Misteri Kurcaci Gaib 1
Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib Bagian 1
MISTERI KURCACI GAIB Alfred Hitchcock Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Pendahuluan "Buku ini berisi kisah petualangan terbaru yang dialami oleh tiga orang remaja. Mereka kawan-kawanku dan masing-masing bernama Jupiter Jones. Pete Crenshaw dan Bob Andrews, yang menyebut diri mereka "Trio Detektif . Dalam kisah ini mereka terlibat dalam kasus perampokan aneh, di sebuah museum. Mereka juga menolong seorang wanita yang pusing karena mengalami rongrongan kurcaci. Kalian tentunya pernah mendengar istilah tuyul, makhluk gaib bertubuh kecil yang katanya suka mengganggu dan bisa disuruh mencuri. Nah, kurcaci itu tuyul Barat...
Kejadian-kejadian itu saja rupanya masih belum cukup, nanti kalian juga akan membaca betapa mereka tahu-tahu berada dalam perjalanan ke Timur Tengah untuk dijadikan budak di sana. Pokoknya, macam-macamlah pengalaman mereka. sehingga bulu tengkukku merinding mendengarnya.
Kalian tentu sudah membaca kisah-kisah petualangan mereka yang sebelum ini. Jadi kalian sudah tahu siapa mereka. Kalian sudah tahu bahwa Jupiter Jones, Penyelidik Satu Trio Detektif bertubuh gempal- bahkan bisa dibilang gendut Pete Crenshaw anaknya jangkung dan kekar. Sedang Bob Andrews langsing. Anak Jakarta kalau melihat gerak-geriknya, pasti akan menyoraki dengan kata-kata. "Sok mikir lu! Tapi itu anak Jakarta yang suka iseng. Kita tidak suka mengejek orang. karena itu mungkin lebih baik jika kita menyebutnya anak yang bergaya serius. Begitulah!
"Selanjutnya kalian pasti juga sudah tahu bahwa Markas Besar, jadi kantor perusahaan Trio Detektif tersembunyi dengan baik dalam sebuah trailer tua yang terdapat di lapangan tempat berjual beli barang-barang bekas. Tempat ini namanya The Jones Salvage Yard". Pemiliknya paman dan bibi Jupiter Jones la tinggal bersama mereka. Memasuki Markas Besar harus melalui jalan-jalan tertentu yang dirahasiakan dan diketahui hanya oleh mereka bertiga saja. Semua diberi nama sandi, misalnya Lorong Dua", Tiga Enteng", "Gerbang Hijau Satu" dan "Kelana Gerbang Merah . Yang sudah membaca kisah Misteri Nuri Gagap" pasti mengenalnya.
Kalian sudah tahu bahwa mereka tinggal di California, di kota Rocky Beach yang letaknya di tepi Samudra Pasifik. tidak jauh dari Hollywood, kota film yang terkenal itu. Tapi kesemuanya ini kan sudah kalian ketahui. Aku juga hanya mengatakannya bagi sejumlah kecil di antara kalian yang belum mengenal mereka.
Sekarang, kita buka saja kasusnya.
"ALFRED HITCHCOCK "Bab 1 Mencuri Permata Pelangi
""Aku ingin tahu apakah kita mampu mencuri Permata Pelangi," kata Jupiter Jones. Kalimatnya itu mengagetkan kedua kawannya yang sedang sibuk bekerja. Pete Crenshaw nyaris menjatuhkan baut solder. Sedang Bob Andrews bahkan benar-benar menjatuhkan rangkaian huruf-huruf yang sudah diaturnya untuk dipasang pada mesin cetak mereka yang kuno.
"Apa katamu"" tanya Bob. Dengan sebal diperhatikannya huruf-huruf yang berserakan.
"Kataku tadi, aku ingin tahu apakah kita mampu mencuri Permata Pelangi," kata Jupiter mengulangi. Tentu saja kalau kita ini pencuri.
Tapi kita bukan pencuri, kata Pete dengan tegas. Mencuri permata bukannya tidak berbahaya. Risikonya ditembak dan dikejar-kejar. Lagipula aku berpegang pada kata pepatah. 'Jujur itu pangkal selamat'!"
"Setuju!" kata Jupiter. Tapi pandangannya masih selalu tertatap ke surat kabar yang sedang dibaca.
"Ketiga remaja yang menamakan diri mereka Trio Detektif itu sedang berada di bengkel Jupiter, yang tempatnya agak terpisah di The Jones Salvage Yard . Bengkel itu terbuka, hanya dinaungi atap yang panjangnya sekitar dua meter dan menempel ke pagar tinggi yang mengelilingi tempat penimbunan barang-barang bekas. Di bengkel itu mereka membetulkan barang-barang tua yang masih bisa dipakai untuk dijual kembali. Bagian dari keuntungan yang diterima dari Paman Titus merupakan uang saku mereka dan dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kemewahan. Misalnya saja untuk membayar rekening telepon yang ada di Markas Besar mereka yang tersembunyi tempatnya.
Sudah beberapa hari keadaan tenang-tenang saja di sek
itar situ. Tidak ada kejadian yang bisa diselidiki oleh Trio Detektif. Bahkan soal sepele seperti binatang piara"n yang hilang pun tidak. Karenanya tidak ada yang mereka pikirkan saat itu, kecuali niat membetulkan sebuah radio kecil model kuno yang ditemukan oleh Pete di antara tumpukan barang bekas yang paling baru datang. Tepatnya, Pete dan Bob yang saat itu sedang tidak punya pikiran lain. Kalau Jupiter, ia lebih suka bekerja dengan otak daripada sibuk dengan tangan. Kalau sedang tidak ada problem yang perlu dipikirkan, selalu ada saja yang ditemukan sendiri olehnya. Dan wujudnya bisa macam-macam!
"Bob mengalihkan perhatiannya dari kotak huruf dan berpindah pada Jupiter.
"Yang kaumaksudkan pasti permata yang di Museum Peterson, " katanya. karena teringat pada berita dalam surat kabar yang menjadi bahan pembicaraan di rumah malam sebelumnya.
Museum Peterson "" tanya Pete dengan alis terangkat. Di mana itu""
"Di Hollywood - di atas sebuah bukit, kata Bob menjelaskan. "Sebuah gedung tua yang dulunya milik Mr. Hiram Peterson. Raja Minyak! Ia mewariskan gedung itu untuk dijadikan museum yang terbuka untuk umum."
"Dan saat ini di sana sedang ada pameran khusus, sambung Jupiter. Pameran permata-permata yang luar biasa. disponsori sebuah perusahaan permata dari Jepang, Nagasami Jewellery Company. Mereka menyelenggarakan pameran keliling Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperkenalkan barang-barang produk mereka. yaitu mutiara hasil pembudidayaan. Tapi yang paling menarik bukan produk mutiara itu sendiri, melainkan dua perhiasan lain. Atraksi utama ialah Permata Pelangi, yang terdiri beberapa jenis batu mulia - Intan, jamrud, batu delima dan macam-macam lagi. Batu-batu ini dirangkum sedemikian rupa, sehingga kemilaunya mirip pelangi. Ukurannya ada yang besar sekali. Satu di antaranya bahkan bernilai ribuan dolar. Kesemuanya berharga jutaan!
""Lalu ada lagi sebuah pending yang terbuat dari kepingan emas yang besar-besar dan bertatahkan batu jamrud yang bentuknya persegi empat" sambung Bob. Menurut pemberitaan dalam koran, pending itu beratnya sekitar tujuh setengah kilo. Dulu - jaman kuno, pemiliknya kaisar Jepang.
"Pikiran macam-macam saja, Jupe, kata Pete. "Mana ada yang mampu mencuri perhiasan seperti itu. Aku berani bertaruh, penjagaannya pasti seketat di bank."
"Bahkan sedikit lebih ketat lagi, kata Jupiter. "Dalam ruangan di mana perhiasan itu dipajang, selalu ada beberapa orang penjaga. Belum lagi kamera televisi yang diarahkan pada Permata Pelangi. sehingga bisa terus-menerus dilakukan pengamatan terhadapnya dari kantor pusat penjagaan. Kalau malam dinyalakan sinar yang tidak kelihatan dan yang jalurnya bersimpang siur di dalam ruangan. Kalau ada orang masuk dan melintasi jalur sehingga sinar terputus, dengan segera alarm berbunyi.
"Tapi itu saja belum cukup. Kotak kaca tempat permata itu dipajangkan, tidak terbuat dari kaca sembarangan saja. Kaca khusus, yang di dalamnya ada kisi-kisi kawat halus. Kawat itu dialiri listrik. Kalau kaca pecah, alarm langsung berbunyi. Sistem aliran listriknya tersendiri. Jadi kalau misalnya ada badai dan arus listrik terputus, alarm itu masih tetap bisa bekerja."
""Takkan ada yang mampu mencuri perhiasan itu!" kata Pete dengan nada yakin.
"Tapi itu merupakan tantangan, kan"" tanya Jupiter.
"Kenapa harus merupakan tantangan" balas Bob bertanya. "Kita ini kan pekerjaannya menyelidiki kejahatan, dan bukan memikirkan cara melakukannya."
Tapi saat ini tidak ada yang perlu kita selidiki," kata Jupiter mengetengahkan alasan. "Mulanya aku mengharapkan Alfred Hitchcock akan menulisi kita, mengenai salah satu problem yang menarik. Tapi sampai sekarang belum ada kabar dari dia! Sedang seorang penyelidik harus bisa memanfaatkan waktu. Jika kita sekarang sudah memikirkan kemungkinan apakah permata Nagasami itu bisa dicuri atau tidak, kita akan memiliki pengalaman berharga kalau nanti menghadapi kasus perampokan permata. Dan kita juga bisa mengetahui jalan pikiran penjahat.
"Kita akan cuma membuang-buang waktu saja," tukas Pete. "Lebih baik jika kita sekarang melanjutkan
latihan menyelam di laut Masih banyak yang perlu kita pelajari tentang cara pemakaian alat-alat selam.
Aku sependapat dengan Pete, kata Bob. "Lebih baik kita berlatih menyelam. Ayahku sudah berjanji akan mengajak kita berkemah ke California Selatan. begitu kita sudah mahir menyelam. Di sana kita bisa menangkap udang besar yang hidupnya di sela-sela batu!
" Kau kalah suara, Jupe, kata Pete lagi. perbandingannya dua lawan satu.
Tapi Jupiter bersakap seolah-olah tidak mendengar mereka.
"Dalam koran ini dikatakan, sekarang merupakan Hari Kanak-kanak di museum itu. Anak-anak di bawah delapan belas tahun boleh masuk dengan membayar setengah harga. Sedang pramuka berpakaian seragam serta kepala rombongan tidak perlu membayar.
"Kita tidak punya seragam pramuka, kata Pete. "Jadi percuma!
Tapi kita kan punya uang lebih hasil pekerjaan kita membantu Paman Titus seminggu penuh, kata Jupiter mengingatkan. "Kecuali itu aku juga perlu istirahat ini kesempatan baik bagi kita untuk pergi ke Hollywood dan menonton pameran Permata Pelangi di Museum Peterson. Setidak-tidaknya, kita perlu melihat wujud permata asli. Mungkin saja kapan-kapan kita mendapat tugas menemukan kembali permata yang hilang.
Aku punya firasat bahwa biarpun satu lawan dua. kita masih tetap akan kalah suara, gumam Bob pada Pete.
"He! Aku punya akal! Tiba-tiba Pete bangkit semangatnya. Aku tahu salah satu cara merampok permata. Permata itu kan batu. Nah - batu itu bisa diapakan saja""
"Diteliti dengan mikroskop, kata Jupiter.
"Dipakai untuk melempari kaleng, jawab Bob.
Ya, betul," kata Pete. Tapi masih ada lagi yang bisa dilakukan dengannya asal ukurannya tidak terlalu besar. Dilontarkan dengan ketapel! Nah - permata itu bisa dicuri dengan cara demikian. Kotak kaca tempat Permata Pelangi dipecahkan. Lalu batu-batu permata itu ditembakkan dengan ketapel lewat jendela terbuka, sementara seorang teman menyambut di luar dengan keranjang. Sesudah itu - cepat-cepat minggat!
"Hebat! kata Bob. Jupiter merenung. Kemudian ia menggeleng- kan kepalanya lambat-lambat.
Rencana itu ada dua kelemahannya, katanya. Pertama: kawanan pencuri yang di luar mungkin bisa minggat dengan permata. tapi yang di dalam pasti akan tertangkap para penjaga. Sedang kelemahan yang kedua lebih menyolok, sambungnya. "Permata-permata itu tidak mungkin bisa ditembakkan ke luar lewat jendela, karena... Jupiter berhenti sebentar.
"Nah - kenapa" tanya Pete tidak sabar.
"Ya, kenapa"" kata Bob ikut bertanya. Menurutku. akal itu bagus.
"Akal itu tidak bisa dilaksanakan, karena di Museum Peterson sama sekali tidak ada jendela, kata Jupiter menjelaskan.
"Bab 2 Keributan di Museum
"Sejam kemudian ketiga remaja itu tiba di kaki bukit kecil. di atas mana terletak Museum Peterson. Bukit itu berseberangan jalan dengan Griffith Park, sebuah tempat rekreasi yang sering didatangi Jupiter serta kedua kawannya untuk berpiknik di situ. Bukit kecil itu ditumbuhi rumput hijau. Di atasnya terdapat sebuah bangunan yang besar sekali dengan dinding berlapis plesteran. DI kiri kanannya ada bangunan tambahan. Masing-masing dengan atap berbentuk kubah. Sebuah jalan selebar dua jalur berkelok-kelok menuju ke sisi belakang gedung itu. sementara satu jalan lain menurun dan merupakan jalan ke luar.
Mobil-mobil besar dan kecil bergerak dengan lambat menyusur jalan masuk. Jupiter, Bob dan Pete berjalan kaki ke atas. Mereka berjalan di tepi sekali, supaya tidak mengganggu kelancaran laju lintas. Tempat parkir nampak sudah terisi mobil yang lumayan banyaknya. Sementara itu masih banyak lagi yang mengalir terus ke dalam. Tidak henti-hentinya nampak penumpang turun.
"Umumnya mereka itu anak-anak. Banyak di antaranya yang memakai seragam pramuka. Puluhan pramuka cilik berpakaian seragam biru dengan Ikat leher keemasan berlari kian kemari dengan berisik. sementara para pimpinan mereka berusaha menenangkan suasana. Rombongan pramuka putri yang berpenampilan anggun memperhatikan anak-anak itu dengan perasaan sebal. Beberapa pramuka remaja bertubuh jangkung nampak pula di situ. Mereka menyandang ran
sel, dengan kapak terselip di pinggang.
Aku ingin mempelajari denah tempat ini, kata Jupiter pada kedua temannya. Kita periksa dulu bagian luar museum."
Mereka berjalan lambat-lambat lewat bagian belakang gedung besar itu. Bob melihat bahwa keterangan Jupe mengenai jendela museum ternyata benar. Dulu di situ ada jendela, tetapi yang terdapat di tingkat dasar dan di kedua bangunan tambahan kini sudah ditutup dengan tembok. Ia begitu sibuk memperhatikan gedung itu, sehingga tidak melihat serombongan pramuka cilik beserta pimpinan mereka yang berjalan ke arahnya.
"Uhh! Maaf, kata Bob. Ia menubruk seorang pramuka cilik. sehingga anak itu terpelanting ke rumput Pramuka itu bergegas bangun kembali sambil tersenyum, menampakkan satu gigi emas yang berkilauan. Anak itu lari bergegas menyusul rombongannya.
Wah, wah! kata Jupiter. "Coba lihat itu!
"Apa yang harus dilihat"" tanya Pete. "Aku tidak melihat apa-apa, kecuali tembok belakang gedung."
"itu - kawat itu!" kata Jupiter. "Kaulihat tidak" itu - kawat listrik itu. yang terbentang dari tiang ke sudut itu lalu masuk ke rumah. Kawat itu bisa diputuskan dengan gampang.
"Siapalah yang merasa perlu memutuskannya, kata Bob.
"Pencuri," jawab Jupiter. Tentu saja itu sama sekali takkan mempengaruhi sistem pengaman di sini, yang kita ketahui bekerja dengan aliran listrik tersendiri. Tapi walau begitu. kemungkinan terputusnya aliran listrik ini saja sudah merupakan satu titik lemah.
Sementara itu mereka sudah selesai mengelilingi gedung, dan "ini menuju ke pintu masuk yang terdapat di depan. Mereka tidak memakai seragam pramuka. Karena itu mereka ditarik uang masuk masing-masing dua puluh lima sen.
Sesampai di dalam, seorang penjaga menyuruh mereka menuju ke kanan.
Ikuti terus tanda panah, kala penjaga itu.
Ketiga remaja itu berjalan lewat sebuah serambi dalam dan sampai di bangunan sayap kanan Mereka memasuki sebuah ruangan besar dengan langit-langit berbentuk kubah. Tinggi puncaknya paling sedikit sama dengan bangunan bertingkat tiga. Semacam balkon terdapat pada setengah bagian ruangan itu. Di situ terpasang tulisan,
"Tutup". "Di dinding tergantung lukisan yang besar-besar, berbingkai pigura berukir-ukir. Lukisan-lukisan itu merupakan bagian dari pameran tetap di museum itu. Tapi saat itu Trio Detektif tidak tertarik untuk melihat lukisan. Mereka datang untuk menonton pameran permata.
"Coba perhatikan, bagaimana cara lukisan-lukisan itu digantungkan, kata Jupiter, sementara mereka berjalan menyusur dinding yang penuh dengan lukisan. "Setiap lukisan tergantung di dinding dengan penggantung yang tidak kelihatan. Dulu lukisan digantungkan dengan kawat panjang, yang terjulur dan papan yang dipasang memanjang dekat langit-langit Sekarang pun kalian masih bisa melihat papan tempat pemasangan kawat-kawat itu, yang dulu dipergunakan ketika raja minyak Peterson masih tinggal di sini.
Pete mendongak. Tapi ia lebih tertarik memperhatikan cara jendela-jendela tinggi yang dulu ada di situ kemudian ditutup sehingga merupakan tembok utuh.
Kenapa jendela di sini semuanya ditembok, ya"" tanyanya. "Kau benar, Jupe - tak mungkin permata bisa ditembakkan ke luar dengan ketapel dari tempat Ini. Tapi aku tidak mengerti, apa sebabnya jendela-jendela ditembok semuanya...
"Alasannya, antara lain agar permukaan dinding menjadi lebih luas, sehingga lebih banyak lukisan yang bisa digantungkan di sini, kata Jupiter. Tapi alasannya yang utama ialah agar bisa dipasang alat pengatur hawa di sini. Kalian rasakan betapa sejuknya hawa dalam ruangan ini" Untuk melindungi lukisan-lukisan berharga supaya jangan lekas rusak diperlukan suhu dan kelembaban yang selalu sama.
Sambil berjalan lambat-lambat mereka mengelilingi ruangan itu, lalu memasuki suatu lorong panjang di belakang gedung, mengikuti serombongan anak-anak yang berjalan sambil cekikikan dan bertolak-tolakan. Mereka tiba di bangunan sayap kiri museum itu, di mana perhiasan permata dipamerkan. Seperti di ruangan sebelumnya, di situ pun setengah ruangan dikitari balkon, tapi undak-undakan untuk naik ke situ dirintangi lengan
tali. Permata Pelangi dipamerkan tepat di tengah-tengah ruangan. Pagar tali yang terbuat dari bahan beludru terpasang mengelilinginya, agar orang tidak bisa terlalu mendekat dan menyentuh kotak kaca.
Tindakan pencegah yang sangat baik, kata Jupiter sambil berjalan mendekatinya. Dengan begitu pencuri tidak bisa memecah kaca, lalu lari.
Mereka berdiri agak lama di depannya, memperhatikan sebutir intan besar yang memancarkan sinar kemilau berwarna biru. Begitu pula jamrud bersinar hijau. "buah batu delima yang nampak menyala seperti bara, serta sebuah mutiara besar yang mengkilat itu batu-batu permata yang paling berharga di antaranya. Tapi masih banyak lainnya yang berwarna-warni seperti pelangi, ditata sekeliling permata-permata yang paling besar. Kesemuanya berkilau-kilauan ditimpa cahaya.
Seorang penjaga di sudut kotak kaca itu mengatakan bahwa perhiasan itu dinilai berharga dua juta dolar. Kemudian mereka disuruhnya terus, dan serombongan pramuka putri yang tertawa-tawa menggantikan mereka berdiri di depan kotak kaca.
Jupiter beserta kedua temannya kini berada di depan sebuah kotak yang ditempatkan lebih dekat ke dinding. di bawah naungan balkon. Dalam kotak kaca itu dipamerkan sebuah pending emas yang mengesankan. Panjangnya sekitar satu meter dan terbuat dari keping-keping emas lebar yang bertatahkan jamrud yang besar-besar berbentuk persegi empat Pinggiran masing-masing keping dihiasi dengan butir-butir mutiara. sementara pada kepala pending terpasang sejumlah intan dan batu delima yang berkilau-kilauan. Melihat ukuran pending itu, pemakainya harus bertubuh besar.
Ini dikenal dengan nama Pending Emas para Kaisar Kuno, kata seorang penjaga yang berdiri dekat situ pada mereka. "Umurnya sudah lebih dari seribu tahun. Berat seluruhnya hampir tujuh setengah kilogram. Tapi nilai sejarahnya jauh lebih tinggi daripada nilai batu-batu berharga yang terpasang di situ. Sekarang silakan terus, supaya yang lain juga mendapat giliran untuk melihatnya.
Ketiga remaja itu meneruskan langkah. melihat kotak-kotak lain yang berisi berbagai jenis benda menakjubkan yang terbuat dari mutiara Nagasami. Mereka melihat angsa, burung merpati, ikan, kijang dan bermacam-macam margasatwa lainnya - semua terbuat dari mutiara yang direkat saling berhimpitan, atau dipasang dalam bingkai kaca yang tembus pandangan. Para pramuka putri di belakang mereka teraduh-aduh karena kagum.
Sementara itu ruangan sudah lumayan penuhnya dengan pengunjung. Pete, Jupe dan Bob berdiri di suatu tempat yang letaknya agak ke pinggir, lalu bercakap-cakap sesama mereka.
"Ruangan ini penuh dengan penjaga, kata Jupiter. Jadi rasanya takkan ada yang bisa merencanakan pencurian siang hari. Perbuatan itu harus dilakukan malam-malam. Tapi itu pun masih menghadapi kesulitan besar. Bagaimana caranya masuk lewat pintu depan, lalu bagaimana melumpuhkan kawat-kawat listrik yang terpasang dalam kotak kaca, Jupiter menggelengkan kepalanya. Aku menarik kesimpulan bahwa perhiasan permata itu aman di sini, kecuali jika pencurinya terdiri dari sekelompok penjahat berpengalaman. Dan karena itu persoalannya...
"Aduh - maaf!" kata seorang laki-laki yang saat itu menubruk Jupiter. Orang itu berjalan mundur sambil memperhatikan arlojinya, sehingga tidak melihat ketiga remaja itu.
"Eh - halo, Mr. Frank," sapa Jupiter.
"Kau mengenalku" Kau siapa"" tanya orang itu dengan ramah.
"Baby Fatso, kata Jupiter mengingatkan. Ia menyebutkan nama yang dulu diberikan padanya "semasa masih kecil. ketika ia ikut bermain dalam satu serial kisah jenaka di televisi. Anda sering tampil bersama kami dalam berbagai show waktu itu. Masih ingat" Anda selalu bermain sebagai pria malang yang harus menanggung akibat kenakalan-kenakalan yang kami lakukan.
"Baby Fatso! Ya, tentu saja! seru orang itu. Tapi nama itu sudah tidak cocok lagi untukmu. Aku sebetulnya masih ingin mengobrol agak lama denganmu, tapi sayang tidak bisa. Sudah saatnya aku beraksi.
Beraksi"" tanya Jupe.
"Lihat saja nanti, pasti asyik!" kata Mr. Frank sambil terkekeh. Nah, itu ada penjaga. Aku harus menarik perhat
iannya. Ia menyaringkan suaranya.
Halo. Pak Penjaga! Penjaga yang berpakaian seragam itu berpaling. Orang itu kelihatannya kepanasan dan karenanya cepat jengkel.
"Ya, ada apa" katanya menggerutu.
Mr. Frank pura-pura terhuyung
"Saya merasa agak lemas," katanya dengan suara berbisik. Saya minta air.
Mr. Frank menarik selembar sapu tangan dari kantong atas jasnya, untuk mengelap kening. Bersamaan dengan sapu tangan itu tertarik pula sebuah benda, yang langsung terjatuh ke lantai.
Benda itu sebuah batu besar berwarna merah, mirip batu delima yang terdapat dalam kotak pameran.
Astaga! Mr. Frank nampak bingung. Kelihatannya seperti orang yang bersalah. Penjaga itu langsung timbul kecurigaannya.
Apa ini! sergahnya. "Di mana Anda mencurinya" Ayo jawab!"
Ia mengulurkan tangannya, hendak memegang bahu Mr. Frank. Mr. Frank berusaha memprotes. Seketika itu juga penjaga meniup peluitnya.
Bunyinya yang melengking menyebabkan semua yang ada dalam ruangan itu berdiri seperti terpaku di tempat masing-masing. Semua berpaling ke arah penjaga itu serta Mr. Frank. Detik berikutnya para penjaga lainnya sudah berdatangan dan mengepung Mr. Frank, yang kelihatan makin bingung dan takut
"Nah, sekarang -" kata kepala penjaga. Tapi ia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. karena saat itu juga seluruh ruang museum menjadi gelap-gulita.
Sedetik keadaan sunyi senyap, disusul suara tegang yang berasal dari sejumlah kerongkongan.
Lampu! Lampu! Hidupkan lampu!"
Tapi lampu-lampu tidak menyala. Kepala penjaga meniup peluitnya.
"Dua orang penjaga berdiri di samping kotak tengah!" serunya. Yang lain-lain menjaga agar jangan sampai ada yang meninggalkan ruangan ini!"
Tiba-tiba ruangan menjadi kacau balau Anak-anak kecil bertangisan, para ibu memanggil-manggil anak-anak mereka. Orang-orang bergerak tak menentu dalam gelap.
""ChIef!" seru seorang penjaga memanggil kepalanya. Saya dikelilingi anak-anak. Saya tidak bisa menghampiri kolak tengah.
Coba terus - harus bisa! terdengar suara atasannya. "Ini perampokan!
Saat itu terdengar bunyi kaca pecah. Bunyi dering alarm yang menyusul semakin mengacaukan suasana ruangan yang sudah hiruk-pikuk.
"Batu-batu permata itu! desis Pete dekat telinga Jupiter. Ada orang hendak mencurinya.
"Tentu saja, Dan nada suaranya terdapat kesan seolah-olah Jupiter menikmati kejadian itu. Ini perampokan permata yang direncanakan masak-masak. Kita harus berusaha pergi ke pintu depan untuk melihat para penjahat pada saat mereka mencoba minggat dari sini."
Mungkin ada jalan lain lewat belakang, seru Bob.
"Risiko itu harus kita ambil!" balas Jupiter. Ayo, ikut aku!"
Jupiter berjalan seperti tank kecil yang merambah hutan yang terdiri dari tubuh anak-anak kecil.
Tapi ketika sudah sampai di pintu, mereka menyadari bahwa para penjaga di sebelah luar takkan mengizinkan siapa pun keluar. Ketegangan semakin memuncak, mendekati titik bahaya.
Ruangan pameran itu penuh dengan orang yang ketakutan, saling mendorong dan tolak-menolak untuk bisa keluar. Sebentar lagi pasti akan ada anak terjatuh. Kalau itu terjadi kemungkinan bahwa anak itu terinjak orang lain besar sekali.
"Saat itu terdengar seseorang berseru dengan lantang. Suaranya bahkan mengalahkan kebisingan dering alarm. Kemudian alarm dengan tiba-tiba berhenti berbunyi, seakan-akan ada yang memutar tombol darurat yang mengatur arus listriknya yang khusus. Suara yang berseru-seru itu kini terdengar dekat sekali. Suara pria, dan berlogat seperti orang Jepang.
"Penjaga di luar! seru orang itu. "Bantu orang-orang keluar, tapi jangan izinkan mereka meninggalkan kompleks. Semua harus digeledah dulu sebelum diperbolehkan pergi!"
Mendengar perintah itu, para penjaga yang semula menghadang di luar pintu bergerak menepi. Orang-orang berdesak-desakan keluar. Jupiter, Pete dan Bob mengikuti arus orang ramai. Mereka melihat betapa para penjaga berusaha mengatur agar orang-orang tetap berkumpul di halaman rumput yang luas di depan, sambil menenangkan para wanita dan anak-anak. Sejenak kemudian datang beberapa mobil patroli polisi dengan sirene mengaung
-ngaung, untuk mengambil alih tugas penanganan.
Di pintu depan terjadi kemacetan. Terlalu banyak yang berjejal-jejal hendak keluar, sehingga tidak ada yang bisa lewat
Yuk, kita bantu, kata Jupiter. Mereka bertiga menahan serombongan pramuka putri, untuk memberi kesempatan pada sejumlah anak yang lebih kecil untuk keluar lebih dulu. Di antara orang-orang yang keluar paling akhir terdapat Mr. Frank. Dengan tampang bingung ia menghampiri Trio Detektif.
Ada apa ini"" tanyanya. "Kelihatannya tadi terjadi perampokan. Tapi aku-"
Saat itu ia disergap seorang penjaga
"Anda saya tangkap!" seru penjaga itu lalu menyeret Mr. Frank yang ribut memprotes.
Aku berani bertaruh, ia pasti tidak berbuat apa-apa, kata Jupiter. "Tapi tentu saja banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab olehnya. Aku ingin tahu apa yang disambar para perampok itu, serta bagaimana cara mereka melarikan diri. Kecil sekali kemungkinannya mereka keluar lewat sini.
Pete memperhatikan orang banyak yang berkerumun di lapangan rumput.
"Kebanyakan wanita dan anak-anak," katanya sependapat
Tentu saja polisi mungkin akan memeriksa setiap orang, kata Jupiter melanjutkan.
Saat itu seorang pria Jepang bertubuh kecil lewat dekat mereka, lalu masuk ke dalam ruangan museum yang gelap-gulita. Orang itu membawa senter yang besar. Kelihatannya ia yang mengepalai di situ. Semenit kemudian ia muncul kembali. Air mukanya menampakkan kebingungan.
"Mereka tidak mencuri Permata Pelangi! serunya pada para penjaga yang masih sibuk mengatur agar semua pengunjung tetap berada di atas lapangan. "Mereka mencuri Pending Emas! Kotaknya pecah sisi atasnya, dan pending itu tidak ada lagi di situ! Setiap orang harus digeledah!"
Mata Jupiter bersinar-sinar.
"Astaga! katanya. "Apa sebabnya justru pending besar yang kuno itu yang dicuri - sementara Permata Pelangi jauh lebih mudah dibawa minggat" Sulit sekali menyembunyikan pending itu di balik pakaian, karena terlalu panjang dan besar.
Mereka itu!" kata Bob sambil menuding dua orang pramuka bertubuh jangkung. Mereka bisa memecahkan kotak kaca dengan kapak mereka, lalu menaruh pending dalam salah satu ransel mereka. Mereka itu pencuri permata yang menyamar!
"Terlalu menyolok." bantah Jupiter. Pasti mereka yang pertama-tama digeledah nanti. Aku berani bertaruh -" ia agak terengah-engah karena tegang - aku berani taruhan, Pending Emas itu tidakkan bisa ditemukan.
Seperti sudah sering terjadi, ramalan Jupiter itu kemudian ternyata tepat. Kedua pramuka itu sedikit pun tidak menolak ketika mereka hendak digeledah. Ransel mereka hanya berisi bahan makanan. Ternyata mereka hendak pergi ke Griffith Park untuk mengadakan hiking di situ sambil masak di luar. Mereka diizinkan pergi. Para pengunjung lainnya diperiksa satu demi satu, dan setelah itu dibebaskan. Sedang Mr. Frank dibawa oleh polisi untuk ditanyai. Akhirnya yang tinggal di situ hanya Bob, Pete dan ,Jupiter.
"Para penjaga mengambil senter lalu masuk ke dalam museum. Tanpa banyak ribut ketiga remaja itu ikut masuk.
Sesampai di dalam nampak bahwa bagian atas kotak kaca tempat Pending Emas ditaruh pecah berantakan. Pending itu sendiri tidak ada lagi di situ. Sedang permata yang di kotak-kotak lain semua masih utuh.
Saat itu laki-laki Jepang yang tadi melihat Jupiter serta kedua temannya ada di dalam, lalu bergegas menghampiri mereka.
"He! Apa yang kalian lakukan di sini" serunya. "Kenapa tidak pulang" Kalian tidak boleh di sini!"
Maaf, Sir, kata Jupiter. Diambilnya selembar kartu nama Trio Detektif dari kantongnya. "Kami ini penyelidik. Memang. kami agak muda untuk itu, tapi mungkin kami bisa menolong Anda."
Laki-laki Jepang itu nampak heran ketika ia membaca kartu nama yang disodorkan. Di situ tertulis:
" TRIO DETEKTlF "Kami Menyelidiki Apa saja"
"""" Penyelidik Satu - Jupiter Jones
Penyelidik Dua - Peter Crenshaw
Catatan dan Penelitian - Bob Andrew"s
Ketiga tanda tanya itu lambang kami, kata Jupiter menjelaskan. Tanda pengenal kami. Artinya pertanyaan yang tak terjawab, teka-teki yang tak terpecahkan, misteri yang tak terjelaskan. Kami berusaha -"
"Omong kosong! Kalian anak-anak Amerika konyol!" teriak laki-laki bertubuh kecil itu sambil mencampakkan kartu nama Trio Detektif ke lantai. Aku, Saito Togati. kepala keamanan Perusahaan Permata Nagasami, tidak berdaya untuk mencegah pencurian Pending Emas para Kaisar Kuno. Aku kehilangan muka! Lalu sekarang tiga anak konyol ingin menambah kesulitanku, mau ikut-ikutan campur tangan. Pergi! Ini pekerjaan orang dewasa. bukan anak-anak!"
Bagi Pete dan Bob, ucapan laki-laki Jepang itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mereka berpaling lalu pergi ke luar dengan lesu Sesaat kemudian Jupiter menyusul, sementara kartu nama mereka ditinggalkan tergeletak di lantai.
Sekali itu mereka menemukan kejadian yang takkan mereka usut.
Bab 3 Telepon dari Alfred Hitchcock
Koran-koran yang terbit keesokan paginya penuh dengan berita tentang teka-teki hilangnya Pending Emas. Bob yang bertugas mengumpulkan catatan untuk Trio Detektif. mengguntingi berita-berita tentang kasus itu dan menempelkannya dalam buku catatan perusahaan. Walau kasus itu tidak mereka tangani tapi Jupiter sangat menaruh minat terhadapnya. Dengan tekun dibacanya semua berita mengenainya.
Sebagian dari berita-berita itu memaparkan fakta-fakta yang sudah mereka ketahui sendiri. Tapi ada juga yang belum. Misalnya bahwa lampu-lampu Museum Peterson dipadamkan oleh seorang laki-laki yang berpakaian seperti tukang. Ada yang melihatnya sedang berjalan menuju sisi belakang museum, sambil membawa tang besar untuk menggunting kawat.
Beberapa menit kemudian ia kelihatan pergi lagi naik mobil barang berukuran kecil yang berwarna hitam. Saat itu tak ada yang merasa curiga terhadapnya. Tapi tidak lama kemudian alarm berbunyi, disusul oleh kejadian yang menggemparkan itu. Jelas bahwa orang itu bersekongkol dengan para pencuri yang ada di dalam museum. Mereka bekerja dengan jadwal waktu yang diatur rapi sekali. Kawan-kawan tukang gadungan itu langsung beraksi, begitu ruangan menjadi gelap-gulita.
Tapi yang menjadi teka-teki besar sekarang siapakah para pencuri itu" Tidak ada yang menyelinap ke luar lewat belakang, karena menurut pemberitaan surat kabar pintu belakang itu langsung dijaga ketat begitu alarm berbunyi. Tidak ada yang lari lewat jendela karena di situ memang sama sekali tidak ada jendela. Semua yang semula ada di dalam keluar lewat pintu depan. Dan semua sudah digeledah.
Berita koran juga mengatakan bahwa Mr. Edmund Frank, seorang aktor, dibebaskan oleh Polisi setelah diinterogasi.
Aku ingin tahu, apa cerita Mr. Frank pada mereka, gumam Jupiter sambil mencubiti bibir bawahnya. ia pura-pura tanpa sengaja menjatuhkan sebutir permata. yang oleh penjaga dikira merupakan barang curian. Mestinya itu hanya lelucon saja, mungkin untuk mencari nama - sedang permatanya tiruan dari kaca.
Kening Jupiter berkerut karena sibuknya berpikir.
"Ini pasti pekerjaan kawanan penjahat yang udah berpengalaman yang beraksi dengan rencana yang sangat rapi, kalanya. "itu bisa kita ketahui dari cara pelaksanaannya. Tapi siapa mereka - terus terang saja saat ini aku buta sama sekali! Begitu pula ke mana mereka pergi, serta bagaimana mereka bisa menyelundupkan Pending Emas keluar,
Jangan-jangan para pelakunya penjaga-penjaga museum itu sendiri! kata Bob dengan tiba-tiba. "Mungkin mereka sengaja bekerja di situ, supaya bisa melakukan perampokan ini."
Pete dan Jupiter memandangnya dengan kagum.
"Boleh juga dugaanmu itu, Bob," kata Pete. Tapi aku punya ide lain. Mungkin para penjahat bersembunyi dalam museum dan baru keluar ketika semua sudah pergi.
Tidak, kata Jupiter sambil menggeleng. "Menurut koran, seluruh ruangan museum sudah diperiksa dengan cermat. Tapi tak ditemukan seorang pun yang tidak memang sudah seharusnya ada di situ.
Gedung-gedung tua semacam itu, biasanya punya kamar-kamar tersembunyi, kata Pete.
"Kalian masih ingat, bilik rahasia yang kita lihat di Green Mansion"" Pete mengingatkan kedua temannya pada petualangan mereka. menghadapi Misteri Hantu Hijau.
Tidak," sela Bob. Kurasa para penjaga. Pasti mereka pelakunya.
Jupiter masih terus sibuk berpikir .
"Aku masih tetap belum mengerti, kenapa Justru Pending Emas yang dicuri, katanya Benda itu sulit disembunyikan, karena ukurannya besar. "Menjualnya juga tidak gampang. Sedang nilainya tidak setinggi Permata Pelangi. Kenapa bukan Permata Pelangi yang mereka curi" Kalau itu kan bisa dengan mudah dimasukkan ke dalam kantong. lalu kemudian dijual tanpa susah-susah. Aku berani bertaruh, jika jawaban atas keanehan ini bisa kita temukan, kita juga akan berhasil membongkar misteri perampokan itu."
Jupiter menyandarkan diri ke punggung kursi putarnya. Seperti sekian banyak benda yang terdapat dalam ruang kantor sempit di Markas Besar Trio Detektif, kursi putar itu barang rombengan yang dibetulkan sendiri oleh ketiga remaja itu.
Kelihatan sekali bahwa Jupiter sedang memeras otaknya. Kalau otak itu mesin pasti akan terdengar bunyi putaran roda-roda giginya.
"Coba kita urutkan saja hal-hal yang sudah kita ketahui saat ini, katanya kemudian. Pertama-tama, lampu tiba-tiba mati. Itu dilakukan seorang dari kawanan penjahat yang berada di luar. Lalu para penjaga terhalang gerak-geriknya oleh para wanita dan anak-anak yang ketakutan. Bisa kita pastikan bahwa para penjahat dengan sengaja melakukan aksi mereka justru pada saat museum khusus dibuka untuk anak-anak Mereka tentu udah memperhitungkan bahwa hal itu akan terjadi."
"Betul," kata Pete.
"Nah! Kemudian, sementara para penjaga sibuk berjaga-jaga sekeliling tempat Permata Pelangi dipamerkan, seseorang memecah kaca sebelah atas kotak tempat Pending Emas ditaruh, lalu mengambil benda berharga itu. Pelakunya harus orang yang jangkung, karena tutup itu agak tinggi letaknya.
"Di antara para penjaga, ada juga yang jangkung, kata Bob mengingatkan.
Betul, kata Jupiter. "Nah - ketika alarm berdering, semua bergegas menuju ke pintu sehingga terjadi kemacetan di situ. Ketika akhirnya semua sudah keluar mereka digeledah oleh Mr. Togati, detektif Jepang yang memimpin tugas pengamanan di situ dengan dibantu oleh para penjaga. Setelah itu kita diizinkan pulang-
Diizinkan" Kita disuruh pulang, kata Pete dengan sebal. "Padahal kau sudah menawarkan diri untuk membantu mereka mengadakan penyelidikan!"
Jupiter kelihatan agak Jengkel, tapi ia hanya berkata. Mereka pasti beranggapan, kita ini masih terlalu muda - jadi takkan bisa banyak membantu. Sayang direktur museum itu bukan Mr. Hitchcock. Coba kalau dia, pasti kita akan diberi kesempatan untuk menangani kasus itu."
Aku tidak begitu kepingin, kata Pete. Sejauh ini kita sama tidak tahu apa-apa seperti polisi.
Ada suatu hal yang sangat mencurigakan, kata Jupiter. "Mr. Frank mungkin tahu lebih banyak daripada yang diakuinya."
Mr. Frank"" Bob dan Pete memandang Jupiter dengan heran. "Apa maksudmu""
" Ingat tidak apa yang terjadi waktu itu"" Jupiter memelankan suaranya sambil mencondongkan tubuh ke depan. "Mr. Frank mengatakan pada kita bahwa saatnya sudah tiba baginya untuk beraksi. Lalu ia menarik sapu tangan dan kantongnya. Ia sekaligus menjatuhkan permata palsu ke lantai. kejadian itu menarik perhatian "orang penjaga yang berdirinya paling dekat. Penjaga itu meniup peluitnya. Lalu - apa yang terjadi sesudah itu""
Apa ya"" kata Bob sambil berusaha mengingat kembali. 0 ya - semua yang ada dalam ruangan itu memandang ke arahnya. Dan para penjaga dengan segera berdatangan untuk mengepung."
Tepat'" kata Jupiter dengan nada puas. Kejadian itu disengaja, untuk mengalihkan perhatian. Menurut perkiraanku, sementara perhatian setiap orang tertuju pada penjaga yang meniup peluit, penjahat yang sebenarnya cepat-cepat melakukan sesuatu tanpa ketahuan,
"Sesuatu itu apa"" tanya Pete.
Aku tidak tahu, kata Jupiter berterus terang. Tapi walau begitu, pengaturan saatnya tepat sekali. Mr. Frank menjatuhkan permata palsu. Seorang penjaga meniup peluit. Para penjaga yang lain bergegas-gegas datang mengerubung. Sesaat kemudian lampu-lampu padam semua. Dan tepat pada saat itu kawanan perampok melakukan salah satu tindakan penting.
Bob tepekur memikirkannya.
Kurasa jalan pikiranmu sudah benar, Jupe," katanya. "Tapi tindakan apa" Sampai
sekarang "belum ada yang tahu siapa para penjahat itu. dan bagaimana mereka sampai bisa menyelundupkan Pending Emas keluar. Jadi kita masih tetap saja seperti semula - tidak tahu apa-apa!"
Ketiga remaja itu terdiam, sibuk memikirkan hal itu.
Saat itu telepon berdering.
Pada deringan ketiga Jupiter meraih gagangnya sambil menyalakan radio kecil yang telah diubah menjadi alat pengeras suara telepon. Dengan begitu mereka semua bisa mengikuti pembicaraan.
Jupiter Jones" Dari alat pengeras suara terdengar suara seorang wanita. "Alfred Hitchcock ingin bicara.
"Mungkin ia punya kasus untuk kita! seru Bob bersemangat Sejak Mr. Hitchcock sutradara kenamaan itu mulai tertarik pada kegiatan Trio Detektif, sudah beberapa kali ia menyalurkan kasus-kasus yang misterius untuk mereka tangani.
"Halo, Jupiter Jones! Kini terdengar suara Alfred Hitchcock sendiri. Kalian sedang sibuk saat ini""
Tidak, Sir!" kata Jupiter. Tepatnya, kami sudah menawarkan diri untuk membantu Museum Peterson menyelidiki kasus perampokan Pending Emas. Tapi kami dikatakan masih terlalu muda,
Mr. Hitchcock terkekeh. "Mereka seharusnya memberi kesempatan pada kalian," katanya setelah itu. Kalau melihat pemberitaan dalam koran, hasil kalian pasti takkan bisa lebih buruk daripada polisi. Tapi di pihak lain, untung saat ini kalian tidak sedang sibuk. Mungkin kalian bisa menolong seorang kawan lama ku. Seorang pengarang!"
Tentu saja kami mau menolong, Mr. Hitchcock," kata Jupiter. "Kesulitan apa yang sedang dihadapi kawan Anda itu""
Sesaat Mr. Hitchcock tidak menjawab. Ia seakan-akan sedang mencari-cari kata yang tepat. Kesulitan apa" Terus terang saja, aku tidak tahu pasti," katanya kemudian. Temanku itu seorang wanita. Ia menelepon, katanya ia mengalami gangguan kurcaci,
"Apa. Sir" Kurcaci"" tanya Jupiter dengan bingung. Pete dan Bob yang mendengarkan juga ikut bingung.
"Itulah yang dikatakan olehnya. Kurcaci. Makhluk kecil sejenis peri, tapi berjenggot dan berpakaian kulit. Hidupnya dalam tanah di mana mereka menggali harta,
"Ya, Sir," jawab Jupiter. "Maksud saya, kami tahu apa kurcaci itu - jika memang ada! Mereka kan cuma terdapat dalam dongeng. Hanya khayalan belaka.
"Betul! Tapi kawanku itu mengatakan. kurcaci-kurcaci yang mengganggunya itu benar-benar ada! Malam-malam mereka menyelinap masuk ke dalam rumahnya, lalu mengubah-ubah letak lukisan dan buku-buku miliknya. Ia pusing sekali menghadapi mereka. Karenanya ia menginginkan bantuan untuk mengusir mereka. Ia sudah ---
halaman 42 43 hilang --- seperti memakai wig, kata Pe"e. Mungkin," ia menyembunyikan pending itu di bawahnya.
Jupiter mengerang. Pete ini, gobloknya kadang-kadang keterlaluan, pikirnya. .
"Aku melihat seorang laki-laki tua yang berjalan dengan tongkat, kata Bob kemudian. Mungkin pending itu disembunyikannya dalam rongga tongkat itu,
Kalian ini sama sekali tidak membantu, keluh Jupiter. Wig - tongkat! Kalau yang dicuri Permata Pelangi, keduanya memang tempat penyembunyian yang baik. Tapi Pending Emas! Mana mungkin barangnya kan terlalu besar dan berat. Coba pikirkan kemungkinan lain,
Tidak ada," kata Pete. pikiranku sudah buntu.
Aku juga," sambung Bob. Teka-teki Pending Emas terlalu sulit bagiku, lebih baik kalau membicarakan kasus kita sendiri saja sekarang. Aku sudah mencari keterangan mengenai kurcaci dalam buku ensiklopedi, dan
"Nanti saja dalam perjalanan kauceritakan, potong Jupiter. "Kulihat Hans sudah menunggu dalam truk.
Anak-anak bergegas ke luar, lalu naik beramai-ramai ke bangku duduk depan, di samping Hans.
Jupiter menyebutkan alamat tujuan mereka, yang letaknya di daerah perdagangan di kota Los Angeles. Truk langsung berangkat.
Sekarang ceritakan apa yang berhasil kauketahui tentang kurcaci, Bob, kata Jupiter.
"Kurcaci itu sebangsa makhluk kecil, yang ternyata hidup dalam perut bumi dan menjaga harta mereka yang tersimpan di situ, kata Bob. Jenis kurcaci ada bermacam-macam. Ada yang tampangnya buruk dan berwatak jahat. ada pula yang ahli bertukang. Mereka mengolah logam mulia, dijadikan perhiasan untuk ratu dan putr
i-putri kurcaci." "Dan mereka hanya ada dalam dongeng, sela Pete. Mereka bukan makhluk sungguhan, melainkan hasil khayalan belaka. Mereka itu makhluk mit - miti
"Mitologi, kata Jupiter, Jadi makhluk dongeng!
"Memang itulah yang hendak kukatakan, tukas Pete "lalu apa yang dilakukan kurcaci-kurcaci yang sebenarnya mitologi dan tidak benar-benar ada di rumah Miss Agawam"
"Justru itulah yang akan kita selidiki sekarang, kata Jupiter.
"Tapi kurcaci itu sebenarnya kan tidak ada, ulang Pete.
Kau keliru, Pete, sela Hans yang selama itu membisu. Di daerah asal ku, di Schwarzwald -"
"Di mana, Hans"" potong Pete. "Sywar - apa""
Schwarzwald! Itu daerah hutan lebat. letaknya di belah selatan Jerman.
Sulit sekali menyebutkan namanya!"
Padahal artinya gampang saja. Hutan Hitam, kata Hans sambil tersenyum. "Nah - di Hutan hitam itu banyak sekali terdapat kurcaci. Setiap orang di sana tahu tentang mereka walau belum pernah ada yang melihat. Schw - maksudku Hutan Hitam itu tempatnya memang angker.
"Nah - kalian dengar sendiri. Hans percaya bahwa kurcaci benar-benar ada. kata Jupiter.
"Dan Miss Agawam juga begitu.
"Tapi sini kan bukan Hutan Hitam," jawab Pete. Kita berada di Amerika. Di Los Angeles. California. Yang ingin kuketahui, mau apa kurcaci-kurcaci itu gentayangan di sini - itu jika mereka memang benar-benar ada."
Mungkin hendak menggali emas, kata Bob sambil nyengir. "Di California sini kan pernah ditemukan emas, walau kejadiannya pada tahun 1849 - jadi sudah hampir satu setengah abad yang lalu. Mungkin kurcaci-kurcaci itu baru mendengar kabarnya sekarang dan karena itu datang untuk ikut mencari. Mereka kan penjaga harta bumi!"
pokoknya apakah kurcaci itu ada atau tidak yang jelas kita menghadapi kejadian yang misterius, kata Jupiter. "Kita sudah hampir sampai. Sebentar lagi akan lebih banyak yang kita ketahui."
Sementara itu mereka sudah tiba di sudut bagian kota Los Angeles yang sudah tua dan kelihatan tidak terpelihara.
Hans memperlambat jalan truknya, mencari-cari alamat yang dituju. Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah bangunan besar yang bagian depannya ditutup dengan papan. Dilihat dari luar kelihatannya seperti istana bergaya Arab, lengkap dengan sejumlah menara serta kubah yang dicat dengan warna keemasan yang sudah luntur dan terkelupas di sana sini. Tulisan yang sudah pudar pada sebuah papan menyebutkan bahwa bangunan itu bernama Moorish Theatre . Papan lain dengan tulisan yang nampak lebih baru menyebutkan bahwa di tempat itu sebentar lagi akan dibangun gedung perkantoran bertingkat dua belas.
Setelah itu mereka melewati pagar tinggi. Di belakangnya ada sebuah bangunan sempit dan gelap, yang nyaris tidak kelihatan dari jalan besar. Kemudian menyusul sebuah bangunan bank. Bentuknya model kuno, terbuat dari batu yang besar-besar. Tapi bagian depannya baru, sehingga kelihatannya jauh lebih modern.
Di blok berikutnya ada supermarket. disusul oleh sederet toko-toko yang agak lusuh. Jelas bahwa mereka berada di daerah perdagangan.
Tempat yang kita cari sudah lewat, kata Jupiter sambil membaca nomor yang terpahat pada batu bagian depan gedung bank.
Kurasa yang tadi itu - yang di belakang pagar, sela Bob. "itu satu-satunya bangunan yang mungkin tempat tinggal orang."
Kita mundur sedikit, Hans, kata Jupiter
Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hans mengundurkan truknya beberapa meter belakang. Kini mereka berada di seberang pagar semak yang tak terawat rapi. Tingginya hampir dua meter. Di balik pagar nampak samar sebuah rumah tua. yang seakan-akan menyembunyikan diri dari kesibukan di luar.
Pete yang melihat papan nama berukuran kecil yang terpasang pada pintu kayu berwarna putih di tengah pagar semak itu.
A. Agawam," katanya sambil membaca. Betul inilah tempatnya. Tapi aku tidak mengerti, kenapa ada yang mau tinggal di "ini. Kalau malam, tempat ini pasti gelap dan angker,
Ketiga remaja itu turun dari truk. Jupiter berjalan mendului, menuju pintu pagar. Pintu itu terkunci. Pada pintu itu terpasang sepotong kertas yang sudah menguning warnanya karena tua, ditaruh bawah kaca Di situ nampak tulisan
tangan yang berukir-ukir.
"Harap tekan tombol bel. Kurcaci serta makhluk kecil lainnya, bersiul!
"Astaga! Apa lagi artinya ini"" kata Pete dengan heran.
Jupiter mengerutkan keningnya.
"Kelihatannya Miss Agawam benar-benar percaya pada makhluk-makhluk dongeng itu. Kita bukan kurcaci Tapi tidak ada salahnya jika kita selidiki makna tulisan ini. Kau yang paling pintar bersiul di antara kita, Pete. Bersiullah!
Pete melongo. Kenapa sih, segala-galanya harus kita lakukan dengan cara yang sulit"" gerutunya. Tapi memonyongkan bibirnya. lalu bersiul menirukan suara burung. Setelah itu mereka menunggu. Tapi mereka tetap terkejut juga, karena tiba-tiba terdengar suara seseorang dan dalam semak pagar.
"Ya - siapa itu"
Tapi dengan segera Jupiter mengerti. Di dalam semak ada sebuah alat pengeras suara berukuran kecil. Lewat alat itu orang rumah bisa berbicara dengan orang yang berdiri di luar pintu, sebelum membukakannya. Alat begitu biasa dipakai di gedung-gedung apartemen, atau di rumah-rumah mewah berpekarangan luas.
Jupiter mengintip ke dalam semak. Di situ dilihatnya sebuah rumah burung. Pasti di dalamnya ada alat pengeras suara, yang dengan begitu terlindung dari gangguan cuaca.
Selamat sore. Miss Agawam, kata Jupiter dengan hormat pada rumah burung itu. "Kami ini Trio Detektif yang diminta oleh Mr. Hitchcock untuk datang menemui Anda guna membicarakan masalah yang sedang Anda hadapi saat ini.
Ah, ya - betul! Sebentar, akan kubukakan pintu, Suara yang terdengar itu lembut dan tinggi seperti kicauan burung.
Kemudian menyusul bunyi mendesum sementara alat pengunci pintu digerakkan terbuka melalui tekanan tombol yang ada di dalam rumah. Pintu pagar terbuka, dan ketiga anak itu masuk ke dalam.
Mereka tertegun sesaat. Mereka merasa seakan-akan dengan tiba-tiba saja sudah tidak berada lagi di tengah kota. Jalanan tidak nampak, terlindung oleh pagar semak yang tinggi. Pada satu sisi pekarangan di mana mereka saat itu berada, tembok batu bata gedung teater yang sudah tidak dipakai lagi nampak menjulang tinggi ke atas.
Sedang di sisi lainnya terdapat dinding gedung bank yang terbuat dari batu-batu besar. Kedua dinding tinggi itu mengapit rumah tua yang ada di tengah pekarangan. Rumah itu sendiri terdiri dari tiga tingkat dan sempit bentuknya. Dindingnya dari kayu merah yang sudah terkelupas kena panas matahari. Di bagian depan ada beranda sempit dengan beberapa kotak kayu berisi kembang. Hanya itu saja yang memberikan kesegaran sedikit di pekarangan itu. Selebihnya, suram semua.
Ketiga remaja yang sedang tertegun sejenak itu serempak mendapat pikiran yang serupa. Semua berpendapat rumah tua itu kelihatannya seperti berasal dari salah satu dongeng. Mirip rumah tempat tinggal seorang penyihir!
Tapi Miss Agawam yang membukakan pintu rumah ketika mereka naik ke beranda depan sama sekali tidak mirip penyihir. Orangnya bertubuh kurus tinggi, dengan tatapan mata riang. Rambutnya sudah putih semua, sedang suaranya ramah sekali.
"Masuklah, Anak-anak, katanya. "Kalian baik hati, mau datang untuk menolongku. Ayo, kita ke kamar kerjaku.
Miss Agawam mendahului berjalan melewati suatu gang yang panjang, masuk ke sebuah kamar yang luas dan penuh dengan rak-rak berisi buku bertumpuk-tumpuk. Dinding yang masih tersisa dipenuhi lukisan dan potret anak-anak.
Silakan duduk," kata Miss Agawam sambil menunjuk ke liga buah kursi. Kuceritakan saja dulu, apa sebabnya aku menghubungi kawan lamaku, Alfred Hitchcock. Sudah beberapa hari ini aku diganggu kurcaci. Beberapa hari yang lalu aku melaporkannya pada polisi yang bertugas di daerah ini. Tapi aku malah ditatapnya dengan pandangan aneh, sehingga aku - yah, pokoknya aku tidak mau bilang apa-apa lagi tentang kurcaci pada polisi itu!
Miss Agawam berhenti sebentar. Saat itu Bob terpekik. Secara kebetulan saja ia memandang ke arah jendela, sementara hendak duduk. Ia terkejut sekali, karena di balik jendela ada makhluk kecil memandang ke dalam. Kelihatannya bukan manusia biasa. Makhluk itu memakai topi berujung runcing ke atas. Mukanya ditutupi janggut putih. Ia menyandang pangkur y
ang sebanding dengan ukuran tubuhnya. Makhluk itu memandang ke dalam dengan wajah masam.
"Bab 5 Kisah Mengenai Kurcaci
" Ada kurcaci'" seru Bob. "Ia mengintip kita!
Tapi makhluk kecil itu sudah menghilang, sebelum ada yang sempat berpaling ke arah jendela.
Sudah pergi lagi, seru Bob sambil meloncat bangkit Tapi mungkin masih ada di pekarangan."
Ia bergegas ke jendela, diikuti oleh Pete dan Jupiter. Jendela itu letaknya terjepit di antara dua buah rak buku. Bob berusaha membukanya. Tapi jari-jarinya menyentuh permukaan kaca yang licin.
Mata Bob terkejap karena kaget
"itu cermin, Bob, kata Jupiter. Kau tadi melihat sesuatu dalam cermin.
Bob berpaling dengan bingung. Sementara itu Miss Agawam berdiri, sambil menuding ke arah berlawanan.
"Jendelanya di sebelah sana, katanya. "Bayangannya memang terpantul dalam cermin itu. Aku memang sengaja mengatur begitu, supaya ruangan ini kelihatan lebih luas."
"Anak-anak berlarian ke jendela terbuka yang letaknya di seberang ruangan. Jupiter menjulurkan badannya ke luar, lalu memandang ke pekarangan.
Tidak ada siapa-siapa, katanya.
Pete ikut melihat. "Pekarangan kosong sama sekali, katanya. "Kau yakin tadi melihat sesuatu, Bob""
Bob merasa bingung. Diperhatikannya tanah yang keras di bawah Jendela. Diamat-amatinya
pekarangan yang kosong, lalu dinding batu bata yang tinggi dari gedung bioskop yang tidak lama lagi akan dibongkar. Tak ada sesuatu pun yang nampak bergerak. Ke mana pun ia memandang, kurcaci berjenggot tadi tetap tidak kelihatan.
Mungkin cepat-cepat bersembunyi ke samping rumah, katanya. "Soalnya, aku yakin melihatnya tadi. Kita harus memeriksa seluruh pekarangan. Ia tidak mungkin bisa keluar, karena pintu pagar terkunci."
Kalau tadi itu benar kurcaci, kalian takkan bisa menemukannya, kata Miss Agawam. Mereka kan memiliki kekuatan gaib.
"Saya rasa kami perlu melakukan pencarian, kata Jupiter padanya. Adakah pintu untuk keluar ke belakang dari sini"
Miss Agawam membawa mereka lewat gang yang tadi, menuju sebuah pintu yang membuka ke sebuah beranda belakang yang sempit Jupiter dan kedua temannya bergegas keluar, lari ke pekarangan.
""Kau ke kiri, Pete!" serunya. "Sedang aku ke kanan, bersama Bob.
Tidak banyak yang perlu diperiksa di pekarangan belakang. Di situ ada beberapa semak yang meranggas. Sisi belakang pekarangan itu dibatasi dengan pagar papan yang tinggi. Di belakangnya ada lorong. Tak ada lubang pada pagar papan itu. Pintunya hanya ada satu, dan pintu itu terkunci. Di tembok samping gedung bioskop ada sebuah pintu darurat yang terbuat dari besi. Tapi ketika diperiksa, ternyata bahwa pintu itu pun terkunci. Bukan itu saja. Pintu itu sudah berkarat Kelihatannya sudah bertahun-tahun tidak pernah dibuka lagi.
Ia tidak keluar lewat sini," kata Bob.
Bob dan Jupiter mengintai ke dalam semak-semak. Setelah itu memperhatikan jendela-jendela kolong rumah. Semua tertutup rapat dan nampak kotor sekali. Kemudian mereka pergi ke pagar semak di depan. Semak-semak di situ rapat sekali tumbuhnya. Biar kurcaci bertubuh kecil pun takkan bisa menembusnya.
Jadi kelihatannya makhluk kecil yang dilihat Bob tadi menghilang dengan begitu saja!
Kemudian Pete datang menggabungkan diri. Hasil penyelidikannya sama seperti mereka. Tidak ada!
Kita periksa saja, kalau ada tapak kaki, kata Jupiter. "Di bawah jendela tadi."
Mereka pergi ke sisi rumah di mana kamar kerja Miss Agawam terletak. Tanah di bawah jendela tadi kering dan keras. Jadi kecil sekali kemungkinannya telapak sepatu membekas di situ.
Tidak ada tapak kaki, kata Jupiter dengan kecewa. "Tapi aku menemukan misteri lain.
"Misteri apa lagi"" tanya Bob.
Jupiter membungkuk untuk memungut sesuatu dari tanah.
Lihatlah! Segumpal tanah lembab. Mungkin terlepas dari telapak sepatu seseorang."
"Atau terjatuh dan kotak kembang Miss Agawam," tukas Bob.
Mungkin juga, sambut Jupiter. "Tapi coba pandang ke atas, ke jendela itu. Ambang bawahnya lebih tinggi dan kepala kita. Katamu tadi. kau melihat sesosok tubuh yang kecil sekali di balik jendela, Bob"
Ya, makhluk kerdil yang tingginya ti
dak sampai satu meter," jawab Bob. "Ia memakai topi runcing. Jenggotnya panjang dan dekil. Ia menyandang pangkur kecil. Aku hanya melihat tubuhnya dari pinggang ke atas. Ia memandang kita dengan air muka seperti marah."
Mana mungkin kurcaci yang tingginya tidak sampai satu meter berdiri di luar sini dan memandang ke dalam lewat jendela yang letaknya hampir dua meter di atas tanah" tanya Jupiter.
Mereka terdiam memikirkan pertanyaan itu.
Akhirnya Pete membuka mulut.
"Ah, tentu saja! Pakai tangga. Kurcaci itu berdiri di atas tangga!"
Tangga" Yang bisa dilipat, ya" tanya Jupiter dengan nada menyindir. Dan tangga itu dikantonginya sebelum ia sendiri menghilang lewat lubang yang tidak kelihatan""
Pete menggaruk-garuk kepala, sementara Bob merenung dengan kening berkerut.
Kurcaci pandai menyihir, katanya kemudian. Pasti ia melakukannya dengan salah satu ilmu sihir."
"Mungkin kau tadi sebetulnya tidak melihat apa-apa, Bob, kata Jupiter. Khayalanmu kadang-kadang kan Suka melantur."
"Aku benar-benar melihatnya!" tukas Bob dengan panas. Aku bahkan sempat melihat matanya yang merah berkilat-kilat."
Kurcaci yang matanya merah berkilat-kilat, kata Pete sambil mengerang. "Aduh! Kau ini benar-benar tidak mau berganti pikiran dan mengatakan bahwa yang tadi itu hanya ada dalam khayalanmu saja, Bob"
Bob mulai sangsi. Bagaimanapun ia tadi hanya sempat melihat sekilas saja.
Entahlah, katanya. "Aku merasa melihatnya-tapi mungkin kau benar, Pete. Saat itu aku sedang melihat pada gambar yang kulihat dalam buku ensiklopedi, lalu - yah. kurasa penglihatan itu hanya ada dalam angan-anganku saja."
"Nah, kalau tadi itu hanya ada dalam bayangan pikiranmu, kita takkan mungkin bisa menemukannya, kata Jupiter. Tapi jika kau sungguh-sungguh melihatnya. mestinya ia bisa menghilang - karena di pekarangan sini sekarang jelas tidak ada.
"Dan tidak ada jalan untuk keluar dari sini," sambung Pete.
Lebih baik kita masuk saja lagi untuk mendengar apa yang hendak diceritakan Miss Agawam tadi pada kita, kata Jupiler mengusulkan. Mereka lantas kembali lewat beranda depan.
Miss Agawam membukakan pintu.
"Kalian tidak berhasil menemukannya, kan"" tanya wanita itu.
Tidak, kata Bob. "Ia lenyap dengan begitu saja, ia tidak mungkin pergi dengan cara lain, kecuali melenyapkan diri.
"Dari tadi itu sudah kukhawatirkan, kata Miss Agawam. "Memang begitulah kebiasaan kurcaci. Tapi jarang sekali orang bisa melihatnya pada siang hari. Sudahlah - kita minum teh saja dulu. Setelah itu akan ku ceritakan pengalamanku selama ini."
Beberapa saat kemudian wanita itu menyambung pembicaraan lagi.
"Aku yakin, kalian pasti bisa membantuku menangani misteri aneh ini, katanya sambil menuangkan teh dari teko porselin. Menurut cerita Mr. Hitchcock. kalian sudah beberapa kali berhasil mengusut kejadian-kejadian yang sangat aneh."
"Memang sudah beberapa kali kami menangani peristiwa yang sangat menarik, kata Pete sambil menerima cangkir teh yang disodorkan padanya. Ia menuangkan susu dan gula banyak-banyak ke dalamnya. Tapi pengusutannya untuk sebagian besar dilakukan oleh Jupe. Ya kan, Bob"
Begitulah - sekitar delapan puluh persen," Kata Bob. Tapi kurasa aku dan Pete ada juga membantu sedikit-sedikit. Betul kan, Jupe" - He, Jupe!
Jupiter agak kaget, karena selama itu ia asyik melirik ke samping, membaca surat kabar yang terletak di sofa yang ada di dekatnya.
"Apa"" tanyanya. Bob mengulangi penjelasannya.
"Kami ini bekerja sama, kata Jupiter kemudian pada Miss Agawam. "Tanpa dibantu oleh Bob dan Pete, saya takkan bisa berbuat apa-apa.
Kulihat kau tadi sedang asyik membaca berita tentang kejadian aneh di museum kemarin, kata Miss Agawam sambil menawarkan kue-kue, yang diambil sekaligus beberapa potong oleh Jupiter. Banyak sekali hal-hal yang misterius di dunia ini, ya""
Jupiter tidak langsung menjawab. karena masih terus menelan kue yang sedang dikunyah. Kemudian ia berkata, "Kami ada di museum itu ketika Pending Emas dicuri orang. Kami benar-benar bingung memikirkan kasus itu. Kami menawarkan diri untuk membantu, tapi yah, oran
g yang berwenang di situ beranggapan bahwa kami masih terlalu muda.
"Kami bahkan disuruhnya pulang! tukas Pete.
Aku yakin, sikapnya itu keliru, kata Miss "Agawam. Tapi kalau kupikir kepentinganku sendiri, aku senang bahwa kalian tidak sibuk dengan urusan lain saat ini. Tapi sebelum kita membicarakan soal ku, kita minum teh saja dulu dengan tenang sambil makan kue. Aku tidak suka membicarakan hal-hal yang serius sambil makan. Ia menuangkan teh lagi untuk mereka, serta menyodorkan kue-kue. Bob dan Pete sebenarnya lebih suka jika diberi minuman segar. Tapi teh juga lumayan. jika diminum dengan susu dan gula banyak-banyak. Sedang kue-kuenya enak sekali.
"Ah - aku jadi teringat pada masa lalu," kata Miss Agawam dengan gembira sementara mereka asyik makan dan minum. Dulu. boleh dibilang setiap minggu aku mengadakan jamuan teh untuk kurcaci-kurcaciku sendiri.
Bob tersedak mendengar kalimat yang terakhir itu.
"Maksud Anda, Anda dulu biasa mengundang anak-anak daerah sini untuk datang dan minum teh bersama Anda"" tanya Jupiter setelah beberapa saat Mereka itu Anda sebut kurcaci- kurcaci Anda"
"Ya. Betul! kata Miss Agawam dengan wajah berseri-seri. Kau pandai sekali menebak. Aku tidak mengerti, bagaimana kau bisa mengetahuinya.
"Dengan teknik deduksi."' kata Jupiter. Ia menuding foto-foto yang terpasang di dinding. "Di dinding banyak sekali terpajang foto anak-anak dengan pakaian mode puluhan tahun yang lalu. Kebanyakan foto-foto itu dibubuhi tulisan, 'Salam manis untuk Miss Agatha' atau kata-kata sejenis."
Lalu rak yang di sebelah pintu penuh dengan buku-buku karangan Anda sendiri. Menurut Mr. Hitchcock, Anda pengarang. Saya tadi sempat melihat beberapa judul buku Anda, seperti Liburan Kurcaci yang Menyenangkan, lalu Tujuh Kurcaci Cilik Karenanya saya lantas menarik kesimpulan bahwa Anda dulu suka menulis mengenai makhluk-makhluk khayalan seperti itu, dan bahwa Anda mungkin suka bercanda dan menyebut anak-anak teman Anda kurcaci atau peri.
Pete dan Bob memandang Jupiter sambil melongo. Mereka juga melihat foto-foto serta buku-buku itu. Tapi mereka tidak menaruh perhatian khusus ke situ.
"Keteranganmu tepat sekali! n Miss Agawam bertepuk tangan dengan gembira. Tapi ada satu hal yang keliru. Katamu tadi, kurcaci itu makhluk khayalan, itu keliru! Mereka makhluk yang benar-benar ada. Aku yakin sekali mengenainya.
"Dulu. ketika aku masih kecil ayahku termasuk orang berada, dan aku punya pengasuh khusus-seorang wanita yang berasal dari Bavaria. Ia tahu semua cerita yang asyik-asyik tentang kurcaci serta makhluk-makhluk cilik lainnya yang berdiam di hutan Hitam. Kemudian, ketika aku mulai menjadi pengarang, kutuliskan semua cerita yang pernah dikisahkan pengasuhku itu pada ku. Aku dihadiahinya sebuah buku besar yang dibawanya dari tempat asalnya. Buku itu dalam bahasa Jerman tapi ada gambar-gambarnya.
Miss Agawam bangkit untuk mengambil sebuah buku dari rak. Buku itu besar dan kelihatannya sudah tua. Sampulnya berlapis kulit.
Buku ini dicetak seabad yang lalu di Jerman, kata Miss Agawam sambil membalik-balik halaman buku itu yang terbuat dari kertas tebal sementara anak-anak mengerubung. Penulisnya seseorang yang pernah tinggal berbulan-bulan lamanya dalam Hutan Hitam. Sebagai ilustrasi, ia juga membuat gambar-gambar dari makhluk makhluk kecil itu. Coba kalian lihat gambar ini! Miss Agawam menuding sebuah gambar yang mengisi satu halaman penuh. Gambar itu menampakkan seorang laki-laki bertubuh kecil sekali yang bertampang menyeramkan dan memakai topi runcing terbuat dari kulit. Telinga orang itu besar dan berbulu, begitu pula tangan dan kakinya. Ia menyandang pangkur bergagang pendek. Matanya terbelalak
"Seperti inilah tampang yang kulihat mengintip ke dalam dari balik jendela tadi - kalau aku tidak keliru, kata Bob.
" Penulis buku ini menyebut dia ini 'Raja Kurcaci yang Jahat', kata Miss Agawam. "Kurcaci-kurcaci ada yang Jahat dan suka iseng, tapi ada juga yang baik hati. Menurut penulisnya, kurcaci yang jahat matanya merah berkilat-kilat.
"Uhh! Bob kaget karena teringat pada mata merah yang dil
ihatnya sekilas tadi. Atau tepatnya-yang menurut perasaannya dilihat tadi.
Miss Agawam membalik-balik halaman buku itu lebih lanjut lalu menunjukkan gambar-gambar kurcaci biasa yang pakaiannya sama seperti yang tadi, tapi tampangnya tidak sejahat Raja Kurcaci.
"Kurcaci-kurcaci yang kulihat, kelihatannya persis seperti gambar-gambar ini, katanya kemudian sambil menutup buku itu kembali. Karena itulah aku lantas tahu bahwa mereka kurcaci dan memang benar-benar ada. Nanti akan kuceritakan apa yang kualami. Tapi sebelumnya aku masih ingin bercerita dulu tentang masa lalu, ketika aku ini pengarang buku-buku tentang Makhluk-makhluk Kecil yang Terkenal.
Miss Agawam mendesah. Jelas sekali bahwa ia senang mengenangkan masa lalunya itu.
Setelah orang tuaku meninggal, kisah-kisahku kemudian menjadi populer sekali. Banyak penghasilan yang kuterima dari penjualan buku-bukuku itu. Tentu saja itu sudah lama berlalu - lama sebelum kalian dilahirkan. Tapi anak-anak dulu sering datang ke sini untuk meminta agar aku menandatangani buku-buku ku yang mereka beli. Aku sangat suka pada anak-anak. Anak-anak di daerah sini semuanya kawanku.
Tapi kemudian segala-galanya berubah di sekitar sini. Rumah-rumah tua dan pohon-pohon dirobohkan semua, diganti dengan toko-toko dan kantor-kantor. Teman-temanku yang dulu menjadi besar lalu pindah ke tempat lain. Banyak yang berusaha membujukku agar mau menjual rumah ini dan ikut pindah. Tapi aku tidak mau. Dan dulu aku selalu tinggal di sini dan aku berniat akan tetap tinggal di sini - biar apa pun perubahan yang terjadi. Kalian bisa memahami aku bahwa aku tidak ingin pergi dan rumah tuaku ini" tanyanya
Ketiga remaja itu mengangguk.
"Keadaan berubah-ubah terus, kata Mis Agawam sambil mengeluh. "Gedung bioskop sebelah ini pun akhirnya terpaksa ditutup beberapa tahun yang lalu karena kekurangan penonton. Soalnya, tidak banyak lagi orang tinggal di sekitar sini. Aku memasang kartu di pintu depan untuk kurcaci-kurcaciku, supaya mereka bersiul apabila ingin datang berkunjung dan mengobrol tentang masa silam dengan aku. Kadang-kadang ada juga yang datang berkunjung. Tapi mereka sudah besar-besar semuanya sekarang. Sudah dewasa beranak dan bahkan ada yang sudah bercucu! Jadi bisa kaubayangkan sudah berapa lama masa itu berlalu.
Miss Agawam berhenti sebentar. Anak-anak bisa membayangkan dengan jelas, bagaimana riwayat wanita tua itu.
"Mungkin memang sebaiknya aku pindah sekarang, kata Miss Agawam kemudian. Miss Jordan, orang yang akan membongkar gedung bioskop di sebetah ini dan membangun gedung perkantoran di tempatnya, sudah meminta agar aku mau menjual padanya sehingga ia bisa membangun gedung yang lebih besar ukurannya. Tapi, tidak! Aku dilahirkan di sini dan aku bertekad akan tetap tinggal di sini - tak peduli berapa banyak gedung perkantoran yang nanti dibangun di sekeliling tempatku ini!"
Saat ia berbicara begitu, Miss Agawam kelihatan bersemangat sekali. Jupiter, Bob dan Pete bisa membayangkan wanita tua itu menantang siapa saja yang berani mencoba membujuknya agar mau menjual rumahnya. Sementara itu Miss Agawam menuangkan sisa teh dalam teko ke dalam cangkirnya sendiri.
"Nah - sekarang aku sudah cukup bercerita tentang masa lalu. Kini tiba waktunya untuk membicarakan persoalan sekarang. Sebetulnya aku sama sekali tidak menyangka akan melihat kurcaci yang sebenarnya, biarpun sudah bertahun-tahun mengarang kisah-kisah mengenai mereka. Tapi beberapa malam yang lalu aku melihat mereka.
Coba Anda ceritakan, kata Jupiter. Bob, jangan lupa mencatat."
Bob mengeluarkan buku catatannya. Ia sangat mahir mengetik dan menulis steno, karena mengambil keduanya sebagai mata pelajaran keterampilan di sekolah. Ia juga ingin menjadi wartawan seperti ayahnya, apabila sudah dewasa nanti.
Tidurku biasanya selalu nyenyak, kata Miss Agawam, tapi beberapa malam yang lalu aku terbangun sekitar tengah malam. Aku merasa seperti mendengar bunyi asing. Kedengarannya "seperti ada yang mencangkul, jauh di dalam tanah!"
"Mencangkul" Tengah malam"" tanya Jupiter.
"Ya, betul! Mula-mula kusangka aku saja yan
g salah dengar. Mana mungkin ada orang mencangkul saat tengah malam. Tidak mungkin, kecuali-
"Kurcaci, kala Pete menyelesaikan kalimat itu.
Ya, kurcaci,n kata Miss Agawam. "Aku bangun dari tempat tidurku. lalu pergi ke jendela. Saat itu aku melihat pemandangan aneh di pekarangan. Ada empat sosok tubuh kecil-kecil sedang bermain-main di situ. Empat laki-laki bertubuh kecil sekali, dengan pakaian yang nampaknya terbuat dari kulit, sedang bermain loncat-loncatan dan berjungkir balik di pekaranganku. Tentu saja saat itu aku tidak bisa melihat mereka dengan jelas. Aku membuka jendela dan berseru menyapa mereka. Tapi saat itu juga mereka menghilang!
Ia memandang ketiga remaja itu dengan kening berkerut.
Aku yakin bahwa aku saat itu tidak sedang bermimpi. Keesokan harinya aku melapor pada polisi yang bertugas patroli di daerah sini. Officer Horowitz! Sayang kalian tidak ikut melihat bagaimana caranya ia memandangku waktu aku menyampaikan laporan itu. Huh!
Mata wanita tua berkilat-kilat karena jengkelnya
Ia kemudian mengatakan, aku harus hati-hati merawat diri. Ditanyakannya pula apakah tidak sebaiknya aku cepat-cepat pergi berlibur saja. Saat itu juga aku bersumpah tak mau mengatakan apa-apa lagi tentang kurcaci pada polisi!"
Setelah beberapa saat Miss Agawam tertawa
"Aku tersinggung saat itu karena disangka sinting," katanya. Tapi dua malam berikutnya aku terbangun dan mendengar kurcaci-kurcaci itu lagi. Tapi aku berpura-pura hanya mendengarnya dalam khayalanku sendiri saja dan tidak menceritakannya pada siapa-siapa. Tapi malam ketiga, akhirnya aku tahu pasti bahwa mereka memang ada.
"Aku menelepon keponakanku dulu, Roger. Ia tinggal di sebuah apartemen. Beberapa mil dari sini. Ia bujangan dan satu-satunya kerabatku. Aku memintanya agar segera datang. Ia menyanggupi akan datang dengan segera, begitu ia selesai berpakaian.
Sambil menunggu kedatangan Roger, aku memutuskan untuk melihat ke dalam ruang bawah tanah dari mana suara-suara itu kedengarannya berasal. Tanpa menyalakan lampu sama sekali, aku menyelinap menuruni tangga yang menuju ke kolong. Sementara bunyi mencangkul itu semakin nyaring kedengarannya. Dengan tiba-tiba aku menyalakan senter yang kubawa dan kalian tahu, apa yang kulihat saat itu"
Anak-anak mengikuti kisah Miss Agawam dengan tegang.
Apa" tanya Bob. Miss Agawam menatap ketiga remaja itu
ganti-berganti. Kemudian ia berkata dengan suara dilirihkan,
"Aku tidak melihat apa-apa.
Bob mendesah karena kecewa. Semula ia sudah merasa pasti bahwa Miss Agawam melihat - ah ia tidak bisa menebak apa yang dilihat Miss Agawam saat itu Tapi pasti sesuatu!
"Tidak, aku tidak melihat apa-apa, ulang wanita tua itu. "Aku berpaling. Maksudku hendak kembali ke atas dan menunggu kedatangan Roger. Nah - saat itulah aku melihat sesuatu!"
Mata Bob membesar kembali.
"Aku melihat sesosok tubuh kecil. Tingginya sekitar satu meter. Ia memakai topi yang meruncing ke atas, baju dan celana dari kulit serta sepatu berujung lancip. Mukanya ditutupi jenggot putih yang dekil, sedang satu tangannya memegang pangkur kecil. Di tangannya yang satu ada lilin menyala. Diterangi cahaya lilin. aku melihat matanya terbelalak memandang ke arahku. Matanya merah menyala-nyala!"
Persis seperti mata yang kulihat menatap dari balik jendela tadi!" seru Bob.
Ya, tadi itu pasti kurcaci," kata Miss Agawam sependapat.
Jupiter mencubiti bibir bawahnya. Ia kelihatannya sedang sibuk berpikir.
"Lalu, apa yang terjadi setelah itu"" tanyanya.
Miss Agawam meneguk tehnya. Nampak bahwa tangannya agak gemetar.
Kurcaci itu menggeram, sambil mengangkat pangkurnya dengan sikap mengancam. Tapi tiba-tiba ia memadamkan lilin yang dipegangnya. Detik berikutnya kudengar bunyi pintu di ujung atas tangga dibanting. Ketika aku akhirnya sudah cukup berani untuk mendaki tangga dan membuka pintu, ternyata aku tidak bisa. Pintu itu terkunci dari luar. Aku terjebak di kolong rumah!
Ketiga remaja itu mendengarnya dengan mata terbuka lebar. Tiba-tiba mereka semua juga Miss Agawam terlonjak kaget, karena tahu-tahu terdengar suara berdebam di se
berang kamar itu. "Bab 6 Pembicaraan Aneh
"Astaga!" kata Miss Agawam. "Apa itu tadi"
Tapi pertanyaan itu dijawab sendiri olehnya.
Wah, rupanya lukisan diriku yang jatuh dari dinding!
Jupiter serta kedua lemannya lari menghampiri sebuah lukisan besar berpigura keemasan yang tergeletak menelungkup di lantai. Pete dan Jupiter menegakkannya kembali. Ternyata itu lukisan Miss Agawam ketika ia masih muda.
"Pelukis yang membuatnya dulu juga membuat ilustrasi buku-bukuku," kata Miss Agawam menjelaskan.
Lukisan itu menampakkan wanita tua itu ketika masih muda, duduk di atas rumput sambil membaca buku, sementara berbagai makhluk aneh-aneh yang semua bertubuh kecil mengerubunginya untuk ikut mendengarkan.
Lukisan itu digantungkan dengan selembar kawat ke papan gantungan yang terpasang di tepi langit-langit kamar. Dan kawat itu rupanya yang putus. Jupiter memeriksa bagian kawat yang putus itu.
" Kawat ini ternyata tidak secara kebetulan saja putus, Miss Agawam," katanya dengan wajah serius. "Ada yang mengikirnya sampai tipis sekali. hingga pasti putus pada suatu saat."
"Aduh!" Miss Agawam menyentuhkan sapu tangan ke mukanya. "Pasti kurcaci-kurcaci itu lagi yang melakukannya. Malam itu, ketika - ah, cerita ku tadi belum sampai ke situ.
Sa"ya rasa kami bisa membetulkan kawat ini untuk Anda, Miss Agawam, kata Jupiter. "Lalu setelah itu kami gantungkan kembali lukisan ini ke dinding. Sementara kami bekerja. Anda bisa meneruskan cerita tadi.
Dengan hati-hati sekali lukisan itu dibalikkan. Pete yang paling terampil di antara mereka bertiga, mengikat kedua ujung kawat yang putus itu.
Bob sibuk mencatat sementara Miss Agawam melanjutkan ceritanya. Ia hanya sebentar saja terkurung dalam ruangan di bawah tanah itu. Karena tidak lama kemudian Roger sudah datang. Ia bisa masuk sendiri, karena memiliki kunci. Begitu mendengar ada orang di atas, Miss Agawam menggedor-gedor pintu sambil berteriak-teriak. Roger membebaskannya dari kurungan gelap itu. Roger mendengarkan dengan sopan, sementara bibinya menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Tapi dari air mukanya. Miss Agawam tahu bahwa Roger sama sekali tidak percaya. Mi"s Agawam merasa yakin bahwa Roger pasti mengira bibinya berjalan dalam tidur. dan pengalamannya itu hanya ada dalam mimpinya belaka.
"Sebentar, Miss Agawam, kata Jupiter menyela "kami hendak menggantungkan lukisan ini dulu.
Pete berdiri di atas sebuah kursi, dan Jupiter menyodorkan lukisan itu padanya. Tiba-tiba Bob melihat mata Jupiter bersinar-sinar. Dan Bob langsung tahu maksudnya.
Jupiter mendapat ilham! "Ada apa, Jupe"" bisik Bob, sementara Pete turun lagi dan kursi. Air muka Jupiter menampakkan kepuasan terhadap dirinya sendiri.
Kurasa aku sudah berhasil menemukan jawaban atas teka-teki hilangnya Pending Emas! bisiknya.
"0 ya" lalu - bagaimana jawabannya" Bob harus menahan diri benar-benar, agar jangan sampai meneriakkan kata-katanya. Lagipula bagaimana kau sampai bisa menemukannya sekarang di tempat ini"
Petunjuk tetap merupakan petunjuk, di mana pun hal itu ditemukan, kata Jupiter dengan suara pelan. Nanti saja kita membicarakannya. Sekarang kita masih punya tugas lain, menolong Miss Agawam.
Bob mendesah. Ia tahu, Jupiter takkan mengatakan apa-apa lagi sebelum ia beranggapan bahwa waktunya sudah tiba untuk itu. Bob berusaha membayangkan petunjuk macam apa yang mungkin ditemukan Jupiter. Tapi ia tak berhasil. Karenanya ia kembali mengarahkan perhatian "penuhnya pada Miss Agawam, yang sementara itu sudah melanjutkan kisahnya lagi.
Roger mengajakku menginap di apartemennya, tapi aku tidak mau," kata wanita tua itu. "Ia masih menunggu beberapa lama lagi. Tapi kami tidak mendengar apa-apa. Karenanya ia lantas pulang.
Malam itu tidak terjadi apa-apa lagi. Tapi malam besoknya, aku kembali mendengar suara-suara aneh itu. Aku sadar bahwa seharusnya aku menelepon Roger lagi. Tapi sikapnya pada malam pertama - aku dikatakannya pasti mimpi buruk- yah, pokoknya aku tidak mau meneleponnya saat itu. Aku tidak mau ia menyangka aku mendengar dan melihat yang bukan-bukan.
Aku menyelinap tu run dengan hati-hati sekali. Aku masih sempat mendengar bunyi pintu belakang ditutup. Dalam ruang perpustakaanku ini kulihat sejumlah lukisanku dicampakkan ke lantai. Buku-bukuku diturunkan semua dari atas rak. Ada di antaranya yang disobek-sobek halamannya. Aku mendapat kesan, seolah-olah para kurcaci itu memang sengaja hendak berbuat jahat. Rupanya, saat itulah kawat penggantung lukisan itu dikikir sampai hampir putus.
Hatiku benar-benar tidak enak. Keesokan harinya aku menelepon Roger. Ia datang dengan segera. Tapi ia tidak mau percaya bahwa segala-galanya itu perbuatan kurcaci. Dengan hati-hati sekali ia mengatakan bahwa mestinya aku sendirilah yang melakukannya. Ia juga mengatakan, mungkin ada baiknya jika aku bepergian selama beberapa waktu, untuk menenangkan pikiran. Aku marah sekali, sehingga keponakankan itu bisa dibilang kuusir pergi! Soalnya, aku tahu bahwa yang kualami itu benar-benar terjadi. Aku sama sekali tidak gentayangan dalam tidur dan mengigau! Tapi di pihak lain - apa sebetulnya yang sedang terjadi"" tanya Miss Agawam dengan nada bingung, sambil meremas-remas tangannya. "Aku benar-benar tak mengerti - semuanya begitu misterius!
Pete dan Bob juga sama "saja, tidak mengerti. Kalau melihat Miss Agawam, sukar sekali untuk tidak mempercayai kebenaran ceritanya. Tapi pihak lain, ceritanya itu tidak masuk akal!
"Yang pertama-tama perlu dilakukan, kata Jupiter kemudian, "kita harus menemukan bukti bahwa kurcaci-kurcaci itu benar-benar ada dan mengganggu Anda, Miss Agawam.
Ternyata remaja itu biasanya berakal panjang itu kali ini tidak berhasil menemukan jawaban yang bisa memuaskan.
"Ya, tentu saja!" kata Miss Agawam sambil mendekapkan kedua tangannya. "Kalau bukti itu sudah kita temukan, kemudian kita akan bisa mengetahui sebab-sebabnya."
"Sekarang kita harus memasang jebakan, kata Jupiter padanya.
Jebakan macam apa"" tanya Pete.
"Jebakan berupa manusia, jawab Jupiter. "Satu di antara kita harus menginap di sini dan nanti berusaha menangkap salah satu kurcaci itu."
Menangkapnya, ya" Lalu siapa di antara kita yang harus melakukannya"
"Kau Pete. Menurut rencanaku, kaulah orangnya."
"He! Nanti dulu!" seru Pete memprotes. "Aku tidak mau dijadikan jebakan untuk menangkap kurcaci. Pekerjaan macam begitu sama sekali tak kusenangi. Biarpun aku tidak percaya kurcaci itu benar-benar ada, tapi aku juga tidak kepingin mengambil risiko."
"Orang yang ditempatkan di sini harus kuat, gesit dan tabah," kata Jupiter. "Aku cukup kuat dan keberanianku juga lumayan, tapi kalau soal gesit - nanti dulu. Bob cukup gesit, karena kakinya sudah sembuh dari cedera, sedang keberaniannya bisa dibandingkan dengan singa. Tapi tenaganya, kalah kalau dibandingkan dengan kita. Jadi tidak ada pilihan lain, Pete. Hanya kau saja di antara kita bertiga yang kuat gesit dan juga berani."
Pete meneguk liurnya. Mau bilang apa lagi, jika orang lain mengatakan dirimu tabah, padahal kau sendiri sama sekali tidak merasa begitu"
"Kenapa kita tidak beramai-ramai saja tinggal di sini nanti malam"" tanyanya. "Tiga kan lebih baik daripada hanya satu. Dengan begitu kita bisa silih berganti menjaga."
"Malam ini aku harus ikut orang tuaku bertamu ke rumah bibiku," kata Bob. "Jadi aku tidak bisa."
Tapi kau kan tidak ada tugas apa-apa. Jupe, kata Pete. "Besok hari Minggu, jadi perusahaan paman dan bibimu tentu tutup. Bagaimana jika kau berdua yang menjaga di sini nanti"
Jupiter mencubit-cubit bibir bawahnya.
"Ya. baiklah, katanya kemudian. Mungkin itu lebih baik. Jelas kita berdua akan lebih mampu menangani situasi yang mungkin timbul, daripada seorang saja. Bagaimana, Miss Agawam - Anda kan tidak keberatan jika saya dan Pete menemani Anda malam ini di sini""
"Aku malah senang sekali! kata Miss Agawam Di depan ujung tangga ini ada kamar yang bisa kalian pakai. Tapi kalian sungguh-sungguh mau" Aku tidak ingin melibatkan kalian ke dalam bahaya.
Para kurcaci itu tidak mengapa-apakan Anda Miss Agawam, kata Jupiter. "Saya rasa mereka itu tidak bermaksud jahat Tapi kita harus melihat mereka dan kalau bisa meringkus satu di antarany
a, supaya bisa tahu ada apa sebetulnya di sini. Nanti kalau sudah gelap kami akan datang lagi dan menunggu kemunculan mereka. Kami akan menyelinap masuk, supaya tidak ada yang tahu bahwa di sini ada orang lain kecuali Anda.
"Baguslah kalau begitu, kata Miss Agawam Aku akan menunggu kedatangan kalian. Kalian tekan saja tombol di luar, nanti akan kubukakan pintu dari sini.
Ketika mereka sudah berada di jalan lagi Pete langsung bertanya, "Nah, apakah kesemuanya itu hanya ada dalam khayalannya saja, Jupe" Itulah yang sedari tadi ingin kuketahui!
" Entahlah - mungkin saja begitu," kata Jupiter sambil merenung. "Tapi tingkah lakunya tidak persis orang yang biasa diganggu bayangan khayal yang bukan-bukan. Mungkin saja ia benar-benar melihat kurcaci."
Ah, kau ini!" kata Pete dengan nada mengejek. Zaman sekarang ini, siapa sih yang masih percaya pada kurcaci""
"Ada juga beberapa orang, kata Jupiter. Seperti halnya ada yang masih percaya akan adanya hantu."
Saat itu Bob menyela. Tahun 1938 kalangan ilmuwan gempar karena ada yang menemukan ikan aneh. Ikan itu mulanya disangka sudah punah sejak jutaan tahun yang lalu. Ikan itu namanya coeldcanth. Dan kini diketahui bahwa ikan itu masih ada dalam jumlah ribuan atau bahkan jutaan di laut.
"Nah -," Bob semakm bersemangat sekarang. katakanlah memang benar-benar ada ras manusia kerdil yang disebut kurcaci itu. Katakanlah pada zaman purbakala mereka terpaksa menyembunyikan diri di bawah tanah, karena ras manusia yang bertubuh lebih besar hendak membunuh dan memakan mereka. Kalau itu yang terjadi, kan mungkin saja mereka benar-benar ada! Sama saja halnya dengan ikan coelacanth. Bedanya cuma sampai sekarang belum ada yang pernah menangkap kurcaci."
Pemikiran yang baik sekali," kata Jupiter. Penyelidik yang bermutu memang perlu memikirkan setiap kemungkinan yang ada. Nanti malam kita akan datang, siap menghadapi segala kemungkinan.
Ia berdiri sambil melayangkan pandangannya ke jalan. Pete sudah tidak sabar lagi.
Ayolah - kita masuk saja ke truk sekarang. lalu pulang, ajaknya. Sekarang sudah saatnya maka malam. Aku sudah lapar.
"Kurasa kita perlu berjalan sebentar mengelilingi blok ini dulu," kata Jupiter. Kita sudah memeriksa pagar sebelah depan dan belakang dari dalam, tapi dari luar belum.
Maksudmu untuk melihat apakah ada satu tempat lewat mana kurcaci-kurcaci itu bisa keluar"" tanya Bob.
Tepat, jawab Jupiter. "Mungkin jika kita memeriksa dengan lebih teliti lagi nanti kita akan melihat sesuatu yang tidak nampak tadi.
Mereka langsung berjalan menuju gedung bioskop tua yang terletak di pojok jalan, sementara Pete masih terus mengomel bahwa ia sudah lapar.
Pintu-pintu gedung itu ditutupi dengan papan dan penuh dengan gambar-gambar reklame yang sudah robek-robek. Ketiga remaja itu meneruskan langkah ke balik sudut jalan. lalu menyusur ke bangunan itu. Akhirnya mereka tiba di mulut sebuah lorong.
Lorong ini yang di belakang rumah Miss Agawam, kata Jupiter. "Kita masuk saja ke sini lalu memeriksa pagar belakang rumahnya.
Masuk beberapa meter dalam lorong itu, mereka melewati sebuah pintu besi yang terdapat di sisi belakang gedung bioskop tua itu. Pada pintu itu ada tulisan yang sudah memudar. Tulisan itu berbunyi, "PINTU PANGGUNG". Pintu itu ternganga sedikt. Tahu-tahu mereka mendengar gumam suara-suara orang berbicara di dalam.
Aneh," kata Jupiter. Di depan kan ada tulisan Tutup' dan 'Dilarang Masuk'.
Aku ingin tahu, seperti apa keadaannya di dalam, kata Pete. Rasa ingin tahunya mulai timbul. Pasti menyeramkan.
Jupiter duduk di undak-undakan yang terdapat di depan pintu. Ia pura-pura mengikat tali sepatunya sambil berusaha menangkap pembicaraan di dalam. Tapi ia hanya bisa mendengar gumam suara-suara, seperti yang berbicara itu dua orang.
Itu dengar! kata Pete "Ssst!" desis Jupiter. "Baru saja kutangkap kata-kata Pending Emas."
Pending Emas" Wah! Jangan-jangan -" bisik Bob.
" Diam dong!" Jupiter mendengarkan dengan penuh minat "Sekarang aku menangkap kata museum .
Astaga! Jangan-jangan ini tempat persembunyian para pencuri itu
'" bisik Pete. Matanya makin membesar. "Kalau benar begitu, bukan main!"
"Kita harus berusaha mendengarkan lebih banyak lagi. sebelum melapor pada polisi, gumam Jupiter. .
Ketiga remaja itu datang lebih dekat ke pintu. Sekali lagi mereka mendengar kata museum diucapkan dengan jelas. Mereka semakin merapat ke pintu. karena ingin mendengar lebih banyak Pintu yang agak ternganga itu membuka ke dalam karena terdorong tubuh mereka. Ketiga remaja itu terjerembab ke dalam.
Mereka berusaha bangun. Tahu-tahu kerah baju mereka dicengkeram orang.
"Mr. Jordan!" seru orang yang menyergap mereka itu. "Panggil polisi! Ini - ada beberapa orang anak masuk tanpa ijin!
"Bab 7 Dalam Gedung Teater
"Seorang laki-laki bertubuh gempal dengan alis lebat dan air muka galak menyentakkan Pete dan Bob ke atas sehingga keduanya berdiri lagi.
Jangan coba-coba lari!" sergah orang itu. Mr. Jordan! Ini - masih ada satu lagi! Tangkap dia'"
"Lari, Jupe!" seru Pete. "Panggil Hans!"
Tapi Jupiter tidak beranjak dari tempatnya.
"Anda salah duga!" katanya dengan gaya orang dewasa. "Karena mendengar suara-suara dalam bangunan kosong yang akan digusur, kami tadi lantas mendapat kesan bahwa di dalam ada orang-orang yang tak berkepentingan. Kami masuk karena ingin mengetahui itikad mereka dulu, sebelum menghubungi pihak berwajib.
Hah"" laki-laki bertubuh gempal itu menatapnya sambil melongo. Apa katamu""
Jupiter kadang-kadang mengambil siasat berbicara dengan kalimat yang sulit-sulit dalam keadaan terjepit. Gayanya itu hampir selalu mengagetkan orang-orang dewasa yang berhadapan dengannya.
"Saat itu seorang laki-laki lagi muncul di belakang yang pertama Orang yang baru datang itu nampak lebih muda, sedikit lebih kurus dan berambut pirang.
"Tenang. Rawley, katanya sambil tersenyum geli. "Anak ini hanya mengatakan bahwa ia mendengar kita berdua berbicara, lalu menyangka bahwa kita masuk tanpa izin. Mereka hendak meyakinkan dugaan itu dulu, sebelum memanggil polisi.
"Kalau itu maksudnya tadi, kenapa tidak bilang begitu"" tukas Rawly. Rupanya ia orang yang cepat marah. Aku benci pada anak sok pintar yang kalau bicara seperti kamus.
"Aku Frank Jordan. pemilik bioskop ini, kata laki-laki yang lebih muda pada ketiga remaja itu. Tepatnya, aku membeli bangunan tua ini dengan maksud menggusurnya. lalu membangun gedung perkantoran di sini. Aku tadi sedang mengecek keadaan dengan Rawley. Dia ini pegawaiku, penjaga malam di sini Apa sebabnya kalian mendapat kesan bahwa adanya kami di sini mencurigakan""
"Sepanjang pengetahuan kami tak ada orang yang diperbolehkan masuk kemari, kata Jupiter. Tapi Pete yang merasa kesal karena tadi diringkus dengan kasar cepat-cepat memotong.
"Kami mendengar kalian tadi berbicara tentang Pending Emas! Itulah sebabnya kami menjadi curiga. Apalagi setelah mendengar kalian menyebut-nyebut museum pula!"
"Tampang Raw"ley mulai masam kembali.
Mr. Jordan, katanya. "Anak-anak ini sinting! Pengacau! Panggil polisi, kataku!"
Aku yang berwenang mengambil tindakan di sini, Rawley, kata Nr. Jordan. Tapi ia kelihatannya heran mendengar ucapan Pete. Pending Emas"" katanya. "Seingatku, aku sama sekali tidak menyebutkan kata-kata itu.
Tapi saat berikutnya ia tersenyum
Ah! Sekarang aku mengerti!" katanya dengan nada lega. "Seperti sudah kukatakan tadi aku bermaksud hendak menggusur bangunan tua ini. Aku tadi mengatakan pada Rawley, bagian dalam bangunan ini begitu mewah warna-warnanya penuh dengan emas - sehingga kelihatannya seperti museum, lalu kukatakan pula, sebetulnya aku merasa sayang untuk menggusurnya. Nah-rupanya kalian hanya menangkap kata-kata penuh dengan emas . Maksudku, penuh dengan warna-warna keemasan. Kalian tidak menangkap kata-kataku itu dengan jelas. 'Penuh dengan emas' kalian kira Pending Emas!' Rupanya kalian bertiga ini terlalu banyak membaca berita sensasi mengenai perampokan di museum itu.
"Mr. Jordan tertawa geli. Tapi Rawley masih tetap masam.
"Mereka terlalu banyak berkhayal, gerutunya.
Untung kau sendiri sama sekali tidak bisa berkhayal " kata majikannya. Kau sama sekali tidak merasa
Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terganggu oleh bunyi-bunyi aneh, yang menyebabkan dua penjaga malam sebelumnya minta berhenti.
"Bunyi-bunyi aneh"" sela Jupiter. Minatnya
mulai bangkit Bunyi-bunyi apa itu""
"Ketukan-ketukan misterius dan suara mengerang dan entah dari mana datangnya, kata Mr. Jordan. Tapi penjelasan yang masuk akal pasti ada. Walau harus kuakui bahwa ruangan gedung ini memang terasa menyeramkan, karena begitu luas dan gelap. Padahal dulu sewaktu masih baru, gedung bioskop ini indah sekali. Mungkin kalian ingin melihat-lihat sebentar di sini. Nanti kalian akan melihat sendiri hiasan ruangan serba indah dan penuh dengan warna emas. yang kukatakan tadi, kata Mr. Jordan sambil tersenyum.
Ketiga remaja itu menyambut tawaran itu dengan gembira.
Nyalakan lampu, Rawiey! kata Mr. Jordan pada pegawainya, lalu mengajak anak-anak menyusur gang yang panjang dan sempit yang diterangi oleh sebuah bola lampu saja.
Semakin jauh mereka masuk ke dalam gang itu, semakin gelap pula keadaan sekeliling mereka.
Tiba-tiba Bob terpekik karena ada sesuatu lewat dekat mukanya.
Kelelawar! serunya. Betul, kata Mr. Jordan di tempat gelap itu. Gedung ini sudah lama sekali kosong, sehingga sekarang banyak kelelawar di sini. Dan tikus. Tikus yang besar-besar!"
Bob meneguk liur karena merasa seram Tapi ia diam saja, sementara di atas kepalanya terdengar bunyi kelepak sayap. Namun bulu tengkuknya kemudian terasa seperti berdiri semua, ketika mendengar bunyi berderak-derik aneh di ujung gang yang sedang mereka telusuri. Bunyi itu diselingi suara-suara seperti orang mengerang.
Jangan takut, kata Mr. Jordan. Bunyi yang kalian dengar itu disebabkan oleh tali-temali serta katrol-katrol yang dulu dipakai untuk menggantungkan dekor di panggung. Ini bukan hanya gedung bioskop saja. tapi dulu juga sering dipakai untuk pertunjukan musik, tari-tarian dan juga sulap. Ah - rupanya Rawley sudah menyalakan lampu panggung.
Cahaya remang-remang agak mengurangi kegelapan di dalam, sementara mereka berempat muncul di atas panggung teater itu. Dari tempat mereka berada nampak kursi-kursi kosong, berjejer-jejer sampai jauh ke belakang. Di atas kepala. seperangkat lampu hias yang terbuat dan kaca berwarna-warni memancarkan cahaya suram. karena permukaannya penuh debu.
Kedua sisi samping panggung dibatasi dengan tirai merah yang nampak antik, penuh dengan hiasan rumbai-rumbai berwarna keemasan. Dinding-dindingnya penuh dengan gambar-gambar adegan pertempuran para ksatria. semua dengan baju perang berwarna keemasan. Seperti dikatakan Mr. Jordan, dalam ruangan itu begitu banyak sepuhan warna emas, sehingga menimbulkan kesan seakan-akan tempat ini suatu museum.
""Gedung teater ini dibangun pada tahun-tahun dua puluhan, kata Mr. Jordan. Waktu itu orang beranggapan, gedung bioskop gayanya harus seperti istana atau puri. Gedung ini dibangun seperti mesjid gaya Arab-Spanyol. Kalian tahu kan, berabad-abad lamanya Spanyol berada di bawah kekuasaan orang Arab yang datang menyerbu dari Afrika Utara. Semuanya di sini dibuat meniru-niru gaya itu. Tangga-tangganya, lalu menara-menara yang ada di atas atap. Tapi begitulah - kesenangan orang berubah mengikuti perkembangan jaman.
Setelah itu ia berbalik dan mengajak anak-anak kembali. Saat itu sesuatu yang gelap nampak melintas di panggung, di depan mereka.
Tikus, kata Mr. Jordan. Selama bertahun-tahun, mereka hidup bebas di tempat ini Pasti binatang-binatang itu tidak senang jika bangunan ini nanti digusur. Nah - sekarang kalian sudah tahu seperti apa rupanya gedung teater tua ini. Datanglah beberapa minggu lagi kemari, untuk menonton kami merobohkannya!"
Anak-anak diantarkannya ke luar. Begitu mereka sudah kembali berada di lorong belakang, pintu ditutup olehnya. Rapat-rapat.
Huh!" kata Pete. Kelelawar! Tikus-tikus besar! Pantas penjaga malam tidak ada yang tahan.
"Mestinya binatang-binatang itulah yang menyebabkan timbulnya bunyi-bunyi aneh di sini," kata Jupiter. "Terus terang saja, ketika aku tadi mendengar gumaman suara yang bunyinya seperti 'Pending Emas', aku langsung merasa yakin bahwa secara kebetulan kita m
enemukan petunjuk penting untuk kasus perampokan di museum itu. Tapi penjelasan Mr. Jordan sangat masuk akal. Aku bisa menerimanya."
"Sebetulnya asyik juga ya kalau kita berhasil menangkap para perampok itu, setelah dilarang ikut serta dalam pengusutannya, kata Pete sambil mendesah. Tapi kurasa kemungkinan untuk itu kecil sekali.
"Memang," kata Jupiter membenarkan. "Jangan lupa, saat ini kita kan hendak menolong Miss Agawam. Jadi ayolah - kita lanjutkan pemeriksaan ke lorong ini.
Mereka berjalan dalam lorong itu. lalu memeriksa papan-papan pagar tinggi yang membatasi bagian belakang pekarangan Miss Agawam. Tapi ternyata bahwa tidak ada satu pun papan yang lepas. Pintu pagar terkunci rapat.
:Tidak mungkin ada yang bisa masuk atau keluar lewat sini,"' kala Jupiter. Ia mencubiti bibir bawahnya. "Aneh! Benar-benar aneh."
Aku sudah lapar sekali, sela Pete. Kita pulang saja yuk!
"Ya, kurasa saat ini tidak ada lagi yang bisa kita perbuat," kata Jupiter.
Mereka kembali ke truk, di mana Hans menunggu dengan sabar sambil membaca koran.
Sementara truk itu kemudian meluncur sela-sela keramaian lalu lintas kota, Bob berpaling pada Jupiter. Ia hendak menanyakan petunjuk apa yang secara ,tiba-tiba ditemukan, atau diingatnya waktu masih berada di rumah Miss Agawam tadi sehingga Jupiter mengatakan bahwa ia sudah berhasil menemukan jawaban atas teka-teki Pending Emas.
Tapi dilihatnya Jupiter duduk bersandar dengan air muka yang menunjukkan bahwa ia sedang sibuk berpikir. Bob tahu, kalau temannya itu sudah begitu, ia tidak suka diganggu dengan berbagai pertanyaan.
Karena itu Bob tidak jadi bertanya.
"Bab 8 Tamu Tak Dikenal
Pete cepat-cepat turun begitu truk sudah sampai di tempat penimbunan barang-barang bekas di mana Jupiter tinggal bersama paman dan bibinya.
Aku harus cepat-cepat pulang, kata Pete. "Baru teringat sekarang - hari ini hari ulang tahun ayahku. Ibu membuat hidangan istimewa untuk merayakannya. Nanti aku kembali lagi, selekas mungkin.
Usahakan agar sudah ada di sini pukul delapan," kata Jupiter. "Dan jangan lupa minta izin untuk menginap bersama aku di rumah salah seorang kawan Mr. Hitchcock. Bilang besok pagi kita mungkin sudah kembali lagi."
"Beres," Pete melompat ke atas sadel sepedanya lalu pergi. sementara Bob dan Jupiter turun dari truk. Saat itu bibi Jupiter muncul dari bangunan kecil tapi rapi yang dipakai sebagai kantor perusahaan jual beli barang bekas itu.
"Ada tamu. Jupiter, katanya. Sudah setengah jam la menunggumu.
" Tamu"" kata Jupiter dengan perasaan heran. Siapa orangnya"
"Namanya Taro Togati. Anak Jepang - tapi bahasa Inggrisnya lancar. Sambil menunggu tadi bercerita tentang cara membuat mutiara. Untuk itu dipakai tiram yang sudah dilatih. Pokoknya semacam begitulah!
Wanita itu tertawa. Orangnya periang dan baik hati walau ia paling senang menyuruh-nyuruh Jupiter serta kedua kawannya bekerja keras.
Sebentar lagi akan kutemui dia, Bibi Mathilda, kata Jupiter. "Sebelumnya aku Ingin minta izin dulu. Bolehkah aku malam ini menginap di rumah kawan Mr. Hitchcock, bersama Pete" Dia itu orang pengarang yang diganggu bunyi-bunyi aneh pada malam hari."
"Bunyi-bunyi aneh" Yah, kurasa boleh saja -
Jika ia merasa lebih enak ditemani dua anak yang besar-besar dan kuat," Mrs. Jones tertawa lagi. Baiklah, Jupiter. Kau bisa ke sana naik truk, dan beso"k pagi minta pada Hans untuk menjemputmu lagi."
Bibi Jupiter itu melantangkan suaranya.
"Jupiter dan Bob sudah datang, Taro, serunya. Sambil menambahkan pada kedua remaja itu, Setengah jam lagi kita makan malam, ia pergi ke rumah.
Seorang remaja yang besarnya kira-kira sepantar dengan Bob, muncul dari dalam kantor. Pakaiannya rapi sekali. Setelan biru tua, lengkap dengan dasi. Ia memakai kaca mata berbingkai emas. Rambutnya disisir lurus.
Senang sekali saya bisa berkenalan denganmu. Jupiter-san, katanya. Bahasa Inggrisnya sedikit terdengar berlogat Jepang. Tambahan kata "san di belakang nama itu juga merupakan kebiasaan orang Jepang. "Dan denganmu juga, Bob-san. Saya Taro, putra Saito Togati, detektif kepala dari Perusahaan Pe
rmata Nagasami. "Halo, Taro, kata Jupiter sambil menyalami anak itu. "Kami sudah berjumpa dengan ayahmu kemarin.
Air muka Taro Togati berubah, kelihatannya agak kurang enak. Ia mengeluarkan selembar kartu nama yang agak lusuh dari kantongnya.
"Ya, saya tahu, katanya. "Maaf, jika ay"ah saya saat itu bersikap kasar. Tapi saat itu ia sangat gelisah. Sangat bingung! Saya memungut kartu nama kalian. Dari situ saya mengetahui nama kalian. Saya melihat kalian menolong orang-orang keluar di pintu. Hal itu saya laporkan pada ayah saya. Ia menyuruh saya ke mari untuk mengucapkan terima kasih dan sekaligus meminta maaf.
"Ah itu sama sekali tidak perlu Taro, sela Bob "Kami tahu, ayahmu saat itu sedang bingung. "Dan kurasa untuk mengejar pencuri permata, kami ini memang agak terlalu muda. Saat ini kami sedang menangani kasus kurcaci yang misterius.
Kurcaci" Mata Taro yang sipit agak membesar. Ah, saya tahu maksudmu. Itu kan makhluk-makhluk kecil yang kerjanya menggali harta di bawah tanah. Aku belum pernah melihat mereka. Tapi di tanah air saya, di Jepang, banyak sekali cerita mengenai mereka. Mereka itu berbahaya sekali. Kalian jangan sampai tertangkap oleh mereka."
"Kami kalau bisa malah ingin menangkap satu dari mereka, kata Jupiter. "Untuk meyakinkan apakah mereka benar-benar ada, seperti kata hikayat.
Sementara mengobrol, Jupiter mengambilkan beberapa kursi kebun yang terbuat dari besi yang sudah karatan. Mereka lantas duduk.
Ayahmu sudah berhasil menemukan kembali Pending Emas atau belum, Taro"" tanya Jupiter sambil lalu untuk menyembunyikan rasa ingin tahunya yang menyala-nyala.
Sayang, Jupiter-san, keluh Tara Togati. baik ayahku, maupun para penjaga dan juga polisi sampai sekarang belum berhasil menangkap para pencuri itu, atau menemukan Pending Emas. Sama sekali tidak ada - anu - tidak ada petunjuk sedikit pun. Ayah saya malu sekali karenanya. Pending Emas dicuri di depan hidungnya! Jika ia tidak berhasil memperolehnya kembali nama baiknya akan rusak dan ia akan terpaksa minta berhenti."
""Gawat kalau begitu, Taro, kata Bob ikut prihatin.
Jupiter mencubiti bibir bawahnya tanda bahwa ia sibuk berpikir.
"Coba ceritakan apa saja yang sudah berhasil diketahui sampai sekarang, Taro." katanya.
Taro memaparkan hasil pemeriksaan cermat yang dilakukan oleh kepolisian terhadap setiap orang yang dianggap mencurigakan. Tapi dari pemeriksaan itu tidak diperoleh satu tersangka pun yang mungkin melakukan pencurian itu. Juga tidak berhasil diketahui cara mengeluarkan pending itu dari museum. Ayah Taro dan juga polisi menarik kesimpulan bahwa para pencuri mengambil Pending Emas dan bukan Permata Pelangi karena letak kotaknya di samping. Sedang Permata Pelangi dipamerkan di tengah ruangan dan langsung dijaga ketat begitu alarm berbunyi. Tentu saja pending antik itu nilainya lebih rendah daripada Permata Pelangi dan mengeluarkannya dari museum juga lebih sulit Tapi mencuri lebih gampang.
Tapi siapa pencuri itu dan bagaimana cara mereka membawa pending kuno itu keluar, tidak ada yang bisa menebak," kata Taro dengan sedih.
Para penjaga!" kata Bob dengan Tiba-tiba. "Seorang dari mereka mungkin saja pencurinya. Pending itu bisa disembunyikannya dengan gampang, yaitu dengan jalan menggantungkannya dalam kaki celana.
"Para penjaga itu orang pilihan semuanya, kata Taro. "Ayahku sendiri menanyai mereka satu-satu sebelum mereka diterima. Kecuali jika ia tertipu. Itu mungkin saja. Aku akan mengatakan padanya.
"Bagaimana dengan Mr. Frank. aktor itu"" tanya Jupiter. "Maksud ku, yang menjatuhkan permata palsu itu.
Taro bercerita bahwa polisi mulanya sudah yakin sekali. Mr. Frank pasti terlibat dalam rencana perampokan itu. Tapi Mr. Frank membeberkan kisah yang sederhana sekali dan bisa diterima akal sehat. Kata aktor itu, ia disewa seorang wanita lewat telepon. Ia disuruh datang ke museum dan tepat tengah hari harus menjatuhkan sebutir batu permata imitasi berukuran besar dan kantongnya, dan sesudah itu harus bersikap seolah-olah takut karena bersalah.
Kata wanita itu, tindakan itu merupakan siasat untuk mendapa
t publisitas. Setiap orang di Hollywood sudah biasa menghadapi perbuatan untuk menarik perhatian seperti begitu. Perbuatan yang bagaimanapun anehnya, kalau untuk mendapatkan publisitas dianggap biasa saja. Wanita itu berjanji pada Mr. Frdnk, apabila ia berhasil membuat namanya tercantum dalam surat kabar, bersamaan dengan fakta bahwa ia sebentar lagi akan ikut main dalam film Perampokan Besar di Museum" ia benar-benar akan kebagian peran penting dalam film itu.
Mr. Frank setuJu saja. Lewat pos diterimanya sebutir permata palsu berukuran besar serta uang kertas lima puluh dolar satu lembar. Setelah itu ia hanya melakukan tugasnya. Jelas bahwa kawanan pencuri menyewa Mr. Frank untuk menimbulkan keributan sebagai pengalih perhatian, sesaat sebelum perampokan terjadi Tapi rupanya ia sama sekali tidak tahu bahwa ia merupakan bagian dari suatu aksi perampokan.
Tampang Jupiter saat itu memancarkan rasa puas yang kadang-kadang muncul apabila ia mendapat akal.
Seperti sudah kusangka dari semula." Aku mengangguk. Dan polisi serta ayahmu tentu saja menarik kesimpulan bahwa para perampok sengaja memilih hari itu sebagai saat terbaik untuk melakukan aksi perampokan mereka, ya""
"Betul," Taro mengangguk. Tapi ayahku masih tetap bingung, bagaimana caranya sampai pending itu bisa diselundupkan keluar."
Kini Jupiter mengambil sikap sok penting.
"Siapa bilang dibawa keluar"" katanya. Taro dan Bob memandangnya dengan heran. "Pending itu masih ada dalam museum!
Masih dalam museum! seru Bob.
Tapi tempat itu kan sudah diperiksa dengan teliti sekali, dari ujung atas sampai ke bawah sekali!"' bantah Taro. Pending itu tidak ditemukan. Dicari dalam ruang-ruang kantor, dalam kamar kecil - pokoknya di mana-mana diperiksa! Coba kaujelaskan maksudmu itu, Jupiter-san.
"Hari ini, kata Jupiter. "ketika sedang sibuk dengan kasus lain, aku tiba-tiba melihat suatu petunjuk yang kurasa bisa menjelaskan teka-teki hilangnya Pending Emas. Dihubungkan dengan fakta-fakta yang sudah diketahui, kurasa jawabannya haruslah
"Ia berhenti berbicara. sementara Bob dan Taro menunggu dengan napas tertahan.
Bob, sambung Jupiter. "kau ingat tidak, ketika lukisan Miss Agawam jatuh tadi" Aku menggantungkannya kembali bersama Pete.
Bob mengangguk. "Betul." katanya. "Lalu""
"Ketika aku sedang memegang kan lukisan itu yang ukurannya lumayan besanya, kata Jupiter. Aku melihat bahwa pada bagian belakangnya antara kain kanvas dan pinggiran pigura terdapat ruangan yang dalamnya beberapa sentimeter. Nah! Di Museum Peterson kan banyak tergantung lukisan yang besar-besar. Aku lantas menarik kesimpulan -"
Bob meneruskan kalimat itu. karena sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh kawannya itu.
"Di bagian belakang beberapa lukisan itu mungkin terdapat ruang yang cukup besar, antara kain lukisannya sendiri dengan piguranya yang berukir-ukir! katanya. "Bisa saja pending kuno itu cepat-cepat diselipkan ke dalam salah satu rongga itu sementara keadaan dalam museum sedang gelap dan kacau balau!"
"Ini mungkin saja merupakan perbuatan suatu kawanan pencuri, kata Jupiter. "Kita tahu, ada seorang wanita menelepon Mr. Frank. Mungkin saja wanita itu bekerja sama dengan pencuri yang sebenarnya.
"Taro cepat-cepat bangun dari tempat duduknya. Kelihatannya bersemangat sekali.
Aku yakin sewaktu seluruh museum diperiksa. tidak ada yang melihat ke balik lukisan! katanya. "Ini akan segera kulaporkan pada ayahku.
"Orang yang menyembunyikannya itu barang kali berniat hendak datang lagi mengambilnya apabila keadaan sudah mereda, kata Jupiter. Tapi karena museum sejak itu ditutup, takkan mungkin sudah diambil. Katakan "ada ayahmu balkon pun jangan lupa diperiksa.
Tapi balkon kan ditutup, bantah Taro.
Cuma dengan tali saja, jadi siapa pun bisa melewatinya. Lukisan di balkon merupakan tempa persembunyian yang sangat baik, karena takkan ada yang terpikir sampai ke situ.
Terima kasih, Jupit"r-san!" seru Taro dengan mata bersinar-sinar. Kurasa idemu itu hebat sekali! Maaf, aku ingin segera kembali untuk menyampaikannya pada ayah ku.
Taro bergegas lari ke lu ar menuju sebuah mobil yang menunggu. Sementara itu Bob memandang Jupiter dengan kagum.
Wah - hebat sekali kesimpulanmu itu, Jupe, katanya. "Mungkin kau berhasil membongkar rahasia pencurian Pending Emas, walau Mr. Togati tidak mengizinkan kita ikut menangani kasus itu.
Sesaat Jupiter kelihatan agak sangsi.
"Barangkali masih ada lagi kemungkinan lainnya, katanya. Tapi tidak dengan segala fakta yang sudah diketahui, hanya yang tadi itu saja satu-satunya jawaban yang cocok. Mengingat tidak mungkin pending itu sudah dibawa keluar, jadi tentunya masih ada di dalam museum. Sedang satu-satunya tempat yang belum diperiksa cuma di belakang lukisan saja. Aku tidak bisa menemukan cacat dalam jalan pikiranku itu.
"Untukku itu sudah hebat sekali! kata Bob.
Yah, besok akan kita ketahui juga benar tidaknya, kata Jupiter. "Sekarang aku masih harus membenahi peralatan menangkap kurcaci, untuk dibawa ke rumah Miss Agawam. Besok pagi aku akan menelepon ke rumahmu. Kau bisa ikut dengan Hans untuk menjemput kami.
Bob menggeleng-gelengkan kepala dengan heran.
"Kau sungguh-sungguh beranggapan akan bisa menangkap kurcaci, Jupe"'" tanyanya. "Atau apakah menurutmu keponakan Miss Agawam benar, bahwa bibinya itu gentayangan di dalam tidurnya, sedang segala yang dialaminya itu hanya ada dalam angan-angannya saja"""
Untuk sementara aku tidak menarik kesimpulan apa-apa," jawab Jupiter. "Orang bisa saja berbuat yang aneh-aneh di dalam keadaan tidur. Aku pernah mendengar kejadian tentang seseorang yang begitu cemas memikirkan perhiasan yang ada dalam lemari besinya. Dalam tidurnya ia pergi ke situ. membuka pintunya, lalu mengambil perhiasan dan menyembunyikannya di salah satu tempat yang begitu sulit. sehingga ketika ia terbangun keesokan paginya perhiasan itu tidak bisa lagi ditemukan olehnya. Nah! Kalau Miss Agawam ternyata berbuat seperti itu, aku dan Pete nanti malam akan bisa menjadi saksi. Kami berdua " akan berhasil meyakinkan dirinya mengenai kenyataan itu. Tapi kini mata Jupiter bersinar-sinar. jika benar-benar melihat kurcaci atau sesuatu yang sejenis dengannya, kami akan sudah siap untuk menangkap satu di antaranya.
"Bab 9 Menyiapkan Diri
"Kurcaci-kurcaci itu sibuk menggali. Bob melihat sejumlah sosok tubuh yang kecil-kecil mengayunkan pangkur mereka, jauh di ujung lorong bawah tanah yang berbatu-batu itu.
Ia maju terus, sambil merangkak-rangkak. Dalam hati ia menyesal, apa sebabnya Pete dan Jupiter tidak ada bersamanya saat itu. Ia sebetulnya tidak ingin masuk lebih jauh ke dalam terowongan itu, karena sekelilingnya sudah gelap sekali. Tapi karena sudah begitu dekat, ia merasa tak boleh sampai menjatuhkan nama Trio Detektif.
Dengan hati berdebar keras, ia bergerak semakin mendekat. Akhirnya ia sudah merunduk di sebelah luar sebuah rongga yang mirip gua, di sana para kurcaci itu sibuk bekerja. Tiba-tiba ia bersin, karena banyak sekali debu beterbangan.
Saat itu juga semua kurcaci berhenti bekerja, ada yang dengan pangkur terangkat ke atas. Dengan pelan- pelan sekali mereka berpaling ke arahnya.
Bob sudah bersiap-siap hendak lari. Tapi begitu sekian pasang mata kurcaci tertatap ke arahnya. ia tidak bisa bergerak lagi. Seolah-olah terpaku di tempatnya. Ia merasa seperti disihir. Sedikit pun tidak keluar bunyi dari mulutnya.
Kurcaci-kurcaci itu memandangnya, tanpa bergerak Kemudian didengarnya bunyi langkah di belakangnya. Sesuatu yang sangat asing dan menakutkan datang menyelinap mendekatinya. Bob mencoba berpaling untuk melihat tapi sedikit pun ia tidak mampu bergerak.
Sebuah tangan besar seperti cakar mencengkeram, lalu menggoncang-goncang dirinya."
"Bob! Terdengar suara menggaung, bergema dalam ruang gua itu. "Bob! Bangun!
Suara itu melenyapkan pesona yang menguasai dirinya. Bob menggeliat-geliat.
"Lepaskan aku! teriaknya. Lepaskan!
Kemudian ia mengejapkan mata. Ia berbaring di tempat tidurnya sendiri, sedang Ibunya berdiri di sisi sambil memandang dirinya.
Kau mimpi, Bob" tanya ibunya. Kulihat kau menggeliat-geliat sambil mengoceh dalam tidurmu. Karena itu kubangunkan."
"Astaga betul, ru panya aku mimpi, kata Bob dengan perasaan lega. Jupiter tadi menelepon atau tidak""
Menelepon" Untuk apa ia menelepon malam-malam begini" Baru saja beberapa menit kau terlelap. Sekarang tidur sajalah lagi. Dan jangan mimpi yang aneh-aneh!
Ya deh, Bu!" Bob memejamkan matanya lagi. Terpikir sebentar olehnya, bagaimana keadaan Jupiter dan Pete saat itu.
Saat itu keduanya sedang berada dalam truk yang disupiri oleh Hans, menuju ke rumah Miss Agawam. Jupiter menunjukkan segala peralatan yang dikumpulkannya untuk menangkap kurcaci.
Yang paling penting, kamera ini, katanya pada Pete. Alat itu merupakan kebanggaan Jupiter, yang bisa dalam waktu sepuluh detik menghasilkan foto yang sudah selesai. Harga aslinya agak mahal. Tapi Jupiter memperolehnya dalam keadaan rusak dari seorang teman di sekolah, ditukar dengan sebuah sepeda yang dibetulkan olehnya.
"Ini gunanya untuk membuat foto kurcaci atau apa saja yang kita jumpai nanti, kata Jupiter menjelaskan. "Dan ini lampunya."
Kamera foto itu diletakkannya kembali ke tempat semula. Kini diambilnya dua pasang sarung tangan kerja dengan telapak terbuat dari kulit.
Khusus untuk menghadapi kurcaci," katanya. "Kata orang, gigi kurcaci tajam-tajam. Begitu pula kuku mereka. Dengan ini tangan kita terlindung.
Astaga!" kata Pete. "Kau ini seperti benar-benar memperkirakan nanti akan menangkap kurcaci.
Kan lebih baik sedia payung sebelum hujan, kata Jupiter. Sekarang, tali. Dari bahan nilon yang ringan, tapi kuat sekali. Tidak mungkin bisa putus. Panjangnya kurasa cukup untuk mengikat kurcaci yang mungkin kita tangkap nanti.
Setelah itu dikeluarkannya sepasang walkie-talkie buatan mereka sendiri. Walau jangkauannya tidak jauh, namun dengan peralatan itu mereka bisa saling berhubungan apabila sedang menangani salah satu kasus. Mereka sangat membanggakan keistimewaan itu, yang membuat mereka merasa seperti detektif yang sebenarnya.
Senter, kata Jupiter, sambil mengeluarkan dua buah senter yang terang sekali sinarnya. "dan yang terakhir, tape recorder. Untuk merekam bunyi galian, kalanya. Diamat-amatinya kotak peralatan itu. Kemudian ia mengangguk-angguk.
"Rasanya semua sudah lengkap, katanya. "Kau kan tidak lupa membawa kapur khususmu, Pete"
Pete mengeluarkan sebatang kapur biru dari kantongnya, sementara Jupiter memperlihatkan kapur putih. Bob memiliki kapur berwarna hijau. Dengan membuat tanda tanya di mana saja dengan kapur mereka, ketiga remaja itu bisa saling memberitahukan bahwa mereka pernah ada di tempat itu, atau menemukan sesuatu di situ yang mungkin perlu diselidiki. Orang lain takkan menaruh perhatian pada tanda tanya yang dibuat. dengan kapur, karena mengira itu perbuatan anak iseng belaka. Itu salah satu ide Jupiter yang paling bagus.
"Kurasa kita benar-benar sudah siap sekarang, kata Jupiter. "Kau membawa sikat gigimu"
Pete mengacungkan sebuah tas kecil. "Sikat gigi dan piyama," kalanya.
"Kurasa kalau piyama tidak perlu, kata Jupiter
""Kita nanti tetap seperti sekarang ini siap untuk menyergap kurcaci.
Hans menoleh sesaat ke arah kedua remaja yang sedang asyik berunding itu.
Kalian masih juga sibuk mengejar kurcaci, Jupe"" tanya Hans Aku dan Konrad berpendapat bahwa kalian sebaiknya jangan berurusan dengan makhluk-makhluk itu. Banyak sekali cerita-cerita seram mengenal mereka di Hutan Hitam, di Jerman. Konrad selalu mengatakan, kurcaci perlu dijauhi. Pendapatku juga begitu. Kami berdua berpendapat begitu. Kalau kalian masih nekat juga ada kemungkinannya nanti disihir menjadi batu!"
Hans kedengarannya begitu bersungguh-sungguh, sehingga Pete merasa agak kurang enak. Tentu saja kurcaci sebenarnya tidak ada! Tapi di pihak lain, Hans dan Konrad yakin makhluk-makhluk itu ada. Miss Agawam juga percaya. Dan siapa tahu, mungkin saja -
Pikiran Pete terputus, karena saat itu Jupiter mengatakan sesuatu.
Kami sudah berjanji akan membantu Miss Agawam yang sedang dalam kesulitan" kata Jupiter. Aku tidak tahu apakah ia betul-betul diganggu kurcaci atau tidak. Tapi pokoknya, kita harus menjunjung tinggi semboyan Trio Detektif.
Kami menyelidik i Apa Saja, gumam Pete. Dalam hati ia agak menyesali pilihan kedua kata terakhir itu. Apa saja! Rasanya itu agal terlalu luas baginya.
Bab 10 Terjebak! "Keadaannya gelap dan sepi sekali di daerah lingkungan tempat tinggal Miss Agawam. Bank yang sudah tutup dan gedung bioskop yang sebentar lagi akan digusur, nampak gelap gulita. Hanya satu lampu saja yang menyala di rumah sebelah bank. Dari situ mereka tahu bahwa Miss Agawam menunggu kedatangan mereka.
Hans memandang Pete dan Jupiter dengan sikap prihatin, ketika kedua remaja itu turun dan truk.
Aku masih tetap berpendapat, lebih baik kalian jangan mencoba-coba menangkap kurcaci, Jupe, kata pemuda Jerman itu. Di tempat asalku Hutan Hitam, banyak sekali batu dan tunggul pohon berbentuk aneh, yang dulunya manusia seperti kita. Mereka tersihir, hanya karena bertatapan muka dengan kurcaci. Lebih baik kali berhati-hati!"
Pete merasa tidak enak mendengarnya. Hans berbicara dengan nada begitu yakin. Perasaan Pete mula gelisah kembali. Ia mendapat firasat seakan-akan nanti akan terjadi berbagai hal yang tidak disangka-sangka.
Jupe buru-buru mengucapkan selamat berpisah pada Hans, sambil berjanji akan menelepon besok pagi untuk minta dijemput. Setelah itu truk berangkat lagi.
Sambil bergerak menyelinap di tempat gelap menyusur pagar semak, kedua remaja itu menuju ke pintu pekarangan rumah Miss Agawam. Sejauh pengetahuan mereka tidak ada orang yang mengamat-amati.
Jupiter menekan bel di pintu tiga kali. Pendek-pendek. Dengan segera terdengar bunyi mendesum, dan pintu langsung terbuka. Kedua remaja itu cepat-cepat masuk ke dalam. Jupiter berhenti sebentar sambil memasang telinga. Pete heran melihatnya. Melihat gerak-gerik Jupe, orang pasti akan menduga anak itu sedang menjalankan tugas rahasia yang menyangkut nasib pasukan-pasukan yang besar sekali. Tapi Jupiter memang begitu sifatnya. Ia tidak pernah ceroboh kalau kerja.
Dan Jupiter juga senang menambah-nambah ketegangan.
Pekarangan di balik pagar gelap sekali. Kedua remaja itu berjalan merunduk-runduk naik ke beranda. Pintu rumah dibuka dari dalam, dan mereka menyelinap masuk.
Miss Agawam menyambut mereka di balik pintu. Wajah wanita tua itu agak pucat.
Untung kalian sudah ada di sini sekarang, katanya. Terus terang saja, baru sekali ini seumur hidupku aku merasa gelisah sekali. Kurasa jika nanti terjadi lagi sesuatu aku pasti akan lari pontang-panting dan takkan mau kembali lagi! Akan kujual rumah ini pada Mr. Jordan, yang ingin sekali membelinya."
Tapi kami sekarang sudah ada di sini, Miss Agawam, kata Jupiter. "Urusannya kami ambil alih sekarang.
Miss Agawam mencoba tersenyum.
Sekarang masih belum begitu malam," katanya. "Aku tidak pernah mendengar bunyi galian atau kejadian-kejadian lainnya sebelum saat tengah malam. Kalian mau nonton televisi dulu""
"Kami ingin tidur sebentar, sampai pukul setengah dua belas, kata Jupiter. "Dengan begitu kami akan merasa segar dalam melakukan penjagaan sepanjang malam. Anda punya jam weker, Miss Agawam"
Wanita tua itu mengangguk. Diantarkannya Pete dan Jupiter ke tingkat atas, ke kamar sempit yang terdapat di seberang ujung atas tangga. Di situ terdapat dua buah tempat tidur yang sudah dibenahi. Pete dan Jupiter membuka sepatu masing-masing. Sesudah memeriksa apakah semua peralatan sudah berada dalam keadaan siap pakai, mereka lantas merebahkan diri ke pembaringan masing-masing.
Walau merasa gelisah, tapi dengan cepat Pete sudah tertidur. Ia memang tidak pernah mengalami. kesulitan dalam hal tidur. Rasanya ia baru sekejap terlelap, ketika sudah terbangun lagi karena bunyi dering lonceng.
"Ada apa"" gumamnya dalam keadaan setengah tidur.
Pukul setengah dua belas," bisik Jupiter. Miss Aqawam sudah masuk ke kamar tidurnya. Kau juga tidur saja lagi. Biar aku yang menjaga."
Jaga, gumam Pete. Detik berikutnya ia sudah terlelap kembali.
Lain dengan Bob, Pete boleh dibilang hampir tidak pernah bermimpi. Tapi saat itu ia memimpikan hujan es, dan butir-butirnya berketuk-ketuk menimpa kaca jendela.
Pete terjaga. Sekali ini langsung dalam keadaan waspada. Tapi ses
aat ia tetap berbaring tanpa bergerak di tempat tidur. Bunyi mengetuk-ngetuk masih terdengar terus. Kemudian ia sadar bahwa memang ada seseorang yang mengetuk-ngetuk kaca jendela. Iramanya aneh. Satu kali - tiga kali - dua kali - tiga kali - lalu kembali satu kali.
Kedengarannya seperti isyarat sandi. Atau mungkin juga rumus sihir.
Begitu kemungkinan itu melintas dalam pikirannya, Pete langsung duduk lurus-lurus sambil memandang ke arah jendela. Jantungnya seakan-akan terloncat ke atas dan menyumbat tenggorokannya.
Ia melihat seseorang mengintip ke dalam dari balik jendela! Seseorang bermuka kecil dengan mata kecil melotot, telinga berbulu dan hidung panjang lancip ke depan. Sepasang bibir menyeringai, menampakkan gigi-gigi seperti taring.
Pete terlonjak karena tiba-tiba ruangan kamar menjadi terang benderang seperti ada kilat menyambar.
Tapi ia sama sekali tidak mendengar bunyinya. Muka di balik jendela menghilang dengan seketika. Saat itu barulah Pete menyadari bahwa cahaya yang menyamar tadi berasal dari lampu alat foto,
"Kena!" seru Jupiter dalam gelap. "Kau sudah bangun, Pete""
Terang saja aku sudah bangun! kata Pete. Tadi ada kurcaci memandang kita dari balik jendela!"
"Dan aku berhasil memotretnya. Sekarang kita lihat saja, apakah kita bisa menangkapnya,
Mereka cepat-cepat lari ke jendela. Di situ mereka sambil mengejap-ngejapkan mata, berusaha melihat lebih jelas ke dalam gelap. Mereka melihat empat sosok tubuh yang kecil-kecil di pekarangan. Keempat-empatnya memakai topi yang meruncing ke atas. Mereka menandak-nandak dan berjungkir balik. Satu di antaranya berdiri di atas bahu temannya, lalu meloncat ke belakang sambil membalikkan tubuh. Mereka bermain lompat kodok. Kelihatannya seperti anak-anak yang sedang bermain dengan asyik.
Ketika sudah terbiasa melihat ke dalam gelap, Pete bahkan bisa melihat muka mereka yang putih, sepatu yang runcing ke depan serta pakaian mereka yang terbuat dari kulit.
""Astaga. Jupe!" bisik Pete. "Mereka berempat! Tapi kenapa berbuat gila-gilaan seperti begitu di pekarangan""
Kurasa jawabannya sudah jelas," jawab Jupiter sambil mengenakan sepatunya. Mereka hendak menakut-nakuti kita dan juga Mis" Agawam.
Menakut-nakuti kita" kata Pete. Yah-mereka memang berhasil membuat aku gugup. Jika itu yang mereka kehendaki. Tapi untuk apa mereka menakut-nakuti kita serta Miss Agawam" Lalu bagaimana dengan penggalian yang mereka lakukan"
"itu hanya tambahan belaka, jawab Jupiter. Kesimpulanku, mereka itu disewa oleh Roger keponakan Miss Agawam.
"Disewa Roger!" ulang Pete yang saat itu sedang mengikat tali sepatunya. Untuk apa""
"Untuk menakut-nakuti bibinya supaya mau menjual rumah ini, lalu pindah dari sini. Kau ingat tidak, Miss Agawam kan bercerita bahwa Roger ingin sekali agar ia menjual rumah ini lalu pindah ke sebuah apartemen kecil. Menurut Miss Agawam, Roger itu satu-satunya kerabatnya. Itu berarti bahwa Roger akan mewarisi hartanya, apabila ia sudah tidak ada lagi.
Saat itu Pete merasa dalam benaknya dengan tiba-tiba menyala lampu yang terang sekali.
Aku mengerti sekarang! katanya. Jika Miss Agawam menjual rumahnya sekarang, ia akan mendapat uang yang banyak sekali. Dan uang itu suatu waktu nanti akan diwarisi oleh Roger. Ia ingin "agar bibinya menjual rumah ini pada Mr. Jordan ya, tentu saja! Karena itu ia menyewa kurcaci-kurcaci itu, untuk menakut-nakuti bibinya! Kau ini benar-benar jenius, Jupe!"
"Untuk membuktikannya, kita perlu menangkap paling sedikit satu dari makhluk-makhluk itu dan menyuruhnya mengaku," kata Jupiter.
Diambilnya tali dari kotak perlengkapan, lalu dibelitkannya ke pinggang. Ia mengenakan sepasang sarung tangan kerja dan melemparkan sepasangan lainnya pada Pete. Pesawat kameranya disandangkan ke bahu. Senter mereka gantungkan ke ikat pinggang, supaya tangan mereka bisa tetap bebas.
"Bagaimana kurcaci tadi itu bisa memandang dari balik jendela" Kamar ini letaknya kan di tingkat atas, kala Pete sementara mereka bergegas-gegas.
Pikirkan sendiri, Pete. Kau perlu berlatih mengambil kesimpulan sederhana, kata Jupiter. "Ayolah
. Miss Agawam pasti masih tidur Untunglah! Jangan sampai ia kaget karena kita."
Sambil menyelinap mereka menuruni tangga lalu keluar lewat pintu depan. Tanpa menimbulkan bunyi sedikit pun mereka meninggalkan beranda menuju sudut rumah. Mereka berlutut di situ, lalu mengintip ke samping.
Keempat manusia cilik yang aneh itu masih tetap berbuat gila-gilaan di pekarangan samping. Mereka berjungkir balik dan bermain loncat kodok.
"Nih! bisik Jupiter sambil menyodorkan ujung tali yang satu pada Pete. Ujung lainnya diikatkan ke pergelangan tangannya. "Kita serbu mereka sekarang, lilitkan tali pada satu dari mereka lalu tarik kencang-kencang. Ayo!"
Kedua remaja itu bergerak maju dengan cepat Tahu-tahu tali gantungan pesawat kamera Jupiter tersangkut ke ranting semak, sehingga alat itu tertarik dan bahunya, Tapi Jupiter tidak berhenti berlari.
Kurcaci-kurcaci itu melihat kedua remaja itu datang memburu. Dengan siulan melengking mereka memencar lalu lari menuju tempat yang lebih gelap lagi dekat dinding tembok.
"Kejar mereka! seru Jupiter dengan napas tersengal-sengal. Setidak-tidaknya satu harus bisa kita tangkap!"
Akan kucoba!" jawab Pete dengan napas memburu. Jari-jarinya sudah hampir saja berhasil menjangkau bahu salah satu makhluk kecil itu. Tapi kurcaci itu mengendap dengan tangkas, sehingga Pete jatuh terjerembab ke tanah. Jupiter langsung ikut terjatuh dan menimpanya. Keduanya bangun lagi. Mereka sempat melihat keempat sosok tubuh kecil itu menghilang ke dalam sebuah lubang gelap di tembok samping gedung bioskop.
pintu itu terbuka sekarang!" kata Jupiter dengan napas putus-putus.
"Mereka masuk ke dalam. Sekarang kita bisa menyergap mereka!" seru Pete. "Ayo, Jupe!
Pete langsung lari menuju pintu yang terbuka itu.
" Tunggu. Pete!"' seru Jupiter sambil berusaha menahan temannya. Aku selama ini "sempat berpikir dan sampai pada kesimpulan-"
Tapi Pete tidak sempat mendengarnya karena sudah memasuki pintu darurat yang terbuka itu. Tali yang satu ujungnya terikat ke pinggang Jupiter dipegangnya erat-erat sehingga temannya itu terseret-seret mengikutinya.
Jupiter "harus lari secepat-cepatnya agar jangan sampai jatuh terjerembab. Pintu yang terbuka dilewatinya dan ia masuk ke dalam gedung besar yang gelap-gulita.
Begitu keduanya berada di dalam pintu darurat itu tertutup dengan bantingan keras. Mereka terjebak!
Detik berikutnya mereka diserang makhluk-makhluk kecil berkuku tajam!
"Bab II Dikejar-kejar
"Tolong! seru Pete. "Aku diserang kurcaci!
"Aku juga!" dengus Jupiter, yang saat itu sibuk berusaha mengelakkan diri dari serangan makhluk-makhluk kecil yang seakan-akan bermunculan dari segala penjuru. "Kita terjebak!"
Jupiter mengayunkan lengannya. Tali masih terikat ke pergelangan tangannya. Sedang ujungnya yang satu lagi masih dipegang oleh Pete. Ayunan itu menyebabkan tali menyambar tengkuk salah satu makhluk kecil itu yang langsung terpental sambil menjerit dengan suara melengking tinggi.
Jupiter sudah bebas kembali. Tapi kurcaci-kurcaci itu pasti akan menyerang lagi. Jupiter mendengar suara Pete mendengus-dengus sambil meronta-ronta di dekatnya. Jupiter meraihkan tangannya. Ia berhasil mencengkeram selembar baju kulit dan langsung menyentakkannya. Makhluk kecil itu diputar-putarnya di udara lalu dilepaskannya dengan tiba-tiba.
Kurcaci itu terbanting dengan keras di lantai. Ia menjerit.
"Dengan bantuan Jupiter. Pete berhasil membebaskan diri dari penyerangnya yang satu lagi. Kedua remaja itu saling merapatkan diri dalam " gelap. Napas mereka tersengal-sengal. Jupiter melepaskan tali yang terikat ke pergelangan tangannya, lalu mengantonginya.
"Apa yang kita lakukan sekarang. Jupe" tanya Pete tersengal-sengal.
Kita harus mencari pintu yang tadi, lalu berusaha keluar, kata Jupiter. "Letaknya di belakang kita - lewat sini, kalau tidak salah.
Keduanya berjalan mundur, sampai punggung mereka membentur dinding. Jupiter meraba-raba sepanjang dinding. Akhirnya ia menyentuh pegangan pintu besi itu. Ia menggoncang-goncangnya. Tapi pintu itu sedikit pun tidak bergerak. Mereka terkurung di dalam!
"Kita ternyata benar-benar terjebak, kata Jupiter dengan lesu. "Kenapa kau tadi buru-buru masuk Pete" Mestinya kau kan harus menyadari bahwa memang itulah yang mereka kehendaki"
Kusangka aku sudah berhasil menyergap mereka, kata Pete berterus terang. Dan karena tali itu kau Ikut terseret. ya""
Betul," Jawab Jupiter. "Dan memang itu yang mereka kehendaki. Mereka sengaja memancing kita agar masuk kemari Dan sekarang - itu dengar!"
Dalam gelap terdengar siulan-siulan melengking dari arah kiri dan kanan mereka.
"Mereka bersiap-siap untuk menyerang lagi!" kata Pete dengan gelisah.
"Kita harus keluar dari sini!" kata Jupiter. "Mungkin kita bisa mendobrak keluar lewat bagian depan teater.
Bagaimana bisa menemukannya dalam keadaan segelap begini""
"Dengan senter dong! Tadi kita lupa, karena terlalu sibuk itu memang salah satu efek rasa takut - jalan pikiran menjadi kabur,
Jodoh Si Naga Langit 4 Pendekar Mabuk 015 Pawang Jenazah Mentari Senja 6
MISTERI KURCACI GAIB Alfred Hitchcock Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Pendahuluan "Buku ini berisi kisah petualangan terbaru yang dialami oleh tiga orang remaja. Mereka kawan-kawanku dan masing-masing bernama Jupiter Jones. Pete Crenshaw dan Bob Andrews, yang menyebut diri mereka "Trio Detektif . Dalam kisah ini mereka terlibat dalam kasus perampokan aneh, di sebuah museum. Mereka juga menolong seorang wanita yang pusing karena mengalami rongrongan kurcaci. Kalian tentunya pernah mendengar istilah tuyul, makhluk gaib bertubuh kecil yang katanya suka mengganggu dan bisa disuruh mencuri. Nah, kurcaci itu tuyul Barat...
Kejadian-kejadian itu saja rupanya masih belum cukup, nanti kalian juga akan membaca betapa mereka tahu-tahu berada dalam perjalanan ke Timur Tengah untuk dijadikan budak di sana. Pokoknya, macam-macamlah pengalaman mereka. sehingga bulu tengkukku merinding mendengarnya.
Kalian tentu sudah membaca kisah-kisah petualangan mereka yang sebelum ini. Jadi kalian sudah tahu siapa mereka. Kalian sudah tahu bahwa Jupiter Jones, Penyelidik Satu Trio Detektif bertubuh gempal- bahkan bisa dibilang gendut Pete Crenshaw anaknya jangkung dan kekar. Sedang Bob Andrews langsing. Anak Jakarta kalau melihat gerak-geriknya, pasti akan menyoraki dengan kata-kata. "Sok mikir lu! Tapi itu anak Jakarta yang suka iseng. Kita tidak suka mengejek orang. karena itu mungkin lebih baik jika kita menyebutnya anak yang bergaya serius. Begitulah!
"Selanjutnya kalian pasti juga sudah tahu bahwa Markas Besar, jadi kantor perusahaan Trio Detektif tersembunyi dengan baik dalam sebuah trailer tua yang terdapat di lapangan tempat berjual beli barang-barang bekas. Tempat ini namanya The Jones Salvage Yard". Pemiliknya paman dan bibi Jupiter Jones la tinggal bersama mereka. Memasuki Markas Besar harus melalui jalan-jalan tertentu yang dirahasiakan dan diketahui hanya oleh mereka bertiga saja. Semua diberi nama sandi, misalnya Lorong Dua", Tiga Enteng", "Gerbang Hijau Satu" dan "Kelana Gerbang Merah . Yang sudah membaca kisah Misteri Nuri Gagap" pasti mengenalnya.
Kalian sudah tahu bahwa mereka tinggal di California, di kota Rocky Beach yang letaknya di tepi Samudra Pasifik. tidak jauh dari Hollywood, kota film yang terkenal itu. Tapi kesemuanya ini kan sudah kalian ketahui. Aku juga hanya mengatakannya bagi sejumlah kecil di antara kalian yang belum mengenal mereka.
Sekarang, kita buka saja kasusnya.
"ALFRED HITCHCOCK "Bab 1 Mencuri Permata Pelangi
""Aku ingin tahu apakah kita mampu mencuri Permata Pelangi," kata Jupiter Jones. Kalimatnya itu mengagetkan kedua kawannya yang sedang sibuk bekerja. Pete Crenshaw nyaris menjatuhkan baut solder. Sedang Bob Andrews bahkan benar-benar menjatuhkan rangkaian huruf-huruf yang sudah diaturnya untuk dipasang pada mesin cetak mereka yang kuno.
"Apa katamu"" tanya Bob. Dengan sebal diperhatikannya huruf-huruf yang berserakan.
"Kataku tadi, aku ingin tahu apakah kita mampu mencuri Permata Pelangi," kata Jupiter mengulangi. Tentu saja kalau kita ini pencuri.
Tapi kita bukan pencuri, kata Pete dengan tegas. Mencuri permata bukannya tidak berbahaya. Risikonya ditembak dan dikejar-kejar. Lagipula aku berpegang pada kata pepatah. 'Jujur itu pangkal selamat'!"
"Setuju!" kata Jupiter. Tapi pandangannya masih selalu tertatap ke surat kabar yang sedang dibaca.
"Ketiga remaja yang menamakan diri mereka Trio Detektif itu sedang berada di bengkel Jupiter, yang tempatnya agak terpisah di The Jones Salvage Yard . Bengkel itu terbuka, hanya dinaungi atap yang panjangnya sekitar dua meter dan menempel ke pagar tinggi yang mengelilingi tempat penimbunan barang-barang bekas. Di bengkel itu mereka membetulkan barang-barang tua yang masih bisa dipakai untuk dijual kembali. Bagian dari keuntungan yang diterima dari Paman Titus merupakan uang saku mereka dan dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kemewahan. Misalnya saja untuk membayar rekening telepon yang ada di Markas Besar mereka yang tersembunyi tempatnya.
Sudah beberapa hari keadaan tenang-tenang saja di sek
itar situ. Tidak ada kejadian yang bisa diselidiki oleh Trio Detektif. Bahkan soal sepele seperti binatang piara"n yang hilang pun tidak. Karenanya tidak ada yang mereka pikirkan saat itu, kecuali niat membetulkan sebuah radio kecil model kuno yang ditemukan oleh Pete di antara tumpukan barang bekas yang paling baru datang. Tepatnya, Pete dan Bob yang saat itu sedang tidak punya pikiran lain. Kalau Jupiter, ia lebih suka bekerja dengan otak daripada sibuk dengan tangan. Kalau sedang tidak ada problem yang perlu dipikirkan, selalu ada saja yang ditemukan sendiri olehnya. Dan wujudnya bisa macam-macam!
"Bob mengalihkan perhatiannya dari kotak huruf dan berpindah pada Jupiter.
"Yang kaumaksudkan pasti permata yang di Museum Peterson, " katanya. karena teringat pada berita dalam surat kabar yang menjadi bahan pembicaraan di rumah malam sebelumnya.
Museum Peterson "" tanya Pete dengan alis terangkat. Di mana itu""
"Di Hollywood - di atas sebuah bukit, kata Bob menjelaskan. "Sebuah gedung tua yang dulunya milik Mr. Hiram Peterson. Raja Minyak! Ia mewariskan gedung itu untuk dijadikan museum yang terbuka untuk umum."
"Dan saat ini di sana sedang ada pameran khusus, sambung Jupiter. Pameran permata-permata yang luar biasa. disponsori sebuah perusahaan permata dari Jepang, Nagasami Jewellery Company. Mereka menyelenggarakan pameran keliling Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperkenalkan barang-barang produk mereka. yaitu mutiara hasil pembudidayaan. Tapi yang paling menarik bukan produk mutiara itu sendiri, melainkan dua perhiasan lain. Atraksi utama ialah Permata Pelangi, yang terdiri beberapa jenis batu mulia - Intan, jamrud, batu delima dan macam-macam lagi. Batu-batu ini dirangkum sedemikian rupa, sehingga kemilaunya mirip pelangi. Ukurannya ada yang besar sekali. Satu di antaranya bahkan bernilai ribuan dolar. Kesemuanya berharga jutaan!
""Lalu ada lagi sebuah pending yang terbuat dari kepingan emas yang besar-besar dan bertatahkan batu jamrud yang bentuknya persegi empat" sambung Bob. Menurut pemberitaan dalam koran, pending itu beratnya sekitar tujuh setengah kilo. Dulu - jaman kuno, pemiliknya kaisar Jepang.
"Pikiran macam-macam saja, Jupe, kata Pete. "Mana ada yang mampu mencuri perhiasan seperti itu. Aku berani bertaruh, penjagaannya pasti seketat di bank."
"Bahkan sedikit lebih ketat lagi, kata Jupiter. "Dalam ruangan di mana perhiasan itu dipajang, selalu ada beberapa orang penjaga. Belum lagi kamera televisi yang diarahkan pada Permata Pelangi. sehingga bisa terus-menerus dilakukan pengamatan terhadapnya dari kantor pusat penjagaan. Kalau malam dinyalakan sinar yang tidak kelihatan dan yang jalurnya bersimpang siur di dalam ruangan. Kalau ada orang masuk dan melintasi jalur sehingga sinar terputus, dengan segera alarm berbunyi.
"Tapi itu saja belum cukup. Kotak kaca tempat permata itu dipajangkan, tidak terbuat dari kaca sembarangan saja. Kaca khusus, yang di dalamnya ada kisi-kisi kawat halus. Kawat itu dialiri listrik. Kalau kaca pecah, alarm langsung berbunyi. Sistem aliran listriknya tersendiri. Jadi kalau misalnya ada badai dan arus listrik terputus, alarm itu masih tetap bisa bekerja."
""Takkan ada yang mampu mencuri perhiasan itu!" kata Pete dengan nada yakin.
"Tapi itu merupakan tantangan, kan"" tanya Jupiter.
"Kenapa harus merupakan tantangan" balas Bob bertanya. "Kita ini kan pekerjaannya menyelidiki kejahatan, dan bukan memikirkan cara melakukannya."
Tapi saat ini tidak ada yang perlu kita selidiki," kata Jupiter mengetengahkan alasan. "Mulanya aku mengharapkan Alfred Hitchcock akan menulisi kita, mengenai salah satu problem yang menarik. Tapi sampai sekarang belum ada kabar dari dia! Sedang seorang penyelidik harus bisa memanfaatkan waktu. Jika kita sekarang sudah memikirkan kemungkinan apakah permata Nagasami itu bisa dicuri atau tidak, kita akan memiliki pengalaman berharga kalau nanti menghadapi kasus perampokan permata. Dan kita juga bisa mengetahui jalan pikiran penjahat.
"Kita akan cuma membuang-buang waktu saja," tukas Pete. "Lebih baik jika kita sekarang melanjutkan
latihan menyelam di laut Masih banyak yang perlu kita pelajari tentang cara pemakaian alat-alat selam.
Aku sependapat dengan Pete, kata Bob. "Lebih baik kita berlatih menyelam. Ayahku sudah berjanji akan mengajak kita berkemah ke California Selatan. begitu kita sudah mahir menyelam. Di sana kita bisa menangkap udang besar yang hidupnya di sela-sela batu!
" Kau kalah suara, Jupe, kata Pete lagi. perbandingannya dua lawan satu.
Tapi Jupiter bersakap seolah-olah tidak mendengar mereka.
"Dalam koran ini dikatakan, sekarang merupakan Hari Kanak-kanak di museum itu. Anak-anak di bawah delapan belas tahun boleh masuk dengan membayar setengah harga. Sedang pramuka berpakaian seragam serta kepala rombongan tidak perlu membayar.
"Kita tidak punya seragam pramuka, kata Pete. "Jadi percuma!
Tapi kita kan punya uang lebih hasil pekerjaan kita membantu Paman Titus seminggu penuh, kata Jupiter mengingatkan. "Kecuali itu aku juga perlu istirahat ini kesempatan baik bagi kita untuk pergi ke Hollywood dan menonton pameran Permata Pelangi di Museum Peterson. Setidak-tidaknya, kita perlu melihat wujud permata asli. Mungkin saja kapan-kapan kita mendapat tugas menemukan kembali permata yang hilang.
Aku punya firasat bahwa biarpun satu lawan dua. kita masih tetap akan kalah suara, gumam Bob pada Pete.
"He! Aku punya akal! Tiba-tiba Pete bangkit semangatnya. Aku tahu salah satu cara merampok permata. Permata itu kan batu. Nah - batu itu bisa diapakan saja""
"Diteliti dengan mikroskop, kata Jupiter.
"Dipakai untuk melempari kaleng, jawab Bob.
Ya, betul," kata Pete. Tapi masih ada lagi yang bisa dilakukan dengannya asal ukurannya tidak terlalu besar. Dilontarkan dengan ketapel! Nah - permata itu bisa dicuri dengan cara demikian. Kotak kaca tempat Permata Pelangi dipecahkan. Lalu batu-batu permata itu ditembakkan dengan ketapel lewat jendela terbuka, sementara seorang teman menyambut di luar dengan keranjang. Sesudah itu - cepat-cepat minggat!
"Hebat! kata Bob. Jupiter merenung. Kemudian ia menggeleng- kan kepalanya lambat-lambat.
Rencana itu ada dua kelemahannya, katanya. Pertama: kawanan pencuri yang di luar mungkin bisa minggat dengan permata. tapi yang di dalam pasti akan tertangkap para penjaga. Sedang kelemahan yang kedua lebih menyolok, sambungnya. "Permata-permata itu tidak mungkin bisa ditembakkan ke luar lewat jendela, karena... Jupiter berhenti sebentar.
"Nah - kenapa" tanya Pete tidak sabar.
"Ya, kenapa"" kata Bob ikut bertanya. Menurutku. akal itu bagus.
"Akal itu tidak bisa dilaksanakan, karena di Museum Peterson sama sekali tidak ada jendela, kata Jupiter menjelaskan.
"Bab 2 Keributan di Museum
"Sejam kemudian ketiga remaja itu tiba di kaki bukit kecil. di atas mana terletak Museum Peterson. Bukit itu berseberangan jalan dengan Griffith Park, sebuah tempat rekreasi yang sering didatangi Jupiter serta kedua kawannya untuk berpiknik di situ. Bukit kecil itu ditumbuhi rumput hijau. Di atasnya terdapat sebuah bangunan yang besar sekali dengan dinding berlapis plesteran. DI kiri kanannya ada bangunan tambahan. Masing-masing dengan atap berbentuk kubah. Sebuah jalan selebar dua jalur berkelok-kelok menuju ke sisi belakang gedung itu. sementara satu jalan lain menurun dan merupakan jalan ke luar.
Mobil-mobil besar dan kecil bergerak dengan lambat menyusur jalan masuk. Jupiter, Bob dan Pete berjalan kaki ke atas. Mereka berjalan di tepi sekali, supaya tidak mengganggu kelancaran laju lintas. Tempat parkir nampak sudah terisi mobil yang lumayan banyaknya. Sementara itu masih banyak lagi yang mengalir terus ke dalam. Tidak henti-hentinya nampak penumpang turun.
"Umumnya mereka itu anak-anak. Banyak di antaranya yang memakai seragam pramuka. Puluhan pramuka cilik berpakaian seragam biru dengan Ikat leher keemasan berlari kian kemari dengan berisik. sementara para pimpinan mereka berusaha menenangkan suasana. Rombongan pramuka putri yang berpenampilan anggun memperhatikan anak-anak itu dengan perasaan sebal. Beberapa pramuka remaja bertubuh jangkung nampak pula di situ. Mereka menyandang ran
sel, dengan kapak terselip di pinggang.
Aku ingin mempelajari denah tempat ini, kata Jupiter pada kedua temannya. Kita periksa dulu bagian luar museum."
Mereka berjalan lambat-lambat lewat bagian belakang gedung besar itu. Bob melihat bahwa keterangan Jupe mengenai jendela museum ternyata benar. Dulu di situ ada jendela, tetapi yang terdapat di tingkat dasar dan di kedua bangunan tambahan kini sudah ditutup dengan tembok. Ia begitu sibuk memperhatikan gedung itu, sehingga tidak melihat serombongan pramuka cilik beserta pimpinan mereka yang berjalan ke arahnya.
"Uhh! Maaf, kata Bob. Ia menubruk seorang pramuka cilik. sehingga anak itu terpelanting ke rumput Pramuka itu bergegas bangun kembali sambil tersenyum, menampakkan satu gigi emas yang berkilauan. Anak itu lari bergegas menyusul rombongannya.
Wah, wah! kata Jupiter. "Coba lihat itu!
"Apa yang harus dilihat"" tanya Pete. "Aku tidak melihat apa-apa, kecuali tembok belakang gedung."
"itu - kawat itu!" kata Jupiter. "Kaulihat tidak" itu - kawat listrik itu. yang terbentang dari tiang ke sudut itu lalu masuk ke rumah. Kawat itu bisa diputuskan dengan gampang.
"Siapalah yang merasa perlu memutuskannya, kata Bob.
"Pencuri," jawab Jupiter. Tentu saja itu sama sekali takkan mempengaruhi sistem pengaman di sini, yang kita ketahui bekerja dengan aliran listrik tersendiri. Tapi walau begitu. kemungkinan terputusnya aliran listrik ini saja sudah merupakan satu titik lemah.
Sementara itu mereka sudah selesai mengelilingi gedung, dan "ini menuju ke pintu masuk yang terdapat di depan. Mereka tidak memakai seragam pramuka. Karena itu mereka ditarik uang masuk masing-masing dua puluh lima sen.
Sesampai di dalam, seorang penjaga menyuruh mereka menuju ke kanan.
Ikuti terus tanda panah, kala penjaga itu.
Ketiga remaja itu berjalan lewat sebuah serambi dalam dan sampai di bangunan sayap kanan Mereka memasuki sebuah ruangan besar dengan langit-langit berbentuk kubah. Tinggi puncaknya paling sedikit sama dengan bangunan bertingkat tiga. Semacam balkon terdapat pada setengah bagian ruangan itu. Di situ terpasang tulisan,
"Tutup". "Di dinding tergantung lukisan yang besar-besar, berbingkai pigura berukir-ukir. Lukisan-lukisan itu merupakan bagian dari pameran tetap di museum itu. Tapi saat itu Trio Detektif tidak tertarik untuk melihat lukisan. Mereka datang untuk menonton pameran permata.
"Coba perhatikan, bagaimana cara lukisan-lukisan itu digantungkan, kata Jupiter, sementara mereka berjalan menyusur dinding yang penuh dengan lukisan. "Setiap lukisan tergantung di dinding dengan penggantung yang tidak kelihatan. Dulu lukisan digantungkan dengan kawat panjang, yang terjulur dan papan yang dipasang memanjang dekat langit-langit Sekarang pun kalian masih bisa melihat papan tempat pemasangan kawat-kawat itu, yang dulu dipergunakan ketika raja minyak Peterson masih tinggal di sini.
Pete mendongak. Tapi ia lebih tertarik memperhatikan cara jendela-jendela tinggi yang dulu ada di situ kemudian ditutup sehingga merupakan tembok utuh.
Kenapa jendela di sini semuanya ditembok, ya"" tanyanya. "Kau benar, Jupe - tak mungkin permata bisa ditembakkan ke luar dengan ketapel dari tempat Ini. Tapi aku tidak mengerti, apa sebabnya jendela-jendela ditembok semuanya...
"Alasannya, antara lain agar permukaan dinding menjadi lebih luas, sehingga lebih banyak lukisan yang bisa digantungkan di sini, kata Jupiter. Tapi alasannya yang utama ialah agar bisa dipasang alat pengatur hawa di sini. Kalian rasakan betapa sejuknya hawa dalam ruangan ini" Untuk melindungi lukisan-lukisan berharga supaya jangan lekas rusak diperlukan suhu dan kelembaban yang selalu sama.
Sambil berjalan lambat-lambat mereka mengelilingi ruangan itu, lalu memasuki suatu lorong panjang di belakang gedung, mengikuti serombongan anak-anak yang berjalan sambil cekikikan dan bertolak-tolakan. Mereka tiba di bangunan sayap kiri museum itu, di mana perhiasan permata dipamerkan. Seperti di ruangan sebelumnya, di situ pun setengah ruangan dikitari balkon, tapi undak-undakan untuk naik ke situ dirintangi lengan
tali. Permata Pelangi dipamerkan tepat di tengah-tengah ruangan. Pagar tali yang terbuat dari bahan beludru terpasang mengelilinginya, agar orang tidak bisa terlalu mendekat dan menyentuh kotak kaca.
Tindakan pencegah yang sangat baik, kata Jupiter sambil berjalan mendekatinya. Dengan begitu pencuri tidak bisa memecah kaca, lalu lari.
Mereka berdiri agak lama di depannya, memperhatikan sebutir intan besar yang memancarkan sinar kemilau berwarna biru. Begitu pula jamrud bersinar hijau. "buah batu delima yang nampak menyala seperti bara, serta sebuah mutiara besar yang mengkilat itu batu-batu permata yang paling berharga di antaranya. Tapi masih banyak lainnya yang berwarna-warni seperti pelangi, ditata sekeliling permata-permata yang paling besar. Kesemuanya berkilau-kilauan ditimpa cahaya.
Seorang penjaga di sudut kotak kaca itu mengatakan bahwa perhiasan itu dinilai berharga dua juta dolar. Kemudian mereka disuruhnya terus, dan serombongan pramuka putri yang tertawa-tawa menggantikan mereka berdiri di depan kotak kaca.
Jupiter beserta kedua temannya kini berada di depan sebuah kotak yang ditempatkan lebih dekat ke dinding. di bawah naungan balkon. Dalam kotak kaca itu dipamerkan sebuah pending emas yang mengesankan. Panjangnya sekitar satu meter dan terbuat dari keping-keping emas lebar yang bertatahkan jamrud yang besar-besar berbentuk persegi empat Pinggiran masing-masing keping dihiasi dengan butir-butir mutiara. sementara pada kepala pending terpasang sejumlah intan dan batu delima yang berkilau-kilauan. Melihat ukuran pending itu, pemakainya harus bertubuh besar.
Ini dikenal dengan nama Pending Emas para Kaisar Kuno, kata seorang penjaga yang berdiri dekat situ pada mereka. "Umurnya sudah lebih dari seribu tahun. Berat seluruhnya hampir tujuh setengah kilogram. Tapi nilai sejarahnya jauh lebih tinggi daripada nilai batu-batu berharga yang terpasang di situ. Sekarang silakan terus, supaya yang lain juga mendapat giliran untuk melihatnya.
Ketiga remaja itu meneruskan langkah. melihat kotak-kotak lain yang berisi berbagai jenis benda menakjubkan yang terbuat dari mutiara Nagasami. Mereka melihat angsa, burung merpati, ikan, kijang dan bermacam-macam margasatwa lainnya - semua terbuat dari mutiara yang direkat saling berhimpitan, atau dipasang dalam bingkai kaca yang tembus pandangan. Para pramuka putri di belakang mereka teraduh-aduh karena kagum.
Sementara itu ruangan sudah lumayan penuhnya dengan pengunjung. Pete, Jupe dan Bob berdiri di suatu tempat yang letaknya agak ke pinggir, lalu bercakap-cakap sesama mereka.
"Ruangan ini penuh dengan penjaga, kata Jupiter. Jadi rasanya takkan ada yang bisa merencanakan pencurian siang hari. Perbuatan itu harus dilakukan malam-malam. Tapi itu pun masih menghadapi kesulitan besar. Bagaimana caranya masuk lewat pintu depan, lalu bagaimana melumpuhkan kawat-kawat listrik yang terpasang dalam kotak kaca, Jupiter menggelengkan kepalanya. Aku menarik kesimpulan bahwa perhiasan permata itu aman di sini, kecuali jika pencurinya terdiri dari sekelompok penjahat berpengalaman. Dan karena itu persoalannya...
"Aduh - maaf!" kata seorang laki-laki yang saat itu menubruk Jupiter. Orang itu berjalan mundur sambil memperhatikan arlojinya, sehingga tidak melihat ketiga remaja itu.
"Eh - halo, Mr. Frank," sapa Jupiter.
"Kau mengenalku" Kau siapa"" tanya orang itu dengan ramah.
"Baby Fatso, kata Jupiter mengingatkan. Ia menyebutkan nama yang dulu diberikan padanya "semasa masih kecil. ketika ia ikut bermain dalam satu serial kisah jenaka di televisi. Anda sering tampil bersama kami dalam berbagai show waktu itu. Masih ingat" Anda selalu bermain sebagai pria malang yang harus menanggung akibat kenakalan-kenakalan yang kami lakukan.
"Baby Fatso! Ya, tentu saja! seru orang itu. Tapi nama itu sudah tidak cocok lagi untukmu. Aku sebetulnya masih ingin mengobrol agak lama denganmu, tapi sayang tidak bisa. Sudah saatnya aku beraksi.
Beraksi"" tanya Jupe.
"Lihat saja nanti, pasti asyik!" kata Mr. Frank sambil terkekeh. Nah, itu ada penjaga. Aku harus menarik perhat
iannya. Ia menyaringkan suaranya.
Halo. Pak Penjaga! Penjaga yang berpakaian seragam itu berpaling. Orang itu kelihatannya kepanasan dan karenanya cepat jengkel.
"Ya, ada apa" katanya menggerutu.
Mr. Frank pura-pura terhuyung
"Saya merasa agak lemas," katanya dengan suara berbisik. Saya minta air.
Mr. Frank menarik selembar sapu tangan dari kantong atas jasnya, untuk mengelap kening. Bersamaan dengan sapu tangan itu tertarik pula sebuah benda, yang langsung terjatuh ke lantai.
Benda itu sebuah batu besar berwarna merah, mirip batu delima yang terdapat dalam kotak pameran.
Astaga! Mr. Frank nampak bingung. Kelihatannya seperti orang yang bersalah. Penjaga itu langsung timbul kecurigaannya.
Apa ini! sergahnya. "Di mana Anda mencurinya" Ayo jawab!"
Ia mengulurkan tangannya, hendak memegang bahu Mr. Frank. Mr. Frank berusaha memprotes. Seketika itu juga penjaga meniup peluitnya.
Bunyinya yang melengking menyebabkan semua yang ada dalam ruangan itu berdiri seperti terpaku di tempat masing-masing. Semua berpaling ke arah penjaga itu serta Mr. Frank. Detik berikutnya para penjaga lainnya sudah berdatangan dan mengepung Mr. Frank, yang kelihatan makin bingung dan takut
"Nah, sekarang -" kata kepala penjaga. Tapi ia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. karena saat itu juga seluruh ruang museum menjadi gelap-gulita.
Sedetik keadaan sunyi senyap, disusul suara tegang yang berasal dari sejumlah kerongkongan.
Lampu! Lampu! Hidupkan lampu!"
Tapi lampu-lampu tidak menyala. Kepala penjaga meniup peluitnya.
"Dua orang penjaga berdiri di samping kotak tengah!" serunya. Yang lain-lain menjaga agar jangan sampai ada yang meninggalkan ruangan ini!"
Tiba-tiba ruangan menjadi kacau balau Anak-anak kecil bertangisan, para ibu memanggil-manggil anak-anak mereka. Orang-orang bergerak tak menentu dalam gelap.
""ChIef!" seru seorang penjaga memanggil kepalanya. Saya dikelilingi anak-anak. Saya tidak bisa menghampiri kolak tengah.
Coba terus - harus bisa! terdengar suara atasannya. "Ini perampokan!
Saat itu terdengar bunyi kaca pecah. Bunyi dering alarm yang menyusul semakin mengacaukan suasana ruangan yang sudah hiruk-pikuk.
"Batu-batu permata itu! desis Pete dekat telinga Jupiter. Ada orang hendak mencurinya.
"Tentu saja, Dan nada suaranya terdapat kesan seolah-olah Jupiter menikmati kejadian itu. Ini perampokan permata yang direncanakan masak-masak. Kita harus berusaha pergi ke pintu depan untuk melihat para penjahat pada saat mereka mencoba minggat dari sini."
Mungkin ada jalan lain lewat belakang, seru Bob.
"Risiko itu harus kita ambil!" balas Jupiter. Ayo, ikut aku!"
Jupiter berjalan seperti tank kecil yang merambah hutan yang terdiri dari tubuh anak-anak kecil.
Tapi ketika sudah sampai di pintu, mereka menyadari bahwa para penjaga di sebelah luar takkan mengizinkan siapa pun keluar. Ketegangan semakin memuncak, mendekati titik bahaya.
Ruangan pameran itu penuh dengan orang yang ketakutan, saling mendorong dan tolak-menolak untuk bisa keluar. Sebentar lagi pasti akan ada anak terjatuh. Kalau itu terjadi kemungkinan bahwa anak itu terinjak orang lain besar sekali.
"Saat itu terdengar seseorang berseru dengan lantang. Suaranya bahkan mengalahkan kebisingan dering alarm. Kemudian alarm dengan tiba-tiba berhenti berbunyi, seakan-akan ada yang memutar tombol darurat yang mengatur arus listriknya yang khusus. Suara yang berseru-seru itu kini terdengar dekat sekali. Suara pria, dan berlogat seperti orang Jepang.
"Penjaga di luar! seru orang itu. "Bantu orang-orang keluar, tapi jangan izinkan mereka meninggalkan kompleks. Semua harus digeledah dulu sebelum diperbolehkan pergi!"
Mendengar perintah itu, para penjaga yang semula menghadang di luar pintu bergerak menepi. Orang-orang berdesak-desakan keluar. Jupiter, Pete dan Bob mengikuti arus orang ramai. Mereka melihat betapa para penjaga berusaha mengatur agar orang-orang tetap berkumpul di halaman rumput yang luas di depan, sambil menenangkan para wanita dan anak-anak. Sejenak kemudian datang beberapa mobil patroli polisi dengan sirene mengaung
-ngaung, untuk mengambil alih tugas penanganan.
Di pintu depan terjadi kemacetan. Terlalu banyak yang berjejal-jejal hendak keluar, sehingga tidak ada yang bisa lewat
Yuk, kita bantu, kata Jupiter. Mereka bertiga menahan serombongan pramuka putri, untuk memberi kesempatan pada sejumlah anak yang lebih kecil untuk keluar lebih dulu. Di antara orang-orang yang keluar paling akhir terdapat Mr. Frank. Dengan tampang bingung ia menghampiri Trio Detektif.
Ada apa ini"" tanyanya. "Kelihatannya tadi terjadi perampokan. Tapi aku-"
Saat itu ia disergap seorang penjaga
"Anda saya tangkap!" seru penjaga itu lalu menyeret Mr. Frank yang ribut memprotes.
Aku berani bertaruh, ia pasti tidak berbuat apa-apa, kata Jupiter. "Tapi tentu saja banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab olehnya. Aku ingin tahu apa yang disambar para perampok itu, serta bagaimana cara mereka melarikan diri. Kecil sekali kemungkinannya mereka keluar lewat sini.
Pete memperhatikan orang banyak yang berkerumun di lapangan rumput.
"Kebanyakan wanita dan anak-anak," katanya sependapat
Tentu saja polisi mungkin akan memeriksa setiap orang, kata Jupiter melanjutkan.
Saat itu seorang pria Jepang bertubuh kecil lewat dekat mereka, lalu masuk ke dalam ruangan museum yang gelap-gulita. Orang itu membawa senter yang besar. Kelihatannya ia yang mengepalai di situ. Semenit kemudian ia muncul kembali. Air mukanya menampakkan kebingungan.
"Mereka tidak mencuri Permata Pelangi! serunya pada para penjaga yang masih sibuk mengatur agar semua pengunjung tetap berada di atas lapangan. "Mereka mencuri Pending Emas! Kotaknya pecah sisi atasnya, dan pending itu tidak ada lagi di situ! Setiap orang harus digeledah!"
Mata Jupiter bersinar-sinar.
"Astaga! katanya. "Apa sebabnya justru pending besar yang kuno itu yang dicuri - sementara Permata Pelangi jauh lebih mudah dibawa minggat" Sulit sekali menyembunyikan pending itu di balik pakaian, karena terlalu panjang dan besar.
Mereka itu!" kata Bob sambil menuding dua orang pramuka bertubuh jangkung. Mereka bisa memecahkan kotak kaca dengan kapak mereka, lalu menaruh pending dalam salah satu ransel mereka. Mereka itu pencuri permata yang menyamar!
"Terlalu menyolok." bantah Jupiter. Pasti mereka yang pertama-tama digeledah nanti. Aku berani bertaruh -" ia agak terengah-engah karena tegang - aku berani taruhan, Pending Emas itu tidakkan bisa ditemukan.
Seperti sudah sering terjadi, ramalan Jupiter itu kemudian ternyata tepat. Kedua pramuka itu sedikit pun tidak menolak ketika mereka hendak digeledah. Ransel mereka hanya berisi bahan makanan. Ternyata mereka hendak pergi ke Griffith Park untuk mengadakan hiking di situ sambil masak di luar. Mereka diizinkan pergi. Para pengunjung lainnya diperiksa satu demi satu, dan setelah itu dibebaskan. Sedang Mr. Frank dibawa oleh polisi untuk ditanyai. Akhirnya yang tinggal di situ hanya Bob, Pete dan ,Jupiter.
"Para penjaga mengambil senter lalu masuk ke dalam museum. Tanpa banyak ribut ketiga remaja itu ikut masuk.
Sesampai di dalam nampak bahwa bagian atas kotak kaca tempat Pending Emas ditaruh pecah berantakan. Pending itu sendiri tidak ada lagi di situ. Sedang permata yang di kotak-kotak lain semua masih utuh.
Saat itu laki-laki Jepang yang tadi melihat Jupiter serta kedua temannya ada di dalam, lalu bergegas menghampiri mereka.
"He! Apa yang kalian lakukan di sini" serunya. "Kenapa tidak pulang" Kalian tidak boleh di sini!"
Maaf, Sir, kata Jupiter. Diambilnya selembar kartu nama Trio Detektif dari kantongnya. "Kami ini penyelidik. Memang. kami agak muda untuk itu, tapi mungkin kami bisa menolong Anda."
Laki-laki Jepang itu nampak heran ketika ia membaca kartu nama yang disodorkan. Di situ tertulis:
" TRIO DETEKTlF "Kami Menyelidiki Apa saja"
"""" Penyelidik Satu - Jupiter Jones
Penyelidik Dua - Peter Crenshaw
Catatan dan Penelitian - Bob Andrew"s
Ketiga tanda tanya itu lambang kami, kata Jupiter menjelaskan. Tanda pengenal kami. Artinya pertanyaan yang tak terjawab, teka-teki yang tak terpecahkan, misteri yang tak terjelaskan. Kami berusaha -"
"Omong kosong! Kalian anak-anak Amerika konyol!" teriak laki-laki bertubuh kecil itu sambil mencampakkan kartu nama Trio Detektif ke lantai. Aku, Saito Togati. kepala keamanan Perusahaan Permata Nagasami, tidak berdaya untuk mencegah pencurian Pending Emas para Kaisar Kuno. Aku kehilangan muka! Lalu sekarang tiga anak konyol ingin menambah kesulitanku, mau ikut-ikutan campur tangan. Pergi! Ini pekerjaan orang dewasa. bukan anak-anak!"
Bagi Pete dan Bob, ucapan laki-laki Jepang itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mereka berpaling lalu pergi ke luar dengan lesu Sesaat kemudian Jupiter menyusul, sementara kartu nama mereka ditinggalkan tergeletak di lantai.
Sekali itu mereka menemukan kejadian yang takkan mereka usut.
Bab 3 Telepon dari Alfred Hitchcock
Koran-koran yang terbit keesokan paginya penuh dengan berita tentang teka-teki hilangnya Pending Emas. Bob yang bertugas mengumpulkan catatan untuk Trio Detektif. mengguntingi berita-berita tentang kasus itu dan menempelkannya dalam buku catatan perusahaan. Walau kasus itu tidak mereka tangani tapi Jupiter sangat menaruh minat terhadapnya. Dengan tekun dibacanya semua berita mengenainya.
Sebagian dari berita-berita itu memaparkan fakta-fakta yang sudah mereka ketahui sendiri. Tapi ada juga yang belum. Misalnya bahwa lampu-lampu Museum Peterson dipadamkan oleh seorang laki-laki yang berpakaian seperti tukang. Ada yang melihatnya sedang berjalan menuju sisi belakang museum, sambil membawa tang besar untuk menggunting kawat.
Beberapa menit kemudian ia kelihatan pergi lagi naik mobil barang berukuran kecil yang berwarna hitam. Saat itu tak ada yang merasa curiga terhadapnya. Tapi tidak lama kemudian alarm berbunyi, disusul oleh kejadian yang menggemparkan itu. Jelas bahwa orang itu bersekongkol dengan para pencuri yang ada di dalam museum. Mereka bekerja dengan jadwal waktu yang diatur rapi sekali. Kawan-kawan tukang gadungan itu langsung beraksi, begitu ruangan menjadi gelap-gulita.
Tapi yang menjadi teka-teki besar sekarang siapakah para pencuri itu" Tidak ada yang menyelinap ke luar lewat belakang, karena menurut pemberitaan surat kabar pintu belakang itu langsung dijaga ketat begitu alarm berbunyi. Tidak ada yang lari lewat jendela karena di situ memang sama sekali tidak ada jendela. Semua yang semula ada di dalam keluar lewat pintu depan. Dan semua sudah digeledah.
Berita koran juga mengatakan bahwa Mr. Edmund Frank, seorang aktor, dibebaskan oleh Polisi setelah diinterogasi.
Aku ingin tahu, apa cerita Mr. Frank pada mereka, gumam Jupiter sambil mencubiti bibir bawahnya. ia pura-pura tanpa sengaja menjatuhkan sebutir permata. yang oleh penjaga dikira merupakan barang curian. Mestinya itu hanya lelucon saja, mungkin untuk mencari nama - sedang permatanya tiruan dari kaca.
Kening Jupiter berkerut karena sibuknya berpikir.
"Ini pasti pekerjaan kawanan penjahat yang udah berpengalaman yang beraksi dengan rencana yang sangat rapi, kalanya. "itu bisa kita ketahui dari cara pelaksanaannya. Tapi siapa mereka - terus terang saja saat ini aku buta sama sekali! Begitu pula ke mana mereka pergi, serta bagaimana mereka bisa menyelundupkan Pending Emas keluar,
Jangan-jangan para pelakunya penjaga-penjaga museum itu sendiri! kata Bob dengan tiba-tiba. "Mungkin mereka sengaja bekerja di situ, supaya bisa melakukan perampokan ini."
Pete dan Jupiter memandangnya dengan kagum.
"Boleh juga dugaanmu itu, Bob," kata Pete. Tapi aku punya ide lain. Mungkin para penjahat bersembunyi dalam museum dan baru keluar ketika semua sudah pergi.
Tidak, kata Jupiter sambil menggeleng. "Menurut koran, seluruh ruangan museum sudah diperiksa dengan cermat. Tapi tak ditemukan seorang pun yang tidak memang sudah seharusnya ada di situ.
Gedung-gedung tua semacam itu, biasanya punya kamar-kamar tersembunyi, kata Pete.
"Kalian masih ingat, bilik rahasia yang kita lihat di Green Mansion"" Pete mengingatkan kedua temannya pada petualangan mereka. menghadapi Misteri Hantu Hijau.
Tidak," sela Bob. Kurasa para penjaga. Pasti mereka pelakunya.
Jupiter masih terus sibuk berpikir .
"Aku masih tetap belum mengerti, kenapa Justru Pending Emas yang dicuri, katanya Benda itu sulit disembunyikan, karena ukurannya besar. "Menjualnya juga tidak gampang. Sedang nilainya tidak setinggi Permata Pelangi. Kenapa bukan Permata Pelangi yang mereka curi" Kalau itu kan bisa dengan mudah dimasukkan ke dalam kantong. lalu kemudian dijual tanpa susah-susah. Aku berani bertaruh, jika jawaban atas keanehan ini bisa kita temukan, kita juga akan berhasil membongkar misteri perampokan itu."
Jupiter menyandarkan diri ke punggung kursi putarnya. Seperti sekian banyak benda yang terdapat dalam ruang kantor sempit di Markas Besar Trio Detektif, kursi putar itu barang rombengan yang dibetulkan sendiri oleh ketiga remaja itu.
Kelihatan sekali bahwa Jupiter sedang memeras otaknya. Kalau otak itu mesin pasti akan terdengar bunyi putaran roda-roda giginya.
"Coba kita urutkan saja hal-hal yang sudah kita ketahui saat ini, katanya kemudian. Pertama-tama, lampu tiba-tiba mati. Itu dilakukan seorang dari kawanan penjahat yang berada di luar. Lalu para penjaga terhalang gerak-geriknya oleh para wanita dan anak-anak yang ketakutan. Bisa kita pastikan bahwa para penjahat dengan sengaja melakukan aksi mereka justru pada saat museum khusus dibuka untuk anak-anak Mereka tentu udah memperhitungkan bahwa hal itu akan terjadi."
"Betul," kata Pete.
"Nah! Kemudian, sementara para penjaga sibuk berjaga-jaga sekeliling tempat Permata Pelangi dipamerkan, seseorang memecah kaca sebelah atas kotak tempat Pending Emas ditaruh, lalu mengambil benda berharga itu. Pelakunya harus orang yang jangkung, karena tutup itu agak tinggi letaknya.
"Di antara para penjaga, ada juga yang jangkung, kata Bob mengingatkan.
Betul, kata Jupiter. "Nah - ketika alarm berdering, semua bergegas menuju ke pintu sehingga terjadi kemacetan di situ. Ketika akhirnya semua sudah keluar mereka digeledah oleh Mr. Togati, detektif Jepang yang memimpin tugas pengamanan di situ dengan dibantu oleh para penjaga. Setelah itu kita diizinkan pulang-
Diizinkan" Kita disuruh pulang, kata Pete dengan sebal. "Padahal kau sudah menawarkan diri untuk membantu mereka mengadakan penyelidikan!"
Jupiter kelihatan agak Jengkel, tapi ia hanya berkata. Mereka pasti beranggapan, kita ini masih terlalu muda - jadi takkan bisa banyak membantu. Sayang direktur museum itu bukan Mr. Hitchcock. Coba kalau dia, pasti kita akan diberi kesempatan untuk menangani kasus itu."
Aku tidak begitu kepingin, kata Pete. Sejauh ini kita sama tidak tahu apa-apa seperti polisi.
Ada suatu hal yang sangat mencurigakan, kata Jupiter. "Mr. Frank mungkin tahu lebih banyak daripada yang diakuinya."
Mr. Frank"" Bob dan Pete memandang Jupiter dengan heran. "Apa maksudmu""
" Ingat tidak apa yang terjadi waktu itu"" Jupiter memelankan suaranya sambil mencondongkan tubuh ke depan. "Mr. Frank mengatakan pada kita bahwa saatnya sudah tiba baginya untuk beraksi. Lalu ia menarik sapu tangan dan kantongnya. Ia sekaligus menjatuhkan permata palsu ke lantai. kejadian itu menarik perhatian "orang penjaga yang berdirinya paling dekat. Penjaga itu meniup peluitnya. Lalu - apa yang terjadi sesudah itu""
Apa ya"" kata Bob sambil berusaha mengingat kembali. 0 ya - semua yang ada dalam ruangan itu memandang ke arahnya. Dan para penjaga dengan segera berdatangan untuk mengepung."
Tepat'" kata Jupiter dengan nada puas. Kejadian itu disengaja, untuk mengalihkan perhatian. Menurut perkiraanku, sementara perhatian setiap orang tertuju pada penjaga yang meniup peluit, penjahat yang sebenarnya cepat-cepat melakukan sesuatu tanpa ketahuan,
"Sesuatu itu apa"" tanya Pete.
Aku tidak tahu, kata Jupiter berterus terang. Tapi walau begitu, pengaturan saatnya tepat sekali. Mr. Frank menjatuhkan permata palsu. Seorang penjaga meniup peluit. Para penjaga yang lain bergegas-gegas datang mengerubung. Sesaat kemudian lampu-lampu padam semua. Dan tepat pada saat itu kawanan perampok melakukan salah satu tindakan penting.
Bob tepekur memikirkannya.
Kurasa jalan pikiranmu sudah benar, Jupe," katanya. "Tapi tindakan apa" Sampai
sekarang "belum ada yang tahu siapa para penjahat itu. dan bagaimana mereka sampai bisa menyelundupkan Pending Emas keluar. Jadi kita masih tetap saja seperti semula - tidak tahu apa-apa!"
Ketiga remaja itu terdiam, sibuk memikirkan hal itu.
Saat itu telepon berdering.
Pada deringan ketiga Jupiter meraih gagangnya sambil menyalakan radio kecil yang telah diubah menjadi alat pengeras suara telepon. Dengan begitu mereka semua bisa mengikuti pembicaraan.
Jupiter Jones" Dari alat pengeras suara terdengar suara seorang wanita. "Alfred Hitchcock ingin bicara.
"Mungkin ia punya kasus untuk kita! seru Bob bersemangat Sejak Mr. Hitchcock sutradara kenamaan itu mulai tertarik pada kegiatan Trio Detektif, sudah beberapa kali ia menyalurkan kasus-kasus yang misterius untuk mereka tangani.
"Halo, Jupiter Jones! Kini terdengar suara Alfred Hitchcock sendiri. Kalian sedang sibuk saat ini""
Tidak, Sir!" kata Jupiter. Tepatnya, kami sudah menawarkan diri untuk membantu Museum Peterson menyelidiki kasus perampokan Pending Emas. Tapi kami dikatakan masih terlalu muda,
Mr. Hitchcock terkekeh. "Mereka seharusnya memberi kesempatan pada kalian," katanya setelah itu. Kalau melihat pemberitaan dalam koran, hasil kalian pasti takkan bisa lebih buruk daripada polisi. Tapi di pihak lain, untung saat ini kalian tidak sedang sibuk. Mungkin kalian bisa menolong seorang kawan lama ku. Seorang pengarang!"
Tentu saja kami mau menolong, Mr. Hitchcock," kata Jupiter. "Kesulitan apa yang sedang dihadapi kawan Anda itu""
Sesaat Mr. Hitchcock tidak menjawab. Ia seakan-akan sedang mencari-cari kata yang tepat. Kesulitan apa" Terus terang saja, aku tidak tahu pasti," katanya kemudian. Temanku itu seorang wanita. Ia menelepon, katanya ia mengalami gangguan kurcaci,
"Apa. Sir" Kurcaci"" tanya Jupiter dengan bingung. Pete dan Bob yang mendengarkan juga ikut bingung.
"Itulah yang dikatakan olehnya. Kurcaci. Makhluk kecil sejenis peri, tapi berjenggot dan berpakaian kulit. Hidupnya dalam tanah di mana mereka menggali harta,
"Ya, Sir," jawab Jupiter. "Maksud saya, kami tahu apa kurcaci itu - jika memang ada! Mereka kan cuma terdapat dalam dongeng. Hanya khayalan belaka.
"Betul! Tapi kawanku itu mengatakan. kurcaci-kurcaci yang mengganggunya itu benar-benar ada! Malam-malam mereka menyelinap masuk ke dalam rumahnya, lalu mengubah-ubah letak lukisan dan buku-buku miliknya. Ia pusing sekali menghadapi mereka. Karenanya ia menginginkan bantuan untuk mengusir mereka. Ia sudah ---
halaman 42 43 hilang --- seperti memakai wig, kata Pe"e. Mungkin," ia menyembunyikan pending itu di bawahnya.
Jupiter mengerang. Pete ini, gobloknya kadang-kadang keterlaluan, pikirnya. .
"Aku melihat seorang laki-laki tua yang berjalan dengan tongkat, kata Bob kemudian. Mungkin pending itu disembunyikannya dalam rongga tongkat itu,
Kalian ini sama sekali tidak membantu, keluh Jupiter. Wig - tongkat! Kalau yang dicuri Permata Pelangi, keduanya memang tempat penyembunyian yang baik. Tapi Pending Emas! Mana mungkin barangnya kan terlalu besar dan berat. Coba pikirkan kemungkinan lain,
Tidak ada," kata Pete. pikiranku sudah buntu.
Aku juga," sambung Bob. Teka-teki Pending Emas terlalu sulit bagiku, lebih baik kalau membicarakan kasus kita sendiri saja sekarang. Aku sudah mencari keterangan mengenai kurcaci dalam buku ensiklopedi, dan
"Nanti saja dalam perjalanan kauceritakan, potong Jupiter. "Kulihat Hans sudah menunggu dalam truk.
Anak-anak bergegas ke luar, lalu naik beramai-ramai ke bangku duduk depan, di samping Hans.
Jupiter menyebutkan alamat tujuan mereka, yang letaknya di daerah perdagangan di kota Los Angeles. Truk langsung berangkat.
Sekarang ceritakan apa yang berhasil kauketahui tentang kurcaci, Bob, kata Jupiter.
"Kurcaci itu sebangsa makhluk kecil, yang ternyata hidup dalam perut bumi dan menjaga harta mereka yang tersimpan di situ, kata Bob. Jenis kurcaci ada bermacam-macam. Ada yang tampangnya buruk dan berwatak jahat. ada pula yang ahli bertukang. Mereka mengolah logam mulia, dijadikan perhiasan untuk ratu dan putr
i-putri kurcaci." "Dan mereka hanya ada dalam dongeng, sela Pete. Mereka bukan makhluk sungguhan, melainkan hasil khayalan belaka. Mereka itu makhluk mit - miti
"Mitologi, kata Jupiter, Jadi makhluk dongeng!
"Memang itulah yang hendak kukatakan, tukas Pete "lalu apa yang dilakukan kurcaci-kurcaci yang sebenarnya mitologi dan tidak benar-benar ada di rumah Miss Agawam"
"Justru itulah yang akan kita selidiki sekarang, kata Jupiter.
"Tapi kurcaci itu sebenarnya kan tidak ada, ulang Pete.
Kau keliru, Pete, sela Hans yang selama itu membisu. Di daerah asal ku, di Schwarzwald -"
"Di mana, Hans"" potong Pete. "Sywar - apa""
Schwarzwald! Itu daerah hutan lebat. letaknya di belah selatan Jerman.
Sulit sekali menyebutkan namanya!"
Padahal artinya gampang saja. Hutan Hitam, kata Hans sambil tersenyum. "Nah - di Hutan hitam itu banyak sekali terdapat kurcaci. Setiap orang di sana tahu tentang mereka walau belum pernah ada yang melihat. Schw - maksudku Hutan Hitam itu tempatnya memang angker.
"Nah - kalian dengar sendiri. Hans percaya bahwa kurcaci benar-benar ada. kata Jupiter.
"Dan Miss Agawam juga begitu.
"Tapi sini kan bukan Hutan Hitam," jawab Pete. Kita berada di Amerika. Di Los Angeles. California. Yang ingin kuketahui, mau apa kurcaci-kurcaci itu gentayangan di sini - itu jika mereka memang benar-benar ada."
Mungkin hendak menggali emas, kata Bob sambil nyengir. "Di California sini kan pernah ditemukan emas, walau kejadiannya pada tahun 1849 - jadi sudah hampir satu setengah abad yang lalu. Mungkin kurcaci-kurcaci itu baru mendengar kabarnya sekarang dan karena itu datang untuk ikut mencari. Mereka kan penjaga harta bumi!"
pokoknya apakah kurcaci itu ada atau tidak yang jelas kita menghadapi kejadian yang misterius, kata Jupiter. "Kita sudah hampir sampai. Sebentar lagi akan lebih banyak yang kita ketahui."
Sementara itu mereka sudah tiba di sudut bagian kota Los Angeles yang sudah tua dan kelihatan tidak terpelihara.
Hans memperlambat jalan truknya, mencari-cari alamat yang dituju. Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah bangunan besar yang bagian depannya ditutup dengan papan. Dilihat dari luar kelihatannya seperti istana bergaya Arab, lengkap dengan sejumlah menara serta kubah yang dicat dengan warna keemasan yang sudah luntur dan terkelupas di sana sini. Tulisan yang sudah pudar pada sebuah papan menyebutkan bahwa bangunan itu bernama Moorish Theatre . Papan lain dengan tulisan yang nampak lebih baru menyebutkan bahwa di tempat itu sebentar lagi akan dibangun gedung perkantoran bertingkat dua belas.
Setelah itu mereka melewati pagar tinggi. Di belakangnya ada sebuah bangunan sempit dan gelap, yang nyaris tidak kelihatan dari jalan besar. Kemudian menyusul sebuah bangunan bank. Bentuknya model kuno, terbuat dari batu yang besar-besar. Tapi bagian depannya baru, sehingga kelihatannya jauh lebih modern.
Di blok berikutnya ada supermarket. disusul oleh sederet toko-toko yang agak lusuh. Jelas bahwa mereka berada di daerah perdagangan.
Tempat yang kita cari sudah lewat, kata Jupiter sambil membaca nomor yang terpahat pada batu bagian depan gedung bank.
Kurasa yang tadi itu - yang di belakang pagar, sela Bob. "itu satu-satunya bangunan yang mungkin tempat tinggal orang."
Kita mundur sedikit, Hans, kata Jupiter
Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hans mengundurkan truknya beberapa meter belakang. Kini mereka berada di seberang pagar semak yang tak terawat rapi. Tingginya hampir dua meter. Di balik pagar nampak samar sebuah rumah tua. yang seakan-akan menyembunyikan diri dari kesibukan di luar.
Pete yang melihat papan nama berukuran kecil yang terpasang pada pintu kayu berwarna putih di tengah pagar semak itu.
A. Agawam," katanya sambil membaca. Betul inilah tempatnya. Tapi aku tidak mengerti, kenapa ada yang mau tinggal di "ini. Kalau malam, tempat ini pasti gelap dan angker,
Ketiga remaja itu turun dari truk. Jupiter berjalan mendului, menuju pintu pagar. Pintu itu terkunci. Pada pintu itu terpasang sepotong kertas yang sudah menguning warnanya karena tua, ditaruh bawah kaca Di situ nampak tulisan
tangan yang berukir-ukir.
"Harap tekan tombol bel. Kurcaci serta makhluk kecil lainnya, bersiul!
"Astaga! Apa lagi artinya ini"" kata Pete dengan heran.
Jupiter mengerutkan keningnya.
"Kelihatannya Miss Agawam benar-benar percaya pada makhluk-makhluk dongeng itu. Kita bukan kurcaci Tapi tidak ada salahnya jika kita selidiki makna tulisan ini. Kau yang paling pintar bersiul di antara kita, Pete. Bersiullah!
Pete melongo. Kenapa sih, segala-galanya harus kita lakukan dengan cara yang sulit"" gerutunya. Tapi memonyongkan bibirnya. lalu bersiul menirukan suara burung. Setelah itu mereka menunggu. Tapi mereka tetap terkejut juga, karena tiba-tiba terdengar suara seseorang dan dalam semak pagar.
"Ya - siapa itu"
Tapi dengan segera Jupiter mengerti. Di dalam semak ada sebuah alat pengeras suara berukuran kecil. Lewat alat itu orang rumah bisa berbicara dengan orang yang berdiri di luar pintu, sebelum membukakannya. Alat begitu biasa dipakai di gedung-gedung apartemen, atau di rumah-rumah mewah berpekarangan luas.
Jupiter mengintip ke dalam semak. Di situ dilihatnya sebuah rumah burung. Pasti di dalamnya ada alat pengeras suara, yang dengan begitu terlindung dari gangguan cuaca.
Selamat sore. Miss Agawam, kata Jupiter dengan hormat pada rumah burung itu. "Kami ini Trio Detektif yang diminta oleh Mr. Hitchcock untuk datang menemui Anda guna membicarakan masalah yang sedang Anda hadapi saat ini.
Ah, ya - betul! Sebentar, akan kubukakan pintu, Suara yang terdengar itu lembut dan tinggi seperti kicauan burung.
Kemudian menyusul bunyi mendesum sementara alat pengunci pintu digerakkan terbuka melalui tekanan tombol yang ada di dalam rumah. Pintu pagar terbuka, dan ketiga anak itu masuk ke dalam.
Mereka tertegun sesaat. Mereka merasa seakan-akan dengan tiba-tiba saja sudah tidak berada lagi di tengah kota. Jalanan tidak nampak, terlindung oleh pagar semak yang tinggi. Pada satu sisi pekarangan di mana mereka saat itu berada, tembok batu bata gedung teater yang sudah tidak dipakai lagi nampak menjulang tinggi ke atas.
Sedang di sisi lainnya terdapat dinding gedung bank yang terbuat dari batu-batu besar. Kedua dinding tinggi itu mengapit rumah tua yang ada di tengah pekarangan. Rumah itu sendiri terdiri dari tiga tingkat dan sempit bentuknya. Dindingnya dari kayu merah yang sudah terkelupas kena panas matahari. Di bagian depan ada beranda sempit dengan beberapa kotak kayu berisi kembang. Hanya itu saja yang memberikan kesegaran sedikit di pekarangan itu. Selebihnya, suram semua.
Ketiga remaja yang sedang tertegun sejenak itu serempak mendapat pikiran yang serupa. Semua berpendapat rumah tua itu kelihatannya seperti berasal dari salah satu dongeng. Mirip rumah tempat tinggal seorang penyihir!
Tapi Miss Agawam yang membukakan pintu rumah ketika mereka naik ke beranda depan sama sekali tidak mirip penyihir. Orangnya bertubuh kurus tinggi, dengan tatapan mata riang. Rambutnya sudah putih semua, sedang suaranya ramah sekali.
"Masuklah, Anak-anak, katanya. "Kalian baik hati, mau datang untuk menolongku. Ayo, kita ke kamar kerjaku.
Miss Agawam mendahului berjalan melewati suatu gang yang panjang, masuk ke sebuah kamar yang luas dan penuh dengan rak-rak berisi buku bertumpuk-tumpuk. Dinding yang masih tersisa dipenuhi lukisan dan potret anak-anak.
Silakan duduk," kata Miss Agawam sambil menunjuk ke liga buah kursi. Kuceritakan saja dulu, apa sebabnya aku menghubungi kawan lamaku, Alfred Hitchcock. Sudah beberapa hari ini aku diganggu kurcaci. Beberapa hari yang lalu aku melaporkannya pada polisi yang bertugas di daerah ini. Tapi aku malah ditatapnya dengan pandangan aneh, sehingga aku - yah, pokoknya aku tidak mau bilang apa-apa lagi tentang kurcaci pada polisi itu!
Miss Agawam berhenti sebentar. Saat itu Bob terpekik. Secara kebetulan saja ia memandang ke arah jendela, sementara hendak duduk. Ia terkejut sekali, karena di balik jendela ada makhluk kecil memandang ke dalam. Kelihatannya bukan manusia biasa. Makhluk itu memakai topi berujung runcing ke atas. Mukanya ditutupi janggut putih. Ia menyandang pangkur y
ang sebanding dengan ukuran tubuhnya. Makhluk itu memandang ke dalam dengan wajah masam.
"Bab 5 Kisah Mengenai Kurcaci
" Ada kurcaci'" seru Bob. "Ia mengintip kita!
Tapi makhluk kecil itu sudah menghilang, sebelum ada yang sempat berpaling ke arah jendela.
Sudah pergi lagi, seru Bob sambil meloncat bangkit Tapi mungkin masih ada di pekarangan."
Ia bergegas ke jendela, diikuti oleh Pete dan Jupiter. Jendela itu letaknya terjepit di antara dua buah rak buku. Bob berusaha membukanya. Tapi jari-jarinya menyentuh permukaan kaca yang licin.
Mata Bob terkejap karena kaget
"itu cermin, Bob, kata Jupiter. Kau tadi melihat sesuatu dalam cermin.
Bob berpaling dengan bingung. Sementara itu Miss Agawam berdiri, sambil menuding ke arah berlawanan.
"Jendelanya di sebelah sana, katanya. "Bayangannya memang terpantul dalam cermin itu. Aku memang sengaja mengatur begitu, supaya ruangan ini kelihatan lebih luas."
"Anak-anak berlarian ke jendela terbuka yang letaknya di seberang ruangan. Jupiter menjulurkan badannya ke luar, lalu memandang ke pekarangan.
Tidak ada siapa-siapa, katanya.
Pete ikut melihat. "Pekarangan kosong sama sekali, katanya. "Kau yakin tadi melihat sesuatu, Bob""
Bob merasa bingung. Diperhatikannya tanah yang keras di bawah Jendela. Diamat-amatinya
pekarangan yang kosong, lalu dinding batu bata yang tinggi dari gedung bioskop yang tidak lama lagi akan dibongkar. Tak ada sesuatu pun yang nampak bergerak. Ke mana pun ia memandang, kurcaci berjenggot tadi tetap tidak kelihatan.
Mungkin cepat-cepat bersembunyi ke samping rumah, katanya. "Soalnya, aku yakin melihatnya tadi. Kita harus memeriksa seluruh pekarangan. Ia tidak mungkin bisa keluar, karena pintu pagar terkunci."
Kalau tadi itu benar kurcaci, kalian takkan bisa menemukannya, kata Miss Agawam. Mereka kan memiliki kekuatan gaib.
"Saya rasa kami perlu melakukan pencarian, kata Jupiter padanya. Adakah pintu untuk keluar ke belakang dari sini"
Miss Agawam membawa mereka lewat gang yang tadi, menuju sebuah pintu yang membuka ke sebuah beranda belakang yang sempit Jupiter dan kedua temannya bergegas keluar, lari ke pekarangan.
""Kau ke kiri, Pete!" serunya. "Sedang aku ke kanan, bersama Bob.
Tidak banyak yang perlu diperiksa di pekarangan belakang. Di situ ada beberapa semak yang meranggas. Sisi belakang pekarangan itu dibatasi dengan pagar papan yang tinggi. Di belakangnya ada lorong. Tak ada lubang pada pagar papan itu. Pintunya hanya ada satu, dan pintu itu terkunci. Di tembok samping gedung bioskop ada sebuah pintu darurat yang terbuat dari besi. Tapi ketika diperiksa, ternyata bahwa pintu itu pun terkunci. Bukan itu saja. Pintu itu sudah berkarat Kelihatannya sudah bertahun-tahun tidak pernah dibuka lagi.
Ia tidak keluar lewat sini," kata Bob.
Bob dan Jupiter mengintai ke dalam semak-semak. Setelah itu memperhatikan jendela-jendela kolong rumah. Semua tertutup rapat dan nampak kotor sekali. Kemudian mereka pergi ke pagar semak di depan. Semak-semak di situ rapat sekali tumbuhnya. Biar kurcaci bertubuh kecil pun takkan bisa menembusnya.
Jadi kelihatannya makhluk kecil yang dilihat Bob tadi menghilang dengan begitu saja!
Kemudian Pete datang menggabungkan diri. Hasil penyelidikannya sama seperti mereka. Tidak ada!
Kita periksa saja, kalau ada tapak kaki, kata Jupiter. "Di bawah jendela tadi."
Mereka pergi ke sisi rumah di mana kamar kerja Miss Agawam terletak. Tanah di bawah jendela tadi kering dan keras. Jadi kecil sekali kemungkinannya telapak sepatu membekas di situ.
Tidak ada tapak kaki, kata Jupiter dengan kecewa. "Tapi aku menemukan misteri lain.
"Misteri apa lagi"" tanya Bob.
Jupiter membungkuk untuk memungut sesuatu dari tanah.
Lihatlah! Segumpal tanah lembab. Mungkin terlepas dari telapak sepatu seseorang."
"Atau terjatuh dan kotak kembang Miss Agawam," tukas Bob.
Mungkin juga, sambut Jupiter. "Tapi coba pandang ke atas, ke jendela itu. Ambang bawahnya lebih tinggi dan kepala kita. Katamu tadi. kau melihat sesosok tubuh yang kecil sekali di balik jendela, Bob"
Ya, makhluk kerdil yang tingginya ti
dak sampai satu meter," jawab Bob. "Ia memakai topi runcing. Jenggotnya panjang dan dekil. Ia menyandang pangkur kecil. Aku hanya melihat tubuhnya dari pinggang ke atas. Ia memandang kita dengan air muka seperti marah."
Mana mungkin kurcaci yang tingginya tidak sampai satu meter berdiri di luar sini dan memandang ke dalam lewat jendela yang letaknya hampir dua meter di atas tanah" tanya Jupiter.
Mereka terdiam memikirkan pertanyaan itu.
Akhirnya Pete membuka mulut.
"Ah, tentu saja! Pakai tangga. Kurcaci itu berdiri di atas tangga!"
Tangga" Yang bisa dilipat, ya" tanya Jupiter dengan nada menyindir. Dan tangga itu dikantonginya sebelum ia sendiri menghilang lewat lubang yang tidak kelihatan""
Pete menggaruk-garuk kepala, sementara Bob merenung dengan kening berkerut.
Kurcaci pandai menyihir, katanya kemudian. Pasti ia melakukannya dengan salah satu ilmu sihir."
"Mungkin kau tadi sebetulnya tidak melihat apa-apa, Bob, kata Jupiter. Khayalanmu kadang-kadang kan Suka melantur."
"Aku benar-benar melihatnya!" tukas Bob dengan panas. Aku bahkan sempat melihat matanya yang merah berkilat-kilat."
Kurcaci yang matanya merah berkilat-kilat, kata Pete sambil mengerang. "Aduh! Kau ini benar-benar tidak mau berganti pikiran dan mengatakan bahwa yang tadi itu hanya ada dalam khayalanmu saja, Bob"
Bob mulai sangsi. Bagaimanapun ia tadi hanya sempat melihat sekilas saja.
Entahlah, katanya. "Aku merasa melihatnya-tapi mungkin kau benar, Pete. Saat itu aku sedang melihat pada gambar yang kulihat dalam buku ensiklopedi, lalu - yah. kurasa penglihatan itu hanya ada dalam angan-anganku saja."
"Nah, kalau tadi itu hanya ada dalam bayangan pikiranmu, kita takkan mungkin bisa menemukannya, kata Jupiter. Tapi jika kau sungguh-sungguh melihatnya. mestinya ia bisa menghilang - karena di pekarangan sini sekarang jelas tidak ada.
"Dan tidak ada jalan untuk keluar dari sini," sambung Pete.
Lebih baik kita masuk saja lagi untuk mendengar apa yang hendak diceritakan Miss Agawam tadi pada kita, kata Jupiler mengusulkan. Mereka lantas kembali lewat beranda depan.
Miss Agawam membukakan pintu.
"Kalian tidak berhasil menemukannya, kan"" tanya wanita itu.
Tidak, kata Bob. "Ia lenyap dengan begitu saja, ia tidak mungkin pergi dengan cara lain, kecuali melenyapkan diri.
"Dari tadi itu sudah kukhawatirkan, kata Miss Agawam. "Memang begitulah kebiasaan kurcaci. Tapi jarang sekali orang bisa melihatnya pada siang hari. Sudahlah - kita minum teh saja dulu. Setelah itu akan ku ceritakan pengalamanku selama ini."
Beberapa saat kemudian wanita itu menyambung pembicaraan lagi.
"Aku yakin, kalian pasti bisa membantuku menangani misteri aneh ini, katanya sambil menuangkan teh dari teko porselin. Menurut cerita Mr. Hitchcock. kalian sudah beberapa kali berhasil mengusut kejadian-kejadian yang sangat aneh."
"Memang sudah beberapa kali kami menangani peristiwa yang sangat menarik, kata Pete sambil menerima cangkir teh yang disodorkan padanya. Ia menuangkan susu dan gula banyak-banyak ke dalamnya. Tapi pengusutannya untuk sebagian besar dilakukan oleh Jupe. Ya kan, Bob"
Begitulah - sekitar delapan puluh persen," Kata Bob. Tapi kurasa aku dan Pete ada juga membantu sedikit-sedikit. Betul kan, Jupe" - He, Jupe!
Jupiter agak kaget, karena selama itu ia asyik melirik ke samping, membaca surat kabar yang terletak di sofa yang ada di dekatnya.
"Apa"" tanyanya. Bob mengulangi penjelasannya.
"Kami ini bekerja sama, kata Jupiter kemudian pada Miss Agawam. "Tanpa dibantu oleh Bob dan Pete, saya takkan bisa berbuat apa-apa.
Kulihat kau tadi sedang asyik membaca berita tentang kejadian aneh di museum kemarin, kata Miss Agawam sambil menawarkan kue-kue, yang diambil sekaligus beberapa potong oleh Jupiter. Banyak sekali hal-hal yang misterius di dunia ini, ya""
Jupiter tidak langsung menjawab. karena masih terus menelan kue yang sedang dikunyah. Kemudian ia berkata, "Kami ada di museum itu ketika Pending Emas dicuri orang. Kami benar-benar bingung memikirkan kasus itu. Kami menawarkan diri untuk membantu, tapi yah, oran
g yang berwenang di situ beranggapan bahwa kami masih terlalu muda.
"Kami bahkan disuruhnya pulang! tukas Pete.
Aku yakin, sikapnya itu keliru, kata Miss "Agawam. Tapi kalau kupikir kepentinganku sendiri, aku senang bahwa kalian tidak sibuk dengan urusan lain saat ini. Tapi sebelum kita membicarakan soal ku, kita minum teh saja dulu dengan tenang sambil makan kue. Aku tidak suka membicarakan hal-hal yang serius sambil makan. Ia menuangkan teh lagi untuk mereka, serta menyodorkan kue-kue. Bob dan Pete sebenarnya lebih suka jika diberi minuman segar. Tapi teh juga lumayan. jika diminum dengan susu dan gula banyak-banyak. Sedang kue-kuenya enak sekali.
"Ah - aku jadi teringat pada masa lalu," kata Miss Agawam dengan gembira sementara mereka asyik makan dan minum. Dulu. boleh dibilang setiap minggu aku mengadakan jamuan teh untuk kurcaci-kurcaciku sendiri.
Bob tersedak mendengar kalimat yang terakhir itu.
"Maksud Anda, Anda dulu biasa mengundang anak-anak daerah sini untuk datang dan minum teh bersama Anda"" tanya Jupiter setelah beberapa saat Mereka itu Anda sebut kurcaci- kurcaci Anda"
"Ya. Betul! kata Miss Agawam dengan wajah berseri-seri. Kau pandai sekali menebak. Aku tidak mengerti, bagaimana kau bisa mengetahuinya.
"Dengan teknik deduksi."' kata Jupiter. Ia menuding foto-foto yang terpasang di dinding. "Di dinding banyak sekali terpajang foto anak-anak dengan pakaian mode puluhan tahun yang lalu. Kebanyakan foto-foto itu dibubuhi tulisan, 'Salam manis untuk Miss Agatha' atau kata-kata sejenis."
Lalu rak yang di sebelah pintu penuh dengan buku-buku karangan Anda sendiri. Menurut Mr. Hitchcock, Anda pengarang. Saya tadi sempat melihat beberapa judul buku Anda, seperti Liburan Kurcaci yang Menyenangkan, lalu Tujuh Kurcaci Cilik Karenanya saya lantas menarik kesimpulan bahwa Anda dulu suka menulis mengenai makhluk-makhluk khayalan seperti itu, dan bahwa Anda mungkin suka bercanda dan menyebut anak-anak teman Anda kurcaci atau peri.
Pete dan Bob memandang Jupiter sambil melongo. Mereka juga melihat foto-foto serta buku-buku itu. Tapi mereka tidak menaruh perhatian khusus ke situ.
"Keteranganmu tepat sekali! n Miss Agawam bertepuk tangan dengan gembira. Tapi ada satu hal yang keliru. Katamu tadi, kurcaci itu makhluk khayalan, itu keliru! Mereka makhluk yang benar-benar ada. Aku yakin sekali mengenainya.
"Dulu. ketika aku masih kecil ayahku termasuk orang berada, dan aku punya pengasuh khusus-seorang wanita yang berasal dari Bavaria. Ia tahu semua cerita yang asyik-asyik tentang kurcaci serta makhluk-makhluk cilik lainnya yang berdiam di hutan Hitam. Kemudian, ketika aku mulai menjadi pengarang, kutuliskan semua cerita yang pernah dikisahkan pengasuhku itu pada ku. Aku dihadiahinya sebuah buku besar yang dibawanya dari tempat asalnya. Buku itu dalam bahasa Jerman tapi ada gambar-gambarnya.
Miss Agawam bangkit untuk mengambil sebuah buku dari rak. Buku itu besar dan kelihatannya sudah tua. Sampulnya berlapis kulit.
Buku ini dicetak seabad yang lalu di Jerman, kata Miss Agawam sambil membalik-balik halaman buku itu yang terbuat dari kertas tebal sementara anak-anak mengerubung. Penulisnya seseorang yang pernah tinggal berbulan-bulan lamanya dalam Hutan Hitam. Sebagai ilustrasi, ia juga membuat gambar-gambar dari makhluk makhluk kecil itu. Coba kalian lihat gambar ini! Miss Agawam menuding sebuah gambar yang mengisi satu halaman penuh. Gambar itu menampakkan seorang laki-laki bertubuh kecil sekali yang bertampang menyeramkan dan memakai topi runcing terbuat dari kulit. Telinga orang itu besar dan berbulu, begitu pula tangan dan kakinya. Ia menyandang pangkur bergagang pendek. Matanya terbelalak
"Seperti inilah tampang yang kulihat mengintip ke dalam dari balik jendela tadi - kalau aku tidak keliru, kata Bob.
" Penulis buku ini menyebut dia ini 'Raja Kurcaci yang Jahat', kata Miss Agawam. "Kurcaci-kurcaci ada yang Jahat dan suka iseng, tapi ada juga yang baik hati. Menurut penulisnya, kurcaci yang jahat matanya merah berkilat-kilat.
"Uhh! Bob kaget karena teringat pada mata merah yang dil
ihatnya sekilas tadi. Atau tepatnya-yang menurut perasaannya dilihat tadi.
Miss Agawam membalik-balik halaman buku itu lebih lanjut lalu menunjukkan gambar-gambar kurcaci biasa yang pakaiannya sama seperti yang tadi, tapi tampangnya tidak sejahat Raja Kurcaci.
"Kurcaci-kurcaci yang kulihat, kelihatannya persis seperti gambar-gambar ini, katanya kemudian sambil menutup buku itu kembali. Karena itulah aku lantas tahu bahwa mereka kurcaci dan memang benar-benar ada. Nanti akan kuceritakan apa yang kualami. Tapi sebelumnya aku masih ingin bercerita dulu tentang masa lalu, ketika aku ini pengarang buku-buku tentang Makhluk-makhluk Kecil yang Terkenal.
Miss Agawam mendesah. Jelas sekali bahwa ia senang mengenangkan masa lalunya itu.
Setelah orang tuaku meninggal, kisah-kisahku kemudian menjadi populer sekali. Banyak penghasilan yang kuterima dari penjualan buku-bukuku itu. Tentu saja itu sudah lama berlalu - lama sebelum kalian dilahirkan. Tapi anak-anak dulu sering datang ke sini untuk meminta agar aku menandatangani buku-buku ku yang mereka beli. Aku sangat suka pada anak-anak. Anak-anak di daerah sini semuanya kawanku.
Tapi kemudian segala-galanya berubah di sekitar sini. Rumah-rumah tua dan pohon-pohon dirobohkan semua, diganti dengan toko-toko dan kantor-kantor. Teman-temanku yang dulu menjadi besar lalu pindah ke tempat lain. Banyak yang berusaha membujukku agar mau menjual rumah ini dan ikut pindah. Tapi aku tidak mau. Dan dulu aku selalu tinggal di sini dan aku berniat akan tetap tinggal di sini - biar apa pun perubahan yang terjadi. Kalian bisa memahami aku bahwa aku tidak ingin pergi dan rumah tuaku ini" tanyanya
Ketiga remaja itu mengangguk.
"Keadaan berubah-ubah terus, kata Mis Agawam sambil mengeluh. "Gedung bioskop sebelah ini pun akhirnya terpaksa ditutup beberapa tahun yang lalu karena kekurangan penonton. Soalnya, tidak banyak lagi orang tinggal di sekitar sini. Aku memasang kartu di pintu depan untuk kurcaci-kurcaciku, supaya mereka bersiul apabila ingin datang berkunjung dan mengobrol tentang masa silam dengan aku. Kadang-kadang ada juga yang datang berkunjung. Tapi mereka sudah besar-besar semuanya sekarang. Sudah dewasa beranak dan bahkan ada yang sudah bercucu! Jadi bisa kaubayangkan sudah berapa lama masa itu berlalu.
Miss Agawam berhenti sebentar. Anak-anak bisa membayangkan dengan jelas, bagaimana riwayat wanita tua itu.
"Mungkin memang sebaiknya aku pindah sekarang, kata Miss Agawam kemudian. Miss Jordan, orang yang akan membongkar gedung bioskop di sebetah ini dan membangun gedung perkantoran di tempatnya, sudah meminta agar aku mau menjual padanya sehingga ia bisa membangun gedung yang lebih besar ukurannya. Tapi, tidak! Aku dilahirkan di sini dan aku bertekad akan tetap tinggal di sini - tak peduli berapa banyak gedung perkantoran yang nanti dibangun di sekeliling tempatku ini!"
Saat ia berbicara begitu, Miss Agawam kelihatan bersemangat sekali. Jupiter, Bob dan Pete bisa membayangkan wanita tua itu menantang siapa saja yang berani mencoba membujuknya agar mau menjual rumahnya. Sementara itu Miss Agawam menuangkan sisa teh dalam teko ke dalam cangkirnya sendiri.
"Nah - sekarang aku sudah cukup bercerita tentang masa lalu. Kini tiba waktunya untuk membicarakan persoalan sekarang. Sebetulnya aku sama sekali tidak menyangka akan melihat kurcaci yang sebenarnya, biarpun sudah bertahun-tahun mengarang kisah-kisah mengenai mereka. Tapi beberapa malam yang lalu aku melihat mereka.
Coba Anda ceritakan, kata Jupiter. Bob, jangan lupa mencatat."
Bob mengeluarkan buku catatannya. Ia sangat mahir mengetik dan menulis steno, karena mengambil keduanya sebagai mata pelajaran keterampilan di sekolah. Ia juga ingin menjadi wartawan seperti ayahnya, apabila sudah dewasa nanti.
Tidurku biasanya selalu nyenyak, kata Miss Agawam, tapi beberapa malam yang lalu aku terbangun sekitar tengah malam. Aku merasa seperti mendengar bunyi asing. Kedengarannya "seperti ada yang mencangkul, jauh di dalam tanah!"
"Mencangkul" Tengah malam"" tanya Jupiter.
"Ya, betul! Mula-mula kusangka aku saja yan
g salah dengar. Mana mungkin ada orang mencangkul saat tengah malam. Tidak mungkin, kecuali-
"Kurcaci, kala Pete menyelesaikan kalimat itu.
Ya, kurcaci,n kata Miss Agawam. "Aku bangun dari tempat tidurku. lalu pergi ke jendela. Saat itu aku melihat pemandangan aneh di pekarangan. Ada empat sosok tubuh kecil-kecil sedang bermain-main di situ. Empat laki-laki bertubuh kecil sekali, dengan pakaian yang nampaknya terbuat dari kulit, sedang bermain loncat-loncatan dan berjungkir balik di pekaranganku. Tentu saja saat itu aku tidak bisa melihat mereka dengan jelas. Aku membuka jendela dan berseru menyapa mereka. Tapi saat itu juga mereka menghilang!
Ia memandang ketiga remaja itu dengan kening berkerut.
Aku yakin bahwa aku saat itu tidak sedang bermimpi. Keesokan harinya aku melapor pada polisi yang bertugas patroli di daerah sini. Officer Horowitz! Sayang kalian tidak ikut melihat bagaimana caranya ia memandangku waktu aku menyampaikan laporan itu. Huh!
Mata wanita tua berkilat-kilat karena jengkelnya
Ia kemudian mengatakan, aku harus hati-hati merawat diri. Ditanyakannya pula apakah tidak sebaiknya aku cepat-cepat pergi berlibur saja. Saat itu juga aku bersumpah tak mau mengatakan apa-apa lagi tentang kurcaci pada polisi!"
Setelah beberapa saat Miss Agawam tertawa
"Aku tersinggung saat itu karena disangka sinting," katanya. Tapi dua malam berikutnya aku terbangun dan mendengar kurcaci-kurcaci itu lagi. Tapi aku berpura-pura hanya mendengarnya dalam khayalanku sendiri saja dan tidak menceritakannya pada siapa-siapa. Tapi malam ketiga, akhirnya aku tahu pasti bahwa mereka memang ada.
"Aku menelepon keponakanku dulu, Roger. Ia tinggal di sebuah apartemen. Beberapa mil dari sini. Ia bujangan dan satu-satunya kerabatku. Aku memintanya agar segera datang. Ia menyanggupi akan datang dengan segera, begitu ia selesai berpakaian.
Sambil menunggu kedatangan Roger, aku memutuskan untuk melihat ke dalam ruang bawah tanah dari mana suara-suara itu kedengarannya berasal. Tanpa menyalakan lampu sama sekali, aku menyelinap menuruni tangga yang menuju ke kolong. Sementara bunyi mencangkul itu semakin nyaring kedengarannya. Dengan tiba-tiba aku menyalakan senter yang kubawa dan kalian tahu, apa yang kulihat saat itu"
Anak-anak mengikuti kisah Miss Agawam dengan tegang.
Apa" tanya Bob. Miss Agawam menatap ketiga remaja itu
ganti-berganti. Kemudian ia berkata dengan suara dilirihkan,
"Aku tidak melihat apa-apa.
Bob mendesah karena kecewa. Semula ia sudah merasa pasti bahwa Miss Agawam melihat - ah ia tidak bisa menebak apa yang dilihat Miss Agawam saat itu Tapi pasti sesuatu!
"Tidak, aku tidak melihat apa-apa, ulang wanita tua itu. "Aku berpaling. Maksudku hendak kembali ke atas dan menunggu kedatangan Roger. Nah - saat itulah aku melihat sesuatu!"
Mata Bob membesar kembali.
"Aku melihat sesosok tubuh kecil. Tingginya sekitar satu meter. Ia memakai topi yang meruncing ke atas, baju dan celana dari kulit serta sepatu berujung lancip. Mukanya ditutupi jenggot putih yang dekil, sedang satu tangannya memegang pangkur kecil. Di tangannya yang satu ada lilin menyala. Diterangi cahaya lilin. aku melihat matanya terbelalak memandang ke arahku. Matanya merah menyala-nyala!"
Persis seperti mata yang kulihat menatap dari balik jendela tadi!" seru Bob.
Ya, tadi itu pasti kurcaci," kata Miss Agawam sependapat.
Jupiter mencubiti bibir bawahnya. Ia kelihatannya sedang sibuk berpikir.
"Lalu, apa yang terjadi setelah itu"" tanyanya.
Miss Agawam meneguk tehnya. Nampak bahwa tangannya agak gemetar.
Kurcaci itu menggeram, sambil mengangkat pangkurnya dengan sikap mengancam. Tapi tiba-tiba ia memadamkan lilin yang dipegangnya. Detik berikutnya kudengar bunyi pintu di ujung atas tangga dibanting. Ketika aku akhirnya sudah cukup berani untuk mendaki tangga dan membuka pintu, ternyata aku tidak bisa. Pintu itu terkunci dari luar. Aku terjebak di kolong rumah!
Ketiga remaja itu mendengarnya dengan mata terbuka lebar. Tiba-tiba mereka semua juga Miss Agawam terlonjak kaget, karena tahu-tahu terdengar suara berdebam di se
berang kamar itu. "Bab 6 Pembicaraan Aneh
"Astaga!" kata Miss Agawam. "Apa itu tadi"
Tapi pertanyaan itu dijawab sendiri olehnya.
Wah, rupanya lukisan diriku yang jatuh dari dinding!
Jupiter serta kedua lemannya lari menghampiri sebuah lukisan besar berpigura keemasan yang tergeletak menelungkup di lantai. Pete dan Jupiter menegakkannya kembali. Ternyata itu lukisan Miss Agawam ketika ia masih muda.
"Pelukis yang membuatnya dulu juga membuat ilustrasi buku-bukuku," kata Miss Agawam menjelaskan.
Lukisan itu menampakkan wanita tua itu ketika masih muda, duduk di atas rumput sambil membaca buku, sementara berbagai makhluk aneh-aneh yang semua bertubuh kecil mengerubunginya untuk ikut mendengarkan.
Lukisan itu digantungkan dengan selembar kawat ke papan gantungan yang terpasang di tepi langit-langit kamar. Dan kawat itu rupanya yang putus. Jupiter memeriksa bagian kawat yang putus itu.
" Kawat ini ternyata tidak secara kebetulan saja putus, Miss Agawam," katanya dengan wajah serius. "Ada yang mengikirnya sampai tipis sekali. hingga pasti putus pada suatu saat."
"Aduh!" Miss Agawam menyentuhkan sapu tangan ke mukanya. "Pasti kurcaci-kurcaci itu lagi yang melakukannya. Malam itu, ketika - ah, cerita ku tadi belum sampai ke situ.
Sa"ya rasa kami bisa membetulkan kawat ini untuk Anda, Miss Agawam, kata Jupiter. "Lalu setelah itu kami gantungkan kembali lukisan ini ke dinding. Sementara kami bekerja. Anda bisa meneruskan cerita tadi.
Dengan hati-hati sekali lukisan itu dibalikkan. Pete yang paling terampil di antara mereka bertiga, mengikat kedua ujung kawat yang putus itu.
Bob sibuk mencatat sementara Miss Agawam melanjutkan ceritanya. Ia hanya sebentar saja terkurung dalam ruangan di bawah tanah itu. Karena tidak lama kemudian Roger sudah datang. Ia bisa masuk sendiri, karena memiliki kunci. Begitu mendengar ada orang di atas, Miss Agawam menggedor-gedor pintu sambil berteriak-teriak. Roger membebaskannya dari kurungan gelap itu. Roger mendengarkan dengan sopan, sementara bibinya menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Tapi dari air mukanya. Miss Agawam tahu bahwa Roger sama sekali tidak percaya. Mi"s Agawam merasa yakin bahwa Roger pasti mengira bibinya berjalan dalam tidur. dan pengalamannya itu hanya ada dalam mimpinya belaka.
"Sebentar, Miss Agawam, kata Jupiter menyela "kami hendak menggantungkan lukisan ini dulu.
Pete berdiri di atas sebuah kursi, dan Jupiter menyodorkan lukisan itu padanya. Tiba-tiba Bob melihat mata Jupiter bersinar-sinar. Dan Bob langsung tahu maksudnya.
Jupiter mendapat ilham! "Ada apa, Jupe"" bisik Bob, sementara Pete turun lagi dan kursi. Air muka Jupiter menampakkan kepuasan terhadap dirinya sendiri.
Kurasa aku sudah berhasil menemukan jawaban atas teka-teki hilangnya Pending Emas! bisiknya.
"0 ya" lalu - bagaimana jawabannya" Bob harus menahan diri benar-benar, agar jangan sampai meneriakkan kata-katanya. Lagipula bagaimana kau sampai bisa menemukannya sekarang di tempat ini"
Petunjuk tetap merupakan petunjuk, di mana pun hal itu ditemukan, kata Jupiter dengan suara pelan. Nanti saja kita membicarakannya. Sekarang kita masih punya tugas lain, menolong Miss Agawam.
Bob mendesah. Ia tahu, Jupiter takkan mengatakan apa-apa lagi sebelum ia beranggapan bahwa waktunya sudah tiba untuk itu. Bob berusaha membayangkan petunjuk macam apa yang mungkin ditemukan Jupiter. Tapi ia tak berhasil. Karenanya ia kembali mengarahkan perhatian "penuhnya pada Miss Agawam, yang sementara itu sudah melanjutkan kisahnya lagi.
Roger mengajakku menginap di apartemennya, tapi aku tidak mau," kata wanita tua itu. "Ia masih menunggu beberapa lama lagi. Tapi kami tidak mendengar apa-apa. Karenanya ia lantas pulang.
Malam itu tidak terjadi apa-apa lagi. Tapi malam besoknya, aku kembali mendengar suara-suara aneh itu. Aku sadar bahwa seharusnya aku menelepon Roger lagi. Tapi sikapnya pada malam pertama - aku dikatakannya pasti mimpi buruk- yah, pokoknya aku tidak mau meneleponnya saat itu. Aku tidak mau ia menyangka aku mendengar dan melihat yang bukan-bukan.
Aku menyelinap tu run dengan hati-hati sekali. Aku masih sempat mendengar bunyi pintu belakang ditutup. Dalam ruang perpustakaanku ini kulihat sejumlah lukisanku dicampakkan ke lantai. Buku-bukuku diturunkan semua dari atas rak. Ada di antaranya yang disobek-sobek halamannya. Aku mendapat kesan, seolah-olah para kurcaci itu memang sengaja hendak berbuat jahat. Rupanya, saat itulah kawat penggantung lukisan itu dikikir sampai hampir putus.
Hatiku benar-benar tidak enak. Keesokan harinya aku menelepon Roger. Ia datang dengan segera. Tapi ia tidak mau percaya bahwa segala-galanya itu perbuatan kurcaci. Dengan hati-hati sekali ia mengatakan bahwa mestinya aku sendirilah yang melakukannya. Ia juga mengatakan, mungkin ada baiknya jika aku bepergian selama beberapa waktu, untuk menenangkan pikiran. Aku marah sekali, sehingga keponakankan itu bisa dibilang kuusir pergi! Soalnya, aku tahu bahwa yang kualami itu benar-benar terjadi. Aku sama sekali tidak gentayangan dalam tidur dan mengigau! Tapi di pihak lain - apa sebetulnya yang sedang terjadi"" tanya Miss Agawam dengan nada bingung, sambil meremas-remas tangannya. "Aku benar-benar tak mengerti - semuanya begitu misterius!
Pete dan Bob juga sama "saja, tidak mengerti. Kalau melihat Miss Agawam, sukar sekali untuk tidak mempercayai kebenaran ceritanya. Tapi pihak lain, ceritanya itu tidak masuk akal!
"Yang pertama-tama perlu dilakukan, kata Jupiter kemudian, "kita harus menemukan bukti bahwa kurcaci-kurcaci itu benar-benar ada dan mengganggu Anda, Miss Agawam.
Ternyata remaja itu biasanya berakal panjang itu kali ini tidak berhasil menemukan jawaban yang bisa memuaskan.
"Ya, tentu saja!" kata Miss Agawam sambil mendekapkan kedua tangannya. "Kalau bukti itu sudah kita temukan, kemudian kita akan bisa mengetahui sebab-sebabnya."
"Sekarang kita harus memasang jebakan, kata Jupiter padanya.
Jebakan macam apa"" tanya Pete.
"Jebakan berupa manusia, jawab Jupiter. "Satu di antara kita harus menginap di sini dan nanti berusaha menangkap salah satu kurcaci itu."
Menangkapnya, ya" Lalu siapa di antara kita yang harus melakukannya"
"Kau Pete. Menurut rencanaku, kaulah orangnya."
"He! Nanti dulu!" seru Pete memprotes. "Aku tidak mau dijadikan jebakan untuk menangkap kurcaci. Pekerjaan macam begitu sama sekali tak kusenangi. Biarpun aku tidak percaya kurcaci itu benar-benar ada, tapi aku juga tidak kepingin mengambil risiko."
"Orang yang ditempatkan di sini harus kuat, gesit dan tabah," kata Jupiter. "Aku cukup kuat dan keberanianku juga lumayan, tapi kalau soal gesit - nanti dulu. Bob cukup gesit, karena kakinya sudah sembuh dari cedera, sedang keberaniannya bisa dibandingkan dengan singa. Tapi tenaganya, kalah kalau dibandingkan dengan kita. Jadi tidak ada pilihan lain, Pete. Hanya kau saja di antara kita bertiga yang kuat gesit dan juga berani."
Pete meneguk liurnya. Mau bilang apa lagi, jika orang lain mengatakan dirimu tabah, padahal kau sendiri sama sekali tidak merasa begitu"
"Kenapa kita tidak beramai-ramai saja tinggal di sini nanti malam"" tanyanya. "Tiga kan lebih baik daripada hanya satu. Dengan begitu kita bisa silih berganti menjaga."
"Malam ini aku harus ikut orang tuaku bertamu ke rumah bibiku," kata Bob. "Jadi aku tidak bisa."
Tapi kau kan tidak ada tugas apa-apa. Jupe, kata Pete. "Besok hari Minggu, jadi perusahaan paman dan bibimu tentu tutup. Bagaimana jika kau berdua yang menjaga di sini nanti"
Jupiter mencubit-cubit bibir bawahnya.
"Ya. baiklah, katanya kemudian. Mungkin itu lebih baik. Jelas kita berdua akan lebih mampu menangani situasi yang mungkin timbul, daripada seorang saja. Bagaimana, Miss Agawam - Anda kan tidak keberatan jika saya dan Pete menemani Anda malam ini di sini""
"Aku malah senang sekali! kata Miss Agawam Di depan ujung tangga ini ada kamar yang bisa kalian pakai. Tapi kalian sungguh-sungguh mau" Aku tidak ingin melibatkan kalian ke dalam bahaya.
Para kurcaci itu tidak mengapa-apakan Anda Miss Agawam, kata Jupiter. "Saya rasa mereka itu tidak bermaksud jahat Tapi kita harus melihat mereka dan kalau bisa meringkus satu di antarany
a, supaya bisa tahu ada apa sebetulnya di sini. Nanti kalau sudah gelap kami akan datang lagi dan menunggu kemunculan mereka. Kami akan menyelinap masuk, supaya tidak ada yang tahu bahwa di sini ada orang lain kecuali Anda.
"Baguslah kalau begitu, kata Miss Agawam Aku akan menunggu kedatangan kalian. Kalian tekan saja tombol di luar, nanti akan kubukakan pintu dari sini.
Ketika mereka sudah berada di jalan lagi Pete langsung bertanya, "Nah, apakah kesemuanya itu hanya ada dalam khayalannya saja, Jupe" Itulah yang sedari tadi ingin kuketahui!
" Entahlah - mungkin saja begitu," kata Jupiter sambil merenung. "Tapi tingkah lakunya tidak persis orang yang biasa diganggu bayangan khayal yang bukan-bukan. Mungkin saja ia benar-benar melihat kurcaci."
Ah, kau ini!" kata Pete dengan nada mengejek. Zaman sekarang ini, siapa sih yang masih percaya pada kurcaci""
"Ada juga beberapa orang, kata Jupiter. Seperti halnya ada yang masih percaya akan adanya hantu."
Saat itu Bob menyela. Tahun 1938 kalangan ilmuwan gempar karena ada yang menemukan ikan aneh. Ikan itu mulanya disangka sudah punah sejak jutaan tahun yang lalu. Ikan itu namanya coeldcanth. Dan kini diketahui bahwa ikan itu masih ada dalam jumlah ribuan atau bahkan jutaan di laut.
"Nah -," Bob semakm bersemangat sekarang. katakanlah memang benar-benar ada ras manusia kerdil yang disebut kurcaci itu. Katakanlah pada zaman purbakala mereka terpaksa menyembunyikan diri di bawah tanah, karena ras manusia yang bertubuh lebih besar hendak membunuh dan memakan mereka. Kalau itu yang terjadi, kan mungkin saja mereka benar-benar ada! Sama saja halnya dengan ikan coelacanth. Bedanya cuma sampai sekarang belum ada yang pernah menangkap kurcaci."
Pemikiran yang baik sekali," kata Jupiter. Penyelidik yang bermutu memang perlu memikirkan setiap kemungkinan yang ada. Nanti malam kita akan datang, siap menghadapi segala kemungkinan.
Ia berdiri sambil melayangkan pandangannya ke jalan. Pete sudah tidak sabar lagi.
Ayolah - kita masuk saja ke truk sekarang. lalu pulang, ajaknya. Sekarang sudah saatnya maka malam. Aku sudah lapar.
"Kurasa kita perlu berjalan sebentar mengelilingi blok ini dulu," kata Jupiter. Kita sudah memeriksa pagar sebelah depan dan belakang dari dalam, tapi dari luar belum.
Maksudmu untuk melihat apakah ada satu tempat lewat mana kurcaci-kurcaci itu bisa keluar"" tanya Bob.
Tepat, jawab Jupiter. "Mungkin jika kita memeriksa dengan lebih teliti lagi nanti kita akan melihat sesuatu yang tidak nampak tadi.
Mereka langsung berjalan menuju gedung bioskop tua yang terletak di pojok jalan, sementara Pete masih terus mengomel bahwa ia sudah lapar.
Pintu-pintu gedung itu ditutupi dengan papan dan penuh dengan gambar-gambar reklame yang sudah robek-robek. Ketiga remaja itu meneruskan langkah ke balik sudut jalan. lalu menyusur ke bangunan itu. Akhirnya mereka tiba di mulut sebuah lorong.
Lorong ini yang di belakang rumah Miss Agawam, kata Jupiter. "Kita masuk saja ke sini lalu memeriksa pagar belakang rumahnya.
Masuk beberapa meter dalam lorong itu, mereka melewati sebuah pintu besi yang terdapat di sisi belakang gedung bioskop tua itu. Pada pintu itu ada tulisan yang sudah memudar. Tulisan itu berbunyi, "PINTU PANGGUNG". Pintu itu ternganga sedikt. Tahu-tahu mereka mendengar gumam suara-suara orang berbicara di dalam.
Aneh," kata Jupiter. Di depan kan ada tulisan Tutup' dan 'Dilarang Masuk'.
Aku ingin tahu, seperti apa keadaannya di dalam, kata Pete. Rasa ingin tahunya mulai timbul. Pasti menyeramkan.
Jupiter duduk di undak-undakan yang terdapat di depan pintu. Ia pura-pura mengikat tali sepatunya sambil berusaha menangkap pembicaraan di dalam. Tapi ia hanya bisa mendengar gumam suara-suara, seperti yang berbicara itu dua orang.
Itu dengar! kata Pete "Ssst!" desis Jupiter. "Baru saja kutangkap kata-kata Pending Emas."
Pending Emas" Wah! Jangan-jangan -" bisik Bob.
" Diam dong!" Jupiter mendengarkan dengan penuh minat "Sekarang aku menangkap kata museum .
Astaga! Jangan-jangan ini tempat persembunyian para pencuri itu
'" bisik Pete. Matanya makin membesar. "Kalau benar begitu, bukan main!"
"Kita harus berusaha mendengarkan lebih banyak lagi. sebelum melapor pada polisi, gumam Jupiter. .
Ketiga remaja itu datang lebih dekat ke pintu. Sekali lagi mereka mendengar kata museum diucapkan dengan jelas. Mereka semakin merapat ke pintu. karena ingin mendengar lebih banyak Pintu yang agak ternganga itu membuka ke dalam karena terdorong tubuh mereka. Ketiga remaja itu terjerembab ke dalam.
Mereka berusaha bangun. Tahu-tahu kerah baju mereka dicengkeram orang.
"Mr. Jordan!" seru orang yang menyergap mereka itu. "Panggil polisi! Ini - ada beberapa orang anak masuk tanpa ijin!
"Bab 7 Dalam Gedung Teater
"Seorang laki-laki bertubuh gempal dengan alis lebat dan air muka galak menyentakkan Pete dan Bob ke atas sehingga keduanya berdiri lagi.
Jangan coba-coba lari!" sergah orang itu. Mr. Jordan! Ini - masih ada satu lagi! Tangkap dia'"
"Lari, Jupe!" seru Pete. "Panggil Hans!"
Tapi Jupiter tidak beranjak dari tempatnya.
"Anda salah duga!" katanya dengan gaya orang dewasa. "Karena mendengar suara-suara dalam bangunan kosong yang akan digusur, kami tadi lantas mendapat kesan bahwa di dalam ada orang-orang yang tak berkepentingan. Kami masuk karena ingin mengetahui itikad mereka dulu, sebelum menghubungi pihak berwajib.
Hah"" laki-laki bertubuh gempal itu menatapnya sambil melongo. Apa katamu""
Jupiter kadang-kadang mengambil siasat berbicara dengan kalimat yang sulit-sulit dalam keadaan terjepit. Gayanya itu hampir selalu mengagetkan orang-orang dewasa yang berhadapan dengannya.
"Saat itu seorang laki-laki lagi muncul di belakang yang pertama Orang yang baru datang itu nampak lebih muda, sedikit lebih kurus dan berambut pirang.
"Tenang. Rawley, katanya sambil tersenyum geli. "Anak ini hanya mengatakan bahwa ia mendengar kita berdua berbicara, lalu menyangka bahwa kita masuk tanpa izin. Mereka hendak meyakinkan dugaan itu dulu, sebelum memanggil polisi.
"Kalau itu maksudnya tadi, kenapa tidak bilang begitu"" tukas Rawly. Rupanya ia orang yang cepat marah. Aku benci pada anak sok pintar yang kalau bicara seperti kamus.
"Aku Frank Jordan. pemilik bioskop ini, kata laki-laki yang lebih muda pada ketiga remaja itu. Tepatnya, aku membeli bangunan tua ini dengan maksud menggusurnya. lalu membangun gedung perkantoran di sini. Aku tadi sedang mengecek keadaan dengan Rawley. Dia ini pegawaiku, penjaga malam di sini Apa sebabnya kalian mendapat kesan bahwa adanya kami di sini mencurigakan""
"Sepanjang pengetahuan kami tak ada orang yang diperbolehkan masuk kemari, kata Jupiter. Tapi Pete yang merasa kesal karena tadi diringkus dengan kasar cepat-cepat memotong.
"Kami mendengar kalian tadi berbicara tentang Pending Emas! Itulah sebabnya kami menjadi curiga. Apalagi setelah mendengar kalian menyebut-nyebut museum pula!"
"Tampang Raw"ley mulai masam kembali.
Mr. Jordan, katanya. "Anak-anak ini sinting! Pengacau! Panggil polisi, kataku!"
Aku yang berwenang mengambil tindakan di sini, Rawley, kata Nr. Jordan. Tapi ia kelihatannya heran mendengar ucapan Pete. Pending Emas"" katanya. "Seingatku, aku sama sekali tidak menyebutkan kata-kata itu.
Tapi saat berikutnya ia tersenyum
Ah! Sekarang aku mengerti!" katanya dengan nada lega. "Seperti sudah kukatakan tadi aku bermaksud hendak menggusur bangunan tua ini. Aku tadi mengatakan pada Rawley, bagian dalam bangunan ini begitu mewah warna-warnanya penuh dengan emas - sehingga kelihatannya seperti museum, lalu kukatakan pula, sebetulnya aku merasa sayang untuk menggusurnya. Nah-rupanya kalian hanya menangkap kata-kata penuh dengan emas . Maksudku, penuh dengan warna-warna keemasan. Kalian tidak menangkap kata-kataku itu dengan jelas. 'Penuh dengan emas' kalian kira Pending Emas!' Rupanya kalian bertiga ini terlalu banyak membaca berita sensasi mengenai perampokan di museum itu.
"Mr. Jordan tertawa geli. Tapi Rawley masih tetap masam.
"Mereka terlalu banyak berkhayal, gerutunya.
Untung kau sendiri sama sekali tidak bisa berkhayal " kata majikannya. Kau sama sekali tidak merasa
Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terganggu oleh bunyi-bunyi aneh, yang menyebabkan dua penjaga malam sebelumnya minta berhenti.
"Bunyi-bunyi aneh"" sela Jupiter. Minatnya
mulai bangkit Bunyi-bunyi apa itu""
"Ketukan-ketukan misterius dan suara mengerang dan entah dari mana datangnya, kata Mr. Jordan. Tapi penjelasan yang masuk akal pasti ada. Walau harus kuakui bahwa ruangan gedung ini memang terasa menyeramkan, karena begitu luas dan gelap. Padahal dulu sewaktu masih baru, gedung bioskop ini indah sekali. Mungkin kalian ingin melihat-lihat sebentar di sini. Nanti kalian akan melihat sendiri hiasan ruangan serba indah dan penuh dengan warna emas. yang kukatakan tadi, kata Mr. Jordan sambil tersenyum.
Ketiga remaja itu menyambut tawaran itu dengan gembira.
Nyalakan lampu, Rawiey! kata Mr. Jordan pada pegawainya, lalu mengajak anak-anak menyusur gang yang panjang dan sempit yang diterangi oleh sebuah bola lampu saja.
Semakin jauh mereka masuk ke dalam gang itu, semakin gelap pula keadaan sekeliling mereka.
Tiba-tiba Bob terpekik karena ada sesuatu lewat dekat mukanya.
Kelelawar! serunya. Betul, kata Mr. Jordan di tempat gelap itu. Gedung ini sudah lama sekali kosong, sehingga sekarang banyak kelelawar di sini. Dan tikus. Tikus yang besar-besar!"
Bob meneguk liur karena merasa seram Tapi ia diam saja, sementara di atas kepalanya terdengar bunyi kelepak sayap. Namun bulu tengkuknya kemudian terasa seperti berdiri semua, ketika mendengar bunyi berderak-derik aneh di ujung gang yang sedang mereka telusuri. Bunyi itu diselingi suara-suara seperti orang mengerang.
Jangan takut, kata Mr. Jordan. Bunyi yang kalian dengar itu disebabkan oleh tali-temali serta katrol-katrol yang dulu dipakai untuk menggantungkan dekor di panggung. Ini bukan hanya gedung bioskop saja. tapi dulu juga sering dipakai untuk pertunjukan musik, tari-tarian dan juga sulap. Ah - rupanya Rawley sudah menyalakan lampu panggung.
Cahaya remang-remang agak mengurangi kegelapan di dalam, sementara mereka berempat muncul di atas panggung teater itu. Dari tempat mereka berada nampak kursi-kursi kosong, berjejer-jejer sampai jauh ke belakang. Di atas kepala. seperangkat lampu hias yang terbuat dan kaca berwarna-warni memancarkan cahaya suram. karena permukaannya penuh debu.
Kedua sisi samping panggung dibatasi dengan tirai merah yang nampak antik, penuh dengan hiasan rumbai-rumbai berwarna keemasan. Dinding-dindingnya penuh dengan gambar-gambar adegan pertempuran para ksatria. semua dengan baju perang berwarna keemasan. Seperti dikatakan Mr. Jordan, dalam ruangan itu begitu banyak sepuhan warna emas, sehingga menimbulkan kesan seakan-akan tempat ini suatu museum.
""Gedung teater ini dibangun pada tahun-tahun dua puluhan, kata Mr. Jordan. Waktu itu orang beranggapan, gedung bioskop gayanya harus seperti istana atau puri. Gedung ini dibangun seperti mesjid gaya Arab-Spanyol. Kalian tahu kan, berabad-abad lamanya Spanyol berada di bawah kekuasaan orang Arab yang datang menyerbu dari Afrika Utara. Semuanya di sini dibuat meniru-niru gaya itu. Tangga-tangganya, lalu menara-menara yang ada di atas atap. Tapi begitulah - kesenangan orang berubah mengikuti perkembangan jaman.
Setelah itu ia berbalik dan mengajak anak-anak kembali. Saat itu sesuatu yang gelap nampak melintas di panggung, di depan mereka.
Tikus, kata Mr. Jordan. Selama bertahun-tahun, mereka hidup bebas di tempat ini Pasti binatang-binatang itu tidak senang jika bangunan ini nanti digusur. Nah - sekarang kalian sudah tahu seperti apa rupanya gedung teater tua ini. Datanglah beberapa minggu lagi kemari, untuk menonton kami merobohkannya!"
Anak-anak diantarkannya ke luar. Begitu mereka sudah kembali berada di lorong belakang, pintu ditutup olehnya. Rapat-rapat.
Huh!" kata Pete. Kelelawar! Tikus-tikus besar! Pantas penjaga malam tidak ada yang tahan.
"Mestinya binatang-binatang itulah yang menyebabkan timbulnya bunyi-bunyi aneh di sini," kata Jupiter. "Terus terang saja, ketika aku tadi mendengar gumaman suara yang bunyinya seperti 'Pending Emas', aku langsung merasa yakin bahwa secara kebetulan kita m
enemukan petunjuk penting untuk kasus perampokan di museum itu. Tapi penjelasan Mr. Jordan sangat masuk akal. Aku bisa menerimanya."
"Sebetulnya asyik juga ya kalau kita berhasil menangkap para perampok itu, setelah dilarang ikut serta dalam pengusutannya, kata Pete sambil mendesah. Tapi kurasa kemungkinan untuk itu kecil sekali.
"Memang," kata Jupiter membenarkan. "Jangan lupa, saat ini kita kan hendak menolong Miss Agawam. Jadi ayolah - kita lanjutkan pemeriksaan ke lorong ini.
Mereka berjalan dalam lorong itu. lalu memeriksa papan-papan pagar tinggi yang membatasi bagian belakang pekarangan Miss Agawam. Tapi ternyata bahwa tidak ada satu pun papan yang lepas. Pintu pagar terkunci rapat.
:Tidak mungkin ada yang bisa masuk atau keluar lewat sini,"' kala Jupiter. Ia mencubiti bibir bawahnya. "Aneh! Benar-benar aneh."
Aku sudah lapar sekali, sela Pete. Kita pulang saja yuk!
"Ya, kurasa saat ini tidak ada lagi yang bisa kita perbuat," kata Jupiter.
Mereka kembali ke truk, di mana Hans menunggu dengan sabar sambil membaca koran.
Sementara truk itu kemudian meluncur sela-sela keramaian lalu lintas kota, Bob berpaling pada Jupiter. Ia hendak menanyakan petunjuk apa yang secara ,tiba-tiba ditemukan, atau diingatnya waktu masih berada di rumah Miss Agawam tadi sehingga Jupiter mengatakan bahwa ia sudah berhasil menemukan jawaban atas teka-teki Pending Emas.
Tapi dilihatnya Jupiter duduk bersandar dengan air muka yang menunjukkan bahwa ia sedang sibuk berpikir. Bob tahu, kalau temannya itu sudah begitu, ia tidak suka diganggu dengan berbagai pertanyaan.
Karena itu Bob tidak jadi bertanya.
"Bab 8 Tamu Tak Dikenal
Pete cepat-cepat turun begitu truk sudah sampai di tempat penimbunan barang-barang bekas di mana Jupiter tinggal bersama paman dan bibinya.
Aku harus cepat-cepat pulang, kata Pete. "Baru teringat sekarang - hari ini hari ulang tahun ayahku. Ibu membuat hidangan istimewa untuk merayakannya. Nanti aku kembali lagi, selekas mungkin.
Usahakan agar sudah ada di sini pukul delapan," kata Jupiter. "Dan jangan lupa minta izin untuk menginap bersama aku di rumah salah seorang kawan Mr. Hitchcock. Bilang besok pagi kita mungkin sudah kembali lagi."
"Beres," Pete melompat ke atas sadel sepedanya lalu pergi. sementara Bob dan Jupiter turun dari truk. Saat itu bibi Jupiter muncul dari bangunan kecil tapi rapi yang dipakai sebagai kantor perusahaan jual beli barang bekas itu.
"Ada tamu. Jupiter, katanya. Sudah setengah jam la menunggumu.
" Tamu"" kata Jupiter dengan perasaan heran. Siapa orangnya"
"Namanya Taro Togati. Anak Jepang - tapi bahasa Inggrisnya lancar. Sambil menunggu tadi bercerita tentang cara membuat mutiara. Untuk itu dipakai tiram yang sudah dilatih. Pokoknya semacam begitulah!
Wanita itu tertawa. Orangnya periang dan baik hati walau ia paling senang menyuruh-nyuruh Jupiter serta kedua kawannya bekerja keras.
Sebentar lagi akan kutemui dia, Bibi Mathilda, kata Jupiter. "Sebelumnya aku Ingin minta izin dulu. Bolehkah aku malam ini menginap di rumah kawan Mr. Hitchcock, bersama Pete" Dia itu orang pengarang yang diganggu bunyi-bunyi aneh pada malam hari."
"Bunyi-bunyi aneh" Yah, kurasa boleh saja -
Jika ia merasa lebih enak ditemani dua anak yang besar-besar dan kuat," Mrs. Jones tertawa lagi. Baiklah, Jupiter. Kau bisa ke sana naik truk, dan beso"k pagi minta pada Hans untuk menjemputmu lagi."
Bibi Jupiter itu melantangkan suaranya.
"Jupiter dan Bob sudah datang, Taro, serunya. Sambil menambahkan pada kedua remaja itu, Setengah jam lagi kita makan malam, ia pergi ke rumah.
Seorang remaja yang besarnya kira-kira sepantar dengan Bob, muncul dari dalam kantor. Pakaiannya rapi sekali. Setelan biru tua, lengkap dengan dasi. Ia memakai kaca mata berbingkai emas. Rambutnya disisir lurus.
Senang sekali saya bisa berkenalan denganmu. Jupiter-san, katanya. Bahasa Inggrisnya sedikit terdengar berlogat Jepang. Tambahan kata "san di belakang nama itu juga merupakan kebiasaan orang Jepang. "Dan denganmu juga, Bob-san. Saya Taro, putra Saito Togati, detektif kepala dari Perusahaan Pe
rmata Nagasami. "Halo, Taro, kata Jupiter sambil menyalami anak itu. "Kami sudah berjumpa dengan ayahmu kemarin.
Air muka Taro Togati berubah, kelihatannya agak kurang enak. Ia mengeluarkan selembar kartu nama yang agak lusuh dari kantongnya.
"Ya, saya tahu, katanya. "Maaf, jika ay"ah saya saat itu bersikap kasar. Tapi saat itu ia sangat gelisah. Sangat bingung! Saya memungut kartu nama kalian. Dari situ saya mengetahui nama kalian. Saya melihat kalian menolong orang-orang keluar di pintu. Hal itu saya laporkan pada ayah saya. Ia menyuruh saya ke mari untuk mengucapkan terima kasih dan sekaligus meminta maaf.
"Ah itu sama sekali tidak perlu Taro, sela Bob "Kami tahu, ayahmu saat itu sedang bingung. "Dan kurasa untuk mengejar pencuri permata, kami ini memang agak terlalu muda. Saat ini kami sedang menangani kasus kurcaci yang misterius.
Kurcaci" Mata Taro yang sipit agak membesar. Ah, saya tahu maksudmu. Itu kan makhluk-makhluk kecil yang kerjanya menggali harta di bawah tanah. Aku belum pernah melihat mereka. Tapi di tanah air saya, di Jepang, banyak sekali cerita mengenai mereka. Mereka itu berbahaya sekali. Kalian jangan sampai tertangkap oleh mereka."
"Kami kalau bisa malah ingin menangkap satu dari mereka, kata Jupiter. "Untuk meyakinkan apakah mereka benar-benar ada, seperti kata hikayat.
Sementara mengobrol, Jupiter mengambilkan beberapa kursi kebun yang terbuat dari besi yang sudah karatan. Mereka lantas duduk.
Ayahmu sudah berhasil menemukan kembali Pending Emas atau belum, Taro"" tanya Jupiter sambil lalu untuk menyembunyikan rasa ingin tahunya yang menyala-nyala.
Sayang, Jupiter-san, keluh Tara Togati. baik ayahku, maupun para penjaga dan juga polisi sampai sekarang belum berhasil menangkap para pencuri itu, atau menemukan Pending Emas. Sama sekali tidak ada - anu - tidak ada petunjuk sedikit pun. Ayah saya malu sekali karenanya. Pending Emas dicuri di depan hidungnya! Jika ia tidak berhasil memperolehnya kembali nama baiknya akan rusak dan ia akan terpaksa minta berhenti."
""Gawat kalau begitu, Taro, kata Bob ikut prihatin.
Jupiter mencubiti bibir bawahnya tanda bahwa ia sibuk berpikir.
"Coba ceritakan apa saja yang sudah berhasil diketahui sampai sekarang, Taro." katanya.
Taro memaparkan hasil pemeriksaan cermat yang dilakukan oleh kepolisian terhadap setiap orang yang dianggap mencurigakan. Tapi dari pemeriksaan itu tidak diperoleh satu tersangka pun yang mungkin melakukan pencurian itu. Juga tidak berhasil diketahui cara mengeluarkan pending itu dari museum. Ayah Taro dan juga polisi menarik kesimpulan bahwa para pencuri mengambil Pending Emas dan bukan Permata Pelangi karena letak kotaknya di samping. Sedang Permata Pelangi dipamerkan di tengah ruangan dan langsung dijaga ketat begitu alarm berbunyi. Tentu saja pending antik itu nilainya lebih rendah daripada Permata Pelangi dan mengeluarkannya dari museum juga lebih sulit Tapi mencuri lebih gampang.
Tapi siapa pencuri itu dan bagaimana cara mereka membawa pending kuno itu keluar, tidak ada yang bisa menebak," kata Taro dengan sedih.
Para penjaga!" kata Bob dengan Tiba-tiba. "Seorang dari mereka mungkin saja pencurinya. Pending itu bisa disembunyikannya dengan gampang, yaitu dengan jalan menggantungkannya dalam kaki celana.
"Para penjaga itu orang pilihan semuanya, kata Taro. "Ayahku sendiri menanyai mereka satu-satu sebelum mereka diterima. Kecuali jika ia tertipu. Itu mungkin saja. Aku akan mengatakan padanya.
"Bagaimana dengan Mr. Frank. aktor itu"" tanya Jupiter. "Maksud ku, yang menjatuhkan permata palsu itu.
Taro bercerita bahwa polisi mulanya sudah yakin sekali. Mr. Frank pasti terlibat dalam rencana perampokan itu. Tapi Mr. Frank membeberkan kisah yang sederhana sekali dan bisa diterima akal sehat. Kata aktor itu, ia disewa seorang wanita lewat telepon. Ia disuruh datang ke museum dan tepat tengah hari harus menjatuhkan sebutir batu permata imitasi berukuran besar dan kantongnya, dan sesudah itu harus bersikap seolah-olah takut karena bersalah.
Kata wanita itu, tindakan itu merupakan siasat untuk mendapa
t publisitas. Setiap orang di Hollywood sudah biasa menghadapi perbuatan untuk menarik perhatian seperti begitu. Perbuatan yang bagaimanapun anehnya, kalau untuk mendapatkan publisitas dianggap biasa saja. Wanita itu berjanji pada Mr. Frdnk, apabila ia berhasil membuat namanya tercantum dalam surat kabar, bersamaan dengan fakta bahwa ia sebentar lagi akan ikut main dalam film Perampokan Besar di Museum" ia benar-benar akan kebagian peran penting dalam film itu.
Mr. Frank setuJu saja. Lewat pos diterimanya sebutir permata palsu berukuran besar serta uang kertas lima puluh dolar satu lembar. Setelah itu ia hanya melakukan tugasnya. Jelas bahwa kawanan pencuri menyewa Mr. Frank untuk menimbulkan keributan sebagai pengalih perhatian, sesaat sebelum perampokan terjadi Tapi rupanya ia sama sekali tidak tahu bahwa ia merupakan bagian dari suatu aksi perampokan.
Tampang Jupiter saat itu memancarkan rasa puas yang kadang-kadang muncul apabila ia mendapat akal.
Seperti sudah kusangka dari semula." Aku mengangguk. Dan polisi serta ayahmu tentu saja menarik kesimpulan bahwa para perampok sengaja memilih hari itu sebagai saat terbaik untuk melakukan aksi perampokan mereka, ya""
"Betul," Taro mengangguk. Tapi ayahku masih tetap bingung, bagaimana caranya sampai pending itu bisa diselundupkan keluar."
Kini Jupiter mengambil sikap sok penting.
"Siapa bilang dibawa keluar"" katanya. Taro dan Bob memandangnya dengan heran. "Pending itu masih ada dalam museum!
Masih dalam museum! seru Bob.
Tapi tempat itu kan sudah diperiksa dengan teliti sekali, dari ujung atas sampai ke bawah sekali!"' bantah Taro. Pending itu tidak ditemukan. Dicari dalam ruang-ruang kantor, dalam kamar kecil - pokoknya di mana-mana diperiksa! Coba kaujelaskan maksudmu itu, Jupiter-san.
"Hari ini, kata Jupiter. "ketika sedang sibuk dengan kasus lain, aku tiba-tiba melihat suatu petunjuk yang kurasa bisa menjelaskan teka-teki hilangnya Pending Emas. Dihubungkan dengan fakta-fakta yang sudah diketahui, kurasa jawabannya haruslah
"Ia berhenti berbicara. sementara Bob dan Taro menunggu dengan napas tertahan.
Bob, sambung Jupiter. "kau ingat tidak, ketika lukisan Miss Agawam jatuh tadi" Aku menggantungkannya kembali bersama Pete.
Bob mengangguk. "Betul." katanya. "Lalu""
"Ketika aku sedang memegang kan lukisan itu yang ukurannya lumayan besanya, kata Jupiter. Aku melihat bahwa pada bagian belakangnya antara kain kanvas dan pinggiran pigura terdapat ruangan yang dalamnya beberapa sentimeter. Nah! Di Museum Peterson kan banyak tergantung lukisan yang besar-besar. Aku lantas menarik kesimpulan -"
Bob meneruskan kalimat itu. karena sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh kawannya itu.
"Di bagian belakang beberapa lukisan itu mungkin terdapat ruang yang cukup besar, antara kain lukisannya sendiri dengan piguranya yang berukir-ukir! katanya. "Bisa saja pending kuno itu cepat-cepat diselipkan ke dalam salah satu rongga itu sementara keadaan dalam museum sedang gelap dan kacau balau!"
"Ini mungkin saja merupakan perbuatan suatu kawanan pencuri, kata Jupiter. "Kita tahu, ada seorang wanita menelepon Mr. Frank. Mungkin saja wanita itu bekerja sama dengan pencuri yang sebenarnya.
"Taro cepat-cepat bangun dari tempat duduknya. Kelihatannya bersemangat sekali.
Aku yakin sewaktu seluruh museum diperiksa. tidak ada yang melihat ke balik lukisan! katanya. "Ini akan segera kulaporkan pada ayahku.
"Orang yang menyembunyikannya itu barang kali berniat hendak datang lagi mengambilnya apabila keadaan sudah mereda, kata Jupiter. Tapi karena museum sejak itu ditutup, takkan mungkin sudah diambil. Katakan "ada ayahmu balkon pun jangan lupa diperiksa.
Tapi balkon kan ditutup, bantah Taro.
Cuma dengan tali saja, jadi siapa pun bisa melewatinya. Lukisan di balkon merupakan tempa persembunyian yang sangat baik, karena takkan ada yang terpikir sampai ke situ.
Terima kasih, Jupit"r-san!" seru Taro dengan mata bersinar-sinar. Kurasa idemu itu hebat sekali! Maaf, aku ingin segera kembali untuk menyampaikannya pada ayah ku.
Taro bergegas lari ke lu ar menuju sebuah mobil yang menunggu. Sementara itu Bob memandang Jupiter dengan kagum.
Wah - hebat sekali kesimpulanmu itu, Jupe, katanya. "Mungkin kau berhasil membongkar rahasia pencurian Pending Emas, walau Mr. Togati tidak mengizinkan kita ikut menangani kasus itu.
Sesaat Jupiter kelihatan agak sangsi.
"Barangkali masih ada lagi kemungkinan lainnya, katanya. Tapi tidak dengan segala fakta yang sudah diketahui, hanya yang tadi itu saja satu-satunya jawaban yang cocok. Mengingat tidak mungkin pending itu sudah dibawa keluar, jadi tentunya masih ada di dalam museum. Sedang satu-satunya tempat yang belum diperiksa cuma di belakang lukisan saja. Aku tidak bisa menemukan cacat dalam jalan pikiranku itu.
"Untukku itu sudah hebat sekali! kata Bob.
Yah, besok akan kita ketahui juga benar tidaknya, kata Jupiter. "Sekarang aku masih harus membenahi peralatan menangkap kurcaci, untuk dibawa ke rumah Miss Agawam. Besok pagi aku akan menelepon ke rumahmu. Kau bisa ikut dengan Hans untuk menjemput kami.
Bob menggeleng-gelengkan kepala dengan heran.
"Kau sungguh-sungguh beranggapan akan bisa menangkap kurcaci, Jupe"'" tanyanya. "Atau apakah menurutmu keponakan Miss Agawam benar, bahwa bibinya itu gentayangan di dalam tidurnya, sedang segala yang dialaminya itu hanya ada dalam angan-angannya saja"""
Untuk sementara aku tidak menarik kesimpulan apa-apa," jawab Jupiter. "Orang bisa saja berbuat yang aneh-aneh di dalam keadaan tidur. Aku pernah mendengar kejadian tentang seseorang yang begitu cemas memikirkan perhiasan yang ada dalam lemari besinya. Dalam tidurnya ia pergi ke situ. membuka pintunya, lalu mengambil perhiasan dan menyembunyikannya di salah satu tempat yang begitu sulit. sehingga ketika ia terbangun keesokan paginya perhiasan itu tidak bisa lagi ditemukan olehnya. Nah! Kalau Miss Agawam ternyata berbuat seperti itu, aku dan Pete nanti malam akan bisa menjadi saksi. Kami berdua " akan berhasil meyakinkan dirinya mengenai kenyataan itu. Tapi kini mata Jupiter bersinar-sinar. jika benar-benar melihat kurcaci atau sesuatu yang sejenis dengannya, kami akan sudah siap untuk menangkap satu di antaranya.
"Bab 9 Menyiapkan Diri
"Kurcaci-kurcaci itu sibuk menggali. Bob melihat sejumlah sosok tubuh yang kecil-kecil mengayunkan pangkur mereka, jauh di ujung lorong bawah tanah yang berbatu-batu itu.
Ia maju terus, sambil merangkak-rangkak. Dalam hati ia menyesal, apa sebabnya Pete dan Jupiter tidak ada bersamanya saat itu. Ia sebetulnya tidak ingin masuk lebih jauh ke dalam terowongan itu, karena sekelilingnya sudah gelap sekali. Tapi karena sudah begitu dekat, ia merasa tak boleh sampai menjatuhkan nama Trio Detektif.
Dengan hati berdebar keras, ia bergerak semakin mendekat. Akhirnya ia sudah merunduk di sebelah luar sebuah rongga yang mirip gua, di sana para kurcaci itu sibuk bekerja. Tiba-tiba ia bersin, karena banyak sekali debu beterbangan.
Saat itu juga semua kurcaci berhenti bekerja, ada yang dengan pangkur terangkat ke atas. Dengan pelan- pelan sekali mereka berpaling ke arahnya.
Bob sudah bersiap-siap hendak lari. Tapi begitu sekian pasang mata kurcaci tertatap ke arahnya. ia tidak bisa bergerak lagi. Seolah-olah terpaku di tempatnya. Ia merasa seperti disihir. Sedikit pun tidak keluar bunyi dari mulutnya.
Kurcaci-kurcaci itu memandangnya, tanpa bergerak Kemudian didengarnya bunyi langkah di belakangnya. Sesuatu yang sangat asing dan menakutkan datang menyelinap mendekatinya. Bob mencoba berpaling untuk melihat tapi sedikit pun ia tidak mampu bergerak.
Sebuah tangan besar seperti cakar mencengkeram, lalu menggoncang-goncang dirinya."
"Bob! Terdengar suara menggaung, bergema dalam ruang gua itu. "Bob! Bangun!
Suara itu melenyapkan pesona yang menguasai dirinya. Bob menggeliat-geliat.
"Lepaskan aku! teriaknya. Lepaskan!
Kemudian ia mengejapkan mata. Ia berbaring di tempat tidurnya sendiri, sedang Ibunya berdiri di sisi sambil memandang dirinya.
Kau mimpi, Bob" tanya ibunya. Kulihat kau menggeliat-geliat sambil mengoceh dalam tidurmu. Karena itu kubangunkan."
"Astaga betul, ru panya aku mimpi, kata Bob dengan perasaan lega. Jupiter tadi menelepon atau tidak""
Menelepon" Untuk apa ia menelepon malam-malam begini" Baru saja beberapa menit kau terlelap. Sekarang tidur sajalah lagi. Dan jangan mimpi yang aneh-aneh!
Ya deh, Bu!" Bob memejamkan matanya lagi. Terpikir sebentar olehnya, bagaimana keadaan Jupiter dan Pete saat itu.
Saat itu keduanya sedang berada dalam truk yang disupiri oleh Hans, menuju ke rumah Miss Agawam. Jupiter menunjukkan segala peralatan yang dikumpulkannya untuk menangkap kurcaci.
Yang paling penting, kamera ini, katanya pada Pete. Alat itu merupakan kebanggaan Jupiter, yang bisa dalam waktu sepuluh detik menghasilkan foto yang sudah selesai. Harga aslinya agak mahal. Tapi Jupiter memperolehnya dalam keadaan rusak dari seorang teman di sekolah, ditukar dengan sebuah sepeda yang dibetulkan olehnya.
"Ini gunanya untuk membuat foto kurcaci atau apa saja yang kita jumpai nanti, kata Jupiter menjelaskan. "Dan ini lampunya."
Kamera foto itu diletakkannya kembali ke tempat semula. Kini diambilnya dua pasang sarung tangan kerja dengan telapak terbuat dari kulit.
Khusus untuk menghadapi kurcaci," katanya. "Kata orang, gigi kurcaci tajam-tajam. Begitu pula kuku mereka. Dengan ini tangan kita terlindung.
Astaga!" kata Pete. "Kau ini seperti benar-benar memperkirakan nanti akan menangkap kurcaci.
Kan lebih baik sedia payung sebelum hujan, kata Jupiter. Sekarang, tali. Dari bahan nilon yang ringan, tapi kuat sekali. Tidak mungkin bisa putus. Panjangnya kurasa cukup untuk mengikat kurcaci yang mungkin kita tangkap nanti.
Setelah itu dikeluarkannya sepasang walkie-talkie buatan mereka sendiri. Walau jangkauannya tidak jauh, namun dengan peralatan itu mereka bisa saling berhubungan apabila sedang menangani salah satu kasus. Mereka sangat membanggakan keistimewaan itu, yang membuat mereka merasa seperti detektif yang sebenarnya.
Senter, kata Jupiter, sambil mengeluarkan dua buah senter yang terang sekali sinarnya. "dan yang terakhir, tape recorder. Untuk merekam bunyi galian, kalanya. Diamat-amatinya kotak peralatan itu. Kemudian ia mengangguk-angguk.
"Rasanya semua sudah lengkap, katanya. "Kau kan tidak lupa membawa kapur khususmu, Pete"
Pete mengeluarkan sebatang kapur biru dari kantongnya, sementara Jupiter memperlihatkan kapur putih. Bob memiliki kapur berwarna hijau. Dengan membuat tanda tanya di mana saja dengan kapur mereka, ketiga remaja itu bisa saling memberitahukan bahwa mereka pernah ada di tempat itu, atau menemukan sesuatu di situ yang mungkin perlu diselidiki. Orang lain takkan menaruh perhatian pada tanda tanya yang dibuat. dengan kapur, karena mengira itu perbuatan anak iseng belaka. Itu salah satu ide Jupiter yang paling bagus.
"Kurasa kita benar-benar sudah siap sekarang, kata Jupiter. "Kau membawa sikat gigimu"
Pete mengacungkan sebuah tas kecil. "Sikat gigi dan piyama," kalanya.
"Kurasa kalau piyama tidak perlu, kata Jupiter
""Kita nanti tetap seperti sekarang ini siap untuk menyergap kurcaci.
Hans menoleh sesaat ke arah kedua remaja yang sedang asyik berunding itu.
Kalian masih juga sibuk mengejar kurcaci, Jupe"" tanya Hans Aku dan Konrad berpendapat bahwa kalian sebaiknya jangan berurusan dengan makhluk-makhluk itu. Banyak sekali cerita-cerita seram mengenal mereka di Hutan Hitam, di Jerman. Konrad selalu mengatakan, kurcaci perlu dijauhi. Pendapatku juga begitu. Kami berdua berpendapat begitu. Kalau kalian masih nekat juga ada kemungkinannya nanti disihir menjadi batu!"
Hans kedengarannya begitu bersungguh-sungguh, sehingga Pete merasa agak kurang enak. Tentu saja kurcaci sebenarnya tidak ada! Tapi di pihak lain, Hans dan Konrad yakin makhluk-makhluk itu ada. Miss Agawam juga percaya. Dan siapa tahu, mungkin saja -
Pikiran Pete terputus, karena saat itu Jupiter mengatakan sesuatu.
Kami sudah berjanji akan membantu Miss Agawam yang sedang dalam kesulitan" kata Jupiter. Aku tidak tahu apakah ia betul-betul diganggu kurcaci atau tidak. Tapi pokoknya, kita harus menjunjung tinggi semboyan Trio Detektif.
Kami menyelidik i Apa Saja, gumam Pete. Dalam hati ia agak menyesali pilihan kedua kata terakhir itu. Apa saja! Rasanya itu agal terlalu luas baginya.
Bab 10 Terjebak! "Keadaannya gelap dan sepi sekali di daerah lingkungan tempat tinggal Miss Agawam. Bank yang sudah tutup dan gedung bioskop yang sebentar lagi akan digusur, nampak gelap gulita. Hanya satu lampu saja yang menyala di rumah sebelah bank. Dari situ mereka tahu bahwa Miss Agawam menunggu kedatangan mereka.
Hans memandang Pete dan Jupiter dengan sikap prihatin, ketika kedua remaja itu turun dan truk.
Aku masih tetap berpendapat, lebih baik kalian jangan mencoba-coba menangkap kurcaci, Jupe, kata pemuda Jerman itu. Di tempat asalku Hutan Hitam, banyak sekali batu dan tunggul pohon berbentuk aneh, yang dulunya manusia seperti kita. Mereka tersihir, hanya karena bertatapan muka dengan kurcaci. Lebih baik kali berhati-hati!"
Pete merasa tidak enak mendengarnya. Hans berbicara dengan nada begitu yakin. Perasaan Pete mula gelisah kembali. Ia mendapat firasat seakan-akan nanti akan terjadi berbagai hal yang tidak disangka-sangka.
Jupe buru-buru mengucapkan selamat berpisah pada Hans, sambil berjanji akan menelepon besok pagi untuk minta dijemput. Setelah itu truk berangkat lagi.
Sambil bergerak menyelinap di tempat gelap menyusur pagar semak, kedua remaja itu menuju ke pintu pekarangan rumah Miss Agawam. Sejauh pengetahuan mereka tidak ada orang yang mengamat-amati.
Jupiter menekan bel di pintu tiga kali. Pendek-pendek. Dengan segera terdengar bunyi mendesum, dan pintu langsung terbuka. Kedua remaja itu cepat-cepat masuk ke dalam. Jupiter berhenti sebentar sambil memasang telinga. Pete heran melihatnya. Melihat gerak-gerik Jupe, orang pasti akan menduga anak itu sedang menjalankan tugas rahasia yang menyangkut nasib pasukan-pasukan yang besar sekali. Tapi Jupiter memang begitu sifatnya. Ia tidak pernah ceroboh kalau kerja.
Dan Jupiter juga senang menambah-nambah ketegangan.
Pekarangan di balik pagar gelap sekali. Kedua remaja itu berjalan merunduk-runduk naik ke beranda. Pintu rumah dibuka dari dalam, dan mereka menyelinap masuk.
Miss Agawam menyambut mereka di balik pintu. Wajah wanita tua itu agak pucat.
Untung kalian sudah ada di sini sekarang, katanya. Terus terang saja, baru sekali ini seumur hidupku aku merasa gelisah sekali. Kurasa jika nanti terjadi lagi sesuatu aku pasti akan lari pontang-panting dan takkan mau kembali lagi! Akan kujual rumah ini pada Mr. Jordan, yang ingin sekali membelinya."
Tapi kami sekarang sudah ada di sini, Miss Agawam, kata Jupiter. "Urusannya kami ambil alih sekarang.
Miss Agawam mencoba tersenyum.
Sekarang masih belum begitu malam," katanya. "Aku tidak pernah mendengar bunyi galian atau kejadian-kejadian lainnya sebelum saat tengah malam. Kalian mau nonton televisi dulu""
"Kami ingin tidur sebentar, sampai pukul setengah dua belas, kata Jupiter. "Dengan begitu kami akan merasa segar dalam melakukan penjagaan sepanjang malam. Anda punya jam weker, Miss Agawam"
Wanita tua itu mengangguk. Diantarkannya Pete dan Jupiter ke tingkat atas, ke kamar sempit yang terdapat di seberang ujung atas tangga. Di situ terdapat dua buah tempat tidur yang sudah dibenahi. Pete dan Jupiter membuka sepatu masing-masing. Sesudah memeriksa apakah semua peralatan sudah berada dalam keadaan siap pakai, mereka lantas merebahkan diri ke pembaringan masing-masing.
Walau merasa gelisah, tapi dengan cepat Pete sudah tertidur. Ia memang tidak pernah mengalami. kesulitan dalam hal tidur. Rasanya ia baru sekejap terlelap, ketika sudah terbangun lagi karena bunyi dering lonceng.
"Ada apa"" gumamnya dalam keadaan setengah tidur.
Pukul setengah dua belas," bisik Jupiter. Miss Aqawam sudah masuk ke kamar tidurnya. Kau juga tidur saja lagi. Biar aku yang menjaga."
Jaga, gumam Pete. Detik berikutnya ia sudah terlelap kembali.
Lain dengan Bob, Pete boleh dibilang hampir tidak pernah bermimpi. Tapi saat itu ia memimpikan hujan es, dan butir-butirnya berketuk-ketuk menimpa kaca jendela.
Pete terjaga. Sekali ini langsung dalam keadaan waspada. Tapi ses
aat ia tetap berbaring tanpa bergerak di tempat tidur. Bunyi mengetuk-ngetuk masih terdengar terus. Kemudian ia sadar bahwa memang ada seseorang yang mengetuk-ngetuk kaca jendela. Iramanya aneh. Satu kali - tiga kali - dua kali - tiga kali - lalu kembali satu kali.
Kedengarannya seperti isyarat sandi. Atau mungkin juga rumus sihir.
Begitu kemungkinan itu melintas dalam pikirannya, Pete langsung duduk lurus-lurus sambil memandang ke arah jendela. Jantungnya seakan-akan terloncat ke atas dan menyumbat tenggorokannya.
Ia melihat seseorang mengintip ke dalam dari balik jendela! Seseorang bermuka kecil dengan mata kecil melotot, telinga berbulu dan hidung panjang lancip ke depan. Sepasang bibir menyeringai, menampakkan gigi-gigi seperti taring.
Pete terlonjak karena tiba-tiba ruangan kamar menjadi terang benderang seperti ada kilat menyambar.
Tapi ia sama sekali tidak mendengar bunyinya. Muka di balik jendela menghilang dengan seketika. Saat itu barulah Pete menyadari bahwa cahaya yang menyamar tadi berasal dari lampu alat foto,
"Kena!" seru Jupiter dalam gelap. "Kau sudah bangun, Pete""
Terang saja aku sudah bangun! kata Pete. Tadi ada kurcaci memandang kita dari balik jendela!"
"Dan aku berhasil memotretnya. Sekarang kita lihat saja, apakah kita bisa menangkapnya,
Mereka cepat-cepat lari ke jendela. Di situ mereka sambil mengejap-ngejapkan mata, berusaha melihat lebih jelas ke dalam gelap. Mereka melihat empat sosok tubuh yang kecil-kecil di pekarangan. Keempat-empatnya memakai topi yang meruncing ke atas. Mereka menandak-nandak dan berjungkir balik. Satu di antaranya berdiri di atas bahu temannya, lalu meloncat ke belakang sambil membalikkan tubuh. Mereka bermain lompat kodok. Kelihatannya seperti anak-anak yang sedang bermain dengan asyik.
Ketika sudah terbiasa melihat ke dalam gelap, Pete bahkan bisa melihat muka mereka yang putih, sepatu yang runcing ke depan serta pakaian mereka yang terbuat dari kulit.
""Astaga. Jupe!" bisik Pete. "Mereka berempat! Tapi kenapa berbuat gila-gilaan seperti begitu di pekarangan""
Kurasa jawabannya sudah jelas," jawab Jupiter sambil mengenakan sepatunya. Mereka hendak menakut-nakuti kita dan juga Mis" Agawam.
Menakut-nakuti kita" kata Pete. Yah-mereka memang berhasil membuat aku gugup. Jika itu yang mereka kehendaki. Tapi untuk apa mereka menakut-nakuti kita serta Miss Agawam" Lalu bagaimana dengan penggalian yang mereka lakukan"
"itu hanya tambahan belaka, jawab Jupiter. Kesimpulanku, mereka itu disewa oleh Roger keponakan Miss Agawam.
"Disewa Roger!" ulang Pete yang saat itu sedang mengikat tali sepatunya. Untuk apa""
"Untuk menakut-nakuti bibinya supaya mau menjual rumah ini, lalu pindah dari sini. Kau ingat tidak, Miss Agawam kan bercerita bahwa Roger ingin sekali agar ia menjual rumah ini lalu pindah ke sebuah apartemen kecil. Menurut Miss Agawam, Roger itu satu-satunya kerabatnya. Itu berarti bahwa Roger akan mewarisi hartanya, apabila ia sudah tidak ada lagi.
Saat itu Pete merasa dalam benaknya dengan tiba-tiba menyala lampu yang terang sekali.
Aku mengerti sekarang! katanya. Jika Miss Agawam menjual rumahnya sekarang, ia akan mendapat uang yang banyak sekali. Dan uang itu suatu waktu nanti akan diwarisi oleh Roger. Ia ingin "agar bibinya menjual rumah ini pada Mr. Jordan ya, tentu saja! Karena itu ia menyewa kurcaci-kurcaci itu, untuk menakut-nakuti bibinya! Kau ini benar-benar jenius, Jupe!"
"Untuk membuktikannya, kita perlu menangkap paling sedikit satu dari makhluk-makhluk itu dan menyuruhnya mengaku," kata Jupiter.
Diambilnya tali dari kotak perlengkapan, lalu dibelitkannya ke pinggang. Ia mengenakan sepasang sarung tangan kerja dan melemparkan sepasangan lainnya pada Pete. Pesawat kameranya disandangkan ke bahu. Senter mereka gantungkan ke ikat pinggang, supaya tangan mereka bisa tetap bebas.
"Bagaimana kurcaci tadi itu bisa memandang dari balik jendela" Kamar ini letaknya kan di tingkat atas, kala Pete sementara mereka bergegas-gegas.
Pikirkan sendiri, Pete. Kau perlu berlatih mengambil kesimpulan sederhana, kata Jupiter. "Ayolah
. Miss Agawam pasti masih tidur Untunglah! Jangan sampai ia kaget karena kita."
Sambil menyelinap mereka menuruni tangga lalu keluar lewat pintu depan. Tanpa menimbulkan bunyi sedikit pun mereka meninggalkan beranda menuju sudut rumah. Mereka berlutut di situ, lalu mengintip ke samping.
Keempat manusia cilik yang aneh itu masih tetap berbuat gila-gilaan di pekarangan samping. Mereka berjungkir balik dan bermain loncat kodok.
"Nih! bisik Jupiter sambil menyodorkan ujung tali yang satu pada Pete. Ujung lainnya diikatkan ke pergelangan tangannya. "Kita serbu mereka sekarang, lilitkan tali pada satu dari mereka lalu tarik kencang-kencang. Ayo!"
Kedua remaja itu bergerak maju dengan cepat Tahu-tahu tali gantungan pesawat kamera Jupiter tersangkut ke ranting semak, sehingga alat itu tertarik dan bahunya, Tapi Jupiter tidak berhenti berlari.
Kurcaci-kurcaci itu melihat kedua remaja itu datang memburu. Dengan siulan melengking mereka memencar lalu lari menuju tempat yang lebih gelap lagi dekat dinding tembok.
"Kejar mereka! seru Jupiter dengan napas tersengal-sengal. Setidak-tidaknya satu harus bisa kita tangkap!"
Akan kucoba!" jawab Pete dengan napas memburu. Jari-jarinya sudah hampir saja berhasil menjangkau bahu salah satu makhluk kecil itu. Tapi kurcaci itu mengendap dengan tangkas, sehingga Pete jatuh terjerembab ke tanah. Jupiter langsung ikut terjatuh dan menimpanya. Keduanya bangun lagi. Mereka sempat melihat keempat sosok tubuh kecil itu menghilang ke dalam sebuah lubang gelap di tembok samping gedung bioskop.
pintu itu terbuka sekarang!" kata Jupiter dengan napas putus-putus.
"Mereka masuk ke dalam. Sekarang kita bisa menyergap mereka!" seru Pete. "Ayo, Jupe!
Pete langsung lari menuju pintu yang terbuka itu.
" Tunggu. Pete!"' seru Jupiter sambil berusaha menahan temannya. Aku selama ini "sempat berpikir dan sampai pada kesimpulan-"
Tapi Pete tidak sempat mendengarnya karena sudah memasuki pintu darurat yang terbuka itu. Tali yang satu ujungnya terikat ke pinggang Jupiter dipegangnya erat-erat sehingga temannya itu terseret-seret mengikutinya.
Jupiter "harus lari secepat-cepatnya agar jangan sampai jatuh terjerembab. Pintu yang terbuka dilewatinya dan ia masuk ke dalam gedung besar yang gelap-gulita.
Begitu keduanya berada di dalam pintu darurat itu tertutup dengan bantingan keras. Mereka terjebak!
Detik berikutnya mereka diserang makhluk-makhluk kecil berkuku tajam!
"Bab II Dikejar-kejar
"Tolong! seru Pete. "Aku diserang kurcaci!
"Aku juga!" dengus Jupiter, yang saat itu sibuk berusaha mengelakkan diri dari serangan makhluk-makhluk kecil yang seakan-akan bermunculan dari segala penjuru. "Kita terjebak!"
Jupiter mengayunkan lengannya. Tali masih terikat ke pergelangan tangannya. Sedang ujungnya yang satu lagi masih dipegang oleh Pete. Ayunan itu menyebabkan tali menyambar tengkuk salah satu makhluk kecil itu yang langsung terpental sambil menjerit dengan suara melengking tinggi.
Jupiter sudah bebas kembali. Tapi kurcaci-kurcaci itu pasti akan menyerang lagi. Jupiter mendengar suara Pete mendengus-dengus sambil meronta-ronta di dekatnya. Jupiter meraihkan tangannya. Ia berhasil mencengkeram selembar baju kulit dan langsung menyentakkannya. Makhluk kecil itu diputar-putarnya di udara lalu dilepaskannya dengan tiba-tiba.
Kurcaci itu terbanting dengan keras di lantai. Ia menjerit.
"Dengan bantuan Jupiter. Pete berhasil membebaskan diri dari penyerangnya yang satu lagi. Kedua remaja itu saling merapatkan diri dalam " gelap. Napas mereka tersengal-sengal. Jupiter melepaskan tali yang terikat ke pergelangan tangannya, lalu mengantonginya.
"Apa yang kita lakukan sekarang. Jupe" tanya Pete tersengal-sengal.
Kita harus mencari pintu yang tadi, lalu berusaha keluar, kata Jupiter. "Letaknya di belakang kita - lewat sini, kalau tidak salah.
Keduanya berjalan mundur, sampai punggung mereka membentur dinding. Jupiter meraba-raba sepanjang dinding. Akhirnya ia menyentuh pegangan pintu besi itu. Ia menggoncang-goncangnya. Tapi pintu itu sedikit pun tidak bergerak. Mereka terkurung di dalam!
"Kita ternyata benar-benar terjebak, kata Jupiter dengan lesu. "Kenapa kau tadi buru-buru masuk Pete" Mestinya kau kan harus menyadari bahwa memang itulah yang mereka kehendaki"
Kusangka aku sudah berhasil menyergap mereka, kata Pete berterus terang. Dan karena tali itu kau Ikut terseret. ya""
Betul," Jawab Jupiter. "Dan memang itu yang mereka kehendaki. Mereka sengaja memancing kita agar masuk kemari Dan sekarang - itu dengar!"
Dalam gelap terdengar siulan-siulan melengking dari arah kiri dan kanan mereka.
"Mereka bersiap-siap untuk menyerang lagi!" kata Pete dengan gelisah.
"Kita harus keluar dari sini!" kata Jupiter. "Mungkin kita bisa mendobrak keluar lewat bagian depan teater.
Bagaimana bisa menemukannya dalam keadaan segelap begini""
"Dengan senter dong! Tadi kita lupa, karena terlalu sibuk itu memang salah satu efek rasa takut - jalan pikiran menjadi kabur,
Jodoh Si Naga Langit 4 Pendekar Mabuk 015 Pawang Jenazah Mentari Senja 6