Pencarian

Misteri Nyanyian Kobra 2

Trio Detektif 17 Misteri Nyanyian Kobra Bagian 2


"Mr. Ariel!" Suara Bibi Pat yang melengking terdengar jelas di dapur. Nadanya seperti harap-harap cemas. Sudah Anda lakukan""
Allie membuka pintu dapur secelah, lalu menempelkan telinganya ke situ.
"Jangan khawatir," kata Ariel dari ruang depan. "Kehendak persekutuan - kehendak Anda - pasti akan terlaksana. Kobra sudah diserahkan. Semuanya ada di tangan Belial- dan Anda tinggal menunggu hasilnya.
"Tapi tanggal dua puluh satu sudah tinggal beberapa hari lagi," kata Bibi Pat, dengan suara yang masih tetap cemas. Anda yakin waktunya masih cukup" Ah, mungkin ini cuma keinginan sepele saja - tapi aku sungguh-sungguh menginginkannya, dan jika Margaret Compton sampai bisa mendului..."
"Keyakinan Anda mulai goy
ah"" tanya Ariel. Nada suaranya agak menajam.
""Tentu saja tidak!" kata Bibi Pat cepat-cepat.
"Aku berkeyakinan penuh."
"Kalau begitu aku permisi dulu," kata Ariel. Aku harus beristirahat. Segala urusan ini sangat menyita tenaga."
"Aku mengerti," kata Miss Osborne.
Ariel naik ke tingkat atas.
"Kelihatannya ia hendak tidur lagi, sampai malam," kata Allie. Dasar pemalas!"
"Kobra sudah diserahkan," kata Jupiter. Apa maksudnya""
"Mungkin ada orang yang kerjanya mengirimkan ular ke mana-mana"" kata Pete.
Allie menggeleng. "Bibi Pat tidak suka pada ular. Itu tadi cuma cara bicara mereka saja. Mengatakan sesuatu, tapi maksudnya lain. Kalian ingat tidak, ketika mengadakan pertemuan malam hari di sini, mereka berbicara tentang suara kobra yang datang menjembatani jarak bermil-mil!"
"Tapi kita mendengarnya, kan"" kata Jupe mengingatkan Allie. Kita mendengar nyanyiannya."
"Walau entah apa, tapi yang pasti itu bukan suara ular," kata Allie berkeras. Mana ada ular menyanyi!"
"Tapi ada sesuatu yang terjadi di sini, kata Jupe. Dan kejadian itu ada hubungannya dengan Hugo Ariel, serta dengan rumah di Torrente Canyon, dan dengan nyanyian aneh itu. Mungkin juga ada hubungannya dengan pelayan kalian yang baru. Saat ini tidak ada yang bisa kita lakukan, kecuali menunggu dengan waspada. Beri tahu kami, jika terjadi sesuatu yang aneh di sini. Sekarang aku harus kembali ke perusahaan."
"Dan aku sudah harus mulai bekerja lagi di perpustakaan. kata Bob
"Aku harus memotong rumput di rumah," kata Pete.
"Penyelidik model apa kalian ini," keluh Allie. "Semuanya ada tugas lain. Tapi baiklah! Lakukanlah apa yang harus kalian kerjakan di samping jatuh dari atas tembok! Nanti kalian kutelepon, jika terjadi apa-apa di sini."
Jupiter dan kedua temannya menghabiskan minuman mereka. Setelah itu mereka berpisah.
Ketika Jupiter tiba di Jones Salvage Yard, dilihatnya Bibi Mathilda sedang sibuk mengatur Hans dan Konrad. Kedua pemuda Jerman itu sedang menurunkan barang-barang dari truk yang besar.
"Aku memerlukanmu, Jupiter," kata Bibi Mathilda ketika melihat keponakannya datang.
"Ya, Bibi Mathilda. "Pamanmu sudah tidak waras lagi rupanya. Coba lihat saja, apa yang dibelinya!"
Jupiter memandang ke atas truk, yang berisi tungku-tungku tua, terbuat dari besi cor.
"Tungku kayu bakar!" kata Bibi Mathilda. "Zaman modern sekarang ini, ia membeli tungku-tungku kuno! Barang-barang loak ini dibelinya di sebuah gudang tua di kawasan timur Los Angeles Gudang itu akan digusur. Kata pamanmu, tungku-tungku ini begitu murah, sehingga sayang kalau tidak dibeli. Tapi bagaimana kita bisa menjualnya lagi nanti""
"Pasti nanti bisa juga," kata Jupiter membesarkan hati bibinya.
"Yah, sekarang kaubantu saja Hans dan Konrad menurunkan semuanya, lalu taruh di suatu tempat di mana aku tidak akan melihatnya. Keterlaluan!"
Bibi Mathilda pergi sambil marah-marah. Jupiter langsung ikut sibuk, menurunkan tungku-tungku itu, lalu menaruh semuanya di suatu tempat di bagian belakang kompleks perusahaan. Mereka tidak bisa bekerja dengan cepat, karena tungku-tungku itu berat. Belum lagi pintu-pintunya, yang saban kali copot. Selesai makan siang, sudah menunggu lagi pekerjaan selanjutnya. Jupiter sibuk terus sampai pukul tiga. Setelah itu ia pulang untuk mandi. Sesampai di rumah yang terletak di seberang jalan, ditemukannya Paman Titus sedang tekun, mengikuti warta berita di televisi.
"Mengerikan!" kata Paman Titus.
Apa yang mengerikan" tanya Jupiter.
Tingkah laku orang di jalan raya. Lihat saja itu!"
Di tabir televisi nampak adegan yang sudah sering terjadi. Sebuah sedan menubruk pagar sebuah jembatan di Hollywood Freeway, sebuah jalan raya bebas hambatan. Patroli jalan raya sibuk mengatur kelancaran lalu lintas di tempat kecelakaan itu.
Suara penyiar terdengar mengomentari.
""Pengemudi sedan, Mrs. Margaret Compton, sementara itu sudah diangkut ke Rumah Sakit 'Angel of Mercy'. Ia dikabarkan berada dalam keadaan lumayan."
"Astaga! Mrs. Margaret Compton!" seru Jupiter.
"Kau kenal wanita itu"" tanya Paman Titus.
"Pernah mendengar namanya, Paman Titus," kata Ju
piter. Maaf - aku perlu buru-buru menelepon seorang klien!"
Bab 9 PEREMBUKAN RAHASIA "PUKUL tujuh malam itu Jupiter pergi lagi ke perusahaan. Pada bibinya ia mengatakan bahwa di bengkelnya ada pekerjaan yang masih harus diselesaikan, dan mungkin baru larut malam ia pulang. Ketika ia sampai di bengkelnya, Bob dan Pete sudah menunggu dengan sepeda masing-masing. .
"Kita akan bertemu dengan Allie di Swanson's Cove. kata Jupiter cepat-cepat.
"Kita keluar lewat Gerbang Hijau Satu"" tanya Bob.
"Sebaiknya begitu," jawab Jupe. Jalan keluar itu agak jauh dari rumah. Jadi Bibi Mathilda takkan bisa melihat kita keluar."
Pete menghampiri bagian pagar yang letaknya dekat dengan bengkel, lalu memasukkan dua jari tangannya ke dalam sebuah celah yang ada di situ. Ia melakukan gerakan menarik, dan dua lembar papan mengayun ke atas. Pete menjenguk ke luar, melihat ke kiri dan ke kanan, lalu melaporkan bahwa keadaan di luar aman. Jupiter bergegas menyambar sepedanya yang tersandar ke mesin cetak. Ketiga remaja itu menyusup ke luar, lewat lubang di pagar.
Papan yang terangkat diturunkan lagi, sehingga pagar nampak utuh seperti semula. Bob mengamat-amati bagian yang tadi terbuka. Seperti pagar sebelah belakang, bagian pagar sebelah depan itu juga dihiasi lukisan oleh sejumlah seniman Rocky Beach. Lukisan yang di depan menampakkan samudra yang sedang dilanda badai, dengan sebuah perahu layar terombang-ambing di tengah ombak menggelora. Di latar depan, tidak jauh dari mata Bob, seekor ikan tersembul dari dalam air, memandang ke arah perahu layar.
"Rahasia Kelana Gerbang Merah sudah diketahui Allie," kata Bob dengan sedih. Moga-moga saja ia tidak mengintai pula di bagian depan sini. Tidak enak rasanya membayangkan ia tahu bahwa ikan ini menandai tempat Gerbang Hijau Satu.
"Jika ini juga sudah ketahuan olehnya," kata Jupiter Jones, "kita terpaksa membuat jalan keluar-masuk yang lain. Tapi sudahlah, jangan kita pikirkan hal itu sekarang. Ada urusan yang lebih mendesak.
"Betul," kata Pete. Kita berangkat saja sekarang.
Ketiga remaja itu bersepeda menuju Jalan Raya Pesisir. Lima menit kemudian mereka sudah sampai di teluk yang diberi nama Swanson's Cove. Allie Jamison sudah lebih dulu tiba di situ. Gadis itu menyandar pada sebuah batu besar yang mencuat di tengah hamparan pasir. Kudanya ada di dekatnya, berdiri dengan tali kekang terjuntai ke bawah.
"Margaret Compton tadi mengalami kecelakaan mobil di jalan raya," kata Allie.
"Aku sudah menceritakannya pada Bob dan Pete," kata Jupiter. Ia duduk di pasir, berhadap-hadapan dengan Allie. Bagaimana kabar bibimu" Apa saja yang terjadi sejak aku tadi bicara denganmu lewat telepon""
"Ia sangat terkejut," kata Allie. Ia tidak henti-hentinya menangis sejak kami mendengar berita itu."
Bob menyandarkan punggungnya ke batu besar.
"Perkembangan berlanjut rupanya, ya"" katanya mengomentari.
"Ya, dan dengan cepat," kata Jupe. Baru saja tadi pagi Hugo Ariel mengatakan pada Miss Osborne, bahwa kobra sudah diserahkan, dan kehendak Miss Osborne akan dilaksanakan. Dan malam ini Mrs. Compton sudah tergeletak di rumah sakit. Masalah yang dihadapinya kini, lebih serius dibandingkan dengan urusan pelelangan harta peninggalan Castillo. Ia takkan bisa hadir di situ, untuk melebihi Miss Osborne dalam menawar bola kristal peninggalan Ramon Castillo."
"Tapi itu bukan cara yang dikehendaki Bibi Pat," kata Allie dengan tegas. Ketika melihat siaran warta berita mengenainya, bibiku berteriak, 'Ia bisa tewas karenanya, dan akulah yang bersalah jika itu terjadil' Kemudian Ariel memapahnya ke kamar tidur. Pintu kamar mereka tutup. Tapi aku yang saat itu berada di ruang tengah, mendengarkan pembicaraan mereka."
"Tentu saja," kata Pete.
Allie membiarkan sindiran itu "Bibiku mengatakan, ia tidak mengira kejadiannya akan begini," katanya melanjutkan. Lalu Ariel mengatakan bahwa itu keinginan Bibi Pat, dan kini tiba giliran padanya untuk melakukan sesuatu. Aku tidak bisa menangkap seluruh pembicaraan mereka, tapi bibiku menolak melakukan apa yang diingini Ariel. Laki-laki itu mengatakan bahwa ia mau menunggu ta
pi dengan batas waktu tertentu. Beberapa saat kemudian ia keluar, lalu pergi ke tingkat bawah.
"Setelah ia pergi, aku masuk ke kamar Bibi Pat. Tapi ia tidak mau kuajak bicara. Aku disuruhnya pergi. Aku pergi, tapi tidak jauh-jauh.
"Kau tetap berada di ruang tengah," kata Pete.
"Tentu saja," tukas Allie. Lalu aku mendengar Bibi Pat menelepon. Ia mengatakan ingin bicara dengan seseorang bernama Mr. Van Storen.
"Beberapa lama kemudian kau dapat mengikuti pembicaraannya lewat sambungan paralel"" tanya Jupiter.
"Agak terlambat," kata Allie. Saat aku mengangkat gagang pesawat yang ada di bawah, aku hanya masih sempat mendengar Bibi mengatakan pada seseorang bahwa ia akan mengutus pelayannya dengan disertai surat pengantar, lalu laki-laki yang berbicara dengannya mengatakan, 'Baiklah, Miss Osborne'. Pembicaraan mereka sampai di situ saja."
"Setelah itu"" tanya Bob.
"Setelah itu kudengar Bibi Pat mondar-mandir di atas. Kemudian ia memanggil Bentley. Orang itu naik ke atas. Ketika turun lagi, kulihat dia mengantungi sesuatu yang dibungkus kertas berwarna coklat. Bentley kemudian berangkat, dengan mobil Bibi Pat. Katanya, ia disuruh oleh Bibi.
"Bagaimana sikap Ariel" Tertarik"" tanya Jupe.
Bukan tertarik lagi," kata Allie. Ia bergegas, naik lagi ke atas. Ternyata Bibi Pat sudah siap. Aku mendengar Ariel berteriak-teriak, dan dibalas oleh bibiku dengan berteriak-teriak pula. Kata Bibi, ia menyuruh Bentley ke Beverly Hills, untuk membeli krim khusus untuk merawat kulit muka baginya. Cuma itu saja.
"Kau percaya""
"Tidak - dan Ariel juga tidak! Tapi kemudian Bentley kembali dengan membawa krim perawat kulit muka, jadi Ariel tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Tapi itu sebenarnya dusta. Bibi Pat tidak pernah membeli krim untuk kulit mukanya. Ia selalu meramunya sendiri, dari kelopak bunga mawar, dicampur dengan gliserin, dan macam-macam lagi."
"Apakah kau menanyai bibimu"" tanya Jupe. "Atau Bentley yang kaukorek""
"Aku sama sekali tidak perlu melakukan kedua-duanya," kata Allie. Aku tahu, Bentley sebenarnya pergi ke mana. Mr. Van Storen itu salah satu patner pemilik perusahaan 'Van Storen and Chatsworth' di Beverly Hills. Orang itu ahli permata yang terkenal. Aku kebetulan juga mengenal angka-angka sandi kunci kombinasi lemari besi di kamar ibuku. Kubuka lemari itu. Ternyata kalung permata milik ibuku tidak ada lagi di dalamnya."
Ketiga remaja yang duduk di pasir duduk tepekur, menyerap berita itu. Akhirnya Jupiter membuka mulut.
"Maksudmu, bibimu menyerahkan kalung yang dulu pernah merupakan milik Ratu Eugenie pada seseorang yang belum begitu dikenalnya, dan menyuruhnya membawa perhiasan itu ke toko permata ""
"Aku tidak pernah mengatakan bibiku itu cerdas," kata Allie. Tapi ia sudah dewasa, jadi mestinya kan bisa diandalkan. Kurasa karena itu pula ibuku memberi tahu angka-angka kombinasi kunci lemari besi padanya - supaya kalung itu bisa diselamatkannya jika terjadi sesuatu - seperti kalau rumah kami terbakar, misalnya."
"Tahukah dia, bahwa kau tahu kalung itu tidak ada lagi di dalam lemari besi"" tanya Bob. .
"Tentu saja. Begitu ada kesempatan berdua saja dengannya, ia langsung kupojokkan. Katanya ibuku memintanya agar kalung itu disuruh bersihkan sementara ibuku tidak ada."
"Dan alasan itu tidak meyakinkan"" tanya Jupiter.
Allie mengernyitkan muka.
""Membersihkan kalung, bukan urusan yang perlu dilakukan secara terburu-buru," katanya mengetengahkan. Dan ia juga tidak perlu menyuruh Bentley, karena bisa dijemput orang suruhan dari perusahaan 'Van Storen and Chatsworth'.
"Jadi ia telah repot-repot menyuruh agar kalung itu diantar ke toko permata, tanpa diketahui Ariel," kata Jupiter. Kurasa dengan begitu kita bisa menarik beberapa kesimpulan."
"Misalnya ""
"Pertama, dari ucapan bibimu tentang kecelakaan yang dialami Mrs. Compton, hal itu disebabkan - atau ia beranggapan bahwa itu disebabkan karena ia menginginkan agar wanita itu disingkirkan. Ia telah mengimbau kekuatan persekutuan. Dan kini ia merasa bersalah.
"Kedua, ia ditekan oleh Ariel. Orang itu kini tidak lagi bersikap sesuai dengan tamu terhorma
t, dan berusaha menggertak bibimu. Apakah Ariel melihat bahwa pelayan kalian pergi dengan membawa bungkusan itu""
"Tidak," kata Allie. Ia hanya melihat Bentley masuk ke dalam mobil, lalu pergi dengannya."
"Tahukah ia bahwa kalung itu disimpan di dalam lemari besi""
"Soal itu, aku tidak tahu. Tapi kurasa tidak. Ia tidak berusaha mendekati lemari besi itu. Ia hanya ingin tahu, untuk apa Bibi Pat menyuruh Bentley pergi.
""Besok masih ada waktu," kata Jupiter menyarankan. Kalau mau, kau bisa menelepon dari tempatku, supaya tidak terdengar orang lain. Dan besok kita juga perlu menyelidiki, apakah kecelakaan yang menimpa Margaret Compton benar-benar ada hubungannya dengan persekutuan. Misalnya saja - benarkah Ariel mengirimkan seekor ular padanya""
""Tapi Bibi Pat sama sekali tidak mengirimkan ular, pada siapa pun juga!" kata Allie membantah. "Ia tidak suka pada Margaret Compton, tapi ia takkan mungkin tega menghendaki hal seperti itu menimpanya. Ia takkan mau ada orang membuka kotak, dan melihat ada ular di dalamnya - walau orang itu musuh besarnya sekalipun!"
"Kalau begitu, apa yang dikirimkan"" kata Jupe.
"Aku tidak tahu."
Bob menyela pembicaraan. "Ariel mengatakan, bibimu tidak usah khawatir, karena semuanya ada di tangan Belial. Aku sudah mengeceknya di perpustakaan. Belial itu nama salah satu iblis. Dan Ariel waktu itu juga menyebut nama Dr. Shaitan. Itu juga sudah kuselidiki di perpustakaan. Shaitan merupakan nama lain dari Satan."
Pete bergidik. "Iblis, dan ular! Gabungan yang menyeramkan!"
Allie duduk sambil mempermainkan pasir di sela jari-jarinya.
"Dalam urusan apakah Bibi Pat terlibat"" tanyanya setelah beberapa saat.
"Kami tidak tahu," kata Jupe, "tapi mungkin saja urusan yang sangat tidak menyenangkan."
""Dengan begitu kembali pada tokoh Bentley yang misterius," kata Jupiter. Iakah laki-laki yang bersembunyi di dalam garasi rumah kalian malam itu, ketika bibimu menjamu teman-temannya sepersekutuan" Atau mungkin orang yang kebetulan saja mendengar bahwa kalian memerlukan pembantu rumah tangga" Jika benar dia yang menubrukku waktu itu, apakah yang dicarinya di rumah kalian" Kita setidak-tidaknya tahu bahwa ia tidak mungkin kaki tangan Ariel. Karena kalau ia kaki tangannya, Ariel kan tidak perlu merasa curiga padanya. Jupiter berpikir-pikir, sambil menarik-narik bibir bawahnya. Sikapnya selalu begitu, jika sedang sibuk memeras otak.
"Ada beberapa hal yang perlu dengan segera kita selidiki," katanya kemudian. Pertama-tama, apakah kalung itu benar-benar diserahkan ke toko permata.
Allie mengumpat dengan nada kesal.
"Kenapa itu tak terpikir olehku tadi siang" Aku kan bisa langsung menelepon Van Storen and Chatsworth!
Bab 10 KOBRA EMAS "KEESOKAN harinya, pagi-pagi sekali Allie muncul di perusahaan dengan tampang kusut, seakan-akan tidak tidur semalaman. Jupiter, Bob, dan Pete menunggunya di dekat bedeng yang dijadikan kantor Jones Salvage Yard.
"Bibi Pat menangis di rumah," kata Allie melaporkan. Ariel tidur. Sedang Bentley mencuci kaca-kaca jendela."
"Dan Bibi Mathilda sedang mencuci piring bekas sarapan," kata Jupe. Jadi kau bisa memakai telepon di kantor untuk menelepon toko permata."
Tanpa segan-segan Allie langsung duduk menghadap meja di ruang kantor. Ia memutar nomor telepon toko permata 'Van Storen and Chatsworth', lalu sambil menirukan suara bibinya dengan persis sekali. ditanyakannya kapan kalung Ratu Eugenie bisa selesai. Didengarkannya jawaban yang diberikan, lalu berkata, "Baiklah. Terima kasih!" Diletakkannya gagang pesawat telepon.
"Kalung itu ada pada mereka. katanya pada
Trio Detektif. Menurut mereka, pekerjaan itu memakan waktu beberapa hari, dan mereka akan menyimpannya sampai diberi tahu untuk mengantarkannya. Ah, syukurlah!"
"Jadi kalung itu aman," kata Jupiter, "dan apa pun juga pelayan kalian yang baru itu sebenarnya, yang jelas ia bukan maling permata. Sekarang kita harus menyelidiki, apakah ada kobra muncul dalam kehidupan Mrs. Compton kemarin."
"Mungkinkah Ariel dengan diam-diam memasukkan seekor ular ke dalam mobil wanita itu"" tanya Pete.
Allie bergidik. "Itu akan sudah mencukupi untuk menyebabkan siapa saja panik, dan menubruk pinggir jembatan," kata Jupiter. Tapi itu akan kita ketahui juga nanti."
"Apa yang hendak kaulakukan sekarang"" tanya Allie.
"Aku akan ke perpustakaan untuk mengumpulkan data tentang kobra, jin, dan berbagai kepercayaan aneh," kata Bob.
"Sedang aku akan ke rumah sakit bersama Pete mendatangi Mrs. Compton," kata Jupiter. Hans akan ke Los Angeles dengan truk yang kecil, dan kami boleh ikut dengan dia."
Allie berdiri, lalu menuju ke pintu.
Dan aku pulang ke rumah, lalu semua yang ada di sana kuamat-amati," katanya.
"Kami nanti akan menelepon," kata Jupiter berjanji.
Allie mengangguk, lalu melangkah ke luar.
Sesaat kemudian Hans datang dengan truk yang kecil. Ia menghentikan kendaraan yang sudah agak tua itu di depan pintu kantor.
"Siap"" serunya dari dalam truk.
Jupe dan Pete duduk di samping Hans. Dalam perjalanan ke Los Angeles mereka diam saja, masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri. Sesampai di jalan yang bernama Vermon" Boulevard, Jupe meminta Hans agar berhenti sebentar di depan sebuah toko kecil yang berjualan bunga. Ia membeli sebuah pot berisi violces yang sedang mekar. Ia meminta selembar kartu, yang ditulisnya sebagai pengiring tanaman itu. Kemudian Hans mengantar mereka ke rumah sakit 'Angel of Mercy'.
Hans menghentikan truk di depan rumah sakit itu.
"Aku perlu menunggu atau tidak"" kata pemuda bertubuh kekar itu. Mau apa sih, kau kemari"
"Kami perlu bicara dengan seorang wanita, tentang seekor ular," jawab Pete.
Hans terbelalak, karena kaget.
"Sudahlah, Hans, jangan tanya-tanya," kata Pete. "Kujamin kau pasti lebih senang jika tidak tahu apa-apa tentang urusan ini.
Jupe turun dari kendaraan.
"Kurasa lebih baik ini kulakukan sendiri saja, katanya. Kita tidak boleh terlalu menyolok."
"Oke," kata Pete. Kalau begitu aku menunggu di sini, bersama Hans. .
Jupe menaiki tangga depan rumah sakit, sambil menenteng tanaman yang dibelinya.
""Saya ingin menjenguk Mrs. Margaret Compton," kata Jupiter pada wanita yang bertugas di bagian pendaftaran. Sudah bolehkah ia menerima tamu""
Wanita itu mencongkel-congkel deretan kartu data yang terdapat di dalam sebuah kotak.
"Kamar nomor 203, Sayap Timur," katanya setelah menemukan yang dicari. Lift ada di gang itu, di sebelah kanan."
Jupiter mengucapkan terima kasih. Ia menyusur gang sambil membawa pot bunga, lalu naik lift menuju tingkat berikut. Sesampai di lantai dua, lift berhenti. Pintunya terbuka di depan ruang juru rawat. Keadaan di situ sangat sibuk. Seorang dokter nampak sedang menelepon. Seorang pembantu meletakkan baki yang penuh dengan gelas kecil-kecil. Di situ ada pula seorang perawat. Wanita itu bersikap seolah-olah tidak melihat Jupiter. Ia sibuk dengan sebuah daftar.
Jupiter mendehem. "Mrs. Margaret Compton, kamar nomor 203," katanya. Bisakah ia dijenguk""
Perawat tadi mendongak. "Ia baru saja diberi obat penenang. katanya dengan galak.
"Oh. Wajah Jupiter yang bulat dan ceria ditekuk, sehingga menimbulkan kesan kecewa.
"Saya bisa saja kembali lagi nanti" katanya dengan sikap memelas, "tapi saya ingin sekali berjumpa dengan Bibi Margaret, sedang nanti siang saya harus bekerja. Kalau tidak datang tepat pada waktunya di toko, gaji langsung dipotong."
"Ya, baiklah! Tunggu sebentar - akan kulihat dulu keadaannya."
Perawat itu pergi menyusur lorong. Tidak sampai semenit kemudian, ia sudah kembali.
"Ia belum tidur," katanya. Kau boleh masuk, tapi jangan lama-lama, ya! Ia perlu sekali beristirahat.
Jupe mengatakan bahwa ia pasti takkan terlalu lama, lalu bergegas ke kamar 203. Pintu kamar itu terbuka. Di satu-satunya tempat tidur yang ada di dalamnya berbaring seorang wanita berwajah bulat kemerah-merahan. Rambutnya lebat, sudah putih seluruhnya. Matanya nampak mengantuk. Ia tidak bisa bergerak dengan leluasa, karena bagian tubuhnya dari pinggang sampai ke ujung kaki terbungkus pembalut dari gips. Pembalut itu nampak menggembung di bawah seprai penutup tubuh.
"Mrs. Compton"" kata Jupiter Jones.
Mata wanita yang sudah nyaris terpejam itu melihat bu
nga violces di dalam pot yang dibawa Jupiter.
"Bagusnya," kata wanita itu.
"Violces ini bagus sekali," kata Jupiter. Dari Pasar Kembang Barat, dan orang yang membelinya tadi menghendaki agar diserahkan langsung pada Anda."
Wanita berambut putih itu mengambil sebuah kotak berisi kaca mata dari bawah bantal. Kaca mata itu dikeluarkannya dari dalam kotak lalu dipakai.
"Tolong kemarikan kartu itu," katanya.
Jupiter meletakkan pot bunga ke atas meja yang terdapat di samping tempat tidur, lalu menyodorkan kartu yang mengiringi pada Mrs. Compton.
Wanita itu memicingkan mata, lalu membaca tulisan yang tertera di situ.
Semoga lekas sembuh." Ia nampak heran. Dibaliknya kartu itu. Tidak ditandatangani" katanya.
Itu tidak perlu lagi dikatakan pada Jupiter.
Seperti barang yang kemarin juga," kata Margaret Compton.
"Penyerahannya juga disertai kartu pengiring, tapi tanpa tanda tangan. Ceroboh sekali, mengirim kartu - tapi tidak ditandatangani."
"Mungkin saya bisa membantu menjelaskannya," kata Jupiter Jones. Laki-laki yang membeli bunga ini tadi jangkung, dan sangat kurus. Rambutnya hitam, dan tampangnya pucat sekali."
Mrs. Compton hanya menggumam saja. Nampaknya ia sudah akan terlelap.
Jupiter mencari-cari akal, untuk mengetengahkan persoalan kobra. Tapi sebelum ia sempat mengatakan apa-apa, wanita itu sudah lebih dulu membuka mulut.
"Aneh - laki-laki yang kemarin mengantar kobra, tampangnya seperti begitu. Siapa ya - yang, yang...
"Kobra"" kata Jupiter mengulangi.
Mrs. Compton kelihatannya sudah hampir tidur lagi. Jupiter cepat-cepat mendului berbicara.
"Kobra" Aneh! Anda gemar mengumpulkan reptil""
Wanita berambut putih itu membuka matanya.
"Tidak, bukan kobra benar. Cuma gelang saja. Aku sebetulnya... Ia terlena sesaat.
"Anda biasanya tidak suka benda-benda berwujud ular"" desak Jupe.
"Betul. Ular itu binatang menjijikkan. Tapi yang ini nampak... kelihatannya bagus! Aku langsung memakainya. Ingin rasanya tahu, siapa yang mengirimkannya. Tangan wanita itu bergerak ke arah laci meja yang ada di sisi tempat tidur. Akan kutunjukkan padamu," katanya. Di dalam dompetku.
Jupiter menarik laci, lalu menyerahkan dompet yang ditemukannya di situ pada Mrs. Compton. Tangan wanita itu meraba-raba dompet, membukanya, dan menggerapai ke dalam.
"Lihatlah. Bagus, kan...""
"Sangat menarik," kata Jupiter Jones. Diambilnya gelang dari tangan wanita itu, lalu diperhatikan. Benda itu memang menarik - sebuah lingkaran dari logam berwarna emas yang terputus sebagian, untuk menyelipkan pergelangan tangan ke dalamnya. Ujung lingkaran berbentuk kepala kobra. Matanya batu mulia - atau setengah mulia - berukuran kecil sekali. Di belakang bagian yang merupakan kepala, lingkaran agak pipih, membentuk tudung kobra itu. Tudung itu dihiasi lapisan halus berwarna hijau dan biru. Jupiter mengusap-usap sisi dalam gelang itu dengan jari. Terasa halus sekali.
"Anda memakai gelang ini kemarin, sewaktu mengemudikan mobil""
"Ya, aku memakainya. Kemarinkah itu" Rasanya sudah lama sekali. Wanita itu memutar kepalanya. Matanya dipejamkan. Konyol," katanya dengan nada mengeluh. Masa, roda bisa begitu saja copot!"
"Salah satu roda terlepas," kata Jupiter. Tidak ada lainnya yang mengejutkan Anda" Sesuatu yang ada di dalam mobil""
Mrs. Compton membuka matanya lagi. Sesuatu di dalam mobil" Tidak ada. Tapi roda. Roda itu tiba-tiba terlepas. Aku melihatnya berguling-guling mendului di jalanan - lalu setelah itu jembatan, dan... dan..."
Jupiter mendengar bunyi menggeresek di ambang pintu yang dibelakanginya. Ia berpaling. Dilihatnya perawat yang tadi menatapnya dengan kening berkerut.
"Ah ya, saya memang sudah hendak pergi," kata Jupiter pada perawat itu. Ia mengembalikan gelang berkepala kobra pada Mrs. Compton. Mudah-mudahan Anda menyukai tanaman bunga itu. katanya lirih, lalu ke luar.
"Sudah kubilang tadi, jangan lama-lama," tukas perawat itu.
""Maaf," kata Jupiter. Saya tadi hanya ingin bicara sebentar saja."
Ia turun kembali dengan lift ke lantai satu, lalu bergegas meninggalkan rumah sakit.
"Ada hasil"" tanya Pete, ketika Jupiter suda
h sampai di samping truk.
"Ya." Jupiter naik, lalu duduk di sisi Pete. Ular itu ada padanya."
"Ular"" Hans tercengang. Maksudmu, ia membawa ular" Di rumah sakit""
"Bukan ular benar, Hans," kata Jupiter, "cuma gelang saja, dengan hiasan kepala kobra.
"Mungkin gelang itu mengandung rahasia tertentu," kata Pete berusaha menduga. Para bangsawan Borgia di Italia dulu memiliki cincin-cincin dengan rongga tersembunyi yang berisi racun, dan jarum yang bisa diluncurkan untuk menusuk orang yang tidak disukai."
Jupiter menggeleng. "Aku tadi sempat meneliti gelang itu dengan cermat. Gelang itu biasa-biasa saja - tapi Hugo Ariel sendiri yang menyerahkannya pada Mrs. Compton. Kecuali gelang itu tidak ada ular lain di dalam mobil yang dikemudikan olehnya, sewaktu kendaraan itu menabrak pinggiran jembatan kemarin. Salah satu rodanya terlepas dengan tiba-tiba, sehingga mobil tidak bisa dikendalikan lagi, lalu menubruk. Jika ada yang bisa menjelaskan bagaimana sebuah gelang bisa menyebabkan roda mobil terlepas, dengan senang hati aku akan memakan tungku-tungku besi yang baru saja dibeli Paman Titus!"
"Bab 11 CATATAN RAHASIA DI KAMAR BENTLEY
"JUPE dan Pete sudah tiba kembali di Jones Salvage Yard. Sewaktu masuk ke bengkel, keduanya melihat lampu di atas mesin cetak menyala berkelap-kelip. Itu tanda bahwa telepon di dalam kantor mereka berdering.
"Mungkin Allie," kata Jupe. Aku memberi tahu nomor pribadi kita padanya."
Pete menggeser terali yang menutupi jalan masuk ke Lorong Dua, lalu merangkak lewat saluran pipa ke Markas. Ketika Jupiter yang menyusul masuk lewat lubang tingkap di lantai. Pete sudah sibuk menelepon.
"Ia memang menerima ular, tapi hanya dalam wujud gelang," kata Pete pada teman bicaranya.
"Jadi tidak mungkin mencederai dirinya."
Setelah itu Pete mendengarkan, sementara Allie berbicara. Jupiter hanya mendengar nadanya yang ribut.
"Salah satu roda mobilnya tahu-tahu terlepas," kata Pete. Cuma itu saja. Kecelakaan biasa!"
Allie diam sesaat, lalu mengatakan sesuatu yang menyebabkan tampang Pete langsung masam.
"Tapi kami baru saja kembali!" kata Pete.
Suara yang terdengar lewat sambungan telepon merepet lagi, dan agak lama. Pete menarik napas panjang. Diambilnya kertas lalu dicatatnya suatu alamat yang disebutkan oleh Allie.
"Baiklah," katanya kemudian. Sehabis makan malam." Setelah itu diletakkannya gagang telepon ke tempatnya.
"Ada apa lagi sekarang"" tanya Jupiter.
"Allie menelepon dengan pesawat yang ada di dapur. kata Pete. Katanya, Ariel mengurung diri di dalam perpustakaan bersama Bibi Pat, sedang Bentley pergi belanja. Bentley menyerahkan dua lembar surat keterangan, yang katanya merupakan pengantar dari majikan-majikannya sebelum ini. Surat pengantar yang satu dari seorang wanita di Brentwood yang kemudian ikut pindah dengan suaminya ke Kansas City. Sedang yang satu lagi dari seorang profesor di Arcadia. Allie mencoba menelepon ke Kansas City, tapi di sana nama wanita itu tidak terdaftar di dalam buku telepon. Kemudian ia mencoba menelepon profesor yang di Arcadia. Sambungan teleponnya ternyata dicabut.
"Allie sebenarnya harus mengadakan pengecekan dulu, sebelum menerima Bentley," kata Jupe.
"Tapi kenyataannya tidak begitu - dan sekarang ia menyuruh kita melakukannya." kata Pete. Ia mengatakan pada Bentley bahwa ia harus mengisi formulir dari Kantor Jaminan Sosial agar bisa dibayarkan pajak jaminan sosial untuknya, dan orang itu lalu menyebutkan alamat rumahnya. Ia memiliki tempat tinggal di Santa Monica, di North Tennyson 1854. Sekarang Allie menghendaki kita dengan segera pergi ke sana untuk menyelidiki apakah Bentley benar-benar punya tempat tinggal di situ, di samping mengumpulkan informasi lain mengenainya, kalau ada."
"Dan kau mengatakan, sehabis makan malam"" kata Jupe.
"Betul! Jika aku tidak dengan segera muncul di rumah, ibuku pasti akan mendamprat habis-habisan!"
"Bibi Mathilda juga sudah mulai tidak sabar. kata Jupiter. Kurasa kau benar - memang sebaiknya sehabis makan saja kita ke Santa Monica.
"Kita ini budak Allie saja," kata Pete. Apa katanya, harus kita turuti."
"Ia kan klien kita," kata Jupiter mengetengahkan. Ia sebetulnya tidak boleh langsung saja menerima Bentley - tapi kenyataannya begitu. Lalu sekarang ia ingin tahu lebih banyak tentang orang itu. Kurasa itu memang perlu. Bob nanti akan kutelepon, dan akan kuminta agar bertemu dengan kita pukul tujuh di jalan raya, di depan pasar. Bagaimana - setuju""
"Kurasa saat itu bisa," kata Pete.
"Baiklah. Jadi pukul tujuh," kata Jupiter.
Pukul tujuh malam itu, Trio Detektif sudah mengendarai sepeda mereka di Jalan Raya Pesisir, menuju Santa Monica. Mereka berhasil menemukan North Tennyson Place, dengan bantuan peta kota. Alamat itu ternyata sebuah lapangan kecil yang menghadap ke 11th Street. Rumah nomor 1856 merupakan bangunan besar berdinding plesteran putih, dengan atap genting merah. Sebuah papan pemberitahuan yang ditancapkan di halaman rumput di depannya menyatakan bahwa rumah nomor 1854, yaitu alamat yang diberikan Allie pada Pete, terletak di belakang.
"Apartemen garasi," kata Jupiter menyimpulkan. Ia memasuki jalan yang pendek ke belakang, lalu kembali sambil mengangguk. Ya - apartemen di atas garasi untuk dua mobil."
"Lalu bagaimana kita bisa memastikan apakah itu benar-benar tempat tinggal Bentley"" tanya Pete. Ia sekarang kan tinggal di rumah keluarga Jamison.
"Kita tanyakan dia di rumah besar. kata Jupiter. "Kita mengaku - nanti dulu - ya, kita mengaku kawan Freddie, keponakannya. Kita baru saja datang dari Westwood, dan ingin bertamu ke tempatnya.
"Itu sudah cukup untuk membuka percakapan," kata Bob.
Jupiter menghampiri pintu depan rumah besar, lalu membunyikan bel. Ia menunggu selama kira-kira semenit, lalu menekan bel lagi. Tapi tidak ada yang datang membukakan pintu.
"Percuma saja gagasan bagus tadi," kata Pete.
"Jupe mengambil sepedanya. lalu didorongnya ke jalan masuk. Ia memandang lagi ke arah garasi.
"Kita anggap saja Bentley memang tinggal di situ," katanya. Sering banyak bisa diketahui tentang seseorang, hanya dengan jalan meneliti tempat kediamannya."
"Jadi kita mengintip"" kata Pete.
"Kita bisa melihat ke dalam, lewat jendela," balas Jupiter.
Ternyata memandang ke dalam apartemen garasi lewat jendela. sama sekali bukan pekerjaan sulit. Di sisi luar garasi ada tangga menuju ke atas, dan berakhir di suatu emperan kecil. Di samping pintu apartemen ada sebuah jendela, yang kerainya tergulung ke atas.
"Kita mujur," Jupiter merapatkan mukanya ke kaca jendela.
Pete mendesakkan diri di sisinya, lalu ikut mengintip ke dalam. Sedang Bob melakukannya sambil berjingkat di belakang Pete.
Sinar matahari yang sudah hampir terbenam memancar ke dalam lewat sebuah jendela yang terdapat di sisi depan apartemen, dan menerangi dinding seberang tempat berjejer rak-rak yang penuh dengan buku. Ketiga remaja itu melihat sebuah meja kerja, tempat tumpukan map serta sejumlah buku lagi. Sebuah mesin ketik terdapat di atas sebuah meja yang berukuran agak lebih kecil. Selanjutnya mereka juga melihat sebuah kursi putar, dan sebuah lampu tegak. Lalu sebuah bangku panjang yang ditutupi hamparan kain tebal berwarna sawo matang.
"Lebih mirip ruangan kantor " kata Pete mengomentari.
Jupiter melangkah mundur.
"Pelayan misterius itu kelihatannya gemar membaca," katanya menarik kesimpulan. Dan juga suka menulis."
"Coba kalian perhatikan judul-judul itu!" kata Bob sambil bersiul pelan. Itu - buku-buku yang ada di atas meja. Ilmu Gaib, Pengobatan Tradisional dan Perdukunan. Itu buku baru. Baru minggu ini kami memperolehnya di perpustakaan. Harganya $ 10,95. Ia juga punya Voodoo - Ritual dan Realitas. Bukan main!"
"Ada yang tentang ular"" tanya Pete.
Jupiter mencoba membuka pintu. Tombolnya ternyata tidak bisa diputar. Kemudian ia memeriksa jendela.
"Tidak terkunci," katanya. Dipandangnya kedua temannya. Pete memperhatikan pekarangan yang lengang di sekitar garasi, sedang Bob memandang ke arah rumah besar di depan.
"Habis riwayat kita, kalau ketahuan. kata Pete.
"Jangan sampai ketahuan. Jupe mendorong daun jendela ke atas. Jendela terbuka, hampir tanpa menimbulkan bunyi sama sekali. Sedetik kemudian Jupe sudah ada di dal
am apartemen, disusul oleh Bob dan Pete.
Di samping buku-buku tentang ilmu gaib di atas meja, mereka masih melihat buku-buku sejenis di dalam rak. Uraian tentang berbagai upacara suku-suku primitif, buku-buku tebal tentang adat kebiasaan tradisional, serta beberapa judul uraian tentang ilmu hitam yang hidup di kota-kota modern.
"Ia pasti merasa cocok dengan Bibi Pat Osborne, dan Hugo Ariel." kata Pete.
"Aku salut padanya, jika semua buku ini sudah dibacanya," kata Bob. Aku tadi siang sempat membalik-balik halaman beberapa buku seperti ini. bacaannya ada yang alot."
"Pengetahuannya luas, tentang klenik," kata Jupiter. Bukan hal yang umum, seorang ahli di bidang klenik bekerja selaku pelayan."
Jupiter memperhatikan tumpukan map di atas meja kerja. Ada yang pada labelnya ditulisi, 'Langganan Mara', dan ada satu yang ditulisi, 'Segitiga Hijau'. Lalu ada pula map tebal, yang pada labelnya tertulis, 'Persekutuan Lingkar Bawah'.
"Jangan-jangan ini persekutuan yang sedang kita selidiki." Jupiter membuka map itu. Ya, memang!"
"Apa isinya"" tanya Bob.


Trio Detektif 17 Misteri Nyanyian Kobra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jupiter mengambil dua lembar kertas dari map itu.
"Ini ada catatan tentang Miss Patricia Osborne. Rupanya Bentley tertarik pada bibi Allie itu. Misalnya saja, di sini dicatat bahwa ia selama sepuluh tahun belakangan ini pernah menjadi anggota lebih dari lima sekte yang tidak umum, begitu pula menjadi langganan dua majalah ramalan perbintangan, dan pernah sekali mengembara ke India, dan di sana menjadi murid seorang guru kebatinan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Miss Osborne tidak kerasan, karena kondisi higiene yang tidak memadai. Lalu ini juga ada catatan bahwa Miss Osborne sejak bulan Mei bertempat tinggal di Rocky Beach, sedang Hugo Ariel tiba belum lama berselang."
"Masih ada lagi"" tanya Bob.
Jupiter mengambil selembar kertas catatan lagi. "Ini ada laporan dari suatu perusahaan pengelola kredit." katanya. Tentang harta yang dimiliki Miss Osborne. Bibi Pat tidak bisa disebut kaya."
"Bentley menaruh minat pada uang"" tanya Pete.
Pete meneliti kertas-kertas lain yang ada di dalam map.
"Nampaknya begitu," katanya. Ini juga ada laporan serupa tentang Noxworth, pemilik toko makanan sedap-sedapan. Orang itu juga memiliki rumah sewaan di East Los Angeles. Rupanya ia lebih kaya, daripada yang dikesankan oleh penampilannya.
"Lalu wanita yang bergaun oranye"" tanya Pete.
"Penata rambut itu" Madelyn Enderby"" Jupe meneliti kertas-kertas catatan. Ia pernah menjadi anggota bermacam-macam perkumpulan aneh. Ia memiliki perusahaannya sendiri, sedang penghasilannya setahun puluhan ribu. Ia menanamkan uang pada seorang pialang saham, di San Fernando Valley."
""Ada lagi yang kita kenal"" tanya Bob.
"Wanita pemilik toko makanan sehat," kata Jupe. Usaha di bidang itu rupanya menguntungkan. Ia mengajukan permohonan untuk membuka toko sejenis, di lokasi lain. Dan ini masih ada sejumlah laporan lagi, tentang orang-orang yang tidak kita kenal.
"Ilmu gaib dan klenik." Bob menjamah buku-buku yang ada di meja. Dan di samping itu, juga uang.
"Mungkin kesemuanya ini ada pertaliannya," kata Jupe.
Pete membuka laci yang ada di meja itu. Hanya beberapa penjepit kertas saja yang ada di dalamnya. Serta sebuah alat perekam suara berukuran mini. Pada alat itu terpasang gulungan pita rekaman suara.
"Aku mau punya alat seperti ini," kata Pete. "Praktis, gampang dibawa-bawa di dalam kantung.
Bob memungut alat itu. "Bagus," katanya. Kerjanya dengan baterai.
Ditekannya sebuah tombol yang terdapat di sisi. Sebuah klep kecil terbuka, menampakkan mikrofon yang tersimpan di dalamnya.
"Benar-benar hebat," kata Bob. Alat perekam mini yang bisa disembunyikan di mana saja, dilengkapi mikrofon yang peka. Dinas Rahasia saja, kurasa takkan lebih baik perlengkapannya.
"Aku ingin tahu, apa yang terekam pada pita ini," kata Jupiter. Bagaimana cara kerjanya""
"Pita rekaman diputar kembali oleh Bob. Kemudian ditekannya tombol, 'Start . Sesaat hanya terdengar bunyi menggeresek. Tapi kemudian ketiga remaja penyelidik itu mendengar suara seseorang mengatakan, "Kita bisa mulai sekarang...
"Itu suara Ar iel!" kata Bob. "Malam ini kita tidak lengkap. Suara yang direkam itu melanjutkan. Ada kemungkinan kita tidak bisa berbuat apa-apa, atau mungkin juga Dr. Shaitan akan mengirimkan rohnya kemari. Suara kobra mungkin akan berbicara pada kita, menjembatani jarak bermil-mil."
"Ia memasang alat ini di rumah Allie!" kata Pete.
"Mestinya disembunyikan di dekat pintu ke ruang makan," kata Bob menarik kesimpulan.
Ketiga remaja itu mendengar suara Madelyn Enderby yang serak, lalu suara Noxworth menggerutu. Kemudian terdengar kembali keinginan Pat Osborne agar Margaret Compton terpaksa pergi. Kemudian terdengar lagi bunyi itu. Jelas sekali kedengarannya, di dalam kesunyian kamar sempit tempat mereka berada. Mereka mendengar nyanyian yang menyebabkan Marie ketakutan sehingga lari dari rumah keluarga Jamison, dan yang mendorong Allie untuk minta tolong.
"Suara kobra," kata Jupe.
Bob bergidik. Alat perekam itu cepat-cepat dimasukkannya lagi ke dalam laci. Tapi bunyi nyanyian seram tanpa kata itu masih tetap terdengar terus.
"Gulungan pita sudah sampai ke ujungnya. Nyanyian seram itu melirih, lalu berhenti. Ketika yang terdengar hanya dengungan lembut saja, yang berasal dari motor alat perekam, barulah Jupiter menyadari bahwa ia merasa dingin. Sinar matahari yang masuk lewat jendela sudah tidak ada lagi. Di luar mulai gelap.
Dan di ambang pintu berdiri seorang laki-laki. Bentley!
Bab 12 BENTLEY PINDAH ""ASTAGA!" kata Pete kaget.
Bob terlonjak, lalu cepat-cepat mematikan alat perekam.
Jupiter tidak beranjak dari tempatnya. Ia sibuk mencari alasan, yang rasanya bisa diterima Bentley. Akhirnya ia sampai pada kesimpulan, bahwa tidak ada yang masuk akal.
"Kami baru saja hendak pergi," katanya.
Laki-laki berkumis lebat itu tetap berdiri di ambang pintu.
"Kalian hendak keluar lewat jalan yang sama"" katanya dengan nada bertanya. Kalian tadi masuk lewat jendela, kan"" Bentley marah. Ia tidak menggertak. Dan juga tidak takut. Jupiter melihat bahwa Bentley saat itu bukan pelayan yang bersikap patuh. Takkan mudah membuatnya menyingkir dari ambang pintu! Jupiter berpikir dengan cepat.
"Bob," katanya, "kemarikan pita rekaman itu."
Bob mengambil barang yang diminta, lalu menyerahkannya pada Jupiter.
"Pita itu milikku!" kata Bentley.
Jupiter mengacungkan pita itu.
""Coba jelaskan, Bentley - bagaimana cara Anda memperoleh rekaman ini" Apakah Anda menyembunyikan alatnya di emperan malam itu, ketika di rumah itu sedang ada beberapa tamu Miss Osborne""
Pelayan itu bergerak dengan tiba-tiba. Dengan cepat ia melangkah maju, lalu dicengkeramnya pergelangan tangan Jupiter.
"Lari!" seru Jupe pada kedua temannya.
Bob dan Pete langsung melesat ke arah pintu yang terbuka. Tiba-tiba Jupiter melepaskan pita rekaman yang dijadikan rebutan dengan Bentley, sedang kaki kanannya dikaitkan ke sisi belakang lutut Bentley yang sebelah kiri.
Orang itu terjengkang. Ia mengumpat-umpat. Gulungan pita terpental. Jupiter membiarkan saja. Ia lari ke pintu.
Bentley masih sempat menyambar bagian belakang kemeja Jupiter. Tapi Jupe berhasil membebaskan diri, lalu cepat-cepat menuruni tangga.
Bentley tidak mengejar. Ia berdiri di emper luar dengan secarik kain dari kemeja Jupe di tangannya. Ia hanya memandang saja, sementara ketiga remaja itu menyambar sepeda mereka, lalu cepat-cepat pergi.
Setelah cukup jauh dari Tennyson Place, barulah mereka berhenti mengayuh.
"Siapa yang sekarang dalam kesulitan, Jupe" Kita - atau Bentely"" kata Pete dengan nada bingung. Jika ia menghubungi polisi, nanti kita mengadukannya tentang pita rekaman tadi, serta tentang segala catatannya."
"Semuanya itu bisa dengan mudah disembunyikan, atau dimusnahkan," kata Jupiter. Sedang kita bersalah memasuki rumah orang tanpa izin! Dan Bentley pernah melihat kita bersama Allie. Jika mau, ia tahu di mana kita bisa ditemukan."
"Jadi bagaimana sekarang"" tanya Bob.
"Kita kembali ke perusahaan. Di sana kita menyampaikan laporan pada klien kita. Sesudah itu kita menunggu. Ada kemungkinan kita takkan mengalami kesulitan. Kita tahu, Bentley pasti harus secara sembunyi-sembunyi memasuki
pekarangan rumah keluarga Jamison, untuk bisa merekam pembicaraan Ariel dengan yang lain-lainnya. Kita tahu, padanya ada laporan tentang keadaan keuangan Miss Osborne. Tidakkah akan merepotkan baginya, jika ia harus menjelaskan bagaimana ia bisa memperoleh laporan itu""
"Usaha pemerasan"" tanya Pete.
"Mungkin, " kata Jupe. Sekarang kita kembali saja dulu, lalu menelepon Allie."
"Anak itu seharusnya memperingatkan kita, bahwa Bentley akan datang ke apartemennya malam ini," kata Pete dengan sebal.
"Mungkin Allie juga tidak tahu. kata Jupe.
Dugaannya terbukti benar, ketika mereka tiba di Markas Trio Detektif. Telepon berdering, sewaktu mereka masuk lewat tingkap di lantai karavan Ternyata Allie Jamison yang menelepon.
""Aduh, maaf!" kata gadis itu, begitu telepon diangkat. Jupiter menghubungkan pesawatnya dengan perlengkapan pengeras suara bikinannya sendiri, sehingga pembicaraan bisa diikuti oleh mereka bertiga sekaligus.
"Kami ketahuan oleh Bentley tadi," kata Jupiter
"Maaf," kata Allie mengulangi. Aku tadi sudah berusaha menghubungi kalian. tapi kalian ternyata sudah pergi. Bentley mengatakan kelupaan sesuatu yang diperlukannya. Sedang aku tidak bisa melarangnya pergi. Ya, kan""
"Coba itu kaulakukan," kata Jupiter. Sekarang bajuku robek, dan ia tahu bahwa kita memata-matai dirinya. Ada kemungkinan kau akan tidak punya pelayan lagi."
"Menurutmu, ia takkan kembali lagi kemari""
Jupiter sangsi sesaat, sebelum menjawab.
"Mungkin saja ia bersikap masa bodoh," katanya pada Allie, "tapi kami tadi memasuki apartemennya, dan cukup banyak yang kami lihat di situ untuk mencurigai dirinya. bahwa ia mungkin hendak mencoba memeras bibimu. Di kamarnya ada laporan tentang keadaan keuangan Bibi Pat. Dan ternyata memang Bentley yang waktu itu bersembunyi di dalam garasi rumah kalian, sewaktu bibimu mengadakan pertemuan dengan Ariel, serta para anggota persekutuan yang lainnya. Ia merekam pembicaraan di dalam pertemuan itu."
"Tapi itu tidak logis," kata Allie. Bibi Pat tidak bisa diperas, karena tidak ada apa-apa di dalam kehidupannya yang perlu dirahasiakan."
""Kalau begitu, apa sebabnya ia bingung ketika mendengar kecelakaan yang menimpa Mrs. Compton""
Allie diam saja. "Ngomong-ngomong, di mana bibimu itu saat ini"" tanya Jupe.
"Di atas - sedang menangis."
"Dan Hugo Ariel""
"Di perpustakaan. Entah sedang apa di situ.
"Kau mendengar suara nyanyian itu lagi""
"Tidak. Saat ini di sini tenang sekali - setenang di kuburan. Dan suasananya juga seperti di situ, kata Allie.
"Yah - kalau begitu tetap waspada sajalah, kata Pete, "dan beri tahu kami, begitu Bentley muncul."
Tapi Bentley tidak muncul. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Allie menelepon Jupiter di rumahnya, untuk menyampaikan laporan tentang hal itu. Beberapa waktu kemudian Jupiter naik sepeda bersama Bob, pergi ke Santa Monica. Mereka kembali ke Tennyson Place. Jendela-jendela di bangunan kecil di belakang rumah besar tidak menampakkan apa-apa. Jupiter membunyikan bel pintu rumah besar. Seorang wanita bertubuh kecil membukakan pintu. Ia mengatakan pada Jupiter bahwa ia takkan bisa menyerahkan obat yang dipesan oleh penyewa kamar yang di atas garasi, karena orang itu tidak lagi tinggal di situ. Baru pagi itu pindah, tanpa meninggalkan alamatnya yang baru.
""Anda tahu, perusahaan angkutan mana yang disewanya untuk mengangkut barang-barang"" tanya Jupe. Ia masih punya utang di toko tempat saya bekerja."
"Ia sendiri yang mengangkut semuanya," kata wanita yang membukakan pintu. Barangnya memang tidak begitu banyak.
Jupiter mengucapkan terima kasih, lalu mendatangi Bob yang menunggu di trotoar.
"Kurasa untuk sementara kita takkan mendengar apa-apa dari Bentley," kata Jupiter pada temannya itu. Aku tidak tahu, apakah harus bersyukur, atau menyesal.
Bab 13 PERMATA KALUNG RATU EUGENIE
""AKU mulai merasa kesepian, setelah Bentley menghilang," kata Allie pada Jupiter, tiga hari setelah pelayan itu pergi dengan tiba-tiba. Ia setidak-tidaknya masih hilir mudik di dalam rumah. Bibi Pat selalu duduk termenung di dalam kamarnya, atau duduk di emperan sambil t
ermenung-menung lagi. Sedang Ariel - tak pernah ia melepaskan Bibi Pat dari pengawasannya.
"Pagi ini juga begitu""
"Tidak, pagi ini ia pergi, untuk cukur.
"Tentang apa saja mereka bercakap-cakap"" tanya Jupe. Saat itu ia dan Allie sedang bersandar ke pagar di belakang rumah keluarga Jamison, sambil memandang kuda milik gadis itu.
"Mereka tidak bercakap-cakap," kata Allie.
"Kurasa bibimu terlibat dalam suatu urusan gelap," kata Jupiter. Bob mengadakan riset tentang klenik, dan berbagai hal yang selama ini dilakukan bibimu di dalam buku-buku tentang klenik. Misalnya saja menggoreskan lingkaran dengan pisau di sekeliling tempat tidurnya. Di samping, itu terdapat banyak mantra untuk memanggil jasad halus, atau melancarkan guna-guna, dengan memakai lilin-lilin menyala."
"Di sini selama beberapa hari terakhir tidak pernah lagi dinyalakan lilin-lilin seperti waktu itu," kata Allie.
"Pelelangan harta milik Castillo akan dilangsungkan minggu depan," kata Jupiter. Apakah bibimu bermaksud menghadirinya" Sekarang tidak ada lagi Mrs. Compton, yang bisa menggagalkan keinginannya memiliki bola kristal itu."
"Memang, selama beberapa bulan mendatang ini Mrs. Compton takkan bisa ke mana-mana. Tulang kakinya patah di dua tempat. Tapi kurasa Bibi Pat saat ini tidak punya rencana apa-apa," kata Allie. Ia kelihatannya seperti kehilangan akal. Satu-satunya yang masih dilakukan cuma menelepon rumah sakit setiap hari untuk menanyakan keadaan Mrs. Compton. Tapi ia tidak berbicara langsung dengan wanita itu. Ia berbicara dengan perawat.
Allie memandang ke depan rumah. Sebuah sedan besar berwarna hitam memasuki pekarangan. Sopirnya turun, lalu membukakan pintu belakang. Seorang pria berpenampilan apik, dengan celana bersetrip-setrip serta jas panjang keluar. Tangannya yang terbungkus sarung tangan memegang sebuah bungkusan. Jupiter memandang dengan mata terbuka lebar. Adegan yang begitu anggun jarang kelihatan di Rocky Beach. Dan jelas, belum pernah pukul sebelas pagi!
Mata Allie menyipit. ""Orang itu dari 'Van Storen and Chatsworth ! katanya. Segala-galanya mereka lakukan dengan memperhatikan martabat. Tidak bisa mengantar barang dengan begitu saja. Kurasa itu kalung ibuku, yang diantar kembali. Bagaimana jika kita masuk sekarang, untuk melihat apa yang terjadi""
Jupiter mengikutinya masuk lewat dapur. Mereka melihat Bibi Pat Osborne di ruang depan, sedang menerima bungkusan yang dibawa pesuruh toko 'Van Storen and Chatsworth'. Jupiter melihat bahwa gaun ungu yang dikenakannya sudah kusut dan agak kotor. Seakan-akan sudah dipakai berhari-hari - atau mungkin juga Bibi Pat sudah tidak peduli lagi, apa yang dipakainya. Tangan wanita itu agak gemetar, ketika menyodorkan surat tanda terima pada laki-laki anggun yang ada di hadapannya.
"Allie!" seru Bibi Pat, ketika melihat kedua remaja itu datang. Suaranya agak melengking. "Dan Jupiter. Selamat pagi!"
Orang dari toko permata ke luar, berjalan menuju mobil.
"Kalung ibumu, Nak," kata Miss Osborne pada Allie. Bukalah bungkusan itu, dan periksa apakah pekerjaan mereka rapi."
Tanpa mengatakan apa-apa, Allie membuka kertas pembungkus berwarna putih. Dibukanya kotak kulit berwarna hijau tua yang ada di dalamnya. Di dalam kotak itu nampak sebuah kalung berukuran lebar, diletakkan di atas alas dari kain satin putih. Kalung itu berhiaskan lebih dari seratus butir intan, semuanya memancarkan cahaya dingin yang kemilau.
"Norak, ya"" kata Allie pada Jupe.
"Itu perhiasan bersejarah, Nak," kata Bibi Pat.
Dan sangat berat," kata Allie padanya. Saban kali Ibu memakainya, ia kemudian selalu mengeluh karena tengkuknya pegal. Kotak itu ditutupnya kembali. Aku lebih suka mutiara. Kalau memakai kalung mutiara, tidak perlu ada pengawal yang selalu ikut ke mana saja kita pergi.
Miss Osborne memandang ke pekarangan depan.
"Kedengarannya seperti ada mobil masuk," katanya.
"Paling-paling hantu dari Rocky Beach, yang kembali dari tukang cukur," kata Allie.
Allie! Masukkan kalung itu ke lemari besi ibumu," kata Bibi Pat cepat-cepat.
Terdengar bunyi pintu mobil ditutup di pekarang an belakang. Bibi P
at memandang ke arah itu, lalu menyembunyikan tangannya ke dalam lipatan gaun.
"Sekarang. Nak," katanya pada Allie.
"Baiklah. Bibi Pat," kata Allie. Ia naik ke atas. Sesaat kemudian Hugo Ariel masuk. menghamburkan bau wewangian minyak rambut.
Allie muncul lagi di ujung atas tangga. Kotak tadi sudah tidak ada lagi di tangannya.
"Nanti kita bicara lagi" serunya dari atas pada Jupiter.
""Aku akan menunggumu," kata Jupiter berjanji lalu pergi ke luar.
Setelah itu sepanjang hari Jupiter menyibukkan diri di perusahaan. Tapi ia tidak pernah jauh dari bengkelnya. supaya bisa setiap saat mendengar kalau telepon di dalam kantor Trio Detektif berdering. Pukul lima sore, Allie menelepon.
Bagaimana pendapatmu tentang permainan Bibi Pat tadi pagi"" tanya gadis itu.
"Hampir bisa dibilang profesional," kata Jupe. Tapi terasa jelas bahwa ia tidak ingin Hugo Ariel mengetahui bahwa kalung itu dikembalikan hari ini.
" Rupanya ia menelepon perusahaan itu setelah Ariel mengadakan janji dengan tukang cukur, kata Allie lagi., "Kurasa saat penyerahan diatur begitu rupa, sehingga Ariel tidak bisa melihatnya. Tapi jika kalung itu harus dijauhkan dari jangkauan Ariel, lalu untuk apa dikembalikan sekarang" Kan bisa saja la meminta pada 'Van Storen and Chatsworth' unt"uk menyimpannya, sampai ibuku pulang."
"Kecuali jika ia memerlukannya," kata Jupiter.
Bibi Pat tidak berhak memerlukannya!"' tukas Allie. Kalung itu kan milik ibuku!"
"Betul," kata Jupiter. Dan karena milik ibumu lagi pula kau mengetahui angka-angka kombinasi untuk membuka kunci lemari besi itu, bagimu mudah saja untuk mengambilnya lagi. Maukah kau meminjamkannya sebentar pada Trio Detektif" Ada sesuatu yang ingin kuperiksakan kebenarannya. Bisakah kau membawa kalung itu pergi dari rumah, tapi tanpa ketahuan""
Allie sama sekali tidak menampakkan keraguan.
"Aku punya jaket bertudung, yang kadang-kadang kupakai saat pesiar dengan Queenie. Tudungnya lapang - kurasa ayam hidup pun bisa kusembunyikan di dalamnya.
"Bagus," kata Jupiter. Begitu ada kesempatan, kau cepat-cepat membawa kalung itu kemari. Kurasa di sini memang lebih aman. Kutunggu kau di bengkelku. Sekarang kita putuskan saja pembicaraan ini, karena aku perlu menelepon seorang kawan kami, Worthington. Kita memerlukannya besok."
Menjelang pukul enam, Allie sudah muncul di perusahaan. Ia membawa kotak berisi kalung. Jupiter mengambil kotak itu. Setelah Allie pergi lagi, kotak itu disimpannya di dalam laci meja di dalam kantor Trio Detektif.
Keesokan paginya mobil Rolls-Royce masuk ke perusahaan, dikemudikan oleh Worthington.
"Urusan ini besar sekali tanggung jawabnya, Jupiter" kata orang itu, ketika Jupiter menyerahkan kotak berisi kalung padanya. Kalung yang pernah menjadi milik seorang ratu!"
"Anda satu-satunya yang bisa melakukannya, Worthington," kata Jupiter. Kalau salah satu dari kami bertiga yang mencobanya, pasti akan langsung menimbulkan kecurigaan.
Worthington mengangguk. ""Saya akan berhati-hati sekali," katanya berjanji. "Sekitar pukul dua saya sudah akan kembali."
"Kami semua akan menunggu di sini," kata Jupiter.
Jam menunjukkan waktu sudah hampir pukul dua siang, ketika Worthington kembali. Jupiter menyongsongnya di gerbang depan, lalu mengajaknya ke bengkel. Bob dan Pete menunggu di sana bersama Allie. Gadis itu duduk mencangkung di atas sebuah peti yang ditelungkupkan.
"Miss Jamison," kata Worthington, lalu duduk di kursi yang biasanya ditempati Jupiter. Ia membuka kotak dari kulit berwarna hijau yang dibawanya. Dikeluarkannya kalung yang ada di dalamnya. lalu diselempangkannya di atas lutut "Indah," katanya, "tapi tak berharga. '.
"Tak berharga"" Allie terlonjak bangkit. Itu kalung ibuku! Dulunya milik Ratu Eugenie. Harganya tak ternilai!"
Worthington kelihatan bingung.
"Maaf, Miss Jamison, tapi ini bukan kalung Ratu Eugenie. Ini imitasinya. Saya tadi menghubungi tiga juru taksir, dengan mengatakan bahwa saya menemukan kalung ini di antara barang-barang peninggalan seorang kerabat yang belum lama ini meninggal dunia. Saya dinasihati agar tidak berusaha mengasuransikannya, sebab p
erhiasan imitasi tidak biasa diasuransikan. Takkan ada yang mau!"
"Perhiasan imitasi"" seru Allie dengan suara seperti tercekik. Kemarikan kalung itu!"
"Worthington menyodorkan barang yang diminta.
"Kau hendak membicarakannya dengan bibimu"" tanya Jupiter dengan tenang.
"Membicarakannya" Akan kujejalkan barang ini ke depan hidungnya, lalu akan kupaksa dia mengatakan apa yang telah dilakukannya dengan kalung yang asli.
"Itu bisa kita terka sendiri," kata Jupe. Kau sendiri menyarankan jalan yang paling aman. Bibimu meminta 'Van Storen and Chatsworth' membuat imitasinya, sedang kalung yang asli tetap ada di perusahaan itu, menunggu orang tuamu kembali."
Allie duduk lagi. "Itu rasanya seperti menyadari bahwa si dungu di dalam kelas, ternyata Albert Einstein! Jadi kalung itu aman," katanya.
"Tapi untuk apa ia minta dibikinkan imitasinya"" tanya Pete. Mau apa ia dengan barang ini""
Kening Allie berkerut. "Segala siasat-siasatan ini pasti ada hubungannya dengan Ariel. Bibi Pat kan berhati-hati sekali, sama sekali tidak memberi peluang pada Ariel untuk melihat."
"Mungkin ia takut, orang itu akan mencurinya"" tebak Bob.
"Bagus! Biar saja ia mencuri barang palsu ini, lalu pergi dari sini!"
"Kurasa persoalannya tidak sesederhana itu," kata Jupiter. Entah dalam hubungan mana, tapi kurasa urusan kalung ini ada pertaliannya dengan kecelakaan yang dialami oleh Mrs, Compton, begitu pula dengan persekutuan dan kekuatan gaib kobra yang menyanyi."
"Apakah kobra itu masih terdengar nyanyiannya di rumahmu"" tanya Bob pada Allie.
"Tidak," kata Allie. Tidak ada yang menyanyi di rumah kami."
"Takut"" tanya Pete.
"Ya, sedikit. "Kurasa keselamatanmu tidak terancam," kata Jupiter pada gadis itu. Selama Ariel tidak merasa kau merupakan ancaman bagi dirinya, kau takkan diapa-apakan olehnya. Bentley dalam salah satu bentuk ikut terlibat di dalam urusan ini, dan kemungkinan akan muncul lagi - tapi ia tidak menampakkan kesan akan bisa bertindak kasar."
"Aku bukan takut tentang diriku sendiri," kata Allie. Untuk apa" Mereka beranggapan, aku ini cuma anak yang merepotkan saja. Tidak - keselamatan Bibi Pat yang kukhawatirkan. Malam ini ia akan pergi dengan Ariel, menghadiri pertemuan persekutuan menyeramkan itu. Aku mendengar mereka bercakap-cakap mengenainya, tadi pagi. Ariel mengatakan bahwa Dr. Shaitan memanggil para anggota untuk berkumpul di Torrente Canyon, dan Bibi Pat harus menghadirinya. Bibiku tidak mau. Ia tidak henti-hentinya menangis. Tapi ia akan datang.
"Bagus!" kata Jupiter.
"Apanya bagus!" teriak Allie. Tak tahan hatiku melihat keadaan bibiku seperti sekarang ini. Ia sangat menderita!"
"Aku khawatir kau takkan bisa melihatnya dalam keadaan lain, selama kita belum berhasil membongkar rahasia persekutuan itu," kata Jupiter.
"Worthington, bisakah Anda...
"Dengan senang saya akan mengantarkan kalian lagi ke rumah di Torrente Canyon itu," kata Worthington mendului.
"Aku juga ikut," kata Allie
"Aduh, Allie, kata Pete memprotes.
"Ia bibiku," kata Allie berkeras. Kecuali itu urusan ini menyangkut kalung ibuku, dan Ariel tinggal di rumahku. Pokoknya aku ikut! Di mana aku harus menunggu jemputan nanti Worthington""
"Bagaimana jika di pelataran parkir, di depan Pasar Rocky Beach...."
"Baik! Pukul berapa""
"Bagaimana kalau setengah delapan, Miss""
"Ya, bisa! Jadi sampai nanti, pukul setengah delapan. Allie melangkah pergi. Kotak berisi kalung imitasi disembunyikan di dalam jaket
"Gadis itu keras sekali kemauannya," kata Worthington.
Tidak ada yang membantah ucapannya.
"Bab 14 ROH DR. SHAITAN
"TIDAK ada alasan bagi Worthington untuk mengubah pendapatnya malam itu. Ketika ia muncul dengan mobil Ford kelabunya di pelataran parkir Pasar Rocky Beach, dilihatnya Allie sudah ada di situ, bersama Trio Detektif. Gadis remaja itu nampak tenang. Tapi dari caranya mengatupkan geraham, kelihatan jelas bahwa Allie sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
"Aku nanti akan masuk ke rumah itu," katanya pada sopir berbangsa Inggris itu, yang membukakan pintu untuknya.
"Baik, Miss," kata Worthington.
Kita nanti m asuk ke sana," kata Jupiter berjanji. Kita sudah punya rencana."
"Bagaimana rencana itu""
"Tunggu saja sampai nanti," kata Jupiter menyabarkan.
Lama juga Allie harus menunggu. Sesampai di Torrente Canyon, tidak nampak sebuah mobil pun diparkir di jalan sebelah depan rumah itu.
"Bagus!" kata Pete puas. Kita yang paling dulu datang."
"Wortingthon memarkir mobilnya agak jauh sedikit dari jalan masuk ke rumah. Bob turun dari kendaraan itu.
"Aku akan mengamat-amati dari semak oleander itu - yang di seberang gerbang."
"Baik," kata Jupe.
Bob berjalan kembali ke arah jalan masuk ke rumah besar, lalu menyembunyikan diri di dalam semak oleander di seberangnya. Ia mengintip, ketika mobil pertama datang.
Madelyn Enderby turun dari kendaraannya, menyeberangi jalan, lalu menghampiri tonggak gerbang. Diraihnya pesawat telepon yang ditaruh di dalam ceruk di tembok. Bob sudah hendak meninggalkan tempat persembunyiannya, ketika mobil Corvette ungu datang. Kendaraan itu dikemudikan oleh Hugo Ariel. Dalam keremangan senja, Bob hampir-hampir tidak melihat Miss Patricia Osborne. Wanita itu menunduk, sambil menyeka mata dengan sapu tangan. Ariel menolongnya ke luar dari mobil. Dari arah pintu gerbang terdengar bunyi mendengung pelan. Ariel dan Miss Osborne masuk, seiring dengan Madelyn Enderby.
Beberapa menit kemudian, sebuah Cadillac biru muda muncul, lalu berhenti di dekat gerbang. Bob melihat seorang laki-laki kurus dan berambut coklat turun lalu menghampiri pesawat telepon di tembok. Dengan gerakan menyelinap, Bob menyeberang jalan. Dihampirinya orang itu, yang sedang mendengar sesuatu yang diucapkan lewat sambungan telepon. Orang itu kemudian mengatakan, "Saya akan turun ke Lingkar Bawah." Ia mengembalikan gagang telepon ke tempatnya di dalam tembok, lalu memutar tubuh. Saat itu Bob menyapanya.
"Selamat malam," kata Bob. Saya mencari alamat Torrente Circle, nomor 1483."
"Ini bukan Torrente Circle, tapi Torrente Canyon Drive. Kau keliru jalan," jawab orang kurus itu
Alat pembuka pintu gerbang mendengung lagi. Laki-laki itu melewati Bob, membuka pintu gerbang, lalu melangkah masuk.
Bob kembali ke mobil Ford.
"Saya akan turun ke Lingkar Bawah," katanya. Orang yang menerima telepon mengatakan, Malam gelap', dan jawabannya, 'Saya akan turun ke Lingkar Bawah'.
"Itu sandi mereka!"' Allie meloncat ke luar.
Jupiter meminta pada Worthington agar tetap waspada selama mereka pergi.
Saya akan menunggu kalian di sini," kata sopir itu berjanji.
Jupiter, Bob, dan Pete menyusul Allie, yang mendului berjalan menuju gerbang. Jupiter mengambil gagang telepon dari tempatnya, lalu mendekatkannya ke telinga.
"Malam gelap," kata seseorang bersuara berat dan parau.
"Saya akan turun ke Lingkar Bawah," jawab Jupiter. Ia memberat-beratkan suaranya.
"Pembicaraan terhenti sampai di situ. Jupiter meletakkan gagang pesawat ke tempatnya kembali. Sesaat kemudian terdengar bunyi mendengung. Pete memutar tangkai pegangan sambil mendorong pintu. Pintu gerbang yang besar itu terdorong dengan mudah ke dalam. Keempat remaja itu menyusup masuk. Pintu gerbang menutup kembali di belakang mereka. Bob mencoba menggerakkan tangkai pegangan pintu. Sedikit pun tidak bergerak.
"Di sebelah kanan gerbang ada tombol, letaknya tersembunyi di tengah tanaman merambat," kata Pete. Malam itu, ketika aku jatuh dari atas tembok, orang yang menyergapku menggunakannya untuk membuka pintu, sebelum aku didepaknya ke luar."
Bob mengintip ke tembok yang ditutupi tanaman merambat.
"Ya, kelihatan," katanya. Nampaknya seperti sakelar pemutus hubungan listrik."
"Jangan sentuh," kata Jupiter memperingatkan. "Jangan-jangan bisa membunyikan salah satu tanda alarm. Pokoknya kita sudah tahu tempatnya untuk kita pergunakan nanti, jika terpaksa cepat-cepat pergi meninggalkan tempat ini.
"Sekarang ke rumah itu. kata Allie.
"Tidak. sekarang kita menunggu," kata Jupiter. "Jika pertemuan persekutuan ini serupa dengan yang sudah kita lihat waktu itu, maka mestinya masih ada yang akan datang"
"Dugaannya ternyata tepat. Dari salah satu sudut gelap di "alam pekarangan itu, anak-anak m
elihat pintu gerbang berulang kali terbuka lagi, memasukkan tamu-tamu selanjutnya. Dalam waktu lima belas menit ada delapan orang lagi yang masuk, lalu berjalan kaki menuju rumah besar yang terletak agak jauh ke belakang.
"Delapan orang lagi, di samping Madelyn Enderby, Miss Osborne, Ariel, serta orang yang tadi kudatangi setelah ia menelepon," kata Bob. "Jadi semuanya dua belas orang - sama seperti waktu itu. Aku ingin tahu, apakah benar memang cuma mereka saja."
Ternyata memang begitu. Anak-anak akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat persembunyian mereka, setelah menunggu selama sepuluh menit lagi. Selama itu tidak ada lagi yang datang.
"Kita harus hati-hati sekarang," kata Pete. Aku tidak kepingin berjumpa lagi dengan orang yang menjaga tempat ini."
Keempat remaja itu maju dengan gerakan menyelinap. Langkah mereka tak terdengar, karena mereka berjalan di atas rumput. Ketika sudah cukup dekat menghampiri rumah, mereka melihat seberkas cahaya terang menembus ke luar lewat celah di antara gorden yang menutupi sebuah jendela yang tinggi. Mereka menjauhi tempat itu, lalu berjalan memutar ke sisi belakang bangunan itu.
""Itu ada pintu," kata Jupiter dengan suara lirih. Ia merayap maju dalam gelap, sambil berjaga-jaga jangan sampai kakinya tersandung jenjang yang tidak nampak. Ia meraba-raba mencari tombol pegangan pintu. Benda itu ditemukannya. Tapi pintu itu terkunci. Allie melangkah mundur, lalu memperhatikan keadaan sisi belakang bangunan.
"Di atas ada jendela. bisiknya. Jika di sini ada yang terbuka, pasti cuma jendela itu saja. Letaknya begitu tinggi, sehingga kemungkinannya mereka tidak mau repot-repot menutupnya."
"Mungkin itu jendela sepen atau gudang penyimpanan," kata Jupe menduga. Dipandangnya jendela itu dengan sikap sangsi. Kecil sekali kelihatannya.
"Tapi aku bisa menyusup masuk lewat situ, kata Allie cepat -cepat.
"Tidak bisa," bantah Bob. Badanmu kurang kurus.
"Badanmu kecil, Bob," kata Jupiter. Tapi hati-hati, ya!"
"Jangan khawatir," kata Bob.
Pete merapatkan diri ke tembok. Setelah itu Bob naik ke atas bahunya.
"Bagaimana" Terbuka"" tanya Allie.
Jupiter mendesis, menyuruhnya diam. Terdengar bunyi kayu tergeser pada kayu Bob mendengus, menarik tubuh ke atas, lalu menghilang ke dalam rumah lewat lubang jendela yang sudah berhasil dibuka. Sesudah menunggu selama semenit - yang rasanya seperti seabad - terdengar kunci pintu belakang terputar dengan pelan. Pintu terbuka.
"Yuk," kata Bob berbisik. Mereka semua ada di depan.
Keempat remaja itu menyelinap masuk lewat sebuah ruangan yang nampaknya merupakan dapur. Mereka bisa melihat jalan, dituntun sinar samar dari bagian depan rumah. Mereka berhenti di ambang pintu dapur. Di depan mereka nampak sebuah ruangan yang luas. Di sisi kiri ada tangga lebar menuju ke atas. Sedang di sisi kanan, di seberang tangga, nampak sebuah ambang berbentuk lengkungan. Sinar yang memancar keluar datang dari balik ambang itu.
Jupe masuk lagi ke dapur. Lewat jendela yang tak bertirai, nampak sinar bulan remang-remang di balik pucuk pepohonan. Jupiter melihat bentuk samar sebuah tungku. Terdengar bunyi air menetes dari salah satu keran. Ia juga melihat sebuah pintu lain di ruangan itu. Nampaknya hanya berupa lubang gelap dan menganga di dinding, di sebelah kiri pintu pertama.
Jupe menepuk bahu Bob, lalu menuding. Bob mengangguk. Jupiter memegang lengan Allie, lalu membimbingnya lewat ambang pintu kedua, masuk ke tempat yang gelap. Pete dan Bob menyusul.
Mereka terpaksa berjalan sambil meraba-raba. Mereka maju bersingsut-ingsut. Langkah mereka terhalang berbagai benda. Pete menjamah salah satu di antaranya. Ia merasakan sesuatu yang lunak, seperti beledu Ternyata ia menjamah sebuah sofa.
Akhirnya nampak jalur cahaya tipis di depan. Nampaknya itu celah antara lantai dan sebuah pintu. Jupe melepaskan lengan Allie yang selama itu dipegangnya. Dengan hati-hati sekali ia maju dua langkah ke depan. Tangannya digeserkan pada daun pintu, sampai teraba olehnya sebuah tombol. Tombol itu bisa diputarnya, tanpa berbunyi sama sekali. Jupe menarik tombol itu. Pintu
terbuka sedikit. Di depannya nampak ruang tengah yang luas, serta ambang melengkung yang terang di seberang.
"Persekutuan sudah lengkap." Suara yang sudah dikenal itu terdengar dari seberang ruangan. Hugo Ariel berbicara.
Pintu dibuka agak lebar lagi oleh Jupiter. Teman-teman berkerumun di belakangnya. Mereka menatap ke sebuah kamar, di mana nampak menyala lilin-lilin tinggi berwarna hitam, terpasang pada kandil-kandil dari perak. Di tengah kamar ada meja bundar berukuran besar, ditutupi kain hitam. Dua belas orang mengelilingi meja itu, masing-masing berdiri di belakang sebuah kursi. Hugo Ariel nampaknya mengepalai kumpulan itu. Ia berdiri menghadap ke ruang tengah. Di depannya ada kursi yang lebih pantas disebut singgasana. Ukiran kobra disepuh emas melilit pada kedua lengan tempat duduk itu, merayap naik lewat sisi punggungnya. Pat Osborne berdiri di samping kursi yang mirip singgasana itu. Wajahnya kuyu.
Kumpulan manusia itu menunggu tanpa bergerak, di dalam kamar yang memberikan kesan penuh gerak. Jupiter melihat bahwa persekutuan itu dikelilingi kegelapan yang bergerak-gerak. Gorden berwarna hitam menutupi seluruh dinding dan jendela-jendela. Selubung itu bergerak-gerak, setiap kali ada angin berhembus sedikit Ariel bergerak sedikit di belakang singgasana.
"Persekutuan sudah berkumpul." katanya sekali lagi.
Anak-anak mendengar bunyi langkah di tangga. Sesosok tubuh muncul di antara mereka dan kamar yang diterangi cahaya lilin. Seseorang yang mengenakan jubah panjang hitam berhenti sebentar di ambang ruangan, lalu masuk ke dalam kamar. Ia menuju ke sisi ujung meja, tempat terdapatnya kursi yang merupakan singgasana. Ia duduk di situ. Untuk pertama kali keempat remaja yang mengintai dapat melihat wajahnya dengan jelas. Jupe mendengar napas Pete tersentak
Jika Hugo Ariel sudah pucat mukanya, orang ini masih lebih pucat lagi. Mukanya begitu lesi, sehingga nampak seolah-olah bersinar - mengambang di atas kehitaman pakaian yang dikenakannya. Orang yang baru datang itu pakaiannya serba hitam. Bahkan rambutnya pun tertutup tudung hitam yang rapat.
Orang itu menyelubungi tubuhnya dengan mantel hitamnya. Ketika melakukannya, anak-anak melihat bahwa tangannya juga putih sekali. Orang itu membungkukkan kepalanya sedikit. Orang-orang yang berkumpul duduk di tempat masing-masing.
Orang yang duduk di singgasana bertepuk dua kali berturut-turut. Hugo Ariel meluncur pergi, lalu kembali membawa baki. Di atas baki terdapat sebuah mangkuk dari perak, yang disodorkan oleh Ariel pada orang yang duduk di singgasana.
"Belial bermurah hati pada semua yang hadir di sini!" kata orang itu. Diterimanya mangkuk yang disodorkan, lalu mencecahkannya ke bibir.
"Molokh - dengarkan kami!" Kata-kata itu diucapkan hadirin dengan serempak.
Orang yang berjubah hitam menyodorkan mangkuk pada Pat Osborne. Bibi Pat menerimanya dengan wajah seperti sudah hampir menangis.
"Belial bermurah hati pada seluruh hadirin," katanya. Suaranya gemetar ketika mengucapkannya. Ia minum seteguk, lalu meneruskan mangkuk pada anggota persekutuan yang ada di sebelahnya, sementara hadirin mengucapkan kata-kata yang ditujukan pada Molokh.
Berulang kali terdengar ucapan meminta kemurahan hati Belial. Berulang kali kelompok itu berseru pada Molokh, agar mau mendengar mereka. Akhirnya mangkuk perak diserahkan kembali pada orang yang duduk di singgasana ular. Dan ia mengembalikannya pada Ariel.
Kemudian Ariel mengambil sebuah anglo berkaki empat Tempat pembakaran itu diletakkannya di atas meja. di depan orang berjubah. Orang itu berdiri, lalu menaungkan kedua tangannya di atas arang yang membara.
"Asmodeus, Abaddon, dan Eblis, perhatikanlah seruan kami!" seru orang itu.
Kini Ariel menyodorkan semacam piring yang juga terbuat dari perak. Laki-laki yang berpakaian serba hitam mencelupkan jari-jarinya ke dalam piring itu. lalu mencipratkan isinya ke atas api di anglo. Seketika itu juga nampak asap membubung. Bau harum menusuk hidung menyebar, tercium oleh keempat remaja yang mengintip dari seberang ruang tengah.
"Belial - dengarkan kami!" kata laki-laki yang berjuba
h, dengan nada memohon. Kirimkanlah kekuatan kobra untuk menjaga kami. Tampakkanlah dirimu. Biarlah kami mendengar suaramu!"
Kemudian orang itu diam. Semuanya diam.
Dalam kesunyian yang mencekam itu. Allie serta ketiga remaja yang ada bersamanya mulai mendengar bunyi yang menakutkan. Suara nyanyian seseorang. Atau sesuatu!
Allie bergerak. seolah-olah hendak lari. Dengan cepat Jupiter memegang lengan gadis itu, agar jangan bergerak.


Trio Detektif 17 Misteri Nyanyian Kobra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bunyi yang mulai terdengar, kini bertambah nyaring. Suara tanpa kata itu meninggi, semakin meninggi, sampai seakan menusuk tulang, menyebabkan bulu tengkuk meremang.
Laki-laki yang berjubah kembali mencecahkan jari-jarinya ke dalam piring. Kembali dicipratkannya sesuatu ke dalam api anglo. Dalam kepulan asap yang menjulang, nampak sesuatu bergerak-gerak!
Napas Bob tersentak. "Belial bermurah hati pada kita!" ujar laki-laki yang berjubah. Kobra yang tak pernah mati hadir di tengah kita!"
Keempat remaja yang mengintai gemetar, ketika melihat wujud yang menggeliat-geliat di tengah asap yang mengepul. Wujud itu seekor kobra besar. Sosok biru hijau kemilau, dengan tudung mengembang, serta mata berkilat-kilat merah.
Sementara itu suara nyanyian terdengar terus. Suara itu kini sudah menjelma menjadi lengkingan berdenyut dan menyeramkan. Jupiter tidak tahan lagi mendengarnya. Tapi untunglah - akhirnya suara itu surut kembali, lenyap dengan perlahan-lahan. Asap menipis. Ular yang menakutkan mulai kabur wujudnya, lalu menghilang. Nyanyian terhenti. Adegan menyeramkan itu lenyap kembali
Laki-laki yang berjubah duduk di singgasana.
"Keuntungan salah seorang anggota persekutuan, merupakan keuntungan bagi semuanya," katanya. Marilah kita semua berpegangan tangan sekarang!"
Mata Pat Osborne menatap nanar ke depan. Tapi ia meletakkan tangannya ke atas meja. Laki-laki berjubah hitam memegang tangan wanita itu.
Jupiter menyikut Pete. Terdengar bunyi langkah menyelinap, menuruni tangga. Pandangan ke arah "bilik tempat pertemuan persekutuan terhalang oleh sosok tubuh gelap yang muncul saat itu.
Anak-anak mengenali tubuh kekar laki-laki yang menyergap Pete, ketika ia jatuh dari atas tembok pagar. Laki-laki itu berdiri di ruang tengah. Ia memandang ke arah kamar, tempat orang berjubah hitam sedang memimpin upacara di tengah kumpulan persekutuan. Sesaat kemudian laki-laki kekar itu masuk ke situ. Ia menghampiri laki-laki yang berjubah, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.
"Mustahil!" kata laki-laki yang berjubah. Kita semua ada di sini!"
"Tapi mestinya ada tiga belas orang," kata yang berbisik tadi. Miss Enderby, Mr. Ariel, dan Miss Osborne datang bersama-sama. Selebihnya masuk sendiri-sendiri. Tapi saya sebelas kali membukakan pintu gerbang. Jadi mestinya ada tiga belas orang di sini!"
Laki-laki yang berjubah berdiri.
"Nampaknya di tempat ini ada tamu tak diundang." katanya pada para pengikutnya. Pertemuan selesai. Kalian akan kupanggil lagi, jika sudah tiba waktunya."
Para pengintai mundur dari pintu yang terbuka secelah. Jupiter menutupnya kembali dengan pelan-pelan.
"Mereka tahu bahwa kita ada di sini," bisik Pete.
Dari arah kamar tempat upacara terdengar bunyi kursi-kursi digeserkan, berbaur dengan suara orang bercakap-cakap.
""Orang yang bertugas membukakan pintu gerbang ternyata bisa menghitung," kata Jupiter lirih.
"Kita harus lekas-lekas pergi," desak Bob. "Sebentar lagi tempat ini pasti akan digeledah."
"Kalian saja yang pergi," kata Jupiter Jones.
"Jangan bercanda!"
"Aku tidak ikut." Suara Jupiter sangat lirih di tengah keramaian para anggota persekutuan yang bubar, sampai teman-temannya nyaris tidak menangkap kata-katanya. Kalian ke luar lewat jalan kita masuk tadi. Lewat belakang! Kalian harus mengalihkan perhatian. Panjat tembok pagar. Sengajakan agar tanda bahaya berbunyi. Kalian harus menyebabkan mereka mengira kita semua sudah lari Setelah itu kalian ke mobil. Katakan pada Worthington, agar nanti menungguku di sudut persimpangan antara Sunset dan Torrente. Selekas mungkin aku akan ke situ."
"Oke, Jupe - tapi hati-hati. kata Bob.
"Tentu saja. kata Jupiter berjanji.
Jupiter mendengar teman-temannya menyelinap kembali ke dapur. Kemudian terdengar bunyi pintu dapur terbuka, lalu ditutup kembali dengan keras, disusul suara teriakan ribut di luar rumah. Allie berteriak. Jupiter mendengar bunyi bising yang berasal dari bel tanda bahaya.
Lampu-lampu sorot menyilaukan bergerak kian kemari di dalam pekarangan. Dari arah jalan terdengar bunyi mesin mobil-mobil dihidupkan.
"Jupiter masih menunggu. Tidak lama kemudian keadaan menjadi sunyi. Kesunyian rumah kosong. Jupiter membuka pintu, memandang berkeliling ke dalam ruang tengah, lalu bergegas menyeberanginya. Ia masuk ke kamar tempat upacara. Sesampai di situ, ia bersembunyi di balik tirai hitam. Beberapa saat kemudian terdengar langkah orang berjalan di luar. Para penghuni rumah di Torrente Canyon itu masuk ke ruang tengah, lalu menutup pintu.
"Cuma, anak-anak saja," kata seorang dari mereka. Anak-anak yang ingin tahu."
Mereka memang gesit, Max.," kata seorang lagi. Dari suaranya, Jupiter menduga bahwa ialah yang ""di duduk di kursi yang menyerupai singgasana. Cepat sekali gerakan mereka, sewaktu memanjat tembok, lalu meloncat ke seberang."
Jupiter tersenyum di tempat persembunyiannya yang gelap. Jadi Bob, Pete, dan Allie, ternyata berhasil lolos. Dan kini ia akan berusaha sebanyak mungkin mengetahui kenyataan di balik peristiwa misterius itu!
Bab 15 PERTOLONGAN YANG TAK TERDUGA
"JUPITER menemukan sobekan kecil di tengah tirai hitam yang menutupi dinding kamar upacara itu. Ia berdiri tanpa bergerak. agar kehadirannya di situ tidak diketahui orang-orang yang ada di dalam kamar. Tapi jari-jarinya sibuk melebarkan sobekan kecil tadi. Tidak lama kemudian ia sudah bisa mengintip lewat lubang yang dibuatnya itu. Ia memandang ke dalam kamar. Dilihatnya laki-laki yang bernama Max menekan sebuah sakelar yang ada di dekat pintu, menyalakan lampu yang terpasang di langit-langit kamar.
Jupiter hampir merasa kecewa. Ketika hanya diterangi sinar lilin yang berkelip-kelip, kamar upacara itu terasa mengandung daya tarik menakutkan. Kini kesan itu lenyap. Jupiter melihat bahwa kain hitam yang menutup meja upacara ternyata kumal, begitu pula tirai penyelubung ruangan terbuat dari bahan murahan yang kedodoran. Kandil-kandil perak tempat lilin sudah penyok-penyok dan kusam.
Kamar yang lusuh itu sesuai dengan penampilan kedua laki-laki yang berada di dalamnya. Laki-laki dengan rambut beruban - yang waktu itu "mengusir Pete ke luar - menghampiri lilin-lilin yang masih menyala, dan memadamkannya satu demi satu. Kulit mukanya menampakkan kerutan dalam, memanjang dari bawah mata sampai ke sudut-sudut bibir. Tubuhnya sudah mengarah ke gemuk. Daging dagunya menggelambir, menyentuh tepi atas kemejanya yang berwarna gelap.
Orang yang satu lagi duduk dengan sikap seenaknya di singgasana. Tangannya mengelus-elus ukiran kobra yang melilit pada salah satu lengan tempat duduk itu. Singgasana itu didorongnya agak ke belakang, rupanya supaya ia dapat dengan santai meletakkan kaki ke atas meja. Diterangi sinar lampu terang yang memancar dari atas. Jupiter melihat bahwa kelesian wajahnya tidak asli. Suatu bahan seperti kapur berwarna kehijauan nampak mengering dalam lipatan-lipatan di sekitar mulut serta di samping hidungnya.
"Perlengkapan telepon di tembok luar, ternyata tak ada gunanya sama sekali," kata laki-laki yang duduk bersandar di singgasana.
Laki-laki yang bernama Max memadamkan nyala lilin terakhir lalu duduk dengan sikap lesu. Aku bisa saja berdiri di pintu gerbang, dan mengecek semua yang masuk," katanya, "tapi itu pun kurasa takkan banyak gunanya. Anak-anak tidak mungkin bisa ditahan. Dengan cara bagaimanapun, mereka pasti berhasil menyusup masuk. Dan mereka pasti mengoceh. Sudah cukup banyak uang yang kita keruk di sini. Kenapa kita tidak gulung tikar saja, lalu pergi ke tempat lain" "Kau nanti bisa asyik lagi. menjadi Dr. Shaitan di San Francisco, atau San Diego atau bisa juga Chicago. Sebaiknya kita lekas-lekas pergi saja dari sini, sebelum terlambat.
"Tapi hasil kita selama ini belum apa-apa. Max," kata laki-laki yang disapa dengan sebuta
n Dr. Shaitan. T angannya bergerak ke atas, menarik tudung yang menyelubungi kepalanya. Jupiter yang mengintip, nyaris tertawa ketika melihat bahwa rambut pemimpin persekutuan ilmu hitam itu berwarna merah nyala. Sesaat kemudian tudung kepala itu sudah terlepas, lalu dicampakkan dengan begitu saja. Laki-laki itu mengambil sapu tangan kertas yang sudah kumal dari kantungnya, lalu mengusap-usap muka dengannya. Bubuk berwarna kehijauan itu terlepas, menampakkan jalur-jalur kulit berwarna putih kemerahan.
"Haruskah kau melakukannya di sini"" kata Max dengan nada memprotes. Bedakmu itu bertebaran ke mana-mana."
"Aku harus berpikir sebentar. Dr. Shaitan menggulung-gulung sapu tangan kertas yang sudah kotor itu dengan kedua belah tangannya.
"Cukup lama waktu yang kita perlukan untuk mengumpulkan kelompok manusia-manusia dungu ini. Madelyn Enderby langsung menyerah begitu pemilik tempat tinggalnya pergi ke Dubuque, sedang Si Tua Robertson menyerahkan sumbangan dalam jumlah yang sedap ketika pengaruh kobra yang menyanyi dikerahkan untuk mencegah kontraktor bangunan itu mendirikan bangunan bertingkat tinggi di samping rumahnya. Pat Osborne masih belum membayar. Tapi ia pasti akan melakukannya, dan yang diserahkannya pasti akan sangat mengasyikkan. Hugo Ariel akan menangani urusan itu."
Tapi jangan-jangan nanti terlalu sedap, sampai kita tak mampu menanganinya," kata Max.
" Apa saja, pasti bisa kita tangani," kata Shaitan. Yang penting, kita tahu harus dilemparkan ke mana. Ia tersenyum. Cara Ellis membereskan Compton itu sangat baik. Tidak ada yang merasa curiga. Kau tadi melihat bagaimana sikap Pat Osborne""
Ketakutan," kata Max
"Sangat ketakutan," kata Shaitan dengan nada puas. Dan ia masih akan lebih ketakutan lagi, jika tidak mau menyerahkan upetinya. Sedang Noxworth - orang itu tidak gampang ditakut-takuti. Tapi ia juga tidak terlalu peduli dengan perasaan bersalah, dan hartanya benar-benar banyak. Dalam hal dirinya, kita takkan berurusan dengan barang panas. Kita akan menerima uang tunai! Jika kita sudah berhasil membuat saingannya ambruk, ia pasti akan membuktikan rasa terima kasihnya dengan cara yang sepadan. Untuk itu. ada gunanya kita masih bertahan agak lama di sini.
Max mendengus. "Aku benar-benar bingung - tentang apa saja yang diributkan manusia-manusia sinting itu," katanya. Perempuan Osborne itu misalnya! Ia menginginkan bola kristal yang dulu kepunyaan seorang bintang film. Noxworth tidak mau toko saingan yang di seberang jalan menarik lebih banyak pembeli, dibandingkan dengan tokonya sendiri yang brengsek itu. Padahal uangnya begitu berlimpah, sampai belum sempat dihitung olehnya. Kenapa ia masih harus ribut-ribut""
"Soalnya bukan uang semata-mata, tapi kekuasaan," kata Shaitan. Mereka itu ingin merasa mempunyai kekuasaan. Jadi kita timbulkan keyakinan itu."
"Bagaimana rencanamu untuk meyakinkan Noxworth"" tanya Max. Apakah saingannya juga akan mengalami kecelakaan di jalan raya""
Laki-laki yang nampaknya menikmati peranan selaku Dr. Shaitan itu mengerucutkan jari-jari kedua tangannya, yang kemudian ditatap sambil tepekur.
"Kau tidak punya fantasi, Max," katanya. Tidak! Kobra yang menyanyi akan beraksi dengan cara lain untuk Noxworth. Risikonya agak lebih besar - tapi ada kemungkinan bisa berhasil. Dan kalaupun tidak berhasil, Noxworth masih tetap akan tidak bisa membebaskan diri dari libatan - karena ia sendiri yang akan kita suruh menyerahkan kobra. Dan akan kita atur sedemikian rupa, sehingga ia menyaksikan hasilnya. Noxworth pasti akan takluk - sama seperti yang pasti akan terjadi dengan Pat Osborne.
Dr. Shaitan menguap. ""Aku capek," katanya. Aku tidur saja sekarang.
Ia berdiri dari singgasana, lalu menuju ke pintu.
"Jubahmu ketinggalan, kata Max.
"Biar saja sampai besok pagi.
Jupiter mendengar langkah orang itu menaiki tangga.
"Brengsek!" sergah Max dengan kesal. Didorongnya kursi yang didudukinya agak ke belakang, lalu melangkah ke pintu. Tangannya menyentuh sakelar, dan seketika itu juga bagian tingkat bawah dari rumah di T orrente Canyon itu diselubungi kegelapan. Jupiter
mendengar Max menaiki tangga ke atas, menyusul pemimpin persekutuan Lingkar Bawah. Sesaat kemudian terdengar pintu ditutup dengan keras di tingkat atas. Air mengalir di dalam pipa-pipa saluran di belakang rumah.
Jupiter keluar dari balik tirai hitam tempatnya bersembunyi selama itu. Ia berjingkat-jingkat ke luar darii kamar upacara, masuk ke ruang tengah. Dari situ ia menyelinap ke arah belakang rumah. Ia merasa lega, karena baik Dr. Shaitan maupun asistennya ternyata bersikap sembrono. Pintu dapur tidak mereka kunci, ketika tadi masuk lagi ke dalam rumah. Jupiter menyelinap ke luar tanpa menimbulkan bunyi sama sekali, lalu menuju ke pintu gerbang. Ia menoleh sebentar. Dilihatnya sinar lampu di balik beberapa jendela di tingkat atas. Bayangan seseorang nampak jelas pada tirai jendela yang diturunkan. Jupiter nyengir. Dr. Shaitan sedang mendongak. Rupanya sedang berkumur.
"Jupiter ingin sekali bisa memotret pemimpin persekutuan pemuja setan itu ketika sedang bersiap-siap akan masuk ke tempat tidur Tapi ia juga tahu, bahwa itu tidak mungkin! Kemudian ia tiba di sisi tembok sebelah dalam. Dibantu sinar bulan, ia mencari-cari sakelar yang tersembunyi di tengah tumbuhan merambat. Sakelar pembuka kunci pintu gerbang. Tangannya menyentuh benda yang dicari. Sambil menahan napas, jari Jupiter menjentikkan sakelar itu. Tanda bahaya tidak berbunyi. Lampu-lampu sorot tidak memancar Dari arah rumah terdengar bunyi samar. Mungkin itu sesuatu yang diaktifkan oleh gerakan sakelar yang dijentikkan. Tapi Jupiter tidak punya waktu untuk memikirkannya. Ia melangkah ke arah gerbang. Diputarnya tangkai pegangan pintu, lalu ditarik. Pintu gerbang terbuka.
Tanpa terduga, lampu-lampu sorot menyala serempak.
"He! He, kau! Jangan lari!"
Jupiter tidak berpaling. Dan memang tidak perlu, karena ia langsung mengenali suara orang yang berseru. Itu pasti Max, laki-laki bertubuh kekar itu. Jupiter lari.
"Jangan lari, kataku!" seru Max.
Saat itu ada sesuatu menubruk Jupiter - sesuatu yang besar. Jupiter terjatuh, berguling-guling di jalan. Dan ada seseorang ikut berguling-guling bersamanya.
"Jangan berdiri, Goblok'" desis orang itu dekat telinga Jupiter.
"Detik itu juga terdengar bunyi menggelegar. Mimis mendesing lewat di atas kepala berhamburan ke dalam semak oleander di seberang jalan.
"Jangan bergerak," kata orang yang menahan tubuh Jupiter agar jangan berdiri.
Pendekar Bijaksana 1 Pendekar Cambuk Naga 12 Seruling Kematian Tragedi Tiga Babak 2
^