Dear Love 3
Dear Love Karya Princess Wg Bagian 3
"Jadi sekarang rumahmu tidak ada yang menempati""
"Tidak ada, tapi ada yang merawatnya setiap hari."
Speedy mengibas-ngibas ekornya manja pada Dennis. Mau tak mau Ann tertawa, "Speed
memang anjing yang sangat aktif. Dia suka mendatangi siapapun yang tidak
dikenalinya." Untung dia mendatangiku.... Dennis jongkok ke bawah dan mengelus-
elus anjing itu dengan lembut. Ia dapat merasakan Ann sedang menatapnya.
Lalu ia memberanikan diri menengadah, "Bagaimana kalau kita duduk-duduk sebentar
sambil minum kopi" Rasanya banyak sekali cerita yang masih ingin kudengar darimu."
"Baiklah." jawab Ann enteng.
Di kedai kopi yang mungil itu Ann menceritakan semua pengalaman-pengalaman
menariknya selama di Inggris. Tentang kebudayaannya, tempat-tempatnya yang indah
dan eksotik, tentang mata kuliah kedokterannya yang berat namun menantang, tentang
pola hidupnya yang amburadul pada awalnya karena tidak bisa beradaptasi, dan masih banyak lagi.
Suasana di antara mereka agak mencair setelah itu. Mereka sudah bisa tertawa lepas
layaknya dua orang yang saling melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak berjumpa.
Tapi sedikit pun tidak ada yang menyinggung tentang masa lalu di
antara mereka berdua. Tampaknya baik Dennis maupun Ann lebih memilih tidak mengorek
kembali masa lalu itu. "Dari tadi aku yang cerita, sekarang giliranmu." Ann meneguk
minumannya. "Aku sudah dapat kerjaan yang cocok. Meskipun cuma tukang servis
peralatan elektronik, tapi kehidupanku jauh lebih baik."
"Baguslah kalau begitu."
"Rasanya tidak ada yang bisa kuceritakan. Kehidupanku semuanya biasa-biasa saja."
"Aku hampir lupa. Besok kau bisa datang ke pesta ulang tahunku""
Dennis agak terkejut. "Bukan aku yang rencanain, aku sa
masekali tidak pernah berniat
merayakan ultah," Ann
tertawa, "teman-temanku yang merencanakan semuanya. Katanya selagi aku sudah pulang, jadi sekalian saja." "Oh.begitu.. "
"Kau bisa datang kan"" Ann mengambil sesuatu dari tas kecilnya, secarik kertas dan pen.
Ia menulis alamat tempat dilangsungkannya pesta ultah itu, kemudian
menyerahkannya pada Dennis, "ini alamatnya. Aku harap kau bisa datang."
"Besok ya" Kebetulan aku memang tidak lagi banyak kerjaan." Dennis
tersenyum lebar padanya, "pestanya pasti ramai ya"" "Ya begitulah."
Dennis tahu apa inti dari pertanyaan selanjutnya, "Kau pasti mengundang pacarmu ya." Ann terdiam sesaat.
Kemudian ia tersenyum sangat manis pada Dennis sembari mengangkat
tangan sebelah kirinya, sebuah cincin perak berlian melingkar di jari manisnya, "Aku
sudah tunangan." "aku sudah tunangan"
Bagaimana mungkin aku tidak melihat cincin di jarinya itu" Ann sudah
bertunangan.. "Sudah dua bulan. Dia teman kuliahku di London, sama-sama ambil kedokteran. Tapi dia
juga orang sini kok. Keluarganya sudah kenal baik dengan keluargaku,
jadi semuanya berjalan sangat lancar."
Tentu saja....bagaimana mungkin aku berpikir dia akan tetap
menungguku, setelah semua perbuatanku padanya di masa lalu" Dia ternyata sudah benar-benar
melupakanku. Dia sudah bahagia
Ann menatap Dennis penuh selidik, "Kau pasti juga sudah punya
pasangan kan" Bawa saja dia ke pestaku besok."
"Uhm...iya, baiklah."
"Kalau begitu sampai jumpa lagi besok. Senang bisa bertemu denganmu lagi, Dennis."
Ann bangkit dari kursinya sambil menarik kalung anjingnya, "ayo, Speed."
Lalu mereka pergi meninggalkan Dennis merenung sendirian.
Aku hanya masa lalu baginya.... tidak lebih. Seharusnya aku rela melihatnya bahagia
seperti sekarang ini, tapi aku tidak bisa. Terkutuklah aku akibat dari semua
perbuatanku padanya.... Jam tujuh malam hujan turun deras. Dennis berlari-lari kecil memasuki hotel berbintang
5 itu sambil menutupi kepalanya dari rintik hujan. Beberapa pandangan
mata yang tertuju padanya menatapnya sinis. Mungkin dikira mereka Dennis salah masuk hotel. Untuk
sesaat Dennis memang jadi ragu, tapi setelah dipikir-pikir ia tetap yakin harus datang ke pesta ulang tahun Ann.
Maka ia menyeret kakinya masuk ke dalam sana. Ia terperangah melihat
pesta ulang tahun yang digelar di depan matanya itu. Begitu meriah, begitu mewah. Semua yang
hadir di sana mengenakan pakaian formal mereka. Yang wanita
memakai gaun, yang pria memakai jas. Dennis merasa ciut, ia hanya memakai kemeja dan celana biasa. Itupun
sudah agak basah karena tadi kehujanan. Ia sama sekali tidak menyangka pesta ulang
tahun Ann ini bakal dilangsungkan sangat formal layaknya sebuah
perjamuan makan malam. Tadinya ia menyangka hanya pesta kecil-kecilan dan hanya dihadiri beberapa
teman dekat saja. Tapi sejauh mata memandang, banyak orang-orang
penting yang hadir di sana. Orang-orang yang Dennis yakin sama sekali tidak dikenal Ann. Mungkin rekan
bisnis Papanya, mungkin kerabat jauh.....Ah bodo amat!!
Sial....kenapa aku bisa muncul di sini dengan dandanan lusuh begini"!!
Aku seperti orang tolol saja!! Dennis mencoba tetap cuek, tidak memperdulikan tatapan mata orang-orang di sekitarnya.
Ia mencoba mengalihkan pandangannya menyapu seisi ruangan itu
untuk mencari Ann. Yang ia temukan justru Emma.
Emma melambai pada Dennis dari kejauhan. Seperti biasa, penampilan
Emma sangat luar biasa malam ini. Menjerat mata setiap pria yang melihatnya. Ia
pernah kehilangan pesonanya. Dennis membalas lambaiannya. Kikuk. Lalu ia kembali mengedarkan pandangannya mencari Ann. Yang dicari ternyata ada di
ujung ruangan, memegang segelas anggur dan tengah bercakap-cakap dengan seorang
pria paruh baya yang wajahnya kerap muncul di sampul majalah bisnis.
Pria tua itu mengucapkan selamat ulang tahun pada Ann. Ann berterima kasih dan sedikit bercakapcakap
dengannya, lalu ia menoleh ke arah lain dan tidak sengaja pandangan matanya
bertemu dengan Dennis. Ann tersenyum kecil pada Dennis. Lalu ia dengan sopan berpamitan pada pengusaha
gaek itu, ia menghampiri tempat Dennis.
Langkahnya begitu anggun dengan rambut yang ter
gerai indah dan postur tubuh yang proposional dengan balutan gaun hitam yang dirancang khusus untuknya. Beberapa orang
tersenyum padanya dan membukakan jalan untuknya. Ann tersenyum pada mereka satu
persatu. Sangat anggun, sangat karismatik.
Hingga ia sampai di depan Dennis, beberapa pasang mata terheran-heran. Dennis tak
sanggup menahan debaran jantungnya, penampilan Ann membuatnya merasa kagum campur tegang.
"Kau datang juga akhirnya," sapa Ann. "Iya."
"Apa di luar sedang hujan"" Ann mengamati kemeja biru Dennis yang
agak basah. "Iya, deras sekali. Untung saja aku tidak basah semuanya. Pestamu
kelihatannya sangat meriah."
Ann mengendik bahu, "Aku cuma terima jadi. Temanku yang mengurus semuanya, ada
beberapa undangan yang bahkan tidak kukenal. Ya apa boleh buat." Ia tertawa, "ini
resiko kalau semuanya diatur orang lain. Oh ya, kau datang sendiri""
"Iya, aku sendiri."
Untung Ann tidak menanyai kenapa Dennis tidak punya pasangan. Ann
hanya mengangkat gelas anggur merahnya, "Kau mau kuambilkan minum""
"Oh tidak, terima kasih. Nanti aku bisa ambil sendiri."
Seorang undangan permisi lewat, Ann memberinya jalan. Harum parfum
lembut Ann membius Dennis saat gadis itu mendekat padanya. Untuk pertama
kalinya mereka nyaris bersentuhan. Tapi Dennis segera mundur.
"Ann," seorang pria muda tampan dengan setelan jas mahalnya tiba-
tiba datang dari belakang. Tampan dan rapi, wajahnya masih muda, mungkin hanya tua setahun di atas
Ann. Ia menghampiri Ann dengan wajah cemas, "kau di sini rupanya. Ayo, sudah saatnya
kau potong kue. Semuanya sudah hampir mati kelaparan, termasuk aku." Pemuda itu mengambil gelas minuman Ann dan menyerahkannya pada Dennis, "Tolong
pegang ini." Dikiranya Dennis itu pelayan!!
Dennis tercengang memegang gelas itu, sepenuhnya merasa dipermalukan. Separah
itukah penampilannya hingga sampai-sampai ada yang menduganya pelayan"
Kontan saja Ann menatap Dennis dengan penuh rasa bersalah, cepat-cepat ia merebut
kembali gelas minumannya dari tangan Dennis. Ia menoleh pada pemuda tadi, "Calvin, dia ini tamuku."
Pria bernama Calvin itu termangu, lalu berbalik menatap Dennis, "Waduh, aku minta
maaf!! Aku benar-benar minta maaf. Tadi aku kira..."
"Tidak apa-apa." potong Dennis sambil tersenyum. Sial....malu-maluin aku
saja.. "Aku Calvin." "Dennis."
Mereka saling berjabat tangan.
Kemudian Ann menatap Calvin dan tersenyum kecil pada Dennis,
"Calvin ini tunanganku." Dennis terpaku di tempatnya. Jadi ini dia tunangan Ann... Tiba-tiba saja
Dennis merasa kecil dan tidak ada apa-apanya di depan Calvin.
Pria muda itu begitu rapi dan berwibawa. Tipe pria yang pantas berdiri di samping Ann.
Tipe menantu idaman semua orang tua. Muda, tampan, dan tentu saja kaya. Benar-benar
fantastik, nyaris sempurna meskipun dipandang dari berbagai sudut.
Dennis merasa seolah-olah pria ini terlalu bersinar di depan matanya hingga menyilaukan dan
membuatnya nyaris seperti sebongkah batu tak berharga. Sungguh kontras perbedaan di antara mereka.
Bagaimana mungkin aku bisa bersaing dengan pria seperti itu" Dia calon dokter, aku
cuma si tukang servis bau oli. Kasian benar....
Calvin pun tidak mau kalah mengamati Dennis dari balik kacamata
tipisnya, "Teman sekolahmu" Kenapa aku belum pernah melihatnya""
"Bukan teman sekolah. Dia.. " Ann kehilangan kata-kata, "dia teman
lama." Dennis baru mengerti, ternyata Ann tidak pernah menceritakan apa-apa
tentang dia pada tunangannya. Calvin mengangguk, kemudian sambil merangkul pinggang Ann ia mencoba berbasa-basi
pada Dennis, "Teman lama" Kalau begitu aku senang sekali bisa bertemu
dengan teman lama Ann. Aku mewakili Ann mengucapkan terima kasih karena kau
sudah mau datang di pesta ini. Kau suka pestanya""
"Ya, tentu saja. Pesta yang sangat menarik." Terlalu menarik hingga aku
dikira pelayan olehmu. "Kau kerja di mana"" tanya Calvin lagi.
Nah, ini dia....pertanyaan yang paling tepat untuk menyerangku! Tapi
Dennis tetap kelihatan cool, "Aku kerja jadi di pusat reparasi peralatan elektronik." "Tukang servis maksudnya"" serang Calvin tanpa sadar, "bukankah itu
pekerjaan yang tidak menjanjikan" Pasti berat juga ya k
erja seperti itu" Salah sedikit saja pelanggan bisa
complaint. Sudah capek-capek kerja tapi gaji juga tidak terlalu memuaskan. Apa kau
tidak berminat cari kerja di tempat lain" Kau kelihatannya sangat berbakat, mungkin
masih banyak pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu."
"Tapi aku menyukai pekerjaanku." jawab Dennis tegas. "Apa yang biasanya kauperbaiki""
"Apa saja, dari yang ringan sampai yang berat-berat."
Calvin menengok Ann, "Kalau begitu....sepertinya dia bisa memperbaiki
Selina." Dennis mengernyit. Apa itu"
Tapi Ann kelihatannya tidak setuju dengan ide Calvin. Baru saja ia mau mencegahnya,
tapi Calvin sudah keburu menjelaskannya pada Dennis, "Kau bisa memperbaiki sebuah
jam tua" Aku baru saja memboyongnya dari London. Jam itu sudah tua sekali, bahkan
hampir dimasukkan ke museum barang-barang seni, tapi bentuknya masih sangat indah
dan klasik. Aku tahu Ann menyukainya, jadi aku membelinya untuk Ann. Jam itu sudah
kuno dan tidak bisa berfungsi lagi, tapi kata pemiliknya masih bisa diperbaiki. Mungkin
dengan sedikit sentuhan orang sepertimu...Kau tahu kan, aku calon
dokter, aku tidak mengerti apa-apa tentang mekanik."
"Tidak masalah, aku akan mencobanya."
"Sungguh"! Bagus lah kalau begitu. Datanglah ke rumah Ann besok,
terserah mau jam berapa saja." Ann kelihatan tidak senang namun tak mampu mencegah ide Calvin. "Ann, rasanya semua undanganmu sudah tidak sabar lagi ingin melihatmu potong kue."
"Oh iya, aku hampir lupa."
"Dennis, kalau kau tidak keberatan aku mau membawa Ann ke sana
sebentar." "Tentu. Aku tidak keberatan."
Calvin mengandeng tangan Ann meninggalkan Dennis. Sedikitpun Ann tidak menoleh
padanya. Ia maju ke depan bersama Calvin dan dalam sekejap saja semua undangan
bertepuk tangan riuh menyambutnya.
Ann mengedarkan senyumnya ke seluruh tamu undangan, diikuti Calvin. Sungguh
pasangan yang serasi. Siapa pun akan berpendapat yang sama.
Setelah memotong kue ulang tahunnya, seorang teman Ann berseru agar Calvin
memberikan hadiah ulang tahunnya di depan sana agar mereka bisa
menyaksikannya bersama-sama. Kemudian Calvin mengeluarkan kado ultahnya untuk Ann. Sebuah
kalung berlian yang berkilau indah. Seluruh undangan ikut terpukau melihat kalung
pemberian Calvin itu. Beberapa undangan wanita jadi merasa iri karena
Ann begitu beruntung bisa memperoleh kalung seindah itu. Sedangkan yang pria merasa salut pada
Calvin yang sanggup memberi hadiah semahal itu untuk pacarnya. Calvin memakaikan kalung itu di leher Ann dengan lembut, kemudian
mengecup keningnya. Seluruh undangan kembali bertepuk tangan.
Entah mengapa Dennis merasa hatinya terbakar. Ia tidak bisa menikmati
pemandangan semacam itu dan berakting seakan-akan ia baik-baik saja.
Calvin belum selesai rupanya, "Aku mau mengumumkan sesuatu pada
kalian semua, para undangan yang terhormat. Mungkin ada beberapa orang yang sudah tahu, tapi aku rasa
aku ingin membuatnya menjadi lebih resmi. Aku ingin semua tahu betapa beruntungnya
aku ini, karena bisa mendampingi sosok sesempurna Ann. Aku pertama kali bertemu
dengannya dua tahun yang lalu. Waktu itu aku berkata pada diriku sendiri, 'Calvin,
wanita inilah yang tepat untukmu'. Dan aku ternyata memang benar.
Tidak ada satu haripun yang kulewati tanpa memikirkan bahwa akulah pria yang seharusnya
mendampingi Ann. Melewati hari-hariku bersamanya membuatku merasa semakin
membutuhkannya. Mungkin kedengarannya terlalu melankolis, tapi percayalah suatu saat
nanti kalian pun akan merasakannya yang sama kalau kalian sudah menemukan sosok yang tepat itu." Semuanya tersenyum.
Dennis tidak tersenyum sedikitpun. Hatinya menahan perih. Haruskah ia menyaksikan
semua itu" Menyaksikan ada pria lain yang mengisi kehidupan Ann selain dia"
Sanggupkah ia menerima kenyataan bahwa dirinya memang sudah
lenyap dari hidup
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ann" "Intinya," lanjut Calvin, "setelah sekian lama kami pacaran, akhirnya dua
bulan yang lalu aku memberanikan diri untuk melamarnya. Dan aku sungguh beruntung..karena dia
menerima lamaranku. Kini kami resmi bertunangan."
Calvin menatap Ann lama, Ann tersenyum kemudian mereka berpelukan
singkat. Beberapa hadirin berseru kaget mendengar pengumuman pertunangan
itu, tapi tak lama kemudian gemuruh tepuk tangan kembali mewarnai setiap sudut ruangan mewah itu.
Satu persatu undangan menghampiri kedua pasangan itu dan menyalami mereka.
Calvin dan Ann tersenyum dan tak henti-hentinya menerima ucapan selamat.
Dennis mendesah panjang, kemudian langsung beranjak pergi dari tempatnya berdiri.
Tidak ada gunanya ia terus berlama-lama di sini, rasanya ia tidak perlu menyaksikan
semuanya lebih jauh lagi. Itu sudah lebih dari cukup untuk malam ini. Datang ke pesta
ulang tahun ini rasanya benar-benar kesalahan besar bagi Dennis.
Ann menerima ucapan selamat dari kerabat dekat Calvin sambil terus
mengamati pintu keluar di ruangan itu. Ia melihat Dennis berjalan seorang diri
meninggalkan pestanya. Di luar hotel itu.. "Dennis, tunggu!!"
Dennis berhenti, menoleh ke belakang dan kaget melihat Ann berlari-lari
kecil sambil mengangkat ujung gaunnya. Ia berlari menyusul Dennis tanpa menghiraukan gerimis yang masih turun sejak tadi.
"Kenapa kau sudah mau pergi" Pestanya baru saja dimulai." Meskipun Dennis tidak mengerti mengapa Ann mau repot-repot
mencegah tamunya pulang, tapi ia terpaksa mengarang cerita, "Tadi aku baru ingat ada
pekerjaan mendadak dari Bosku. Aku harus segera kembali ke sana. Maaf aku tidak bisa
berlama-lama di pestamu."
Ann terlihat maklum, "Kau pulang bukan karena ucapan Calvin pekerjaanmu tadi kan""
"Apa" Tentu saja bukan," jawab Dennis, berusaha terdengar wajar, "aku
samasekali tidak tersinggung." aku pergi karena tidak mau melihat perlakuan manis pria itu
padamu. Aku merasa tidak berdaya, aku cemburu.
"Syukurlah....aku kira kau tersinggung karena ucapan Calvin tadi."
Dennis memandang jauh ke dalam matanya, kemudian berpaling. "Aku
ucapkan selamat padamu, untuk pertunangan itu."
"Terima kasih."
"Apa dia benar-benar pilihanmu yang paling tepat"" suara Dennis hanya
sedikit lebih keras dari sebuah bisikan. "Apa maksudmu""
"Maksudku......sejujurnya aku berat menerima semua ini. Aku kaget. Kita
berpisah selama bertahun-tahun , lalu kemarin kita bertemu untuk pertama kalinya, dan tiba-tiba
saja kau bilang kau sudah bertunangan. Semuanya itu terlalu ganjil bagiku."
"Jadi ini alasanmu meninggalkan pesta itu kan"" Ann tertawa pahit,
"memangnya kenapa kalau aku sudah bertunangan" Apa aku salah kalau dalam waktu lima tahun itu ternyata
aku sudah berhasil membangun kembali hidupku" Apa aku salah dan tidak seharusnya
memberitahumu kalau aku sudah punya kekasih baru""
"Bukan itu maksudku. Aku hanya...sulit menerimanya."
"Jangan konyol, Dennis....kau tentunya tidak berharap aku terus hidup
dalam kenangan pahit darimu kan""
Dennis termangu kaget, ia menangkap sorot mata yang menyakitkan dari gadis itu. Tapi
hatinya juga ikut menanggung rasanya.
"Aku bisa melanjutkan hidupku kembali, apa yang terjadi di antara kita
lima tahun yang lalu sedikitpun tidak bisa menghalangiku untuk kembali meraih kebahagiaan itu. Kau
jangan berpura-pura....sebenarnya kau juga kan" Lalu kenapa kau harus
merisaukan masalah pertunanganku itu""
"Kau benar." Dennis tak mampu menumpahkan seluruh isi hatinya saat
itu, ia hanya sanggup berpura-pura tak peduli, "apa yang terjadi di antara kita
memang hanya masa lalu. Kalau kau bisa melupakannya, kenapa aku tidak""
Ann tersenyum lagi, kali ini senyum yang dirasakan Dennis sengaja untuk
menyerangnya. "Lima tahun yang lalu kau bilang padaku di rumah sakit itu, bahwa kau
tidak bersungguh-sungguh mencintaiku, aku harus melupakanmu dan masing-masing dari kita
harus melanjutkan hidup kita kembali. Aku memang rapuh saat itu, tapi
setelah berpisah denganmu aku perlahan-lahan bisa menjadi lebih kuat. Dan akhirnya aku bisa
melupakanmu. Kau jangan salah paham, Dennis, jangan kau kira aku bertunangan dengan
Calvin hanya untuk balas dendam atau pelarian, aku bersungguh-sungguh menjalin hubungan dengannya." Dennis membisu.
"Sekarang di antara kita tidak apa-apa lagi kan" Masing-masing dari kita
sudah dewasa, aku harap kau bisa mengerti kalau aku berhak mempunyai hidup yang baru."
"Tentu saja kau berhak, dan aku tidak akan menghalangimu." Dennis men
geluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya, "kau benar, di antara kita
memang tidak ada apaapa lagi. Aku akan mendoakan kebahagiaanmu dengan Calvin. Ini kado ulang tahunmu.
Meskipun aku tidak bisa memberimu kalung berlian seperti itu, tapi
kuharap kau akan suka." Ann menerima kado mungil itu tanpa suara.
"Selamat ulang tahun, Ann." Dennis tersenyum tulus padanya, kemudian
beranjak pergi dengan hati yang hancur. Ann berdiri di sana seorang diri. Ia perlahan-lahan membuka kotak di tangannya itu.
Sebuah gelang perak mungil yang berhiaskan hati dan bintang-bintang. Indah sekali.
Selina yang dimaksud oleh Calvin adalah sebuah jam tua yang besar berdiri di ruang
tamu Ann. Konon usianya sudah sangat tua hingga hampir dimasukkan ke museum
barang-barang seni. Tapi benar kata Calvin, meski usianya sudah sangat tua tapi
kondisinya masih bagus seolah-olah tidak termakan usia. Jam antik ini dibeli oleh Calvin
di London khusus dihadiahkan untuk Ann.
Dennis menyentuh setiap bagian dari jam tua itu dengan hati-hati. Ia
mengagumi setiap detailnya. Benar-benar barang klasik yang sayang kalau sampai dimasukkan ke museum.
Tapi yang pasti, tidak gampang untuk memperbaikinya.
Dennis mendesah kecil sambil membuka kotak peralatannya. Sekilas ia
mengintip Ann dari pantulan kaca di jam antik itu. Dilihatnya Ann sedang duduk di sofanya sambil
mengerjakan sesuatu dengan komputer laptopnya. Penampilannya
kelihatan segar dengan pakaian santai dan rambut yang dijepit ke atas. Namun wajahnya
sangat serius. Tiba-tiba Ann mendongak, dan dalam sekejap tatapan mereka saling bertabrakan.
Dennis segera memalingkan wajahnya. Mungkin datang ke rumah ini
bukan ide yang baik. Seharusnya aku menolak tawaran Calvin kemarin. Kalau begini suasananya jadi
tidak enak. Ann kembali menekuni laptopnya. Tapi beberapa menit kemudian ia pindah ke ruangan
yang lain. Dennis menghela nafas lega.
"Hey Speed, kau dari tadi tetap di sini terus, mau melihatku bekerja ya""
Dennis mulai membongkar jam antik itu sambil mengajak ngobrol Speedy yang sejak
tadi terus tiduran di dekatnya, "tolong beritahu aku satu alasan, mengapa aku bisa dengan tololnya datang
ke rumah ini" Bukannya serius kerja malah lihat-lihat orangnya. Tuh, kau saja sudah
tidak tahan mau menertawai aku kan" Kuberitahu ya, jadi anjing peliharaan itu
sebenarnya jauh lebih enak daripada jadi manusia. Rumah ada,
makanan selalu disediakan, kotoran selalu dibersihkan.kurang apalagi" Aku saja harus kerja keras baru
dapat makan. Lagipula jadi anjing tidak perlu repot-repot pusingin urusan
cinta." Dennis tertawa sambil mengelus-ngelus anjing itu. Speedy bergelut manja
di pahanya. Tak lama kemudian Calvin mendadak muncul dari pintu masuk rumah. Ia
terlihat agak terkejut melihat kehadiran Dennis di sana,"Oh sudah datang rupanya.
Pagi-pagi sekali""
"Iya, mumpung masih belum banyak orderan." "Mana Ann ""
"Tadi ada di sini, tapi sudah pergi ke dalam sana."
Calvin mengintip ke atas tangga,"Mungkin sedang ganti baju di
kamarnya." Kemudian pemuda itu menghempaskan dirinya di atas sofa empuk. Ia menyilangkan
sebelah kakinya, duduk mengamati pekerjaan Dennis tanpa suara. Lalu
Speedy datang menghampirinya. "Speed! Jangan kotori pakaianku!" Calvin mengusirnya, "dasar anjing
manja." Dengan berat hati Speedy meninggalkannya dan beralih kembali ke
tempat Dennis. "Bagaimana jamnya" Bisa diperbaiki""
"Aku belum begitu yakin, tapi akan kucoba."
"Ayolah.aku yakin tukang sepertimu pasti bisa memperbaikinya. Jam
antik itu sayang kalau sampai tidak bisa jalan."
Dennis tidak menjawabnya, sibuk.
"Pesta kemarin meriah sekali ya, aku sangat senang malam itu. Akhirnya aku bisa
mengumumkan pertunanganku secara resmi pada semua orang." "Aku lupa mengucapkan selamat."
Ann memasuki ruang tamu itu, menatap Calvin, "Kau sudah datang.
Kenapa tidak memanggilku""
"Aku kira kau lagi ganti baju. Loh" Kenapa belum ganti baju"" Calvin melirik arlojinya, "satu jam lagi loh."
"Aku tadi keasikan bikin tugas," jawab Ann sambil memasuki ruang makan keluarga. Calvin mengikutinya.
Sekedar informasi, ruang tamu dan ruang makan hanya bersebelahan dan tanpa sengaj
a pun Dennis bisa mendengar semua percakapan mereka.
"Kau kenapa" Sepertinya tidak terlalu niat pergi" Kau tidak mau
menemui orang tuaku""
"Bukan begitu. Aku tadi cuma kelupaan."
"Kalau begitu..." Ann dipeluknya dari belakang, "kuharap kau bisa
segera ganti baju... lalu kita berangkat menemui ayah-ibuku. Mereka semua sudah
tidak sabar menemuimu, Ann. Kalian kan cuma pernah ketemu 3 kali waktu di London itu. Ibuku
bilang dia sudah kangen dengan calon menantunya. Nah, lalu sehabis menemui
mereka....aku akan membawamu makan-makan di restoran Italy yang
kau bilang enak itu."
Ann tersenyum kecil ,"Iya.iya.aku ganti baju dulu."
"Nah,gitu donk. Yang cepat ya, aku tunggu." Calvin melepaskan
pelukannya, "jangan kelamaan ya."
Setelah Ann naik ke atas, Calvin kembali ke ruang tamu dengan wajah berseri-seri. Ia
mengamati Dennis yang sedari tadi terus jongkok memperbaiki jam itu,
"Kau tidak keberatan kan, kerja sendirian" Nanti aku dan Ann mau pergi ke rumah orang tuaku.
Kalau pekerjaanmu belum selesai dan kau sudah mau pulang, pulang saja. Ah.rasanya
aku sudah tidak sabar membawa Ann pada kedua orang tuaku. Ann itu benar-benar tipe
yang disukai mereka. Mereka ingin kami segera menikah." Dennis terus berkutat dengan peralatannya. "Siapa namamu kemarin" Aku lupa." "Dennis."
"Oh iya....Dennis. Hey, ngomong-ngomong apa sekarang kau tengah
menjalin hubungan spesial dengan seseorang"" "Tidak. Kenapa""
"Kenapa tidak ada" Setahuku pekerjaanmu itu tidak terlalu menyita
waktu. Sekali-kali ambil cuti saja, bekerja terlalu keras tidak baik bagi kehidupan sosialmu."
Dennis tersenyum simpul, "Aku tidak sepertimu. Kalau aku tidak kerja, dari mana aku makan""
"Hm... susah juga ya. Seperti yang kukatakan kemarin, mungkin ada
baiknya kau cari pekerjaan yang lain saja. Jadi tukang servis itu tidak ada untungnya. Apa kau
menyelesaikan kuliahmu ""
"Tidak, putus tengah jalan."
"Kenapa" Tidak cukup biaya" Sayang sekali. Padahal dengan kuliah
tinggi kita baru bisa dapat gelar dan mencari pekerjaan yang layak." Apa maksudnya"! Apa pekerjaanku ini tidak layak"!!
"Oh ya.kata Ann kau teman lamanya. Apa kau bisa sedikit menceritakan tentang Ann di
masa-masa remajanya" Aku yakin kau pasti sangat mengenalnya." "Kau ini kan tunangannya. Kau pasti jauh lebih mengenalnya."
"Entahlah..." wajah Calvin sedikit berubah, "kadang Ann dari luar
memang kelihatan adem ayem saja.tapi aku tidak terlalu yakin apa selama ini dia memang sudah terbuka
padaku. Dia itu misterius, aku merasa masih banyak rahasia yang ia sembunyikan dariku.
Aneh juga ya, apa mungkin aku yang terlalu banyak pikiran""
"Seharusnya kau tidak memikirkan yang bukan-bukan. Dia itu
tunanganmu, sudah pasti dia akan terbuka padamu. Beri dia kesempatan karena semuanya tidak bisa instan.
Kadang kita tidak bisa memaksa seseorang untuk selalu terbuka pada kita, karena dalam
diri seseorang pasti ada sesuatu yang lebih baik disimpan sendiri." Dennis melamun
meresapi ucapannya sendiri. Calvin menatapnya tajam.
"Ah sudahlah, aku memang tidak pandai memberi nasehat."
Di saat yang bersamaan Ann muncul di tengah-tengah mereka. Ia tersenyum ringan pada
Calvin, "Yuk, berangkat."
Calvin mengandeng tangannya, "Ayo."
Ann pergi begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Dennis. Setelah keduanya pergi, Dennis melempar peralatannya ke lantai. Ia tidak capek, tapi hatinya yang capek.
"Aku harus benar-benar melupakan majikanmu," ia kembali mengelus
Speedy, "kau lihat sendiri kan" Dia samasekali sudah melupakanku. Kalau dia bisa, kenapa aku tidak"
Kadang aku pikir.lebih baik pertemuan kami yang kemarin lusa itu tidak perlu terjadi
sama sekali. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku melepaskan dia begitu saja
lima tahun yang lalu. Manusia memang bodoh, Speed. Sebodoh aku yang melepaskan
cinta tanpa berusaha mempertahankannya. Kadang manusia harus kehilangan dulu, baru
bisa merasakan betapa berartinya cinta itu." Speed menatapnya bingung.
Kira-kira pukul 2 siang Dennis baru pulang dari rumah Ann. Jam yang
diberi nama Selina itu belum bisa diperbaiki sampai selesai, mungkin besok baru bisa dilanjutkan lagi.
Karena Ann belum pulan g, Dennis hanya berpamitan dengan pembantu rumah tangganya.
Pembantu itu membukakan pintu pagar untuk Dennis.
Tapi sungguh di luar dugaan, tepat di depan pintu pagar yang tinggi
menjulang itu, Dennis berpas-pasan dengan seorang pemuda yang rasanya masih segar di ingatannya.
Pemuda itu melotot marah melihat Dennis, "Kau"! Apa yang kau lakukan di sini!"
Dennis menyilang kedua tangannya di depan dada, "Oh.rupanya kau, bocah reseh.
Sudah lima tahun akhirnya kita bertemu lagi."
Pemuda itu tidak lain lagi adalah Josh. Mungkin ia yang paling tidak
banyak berubah di antara mereka semua, masih dengan rambut cepak dan wajah
tampannya yang babyface, "Hey brengsek, ngapain di rumah Ann"! Sudah lima tahun kenapa kau
bisa tiba-tiba muncul di depan mataku"! Kukira kau sudah mati!"
"Lalu maumu apa" Berantem lagi kayak dulu!""
"Jawab pertanyaanku dulu! Kenapa kau bisa ada di sini!"
Dengan santai Dennis mengangkat kotak peralatannya tinggi-tinggi,
"Selamat berkenalan dengan tukang reparasi." "Apa-apaan ini."
"Aku datang ke sini untuk memperbaiki jam. Memangnya kau kira aku maling""
"Memperbaiki jam"" Josh tertawa mengejek, "Kenapa bisa serba kebetulan begitu ya"
Selama lima tahun kau lenyap dari kehidupan Ann, lalu di siang bolong begini tiba-tiba
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau muncul di rumahnya untuk memperbaiki jam. Dasar tidak punya harga diri."
"Apanya yang tidak punya harga diri" Aku heran...kenapa di dunia ini
ada orang sepertimu yang selalu sok ikut campur urusan orang lain. Urusan yang lalu
itu hanya di antara aku dan Ann, jangan sok tau!!"
"Aku sok tau"!"
"Seperti anak kecil saja....Minggir," Dennis menepis Josh menyingkir dari
jalannya. Josh merasa tidak senang, ia menarik kemeja Dennis dan menyeretnya ke hadapannya.
Di saat yang bersamaan datang mobil sedan milik Calvin. Calvin membunyikan klakson
kecil memanggil mereka. Sementara Ann menatap Dennis dan Josh dengan cemas. Ia
segera turun dari mobil dan menghampiri mereka sebelum terjadi
perkelahian lagi seperti dulu. "Josh, kenapa kau bisa di sini""
"Seharusnya aku yang tanya, kenapa bajingan ini bisa ada di rumahmu!" "Dia datang untuk memperbaiki jam kuno pemberian Calvin." "Memangnya tukang reparasi di kota ini sudah mati semuanya!" Kenapa harus manggil dia!"
"Bukan aku, tapi Calvin yang memintanya."
Josh menoleh ke arah mobil Calvin. Calvin ikut keluar, ia memandang
mereka dengan tatapan bingung.
"Tolong jangan bikin keributan di sini." Ann memelas.
Josh melepaskan cengkramannya, dengan sangat terpaksa ia akhirnya
mau membebaskan Dennis. Tapi kedua pemuda itu masih terlibat adu mata yang sengit. Wajah keduanya terlihat penuh amarah.
Mau tak mau Ann terpaksa menarik Dennis menjauh dari Josh, "Dennis,
pulanglah. Aku tidak mau kalian bertengkar lagi seperti dulu."
"Aku memang sudah mau pulang. Pekerjaanku belum selesai tapi aku
akan menyelesaikannya besok," Dennis melotot pada Josh, "bilang ke
temanmu itu, lain kali jangan suka reseh!"
Tanpa curiga sedikitpun, Calvin menghampiri Josh, "Ada apa" Kenapa tegang begini""
"Tegang apaan"! Kau ini bodoh sekali, kalau aku jadi kau.aku akan sewa tukang servis
lain! Aku tidak akan membiarkan bajingan itu menginjak kakinya lagi di rumah Ann!" "Memangnya kenapa""
"Ya ampun.dia itu kan pacar pertamanya Ann! Masak kau tidak tahu sama sekali"! Ann
pernah punya kenangan yang pahit dengannya! Aku tahu dia pasti
masih mengincar Ann!" Calvin terperangah, "A.apa kau bilang""
"Kau tidak tuli kan" Awasi orang itu baik-baik, jangan sampai dia dekat-
dekat dengan tunanganmu! Ann itu pernah punya cerita dengannya, dan kujamin kau akan menyesal
kalau cerita itu sampai terulang lagi."
Calvin memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, matanya tajam mengamati Ann
yang sejak tadi terus berada di situ membujuk Dennis untuk pergi. Tiba-tiba saja ia sadar
sesungguhnya ia belum mengenal Ann dengan jelas. Matanya lalu
bergantian mengawasi Dennis. Ada apa sebenarnya antara kau dan tunanganku "!
Josh berkacak pinggang menatap Ann di ruang tamu yang sepi itu, "Aku tidak mengerti
kenapa kau tidak mau menceritakan tentang Dennis pada Calvin."
"Buat apa" Tidak ada yang perlu diceritakan
." "Tapi dia itu kan tunanganmu. Apa kau tidak merasa aneh telah
merahasiakan sesuatu padanya"" "Josh, aku tidak merahasiakan apapun pada Calvin. Aku tidak memberitahu dia karena
aku rasa semua itu hanya kejadian kecil di masa laluku, tidak ada yang istimewa sampai
harus diceritakan padanya. Memangnya aku harus cerita semua
kejadian masa laluku sampai sedetail-detailnya" Lagipula aku tidak pernah menganggap antara aku dan Dennis
pernah punya hubungan khusus, karena kuanggap semua itu palsu."
"Tapi kau....kau tentunya tidak berpikiran ingin kembali lagi pada Dennis
kan"" Ann menoleh kaget, "Tentu saja tidak!"
"Syukurlah...aku tidak bisa membayangkan kalau kau sampai punya
pikiran seperti itu."
Josh mengaruk kepalanya. "Oh ya, buat apa kau datang ke rumahku""
"Cuma mau minta maaf kemarin aku tidak bisa datang ke pesta ulang
tahunmu. Aku lagi banyak kerjaan."
Ann tersenyum penuh selidik, "Banyak kerjaan atau banyak acara" Sama Sherly kan""
Sherly adalah nama pacar Josh. Mereka berkenalan setengah tahun
yang lalu di kantor tempat kerja Josh, lalu mulai pacaran serius sejak seminggu ini. Tentu saja
Josh sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi terhadap Emma, perasaan itu sudah sirna sejak mereka
sama-sama dewasa. Ia bahkan nyaris kehilangan kontak dengan Emma. "Kapan nih nyusul"" Ann memamerkan cincin tunangannya sambil tertawa.
"Waduh... .aku kan tidak seperti Calvin, harus kumpulin duit dulu baru
berani married. Jadi Calvin sih enak....segala-galanya udah punya. Ayahnya saja
pejabat..Oh ya, kalian kapan nih marriednya" Di sini atau di London""
Ann mengendik bahu, "Tidak tahu." "Kelihatannya kau tidak terlalu berminat..."
"Bukan begitu. Aku ini cuma terima apa maunya dia. Katanya sih bulan depan, mungkin di London."
"Selamat ya....aku senang akhirnya kau bisa menemukan pasangan
seperti Calvin. Dia itu tipe pria yang tidak akan mengecewakanmu. Kau sangat beruntung." "Kau benar. Aku memang sangat beruntung." Ann tersenyum simpul. Sangat beruntung...
Calvin duduk tenang di ruang tamu dalam apartemen mewahnya. Semua keterangan yang
diberikan oleh pegawai ayahnya didengarnya baik-baik. Setelah pegawai itu selesai
membeberkan semua hasil penyelidikannya, Calvin mengangguk kecil
dan memintanya pergi. Kemudian ia merenung sendiri.
Dennis Lionardi.....aku sudah tahu semuanya...
Keesokkan harinya... "Dennis, ada yang mencarimu di luar," teriak salah satu teman kerja
Dennis. Dennis yang sedang bersama dengan Heru memperbaiki pesanan seorang pelanggan,
langsung membersihkan tangannya dan tergopoh-gopoh berlari keluar. Ia terkejut melihat
Calvin tengah berdiri di sana menantinya. Kehadiran pria itu terlihat paling mencolok di
tengah-tengah para karyawan. Tapi setelah melihat Dennis, Calvin langsung memberi
isyarat padanya untuk bicara di luar. Dennis hanya mengikutinya saja sampai di tempat
parkir Calvin. "Wah, ada perlu apa nih kau sampai datang kemari" Aku baru saja mau
berangkat ke rumah Ann." Dennis menghampiri Calvin yang menunggu tepat di depan
mobilnya. Tapi entah kenapa Calvin mengeluarkan sejumlah uang dari balik jas mahalnya, "Berapa semua biaya pekerjaanmu"" "Maksudmu""
"Aku akan bayar tunai, hari ini tidak perlu datang lagi ke rumah Ann."
"Kenapa" Jam itu kan belum selesai kuperbaiki."
"Tidak masalah, lagipula tadi aku sudah terlanjur menyewa tukang lain
dari rekomendasi temanku. Tukang itu yang akan melanjutkan sisa pekerjaanmu." Dennis memiringkan kepalanya, menatap Calvin samar, "Kenapa kau
tidak mengizinkan aku mengerjakan pekerjaanku sampai selesai" Apa kau kira aku tidak sanggup""
"Aku tidak ragu pada kemampuanmu. Seperti yang sudah kubilang tadi, aku sudah
menyewa tukang lain. Ini, ambil saja bayaranmu."
Tapi dengan sopan Dennis menepis uang itu, "Pekerjaan belum
kuselesaikan, mana boleh aku terima bayaran" Simpan saja untuk tukang servis baru itu."
Calvin mengangguk kecil. Kemudian ia menyimpan uang itu kembali ke dalam saku
jasnya dan langsung menatap Dennis dengan dingin, "Kelak aku harap
kau tidak perlu datang ke rumah Ann lagi."
"Hah"" "Kau dengar kataku tadi kan""
Dennis terdiam sesaat. "Jangan kau kira aku t
idak tahu apa-apa tentang hubungan kalian ini.
Aku sudah menyelidikimu baik-baik, Dennis. Aku tahu semuanya. Kau pernah punya hubungan
khusus dengan Ann lima tahun yang lalu, tapi kau mencampakkannya demi uang."
"Aku tidak tahu cerita versi mana yang kau dengar, tapi yang pasti aku
tidak mencampakkan Ann, apalagi demi uang."
"Silahkan berdalih, tapi fakta kalau kau mendekati Ann karena ingin
melunasi hutang ayahmu adalah benar kan""
Dennis malas menjelaskan setiap kali ada orang yang menyalahkan dirinya karena itu,
"Awalnya memang begitu, tapi setelah aku benar-benar menyukainya, sedikitpun aku
tidak berniat menyakitinya." Dijelaskan sampai berapa kali pun tidak
akan ada yang percaya.. "Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu pada Ann, tapi yang jelas
sekarang Ann itu tunanganku. Aku tidak suka melihat kau mondar-mondir dalam
kehidupannya setelah sekian lama menghilang."
"Tidak ada yang menghilang. Bukankah Ann sendiri yang kuliah di Inggris
selama lima tahun ini dan tidak pernah pulang" Aku sama sekali tidak bermaksud menampakkan diri
di depannya begitu saja, pertemuan kami terjadi secara kebetulan. Kalau kau keberatan,
aku maklum. Percayalah, aku sendiri tidak berharap bisa bertemu lagi dengannya."
Calvin melepaskan kacamata tipisnya, wajah tampannya menyiratkan kebencian yang
dalam, "Dengarkan aku baik-baik, tukang servis. Aku tidak mau tahu
apa-apa saat ini, aku hanya mau menegaskan padamu sekali lagi, jangan sampai kau berani dekati tunanganku itu, karena sebenarnya aku tidak yakin baik kau maupun Ann sudah saling
melupakan atau belum. Aku tidak mau ambil resiko kehilangan Ann karena kau. Asal kau
tahu saja, aku bisa saja berubah menjadi orang yang sangat jahat kalau
aku ingin mempertahankan sesuatu." "Apa maksudmu""
"Kalau kau berani mendekati Ann lagi.. "
"Tunggu, siapa bilang aku mau mendekati Ann lagi""
"Tidak usah pura-pura, aku bisa membaca semua yang ada di kepalamu
itu. Kau mungkin tidak pernah kepikiran ingin merebut Ann dariku, tapi tentunya kau berharap bukan" Aku
yakin kau juga sadar kau ini bukan apa-apa jika dibandingkan denganku. Apa dengan
keadaanmu yang seperti ini kau bisa merebut Ann kembali ke sisimu" Jangan mimpi di
siang bolong. Memandangmu saja Ann sudah tidak sudi." Dennis naik pitam, tapi ditahannya, "Lalu apa maumu"" "Aku mau kau tahu diri sedikit. Jangan dekati Ann lagi, kalau tidak aku akan memastikan
kau akan menyesal seumur hidupmu. Sudah kubilang tadi, aku bisa berubah menjadi
orang yang jahat kalau aku ingin mempertahankan sesuatu. Aku tahu semua latar
belakang kehidupan masa lalumu yang suram, tentunya kau tidak ingin
semua itu terulang lagi kan" Kalau kau masih berani merebut milikku yang paling berharga, aku
pun akan berbuat hal yang sama." "Jangan bertele-tele! Apa maksudmu!"
"Akan kubuat kau kehilangan pekerjaanmu. Segalanya. Orang-orang
yang ada di sekitarmu pun akan kubuat menanggung akibatnya. Kau mengerti"" "Keparat."
"Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Ingat baik-baik, Dennis,
aku bisa saja menjadi orang jahat. Kau tentunya tidak mau kehilangan segalanya kan""
Dengan marah Dennis menarik kerah kemeja Calvin, tangannya mengepal marah siap
meninju wajah angkuh itu, "Tadinya kukira kau orang baik-baik, kukira kau memang
pantas mendampingi Ann. Tapi ternyata kau cuma orang licik yang menghalalkan segala
cara untuk menekan orang lain! Apa istimewanya menjadi orang kaya
yang punya kekuasaan"! Aku tidak takut padamu!!"
"Oh ya" Sekali saja kau memukulku, aku jamin kau akan menyesal seumur hidup."
Calvin menyeringai licik.
Tadinya Dennis sudah setengah mati menahan diri untuk tidak menghajar Calvin, tapi
pria itu malah mencondongkan wajahnya menantang Dennis.
"Kenapa" Bukankah tadi kau bilang tidak takut padaku" Lalu kenapa
kau tidak berani menghajarku"" Calvin tertawa sinis, "orang-orang pinggiran sepertimu
memang paling pengecut, gampang ditekan."
"Keparat!!" Dennis tidak kuat menahan emosinya, dihajarnya wajah sombong itu
sampai telak. Calvin terhuyung jatuh, tapi dalam sekejap ia sudah bangkit lagi. Darah
menetes sedikit dari bibirnya, "Hanya segini kemampuanmu, tukang servi
s" Kenapa" Kurang makan jadi tidak kuat menghajar orang"! Rakyat jelata sepertimu memang
memalukan. Tukang pukulku saja bisa memukul anjing lebih baik darimu!"
Dennis semakin kalap, lagi-lagi ia mengayunkan tinjunya ke wajah Calvin.
Kali ini sangat keras, Calvin sampai tersungkur di bawah dan butuh waktu yang
lama untuk bangkit. Nafas Dennis turun naik. Tapi kemudian ia meredakan emosinya, otaknya
berpacu keras untuk berpikir. Ada yang aneh...kenapa aku punya perasaan kalau si brengsek ini
memang sengaja minta dihajar" Seakan-akan ia yang menawarkan diri" Belum sempat Dennis memecahkan teka-teki itu, semuanya sudah
terlambat. Tiba-tiba entah dari mana sebuah taxi berhenti di depan mereka. Ann turun dari taxi itu
dan tergesa-gesa menghampiri tempat mereka dengan wajah
ketakutan. Dennis terperanjat menahan nafas, bagaimana mungkin Ann bisa tiba-tiba muncul"!
Berbagai kemungkinan skenario yang dirancang Calvin semuanya berterbangan di dalam
benaknya. Saat Dennis menyadari kehadiran Ann yang begitu di luar
dugaan, ia baru bisa menebak apa maunya Calvin itu.
Sial....orang licik ini pasti sudah mengatur semuanya!!!!
Benar dugaan Dennis, begitu melihat Ann datang, tiba-tiba saja Calvin berakting
meronta-ronta kesakitan sembari memegang luka di wajahnya. Ann memeganginya
dengan cemas, "Calvin, kau tidak apa-apa""
"Kenapa kau lakukan ini!!" Ann mengangkat wajahnya dan membentak
Dennis dengan suara tinggi, "kenapa kau memukuli Calvin"!"
Dennis tercekat, "Ann, dengar aku baik-baik, aku tidak....." astaga,
bagaimana aku menjelaskannya!! "dia duluan yang mencari masalah!!"
Calvin bangkit berdiri dengan susah payah. Wajahnya tidak ada luka yang berarti, tapi
tingkah lakunya dibuatnya seolah-olah ia sangat kesakitan. Ia menatap Dennis dengan
akting pura-pura ketakutan, "Aku menemuinya di sini karena aku memintanya tidak perlu
datang ke rumahmu lagi untuk memperbaiki jam, tapi entah kenapa dia marah sekali dan langsung menghajarku.".
"Pembohong!! Ann, jangan dengarkan dia!!! Makhluk ini lebih licik
daripada yang kau kira!!"
"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kau memang menghajarnya, Dennis!!! Bisabisanya
kau malah balik menuduh Calvin"! Orang sepertimu mana bisa kupercaya!"
"A.. .apa.." Dennis semakin terpojok.
"Ann, sudahlah....jangan cari masalah lagi dengannya." Calvin pura-
pura prihatin, "kita pergi saja."
Dennis mencekal tangan Ann, "Ann, dengarkan aku dulu! Ini tidak seperti
yang kaulihat! Dia sengaja memancing emosiku."
Ann dengan kasar melepaskan tangan Dennis, "Keterlaluan kau, Dennis! Kau tidak perlu
menjelaskan apa-apa lagi karena aku sudah melihat semuanya!"
"Tapi dia dulu yang mengancamku!! Dia sengaja mengatur semua ini
supaya kau datang dan melihat semuanya! Dia berbuat seperti ini supaya kau semakin
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membenciku!!" "Bicara apa kau"" Ann menatapnya dengan sinis, "aku tidak mau
mendengar apa-apa lagi darimu! Cepat pergi dari hadapanku."
"Ann, tunggu dulu!"
Ann berlari masuk ke dalam mobil Calvin, sedikitpun ia tidak menghiraukan teriakanteriakan
Dennis dari luar. Calvin menoleh ke tempatnya, tersenyum kecil kemudian langsung mengemudikan mobil itu kencang-kencang.
Di dalam apartemen Calvin...
"Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud membuatmu cemas.
Seharusnya kau tidak perlu
datang ke sana." ujar Calvin sewaktu Ann mengompres luka di bibirnya. "Aku langsung datang ke sana setelah kau telepon. Tadinya kukira ada
apa, kau bilang di telepon kalau kau ingin aku ikut bicara pada Dennis. Tapi begitu sampai
di sana, aku malah melihat dia sedang memukulimu."
"Maaf....seharusnya aku tidak menyuruhmu datang. Aku juga tidak tahu
kenapa dia bisa berbuat seperti ini. Dia menghajarku seperti orang gila saja!"
Ann meletakkan kantung kompresannya, wajahnya terlihat lesu.
"Aku tidak mengerti kenapa Dennis bisa semarah itu. Aku bilang baik-baik
padanya kalau dia tidak perlu datang lagi tapi dia langsung."
"Calvin," potong Ann, "ada yang harus kuceritakan padamu."
"Tentang apa""
"Tentang Dennis dan aku. Dennis itu sebenarnya..."
"Mantan pacarmu""
Ann mendongak kaget, "Kau sudah tahu""
"Josh yang memberitahuku kemarin. Aku tidak mar
ah padamu, Ann. Lagipula itu hanya masa lalu, kau memang tidak perlu memberitahuku semuanya." "Tapi sebenarnya di antara kami tidak bisa dianggap punya hubungan khusus."
"Aku percaya padamu, Ann. Sejujurnya aku memang takut setelah
mendengar semuanya. Makanya aku tiba-tiba ingin menggantikan Dennis dengan pekerja lain,
karena aku khawatir dia akan mendekatimu lagi. Aku tahu kekhawatiranku itu tidak beralasan.seharusnya aku tidak perlu berbuat begitu. Aku tidak menyangka dia akan
marah besar sampai menghajarku segala."
"Calvin...kau perlu tahu satu hal, antara aku dan Dennis benar-benar
tidak ada apa-apa lagi. Itu hanya masa lalu."
"Kau sungguh tidak punya perasaan apa-apa lagi padanya""
Ann tertawa kaku, "Kau becanda" Tentu saja tidak. Setelah semua yang
ia lakukan padaku, mana mungkin aku masih menyimpan perasaan padanya.
Lagipula....setelah melihat perbuatan dia padamu hari ini.aku jadi tahu dia memang tidak pernah berubah,
tetap saja suka berbuat seenak hatinya. Dia tidak pernah berhenti membuatku kesal."
Calvin meraih tangan Ann dan meremasnya lembut, "Tadinya aku kira kehadiran Dennis
bakal mengancam hubungan kita, tapi kini aku percaya sepenuhnya padamu. Berjanjilah
padaku mulai sekarang kau tidak akan menyembunyikan apa pun lagi
dariku." "Baiklah." Malam harinya saat Ann sedang sibuk menyelesaikan tugas kuliahnya
yang menumpuk, pembantu rumah datang memberitahu Ann bahwa ada seorang pria yang ingin
menemuinya. Ann menyuruh pembantu rumah membukakan pintu dan bilang pada orang
itu ia akan segera turun. Tapi tak lama kemudian pembantu itu datang lagi , katanya tamu
itu tidak mau masuk ke dalam. Ia hanya mau menunggu Ann di luar rumah.
Dengan malas-malasan Ann mematikan laptopnya dan segera keluar dari rumah. Tamu
macam apa yang lebih memilih bertemu di depan rumah daripada diundang masuk"
Sesampai di depan pagar, ia kaget melihat tamu itu ternyata Dennis.
"Mau apa kau ke sini"! Aku tidak mau bicara apa-apa lagi." Ann segera
mengambil langkah seribu meninggalkan Dennis. Tapi kali ini Dennis tidak akan melepaskannya. Ia dengan gesit menyambar pergelangan tangan Ann, memaksanya tetap berdiri di sana.
"Aku tidak rela selalu menjadi pihak yang disalahkan! Kau tenang saja, aku juga tidak
akan berlama-lama di sini." Dennis mengendurkan pegangannya,
"mungkin apa pun yang
kujelaskan padamu tidak akan bermanfaat, aku tahu sedikitpun kau tidak
akan mempercayaiku. Tapi aku minta kali ini kau harus percaya padaku! Kejadian tadi pagi sungguh di luar kemauanku."
"Kau memang selalu memakai alasan itu, Dennis. Apa pun yang kau
lakukan selalu kau bilang di luar kemauanmu!"
"Calvin tidak seperti yang kau puja-puja selama ini! Dia datang ke
tempatku, mengancamku agar tidak menemuimu lagi atau aku akan dibuatnya menyesal seumur
hidup. Dia memang memiliki segalanya, uang dan kekuasaan yang aku tidak punya. Tapi
aku tidak akan mau menjadi bulan-bulanannya! Terserah kau mau percaya padaku atau
tidak, aku hanya mau kau tahu yang sebenarnya! Aku tidak mau kelak kau menikah
dengan orang yang salah."
"Calvin bukan orang seperti itu. Aku tidak akan percaya padamu, Dennis. Sejujurnya
kukatakan padamu, aku menyesal kita bertemu lagi di taman itu. Apa kau tahu,
sebenarnya aku berharap tidak pernah melihatmu lagi!" Ann menatapnya kosong, "lima
tahun adalah waktu yang lama, aku baru bisa sembuh dari semua luka yang kau buat
padaku itu selama lima tahun! Aku sekarang sudah punya hidup yang baru, aku bahkan
sudah mulai bahagia dengan pertunanganku. Tapi tiba-tiba saja kau muncul di depan
mataku dan merusak semuanya! Apa kau tidak merasa bersalah padaku, setelah aku bisa
pulih kembali dari semua lukaku lalu kau mau buat luka yang baru lagi""
Dennis diam. "Apa hakmu menuduh Calvin orang yang salah" Aku tidak menyesal
bertunangan dengannya, setidaknya aku tidak merasa tertekan setiap kali berhadapan dengannya, aku punya jaminan dia tidak akan menyakitiku dan setidaknya aku tahu dia
sungguh-sungguh mencintaiku!"
"Apa bersamaku tidak ada perasaan itu""
"Jika aku bersamamu yang akan kurasakan hanyalah kesengsaraan!
Apa kau tahu, berdiri di sini menatapmu sa ja aku sudah sangat menderita "!" Dennis terpukul sekali, "Sedalam itukah kebencianmu padaku""
"Seharusnya kau sudah sadar sejak pertama kali kau menyakitiku. Aku
tidak mengerti apa maumu sebenarnya, dulu kau bilang aku harus melupakanmu, lalu setelah aku
berhasil melupakanmu kau malah memaksaku agar tidak membencimu. Aku tidak tahu
sampai kapan aku bisa memaafkanmu! Jadi aku mohon Dennis, pergilah dari
kehidupanku. Jangan kau ganggu aku dan Calvin lagi, biarkan aku hidup lepas dari
bayang-bayangmu. Tolong jangan rusak kebahagiaanku."
"Begitu ya"" Dennis mengangguk kecil, kemudian perlahan-lahan
melepaskan pegangan tangannya dari Ann, "aku hanya mau kau tahu satu hal. Aku tidak
pernah ingin menyakitimu sedikitpun. Mungkin sudah terlambat bagiku untuk
mengatakannya, tapi aku memang mencintaimu. Mudah bagimu untuk melupakanku, tapi aku tidak bisa
melupakanmu meskipun kau beri aku waktu selama 5 tahun atau lebih!
Aku tidak akan bisa! Aku menyesal atas semua perbuatanku dulu. Aku tidak menyalahkanmu kalau kau memang sangat membenciku, aku memang bodoh telah
melepaskanmu begitu saja.
Kupikir itu semua demi kebaikanmu, tapi ternyata semuanya hanya akan membuatmu
salah paham dan terus membenciku. Sampai kapan pun kau tidak akan percaya kalau aku
sungguh mencintaimu, semua yang kulakukan, semua yang kukatakan untuk
menyakitimu waktu itu, kulakukan karena terpaksa!"
Ann tercengang diam, "Kau...kau bilang apa"" Ia kaget mendengar semuanya.
"Aku tahu semua yang terjadi di antara kita tidak bisa dirubah lagi, tapi kalau saja aku
bisa memutar balik waktu....aku tidak akan sekalipun menyakiti hatimu,
aku tidak akan melepaskanmu hanya karena aku merasa tidak pantas mendampingimu. Tapi waktu itu
aku tidak bisa berpikir panjang, aku malah melepaskanmu begitu saja dan sekarang
semuanya sudah terlambat. Aku juga menyesal kenapa kita harus bertemu lagi. Bukan
hanya kau yang menderita, Ann, aku bahkan lebih menderita tapi aku selalu
menyimpannya dalam hati dan sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah bisa pulih
sepertimu! Tapi aku janji tidak akan merusak kebahagiaanmu dengan Calvin. Aku juga
tidak akan mengganggumu lagi kalau memang itu maumu. Kalau kau meminta aku
pergi....aku akan pergi."
Dennis menatapnya untuk yang terakhir kali, kemudian melangkah pergi, meninggalkan
Ann seorang diri berdiri di sana.
Tinggal Ann di sana, berusaha membunuh semua keraguan yang kini mulai merasuki
hatinya. Semakin ia mencoba untuk tidak percaya, semakin ia
tenggelam dalam keraguan itu. Dalam ruang kerja yang gelap itu Ann menekan nomor telepon rumahnya di Inggris,
jantungnya berdegup kencang saat mendengar suara Papa, "Papa... maaf meneleponmu
malam-malam begini."
Di ujung sana Papa tertawa, "Tidak apa-apa, sayang. Ada apa
sebenarnya, sampai interlokal begini" Kamu kedengarannya sedang ada masalah."
"Ada yang ingin kutanyakan pada Papa." "Ya" Tanyakan saja."
"Lima tahun yang lalu....Papa pernah memberi cek kosong pada Dennis.
Apa Papa masih ingat""
Papa terdiam. Ada jeda panjang di antara mereka.
"Papa....tolong jawab aku yang jujur. Cek kosong itu apa pernah
dicairkan oleh Dennis""
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal ini""
"Tolong, Papa. Jawab aku." Papa diam lagi. Yang ada hanya suara nafasnya.
"Ann, sebelum Papa mengatakan yang sejujurnya padamu. Papa mau kamu mengerti satu
hal, apa yang Papa lakukan ini semuanya demi kebaikanmu. Papa takut pemuda itu akan
merenggut semua kebahagiaanmu, jadi Papa." "Pa, tolong jawab saja pertanyaanku itu." "Ann.. "
Jantung Ann rasanya mau copot, ia seolah-olah mati rasa. Dicengkramnya gagang
telepon itu kuat-kuat, air matanya siap menetes, "Cek itu....cek itu
ternyata tidak dicairkan Dennis, bukan" Ternyata dia tidak pernah memakainya.Benarkah""
"Ann... Papa... Papa sungguh tidak bermaksud membohongimu, waktu itu
Papa benarbenar mengira dia sudah memakai cek itu. Maafkan Papa, Ann, Papa tidak memberitahumu karena Papa tidak mau kamu terjerumus lebih dalam lagi dengan
pemuda itu, selain itu Papa kira antara kamu dan pemuda itu semuanya sudah berakhir,
jadi tidak ada yang perlu diungkit-ungkit lagi. Apa kamu sada
r, Papa terpaksa melakukan ini semua demi masa depanmu" Lihatlah dirimu sekarang..kamu sudah punya
segalanya, tidak kekurangan apapun juga, bukankah itu lebih baik ketimbang hidup
luntang-lantung dengan pemuda itu""
Jadi benar Dennis tidak mencairkan cek itu....
Pegangannya pada gagang telepon itu terlepas begitu saja, sekujur
tubuhnya membeku kebingungan.
Ann sudah mencoba untuk tidak menangis, tapi air mata itu terus menetes tanpa ia sadari.
Ia tidak perlu mempertanyakan hal-hal yang lainnya lagi, hanya perlu tahu satu
kebenaran itu saja sudah cukup untuk mengetuk hatinya, menamparnya keras-keras
hingga ia sadar apa yang sebenarnya terjadi lima tahun yang lalu. Ia lalu meringkuk di bawah seorang diri. Menahan penyesalan yang sangat amat dalam.
Menyesal kenapa ia tidak mau menghiraukan kata-kata Emma dan Vincent waktu itu,
menyesal mengapa ia tidak pernah mau mempercayai ucapan Dennis, tapi lebih menyesal
lagi karena ia tidak pernah mau mendengar kata hatinya sendiri. Bukankah sekarang semuanya sudah terlambat" Kini Ann tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap semuanya. Ia sudah terlambat
menyadari kebenaran yang selama ini tersimpan rapat darinya. Ia tidak menyalahkan
Papa sama sekali, ia bisa memaklumi semuanya. Tapi Calvin" Bagaimana Ann harus
menghadapi Calvin setelah ia tahu semuanya" Apa benar yang diucapkan Dennis tadi,
kalau Calvin sengaja mengatur perkelahian itu agar dirinya semakin membenci Dennis"
Perasaan Ann kini terombang-ambing tak menentu, ia benar-benar kehilangan arah.
Butuh waktu lima tahun baginya untuk menyusun kembali kepingan-kepingan hatinya
yang hancur karena Dennis, dan butuh waktu lima tahun baginya untuk
melupakan sosok pemuda itu. Tapi rentang waktu yang begitu lama itu pupus semuanya hanya dalam
waktu satu malam. Dan dalam waktu satu malam itu ia kembali hancur
oleh perasaannya sendiri, oleh kenyataan bahwa sesungguhnya Dennis masih ada di dalam hatinya.
Sesungguhnya ia tidak bisa melupakan pemuda itu. Dan sesungguhnya selama ini ia
hanya berpura-pura kuat, pada kenyataannya ia masih sangat rapuh. Ia tidak pernah bisa melupakan Dennis.
Ini semua tidak perlu terjadi kalau saja ia mau mendengar semua
penjelasan teman-temannya.
Kalau saja ia mau menunggu lebih lama sedikit di taman itu sebelum
keberangkatannya ke Inggris.
Sekarang semua yang sudah susah payah dibangunnya selama ini hancur berantakan.
Perasaannya pada Calvin lenyap tak berbekas. Ia bahkan tidak sanggup membayangkan
dirinya sudah bertunangan dengan pria itu. Bagaimana ia nanti akan menikah dengan orang yang tidak ia cintai"
Aku tidak boleh mengkhianati Calvin.........tapi bagaimana aku bisa
mengingkari perasaanku yang sesungguhnya pada Dennis" Keesokkan harinya...
Calvin bisa mencium gelagat tidak baik dari tingkah laku Ann yang serba
aneh pagi ini. Walaupun mereka sarapan pagi bersama-sama di ruang tamu Ann, tapi
Ann hanya diam saja dan tidak menatapnya sejak tadi. Gadis itu hanya sibuk memainkan sarapannya
dengan garpu, sedikitpun ia tidak menyentuh makanan itu.
"Kemarin aku bertemu dengan keluargaku. Coba tebak apa hasil
percakapan kami semalam" Ayah dan Ibuku minta pernikahan kita dimajukan saja,
mungkin 2 minggu lagi, jadi tidak perlu menunggu kita balik ke London lagi. Ibuku bersikeras mau menyiapkan
segalanya sendiri, katanya pernikahan itu dilangsungkan di sini saja, di gereja tempat
orang tuaku menikah dulu. Kau tidak keberatan kan" Maaf ya.semuanya jadi tiba-tiba
begini. Aku juga sebenarnya tidak mau terburu-buru, tapi mereka terus mendesak."
Orang yang diajak bicara malah diam.
"Ada apa" Wajahmu kelihatan murung sekali." tanya Calvin padanya.
Ann meletakkan garpunya di atas piring, ia termenung sebentar. Kedua tangannya
disembunyikan di balik meja, tangan sebelah kanannya memainkan cincin yang
melingkar di jari manis kirinya dengan penuh perasaan cemas. Ia mengigit bibirnya. Aku
harus jujur pada Calvin, aku tidak mau ia terluka di saat terakhir.
Ann ragu lagi, tapi kalau aku menceritakan yang sejujurnya pada Calvin
sekarang, bukankah sama saja" Ia tetap bakal terluka..
"Ann, aku mohon....ada apa sebenarnya"
Apa ada yang ingin kau katakan padaku""
Calvin menatapnya semakin tajam.
"Calvin, aku tidak bisa menikah denganmu."
Calvin terhenyak kaget, roman mukanya langsung berubah drastis begitu mendengar kalimat tadi.
"Aku tidak bermaksud melukaimu...aku tahu ini kejam sekali dan kau pasti
tidak bisa menerimanya, tapi aku tidak boleh terus menipu diriku sendiri, terlebih-lebih menipu
dirimu. Aku tidak sanggup menikah denganmu, Calvin.. " "Tapi kenapa "!"
"Aku tidak pantas menikah denganmu....selama ini kau terlalu baik,
percayalah kau akan menyesal bila menikah dengan.. "
"Itukah alasanmu yang sebenarnya" Atau kau punya alasan yang lainnya lagi "!" bentak Calvin tiba-tiba.
Ann mengangkat wajahnya, menatap Calvin dengan perasaan bersalah campur kaget.
Baru kali ini ia mendengar Calvin membentak dirinya.
"Jawab aku, Ann! Aku tidak bisa terima kalau memang cuma itu
alasanmu! Sama sekali tidak masuk akal! Setelah bertunangan selama dua bulan kenapa baru sekarang kau
membatalkan pernikahan kita, hah"!"
"Aku..." Ann berusaha mencari akal bagaimana sebaiknya ia harus
menjelaskan semuanya pada Calvin, "itu karena selama 2 bulan ini aku tidak tahu
apa-apa tentang rahasia itu, aku tidak tahu apa-apa tentang kejadian yang sebenarnya
antara aku dan Dennis lima tahun yang lalu."
"Apa kau bilang"" Calvin membanting peralatan makannya ke atas meja. Ia beranjak
cepat dari meja makan itu dan menarik Ann. Wajahnya memerah karena
menahan marah,
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"apa kau bilang tadi"! Dennis katamu"!"
Ann benar-benar kaget, ia melepaskan tangannya dari Calvin, "Aku
harus jujur padamu. Antara aku dan Dennis memang terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan lima tahun
yang lalu, tapi ternyata semua itu hanya kesalahpahaman yang sengaja ditutup-tutupi
dariku. Aku baru tahu semuanya tadi malam, dan aku menyesal padamu.karena saat itu
aku sadar aku masih menyimpan perasaan padanya."
"Jangan kau lanjutkan lagi, Ann." Calvin membuang muka, "hentikan
semua ucapanmu itu, aku tidak mau dengar lagi."
"Calvin, kau bebas memarahiku karena aku memang salah. Tapi bukankah lebih baik aku
menceritakan semuanya padamu sebelum kita menikah dan semuanya
menjadi tidak karuan"" Tapi Calvin diam, wajahnya mengeras dan matanya menyorotkan
kebencian yang mendalam. "Calvin, aku mohon bicaralah padaku. Katakan sesuatu. Apa saja." Ann menatapnya pilu.
Aku telah menyakiti hatinya.tapi aku harus bagaimana lagi" "Kenapa, Ann" Kenapa kau bersedia mengorbankan semua kebahagiaan yang bisa
kuberikan padamu demi orang itu" Kenapa kau rela melepaskan semuanya hanya untuk
menyelamatkan hubunganmu dengannya"!! Apa kau tidak bisa berpikir
dengan akal sehatmu, apa yang bisa kaudapatkan dari pria itu, hah"! Dia tidak punya
apa-apa untuk membuatmu bahagia, dia tidak memiliki semua yang aku miliki! Bersama dengannya
hanya akan membuat hidupmu hancur berantakan!"
Ann memejam matanya, sedih.
"Pikir itu baik-baik, Ann! Apa kau mau mengorbankan segalanya demi
dia"!" "Tapi aku mencintainya, Calvin." jawab Ann tak berdaya, "semua yang
kau ucapkan itu benar. Aku tidak memiliki jaminan dia bisa membuatku bahagia seperti yang bisa
kaulakukan padaku. Dia juga tidak memiliki semua yang kaumiliki. Tapi aku tidak
mengkhawatirkan apa-apa karena aku mencintainya. Aku tidak bisa membuang perasaan
ini jauh-jauh hanya karena aku takut melihat masa depanku dengannya. Aku punya
harapan meskipun itu cuma sedikit, tapi aku tidak peduli."
"Cinta katamu" Berpikirlah secara logika, Ann! Kau tidak bisa hidup
hanya dengan modal cinta! Aku bisa memberimu cinta sebanyak yang kau mau, bahkan lebih!"
Cinta itu buta, ia akan menutup semua pikiranmu hingga kau tidak bisa
berpikir panjang lagi tentang realita. Aku tidak mau munafik, aku tahu betul dengan
Dennis aku tidak punya masa depan yang cerah dibandingkan aku bersamamu. Tapi bagaimana mungkin aku hidup dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai" Bukankah itu
hanya akan menyiksaku dan malah membuatku tidak bahagia" Tidak bahagia sama saja membunuh
diri kita sendiri... sedikit demi sedikit.... hingga apa yang bisa kita lakukan
selanjutnya hanyalah menyesali diri. Aku pernah sekali
tidak percaya dengan apa kata hatiku, dan aku mengingkarinya hingga aku sangat menyesal sekarang. Sekarang aku tidak mau lagi berbuat hal yang sama, aku tidak mau lagi menyesal. Kali ini aku ingin mempercayai kata hatiku.
Melihat Ann tidak bisa menjawab, Calvin hanya menatapnya dengan
dingin. Suaranya terdengar penuh ancaman, "Aku akan menunjukkan padamu seberapa besar cinta yang
bisa kuberikan. Kau pasti akan menikah denganku. Percayalah."
Ia mengeluarkan handphone-nya dari saku, menekan nomor seseorang
dan berbicara sangat singkat, "Kau masih ingat orang yang kemarin kutunjukkan
padamu" Kumpulkan orang-orangmu dan terserah mau kau apakan dia." Ann tercengang tak mengerti, "A..apa maksudmu"" Calvin mematikan HP-nya, diam.
"Kau...kau menyuruh orang-orangmu menghabisi Dennis"!"
"Aku tidak pernah rela kalau ada orang yang sampai berani merebut sesuatu yang berharga dariku."
"Jadi benar kata Dennis, perkelahian kemarin kau yang mengatur
semuanya!! Kau sengaja menyuruhku datang supaya aku melihat semuanya!
Kau.kenapa kau bisa berbuat seperti itu! Kau kejam sekali!"
"Semua orang bisa berubah, Ann. Semua orang bisa berubah kalau ia takut kehilangan
sesuatu. Itu naluri dasar seorang manusia."
Dennis berjalan kaki menuju tempat kerjanya sendirian. Ia sama sekali
tidak menduga sudah ada segerombolan preman yang menguntitnya sejak tadi. Saat Dennis berbelok ke
jalanan yang sepi, mereka tiba-tiba menyerbu ke arahnya dan menghajarnya ramai-ramai.
Dennis kaget bukan main. Semua itu hanya terjadi beberapa menit
setelah mereka mendapat perintah dari Calvin.
Dennis berusaha melawan tapi jumlah mereka terlalu banyak. Meskipun ia berhasil
memberi perlawanan yang sengit pada mereka, tapi tetap saja mereka berhasil
menjatuhkannya. "Aku tidak bisa memastikan apa yang diperbuat orang-orang itu pada
Dennis. Tapi kau tahu kan, orang-orang seperti itu sangat haus uang, mereka akan berbuat semau mereka
kalau aku sudah mengiming-imingkan uang. Kalau Dennis sampai mati, kau tidak perlu
lagi repot-repot memberikan cintamu pada orang lain."
Ann bergidik ngeri mendengar kata-kata penuh ancaman itu. Dipandanginya Calvin
dengan ketakutan, tunangannya itu sudah berubah menjadi sosok yang mengerikan tanpa
ia sadari! Ada sesuatu yang mengerikan di balik sifatnya yang begitu tenang dan kalem.
"Kau tega, Ann" Kalau kau tidak mau mengucapkan sepatah kata yang
enak kudengar, aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau sampai mereka ingin menghabisi nyawa orang yang
kaukasihi itu." "Kau menjijikkan sekali!!"jerit Ann tidak tahan lagi, "kenapa kau tega
berbuat seperti ini padaku!!!"
"AKU LAKUKAN INI SEMUA KARENA AKU TIDAK MAU KEHILANGANMU!! SEKARANG KAU SUDAH TAHU SEBERAPA BESAR CINTAKU UNTUKMU,
ANN"! KAU SUDAH TAHU SEKARANG "!!"
Ann menutup kupingnya kuat-kuat, ia ingin menjerit sekencang-
kencangnya seakan-akan ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Berbagai kilatan bayangan yang
mengerikan berkelebat di depan matanya, menghantuinya dengan
bayangan Dennis yang sedang sekarat dihabisi orang-orang suruhan Calvin. Seolah-olah Ann
bisa mendengar jeritan kesakitannya, melihat darah yang merembes dari sekujur
tubuhnya, merasakan nafasnya yang terputus-putus dan tubuhnya yang menjadi sasaran empuk kebengisan mereka. Ann tidak tahan lagi. Jiwanya ikut meradang membayangkan
semua itu. "Katakan kau akan menikah denganku, Ann! Atau aku akan berbuat lebih kejam lagi
padanya! Aku tidak takut dengan apapun di dunia ini.Kau tahu sendiri kan, aku bisa
berbuat apa pun semudah aku membalikkan telapak tangan. Kalau sampai ia matipun aku
tidak takut, aku hanya takut kehilanganmu!"desak Calvin sambil
mencengkram tangan Ann dengan kasar,ia hampir membuatnya kesakitan, "KATAKAN PADAKU KAU
AKAN MENIKAH DENGANKU!!"
"Aku tidak mau!!!"
Tatapan Calvin berubah dingin, "Baik, kalau memang itu
maumu..dengan begini kau sendirilah yang mencelakakan Dennis. Kau yang bersalah kalau sampai ada sesuatu yang
buruk menimpanya. Semua ini kau yang tanggung sendiri, Ann. Aku tidak
akan berbuat apa-apa."
"Tidak ! Jangan kaulakukan itu! Suruh mereka berhenti! Cepat!" Calvin tidak mengubris perm
ohonannya. Ia melangkah pergi dengan angkuh.
"Calvin!!! Suruh mereka berhenti!!"
Calvin tetap tidak mempedulikannya. Bahkan seandainya Ann sampai bersujud-sujud
memelas padanya, ia tetap tidak akan peduli. Langkahnya semakin mantap meninggalkan
ruangan itu, meninggalkan Ann yang terus menjerit ketakutan memanggil-manggil
namanya. Hingga akhirnya Ann tidak kuasa lagi menahan semua rasa takutnya, ia berseru tegas,
"Baik! Aku akan menikah denganmu!"
Langkah Calvin berhenti. Ia memunggungi Ann tanpa reaksi.
"Kau dengar itu"! Aku akan menikah denganmu!! Cepat suruh mereka
berhenti, Calvin, aku mohon!!!"
Akhirnya Calvin menoleh, tapi wajahnya kembali kelihatan tanpa ekspresi, "Apa katakatamu
itu bisa dipercaya" Aku butuh kepastian darimu, Ann."
"Kau tidak perlu kepastian apa-apa.." Ann menatapnya tanpa daya,
"selama kau tidak melukai Dennis, aku pasti akan menikah denganmu."
Calvin tersenyum singkat, ia mengeluarkan HP dari saku celananya lagi,
lalu memberi perintah baru, "Kalian boleh berhenti, biarkan dia hidup untuk menikmati
bagaimana menyakitkannya kehilangan orang yang ia cintai. Lepaskan dia." Setelah mendengar itu, kontan Ann menghela nafas lega. Rasanya ia mau mati saja saat
Calvin memberinya ancaman mengerikan seperti itu. Ia tidak habis pikir bagaimana
seorang Calvin yang begitu tenang bisa berubah menjadi kejam dalam sekejap hanya
karena takut kehilangan orang yang ia cintai" Tapi Ann tidak sempat
memikirkan jawabannya lagi, ia hanya bisa memikirkan keadaan Dennis sekarang. Dan dalam sekejap ia lunglai dihantui rasa takut yang luar biasa.
Terlebih-lebih lagi saat Calvin mematikan HPnya dan beralih
menatapnya, "Aku harap
kau mengerti, Ann. Aku lakukan semua ini karena aku tidak rela melihat kau menjadi
milik orang lain. Berjanjilah padaku, kau akan menikah denganku. Jangan ingkari katakatamu
tadi, Ann, kau tahu sendiri aku bisa berbuat yang lebih jauh lagi."
Ann membeku ketakutan di sana. Tidak sanggup membalas setiap
ucapannya. Kini ia takluk sepenuhnya.
Dennis tergeletak di sana, bersimbah darah.
"Kau dengar kami baik-baik, bocah tengik! Jangan sekali-kali kau dekati
gadis yang bernama Ann itu lagi. Inilah akibatnya!! Kalau kau sudah bosan hidup,
kami tidak akan segan-segan menghabisimu!"
Mereka menendang Dennis untuk terakhir kalinya, lalu segera angkat kaki
meninggalkan tempat itu. Pernikahan yang dimajukan menjadi dua minggu lebih awal ternyata dianggap Calvin
sebagai suatu penantian yang panjang, maka dengan berbagai alasan yang dibuat-buat ia
memajukannya menjadi 3 hari lagi. Tentu saja dari pihak keluarga Ann
sangat terkejut. Mereka bergegas berangkat dari London ke Jakarta untuk membantu
persiapan pernikahan. Di bandara udara internasional Soekarno Hatta..
Ann bersama Calvin berdiri di depan terminal kedatangan untuk
penerbangan luar negri. Mereka tersenyum lebar saat melihat kedatangan keluarga Ann
seutuhnya. Ada kedua orang tua Ann, lalu Caroline kakaknya Ann dan suami Caroline, Theodore.
Ann berlari kecil menyambut mereka satu persatu.
Mama memeluknya erat-erat, "Kamu kelihatan lebih kurus, Ann."
Caroline menghampirinya. Ann tersenyum pada Caroline, kakak semata
wayangnya yang sangat cantik dan anggun itu. Kemudian Theo, suami Caroline, ikut menepuk-nepuk
pundak Ann sambil tertawa kecil, "Senang bertemu denganmu lagi,
Ann." Lalu tiba giliran Papa. Pria yang penampilannya seolah-olah tidak termakan usia itu
terlihat agak sungkan melihat putri bungsunya sendiri. Percakapan
mereka di telepon tempo hari masih membekas di hatinya dan membuatnya tidak punya keberanian untuk
menerima pelukan Ann. Tapi Ann memeluknya lembut, "Pa, aku kangen sekali."
Papa menghela nafas lega saat dilihatnya Ann tersenyum penuh maaf padanya.
Mama memandangi Calvin bingung, "Sebenarnya ada apa" Kenapa
tiba-tiba pernikahan kalian dimajukan jadi 3 hari lagi" Kita semua jadi bingung, cepat-cepat
terbang dari London." "Maaf jadi membingungkan kalian semua," jawab Calvin penuh karisma,
"aku cuma tidak mau menunda lebih lama lagi, takutnya nanti akan mengganggu kuliah kami berdua
yang sudah mau mulai sebentar lagi. Liburan kami kan s
udah mau habis di sini, jadi lebih
baik segera menikah sebelum kami kembali ke London."
"Apa sudah ada persiapannya" Ini semua kan mendadak sekali. Kenapa
tidak menikah di London saja""
"Tidak, Tante, kata Ibu lebih baik diadakan di sini saja. Bukankah masih
banyak kerabat yang tinggal di sini" Nanti kan kasihan kalau mereka harus jauh-jauh
terbang ke Inggris untuk menghadiri pernikahan kami," Calvin berbalik menatap Papa, "lagipula Ibu sudah
menetapkan tempat pemberkatannya. Katanya di gereja tempat mereka menikah dulu."
"Ya...kalau begitu baik juga..." Papa mengangguk-angguk kecil, masih
agak bingung, "meskipun mendadak begini tapi kami sekeluarga akan membantu
Ibumu mempersiapkan semuanya. Kasihan kan, Ibumu kerja sendiri" Yang menikah kan anak kami juga."
Mereka semua tertawa. Ann juga ikut tertawa meskipun ia merasa
tawanya itu sangat palsu dan dibuat-buat. Terserah, mau menikah kapan pun juga tidak ada bedanya, toh dia
tetap akan jatuh ke dalam tangan Calvin. Tapi ia tetap harus menikah dengannya, ia tidak
mau sesuatu yang buruk menimpa Dennis.
Dua hari belakangan ini berjalan bagai neraka bagi Ann. Semua persiapan pernikahannya
sama sekali tidak membuatnya bergairah. Ia juga tidak banyak turun tangan mengurusi
semuanya. Ibu Calvin yang paling repot mempersiapkan pernikahan
mereka. Mulai dari pemesanan tempat dan pendeta, menyewa seorang perancang
ternama untuk merancang gaun pengantin Ann, menyebarkan kartu undangan, mengatur
penataan resepsi, sampai pada makanan dan hal-hal kecil lainnya.
Ann hanya duduk menunggu. Semakin dekat dengan hari
pernikahannya ia merasa perasaannya semakin kacau balau. Malam ini di rumahnya diadakan makan malam
keluarga, Calvin tidak ikut serta karena akan menghadiri pesta bujangan
yang diadakan teman-temannya.
Sepanjang makan malam di suasana keluarga yang penuh kehangatan itu, Ann justru
merasa hampa. Ia merasa hatinya sudah beku dengan semua puji syukur
yang dialamatkan untuknya. "Selamat ya, Ann. Aku doain moga-moga pernikahanmu dengan Calvin
akan awet sampai tua."
"Mama juga mau ucapin selamat buat kamu. Rasanya baru kemarin
Mama melahirkanmu, menemanimu setiap malam saat kamu menangis, melihatmu merangkak dan berjalan
untuk pertama kalinya, mendampingimu mengarungi masa kecil dan masa remaja yang
indah..lalu sekarang putri kecil Mama ini sudah dewasa dan siap menikah. Rasanya
Mama masih belum rela menyerahkanmu pada orang lain. Rumah kita akan sepi ya, Pa.
Caroline dan Svannie sama-sama sudah dewasa dan siap meninggalkan kita."
"Jangan begitu, Ma. Nanti kan bakal ada cucu-cucu yang bakal nemenin kita. Tapi Ann,
Papa senang sekali melihatmu akan segera menikah. Kamu bukan putri kecil Papa lagi,
besok kamu sudah akan menjadi istri orang lain. Papa cuma berharap Calvin bisa
membahagiakan putri Papa ini dan kalian bisa membina keluarga yang harmonis sampai akhir hayat."
Ann tersenyum menatap mereka bergantian. Ia tahu doa mereka sangat
tulus untuknya, tapi hatinya kosong sekali.
Besok bukan hari yang ditunggu-tunggunya. Besok adalah mimpi buruk yang tanpa akhir,
sekali ia diseret ke dalamnya maka ia tidak akan bisa berpaling lagi. Besok adalah neraka baru untuknya.
Dennis baru saja pulang dari tempat kerjanya. Ia berjalan lunglai membelok ke gang
sempit menuju rumahnya. Kondisinya tidak terlalu baik saat itu, dengan luka-luka di
sekujur tubuh dan wajah yang hampir babak belur. Tapi ia tetap
memaksakan diri untuk kerja. Ia tahu betul siapa penyebab semua itu, tapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa. Pada teman-teman di tempat kerjanya ia memakai alasan dihajar perampok.
Langkah Dennis tiba-tiba terhenti. Jantungnya serasa mau copot ketika ia melihat seorang
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sangat dikenalnya tengah berdiri di depan rumahnya, menantinya. Dengan tertatih-tatih Dennis menghampirinya, suaranya tercekat, "Ann."
Ann menoleh. Hatinya teriris-iris pilu saat melihat keadaan Dennis yang
menggenaskan. Ia cepat menunduk, berusaha menahan diri untuk tidak berbuat apa-
apa pada pemuda itu. "Kenapa kau bisa datang ke sini"" Dennis membuka pintu rumahnya,
"kau sudah menunggu dari tadi" Ayo, masuk."
"Tidak perlu, lagipula kedatanganku hanya sebentar saja. Ada yang ingin kusampaikan."
"Bicaralah di dalam," Dennis membuka pintu lebar-lebar untuk Ann, "kau
tidak keberatan kan""
Mau tak mau Ann terpaksa memasuki rumah sempit itu. Ia berdiri menyapu
pandangannya ke seisi rumah. Kemudian mendesah panjang, kenapa aku malah masuk"
Aku tidak boleh berlama-lama di sini...
"Maaf berantakan, maklum aku tidak sempat bersih-bersih karena sibuk
kerja," Dennis tertawa pelan. Ia tahu Ann saat ini tengah mengawasi dirinya yang sibuk
mondar-mandir memberesi semua barang yang berserakan di lantai. Dennis segera mengambilkan kursi untuk Ann, "duduklah."
Ann menggeleng kecil, "Tidak, aku hanya sebentar di sini." Saat itu Dennis baru sadar apa pun yang ingin dibicarakan Ann
padanya, pastilah sesuatu
yang serius. Wajah gadis itu begitu murung, pandangannya kemana-
mana dan seolaholah tak berani menatapnya. "Baiklah, apa yang ingin kaubicarakan""
Ann diam sejenak. "Besok aku akan menikah."
Ann menyebutkan nama gereja tempatnya menikah besok. Dennis hanya membisu.
Kemudian perlahan-lahan ia membentuk seuntai senyum yang sangat kaku di bibirnya,
"Kau tidak perlu repot-repot datang ke sini untuk memberitahuku. Kau
kan bisa kirim kartu undangan saja.. "
Ann menatapnya pilu, tidak tahu harus bicara apa lagi. Banyak yang ingin dikatakannya
pada Dennis, tapi semuanya sirna begitu ia harus berdiri berhadapan dengannya. Bahkan
menatapnya saja sudah cukup membuat Ann lumpuh tak berdaya. Lima tahun yang lalu
keadaanlah yang telah menciptakan jurang di antara mereka, kini setelah mata Ann
terbuka pun ia tetap tidak sanggup menyeberangi jurang itu.
"Aku ucapkan selamat untukmu." gumam Dennis tak jelas.
"Ya," Ann mencoba tersenyum di hadapan Dennis, menampakkan
dirinya seolah-olah sangat bahagia. Ann merasa Dennis tidak perlu tahu apa-apa tentang penyebab dirinya
menikah dengan Calvin. Biar saja Dennis menganggapnya menikah
karena mencintai Calvin, dengan begitu maka semuanya bisa berakhir. Tapi mengapa hati ini ingin menjerit" "Apa kau mencintai Calvin""
Pertanyaan itu membuat Ann terhenyak, ia menengadah menatap Dennis. Dagunya
bergetar saat ia menjawab, "Kenapa kau mempertanyakan itu" Aku
menikah dengannya tentu saja karena aku mencintainya."
"Tapi dia." Ann menatap semua perban dan plester luka yang menempel di wajah dan tubuhnya. Ia
menunduk sedih melihat akibat dari perbuatan orang-orang Calvin.
"Tapi dia..." lanjut Dennis, "dia tidak sebaik dugaanmu."
"Ada satu hal lagi."
Dennis mengamati gerak-gerik Ann saat gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya.
Sebuah gelang, hadiah ulang tahun Dennis untuk Ann waktu itu.
"Aku tak bisa menerima gelang pemberianmu ini. Aku sudah putuskan
untuk tidak menyimpan apa pun lagi darimu, karena semua itu hanya akan membuatku teringat
padamu. Aku minta maaf, kumohon ambillah kembali benda ini." Dennis mengambil gelang itu dengan hati hancur.
"Kelak aku harap kita tidak perlu bertemu lagi. Semuanya sudah
berakhir." Ann beranjak meninggalkannya.
"Ann, tunggu." Dennis meraih tangannya, "kalau memang semuanya
sudah berakhir, lalu kenapa kau masih mau menemuiku di sini" Apa benar kau sudah melupakanku" Aku
mohon pertimbangkan kembali pernikahanmu itu."
Dennis, tolong lepaskan tanganmu...kalau begini kau malah membuatku
lemah. Ann susah payah melepaskan pegangan Dennis tapi Dennis tak mau melepaskannya.
Meskipun genggaman itu lembut, tapi bagi Ann sangat mematikan.
Dennis bisa membunuh keteguhan hatinya kapan saja ia mau.
"Aku benar-benar tidak mau melihatmu menghabiskan sepanjang
hidupmu dengan orang seperti itu! Aku tidak rela selalu menjadi korban kesalahpahamanmu. Mengapa sampai
detik ini kau masih juga tidak mau mempercayaiku"!"
Aku percaya padamu...aku percaya..
"Tolong lepaskan aku, Dennis." jawab Ann lirih.
Tapi Dennis justru malah mencengkram pundak Ann dan memaksa gadis
itu berbalik menatapnya, "Kau benar sudah melupakan aku" Tidak bisakah kau
percaya padaku""
Jarak mereka sangat dekat saat itu, meski Ann menunduk tapi Dennis
bisa melihat dengan jelas air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Hatinya berget
ar hebat. Lalu entah kekuatan apa yang mendorongnya untuk memeluk Ann, melindungi
gadis itu dari semua kerisauannya. Saat ia memeluknya erat-erat, ia tidak
merasa takut Ann akan marah besar, ia justru merasa rapuh. Semua kerinduannya tertumpah di sana.
Rasanya sudah lama sekali ia tidak memeluk Ann. Sudah berapa lama" Lima tahun kah"
Atau lebih" Tidak, Dennis sadar ternyata selama ini ia tidak pernah sekalipun memeluk
Ann. Ia selalu menahan diri untuk tidak mencintai gadis itu, bahkan sekedar memeluknya pun ia sungguh tidak punya keberanian. Tapi kini Ann berada dalam pelukannya.
Kenyataan bahwa Ann akan segera meninggalkannya membuatnya semakin tidak
sanggup untuk melepaskan gadis itu. Ia ingin selalu bersamanya, selalu memilikinya.
Bukankah selama lima tahun ini perasaan seperti itu selalu ada di hatinya" Begitu
menggebu-gebu hingga ia tidak sanggup menahan diri lagi" Beberapa saat kemudian Ann melepaskan pelukan Dennis dengan terpaksa. Ia menatap
pemuda di hadapannya itu dengan seluruh cintanya, "Aku telah berbuat banyak kesalahan
padamu. Jika aku meminta kau berjanji satu hal padaku, akankah kau
mengabulkannya""
Dennis terpaku. "Berjanjilah padaku, apa pun yang terjadi nanti kau harus melupakan aku. Kau harus melepaskan aku."
"Aku tidak bisa," bisik Dennis pedih.
"Kau harus bisa. Kalau aku berjanji untuk selalu percaya padamu, maka
kau harus berjanji untuk melupakanku. Apa pun yang terjadi nanti. Berjanjilah,
Dennis, berjanjilah kau akan melupakanku."
Dennis tidak sanggup memenuhi permintaannya. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan
Ann, sedangkan dalam setiap nafasnya saja ia selalu mengingat nama gadis itu"
"Mencintaimu adalah sesuatu yang berharga, yang akan selalu kujaga
sepanjang hidupku. Tapi aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Besok aku akan menikah dengan Calvin,
karena itu aku harus membuang jauh-jauh semua kenangan di antara
kita. Izinkan aku bahagia, Dennis. Bukankah itu yang selama ini kau inginkan""
"Aku ingin kau bahagia, tapi bersamaku. Kenapa kita harus bertemu lagi
kalau akhirnya kita tetap tidak bisa bersatu""
"Mungkin kita memang tidak ditakdirkan begitu." Ann menatapnya pilu.
"Kau ingin aku berjanji untuk melupakanmu, melepaskanmu. Tapi
bagaimana caranya aku menghilangkan perasaanku" Aku selalu mencintaimu, Ann." Ann menyentuh wajah Dennis dengan tangannya yang gemetar. Air mata menetes dari
pelupuk matanya. Ia menangis saat menatap kedua mata kekasihnya
itu. Sampai kapanpun Dennis akan selalu menjadi kekasih hatinya, Ann sadar hal itu.
Maka ia pun mencondongkan wajahnya mendekati Dennis, lalu
menciumnya. Ciuman pertama mereka. Tanpa hasrat yang menggebu-gebu. Lembut. Indah. Penuh cinta. Dennis luluh, direngkuhnya Ann dengan segenap jiwanya. Ia siap mengorbankan segala
sesuatu yang ia miliki di dunia ini demi satu momentum seindah ini. Momentum di saat Ann merasuki jiwanya.
Seolah-olah waktu lima tahun yang selama ini terbuang sia-sia sanggup ditebusnya.
Kalau saja semua ini bisa untuk selama-lamanya. Kalau saja Ann memang bisa menjadi miliknya. Tapi nyatanya tidak.
Ann melepaskan dirinya dari Dennis, matanya merah dan suaranya menyerupai bisikan
penuh penderitaan, "Berjanjilah padaku....kau harus melupakan aku.. " Belum sempat Dennis berhasil mengumpulkan semua kesadarannya
kembali, Ann sudah sepenuhnya melepaskan diri dari pelukannya. Gadis itu lalu berlari, pergi meninggalkannya di sana. Dennis ingin mengejarnya, berteriak memanggil namanya
untuk memaksanya kembali. tapi lututnya terasa lemas, suaranya seolah-olah hilang.
Yang bisa ia lakukan hanya diam, membiarkan dirinya hancur berkeping-keping. Ia membeku di sana.
Tanpa terasa air mata pun menetes tak tertahankan.
Pagi-pagi sekali Dennis berdiri di tepi danau itu seorang diri. Wajahnya kusut tidak
karuan, semalam ia tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Bayangan Ann terus
melintas dalam benaknya. Hatinya sungguh hancur. Berkali-kali ia teringat pada
permintaan Ann agar ia melupakannya, tapi yang tersimpan dalam benaknya justru
betapa dalam cintanya untuk Ann. Beberapa kali ia menegaskan diri untuk melupakan semua itu, tapi ia gagal
. Ia masih ingat betul harum lembut Ann saat ia memeluknya. Manis
bibirnya saat ia menciumnya semalam. Air matanya saat ia menangis dan pergi
meninggalkannya. Semuanya begitu lekat dalam pikirannya.
Dennis tahu, saat ini Ann sudah berada dalam gereja. Siap menikah dan menyerahkan
seluruh hidupnya pada pria lain. Dennis meremas dadanya, sakit membayangkan semua
itu. Haruskah semuanya berakhir begitu saja"
"Pagi-pagi sudah datang ke sini. Muka dan pakaian sama kusutnya.
Sekali lihat saja aku sudah tahu, kau pasti korban patah hati."
Dennis menoleh, melihat seorang pria muda berpakaian rapi tengah
berjalan ke situ sambil menenteng biolanya. Ia membuka kursi lipat yang diletakkannya di tengah-tengah
hamparan rumput, lalu duduk di sana siap memainkan alat musiknya. Dennis sering
mendengar tentang si pemuda ini. Ia sering datang ke taman ini pagi-pagi, lalu bermain
biola dengan segenap hatinya. Irama yang dihasilkan dari gesekan biolanya sangat indah,
selalu penuh penghayatan. Tapi tidak ada yang tahu siapa nama
pemuda itu, orang-orang hanya memanggilnya si Musisi Jalanan.
Dennis memalingkan wajahnya tak peduli. Tak lama kemudian si Musisi Jalanan itu
kembali berceloteh, "Kalau mau menangisi nasib burukmu, tempat ini
memang tempat yang paling tepat. Aku menjulukinya Taman Sejuta Tangisan, tapi tempat ini juga tempat
berseminya cinta maka aku pun menjulukinya Taman Sejuta Harapan. Karena manusia
itu selalu menangis dulu baru berharap kemudian. Ada yang bilang pribahasa ciptaanku
itu seharusnya terbalik, tapi aku tipe orang yang selalu optimis." "Tapi apa yang bisa kuharapkan" Apa pun yang kulakukan semuanya sudah tidak bisa mengubah keadaan."
"Pasti seorang gadis sudah mencampakkanmu kan"" dia terkekeh-
kekeh, "lebih baik sama biola, selalu setia." Dennis tersenyum pahit.
"Memangnya apa yang membuatmu bisa berpikiran seperti itu" Tidak
ada yang bisa diharapkan, apapun yang kaulakukan tidak bisa mengubah keadaan" Kadang kita tidak
pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi kalau kita berhenti
berharap, berhenti percaya." "Apa maksudmu""
"Maksudku, jangan pernah berhenti berharap pada cinta kalau memang kau ingin
meraihnya kembali. Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang namanya terlambat." Ia
tersenyum, kemudian perlahan-lahan mulai memainkan biolanya. Dennis termenung. Lama ia terdiam di sana. Meresapi setiap kata-kata yang meluncur
dari bibir orang tidak dikenal itu.
Tiba-tiba saja ia tersentak kaget dari lamunannya. jangan pernah
berhenti berharap pada cinta kalau memang kau ingin meraihnya kembali
Dan tanpa banyak bicara lagi Dennis langsung mengambil langkah
seribu meninggalkan taman itu, berlari sekencang-kencangnya.
Alunan denting piano yang merdu dan suara lembut Priska yang
melantunkan lagu Angel membius semua undangan yang duduk berjejeran di dalam gereja.
You're in the arms of the angel.....
Dulu sewaktu masih duduk di bangku sekolah, Priska dan Ann sama-sama menyukai lagu
yang dinyanyikan Sarah McLachlan itu. Dan mereka membuat perjanjian
satu sama lain, jika kelak salah satu dari mereka menikah maka yang lainnya akan membawakan lagu itu
dengan iringan piano. Baik Priska maupun Ann memang sama-sama
mahir memainkan piano. Dan Priska memenuhi janjinya. Saat ini ia memainkan lagu itu, mengiringi
langkah Ann yang mulai muncul di depan pintu gereja. Seluruh undangan yang memenuhi gereja itu
menengok ke belakang, ke arah pintu. Mereka berseru tertahan, menahan nafas bersiapsiap menikmati moment berharga ini.
"Kamu sudah siap, Ann"" bisik Papa yang berada di sampingnya,
"sebelum kita melangkah ke altar itu, ada satu hal yang ingin Papa tanya padamu. Apakah kamu
mencintai Calvin sebesar cintamu pada pemuda itu"" Ann menatapnya bingung, "Ini bukan saat yang tepat untuk
menanyakan itu, Pa."
"Papa tidak bermaksud menyerangmu di saat-saat penting seperti ini.
Tapi Papa bisa merasakan, sepertinya kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini. Apa.kamu
melakukannya karena terpaksa""
"Apapun alasannya, Pa.aku harus tetap menikah dengan Calvin." Akhirnya Papa mengangguk, tak bertanya-tanya lagi. Perlahan-lahan Ann mulai mema
suki pintu gereja, ia mengenakan gaun pengantin yang
sangat indah hasil rancangan desainer pilihan Ibu Calvin. Penampilannya sungguh luar
biasa cantik. Seluruh mata tertuju padanya, berdecak kagum sambil melemparkan
senyum padanya. Ann mengapit sebelah tangannya di lengan Papa, bersama-sama
mereka melangkah menuju altar.
Calvin sudah berdiri di sana dengan jas putihnya, ia berdiri terpana mengagumi
pengantinnya. Hatinya berbisik memuji betapa beruntung dirinya.
Dennis terus berlari dan berlari...mengikuti kata hatinya. Ia tidak merasakan sakit di
sekujur tubuh dan kakinya. Ia tidak peduli sedikitpun. Ia hanya terus berlari. Tak mau
menyerah hingga ia sampai di gereja itu, menjemput kekasihnya.
Sedikit pun ia tidak boleh terlambat!
Ann berjalan perlahan-lahan, membalas semua senyuman tamu undangannya. Ia melihat
mereka satu per satu. Semuanya hadir di sana. Teman-teman sekolahnya termasuk Josh,
Ria, dan Priska yang sedang memainkan lagu mereka. Teman sepermainannya sejak kecil,
salah satunya Emma yang sedari tadi terus menahan air mata haru. Lalu
kerabat jauhnya, dan seluruh keluarganya. Mamanya, Caroline dan Theodore, mereka tak henti-hentinya
tersenyum menyaksikannya berjalan menuju altar. Ann tersenyum pada mereka semua.
Tapi tak ada seorang pun yang tahu betapa sakitnya hati Ann saat itu,
betapa berat langkah kakinya untuk menghampiri Calvin. Mereka tidak tahu Ann
tengah melangkah menuju mimpi buruknya.
"Hei, berhenti!!!" teriak seorang security saat Dennis menerobos memasuki
halaman gereja. Petugas keamanan berbadan kekar itu mencegat langkah Dennis, Dennis berusaha
melawan namun sulit sekali.
"Aku harus masuk ke sana! Jangan halangi aku!"
Ann sampai di sebelah Calvin. Papa melepaskannya dan menyerahkannya pada Calvin.
Calvin tersenyum singkat lalu mengandeng tangan Ann di depan pendeta.
Pendeta itu memulai upacara dengan membaca bait dari salah satu
ayat dalam Alkitab. Sekilas Ann menoleh menatap Calvin di sampingnya, ia yakin ia sudah
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berbuat yang benar. Lalu tiba-tiba terdengar suara dobrakan pintu yang menggelegar memekakkan telinga.
Suaranya begitu kencang hingga memenuhi setiap sudut gereja itu.
Semua tamu menengok ke belakang, terperangah melihat kedatangan Dennis. Tapi yang mau pingsan adalah Ann. Ia menahan nafas tak percaya melihat siapa yang
sedang berdiri di depan pintu masuk. Dennis! Nafasnya tersengal-sengal,
sekujur tubuhnya basah oleh keringat.
"Ann, " teriak Dennis lantang, "jangan lanjutkan pernikahan ini!!" Seluruh tamu undangan berseru kaget. Beberapa bangkit berdiri saat melihat Dennis
semakin nekad memasuki gereja itu.
"Apa-apaan ini!!" Calvin turun dari altar menyambut Dennis dengan
wajah penuh dendam. Beberapa security berlari sangar menghadang Calvin,
mencoba menarik dan mengusirnya keluar.
"Jangan sampai kau menikah dengannya, Ann!! Kalau kau memang
masih mencintaiku, jangan menikah dengannya!"
"CEPAT BAWA DIA PERGI DARI SINI! AKU TIDAK MAU MELIHATNYA
BERKELIARAN DI SINI!" teriak Calvin hingga bergema.
"TIDAK !! ANN, KAU HARUS MENDENGARKAN AKU! INI SEMUA BELUM
TERLAMBAT, JANGAN MENIKAH DENGANNYA!"
"CEPAT USIR DIA!!"
"KAU TIDAK BISA MENGUSIRKU! AKU HARUS BICARA PADANYA!" "AKU TIDAK PEDULI! ANN AKAN SEGERA MENIKAH DENGANKU, AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN KAU MENGACAUKAN SEMUANYA BEGITU SAJA! CEPAT BAWA DIA PERGI!!!" "AKU TIDAK AKAN PERGI!"
"KAU HARUS PERGI!!! TIDAK ADA YANG PERLU KAU BICARAKAN LAGI
DENGAN ANN!" "Tunggu. Biarkan dia bicara."
Semua orang terpaku diam. Mereka menoleh ke altar, tercengang saat menyadari suara
itu berasal dari Papa Ann. Ann tak kalah kagetnya, ditatapnya Papa lekat-lekat.
"Biarkan dia bicara." Papa maju mendekati Calvin dan Dennis, lalu mengangguk pada
security yang menahan tubuh Dennis, "lepaskan dia."
Mereka menuruti perintah Papa dan langsung mundur.
Papa menatap Dennis dengan penuh wibawa, "Lima tahun yang lalu
aku tidak pernah memberimu kesempatan untuk bicara. Sekarang.bicaralah. Katakan
semua yang mau kaukatakan di depan Ann, di depan kami semua."
Calvin berang, "Om!! Kenapa Om biarkan dia bicara"! Ini hari
pernikahanku!!" Tapi Dennis tidak memperdulikannya,
ia lalu berjalan gontai mendekati altar tempat Ann
berdiri. Lidahnya terasa keluh saat bertatapan dengan Ann, "Ann..."
Dennis mengulurkan tangannya, "aku tahu denganku, kau tidak akan
mendapat apa-apa. Tapi aku
bisa selalu membuatmu bahagia. Akan kupertaruhkan semuanya demi itu. Aku tahu kau
masih mencintaiku, jadi kumohon jangan teruskan pernikahan ini."
Tapi Ann memalingkan wajahnya, "Maaf, Dennis, aku tidak bisa." Ia menangis dalam hati. Sadarlah, ini semua kulakukan demi kau! Cepatlah pergi dari
tempat ini dan jangan berpaling lagi. Jangan membuatku menangis lagi...
"Kau dengar kata-katanya kan"!! Cepat kau angkat kakimu dari sini!!"
Calvin tidak mau memberi kesempatan lebih banyak lagi untuk Dennis, buru-buru ia
menarik Dennis keluar. "Ann, dengarkan kata hatimu!! Kau masih mencintaiku bukan" Aku tahu itu!! Jangan
sampai kau hancurkan semuanya dengan menikahi pria ini!! Malam itu kau memintaku
untuk berjanji melupakanmu, aku tak bisa!! Sampai kapanpun aku akan selalu
menunggumu! Aku akan selalu menyimpan semua kenangan kita!! Karena aku
mencintaimu! Kau dengar itu, Ann"! Aku mencintaimu! Aku tahu kau pun juga begitu!!"
teriak Dennis makin menjadi-jadi saat Calvin menyeretnya keluar, "kau
bilang, buat apa kita bertemu lagi kalau akhirnya kita tetap tidak bisa bersatu"! Aku tidak
percaya kita tidak bisa bersatu! Aku datang ke sini karena aku percaya kita bisa meraih apapun selama kita masih saling mencintai!!"
Ann menunduk, ia tak tahan lagi. Suara Dennis begitu menyayat-nyayat hatinya.
"Jangan takut pada apapun!! Percayalah padaku!!!!"
Tidak....aku tidak mau dengar!!! Ann jatuh berlutut, menutup kupingnya.
Aku tidak mau dengar!! "ANN!!" Di luar gereja, Calvin menjatuhkan Dennis dengan kasar. Kemarahannya sudah
memuncak pada pemuda itu, "Kau cari mati! Kau sudah tahu kan, apa akibatnya kalau
kau sampai berani mengganggu hubunganku dengan Ann!! Kau akan kuhabisi!"
Dennis cepat bangkit berdiri, ia tidak takut, "Aku tidak akan membiarkan
Ann menikah dengan orang sepertimu!! Kau tidak pantas mendampinginya!"
"Lalu siapa yang pantas" Kau"!" Calvin tertawa tergelak-gelak, "jangan
membuat lelucon dan jangan bermimpi!! Sampai kapan pun juga kau tidak akan
pernah bisa mendapatkan Ann!! Kau dengar"! Sampai kapanpun kau tidak pernah mendapatkan Ann!"
Calvin melirik pada beberapa security bayarannya, orang-orang itulah
yang kemarin mengeroyok Dennis.
"Aku tidak mau pernikahanku ini ternoda dengan sampah seperti dia,"
ujar Calvin dingin, "habisi dia, terserah mau kalian apakan!! Pastikan saja dia tidak akan
pernah muncul lagi di depan mataku!!"
Calvin langsung pergi meninggalkannya, kembali masuk ke dalam gereja seolah-olah tak
ada yang terjadi. Ia tidak memperdulikan jerit-jeritan Dennis saat orang-
orang itu menyeretnya pergi dan siap menghabisinya di tempat lain. Tapi kemudian langkah Calvin terhenti. Apa yang terjadi" Ann berlari meninggalkan altarnya. Semua tamu undangan berseru kaget, suasana dalam
gereja berubah menjadi begitu gaduh. Para wanita menjerit, memekik.
"Apa yang kaulakukan"!!" Calvin mencegat Ann dengan kasar sekali, "kembali ke dalam
sana, Ann!" "Aku tidak mau!"
"AKU BILANG KEMBALI KE DALAM SANA!!!!" Calvin menariknya hingga
tangan Ann terluka. Ann memekik kesakitan.
Dari tempatnya, Ann melihat orang-orang Calvin membawa Dennis keluar dari gereja itu
dan mereka beramai-ramai menghajarnya. Tak ada yang mencegah mereka, tak ada yang
menolong Dennis. Semuanya ketakutan melihat kejadian itu.
Ann pun ketakutan. Ia merasa nyawanya ikut melayang saat
menyaksikan Dennis dibantai habis-habisan oleh mereka.
"Kau kejam sekali! Lepaskan dia!! Lepaskan dia!!"
Semua tamu undangan berbondong-bondong keluar dari dalam gereja,
mereka menyaksikan pemandangan itu dengan tak percaya.
"Calvin, lepaskan anakku!" Papa datang menolong Ann, "kau sudah gila!
Apa yang kaulakukan! Cepat lepaskan Ann atau aku akan berbuat sesuatu yang akan membuatmu menyesal!!"
Calvin kebingungan. Sialan!! Bangsat!! Bajingan!!! Ia mengumpat- ngumpat kasar saat
semua orang menuding dan memaksanya melepaskan Ann. Kedua orang tuanya tampak begitu terpuk
ul. Josh berlari kencang ke tempat Dennis. Ia datang menolong Dennis meski ia tahu
mungkin semuanya sudah sedikit terlambat.
Sedetik kemudian, yang Ann tahu hanyalah tiba-tiba ia terlepas dari Calvin. Ia tidak bisa
berpikir apa-apa lagi, langsung berlari menghampiri tempat Dennis dan
mendapatkan pemuda itu roboh di depan matanya. Ann memekik ketakutan. Ia
berlutut dan meraih tubuh Dennis yang lunglai. Dennis belum pulih sejak peristiwa pengeroyokan beberapa
hari yang lalu, dan kini ia dihajar lagi. Keadaannya benar-benar menggenaskan.
"Dennis!! Dennis, sadarlah!!" Ann memeluknya erat-erat saat Dennis tidak
sadarkan diri. Tubuhnya lemah sekali. Ann semakin histeris, "Dennis!!!"
Josh berdiri mematung di sana. Setelan jas-nya compang-camping tapi
ia tak peduli. Jantungnya berdetak kencang saat mendengar teriakan Ann. Dengan
mata kepalanya sendiri ia bisa melihat darah segar yang merembes dan membasahi
seluruh gaun putih Ann. Itu darah Dennis.
Ia terguncang. Darah itu terus mengalir......
"Dennis!!!!" Jeritan Ann menyayat hati semua yang mendengarnya. Tapi Dennis tidak menjawabnya.
Ia terbaring kaku dalam pelukan Ann
2 minggu kemudian... Di taman itu Ann berdiri sambil menenteng kopernya. Kemudian ia meletakkan koper itu
ke bawah, dipandanginya pemandangan sore yang indah membentang di depan matanya. Ia tersenyum pedih.
Hari ini ia akan berangkat ke London. Mungkin ini sore terakhir yang bisa
ia nikmati di taman ini. Taman tempatnya pertama kali jatuh cinta pada Dennis, tempatnya berpisah
dengan Dennis dan berjanji melupakannya, lalu tempatnya bertemu kembali setelah lima
tahun berpisah. Taman bersejarahnya. Ia merasa berat untuk meninggalkan tempat itu, sama seperti lima tahun yang lalu. Tapi ia tetap harus pergi.
Tiba-tiba Ann teringat sesuatu. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, lalu
mengeluarkan sebuah koin kecil.
Kalimat yang diucapkan Dennis lima tahun lalu, saat ia pertama kali
membawanya kemari terngiang-ngiang kembali, "Kau tahu" Dulu orang-orang bilang kalau kita
melempar koin ke danau ini dan meminta permohonan apa saja, pasti
akan terkabulkan." Ann tersenyum penuh arti. Ia mengenggam koin itu erat-erat, kemudian
melemparkannya ke dalam danau. Sunyi. Lima tahun yang lalu aku tidak memasukkan Dennis dalam
permohonanku. Kini aku hanya ingin satu hal, aku ingin selalu bersamanya.
Ann mengigit bibirnya, lalu menunduk lirih. Perlahan-lahan ia
membungkuk dan mengambil kopernya, siap untuk mengangkat kakinya pergi.
Dan saat itu.....datang seorang anak kecil. Anak kecil yang cantik dan
manis sekali, ia berlari-lari menghampiri Ann sambil membawa setangkai mawar. Mawar merah. Dan ia
menyodorkan mawar itu pada Ann. Ann tertegun.
"Kakak, mawar ini untuk kakak." Kata anak kecil itu,kemudian berlari
pergi. Belum habis Ann tertegun, datang lagi seorang wanita tua. Wanita yang sangat gemuk
namun wajahnya begitu cerah. Ia datang menghampiri Ann, lagi-lagi menyodorkan
setangkai mawar merah di depan wajahnya.
"Ini untukmu, Nak."
Ann menerimanya dengan heran.
Datang lagi satu orang. Kali ini pria setengah baya yang rapi dengan pakaian kantornya.
Dan di tangannya juga ada setangkai mawar. "Untukmu."
Begitu terus kejadiannya hingga ada 29 tangkai mawar di pelukan Ann,
masing-masing dari orang yang berbeda. Orang-orang itu langsung pergi begitu saja
tanpa menjelaskan lebih lanjut lagi. Tapi mereka semua pergi dengan seuntai senyum. Ann
semakin kebingungan. Lalu entah dari mana Ann mendengar alunan musik biola. Ia menoleh.
Si Musisi Jalanan tengah duduk di atas kursi lipat, memainkan biolanya
dengan alunan musik yang begitu indah dan penuh penghayatan. Membentuk sebuah simfoni yang
begitu mengugah perasaan. Entah kenapa air mata menggenang di
pelupuk mata Ann saat pemain biola itu tiba-tiba mendongak kepalanya dan melemparkan senyum padanya.
Lalu di tengah-tengah alunan musik itu, Ann mendengar suara yang begitu lembut. Suara yang sangat dirindukannya. "Ini untukmu." Ann menoleh cepat.
Ia tak menyangka Dennis berdiri di sana, memberikan setangkai
mawarnya yang terakhir. Senyum mengembang dari wajahnya yang masih penuh l
uka. "Lima tahun yang lalu, aku menjelajahi seisi taman ini hanya untuk
memberimu setangkai mawar yang sudah layu. Tapi saat itu aku berani yakin
sepenuhnya kalau aku sungguh mencintaimu. Dan kini aku tidak memberimu mawar yang layu lagi. Cintaku
tidak pernah berubah, tidak peduli meski bunga yang kuberikan layu atau hidup."
Ann mengigit bibirnya, tercengang sekaligus terharu saat 29 orang yang
tadi memberinya mawar tiba-tiba berkumpul di belakang sana, memandangi mereka
dengan senyum tertahan. Ann menerima mawar terakhirnya dari tangan Dennis. Mawar ke-30nya.
Ia tersenyum, tak sanggup menyembunyikan kebahagiaan di dalam hatinya.
"Aku tidak punya apa-apa, mungkin tidak bisa setiap hari menghujanimu
dengan semua kebahagiaan di dunia ini. Tapi aku berjanji padamu dan diriku sendiri, aku akan selalu
mencintaimu dengan seluruh hatiku, mencintaimu setiap hari sepanjang hidupku. Dan
kalau kau tidak keberatan, aku ingin mencoba untuk membahagiakanmu."
Dennis mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah gelang. Gelang yang
dikembalikan Ann waktu itu. Kemudian tanpa berkata-kata lagi ia memakaikan gelang itu di pergelangan tangan kiri
Ann. Ia mendekati Ann, menatapnya dalam-dalam seolah-olah tidak ada jarak di antara
mereka, "Sebelum kau pergi ke London, aku hanya ingin memastikan aku
tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang kita lakukan lima tahun yang lalu di taman
ini. Kali ini aku tidak mau terlambat lagi. Jadi sebelum kau pergi, Ann, katakan
padaku..apa kau mau menerima aku kembali""
Ann mengatup bibirnya dengan tangan, wajahnya merona merah dan
dalam sekejap tawanya meledak. Dennis tersenyum, "Itu artinya 'iya'""
Kemudian ia menarik Ann ke dalam pelukannya. Semua orang yang sejak tadi
menyaksikan mereka serempak bertepuk tangan, bahkan ada yang menangis terharu.
"Aku mencintaimu." Bisik Ann untuk pertama kalinya.
Dennis melepaskan pelukannya dan membungkuk, perlahan-lahan
menciumnya dengan lembut. Semua pengunjung taman semakin bertepuk tangan. Dan tiba-tiba saja baik Ann maupun
Dennis sama-sama tersipu malu. Dennis merangkul pundak Ann, melambai pada mereka,
"Terima kasih ya, sudah membantuku memberinya bunga."
Ann berbisik kecil setelah mereka mulai berbubaran, "Kenapa kau pakai
ide konyol seperti ini" Dan kenapa kau bisa ada di sini! Kau pasti kabur dari rumah
sakit ya!" Ann melotot cemas. Dennis seharusnya masih terbaring di rumah sakit sekarang, ia sengaja
berangkat ke London tanpa memberitahunya karena ia tahu betul kondisi Dennis masih
sangat lemah. Bahkan ia sadar saat ini Dennis tidak sanggup berdiri
tegap. Hatinya terharu melihat pengorbanan pemuda itu.
"Begitu mendengar dari Emma kau hari ini akan berangkat ke London
untuk melanjutkan kuliahmu, aku langsung cabut semua infus dari tanganku, langsung lari ke
sini!" "Kau gila!" Ann tertawa, "lalu pemain biola itu...kau juga yang
menyiapkannya""
Dennis tertegun sesaat, ia mengandeng tangan Ann menghampiri Musisi Jalanan yang
masih larut dalam permainannya itu. Kemudian mereka berdua berdiri di
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
depannya, diam untuk menghayati setiap alunan musik biolanya dan meresapi setiap
detik kebersamaan mereka. Begitu permainannya selesai, Dennis langsung menanyakan apa lagu yang dimainkannya
itu mempunyai judul. Si Musisi Jalanan tersenyum pada mereka, "Ini lagu ciptaanku
sendiri, lagu yang kudapat dari begitu banyak orang yang kuamati di taman ini. Judul"
Aku tidak pernah memberi judul pada setiap lagu ciptaanku. Tapi karena aku paling suka
mengamati kisah cinta semua pengunjung taman ini, mungkin lagu ini akan kuberi nama
Dear Love, sama seperti keinginanku untuk menyapa setiap cinta yang bersemi di
sekitarku. Termasuk kalian."
Dennis tersenyum, kemudian menatap Ann di sampingnya. Ia
mempererat gengaman tangannya. Dear Love... Apa kalian masih ingat" Dulu aku pernah bilang, aku ingin sekali keluar
dari kehidupanku yang serba membosankan. Aku ingin sekali punya cerita cinta yang unik,
yang indah dan berakhir bahagia. Tentu saja aku tidak berharap kisah
cintaku bisa menjadi sedemikian rumit. Tapi aku lega karena pada akhirnya semua ini
berakhir bahagia. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku saat ini,
mungkin senang...mungkin deg-degan...tapi yang pasti cinta telah membuatku
bahagia. Kata orang cinta itu buta. Mungkin ada benarnya juga...entah
bagaimana aku menjelaskan pada kalian semua. Aku hanya ingin kalian selalu percaya bahwa cinta itu
selalu ada, jangan pernah ragu mencintai seseorang hanya karena kalian takut
menghadapi semua resikonya. Bukankah cinta itu selalu kuat dan siap menopang kalian"
Dan cinta bisa memberi sayap pada kalian semua, membawa kalian
terbang tinggi. Tapi ada saatnya bagi kalian untuk jatuh....benar kata orang, semakin tinggi
kita terbang, semakin keras dan sakit saat kita jatuh. Tapi jangan khawatir, sayap yang patah itu akan
segera terbentuk kembali kalau kalian tidak pernah berhenti percaya.
Hm....apa lagi yang harus kuceritakan" Oh ya, Emma sekarang sudah
diangkat jadi kepala manajer di perusahaan Pamannya. Ia kelihatannya sangat
menikmati pekerjaannya. Meskipun banyak yang mengungkit-ungkit keberhasilannya dengan unsur
koneksi, tapi Emma tidak peduli. Ia memang selalu begitu. Selalu menjadi dirinya sendiri
tanpa mau peduli kata orang lain. Tapi sifatnya tidak pernah berubah,
keras kepala dan suka sekali ganti-ganti pacar. Aku bahkan sudah lupa siapa nama pacar terbarunya.
Percuma saja diingat, minggu depan juga sudah ganti.
Lalu Josh...cinta pertamaku dan sahabat baikku. Dua minggu setelah aku sampai di
London, aku menerima kabar darinya kalau ia akan segera melamar
Sherly. Aku turut senang, semoga saja Sherly menerima lamarannya. Aku sungguh
berharap Josh bisa bahagia. Ria dan Priska. Mereka seperti tidak pernah kehabisan cerita. Priska masih
bergelut dengan dunia tarik suaranya, jangan kaget kalau suatu hari nanti kalian akan
mendapatkan berita tentang sensasi penyanyi baru. Selamanya aku akan menjadi
penggemar nomor satunya. Ria sudah bertunangan dengan seorang bankir muda, Revan
kalau tidak salah. Akhirnya mimpinya terwujud juga, menikah dengan
pangeran tampan yang kaya.
Aku dan Dennis baik-baik saja. Meski aku sekarang sangat
merindukannya. Aku di London meneruskan kuliahku dan dia di sana. Dia selalu penuh kejutan, sebentar-bentar
bilang jabatannya sudah mau dipromosikan...sebentar-bentar bilang
mau pindah rumah... Tapi aku rindu sekali padanya....Apa kalian ada waktu untuk
menyampaikan salamku padanya"
Katakan padanya.... aku selalu mencintainya.
Ann menutup latopnya. Tersenyum kecil, kemudian beranjak masuk ke kamarnya.
The End I don't know but i believe That some things are meant to be And that you'll make a better me Everyday I love you
I never thought that dreams came true
But you showed me that they do
You know that i learn something new Everyday i love you
Coz I believe that destiny is out of our control And you'll never live
Until you love with all your heart and soul
It's a touch when I feel bad It's a smile when I ged mad And all the things I have
Everyday I love you If I ask, will you say yes" Together we're the very best I know that I am truly blessed Everyday I love you And I'll give you my best Everyday I love you.... ( Everyday I love you : Boyzone )
tamat Jago Jago Rogo Jembangan 2 Animorphs - 42 Petualangan The Journey Suling Pualam Dan Rajawali Terbang 4
"Jadi sekarang rumahmu tidak ada yang menempati""
"Tidak ada, tapi ada yang merawatnya setiap hari."
Speedy mengibas-ngibas ekornya manja pada Dennis. Mau tak mau Ann tertawa, "Speed
memang anjing yang sangat aktif. Dia suka mendatangi siapapun yang tidak
dikenalinya." Untung dia mendatangiku.... Dennis jongkok ke bawah dan mengelus-
elus anjing itu dengan lembut. Ia dapat merasakan Ann sedang menatapnya.
Lalu ia memberanikan diri menengadah, "Bagaimana kalau kita duduk-duduk sebentar
sambil minum kopi" Rasanya banyak sekali cerita yang masih ingin kudengar darimu."
"Baiklah." jawab Ann enteng.
Di kedai kopi yang mungil itu Ann menceritakan semua pengalaman-pengalaman
menariknya selama di Inggris. Tentang kebudayaannya, tempat-tempatnya yang indah
dan eksotik, tentang mata kuliah kedokterannya yang berat namun menantang, tentang
pola hidupnya yang amburadul pada awalnya karena tidak bisa beradaptasi, dan masih banyak lagi.
Suasana di antara mereka agak mencair setelah itu. Mereka sudah bisa tertawa lepas
layaknya dua orang yang saling melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak berjumpa.
Tapi sedikit pun tidak ada yang menyinggung tentang masa lalu di
antara mereka berdua. Tampaknya baik Dennis maupun Ann lebih memilih tidak mengorek
kembali masa lalu itu. "Dari tadi aku yang cerita, sekarang giliranmu." Ann meneguk
minumannya. "Aku sudah dapat kerjaan yang cocok. Meskipun cuma tukang servis
peralatan elektronik, tapi kehidupanku jauh lebih baik."
"Baguslah kalau begitu."
"Rasanya tidak ada yang bisa kuceritakan. Kehidupanku semuanya biasa-biasa saja."
"Aku hampir lupa. Besok kau bisa datang ke pesta ulang tahunku""
Dennis agak terkejut. "Bukan aku yang rencanain, aku sa
masekali tidak pernah berniat
merayakan ultah," Ann
tertawa, "teman-temanku yang merencanakan semuanya. Katanya selagi aku sudah pulang, jadi sekalian saja." "Oh.begitu.. "
"Kau bisa datang kan"" Ann mengambil sesuatu dari tas kecilnya, secarik kertas dan pen.
Ia menulis alamat tempat dilangsungkannya pesta ultah itu, kemudian
menyerahkannya pada Dennis, "ini alamatnya. Aku harap kau bisa datang."
"Besok ya" Kebetulan aku memang tidak lagi banyak kerjaan." Dennis
tersenyum lebar padanya, "pestanya pasti ramai ya"" "Ya begitulah."
Dennis tahu apa inti dari pertanyaan selanjutnya, "Kau pasti mengundang pacarmu ya." Ann terdiam sesaat.
Kemudian ia tersenyum sangat manis pada Dennis sembari mengangkat
tangan sebelah kirinya, sebuah cincin perak berlian melingkar di jari manisnya, "Aku
sudah tunangan." "aku sudah tunangan"
Bagaimana mungkin aku tidak melihat cincin di jarinya itu" Ann sudah
bertunangan.. "Sudah dua bulan. Dia teman kuliahku di London, sama-sama ambil kedokteran. Tapi dia
juga orang sini kok. Keluarganya sudah kenal baik dengan keluargaku,
jadi semuanya berjalan sangat lancar."
Tentu saja....bagaimana mungkin aku berpikir dia akan tetap
menungguku, setelah semua perbuatanku padanya di masa lalu" Dia ternyata sudah benar-benar
melupakanku. Dia sudah bahagia
Ann menatap Dennis penuh selidik, "Kau pasti juga sudah punya
pasangan kan" Bawa saja dia ke pestaku besok."
"Uhm...iya, baiklah."
"Kalau begitu sampai jumpa lagi besok. Senang bisa bertemu denganmu lagi, Dennis."
Ann bangkit dari kursinya sambil menarik kalung anjingnya, "ayo, Speed."
Lalu mereka pergi meninggalkan Dennis merenung sendirian.
Aku hanya masa lalu baginya.... tidak lebih. Seharusnya aku rela melihatnya bahagia
seperti sekarang ini, tapi aku tidak bisa. Terkutuklah aku akibat dari semua
perbuatanku padanya.... Jam tujuh malam hujan turun deras. Dennis berlari-lari kecil memasuki hotel berbintang
5 itu sambil menutupi kepalanya dari rintik hujan. Beberapa pandangan
mata yang tertuju padanya menatapnya sinis. Mungkin dikira mereka Dennis salah masuk hotel. Untuk
sesaat Dennis memang jadi ragu, tapi setelah dipikir-pikir ia tetap yakin harus datang ke pesta ulang tahun Ann.
Maka ia menyeret kakinya masuk ke dalam sana. Ia terperangah melihat
pesta ulang tahun yang digelar di depan matanya itu. Begitu meriah, begitu mewah. Semua yang
hadir di sana mengenakan pakaian formal mereka. Yang wanita
memakai gaun, yang pria memakai jas. Dennis merasa ciut, ia hanya memakai kemeja dan celana biasa. Itupun
sudah agak basah karena tadi kehujanan. Ia sama sekali tidak menyangka pesta ulang
tahun Ann ini bakal dilangsungkan sangat formal layaknya sebuah
perjamuan makan malam. Tadinya ia menyangka hanya pesta kecil-kecilan dan hanya dihadiri beberapa
teman dekat saja. Tapi sejauh mata memandang, banyak orang-orang
penting yang hadir di sana. Orang-orang yang Dennis yakin sama sekali tidak dikenal Ann. Mungkin rekan
bisnis Papanya, mungkin kerabat jauh.....Ah bodo amat!!
Sial....kenapa aku bisa muncul di sini dengan dandanan lusuh begini"!!
Aku seperti orang tolol saja!! Dennis mencoba tetap cuek, tidak memperdulikan tatapan mata orang-orang di sekitarnya.
Ia mencoba mengalihkan pandangannya menyapu seisi ruangan itu
untuk mencari Ann. Yang ia temukan justru Emma.
Emma melambai pada Dennis dari kejauhan. Seperti biasa, penampilan
Emma sangat luar biasa malam ini. Menjerat mata setiap pria yang melihatnya. Ia
pernah kehilangan pesonanya. Dennis membalas lambaiannya. Kikuk. Lalu ia kembali mengedarkan pandangannya mencari Ann. Yang dicari ternyata ada di
ujung ruangan, memegang segelas anggur dan tengah bercakap-cakap dengan seorang
pria paruh baya yang wajahnya kerap muncul di sampul majalah bisnis.
Pria tua itu mengucapkan selamat ulang tahun pada Ann. Ann berterima kasih dan sedikit bercakapcakap
dengannya, lalu ia menoleh ke arah lain dan tidak sengaja pandangan matanya
bertemu dengan Dennis. Ann tersenyum kecil pada Dennis. Lalu ia dengan sopan berpamitan pada pengusaha
gaek itu, ia menghampiri tempat Dennis.
Langkahnya begitu anggun dengan rambut yang ter
gerai indah dan postur tubuh yang proposional dengan balutan gaun hitam yang dirancang khusus untuknya. Beberapa orang
tersenyum padanya dan membukakan jalan untuknya. Ann tersenyum pada mereka satu
persatu. Sangat anggun, sangat karismatik.
Hingga ia sampai di depan Dennis, beberapa pasang mata terheran-heran. Dennis tak
sanggup menahan debaran jantungnya, penampilan Ann membuatnya merasa kagum campur tegang.
"Kau datang juga akhirnya," sapa Ann. "Iya."
"Apa di luar sedang hujan"" Ann mengamati kemeja biru Dennis yang
agak basah. "Iya, deras sekali. Untung saja aku tidak basah semuanya. Pestamu
kelihatannya sangat meriah."
Ann mengendik bahu, "Aku cuma terima jadi. Temanku yang mengurus semuanya, ada
beberapa undangan yang bahkan tidak kukenal. Ya apa boleh buat." Ia tertawa, "ini
resiko kalau semuanya diatur orang lain. Oh ya, kau datang sendiri""
"Iya, aku sendiri."
Untung Ann tidak menanyai kenapa Dennis tidak punya pasangan. Ann
hanya mengangkat gelas anggur merahnya, "Kau mau kuambilkan minum""
"Oh tidak, terima kasih. Nanti aku bisa ambil sendiri."
Seorang undangan permisi lewat, Ann memberinya jalan. Harum parfum
lembut Ann membius Dennis saat gadis itu mendekat padanya. Untuk pertama
kalinya mereka nyaris bersentuhan. Tapi Dennis segera mundur.
"Ann," seorang pria muda tampan dengan setelan jas mahalnya tiba-
tiba datang dari belakang. Tampan dan rapi, wajahnya masih muda, mungkin hanya tua setahun di atas
Ann. Ia menghampiri Ann dengan wajah cemas, "kau di sini rupanya. Ayo, sudah saatnya
kau potong kue. Semuanya sudah hampir mati kelaparan, termasuk aku." Pemuda itu mengambil gelas minuman Ann dan menyerahkannya pada Dennis, "Tolong
pegang ini." Dikiranya Dennis itu pelayan!!
Dennis tercengang memegang gelas itu, sepenuhnya merasa dipermalukan. Separah
itukah penampilannya hingga sampai-sampai ada yang menduganya pelayan"
Kontan saja Ann menatap Dennis dengan penuh rasa bersalah, cepat-cepat ia merebut
kembali gelas minumannya dari tangan Dennis. Ia menoleh pada pemuda tadi, "Calvin, dia ini tamuku."
Pria bernama Calvin itu termangu, lalu berbalik menatap Dennis, "Waduh, aku minta
maaf!! Aku benar-benar minta maaf. Tadi aku kira..."
"Tidak apa-apa." potong Dennis sambil tersenyum. Sial....malu-maluin aku
saja.. "Aku Calvin." "Dennis."
Mereka saling berjabat tangan.
Kemudian Ann menatap Calvin dan tersenyum kecil pada Dennis,
"Calvin ini tunanganku." Dennis terpaku di tempatnya. Jadi ini dia tunangan Ann... Tiba-tiba saja
Dennis merasa kecil dan tidak ada apa-apanya di depan Calvin.
Pria muda itu begitu rapi dan berwibawa. Tipe pria yang pantas berdiri di samping Ann.
Tipe menantu idaman semua orang tua. Muda, tampan, dan tentu saja kaya. Benar-benar
fantastik, nyaris sempurna meskipun dipandang dari berbagai sudut.
Dennis merasa seolah-olah pria ini terlalu bersinar di depan matanya hingga menyilaukan dan
membuatnya nyaris seperti sebongkah batu tak berharga. Sungguh kontras perbedaan di antara mereka.
Bagaimana mungkin aku bisa bersaing dengan pria seperti itu" Dia calon dokter, aku
cuma si tukang servis bau oli. Kasian benar....
Calvin pun tidak mau kalah mengamati Dennis dari balik kacamata
tipisnya, "Teman sekolahmu" Kenapa aku belum pernah melihatnya""
"Bukan teman sekolah. Dia.. " Ann kehilangan kata-kata, "dia teman
lama." Dennis baru mengerti, ternyata Ann tidak pernah menceritakan apa-apa
tentang dia pada tunangannya. Calvin mengangguk, kemudian sambil merangkul pinggang Ann ia mencoba berbasa-basi
pada Dennis, "Teman lama" Kalau begitu aku senang sekali bisa bertemu
dengan teman lama Ann. Aku mewakili Ann mengucapkan terima kasih karena kau
sudah mau datang di pesta ini. Kau suka pestanya""
"Ya, tentu saja. Pesta yang sangat menarik." Terlalu menarik hingga aku
dikira pelayan olehmu. "Kau kerja di mana"" tanya Calvin lagi.
Nah, ini dia....pertanyaan yang paling tepat untuk menyerangku! Tapi
Dennis tetap kelihatan cool, "Aku kerja jadi di pusat reparasi peralatan elektronik." "Tukang servis maksudnya"" serang Calvin tanpa sadar, "bukankah itu
pekerjaan yang tidak menjanjikan" Pasti berat juga ya k
erja seperti itu" Salah sedikit saja pelanggan bisa
complaint. Sudah capek-capek kerja tapi gaji juga tidak terlalu memuaskan. Apa kau
tidak berminat cari kerja di tempat lain" Kau kelihatannya sangat berbakat, mungkin
masih banyak pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu."
"Tapi aku menyukai pekerjaanku." jawab Dennis tegas. "Apa yang biasanya kauperbaiki""
"Apa saja, dari yang ringan sampai yang berat-berat."
Calvin menengok Ann, "Kalau begitu....sepertinya dia bisa memperbaiki
Selina." Dennis mengernyit. Apa itu"
Tapi Ann kelihatannya tidak setuju dengan ide Calvin. Baru saja ia mau mencegahnya,
tapi Calvin sudah keburu menjelaskannya pada Dennis, "Kau bisa memperbaiki sebuah
jam tua" Aku baru saja memboyongnya dari London. Jam itu sudah tua sekali, bahkan
hampir dimasukkan ke museum barang-barang seni, tapi bentuknya masih sangat indah
dan klasik. Aku tahu Ann menyukainya, jadi aku membelinya untuk Ann. Jam itu sudah
kuno dan tidak bisa berfungsi lagi, tapi kata pemiliknya masih bisa diperbaiki. Mungkin
dengan sedikit sentuhan orang sepertimu...Kau tahu kan, aku calon
dokter, aku tidak mengerti apa-apa tentang mekanik."
"Tidak masalah, aku akan mencobanya."
"Sungguh"! Bagus lah kalau begitu. Datanglah ke rumah Ann besok,
terserah mau jam berapa saja." Ann kelihatan tidak senang namun tak mampu mencegah ide Calvin. "Ann, rasanya semua undanganmu sudah tidak sabar lagi ingin melihatmu potong kue."
"Oh iya, aku hampir lupa."
"Dennis, kalau kau tidak keberatan aku mau membawa Ann ke sana
sebentar." "Tentu. Aku tidak keberatan."
Calvin mengandeng tangan Ann meninggalkan Dennis. Sedikitpun Ann tidak menoleh
padanya. Ia maju ke depan bersama Calvin dan dalam sekejap saja semua undangan
bertepuk tangan riuh menyambutnya.
Ann mengedarkan senyumnya ke seluruh tamu undangan, diikuti Calvin. Sungguh
pasangan yang serasi. Siapa pun akan berpendapat yang sama.
Setelah memotong kue ulang tahunnya, seorang teman Ann berseru agar Calvin
memberikan hadiah ulang tahunnya di depan sana agar mereka bisa
menyaksikannya bersama-sama. Kemudian Calvin mengeluarkan kado ultahnya untuk Ann. Sebuah
kalung berlian yang berkilau indah. Seluruh undangan ikut terpukau melihat kalung
pemberian Calvin itu. Beberapa undangan wanita jadi merasa iri karena
Ann begitu beruntung bisa memperoleh kalung seindah itu. Sedangkan yang pria merasa salut pada
Calvin yang sanggup memberi hadiah semahal itu untuk pacarnya. Calvin memakaikan kalung itu di leher Ann dengan lembut, kemudian
mengecup keningnya. Seluruh undangan kembali bertepuk tangan.
Entah mengapa Dennis merasa hatinya terbakar. Ia tidak bisa menikmati
pemandangan semacam itu dan berakting seakan-akan ia baik-baik saja.
Calvin belum selesai rupanya, "Aku mau mengumumkan sesuatu pada
kalian semua, para undangan yang terhormat. Mungkin ada beberapa orang yang sudah tahu, tapi aku rasa
aku ingin membuatnya menjadi lebih resmi. Aku ingin semua tahu betapa beruntungnya
aku ini, karena bisa mendampingi sosok sesempurna Ann. Aku pertama kali bertemu
dengannya dua tahun yang lalu. Waktu itu aku berkata pada diriku sendiri, 'Calvin,
wanita inilah yang tepat untukmu'. Dan aku ternyata memang benar.
Tidak ada satu haripun yang kulewati tanpa memikirkan bahwa akulah pria yang seharusnya
mendampingi Ann. Melewati hari-hariku bersamanya membuatku merasa semakin
membutuhkannya. Mungkin kedengarannya terlalu melankolis, tapi percayalah suatu saat
nanti kalian pun akan merasakannya yang sama kalau kalian sudah menemukan sosok yang tepat itu." Semuanya tersenyum.
Dennis tidak tersenyum sedikitpun. Hatinya menahan perih. Haruskah ia menyaksikan
semua itu" Menyaksikan ada pria lain yang mengisi kehidupan Ann selain dia"
Sanggupkah ia menerima kenyataan bahwa dirinya memang sudah
lenyap dari hidup
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ann" "Intinya," lanjut Calvin, "setelah sekian lama kami pacaran, akhirnya dua
bulan yang lalu aku memberanikan diri untuk melamarnya. Dan aku sungguh beruntung..karena dia
menerima lamaranku. Kini kami resmi bertunangan."
Calvin menatap Ann lama, Ann tersenyum kemudian mereka berpelukan
singkat. Beberapa hadirin berseru kaget mendengar pengumuman pertunangan
itu, tapi tak lama kemudian gemuruh tepuk tangan kembali mewarnai setiap sudut ruangan mewah itu.
Satu persatu undangan menghampiri kedua pasangan itu dan menyalami mereka.
Calvin dan Ann tersenyum dan tak henti-hentinya menerima ucapan selamat.
Dennis mendesah panjang, kemudian langsung beranjak pergi dari tempatnya berdiri.
Tidak ada gunanya ia terus berlama-lama di sini, rasanya ia tidak perlu menyaksikan
semuanya lebih jauh lagi. Itu sudah lebih dari cukup untuk malam ini. Datang ke pesta
ulang tahun ini rasanya benar-benar kesalahan besar bagi Dennis.
Ann menerima ucapan selamat dari kerabat dekat Calvin sambil terus
mengamati pintu keluar di ruangan itu. Ia melihat Dennis berjalan seorang diri
meninggalkan pestanya. Di luar hotel itu.. "Dennis, tunggu!!"
Dennis berhenti, menoleh ke belakang dan kaget melihat Ann berlari-lari
kecil sambil mengangkat ujung gaunnya. Ia berlari menyusul Dennis tanpa menghiraukan gerimis yang masih turun sejak tadi.
"Kenapa kau sudah mau pergi" Pestanya baru saja dimulai." Meskipun Dennis tidak mengerti mengapa Ann mau repot-repot
mencegah tamunya pulang, tapi ia terpaksa mengarang cerita, "Tadi aku baru ingat ada
pekerjaan mendadak dari Bosku. Aku harus segera kembali ke sana. Maaf aku tidak bisa
berlama-lama di pestamu."
Ann terlihat maklum, "Kau pulang bukan karena ucapan Calvin pekerjaanmu tadi kan""
"Apa" Tentu saja bukan," jawab Dennis, berusaha terdengar wajar, "aku
samasekali tidak tersinggung." aku pergi karena tidak mau melihat perlakuan manis pria itu
padamu. Aku merasa tidak berdaya, aku cemburu.
"Syukurlah....aku kira kau tersinggung karena ucapan Calvin tadi."
Dennis memandang jauh ke dalam matanya, kemudian berpaling. "Aku
ucapkan selamat padamu, untuk pertunangan itu."
"Terima kasih."
"Apa dia benar-benar pilihanmu yang paling tepat"" suara Dennis hanya
sedikit lebih keras dari sebuah bisikan. "Apa maksudmu""
"Maksudku......sejujurnya aku berat menerima semua ini. Aku kaget. Kita
berpisah selama bertahun-tahun , lalu kemarin kita bertemu untuk pertama kalinya, dan tiba-tiba
saja kau bilang kau sudah bertunangan. Semuanya itu terlalu ganjil bagiku."
"Jadi ini alasanmu meninggalkan pesta itu kan"" Ann tertawa pahit,
"memangnya kenapa kalau aku sudah bertunangan" Apa aku salah kalau dalam waktu lima tahun itu ternyata
aku sudah berhasil membangun kembali hidupku" Apa aku salah dan tidak seharusnya
memberitahumu kalau aku sudah punya kekasih baru""
"Bukan itu maksudku. Aku hanya...sulit menerimanya."
"Jangan konyol, Dennis....kau tentunya tidak berharap aku terus hidup
dalam kenangan pahit darimu kan""
Dennis termangu kaget, ia menangkap sorot mata yang menyakitkan dari gadis itu. Tapi
hatinya juga ikut menanggung rasanya.
"Aku bisa melanjutkan hidupku kembali, apa yang terjadi di antara kita
lima tahun yang lalu sedikitpun tidak bisa menghalangiku untuk kembali meraih kebahagiaan itu. Kau
jangan berpura-pura....sebenarnya kau juga kan" Lalu kenapa kau harus
merisaukan masalah pertunanganku itu""
"Kau benar." Dennis tak mampu menumpahkan seluruh isi hatinya saat
itu, ia hanya sanggup berpura-pura tak peduli, "apa yang terjadi di antara kita
memang hanya masa lalu. Kalau kau bisa melupakannya, kenapa aku tidak""
Ann tersenyum lagi, kali ini senyum yang dirasakan Dennis sengaja untuk
menyerangnya. "Lima tahun yang lalu kau bilang padaku di rumah sakit itu, bahwa kau
tidak bersungguh-sungguh mencintaiku, aku harus melupakanmu dan masing-masing dari kita
harus melanjutkan hidup kita kembali. Aku memang rapuh saat itu, tapi
setelah berpisah denganmu aku perlahan-lahan bisa menjadi lebih kuat. Dan akhirnya aku bisa
melupakanmu. Kau jangan salah paham, Dennis, jangan kau kira aku bertunangan dengan
Calvin hanya untuk balas dendam atau pelarian, aku bersungguh-sungguh menjalin hubungan dengannya." Dennis membisu.
"Sekarang di antara kita tidak apa-apa lagi kan" Masing-masing dari kita
sudah dewasa, aku harap kau bisa mengerti kalau aku berhak mempunyai hidup yang baru."
"Tentu saja kau berhak, dan aku tidak akan menghalangimu." Dennis men
geluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya, "kau benar, di antara kita
memang tidak ada apaapa lagi. Aku akan mendoakan kebahagiaanmu dengan Calvin. Ini kado ulang tahunmu.
Meskipun aku tidak bisa memberimu kalung berlian seperti itu, tapi
kuharap kau akan suka." Ann menerima kado mungil itu tanpa suara.
"Selamat ulang tahun, Ann." Dennis tersenyum tulus padanya, kemudian
beranjak pergi dengan hati yang hancur. Ann berdiri di sana seorang diri. Ia perlahan-lahan membuka kotak di tangannya itu.
Sebuah gelang perak mungil yang berhiaskan hati dan bintang-bintang. Indah sekali.
Selina yang dimaksud oleh Calvin adalah sebuah jam tua yang besar berdiri di ruang
tamu Ann. Konon usianya sudah sangat tua hingga hampir dimasukkan ke museum
barang-barang seni. Tapi benar kata Calvin, meski usianya sudah sangat tua tapi
kondisinya masih bagus seolah-olah tidak termakan usia. Jam antik ini dibeli oleh Calvin
di London khusus dihadiahkan untuk Ann.
Dennis menyentuh setiap bagian dari jam tua itu dengan hati-hati. Ia
mengagumi setiap detailnya. Benar-benar barang klasik yang sayang kalau sampai dimasukkan ke museum.
Tapi yang pasti, tidak gampang untuk memperbaikinya.
Dennis mendesah kecil sambil membuka kotak peralatannya. Sekilas ia
mengintip Ann dari pantulan kaca di jam antik itu. Dilihatnya Ann sedang duduk di sofanya sambil
mengerjakan sesuatu dengan komputer laptopnya. Penampilannya
kelihatan segar dengan pakaian santai dan rambut yang dijepit ke atas. Namun wajahnya
sangat serius. Tiba-tiba Ann mendongak, dan dalam sekejap tatapan mereka saling bertabrakan.
Dennis segera memalingkan wajahnya. Mungkin datang ke rumah ini
bukan ide yang baik. Seharusnya aku menolak tawaran Calvin kemarin. Kalau begini suasananya jadi
tidak enak. Ann kembali menekuni laptopnya. Tapi beberapa menit kemudian ia pindah ke ruangan
yang lain. Dennis menghela nafas lega.
"Hey Speed, kau dari tadi tetap di sini terus, mau melihatku bekerja ya""
Dennis mulai membongkar jam antik itu sambil mengajak ngobrol Speedy yang sejak
tadi terus tiduran di dekatnya, "tolong beritahu aku satu alasan, mengapa aku bisa dengan tololnya datang
ke rumah ini" Bukannya serius kerja malah lihat-lihat orangnya. Tuh, kau saja sudah
tidak tahan mau menertawai aku kan" Kuberitahu ya, jadi anjing peliharaan itu
sebenarnya jauh lebih enak daripada jadi manusia. Rumah ada,
makanan selalu disediakan, kotoran selalu dibersihkan.kurang apalagi" Aku saja harus kerja keras baru
dapat makan. Lagipula jadi anjing tidak perlu repot-repot pusingin urusan
cinta." Dennis tertawa sambil mengelus-ngelus anjing itu. Speedy bergelut manja
di pahanya. Tak lama kemudian Calvin mendadak muncul dari pintu masuk rumah. Ia
terlihat agak terkejut melihat kehadiran Dennis di sana,"Oh sudah datang rupanya.
Pagi-pagi sekali""
"Iya, mumpung masih belum banyak orderan." "Mana Ann ""
"Tadi ada di sini, tapi sudah pergi ke dalam sana."
Calvin mengintip ke atas tangga,"Mungkin sedang ganti baju di
kamarnya." Kemudian pemuda itu menghempaskan dirinya di atas sofa empuk. Ia menyilangkan
sebelah kakinya, duduk mengamati pekerjaan Dennis tanpa suara. Lalu
Speedy datang menghampirinya. "Speed! Jangan kotori pakaianku!" Calvin mengusirnya, "dasar anjing
manja." Dengan berat hati Speedy meninggalkannya dan beralih kembali ke
tempat Dennis. "Bagaimana jamnya" Bisa diperbaiki""
"Aku belum begitu yakin, tapi akan kucoba."
"Ayolah.aku yakin tukang sepertimu pasti bisa memperbaikinya. Jam
antik itu sayang kalau sampai tidak bisa jalan."
Dennis tidak menjawabnya, sibuk.
"Pesta kemarin meriah sekali ya, aku sangat senang malam itu. Akhirnya aku bisa
mengumumkan pertunanganku secara resmi pada semua orang." "Aku lupa mengucapkan selamat."
Ann memasuki ruang tamu itu, menatap Calvin, "Kau sudah datang.
Kenapa tidak memanggilku""
"Aku kira kau lagi ganti baju. Loh" Kenapa belum ganti baju"" Calvin melirik arlojinya, "satu jam lagi loh."
"Aku tadi keasikan bikin tugas," jawab Ann sambil memasuki ruang makan keluarga. Calvin mengikutinya.
Sekedar informasi, ruang tamu dan ruang makan hanya bersebelahan dan tanpa sengaj
a pun Dennis bisa mendengar semua percakapan mereka.
"Kau kenapa" Sepertinya tidak terlalu niat pergi" Kau tidak mau
menemui orang tuaku""
"Bukan begitu. Aku tadi cuma kelupaan."
"Kalau begitu..." Ann dipeluknya dari belakang, "kuharap kau bisa
segera ganti baju... lalu kita berangkat menemui ayah-ibuku. Mereka semua sudah
tidak sabar menemuimu, Ann. Kalian kan cuma pernah ketemu 3 kali waktu di London itu. Ibuku
bilang dia sudah kangen dengan calon menantunya. Nah, lalu sehabis menemui
mereka....aku akan membawamu makan-makan di restoran Italy yang
kau bilang enak itu."
Ann tersenyum kecil ,"Iya.iya.aku ganti baju dulu."
"Nah,gitu donk. Yang cepat ya, aku tunggu." Calvin melepaskan
pelukannya, "jangan kelamaan ya."
Setelah Ann naik ke atas, Calvin kembali ke ruang tamu dengan wajah berseri-seri. Ia
mengamati Dennis yang sedari tadi terus jongkok memperbaiki jam itu,
"Kau tidak keberatan kan, kerja sendirian" Nanti aku dan Ann mau pergi ke rumah orang tuaku.
Kalau pekerjaanmu belum selesai dan kau sudah mau pulang, pulang saja. Ah.rasanya
aku sudah tidak sabar membawa Ann pada kedua orang tuaku. Ann itu benar-benar tipe
yang disukai mereka. Mereka ingin kami segera menikah." Dennis terus berkutat dengan peralatannya. "Siapa namamu kemarin" Aku lupa." "Dennis."
"Oh iya....Dennis. Hey, ngomong-ngomong apa sekarang kau tengah
menjalin hubungan spesial dengan seseorang"" "Tidak. Kenapa""
"Kenapa tidak ada" Setahuku pekerjaanmu itu tidak terlalu menyita
waktu. Sekali-kali ambil cuti saja, bekerja terlalu keras tidak baik bagi kehidupan sosialmu."
Dennis tersenyum simpul, "Aku tidak sepertimu. Kalau aku tidak kerja, dari mana aku makan""
"Hm... susah juga ya. Seperti yang kukatakan kemarin, mungkin ada
baiknya kau cari pekerjaan yang lain saja. Jadi tukang servis itu tidak ada untungnya. Apa kau
menyelesaikan kuliahmu ""
"Tidak, putus tengah jalan."
"Kenapa" Tidak cukup biaya" Sayang sekali. Padahal dengan kuliah
tinggi kita baru bisa dapat gelar dan mencari pekerjaan yang layak." Apa maksudnya"! Apa pekerjaanku ini tidak layak"!!
"Oh ya.kata Ann kau teman lamanya. Apa kau bisa sedikit menceritakan tentang Ann di
masa-masa remajanya" Aku yakin kau pasti sangat mengenalnya." "Kau ini kan tunangannya. Kau pasti jauh lebih mengenalnya."
"Entahlah..." wajah Calvin sedikit berubah, "kadang Ann dari luar
memang kelihatan adem ayem saja.tapi aku tidak terlalu yakin apa selama ini dia memang sudah terbuka
padaku. Dia itu misterius, aku merasa masih banyak rahasia yang ia sembunyikan dariku.
Aneh juga ya, apa mungkin aku yang terlalu banyak pikiran""
"Seharusnya kau tidak memikirkan yang bukan-bukan. Dia itu
tunanganmu, sudah pasti dia akan terbuka padamu. Beri dia kesempatan karena semuanya tidak bisa instan.
Kadang kita tidak bisa memaksa seseorang untuk selalu terbuka pada kita, karena dalam
diri seseorang pasti ada sesuatu yang lebih baik disimpan sendiri." Dennis melamun
meresapi ucapannya sendiri. Calvin menatapnya tajam.
"Ah sudahlah, aku memang tidak pandai memberi nasehat."
Di saat yang bersamaan Ann muncul di tengah-tengah mereka. Ia tersenyum ringan pada
Calvin, "Yuk, berangkat."
Calvin mengandeng tangannya, "Ayo."
Ann pergi begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Dennis. Setelah keduanya pergi, Dennis melempar peralatannya ke lantai. Ia tidak capek, tapi hatinya yang capek.
"Aku harus benar-benar melupakan majikanmu," ia kembali mengelus
Speedy, "kau lihat sendiri kan" Dia samasekali sudah melupakanku. Kalau dia bisa, kenapa aku tidak"
Kadang aku pikir.lebih baik pertemuan kami yang kemarin lusa itu tidak perlu terjadi
sama sekali. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku melepaskan dia begitu saja
lima tahun yang lalu. Manusia memang bodoh, Speed. Sebodoh aku yang melepaskan
cinta tanpa berusaha mempertahankannya. Kadang manusia harus kehilangan dulu, baru
bisa merasakan betapa berartinya cinta itu." Speed menatapnya bingung.
Kira-kira pukul 2 siang Dennis baru pulang dari rumah Ann. Jam yang
diberi nama Selina itu belum bisa diperbaiki sampai selesai, mungkin besok baru bisa dilanjutkan lagi.
Karena Ann belum pulan g, Dennis hanya berpamitan dengan pembantu rumah tangganya.
Pembantu itu membukakan pintu pagar untuk Dennis.
Tapi sungguh di luar dugaan, tepat di depan pintu pagar yang tinggi
menjulang itu, Dennis berpas-pasan dengan seorang pemuda yang rasanya masih segar di ingatannya.
Pemuda itu melotot marah melihat Dennis, "Kau"! Apa yang kau lakukan di sini!"
Dennis menyilang kedua tangannya di depan dada, "Oh.rupanya kau, bocah reseh.
Sudah lima tahun akhirnya kita bertemu lagi."
Pemuda itu tidak lain lagi adalah Josh. Mungkin ia yang paling tidak
banyak berubah di antara mereka semua, masih dengan rambut cepak dan wajah
tampannya yang babyface, "Hey brengsek, ngapain di rumah Ann"! Sudah lima tahun kenapa kau
bisa tiba-tiba muncul di depan mataku"! Kukira kau sudah mati!"
"Lalu maumu apa" Berantem lagi kayak dulu!""
"Jawab pertanyaanku dulu! Kenapa kau bisa ada di sini!"
Dengan santai Dennis mengangkat kotak peralatannya tinggi-tinggi,
"Selamat berkenalan dengan tukang reparasi." "Apa-apaan ini."
"Aku datang ke sini untuk memperbaiki jam. Memangnya kau kira aku maling""
"Memperbaiki jam"" Josh tertawa mengejek, "Kenapa bisa serba kebetulan begitu ya"
Selama lima tahun kau lenyap dari kehidupan Ann, lalu di siang bolong begini tiba-tiba
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau muncul di rumahnya untuk memperbaiki jam. Dasar tidak punya harga diri."
"Apanya yang tidak punya harga diri" Aku heran...kenapa di dunia ini
ada orang sepertimu yang selalu sok ikut campur urusan orang lain. Urusan yang lalu
itu hanya di antara aku dan Ann, jangan sok tau!!"
"Aku sok tau"!"
"Seperti anak kecil saja....Minggir," Dennis menepis Josh menyingkir dari
jalannya. Josh merasa tidak senang, ia menarik kemeja Dennis dan menyeretnya ke hadapannya.
Di saat yang bersamaan datang mobil sedan milik Calvin. Calvin membunyikan klakson
kecil memanggil mereka. Sementara Ann menatap Dennis dan Josh dengan cemas. Ia
segera turun dari mobil dan menghampiri mereka sebelum terjadi
perkelahian lagi seperti dulu. "Josh, kenapa kau bisa di sini""
"Seharusnya aku yang tanya, kenapa bajingan ini bisa ada di rumahmu!" "Dia datang untuk memperbaiki jam kuno pemberian Calvin." "Memangnya tukang reparasi di kota ini sudah mati semuanya!" Kenapa harus manggil dia!"
"Bukan aku, tapi Calvin yang memintanya."
Josh menoleh ke arah mobil Calvin. Calvin ikut keluar, ia memandang
mereka dengan tatapan bingung.
"Tolong jangan bikin keributan di sini." Ann memelas.
Josh melepaskan cengkramannya, dengan sangat terpaksa ia akhirnya
mau membebaskan Dennis. Tapi kedua pemuda itu masih terlibat adu mata yang sengit. Wajah keduanya terlihat penuh amarah.
Mau tak mau Ann terpaksa menarik Dennis menjauh dari Josh, "Dennis,
pulanglah. Aku tidak mau kalian bertengkar lagi seperti dulu."
"Aku memang sudah mau pulang. Pekerjaanku belum selesai tapi aku
akan menyelesaikannya besok," Dennis melotot pada Josh, "bilang ke
temanmu itu, lain kali jangan suka reseh!"
Tanpa curiga sedikitpun, Calvin menghampiri Josh, "Ada apa" Kenapa tegang begini""
"Tegang apaan"! Kau ini bodoh sekali, kalau aku jadi kau.aku akan sewa tukang servis
lain! Aku tidak akan membiarkan bajingan itu menginjak kakinya lagi di rumah Ann!" "Memangnya kenapa""
"Ya ampun.dia itu kan pacar pertamanya Ann! Masak kau tidak tahu sama sekali"! Ann
pernah punya kenangan yang pahit dengannya! Aku tahu dia pasti
masih mengincar Ann!" Calvin terperangah, "A.apa kau bilang""
"Kau tidak tuli kan" Awasi orang itu baik-baik, jangan sampai dia dekat-
dekat dengan tunanganmu! Ann itu pernah punya cerita dengannya, dan kujamin kau akan menyesal
kalau cerita itu sampai terulang lagi."
Calvin memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, matanya tajam mengamati Ann
yang sejak tadi terus berada di situ membujuk Dennis untuk pergi. Tiba-tiba saja ia sadar
sesungguhnya ia belum mengenal Ann dengan jelas. Matanya lalu
bergantian mengawasi Dennis. Ada apa sebenarnya antara kau dan tunanganku "!
Josh berkacak pinggang menatap Ann di ruang tamu yang sepi itu, "Aku tidak mengerti
kenapa kau tidak mau menceritakan tentang Dennis pada Calvin."
"Buat apa" Tidak ada yang perlu diceritakan
." "Tapi dia itu kan tunanganmu. Apa kau tidak merasa aneh telah
merahasiakan sesuatu padanya"" "Josh, aku tidak merahasiakan apapun pada Calvin. Aku tidak memberitahu dia karena
aku rasa semua itu hanya kejadian kecil di masa laluku, tidak ada yang istimewa sampai
harus diceritakan padanya. Memangnya aku harus cerita semua
kejadian masa laluku sampai sedetail-detailnya" Lagipula aku tidak pernah menganggap antara aku dan Dennis
pernah punya hubungan khusus, karena kuanggap semua itu palsu."
"Tapi kau....kau tentunya tidak berpikiran ingin kembali lagi pada Dennis
kan"" Ann menoleh kaget, "Tentu saja tidak!"
"Syukurlah...aku tidak bisa membayangkan kalau kau sampai punya
pikiran seperti itu."
Josh mengaruk kepalanya. "Oh ya, buat apa kau datang ke rumahku""
"Cuma mau minta maaf kemarin aku tidak bisa datang ke pesta ulang
tahunmu. Aku lagi banyak kerjaan."
Ann tersenyum penuh selidik, "Banyak kerjaan atau banyak acara" Sama Sherly kan""
Sherly adalah nama pacar Josh. Mereka berkenalan setengah tahun
yang lalu di kantor tempat kerja Josh, lalu mulai pacaran serius sejak seminggu ini. Tentu saja
Josh sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi terhadap Emma, perasaan itu sudah sirna sejak mereka
sama-sama dewasa. Ia bahkan nyaris kehilangan kontak dengan Emma. "Kapan nih nyusul"" Ann memamerkan cincin tunangannya sambil tertawa.
"Waduh... .aku kan tidak seperti Calvin, harus kumpulin duit dulu baru
berani married. Jadi Calvin sih enak....segala-galanya udah punya. Ayahnya saja
pejabat..Oh ya, kalian kapan nih marriednya" Di sini atau di London""
Ann mengendik bahu, "Tidak tahu." "Kelihatannya kau tidak terlalu berminat..."
"Bukan begitu. Aku ini cuma terima apa maunya dia. Katanya sih bulan depan, mungkin di London."
"Selamat ya....aku senang akhirnya kau bisa menemukan pasangan
seperti Calvin. Dia itu tipe pria yang tidak akan mengecewakanmu. Kau sangat beruntung." "Kau benar. Aku memang sangat beruntung." Ann tersenyum simpul. Sangat beruntung...
Calvin duduk tenang di ruang tamu dalam apartemen mewahnya. Semua keterangan yang
diberikan oleh pegawai ayahnya didengarnya baik-baik. Setelah pegawai itu selesai
membeberkan semua hasil penyelidikannya, Calvin mengangguk kecil
dan memintanya pergi. Kemudian ia merenung sendiri.
Dennis Lionardi.....aku sudah tahu semuanya...
Keesokkan harinya... "Dennis, ada yang mencarimu di luar," teriak salah satu teman kerja
Dennis. Dennis yang sedang bersama dengan Heru memperbaiki pesanan seorang pelanggan,
langsung membersihkan tangannya dan tergopoh-gopoh berlari keluar. Ia terkejut melihat
Calvin tengah berdiri di sana menantinya. Kehadiran pria itu terlihat paling mencolok di
tengah-tengah para karyawan. Tapi setelah melihat Dennis, Calvin langsung memberi
isyarat padanya untuk bicara di luar. Dennis hanya mengikutinya saja sampai di tempat
parkir Calvin. "Wah, ada perlu apa nih kau sampai datang kemari" Aku baru saja mau
berangkat ke rumah Ann." Dennis menghampiri Calvin yang menunggu tepat di depan
mobilnya. Tapi entah kenapa Calvin mengeluarkan sejumlah uang dari balik jas mahalnya, "Berapa semua biaya pekerjaanmu"" "Maksudmu""
"Aku akan bayar tunai, hari ini tidak perlu datang lagi ke rumah Ann."
"Kenapa" Jam itu kan belum selesai kuperbaiki."
"Tidak masalah, lagipula tadi aku sudah terlanjur menyewa tukang lain
dari rekomendasi temanku. Tukang itu yang akan melanjutkan sisa pekerjaanmu." Dennis memiringkan kepalanya, menatap Calvin samar, "Kenapa kau
tidak mengizinkan aku mengerjakan pekerjaanku sampai selesai" Apa kau kira aku tidak sanggup""
"Aku tidak ragu pada kemampuanmu. Seperti yang sudah kubilang tadi, aku sudah
menyewa tukang lain. Ini, ambil saja bayaranmu."
Tapi dengan sopan Dennis menepis uang itu, "Pekerjaan belum
kuselesaikan, mana boleh aku terima bayaran" Simpan saja untuk tukang servis baru itu."
Calvin mengangguk kecil. Kemudian ia menyimpan uang itu kembali ke dalam saku
jasnya dan langsung menatap Dennis dengan dingin, "Kelak aku harap
kau tidak perlu datang ke rumah Ann lagi."
"Hah"" "Kau dengar kataku tadi kan""
Dennis terdiam sesaat. "Jangan kau kira aku t
idak tahu apa-apa tentang hubungan kalian ini.
Aku sudah menyelidikimu baik-baik, Dennis. Aku tahu semuanya. Kau pernah punya hubungan
khusus dengan Ann lima tahun yang lalu, tapi kau mencampakkannya demi uang."
"Aku tidak tahu cerita versi mana yang kau dengar, tapi yang pasti aku
tidak mencampakkan Ann, apalagi demi uang."
"Silahkan berdalih, tapi fakta kalau kau mendekati Ann karena ingin
melunasi hutang ayahmu adalah benar kan""
Dennis malas menjelaskan setiap kali ada orang yang menyalahkan dirinya karena itu,
"Awalnya memang begitu, tapi setelah aku benar-benar menyukainya, sedikitpun aku
tidak berniat menyakitinya." Dijelaskan sampai berapa kali pun tidak
akan ada yang percaya.. "Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu pada Ann, tapi yang jelas
sekarang Ann itu tunanganku. Aku tidak suka melihat kau mondar-mondir dalam
kehidupannya setelah sekian lama menghilang."
"Tidak ada yang menghilang. Bukankah Ann sendiri yang kuliah di Inggris
selama lima tahun ini dan tidak pernah pulang" Aku sama sekali tidak bermaksud menampakkan diri
di depannya begitu saja, pertemuan kami terjadi secara kebetulan. Kalau kau keberatan,
aku maklum. Percayalah, aku sendiri tidak berharap bisa bertemu lagi dengannya."
Calvin melepaskan kacamata tipisnya, wajah tampannya menyiratkan kebencian yang
dalam, "Dengarkan aku baik-baik, tukang servis. Aku tidak mau tahu
apa-apa saat ini, aku hanya mau menegaskan padamu sekali lagi, jangan sampai kau berani dekati tunanganku itu, karena sebenarnya aku tidak yakin baik kau maupun Ann sudah saling
melupakan atau belum. Aku tidak mau ambil resiko kehilangan Ann karena kau. Asal kau
tahu saja, aku bisa saja berubah menjadi orang yang sangat jahat kalau
aku ingin mempertahankan sesuatu." "Apa maksudmu""
"Kalau kau berani mendekati Ann lagi.. "
"Tunggu, siapa bilang aku mau mendekati Ann lagi""
"Tidak usah pura-pura, aku bisa membaca semua yang ada di kepalamu
itu. Kau mungkin tidak pernah kepikiran ingin merebut Ann dariku, tapi tentunya kau berharap bukan" Aku
yakin kau juga sadar kau ini bukan apa-apa jika dibandingkan denganku. Apa dengan
keadaanmu yang seperti ini kau bisa merebut Ann kembali ke sisimu" Jangan mimpi di
siang bolong. Memandangmu saja Ann sudah tidak sudi." Dennis naik pitam, tapi ditahannya, "Lalu apa maumu"" "Aku mau kau tahu diri sedikit. Jangan dekati Ann lagi, kalau tidak aku akan memastikan
kau akan menyesal seumur hidupmu. Sudah kubilang tadi, aku bisa berubah menjadi
orang yang jahat kalau aku ingin mempertahankan sesuatu. Aku tahu semua latar
belakang kehidupan masa lalumu yang suram, tentunya kau tidak ingin
semua itu terulang lagi kan" Kalau kau masih berani merebut milikku yang paling berharga, aku
pun akan berbuat hal yang sama." "Jangan bertele-tele! Apa maksudmu!"
"Akan kubuat kau kehilangan pekerjaanmu. Segalanya. Orang-orang
yang ada di sekitarmu pun akan kubuat menanggung akibatnya. Kau mengerti"" "Keparat."
"Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Ingat baik-baik, Dennis,
aku bisa saja menjadi orang jahat. Kau tentunya tidak mau kehilangan segalanya kan""
Dengan marah Dennis menarik kerah kemeja Calvin, tangannya mengepal marah siap
meninju wajah angkuh itu, "Tadinya kukira kau orang baik-baik, kukira kau memang
pantas mendampingi Ann. Tapi ternyata kau cuma orang licik yang menghalalkan segala
cara untuk menekan orang lain! Apa istimewanya menjadi orang kaya
yang punya kekuasaan"! Aku tidak takut padamu!!"
"Oh ya" Sekali saja kau memukulku, aku jamin kau akan menyesal seumur hidup."
Calvin menyeringai licik.
Tadinya Dennis sudah setengah mati menahan diri untuk tidak menghajar Calvin, tapi
pria itu malah mencondongkan wajahnya menantang Dennis.
"Kenapa" Bukankah tadi kau bilang tidak takut padaku" Lalu kenapa
kau tidak berani menghajarku"" Calvin tertawa sinis, "orang-orang pinggiran sepertimu
memang paling pengecut, gampang ditekan."
"Keparat!!" Dennis tidak kuat menahan emosinya, dihajarnya wajah sombong itu
sampai telak. Calvin terhuyung jatuh, tapi dalam sekejap ia sudah bangkit lagi. Darah
menetes sedikit dari bibirnya, "Hanya segini kemampuanmu, tukang servi
s" Kenapa" Kurang makan jadi tidak kuat menghajar orang"! Rakyat jelata sepertimu memang
memalukan. Tukang pukulku saja bisa memukul anjing lebih baik darimu!"
Dennis semakin kalap, lagi-lagi ia mengayunkan tinjunya ke wajah Calvin.
Kali ini sangat keras, Calvin sampai tersungkur di bawah dan butuh waktu yang
lama untuk bangkit. Nafas Dennis turun naik. Tapi kemudian ia meredakan emosinya, otaknya
berpacu keras untuk berpikir. Ada yang aneh...kenapa aku punya perasaan kalau si brengsek ini
memang sengaja minta dihajar" Seakan-akan ia yang menawarkan diri" Belum sempat Dennis memecahkan teka-teki itu, semuanya sudah
terlambat. Tiba-tiba entah dari mana sebuah taxi berhenti di depan mereka. Ann turun dari taxi itu
dan tergesa-gesa menghampiri tempat mereka dengan wajah
ketakutan. Dennis terperanjat menahan nafas, bagaimana mungkin Ann bisa tiba-tiba muncul"!
Berbagai kemungkinan skenario yang dirancang Calvin semuanya berterbangan di dalam
benaknya. Saat Dennis menyadari kehadiran Ann yang begitu di luar
dugaan, ia baru bisa menebak apa maunya Calvin itu.
Sial....orang licik ini pasti sudah mengatur semuanya!!!!
Benar dugaan Dennis, begitu melihat Ann datang, tiba-tiba saja Calvin berakting
meronta-ronta kesakitan sembari memegang luka di wajahnya. Ann memeganginya
dengan cemas, "Calvin, kau tidak apa-apa""
"Kenapa kau lakukan ini!!" Ann mengangkat wajahnya dan membentak
Dennis dengan suara tinggi, "kenapa kau memukuli Calvin"!"
Dennis tercekat, "Ann, dengar aku baik-baik, aku tidak....." astaga,
bagaimana aku menjelaskannya!! "dia duluan yang mencari masalah!!"
Calvin bangkit berdiri dengan susah payah. Wajahnya tidak ada luka yang berarti, tapi
tingkah lakunya dibuatnya seolah-olah ia sangat kesakitan. Ia menatap Dennis dengan
akting pura-pura ketakutan, "Aku menemuinya di sini karena aku memintanya tidak perlu
datang ke rumahmu lagi untuk memperbaiki jam, tapi entah kenapa dia marah sekali dan langsung menghajarku.".
"Pembohong!! Ann, jangan dengarkan dia!!! Makhluk ini lebih licik
daripada yang kau kira!!"
"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kau memang menghajarnya, Dennis!!! Bisabisanya
kau malah balik menuduh Calvin"! Orang sepertimu mana bisa kupercaya!"
"A.. .apa.." Dennis semakin terpojok.
"Ann, sudahlah....jangan cari masalah lagi dengannya." Calvin pura-
pura prihatin, "kita pergi saja."
Dennis mencekal tangan Ann, "Ann, dengarkan aku dulu! Ini tidak seperti
yang kaulihat! Dia sengaja memancing emosiku."
Ann dengan kasar melepaskan tangan Dennis, "Keterlaluan kau, Dennis! Kau tidak perlu
menjelaskan apa-apa lagi karena aku sudah melihat semuanya!"
"Tapi dia dulu yang mengancamku!! Dia sengaja mengatur semua ini
supaya kau datang dan melihat semuanya! Dia berbuat seperti ini supaya kau semakin
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membenciku!!" "Bicara apa kau"" Ann menatapnya dengan sinis, "aku tidak mau
mendengar apa-apa lagi darimu! Cepat pergi dari hadapanku."
"Ann, tunggu dulu!"
Ann berlari masuk ke dalam mobil Calvin, sedikitpun ia tidak menghiraukan teriakanteriakan
Dennis dari luar. Calvin menoleh ke tempatnya, tersenyum kecil kemudian langsung mengemudikan mobil itu kencang-kencang.
Di dalam apartemen Calvin...
"Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud membuatmu cemas.
Seharusnya kau tidak perlu
datang ke sana." ujar Calvin sewaktu Ann mengompres luka di bibirnya. "Aku langsung datang ke sana setelah kau telepon. Tadinya kukira ada
apa, kau bilang di telepon kalau kau ingin aku ikut bicara pada Dennis. Tapi begitu sampai
di sana, aku malah melihat dia sedang memukulimu."
"Maaf....seharusnya aku tidak menyuruhmu datang. Aku juga tidak tahu
kenapa dia bisa berbuat seperti ini. Dia menghajarku seperti orang gila saja!"
Ann meletakkan kantung kompresannya, wajahnya terlihat lesu.
"Aku tidak mengerti kenapa Dennis bisa semarah itu. Aku bilang baik-baik
padanya kalau dia tidak perlu datang lagi tapi dia langsung."
"Calvin," potong Ann, "ada yang harus kuceritakan padamu."
"Tentang apa""
"Tentang Dennis dan aku. Dennis itu sebenarnya..."
"Mantan pacarmu""
Ann mendongak kaget, "Kau sudah tahu""
"Josh yang memberitahuku kemarin. Aku tidak mar
ah padamu, Ann. Lagipula itu hanya masa lalu, kau memang tidak perlu memberitahuku semuanya." "Tapi sebenarnya di antara kami tidak bisa dianggap punya hubungan khusus."
"Aku percaya padamu, Ann. Sejujurnya aku memang takut setelah
mendengar semuanya. Makanya aku tiba-tiba ingin menggantikan Dennis dengan pekerja lain,
karena aku khawatir dia akan mendekatimu lagi. Aku tahu kekhawatiranku itu tidak beralasan.seharusnya aku tidak perlu berbuat begitu. Aku tidak menyangka dia akan
marah besar sampai menghajarku segala."
"Calvin...kau perlu tahu satu hal, antara aku dan Dennis benar-benar
tidak ada apa-apa lagi. Itu hanya masa lalu."
"Kau sungguh tidak punya perasaan apa-apa lagi padanya""
Ann tertawa kaku, "Kau becanda" Tentu saja tidak. Setelah semua yang
ia lakukan padaku, mana mungkin aku masih menyimpan perasaan padanya.
Lagipula....setelah melihat perbuatan dia padamu hari ini.aku jadi tahu dia memang tidak pernah berubah,
tetap saja suka berbuat seenak hatinya. Dia tidak pernah berhenti membuatku kesal."
Calvin meraih tangan Ann dan meremasnya lembut, "Tadinya aku kira kehadiran Dennis
bakal mengancam hubungan kita, tapi kini aku percaya sepenuhnya padamu. Berjanjilah
padaku mulai sekarang kau tidak akan menyembunyikan apa pun lagi
dariku." "Baiklah." Malam harinya saat Ann sedang sibuk menyelesaikan tugas kuliahnya
yang menumpuk, pembantu rumah datang memberitahu Ann bahwa ada seorang pria yang ingin
menemuinya. Ann menyuruh pembantu rumah membukakan pintu dan bilang pada orang
itu ia akan segera turun. Tapi tak lama kemudian pembantu itu datang lagi , katanya tamu
itu tidak mau masuk ke dalam. Ia hanya mau menunggu Ann di luar rumah.
Dengan malas-malasan Ann mematikan laptopnya dan segera keluar dari rumah. Tamu
macam apa yang lebih memilih bertemu di depan rumah daripada diundang masuk"
Sesampai di depan pagar, ia kaget melihat tamu itu ternyata Dennis.
"Mau apa kau ke sini"! Aku tidak mau bicara apa-apa lagi." Ann segera
mengambil langkah seribu meninggalkan Dennis. Tapi kali ini Dennis tidak akan melepaskannya. Ia dengan gesit menyambar pergelangan tangan Ann, memaksanya tetap berdiri di sana.
"Aku tidak rela selalu menjadi pihak yang disalahkan! Kau tenang saja, aku juga tidak
akan berlama-lama di sini." Dennis mengendurkan pegangannya,
"mungkin apa pun yang
kujelaskan padamu tidak akan bermanfaat, aku tahu sedikitpun kau tidak
akan mempercayaiku. Tapi aku minta kali ini kau harus percaya padaku! Kejadian tadi pagi sungguh di luar kemauanku."
"Kau memang selalu memakai alasan itu, Dennis. Apa pun yang kau
lakukan selalu kau bilang di luar kemauanmu!"
"Calvin tidak seperti yang kau puja-puja selama ini! Dia datang ke
tempatku, mengancamku agar tidak menemuimu lagi atau aku akan dibuatnya menyesal seumur
hidup. Dia memang memiliki segalanya, uang dan kekuasaan yang aku tidak punya. Tapi
aku tidak akan mau menjadi bulan-bulanannya! Terserah kau mau percaya padaku atau
tidak, aku hanya mau kau tahu yang sebenarnya! Aku tidak mau kelak kau menikah
dengan orang yang salah."
"Calvin bukan orang seperti itu. Aku tidak akan percaya padamu, Dennis. Sejujurnya
kukatakan padamu, aku menyesal kita bertemu lagi di taman itu. Apa kau tahu,
sebenarnya aku berharap tidak pernah melihatmu lagi!" Ann menatapnya kosong, "lima
tahun adalah waktu yang lama, aku baru bisa sembuh dari semua luka yang kau buat
padaku itu selama lima tahun! Aku sekarang sudah punya hidup yang baru, aku bahkan
sudah mulai bahagia dengan pertunanganku. Tapi tiba-tiba saja kau muncul di depan
mataku dan merusak semuanya! Apa kau tidak merasa bersalah padaku, setelah aku bisa
pulih kembali dari semua lukaku lalu kau mau buat luka yang baru lagi""
Dennis diam. "Apa hakmu menuduh Calvin orang yang salah" Aku tidak menyesal
bertunangan dengannya, setidaknya aku tidak merasa tertekan setiap kali berhadapan dengannya, aku punya jaminan dia tidak akan menyakitiku dan setidaknya aku tahu dia
sungguh-sungguh mencintaiku!"
"Apa bersamaku tidak ada perasaan itu""
"Jika aku bersamamu yang akan kurasakan hanyalah kesengsaraan!
Apa kau tahu, berdiri di sini menatapmu sa ja aku sudah sangat menderita "!" Dennis terpukul sekali, "Sedalam itukah kebencianmu padaku""
"Seharusnya kau sudah sadar sejak pertama kali kau menyakitiku. Aku
tidak mengerti apa maumu sebenarnya, dulu kau bilang aku harus melupakanmu, lalu setelah aku
berhasil melupakanmu kau malah memaksaku agar tidak membencimu. Aku tidak tahu
sampai kapan aku bisa memaafkanmu! Jadi aku mohon Dennis, pergilah dari
kehidupanku. Jangan kau ganggu aku dan Calvin lagi, biarkan aku hidup lepas dari
bayang-bayangmu. Tolong jangan rusak kebahagiaanku."
"Begitu ya"" Dennis mengangguk kecil, kemudian perlahan-lahan
melepaskan pegangan tangannya dari Ann, "aku hanya mau kau tahu satu hal. Aku tidak
pernah ingin menyakitimu sedikitpun. Mungkin sudah terlambat bagiku untuk
mengatakannya, tapi aku memang mencintaimu. Mudah bagimu untuk melupakanku, tapi aku tidak bisa
melupakanmu meskipun kau beri aku waktu selama 5 tahun atau lebih!
Aku tidak akan bisa! Aku menyesal atas semua perbuatanku dulu. Aku tidak menyalahkanmu kalau kau memang sangat membenciku, aku memang bodoh telah
melepaskanmu begitu saja.
Kupikir itu semua demi kebaikanmu, tapi ternyata semuanya hanya akan membuatmu
salah paham dan terus membenciku. Sampai kapan pun kau tidak akan percaya kalau aku
sungguh mencintaimu, semua yang kulakukan, semua yang kukatakan untuk
menyakitimu waktu itu, kulakukan karena terpaksa!"
Ann tercengang diam, "Kau...kau bilang apa"" Ia kaget mendengar semuanya.
"Aku tahu semua yang terjadi di antara kita tidak bisa dirubah lagi, tapi kalau saja aku
bisa memutar balik waktu....aku tidak akan sekalipun menyakiti hatimu,
aku tidak akan melepaskanmu hanya karena aku merasa tidak pantas mendampingimu. Tapi waktu itu
aku tidak bisa berpikir panjang, aku malah melepaskanmu begitu saja dan sekarang
semuanya sudah terlambat. Aku juga menyesal kenapa kita harus bertemu lagi. Bukan
hanya kau yang menderita, Ann, aku bahkan lebih menderita tapi aku selalu
menyimpannya dalam hati dan sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah bisa pulih
sepertimu! Tapi aku janji tidak akan merusak kebahagiaanmu dengan Calvin. Aku juga
tidak akan mengganggumu lagi kalau memang itu maumu. Kalau kau meminta aku
pergi....aku akan pergi."
Dennis menatapnya untuk yang terakhir kali, kemudian melangkah pergi, meninggalkan
Ann seorang diri berdiri di sana.
Tinggal Ann di sana, berusaha membunuh semua keraguan yang kini mulai merasuki
hatinya. Semakin ia mencoba untuk tidak percaya, semakin ia
tenggelam dalam keraguan itu. Dalam ruang kerja yang gelap itu Ann menekan nomor telepon rumahnya di Inggris,
jantungnya berdegup kencang saat mendengar suara Papa, "Papa... maaf meneleponmu
malam-malam begini."
Di ujung sana Papa tertawa, "Tidak apa-apa, sayang. Ada apa
sebenarnya, sampai interlokal begini" Kamu kedengarannya sedang ada masalah."
"Ada yang ingin kutanyakan pada Papa." "Ya" Tanyakan saja."
"Lima tahun yang lalu....Papa pernah memberi cek kosong pada Dennis.
Apa Papa masih ingat""
Papa terdiam. Ada jeda panjang di antara mereka.
"Papa....tolong jawab aku yang jujur. Cek kosong itu apa pernah
dicairkan oleh Dennis""
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal ini""
"Tolong, Papa. Jawab aku." Papa diam lagi. Yang ada hanya suara nafasnya.
"Ann, sebelum Papa mengatakan yang sejujurnya padamu. Papa mau kamu mengerti satu
hal, apa yang Papa lakukan ini semuanya demi kebaikanmu. Papa takut pemuda itu akan
merenggut semua kebahagiaanmu, jadi Papa." "Pa, tolong jawab saja pertanyaanku itu." "Ann.. "
Jantung Ann rasanya mau copot, ia seolah-olah mati rasa. Dicengkramnya gagang
telepon itu kuat-kuat, air matanya siap menetes, "Cek itu....cek itu
ternyata tidak dicairkan Dennis, bukan" Ternyata dia tidak pernah memakainya.Benarkah""
"Ann... Papa... Papa sungguh tidak bermaksud membohongimu, waktu itu
Papa benarbenar mengira dia sudah memakai cek itu. Maafkan Papa, Ann, Papa tidak memberitahumu karena Papa tidak mau kamu terjerumus lebih dalam lagi dengan
pemuda itu, selain itu Papa kira antara kamu dan pemuda itu semuanya sudah berakhir,
jadi tidak ada yang perlu diungkit-ungkit lagi. Apa kamu sada
r, Papa terpaksa melakukan ini semua demi masa depanmu" Lihatlah dirimu sekarang..kamu sudah punya
segalanya, tidak kekurangan apapun juga, bukankah itu lebih baik ketimbang hidup
luntang-lantung dengan pemuda itu""
Jadi benar Dennis tidak mencairkan cek itu....
Pegangannya pada gagang telepon itu terlepas begitu saja, sekujur
tubuhnya membeku kebingungan.
Ann sudah mencoba untuk tidak menangis, tapi air mata itu terus menetes tanpa ia sadari.
Ia tidak perlu mempertanyakan hal-hal yang lainnya lagi, hanya perlu tahu satu
kebenaran itu saja sudah cukup untuk mengetuk hatinya, menamparnya keras-keras
hingga ia sadar apa yang sebenarnya terjadi lima tahun yang lalu. Ia lalu meringkuk di bawah seorang diri. Menahan penyesalan yang sangat amat dalam.
Menyesal kenapa ia tidak mau menghiraukan kata-kata Emma dan Vincent waktu itu,
menyesal mengapa ia tidak pernah mau mempercayai ucapan Dennis, tapi lebih menyesal
lagi karena ia tidak pernah mau mendengar kata hatinya sendiri. Bukankah sekarang semuanya sudah terlambat" Kini Ann tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap semuanya. Ia sudah terlambat
menyadari kebenaran yang selama ini tersimpan rapat darinya. Ia tidak menyalahkan
Papa sama sekali, ia bisa memaklumi semuanya. Tapi Calvin" Bagaimana Ann harus
menghadapi Calvin setelah ia tahu semuanya" Apa benar yang diucapkan Dennis tadi,
kalau Calvin sengaja mengatur perkelahian itu agar dirinya semakin membenci Dennis"
Perasaan Ann kini terombang-ambing tak menentu, ia benar-benar kehilangan arah.
Butuh waktu lima tahun baginya untuk menyusun kembali kepingan-kepingan hatinya
yang hancur karena Dennis, dan butuh waktu lima tahun baginya untuk
melupakan sosok pemuda itu. Tapi rentang waktu yang begitu lama itu pupus semuanya hanya dalam
waktu satu malam. Dan dalam waktu satu malam itu ia kembali hancur
oleh perasaannya sendiri, oleh kenyataan bahwa sesungguhnya Dennis masih ada di dalam hatinya.
Sesungguhnya ia tidak bisa melupakan pemuda itu. Dan sesungguhnya selama ini ia
hanya berpura-pura kuat, pada kenyataannya ia masih sangat rapuh. Ia tidak pernah bisa melupakan Dennis.
Ini semua tidak perlu terjadi kalau saja ia mau mendengar semua
penjelasan teman-temannya.
Kalau saja ia mau menunggu lebih lama sedikit di taman itu sebelum
keberangkatannya ke Inggris.
Sekarang semua yang sudah susah payah dibangunnya selama ini hancur berantakan.
Perasaannya pada Calvin lenyap tak berbekas. Ia bahkan tidak sanggup membayangkan
dirinya sudah bertunangan dengan pria itu. Bagaimana ia nanti akan menikah dengan orang yang tidak ia cintai"
Aku tidak boleh mengkhianati Calvin.........tapi bagaimana aku bisa
mengingkari perasaanku yang sesungguhnya pada Dennis" Keesokkan harinya...
Calvin bisa mencium gelagat tidak baik dari tingkah laku Ann yang serba
aneh pagi ini. Walaupun mereka sarapan pagi bersama-sama di ruang tamu Ann, tapi
Ann hanya diam saja dan tidak menatapnya sejak tadi. Gadis itu hanya sibuk memainkan sarapannya
dengan garpu, sedikitpun ia tidak menyentuh makanan itu.
"Kemarin aku bertemu dengan keluargaku. Coba tebak apa hasil
percakapan kami semalam" Ayah dan Ibuku minta pernikahan kita dimajukan saja,
mungkin 2 minggu lagi, jadi tidak perlu menunggu kita balik ke London lagi. Ibuku bersikeras mau menyiapkan
segalanya sendiri, katanya pernikahan itu dilangsungkan di sini saja, di gereja tempat
orang tuaku menikah dulu. Kau tidak keberatan kan" Maaf ya.semuanya jadi tiba-tiba
begini. Aku juga sebenarnya tidak mau terburu-buru, tapi mereka terus mendesak."
Orang yang diajak bicara malah diam.
"Ada apa" Wajahmu kelihatan murung sekali." tanya Calvin padanya.
Ann meletakkan garpunya di atas piring, ia termenung sebentar. Kedua tangannya
disembunyikan di balik meja, tangan sebelah kanannya memainkan cincin yang
melingkar di jari manis kirinya dengan penuh perasaan cemas. Ia mengigit bibirnya. Aku
harus jujur pada Calvin, aku tidak mau ia terluka di saat terakhir.
Ann ragu lagi, tapi kalau aku menceritakan yang sejujurnya pada Calvin
sekarang, bukankah sama saja" Ia tetap bakal terluka..
"Ann, aku mohon....ada apa sebenarnya"
Apa ada yang ingin kau katakan padaku""
Calvin menatapnya semakin tajam.
"Calvin, aku tidak bisa menikah denganmu."
Calvin terhenyak kaget, roman mukanya langsung berubah drastis begitu mendengar kalimat tadi.
"Aku tidak bermaksud melukaimu...aku tahu ini kejam sekali dan kau pasti
tidak bisa menerimanya, tapi aku tidak boleh terus menipu diriku sendiri, terlebih-lebih menipu
dirimu. Aku tidak sanggup menikah denganmu, Calvin.. " "Tapi kenapa "!"
"Aku tidak pantas menikah denganmu....selama ini kau terlalu baik,
percayalah kau akan menyesal bila menikah dengan.. "
"Itukah alasanmu yang sebenarnya" Atau kau punya alasan yang lainnya lagi "!" bentak Calvin tiba-tiba.
Ann mengangkat wajahnya, menatap Calvin dengan perasaan bersalah campur kaget.
Baru kali ini ia mendengar Calvin membentak dirinya.
"Jawab aku, Ann! Aku tidak bisa terima kalau memang cuma itu
alasanmu! Sama sekali tidak masuk akal! Setelah bertunangan selama dua bulan kenapa baru sekarang kau
membatalkan pernikahan kita, hah"!"
"Aku..." Ann berusaha mencari akal bagaimana sebaiknya ia harus
menjelaskan semuanya pada Calvin, "itu karena selama 2 bulan ini aku tidak tahu
apa-apa tentang rahasia itu, aku tidak tahu apa-apa tentang kejadian yang sebenarnya
antara aku dan Dennis lima tahun yang lalu."
"Apa kau bilang"" Calvin membanting peralatan makannya ke atas meja. Ia beranjak
cepat dari meja makan itu dan menarik Ann. Wajahnya memerah karena
menahan marah,
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"apa kau bilang tadi"! Dennis katamu"!"
Ann benar-benar kaget, ia melepaskan tangannya dari Calvin, "Aku
harus jujur padamu. Antara aku dan Dennis memang terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan lima tahun
yang lalu, tapi ternyata semua itu hanya kesalahpahaman yang sengaja ditutup-tutupi
dariku. Aku baru tahu semuanya tadi malam, dan aku menyesal padamu.karena saat itu
aku sadar aku masih menyimpan perasaan padanya."
"Jangan kau lanjutkan lagi, Ann." Calvin membuang muka, "hentikan
semua ucapanmu itu, aku tidak mau dengar lagi."
"Calvin, kau bebas memarahiku karena aku memang salah. Tapi bukankah lebih baik aku
menceritakan semuanya padamu sebelum kita menikah dan semuanya
menjadi tidak karuan"" Tapi Calvin diam, wajahnya mengeras dan matanya menyorotkan
kebencian yang mendalam. "Calvin, aku mohon bicaralah padaku. Katakan sesuatu. Apa saja." Ann menatapnya pilu.
Aku telah menyakiti hatinya.tapi aku harus bagaimana lagi" "Kenapa, Ann" Kenapa kau bersedia mengorbankan semua kebahagiaan yang bisa
kuberikan padamu demi orang itu" Kenapa kau rela melepaskan semuanya hanya untuk
menyelamatkan hubunganmu dengannya"!! Apa kau tidak bisa berpikir
dengan akal sehatmu, apa yang bisa kaudapatkan dari pria itu, hah"! Dia tidak punya
apa-apa untuk membuatmu bahagia, dia tidak memiliki semua yang aku miliki! Bersama dengannya
hanya akan membuat hidupmu hancur berantakan!"
Ann memejam matanya, sedih.
"Pikir itu baik-baik, Ann! Apa kau mau mengorbankan segalanya demi
dia"!" "Tapi aku mencintainya, Calvin." jawab Ann tak berdaya, "semua yang
kau ucapkan itu benar. Aku tidak memiliki jaminan dia bisa membuatku bahagia seperti yang bisa
kaulakukan padaku. Dia juga tidak memiliki semua yang kaumiliki. Tapi aku tidak
mengkhawatirkan apa-apa karena aku mencintainya. Aku tidak bisa membuang perasaan
ini jauh-jauh hanya karena aku takut melihat masa depanku dengannya. Aku punya
harapan meskipun itu cuma sedikit, tapi aku tidak peduli."
"Cinta katamu" Berpikirlah secara logika, Ann! Kau tidak bisa hidup
hanya dengan modal cinta! Aku bisa memberimu cinta sebanyak yang kau mau, bahkan lebih!"
Cinta itu buta, ia akan menutup semua pikiranmu hingga kau tidak bisa
berpikir panjang lagi tentang realita. Aku tidak mau munafik, aku tahu betul dengan
Dennis aku tidak punya masa depan yang cerah dibandingkan aku bersamamu. Tapi bagaimana mungkin aku hidup dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai" Bukankah itu
hanya akan menyiksaku dan malah membuatku tidak bahagia" Tidak bahagia sama saja membunuh
diri kita sendiri... sedikit demi sedikit.... hingga apa yang bisa kita lakukan
selanjutnya hanyalah menyesali diri. Aku pernah sekali
tidak percaya dengan apa kata hatiku, dan aku mengingkarinya hingga aku sangat menyesal sekarang. Sekarang aku tidak mau lagi berbuat hal yang sama, aku tidak mau lagi menyesal. Kali ini aku ingin mempercayai kata hatiku.
Melihat Ann tidak bisa menjawab, Calvin hanya menatapnya dengan
dingin. Suaranya terdengar penuh ancaman, "Aku akan menunjukkan padamu seberapa besar cinta yang
bisa kuberikan. Kau pasti akan menikah denganku. Percayalah."
Ia mengeluarkan handphone-nya dari saku, menekan nomor seseorang
dan berbicara sangat singkat, "Kau masih ingat orang yang kemarin kutunjukkan
padamu" Kumpulkan orang-orangmu dan terserah mau kau apakan dia." Ann tercengang tak mengerti, "A..apa maksudmu"" Calvin mematikan HP-nya, diam.
"Kau...kau menyuruh orang-orangmu menghabisi Dennis"!"
"Aku tidak pernah rela kalau ada orang yang sampai berani merebut sesuatu yang berharga dariku."
"Jadi benar kata Dennis, perkelahian kemarin kau yang mengatur
semuanya!! Kau sengaja menyuruhku datang supaya aku melihat semuanya!
Kau.kenapa kau bisa berbuat seperti itu! Kau kejam sekali!"
"Semua orang bisa berubah, Ann. Semua orang bisa berubah kalau ia takut kehilangan
sesuatu. Itu naluri dasar seorang manusia."
Dennis berjalan kaki menuju tempat kerjanya sendirian. Ia sama sekali
tidak menduga sudah ada segerombolan preman yang menguntitnya sejak tadi. Saat Dennis berbelok ke
jalanan yang sepi, mereka tiba-tiba menyerbu ke arahnya dan menghajarnya ramai-ramai.
Dennis kaget bukan main. Semua itu hanya terjadi beberapa menit
setelah mereka mendapat perintah dari Calvin.
Dennis berusaha melawan tapi jumlah mereka terlalu banyak. Meskipun ia berhasil
memberi perlawanan yang sengit pada mereka, tapi tetap saja mereka berhasil
menjatuhkannya. "Aku tidak bisa memastikan apa yang diperbuat orang-orang itu pada
Dennis. Tapi kau tahu kan, orang-orang seperti itu sangat haus uang, mereka akan berbuat semau mereka
kalau aku sudah mengiming-imingkan uang. Kalau Dennis sampai mati, kau tidak perlu
lagi repot-repot memberikan cintamu pada orang lain."
Ann bergidik ngeri mendengar kata-kata penuh ancaman itu. Dipandanginya Calvin
dengan ketakutan, tunangannya itu sudah berubah menjadi sosok yang mengerikan tanpa
ia sadari! Ada sesuatu yang mengerikan di balik sifatnya yang begitu tenang dan kalem.
"Kau tega, Ann" Kalau kau tidak mau mengucapkan sepatah kata yang
enak kudengar, aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau sampai mereka ingin menghabisi nyawa orang yang
kaukasihi itu." "Kau menjijikkan sekali!!"jerit Ann tidak tahan lagi, "kenapa kau tega
berbuat seperti ini padaku!!!"
"AKU LAKUKAN INI SEMUA KARENA AKU TIDAK MAU KEHILANGANMU!! SEKARANG KAU SUDAH TAHU SEBERAPA BESAR CINTAKU UNTUKMU,
ANN"! KAU SUDAH TAHU SEKARANG "!!"
Ann menutup kupingnya kuat-kuat, ia ingin menjerit sekencang-
kencangnya seakan-akan ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Berbagai kilatan bayangan yang
mengerikan berkelebat di depan matanya, menghantuinya dengan
bayangan Dennis yang sedang sekarat dihabisi orang-orang suruhan Calvin. Seolah-olah Ann
bisa mendengar jeritan kesakitannya, melihat darah yang merembes dari sekujur
tubuhnya, merasakan nafasnya yang terputus-putus dan tubuhnya yang menjadi sasaran empuk kebengisan mereka. Ann tidak tahan lagi. Jiwanya ikut meradang membayangkan
semua itu. "Katakan kau akan menikah denganku, Ann! Atau aku akan berbuat lebih kejam lagi
padanya! Aku tidak takut dengan apapun di dunia ini.Kau tahu sendiri kan, aku bisa
berbuat apa pun semudah aku membalikkan telapak tangan. Kalau sampai ia matipun aku
tidak takut, aku hanya takut kehilanganmu!"desak Calvin sambil
mencengkram tangan Ann dengan kasar,ia hampir membuatnya kesakitan, "KATAKAN PADAKU KAU
AKAN MENIKAH DENGANKU!!"
"Aku tidak mau!!!"
Tatapan Calvin berubah dingin, "Baik, kalau memang itu
maumu..dengan begini kau sendirilah yang mencelakakan Dennis. Kau yang bersalah kalau sampai ada sesuatu yang
buruk menimpanya. Semua ini kau yang tanggung sendiri, Ann. Aku tidak
akan berbuat apa-apa."
"Tidak ! Jangan kaulakukan itu! Suruh mereka berhenti! Cepat!" Calvin tidak mengubris perm
ohonannya. Ia melangkah pergi dengan angkuh.
"Calvin!!! Suruh mereka berhenti!!"
Calvin tetap tidak mempedulikannya. Bahkan seandainya Ann sampai bersujud-sujud
memelas padanya, ia tetap tidak akan peduli. Langkahnya semakin mantap meninggalkan
ruangan itu, meninggalkan Ann yang terus menjerit ketakutan memanggil-manggil
namanya. Hingga akhirnya Ann tidak kuasa lagi menahan semua rasa takutnya, ia berseru tegas,
"Baik! Aku akan menikah denganmu!"
Langkah Calvin berhenti. Ia memunggungi Ann tanpa reaksi.
"Kau dengar itu"! Aku akan menikah denganmu!! Cepat suruh mereka
berhenti, Calvin, aku mohon!!!"
Akhirnya Calvin menoleh, tapi wajahnya kembali kelihatan tanpa ekspresi, "Apa katakatamu
itu bisa dipercaya" Aku butuh kepastian darimu, Ann."
"Kau tidak perlu kepastian apa-apa.." Ann menatapnya tanpa daya,
"selama kau tidak melukai Dennis, aku pasti akan menikah denganmu."
Calvin tersenyum singkat, ia mengeluarkan HP dari saku celananya lagi,
lalu memberi perintah baru, "Kalian boleh berhenti, biarkan dia hidup untuk menikmati
bagaimana menyakitkannya kehilangan orang yang ia cintai. Lepaskan dia." Setelah mendengar itu, kontan Ann menghela nafas lega. Rasanya ia mau mati saja saat
Calvin memberinya ancaman mengerikan seperti itu. Ia tidak habis pikir bagaimana
seorang Calvin yang begitu tenang bisa berubah menjadi kejam dalam sekejap hanya
karena takut kehilangan orang yang ia cintai" Tapi Ann tidak sempat
memikirkan jawabannya lagi, ia hanya bisa memikirkan keadaan Dennis sekarang. Dan dalam sekejap ia lunglai dihantui rasa takut yang luar biasa.
Terlebih-lebih lagi saat Calvin mematikan HPnya dan beralih
menatapnya, "Aku harap
kau mengerti, Ann. Aku lakukan semua ini karena aku tidak rela melihat kau menjadi
milik orang lain. Berjanjilah padaku, kau akan menikah denganku. Jangan ingkari katakatamu
tadi, Ann, kau tahu sendiri aku bisa berbuat yang lebih jauh lagi."
Ann membeku ketakutan di sana. Tidak sanggup membalas setiap
ucapannya. Kini ia takluk sepenuhnya.
Dennis tergeletak di sana, bersimbah darah.
"Kau dengar kami baik-baik, bocah tengik! Jangan sekali-kali kau dekati
gadis yang bernama Ann itu lagi. Inilah akibatnya!! Kalau kau sudah bosan hidup,
kami tidak akan segan-segan menghabisimu!"
Mereka menendang Dennis untuk terakhir kalinya, lalu segera angkat kaki
meninggalkan tempat itu. Pernikahan yang dimajukan menjadi dua minggu lebih awal ternyata dianggap Calvin
sebagai suatu penantian yang panjang, maka dengan berbagai alasan yang dibuat-buat ia
memajukannya menjadi 3 hari lagi. Tentu saja dari pihak keluarga Ann
sangat terkejut. Mereka bergegas berangkat dari London ke Jakarta untuk membantu
persiapan pernikahan. Di bandara udara internasional Soekarno Hatta..
Ann bersama Calvin berdiri di depan terminal kedatangan untuk
penerbangan luar negri. Mereka tersenyum lebar saat melihat kedatangan keluarga Ann
seutuhnya. Ada kedua orang tua Ann, lalu Caroline kakaknya Ann dan suami Caroline, Theodore.
Ann berlari kecil menyambut mereka satu persatu.
Mama memeluknya erat-erat, "Kamu kelihatan lebih kurus, Ann."
Caroline menghampirinya. Ann tersenyum pada Caroline, kakak semata
wayangnya yang sangat cantik dan anggun itu. Kemudian Theo, suami Caroline, ikut menepuk-nepuk
pundak Ann sambil tertawa kecil, "Senang bertemu denganmu lagi,
Ann." Lalu tiba giliran Papa. Pria yang penampilannya seolah-olah tidak termakan usia itu
terlihat agak sungkan melihat putri bungsunya sendiri. Percakapan
mereka di telepon tempo hari masih membekas di hatinya dan membuatnya tidak punya keberanian untuk
menerima pelukan Ann. Tapi Ann memeluknya lembut, "Pa, aku kangen sekali."
Papa menghela nafas lega saat dilihatnya Ann tersenyum penuh maaf padanya.
Mama memandangi Calvin bingung, "Sebenarnya ada apa" Kenapa
tiba-tiba pernikahan kalian dimajukan jadi 3 hari lagi" Kita semua jadi bingung, cepat-cepat
terbang dari London." "Maaf jadi membingungkan kalian semua," jawab Calvin penuh karisma,
"aku cuma tidak mau menunda lebih lama lagi, takutnya nanti akan mengganggu kuliah kami berdua
yang sudah mau mulai sebentar lagi. Liburan kami kan s
udah mau habis di sini, jadi lebih
baik segera menikah sebelum kami kembali ke London."
"Apa sudah ada persiapannya" Ini semua kan mendadak sekali. Kenapa
tidak menikah di London saja""
"Tidak, Tante, kata Ibu lebih baik diadakan di sini saja. Bukankah masih
banyak kerabat yang tinggal di sini" Nanti kan kasihan kalau mereka harus jauh-jauh
terbang ke Inggris untuk menghadiri pernikahan kami," Calvin berbalik menatap Papa, "lagipula Ibu sudah
menetapkan tempat pemberkatannya. Katanya di gereja tempat mereka menikah dulu."
"Ya...kalau begitu baik juga..." Papa mengangguk-angguk kecil, masih
agak bingung, "meskipun mendadak begini tapi kami sekeluarga akan membantu
Ibumu mempersiapkan semuanya. Kasihan kan, Ibumu kerja sendiri" Yang menikah kan anak kami juga."
Mereka semua tertawa. Ann juga ikut tertawa meskipun ia merasa
tawanya itu sangat palsu dan dibuat-buat. Terserah, mau menikah kapan pun juga tidak ada bedanya, toh dia
tetap akan jatuh ke dalam tangan Calvin. Tapi ia tetap harus menikah dengannya, ia tidak
mau sesuatu yang buruk menimpa Dennis.
Dua hari belakangan ini berjalan bagai neraka bagi Ann. Semua persiapan pernikahannya
sama sekali tidak membuatnya bergairah. Ia juga tidak banyak turun tangan mengurusi
semuanya. Ibu Calvin yang paling repot mempersiapkan pernikahan
mereka. Mulai dari pemesanan tempat dan pendeta, menyewa seorang perancang
ternama untuk merancang gaun pengantin Ann, menyebarkan kartu undangan, mengatur
penataan resepsi, sampai pada makanan dan hal-hal kecil lainnya.
Ann hanya duduk menunggu. Semakin dekat dengan hari
pernikahannya ia merasa perasaannya semakin kacau balau. Malam ini di rumahnya diadakan makan malam
keluarga, Calvin tidak ikut serta karena akan menghadiri pesta bujangan
yang diadakan teman-temannya.
Sepanjang makan malam di suasana keluarga yang penuh kehangatan itu, Ann justru
merasa hampa. Ia merasa hatinya sudah beku dengan semua puji syukur
yang dialamatkan untuknya. "Selamat ya, Ann. Aku doain moga-moga pernikahanmu dengan Calvin
akan awet sampai tua."
"Mama juga mau ucapin selamat buat kamu. Rasanya baru kemarin
Mama melahirkanmu, menemanimu setiap malam saat kamu menangis, melihatmu merangkak dan berjalan
untuk pertama kalinya, mendampingimu mengarungi masa kecil dan masa remaja yang
indah..lalu sekarang putri kecil Mama ini sudah dewasa dan siap menikah. Rasanya
Mama masih belum rela menyerahkanmu pada orang lain. Rumah kita akan sepi ya, Pa.
Caroline dan Svannie sama-sama sudah dewasa dan siap meninggalkan kita."
"Jangan begitu, Ma. Nanti kan bakal ada cucu-cucu yang bakal nemenin kita. Tapi Ann,
Papa senang sekali melihatmu akan segera menikah. Kamu bukan putri kecil Papa lagi,
besok kamu sudah akan menjadi istri orang lain. Papa cuma berharap Calvin bisa
membahagiakan putri Papa ini dan kalian bisa membina keluarga yang harmonis sampai akhir hayat."
Ann tersenyum menatap mereka bergantian. Ia tahu doa mereka sangat
tulus untuknya, tapi hatinya kosong sekali.
Besok bukan hari yang ditunggu-tunggunya. Besok adalah mimpi buruk yang tanpa akhir,
sekali ia diseret ke dalamnya maka ia tidak akan bisa berpaling lagi. Besok adalah neraka baru untuknya.
Dennis baru saja pulang dari tempat kerjanya. Ia berjalan lunglai membelok ke gang
sempit menuju rumahnya. Kondisinya tidak terlalu baik saat itu, dengan luka-luka di
sekujur tubuh dan wajah yang hampir babak belur. Tapi ia tetap
memaksakan diri untuk kerja. Ia tahu betul siapa penyebab semua itu, tapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa. Pada teman-teman di tempat kerjanya ia memakai alasan dihajar perampok.
Langkah Dennis tiba-tiba terhenti. Jantungnya serasa mau copot ketika ia melihat seorang
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sangat dikenalnya tengah berdiri di depan rumahnya, menantinya. Dengan tertatih-tatih Dennis menghampirinya, suaranya tercekat, "Ann."
Ann menoleh. Hatinya teriris-iris pilu saat melihat keadaan Dennis yang
menggenaskan. Ia cepat menunduk, berusaha menahan diri untuk tidak berbuat apa-
apa pada pemuda itu. "Kenapa kau bisa datang ke sini"" Dennis membuka pintu rumahnya,
"kau sudah menunggu dari tadi" Ayo, masuk."
"Tidak perlu, lagipula kedatanganku hanya sebentar saja. Ada yang ingin kusampaikan."
"Bicaralah di dalam," Dennis membuka pintu lebar-lebar untuk Ann, "kau
tidak keberatan kan""
Mau tak mau Ann terpaksa memasuki rumah sempit itu. Ia berdiri menyapu
pandangannya ke seisi rumah. Kemudian mendesah panjang, kenapa aku malah masuk"
Aku tidak boleh berlama-lama di sini...
"Maaf berantakan, maklum aku tidak sempat bersih-bersih karena sibuk
kerja," Dennis tertawa pelan. Ia tahu Ann saat ini tengah mengawasi dirinya yang sibuk
mondar-mandir memberesi semua barang yang berserakan di lantai. Dennis segera mengambilkan kursi untuk Ann, "duduklah."
Ann menggeleng kecil, "Tidak, aku hanya sebentar di sini." Saat itu Dennis baru sadar apa pun yang ingin dibicarakan Ann
padanya, pastilah sesuatu
yang serius. Wajah gadis itu begitu murung, pandangannya kemana-
mana dan seolaholah tak berani menatapnya. "Baiklah, apa yang ingin kaubicarakan""
Ann diam sejenak. "Besok aku akan menikah."
Ann menyebutkan nama gereja tempatnya menikah besok. Dennis hanya membisu.
Kemudian perlahan-lahan ia membentuk seuntai senyum yang sangat kaku di bibirnya,
"Kau tidak perlu repot-repot datang ke sini untuk memberitahuku. Kau
kan bisa kirim kartu undangan saja.. "
Ann menatapnya pilu, tidak tahu harus bicara apa lagi. Banyak yang ingin dikatakannya
pada Dennis, tapi semuanya sirna begitu ia harus berdiri berhadapan dengannya. Bahkan
menatapnya saja sudah cukup membuat Ann lumpuh tak berdaya. Lima tahun yang lalu
keadaanlah yang telah menciptakan jurang di antara mereka, kini setelah mata Ann
terbuka pun ia tetap tidak sanggup menyeberangi jurang itu.
"Aku ucapkan selamat untukmu." gumam Dennis tak jelas.
"Ya," Ann mencoba tersenyum di hadapan Dennis, menampakkan
dirinya seolah-olah sangat bahagia. Ann merasa Dennis tidak perlu tahu apa-apa tentang penyebab dirinya
menikah dengan Calvin. Biar saja Dennis menganggapnya menikah
karena mencintai Calvin, dengan begitu maka semuanya bisa berakhir. Tapi mengapa hati ini ingin menjerit" "Apa kau mencintai Calvin""
Pertanyaan itu membuat Ann terhenyak, ia menengadah menatap Dennis. Dagunya
bergetar saat ia menjawab, "Kenapa kau mempertanyakan itu" Aku
menikah dengannya tentu saja karena aku mencintainya."
"Tapi dia." Ann menatap semua perban dan plester luka yang menempel di wajah dan tubuhnya. Ia
menunduk sedih melihat akibat dari perbuatan orang-orang Calvin.
"Tapi dia..." lanjut Dennis, "dia tidak sebaik dugaanmu."
"Ada satu hal lagi."
Dennis mengamati gerak-gerik Ann saat gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya.
Sebuah gelang, hadiah ulang tahun Dennis untuk Ann waktu itu.
"Aku tak bisa menerima gelang pemberianmu ini. Aku sudah putuskan
untuk tidak menyimpan apa pun lagi darimu, karena semua itu hanya akan membuatku teringat
padamu. Aku minta maaf, kumohon ambillah kembali benda ini." Dennis mengambil gelang itu dengan hati hancur.
"Kelak aku harap kita tidak perlu bertemu lagi. Semuanya sudah
berakhir." Ann beranjak meninggalkannya.
"Ann, tunggu." Dennis meraih tangannya, "kalau memang semuanya
sudah berakhir, lalu kenapa kau masih mau menemuiku di sini" Apa benar kau sudah melupakanku" Aku
mohon pertimbangkan kembali pernikahanmu itu."
Dennis, tolong lepaskan tanganmu...kalau begini kau malah membuatku
lemah. Ann susah payah melepaskan pegangan Dennis tapi Dennis tak mau melepaskannya.
Meskipun genggaman itu lembut, tapi bagi Ann sangat mematikan.
Dennis bisa membunuh keteguhan hatinya kapan saja ia mau.
"Aku benar-benar tidak mau melihatmu menghabiskan sepanjang
hidupmu dengan orang seperti itu! Aku tidak rela selalu menjadi korban kesalahpahamanmu. Mengapa sampai
detik ini kau masih juga tidak mau mempercayaiku"!"
Aku percaya padamu...aku percaya..
"Tolong lepaskan aku, Dennis." jawab Ann lirih.
Tapi Dennis justru malah mencengkram pundak Ann dan memaksa gadis
itu berbalik menatapnya, "Kau benar sudah melupakan aku" Tidak bisakah kau
percaya padaku""
Jarak mereka sangat dekat saat itu, meski Ann menunduk tapi Dennis
bisa melihat dengan jelas air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Hatinya berget
ar hebat. Lalu entah kekuatan apa yang mendorongnya untuk memeluk Ann, melindungi
gadis itu dari semua kerisauannya. Saat ia memeluknya erat-erat, ia tidak
merasa takut Ann akan marah besar, ia justru merasa rapuh. Semua kerinduannya tertumpah di sana.
Rasanya sudah lama sekali ia tidak memeluk Ann. Sudah berapa lama" Lima tahun kah"
Atau lebih" Tidak, Dennis sadar ternyata selama ini ia tidak pernah sekalipun memeluk
Ann. Ia selalu menahan diri untuk tidak mencintai gadis itu, bahkan sekedar memeluknya pun ia sungguh tidak punya keberanian. Tapi kini Ann berada dalam pelukannya.
Kenyataan bahwa Ann akan segera meninggalkannya membuatnya semakin tidak
sanggup untuk melepaskan gadis itu. Ia ingin selalu bersamanya, selalu memilikinya.
Bukankah selama lima tahun ini perasaan seperti itu selalu ada di hatinya" Begitu
menggebu-gebu hingga ia tidak sanggup menahan diri lagi" Beberapa saat kemudian Ann melepaskan pelukan Dennis dengan terpaksa. Ia menatap
pemuda di hadapannya itu dengan seluruh cintanya, "Aku telah berbuat banyak kesalahan
padamu. Jika aku meminta kau berjanji satu hal padaku, akankah kau
mengabulkannya""
Dennis terpaku. "Berjanjilah padaku, apa pun yang terjadi nanti kau harus melupakan aku. Kau harus melepaskan aku."
"Aku tidak bisa," bisik Dennis pedih.
"Kau harus bisa. Kalau aku berjanji untuk selalu percaya padamu, maka
kau harus berjanji untuk melupakanku. Apa pun yang terjadi nanti. Berjanjilah,
Dennis, berjanjilah kau akan melupakanku."
Dennis tidak sanggup memenuhi permintaannya. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan
Ann, sedangkan dalam setiap nafasnya saja ia selalu mengingat nama gadis itu"
"Mencintaimu adalah sesuatu yang berharga, yang akan selalu kujaga
sepanjang hidupku. Tapi aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Besok aku akan menikah dengan Calvin,
karena itu aku harus membuang jauh-jauh semua kenangan di antara
kita. Izinkan aku bahagia, Dennis. Bukankah itu yang selama ini kau inginkan""
"Aku ingin kau bahagia, tapi bersamaku. Kenapa kita harus bertemu lagi
kalau akhirnya kita tetap tidak bisa bersatu""
"Mungkin kita memang tidak ditakdirkan begitu." Ann menatapnya pilu.
"Kau ingin aku berjanji untuk melupakanmu, melepaskanmu. Tapi
bagaimana caranya aku menghilangkan perasaanku" Aku selalu mencintaimu, Ann." Ann menyentuh wajah Dennis dengan tangannya yang gemetar. Air mata menetes dari
pelupuk matanya. Ia menangis saat menatap kedua mata kekasihnya
itu. Sampai kapanpun Dennis akan selalu menjadi kekasih hatinya, Ann sadar hal itu.
Maka ia pun mencondongkan wajahnya mendekati Dennis, lalu
menciumnya. Ciuman pertama mereka. Tanpa hasrat yang menggebu-gebu. Lembut. Indah. Penuh cinta. Dennis luluh, direngkuhnya Ann dengan segenap jiwanya. Ia siap mengorbankan segala
sesuatu yang ia miliki di dunia ini demi satu momentum seindah ini. Momentum di saat Ann merasuki jiwanya.
Seolah-olah waktu lima tahun yang selama ini terbuang sia-sia sanggup ditebusnya.
Kalau saja semua ini bisa untuk selama-lamanya. Kalau saja Ann memang bisa menjadi miliknya. Tapi nyatanya tidak.
Ann melepaskan dirinya dari Dennis, matanya merah dan suaranya menyerupai bisikan
penuh penderitaan, "Berjanjilah padaku....kau harus melupakan aku.. " Belum sempat Dennis berhasil mengumpulkan semua kesadarannya
kembali, Ann sudah sepenuhnya melepaskan diri dari pelukannya. Gadis itu lalu berlari, pergi meninggalkannya di sana. Dennis ingin mengejarnya, berteriak memanggil namanya
untuk memaksanya kembali. tapi lututnya terasa lemas, suaranya seolah-olah hilang.
Yang bisa ia lakukan hanya diam, membiarkan dirinya hancur berkeping-keping. Ia membeku di sana.
Tanpa terasa air mata pun menetes tak tertahankan.
Pagi-pagi sekali Dennis berdiri di tepi danau itu seorang diri. Wajahnya kusut tidak
karuan, semalam ia tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Bayangan Ann terus
melintas dalam benaknya. Hatinya sungguh hancur. Berkali-kali ia teringat pada
permintaan Ann agar ia melupakannya, tapi yang tersimpan dalam benaknya justru
betapa dalam cintanya untuk Ann. Beberapa kali ia menegaskan diri untuk melupakan semua itu, tapi ia gagal
. Ia masih ingat betul harum lembut Ann saat ia memeluknya. Manis
bibirnya saat ia menciumnya semalam. Air matanya saat ia menangis dan pergi
meninggalkannya. Semuanya begitu lekat dalam pikirannya.
Dennis tahu, saat ini Ann sudah berada dalam gereja. Siap menikah dan menyerahkan
seluruh hidupnya pada pria lain. Dennis meremas dadanya, sakit membayangkan semua
itu. Haruskah semuanya berakhir begitu saja"
"Pagi-pagi sudah datang ke sini. Muka dan pakaian sama kusutnya.
Sekali lihat saja aku sudah tahu, kau pasti korban patah hati."
Dennis menoleh, melihat seorang pria muda berpakaian rapi tengah
berjalan ke situ sambil menenteng biolanya. Ia membuka kursi lipat yang diletakkannya di tengah-tengah
hamparan rumput, lalu duduk di sana siap memainkan alat musiknya. Dennis sering
mendengar tentang si pemuda ini. Ia sering datang ke taman ini pagi-pagi, lalu bermain
biola dengan segenap hatinya. Irama yang dihasilkan dari gesekan biolanya sangat indah,
selalu penuh penghayatan. Tapi tidak ada yang tahu siapa nama
pemuda itu, orang-orang hanya memanggilnya si Musisi Jalanan.
Dennis memalingkan wajahnya tak peduli. Tak lama kemudian si Musisi Jalanan itu
kembali berceloteh, "Kalau mau menangisi nasib burukmu, tempat ini
memang tempat yang paling tepat. Aku menjulukinya Taman Sejuta Tangisan, tapi tempat ini juga tempat
berseminya cinta maka aku pun menjulukinya Taman Sejuta Harapan. Karena manusia
itu selalu menangis dulu baru berharap kemudian. Ada yang bilang pribahasa ciptaanku
itu seharusnya terbalik, tapi aku tipe orang yang selalu optimis." "Tapi apa yang bisa kuharapkan" Apa pun yang kulakukan semuanya sudah tidak bisa mengubah keadaan."
"Pasti seorang gadis sudah mencampakkanmu kan"" dia terkekeh-
kekeh, "lebih baik sama biola, selalu setia." Dennis tersenyum pahit.
"Memangnya apa yang membuatmu bisa berpikiran seperti itu" Tidak
ada yang bisa diharapkan, apapun yang kaulakukan tidak bisa mengubah keadaan" Kadang kita tidak
pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi kalau kita berhenti
berharap, berhenti percaya." "Apa maksudmu""
"Maksudku, jangan pernah berhenti berharap pada cinta kalau memang kau ingin
meraihnya kembali. Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang namanya terlambat." Ia
tersenyum, kemudian perlahan-lahan mulai memainkan biolanya. Dennis termenung. Lama ia terdiam di sana. Meresapi setiap kata-kata yang meluncur
dari bibir orang tidak dikenal itu.
Tiba-tiba saja ia tersentak kaget dari lamunannya. jangan pernah
berhenti berharap pada cinta kalau memang kau ingin meraihnya kembali
Dan tanpa banyak bicara lagi Dennis langsung mengambil langkah
seribu meninggalkan taman itu, berlari sekencang-kencangnya.
Alunan denting piano yang merdu dan suara lembut Priska yang
melantunkan lagu Angel membius semua undangan yang duduk berjejeran di dalam gereja.
You're in the arms of the angel.....
Dulu sewaktu masih duduk di bangku sekolah, Priska dan Ann sama-sama menyukai lagu
yang dinyanyikan Sarah McLachlan itu. Dan mereka membuat perjanjian
satu sama lain, jika kelak salah satu dari mereka menikah maka yang lainnya akan membawakan lagu itu
dengan iringan piano. Baik Priska maupun Ann memang sama-sama
mahir memainkan piano. Dan Priska memenuhi janjinya. Saat ini ia memainkan lagu itu, mengiringi
langkah Ann yang mulai muncul di depan pintu gereja. Seluruh undangan yang memenuhi gereja itu
menengok ke belakang, ke arah pintu. Mereka berseru tertahan, menahan nafas bersiapsiap menikmati moment berharga ini.
"Kamu sudah siap, Ann"" bisik Papa yang berada di sampingnya,
"sebelum kita melangkah ke altar itu, ada satu hal yang ingin Papa tanya padamu. Apakah kamu
mencintai Calvin sebesar cintamu pada pemuda itu"" Ann menatapnya bingung, "Ini bukan saat yang tepat untuk
menanyakan itu, Pa."
"Papa tidak bermaksud menyerangmu di saat-saat penting seperti ini.
Tapi Papa bisa merasakan, sepertinya kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini. Apa.kamu
melakukannya karena terpaksa""
"Apapun alasannya, Pa.aku harus tetap menikah dengan Calvin." Akhirnya Papa mengangguk, tak bertanya-tanya lagi. Perlahan-lahan Ann mulai mema
suki pintu gereja, ia mengenakan gaun pengantin yang
sangat indah hasil rancangan desainer pilihan Ibu Calvin. Penampilannya sungguh luar
biasa cantik. Seluruh mata tertuju padanya, berdecak kagum sambil melemparkan
senyum padanya. Ann mengapit sebelah tangannya di lengan Papa, bersama-sama
mereka melangkah menuju altar.
Calvin sudah berdiri di sana dengan jas putihnya, ia berdiri terpana mengagumi
pengantinnya. Hatinya berbisik memuji betapa beruntung dirinya.
Dennis terus berlari dan berlari...mengikuti kata hatinya. Ia tidak merasakan sakit di
sekujur tubuh dan kakinya. Ia tidak peduli sedikitpun. Ia hanya terus berlari. Tak mau
menyerah hingga ia sampai di gereja itu, menjemput kekasihnya.
Sedikit pun ia tidak boleh terlambat!
Ann berjalan perlahan-lahan, membalas semua senyuman tamu undangannya. Ia melihat
mereka satu per satu. Semuanya hadir di sana. Teman-teman sekolahnya termasuk Josh,
Ria, dan Priska yang sedang memainkan lagu mereka. Teman sepermainannya sejak kecil,
salah satunya Emma yang sedari tadi terus menahan air mata haru. Lalu
kerabat jauhnya, dan seluruh keluarganya. Mamanya, Caroline dan Theodore, mereka tak henti-hentinya
tersenyum menyaksikannya berjalan menuju altar. Ann tersenyum pada mereka semua.
Tapi tak ada seorang pun yang tahu betapa sakitnya hati Ann saat itu,
betapa berat langkah kakinya untuk menghampiri Calvin. Mereka tidak tahu Ann
tengah melangkah menuju mimpi buruknya.
"Hei, berhenti!!!" teriak seorang security saat Dennis menerobos memasuki
halaman gereja. Petugas keamanan berbadan kekar itu mencegat langkah Dennis, Dennis berusaha
melawan namun sulit sekali.
"Aku harus masuk ke sana! Jangan halangi aku!"
Ann sampai di sebelah Calvin. Papa melepaskannya dan menyerahkannya pada Calvin.
Calvin tersenyum singkat lalu mengandeng tangan Ann di depan pendeta.
Pendeta itu memulai upacara dengan membaca bait dari salah satu
ayat dalam Alkitab. Sekilas Ann menoleh menatap Calvin di sampingnya, ia yakin ia sudah
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berbuat yang benar. Lalu tiba-tiba terdengar suara dobrakan pintu yang menggelegar memekakkan telinga.
Suaranya begitu kencang hingga memenuhi setiap sudut gereja itu.
Semua tamu menengok ke belakang, terperangah melihat kedatangan Dennis. Tapi yang mau pingsan adalah Ann. Ia menahan nafas tak percaya melihat siapa yang
sedang berdiri di depan pintu masuk. Dennis! Nafasnya tersengal-sengal,
sekujur tubuhnya basah oleh keringat.
"Ann, " teriak Dennis lantang, "jangan lanjutkan pernikahan ini!!" Seluruh tamu undangan berseru kaget. Beberapa bangkit berdiri saat melihat Dennis
semakin nekad memasuki gereja itu.
"Apa-apaan ini!!" Calvin turun dari altar menyambut Dennis dengan
wajah penuh dendam. Beberapa security berlari sangar menghadang Calvin,
mencoba menarik dan mengusirnya keluar.
"Jangan sampai kau menikah dengannya, Ann!! Kalau kau memang
masih mencintaiku, jangan menikah dengannya!"
"CEPAT BAWA DIA PERGI DARI SINI! AKU TIDAK MAU MELIHATNYA
BERKELIARAN DI SINI!" teriak Calvin hingga bergema.
"TIDAK !! ANN, KAU HARUS MENDENGARKAN AKU! INI SEMUA BELUM
TERLAMBAT, JANGAN MENIKAH DENGANNYA!"
"CEPAT USIR DIA!!"
"KAU TIDAK BISA MENGUSIRKU! AKU HARUS BICARA PADANYA!" "AKU TIDAK PEDULI! ANN AKAN SEGERA MENIKAH DENGANKU, AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN KAU MENGACAUKAN SEMUANYA BEGITU SAJA! CEPAT BAWA DIA PERGI!!!" "AKU TIDAK AKAN PERGI!"
"KAU HARUS PERGI!!! TIDAK ADA YANG PERLU KAU BICARAKAN LAGI
DENGAN ANN!" "Tunggu. Biarkan dia bicara."
Semua orang terpaku diam. Mereka menoleh ke altar, tercengang saat menyadari suara
itu berasal dari Papa Ann. Ann tak kalah kagetnya, ditatapnya Papa lekat-lekat.
"Biarkan dia bicara." Papa maju mendekati Calvin dan Dennis, lalu mengangguk pada
security yang menahan tubuh Dennis, "lepaskan dia."
Mereka menuruti perintah Papa dan langsung mundur.
Papa menatap Dennis dengan penuh wibawa, "Lima tahun yang lalu
aku tidak pernah memberimu kesempatan untuk bicara. Sekarang.bicaralah. Katakan
semua yang mau kaukatakan di depan Ann, di depan kami semua."
Calvin berang, "Om!! Kenapa Om biarkan dia bicara"! Ini hari
pernikahanku!!" Tapi Dennis tidak memperdulikannya,
ia lalu berjalan gontai mendekati altar tempat Ann
berdiri. Lidahnya terasa keluh saat bertatapan dengan Ann, "Ann..."
Dennis mengulurkan tangannya, "aku tahu denganku, kau tidak akan
mendapat apa-apa. Tapi aku
bisa selalu membuatmu bahagia. Akan kupertaruhkan semuanya demi itu. Aku tahu kau
masih mencintaiku, jadi kumohon jangan teruskan pernikahan ini."
Tapi Ann memalingkan wajahnya, "Maaf, Dennis, aku tidak bisa." Ia menangis dalam hati. Sadarlah, ini semua kulakukan demi kau! Cepatlah pergi dari
tempat ini dan jangan berpaling lagi. Jangan membuatku menangis lagi...
"Kau dengar kata-katanya kan"!! Cepat kau angkat kakimu dari sini!!"
Calvin tidak mau memberi kesempatan lebih banyak lagi untuk Dennis, buru-buru ia
menarik Dennis keluar. "Ann, dengarkan kata hatimu!! Kau masih mencintaiku bukan" Aku tahu itu!! Jangan
sampai kau hancurkan semuanya dengan menikahi pria ini!! Malam itu kau memintaku
untuk berjanji melupakanmu, aku tak bisa!! Sampai kapanpun aku akan selalu
menunggumu! Aku akan selalu menyimpan semua kenangan kita!! Karena aku
mencintaimu! Kau dengar itu, Ann"! Aku mencintaimu! Aku tahu kau pun juga begitu!!"
teriak Dennis makin menjadi-jadi saat Calvin menyeretnya keluar, "kau
bilang, buat apa kita bertemu lagi kalau akhirnya kita tetap tidak bisa bersatu"! Aku tidak
percaya kita tidak bisa bersatu! Aku datang ke sini karena aku percaya kita bisa meraih apapun selama kita masih saling mencintai!!"
Ann menunduk, ia tak tahan lagi. Suara Dennis begitu menyayat-nyayat hatinya.
"Jangan takut pada apapun!! Percayalah padaku!!!!"
Tidak....aku tidak mau dengar!!! Ann jatuh berlutut, menutup kupingnya.
Aku tidak mau dengar!! "ANN!!" Di luar gereja, Calvin menjatuhkan Dennis dengan kasar. Kemarahannya sudah
memuncak pada pemuda itu, "Kau cari mati! Kau sudah tahu kan, apa akibatnya kalau
kau sampai berani mengganggu hubunganku dengan Ann!! Kau akan kuhabisi!"
Dennis cepat bangkit berdiri, ia tidak takut, "Aku tidak akan membiarkan
Ann menikah dengan orang sepertimu!! Kau tidak pantas mendampinginya!"
"Lalu siapa yang pantas" Kau"!" Calvin tertawa tergelak-gelak, "jangan
membuat lelucon dan jangan bermimpi!! Sampai kapan pun juga kau tidak akan
pernah bisa mendapatkan Ann!! Kau dengar"! Sampai kapanpun kau tidak pernah mendapatkan Ann!"
Calvin melirik pada beberapa security bayarannya, orang-orang itulah
yang kemarin mengeroyok Dennis.
"Aku tidak mau pernikahanku ini ternoda dengan sampah seperti dia,"
ujar Calvin dingin, "habisi dia, terserah mau kalian apakan!! Pastikan saja dia tidak akan
pernah muncul lagi di depan mataku!!"
Calvin langsung pergi meninggalkannya, kembali masuk ke dalam gereja seolah-olah tak
ada yang terjadi. Ia tidak memperdulikan jerit-jeritan Dennis saat orang-
orang itu menyeretnya pergi dan siap menghabisinya di tempat lain. Tapi kemudian langkah Calvin terhenti. Apa yang terjadi" Ann berlari meninggalkan altarnya. Semua tamu undangan berseru kaget, suasana dalam
gereja berubah menjadi begitu gaduh. Para wanita menjerit, memekik.
"Apa yang kaulakukan"!!" Calvin mencegat Ann dengan kasar sekali, "kembali ke dalam
sana, Ann!" "Aku tidak mau!"
"AKU BILANG KEMBALI KE DALAM SANA!!!!" Calvin menariknya hingga
tangan Ann terluka. Ann memekik kesakitan.
Dari tempatnya, Ann melihat orang-orang Calvin membawa Dennis keluar dari gereja itu
dan mereka beramai-ramai menghajarnya. Tak ada yang mencegah mereka, tak ada yang
menolong Dennis. Semuanya ketakutan melihat kejadian itu.
Ann pun ketakutan. Ia merasa nyawanya ikut melayang saat
menyaksikan Dennis dibantai habis-habisan oleh mereka.
"Kau kejam sekali! Lepaskan dia!! Lepaskan dia!!"
Semua tamu undangan berbondong-bondong keluar dari dalam gereja,
mereka menyaksikan pemandangan itu dengan tak percaya.
"Calvin, lepaskan anakku!" Papa datang menolong Ann, "kau sudah gila!
Apa yang kaulakukan! Cepat lepaskan Ann atau aku akan berbuat sesuatu yang akan membuatmu menyesal!!"
Calvin kebingungan. Sialan!! Bangsat!! Bajingan!!! Ia mengumpat- ngumpat kasar saat
semua orang menuding dan memaksanya melepaskan Ann. Kedua orang tuanya tampak begitu terpuk
ul. Josh berlari kencang ke tempat Dennis. Ia datang menolong Dennis meski ia tahu
mungkin semuanya sudah sedikit terlambat.
Sedetik kemudian, yang Ann tahu hanyalah tiba-tiba ia terlepas dari Calvin. Ia tidak bisa
berpikir apa-apa lagi, langsung berlari menghampiri tempat Dennis dan
mendapatkan pemuda itu roboh di depan matanya. Ann memekik ketakutan. Ia
berlutut dan meraih tubuh Dennis yang lunglai. Dennis belum pulih sejak peristiwa pengeroyokan beberapa
hari yang lalu, dan kini ia dihajar lagi. Keadaannya benar-benar menggenaskan.
"Dennis!! Dennis, sadarlah!!" Ann memeluknya erat-erat saat Dennis tidak
sadarkan diri. Tubuhnya lemah sekali. Ann semakin histeris, "Dennis!!!"
Josh berdiri mematung di sana. Setelan jas-nya compang-camping tapi
ia tak peduli. Jantungnya berdetak kencang saat mendengar teriakan Ann. Dengan
mata kepalanya sendiri ia bisa melihat darah segar yang merembes dan membasahi
seluruh gaun putih Ann. Itu darah Dennis.
Ia terguncang. Darah itu terus mengalir......
"Dennis!!!!" Jeritan Ann menyayat hati semua yang mendengarnya. Tapi Dennis tidak menjawabnya.
Ia terbaring kaku dalam pelukan Ann
2 minggu kemudian... Di taman itu Ann berdiri sambil menenteng kopernya. Kemudian ia meletakkan koper itu
ke bawah, dipandanginya pemandangan sore yang indah membentang di depan matanya. Ia tersenyum pedih.
Hari ini ia akan berangkat ke London. Mungkin ini sore terakhir yang bisa
ia nikmati di taman ini. Taman tempatnya pertama kali jatuh cinta pada Dennis, tempatnya berpisah
dengan Dennis dan berjanji melupakannya, lalu tempatnya bertemu kembali setelah lima
tahun berpisah. Taman bersejarahnya. Ia merasa berat untuk meninggalkan tempat itu, sama seperti lima tahun yang lalu. Tapi ia tetap harus pergi.
Tiba-tiba Ann teringat sesuatu. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, lalu
mengeluarkan sebuah koin kecil.
Kalimat yang diucapkan Dennis lima tahun lalu, saat ia pertama kali
membawanya kemari terngiang-ngiang kembali, "Kau tahu" Dulu orang-orang bilang kalau kita
melempar koin ke danau ini dan meminta permohonan apa saja, pasti
akan terkabulkan." Ann tersenyum penuh arti. Ia mengenggam koin itu erat-erat, kemudian
melemparkannya ke dalam danau. Sunyi. Lima tahun yang lalu aku tidak memasukkan Dennis dalam
permohonanku. Kini aku hanya ingin satu hal, aku ingin selalu bersamanya.
Ann mengigit bibirnya, lalu menunduk lirih. Perlahan-lahan ia
membungkuk dan mengambil kopernya, siap untuk mengangkat kakinya pergi.
Dan saat itu.....datang seorang anak kecil. Anak kecil yang cantik dan
manis sekali, ia berlari-lari menghampiri Ann sambil membawa setangkai mawar. Mawar merah. Dan ia
menyodorkan mawar itu pada Ann. Ann tertegun.
"Kakak, mawar ini untuk kakak." Kata anak kecil itu,kemudian berlari
pergi. Belum habis Ann tertegun, datang lagi seorang wanita tua. Wanita yang sangat gemuk
namun wajahnya begitu cerah. Ia datang menghampiri Ann, lagi-lagi menyodorkan
setangkai mawar merah di depan wajahnya.
"Ini untukmu, Nak."
Ann menerimanya dengan heran.
Datang lagi satu orang. Kali ini pria setengah baya yang rapi dengan pakaian kantornya.
Dan di tangannya juga ada setangkai mawar. "Untukmu."
Begitu terus kejadiannya hingga ada 29 tangkai mawar di pelukan Ann,
masing-masing dari orang yang berbeda. Orang-orang itu langsung pergi begitu saja
tanpa menjelaskan lebih lanjut lagi. Tapi mereka semua pergi dengan seuntai senyum. Ann
semakin kebingungan. Lalu entah dari mana Ann mendengar alunan musik biola. Ia menoleh.
Si Musisi Jalanan tengah duduk di atas kursi lipat, memainkan biolanya
dengan alunan musik yang begitu indah dan penuh penghayatan. Membentuk sebuah simfoni yang
begitu mengugah perasaan. Entah kenapa air mata menggenang di
pelupuk mata Ann saat pemain biola itu tiba-tiba mendongak kepalanya dan melemparkan senyum padanya.
Lalu di tengah-tengah alunan musik itu, Ann mendengar suara yang begitu lembut. Suara yang sangat dirindukannya. "Ini untukmu." Ann menoleh cepat.
Ia tak menyangka Dennis berdiri di sana, memberikan setangkai
mawarnya yang terakhir. Senyum mengembang dari wajahnya yang masih penuh l
uka. "Lima tahun yang lalu, aku menjelajahi seisi taman ini hanya untuk
memberimu setangkai mawar yang sudah layu. Tapi saat itu aku berani yakin
sepenuhnya kalau aku sungguh mencintaimu. Dan kini aku tidak memberimu mawar yang layu lagi. Cintaku
tidak pernah berubah, tidak peduli meski bunga yang kuberikan layu atau hidup."
Ann mengigit bibirnya, tercengang sekaligus terharu saat 29 orang yang
tadi memberinya mawar tiba-tiba berkumpul di belakang sana, memandangi mereka
dengan senyum tertahan. Ann menerima mawar terakhirnya dari tangan Dennis. Mawar ke-30nya.
Ia tersenyum, tak sanggup menyembunyikan kebahagiaan di dalam hatinya.
"Aku tidak punya apa-apa, mungkin tidak bisa setiap hari menghujanimu
dengan semua kebahagiaan di dunia ini. Tapi aku berjanji padamu dan diriku sendiri, aku akan selalu
mencintaimu dengan seluruh hatiku, mencintaimu setiap hari sepanjang hidupku. Dan
kalau kau tidak keberatan, aku ingin mencoba untuk membahagiakanmu."
Dennis mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah gelang. Gelang yang
dikembalikan Ann waktu itu. Kemudian tanpa berkata-kata lagi ia memakaikan gelang itu di pergelangan tangan kiri
Ann. Ia mendekati Ann, menatapnya dalam-dalam seolah-olah tidak ada jarak di antara
mereka, "Sebelum kau pergi ke London, aku hanya ingin memastikan aku
tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang kita lakukan lima tahun yang lalu di taman
ini. Kali ini aku tidak mau terlambat lagi. Jadi sebelum kau pergi, Ann, katakan
padaku..apa kau mau menerima aku kembali""
Ann mengatup bibirnya dengan tangan, wajahnya merona merah dan
dalam sekejap tawanya meledak. Dennis tersenyum, "Itu artinya 'iya'""
Kemudian ia menarik Ann ke dalam pelukannya. Semua orang yang sejak tadi
menyaksikan mereka serempak bertepuk tangan, bahkan ada yang menangis terharu.
"Aku mencintaimu." Bisik Ann untuk pertama kalinya.
Dennis melepaskan pelukannya dan membungkuk, perlahan-lahan
menciumnya dengan lembut. Semua pengunjung taman semakin bertepuk tangan. Dan tiba-tiba saja baik Ann maupun
Dennis sama-sama tersipu malu. Dennis merangkul pundak Ann, melambai pada mereka,
"Terima kasih ya, sudah membantuku memberinya bunga."
Ann berbisik kecil setelah mereka mulai berbubaran, "Kenapa kau pakai
ide konyol seperti ini" Dan kenapa kau bisa ada di sini! Kau pasti kabur dari rumah
sakit ya!" Ann melotot cemas. Dennis seharusnya masih terbaring di rumah sakit sekarang, ia sengaja
berangkat ke London tanpa memberitahunya karena ia tahu betul kondisi Dennis masih
sangat lemah. Bahkan ia sadar saat ini Dennis tidak sanggup berdiri
tegap. Hatinya terharu melihat pengorbanan pemuda itu.
"Begitu mendengar dari Emma kau hari ini akan berangkat ke London
untuk melanjutkan kuliahmu, aku langsung cabut semua infus dari tanganku, langsung lari ke
sini!" "Kau gila!" Ann tertawa, "lalu pemain biola itu...kau juga yang
menyiapkannya""
Dennis tertegun sesaat, ia mengandeng tangan Ann menghampiri Musisi Jalanan yang
masih larut dalam permainannya itu. Kemudian mereka berdua berdiri di
Dear Love Karya Princess Wg di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
depannya, diam untuk menghayati setiap alunan musik biolanya dan meresapi setiap
detik kebersamaan mereka. Begitu permainannya selesai, Dennis langsung menanyakan apa lagu yang dimainkannya
itu mempunyai judul. Si Musisi Jalanan tersenyum pada mereka, "Ini lagu ciptaanku
sendiri, lagu yang kudapat dari begitu banyak orang yang kuamati di taman ini. Judul"
Aku tidak pernah memberi judul pada setiap lagu ciptaanku. Tapi karena aku paling suka
mengamati kisah cinta semua pengunjung taman ini, mungkin lagu ini akan kuberi nama
Dear Love, sama seperti keinginanku untuk menyapa setiap cinta yang bersemi di
sekitarku. Termasuk kalian."
Dennis tersenyum, kemudian menatap Ann di sampingnya. Ia
mempererat gengaman tangannya. Dear Love... Apa kalian masih ingat" Dulu aku pernah bilang, aku ingin sekali keluar
dari kehidupanku yang serba membosankan. Aku ingin sekali punya cerita cinta yang unik,
yang indah dan berakhir bahagia. Tentu saja aku tidak berharap kisah
cintaku bisa menjadi sedemikian rumit. Tapi aku lega karena pada akhirnya semua ini
berakhir bahagia. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku saat ini,
mungkin senang...mungkin deg-degan...tapi yang pasti cinta telah membuatku
bahagia. Kata orang cinta itu buta. Mungkin ada benarnya juga...entah
bagaimana aku menjelaskan pada kalian semua. Aku hanya ingin kalian selalu percaya bahwa cinta itu
selalu ada, jangan pernah ragu mencintai seseorang hanya karena kalian takut
menghadapi semua resikonya. Bukankah cinta itu selalu kuat dan siap menopang kalian"
Dan cinta bisa memberi sayap pada kalian semua, membawa kalian
terbang tinggi. Tapi ada saatnya bagi kalian untuk jatuh....benar kata orang, semakin tinggi
kita terbang, semakin keras dan sakit saat kita jatuh. Tapi jangan khawatir, sayap yang patah itu akan
segera terbentuk kembali kalau kalian tidak pernah berhenti percaya.
Hm....apa lagi yang harus kuceritakan" Oh ya, Emma sekarang sudah
diangkat jadi kepala manajer di perusahaan Pamannya. Ia kelihatannya sangat
menikmati pekerjaannya. Meskipun banyak yang mengungkit-ungkit keberhasilannya dengan unsur
koneksi, tapi Emma tidak peduli. Ia memang selalu begitu. Selalu menjadi dirinya sendiri
tanpa mau peduli kata orang lain. Tapi sifatnya tidak pernah berubah,
keras kepala dan suka sekali ganti-ganti pacar. Aku bahkan sudah lupa siapa nama pacar terbarunya.
Percuma saja diingat, minggu depan juga sudah ganti.
Lalu Josh...cinta pertamaku dan sahabat baikku. Dua minggu setelah aku sampai di
London, aku menerima kabar darinya kalau ia akan segera melamar
Sherly. Aku turut senang, semoga saja Sherly menerima lamarannya. Aku sungguh
berharap Josh bisa bahagia. Ria dan Priska. Mereka seperti tidak pernah kehabisan cerita. Priska masih
bergelut dengan dunia tarik suaranya, jangan kaget kalau suatu hari nanti kalian akan
mendapatkan berita tentang sensasi penyanyi baru. Selamanya aku akan menjadi
penggemar nomor satunya. Ria sudah bertunangan dengan seorang bankir muda, Revan
kalau tidak salah. Akhirnya mimpinya terwujud juga, menikah dengan
pangeran tampan yang kaya.
Aku dan Dennis baik-baik saja. Meski aku sekarang sangat
merindukannya. Aku di London meneruskan kuliahku dan dia di sana. Dia selalu penuh kejutan, sebentar-bentar
bilang jabatannya sudah mau dipromosikan...sebentar-bentar bilang
mau pindah rumah... Tapi aku rindu sekali padanya....Apa kalian ada waktu untuk
menyampaikan salamku padanya"
Katakan padanya.... aku selalu mencintainya.
Ann menutup latopnya. Tersenyum kecil, kemudian beranjak masuk ke kamarnya.
The End I don't know but i believe That some things are meant to be And that you'll make a better me Everyday I love you
I never thought that dreams came true
But you showed me that they do
You know that i learn something new Everyday i love you
Coz I believe that destiny is out of our control And you'll never live
Until you love with all your heart and soul
It's a touch when I feel bad It's a smile when I ged mad And all the things I have
Everyday I love you If I ask, will you say yes" Together we're the very best I know that I am truly blessed Everyday I love you And I'll give you my best Everyday I love you.... ( Everyday I love you : Boyzone )
tamat Jago Jago Rogo Jembangan 2 Animorphs - 42 Petualangan The Journey Suling Pualam Dan Rajawali Terbang 4