Pencarian

Trio Penyamar 2

Trio Detektif Trio Penyamar Bagian 2


Bob menjauhi dinding dan melihat ke atas ke arah jendela.
Sebuah bayang-bayang wajah muncul di bagian luar kaca jendela yang buram. Bob
menghembuskan nafas lega. Pete mengintip melalui jendela! Penyelidik Kedua menyeringai
ke arah Bob lalu memberi isyarat agar anak itu tidak bersuara sementara ia berusaha
membuka daun jendela yang berkarat. Jendela itu akhirnya terbuka, berderit seolah-oleh
memprotes. Bob menatap pintu dengan panik, lalu berpaling kembali ke arah Pete.
"Kau ada tali"" bisik Bob.
Pete menggelengkan kepala. "Lempar kemejamu ke sini!" bisiknya. Bob bergegas
membuka kemejanya dan melemparkannya ke Pete, yang kemudian menghilang selama
beberapa saat yang serasa berabad-abad.
Sementara menunggu Pete muncul kembali, Bob mendengar suara lain. Suara pintu
garasi yang besar terbuka. Penculiknya telah kembali!
"Pete!" bisiknya. "Pete, cepat!"
Kemudian Bob mendengar suara langkah. "Ada yang datang!" desisnya. Langkah-langkah
itu semakin dekat ... di mana Pete" Tepat pada saat itu kepala Pete muncul kembali di
jendela. Ia telah merobek kemeja Bob dan kemejanya sendiri menjadi beberapa helai kain
memanjang dan mengikat potongan-potongan itu menjadi semacam tali. Ia melemparkan tali
itu melalui jendela dan Bob menangkapnya tepat pada saat pintu ruangan itu
terbuka! "Oh, kupu-kupu mengepakkan sayapnya, eh"" kata si orang Asia. Lelaki pendek itu
menyerbu masuk sementara Pete menarik tali itu. Lelaki itu menangkap kaki Bob tapi tidak
berhasil menahannya karena Bob menendang-nendang dengan liar sambil memanjat.
Ketika Bob memanjat keluar melalui ambang jendela, ia melihat bahwa Pete telah
menumpukkan beberapa drum minyak sehingga ia dapat mencapai jendela. Ia menjejakkan
kaki di atas drum itu dan memandang ke dalam ruangan. Si pria Asia telah menggenggam
tali itu dan mulai memanjat. Ketika ia telah dekat dengan jendela, Pete melepaskan tali dan
meloncat turun. Terdengar suara berdebam dengan jatuhnya lelaki Asia itu ke lantai.
Pete mendarat di tengah kepulan debu, diikuti oleh Bob.
"Ahhh!" seru Bob.
Rasa nyeri merambati kaki kanannya, membuat Bob menahan nafas. Beberapa waktu
yang lalu Bob pernah dengan bodohnya mencoba memanjat tebing di dekat Rocky Beach
seorang diri. Ia terjatuh dan kakinya patah di tempat yang tak terhitung banyaknya --demikian menurut Dokter Alvarez. Sejak saat itu ia terpaksa menggunakan penopang sampai
kakinya cukup kuat untuk dipakai berjalan lagi. Meskipun sudah berbulan-bulan ia tidak lagi
mengenakan penopang itu, nampaknya Bob telah membebani bekas patahan di kakinya
terlalu berat ketika ia meloncat dari atas drum. Pete berlari mendekat dan dengan tangannya
menopang Bob. "Kau tak apa-apa"" tanyanya sambil memandang ke arah jendela. "Bisa berjalan""
Bob menggertakkan giginya. "Yah, tapi tidak jauh-jauh."
"Sepedaku kusembunyikan di semak-semak tidak terlalu jauh dari sini. Kira-kira kau bisa
mencapainya"" Bob nampak membulatkan tekad. "Kita coba saja!" katanya keras kepala.
Pete tersenyum dan membantu temannya tertatih-tatih secepat yang ia bisa ke
sepedanya, selama ini terus-menerus memandang ke belakang untuk melihat kalau si pria
Asia mengejar mereka. Ketika mereka tiba di tempat sepeda Pete, ia menyuruh Bob duduk di
setang sementara ia mengayuh secepat-cepatnya menuju Jones Salvage Yard.
"Bagaimana kau menemukanku"" tanya Bob lega. "Apakah kau mengikuti jejak dari alat
penjejak"" Pete menceritakan bagaimana ia nyaris tidak berhasil kabur dari Leo Magellan dan si
petugas keamanan. "Aku tidak bisa kembali ke museum sampai mereka pergi!" katanya.
"Ketika aku kembali, aku tidak melihat jejak dari tempat mobil Magellan diparkir tadi. Aku
tahu kau takkan pergi tanpa alasan jelas, jadi aku mengikuti firasatku, mencari-cari di
sekeliling tempat parkir hingga kutemukan jejak itu. Kuikuti sampai kemari. Kau beruntung,
aku langsung menemukanmu pada jendela pertama!"
"Wah, pekerjaan yang bagus, Pete!" kata Bob kagum. "Tunggu sampai kita telah kembali
ke pangkalan dan bercerita kepada Jupe tentang petualangan yang dilewatkannya sementara
ia menunggui telepon!"
Matahari sedang terbenam ketika Pete mengayuh sepedanya melewati gerbang besi besar
di pangkalan. Konrad menyuruh mereka menuju bengkel Jupe, tempat Jupe marah-marah
sejak kepergian mereka. "Jupe sedang kesal," kata Konrad memperingatkan. "Sebaiknya hati-hati, jangan sebut-sebut tentang pekerjaan," ia tersenyum. Menurutnya tidak ada anak Amerika yang bekerja
lebih keras daripada dia."
Anak-anak itu tertawa dan bisa menebak apa yang telah terjadi. Bibi Mathilda telah
memojokkan Jupe dan menyuruhnya mengerjakan salah satu proyeknya yang tidak habis-habis, menumpuk, memilah-milah, mengatur, dan memperbaiki barang bekas! Pete
mengayuh sepedanya menuju bengkel Jupe, Bob masih tetap duduk di setang. Mereka
menemukan teman mereka yang gempal itu sedang duduk dengan muram di sebuah kursi
lipat, memandangi lampu khusus di atas mesin cetak yang akan menyala jika ada yang
menelepon ke markas. Jupe mengangkat mukanya ketika melihat teman-temannya datang dan segera
menyadari bahwa Bob terpincang-pincang. Rasa cemas merambati wajahnya. "Kau cedera!
Apa yang terjadi" Ada masalah""
"Bisa dibilang demikian," kata Pete.
"Sementara kau terjebak di sini, bekerja setengah mati untuk Bibi Mathilda, kami
menemukan kepingan baru untuk teka-teki ini," kata Bob bercanda. "Seandainya saja Bibi
Mathilda dan Paman Titus menyuruhm
u bekerja lagi besok, Pete dan aku pasti sudah berhasil
memecahkan kasus ini!"
Tapi Jupe nampak sangat serius. "Kau mencederai kembali kakimu, Data. Kita harus
membawamu ke rumah sakit dengan segera!"
Bob terpaksa setuju. Ia sangat ingin memberi tahu Jupe tentang hari menarik yang
mereka lalui namun ia harus mengakui bahwa kakinya benar-benar sakit. "Sepertinya kau
benar," ia mengangkat bahu. "Tapi kami akan menceritakan apa yang terjadi selama di
jalan." "Setuju," kata Jupe. "Aku harus menelepon dari markas, setelah itu akan kuminta Paman
Titus mengantarkan kita ke rumah sakit. Sementara itu kau menelepon orangtuamu dari
rumah dan memberi tahu apa yang terjadi."
Beberapa saat kemudian kedua anak itu telah berdesak-desakan di dalam pick up
pangkalan, Bob duduk di pangkuan Pete. Jupe telah meminjami mereka dua kemeja
miliknya, kemeja-kemeja itu begitu besar sehingga kedua anak itu nampak kocak.
Tanpa merasa terganggu, mereka menceritakan petualangan mereka hari itu kepada
Jupe, memastikan mereka tidak melupakan fakta bahwa ada seseorang bernama Jensen
yang bekerja di museum dan bahwa beberapa jambangan dari Dinasti Won telah dicemari
dengan tanda tanya. "Dan kau yakin bahwa orang yang menculikmu bukanlah orang yang mengeluarkanmu
dari van"" tanya Jupe.
"Positif," jawab Bob. "Penculikku berbadan besar, sangat kuat. Yang mengeluarkanku
bertubuh kecil dan pendek, orang Asia. Jelas bukan orang yang sama."
Jupe nampak hanyut dalam pikiran ketika Konrad memarkir kendaraan di depan pintu
rumah sakit. "Kita telah tiba," kata Konrad. "Akan kugendong Bob ke dalam."
"Tidak perlu, Konrad, tidak separah itu," protes Bob.
"Tidak, Bob, kau tidak boleh berjalan. Kugendong kau sekarang," kata lelaki Bavaria
bertubuh besar itu dengan tegas.
Ketika anak-anak itu memanjat keluar, mereka melihat sebuah sedan abu-abu berhenti di
samping pick up. Yang datang adalah Worthington, supir pribadi anak-anak. Beberapa waktu
yang lalu Jupiter telah memenangkan hak menggunakan sebuah Rolls-Royce bersepuh emas
dari Rent-'n-Ride Auto Rental Company dalam sebuah kontes yang mereka sponsori.
Termasuk dalam hadiah itu adalah seorang supir cakap berkebangsaan Inggris bernama
Worthington. Selama beberapa kasus yang mereka tangani, Worthington menyukai ikut serta
dalam penyelidikan anak-anak itu dan kini menganggap dirinya penyelidik keempat tidak
resmi. Supir Inggris bertubuh langsing itu bergegas menggabungkan diri.
"Master Andrews, Anda cedera!" serunya.
"Tidak parah, Worthington," kata Bob. "Hanya salah mendarat dan terlalu membebani
kakiku." "Biarlah Dokter Alvarez yang menilainya," kata Worthington serius. Mereka masuk ke lobi
tempat Dokter Alvarez dan orangtua Bob telah menunggu. Sementara Konrad menggendong
Bob untuk tes sinar X, Jupiter mengusap rambutnya dan menggeleng-geleng dengan kesal.
"Aku merasa bertanggung jawab atas cederanya Bob," katanya. "Seharusnya aku saja yang
pergi dan Bob menunggui telepon."
"Kau tidak boleh menyalahkan dirimu, Pertama," kata Pete. "Sudah berapa kali kita
menghadapi situasi yang tidak mengenakkan ketika menangani kasus" Kau sendiri pernah
cedera, aku juga. Bob akan segera normal kembali."
"Master Crenshaw benar sekali," kata Worthington. "Anda tidak sepatutnya merasa
bersalah. Ada sebuah kasus yang menyangkut reputasi Anda untuk dipecahkan, kecuali saya
benar-benar salah, Master Andrews pasti ingin Anda melanjutkan penyelidikan."
"Kurasa kau benar," desah Jupe. "Tidak ada gunanya menyesali yang telah terjadi. Kau
menemukan sesuatu, Worthington""
"Menemukan"" tanya Pete. "Menemukan apa""
"Kau dan Bob bukan satu-satunya yang menyelidik hari ini. Ketika kalian berada di
museum, aku menelepon beberapa orang, salah satunya Worthington, yang bersedia
membantu kita melakukan suatu penyelidikan. Baiklah, Worthington, apa yang kau
temukan"" Worthington mengusap dagunya dan berdehem. "Saya khawatir, Master Jones ...
sepertinya kesimpulan Anda benar-benar salah!"
BAB X JUPITER SALAH! "Salah"!" seru Jupe. "Tapi aku sudah begitu yakin."
Worthington mengangkat bahu dan duduk di sofa besar di ruang tunggu rumah sakit.
"Saya memanfa atkan keanggotaan saya pada Perkumpulan Seni Rocky Beach untuk
mengecek daftar hadir pada Malam Apresiasi Seni semalam di museum," kata supir jangkung
itu menjelaskan. "Leo Magellan ada di sana dari pukul tujuh hingga lewat tengah malam
menurut daftar itu."
"Berarti ia tidak mungkin terlibat dalam pembobolan-pembobolan yang terjadi! Dan aku
telah demikian yakin ia pasti terlibat," kata Jupe. "Kecuali jika daftar hadir itu telah
dimanipulasi ... Magellan bisa saja menyuruh seseorang memalsu tanda tangannya di buku
tamu." "Mungkin saja," kata Worthington. "Itulah sebabnya saya berinisiatif mengajak
beberapa orang anggota berbincang-bincang untuk memeriksa kalau Mr. Magellan benar-benar hadir dalam pertemuan itu. Ada banyak saksi terpercaya yang dengan positif
mengidentifikasikan kehadirannya semalam."
"Dengan demikian Magellan si pemarah itu bersih," kata Pete, lega. "Sungguh lega aku
tidak perlu berurusan dengan sikap pemarahnya itu lagi! Tapi Jupe, kau bilang kau
menelepon beberapa orang, siapa lagi""
"Chief Reynolds. Menurutnya mereka telah menemukan Skinny Norris di pesisir ... namun
anak itu tidak mau bicara. Katanya ia tahu hak-haknya dan tidak wajib bicara tanpa
kehadiran pengacaranya. Sayangnya dia benar. Sekarang aku menghadapi jalan buntu dalam
kasus ini," Jupe mendesah.
"Kita masih punya kedua lelaki dengan van putih yang menculik Bob," usul Pete. "Mereka
mungkin saja bekerja untuk Magellan."
Jupiter nampak bersemangat lagi ketika ia memikirkan hal itu beberapa saat. Kemudian
ia memukulkan telapak tangannya ke atas sebuah tumpukan majalah dengan sikap berbeda.
"Sejak semula aku merasa Leo Magellan terlalu 'cocok' sebagai seorang tersangka ... namun
aku ceroboh dan tidak mendengarkan firasatku itu; dan akibatnya kita hampir saja
kehilangan Bob! Ini tidak akan terulang lagi," kata Jupe serius.
"Jadi apa langkah kita selanjutnya, Pertama"" tanya Pete.
"Menurutku besok kita harus mengunjungi gudang tempat Bob disekap tadi. Kira-kira
apakah kau bisa mengingat jalan ke sana""
"Tidak masalah," kata Pete. "Tapi aku akan menunggu di markas saja sampai kau
kembali. Pergi ke tempat itu dua kali dalam dua hari bukanlah cara yang menyenangkan
untuk menghabiskan liburan musim panasku. Terima kasih namun tidak, terima kasih!"
Jupiter Jones telah terbiasa dengan Penyelidik Kedua berbicara seperti itu. Pete tidak
pernah suka berhadapan dengan bahaya namun pada akhirnya ia selalu setia terhadap
teman-temannya. "Mungkin kau bisa tinggal di markas dan membantu di pangkalan," jawab
Jupiter lambat-lambat. "Tadi kudengar Bibi Mathilda berkata kepada Konrad bahwa Paman
Titus dan Hans akan mengambil setruk penuh bak mandi besok. Bak mandi dengan kaki
berbentuk cakar." "Hanya itu yang kuperlukan untuk meyakinkanku," seru Pete. "Aku akan pergi ke gudang
itu pagi-pagi sekali! Namun bagaimana dengan peringatan Chief Reynolds agar kau tinggal di
rumah, Jupe"" tanyanya.
"Aku tinggal di rumah seharian hari ini ... kau dan Bob dapat bersumpah untukku," kata
Jupe tersenyum. "Ia tidak bilang berapa lama aku harus tinggal di rumah!"
Saat itu Bob masuk ke dalam ruangan dengan kursi roda, kakinya terbalut rangka besar
berwarna biru yang berfungsi sebagai penopang sementara.
"Bagaimana keadaanmu, Bob"" tanya Jupiter, benar-benar cemas akan temannya.
"Oh, aku akan baik-baik saja," kata Bob dengan murung. "Hanya retak sedikit. Namun
Dokter Alvarez tidak mau mengambil resiko karena ini kaki yang sama. Katanya aku harus
memakai kembali penopangku yang dulu. Sepertinya aku tidak bisa beraksi lagi dalam kasus
ini." ***** Keesokan harinya, pagi-pagi benar kedua detektif itu telah tiba di tempat parkir museum.
Begitu mereka tiba di sana, Pete mengikuti kembali rute yang dilaluinya ketika mengikuti
jejak yang ditinggalkan oleh alat yang dipasang Bob pada van.
Mereka bersepeda beberapa mil sampai jauh di luar kota Rocky Beach dan memasuki
kawasan industri yang terletak di antara Rocky Beach dan Santa Monica. Meskipun Pete
memiliki naluri yang tajam akan arah, Jupe sudah mulai berpikir bahwa temannya telah
tersesat ketika tiba-tiba Pete menghentikan sepedanya
. "Itu dia!" serunya. Penyelidik Kedua menunjuk ke arah sebuah bangunan besar berwarna
putih beberapa blok di depan. Bangunan itu terbuat dari besi bergelombang dan bagian
luarnya sangat perlu dicat ulang.
"Paling tidak aku merasa itulah tempatnya. Mungkin seharusnya kubuat sebuah tanda
tanya di sana dengan kapurku," kata Pete. "Aku terlalu berkonsentrasi untuk bersepeda
pulang, aku tidak dapat memastikannya. Dan terus terang, aku tidak terlalu berminat untuk
mendekat dan memastikannya!"
Jupe menyipitkan matanya, mengamati keadaan sekitar. Koran tua dan sampah
beterbangan di jalan. Tidak ada lalu lintas di kawasan itu, nampak seperti sebuah kota hantu
modern -- suatu tempat persembunyian yang sangat bagus untuk seorang penjahat.
"Kita cukup melihat apakah para penculik itu ada di dalam," kata Jupiter menjelaskan.
"Begitu kita tahu mereka mendiami tempat itu, kita tinggal mencari telepon umum dan
menghubungi yang berwajib."
Namun mereka kurang beruntung. Ketika mereka sampai di gudang yang terbengkalai itu
dan menyelinap hingga cukup dekat untuk mengintip, mereka dengan segera melihat bahwa
tempat itu kosong. Jupe memerintahkan untuk mencari petunjuk di sekitar tempat itu.
Mereka tidak menemukan apa-apa kecuali jejak ban van menuju dan kemudian menjauhi
bangunan itu, serta cat semprot yang masih baru.
"Sepertinya kita kurang beruntung, Pertama," kata Pete putus asa. Ia menendang sebutir
kerikil dan memandang Jupe penuh harap. Jika ada petunjuk di depan mata, Jupiter
sepertinya selalu dapat menemukannya sementara Pete dan Bob menyerah.
"Sepertinya kau benar, Dua," kata Jupe setuju. "Kita harus mencoba pendekatan yang
lain besok. Ada sesuatu tentang kasus ini yang menggangguku namun sampai sekarang aku
tidak tahu apa," katanya. "Bagaimanapun juga, Malam Penghargaan tinggal dua hari lagi dan
belum ada yang memberi tahu bahwa kita tidak jadi diundang, maka sebaiknya sekarang kita
berkonsentrasi untuk acara itu. Terus terang, Dua, aku benar-benar bingung!"
Pete menatap Jupe sambil mengangkat alis. Sungguh jarang Jupiter Jones mengakui
bahwa ia bingung! BAB XI JUPE MENARIK KESIMPULAN Ketika Jupe tiba di rumah sore itu, ia berhenti untuk memastikan bahwa pangkalan
telah terkunci. Ia dapat melihat samar-samar cahaya televisi dari pondok kecil yang
didiami oleh Hans dan Konrad dan dapat mendengar suara kedua bersaudara itu tertawa
terbahak-bahak melalui sebuah jendela yang terbuka. Sambil tersenyum Jupe
menyeberang jalan menuju rumah kecil tempat tinggalnya bersama paman dan bibinya.
Detektif gempal itu sedang tidak berselera dan hanya makan sedikit, membuat
paman dan bibinya heran. Sepanjang malam rentetan kejadian minggu itu melintas di
kepalanya dan ia berusaha menarik kesimpulan dari semua itu. Ia merasa yakin ada
suatu pola di balik kasus ini. Jika ia berusaha cukup keras seharusnya ia bisa
menemukannya. Namun sementara matahari mulai tenggelam di kaki langit, langit berubah abu-abu,
dan bintang-bintang mulai bercahaya, pola itu tetap tersembunyi. Setelah berulang kali
membalik badan di tempat tidur, Jupe akhirnya tertidur dengan kasus Trio Penyamar di
dalam benaknya. ***** Jupe tahu hari pasti telah pagi. Sebelum membuka mata, ia telah dapat mencium
harum sarapan daging dan telur yang sedang disiapkan Bibi Mathilda di dapur di bawah.
Ia berbaring di ranjang dan mengusap-usap matanya, berusaha mengingat mimpi yang
dialaminya sebelum terbangun.
Di dalam mimpi itu Bob berada dalam kesulitan, ia terjebak di dalam sebuah peti
mati dan berusaha menyelipkan secarik kertas berisi pesan melalui sebuah retakan di
penutup peti supaya teman-temannya tidak menguburnya hidup-hidup. Jupe
mengerutkan kening atas mimpi aneh itu dan turun dari ranjang, berniat mengisi bahan
bakar dengan sarapan yang lezat untuk memulai hari yang baru ... dan untuk
menggantikan makan malamnya yang tidak seberapa.


Trio Detektif Trio Penyamar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia berhenti sekonyong-konyong.
Jupe berkedip dan berdiri di kaki ranjangnya, mulutnya terbuka.
Ia telah berhasil! Ia telah mendapatkan jawaban atas teka-teki itu!
Sambil terburu-buru mengenakan pakaian, ia berlari ke bawah dan meraih pesawat
telepon . "Demi Tuhan dan langit!" seru Bibi Mathilda. "Jangan macam-macam sebelum kau
mengisi perutmu, Jupiter Jones! Kau akan mengkerut dan tertiup angin nanti kalau
tulang-tulangmu itu tidak segera kau beri daging!"
"Bolehkah aku menelepon dulu, Bibi Mathilda" Ini mendesak sekali!" Jupe memohon.
Paman Titus memandang melalui bagian atas koran dan bergumama kepada istrinya.
"Permainan sedang berlangsung, Sayang. Biarlah anak ini menelepon dan aku berani
bertaruh uang lawan donat ia akan memakan apapun yang kau hidangkan nanti."
Bibi Mathilda menggerutu dan kembali sibuk di dapur. Jupe menyeringai ke arah
pamannya dan mulai memutar nomor telepon Pete.
***** Setengah jam kemudian anak-anak itu berkumpul di rumah Bob, duduk di tepi
ranjang teman mereka itu. Bob duduk berganjal beberapa bantal, kakinya masih
terbungkus penopang. "Kupikir karena kau sedang tidak dalam kondisi yang menguntungkan, kita harus
mengadakan rapat di rumahmu, Bob," Jupe menjelaskan.
"Jadi apa berita besarnya, Jupe"" kata Bob.
Mata Jupe berbinar-binar dan ia tersenyum-senyum senang.
"Aku telah memecahkan kasus ini!" katanya mengumumkan. "Dan itu kulakukan
dengan sedikit bantuan dari Bob!"
"Oh ya"" kata Bob. "Apa yang kulakukan""
"Bagaimana mungkin patahnya kaki Bob membantumu memecahkan kasus ini,
Jupe"" tanya Pete bingung.
"Bukan itu maksudku. Kejadiannya dalam mimpiku!" seru Jupe. "Semalam aku
bermimpi tentang Bob. Dalam mimpiku itu ia terjebak di dalam sebuah peti yang sangat
gelap. Sepertinya sebuah peti mati. Ia berusaha memberi tahu kita bahwa ia ada di
dalam dengan menyelipkan secarik kertas melalui sebuah retakan. Aku merasa ada
sesuatu yang sama sekali tak asing lagi dengan situasi itu ... dan ketika aku terbangun,
aku tahu!" "Kau tahu apa"" desak Pete.
Bob merasa mengerti. "Kejadian itu terasa tidak asing bagimu karena sudah pernah
terjadi!" serunya. "Tepat!" kata Jupe. "Hanya saja Bob tidak terperangkap di dalam sebuah peti mati,
melainkan sebuah peti penyimpan anggur! Ketika aku teringat akan mimpi itu, semua
potongan teka-teki seakan-akan terjatuh ke tempatnya yang tepat! Toko roti yang
dibobol itu adalah Pearl's Bakery, Pearl ... mutiara. Toko peralatan itu adalah Green's ...
hijau. Tempat permainan itu adalah The Mineshaft ... lubang tambang. Toko minuman
itu adalah The Vineyard ... kebun anggur. Si polisi gadungan bernama Jensen ... dan ia
bahkan sempat menyebut Chinatown dan nama Chang. Nah, sekarang apa yang
menghubungkan mutiara, hijau, lubang tambang, kebun anggur, Chinatown, dan nama
Jensen serta Chang""
Pete segera paham. "Misteri Hantu Hijau!" jawabnya. Namun kemudian ia
menggelengkan kepala dan menatap Bob dan Jupe dengan putus asa. "Namun kau
harus menjelaskannya kepadaku. Apa hubungannya salah satu kasus lama kita dengan
adanya seseorang yang berusaha memfitnah kita""
"Dua kata, Pete. Balas dendam!"
"Balas dendam" Maksudmu seseorang dari kasus lama itu berusaha membalas kita""
seru Pete. "Menurutmu siapa, Pertama""
"Biar kutebak!" kata Bob. "Pasti Jupe menduga Mr. Won ... lelaki Cina misterius yang
mengaku berumur seratus tujuh tahun! Ia hendak membalas dendam karena kita
menghancurkan Mutiara Hantu terakhir!"
"Mr. Won" Sebuah nama yang tak ingin kudengar lagi!" desah Pete. "Satu kasus saja
cukup untuk lelaki itu."
"Hampir, Bob, namun tidak tepat," kata Jupe dengan dramatis.
"Bukan Mr. Won"" tanya Bob. "Lalu menurutmu siapa""
"Memang semula kupikir juga Mr. Won ... ingat, jambangan-jambangan yang dirusak
di museum berasal dari Dinasti Won. Namun demikian hal itu terlalu gampang dan balas
dendam sepertinya bukan sifat Won. Aku tak percaya ia mau bersusah payah demi tiga
orang anak dari Rocky Beach. Lagipula kita tidak menghancurkan kalung Mutiara Hantu
dengan sengaja, hanya kecelakaan."
"Baiklah, jika bukan Won lalu siapa"" tanya Pete.
Jupe mengangkat bahu seolah-olah bagi Pete dan Bob jawabannya sejelas baginya.
"Menurut deduksiku, petugas polisi yang menggunakan nama Jensen itu menggunakan
nama aslinya." "Jensen!" seru Bob. "Mandor dari Verdant Valley. Balas dendam sudah jelas
merupakan sifatnya."
"Waduh!" kata Pete. "Ia tidak
pernah tertangkap sejak melarikan diri dari Hashknife
Canyon. Tapi apa yang dilakukannya di sini di Rocky Beach" Dan mengapa setelah
selama ini"" Jupiter mengeluarkan sebuah kantung kulit kecil dari saku depannya dan
menuangkan isinya di ranjang Bob. "Itulah sebabnya aku mengumpulkan ini," katanya
dengan bangga. "Untuk menjebak Jensen dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu!"
Pete dan Bob menatap isi kantung itu dengan mata terbelalak. Di atas kasur Bob
tergeletak setumpukan mutiara berwarna abu-abu buram. Mutiara Hantu!
BAB XII MEMBUAT PERANGKAP "Wah! Mutiara Hantu!" Bob dan Pete berseru serempak. "Di mana kau temukan, Jupe""
Penyelidik Pertama yang gempal itu tidak dapat menahan tawa. "Aku tidak menemukan
mutiara-mutiara ini, aku membuatnya."
"Membuat" Apa maksudmu"" tanya Pete.
Jupiter meraup segenggam mutiara dan memberikannya kepada Bob dan Pete. "Ketika
aku akhirnya bisa menduga siapa di balik semua ini, aku mulai menyusun rencana, yang
akan kubeberkan sebentar lagi. Langkah pertama adalah menyiapkan beberapa Mutiara
Hantu. Kalian sama tahunya dengan aku bahwa Mutiara Hantu terakhir telah hancur dalam
gua di Verdant Valley. Maka aku memutuskan untuk membuat beberapa butir tiruannya. Jika
kalian amati mutiara di tangan kalian, kalian akan melihat bahwa itu hanyalah kerikil halus
yang kupungut di jalan masuk pangkalan dan kucat abu-abu. Hasilnya cukup meyakinkan
bukan"" "Kau berhasil menipuku," kata Bob. "Tapi bagaimana kita akan memanfaatkannya""
"Koreksi," kata Jupe, "maksudmu, bagaimana Pete dan aku akan memanfaatkannya."
"Oh ya," kata Bob muram. "Aku benar-benar tidak suka tidak dapat ikut beraksi.
Sepertinya Duet Detektif akan menangani sisa kasus ini."
"Jangan khawatir, Bob," kata Jupe menenangkan. "Aku punya perasaan bahwa akan
banyak yang bisa kau tulis tentang kasus ini setelah malam penghargaan besok."
"Apakah kita akan menggunakan batu-batu ini untuk menjebak Jensen"" tanya Pete.
"Ya," kata Jupe. "Kita tahu bahwa Jensen adalah seorang penjahat berbahaya yang akan
melakukan apa saja demi uang. Maka marilah kita pancing dia masuk ke dalam perangkap
dengan sesuatu yang tak ternilai. Jensen tahu bahwa Mr. Won akan membayar tinggi, maka
menurutku ia takkan menolak umpan ini. Ia akan berusaha mendapatkan mutiara ini ... dan
kita akan ada di sana untuk menangkapnya!"
"Bersama polisi, tentu saja," Pete menambahkan.
"Tentu saja," kata Jupe setuju. "Jensen terlalu berbahaya untuk kita tangani sendiri. Aku
sama sekali tidak keberatan meminta bantuan Chief Reynolds untuk menyelesaikan kasus
ini." Remaja gempal itu meraup perhiasan tak ternilai itu dan memasukkannya kembali ke
dalam kantung. "Jadi apa tindakan kita sekarang, Pertama"" tanya Pete.
"Sekarang kita harus mengumumkan bahwa kita memiliki beberapa butir Mutiara Hantu
terakhir di dunia! Kita akan memberi tahu Chief Reynolds tentang rencana kita dan minta
bantuannya menyebarkan berita ini. Kita dapat menghubungi stasiun radio setempat dan
meminta mereka mengumumkan bahwa Trio Detektif akan memamerkan cendera mata dari
beberapa kasus mereka yang paling terkenal -- termasuk Mutiara Hantu yang menakjubkan -- dalam acara besok."
"Ayahku kenal dengan penerbit surat kabar Rocky Beach. Aku bisa memintanya
memasang iklan dalam terbitan hari ini, mengatakan bahwa Mutiara Hantu akan
dipamerkan," kata Bob. Ayah Bob telah lama bekerja pada sebuah surat kabar terkenal di Los
Angeles. Ia sering kali tertarik akan kasus-kasus anak-anak itu dan menawarkan bantuan
jika mungkin. "Usul yang bagus, Data," kata Jupe. "Dan selagi kau tidak dapat ke mana-mana, kau bisa
memulai Hubungan Hantu ke Hantu, meminta anak-anak menyebarkan berita tentang
mutiara ini kepada siapa saja yang mau mendengarkan." Hubungan Hantu ke Hantu adalah
rancangan Jupiter; masing-masing dari mereka menelepon lima orang kawan yang berbeda
dan meminta mereka melakukan sesuatu. Masing-masing dari kelima kawan itu selanjutnya
menelepon lima orang kawan mereka dan menyampaikan hal yang sama. Dalam waktu
beberapa jam Trio Detektif bisa mengerahkan seluruh populasi anak-anak Rocky Beach!
"Bagaimana d engan kita, Jupe"" tanya Pete. "Tidakkah sebaiknya kita melakukan
Hubungan Hantu ke Hantu juga""
"Kita lakukan nanti. Sekarang kau dan aku harus turun ke jalan dan menyebarkan berita
tentang mutiara ini."
"Mengapa aku tiba-tiba merasa cemas"" tanya Pete resah.
"Sepertinya kau telah mengenalku dengan baik," kata Jupe sambil tersenyum. "Kita tahu
Jensen mengamat-amati kita ... kemungkinan pada saat kita berbicara ini."
Pete menelan ludah dan menyibakkan tirai, melihat keluar kaca jendela dengan raut
wajah cemas. "Jangan khawatir, Pete," kata Bob. "Lingkungan sekitar sini aman dan rasanya ia tidak
akan macam-macam ketika hari masih terang."
Jupe melanjutkan, "Kita tahu ia mengamati kita, maka biarlah ia mendengar kita juga.
Pete dan aku akan kembali ke pangkalan dan berkeliling, berusaha nampak sibuk. Selama itu
kita akan berbicara dengan keras tentang betapa bersemangatnya kita akan penghargaan itu
dan tentang akan dipamerkannya Mutiara Hantu."
Pete mulai berjalan mondar-mandir dan mengusap-usap rambutnya. "Sekarang aku
benar-benar cemas!" "Kujamin kita tidak akan apa-apa," kata Jupe.
"Bukan itu," seru Pete. "Jika kita mondar-mandir di sekitar pangkalan, itu sama saja
dengan meminta dipekerjakan oleh Bibi Mathilda!"
Ketiga sahabat itu tertawa terbahak-bahak.
***** Beberapa menit kemudian, setelah meninggalkan Bob untuk mulai menelepon, Jupe dan
Pete menghentikan sepeda mereka di depan gerbang pangkalan.
"Kita gunakan pintu depan," kata Jupe. "Tidak ada gunanya memberi tahu semua rahasia
kita." "Apa yang harus kukatakan"" tanya Pete.
"Apa saja yang terpikir olehmu. Bicara dengan keras namun wajar."
"Gampang saja bagimu mengatakannya," desah Pete. "Akting bagimu telah mendarah
daging." Selama sejam berikutnya kedua anak itu berkeliaran di Jones Salvage Yard, merapikan
barang-barang dan berbicara dengan kuat tentang Mutiara Hantu. Ketika Jupe merasa puas,
ia menarik Pete ke pondok kecil yang berfungsi sebagai kantor dan berbisik di telinganya.
"Sepertinya sudah cukup bagus. Sekarang kita tinggal menunggu Jensen mengambil
tindakan. Aku akan memberi tahu Chief Reynolds dan menjelaskan rencana kita. Pasukannya
harus benar-benar waspada pada acara penghargaan besok, siap untuk menangkap Jensen
saat ia berusaha mengambil mutiara itu. Apakah tidak apa-apa bagimu untuk pulang
bersepeda" Mungkin sebaiknya kita minta tolong Konrad mengantarkanmu."
"Tidak apa-apa," bisik Pete. "Tidak jauh dan seperti kata Bob, kecil kemungkinannya ia
akan mencoba macam-macam di tengah hari."
Jupiter memikirkannya selama beberapa saat. "Aku yakin itu benar namun aku akan lebih
tenang jika kau keluar tanpa terlihat. Gunakan saja Gerbang Biru Dua dan ambil jalan
belakang untuk ke rumahmu. Lebih baik berhati-hati." Gerbang Biru Dua adalah sebuah jalan
masuk rahasia di pagar pangkalan, terletak di sudut jauh pangkalan di balik kantor. Pagar
bagian luar dilukisi dengan pemandangan di taman, ibu-ibu berpakaian gaya Victoria lengkap
dengan payung mengawasi anak-anak mereka bermain di tepi sebuah kolam. Dua papan
yang merupakan jalan masuk rahasia itu berwarna biru terang seperti langit. Karena sulit
untuk menggunakannya tanpa dilihat Bibi Mathilda, anak-anak itu jarang memanfaatkannya
kecuali dalam keadaan darurat.
"Akan kutelepon kau setelah tiba di rumah," kata Pete.
"Baiklah. Jangan lupa menelepon untuk Hubungan Hantu ke Hantu supaya orang-orang
mulai membicarakan Mutiara Hantu. Dan jangan lupa mandi bersih-bersih dan mengenakan
pakaian terbaikmu untuk besok!"
"Tidak akan lupa!" bisik Pete. Remaja jangkung itu mengayuh sepedanya ke balik kantor
dan menghilang melalui Gerbang Biru Dua sementara Jupe masuk kembali ke kantor dan
mulai menelepon. ***** Di seberang jalan Jensen dan rekannya si orang Asia duduk di dalam sedan dengan mesin
menyala. "Nah, apa itu tadi ... Mutiara Hantu, Ping" Baru saja kita hendak melakukan aksi
terakhir dan meninggalkan kota ini. Bagaimana menurutmu"" gerutunya.
"Sepertinya sebuah perangkap," gumam Ping.
"Itulah yang kupikirkan," kata Jensen setuju. "Tetap saja aku akan punya cukup uang
untuk seumur hidup jika aku bisa mendapatk
an mutiara itu dan kita tidak usah
melaksanakan rencana semula untuk menculik anak gendut itu demi tebusan."
"Sepertinya beresiko," kata Ping. "Tak mungkin kita bisa mengambil mutiara-mutiara itu
dengan polisi di mana-mana. Kita harus menyusun rencana."
"Oh, aku punya rencana, Ping," desis Jensen. "Tentu saja aku punya rencana."
BAB XIII PERANGKAP TELAH SIAP Keesokan harinya Bob bangun pagi-pagi dan terpincang-pincang turun ke dapur tempat
ibunya sedang memasak telur goreng untuk sarapan.
"Selamat pagi, Robert," sapa ibunya. "Cepatlah makan sarapanmu. Kau perlu lebih
banyak waktu untuk bersiap-siap sekarang karena penopang kakimu itu."
Ayah Bob sedang menikmati ritual hari Sabtunya dengan surat kabar, pipa, dan kopi yang
banyak. Ia meletakkan korannya dan tersenyum kepada Bob. "Jadi hari inilah hari
besarnya"" "Ya," kata Bob antusias. "Jupe berharap kita bisa menyelesaikan kasus ini hari ini!"
"Kasus," kata ayahnya, sedikit kaget. "Maksudku acara penghargaan itu."
"Oh ya," Bob mengangkat bahu, menyeringai. "Itu hari ini juga."
"Kalian tidak sedang mempersiapkan yang aneh-aneh kan"" tanya ayahnya curiga.
Ibunya meletakkan piring di depan Bob dan menuangkan jus jeruk untuknya. "Yang
aneh-aneh tidaklah terlalu aneh untuk Jupiter Jones. Ia memang telah menemukan cincinku
tapi kadang-kadang anak itu terlalu pintar!" kataya, menggelengkan kepala sebagai
penegasan. "Sekarang makanlah, Robert. Akan kusiapkan pakaianmu di tempat tidur."
Sebentar kemudian terdengar tiga klakson kencang di depan rumah Bob. Bob mengintip
dari jendela dan melihat Rolls Royce bersepuh emas yang mengagumkan itu bertahta seperti
sang raja hutan. Ia menyeret kakinya dan keluar dari pintu depan. Worthington melompat
keluar dari mobil dan berlari ke sisi yang lain untuk membukakan pintu untuk Bob.
"Terima kasih, Worthington."
"Sama-sama, Master Robert. Oh ya, saya akan senang sekali jika dapat membantu
memecahkan kasus Anda. Mobil ini akan berada di depan Rotary Club, siap berangkat begitu
diperlukan." Bob tersenyum sambil masuk ke bagian dalam Rolls Royce yang mewah. "Aku tak tahu
apa yang dapat kami lakukan tanpamu, Worthington."
Beberapa menit kemudian mobil anggun itu berhenti di depan Jones Salvage Yard. Jupe
dan Pete berdiri di depan pagar, nampak bersih sekali. Rambut mereka tersisir rapi dan
mereka mengenakan pakaian terbagus mereka. Bob dapat melihat bahwa Jupiter juga
membawa ranselnya. "Kue dan soda lagi, Jupe"" tanyanya ketika kedua anak itu masuk ke mobil.
"Kalau Jensen beraksi nanti, aku mau kita telah siap," kata remaja gempal itu. "Ini
walkie-talkie kita, alat penjejak, dan kapur. Benda-benda ini akan dipamerkan namun kita
akan bisa segera meraihnya kapan pun Jensen berusaha mengambil mutiara itu."
"Menurutku ia gila jika ingin beraksi di acara itu," kata Pete. "Tempat itu pasti akan
dipenuhi polisi!" "Kuduga Jensen malah akan memanfaatkan keadaan itu," jawab Jupe.
"Maksudmu ia akan menyamar sebagai salah seorang anak buah Chief Reynolds"" tanya
Bob. "Kemungkinannya tidak kecil. Aku berencana akan memperingatkan Chief begitu kita tiba
agar hati-hati terhadap adanya polisi yang menyamar."
Worthington berdehem. "Maaf, Teman-teman. Saya harus tetap berada di mobil karena
itu adalah tugas saya. Namun demikian saya akan membuka mata terhadap kegiatan apapun
yang mencurigakan di luar gedung Rotary Club."
"Jika tidak terlalu merepotkan, aku ingin kau masuk sebentar, Worthington. Aku tahu
banyak orang yang ingin berjumpa dengan Penyelidik Keempat Tidak Resmi," kata Jupe.
Worthington tersenyum. "Mungkin saya bisa meninggalkan mobil sebentar. Cukup untuk
sedikit teh dan biskuit."
Mereka semua tersenyum. Worthington dan gaya hidup Inggrisnya sering kali kontras
dengan kepribadian California Selatan.
Beberapa saat kemudian Worthington bersuara. "Kita telah tiba dan merupakan


Trio Detektif Trio Penyamar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehormatan bagi saya jika Anda mengizinkan saya membukakan pintu," katanya.
"Tentu saja, Worthington. Akan membuat kedatangan kami penuh kesan," jawab Jupe.
***** Sejenak kemudian anak-anak itu duduk di meja kehormatan di sisi kanan podium. Leo
Magellan, direktur museum yang gend
ut, duduk di meja di sisi kiri dan memandang Pete
dengan curiga. Pete menyikut Jupe. "Sepertinya ia mengenaliku," katanya sambil menelan ludah.
"Santai saja, Pete," bisik Jupe. "Kau tidak salah apa-apa. Sebelum hari ini berakhir
kuharap kita dapat membuktikannya!"
Panitia memberikan penghargaan atas pengabdian mereka terhadap masyarakat dan
persembahan cek berjalan lancar tanpa terjadi sesuatu yang tidak wajar. Mutiara masih
berada di dalam kotak kaca di atas meja di tengah ruangan bersama beberapa cendera mata
dari kasus-kasus Trio Detektif yang lain, seperti proyektor yang digunakan untuk
menghasilkan hantu dari Misteri Hantu Hijau, koin emas dari Pulau Tengkorak, dan kalung
laba-laba perak dari Varania. Jupe nyaris gemetar di kursinya penuh harap.
"Aku tak mengerti," desahnya. "Aku yakin Jensen akan sudah beraksi sekarang. Acara ini
hampir selesai! Mari kita berbaur dengan orang-orang dan mencoba mengenali Jensen."
Anak-anak itu meninggalkan tempat duduk mereka. Pete menolong Bob menuruni tangga
panggung dan mereka menghilang di antara orang-orang yang memenuhi ruangan.
Tepat pada saat itu terdengar bunyi barang pecah dari arah dapur. Jupe berusaha
mencapai pintu dapur dan berusaha mencari Pete dan Bob di tengah kerumunan. Kini
terdengar teriakan dan jeritan dari balik pintu ayun dapur. Semua orang menoleh untuk
melihat apa yang terjadi. Jupe dapat melihat Chief Reynolds berbicara melalui walkie-talkie-nya. Paling tidak dia waspada! Tiba-tiba pintu dapur terbuka dan Jupe terjatuh ke lantai. Koki
kepala dari jasa boga sedang memarahi seorang bawahannya yang ceroboh.
"Kau bodoh! Kau telah memecahkan jambangan Cina seharga seribu dolar!"
"Bukan saya," kata pelayan itu bersikeras. "Saya didorong!"
"Hah! Didorong," kata si koki sinis. "Seperti waktu itu kau juga 'didorong', eh" Tidak akan
terulang lagi! Kau dipecat!"
"Tapi ... tapi ..." pelayan itu tergagap-gagap.
Jupe cepat bangkit. Ini dia! Suatu pengalih perhatian! Ia lekas-lekas menatap sekeliling
ruangan, mencari Bob dan Pete. Mereka tak terlihat di tengah-tengah lautan manusia ... dan
walkie-talkie mereka ada di dalam kotak kaca di sisi lain ruangan! Jupe berpikir cepat. Hanya
ada satu hal yang bisa dilakukan.
Secepat seekor kucing, Jupe menyelinap melewati koki yang sedang marah itu dan masuk
ke dapur. Beberapa pelayan telah berhenti bekerja untuk memandangi kejadian itu dan
hampir-hampir tidak menyadari kehadirannya. Jupe mengamati semua wajah mereka,
mencari Jensen. Ia tidak ada di dapur. Jupe berjalan cepat ke pintu masuk pelayan dan
mengintip melalui pintu belakang ke tempat parkir di belakang gedung Rotary Club.
Tidak ada siapapun di tempat parkir, hanya ada beberapa buah van putih dari jasa boga.
Jupe berbalik hendak kembali ke ruang makan ketika sesuatu menarik perhatiannya. Tiga
dari van itu berwarna putih mengkilap, baru. Namun yang keempat sudah tua, penyok-penyok, dan penuh karat, seperti mobil yang menculik Bob! Setelah menimbang sejenak,
Jupe memutuskan untuk memeriksanya sendirian dan keluar dari pintu belakang.
Ia melangkah keluar ke bawah cahaya terang matahari dan menudungi matanya. Tidak
ada orang dan sekaranglah kesempatannya! detektif gempal itu bergegas menuju van yang
berbeda itu dan dengan waspada mengintip melalui jendelanya. Kosong. Tanpa membuang
waktu Jupe membuka pintu belakang van.
Ia ternganga. Bagian belakang van putih tua itu dipenuhi hasil seni dan harta dari Asia yang tak ternilai!
Jupe dapat melihat sutra yang indah, peti kayu hasil kerajinan tangan, jambangan yang tak
ternilai, dan benda-benda antik lainnya. Benda-benda curian ini pasti bernilai satu juta dolar,
pikirnya. Tiba-tiba ia mendengar seruan dan suara kaki berlari. Jupe melihat sekeliling, mencari
tempat persembunyian. Hanya ada satu tempat dan ia menyadarinya. Tanpa berpikir dua kali
Jupe melompat masuk ke bagian belakang van dan membanting pintunya hingga tertutup,
tepat pada saat Jensen dan Ping berlari keluar dari sudut gedung Rotary Club.
Jupe menelan ludah dan memandang sekelilingnya di dalam van. Peti itu! Nampaknya
cukup besar untuk seorang anak lelaki ... jika
tidak ada sesuatu di dalamnya! Jupe membuka
penutupnya dan menghembuskan nafas lega. Kosong. Dengan cepat ia melompat masuk dan
menutup penutupnya ... tepat pada waktunya. Jensen dan Ping membuka pintu van dan Jupe
mendengar suara mesin meraung hidup. Kemudian Jupe mendengar suara lain. Bob, Pete,
dan Chief Reynolds! Jupe tersenyum sendiri sementara van itu mulai bergerak dan
berguncang-guncang. Mereka akan membuntuti van itu dan akhirnya memasukkan Jensen ke
penjara, tempatnya yang seharusnya.
Lalu secepat munculnya, senyum Jupe berubah menjadi kerutan ketika ia mendengar
Jensen dan Ping berbicara. "Mendorong si tolol yang membawa piring-piring itu benar-benar
berguna," Jensen tertawa. "Namun anak-anak sialan itu masih sempat melihat kau
memecahkan kaca dan mencuri mutiara-mutiara itu. Kau seharusnya lebih hati-hati,"
katanya memperingatkan. "Yah, sudahlah. Sekarang kita tinggal menyingkirkan van ini,
memuat semua barang ini ke truk yang sebenarnya, dan kita bebas!"
"Apakah Won akan membayar mahal""
"Tentu saja. Bagaimanapun juga ia menganggap semua ini miliknya yang sah. Kita kaya,
Ping! Sekarang kita harus ke San Fransisco tanpa tertangkap oleh polisi!"
***** Di bagian belakang jantung Jupe berdebar kencang dan ia berkeringat dingin.
Won" San Fransisco" Jupe menelan ludah. Ia berada dalam kesulitan besar dan tidak dapat berbuat apa-apa!
BAB XIV NYARIS "Ada yang melihat Jupiter Jones"" seru Chief Reynolds. Orang-orang yang ada di Rotary
dilanda kebingungan; para tamu berdiri di sekitar gedung, memperbincangkan perampokan
dan menganalisis yang baru saja terjadi. Chief Reynolds berseru lagi. "Ada yang melihat
Jupiter Jones"" Beberapa orang di antara kerumunan menggelengkan kepala, yang lain
kembali asyik bercakap-cakap, semakin lama semakin sensasional. Si koki menggeleng dan
menatap Bob dan Pete. "Terakhir kali aku melihat Jones adalah ketika pintu dapur
menjatuhkannya ke lantai. Itu sekitar sepuluh menit yang lalu ... ia tidak mungkin pergi
terlalu jauh dalam sepuluh menit."
"Ingat, yang kita bicarakan adalah Jupiter Jones," kata Pete. "Ia bisa saja berada di
Meksiko sekarang!" "Aku hampir-hampir percaya itu mungkin saja dengan Jones," si koki menghela nafas.
Bob tertatih-tatih dengan penopangnya menuju ke tempat van Jensen terparkir tadi.
"Menurut Anda, apakah mobil-mobil patroli akan bisa menyusul Jensen, Chief""
"Aku telah memberi pengumuman ke seluruh penjuru Rocky Beach and daerah
sekitarnya, termasuk Los Angeles. Polisi akan menghentikan setiap van putih yang mereka
lihat ... kita akan menangkapnya, Bob."
Pada saat itu Pete berbicara, "Chief, baru terpikir oleh saya. Bagaimana jika Jupe sedang
berada di dalam van ketika Jensen dan temannya melarikan diri" Waduh, ia akan mendapat
masalah besar jika mereka menemukannya!"
Chief nampak khawatir. "Memang seperti Jones, berbuat seperti itu. Sebaiknya aku
memberi tahu anak buahku untuk ekstra waspada. Van itu bisa saja punya tempat rahasia."
***** Di dalam peti antik Jupiter Jones tersengal-sengal dan kakinya mulai kesemutan. Ia
menghitung jarak ke San Fransisco dari Rocky Beach, berapa waktu yang diperlukan, dan
menggigit bibir. Ia tidak yakin ia dapat bertahan selama itu di dalam tempat
persembunyiannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil resiko dengan membuka
penutup peti untuk mendapatkan sedikit udara segar.
Tepat pada saat ia hendak membuka penutup peti itu, van berhenti tiba-tiba. Pintu
dibanting tertutup dan Jupe mendengar langkah kaki terseret-seret dan gumaman sementara
Jensen dan Ping mulai memindahkan harta curian mereka dari van ke bak belakang truk
yang akan mereka gunakan untuk melarikan diri.
Ketika mereka sampai pada peti tempatnya berada, Jupe menahan nafas. Peti itu
terangkat beberapa inci dan kemudian terbanting dengan keras ke lantai van.
"Peti ini bukannya kosong"" tukas Jensen. "Seharusnya kita mengisinya dengan emas,"
katanya. "Mungkin sebaiknya kita buka saja," kata Ping.
"Tidak ada waktu," jawab Jensen. "Kita harus tiba di San Fransisco sejam lagi. Ayo cepat
... angkat!" Jupe merasa peti terangkat. Ia menyiapkan dirinya untuk benturan
yang pasti akan terjadi saat peti itu dimasukkan ke dalam truk. Jensen dan Ping membantingnya dengan
kuat. Setelah beberapa kali bolak-balik, kedua penjahat itu selesai mengosongkan van. Jupe
mendengar pintu truk dibanting tertutup dan mesinnya meraung hidup. Ia ada dalam
perjalanan menuju San Fransisco ... suka atau tidak!
***** Di Rotary Club di Rocky Beach Bob Andrews dan Pete Crenshaw duduk dengan gelisah,
menunggu masuknya laporan yang mengatakan bahwa van putih itu telah ditemukan dan
rekan mereka diselamatkan.
Ketika sejam telah berlalu, Pete berdiri dan mulai mondar-mandir. "Seandainya saja Jupe
sempat mengambil walkie-talkie, kita akan bisa menemukannya!"
"Jangan khawatir, Peter," kata Chief Reynolds menenangkan. "Banyak orang yang
mencari Jupiter sekarang. Kita pasti akan menemukannya."
"Mudah-mudahan saat itu belum terlambat," kata Bob. "Kita pernah berurusan dengan
Jensen dan tahu apa yang bisa dilakukannya. Jika ia menemukan Jupe bersembunyi di van
itu ...." Bob tidak menyelesaikan kalimatnya. Mereka semua tahu apa yang akan terjadi
seandainya Jensen menemukan Jupe.
Tepat pada saat itu radio di mobil Chief bersuara. "Chief Reynolds, masuk. Ganti." Chief
meraih mikrofon dengan cepat. "Ini Chief, ada berita apa""
"Kami telah menemukan van itu, ditinggalkan di kaki bukin beberapa mil di sebelah utara
kota. Van itu disembunyikan di sebuah ceruk, terlindung oleh dinding tebing. Ganti."
"Aku datang sekarang! Ganti dan selesai." Chief Reynolds melompat masuk ke mobil.
"Mari, Anak-anak!"
Bob dan Pete bergegas masuk ke dalam mobil patroli. Chief menyalakan lampu dan
sirenenya dan memacu mobil menuju perbukitan di daerah pantai. Pete dan Bob
berpegangan kuat ketika jalanan menyempit dan aspal berganti dengan tanah. Mereka tidak
perlu cemas, Chief Reynolds adalah seorang pengemudi ahli dan mengambil tikungan-tikungan tajam dengan tangkas.
Namun ketika mereka tiba di ceruk yang kering itu, tidak banyak yang dapat mereka
lihat. Van putih tua itu kosong.
Pete dan Bob memeriksa van itu dengan cermat, luar dalam.
"Ada banyak jejak kaki di belakang van," kata Bob. "Sepertinya Jensen dan satu orang
lagi, kemungkinan si orang Asia yang menculikku, memindahkan sesuatu dari van ke sebuah
kendaraan lain. Lihatlah ke sini," lanjutnya, mengikuti jejak di debu jalan. "Jejak ban dari
sebuah kendaraan lain. Jensen pasti telah menyiapkan mobil untuk melarikan diri di sini."
"Ban yang ini lebih lebar," kata Chief Reynolds. "Menurutku sebuah truk."
"Tapi apa yang mereka pindahkan dari bagian belakang van"" tanya Pete cemas. "Dan
bagaimana kita bisa menemukan mereka kalau kita tidak tahu truk macam apa yang kita
cari"" ***** Di bak belakang truk Jupe mengangkat penutup peti. Hampir-hampir tidak bergerak.
Jensen pasti telah meletakkan sesuatu yang berat di atasnya! Jupe berusaha tetap tenang
namun sulit sekali dengan pikiran bahwa ia harus terperangkap di dalam peti selama sejam
lagi. Ia mendorong sekuat tenaga dengan bahunya dan berhasil membuka penutup itu,
cukup untuk kepala dan tangan kirinya.
Jupe menjulurkan kepalanya dan melihat benda yang menahan penutup peti itu. Sebuah
patung harimau yang terbuat dari marmer. Jupe mendorong sekali lagi dan berhasil
mengeluarkan tangannya yang lain. Sedikit lagi. Sambil mengempiskan perut, Penyelidik
Pertama memaksakan diri keluar dari peti dan terjatuh ke lantai. Patung berukuran besar itu
bergoyang-goyang di atas peti, sedikit lagi terjatuh. Jupe melompat untuk menahannya. Ia
tidak ingin tempat persembunyiannya ketahuan lebih cepat!
Bak belakang truk itu gelap, satu-satunya cahaya yang memungkinkan Jupe melihat
masuk melalui sebuah jendela di dinding seberangnya. Ia meraba-raba melalui benda-benda
antik curian dan berdiri di atas sebuah karpet yang tergulung hingga ia dapat menempelkan
wajahnya ke jendela yang berdebu itu. Di baliknya ia dapat melihat Jensen di belakang
kemudi. Orang itu sedang berbicara dengan rekannya.
"Menurutku ada sekitar satu juta dolar di belakang, Ping. Mudah sekali mendapatkan
pekerjaan sebagai penjaga keamanan di museum itu!" tawanya. "Barang-barang itu ada di
dalam kotak dan peti di tempat penyimpanan bawah tanah museum, menunggu untuk
dipamerkan. Mereka tidak akan merasa kehilangan sampai satu minggu lagi, seperti kata
Won." "Berapa yang kita minta untuk mutiara itu"" tanya Ping.
"Sepertinya kita bisa mendapat banyak," Jupiter dapat melihat Jensen mengangkat
kantung yang berisi mutiara-mutiara palsu itu. "Mungkin satu juta untuk penawaran
pertama. Siapa tahu""
Jupe dapat mendengar kedua penjahat itu tertawa sementara ia turun dari atas karpet. Ia
membuat tanda tanya di peti dan pintu truk dengan kapurnya. Ia tidak yakin hal itu akan ada
gunanya namun paling tidak lebih baik daripada memikirkan bahwa sebentar lagi ia harus
kembali masuk ke dalam peti. Juga lebih baik daripada memikirkan apa yang akan dilakukan
Jensen dan Ping ketika mereka tiba di San Fransisco dan menemukannya di bak belakang.
Tidak lama kemudian Jupe merasa truk itu melambat dan berbelok-belok lebih sering. Ia
menarik nafas, menyadari bahwa sudah waktunya ia kembali ke dalam peti. Masuk ternyata
lebih mudah daripada keluar namun tetap saja Jupe harus bersusah payah memaksa
badannya yang gempal masuk. Beberapa menit setelah ia berada di dalam, truk itu berhenti
dan mesinnya dimatikan. Jupe mendengar pintu bak belakang dibuka dan Jensen dan Ping
mulai sibuk. Selama di dalam peti Jupe telah memikirkan sebuah rencana dan memutuskan untuk
tetap bersembunyi di dalam peti sampai hari gelap, lalu berusaha kabur setelah memastikan
semua orang telah meninggalkan tempat persembunyian Won. Bukan sebuah rencana yang
terlalu bagus namun hanya itu yang dapat dipikirkannya.
Sekarang tiba giliran peti Jupe untuk dipindahkan. Ia dapat mendengar Jensen dan Ping
mengumpat-umpat sementara mereka berjuang mengangkat peti yang berat itu. Ketika
akhirnya peti itu diletakkan, Jupe mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Won!
"Apa maksudnya ini"" tanya Won tajam.
"Apa maksudmu"" tukas Jensen. "Ini sudah semuanya, sesuai permintaanmu."
"Aku tidak bicara tentang harta ini, bodoh. Aku bicara tentang harta yang ada di dalam
harta." "Kau harus berhenti bicara penuh teka-teki, Won. Bikin repot saja," kata Jensen.
"Buka peti yang terakhir itu dan lihatlah apa yang tersembunyi dari mata yang tidak
waspada," jawab Won.
Penutup peti perlahan terangkat dan Jupiter Jones yang kebingungan dan sedikit malu-malu beranjak keluar dari dalamnya.
BAB XV KEMATIAN DENGAN 1000 IRISAN
Jupiter Jones keluar dari peti dan segera dibekuk dengan kasar oleh Ping. Jensen
berdiri dengan mulut terbuka, menatap Mr. Won, kemudian peti itu, dan kemudian Mr.
Won lagi. "Bagaimana kau tahu ia ada di dalam situ""
Mr. Won menyipitkan mata di balik kacamatanya yang berbingkai emas dan
menggelengkan kepala. "Apabila kau telah hidup selama aku, kau akan memahami
bahwa ada banyak cara untuk melihat tanpa menggunakan mata."
Jupe mengamati ruangan yang besar dan melingkar itu. Tepat seperti yang
digambarkan Bob dan Pete ketika mereka menangangi Misteri Hantu Hijau. Dinding-dindingnya masih tetap tertutupi tirai tebal berwarna merah dengan sulaman emas yang
menggambarkan naga dan kuil. Di bagian depan ruangan terdapat kursi Mr. Won yang
besar; terbuat dari kayu hitam dengan ukiran yang indah dan dilengkapi dengan
bantalan yang tebal. Mr. Won sendiri mengenakan jubah bangsawan Cina kuno
berwarna merah yang terjuntai sampai ke lantai. Ia bangkit dari kursi besarnya dan
mengacungkan jari ke arah Jupe.
"Mendekatlah, Nak," katanya dengan suara yang pelan namun tegas. Jupe
melangkah maju dan berdiri di hadapan Mr. Won, berusaha keras untuk nampak tegar.
"Tidak apa-apa merasa takut," kata Mr. Won, seolah-olah membaca pikirannya. "Itu
memberi tahuku bahwa kau menghargai kekuatanku." Jupe berdiri diam, berpikir keras
mencari jalan keluar. "Bagaimanapun juga, dulu aku telah bersikap luwes terhadap
teman-temanmu, sekarang aku tidak bisa berjanji." Ia melangkah mendekati Jupe. "Kau
telah terbukti cukup sukar ditaklukkan, Bulat."
Jupe mengerutkan kening mendengar acuan terhadap bentuk tubuhnya. Bahkan di
dalam situasi yang paling berbahaya sekalipun ia tetap peka akan tubuhnya. Ia hendak
menguca pkan sesuatu ketika Mr. Won berbicara lagi.
"Kau telah melihat dan mendengar terlalu banyak. Seperti yang kau ketahui, aku
telah menghabiskan seluruh hidupku berusaha mendapatkan dan mengembalikan harta
karun dari Dinasti Won ke pemiliknya yang sah. Aku adalah keturunan paling tua yang
masih hidup dari Dinasti Won Cina kuno. Harta di depan matamu ini adalah milik
keluargaku yang terhormat, tidak untuk didiamkan di museum."
Jupe menelan ludah dan memandang berkeliling. Ping mendekatinya dari belakang,
seolah-olah merasa Jupe akan berusaha lari menuju pintu sewaktu-waktu. Mr. Won
mengibaskan tangan. "Si Bulat tahu tidak ada jalan untuk melarikan diri, Ping. Ia tidak akan mencoba
sesuatu yang bodoh seperti lari, benar""
Jupe mengangguk lambat-lambat dan menatap sepatunya. Ia ingat yang dikatakan


Trio Detektif Trio Penyamar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bob dan Pete tentang kekuatan hipnotis Mr. Won dan mengingatkan dirinya untuk tidak
terpengaruh. Mr. Won terus berbicara sambil berjalan mondar-mandir di depan Jupe. "Kau tentu
saja tidak punya apa-apa yang aku belum punya untuk kau tawarkan kepadaku, jadi
tidak ada gunanya tawar-menawar untuk kebebasanmu."
Sekonyong-konyong sebuah ide melintas di kepala Jupe. "Saya punya Mutiara
Hantu!" tukasnya. "Tidak banyak, namun cukup untuk memperpanjang umur Anda
paling tidak setahun lagi!"
Won berhenti melangkah dan memalingkan muka ke arah Jupe. "Dengan mudah aku
dapat membaca pikiranmu untuk mengetahui kebenaran hal ini, Bulat. Jangan coba-coba menipuku."
"Anda tidak perlu membaca pikiran saya," kata Jupe cepat. "Lihat saja di dalam
kantung yang ada di saku Jensen."
Mata Mr. Won menyipit kembali dan ia duduk lagi di kursinya yang besar. "Pegang
dia," katanya pelan. Sebelum Jensen dapat bergerak, kedua tangannya dibekuk dari
belakang oleh dua orang pelayan setia Mr. Won. Jupe merasa seolah-olah mereka
muncul begitu saja dari lipatan tirai. Jensen memberontak dan mendengus seperti
seekor banteng namun bahkan tenaganya yang besar pun bukan tandingan kedua anak
buah Won. "Apa maksudnya ini"" seru Jensen marah. "Tidakkah kau pikir aku akan
memberikannya kepadamu"! Segala sesuatu ada harganya, tahu!" Wajahnya berubah
merah dan ia memaki-maki.
Mr. Won duduk dengan sabar hingga Jensen selesai memaki-maki. "Sudah cukup aku
mendengar omonganmu. Gara-gara kebodohanmu sekarang situasi kita yang sudah
rumit ketambahan lagi anak lelaki ini," kata Mr. Won. "Tolong mutiaranya." Satu lagi
pelayan muncul dari balik tirai dan menggeledah saku-saku Jensen sementara lelaki
besar itu memberontak. Si pelayan menemukan kantung kelereng milik Jupe dan
menyerahkannya kepada Mr. Won.
"Kau sungguh berani dan dapat berpikir cepat, Bulat," kata Mr. Won pelan. "Mungkin
kau telah membeli kebebasanmu." Mr. Won meraih ke sela-sela bantalan kursinya dan
mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan bening. Ia meraih ke dalam tas Jupe dan
mengeluarkan sebutir Mutiara Hantu. "Jika ini benar-benar mutiara kehidupan, kau akan
mendapatkan kebebasanmu ... dengan syarat kau menyerahkan semua sisa mutiara
yang kau miliki. Cukup adil, Bulat. Namun demikian, jika ini adalah sebuah tipuan, kau
akan menjadi korban kematian dengan seribu irisan. Cukup adil juga."
Hati Jupe mengecil. Ia tidak menduga Mr. Won akan menguji salah satu mutiara itu.
Tapi sebelum ia dapat menyatakan keberatan, Mr. Won menjatuhkan kerikil itu ke dalam
botol, menyentuh dasarnya dengan sebuah dentingan. Ketika batu itu tidak melebur, Mr.
Won menatap Jupe penuh amarah. "Tatap mataku, Bulat, dan lihatlah kematianmu."
Jupe didorong ke depan oleh para pelayan Mr. Won, genggaman mereka di
lengannya terasa sekeras baja. Sementara ia berusaha mengalihkan pandangannya dari
tatapan Mr. Won yang menembus, hatinya berdebar keras dan keringat dingin muncul di
dahinya. Ia tidak akan pernah melihat Bibi Mathilda atau Paman Titus lagi. Dan
bagaimana dengan Pete dan Bob" Apa yang akan mereka lakukan tanpanya" Ada begitu
banyak orang yang tidak akan sempat diberinya selamat tinggal. Hans dan Konrad.
Worthington .... Worthington! Dengan dentuman yang kencang, pintu tempat persembunyian Mr. Won yang
terbuat dari kayu oak tebal te
rbanting ke lantai dan supir Inggris bertubuh jangkung itu
menyerbu masuk! Ia diikuti beberapa orang polisi dengan pistol teracung. Sejenak
terjadi kekacauan dan para pelayan Mr. Won berusaha melarikan diri melalui jalan
keluar rahasia yang tersembunyi di balik tirai. Para polisi berusaha menangkap
sebanyak-banyaknya yang mereka bisa namun mereka direpotkan oleh Jensen dan Ping,
yang hampir saja berhasil kabur sebelum akhirnya sebuah tembakan peringatan ke
langit-langit dilepaskan oleh salah seorang polisi.
Worthington melihat Jupe dan bergegas menghampiri. "Lepaskan dia, Teman-teman!" serunya dengan berani, menyerang para pelayan Won dengan gerakan judo
yang membuat Jupe terbelalak. Anak-anak itu telah mengenal Worthington cukup lama
namun tidak ada yang tahu bahwa ia memiliki minat dalam ilmu bela diri!
Anak buah Won bukan tandingan supir jangkung itu dan mereka berlari menuju pintu
... dan para polisi. "Anda tidak apa-apa, Master Jones" Anda tidak terluka""
"Aku baik-baik saja, Worthington," Jupe menghembuskan nafas lega. "Tapi
bagaimana kau menemukanku""
Si supir jangkung memungut topinya dari lantai dan meluruskan dasinya. "Mari kita
pergi ke tempat yang aman dulu dan nanti saya akan menjelaskan semuanya."
"Sebentar, Worthington," kata Jupe. "Ada satu orang yang ingin kupastikan tidak
dapat lari kali ini."
Selama kekacauan berlangsung Mr. Won duduk diam di kursi hitamnya yang besar.
Kini Jupe dan Worthington melihatnya dengan tenang mengangkat salah satu bantalan
tangan di kursinya dan menekan sebuah tombol merah yang tersembunyi di bawahnya.
Dengan takjub mereka menyaksikan lantai tempat kursi Mr. Won terletak mulai berputar
... dan dalam beberapa detik ia telah menghilang, digantikan oleh sebuah dinding
bertirai. Jupe mendengar sebuah dentingan berat di balik dinding itu. Ia menduga itu
adalah sebuah mekanisme pengunci. Akan dibutuhkan waktu lama untuk menjebol
dinding itu. Cukup waktu, pikir Jupe, bagi Mr. Won untuk melarikan diri dengan tenang.
BAB XVI PERJANJIAN DENGAN ALFRED HITCHCOCK
Seminggu setelah Jupe nyaris teriris-iris di San Fransisco, Trio Detektif mengunjungi
Alfred Hitchcock di kantornya yang luas di World Studios. Sutradara film kenamaan itu
membaca dengan teliti catatan Bob tentang kasus terakhir mereka dan kemudian
meletakkannya di mejanya yang luas.
"Sebuah kasus yang sulit terpecahkan!" ujarnya. "Selamat karena kalian akhirnya berhasil
memasukkan si penjahat Jensen itu ke dalam penjara."
"Terima kasih, sir," kata Jupe tanpa nampak terlalu bangga.
"Tentu saja," kata sang pembuat film dengan penuh perasaan, "ini sama sekali bukan
kasus paling profesional yang pernah kalian tangani."
Jupe melonggarkan dasinya dan mukanya mulai memerah. Sutradara kenamaan itu
menatap Bob dan Pete sambil menyeringai. "Bahkan, Jones, sepertinya keberuntungan
memainkan peranan yang lebih besar dalam kasus ini daripada logika dan deduksi."
Jupe bergerak dengan gelisah di kursinya. "Sudah saya duga Anda akan berkata
demikian, sir. Itulah sebabnya saya ragu-ragu untuk meminta Anda menuliskan kata
pengantar untuk kasus ini."
Sutradara itu terkekeh dan menggelengkan kepala atas sikap Jupe yang tiba-tiba rendah
hati. "Kekurangan dalam ketajaman pikiran dan analisis dalam kasus ini tertutupi oleh
keberanian dan keteguhan hati." Mata Alfred Hitchcock berbinar-binar sementara ia
mengaitkan jari-jarinya di atas perutnya yang bundar. "Bagaimanapun, keberanian
kadang-kadang dapat diinterpretasikan sebagai kebodohan, seperti ketika kau mengambil
resiko dengan bersembunyi di dalam peti itu. Komentar""
"Resiko yang telah diperhitungkan," ujar Pete. "Dan segalanya berakhir dengan baik.
Jensen dan Ping masuk penjara atas penculikan dan pencurian dan harta 'keluarga' Mr.
Won telah dikembalikan ke semua museum yang dibobolnya."
"Ah ya," Mr. Hitchcock mengangguk. "Mr. Won yang misterius. Bolehkah aku bertanya
bagaimana ia bisa tahu kau ada di dalam peti""
Jupiter mengerutkan kening. Ia merasa Mr. Hitchcock benar-benar gembira bisa
menyindirnya. "Saya benar-benar tidak punya penjelasan untuk itu, sir," katanya tanpa
keyakinan. Bob berbi cara untuk menyelamatkan Jupe. "Kami hanya bisa menduga bahwa setelah
hidup selama lebih dari seratus tahun, inderanya telah menjadi jauh lebih tajam daripada
orang kebanyakan." "Pikiran yang bagus, Master Andrews," kata sang sutradara setuju. "Dan sesuatu yang
perlu dipikirkan lebih lanjut. Mungkinkah seseorang melatih pikirannya untuk melihat
yang tidak dapat dilihat orang lain" Aku bisa membuat sebuah film tentang hal ini!
Apapun yang terjadi, aku ingin tahu jika tokoh menarik ini, Mr. Won, muncul kembali. And
jika memang demikian, marilah kita berharap ia tidak punya dendam apa-apa terhadap
Trio Detektif seperti Jensen. Bicara tentang Jensen, apa yang terjadi dengannya setelah
Misteri Hantu Hijau""
Bob menjawab, "Itu mungkin merupakan kebetulan paling menakjubkan dalam kasus ini!
Menurut keterangan Jensen kepada polisi, setelah ia melarikan diri dari Hash Knife
Canyon, ia menuju ke pantai selatan tempat seorang temannya menjalankan sebuah
bisnis penyelundupan perahu memancing beberapa mil dari Kota Fishingport di Atlantic
Bay. Suatu hari ia kebetulan membaca di sebuah surat kabar lokal tentang tiga orang
anak yang membantu menemukan harta karun yang hilang dari Kapten One-Ear." Tentu
saja Bob mengacu pada petualangan Trio Detektif menyingkap rahasia Pulau Tengkorak
beberapa waktu yang lalu.
"Demi guntur dan kilat!" seru Mr. Hitchcock. "Kebetulan yang aneh memang! Aku dapat
membayangkan keterkejutannya. Ia pasti merasa ia tidak dapat menghindari Trio
Detektif, bahkan setelah ia berada di bagian lain dari benua ini!"
Pete melanjutkan, "Ia benar-benar marah dibuatnya dan mulai menyusun rencana untuk
membalas dendam. Ia tahu bahwa suatu saat ia pasti akan kembali ke California ...
bayaran yang didapatnya dari Mr. Won terlalu bagus untuk dilewatkan terlalu lama. Maka
ia menunggu dengan sabar waktu untuk kembali dengan selamat ke pantai barat dan
kembali bekerja untuk Won sambil menjalankan rencananya terhadap kami. Ia tidak
mempercayai keberuntungannya ketika pekerjaan pertama dari Won adalah di museum
Rocky Beach!" Kini Jupe ikut mengambil bagian, "Hal pertama yang dilakukannya adalah mengajak Ping.
Rencananya terlalu besar untuk dilakukan sendirian dan ia tahu ia perlu bantuan. Ping
adalah salah seorang pekerja di Verdant Valley yang secara diam-diam membantu Jensen
membuat masalah untuk Keluarga Green. Kemudian ia menggunakan identitas palsu
untuk mendapatkan pekerjaan di museum, tempat barang-barang antik dari Dinasti Won
dijadualkan untuk dikirim.
"Jika aku tidak salah, tinggal satu pertanyaan lagi yang belum terjawab," kata Mr.
Hitchcock. "Bagaimana Worthington menemukan saya"" tanya Jupe.
"Tepat," kata sang sutradara.
Jupe menarik nafas panjang dan mulai menjelaskan. "Setelah Worthington masuk ke
dalam Rotary Club untuk menemui para penggemarnya, ia bergegas kembali ke Rolls
Royce yang terparkir di depan gedung."
"Selalu seorang pengemudi profesional," komentar Mr. Hitchcock.
"Dan profesionalisme itulah yang menyelamatkan Jupe!" sela Bob.
"Merupakan sebuah kebetulan," lanjut Jupe, "bahwa van itu harus mengambil jalan yang
melewati sisi gedung dan kemudian lewat tepat di depan tempat parkir Worthington. Ia
merasa curiga ketika van itu pergi dengan tergesa-gesa dan ketika kami tidak segera
keluar dari gedung untuk melakukan pengejaran, ia memutuskan untuk membuntutinya
sendirian dan akan menelepon kami dengan telepon mobil setelah ia tahu tujuannya."
"Sebuah keputusan yang terbukti menyelamatkan nyawamu, Master Jones."
Jupe mengangguk. "Worthington membuntuti van sampai ke daerah perbukitan di luar
Rocky Beach. Ia harus menjaga jarak karena Rolls Royce sangat mudah dikenali dan
hampir saja kehilangan kami ketika van itu tidak muncul-muncul dari jalan buntu itu ...
seperti Anda ketahui, sebuah truk yang akhirnya muncul. Ia membuat dugaan yang tepat
dan mulai membuntuti truk, yang nampaknya menuju San Fransisco. Saat itulah ia ingat
akan telepon. Karena ia tidak tahu nomor telepon Rotary Club dan Bob, Pete, serta Chief
Reynolds terlalu jauh untuk bertindak, ia memutuskan untuk menanyakan nomor telepon
kepolisian Sa n Fransisco ke bagian informasi. Kemudian ia menceritakan segala
sesuatunya dan tetap berhubungan dengan polisi sampai van itu masuk ke garasi sebuah
gedung yang ternyata dimiliki oleh Mr. Won."
Bob melanjutkan ceritanya, "Worthington kemudian mengambil resiko besar dengan
meninggalkan Rolls Royce dan membuntuti Jensen dan Ping ke lift untuk melihat di lantai
berapa mereka turun. Kemudian ia kembali ke mobil dan menunggu kedatangan polisi.
Setelah itu sementara seorang polisi menjaga Rolls Royce, ia dan beberapa petugas
lainnya memasuki gedung. Mereka menaiki lift dan karena hanya ada satu pintu di lantai
itu, mereka merasa para penjahat telah terjebak. Ketika mereka mendengar ancaman
Won terhadap Jupe, mereka memutuskan untuk bertindak!"
Pete tidak dapat lagi menahan diri. "Itulah semuanya!" serunya. "Maukah Anda sekarang
menuliskan kata pengantar untuk kasus ini, sir""
Alfred Hitchcock terkekeh sambil matanya kembali berbinar-binar. "Sebagai seorang
sutradara aku punya hak untuk mengambil sebuah adegan berulang-ulang hingga
mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebagai detektif kalian tidak punya hak itu. Kalian
harus berpikir dengan cepat dan hanya dapat mengambil sebuah adegan sekali, kadang-kadang meskipun keadaan tidak memungkinkan. Mengingat hal itu, kurasa kalian telah
bertindak dengan mengagumkan dalam menghadapi bahaya, bahkan meskipun
kemampuan deduksi kalian tidak terlalu menonjol."
Trio Detektif beringsut maju di kursi mereka sambil menahan nafas.
"Maka meskipun tadinya aku kurang setuju, dengan ini kunyatakan kasus ini terpecahkan
dan bersedia menuliskan kata pengantar."
Anak-anak itu berseri-seri dengan kesediaan Mr. Hitchcock namun sutradara besar itu
belum selesai. "Dengan satu syarat!"
"Apa itu, sir"" tanya Jupe.
Alfred Hitchcock bersandar kembali di kursinya, nampak sangat puas atas penampilannya.
"Karena kasus ini tidak seperti kasus Trio Detektif biasanya -- dan kita semua setuju
bahwa pemecahannya tidak terjadi dengan, ehm, terlalu meyakinkan -- aku bersedia
menuliskan kata pengantar hanya jika kalian setuju untuk menerbitkannya di internet,
sehingga para penggemar yang memuja kalian dapat melihat bahwa bahkan Trio Detektif
yang begitu fantastis pun tidak selamanya hebat. Bisa diterima""
Jupe segera menemukan keyakinan dirinya kembali dan duduk tegak. "Saya rasa itu
adalah ide yang bagus, sir. Kami memang telah setuju untuk membeli seperangkat
komputer untuk markas."
"Selamat tinggal Magic Mountain!" desah Pete.
"Yah," kata Bob. "Sepertinya kita telah kalah dengan keputusan satu banding dua lagi!"
Mereka semua tertawa namun kemudian Jupe berubah serius. "Kami berjanji untuk
menerbitkan kasus ini di internet dan saya berjanji untuk belajar dari kesalahan-
kesalahan yang saya lakukan dalam kasus ini dan tidak akan mengulanginya lagi."
Sutradara ternama itu tertawa terbahak-bahak. "Kau terlalu keras terhadap dirimu
sendiri, Jones. Berbanggalah karena kalian telah memasukkan seorang buronan ke dalam
penjara dan mengembalikan harta karun ke museum. Lebih dari yang dapat dilakukan
oleh banyak detektif seumur hidup mereka!"
Ketiga anak itu tersenyum kepada pembimbing mereka dan berterima kasih sebelum
pergi. Sendirian, Mr. Hitchcock mulai menuliskan kata pengantarnya untuk kasus terakhir
Trio Detektif dan bertanya-tanya petualangan menegangkan apa yang selanjutnya akan
dihadapi anak-anak muda itu.
tamat Suling Naga 7 Pendekar Mabuk 058 Gadis Buronan Penculik Mayat Hutan Roban 1
^