Cewek Junkies 3
Lupus Cewek Junkies Bagian 3
Lulu lantas menelepon Vika.
"Halo, Vika! Buruan dateng dong. La gimana sih" Udah gue bilang jam tujuh, juga!"
"Aduh, sori banget, Lu, gue nggak bisa. Gue lupa kalo gue malam ini ada ujian les gambar komik di Manga School. Soalnya ini buat kenaikan kelas. Nggak mungkin dong kalo gue nggak dateng."
Lulu kaget. "Hah" Jadi lo nggak bisa juga" Aduh, tega banget sih lo pada! Boim nggak bisa, Anto nggak bisa, sekarang lo juga nggak! "
"Coba deh lo telepon Lupus sama Gusur. Siapa tau bisa. Kan lumayan buat lucu-lucuan."
"Huh! Ya udah deh!"
Lulu menutup HP dan makin bete. Waiter datang mengantarkan minuman. Lulu menghubungi Lupus.
"Pus, lo di mana sih" Jangan-jangan lo nggak bisa juga dateng ke acara m"kan-makan gue""
"Eh, iya, Lu. Untung lo udah nebak duluan. Gue emang nggak bisa dateng."
Lulu melengking marah, "Hah"! Kenapa"!"
"G-gue... Gue mau ke rumah Nessa. Ada urusan penting!"
Lulu meledek, "Oh ya" Sepenting apa sih""
"Mm, penting banget! Menyangkut masa depan gue!"
Lulu bengong. "Ya udah deh. Lo urusin dulu deh masa depan lo yang nggak jelas itu!"
Lulu menutup HP dengan kesal.
""Tinggal Gusur nih, si jagoan makan. Kalo sampai dia nggak bisa juga, ihhh, gue cabutin tuh bulu idungnya yang keriting!"
Lulu pun siap memencet nomor HP, menghubungi Gusur.
Tapi ternyata Lupus dan ketiga temannya sedang ngumpul di rumah Lupus. Jadi ceritanya, tadi mereka sempet mengintai Lulu yang baru berangkat ke kafe. Dan setelah aman, mereka rame-rame menyelinap masuk ke rumah Lupus. Sekarang mereka sedang sibuk membungkus kado berupa Saepudin di dalamnya.
Dusnya cukup besar, kayak bekas dus televisi 29 inci. Gusur lagi sibuk gunting pita besar, ketika mendadak HP-nya bunyi.
"Nah, daku nih akhirnya...," ucap Gusur.
Semua menatap Gusur sambil menahan senyum.
"Si Lulu pasti bete banget tuh! Nggak tau dia, kita pada ngumpul di sini!" celetuk Anto.
Gusur menempelkan telunjuknya di bibir, lalu mengangkat telepon dengan suara yang dibikin berwibawa.
"Halo..." "Nggak usah sok imut lo! Buruan dateng ke kafe! Udah bete banget gue! Dan lo harapan satu-satunya!"
"Ada apa sih, Lu""
Lulu mulai jengkel. "Jangan sok pura-pura lupa deh sama undangan makan-makan gue! Biasanya lo paling nggak bisa nolak undangan makan, Sur!!!"
"Oh, lupa sih nggak. Cuma... gue males aja, geto loch! Ini kan satu April. Jadi... maaf ya. Dikau nggak bisa ngerjain daku!"
Lulu kaget setengah mati. "Hah" Maksud lo apa sih, Sur""
"Alaah! Dikau tiada usah berpura-pura dalam perahu deh, Lu. Mengakulah bahwasanya dirimu itu mau bikin April Mop, kan" Mau ngejebak daku, kan" Nanti jikalau daku dateng ke kape, tiada taunya dak
u sendirian. Ya, kan" Ngaku deh!"
Lulu stres serasa mau nangis. "Ya ampun, Suuur! Gue serius nih! Ini bukan April Mop! Lo dateng deh buruan ke kafe! Gue traktir sepuas lo deh. All you can eat!"
"Makasih deh. Tapi daku tetep tiada bisa terbuai bujuk rayumu. Tataaaa...!"
Gusur menutup telepon lalu mereka cekikikan. Sementara Lulu udah jambak-jambak rambut saking kesalnya. Dia udah mau garuk-garuk aspal...
Di rumah Lupus, acara membungkus kado nyaris kelar. Tapi Sae mendadak menongolkan kepalanya sambil megap-megap.
"Aduh, pengap nih. Mana saya belom ikut asuransi, lagi!"
"Anto dengan kasar langsung menekan kepala Sae m"suk lagi ke kardus.
"Udah deh, buruan! Keburu Lulu ke sini."
"Tapi saya nggak bisa napas, Mas!"
"Yang penting kan kardusnya bersih, higienis. Tenang aja deh!"
"Atau mau nulis surat wasiat dulu, Mas"" tawar Boim.
Yang lain ketawa. Wakakak.
Akhirnya kado itu pun selesai, rapi dengan pita di atasnya.
"Nah, sekarang kita semua sembunyi, karena Lulu sebentar lagi pasti dateng ke sini!"
Mereka pun berlarian masuk, meninggalkan dus berisi Sae di ruang tengah. Mendadak terdengar suara dari dalam kardus.
"Hoooiii! Ntar kalo sejam Lulu nggak dateng-dateng, tolong bukain, ya" Asma saya kambuh nih!"
Di saat yang sama, Lulu pulang dari kafe dengan wajah bersungut-sungut. Dia marah banget. Rese semuanya! Awas aja ntar kalo ketemu! Gue potek-potek jadi keripik! Gue jual ke supermarket! Huh! Lulu mengutuk-ngutuk.
Lulu sampai di rumah dan langsung terkaget-kaget mendapati sebuah dus supergede berpita pink di sana.
"Hah" Apaan nih""
"Lulu lantas celingukan.
"Kok sepi" Bom apa bukan, ya""
Lulu lantas mengambil kartu yang menempel di atas pita kardus itu. Dicabutnya lantas dibaca.
""Buat Lulu.., Happy b'day. Sori ya, Lu, Lo sih ultah satu April, jadi kan barengan sama April Mop! Buka aja kadonya, Lu, Lo pasti suka!
Lupus Cs." "Lulu tertegun menatap kado gede itu. Matanya berkaca-kaca, terharu.
"Ya ampun, ternyata mereka mau bikin surprise buat gue" Aduh, baik banget sih mereka""
Lulu siap-siap membuka kardus gede itu. Namun mendadak terdengar suara lirih kayak suara orang bengek lagi kumat. Ngak-ngik-ngak-ngik gitu.
Lulu terkesiap, menatap kardus.
"Kok ada bunyinya" Siapa yang main biola di dalem""
Lulu pun dengan cepat dan penasaran membuka kado itu. Setelah semua terbuka, alangkah kagetnya dia ketika kepala Sae menyembul dan tersenyum lebar ke arahnya.
"Tarrraaa!!! Surprise!"
"Lulu menjerit kaget dan mundur. "Aaaggh! Setaaaan...!!!"
"Kok setan sih" Jahat, ih." Sae ngambek.
"Aduh, maaf, maaf. Gue kaget banget..."
Sae lalu menyodorkan buket mawar ke Lulu. Lulu masih menebah dada, menenangkan diri.
"Sini dong, Jeng. Terimalah bunga dariku, sebagai tanda cintaku padamu. Selamat ulang tahun ya, Jeng..."
Lulu menerima sambil nyengir asem campur bete, sambil celingukan nyari Lupus cs yang pasti ngerjain dia.
"Makasih. Tapi, kok lo bisa ada di sini" Mana yang lain""
"Nggak usah peduli sama yang lain, yang penting kita nikmati malam ini ber"ua saja."
Mendadak terdengar suara Lupus yang protes, "Enak aja berdua!"
Lulu menoleh, Lupus cs langsung menyerbunya. .
"Sori ya, Lu. Udah ngerjain lo. Huahahaha!"
"Aduh, ide siapa sih nih"" Lulu ngambek.
"Nggak penting ide siapa. Tapi lo suka, kan""
Sae masih di dalam dus, dan nggak ada yang peduli. Semua mengerumuni Lulu.
"Nggak ada hadiah yang lebih berguna, apa"!"
"Sae kaget. Lupus langsung mengeluarkan sebuah kado dari dalam kantongnya. Disodorkannya kado itu ke Lulu.
"Ini dari gue, mudah-mudahan lo suka."
Lulu kaget dan terharu. "Aduh, makasih banget ya, Pus. Yang lain mana nih" Masa nggak tergugah sama sekali" Ayo dong, masih ada kesempatan sampai besok pagi kalo mau ngasih kado!"
"Iya deh, nyusul..."
"Terus makan-makannya jadi nggak nih"" tanya Gusur.
"Ya udah yuk, ke kafe lagi..."
Mereka semua bergegas keluar karena" meninggalkan Sae yang susah payah berusaha keluar dari kardus.
"Hoiii, tungguin! Nasib saya gimana nih""
*** "Lulu dan Lupus cs sedang menikmati makan malarn traktiran Lulu di kafe. Semua tampak senang. Sampai kemudian t
erdengar siaran di radio yang kebetulan disetel di kafe itu.
"Selamat malam semuanya. Terutama buat Anto, pendengar Radio Tonggos yang paling setia. Sayang ya, dia nggak ngambil hadiahnya..."
Semua kuping langsung berdiri tegak. Terutama Anto.
""Anto, kalo lo lagi dengerin siaran ini, kenapa sih lo sia-siain duit lima ratus ribu itu" Ya udah deh, nggak apa-apa. Mungkin belom rezeki lo. Sekarang kita simak lagu berikutnya..."
Sebuah lagu mengalun. Anto buru-buru menyambar HP dan menelepon Radio Tonggos.
"Halo, Radio Tonggos, ya" Ini Anto!"
"Ya, Anto. Kenapa""
"Eh, tadinya gue pikir itu cuma April Mop, gue takut dikerjain, makanya gue nggak ambil tuh hadiah."
"Padahal kami serius lho. Bukan April Mop kok!"
"Ya udah, kalo gitu gue ke sana sekarang, ya" Gue ambil hadiahnya yang lima ratus itu, ya""
"Waduh, sori, Nto. Nggak bisa. Kan gue udah kasih tau, batas waktu pengambilan sampai jam empat sore tadi""
"Jadi"" "Ya udah hangus dong sekarang!"
Anto langsung lemes, jatuh menimpa temen-temennya yang lagi makan.
"8 Mantannya Gusur Minggat dari Boyoiali
"AGAK mencurigakan, sampai sekarang Boim dan Gusur masih sering tinggal sekamar. Mereka kos-kosan berdua di rumah petak. Sebetulnya sih yang ngekos Boim, tapi Gusur lebih sering nebeng tidur di kamarnya Boim daripada tinggal sama engkongnya.
Nggak tau kenapa. Awalnya, Boim yang sok jagoan tapi hobi nonton film horor itu selalu ketakutan tiap kali bobo sendirian di kos-kosannya. Dan dia pun menculik Gusur dengan paksa dari "sarangnya" untuk menemani dia tidur. Istilahnya memang "sarang", soalnya wujud nyatanya memang hampir kayak sarang loh. Engkongnya Gusur ngebangun kamar buat cucunya di atas, kayak kandang burung. Kikikik (ketawa ngikik penuh hinaan!).
"Nah malam itu, ketika mereka berdua abis nontan DVD Kuntilanak, dan suara petir menggelegar di luar disertai bunyi semilir angin berkesiur laksana lolongan kuntilanak, Boim dan Gusur lagi stres dan udah siap-siap mau tidur ketika mendadak terdengar ketukan di pintu kamar mereka. Waaaak!!! Boim dan Gusur langsung saling pandang, heran.
"Siapa sih malem-malem gini namu" Udah jam sebelas lho. Jangan-jangan..." Boim ketakutan. Wajahnya pucat.
"Datang tak diundang, pulang tak diantar...," suara Gusur terdengar bergetar.
"Huaaaa, jangan nakut-nakutin lo, Sur!" Boim menjerit.
"Daku tiada nakut-nakutin kok. Rasa-rasanya itu emang kuntilanak mata merah..."
"Huaaa! Kenapa matanya meraaah"!" jerit Boim lagi.
"Ya sakit mata lah ya," ujar Gusur kalem.
"Udah deh, jangan sok menjerit kayak sundel bolong. Mendingan dikau bukain gih. Daku ngantuk banget nih."
"Ah, ogah! Ntar kalo beneran kuntilanak mata merah gimana" Lo aja deh..." Boim menendang Gusur sampai Gusur jatuh dari ranjang. Suaranya kayak karung beras jatuh. Bruk!!!
Gusur akhirnya bangkit dengan kesal, bersungut-sungut sambil memegang pantatnya yang sakit dan matanya merem-melek menahan kantuk. .
"Ah, payah lo! - Sama kuntilanak aja takut! Huh!" Gusur sok berani bangkit dan membuka pintu. Dan....
Jrenggg!!! Ternyata yang muncul di depannya adalah seorang cewek berambut panjang dan agak awut-awutan. Kontan Gusur memekik kaget dan ketakutan. "AAAAAHHHH...!!!" Suaranya nyaring kayak cewek! Lebih nyaring daripada suara Boim. Boim sampai ikut-ikutan teriak pakai suara dua. Gusur mengira cewek yang berdiri di depannya kuntilanak beneran. Soalnya cewek itu kebetulan pake baju putih dan rok panjang berwama putih pula.
Boim yang semula meringkuk bak pistol di atas kasumya langsung membenamkan kepalanya di balik bantal.
Padahal sesungguhnya cewek itu adalah Sri Heruni, mantan cewek Gusur semasa seniman sableng itu liburan sekolah sebulan dan ngegembel jadi seniman di Malioboro dulu. Lalu ia kenalan sama Sri yang saat itu pake baju pramuka, dan malu-malu berdiri sambil memegang tiang lampu di Jalan Malioboro bak artis India. Saat itulah Gusur jatuh cinta pada pandangan pertama. Gubrak!
Sebaliknya, bagi Sri kutukan pun dimulai. "Hehehe. Asal tau aja, Sri ini tipe cewek polos dan dandanannya konvensional. Rambutnya sepunggung dan digerai begitu aja. Wajahnya pucat ka
rena lelah sehabis perjalanan dengan kereta dari Jogja ke Jakarta. Ia menenteng traveling bag.
"Mas Gusur... ini aku. Masa lupa sih"" suara Sri terdengar parau.
Gusur yang gemeteran mencoba mengamati Sri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia mencoba melangkah mundur, tapi sebaliknya Sri malah semakin maju mendekat alias masuk ke kamar Boim.
Boim makin gemeteran di pojok sambil nutupin mukanya dengan bantal, sesekali mengintip penasaran.
"Tadi aku ke rumah Engkong, tapi kata Engkong kamu nginep di sini... Aku Sri Heruni..."
"Sri Heruni..." Ya ampun! Sri Heruni! Kok kamu bisa sampai sini" Apa kabar, Sri...""
Begitu tau itu manusia, Boim langsung mengangkat kepalanya dari balik bantal dan kumat jailnya ngomentarin nama Sri. "Sri Heruni" Maksa banget namanya" Panggilannya Heru, ya""
Sementara Gusur nggak peduli sama celetukan Boim, tetap suprise banget melihat Sri. Ia langsung menyalami Sri dan mengajaknya duduk.
""Kamu dari Jogja atau Boyolali" Kok ke Jakarta nggak bilang-bilang" Ada urusan apa, Sri""
Sri malah menundukkan kepalanya dengan lesu, sedih. Gusur langsung sigap mengambilkan air minum untuk Sri. Sementara itu Boim malah sibuk di belakang Sri. Ia masih penasaran apakah Sri beneran manusia atau sundel bolong.
Alhasil, ia mengendap-endap dan meneliti punggung Sri. Gusur dan Sri sih nggak nyadar.
"Sama siapa kamu ke Jakarta, Sri""
"Sendirian aja, Mas. Aku minggat..."
"Hah" Minggat"! Kenapa, Sri" Waduh, dikau kok aneh-aneh sih" Nanti kalo keluargamu nyariin, gimana"" Gusur kaget banget. Overakting kayak salah satu bintang sinetron Indonesia.
Sri menghela napas kesal. "Bia"in aja. Aku udah ndak tahan, Mas. Mau dijodohin sama pilihan Bapak. Makanya pagi tadi aku langsung kabur aja. Untung aku masih nyimpen alamat Mas di Jakarta."
Gusur menelan ludah, lalu bertanya hati-hati, "Kamu dijodohin sama juragan sapi yang bujang lapuk itu, ya" Siapa namanya""
"Suharyadi. " Gusur berusaha menahan cemburu. "Oh iya, Mas Haryadi. Huh, padahal dibandingin dia, gantengan diriku ke mana-mana lho!"
Boim mendadak menjerit, "Waaa!!!"
Gusur dan Sri jadi kaget dan menoleh ke Boim. Bocah item keriting itu jadi malu sendiri, lalu cengar-cengir dan geleng-geleng kepala.
"Kenapa sih dikau menjerit segitu rupa" Lagi apa dikau di situ"" Gusur kesel ngeliat Boim mindik-mindik di belakang Sri.
"Oh eh, nggak. Tadi kirain punggungnya mbak ini bolong, eh, ternyata buletan item di bagian punggung itu bayangan kepala gue sendiri... "
Sri bengong. Gusur baru inget dan ngenalin mereka. "Eh iya nih, kenalin kawanku... Boim LeBon..."
Sri Heruni menyodorkan tangan. "Saya Sri Heruni, biasa dipanggil Sri. Mantannya Mas Gusur... waktu ketemu di Jogja. Waktu itu Mas Gusur jadi seniman lukis di pinggir Jalan Malioboro. Tapi karena Bapak saya ndak setuju, kami ndak jadian..."
Gusur agak malu karena sejarahnya dibuka.
Boim manggut-manggut dan balas menyebutkan namanya, "My name is Bon... Boim LeBon. Trus, rencananya mau nginep di mana nih" Udah malem begini."
"Itu dia, saya juga bingung. Saya ndak tau Jakarta..."
"Mm... gimana kalo nginep di sini aja"" usul Gusur.
Boim dan Sri sama-sama kaget.
"Hah" Gila lo, Sur! Bisa digrebek kita. Kita nginep di rumah Gusur aja yuk. Biar Sri di sini sendirian. Berani kan, Sri""
"Mm,.. ya berani aja sih. Daripada dikira kumpul kebo""
Gusur mendadak tersenyum geli.
"Kenapa lo, Sur" Kok senyam-senyum nggak jelas gitu""
"Nggak. Bicara soal kumpul kebo, daku jadi ingat waktu masih di Jogja dulu. Ada mahasiswa yang kepergok hidup serumah sama ceweknya. Pas bapaknya dari pelosok dateng, marah-marah, dan nanya, 'Kamu kumpul kebo, ya"', dia jawab, 'Nggak, Pak. Saya samen leven doang kok.' Trus bapaknya yang polos itu lega sambil bilang, 'Ooo... ya udah. Kirain kamu kumpul kebo!'"
"* *" * "Boim, playboy cap duren tiga itu lagi in action. Dia lagi jalan ke sekolah bareng Ade Patalianawati. Boim emang lagi pedekate sama cewek itu. Tapi seperti biasa, penyakit Boim yang susah mengingat nama orang karena kebanyakan gebetan itu mulai kumat lagi.
"Ng... ntar pulang sekolah, makan siang di food court ya, Rit!
" Ade menoleh ke Boim sambil menahan senyum. "Rit" Emang nama gue Rita""
"Boim kaget dan baru sadar, lalu menepuk dahinya. "Ups, sori! Rida maksud gue. Sori ya""
Ade makin geli. "Ade, Sayang... Nama gue Ade. Aduh, jangan ganti nama seenak sendiri dong! Bisa ngamuk ntar nyokap gue yang kasih nama."
"Eh iya, Ade! Aduh, kok gue jadi pikun gini sih."
"Kebanyakan cewek sih," celetuk Ade.
"Ih, nggak! Siapa bilang"" Boim mengelak.
"Lha itu, kenapa jadi salah-salah mulu gitu""
Boim cengar-cengir. "Ya gitu deh, Ida. Gue kalo lagi jatuh cinta emang jadi grogian gini. Sori ya, Ida." .
Muka Ade yang awalnya sempat memerah karena tersipu ketika Boim bilang jatuh cinta, begitu mendengar kata "Ida" dia jadi kaget.
"Kok Ida sih"" suara Ade terdengar jengkel setengah mati.
"Lho, tadi katanya," Boim ikutan kaget.
"Adem" jerit Ade mulai nggak sabar. "Nama gue ADE!"
Boim jadi nggak enak hati. "Eh iya, Ade."
Lalu ia menepuk-nepuk keningnya sambil ngoceh, "Ade, Ade, Ade, Ade...!"
Ade jadi bete sepanjang jalan. Boim merayu-rayu setengah mati, tapi nggak mempan. Sementara itu dua teman Lupus yang lain, yaitu Anto dan Adi, lagi berbaik hati mengajak Sri ber-city tour-ria keliling Jakarta dan terakhir mengajak Sri mampir di warteg.
Menik, anak pemilik_ warteg yang gembrot dan udah lama menyimpan rasa pada Gusur, udah tau cerita tentang datangnya Sri Heruni dari kampung demi menguber-uber Gusur. Menik cinta mati sama Gusur, tapi Gusut-nya aja yang ndablek, nggak nyadar-nyadar. Makanya ketika Anto dan Adi membawa Sri ke warungnya, Menik yang ngelayanin tampak cemberut.
Pakde, pemilik warung yang nggak lain adalah bapaknya Menik, jadi heran ngeliat Menik. "Kenapa sih, Nduk" Mukamu kaya" ikan cucut begitu""
"Dia tuh datang ke Jakarta pasti mau ngajak kawin Mas Gusur, Pak!" bisik Menik keki ke babenya.
"Ya biarin aja, kok kamu yang sewot" Emangnya cowok cuma Gusur" Pria yang masa depannya lebih cerah di sekitar sini kan banyak. Ganteng-ganteng, lagi. Nggak kayak Gusur. Kerjaannya kalo jajan, ngutaaang mulu!"
Sri yang sempet mendengar ucapan bapaknya Menik, langsung kaget.
"Emang Gusur suka ngutang di sini, Pakde""
"Pakde jadi nggak enak hati, langsung cengar-cenglr meralat, "Oh, eh, nggak, ini ngomongin Gusur yang lain kok!"
Sementara Adi pun mulai menginterogasi Sri. "Jadi... lo kabur dari Jogja karena takut mau dikawinin" Kenapa" Kan enak dikawinin""
"Anto menoyor kepala Adi. "Dasar lo aja yang gatel, maunya buru-buru merit. Tapi gue salut sama elo, Sri. Biar gimana, cewek tuh mesti punya sikap. Cinta kan nggak bisa dipaksa, ya nggak" Lo mesti kejar tuh cinta sejati lo!"
"Alaaa, sok tau lo, To. Kayak pernah pacaran aja!"
"Ssst, berisik lo! Gue kan pernah baca di buku, emang kayak gitu kok! Eh, Sri, ngomong-ngomong, cinta sejati lo siapa sih" Gusur, ya""
Mendengar ucapan Anto, Menik langsung meradang. Dengan ribut ia memukul pantat panci dan benda-benda lain sehingga bunyinya gedombrangan. Semua jadi pada kaget. Tapi Menik, dengan wajah tak berdosanya, malah ngeloyor ke belakang. Sri yang tadinya senyum-senyum mau jawab, jadi kaget dan menoleh. Menik jutek banget melirik ke arah Sri dengan ekor matanya.
Anto dan Adi langsung bertukar pandang dan cekikikan.
""Lo nyari masalah, To! Udah dong, nggak usah dibahas! Kasian tuh ada yang patah hati."
"Hari gini patah hati" Cape deeeh...," ujar Anto.
"Daging ditusuk-tusuk. Sate deeeh. Temennya jengkol. Pete deeeh. Dalemnya bakwan. Toge deeeh. Yang main sinetron Intan. Dude deeeh...," balas Adi.
Sementara itu Pakde langsung buru-buru menyembunyikan pisau dan benda tajam lainnya.
Menik jadi keheranan, "Eh, kenapa, Pak""
"Nggak. Takut kamu bunuh diri."
Menik tambah sebel. Anto lantas membujuk Sri, "Tapi, Sri, gue pikir sih mendingan lo pulang ke Jogja aja deh. Ngeri lho, kabur-kaburan kayak gini. Masalah juga nggak selesai, kan""
Sri menunduk sedih, mengamati cincin berlian di jari manisnya. Adi melihat hal itu.
"Eh, itu cincin tunangan, ya""
Sri mengangguk. "Iya, dari juragan sapi itu. Aku sih sempet coba jalan sama dia, belajar mencintai. Orangnya baik dan aku sempet suka
juga sama dia." "Oh ya" Lho, trus kenapa tadi lo bilang pertunangan lo ama dia putus""
"Iya... akhirnya kami memang putus. Sema"kin ke sini, perasaanku ke Mas Haryadi mulai berubah."
Adi manggut-manggut. "Oooh, gitu. Tapi kenapa tu cincin masih di jari elo""
Sri mengamati cincinnya. "Perasaanku ke Mas Haryadi emang mulai berubah, tapi perasaanku sama cincin berlian ini... selamanya nggak akan berubah!"
Semua kaget memandang Sri. Matre juga ni anak!
*** "Gusur lagi tiduran di "kandang burung" -nya, karena ngantuk semalem tidur nggak nyenyak mikirin Sri. Tiba-tiba mendadak datang kedua orangtua Sri yang langsung mencak-mencak, dan dengan kasar ngebangunin Gusur.
"Oooh, ini dia orangnya!"
Gusur terbangun dan mendongak kaget. Sri, Anto, dan Adi yang membuntuti bapak-ibu Sri, tampak panik, berusaha mencegah kemarahan kedua orangtua Sri.
Gusur bangun, mengucek-ucek matanya. "Eh, Bapak..."
"Maksudmu apa sih, Nak Gusur" Tega banget kamu melarikan anak orang! Kamu nggak tau ya" Dia itu udah mau saya kawinkan sama juragan sapi! Kamu malah bujukin dia minggat ke Jakarta! Emangnya kamu bisa apa menghidupi dia""
Gusur langsung panik karena bokapnya Sri langsung nyerocos nuduh dia. "Aduh, sabar, Pak, sabaaar. Daku jelaskan dahulu. Bahwasanya..."
"Tau diri dong, Nak Gusrak," potong bokapnya Sri.
"Gusur, Pak," ralat Anto.
"Terserah akhu dong, kan akhu lagi marah. Tau diri dong, Nak Kasui, kamu yang miskin bin melarat ini masa mau saingan sama Juragan Haryadi yang kaya raya itu"" suara bokapnya Sri makin melengking.
Ibu Sri mulai risi sama suaminya yang asal labrak itu, ia berusaha menengahi. "Ssst, Pak! Mbok jangan keterlaluan! Bapak nggak inget ya" Waktu mau ngawinin aku dulu kan Bapak juga saingan sama juragan kerupuk. Lebih kaya dia dibanding Bapak waktu itu..."
Mendengar pembelaan ibunya, Sri Heruni langsung berkata lantang, "Iya! Buktinya Ibu tetep milih Bapak!"
"Itu kan karena saya ganteng. Lha kalo anak ini, apa yang bisa diharapin" Ganteng nggak, kaya apalagi..."
Gusur jadi kesel dihina-dina begitu. "Tunggu, Pak, biarkanlah daku menjelaskan dahulu duduk persoalannya..."
"Duduk""" Siapa yang lagi duduk" Lha wong saya ini masih berdiri mengangkang begini kok"" ujar bokapnya Sri nggak nyambung.
"Maksudnya, daku jelaskan dahulu, bahwasanya daku itu tiada pernah yang namanya menyuruh-nyuruh, ataupun mewanti-wanti Sri agar minggat ke Jakarta! Daku tiada akan pernah berniat melarikan anak Bapak! Orang daku lari sendiri saja sudah susah, keberatan berat badan. Overweight, bow!"
Sri Heruni juga langsung membela Gusur, "Iya, Pak. Udah deh, Pak, Bu, jangan marah-marah di sini. Malu. Mas Gusur tuh nggak salah. Sri kabur dari rumah atas inisiatif Sri sendiri. Abis, Ibu-Bapak maksa Sri kawin sama bujang lapuk kayak gitu. Boro-boro cinta, enek saya, Pak!"
"Eeeh, kowe iki piye tho" Dulu Bapak pernah njodohke kowe karo..."
Pas bapaknya Sri ngomong Jawa gitu, Adi langsung celingukan bingung dan nyeletuk,
"Ini kita di daerah mana sih" Wah, kayaknya kena roaming nih! Di luar service area! Bahasanya gue nggak ngerti!"
Bapak Sri sadar, langsung malu dan mengubah pake bahasa Indonesia. "Dulu Sri ini pernah mau dijodohin sama yang muda, cakep, namanya Wawan. Tapi dia nolak. Padahal bapaknya Wawan mau ngasih warisan rumah kalo Sri mau kawin sama anaknya..."
""Aduh, males, Pak. Bapaknya ngasih warisan perumnas gitu. Cicilannya masih tiga belas taun! Berat!" ujar Sri.
Bapaknya Sri bengong, kayak sapi ompong.
*** "Walaupun pernah jalan bareng sama Ade, Boim masih aja salah nyebut nama cewek itu. Saat itu mereka berdua lagi di kantin sekolah.
"Ntar kan malem Minggu, Abang bolelebo kan ngajak situ nonton""
Ade mengangguk, sambil menyuap bakso.
"Boleh. Tapi lo jemput gue dulu kan, Im""
"0 iya dong, Utit. Masa iya gue" tega lo dateng sendirian""
Ade yang tadinya senyam-senyum seneng, langsung kesel. "Utit" Jauh bener plesetannya..."
"Eh, ups, sori..." Boim segera mengalihkan pembicaraan sebelum Ade ngambek lagi.
"Mm..., oh ya, ntar kita pake kaus kembar ya" Gue udah beli buat elo nih!"
Boim mengeluarkan dua lembar T-shirt
item bermotif rock star gitu deh.
"Wow, makasih ya! Lo baik banget sih, Im..."
"Hehehe. Apa sih yang nggak gue kasih buat Uya""
""Lo tuh bener-bener nyebelin, ya" Udah deh, gue pulang aja! Ternyata lo emang nggak care sama gue! Sebel!"
Boim bengong. Ade mengambil tasnya dan kabur dari kantin.
"Ih, kok marah sih""
*** "Sri dan kedua orangtuanya sudah berada di teras rumah Gusur. Siap-siap mau pulang ke Jogja. Lupus cs ada di situ semua.
"Maafin Bapak yang udah emosi duluan sama kamu tadi ya, Mas," ujar Sri sebagai tanda perpisahan.
"Iya. Tiada apa-apa. Daku ngerti kok."
Bokapnya Sri yang galak dan gengsian itu nggak mau minta maaf. Malah buru-buru mau pulang aja. Ia ngeliat jam tangannya. "Udah yuk, kita berangkat sekarang! Takut ketinggalan kereta!"
Anto nyeletuk, " Aduh, baru jam berapa, Pak" Masih ada waktu tiga jam lagi. Ngobrol-ngobrol dulu kek."
"Iya, Pak. Dari sini ke Gambir nggak macet kok. Cuma tiga puluh menit!" ujar Boim.
Lupus Cewek Junkies di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Iya, Pak, mendingan nginep aja dulu di sini. Biar Bapak makin akrab sama Gusur!" tambah Adi.
"Gusur langsung mengeplak kepala Adi.
"Nggak ah, takut ngerepotin. Maafin Bapak ya, Sur..." Bokapnya Sri akhirnya luluh juga.
Gusur menarik napas lega. "Oooh, akhirnya... minta maaf juga!"
"Kenapa emang, Sur""
"Oh, eh, nggak. Ati-ati ya, Pak..."
Sri Heruni memeluk Gusur. "Pulang dulu ya, Mas. Mari semua..."
Ketika sekeluarga itu pergi, Lupus sempat berbisik ke Gusur, "Bapaknya Sri menghargai waktu banget ya, Sur""
Gusur balas berbisik, "Ya iyalah, mantan tukang servis jam gitu loh!"
*** "Siang itu ada seorang pengemis tua, kakek-kakek, dengan baju lusuh dan jalannya udah kepayahan. Ia memakai tongkat, dan kayaknya kelaparan, karena badannya gemeteran. Saat itu pula secara kebetulan Gusur baru pulang dari sekolah. Saat mereka berpapasan, Gusur yang dari lahir udah telmi itu nggak ngeh dengan penderitaan pengemis itu.
"Nak, tolong saya, Nak...," kata kakek tua itu.
"Gusur menghentikan langkahnya dan memandang pengemis tua itu.
"Kenapa, Pak""
"Sudah tiga hari saya belum makan..."
Gusur kaget. "Wuah, hebat! Kakek sakti dong""
"Nak... serius nih. Saya lapeeer banget! Udah nggak kuat jalan..."
Gusur mafhum. "Oooh, Kakek mau makan""
Pengemis tua itu mengangguk-angguk penuh harap, berharap dikasih duit atau makanan. Tapi dasar telmi, rupanya Gusur masih nggak nyadar juga. Tangan Gusur bergerak-gerak memberi petunjuk arah. "Tenang aja, Kek. Kakek dari sini jalan aja lurus terus. Nanti ketemu tikungan, Kakek belok kanan. Nah, lima meter dari situ ada warteg namanya Warteg Pakde! Makanannya enak banget. Oke, Kek""
Gusur lalu tersenyum senang karena merasa udah nolong orang ngasih informasi, dan ia langsung melenggang pergi begitu saja.
Pengemis tua itu bengong. "Hari gini masih ada anak muda yang lemotnya kayak gitu"!"
"9 Jealousy "DI suatu malam, Restu lagi main biliar sama seorang cewek seksi. Mereka berdua keliatan mesra banget. Padahal cowok bintang lapangan basket itu baru kenal Tasya seminggu yang lalu loooh. Kenalnya juga dari friendster. Itulah kehebatan friendster: meniadakan ruang, jarak, dan waktu untuk bisa ngedapetin temen. Temen" Tepatnya sih gebetan!
Dan ketika kopi darat alias janjian ketemuan sama teman dari dunia mayanya itu, ternyata Tasya aslinya emang beneran seksi. Persis seperti di foto. Padahal biasanya foto bisa nipu lho. Atau ada juga anggota fs yang sengaja masang foto orang, biar kecele. Tapi Tasya yang ini asli sesuai fotonya. Restu jadi semangat banget. Baru sekali ketemuan, dia udah sok-sok ngajarin biliar ke cewek itu dengan mepet di tubuh seksinya, megangin tangan, sambil sesekali nyuri-nyuri nyium pipinya.
Si cewek terkikik geli, tapi suka. Zaman sekarang mah udah nggak lazim malu-malu atau jaim-jaiman segala. Meski baru ketemu, tapi karena udah sama-sama suka, anything goes deh. Makin agresif, makin seru.
Tasya juga keliatan banget menikmati sentuhan dada bidang Restu di punggungnya. Ia bisa merasakan kencangnya otot-otot dada Restu yang rajin dipompa di gym-gym yang kini marak di mal-mal besar. Tasya langsung membayangkan, betapa seksinya
Restu kalo diajakin berenang. Dan itu udah ada di rencana Tasya pada kencan kedua nanti. Berenang di apartemen oom-nya. Pasti bener-bener romantis.
Vera yang kebetulan hari itu lagi hang out sama beberapa temennya, datang di tempat biliar yang sama dan so pasti kaget banget begitu memergoki pacarnya lagi pedekate abis sama seorang cewek yang berpenampilan seksi, memakai kaus putih ketat dengan belahan dada rendah, kulit sebening kulit Gong Li, dan celana jins strech superketat yang memamerkan bentuk jenjang kakinya.
Vera jelas langsung terbakar api cemburu. Soalnya tadi Restu ngakunya mau latihan basket buat pertandingan. Tapi pas ketemu, cowok itu malah lagi mepet-mepet di tubuh cewek lain.
Tanpa peduli setan sama suasana yang banyak orang, Vera langsung mendatangi mereka dan menarik lengan Restu dengan kasar. Restu tersentak kaget, sementara si cewek seksi cuma senyum-senyum cuek, sepertinya udah terbiasa dilabrak pacar orang.
"Oooh, bagus ya" Baru ditinggal sebentar aja lo udah selingkuh ya" Dasar cowok kurang ajar!"
Restu masih kaget, Vera udah tangsung menuding Tasya, "Lo juga! Dasar cewek kegatelan! Kalo mau punya pacar, cari sendiri dong. Jangan rebut punya orang...!"
"Ih, kenapa sih lo" Orang cowok lo kok yang mepet-mepet ke gue!"
"Kurang ajar!" Vera menampar cewek itu.
Plak! Tasya menjerit. Restu jadi kesel sama Vera. "Hei, hei, lo tuh kenapa sih""
"Kenapa kenapa! Jadi lo begini ya kalo lagi nggak jalan sama gue, hah"" Vera udah mau melayangkan tangannya lagi untuk menampar Restu, tapi Restu lebih sigap menahannya. Cowok itu malah balik nyolot dengan suara keras.
"Lo pikir lo siapa ngatur-ngatur gue"! Sana pergi! Jangan ganggu gue lagi!" Restu mendorong tubuh. Vera. Tubuh cewek itu sampai hampir terjengkang ke belakang.
Vera kaget banget. Ia nggak nyangka Restu akan memperlakukannya sekasar itu. "Restu""""
"Lo udah bikin malu gue. Kita putus!" ujar Restu lagi sambil langsung merangkul cewek seksi itu dan nggak mau liat Vera.
Tasya tersenyum penuh kemenangan. Perasaannya lagi top of the world banget. Iya lah, Tasya jauh lebih kinclong dibanding Vera.
"Udah sana pergi! Gue bosen liat lo!" bentak Restu.
Vera sampai menangis. Dadanya sesak. Napasnya tersengal-sengal. Sakit hati banget. Dia akhirnya berbalik dan berlari pergi dengan derai air mata. Malu, sakit, pedih, campur jadi satu. Tapi Restu nggak peduli. Dia emang playboy sejati yang nggak punya hati dan nggak main perasaan kalo sama cewek. Dia bisa membuang cewek yang sudah bosen dia kencani, semudah membuang tisu bekas ingus.
Vera baru menyadari pesona sesaat diri Restu telah membutakan matanya. Kini ia bisa melihat jelas cinta tulus Lupus kepadanya. Namun pada saat begini, penyesalan nggak ada artinya lagi.
Sementara itu nasib malang juga terjadi pada pacar Lupus yang sekarang, yaitu Nessa. Cewek itu juga menjadi korban tipuan cinta, meski versinya berbeda. Semua omongan Dito hanya bualan untuk menjerat Nessa. Dito nggak sungguh-sungguh bertobat. Dito hanya merasa gengsi dan nggak terima ada cewek seperti Nessa bisa meninggalkannya. Dia akan mengambil balik semua yang dia pikir harus jadi miliknya. Dan Nessa adalah pacarnya sebelum ia mendekam di penjara Krobokan.
Sepulang dari rumah Nessa, di kamar hotel berbintang lima yang dia sewa selama berada di Jakarta, Dito masih menjalankan bisnisnya jadi bandar narkoba. Ia sibuk menelepon kelab-kelab yang butuh pasokan narkoba. Malah hampir tiap malam dia mengadakan private party di kamar hotelnya, bersama teman-temannya, 'cewek dan cowok. Mereka memakai heroin, ngisap bergantian sama seorang cewek seksi yang datang ke pesta rahasianya. Semua jenis narkoba menjadi jamuan buat setiap tamu yang datang. Keroyalan Dito ini membuat ia sangat dicintai dan dihormati temen-temennya. Banyak cewek yang akhirnya rela menjadi selirnya.
Inilah kebenaran yang belum dikuak oleh Nessa.
*** "Di kantin sekolah, Vera dan Lupus duduk berseberangan. Vera yang semalam diputusin Restu, paginya langsung berusaha mati-matian mendapatkan kembali cinta Lupus. Soalnya Vera tau, hubungan Lupus dan Nessa belakangan ini la
gi renggang. Vera tampak penuh perhatian, sementara Lupus masih nggak abis pikir dengan sikap mantannya itu.
"Elo ke mana aja sih, Pus" Gue udah cemaaas banget karena lo nggak masuk-masuk sekolah."
Lupus masih belom bisa menjawab karena masih bingung dengan sikap Vera yang tumben banget care padanya.
"Gue tau lo pasti lagi banyak masalah. Siapa tau gue bisa bantu..."
Lupus tak menjawab. "Terus terang gue nyesel banget, dulu pernah nyia-nyiain cinta tulus lo. Gue emang bego banget. Sekarang, kasih gue kesempatan kedua, Pus!"
Lupus mengerutkan kening menatap Vera. "Maksud lo apa""
Vera tersenyum penuh arti. Lalu ia berkata dengan lembut sambil meraih tangan Lupus dan menggenggamnya hangat.
"Lupus kaget, melirik tangannya, tapi nggak menolak.
"Pus, kita masih bisa seperti dulu, kan""
Lupus kaget setengah mati. Sampai speechless. Vera menatapnya terus.
"Kamu mau maafin aku, kan" Kamu mau kan menerimaku lagi""
"Ver, tapi gue..."
Vera lekas menaruh telunjuknya di bibir Lupus. Lupus sampai bengong. Vera tersenyum. "Aku nggak suka ada kata 'tapi'. Itu pertanda buruk. Lebih baik kamu pikirkan dulu dengan tenang, sebelum menjawab permintaanku..."
Lupus nggak berkutik. *** Nessa yang masih bingung dengan ajakan comeback dari Dito, dan masih sedih mikirin hubungannya yang berantakan dengan Lupus, sedang berjalan menuju kantin. Alangkah kagetnya ia ketika mendapati Vera dan Lupus di sebuah meja. Mereka kelihatan intim. Tangan Vera mengelus-elus tangan Lupus.
Nessa menghela napas, sedih, kecewa karena udah nggak ada harapan lagi baginya. Ia mengira Lupus udah balik ke mantannya. Dengan perasaan hancur, Nessa lalu berbalik badan dan berlari pergi. Kalo Lupus balik lagi ke mantannya, berarti aku juga balik aja ke mantanku, putus Nessa dalam hati. Dan Nessa pun bulat memutuskan akan pergi ke Bali lagi, ikut ajakan Dito.
Padahal Nessa nggak tau yang terjadi sebenarnya. Ketika ia melangkah pergi dari kantin, Vera yang masih berduaan sama Lupus berusaha ngejelek-jelekin Nessa, "Semua anak di sini juga udah pada tau, siapa itu Nessa sebenernya. Ancur banget tu anak. Di Bali dia kan udah terlibat pergaulan bebas dan pake narkoba..."
Lupus yang masih menyimpan cinta untuk Nessa, jadi kegerahan sendiri mendengar ucapan Vera. Kerah bajunya jadi sesak. Ia nggak suka Vera menyinggung-nyinggung soal itu.
Wajah Lupus menunjukkan ekspresi nggak suka, tapi Vera nggak nyadar. Ia malah meneruskan menjelek-jelekkan Nessa.
"Jangan-jangan dia juga bisa dipake, lagi"!" tandas Vera sinis.
Lupus terenyak, menatap Vera kesal. Kali ini Vera sudah memfitnah Nessa dengan sangat keterlaluan. Lupus sama sekali nggak bisa menerima ada orang lain yang bicara jelek soal Nessa. Dengan gusar, ditariknya tangannya dari genggaman tangan Vera. Vera kaget. Serta-merta Lupus bangkit dan menuding wajah Vera dengan benci.
""Eh, jangan sembarangan nuduh orang, ya" Look who's talking" Lo tuh yang cewek murahan!"
"Lupus!" Lupus bergegas pergi, meninggalkan Vera sendirian. Vera menghela napas kesal karena hasutannya gagal total.
*** "Lupus, Boim, dan Gusur lagi jalan bareng sepulang sekolah. Lupus masih tampak murung dan nggak semangat. Boim dan Gusur memeras otak, mencari berbagai cara untuk mengembalikan semangat hidup Lupus. Meski kesannya cuek, kedua sobat itu paling nggak bisa ngeliat Lupus bete.
Dan kali ini Boim sedang mencoba satu cara. Boim yang lagi baca koran, tiba-tiba bersuara,
"Liat nih. Ada berita cewek yang gila gara-gara patah hati," ujar Boim sambil mengedipkan satu matanya ke Gusur.
Gusur, yang nggak tau bahwa itu kode untuk berpura-pura, malah membalas kedipan mata Boim. Dia malah ngasih bonus, memelet-meletkan lidahnya. Boim jelas kesel, lalu memberi kode dengan melirik ke arah korannya.
Setelah berusaha dengan susah payah dan berbagai cara, Gusur akhirnya paham. Ia pun ikutan membaca.
"Oh-ini yang gara-gara cowoknya selingkuh""
"Bukan. Gara-gara cowoknya nggak punya sikap, akhirnya tu cewek malah dibawa kabur sama mantannya yang junkies. Sampe akhirnya dua-duanya dikejar polisi, cowoknya ketembak, si cewek masuk penjara, dan
jadi gila mikirin cowoknya."
Lupus melihat ke arah koran yang dipegang Boim.
"Mana" Mana""
Boim membuang korannya. Lupus kesel. "Bohong lo ya""
"Emang gue bohong! Sama ama lo, tukang bohong!" tukas Boim.
Lupus kaget. "Gue bohong apa""
"Bohong sama diri lo sendiri!!! Gue lebih suka lo yang kemaren waktu jadian sama Nessa. Lo keliatan 'hidup'! Kayak Lupus yang dulu. Nggak ngebetein kayak sekarang! Sekarang lo basi, tau nggak" Dan Nessa juga garing, gara-gara lo!"
Lupus tercekat. Terdiam. "Dikau harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat, Pus. Sebelum sama-sama menyesal! Sebelum nasi menjadi bubur. Sebelum ulat menjadi kepompong. Sebelum susu menjadi yoghurt..."
"Berjuanglah demi cinta!!!" pekik Boim keras, sampai Gusur melonjak kaget.
Pekikan Boim mujarab juga. Buktinya, wajah Lupus yang semula seperti nggak ada daya hidup, jadi bereaksi. Semangatnya muncul lagi.
Ia pun langsung berlari ke rumah Nessa. Apa yang diucapkan Boim dan Gusur benar. Ia nggak boleh membohongi diri bahwa ia masih cinta Nessa. Ia harus memperbaiki hubungan mereka kembali.
Tapi begitu sampai rumah Nessa, orang yang ia cintai itu sudah pergi. Lupus cuma bisa ketemu seorang pembantu yang sedang menyapu di teras sambil menyanyi lagu dangdut, "Bang, SMS siapa ini Baaaang" Bang, pesannya pakai sayang sayang...."
Lupus mendekat dengan wajah nggak sabar.
"Siang, Mbak'-Nessa-nya ada""
"Kala bersilat lidah, Abang memang rajanya...,"
si pembantu itu malah menjawab Lupus dengan lanjutan lirik lagu dangdutnya. Seolah ia nggak rela banget keasyikannya diganggu. Lupus jadi nyolot. Ia teriak, "MBAKKKK!!! NESSA MANA""""
Pembantu itu jadi kaget dan agak takut-takut.
"Oh, mm..., Non Nessa-nya udah pergi. Tadi ada laki-laki ke sini jemput Non Nessa..."
""Jemput""
"Iya. Mereka pergi ke Bali. Non Nessa sama laki-laki botak itu......"
"Dito... ""
Lupus kaget dan langsung kalut hatinya, karena tiba-tiba takut Dito kembali memengaruhi Nessa. Seluruh persendian tulangnya langsung terasa lemas. Lupus tercenung dan terduduk di anak tangga. Pembantu Nessa itu dengan cueknya malah ikut-ikut jongkok di sebelah Lupus.
Lupus jadi risi dan menjauh.
Ternyata saat itu Nessa sudah amat putus asa dan kehilangan harapan untuk tetap bersama Lupus. Ia kembali masuk ke perangkap Dito. Nessa terbang ke Bali bersama Dito.
*** "Selama di dalam pesawat, Nessa memang melihat Dito sudah berubah. Cowok itu tampak hangat dan sweet banget. Nessa merasa, mungkin Dito memang sudah berubah. Dan inilah saatnya untuk menerimanya kembali.
"Pake sweter, ya" Udah mulai dingin nih. Kamu laper nggak" Aku bawa camilan nih..."
Nessa menggelengkan kepalanya.
"Nanti kamu sakit""
"Nggak, aku masih kenyang kok!"
Dito lalu mengambilkan sweternya, dan menyerahkannya ke Nessa.
"Kamu tidur aja dulu. Ntar pokoknya tau-tau nyampe Bali deh..."
Nessa tersenyum dan menatap Dito. Hatinya senang, berharap Dito memang sudah berubah.
*** "Lupus sudah membobok celengan ayamnya untuk beli tiket pesawat pulang-pergi ke Bali. Ia menyandang tas ransel sekolahnya. Sambil melipat kertas alamat Nessa yang didapatnya dari pembantu rumah Nessa, Lupus pamit pada dua temannya yang setia. Lupus tampak penuh semangat.
Mendadak Boim. merogoh dompetnya. Gusur yang melihat itu bengong sejenak, tapi kemudian ia sadar dan ikut-ikutan. Keduanya menyerahkan uang mereka ke Lupus. Lupus jelas kaget, dan menerima dengan senyum haru.
"You are my best friend, Boim... Gusur..." Lupus memeluk keduanya. Boim dan Gusur menitikkan air mata.
"Cinta sejati memang pantas diperjuangkan," ujar Gusur.
"One for all, all for one!"
Lupus pun menyimpan uangnya dan pergi. Gusur dan Boim mengamati.
Sementara malam itu, Nessa sudah berada di kamarnya di rumah keluarganya di Bali. Ia masih dilanda kebimbangan. Makanya ia salat istikarah, minta petunjuk pada Allah atas dua pilihan. Mana yang terbaik untuknya.
"Ya Allah, hanya Engkau yang tau mana jalan yang terbaik buatku. Aku minta petunjuk-Mu. Aku tak mau tersesat lagi. Aku tak mau salah langkah lagi..." Nessa menghela napas panjang.
"Mana yang harus aku pilih, ya Allah
. Apakah aku harus kembali ke Lupus dan menjelaskan semua rahasia hati ini. Ataukah aku harus tetap bersama Dito yang sepertinya sudah insaf" Aku benar-benar tak tau... Engkau Mahatahu mana yang terbaik bagi hambaMu..."
Nessa pun meneteskan air mata. Satu tetes air matanya bagaikan mutiara yang terjatuh di sajadah yang ia beli di depan Masjid Nabawi ketika berangkat umroh karena bersyukur terlepas dari jerat narkoba.
"Apa pun yang terjadi besok, apa pun jalan terbaik yang Kauberikan padaku, ya Allah, kupasrahkan semuanya pada-Mu..."
Dan pagi harinya, Nessa menggeliat bangun ketika terdengar HP-nya berbunyi. Dengan mata masih menyipit menahan kantuk, ia mengangkat telepon.
"Halo..." "Halo, Sayang. Hari ini kita bisa ketemuan, kan" Aku pengin ngajak kamu jalan-jalan," terdengar suara Dito di ujung sana.
"Ke mana""
"Ke tempat-tempat nostalgia kita dulu. Mau ya, Sayang""
"Ng... mmm..." Dito seolah nggak ngasih kesempatan pada Nessa, langsung maksa.
"Oke. Jam delapan aku tunggu di tempat biasa kita dulu janjian ya. Di Rirenon, Denpasar. "
Dito langsung memutuskan telepon sepihak. Nessa tertegun.
Sementara itu Lupus sudah berada di Bali. Pesawatnya mendarat kemarin, dan sekarang ia sedang berjuang mencari alamat Nessa. Tiap ketemu orang, ia menanyakan alamat rumah Nessa berdasarkan catatan yang diberikan pembantu Nessa di Jakarta.
Lupus naik angkutan kota. Berdesakan, keringetan, tapi tak menyurutkan semangat untuk mencari Nessa.
Di saat yang sama, mobil Nessa keluar dari gerbang rumah, hendak menuju Rirenon. Ketika mobil itu lenyap di tikungan jalan, muncullah Lupus sambil berlari-lari kecil.
Lupus tampak lelah, namun ia senang karena akhirnya bisa menemukan alamat Nessa. Tapi ternyata terlambat, Nessa udah keburu pergi.
Di Rirenon, Dito tersenyum senang melihat Nessa datang kepadanya, seperti laba-laba melihat lalat mendekat ke jaring-jaringnya. Nessa pun turun dari mobil dan pindah ke mobil Dito. Mereka lalu pergi ke Bedugul, ke tempat mereka dulu sering nge-date.
Bedugul merupakan daerah pegunungan, di tepi Danau Beratan. Pemandangannya luar biasa indah. Perpaduan keunikan clan keindahan alam, udara yang sejuk dengan lembah-lembah tepi danau yang tampak bagai di taman surga.
Nessa memang menyukai telaga. Ia suka mengkhayalkan dirinya bidadari dari kahyangan yang turun untuk mandi di sebuah telaga indah. Dan itulah momen yang membuatnya jatuh cinta kepada Lupus dulu.
Nessa jadi kangen Lupus lagi.
Menjelang siang, Dito mengajak Nessa ke Garuda Wisnu Kencana, ke kafe The Memedi. Dari kafe itu kita bisa melihat pemandangan laut dan kota Denpasar.
Saat sedang menikmati makanan, tiba-tiba aja ponsel Dito berbunyi. Cowok itu tampak terganggu, tapi ketika membaca nama yang muncul di layar ponsel, buru-buru ia mengangkatnya.
"Halo"" "To, gawat nih! Si Roy udah ketangkep! Dia nggak mau buka mulut kalo nggak langsung sama elo!" terdengar suara Radit di ujung sana.
"Dito tampak kesal karena terganggu. Ia memberi kode pada Nessa, dan menjauh.
"Lo beresin sendiri aja deh! Gue lagi sama Nessa nih!"
"Tapi, To, ini mendesak! Dia tetep nggak mau buka mulut."
"Aduuh, masa yang beginian mesti gue juga sih yang turun" Ya udah, tahan dulu di situ!"
Dito pun menutup ponselnya dan berkata pelan ke Nessa, "Say, aku ada urusan kerjaan sebentar. Nggak apa-apa ya, kita langsung jalan dulu""
"Ada apa sih""
"Nggak. Cuma masalah kecil kok. Yuk!"
Dito akhirnya mengajak Nessa ke sebuah rumah besar milik Dito, yang dijadikan markas bisnis narkoba oleh Dito dan anak buahnya. Beberapa teman Dito langsung menyambut.
"Kamu di sini dulu ya, Sayang" Aku ada urusan di dalam sebentar, soal bisnis kafe. Bentaaar aja. Sepuluh menitan deh." Dito meminta Nessa menunggu di mobil, lalu ia memerintah satu anak buahnya, "Tolong temenin bentar, ya""
Anak buah Dito mengangguk, Dito pun melesa t ke dalam.
Tapi Nessa merasakan sesuatu yang aneh. Ia penasaran, ingin tahu apa yang terjadi, tapi ia cuma bisa mondar-mandir di teras rumah, sambil sesekali melihat ke arah anak buah Dito.
"Sebenemya ada apa sih"" tanya Nessa akhirnya.
"Nggak ada a pa-apa. Dito mau ketemu suplier barang-barang kafe."
"Oooh..." "Tapi Nessa jadi makin penasaran. Ia ingin mengungkap sesuatu. Akhirnya ia dapat ide.
"Mmm, toilet di mana ya""
"Oh, di sebelah sana! Mau diantar""
"Nggak usah. Ke toilet kok diantar."
Nessa pun bergegas ke arah yang ditunjuk. Dalam perjalanan menuju toilet, Nessa mendengar suara rintihan kesakitan. Nessa kaget dan penasaran. Ia menghampiri jendela di dekat ruang tengah dan mengintip ke dalamnya. Ternyata di sana ada pemandangan yang mengejutkan. 1tu... ruangan penyiksaan!
Nessa kaget melihat Dito sedang memukuli seseorang yang dituduhnya telah berkhianat. Dito tampak sadis banget! Lelaki yang dipukulinya itu udah minta ampun, tapi masih dipegangi anak buah Dito yang lain dan digebuki sampai berdarah-darah.
"Jadi si Joni yang nyuruh lo berkhianat" Dibayar berapa lo" Brengsek!!!"
"Ampuuun... ampun..."
Dito terus menendang dan menginjak-injak hingga orang itu menjerit memilukan.
"Di mana lo sembunyiin semua barang gue, hah"!"
Nessa shock melihat semua kejadian ihi. Dengkulnya langsung lemes
"Ya Allah!" Nessa celingukan dan tanpa pikir panjang langsung lari. Ia berniat kabur dari rumah itu. Tapi anak buah Dito yang tadi menjaganya sempat melihat Nessa dan berteriak-teriak mengejar.
Dito kaget. Ia sadar ada sesuatu yang nggak beres. Ia buru-buru keluar.
Nessa berhasil lari ke luar ha"aman. Wajahnya panik dan ketakutan. Kebetulan, saat itu Lupus yang baru aja turun dari angkot melihat Nessa. "Nessaaa...!!" teriak Lupus.
Nessa menoleh dengan tatapan kaget, seolah tak percaya melihat dewa penyelamatnya ada di situ.
"Lupus"" Lupus berlari ke arah Nessa.
"Nessa... gue menyusul ke sini... mau minta maaf sama elo..."
"Oh... Lupus..." Nessa lalu menghambur ke arah Lupus dengan tangan gemeteran.
Lupus memeluknya. Nessa menangis.
"Kamu kenapa""
Belum sempat Nessa menjelaskan, anak buah Dito keburu datang. Lupus berpikir cepat, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Lulu Tapi anak buah Dito keburu mendekat. Seorang anak buah menendang ponsel Lupus dan menginjaknya... gresss! Ancur deh!
Lupus dan Nessa langsung ditangkap dan digelandang kembali ke markas Dito.
"Masuk kamu! Masuk!"
"Lupus dan Nessa berusaha berontak, tapi anak buah Dito jauh lebih kuat menyeret mereka. Akhirnya mereka cuma bisa pasrah.
Dito yang muncul kemudian, langsung menyeret lengan Nessa dengan kemarahan luar biasa. Sikap lembutnya selama ini menguap begitu saja. Dito mengamuk karena ketauan masih menjalankan bisnisnya.
"Sini kamu! Masuk! Jangan coba-coba lari ya!"
Nessa berteriak-teriak kesal dan menangis. "Kamu bilang kamu sudah tobat, kamu sudah sembuh! Mana" Kamu masih aja berbisnis kayak dulu!"
PLAKKK! Dito dengan sadis langsung menampar pipi Nessa. Lupus kaget dan panik banget.
"Lepasin Nessa, To! Lo jangan kurang ajar sama perempuan!" teriak Lupus.
"Lo siapa" Berani sama gue lo!!!"
Dito melotot galak ke Lupus, lalu memerintah anak buahnya, "Beresin dia di depan!"
Lupus langsung diseret anak buah Dito. Nessa berteriak-teriak mencegah.
"Jangan, jangaaan. Lupus...."
Dito membentak, "Diam!!"
Lupus diseret oleh anak buah Dito dan diin-terogasi di gudang.
"Mau apa lo kemari, hah" Suruhan siapa lo""
""Ng-nggak! Gue... gue.."
"Mata-mata polisi lo, ya! Ngaku lo! Biar gue habisi nyawa lo!"
Lupus makin gemeteran. "Nggak, sumpah! Gue cuma mau ketemu Nessa. Gue temennya Nessa!"
Lupus dijebloskan ke gudang oleh anak buah Dito. Ditendang, dipukuli, hingga Lupus kewalahan untuk melawan. Sampai Lupus pingsan.
*** "Kita nggak pernah tau bahwa usaha kecil pun bisa berarti sangat besar kalo itu niat baik dan seizin Tuhan tentunya. Missed call Lupus ke Lulu ternyata berdampak besar. Karena setelah missed call itu, Lulu yang mencoba menghubungi ponsel Lupus lagi ternyata nggak bisa. Bahkan ia sempat mendengar voice mail berisi suara teriakan anak buah Dito dan Lupus yang nggak sengaja terekam.
Lulu langsung berkesimpulan bahwa Lupus dalam bahaya. Apalagi Lulu baru tau dari Boim dan Gusur bahwa Lupus sedang menyusul Nessa ke Bali, yang dibawa pulang sama Dito, mantan cowok
nya yang bekas residivis.
"How come lo berdua tega membiarkan Lupus pergi sendiri ke Bali" Liat nih di tabloid, betapa berbahayanya Dito!!!" Lulu memarahi Boim dan Gusur abis-abisan.
"A-abis, kami nggak punya duit lagi, Lu," ujar Boim tersendat.
"Tapi sekarang Lupus dalam bahaya! Lo berdua harus ke Bali, dan lapor polisi. Mereka pasti punya data-data Dito, karena Dito kan, bekas tahanan penjara sana!"
"T-tapi kami berangkat pake apa" Masa ke Bali naek getek" Lama dong sampenya!"
"Pikir dong! Usaha dong! Kalo kalian ini sahabat sejatinya Lupus, kalian nggak akan membiarkan Lupus menderita!"
Ucapan Lulu menyentak Boim dan Gusur. Mereka langsung bertekad mau ke Bali.
"Oke, kalau gitu begini aja de"," jawab Gusur. "Daku kan punya compo superkeren di rumah, hadiah dari ikut kuis. Nah, compo itu daku gadein aja. Terus duitnya kita beliin tiket. Kita ke Bali bertiga!!!"
Lulu girang. "Gue juga diajak" Horeee! Gue bisa ketemuan lagi dengan Putu Kusuma, gebetan gue yang punya cottage di Pantai Lovina!!!"
Dan berangkatlah Gusur, Boim, dan Lulu ke Bali.
*** "Sementara itu di Bali, setelah hampir semalaman disekap di rumah Dito, Lupus sekuat tenaga berusaha melepaskan diri. Kedua tangannya diikat. Ia terus meronta di gudang yang gelap dan kumuh itu. Dan lewat perjuangan keras, akhirnya ia berhasil lepas dari tali-tali yang mengikatnya. Tapi ketika ia mencoba berdiri, ia agak sempoyongan. Kepalanya terasa berat sekali. Namun Lupus mencoba bertahan, berjalan sambil pegangan kanan-kiri.
Akhirnya Lupus bisa membuka jendela gudang dan menyelinap keluar. Ia berusaha mencari Nessa. Lupus terus mengintai, bersembunyi di antara peti-peti kayu yang ditumpuk di lorong-Iorong kumuh itu. Lupus terkesiap ketika lewat jendela ruang penyekapan, dia melihat sosok Nessa sedang menangis panik.
Lupus pun nekat teriak-teriak memanggil nama Nessa sambil sembunyi di balik peti kayu. Ia bahkan melambai-lambaikan tangannya supaya Nessa bisa melihatnya. Tapi Nessa rupanya sama sekali nggak liat. Lupus udah deg-degan aja, takut ketauan anak buah Dito. Tapi demi cintanya pada Nessa dan nggak rela cewek itu diperangkap Dito, ia nekat berteriak lagi.
Nessa kaget melihat Lupus. Ia juga seneng banget. Tapi kebahagiaan Nessa cuma sekejap, karena anak buah Dito yang sedang berpatroli memergoki Lupus. Kerah belakang baju Lupus ditarik dengan kasar oleh anak buah Dito. Nessa memekik kaget. Lupus terperanjat dan berusaha berontak. Tapi cekalan mereka terlalu kuat.
Untungnya, di saat genting, Lulu, Gusur dan Boim tiba di rumah Dito dengan dikawal para polisi. Nggak sulit mencari di mana markas Dito. Karena data-data Dito sudah tercatat di kepolisian Bali, sangat lengkap, sebagai gembong mafia narkoba yang selalu diawasi.
Suara sirene polisi meraung.
Polisi datang, Dito kaget. Bersama anak buahnya, ia lari tunggang-Ianggang. Tapi kali ini Dito nggak berkutik. Dengan tangan terborgol, ia digelandang masuk ke mobil tahanan. Penjara adalah tempat peristirahatannya kemudian, karena terbukti di rumah itu Dito menyimpan narkoba. .
Begitu situasi terkendali, Lupus langsung berlari ke gudang tempat Nessa disekap. Ia membuka pintu dengan paksa.
Begitu melihat Lupus, Nessa langsung memekik dan berlari memeluk cowok itu. Mereka terus berpelukan, seakan tak mau lepas lagi. Mereka menemukan kembali cinta mereka.
Gusur, Boim, dan Lulu melihat Lupus yang bahagia menemukan bidadarinya. Mereka yakin, kali ini Lupus tak akan melepaskan Nessa lagi.
Selesai tamat Hantu Muka Dua 3 Pendekar Slebor 39 Pulau Kera Perintah Maut 2
Lulu lantas menelepon Vika.
"Halo, Vika! Buruan dateng dong. La gimana sih" Udah gue bilang jam tujuh, juga!"
"Aduh, sori banget, Lu, gue nggak bisa. Gue lupa kalo gue malam ini ada ujian les gambar komik di Manga School. Soalnya ini buat kenaikan kelas. Nggak mungkin dong kalo gue nggak dateng."
Lulu kaget. "Hah" Jadi lo nggak bisa juga" Aduh, tega banget sih lo pada! Boim nggak bisa, Anto nggak bisa, sekarang lo juga nggak! "
"Coba deh lo telepon Lupus sama Gusur. Siapa tau bisa. Kan lumayan buat lucu-lucuan."
"Huh! Ya udah deh!"
Lulu menutup HP dan makin bete. Waiter datang mengantarkan minuman. Lulu menghubungi Lupus.
"Pus, lo di mana sih" Jangan-jangan lo nggak bisa juga dateng ke acara m"kan-makan gue""
"Eh, iya, Lu. Untung lo udah nebak duluan. Gue emang nggak bisa dateng."
Lulu melengking marah, "Hah"! Kenapa"!"
"G-gue... Gue mau ke rumah Nessa. Ada urusan penting!"
Lulu meledek, "Oh ya" Sepenting apa sih""
"Mm, penting banget! Menyangkut masa depan gue!"
Lulu bengong. "Ya udah deh. Lo urusin dulu deh masa depan lo yang nggak jelas itu!"
Lulu menutup HP dengan kesal.
""Tinggal Gusur nih, si jagoan makan. Kalo sampai dia nggak bisa juga, ihhh, gue cabutin tuh bulu idungnya yang keriting!"
Lulu pun siap memencet nomor HP, menghubungi Gusur.
Tapi ternyata Lupus dan ketiga temannya sedang ngumpul di rumah Lupus. Jadi ceritanya, tadi mereka sempet mengintai Lulu yang baru berangkat ke kafe. Dan setelah aman, mereka rame-rame menyelinap masuk ke rumah Lupus. Sekarang mereka sedang sibuk membungkus kado berupa Saepudin di dalamnya.
Dusnya cukup besar, kayak bekas dus televisi 29 inci. Gusur lagi sibuk gunting pita besar, ketika mendadak HP-nya bunyi.
"Nah, daku nih akhirnya...," ucap Gusur.
Semua menatap Gusur sambil menahan senyum.
"Si Lulu pasti bete banget tuh! Nggak tau dia, kita pada ngumpul di sini!" celetuk Anto.
Gusur menempelkan telunjuknya di bibir, lalu mengangkat telepon dengan suara yang dibikin berwibawa.
"Halo..." "Nggak usah sok imut lo! Buruan dateng ke kafe! Udah bete banget gue! Dan lo harapan satu-satunya!"
"Ada apa sih, Lu""
Lulu mulai jengkel. "Jangan sok pura-pura lupa deh sama undangan makan-makan gue! Biasanya lo paling nggak bisa nolak undangan makan, Sur!!!"
"Oh, lupa sih nggak. Cuma... gue males aja, geto loch! Ini kan satu April. Jadi... maaf ya. Dikau nggak bisa ngerjain daku!"
Lulu kaget setengah mati. "Hah" Maksud lo apa sih, Sur""
"Alaah! Dikau tiada usah berpura-pura dalam perahu deh, Lu. Mengakulah bahwasanya dirimu itu mau bikin April Mop, kan" Mau ngejebak daku, kan" Nanti jikalau daku dateng ke kape, tiada taunya dak
u sendirian. Ya, kan" Ngaku deh!"
Lulu stres serasa mau nangis. "Ya ampun, Suuur! Gue serius nih! Ini bukan April Mop! Lo dateng deh buruan ke kafe! Gue traktir sepuas lo deh. All you can eat!"
"Makasih deh. Tapi daku tetep tiada bisa terbuai bujuk rayumu. Tataaaa...!"
Gusur menutup telepon lalu mereka cekikikan. Sementara Lulu udah jambak-jambak rambut saking kesalnya. Dia udah mau garuk-garuk aspal...
Di rumah Lupus, acara membungkus kado nyaris kelar. Tapi Sae mendadak menongolkan kepalanya sambil megap-megap.
"Aduh, pengap nih. Mana saya belom ikut asuransi, lagi!"
"Anto dengan kasar langsung menekan kepala Sae m"suk lagi ke kardus.
"Udah deh, buruan! Keburu Lulu ke sini."
"Tapi saya nggak bisa napas, Mas!"
"Yang penting kan kardusnya bersih, higienis. Tenang aja deh!"
"Atau mau nulis surat wasiat dulu, Mas"" tawar Boim.
Yang lain ketawa. Wakakak.
Akhirnya kado itu pun selesai, rapi dengan pita di atasnya.
"Nah, sekarang kita semua sembunyi, karena Lulu sebentar lagi pasti dateng ke sini!"
Mereka pun berlarian masuk, meninggalkan dus berisi Sae di ruang tengah. Mendadak terdengar suara dari dalam kardus.
"Hoooiii! Ntar kalo sejam Lulu nggak dateng-dateng, tolong bukain, ya" Asma saya kambuh nih!"
Di saat yang sama, Lulu pulang dari kafe dengan wajah bersungut-sungut. Dia marah banget. Rese semuanya! Awas aja ntar kalo ketemu! Gue potek-potek jadi keripik! Gue jual ke supermarket! Huh! Lulu mengutuk-ngutuk.
Lulu sampai di rumah dan langsung terkaget-kaget mendapati sebuah dus supergede berpita pink di sana.
"Hah" Apaan nih""
"Lulu lantas celingukan.
"Kok sepi" Bom apa bukan, ya""
Lulu lantas mengambil kartu yang menempel di atas pita kardus itu. Dicabutnya lantas dibaca.
""Buat Lulu.., Happy b'day. Sori ya, Lu, Lo sih ultah satu April, jadi kan barengan sama April Mop! Buka aja kadonya, Lu, Lo pasti suka!
Lupus Cs." "Lulu tertegun menatap kado gede itu. Matanya berkaca-kaca, terharu.
"Ya ampun, ternyata mereka mau bikin surprise buat gue" Aduh, baik banget sih mereka""
Lulu siap-siap membuka kardus gede itu. Namun mendadak terdengar suara lirih kayak suara orang bengek lagi kumat. Ngak-ngik-ngak-ngik gitu.
Lulu terkesiap, menatap kardus.
"Kok ada bunyinya" Siapa yang main biola di dalem""
Lulu pun dengan cepat dan penasaran membuka kado itu. Setelah semua terbuka, alangkah kagetnya dia ketika kepala Sae menyembul dan tersenyum lebar ke arahnya.
"Tarrraaa!!! Surprise!"
"Lulu menjerit kaget dan mundur. "Aaaggh! Setaaaan...!!!"
"Kok setan sih" Jahat, ih." Sae ngambek.
"Aduh, maaf, maaf. Gue kaget banget..."
Sae lalu menyodorkan buket mawar ke Lulu. Lulu masih menebah dada, menenangkan diri.
"Sini dong, Jeng. Terimalah bunga dariku, sebagai tanda cintaku padamu. Selamat ulang tahun ya, Jeng..."
Lulu menerima sambil nyengir asem campur bete, sambil celingukan nyari Lupus cs yang pasti ngerjain dia.
"Makasih. Tapi, kok lo bisa ada di sini" Mana yang lain""
"Nggak usah peduli sama yang lain, yang penting kita nikmati malam ini ber"ua saja."
Mendadak terdengar suara Lupus yang protes, "Enak aja berdua!"
Lulu menoleh, Lupus cs langsung menyerbunya. .
"Sori ya, Lu. Udah ngerjain lo. Huahahaha!"
"Aduh, ide siapa sih nih"" Lulu ngambek.
"Nggak penting ide siapa. Tapi lo suka, kan""
Sae masih di dalam dus, dan nggak ada yang peduli. Semua mengerumuni Lulu.
"Nggak ada hadiah yang lebih berguna, apa"!"
"Sae kaget. Lupus langsung mengeluarkan sebuah kado dari dalam kantongnya. Disodorkannya kado itu ke Lulu.
"Ini dari gue, mudah-mudahan lo suka."
Lulu kaget dan terharu. "Aduh, makasih banget ya, Pus. Yang lain mana nih" Masa nggak tergugah sama sekali" Ayo dong, masih ada kesempatan sampai besok pagi kalo mau ngasih kado!"
"Iya deh, nyusul..."
"Terus makan-makannya jadi nggak nih"" tanya Gusur.
"Ya udah yuk, ke kafe lagi..."
Mereka semua bergegas keluar karena" meninggalkan Sae yang susah payah berusaha keluar dari kardus.
"Hoiii, tungguin! Nasib saya gimana nih""
*** "Lulu dan Lupus cs sedang menikmati makan malarn traktiran Lulu di kafe. Semua tampak senang. Sampai kemudian t
erdengar siaran di radio yang kebetulan disetel di kafe itu.
"Selamat malam semuanya. Terutama buat Anto, pendengar Radio Tonggos yang paling setia. Sayang ya, dia nggak ngambil hadiahnya..."
Semua kuping langsung berdiri tegak. Terutama Anto.
""Anto, kalo lo lagi dengerin siaran ini, kenapa sih lo sia-siain duit lima ratus ribu itu" Ya udah deh, nggak apa-apa. Mungkin belom rezeki lo. Sekarang kita simak lagu berikutnya..."
Sebuah lagu mengalun. Anto buru-buru menyambar HP dan menelepon Radio Tonggos.
"Halo, Radio Tonggos, ya" Ini Anto!"
"Ya, Anto. Kenapa""
"Eh, tadinya gue pikir itu cuma April Mop, gue takut dikerjain, makanya gue nggak ambil tuh hadiah."
"Padahal kami serius lho. Bukan April Mop kok!"
"Ya udah, kalo gitu gue ke sana sekarang, ya" Gue ambil hadiahnya yang lima ratus itu, ya""
"Waduh, sori, Nto. Nggak bisa. Kan gue udah kasih tau, batas waktu pengambilan sampai jam empat sore tadi""
"Jadi"" "Ya udah hangus dong sekarang!"
Anto langsung lemes, jatuh menimpa temen-temennya yang lagi makan.
"8 Mantannya Gusur Minggat dari Boyoiali
"AGAK mencurigakan, sampai sekarang Boim dan Gusur masih sering tinggal sekamar. Mereka kos-kosan berdua di rumah petak. Sebetulnya sih yang ngekos Boim, tapi Gusur lebih sering nebeng tidur di kamarnya Boim daripada tinggal sama engkongnya.
Nggak tau kenapa. Awalnya, Boim yang sok jagoan tapi hobi nonton film horor itu selalu ketakutan tiap kali bobo sendirian di kos-kosannya. Dan dia pun menculik Gusur dengan paksa dari "sarangnya" untuk menemani dia tidur. Istilahnya memang "sarang", soalnya wujud nyatanya memang hampir kayak sarang loh. Engkongnya Gusur ngebangun kamar buat cucunya di atas, kayak kandang burung. Kikikik (ketawa ngikik penuh hinaan!).
"Nah malam itu, ketika mereka berdua abis nontan DVD Kuntilanak, dan suara petir menggelegar di luar disertai bunyi semilir angin berkesiur laksana lolongan kuntilanak, Boim dan Gusur lagi stres dan udah siap-siap mau tidur ketika mendadak terdengar ketukan di pintu kamar mereka. Waaaak!!! Boim dan Gusur langsung saling pandang, heran.
"Siapa sih malem-malem gini namu" Udah jam sebelas lho. Jangan-jangan..." Boim ketakutan. Wajahnya pucat.
"Datang tak diundang, pulang tak diantar...," suara Gusur terdengar bergetar.
"Huaaaa, jangan nakut-nakutin lo, Sur!" Boim menjerit.
"Daku tiada nakut-nakutin kok. Rasa-rasanya itu emang kuntilanak mata merah..."
"Huaaa! Kenapa matanya meraaah"!" jerit Boim lagi.
"Ya sakit mata lah ya," ujar Gusur kalem.
"Udah deh, jangan sok menjerit kayak sundel bolong. Mendingan dikau bukain gih. Daku ngantuk banget nih."
"Ah, ogah! Ntar kalo beneran kuntilanak mata merah gimana" Lo aja deh..." Boim menendang Gusur sampai Gusur jatuh dari ranjang. Suaranya kayak karung beras jatuh. Bruk!!!
Gusur akhirnya bangkit dengan kesal, bersungut-sungut sambil memegang pantatnya yang sakit dan matanya merem-melek menahan kantuk. .
"Ah, payah lo! - Sama kuntilanak aja takut! Huh!" Gusur sok berani bangkit dan membuka pintu. Dan....
Jrenggg!!! Ternyata yang muncul di depannya adalah seorang cewek berambut panjang dan agak awut-awutan. Kontan Gusur memekik kaget dan ketakutan. "AAAAAHHHH...!!!" Suaranya nyaring kayak cewek! Lebih nyaring daripada suara Boim. Boim sampai ikut-ikutan teriak pakai suara dua. Gusur mengira cewek yang berdiri di depannya kuntilanak beneran. Soalnya cewek itu kebetulan pake baju putih dan rok panjang berwama putih pula.
Boim yang semula meringkuk bak pistol di atas kasumya langsung membenamkan kepalanya di balik bantal.
Padahal sesungguhnya cewek itu adalah Sri Heruni, mantan cewek Gusur semasa seniman sableng itu liburan sekolah sebulan dan ngegembel jadi seniman di Malioboro dulu. Lalu ia kenalan sama Sri yang saat itu pake baju pramuka, dan malu-malu berdiri sambil memegang tiang lampu di Jalan Malioboro bak artis India. Saat itulah Gusur jatuh cinta pada pandangan pertama. Gubrak!
Sebaliknya, bagi Sri kutukan pun dimulai. "Hehehe. Asal tau aja, Sri ini tipe cewek polos dan dandanannya konvensional. Rambutnya sepunggung dan digerai begitu aja. Wajahnya pucat ka
rena lelah sehabis perjalanan dengan kereta dari Jogja ke Jakarta. Ia menenteng traveling bag.
"Mas Gusur... ini aku. Masa lupa sih"" suara Sri terdengar parau.
Gusur yang gemeteran mencoba mengamati Sri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia mencoba melangkah mundur, tapi sebaliknya Sri malah semakin maju mendekat alias masuk ke kamar Boim.
Boim makin gemeteran di pojok sambil nutupin mukanya dengan bantal, sesekali mengintip penasaran.
"Tadi aku ke rumah Engkong, tapi kata Engkong kamu nginep di sini... Aku Sri Heruni..."
"Sri Heruni..." Ya ampun! Sri Heruni! Kok kamu bisa sampai sini" Apa kabar, Sri...""
Begitu tau itu manusia, Boim langsung mengangkat kepalanya dari balik bantal dan kumat jailnya ngomentarin nama Sri. "Sri Heruni" Maksa banget namanya" Panggilannya Heru, ya""
Sementara Gusur nggak peduli sama celetukan Boim, tetap suprise banget melihat Sri. Ia langsung menyalami Sri dan mengajaknya duduk.
""Kamu dari Jogja atau Boyolali" Kok ke Jakarta nggak bilang-bilang" Ada urusan apa, Sri""
Sri malah menundukkan kepalanya dengan lesu, sedih. Gusur langsung sigap mengambilkan air minum untuk Sri. Sementara itu Boim malah sibuk di belakang Sri. Ia masih penasaran apakah Sri beneran manusia atau sundel bolong.
Alhasil, ia mengendap-endap dan meneliti punggung Sri. Gusur dan Sri sih nggak nyadar.
"Sama siapa kamu ke Jakarta, Sri""
"Sendirian aja, Mas. Aku minggat..."
"Hah" Minggat"! Kenapa, Sri" Waduh, dikau kok aneh-aneh sih" Nanti kalo keluargamu nyariin, gimana"" Gusur kaget banget. Overakting kayak salah satu bintang sinetron Indonesia.
Sri menghela napas kesal. "Bia"in aja. Aku udah ndak tahan, Mas. Mau dijodohin sama pilihan Bapak. Makanya pagi tadi aku langsung kabur aja. Untung aku masih nyimpen alamat Mas di Jakarta."
Gusur menelan ludah, lalu bertanya hati-hati, "Kamu dijodohin sama juragan sapi yang bujang lapuk itu, ya" Siapa namanya""
"Suharyadi. " Gusur berusaha menahan cemburu. "Oh iya, Mas Haryadi. Huh, padahal dibandingin dia, gantengan diriku ke mana-mana lho!"
Boim mendadak menjerit, "Waaa!!!"
Gusur dan Sri jadi kaget dan menoleh ke Boim. Bocah item keriting itu jadi malu sendiri, lalu cengar-cengir dan geleng-geleng kepala.
"Kenapa sih dikau menjerit segitu rupa" Lagi apa dikau di situ"" Gusur kesel ngeliat Boim mindik-mindik di belakang Sri.
"Oh eh, nggak. Tadi kirain punggungnya mbak ini bolong, eh, ternyata buletan item di bagian punggung itu bayangan kepala gue sendiri... "
Sri bengong. Gusur baru inget dan ngenalin mereka. "Eh iya nih, kenalin kawanku... Boim LeBon..."
Sri Heruni menyodorkan tangan. "Saya Sri Heruni, biasa dipanggil Sri. Mantannya Mas Gusur... waktu ketemu di Jogja. Waktu itu Mas Gusur jadi seniman lukis di pinggir Jalan Malioboro. Tapi karena Bapak saya ndak setuju, kami ndak jadian..."
Gusur agak malu karena sejarahnya dibuka.
Boim manggut-manggut dan balas menyebutkan namanya, "My name is Bon... Boim LeBon. Trus, rencananya mau nginep di mana nih" Udah malem begini."
"Itu dia, saya juga bingung. Saya ndak tau Jakarta..."
"Mm... gimana kalo nginep di sini aja"" usul Gusur.
Boim dan Sri sama-sama kaget.
"Hah" Gila lo, Sur! Bisa digrebek kita. Kita nginep di rumah Gusur aja yuk. Biar Sri di sini sendirian. Berani kan, Sri""
"Mm,.. ya berani aja sih. Daripada dikira kumpul kebo""
Gusur mendadak tersenyum geli.
"Kenapa lo, Sur" Kok senyam-senyum nggak jelas gitu""
"Nggak. Bicara soal kumpul kebo, daku jadi ingat waktu masih di Jogja dulu. Ada mahasiswa yang kepergok hidup serumah sama ceweknya. Pas bapaknya dari pelosok dateng, marah-marah, dan nanya, 'Kamu kumpul kebo, ya"', dia jawab, 'Nggak, Pak. Saya samen leven doang kok.' Trus bapaknya yang polos itu lega sambil bilang, 'Ooo... ya udah. Kirain kamu kumpul kebo!'"
"* *" * "Boim, playboy cap duren tiga itu lagi in action. Dia lagi jalan ke sekolah bareng Ade Patalianawati. Boim emang lagi pedekate sama cewek itu. Tapi seperti biasa, penyakit Boim yang susah mengingat nama orang karena kebanyakan gebetan itu mulai kumat lagi.
"Ng... ntar pulang sekolah, makan siang di food court ya, Rit!
" Ade menoleh ke Boim sambil menahan senyum. "Rit" Emang nama gue Rita""
"Boim kaget dan baru sadar, lalu menepuk dahinya. "Ups, sori! Rida maksud gue. Sori ya""
Ade makin geli. "Ade, Sayang... Nama gue Ade. Aduh, jangan ganti nama seenak sendiri dong! Bisa ngamuk ntar nyokap gue yang kasih nama."
"Eh iya, Ade! Aduh, kok gue jadi pikun gini sih."
"Kebanyakan cewek sih," celetuk Ade.
"Ih, nggak! Siapa bilang"" Boim mengelak.
"Lha itu, kenapa jadi salah-salah mulu gitu""
Boim cengar-cengir. "Ya gitu deh, Ida. Gue kalo lagi jatuh cinta emang jadi grogian gini. Sori ya, Ida." .
Muka Ade yang awalnya sempat memerah karena tersipu ketika Boim bilang jatuh cinta, begitu mendengar kata "Ida" dia jadi kaget.
"Kok Ida sih"" suara Ade terdengar jengkel setengah mati.
"Lho, tadi katanya," Boim ikutan kaget.
"Adem" jerit Ade mulai nggak sabar. "Nama gue ADE!"
Boim jadi nggak enak hati. "Eh iya, Ade."
Lalu ia menepuk-nepuk keningnya sambil ngoceh, "Ade, Ade, Ade, Ade...!"
Ade jadi bete sepanjang jalan. Boim merayu-rayu setengah mati, tapi nggak mempan. Sementara itu dua teman Lupus yang lain, yaitu Anto dan Adi, lagi berbaik hati mengajak Sri ber-city tour-ria keliling Jakarta dan terakhir mengajak Sri mampir di warteg.
Menik, anak pemilik_ warteg yang gembrot dan udah lama menyimpan rasa pada Gusur, udah tau cerita tentang datangnya Sri Heruni dari kampung demi menguber-uber Gusur. Menik cinta mati sama Gusur, tapi Gusut-nya aja yang ndablek, nggak nyadar-nyadar. Makanya ketika Anto dan Adi membawa Sri ke warungnya, Menik yang ngelayanin tampak cemberut.
Pakde, pemilik warung yang nggak lain adalah bapaknya Menik, jadi heran ngeliat Menik. "Kenapa sih, Nduk" Mukamu kaya" ikan cucut begitu""
"Dia tuh datang ke Jakarta pasti mau ngajak kawin Mas Gusur, Pak!" bisik Menik keki ke babenya.
"Ya biarin aja, kok kamu yang sewot" Emangnya cowok cuma Gusur" Pria yang masa depannya lebih cerah di sekitar sini kan banyak. Ganteng-ganteng, lagi. Nggak kayak Gusur. Kerjaannya kalo jajan, ngutaaang mulu!"
Sri yang sempet mendengar ucapan bapaknya Menik, langsung kaget.
"Emang Gusur suka ngutang di sini, Pakde""
"Pakde jadi nggak enak hati, langsung cengar-cenglr meralat, "Oh, eh, nggak, ini ngomongin Gusur yang lain kok!"
Sementara Adi pun mulai menginterogasi Sri. "Jadi... lo kabur dari Jogja karena takut mau dikawinin" Kenapa" Kan enak dikawinin""
"Anto menoyor kepala Adi. "Dasar lo aja yang gatel, maunya buru-buru merit. Tapi gue salut sama elo, Sri. Biar gimana, cewek tuh mesti punya sikap. Cinta kan nggak bisa dipaksa, ya nggak" Lo mesti kejar tuh cinta sejati lo!"
"Alaaa, sok tau lo, To. Kayak pernah pacaran aja!"
"Ssst, berisik lo! Gue kan pernah baca di buku, emang kayak gitu kok! Eh, Sri, ngomong-ngomong, cinta sejati lo siapa sih" Gusur, ya""
Mendengar ucapan Anto, Menik langsung meradang. Dengan ribut ia memukul pantat panci dan benda-benda lain sehingga bunyinya gedombrangan. Semua jadi pada kaget. Tapi Menik, dengan wajah tak berdosanya, malah ngeloyor ke belakang. Sri yang tadinya senyum-senyum mau jawab, jadi kaget dan menoleh. Menik jutek banget melirik ke arah Sri dengan ekor matanya.
Anto dan Adi langsung bertukar pandang dan cekikikan.
""Lo nyari masalah, To! Udah dong, nggak usah dibahas! Kasian tuh ada yang patah hati."
"Hari gini patah hati" Cape deeeh...," ujar Anto.
"Daging ditusuk-tusuk. Sate deeeh. Temennya jengkol. Pete deeeh. Dalemnya bakwan. Toge deeeh. Yang main sinetron Intan. Dude deeeh...," balas Adi.
Sementara itu Pakde langsung buru-buru menyembunyikan pisau dan benda tajam lainnya.
Menik jadi keheranan, "Eh, kenapa, Pak""
"Nggak. Takut kamu bunuh diri."
Menik tambah sebel. Anto lantas membujuk Sri, "Tapi, Sri, gue pikir sih mendingan lo pulang ke Jogja aja deh. Ngeri lho, kabur-kaburan kayak gini. Masalah juga nggak selesai, kan""
Sri menunduk sedih, mengamati cincin berlian di jari manisnya. Adi melihat hal itu.
"Eh, itu cincin tunangan, ya""
Sri mengangguk. "Iya, dari juragan sapi itu. Aku sih sempet coba jalan sama dia, belajar mencintai. Orangnya baik dan aku sempet suka
juga sama dia." "Oh ya" Lho, trus kenapa tadi lo bilang pertunangan lo ama dia putus""
"Iya... akhirnya kami memang putus. Sema"kin ke sini, perasaanku ke Mas Haryadi mulai berubah."
Adi manggut-manggut. "Oooh, gitu. Tapi kenapa tu cincin masih di jari elo""
Sri mengamati cincinnya. "Perasaanku ke Mas Haryadi emang mulai berubah, tapi perasaanku sama cincin berlian ini... selamanya nggak akan berubah!"
Semua kaget memandang Sri. Matre juga ni anak!
*** "Gusur lagi tiduran di "kandang burung" -nya, karena ngantuk semalem tidur nggak nyenyak mikirin Sri. Tiba-tiba mendadak datang kedua orangtua Sri yang langsung mencak-mencak, dan dengan kasar ngebangunin Gusur.
"Oooh, ini dia orangnya!"
Gusur terbangun dan mendongak kaget. Sri, Anto, dan Adi yang membuntuti bapak-ibu Sri, tampak panik, berusaha mencegah kemarahan kedua orangtua Sri.
Gusur bangun, mengucek-ucek matanya. "Eh, Bapak..."
"Maksudmu apa sih, Nak Gusur" Tega banget kamu melarikan anak orang! Kamu nggak tau ya" Dia itu udah mau saya kawinkan sama juragan sapi! Kamu malah bujukin dia minggat ke Jakarta! Emangnya kamu bisa apa menghidupi dia""
Gusur langsung panik karena bokapnya Sri langsung nyerocos nuduh dia. "Aduh, sabar, Pak, sabaaar. Daku jelaskan dahulu. Bahwasanya..."
"Tau diri dong, Nak Gusrak," potong bokapnya Sri.
"Gusur, Pak," ralat Anto.
"Terserah akhu dong, kan akhu lagi marah. Tau diri dong, Nak Kasui, kamu yang miskin bin melarat ini masa mau saingan sama Juragan Haryadi yang kaya raya itu"" suara bokapnya Sri makin melengking.
Ibu Sri mulai risi sama suaminya yang asal labrak itu, ia berusaha menengahi. "Ssst, Pak! Mbok jangan keterlaluan! Bapak nggak inget ya" Waktu mau ngawinin aku dulu kan Bapak juga saingan sama juragan kerupuk. Lebih kaya dia dibanding Bapak waktu itu..."
Mendengar pembelaan ibunya, Sri Heruni langsung berkata lantang, "Iya! Buktinya Ibu tetep milih Bapak!"
"Itu kan karena saya ganteng. Lha kalo anak ini, apa yang bisa diharapin" Ganteng nggak, kaya apalagi..."
Gusur jadi kesel dihina-dina begitu. "Tunggu, Pak, biarkanlah daku menjelaskan dahulu duduk persoalannya..."
"Duduk""" Siapa yang lagi duduk" Lha wong saya ini masih berdiri mengangkang begini kok"" ujar bokapnya Sri nggak nyambung.
"Maksudnya, daku jelaskan dahulu, bahwasanya daku itu tiada pernah yang namanya menyuruh-nyuruh, ataupun mewanti-wanti Sri agar minggat ke Jakarta! Daku tiada akan pernah berniat melarikan anak Bapak! Orang daku lari sendiri saja sudah susah, keberatan berat badan. Overweight, bow!"
Sri Heruni juga langsung membela Gusur, "Iya, Pak. Udah deh, Pak, Bu, jangan marah-marah di sini. Malu. Mas Gusur tuh nggak salah. Sri kabur dari rumah atas inisiatif Sri sendiri. Abis, Ibu-Bapak maksa Sri kawin sama bujang lapuk kayak gitu. Boro-boro cinta, enek saya, Pak!"
"Eeeh, kowe iki piye tho" Dulu Bapak pernah njodohke kowe karo..."
Pas bapaknya Sri ngomong Jawa gitu, Adi langsung celingukan bingung dan nyeletuk,
"Ini kita di daerah mana sih" Wah, kayaknya kena roaming nih! Di luar service area! Bahasanya gue nggak ngerti!"
Bapak Sri sadar, langsung malu dan mengubah pake bahasa Indonesia. "Dulu Sri ini pernah mau dijodohin sama yang muda, cakep, namanya Wawan. Tapi dia nolak. Padahal bapaknya Wawan mau ngasih warisan rumah kalo Sri mau kawin sama anaknya..."
""Aduh, males, Pak. Bapaknya ngasih warisan perumnas gitu. Cicilannya masih tiga belas taun! Berat!" ujar Sri.
Bapaknya Sri bengong, kayak sapi ompong.
*** "Walaupun pernah jalan bareng sama Ade, Boim masih aja salah nyebut nama cewek itu. Saat itu mereka berdua lagi di kantin sekolah.
"Ntar kan malem Minggu, Abang bolelebo kan ngajak situ nonton""
Ade mengangguk, sambil menyuap bakso.
"Boleh. Tapi lo jemput gue dulu kan, Im""
"0 iya dong, Utit. Masa iya gue" tega lo dateng sendirian""
Ade yang tadinya senyam-senyum seneng, langsung kesel. "Utit" Jauh bener plesetannya..."
"Eh, ups, sori..." Boim segera mengalihkan pembicaraan sebelum Ade ngambek lagi.
"Mm..., oh ya, ntar kita pake kaus kembar ya" Gue udah beli buat elo nih!"
Boim mengeluarkan dua lembar T-shirt
item bermotif rock star gitu deh.
"Wow, makasih ya! Lo baik banget sih, Im..."
"Hehehe. Apa sih yang nggak gue kasih buat Uya""
""Lo tuh bener-bener nyebelin, ya" Udah deh, gue pulang aja! Ternyata lo emang nggak care sama gue! Sebel!"
Boim bengong. Ade mengambil tasnya dan kabur dari kantin.
"Ih, kok marah sih""
*** "Sri dan kedua orangtuanya sudah berada di teras rumah Gusur. Siap-siap mau pulang ke Jogja. Lupus cs ada di situ semua.
"Maafin Bapak yang udah emosi duluan sama kamu tadi ya, Mas," ujar Sri sebagai tanda perpisahan.
"Iya. Tiada apa-apa. Daku ngerti kok."
Bokapnya Sri yang galak dan gengsian itu nggak mau minta maaf. Malah buru-buru mau pulang aja. Ia ngeliat jam tangannya. "Udah yuk, kita berangkat sekarang! Takut ketinggalan kereta!"
Anto nyeletuk, " Aduh, baru jam berapa, Pak" Masih ada waktu tiga jam lagi. Ngobrol-ngobrol dulu kek."
"Iya, Pak. Dari sini ke Gambir nggak macet kok. Cuma tiga puluh menit!" ujar Boim.
Lupus Cewek Junkies di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Iya, Pak, mendingan nginep aja dulu di sini. Biar Bapak makin akrab sama Gusur!" tambah Adi.
"Gusur langsung mengeplak kepala Adi.
"Nggak ah, takut ngerepotin. Maafin Bapak ya, Sur..." Bokapnya Sri akhirnya luluh juga.
Gusur menarik napas lega. "Oooh, akhirnya... minta maaf juga!"
"Kenapa emang, Sur""
"Oh, eh, nggak. Ati-ati ya, Pak..."
Sri Heruni memeluk Gusur. "Pulang dulu ya, Mas. Mari semua..."
Ketika sekeluarga itu pergi, Lupus sempat berbisik ke Gusur, "Bapaknya Sri menghargai waktu banget ya, Sur""
Gusur balas berbisik, "Ya iyalah, mantan tukang servis jam gitu loh!"
*** "Siang itu ada seorang pengemis tua, kakek-kakek, dengan baju lusuh dan jalannya udah kepayahan. Ia memakai tongkat, dan kayaknya kelaparan, karena badannya gemeteran. Saat itu pula secara kebetulan Gusur baru pulang dari sekolah. Saat mereka berpapasan, Gusur yang dari lahir udah telmi itu nggak ngeh dengan penderitaan pengemis itu.
"Nak, tolong saya, Nak...," kata kakek tua itu.
"Gusur menghentikan langkahnya dan memandang pengemis tua itu.
"Kenapa, Pak""
"Sudah tiga hari saya belum makan..."
Gusur kaget. "Wuah, hebat! Kakek sakti dong""
"Nak... serius nih. Saya lapeeer banget! Udah nggak kuat jalan..."
Gusur mafhum. "Oooh, Kakek mau makan""
Pengemis tua itu mengangguk-angguk penuh harap, berharap dikasih duit atau makanan. Tapi dasar telmi, rupanya Gusur masih nggak nyadar juga. Tangan Gusur bergerak-gerak memberi petunjuk arah. "Tenang aja, Kek. Kakek dari sini jalan aja lurus terus. Nanti ketemu tikungan, Kakek belok kanan. Nah, lima meter dari situ ada warteg namanya Warteg Pakde! Makanannya enak banget. Oke, Kek""
Gusur lalu tersenyum senang karena merasa udah nolong orang ngasih informasi, dan ia langsung melenggang pergi begitu saja.
Pengemis tua itu bengong. "Hari gini masih ada anak muda yang lemotnya kayak gitu"!"
"9 Jealousy "DI suatu malam, Restu lagi main biliar sama seorang cewek seksi. Mereka berdua keliatan mesra banget. Padahal cowok bintang lapangan basket itu baru kenal Tasya seminggu yang lalu loooh. Kenalnya juga dari friendster. Itulah kehebatan friendster: meniadakan ruang, jarak, dan waktu untuk bisa ngedapetin temen. Temen" Tepatnya sih gebetan!
Dan ketika kopi darat alias janjian ketemuan sama teman dari dunia mayanya itu, ternyata Tasya aslinya emang beneran seksi. Persis seperti di foto. Padahal biasanya foto bisa nipu lho. Atau ada juga anggota fs yang sengaja masang foto orang, biar kecele. Tapi Tasya yang ini asli sesuai fotonya. Restu jadi semangat banget. Baru sekali ketemuan, dia udah sok-sok ngajarin biliar ke cewek itu dengan mepet di tubuh seksinya, megangin tangan, sambil sesekali nyuri-nyuri nyium pipinya.
Si cewek terkikik geli, tapi suka. Zaman sekarang mah udah nggak lazim malu-malu atau jaim-jaiman segala. Meski baru ketemu, tapi karena udah sama-sama suka, anything goes deh. Makin agresif, makin seru.
Tasya juga keliatan banget menikmati sentuhan dada bidang Restu di punggungnya. Ia bisa merasakan kencangnya otot-otot dada Restu yang rajin dipompa di gym-gym yang kini marak di mal-mal besar. Tasya langsung membayangkan, betapa seksinya
Restu kalo diajakin berenang. Dan itu udah ada di rencana Tasya pada kencan kedua nanti. Berenang di apartemen oom-nya. Pasti bener-bener romantis.
Vera yang kebetulan hari itu lagi hang out sama beberapa temennya, datang di tempat biliar yang sama dan so pasti kaget banget begitu memergoki pacarnya lagi pedekate abis sama seorang cewek yang berpenampilan seksi, memakai kaus putih ketat dengan belahan dada rendah, kulit sebening kulit Gong Li, dan celana jins strech superketat yang memamerkan bentuk jenjang kakinya.
Vera jelas langsung terbakar api cemburu. Soalnya tadi Restu ngakunya mau latihan basket buat pertandingan. Tapi pas ketemu, cowok itu malah lagi mepet-mepet di tubuh cewek lain.
Tanpa peduli setan sama suasana yang banyak orang, Vera langsung mendatangi mereka dan menarik lengan Restu dengan kasar. Restu tersentak kaget, sementara si cewek seksi cuma senyum-senyum cuek, sepertinya udah terbiasa dilabrak pacar orang.
"Oooh, bagus ya" Baru ditinggal sebentar aja lo udah selingkuh ya" Dasar cowok kurang ajar!"
Restu masih kaget, Vera udah tangsung menuding Tasya, "Lo juga! Dasar cewek kegatelan! Kalo mau punya pacar, cari sendiri dong. Jangan rebut punya orang...!"
"Ih, kenapa sih lo" Orang cowok lo kok yang mepet-mepet ke gue!"
"Kurang ajar!" Vera menampar cewek itu.
Plak! Tasya menjerit. Restu jadi kesel sama Vera. "Hei, hei, lo tuh kenapa sih""
"Kenapa kenapa! Jadi lo begini ya kalo lagi nggak jalan sama gue, hah"" Vera udah mau melayangkan tangannya lagi untuk menampar Restu, tapi Restu lebih sigap menahannya. Cowok itu malah balik nyolot dengan suara keras.
"Lo pikir lo siapa ngatur-ngatur gue"! Sana pergi! Jangan ganggu gue lagi!" Restu mendorong tubuh. Vera. Tubuh cewek itu sampai hampir terjengkang ke belakang.
Vera kaget banget. Ia nggak nyangka Restu akan memperlakukannya sekasar itu. "Restu""""
"Lo udah bikin malu gue. Kita putus!" ujar Restu lagi sambil langsung merangkul cewek seksi itu dan nggak mau liat Vera.
Tasya tersenyum penuh kemenangan. Perasaannya lagi top of the world banget. Iya lah, Tasya jauh lebih kinclong dibanding Vera.
"Udah sana pergi! Gue bosen liat lo!" bentak Restu.
Vera sampai menangis. Dadanya sesak. Napasnya tersengal-sengal. Sakit hati banget. Dia akhirnya berbalik dan berlari pergi dengan derai air mata. Malu, sakit, pedih, campur jadi satu. Tapi Restu nggak peduli. Dia emang playboy sejati yang nggak punya hati dan nggak main perasaan kalo sama cewek. Dia bisa membuang cewek yang sudah bosen dia kencani, semudah membuang tisu bekas ingus.
Vera baru menyadari pesona sesaat diri Restu telah membutakan matanya. Kini ia bisa melihat jelas cinta tulus Lupus kepadanya. Namun pada saat begini, penyesalan nggak ada artinya lagi.
Sementara itu nasib malang juga terjadi pada pacar Lupus yang sekarang, yaitu Nessa. Cewek itu juga menjadi korban tipuan cinta, meski versinya berbeda. Semua omongan Dito hanya bualan untuk menjerat Nessa. Dito nggak sungguh-sungguh bertobat. Dito hanya merasa gengsi dan nggak terima ada cewek seperti Nessa bisa meninggalkannya. Dia akan mengambil balik semua yang dia pikir harus jadi miliknya. Dan Nessa adalah pacarnya sebelum ia mendekam di penjara Krobokan.
Sepulang dari rumah Nessa, di kamar hotel berbintang lima yang dia sewa selama berada di Jakarta, Dito masih menjalankan bisnisnya jadi bandar narkoba. Ia sibuk menelepon kelab-kelab yang butuh pasokan narkoba. Malah hampir tiap malam dia mengadakan private party di kamar hotelnya, bersama teman-temannya, 'cewek dan cowok. Mereka memakai heroin, ngisap bergantian sama seorang cewek seksi yang datang ke pesta rahasianya. Semua jenis narkoba menjadi jamuan buat setiap tamu yang datang. Keroyalan Dito ini membuat ia sangat dicintai dan dihormati temen-temennya. Banyak cewek yang akhirnya rela menjadi selirnya.
Inilah kebenaran yang belum dikuak oleh Nessa.
*** "Di kantin sekolah, Vera dan Lupus duduk berseberangan. Vera yang semalam diputusin Restu, paginya langsung berusaha mati-matian mendapatkan kembali cinta Lupus. Soalnya Vera tau, hubungan Lupus dan Nessa belakangan ini la
gi renggang. Vera tampak penuh perhatian, sementara Lupus masih nggak abis pikir dengan sikap mantannya itu.
"Elo ke mana aja sih, Pus" Gue udah cemaaas banget karena lo nggak masuk-masuk sekolah."
Lupus masih belom bisa menjawab karena masih bingung dengan sikap Vera yang tumben banget care padanya.
"Gue tau lo pasti lagi banyak masalah. Siapa tau gue bisa bantu..."
Lupus tak menjawab. "Terus terang gue nyesel banget, dulu pernah nyia-nyiain cinta tulus lo. Gue emang bego banget. Sekarang, kasih gue kesempatan kedua, Pus!"
Lupus mengerutkan kening menatap Vera. "Maksud lo apa""
Vera tersenyum penuh arti. Lalu ia berkata dengan lembut sambil meraih tangan Lupus dan menggenggamnya hangat.
"Lupus kaget, melirik tangannya, tapi nggak menolak.
"Pus, kita masih bisa seperti dulu, kan""
Lupus kaget setengah mati. Sampai speechless. Vera menatapnya terus.
"Kamu mau maafin aku, kan" Kamu mau kan menerimaku lagi""
"Ver, tapi gue..."
Vera lekas menaruh telunjuknya di bibir Lupus. Lupus sampai bengong. Vera tersenyum. "Aku nggak suka ada kata 'tapi'. Itu pertanda buruk. Lebih baik kamu pikirkan dulu dengan tenang, sebelum menjawab permintaanku..."
Lupus nggak berkutik. *** Nessa yang masih bingung dengan ajakan comeback dari Dito, dan masih sedih mikirin hubungannya yang berantakan dengan Lupus, sedang berjalan menuju kantin. Alangkah kagetnya ia ketika mendapati Vera dan Lupus di sebuah meja. Mereka kelihatan intim. Tangan Vera mengelus-elus tangan Lupus.
Nessa menghela napas, sedih, kecewa karena udah nggak ada harapan lagi baginya. Ia mengira Lupus udah balik ke mantannya. Dengan perasaan hancur, Nessa lalu berbalik badan dan berlari pergi. Kalo Lupus balik lagi ke mantannya, berarti aku juga balik aja ke mantanku, putus Nessa dalam hati. Dan Nessa pun bulat memutuskan akan pergi ke Bali lagi, ikut ajakan Dito.
Padahal Nessa nggak tau yang terjadi sebenarnya. Ketika ia melangkah pergi dari kantin, Vera yang masih berduaan sama Lupus berusaha ngejelek-jelekin Nessa, "Semua anak di sini juga udah pada tau, siapa itu Nessa sebenernya. Ancur banget tu anak. Di Bali dia kan udah terlibat pergaulan bebas dan pake narkoba..."
Lupus yang masih menyimpan cinta untuk Nessa, jadi kegerahan sendiri mendengar ucapan Vera. Kerah bajunya jadi sesak. Ia nggak suka Vera menyinggung-nyinggung soal itu.
Wajah Lupus menunjukkan ekspresi nggak suka, tapi Vera nggak nyadar. Ia malah meneruskan menjelek-jelekkan Nessa.
"Jangan-jangan dia juga bisa dipake, lagi"!" tandas Vera sinis.
Lupus terenyak, menatap Vera kesal. Kali ini Vera sudah memfitnah Nessa dengan sangat keterlaluan. Lupus sama sekali nggak bisa menerima ada orang lain yang bicara jelek soal Nessa. Dengan gusar, ditariknya tangannya dari genggaman tangan Vera. Vera kaget. Serta-merta Lupus bangkit dan menuding wajah Vera dengan benci.
""Eh, jangan sembarangan nuduh orang, ya" Look who's talking" Lo tuh yang cewek murahan!"
"Lupus!" Lupus bergegas pergi, meninggalkan Vera sendirian. Vera menghela napas kesal karena hasutannya gagal total.
*** "Lupus, Boim, dan Gusur lagi jalan bareng sepulang sekolah. Lupus masih tampak murung dan nggak semangat. Boim dan Gusur memeras otak, mencari berbagai cara untuk mengembalikan semangat hidup Lupus. Meski kesannya cuek, kedua sobat itu paling nggak bisa ngeliat Lupus bete.
Dan kali ini Boim sedang mencoba satu cara. Boim yang lagi baca koran, tiba-tiba bersuara,
"Liat nih. Ada berita cewek yang gila gara-gara patah hati," ujar Boim sambil mengedipkan satu matanya ke Gusur.
Gusur, yang nggak tau bahwa itu kode untuk berpura-pura, malah membalas kedipan mata Boim. Dia malah ngasih bonus, memelet-meletkan lidahnya. Boim jelas kesel, lalu memberi kode dengan melirik ke arah korannya.
Setelah berusaha dengan susah payah dan berbagai cara, Gusur akhirnya paham. Ia pun ikutan membaca.
"Oh-ini yang gara-gara cowoknya selingkuh""
"Bukan. Gara-gara cowoknya nggak punya sikap, akhirnya tu cewek malah dibawa kabur sama mantannya yang junkies. Sampe akhirnya dua-duanya dikejar polisi, cowoknya ketembak, si cewek masuk penjara, dan
jadi gila mikirin cowoknya."
Lupus melihat ke arah koran yang dipegang Boim.
"Mana" Mana""
Boim membuang korannya. Lupus kesel. "Bohong lo ya""
"Emang gue bohong! Sama ama lo, tukang bohong!" tukas Boim.
Lupus kaget. "Gue bohong apa""
"Bohong sama diri lo sendiri!!! Gue lebih suka lo yang kemaren waktu jadian sama Nessa. Lo keliatan 'hidup'! Kayak Lupus yang dulu. Nggak ngebetein kayak sekarang! Sekarang lo basi, tau nggak" Dan Nessa juga garing, gara-gara lo!"
Lupus tercekat. Terdiam. "Dikau harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat, Pus. Sebelum sama-sama menyesal! Sebelum nasi menjadi bubur. Sebelum ulat menjadi kepompong. Sebelum susu menjadi yoghurt..."
"Berjuanglah demi cinta!!!" pekik Boim keras, sampai Gusur melonjak kaget.
Pekikan Boim mujarab juga. Buktinya, wajah Lupus yang semula seperti nggak ada daya hidup, jadi bereaksi. Semangatnya muncul lagi.
Ia pun langsung berlari ke rumah Nessa. Apa yang diucapkan Boim dan Gusur benar. Ia nggak boleh membohongi diri bahwa ia masih cinta Nessa. Ia harus memperbaiki hubungan mereka kembali.
Tapi begitu sampai rumah Nessa, orang yang ia cintai itu sudah pergi. Lupus cuma bisa ketemu seorang pembantu yang sedang menyapu di teras sambil menyanyi lagu dangdut, "Bang, SMS siapa ini Baaaang" Bang, pesannya pakai sayang sayang...."
Lupus mendekat dengan wajah nggak sabar.
"Siang, Mbak'-Nessa-nya ada""
"Kala bersilat lidah, Abang memang rajanya...,"
si pembantu itu malah menjawab Lupus dengan lanjutan lirik lagu dangdutnya. Seolah ia nggak rela banget keasyikannya diganggu. Lupus jadi nyolot. Ia teriak, "MBAKKKK!!! NESSA MANA""""
Pembantu itu jadi kaget dan agak takut-takut.
"Oh, mm..., Non Nessa-nya udah pergi. Tadi ada laki-laki ke sini jemput Non Nessa..."
""Jemput""
"Iya. Mereka pergi ke Bali. Non Nessa sama laki-laki botak itu......"
"Dito... ""
Lupus kaget dan langsung kalut hatinya, karena tiba-tiba takut Dito kembali memengaruhi Nessa. Seluruh persendian tulangnya langsung terasa lemas. Lupus tercenung dan terduduk di anak tangga. Pembantu Nessa itu dengan cueknya malah ikut-ikut jongkok di sebelah Lupus.
Lupus jadi risi dan menjauh.
Ternyata saat itu Nessa sudah amat putus asa dan kehilangan harapan untuk tetap bersama Lupus. Ia kembali masuk ke perangkap Dito. Nessa terbang ke Bali bersama Dito.
*** "Selama di dalam pesawat, Nessa memang melihat Dito sudah berubah. Cowok itu tampak hangat dan sweet banget. Nessa merasa, mungkin Dito memang sudah berubah. Dan inilah saatnya untuk menerimanya kembali.
"Pake sweter, ya" Udah mulai dingin nih. Kamu laper nggak" Aku bawa camilan nih..."
Nessa menggelengkan kepalanya.
"Nanti kamu sakit""
"Nggak, aku masih kenyang kok!"
Dito lalu mengambilkan sweternya, dan menyerahkannya ke Nessa.
"Kamu tidur aja dulu. Ntar pokoknya tau-tau nyampe Bali deh..."
Nessa tersenyum dan menatap Dito. Hatinya senang, berharap Dito memang sudah berubah.
*** "Lupus sudah membobok celengan ayamnya untuk beli tiket pesawat pulang-pergi ke Bali. Ia menyandang tas ransel sekolahnya. Sambil melipat kertas alamat Nessa yang didapatnya dari pembantu rumah Nessa, Lupus pamit pada dua temannya yang setia. Lupus tampak penuh semangat.
Mendadak Boim. merogoh dompetnya. Gusur yang melihat itu bengong sejenak, tapi kemudian ia sadar dan ikut-ikutan. Keduanya menyerahkan uang mereka ke Lupus. Lupus jelas kaget, dan menerima dengan senyum haru.
"You are my best friend, Boim... Gusur..." Lupus memeluk keduanya. Boim dan Gusur menitikkan air mata.
"Cinta sejati memang pantas diperjuangkan," ujar Gusur.
"One for all, all for one!"
Lupus pun menyimpan uangnya dan pergi. Gusur dan Boim mengamati.
Sementara malam itu, Nessa sudah berada di kamarnya di rumah keluarganya di Bali. Ia masih dilanda kebimbangan. Makanya ia salat istikarah, minta petunjuk pada Allah atas dua pilihan. Mana yang terbaik untuknya.
"Ya Allah, hanya Engkau yang tau mana jalan yang terbaik buatku. Aku minta petunjuk-Mu. Aku tak mau tersesat lagi. Aku tak mau salah langkah lagi..." Nessa menghela napas panjang.
"Mana yang harus aku pilih, ya Allah
. Apakah aku harus kembali ke Lupus dan menjelaskan semua rahasia hati ini. Ataukah aku harus tetap bersama Dito yang sepertinya sudah insaf" Aku benar-benar tak tau... Engkau Mahatahu mana yang terbaik bagi hambaMu..."
Nessa pun meneteskan air mata. Satu tetes air matanya bagaikan mutiara yang terjatuh di sajadah yang ia beli di depan Masjid Nabawi ketika berangkat umroh karena bersyukur terlepas dari jerat narkoba.
"Apa pun yang terjadi besok, apa pun jalan terbaik yang Kauberikan padaku, ya Allah, kupasrahkan semuanya pada-Mu..."
Dan pagi harinya, Nessa menggeliat bangun ketika terdengar HP-nya berbunyi. Dengan mata masih menyipit menahan kantuk, ia mengangkat telepon.
"Halo..." "Halo, Sayang. Hari ini kita bisa ketemuan, kan" Aku pengin ngajak kamu jalan-jalan," terdengar suara Dito di ujung sana.
"Ke mana""
"Ke tempat-tempat nostalgia kita dulu. Mau ya, Sayang""
"Ng... mmm..." Dito seolah nggak ngasih kesempatan pada Nessa, langsung maksa.
"Oke. Jam delapan aku tunggu di tempat biasa kita dulu janjian ya. Di Rirenon, Denpasar. "
Dito langsung memutuskan telepon sepihak. Nessa tertegun.
Sementara itu Lupus sudah berada di Bali. Pesawatnya mendarat kemarin, dan sekarang ia sedang berjuang mencari alamat Nessa. Tiap ketemu orang, ia menanyakan alamat rumah Nessa berdasarkan catatan yang diberikan pembantu Nessa di Jakarta.
Lupus naik angkutan kota. Berdesakan, keringetan, tapi tak menyurutkan semangat untuk mencari Nessa.
Di saat yang sama, mobil Nessa keluar dari gerbang rumah, hendak menuju Rirenon. Ketika mobil itu lenyap di tikungan jalan, muncullah Lupus sambil berlari-lari kecil.
Lupus tampak lelah, namun ia senang karena akhirnya bisa menemukan alamat Nessa. Tapi ternyata terlambat, Nessa udah keburu pergi.
Di Rirenon, Dito tersenyum senang melihat Nessa datang kepadanya, seperti laba-laba melihat lalat mendekat ke jaring-jaringnya. Nessa pun turun dari mobil dan pindah ke mobil Dito. Mereka lalu pergi ke Bedugul, ke tempat mereka dulu sering nge-date.
Bedugul merupakan daerah pegunungan, di tepi Danau Beratan. Pemandangannya luar biasa indah. Perpaduan keunikan clan keindahan alam, udara yang sejuk dengan lembah-lembah tepi danau yang tampak bagai di taman surga.
Nessa memang menyukai telaga. Ia suka mengkhayalkan dirinya bidadari dari kahyangan yang turun untuk mandi di sebuah telaga indah. Dan itulah momen yang membuatnya jatuh cinta kepada Lupus dulu.
Nessa jadi kangen Lupus lagi.
Menjelang siang, Dito mengajak Nessa ke Garuda Wisnu Kencana, ke kafe The Memedi. Dari kafe itu kita bisa melihat pemandangan laut dan kota Denpasar.
Saat sedang menikmati makanan, tiba-tiba aja ponsel Dito berbunyi. Cowok itu tampak terganggu, tapi ketika membaca nama yang muncul di layar ponsel, buru-buru ia mengangkatnya.
"Halo"" "To, gawat nih! Si Roy udah ketangkep! Dia nggak mau buka mulut kalo nggak langsung sama elo!" terdengar suara Radit di ujung sana.
"Dito tampak kesal karena terganggu. Ia memberi kode pada Nessa, dan menjauh.
"Lo beresin sendiri aja deh! Gue lagi sama Nessa nih!"
"Tapi, To, ini mendesak! Dia tetep nggak mau buka mulut."
"Aduuh, masa yang beginian mesti gue juga sih yang turun" Ya udah, tahan dulu di situ!"
Dito pun menutup ponselnya dan berkata pelan ke Nessa, "Say, aku ada urusan kerjaan sebentar. Nggak apa-apa ya, kita langsung jalan dulu""
"Ada apa sih""
"Nggak. Cuma masalah kecil kok. Yuk!"
Dito akhirnya mengajak Nessa ke sebuah rumah besar milik Dito, yang dijadikan markas bisnis narkoba oleh Dito dan anak buahnya. Beberapa teman Dito langsung menyambut.
"Kamu di sini dulu ya, Sayang" Aku ada urusan di dalam sebentar, soal bisnis kafe. Bentaaar aja. Sepuluh menitan deh." Dito meminta Nessa menunggu di mobil, lalu ia memerintah satu anak buahnya, "Tolong temenin bentar, ya""
Anak buah Dito mengangguk, Dito pun melesa t ke dalam.
Tapi Nessa merasakan sesuatu yang aneh. Ia penasaran, ingin tahu apa yang terjadi, tapi ia cuma bisa mondar-mandir di teras rumah, sambil sesekali melihat ke arah anak buah Dito.
"Sebenemya ada apa sih"" tanya Nessa akhirnya.
"Nggak ada a pa-apa. Dito mau ketemu suplier barang-barang kafe."
"Oooh..." "Tapi Nessa jadi makin penasaran. Ia ingin mengungkap sesuatu. Akhirnya ia dapat ide.
"Mmm, toilet di mana ya""
"Oh, di sebelah sana! Mau diantar""
"Nggak usah. Ke toilet kok diantar."
Nessa pun bergegas ke arah yang ditunjuk. Dalam perjalanan menuju toilet, Nessa mendengar suara rintihan kesakitan. Nessa kaget dan penasaran. Ia menghampiri jendela di dekat ruang tengah dan mengintip ke dalamnya. Ternyata di sana ada pemandangan yang mengejutkan. 1tu... ruangan penyiksaan!
Nessa kaget melihat Dito sedang memukuli seseorang yang dituduhnya telah berkhianat. Dito tampak sadis banget! Lelaki yang dipukulinya itu udah minta ampun, tapi masih dipegangi anak buah Dito yang lain dan digebuki sampai berdarah-darah.
"Jadi si Joni yang nyuruh lo berkhianat" Dibayar berapa lo" Brengsek!!!"
"Ampuuun... ampun..."
Dito terus menendang dan menginjak-injak hingga orang itu menjerit memilukan.
"Di mana lo sembunyiin semua barang gue, hah"!"
Nessa shock melihat semua kejadian ihi. Dengkulnya langsung lemes
"Ya Allah!" Nessa celingukan dan tanpa pikir panjang langsung lari. Ia berniat kabur dari rumah itu. Tapi anak buah Dito yang tadi menjaganya sempat melihat Nessa dan berteriak-teriak mengejar.
Dito kaget. Ia sadar ada sesuatu yang nggak beres. Ia buru-buru keluar.
Nessa berhasil lari ke luar ha"aman. Wajahnya panik dan ketakutan. Kebetulan, saat itu Lupus yang baru aja turun dari angkot melihat Nessa. "Nessaaa...!!" teriak Lupus.
Nessa menoleh dengan tatapan kaget, seolah tak percaya melihat dewa penyelamatnya ada di situ.
"Lupus"" Lupus berlari ke arah Nessa.
"Nessa... gue menyusul ke sini... mau minta maaf sama elo..."
"Oh... Lupus..." Nessa lalu menghambur ke arah Lupus dengan tangan gemeteran.
Lupus memeluknya. Nessa menangis.
"Kamu kenapa""
Belum sempat Nessa menjelaskan, anak buah Dito keburu datang. Lupus berpikir cepat, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Lulu Tapi anak buah Dito keburu mendekat. Seorang anak buah menendang ponsel Lupus dan menginjaknya... gresss! Ancur deh!
Lupus dan Nessa langsung ditangkap dan digelandang kembali ke markas Dito.
"Masuk kamu! Masuk!"
"Lupus dan Nessa berusaha berontak, tapi anak buah Dito jauh lebih kuat menyeret mereka. Akhirnya mereka cuma bisa pasrah.
Dito yang muncul kemudian, langsung menyeret lengan Nessa dengan kemarahan luar biasa. Sikap lembutnya selama ini menguap begitu saja. Dito mengamuk karena ketauan masih menjalankan bisnisnya.
"Sini kamu! Masuk! Jangan coba-coba lari ya!"
Nessa berteriak-teriak kesal dan menangis. "Kamu bilang kamu sudah tobat, kamu sudah sembuh! Mana" Kamu masih aja berbisnis kayak dulu!"
PLAKKK! Dito dengan sadis langsung menampar pipi Nessa. Lupus kaget dan panik banget.
"Lepasin Nessa, To! Lo jangan kurang ajar sama perempuan!" teriak Lupus.
"Lo siapa" Berani sama gue lo!!!"
Dito melotot galak ke Lupus, lalu memerintah anak buahnya, "Beresin dia di depan!"
Lupus langsung diseret anak buah Dito. Nessa berteriak-teriak mencegah.
"Jangan, jangaaan. Lupus...."
Dito membentak, "Diam!!"
Lupus diseret oleh anak buah Dito dan diin-terogasi di gudang.
"Mau apa lo kemari, hah" Suruhan siapa lo""
""Ng-nggak! Gue... gue.."
"Mata-mata polisi lo, ya! Ngaku lo! Biar gue habisi nyawa lo!"
Lupus makin gemeteran. "Nggak, sumpah! Gue cuma mau ketemu Nessa. Gue temennya Nessa!"
Lupus dijebloskan ke gudang oleh anak buah Dito. Ditendang, dipukuli, hingga Lupus kewalahan untuk melawan. Sampai Lupus pingsan.
*** "Kita nggak pernah tau bahwa usaha kecil pun bisa berarti sangat besar kalo itu niat baik dan seizin Tuhan tentunya. Missed call Lupus ke Lulu ternyata berdampak besar. Karena setelah missed call itu, Lulu yang mencoba menghubungi ponsel Lupus lagi ternyata nggak bisa. Bahkan ia sempat mendengar voice mail berisi suara teriakan anak buah Dito dan Lupus yang nggak sengaja terekam.
Lulu langsung berkesimpulan bahwa Lupus dalam bahaya. Apalagi Lulu baru tau dari Boim dan Gusur bahwa Lupus sedang menyusul Nessa ke Bali, yang dibawa pulang sama Dito, mantan cowok
nya yang bekas residivis.
"How come lo berdua tega membiarkan Lupus pergi sendiri ke Bali" Liat nih di tabloid, betapa berbahayanya Dito!!!" Lulu memarahi Boim dan Gusur abis-abisan.
"A-abis, kami nggak punya duit lagi, Lu," ujar Boim tersendat.
"Tapi sekarang Lupus dalam bahaya! Lo berdua harus ke Bali, dan lapor polisi. Mereka pasti punya data-data Dito, karena Dito kan, bekas tahanan penjara sana!"
"T-tapi kami berangkat pake apa" Masa ke Bali naek getek" Lama dong sampenya!"
"Pikir dong! Usaha dong! Kalo kalian ini sahabat sejatinya Lupus, kalian nggak akan membiarkan Lupus menderita!"
Ucapan Lulu menyentak Boim dan Gusur. Mereka langsung bertekad mau ke Bali.
"Oke, kalau gitu begini aja de"," jawab Gusur. "Daku kan punya compo superkeren di rumah, hadiah dari ikut kuis. Nah, compo itu daku gadein aja. Terus duitnya kita beliin tiket. Kita ke Bali bertiga!!!"
Lulu girang. "Gue juga diajak" Horeee! Gue bisa ketemuan lagi dengan Putu Kusuma, gebetan gue yang punya cottage di Pantai Lovina!!!"
Dan berangkatlah Gusur, Boim, dan Lulu ke Bali.
*** "Sementara itu di Bali, setelah hampir semalaman disekap di rumah Dito, Lupus sekuat tenaga berusaha melepaskan diri. Kedua tangannya diikat. Ia terus meronta di gudang yang gelap dan kumuh itu. Dan lewat perjuangan keras, akhirnya ia berhasil lepas dari tali-tali yang mengikatnya. Tapi ketika ia mencoba berdiri, ia agak sempoyongan. Kepalanya terasa berat sekali. Namun Lupus mencoba bertahan, berjalan sambil pegangan kanan-kiri.
Akhirnya Lupus bisa membuka jendela gudang dan menyelinap keluar. Ia berusaha mencari Nessa. Lupus terus mengintai, bersembunyi di antara peti-peti kayu yang ditumpuk di lorong-Iorong kumuh itu. Lupus terkesiap ketika lewat jendela ruang penyekapan, dia melihat sosok Nessa sedang menangis panik.
Lupus pun nekat teriak-teriak memanggil nama Nessa sambil sembunyi di balik peti kayu. Ia bahkan melambai-lambaikan tangannya supaya Nessa bisa melihatnya. Tapi Nessa rupanya sama sekali nggak liat. Lupus udah deg-degan aja, takut ketauan anak buah Dito. Tapi demi cintanya pada Nessa dan nggak rela cewek itu diperangkap Dito, ia nekat berteriak lagi.
Nessa kaget melihat Lupus. Ia juga seneng banget. Tapi kebahagiaan Nessa cuma sekejap, karena anak buah Dito yang sedang berpatroli memergoki Lupus. Kerah belakang baju Lupus ditarik dengan kasar oleh anak buah Dito. Nessa memekik kaget. Lupus terperanjat dan berusaha berontak. Tapi cekalan mereka terlalu kuat.
Untungnya, di saat genting, Lulu, Gusur dan Boim tiba di rumah Dito dengan dikawal para polisi. Nggak sulit mencari di mana markas Dito. Karena data-data Dito sudah tercatat di kepolisian Bali, sangat lengkap, sebagai gembong mafia narkoba yang selalu diawasi.
Suara sirene polisi meraung.
Polisi datang, Dito kaget. Bersama anak buahnya, ia lari tunggang-Ianggang. Tapi kali ini Dito nggak berkutik. Dengan tangan terborgol, ia digelandang masuk ke mobil tahanan. Penjara adalah tempat peristirahatannya kemudian, karena terbukti di rumah itu Dito menyimpan narkoba. .
Begitu situasi terkendali, Lupus langsung berlari ke gudang tempat Nessa disekap. Ia membuka pintu dengan paksa.
Begitu melihat Lupus, Nessa langsung memekik dan berlari memeluk cowok itu. Mereka terus berpelukan, seakan tak mau lepas lagi. Mereka menemukan kembali cinta mereka.
Gusur, Boim, dan Lulu melihat Lupus yang bahagia menemukan bidadarinya. Mereka yakin, kali ini Lupus tak akan melepaskan Nessa lagi.
Selesai tamat Hantu Muka Dua 3 Pendekar Slebor 39 Pulau Kera Perintah Maut 2