Pencarian

Anak Kos Dodol 2

Anak Kos Dodol Karya Dewi Dedew Rieka Bagian 2


Gara2 hobi begadang Di kos, anak-anak punya kebiasaan buruk, yaitu begadang. Awalnya sih, buat belajar bareng dan bikin tugas, tapi lama-lama jadi kecanduan. Kami hampir selalu tidur larut malam hanya untuk nonton TV, ngobrol, bercanda dan akhirnya ngegosip.
Aku tahu banget kalau kebiasaan begadang, apalagi hanya untuk ngerumpi itu sia-sia, malah merusak kecantikan kulit karena kurang tidur. Kan dah sering baca di majalah pinjaman hehe. Tapi layaknya pecandu rokok yang bandel, rasanya hepi aja bisa begadang dan bisa hang out rame-rame biarpun hanya di kamar atau ruang TV kos-kosan.
Hampir tiap malam kami begadang hingga dini hari. Teguran Pak Say atau anak kos lain yang terganggu sudah jadi santapan sehari-hari. Cuek beibeh. Masuk kuping kiri keluar lagi di kuping kanan. Padahal gara-gara begadang nih, aku sering bolos kuliah pagi karena kesiangan bangun. Nggak banget, kan.
Suatu malam, kami ngumpul di kamar Tere. Sarah baru pulang mudik dari Cirebon dan membawa segembol oleh-oleh cemilan. Aku, Tere, Sarah, Sofi, dan Alisha ngobrol di kamarnya sambil nonton film. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tiga dini hari. Tapi, mata ini masih terasa segar karena rumpian yang makin seru.
Nggak sadar, obrolan merembet pada tingkah laku teman se-kos, Lintang. Dia seangkatan kami tapi gaya bicaranya manja banget dan dibuat-buat seperti balita. Dia juga punya hobi teriak bersahut-sahutan ala Tarzan centil dengan Angel. Benar-benar bikin risih pendengaran.
Ternyata, semua terganggu tapi terlalu pengecut untuk bilang terus-terang ke Lintang. Karena sehati, obrolan tentang Lintang makin seru. Bahkan, seorang dari kami menirukan suara cempreng Lintang saat bersahut-sahutan dengan Angel di kos. Ampuuun... lucu dan persis banget sampe kami ngakak habis-habisan. Wuih, kamar Sarah jadi berisik banget. Padahal, kos sudah sepi da
ri tadi. Setelah puas ngerumpi, kami balik ke kamar masing-masing. Hoahemmm...
Paginya, aku bergegas ke kampus karena ada kuliah pukul sepuluh. Pulang kuliah, Alisha langsung mengajakku ke kamar. Wajahnya serius banget. Dan anehnya, di dalam kamar sudah berkumpul tiga anak lainnya. Semuanya tegang dan pucat.
"Ada apa sih"" Kok semuanya kayak kejepit pintu gitu"" tanyaku sambil berbaring di kasur. Tere pun cerita panjang lebar. Aku hanya bisa ternganga. Ternyata, waktu kami ngegosipin Lintang, dia lagi bangun untuk shalat malam.
Saat berwudhu di kamar mandi, ia tak sengaja mendengar kami ngrasani dia. SEMUANYA!
Mulai dari keluhan anak-anak hingga cara anak-anak menirukan suaranya. Dia mendengar kami mengoloknya, mencela dengan serunya. Nah... tadi pagi-pagi sekali, Lintang masuk kamar Alisha. Matanya sembab dan terbata-bata bilang, kalau mendengar semua rumpian kami! ia menangis sesenggukan di kamar Alisha.
Duuh, langsung nggak enak hati euy. Malu, nyesal, dan kasihan campur aduk. Emaak, kali ini kami benar-benar kelewatan. Kata Alisha, Lintang sampai nggak bisa marah dan mendamprat kami saking shock. Sambil dorong-dorongan, kami berlima para pelaku tindak kriminal datang ke kamar Lintang, ia sedang duduk di depan komputernya, tak mau melihat wajah kami. Lintang mendengar permohonan maafku dan anak-anak dengan wajah kaku. Di wajahnya ada sisa-sisa air mata.
"Aku sudah maafin kalian kok, tapi aku kecewa banget. Kalau memang nggak suka, mestinya kalian terus terang, biar aku bisa berubah! Eh, Kalian malah menikam dari belakang. Apa itu yang namanya saudara" Kalian tuh tega banget!" ia tertunduk menahan air mata yang tumpah. Hiks. hiks. Semua tertonok mendengar ucapan Lintang. Kami ramai-ramai memeluk Lintang. Huhuhu... maafkan kami, Lintang!
Monyet jantan! abtu siang, aku benar-benar suntuk di kos. Anak-anak sedang keluar dengan pacar masing-masing. Aku dan Sofia yang jomblo forever, iseng mantengin tangga lagu dang dut di radio. Menurut riset kami, ternyata sebagian besar lagu dangdut termasuk dalam kategori musik pengantar gantung diri gitu. Super mellow.
Thanks God, sebelum kita berniat minum racun, Ugie datang mengajak kita JJS tanpa tujuan. Oke, siapa takut" Aku cepat-cepat ganti baju dan berdandan. Sofia masuk kamar mandiku. "Numpang cuci muka ya, pinjam sabun!" teriaknya, ia keluar dan mengusap wajahnya dengan tisu. Ugie masuk kamar. Tak sabaran menunggu di luar. "Gue dah kayak tukang ojek panas-panasan di luar!" katanya. Aku mengendus-endus.
"Sof, kamu cuci muka pakai sabun yang mana""
"Sabun cair di botol pink!" jawabnya mencomot lipstikku.
Aku tergelak. "Asal ambil aja lu, itu kan sabun cuci piring, bau lemon kan""
"Ohh, my beautiful face... rusaaak!" jeritnya pilu berlari masuk kamar mandi.
"Bersih bersinaar..." aku dan Ugie kompak bersenandung.
"Iseng banget sih lu nyimpen sabun cuci di botol! Aku baru dari dokter kulit neeh!" teriaknya. "Ancuur!"
Aku dan Ugie ketawa gila.
Sofia bergerilya ke kamar anak kos, pinjam motor. Yes, berhasil. Aku buru-buru duduk manis di boncengan Ugie. "Ke mana nih kita""
"Ke Kaliurang, yuk"" usul Sofia.
Sebenarnya agak jauh juga sih jaraknya. Tapi, sebagai cewek mandiri kami terbiasa pergi tanpa kawalan cowok. Ke Parangtritis hingga Borobudur pernah kami lakoni naik motor lho. Girl power gitu dyehh hehe "padahal sih karena ngga ada yang bisa dipaksa antar jemput, hiks.
Hah, hari libur ke hutan wisata Kaliurang" Duh, pilu! Bakal tambah perih dong lihat orang pacaran! "Hihi... bagus lagi! Sapa tau ada yang bikin adegan syur" Kita bisa mendapat referensi gaya pacaran yang sopan dan terdidik!" balas Sofia semangat. Iya, dia memang ratu mesum.
Siang-siang menyusuri jalan Kaliurang yang padat asyik juga. Semakin ke atas, pemandangan makin menyegarkan. Hamparan sawah menghijau. Beda dengan Condong Catur yang sawahnya makin tergusur berganti rumah kos mewah. Udara juga semakin sejuk. Aku memeluk pinggang Ugie hingga dia sesak napas ketika motor kian menanjak. Habisnya, tuh anak kayaknya makin ngebut saja. "Pelan-pelan Gie,"rengekku.
"Ya ampun Wie, pelan lagi motor nih tidak jalan!" omeln
ya memperlihatkan speedometer yang hanya 40 km/ per jam hihi. Aku diam soalnya kalau dia ngambek bisa-bisa nih motor disetir ala Casey Stoner, motornya miring-miring sampai lutut kita nyaris menyentuh aspal! Tidaak!
Alhamdulillah, sampai juga di hutan wisata dengan bodi tetap utuh! Nih lutut sampai breakdance karena geme-taran. Kami membayar karcis masuk. Seperti yang diduga, banyak pasangan memadu kasih. Ada yang duduk berimpit di kursi taman, bergandengan di jalan setapak, piknik di rumput, di semak-semak 'ngapain tuuh!
Sofia menghitung dengan suara keras. Kira-kira ada lima belas pasangan yang kami temui. Berbaur dengan banyak monyet kecil penghuni tetap hutan wisata. Mereka cuek saja bergelantungan nggak pakai celana hihi.
Tiba-tiba kepala menyembul dari semak-semak. Olin! Kok di sini" Kami sama-sama kaget. "Pacaran yaa..." ledekku. Eh, Erdi, Arly, Wisnu, dll tiba-tiba memperlihatkan diri! Lho. Lho, kok ada anak-anak Rohis" Ya ampuun... aku lupa kalau mereka rapat di sini! Aku kan bolos, lagi malas mikir! Ooh ohh aku ketahuaan...
Kami mengobrol sebentar lalu aku cepat-cepat kabur. Dari tadi ngidam burger jawa yang banyak dijual mbok-mbok berbaju kebaya. Itu tuh... dua jadah ketan diselipkan tahu atau tempe bacem., mmm.. nyam-nyam. Kelezatannya melebihi burger Ronald, si badut nakutin itu. Abis naik motor dengan Ugie itu menguras adrenalin dan bikin lapar. Sofia dan Ugie berebutan duduk di ayunan. Ahh... ini baru namanya piknik! Murah meriah dan enaak! Gue banget!
Di dekat kami, bergelantungan beberapa monyet. Monyet paling kecil dan berpantat paling ngg... merah muda sibuk melahap pisang di atas batu besar. Sesekali dia melirik kami bertiga, mungkin ingin menawari pisang dan persahabatan" Kami memperhatikan tingkah lakunya. "Mirip kamu lagi kelaparan, Sof! Rakus dan belepotan!" olokku.
"Haha... dia mandangin Ugie terus dari tadi!" olok Sofia, ia memegang scarf kecil penghalau debu pas naik motor tadi. Warnanya merah terang. Aku tertawa-tawa. Ugie cemberut dan sok cuek melajukan ayunannya hingga tinggi. Dasar pembalap sableng! Ayunan saja dikebut!
Eh, tuh monyet masih memperhatikan kami. Aku beringsut mencari mbok-mbok penjual burger. Masih lapar. "Masa pacarmu yang ngganteng nggak disapa, Gie! Kejam banget kowe! Ayo dong yayangnya disun!" Sofia masih cari gara-gara melambaikan scarfnya. Belum ada serangan balasan sih dari Ugie hehe. Jadi tidak seru. "Kok Ugie sih" Bukannya kamu yang ngefans cowok berdada lebat, Sof"" ejekku. "Pas banget kan dengan itu tuh..."
Daan... Kejadiannya begitu cepat. Tiba-tiba, si monyet kecil melesat lincah bagaikan Sun Go Kong dan menyerang Sofia! Huaaaaaaa... jeritan si kriting membahana, ia melompat dari ayunan dan lari menghindari kejaran monyet gila. Orang-orang mendekat berusaha memberikan pertolongan. Aku dan Ugie begitu kaget hingga tak bisa berbuat apa-apa! Lututku lemas dan terduduk di rumput. "Toloong..." jerit Sofia melambaikan scarfnya menghindari si monyet imut yang tiba-tiba agresif.
"Ollin... toloong! Enibodiii!" jeritku histeris. Teman-teman yang mendengar teriakanku serentak keluar dari semak-semak dan menolong Sofia. Mereka berusaha mengusir si monyet jahil. Eh, tuh makhluk malah lari ke akas pohon dan meloncat-loncat seolah mengejek kami. Scarf Sofia berhasil direbut jadi tanda mata berharga buat dia.
Aku dan Ugie menghambur memeluk Sofia yang gemetaran. Keringat bercucuran. Rambut Edi Brokoli-nya berantakan. Muka cantiknya memerah menahan tangis. Erdi membawakan segelas Aqua. "Mbak Dew, Mas monyetnya bilang ke aku katanya dia cuma pengen kenalan sama Mbak Sofia!" celetuk Erdi.
"Duh sial tenan aku, Mas Monki pacar Ugie marah karena aku mengejek ceweknya!" balas Sofia dengan wajah nano-nano. Antara ingin ketawa, marah, dan mencekik leher Erdi sampai pingsan. Aku dan Ugie langsung ngakak berguling-guling di rumput. Rasakan, bocah iseng! "Soof... dapat salam tuh dari cowok ganteng berbulu di hutan wisata!"
aarrgghh... awas Kau, Cyn!
Ya ampuun... Mbak Nunuk bawa Cynthia ke kos-an!" jerit Lintang berlari-lari naik tangga, cewek berjilbab itu masuk kamarnya dengan panik. Aku
dan anak-anak yang sedang leyeh-leyeh di depan kamar langsung kocar-kacir, mencari-cari selembar kain yang bisa menutupi tubuh. "Ehh... cowok kan gak boleh masuk kos!" protes Mbak Leslie.
Minggu pagi begini *Yah, tidak bisa dibilang pagi sih sih soalnya dah jam sebelas hihi, anak-anak kos hanya berdaster mini, rame-rame luluran di depan teras kamar sambil bergosip.
"Dia kan tidak jelas cowok atau cewek, Tan!" Anti menutupi bahunya. Dari bawah sudah terdengar cekikikan Mbak Nunuk dan Cynthia. Rame sekali kayak orang sekelurahan. Mereka naik tangga dengan berisik tak., tuk.. tak., tuk. "Lho kok pada bengong, ada apa sih"" kata Mbak Nunuk terheran menatap cewek-cewek berbaris canggung ala Miss Universe.
aii cewek-cewek pada baris menyambut eike yaa"
Kenalkan, Cynthia..." sapa cewek jadi-jadian itu mencairkan suasana.
"Hai... Cynthia," Sarah tersenyum. Yang lain melambai grogi. "Kami masuk dulu ya," mbak Nunuk membuka pintu kamar dan menutupnya. Anak-anak langsung heboh.
"Ih, apa-apaan sih Mbak Nunuk, bawa-bawa dia ke sini""
"Ssstt... jangan keras-keras ntar kedengaran lagi!" Semuanya turun dan meneruskan acara infotainmen di ruang TV.
Di kampus kami, siapa sih yang nggak kenal dia. Cynthia begitu ia dipanggil. Kata anak-anak, nama aslinya Singgih siapaa gitu. Tapi kalau diabsen pak dosen dengan nama asli ia tak bakal mau tunjuk jari. Tuh anak hanya mau dipanggil Cynthia. Selebriti kampus. Dari jurusan manajemen, jurusan paling pasaran "saking padat penghuninya hingga jurusan Komunikasi nun jauh di pojok kampus semua kenal. Cynthia tuh teman seangkatanku hanya beda kelas gitu deh.
Waktu ospek saja sudah dia sudah mencuri perhatian. Penampilannya sih biasa seperti maba (mahasiswa baru) cowok lain. Wajah agak sangar malah. Badannya tinggi besar. Tapi tingkahnya itu lho bikin gerr. Anaknya ceplas-ceplos. Begitu mulai kuliah, baru terlihat aslinya. Bikin semua terperangah. Hari pertama kuliah, Cynthia memakai blus pink elektrik dan celana jins ketat! Lengkap dengan kalung panjang dan sandal lancip! O.. o... Cynthia ternyata waria, teman-teman!
Ketenaran anak itu sampai kampus tetangga juga. Pernah nih, aku kenalan dengan anak sekolah bisnis yang lumayan kiyut di warnet, Hardian namanya. Aku langsung tepe-tepe "tebar pesona gitu. Ehh, Dia malah penasaran sama Cynthia! Damn! Aku kesal juga sih dikit hehe tapi nggak sanggup ah saingan sama Cynthia! Dan Cynthia sangat menikmati keselebannya itu. Dia bertingkah over acting. Apalagi kalau lagi dikelilingi teman-teman ceweknya yang cantik dan modis bak model. Wahh. Makin ramailah anak-anak bergosip.
Menurut gosip, ia super ganjen sama cowok tapi minta ampun galak sama cewek. Aku langsung ingat Ramon, cowok keren jurusan HI yang dikejar Cynthia habis-habisan. Kalau sudah naksir cowok, Cynthia memang begitu... super agresif! Kabarnya, Ramon sampai pindah kos saking takutnya. Hihi. Ada lagi gosip yang bilang kalau Cynthia ini ratu pesta di klab-klab malam Djokdja. Nggak kebayang deh di benakku yang lugu ini Cynthia yang kekar itu bisa jadi ratu pesta, pegimane ceritanya"
Dan Mbak Nunuk, mengajak seleb itu masuk kos-an" Huaa! "Kesambet apa sih Mbak Nunuk"" rame anak-anak mengomel sambil ngemil lotek sambal kacang penuh kalori buatan Mbak Nem, warung sebelah.
"Harus dikasitau tuh Mbak Nunuk! Jangan sampe keterusan, aku gak bisa pake daster seksi kalo ada dia!" kata Julia emosi hampir keselek lontong.
"Ho-oh aku juga mesti pake jilbab terus!" sambar Lintang.
"Yah... dia kan banci, gak napsu lagi liat kalian!" balasku. "Yang kasihan tuh Pak Say! Cynthia bisa naksir dia!"
Anak-anak tergelak membayangkan Cynthia naksir Pak Say, penjaga kos mereka yang sudah tua.
"Biar waria, dia kan cowok! ngeliat kita-kita bisa aja dia tiba-tiba tegang apalagi liat bokong Sasha, JLo aja lewat!" tunjuk Erin ngakak. Sasha memang juara bertahan gelar bokong terseksi di kos sejak awal kuliah. Gede bangeeet.
"Aduhh... becanda terus deh yang penting kita kasih tau Mbak Nunuk, aku risih ada cowok di sini!" putus Julia.
"Oke..." anak-anak manggut-manggut.
"Aku mau ke sebelah, ada yang mau tambah lagi"" Tere berbaik
hati. Dasar gembul. "Untuk sementara aja, biarin dia main di sini ya, aku kasihan, dia lagi banyak masalah en curhat ke aku," bela Mbak Nunuk. Anak-anak angkat bahu. Cynthia pun makin sering main ke kos-an. Anak-anak kampus sampai mengira Cynthia ngekos di sini. Idihh! Anak-anak kos pun semakin akrab dengan Cynthia. Kehadirannya selalu ditunggu.
Kenapa" ia rame dan gaul. ia pede bahkan cenderung over dosis sih. Anak itu punya banyak cerita seru dugem di klab-klab beken. Sesuatu yang asing bagi sebagian besar anak kos yang tipe rumahan hehe. Kami dibuatnya tertawa sampai sakit perut. Diperhatikan begitu, tambah serulah Cynthia bercerita.
"Tau nggak, Mami ini banci nomer dua tercantik di Indonesia lho..." katanya pas kami kumpul di ruang TV.
"Lho kok bisa Cyn"" Kayla melongo, tuh anak agak susah dibilang cantik. Badannya tinggi besar, sebenarnya sih macho banget.
"Eh... eh situ jadi pere jangan ngenyek ya... tar Mami kepret bolak-balik... Mami kan cantik abiz, Sophia Lacuba aja sih lewat..." katanya kenes memelototi Kayla. Anak-anak ngakak abis-abisan.
"Trus nomer satunya sapa Mamii"" goda Rasti.
"Nomer satunya Tata Dado!" Mbak Nunuk lari menghindari sambitan bantal Cynthia yang mantap.
Satu lagi, anak kos paling kalau Cynthia memamerkan gaya tarian kacau bin mesumnya di klub. "Anak-anak, mo liat ngga tarian terbaru kreasi Mami""
"Mau... ayo dong.. Mam..." Elsa langsung memasang musik dugem. Dengan wajah disetel seksi, ia meliuk-liuk dengan atraktif dan centil abis, sampai melata di tembok menyontek gaya Reza jaman jebot! Semua bersorak dan tertawa.
"Lagi Mam gaya tadi., huu.. seksii gilaa..."
"Ayoo... goyangg buuu... mana pinggulnyaa... shake... shake!" Sasha ngakak. Sofia sampai berguling di karpet saking gelinya. Jadi kayak Aming versi kebanyakan makan! Pertunjukan itu bubar setelah Cynthia dan anak-anak diusir Pak Say sambil ngomel-ngomel. Hihi. Cynthia galak sama cewek" Ah, gosip banget sih!
Suatu hari, Anti, Sarah, dan Elsa bersemangat sekali. Minggu depan, Cynthia janji mo ngenalin mereka sama cowok-cowok keren sobatnya. "Pokoknya tenang saja, kalian pasti doyan! Tampang mereka kayak Miler gitu deh model-modelnya! Bule keren, bukan bule kere kayak yang wara-wiri di pasar!" begitu promosi si makhluk ajaib. Ketiganya makin semangat saja. Elsa dan Sarah malah bela-belain beli baju baru di mal demi kencan buta dengan bule keren dan tajir. Padahal, sedang tengah bulan hihi kan uang kiriman menipis. Walhasil, buat makan sehari-hari mereka minta santunan sama anak-anak bergiliran hahahaha.
Kami juga nggak kalah bersemangat. Penasaran juga se-keren apa sih anak-anak Jakarta yang bakal dibawa Cynthia" Apa benar sekeren Miller dan Mike Lewis gitu" Katanya sih, salah satunya adalah mahasisiwa merangkap model majalah remaja. Duuh, jadi iri! Cynthia curang nih yang diajak cuma tiga anak itu! "Acara kencan khusus buat cewek cantik aja!" sambar Cynthia nyelekit. Sialan, kita-kita dianggap jelek ya!
Hari H yang dinanti tiba juga. Ketiga cewek berdandan super cantik kayak mo kondangan. Bajunya wuih... keren abis dan sedikit mengintip di bagian paha en bahu. Ehm, dermawan nih. Malah tuh anak sempat-sempatnya menyambangi salon murmer dekat kos buat krimbath dan potong rambut. "Yah, biar tidak memalukan tampil di depan model Jakarta!" kata Elsa mengedipkan mata genit.
Si Cynthia nggak mau kalah gaya. Dia pakai baju potongan u can see ketat warna hijau dengan glitter dan manik-manik plus celana jins ketat. Duh, benar-benar kembaran Ivan Gunawan! Glamour abis! Kami ramai-ramai menyoraki mereka ketika taksi jemputan datang dan mereka melenggang naik dengan gaya dibuat sok seleb hihi.
Duile, nggak sabar deh menanti ketiganya pulang dan mendengar cerita mereka. "Jangan lupa fotoin mereka ya!" pesan Sofia meminjamkan kamera digitalnya. Anak-anak sampai berkhayal gimana ya rasanya kencan buta dengan cowok-cowok keren. Model gitu lho! Pasti badannya jadi, kotak-kotak kayak serbet! Hihi. Kami berkumpul di ruang tengah sambil ngobrol untuk menyambut ketiganya pulang.
Tak berapa lama, pintu kos terdengar dibanting kasar. Elsa muncul dengan muk
a cemberut. Disusul Sarah dan Anti yang mukanya nggak kalah kusut. Ketiganya masuk ruang tengah dan langsung kami kerubuti. Lho, kok kencannya sudah bubar" Aku melongok jam dinding. Baru juga sejam pergi! Terbayang persiapan mereka yang berminggu-minggu. Anti membanting tas tangannya ke lantai dengan kasar. "Lho, ada apa sih" Cynthia mana"" kataku celi-ngukan. Eh, mereka malah pasang tampang sangar. Waduh, ada yang nggak beres nih!
Angel menyodorkan sekaleng coca cola yang langsung ditenggak ketiganya bergantian. Haus banget. Memangnya di kafe nggak jualan minum ya" Ketiganya masih membisu. "Heii... kalian kenapa sih" Ngobrol dong! Kita penasaran nih!"
"Bagaimana si Mike Lewisnya" Keren abis""
"Kalian sempat foto bareng nggak" Mana fotonya"" Sofia merogoh tas tangan Anti, mencari-cari kameranya.
Sarah manyun. "Boro-boro..."
"Dasar Cynthia sialan! A**!" maki Elsa.
Hah" Kami melongo. Cynthia kan idola mereka!
"Dashr ba**** model tahun 50-an, iya!" sambar Anti.
"Tahu nggak, Cynthia tuh menjebak kami! Ngejual teman sendiri! Dasar ***! Awas ya kalau dia berani ke sini lagi! Masak dia kenalin aku, Elsa, dan Anti sama om-om botak genit dari Jakarta! Tuh om-om mengajak kami ke klub terus ngamar! Mana tangannya pada ramah gitu! Hiiy, amit-amit! Emangnya kita apaan" Katanya mahasiswa kok bangkotan!" cerocos Sarah melempar sepatu tingginya kesal.
Kami meringis. Duh, kok Cynthia tega ya"
"Lho, jangan-jangan Cynthia nggak bohong, Sar! Kali om-om itu benaran mahasiswa! Mahasiswa S3 atau calon profesor malah!" celetuk Sofia polos langsung disambut cubitan maut Anti, Elsa, dan Sarah. Hahaha. Sejak itu, Cynthia tinggal sejarah di kos-an kami...
Backstreet gitu dyeeh! Duh, aku naksir kakak kelas nih. Bukan sembarang kakak kelas. Dia itu pengurus Rohis di fakutasku. Sudah tahu kan, anak-anak rohis anti pacaran. Kenal dia sih nggak sengaja. Aku dan Ikha, my sista in crime lagi bosan berat. Ehh... kebetulan Rohis lagi ngadain piknik atau nama islaminya, rihlah ke Pantai Kukup. Dengar kata pantai, radarku langsung bunyi! Ohh... ombak dan laut biru! I'm comiing! Tak peduli berangkatnya dengan siapa yang penting bisa lari-lari menyusuri pantai! Asyiiik!
Eh, dah tahu kan... aku hobi keluar masuk ekskul. Hihi namanya anak muda kan harus berani mencoba hal baru *duilee. Aku sudah pernah ikut Marching Band, Tae Kwon Do, Klub Bahasa Inggris. Semuanya hanya sekejap "bangga benerrr. Klub bahasa Inggris menurutku paling bisa bikin adrenalin terpompa karena harus ngomong Inggris terus padahal pas-pasan hehehe....
Di Marching, aku pernah dipermalukan kakak pelatih di depan seluruh tim karena latihan pakai jins bolong-bolong lututnya hihi. Sejak itu, aku nggak pernah nongol lagi di sana. Tengsin euy, mendadak beken soalnya, hihihi.... Tae Kwon Do, aku nggak kuat! Badan kerempengku rasanya berderak tiap latihan! Hanya Senat yang awet kuikuti karena mengandalkan pemikiran *cuihh, gayanyaaa....
Nah, dari sekian banyak kegiatan kampus. Hanya Kerohanian Islam yang tidak kusinggahi karena tak tertarik dengan aturan ketatnya. Ih, sama saja dengan my mom di Palembang dong ntar. Padahal Tanti, anak kelas sebelah yang aktivis Rohis berkali-berkali mengajak kajian. Ka-burrr... begitu ulahku begitu siluet Tanti yang agak subur
mendekat hihi. Tapi, akhirnya kami kena batunya juga. Gara-gara pengen ikutan rihlah! Sekarang kan libur semester dan tak ada rencana mudik. Wah, lumayan nih bisa refreshing! "Tapi ini yang adain Rohis lho, katanya alergi!" sergah Ikha sambil membetulkan jilbabnya yang miring-miring. Aku nyengir bandel. "Gampang Kha, ntar kalau bosan ngaji kita kabur saja!"
"Setuju banget, sob!" balas Ikha ber-high five.
Tanpa diseret, kami pun sukarela mendaftar ke mesjid kampus. Waduh, jeung Tanti belum nongol. Yang ada seorang cowok manis berwajah cool. Nggak sopan banget, dia sama sekali tak mau melihat kami! Pandangannya menghunjam tembok di belakangku sampai aku curiga jangan-jangan matanya... ah tidak kok!
Sobatku sampai gregetan. Segala hal yang kami tanyakan tentang rihlah dijawab pendek-pendek, Iih, customer service yang menyebalkan! Gimana acaranya
mau laku" Akhirnya, aku menarik tangan Ikha cepat-cepat kabur dari situ. Capek dyeeh! Sok cakep banget sih!
Pas ketemu Tanti di kelas, kami mendaftar sambil mencerca cowok dingin itu. "Salam kulkas dua pintu buat temen loe, Tan!" celetuk Ikha disambut tawa Tanti. "Akhi Rafi baik kok orangnya! Ngocol!" jawabnya. Wajah manis Tanti sumringah sekali melihat kami akhirnya mau kembali ke jalan yang benar. Kudu selamatan! Kata Tanti sambil menuliskan kuitansi kami. Hihi. Haah, baik" Ngocol" Kesambet jin mesjid kali nih anak kok bisa-bisanya..! Oh, namanya Rafi" Hmm...
Pas Rihlah, ternyata acaranya cukup asyik. Banyak kenalan baru dan lagi... cowoknya cakep-cakep! Ikha tertarik dengan seorang cowok putih asal Padang. Oh iya, aku baru tahu kalau anak Rohis tak mau melihat lawan jenis karena selalu menjaga pandangan hihi jadi bukan sombong! Ya maap, gini deh kalau kurang gaul! Jadi buruk sangka!
Gara-gara rihlah, kami jadi akrab dan sering bercanda dengan Rafi. Anaknya gaul juga ternyata. Aku jadi sering ngobrol dengannya. Bercerita banyak hal tentang keluarga dan diri kami. Aku jadi tahu hobinya, cita-cita, apa saja.
Kami jadi dekat. Sering pergi beramai-ramai dengan anak kos. Pergi makan, nonton pementasan teater, kumpul di perpus, menghadiri kajian, dll. Tidak ada gandengan tangan atau hal-hal biasa dalam pacaran. Teman-teman kosku jadi sering meledek.
"Gila lu wi, kamu pacaran sama marbot mesjid"" ledek Sarah disambut derai tawa anak-anak.
"Biarin, suka-suka gue weeek... puas... puas!" balasku sewot. Ya, Sarah mengomentari gaya Mas Rafi yang menundukkan pandangan. Apalagi di kosku, banyak cewek gokil gemar berpakaian minim kayak di Kuta, hihi.
"Namanya siapa, Wi" Kita panggil mas Tun-tun aja ya" Mas tunduk-tunduk hihi... cari recehan... sekalian dia nuntun lo ke jalan yang bener!" ejek Sofia.
Aku makin manyun. "Orang sealim dia kenal sama cewek badung kayak kamu ya... ancur! Dia jadi tersesat! Ampuni temanku Dewi ya Allah!" Alisha menengadahkan tangan. Sialan, memangnya aku setan apa" Rutukku keki meninggalkan rombongan nenek sihir itu.
Kedekatan kami tercium anak-anak Rohis lain. Ributlah lingkungan Rohis. Terutama kakak-kakak tingkat seangkatan Mas Rafi. Ya, Mas Rafi kan temasuk pengurus inti. ia mestinya jadi contoh bagi anak-anak baru. Lha, sekarang ikutan tren pacaran" Waduh, aku benar-benar panik.
Sejak itu, Kami main kucing-kucingan, ia tak bisa lagi bertamu ke kosku karena anak-anak Rohis selalu melewati jalan depan kosku "maklum jalan menuju kampus. Kami merasa bak seleb dimata-matai paparazzi "ceiiilaa. Pergi ke mana-mana, kami selalu pasang mata dengan waspada.
Jangan-jangan berpapasan dengan anak Rohis"
Duh, jadi seperti maling takut ketemu polisi begini" Pernah nih, lagi nongkrong di toko buku, ketemu dua akhwat. Mas Rafi yang sedang memilihkan buku, langsung menjauh secara otomatis. Aku menahan napas, fuihh! Hampir saja!
"Sendirian aja, Wi"" sapa mereka. Aku hanya bisa nyengir dan mengobrol dengan mereka.
"Tadi aku lihat Mas Rafi di bagian komik!" kata Lina curiga.
"Oh ya" Aku tidak lihat!" Ups, bohong lagi deh!
Kami pun mengobrol lama dan teman-teman mengajakku pulang bareng mereka. Terpaksa, kutinggalkan Mas Rafi kebingungan mencariku hihi. Waktu itu sih kami selamat. Tapi sepandai-pandai tupai melompat... kami kepergok juga! Ketika itu kami lagi asyik makan bakso Narto di Geja-yan. Mau ngeles, menghindar bagaimana bisa" Rombongan akhwat senior sudah menyapa kami. Katanya, mereka baru pulang rapat untuk acara Seminar Keputrian. Huaa, tiba-tiba saja bakso lezat ini jadi hambar di lidahku!
Begitulah, hubungan kami diwarnai ketegangan dan huru-hara selama dua bulan. Teman-teman kelas dan kosku menyuruhku cuek saja menghadapi mereka. "Pacaran itu kan HAM! Hak Asasi Mahasiswa!" bela Tere. Yang lain mang-gut-manggut.
"Kami ada di belakangmu, Wi! Membelamu hingga titik darah penghabisan!" kata Sasha penuh tekad. Hihi... apaan siihh"
Tapi... lama-lama, capek juga main kucing-kucingan begini! Aku bosan. Mas Rafi juga kasihan dimusuhi teman-teman rohisnya. Ah, kalau jodoh takkan ke mana. Akhirnya, kami putus dengan ama
n dan nyaman. Jadi jomblo lagi, aku bebaas!
Si tukang pamer Di kos-an, ada beberapa tempat hang out favorit anak-anak buat ngobrol sampai berbusa-busa. Salah satunya adalah dapur mini yang berisi kompor gas, panci butut, dan kulkas umum. Anak-anak sering ngerumpi heboh sambil antri bikin indomie telur di situ. Sampe ditegur mbak-mbak sebelah karena menganggu kedamaian *mampus!
Nggak kalah asyik, ruang tengah tentunya! Ada televisi 21 inch dan karpet berbau apek tapi nyamaan banget ditiduri hehe. Biar pun banyak yang bawa TV sendiri, ruangan ini tetap jadi persinggahan sebelum masuk kamar. Juga tempat asyik makan ramai-ramai sambil nonton dan ngerumpi.
Karena remotenya sudah lama rusak, Karen yang jangkung dan berkaki panjang berperan jadi remote bisa napas en kentut. Caranya, ia tinggal berbaring santai di karpet dan kakinya menekan-nekan tombol TV sesuai permintaan anak-anak... hihihihi asal jangan sampe nyetrum aja!
Kalau larut malam, hanya si Ine yang nekad nongkrong di situ. Dengan segelas kopi panas persis bapak-bapak lagi ronda, dia betah nungguin liga basket! "Ne, lo nggak takut"" Itu sih pertanyaan standar. Kos-an full of setan gitu lho! "Ah, udah kenalan!" jawab tuh anak cuek. Ihhh, Dasar cewek tomboy...
Ngg... ada lagi tempat lain, atap kos-an! Kami yang rata-rata mungil eh kecuali Tere dan Sasha yang semok tapi bernyali besar, suka nongkrong di atap kos kalau sore-sore. Cukup naik ke depan kamar Pak Say di lantai dua terus merayap ke atas pelan-pelan, sampai deh! Atapnya cukup luas dan kami sering berjemur hanya pakai singlet dan sarung pantai! Angin sepoi-sepoinya bikin serasa di
Parangtritis, bo! Koleksi foto-foto dodol anak kos di atap mah bejibun. Biar pemotretannya diselingi jeritan histeris anak Mapala dari gedung UKM *ga kuku ngeliat bahu en betis terbuka hihi. Cuek beibeh! Biar pun Pak Say sering teriak-teriak panik menyuruh kami turun! Wajar, uang kos yang kami bayar tidak termasuk asuransi nyungsep dari atap kan! Kikikik...
Tak hanya sore, malam juga bisa nongkrong di situ kalau lagi iseng asal siap kerokan aja. Apalagi kalau cuaca cerah dan bintang bertaburan di langit! Duh, sumpah jadi puitis! Sambil curhat colongan, menatap angkasa, merasakan dinginnya malam Djokdja. Syahdu! Beberapa puisi berhasil kuciptakan dari hasil nongkrong di atap malam-malam. Biar pun habis itu ada acara lanjutan, yaitu acara kerokan dan kentut massal ! Masuk angin!
Tapi paling sering sih, kami nongkrong di kamar atas paling depan! Kamar Anti memang paling strategis buat jadi posko. Menghadap jalanan yang tukang jualan pamer dagangan, dan cowok cakep lewat. Ada Mbak Nem bolak-balik mengantar pesanan. Kalau lapar, tinggal teriak deh! Ehmm... benar-benar, hidup itu indah! Belum lagi fasilitasnya lengkap. Ada DVD player, PS, dan tape yang dentumannya dahsyat! Bisa clubbing dadakan, ajeb-ajeb, ajeb-ajeb... dan sering ada cemilan kiriman emaknya pula hihi mantaap! Pulang kuliah, biasanya anak-anak langsung mampir ke situ.
Malam-malam, kami sering ngumpul-ngumpul di situ *kapan belajarnya hah" Jendela kamar dibuka lebar biar tidak gerah. Kami cuek saja pakai daster minim sambil nge-cengin anak UKM di gedung seberang. Jalanan kecil di depan kos tak begitu ramai dan agak gelap karena kurang lampu penerangan. Di seberang jalan hanya ada lapangan sepak bola yang dibatasi pagar tinggi.
Tapi malam itu nggak kayak biasanya. Pemandangan banyak cewek berdaster apa adanya ternyata mengundang seorang cowok iseng. Malam itu, suasana jalan sepi. Nggak ada anak kos yang pacaran atau kedatangan teman di teras. Kami ngobrol dengan riuh diiringi dentuman musik rock koleksi Anti.
Awalnya pada nggak ngeh. Seorang cowok berjubah panjang ala Matrix, memakai helm cakil memarkir motor persis di bawah jendela kamar, ia membuka ritsleting celana panjang, mengeluarkan *****nya, dan memainkannya menghadap kami! Lengkap dengan suara-suara erangan menjijikkan! Ihhh... Edan! Sinting! Dasar sableng, bukannya marah atau ngamuk, anak-anak malah mematikan lampu dan menonton show itu sambil cekikikan "kayak cineplex! Yang nggak tahan menonton adegan 25 tahun k
e atas, buru-buru kabur dari jendela sambil menahan mual. "Sial, baru juga kelar makan mie sosis goreng!" Desisku disambut tawa anak-anak. "Aku nggak liat jelas lho... barangnya!" Disti membela diri. Hihi... siapa nanya"
Anti malah berlari keluar memanggil anak-anak di ruang TV, bikin penonton show makin membludak. Huuu... Terang saja si cowok makin semangat. Coba liat, sekarang dia dengan atraktif menunggangi motornya! Huaaa! Give me more! Jerit Angel heboh. Cekikikan lagi.
Rasti, salah satu dari sedikit cewek yang waras malam itu buru-buru mencari Pak Say. Diam-diam, Pak Say dan anaknya keluar kos dan menangkap si cowok, membawanya ke pos ronda terdekat. Tau tahu deh nasib tuh cowok dige-bukin apa disunat ulang sama tukang ronda hehe. Yang paling menakjubkan, saking asyiknya show off, tuh cowok ekshibisionis* sampai nggak ngeh saat didekati dan diringkus Pak Say and the gank! Hiyy... ada-ada sajaa....
"orang yang mempunyai dorongan melakukan eksibisionisme, kelainan yang ditandai dengan kecenderungan memperlihatkan hal-hal yang tidak senonoh seperti alat kelaminnya untuk memuaskan diri.
Ratu pemalas "Cewek sekarang fasihnya jadi anggota Senat tapi masak dan beberes tidak becus," begitu keluhan seorang cowok temanku di BEM kampus. Aku ingin menyanggah pendapatnya yang agak melecehkan itu dan berdebat seru seperti biasa. Tapi, apa daya... pernyataan temanku itu banyak benarnya. Ya, paling tidak kalau ngeliat aku dan anak-anak kos, hehe.
Rata-rata, anak kosku punya kesibukan selain ngampus. Ada yang kerja paruh waktu sebagai model, SPG rokok, juga penjaga toko di mal. Ada pula yang aktivis kampus sepertiku hehe sok sibuk ikut senat, rohis, atau UKM lain yang jumlahnya mencapai puluhan di kampus.
Kami tinggal di kos-an yang fasilitasnya lengkap. Ada kamar mandi pribadi, cuci dan setrika, air minum tinggal ambil di dandang raksa plus warung sebelah yang tinggal teriak sandinya di jendela: "Mbak Nem... lotek dooong! Pesanan langsung diantarkan di depan pintu. Kata anak-anak yang rada sirik, kami seperti tinggal di hotel hehe.
Kemudahan-kemudahan ini lah yang bikin kami makin terdidik untuk MALAS. Parah ya. Kata sakti itu menyihir banyak anak. Terkecuali beberapa anak ya yang rajin dari sononya macam si Baby Huey, Tere anak Pekalongan, atau Putri Sunsilk "rambut panjangnya bikin dengki, Mbak Leslie dari Semarang yang hobinya beberes. "Berjiwa pembantu," ledek Sarah usil hehe.
Untuk urusan telat bangun, rata-rata anak kos mengidap penyakit akut ini. Apalagi kalau hari Minggu. Kehidupan di kos baru mulai pukul sepuluh ke atas. Ada anak-anak angkatan baru yang kasak-kusuk beberes kamar, pasang musik, dan mencuci dengan berisik pasti dihardik dari dalam kamar oleh kami, mbak kos pemalas yang sok senior. Hihi padahal salahnya sendiri, jam sembilan kok masih molor.
Padahal, kata orang-orang tua, rejeki datang seiring matahari terbit. Pamali bangun siang, rejeki bisa dipatok ayam, kan! Tapi, tetap saja badung. Pernah nih, pas puasa hari pertama "kebetulan libur, setelah kasak-kusuk menyiapkan hidangan sahur istimewa dan haha-hihi menunggu azan subuh, anak-anak pun tidur. Dan... bangunnya... jam lima sore, saudara-saudara! Mendekati waktu berbuka puasa! Kacau! Kaget banget dah pas bangun tidur!
"Tidurnya orang berpuasa adalah pahala," itu pembelaan dari para pelaku kejahatan sambil nyengir. Iyaa... tapi kalau tidur seharian juga mah, terlaluu... kalau nyokap kita pada tahu bisa diamuk dengan sapu lidi tuh! Oh, anak gadisku mau jadi apa kalian"
Untuk gelar ratu pemalas, aku dan tetangga kamarku tersayang, Alisha yang jadi juara bertahannya. Ibu pemilik kos yang jarang datang dan super cuek itu sampai ngomel-ngomel pada penjaga kos. Pasalnya, aku dan Alisha berlomba-lomba paling banyak cucian piring kotornya!
Ya, kami berdua punya peralatan dapur yang lengkap *hasil kerja Mamaku yang tiap datang hobinya beberes dan melengkapi isi kamar. Beda dengan anak lain yang punya perabot makan secukupnya; piring satu, gelas satu, jadi habis makan langsung cuci. Nah, kami punya peralatan makan yang cukup untuk kebutuhan keluarga kecil!
Akibatny a, habis makan nggak ada tuh istilah langsung dicuci, tapi ditaruh begitu saja di depan pintu kamar. Lama-lama kan menumpuk dan bulukan tuh hiiy. Pas mau makan dan sadar nggak ada lagi piring bersih, baru deh berjibaku mencuci piring di dapur! Berebutan sama Alisha! Hahaha, parah....
Urusan cuci baju juga paling ngebetein. Malas banget. Ya, kalau baju bagus atau pakaian dalam sayang kan kalau dititip ke Pak Say, bisa rusak masuk mesin cuci. Hihi lagian geli amat membiarkan Pak Say pegang-pegang lingerie kita hiiy! Beberapa anak memasukkan baju bagusnya ke laundry. Itu kalau yang duitnya berlebih ya. Aku dan Alisha merasa sayang saja buang duit. Kami kan sedang program pengiritan jadi kompak cuci baju sama-sama.
Sialnya, Alisha menginap ke neneknya yang tinggal sekota berhari-hari. Dia kan penderita amnesia sesaat. Pelupa berat. Pas pulang, dia jerit-jerit karena lupa dah merendam seember pakaian dalamnya tiga hari lalu! Hiiy... dalemannya jadi kuning semua dah! Rusak!
Dasar dodol, kata dia sayang banget membuang setumpuk daleman tak berdosa itu, so... dia cuek saja pakai tuh celdal warna terbaru, kuning mempesona! "Mode baru," katanya cuek putar-putar ala model di dalam kamar sambil pamer daleman nggak banget itu! Kami terkikik, keluaran butik mana tuh, bu"
Oh iya, sekarang aku sedang dekat dengan cowok kakak tingkat. Dia cerita kalau jaket kesayangannya kotor sekali dan nggak sempat nyuci. Berlagak jadi calon ibu erte yang baik, aku dengan manis menawarkan mencucikan tuh jaket. Biar makin terpesona gitu deh! "Duh, nih anak tidak cuma cantik tapi juga rajin, lamar ah!" Begitu khayalanku. Hehe dodol.
Jadilah, aku dengan geli merendam jaket yang kotornya ampun-ampunan itu di ember. Nggak lupa pakai sabun yang kata iklannya sih, ampuh membersihkan sebuah truk sampah sekalipun, hm... bombastis. Tak lupa aku juga menyiapkan cairan wewangian. Wah, dia pasti makin cinta suitt... suitt. Ember kututup dan kutaruh di pojok kamar mandi. Beres.
Seminggu kemudian, si Mas menagih jaketnya. Dia mau ke Solo untuk mengambil data skripsi katanya. Aku bingung. Jaket" Jaket yang mana" Lalu, pucat pasi. Oh, my God, jaket yang ITU! Aku teringat ember bertutup di pojok kamar mandiku. Aku lupaaa! Sambil tersenyum penuh kepalsuan, aku mempersilakan dia duduk. "Oh sudah dong, aku ambil dulu ya, Mas!" kataku ngacir ke kamar mandi.
Nah, ITU dia! Ada ember biru teronggok pasrah di pojokan. Aku maju mundur mengintip tuh rendaman baju. Takut akan pemandangan di dalam, hehehe. Pas dibuka, Hueeek... aku muntah saking baunya! Sambil menutup hidung dan kuangkat jaket itu dengan ujung jari, jaketnya bernoda kuning dan kehitaman di mana-mana! Bulukan! Rusak berat! Ampuuun deh! Aku teringat si ganteng empunya jaket sedang menunggu tanpa firasat buruk apa pun di ruang tamu. Mampus!
Konser tunggal mamaku Semenjak masuk kuliah, aku tergila-gila nonton konser musik yang bertebaran di Djokdja. Maklum, baru lepas dari kerangkeng hehe. Pas tinggal dengan ortu, boro-boro ke konser. Pulang telat dikit saja, Mama sudah parno anaknya kelayapan sama cowok manaa gitu. Habis dah diinterogasi. Urusan parno dan panik, Mama juaranya. Cocok banget dah jadi detektif swasta!
Pas kuliah, hobi nonton konserku terpuaskan. Beli tiket tinggal pintar-pintar nabung saja, terus rajin puasa Senin-Kamis gitu hehe, jam malam tak terbatas, tak ada yang ngomel-ngomel kayak di rumah. Asyik nggak tuh! So, Mulai dari kafe ternama *yang tiketnya bikin kantung kesepian, auditorium kampus hingga lapangan sepakbola kulakoni demi menonton grup band kesayangan tampil secara live. Rasanya seru aja gitu berbaur dengan orang-orang dan bernyanyi dengan vokalis idaman sepanjang jaman misalnya Fadli Padi, I love him soo much!
Konser Gigi termasuk pertunjukan super seru yang ku-tonton. Saking padatnya penonton, aku nyaris pingsan kehabisan udara dan terpaksa dibopong sama kakak sepupu yang rela datang dari STPDN Sumedang untuk mengawalku nonton "sebenarnya sih dia pengen dikenalin sama Sarah makanya sok baik gitu hehe. Kakakku sampai misuh-misuh, katanya bodiku kerempeng tapi beratnya ampun-ampunan. Past
i keberatan dosa! Dih, kejam amat doanya!
Kali lain, aku bersama Alya dan teman-teman jurusannya nonton konser Andra and the Backbone di Audit kampus. Karena bokek, kami menunggu setengah pertunjukan, biasanya pintu dibuka untuk menghindari kerusuhan. Betul saja, akhirnya kami bisa masuk dan dapat tempat strategis untuk ngecengin Andra! Duh, rasanya terharu bisa menikmati kegantengan Andra sambil nyanyi bareng. Gratis pula! "dasar nggak modal. Pulangnya ternyata kemalaman, pintu pagar sudah dikunci Pak Say sejak pukul sepuluh tadi. Akhirnya, Alya dibopong sama Hans, teman Alya badannya segede Buto Ijo untuk naik dan meloncati pagar kosan! Berhasil.
Giliranku sekarang. Bismillah, lalu naik ke bahu lebar si raksasa Hans yang langsung berdiri tegak. Duile, dah kayak Hercules! Dia membopongku seolah aku seringan kapas gitu. Aku bergidik menatap ke bawah. Hua... tinggi banget! Aku merinding melihat bagian pagar yang tajam! Lutut jadi bergoyang sendiri.
"Kamu pijak tembok, Wi! Jangan yang tajam!" seru Hendra menyemangati. Cowok-cowok lain pada riuh gitu.
Aku terpaku di gendongan Hans. "Ayo dong, Wi! Nggak apa-apa kok!" teriak Alya. "Mau di situ sampai subuh ya"" olok Andik. "Betah banget nangkring di pundah Hans, oh mesraa!" ledek tuh cowok bawel.
Nggak sabaran, Faruk memegang dan mendorong pantatku agar naik ke tembok pagar. Awwww... pelecehan seksual., eh., seks... anjrit! Jeritku latah. Anak-anak ngakak tanpa perasaan. Sialan. Syukurlah, akhirnya aku bisa lolos juga! Yes... yes! "Makasih ya makhluk-makhluk jeleek!" teriakku barbar di pintu pagar. Anak-anak menjulurkan lidah bete.
Alya langsung menelepon Erin untuk minta tolong membukakan pintu kos. Alhamdulillah, nggak lama pintu kebuka. Anak-anak cowok pun segera say good bye dan cabut dari situ. Aku dan Alya tertawa-tawa masuk kamar masing-masing. Malam yang indah sekali kecuali insiden lompat pagar dan pegang pantat tadi. Ugh, amal banget sama si Faruk.
Lho, kamarku kok terbuka" Apa Tere atau Alisha minta kunci serep ya ke Pak Say" Mereka suka iseng bongkar-bongkar cari cemilan. Kudorong pintu kamar dan nyaris terpekik. Benar-benar seperti dejavu. Mamaku, ya Mama-ku di Bogor tiba-tiba ada di sini, di Djokdja. Beliau sedang duduk menyilangkan tangan di sisi tempat tidur dengan muka sangar. "Dari mana saja anak perempuan malam-malam begini"" kata Mama dingin. Aku meringis. Kudengar Alisha dan Tere cekikikan kayak mbak kunti di belakangku. "Syukurin... mampus loe!" bisik Tere puas. Argggghh... siaaal! Awas ya kalian!
"Lho, Mama kok di sini" Kapan datang"" kataku memutar otak mencari alasan rada bagusan. Mampus! "Kamu itu Mama kirim ke sini untuk... bla.. bla.. bukan untuk... bla.. bla.. sampai larut malam., bla.. dianter cowok., bla.. bla.." Mama mulai mengoceh. Aku terduduk lunglai di atas karpet. Gila, konser tunggal Mamaku nggak ada yang ngalahin!
Mendadak detektif Seluruh kos dilanda keresahan. Ada pencuri berkeliaran di kos kami yang tentram dan tenang "kalau lagi pada tidur hehe. Sebenarnya, kisah pencurian bukan hal baru di kos merah muda ini. Kawasan ini agak rawan karena kurangnya penerangan jalan. Kalau dihitung-hitung, sudah tiga kali terjadi pencurian sepeda motor yang korbannya teman-teman anak kos yang sedang bertamu.
Pertama, korbannya adalah cowok Bali yang sedang pede-kate sama Sarah. Cowok gondrong berwajah licin itu sedang senang-senangnya datang ke kos. Nggak pagi buta, siang, dan malam, eh... nongol terus, setia tiap saat kayak obat ketek.
"Pakai pelet apa loe, Sar"" tanyaku terheran-heran. Tuh anak memang cakep banget tapi juga judes ampun-ampunan kayak orang PMS melulu. Ihhh, kok bisa tahan ya si Dewa diamukin cewek bawel bin jutek" Hiiy...
"Ohh... dia terpesona kecantikan luar dalamku," balasnya ge-er.
"Ehh... dalam yang mana tuh maksud loe"" godaku puas.
"Eh sialan, awas yak!" ia melempar guling segede gaban-nya.
Malam-malam, si Dewa memarkir motor di luar pagar. Saat itu, banyak anak kos dan teman-temannya ngobrol di luar. Dewa dan Sarah bercengkrama di ruang tamu. Pas jam malam, Dewa pamit pulang, ia keluar pagar dan mendapati motor besarnya ra
ib! Anak itu sampai jatuh terduduk saking kagetnya. Sarah berteriak panik memanggil kami dan Pak Say. Anak-anak mengerubungi Dewa yang pucat pasi. Juga Sarah yang lunglai. Salah seorang berinisiatif memberi keduanya minum buat cooling down. Duh, kasihan sekali tuh cowok. Pedekate cewek saja modalnya amblas puluhan juta rupiah!
Kami tambah prihatin ketika Dewa dengan terbata-bata bilang kalau motor itu sebenarnya punya Andi, teman sekosnya! ia nggak punya motor tapi pengen tampil bergaya di depan gadis yang disukainya. Duh, tragis! Kami melirik 'si cewek matre' pujaan hati Dewa. Ini dia nih biang keroknya!
Nah, kasus pencurian terbaru ini lebih menggegerkan karena menyangkut hajat hidup seluruh anak kos. Ya, pencuri trendi itu hanya mengincar pakaian milik penghuni kos! Rasti kehilangan kemeja kesayangannya, Tere menangisi blus barunya. Aku kehilangan sweater, ada yang celana hipster, celana baggy, rok, bahkan lingerie koleksi Mbak Leslie! Hampir semua kompak kehilangan pakaian!
Awalnya sih, yang hilang hanya pakaian-pakaian cucian Pak Say. Kami tenang-tenang saja. Namanya baju sih sudah biasa tertukar saking banyaknya tuh tumpukan. Kemeja atau kaus yang lenyap biasanya akan balik sendiri. Nah, kali ini tak satu pun yang mengembalikan baju-baju itu alias lenyap tanpa jejak!
Parahnya seminggu kemudian, pakaian di jemuran kecil juga ikut raib. Ya itu tadi, lingerie mahal koleksi Mbak Leslie itu. Semuanya resah dan berniat mencari pelakunya. Kami rapat dadakan di ruang tengah. Anak-anak sepakat untuk mengawasi orang luar yang sering wara-wiri di kos dengan bebas. Dan itu tidak banyak. Misalnya nih, anak bungsu Pak Say yang agak badung.
Mendadak penghuni kos jadi detektif. Memata-matai gerak-gerik para tersangka. Bahkan, Firdi mengumpankan baju kesayangannya, sebuah blus bermerek beken, oleh-oleh pamannya dari luar negeri. Katanya sih, harganya sama dengan enam bulan ngekos di sini. Tweeew. Gagal. Malah kaus butut kebanggaan Karen yang lenyap. Anak itu sampai menangis tersedu-sedu, katanya kaus itu jelek-jelek punya nilai historis tinggi melebihi arca kuno di Museum Pradnya Paramita, Solo. Waduh! Nggak lama kemudian, sepasang kaus kaki bolong milik Angel dilaporkan hilang.
"Ah, itu sih bukan diembat pencuri trendi buruan kita, Ren! Coba tengok ke warung sebelah, jangan-jangan dijadiin lap meja sama Mbak Nem!" ledek Sarah gemas, kaus jelek saja ditangisi, wong kaus bikin ngences punya Firdi aja nggak dilirik! Maling aneh! Tangisan Karen si gadis Solo makin kencang saja mendengar omongan nyelekit Sarah. Anak-anak memelototi Sarah galak. Nggak sensi banget sih!
Karena tuduhan pada anak bungsu Pak Say nggak terbukti, anak-anak menyerah. Masa sih mencurigai Mbok lulur yang hanya datang seminggu sekali" Teman anak-anak kos" Nggak mungkin. Mbak Nem" Duh, perempuan setengah baya itu terkenal jujur, ada juga dia yang pusing menagih kas bon anak-anak kos.
Tahu-tahu, Mbak Leslie memberi usul fantastis dan kontroversial *halah. "Bagaimana kalau kita semua berkeliling menggeledah lemari anak kos" Ya... bukannya menuduh, tapi siapa tahu" Cuma anak kos saja yang punya kesempatan besar untuk nyuri!" katanya bergaya sok Conan Edogawa memaparkan analisis.
Iya juga sih. Semuanya manggut-manggut dan berembuk kapan penggeledahan dilaksanakan. "Lah, kalau ditentuin ntar malingnya keburu nyelamatin diri dong!" celetuk Sofia. Tumben cerdas, hihi. "Yo wes, spontan aja! Jadi ga pada bisa ngacir!" balas Kayla.
Minggu pagi, Leslie dan beberapa anak bikin kehebohan, memukul-mukukl sendok ke piring dan panci yang mereka bawa. Dung... dung... thing... dung... berisiiik! gila, ngajak perang banget ya pagi-pagi dah heboh! Aku membuka pintu.
"Sidaak... buka pintu!" jerit Angel di telingaku, hiiy... sumpah, cempreng abis!
"Ayo... buka lemarinya doong... buruan!" Lintang nge-loyor masuk kamar.
Leslie nyengir bangga ngeliat kelincahan kedua asistennya.
Gila, pinter banget Mbak Leslie. Milih centeng-centeng bersuara cempreng gini! Hihi... langsung pada bangun kan tuh kebo-kebo betina! Anak-anak menggerutu tapi batal berdemo. Akhirnya pada rela juga diajak berkeli
ling ke kamar penghuni kos-an satu-persatu. Formasi masih lengkap wong baru bangun tidur semua. Yes, sesuai rencana!
Hehehe dasar dodol. Tuh cewek pada sidak isi lemari sekalian memamerkan fashion terbaru masing-masing hihi. Siapa yang paling modis. Elsa malah sempat-sempatnya memamerkan sepatu anyarnya yang kayak ulekan cabe gitu hihi. Woooi... kita nih sidak bukan pameran fashion*. Fokus dong... fokus!
Pas giliran menginspeksi Fitrah, gadis itu bersikeras kalau kunci lemarinya terbawa kakaknya, ia juga terburu-buru gitu. "Aku ada latihan basket," katanya tegas seakan mengusir. Kami saling pandang. Anak itu gelisah banget sih. Hmm, ada apa ya" Fitrah buru-buru meraih ranselnya dan turun tangga. Bak-buk-bak-buk. Anti bergegas mengejar dan menghadang gadis itu. Fitrah nggak berkutik, terang saja tubuh besar Anti menutupi seluruh mulut tangga! Mereka berdiri berhadapan sambil berkacak pinggang. Saling melotot hingga biji mata seakan ingin meloncat keluar.
Anak-anak menahan napas melihat adu kekuatan itu. Seperti melihat pertarungan David melawan Goliath. Tak disangka ya, si kalem Fitrah bisa galak juga! Buru-buru Lintang mengambil kotak P3K-nya di kamar. Hehe siapa tahu saja ada yang butuh!
"Wis to... jangan berantem! Mending kita semua duduk-duduk dan mendinginkan kepala minum es cendol Mbak Nem!"
Ine mendekati kedua banteng berasap itu dan menggandeng mereka ke ruang tengah. Kami kompak menarik napas lega, tapi nampaknya ada juga yang kecewa berat. Gagal menyaksikan pertarungan terbesar abad ini. Apakah pakai jambak-jambakan ala cewek sinetron atau pitingan maut meniru The Rock" Hihi dasar fans berat wrestling]
Seseorang berteriak memanggil Mbak Nem yang dibantu asistennya, sigap membawakan puluhan gelas es cendol yang dingin dan menyegarkan. Ahhh... kepala yang panas jadi sejuk kembali. Ketegangan tadi hilang sudah. Hanya Fitrah masih nampak gusar. Wajahnya masam bak mangga mengkal. Mbak Nem juga cemas. Takut anak-anak ngutang lagi hihi. "Rugi bandar," pikir Mbak Nem sambil komat-kamit berdoa.
Setelah hati dingin oleh es cendol, anak-anak membujuk Fitrah untuk bekerja sama. Toh, nggak hanya dia yang digeledah, semua penghuni kos kebagian. Akhirnya tuh anak menyerah. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu lemarinya.
Masya Allah, semua pakaian yang kami cari ada di situ! Celana jins, kemeja, celana dalam, hingga kaus bulukan Karen teronggok di lemari besar itu! Fitrah langsung menjatuhkan diri ke lantai dan menangis tersedu-sedu. Seolah pasrah menerima amukan anak-anak. Siap diarak keliling kampung ala maling ayam. Kami yang tadinya emosi berat jadi iba melihatnya. Juga tak habis pikir.
Kenapa ia bisa melakukan semua ini" ia bukan dari keluarga nggak mampu. Perhiasan emas putih modis menghiasi bagian-bagian tubuhnya. Bahkan kata Mbak Nunuk, ayahnya pengusaha cukup ternama di daerah. Sorenya, Kami mengadakan rapat besar sekali lagi. Kali ini dengan memanggil kakak perempuan Fitrah.
Di depan kami semua, Mbak Rana meminta maaf atas kelakuan adiknya. Dengan terbata-bata ia juga mengakui kalau adiknya itu kleptomania yang sedang diterapi oleh psikiater. Duuh, Fitrah!
Sobat bangeet! Teman-teman kos-an sudah jadi sobatku selama bertahun-tahun. Merekalah teman pertama yang kukenal di Djokdja. Bahkan nggak sengaja telah diangkat jadi sister gitu deh. Dengan adanya makhluk-makhluk ini, aku nggak lagi merasa sendirian biarpun ortu dan saudara nun jauh di seberang pulau. Kalau punya masalah, cewek-cewek sableng ini bisa juga diandalkan.
Problem anak-anak sih biasanya berkisar pada berantem sama pacar, putus cinta, nilai amburadul, duit kiriman habis, bertengkar dengan teman atau orang tua. Sesak juga sih kalau menyimpan masalah sendirian. Biar lega nih hati, biasanya anak-anak kosan jadi sasaran curhat. Jadi tong sampah. Tapiii... jangan salah! Lihat-lihat dulu ya siapa yang bakal diajak berbagi tangis dan keluh-kesah. Bisa-bisa bukannya lega malah tambah mangkel! Hihi...
Hmmm... Ada Rasti si tukang panik dan menganggap semua hal adalah masalah gede. Dia tuh drama queen nya Puri Cantika II hehe. Kalau dia tiba-tiba masuk kamar dan
bilang, "Wah... problem iki!" dengan mimik panik. Bisa dipastikan anak-anak bakal ngacir satu persatu dari situ. Hihi, habisnya sudah capek-capek dengerin curhatnya dengan serius eh ternyata masalahnya cuma baju baru yang mau dipamerkan ke kita ketinggalan di rumah teman! Fyuuuh, capek dyeeh!
Tapi soal menghibur, dia paling oke. Waktu aku patah hati karena putus cinta *lagi-lagi hahaha, untung ada Rasti dan anak-anak. Pertama, cowokku menghilang tanpa jejak. Maksudnya, ia nggak ke kos selama berminggu-minggu, bukan diculik alien kok . Pertama sih, aku cuek tapi kok lama-lama bete dimix dengan kangen hiks. "Kau yang mulai, kau yang mengakhiri..." ratapku penuh derita ala Evie Tamala tiap hari di depan kamar *eh lagu siapa yak" Ih, meni gelo! Anak-anak bergidik mengguncang-guncang tubuhku. Eling.. Dew., eling... hahaha.
Karena iba, Rasti mengajakku ke rumah Efran di Kotagede. Sumpah, aku malas banget ketemu cowok tengil itu. Kesannya butuh banget *emang sih xixixi. Tapi, Rasti jago membujuk. "Biar jelas masalahnya dan kita bisa mampir cuci mata lihat gelang perak," ajaknya. Hmm, ngelabrak sambil cuci mata. Boleh jugaa! Aku jadi semangat dan menyiapkan energi buat nyakar-nyakar si Efran.
Pas akhirnya kami putus, Rasti, Tere, Julia, Alisha, dan anak kos lain ngehibur habis-habisan. Ada yang ngelawak, jadi badut sulap, hehehe nggak ding. Mereka tuh nggak berani ngebiarin aku melamun diiringi musik sentimental di kamar. "Takut kamu nenggak Molto," canda Ine garing.
Idih, segitunya suicide gara-gara cowok, amit-amiit! "ngelus-ngelus perut buncit hihi.
Selama proses penyembuhan love hurt, aku diajak my sista jalan-jalan ke Malioboro, berenang, makan-makan, dan kegiatan lain yang seru hingga aku bisa ngelupain kisah cinta yang mengenaskan "biarpun pulang ke kos, masuk kamar langsung inget dia lagi, meweek! Nggak hanya itu, Rasti sok jadi mak comblang gitu, bo! Dia ngenalin aku sama temannya dan sukses bikin aku misuh-misuh. Gimana nggak, tuh cowok dah bangkotan dan sedang desperate cari istri! Baru beberapa kali ketemu, langsung ngelamar bo! Mampus! Hahaha.
Ada Sarah yang cantik tapi gokil. Di kampus, dia primadona. Setiap dia lewat di koridor, semua cowok pasti menggodanya termasuk asisten dosen berkumis tebal! Sarah ini punya keahlian khusus, yaitu paling jeli melihat anak kos yang sedang sedih. Mata bengkak, hidung merah, dan suara serak nggak bisa disembunyikan dari radar tuh anak!
Eits, jangan salah. Bukan buat dihibur atau apa. Teman kos yang menangis apalagi gara-gara berantem sama pacar bakal diledek habis-habisan! So, kalau punya masalah mending ngumpet deh! Bukannya terhibur, kita bakal mewek makin kenceng diledekin tuh makhluk.
Belakangan, dia ngaku iri sama teman-teman yang punya banyak persediaan air mata. Bisa dikeluarkan kapan saja dibutuhkan. Pas nonton film Korea, pas bertengkar sama pacar, pas dikasih kado kejutan sama teman-teman, bahkan hanya liat orang nangis kita bisa ikutan mewek juga.
Sarah nggak bisa nangis! ia bahkan nggak mengeluarkan air mata ketika nenek tersayangnya meninggal, ia nggak bisa nangis ketika bertengkar hebat dengan Mamanya. "Aku pengen menangis, tapi nggak bisa! Ajarin dong, Dew!" keluh si cantik. "Kamu kan tukang mewek!"
Huu, pantesan dia kesal melihat cewek yang sedikit-sedikit mewek. Hihi... iri tuh! Biar lega, ia bakal mengurung diri dan barang-barang di kamar jadi sasaran. Dibanting-banting hingga mangkelnya ilang! Sejak pengakuan itu, dia punya julukan baru, si hati batu hehe.
Alisha beda lagi. Anak Kalimantan itu tipe cewek cuek. Cool deh. Sama sekali bukan banci tampil. Paling jarang bergosip dan heboh. Kalau ada keributan di kos, ia paling nimbrung sebagai pengamat hehe. ia nggak pernah ikut kubu teman-teman yang sedang berantem. Nggak heran kalau ia dianggap pihak paling netral di kos. Tapi, tuh anak dendam banget karena pernah disindir 'cewek pasif sama calon ibu mertuanya hihi.
Pernah nih, Sofia si drama queen datang ke kamar Alisha sambil menangis dan curhat habis-habisan, ia punya masalah dengan ibu kos yang rese. Bukannya memeluk atau ngasih kata-kata hiburan, eh Alisha
hanya duduk kaku menatap si korban yang banjir air mata di tepi tempat tidur. Aku mendelik. Alisha menatapku bingung. "Kasih tisu, peluk erat-erat!" bisikku ala guru pelatihan ketrampilan komunikasi hehe. Barulah tuh anak ngeh dan mengangsurkan sekotak tisu pada Sof. Ampun deh, gitu aja pakai dipandu! Dasar Lishaa! Jadi, mau pilih curhat dengan siapa"
Perang sodara! Karena banyak kepala, pertengkaran antarpenghuni juga jadi lebih gampang tersulut. Yang paling sering sih battle. antarpenghuni puri satu en dua. Seperti sudah diatur, gedung puri sebelah dihuni oleh mbak-mbak angkatan atas, sedangkan puri tempatku ngekos, anak-anak bawang.
Bahan pertengkaran biasanya sepele. Salah satunya adalah kejahatan pencurian air minum di kulkas. Air matang sudah disiapkan Pak Say di dandang raksasa. Yang suka dingin tinggal memasukkan air ke botol dan menyimpannya di kulkas. Tapi, ada saja yang lebih suka mencuri air daripada capek-capek mengisi kulkas. Praktis emang sih. Tapi bete banget, capek-capek pulang kuliah pengen nenggak air es, eh botol kosong bahkan botolnya ikutan gentayangan! Omelan dan makian pun dialamatkan entah kepada siapa.
Beberapa anak pun bekerja sama ingin menjebak si pelaku dengan menaruh garam banyak-banyak ke dalam botol. Hihi oralit dadakan! Beberapa hari berlalu, tak ada yang menyentuh air keramat itu. Jangan-jangan, pelakunya ada di antara yang merencanakan ya" Hehe... sudah tercium dong jebakan asin ini! Karena bosan, terlupakanlah botol air asin itu.
Esoknya, kos-kosan heboh karena ibu kos sakit! Menurut Pak Say, siang-siang ibu kos inspeksi dadakan, ia mengomel lihat sampah yang berserakan di dapur. Karena capek mengomel lehernya kering, ia mengambil botol di kulkas dan menenggaknya hingga setengah dan... mulas! Kok bisa ya air asin diminum sampai setengah botol, Bu! Huhuhu... habis deh kami disidang Pak Say!
Pernah juga, keributan besar-besaran terjai gara-gara arisan. Ceritanya sih, kita tiba-tiba sadar ingin menabung dan dapat ide untuk bikin arisan ala emak-emak. Untuk itu, ditunjuklah satu anak untuk jadi bendahara. Dipilih yang telaten dan galak untuk menagih iuran dari anak-anak badung.
Nah, namanya panas-panas tahi ayam. Sama juga dengan arisan kami. Awalnya sih semangat bayar eh lama-lama kudu dikejar-kejar kayak debt colector dulu. Ada yang alasan lupa, sedang bokek, dll. Pusinglah si bendahara, ia pun bertangan besi menagih uang ala centengnya rentenir gitu.
Kayak hari ini, Alya baru pulang kuliah dan lagi leyeh-leyeh di kamar. Tiba-tiba, ibu bendahara masuk kamarnya dan tanpa ba-bi-bu langsung menagih uang arisan dengan nada tinggi. Kayaknya si bendahara habis kesabaran karena berkali-kali ditagih, Alya ngeles melulu. Hasilnya ketebak. Alya nggak terima ditagih ala centeng begitu. Firdi sih ngerasa nggak bersalah karena nagih adalah kewajiban dia. Pertempuran panas pun meletus di siang bolong. Mereka saling tuding dan teriak-teriak. Anak-anak heboh merubungi TKP. Ada yang membela Firdi, banyak juga yang pro Alya. Suasana pun makin panas. Alya dan Firdi sampai bergulat di lantai garasi sambil jambak-jambakan! Olala...
"Adaww, rambutku! Eh beraninya tarik rambut!"
"Rasakan jurus cakar centilku, perempuan aneh! Aduuh pipiku!",
Firdi melompat dan hinggap di tiang langit-langit garasi.
Alya mengeluarkan jurus kuda gigit keju andalan padepokannya di Lawu.
Hehehe dudul. Nggak seseru sinetron laga sih . Tapi gila, seram juga lihat adegan cakar-cakaran secara live bukan cuma di sinetron-sinetron remaja. Untung, segera dipisahkan oleh anak kos yang masih waras hehe. Masalah selesai" Nggak! Kosan jadi terbagi dua kubu. Pihak Firdi dan pihak Alya. Kelakuan jadi pada childish gitu deh. Jika papasan di selasar, kedua kubu saling melengos. Satu anak beda kubu masuk ruang TV, yang lain langsung meninggalkan ruangan. Ada yang ultah dan bikin tumpeng nasi kuning semua penghuni kos hadir *nggak mau rugi dong ah hihi.
Pertengkaran childish baru berhenti saat Ine rela menyabung nyawa jadi penengah. Nekad juga kan di tengah-tengah dua banteng ngamuk gitu hehe. Kami berkumpul di ruang tamu untuk mengadakan rapat
darurat. Semua hadir di sana lengkap dengan daster dan cemilan masing-masing 'namanya cewek ya teteupp. Setelah kedua kubu mengeluarkan uneg-unegnya, pertengkaran pun berhasil didamaikan.
Hasilnya, arisan penyulut perang sodara itu pun dibubarin. Semua lega mengakhiri aksi tutup mulut, buang muka dan banting pintu yang bikin capek. Anak-anak cipika-cipika sambil berpelukan erat. Berbagi cemilan dan ngerumpi seperti sedia kala. Ohh... so sweet! Hanya Erin dan Sasha yang mukanya kusut. Ih, nggak rela pada baikan" Bukaan! Mereka bete karena sama sekali belum kebagian arisan eh bubar! Hiks, tragisnyaa!
Bahan keributan lain adalah telpon. Bayangkan, satu telpon yang terletak di pintu penghubung puri satu dan dua dipakai beramai-ramai oleh lebih dari enam puluh cewek! Nggak heran, telpon malang itu terus-terusan menjerit dari waktu ke waktu. Bahkan subuh! Nggak ada namanya berlama-lama pacaran lewat telpon kalau nggak pengen dihadiahi sindiran dan senyuman sinis dari mbak-mbak kos yang rata-rata sudah punya pasangan tetap. Hiiy... seram deh dikeroyok mak lampir!
Nah, kami menyebut mbak-mbak sebelah sebagai geng mak lampir soalnya mereka jutek dan bermuka dingin.
Kayaknya tampangnya pada susahh melulu. Apa itu tanda-tanda menopause gitu ya" hihi. Habisnya, disapa kalau ketemu di lorong atau teras kos boro-boro dibalas, melihat nih muka pun tidak! Ngeselin. Sok tua. Apa mereka anggap kami ini bayi ya" Tidak semua mbak sebelah begitu sih tapi hampir semua hehe. Jadi pukul rata dah.
Kalau dipikir-pikir sekarang sih, mereka galak begitu karena kesal pada kami. Anak-anak kan berisiknya gila-gilaan. Ngobrol berdua saja kayak pasar, belum lagi ketawa dan suka menjerit-jerit nggak kenal waktu. Bayi aja kalah. Malam buta juga suka ketawa ala mak erot. Maklum, angkatan baru, baru lepas dari kerangkeng emaknya di kampung hihi. Kalau lagi tidur siang terus dengar jeritan tarzanwati gitu siapa juga nggak pengen nyakar"
Nah, ada insiden nggak terlupakan dengan mbak-mbak sebelah. Suatu hari, kami sedang hang out di kamar Anti yang legendaris. Habis rujakan mangga gitu deh siang-siang "nyam... nyam. Si Tere melongok jendela dan tiba-tiba terkikik. "Ssst... sini deh!"


Anak Kos Dodol Karya Dewi Dedew Rieka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua naik tempat tidur dan ikut mengintip. Tampaklah Mbak Airin sedang bermesraan dengan cowoknya di teras sebelah yang sepi. Tuh cowok merayu-rayu minta cium tapi Mbak Airin menolak. Muka tuh cowok sampai ditahan pakai telapak tangannya, sampai gelagapan dan nyungsep nabrak ujung meja! Wadaww, jontor tuh! Kami menahan tawa. Duh, siang-siang kok adegan srimulat to mbak e!
Si mbak jatuh iba dan... cup... terjadilah adegan dua puluh satu tahun ke atas yang dengan bahagia disaksikan oleh kami. Wow, persis di film Hollywood, bro! Kami menahan napas. Saking tegangnya, entah siapa, tiba-tiba... duuuuuuut! Bom angin gede benerrr! Semuanya berpandangan lalu meledaklah tawa.
Mbak Airin dan pacarnya melihat ke atas dan langsung menyadari apa yang terjadi. Mukanya yang putih langsung memerah tomat. Murka. Oo... o gawat nih. Karena panik ingin save the soul, sepuluh cewek nggak langsing be-lingsatan bareng. Ranjang tua Anti nggak kuat menahan beban hidup, dan... brakkkk! Ambrukk! Kami bergelimpangan di lantai saling terjepit dan berusaha melepaskan diri. Antara menahan sakit, geli, dan takut amukan Mbak Airin. Duh, lenganku perih terkena cakaran entah siapa.
Brakk! Mbak Airin membuka pintu kamar Anti kasar. Ber-kacak pinggang menatap kami. Kayaknya sih pengen ngikik juga melihat kami bergelimpangan begitu, tapi berusaha ditahan. Para tersangka nggak bisa berkutik. Tertangkap basah. Anak-anak terpaku ketakutan melihat Mbak Airin bertubuh mungil tiba-tiba tumbuh dua taring di gigi, dua tanduk di kepala... tolooooong! Ampuuun!
e-mail Kejam bin tega Halo sayang, katanya kamu jago mijat ya""
Tanpa basa-basi, penelepon cowok di ujung sana "menembakku". Tanpa perlu bertanya, aku tahu siapa dia. Cowok di ujung sana pasti sudah membaca e-mail kejam itu. Gara-garanya, aku mengisi data pribadi seperti nama, alamat, dan no telepon di database sebuah milis majalah cewek. Nggak pake ragu, karena membe
r lain juga ikutan mengisi.
Suatu pagi, beberapa minggu kemudian, aku menerima sebuah e-mail yang judulnya bombastis. PENGUMUMAN PENTING HARAP DISEBARLUASKAN. Isinya... busett dah... memuakkan! Bibirku sampe biru-biru seharian memaki si pelaku. Penawaran untuk menyewa cewek panggilan. E-mail itu dilengkapi dengan daftar panjang nama PSK yang bisa dibooking beserta data pribadinya. Gilanya, data yang dipakai ternyata data yang aku isikan di database milis dulu! Gila! Tiba-tiba aku punya profesi baru!
Selidik punya selidik, database milis itu berhasil disadap orang jahat. Lalu dia mencatut nama direktur sebuah LSM sebagai pengirim e-mail keji dan menyebarluaskannya via internet. Coba bayangin, gimana cepatnya sebuah e-mail tersebar di jagat internet melalui forward e-mail, milis, dan forum. Lebih cepat dari peluru kali ya.
Tak heran, aku mendadak beken. Telpon dan e-mail berdatangan. Mulai dari yang sopan menanyakan kebenaran e-mail hingga langsung ingin "membooking" diriku yang cantik ini. Gubrak! Bikin emosiku naik ke ubun-ubun! Rasanya ingin kucakar-cakar muka tuh orang dan menyumpahinya biar bolak-balik toilet karena mencret sebulan! *hiiy... kejam amat!
Bagaimana nggak bete. Pagi-pagi... eh sudah ada penel-pon tak dikenal. Aku langsung pasang tampang waspada. "Assalamualaikum, selamat pagi" sapaku. Lelaki di seberang sana gelagapan. Cewek P kok mengucapkan salam" Begitu mungkin pikirnya.
Penelpon itu ternyata dari Medan! Niat banget, kan! Jauh-jauh nelpon buat iseng! ia bertanya tentang e-mail itu. Rasanya ingin kumaki-maki tuh bapak-bapak tapi syukurlah angelku lebih dominan pagi ini hehe. Emosi jiwa berhasil kutahan. Bahkan, dengan sopan dan berwibawa kujelaskan asal mula e-mail itu bak PR sebuah perusahaan.
"Maaf sudah mengecewakan Bapak, database itu dicuri dari milis majalah perempuan dan disebarkan oleh orang jahat, kami perempuan baik-baik dan itu fitnah keji tolong Bapak jangan hubungi no saya dan nomer lainnya," kataku sok sopan padahal sih... kepala mendidihhh! Argggh! Sini kau!
Untunglah, Bapak itu mengerti dan langsung minta maaf. Kalau tidak, aku bisa mengirimkan puluhan bom kentut ke rumahnya hehe. Tidak hanya aku, teman-teman milis bernasib sama. Semua kelabakan diserbu cowok-cowok mesum bin iseng.
Yah, dua bulan telah berlalu. Gangguan tetap ada walau tidak separah dulu. Aku masih tetap agak parno melihat nomer telpon tak dikenal. Aku juga masih harus bersabar dan menjelaskan pada setiap 'klien' yang menelpon wakakakakk... ada-ada aja dyehh!
Tapi, aku dan teman-teman sesama korban *hihi serem bener bahasanya! tak berniat mengganti nomer ponsel. Terutama karena nomer teleponku itu "bersejarah" dan sudah kupakai sejak awal masuk kuliah lho. Yah, intinya kita kudu lebih berhati-hati, tidak sembarangan menuliskan data pribadi di internet dan di mana saja. Banyak orang jahat menunggu kesempatan. Setuju, gals"
Nenek-Nenek muda Nggak tahu kenapa, akhir-akhir ini aku jadi pelupa. Untungnya bukan lupa makan atau lupa bayar utang, wah bisa berabe! Tapi akibatnya bisa lebih fatal kalau ini terus menjangkitiku. Beberapa kali aku ditegur oleh dosen di kelas karena melamun. Mungkin aku kecapekan, akhir-akhir ini banyak tugas kuliah dan kerja paruh waktu yang baru dilakoni. Iya, mo ngaku nih hehe. Aku baru diterima magang jadi staf administrasi di sebuah kantor dekat Monjali.
Sebuah kejadian mengesalkan baru saja kualami gara-gara lupa. Wiken ini, aku punya rencana nginap di rumah saudara Mama di Magelang. Sabtu pagi, nggak ada kuliah. Aku janjian dengan Anggi memborong buku murah di pameran buku. Setelah kalap ngeborong, kami berpisah di halte. Anggi ada janji ketemu teman di mal, dia menitipkan belanjaannya padaku. "Gi, aku pinjam kunci kamar dong, aku mo nunggu tanteku jemput sambit tidur-tiduran!" pintaku. "Lho, kunci kamarmu mana""
Aku nyengir. "Tadi malam kebawa Ikha pas nonton di mal!"
"Terus kamu tidur di mana"" "Nebeng di kamar Alisha!"
Anggi geleng-geleng dan mengulurkan kuncinya, "Jangan lupa taruh di bawah keset ya!" ia mewanti-wantiku.
"Siap, Bos!" Aku pun pulang ke kos dan leyeh-leyeh di kamar Anggi.
Tak lama kemudian, Tante Tia menjemput. Aku buru-buru membereskan ranjang Anggi sekenanya, mengunci pintu, lalu ngacir ke bawah. "Iya, Tantee! Sebentaaar!"
Saat mobil memasuki kota Magelang, tiba-tiba aku ingat! Kunci kamar Anggi masih aku kantongi! Ya ampuun... pengen nangis rasanya! Mau balik ke kos-an rasanya tidak mungkin. Tante Tia dan Om Akib menatapku heran. "Ada apa, Wi"" kata Tante.
Aku hanya meringis dan buru-buru menghubungi ponsel Anggi. Suara berisik di belakangnya. Anak itu masih nongkrong di mal. Dengan takut-takut kuceritakan kecero-bohanku. "Anggi, jangan pulang dulu ya! Aku mau menelepon Pak Say untuk cari kunci serep kamarmu!" kataku. Anggi hanya mengiyakan dengan lemah. Memang sih, dia tidak marah atau mengomel. Anak Bandung itu terkenal paling kalem di kos. Tapi suaranya yang cemas membuatku makin nggak enak hati.
Aku mencoba menelpon Pak Say. Duh, kata anak-anak dia sedang ke rumah saudaranya di Klaten. Mampus! Aku minta tolong ke anak kos nyariin kunci serep di tempat Pak Say menggantung beraneka ragam kunci. Alisha berbaik hati mencoba semua kunci yang tergantung tapi nihil. Nggak ada yang cocok.
Mati aku, malam ini Anggi tidur di mana" Terus, Besok kan dia mesti ke kondangan saudaranya! Lha, gaunnya saja ada di dalam kamar! Duh, aku betul-betul panik. Dasar nini-nini! Umpatku menepuk jidatku kesal. Adaww!
Anggi menelponku. "Bagaimana, Wi" Ada kunci serepnya"" tanyanya panik. Mungkin ia mulai kesemutan menunggu beritaku di mal. "Sabar ya, Gi! Aku lagi usaha nih! Pak Say sedang ke Klaten!"
Aku menelpon Tere. Alhamdulillah, rasanya ingin kucium anak itu! ia berbaik hati pergi ke rumah ibu kos untuk mencarikan kunci serep Anggi! Naik motor malam-malam! "Tenang Wi, aku dengan Alisha kok!" katanya.
"Teree... aku cinta sekali padamu!" teriakku.
"Hueek...." Tak lama kemudian, Tere dan Alisha kembali membawa kunci serep! Malam itu, Anggi tak jadi tidur di ruang tamu. Syukurlah. Hari Senin pagi, aku pulang ke kos langsung sungkem dan minta ampun sama Anggi, Tere, dan Alisha. Tentu saja diiringi koor huu... yang kompak dari anak-anak kos.
"Jitak saja Nggi... suruh traktir satu kos!"
"Dasar nini-ninii!"
Untuk menebus dosa-dosaku, aku menebok celengan ayam untuk mentraktir Anggi, Tere, dan Alisha makan di ayam goreng presto!
Kejadian berikutnya, lebih parah lagi. Aku sibuk berat di kantor. Awal bulan begini, si bos sedang banyak orderan software dari klien di seluruh nusantara. Aku dan Fajar, teman sekantorku berjibaku mendata pesanan dari pagi. Pas jam makan siang, kami makan soto di kantin dekat kantor. Sesudah itu, aku mengambil uang di mesin ATM di sebuah bank tak jauh dari situ lalu langsung kembali ke kantor. Sibuk... sibuk....
Sejam kemudian, pas mau bayar tukang rujak, aku baru sadar kartu ATM-ku nggak ada di dompet! Duh, mana ya" Ampuuun! Tanpa pamit, aku langsung lari-lari kayak orang stres. Fajar terheran-heran. Lututku lemas. "Ya Allah, pasti bobol deh tabunganku!" begitu hatiku berteriak saat aku memacu langkah ke mesin ATM di dalam boks. Dan benar saja, kartunya sudah tidak ada!
Aku tergopoh-gopoh lari ke dalam bank, berteriak ke pak satpam dengan panik, "Paak.. paak... ATM saya hilang Paak!"
Semua nasabah dan pegawai bank menatapku aneh. Ah, bodo amat. Satpam dan CS berusaha menenangkan aku dan menyuruh duduk. "Nama Mbak siapa"" kata sang Customer Service membuka sebuah buku besar.
Aku menyebut namaku dengan ngos-ngosan. "Nomer KTP""
Aku merogoh saku. Duh, untung dompetnya kubawa!
"Tadi ada ibu-ibu, nasabah sini juga, mengembalikan ATM Anda, tapi kami tidak tahu tentang saldonya... coba dicek dulu," jelasnya. Tanpa ba-bi-bu, Aku langsung menyambar kartu dan berlari ke mesin ATM. Aku komat-kamit berdoa dalam hati. Ya Tuhan, tolonglah aku!
Alhamdulillah, saldonya utuh! Aku ingin menjerit saking lega dan hepi. Uang enam juta rupiah baru ditransfer Mama buat beli kompie tak berkurang sesen pun. Ya, selama ini aku mengerjakan tugas kuliah di rental dekat kos.
Duh, ingin nangis deh mengingat kebaikan hati ibu-ibu itu. Oh, pahlawanku. Rasanya mustahil tabunganku bisa utuh, padahal kesempatan untuk me
ngambilnya terbuka lebar. Tertinggal di mulut mesin ATM, tinggal tarik aja!
Sejak itu, aku berjanji akan lebih hati-hati dan tidak sembrono lagi. Semua rencana kegiatan dan janji dengan teman selalu kutulis di notes kecil. Hehe... kayak wartawan aja, tapi lumayan ampuh lho... buat nenek muda kayak aku...
Tapii... kadang-kadang masih suka lupa juga sih . Suatu hari, aku sedang jalan-jalan di Malioboro Mal. Aku berpapasan dengan seorang lelaki ganteng yang rasanya aku kenal akrab. Hmm, siapa ya" Aku memandangnya lekat-lekat. Eh... dia tersenyum! Manis banget! Dengan ragu aku membalas senyumannya.
Aku mencoba sekuat tenaga membuka memoriku, mengingat-ingat kenalan, teman kampus, tetangga, teman jaman dulu, mantan pacar, tapi nihil hehe... beberapa menit kemudian baru aku ngeh mengapa lelaki tadi begitu familiar. Ya ampuuun... dia kan Ari Sihasale! Aku jelalatan mencari-cari sosoknya lagi. Nihil. Huahaha... dasar dodol! Coba tadi aku ajak foto bareng!
duuh, cinta lokasi! Bukan berita baru Lagi kalau KKN a.k.a. Kuliah Kerja Nyata dijadikan ajang pencarian jodoh di antara mahasiswa. Banyak lho yang jadi pasangan gara-gara cinlok. Gimana nggak, tinggal serumah selama sebulan bo! Segala kegiatan dilakukan bareng-bareng termasuk menimbakan air sumur, mencuci baju, dan mandi di sungai *duile, romantisnyaa! Gimana cinta nggak tiba-tiba menyapa" Muka biasa-biasa saja mendadak ganteng, hahaha!
Lagian, kapan lagi bisa dapat gandengan kalo nggak sekarang" Bentar lagi mo lulus, bo! Usaha terakhir! Sobatku, si Bowo ndut sejak semester awal bahkan punya cita-cita nyari calon istri berkualitas pas KKN nanti. Hehehe... niat benerr, Wo!
So, nggak heran kalau banyak cerita seru seputar kisah kasih nyata di pedesaaan. Tiwi, teman sekelasku, beran-tem dengan pacar cinloknya di pondokan KKN. Saking hebohnya, orang-orang dusun pada berkumpul! Nggak bangett deh! Gosipnya nih, Pak Dekan marah besar dan memanggil keduanya. Hihi... untung nggak diarak en dikawinkan warga, ya!
Lebih ngaco lagi stori Mbak Hermin, anak kos sebelah. Udah lama bertunangan eh mendadak minta putus sepulang KKN. Gara-garanya nih, ia kepincut dengan cowok jurusan komunikasi yang kucel, teman sekelompoknya! Kabarnya, si tunangan stres berat. Keluarga Mbak Hermin marah besar *ya iyalah! dan pengen buru-buru mengawinkan tuh cewek. Akhirnya, Mbak Hermin kabur ke Jakarta dengan gandengan barunya itu. Cek., cek.., benar-benar Romeo en Juliet masa kini!
Hehe.!. karena khawatir dengar cerita-cerita cinlok, Mas Ton, tunangan si Denok temanku, bela-belain cuti kerja lho! ia ikutan tinggal dengan kelompok KKN Denok selama sebulan! "Iya nih, jagain si Denok dari gangguan para buaya darat... hehe," katanya melirik temanku mesra. Lhooo... nggak salah nih" Si Denok kan buayawatinya, Centil gituu! pikirku sirik. Si Denok malah tersipu dan terus cubit-cubitan mesra gitu deh. Hiiy, tiba-tiba pengen kentut!
Yang paling dahsyat, kisah cinta Sasha, teman kosku tersayang. Cewek cantik bertubuh bahenol dengan logat jawa kental termasuk paling tajir di kos. Manjanya juga tak ketulungan. Maklum, anak tunggal pengusaha di Jatim sana. Apa saja tersedia untuk menemani aktivitas belajarnya di kota Gudeg. Baju-baju bermerek idaman anak kos, motor Mio, televisi besar, kulkas mungil, laptop, ponsel keren, sampai uang saku berlimpah 'hihihi... fasilitas belajarnya seru bangett!
Layaknya anak tajir, hobinya nongkrong di kafe dan mal. ia pasang internet di laptop biar gampang nyari bahan kuliah dan chatting dengan para bule memperlancar bahasa Inggrisnya yang sudah cas-cis-cus bikin dengki itu hehe. Anaknya baik lagi. Lumayan, kami sering menumpang main internet di kamarnya berjam-jam tanpa diprotes.
Pas KKN, tuh anak paling ribet dan heboh. Gimana nggak, dia dapat lokasi paling jauh! Pedalaman gitu dehh! Malang nian! Jalan ke lokasi aja bikin bodi ajrut-ajrutan gitu saking ancurnya. Pondokannya berlantai tanah. Kalau nggak dicegah anak-anak, semua barang-barang di kamar pasti dibawa ke lokasi! Bukan apa-apa sih, listrik di sana kan masih byar-pet! Gimana nyalain kulkas dan laptopnya coba"
So, Sasha merana s endirian. Dia hanya bisa berkeluh kesah sama anak-anak via ponsel yang sinyalnya remuk redam. Mengeluhkan ini-itu. "Makanannya nggak variasi." "Induk semangnya nggak jago masak!" omelnya. Hihi... lu kate hotel apa" Masih untung dimasakin! Paling parah, susah air! Untuk mandi saja anak-anak harus berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Cek... balik ke posko, badan keri-ngatan lagi dung! So, Buat apa mandi" Hehe. Ya, kita bisa bilang apa" Nikmati saja, Nak! Hehe. Paling anak-anak kos hanya bisa turut prihatin dan membawakan barang titipan Sasha yang panjang daftarnya kayak belanjaan ibu-ibu sebulan!
Minggu kedua, keluhan Sasha berkurang drastis. Dia jarang menelepon ke kos. Kami jadi bertanya-tanya. Ada apa dengan Sasha, kok mendadak jinak" Hmm, mencurigakan. "Mungkin Mbak Sasha sudah terbiasa kali, Mbak!" kata Karen yang punya pikiran paling positif di kos-an. Anak-anak mencibir sirik. Nggak mungkiiin! Tuan Putri gituu! Pasti ada tengiri di balik tekwan! *dasar otak gosip!
Tak lama, penasaran anak-anak terjawab sudah. Sofia yang lokasi KKN-nya tak jauh dari Sasha, memberitakan laporan investigatif yang lengkap dan terpercaya *huehehe. Eng.. ing.. eng.. Sasha pacaran dengan anaknya Pak Kadus! Yes, Sasha Priyanka! Si Lady Pink! Tadinya, kami nggak percaya dan menganggap itu bisa-bisanya Sofia saja. Cewek sableng kayak gitu. Tuh anak kan suka asal!
Pas musim UTS, Sasha turun gunung dengan wajah sum-ringah! Asli berseri-seri layaknya orang ketiban cinta. Kami memaksanya cerita. Gadis montok itu langsung bikin jumpa pers di ruang tengah kos-an. Sambil melahap potongan ayam goreng kremes dengan rakus "maklum, baru turun gunung! Sasha mengakui hubungan gelapnya "halah, dengan Mas Supriyono, anak sulung Pak Kadus yang emang asli bertubuh gelap! Oh, noo!
"Dia itu sabar, sederhana, dan penyayang, Wi! Aku jatuh cintaaa!" tuh anak memeluk piring kosong dengan mata menerawang. Gila. Kami terbengong-bengong. Nggak salah nih" Apakah kami baru saja mendengar kisah The Power of Love" Cinta tak memandang status dan lain-lain"
Bukannya mau SARA tapi rasanya... nggak masuk akal!
Sasha yang CD-nya saja bermerek luar negeri dan... Mas., siapa tadi" Glek. Mas Pri, begitu panggilannya. Seorang lelaki sederhana lulusan STM. ia guru honorer di Sekolah Dasar Negeri di kampungnya. Kami berpandangan takjub.
Beneran nihh, Tuan Putri Sasha Priyanka jatuh cinta sama Mas Pri" Terus, gimana nasib Andrean, pacarnya yang kuliah di Aussie" Gimana reaksi Tante Yunar, Mama Sasha" Waduh, kasus iki! Anak-anak kompak meneriakkan kalimat andalan Rasti. Sumpah, aku nggak pengen berada di posisi Sasha saat itu! Kejepit!
"Ah, paling seminggu lagi dia bosan!" bisik Mbak Nunuk yakin. Aku mengangguk-angguk setuju. Tuh anak kan bosenan orangnya. Dia pernah memberiku kaus bermerek yang baru dibeli karena mendadak nggak suka warnanya. Yah, aku sih kayak ketiban duren runtuh. Biar pun tuh kaus kayak sarung di bodiku hihihi. Lumayaaan....
Ternyata, Sasha serius, ia jatuh cinta! Beberapa bulan selesai KKN, ia tetap rajin tuh datang ke dusun terpencil yang dulu diejeknya sampai mampus. Tentu saja buat bertemu si kangmas Pri, lelaki pujaan hati. Berkali-kali, cowok sederhana itu datang ke kos-an. Ugh... I feel love in the air, bo!
Mereka sebenarnya cocok lho! Tentu saja setelah melupakan masalah perbedaan penampilan, ekonomi, pendidikan, dll di antara kedua sejoli. Sasha yang bawel dan lincah bertemu Mas Pri yang sabar dan dewasa. Klop banget dah!
Gadis itu memutuskan Andrean di Aussie, ia juga nekad mengenalkan pacar barunya ke Mama dan Papanya saat keduanya datang ke kos-an. "Mas Pri ingin melamarku, Ma!" kata si sableng santai. Tante Yunar shock berat. Ibu anak itu berantem hebat di kos hingga nangis-nangis. Hiyy... seram banget!
Beberapa bulan kemudian, Mama dan Papa Sasha cair. Pendekatan Mas Pri bikin mereka luluh. Gila, dahsyat juga tuh cowok. Tante Yunar yang bawel saja jadi sayang banget! Sasha dan Mas Pri menikah di Jawa Timur dengan meriah. Sobatku itu bahkan belum lulus kuliah lho "boro-boro, ngulang aja masih banyak, hehe.... ia boyongan ke rumah suaminya di du
sun terpencil dan berusaha menyelesaikan skripsi, ia rajin wara-wiri ke Djokdja buat bimbingan dosen "sekalian spa ke salon... hahaha. Serunya lagi, sekarang tuh anak sedang hamil muda lho! Hihi... tokcer juga Mas Pri!
Ahh, cinta ternyata benar-benar ajaib ya cara kerjanya. Kita tak bisa mengetahui siapa jodoh kita. Apakah si dia yang kita pacari sekarang" Lelaki asing yang tiba-tiba muncul" Atau bahkan si Memet, sobat tersayang sejak SMA" Hmm, siapa ya pangeranku kelak" Aku jadi deg-degan mengira-ngira dalam kerumunan cowok yang sedang kelaparan menyantap bakso di kantin kampus ini. Ada tidak ya solmetku" Hihi...
Duhh, tiba-tiba kangen Sasha. Kirim SMS ahh. "Hai Sista, sedang apa nih di pedalaman"" ikon Mr. Smile meleletkan lidah. Send.
Tulililit. Ada pesan masuk.
Suapan batagorku terhenti. Buka pesan. "Hai dudul, ganggu aja lu! Gua lagi jemur gabah nih mumpung mthari terik!"
Uhuk-uhuk. Aku keselek. Baju sumbangan Tiga minggu lagi, aku bakal ikut program KKN selama satu setengah bulan. Kelompokku berjumlah tujuh orang, tiga cewek dan empat cowok ditempatkan di sebuah dusun di Magelang. Kami bakal menumpang di rumah Pak Kepala Dusun. Anggota kelompokku satu angkatan tapi beda fakultas gitu. Nggak heran, kalau baru saling kenal. Harus serumah dan kerja sama dengan orang baru dikenal nggak mudah lho. Salah-salah, bisa gontok-gontokan karena hal sepele hehehe.
Sisa waktu tiga minggu, digunakan untuk menyusun program KKN, mengumpulkan dana dan tentu saja mengenal satu sama lain lebih dekat ehm... ehm. Kelompokku punya beberapa program, antara lain pembuatan WC dan kamar mandi untuk mushola, penerangan jalan, ceramah hidup sehat, bimbingan belajar untuk anak-anak, dan yang utama adalah bazaar baju bekas murah. Yah, program standar KKN gitulah hehehe... 'kurang kreatif!
Program yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih adalah bazaar, karena setiap anggota kelompok harus berjibaku mengumpulkan pakaian bekas dalam jumlah banyak. Hehe... namanya anak kos jarang beli baju euy. Bisa sih, kami langsung membagikan baju-baju pada warga. Tapi itu kan nggak mendidik namanya. Akhirnya, anak-anak punya ide bikin bazar baju murmer gitu.
Rencananya, hasil penjualan baju bakal dipakai buat menambah biaya pembuatan kamar mandi. Begitulah, kami mesti bekerja keras agar pakaian bekas terkumpul. Aku mengumpulkan baju bekasku terus berkeliling ke rumah teman-teman kampus, ke tante Tia, dan tentu saja... anak-anak kosku!
Khusus anak-anak kos-an, minta sumbangan baju ke mereka butuh trik tersendiri. Nggak bisa main minta begitu saja. Soalnya rata-rata pada pelit kalau sudah urusan nyumbang gitu, amit-amit ya cantik-cantik pedit hehehe. "Lah, kita juga kan fakir miskin, jauh dari ortu!" kilah Disti kalau dimintai sumbangan. Aje gila. Yang ada juga tuh anak fakir miskol karena kehabisan pulsa mulu!
So, aku ngancem anak-anak untuk menyumbang baju apa saja. Kalau nggak, aku bakal menyatroni baju-baju cantik di meja setrika Pak Say dan tanpa ampun menyumbangkannya buat bazaar murah, hihihi. Ancamanku ampuh, tuh cewek-cewek heboh membongkar isi lemari dan memberikannya buat disumbang. Daripada baju bagusnya melayang" Hihihi. Saking dermawannya, celana dalam butut aja disumbangin! Hiiy, dasar dodol!
Teman sekelompokku tak kalah semangatnya. Mereka berkeliling menyatroni rumah kenalan mereka buat meminta baju. Bahkan, si Ucup sampai pulang ke Klaten sana buat mengumpulkan baju bekas di lingkungan rumahnya. Hehe seru banget ya. Alhamdulillah, sebelum kebe-rangkatan kami berhasil mengumpulkan sepuluh kardus pakaian lho! Jauh dari target kami semula yang hanya lim kardus! Yippie!
Akhirnya hari H tiba juga. Dengan bis kampus, rombongan peserta KKN meninggalkan kota Djokdja dengan wajah berurai air mata hiks.. hiks.. *duile segitunya, kayak mo ke mana aja! Kami membawa setumpuk tas berisi pakaian dan cemilan efneka rasa *wajib itu, sejumlah dana dan... tentu saja seabrek pakaian bekas! Kayak rombongan transmigrasi deh. Seru hehe.
Beberapa hari di dusun, kami mulai betah. Syukurlah, lokasi KKN-ku nggak begitu jauh dari kota tidak parah kayak lokasinya Sasha dul
u. Hihi... memang itu sih tergantung amal ibadah masing-masing orang yak! Hahahaha.
Setiap sore, kelompokku mengadakan bimbingan belajar untuk anak-anak dusun. Aku mengajar bahasa, Agung matematika dan IPA, Kristin khusus mengajar anak SMP. Semua kebagian tugas. Menyenangkan, apalagi aku belum pernah mengajar. Satu-satunya muridku adalah adik bungsuku di rumah dulu. ia lancar membaca dan menulis dengan metode tangan besi yang kupraktekkan. Jadi, tiap belajar dilengkapi cambuk dan diselingi jeritan histeris adikku gitu deh. Hehehe... nggaklah, mau dicambuk sama Mamaku"
Anak-anak itu sangat antusias belajar. Bahkan saat hujan pun mereka tetap datang dan berkumpul di rumah pak Kadus! Gila! Kalau sedang capek dan malas ngajar, anak-anak KKN malah menghasut mereka buat main di sungai atau main petak umpet saja. Dasar guru dodol! Supaya nggak bosan, kadang kami mengadakan lomba cerdas cermat gitu deh dengan hadiah sederhana dari kocek kami.
Tak terasa, dua minggu berlalu. Waktunya bazaar pakaian murah! Seminggu sebelumnya, kami bergotong royong membongkar tumpukan kardus di kamar. Waah debunya pol. Sampai batuk-batuk deh. Baju dipilah-pilah menurut jenisnya. Baju anak, baju wanita, remaja, baju pria.
Capek sih tapi senang karena mengerjakannya bareng-bareng dan sambil bercanda pula. Kami menentukan harga baju. Paling mahal hanya 5000 rupiah itu pun untuk sepotong celana panjang pria yang masih bagus. Harga blus perempuan hanya berkisar 500-1500 rupiah per potong!
Bongkar-bongkar kardus, eh ternyata bajunya bagus-bagus! Cantik banget! Jeritku girang saat menemukan rok panjang bunga-bunga. Kristin suka kaos ketat pink. Agung jins biru. Yang cowok pun tak mau kalah memilih-milih baju.
"Tapi ini kan untuk sumbangan," protes Jumbo.
"Duh, segitunya Pak Ustad! Kan kita ngambil hanya satu!" bantah Ucup.
"Hitung-hitung ongkos lelah memulung baju dari pintu ke pintu," kata Singgih si ketua kelompok mematut-matut kaos "barunya".
Kami tertawa hepi syalala. Jadilah masing-masing mendapat satu potong pakaian. Hanya Jumbo yang keukeuh tidak mau mengambil jatahnya.
Beberapa hari kemudian, Ucup mengeluh celana panjang "baru" yang dijemurnya tadi pagi raib! Dia mencari ke mana-mana tapi baju itu tetap tak ketemu. Aneh. Selama tinggal di sini, belum pernah sekalipun kehilangan.
Pernah nih, kami lupa mengangkat jemuran semalaman. Tidak ada yang hilang sepotong pun. Dusun ini terkenal aman lho, Pak kadus saja terheran-heran kenapa jemuran bisa ada yang raib. Wong motor diparkir semalaman di halaman saja aman tuh. Kami hanya menertawakan nasib malang Ucup. Beberapa hari kemudian, giliran Kristin dan Agung. Baju pink Kristin luntur dan kena celana jins Agung! Rusak deh!
Aku tak luput. Saat kunjungan ke kantor pak lurah, aku mengenakan rok "baru". Awalnya sih biasa, pedeku makin naik karena memakainya. Rok bunga-bunga ini cantik sekali! Warnanya serasi dengan jaket almamater kampus warnanya nggak banget itu *hehe. Anak-anak posko lain ramai-ramai memujiku. "Beli rok di mana, Wi" Keren banget!" celetuk Airin memegang rokku dengan mupeng. Aku hanya senyum-senyum ge-er campur geli. Hahaha... Belum tahuuu, dia.
Tapi pas kembali ke posko, terjadi keanehan. Duh, paha dan kakiku kok gatal-gatal ya" Cepat-cepat aku lepas rok baru dan menggaruk-garuk kakiku tak henti di kamar. Akhirnya aku nitip dibelikan Singgih bedak talk anti gatal untuk meredakan gatal yang menyiksaku seharian.
Tawa meledak di posko sore itu. "Gak dicuci dulu sih jarahannya! Rok itu kan kotor banget, berdebu karena disimpan di kardus!" olok Agung.
"Cewek kok pemalas!" goda Jumbo.
Aku tersipu-sipu, memang sih. Rok itu langsung aku pakai tanpa dicuci lagi. Hehe namanya saja pemalas akut.
"Jangan-jangan bukan cuma karena tak dicuci, tapi karena kita mengambil barang yang bukan hak kita!" celetuk Margo dengan muka serius. Kami mengingat-ingat beberapa kejadian ajaib di posko. Iya ya, benar juga kata anak Banyumas ini. Tumben dia pinter, hehe.
Ada saja kejadian aneh sejak kami mengambil baju. Ucup kehilangan celana yang dijemur. Agung dan Kristin kelunturan. Aku" Gatal-gatal. Semua berhubung
an dengan baju sumbangan itu. Mungkin hanya kebetulan. Tapi, tetap saja aneeh gila!
"Iya, Sing... baju-baju itu kan diberikan pemiliknya dengan niat nyumbang melalui kita," kata Kristin. "Dan kita bukannya memberikan pada yang berhak, tapi malah menilepnya! Berarti kita berdosa dung!"
Waduh... kejadiannya kok jadi kayak sinetron religi super seram di TV yak" Kami jadi merinding. Astaghfirullah. Untung saja ada kejadian-kejadian ajaib ini, kalau nggak" Kami santai saja mengambil hak orang.
Cepat-cepat aku masuk kamar dan keluar dengan rok di tangan. "Ini aku balikin ya, masukkan ke daftar jualan kita!" kataku mantap binti ikhlas. Serempak yang lain masuk kamar dan melakukan hal sama. Mengembalikan barang "jarahan" kami hehehe.
Hari H pun tiba, bazaar dibuka. Suasana meriah sekali. Halaman rumah pak Kadus disulap menjadi lapak baju ala kaki lima1 Baju ditumpuk sesuai harga dan jenis. Penduduk antri dengan antusias.
Ucup dan aku jadi kasir. Teman yang lain menjadi pelayan toko yang super heboh. Warga dusun memilih dengan seru. Tiap orang dijatah maksimal dua baju agar semua kebagian. Jumbo teriak-teriak ala tukang obat dengan pengeras suara untuk menyemangati pengunjung yang berjubel. Lagu diputar keras-keras dari radio tape.
"Suasananya seperti hari pasaran di kota kecamatan," komentar Pardi salah seorang penduduk.
"Seru Mbak, Mas... coba sering-sering diadakan." Ini komentar Bu Kadus sumringah dibalas dengan anggukan setuju penduduk dusun. Semua berwajah cerah. Seluruh anggota kelompok berpandangan dengan hati hepi.
"Apa aku alih profesi saja, ya"" canda Ucup, bujang cupu pelawak di kelompokku. "Ho-oh, aku pensiun wae jadi vokalis trus dagang baju keliling Magelang." Balas Jumbo yang anak band. Semua tertawa. Menjelang sore, semua ludes terjual. Termasuk baju-baju yang kami kembalikan. Alhamdulilah, puas dan bahagia rasanya.
Skripsi Keroyokan" Alhamdulillah, si salah jurusan ini akhirnya bisa mulai bikin skripsi juga. Setelah perjuangan berdarah-darah, akhirnya IPK ku yang stabil 2.6 di banyak semester kini bisa meningkat tajam menjadi tiga koma. Unbelievable. Aku terharu melihat prestasiku kali ini dan mentraktir diri sendiri dan Ugie tentorku semangkuk es krim mahal banget di mal. Bayangkan, IP-ku pernah sempat anjlok mendekati satu koma dengan dua nilai D dan satu E!
Biar pun harus begadang bikin tugas tambahan, menyogok Ugie buat jadi tentor pribadi, mengulang kuliah dasar mengerikan seperti Matematika, Statistik I bersama dosen muka masam dan anak-anak angkatan baru yang tiga tahun di bawahku, bermimpi buruk dikejar monster statistik tiap malam. Tak mengapa derita itu, asal emak bapak di kampung bisa bahagia hehe.
Untungnya, banyak teman sesama IQ ngepas mengambil kuliah yang sama. Melihat anak seangkatan biarpun tidak kenal tiba-tiba hari-hari jadi cerah. Ada teman senasib, yang bangkotan dan tante-tante nggak hanya aku saja heuhehehehe. Dosen kan hobinya mengincar muka lama kayak kami. Pake ditanya macam-macam kayak saksi ahli gitu. Duile pak, kalau sudah ahli mah kami tak bakal mengulang atuh da!
Ehh... itu kan, anak kelas sebelah! Ah, siapa lagi namanya" Ngg... Tita" Ati" Roti" Aku melambaikan tangan sedikit terlalu girang dan menyapa anak itu. Yes, dapat teman senasib nihhh!
Di semester delapan, akhirnya aku bisa ngambil skripsi karena mata kuliah syarat skripsi sudah kuambil semua, IPK minimal juga sudah di tangan. Sekarang bisa bangga nih gabung kembali dengan anak-anak seangkatan, mengejar dosen bimbingan! "ciee.. cieee..
Setiap mahasiswa punya satu dosen pembimbing dan biasanya dosen ini membawahi beberapa mahasiswa. Aku melihat jadwal dosen pembimbingku. Pak Djarwanto, seorang dosen MSDM yang juga mengajar di Semarang dan Solo. Waduh gawat, kata anak-anak dosen terbang itu susah dikejar karena lincah banget. Hinggap sana-sini kayak tupai. Ada lima mahasiswa yang dibimbingnya semester ini. Hmm, aku hanya mengenal Heri dan Wiwin anak kelas sebelah.
Pas hari H, aku duduk manis menunggu di depan ruangannya. Baru deh ketemu makhluk-makhluk senasib. Mereka teman seangkatan tapi berhubung anak Manajemen bejibun
aku tak kenal semua. Aan anak Palembang, Wiwin asli kota Gudeg, Heri cah Boyolali, dan Muchit dari Brebes.
Benar-benar Bhinneka Tunggal Ika. Kami berkenalan dan mengobrol basa-basi.
Ketemu Pak Djarwanto, dosen gaek itu benar-benar mengagetkan. Dengan gaya omongnya yang santai, ia bilang kalau tak punya banyak waktu membimbing kami. ia ingin kami mengerjakan skripsi secara berkelompok. What" Memangnya main kasti" Beregu gitu" Sambil saling lirik, kami mendengarkan penjelasan pak dosen. Kami diperbolehkan mencari satu judul dan mengerjakannya bersama-sama. Yang membedakan nanti perusahaan obyek penelitian kami! Aku tertawa geli membayangkan reaksi anak-anak kos mendengar ide nyentrik ini. Haha... skripsi keroyokan" Seru dong! Yes... yes!
Seperti dugaanku, skripsi keroyokan memang lebih menyenangkan. Di sini yang berlaku simbiosis mutualisma *apaan ya itu hehe. Masalah terbesarku dalam mengerjakan skripsi ini, bagaimana bisa wara-wiri ke rumah dosen nun jauh di ujung kota tanpa kendaraan" Aku tak bisa naik motor, di mana harus mencari relawan ojek hari gini"
Nah, masalah selesai. Muchit, Wiwin, dan Heri bawa motor. Aku punya kompie celeron yang bisa diandalkan. Muchit punya kamar luas di kontrakannya. Tak masalah cewek keluar-masuk di situ asal jangan ikutan nginep hihi. Pak dosen memang keren! Tahu saja keterbatasan mahasiswanya! Kompieku pun menginap di kamar Muchit selama mengerjakan skripsi. Bye game-same seru! Lambaiku pada si kompie. Ya, Kami sudah sepakat kalau kamar anak Brebes ini jadi posko proyek skripsi.
Karena jadwal kuliah anak-anak rata-rata tinggal mengulang "kecuali aku yang masih ngos-ngosan kejar nilai hehe, kami punya banyak waktu untuk konsentrasi ke skripsi. Tiap malam sehabis Maghrib "kalau tidak ada les atau keperluan lain, adalah jadwal berkumpul geng lima. Pukul setengah tujuh motor jemputan sudah stand by di depan kosku. Anak-anak habis-habisan meledek, "Wi, ojekmu datang tuh! Ciee... mesra amat! Berawal dari skripsi ntar pasti ada yang jadian!"
Siang harinya, anak-anak gentayangan ke perpustakaan beberapa universitas di Djokdja untuk mencari bahan. Heri pernah diusir dari perpustakaan Magister Manajemen karena tidak mengenakan kemeja, hihi. Anak-anak bilang sih itu mengada-ada karena pengunjung lain bebas-bebas saja tuh. Aku curiga Heri diusir karena tampang dia mencurigakan. Model-model sindikat pencurian skripsi gitu, hahaha....
Wiwin dan Muchit dilema ketika mencari bahan di perpustakaan sebuah kampus di Condong Catur. Ada bahan penting yang mereka dapat di sana, tetapi perpustakaan tidak menyediakan jasa fotokopi! Keduanya berdebat untuk menentukan siapa yang akan merobek halaman buku dan siapa yang bertugas menjaga situasi hehe. Untung, mereka akhirnya batal melakukan kejahatan itu. "Takut kualat Wi, ntar skripsi kita nggak jadi-jadi selama lima semester... hiyy!" kata Wiwin bergidik. Terima kasih Tuhan, kau kembalikan teman-temanku ke jalan benar!
Bimbingan skripsi yang menegangkan. Terlambat lima menit, pak dosen ngambek tidak mau ditemui. Padahal rumahnya jauh! Ibaratnya, kami harus menempuh Djokdja dari ujung ke ujung! Jadilah, adegan kebut-kebutan dilakoni. Huhu... untung bodi semuanya utuh sampai skripsi kelar! Bimbingan skripsi penuh ketegangan karena Pak dosen sangat detil menanyai kami satu-persatu. Mencoret sana-sini. Memberi masukan dan kritik pedas. Fyuhhh.
Habis bimbingan, pasti deh kepala panas berasap. Dan tanpa direncanakan, kami keluyuran ke Parangtritis untuk berlari-larian ala bintang pilem India, atau ke Kaliurang makan burger jawa dan wedang jahe. Atau, sekadar nongkrong melihat ramainya lalu lintas di Malioboro. Pernah juga mampir ke studio foto dan bergaya dengan ndesonya. Asli, pikiran jadi segar lagi!
Syukurlah, hanya dalam waktu beberapa bulan kami menyelesaikan skripsi. Kami mulai berpencar untuk mencari perusahaan obyek penelitian. Aku kebagian tempat penelitian di sebuah perusahaan otomotif di Semarang. Tapi, bukan berarti kami tak hang out bareng lagi lho. Malah makin intens karena kami sekalian berlatih mempresentasikan hasil penelitian dalam sidang nanti. Sat
u-persatu geng lima ujian skripsi dan lulus dengan gemilang.
Satu yang kuingat dan tak bakal kulaksanakan adalah saran si sableng Heri, yang jadi kelinci percobaan karena maju sidang duluan. "Apa pun yang terjadi di dalam ruang pembantaian, pasang senyum lebar!" hihi entah darimana dia mendapatkan resep sakti itu. Makanya, tiap tak bisa menjawab pertanyaan penguji, ia tersenyum lebar dengan bibir hitam pecandu rokoknya. Bukannya terpesona, ia langsung dimaki-maki dosen penguji. "Kamu tuh gendeng, ya... disuruh jawab malah senyum-senyum tidak jelas!" bentak pak dosen bete. Hihihi....
Tak hanya lulus sidang dengan nilai memuaskan, aku juga mendapat sahabat-sahabat baru di penghujung kuliah. Skripsi keroyokan ini juga punya catatan prestasi lain. Ramalan anak-anak kosku terbukti. Gara-gara sering bareng, Wiwin dan Aan yang tadinya tak saling kenal malah jadian. Pas Wiwin wisuda, Aan berdandan cantik dengan kebaya dan menjadi pendampingnya.
Wah, habis-habisan kami meledek mereka berdua. Pintar sekali ya, mereka menyembunyikan percintaan itu berbulan-bulan! "Hah... jadi kalau berduaan saja di kamar Muchit ngapain" Alasannya ngetik, padahal..!" gerutu Heri tak terima. Keduanya hanya mesem-mesem sok imut hehe.
Dan kalian tahu" Bulan Desember 2007 lalu, Aan dan Wiwin menikah di Prabumulih. Cinta itu terjalin indah hingga pelaminan. Hmm, mestinya mereka mengundang Pak Djarwanto sebagai tamu kehormatan, ya! Kan beliau berjasa besar menyatukan keduanya! Hahaha....
Di sebatang pohon harapan
Tadi siang, aku ke mampir di perpustakaan Jepang. Maksudnya sih, mau mengembalikan novel thriller yang lama dipinjam. Ugh... denda lagi! Gara-gara banyak kerjaan! "sok penting hehe. Sudah setahun aku jadi anggota perpustakaan yang terletak tak jauh dari kantor karena suka dengan novel karya penulis Jepang.
Begitu sampai di pintu perpus, pengunjung disambut sebatang pohon Harapan! Kiyut banget! Pekikku norak memegang pohon warna-warni itu. Hehe... namanya saja Jepang mania, jadi gemas aja bawaannya melihat pernak-pernik Jepang terutama Takeshi Kaneshiro itu lho! "buset, orang dibilang pernak-pernik! Kejam amat! Hihihi.
Setiap tanggal sepuluh Agustus perpustakaan ini mengadakan acara Festival Tanabata. Seru lho! Ada pentas boneka Jepang, kursus dan pameran Origami, pameran boneka Jepang, pameran komik, serta kegiatan menghias Pohon Harapan itu. Hiks, sayang aku tak bisa ikutan semua kegiatan, lagi-lagi karena sibuk berat *soknyaa!
Tahu kan Pohon Harapan" Tradisi orang Jepang yang menggantungkan berlembar-lembar kertas warna-warni berisi keinginan dan permohonannya seseorang di atas sebatang pohon. Ya, semacam doa. Karena penasaran, aku sempatkan membaca kertas-kertas itu.
Tulisan tangan berbagai bentuk ada di situ. Isinya lucu-lucu. Membuat tersenyum sendiri membacanya. Ada tulisan sedikit amburadul yang isinya singkat: Minta tempat pensil. Hihi. Pasti anak SD nih.
Jadi ingat pas jaman SD, Ibu Guru menyuruh kami membuat surat dan mengirimkannya pada Pak Presiden. Tahu isi suratku" Aku menulis surat yang isinya meminta sebuah boneka Barbie yang kuimpi-impikan. Papa tak mampu membelikannya, Pak Presiden, tulisku dengan polos. Haha. Memangnya Bapak Presiden itu Sinterklas apa"
Beda sekali ya, dengan surat seorang penyair cilik, Faiz pada presiden RI waktu itu, Ibu Megawati, ia meminta ibu presiden untuk turun langsung melihat keadaan rakyat miskin. Bahkan Faiz bersedia mengantarnya berkeliling. Hahaha... see" Bagai bumi dan langit ya dengan suratku! Padahal kami seumur lho pas menulis surat itu! 'tingkat kecerdasannya yang beda hahaha!
Kubaca lembar lainnya. Ada yang isinya: Minta boneka dari Jepang. Sebaris tulisan rapi berisi: Semoga aku en keluargaku panjang umur, sehat en rukun selalu, amiin. Malah ada yang menulis panjang banget: Aku pengen dapat beasiswa ke Jepang, kerja di bidang TI di Jepang, makan sushi di Jepang! Hihi ada-ada saja.
Eh ini romantis bo!: Semoga aku ketemu my Raka di Bali "romantisnyaaa... penggemar Cintapuccino nihh. Lebih seru lagi: Ya Tuhan, persatukan aku dengan Christianku tersayang "Amin... aku mengamini doa cewek itu
dengan penuh haru. Ada juga permohonan dari fans berat nih: Nana pengen ke Jepang biar bisa ketemu LARUKU! Aku tergelak. Sayangnya, banyak pesan lain yang tak terbaca karena ditulis dalam bahasa Jepang.
Eitts... selembar kertas yang terjatuh membuatku terhenyak. Ditulis di atas selembar kertas merah muda. Ya Tuhan semoga aku bisa melalui hidupku dengan cepat... semoga aku bisa mati muda... By INDRA (bukan nama sebenarnya).
Maksud loe" Terinspirasi GIE-kah" Marlyn Monroe" Atau iseng saja saat menulisnya, untuk gaya-gayaan" Ya, mengingat Pohon Harapan bukan tradisi bangsa kita. Tapi, memikirkan kata-katanya saja, aku merinding dan bertanya-tanya.
Jika ia serius. Masalah seberat apakah yang membuatnya memiliki keinginan seperti itu" Hingga ia gelap mata dan memutuskan ingin mati muda" Meninggalkan dunia yang indah dan penuh harapan ini. Di mana keluarga dan temannya" Tahukah keinginan terdalam sesosok manusia bernama INDRA"
Apakah catatan di sebatang Pohon Harapan ini adalah jeritan minta tolongnya" Semua pertanyaan berkelebat di kepala. Pening sendiri karena empunya tulisan tak hadir di sini untuk menjawab pertanyaan sok kritisku.
Yah... semoga saja INDRA cuma bercanda, ia hanya sedang ingin nampak gagah. Tulisannya sekadar tulisan iseng di sebatang pohon kering di depan perpustakaan dan... bukan karena goresan luka di dalam sanubari. Teman-teman, mari kita berharap yang baik-baik saja....
about me.. Dewi Rieka Kustiantari a.k.a Dedew. Perempuan Sunda-Makassar, Si Bocah Petualang, Gemar berkhayal, Pede naik turun ala komidi putar, Cinta menulis, Gila membaca, Hobi ke warnet dan borong buku anak-anak, Hidup hampa tanpa pensil alis dan SMS.
Bercita-cita punya rumah sendiri, jadi guru en buka bisnis onlen tahun ini... amin!
Intip dan reply curhat ngga pentingnya di www.dedew80.multiply.com
yang comotan Ada juga sih tulisan-tulisan di dalam buku ini yang bukan berasal dari posting di blog, melainkan dimuat di media massa, yaitu:
-Ulang Tahun Ke-20, Majalah Paras, Rubrik Corat-Coret, Oktober 2004.
-Interview With The Bule, Majalah Femina, Rubrik Gado-Gado,2004.
-Gara-gara Hobi Begadang, Majalah Annida No.10/XIV, Rubrik YJK, Maret 2005.
-Bi Iyung, Majalah Femina, Rubrik Gado-Gado, 2006.
-Kulonuwun (judul asli: Toleransi di Kos Putri), Majalah Kartika Edisi 48, Rubrik Oase, Juni 2007.
-Baju Sumbangan, Majalah Kartika Edisi 49, Rubrik Oase, Juli 2007.
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
tamat Makam Tanpa Nisan 1 Pendekar Hina Kelana 3 Air Mata Di Sindang Darah Misteri Kapal Layar Pancawarna 1
^