Dua buah proyektor film berbentuk kuno nampak di tengah-tengah sebuah ruangan sempit yang berdebu.
"Ini ruang proyeksi," kata Pete dengan napas putus-putus. Di sini saja kita bersembunyi,
Terlalu gampang ditemukan, Jupiter mulai nampak khawatir. "Kita harus mencari tempat lain. Jika Miss Agawam tidak cepat-cepat bangun dan memanggil polisi mungkin bisa gawat keadaan kita nanti!"
Mungkin" Nanti"" kata Pete. "Sekarang pun sudah gawat! Cuma akan bertambah parah, jika Miss Agawam tidak segera bangun dan melihat kita sudah tidak ada lagi,
"Kita harus terus, kata Jupiter.
Mereka keluar lagi, lalu menyusur gang dan kemudian mendaki sebuah tangga lagi. Tangga itu berujung di sebuah landasan sempit Pada satu sisinya ada pintu yang tertutup. Di pintu itu terpasang tulisan yang berbunyi Menara
. Dilarang masuk! " Kita coba saja membukanya, kata Jupiter. Aku punya akal"
Pintu itu sudah berkarat. Tapi rupanya tidak dikunci, karena setelah didorong kuat-kuat, ternyata terbuka juga. Di belakangnya terdapat tangga yang sempit dan terjal menuju ke atas. Pintu mereka tutup kembali. Mereka agak menyesal karena tidak bisa dikunci. Kemudian mereka mulai mendaki tangga yang sangat terjal itu.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di atas. Mereka berada di puncak menara kecil yang berbentuk persegi empat. Keempat sisinya terbuka. Menara itu ternyata menjulang tinggi di atas jalanan. Di bawah semuanya gelap dan lengang. Yang nampak hanya cahaya remang lampu jalanan saja.
Nah. kita ternyata berhasil mencapai menara," kata Pete. "Kita tidak bisa ke mana-mana dari sini. Menurut pendapatku, sekarang kita benar-benar terjebak!
Tapi setidak-tidaknya. kita tidak terkurung, kata Jupiter. Di bawah itu jalan di mana kita akan aman. Sekarang kita tinggal turun ke sana. Jaraknya cuma sekitar dua puluh lima meter."
"Cuma dua puluh lima meter - tapi lurus ke bawah!" Pete tertawa hambar.
"Kita kan punya tali, Jupiter mengeluarkan gulungan tali dan kantongnya. Tali ini panjangnya tiga puluh meter lebih. Dan kuat sekali! Beban dua kali lipat berat tubuhmu pun masih belum apa-apa."
"Kenapa dua kali lipat tubuhku"" bantah Pete. Kenapa bukan tubuhmu""
"Karena aku bukan ahli dalam soal panjat-memanjat. Kalau kau, ya! kata Jupiter. "Kita ikatkan tali ini pada tiang sudut ini,lalu kau merosot turun ke jalan dan langsung lari ke tempat polisi. Kita tidak bisa menunggu sampai Miss Agawam bangun dulu. Para pengejar kita sudah semakin dekat"
Pete merentangkan tali itu dengan kedua tangannya.
Terlalu tipis, dan terlalu licin, katanya. "Aku takkan mungkin bisa berpegangan pada tali ini. Telapak tanganku pasti luka teriris nanti.
Kau kan memakai sarung tangan yang telapaknya dari kulit, kata Jupiter. Dengannya, kau pasti bisa. Kaubelitkan tali sekeliling kedua tanganmu, lalu kauulur pelan-pelan sambil meluncur turun."
Pete mencoba saran Jupiter. Ternyata dengan sarung tangan itu ia memang bisa memegang dengan teguh. Akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah, aku akan melakukannya," katanya. Tapi ada satu hal Ingin kuketahui.
Apa"" tanya Jupiter, yang sibuk mengikatkan satu ujung tali ke tiang pojok menara.
Kita menjumpai kurcaci sungguhan, kan"
"Manusia kerdil yang sungguhan, ya! kata Jupiter. Tapi aku keliru ketika mengatakan bahwa tujuan utama mereka menakut-nakuti Miss Agawam, agar ia mau menjual rumahnya. Ternyata mereka itu memang benar-benar menggali untuk mengambil harta. Aku benar-benar goblok tidak menyadarinya dari semula.
"Menyadarinya"n kata Pete. Mana mungkin" Maksudku, kenapa justru di bawah rumah Miss Agawam dilakukan penggalian untuk mencari harta.
""Bukan begitu maksudku. "Mereka menggali itu sebenarnya bukan di bawah rumah Miss Agawam, cara Jupiter berbicara seolah-olah ia berpendapat bahwa seharusnya Pete sendiri sudah bisa memikirkannya. "Di mana terdapat harta yang paling dekat dari sini"
Yah - kurasa di salah satu tempat, di gunungan tentunya,
"Kau tidak memakai otakmu. Harta terdekat ada di dalam bank, di sisi lain pekarangan rumah Miss Agawam.
Dalam bank" Pete menatap Jupiter dengan heran. "Apa maksudmu"
Sebaiknya kau cepat-cepat saja turun. Nanti kita terlanjur ketahuan," kata Jupiter dengan nada tidak sabar. "Meluncurlah secepat mungkin. Tapi Jangan terlalu nekat.
"Jangan khawatir, kata Pete, lalu mulai menuruni sisi menara langsing itu. Ia memakai teknik pendaki gunung. Sementara kedua tangannya memegang tali erat-erat. kedua kakinya ditumpukan ke sisi menara dengan rubuh dicondongkan. Kemudian la berjalan turun selangkah demi selangkah. sementara tali di tangannya diulurkan pelan-pelan.
Ditahannya agar tidak memandang ke bawah ke arah trotoar yang gelap di bawahnya. Seluruh perhatiannya dipusatkan pada gerak kakinya yang menapak dengan lambat pada permukaan dinding yang kasar. "Ia semakin menurun, setapak demi setapak.
Ketika sudah setengah jalan ke bawah, didengarnya
suara-suara berteriak di atas. Didengarnya teriakan Jupiter serta dengusan seseorang. Sesudah itu, sepi. Jantung Pete berdetak keras. Jangan-jangan Jupiter sudah ketahuan oleh para pengejarnya! Kalau begitu ia harus buru-buru turun. Ia -
Tiba-tiba tali yang dipegangnya tergetar keras sehingga nyaris saja terlepas dari tangannya. Saat itu terdengar suara Rawley yang berat berseru dari atas.
He _ kau yang di bawah itu! He!"
Pete kaget Tali bergoyang-goyang lagi. Pete berpegang kuat-kuat agar tidak jatuh.
"Y-ya" kata Pete gugup. "Aku ada di sini."
Ayo, kembali ke atas. "Aku mau turun, kata Pete nekat
Kalau nekat ingin turun, nanti kutolong, gertak Rawley. "Kuputuskan tali ini, jika kau tidak mau kembali."
Pete memandang ke bawah. Jarak dari tempatnya saat itu masih sekitar sepuluh meter lagi. Jika di bawah itu rumput tebal. mungkin ia akan memberanikan diri untuk meloncat. Tapi trotoar dari semen! Pete sadar kalau cuma patah kaki saja ia sudah boleh mengucap syukur.
"Baiklah!" kata laki-laki yang di atas menara itu lagi. "Aku akan menghitung sampai tiga. Sesudah itu, tali ini akan kuputuskan."
" Tunggu, tunggul, kata Pete berteriak. Aku naik. Beri aku kesempatan untuk melibatkan tali ini dulu ke tanganku. licin sekali sih, sehingga aku merosot terus.
Baiklah! Tapi jangan coba-coba menipu.
Sebetulnya Pete baru saja mendapat akal. Mungkin saja tidak ada gunanya tapi hanya itu saja yang terpikir olehnya saat itu. Sambil bergelantung dengan tangan kirinya. ia melepaskan sarung tangan dari tangan kanannya dengan gigi. Setelah itu ia merogoh kantong, mengambil kapurnya yang berwarna biru.
Dengan cepat dibuatnya tanda tanya yang besarnya sekitar satu meter pada permukaan dinding teater yang berwarna putih kusam. Begitu selesai dengannya, kapur dijatuhkan dan dipakainya kembali sarung tangannya.
"Ayo! Suara di atas kepalanya terdengar sudah tidak sabar lagi. "Kau naik sekarang - atau kau terbanting ke bawah!
"Aku naik! Aku naik!"
Dengan cepat Pete bergerak, memanjat ke atas lagi. Ketika sudah sampai setinggi lubang dalam menara, beberapa tangan kekar terjulur ke luar dan menariknya masuk.
Ternyata di situ ada tiga orang laki-laki bersama Jupiter. Dua di antaranya memegang temannya itu erat-erat Jupiter kelihatan takut bercampur marah dan jengkel. Pete bisa membayangkan perasaan temannya itu karena ia juga merasa begitu.
"Tapi ada apa sebetulnya" Mula-mula para kurcaci, lalu ketiga orang ini -
Pete hendak mengajukan pertanyaan, tapi tidak sempat karena didorong maju oleh Rawley.
"Ayo jalan, kata laki-laki itu. Chuck, Driller - giring anak-anak ini masuk ke kolong. Kita harus bekerja kembali. Mereka boleh menonton kita."
Ketiga laki-laki itu mendorong-dorong Pete dan Jupiter menuruni tangga sempit lalu menyusul sejumlah jenjang lagi. Akhirnya mereka tiba di sebuah ruang kolong yang luas dan berdinding beton. Di kolong itu terdapat sepasang ketel besar yang sudah karatan. Menurut perkiraan Pete, ketel-ketel itu dulu dipergunakan untuk sistem pemanasan ruang teater.
Pada satu dinding kolong itu ada beberapa pintu yang tertutup. Masing-masing pintu itu ada tulisannya yang sudah memudar. Bunyinya, "Gudang Arang I", Gudang Arang II dan "Gudang Arang IIII
Rawley membuka pintu Gudang Arang I, lalu mendorong kedua remaja itu ke dalam, Pete terdengus karena kaget. Keempat manusia kate yang mengejar-ngejar mereka tadi duduk di pojok seberang ruangan itu. Mereka sedang asyik main kartu. Ketika Pete dan Jupiter didorong masuk, keempat-empatnya hanya melihat sebentar lalu meneruskan kesibukan mereka lagi.
Mereka tidak begitu menaruh perhatian lagi pada kedua remaja itu. Beberapa buah gerobak sorong beroda satu, begitu pula beberapa pangkur, sekop serta lentera listrik yang besar-besar berserakan di lantai. Tapi yang paling menyebabkan Pete kaget adalah sebuah lubang di dinding beton, yang mestinya merupakan pondasi teater itu. Di balik lubang itu menganga sebuah lorong panjang yang gelap.
Pete mereka-reka dengan cepat. Lorong bawah tanah itu kelihatannya mengarah ke rumah Miss Agawam. Tidak - lebih tep
at kalau dikatakan melintas di bawah rumah Miss Agawam, menuju salah satu tempat yang lebih jauh lagi. Saat itu akhirnya Pete menyadari maksud Jupiter, ketika temannya itu mengatakan bahwa harta terdekat ada di dalam bank. Ketiga laki-laki itu rupanya perampok bank yang bekerja dengan dibantu makhluk-makhluk kecil yang aneh itu. Tanpa sengaja, ia dan Jupiter masuk ke tengah-tengah persiapan perampokan bank yang sangat berani!
"Bab 13 Rencana Jahat
"Pete dan Jupiter duduk di atas setumpuk karung goni. sambil bersandar ke dinding beton. Tangan dan kaki mereka terikat. Tapi mereka masih bisa bercakap-cakap. Hanya saat itu Jupiter tidak begitu kepingin bicara.
Pete melihat bahwa temannya itu sedang jengkel pada dirinya sendiri, karena tidak dari semula sudah menduga apa yang sedang terjadi. Tapi siapalah yang bisa menyangka akan berjumpa dengan penjahat-penjahat yang hendak membongkar sebuah bank, apabila saat itu yang dicari cuma beberapa kurcaci yang dilaporkan oleh seorang wanita tua, yang mungkin hanya melihat mereka dalam angan-angannya saja"
Sambil duduk di situ Pete sibuk berpikir, mengusut duduk perkaranya.
Para penjahat itu kelihatannya dipimpin oleh Rawley. Ialah yang mengepalai laki-laki yang dua lagi. Yang pendek gempal bernama Chuck. sedang yang kurus tapi liat julukannya Driller. Driller berkumis tipis dan gigi depannya satu dari emas. Ia memandang Pete dan Jupiter dengan sikap menakutkan.
"Jupe, bisik Pete. Rawley itu sebetulnya perampok bank. kan" Ia melamar pekerjaan sebagai penjaga malam di sini supaya mendapat kesempatan untuk merampok Bank Dagang."
Tepat, jawab Jupiter dengan suara lirih. "Aku seharusnya sudah dari semula menduga kemungkinan yang begini. Aku sudah mengetahui dua kenyataan penting. Sebuah bank di pojok jalan - dan ada orang menggali di dekatnya. Mestinya dengan kedua fakta itu. aku sudah bisa menarik kesimpulan tepat. Tapi tidak! Pikiran ku malah melantur ke kurcaci segala.
"Bahkan Sherlock Holmes pun mungkin tidak terpikir ke situ, kata Pete untuk menghibur hati temannya. "Kurcaci-kurcaci itu benar-benar menyebabkan kemungkinan adanya perampokan bank sampai tak terpikir oleh kita. Tapi ada satu hal yang tidak ku mengerti, Jupe! Apa sebabnya para kurcaci hanya duduk-duduk saja dan tidak ikut membantu""
"Karena mereka bukan benar-benar termasuk kawanan penjahat, gumam Jupiter. Nada suaranya masih tetap terdengar lesu. "Rupanya mereka disewa untuk menakut-nakuti Miss Agawam supaya tidak ada yang sampai berbicara secara serius mengenai bunyi galian."
"Ah - kurasa aku sudah mengerti sekarang, kata Pete setelah berpikir-pikir sebentar. Tapi bagaimana caranya Rawley mendapatkan kurcaci-kurcaci itu" Apakah mereka datang dari Hutan Hitam di Jerman Selatan""
"Pete, kata Jupiter sambil mengeluh. "aku kecewa melihatmu. Kurcaci-kurcaci ini seumur hidup mereka belum pernah melihat Hutan Hitam. Mereka langsung muncul dari buku cerita kanak-kanak yang dulu banyak dikarang oleh Miss Agawam. Aku sudah langsung menarik kesimpulan itu, begitu aku melihat mereka tadi di pekarangan.
Jupiter kelihatannya mengharapkan bahwa Pete bisa memahaminya. Karena itu Pete lantas sibuk berpikir mengenainya. Kurcaci-kurcaci itu berasal dari buku-buku Miss Agawam" Mungkin kalimat itu gampang dimengerti bagi Jupiter. Tapi bagi Pete, kedengarannya seperti teka-teki yang tak terpecahkan.
Sementara itu persiapan untuk merampok bank diteruskan. Ketiga penjahat sibuk menggali di ujung lorong dan mengangkut tanah galian keluar dengan gerobak-gerobak sorong. Tanah itu ditumpahkan di luar lorong - mungkin di salah satu gudang arang yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah itu mereka kembali lagi ke tempat penggalian.
"Tinggal tiga meter lagi, Driller!" Pete mendengar Chuck berkata begitu ketika kedua laki-laki itu lewat di depannya.
Setelah itu aku bisa mulai beraksi dengan peralatanku, sambut Driller. Orang itu menggosok-gosokkan kedua belah tangannya dengan sikap senang. Dinding brankas yang dan beton itu akan kubor, seperti dokter gigi mengebor gigi yang sakit."
Ketiga penjahat itu bekerja terus. memper
panjang lorong sampai tinggal sedikit lagi jaraknya dari dinding brankas. Sementara itu orang-orang kerdil yang berempat itu sekarang bersantai-santai, karena tugas mereka sudah selesai.
Kemudian timbul lagi pertanyaan lain dalam ingatan Pete. Ia berpaling pada Jupiter.
Jupe -" katanya. Tapi pertanyaan itu tidak jadi diajukan. karena dilihatnya Jupiter sudah terbujur di atas karung-karung goni. Temannya itu sudah terlelap!
Nyaris saja Pete membangunkannya. Mana mungkin Penyelidik Satu Trio Detektif pada saat seperti itu malah tidur! Otaknya sangat diperlukan untuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
Kemudian Pete sadar bahwa malam masih panjang. Sedang mereka berdua perlu menyimpan tenaga guna menghadapi saat kritis apabila bank sudah dirampok dan para penjahat hendak minggat. Jadi Jupiter ternyata telah mengambil keputusan yang paling baik. Ia tidur!
Baru memikirkan hal itu saja telah membuat Pete merasa mengantuk. Bagaimanapun, hari sudah larut malam. Dan karena tidak ada hal lain yang masih bisa dilakukannya.
Pete tertidur. Ia tidak tahu berapa lama la tidur. Tapi ketika "bangun kembali, ia merasa sudah cukup beristirahat. Badannya terasa pegal, sedang pergelangan tangan dan kakinya sakit pada bagian yang terikat. Tapi pikirannya sudah siap untuk bekerja lagi. Saat itu ia mendengar suara-suara di dekatnya.
Pete beringsut-ingsut memutar tubuh. Dilihatnya Jupiter sudah duduk sambil memegang sebuah mangkuk berisi sup dengan kedua tangannya yang terikat. Di sampingnya duduk laki-laki yang bernama Rawley. Orang itu duduk di atas peti. Ia kelihatannya sedang merasa senang. Penggalian rupanya sudah dihentikan Para kurcaci duduk berkumpul di suatu pojok sambil makan sandwich. Baik Chuck maupun Driller tidak nampak di situ Kemudian Pete melihat kabel listrik terjulur masuk ke dalam lorong. Samar-samar didengarnya bunyi menggeretak Mestinya itu Driller yang sedang mengebor dinding brankas di bank yang terbuat dari beton.
Jupiter melihat Pete sudah bangun lalu menyapa.
Selamat pagi. Pete. Mudah-mudahan tidurmu enak tadi.
Tentu, sedap sekali, kata Pete menggerutu. Ia berusaha menggeliat. untuk melenturkan punggung yang terasa kaku. Kasurnya di sini hebat. Tidak ada yang bisa mengalahkan."
Rawley mendongakkan kepalanya sambil tertawa keras.
"Kalian ini benar-benar kocak'" katanya. Aku mulanya sangat kesal pada kalian karena mencampuri urusan ku. Tapi yang sudah itu sudahlah, karena kalian sudah kuamankan di sini di mana kalian tidak bisa merepotkan lagi."
"Kau memang berhasil menipu kami, kata Jupiter pada orang itu. "Ketika aku melihat kurcaci-kurcacimu bermain-main di pekarangan, aku menyangka Roger Agawam yang menyewa mereka untuk menakut-nakuti bibinya. Kemudian, ketika aku menyadari bahwa mereka dengan sengaja memancing kami supaya masuk ke gedung tua ini, akhirnya aku tahu apa sebetulnya yang sedang terjadi di sini:.
Memang," kata Rawley. "Jika kalian tidak lebih mujur sedikit saja kalian tentu sudah berhasil menggerakkan polisi untuk menyergap kami sekarang."
Ia berpaling pada Pete. Temanmu ini cerdas sekali, katanya. walau tampangnya hampir selalu nampak goblok. Tapi itu malah bagus, karena banyak gunanya dalam bisnis ini. Orang takkan merasa curiga padanya. Kalau ia mau ikut dengan aku, nanti dia akan kulatih. Dalam waktu sepuluh tahun lagi, ia akan menjadi penjahat yang paling pintar di daerah sini."
Terima kasih tapi lebih baik tidak, kata Jupiter dengan sopan. Hidup bergelimang kejahatan berarti menantang mara bahaya dan akan berakhir dalam bencana."
Wow!" kata Rawley. "Bukan main, gayanya! Kau sebetulnya saat ini juga bisa bekerja dengan otak yang paling pintar di negeri ini. Yang penting adalah untuk menyiapkan segala rancangan dengan cermat seperti yang kulakukan pada aksi ini. Nanti seumur hidupku aku akan hidup seperti orang kaya raya. dan kau yah, karena kau tidak mau menggabungkan diri dengan aku, lebih baik tidak kukatakan saja di mana kau akan berada.
Bulu tengkuk Pete merinding mendengar kata-kata Rawley yang terakhir itu.
"Pete sebenarnya ingin se
kali menanyakan berbagai hal, kata Jupiter dengan cepat. Kenapa tidak kauceritakan saja padanya bagaimana kau sampai merencanakan perampokan ini""
"Boleh saja, kenapa tidak, kata Rawley. Nih makan sup dulu.
Rawley mengambil mangkuk aluminium yang tadi dipakai Jupiter. Diisinya dengan sup panas dan botol termos. lalu disodorkannya pada Pete.
Ceritanya begini, kata Rawtey. Aku lahir dan dibesarkan di blok yang bersebelahan dengan bioskop ini. Empat puluh tahun yang lalu, aku ini salah satu kurcaci Miss Agawam.
Orang itu tertawa geli. Bayangkan - aku sebagai kurcaci!" katanya. Tapi begitulah kami dinamakan olehnya. Sekali seminggu ia mengadakan pesta untuk semua anak-anak yang tinggal di daerah sini. Kami disuguhi es krim dan kue-kue, serta dibacakan cerita-cerita dari salah satu bukunya.
Rawley melanjutkan ceritanya. Ketika ia masih anak-anak. ayahnya yang dulu bekerja sebagai buruh konstruksi ikut membangun gedung bioskop itu, serta gedung Bank Dagang.
Pada suatu hari secara sambil lalu ayahnya bercerita tentang ruangan besar di bawah lantai dasar bank di mana disimpan uang dan barang-barang berharga. Ruangan itu berpintu tebal yang terbuat dari besi. Tapi dindingnya sama sekali bukan dari besi - melainkan hanya dari beton. Sama sekali tidak diperkokoh karena ruangan itu letaknya terlalu jauh di bawah tanah, hingga dianggap tidak mungkin ada perampok bisa sampai ke situ.
Tapi aku, kata Rawley, "selama bertahun-tahun ini aku selalu memikirkan kata-kata ayahku itu. Aku mengambil kesimpulan bahwa jika ada yang mulai menggali dari kamar bawah tanah di rumah Miss Agawam, dari situ akan bisa dicapai bagian luar ruangan bank yang di bawah tanah. Lalu dinding betonnya ditembus dengan alat pembor.
Tapi Miss Agawam ternyata tidak mau pindah. Lalu aku mendapat akal baru ketika gedung bioskop ditutup. Menurutku penggalian bisa dimulai dari gedung ini. melintas di bawah rumah Miss Agawam dan akhirnya mencapai kamar harta bank. itu bisa dilakukan dengan sedikit lebih repot daripada rencana semula.
Tapi kemudian aku berurusan dengan polisi dan dipenjarakan. Begitu aku sudah lepas lagi aku langsung melaksanakan rencanaku. Aku mengumpulkan tenaga-tenaga yang kuperlukan. "Setelah itu aku harus berusaha agar bisa masuk ke gedung ini. Dua penjaga malam sebelum aku kutakut-takuti dengan bunyi-bunyi aneh, sampai mereka minta berhenti. Akhirnya Mr. Jordan mengambil aku sebagai penjaga malam. Aku sudah siap untuk beraksi.
Rawley bercerita bagaimana ia bersama Driller dan Chuck mengebor dinding pondasi gedung yang terbuat dari beton lalu mulai mengeduk terowongan menembus tanah, langsung di bawah rumah Miss Agawam. Tanah galian ditimbun dalam gudang-gudang arang yang kosong. Dengan begitu apabila pemilik gedung yang baru, Mr. Jordan memeriksa, ia takkan menemukan sesuatu yang mencurigakan.
"Jadi dia tidak ikut dalam rencana ini"" tanya Jupiter. "Kusangka ia terlibat.
Tidak. Aku menipu dia, seperti yang kulakukan dengan semua orang. Misalnya saja Miss Agdwam. Aku tahu, jika ia mendengar suara galian. ia pasti akan melaporkannya pada polisi. Tapi Miss Agawam ada keanehannya. Ia percaya bahwa kurcaci benar-benar ada. Karenanya aku mengumpulkan beberapa kurcaci yang kemudian kusuruh menyelinap malam-malam masuk ke rumah wanita tua itu lalu mengacak-acak buku dan barang-barang lainnya di sana. Mereka kusuruh berpakaian supaya persis dengan gambar-gambar yang ada dalam salah satu bukunya.
Aku sebetulnya mengharapkan ia akan ketakutan, lalu pindah dari sini. Tapi jika ia melapor pada "polisi bahwa ada kurcaci mengganggunya dan mereka itu menggali di bawah rumahnya, pasti ia akan langsung diangkut ke rumah sakit jiwa Apa pun yang terjadi aku sama sekali tidak usah merasa khawatir.
Rawley tertawa terbahak-bahak.
Ternyala ia memang ketakutan, tapi lalu menghubungi kalian, katanya melanjutkan. "Kalian bagiku lebih merepotkan. Untung saja kami berhasil meringkus kalian sebelum terlambat"
Tapi bagaimana jika Roger, itu keponakan Miss Agawam, bagaimana jika ia mempercayai cerita bibinya"n tanya Jupiter. Coba jika ia tin
ggal di rumah itu malam-malam, lalu ikut mendengar bunyi galian! Ada kemungkinannya polisi mau percaya, jika ia yang melapor."
Rawley mengedipkan mata ke arah Jupiter dengan gerakan yang pelan sekali.
Tadi kan sudah kukatakan, semuanya kutipu. Aku mendapat pekerjaan di sini dari Jordan. Aku juga menipu Miss Agawam. Nah, kalau dengan Roger, dia kuatur."
Dia kauatur" kata Pete dengan heran.
Betul! Aku mengatakan padanya bahwa aku ditugaskan oleh Jordan untuk membuat bibinya merasa agak gugup, sehingga mau menjual rumah miliknya. Kukatakan padanya bahwa aku tidak bermaksud mengapa-apakan bibinya - hanya akan membuatnya melihat beberapa kurcaci dan mendengar bunyi galian. Dengan begitu besar kemungkinannya ia akan mau cepat-cepat menjual miliknya pada Jordan.
Roger memang menginginkan agar bibinya menjual miliknya sementara masih ada yang mau. Karenanya ia langsung setuju, asal aku mau berjanji takkan menyakitinya. Jadi tentu saja ketika Miss Agawam bercerita tentang melihat kurcaci dan mendengar suara galian, Roger bersikap pura-pura tidak percaya."
Rawley nampaknya puas dengan dirinya sendiri.
"Wah. Jupe!" kata Pete. Rupanya kau benar juga, setidak-tidaknya tentang Roger. Ia ternyata dari semula memang sudah terlibat.
Kau berhasil mengetahuinya" tanya Rawley pada Jupiter. Wah, kau ternyata bahkan lebih pintar daripada kataku tadi. Ikutlah dengan aku pasti kita akan membuat polisi di sini jungkir balik karena bingung. Kau punya otak untuk itu."
Yah- Jupiter kelihatannya seperti berpikir-pikir. Pete merasa bahwa bayangan menjadi penjahat ulung agak menarik juga bagi Jupiter.
Temannya itu menyambung, "Beri kesempatan padaku untuk memikirkannya dulu,
"Boleh saja! Nah, sekarang aku ingin memeriksa sebentar, apakah Chuck dan Driller telah berhasil menembus dinding beton dan masuk ke kamar harta bank."
Pete mengajukan pertanyaan ketika Rawley berpaling hendak pergi.
"Kurasa rencana itu sudah kumengerti sekarang. Memang pintar sekali, katanya. Tapi "bagaimana kau sampai bisa memperoleh kurcaci-kurcaci itu, dan bagaimana caramu menyuruh mereka membantu"
Rawley nyengir mendengar pertanyaan itu.
"Biar mereka sendiri saja yang bercerita, katanya. Ia berseru pada kelompok manusia kerdil yang sedang duduk di pojok. "He, Kate! katanya. "Kemarilah, ajak mereka berdua ini mengobrol, Setelah itu ia menghilang, masuk ke dalam lorong. Seorang kurcaci dengan mata merah menyala dan berjanggut putih dekil datang menghampiri lalu berjongkok sambil menatap Pete dan Jupiter.
Kalian sangat merepotkan kami," katanya dengan suara tinggi. Nyaris saja lengan ku patah. Tapi aku ini bukan pendendam, karena begitu pekerjaan ini selesai kalian akan mengadakan pelayaran yang jauh sekali tanpa mungkin kembali ke sini.
"Makhluk kecil itu berbicara dalam bahasa Inggris yang lancar, walau dengan logat Eropa. Pete mengamat-amatinya. diterangi cahaya samar. Mata merah, telinga runcing ke atas, tangan yang besar dan berbulu - tidak bisa dibayangkannya ada makhluk seperti itu tapi tidak menarik perhatian orang banyak. Kecuali jika tinggalnya di bawah tanah!
"He, kata Pete. Kau Ini apakah betul-betul seorang kurcaci" Kau ini sebetulnya apa"
Orang bertubuh kerdil itu terkekeh.
" Hah! Kalian benar-benar bingung karena kami rupanya," katanya. "Perhatikan!"
Dengan gerakan lambat ditariknya salah satu telinganya yang panjang dan berbulu. Sesaat Pete kaget setengah mati, melihat telinga itu terlepas dari kepala. Tapi dengan segera disadarinya bahwa itu telinga palsu. yang menyelubungi telinga sebenarnya yang kelihatan biasa-biasa saja. Kemudian kurcaci itu menarik sebuah tangan besar dan berbulu, menampakkan tangan yang kecil sekali ukurannya. Bahkan lebih kecil lagi dari tangan anak-anak. Ia juga mencabut sepasang taring palsu dari mulutnya. Akhirnya ia merogoh rongga matanya, memutar sesuatu lalu menatap Pete sambil menyeringai.
"Lihat sekarang - satu mata merah dan tanpa taring!" katanya. Memang, kini tinggal satu saja matanya yang nampak merah. Mata yang satunya lagi nampak biasa, berwarna biru.
"Aku memakai lensa khusu
s yang berwarna merah," katanya. Ia menyentuh hidungnya. "Dari plastik." katanya. "Janggutku juga palsu. Semuanya dibuat persis seperti gambar-gambar dalam buku-buku nyonya tua itu. Aku ini sebetulnya orang cebol! Kalau kau sekali lagi mengatakan aku kurcaci. nanti kau akan kusihir menjadi lobak."
"Ketika aku melihat orang-orang cebol itu bertemperasan lari masuk lewat pintu terbuka tadi, kata Jupiter, secara tiba-tiba saja semuanya kumengerti. Bank - penggalian- para kurcaci - akhirnya semua kulihat hubungannya.
" Tapi terlambat," kata orang cebol itu dengan sikap puas pada dirinya sendiri. "Soalnya, kami hanya bertugas untuk menguasai keadaan di sini sampai hari ini saja. Hari ini kami akan menyambar harta itu lalu minggat. Sekarang hari Minggu, jadi takkan ada orang yang tahu apa yang terjadi sampai besok,
Miss Agawam pasti kehilangan kita," kata Jupiter. Ia bersikap seolah-olah yakin. Pasti ia akan memanggil polisi,
Tidak mungkin. Ia sudah lari, naik mobil keponakannya. Mungkin mengira kalian minggat atau begitu. Kami sudah mengatur segala-galanya dengan baik sekali. Kami punya waktu dua puluh empat jam sampai bank bisa tahu bahwa mereka dirampok. ..
Pete merasa kecut mendengarnya. Jupiter hendak mengatakan sesuatu. Tapi saat itu Rawley muncul lagi dari lorong.
"Driller sudah berhasil menembus sampai ke kamar harta, kalanya. "Kami perlu bantuan untuk mengangkut uang ke luar. Beberapa dari kalian ikut untuk membantu, sambungnya. diarahkan pada orang-orang cebol.
"Bolehkah aku juga ikut" tanya Jupiter. Aku ingin melihat cara kerjamu.
"Boleh saja," kata Rawtey. "Aku masih berharap kau mau menggabungkan diri apabila kau sudah melihat betapa lancarnya kami bekerja."
Dipotongnya tali pengikat kaki Jupiter, sedang tangan anak itu dibiarkannya tetap terikat. Jupiter bangkit lalu mengikuti Rawley yang sudah mendului masuk ke lorong bersama tiga orang cebol. Pete ditinggal sendiri dengan kurcaci palsu yang berbicara dengannya tadi.
Kalian benar-benar kami permainkan!" kata orang cebol itu sambil terkekeh. "Kami membuat menara dengan jalan berdiri di bahu teman supaya kalian bisa melihat kami di jendela, lalu mengetuk-ngetuknya. Berjingkrak-jingkrak di pekarangan sampai kalian datang mengejar - lalu memancing sehingga kalian memburu masuk lewat pintu, setelah mana kalian terjebak. Tapi harus kuakui bahwa kau hebat. Hampir saja kau berhasil minggat."
"Kau tidak perlu memuji-muji," jawab Pete dengan ketus. Tapi apa sebabnya kalian perlu meringkus kami""
"Karena ini malam yang menentukan seperti kataku tadi. Jika kalian mendengar suara galian, ada kemungkinannya kalian lantas cepat-cepat memanggil polisi. Kami perlu menyingkirkan kalian sampai uang itu sudah diambil dan kami sudah pergi dari sini."
Pete agak bingung. Tapi bagaimana kalian bisa berharap akan bisa menghindar dari kejaran polisi"" katanya. Orang cebol kan gampang ditemukan. Begitu kami melapor, polisi pasti akan langsung mendatangi kalian.
"itu kalau kalian bisa melapor!" tukas manusia cebol itu. "Kalian takkan ada di sini lagi, sehingga "tidak mungkin bisa mengoceh. Tapi katakanlah kalian berhasil menyampaikan laporan, lalu polisi mencari kami. Jangan lupa - ini Hollywood, pusat pembuatan film!"
"lalu kenapa" tanya Pete.
Orang cebol yang ada di Hollywood, kurasa sama banyaknya dengan yang ada di tempat-tempat lain di seluruh dunia. Kami yang di sini semua berharap bisa mendapat lapangan kerja dalam film, atau TV, atau di Disneyland. Sekitar tiga puluh dari kami tinggal bersama-sama di suatu perumahan khusus. Di antara kami ada yang punya pekerjaan sambilan - seperti masuk ke rumah orang lewat lubang loteng, jendela, lubang lift dan sebangsanya. Atau kami membantu dalam pekerjaan seperti begini. Tubuh kami yang kecil membuat kami dengan mudah melakukan hal-hal yang sulit bagi manusia yang berukuran biasa.
"Tapi kami orang-orang cebol rukun sekali, seperti keluarga besar. Takkan ada di antara kami yang mau mengkhianati teman. Jika ada yang bertanya tentang salah seorang di antara kami, yang lain-lainnya selalu bersikap seperti tid
ak tahu apa-apa. Di samping itu, sambung manusia cebol itu, sambil memasang telinga palsunya lagi, "kalian walau mendapat kesempatan pun, takkan mungkin bisa mengenali kami dengan pasti. Sedang kemungkinan untuk itu pun kecil sekali.
Setelah mengucapkan kalimat terakhir yang
mengandung ancaman itu ia berdiri, lalu menghilang masuk lorong.
Sementara itu Jupiter berdiri di sebuah rongga yang agak luas, di luar tembok yang terbuat dari beton. Pada tembok itu menganga sebuah lubang bekas pemboran. Lubang itu cukup lebar untuk dilewati seorang anak kecil. Chuck dan Driller mengusap kening mereka yang berkeringat. Keduanya kelihatan capek, sehabis bekerja keras.
Lubang ini bisa saja kami lebarkan lagi, kata Chuck pada Rawley. Tapi itu makan waktu! Orang-orang cebol ini bisa masuk lalu menyodorkan uang dan barang-barang berharga lainnya pada kita.
Betul." Satu demi satu orang-orang cebol itu dijunjung Rawley memasuki lubang yang sudah dibor dengan rapi. Di dalam mereka menyalakan senter, menerangi suatu ruangan luas berbentuk persegi empat. Uang kertas dan kertas-kertas berharga diatur rapi di atas rak yang berjejer-jejer. Sedang berkarung-karung uang perak terletak di lantai.
Seperempat juta!" kata Rawley dengan puas. "Senin besok akhir bulan - saat para karyawan menerima gaji. Pabrik pesawat terbang yang besar di dekat sini selalu menitipkan gaji karyawan mereka di bank ini."
Dengan penuh minat Jupiter memperhatikan betapa orang-orang cebol menyodorkan uang kertas dan kertas-kertas berharga setumpuk demi setumpuk ke luar, lewat lubang di dinding beton. Di "luar Rawley beserta kedua kawannya sibuk memasukkan semuanya ke dalam karung-karung goni. Akhirnya segala-galanya yang berharga sudah diambil, kecuali karung-karung yang berisi uang perak.
"Yang itu biarkan saja, usul Chuck. Terlalu berat. Ini saja kan sudah cukup.
"Betul," kata Rawley. "Ah, tidak! Tolong keluarkan uang perak itu dua karung."
Sambil mendengus-dengus kepayahan, orang-orang cebol itu berhasil juga menyorong dua karung yang berat-berat lewat lubang. Setelah itu mereka memanjat ke luar. Kemudian semuanya diangkut dengan gerobak-gerobak sorong, kembali ke gudang arang.
Setelah semua terangkut, Rawley membuka satu bungkus uang kertas lalu membagi-bagikannya pada kawannya yang cebol. Masing-masing menerima satu tumpuk.
Ini! Masing-masing sepuluh ribu dollar, katanya. "Hati-hati membelanjakannya nanti. Sekarang lepaskan pakaian kurcaci kalian. Sebentar lagi kita akan pergi dari sini.
Memang sudah waktunya, gumam Driller. Sekarang pun kita sudah mengalami kelambatan.
Tapi Rawley tidak mengacuhkannya. Ia berpaling pada Jupiter.
"Nah, bagaimana" tanyanya. "Setelah melihat bagaimana cara kami bekerja, maukah kau menggabungkan diri dengan kami" Kau bisa jadi kaya raya nanti - kecerdasanmu bisa membuatmu menjadi penjahat kelas kakap."
Pete sangat ingin mengetahui jawaban Jupiter. Ia tidak bisa membayangkan bahwa Jupiter akan menerima ajakan itu, tapi
Aku masih ingin berpikir sedikit lebih lama lagi mengenainya," kata Jupiter. "Nanti, setelah aku melihat bagaimana kau mengatur pelarian dari sini. Bagaimanapun, ini baru setengah dari seluruh rencana. Pengaturan cara pergi juga sama pentingnya, dan di situlah para penjahat pada umumnya menemui kegagalan.
Rawley tertawa. Apa kubilang - anak ini berotak, katanya pada kawan-kawannya. Baiklah! Kalian akan kami bawa pergi dari sini. Tapi kalian perlu disamarkan. Chuck - Driller - dandani mereka!"
Saat itu juga kedua orang yang dipanggil menyergap Pete dan Jupiter. Kedua remaja itu diselubungi dengan karung-karung goni sampai ke kaki, setelah mana karung-karung itu diikat ujung-ujungnya dengan cermat.
"Naikkan mereka ke atas truk, lalu kita bawa pergi," kata Rawley. "Ayo kita mulai.
Driller mencoba membantah. Anak-anak itu hanya akan merepotkan saja, katanya. Kenapa tidak ditinggal saja di sini dan... Suaranya dilirihkan sehingga Pete yang meringkuk dalam karung tidak bisa mendengar kata-kata selanjutnya. Kemudian didengarnya Rawley tertawa.
"itu sama sekali tidak perlu," jawab
orang itu. ""Menurutmu, untuk apa aku mengambil kedua karung berisi uang perak itu, hah" Kapan pun kita ingin menyingkirkan mereka. kita tinggal mengikatkan karung-karung itu ke kaki mereka, lalu kita lemparkan ke laut dari kapal. Mereka akan menjadi anak-anak yang paling kaya di dasar samudra!"
"Bab 14 Bob Mencari Kawan-kawannya
"Ketika Bob Andrews bangun Minggu pagi itu, sinar matahari memancar masuk ke dalam kamarnya lewat jendela. Sesaat ia masih tetap berbaring di tempat tidurnya. bermalas-malasan. Ia menikmati saat antara tidur dan bangun, ketika pikiran masih kosong.
Tapi tiba-tiba ia terloncat turun dari pembaringannya karena ada sesuatu yang melintas dalam ingatannya. Pete dan Jupe! Apakah yang terjadi malam itu" Apakah kedua temannya itu berhasil menemukan sesuatu" Apakah mereka meninggalkan pesan untuknya"
Bob bergegas-gegas mengenakan pakaian. Secara otomatis diselipkannya pesawat walkie-talkie ke kantongnya lalu turun ke tingkat bawah. Ibunya sedang sibuk membuat kue dadar di dapur. Bau harum sirup maple menggelitik hidung Bob.
Ada pesan dari Jupiter Bu"" tanyanya pada ibunya.
"Tidak ia sama sekali tidak menelepon tentang Gerbang Hijau Satu, atau Gerbang Ungu Delapan atau kata-kata aneh seperti begitu. Jadi duduk sajalah dulu dan makan kue dadar yang sudah kubuatkan untukmu. Kau tidak perlu bergegas-gegas pergi ke tempat timbunan barang loak itu."


Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"itu tempat berjual beli barang bekas, Bu! Dan kami sama sekali tidak punya Gerbang Ungu Delapan, kata Bob membetulkan, sambil menumpukkan kue dadar beberapa lapis ke piringnya.
Kalau Jupiter belum menelepon itu berarti semua beres. Mungkin malam tadi sama sekali tidak terjadi apa-apa, dan kini kedua temannya masih tidur. Atau bisa Juga mereka meninggalkan pesan di rumah Jupiter.
Bob sarapan dengan tenang. Kemudian ia naik sepeda. menuju "Jones Salvage Yard". Gerbang utama tempat itu terbuka. Dilihatnya Hans sedang mencuci truknya yang kecil di pekarangan.
Sudah ada telepon dari Jupe"" tanya Bob pada orang Jerman itu
"Belum! Kurasa semuanya tenang, jawab Hans. Mestinya ia kan sudah bangun sekarang,
Kening Bob berkerut. "Sebaiknya kutelepon saja, lalu kita ke sana untuk menjemput mereka. Hari ini kami akan berlatih lagi menyelam dengan alat pernapasan.
Bob masuk ke kantor tempat penjualan itu. lalu memutar nomor telepon Miss Agawam. Terdengar deringan berulang-ulang di ujung sambungan, tapi tidak ada yang mengangkat pesawat. Bob mulai heran. Ia mencoba sekali lagi. Tapi tetap tidak ada yang menerima. Kini Bob mulai merasa cemas.
" Tidak ada yang menjawab, katanya pada Hans. "Di mana mereka" Maksudku, Miss Agawam mestinya ada di rumah. Jika ia juga pergi -"
Tiba-tiba air muka Hans berubah, kelihatan sangat serius.
Mereka ke sana untuk menangkap kurcaci. Kurasa mereka ditangkap kurcaci! katanya dengan nada kecut.
Kurasa sebaiknya kita ke sana saja untuk memeriksa apa yang terjadi, kata Bob. Kita harus berangkat selekas mungkin!
"Betul! kata Hans sependapat
Saat itu telepon berdering.
Mungkin itu Jupiter!" seru Bob. Ia lari ke dalam lalu menyambar gagang telepon.
Halo, katanya. "Di sini Jones Salvage Yard,
"Maaf, apakah Jupiter-san ada di rumah"" tanya yang menelpon. Bob langsung mengenali suaranya, itu Taro Togati.
Tidak, ia sedang ada tugas di tempat lain. Di sini Bob Andrews.
Tolong sampaikan pesan pada Jupiter-san Pesannya begini bunyinya. Ayahku bersama para penjaga kemarin sepanjang malam memeriksa museum. untuk mencari Pending Emas. Mereka memeriksa dibalik lukisan-lukisan, serta di segala tempat lainnya.
"Lalu - berhasilkah mereka menemukannya"" tanya Bob bergairah.
Sayangnya tidak. Mereka sama sekali tidak menemukan apa-apa. Sekarang ayahku marah lagi pada dirinya sendiri karena mau mendengar omongan konyol anak-anak. Aku pun ikut diomeli. Tapi aku masih tetap berpendapat ide Jupiter-san itu bagus sekali. Walau begitu tolong katakan juga padanya, pending antik itu tidak berhasil ditemukan.
Akan kusampaikan begitu aku berjumpa nanti, kata Bob. Ia ke luar lagi lalu langsung naik ke atas truk. Kabar baru itu
pasti takkan menyenangkan Jupiter. Yah - ide itu sebetulnya baik, bahwa pending itu masih disembunyikan dalam museum. Jupiter tidak sering keliru. Tapi jelas bahwa kali ini dugaannya meleset.
Truk menderu, lalu meluncur ke arah pusat kota. Lalu lintas di jalan bebas hambatan menuju Los Angeles hari Minggu itu tidak sepadat biasanya.
Mereka meluncur dengan laju, sehingga tubuh truk tua itu berderak-derik. Tiga perempat jam kemudian mereka berhenti di depan rumah Miss Agawam.
Sebelum mesin truk dimatikan, Bob sudah buru-buru meloncat turun dan langsung menekan bel rumah. Lama sekali ia menekan. Tapi tidak terdengar bunyi desuman di pintu sebagai jawaban.
Kini Bob benar-benar panik.
Dipanggilnya Hans. Sementara Hans turun dari truk, Bob melihat bahwa pintu pagar agak menganga sedikit ia mendorongnya sehingga terbuka, lalu bergegas-gegas menuju ke serambi depan rumah bersama Hans.
"Bel di pintu rumah ditekan lama-lama. Tapi tidak terdengar jawaban dari dalam.
"Coba pintunya, kata Hans. "Mungkin mereka sudah berubah menjadi batu."
Hans rupanya tidak bisa melenyapkan kekhawatirannya bahwa Pete dan Jupiter sudah disihir kurcaci menjadi batu. Ketika diperiksa di dalam rumah, ternyata kedua remaja itu tidak ada di situ. Dalam wujud batu juga tidak! Begitu pula Miss Agawam. Wanita tua itu tidak mereka temukan dalam rumah. Yang ada hanya tas-tas kecil serta kotak peralatan Trio Detektif yang berada dalam keadaan terbuka di kamar tingkat atas.
"Rupanya Jupe dan Pete melihat sesuatu, lalu pergi menyelidikinya, kata Bob. Ia memutar otak sekarang, "Mungkin Miss Agawam mengikuti mereka, lalu ikut tertangkap! Kita harus mencari mereka!"
Mereka semua ditangkap kurcaci, kata Hans. Nada suaranya sangat suram. Jelas sekali bahwa pemuda Jerman itu sangat takut pada kurcaci serta tenaga gaib mereka.
Kita harus mencari mereka!" kata Bob dengan cemas. Ia tidak percaya bahwa Pete dan Jupiter telah disihir menjadi batu. Tapi di pihak lain pasti ada sesuatu yang serius terjadi terhadap diri mereka. "Pertama-tama kita periksa pekarangan di luar.
Mulanya mereka tidak menemukan apa-apa di situ. Tapi kemudian Bob melihat pesawat kamera Jupiter tersangkut ke sebuah semak di sudut rumah. Dengan segera benda itu disambarnya.
"Jupe pernah ada di sini! katanya. ia memotret sesuatu. Coba kita lihat saja, apa yang dipotretnya!"
Dengan cepat dilariknya foto yang sudah jadi itu keluar. Keduanya kaget sekali ketika melihat apa yang nampak di situ. Seorang kurcaci bermata liar, dengan telinga berbulu serta taring yang panjang. Sedang memandang dari balik jendela!
Astaga!" kata Hans. "Nah - apa kataku, Bob" Pete dan Jupe pasti sudah jatuh ke tangan para kurcaci.
"Mungkin, kata Bob. Ia benar-benar bingung sekarang, tidak tahu apa yang harus dipikirkan. Walau begitu kita harus mencari terus. Kita panggil polis;, dan -"
Ia tidak jadi melanjutkan kata-katanya. karena membayangkan reaksi polisi jika foto itu ditunjukkan pada mereka. Tidak! lebih baik ia mencari dulu sendiri, bersama Hans.
Mereka tidak ada di rumah, Hans," katanya dengan cepat "Di pekarangan sini juga tidak. Tapi tadi malam mereka keluar untuk menangkap sesuatu, lalu tidak kembali. Mungkin mereka meninggalkan salah satu petunjuk. Atau mungkin ada orang melihat mereka. Sekarang mula-mula kita mencari sekeliling blok ini. Setelah itu blok berikutnya. Kita tanyakan pada siapa saja yang berpapasan dengan kita nanti. apakah mereka melihat atau mendengar sesuatu tadi malam.
Bob mendului pergi ke jalan. Pojok blok di mana gedung bioskop berada. paling dekat dari situ Karenanya Bob menuju ke sana. Jalanan sepi saat itu. Tidak banyak kelihatan orang berkeliaran yang bisa dimintai keterangan. Begitu pula tidak nampak tanda-tanda yang bisa dijadikan petunjuk.
Ketika mereka sampai di depan sisi muka gedung bioskop yang sudah ditutup. Bob menginjak sesuatu yang menimbulkan bunyi berderak.
Bob memandang ke trotoar di bawah kakinya, lalu langsung berseru kaget. Ternyata ia menginjak sepotong kapur berwarna biru!
"Ini kapur Pete! katanya pada Hans. "Jadi tadi malam Pete ada di seki
tar sini, Saat berikutnya Hans yang berseru sambil menunjuk. Dekat dinding terletak sepotong kapur biru lagi.
Mulanya masih utuh, lalu kemudian patah dua, kata Bob. "Coba lihat ini, Hans! Di trotoar ini ada bekas di mana kapur ini jatuh lalu patah!"
"Jatuh" Jatuh dari mana"" kata Hans.
Sementara itu Bob sudah mundur beberapa langkah sambil memandang ke atas. Ia tidak melihat jendela terbuka, atau salah satu tempat di mana anak sebesar Pete bisa bersembunyi.
Kemudian ia melihatnya. Nyaris tidak kelihatan, karena kedekilan dinding yang dulunya putih. Tapi ia masih bisa mengenalinya. Ia melihat sebuah tanda tanya yang besar sekali, di buat dengan kapur berwarna biru. Tanda khusus dari Pete itu berarti bahwa pada suatu saat tadi malam Pete pernah ada di tempat itu. Di bagian tengah dinding muka gedung bioskop yang sudah tidak dipakai lagi!
Bob tidak bisa membayangkan bagaimana hal itu mungkin terjadi. Tapi walau demikian tanda itu banyak sekali artinya itu berarti bahwa ada kemungkinan Pete dan Jupiter saat itu ada di dalam teater!
Hans! Kita harus berusaha masuk ke dalam!" kata Bob dengan perasaan tegang.
"Baik! Akan kucabut papan-papan itu. lalu pintu kudobrak, kata Hans lalu mulai menarik papan-papan yang dipakukan ke ambang pintu besar. Tapi Bob menahannya
"Kalau mereka ada di dalam. mestinya ada salah satu pintu yang terbuka," katanya. "Kurasa aku tahu, pintu yang mana.
Diajaknya Hans mengitari gedung tua itu menuju ke lorong yang melintang di belakangnya yang merupakan batas pekarangan belakang rumah Miss Agawam.
"Ssst!" desisnya. "Sekarang kita harus hati-hati.
Bob mengambil sebuah cermin bundar berukuran kecil dari kantong atas jaketnya. Cermin itu merupakan perlengkapan Trio Detektif yang baru. Jupiter baru membagi-bagikannya pada kedua temannya minggu itu.
Bob merebahkan diri ke trotoar. lalu beringsut-ingsut maju sampai ke sudut gedung di mana lorong belakang berpangkal. Dengan hati-hati sekali ia mengulurkan tangannya yang memegang cermin ke depan. Cermin dimiringkan pegangannya sehingga ia bisa melihat ke dalam lorong.
Bob melihat sesuatu di situ. Sebuah mobil pengangkut barang yang bercat hijau diparkir di depan pintu panggung yang kemarin dimasuki olehnya bersama Pete dan Jupiter!
Bob memperhatikan terus lewat cermin, dengan ketegangan yang semakin meningkat ia heran ketika melihat seorang laki-laki bertubuh besar keluar dari pintu, sambil menggotong sebuah karung besar yang kelihatannya berat. Orang itu Rawley!
"Apa yang kaulihat, Bob" bisik Hans.
Aku melihat penjaga malam tempat ini melakukan sesuatu yang sangat mencurigakan. Kurasa ia mencuri sesuatu, bisik Bob yang masih tetap berbaring di trotoar. "Kecuali itu, aku yakin bahwa Pete dan Jupiter ada di dalam.
"Kalau begitu tunggu apa lagi" Kita langsung saja masuk untuk menjemput mereka, Hans menggerak-gerakkan otot-ototnya yang kekar.
Tidak, kita perlu bantuan polisi. Mungkin mereka banyak jumlahnya di dalam - nah, itu muncul dua orang lagi membawa karung-karung goni. Cari polisi. Hans - lalu cepat-cepat kembali lagi ke sini. Aku tinggal untuk mengamat-amati.
Oke, kata Hans dengan menggerutu. Rupanya ia berpendapat urusan itu bisa diselesaikan dengan lebih baik olehnya sendiri. Ia bergegas pergi. sementara Bob mengamat-amati terus.
Ketiga orang yang sibuk bolak-balik ke truk, sekali-sekali memperhatikan keadaan sepanjang lorong dengan pandangan menyelidik. Tapi mereka tidak melihat cermin kecil yang dipegang dekat sekali ke permukaan trotoar. Ketiga orang itu - yang seorang kurus tapi ulet, temannya pendek gempal dan Rawley yang tinggi besar - terus saja bolak-balik dari dalam teater ke truk sambil membawa karung-karung goni ke kendaraan itu.
Bob mulai gelisah. Kenapa Hans belum kembali juga dengan polisi" Sementara itu orang-orang yang mengangkut karung-karung ke truk kelihatannya sudah selesai dengan pekerjaan itu. Mereka berembuk sebentar. Setelah itu mereka masuk ke dalam gedung dan beberapa saat kemudian muncul lagi di ambang pintu. Dua dan mereka menggotong sebuah karung goni yang ukurannya lebih besar daripada y
ang sudah-sudah. Karung itu bergerak-gerak! Seolah-olah di dalamnya ada sesuatu yang berusaha membebas kan diri.
Kedua orang yang menggotong mendorong karung itu masuk ke dalam truk. Lalu masuk lagi ke dalam gedung, untuk mengambil karung yang nampaknya lebih penuh dan lebih berat dari karung pertama. Karung itu juga bergerak-gerak ketika disorongkan ke dalam truk.
Bob merasa putus asa. Ia yakin kedua karung terakhir itu berisi Pete dan Jupiter. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong mereka. Coba Hans ada di situ, mereka berdua pasti akan maju menerjang ketiga laki-laki itu dan mungkin bisa berhasil membebaskan kedua temannya. Tapi Hans tidak ada di situ, karena tadi disuruhnya pergi memanggil polisi. Bob tahu bahwa jika ia seorang diri mencoba bertindak, ia pasti akan ikut tertangkap.
Salah seorang laki-laki itu menutup pintu belakang truk. lalu ketiga-tiganya naik ke kabin kemudi. Sesaat kemudian truk hijau itu sudah bergerak keluar dari lorong.
Jupiter dan Pete ada di dalam truk itu. Bob kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan mereka.
"Bab 15 Kehilangan Jejak
"Keadaan Pete dan Jupiter sama sekali tidak bisa dibilang enak. Kaki dan tangan terikat. muka gatal kena bagian dalam karung goni yang kasar. Mereka berbaring di atas tumpukan uang dan kertas-kertas berharga yang dirampok dari Bank Dagang.
Pete merasa bahwa Jupe bergerak-gerak dalam karung di sampingnya. Rupanya Jupe sedang berusaha melepaskan tali yang mengikatnya.
Jupe, bisik Pete dari dalam karung. Menurutmu, kita ini diangkut ke mana sekarang"
"Mereka menyebut-nyebut kapal, balas Jupiter sambil berbisik pula. "Mungkin mereka hendak melarikan diri lewdt jalan laut."
"Kaudengar tadi kata Rawley, tentang mengikat karung berisi uang perak ke kaki kita lalu mencemplungkan kita ke dalam laut."
"Ya, aku juga mendengarnya, jawab Jupiter. Tapi ingat - Harry Houdini, tukang sulap termasyhur itu sering mengadakan pertunjukan dalam mana ia diringkus dengan borgol, lalu dimasukkan ke dalam tong yang ditutup rapat dan yang kemudian dilemparkan ke dalam air. Houdini selalu berhasil membebaskan dirinya,
Kata-katamu itu pasti akan melegakan hatiku, jika aku ini Hany Houdini, kata Pete dengan geram. "Tapi aku ini aku - Pete Crenshaw -yang sama sekali tidak punya pengalaman dalam hal-hal yang begitu. Aku tidak kepingin menjadi anak terkaya di dasar samudra!"
Percakapan itu terputus oleh suara seseorang yang tertawa cekikikan. Keempat orang cebol sudah berganti pakaian. Kini mereka mengenakan pakaian anak-anak. Mereka naik truk di bagian belakang, bersama Pete dan Jupiter yang terkurung dalam karung. Salah satu dari keempat orang cebol itu berbicara.
Mungkin saja nasib kalian nanti mujur, katanya dengan suara tinggi seperti suara anak-anak. Mungkin Mr. Rawley akan menjual kalian di salah satu tempat di Asia. untuk dijadikan budak di sana. Di daerah gurun pasir negeri Arab orang masih memelihara budak belian.
Pete membisu, mempertimbangkan kemungkinan itu. Maukah ia dijadikan budak seorang bangsawan Arab" Atau apakah ia lebih suka kalau dijadikan umpan ikan" Kedua kemungkinan itu sama-sama tidak menyenangkan hatinya.
Kini orang-orang cebol itu membisu lagi. Mobil yang penuh dengan uang curian itu meluncur terus di jajan yang tidak rata. Kemudian jalannya diperlambat.
" Ya. Kate - sekarang turun! Teruskan perjalanan kalian naik bis! Rawley berseru dengan suaranya yang berat dari depan, dari kabin pengemudi. Kalian sudah menerima pembayaran tadi. Ingat - hati-hati membelanjakannya. Jangan dihambur-hamburkan dengan segera. Nanti menarik perhatian orang!"
Jangan khawatir, kami akan menyembunyikannya baik-baik! jawab salah seorang dari keempat orang cebol itu.
Dan jangan bicara! Kunci bibir kalian rapat-rapat!" bentak Chuck.
"Kami tidak pernah bilang apa-apa pada polisi! kata orang cebol itu. Kami selalu bersatu padu. Mereka pasti kebingungan nanti, berusaha membuktikan bahwa kami terlibat dalam urusan ini.
Sementara itu truk semakin diperlambat jalannya. Pintu belakang dibuka. dan orang-orang cebol itu meloncat turun satu demi s
atu. Pintu ditutup lagi dengan keras. dan truk dipercepat kembali.
Tidak lama kemudian terasa bahwa kendaraan itu agak mendaki lalu masuk ke jalan lain yang lebih mulus. Di situ jalannya semakin laju. Rupa-rupanya sudah berada di jalan bebas hambatan, dan mungkin menuju ke pantai Samudra Pasifik yang letaknya beberapa mil dari situ. Dan di tempat itu pasti sudah ada kapal yang menunggu para perampok bank itu.
Dijadikan budak atau menjadi umpan ikan, keluh Pete. "Habis riwayat kita sekarang, Jupe. Aduh. kenapa kita sampai melakukan usaha pengusutan ini""
Untuk mencari keasyikan, kata Jupiter. Suaranya tidak begitu jelas terdengar. "Dan untuk mengasah otak,
Asyik" Apanya yang asyik" Dan kalau soal mengasah otak, otakku saat ini rasanya seperti membeku, keluh Pete. "Para perampok bank berhasil melarikan diri. Mulanya aku masih berharap bahwa Bob akan bisa melihat satu-satunya petunjuk yang bisa kutinggalkan - tapi harapan itu tipis sekali. He! Ngomong dong!" katanya. Ia merasa kesal, karena Jupiter diam saja.
Setidak-tidaknya katakan bahwa kita masih punya harapan!
"Tidak mungkin, kata Jupiter berterus terang. "Baru saja aku sampai pada kesimpulan bahwa Rawley memang cerdik sekali.
Saat itu Bob Andrews sedang membuntuti mereka bersama Hans yang mengemudikan truknya dengan jarak satu mobil dari kendaraan para perampok.
Tadi Hans kembali tanpa berhasil menemukan polisi. Ia datang tepat pada saat Bob melihat mobil barang berwarna hijau itu berangkat meninggalkan lorong. Bob hendak mengatakan pada Hans bahwa ia seharusnya mencari telepon lalu menghubungi polisi. Tapi kemudian ia teringat bahwa itu hari Minggu. Semuanya tutup pada hari itu. Di daerah yang begitu sepi, mencari telepon pada hari Minggu pasti sama sulitnya seperti mencari polisi.
Karenanya ia langsung menarik tangan Hans, mengajaknya ke truk mereka yang diparkir dekat situ. Mereka cepat-cepat naik. dan truk itu dengan segera mulai dijalankan.
Mobil pengangkut berwarna hijau itu pintu belakangnya bercat biru. Rupanya pintu lama rusak karena kecelakaan lalu diganti dengan yang itu. Kombinasi kedua warna itu menyebabkan Hans bisa membuntutinya dengan mudah. Lalu lintas pada hari Minggu tidak padat dan wujud truk pengangkut barang bekas yang dikemudikan Hans sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan.
"Jangan sampai mereka lenyap, Hans! desak Bob. Pete dan Jupiter ada dalam mobil itu.
"Aku bisa saja menubruknya," kata Hans, dengan harapan akan disetujui Kudorong keluar dari jalan. Dengan begitu pasti berhenti."
Dan mungkin mencelakakan Jupe dan Pete!" kata Bob. "Kau tahu sendiri, cara begitu tidak bisa kita lakukan. Tidak! Ikuti terus sampai berhenti.
Karenanya mereka terus bergerak dengan lambat. mengikuti mobil yang di depan. Lima menit kemudian kendaraan itu diperlambat jalannya. Bob dan Hans sudah mengira bahwa mobil pengangkut itu akan berhenti Tapi ternyata tidak. Pintu belakang kendaraan itu tiba-tiba terbuka. Empat orang anak kecil meloncat turun lalu berjalan menuju perhentian bis.
""Astaga! gumam Hans dengan geram. Anak-anak yang mau berbuat nakal. Apa yang harus aku lakukan, Bob" Menangkap mereka dan menyuruh mereka bicara""'
Jangan. jangan!" kata Bob. Nanti kita kehilangan jejak.
Sesaat kemudian mobil pengangkut berwarna hijau itu memasuki jalan bebas hambatan lalu mulai melaju ke barat ke arah laut.
Hans kaget. Nyaris saja ia terlambat bereaksi.
Sementara itu mobil yang di depan sudah berjalan dengan begitu laju, sehingga Hans mengalami kesulitan untuk mengikutinya.
Aku ingin melihat, apakah Pete atau Jupe bisa memakai walkie-talkle mereka atau tidak, kata Bob. Ia teringat pada salah satu kejadian sebelum itu saat mana pesawat itu ternyata sangat menolong mereka. Kuhidupkan saja pesawatku, karena siapa tahu " mungkin saat ini mereka sedang berusaha menghubungi diriku."
Dikeluarkannya pesawat walkie-talkie dari kantongnya. Lalu dihidupkan dan didekatkan ke telinga. Sesaat hanya desuman saja yang didengarnya.
Bukan main kagetnya ketika kemudian terdengar suara laki-laki yang jelas sekali Bob mengenalnya. itu suara
Rawley! Rupanya orang itu memakai walkie-talkie yang berkekuatan besar dan bekerja pada gelombang CB, seperti pesawat yang ada pada Bob.
" Halo. Pelabuhan! Terdengar jelas suara Rawley memanggil-manggil. "Halo, Pelabuhan. Di sini Operasi Lorong. Bisa dikopi tidak" Ganti!"
Bob mendengarkan dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian terdengar suara yang samar sekali menjawab.
Halo. Operasi Lorong. Di sini Pelabuhan. stand by. Bagaimana. Operasi Lorong - berhasil tidak" Ganti!"
Roger. Pelabuhan! Kini terdengar lagi suara Rawley. "Semua beres. Cuma kita mendapat dua penumpang tambahan. Nanti kita tentukan akan kita apakan mereka kalau kami sudah naik. Cuma itu saja. Nanti sesampai di dermaga akan menghubungi lagi. Over and out!"
Pembicaraan putus setelah itu.
Dan saat itu juga terdengar bunyi letusan keras. Bob langsung menunduk dengan cepat Para penjahat yang di depan rupanya tahu bahwa mereka dibuntuti, lalu menembak.
Mobil yang dinaiki Bob dan Hans tiba-tiba oleng jalannya. Hans menyetirnya ke jalur pengaman di tepi.
"Kita tadi terlalu laju, Bob, katanya. "Ban kita pecah. Kita terpaksa berhenti,
Sesaat kemudian mobil pengangkut berwarna hijau yang di depan sudah menghilang di kejauhan. Dan dengannya. lenyaplah jejak Pete dan Jupiter!
"Bab 16 Nekat! "Hans buru-buru melepaskan ban yang pecah, lalu memasang ban serap sebagai gantinya. Ia bekerja secepat-cepatnya. Tapi walau begitu masih juga memakan waktu sepuluh menit Dan selama waktu itu mobil para perampok tentu saja sudah jauh sekali.
Jejak Pete dan Jupiter lenyap! Tiba-tiba Bob merasa lesu. Ia mendapat perasaan takkan berjumpa lagi dengan kedua temannya itu.
"Sekarang bagaimana, Bob"" tanya Hans. ketika mereka sudah naik lagi ke atas truk. Memanggil polisi""
Aku tadi lupa mencatat nomor truk itu, kata Bob dengan agak malu. "Habis, kita terlalu sibuk membuntutinya. Kalau sekarang melapor pada polisi, takkan banyak yang bisa kita sampaikan pada mereka.
Yah - mereka tadi menuju ke sana jadi kita juga harus ke sana pula," kata Hans. Truknya dijalankan lagi di atas jalan bebas hambatan, menuju ke barat.
Bob sibuk berpikir. Jalan yang sedang mereka lewati menuju ke arah Samudera Pasifik. Agak jauh dari situ jalan itu bercabang menuju ke kota Long Beach yang cantik di tepi pantai. Sedang cabang lainnya akan membawa mereka ke Pelabuhan San Pedro, pelabuhan yang resmi untuk kota Los Angeles.
Suara yang berbicara lewat walkie-talkie tadi menyebutkan pelabuhan, Long Beach bukan pelabuhan. Kalau San Pedro, Ya. Hanya itu satu-satunya pelabuhan di jalan itu.
"Hans. kita ke San Pedro," kata Bob.
Oke, Bob," kata Hans.
Truk tua itu melaju terus dengan kecepatan tertinggi yang mungkin dicapainya. Sementara itu Bob tidak henti-hentinya memeras otak. Ia berusaha mengusut, apa sebetulnya yang sudah terjadi.
Kemarin malam Pete dan Jupiter pergi mengintai kurcaci. Tahu-tahu mereka sudah meringkuk dalam karung-karung goni yang diangkut dengan truk. Sedang truk itu dikendarai Rawley, penjaga malam Moorish Theatre". Rasanya mustahil bisa membayangkan rangkaian peristiwa apa saja yang menjadi penyebabnya.
Bob hanya tahu bahwa saat itu kedua kawannya sedang berada dalam kesulitan besar. Dan hanya ia sendiri yang mungkin bisa menyelamatkan mereka. Pikiran itu menyebabkan Bob merasa sangat tak berdaya
Tidak lama kemudian mereka sampai di pinggiran San Pedro. Di mana-mana nampak menara-menara besar yang memompa minyak dari perut bumi. Truk meluncur dengan cepat melintasi kota menuju ke pelabuhan. Pemandangan yang nampak tidak bisa dibilang indah.
Kapal-kapal barang bersesak-sesakan di dermaga dan berlabuh di perairan kotor yang berwarna kelabu. Di pelabuhan terdapat pula sejumlah kapal penangkap ikan. Beberapa sekoci bermotor nampak sibuk berlayar hilir-mudik.
Hans menghentikan truknya, lalu memandang berkeliling dengan sikap bingung. Sikap Bob tidak jauh berbeda.
Pete dan Jupiter saat itu sedang diangkut untuk dinaikkan ke salah satu kapal yang ada di situ. Dan kalau sudah ada di alas kapal. mereka akan dibawa berlayar dan takkan bisa kembali lagi. Alangkah baikn
ya jika ada cara untuk mengetahui. kapal mana yang dituju para penjahat!
Kurasa kita harus mengaku gagal, Bob, kata Hans. "Kita tidak mungkin bisa menemukan truk itu lagi. Setiap jalan sudah kuperiksa. Tapi sampai sekarang belum kelihatan."
Tujuannya salah satu dermaga, di sini, kata Bob. "itu kita ketahui dari pembicaraan mereka lewat walkle-talkie tadi. Tapi begitu banyak dermaga di San Pedro. Sebelum kita selesai menelusuri semuanya -" Tiba-tiba Bob terlonjak seperti disengat lebah
Walkie-talkie!" katanya. "Tadi mereka mengatakan akan mengadakan hubungan lagi jika sudah sampai sini!"
Ia begitu gugup hendak cepat-cepat, sehingga malah memerlukan waktu beberapa detik lebih lama untuk menghidupkan pesawat itu. Mula-mula tidak terdengar apa-apa. Dengan napas memburu karena tegang, dirapatkannya pesawat itu ke telinganya. Kemudian didengarnya suara seseorang berbicara.
"Operasi Lorong! Sekoci sudah diturunkan. Lima menit lagi kalian kami jemput di Dermaga 37. Harap siapkan muatan untuk dipunggah dengan segera - termasuk kedua penumpang. Over!"
"Copy! Di sini Operasi Lorong." Kini terdengar suara Rawley. "Kalian sudah kelihatan. Muatan dan penumpang ada dalam truk siap untuk dipunggah dengan segera. Over."
Bagus, kata suara yang satu lagi. Tidak ada kabar lagi sesudah ini. Nanti kalau kami sudah dekat lambaikan sapu tangan putih tiga kali tanda semua beres. Over and Out!"
Setelah itu tidak terdengar apa-apa lagi. Pembicaraan antara Rawley dengan penjemputnya selesai. Bob mematikan pesawat walki-talkie-nya. Tubuhnya gemetar karena tegang.
"Truk itu ada di Dermaga 37, kalanya pada Hans. "Kita hanya punya waktu lima menit saja. Dermaga 37 itu di mana"
Aku tidak tahu." jawab Hans. "Aku asing di San Pedro ini.
"Kita harus mencari orang yang bisa dimintai keterangan, kata Bob dengan napas memburu. Kalau bisa, sebaiknya petugas kepolisian. Kita jalan lagi. Hans - dan buka mata baik-baik!"
Hans menghidupkan mesin truknya. Dengan lambat mereka meluncur di jalan mencari-cari seseorang yang bisa ditanyai di mana Dermaga 37. Tapi saat itu Minggu pagi. Pejalan kaki hanya sedikit sekali yang nampak. Namun kemudian mereka melihat mobil patroli polisi muncul dari jalan lain. Membelok masuk ke jalan yang akan mereka lalui.
Kejar mobil polisi yang di depan itu, Hans! seru Bob. Bunyikan tuter sekeras mungkin!"
Hans menekan pedal gas dalam-dalam. Dengan suara menderu truk melaju ke depan, mendampingi mobil patroli. sementara tuter dibunyikan terus.
"Maaf, saya ingin bertanya sedikit! seru Bob. "Di mana Dermaga 37. Ini penting sekali, urusan hidup atau mati! .
"Dennaga 37" Polisi yang mengemudikan mobil patroli itu menunjuk ke belakang. "Ke belakang sejauh tiga blok dari sini, lalu ambil jalan yang menuju pelabuhan. Ah, tidak bisa - itu jalan satu arah! Kembali empat blok, lalu belok menuju pelabuhan, kembali lagi satu blok lalu -"
Terima kasih!" seru Bob. "Ikuti kami! Dua orang remaja sedang terancam keselamatannya!"
Sementara polisi itu masih hendak mengatakan sesuatu lagi, truk yang dikendarai Hans sudah menderu pergi. Polisi itu terkejap karena kaget "ketika truk itu berputar arah secara tiba-tiba di tengah jalan lalu melesat pergi ke arah yang berlawanan.
He! Mereka melanggar peraturan! kata polisi tadi pada rekannya yang duduk di sebelahnya. Dengan cepat mobil melesat maju, memutar arah lalu meluncur dengan lalu mengejar truk.
Hans membalapkan truknya. Tiga blok sudah dilewati.
Belok sini!" seru Bob. "Ini jalan satu arah. tapi lewat sini paling cepat - sedang waktu kita hampir tidak ada lagi!
Pada sebuah papan kecil tertulis "Dermaga 37", dengan panah menunjuk ke arah yang dimaksudkan. Truk meluncur satu blok lagi. Tapi kemudian dengan suara mengerang untuk melampiaskan kejengkelan, Hans menginjak rem sehingga truk berhenti dengan tiba-tiba.
Dermaga 37 memang terdapat di hadapan mereka. Tapi jalan masuk ke situ terhalang oleh pagar kokoh dari besi dan kawat Sedang pintunya dikunci dengan gembok.
Di belakang pagar nampak mobil pengangkut hijau tadi, yang pintu belakangnya bercat biru.
Seora ng laki-laki bertubuh gempal bersandar pada bemper depan kendaraan itu, sambil melambai-lambaikan selembar sapu tangan putih dengan gerakan santai. Di perairan pelabuhan, tidak sampai seratus meter dari tepi nampak sebuah sekoci motor yang sudah bobrok bergerak menuju dermaga
" Kita tidak bisa masuk Bob!" kata Hans. Pete dan Jupe pasti ada di tangan mereka!"
Saat itu mobil patroli polisi datang dengan cepat lalu dihentikan di sisi truk.
"Kalian kami tahan sekarang!" teriak polisi yang duduk di belakang setir. Kalian tadi memutar haluan di tengah jalan, lalu berjalan terlalu cepat dan setelah itu memasuki jalan satu arah dari arah yang salahi Coba lihat SIM Anda!
"Tidak ada waktu sekarang! teriak Hans. "Kita harus cepat-cepat masuk ke Dermaga 37!"
Hari ini di situ tidak dilakukan pemunggahan, kata polisi tadi. Sedang Anda melanggar peraturan lalu lintas. Sekarang tunjukkan SIM Anda."
Anda tidak mengerti! Orang-orang yang ada di truk depan itu menculik dua orang anak! kata Bob, sambil menjulurkan kepala ke jendela melewati Hans. "Tolong kami menahan mereka!"
"Percuma saja mengarang-ngarang alasan! geram polisi itu. "Aku ingin melihat SIM Anda sekarang juga. Mister!'
Sementara itu sekoci motor bobrok sudah semakin menghampiri dermaga. Tiba-tiba Bob mendapat akal.
Hans!" serunya. Jalankan truk kita - dobrak pintu pagar itu!"
"Setuju!" dengus Hans. Diinjaknya pedal gas dalam-dalam. Truk melompat maju, meninggalkan kedua polisi yang berteriak-teriak di belakang mereka.
"Terdengar bunyi menyakitkan telinga ketika bemper truk yang kokoh itu menghantam bagian tengah pagar dermaga yang terkunci. Truk masih terdorong maju beberapa meter lagi. Tapi kemudian macet karena roda-rodanya terbelit kawat pagar. Jaraknya dari mobil hijau masih sekitar lima belas meter lebih.
"Cepat, Bob! seru Hans. Ia meloncat keluar dari mobil lalu melesat maju diikuti oleh Bob.
Hans berlari langsung menuju Rawley, seperti banteng sedang mengamuk. Rawley kaget melihat orang Jerman itu datang ke arahnya. Ia merogoh sesuatu dalam kantongnya - mungkin hendak mengambil pistol. Tapi sebelum sempat mengeluarkannya ia sudah diringkus oleh Hans. Dengan gampang sekali tubuhnya diangkat ke atas, lalu dicampakkan ke air. Rawley muncul lagi di permukaan air sambil menyemburkan air yang masuk ke mulut Sekoci motor yang datang berhenti. Awaknya membantu Rawley naik..
Sementara itu Chuck dan Driller meloncat turun dari kendaraan mereka. Dengan bersenjatakan kunci sekrup yang besar serta besi pembuka ban mereka menyerang Hans. Dengan sigap Hans mengelakkan pukulan mereka. Kedua penjahat itu diputarnya, lalu disambar kerah baju masing-masing. Dalam keadaan begitu mereka digiring ke tepi dermaga. lalu dicemplungkan ke air.
Sementara itu Bob berusaha membuka pintu belakang kendaraan. Begitu terbuka, ia berseru ke dalam, "Jupe! Pete! Kalian ada di dalam"
" Bob" Suara Jupiter terdengar agak samar. Tolong kami keluar dan karung-karung ini!"
Hidup Bob!" Suara Pete lebih pelan lagi kedengarannya karena ia agak tertindih di bawah Jupiter.
Sementara itu Chuck dan Driller sudah ditolong naik ke sekoci motor yang kini berputar haluan lalu meluncur dengan laju menuju sebuah kapal penangkap ikan yang nampak menunggu di tengah perairan pelabuhan.
Kedua polisi tadi datang menghampiri. Mereka bergerak dengan hati-hati sambil mengacungkan pistol. Mereka sudah melihat bukti kekuatan Hans.
"Jangan bergerak! Kalian kami tangkap! seru seorang dari mereka. Aku tidak tahu berapa peraturan yang kalian langgar - tapi pokoknya banyak sekali!
Hah!" dengus Hans, sambil menuding ke sekoci motor yang semakin menjauh. Tahan sekoci itu. Mereka itu yang perlu ditangkap!"
Kedua polisi itu sibuk menghadapi Hans. Karenanya mereka tidak melihat Bob yang dengan pisau membuka tali pengikat karung-karung goni yang menyelubungi tubuh kedua temannya.
Setelah itu diputuskannya tali-tali yang mengikat pergelangan tangan dan kaki mereka. Setelah terlepas, kedua remaja itu berdiri sambil menggeliat Tampang mereka nampak kusut sekali. Mereka mengejap-ngejapkan mata, karena s
udah lama tidak melihat cahaya terang.
Polisi yang satu lagi melihat mereka muncul "satu-satu dari dalam karung. Ia datang menghampiri dengan heran.
He! Ada apa sebetulnya di sini"" tanyanya. "Apa yang kalian lakukan dalam karung-karung itu" Ini untuk mencari publisitas lagi ya"
Jupiter meluruskan tegaknya, mengambil sikap berwibawa. Ia meraihkan tangan ke dalam truk, mengambil salah satu karung yang tergeletak di situ. Dipinjamnya pisau Bob. lalu dirobeknya karung itu. Beberapa berkas uang kertas tumpah ke lantai dermaga. Setelah itu diambilnya kartu nama Trio Detektif dari kantongnya, lalu disodorkannya pada polisi yang memandang sambil melongo.
Trio Detektif baru saja selesai mengusut kasus gangguan kurcaci, katanya dengan gaya gagah. Di samping itu kami juga menyelamatkan uang yang dirampok secara nekat dari sebuah bank. Para perampoknya sekarang sedang mencoba melarikan diri, sambungnya. "karenanya kasus ini kami serahkan pada pihak yang berwenang. Kurasa keterangan ini sudah lengkap!"
Pete, Bob dan juga Hans memandangnya dengan perasaan kagum. Belum pernah mereka melihat sikap Jupe begitu mengesankan. Memang - kalau soal pasang aksi. Jupiter Jones tidak ada duanya!
"Bab 17 Serangan Mendadak
Sudah enam hari berlalu sejak Minggu yang menegangkan itu. Walau Jupiter sudah mengatakan. Keterangan ini sudah lengkap , ketiga remaja itu tetap masih diharuskan menjawab pertanyaan yang hampir segudang banyaknya.
Polisi akhirnya berhasil diyakinkan bahwa Trio Detektif memang telah berhasil menggagalkan usaha para perampok melarikan diri dengan uang yang dirampok dari Bank Dagang. Mula-mula masih ada kesangsian mengenal peranan kurcaci-kurcaci" dalam kejahatan itu. Tapi akhirnya polisi mau percaya. setelah Miss Agawam datang untuk mendukung kebenaran laporan itu. Tapi polisi tidak berhasil dalam usaha mereka menangkap para penjahat Rawley. Chuck dan Driller berhasil melarikan diri dengan kapal menghilang dalam kabut tipis yang datang.
Sementara polisi masih sibuk memeriksa Jupiter beserta kedua temannya. Sedang keempat orang cebol yang menyamar sebagai kurcaci mereka itu ternyata licin sekali. Mereka memungkiri segala tuduhan yang dilemparkan pada diri mereka. Polisi mendatangi tempat penginapan orang-orang teater, di mana hampir semua orang cebol yang ada di Hollywood bertempat tinggal. Keempat kurcaci palsu itu didukung oleh sejumlah teman mereka, yang berani bersumpah bahwa keempat-empatnya tidak pergi dan rumah penginapan itu saat perampokan terjadi. Keterangan itu tidak bisa digoyahkan sama sekali, sehingga polisi tidak bisa melakukan penangkapan.
Selama enam hari setelah itu, Jupiter kelihatan selalu termenung saja dan sering marah-marah. Sebetulnya ia jengkel pada dirinya sendiri. Ia memang akhirnya berhasil menarik kesimpulan bahwa para kurcaci sebenarnya orang-orang cebol yang menyamar. Ia juga berhasil mengetahui dan petunjuk-petunjuk yang ada. bahwa saat itu sedang berlangsung perampokan. Tapi kesadaran itu baru datang sesaat sebelum ia sendiri diringkus penjahat
Pete yang meninggalkan tanda petunjuk di dinding luar gedung bioskop. Dan Bob yang menemukan tanda petunjuk itu. Lalu Bob dan Hans yang menyelamatkan dirinya serta Pete. Harus diakui olehnya, Jupiter Jones yang berkedudukan sebagai Penyelidik Satu, dalam menangani kasus kurcaci" yang merongrong Miss Agawam tidak bisa dibilang tampil secara gemilang. Begitulah perasaannya saat itu. Dan yang lebih parah lagi, kesimpulannya mengenai ke mana lenyapnya Pending Emas ternyata keliru - walau logikanya hebat sekali. Kenyataan itu sulit sekali bisa diterima oleh Jupiter. Bahkan kata-kata pujian yang dicurahkan Miss Agawam "pada mereka bertiga, hanya sedikit saja mampu melipur perasaan Jupiter yang suram. Jadi harus terjadi sesuatu agar Jupiter bisa seperti biasa kembali. Bob dan Pete berharap, moga-moga kejadian itu lekas datang.
Sabtu sore itu Bob. Pete dan Jupiter sedang bersantai-santai di bengkel mereka yang letaknya agak tersembunyi dalam kompleks penimbunan barang bekas. Sepanjang pagi mereka sudah bekerja keras memperbaiki sejumlah barang b
ekas yang rusak. Jupiter agak senang, karena pekerjaan dengan tangan sempat mengalihkan pikirannya. Bersama-sama dengan Pete. Ia bercerita pada Bob mengenai pengalaman dalam gedung bioskop tua.
"Aku heran, kenapa polisi sampai sekarang belum berhasil menemukan jejak Rawtey, kata Pete mengomentari "Atau setidak-tidaknya. Driller. Tapi pihak kepolisian internasional kapan-kapan pasti akan menemukannya. Bagaimana pun juga, Driller gampang ketahuan - karena gigi emasnya.
Orang yang memakai gigi emas tidak sedikit jumlahnya, kata Bob. "Bahkan pramuka cilik dengan siapa aku bertubrukan di museum waktu itu pun memakai gigi emas. Eh - ada apa. Jupe.
Bob memandang Jupiter dengan heran. Temannya itu tiba-tiba melompat berdiri sambil memandang Bob dengan sikap seperti bingung.
""Kau melihat pramuka cilik yang bergigi emas"" tanya Jupiter dengan muka merah. Ia menghantamkan kepalan tinjunya ke mesin cetak Bob!" katanya sambil mengerang. "Kenapa waktu itu tidak langsung kau katakan padaku" Kenapa tidak bilang""
Aku harus bilang melihat pramuka cilik bergigi emas"" tanya Bob bingung. "Kusangka itu sama sekali tidak penting baru sekarang aku ingat lagi mengenainya.
Masakan kau tidak mengerti"" tukas Jupiter. "Kalau kau mengatakannya padaku waktu itu, aku pasti akan
Kalimatnya tidak diteruskan karena saat itu terdengar seruan lantang. Mrs. Mathilda Jones, bibi Jupiter. memberi tahu bahwa ada tamu datang.
Ternyata tamu itu Taro Togati. Anak Jepang itu kelihatan sedih sekali.
"Jupiter-"an-, katanya, sambil membungkukkan badan untuk memberi hormat. Bob-san, Pete-san. Aku datang untuk pamit Ayahku sangat menderita karena malu. Kami akan kembali ke Jepang,
Kenapa Taro" tanya Jupiter. "Apakah pameran perhiasan itu dihentikan""
"Bukan begitu, kata anak Jepang itu sambil menggeleng. Tapi kalian kan tahu. Pending Emas sampai sekarang tidak berhasil ditemukan. Ternyata barang itu tidak ada dalam museum, seperti yang kausimpulkan dengan begitu cerdas, Jupiter-san. Para penjaga ternyata telah dibuktikan tidak terlibat sama sekali dalam pencurian itu Sedang para tersangka yang baru tidak ada. Oleh sebab itu perusahaan perhiasan Nagasami memberhentikan ayahku dari kedudukannya sebagai detektif. Ayahku malu sekali. Semangat hidupnya tidak ada lagi."
Para anggota Trio Detektif Ikut sedih mendengar berita itu. Mereka suka pada Taro. Mereka tahu, ayah anak itu sudah berusaha sebisa-bisanya. Tapi kawanan yang merampok di Museum Peterson ternyata terlalu cerdik baginya.
Tapi Jupiter agak aneh sikapnya. Ia mencubit-cubit bibir bawahnya, tanda bahwa ia sedang asyik berpikir. Matanya bersinar-sinar. Kelesuan yang menghinggapi dirinya selama seminggu, saat itu tahu-tahu tidak nampak lagi.
Taro, katanya. "Besok kan hari terakhir pameran itu di sini, ya""
Betul, jawab Taro sambil mengangguk.
"Minggu malam akan ditutup, Minggu malam aku akan terbang kembali ke Jepang ikut ayahku. Jadi aku datang hari ini untuk meminta diri pada kawan-kawan Amerika-ku.
"Kalau tidak salah, aku pernah membaca dalam koran bahwa besok akan diadakan lagi hari khusus untuk anak-anak, kata Jupiter. "Anak-anak di bawah dua belas tahun tidak usah membayar, sedang sisanya dikenakan tarif setengah harga.
Betul," kata Taro lagi. Acara yang waktu itu gagal total Karenanya lantas diputuskan untuk "mengadakan hari khusus sekali lagi untuk anak-anak.
"Kalau begitu, kita tidak boleh membuang-buang waktu lebih lama! Aku punya akal. Taro. Masih maukah ayahmu memberi kesempatan padaku untuk membantu"
"O ya! Taro menganggukkan kepalanya dengan bersemangat "Ayahku sudah bingung sekali. Katanya polisi tidak berhasil mengusut perkara sekarang ia mau mencoba detektif anak-anak.
Kalau begitu, ayolah!" kata Jupiter sambil buru-buru berdiri. "Kau ada mobil""
"Ayahku menyuruh supir mengantarku kemari.
BaguS! Bob, Pete - kalian di sini saja. Aku mungkin satu sore ini pergi. Bob, kauteruskan membuat catatan supaya nanti kalau sudah selesai kasus ini bisa kita serahkan pada Mr. Hitchcock untuk dibaca olehnya. Pete, mesin potong rumput yang berkarat itu k
aubersihkan terus. Kita bisa mendapat sepuluh dolar untuk itu. Kalau perlu, minta izin pada orang tuamu untuk menginap di sini malam ini."
Sementara Pete dan Bob masih ternganga, Jupiter sudah cepat-cepat pergi sambil menyeret Taro Togab. Baru beberapa menit kemudian Pete dan Bob pulih dari keheranan mereka.
Wah - ada apa sebetulnya tadi itu" kata Pete.
"Aku juga tidak tahu," jawab Bob. "Pokoknya, tahu-tahu Jupiter begitu bersemangat. Kurasa kita hanya bisa menunggu saja sampai ia pulang nanti."
Keheranan mereka semakin bertambah, ketika mereka sore-sore menerima telepon dari Jupiter.
Kalian coba semua jalan rahasia kita, kecuali Darurat Satu dan Nomor Empat, kata Jupiter. Kedua jalan yang dikecualikannya itu menurut ketentuan hanya boleh dipakai kalau keadaan betul-betul sangat mendesak. Periksa baik-baik apakah semua masih dapat dilewati tanpa hambatan."
Hanya itu saja yang mau dikatakannya. Ia sudah memutuskan hubungan, sebelum kedua teman-temannya sempat bertanya apa-apa.
Pete dan Bob sama sekali tidak bisa memahami niat yang ada dalam pikiran Jupiter. Tapi walau begitu mereka patuh. Mereka masuk lewat Gerbang Hijau Satu, yang merupakan dua papan pagar yang dicat hijau. Kemudian mereka merangkak ke dalam lagi melalui Lorong Dua, sebuah pipa seng.
Setelah itu mereka mencoba pintu rahasia berikut Kelana Gerbang Merah yang terdiri dan tiga lembar papan bercat merah, sebagai bagian dari suatu lukisan peristiwa kebakaran besar tahun 1906 di San Francisco. Seekor anjing kecil duduk sambil memperhatikan kebakaran itu. Apabila mata anjing itu ditekan. ketiga papan yang berwarna merah terayun ke atas. Setelah masuk lewat sini, Pete dan Bob merangkak-rangkak seperti tanpa tujuan tertentu di antara tumpukan barang-barang bekas. Akhirnya mereka sampai di sisi samping Markas Besar. Di situ ada sebuah panel, lewat mana mereka masuk ke dalam. Jalan masuk yang paling gampang namanya juga sesuai. yaitu Tiga Enteng. Sebuah pintu kayu yang besar dan masih terpasang pada engselnya, tersandar pada setumpuk kayu di pekarangan itu. Dengan anak kunci besar yang sudah berkarat. yang diambil dari tempat penyembunyiannya dalam sebuah tong yang penuh dengan besi berkarat, pintu itu dibuka. Di belakang pintu itu terdapat lorong pendek yang menuju ke pintu trailer yang sudah diubah menjadi Markas Besar Trio Detektif. Tiga Enteng hanya dipakai pada saat di sekitar situ tidak ada orang.
Baik Bob maupun Pete melakukan tugas mereka dengan perasaan kurang senang. Tapi Jupiter kepala Trio Detektif, jadi apa katanya perlu dituruti. Masing-masing jalan masuk dicoba tiga kali. Setelah itu Pete dan Bob menunggu lagi.
Jupiter ternyata baru kembali satu jam lebih lambat dari waktu makan malam. Ia kelihatan terburu-buru, tapi puas. Anehnya, ia datang dengan taksi. Kendaraan itu berhenti tepat di depan rumah tinggal keluarga Jones. Jupiter turun, lalu membayar ongkos perjalanan dengan bergaya. Bob dan Pete semakin kaget ketika melihat taksi itu kemudian berhenti lagi di sudut jalan. Mereka melihat Taro menyelinap keluar dari kendaraan itu, lalu buru-buru masuk ke rumah lewat pintu belakang.
" Astaga aduh ampun kursemangat! seru Mrs. Jones ketika melihat Jupiter masuk. "Kau sedang mengapa lagi sekarang. Jupiter" Kau memakai jasmu yang paling bagus! Tapi kelihatannya sesak sekali pada bagian pinggang. Kau benar-benar sudah gendut sekarang.
Satu hal yang sangat tidak disukai Jupiter. ialah disebut gendut la tidak berkeberatan kalau dikatakan gempal atau kekar. Tapi gendut" Ia pasti akan marah. Tapi sekali itu ia cuma nyengir saja.
"Kalau kau melibatkan diri kembali dalam aksi perampokan bank, Nak - kukatakan dengan tegas saat ini juga bahwa aku menentangnya dengan tandas," kata Mr. Jones. Paman Jupiter itu seorang laki-laki bertubuh kecil dengan kumis hitam yang panjang melintang. Ia senang sekali berbicara dengan kalimat yang berbelit-belit.
Dengan perkataan lain, aku tidak setuju dengan kegiatanmu itu. Secara singkat aku melarangmu!"
"Aku cuma berusaha membantu si Taro ini, Jawab Jupiter, sambil meletakkan tangannya di atas bahu anak Jep
ang yang masuk dari pintu belakang itu. "Ayahnya saat ini agak mengalami kesulitan, Ada pending yang salah taruh dan aku ingin menolong mencarinya."
"Hmm, Mr. Jones merenungkan ucapan Jupiter itu sambil membagi-bagikan daging panggang dan kentang tumbuk. Setelah selesai, ia menyambung lagi, Salah menaruh pending. Kalimat itu sudah kuteliti dalam pikiranku sampai beberapa kali, tetapi aku tidak menemukan kemungkinan adanya bahaya di dalamnya. Jadi kau boleh melanjutkannya.
Setelah itu semua makan cepat-cepat karena perut sudah lapar sekali. Baik Jupiter maupun Taro nampaknya sibuk memikirkan sesuatu. Tapi Jupiter tidak mau mengatakan apa-apa pada Pete dan Bob. Ia Juga tetap memakai jasnya yang dikancingkan sampai ke atas. Padahal hawa malam itu panas.
Ketika di luar sudah gelap. Jupiter bangkit dari kursinya.
"Kami boleh berdiri dulu ya," katanya meminta izin pada paman dan bibinya. "Kami hendak mengadakan rapat di tempat kami,
"Ah ya - klub kalian, kata bibinya samar-samar. Mrs. Jones masih tetap beranggapan bahwa Trio Detektif itu suatu klub biasa. "Sana-pergilah. Biar aku dan Paman Titus saja yang mencuci piring.
"Mudah-mudahan kalian bisa membantu ayah anak ini menemukan pendingnya yang hilang, kata Titus Jones sambil memegang bahu Taro. Sekarang pergilah!"


Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

O ya - karena alasan tertentu kami tidak ingin orang lain tahu saat ini kami ada tamu, kata Jupiter. "Karena itu aku hendak minta tolong pada Hans dan Konrad untuk membawa Taro ke tempat kami dalam kotak kardus.
Hal itu mengherankan Bob dan Pete. Tapi paman dan bibi Jupiter hanya mengangguk saja. Rupanya mereka sudah biasa menghadapi keanehan yang kadang-kadang dilakukan oleh Jupiter.
Tidak lama kemudian Bob, Pete dan Jupiter berjalan menuju bengkel mereka yang terletak di sisi dalam pagar kompleks itu. diikuti oleh Hans dan Konrad yang membawa sebuah kotak kardus besar. Kotak itu diletakkan ke tanah, dan Taro merangkak ke luar.
Setelah kedua pembantu pamannya pergi lagi.
Jupiter mengajak anak-anak yang lain masuk ke Markas Besar lewat Lorong Dua. Begitu sampai di dalam, Jupiter bertanya.
"Kalian sudah melakukan perintahku tadi""
Pete dan Bob mengiakan pertanyaan itu.
Tapi kami sebetulnya tidak mau," kata Pete menggerutu. "Soalnya, beberapa orang anak-anak saat itu sedang bermain layangan di seberang Jalan. Kami khawatir mereka melihat kami keluar masuk jajan rahasia kita.
Mungkin mereka itu anggota kawanan Skinny Norris yang Ingin memata-matai kita, kata Bob. Tapi kau menyuruh kami melakukannya - jadi kami menurut saja."
"Bagus!" Jupiter kelihatannya senang. "Perintah perlu dituruti. Hanya dengan begitu segala sesuatunya bisa beres. Pengalamanku sore ini menarik sekali. Tapi lain kali saja kuceritakan. Sekarang kita bercerita saja pada Taro tentang pengalaman kita yang sudah-sudah."
Perintah Jupiter makin membingungkan saja. Tapi Pete dan Bob menuruti saja, lalu mulai "bercerita. Taro Togati duduk sambil mendengarkan kisah mereka tentang berbagai kasus yang berhasil diusut sampai tuntas. Ia paling tertarik mendengar cerita Misteri Nuri Gagap. Katanya, di rumah ia juga mempunyai seekor burung nuri.
Sementara itu di luar hari sudah semakin gelap. Lewat jendela kaca yang terdapat di langit-langit, langit kelihatan sudah hitam sekali.
Baru saat itulah Jupiter membuka kancing jasnya. Kini Pete dan Bob melihat apa yang menyebabkan perut teman mereka itu nampak gendut. Ternyata Jupiter memakai Pending Emas para Kaisar Jaman Dulu!
Sambil menghembuskan napas lega Jupiter melepaskan ikat pinggang yang besar itu, lalu meletakkannya ke atas meja. Emas dan jamrud berkilauan kena cahaya lampu.
Seharian aku memakainya, kata Jupiter. "Beratnya lumayan juga.
Pete dan Bob menghujaninya dengan pertanyaan. Di manakah ia menemukannya" Kenapa ia kemudian memakainya" Kenapa tidak langsung dikembalikan"
Sebelum Jupiter sempat memberikan jawaban, tiba-tiba pintu yang terdapat di lantai terangkat ke atas. Pintu itu merupakan ujung jalan rahasia yang dikenai dengan nama Lorong Dua. Seorang laki-laki bertubuh kecil muncul di situ, dengan wajah menyer
ingai seram dan sebilah pisau di tangan. Saat itu juga panel di sisi kamar terbuka dengan keras. Seorang cebol lagi masuk ke dalam. Ia pun bersenjatakan pisau.
Tapi ternyata itu belum semuanya. Pintu utama dua Tiqa Enteng terbanting membuka ke dalam. Dua laki-laki bertubuh cebol masuk. lalu mengacungkan pisau ke arah anak-anak. Biar tubuh mereka kecil, tapi tampang mereka galak dan kelihatan penuh tekad.
Orang dewasa takkan bisa masuk ke Markas Besar lewat jalan-jalan rahasia. Artinya, orang dewasa yang berukuran normal. Tapi mereka yang masuk itu bukan orang dewasa biasa, melainkan orang cebol
Sementara keempat-empatnya bergerak maju dengan sikap mengancam, Jupiter langsung beraksi.
"Siaga Utama! Langsung ke luar! serunya.
Sambil berkata begitu disambarnya Pending Emas yang terletak di atas meja. Jendela kaca yang ada di atas kepala didorongnya sehingga terbuka. Dan sebelah luar ditariknya seutas tali yang ada jeratnya sepasang. Gunanya sebagai tempat pijakan kaki. Dengan cepat Taro naik ke atas lewat tali itu. Lalu Jupiter menyodorkan Pending Emas padanya. Pete dan Bob sebenarnya agak bingung menghadapi perkembangan yang datang dengan tiba-tiba itu. Tapi berkat latihan yang sering mereka lakukan kini mereka bertindak tanpa berpikir panjang lagi. Dengan cepat mereka memanjat ke atap trailer, menyusul Taro. Ketika keempat orang cebol yang nampak marah itu bergerak menghampiri meja. Jupiter sudah lebih dulu sampai ke atas atap.
Tapi kini mereka kelihatannya terjebak di situ. Orang-orang cebol yang biasa bermain akrobat itu bergegas menyusul ke atas. Mereka berteriak-teriak dengan gembira karena kelihatannya sama sekali tidak ada jalan bagi anak-anak untuk turun ke bawah. Padahal Jupiter sudah bersiap-siap menghadapi keadaan darurat seperti saat itu.
Sebuah tempat peluncuran yang sudah usang, yang berasal dari pekarangan sebuah sekolah tersandar ke sisi karavan. Jalan turun lewat situ kelihatannya terhalang batang-batang besi. Tapi anak-anak satu demi satu merebahkan diri ke tempat peluncuran itu. Dengan posisi menelungkup. mereka meluncur turun, sampai ke tanah yang dilapisi serbuk gergaji. Setelah itu mereka berlari di sela-sela tumpukan barang bekas menuju pintu keluar.
Di atap Markas Besar, seorang cebol mencoba menyusul lewat tempat peluncuran. Tapi ia meluncur turun sambil duduk! Sebagai akibatnya, kepalanya terbentur sebatang besi yang menonjol. Teriakan marahnya memecah kesunyian malam.
"Kembali!" teriaknya pada kawan-kawannya. Masuk lagi ke dalam lalu keluar lewat jalan tadi! Kita harus berhasil mengejar mereka!"
Orang-orang cebol yang masih ada di atas atap berebut-rebut masuk lewat lubang jendela. Lalu keluar lagi lewat Tiga Enteng.
Kita harus mencari mereka sampai dapat!" pekik salah seorang di antara mereka. Pending itu masih ada pada mereka!"
Jupiter beserta teman-temannya yang bersembunyi di tempat gelap di belakang tumpukan kayu merinding ketakutan. sementara empat bayangan kecil datang menghampiri. dengan pisau yang berkilat-kilat.
Kemudian Bob dan Pete sekali lagi kaget. Tiba-tiba terdengar bunyi peluit yang ditiup dengan nyaring dari salah satu tempat. Sesaat kemudian sekitar enam sosok tubuh yang besar-besar datang berlari-lari memasuki gerbang utama, lalu langsung menyergap orang-orang cebol yang juga ikut kaget. Manusia-manusia bertubuh kecil itu menggeliat-geliat hendak melepaskan diri sambil berteriak-teriak. Tapi mereka bukan tandingan polisi dan Mr. Saito Togati yang ternyata sedari tadi sudah menunggu di luar.
Pergulatan berlangsung dengan seru, tapi hanya sebentar. Keempat orang cebol itu diringkus, lalu digiring dalam keadaan terikat ke mobil polisi yang menunggu di luar. Bob, Pete. Jupiter dan Taro muncul dari tempat persembunyian mereka Taro gembira sekali
Nah! Betul kan, Ayah! serunya. Rencana Jupiter-San berjalan dengan sempurna. Pending berhasil ditemukan kembali dan para penjahat diringkus!"
Ah, so!" kata Mr. Togati. "Ternyata buku kecil juga mengandung kata-kata mutiara. Jupiter-san. "dengan ini saya meminta maaf atas kekasaran pada awal perjumpaan kita."
Ah, it u kan tidak apa-apa, kata Jupiter. Ia agak terbata-bata, karena gembira sekali melihat hasil rencananya. "Dengan sendirinya Anda berpendapat bahwa polisi akan bisa mencapai hasil yang lebih baik."
"Kalau menghadapi penjahat yang biasa, memang betul, kata Mr. Togati mengakui. Tapi tidak kalau menghadapi penjahat luar biasa seperti yang tadi itu, Kini ia berpaling pada Taro. "Nak, aku senang sekali sekarang bahwa kau mendesakku agar mau mendengarkan teman-teman Amerika-mu ini.
Taro kelihatannya bangga sekali dipuji ayahnya.
"Sekarang pending ini akan kujaga baik-baik, kata Mr. Togati sambil menyentuh pending antik itu dengan penuh hormat. Nilainya besar sekali. Kalian telah menyelamatkan kehormatanku. Aku takkan melupakannya. Sekali lagi, terima kasih. Ayo. Taro! Kita harus pergi sekarang. Tapi kalian akan tetap kami kenang."
Mr. Togati membungkuk dalam-dalam, diikuti oleh putranya. Setelah itu mereka pergi. membawa Pending Emas. Kepala polisi Rocky Beach, Chief Reynolds, masih tinggal sebentar, karena masih ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada Jupiter.
Bob dan Pete hanya bisa melongo saja. Mereka bingung memikirkan apa sebetulnya yang terjadi. Tindakan-tindakan Jupiter yang serba misterius, "lalu pengakuannya secara tiba-tiba bahwa Pending Emas ada padanya, disusul oleh penyerbuan keempat orang cebol serta pelarian mereka, lalu munculnya Chief Reynolds bersama Detektif Togati - kesemuanya itu tidak basa segera dipahami oleh Bob maupun Pete. Tapa akhirnya Bob mengerti Juga!
"Jupe!" katanya, setelah kepala polisi kota pergi. "orang-orang cebol yang datang tadi hendak merampas Pending Emas! Pasti mereka itu juga yang membantu Rawley merampok bank Betul, kan""
Ya, betul! kata Jupiter. "Mereka ternyata benar-benar penjahat, dan sudah waktunya mereka tertangkap. Mereka sudah terlalu sering melakukan kejahatan dengan menyamar sebagai anak-anak."
Tapi- sekarang Pete mulai mengerti. Tapi he, nanti dulu! lalu mereka itu pula yang semula mencuri Pending Emas"
Tentu saja! Waktu itu sudah kukatakan, para pelakunya pasti kawanan yang teratur rapi. Orang-orang cebol itu orang dewasa - hanya badan mereka saja yang kecil. Waktu itu mereka menyamar sebagai pramuka cilik. Karena itu mereka tidak dicurigai. Siapa yang akan menyangka anak-anak akan melakukan kejahatan" Aku mestinya sudah lebih cepat tahu, apabila dari semula Bob sudah melaporkan soal gigi emas itu. Tapi tak apalah karena akhirnya aku berhasil juga "menemukan kembali Pending Emas dan keempat orang cebol itu tertangkap.
Sebetulnya masih banyak lagi yang belum dimengerti oleh Bob dan Pete. Tapi mereka tahu, kapan-kapan Jupiter pasti akan menjelaskan pada waktunya yang tepat. Saat itu Jupiter kelihatannya sedang merasa puas terhadap dirinya sendiri, seperti yang kadang-kadang nampak apabila semuanya berlangsung sesuai dengan rencananya.
Bab 18 Mr. Hitchcock Menuntut Jawaban
"Alfred Hitchcock duduk sambil menyandar ke punggung kursi putarnya. Di seberang meja dalam kantor mewah itu Bob, Pete dan Jupiter duduk menghadapi sutradara Hollywood yang kenamaan itu. Ketiga remaja itu necis sekali nampaknya saat itu. Semua memakai pakaian yang terbagus.
Mr. Hitchcock duduk sambil membaca berkas kisah teka-teki Pending Emas serta para kurcaci pengganggu Miss Agawam. Bob yang menyusun laporan itu. Kini ketiga remaja itu nampak gelisah menunggu reaksi Mr. Hitchcock apabila sudah selesai membaca kisah itu.
Bagus," kata Mr. Hitchcock dengan suaranya yang berat ketika ia selesai. "Betul-betul baik hasil pekerjaan kalian. Rupanya kalian berhasil membebaskan kawanku Agatha dari rongrongan para kurcaci. Dan sekaligus kalian juga masih harus mengusut peristiwa perampokan bank menyelamatkan uang yang dirampok, menemukan kembali Pending Emas berharga yang hilang. serta menyodorkan para pencurinya ke tangan polisi. Tapi kesemuanya itu tambahan belaka. Aku sudah memperkirakan hal-hal seperti itu akan terjadi apabila Trio Detektif menangani kasus, tidak peduli bagaimana sepelenya pun kelihatannya perkara yang dihadapi."
Bob dan Pete mendengarkan kata-kata itu sambi
l nyengir. Sedang Jupiter memerah mukanya karena bangga.
"Jadi kurcaci-kurcaci yang merongrong Agatha ternyata orang-orang cebol yang menyamar, gumam Mr. Hitchcock. "Memang itu satu-satunya jawaban yang masuk akal. Tapi coba kalian ceritakan bagaimana perasaan Agatha, ketika mendengar bahwa keponakannya tahu mengenai rencana Rawley untuk menakut-nakutinya dengan kurcaci-kurcaci gadungan""
Mula-mula Miss Agawam marah," kata Jupiter. "Tapi Roger sebetulnya tidak tahu bahwa perbuatan itu merupakan bagian dari rencana jahat untuk merampok bank. Ia malu sekali karenanya. Melihat keadaannya itu akhirnya Miss Agawam mau memaafkannya. Miss Agawam bahkan kemudian mengambil keputusan untuk menjual rumahnya lalu pindah ke sebuah apartemen kecil dekat laut. Katanya, di situ ia bisa hidup lebih nyaman.
"Aku senang sekali mendengarnya, kata Mr. Hitchcock. "Agatha orangnya sangat baik. Yah - dengan begitu kurasa segala teka-teki yang berhubungan dengan perampokan bank itu kini sudah terpecahkan. Betul-betul rencana yang cerdik sekali - menjadi penjaga malam di sebuah gedung bioskop yang sudah tidak dipakai lagi, "supaya bisa menggali terowongan menuju kamar harta bank yang terletak di bawah tanah. Mungkin siasat ini bisa kupakai dalam salah satu filmku yang akan datang.
"Tapi sekarang- sambil berkata begitu Mr. Hitchcock menepuk-nepuk naskah kisah yang masih dipegangnya sekarang kita sampai ke bagian yang benar-benar merupakan teka-teki bagiku. Terus terang saja, aku benar-benar merasa bingung membaca kasus Pending Emas. Bagaimana perhiasan antik itu sampai bisa dicuri, lalu di mana barang itu disembunyikan. Lalu bagaimana kau, Jupiter. bisa memancing penjahat-penjahat cebol itu untuk menyerang kalian, sehingga polisi mendapat peluang untuk meringkus mereka dengan bukti-bukti nyata. Tolong paparkan padaku dengan sejelas-jelasnya segala persoalan yang misterius bagiku ini.
Yah, Sir -" Jupiter menarik napas panjang- karena banyak yang hendak diceritakannya - "saya sebetulnya harus sudah jauh lebih dulu mengetahuinya. Seharusnya segera begitu kami menyadari bahwa kurcaci-kurcaci yang merongrong Miss Agawam sebetulnya orang-orang cebol yang menyamar. Saya sebetulnya harus sadar bahwa jika mereka bisa kelihatan seperti kurcaci. mereka pun bisa saja menyamar menjadi anak-anak Tapi reaksi saya terlalu lamban. Saya baru sadar ketika Bob bercerita melihat seorang pramuka cilik bergigi emas di museum."
" Ah!" Mr. Hitchcock mencondongkan tubuhnya ke depan tanda bahwa ia tertarik. "Gigi emas. ya" itu yang kutunggu-tunggu. Tolong katakan apa yang bisa disimpulkan seorang detektif ulung dan fakta bahwa ada pramuka cilik bergigi emas""
"Begini, Sir, kata Jupiter. "Anak-anak yang masih kecil giginya kemudian kan lepas. diganti dengan gigi tetap. Semua orang mengetahuinya. Jadi tidak mungkin anak kecil diberi bergigi emas. Soalnya nanti terlepas. apabila gigi tetap tumbuh.
Ya, tentu saja!" Dari air mukanya nampak bahwa Mr. Hitchcock kini mengerti. "Hanya remaja yang sudah besar atau orang dewasa saja yang mungkin memakai gigi emas. Tepat! Jadi karena itu kau lantas sadar, pramuka cilik itu pasti sebetulnya orang dewasa!"
"Ya - seorang dewasa bertubuh cebol, memakai seragam pramuka cilik," kata Jupiter. Di tengah kerumunan pramuka asli yang begitu ramainya waktu itu, ia beserta kawanannya bisa bergerak dengan leluasa tanpa sedikit pun meninggalkan kecurigaan.
"Menakjubkan," kata Mr. Hitchcock. "Sayang, akal secerdik itu tidak dimanfaatkan untuk tujuan baik."
Keempat orang cebol itu ternyata pemain akrobat. yang berasal dari Eropa Tengah, kata Jupiter menyambung ceritanya. Akhir-akhir ini di Hollywood sini pekerjaan untuk orang cebol kebetulan sedang langka. Karena itu mereka berempat lantas mengadakan rencana untuk melakukan perampokan. Kebetulan pameran keliling perhiasan Nagasami datang kemari. Pihak penyelenggara mengumumkan bahwa akan diadakan hari kunjungan khusus untuk anak-anak. Yang memakai pakaian seragam pramuka bisa masuk tanpa membayar itu merupakan peluang yang bagus sekali bagi keempat penjahat cebol itu, kar
ena mereka memang biasa tampil sebagai anak-anak. Jadi situasi itu cocok sekali dengan siasat mereka.
Pada saat itu pula Rawley muncul. Ia mencari orang-orang cebol yang mau disuruh menyamar menjadi kurcaci untuk membantu pelaksanaan rencananya merampok bank.
Keempat orang cebol itu lantas berkompromi dengan Rawley. Rawley diminta menyediakan seorang kawan wanita yang harus berdandan sebagai pimpinan pramuka, lalu mengantar keempat orang cebol yang menyamar sebagai pramuka masuk ke museum. Wanita itu juga menyewa seorang aktor, Mr. Frank. Ia ini ditugaskan untuk menimbulkan keributan dalam museum, supaya perhatian orang Semua terarah padanya. Ketika hal itu terjadi keempat penjahat cebol cepat-cepat menaiki tangga yang menuju ke balkon. Tidak ada orang yang melihat mereka naik ke atas.
Nah - sesaat kemudian lampu-lampu padam semua. Saya yakin bahwa itu perbuatan Rawley, sebagai imbalan atas bantuan para cebol padanya. Ia memutuskan semua saluran listrik lalu pergi lagi. "Sementara itu keempat orang cebol sudah berada di atas balkon, sedang di lantai bawah keadaan kacau-balau. Anak-anak kecil kebingungan. lari kian kemari. Pokoknya keadaan benar-benar kacau saat itu.
"Memang!" sela Pete.
Keempat orang cebol itu berbekal tali nilon, sambung Jupiter. "Mungkin sebelumnya dibawa oleh wanita pengiring mereka, dililitkan ke pinggang di bawah blusnya. Nah! Tiga orang cebol tetap berdiri di balkon sambil memegangi tali, sedang yang keempat meluncur turun lewat tali itu, memecahkan bagian atas kotak kaca dengan tendangan kakinya menyambar Pending Emas, lalu ditarik kembali ke atas,
Mr. Hitchcock nampak berpikir-pikir. "Mmm - ya, itu bisa, katanya. "Karena mereka pemain akrobat itu memang bisa mereka lakukan dalam waktu tak sampai setengah menit saja. Sekarang aku baru mengerti, apa sebabnya Pending Emas yang dicuri - dan bukan Permata Pelangi. Kotak tempat Permata Pelangi dipamerkan letaknya di tengah-tengah ruangan museum. Tempat itu tidak bisa mereka capai dari balkon. Jadi mereka mengambil apa yang bisa mereka ambil. Pasti mereka berniat menjual pending antik itu kembali pada perusahaan Nagasami. Katakanlah - minta uang tebusan!"
"Para penjahat cebol itu tetap membungkam sampai sekarang, kata Jupiter. Tapi Mr. Togati, detektif perusahaan itu juga berpendapat demikian. Nah - setelah pending antik berhasil dicuri, mereka masih harus menyembunyikannya dulu. Soalnya, saat itu tidak mungkin bisa dibawa keluar tanpa ketahuan. Jadi mereka cepat-cepat menyembunyikannya di salah satu tempat Setelah itu mereka buru-buru turun lagi ke lantai utama, saat ruangan masih gelap. Lalu mereka ikut keluar di tengah anak-anak yang sedang panik. Tidak ada kecurigaan yang timbul terhadap samaran mereka. Dan mereka tentu saja tidak bisa tertangkap tangan membawa pending itu, karena memang tidak mereka bawa saat itu.
Hmmm!" kata Mr. Hitchcock. "Katamu, pending itu mereka sembunyikan dalam museum. Tapi kemudian atas saranmu sendiri, museum itu digeledah sampai ke sudut-sudut terpencil - bahkan rongga antara kain lukisan dan dinding pun ikut diperiksa. Tapi pending itu tetap tidak ditemukan. Kenapa begitu"
Soalnya mereka mencari ke mana-mana, kecuali ke tempat yang benar, kata Jupiter. "Orang-orang cebol itu sudah merencanakan tempat persembunyian untuknya dengan matang sekali. Mereka yakin pending itu takkan bisa ditemukan sehingga mereka kapan-kapan bisa kembali untuk mengambilnya dengan leluasa. Kebetulan saat itu mereka sedang sibuk membantu aksi perampokan bank. Karenanya mereka bermaksud akan kembali pada Hari Kanak-kanak yang berikut di mana mereka bisa datang lagi dengan seragam pramuka yang tidak mencurigakan.
Tepat, kata Mr. Hitchcock sependapat.
polisi tidak bisa menahan mereka, sehubungan dengan perampokan bank. Mereka dilindungi kawan-kawan mereka yang memberikan alibi yang teguh. Mereka dikatakan sama sekali tidak pergi dari tempat penginapan ketika perampokan bank berlangsung. Kemudian saya mendapat akal. Apabila saya bisa memancing agar mereka datang menyerang dan sementara itu sudah mempersiapkan polisi sehi
ngga bisa campur tangan ketika mereka sedang menyerang, mereka dengan begitu akan tertangkap tangan.
Kau waktu itu setidak-tidaknya kan bisa mengatakan rencanamu itu pada kami!" tukas Bob sambil menyela. "Aku dan Pete ketakutan setengah mati ketika keempat orang cebol itu tahu-tahu menyerbu kantor kita sambil mengayun-ayunkan belati!"
"Jalan keluar kita dalam keadaan darurat, seperti sudah kuyakini dari semula ternyata berfungsi dengan baik sekali, kata Jupiter mengingatkannya. Jadi kan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kejadian sebelumnya begini. Mr. Hitchcock. Saya saat itu cepat-cepat pergi ke museum bersama Taro Togati. anak detektif Jepang yang mengepalai pengamanan pameran itu. Bersama ayahnya kami menemukan Pending Emas di tempat penyembunyiannya, lalu saya lilitkan ke pinggang dan ditutup dengan jas.
""Nanti dulu! Nanti dulu," sela Pete terburu-buru. "Di mana kau menemukannya""
"Nanti kukatakan," jawab Jupiter. "Pokoknya, pending itu saya pakai di balik jas. Setelah itu saya mendatangi rumah penginapan tempat orang-orang cebol itu tinggal. Orang lain yang melihat pasti mendapat kesan bahwa saya seorang diri ke situ. Padahal saya diikuti detektif-detektif berpakaian biasa. Soalnya, Pending Emas ini nilainya mungkin sejuta dolar!
"Di sana saya berbicara dengan orang cebol yang bergigi emas, karena saya tahu dia pasti anggota kawanan. Ia berpura-pura tidak mengerti apa yang saya katakan. Tapi sebenarnya ia tahu persis saya ikut menggagalkan aksi perampokan bank yang dilakukan oleh Rawley.
"Saya mengatakan padanya, saya sekarang menyesal tidak mau menerima ajakan Rawley untuk menjadi anggota kawanannya. Saya mengatakan juga bahwa saya ingin cepat menjadi kaya. Nah - kalau itu langsung dimengerti olehnya."
"Para penjahat memang semua berpendapat begitu, kata Mr. Hitchcock. "Jadi tentu saja mereka mengira orang semua begitu."
"Saya mengatakan padanya bahwa Pending Emas saat itu ada pada saya. Tapi saya tidak tahu bagaimana cara menjualnya. Karena itu saya bersedia untuk melepaskannya dengan harga yang sama yang dibayarkan Rawley pada mereka berempat. Jadi empat puluh ribu dolar. Saya lantas membuka jas, untuk memperlihatkan pending antik itu padanya. Ia terbelalak melihatnya, sampai hampir saja matanya copot. Ia tahu itu memang pending yang asli. Ia pasti merasa saya ini mesti penjahat. Karena kalau bukan, tentunya saja sudah cepat-cepat melaporkan penemuan itu pada pihak museum.
Jupiter kelihatannya senang karena mengetahui dirinya di kira penjahat ulung.
"Saya lantas mengatakan padanya, ia beserta kawan-kawannya saya beri waktu sampai tengah malam untuk mempertimbangkan tawaran saya itu. Selama itu saya akan menunggu di Markas Besar di tempat penimbunan barang bekas, bersama kawan-kawan saya. Jika mereka menerima penawaran saya, mereka boleh datang dengan membawa uangnya. Saya tahu di tempat penginapan itu mereka takkan berani berbuat yang bukan-bukan, karena terlalu banyak orang di situ.
"Aha!" kata Alfred Hitchcock. "Karena tahu mereka itu penjahat kau lantas merasa mereka pasti akan mencoba merampas pending itu darimu, dan bukan menebusnya.
"Ya Sir. Tapi andaikata mereka datang untuk menebus dengan uang hasil perampokan bank, itu pun bisa dijadikan bukti yang memberatkan mereka."
"Jadi itu rupanya sebabnya kau menyuruh kami begitu sering keluar masuk lewat jalan-jalan rahasia kita!" seru Bob. "Anak-anak yang sedang main layangan itu orang-orang cebol yang menyamar, untuk mengintai. Kau memang sengaja memberi kesempatan pada mereka untuk mencari jalan sebaik-baiknya untuk menyerang kita!"
"Tapi lain kali kalau kau mempertaruhkan nyawa kami lagi, tolong bilang dulu dong!" kata Pete.
Jupiter nampak merasa agak kurang enak. Duduknya menjadi sedikit gelisah.
"Kepercayaanku pada Darurat Satu benar-benar seratus persen, katanya. "Dan memang saat itu perlu menunjukkan pada orang-orang cebol bagaimana caranya masuk ke Markas Besar. Taro kuajak, supaya bisa membujuk ayahnya agar mau menerima saranku. Tapi orang-orang cebol itu tidak boleh sampai tahu. Karena kalau tahu aku datang bersama anak itu.
pasti mereka akan langsung curiga.
"Yah - pokoknya aku memberi tahu Detektif Togati dan juga Chief Reynolds agar bersiap-siap. Mereka menunggu di luar, di tempat tersembunyi. Orang-orang cebol itu ternyata datang menyerang, tepat seperti rencana ku. Kita lari sedang mereka diringkus polisi. Kasus selesai dengan memuaskan."
"Betul. betul!" sambut Mr. Hitchcock. Tapi-" Jupiter ditatapnya dengan sikap galak - "kau tadi mengelakkan pertanyaanku. Jadi kutanyakan saja sekali lagi. Di manakah Pending Emas itu disembunyikan, sehingga tidak bisa ditemukan orang lain""
"Mereka menyembunyikannya di tempat yang tidak mungkin akan diperiksa orang," kata Jupiter menjelaskan "Saya bingung juga memikirkannya sampai saya teringat bahwa orang-orang cebol itu pemain akrobat Di rumah Miss Agawam mereka membentuk menara dengan jalan berdiri di atas bahu teman. sehingga dengan begitu bisa mengetuk kaca jendela di tingkat satu. Hal itu menyebabkan saya berpikir mungkin mereka di museum pun-
Tunggu sebentar. Jupiter, kata Mr. Hitchcock. "Aku mulai mengerti sekarang. Kucoba saja, apakah aku bisa menarik kesimpulan sama seperti yang kaulakukan.
Setelah itu ia kembali menekuni kertas-kertas catatan yang terletak di alas meja. Dibalik-baliknya naskah itu sampai ditemukan halaman yang dicari. Dibacanya sebentar. Kemudian ia mengangguk.
"Ya, betul." katanya. "Petunjuk-petunjuknya ada semuanya di sini," Mr. Hitchcock menyebutkan halaman yang baru saja dibacanya. "Kini semua sudah jelas.
Bob berusaha mengingat-ingat, apa saja yang tertulis pada halaman yang disebutkan sutradara kenamaan itu. Yang jelas, mengenai keadaan dalam museum serta cara lukisan-lukisan digantungkan di situ. Hanya itu saja yang bisa mereka ingat.
"Ya. betul, kata Mr. Hitchcock sekali lagi. "Dalam pemaparan lokasi di sini. Jelaslah bahwa dalam kedua ruangan yang langit-langitnya "berbentuk kubah terdapat semacam bingkai yang lebar dekat pinggir langit-langit. Jaman dulu bingkai semacam itu dipergunakan untuk menggantungkan lukisan. Di rumah-rumah besar gaya kuno, bingkai begitu dipasang sebagai dekorasi, supaya dinding tidak kelihatan tinggi sekali.
"Bingkai begitu kalau ukurannya cukup lebar. mungkin saja bagian tengahnya ada relungnya. Atau bisa juga sisi atasnya datar. Bisa kubayangkan, orang-orang cebol itu melihat di museum ada bingkai itu. Mereka tahu. takkan ada orang menduga tempat itu bisa dipakai untuk menyembunyikan sesuatu. Jadi setelah pending dicuri, mereka lantas membentuk menara hidup. Orang cebol yang berdiri paling atas menaruh pending antik itu dalam relung yang ada dalam bingkai itu, atau di sisi atasnya. Pokoknya di tempat yang tidak bisa kelihatan dari bawah.
"Pekerjaan itu memakan waktu sebentar saja. Sesaat kemudian mereka sudah kembali berperan sebagai pramuka cilik yang ingin buru-buru keluar karena takut gelap. Dalam pemeriksaan yang menyusul kemudian, tak seorang pun memperhatikan bingkai itu. Soalnya, untuk mencapai tempat setinggi itu diperlukan tangga. Sedang saat terjadi perampokan, dalam ruangan itu sama sekali tidak ada tangga. Betulkah kesimpulanku ini, Jupiter""
Dalam hati mereka Bob dan Pete memaki-maki diri sendiri karena tidak berpikir sampai ke sana. Padahal mereka juga melihat bingkai yang dimaksudkan oleh Mr. Hltchcock. Tapi tentu saja tempat dekat langit-langit di museum gelap sekali, karena jendela sama sekali tidak ada. Mereka kagum pada Mr. Hitchcock, karena sutradara itu berhasil memperoleh kesimpulan itu dengan jalan membaca saja.
Karena itu mereka kaget sekali ketika mendengar jawaban Jupiter.
"Tidak betul, Sir, kata kawan mereka itu "Jawaban Anda tidak sepenuhnya benar."
Pipi Mr. Hitchcock menggembung. Jupiter ditatapnya dengan kening berkerut
"Ah, masa salah!" katanya dengan suara berat "Jika aku membuat film mengenai kasus ini. Itulah tempat penyembunyian yang akan kupilih. Kalau begitu di mana pending emas itu disembunyikan""
"Saya terus terang saja juga menarik kesimpulan yang sama seperti Anda. Sir, kata Jupiter. "Tapi ketika saya sampai di museum lalu naik tangga untuk memeriksa, ternyata bingkai itu
bentuknya melengkung. Di situ sama sekali tidak ada permukaan yang datar. di mana pending bisa ditaruh. Saya bingung saat itu.
"Bisa kubayangkan, kata Mr. Hitchcock.
"Lalu ketika saya masih berdiri di atas tangga dengan perasaan konyol, saya merasakan ada angin sejuk menghembus di depan muka saya. Saat itu juga saya menyadari duduk perkara sebenarnya -"
"Aha!" kata Mr. Hitchcock. Alat pengatur hawa!"
""Betul, Sir, kata Jupiter. Persis di bawah bingkai itu ada lubang untuk alat pengatur hawa khusus yang dipasang di museum itu. Saya mencoba menarik kisi-kisi yang terpasang di sebelah depan lubang itu. Ternyata bisa dilepaskan dengan mudah. Pending Emas rupanya digantungkan di bagian dalam saluran pengatur hawa dengan seutas tali hitam. Tapi seperti Anda katakan tadi, lubang itu letaknya begitu tinggi sehingga untuk mencapainya diperlukan tangga. Karenanya selama itu tidak ikut diperiksa!"
"Hebat!" kata Mr. Hitchcock "Sekarang segala-galanya sudah jelas. Kalian pada hakikatnya berhasil mengusut dua kasus sampai selesai. Kedua kasus itu saling berhubungan karena peranan empat penjahat cebol di dalamnya. Ini merupakan prestasi yang benar-benar hebat - juga untuk Trio Detektif."
Ketiga remaja yang duduk di depannya saling berpandangan sambil nyengir. Ketika mereka hendak pergi, Mr. Hitchcock masih mengajukan pertanyaan susulan.
"Lalu apa yang akan kalian lakukan sekarang""
"Berlatih menyelam di laut, Sir," kata Pete dengan segera. Bob mengangguk, tanda setuju. Tapi Jupiter masih berpikir-pikir.
"Menurut perasaanku berlatih menarik kesimpulan dari petunjuk-petunjuk yang diketahui mungkin lebih penting, gumamnya seperti pada diri sendiri.
Mr. Hitchcock tertawa. ""Yah - apa pun yang akhirnya akan kalian lakukan. satu hal kuketahui dengan pasti. Kesibukan itu pasti akan menarik." katanya. "Aku menunggu laporan kalian yang selanjutnya.
Ketiga remaja itu pergi sementara sutradara film itu kembali menghampiri naskah catatan Bob yang terletak di atas meja.
"Kurcaci dan perhiasan hilang, katanya sambil tertawa geli. "Kalau dibikin film, pasti asyik jadinya!"
"TAMAT tamat Eyes Wide Open 4 Lima Sekawan 19 Karang Setan Century 2
^