Pencarian

Cinta Sepanjang Amazon 1

Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W Bagian 1


CINTA SEPANJANG AMAZON By : Mira W. Download Ebook Jar lainnya Di
http://inzomnia.wapka.mobi
http://mobiku.tk Oleh Mim W. GM 401 08.006 Foto & desain sampul: Delia Bubblefish "
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama JL Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota
KAPI, Jakarta, Maret 2008
368 him; 18 cm ISBN-IO: 979 - 22 - 3591 - 4 tap 978 - 979 - 22 - 3591 - 3
LEMBAR PEMBUKA Perahu kayu bermotor tempel itu menderu sepanjang Rio Negro. Anak
Sungai Amazon yang airnya berwarna hitam itu semakin kelam pada pukul
sebelas malam. Dua orang penumpang yang duduk di bangku kayu di baris paling belakang
tak terdengar lagi suaranya. Ocehan dan kelakar seperti menghilang ditelan
suasana yang menyeramkan.
Mereka hanya saling rangkul sambil menebarkan tatapan waspada ke
sekelilingnya. Sulitnya dalam suasana gelap pekat seperti ini, mata manusia
tidak cukup tajam untuk menangkap bahaya yang mungkin mendadak
muncul dari kegelapan di bawah sana....
Suara binatang malam dan gemerecik air semakin jelas terdengar ketika
motor dimatikan. Senter berdiameter lima belas senti yang di-sorotkan
pemandu perjalanan menerangi belukar di tepi sungai.
Akar pepohonan yang bergelantungan, laksana ular sebesar lengan yang
menjulurkan kepalanya ke bawah. Siap mematuk siapa pun yang berani
mendekat. Celakanya pada malam segelap ini, siapa yang dapat
membedakan akar dengan ular"
Ketegangan semakin memuncak ketika senter dikedipkan memberi isyarat.
Pemandu yang berpengalaman itu sudah melihat sesuatu! Sesuatu yang
mengerikan di bawah sana....
Pandangan kedua penumpang perahu itu ditebarkan ke permukaan air di
bawah semak, mengikuti arah senter. Dan-mereka berdesah tertahan....
Sepasang mata alligator berkilauan sekejap. Mereka sama-sama menahan
napas. Sama-sama dibungkam ketegangan.
Benarkah itu mata seekor buaya" Tapi kalau bukan... apa lagi" Mustahil ada
mata ular sebesar itu... kecuali kalau ularnya memang sebesar anaconda*
Tetapi anaconda ataupun alligator, yang pasti seekor binatang buas yang
sangat mematikan B bawah sana!
Dalam kegelapan yang pekat, di balik kerimbunan semak, dia menunggu
mangsanya dengan sabar.... Dan sebuah perasaan aneh,
campuran ketegangan yang nikrflat dengan kengerian yang mendebarkan,
perasaan yang biasa mengusik jiwa seorang petualang, mulai mencekam
seisi perahu.... Di bawah sana, sedang menanti bahaya yang mereka cari!
Akhirnya kengerian itu mereka temukan juga. Bayangkan betapa kecewanya
mereka jika harus pulang ke kabin mereka di tengah Hutan Amazon tanpa
menemukan satwa buas yang mereka cari!
Penumpang yang laki-laki langsung bangkit menghampiri si pemandu yang
tegak di haluan sambil menyorotkan senternya ke air. Dia ingin melihat lebih
jelas binatang yang mereka cari. Sementara teman wanitanya mengerut
ketakutan di buritan sambil menahan napas. Sebentar lagi binatang buas itu
akan mengapung ke permukaan. Atau dia akan berenang ke belakang
perahu, tiba-tiba muncul dari dalam air lalu mulai menyerang"
Tak sadar dia menoleh ke belakang. Ke permukaan air yang menghitam. Tak
ada apa-apa di sana... sungai tampak tenang....
Dan dia terkejut setengah mati ketika tiba-tiba terdengar suara benda
tercebur ke air. Spontan dia memekik ngeri....
BAB I Guntur dwi nugroho turun dengan gagahnya dari balik kemudi mobilnya.
Kacamata hitamnya terpampang keren di depan mata. Kacamata gelap pekat
yang menyembunyikan mata dan sebagian wajahnya.
Kepalanya yang gundul ditutupi topi bisbol yang dipasang terbalik.
Rambutnya dibabat habis bukan karena ada koreng atau jamur di kepalanya.
Tapi karena dia ikut organisasi yang memprotes perusahaan shampoo yang
memakai kelinci sebagai binatang percobaan. Maklum, dia pencinta kelinci.
Maksudnya, punya hobi lihara kelinci. Bukan jatuh cinta pada ke*
Setelah melemparkan pandangan sekilas sekelilingnya, dia langsung
mengitari separi tubuh mobil dan membuka pintu depan se|
belah kiri. Aries Bintang Dewabrata yang sedang me~
ngumpulkan buku-bukunya langsung mengomel.
"Sudah aku bilang nggak usah pakai buka-buka pintu segala!" gerutunya
sambil kelu arl dari mobilnya. "Kayak gay aja!"
Guntur belum sempat mengomentari gerutu-an Aries. Seorang satpam
melangkah tergesa-gesa ke arahnya. Refleks Guntur maju ke depan Aries
dengan gaya melindungi. Has, mobilnya jangan parkir di sini!" kata satpam itu tegas.
"Kenapa"" sahut Guntur menantang. "Ini tempat parkir juga, kan"" Dan mobil
kami lebih bagus dari semua mobil yang ada di sinilrf "Nggak lihat papan
itu"" bentak si satpam mulai kesal. "Kurang besar tulisannya" Atau kamu
buta"" Pantas saja pakai kacamata hitam pekat.'
Berbareng Guntur dan Aries menoleh ke papan yang ditunjuk satpam itu.
Tulisannya besar" besar. Hitam. Jelas. Rasanya semut juga bi baca. Tentu
saja kalau semutnya sekolah.
Parkir Khusus Purek UI. Purek artinya pembantu rektor. Karena tidak mau disebut pembantu, takut
ada yang salah interpretasi, sekarang namanya diubah jadi wakil rektor.
"Kita purek juga, Pak," sahut Guntur seenaknya. "Penggemar rokok keretek!
Boleh dong parkir sini sebentar"" tangannya masuk ke saku celananya. Dan
sebentar kemudian keluar lagi dengan selembar uang. Tanpa ragu-ragu
dijejal-kannya uang itu ke tangan si satpam. Gayanya mantap sekali.
Maklum, sudah biasa. "Apa ini"" hardik satpam itu tersinggung. Tentu saja cuma pura-pura. Dia
juga tahu itu uang. Bukan surat cinta. Baunya kan lain.
"Sudah, Tur, jangan macam-macam," sela Aries melihat mata satpam itu
sudah hampir bertelur. "Pindahkan saja mobilnya!"
Karena Aries yang suruh, sambil mengangkat bahu Guntur masuk ke
mobilnya. Menghidupkan mesin. Memasukkan gigi satu. Dan menekan gas.
Mobilnya melonjak dan menubruk papan yang terpampang di depannya.
Papan langsung KO. Maksudnya, roboh tak bangun lagi.
Satpam itu sudah bergerak dengan marah. Tetapi Aries lebih cepat lagi
menepuk bahunya. "Maaf. Pak." katanya sambil menyunggingkan sepotong senyum yang sulit
ditolak. "Dia baru belajar nyetir! Kalau gugup, suka salah masuk
gigi'" Satpam itu tidak jadi mengamuk. Dia hanya menggerutu sambil
memasukkan uang yang di genggamnya ke dalam saku celananya. Seolah
olah dia lupa. itu uang. Bukan saputangan. "Mundur! Mundur"" teriaknya
bersemangat' seperti di lapangan bola. Barangkali kebiasaan. Entah
bagaimana teriakannya kalau di rumah bersama istrinya.
Tetapi Guntur sekali lagi menubruk. Kali ini dia menubruk motor yang
sedang lewat di belakang mobilnya.
Mahasiswi yang mengendarai motor itu menjerit. Motornya miring hampir
terbalik. Aries yang kebetulan berada di dekatnya dengan sigap menangkap
motor itu. Sekaligus menangkap tubuh Rani.
"Son.'" cetusnya sambil memamerkan senyum patennya.
"Kok malah bilang sori"" belalak Rani setelah kagetnya hilang. Mestinya kan
aku yang bilang terima kasih! Kalau tidak ada dia, aku pasti sudah
terjungkal! Masih lumayan kalau masuk got. Kalau masuk kolong mobil"
Aries belum sempat menjelaskan ketika Guntur tiba di dekat mereka.
"Sori!" Guntur menyeringai lebar. "Bisa pindahkan motornya"" Nah, kalau
yang ini sorinya kurang ajar!
"Kalau buta, jangan nyetir!" damprat gadis itu pedas.
Dan dampratannya belum tuntas ketika dari
dalam kampus menyerbu lima orang mahasiswa. Yang paling depan, dia
pasti cowoknya Rani, langsung menggebuk
Guntur. Tapi Guntur tangkas berkelit. Bahkan balas memukul dengan gesit. Pemuda
itu terjajar hampir jatuh. Spontan saja teman-temannya maju mengeroyok
Guntur. Sia-sia Aries mencegah. Untung para satpam keburu turun tangan.
* * * Vania sudah mendengar kegaduhan di luar war-netnya. Letak warnetnya
memang strategis. Tepat di samping pintu gerbang kampus. Dan dindingnya
tidak kedap suara. Tetapi dia tidak terlalu peduli. Suasana kampus memang begini. Tidak
pernah sepi. Apalagi warnet yang sudah tiga belas bulan dikelolanya sedang
ramai-ramainya. Jadi dia terus saja dengan kesibukannya sendiri.
"Mbak, internetnya ngadat lagi nih!" teriak seorang mahasiswi yang sedang
asyik chatting. Sebentar saya ke sana," sahut Vania yang tengah sibuk membantu seorang
mahasiswa yang sedang mencari bahan untuk skripsinya melalui internet.
"Sibuk, Van"" tanya seorang teman kuliahnya yang baru masuk. "Ya, gini
deh," sahut Vania seadanya. Heran. Saban hari pertany
aannya itu-itu juga. Sekali-sekali ganti topik kek. Tanya yang lebih manusiawi. Misalnya, lapar,
Van" Tapi Arifin memang begitu. Monoton. Membosankan. Sayangnya, harinya
baik. Perhatiannya penuh. Jadi kasihan kalau di-sign out.
"Kayaknya makin hari warnetmu makin ramai nih!"
"Dia bukan cuma buka warnet sih," mahasiswa yang sedang dibantunya
menyeringai lebar. "Sekalian konsultasi!"
Dan pintu didorong kasar dari luar. Dua orang mahasiswa menyeruak
masuk. "Baru pada berantem," desis Arifin. "Nubruk anak Fisip."
Vania melirik sekilas. Yang pakai kacamata hitam itu memang tipe
mahasiswa biang ribut Jenis yang menganggap kampus arena jual tampang
Itu juga kalau ada yang bisa dijual. Kalau yang ini, rasanya diobral pun sulit
laku. Soalnya ukurannya serba-XL Hidungnya besar. Mulutnya lebar.
Tampangnya kriminal, lagi.
Kepalanya yang botak ditutup topi bisbol. Rahangnya yang persegi dihiasi
belahan di tengah dagu. Ciri mandibula manusia purba.
Cuma badannya yang bisa ditampilkan. Tinggi. Tegap. Gempal.
"Wah, penuh," keluh mahasiswa yang satu
lagi. Sekarang Vania menoleh ke arahnya. Hm, tampangnya boleh juga. Cakep.
Mulus. Bersih. Cuma boyish. Tipe anak
mama. Badannya cukup tinggi. Walau tidak setegap temannya. Yang sudah maju
mendekati Vania dengan gaya seorang penguasa. Kacamata hitamnya tidak
dilepas juga. Biarpun dia berada dalam ruangan.
"Mbak, komputer yang mana yang bisa dipakai"" Suaranya besar. Serak.
Seperti ada ke-coak yang bersarang di pita suaranya. Tapi gaya bicaranya
lantang. Gagah. Menantang. Seperti lagaknya.
"Sori, belum ada yang nganggur."
Vania berusaha bersikap ramah kepada calon pelanggan. Walau sebenarnya
dalam hati dia sudah memaki, memang nggak lihat semua meja penuh"
Tetapi seperti yang sudah diduganya, mahasiswa bertubuh tegap itu pantang
ditolak keinginannya. Sudah biasa memperoleh apa yang diinginkannya.
Tolong sediakan satu, Mbak," suaranya masih terdengar sopan tapi sudah
berbau pemaksaan. 'Tidak ada yang tersisa," sahut Vania tegas. Memangnya aku tukang sihir"
Sekali kedip, bangku bisa berubah jadi komputer" "Datang saja sepuluh
menit lagi." "Kami mau sekarang."
"Eh, nggak ngerti bahasa Indonesia, ya"" potong Arifin yang mulai gerah
melihat sikapnya. Bertingkah amat sih!
Sekarang pemuda itu berpaling pada Arifin. Siap merenggut leher kemejanya
dan melemparkannya. Untung temannya keburu mencegah sebelum Arifin
jadi keripik. "Sudah, Tur. Kita datang lagi saja nanti."
Sekejap dia menatap Vania. Tapi Vania membalas tatapannya dengan judes.
"Tidak usah datang lagi kalau kasar begitu. Cari saja warnet lain!"
Sesaat Aries tertegun. Seperti tidak percaya ada orang yang berani berkata
begitu kepadanya. Apalagi cuma gadis pengelola warnet!
Guntur panas sekali. Dia sudah mendesak ke depan. Siap melabrak gadis
yang tidak sopan ini Memangnya siapa sih dia" Berani ngomong begitu di depan Aries Bintang
Dewabrata" Yang benar saja!
Tetapi ajaib! Gadis itu bukan mundur keta-
kutan. Bukan bersembunyi di balik tubuh kerempeng pacarnya. Bukan minta
maaf melihat gaya mengancam yang ditunjukkan Guntur. Dia malah membeliak marah.
"Buka kacamatamu! Kamu fotofobia atau buta""
Karena kaget, refleks Guntur membuka kacamatanya. Dan gadis itu
membentak lagi. Lebih galak daripada tadi.
"Apa melotot"" bentaknya judes. Padahal yang melotot kan dia! Kalau Guntur
sih tidak melotot juga matanya memang ukuran ikan
maskoki! Tapi itu memang sifat Vania. Gigih. Tidak mengenal takut. Pantang
menyerah. Ini warnet miliknya. Tempatnya memang masih sewa. Itu juga atas kebaikan
Rektor dan Ketua Yayasan. Komputernya masih kredit. Tapi bagaimanapun,
ini warnetnya. Miliknya. Tidak ada yang bisa bertingkah seenaknya di
tempatnya. Guntur sudah mengepalkan tinju. Bukan untuk memukul tentu saja. Masa
dia memukul cewek" Cuma sekadar menggertak. Tapi Aries keburu
mencengkeram lengannya. Heran bercampur kesal, Vania melihat cowok sangar itu langsung jinak.
Padahal kalau dia mau, berapa susahnya menepiskan tangan pe muda
bertampang bocah itu"
"Sori," sekarang Aries berpaling padanya sambil tersenyum. Bahkan ketika
sedang tersenyum, senyumnya begitu tulus
seperti balita. "Boleh tanya"
"Tanya apa"* sergah Vania judes. Masih kesal melihat sikap sok jago tamu-tamunya. Itu sikap preman pasar. Bukan calon sarjana.
"Kamu selalu segalak ini sama pelanggan""
Karena tidak menyangka, Vania tertegun sesaat. Dan senyum Aries melebar.
Dia mengulurkan tangannya.
"Aries," katanya ramah.
Terpaksa Vania menjabat tangan pemuda itu sambil menyebutkan namanya.
"Oh, jadi namamu yang jadi merek warnet ini"" Aries menahan tawa.
"Kenapa"" sambar Vania jengkel. "Keberatan""
"Nggak sih. Cuma tadinya kukira cuma aula saja yang pakai nama
orang!" Sambil tertawa dia melambai pada Vania dan mengajak temannya pergi.
Vania tidak membalas lambaiannya. Dia masih kesal.
"Sampai mana kita tadi"" tanyanya kepada mahasiswa yang sedang
dibantunya. "Kamu tahu siapa dia""
Tang konyol" Si Aries""
"Tahu nama lengkapnya"" "Buat apa"" "Kamu bakal kaget." "Coba saja."
"Bintang Dewabrata."
"Oh, seperti nama aula." Suara Vania tetap sedatar tadi. Memang apa
pedulinya" Seandainya namanya sama dengan nama universitas ini


Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekalipun, sebodo amat! "Ayahnya yang menyumbang pembangunan aula kampus kita."
"O." "Ayahnya konglomerat terkenal." "O."
"Juragan pabrik rokok."
"O." "Kok cuma O doang sih"" "Habis mesti bilang apa"" "Tanya kek dia
mahasiswa apa, semester berapa...." "Nggak
minat." Tetapi ketika Aries Bintang Dewabrata muncul lagi di warnetnya keesokan
harinya, Vania harus mengakui, minatnya mulai berubah. Aries tidak
seangkuh anak orang kaya yang nama marganya diabadikan sebagai nama
aula kampusnya. Dia malah terkesan tidak peduli dengan kemasyhuran
orangtuanya. Ketika Aries datang, warnet sedang kosong.
Kebanyakan mahasiswa sedang mengikuti kuliah. Tapi biasanya tidak pernah
sekosong ini. Tumben. Dia juga muncul seorang diri. Entah di mana dititipkannya temannya yang
sangar itu. "Ada yang kosong"" tanya Aries setelah menyapa dengan ramah. Padahal
buat apa nanya lagi" Kalau tidak buta, dia pasti tahu semua meja kosong
melompong! Senyumnya yang khas, senyum kebocahan yang tulus, malah seperti
mengejek Vania. Senyum itu seolah-olah berkata, rasain, hari ini warnetmu
sepi! Sambil menahan kejengkelannya, Vania menunjuk meja di dekatnya, "lima
belas ribu sejam." "Heran," dumal Aries sambil duduk di depan meja yang
ditunjukkan Vania. "Heran apanya"" desak Vania penasaran. "Sewanya mahal,
pelayanannya judes, kok warnetmu laku terus, ya""
"Aku juga heran," balas Vania ketus. Memang heran. Biarpun masih kesal, dia
mulai menyukai makhluk yang satu ini. Entah di mana letak daya tariknya.
Yang pasti bukan di dompetnya. "Apa""
"Kenapa kamu sebodoh ini."
"Kamu bilang aku bodoh"" mata ArW w.
belalak kaget. Wah, untung Guntur tidak dengar! Untung kusuruh dia parkir
di luar! Hah, bisa rontok nih komputerl
Tapi Aries tidak tampak marah. Senyumnya malah melebar. Dan Vania
semakin menyukainya. Senyumnya begitu bening. Begitu lugu.
Begitu tak berdosa. Persis bayi enam bulan.
"Kamu pirnya seratus komputer di rumah, buat apa kemari""
"Karena di rumah nggak ada kamu."
Jawabannya spontan. Tidak berkesan mengejek. Jujur. Polos. Terus terang.
Membuat Vania semakin tertarik.
"Makanya aku bilang kamu bodoh!"
"Karena menemuimu di sini""
"Karena tidak mengajakku makan di kantin."
"Aku tidak mau mengajakmu makan di kantin."
"Tidak salah kan kalau aku bilang kamu bodoh""
"Aku ingin mengajakmu makan di tempat yang lebih bergengsi."
"Lebih bodoh lagi. Buat apa makan di tempat yang bergengsi kalau tidak
enak" Memangnya kamu mau makan gengsi""
"Tahu dari mana makanannya tidak enak" Kamu kan belum pernah makan di
sana!" "Dari mana kamu tahu" Punya laporan ke mana aku pergi makan" Kenal saja
baru dua bari!" "Mau taruhan""
"Taruhan apa""
"Kalau kamu kalah, aku boleh pakai komputermu tiap hari tiga jam.
Gratis." "Kalau kamu yang kalah, harus Bayar dobel."
"Oke! Kapan kita mulai""
"Mulai saja dengan menyebutkan ke mana aku harus pergi."
'Tidak mau kujemput""
"Kenapa harus dijemput" Bus banyak. Bajaj tidak kurang."
Tawa Aries hampir meledak mendengar suara gadis itu. Gersang. Judes.
Selalu blak-blakan. Tapi itu memang ciri khasnya. Daya tarik yang membuat
Aries betah di sini. Tidak percuma dia menyuruh Guntur duduk di luar. Mengusir setiap calon
pelanggan yang hendak masuk. Urusan usir-mengusir memang Guntur
pakarnya. Buktinya dari tadi tidak ada seekor lalat pun yang muncul.
"Kalau kencan, cewek harus dijemput, kan""
"Siapa bilang kita kencan""
"Kamu yang minta diajak makan!"
Tapi makan bukan kencan! Masa kamu mau kencan tiga kali
sehari"" "Jadi apa namanya kalau cewek minta diajak
makan berdua"" "Kita makan berdua""
"Mau ngajak temanmu yang punya pabrik jerawat" Dia boleh makan lemak""
Kurang ajar. Pasti Arifin yang dimaksudkannya. Jerawat memang merajalela
di wajahnya. Padahal Vania tahu, sudah segala macam obat dicobanya.
"Temanmu yang mukanya sangar itu tidak ikut"" balas Vania dalam nada
melecehkan. "Guntur"" "Dia teman atau bodyguard-muT
"Dua-duanya. Bokapnya bodyguard ayahku. Kami teman sejak kecil."
"Kamu menyekolahkan bodyouard-mu""
"Apa salahnya" Kalau dia bosan jadi bodyguard, dia bisa alih profesi jadi
manajer!" Tawa Aries meledak. Dia senang sekali hari ini. Lebih-lebih ketika untuk
pertama kalinya dia melihat Vania tersenyum. Senyumnya boleh juga. Manis.
Ah, dia memang manis. Asal tidak sedang kumat judesnya. Barangkali
tuntutan profesi. Kalau tidak keras, sulit menghadapi mahasiswa. Salah-salah mereka bukan menyewa komputer. Cuma pinjam. Kalau pinjamnya
keseringan, alamat tidak bisa bayar cicilan kredit. Tapi menurut info,
sebenarnya Rivania Ayudya
tidak sekeras penampilannya. Hatinya baik. Tidak jarang dia meminjamkan
komputernya buat teman yang benar-benar membutuhkan. Dan benar-benar
sedang tidak punya uang. "Nanti malam dia makan di rumah kata," cetus Aries begitu ketemu
Guntur. "Dia siapa""
"Ya cewek itu! Masa satpam""
"Kamu ngundang dia makan malam di rumah"" belalak Guntur kaget. "Nggak
salah, lies"" "Aku kagum padanya, Tur. Mahasiswi fikom konsentrasi jurnalistik. Sudah
semester tujuh. Yatim-piatu. Jadi mesti cari duit sendiri. Keuletan dan
kepintarannya sudah hampir jadi legenda. Makanya dapat beasiswa. Dan
dapat izin khusus buka warnet di kampus."
"Boleh juga infonya. Tahu dari mana""
"Asal sebut namanya, semua orang berlomba kasih info."
sal infonya jangan terlalu cepat sampai ke
meja tulis ayahmu!atau kamu bakal ditransfer balik ke alamat pengirimr
BAB II PENJAGA warnet"" telinga Titah Bintang Dewabrata bergerak cepat.
Itu memang salah satu kelebihannya yang lain selain pandai melanjutkan
usaha orangtua-nya. Kalau sedang waspada, daun telinganya bisa berkibas
seperti si Doggie. Daun telinganya memang panjang dan besar. Kata ibunya,
itu pertanda umurnya bakal panjang. Tentu saja dia sendiri ragu kalau
punya anak seperti Aries.
Aries Bintang Dewabrata satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya.
Anak kebanggaannya. Permata hati ibunya. Putra mahkota yang sejak lahir
sudah ditahbiskan sebagai calon penggantinya. Penerus bisnis keluarga.
Meskipun sebenarnya kedua kakak perempuannya jauh lebih ulet dan lebih
rajin. Mereka mewarisi bakat ayahnya sebagai pemimpin perusahaan yang
tegas. Teguh memegang prinsip. Kadang-kadang tampil bengis. Tuntutan
profesi. Pemimpin tidak boleh terlalu lembek, kan"
Tetapi justru Aries-lah yang dipilih sebagai pengganti ayahnya. Padahal dia
tidak pernah serius. Hidupnya selalu berfoya-foya. Dugem dan mobil balap
lebih dikenalnya daripada rokok dan tembakau.
Hatinya juga terlalu lembut untuk menjadi pemimpin yang disegani. Dan dia
lebih suka jadi pembalap daripada direktur.
"Kenapa bukan Mbak Gita saja yang dipilih menggantikan Bapak"" protes
Aries ketika dia dicalonkan menggantikan ayahnya kelak setelah lulus
menjadi sarjana ekonomi. Sagitaria adalah putri Titah Bintang Dewabrata yang sulung Lulusan
commerce dari universitas terkenal di Sydney. Mengambil S2 di London.
Begitu terjun di perusahaan ayahnya, dia langsung membuktikan, uang
kuliahnya tidak terbuang percuma. Dia punya otak seperti komputer. Dan
tidak punya hati. Ayahnya boleh bangga punya penerus seperti dia.
Sayanenva dia perempuan. Dan kursi direktur di perusahaan keluarganya
selalu berjenis kelamin laki laki
Adiknya Taurina, lulusan fakultas ekonomi jurusan aku
ntasi dengan IPK 3,91. Nilai tertinggi untuk angkatannya. Tapi dia pun tidak bisa menjadi
orang nomor satu di perusahaan rokok keluarganya.
Mereka harus puas dengan menjadi orang nomor dua bagaimanapun
andalnya mereka dan bagaimanapun sia-sianya adik bungsu mereka.
Karena terlalu dimanja oleh ibunya, Aries tumbuh menjadi anak mama.
Lembek. Tidak serius. Tidak tahan banting.
Dan karena dia putra kebanggaan ayahnya, sejak kecil, semua yang
diinginkannya pasti diperolehnya. Tidak ada permintaan yang ditolak. Tidak
ada keinginan yang sia-sia.
Waktu kecil, kamarnya penuh dengan mobil-mobilan. Setelah besar, mobil
sport berdesakan di garasinya.
Ketika kecil, ibunya sendiri yang memandikannya. Setelah masuk sekolah
dasar, ibunya pula yang membantunya memakai seragam. Aries hanya
tinggal tegak sambil merentangkan tangan. Dan baju masuk sendiri ke
tubuhnya. Waktu masih anak-anak, ibunya yang menyuapinya makan. Aries hanya
tinggal membuka mulutnya lebar-lebar. Setelah remaja, bergantian gadis
yang rela menyuapinya makan. Asal dapat menjadi pacarnya. Biarpun cuma
untuk seumur jagung. Tidak heran kalau Aries jadi cowok favorit Tampangnya yang imut-imut
senyumnya yang inosen, mobilnya yang kinclong, merupakan daya tarik
tersendiri. Hidup nyaman Aries baru tersendat ketika dia dikeluarkan dari universitas
negeri tempatnya kuliah. Saat itu dia baru menginjak semester enam
fakultas ekonomi jurusan manajemen.. Dia terlibat balapan maut yang
mencabut nyawa seorang teman kuliahnya. Dan balapan liar itu hampir
menjebloskannya ke penjara kalau ayahnya bukan Titah Bintang Dewabrata.
Akhirnya setelah kasusnya berhasil ditutup, Aries dipindahkan ke Jakarta.
Melanjutkan kuliahnya yang setengah tahun terbengkalai di fakultas
ekonomi sebuah universitas swasta. Kebetulan ayahnya dulu pernah jadi
donatur di sana. Jadi tidak sulit memasukkan Aries. Bahkan Guntur, teman
dan pengawalnya yang setia, ikut pindah.
Guntur memang hampir tidak pernah lepas dari sisi Aries. Kalau tidak
disuruh pergi, tentu saja oleh Aries, dia akan melekat terus seperti prangko.
Tetapi justru karena itu Titah Bintang Dewabrata percaya penuh padanya.
Tanpa kehadiran-nyar di samping Aries, barangkali Titah dan istrinya tidak
bisa tidur sepeninggal putra kesayangan mereka.
Ayah Aries membelikan anaknya sebuah rumah mewah di Jakarta. Terletak
di kawasan elite. Punya sarana lengkap. Dan bebas banjir. Tentu saja ayah
Aries tidak mau putra kesayangannya harus naik perahu karet kalau musim
hujan datang. Ayahnya juga melengkapi rumah itu dengan peralatan mahal dan canggih.
Menyediakan dua orang satpam, tiga orang pembantu, seorang koki, seorang
tukang kebun, dan seorang sopir. Pendeknya, Aries tidak bakal telantar di
sana. Dan tidak bakal lolos dari intaian ayahnya.
Dua puluh empat jam setelah Vania muncul di rumah Aries, ayahnya sudah
mendapat laporan khusus tentang dirinya. Lengkap dengan riwayat hidup
dan sejarah masa lalu keluarganya.
"Apa tidak ada anak konglomerat, anggota DPR atau jenderal di sana, sampai
segala macam tukang warnet diundang ke rumah"" geram ayah Aries
jengkel. "Tenang saja, Pak," hibur Taurina santai. "Paling-paling yang ini juga cuma
koleksi cewek seratus harinya si Aries!"
Tadinya Vania sudah berbalik ingin masuk kembali ke dalam bajajnya.
Ternyata alamat yang diberikan Aries bukan alamat sebuah resto atau kafe,
melainkan alamat sebuah rumah super-mewah. Tetapi Aries keburu keluar
dan memanggilnya. 'Kok nggak jadi"" tanya Aries sambil tersenyum. Geh' melihat paras Vania
yang berbaur antara kaget dan kesal. "Nyerah""
"Ini tempatnya""
'Ini tempatnya," sahut Aries bangga. "Kamu
belum pernah kemari, kan"" "Kamu kira aku sales" Datang ke rumahmu
menawarkan barang""
"Jadi aku yang menang!"
"Karena kamu curang.'" sergah Vania gondok
"Curang katamu"" ini kan rumah, bukan restoran! "Siapa yang bilang aku
akan membawamu ke restoran"" "Di mana biasanya kamu membawa cewekmu
makan"" "Tergantung siapa ceweknya. "Dan kamu berani bertaruh makanan
di rumahmu lebih enak dan bergengsi" Gombal!"
"Eh, lihat dulu baru mencela! Cicipi dulu baru komentar!"
"Nggak mau! Aku tidak mau
urusan dengan tukang bohong! Tukang tipu!
Curang!" Vania sudah berbalik. Hendak masuk kembali ke bajajnya. Tetapi
bajaj itu sudah pergi. Yang tegak di depannya Guntur. Bukan bajaj. .Dia
menghadang di sana dengan kedua lengan terlipat di dada. Kakinya
terkangkang. Sikapnya menantang. Dan yang paling membuat Vania dongkol,
dia masih memakai kacamata hitamnya. Tidak peduli sudah malam.
"Minggir!" bentaknya muak. Mahasiswa sih lagaknya kayak centeng!
Tetapi Guntur tetap saja tegak mematung di sana. Cuma perintah Aries yang
bisa menggerakkannya. Kalau Vania berani menerjangnya, akan diangkatnya tubuhnya- yang
ramping itu. Dan digendongnya masuk ke dalam rumah.
Tampaknya harapannya tidak sia-sia. Vania memang akan menerjangnya.
Dan Guntur sudah menanti dengan harap-harap cemas. Tidak rugi
menggendong seorang gadis manis, kan" Apalagi kalau dia galak dan selalu
membentaknya sejak pertama kali bertemu!
Sayangnya, Aries keburu menghalangi. Dan membuyarkan harapan Guntur.
"Tunggu!" serunya sambil menahan tawa. Makin lama dia makin menyukai
gadis galak ini. Dia selalu penuh semangat. Penuh tantangan. Penuh
perlawanan. Diraihnya lengan gadis itu. "Kamu tidak boleh pergi sebelum
melihat kamar makanku! Belum mencicipi makanannya!"
"Kamu biasa memaksa orang"" desis Vania
gemas. "Tergantung siapa yang kupaksa!"
"Aku tidak bisa dipaksa!"
"Bisa karena kamu masih terikat taruhan!
Taruhannya batal! Vania mengempaskan tangan Aries yang mencengkeram
lengannya dengan sengit. "Karena kamu curang!"
'Siapa bilang aku curang" Lihat dulu kamar makannya! Kalau kurang
bergengsi, besok ku-bongkar!"
Dan melihat ruang makan yang lebih mewah dari semua restoran yang
pernah disinggahinya,Vania menyumpah-nyumpah dalam hati.


Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan hanya menekan berbagai tombol di remote control yang
digenggamnya, Aries bisa menurunkan tirai jendela. Menyalakan lampu.
Bahkan menghidupkan home theatre. TV dan stereo set langsung keluar dari
tempatnya ber-sembunyi. Musik disko yang berdentam-dentam mengiringi
gambar pasangan yang sedang asyik bergoyang di layar televisi lima puluh
dua inci. Membuat dahi Vania berkerut meredam sakiti kepala.
"Bagaimana"" tantang Aries sambil menyeringai bangga. Tidak suka musik
disko" Leb: suka klasik" Biar ikannya berenang santai ke
perut" Tidak meloncat-loncat menerkam usus""
ini Sekali tekan tombol, Nessun Dorma-nya Pavarotti mengalun mengisi ruang
makan. Gambar si gemuk berjenggot lebat itu muncul di
layar. "Puas""
"Sialan," desah Vania, terengah menahan napas.
Mendadak dia jadi ingin ke belakang. Maksudnya tentu saja ingin ke WC.
Bukan ke belakang rumah. Entah mengapa disebut ke belakang. Kan tidak
semua rumah punya WC di belakang" Kecuali kalau ada kali di sana.
"Itu kata lain dari kamu menyerah kalah,
kan"" Harus bilang apa lagi" Ruang makan ini sangat bagus. Mewah. Canggih. Luar
biasa! Tidak ada komentar yang lebih pas selain... gila! Rasanya Vania hanya
pernah melihatnya dalam film! "Buat apa bikin ruang makan semewah ini"" "Buat bikin kagum kamu," sahut
Aries seenaknya. "Buat apa sih buang-buang uang begini"" desis Vania penasaran.
"Yang dibuang uang sendiri kok. Bukan uang rakyat. Dan bukan hasil
korupsi." Vania belum sempat menjawab ketika dua orang pembantu membawa
beberapa jenis makanan yang segera disajikan di atas meja. Melihat
makanan sebanyak itu, Vania langsung merasa perutnya kenyang. Sekaligus
mulasi "Aku harus ke belakang dulu," gumamnj
malu. Mukanya memerah. Tapi dia harus bagai mana lagi" Rasanya sudah
hampir... "Mau cari apa di belakang" Kerapu" Kc Keong" Kalau cuma seafood, tukang
masakku bisa bikin. Tapi kalau siput, dia mesti di kirim ke Prancis dulu!"
"Jangan bercanda! Antarkan aku ke WC!" lho, kok belum diisi sudah
dibuang"" "Kamu punya WC nggak"" bentak Vania tidak sabar. Menghalangi orang ke
WC melawa| hak asasi manusia!
Tang paling canggih yang pernah kamu li hat!"
Persetan yang paling canggih atau paling tra disional sekalipun! Yang
penting ada lubang nya! Aduh. Kurang ajar sekali. Mengapa penj huni
perutnya mesti minta keluar sekarang juga" Mengapa tidak bisa memilih
waktu yanj lebih tepat"
Dan cowok celaka i tu! Kenapa dia malah ter senyum-senyum" Jalannya juga
santai sekali seperti tidak mengerti ada bom waktu yai hampir meledak...
Tetapi sesampainya di sana, Vania sadar,se kali ini pun Aries tidak berdusta,
Kamar mandi merangkap WC itu lebih luas dari kamar tidur
Vania. Begitu Vania tiba di depan pintunya, pintu itu langsung terbuka
sebelum disentuh. Dan begitu dia masuk sambil meraba-raba dinding
mencari tombol lampu, kamar mandi itu sudah terang benderang seperti
ruang pesta. Karena lampunya sudah menyala begitu Vania melangkah
masuk. Sialan, maki Vania sambil menahan napas.
Dia menoleh sekejap ke cermin lebar di hadapannya. Dan tidak pernah
terpikir olehnya, cermin itu merupakan kaca dua arah. Aries dan Guntur ada
di baliknya. Menonton sambil tertawa-tawa geli.
"Noraknya!" cetus Guntur untuk menutupi gejolak gairahnya. Sebentar lagi
Vania akan membuka jinsnya dan melorotkan cd-nya....
Dan harapannya punah ketika tangan Aries memijat tombol di dekatnya.
Serentak kaca itu tertutup tirai baja tipis. Lenyaplah pemandangan yang
sangat ditunggu-tunggu! "Lho!" cetus Guntur kecewa.
"Bukan tontonan!" jawab Aries tegas.
"Kok gitu""
"Kalau mau nonton orang bab, sana pergi ke
kali!". "Tapi yang kualitas super gini kan nggak
ada!" "Makanya dia bukan tontonan!"
Ketika Vania bangkit setelah membayar lunas utangnya, air langsung
menyembur tanpa di flush. Dan yang membuat dia tambah kagum begitu dia
bangkit, penutup kloset yang baru di dudukinya langsung berputar.
Digantikan penutup yang baru.
Gila, dengus Vania kagum. Bukan main cang gihnya. Rasanya tinggal
semalam saja di sini dia benar-benar bisa gila
Dia melangkah ke wastafel untuk mencuci tangan. Tidak ada keran yang bisa
diputar. tapi ketika dia meletakkan tangannya di bawah keran, air mengalir
dengan sendirinya. Begitu air berhenti mengalir, mesin penge ring tangan di sampingnya
menderu. Vania hanya tinggal meletakkan tangannya seperti tadi. Dia merasa
tangannya hangat. Tapi kaki nya dingin.
Manusia super macam apa yang mengundang nya makan ini" Rumahnya saja
begini isti mewa! Lebih baik cepat-cepat menjauh sebelum terbelit sensasi
yang lebih gila lagi! Seperti tadi juga, pintu langsung terbuka be gitu Vania tegak di depannya.
Dan lampu se gera padam ketika dia melangkah ke luar.
"Penghematan listrik," seloroh Aries yang su
dah menunggunya di depan kamar mandi.
"Gimana" PBAB sudah lunas""
"Rasanya aku tidak bisa makan," sahut Vania lesu.
"Pasti. Mulai besok kamu rugi besar. Ada orang yang bakal pakai
komputermu tiga jam gratis!" "Siapa bilang kamu sudah menang""
"Eh, belum menyerah juga""
"Belum tentu makananmu lebih enak dari makanan di kantin!"
Aries tertawa terbahak-bahak. Matanya menatap Vania dengan tatapan
melecehkan. "Kamu tahu siapa kokinya"" Aries menyebutkan nama sebuah restoran
terkenal. "Bokap membajaknya! Kalau dalam sebulan berat badanku turun
dua kilo, dia langsung dipecat!"
Dan sekali lagi Vania harus percaya, Aries tidak bohong. Karena semua
makanan yang disajikan benar-benar membangkitkan selera.
Guntur sudah langsung duduk tanpa diundang. Dia sudah lapar sekali.
Tetapi Aries segera mengusirnya. -
"Makan di dapur," katanya tegas.
"Kok gitu"" protes Guntur kecewa. "Makanan sebanyak ini...."
Tiga terlalu banyak," sahut Aries tanpa dapat dibantah
lagi. Terpaksa Guntur bangkit dari kursinya. Se-
belum meninggalkan kamar makan, dia masih
sempat melirik dongkol pada Vania.
Vania membalas lirikannya dengan judes. Mulutnya yang sudah separo
terbuka untuk mencegah Guntur pergi dikatupkannya kembali; Padahal sekejap tadi, dia
merasa kasihan kalau pemuda itu harus makan di dapur. "Kita mulai"" ajak Aries sambil
tersenyum. "Atau kamu mau patroli ke WC lagi"" Vania tidak menjawab. Dia memang
sudah kehilangan separo nafsunya untuk bicara.apa
lagi setelah mencicipi makanan yang disajikan Semua hidangan itu benar-benar lezat!
"Enak"" Aries tersenyum bangga setelah Vania tidak sanggup lagi menyuap.
Vania memang sudah tidak mampu lagi me lanjutkan makan malamnya.
Belum pernah dia makan sebanyak ini. Rasanya perutnya sampi sakit
Barangkali perutnya juga kaget. Belum per nah ususny
a disuruh bekerja sekeras ini. Biaslj nya lebih banyak nganggurnya kok.
Tiga jam gratis," sahut Vania tulus. "Kalai| warnetku lagi sepi."
"Lho!" Aries tertawa gelak-gelak. "Kok ada syarat tambahannya""
"Cuma bercanda, sahut Vania lunak. "Kamu boleh datang kapan saja."
"Gitu dong." aris menyentuh tangan gadis
itu dengan lembut. "Aku janji akan datang tiap hari."
Tapi yang gratis cuma kalau lagi sepi, Vania membalas tatapan pemuda itu
dengan sama lembutnya. Aries begitu tergila-gila ditatap seperti itu. Heran. Mengapa dia keranjingan
sekali melihat tatapan selembut itu bersinar di mata yang biasanya selalu
bersorot judes" "Boleh tukar hadiahnya"" tanyanya lunak.
"Enak saja! Hadiah yang sudah diambil tidak bisa
dikembalikan!" Tapi hadiahnya belum diambil, kan" Gratisnya saja baru besok!"
Tukar minggu depan" Boleh empat jam!"
"Curang!" Aries menahan tawa. "Minggu depan libur semester! Warnetmu
sepi!" "Jadi kamu mau tukar sama apa""
"Boleh ngajak nonton""
"Kamu yang bayar""
"Biasanya cowokmu minta dibelikan karcis""
"Aku belum punya cowok."
"Tidak heran," dengus Aries lega. "Siapa berani mendekati cewek galak""
"Kamu sudah punya cewek""
"Dari Sabang sampai Merauke."
Tidak heran. Mereka pasti melihat lembaran uang di mukamu."
"Kalau kamu sendiri" Apa yang kamu I
hat"" "MDS."
"Masa depanku suram kalau semua orang
sudah tidak merokok lagi!" Takut hidung mereka berubah jadi cerobong
asap"" "Takut kena kanker paru!"
"Masa depanmu suram karena kamu tidak pernah serius! Hidupmu cuma
berfoya-foya." I "Tahu dari mana" Kenal saja baru dua hari!"
"Sebut saja namamu. Infonya lebih banyak dari Pangeran Charles."
"Aku memang bukan dia," Aries menahan senyumnya. "Mana mau aku
pacaran sama. nenek-nenek! Mesti back-street, lagi!"
"Jadi seperti apa cewek idolamu" BBL" ABG" Atau Tan-Gir kayak tutukel""
"Yang seperti kamu! Galak kayak Dobermann. Menggemaskan seperti
chihuahual" "Kurang ajar," geram Vania gemas.
Tetapi entah mengapa sejak malam itu, dia sudah jatuh hati pada pemuda
ini. Bukan ka rena dia Aries Bintang Dewabrata. Tetapi ka rena semua yang
berada dalam dirinya. Mau nya yang selalu bercanda. Senyumnya yang
kebocahan. Wajahnya yang imut-imut. Pandang an hidupnya yang selalu
optimis dan serta menggampangkan. Bahkan sifatnya yang semau
gue dan tidak serius kini ikut menjadi daya
tariknya! Inikah cinta" Cinta yang membuat manusia jadi bodoh dan tidak dapat
berpikir rasional" "Seandainya kamu bukan Bintang Dewabrata," keluh Vania setiap malam.
Ketika dia menyadari hatinya semakin hari semakin sulit dikendalikan oleh
nalarnya. "Seandainya kamu cuma Aries Putra Mang Dudung! Atau Aries
anak Bang Samin!" Tapi Aries tetap Aries. Siapa pun dia. Vania sudah jatuh cinta padanya.
Dulu hidupnya serbarutin. Datar. Monoton. Hanya diisi oleh belajar dan
bekerja. Kini dia punya kesibukan baru. Karena setiap sore, Aries
menjemputnya. Begitu Vania menutup warnet-nya, Aries sudah menunggu di
depan. Pengawalnya yang pakai kacamata gelap itu juga ada di sana.
"Kok nggak masuk"" tanya Vania sambil mengunci pintu.
"Bosan. Tidak ada yang dilihat kecuali komputer. Enakan di sini. Banyak
kupu-kupu lewat." Aries menyeringai jenaka. "Pulang""
"Mau manggil si Sutdon dulu. Ada yang rusak."
"Sutdon"" "Teknisi yang biasa memperbaiki komputerku."
"Namanya keren. Cakep"* . "Lihat saja sendiri* "Orang apa" Blasteran""
"Batak tulen."'
"Kok namanya kayak nama makanan." Vania tersenyum. Dia melangkah
keluar kampus. Aries merendenginya. Guntur berjalan beberapa meter di
belakang. "Aku yang menjulukmya Sutdon. Itu ucapannya kaJau dia menyuruhku
mematikan komputer." Aries tertawa geli. "Orangnya pasti lucu." "Dan baik
sekali Aku menyukainya." "Jangan terlalu suka. Nanti ada yang cemburu."
"Siapa"" Tang jalan di sampingmu." Vania merasa rapinya panas. Tapi dia pura-pura
tidak dengar. "Aku telepon dulu ya."' "Pakai saja ponselku."
Tidak usah. Nanti dia kaget. Dikiranya aku sudah jadi simpanan
konglomerat." Saat itu ponsel belum sepopuler sekarang sampai sudah menjadi
perlengkapan standar PRT.
"Kalau begitu telepon dari rumahku saj Ada makanan istimewa malam ini."
"Seafood lagi" " keluh Vania segan. "Aku sudah bosan minum CTM."
"Makanan favoritmu."
"Tumis kangkung""
"Sambal goreng pete!"
Sekali lagi Vania merasa wajahnya panas. Dari mana Aries tahu dia doyan
pete" "Kenapa mesti malu"" goda Aries sambil merangkul bahu Vania. "Pete
makanan sehat!" "Dan bau." "Peduli apa" Sebau apa pun kamu, aku tetap
menyukaimu!" Tapi aku tidak suka mulutku bau kalau ngob-
rol." "Siapa yang suruh ngobrol" Kita bisa saling pandang sambil bertukar senyum
saja sepanjang malam!"
"Siapa bilang aku mau menghabiskan malam
' di rumahmu"" -"Kenapa tidak""
"Karena aku tidak mudah dibohongi!"
"Maksudmu," Aries membuka pintu mobilnya untuk Vania. "Kamu takut
dibius dan..." Vania membungkam mulut Aries dengan tangannya. Aries meraih tangan
Vania dan mengecupnya dengan hangat.
Di pintu gerbang kampus, Guntur mengawasi mereka dengan dahi berkerut.
Apakah Aries sudah menemukan mainan baru" Mainan untuk seratus hari ke
depan" Tapi kenapa kali ini Guntur punya firasat tidak enak" Vania bukan seperti
gadis-gadis Aries yang lain. Dia berbeda.
Rasanya sulit bagi Aries melepaskan diri kalau sudah terjerat...
46 BAB III lebih baik kamu jauhi dia," kata Arifin tiga kali sehari, setiap muncul di
warnetnya. "Sebelum terlambat!"
"Jauhi siapa"" sahut Vania acuh tak acuh. Tentu saja cuma pura-pura.
"Kamu tahu siapa," balas Arifin datar.
Dia memang pantas jengkel. Sudah tiga tahun dia mengincar gadis ini.


Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mengejar-ngejar-nya seperti layangan putus. Eh, begitu nyang-kut, dia
memilih orang yang tidak pantas untuk dipilih.
Sudah bukan rahasia umum lagi, Vania pacar-an dengan Aries Bintang
Dewabrata. Tiap sore dia menunggu Vania pulang. Membawanya entah ke
mana. Arifin jengkel sekali melihatnya.
Mengapa Vania begitu mudah dibawa" Pada-
hal biasanya dia sulit sekali diajak pergi ke mana pun! Hidupnya hanya
belajar dan be kerja! Mengapa begitu Aries datang dia jadi
berubah" Mau saja dibawa-bawa!
"Kenapa sih kalau ngomong mesti pakai teka-teki"" bentak Vania kesal.
"Anak juragan tembakau," dengus Arifin sama gondoknya. "Calon raja rokok
yang lagi ngincar kamu! Tahu sudah berapa puluh korbannya""
"Maksudmu yang kena kanker paru"" Tang patah hati! Kenapa cinta selalu
bikin, cewek jadi goblok"" "Karena cewek goblok tidak pernah jatuh cinta
ta pada cowok goblok!"
"Maksudmu dia bukan cowok goblok"
"Apa hakmu bilang dia goblok""
"Karena dia memang goblok! Yang bikin dia bernapas cuma duit bapaknya!
Kepalanya ko song! Kuliah saja nggak serius! Tahu di mana dia sekarang""
"Kenapa nggak kuliah"" tanya Vania tanpa basa-basi lagi ketika dia
menemukan Aries di rumah biliar dekat kampus. Aries sedang bertanding
dengan seseorang pemuda bertampang junkie. Dan tampaknya
dia sudah kalah banyak. Begitu melihat Vania, Guntur sudah maju untuk mengusirnya. Dia muncul
begitu saja entah dari sudut mana. Dan dia masih mengenakan kacamata
hitamnya. Tetapi Aries mencegahnya. Dia memberikan tongkat biliarnya kepada
Guntur. Dan membawa Vania keluar.
"Lebih baik kamu jangan ke sini," katanya datar.
"Kenapa"" dengus Vania judes.
"Tempat ini tidak cocok untukmu."
"Tapi untukmu cocok""
"Aku cowok!" bentak Aries kesal. "Mendingan kamu balik ke kampus.
Kuantarkan." "Tidak usah!" bantah Vania pedas. "Aku bisa pulang sendiri!"
"Kalau begitu tunggu apa lagi""
"Jawab satu pertanyaan dulu!"
"Kenapa aku nggak kuliah"" sergah Aries marah. "Karena aku bosan!"
"Cowok kayak gitu yang mau jadi pacarku"" desis Vania antara marah dan
kecewa. "Jangan terlalu tinggi menghargai dirimu!" bentak Aries sengit.
Vania tersinggung sekali.
"Oke! Aku memang bukan siapa-siapa. Aku cuma cewek goblok yang jatuh
cinta pada cowok goblok!"
Sesaat Aries tertegun. Tidak menyangka Vania
berani mengucapkan kata-kata seperti itu.
Aku cuma cewek goblok yang jatuh cinta pada cowok goblok!
Tetapi Vania tidak mengacuhkannya lagi. bergegas pergi tanpa menoleh.
Aries baru tersadar dari pesona yang me mukaunya ketika Guntur menepuk
bahunya Dengan kepalamu dia mengisyaratkan Aries masuk. Tetapi Aries
sudah kehilangan semangat
"Aku mau pulang," katanya lesu.
"Masa baru begitu saja sudah kalah gertak"" gerutu Guntur kesal. "Cow
ok apaan sih kamu"| Cewek itu bukan siapa-siapa! Lepas dia kamu
bisa dapat seratus gantinya!" "Aku mau pulang," desah Aries tanpa dapat |
ditawar lagi. Diambilnya dompetnya. Diberikan-
nya pada Guntur. "Bayar mereka."
Jangan terlalu tinggi menghargai dirimu, j
Kata-kata itu tidak mau hilang juga dari telinga Vania. Kata-kata yang
diucapkan Aries dengan marah. Kata-kata yang sangat menyakit kan.
Jadi seperti itulah penilaian Aries terhadap dirinya. Jangan terlalu tinggi
menghargai mu. Apa kelanjutannya" Kamu bukan siapa-siapa. Cuma anak
yatim-piatu penjaga warnet! Itukah kata-kata yang ada di kepalanya tapi
belum sempat dimuntahkannya"
Aries tidak menghargainya sama sekali! Dan Vania sudah kenyang dihina
orang sejak kecil. Dia tidak mau dihina lagi.
Dulu Vania tidak tahu mengapa orang selalu melecehkannya. Anak haram.
Anak gelap. Belakangan dia baru tahu, ayahnya tidak meninggal. Ayahnya meninggalkan
Ibu sebelum dia lahir. Dia bukan anak yatim. Dia anak haram. Anak gelap.
Anak yang tidak punya ayah. Dan seumur hidup dia harus menanggung
hinaan itu. Tetapi Vania tidak mau dihina terus.-Sepeninggal ibunya Ibu meninggal
ketika dia berumur delapan belas dia pindah ke Jakarta. Dengan
bermodalkan selembar ijazah SMA, dia melamar pekerjaan di sebuah
universitas swasta. Ketua yayasan yang mengelola universitas itu seorang yang sangat baik. Dia
memberikan kesempatan kepada Vania untuk bekerja sebagai sekretaris
pribadinya. Kebetulan dia memang sedang sibuk mengumpulkan bahan
untuk membuat autobiografi. Kegiatan yang sedang menjadi mode saat itu.
Dan Vania tidak menyia-nyiakan kesempatan
yang diberikan kepadanya. Dia bukan hanya membantu mengumpulkan
bahan. Dia merangkum. Mengedit Mengetik dengan komputer yang
dipinjamkan padanya. Melihat bakat dan keuletannya, Ketua
yayasan memberinya beasiswa. Dia boleh memilih
hendak kuliah di mana. Vania memilih fakultas
komunikasi konsentrasi jurnalistik. Tetapi prestasi Vania tidak hanya
berhenti sampai di sana. Dengan izin Ketua Yayasan
dan bantuan Rektor, dia membuka usaha
warung internet yang kala itu masih jarang. Dia berhasil meyakinkan Rektor,
warnetnya akan sangat membantu mahasiswa yang tidak memiliki komputer
sendiri Vania juga memperkenalkan internet yang waktu itu masih seperti
dunia di balik awan. Tidak heran kalau usahanya maju pesat. War- J netnya laku keras. Apalagi
Vania sendiri selalu siap membantu teman-temannya yang ingin 1
berkonsultasi ketika sedang membuat skripsi Meskipun sibuk berbisnis,
studinya tetap jalan terus. Tiap semester dilaluinya dengan lancar. Nilai-nilainya selalu gemilang. Pujian,! dari dosen-dosennya sudah jadi menu
sehari-hari Kini dia tinggal menyiapkan skripsi. Dan gelar sarjana sudah
menanti untuk diraih. Sekarang ketika prestasinya sudah melegenda di kampus ini, tidak akan
dibiarkannya orang 52 menghina dirinya, bagaimanapun kaya rayanya
dia! Vania sudah bertekad memutuskan hubungannya dengan Aries. Buat apa
menyambung hubungan dengan orang yang tidak menghargainya"
Dia memang mencintai Aries. Vania tidak malu mengakuinya. Cinta itu sah
saja. Biarpun dia tumbuh di lahan yang keliru. Lahan yang
terlalu mahal baginya. Tetapi jika orang yang dicintainya tidak menghargai dirinya, biarlah cinta itu
hanya menjadi bayang-bayang di hatinya!
Aries memang bukan pria idaman. Hidupnya terlalu santai. Kuliah saja tidak
serius. "Kenapa aku nggak kuliah" Karena aku bosan!"
Aries bosan kuliah! Tidak ada yang memotivasi dirinya untuk jadi sarjana. Hidupnya sudah
terlalu enak. Untuk apa susah-susah kuliah" Untuk apa meraih gelar sarjana"
Dia sudah punya segalanya!
Aries tidak perlu mencari uang. Uang yang mencarinya. Jadi buat apa
bekerja" Buat apa kuliah"
"Yang bikin dia bernapas cuma duit bapaknya! Kepalanya kosong!"
Dan aku tidak mau pacaran dengan cowok berkepala kosong! Aku tidak sudi
pacaran de- ngan cowok yang menghina diriku! Yang meng.
anggap diriku bukan apa-apa!
Tetapi... mengapa sulit sekali mengusirnya dari kepalaku" Mengapa sulit
sekali menggusurnya dari hatiku"
"Buat apa sih memikirkan dia terus"" di Guntur jengkel.
Sejak putus dengan Vania, Aries me a
gak berubah. Dia bukan hanya malas ke
pus. Dia juga jadi malas ke mana-mana. Kerjanya cuma melamun dan
mengomel. "Buat apa merusak diri begitu" Cewek bukan cuma dia! Mendingan kita ke
kampus. Cari gantinya. Tunjukkan sama Vania, siapa Aries Bintang
Dewabrata!" Aku memang bukan siapa-siapa, kata Vania hari itu. Aku cuma cewek goblok
yang jatuh cinta pada cowok goblok!
Jadi dia mencintaiku, pikir Aries murung. dan aku telah menghina gadis
yang mencintaiku! Jangan terlalu tinggi menghargai dirimu!
Kenapa aku tega menghina Vania" Dia pasti tersinggung sekali. Padahal apa
salahnya" Dia hanya datang untuk mengajakku kembali ke kampus! Dia
ingin aku kuliah. Bukan main biliar!
"Aku harus minta maaf," cetus aries
Guntur yang sedang nyerocos terus mengajaknya mencari cewek baru
sampai mendadak terdiam. "Apa katamu""
Aries tidak menjawab. Dia hanya menyambar
kunci mobilnya. Dan melangkah ke garasi. "Mau ke mana, Tuan"" tegur
sopirnya yang sedang bersantai di dapur bersama si Tiah.
Aries tidak mengacuhkannya. Dia naik ke dalam mobil sportnya. Dan
menghidupkan mesin. Si Dul lari lintang pukang ke mobilnya yang diparkir di halaman. Khawatir
mobil Aries akan menyeruduk mobilnya.
Dan dugaannya memang tidak meleset. Karena baru saja dia memundurkan
mobilnya, mobil majikannya menderu kencang dan melesat hanya beberapa
sentimeter dari badan mobilnya.
Sambil menghela napas, Dul membuka pintu mobilnya. Dan buru-buru
menutupnya kembali ketika mobil kedua melesat dari dalam garasi. Untung
dia gesit. Kalau tidak, pintu mobilnya pasti ikut terbang. Jadi buat apa
mereka menggaji sopir, pikir i si Dul gemas. Kalau cuma buat cud mobil, cari
saja kacung! Aries melarikan mobilnya dengan gesit, dijakarta memang percuma punya
mobil sport Tentu saja kalau hendak memacu mobil ftn sesuai kodratnya
Kalau untuk nampang itu lain lagi. Karena ke mana pun dia pergi ada saja
mata yang memelototi mobilnya cewek. Maling. Atau polisi. Yang sudah
menunggu ka-lau-kalau dia ngebut.
Tetapi sore ini Aries tidak peduli yang melotot cewek atau polisi. Pikirannya
hanya ter-i tuju pada Vania. Dia akan menemui gadis itu. Dan minta maaf.
Kata-katanya minggu lalu sudah keterlaluan. Dia menyakiti hati Vania.
Menghina harga dirinya. Pantas saja kalau dia marah.
Aries memarkir mobilnya di tempat parkir: Purek. Hari sudah sore. Purek
pasti sudah pu-lang. Kampus juga sudah mulai sepi. Tapi war net Vania
masih buka. Aries yakin, dia masih ada di dalam. Membantu mahasiswa yang
membutuhkan bantuannya. Atau berselancar sendiri di dunia maya kalau
warnetnya sedang sepi. | Sebelum Aries sempat membuka pintu, Guntur
muncul di belakangnya. Dan dia memanggil-Aries.
"PulangT perintah Aries tegas. Ngapain sih nguntit terus kayak nyamuk!
Tetapi Guntur tidak mau pulang. Di mana
ada Aries, di situ dia berada. Jadi ketika Aries melangkah masuk, Guntur
duduk di luar sambil menggerutu. Buat apa mengejar-ngejar cewek judes
kayak begitu" Bikin pendek umur saja! Cantiknya
juga tidak seberapa. Tapi heran. Sejak bertemu Vania, Aries jadi susah diatur. Dan dia lengket
terus sama cewek itu. Padahal batas seratus hari sudah lewat. Biasanya Aries
sudah ketemu cewek baru. Nah, berapa susahnya cari cewek cakep di
kampus" Segala model pasti ada!
"Mas, pindahkan mobilnya nih!" seru satpam dari depan pintu gerbang.
"Parkir seenaknya begini!" Memang kampus ini milik bapakmu"
Guntur belum sempat menjawab ketika serombongan mahasiswa lewat di
depannya. Guntur langsung mengenali salah seorang di antara mereka.
Agung Tirtadarma. Anak Fisip yang pernah mengeroyoknya ketika dia
menubruk motor Rani. "Eh, ada guk guk!" gurau mereka sambil tertawa mengejek.
Guntur menoleh. Mencari satwa yang mereka maksudkan. Ketika disadarinya
di sana cuma ada dia, darahnya menggelegak.
"Hallo sapa Aries begitu membuka pintu, Vania mengangkat wajahnya
walaupun tanpa melihat pun dia tahu siapa yang datang. Jantungnya sudah
berdebar dua kali lebih cepat bahkan sebelum Aries muncul di pintu. 'J
"Halo juga," sahutnya dingin.
Tentu saja cuma pura-pura. Karena hatinyi sudah berdesah hangat.
"Ada yang kosong""
Pura-pura juga. Karena semua meja
memang kosong. Vania sedang berbenah
ketika Ari masuk tadi. "Sudah mau tutup," sahut Vania datar. "Datang saja besok pagi."
"Ini sebuah undangan""
Tergantung tanggapanmu. Bisa berarti penolakan kalau kamu ngotot mau
sekarang." Aries tertawa sopan. "Aku tidak mau diusir."
"Kenapa komputer di rumahmu" Heng semua" Tidak ada toko komputer
yang masih buka""
"Kenapa kamu selalu sejudes ini sama pelanggan""
Tidak semua. Cuma pelanggan yang men balkan."
"Seperti temanmu yang kolektor jerawat
itu"" "Dia tidak menyebalkan."
"Mirip aku""
"Kebalikan. Semua sifatnya tidak ada dalam
dirimu." Tidak heran. Makanya dia tidak menarik." Kurang ajar, geram Vania dalam
hati. Dia selalu menghina Arifin. Tapi satu hal dia benar. Arifin memang
tidak menarik. Dia ibarat telaga yang tenang. Tidak ada gelombang emosi
yang mengguncang. Menyergap sukma. Sekaligus menghanyutkan nalar.
Dan Vania belum sempat menjawab. Saat itu terdengar ribut-ribut di luar.
Aries langsung menerjang pintu. Dan apa yang ditakutinya memang terbukti.
Guntur sedang berkelahi. Dikeroyok enam orang. Satpam sedang berusaha
memisahkan. Tapi karena sore ini dia sendirian, sulit melerai perkelahian.
Terpaksa Aries ikut berkelahi. Padahal dia tidak tahu apa
masalahnya. Dikeroyok tiga orang, Guntur masih mampu bertahan. Tapi Aries bukan
Guntur. Ketika dua orang menelikung lengannya ke belakang dan Agung
menjotos perutnya, kedua tungkainya tertekuk lemas. Dia merasa perutnya
sakit sekali. Tapi dia tidak mengaduh. Hanya wajahnya yang mengerut
melukiskan kesakitan. "" "" "" "" Sekali lagi Agung memukulnya dengan ganas, Perut Aries tertekuk dua
menahan sakit. Dia coba meronta sekuat tenaga. Tetapi kedua orang teman
Agung memegangi lengannya makin kuat.
Tentu saja Guntur melihat Aries yang sedang dijadikan bulan-bulanan. Tapi


Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia tidak mampu melepaskan diri dari tiga orang yang sedang
mengeroyoknya. Karena lengah, mukanya malah sempat dihajar telak. Dan
dia terhuyung hampir jatuh.
Tanpa memedulikan keselamatannya, Guntur menerjang Agung. Tapi awan-lawannya tidak membiarkannya. Dia diseret dan ditendang sampai jatuh
tunggang langgang. Sekali lagi Aries berusaha melepaskan diri Tapi cengkeraman mereka terialu
kuat Sampai tiba-tiba dia mendengar salah seorang di antara mereka
mengaduh. Dan Aries merasa cekalan di lengan kanannya mengendur.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Aries meloloskan diri. Dia berkelit dari
hujan tinju yang melanda deras wajah dan perutnya. Memukul mahasiswa
yang masih memegangi le-ngan kirinya. Dan menendang Agung. Pas di
perutnya. Ketika kedua lawannya sedang terhuyung
mundur, Aries baru bisa melihat dengan jelai I Vama ada di dekatnya.
Tangannya masih megang sebuah lampu meja yang tadi mungkin diayunkannya ke kepala
pemuda yang memegangi lengan kanan Aries.
Sekarang pemuda itu sedang menyerbu Vania dengan marah. Hendak
memukulnya. Lupa yang dihadapinya seorang gadis. Tetapi si satpam sudah
keburu mendorongnya dengan ganas.
Sialnya, dia terhuyung ke arah Aries. Dan
Aries tinggal mengayunkan kakinya.
Guntur tidak mau mengatakan apa sumber perkelahiannya. Mengapa dia
menyerang mereka. Percuma dia didesak. Diancam. Dimarahi Dia
diam saja. Akhirnya satpam memanggil Kepala Keamanan Kampus. Biar dia yang
menginterogasi mereka. Itu memang tugasnya, kan"
"Rivania Ayudya!" cetus Pak Sondang yang selalu datang terlambat. "Belum
pernah saya dengar kamu ikut berkelahi!"
"Latah, Pak," sahut Vania datar.
"Dia cuma ingin menolong saya, Pak," sela Aries tegas.
"Menolong kamu" Tidak malu berkelahi di bantu anak perempuan"" Mata Pak
Son; temannya. "Kamu juga! Tidak malu berkelahi melawan cewek! Bikin malu
almamater saja!" Tidak ada yang berbunyi. Semua mata sedang mencari semut di lantai.
"Besok kalian semua menghadap Purek Tiga!" tukas pria bertubuh subur itu
bengis. "Dan kamu!" dia menunjuk Guntur dengan berang. "Kalau mau jadi
jagoan, bukan di sini tempatnya! Sudah, sana bubar!"
Satu per satu mereka meninggalkan ruangan. Di luar Agung masih
melemparkan tatapan bengis ke arah Guntur. Yang dibalas Guntur dengan
belalakan yang sama panasnya.
Tetapi tidak ada lagi yang berminat m
emulai perkelahian. Mereka pergi ke
jurusan yang berbeda. "Aku akan mengantarmu pulang," kata Aries sambil menyusul Vania yang
sudah melangkah lebih dulu keluar kampus.
"Tidak usah," sahut Vania tanpa menoleh.. "Aku belum lupa jalan ke
rumahku." Dia langsung memanggil bajaj. Dan naik tanpa menawar lagi.
Tanpa diundang Aries ikut menerobos masuk. Terpaksa Vania menggeser
duduknya. Tetapi karena sempitnya tempat, tak urung bahu mereka
bersentuhan. Dan mereka sama-sama bergetar. Untung pada saat yang sama,
mesin bajaj ikut juga bergetar. Itu asyiknya naik bajaj.
Guntur memanggil si Dul lebih dulu untuk membawa mobil Aries pulang.
Lalu dia sendiri naik ke mobilnya membuntuti mereka.
"Lebih baik kamu turun di sini," gumam Vania datar di sela-sela berisiknya
deru mesin bajaj. "Supaya kita tidak kelihatan seperti arak-arakan."
Tanpa menoleh ke belakang pun Aries tahu
apa yang dimaksudkan Vania. Dia mengambil ponselnya dan menelepon
Guntur. "Tur, pulang!" perintahnya tegas.
"Tidak bisa!" sahut Guntur sama tegasnya. Baru kali ini dia berani
membantah.kalau mereka masih penasaran dan mengikuti kalian..."
"Tur, kalau kamu tidak mau pulang sekarang, besok kukirim kamu pulang ke
rumah Bokap!" Terpaksa Guntur membelokkan mobilnya ke gang di dekatnya. Tetapi dia
tidak langsung pulang. Dia menelepon si Dul lagi untuk mengambil
mobilnya. Dan memanggil sebuah bajaj.
"Kenapa jadi begini," keluh Dul gemas. "Punya mobil bagus malah pada naik
bajaj!" Aries berkeras mengantarkan Vania sampai ke depan pintu rumahnya
walaupun dia sudah sebelas kali diusir. Beberapa belas meter di bela-
kangnya. Guntur mengikuti mereka dengan diam-diam. Padahal mukanya
masih bengkak Bibirnya berdarah.
Terima kasih." cetus Vania tawar ketika reka sudah sampai di depan pintu
rumahnya "Sampai sini saja.
Tan," Aries memegang tangan gadis itu. Tetapi Vania segera melepaskannya.
"Maafkan aku." "Buat apa"" sahut Vania dingin. "Kata-kataku tidak pantas. Aku menyakiti
hatimu." "Bukan hanya menyakiti. Kamu menyinggung
harga diriku." "Aku tahu. Makanya aku minta maaf."
'Kamu sombong.'" "Bukan cuma itu, kan"" Aries tersenyum tipis ketika merasakan suara gadis
itu mulai melunak. "Aku cowok goblok yang dicintai cewek goblok!"
Dan Vania tidak keburu mengelak. Aries sudah memeluknya dengan hangat.
"Satu hal lagi," bisiknya mesra. "Besok cowok goblok ini akan melamarmu."
Vania tertegun. Jantungnya seperti tiba-tiba berhenti berdenyut. Sekujur
tubuhnya mem beku. Aries akan melamarnya" Tidak salah dengarkah
telinganya" Aries terkenal gemar gonta-ganti pacar
Makanya julukannya sudah populer di Seantero jagat. Cowok seratus hari.
Benarkah sekarang dia hendak melamar seorang gadis"
Ditatapnya pemuda itu dengan nanar. Mencoba mencari keseriusan kata-katanya. Bergurau lagikah dia" Hidupnya memang selalu
penuh canda. Tidak pernah serius.
Tetapi tatapan matanya saat ini begitu sungguh-sungguh. Biarpun dia masih
tetap tersenyum. Senyum kebocahan yang membuat Vania sulit tidur kalau
sehari saja tidak melihatnya.
"Besok aku akan melamarmu." "Kenapa harus besok"" "Karena sekarang aku
belum punya cincinnya."
"Aku tidak butuh cincin."
"Oke! Besok aku bawa tali plastik saja. Tapi bagaimanapun, aku harus bilang
ortu. Supaya mereka jangan pasang iklan lagi."
"Kamu pikir mereka merestui putra mahkotanya mempersunting tukang jaga
warnet"" "Sekarang siapa yang merendahkan dirimu"*
Vania melepaskan dirinya dengan murung. Entah mengapa tiba-tiba saja dia
merasa pedih. "Aku tidak percaya orangtuamu mau menerima gadis kaki lima mac
"Mereka tidak sejahat yang kamu sangka,
Van. Ortuku bukan monster. Kamu terlalu banyak nonton sinetron sih."
"Aku percaya ortumu baik. Tapi normal kalau mereka memilih calon yang
lebih prima untuk putra kesayangannya. Itu wajar, Ries. Justru karena
mereka sangat menyayangimu.
"Mereka juga harus tahu, aku mencintaimu Dengan cinta yang sepanjang
Sungai Amazon. "Amazon bukan sungai terpanjang di dunia. "Pasti yang
terbesar. Sebesar cintaku padamu."
"Masih percayakah mereka pada cinta"" "Apa pikirmu yang menciptakan
diriku kalau bukan cinta mereka" Ortuku kan bukan produk
kawin pa ksa!" "Aku tidak ingin berdebat di pinggir jalan."
"Kalau begitu, kenapa tidak mengajakku masuk""
"Sudah malam, Ries. Aku tinggal sendiri.
Dan kita belum menikah."
"Nah, gadis seperti apa lagi yang diharapkan orangtuaku kalau bukan yang
sepuritan ini""
Aries tertawa geli. Tanpa test drive pun, yakin tidak salah pilih!"
"Aku hanya khawatir kamu kecewa,"keluh Vania lirih. "Selama ini, tak ada
kepahitan yang pernah menyentuh hidupmu." "Aku yakin pada manisnya
cinta kita"sahut Aries lembut. "Kita akan membuat hidup kita
semanis kolak." "Juga kalau ortumu tidak setuju"" "Umurku sudah dua puluh
dua. Aku sudah bisa menikahimu tanpa izin orangtua."
Saking kagetnya, Vania sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata
pun. Tanpa izin orangtua" Aries berani melangkahi orangtua nya" Melawan
kehendak mereka" "Kenapa"" Aries tersenyum mengejek. "Tidak percaya"" Vania menghela
napas berat. "Rasanya tahun depan aku harus menjaga warnetku sambil
menggendong anak." Tentu saja Vania hanya bergurau. Karena dalam
hatinya dia memang tidak percaya.
Meledak tawa Aries. Ketika melihat lelaki yang dicintainya sedang tertawa
terpingkal-pingkal, segores kenyerian menoreh hati Vania.
Benarkah Aries mampu meninggalkan istananya" Berapa lama dia sanggup
hidup dalam kubangan"
Tetapi memang tidak ada yang dapat melarang Aries kalau dia sudah
menghendaki sesuatu. Sejak kecil semua keinginannya selalu tercapai. Sudah
biasa. "Kawin"" belalak Guntur yang sedang duduk di pinggir jalan sambil
menghitung berapa nyamuk yang sudah dibunuhnya,"Gila!"
"Orang gila nggak mikir kawin, Tur!sahut Aries ringan. Wajahnya cerah
sekali. Senyum bertengger terus di bibirnya. "Mereka cuma mikir berapa
batang korek api yang ada diperutnya!"
"Kamu mau kawin sama siapa"" desak guntur penasaran. Dia menoleh ke
rumah Vania yang kecil mungil. "Dia"" "Siapa lagi" Masa sama kamu"" "Kamu
sakit, Ries!" "Oke! Aku sakit! Sakit cinta! Tapi aku tidak perlu dokter. Tidak perlu obat!
Mana mobil kita""
"Sudah dibawa si Dul." "Panggil."
"Kita naik bajaj saja." "Nggak mau."
"Hitung-hitung latihan." "Latihan apa""
"Hidup melarat kalau kamu jadi menikah." bokap pasti nggak tega nyuruh
aku naik bajaj "Belum tentu,kalau dia tahu siapa calon istrimu."
"Kenapa sih kamu sinis begitu Vania calon istri yang tidak memalukan.
Mahasiswi berbakat,pinter,ulet
tapi miskin" "Dia punya warnet! Bukan gembel! Bukan
pemulung! Bukan koruptor!" "Ayahmu pasti lebih suka kalau dia punya
perusahaan." "Aku mau kawin, Tur! Bukan pinjam uang dibank!"
"Dengan gadis yang kamu tidak tahu asal-usulnya"" "Pasti dia bukan
keturunan vampir!" "Kamu tahu siapa bapaknya"" "Peduli apa""
"Tapi ayahmu pasti peduli!"
"Masa bodoh! Aku sudah janji akan melamar Vania. Dan lelaki dewasa harus
menepati janjinya, kan""
BAB IV ARIES menepati janjinya. Dia melamar Vania. Tapi bukan di sebuah restoran
remang-remang yang romantis. Bukan di bawah pohon yang rimbun. Bukan
di pinggir laut yang panoramanya memikat mata. Tapi melalui internet
Ketika Vania datang ke warnetnya keesokan harinya, warnetnya kosong
melompong. Tentu saja itu hasil karya Guntur. Siapa lagi. Meskipun jengkel
pada Vania, dia tetap patuh pada atasan.
dan pagi itu kesepuluh layar computer vania dipenuhi lamaran aries
sekejap mata vania terkesiap,lalu perlahan lahan matanya menjadi berkaca
kaca Ternyata pemuda yang tidak pernah serius
itu bersungguh-sungguh. Kali ini, tekadnya mantap. Dia akan melamar gadis
yang dicintainya. Menikahinya walaupun orangtuanya melarang.
"Kamu masih terlalu muda untuk menikah,"
gerutu ayahnya jengkel. "Lulus saja belum!"
"Kalau ketuaan nanti keburu nggak bisa punya anak!" sahut Aries enteng. Dia
memang sedang gembira. Sedang bersemangat. Hari itu juga dia terbang.
Pulang ke rumahnya. Setelah acara peluk-pelukan kangen dengan ibunya, Aries langsung
mengatakan maksudnya. Ingin menikah. Ibunya sampai lupa bernapas.
"Kamu mau menikah dengan siapa"sergah ibu Aries terengah-engah karena
terlalu lama menahan napas.
"Ya dengan orang dong, Bu!" sahut Aries Jenaka. Parasnya berbinar. Matanya
berkilauan. "Cewek!"
Saat itu gay sedang mewabah. Sampai ada perkumpul
annya segala. Ibunya takut sekali putra semata wayangnya ketularan. Padahal kata WHO,
homoseksualitas bukan penyakit. Jadi mana bisa menular"
"Tukang jaga warnet"" sela ayahnya dingin.
"Yang punya, Pak," sahut Aries bangga. "Beda, kan""
"Anak yang tidak ada orangtuanya""
"Ya ada dong. Pak! Memangnya dia lahirnya dari lubang batu" Dia anak
yatim-piatu." "Bukan." sergah Titah Bintang Dewabrata dengan suara memeramkan. "Dia
anak haram. Tidak ada lelaki yang sudi jadi ayahnya."
Wah, gawat, pikir Aries panik. Jelek sekali laporan yang diterima bapaknya!
"Vania gadis baik-baik." Tapi dia bukan keturunan orang baik-baik. Orang
baik tidak akan lari meninggalkan anaknya."
"Masa bodoh. Saya akan menikah dengan Vania. Bukan sama bapaknya!"
"Kamu tidak akan menikah dengan dia."
Mendengar suara ayahnya, mendadak Aries sadar, untuk pertama kalinya
Bapak tidak akan mengabulkan permintaannya. Dia boleh minta apa saja.
Permainan. Mobil. Rumah. Tapi menikah dengan Rivania Ayudya, itu masalah
lain. "Biar saya yang bicara dengan Aries, Pak," pinta Ibu cemas, ketika malam itu
dia sudah berada berdua saja dengan suaminya di dalam kamar. "Dia masih
muda. Pikirannya pendek. Belum pengalaman. Perempuan seperti itu pasti
tahu sekali bagaimana menguasainya."
"Bapak kenal Aries, Bu," sahut suaminya murung "Makin dilarang, dia makin
jadi. Sudah biasa dia memperoleh apa yang diinginkannya."
"Tapi kali ini dia bukan cuma ingin mobil.
Pak!" "Percuma melarangnya, Bu. Menurut Bapak, biarkan saja dia coba. Kalau
sudah jera, ke mana lagi dia mau pergi selain pulang ke rumah sendiri""
"Tapi saya tidak tahan kehilangan Aries, Pak!" desah Ibu separo meratap.
"Ibu tidak akan kehilangan dia. Percayalah, suatu hari dia akan kembali. Dan
Bapak yakin, waktunya tidak lama."
Aries memang tidak bisa dilarang. Apa pun pendapat orangtuanya, dia tetap
membandel. Halangan seperti apa pun diterjangnya tanpa berpikir dua kali.
"Pikir lagi, Ries," pinta Guntur resah. "Jangan terburu nafsu."
"Tekadku sudah bulat, Tur. Aku akan menikahi Vania."
"Menikah gampang, Ries. Bertahan hidup sesudah menikah, itu yang susahi"
"Vania sudah biasa hidup sendiri. Aku bisa belajar dari dia."
"Vania bisa hidup sendiri. Tapi kamu tidak bisa, Ries! Tidak biasaf
"Siapa bilang" Kamu selalu meremehkan
kemampuanku!" "Kamu tidak biasa hidup susah, Ries! Dari kecil hidupmu selalu enak!"
"Jangan khawatir, Tur. Dengan Vania di sampingku, hidupku pasti lebih
enak!" "Apanya yang enak" Kalian masih kuliah. Belum punya pekerjaan! Mau kamu
beri makan apa istrimu""


Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kamu lupa, Vania sudah punya pekerjaan! Dia juragan warnet!"
"Lalu kamu mau makan dari dia" Lelaki apa kamu, diberi makan istri"" 'Aku
bisa kerja." "Mau kerja apa" Motong rumput saja kamu nggak bisa!"
Tetapi siapa dapat menghalangi Aries Bintang Dewabrata kalau dia sudah
mau" Tangis ibunya dan tampang seram ayahnya tidak mampu
mencegahnya. "Kamu bakal menyesal, Ries," ancam kakak sulungnya. "Saat kamu mau
kembali, pintu sudah tertutup untukmu"
"Aku tidak yakin Ibu tega," sela Taurina santai "Kapan saja kamu kembali,
Ries, Ibu pasti akan menerimamu dengan tangan terbuka! Jadi jangan ragu
berbuat salah. Karena untukmu, selalu ada maaf!" Aries tidak tahu kakaknya
menyindir atau sungguh-sungguh. Tapi dia yakin, kata-katanya
benar. Kapan saja dia kembali, Ibu pasti menerimanya.
"Pulanglah kalau kamu sudah tidak tahan lagi, Ries," bisik Ibu ketika sedang
memeluknya dengan air mata berlinang. "Kamu tahu Ibu selalu
menunggumu." "Saya kan tidak berangkat perang, Bu," hibur Aries separo bergurau. "Saya
cuma mau kawin! Saya pasti pulang menengok Ibu. Dan Aries janji, kalau
pulang nanti, saya sudah bawa sampel."
Bapak memang tidak berkata apa-apa ketika Aries pamit. Tapi Aries tahu,
ayahnya juga sedih. Hanya saja dia enggan mengungkapkannya. Hatinya
masih dibelenggu rasa marah dan kecewa.
Cuma Guntur yang mengantarnya ke lapangan
terbang. "Sori, Tur," kata Aries ketika sedang menjabat tangan sahabatnya. "Kamu
jadi kehilangan pekerjaan. Tapi kalau kamu mau terus kuliah, rasanya Bapak
nggak keberatan. Kamu jadi bisa alih profesi." t
"Aku tetap ikut kamu," sah
ut Guntur mantap. "Ke mana pun kamu pergi."
Sesaat Aries tertegun. Hatinya tersentuh melihat kesetiaan temannya. Tetapi
dia tidak tega _. /inntur ke medan yang belum di-
membawa Guntui kenalnya. Lagi pula di mana dia harus menempatkan Guntur" Apakah Vania
tidak marah" Masa kawin bawa-bawa pengawal"
"Aku mesti tanya Vania dulu, Tur," gumam Aries agak bingung. "Aku kan
mau kawin. Bukan camping.'
"Kamu kan cowok, masa apa-apa mesti tanya istri"" gerutu Guntur kesal.
""Jangan jadi anggota Sutari dong! Dari malam pertama, kamu sudah harus
unjuk gigi!" "Lho, aku mau kawin kok, bukan gigit-gigitan!"
"Pokoknya kamu nggak boleh lembek!" "Kalau itu sih ada obatnya!"
Vania sedang sibuk di warnetnya ketika Aries masuk. Mukanya sangat
muram sampai Vania merasa cemas.
Tidak usah bilang apa-apa," bisiknya ketika menyorongkan sebuah kursi
untuk Aries. Takut dia keburu jatuh pingsan. "Aku sudah tahu apa yang
terjadi." Apa lagi" Pasti permintaan Aries ditolak. Menikahi gadis miskin yang tidak
tahu asal-usulnya" Yang benar saja! Orangtua Aries pasti memveto.
Mengancam. Mengusir kalau dia tetap membandel. Lagu lama. Tapi masih
sering terdengar. Aries menjatuhkan dirinya ke kursi dengan
lesu. Matanya sesuram parasnya. Senyum lenyap dari bibirnya. Dan dia tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Mulutnya seperti
terkunci. "Aku beli minuman dulu," Vania menyentuh bahunya dengan sabar. "Tunggu
saja di sini." Ketika Vania masuk ke kantin, dia melihat Guntur, sedang duduk minum
seorang diri. "Dia sudah melamarmu"" tegur Guntur datar.
"Sejak dua hari yang lalu," sahut Vania sama tawarnya. "Orangtuanya
keberatan, kan"" Guntur mengangguk.
"Mereka menganggap kamu tidak sepadan."
"Heran. Aku tidak kaget."
"Aku juga tidak. Yang bikin aku heran justru
Aries." "Dia tidak berani melawan"" Tidak heran.
Begitulah kalau pacaran dengan bocah!
"Dia justru berani meninggalkan mereka! Hei, Aries nggak bilang sama
kamu"" Vania tertegun. Aries meninggalkan orangtuanya" Dia nekat mengawini gadis yang
dicintainya" Anak manja yang tak pernah serius itu berani melangkah keluar
dari istananya" Aries nggak bilang sama kamu"
Kurang ajari Pada saat sepenting im dia masih tega bercanda!
Vania membalikkan badanmu dengan cepat Ingin menghambur ke
warnetnya. Akan dipukulnya bahu Aries sekuat-kuatnya! Atau lebih baik
dicubitnya saja dengan gemas" Cubitan yang sekecil-kecilnya supaya dia
kapok! Tetapi belum sempat dia menerjang keluar, pintu kantin terbuka. Aries tegak
di hadapannya. Wajahnya sumringah seperti pengantin baru yang baru dapat
bonus malam pertama. Senyum mengembang cerah di bibirnya. Kedua
lengannya tersembunyi di balik tubuhnya.
Sekejap mereka saling pandang. Dengan tatapan yang hanya mereka berdua
yang mampu merasakan kehangatannya.
Lalu Aries mengeluarkan tangannya dari balik tubuhnya. Dan menyerahkan
sekuntum mawar merah untuk Vania.
Serentak seisi kantin bertepuk tangan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Tapi jika seorang pria memberikan sekuntum mawar merah kepada seorang
gadis, apa lagi kalau bukan sebuah pernyataan cinta"
Vania bukan gadis yang romantis. Tapi saat itu, semut yang paling tidak
romantis pun pasti dijalari perasaan yang sama. Haru. Hangat. Bahagia.
"Bakso buat semua orang!" cetus Aries ketika Vania menerima bunganya.
Diraihnya bahu gadis itu. Dirangkulnya dengan mesra. Dan di- k
bawanya duduk di dekat Guntur yang sedang
melongo bingung. Bakso untuk semua orang" Lupakah Aries dia kini bukan lagi putra Bintang
Dewabrata" Sekali lihat saja, Guntur bisa menghitung. Kantin yang penuh sesak itu berisi
tidak kurang dari tiga puluh orang!
"Hidup Aries!" teriak pemuda yang duduk di sudut dekat kasir. Buru-buru
didorongnya piringnya yang sudah kosong. "Boleh minta minumnya juga,
Ries"" "Semua yang ada di atas meja!" balas Aries sambil tertawa.
"Kalau kurang, yang masih di peti juga boleh, ya"" sela seorang gadis manis.
Heran. Cakep-cakep kok madatan.
"Asal jangan yang masih di truk!" Lalu sambil memiringkan tubuhnya ke
arah Guntur, Aries berbisik, "Nanti kamu yang bayar ya, Tur." 1
"Eh, tunggu dulu!" protes Guntur ketika dilihatnya Aries sudah bangk
it dan menarik tangan Vania. "Kamu mau ke mana""
"Kamu nggak usah ikut lah," sahut Aries sambil mengulum senyum. "Nanti
saja kuceritakan." Tapi kamu tidak bisa pergi begitu saja, Ries!" Guntur sudah buru-buru
bangkit hendak menyusul temannya. Mumpung semua orang
lagi ribut berebut bakso gratis.
Tetapi di depan pintu, ibu pemilik kantin sudah keburu mencegat mereka.
"Maaf, Dik," katanya sopan. Tentu saja dia tahu siapa Aries. Yang dia belum
tahu, Aries sudah kehilangan bintangnya. "Bonnya nanti dikirim ke mana""
"Nanti teman saya ini yang bayar, Bu," dengan tenang Aries menunjuk
Guntur yang sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur. "Permisi dulu,
Bu. Saya masih ada urusan."
Terima kasih, Dik," sahut Ibu Kantin dengan senyum seratus ribu. Lalu
kepada Guntur katanya sambil tersenyum manis. "Silakan duduk dulu, Dik
Nanti baksonya diantar." Untukmu pasti baksonya dobel! Bakso urat yang
besar-besar dan kenyal. Dengan kuah gurih ekstra vetsin yang bikin sakit
kepala. Mati aku, desah Guntur sambil menjatuhkan tubuhnya ke bangku. Dan dia
hampir memekik merasakan kerasnya kayu yang dihantam pantatnya. Moga-moga ATM-ku belum diblokir!
Belum menghirup kuah baksonya saja kepalanya sudah sakit!
Vania harus ke warnetnya dulu untuk berbenah. Tidak bisa meninggalkannya
begitu saja. Ketika melihat sudah banyak mahasiswa yang
menunggu di depan warnetnya, sebenarnya dia
merasa sayang. Berapa rupiah yang terbang kalau mereka tidak diizinkan
masuk" Tapi Aries pasti tidak mau dibantah. Dia mengajak pergi. Merayakan
lamarannya. Padahal merayakan lamaran di mana pun bisa.
"Masa di dalam warnet"" protes Aries sambil membeliak heran.
"Apa salahnya" Kamu juga melamar melalui internet!"
"Apa yang bisa dirayakan di dalam warnet""
"Kita sudah merayakannya di kantin. Mentraktir semua orang di sana!"
Tapi ini beda! Aku ingin merayakannya berdua saja denganmu!"
"Oke! Oke! Beri aku waktu lima menit"
"Untuk apa""
"Minta tolong Arifin menggantikanku."
"Nanti dia minta upahi" "Itu haknya."
"Kalau upahnya bukan uang"" "Pikiranmu kotor!" "Cuma curiga! Nggak
boleh"" "Perkawinan harus dilandasi saling percaya." , . Tapi tanpa
cemburu artinya ndak ada cm-
ta"Masa kamu cemburu sama Arifin"-
"Maksudmu, nggak level, kan"" Aries menyeringai lebar. "Nggak salah sih!"
Tergantung dari sudut mana dilihatnya. Kalau urusan pelajaran, dia jauh di
atasmu." "Kalau yang lain, dia di bawah, kan" Makanya kamu nggak suka. Karena
kamu cari cowok yang selalu di atas!"
"Siapa bilang" Aku suka cowok pintar."
"Kalau begitu, kenapa nggak kawin sama dosen""
Akhirnya setelah setengah jam berdebat, Aries mengalah. Membiarkan Vania
buka warung dulu. Tetapi Arifin tidak bisa menggantikan. Karena dia ada
kuliah. Dan katanya, dia tidak bisa bolos.
"Dia cuma cemburu," gerutu Aries jengkel. Makanya tadi dia tidak ikut
makan bakso gratis. "Masa bolos kuliah saja nggak bisa!"
"Sudah aku bilang, dalam hal pelajaran, dia di atasmu."
"Sekarang bagaimana""
Tunggu sebentar." "Sampai kapan" Sampai warnetmu tutup"" "Buat apa buru-buru"" "Nanti
mood-nya keburu lewat!" "Kalau mood-nya cuma setengah jam, bagai-
mana kalau kita sudah jadi suami-istri nanti""
"Itu beda!" Wah, susah sekali pacaran dengan orang yang pragmatis! Dia
sama sekali tidak romantis. Cuma tahu yang praktis-praktis saja.
"Apanya yang beda" Cinta kita tetap seperti ini, kan" Tetap sepanjang
Amazon menurut istilahmu""
"Tapi kita butuh saat-saat romantis supaya
cinta kita tidak membosankan, Van!" "Kita harus romantis terus supaya
kamu tidak bosan pada istrimu"" Wah.
Akhirnya Aries memanggil Guntur. "Lekasan kemari!" katanya menahan
kesal. "Aku harus buat bon dulu," sahut Guntur sama kesalnya. "Bon apa""
"Bon utang di kantin!"
"Pokoknya kamu cepat ke sini."
"Buat apa"" tanya Vania yang sejak semula tidak menyukai Guntur.
"Merayakan lamaran juga harus bawa-bawa pengawal""
"Buat apa lagi"'Jaga warungmu!"
"Dia"" belalak Vania kaget
Celaka! Bisa kabur semua langganannya! Sudah mukanya seram, kepalanya
botak kayak tuyul, lagi! . _. Tetapi Aries tidak mau dibantah lagi. Dia me-
nyuruh Guntur menjaga warnet Meskipun menggerutu, Guntur tidak
bisa membantah. "Boleh kupukui kalau ada yang tidak mau bayar"" dengusnya gondok.
"Jangan diladeni,* hibur Aries. "Dia memang lagi uring-uringan terus hari ini.
Premenstrual sindrom.* Premenstrual sindrom! Kurang ajar! Aries tidak tahu pedasnya kata-kata Ibu
Kantin tadi! Lebih gawat dari sambal baksonya!
"Masa kaya-kaya ngutang""
Kaya dengkulmu! Kalau bukan cewek, sudah kuhantam kepalanya!
Tapi Aries betul-betul kurang ajar! Dia tidak peduli Guntur sedang ngambek.
Dia langsung saja membawa Vania ke rumahnya.
Untuk terakhir kalinya," Aries tersenyum pahit. "Sebelum rumah ini disita
Bokap. Aku ingin menikmati malam terakhirku di surga bersamamu."
"Maksudmu, hidup bersamaku di rumahku yang sederhana sama dengan
hidup di neraka"" sergah Vania tersinggung.
"Surga dalam versi lain," sahut Aries sabar. "Itu juga kaku kamu sudah
kehilangan separo kegalakanmu."
"Kalau aku galak, kenapa masih dikejar terus""
"Justru karena galak kamu jadi beda!*
"Cuma karena aku beda kamu menyukaiku""
"Karena kamu beda, tidak bakal tertukar dengan istri tetangga!"
Kurang ajar! Vania menggebuk bahu Aries dengan gemas. Mengapa dia tidak
henti-hentinya bercanda" Seolah-olah dunia selalu tersenyum padanya!
Tetapi benarkah sesudah menikah nanti, dunia masih tetap tersenyum"
Ketika sedang menikmati kenyamanan di rumah itu, tiba-tiba saja Vania
merasa resah. Sanggupkah dia memberikan kenikmatan seperti ini kepada suaminya nanti"
"Kamu tidak kehilangan"" desah Vania murung.
Saat itu mereka sedang duduk berdua di sofa empuk. Menikmati musik
lembut sambil saling rangkul. "Kehilangan apa"" Aries menoleh sambil tersenyum hangat. Dikecupnya
rambut kekasihnya dengan mesra. "Keperawananku""
"Semua kenikmatan yang bisa kamu peroleh di rumah ini."
"Di rumahmu yang mungil itu pasti ada kenikmatan lain. Kenikmatan yang
tidak bisa ku-peroleh di sini."
f "Dan kamu rela menukarnya"" "Tidak perlu tukar tambah. Aku sudah puas."
"Sampai kapan""
"Kenapa kamu selalu meragukannya" Tidak percaya kita bisa bahagia
walaupun miskin""
"Karena aku ragu kamu tahu apa artinya miskin. Kamu belum pernah
merasakan apa artinya tidak punya uang."
"Kata siapa kita tidak punya uang" Istriku juragan warnet!"
Dan kamu yakin hasilku bisa mencukupi ke* i buronanmu""
"Kata siapa cuma kamu saja yang bisa kerja" j Sudahlah, bagaimana kalau
sekarang kita dansa" Daripada sedih terus""
"Aku tidak bisa dansa."
"KnajarL" "Nanti kakiku keseleo." "Aku tidak menyuruhmu lompat galah." j Aries
menarik tangan Vania. Merangkul pinggangnya. Dan membawanya melantai
meng- i ikuti Unchcdned Melody yang mengalun lem- J but
"Aku mencintaimu," bisik Aries ketika pipi J mereka saling melekat "Dengan
cinta yang se- J panjang Sungai Amazon. Aku berjanji selama J Sungai
Amazon masih mengaur, cintaku ke-J padamu takkan pernah kering."
Vania merasa sangat terharu sampai matanya terasa panas. Tetapi dia tidak
mau terlihat cengeng di depan Aries. Nanti dia malah ditertawakan.


Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana aku tahu Sungai Amazon sudah kering atau belum""
"Kamu harus ke sana," sahut Aries lembut.
"Untuk membuktikan cintamu, aku harus pergi ke Amerika Selatan""
"Untuk membuktikan cintaku, aku akan membawamu ke sana."
"Kamu akan membawaku terbang seperti Superman""
"Kamu tidak takut naik pesawat, kan""
Vania tersenyum tipis. "Aku hanya takut membayar tiketnya."
"Bagaimana kalau aku yang bayar""
"Berapa tahun kamu harus kerja""
"Aku menjual mobilku."
"Itu milik ayahmu."
"Hadiah ulang tahunku. Artinya sudah jadi milikku, kan""
"Kembalikan kepada ayahmu, Ries. Kumohon."
"Kenapa"" "Karena kita tidak akan mencuri satu rupiah pun untuk memulai perkawinan
kita." "Mencurikah namanya mengambil milik sen-
"Apa pun namanya, kita tidak akan mengambil satu rupiah pun uang
ayahmu." "Bagaimana kalau untungnya saja" Itu bukan uang Bokap, kan""
"Jangan membohongi dirimu sendiri."
"Siapa bilang aku bohong" Harga jual mobil italebih tinggi dari harga
belinya!" Tentu saja Vania tidak tahu. Dia tidak pernah punya mobil! Mana ada harga
jual mobil lebih tinggi dari harga belinya" Memangnya rumah"
Tapi Vania tahu dari mana" Ketika Aries membeli mobil dengan merek yang
sama tapi cc-nya lebih kecil pun dia tidak tahu! Yang penting warnanya
sama! Mobil itulah yang dijualnya lagi. Dan seluruh uang penjualannya
diberikannya kepada Vania untuk dikirim ke bank
ayahnya. Benar juga kata Bokap, wanita memang di-ciptakan untuk dibohongi! Dan
wanita yang buta mobil seperti Vania lebih gampang lagi dikibuhl HMri....
mi" BAB V SETELAH menandatangani surat nikah, mereka pulang ke rumah. Tentu saja
pulang ke rumah Vania. Ke mana lagi"
Dan seperti keinginan Vania, tidak ada pesta. Tidak ada makan bersama
dengan teman-teman. Aries terpaksa setuju. Mau apa lagi" Untuk pertama kalinya keinginannya
tidak terlaksana. Dia harus mengalah. Karena Vania juga mengalah. Bersedia
menikah tamasya. Pergi ke Brasil bersama Aris. Tentu saja Aris yang bayar.
Dengan kelebihan uang penjualan mobilnya.
Untuk sementara, ada perdamaian di antara
mereka. Tetapi masaJah rupanya tidak bosan bosannya menghampiri
mereka. Kali ini datang, nya dari Guntur.
Sesudah menjadi saksi pernikahan Aries, dia tetap membuntuti temannya
pulang ke rumah. Dan tampaknya tidak ada tanda-tanda dia hendak
menyingkir. Padahal Aries sudah bersiap-siap melakukan pertempuran
pertama. Tulang deh, Tur," pinta Aries di depan pintu. Terima kasih untuk segalanya."
"Aku harus pulang ke mana, Ries"" balas Guntur sedih.
Pulang ke mana" Aries tertegun bengong. Ya ke rumahmu! Habis ke mana
lagi" Tapi Guntur tidak mau pulang ke rumah orangtuanya. Dia tetap mengikuti
Aries. Tidak mau berpisah sehari pun.
"Aku tidak punya uang untuk bayar sewa kamar, Ries, Boleh aku numpang""
Celaka. Tiba-tiba saja Aries merasa kepalanya berdenyut Dia tidak tega
mengusir teman baiknya. Sahabatnya yang setia. Tapi ini rumah Vania!
Celakanya lagi, uang sisa penjualan mobilnya sudah dibelikan cincin kawin.
Tiket pesawat. Voucher hotel. Transpor. Bahkan uang pembayar fiskal sudah
dipegang Vania. Yang ada di kantongnya tinggal sebentuk cincin kawini Apa
lagi yang harus diberikannya kepada Guntur"
"Sampai kapan"" desah Aries lirih. Tidak sampai hati mengajukan
pertanyaan sekejam itu. Tapi dia harus bagaimana lagi"
Sampai kapan" Guntur merasa bingung. Sekaligus sakit hati. Itukah
pertanyaan seorang sahabat"
"Sampai aku kerja dan bisa bayar sewa kamar," sahut Guntur pahit.
"Aku harus tanya Vania dulu," gumam Aries bingung. Rumah ini hanya
punya satu kamar tidur! Guntur harus tidur di mana" Masa sekamar bertiga"
"Aku bisa tidur di sofa," desis Guntur lirih. Atau di lantai. Atau di mana pun!
Asal tidak di kolong jembatan!
"Ries," panggil Vania dari dalam kamar. Dia sudah siap tempur. Tapi kapal
induk yang ditunggunya belum muncul juga.
"Ries!" panggilnya lebih keras. Tentu saja dia tahu siapa yang sedang ditemui
suaminya di pintu. Siapa lagi kalau bukan Guntur! Mereka memang lengket
seperti lem tikus. Tapi pada malam pengantin seperti ini, mestinya Aries
tahu dia harus melekat pada siapa!
'Ya, Sayang," sahut Aries dari luar. "Tunggu sebentar!"
Tunggu sebentar" Berapa lama lagi dia harus menunggu" "Ada apa"" desak
Vania tidak sabar ketika Aries akhirnya muncul di kamar. Wajahnya melukiskan kebingungan seperti
wajib pajak yang ketahuan menilap pajaknya.
"Guntur minta tolong."
"Uang"" "Minta izin numpang di sini." "Di mana"" sergah Vania kaget. "Di ruang tamu.
Tidur di sofa juga dia mau." "Ries!" bentak Vania kesal. "Aku tahu!" potong
Aries serbasalah. "Tapi aku harus bagaimana" Guntur sahabatku. Dan dia
tidak punya tempat tinggal!"
"Aku masih punya sedikit uang," Vania menghela napas menahan
kejengkelannya. "Dia bisa nyewa kamar di belakang."
"Sampai berapa lama"" keluh Aries putus asa. Ternyata uang sangat penting.'
Dan selama ini dia tidak menyadarinya!
"Sampai berapa lama"" ulang Vania pedas. "Sampai berapa lama dia "mau
jadi parasitmu""
"Guntur bukan parasit!" bantah Aries tersinggung. "Dia temanku yang setia.'"
"Dan pengawalmu yang hebat/ Tapi kamu harus sadar, sekarang kamu tidak
butuh pengawal! Kamu tidak mampu menggajinya!"
"Guntur tidak perlu digaji! Dia bukan penga-walku lagi!"
"Kalau begitu, buat apa dia menempelmu te- I
rus"" El "Dia tidak tega meninggalkanku!" "Kenapa" Kamu ti
nggal dengan istri, bukan
kuntilanak! Tidak ada yang bakal mencekikmu!"
"Dia ingin membagi penderitaanku." "Kata siapa kamu menderita"" Vania
melotot gusar. Tersinggung sekali dia. "Kamu menikah, Ries. Bukan masuk
penjara!" "Pokoknya dia ingin menemaniku, di mana pun aku berada." "Kalau begitu,
jangan menyusahkan!" Hampir meledak kemarahan Aries. Dia tersinggung.
Terhina. Sedih. Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa. Hatinya sakit sekali.
Begini rasanya jadi orang miskin!
Aries belum sempat memuntahkan kemarahannya ketika pintu kamarnya
diketuk perlahan. Aries membuka pintu. Dan melihat Guntur-tegak di
hadapannya. Wajahnya sama muramnya dengan paras Aries.
"Sudahlah, Ries, aku mengerti," katanya lesu. "Aku pergi saja."
"Tapi kamu mau ke mana"" sergah Aries antara bingung dan iba. "Sudah
malam begini. Kamu tidak tahu harus berteduh di mana!" "Jangan pikirkan
aku." "Malam ini kamu tidur di sofa saja," sela Vania datar. Terpaksa. Kalau
mereka masih berkutat begini terus, sampai kapan gong ber-
93 bunyi" "Besok baru kamu cari tempat ting gal"
Tetapi besoknya pun Guntur belum pergi juga. Karena dia tidak punya
tempat tinggal. Karena tempat tinggal tidak mungkin diperoleh tanpa uang!
Terpaksa Vania menerima Guntur. Karena dia tidak bisa mengusirnya.
Karena tidak mungkin mengusir Guntur tanpa bertengkar dengan Aries!
Vania harus menahan perasaannya. Bukan saja karena beban hidupnya
menjadi lebih berat Biaya rumah tangganya bertambah. Tapi juga karena dia
tidak bisa memekik melampiaskan emosinya ketika sedang bermesraan
dengan suaminya. Karena mendesah pun pasti terdengar sampai ke kamar
makan/ Dia harus mengatupkan mulutnya rapat-ra- I "pat setiap kali suaminya
menerbangkannya ke awang-awang. Karena dinding kamarnya yang terbuat
dari tripleks tipis sama sekali tidak kedap suara. Padahal di puncak
swargaloka, apa lagi yang lebih nikmat selain mendesahkan erangan bebas
ke seluruh penjuru mayapada"
Tanpa perlu takut ada musafir kehausan yang
sedang menguping di kaki bukit sana/ Memang dari awal hidup perkawinan
mereka tidak semulus yang dibayangkan Aries. Sejak
merencanakan pernikahan saja mereka sudah
ribut Aries ingin mengadakan pesta pernikahan. Tidak usah besar-besaran. Tidak
usah di hotel mewah. Cukup mengundang teman-temannya saja. Tetapi
Vania menolak. Baginya, pesta berarti menghamburkan uang. Buat apa
memberi makan orang lain, teman sekalipun"
"Uang kita terbatas. Buat apa dibuang-buang begitu""
"Bukan dibuang. Kita kan merayakan pernikahan kita!"
"Tidak perlu dengan memberi makan orang lain!".
"Mereka teman-temanku! Bukan orang lain! Kalau kamu tidak punya teman,
bukan berarti aku juga tidak boleh punya teman, kan""
"Kamu boleh punya seribu teman. Tapi tidak perlu mengundang mereka
makan!" "Jadi bagaimana maumu"" keluh Aries jengkel. "Kita kawin tamasya saja"
Kamu mau pergi ke mana"" "Ke mana lagi" Ya pulang ke rumah!" "Tidak
pergi bulan madu"" belalak Aries kaget. Wah, dia mengawini kepiting batu!
"Bulan madu di rumah saja. Yang penting kan kemesraan yang kita raih
berdua. Bukan tempatnya."
"Tapi tempat penting, Van! Tempat yang indah, suasana yang romantis,
membuat bulan madu kita makin bergairah!"
"Bagiku sama saja. Di mana pun tempatnya
kita bisa menciptakan suasana yang
romantis' Itu kan tergantung perasaan kita sendiri."
Tetapi karena Aries berkeras hendak ber bulan madu, Vania terpaksa
menurut. Itu pun setelah mereka ribut besar.
Bayangkan saja. Vania tidak bisa mengerti mengapa mereka harus disuntik,
padahal tidak sakit. Sakit saja dia paling takut disuntik!
Ini bukan suntikan, cuma vaksinasi!" gerutu Aries, hampir kewalahan
menggiring Vania ke depan jarum suntik. "Kita harus divaksinasi Yellow
Fever!" "Apa badanya"" dumal Vania jengkel. "Pokoknya kita ditusuk jarum, apa pun
namanya!" "Masa sama jarum saja takut" Katanya nekat, berani mengawini Aries
Bintang Dewabrata!" "Mengawinknu tidak sama dengan disuntik!" Memang mau dibandingkan
dengan jarum suntik"
"Tapi Bokap lebih seram dari jarum suntik! Kok kamu tidak takut""
Akhirnya Vania mengalah. Dia menyerahkan lengannya untuk ditusuk.
Padahal kalau ada vaksinasi d
i sekolah, biasanya dia yang paling dulu kabur.
Tetapi bukan itu saja. Sebelum berangkat, dia harus menelan tablet
antimalaria. Dan tab- j let itu harus diminum tiap minggu selama ber-
ada di sana! Benar-benar celaka! Orang sehat harus minum obat, hanya
karena ingin menikah dengan orang aneh ini!
Tapi cinta memang aneh. Akibatnya, mencintai orang aneh tidak terasa aneh
lagi. Nah, pusing, kan"
"Biarkan Guntur tinggal di rumah kita dua minggu lagi," pinta Aries pada
malam sebelum mereka pergi berbulan madu. "Dia bisa jaga rumah selama
kita pergi." "Apa yang mau dijaga"" sahut Vania ketus. Biasanya juga tidak pernah
dijaga! Tidak ada yang bisa diambil kok! "Sekalian dia menjagai warnetmu."
Wah, kancil ini memang licik! "Supaya kamu bisa tenang meninggalkan
warungmu. Tidak usah mengkhawatirkan apa-apa lagi. Ada Guntur yang
menjaga rumah dan warnetmu. Urusan jaga-menjaga, dia memang pakarnya!
Taruhan, tidak seekor kecoak pun bisa masuk!"
BAB VI MaNAUS, pintu gerbang ke Hutan Amazon, hutan tropis terbesar di dunia,
mengingatkan Vania pada Bandung, yang dulu dijuluki Parisnya Jawa;
Manaus, yang namanya berasal dari suku Indian Manaos, dulu juga dijuluki
Parisnya Brasil. Bedanya hanyalah kota ini masih menyimpan banyak peninggalan kolonial
yang terawat baik i Historical Centre yang berbau arsitektur Prancis masih
terlihat asri. Sementara Teatro Ama- 1 zonas yang dibangun tahun 1896 dan
bergaya j eklektik dengan sentuhan neoklasik, masih tam- j pak sangat
terawat Centre, bangunan megah bergaya neobarok yang dulunya milik pedagang
Jerman Waldemar Scholz, masih dapat dinikmati sesuai aslinya, meskipun
dalam sejarahnya selama enam puluh tujuh tahun sempat menjadi kantor
Gubernur. Tidak seperti bangsa kita yang ingin mengeliminasi semua peninggalan
kolonial Belanda, Brasil justru melindungi sisa-sisa kejayaan penjajahan
Portugis untuk ditawarkan kepada turis. Karena mereka tahu, turis adalah
sebangsa manusia aneh yang menggandrungi semua yang tua dan antik.
Untungnya kita masih punya Kebun Raya Bogor, sehingga Vania tidak terlalu
iri ketika dibawa ke INPA's Herbarium yang menyimpan koleksi dua ratus
ribu spesies tanaman. Setelah menjelajahi kota hampir setengah harian, Aries merasa lapar. Dia
membawa istrinya ke pasar untuk mencicipi santapan lokal. Di Mercado
Municipal Adolpho Iisboa, Aries mencicipi ikan joraqui goreng dan minum
secawan kecil caxiri yang mengandung alkohol hasil fermentasi manioc yang
sangat populer di sana. Sedangkan Vania hanya menyantap biskuit dari
kacang Brasil dan semangkuk tacoca, sup yang dibuat dari tapioca dan
tucupi. Dengan bumbu campuran merica, bawang putih, garam, udang
kering, dan jambu, sup itu terasa lezat.
Vania baru menyesal setelah lidahnya tai Wsa merasa seperti habis disuntik
obat anestesi untuk cabut gigi. Kata pemandunya itu efek jambu. Tentu saja
jambunya bukan jambu klu-tuk atau jambu bol.
Supnya pun harus direbus paling sedikit satu jam. Kalau tidak, racun yang
terkandung dalam tucupi sangat berbahaya.
Aries tertawa geli melihat paras istrinya memucat
"Makanya jangan main-main dengan makanan lokal!" guraunya tanpa rasa
takut sedikit pun. "Kamu tidak takut bakal berbulan madu sama hantu"" dumal Vania gemas.
Istri hampir keracunan kok dia malah ketawa!
Karena masih merasa tidak nyaman di lidahnya, Vania langsung menolak
ketika pemandunya membawakan acai, yang katanya minuman berenergi
yang mengandung antioksidan. Dia minta segelas air putih saja. Aman.
"Bagaimana kalau kita cicipi water lily" Katanya bagus untuk pasangan yang
lagi honeymoon kayak kita."
"Jangan macam-macam, Ries!" ancam Vania sambil membelalakkan matanya.
Sekarang baru lidahnya yang tidak terasa. Kalau sekujur tubuhnya" Tinggal,
diangkut ke UGD, kan"
Tapi sambil tersenyum penuh canda, Aries
menghampiri pemandu mereka. Berbisik di telinganya. Dan lelaki muda itu
langsung menjentikkan jarinya.
"Ninfeial" cetusnya bersemangat. "Tentu saja! Makanan yang diyakini
mengandung afro-disiak!"
* * * Dari Manaus dengan sebuah perahu kayu, Aries membawa Vania mengarungi
Rio Negro, anak Sungai Amazon yang airnya berwarna hitam kelam.
Seb

Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

enarnya kalau boleh memilih, Vania lebih suka ikut gaiolas, perahu
Imbauan Pendekar 6 Candika Dewi Penyebar Maut V I I I Pertemuan Di Kotaraja 4
^