Pencarian

Reuni Berandal Cilik 2

Trio Detektif 40 Misteri Reuni Berandal Cilik Bagian 2


"Ia ingat namaku," kata sutradara itu dengan ramah. "Aku tidak menyangka ia ingat namaku. Waktu studio ini merencanakan membuat film berdasarkan novelnya, Warisan Terkutuk, aku amat ingin menyutradarainya. Tapi kemudian..." Ia mengangkat bahunya dengan sedih, "studio memberikan kesemp
atan itu pada seorang sutradara muda." Ia tersenyum lagi. "Itu beberapa tahun yang lalu, tapi ia ingat siapa aku. Hector Sebastian ingat padaku."
"Tapi apa yang dia katakan tentang kami"" tanya Pete.
"Oh." Luther Lomax menggoyang-goyangkan kepalanya seakan-akan ingin membawa dirinya kembali ke masa kini. "Oh, ya. Itu beres. Ia bilang tidak mungkin kalian mencuri. Jadi kalian boleh pulang sekarang. Aku akan mengembalikan piala-piala ini pada bagian publikasi."
Jupe mengucapkan terima kasih karena ia mau menelepon Hector Sebastian.
"Ah, tidak usah kauucapkan itu padaku," ujar Luther Lomax. "Aku senang bisa bercakap-cakap dengan Hector Sebastian. Tidak banyak orang yang ingat pada orang lain zaman sekarang ini. Tapi ia ingat segalanya tentang aku, bahkan semua film yang pernah aku sutradarai."
Jupe memberi kode pada Pete dan Bob. Mereka bertiga berjalan melintasi panggung suara menuju pintu keluar, sementara sutradara itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Bagaimana pendapatmu, Jupe"" tanya Pete ketika mereka melangkah ke luar.
Penyelidik Satu tidak segera menjawab. Wajahnya yang bundar tampak serius memikirkan sesuatu.
"Siapa pelakunya menurutmu"" Bob menambahkan. "Siapa yang mencuri piala-piala perak itu""
"Lampu sorot itu," kata Jupe. "Pencuri itu harus yakin bahwa lampu itu tidak akan digunakan." Ia berhenti. Kedua temannya berhenti di sampingnya, di bawah bayang-bayang gedung panggung suara. "Mungkin, itu sebabnya ia menunggu sampai kamera itu bergerak...." Dahinya berkerut. "Tapi aku tidak yakin."
"Bonehead"" tebak Pete. "Atau mungkin Footsie""
"Aku tidak yakin," ulang Jupiter. "Ada beberapa teka-teki yang membingungkan dalam peristiwa ini." "Apa itu"" Bob ingin tahu.
"Untuk satu hal...," kata penyelidik pertama Trio Detektif sambil menunjuk jempolnya dengan telunjuk tangan yang satunya, "teka-teki pertama: sopir kita, Gordon Harker."
"Apa"" seru Pete terkejut. "Apa urusan dia dengan kasus ini" Dia kan hanya bertugas mengemudi."
"Ingatannya," Jupe menjelaskan. "Penjaga gerbang pagi tadi mengenalinya, jadi Harker tentunya sering berkunjung ke studio. Tapi dia tidak ingat di mana letak Panggung Sembilan. Ingat" Dia tadi bertanya pada dua orang prajurit Romawi."
Jupiter berjalan lagi ke arah mobil Limousine yang diparkir di ujung jalan.
"Kecuali kalau Harker cuma berpura-pura," katanya. "Mungkin dia tahu tentang hadiah yang akan diberikan pada kita pada acara tatap muka itu. Dan ia ingin mengelabui kita dengan berpura-pura tidak tahu di mana letak Panggung Sembilan."
"Maksudmu, dialah pencurinya"" tanya Bob.
Jupe berpikir sejenak. "Aku tidak menuduh siapa-siapa," jawabnya berhati-hati. "Tetapi aku sempat melihat Gordon Harker berjalan ke belakang dekorasi dapur itu... hanya beberapa saat sebelum acara tatap muka dimulai!"
Bab 6 STRATEGI TRIO DETEKTIF BEGITU selesai menyantap sarapan esok paginya dan menolong Bibi Mathilda mencuci piring, Jupiter Jones pergi ke bengkelnya di pangkalan barang bekas. Ia harus berada di studio televisi pukul dua siang nanti, untuk mengikuti acara quiz yang pertama.
Setahunya, dalam kebanyakan acara quiz, para peserta diperbolehkan memilih sendiri subjek yang disukainya. Ada banyak pilihan: sejarah, olahraga, tokoh-tokoh ternama, dan sebagainya. Jupe membayangkan, tiap anggota Berandal Cilik diperbolehkan memilih salah satu dari subjek-subjek itu. Kemudian mereka harus menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan subjek yang mereka pilih sendiri.
Jupe sudah bersiap-siap memilih subjek yang disukainya dalam acara "Quiz Berandal Cilik" ini. Sebenarnya tidak ada masalah bagi Jupe dalam memilih subjek yang dikuasainya, karena begitu banyak hal yang diketahuinya dengan baik. Namun kalau dia diberi kesempatan untuk memilih sendiri, dia akan memilih sains, subjek favoritnya di sekolah.
Peggy mencoba bertanya pada Milton Glass tentang hal itu, pada saat makan siang kemarin, tetapi ketua Biro Publikasi itu mengelak. Ia menolak untuk menjawab, bahkan menolak untuk menceritakan hal yang sekecil apa pun tentang bagaimana acara quiz itu nantinya.
"Tunggu saja," katanya kemarin. "Pokoknya past
i kejutan bagi kalian."
Peralatan kamera tua yang sudah rusak berserakan di meja kerjanya. Peralatan itu dibeli Paman Titus pada suatu hari. Jupe memilih sebuah lensa yang masih baik. Ia menggabungkan lensa itu dengan body kamera yang lain. Dibuatnya sebuah kamera "penyelidik" rahasia-yang dapat disembunyikan di balik kerah jaketnya dan dapat mengambil gambar lewat lubang kancing. Tangannya yang cekatan merakit komponen-komponen tua itu menjadi sebuah alat potret yang istimewa.
Baru beberapa menit bekerja, tiba-tiba perhatiannya teralih. Lampu merah berkedip-kedip di meja kerjanya. Itu berarti telepon berdering di kantor Trio Detektif.
Beberapa meter darinya, sebuah kisi-kisi besi tersandar pada tumpukan barang rongsokan. Dengan cepat Jupe menggeser kisi-kisi itu. Di baliknya terdapat mulut pipa yang besar. Ini adalah Lorong Dua, salah satu jalan masuk rahasia ke kantor Trio Detektif.
Jupe bergegas menyelinap masuk. Tubuhnya yang gempal merayap dengan susah-payah dalam pipa itu. Di ujung pipa ia mendorong sebuah tingkap dan masuk ke dalam karavan.
Ia segera menyambar gagang telepon. "Di sini Jupiter Jones."
"Di sini Luther Lomax. Kuharap kau tidak keberatan kutelepon."
Aneh, pikir Jupe, bagaimana bisa suara Luther Lomax berubah begitu cepat. Kemarin malam, di panggung suara, ia menuduh Jupe dan kawan-kawannya mencuri piala-piala perak itu. Saat itu suara Lomax bagai suara seorang jenderal yang komandonya tidak dapat dibantah. Beberapa menit setelah itu, ketika ia berbicara tentang Hector Sebastian, suaranya tampak lesu dan tidak bersemangat. Kini suaranya lebih dekat pada yang terakhir.
"Tidak sama sekali," sahut Jupe. "Aku senang mendengar suara Anda, Mr. Lomax. Aku ingin tahu apa Anda sudah berhasil menemukan siapa yang mencuri piala-piala perak itu""
"Belum, belum. Inilah sebabnya mengapa aku ingin bicara dengan kau." Nada suaranya kini kembali tegas. "Namun sulit untuk bicara soal ini lewat telepon. Kau bisa datang ke studio untuk mendiskusikannya di sini""
"Tentu saja," jawab Jupe. "Jam berapa Anda bisa""
"Datanglah jam sebelas. Jam sebelas tepat. Bilang saja pada penerima tamu." Ia diam sesaat. "Apa kedua kawanmu akan ikut""
"Tidak, sepertinya aku harus pergi sendiri," kata Jupiter.
Sayang sekali, pikirnya ketika meletakkan telepon, ia tidak dapat ditemani kedua kawannya. Bob dan Pete pagi ini pergi ke pantai. Mereka mengajak Jupe untuk ikut ke sana, tapi Jupe tidak terlalu berminat untuk bersepeda jauh dan berenang melawan ombak yang besar. Ia ingin beristirahat cukup untuk menghadapi quiz siang nanti.
Ia menelepon Mrs. Andrews, ibunya Bob, dan menyampaikan perubahan rencananya. Ia akan berangkat sebelum pukul sebelas. Kemudian ia akan mengirim Limousine itu kembali ke Rocky Beach untuk menjemput Bob dan Pete, agar mereka dapat tiba di stasiun televisi pada waktunya.
Sewaktu Jupe menelepon Easy-Ride Limos, Gordon Harker sendiri yang menjawab telepon itu. Ia setuju untuk menjemput Jupe di pangkalan, tiga puluh menit lagi.
Jupe berganti pakaian dengan jas hitam, kemeja putih dan dengan sebuah dasi. Tak lama ia menunggu di gerbang. Gordon Harker datang tepat pada waktunya. Tetapi ketika mereka tiba di kantor studio televisi dan Harker membukakan pintu baginya, Jupe dapat melihat ada semacam kebimbangan pada muka Gordon Harker. Seakan-akan sopir itu memikirkan sesuatu. Sesuatu yang ingin ditanyakannya pada Jupe.
Penyelidik Satu menunggu. Ia berdiri saja di tepi jalan.
"Aku belum pernah menonton quiz," kata Harker. "Acara itu boleh ditonton, kan"" "Ya," sahut Jupiter. "Kurasa akan ada beberapa ratus orang menyaksikan acara ini di studio." "Oh, menarik sekali." Sopir itu menggaruk-garuk kepalanya dengan canggung. "Kau punya karcis lebih"" tanyanya.
Kebetulan Jupe punya. Milton Glass memberinya empat buah karcis, kalau-kalau keluarganya ingin menonton. Bibi Mathilda dan Paman Titus dengan sopan menolak. Bob dan Pete memakai dua karcis. Jadi masih ada satu karcis tidak terpakai. Ia menawarkannya pada Gordon Harker.
"Terima kasih." Sopir itu menerimanya dengan sukacita. "Terima kasih banyak. Akan kujemput kedua kawanmu nan
ti, kujamin tidak akan terlambat. Well... selamat bertanding."
Jupe memasuki gedung kantor itu dengan hati bertanya-tanya. Gordon Harker makin lama makin menjadi misteri baginya. Mengapa orang secerdas Gordon Harker ingin menyaksikan acara yang konyol seperti ini" Dan mengapa ia kelihatan sangat malu-malu dalam hal ini" Mungkin ia mengira acara ini adalah acara yang meriah dan penuh kemewahan, pikir Jupe. Kalau ia mengira begitu, maka wajar saja kalau ia sangat berminat untuk menontonnya.
Penerima tamu menyilakan Jupe langsung ke kantor Luther Lomax. TAMU SUTRADARA, begitu tertulis di pintu. Sutradara yang sudah berumur itu tampak senang menerima kedatangan Jupe.
Jupiter duduk sambil menatapnya di seberang meja.
"Waktu aku bicara dengan Hector Sebastian semalam," kata Lomax, "ia memuji-mujimu. Ia tidak hanya menjamin bahwa kau tidak mungkin mencuri, tapi ia juga mengatakan sesuatu yang lain." Ia diam sejenak. "Boleh kupanggil kau Jupiter""
"Orang biasanya memanggilku Jupe," sahut Penyelidik Satu.
"Oke, Jupe," lanjut sutradara itu. "Hector Sebastian juga mengatakan bahwa kau sangat berbakat sebagai detektif. Ia menyebutkan bahwa kau dan kawan-kawanmu telah berhasil memecahkan beberapa kasus yang rumit."
Jupe mengangguk. Penampilannya biasa-biasa saja. Seakan-akan itu bukanlah hal yang luar biasa baginya. Namun sebenarnya Jupe senang sekali karena Hector Sebastian bukan hanya menyelamatkannya kemarin malam, tetapi juga membuka peluang bagi Trio Detektif untuk menyelesaikan kasus ini. Jupe sudah dapat menduga apa yang akan diminta Lomax.
"Jadi setelah berpikir-pikir lagi, Jupe..." Lomax berhenti sebentar. "Karena studio tidak ingin kejadian ini disebarluaskan, dan juga tidak ingin melibatkan polisi..." ia berhenti lagi, "aku memutuskan untuk memberi kesempatan pada kau dan kedua kawanmu untuk menangani kasus ini. Kalau kau dapat menemukan pencurinya, akan kusiapkan hadiah bagimu."
Jupiter mengucapkan terima kasih. "Kasus ini sangat menarik bagi kami. Tanpa diberi hadiah pun kami mau menanganinya," tambahnya.
"Bagus," sahut Lomax sambil menyisir rambut putihnya dengan jari-jarinya. "Dan ini hanya di antara kita saja- jangan katakan pada siapa-siapa, Jupe-aku juga ingin memberi tahu siapa orang yang paling kucurigai sebagai pencurinya."
Jupe diam saja. Ia menunggu sutradara itu berbicara lagi.
"Ketika aku pergi meninggalkan studio tadi malam," kata Lomax, "aku melihat seseorang berlari dari pintu. Orang itu pasti mendengar suara langkahku. Di luar sangat gelap, tapi aku masih dapat melihat sosok seorang pemuda bergegas ke arah gerbang studio."
Jupe menunggu lagi. "Aku tidak dapat melihat mukanya," sutradara itu menjelaskan, "namun caranya berjalan sangat kukenal. Caranya melangkahkan kakinya seperti Charlie Chaplin. Dia adalah anak yang dulu memainkan peran sebagai Footsie." "Apa Anda pikir dia datang untuk mengambil piala-piala yang disembunyikannya"" tanya Jupe. Sutradara itu mengangguk. "Ini jelas, kan" Apa lagi alasannya selain itu"" "Tapi itu belum membuktikan bahwa Footsie pencurinya, kan"" tanya Jupiter.
"Memang tidak, namun itu suatu petunjuk kuat." Ketegasan muncul lagi dalam suara sutradara itu. Ia menegakkan bahunya. "Mungkin aku tidak punya hak untuk melakukan ini. Tapi hari Sabtu ini tidak ada pengambilan gambar di studio, aku tahu studio tidak akan digunakan lagi sampai hari Senin. Jadi waktu kutinggalkan, kukunci gembok pintu luarnya."
Ia mengambil sebuah kunci dari kantongnya. Diletakkannya kunci itu di meja.
"Kecurigaanku ialah Footsie yang menjadi pelaku pencurian itu," ujarnya tegas. "Kurasa ia akan kembali ke panggung suara -sambil berharap pintu tidak digembok-untuk mengambil piala-piala perak yang dikiranya masih ada dalam kotak penyimpan lampu sorot itu."
"Anda mungkin benar," kata Jupe. "Lagi pula, dia tidak tahu bahwa kita sudah menemukan benda-benda itu."
"Dia tidak akan tahu. Biro Publikasi sudah memerintahkan untuk tidak membocorkan hal ini." Sutradara itu menyodorkan kunci pada Jupiter. "Kau pegang ini," katanya. "Awasi Footsie. Mungkin kau dapat menemukan suatu cara untuk menjebaknya. Sekarang ak
u harus pergi, ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan. Terima kasih atas kesediaanmu, Jupe."
Jupe mengambil kunci itu seraya berdiri.
"Jangan lupa awasi Footsie," ulang Luther Lomax ketika Penyelidik Satu keluar dari kantornya.
Sesampainya di luar kantor Jupe segera melihat jam tangannya. Ia mengukur waktu yang ia miliki sebelum quiz dimulai di lantai tujuh belas gedung ini. Masih dua jam lagi. Ia turun dengan lift, kembali ke lobi, dan duduk dengan santai di salah satu sofa di sudut ruangan. Orang-orang lalu-lalang lewat pintu depan. Mereka berhenti di meja penerima tamu, lalu berjalan lagi ke arah lift.
Tiba-tiba Jupe menegakkan badannya. Namun dalam sekejap ia menundukkan kepalanya lagi.
Itu dia! Orang yang harus diawasi Jupiter. Hanya dengan sudut matanya Jupe mengawasi.
Footsie berjalan melewatinya menuju lift. Ia masuk ke dalamnya. Lalu pintu lift tertutup. Jupe segera bangkit. Ia melihat lampu penunjuk lift itu. Pada beberapa lantai lampu itu menyala agak lama, pertanda pada lantai-lantai itu lift berhenti.
Tidak mungkin Jupe dapat mengetahui di lantai mana Footsie keluar. Dan tidak ada gunanya pula kalau pada saat itu Jupe mencoba mengejarnya. Ia kembali ke sofa dan duduk kembali dengan santai.
Satu hal yang diketahui Penyelidik Satu: quiz akan diadakan di lantai tujuh belas dan lift tadi tidak berhenti di lantai itu. Jadi Footsie tidak pergi ke studio rekaman, dan ini berarti ia mungkin masih akan keluar lagi lewat lobi.
Jupiter memutuskan untuk tinggal di sofanya, menunggu kejadian selanjutnya. Perhitungannya tepat. Dalam waktu kurang dari lima menit Footsie sudah muncul lagi, kali ini membawa amplop. Ia melangkah keluar gedung.
Jupiter mengikuti dari belakang, sambil berusaha agar tidak diketahui. Sesampainya di tepi jalan, ia melihat Footsie menarik sepeda motor tua dari tempat parkir. Footsie melompat ke atas sepeda motornya, lalu pergi ke arah studio film di Vine Street.
Jupe melihat ke sekelilingnya. Tidak jauh darinya ada seorang wanita setengah umur keluar dari taksi di depan gedung kantor itu. Jupe menunggu sampai wanita itu selesai membayar ongkos, kemudian ia melompat ke kursi belakang taksi.
"Ke mana"" tanya sopir taksi.
Jupe berpikir cepat. Kalau Footsie hendak pergi ke panggung suara, tidak ada gunanya membuntuti dia ke sana. Lebih baik Jupe mendahuluinya dan bersembunyi sebelum Footsie sampai.
Ia memberikan alamat studio film di Vine Street. Dari suara motor tua Footsie yang menggerung-gerung, Jupe yakin bahwa ia akan sampai lebih dulu dari Footsie.
Sekali lagi perhitungannya tepat. Taksi itu menyusul sepeda motor Footsie dijalan. Studio film masih dua mil lagi.
Diperlihatkannya kartu tanda masuk pada penjaga sesampainya di gerbang studio. Jupe menunjukkan jalan menuju Panggung Sembilan pada sopir taksi. Ia membayar ongkos taksi dan bergegas menuju pintu masuk Panggung Sembilan. Dengan memakai kunci yang diberikan Luther Lomax ia membuka gembok dan melangkah masuk.
Panggung suara yang besar itu gelap-gulita.
Jupe menyesal tidak membawa senternya tadi. Tetapi tidak ada waktu untuk menyesal. Footsie bisa sampai di sini sewaktu-waktu, untuk mengambil piala-piala yang hendak dicurinya.
Dibiarkannya pintu bergembok itu terbuka sedikit untuk memberi penerangan sekadarnya. Jupe mulai melangkah ke arah dekorasi dapur di seberang ruangan itu. Setelah sekitar sepuluh meter melangkah, ia mendengar suara halus di belakangnya. Ia berbalik cepat.
Pintu bergembok itu! Kini tidak terlihat lagi ada cahaya dari sana. Pintu itu ditutup dari luar!
Dalam kegelapan Jupe berusaha berjalan secepat mungkin ke arah pintu tadi. Didorongnya pintu itu kuat-kuat. Lebih kuat lagi. Segala tenaganya dikerahkan untuk mendorong pintu itu.
Pintu tidak bergerak. Ada orang yang telah mengunci gembok dari luar. Jupiter terkunci di dalam! Ia terkurung dalam gedung yang kedap suara. Betapapun kerasnya ia berteriak, tidak akan orang di luar mendengarnya. Tidak ada harapan akan ada orang yang menolongnya. Sampai hari Senin pagi tidak akan ada petugas yang datang ke sana.
Sementara itu, dalam waktu kurang dari satu setengah jam lagi, B
loodhound, Peggy, dan lain-lainnya akan berlomba dalam quiz pertama Berandal Cilik.
Jupe berdiri tidak bergerak selama semenit. Pikirannya bergerak cepat tetapi ia tidak panik. Sel-sel otaknya bekerja dengan teratur dan metodis. Ia membuat sebuah rencana, langkah-langkah yang harus diambil. Satu. Dua. Tiga.
Langkah pertama. Ia perlu cahaya.
Ia ingat malam sebelumnya: Luther Lomax datang dari tempat pengontrol utama setelah ia mengejutkan Trio Detektif yang baru saja menemukan piala-piala itu.
Sambil meraba-raba, Jupe mencoba mengira-ngira di mana letak tempat pengontrol utama. Ia tidak bisa menggunakan matanya, tetapi ia bisa menggunakan tangan, kaki, dan ingatannya supaya tidak tersandung. Rasanya lama sekali sebelum ia berhasil menemukan sebuah kotak sakelar. Dibukanya kotak itu. Ditariknya pegangan yang terdapat di dalamnya.
Dapur itu dihujani sinar lampu-lampu sorot. Terang-benderang.
Langkah kedua. Telepon. Telepon itu hanya beberapa meter darinya, tergantung di dinding. Jupe berjalan ke sana. Diangkatnya gagang telepon.
Telepon itu mati. Bab 7 TERPERANGKAP SEKALIPUN telepon itu rusak, penyelidik pertama Trio Detektif tidak patah semangat. Ia sudah menduga bahwa telepon itu tidak akan dapat digunakan. Siapa pun orang yang ingin menjebaknya di panggung suara, tidak akan lupa untuk merusak telepon, supaya Jupe tidak dapat meminta pertolongan. Dengan demikian Jupe tidak akan dapat hadir ketika quiz dimulai.
Langkah ketiga. Perbaiki telepon itu. Kalau mungkin.
Tidak sukar untuk menemukan letak kabel yang diputuskan, dekat lantai. Tetapi orang yang melakukannya telah mengerjakannya dengan baik. Kabel telepon tidak hanya diputuskan, tetapi beberapa meter panjangnya telah hilang. Jupe menemukan ujung kabel yang satu lagi di dekat ruang kontrol utama.
Mustahil mencari kabel telepon cadangan untuk menyambungnya dari tempat telepon ke tempat pengontrol utama.
Otak Jupiter bekerja cepat.
Kalau kabel telepon tidak ada, mengapa tidak membawa saja telepon ke ruang kontrol"
Jupe memeriksa telepon itu. Ternyata pesawat telepon itu terpaku pada sebuah kayu. Dan kayu itu terpaku pada dinding.
Peralatan tukang kayu masih tergeletak di lantai di belakang dekorasi dapur. Di antaranya ada beberapa buah obeng. Jupe memilih dua buah obeng berukuran sedang.
Tangannya yang cekatan bekerja cepat mencopot pesawat telepon itu dari kayu tempatnya tergantung. Tidak lama kemudian pesawat telepon berhasil dilepas dari tempatnya. Setengah berlari Jupe membawanya ke ruang kontrol. Diletakkannya telepon di lantai. Disambungnya kabel yang terputus itu.
Dengan hati berdebar-debar Jupiter menempelkan telepon di telinganya. Nada pilih terdengar!
Jupe tahu bahwa bisa saja ia menelepon orang di studio untuk menolongnya keluar dengan kunci duplikat. Namun tidak mudah untuk menerangkan mengapa ia sampai terjebak di sana. Apalagi ia masih ingin memainkan perannya sebagai Baby Fatso yang dungu di hadapan orang-orang di studio. Jadi ia memutuskan untuk menelepon Pete saja.
Pete baru saja kembali dari pantai. Ia sendiri yang menjawab telepon Jupe. Dengan ringkas Jupe menjelaskan di mana dia berada sekarang dan apa yang telah terjadi.
"Telepon Gordon Harker dan minta dia untuk mengantar kau ke sini secepatnya," katanya memberi instruksi. "Ruangan ini kedap suara, jadi tidak ada lubang sekecil apa pun yang tembus ke luar. Aku akan mencoba membuat lubang di bawah pintu supaya aku bisa menyelipkan kunci gembok ke luar."
Pete tidak membuang-buang waktu. Begitu percakapan dengan Jupe selesai, ia segera memutar nomor Easy-Ride Limos dan bicara dengan Gordon Harker. Tiga puluh menit kemudian sopir itu sudah tiba di rumah Pete. Bob sudah berada di sana. Ia bersepeda ke rumah Pete segera setelah Pete menyampaikan keadaan yang mendesak itu. Mereka berdua melompat masuk ke dalam mobil Limousine.
Di perjalanan tidak ada yang dapat mereka lakukan selain duduk dan mencoba rileks. Limousine itu meluncur dengan laju menerobos lalu-lintas yang cukup padat di hari Sabtu. Akhirnya mereka membelok ke Vine Street. Pintu gerbang studio sudah terlihat.
Gordon Harker menghentikan kenda
raannya sewaktu penjaga keluar menghampiri mereka.
"Boleh aku lihat kartu tanda masuk kalian"" tanya penjaga.
Kedua detektif itu saling memandang. Wajah mereka hampa tanpa harapan. Mereka tidak punya kartu tanda masuk. Kartu itu ada pada Jupiter.
Penyelidik Satu berhasil membuat celah di bawah pintu. Kemudian ia menelungkup di lantai. Kepalanya dimiringkan dan ditempelkan ke lantai. Ia mencoba mengintip melalui celah itu. Beres. Langkah keempat sudah terlaksana.
Ia dapat melihat seberkas sinar menerobos melalui celah di bawah pintu ini. Kalau Pete sudah sampai, Jupe akan dapat menyelipkan kunci gembok padanya.
Jupe melihat jam tangannya. Tujuh belas menit menjelang pukul dua. Ke mana Pete" Seharusnya dia sudah tiba di sini. Apa yang menghalanginya" Apakah ada persoalan dengan sopir itu" Atau ada sesuatu yang lain yang menahannya"
Dengan perasaan tidak enak, Jupiter Jones teringat kembali akan kecurigaannya pada Gordon Harker. Limousine itu masih tertahan di pintu gerbang.
"Kami punya kartu tanda masuk," kata Pete pada penjaga gerbang. "Apa Anda tidak ingat kami" Baru kemarin kami ke sini untuk melihat acara reuni Berandal Cilik. Kami sekarang datang antuk menjemput teman kami, Jupiter Jones."
Penjaga itu menggeleng dengan kaku. "Aku tidak tahu sama sekali tentang hal itu," katanya. "Tidak ada daftar tamu hari ini. Aku tidak dapat mengizinkan kalian masuk tanpa kartu itu." "T-tapi..." Bob berusaha sebisanya. "Kami harus..."
Ia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. Gordon Harker sudah membukakan pintu bagi mereka. "Oke, Anak-anak," katanya. "Kalian sebaiknya turun saja di sini." Pete dan Bob turun. Gordon Harker menoleh ke penjaga itu.
"Ini Limousine untuk Milton Glass dari Biro Publikasi," kata Harker pada penjaga. "Aku hanya membawa anak-anak ini ke sini karena mereka ingin melihat-lihat studio."
Penjaga itu mengangguk. "Kurasa Mr. Glass tidak berada di kantor hari ini," katanya.
"Sekretarisnya tadi memesan Limousine ini," sela sopir yang bertubuh tinggi itu sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Harker menutup pintu belakang mobil. Pete sedang berdiri di dekatnya. "Di mana dia"" bisik Harker pada Pete.
"Panggung Sembilan," Pete balas berbisik. "Ia terkunci di dalam. Ia akan memberikan kunci gembok dari bawah pintu."
Sopir itu kembali ke belakang kemudi lagi. Penjaga itu mengizinkannya masuk. Pete dan Bob mengamati Limousine itu melaju masuk ke area studio.
Jupe ternyata benar, pikir Bob. Ada sesuatu yang misterius pada diri Gordon Harker ini.
Jupiter masih menelungkup di lantai panggung suara, mengawasi berkas sinar yang menerobos dari bawah pintu. Tiba-tiba sinar itu terhalang. "Pete"" panggil Jupe.
"Tidak, ini aku." Penyelidik Satu dapat mendengar suara laki-laki itu. "Sopirmu, Gordon Harker. Serahkan padaku kunci itu."
Jupe bimbang sesaat. Ia telah bersusah-payah mengambil langkah-langkah penyelamatan: memperbaiki telepon dan membuat celah di bawah pintu. Dalam beberapa menit quiz akan dimulai. Kini apakah ia mau memberikan kunci ini pada sembarang orang. Orang ini bisa saja membawa kabur kunci gembok itu. Lenyaplah kesempatannya untuk bisa tampil dalam quiz Berandal Cilik. Bukan tidak mungkin Gordon Harker yang merencanakan jebakan ini.
Ia melirik jam tangannya lagi. Dua belas menit menjelang pukul dua. Tidak ada waktu lagi. Keputusan harus diambil secepatnya. Ia harus memberikan kunci gembok pada sopir itu. Ia harus mengambil risiko.
Jupe menyelipkan kunci itu melalui celah di bawah pintu. Kemudian ia berdiri. Menunggu. Detik-detik yang berlalu terasa lama sekali bagi Jupe.
Akhirnya pintu terbuka. Jupe melangkah ke luar dengan perasaan lega.
"Terima kasih, Mr. Harker," katanya.
"Cepat! Bergegaslah masuk ke mobil," kata sopir itu padanya. "Kawan-kawanmu ada di pintu gerbang. Kita akan jemput mereka di sana Aku yakin kita masih bisa sampai pada pukul dua tepat."
Mereka berhasil. Masih ada satu menit lagi sebelum acara dimulai. Jupe dan kawan-kawannya berlari masuk ke dalam gedung stasiun televisi. Mereka bergegas menuju lift.
Pintu-pintu di lantai tujuh belas, tempat pengambilan gambar quiz itu, masih terbuka. Seseoran
g berpakaian seragam tergopoh-gopoh menunjukkan jalan ke panggung pada Jupe.
Ia mempersilakan Jupe duduk pada sebuah bangku yang masih kosong, lalu memasangkan sebuah mikrofon kecil pada dasi Jupe. Sementara itu Jupiter mengamati Footsie yang duduk di sebelahnya. Ia melihat mata Footsie. Sinar mata orang adalah petunjuk yang sangat berharga, ingat Jupe.
"Hai," sapa Footsie.
Ia tidak yakin betul, pikir Jupe. Hati orang tidak dapat ditebak hanya dengan melihat air muka dan reaksinya. Tetapi Jupe sangat terlatih dalam hal ini.
Footsie sama sekali tidak terkejut melihat kehadiran Jupiter di sini.
Jupe mengalihkan perhatiannya. Peggy juga biasa-biasa saja. Malahan ia seperti merasa lega karena Jupe bisa datang tepat pada waktunya. Ia melemparkan senyum ramah.
Demikian pula Bloodhound. Ia tampak senang melihat kehadiran Jupe. Dan juga Milton Glass, yang menjadi pembawa acara quiz ini.
Satu-satunya orang yang tidak berani membalas tatapan Jupe ketika Jupe melihatnya-yang menghindari tatapan Jupiter dengan perasaan tidak enak-adalah seorang pemuda berambut pirang panjang yang tergerai hingga ke bahunya.
Bonehead! Bab 8 QUIZ PERTAMA KAMERA televisi mulai berputar. "Quiz Berandal Cilik" yang pertama telah dimulai.
Setelah menyampaikan beberapa kata pembuka, sambil tersenyum dan sesekali melemparkan humor segar, Milton Glass menjelaskan aturan main quiz ini.
Setiap kontestan akan menjawab pertanyaan secara bergiliran. Seratus bagi jawaban yang benar, nol bagi yang salah. Kalau seorang kontestan tidak dapat menjawab, kontestan lain dapat mengacungkan tangan untuk menjawab. Kalau jawaban itu benar, ia mendapat nilai seratus. Tetapi kalau jawaban itu salah, nilainya dikurangi seratus.
Glass memandang para kontestan satu per satu. "Jadi jangan mengacungkan tangan kalau Anda tidak yakin benar," katanya memperingatkan.
Ia kembali menatap kamera dan para penonton di studio.
"Dalam beberapa acara quiz," lanjutnya, "ada beberapa subjek. Kontestan dapat memilih subjek yang ia rasa paling ia kuasai. Tetapi dalam quiz ini hanya ada satu subjek. Para Berandal Cilik akan ditanya mengenai satu subjek saja, yaitu mengenai-" ia berhenti seraya memperlihatkan gigi-giginya yang bersih berkilat- "Berandal Cilik itu sendiri."
Terdengar suara penonton menggumam. Mereka tidak menyangka pilihan subjek seperti itu. Penonton semakin tertarik.
Glass meneruskan penjelasannya. "Nah, sekarang Berandal Cilik akan menjadi saksi dari diri mereka sendiri. Pada permulaan setiap babak kami akan mempertunjukkan cuplikan-cuplikan film komedi Berandal Cilik. Hadirin di studio juga akan dapat menyaksikan film itu di layar ini."
Ia menunjuk pada sebuah layar film yang telah dipasang di panggung, menghadap ke arah penonton.
"Dan para kontestan akan melihat film yang sama hanya sekali-di layar yang ini."
Jupe melihat pada layar yang menghadap ke arahnya dan ke arah kontestan lainnya. Ia merasa sangat tenang. Ia sangat yakin pada ingatannya yang kuat. Apalagi tentang kejadian yang memang pernah dialaminya sendiri. Dengan penuh percaya diri, ia merasa tidak akan ada pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Yang harus dilakukannya adalah bersiap untuk mengacungkan tangan secepat mungkin pada setiap kesempatan.
Ia memandang kontestan lain di sampingnya: Footsie, kemudian Peggy, Bonehead, dan Bloodhound. Hanya Bonehead yang tersenyum.
"Mari kita mulai acara yang kita tunggu-tunggu ini," kata Milton Glass. "Mari kita saksikan Berandal Cilik berlaga kembali!"
Ia mengambil tempatnya di bawah papan skor elektronik. Jupe berkonsentrasi pada layar, ketika film diputar.
Film itu merupakan rangkaian cuplikan dari beberapa film Berandal Cilik. Potongan-potongan film itu digabung menjadi satu, dan kini dipertunjukkan di layar. Cerita melompat-lompat dari satu adegan ke adegan lainnya.
...Bonehead dan Bloodhound menuang bedak ke dalam adonan yang sedang dibuat Pretty Peggy untuk membuat kue. Anak kecil berkulit coklat tua, Flapjack, dengan rambutnya yang lancip seperti duri landak, mengempeskan ban sepeda Footsie. Seorang asing yang sudah setengah umur dan kadang kala muncul dalam film se
ri ini, memberikan uang satu dollar pada Berandal Cilik. Ia meminta Berandal Cilik untuk mengawasi mobilnya, yang penuh dengan radio curian. Baby Fatso diculik dan diikat pada sebuah pohon oleh anak-anak lain. Bonehead, sembari menggoyang-goyangkan telinganya yang lebar, membujuk Flapjack untuk menggali harta karun terpendam di bawah tanaman berduri. Bonehead dan lain-lainnya mengawasi sambil tertawa-tawa. Pretty Peggy membebaskan Baby Fatso dengan membuka tali yang mengikatnya ke pohon...
Setelah dua menit tepat film itu berakhir. Lampu dinyalakan di panggung. Para penonton bertepuk tangan. Mereka berkali-kali tertawa ketika film tadi diputar. Kamera berpindah ke Milton Glass sewaktu ia memutar kursinya untuk menghadap ke arah para kontestan.
Kepada Peggy diajukan pertanyaan pertama.
"Siapa yang mengempeskan ban sepeda motor"" tanya Glass sambil tersenyum simpul.
"Tidak ada." Peggy tidak membalas senyum itu. Jupe terkejut melihat wajah Peggy yang dingin. Tentunya Peggy ingin sekali memenangkan quiz ini. Jupe ingat bahwa Peggy sedang perlu uang untuk melanjutkan sekolahnya. "Itu bukan sepeda motor," lanjut Peggy. "Itu sepeda biasa, dan ban sepeda itu dikempeskan oleh Flapjack." "Seratus!" Penonton bertepuk tangan. Milton Glass memberi angka seratus bagi Peggy di papan skor elektronik. Bonehead mendapat giliran berikutnya. "Apa warna sepeda itu"" "Hijau." Bonehead menjawab tanpa ragu-ragu. Penonton bertepuk kembali. Kini giliran Bloodhound.
"Di sisi sebelah mana dari setang letak persneling sepeda"" Bloodhound bimbang. "Sebelah kanan"" terkanya dengan ragu-ragu. Para penonton bergumam. "Sayang sekali, salah," kata Glass.
Jupe mengacungkan tangannya. Tangannya naik hanya sesaat sebelum tangan Bonehead. Ia menunggu Milton Glass.
"Aha, kita punya dua orang yang bisa menjawab pertanyaan ini," kata Glass. "Yang lebih dulu mengangkat tangan akan mendapat kesempatan lebih dulu." Ia menunjuk pada Jupe.
"Sepeda itu tidak punya p-p-persneling," kata Penyelidik Satu sambil berpura-pura dungu. "Seratus!"
Tepuk tangan penonton meriah sekali. Jupe sudah mengantongi angka seratus sekarang. Bonehead melirik papan skor ketika angka Jupe muncul. Giliran Footsie.
Pertanyaannya mudah. "Bahan apa yang ditambahkan ke dalam adonan kue Peggy""
"Bedak." "Seratus!" Footsie mendapat tepukan hangat dari penonton. Milton Glass menoleh pada Jupiter Jones.
"Berapa simpul yang harus Pretty Peggy uraikan untuk membebaskan Baby Fatso dari pohon"" Jupe melihat Peggy mengacungkan tangannya. Terlintas di pikirannya untuk sengaja menjawab salah supaya Peggy mendapat angka seratus. Namun ia tidak ingin membiarkan Bonehead menyusulnya. "Empat s-s-simpul"" jawab Jupe. Ia membuat nada suaranya seperti tidak yakin. "Seratus!"
Tepukan yang meriah mengakhiri babak pertama. Milton Glass membacakan skor dengan suara nyaring, sekalipun setiap orang dapat melihat papan skor itu dengan jelas. Rupanya ia senang sekali untuk beraksi di depan kamera.
Jupe melihat ke arah ruang kontrol, tempat Luther Lomax mengawasi layar monitornya. Sutradara tua itu nampak tegang, bagaikan seorang pilot yang akan mendaratkan pesawatnya dalam cuaca berkabut.
Dengan menggeser pandangannya sedikit, Penyelidik Satu melihat Bob dan Pete di baris kelima tempat duduk penonton. Di samping mereka duduk Gordon Harker. Sopir itu memangku sebuah notes dan menulis dengan pensilnya.
Pete mengacungkan jempolnya memberi semangat ketika ia melihat Jupe memandang ke arahnya. Bob duduk di sebelah Harker. Ia tidak dapat menahan diri untuk tidak melihat apa yang ditulis sopir itu pada catatannya. Harker tersenyum dan memperlihatkan tulisan pada notesnya. Sepeda biasa. Hijau.
Tanpa persneling. Bedak. Empat. "Aku cuma mencoba menjawab sebelum para kontestan itu menjawab," katanya menjelaskan. "Hasilnya lumayan sampai sejauh ini. Semuanya benar." Ia menunjuk pada tanda yang ditambahkannya di samping setiap baris.
Babak berikutnya dimulai. Peggy dan Bonehead menjawab dengan tepat. Bloodhound kembali ragu-ragu. Kali ini Bonehead lebih dulu mengacungkan tangan dari Jupe, dan jawabannya benar. Footsie salah menjawab
dan Jupe yang pertama kali mengangkat tangannya, mendahului Peggy dan Bonehead. Jupe memberikan jawaban yang benar.
Setiap kali satu babak selesai, Milton Glass membacakan hasil skor terakhir. Ia mempesona penonton dengan senyumnya yang ramah dan humornya yang segar.
Pada awal babak kelima, yang merupakan babak final, skor Jupe masih seratus di atas Bonehead dan dua ratus di atas Peggy. Bloodhound dan Footsie tercecer di belakang.
Pertanyaan untuk babak final dimulai.
"Apa yang mencurigakan dari mobil asing itu"" tanya Milton Glass pada Peggy. "Penuh dengan radio curian." "Seratus untuk Pretty Peggy!" Tepuk tangan dari penonton.
Bonehead memperoleh angka seratus lagi. Ia mengenali merek mobil dan tahun dibuatnya. Sebuah Pierce-Arrow '29.
Kali ini Bloodhound mendapat pertanyaan yang mudah.
"Berapa banyak uang yang diberikan orang asing itu pada Berandal Cilik untuk menjaga mobilnya"" "Satu dollar."
"Seratus bagi Bloodhound!" Tepuk tangan lagi.
Begitu pula dengan Footsie. Ia berhasil mengingat nama kecil yang diberikan Berandal Cilik pada orang asing itu. Mereka dulu menyebutnya Mr. Trouble.
Kini giliran Jupe. Pertanyaan terakhir pada quiz pertama. "Siapa nama aktor yang memerankan Mr. Trouble""
Sebenarnya tidak adil mengajukan pertanyaan itu pada Jupe. Pertanyaan itu tidak ada hubungannya dengan film yang tadi dipertunjukkan. Apalagi aktor itu hanya beberapa kali saja tampil dalam film seri Berandal Cilik. Kalau Jupe tidak ingat nama orang itu-yang hanya ditemuinya beberapa kali ketika ia masih berumur tiga tahun-Jupe akan kehilangan angka seratus.
Bonehead dan Peggy mengacungkan tangannya dengan bersemangat.
Jupe menggaruk-garuk kepalanya seperti orang kebingungan. Ia hanya berpura-pura tidak tahu dan tampil seperti orang dungu, untuk membingungkan Bonehead. Sesungguhnya ia sudah tahu siapa nama aktor itu, karena Trio Detektif pernah berjumpa dengan aktor itu secara tidak sengaja, sewaktu mereka menangani kasus pencurian di sebuah museum.
"E-e-edmund Frank," katanya dengan tergagap dan tidak yakin. "Seratus!"
Para penonton bersorak histeris.
Acara bagian pertama ini berakhir. Jupe masih memimpin di depan. Ia masih seratus angka di atas Bonehead. Para penonton bubar. Milton Glass mengingatkan mereka untuk kembali hadir di studio televisi pukul dua tepat, besok siang.
Dengan muka masam, Peggy bergegas pergi. Jupe masih sempat melihat muka masam Peggy. Ia merasa iba terhadapnya, dan dalam hati ia ingin berbuat sesuatu untuk menolongnya. Tetapi karena Bonehead membayanginya terus, Jupe memutuskan untuk memenangkan quiz ini. Niatnya untuk mengalahkan Bonehead belum pudar, apalagi mengingat perlakuan buruk Bonehead terhadapnya ketika ia masih kecil.
Jupe melintasi panggung untuk menemui kedua kawannya yang masih menunggu. Bangku-bangku yang lain sudah kosong. Tahu-tahu ada yang menahannya. Bonehead mencengkeram lengannya dengan kasar. Cengkeramannya bagaikan genggaman tang besi.
"Hati-hati kau, Baby Fatso," seru pemuda bertubuh tinggi itu. "Aku tidak bisa kaukelabui. Aku tahu segalanya tentang kau dan Trio Detektif. Kau cuma berpura-pura dungu supaya dapat memenangkan dua puluh ribu dollar."
Jupiter berbalik. Cengkeraman Bonehead makin kuat.
"Aku peringatkan kau, Fatso," ancam Bonehead. "Awas kalau kau berani mencoba untuk menang. Tahu sendiri akibatnya nanti!" Ia lalu pergi keluar studio.
Bob dan Pete masih menunggu Jupe di bangku penonton. Gordon Harker sudah pergi untuk mengambil mobil Limousine-nya.
"Bilang apa dia tadi"" tanya Pete pada Jupe.
Penyelidik Satu tidak menyahut. Ia punya jawabannya, tetapi saat ini bukanlah saat yang tepat untuk mengutarakannya pada kedua kawannya.
"Bob," katanya. "Kau tadi duduk di sebelah Gordon Harker, kan"" "Ya. Kenapa""
"Apa yang tadi ia tulis di catatannya sepanjang acara ini""
"Tidak banyak," ujar Bob sambil mengangkat bahu. "Ia cuma mencoba menebak jawaban pertanyaan quiz itu sebelum kalian menjawabnya."
"Kau lihat jawabannya"" tanya Jupe dengan dahi berkerut. Ia tampak seperti mendapat suatu ilham, dan berniat menyelesaikan suatu persoalan hingga tuntas.
"Ya. Ia memperlihatkannya pada
ku. Jawabannya lumayan. Ia cuma salah satu dari sekian banyak pertanyaan yang diajukan."
"Yang mana"" tanya Penyelidik Satu dengan bersemangat. "Pertanyaan terakhir tentang Edmund Frank" Apa dia tidak bisa menjawab pertanyaan ini""
"Bukan," sahut Bob sambil menggeleng. "Satu-satunya yang tidak bisa dijawabnya ialah merek mobil Mr. Trouble. Pertanyaan tentang Edmund Frank dengan mudah dapat dijawabnya tadi."
Jupe menatap Bob. Kemudian ia mengangguk serius dan mulai melangkah ke luar. Meskipun Bob dan Pete menghujaninya dengan pertanyaan ketika mereka turun dengan lift, Jupe menolak untuk menerangkan mengapa ia sangat tertarik pada apa yang dilakukan sopir itu.
Akhirnya mereka sampai di luar gedung, menunggu dijemput Limousine itu. Baru pada saat itu penyelidik pertama Trio Detektif mau membuka mulut lagi.
"Aku tahu sekarang kenapa ia dapat memberikan jawaban yang tepat," ujar Jupiter. "Karena ia juga menonton film seri itu, dan dia memang orang pandai. Tetapi apa yang membingungkanku..." Suaranya menghilang.
"Apa"" desak kedua kawannya. "Ayo dong, Jupe, teruskan. Misteri apa yang kaulihat""
"Misteri itu ialah," kata Penyelidik Satu lambat-lambat, "misteri itu ialah mengapa seorang sopir Limousine sangat tertarik pada Berandal Cilik."
Bab 9 ORANG YANG TAHU TERLALU BANYAK
"YANG mungkin dicurigai," kata Jupiter Jones. "Pertama," ia mengangkat jari telunjuknya yang gemuk, "Footsie." Trio Detektif kini berada dalam kantor mereka. Mereka langsung berkumpul di kantor setelah quiz tadi selesai. Jupe duduk di balik mejanya. Bob dan Pete mengambil tempat seperti biasanya. "Footsie," ulang Penyelidik Satu. "Apa yang kita tahu tentang dia""
Ia tidak mengharapkan jawaban. Pertanyaan itu lebih tepat kalau dianggap sebagai pertanyaan pada dirinya sendiri.
"Kita tahu, mungkin saja ia ingin mencuri piala-piala perak itu," lanjutnya. "Tetapi demikian pula halnya dengan Berandal-berandal Cilik lainnya. Kita semua berada di sekitar situ. Banyak orang lain berada di sana pula. Salah satu dari kita bisa saja menyelinap ke belakang, tempat piala-piala itu disimpan. Salah satu dari kita bisa saja menghilang untuk semenit dua menit tanpa diketahui orang lain."
"Bonehead," kata Pete seraya bersandar di kursi goyangnya. "Itu dugaanku."
Jupe mengangkat kedua belah tangannya, meminta Pete supaya tidak terburu-buru. "Mari kita bahas dulu Footsie," katanya. "Sutradara itu, Luther Lomax, mencurigai Footsie. Ia melihatnya berada di sekitar Panggung Sembilan ketika malam sudah larut hari itu. Ia pikir Footsie kembali untuk mengambil piala-piala itu. Kehadiran Lomax membuatnya ngabur. Tetapi Lomax yakin, Footsie akan mencoba lagi. Mungkin ia benar. Jam sebelas lebih empat puluh lima tadi pagi Footsie mengendarai motornya pergi ke arah studio film. Aku ikuti dia. Aku yang sampai lebih dulu. Rupanya Footsie sempat melihatku masuk ke dalam panggung suara. Ia panik. Lalu dikuncinya aku dari luar...."
"Masuk akal," kata Bob menyetujui.
"Ini baru satu kemungkinan," ujar Jupe sambil menggigit bibirnya. Memang masuk akal, pikirnya, tetapi banyak kelemahannya. Karena dalam benak Jupiter, siapa pun yang mengurungnya di dalam panggung suara itu, pastilah tidak panik. Orang itu punya alasan kuat. Untuk menahannya supaya tidak bisa ikut quiz. Untuk menjegalnya sebagai seorang kontestan yang menambah berat persaingan. Dan Footsie tidak terlalu peduli pada quiz ini. Jelas-jelas ia tidak punya keinginan untuk menang.
Namun di pihak lain, Jupiter tidak percaya bahwa itu hanya suatu kebetulan. Kepergian Footsie dengan sepeda motornya bukanlah suatu kebetulan, pikir Jupe.
"Nomor dua." Jupe mengangkat jari tengahnya.
"Bonehead," sela Pete dengan bersemangat.
"Bonehead," kata Jupiter setuju. "Ia cerdik. Ia serakah. Ia merendahkan Milton Glass dan ide reuni Berandal Cilik ini. Ia mendesak agar diberi uang untuk acara tatap muka itu. Dan ia sangat ingin memenangkan quiz ini. Ia bahkan sudah curiga bahwa aku cuma berpura-pura dungu dalam quiz ini serta tahu latar belakang kegiatanku sehari-hari."
"Kegiatan apa"" tanya Pete.


Trio Detektif 40 Misteri Reuni Berandal Cilik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kegiatan kita sebagai detektif profesional," sahut Ju
pe. "Dari mana kau tahu bahwa ia tahu, Jupe"" tanya Bob.
"Ia sendiri yang bilang begitu padaku ketika mencengkeram lenganku seusai acara siang tadi," kata Jupiter. "Sampai di mana aku tadi" Oh ya, jadi kalau Bonehead melihatku masuk ke dalam Panggung Sembilan satu setengah jam sebelum quiz dimulai, mungkin ia ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk menjegalku sehingga aku tidak bisa ikut acara itu. Ini mungkin sekali, sebab ketika akhirnya aku muncul juga di stasiun televisi pada detik-detik terakhir, hanya Bonehead yang tampak terkejut. Yang lainnya biasa-biasa saja."
Jupe ingat bagaimana Bonehead berusaha menghindari pandangannya ketika Jupe melihat padanya. Jupe ingat bagaimana Bonehead gelisah dengan kehadirannya pada saat itu.
"Tetapi apa yang dilakukan Bonehead di studio film pagi ini"" tanya Penyelidik Satu pada dirinya sendiri. "Mengapa bersamaan waktunya dengan Footsie""
"Mungkin saja ia kebetulan sedang lewat di situ," ujar Bob.
"Tidak." Jupe menggeleng dengan tegas. Kemudian ia berkata dengan lantang, "Aku tidak percaya bahwa ini suatu kebetulan."
Ia diam sejenak, berpikir. Setelah itu ia mengangkat jari manisnya. "Nomor tiga, Gordon Harker."
"Masa dia mau mencuri piala-piala itu," ujar Bob dengan nada tidak setuju. "Ia bukan tipe orang yang suka mencuri benda-benda seperti itu."
"Mungkin benar, mungkin pula tidak." Jupiter setuju dengan pendapat Bob, tetapi ia tidak ingin mengesampingkan Harker, hanya karena penampilannya yang mengesankan bahwa dia orang baik-baik.
"Ingat, ia berada di panggung suara kemarin," katanya mengingatkan. "Aku lihat dia di awal acara tatap muka. Ia berjalan ke arah belakang dekorasi dapur itu, tempat piala-piala dan lampu sorot yang tidak terpakai berada. Dari awal ia sudah menunjukkan gejala-gejala yang mencurigakan. Mengapa ia sampai begitu tertarik pada Berandal Cilik" Ia minta karcis quiz padaku. Ia duduk sambil membuat catatan pada notesnya. Ia bahkan tahu nama aktor yang tidak selalu muncul dalam film seri ini. Tetapi dia sekaligus juga malu-malu dengan minatnya ini. Ia mengaku tidak tahu di mana letak Panggung Sembilan..." Suara Jupiter menghilang. Ia menatap kedua temannya.
"Kau mungkin menganggap," lanjutnya setelah beberapa saat, "bahwa Gordon Harker bukan hanya orang yang tahu terlalu sedikit-seperti judul film Hitchcock tua-ia juga orang yang tahu terlalu banyak."
Melihat pada jam tangannya, Pete melompat bangkit dari kursinya.
"Sudah jam empat, Jupe," katanya.
Jupe bimbang. Ia melihat ke arah televisinya. Jadwal pemutaran film Berandal Cilik. Waktu-waktu yang menyiksa datang kembali pada Jupe. Berat sekali rasanya untuk melihat dirinya menjadi Baby Fatso. Tetapi di pihak lain, film
itu mungkin akan membantunya menyegarkan ingatannya untuk menghadapi quiz keesokan harinya. Sebagai salah seorang kontestan, ini adalah salah satu persiapan yang dapat dilakukannya di rumah. "Oke," desahnya. "Hidupkan, Bob."
Iklan bagian pertama baru saja selesai. Jupe memejamkan matanya ketika Baby Fatso muncul di layar televisinya. ".. .Aku ikut makan es kelim, ya," pinta Baby Fatso.
Berandal Cilik yang lain menggeleng. Mereka akan pergi membeli es krim. Namun mereka tidak ingin direpotkan oleh Baby Fatso yang merengek-rengek minta ikut.
"Tetapi kita tidak bisa meninggalkan dia di sini begitu saja," kata Pretty Peggy. "Kasihan, kan"" "Oke, kalau begitu kau yang tinggal di sini," seru Bonehead pada Pretty Peggy.
Tetapi Peggy juga ingin pergi. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengundi siapa yang harus tinggal bersama Baby Fatso.
"Holeee, yang menang dapat es kelim banyak." Baby Fatso melompat-lompat gembira. "Aku cuka makan es kelim banyak-banyak."
Bonehead berbuat curang. Flapjack kalah dalam undian. Ia harus tinggal untuk menjaga Baby Fatso. "Oh, kenapa aku yang selalu kebagian sial"" kata anak berkulit coklat itu dengan suara monoton. "Aku kan bukan perawat bayi!"
Episode ini berkisah tentang Mr. Trouble dan mobilnya yang penuh dengan radio curian. Mr. Trouble membayar Berandal Cilik untuk mengawasi mobilnya, sementara ia menelepon seseorang. Mereka berdiri di sekeliling mobil Pierce-Arrow
itu ketika polisi datang. Anak-anak semuanya diangkut ke kantor polisi.
Di dapur Flapjack memutuskan untuk membuat es krim sendiri. Baby Fatso membantunya. Ia menuangkan garam, padahal seharusnya gula.
Mr. Trouble mencuri mobilnya dari kantor polisi. Terjadi kejar-kejaran. Berandal Cilik bersorak-sorak di bangku belakang mobil polisi....
Jupe bangkit. Dimatikannya televisi.
"Kok, dimatikan"" Pete protes. "Bagaimana akhirnya" Apa Mr. Trouble tertangkap""
"Tidak," kata Jupe. "Mereka masih ingin memberikan suatu peran pada aktor Edmund Frank. Dalam episode berikutnya, Mr. Trouble mengupah Flapjack untuk mencuri anjing baginya. Jadi sekarang Mr. Trouble dibiarkan lolos."
Ia mengangkat telepon dan memutar sebuah nomor.
"Halo, Mr. Harker," katanya setelah beberapa saat. "Di sini Jupiter Jones.... Apa Anda bisa datang ke pangkalan kami" ...Ya, secepat mungkin."
"Mau ke mana kita"" tanya Bob setelah Jupiter meletakkan gagang telepon.
"Tidak ke mana-mana," jawab Jupiter dengan wajah serius. "Aku baru saja memikirkan bahwa kalau kita ingin menemukan siapa pelaku pencurian itu, kita perlu bekerja sama. Kita perlu teman. Orang yang tidak dicurigai siapa-siapa."
Ia tidak menjelaskan lebih jauh lagi sampai mobil Limousine itu muncul di pintu gerbang. Paman Titus dan Bibi Mathilda sedang pergi waktu itu. Jupe mengundang Gordon Harker masuk ke rumah di seberang pangkalan barang bekas.
Mereka duduk dalam sebuah dapur yang besar dan nyaman. Jupe menuangkan secangkir kopi bagi Harker dan minuman soda bagi Trio Detektif.
Jupiter membuka pembicaraan tentang acara quiz itu. "Aku senang mereka tidak menanyakan padaku apa merek mobil itu," katanya. "Karena aku sebenarnya tidak tahu jawabannya."
"Masa"" ujar Gordon Harker sambil menghirup kopinya. "Kau tahu jawaban-jawaban lainnya."
"Ya, tapi ini lain. Aku tidak pernah ikut dalam adegan itu," Jupe menjelaskan. "Adegan dengan Mr. Trouble. Bonehead, Bloodhound, dan lain-lainnya pernah, dan kurasa mereka sudah menanyakan pada Luther Lomax atau seseorang tentang mobil itu. Itulah sebabnya mengapa Bonehead bisa tahu. Ia tahu bahwa mereknya adalah Pierce-Arrow. Tetapi aku sendiri tidak pernah melihat mobil itu."
"Ya, benar juga," sopir itu menyetujui. "Aku tadi sedang menonton episode itu ketika kau menelepon." Ia tersenyum. "Kau dan anak berkulit coklat itu, Flapjack, tinggal di rumah dan membuat es krim sendiri."
"Apa kau suka menonton film-film tua itu"" tanya Jupiter.
Harker mengangkat bahu. "Yah, memang mereka berlaku seperti orang dungu," katanya mengakui. "Tapi film itu membuatku tertawa kadang-kadang."
"Mereka memang dungu," kata Jupe sambil mengangguk. "Tetapi itulah pokok idenya. Mereka membuat kita semua berlaku seperti orang-orang bodoh. Bonehead dengan telinganya yang bisa bergoyang-goyang. Bloodhound dengan lidahnya yang panjang. Aku dengan lidah cadelku. Footsie dengan kakinya yang terlalu besar. Dan Flapjack dengan cara bicaranya yang monoton."
Jupe berhenti sesaat. "Oh, kenapa aku yang selalu kebagian sial"" Jupe menirukan cara anak berkulit coklat itu berbicara. "Aku kan bukan perawat bayi!"
Gordon Harker tertawa. "Bagus sekali! Mirip sekali dengan cara bicara Flapjack." Penyelidik Satu mencondongkan badannya ke seberang meja.
"Semua itu sekarang membuat kita malu, kan"" katanya. "Itulah yang kurasakan sekarang."
"Yah, kurasa memang begitu." Sopir itu memasang topi petnya. "Oke, mari kita berangkat," ajaknya. "Ingin pergi ke mana kau""
"Tidak ke mana-mana sekarang." Jupe menyodorkan tangannya. "Aku hanya ingin mengucapkan selamat berjumpa lagi."
Bob dan Pete melongo. Apa-apaan Jupe ini" Perjumpaan apa lagi ini"
"Aku senang berjumpa dengan kau lagi, Flapjack," kata penyelidik pertama Trio Detektif.
Bab 10 PERTEMUAN DI HOLLYWOOD "WELL," kata Gordon Harker, "kurasa aku lebih beruntung dari kebanyakan Berandal Cilik, kecuali Bonehead mungkin. Tidak pernah kugunakan namaku di film seri ini, sehingga ketika seri ini habis aku tidak punya masalah apa-apa di sekolah. Dengan rambutku yang tersisir-tidak berdiri ke atas seperti duri landak-dan suaraku yang normal, tidak seorang pun mengenal
iku sebagai Flapjack."
Ia menghabiskan kopinya dan Jupiter mengisi lagi cangkirnya dengan kopi hangat. Kedua detektif lainnya menunggu dengan tidak sabar sampai sopir itu melanjutkan ceritanya.
"Orang tuaku telah menabungkan uang hasilku main film," lanjutnya. "Aku cukup sukses sebagai pelajar. Sewaktu lulus pada umur enam belas tahun, aku bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi untuk selanjutnya menjadi guru."
Ia memandang Jupe di seberang meja. "Sampai kini aku masih mengajar sebagai guru," katanya. "Aku senang sekali. Pekerjaan itu sangat cocok bagiku. Aku senang selalu dikelilingi anak-anak. Anak-anak memang kadang-kadang nakal, namun sebenarnya mereka lebih sering bersikap baik. Kalau kau bisa menjadi teman mereka, bukan hanya guru mereka, kau akan menjadi dekat dengan mereka dan pekerjaan guru itu akan menjadi sangat menyenangkan."
Ia tersenyum simpul. "Waktu televisi menyiarkan kembali film Berandal Cilik, " katanya, "aku ketakutan setengah mati. Kalau ada anak yang sampai tahu bahwa aku adalah Flapjack, pekerjaanku sebagai guru akan terancam. Mereka akan mengolok-olokku. Martabatku sebagai guru akan jatuh. Ah, tidak terbayang olehku kalau sampai hal itu terjadi."
Jupiter mengangguk dengan penuh simpati. Ia ingat bagaimana teman-teman sekolahnya sejak tiga minggu yang lalu mengejeknya setiap kali berpapasan dengannya. "Halo, Baby Fatso. Ayo dong, tunjukkan suara cadelmu, 'Jangan, aku tidak cuka. Belhenti, kalian culang'."
"Namun," ujar Gordon Harker dengan alis mata terangkat, "aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengenang masa-masa itu. Aku tiba-tiba tertarik untuk mengetahui, bagaimana keadaan Berandal Cilik yang lain. Beberapa tahun terakhir ini, dalam masa liburku, aku bekerja sambilan di Easy-Ride Limos dan bisa menghasilkan uang tambahan. Bahkan aku sampai mendapat tugas untuk mengantar ke studio film tua itu. Sampai akhirnya aku membaca berita tentang reuni Berandal Cilik, aku tidak bisa lagi menahan diri. Aku menukar jadwal kerjaku sehingga aku bisa hadir di studio ketika reuni itu berlangsung. Jadi aku bisa mengetahui bagaimana keadaan para bekas Berandal Cilik, dan seperti apa mereka sekarang."
"Kalau kau sering mengantar orang ke studio," kata Jupe, "mengapa kau tidak tahu lokasi Panggung Sembilan waktu mengantar kami untuk pertama kali""
"Oh, bangunan besar itu," ujar Harker. "Aku tidak pernah mengunjungi panggung suara lagi sejak aku kecil. Waktu itu aku tidak pernah memperhatikan arah jalan. Ayahku selalu mengantarku ke sana. Jangankan arah jalan, naskah yang harus kuhafal saja kadang-kadang aku lupa."
Ia memasukkan beberapa sendok gula ke dalam kopinya, lalu memandang Jupiter lagi.
"Tentu saja, kurasa tidak akan ada orang yang mengenaliku sebagai Flapjack," ujarnya. "Bahkan kukira tidak akan ada orang yang menduga bahwa aku adalah Flapjack. Karena menurut Milton Glass dan studio, Flapjack telah menghilang sejak film seri itu habis masa putarnya. Tidak seorang pun tahu di mana aku berada atau jadi apa aku setelah itu. Mereka kehilangan jejakku."
Ia menghirup kopinya. "Aku sama sekali tidak mengira bahwa kau secerdik ini," katanya pada Jupe.
"Ah, ini biasa-biasa saja." Jupe menunduk memandang kaleng minuman sodanya. "Itu cuma suatu kemujuran, gara-gara Bob melihat catatanmu pada notesmu pada waktu quiz berlangsung."
Sebenarnya, Penyelidik Satu tidak berkata sejujurnya. Ia yakin bahwa itu bukanlah suatu kebetulan. Itu dimungkinkan berkat kemampuannya yang luar biasa dalam mengamati dan menarik kesimpulan. Hanya saja, kali ini ia tidak mau terlalu menonjolkan diri di hadapan Harker yang dulu dipanggilnya dengan sebutan Flapjack-tokoh yang disukainya.
Jupe berhasil merangkai petunjuk-petunjuk itu menjadi suatu kesimpulan yang tepat. Ada dua petunjuk utama yang menunjang kesimpulannya. Pertama, Harker tidak bisa mengenali apa merek mobil Mr. Trouble, karena Flapjack tidak pernah muncul dalam adegan yang melibatkan mobil Mr. Trouble. Dan kedua, Harker tahu nama Edmund Frank, aktor yang memerankan Mr. Trouble, karena pada episode berikutnya Mr. Trouble mengupah Flapjack untuk mencuri anjing untukny
a. Jadi mereka berdua bekerja sama selama beberapa hari.
Jupe berhasil menjalinnya menjadi suatu rangkaian yang logis dan tepat.
"Boleh aku bertanya sesuatu"" kata Jupiter.
"Silakan," sahut Harker.
"Ketika aku duduk di panggung suara selama acara tatap muka, aku lihat kau bergeser ke arah lampu-lampu sorot yang tidak digunakan di belakang dekorasi dapur. Apa yang kaulakukan waktu itu""
"Ah," gumam sopir itu, "kau jeli sekali. Aku selalu ingin tahu pada hal-hal yang bersifat teknis dalam pertunjukan semacam ini. Ini sudah menjadi bawaanku sejak kecil, sejak aku memainkan peran Flapjack. Waktu itu ada kesempatan bagiku untuk melihat lampu-lampu sorot itu dari dekat, sehingga aku bisa tahu bagaimana lampu-lampu dikaitkan."
"Oh, itu rupanya," kata Jupiter seraya tersenyum. "Jadi itulah alasannya mengapa kau pindah ke sana. Dan itu juga alasan mengapa detektif tidak boleh membuat anggapan yang tidak didasari kenyataan. Kami sempat mencurigai kau sebagai orang yang mencoba mencuri piala-piala perak itu."
"Hmm, aku sama sekali bersih," komentar Harker. "Sekarang apa yang akan kaulakukan" Apa kau akan menceritakan pada setiap orang tentang siapa aku sebenarnya""
"Tentu saja tidak," kata Jupe sambil melihat pada kedua kawannya. "Tidak seorang pun dari kita akan mengatakan sepatah kata pun tentang itu. Ya, kan""
"Tidak akan," kata Pete menegaskan. "Tidak sepatah kata pun." "Tidak," kata Bob menyetujui. "Rahasiamu aman di tangan kami."
Gordon Harker menghela napas panjang. "Terima kasih," ucapnya. "Aku merasa lega sekali." Suasana menjadi sunyi sejenak.
"Tapi kami punya suatu harapan," kata Jupe setelah beberapa saat. "Maksudku, kau tidak harus, tapi kami ingin agar kau bisa membantu kami, Harker."
"Dengan senang hati kalau aku sanggup," kata Gordon Harker. "Apa yang kalian inginkan dariku""
Jupe menjelaskan rencananya untuk menangkap pencuri piala-piala itu dan juga permintaan Luther Lomax pada mereka. Ia mengeluarkan sebuah kartu Trio Detektif dan menunjukkannya pada Harker.
"Kau lihat sendiri," katanya, "kalau kami sedang menangani kasus seperti ini-sekalipun kami telah menemukan piala-piala itu-kami tidak akan menyerah sebelum menyelesaikan misteri ini hingga tuntas. Kami harus menemukan siapa pelakunya. Inilah cara Trio Detektif bekerja. Kami tidak pernah membiarkan sebuah kasus terbengkalai dan tidak terpecahkan."
Harker mengangguk. Tampaknya ia mengerti duduk persoalannya. "Bagaimana aku bisa membantu kalian"" tanyanya.
"Ada dua orang yang kami curigai," kata Jupe padanya. "Bonehead dan Footsie." Ia telah memikirkan hal ini sembari menunggu Harker datang tadi.
"Anggap saja mereka berdua bekerja sama dalam pencurian itu," katanya. "Dengan begitu, semuanya jadi jelas. Bonehead dan Footsie sepakat untuk berjumpa di studio film tengah hari ini. Sepanjang pengetahuan mereka, piala-piala itu masih tersembunyi dengan aman di kotak penyimpan lampu sorot. Mereka ingin mengambilnya. Bonehead menunggu Footsie di luar. Ia melihatku masuk. Ini memunculkan ide di kepalanya. Kesempatan emas baginya untuk memenangkan quiz berhadiah dua puluh ribu dollar. Itu jelas lebih penting baginya daripada piala-piala perak itu. Jadi dikuncinya aku di Panggung Sembilan supaya aku tidak bisa hadir dalam quiz itu. Sewaktu Footsie datang dengan motornya, Bonehead bilang bahwa Panggung Sembilan digembok, jadi mereka harus mencoba lagi lain waktu."
"Jadi Footsie tidak terkejut sewaktu kau muncul tepat sebelum quiz itu dimulai," tambah Pete.
"Tetapi Bonehead terkejut," kata Bob.
"Benar." Jupe menoleh pada Gordon Harker. "Itulah sebabnya mengapa kami butuh pertolonganmu."
"Oke. Sebagai guru aku senang memecahkan berbagai persoalan, sama seperti kalian." Pemuda bertubuh tinggi itu menghabiskan kopinya. "Tetapi kalian belum memberi tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu kalian."
"Kami ingin membayang-bayangi mereka," kata Jupe menjelaskan. "Untuk melihat kalau-kalau mereka berdua bertemu lagi, lalu kembali ke panggung suara malam ini."
"Oke," sahut Gordon Harker sambil bangkit dari kursinya. "Dari mana kita mulai""
"Itulah masalahnya." Jupe masih duduk di
kursinya, memandang ke atas, pada Harker. "Di sinilah kami perlu bantuanmu. Kami tidak tahu di mana tempat tinggal Bonehead atau Footsie. Jadi kami tidak tahu harus mulai dari mana, kecuali kalau alamat mereka bisa diperoleh."
"Aku juga tidak tahu." Harker menggeleng. "Tidak seorang pun dari mereka diberi fasilitas Limousine seperti kau. Karena mereka punya mobil sendiri. Bonehead punya mobil sport buatan Inggris. Dan Footsie punya sepeda motor. Jadi kantor Easy-Ride Limos tidak punya alamat mereka."
"Tetapi kan penjaga studio punya," kata Jupiter mengingatkan. "Penjaga itu punya alamatku ketika aku diperiksa sebelum jamuan makan siang kemarin. Mestinya ia juga punya alamat Bonehead dan Footsie. Tetapi kukira ia tidak akan memberikannya pada kami kalau kami yang meminta."
"Ia bahkan tidak memberi izin masuk padaku dan Bob tadi siang," tambah Pete.
Sopir itu menimbang-nimbang sejenak.
"Aku bisa mencoba," katanya. "Kantorku sering dipesan oleh studio. Aku bisa saja bilang bahwa aku harus menjemput anggota Berandal Cilik untuk pertemuan khusus." Ia membetulkan posisi topi petnya.
"Lihat saja sejauh apa aku bisa berhasil," katanya lagi. "Ayo berangkat sekarang."
Ia menurunkan Trio Detektif beberapa blok sebelum gerbang studio di Vine Street. Ia sendiri kemudian terus mengemudi sampai ke gerbang untuk berbicara dengan penjaga.
Jupe dan kedua kawannya masuk ke sebuah toko. Sambil menikmati hamburger mereka menunggu Harker. Tidak lama mereka menunggu. Jupe segera menangkap arti senyum Harker ketika ia masuk ke toko itu.
Harker berhasil memperoleh seluruh alamat Berandal Cilik, tertulis di secarik kertas. Trio Detektif mempelajarinya sambil mengunyah hamburger mereka. Peggy tinggal di sebuah hotel di Santa Monica. Bloodhound tinggal di rumah ayahnya di Beverly Hills. Bonehead dan Footsie punya sebuah apartemen di Hollywood.
"Mari kita coba Bonehead dulu," usul Jupiter.
"Tunggu dong, aku habiskan dulu hamburgerku," kata Pete memprotes.
Setelah piring anak-anak bersih, dan Harker selesai makan sandwich, mereka semua masuk ke dalam Limousine.
Bonehead tinggal di daerah Magnolia Arms pada sebuah jalan bernama Las Palmas, tidak jauh dari Hollywood Boulevard. Tempat itu lebih mirip sebuah motel daripada apartemen. Dekat kompleks itu terdapat sebuah pelataran parkir kecil.
Gorden Harker memarkir mobilnya di tepi jalan, sementara Trio Detektif menyelinap ke luar. Hari sudah gelap. Hanya dari beberapa jendela terlihat lampu masih menyala.
Mereka beruntung. Sesuai dengan catatan Gordon Harker, apartemen Bonehead bernomor 10. Meskipun tirai apartemen itu sudah tertutup, sinar masih membayang dari dalam. Kemungkinan besar Bonehead ada di rumah.
Penyelidik Satu memberi isyarat untuk bergerak mendekati apartemen itu. Dengan perlahan dan tanpa menimbulkan suara, mereka berjalan ke arah apartemen nomor 10 itu. Trio Detektif berjongkok di balik tumbuhan semak di dekat apartemen, mengawasi pintu apartemen Bonehead.
Bagian atas pintu itu terbuat dari kaca. Sebuah kerai menutupinya, tetapi Jupe dapat melihat beberapa rusuk kerai itu telah bengkok dan patah. Kalau ia bisa menempelkan mukanya pada kaca itu, ia bisa melihat ke dalam.
"Ini pekerjaan buatmu, Pete," bisik Jupiter.
Pete mendesah. Sudah berkali-kali ia mendengar kata-kata itu diucapkan Jupe. Setiap kali ada pekerjaan yang menyerempet bahaya dan memerlukan kecepatan serta kegesitan, dialah yang selalu ditunjuk.
Penyelidik Dua tidak usah diragukan lagi kecepatan dan kegesitannya. Ia dapat berlari lebih cepat dari Bob dan, apalagi, Jupe; ia juga dapat berlari dengan mantap tanpa menimbulkan suara.
"Oke," bisiknya setelah beberapa saat. "Akan kucoba melihat ke dalam."
Sambil membungkukkan badan, ia keluar dari semak-semak. Melintasi halaman berumput di depan apartemen Bonehead, lalu berlari ke arah pintu apartemen itu.
Belum jauh berlari, tiba-tiba ia bertiarap. Wajahnya ditelungkupkan. Tubuhnya dirapatkan ke tanah. Pintu apartemen Bonehead terbuka.
Jupe melihat pemuda berjaket kulit itu. Diterangi sinar dari belakang, pemuda itu tampak seperti bayang-bayang.
Pete menahan napas. Setiap saat B
onehead dapat memergokinya di sana sedang bertiarap di halamannya. Ia hanya beberapa meter jaraknya dari Pete.
Pete ingat betapa kasarnya perlakuan Bonehead terhadap Jupe sewaktu ia mencengkeram lengan Jupe. Kalau Bonehead sampai tahu bahwa Pete sedang berada di situ untuk memata-matainya, bisa-bisa ia marah. Dan itu berarti bahaya!
Bonehead berpaling. Ia melihat ke dalam rumahnya yang masih terang.
"Cepat," katanya dengan tidak sabar sembari menyisir rambutnya. "Sudah waktunya."
Penyelidik Satu meremas-remas jarinya. Menghadapi Bonehead saja sudah berbahaya. Apalagi kalau Footsie ternyata ada di situ juga. Tidak akan ada peluang bagi Trio Detektif.
Jupe berharap Gordon Harker berada di sana bersama mereka. Tetapi saat itu Harker tidak terlihat. Bahkan kalau mereka berteriak sekalipun, belum tentu Harker mendengar. Ia sedang memarkir kendaraannya.
Bonehead membanting pintu apartemen itu. Dua sosok bergerak dalam kegelapan yang pekat.
Pete tidak berani mengangkat kepalanya. Ia merapat ke tanah tanpa bergerak. Jantungnya berdegup kencang. Dua sosok itu makin dekat dengannya.
Pete memejamkan matanya. Mereka lewat hanya beberapa puluh senti dari tempat Pete bertiarap.
Sekilas, ketika Bonehead mematikan lampu dan dua sosok itu keluar dari apartemen, Jupiter sempat melihat mereka. Ia masih sempat mengenali siapa orang yang sedang bersama Bonehead.
Peggy! Jupe setengah berjongkok ketika Peggy dan Bonehead berjalan ke tempat terbuka. Tak lama kemudian mereka menghilang.
Pete menarik napas lega. Ia bergabung dengan kedua kawannya.
"Hhh," desahnya. "Hampir copot jantungku ketika mereka lewat. Kalau aku mau, mereka bisa saja kusentuh dengan tanganku ketika lewat." Memang, satu hal yang paling tidak disukai Penyelidik Dua adalah mengerjakan sesuatu yang mengundang bahaya.
Tetapi Penyelidik Satu sudah bergegas membayangi Bonehead dan Peggy. Bob dan Pete mengikutinya dari belakang.
Pada saat mereka sampai di tempat terbuka, pemuda berjaket kulit dan gadis bercelana jeans itu terlihat kembali. Mereka berdua berjalan cepat dengan langkah-langkah panjang ke arah Hollywood Boulevard. Gordon Harker memarkir Limousine di seberang jalan. Ia harus memutar supaya dapat mengejar Bonehead dan Peggy. Jupe cepat mengambil keputusan.
"Katakan pada Harker untuk memutar," katanya pada Pete. "Ikuti aku, dan berjaga-jaga di belakangku. Bob, kau ikut aku. Kita akan coba membuntutinya terus."
Pete berlari melintasi jalan ke arah Limousine itu. Jupe dan Bob berjalan ke arah Hollywood Boulevard mengikuti Bonehead dan Peggy.
Hanya sedikit orang lewat di Las Palmas saat itu. Kalau Bonehead menengok ke belakang, ia mungkin melihat Jupe dan Bob mengikutinya. Karena itu Jupe dan Bob menjaga jarak sambil berjalan merapat ke pertokoan.
Setelah semenit Jupe mendengar suara Limousine datang dari belakangnya. Ia sudah berada lima belas meter dari Hollywood Boulevard saat itu. Dilihatnya Bonehead dan Peggy berhenti di lampu lalu-lintas di sana. Jupe menunggu sampai mobil itu berhenti di sampingnya, lalu membuka pintu belakang untuk masuk.
Kemudian segalanya berlangsung sangat cepat.
Bonehead dan Peggy menyeberangi Hollywood Boulevard.
Bob dan Jupe melompat masuk ke dalam Limousine.
Sebuah mobil kuning muncul sekilas di ujung Hollywood Boulevard.
Limousine itu meluncur ke depan dengan cepat.
Jupe mencondongkan badannya supaya pandangannya tidak lepas dari Bonehead dan Peggy. Mereka telah menghilang.
Petualangan Manusia Harimau 2 Animorphs - 16 Memburu Yeerk Kembar Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 14
^