Pencarian

Dara Getting Married 1

Dara Getting Married Karya Citra Rizcha Maya Bagian 1


Dara Getting Married Citra Rizcha Maya citrarizchamaya@rocketmail.com
citrarizchamaya@gmail.com
follow twitter:citrarizchamaya
facebook: CitRa RiZcha Maya
(Dara) Aku pernah menikah, bukan hanya sekali,tapi berkali-kali, di halaman belakang rumah dengan sepupu cowok yang akan bersungut-sungut karena di paksa tersenyum dan menggandeng tanganku. Ada banyak gelembung balon yang ditiupkan oleh bibir-bibir mungil penuh tawa yang memperlihatkan gigi bolong karena baru tanggal atau karena kebanyakan makan permen, aku memakai gaun ulang tahun, aku merasa seperti putri dengan gaun indah berhias renda dan bunga-bunga, rambutku dihiasi mahkota bunga, teman-temanku akan bertepuk tangan dan menyenandungkan" deng... deng ....deng.... deng" dengan irama yang tidak merdu dan jauh dari kompak, lalu confetti akan dihamburkan ke udara, kami akan bersenang-senang dengan berdansa diiringi lagu dari kaset pita.
Rasanya lucu dan menyenangkan. Aku paling menyukai bagian, saat aneka cookies, coklat, juga Chiki disajikan dalam piring kertas yang diambil diam-diam oleh kakakku Jelly si Jelita dari dapur dan kami minum sirup Orange yang sangat manis, di bagian ini sepupuku yang cemberut ketika menggandeng tanganku akan mengambil lebih banyak makanan dan minuman, itu bayaran untuk pengorbanannya sebagai pengantin laki-laki yang merana karena dia berada bawah paksaan segerombol gadis kecil yang tergila-gila dengan upacara perkawinan.
Kurasa impian para gadis kecil adalah menjadi pengantin yang cantik ketika mereka dewasa nanti, begitu juga aku, menurutku pesta pernikahan adalah hal yang paling romantis yang bisa terjadi di dunia ini, ada banyak cinta dan perasaan yang menyenangkan di sana. Dulu aku selalu bermimpi tentang pesta pernikahanku yang sangat indah, aku ingin menikah di atas balon udara, seperti di drama-drama romantis, aku ingin menikahi pria yang tepat, pria yang benar-benar jatuh cinta padaku dan aku juga jatuh cinta padanya dengan sepenuh hatiku.
Dia pria yang pernah kutemukan beberapa tahun yang lalu, pria yang punya senyum manis khas dengan belahan dagu yang terlihat, dan mata yang berbinar indah, pria itu...ahahahahaha, bolehkah aku menertawakan kebodohanku" Pria itu, atau lebih baik aku menyebutnya, cowok itu, aku mengenalnya ketika aku baru saja memasuki masa puber, dia benar-benar cowok impianku, karena dia memiliki wajah yang nyaris mirip dengan tokoh komik favoritku,bukan hanya itu, tapi dia juga mau mencontekkanku PR-nya setiap pagi sebelum kelas di mulai, kadang dia juga menuliskan catatan jika aku tidak masuk kelas karena satpam mengusirku pulang gara-gara aku telat, dia juga akan menemaniku di jam istirahat di ruang seni untuk berlatih menari, dia bahkan mau mendengaranku mengoceh tentang berbagai hal yang menurutku bukan hal yang ingin di dengarkan cowok, dia orang yang tepat, menurutku, tapi kurasa aku bukan orang yang tepat untuknya, karena yeah.dia jatuh cinta setengah mati pada Jelly si Jelita, kakakku yang memang cantik jelita, wajahnya memang secantik namanya, Jelita, huh Si JErawat LIma juTA itu, aku menangis seharian hari itu, hari ketika si cowok yang bernama..arrrrrgggghhhhht aku marah ketika mengingatnya, dia menghancurkan hatiku, dia mendekatiku hanya untuk mengetahui segala sesuatu tentang kakakku, dia hanya memanfaatkan aku, tapi hal terbaiknya adalah dia tidak pernah tau bahwa dia pernah memakai tuxedo dan berdansa di bawah sinar bulan denganku dalam khayalan romantisku.
Tok...tok...tok...segera setelah itu kepala berhias tiara muncul dari balik pintu, "hey aku yang akan menikah, bukan kamu!!!" Ingin ku teriak dan merebut tiara itu dari kepalanya lalu kujambak sedikit rambutnya, tapi setengah jam lagi aku akan menikah dan sudah seharusnya aku bersikap dewasa, dengan cengar-cengir Poppy akhirnya mencabut tiara itu dari kepalanya dan memasangkannya di rambutku yang sudah di tata, dengan hati-hati.
"Gue nggak nyangka kamu secantik ini" Poppy berkata dengan tulus, seharusnya pujian itu takkan pernah terdengar dari mulut seorang Poppy, mungkin kali ini pengecualian, karena ini ha
ri istimewaku."Gue happy buat elo!" air matanya berlinang, ya Tuhan haruskah dia terharu seperti ini"
"Pops" aku memutar bola mataku "jangan bilang elo terharu! Ya ampun ini konyol! Aku akan menikah, ayo berpesta! Elo tau kan ini impian gue!M-E-N-I-K-A-H!!!okay"jangan nyebelin deh!katanya elo happy tapi kok nangis"" Aku mencabut tissue dengan segera dan hati-hati melap daerah matanya yang dihiasi eye liner yang agak meleleh sekarang. Poppy lalu memelukku dan berbisik "Hope you happily ever after" dan dia mencium pipiku, aku merajuk dan pura-pura melap pipiku gara-gara ciumannya.
"Tersenyumlah hai dara, ceriakan dunia!" Poppy mulai menggodaku dengan menyanyikan lagu Jeng Dara-nya Club 80's. Aku tau maksudnya, itu membuatku mengingat si Kiky, tetangga sebelah, yang naksir berat padaku, dan yeah kita pernah mencoba pacaran, cuma sampai dua bulan, ternyata dia cuma cocoknya jadi tetangga doank.
"Udah deh! Jangan ingatin gue ma Kiky, konyol tau, kan nggak seru kalo gue cuma pindah ke rumah sebelah dan jadi menantunya tante sebelah, huh! Nggak kebayang, kalo tengkar si Kiky nyaris tanpa pengorbanan buat bujuk gue balik pulang ke rumahnya, tinggal lompat tembok doank." Aku memutar diri di depan cermin sekali lagi,
"Dan yang pasti Papanya akan nyanyiin kamu tiap pagi, dara manisku kau selalu di dalam impianku, dara manisku kau menjadi pujaanku selalu.hahahahahaha"
"Pops, yang ada malah mamanya bakal jealous berat, taulah papanya si Kiky suka centil, belum lagi mamanya suka cemburuan nggak jelas, huh, bakal jadi keluarga bencana deh kita!" aku mengikik, rasanya bakal lucu dan berwarna seandainya aku bagian dari mereka, kutatap jendela kamarku dan kulihat jendela kamar sebelah, dulu aku dan Kiky sering lempar-lemparan pesan cinta lewat jendela, hehehe jaman masih SMA dulu.
"Ciiiiiyyyyeeeeeee yang bakal jadi nyonya Dudidudidamdamdudidam,hehehehehe" Poppy menggodaku lagi.
"Elo mah udah kayak papanya si Kiky yang hobi nyanyi, nggak nyangka ya gue akhirnya kawin sama si Dudy, elo masih ingat kan ketika gue pulang marah-marah gara-gara sekolahan kita kalah cerdas cermat, itu kan gara-gara si Dudi yang merebut angka terakhir, gue cuma telat sebentar doank dari dia nggak lebih dari satu nano detik buat mencet bel, di SMP ketemu lagi dan kita bener-bener berbanding terbalik si Dudi jadi juara umum sekolah, nah gue rakyat jelatanya sekolah, untungnya SMA kita beda, kalo nggak sumpah bosen banget gue, taunya sekarang, huh, gue ketemu dia lagi, Dudi bakal jadi pria yang beruntung karena ngedapetin gue, nah gue yang nggak beruntung karena nggak ngedapetin dia!" Aneh karena kata-kata itu keluar dari mulut seorang calon pengantin, kapan sih aku bakal dewasa"
"Tapi paling nggak kan akhirnya cita-cita elo tercapai, jadi ibu dokter, ahahaha, nggak bisa jadi dokter beneran, jadi istri dokterpun jadi."
"Huh! Payah! Trus si Dudi jadi bapak guru TK dong"" aku merenggut. "Dara, gue bangga sama elo!"Kali ini Poppy terdengar serius.
"Ini tugas Pops, dan dalam hidup kita mesti ngorbanin sesuatu kan"" aku memberinya senyum singkat, suasananya berubah sekarang tak lagi ceria, yang sebenarnya adalah dari tadi aku hanya memaksa diriku untuk terlihat ceria, seperti aku yang biasanya, aku yang seharusnya.
"Ini buat si Bell, ini buat Dudi, ini buat kebaikan banyak orang" aku menangis, ketika aku menghampiri tempat tidur bayi, terlihat bayi malang cantik di sana, tertidur dalam damai, umurnya belum genap seminggu, dia bahkan belum punya nama, jadi aku memanggilnya dengan Tinker Bell, seperti tokoh kartun favorit mamanya, dia putri kakakku Jelita, Jelly meninggal saat melahirkannya, dan malangnya si kecil Bell bahkan tak punya papa, papanya menghilang saat mengetahui kehadirannya di muka bumi, dia pria pengecut yang membuat kakakku menderita, dia pria pengecut yang mencorengkan aib ke muka papaku, kakakku yang sangat menyukai pernikahan bahkan tak pernah merayakan pernikahannya sendiri, kesalahannya hanyalah dia jatuh cinta pada pria yang salah.
Aku tau ini salah karena mengabaikan perasaanku, menikahi Dudi hanya untuk menyelamatkan
Bell dari rasa sakit yang pernah kuderita ketika aku masih sangat muda, rasa sakit karena aku hidup tanpa ibu, mama kami meninggal ketika aku berumur lima tahun, untunglah aku memiliki Jelly, tapi kini Jelly telah pergi, Jelly bisa jadi ibu buatku dan aku harus bisa jadi ibu buat putrinya dan untuk Dudi, aku hanya mencoba menyelamatkan namanya, dia diisukan sebagai pria yang bukan pria, dia hanya ingin membuktikan diri bahwa dengan menikahiku dia bisa membuktikan pada semua orang bahwa dia bukanlah seorang gay seperti yang dibisikkan orang-orang dibalik pungungnya. Tapi sebenarnya itu benar, dia memang gay, jadi yang dia perlukan dariku hanya status, dan aku juga memerlukan dia untuk menjadikan keluarga ini terlihat sempurna, tak perlu ada yang tau apa yang sebenarnya, aku yakin kami bisa memperlihatkan sebuah keluarga sempurna yang terlihat dari luar, masalah perasaan biar kupendam saja, lagipula, sebuah kalimat ekstrem menghiburku 'cowok kalo nggak brengsek ya homo'. Aku terlalu sering berhubungan dengan pria brengsek, jadi izinkan aku menikahi pria homo ini.
(Win) Makin lama gue makin bosen dengan apa yang gue jalani, hidup tanpa arah, hidup tanpa makna, berpura-pura bahagia di dalam derita, rasanya hampa. Wida, Lila atau entah siapa berbaring di tempat tidur gue, cewek gampangan yang mau aja gue ajak pulang, tapi sorry gue nggak berminat melakukan perbuatan asusila bukannya munafik, gue cuma nggak mau, gue boleh ngerusak diri tapi gue nggak bakal mau ngerusak orang lain, gue juga punya saudara cewek, Zera dan Farah, cewek-cewek yang bersama gue hanya akan tertarik ketika melihat gue di balik bar, meramu cocktail dan menyenangkan dahaga mereka, dahaga bukan rasa haus secara harfiah, bukannya sombong, gue punya pesona yang bisa bikin orang-orang jatuh cinta, itu saja, dan keesokan paginya mereka akan pergi dengan bersungut-sungut, berharap mereka akan mendapatkan pengalaman dan petualangan, tapi yang ada mereka hanya akan kecewa karena telah terlalu jauh menciptakan fantasy yang nggak gue wujudin buat mereka.
Handphone berdering, dan foto narsis Zera terpampang di sana.
"Napa Zer""Gue menguap, gue mencoba tidur, tapi nggak bisa, jadi gue berbaring di sofa sambil menghisap rokok.
"Happy b'day to you, you were born in the Zoo, with the Lion and the Tiger, and the Monkey like you." Dan lagu konyol itu ditutup dengan cekikikan manja, ada suara lain di sana, pasti Farah, dan.
"Mas happy b 'dayya, kapan pulang, kita kangen..."
"Pulang dong mas, Farah bentar lagi bakal lupa tampang mas Win kalo mas Win nggak pulang-pulang." Suara manjanya terdengar merajuk.
Aku melirik jam dinding, jam setengah tujuh pagi, yeah ini 24 Juli, ini hari kelahiran gue 25 tahun lalu, bagaimana bisa gue pulang, rasanya ingin tertawa. Gue sudah berjanji nggak bakal pernah kembali ke balik tembok penuh kemunafikan yang orang-orang sebut sebagai rumah.
"Hey Win, neh gue Poppy, happy b'day ya" itu Poppy sepupuku
" Thanks girls, iya sabar ya, mas bakal ngunjungin kalian, tapi nggak sekarang ya."
"Win, please pulang, atau elo bakal nyesel." Suara Poppy terdengar bergetar, permainan kuno, mama dan papa, mereka menggunakan adik-adik gue untuk meminta gue pulang, takkan pernah, Ada kekecewaan besar yang ortu gue buat, mereka pasangan sempurna yang terlihat dari luar tapi menipu diri mereka sendiri, mereka penipu yang menjijikan, Papa gue bersama gadis-gadis seusia gue, dan mama gue bersama pria-pria kaya, apa yang mereka inginkan" kemilau kehidupan duniawi yang sangat nikmat" hal itu membuat gue terpuruk, dan betapa bodohnya gue dulu, yeah gue bodoh hingga sekarang.
"Salam aja buat Mama-Papa, berapa loe di bayar buat minta gue pulang"" tanya gue sinis.
"Bukan tentang Mama-Papa elo, ini tentang Dara, Dara bakal nikah, loe nggak mau nyesel kan" Gue tau Win, sampai kapan elo mau jadi stupid secret admirer"" dan telponpun terputus.
Dara, gadis itu.satu-satunya gadis yang pernah membuat gue jatuh cinta, gue masih ingat hari itu 17 Agustus 1992, dia pasangan gue bacain Pancasila di Lomba kemerdekaan di TK, dia gadis b
erkuncir kuda berponi lebat dengan derai tawa manja penuh ceria, dia seperti tau perasaan gue kala itu, nggak ada Mama-Papa yang menyaksikan salah satu moment paling penting buat seorang bocah lima tahun yang terlalu naif mengharapkan kedua orang tuanya untuk meluangkan waktu, Dara seperti tau isi hati gue, sepanjang kami menghafalkan Pancasila diatas panggung, dia menggengam tangan gue, ada rasa menenangkan, tapi gue begitu bego, setelah itu gue bahkan menghindari Dara, hanya memandangnya dari kejauhan, gue jadi pribadi seperti monster kutub, dingin dan menyeramkan, gue bikin masalah, gue jadi anak bandel, supaya orang tua gue mau memberi, seenggaknya sedikit perhatian, tapi apa" mereka hanya ngasih gue materi tanpa perhatian dan kasih sayang, mereka nyaris tak berguna jadi orang tua!.
Gue sering pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya, nggak pernah lebih dari satu Cawu gue bisa bertahan di satu sekolah, sampe gue SMA, sekolah lama bakal mengeluarkan surat pindah, dan ortu gue akan membayar mahal untuk sekolah baru, dan begitu seterusnya, berulang, gue hanya ingin bikin mereka kesal, tapi ternyata gue nggak pernah berhasil.
Sampai akhirnya gue pindah sekolah ke sekolah Dara, itu tahun 2003, akhir SMA kelas dua, kala itu gue terlalu tipsy untuk masuk kelas, dan gue cuma nongkrong bareng Pak Lik penjual bakso di kantin sekolah, dengan ngelantur gue mulai bercerita saat melihat sosok Dara dari kejauhan, sedang bercanda dengan teman-temannya dalam seragam olah raga, sialnya ternyata Dara adalah sahabat kental sepupu gue Poppy.
"Pak, tau cewek itu nggak"" gue menunjuk sosok Dara, semoga dia tak menyadari bahwa gue tengah memperhatikannya.
"Mbak Dara"" jawabnya sambil mengelap mangkok Bakso
"Iya, paling cantik ya diantara temen-temennya "" gue bener-bener mengaguminya. "Naksir ya mas""
"Mana mau dia sama saya Pak." Gue terkekeh, lebih tepatnya mengejek diri sendiri. "Si Mas juga cakep kok"
"Tau nggak pak, saya naksir dia dari kecil, dari segini nih" gue menggambarkan tinggi ukuran anak TK."Tapi saya nggak pernah bilang, saya itu bandel, anak nakal, mana mau dia ngeliat saya, apalagi nyamperin, cuma mimpi jadiin dia pacar saya, yang mau jadi pacar saya, paling cewek-cewek bandel kayak saya." Gue tertawa lagi, dan akhirnya gue cuma bisa menertawakan diri gue sendiri.
*** Kejutan tak terduga terjadi esoknya, seperti biasa gue lebih suka menghabiskan waktu membolos di luar kelas daripada di dalam kelas, jadi hari itu gue memilih merokok di belakang kantin, ada bangku panjang di belakang sana, tempat yang tenang untuk mengasihani diri sendiri.
"Hey... "antara percaya dan nggak percaya gue melihat sosok Dara berdiri dan tersenyum manis, senyumnya semanis yang gue ingat cuma gigi-giginya nggak lagi hitam termakan permen dan coklat seperti Dara yang berumur lima tahun."Masih ingat aku kan"Dara""
Gue mengangguk singkat, lalu mengalihkan pandangan dari wajahnya ke sepatunya yang berwarna merah, dia melanggar aturan sekolah, siswa harus memakai sepatu berwarna hitam, sudahlah, lupain, apa sih yang gue pikirin"Dara duduk tepat di sebelah gue, begitu dekat, gue bisa rasain hangat lengannya, semoga Dara nggak merasakan betapa gugupnya gue.
"Win, udah lama yah kita nggak ketemu" hmmm kamu masih ingat kan lomba hapalin Pancasila dulu, kita menang..."tapi nada suara Dara berubah nggak lagi ceria."Tapi setelah itu.kamu nggak mau main lagi sama aku, kamu nggak lagi narik kuncir kuda aku, kamu nggak lagi sembunyiin tas aku, kamu nggak lagi ada buat dorongin aku di ayunan, kamu nggak lagi manggil aku si centil, kamu nggak lagi."Dara menangis, dan dalam hati gue pun menangis, harusnya gue hapus air mata itu supaya nggak tumpah lebih banyak lagi, bibirnya bergetar ketika Dara mulai bicara lagi."Aku bego ya"" Dara mencoba tersenyum, dia lalu menggengam tangan gue, gue coba resapi rasanya, begitu menenangkan.Dara membuka tasnya dengan cepat dan terlihat piala kuningan kusam."Gue egois, harusnya piala ini kamu yang simpan, sekarang piala ini buat kamu yah."Dara meletakkan piala itu di tepat diantara gue dan dia, lama kami
terdiam dan gue pikir pastilah Dara merasa jenuh, Dara bangkit, dia mencium pipi gue, dan rasanya seperti terbakar tapi juga manis, seperti rasa luka ketika terjatuh dari sepeda tapi juga seperti mendapat senyuman, nggak bisa gue jelasin lebih jauh, dan ketika Dara pergi gue bahkan nggak menghentikannya, gue cuma terpaku sampai melihat Poppy berdiri bertolak pinggang dengan tampang galak.
"Elo tau elo baru aja ngelepas kesempatan elo, Dara selalu tanyain elo, tanyain elo setiap waktu, cinta monyetnya yang sampe sekarang masih betah jadi monyet."
Kata-kata Poppy seperti sebuah tamparan, dan besoknya bahkan sebelum sekolah ngeluarin surat pindah karena gue sudah terlalu banyak berulah, gue udah minta ortu buat mindahin gue, gue bukan Win the Winner, gue nggak lebih dari pecundang yang milih menghindari apa yang bisa gue dapatin, dan sekarang gue nggak akan bisa lagi memilikinya, tapi jika masih ada kesempatan, gue pengen berada di sana, mungkin udah saatnya buat gue berhenti menghindar dan pulang, gue pulang untuk memaafkan apa yang harus gue maafkan, orang tua gue, waktu udah berlalu, mereka mulai menata hidup baru, dan gue juga harus menata hidup baru, bukan hanya mereka yang perlu dimaafkan tapi juga diri gue sendiri, kalaupun gue nggak bisa mendapatkan Dara karena gue terlalu bego udah buang-buang kesempatan tapi minimal Dara harus tau bahwa cinta monyetnya nggak bertepuk sebelah tangan, gue harus ada di sana untuk menjadi bagian dari kebahagiaannya.
(Phillo) Rasanya pengen ngakak, ketika sepucuk undangan berwarna coklat dengan tulisan pink dan ungu baru saja kuterima. Undangan ini lucu, sangat kekanak-kanakan, yeah karena undangan ini lebih mirip undangan ulang tahun daripada undangan perkawinan, tapi setelah membaca nama di undangan aku tak heran, Dara, masih seperti dulu, dia takkan pernah berubah, sementara nama pengantin laki-lakinya membuat otakku memutar lagu lawas yang sering disenandungkan Mamaku "hampa kini harapan kekasih tak kembali yang kuterima undangan esok akan mengikat janji, sahabat karibku telah menawan hatimu, kudoa selamat dan bahagia."
Dara, cewek pertama yang berhasil kucium pipinya di kelas lima SD (dan aku dapat hadiah tamparan setelah itu) dan Dudi adalah teman sebangkuku di SMP, rasanya ini seperti salah satu episode dalam reality show konyol yang menjadikan segala sesuatu yang terjadi seperti sebuah lelucon, "hey, camera dan para crew keluarlah, aku sedang tak ingin dikerjai!"
"Siapa"" tanya Mama sambil matanya tak bisa lepas dari layar TV yang sedang menyiarkan infortainment, gossipnya itu-itu mulu, kalo bukan siapa pacaran dengan siapa, paling siapa putus dengan siapa, atau siapa menggugat siapa.
"Orang nganter undangan ma" jawabku datar.
"Buat mama""
"Bukan! Buat aku"
"Yang nikah siapa""
"Temen" "Iya, temen kamu yang mana"" "Mama mau tau aja deh"
"Phillo sini mama mau liat undangannya, besok kalo kamu nikah biar undangannya lebih bagus dari undangan yang udah-udah kamu terima, kamu ini mah, kuliah aja belom kelar-kelar, pacar nggak jelas, mama mesti nunggu lama buat bisa nimang cucu."mama mulai bawel.
Aku menyerahkan undangan yang membuatku sedikit sakit hati itu.
"Dara" Dara yang itu""
"Apa sih mama""
"Bukannya ini cewek yang fotonya penuh-penuhin dinding kamu"" "Mama, aku kan fotografer, wajar lah!"
"Nggak wajar karena objeknya nggak tau kalo dia diam-diam di potret"
"Ma, aku dan Dara temenan, kita satu SD dan SMP, okay"dan sampai sekarang juga masih temenan, cuma temen nggak lebih."
"Kalo cuma temenan kenapa tampang kamu nelangsa gitu pas nrima undangan."
"Nggak papa ma, mama kenapa sih""
Mamaku kadang begitu menyebalkan, aku masuk kamar dan membanting pintu, ratusan gambar Dara yang menempel di tembok seolah menertawakanku, aku pernah nembak dia di kelas 1 SMP, tapi dia malah ngetawain aku, sama kayak sekarang. Hanya karena aku terlalu sering membuatnya tertawa bahkan disaat aku mengatakan kebenaran diapun selalu tertawa, tawa yang membuatku jatuh cinta tawa yang membuatku terluka.
Arrrrrgggghhhhtttt rasanya aku ingin memaki Dudi, bila p
erlu kupatahin hidung Pinokio-nya itu, aku pernah memukul Dudi dulu, saat SD, ketika Dara marah-marah di sekolah, karena sekolah kita hanya meraih tempat kedua karena tempat pertama dimenangkan Dudi dan teman-temannya, aku memukulnya untuk Dara, tapi siapa sangka di SMP kita duduk sebangku dan tak ada dendam sedikitpun padanya, Dudi..Dudi, sedikit berhutang padanya selama sekolah, dia yang ngerjain PR-ku, dia yang nyontekin ulangan, dia yang nyelamatin aku dari ancaman tinggal kelas, dia salah satu teman yang baik, walaupun dia selalu ceramahi aku tentang bahaya rokok, kopi, dan begadang, juga tentang masa depan, kita dua sahabat berbeda jalan, di SMP dia pemenang olimpiade ini itu sementara aku langganan dari buku dosa guru BP, kali ini aku benar-benar sudah tak tahan, apa hidup sedang mempermainkan aku"Aku kenal si Dudi! Aku tau rahasia terbesarnya!
Di hari perpisahan SMP Dudi, arrrgghhht aku tak ingin mengingat hari itu, hari dimana Dudi mencium pipiku tiba-tiba dan mengungkapkan cinta. Aku harus menyelamatkan Dara dari Dudi, Dudi bukanlah pangeran untuk sang putri, Dudi tak lebih dari seorang.kata-kata ini tak ingin kuucapkan, terlalu kasar. Aku pernah membenci Dudi dalam hati, tapi hari-hari terlewati aku semakin mengerti, tak ada satu orangpun yang ingin memilih jadi seorang homoseksual, aku masih bisa mengingat tangisnya yang selalu ingin kuhapus dari memoriku, aku tak tau apa yang harus kulakukan, mungkinkah Dudi menemukan jalan yang benar, ataukah Dara hanya pelarian" Ataukah aku perlu melakukan aksi penyelamatan dengan menjadi pahlawan kesiangan"
(Damar) Undangan datang, dengan nama pengantin perempuan yang membuatku teringat lagi pada si pemberontak kecil yang galak itu, Dara, cewek pemberani yang berani-beraninya merusak hari pertama Masa Orientasi Siswa 10 tahun yang lalu.
"Pokoknya saya nggak mau pasang kepangan-kepangan bego itu! nggak mau make sepatu kebalik, apa lagi make tas plastik, ya ampun, itu bikin kita, anak-anak baru keliatan kayak loser, saya tau MOS ini bukan ajang untuk mempererat hubungan senior sama junior, tapi ajang untuk mempermalukan junior, dan nggak kayak anak lain, saya nggak mau ikutin aturan bego yang kalian bikin, well, nggak ada yang bisa bikin saya untuk ikut aturan bego kalian, nggak ada!" dan dia menghentakkan kakinya dengan marah, aku yang saat itu jadi ketua OSIS dan ketua panitia MOS bener-bener tak menyangka bakalan ada anak baru yang bertingkah semacam ini.
"Hmmmm..kalo aku jadi kamu, aku bakal ikutin aturan yang berlaku, inget kamu masih anak baru"
"Oh ya" Kalo kamu jadi saya, berarti saya jelek dong, emang siapa yang mau kayak kamu"
"Hahahahaha"si anak baru itu benar-benar kepala batu.
"Nama kamu siapa""
"Dara" "Yakiiiin kamu nggak mau balik nanya nama saya""aku sedikit menggodanya "Emang penting ya, tau siapa nama kamu""
Teman-temanku malah tertawa, aku juga ingin tertawa, tapi kutahan-tahan, kali ini aku ingin lebih galak dari dia.
"Penting dong, secara aku ketua OSIS, ketua panitia MOS, hmmm atau kalo sempet kamu survey deh, tanya tuh cewek-cewek satu sekolahan, siapa cowok paling keren di sekolah" Jawabannya pasti gue, Damar."Bukannya jadi galak, tapi aku malah menyombongkan diri.
"Bangga""dia menunjukkan mukanya yang mengejek dengan gaya jutek
Teman-temanku kembali tertawa, huh cewek ini parah.
"Gini deh, gampangnya kalo kamu nggak mau ikutin aturan yang berlaku, dengan berat hati, kakak-kakak OSIS yang baik ini harus menghukum kamu."
"Hukuman" Buat apa" Ada yang salah" Saya tidak salah, yang ada kalian yang salah, sekolah buat bikin pinter, bukan buat ngerjain bukan buat begoin, anak-anak SMP pada bego ya"mending saya balik jadi anak SD aja kalo gitu!"
"Kamu keras kepala ya""aku tak sabaran.
Dia tak menjawab tapi malah semakin menunjukkan muka menantang, matanya yang bulat besar melotot, makin memperlihatkan muka galaknya, muka galak yang tidak menakutkan tapi muka galak yang cantik.
"Okay, kalo kamu nggak mau ikutan MOS taon ini, berarti kamu ikutan MOS taon depan, mau" Kamu udah ngerusak MOS, tindakan kamu bisa bikin anak-
anak lain pada ikutan jadi pemberontak kayak kamu! Pihak sekolah udah ngizinin kita untuk ngadain MOS, itu berarti kekuasaan ada di tangan kita, yang kamu harus tau, SMP itu nggak kayak SD, SMP itu bukan tempat untuk anak-anak kayak kamu, childish banget jadi anak!ikutin aturan atau ikut taon depan, atau silahkan pilih sekolah lain, sekolah ini nggak rugi kehilangan orang kayak kamu, masih banyak orang yang ngantri untuk bisa sekolah di sini, di sini isinya orang berprestasi, sekolah favorit di kota ini, dan aturannya adalah, yang pertama, senior tidak pernah salah, aturan kedua, kalo senior salah balik lagi ke aturan pertama! Sekarang kamu harus minta maaf pada semua kakak-kakak OSIS karena sudah mengacaukan MOS "
"Hmmmm.....ya, okay, baik, saya minta maaf" katanya dengan terpaksa.
"Enak aja kamu minta maaf disini, nanti kamu minta maaf di apel bendera, di hadapan semua panitia dan peserta MOS, itu hukuman biar anak lain nggak ada yang ikutin jejak kamu." Aku merasa menang karena memiliki kekuasaan untuk menakut-nakutinya. "Dan satu lagi, di hari terakhir MOS nanti, kamu harus bikin surat cinta buat aku!"
"aaaaaaaaaarrrrrrrrgggggghhhhhhhtttttttttt"
*** Berhasil membuatnya minta maaf di apel bendera membuatku senang, dan esoknya dia bahkan mengepang 20 rambutnya, memakai sepatu terbalik dan juga tas plastik. Kekuasaan memang bisa bikin kita bertindak kelewatan, dan aku memanfaatkan kekuasaan yang kupunya. Sebenarnya hal yang menyenangkan dari MOS itu adalah kesempatan untuk menadapatkan pacar baru, aku sudah melihat-lihat semua peserta MOS, yang cantik banyak banget, tapi entah kenapa si galak yang membuatku tertarik, hampir setiap waktu dengan berbagai alasan yang bahkan tak masuk akal, aku selalu mencoba untuk membuatnya mendapat hukuman, hanya untuk bisa membuatnya marah dan gregetan, hahaha, aku senang melihat muka galak itu bersungut-sungut.
"Hey, mana surat cinta buat aku!"
"Aturannya, kita boleh ngasih surat cinta ke kakak-kakak OSIS mana aja, saya mau ngasih surat cinta ke Yubi, lagian kan surat cintanya juga boong-boongan, ga beneran!"
"Oia"" aku merebut surat cinta dari tangannya, dan merobeknya.
"Sekarang bikin surat cinta yang baru, buat aku! aku tunggu, kalo nggak mau silahkan keliling lapangan basket Sembilan kali, tanpa sepatu! Panas-panas deh tuh kaki!" sepertinya aku sudah kelewatan, tapi aku selalu menikmati saat mukanya mulai merah karena marah, dengan terpaksa, dia membuka bukunya, menarik lembar di tengah bukunya, dan mulai menulis."Isi surat cintanya kamu harus nembak aku, bikin yang romantis ye"
Dengan terpaksa dia mencoret kertasnya dengan huruf kapital besar-besar
KAMU MAU JADI PACAR SAYA " YA/TIDAK
*CORET YANG TIDAK PERLU Sama sekali bukan surat cinta yang manis dan romantis, tapi dengan cepat aku menarik kertasnya lalu mencoret kata tidak.
"Perhatian semuanya" katakau pada seisi kelas " karena Dara udah nembak saya, dan saya menjawab ya, berarti sekarang saya dan Dara udah resmi pacaran."
"Hah"""enak aja, tuh kan boong-boongan" protesnya!
"Bodo amat, aku maunya beneran!"
"Arrrrrrgggghhhtttt"
Dan akhirnya kita pacaran juga, awalnya si emang Dara terpaksa, tapi lama-lama mau juga, hahaha rasanya menyenangkan mengenang cinta lama, sayangnya yang kutau Dara nggak pernah benar-benar cinta, mungkin yeah, hanya suka , tapi tak apa-apa, rasanya ingin mengacaukan pesta pernikahannya, seandainya punya kekuasaan, seandainya bisa bikin dia membatalkan pernikahan, jika bisa mengulang, rasanya menyenangkan bisa menyambung lagi kisah cintaku dengannya, cewek galak itu, cewek yang tak pernah bisa kulupakan.
(Arghie) "Aku selalu pengen bisa terbang di angkasa...kayak burung Dara, seperti namaku,kamu tau nggak, kenapa aku selalu pengen bisa terbang, jauh tinggi menembus awan" Karena aku pikir itu bisa membuatku dekat dengan mamaku yang telah berada di surga, kamu tau nggak apa cita-citaku, yang aku tau pasti nggak bakal tercapai tapi akan selalu jadi cita-citaku"hhihi aneh ya aku" "
"Aku mau jadi astronot tau!kadang aku pengen kesedot black hole, hanya untuk tau
ada apa di baliknya, aku akan menghilang kemana, mungkin nggak ya ada dunia lain disana, dunia dengan kehidupan berbeda, dunia peri yang cantik yang bisa terbang sambil menari balet, atau mungkin dunia alien bermata banyak yang lucu tapi menjijikan karena kulit mereka di penuhi lendir, atau.mungkin juga dunia yang isinya makhluk-makhluk indah dengan kulit berwarna keemasan dengan rambut perak yang bicara lewat telepati.. "
"Hmmmm kamu tau nggak aku percaya bahwa hidup ini dipenuhi keajaiban, apa hal paling ajaib buat kamu"eitttssss stop!jangan jawab dulu, kamu tau apa hal paling ajaib buat aku, CINTA! Cinta bisa menyembuhkan Putri Salju dari racun apel sang ratu jahat, cinta yang membangunkan Putri Aurora dari tidur panjangnya, cinta yang menjadikan si buruk rupa berubah lagi menjadi pangeran tampan, cinta juga yang bikin pangeran kodok jadi manusia lagi, cinta yang bikin Cinderella hidup bahagia selama-lamanya."
"Suatu saat nanti aku pengeeeeeeeeeeen banget jatuh cinta, pada seorang pangeran tampan yang bisa membawa keajaiban dalam hidupku, aku selalu ingin seperti para putri dalam dongeng-dongeng sebelum tidur yang dibacakan Jelly ketika aku masih kecil dulu, Jelly itu kayak putri ya, dia cantik banget, dia selalu jadi yang tercantik, dia baiiiiiik banget, dia mengajariku banyak hal, dia seperti mama buatku, hanya saja, jauh lebih muda,kamu tau nggak, suatu hari nanti, ketika Jelly menikah, aku akan menjadi orang yang memegangi ekor gaun pengantinnya yang sangat indah, hari itu pasti akan menjadi hari istimewa buat Jelly, dia pasti lebih cantik dari Cinderella, Putri Salju bahkan si cantik Belle sekalipun, kamu tau nggak Jelly itu suka banget merancang pernikahan, cita-citanya.aku yakin pasti terwujud karena cita-citanya nggak sebego cita-citaku yang nggak realistis, hahahaha, Jelly pengen jadi seorang wedding planner, dia sangat berbakat, Jelly bahkan bisa mengatur pernikahan sejak dia berusia tujuh tahun, dia mengatur pernikahanku dan sepupuku saat kita masih kecil dulu, Jelly tergila-gila dengan pernikahan, tapi cewek mana sih yang nggak tergila-gila dengan pernikahan""
Aku langsung teringat celotehan cerewet manja, yang sering kudengarkan beberapa tahun lalu, sekitar Delapan tahun lalu, di bangku pojokan kelas, di jam istirahat, ketika undangan dengan gambar berbagai penghuni negeri dongeng kuterima, undangan pernikahan Dara. Ada rasa bersalah untuknya di kali terakhir dia membuka suaranya untukku, saat dia mengungkapkan dia jatuh cinta padaku, tapi otak 15 tahun yang kupunya sangatlah bodoh, otak kisutku malah memerintahkan mulutku untuk mengatakan hal yang membuatnya menangis, dan berhenti bicara padaku hingga hari kelulusan sekolah, hari terakhir aku melihat senyumnya, kukatakan padanya, bahwa aku sejujurnya menyukai Jelly, kakaknya, alih-alih dirinya, aku jatuh cinta pada sosok yang lebih banyak kukenal dari cerita Dara, yang sesekali melambaikan tangan padaku dari dalam mobil VW kodok tua ayahnya, saat Jelly dan ayahnya menjemput Dara pulang sekolah.
Kadang kita tak menyadari cinta yang benar-benar ada di hadapan kita, pesona Dara tak pernah kurasa sampai aku kehilangan dia, tapi aku tak pernah benar-benar kehilangannya, ada aku di sana yang selalu memandangnya dari kejauhan, dengan siapapun dia aku tau pada akhirnya ketika aku sudah cukup siap, aku akan membawakan keajaiban yang selalu jadi impian baginya, CINTA, undangan ini membuatku nyaris kehilangan harapan. Siapakah aku" aku adalah seorang pemimpi yang selalu bisa mewujudkan mimpinya, dan aku percaya bahkan di hari pernikahannya, jika aku mau aku bisa membuatnya mengingat kembali impian remaja, mendapatkan cinta dari pangerannya, dari aku, Arghie!
Bagaimana mungkin dia menikahi orang lain, sementara aku pernah menikahinya" shit! don't be stupid, itu cuma nikah bohong-bohongan di halaman belakang rumahnya, aku mencoba menghibur diri, Dara cuma seorang sodara, teman main masa kecil, bukan orang yang boleh dinikahin, sodara nggak boleh menikah, itu incest, tapi kalau dipikir-pikir lagi, saudara sepupu boleh menikahi sepupunya, tidak ada lara
ngan, bukan incest, okay ikatan darah memang bukan larangan, tapi secara emosional, aku menyayangi Dara sebagai sodara, bukan seperti menyayangi seorang wanita, tapi sebenarnya aku juga tidak terlalu yakin, aku tak begitu percaya cinta, karena ketika aku merasakan cinta dan mengatakannya..sudahlah, lupakan! Ada banyak perempuan yang kupacari tapi mereka tak pernah benar-benar berada dalam hati, karena hanya ada satu orang di sini,
Seperti apa ya dia sekarang"
Apa masih galak dan manja"
Apa masih punya senyum manis dan tawa yang renyah"
Apa dia masih marah dan membenciku"
Terputar lagi dalam otakku kejadian beberapa tahun lalu, sesaat sebelum aku meninggalkan Indonesia untuk ikut dengan mamaku yang menikah lagi dengan pria berkebangsaan Amerika dan tinggal di New York. Saat itu usiaku 16 tahun, dan aku masih saja bandel. Masih teringat jelas, saat itu tak seperti biasanya aku melihat dua sepupuku yang biasanya akur terlibat perkelahian hebat. Dara bersikap menyebalkan, yang bikin Jelita marah. Entah kenapa, Dara mematahkan semua koleksi bando Jelita, dan memotong rambut Barbie-Barbie koleksi Jelita, Jelita marah besar sementara Dara benar-benar tak menunjukkan muka bersalah.
"Aku pinjam kamar kamu, aku nggak mau sekamar lagi sama Jelly, aku benci dia, aku nggak suka! Pokoknya sekarang aku mau tinggal di sini aja!" Dara yang tiba-tiba datang membuatku menghentikan main PS yang tengah seru-serunya.
"Boleh, sekalian biar rumah ini ada yang jagain, mulai besok kan udah harus aku tinggalin" Rumahku dan Rumah Dara bersebelahan, cuma kehalang tembok doank. Balkon kamarku dan balkon kamar Jelly dan Dara deketan dan sejajar, aku bisa melihat perkelahian yang terjadi diantara mereka tapi aku pura-pura tak mengetahuinya.
Tiba-tiba Dara menangis, dan aku tak tau harus berbuat apa, tak biasanya dia terlihat sesedih ini, Dara gadis yang selalu ceria.
"Yeah, payah kamu, belom juga aku tinggalin udah nangis! Nangisnya besok aja di bandara" aku menggodanya, mencoba membuatnya terhibur, berharap bisa membuatnya tertawa.
Tapi yang ada air matanya menderas, dan aku cuma terdiam ketika tiba-tiba Dara memotong rambut panjangnya yang indah, dengan gunting yang tak kusadari sejak tadi ada dalam genggamannya.
"Kenapa semua orang harus sayang Jelly" ayah, tante, kamu dan juga...kenapa harus Jelly"apa-apa harus Jelly, apa-apa tentang Jelly! Kenapa aku nggak kayak Jelly"kenapa Jelly harus semanis itu"kenapa Jelly harus secantik itu"Kenapa Jelly" Kenapa bukan aku"Aku benci sama Jelly." Dan tangisnya makin menjadi, hal ini membingungkanku.
"Jelly baik, cantik, manis, kamu juga, kalian mirip lagi."
"Nggak!" "Aku nggak mau mirip sama Jelly, nggak mau lagi di sama-samain sama dia! Nggak ada lagi rambut panjang konyol, nggak ada lagi poni-poni, nggak mau lagi jadi semanis dia, percuma! Karena itu nggak bakal bikin Arghie suka sama aku, Arghie sukanya sama Jelly."
Aku melempar kotak tissue ke pangkuannya. Sebenarnya pengen rese' ngolokin dia tapi ternyata aku nggak bener-bener tega, jadi aku cuma diam dan mendengarnya bercerita.
"Tadi hari terakhir sekolah, bentar lagi aku masuk SMA dan Arghie bakal pindah daerah untuk masuk SMA di sana, tigaaaa tahun Rin aku suka sama dia, tiga tahun itu waktu yang lama, harusnya hari ada keajaiban buatku, seharusnya dia nerima cintaku, bukannya malah bilang kalo dia naksir Jelly, aku marah, marah banget sama Jelly, padahal Jelly nggak salah! Aku patahin bando-bandonya, aku potongin rambut Barbie-barbienya, aku nakal, aku jahat."
"Bagus deh kalo kamu nggak jadian sama Arghie! Arghie mah nggak ada bagus-bagusnya, kerenan aku kemana-mana." Aku menghiburnya dan mengusap kepalanya, sayang rambut-rambutnya yang tercecer di lantai, aku suka melihat Dara yang cantik berambut panjang dan berponi, dia terlihat semanis cewek komik blasteran manusia serigala-vampire bernama Ranze, tokoh komik Throbbing Tonight favoritnya. "Minta maaf gih sama Jelly."
"Jelly nggak bakal maafin aku." Dia terisak
"Jelly sayang banget sama kamu, itu kan cuman bando, cuman Barbie, kamu adiknya, dia menyayangi ka
mu lebih dari apapun."aku mencoba meyakinkannya.
"Kamu janji ya Rin, jangan bilang-bilang, kalo aku marah cuma gara-gara Arghie naksir Jelly, bukannya aku."Dara memintaku untuk membuat janji, mengait jari.
"Janji." "Kamu bakal pergi ya""
Aku mengangguk, dia sebenarnya tau jawabannya.
"Malam ini kamu temani aku ke Prom Nite ya, sebelum kamu tinggalin aku, anggap aja itu kado perpisahan kamu buat aku."
"hmm.sebenarnya malam ini aku mau ngumpul sama temen-temenku." Aku bohong, karena sebenarnya aku mau.
"Ya udah gapapa, aku pulang ya mau minta maaf sama Jelly" Dia bangkit dan keluar dari kamar, aku membiarkannya, tapi aku menebak dia masih di ujung tangga, jadi aku berteriak.
"Jam tujuh nggak pake nunggu."
Jam tujuh, ternyata Jelly telah mendandani Dara, Dara secantik biasanya, sepertinya Jelly merapikan potongan rambut Dara, Jelly memang selalu bisa diandalkan, dan sudah pasti mereka telah berbaikan.
"Nih" aku memberikannya gelang bunga yang serasi dengan gaunnya, sebenarnya itu corsage yang di jadikan gelang.
"Garin, pasangin!" Jelly memaksaku memasangkan gelang bunga itu pada tangannya, dan aku mengikatkan gelang dengan pita berwarna pink itu. "Foto yuk, buat kenang-kenangan." Dan Jelly memotret kami berkali-kali, fotonya masih kusimpan hingga kini, dan salah satu fotonya masih kusimpan di laciku, tak ingin ada yang tau, tapi foto itu sangat berharga buatku, saat kita terpisah jauh.
Prom nite tidak terlalu menyenangkan buat para cowok, begitu juga aku, tapi demi Dara, aku berada di sana, untunglah Dara menghindari Arghie, jadi kami pergi lebih awal dari aula sekolah, dan memutuskan untuk nongkrong di kelas kosong di lantai tiga
"Kamu juga mesti pisah dari teman-teman sekolah kamu, bego, harusnya kamu nggak usah temani aku nongkrong di sini , harusnya kamu nongkrong bareng teman-teman SMA kamu sebelum kamu pergi, sorry udah bikin kamu di sini."
"Karena aku nggak bisa ngasih kamu kado perpisahan makanya mending aku temani kamu aja biar gratisan, ahahahaha."
"Iiiiih dasar!"
Aku masih ingat waktu itu ketika suara musik dari Aula terdengar, lagu lama dari The Cardigans, soundtrack-nya Romeo and Juliet yang juga lagu Favorite Dara, Love Fool.
"Kita anggap aja ini prom nite beneran, temani aku dance dong" pinta Dara, dan aku tak menolak, entah terbawa suasana atau bagaimana, di akhir lagu setelah kita berdansa, tiba-tiba aku menciumnya tepat di bibirnya, Dara juga tak menyangka, setelah itu semuanya berubah menjadi serba kaku, dia tak lagi bicara sampai aku mengantarnya pulang, dan dia juga tak mengantarkanku ke bandara, kupikir dia marah, Dara mungkin membenciku, tapi entahlah, hal itu terjadi begitu saja, akupun tak merencanakannya.
Pulang lagi ke Indonesia untuk menemuinya, melihatnya menikah, tapi bukan denganku rasanya sulit, tapi aku harus berada di sana, aku pernah menikah dengannya di belakang rumah, itu kenangan berharga, rasanya ingin kembali dan menjadikannya nyata.
(Kiky) Dara...jangan lagi bersedih,
Cari lagi yg tepat untukmu,
Yang baik untukmu.. Jangan lagi kau tangisi tuk kepergiannya,
Jangan lagi kau harap dirinya untuk kembali...
Tersenyumlah hai dara ceriakan dunia...
Oh andaikan kau mau jadi milikku
Buka...bukalah matamu dan lihatlah banyak yang menantimu yang baik untukmu...
Jangan lagi kau tangisi tuk kepergiannya
Jangan lagi kau harap dirinya untuk kembali
Terdengar lagu Jeng Dara-nya Club 80's dari dalam otakku, lagu yang sering kunyanyikan untuk si cewek tetangga sebelah jutekku, mukanya selalu memasang tampang jutek permanen bila melihatku, hahaha abisnya aku jahil sih , bikin dia makin bete', tapi yang ada malah aku yang bete' hari ini, karena undangan pernikahan bertuliskan namanya yang baru saja dilemparkan dari jendela kamarnya dengan batu sebagai pemberatnya, bikin aku kehilangan alasan untuk memasang seringai jahil khasku, kata orang-orang mukaku selalu dihiasi senyum jahil bandel yang lucu tapi juga menyebalkan, tapi gara-gara aku menyebalkan dan tak tau malu, akhirnya dia menyerah dan menerimaku jadi pacarnya, tapi juga kare
na aku sangat-sangat menyebalkan maka dua bulan kemudian dia memutuskanku, tapi biar kata kita putus, cuma aku satu-satunya cowok yang lebih banyak menghabiskan waktu dengannya, apapun katanya dia tetap Daraku, betapapun kesalnya dia padaku tak membuat kita kehilangan ritual ngobrol tengah malam dari jendela ke jendela sebelum tidur, yang selalu berakhir dengan perang mulut, karena, hahaha aku suka sekali melihat muka juteknya, muka jutek yang membuat aku jatuh cinta, sejak pertama berjumpa, di hari pertama kepindahanku ke rumah baru, rumah yang ternyata dulunya rumah sepupunya.
"Ma, sama siapa si Dara kawin""tanyaku sok polos.
"Baca aja undangannya!" jawab Mamaku ketus, lagi ngambek sih, gara-gara Papa membuatnya kesal pagi ini (aku tau dari mana aku mewarisi sifatku).
"Abisnya aku takut mataku nipu aku sih mah, coba baca deh mah, Dara dan Kiky kan"" aku memperlihatkan undanganya.
"Iiiiihhhh Kiky! Dara nggak akal mau sama kamu, kasihan si Dara kalo nikah sama kamu, nasibnya ntar kayak mamah dijahilin mulu, dibikiiiiiiin kesel, dibikiiiiiiiiin sebel, kamu sama Papa kamu sama aja!"
"Yaaaaahhhhhh Mama, tapi seneng kan dijahilin, dibikin kesel, dibikin sebel""aku menggoda Mamaku."Ma, kalo Dara jadi mantunya kan enak Ma, hidup Mama jadi lebih berwarna, Mamah sama Dara kan sama-sama cerewet, aku sama Papah sama-sama jail, komplet deh, nih rumah makin rame, jadi keluarga bencana deh kita, hehehe maksud aku keluarga bahaya, eh salah lagi!keluarga bahagia! Aku juga nggak bakalan repot-repot kalo Dara ngambek dan pulang ke rumah Ayahnya, kan aku nggak perlu jemput dia jauh-jauh!"
"Udah Kiky! Ngekhayal aja nih kamu kawinin si Dara, kawinannya udah di depan mata, calon suaminya dokter, cakep lagi, menantu favoritnya ibu-ibu, coba Mamah punya anak perempuan, yang kayak gitu yang bakal Mamah jadiin mantu, waduh Mamah malah punya kamu, siapa yang mau jadiin kamu Mantu, nak"kerjaan nggak jelas, Mamah pengen kamu kerja kantoran, nak,pengen liat kamu make seragam rapi, itu rambut kriwil gondrong kamu, bikin kamu selalu kayak orang nggak mandi, Mamah malu sama temen-temen arisan." Mulai lagi si Mamah cerewetnya kumat.
"Kalo malu, adopsi anak lain gih! Trus aku masukin panti asuhan, satu lagi Mah, aku tuh kerjaannya jelas, nge-DJ, penyiar radio, anak band, lagian aku juga punya Cafe dan Coffee Shop, udah cukup bikin Dara hidup sejahtera, jangan bahas masalah rambut, mau kayak orang mandi atau nggak mandi aku tetap aja wangi, okay Mah, buat kawinan Dara, Mamah dandan yang cantik, Papah juga kudu rapi, pokoknya hari itu, apapun yang terjadi si Dara kawinnya sama Kiky, kacau-kacau deh tuh party aku bikin besok." Kataku sambil berlalu pergi.
"Kiky! Jangan mulai lagi!" teriak Mama histeris, dia kayaknya tau otak kacauku lagi nyusun ide jahil yeah, aku memang berniat mengacaukan sebuah perkawinan.
"Not everyone wants to be a Hero" teriak Dara marah, wajahnya memerah karena menahan air mata.
"Not everyone can be" balasku kasar, dan meninggalkannya menangis.
"Hey, don't try to be a hero, Hero!" komen temenku si Firad dengan tampang mengejek
"Yeah alrite, then I will try to be a Hypermart or Giant or.. Flea Market! puas loe"" setengah marah setengah mengejek, aku kesal luar biasa.
Aku baru saja membuat Dara menangis, karena... lagi-lagi sikap kasarku yang keterlaluan, yeah Dara memang bukan pacarku lagi, kita baru saja putus entah untuk yang keberapa kalinya dalam semester ini, aku tau sebentar lagi kita akan nyambung lagi seperti yang dulu-dulu, satu sekolah juga tau, kita selalu begitu. Siapa yang tak kesal, jika pacarmu, maksudku mantan pacar, nge-date dengan orang yang.sulit dikatakan,bagaimana mungkin Dara bertindak sekonyol itu, meninggalkan aku demi seorang loser kutu buku, anak kelas satu pula! Apa kekuranganku"
Aku terlahir menjadi pahlawan, di sekolahpun aku tetap sang pahlawan, pahlawan di lapangan, kapten tim basket sekolah! Dan apa yang paling diinginkan oleh cowok-cowok SMA" Aku memilikinya; wajah tampan, prestasi olah raga, dan orang tuaku kaya raya, dan juga karakter seperti tokoh-tokoh dalam teenlit, yang cool d
an berani. Sekolah adalah kerajaanku, dan dengan mahkota serta kekuasaanku, aku mendapatkan apapun yang aku inginkan, tapi apa yang terjadi" Seorang rakyat jelata sekolah mencuri sang putri dariku, begitu beraninya! Apa kutu buku brengsek itu lupa rasanya ketika matanya kubikin biru"
*** Aku datang ke rumahnya, di malam hari, dengan seikat bunga, sekotak coklat dan sebuah boneka beruang, Dara akan memaafkanku, selalu. Aku tau Dara cuma ingin perhatian dariku hanya gara-gara aku sedikit melupakannya akhir-akhir ini, kompetisi basket menyita waktuku.
Sekarang semuanya beres, tak ada lagi si pengganggu, si kutu buku, udah bukan lagi masalah yang menggangu, karena dia sudah dapat pelajaran dariku, dan Dara tak pernah tau.
*** Segala sesuatunya nyaris tak pernah berubah delapan tahun ini, kita putus nyambung kayak biasa dari sejak jaman SMA hingga, tapi entah kenapa hari ini seperti dapat berita duka, undangan pernikahan, okay, kita sedang tidak bicara, karena... Dara meminta aku untuk berubah, aku mencoba, bukannya tidak bisa aku hanya perlu waktu yang cukup lama, baru beberapa minggu ini aku masuk rehabilitasi untuk mengubah segalanya demi Dara, kenapa ketika aku berusaha tak ada lagi Dara di sana" Aku tau Dara bosan dengan segalanya, makianku, kata-kata kasarku, bahkan pukulanku, mungkin dia akan mendapatkan yang terbaik, dari entah siapa yang menikahinya, tapi takkan pernah ada yang bisa menjadi aku, takkan ada, karena aku yang mencintai Dara, aku mencintai Dara dengan caraku, dengan cara yang tak dapat dimengerti siapapun.
Aku akan pergi menemuinya di hari pernikahannya, takkan bisa buat Dara untuk pergi dariku, jika aku mau, aku mampu, tapi mohon beri aku waktu. Aku ingin berubah jadi seperti yang yang kamu mau, jadi seperti dia yang ada dalam khayalanmu, dalam mimpi tiap malammu, jadi seorang hero, bukannya Hero, pecandu payah yang membuatmu menderita, Untuk kali ini mohon kesempatan sekali lagi, ini penyesalan terdalamku, please... let me be your Hero.
(Dara) Dear Dara Kata mereka aku banci Hanya karena berpenampilan rapi
Kata mereka aku banci Karena trauma tragedi sodomi, mantan ayah tiri
Dulu Aku benar-benar percaya, bahwa aku banci
Tapi itu hanya karena aku sedih
Atas apa yang aku alami Waktu berjalan pergi Aku tak mau ditinggal sendiri
Tak ingin terbebani mimpi buruk yang menghantui
Tolong, percayalah, bahwa aku bukan banci
Aku selalu ingin kembali pada fitrah yang suci
Pernikahan ini akan menjadi sebuah bukti
Tapi, bagaimana jika aku benar-benar banci"
Mungkinkah kau akan tersakiti"
Dudi" Yang banci"selalu kata-kata itu! Seandainya bisa berteriak marah, aku hanya ingin di panggil Dudi! Tanpa ada embel-embel banci. Bukan salahku, karena takdirlah yang memilihku untuk jadi korban pemerkosaan tanpa peri kemanusiaan itu.
Tak ada yang benar-benar tau, betapa menakutkannya peristiwa itu, itu mimpi paling buruk, yang terus melekat dalam ingatan, tak pernah hilang, selalu menghantui dan seperti monster yang selamanya meneror kehidupanku. Tak ada siapapun di sana, yang menyelamatkanku atau mau memberikan pelukan hangat menenangkannya untuk mendamaikanku. Aku sendiri, merasa berdosa, kotor, terbuang dan menderita.
Tak peduli apapun yang kulakukan agar mendapat kebanggaan, selalu saja menjadi hal yang menjijikan, karena peristiwa itu kembali mengingatkan, semua tau, mereka menertawakan! Kadang aku muak dengan kenyataan ini, dan bertanya-tanya sampai kapan aku menjadi Dudi si banci, yang selalu dipandang jijik" Aku juga manusia, ingin cinta kasih. Seandainya bisa memilih untuk mati! Maka aku takkan berada di sini lagi, terpuruk sedih dalam sepi sendiri.
Akhirnya aku menemukanmu, seorang putri, yang mau memberi kasih, tapi takkan pernah memberi hati, karena aku tau, kamu pernah memberinya, memberinya pada mereka, orang-orang yang salah, tapi tak mengapa, kita sama, selalu memberikannya pada orang yang salah. Siapa suruh jatuh cinta" Yeah, itu konsekuensinya. Tapi kita menikah bukan karena cinta, tapi karena terpaksa, untuk hal-hal yang ingin kita
ubah. Terima kasihku untukmu, teman hidupku, yang akan bersama selamanya dalam sandiwara gila.
Dudi Aku menemukan sepucuk surat di atas meja rias, surat dari Dudi, curahan hatinya, aku tau dia menderita, ini akan menjadi sebuah luka dan kita terpaksa terlibat di dalamnya.
"Hey..."Sapaku ketika Dudi masuk ke kamar, sebentar lagi kami menikah, dan pantangan bagi pria untuk menemui calon pengantin wanita.
"Bagaimana perasaanmu""tanyanya datar.
"Aku . selalu suka pernikahan." Aku mencoba terdengar bahagia. "Apa ini pernikahan impianmu"" tanyanya lagi
"Yeah, aku suka gaunnya, aku suka konsepnya, aku suka kue pengantinnya! Aku juga suka baju pengiring pengantinnya."
"Bagaimana dengan mempelai.aku tau ini terdengar tak biasa" Bagaimana bisa kamu melakukannya" Apa aku membuatmu terpaksa" Oh Dara, sejujurnya aku tak ingin membuatmu menderita."Dudi terlihat frustasi.
"Dudi, kita udah bicarain ini, okay, aku siap dengan segala konskuensi"
"Tapi bagaimana kalau aku yang nggak siap"" Dudi seperti mau menangis, aku memandang matanya yang seperti akan menangis. "Kamu tau" Pria di balik pintu di depan kamar ini, pria yang menjadi pendampingku" Dia kekasihku!kita sepakat, bahwa aku dan dia akan.tapi.aku rasa aku egois Dara, aku rasa tak bisa jadi orang yang bersikap bahwa aku senormal yang diharapkan orang tuaku, memanfaatkanmu untuk status palsu, padahal, semua orang tau, mereka membicarakanku di tepat di belakang punggungku. Untuk apa sandiwara lagi" semua sia-sia."Air matanya yang tadinya tergenang kini mengaliri pipinya.
Seorang pria Eropa jangkung, masuk ke kamar, dia tersenyum padaku sekilas, dan mulai berbicara dalam bahasa .yang kurasa bahasa Prancis, terdengar seperti orang yang berbicara sambil memainkan dahak di tenggorokannya, kurasa, dia sedang meyakinkan Dudi, aku tak mau berada di sini, menikmati drama asmara di antara mereka. Mereka terlibat pembicaraan serius, aku tak menangkap maksudnya, hanya sedikit mengerti ketika kata "Je t'aime" berkali-kali di ucapkan.
Ketika aku hendak meninggalkan mereka berdua, tangan si bule jangkung menahanku, dan Dudi mulai bicara.
"Dara ini Remon..."
"Nice to meet you " bisiknya dengan suara berat. Aku memberinya senyum ceria "Dara, maaf." "Untuk apa""
"Sepertinya kita tak bisa melanjutkan dramanya" "Jadi""
"Udah waktunya untuk berhenti nipu diri, cukup aku yang terus menipu diri, aku nggak mau kamu juga ikut sepertiku, jadi penipu bodoh!"
"Ini bukan nipu, ini cuma simbiosis mutualisme, kita saling menguntungkan, kamu dan Remon bisa tetap sama-sama aku baik-baik aja, aku cuma perlu seorang ayah untuk Bells, Bells perlu keluarga Di, dia perlu Papa, aku tau rasanya jadi anak tanpa keluarga sempurna"
"Cintamu sempurna untuk Bells, ketika Bells dewasa dan mengerti tentang semua aku tak ingin dia kecewa, jadi sebaiknya kita hentikan rencana kita, Please, maafkan aku."
"Nggak ada yang perlu dimaafin, aku mengerti." Sorry Dara, rasanya kamu akan sedikit kecewa, aku menenangkan diri, aku tak patah hati, hanya sedikit sedih, bagaimana menghadapi orang-orang diluar sana" bagaimana mengatakannya" bagaimana janjiku pada Jelly untuk memberi kado kelahiran sebuah keluarga sempurna untuk Bells"
Sepertinya Dudi tau apa yang kupikirkan, dia menenangkanku, memberiku sebuah pelukan hangat, dan dia mencium keningku, rasanya seperti sebuah ciuman dari seorang kakak, Remon tersenyum padaku, dan kejadian romantis terjadi, Remon melamar Dudi! Tepat di depanku, Remon berlutut dan memasangkan cincin di jari manisnya, harusnya itu adegan yang sangat manis, tapi tak lama, berubah menjadi menjijikan ketika mereka mulai berciuman,yaaaakkkkkkssss! bukan maksudku untukku mengatakan jijik, hanya aku tak terbiasa melihat pemandangan ini. Aku memberikan mereka senyum kecutku, hatiku nelangsa, akhirnya si Dudi bahagia, meninggalkanku yang sedikit kecewa, bukan karena batal menikahinya, hanya saja....
"Dara, kami akan menikah di Prancis!" Aku bisa merasakan euphoria kebahagiaan dalam diri Dudi, " well, aku tau banyak yang akan marah, tapi aku bahagia, aku akan mengumumkan pembatalan pernik
ahan kita di depan semua orang dan akan mengumumkan pertunanganku." Kata Dudi girang lalu Dudi dan Remon keluar, tinggal aku sendiri, rasanya seperti dihinggapi sepi, aku berjalan mendekati boks bayi Bells, memandanginya yang sedang tertidur pulas, alangkah damainya dan tak terbebani derita dunia.
"Hey dunia.aku tak jadi menikah!" kataku pada diri sendiri, aku mengambil Bells dari tempat tidurnya, dan membawanya ke tengah pesta yang telah berubah entah menjadi apa, ahhh semoga aku tak tampak merana.
Kulewati pintu dan menuju taman belakang tempat seharusnya aku mengikat janji, kupandangi semua orang, mencoba mengerti arti tatapannya, apakah mereka iba" Aku menegakkan kepala, tapi tak pernah kusangka, karena kulihat mereka di sana, tampak berbeda dari semua, dalam pesona yang pernah membuatku jatuh cinta.tak tau harus bagaimana, tapi.semoga ini hanya mimpi, aku tak sanggup jika membiarkan ini terjadi. Mohon Tuhan, untuk kali ini saja, beri aku kekuatan untuk menghadapi semuanya, ketika kisah lalu memaksa untuk datang lagi" ketika mereka yang kupikir telah pergi malah datang lagi untuk menjadi janji hati" bagaimana bisa aku memilih"
*Karena ada tujuh cowok yang ingin happy ending dengan Dara, dan aku tak bisa menentukan Siapakah yang paling tepat untuk Dara, maka dengan amat suka cita aku akan membuat kisah happy ending untuk Setiap orang, hahaha ini bakalan jadi cerita yang aneh, tapi.. akan lebih baik jika Semua bahagia dengan cara yang berbeda.
" Kalau kamu suka Win untuk, happy ending dengan Dara, Lompat ke halaman 36
" Kalau kamu suka Phillo untuk happy ending dengan Dara, Lxnmfiat ke halaman 40
" Kalau kamu suka Damar untuk happy ending dengan Dara, lompat ke halamman 45


Dara Getting Married Karya Citra Rizcha Maya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Kalau kamu suka Arghie untuk happy ending dengan Dara, lompat ke halamman 50
" Kalau kamu suka Garin untuk happy ending dengan Dara, lompat ke halamman 56
" Kalau kamu suka Kiky untuk happy ending dengan Dara, lompat ke halamman 62
" Kalau kamu suka Hero untuk happy ending dengan Dara, lompat ke ha Lamman 71
36 (Win) Gue sudah mempersiapkan hati untuk kecewa dan juga gue sudah merencanakan niat untuk memilih memandang langit terik daripada memandang wajah cantik bahagia Dara saat dia digandeng ayahnya berjalan ke altar untuk diserahkan pada si brengsek beruntung bernaman Dudi!
Tapi ternyata, nggak ada Dara di sana, sebuah drama baru muncul, dua orang pria tampan berjalan keluar dengan binar bahagia di wajahnya, sedikit aneh karena mereka bergandengan tangan, gue pikir ini lelucon pada awalnya tapi tentu saja bukan, karena ketika kedua orang itu hendak melangkah ke arah pada undangan, seorang pria dengan muka memerah karena marah mendatanginya dan menghadiahkan sebuah tinju pada wajah pria berkacamata, alih-alih si pria tinggi besar bermuka Eropa yang menurut gue lebih pantas dipukul, karena tampangnya bikin gue teringat muka-muka bejat dalam film porno.
Dengan spontan gue mencoba melerai dan menghentikan perkelahian, seenggaknya gue nggak pengen di hari bahagia gadis yang gue sayangi diwarnai kekacauan. Seorang cowok lain menahan si cowok kalap dari sisi lain dan gue menahan di sisi lainnya, si cowok kalap meronta, kelihatan sekali kemarahan sedang menguasainya. Sementara si cowok bule bertampang bejat mencoba melindungi si cowok berkacamata yang gue pikir hidungnya patah, darah mengalir, membasahi tuxedo putihnya, gue menduga-duga apa yang terjadi tapi gue nggak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Si bule membawa pergi si cowok yang terluka dengan bergegas.
"Shit! Lepasin gue! Loe pada kudu bantuin gue buat mukul si brengsek itu!" si cowok kalap berteriak serak, dari nafasnya gue mencium bau alkohol.
"Patah hati loe"" sebuah ejeken berasal dari cowok yang melerainya. "Parah loe!"
Gue perhatikan tampang si cowok, agak kasihan, tampangnya benar-benar kacau, body-nya kurus kayak nggak terurus, matanya cekung dan nanar, menurut gue, dia kayak Mick Jagger,
tapi lebih muda, dengan bibir yang lebih bagus daripada bibir dower Mick Jagger, cowok ini keren dan kayaknya memang banyak cewek menyukai tip
e ini. "Loe tau"" katanya meracau "brengsek itu yang rebut Dara dari gue!Delapan taon gue pacarin Dara,delapan taon! Loe liat nih, di tangan gue" dia menarik dengan kasar lengan kemeja hitamnya, ada tato cewek di sana, "gue pasang Dara disini! Nggak bakal ilang sampai gue mati!lalu cowok itu berjalan pergi.
Tawa pahit keluar dari bibir gue, gue menertawai diri sendiri, bahkan ada cowok lain di sana yang juga punya cinta untuk Dara.
Gue mau balik ke tempat gue semula, tapi gue tertarik dengan kerumunan pengamen jalanan dipojokkan yang lagi dibagiin duit lima puluh ribuan oleh seorang cowok berambut dreadlock, "ntar, elo pada langsung nyanyiin tuh lagu pas si penganten cewek keluar pintu! Kalo nggak sisanya yang 50-an ribu gue nggak bayar, udah gue susah-susah ngumpulin kalian, belom lagi mesti jebol tembok samping rumah biar kalian bisa masuk sini, kalo ketauan ada kalian beuh bisa ditendang keluar kita, nah ntar satu-satu keluar dan langsung nyanyi, nyanyi pake hati, biar cewek gue terharu trus nggak jadi married, trus married-nya sama gue deh!"instruksi si cowok dreadlock.
"Bang, katanya cewek loe" Tapi kawinnya ma yang lain"" tanya si bocah paling kecil dengan tampang polos." Dan si cowok dreadlock langsung menjitak kepalanya.
Gue berjalan lagi, menatap kesegala arah, ini pasti mimpi Dara, menjalani pernikahan seperti di negeri antah berantah yang indah, tapi takkan lagi indah, bila perusuh-perusuh semacam cowok-cowok tadi mulai beraksi. Seandainya gue bisa mengacaukan pernikahan Dara, membawanya pergi dari sini, harusnya gue melatih otak gue untuk memikirkan hal-hal keji, supaya gue bisa mengatur penculikan untuk si pengantin wanita menyekapnya dalam menara gading yang indah yang dijaga sihir jahat, seperti dalam kisah Rapunzel dan gue bakal berpura-pura jadi seorang ksatria yang menyelamatkannya. Terlalu terlambat, sebentar lagi kontrak sehidup sematinya akan diikrarkan. "Seandainya ada keajaiban" gue meminta dalam hati, hahaha sejak kapan Tuhan dengerin doa gue" Nama gue doank Win, tapi gue nggak pernah menang, selalu jadi pecundang! Tapi kayaknya gue sedikit lebih beruntung walau gue merasa kayak
pecundang, nggak kayak si cowok dreadlock, yang baru aja diamankan security beserta anak-anak jalanan bawaannya.
*** Gue nyaris menabrak photo mozaik raksasa bergambar Dara yang dibawa oleh seorang cowok yang entah siapa, sempat berpikir mungkin ini juga orang yang mencintai Dara, tapi sebuah tangan menarik gue tiba-tiba, ternyata Poppy! Ada bayi dalam gendongannya, ada antusiasme berlebihan di wajahnya. Poppy memelukku tiba-tiba!
"Ini darurat, pokoknya lo jangan protes, jangan banyak tanya, dan jangan make mikir! Kalo loe bener-bener cinta sama Dara, loe berdiri di altar sekarang nunggu Dara di sana, yang paling Dara butuhkan sekarang adalah cowok yang mencintainya, karena gue tau loe cinta mati sama dia, jadi gue udah bilang ke Dara tentang elo selama ini. Dara terlalu putus asa, bahkan nyaris kawinin cowok homo, cuma untuk menghadiahkan gadis kecil malang ini sebuah keluarga"dan Poppy mencium bayi perempuan cantik dalam gendongannya. "Calon suami Dara udah pergi sama pasangan hombreng-nya, jadi ini satu-satunya kesempatan buat loe untuk nikahin Dara, kalo loe mau, kalo nggak. gue nggak habis pikir kalo Dara balik lagi ke mantan pacarnya yang lain"dengan gaya khasnya Poppy memutar bola matanya,
Gue berpikir sejenak dan ada rasa nggak percaya, ini kayak halusinasi, ini nggak lebih dari sebuah mimpi tapi .ketika gue edarkan pandangan sekali lagi, gue mulai mengerti. Gue punya cinta, dan.gue hanya punya satu kesempatan ini.
"Well, pernikahan sipilnya boleh nyusul, yang penting pemberkatan.huh! harusnya di dunia ini lebih banyak cinta bukannya administrasi!" Dibawah paksaan yang menggoda ini gue pun menurut, dan gue mengikuti Poppy berjalan ke altar, gue sedikit bingung dan ragu, tapi sebuah bisikkan bikin gue melangkahkan kaki dengan pasti "kesempatan hanya akan datang sekali" dan ketika gue berada di ujung altar dan memandangi wajah rupawan Dara, gue bisa mengartikan bisikan dibibirnya "terima kasih"
, seharusnya gue yang berterima kasih buat akhir kisah ini.
"Pops, cubit gue!"gue masih ngerasa kalo ini cuma mimpi
Bukannya nyubit, Poppy malah menendang tulang kering gue, bikin gue meringis kesakitan dan nyaris berteriak, tapi gue cepat-cepat ngontrol diri dan mengerti, karena rasa sakit ini yakinin gue kalo ini bukanlah mimpi, dan semuanya terasa begitu nyata ketika ayahnya Dara melepaskan gandengannya dan menyerahkan Dara ke gue, itu hal paling indah dalam hidup gue, sejujurnya gue bukan pemimpi yang mengkhayalkan tentang datangnya hari ini, tapi apapun yang terjadi gue sudah siap untuk berjanji untuk menikahi, menjadi suami yang menjaga istrinya dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit. Berjanji untuk mendampingi sampai ajal menjemput.
40 (Phillo) Aku tak tahan melihat wajah sedih itu, secara refleks aku mengarahkan kamera ke wajahnya yang berduka, kilatan blitzku yang mengabadikan ekspresi sendunya, ya ampun Dara, seharusnya ini jadi hari bahagia untuk seorang wanita.
Aku bisa membaca pancaran matanya yang seperti putus asa, bagaimana bisa dia menyongsong ketidakbahagiaannya" Apakah Dara tau tentang orientasi seksual Dudi yang tak biasa dan sudah terlalu terlambat baginya untuk membatalkan pernikahan ini sama terlambatnya untukku mencoba meyakinkan Dara bahwa cinta yang pernah kuungkapkan bertahun-tahun lalu bukanlah lelucon, tapi cinta malah semakin menguat karena semakin lama tersimpan dalam hati semakin membuat cinta ini tambah berarti.
"Hey" sapaku, kubuat terdengar biasa-biasa saja.
"Hey" balasnya lemah
"Ini Dara"" tanyaku lagi, setengah bercanda!
"Memangnya kamu pikir siapa"" suaranya terdengar berat, seperti menahan tangisan tapi dalam nada yang terdengar seperti rajukan.
"Orang lain, entah siapa, karena yang kukenal Dara itu gadis ceria, bukankah ini hari bahagia"" aku berbicara lagi, terdengar aneh karena terlalu gugup atau karena terlalu bersemangat, Dara terdiam, wajah sendu itu membenam dalam gendongannya, ada bayi mungil yang tengah dipeluknya, sedikit iri pada bayi itu karena merasakan betapa hangatnya Dara, rasa hangat yang selalu ingin kurasakan. Aku memotretnya sekali lagi, sangat sempurna.
"Phillo, please... aku mau jalan, kamu menghalangi jalanku."
Aku tak tahan lagi, kupikir ini bisa mencegah Dara untuk melangkah
"Dara, please, batalin pernikahanmu dengan Dudi, atau kamu nyesel, Dudi itu.!" berat kukatakan tapi harus kuungkapkan, "Dudi Gay!" akhirnya kukatakan juga.
"Aku tau" jawabnya cepat dan melewatiku, kuikuti langkahnya
"Dara jangan bego!"
"Phillo! Aku tau apa yang kulakukan!" Dara terdengar tak sabaran menghadapiku, kupandangi wajahnya, tak menyangka wajah indah ini tak bisa lagi kupotret dari jauh, bukan karena aku tak mampu, tapi ada alasan ikatan yang membuatku tak boleh lagi melakukannya, aku mungkin pada akhirnya harus menyerah dan berhenti memuaskan cinta terpendam seorang secret admirer yang ada dalam diriku, karena status Dara sebagai milik orang lain, orang yang sangat tak pantas untuknya.
"Aku udah pernah bilang dulu, aku sayang sama kamu, Dara! Tapi kamu nggak percaya, kamu pikir itu lelucon garing temenmu yang hobi ngocol kan" Please Dara, tolong hargai perasaanku, aku nggak melakukan ini untuk membatalkan pernikahanmu, sumpah, aku hanya ingin kamu mempertimbangkannya, kamu tau hari ini adalah hari yang akan membuat perubahan besar dalam hidupmu, kamu bisa saja mengikuti hatimu, tapi bagaimana bila hatimu mengkhianatimu" Dara jangan korbankan kebahagiaan masa depanmu!" Aku berbicara cepat setengah berteriak, aku tau Dara takkan bersimpati padaku, bisa saja Dara menuduhku bahwa aku sengaja menjelek-jelekkan calon suaminya, tapi .okay penyampaianku memang salah, luar biasa salah, seni berkomunikasi memang tak pernah bisa kukuasai, aku payah, keahlianku hanya mengungkapkan segala yang ingin kuungkapkan lewat foto-foto yang kuabadikan.
Dara tak memperdulikan apa yang kukatakan, dia menggeleng lemah, terlihat menyesal kenapa aku harus mengatakan hal itu, sekilas ia menatapku sendu, dan sekilas ia menatap photo mozaik raksasa dalam figura
yang adalah foto-foto darinya yang kupotret diam-diam.
"Terima kasih" bisiknya lirih dan melangkah pergi. Aku putus asa, kubawa lagi figura raksasa dengan susah payah.
Aku duduk, dan mencoba berpikir. Seseorang duduk di sampingku, ternyata Damar kakak kelasku dulu.
"Keren" katanya basa-basi "Karya loe"" "Yeah, thanks"
"Mantan pacarnya Dara yang lain"" dia bertanya atau mengejek, hah mungkin aku terlalu
sensitif. "Nggak! Bukan, tapi stupid secret admirer-nya!" sebelum dia lebih mengejekku lebih baik aku mengejek diriku sendiri.
"Jangan becanda!"
"Gue nggak becanda!"
"Banyak banget yak yang sayang sama Dara" "Loe juga""
"Iya sih.tapi kayaknya nggak sedalam loe, loe sampe bikin itu segala" katanya sambil menunjuk figura. "Gue mah datang cuma bawa cinta, mana ada yang percaya! Loe tau kan cewek tuh gimana, suka hal-hal romantis nggak realistis, tingkahnya tar kayak rakyat lagi demo, butuh bukti ga cuma janji" Dia membakar rokok dan mulai menghisapnya, aku ditawarinya, tapi kutolak. "Loe lihat yang itu!" Dia menunjuk cowok kurus yang kukenali sebagai Hero, pacar Dara selama ini, seenggaknya aku bersyukur akhirnya bukan Hero yang dipilih Dara. "Baru aja gue lerai tuh, masa' matahin hidung si mempelai cowok, payah banget, trus yang itu" Dia menunjuk cowok yang kalo nggak salah bernama Arghie, cowok yang pernah sekelas dengan Dara" dengan pede-nya dia sesumbar kalo Dara itu cintanya sama dia, dan bangga-banggain bahwa dia jatuh cintanya dulu sama si Jelita bukannya ke Dara, tapi sebenernya ternyata dia juga suka Dara, dasar cowok drama, dia pikir dirinya siapa"liat aja gayanya sok aktor Hollywood."
Anjing Setan Baskerville 2 Pendekar Slebor 16 Undangan Ratu Mesir Ancaman Dari Utara 1
^