Pencarian

Celebrity Wedding 3

Celebrity Wedding Karya Aliazalea Bagian 3


Selama ini orang slalu menyangka bahwa dia phobia dgn komitmen, oleh sebab itu dia masih juga belum menikah, tp sbetulnya apa yg dia takutkan bagi dirinya adalah kehilangan kontrol. Itu sebabnya dia tdk pernah mau memacari wanita yg sukses dan mandiri sperti Ina, karena meskipun dia menyukai tipe wanita sperti ini, tetapi dia tdk bisa membiarkan dirinya mencintai mereka. Kebanyakan wanita sperti ini sudah terlalu terbiasa hidup sendiri yg penuh dgn rutinitas dan kontrol, sehingga mereka mengalami masalah dalam mencari pasangan yg ideal karena mereka menolak mengompromi diri mereka untuk seorang laki2 yg akhirnya hanya akan mengontrol diri mereka. Dan inilah karakteristik yg dia hormati dari seorang wanita, seseorang yg tdk malu2 mengeluarkan pendapat atau argumentasi klo dia melihat sesuatu yg tdk pada tempatnya. Tapi melihat hubungan papa dan mamanya, Revel tahu bahwa wanita jenis Ina akan membuatnya kehilangan kontrol akan kehidupannya sbelum akhirnya meninggalkannya patah hati dan kecewa, seperti mama mengecewakan papa.
Dia tdk pernah ada masalah menghindari berhadapan dgn wanita tipe Ina, karena slalu mempunyai pilihan untuk memutuskan hubungan itu sbelum menjadi terlalu serius. Tapi dgn Ina, dia stuck. Mereka akan segera menikah, yg brarti bahwa mereka akan tinggal sama2, dimana dia akan bertemu dengannya stiap hari. Bayangan bahwa dia tdk bisa lagi menghindari Ina stelah mereka menikah membuatnya panas dingin.
*** Bulan Juni pun tiba dan pernikahan paling menggemparkan Indonesia sepanjang tahun akan dilaksanakan. 75% wanita di Indonesia siap untuk membunuh Ina semenjak pertunangan mereka diumumkan pada bulan April, tp jumlah itu sekarang sudah naik menjadi 90%. Seumur hidup Ina tdk pernah merasakan permusuhan blak2an dari orang2 yg bahkan tdk dia kenal. Komentar yg dilemparkan oleh masyarakat tentangnya kebanyakan terdengar sinis dan tdk bersahabat. Meskipun begitu, Ina tdk menyalahkan para pemberi komentar, karena dari pandangan mereka, dia adalah wanita yg sudah merebu
t Revel dari mereka. Ina slalu mengingatkan dirinya bahwa klo saja dia sudah pacaran dgn Revel lebih lama, maka masyarakat mungkin tdk akan terlalu terkejut dan bisa menerimanya dgn tangan terbuka, tp dia tahu bahwa itu tdk benar. Mereka tetap akan membencinya, tdk peduli apa yg dia lakukan.
Berita tentang pernikahan mereka sudah tersebar dimana2 smenjak mereka mengumumkannya April lalu. Terkadang berita itu penuh dgn fakta, contohnya informasi tentang nama kedua mempelai dan lokasi pernikahan mereka, tetapi banyak juga berita yg mengada2, sperti ketika satu tabloid melaporkan bahwa ada konfrontasi antara Luna dan Inara karena memperebutkan Revel, sesuatu yg jelas2 tdk pernah terjadi karena Luna bahkan tdk ada di Jakarta sepanjang bulan menjelang pernikahan. Awalnya Ina merasa agak sedikit terganggu dgn semua berita tdk benar ini, tetapi Revel mengajarkannya satu trik yg ampuh, yaitu tdk menghiraukan semua berita yg tdk benar itu.
Dari semua orang yg mendengar berita pertunangan mereka, yg paling shock tentulah orang2 kantor Ina. Terutama Marko yg awalnya merasa sangat tersinggung karena Ina tdk pernah menceritakan apa2 tentang Revel padanya. Karena tdk bisa menceritakan apa yg sbenarnya terjadi, Ina harus mengarang cerita bahwa pak Danung-lah yg memintanya menyimpan rahasia ini sampai Revel siap untuk mengumumkannya kepada publik. Ina bersyukur bahwa Marko kelihatan bisa menerima penjelasan itu. Dalam hati Ina meminta maaf kepada pak Danung karena sudah menyalahgunakan namanya. Marko tdk menyinggung2 soal Luna dan bayinya. Memang Eli dan Sandra tdk bisa menahan diri untuk berceloteh ke semua orang yg mau mendengarnya begitu tahu Revel bukan ayah bayi Luna. Untung saja Ina berhasil mengontrol keadaan sbelum mereka mengatakan bahwa Dhani-lah ayah bayinya Luna. Ina bersyukur bahwa semua staf di kantornya diwajibkan menandatangani surat perjanjian non-disclosure ketika mereka dipekerjakan, yg menyatakan bahwa mereka tdk boleh membeberkan informasi apapun tentang klien2 mereka kepada publik, karena klo tdk, Ina yakin bahwa perusahaan mereka pasti akan sering kena tuntut.
Tentu saja semua koleganya ingin tahu bagaimana hubungannya dgn Revel akan berdampak kepada status Revel sebagai klien. Ina berpikir bahwa pak Sutomo akan memecatnya karena sudah melanggar etika bisnis, tp ternyata ketika Ina sampai di kantor hari Senin pagi, beliau hanya memeluk Ina dgn hangat dan mengucapkan selamat padanya. Ketika Ina berusaha minta maaf padanya dgn mengatakan bahwa Revel kemungkinan besar harus mencari kantor akuntan publik lain stelah mereka menikah, pak Sutomo hanya berkata, "Klien slalu datang dan pergi, tp kmu, nah, kmu nggak ada gantiny." Selain itu beliau bahkan memperbolehkan Ina membantu transisi Revel, ibu Davinan dan MRAM ke perusahaan akuntan publik lain bulan depan. Untuk pertama kalinya stelah beberapa tahun belakangan ini, Ina merasa dihargai oleh bosnya.
*** Acara ijab dijalankan cukup private dgn hanya dihadiri oleh keluarga. Selama ijab Ina tdk bisa menatap Revel sama sekali. Dia takut klo dia melakukannya maka semua orang akan bisa melihat kebohongan dari semua ini. Ijab berlalu dan akhirnya Ina bisa beristirahat sbentar sbelum resepsi pernikahannya yg akan dilangsukan pukul 7malam. Dia menatap pantulan wajahnya pada cermin di salah satu kamar tidur di rumah Revel yg sudah disulap menjadi kamar pengantin. Kamar itu terletak di ujung koridor panjang, persis 180derajat dari kamar tidur Revel. Ketika ibu Davina memperlihatkan kamar ini padanya, Ina langsung jatuh cinta pada suasananya. Susunan kamar itu sama persis dgn kamar Revel, tetapi kamar ini kelihatan lebih hangat dgn nuansa putih dan biru muda. Pada satu dinding Ina melihat sejejeran foto hitam putih di dalam bingkai warna hitam yg tertata dgn rapi. Ina baru menyadari beberapa menit kemudian bahwa anak laki2 yg ada pada stiap foto adalah Revel.
"Ini kamar main Revel waktu dia masih kecil. Dia bisa main disini sampai ber jam2. Entah main dgn mobil2an, perang2an, masak2an..." Ibu Davina tdk menyelesaikan kalimatnya, hilang dalam memorinya sendiri.
"Revel suka main masak2an"" tanya Ina, mencoba tdk tertawa terbahak2.
"Oh ya. Dia minta papanya ngebeliin dia Easy Bake Oven waktu dia umur 10tahun dan slama sebulan dia nggak berhenti bikin chocolate chip cookies sampai akhirnya semua orang di rumah ini nggak pernah mau lihat kue itu lagi." Ibu Davina tertawa terkekeh2 ketika menceritakan tentang keantikan anaknya, tp kemudian wajahnya menjadi sendu ketika melanjutkan kisahnya.
"Revel itu anaknya pendiam dan suka menyendiri. Dia nggak punya banyak teman karena saya terlalu strick dgn dia soal urusan pergaulan. Waktu saya dan papanya cerai, dia smakin menarik diri dari dunia luar. Saya tahu perceraian itu betul2 memengaruhi dia yg memang lebih dekat sama papanya, tp harus tinggal dgn saya. Di mata Revel, papanya adalah.. Superman... yg bisa melakukan apa saja. Tapi saya... dia nggak pernah suka sama saya. Dia hormat dgn saya karena saya ibunya, tp dia nggak pernah betul2 sayang sama saya. Nggak sperti dia menyayangi papanya."
Ibu Davina terus membelakangi Ina selama mengatakan ini semua. Dia memilih memandang ke luar jendela, bukan karena dia ingin berlaku tdk sopan terhadap Ina, tetapi karena dia tdk mau Ina melihat betapa susah baginya membagi cerita ini dgn orang lain. Meskipun begitu, Ina bisa membaca perasaan ibu Davina hanya dgn memerhatikan perubahan postur tubuhnya yg smakin membungkuk, seakan2 dia sedang mengangkat beban berat. Klo saja ibu Davina adalah wanita tipe yg bisa dipeluk, Ina mungkin sudah melakukannya, tp dia tahu bahwa calon ibu mertuanya ini hanya menginginkan seseorang untuk mendengar curahan hatinya, itu saja. Dan Ina mencoba sebisa mungkin menjadi pendengar yg baik.
"Hubungan saya dgn Revel sedikit membaik sewaktu dia pulang dari Amerika. Dia belajar menoleransi saya, tp kemudian papanya sakit sbelum meninggal setahun kemudian. Revel nggak pernah maafin saya yg nggak mau rujuk sama papanya, bahkan waktu beliau sakit. Saya jauh lebih muda waktu itu, jd ego saya masih selangit. Setelah bertahun2 cerai, saya masih dendam dgn mantan suami yg sudah menceraikan saya. Dan dgn begitu, saya sudah menghancurkan hati Revel."
Ibu Davina memutar tubuhnya dan perlahan2 berjalan kearah Ina yg berdiri di tengah ruangan. Beliau berhenti sekitar stengah meter di depan Ina dan berkata, " Saya percaya sama kmu. Saya percaya kmu bisa jagain Revel. So, please tr to keep half of his heart intact, because I've broken the other half a long time ago." Ina belum sempat berkata apa2 ketika ibu Davina sudah menghilang dari kamar itu.
*** Ina mengembuskan napasnya mengingat percakapan itu. How did I get into this mess in the first place" pikirnya. Setahun yg lalu dia adalah seorang wanita sukses yg memiliki rencana hidup, tp kemudian dia bertemu dgn Revel dan smenjak itu hidupnya jd jungkir-balik. Ina mengalihkan perhatiannya pada jarinya yg kini dilingkari oleh cincin emas polos dan hatinya terasa berat. Stelah percakapan dgn ibu Davina, dia kini memandang Revel dgn kacamata baru. Dan apa yg dia lihat membuatnya ingin menjadi temannya, menjadi seorang pendengar klo dia perlu curhat, memberikan pelukan klo dia sedang sedih, dan menepuk punggungnya klo dia memerlukan dukungan. Ina sudah mencoba beberapa kali untuk betul2 memahami laki2 ini dan terkadang dia sukses menembus baju baja yg dikenakannya, tp stiap kali Ina pikir bahwa dia sudah membuat suatu kemajuan, tiba2 Revel akan menarik diri dan meninggalkan Ina kebingungan dgn reaksina. Dia sedang merenungi ini ketika terdengar ketukan halus pada pintu kamar.
"Come on in," teriak Ina.
Pintu terbuka dan Revel melongokkan kepalanya. "Hei, saya cuma mau cek bahwa kmu baik2 saja," ucapnya.
Ina memutar tubuhnya menghadap pintu sambil tersenyum ketika menyadari apa yg sedang dilakukan Revel, dia mencoba memastikan bahwa Ina tdk kabur sbelum resepsi. "I'm fine," balas Ina.
Kemudian diluar sangkaan Ina, Revel melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu di belakangnya. Hal ini membuat Ina terkejut karena selama berminggu2 Revel spertinya mencoba menghindarinya sperti dia adalah seorang pesakit
kusta. Revel sudah melepaskan jas dan dasi yg dia kenakan beberapa jam yg lalu saat ijab, kini dia hanya mengenakan celana hitam dan kemeja putih, yg 3kancing paling atas sudah ditanggalkan dan lengan kemeja yg dilipat hingga ke siku.
"Kamar ini kelihatan lain," ucapnya sambil memerhatikan sekelilingnya.
"Mama kmu yg dekorasi... dgn sedikit input dari saya," jawab Ina sambil ikut menatap sekeliling kamarnya.
"Apa input dari kmu""
"Saya minta supaya foto2 kmu nggak diturunkan." Ina menunjuk dinding tempat foto2 itu berada.
Revel berjalan menuju dinding itu dan selama beberapa menit dia terdiam, memerhatikan foto2 itu satu per satu. Perlahan2 Ina berjalan mendekati Revel.
"Ini foto kmu waktu umur brapa sih"" tanya Ina sambil menunjuk kepada sebuah foto yg memperlihatkan Revel sedang duduk diatas sepeda roda empat. Ina melihat reaksi tubuh Revel yg jd sedikit kaku ketika mendengar suaranya. Khawatir bahwa dia sudah berdiri terlalu dekat, Ina mengambil dua langkah menjauhinya.
"Mmmhhh.. itu wakti saya umur 5tahun. Papa baru beliin saya sepeda pertama saya. Selama berbulan2 saya nggak mau lepas dari sepeda itu."
Ina mengangguk. "Klo yg ini"" Ina menunjuk kepada satu foto lagi dimana Revel sedang nyengir sambil menunjuk kepada gigi ompongnya.
"Hehehe.. itu waktu saya baru kehilangan gigi saya karena jatuh dari sepeda itu. Bukannya nangis, saya malah bangga dgn keompongan saya." Revel tertawa terkekeh2 dan suara tawanya menjangkiti Ina.
"Gosh, saya ternyata gendut bgt ya waktu kecil," ucap Revel.
Ina tertawa ketika mendengar komentar ini. "Tapi kmu jd malah lucu karena gendut," balas Ina yg mendapat tatapan aneh dari Revel.
"Saya serius. Menurut saya anak kecil itu biasanya memang lebih lucu klo gendut. Soalnya kita bisa ngelitikin perutnya yg buncit," sambung Ina.
"Apa kmu memiliki pendapat yg sama tentang orang dewasa"" "Errr, probably not." Dan mereka sama2 tertawa.
"Ini papa kmu ya"" tanya Ina sambil menunjuk kepada sebuah foto Revel yg sudah lebih besar daripada di foto yg lain. Dia mengenakan seragam kiper pemain sepak bola dan sedang berdiri memegang sebuah bola. Seorang laki2 yg mirip sekali dgn Revel, cuma mungkin lebih tua daripada Revel sekarang, berdiri disampingnya sambil mengistirahatkan salah satu lengannya pada bahu Revel. Mereka berdua tersenyum lebar.
"Iya," jawab Revel dan Ina bersyukur bahwa dia mau membicarakan tentang papanya. Selama hampir setahun dia mengenalnya, Revel tdk pernah menyinggung papanya sama sekali.
"Itu waktu saya SMP kelas tiga, papa datang untuk nonton pertandingan sepak bola saya."
"Oh, saya nggak tahu klo kmu atlet sekolah. Apa tim kmu menang hari itu""
Revel tertawa mendengar komentar ini dan Ina menatapnya dgn bingung. "Biar saya kasih tau kmu hasil permainan itu. Kami kalah 5-1 dari mereka."
"Hah"! Koq bisa"" Bahkan Ina yg bukan fans sepak bola tahu bahwa ini skor kekalahan yg sangat parah.
"Papa dan mama saya baru bilang klo mereka akan bercerai sekitar seminggu sbelum saya bertanding. Alhasil saya nggak bisa konsentrasi waktu latihan, apalagi pertandingan."
Kali ini Ina tdk bisa menahan diri lagi dan dia langsung memeluk Revel, tdk peduli bahwa pria itu tdk memeluknya balik. Revel adalah suaminya dan kesedihan yg Revel rasakan juga dapat dia rasakan. Stelah beberapa menit Ina melepaskannya dan menatapnya.
"Why did you do that"" tanya Revel. Mendengar nadanya, Ina menyangka bahwa dia sudah marah, tp ketika Ina menatap matanya, dia melihat bahwa Revel hanya terkejut.
"I don't know, I just thought you might need a hug," balas Ina kemudian menunggu ketika Revel akan meledak dan mengatakan bahwa dia bukanlah seorang laki2 cengeng, tp ledakan itu tdk pernah datang.
Revel menatap Ina, wanita yang hari ini resmi menjadi istrinya dgn sedikit terkesima. Bagaimana Ina slalu melakukan ini dia tdk tahu, tp stiap kali dia dekat dengannya, dia bisa membuatnya menurunkan perisainya dan sbelum dia sadar apa yg sedang terjadi, dia sudah membeberkan sesuatu yg tdk pernah dia ceritakan pada orang lain. Knapa Revel melakukan ini ke
pada dirinya sendiri, memasuki kamar Ina padahal dia tahu bahwa Ina sendirian di kamar ini, dia tdk tahu. Menyadari bahwa dia sudah melakukan kesalahan dgn memasuki kamar Ina, dia mencoba melarikan diri secepat mungkin. Tapi usahanya gagal karena pada detik itu terdengar suara ketukan pada pintu kamar dan sbelum Revel bisa bergerak, pintu itu sudah terbuka dan kak Kania melongokkan kepalanya. Dia kelihatan terkejut melihat Revel berada di dalam kamar itu bersama adiknya.
"Eh, kakak nggak tahu klo kmu ada disini," ucapnya pada Revel, kemudian, "tp baguslah, kakak perlu bicara dgn kalian berdua. Ini penting," ucapnya dan memasuki kamar tanpa permisi lagi.
Revel da Ina langsung menatap satu sama lain dgn sedikit bingung dan curiga, tp kemudian Revel mengirimkan telepati melalui tatapannya yg mengatakan, "Apa kira2 yg kakak kmu mau omongin""
Ina membalas dgn telepati juga yg berkata, "I have no idea."
Kania memerhatikan interaksi pengantin baru yg ada dihadapannya ini dan dia tahu bahwa mereka sedang berkomunikasi satu sama lain tanpa mengeluarkan suara, sesuatu yg biasanya hanya bisa dilakukan oleh 2orang yg sudah mengenal satu sama lain selama bertahun2. Oleh sebab itu dia cukup terkejut ketika melihat ini pada Revel dan Ina. Spertinya dia sudah salah perhitungan tentang dalamnya chemistry yg mereka miliki.
Akhirnya bukannya langsung mengemukakan apa yg dia ingin katakan, Kania mondar mandir beberapa kali di depan Ina dan Revel yg kini duduk di sofa di kaki tempat tidur, tanpa mengeluarkan suara. Ina hanya menatapnya bingungu dan menunggu. Ketika 5menit kemudian kakaknya masih belum juga menyatakan tujuannya Ina menegurnya.
"Kak, tadi kakak bilang ada yg penting yg perlu dibicarakan""
Kania berhenti mondar mandir dan menatap Ina dgn ragu sbelum akhirnya berkata, "You know I love you, right""
"I know," jawab Ina sedikit bingung.
"Dan kmu tahu kan klo kmu slalu bisa datang ke kakak kapan saja klo kmu ada masalah"" "Iyaaaa..." balas Ina yg kini mulai curiga dgn tujuan kedatangan kakaknya.
"Karena apapun juga yg kmu kerjakan, bahkan klo itu melanggar hukum, kakak akan tetap mendukung kmu."
"Okay, thanks... I guess.."
"So, apa ada sesuatu yg kmu mau share sama kakak"" Ketika mengatakan ini Kania menatap Revel yg mendelik ketika sadar bahwa kakak iparnya sedang menatapnya penuh curiga.
"Sesuatu sperti apa"" tanya Ina, mencoba menyelamatkan Revel dgn memasang wajah tidak bersalah, padahal dalam hati dia sudah mulai waswas bahwa kak Kania tahu sesuatu tentang status pernikahannya dgn Revel.
Kania menatap adiknya tdk percaya karena untuk pertama kalinya dia mendapatinya sedang berbohong dan Ina tdk pernah berbohong. "Gimana klo kita mulai dgn kmu baru ketemu Revel pertama bulan Agustus, mulai pacaran bulan Februari, tahu2 bulan Maret kmu ngenalin dia ke keluarga kmu sebagai tunangan kmu, laki2 yg selama ini disebut sebagai the most eligible bachelor di seluruh Indonesia karena nggak pernah menunjukkan keinginan untuk menikah, yg 3bulan sbelumnya masih pacaran sama perempuan lain, dan yg sebulan sbelumnya terkena gosip yg nyaris menghancurkan kariernya." Kania menunjuk kepada Revel ketika mengatakan ini. Kemudian dia mengalihkan perhatiannya kepada Ina dan berkata, " Dan kmu bukan tipe orang yg bersedia menikah dan hidup selama2nya dgn laki2 yg kmu baru pacari selama sebulan."
Kania berhenti sejenak untuk membaca ekspresi Ina dan Revel, ketika dia melihat bahwa dua2nya masih menunjukkan wajah tdk bersalah, dia menambahkan, "Apa kalian akan membuat kakak menyebutkan satu per satu hal yg membuat pernikahan kalian ini aneh""
Kania mendengus ketika Ina dan Revel masih tdk mau mengaku. "Fine, spertinya kakak sudah buang waktu berbicara dgn kalian berdua," ucapnya kesal dan berjalan menuju pintu. Tapi ketika tinggal satu langkah lagi, dia memutar tubuhnya dan berkata, "Revel, kakak cuma mau kmu tahu apa yg kmu sudah katakan sehingga Ina melakukan apa yg dia sedang lakukan sekarang, tp kakak cuma mau kmu tahu bahwa Ina datang dari keluarga besar yg mencintainya, dan kami tdk akan segan2 untuk
membuat kmu sengsara klo kmu menyakiti Ina. Paham"!"
Ina sudah siap protes ketika dia mendengar Revel berkata, " Paham, kak. Saya sudah janji untuk menjaga Ina, dan saya akan tepati janji saya."
Kak Kania menatap Revel dari ujung hidupnya dan Ina mengangguk, tanda bahwa dia menerima janji Revel sbelum keluar kamar, meninggalkan Ina yg mencoba meminta maaf kepada Revel atas tingkah laku kakaknya.
BAB 14 (The First Dinner Alone)
Ina mengambil cuti selama seminggu stelah resepsi untuk memindahkan barang2 yg dianggapnya penting (yg tdk banyak jumlahnya, karena Revel sudah menyediakan mayoritas barang yg dia perlukan) dari apartemennya ke rumah Revel. Selama beberapa bulan ke depan apartemennya akan disewa Ellis, seorang wanita bule dari Australia yg baru dikontrak salah satu perusahaan minyak dan gas bumi. Dengan begitu residensi Ina sudah pindah sepenuhnya ke rumah Revel. Dia kini menempati kamar pengantinnya sebagai kamar tidurnya, selain itu dia juga memiliki ruang kerja yg bersebelahan dgn kamarnya dan bisa dimasuki melalui connecting door. Revel mencoba sebisa mungkin membuat Ina nyaman di rumah barunya ini, tetapi Ina tetap merindukan privasi apartemennya.
Ina dan Revel bisa menyembunyikan status pisah ranjang mereka dari para pegawai, juga dari artis2 yg diwakili oleh MRAM karena kecuali Jo, pak Danung, dan pak Siahaan, Revel tdk pernah memperbolehkan orang asing menjejakkan kaki mereka di lantai tiga rumahnya. Tapi mereka tdk bisa menyembunyikan hal ini dari pada pembantu rumah tangga Revel yg bertugas membersihkan segala sudut rumah itu. Meskipun begitu, Revel percaya bahwa mereka tdk akan membeberkan situasi ini kepada media, karena sperti juga Nata, para pembantu ini sudah ikut dgn Revel smenjak dia masih kecil dan loyalitas mereka betul2 bisa diandalkan. Semua ini bisa dilihat dari cara mereka memperlakukan Ina, yaitu dgn seprofesional mungkin, seakan2 mereka tdk menemukan sesuatu yg janggal dgn sepasang suami istri yg tidur di kamar tidur yg berbeda.
Saat resepsi, para wartawan menanyakan kemanakah mereka berencana berbulan madu, dan Ina menjawab bahwa mereka tdk akan berbulan madu untuk sementara waktu ini karena dia dan Revel punya banyak kewajiban dan tanggung jawab yg harus dilaksanakan. Sejujurnya, dia tdk tahu apa yg akan mereka lakukan dalam hal urusan akomodasi klo mereka memang pergi berbulan madu. Tentunya mereka harus tidur satu kamar, karena akan aneh klo misalnya mereka minta ditempatkan di kamar yg berbeda. Tapi Ina tdk ada waktu untuk mengkhawatirkan tentang ini, karena selama 5hari, Ina menyibukkan dirinya memindahkan barang dari apartemen, menata kamar tidur dan ruang kerjanya di rumah Revel pada siang hari dan pada malam harinya mereka akan pergi makan malam dgn keluarga Ina atau keluarga Revel.
Seakan itu semua belum cukup membuatnya pusing, dia juga harus menandatangani kartu tanda terimakasih kepada semua orang yg sudah memberikan kado. Lain dr kebiasaan zaman sekarang dimana para tamu lebih memilih memberikan uang kepada pengantin, para tamu lebih memilih memberi kado pada mereka. Berpuluh-puluh kado datang dari perusahaan2 yg pernah ada hubungan bisnis dgn Revel, mulai dari set produk mandi hingga biskuit. Mulai dari voucher department store yg membuat Ina harus membacanya dua kali ketika melihat jumlahnya hingga sati set peralatan makan untuk 12orang. Revel mencoba membujuk Ina agar memperbolehkan salah satu asistennya membuat stempel tanda tangannya agar dia tdk perlu menandatangani semua kartu itu, tp Ina kelihatan sangat tersinggung dgn komentar itu sehingga akhirnya Revel membiarkannya melakukan apa saja yg dia mau.
Tapi malam ini rutinitas mereka agak berbeda karena keduanya tdk ada rencana pergi keluar. Ina baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dgn handuk ketika dia mendengar ketukan pada pintunya. Dia melirik kepada pakaian tidur yg dikenakannya, celana piama dari bahan flannel yg dulunya berwarna hitam tp stelah dicuci berpuluh2 kali selama 5tahun belakangan ini sudah berubah warna menjadi abu2, dan kaus berukuran superbes
ar dgn tulisan "Getting Lucky in Kentucky". Bukan pakaian yg sepatutnya dikenakan oleh seorang pengantin baru, Ina yakin. Ketika dia membuka pintu, dia menemukan mbok Nami, pembantu terlama di rumah Revel, sedang tersenyum padanya.
"Mbak Ina dienteni karo mas Revel nang ngisor," ucapnya.
Ina yg tdk pernah fasih bahasa Jawa, tetapi sedikit memahaminya karena sekali2 mendengar mama dan papanya berbicara dgn bahasa Jawa, terdiam sejenak mencoba memahami apa yg mbok ini sedang katakan padanya. Satu hal lagi yg dia harus pelajari dgn tinggal di rumah Revel adalah bahwa semua pembantu bisa berbicara bahasa Indonesia, kecuali mbok Nami, meskipun dia mengerti klo orang berbahasa Indonesia dengannya.
"Oh, sekarang"" tanya Ina stelah memahami apa yg dikatakan mbok Nami.
Mbok Nami mengangguk dgn antusias, senang karena Ina mengerti bahasa Jawa. Ina pun memberi tanda kepadanya untuk menunggu sementara dia menyisir rambutnya yg masih basah dan mengenakan sandal sbelum mengikutinya turun ke lantai bawah. Apa yg diinginkan Revel dengannya malam2 begini" Ina tadi sempat melirik ke jam dinding yg ada di kamarnya yg menunjukkan jam delapan malam.
*** Revel sedang berkonsentrasi penuh untuk mengantar semua perahu dihadapannya ke tujuannya masing2 dgn selamat, yg brarti bahwa semua perahu tdk akan bertabrakan satu sama lain. Dia menerima iPad sebagai hadiah perkawinan dari Jo dan smenjak dia mencobanya beberapa beberapa hari yg lalu, dia betul2 ketagihan dgn game Harbor 3d yg ada di iPad ini. Sekarang dia sedang mengatur lalu lintas sepuluh kapal sekaligus dan klo dilihat dari kerlap kerlip pada layar, 2kapal lagi akan memasuki perairan sbentar lagi. Dengan ketukan telunjuknya pada layar dia menghentikan perjalanan sebuah kapal barang dan membiarkan sbuah kapal nelayan berlalu lebih dahulu. Stelah kapal nelaan itu menuju pulaunya tanpa halangan, Revel sekali lagi memberikan satu ketukan pada layar dan membiarkan kapal barang yg tadi dihentikannya melanjutkan perjalanan. Dia sudah mencapai score 44, score tertinggi yg pernah dia capai dan dia bertekad mencetak score baru.
Dia baru saja mencapai score 50 ketika dia mendengar suara Ina dan mbok Nami yg semakin mendekat. Suara2 itu memecahkan konsentrasinya karena meskipun matanya masih terpaku pada iPad, tetapi telinganya mencoba menangkap apa yg sedang dibicarakan oleh Ina dgn pembantunya itu. Spertinya mbok Nami sedang membeberkan sesuatu tentang dirinya karena dia mendengar tawa Ina. Suara tawa yg sekarang menemaninya stiap hari dan terkadang membuatnya terjaga pada waktu malam, memikirkan apa yg sedang dilakukan oleh Ina pada saat itu dan kapan dia bisa mendengar tawa itu lagi. Alhasil 2kapal bertabrakan dan meledak di hadapannya.
"Awww shit, shit, shit, SHIT. Stupid boats!" teriaknya dgn cukup keras sambil mengentakkan kedua kakinya yg menjulur diatas sofa.
Dan dalam keadaan berkelakuan sperti anak kecil yg ngambek karena tdk diberikan lolipop inilah Ina menemukan Revel. Dia hanya bisa menatap suaminya sambil menganga selama beberapa menit. Revel slalu kelihatan serius dan dewasa, sehingga pemandangan ini sangat asing baginya. Revel yg kemudian sadar bahwa dia sudah tdk sendirian, buru2 bangun dari sofa dgn wajah agak memerah. Stelah meletakkan iPad-nya diatas meja dia menghampiri Ina.
"Cute pjs," ucapnya, mengalihkan perhatian Ina dari apa yg baru dia saksikan.
Revel melarikan matanya pada tubuh Ina dari ujung rambutnya yg masih basah, wajahnya yg tanpa make-up dan kelihatan lebih merah daripada biasanya stelah mandi dgn air panas, baju tidurnya yg kedodoran, hingga ujung kaki yg ditutupi oleh sandal Tweety. Satu hal yg dia dapati sedikit aneh adalah, bagaimana seorang wanita yg bisa kelihatan super elegan dgn gaun malam berwarna ungu yg dikenakannya beberapa bulan yg lalu, memilih mengenakan baju tidur sejelek ini" Baju tidur itu memang masih layak pakai, tp jauh dari sesuatu yg akan dikenakan oleh seorang pengantin baru. Revel mengingatkan dirinya untuk membelikan Ina baju tidur yg lebih sesuai dgn seleranya, tp kemudian dia ingat bahwa kemungkinan besa
r dia tdk akan melihatnya pada tubuh Ina dan membatalkan rencana itu.
Ina mencoba mengontrol keinginannya untuk menutupi tubuhnya dgn kedua tangan melihat cara Revel menatapnya.
"Makan malam sudah siap. Mudah2an kmu suka bebek panggang," ucap Revel dan menggiring Ina menuju ruang makan.
Rumah Revel hanya memiliki satu ruang makan yg merangkap ruang makan pegawai klo siang hari. Ina masih berusaha membiasakan diri dgn konsep ini. Meskipun Revel orang yg sangat private untuk kehidupan pribadinya, tp dia slalu berusaha menjalin hubungan baik dgn pegawainya. Salah satu caranya adalah dengan memastikan bahwa mereka menerima perlakuan yg sama dgn dirinya. Selama beberapa hari ini Ina melihatnya makan siang bersama2 dgn para pegawainya dan klo dilihat dari cara mereka berinteraksi, Ina tahu bahwa para pegawainya menyukai dan menghormatinya, bukan hanya sebagai atasan, tp juga sebagai seorang manusia.
Revel mempersilakan Ina duduk terlebih dahulu pada salah satu kursi makan sbelum dia mengambil posisinya 90derajat dari Ina. Di atas meja ada satu piring penuh potongan bebek panggang dan di sebelahnya ada 2mangkok kecil yg berisi saus bebek dan sambalnya. Selain itu, Ina juga melihat lalapan dgn sambal terasi dan semangkuk besar sup lobak. Kesederhanaan makanan itu membuat Ina tersenyum dalam hati karena untuk pertama kalinya dia merasa bahwa dia sekali lagi bisa menjejak bumu. Segala perhatian dari media selama berbulan2 menjelang pernikahan dan segala acara keluarga yg harus dia hadiri stelah mereka menikah membuat Ina merindukan kehidupannya yg sederhana.
*** "Ada yg salah dgn makanannya"" tanya Revel ketika menyadari bahwa Ina tdk menyentuh makanan yg ada di hadapannya.
"Oh.. nggak, nggak ada," jawab Ina sambil mengambil sepotong paha bebek dan memindahkannya keatas piringnya.
Makan malam di meja adalah sesuatu yg baru untuk Ina yg biasanya memilih makan di jalan sbelum pulang ke rumah atau masak mi instan sbelum kemudian memakannya sambil duduk di depan TV atau di meja kerjanya. Kemunculan mbok Nami yg menuangkan nasi ke atas piringnya menyadarkannya.
"Apa ada sesuatu yg kmu mau bicarakan dgn saya"" ucap Ina. "Hah"" Revel kelihatan bingung.
"Kmu manggil saya turun, tentunya ada hal penting yg kmu mau discuss dgn saya," lanjut Ina.
Kemudian pengetian muncul pada wajah Revel. "Oh, no.. nggak ada. Saya manggil kmu cuma untuk makan malam. Itu saja."
"Oh." Penjelasan sederhana 3evel membuat Ina kebingungan mencari balasan. Alhasil ruang makan menjadi hening selama beberapa menit.
"Saya biasanya slalu menyempatkan diri makan malam sebelum kerja. Supaya bisa lebih konsentrasi." Revel membuka pembicaraan lagi stelah mbok Nami meninggalkan mereka.
"Apa kmu biasa makan malam jam segini klo makan di rumah"" tanya Ina berusaha mengetahui kebiasaan Revel.
"Biasanya memang begitu. Klo kmu""
Ina lalu menjelaskan kebiasaan makannya yg tdk teratur dan menerima tatapan tdk setuju dari Revel.
"Nggak heran kmu kurus kering kerontang begini. Mulai sekarang kmu harus makan lebih banyak dan lebih teratur, saya nggak mau keluarga kmu nyangka saya suami nggak bertanggung jawab yg nggak pernah ngasih makan istrinya."
Ina hanya memutar bola matanya mendengar komentar ini. "Percaya sama saya, nggak peduli seberapa banyak makanan yg saya makan, berat badan saya tetap di bawah 50kilo. Sudah keturunan. Semua keluarga saya punya metabolisme tinggi."
"Saya nggak peduli sama metabolisme kmu, pokoknya mulai saya akan minya mbok Nami nyiapin sarapan dan ngebungkusin makan siang untuk kmu. Untuk makan malam, apa kmu oke dgn jadwal jam delapan""
"Rev, saya ini bukan anak kecil. Saya bisa mengurus makanan saya sendiri." "Sure you can," ucap Revel sinis.
Ina meletakkan garpu dan sendok yg sedang dipegangnya agar dia tdk melemparkannya ke wajah Revel sbelum berkata sepelan mungkin, "Rev, saya bukan pegawai kmu, atau artis2 kmu yg hidupnya bisa diatur seenak jidat kmu."
Dan dari reaksi tubuh Revel yg tiba2 menjadi kaku, Ina bisa melihat bahwa kata2nya sudah menyakiti hatinya. Revel kemudian menatap Ina
dan berkata, "You're right. I'm sorry. Saya cuma khawatir saja dgn kesehatan kmu."
Dan Ina rasanya ingin mengguyurkan sup ke kepalanya sendiri. Dia sudah terlalu lama dikelilingi oleh orang2 yg slalu berusaha mengatur hidupnya sehingga dia tdk bisa membedakan antara kepedulian dan over-protective.
"You know what, I'm sorry. Dan saya terima tawaran sarapan, makan siang, dan jadwal makan malam kmu. Thank you," ucap Ina secepat mungkin.
Meskipun Revel masih kelihatan sedikit kecewa atas reaksi Ina sebelumnya, tp dia mengangguk, memberikan Ina sedikit keberanian untuk mengganti topik pembicaraan ke hal2 yg tdk terlalu sensitif.
"Saya nggak sengaja dengar pembicaraan kmu sama pak Danung kemarin siang. Tur kmu sudah back on schedule untuk bulan Agustus"" tanya Ina.
Revel tersenyum sendiri ketika sadar bahwa mamanya benar. Menikahi Ina adalah pilihan yg tepat, karena smenjak mereka mengumumkan pertunangan mereka, media hampir tdk pernah mengasosiasikan dirinya lagi dgn Luna. Mereka sibuk membicarakan tentang dia dan pengantin barunya. Sejalan dgn pulihnya image-nya di mata publik, begitu juga kariernya. Tentunya dia harus berterimakasih kepada Ina yg sudah memainkan peran istri dgn baik. Ina slalu bisa berdiri sendiri stiap kali berhadapan dgn publik, dia slalu kelihatan terhibur daripada jealous klo fansnya menyerbunya, dan dia slalu bisa ditemukan berdiri di belakang Revel, memberikan dukungan tanpa kelihatan posesif terhadapnya. Tapi stelah mereka terlepas dari sorotan publik, Ina akan terlihat sibuk sendiri dgn aktivitasnya, seakan2 tdk lagi mempedulikannya. Dia harus membiasakan diri dgn perlakuan cool sperti ini dari seorang wanita.
Kadang kala dia bertanya2 apa Ina betul2 tdk tertarik dengannya sama sekali. Karena he sure as hell is interested in her. Oke, mungkin ada kalanya dia tdk mau tahu apa yg Ina rasakan terhadapnya karena dia takut bahwa klo Ina menunjukkan bahkan sedikit ketertarikan padanya, maka dia akan menyerangnya dgn membabi buta, dgn begitu melanggar klausa tentang NO SEX IS ALLOWED didalam perjanjian mereka. Dan dia mungkin takut stengah mati bahwa Ina akan menginjak2 hatinya klo dia membiarkan apa yg dia rasakan sekarang berkembang menjadi sesuatu yg lebih berarti. Tapi nyatanya saat ini, dia sudah semakin dekat untuk merelakan itu semua hanya untuk mendengar Ina mengatakan bahwa dia setidak2nya menyukainya.
Revel mendengar namanya dipanggil dan dia menarik dirinya kembali ke realita. "Iya, tp kayaknya saya mau undur ke September saja, supaya saya bisa launch single saya dulu bulan depan. Dengan begitu orang akan lebih familier dgn lagu baru saya, jd mereka bisa nyanyi sama2 di konser. Karena klo turnya bulan Agustus, itu berarti saya harus launch single saya like... now, which is impossible," jelasnya.
"Tapi bukannya single kmu sudah siap launch waktu diundur tanggalnya bulan Februari lalu""
"Memang sudah, tp waktu tanggal launch-nya diundur, saya memutuskan untuk membuat sedikit perubahab di sana-sini."
Ina mengangguk mengerti. "Biasanya brapa lagu sih yg harus ada di dalam single"" tanyanya.
"Sekitar 3 lagu. Single biasanya diluncurkan oleh penyanyi klo mereka mau ngetes apakah masyarakat cocok dgn musik mereka. Semacam market research-lah. Klo misalnya singlenya laku, biasanya penyanyi akan lebih yakin untuk meluncurkan album mereka."
"Apa kmu nggak yakin dgn album kmu makanya kmu ngeluncurin single""
"Smenjak mulai karier musik saya, saya slalu ngeluarin single terlebih dahulu karena saya slalu mencoba memasukkan unsur2 baru pada dunia musik, dan saya nggak yakin apa masyarakat bisa menerima itu."
"Rev, kmu sudah punya 2album yg sukses dipasaran. Saya yakin bahwa apapun yg kmu hasilkan pasti akan dibeli oleh masyarakat."
Revel tdk menyangka bahwa Ina sebegitu percayanya dgn bakat musiknya dan itu membuatnya ingin menunjukkan hasil kerjanya padanya.
"Kmu mau dengar lagu baru saya"" tanya Revel dgn sedikit berhati2, seakan2 dia tdk yakin bahwa Ina akan tertarik pada tawaran ini.
"Memangnya boleh" Bukannya itu rahasia"" Jelas2 Ina terkejut dgn tawara
n ini, tetapi Revel senang ketika melihat bahwa Ina terdengar tertarik.
"Asal kmu janji nggak bilang ke siapa2 tentang lagu2 saya sbelum di-launch bulan depan."
"Saya janji," jawab Ina senang karena Revel mau membagi sesuatu yg jelas2 sangat pribadi baginya kepadanya.
"Habiskan dulu makanan kmu," perintah Revel.
Dan Ina melahap habis bebek yg ada di piringnya yg diselingi oleh timun dgn sambal terasi, sbelum kemudian menghabiskan supnya. Revel tdk menyangka bahwa badan sekecil itu bisa menampung sebegitu banyak makanan, tp dia tdk mengeluh. Dia suka wanita yg tahu cara menikmati makanan.
Stelah Ina membawa semua piring kotor ke dapur daripada menunggu hingga mbok Nami melakukannya dan memaksa Revel untuk melap meja makan hingga bersih, bersama2 mereka menuju studio.
*** Bangunan studio yg berwarna putih terletak di halaman belakang, tetapi meskipun terpisah dari bangunan utama, ada jalan kecil dari con-block. Mereka berjalan menuju studio dikelilingi udara malam yg sedikit lembab. Penerangan perjalanan mereka disediakan oleh beberapa lampu taman yg mengjiasi taman belakang. Ina bisa mendengar suara jangkrik dan segala macam binatang malam. Baru stelah beberapa menit dia sadar bahwa ini adalah pertama kalinya dalam hampir setahun dia bisa mendengar jelas suara yg dihasilkan oleh alam lagi. Rumah Revel jauh dari jalan raya sehingga kesunyian malam lebih terasa.
Revel membuka pintu kaca yg menuju studio dgn memasukkan kode pada sistem alarm. Tak lama kemudian mereka sudah berada di dalam studio dan Ina hanya terdiam selama beberapa menit. Suasana di dalam studio sangat berbeda dgn rumah utama yg serba putih. Studio ini kelihatan mengancam untuk seorang wanita karena terlihat sangat maskulin. Mulai dari cat yg digunakan, hingga perabotnya. Bahkan aroma pembersih lantai, aftershave mahal, dan cerutu. Mereka melewati dapur paling cute yg pernah dia lihat sepanjang hidupnya. Dapur itu berukuran kecil dan bergaya Spanyol dgn lantai dari tanah liat. Kemudian Revel menggiring Ina masuk ke dalam ruangan yg di dominasi sofa panjang dari kulit berwarna hitam, beberapa kursi kerja beroda, juga berwarna hitam, dan panel dgn tombol paling banyak yg pernah dia lihat sepanjang hidupnya. Menurut Revel, panel ini dibutuhkan oleh musisi untuk mixing, mengontrol, dan merekam musik mereka. Inilah the control room yg sering dia lihat di MTV klo para musisi terkenal sedang rekaman.
Ada kaca besar yg memisahkan control room dgn live room. Revel membuka pintu menuju live room dan mengundang Ina untuk memasukinya lebih dulu. Seluruh ruangan dilapisi oleh kayu, kemungkinan untuk suara akustik yg dimiliki oleh medium ini. Ina memandangi sekelilingnya dan mendapati bahwa ruangan ini dipenuhi oleh alat musik. Mulai dari piano, beberapa gitar dan bass yg tersimpan rapi di dalam casingnya, music stand, satu set drum yg terkurung di dalam ruangan tersendiri di dalam live room itu, amplifier, dan mic serta headphone dimana2. Belum lagi berjuntai2 kabel berwarna hitam dalam berbagai ukuran. Dia harus berhati2 melangkah klo tdk mau tersandung.
"Untuk lagu ini, alat musik utamanya adalah piano, jd klo kmu nggak keberatan, saya mau mainin lagu ini secara akustik."
Tanpa Ina sadari, Revel sudah mengambil posisi di belakang piano dan Ina kalang kabut mencari tempat duduk. Akhirnya dia memilih sebuah kursi tinggi yg agak berjauhan tp menghadap ke piano.
"Judul lagunya 'Bebas'."
Ina hanya mengangguk penuh antisipasi dan Revel baru saja memainkan intro lagu itu sbelum Ina tahu bahwa dia dan juga seluruh Indonesia akan jatuh cinta dgn lagu ini. Iya, feel-nya mungkin agak sedikit beda dgn lagu2 Revel sbelumnya. Lagu ini lebih terasa.. beas, sperti judulnya. Dengan begitu, terasa lebih enteng didengar. Yg jelas lagu ini membuatnya tiba2 sulit bernapas dan dia harus menelan ludah berkali2 untuk menahan haru. Satu2nya penjelasanatas reaksinya ini adalah karena dia tdk pernah mendapatkan konser spesial dimana dia hanya duduk sekitar 3meter dari penyanyinya, atau mungkin karena lirik lagu yg sedang dinyanyikan oleh Revel membantunya
lebih mengerti laki2 yg dinikahinya, Ina tdk tahu. Tp tahu2 pandangannya sudah kabur dan dia harus berdiri dari kursinya dan buru2 membelakangi Revel untuk menghapus air matanya.
"Ina, are you okay"" tanya Revel stelah dia mengakhiri lagunya.
Stelah yakin bahwa dia bisa mengontrol emosinya, Ina memutar tubuhnya dan menjawab pertanyaan Revel.
"Yeah, I'm good," ucapnya sambil tersenyum.
Tapi Revel tdk tertipu dgn senyuman itu. "Kmu nangis""
"Nggak," bantahnya.
"Ina, what's wrong"" Revel kelihatan waswas, tp dia tdk berani mendekat.
Ina mencoba untuk menelan tangisnya dan menjelaskan apa yg dia rasakan, tp dia tdk bisa. Emosinya terlalu meluap2, jantungnya sperti akan menembus tulang rusuknya, dan lehernya sakit karena berusaha menahan tangis. Tiba2 Revel sudah memeluknya dan Ina bahkan tdk memiliki tenaga untuk melawan perasaannya lagi. Dia betul2 menangis.
BAB 15 (The Biggest Mistake)
Revel tdk akan pernah mengerti apa yg ada di dalam pikiran seorang wanita, apalagi motivasi yg mendorong mereka untuk melakukan sesuatu. Satu menit dia melihat Ina sedang tersenyum padanya ketika dia mempersembahkan lagu favoritnya dari single terbarunya, menit selanjutnya Ina sudah menangis tersedu2. Reaksi pertama yg terlintas di dalam pikirannya adalah kekecewaan karena Ina membenci lagu itu, tp ketika Revel menanyakan hal ini sambil masih memeluknya, Ina menggeleng sbelum melanjutkan tangisnya.
Revel melirik jam tangannya dan dia tahu bahwa dia harus membuat Ina berhenti menangis karena sebentar lagi kru bandnya akan tiba. Dia lebih baik makan rujak dgn cabe rawrit sepuluh biji daripada ditemukan sedang memeluk wanita yg sedang menangis. Terutama klo wanita itu adalah istrinya, karena nanti mereka akan menyangka bahwa dialah penyebab knapa istrinya menangis. Knapa orang slalu berpikiran buruk tentangnya, dia tdk tahu.
"Ina, you gotta tell me what's wrong," pinta Revel sehalus mungkin ketika tangis Ina sudah reda, tetapi Ina tetap diam sribu bahasa.
"Did I do something wrong""
Pertanyaan ini membuat Ina mendorong Revel dan sambil menggenggam lengan atasnya dia berkata dgn pelan tp jelas, "Saya suka lagu kmu."
Tanpa disangka2 Ina meraih tangan kanan Revel dan meletakkan diatas dadanya. "Saya bisa ngerasain apa yg kmu rasakan waktu kmu menulis lagu ini disini."
Kata2 itu membuat jantung Revel berhenti berdetak. Ina menatapnya dalam sambil berkata, "Just let it go. Apapun itu yg menahan kmu untuk betul2 live your life. Untuk bisa bahagia. Let it go. Jangan bebankan hati kmu lagi dgn semua yg suadh lewat." Ina meletakkan telapak tangannya keatas jantung Revel ketika mengatakan ini.
HOLY MOTHER OF GOD! Dia betul2 tahu makna lagu itu. Revel tdk tahu apakah dia harus merasa marah karena sudah menunjukkan kelemahannya dihadapan Ina atau merasa bahagia
karena pertama kalinya ada orang yg betul2 mengerti dirinya selain papa. Revel mencoba menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Ina, tetapi Ina menolak melepaskan tangannya yg masih ada didalam genggamannya. Knapa... oh, knapa harus Ina yg bisa melakukan ini pada dirinya dan bkan wanita lain"
Seakan2 kata2 yg diucapkan belum cukup membuat Revel limbung, kata2 Ina selanjutnya membuatnya habis tdk berdaya lagi di hadapan perempuan ini.
"Mama kmu sayang kmu, Rev, lebih dari apapun. Dia nggak mengharapkan kmu menyayangi dia sedalam dia menyayangikmu, tp dia berharap kmu setidak-tidaknya mau memaafkan semua kesalahannya."
Revel merasa sperti sedang berada di bawah mikroskop dibawah tatapan Ina, dia tdk bisa menyembunyikan apapun darinya, dan itu membuatnya takut stengah mati. Sekali lagi dia mencoba menarik tangannya, tetapi Ina justru mengeratkan genggamannya. Dan hilanglah semua kontrol pada diri Revel. Dia menarik tangannya dgn paksa lalu memegang kepala Ina di antara kedua tangannya, memaksanya mendongak. Sebelum Ina sadar apa yg sedang terjadi, Revel sudah menciumnya. Betul2 menciumnya dgn dalam dan lidah yg merajalela. Dia ingin memberi Ina pelajaran karena telah mencapuri urusan orang lain yg tdk ada sangkupautnya dgn dirinya. Membuat Ina ta
kut, dan dgn begitu mengerti bahwa topik tentang hubungannya dgn mamanya adalah off limits.
Spertinya rencananya cukup berhasil karena dia bisa merasakan Ina berusaha menarik diri dan dia tdk akan membiarkannya lari begitu saja. Ketika Ina mengambil langkah mundur, Revel mengikuti jejaknya sehingga tubuh Ina terhimpit diantara tubuhnya dan piano. Kedua tangan Revel melepaskan wajah Ina dan mulai mengeksplorasi tubuh "istrinya". Ina yg akhirnya memahami apa yg diinginkan dengannya. Goddam it, this woman is driving him nuts!
Revel mengalihkan bibirnya dari bibir Ina ke lehernya agar mereka berdua bisa menarik oksigen ke dalam paru-paru. Tubuh Ina terasa hangat di dalam pelukannya dan Revel ingin menguburkan seluruh tubuhnya didalam kehangatan yg mengundang itu. Ina beraroma stoberi dimana-mana. Dia mengambil satu napas dalam2, seakan-akan mencoba menyimpan aroma itu di dalam kontainer tertutup dan menguncinya. Sebuah alarm di dalam kepala Revel berbunyi dan memperingatkannya agar menghentikan semua ini. Dia baru saja akan menjauhkan dirinya dari tubuh Ina ketika merasakan jari2 Ina yg kecil menyisiri rambutnya dan menarik kepalanya kembali kepada bibirnya. Revel menahan diri agar tdk menggeram ketika bibir mereka bersentuhan sekali lagi. Mencium Ina adalah kesalahan terbesar yg dia pernah lakukan sepanjang hidupya, tp dia tdk bisa berhenti.
Tanpa dia sadari, tangan kanannya sudah mengangkat kaus yg dikenakan Ina dan dia bisa menyentuh kulit perut Ina yg bahkan kebih halus lagi daripada kulit wajahya. Tangannya lalu menarik pinggang Ina agar lebih dekat dengannya. Ina sama sekali tdk menolak permintaan ini dan menempelkan seluruh tubuhnya pada tubuh Revel. Membuat lutut Revel jd sperti marshmellow dan dia harus melepaskan genggamannya pada kepala Ina dan menopang dirinya dgn meletakkan tangan kirinya pada piano. Dia masih memeluk tubuh Ina yf "Oh! So kissable".
Perempuan semacam Ina tdk seharusnya bisa membuatnya kehilangan kontrol dan tdk bisa berpikir dgn jelas, Yg jelas perempuan sperti Ina tdk seharusnya bisa menciumnya balik sampai dia kehabisan oksigen, mengeluarkan suara2 provokatif ketika dia mengeksplorasi lehernya, dan membuatnya lupa akan tujuan utama knapa dia mula2 menciumnya. Dan dgn kesadaran ini Revel menarik semua bagian tubuhnya dari tubuh Ina. Kemudian dgn susah payah dia mengambil 5langkah mundur menjauhi Ina agar dia tdk tergoda untuk memulai lagi apa yg baru saja dia akhiri. Tidak ada yg mengeluarkan sepatah katapun selama beberapa menit, masing2 sibuk mencoba mengontrol pernapasan mereka.
"Saya..." Revel memulai, tp dia tdk bisa menyelesaikan kalimat tiu karena dia sendiri tdk tahu apa yg ingn dia katakan. Ina menatapnya dgn penuh antisipasi.
Revel mencoba sekali lagi, "Saya mau.." Dan sekali lagi dia berhenti. Maaannn... this is harder than I thought, pikir Revel. Apa dia harus minta maaf atas perbuatannya" Tapi toh Ina membalas ciumannya, itu berarti bahwa dia menikmatinya juga, kan"
Ina mengejutkannya dgn berjalan kearahnya dgn langkah pasti. Otomatis Revel mundur beberapa langkah. Untuk pertama kalinya di dalam hidupnya dia takut akan sentuhan seorang wanita.
"Stop," ucapnya sambil mengangkat tangannya, meminta Ia tdk mendekatinya lagi.
Tapi Ina tdk kelihatan tersinggung atau peduli dgn reaksinya karena dia tetap mendekat hingga punggung Revel menabrak dinding. Panik adalah perasaan selanjutnya yg menyerang Revel. Dia merasa sperti seekor tikus yg baru saja melihat kedatangan seekor predator ke dalam kandangnya. Merasa terjebak dan tdk bisa lari kemana2. Revel tersentak ketika tangan Ina menyentuh wajahnya. Dia tdk pernah merasa sebegini tdk berdayanya dihadapan seorang wanita. Ketika Ina mendekatkan wajahnya, Revel menutup mataya karena dia pikir Ina akan menciumnya dan dia tdk akan bertanggungjawab atas apa yg dia akan lakukan selanjutnya klo itu sampai terjadi. Satu detik.. dua detik.. Kemudian dia merasakan bibir Ina pada wajahnya, bukan pada bibirnya, tp pada pipi kanannya.
"Goodnight," ucap Ina pelan dan ketika Revel membuka matanya, dia disambut oleh senyum pad
a wajah Ina. Sebelum Revel bisa memahami apa yg sedang terjadi, Ina sudah meninggalkan studio.
*** Ketika dia membuka matanya, dia tahu bahwa dia sudah tidur lebih lama daripada yg dia rencanakan. Matahari sudah cukup tinggi dan sinarnya masuk melalui jendela. Dia melirik beker ya ada disamping tempat tidurnya dan langsung loncat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Stengah jamm kemudian dia sudah keluar dan merasa lebih segar. Dia sedang berjalan secepat mungkin menuju tangga, ketika melihat Revel bau saja keluar dari kamar tidurnya. Dia juga kelihatan baru selesai mandi karena rambutnya , masih sedikit basah. Revel yg sadar bahwa Ina sedang berjalan kearahnya kelihatan terkejut dan menghentikan langkahnya, kemudian wajahnya memerah dan dia kelihatan siap untuk ngacir saat itu juga dari hadapan Ina. Tapi spertinya dia kemudian sadar bahwa klo dia melakukan itu maka dia akan kelihatan supertolol, akhirnya dia memilih nyureng.
Klo pada waktu lain Ina mungkin akan mengomentari reaksi Revel padanya, tp tdk pagi ini. "Hello, Rev. Bye,Rev," ucap Ina dan tanpa menungu balasan dari Revel, dia langsung bergegas menuruni tangga.
Dia berpapasan dgn mbok Nami yg sedang dalam perjalanan menuju lantai atas dan berkata, "Pagi, mbok."
Ina bahkan tdk menunggu hingga mesin mobilnya panas sbelum menukar persneling ke D dan mobil itu keluar dari garasi menuju pintu gerbang. Dia perlu berbicara dgn seseorang tentang kejadian semalam, dan satu2nya orang yg bisa diajak adalah Tita.
*** "So... Revel gimana" Tanya Tita memotong Tiramisu buatannya.
Mereka sudah selesai makan siang, dan baru akan menikmati pencuci mulut.
"He's fine. Tadi dia masih di rumah waktu gue keluar," balas Ina dan duduk di kursi bar di dapurnya Tita.
"Dia nggak diajak"" tanya Didi dgn polosnya.
Didi adalah adik Tita, yg juga teman Ina. Dia kebetulan sedang datang berkunjung ke rumah kakaknyahari Sabtu siang ini dgn suami dan anaknya yg baru berumur beberapa bulan. Scarlett sedang tidur dgn damai di dalam pelukan ibunya. Spertinya Tita menepati janjinya dgn tdk membeberkan status pernikahan Ina dgn Revel kepada siapapun, bahkan tdk kepada adiknya yg sangat dekat dengannya. "Dia nggak mau ganggu acara gue katanya," jelas Ina. Jelas2 berbohonh, tp Didi spertinya tdk menyadari hal itu.
"Oh," balas Didi sambil manggut2. Perhatiannya tertuju kepada Tiramisu yg sedang dipotong oleh Tita.
"Mbak, yg besar sedikit dong potongannya" pinta Didi.
"Ini buat kmu apa buat Ervin"" tanya Tita sambil melirk ke halaman belakang, dimana adik iparnya yg sperti model Calvin Klein itu terlihat sedang melemparkan sebuah boala American football kepada Reilley, suaminya yg tdk kalah gantengnya.
"Buat akulah. Ervin lagi diet gula dan karbohidrat,"balas Didi.
"Lho, kok Ervin sih yg diet"" tanya Tita sambil nyengir.
Ina menahan tawa ketika melihat betapa tersinggungnya Didi dikomentari sperti itu. "Just give me the damn cake," omel Didi.
Dan Tita memberikan potongan besar Tiramisu kepada adiknya. Tiba2 pintu dapur terbuka dan Ervin dan Reilley yg menggendong Lukas, anaknya yg berumur 3tahun, memasuki dapur sambil membicarakan suatu software komputer.
"Are we eating cake, babe"" tanya Reilley dan mencium pipi istrinya sesingkat mungkin.
Rupanya Reilley sudah belajar untuk tdk melakukan PDA alias Public Display of Affectin sperti kebanyakan orang putih klo sedang berada di Indonesia. Ina tersenyum ketika melihat ini, dan mengalihkan perhatiannya kepada Didi. Ervin mencium kening Scarlett sbelum kemudian mencium kening Didi dgn mesra. Oke, spertinya Ervin perlu belajar tentang cara mengontrol PDA-nya dari Reilley. Ina danTita langsung saling pandang dan Tita ,e,utar bola matanya. Tita berdehem, dan Ervi pun mengangkat bibirnya dari kening Didi dan kelihatan tersipi-sipu.
"Kalian lagi ngomongin tentang apa sih"" tanya Ervin ingin tahu.
Para wanita yg ada di dapur tdk ada yg menjawab. Reillet yg sadar bahwa kehadirannya tdk diinginkan langsung bertindak.
"Okay, buddy, since Mommy is still busy, why don't you hang with me a little bit
longer," ucap Reilley kepada Lukas yg melingkarkan kedua tangan kecilnya pada leher papanya dgn kepercayaan penuh. Dan sambil membawa piring kecil dgn potongan besar Tiramisu diatasnya Reilley nerjalan menuju ruang TV.
"Daniswara, are you coming"" tanya Reilley ketika sadar bahwa Ervin tdk mengikuti jejaknya.
Ervin kelihatan ingin menetap di dalam dapur dan turut serta dalam pembicaraan para wanita ketika menyadari bahwa Didi mengalami masalah saat melahap Tiramisu sambil meggendong Scarlett. Dia pun mengangkat anaknya dari pelukan istrinya dan mengikuti jejak Reilley.
Betapa nyamannya hubungan kedua wanita ini dgn suami mereka. Ina sadar bahwa inilah hubungan yg seharusnya ada pada sepasang suami istri, bukan sperti hubungannya dgn Revel yg penuh dgn pertanyaan dan kesalahpahaman. Itulah yg akan dia dapat dgn menikahi seseorang yg tdk dia kenal.
"Di, makannya pelan2 bisa,kan"" Suara Tita menyadarkan Ina.
Ketika Ina sedang melamun, rupanya Didi sudah menghabiskan lebih dari stengah Tiramisu-nya dan tdk ada tanda2 dia akn berhenti. Ummm, mungkin ada baiknya menikah bukan karena cinta, karena dgn begitu dia tdk perlu memedulikan tentang ribetnya masa kehamilan, sakitnya melahirkan, dan capeknya mengurus bayi. Belum lagi harus mengurus suami dan pekerjaan. Itu juga klo suami kita bukan model laki2 yg suka dikejar2 wanita lain atau bahkan lebih parah lagi, selingkuh dgn wanita lain, karena dgn begitu, kita akan pusing 7keliling dgn kecemburuan dan kekhawatiran bahwa dia akan meninggalkan kita untuk wanita lain.
Tita dan Didi kemudian menghabiskan satu jam selanjutnya untuk membedah kehidupn baru Ina dan Revel. Didi sangat ingin tahu kebiasaan harian Revel, yg membuat Ina berpikir bahwa klo saja Didi tdk cinta mati pada suaminya, dia mungkin akan minta diberi kesempatan menghabiskan satu hari penuh hanya berdua dgn Revel. Stelah puas dgn pertanyaannya, Didi kemudian pamit pulang dan Ina akhirnya punya waktu untuk betul2 berbicara dgn Tita.
"Oke,spill," ucap Tita begitu mobil Didi menghilang dari pandangan.
"Revel nyium gue tadi malam dan gue balas nyium dia," kata Ina sambil sama2 berjalan kembali ke dalam rumah.
Lain dari yg diperkirakan Ina, Tita bertanya dgn tenang, "Oke... ciumnya dimana nih" Di pipi""
Ina menggeleng. "Di bibir dgn ciuman yg bikin gue nggak bisa berdiri lagi stelah semenit. Gue nggak pernah dicium kayak begitu sama.. well.. siapapun klo dipikir-pikir."
Kata2 Ina membuat langkah Tita terhenti. Dia memutar tubuhnya dan memandang Ina. "Please explain how that can happen."
Ina kemudian menceritakan kejadia semalam. Berusaha tdk meninggalkan fakta apapun. Tita hanya menatapnya dgn kening berkerut.
"I know.. I know.." Ina memulai pembelaannya stelah dia selesai bercerita sebelum Tita bisa mengomentari.
"Bukannya di dalam kontrak ada klausa yg mengatakan bahwa kalian berdua nggak boleh bersentuhan"" potong Tita.
"I think kata2 yg tepat adalah, 'Tidak terlibat hubungan seksual dgn satu sama lain atau orang lain'."
"Jadi ciuman nggak terhitung"" tanya Tita ragu. "Secara teknis sih... memang nggak terhitung."
"Oke.. klo gitu lo nggak usah kelihatan khawatir begini dong. Lo nggak melanggar klausa dalam perjanjian itu," tandas Tita dan kembali berjalan.
Ina mencoba mengejar Tita. "Tapi gue ngerasa bersalah,Ta."
Tita sekali lagi menghentikan langkahnya. "In, gue tahu lo wanita dewasa yg tahu apa yg benar dan apa yg salah, jd gue rasa gue nggak perlu bilang ke elo apa arti dari kekhawatiran elo ini."
"Dia nggak seharusnya mencium gue, dan gue nggak seharusnya ngebalas ciuman dia," ucap Ina pelan.
"In, you know I love you right.. "
"Why is everyone keep saying that!" potong Ina kesal.
Tita tdk menghiraukan komentar Ina dan melanjutkan, "Apa lo ada rasa lebih terhadap Revel daripada hanya sebagai business partner""
"Yes," desah Ina dan ketika melihat ekspresi pada wajah Tita, "I mean no." Tentunya Tita dtk percaya dgn kata2 itu dan Ina tdk bisa menyalahkannya. "Sejujurnya gue mggak tahu, Ta."
Ina terdiam dan memikirkan perasaannya terhadap Revel,
Tita menariknya duduk di kursi beranda. Ina kemudian menceritakan apa yg dikatakan oleh ibu Davina padanya.
"Well, that's not fair. Bagaimana dia bisa mengharapkan elo menjaga hati Revel stelah apa yg sudah dia lakukan kepada anaknya. Dia mestinya yg harus menyelesaikan masalah ini sama anaknya, bukan menggunakan elo sebagai tameng," omel Tita.
Kata2 Tita membuat Ina sadar akan apa yg dia harus lakukan. Dia harus membuat Revel dan mamanya berbicara terang2an tentang apa yg mereka rasakan satu sama lain. Mungkin dgn begitu mereka akhirnya akan bisa mengusir apapun itu yg membuat hubungan ibu dan anak yg mereka miliki jadi tdk janggaln lagi. Sbelum Tita mengatakan apa2 lagi, Ina sudah mencium pipinya dan bergegas menuju mobilnya.
BAB 16 (The Pissed Husband)
Revel duduk di dalam kegelapan. Menunggu hingga istrinya yg tadi malam sudah menciumnya sampai dia sudah mau gila sbelum kemudian meninggalkannya sendiri di dalam studionya dgn semua bagian dirinya tegang. Dan dia bukan hanya membicarakan tentang otot bahunya. Istrinya yg pukul sebelas tadi pagi meninggalkan rumah dgn hanya mengatakan "hai" dan "bye" padanya tanpa kelihatan terpengaruh sama sekali dgn kejadian semalam. Istrinya yg kini masih juga belum kembali, padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Kemana dia pergi, Revel tdk tahu dan dia gengsi menelepon ke HP-nya untuk menanyakan hal ini. Klo Ina lebih memilih menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpanya, fine! Dia juga bisa menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpa perempuan itu. Tapi kenyataannya adalah... dia tdk bisa menghabiskan satu hari penuh tanpa melihat wajah Ina dan itu membuatnya jengkel pada dirinya sendiri. Oleh karena itu kejengkelan ini, dia sekarang duduk di dalam kegelapan di dalam kamar tidur Ina, menunggu hingga dia pulang. Dia menempati sofa yg terletak di sudut kamar dan sedikit tersembunyi.
Sejam yg lalu ketika dia keluar studio untuk mengistirahatkan kepalanya yg sudah mau pecah karena terlalu lama berkonsentrasi, dia menemukan rumahnya sepi. Tdk ada jejak Ina dimana2. Dia kemudian mendapat informasi dari satpam bahwa Ina masih belum pulang dan dia tdk tahu knapa tp dia merasa bahwa dia perlu memastikan hal ini, jd dia pergi mengetuk pintu kamar Ina. Lima menit kemudian, pintu itu masih tertutup dan Revel mencoba membukanya, tp ternyata Ina menguncinya. Dengan hasrat keingintahuan bercampur dgn keisengan dan sedikit rasa jengkel, Revel mengambil kunci cadangan dari kamarnya dan membuka pintu kamar Ina, tanpa seizinnya. Revel tahu bahwa dia sudah melanggar privasi Ina, tp pada saat itu, dia tdk peduli.
Dia memasuki kamar itu ketika cahaya matahari yg masuk melalui jendela masih cukup terang. Dia merasa sperti penyusup di rumahnya sendiri. Buru2 dia menutup pintu, klo klo mbok Nami bertanya2 knapa pintu itu terbuka padahal Ina sedang tdk ada di rumah. Smenjak dia menikahi Ina, mbok Nami seakan2 mendapatkan satu orang lagi yg bisa dia curahi kasih sayangnya. Terkadang Revel berpikir bahwa akhir2 ini mbok Nami bahkan lebih menyayangi Ina daripada dirinya. Jelas2 Revel tdk pernah melihat mbok Nami mengomeli Ina sperti dia mengomeli Revel klo dia menenggak susu segar yg disimpan di dalam lemari es langsung dari kartonnya atau klo dia lupa menggantung handuknya pada rak handuk stelah menggunakannya dan meninggalkan handuk itu diatas kasur, menyebabkan seprai jd lembab. Oke, dia akui bahwa Ina slalu menuangkan susu ke dalam gelas sbelum meminumnya dan dia tdk pernah tahu kebiasaan mandinya Ina oleh karena itu dia tdk bisa menuduh mbok Nami seenak jidatnya, tp dia tetap sedikit jealous atas perlakuan ini.
Dia melarikan matanya ke sekeliling kamar itu, yg cukup rapi dan teratur. Dia mengambil napas dan aroma stoberi menyerang indra penciumannya.
"God, that damn smell is everywhere," gerutu Revel.
Perlahan2 dia mulai berjalan mengelilingi kamar itu, yg kelihatan sama sperti terakhir kali dia memasukinya, tp dia merasakan sedikit perbedaan. Mungkin karena sentuhan2 Ina pada kamar itu. Perhentian pertama adalah meja dandan. Bermacam2 botol produk wanita, mulai dari pelembab
, hingga parfum terdapat di permukaannya. Dia lalu menghampiri kursi sofa yg menempal pada dinding, di sbelahnya ada sebuah meja meja kecil dgn lampu baca diatasnya. Diatas meja ada sebuah novel karangan Frank McCourt dgn bookmark diantara halaman 200 dan 201. Dia meletakkan buku itu kembali pada tempatnya sbelum mengalihkan perhatiannyapada benda selanjutnya yg ada di kamar itu.
Lain dgn kamar tidurnya, kamar Ina tdk memiliki TV. Dinding tempat dulu Revel meletakkan TV plasmanya ditutupi oleh tiga rak tinggi yg penuh dgn buku. Revel memiringkan kepalanya dan membaca judul buku2 itu. Dia baru menyadari bahwa buku2 itu diatur berdasarkan ukuran dan alphabet nama pengarang. Great! Dia sudah menikahi seorang neat freak yg kemungkinan besar juga seorang obsessivecompulsive yg harus memastikan bahwa semuanya teratur dgn rapi karena klo tdk, dia bisa stres. Perhatiannya kembali pada deretan buku dan dia sadar bahwa genre buku2 itu cukup bervariasi, mulai dari romance hingga biografi semuanya ada pada rak itu. Man, this woman must be freakishly smart. Dia tdk pernah melihat buku sebanyak ini sebagai koleksi pribadi sepanjang hidupnya.
Stelah puas dgn perpustakaan yg dimiliki oleh Ina, sasaran selanjutnya adalah sebuah bureas dimana orang biasanya menyimpan pakaian dalam atau kaus. Lemari itu setinggi pinggangnya dan diatasnya dipenuhi oleh berbingkai2 foto. Lain dgn foto2 Revel yg tergantung di dinding, foto2 ini dicetak berwarna dan kelihatannya diambil belum lama ini. Semuanya mengikutsertakan anggota keluarga Ina hingga kerabat dekat. Dia bahkan melihat foto Ina dgn Marko yg spertinya diambil di sebuah restoran. Foto selanjutnya yg dia lihat membuat matanya terbelalak. Dia mengangkat foto itu hanya untuk memastikan bahwa matanya tdk picek. Matanya tdk salah, itu memang foto yg diambil saat acara ijab klo dilihat dari pakaian yg mereka kenakan. Dia sedang mencium kening Ina stelah mereka resmi disahkan sebagai suami istri oleh penghulu. Pertanyaan pertama adalah, darimana Ina mendapatkan foto ini" Karena setahunya fotografer yg disewanya tdk mencetak foto perkawinan mereka dalam ukuran itu. Pertanyaan kedua adalah, knapa Ina menyimpan foto ini"
Dia akan menanyakan hal ini pada Ina. Pada saat itulah ide untuk menunggunya di dalam gelap muncul. Tadinya dia mempertimbangkan untuk duduk diatas tempat tidur, tp dia tahu bahwa tempat tidur adalah trempat pertama yg akan dilihat Ina begitu dia memasuki kamarnya, maka kurang memiliki efek mengagetkan. Akhirnya stelah beberapa menit mempertimbangkan lokasi yg tepat untuk mengagetkan Ina, dia memilih sofa yg kini didudukinya itu. Dia sedang membayangkan reaksi Ina saat melihatnyaa ketika dia mendengar gema langkah kaki pada lantai marmer. Langkah itu terdengar sangat buru2, hampir berlari. Kemudian terdengar bunyi kunci diputar dan pintu kamar terbuka dan Revel melihat bayangan tubuh Ina memasuki kamar tidurnya. Dia tdk menyalakan lampu, melainkan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu sambil berjalan menuju kamar mandi. Ina menyumpah ketika kakinya menabrak kaki temoat tidur. Revel menggigit bagian dalam mulutnya, menahan tawa.
Lampu kamar mandi menyala dan Revel mendengar shower dinyalakan. Dia melihat Ina lagi, yg kini hanya mengenakan celana dalam dan bra warna hitam renda2. Shit! Dia merasa sperti sedang berada di sebuah strip club di Las Vegasn, menunggu dgn antisipasi hingga dancer yg ada dihadapannya akan menjatuhkan branya. Entah knapa, tp semua stripper slalu menanggalkan bra mereka lebih dahulu sebelum celana dalam. Mungkin itulah yg diajarkan pada SKS, alias Sekolah Khusus Stripper.
"Remember, ladies, laki2 senang digoda. Jangan berikan mereka segalanya pertama kali mereka melihat kita, karena tipsnya akan berkurang klo kita melakukan itu. Paskitan kita menanggalkan bra dulu karena dgn begitu mereka akan lebih tergoda untuk melihat hal lainnya."
Revel hampir saja terkekeh dgn imajinasinya sendiri. Kapan trakhir dia ke Vegas" 5tahun yg lalu. Klo saja visa ke Amerika tdk terlalu susah didapatkan, dia mungkin sudah pergi ke Vegas lagi smenjak itu. Sekara
ng, dia harus puas dgn stripper semiprofesional dgn badan kurus, pendek, dan berdada rata dalam bentuk istrinya.
Revel sedang memakukan tatapannya pada pakaian dalam Ina ketika tiba2 lampu terang menyerang matanya sbelum dia mendengar seseorang berteriak sekencang2nya.
"kmu ngapain ada dalam kamar saya"" teriak Ina dgn nada menuduh sambil berusaha menutupi sebanyak2nya bagian tubuhnya dari Revel dgn kedua tangannya stelah dia berhenti berteriak.
Revel hanya kelihatan terlibur melihat usahanya yg sia2 itu daripada menjawab pertanyaannya. Damn the man!!! Menyadari bahwa Revel tdk akan mengasihaninya, Ina kemudian berjalan secepat mungkin sambil membungkuk menuju tempat tidur dan menarik bedcover untuk menutupi dirinya.
"Apa kmu akan menjawab pertanyaan saya"" Kini suara Ina sudah tdk melengking lagi, karena dia sudah tdk terlalu naked lagi.
"Kmu kemana saja seharian"" tanya Revel.
Ina berpikir sejenak apakah dia akan menjawab pertanyaan ini. Revel jelas2 menghindar dari menjawab pertanyaan yg sudag dia ajukan terlebih dahulu, jd knapa dia harus menjawab pertanyaannya" Tapi akhirnya dia berpikir bahwa mungkin klo Revel mendapatkan jawabannya, dia akan segera meninggalkan kamarnya.
"Main ke rumah Tita," ucap Ina akhirnya.


Celebrity Wedding Karya Aliazalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukannya pergi, Revel justru memgatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman dan berkata, "Gimana kabarnya""
"baik-baik saja." Tangan Ina mulai pegal karena mencoba manahan bedcover yg berat itu agar tdk merosot.
"Apa dia masih nggak suka sama saya"" Pertanyaan Revel ini disambut tatapan bingung dari Ina dan Revel menambahkan, "Kmu nggak usah kelihatan bingung. Orang buta juga bisa lihat klo dia nggak terlalu suka sama sya dari cara dia memandang saya. Dia mungkin berpikir klo saya sudah take advantage dari kmu," sbelum kemudian tertawa terkekeh2.
"Tita dalah teman baik saya, dan dia hanya mau yg terbaik untuk saya."
Revel menarik tubuhnya dari sofa dan berdiri. "Oh, saya tahu itu. Saya nggak menyalahkan dia, karena klo saya jadi dia, saya mungkin akan melakukan hal yg sama. Orang gila mana yg mau teman baiknya menikahi laki2 sperti saya" Sudah kerjanya nggak teratur dan sering digosipin yg tidak2 oleh media," ucapnya sambil mengambil beberapa langkah mendekati Ina yg berada di seberang ruangan darinya.
"Sekarang mereka bisa menambahkan bahwa kmu suka masuk ke kamar orang tanpa diundang," tandas Ina.
Dan komentar ini justru membuat Revel tertawa terkekeh2.
"Kmu juga pernah masuk ke kamar saya tanpa diundang," lanjutnya santai.
Ina mengerutkan keningnya mendengar komentar itu. "Jadi kmu kesini Cuma untuk balas dendam, oke saya terima itu. Sekarang kita impas," ucapnya.
Klo saja dia tdk sedang berusaha menutupi tubuhnya yg hanya mengenakan pakaian dalam,Ina mungkin sudah melemparkan lampu meja kepada Revel. Akhirnya dia harus puas dgn hanya memberikan tatapan yg bisa membolongi kepala Revel.
Revel tersenyum melihat reaksi Ina dan berkata, " Kmu bururan mandi, makan malam jam delapan. Saya tunggu kmu di Bawah."
"Kmu makan saja sendiri. Saya bisa urus makan malam saya sendiri." Ina tahu bahwa dia kedengaran ngambek, tp dia terlalu jengkel untuk peduli.
Revel kelihatan tersinggung karena permintaannya tdk dituruti. "Saya tunggu kmu sampai jam delapan lewat lima belas menit. Klo kmu belum turun juga, saya akan naik kesini dan narik kmu turun. Nggak peduli kmu sudah pakai pakaian tau belum," ancamnya.
Kata2 yg penuh dgn perintah itu membuat bulu di tengkuk Ina berdiri, yg brarti bahwa dia mencoba sebisa mungkin menahan kemarahannya. Bila itu terjadi, dia hanya perlu mengambil beberapa tarikan napas dalam2 dan dalam beberapa menit dia sudah bisa mengontrol kemarahannya, tp tdk malam ini. Dia bergegas menuju Revel . ketika sadar bahwa langkahnya terganggu oleh bedcover yg mengelilingi tubuhnya, dia menyibakkan bedcover itu dan melupakan sejenak rasa malunya karena hanya mengenakan pakaian dalam di depan orang tdk dikenal, dan bergerak ke arah suaminya. "Kmu nggak ada hak mengatur saya. Apa dan kapan saya akan makan itu bukan urusan kmu. Ngerti"" Ina bahkan me
nekankan jari telunjuknya pada dada Revel untuk menunjukkan bahwa dia tdk main2.
Revel menatap Ina selama beberapa detik tanpa mengedipkan matanya, dia kelihatan terkejut oleh reaksi Ina terhadap kata2nya. Kemudian, "Why are you so mad at me"" tanyanya pelan.
"Karena.. karena.." Terlalu banyak kata2 yg ingin diucapkan Ina sehingga otaknya mengalami korsleting.
Revel menggenggam lengan Ina bagian atas dan berkata, "Sebelum kmu mulai marah2 lagi, sebaiknya kmu mandi dulu dgn air hangat supaya emosi kmu bisa lebih tenang. Klo nanti kmu masih marah sama saya stelah habis mandi, saya ada di ruang makan dan siap menerima omelan kmu,' sbelum kemudian melepaskan Ina dgn tiba2 dan keluar dari kamar itu.
Ina segera berlari menuju pintu dan menguncinya. Ohhh! Aku akan membunuh laki2 satu itu suatu hari nanti, teriak Ina dlam hati dan bergegas masuk ke dalam shower untuk menenangkan pikirannya. Dia tdk percaya bahwa dia sudah menghabiskan waktu 20menit dalam perjalanan pulang dari rumah Tita dan memikirkan cara terbaik untuk memperbaiki hubungan Revel dgn mamanya. Dan apa yg dia temui" Revel sudah menunggunya di dalam kegelapan kamarnya, ruangan pribadinya, sperti seorang predator yg siap menerkam mangsanya. Dia bahkan tdk kelihatan menyesal karena sudah mengejutkannya samapai jantungnya seolah meloncat keluar. Sialan! Berani2nya dia masuk kamarnya tanpa izin dan memberikan perintah padanya seakan2 dia dalah tuan tanah dan Ina adalah budak yg dimilikinya. Dia tdk menikah untuk menghindari rongrongan keluarganya yg slalu mau mengatur hidupnya agar bisa diatur oleh orang lain yg bahkan tdk ada hubungan darah dengannya sama sekali.sial, SIAL, SIAAALLL!
*** Ternyata Revel benar, karena stelah mandi, Ina merasa lebih segar dan pikirannya memang lebih jernih, dgn begitu dia yg tadinya bertekad mengunci dirinya di dalam kamar dan tdk turun makan malam hanya untuk menunjukkan kepada Revel bahwa dia tdk akan tunduk di bawah tekanannya, luntur. Dia merasa silly karena sudah bertengkar dgn Revel untuk hal remeh sperti ini. Mereka baru resmi menikah selama 6hari, jd pada dasarnya dia masih harus hidup dgn Revel selama 8bulan lagi sesuai persyaratan kontrak dan berstatus sebagai pasangan resmi Revel selama setahun. Dengan begitu, dia harus belajar menoleransi Revel klo mau pernikahan ini tahan hingga waktu yg ditetapkan.
*** Revel tdk menyangka bahwa Ina akan muncul stelah argumentasi mereka tadi, maka dari itu dia agak terkejut ketika dia melihat Ina turun ke ruang makan pada pukul delapan lewat empat belas menit. Stelah ada waktu untuk duduk sendiri dan memikirkan tentang pertengkaran mereka, Revel tahu alasan knapa Ina marah besar padanya. Dia beruntung bahwa Ina tdk menyinggung2 soal klausa pada kontrak mereka yg jelas2 menyatakan bahwa dia memang tdk ada hak untuk mengatur kehidupannya. Dia memang suami Ina, tp hanya diatas kertas, tdk lebih dari itu, maka dia harus belajar berhenti berkelakuan sperti seorang suami betulan. Selama ini Revel yakin bahwa dia bukanlah tipe laki2 yg bisa jadi seorang suami, tp lihatlah dia sekarang. Dia khawatir bahwa dia sudah menyakiti perasaan Ina, dia mau minta maaf, tetapi tdk tahu bagaimana melakukannya. Dia takut Ina akan memberikannya the silent treatment dan melarangnya masuk ke kamar tidur mereka. Hah! Mereka bahkan tdk tidur di kamar tidur yg sama, jd knapa dia harus khawatir tentang itu"
Tanpa mengatakan apa2 Ina berjalan menuju meja makan dan mengambil posisi di tempat yg sama yg dia duduki kemarin malam. Revel mengikuti petunjuknya dan dan melakukan hal yg sama. Mereka makan di dalam diam. Masing2 memiliki banyak hal yg ingin mereka kemukakan, tp tdk ada yg berani memulainya.
"Saya minta maaf karena sudah.." ucap Revel, pada saat yg bersamaan Ina berkata, "Sori, karena sudah marah marah... "
Mereka kemudian saling tatap selama beberapa detik, sebelum tertawa terkekeh2. "Kmu duluan," ucap Revel sambil tersenyum.
Ina mengangguk sambil membalas senyuman itu. "Saya minta maaf karena sudah marah2 soal makan malam dgn kmu."
"Kmu pantas marah2 pada saya, sebab saya
sudah masuk ke kamar tidur kmu tanpa izin. By the way, saya minta maaf soal itu," balas Revel.
Ina mengangguk, menerima bendera putih yg diajukan oleh Revel. "Gimana kmu bisa masuk ke kamar saya sih" Kan pintu saya kunci," lanjutnya.
"Saya punya kunci cadangan." Melihat mata Ina yg terbelalak, Revel buru2 menambahkan, "Saya akan kasih kunci itu ke kmu klo kmu takut saya akan mengganggu privasi kmu lagi."
Ina kelihatan berpikir sejenak sebelum menggeleng. "Saya nggak keberatan kmu punya kunci cadangan asal kmu janji nggak masuk kamar saya lagi tanpa izin."
Revel mengangguk mengerti. "Lagian juga, mungkin punya kunci cadangan adalah ide yg baik, just in case saya kehilangan kunci saya atau klo ada emergency lainnya dimana kmu harus membuka pintun kamar saya. Buka pintu pakai pintu tetunya lebih gampang daripada harus mendobrak pintu dari kayu jati."
Revel terkekeh menyadari betapa penuh logikanya pikiran Ina, sesuatu yg bisa diharapkan dari seorang perempuan sepintardia tentunya.
"Yg saya nggak ngerti adalah knapa kmu harus nunggu saya di dalam kamar tidur saya dalam kegelapan. Knapa nggak nyalain lampu, atau bahkan lebih baik lagi, nunggu saya di ruang tamu mungkin," ucap Ina dgn sedikit bingung.
"Saya bossan dan perlu hiburan. Saya nggak tahu klo kmu bakalan pergi sampai seharian. Saya nggak ada teman ngobrol," balas Revel cuek.
Sendok yg sudah stengah jalan menuju mulut Ina terhenti, dia kemudian meletakkan sendok itu diatas [piring. "oke, sekarang saya ada disini, kmu mau membicarakan tentang apa""
"Hah"" tanya Revel bingung.
"Apa kmu mau membicarakan kejadian tadi malam dgn saya""
Revel terdiam. Apa dia mau membicarakannya" Apa mereka harus membicarakannya" Tdk bisakah mereka melupakan saja ciuman itu dan berkelakuan sperti tdk pernah terjadi"
"Saya minta maaf karena sudah melakukan itu. Saya nggak sengaja," ucap Ina.
"Nggak sengaja"" Revel menatap Ina tdk percaya. Orang mungkin tdk sengaja menyenggol gelas dan menumpahkan semua isinya keatas taplak meja, atau mungkin klo mereka secara tdk sengaja menuangkan sabun cair ke tangan bukannya sampo ketika mandi. Bagaimana bisa seseorang memasukkan lidah mereka ke mulut orang laindan membiarkan orang lain itu melakukan hal yg sama, karena dia tdk sengaja"
This is bullshit, omel Revel dalam hati. Dia betul2 tdk bisa menerima alasan Ina. Dia baru saja akan mengatakan hal ini ketika dia mendengar suara Ina lagi.
"Iya, saya nggak tahu dimana pikiran saya waktu saya melakukan itu. Saya bahkan nggak tahu knapa sya melakukan itu."
Suatu rasa yg mendekati kejengkelan muncul di dalam hati Revel. Dia betul2 tdk menyukai apa yg dikatakan Ina. Perlahan-lahan dia meletakkan sendok dan garpu yg ada di dalam genggamannya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya tdk meninggalkan Ina.
"Saya nggak bisa tidur semalaman karena mikirin soal itu. Saya tahu kmu laki2 dewasa yg tahu apa yg harus kmu lakukan. Kmu nggak perlu dibilangin sama orang lain. Terutamanya sama saya."
Revel mencoba mengingat2 kejadian tadi malam dan dari memorinya dia tdk ingat Ina mengatakan apa2 ketika dia menciumnya. Then again, perhatiannya terfokus pada bagian tubuh Ina yg lain pada saat tiu.
"Saya minta maaf klo saya sudah kelewatan," Ina menutup penjelasannyadgn nada penuh penyesalan.
Ina memang sudah kelewatan, alright. Kelewatan sampai2 dia tdk bisa berkonsentrasi saat rekaman tadi malam. Tidak bisa memikirkan hal lain selain bahwa dia ingin memerintahkan kru band-nya supaya cepat pulang, agar dia bisa menggedor pintu kamar Ina dan memaksa Ina menyelesaikan apa yg dia sudah mulai. Dan kini, Ina sudah kelewatan karena membuatnya marah dgn stiap kalimat yg diucapkannya.
"Saya janji nggak akan melakukannya lagi," lanjut Ina dan melemparkan senyumannya kepada Revel.
Like hell she won't. She will do it again and soon. Karena kalo tdk, aku bisa gila, geram Revel dalam hati. Ina adalah wanita pertama yg dia cium semenjak bulan Desember. Yg brarti bahwa dia sudah bertingkahlaku sperti seorang pastor Katolik selama 6bulan. Dia tdk pernah puas
a "tdk menyentuh perempuan" sebegini lama smenjak dia berumur 18tahun dan ini betul2 mengancam kesehatan fisik dan juga mentalnya.
"Kmu seharusnya memikirkan ini semua sebelum kmu menyerang sayasperti saya adalah hot fudge brwnie," ucap Revel sinis. Dia betul2 tdk bisa mengontrol kemarahannya.
BAB 17 (The Ice Bucket) "Hah"" ucap Ina, dan Revel semakin jengkel ketika melihatIna kelihatan bingung dgn kata2nya. "Kmu ngomong apa sih"" tanya Ina.
"Tentang ciuman kita tadi malamlah," bentak Revel.
"Ooohhh..." Suatu pemahaman muncul pada wajah Ina.
"Apa lagi coba yg sedang kita bicarakan sekarang"" tanya Revel jengkel.
"Saya sebetulnyan sedang membicarakan tentang komentar saya mengenai mama kmu."
Revel hanya bisa megap2 mendengar balasan Ina. Dia seharusnya tahu bahwa Ina bukanlah sperti wanita lainnya. Dia adalah wanita dewasa yg tdk akan membuang waktunya memikirkan tentang sebuah ciuman. Revel tahu bahwa dibandingkan dgn kebanyakan laki2 sebayanya, dia adalah seseorang yg slalu bisa berpikiran dewasa, tp disebelah Ina, dia merasa sperti anak remaja yg masih hijau.
"Apa kmu mau membahas tentang ciuman kita tadi malam""
Suara Ina terdengar datar dan santai ketika mengatakan ini, membuat Revel kembali jengkel, tp kemudian dia melihat pergerakan otot pada leher Ina dan dia tahu bahwa Ina tdk sesantai yg dia perlihatkan. Bagus! Dengan begitu dia tdk merasa bodoh karena sudah mengulang memori itu berkali2 dalam kepalanya selama 24jam ini.
"Do you want to talk abuit it"" tanya Revel dgn nada lebih tenang.
"No, not really, tp spertinya lebih baik kita bicarakan soal itu karena klo nggak itu mungkin akan menimbulkan masalah di kemudian hari." Ina kelihatan ragu sesaat, tp kemudian dia berkata, "Saya akan menghargai klo kedepannya kmu nggak nyium saya lagi."
Revel yg merasa tersinggung dgn komentar ini langsung berkata, " Tapi kmu nyium saya balik. Kmu bahkan narik kepala saya intuk nyium kmu lagi stelah berhenti."
Ina meringis sbelum berkata, " Iya, I know, dan saya minta maaf soal itu. Saya sedikit kurang waras tadi malam." Ina mengangkat sendoknya kembali dari atas piring dan melanjutkan makan malamnya.
"Ouch, kayaknya saya perlu band-aid deh," ucap Revel. "Band-aid untuk apa"" tanya Ina. "Untuk ego saya, Ina."
"Oh, my God. I'm sorry. Bu-bukan maksud saya menyinggung perasaan kmu. You're a great kisser. A-awesome... even." Ina terbata-bata mencoba menyelamatkan keadaan.
"Ina... relaks. Saya bukan laki2 yg gampang tersinggung. Sebagai laki2, saya cukup kebal dgn segala hal remeh yg menyangkut perasaan."
Ina bahkan tdk mengedipkan matanya ketika mendengar komentar ini. Dia hanya menatap Revel dgn serius dan berkata, "Saya Cuma nggak mau kejadian inimembuat saya segan sama kmu, atau sebaliknya. Hubungan kita adalah sebuah perjanjian bisnis dan saya mau memastikan bahwa kita bisa tetap profesional terhadap satu sama lain."
Ina sudah tdk pernah menyinggung status hubungan mereka yg sebenarnya smenjak dia membuat Ina berjanji untuk tdk menyinggung2 soal itu lagi. Jadi knapa dia menyinggungnya sekarang" Oke, klo Ina memang mau play dirty, dia akan play dirty.
"Oke, klo gitu kita lupakan saja bahwa itu pernah terjadi. Mulai sekarang kita akan menjaga hubungan kita agar tdk melewati batas yg seharusnya," tandas Revel
"Oke, setuju," balas Ina datar.
Dan Revel harus menahan diri agar tdk meminta Ina untuk menarik kembali persetujuannya.
Mereka kemudian memfokuskan perhatian mereka pada makan malam masing2. Hanya dentingan metal mengenai porselen mengisi ruang makan. Ina mencoba menahan dirinya agar menepati janji yg dia ucapkan sebelumnya untuk menjaga hubungan mereka seprofesional mungkin, tp dia tdk bisa. Dia merasa sperti ada duri ikan yg tersangkut pada sela2 giginya. Tdk berbahaya, tp sedikit menyebalkan karena membuatnya tdk nyaman.
"Rev, apa mama kmu sudah dengar lagu yg kmu nyanyiin untuk saya tadi malam"" tanya Ina sbelum dia kehilangan keberaniannya.
"Belum. Mama saya nggak terlalu ngefans dgn musik saya. Dia menghargainya sebagai suatu pekerjaan yg bisa
menghasilkan uang untuk saya, nggak lebih dari itu. Saya yakin bahkan mama nggak tahu judul lagu2 hits saya."
Ina mencoba taktik lain. "Apa kmu pernah membicarakan kepada mama kmu tentang perasaan kmu terhadapnya" Kalian nggak bisa menghindari topik ini selamanya, kalian perlu membicarakannya. Mungkin kmu akan merasa lebih... tenang stelah melakukan itu."
Revel menatap Ina, dan sekilas Ina melihat secercah harapan pada mata itu, tp kemudian keraguan mengambil alih sbelum akhirnya berubah menjadi tatapan dingin dan tertutup. "I don't know what you're talking about," ucap Revel.
"Saya membicarakan tentang hubungan kmu dgn mama kmu, Rev. Kalian ada hubungan darah, tp dari cara kmu memperlakukan mama kmu nggak ada bedanya dari cara kmu memperlakukan rekan bisnis. Profesional dan dingin. Nggak ada kehangatan yg seharusnya ada diantara seorang anak dgn ibunya."
Ina merasa bahwa dia bisa menembus bentang pertahanan Revel ketika Revel tdk mengatakan apa2 dan Ina buru2 menambahkan, "Saya tahu klo kmu sakit hati dgn perlakuan mama terhadap papa stelah mereka bercerai dan juga terhadap kmu selama ini, dan kmu memang punya hak untuk marah dan kecewaterhadapnya. Tapi kejadian itu sudah lama sekali, Rev, sampai kapan kmu akan menghukum mamamu""
Revel terdiam , ada kerutan pada keningnya, seakan-akan dia sedang memikirkan sesuatu yg sangat rumit. "Darimana kmu tau tentang semua ini"" tanyanya stelah beberapa menit.
"Dari mama kmu."
Revel kelihatan terkejut dgn berita ini. Ina berharap bahwa dia sedang mempertimbangkan kata2nya. Piring di hadapannya sudah bersih dari makanan dan dia kelihatan tdk berniat mengisinya kembali. Perlahan-lahan Ina bisa merasakan Revel menjauhinya, dia berusaha melindungi dirinya dari rasasakit hati yg akan datang menyerangnya klo dia membiarkan dirinya terbuka dan lemah. Oh, Ina tdk bisa hanya duduk diam melihat ini. Pada detik selanjutnya dia sudah memeluk Revel. Ina berdiri dibelakang kursi yg diduduki Revel, dan kedua lengannya melingkari leher cowok itu. Sandaran kursi makan cukup rendah sehingga kepala Revel bisa beristirahat pada perut Ina. Awalnya tubuh Revel kaku di bawah pelukannya, mungkinkarena kaget atau mungkin juga karena tdk terbiasa dipeluk oleh seseorang, tp lama-kelamaan dia bisa relaks. Ina bersyukur bahwa Revel tdk berontak ketika dia melakukan ini.
Mereka terdiam dalam posisi itu mungkin selama 5menit, Ina tdk berani berkata2 karena takut akan mengganggu jalan pikiran Revel. Apapun itu yg sedang dipikirkan olehnya. Ina mencoba memikirkan hal2 yg biasa dia lakukan untuk menenangkan Zara dan Ezra klo mereka sedang menangis, dan dia mulai membelai rambut Revel. Sperti semalam ketika dia menyentuh rambut Revel dgn telapak tangannya,rambut itu terasa agak sedikit kasar di bawah belaiannya, layaknya rambut laki2 pada umumnya. Ina melihat Revel menutup matanya, dan menyandarkan kepalanya pada posisiyg lebih nyaman pada perut Ina sebelum mengembuskan napasnya dgn damai. Ternyata apa yg bisa menenangkan anak kecil juga bekerja untuk laki2 dewasa. Ina tersenyum karena setidak2nya dia bisa melakukan ini bagi Revel.
Ina sperti seorang hiprokit karena beberapa menit yg lalu dia baru mengatakan kepada Revel bahwa mereka harus menghindari mencium satu sama lain agar tetap bisa bertingkah laku profesional dan sekarang lihatlah apa yg sedang dia lakukan pada Revel. Revel memerlukannya, itu sebabnya aku melakukan ini, ucap Ina dalam hati, mencoba mencari alasan. Dia berniat menarik tangannya dari kepala Revel, tp yg dia lakukan justru mendekatkan bibirnya pada kepala Revel dan mencium ubun2nya. Lain dgn aroma bayi yg biasa dia cium klo mencium Zara dan Ezra, dia mencium aroma mint yg segar.
"Kmu pakai sampo apa"" tanya Ina.
Revel terdiam sejenak dan mengangkat kepalanya dari perut Ina sbelum menjawab, "Salah satu produk yg dikirim sama Body Shop sebagai kado pernikahan kita. Knapa""
Ina memarahi dirinya sendiri yg merasakan kupu2 beterbangan di dalam perutnya ketika mendengar Revel mengatakan kata2 "pernikahan kita", tetapi dia tdk bisa menghentikan dirinya dari tersen
yum. "Wangi," ucap Ina akhirnya.
Revel mendengus sperti ingin tertawa. "Glad you like it," ucapnya sambil mendongak dan kembali mengistirahatkan kepalanya pada perut Ina. Dia menggenggam lengan Ina yg masih melingkari lehernya.
"Rev." "Ehm"" suara Revel terdengar sedikit mengantuk.
"Apa kmu sedang mempertimbangkan apa yg saya katakan tentang mama kmu tadi""
Awalnya Revel tdk memberikan reaksi apa2, tp kemudian dia menggerakkan tubuhny, meminta dilepaskan dari pelukan, dan meskipun tdk rela, Ina melepaskannya. Revel kemudian bangun dari kursi makannya dan Ina harus mengambil langkah mundur agar dia bisa melakukan itu. Tanpa disangka-sangka Revel kemudian memutar tubuhnya dan menggenggam kepala Ina diantara kedua telapak tangannya, memaksa Ina untuk betul2 mendongak hingga lehernya sakit untuk membuat kontak mata dengannya.
"Klo kmu memang mau menjaga hubungan kita agar tetap profesional, jangan pernah mencampuri urasan saya dgn mama saya lagi. Topik itu off-limits," ucapnya pelan, tp di bawahnya Ina bisa mendeteksi ultimatumnya.
Mau tdk mau Ina mengangguk karena dia yakin bahwa Revel tdk akan melepaskan kepalanya sampai dia melafazkan persetujuannya. Puas dgn reaksi Ina, Revel kemudian mencium keningnya dan pergi meninggalkan ruang makan.
*** Setelah sebulan menika dgn Revel dn tinggal bersamanya, Ina menyadari bahwa mereka hidup dgn kebiasaan yg sangat berbeda. Pada hari kerja, Ina biasanya keluar rumah pada jam enam pagi, dan pada saat itulah biasanya Revel baru tidur stelah terjaga semalaman di dalam studionya. Ketika Ina balik dari kantor pukul delapan malam, dia dan Revel akan menghabiskan waktu 2jam untuk makan malam bersama dan ngobol atau nonton TV sama2, kemudian Ina akan masuk ke kamarnya dn tdk akan bertemu dgn suaminya lagi hingga jadwal makan malam keesokan harinya. Pada ujung minggu, kebiasaan mereka agak sedikit berbeda karena Revel sering tdk ada di rumah. Dia harus menghadiri berbagai macam acara publik dan melakukan sedikit publik relation alias PR untuk singlenya yg akan launch tdk lama lagi. Kadang kala Ina akan ikut serta klo Revel meminta kehadirannya, tp biasanya dia lebih memilih tinggal di rumah. Ina tdk keberatan klo fans menyerbu Revel dimanapun dia berada karena itu memang sebagian dari kehidupan seorang penyanyi sekaliber Revel, tapi dia tdk tahan dgn teriakan mereka yg terkadang menyakitkan gendang telinganya. Belum lagi karena dia harus menerima tatapan tdk suka dan terkadang makian dari para fans yg sangat fanatik dan protective terhadap Revel.
Kllo Ina tdk ikut keluar dengannya, Revel akan meluangkan waktu untuk makan suang bersama dgn Ina sebelum berangkat untuk menghadiri acara malamnya. Ina mulai menghargai ritual makan bersama mereka ini karena dgn begitu mereka bisa membicarakan apa saja yg terjadi pada ahri itu, dgn begitu masing2 bisa tahu apa yg dilakukan oleh yg lain. Melalui percakapan harian ini, perlahan2 Ina mulai mengenal Revel sebenarnya. Ina mendorong Revel untuk membicarakan tentang pekerjaannya, dan sebaliknya Revel akan melakukan hal yg sama terhadapnya. Stelah segala sesuatu tentang pekerjaan sudah habis dibedah, mereka melanjutkan dgn membicarakan tentang hal2 lainnya sperti hobi, makanan kesukaan, hingga tempat berlibur favorit mereka. Ina kini tahu bahwa tempat berlibur favorit Revel adalah Inggris karena dia terobsesi dgn sejarah negara tersebut, penyanyi yg paling dihormatinya adalah Bono dari U2, meskipun makanan favoritnya adalah udang tetapi dia alergi terhadap makanan laut itu, jadi dia harus minum obat anti alergi sebelummemakannya, dan bahwa dia tdk pernah nonton satu pun film Harry Potter ataupun membaca bukunya.
Ina berusaha menghormati permintaan Revel untuk tdk pernah lagi menyinggung tentang hubungannya dgn mamanya, yg dia perhatikan tdk berubah semenjak percakapan mereka. Meskipun dia merasa kecewa karena Revel tdk mendengar nasihatnya, tetapi dia tahu bahwa setidak-tidaknya dia sudah mengemukakan pendapatnya tentang permasalahan itu, dan sekarang keputusan ada di tangan Revel.
*** Ina sedang meeting ketika berita
itu keluar sehingga dia tdk melihatnya langsung, tp dia mendapatkan inti dari berita itu dari Marko. Luna sudah melahirkan bayi laki2 di sebuah rumah sakit di Hamburg semalam. Kata2 pertama yg keluar dari mulut Ina adalah, "Oh, that's good." Tapi stelah dia punya waktu untuk berpikir, pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan.
"Klo Luna baru ngelahirin tadi malam di Hamburg, gimana media bisa suadah tahu sih tentang ini""
"Luna nge-upload video itu ke Youtube," jelas marko.
"WHATTT"! Teriak Ina. Marko juga ikut berteriak tp dengan alasan yg lain sama sekali dgn Ina. "I know right" Siapa yg sangka klo Luna tahu cara pakai internet," teriak Marko.
"Marko, gue serius nih."
"Gue juga serius, In. Lo tahu kan betapa bloonnya tuh anak. Cantik sih cantik, Cuma ampun deh. Gue yakin bukan Luna yg nge-upload video itu. Mungkin papanya, soalnya ada laki2 bule tua lagi dadah2 di dalam video itu... "
"Marko fokus," geram Ina.
"Oh iya, sori. Anyway, lo harus siap2 karena gue yakin media bakal nyerang suami lo lagi like.. right now." Marko melirik jam tangannya ketiak mengatakan ini, seakan2 dia sedang menghitung berapa lama waktu sudah berlalu smenjak berita itu keluar.
Ina tahu bahwa Luna akan melahirkan cepat atau lambat dan klo itu terjadi maka sorotan media dan masyarakat akan kembali pada Revel. Mereka sudah cukup tenang selama beberapa bulan ini karena Luna menghilang sperti ditelan bumi smenjak bulan April, tpsekarang dia kembali dan membawa tornado bersamanya. Ian buru2 meraih HP-nya dan menghubungi Revel, tetapi kemudian dia ragu. Selama mereka mulai sama2, Revel tdk pernah sekalipun menyebut2 nama Luna dihadapannya. Ina bertanya2 apakah Revel masih menyimpan rasa sayang atau cinta terhadap Luna dan dengan begitu masih merasa kecewa dgn perselingkuhannya" Ina merasa sedikit menyesal karena tdk pernah menanyakan hal ini, karena sekarang dia tdk tahu apa yg dia harus lakukan.
Andaikan ada setangkai mawar yg dia bisa tarik kelopaknya satu per satu untuk membantunya membuat keputusan. Telepon.. nggak.. telepon.. nggak.. telepon.. Tiba-tiba HP yg ada di dalam genggamannya berbunyi. Dengan satu lirikan pada Caller ID HP dia tahu bahwa Revel-lah si penelepon itu,.
"Rev," ucap Ina menjawab panggilan itu.
"Kmu nih kemana aja sih, saya sudah telepon berkali2 tp nggak diangkat""
Ina betul2 tdk menghargai nada yg digunakan Revel terhadapnya sama sekali, terutama ketika dia tdk tahu bahw aRevel sudah berusaha menghubunginya seharian. "Saya meeting seharian, ini baru keluar," balas Ina menjaga intonasi suaranya agar tdk terdengar jengkel.
Marko masih ada di dalam ruangan bersamanya jadi dia harus berhati-hati akan apa yg dia ucapkan.
"Kmu sudah lihat berita tentang Luna"" tanya Revel. "Belum, tp Marko kasih tahu saya," jawab Ina.
Marko yg sadar bahwa Ina perlu berbicara secara pribadi dgn Revel, melambaikan tangannya dan keluar dari ruangan sambil menutup pintu di belakangnya. Ina menghembuskan napas lega.
"Oke, klo gitu kmu sudah tahu keadaannya," ucap Revel.
Ina tdk perlu jadi mama Loren untuk tahu apa yg dimaksud Revel. "Apa ini akan memengaruhi acara launching single kmu Sabtu ini"" tanya Ina hati-hati.
"Om Danung berpikir begitu, maka dari itu kita harus ekstra siap klo diserbu wartawan dgn pertanyaan yg menyangkut Luna."
"Oke," ucap Ina.
"Apa kmu bisa pulang tepat waktu mlam ini"" tanya Revel.
Sejenak Ina merasa sedikit bersalah karena selama 3hari belakangan ini dia slalu pulang malam, dan dengan begitu menyebabkan Revel harus menunggunya untuk makan malam bersama. Ketika pertama kali Ina pulang terlambat tanpa memberitahu Revel, dia menemukan laki2 itu membuka pintu untuknya dgn wajah yg tdk kalah gelapnya dengan badai Katrina. Tapi wajah itu masih tdk sebeapa parahnya dibandingkan ketika Ina mengusulkan bahwa Revel makan malam duluan klo dia harus pulang terlambat. Usul itu diterima dgn tatapan yg biasanya diberikan oleh seekor macan sebelum dia memangsa mangsanya. Smenjak itu Ina slalu memastikan bahwa dia sudah ada di rumah sbelum jam delapan atau menelepon atau SM
S Revel klo dia akan pulang terlambat.
"Iya, saya akan sudah sampai di rumah sbelum jam delapan," ucap Ina akhirnya. Dia masih merasa agak risi untuk menyebut rumah Revel sebagai rumahnya.
"Oke. Masih ada beberapa hal yg harus saya urus di Planet Hollywood supaya semuanya siap untuk launching party, tp saya pasti juga sudah pulang sbelum jam delapan. Kita bisa bicara sambil makan malam."
BAB 18 (The Launch Party)
Untung saja pak Danung sudah memberikan Ina les kilat tentang apa yg harus dia lakukan pada launch party yg sekarang dihadirinya, karena klo tdk, dia tdk akan tahu apa yg harus dia lakukan. Ada sebuah meja penerima tamu dekat pintu masuk dimana staf Revel sibuk membagikan CD single Revel kepada para tamu. Ina hanya sempat melirik foto Revel pada cover single itu sebelum pak Danung yg sudah sampai duluan menggiring mereka masuk ke dalam. Sebuah poster close-up wajah Revel berukuran raksasa yg digunakan sebagai background panggung planet Hollywood menyambut mereka. Ina menyadari bahwa foto pada poster ini adalah blow-up foto single-nya. Dihadapkan pada poster sebesar itu, mau tdk mau tatapan Ina terpaku padanya selama beberapa menit dan menyadari betapa simetrisnya wajah Revel pada foto itu.
"God, I hate that picture," bisikan Revel menyadarkan Ina.
"Why" You look good in that picture. Kmu kelihatan sperti Damon Salvatore. Gelap dan sinis," balas Ina sambil mendongak menatap mata Revel.
"Siapa itu Damon Salvatore""
"You know.. vampir paling seksi di Vampire Diaries," jelas Ina. "Vampire Diaries""
"Film seri TV. Jangan bilang ke saya kmu nggak pernah tahu acara itu deh." Revel menggeleng. "Itu serial TV paling difavoritin anak ABG sekarang," jelas Ina. "Ohhh.. itu menjelaskan knapa saya nggak pernah nonton acara itu." Ina menatap Revel bingung dan Revel menjelaskan, "Saya bukan ABG."
"Percaya sama saya, nggak peduli berapa umur kmu, begitu kmu nonton 2episode, kmu langsung ketagihan nonton serial itu."
"Oke," balas Revel jelas2 tdk percaya.
Ina tdk menyalahkan reaksinya karena dia dulu juga cukup skeptis dgn acara itu, tp kemudian Gaby membelikan Season pertama Vampire Diaries sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu dan kini Ina betul2 ketagihan.
"Jadi menurut kmu saya seksi""
"What"" tanya Ina bingung.
"Kmu bilangsaya kelihatan kayak.. whatever his name is, dan menurut kmu dia seksi. Jadi klo teori deduktif saya benar, saya bisa menyimpulkan bahwa menurut kmu saya seksi," ucap Revel sambil tersenyum iseng, menantang Ina untuk mengiyakan.
Ina terkekeh2 sambil menggeleng2. Revel ikut tertawa dengannya meskipun dari ekspresinya Ina melihat sedikit kekecewaan karena dia tdk terpancing untuk menjawab pertanyaan itu. Tawa mereka terhenti karena media ingin mengambil foto Revel disamping poster raksasa wajahnya dan dgn satu tarikan dari pak Danung, Ina menyingkir dari samping Revel. Dia tdk keberatan dgn segala perhatian yg ditujukan kepada revel, dia bahkan merasa sangat bangga karena tahu bahwa Revel sudah bekerja keras untuk menghasilkan single ini.
Ina sedang meneguk minuman yg diberikan oleh Jo padanya sbelum dia menghilang untuk ngecek set drumnya ketika seseorang menepuk punggungnya dgn halus. Ina langsung memutar tubuhnya dan berhadapan dgn beberapa anak ABG yg menatapnya dgn mata berbinar-binar. Mereka semua mengenakan tag yg bertuliskan Revelino Darby Fans Club. Ina agak waswas apakah mereka bermaksud memaki-makinya atau memberikan tatapan sadis padanya sperti yg dilakukan oleh kebanyakan orang klo melihatnya smenjak dia menikahi Revel.
"Mbak Inara, ya"" tanya seseorang dari mereka yg kelihatan lebih tua dari yg lain.
Ina mempertimbangkan apakah dia harus menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa mereka sudah salah alamat, tp semua orang di dalam PH sudah melihatnya datang digandeng oleh Revel, jd kemungkinan untuk bisa berbohong tentang identitasnya sangat tipis. Akhirnya dia mengangguk pasrah dan menunggu takdirnya.
Pendekar Pedang Sakti 9 Pendekar Pulau Neraka Perisai Kulit Naga Raja Naga 7 Bintang 4
^