Pencarian

Sang Pemimpi 3

Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata Bagian 3


perempuan mudah dipahami.Ia tak tahu,bahkan Sigmund Freud,setelah tiga puluh tahun
meriset jiwa feminim,masih mengatakan bahwa ia tak mengerti apa yang diinginkan
perempuan.Persoalan yang berhubungan dengan perasaan perempuan tak sesederhana
seperti selalu diduga kebanyakan orang.
Sikap pragmatis!Itulah sesungguhnya solusi masalah ini,tak guna lagi berpanjangpanjang
teori dan filosofi, aku mencoba menyakinkan Arai.
Kau kenal Bang Zaitun kan,Rai"" tanyaku.
Arai menjawab heran, Pimpinan Orkes Melayu Pasar Ikan Belok Kiri Itu.. "
Ke sanalah kau harus berguru soal cinta...
Arai tersenyum.Siapa tak kenal Bang Zaitun,pria flamboyan yang kondang dalam dunia
persilatan cinta.Di Belitong ada empat kampung besar,di setiap kampurig itu ia punya
istri.Laki-laki positif mencerna setiap usulan,memikirnya dengan lapang dada.Arai
menatapku cerah. Kau yakin Bang Zaitun punya cukup wewenang ilmiah untuk memecahkan masalahku
ini,Kal" Tak ada salahnya mencoba,Kawan,jauh lebih terhormat daripada ke dukun!!
Ah,Keriting,baru kutahu,kau cerdas sekali!!
*************** Kami memasuki ruang tamu Bang Zaitun yang dipenuhi beragam pernakpernik,
bingkai-bingkai foto hitam putih,dan mainan kertas berwarna pink yang
digantunkan seantero ruangan.Ruangan itu dicat mencolok merah,kuning,dan hijau.Di
lantai lekat karpet plastik merah muda bermotif anyelir.Kembang-kembang plastik
diletakkan sekenanya di rak kotak-kotak,berdesak-desakan dengan berbagai benda
keramik tak bermutu:kendi,asbak,piring,dan burung koak malam yang telah dikeraskan
tapi mata nya bolong.Penerangannya adalah jalinan lampu kecil yang biasa dililitkan pada
pohon natal.Sinarnya berkelap-kelip hijau dan biru,menjalar-jalar di seluruh dinding
serupa ketela rambat.Saat memasuki ruangan itu aku merasa menjadi mempelai
pria.Semua properti dalam ruangan ditata sesuai selera yang terisnspirasi oleh panggung
orkes Melayu dan pelaminan.Barangkali ini yang disebutearly Mexican brothel (dekorasi
rumah bordil orang Meksiko miskin).
Ini rumah Bang Zaitun dengan istri keempatnya.Istrinya itu hitam manis,bergelora,masih
seperti anak SMP,dan sibuk mengunyah permen lolly pop.Secara umum ia mengingatkan
aku pada buah mempelam.Sejenak ingin aku membatalkan seluruh cita-cita yang sudah
atau belum terikrarkan.Yang telah dicatat Tuhan atau sedang ditimbang-timbang,aku
ingin menjadi pemain orkes saja.Kudengar kabar dari Minar kalau Bang Zaitun akan
segera menambah istri lagi,yaitu penyanyinya yang baru,yang dapat bergoyang dangdut
sehingga perahu karam.Oh,betapa ingin aku jadi pemain orkes.
Bang Zaitun orangnya humoris dan senang sekali bicara,persis radio.Dandanannnya
nyentrik tipikal orang musik.Kepala ikat pinggangnya dari besi berbentuk gitar.Motif
bajunya tuts-tuts piano.Celananya cutbrai.Jari-jarinya bertaburan cincin batu akik besarbesar.
Beliau dengan sengaja mencabut kedua gigi taringnya yang sehat dan
menggantinya dengan gigi emas putih.Sungguh benar ucapan komedian Jerry Lewis:Ada
kesintingan pada setiap seniman yang karatnya lebih tinggi dari kebanyakan orang.
Jika bicara Bang Zaitun selalu sambil tertawa,dan tawanya itu...hi...hi...hi...hi,dengan
tujuan untuk memamerkan kedua gigi emas putih itu.Meskipun rahang atasnya sedikit
maju ke depan tapi ia yakin kedua bilah gigi,emas putihnya merupakan dua kutub magnet
dirinya.Dan demi dua kutub magnet itu,Bang Zaitun,dengan sepenuh hati bersedia
tertawa walaupun tak ada hal yang lucu.Namun lebih penting dari itu,di sore yang
mengesankan ini,Bang Zaitun menyambut kami dengan sangat ramah.Di manamana,
kelompok profesi yang paling ramah adalah musisi,yang paling bebal adalah
politisi,dan yang paling menyebalkan adalah penerbit buku.
Senang rupanya main musik Bang..., aku bertanya.
Ah,Boi...rumput tetangga selalu lebih hijau bukan""Hi..hi...hi...hi....
Suara Bang Zaitun parau,seperti orang berbisik dengan keras.Kulitnya kisut dan ia jelas
penyakitan.Itulah yang terjadi jika sering kenan angin malam.Melalui lagu
Begadang Kak Rhoma telah mewanti-wanti akibat buruk angin malam pada generasi
muda Republik ini. Abang tengok guru,ingin abang jadi guru,tak tahu bagaimana rasanya mengurus anakanak
yang senewen tingkahnya hi...hi..hi...Abang tengok lagi polisi,mau jadi polisi
rasanya,tak tahu bagaimana nanti menanggung beban batin kalau tua pensiun.Lihat
nelayan ingin jadi nelayan,tapi Abang tak pernah mau jadi anggota Dewan,Bou.Orangorang
itu selalu dianggap tak becus.Kasihan mereka,bukan""Hi...hi...hi.
Abang sudah main orkes tiga puluh tahun,Boi.Kalau hitungan pegawai negeri,Abang
sudah diundang ke Istana negara,diajak jalan-jalan ke Taman Mini sama
presiden...hi...hi...hi.Abang malang melintang dari panggung ke panggung,dari kampung
ke kampung,membawakan lagu itu-itu saja.Tak tahukah engkau,Boi"Abangmu ini sudah
jadi juke box! Sedetik berkelebat kepahitan pada wajah laki-laki ceking yang sangat menyenangkan
ini.Tersirat beban pada nada bicaranya.Beban yang ingin ia tumpahkan pada bukan orang
musik. Kau tahu juke box,kan""Mesin musik!!Seperti tampak film-film barat itu.Kaumasukkan
uang logam lalu mesin itu bernyanyi.Abangmu ini sudah jadi mesin musik...hi...hi...!!
Sekarang aku mengerti mengapa pemain musik,terutama pemain bas,sering kelihatan
melamun.Rupanya ia muak membawakan lagu yang sama ratusan kali,ia muak harus
selalu tersenyum pada penonton yang egois,ia terjerat menjadi robot irama.
Yang namanya lagu Darah Muda Rhoma Irama mungkin sudah dua ratus kali Abang
bawakan.Penonton mendesak terus,sementara Abang sudah mati rasa dengan nada-nada
lagu itu...hi...hi...hi. Mendengar nama Kak Rhoma Irama dis
ebut,telingaku berdiri.Ingin aku melakukan
request pada Bang Zaitun untuk membawakan lagu itu.Tapi aku tak ingin menambah
beban hidupnya.Aku takjub karena Bang Zaitun mampu menertawakan kepedihannya
sekaligus demikian bahagia gara-gara dua bilah gigi palsu.Sungguh beruntung manusia
yang dapat mengail kesenangan dari hal-hal kecil yang sederhana.
Hi...hi...seharusnya orang tidak mempelakukan dan diperlakukan musik seperti itu
ya,Boi...Tapi apa boleh buat.. begitulah tuntutan periuk belanga.Maka jangan kausangka
jadi musisi itu mudah.Di balik senyum dan tawa di panggung itu ada siksaan tertentu
yang tak dilihat orang dari luar...hi...hi...hi.
Bebal,Boi!!Orang bisa menjadi bebal jika menyanyikan lagu yang sama dua ratus
kali!!Hi...hi...hi. Usai menyeruput kopi,bubuk hitam lekat di sela-sela gigi emas putih Bang Zaitun kontras
sekali.Lalu asap tembakau Warning bergelung-gelung dalam mulutnya.Ia adalah prasasti
mentalitas manusia antikemapanan.Duduk didepannya aku tak percaya pada mataku
sendiri,laki-laki tak berijazah ini pernah memiliki enam puluh tujuh orang pacar!Sungguh
sebuah rekor yang fantastis.Ia bahkan pernah berpacaran dengan delapan wanita dalam
waktu bersamaan. Jangan coba-coba meniruku,Boi.Repot bukan main,aku pontang-panting seperti kucing
tak sengaja menduduki Rheumason!!Hi..hi..hii.
Kita bisa berada di satu tempat yang sama pada beberapa kesempatan,tapi kita tak bisa
berada di beberapa tempat dalam satu kesempatan yang sama.Itu hukum
fisika,Boi,karena Tuhan sesungguhnya memerintahkan makhluknya untuk setia.Paham
maksudku" Uniknya dari setiap mantan pacarnya,ia minta ditinggali kenang-kenangan,yaitu pernakpernik
yang bergelantungan di ruang tamu ini:jepit
rambut,gincu,sisir,bando,slayer,saputangan,dan berpuluh benda kecil lainnya.Sang
mempelam,masih dengan lolly pop di muluntya,bangga membelai pernak-pernik itu
seakan ingin mengatakan bahwa dari sekian banyak wanita yang senewen pada Bang
Zaitun,dialah yang beruntung meskipun hanya sebagai orang nomor empat.Justru ia
sendiri yang memajang pernak-pernik itu di ruang tamu.bagaimana perempuan
memersepsikan persaingan sesama mereka mungkin merupakan wilayah gelap yang
paling tak diketahui lelaki.Dalam kasus bang Zaitun,hanya dapat dipahami satu hal yaitu
buah mempelam itu memiliki kualifikasi cantik bercampur dengan tolol tak terkira-kira.
Aku mulai kagum pada Bang Zaitun.Diam-diam aku menyelidikinya.Dimanakah inti
daya tarik playboy cap Dua cula ini"Jelas Reputasinya sebagai Casanova tidak dibangun
berdasarkan penampilannya.Ia melengkung dan terlalu kurus.Dandanannya
norak,rambutnya seperti surai ubur-ubur,wajahnya hanya wajah orang Melayu
kebanyakan.Dan menurut definisi tampan versi orang Melayu,yang disandarkan pada
citra Rahmat Kartolo,maka ia juga jauh dari citra itu.Uang"Tak mungkin.Benda paling
mahal di rumahnya hanya sebuah persider,istilah orang Melayu untuk lemari es,itu pun
sudah menjadi rak piring.Ramah"Orang Melayu rata-rata ramah.Tatapan matanya
memang menenangkan tapi mata itu telah keruh oleh asap rokok.Apa yang menyebabkan
wanita kocar-kacir dibuatnya"Misterius.Jangan-jangan batu akik di jemarinya
itu"Tidak,ibadahnya memang kacau tapi ia bukan musyrikin.Sungguh aku penasaran
ingin tahu.Kusampaikan pada Bang Zaitun maksud kunjungan kami dan terang-terangan
menanyakan kiat beliau berjaya dalam asmara.Beliau menatap Arai dengan haru.
Delapan belas tahun belum pernah pacaran"Malang betul nasibmu,Boi...Hidup memang
tak adil kadang-kadang hi....hi...hi...!!
Gigi taring emas putih itu berkilaun mengerikan.tukmu.Tak pernah kubocorkan pada
siapa pun!! Wajah Bang Zaitun penuh rahasia.Inilah yang kami tunggu-tunggu.
Tapi diperlukan upaya yang keras untuk dapat sukses!!
Astaga bang Zaitun,sungguh tak kusangka tabiatmu selama ini.Apakah engkau
mengajarkan ilmu pelet nan sakti mandraguna"Apakah harus puasa empat puluh
hari"Atau harus mengambil jimat berupa kutu betina dari punggung kera putih yang
hanya hidup di puncak gunung Gudha"Tapi apa pun itu,tentu sebuah resep yang sangat
istimewa sehingga seorang bohemian dapat punya pacar enam puluh tujuh orang dan
hampir beristri lima. Tunggu sebentar.. Bang Zaitun masuk kedalam kamarnya.Aku dan Arai tegang menunggu.Bang Zaitun
kembali membawa sebuah kotak besar.
Inilah rahasianya, katanya santai sambil membuka kota itu.Di dalamnya terbaring
sebuah gitar. Kami bingung. Ya,gitar,hanya gitar,itulah rahasia kecilku kalau kau mau tahu Boi,hi...hi..hi.
Bang Zaitun membelai gitar akustik itu dengan lembut seolah benda itu salah satu
istrinya,istrinya yang termuda tentu saja.Gitar sering dianggap sebagai repsentasi wanita
bertubuh indah.Apakah ini gitar sakti yang telah dijampi-jampi dan dilumuri pengasihan"
Bang Zaitun membaca prasangka kami, Bukan,Boi,Kalau maksudmu magic,maka tak
ada magic disini.Ini gitar biasa saja,seperti gitar-gitar lainnya.
Bang Zaitun memeluk gitar itu dan meraih pick,lalu tanpa banyak cincong mulailah
memetik dawai dengan penuh perasaan sambil
bergumam, ....Hmmm...hhmmm...hhmmm...hhmmmmmmmm.... Beliau meretas intro
dengan lebut menawan dan mulai bersyair.Kami terlena.
Pada bar pertama aku langsung tahu lagu itu,lagu Melayu Di Ambang Sore ,ciptaan
Ismail Marzuki. Dalam renungan ku sorang Di ambang sore nan lalu Tiada bisikan tenang Tamasya indahku bisu.. Dan mulai bar kedua aku sudah tak melihat lagi laki-laki norak bergigi palsu emas putih
itu,sebab ia telah menjelma menjadi sosok lain,sesosok keindahan bernilai seni
tinggi.Suara Bang Zaitun,lagu syahdu semenanjung,dan nada-nada yang terpantul dalam
lekukan ruang kayu balsa perut gitar itu menjadi satu paket yang memikat.Bang Zaitun
hadir di depan kami seumpama reinkarnasi Frank Sinatra.
Pada setiap tarikan melodi yang menguik Bang Zaitun menaikkan sebelah aslinya
sembari mengumbar senyum termanis yang ia miliki dan saat itu pula hati perempuan
yang memandangnya patah berkeping-keping.Perempuan yang belum khatam Qur an dan
kurang mantap imannya dipastikan rela menyerahkan kewarasannya pada dawai-dawai
gitar yang dipelintir.Tak perlu banyak waktu untuk memahami pendapat bang Zaitun
bahwa gitar adalah rahasia daya tariknya.Kami bertepuk tangan usai Bang Zaitun
bernyanyi.Ia kembali membelai-belai gitarnya.
Jika bisa memanfaatkannya secara optimal,gitar sesungguhnya adalah benda yang besar
pengaruhnya dalam kesuksesan romansa,hi...hi...hi.
Terbukti banyak sekali wanita cantik yang sehat walafiat jiwa raganya,rela diusir
keluarganya gara-gara jatuh cinta setengah mati pada pemain gitar.Padahal pemain gitar
itu masa depannya samar-samar,penampilannya lebih jelek dari jin Afrit,bermingguminggu
tak pernah mandi!!Itulah mengapa gaib pengasihan yang dikandung sebuah
gitar,kalau mau tahu,Boi,Dan tunjukkan padaku Boi,kalau ada gitaris yang pacarnya
buruk rupa.Tak ada. .tak ada,Boi!!
Kami manggut-manggut.Takjub dan terkejut.Kami baru saja mendengar sebuah pendapat
yang konyol,tapi kami tak melihat adanya satupun kemungkinan yang tidak logis dari
seluruh pendapat itu.Karena jika diuji secara ilmiah dengan survei,kami yakin rata-rata
gitaris memang punya pacar yang cantik.
Belajarlah main gitar,Boi.Pilih lagumu sendiri yang paling indah dan mainkan dengan
baik,dengan sepenuh jiwa,pada momen yang paling tepat,lebih bagus lagi jika dirancang
sedikit kejutan,Nurmala pasti menoleh padamu...hi.. hi..hi...
Arai sumringah dan mendapati dirinya di-endorse oleh seorang pakar
asmara,kepercayaan dirinya melejit.Sungguh besar faedah perbincangan kami dengan
Bang Zaitun.Aku semakin setuju dengan pendapat bahwa sering kali hal yang sangat
bermanfaat tak didapat di sekolah.Tapi pembicaraan sederhana berdasarkan pengalaman
pahit manis seseorang justru memberi petunjuk praktis manual kehidupan.University of
Lifeadalah ungkapan yang paling pas untuk situasi ini.Sekolah tidak mengajarkan hal-hal
apa yang harus kita pikirkan,tapi mengajarkan kita cara berpikir,demikian guna sekolah
barangkali. ***************** * Masalahnya Arai sama sekali tak memiliki musikalitas.Memegang gitar pun baru sekali
ini.Ketika kami datang lagi esoknya,Ba
ng Zaitun bertanya, Sudah kautemukan
lagumu,Boi"" Sudah,Bang, jawab Arai mantap.
Apa itu" When I Fall in Love .Bang.
Aku tahu persis alasan Arai memilih lagi itu karena liriknya mewakili semua yang ingin
ia sampaikan pada Nurmala.Terutama bagian:when I give my heart,it will be completly...
Mengerutlah kening Bang Zaitun.
Lagu yang indah,tapi tahukah kau Boi,chord-nya banyak mengandung mayor tujuh,agak
miring-miring,bernuansa jazzy,dan menyanyikannya sedikit susah hi...hi..hi.
Mengapa tak coba lagu yang lebih mudah dulu,Boi"Cocok bagi pemula
sepertimu.Bagaimana kalau lagi sepasang mata bola ""
Bukan Arai namanya kalau gampang menyerah.Padahal gitaris profesinal sekalipun
belum tentu dapat membawakan When I Fall in Love dengan baik,apa lagi sambil
menyanyikannya.Bang Zaitun meminjami Arai gitar beserta sebuah karton besar yang
digambarinya senar dengan petunjuk terperinci yang mana saja dan dengan jari apa Arai
harus memencetnya agar mendapatkan kunci nada yang benar.
Jari Arai melepuh karena tak biasa memencet senar gitar.Dua minggu pertama ia masih
belum bisa memperdengarkan satu pun kunci nada dengan benar tapi tak sedikit pun
surut semangatnya.Kadang-kadang Bang Zaitun datang memantau
kemajuannya.Melihatnya main gitar,sang Playboy hanya tertawa hi...hi...hi...hi...
Dua minggu berikutnya Arai baru mencoba bernyanyi.Maka setiap malam kepala kami
pening mendengar suaranya yang kering parau melolong-lolong.Lagu When I Fal in
Love ke utara dan suara gitarnya ke selatan.Berjam-jam ia berlatih sampai ia bercucuran
keringatnya,sampai putus senar gitarnya,sampai timbul urat-urat lehernya.Bermingguminggu
diulangnya lagu yang sama berpuluh-puluh kali,dan tak pernah sekalipun ia mau
mencoba lagu lain.Seorang kuli yang buta nada,yang sadar betul dirinya tak kan pernah
bisa main gitar,ternyata mampu mendedikasikan dirinnya sepenuh hati pada musik hanya
untuk bisa membawakan satu lagu,satu lagu saja,semi menyampaikan jeritan hatinya
pada belahan hatinya.Itulah kekuatan cinta,itulah kekuatan jiwa seorang laki-laki
bernama Arai,sungguh mengharukan.
Dua bulan telah berlalu,Arai tak juga menunjukkan kemajuan.
Tinggal sebulah waktuku,Ka; katanya padaku sambil memeluk gitarnya. 14
September,ulang tahun Nurmala,aku sudah harus bisa membawakan lagu itu!!
Dan seperti disarankan Bang Zaitun,ternyata Arai telah merencanakan suatu kejutan yang
sangat manis untuk Nurmala.Ide kini klasik saja dan sering diterapkan di filmfilm.
Tanggal 14 September malam kami akan menyelinap dekat kamar tidur Nurmala
lalu di luar jendela kamarnya Arai akan melantunkan lagu When I Fall in
Love .Oh,alangkah indahnya.Kami sampai tak dapat tidur memikirkan kecantikan
rencana itu. Sebaliknya,dalam tiga puluh hari waktu tersisa Arai berlatih habis-habisan.Seminggu
menjelang tanggal 14 September,walaupun masih sumbang minta ampun,akhirnya Arai
mampu,akhirnya Arai mampu membawakan lagu itu sampai selesai.Bukan kepalang
senangnya Arai. Kali ini Nurmala pasti bertekuk lutut,Kawan!!
Ia menyalami aku dan Jimbron erat-erat,Bang Zaitun tertawa.. hi...hi..hi...
Usai salat isya Arai sudah berdandan rapi dan ia telah menyiapkan seikat bunga.Kami
mengendap-endap di kebut jagung dan tiba di sebuah rumah Victoria yang besar.Hujan
sore tadi tapi sekarang langit cerah,purnama timbul tenggelam di antara gumpalangumpalan


Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

awan.Lampu-lampu duduk di dalam rumah membiaskan sinar
temaram.Suasana sepi dan sendu,sungguh sempurna untuk lagu When I Fall in
Love .Kami sembunyi di balik pohon saga.Antara kami dan sebuah jendela yang sangat
tinggi terdapat lapangan rumput hijau yang landai dan terpelihara rapi.Dari sirip-sirip
jendela itu kami melihat Nurmala hilir mudik.
Keringat Arai bercucuran,dadanya turun naik.Ia berusaha keras menenangkan dirinya.
Arai...tabahkan hatimu,inilah saatnya!!
Arai melangkah.Di tengah lapangan,antara aku dan kamar Nurmala,ia
berhenti,menyampirkan ban gitar di pundaknya dan siap beraksi.Ia memberi isyarat
padaku dan Jimbron,artinya kami harus melempar jendela dengan kerikil.Teknik i
ni sudah dicontoh puluhan kali dalam film di TVRI dan Arai pun memulai lagunya.
Hhhmmmmmm...hmmmmmm...hmmmmm....
Nurmala yang tengah hilir mudik terhenti langkahnya dan menoleh ke jendela.Arai
mengeraskan suaranya.Sayangnya,mungkin karena gugup ia bernyanyi seperti minggu
ketiga latihan.Suaranya ke timur,gitarnya ke barat,dan temponya ke selatan.
Nurmala mengintip dari celah sirip jendela.Lolongan Arai semakin keras seperti jeritan
kumbang.Dan tiba-tiba Nurmala berbalik,meninggalkan jendela.Tak lama kemudian dari
dalam rumah kudengar samar-samar suara orkestra.Puluhan biola dan cel o mengalunkan
sebuah intro dengan halus dan harmonis,lalu masuklah vokal yang megah menggetarkan.
When I fall in love It will be forever... In the restless day like this,
Love is ended before it s begun &
When I give my heart It will be completely Rupanya Nurmala memuat piringan hitam nat King Cole,vokalis jazz terbaik sepanjang
masa,yang membawakan lagu When I Fall in Love dengan keindaan yang tak ada
bandingannya. Arai panic tapi tetap melolong,sekarang suaranya bergulung-gulung,Tempo,bunyi
gitar,dan suaranya semburat tak tentu arah,sumbang bergelimpangan.Semakin keras ia
melolong,semakin tinggi Nurmala menaikkan volume gramophone-nya.Aku terpana.Ini
adalah pembunuhan karakter paling sadis yang pernah kusaksikan.Aku dan Jimbron
tertawa geli sekaligus tak sampai hati melihat Arai yang tak berhenti bernyanyi.
Ia semakin demam panggung tapi sedikit pun tak mau mundur meski harus bersaing
melawan sang legenda Nat King Cole,meski hatinya telah tersungkur.Aku dan Jimbron
berusaha menahan diri tak tertawa agar Arai tak tersinggung.Arai terus melolong dengan
gagah berani.Suaranya bersahut-sahutan dengan Nat King Cole dan semakin lama
semakin tak keruan.Akhirnya,aku dan Jimbron tak dapat menahan diri karena kini suara
Arai berbelok ke timur laut,gitarnya terbirit-birit ke barat daya,dan temponya tersesat
jauh ke tenggara.Aku tak tega melihat Arai yang bercucuran keringatnya.Ia sendiri
tampak kesusahan menahan tawanya.Suaranya melemah.Ia sadar Nat King Cole sama
sekali bukan tandingannya.Kugenggam stang gitar Arai,senyap.Kusadarkan ia bahwa
rencana manisnya telah gagal total.Dawai-dawai gitar berhenti bergetar dan wanita
indifferent di dalam rumah Victoria itu tak sedikit pun dapat didekati.
Arai menunduk lesu,megap-megap,kelelahan mengendalikan suaranya yang telah
pontang-panting,Kugandeng ia meninggalkan lapangan rumput.Kami pulang melintasi
kebun jagung.Dahan-dahannya yang basah menyayat lengan kami,gatal dan perih.Nat
King Cole masih kudengar sampai jauh:Merdu seakan denting harpa dari surga.Sungguh
mengerikan hidup ini kadang-kadang.
Mozaik 15 Ekstrapolasi Kurva yang Menanjak
Tak perlu belajar matematika sampai ke SMA hanya untuk menghitung semua rencana
masa depan yang kami gantungkan pada tabungan uang receh,setelah dikurangi
membantu keluarga membeli sembako,adalah tak masuk akal.Kami tahu banyak orang
yang memiliki sumber daya membuat rencana yang detail dan realistis:pengeluaran untuk
kuliah,hidup,mudik,dan entertainment,termasuk pos luar biasa jika sakit
misalnya.Rencana itu dibuat rapi untuk lima tahun,ditambah cadangan konservatif selama
dua tahun sebagai statistic rata-rata waktu sarjana Indonesia menganggur setelah lulus
kuliah. Namun.dari tempat aku,Jimbron,dan Arai berdiri rencana konvesional itu tidak
berlaku.Karena kami adalah para pemimpi.Seandainya tidak dipakai untuk sekolah
pun,tabungan itu,yang dikumpulkan selama tiga tahun dari bekerja sejak pukul dua pagi
setiap hari memikul ikan,tak kan cukup untuk membuat kami hidup lebih dari
setahun.Dan dari tempat kami hidup lebih dari setahun.Dan dari tempat kami berdiri,di
Pulau Belitong yang terpencil dan hanya berdiameter seratus lima puluh kilometer
ini,cita-cita kami sekolah ke Prancis,menjelajahi Eropa sampai ke Afrika adalah
potongan-potongan mozaik yang tak dapat dihubungkan dengan logika apapun,bahkan
dengan pikiran yang paling gila sekalipun.
Namun,sekarang aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik
pada titik dimana aku berdiri,Itulah sesungguhnya sikap yang realistis.Maka sekarang aku adalah orang
yang paling optimis.Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva,sebuah
grafik,maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus menanjak.Sebaliknya aku
semakin terpatri dengan cita-cita agung kami:ingin sekolah ke Prancis,menginjakkan kaki
di altar suci Almamater Sorbonne,menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.Tak pernah sedikit
pun terpikir untuk mengompromikan cita-cita itu.
Paling tidak,karena tenaga dari optimisme,pada pembagian rapor terakhir saat tamat
SMA Negeri Bukan Main hari ini,aku kembali mendudukkan ayahku di kursi nomor
tiga.Arai melejit ke kursi dua.Tidaklah terlalu buruk keadaan kami di antara seratus enam
puluh siswa.Adapaun Jimbron sedikit membaik prestasinya,dari kursi 128 menjadi kursi
47.Nurmala karatan di kursi nomor satu sejak kelas satu.Mendapati Arai cengengesan di
sampingnya Nurmala memandang kaku lurus ke depan seperti orang tidur salah
bantal.Sakit lehernya jika menoleh.
Nurmala akan segera meninggalkan Belitong untuk menjalani rencana lima tahun plus
dua tahun konservatifnya,dan menjelang malam perpisahan sekolah Arai telah
menyiapkan sebuah rencana lagi untuk Nurmala.Aku salut pada kekuatan mental
Arai.Idenya adalah kami akan menyerbu melalui kebun jagung itu lagi dan Arai kembali
akan melantunkan sebuah lagu di perkarangan rumah Nurmala tapi kali ini secara lipsynch.
Sebuah ide yang hebat bukan"Lagu yang kami piliha sangat indah tak terkira: I
Can t Stop Loving You .Cukuplah Arai latihan bergaya seperti Barry Manilow dan
biarlah yang mengurus suaranya Ray Charles.
Berhari-hari Arai melatih gayanya di bawah arahan Bang Zaitun.
Kalau bisa,jika menyanyi,wajahmu jangan cengar-cengir seperti unta
begitu.Boi,hi...hi....hi...hi...., saran Bang Zaitun
Bang Zaitun sangat komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa bertanggung
jawab pada kegagalan Arai yang pertama.Maka Bang Zaitun meminjamkan setelan
panggungnya yang sangat istimewa.Setelan itu adalah setelan jas lengkap satu paket.Kaus
kaki,sepatu putih berhak tinggi,pantaloon yang sangat bagus,ikat pinggang,baju kemeja
lengan panjang untuk lapisan dalam,dan jas,ditambah sebuah slayer panjang,Semua
sandang itu,semuanya,termasuk ikat pinggang dan slayer itu,berwarna putih mengilat.
Harap kau paham Boi,setelan ini hanya kupakai kalau membawakan lagu Fatwa
Pujangga untuk menyambut gubernur dari Palembang &
Dan tak lupa, Hi &hi &hi &hi..
Sebagai suatu tambahan yang memikat,Bang Zaitun juga meminjamkan sebuah topi
sombrero berwarna merah.Sombrero adakah topi orang Meksiko yang sangat lebar.Tidak
matching sesungguhnya karena saat seluruh setelan itu dicoba Arai tampak seperti
bendera merah putih.Tapi Arai senang sekali.
Usai magrib kembali kami menerobos ladang jagung.Aku memikul tape wireless besar
yang kami pinjam dari kantor desa dan Jimbron menenteng aki.Arai melangkah hati-hati
karena tak mau mengotori setelan jas putihnya.
Kami mengendap di balik ilalang setinggi lutut yang membatasi kebun jagung dan
halaman rumput perkarangan rumah Nurmala.Dari celah-celah sirip jendela kayu tak
tampak gerakan apa pun di dalam rumah.Arai mengambil posisi di tengah lapangan
rumput,aku dan Jimbron menyambungkan aki pada tape wireless.Arai menjentikkan
jemarinya dan aku memencet tombol play.Diawali teriakan seraknya yang
khas,mengalirlah ke udara lengkingan syahdu Ray Charles.
I can t stop loving you..
I ve made up my mind. . Sungguh hebat Ray Charles bernyanyi.Pria buta itu seakan menumpahkan seluruh jeritan
jiwanya melalui suaranya yang berat terseret-seret,penuh derita sekaligus harapan karena
tak kuasa berhenti mencintai seseorang.Dan belum habis bait pertama kudengar suara
langkah tergopoh-gopoh menghampiri jendela.Aku merasa tegang waktu seseorang
membuka jendela dengan tergesa-gesa.Lalu di ambang jendela yang tinggi berdirilah
Zakiah Nurmala.Cantik,anggun semampai seperti Gabriella Sabatini.Ia tercengang sambil
memilin rambutnya yang bergelombang dan tergerai tak teratur.Lalu merekah,namun
se gera padam,dan merekal lagi,kemudian padam lagi,dan kembali merekah senyum yang
susah payah ia tahan-tahan.Manis tak terperikan.Seperti madu pada musim bunga
meranti.Jelas sekali ia pencinta berat Ray Charles dan wajahnya seakan
bertanya, Bagaimana kalian bisa tahu aku penggemar Ray Charles"
Dan disana,ditengah lapangan rumput,demi melihat Nurmala senang,Arai beraksi
semakin menjadi-jadi,meliuk-liuk seperti ikan lele terlempar ke darat.Putih berkilauan
bergelombang-gelombang.Topi sombreronya ia lepaskan,ia lambai-lambaikan lalu
dikenakannya kembali.Demikian berulang kali.Tidaklah buruk penampilan Arai kalu
ini.Bahasa Inggris-nya meman jago sehingga ia memahami arti setiap kata yang
dilantunkan Ray Charles.Mulutnya monyong-monyong kesana kemari sesuai pengucapan
Ray.Dan gayanya memesona:Ia membungkuk,menepuk-nepuk dada,mengibas-ngibaskan
tangannya,berlutut,menengadah ke langit sambil membekap kedua tangannya di dada,dan
berlari-lari kecil.Lebih dari itu ia mampu menghayati makna setiap syair I Can t Stop
Loving You sebagai ungkapan hatinya pada Nurmala.Aku dan Jimbron tertegun
menyaksikan pemandangan indah yang menyentuh hati itu:seoran laki-laki yang sama
sekali tak berbakat seni,berdandan seperti ingin tampil di televise,tak mampu
membawakan lagu cukuplah dengan membawakan gaya,tapi ia tampil dengan sepenuh
jiwa,ia pentas di lapangan rumput hanya untuk pujaan hatinya seorang.Nurmala
cekikikan dan tak berhenti tersenyum sampai bait terakhir lagu itu.
The say that time & Heals a broken heart &
But time has stood still &
When you are apart & Lagu pun usai.Nurmala mundur dan pelan-pelan menutup jendela.Lalu ia mematika
lampu kamarnya.Aku dan Jimbron membereskan tape dan aki.Arai melilitkan Slayer
putih di leher panjangnya.Ia tersenyum melihat jendela yang tertutup rapat.Ia
berbalik,langkahnya yang canggung tapi anggun seperti belalang sembah meninggalkan
lapangan rumput.Kami berlalu dalam damai.
Mozaik 16 Ciputat Kebiasaan adalah racun,rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh berdarah dingin.Aku
memandangi pasar ikan yang pesing ketika panas dan becek mengambangkan segala
jenis limbah ketika hujan,bioskop bobrok sarang berbagai jenis kutu dan hewan
pengerat,kamar sempit kontrakan kami yang nyamuknya sudah kebal pada berbagai jenis
racun serangga dari yang di bakar,disemprot,atau dilistrik.Berada di dalamnya hanya
tertahankan dengan cepat-cepat menutup mata,memasuki frekuensi dengan cepat-cepat
menutup mata,memasuki frekuensi mimpi,tidur sambil mendengkur.Tapi masya
Allah,aku gamang ketika akan meninggalkan semua kekumuhan itu.
Merantau,kita harus merantau,berapa pun tabungan kita,sampai di Jawa urusan
belakangan, Arai yakin sekali dengan rencana ini.
Kami ingin mengunjungi Pulau Jawa yang gemah ripah lohjinawi itu dan berspekulasi
dengan nasib kami.Untuk sementara keinginan kuliah volumenya dikecilkan dulu.Dan
tanpa keluarga serta sahabat yang dituju di Jawa kami memperkirakan uang tabungan
kami hanya cukup untuk hidup enam bulan.Jika selama enam bulan itu kami tak
mendapatkan pekerjaan,maka nasib akan kami serahkan pada Pencipta Nasib yang
bersemayam di langit itu.Kami akan berangkat dari Dermaga Olivir ke Tanjung
Priok,naik kapal BINTANG LAUT SELATAN.Kapal itu bukan kapal penumpang
melainkan kapal barang dagangan kelontong dan ternak.Kami bisa menumpang karena
mualimnya kami kenal.Mualim telah negosiasi dengan nakhoda apakah pada manifest
pelayaran ternak dari Karimun singgah di Belitong dan terus ke Jawa,manusia bisa
ditambahkan"Hasilnya, untuk sementara kalian dianggap mamalia sehingga boleh
numpang asal kalian bantu memasak,mengepel dek dan palka,serta membersihkan WC.
Dan jangan kau sangka gampang,Boi.Nanti kapal ini akan menarik tongkang,tak bisa
cepat,apalagi ini musim barat.Kita akan terapung-apung paling tidak lima hari di
laut.Siap,kau" Bukan takabur,bang,tapi kami sudah susah sejak kelopak mata kami dapat melihat dunia
ini,bahkan sejak dalam kandungan,pekerjaan semacam itu biasa kami kerjakan di
darat.Apa bedanya dikerjakan di atas kapal selam
a empat hari"Maka kami setuju.
Tahu apa kalian soal Jakarta,pernah kesana"Ada yang dituju" Mualim bertanya.
Kami menggeleng. Aduh,gawat!! Kenapa rupanya,Bang"
Ah,begini saja.Pokoknya tujulah Jakarta Selatan.Tempat itu lumayan aman dibanding
wilayah Jakarta lainnya,Sampai di Priok,cari bus ke Terminal Ciputat.Terminal Ciputat
ada di Jakarta Selatan. Hanya itulah petunjuk yang kami pegang dalam rantauan mengadu nasib ini:Ciputat.Aku
dan Arai pulang untuk berpamitan pada ayah dan ibuku.Kedua orangtualu tak banyak
komentar.Mereka hanya menitipkan satu pesan yang mereka ucapkan hampir bersamaan.
Yang pertama harus kalian lakukan adalah temukan masjid...
Ketika membereskan tas,Jimbron menghampiri aku dan Arai.
Kud...kuda Sumbawa ini untukmu,Ikal...
Aku terkejut.Jimbron menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untukku.
Dan kuda sandel untukmu,Arai...
Kami terpana dan tak sanggup menerimanya.
Dari dulu tabungan itu memang kusiapkan untuk kalian...
Air muka Jimbron yang polos menjadi sembab.Ia tampak sangat terharu karena dapat
berbuat sesuatu untuk membantu sahabatnya,
Kalian lebih pintar,lebih punya kesempatan untuk sekolah lagi,kalian berangkat saja ke
Jawa.Pakailah uang itu,kejarlah cita-cita...
Kami terhenyak.Kami tak menduga sedikit pun niat tulus Jimbron selama ini.
Jangan,Bron.kau sudah bekerja keras untuk tabungan itu"
Dan Jimbron sedih. Ambillah,biarlah hidupku berarti.Jika dapat kuberikan lebih dari celengan itu,akan
kuberikan untuk kalian.Merantaulah.Jika kalian sampai ke Prancis menjelajahi Eropa
sampai ke Afrika,itu artinya aku juga sampai ke sana,pergi bersama-sama dengan kalian.
Lalu kau sendiri bagaimana,Bron" Arai bertanya
Aku di Magai saja.Lagi pula aku sudah diterima bekerja di peternakan Capo.Aku akan
mengurus kuda!! Kami tersentuh.Kami menghampiri Jimbron dan memeluknya.Jimbron yang berhati
lunak dan putih.Dulu,dengan penuh semangat,ia memesan dua celengan kuda agar
dibelikan mualim di Jakarta,dan sempat kami tertawakan ketika celengan kuda itu
datang,Ditabungnya upah bekerja keras paling tidak selama dua tahun.Diisinya kedua
celengan itu dengan rata.Tak sepatah kata pun ia sempat ia ucapkan maksudnya.Kini
diberikannya masing-masing untuk kami.Itulah pengorbanan Jimbron untuk kami.Kami
berjanji akan menuliskan namanya di tanah,di gedung,di pohon,di jalan,kemana pun kami
sampai. ********** Ketika berpisah,ayahku memeluk Arai dan mendesapku kuat sekali.Tak ada kata-kata
untuk kami,hanya senyum lembut kebanggaan,dan matanya berkaca-kaca.Beliau
kehilangan karena tak pernah sebelumnya kami meninggalkannya.Pak Balia memberikan
padaku sebuah gambar yang selalu diperlihatkannya di depan kelas:pelukis,menara
Eiffel,dan Sungai Siene.Beliau diam saja dan aku mengerti maksudnya.Prancis bukan
hanya impianku dan Arai tapi juga impian sepi beliau.
Jangan pernah pulang sebelum jadi sarjana...., pesan Ibu Muslimah,guru SD-ku.Di
samping beliau Pak Mustar mengangguk-angguk.Mereka tersenyum ketika kami
menyalami mereka erat-erat karena mereka tahu itu pertanda kami menerima tantangan
itu:tak kan pernah pulang ke Pulau Belitong sebelum jadi sarjana.
Aku dan Arai memeluk celengan kuda dan berdiri di haluan waktu kapal menarik
sauh.Pelan-pelan kapal hanyut meninggalkan dermaga.Kulihat dari jauh los kontrakan
kami,bioskop,pasar ikan,Toko Sinar Harapan,pabrik cincau,dan orang-orang yang tak
berhenti melambai kami:ayah-ibuku,sahabat-sahabat SD-ku para anggota Laskar
Pelangi,Jimbron,Pak Balia,para penjaga sekolah,puluhan kolega sesama kuli
ngambat,Mahader,A Kiun,Pak Cik Basman tukang sobek karcis,Taikong
Hamim,Capo,Pak Mustar,Bang Zaitun,Pendeta Geovanny,dan Laksmi.Ramai sekali
pengantar kami tapi mereka hanya diam.Mereka bergandengan tangan melepas dua anak
pulau yang akan mengadu nasib ke Jawa.Hatiku menjadi dingin,pipi kami basah,betapa
kami akan merindukan mereka.
Matahari merah turun di belakang jajaran pohon bakau ketika kami keluar dari
Semenanjung Ayah,terlepas bebas dari teluk yang sempit berliku-liku.Bentangan
ge lombang membentuk anak panah ketika lunas kapal membelah permukaan sungai
cokelat yang tenang.Warna cokelat itu pelan-pelan berubah menjadi kelabu saat kapal


Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengarungi muara,dan pudar di sap warna biru karena kami telah menembus Laut Cina
Selatan. Dari jauh masih kulihat orang-orang melambai.Semakin lebar laut memisahkan
kami,semakin mengembang ruang hampa dalam hatiku.Tangan mereka mengalun seperti
pelepah-pelepah nyiur.Kupandangi pulau kecilku yang porak poranda karena kerakusan
manusia.Semuanya ada di situ:ayah ibuku,sanak keluargaku,sahabat,guruku,kebanggaa
dan jati diriku,tangis dan tawaku,inang nasibku,dan semua perasaan sayang yang ada
dalam hatiku.Barisan pohon santigi mengajak hnggap burung-burung punai
samak,bersambung dengan padang ilalang yang bergelombang digelayuti burung-burung
pipit,lalu perdu apit-apit,jalan setapak,rumah panggung,pelanduk,buah bintang,telaga air
payau,dan batu-batu purba yang mempan dimakan waktu,yang lebih liat dari sang waktu
itu sendiri.Pulau Belitong tumpah darahku,terapung samudra dahsyat yang bergelora
mengurungmu,Belitong yang kukuh tak terkalahkan,kapankah aku akan melihatmu lagi"
BINTANG LAUT SELATAN telah dipeluk samudra.Nakhoda menghidupkan mesin
utama dan di buritan kulihat luapan buih melonjak-lonjak karena tiga baling-baling
raksasa menerjang air.Aku disergap sepi di tengah bunyi gemuruh dan aku berpegang
erat pada besi pagar haluan saat kapal mulai diayun ombak musim barat,kepalaku tak
berhenti mengingat satu kata:Ciputat.Pelayaran kami tak kan pernah kulupakan karena
itulah empat hari,secara terus-menerus,detik demi detik,kami didera siksaan.Siksaan
pertama karena kami telah mabuk ketika baru beberapa jam berlayar.Penyebabnya
gelombang yang besar dan dapur kapal yang jorok luar biasa,ditambah bonus aroma
tengik dari gunungan kelapa busuk,yang disebut kopra.serta dari berton-ton karet mentah
yang dimuat dalam kapal.Mabuk juga disumbangkan oleh lagu Senja di Kaimana yang
berpuluh-puluh kali diulang oleh nakhoda yang telah di sekap penyakit obsesif kompulsif
pada lagu itu. Sampai lima hari berikutnya kami mabuk terus menerus.Dan dalam penderitaan itu kami
harus mengepel dek dan palka,membersihka WC,dan memasak empat kali sehari,Lagi
pula nakhoda rewel sekali dalam soal makanan.Alisnya mengerut jika sedikit saja
sayuran keasinan.Sedangkan kami memaksakan diri makan terus-menerus karena
makanan itu akan termuntahkan terus-menerus.Ajaib sekali aku dan Arai tidak sakit dan
masih terus bersemangat melakukan kewajiban kami sebagai kompensasi menumpang
kapal ternak ini.Itulah,Kawan,kalau mau tahu tenaga dari optimisme,tenaga dari
ekstrapolasi kurva yang menanjak,tenaga dari mimpi-mimpi.
Jika kami keluar palka untuk menghirup udara segar,maka kami semakin pusing karena
yang terlibat hanya horizon buih,bahkan kaki langit tak tampak,hanya biru,dan biru,lalu
silau menusuk mata.Kami seperti tak kan pernah mencapai tujuan.Kami seperti hanya
diam di tempat,tercepuk-cepuk dalam sebuah cawan raksasa berisi air biru.Kami seperti
telah salah arah,tersasar ke planet air yang tak memiliki daratan.
Di kapal ini satu jam rasanya seperti setahun.Berhari-hari hanya warna biru.Belum apaapa
aku sudah rindu pada Belitong,pada Jimbron,pada Pangeran,dan pada Ayahku.Betapa
mengerikannya berada di tengah samudra.Apa yang ada dalam pikiran mereka yang
memutuskan bekerja di laut"jawabannya adalah pertanyaan dari para pelaut:apa yang di
pikiran mereka yang memutuskan bekerja di darat"Jika badai datang,aku dan Arai
muntah hingga tak ada lagi yang bisa dimuntahkan sehingga yang keluar hanya cairan
kuning yang pahit.Istilahnya muntah kuning.Dalam keadaan ini,mau dilemparkan ke laut
pun sudah tak berdaya melawan.Muntah kuning adalah puncak tertinggi prestasi mabuk
laut.Jika sudah muntah kuning,kami bolak-balik ke kamar radioa,menjengkelkan
Markonis dengan terus-terusan menanyakan berapa lama lagi kami akan sampai ke
Jakarta"kami merasa sedikit mendingan jika mualim menggosok kami dengan minyak
kayu putih dan sedikit teknik pijatan yang biasa diterapkannya
jika mendempul perahu.Salut juga ia denan kami yang tahan banting.
Kalau kalian bisa bertahan di kapal ini,kalian akan mampu bertahan di
Jakarta, ucapannya sungguh membesarkan hati.
Hari keenam,pukul satu siang,aku yang sudah babak belur,compang-camping,iseng-iseng
mendongakkan kepala keluar lubang palka dan alangkah terkejutnya,nun jauh
disana,sayup-sayup,di garis horizon biru itu kulihat benda kotak-kotak bermunculan
timbul tenggelam. Aku melompat dan berteriak sejadi-jadinya.
Araiiiii....Jakartaaaaaaaaa....
Arai yang sedang mengaduk sayur nangka di dalam dandang langsung kabur
menghampiriku.Wajahnya takjub memandang jauh pada barisan kotak yang semakin
dekat.Ia melonjak dan memelekku erat-erat.Kami cepat-cepat menyelesaikan masakan
lalu mandi.Berulang kali kami mengintip kotak-kotak yang rupanya bangunan-bangunan
tinggi Jakarta.Semua perasaan mual dan lelah menguap karena ekstase akan segera
sampai di Jakarta. Kami memakai pakaian terbaik kami.Kunjungan ke ibu kota tak bisa dengan
sembarangan saja.Presiden tinggal di situ.Ini peristiwa penting.Aku berbaju safari empat
saku hadiah dari ayahku.Bersepatu,menyisir rambutku setelah mengaduknya dengan
Tancho.Aku tersenyum-senyum sendiri pada cermin.Aku menyemprotkan minyak wangi
ke lokasi-lokasi yang masuk dalam radius jangkauan penciuman orang-orang
terdekat,mempersiapkan koper besarku,dan menjinjing celengan kuda.
Arai melakukan hal yang sama,Sepatu pantofelnya berkiliaun karena disemir tebal.Siang
itu panas sekali tapi baju Arai dua lapis.Baju dalamnya adalah kaus tebal lengan panjang
pas badan berwarna kuning tua mencolok dengan kerah bergendat-gendat menutupi
seluruh leher sampai ke dagu,seperti kaus orang pada musim salju.
Keren bukan main kaus itu,khusu dibeli Arai di Tanjong Pandan untuk kunjungan ke
Jakarta ini.Lengan kaus itu bersetrip hijau besar seperti baju olahraga dan di bagian
dadanya ada tulisan asyoi,dengan huruf yang diukur berseni seperti kaligrafi.Baju luar
Arai adalah jas tebal berwarna cokelat hibah dari Taikong Hamim.Jas,yang berbau sedikit
apek itu,biasa Taikong pakai jika menjadi khatib jumat.Ketika melangkah,Arai tampak
seperti seorang duta besar.Arai juga menjinjing koper besar dua kunci di tangan
kanannya berjalan dengan anggun menuju haluan.
Para anak buah kapal cekikikan melihat kami tapi kami tak peduli.Kami berdiri tegak di
hidung haluan,menantang panasnya sinar matahari pukul dua siang,siap menyongsong
jakarta.Dari waktu ke waktu kami menunggu tapi bayangan kotak-kotak itu masih seperti
beberapa waktu yang lalu.Semakin lama tetap saja tak berarti.Kami terpanggang
matahari.Tancho di kepalaku mulai meleleh.Keringat mengucur deras dan kami kelelahan
berdiri.Arai membuka jasnya.Kami duduk bersandar pada tiang besi pagar haluan.Kami
baru sadar,dan itulah yang ditertawakan pada ABK,Jakarta sebenarnya masih sangat jauh.
Setelah empat jam,menjelang magrib,baru kapal merapat.Aku dan Arai berdiri tegak di
haluan dan gemetar melihat demikian banyak manusia di Tanjung Priok.Tua muda,lakilaki
dan perempuan,hilir mudik,bergerak-gerak cepat kesana kemari.Tak jelas apa
urusannya. Selamat datang di Jakarta,Boi kata kelasi yang berbaju seperti baju Donald Bebek
sambil menibar sebongkah besi tambatan kapal di bibir dermaga.Kami tak peduli pada
ucapannya karena tegang akan menginjak Jakarta.Aku memegang koper dan celengan
kuda erat-erat.Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menibar jalinan jala yang
disambut dua orang di bawah.ia memberi isyarat pada kami agar turun.Kami
melemparkan koper-koper kami ke atas jala itu dan merayap ke bawah.Dengan
Basmallah,kami menginjak Jakarta.Nakhoda dan para ABK berkumpul di
haluan,melambai-lambaikan tangannya.Lima hari yang mengesankan dengan mereka.
Hati-hati di Jakarta,Boi... kata nakhoda.
Kalau tak sanggup di Jakarta,bulan Juli ke sini lagi,kami angkut lagi ke Belitong!! seru
mualim. Aku dan Arai melangkah pergi.Masih kami dengar teriakan mualim yang samar karena
tertelan bunyi peluit kapal dan ingar-bingar ratusan manusia.
Ciputat,Boi.J angan lupa Ciputat!! Aku dan Arai terpana melihat kapal-kapal besar Kambuna,Lawit,Sirimau,dan berbagai
nama berujung loyld.Kapal BINTANG LAUT SELATAN yang kami anggap sudah
sangat besar tak ada artinya dibandingkan kapal-kapal ini.Seperti perbandingannya ayam
dengan gajah.Bunyi peluti kapal yang membahana menggetarkan dada kami.Waktu itu
pas puncak arus balik lebaran,ratusan orang berseliweran dengan tergesa-gesa,hiruk
pikuk,Kami tak berkata-kata karena serba terheran-heran.Kami seperti anak bebek yang
tersasar ke kandang kuda.Lalu suatu gelombang besar manusia yang baru turun dari kapal
yang sangat besar melewati kami.Kami terdesak-desak.
Aku bertanya pada mereka yang lalu lalang, Kemana naik bus ke Ciputat"
Seseorang menyuruhku mengikuti suatu rombongan yang tak putus-putus.Di kejauhan
aku melihat mobil bus besar-besar.Kami berjalan menuju Terminal Tanjung
Priok,Sampai disana kami semakin tercengang karena manusia semakin banyak.Di antara
kepulan asap knalpot bus-bus itu kami kebingungan.Tiba-tiba seseorang merampas tasku
dan tas Arai,kemudian melemparkannya ke dalam bus.
Naik!!Naik!!perintahnya. Ke Ciputat,Pak" Di tak menjawab,hanya menatap kami dari atas ke bawah,lalu menarik lagi tas orang
lain.Bagi orang Melayu,tak menjawab berarti setuju.Kami meloncat ke dalam bus.Bus
meluncur keluar terminal.Klakson sana sini,berkelak-kelok tanpa ampun,dan tancap
gas.Kami duduk di depan,terantuk-antuk,dan lagi-lagi tercengang,melihat demikian
banyak orang menjejali bus.Lalu perasaan heran itu berubah menjadi takjub menyaksikan
perkampungan kumuh diseputar Pelabuhan Tanjung Priok.Begitu dahsyat tenaga yang
ada di balik kemiskinan sehingga orang mampu hidup di atas air berwarna hitam
membeku,di dalam ruang-ruang kardus yang sempit,meminum air limbah,dan menghirup
udara racun. Malam turun,Satu per satu penumpang menghilang,bus sepi.Ciputat tak kunjung
sampai.Aku dan Arai yang kelelahan tertidur pulas.Jika ada yang ingin mengambil koper
dan celengan kuda kami,kami tak kan tahu.Tiba-tiba kami terperanjat.
Bangun-bangun!Sudah sampai! bentak seseorang.
Aku membangunkan Arai.Kami tiba di sebuah terminal yang jauh lebih sepi dari
Terminal Tanjung Priok.Sebuah jam yang ada di taman menunjukkan pukul 12
malam.Rupanya bus telah berhenti lama di berbagai tempat namun kami tak sadar.Udara
dingin sekali.Arai mengancingkan jasnya.Dengan menenteng koper dan celengan
kuda,kami keluar terminal.Sebuah plang besar tergantung di gerbang terminal dan ada
dua buah lampu neon panjang menyinari tulisan nama terminal itu:Terminal Bus Bogor.
************* Misi pertama menemukan Terminal Ciputat gagal.Kami terdampar di tempat yang tak
pernah kami rencanakan sebelumya,Bogor sama sekali asing bagi kami.Kami hanya
pernah membaca di bukuHimpunan Pengetahuan Umum waktu masih SD dulu:Bogor
ada di Jawa Barat,penghasil talas,ada istana presiden,dan Kota Hujan.Hanya itu saja
pengetahuan kami tentang Bogor.Sekarang kami terdampar di Bogor pada tengah
malam.Tak tahu akan menuju ke mana.Bahkan kami tak tahu di mana
barat,timur,utara,dan selatan.
Kami berjalan meninggalkan Terminal Bogor tak tentu arah,terseok-seok menyeret koper
yang sangat berat.Kami melangkah dengan limbung karena masih di landa mabuk
laut.Pakaian rapi jali kami untuk mengunjungi ibu kota telah kusut masai.Jas Arai tampak
timpang dan baju safari empat saku ayahku tak lagi licin lipatan setrikanya.
Belum jauh meninggalkan Terminal Bogor,disebuah persimpangan yang tengahnya
berdiri sebuah tugu yang tinggi,aku dan Arai terhenti melihat sebuah toko yang sangat
indah.Kami berdua tertegun dan terkesima di depan toko itu.Tak mampu berkatakata,
Tak pernah seumur hidup kami melihat toko seindah itu.Cat bangunannya sangat
memesona dan didalamnya terang benderang.Banyak sekali lampunya.Bermacam-macam
lampu.Ada lampu kecil yang merambat- rambat ke sana kemari,naik turun berputar-putar
sampai keluar,berkelap-kelip,seperti di rumah warga Tionghoa kampung kami yang
sedang mengadakan pesta perkawinan.Di dalam toko ada balon-balon yang
lucu,berteba ran menyundul-nyundul plafon yang dihiasi pita-pita berjuntai.Dinding
didekorasi gambar-gambar cantik yang mendidik di sela-sela deretan lemari kaca berisi
boneka-boneka.Meja yang mengilat berjejer-jejer.Toko ini telah tutup.Dari luar kami
melihat para pegawai berseragam membersihkan lantai yang berkilauan dan mengelap
lemari-lemari kaca.Mereka adalah anak-anak muda laki-laki dan perempuan yang
rupawan.Meski pun bekerja sampai larut malam tapi mereka tersenyum bahagia.Segala
penat dan pening kepala karena muntah-muntah di kapal selama enam hari seakan
menguap demi melihat toko yang memukau ini.Di muka atas bangunan terdapat lipstang
besar nama toko yang memesona itu:KENTUCKY FRIED CHICKEN.
Di ambang pintu masuk ada patung seorang bapak yang gendut.Ia bertongkat dan
berkacamata.Ia juga berjas seperti Arai,bedanya ia memakai dasi kupu-kupu.Ia tampak
kaya raya.Namun,patung itu tidak memiliki tekstur warna.Hanya putih saja,terutama pada
bagian wajahnya.Dengan warna polos begitu,pastilah perancang patung ini berusaha
menghilangkan seringai kapitalis dari wajah bapak itu.
Aku dan Arai masih terpaku,tak mampu mengalihkan pandangan dari toko yang indah
seperti istana peri ini.Akhirnya,kami duduk di pinggir jalan di atas koper kulit buaya
kami,sambil tetap menggendong celengan kuda.Pikiran kami masing-masing
melayang.Kami tahu Kentucky adalah nama sebuah tempat di Amerika tapi kami tak
familiar dengan kata fried chicken.Mungkin karena masih dipengaruhi mabuk laut,maka
kami tak menyadari bahwa fried adalah sebuah kata pasif.Aku membantah khayalanku
sendiri yang menduga tempat itu peternakan bibit ayam dari Kentucky,atau sebuah pabrik
pakan ayam model baru buatan USA,atau toko untuk para kolektor ayam.Mungkin
saja,karena orangkota banyak yang tergila-gila pada koleksi aneh-aneh.Sepertinya Arai
juga tenggelam dalam angan-angannya sendiri.Dan akhirnya ia angkat bicara memecah
limabelas menit terakhir hidup kami yang lena dibius pesona sebuah toko.
Tahukah kau,Ikal..." katanya pelan sambil mengancingkan jas warisan Taikong Hamim
itu. Ini adalah sebuah rumah makan,sebuah restoran khusus untuk orang kaya...
Oooh.., jawabku dalam hati.
Untuk dapat makan,disini harus dengan perjanjian dulu,harus memesan nomor
meja,paling tidak tiga hari sebelumnya!
Masuk akal...,jawabku dalam hati lagi sambil menggeleng-geleng kagum pada toko itu.
Memesan nomor mejanya pun hanya bisa melalui telepon!Jika datang langsung tak kan
dilayani! Aku mengerti ia pasti mendapat semua pengetahuan itu dari cerita sandiwara radio
Singapura yang siarannya sering tembus sampai ke kampung kami.
Selesai makan,jangan kau kira bisa membayar dengan uang biasa!
Lalu dengan apa,Rai"
Dengan kartu anggota! ! Kalau kukatakan padamu syarat menjadi anggota,kau akan terbelalak,Kal!
Jangan kau sangka gampang menjadi anggota restoran ini,Boi...Antara lain harus ada
bukti sering bepergian ke luar negeri naik pesawat!
Aku tersentak dan terngang mendengarnya.Tak pernah sekali pun tebersit dalam
pikiranku bahwa manusia modern bisa terjebak dalam suatu situasi yang sangat runyam
hanya untuk mengisi perut.Suasana hening.Kami kembali terpekur mengontemplasikan
satu per satu kehebatan Restoran Kentucky Fried Chicken.
Lalu Arai menyambung dengan pelan tapi pasti, Dan tahukah kau,Ikal"
Aku menoleh padanya,memohon informasi baru yang pasti akan membuatku tercengang
lagi. Pemilik restoran ini adalah Mr.Fred yang gendut itu!
Ochhh... Aku mengangguk takzim. Luar biasa...sungguh luar biasa.
Dan kami pun berlalu.Menyeret lagi koper kulit buaya kami sambil menggendong
celengan kuda.Tak tahu mau kemana.
Tentu saja saat itu aku tak mengerti kalau Arai hanya sok tahu.Ia mengambil nama
Mr.Fred dari Fried Chicken.Belakangan ketika aku tahu nama laki-laki gendut itu adalah
Kolonel Sanders,aku jadi mendapat bahan untuk meledek Arai sepanjang
waktu,sepanjang hidupnya malah.Namun,kini yang tertinggal untuk kami di tengah
malam buta ini hanya sebaris pesan dari orangtua.
Dan hujan pun turun.Gerimis,
gelap,lelah,dan dingin.Mash tak tentu arah,kami hanya
melangkah saja sekenanya berpegang pada pesan orangtua untuk menemukan
masjid.Nasib baik!Belum jauh dari terminal kami menemukan sebuah gedung dengan
tulisan yang membuat kami senang karena di SMA Negeri Bukan Main kami sudah
sering mendengarnya :Institut Pertanian Bogor(IPB).Lebih menyenangkan karena di
belakangnya ada masjid. Esoknya dengan mudah kami menemukan kamar kos di sebuah kampung di belakang
IPB.Nama kampung ini sangat istimewa:Babakan Fakultas.Mungkin karena dekat dengan
berbagai fakultas di IPB.Kampung ini merupakan sebuah lembah yang dihuni oleh
mahasiswa dari seluruh Indonesia,dengan jumlah yang lebih banyak dari penduduk asli
setempat.Maka babakan ini adalah sebuah lembah yang intelek.Kamar kos berdinding
gedek bambu dan berlantai semen yang sebagian telah menjadi tanah.Kamar itu milik
seorang juragan bawang di Pasar Anyar Bogor.Ketika membuka koper kami menemukan
jawaban beratnya koper itu.Rupanya ibuku telah menjejelinya dengan ikan
asin,beras,botol-botol madu,pil APC,Naspro,obat cacing Askomin,pompa sepeda,ruparupa
bumbu dapur,bahkan lumpang dan alunya.
Sungguh menyenangkan tinggal di Babakan Fakultas.Baru pertama kali aku melihat
kehidupan mahasiswa.Apalagi mereka adalah mahasiswa IPB,mahasiswa-mahasiswa
pintar yang bermutu tinggi.Di masjid atau warung mereka bicara tentang ujian,rencana
penelitian,bimbingan skripsi,dan praktikum.Ketika mereka bicara tentang kalkulus,kultur
jaringan,teori peluang,dan mekanika rinduku membuncah akan bangku sekolah.Di
babakan Fakultas aku kembali merasa seperti anggota garda depan.Aku dan Arai tergoda
pada setiao kata-kata ilmu mereka,namun kami sadar belum waktunya kami bergabung


Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan civitas academica.Saat ini kami hanya memiliki dua tas kulit buaya.sedikit uang
untuk bertahan hidup,dan dua celengan kuda.Tapi walaupun terbatas keadaan kami,kami
yakin dapat kuliah.Sekarang satu per satu saja dulu,yaitu bagaimana agar segera dapat
pekerjaan,berpenghasilan,dan dapat makan tiga kali sehari.
Dan hari-hari berikutnya adalah malam-malam tak bisa tidur dan tak enak makan waktu
menemukan koran-koran merah yang memuat warta dan gambar
penggorokan,perampokan,dan pemerkosaan di sana sini yang hampir setiap hari terjadi di
kota.Demikian semaraknya kriminalitas di Bogor,Jakarta,atau Tangerang.Seakan kotakota
ini akan menjadi kota mati jika sehari saja tidak terjadi tindak
kejahatan.Namun,anehnya lambat laun menjadi terbiasa.bahkan ketika nenek-nenek
dirampok,dicabuli,dan dibunuh,aku telah menjadi seperti orang kebanyakan:sekali
menarik napas panjang,semenit kemudian bahkan lupa inisial nenek itu.Ini adalah
kemorosotan paling besar yang kutemukan dalam diriku dengan hidup di kota.
Kami tak peduli mungkin karena panik akan keadaan kami sendiri.Berbulan-bulan di
Bogor,berbekal selembar ijazah SMA,kami tak kunjung mendapatkan
pekerjaan,Berbulan-bulan di Bogor,berbekal selembar ijazah SMA,kami tak kunjumg
mendapatkan pekerjaan.Bahkan hanya sekedar ingin menjadi penjaga toko susahnya
minta ampun.Pada bulan keempat,dengan sangat terpaksa kami memecahkan celengan
kuda Sumbawa dan sandel itu.Tebersit perasaan bersalahku pada Jimbron.Tapi apa boleh
buat,melamar kerja pun perlu biaya.Jika masih begini,napas kami tinggap tiga bulan di
Jawa.Aku teringat pesan mualim untuk kembali ke Tanjung Priok pada bulan Juli jika
Jawa tak bersimpati pada nasib kami.Dan bulan Juli masih tujuh bulan lagi,berarti selama
empat bulan kami harus berhibernasi seperti hewan pengerat marmot yang hidup di
Pegunungan Alpen ketika musim salju.Hidup hanya dari cadangan lemak dalam tubuh
mereka.Sayangnya kami terlalu kurus.
Beruntung pada bulan kelima kami mendapat pekerjaan yang istimewa.Karena sang
juragan memberi kami baju seragam yang elok:Sepatu hitam(walaupun plastik yang
mengilat tapi bisa dibuat semakin bagus jika disemir dengan air).,celana panjang
hitam,baju putih lengan panjang,dan dasi!Seutas dasi yang dipakai dengan cara
direkatkan.Setiap pagi kami di-drop di berbagai perumahan kelas menengah di Bo
gor,lalu kami mengetuk pintu demi pintu untuk menjual wajan teflon serta berbagai peralatan
dapur.Manis sekali konsep pekerjaan ini tapi pelaksanaannya,bagiku dan Arai,susah
bukan main.jauh lebih susah dari memikul ikan.Masalahnya door to door salesman
adalah suatu profesi yang menuntut keahlian berdagang tatap muka dengan dukungan
komunikasi komersial tingkat tinggi.Dulang,laut,danau,dan urat-urat timah,dengan hal
hal semacam itulah watak kami terbangun.Kami tak memiliki secuil pun kualifikasi
negosiasi dagang.Sebulan penuh kami tak mampu menjual sebilah sendok pun.Maka
berdasarkan perjanjian yang telah diteken.di atas materai,kami harus bersedia dipecat
sebab wan prestasi. Lalu kami mendapat pekerjaan di pabrik tali.Pabrik ini memproduksi rupa-rupa tali mulai
dari jalinanrami yang tak mungkin putus dengan diameter hampir setenga meter dan biasa
dimanfaatkan untuk menambat kapal dengan bobot mati lima ribu ton sampai tali favorit
para penggantung diri:nylon plastik berdiameter 30 milimeter,dapat menahan bobot,plus
momentum hentakan,ketika kursi ditendang,sampai seratus lima puluh kilo.Sayangnya
pabrik harus tutup sebab bangkrut.Keadaan kami semakin kritis.Beruntung lagi,ketika
uang kami hanya cukup untuk makan dua hari lagi,seorang tetangga kos mengajak kami
bekerja di kios fotokopinya di IPB.Hidup bersambung lagi.
Kami berdiri dari pagi sampai malam di depan mesin fotokopi yang panas.Sinarnya yang
menyilaukan menusik mata,membiaskan pengetahuan botani,fisiologi
tumbuhan,genetika,statiska,dan matematika di muka kami.Lipatan aksara ilmu pada
kertas-kertas yang tajam mengiris kemari kami,menyayat hati kami yang bercita-cita
besar ingin melanjutkan sekolah.kami kelelahan ditumpuki buku-buku tebal dari
mahasiswa baru tingkat persiapan sampai profesor yang akan pensiun dalam euforia
akademika yang sedikit pun tak dapat kemi sentuh.Pekerjaan fotokopi menimbulkan
perasaan sakit nun jauh di dalam hati kami.
Suatu hari aku dan Arai tertawa terbahak-bahak ketika kami memfotokopi sebuah
brosur.Rupanya ada sebuah seminar hebat dengan tema ilmiah yang sangat
bombastis:MEMBONGKAR KEPALSUAN ETIKA PATRIARKAL:UPAYA
KULTURAL UNTUK MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT PEREMPUAN
DARI DOMINASI LAKI-LAKI. Di dalam brosur itu ada tulisan keynote speaker:Pengamat dan pembela harkat dan
martabat wanita.Di bawah kalimat itu ada sang keynote speaker.Rupanya foto diambil
ketika sang pembela tengah berpidato di sebuah seminar yang juga bertema pembelaan
harkat wanita.Dalam foto itu,tangannya mengepal ke udara seperti orang meneriakkan
merdeka!Mulutnya berapi-api,matanya menyala-nyala.Ia hobi sekali membuatseminar
semacam ini.Kami terkesiap karena kami mengenal dengan baik sang pembela harkat
ini.Ia tak lain adalah wanita yang menggendong anjing pudel,tak berpakaian apa-apa
kecuali dua carik kecil merah,di bioskop kecoak waktu kami SMA dulu.
Sungguh menakjubkan bagaimana orang bisa memutarbalikkan citranya.Ia yang sama
sekali tak pandai berakting,dan di sepanjang film murahan itu tampak jelas sutradara tak
mengalami kesulitan sedikit pun untuk memintanya melucuti bajunya,lenggak-lenggok di
tempat jemuran cucian dengan hanya memakai dua carik tali-temali untuk menutupi
kehormatannya yang terakhir,tak ragu sedikit pun merendahkan harkat dan martabatnya
sendiri,kini ia berubah menjadi pejuang harkat perempuan.Kami ikut senang ingin
mengucapkan selamat untuknya.Seperti Nasio,Marmo,dkk.yang dikirim pemerintah ke
Belitong sebagai transmingran dan kemudian bermetamorfosis menjadi kuli
serabutan,wanita carik merah itu pun rupanya telah pula bermetamorfosis,telah tobat
lebih tepatnya.Kini rambutnya dipotong pendek seperti wanita yang banyak
menghabiskan waktu untuk berpikir dan ia sering memakai kacamata minus persegi
panjang agar tampak terpelajar.Yang membuat kami tertawa terbahak-bahak adala karena
teringat bagaimana kami memerankan tokoh-tokoh dalam film bejat itu waktu dihukum
Pak Mustar. Auuuufff...auuuuuffffh...auuuuuuuuuuufffhhhhhhh, lolong Arai.
******************** Waktu itu masih pagi,fotoko
pi Kang Emod tempat kami bekerja,sepi karena mahasiswa
sedang libur,pekan teduh menghadapi ujian.
Mang,dua puluh kalo ya,bolak-balikperintah seorang ibu muda.Ia baru saja turun dari
sebuah mobil dinas berwarna taxi orange.
Amboi,aku suka melihat gayanya.Gayanya itu karena bajunya.Baju seragam bagi orang
yang menyediakan diri untuk berlelah-lelah,berkotor-kotor,tak segan turun langsung ke
lapangan,membereskan segala hal.Bahannya drill biru muda yang tebal.Dingin jika
dipakai.Ada dua saku model kemeja lelaki dan satu saku kecil untuk pulpen di lengan
atasnya.Di atas saku kanannya ada gambar burung merpati dan tulisan POS dan GIRO.
Yang difotokopi adalah pengumuman penerimaan pegawai baru di Kantor Pos Bogor.
Kalau berminat,boleh saja melamar..., kata ibu itu,Ia meninggalkan sebuah copy
untukku. Minat adalah kata yang tidak relevan untuk situasiku dan Arai.Karena agar dapat
bertahan hidup,selama masih halal,kami sudah sampai tahap rela mengerjakan hal yang
paling tidak kami minati sekalipun.Possibility,sesuai dengan filosofi Capo,adalah kata
yang lebih tepat untuk kami,yaitu kemungkinan yang harus kami lihat mengingat
berbagai keterbatasan atau mungkin kelebihannya yang kami miliki.Kami melamar dan
Arai gagal pada tes kesehatan.Itu membuatku cemas karena ada yang tak beres dengan
paru-parunya.Sedangkan aku,ketika tes terakhir berupa tes fisik lomba lari,langsung
yakin akan diterima. Arai kembali memfotokopi dan aku,beserta puluha calon pegawai pos,dinaikkan ke
sebuah truk berwarna hijau,digelandang ke Pusat Pendidikan Perhubungan Angkatan
Darat di Cimahi.Lalu seseorang mengunduli aku,menyuruhku berguling-guling di air
bekas cucian mobil,menyuruhku push up,merayap,dan lompat kodok.Mereka juga
melarangku berjalan lebih dari lima langkah,harus berlari.Setiap bangun subuh aku
berlari,tengah hari sebelum makan berlari lagi,sepanjang sore berlari,dan tak boleh tidur
jika belum berlari.Aku menjadi kurus tapi keras berisi,hitam legam seperti aspal.Sebulan
penuh aku menjalani pendidikan dasar militer agar nanti di Jawatan Pos dapat disiplin
melayani masyarakat. Mozaik 17 Wewenang Ilmiah Selama pengalamanku bekerja,sejak dua SMP,menjadi pegawai Pos adalah puncak
karierku.Meskipun hanya sebagai tukang sortir,dan ini tak kusukai,tapi aku adalah
seorang pegawai jawatan!Tahukah,Kawan,artinya itu"Itu artinya aku adalah seorang
amtenar!Seorang Komis!Susah kupejamkan mataku malam-malam memikirkan
kehebatan lompatan karierku dari kuli ngambat beberapa bulan yang lalu sekarang jadi
amtenar yang berangkat kerja dengan baju seragam.
Mandorku:Odji Dahroji,asli Citayam Bogor,sangat penuh:perhatian.Pria yang sudah dua
puluh tujuh tahun menjadi Ketua Ekspedisi ini memiliki perawakan tinggi
besar.Sangar.Rambutnya lurus kaku,wajahnya keras,dan kumisnya baplang.Jalannya
tegap seperti Khrushchev.Memang penampilan yang diperlukan untuk mengendalikan
ratusan pengantar pos.Tapi senyumnya manis sekali dan tak dinyana suaranya
kemayu,halus lembut seperti putri keraton.Ia tak jemu-jemu memompa semangatku.Hari
ini para tukang sortir,petugas pos keliling desa,dan para pengantar pos bersepeda
dikumpulkannya. Juru sortir..., katany berlogat Sunda Bogor,seperti ibu guru di depan anak SD.Untuk
membesarkan hatiku,ia memakai kata juru bukan tukang.
Adalah tugas yang penting,pentiiiiing...pisan.Surat panggilan kerja,surat cinta,surat
gadai,pokona mah sagala macem surat euy,aya di meja sortir...
Masa depan orang ada di tangan ente,Kang...
Para pengantar pos memandangku penuh hormat.
Juru sortir theaa..., puji mereka hampir serentak.
Ya,bermacam-macam surat ada di atas meja sortirku.Ribuan surat bertumpuk-tumpuk
setiap hari.Namun,setiap kali kantong pos dicurahkan au selalu berdoa dengan pedih
semoga ada surat dari Arai untukku.Arai tak meninggalkan alamat dan tak pernah
memberi kabar.Aku mencari informasi tentang sahabatnya di pabrik tali dulu tapi lakilaki
itu hanya seorang perantau dari Kalimantan yang tak jelas identitasnya.Aku
kehilangan jejak Arai. Ibu mengirimku surat mengatakan bahwa
Arai sesekali mengirimi ibuku surat bahkan
wesel,cap posnya dari Kalimantan,tapi ia tak memberi alamatnya.Pesan ayahku pada
surat ibuku agar aku mencari Arai semakin merisaukanku.Sebenarnya,pernah aku
dikirimi Arai surat tapi ia juga tidak memberi alamatnya.Aku mengerti Arai sering
merahasiakan sesuatu karena senang memberi kejutan,aku juga paham kalau ia terobsesi
untuk hidup mandiri dengan caranya sendiri,tapi setidaknya ia memberi tahu ada di
mana,Aku sedih dan kehabisan cara menghubungi Arai.Aku tak tahu kemana rimbahnya
Arai. Yang menghiburku hanya jika menyortir aku menemukan surat dan wesel dari Belitong
untuk beberapa mahasiswa Belitong di IPB.Seiring mereka datang ke kantor pos jika
bermasalah dengan KTP sehingga susah mencairkan wesel.Maka dengan sebuah cap
karet berukiran nama dan nomor induk pegawaiku,aku memberi otorisasi di belakang
wesel itu:DIKENAL PRIBADI.Bangga minta ampun aku dengan privelege sebagai
pegawai pos itu,selain senang dapat memberi bantuan kecil untuk rekan sekampung.Tapi
kesenangan ini pun tak berlangsung lama,sebab sejak awal 1990-an PN Timah
lumpuh.Aku prihatin melihat uang wesel mahasiswa yang berangsur turun setiap
bulan.Anak-anak cerdas itu megap-megap.Beberapa orang diantaranya malah tak lagi
datang weselnya. Tahun berikutnya aku diterima di UI.Aku mengatur jadwal shift menyortir surat sesuai
dengan kesibukan kuliah.Aku merindukan Arai setiap hari dan ingin kukirimkan kabar
padanya bahwa jika ia kembali ke Bogor ia dapat kuliah karena aku telah berpenghasilan
tetap.Walaupun sangat pas-pasan tapi jika ia juga bekerja part time,aku yakin kami dapat
sama-sama membiayai kuliah kami.
Di UI Depok aku sempat bertemu dengan seorang wanita cantik.Waktu itu aku sedang
melintasi kerasak dan pepohonan karet.Aku memotong jalan menuju Fakultas Ekonomi
melewati jalur sutra sebab di jalur itu bertaburan mahasiswi FISIP.
Ikal!Ikal! panggilnya Aku menoleh dan terkejut.Mana mungkin Wan azizah mengenalku"Mustahil Kate
Winslet memakai kerudung!Ketika melihatku tadi ia sedang tertawa-tawa dengan
temannya,pria dan wanita,yang semua hal dalam diri mereka menunjukkan kemasakinian
dan setiap kata yang meluncur dari mulut mereka adalah informasi yang ter-update dalam
hitungan menit.Dari dua kualitas itu,aku tahu kelompok manusia itu adalah mahasiswa
jurusan komunikasi,administrasi niaga,dan teknik informatika.Ia mendekat dan
lagu When I Fall in Love menyelinap di telingaku.
Hatiku berbisik,Zakiah Nurmala binti Berahim Matarum...
Aku senang berjumpa Nurmala apalagi sekarang ia berjilbab.Bagiku jilbab adalah piagam
kemenangan gilang-gemilang,kemenangan terbesar bagi seorang perempuan Islam atas
dirinya,atas imannya,dan atas dunia.
Apa kabarmu,Ikal"Apa kabar ayahmu"
Nurmala tetap ramah. Aku kuliah di Fisip, katanya.
Dan rupanya ia juga telah masuk barisan wanita-wanita cerdas yang semlohai di FISIP
UI.Sesuatu yang bagiku seperti pengejawantahan makhluk yang asing dan jauh.Kami
berbincang-bincang.Menyenangkan sekali bertemu sahabat lama.Apalagi ia banyak
membawa berita dari kampung karena ia sering pulang.Dan mendengar kisahnya,aku
terpuruk. PN Timah sudah kolaps,puluhan ribu orang di PHK.
Apa yang akan orang-orang di pulau kecil itu lakukan"Tanahnya kurang cocok untuk
pertanian.Hasil laut terbatas,Sayangnya,aku dan Nurmala harus berpisah.Kami bertukar
alamat dan diam-diam aku senang ia tak sedikit pun menanyakan Arai karena aku tak
tahu bagaimana harus menjawab.Zakiah Nurmala binti Berahim Matarum tetap
indifferent pada Arai,dan aku respek bukan buatan pada konsistensinya.Tapi aku
keliru.Ia telah berjalan menjauhiku ketika ia berbalik.
Aii,Ikal,bagaimana beritanya Arai"
Dan detik itu juga.Di situ,tak jauh dariku,di wajahnya jelas kutangkap sebersit kilatan
yang aneh.Jelas sekali,walau hanya sedetik.Maka aku memberanikan diri
bertanya, Rindukah rupanya"
Pipi perempuan cantik itu memerah.
Ha!Itu katamu!Bukan kataku!Aku hanya menanyakan kabarnya...
Ray Charles...ke manakah Rai Charles itu"
Ia tersenyum malu-malu.Aku terus mengg
odanya. I Can t stop Loving You,pheeww &benarkah ada yang seperti itu,Ikal"
Benar,kalau yang mengatakannya Arai &
Kalau Arai,mengapa rupanya"
Integritas, jawabu. So now,Arai,a man if integrity...., kata-katanya mengambang di udara.Jelas ia ingin aku
mengobral informasi lebih banyak soal Arai.
Dan dia loyal. Aku sengaja membuat Nurmala penasaran.Kupanas-panasi dia, Oughh,integritas dan
loyalitas!What can I expect more from a man"
Arai,gitu"The most eligible bachelor in the whole world!Begitukah maksudmu,Ikal"
Nurmala frustasi karena kelelahan melawan harga dirinya untuk tidak nyata-nyata
menanyakan Arai. Ia terkurung dalam kepongahannya.Dan aku semakin menyengsarakannya.
Ingin kusampaikan salammu untuk Arai"
Aha ha!Itu maumu!Bukan Mauku!Aku hanya menanyakan kabarnya!
Nurmala terus menyangkal walaupun matanya penuh ragu.Dan kau tak salah dengan
kesan satu detik yang kutangkap tadi.Sekarang wajah Nurmala kaku sarat penderitaan
karena ingin sekali tahu kabar Arai dan karena ego yang mulai tercabik-cabik.Tapi
semuanya dapat ia kendalikan dengan bersembunyi di balik tembok tebal gengsinya,yang
justru semakin membuatnya menderita.Women!Sekarang aku mengerti mengapa
Sigmund Freud tak dapat memahami keinginan wanita meskipun telah melakukan
penelitian tentang wanita selama tiga puluh tahun,semuanya karenaa wanita sendiri
sering tak tahu apa keinginannya.
Kalau aku jumpa Arai,nanti kusampaikan kau menanyakan kabarnya,oke"
Nurmala menjadi genit, Oke,tapi jangan bilang ada salam dari gue.
Gue"Anak Melayu bilang gue.Sungguh besar tuntutan pergaulan.Beberapa orang sampai
harus kehilangan identitas.
Dibayar berapa loe ama Arai buat jadi Public relation-nya begitu"
Ah,ah,aku senang pembicaraan seperti dalam buku pop literature ini.Barangkali setelah
ini ia akan menanyakan:Arai sudah punya pacar blom"Atau kapan elo terakhir ketemu
doski" Dan perutku melilit. Kapan sih elo ketemu doi lagi"
******************* Waktu yang pandai menipu demikian cepat berlalu.Tak terasa aku telah menyelesaikan
kuliahku.Sekarang aku merasa memiliki tenaga baru untuk menemukan potonganpotongan
mozaik nasibku.Pekerjaan sortir dan hidupku secara keseluruhan mulai
kurasakan sepi tantangannya.Aku ingin menghadapisuatu kesulitan yang membuatky
terus berkembang,aku ingin menjadi bagian dari sesuatu yang penting dan besar.Aku
berpikir untuk meninggalkan pekerjaan sortir dan kembali mengekstrapolasikan kurva
semangatku yang terus menanjak.
Aku baru saja lulus kuliah,masih sebagai plonco fresh graduate,ketika membaca sebuah
pengumuman beasiswa strata dua yang diberika Uni Eropa kepada sarjana-sarjana


Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Indonesia. Possibility! kata Capo,maka tak sedikit pun kulewatkan kesempatan.Aku
belajar jungkir balik untuk bersaing memperebutkan beasiswa itu.Setelah melalui
berbagai tes yang panjang,aku sampai pada wawancara akhir yang
menentukan.Pewawancaraku adalah seorang mantan menteri,seorang profesor yang
kondang kecerdasannya.Ia masih aktfi mengajar di program pascasarjana Universitas
Indonesia dan menjadi dosen luar biasa di Harvard Business School.Di mejanya tergelar
daftar riwayat hidup(CV)dan proposal penelitianku.
Profesor itu tampak tertekan batinnya waktu melihat CV-ku.Ia seakan tak rela melihatku
sampai pada tingkat akhir tes beasiswa ini.Aku maklum dengan sikapnya itu sebab
beberapa hari ini ia sudah membaca CV begitu banyak sarjana cemerlang tamatan
universitas-universitas top negeri in,bahkan mereka yang menamatkan sarjananya di luar
negeri.Dalam riwayat hidup mereka tentu tercantum pengalaman riset,riwayat kerja di
kantor konsultan,karier sebagai manager di perusahaan multinasional,publikasi bukubuku
berbobot,dan penghargaan ilmiah dari dalam dan luar negeri.Maka melihat CVku,
yang berdasarkan saran seorang sahabat harus dibuat sedetail mungkin,ia mengucek
matanya berkali-kali saat membaca pengalaman kerjaku:salesman alat-alat
dapur,karyawan kontrak di pabrik tali,tukang fotokopi,dan juru sortir.Ia tak berminat
sama sekali,kening geniusnya berkerut-kerut.Ia malas
menyentuh CV-ku. Namun,kawan,saat wajah yang ditutupi kacamata persegi empat berbingkai titan yang
mahal itu menoleh barang sepuluh derajat ke arah pukul tiga,ke permukaan proposal
risetku,satu per satu kerutan di dahinya terurai.Lalu keningnya jadi padat,licin bersinarsinar
serupa buah pear shandong.Di balik lensa minus yang tebal kulihat bola matanya
berdenyut-denyut membaca kata demi kata dalam proposalku itu.Kepalanya menoleh
cepat ke kiri kanan karena membaca cepat dan wajahnya kaku.Hidung mancung yang
terpelajar itu mengendus-endus persisi dubuk mencium air kencing wilayah kuasa
landak.Mulutnya komat kamit,Ia melungsurkan bingkai kacamatanya ke tengah batang
hidungnya karena ingin melihatku langsung.Teriakannya tercekat dalam dua biji
jakunnya yang bergerak-gerak turun naik seperti sempoa.
Maksudmu transfer pricing!"""
Aku tak sempat menjawab karena ia melompat dari tempat duduknya.Bergegas ke
arahku,berdiri tegak lurus tepat di depan hidungku,menatapku nanar tak percaya.Kali ini
ia tak menahan teriaknya.Suaranya kencang sekali sampai ke ruangan sebelah.
Maksudmy semua bagan ini adalah model transfer pricing!!"""
Aku terpana karena antusiasme profesor ini.Aku menjawab pelan, iya,Pak...
Dan ia merepet panjang,keras,dan cepat seperti rentetan peluru,:Short term
equilibrium!!!"Mengukur IRR dengan katalisator output range!!""Apa itu output
range""Apa itu!!Lalu,ini apa!Profitability map!!""
Aku tak sempat meresponnya karena ia seperti orang kesurupan.
Short term equilibrium!""astaga mengapa aku tak pernah berpikir ke sana!!""Short term
equilibrium untuk model transfer pricing""!!Luar biasa!!Luar biasa!
! Siapa kau ini,Anak Muda"
" Terus,terus,bagaimana matematikanya""Nah,ini,ini,bagaimana ini"
Ia dilanda histeria.Dadanya turun naik.Ia seperti menemukan sesuatu yang telah demikian
lama ia cari.Dibolak-baliknya lima halaman proposal risetku dengan dengan cepat sampai
kertas-kertas itu lecek tak keruan.Ia kembali berteriak, Sadarkah kau,Anak
Muda!!""Modelmu ini berpotensi untuk menjadi teori baru dalam ilmu ekonomi mikro!!
Ektase seorang ilmuwan meluap-luap dalam diri profesor tua ini.Ia mengaduk-aduk
rambut putihnya. Masya Allah!!Sudah bertahun-tahun aku mendalami transfer pricing,mengapa logika ini
tak pernah terpikir olehku""
Ia tersenyum riang penuh semangat,hilir mudik seperti bebek.Ia mengenggam propsolku
seumpama sebuah temuan ilmiah yang penting.
Bagus sekali!!Tak ada lagi orang yang dapat membuat teori baru dalam ilmu ekonomi
mikro setelah Fisher,Edgeworth,dan Antonelli,dan tahukah engkau,Anak Muda""Itu
sudah terjadi hampir dua ratus tahun yang lalu.Tak berlebihan kukatakan,jika semua
hipotesismu ini dapat dibuktikan,jika semua premis dan asumsimu valid,maka risetmu ini
bisa memenangkan penghargaan ilmuiah!!
Aku merinding mendengarnya.Tapi tak mungkin profesor ini membual.
Luar biasa!!Karyawan kontrak pabrik tali!!ledaknya.
Aku tenggelam dalam euforia intelektual sang profesor.Kawan,bukan bermaksud
sombong.Begini,sebenarnya apa yang kulakukan berangkat dari ide yang sederhana
saja,aku hanya membuat model untuk menemukan metode yang paling pas untuk
menentukan harga produk telekomunikasi,tarif SLJJ misalnya.Nah,penentuan tarif
telekomunikasi selalu menemui kesulitan karena sifat-sifat alamiah dari bisnis
telekomunikasi itu sendiri,yaitu jasanya sampai kepada konsumen sering harus melalui
banyak operator telekomunikasi yang populer disebut interkoneksi,dan telekomunikasi
merupakan usaha jasa yang sulit ditentukan struktur biaya operasinya.Penentuan harga
produk untuk bisnis yang interkonektif seperti telekomunikasi disebut transfer
pricing.Transfer pricing merupakan salah satu topik paling runyam dalam teori maupun
praktik ekonomi mikro.Kesulitan ini dialami pula industri telekomunikasi sehingga jika
operator menentukan suatu tarif selalu terjadi perselisihan antara konsumen,legislatif,dan
operator. Impressive!!Bagaimana kau bisa mencapai ide baru seperti ini,Salesman perabot dapur
dari pintu ke pintu"Jika semuanya berjalan se
suai rencana,perusahaan-perusahaan
telekomunikasi itu tidak bisa lagi menjual kucing di dalam karung!!Ha...ha...setuju,Anak
Muda"" Profesor yakin akan hal itu sebab model transfer procong-ku dapat mengobservasi apakah
operator menetapkan tarif interkoneksi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah sesama
operator,atau apakah suatu tarif terlalu tinggi bagi konsumen sehingga operator dapat di
dugunakan konsumen untuk mengadvokasi tarif.Profesor mengguncang-guncang
bahuku.Wajahnya cerah,bahagia sekali.Ia yang jauh lebih mengerti dariku soal transfer
pricing mampu melihat kemungkinan yang luas,kemungkinan aplikasi modelku pada
seluruh bisnis interkonektif,tidak hanya telekomunikasi.
Dan sekarang ia ragu-ragu,Ia menatapku dari rambutku bergaya kuno,baju seragam lusuh
posku yang bergamabar burung merpati,celana baggy kampungan yang dipakai orang
rabun mode berbadan pendek,sampai ke tali sepatu bata putihk yang kepanjangan.
Kau yakin dapat melakukan riset ini,Juru Sortir" tanyanya prihatin. Kau
tahu,kan""magnitude riset ini luar biasa,overwhelming!!Di dalamnya akan ada
pengumpulan data yang luas,studi regulasi,kajian tekonologi yang rumit,dan yang akan
memecahkan kepalamu karena modelmu merupakan model multivariat,maka akan
terlibat matematika dinamik yang sangat runyam!Ah,manis sekali!!
Tak ada alasan bagiku untuk tersinggung karena aku sadar betul materi riset yang
kumasuki,Pembuktian seluruh hipotesis dari model rancanganku ini ditujukan untuk
menemukan teori baru,maka ia tidak boleh hanya sekadar pembuktian melalui
simulasi,tapi harus dibuktikan melalui teorema matematika,matematika dinamik pula.
Tapi aku tak kan surut,Tokoh-tokoh hebat telah mempersiapkanku untuk situasi ini.Bu
Muslimah guru SD-ku yang telah mengajariku agar tak takut pada kesulitan apa
pun,ayahku dengan senyum lebutnya yang membakar jiwaku,Pak Balia yang
menunjukkan padaku indahnya penjelajahan ilmu,dan Arai yang mengingatkanku agar
tak mendahului nasib. Karena itu,aku harus dapat beasiswa ini,pak,agar aku menjadi pintar dan mempu
melakukan risetku. Profesor itu tersenyum. Seandainya hanya keputusanku,kau pasti dapatkan beasiswa bergengsi ini!Tapi kau
tahu,Anak Muda,dewan pengujilah yang menentukan.
Suaranya lirih penuh harap tapi tiba-tiba ia terperanjat, Ah!Gara-gara proposalmu aku
sampai lupa,kau harus juga di interview oleh penyandang dana.Hati-hati menjawab.Nasib
beasiswamu di tangannya.Tunggu sebentar.
Profesor itu meraih telepon Panasonic multifungsi di sampingnya,menghidupkan
speaker-nya dan memutar nomor dengan kode negara Belgia.Ia berbicara dengan seorang
madame berlogat Irlandia.
Dr.Michaella Woodward ingin mewawancaraimu.Bicara yang efektif,dia sedang
sibuk!! Profesor menyerahkan gagang telepon padaku.
Hel o...hello...helloooo, suara di sana putus-putus dan tak sabar.Aku agak tegang,baru
kali ini aku ditelepon seseorang dari luar negeri.Seorang doktor ekonomi pula,pejabat
Uni Eropa pula. Hello...hello.., jawabku tertahan,gugup.
Hello &!! suara di Belgia tergesa-gesa.
Ha,Mr.Hirata... Maam... Hmm...hm..mmm... Oke,Mr.Hirata!Apa pendapat Anda soal penyakit sapi gila""!!
Aku terpana,Penyakit sapi gila"Sungguh pertanyaan yang tak kuduga.Kupikir ia akan
bertanya tentang manfaat risetku nanti bagi kemaslahatan umat manusia di negara miskin
yang senang sekali berutang ini.Aku tergagap-gagap,kehilangan kata-kata.Aku hanya
menjawab, Hmmm....hmmm..mmmm...
Oooppss,maafkan aku,Mr.Hirata,aku terlalu langsung,Begini...Uni Eropa sedang
bingung menghadapi penyakit sapi gila ini.Kebijakan eksterminasi dengan memusnahkan
sapi gila sangat mengganggu keseimbangan ekonomi Eropa Barat,tapi jika penyakit itu
menjadi epidemik yang memengaruhi kesehatan manusia sungguh merupakan risiko yang
sangat mahal.Misalkan Anda seorang pembuat kebijakan disini,bagaimana kiranya
tindakan Anda" Aku kehilangan kata-kata.Karena ia tahu bidangku ekonomi,tentu ia menginginkan suatu
tindakan yang mengandung perspektif ekonomi.Tapi persoalan sapi gila ini ada dalam
area ekonomi makro,sesuatu y
ang tak banyak kutahu.Ingin aku mengarang-ngarang
menghubungkan endemik sapi gila dengan persoalan pengangguran dan sedikir teori
kurva Angel,tapi yang kuhadapi adalah doktor ekonomi pejabat tinggi Uni Eropa.Sedikit
saja aku keliru,dia akan langsung tahu kalau aku mengada-ada.
Bagaimana,Mr.Hirata""
Ia mendesak dan aku gugup,tak tahu harus menjawab apa.Tiba-tiba dengan gerakan
diam-diam seperti bajing,sang profesor melompat tangkas ke depanku,tangannya
disembelih-sembelihkannya ke lehernya sendiri,lidahnya menjulur-julur lucu.
Aku mengerti maksudnya,aku berteriak, Kill them all,Maam yes,kill all the mad cows...
Profesor mengacungkan dua jempolnya padaku.
Dr Woodward terdiam.Di kantornya yang mungkin berhiaskan lukisan Rembrand di
Belgia sana ia terpaku mendengar pendapat seorang sarjana ekonomi bau kencur dari
sebuah negara miskin.Crak!Dr.Woodward membanting telepon.
Profesor terkekeh-kekeh di samping aku yang bengong.
Jangan hiraukan dia,Anak Muda.
Profesor mengakhiri wawancaranya denganku.
Tunggu saja pengumumannya.Dewan penguji akan mengambil keputusan dalam
sebulan.Ada seratus lima puluh orang yang sampai pada interview akhir ini.Dan kau tahu
sendiri hanya lima belas orang yang akan mendapatkan beasiswa itu.Seratus lima puluh
orang itu sudah disaring dari ribuan pelamar.
Rencana risetmu memang bagus tapi seratus lima puluh orang ini sungguh hebathebat.
Mereka juga memiliki rencana riset yang luar biasa.Yan kucemaskan adalah
profesimu.Biasanya orang Barat hanya tertarik memberi beasiswa kepada mereka yang
profesinya berkontribusi besar dalam masyarakat:dosen,peneliti,konsultan,pekerja
LSM,jurnalis,tokoh-tokoh pemuda,kader-kader partai politik,manager,atau para seniman
berbakat.Tak pernah aku tahu beasiswa diberikan pada tukang sortir.
Profesor mengantarku ke pintu keluar.
Persoalan lainnya,kalaupun kau lulus,adalah mencari universitas yang ingin menerima
risetmu.Ini bukan persoalan mudah karena risetmu sangat spesifik.Universitas itu harus
memiliki ekonom mikro yang mengerti bisnis telekomunikasi untuk menjadi
supervisormu.Uni Eropa beranggotakan puluhan negara Eropa.Dalam satu negara,paling
tidak ada dua puluh perguruan tinggi,kami akan mencari satu di antara ratusan universitas
yang cocok untukmu,tapi itu pun kalau kau mendapatkan beasiswa ini.
Aku mengucapkan terimah kasih dan memohon diri.
Good luck,Young Man, kata profesor yang sangat mengesankan itu.
Aku berjalan santai melewati sebuah koridor dengan pintu berbaris di pinggir kiri
kanannya.Ini adalah gedung dimana pembangunan nasional republik ini direncanakan.Di
balik pintu-pintu itu para intelektual muda yang bersaing ketat memenangkan beasiswa
beradu argumen dengan para profesor penguji.Mereka berusaha meyakinkan penguji
bahwa mereka pantas diberi beasiswa.Suara mereka kadang-kadang terlempar keluar.Dan
di depan sebuah ruangan aku tertegun,langkahku terhenti karena aku mendengar suara
yang samar tapi kukenal. ...Teori evolusi sebenarnya sudah bangkrut,Pak.
. ...Teori itu tak lebih dari sebuah ilusi...penipuan arkeologi...superficial...berdasarkan
kebetulan"" Aku terperangah menyimak kata-kata yang timbul tenggelam.
...Risetku ini adalah riset biologi dengan spektif religi,Pak..
. ... Di dalamnya aku akan mengoreksi pandangan tentang bentuk-bentuk repsentatif yang
menyesatka dari Darwin. Suara itu nyaring,kering,tak enak didengar.Pada setiap untaian kata yang pecah.aku
semakin yakin. ...Tidak hanya berdasarkan ayat-ayat suci Al-Qur an tentang proses penciptaan,tapi aku
juga akan mengemukakan argumentasi hebat dari kalangan Kristen Victoria...
Itu,untaian kata-kata itu,adalah suara Arai!Pasti Arai!Dan aku semakin yakin ketika
kudengar argumentasi dahsyatnya.
...Harun Yahya memiliki wewenang ilmiah untuk menjustifikasi teori-teori yang
dibualkan para evolusionis!!
Hatiku bergetar.Gagang pintu berputar.Aku tahu pasti Arai ada disitu.
Halo,Boi..., sapanya lembut.
Simpai Keramat. . Kami berpelukan.betapa aku merindukan sepupu jauhku ini.Seseorang yan
g sering kubenci tapi selalu kuanggap sebagai pahlawan.Arai jelas tampak lebih dewasa.Sinar
mata nakal yang iseng itu tak berubah.Tapi wana kulitnya terang.
Aku bekerja dalam ruangan di Kalimantan,:katanya Menggosok batu akik di pabrik
jewelry. Dan sekarang ia tampan.Hidung yang dulu mengumpul di tengah wajahnya dan kening
yang menonjol kini tertarik ke bawah mengikuti mukan yang tumbuh lonjong.Ia kuliah di
Universitas Mulawarman,Jurusan Biologi,lulus cum laude.Jika mengenal Arai,tidak aneh
sebenarnya bahwa ia tahu aku akan melamar beasiswa ini,dan telah melihatku ketika
pelamar beasiswa tumplekbelk di stadion saat seleksi awal.Diam-diam ia kos di Jakarta
dan memang berniat menemuiku saat wawancara akhir ini.Itulah Arai,seniman kehidupan
sehari-hari.Aku mengundurkan diri dari Kantor Pos Bogor.Aku dan Arai untuk pertama
kalinya pulan kampung ke Belitong.Kami telah memenuhi tantangan guru Sdku,Bu
Muslimah,dan pak Mustar,yaitu baru pulang setelah jadi sarjana.Aku bangga mengenang
kami mampu menyelesaikan kuliah di Jawa tanpa pernah mendapat kiriman selembar pun
wesel.Kami menitipkan alamat rumah ibuku pada sekretariat pengurus beasiswa agar
dapat mengirimkan hasil tes kami ke sana.
Mozaik 18 Episiklus Aku dan Arai menyergapnya ketika ia sedang memasukkan anaknya ke dalam keranjang
besi yang dibuat khusu agar dapat dicantolkan pada setang sepeda.Begitulah cara orang
Melayu membawa anaknya naik sepeda.Keranjang Besi itu biasa dibuatkan oleh orang
bengkel las PN Timah.Setelah anaknya berusia lima tahun,karena sudah berat,jika
bersepeda orantua Melayu memasukkan anaknya dalam keranjang pempang.Keranjang
pempang dibuat dari rotan dan didudukkan mengangkangi tempat duduk di belakang
sepeda. Ia terkejut bukan main.Dan jika terkejut,kata-katanya tertelan, Ka...ka. .ka.. ka..ka.. !!
Tentu saja aku tahu maksudnya.
Baru kemarin,Bron!! Na...na... na...na...na..
BINTANG LAUT SELATAN!! Usianya bertambah tapi wajahnya tetap anak-anak.Tubuhnya makin lebar.Aku tak dapat
bernapas waktu ia memelukku.
Su..su. .su. .su. .su. . su.. . su.. .
Maksudnya sudah selesai sekolah" lanngsung kusambut.
Sudah,cum laude!! teriakku bangga menunjuk Arai.
Mendengar itu,Jimbron serta-merta meraih anaknya dari keranjang besi.Ia mengangkat
anak laki-laki dua tahun itu tinggi-tinggi sambil berteriak-teriak girang.Anak laki-lakinya
yang gendut putih,memakai topi rajutan dengan bandul lucu berwarna-warni,tertawa
senang diputar-putarkan ayahnya di udara.Ibu anak itu juga tersenyum manis,senyum
manis Laksmi memang sudah terkenal.Kami berkunjung ke rumah Jimbron,yaitu los
kontrakan kami dulu yang sedikit diperluas.Ia masih bekerja di peternakan Capo dan tak
melepaskan tiga gambar di dinding los kontrakan itu:Jim Morrison,Laksmi,dan Kak
Rhoma. Lewat tengah malam aku berjalan sendiri menelusuri jalan-jalan sempit di Pasar
Magai.menjumpai sahabat-sahabat lama:episcia liar di pinggir-pinggir parit dan airnya
yang mati,selempang sinar lampu jalan kuning yang menyelinap-nyelinap di punggung
pohon-pohon bantan,di bibir atap-atap sirap rumah mantri candu,di bahu jalan yang


Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepi,dan di keranjang sayur yang bertumpuk-tumpuk di beranda Toko Sinar Harapan.
Betapa ajaib tenaga cinta pertama,Senyum A Ling masih semerbak di relung-relung
dadaku sama seperti ketika aku berdiri di depan toko itu,terpaku melihatnya mengintipku
dari balik tirai yang terbuat dari keong-keong kecil,tujuh tahun yang lalu.Fragmen A
Ling dan desa cantik khayalan Edensor rupanya tak labur dalam pikiranku,setidaknya
sang waktu tak berdaya menyamarkannya.
Aku beranjak ke dermaga.Cendawan gelap berbentuk seperti lembu menghalangi
bulan,tapi tak lama,lalu sinar rembulan terjun ke teluk-teluk sempit yang dialiri anakanak
Sungai Manggar,berebutan menjangkau-jangkau muara,menggabungkan diri dengan
lengkung putih perak Semananjung Ayah.Semenanjung yang tenang memendam seribu
cerita.Tak jauh dari sana,berbaris rumah-rumah sementara orang-orang
berkerudung,karena rumah mereka sesungguhnya adalah perahu.Mereka,manusia yang
ja tuh hati pada laut,Wanita-wanitanya keras tapi cantik,pandai melantun ayat-ayat
suci,pria-prianya santun,selalu merayu dengan kata manisku....
Rembulan benderang dan kundengar satu teriakan: Magai...!!
Teriakan nakhoda.Lalu berbelok halus belasan bentuk-bentuk ramping,lentik berseni
seakan jemari penari,dengan layar yang layu dikatupkan.Katir-katir nelayan pulang
melaut.Tenang berduyun-duyun seumpama kawanan anai-anai,merapat ke dermaga
disambut hiruk pikuk kuli ngambat.Kuli-kuli itu berlari menginjak lumput,menerabas laut
yang dangkal,mencokok ujung katir,menariknya ke darat,dan mengosongkan isinya.
Aku seakan melihat diriku sendiri,Arai dan Jimbron,sempoyongan memikul puluhan kilo
ikan dari perahu menuju stanplat.Tiga tahun penuh kami melakukan pekerjaan paling
kasar di dermaga itu.Menahan kantuk,lelah dan dingin dengan meraupi seluruh tubuh
kami dengan kehangatan mimpi-mimpi.Betapa kami adalah para pemberani,para patriot
nasib.Dengan kaki tenggelam di dalam lumpur sampai ke lutut sampai ke lutut kami yak
surut menggantungkan cita-cita di bulan:ingin sekolah ke Prancis,ingin menginjakkan
kaki-kaki miskin kami di atas altar suci Almamater Sorbonne,ingin menjelajahi Eropa
sampai ke Afrika. Aku masih seekor pungguk buta dan mimpi-mimpi itu masih rembulan,namun
sebenderang rembulan dini hari ini,mimpi-mimpi itu masih bercahaya dalam dadaku.Tak
pernah lekang syair-syair Pak Balia,juga ketika ia mengutip puisi Belle de Paris yang
ditulis ratusan tahun lampau oleh Eustache Deschamps:
Tak ada satu pun kota lain dapat menyamainya
Tak ada yang sebanding dengan Paris
Berbulan-bulan aku dan Arai berdebar-debar menunggu keputusan penguji
beasiswa.Lima belas orang dari ribuan pelamar adalah peluang yang amat
sempit.Kalaupun kami lulus,peluang aku dan Arai mendapatkan satu universitas yang
sama di antara ratusan universitas di Uni Eropa yang tersebar mulai dari tepi paling barat
Skotlandia sampai ke pinggir paling timur,yaitu universitas di negara-negara bagian di
Rusia,juga kecil.Di sisi lain kami merasa pengumuman beasiswa ini sangat penting untuk
menentukan arah kami selanjutnya.Setiap hari kami waswas menunggu surat dari Tuan
Pos. Akhirnya,petang ini... Tuan Pos! kata ibuku. Ayahku yang sedang menyiangi pekarangan menghambur ke pinggir jalan mengambil
surat dari Tuan Pos.Beliau menyerahkannya padaku dan Arai.Kami memutuskan untuk
membuka surat-surat itu setelah salah magrib.Usai magrib ayah dan ibuku langsung
duduk di kursi depan meja makan kami.Kutahu ayahky gugup tapi beliau berusaha
setenang mungkin.Ibuku tak dapat menyembunyikan kegelisahannya.
Petang yang sunyi dan menegangkan.Arau mengambil bingkai plastik foto hitam ayah
dan ibunya.Ia menyingkir ke ruang tamu.Ia duduk di kursi malas ayahku.Di bawah
bendangan lampu yang temaram.Ia tak langsung membuka suratnya.Dibekapnya surat
dan bingkai foto ayah-ibunya.
Aku beranjak membawa suratku dan duduk di tangga rumah panggung kami.Ayah-ibuku
mengikutiku lalu duduk di kiri kananku.Aku tak sanggup membuka surat itu maka
kuserahkan pada ibuku,Ayahku menunggu dengan gugup.aku memalingkan muka.Ibuku
membuka surat itu pelan-pelan dan membacanya.Beliau tercenung lalu mengangkat
wajahnya,memandang jauh,matanya berkaca-kaca.Detik itu aku langsung tahu bahwa aku
lulus.Ayahku tersenyum bangga.Aku terbelalak ketika membaca nama universitas yang
menerimaku. Alhamdulillah, kata ayah-ibuku berulang-ulang.Ayahku merengkuh
pundakku.Tangan kulinya yang hitam,tua,dan kasar melingkari leherku.Sejak dulu ia
mendaftarkanku masuk kelas satu di SD Muhammadiyah,senyum bangga itu tak pernah
terhapus dari wajahnya.Kini aku mengerti sepenuhnya arti senyum ayahku:Bahwa sejak
dulu,sejak aku masih sekolah di SD miskin Muhammadiyah,ia telah yakin suatu hari aku
akan mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi.Ia tak pernah sekalipun berhenti meyakini
anaknya.Namun,kami terhenyak karena dari ruang tamu,kami mendengar samar-samar
suara isakan. Kami bangkit menuju ruang tamu.Dari ambang pintu kami melihat wajah Arai sembab
berurai air mata.Ia membekap erat
bingkai foto ayah-ibunya dansurat keputusan
beasiswa itu.Iamenatap kami penuh perasaan perih dan kerinduan.Kerinduan pada Ayahibunya.
Seumur hidupku tak pernah melihat Arai menangis,tak pernah melihatnya
demikian sedih.Air matanya berjatuhan membasahi bingkai plastik foto hitam putih ayahibunya,
membasahi kertas tebal mengilat yang dipegangnya bergetar-getar.Kami masih
berdiri mematung di ambang pintu ketika ia mengatakan dengan lirih, Aku lulus...
Dadaku sesak menahankan rasa melihat wajah Arai.jelas sekali keinginannya untuk
memberitahukan kelulusan itu pada ayah-ibunya,pada seluruh keluarga dekatnya.Apalah
daya sang Simpai Keramat ini.Ia sebatang kara dalam garis keluarganya.Hanya tinggal ia
sendiri.Pada siapa akan ia beri tahukan,akan ia rayakan dalam hari dan gembira berkah
yang sangat besar ini.Isakan tangisnya semakin keras.Aku memandangnya dengan pilu
dan kembali teringat pada anak kecil yang mengapit karung kecampang,berbaju seperti
perca dengan kancing tak lengkap,berdiri sendirian di depan gubuknya,di tengah ladang
tabu yang tak terurus,cemas menunggu harapan menjemputnya.Ayahku menghampiri
Arai.Arai menangis sesenggukan memeluk ayahku.
Aku mengambilsurat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalamsurat
keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang.Hari ini seluruh ilmu umat
manusia menjadi seitik air di atas samudra pengetahuan Allah.Hari ini Nabi Musa
membelah Laut Merah dengan tongkatnya,dan miliaran bintang-gemintang yang berputar
dengan eksentrik yang bersilangan,membentuk lingkaran episiklus yang mengelilingi
miliaran siklus yang lebih besar,berlapis-lapis tak terhingga di luar jangkauan akal
manusia.Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur tangan
Allah.Sedikit saja satu dari miliaran episiklus itu keluar dari orbitnya,maka dalam
hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah.Hanya itu kalimat yang
dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan
Mozaik hidupku dan Arai,demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk
mimpi-mimpi kami,telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami,karena di
kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya,sams dengan universitas yang
menerimaku,disana jelas tertulis:Univesite de Paris,Sorbonne,Prancis.
Tamat tamat Sang Godfather 5 Pendekar Naga Geni 10 Maut Di Lembah Sampit Pasukan Kelelawar 1
^