Spring In London 2
Spring In London Karya Ilana Tan Bagian 2
tadi. Kurasa Ibu yang memberikan nomor teleponku kepadanya. Dia tidak berkata
apa-apa, hanya bahwa Ibu menitipkan ginseng untukku. Kami akan bertemu nanti.
Ia melirik jam tangannya. Malah sebentar lagi dia akan datang ke sini.
Oh, In-Ho, kau harus menceritakannya kepadaku nanti. Aku ingin tahu
bagaimana rupanya. Kata Ibu wanita itu cantik dan akan sangat cocok untukmu.
Tapi kurasa Ibu selalu berkata begitu tentang semua wanita yang ingin
dijodohkannya denganmu, kata Anna penasaran. Apakah kau akan mengajaknya
makan siang" Kurasa di sana sekarang masih siang, bukan" Siapa tahu kau akan
menyukai yang satu ini. Danny meringis. Aku sangat meragukannya. Nuna jangan terlalu berharap.
Dan tolong katakan pada Ibu untuk berhenti menjodoh-jodohkan aku. Aku benar-benar tidak mau ikut dalam permainan ini lagi.
Memangnya kenapa" Bukankah kau belum pernah bertemu dengan gadis ini"
Bukannya aku membela Ibu, tapi kau jangan berkata tidak sebelum kau... Tunggu,
aku mencium sesuatu di sini. Anna terdiam sejenak, lalu bertanya curiga, Jo In-Ho, apakah kau sudah bertemu dengan seseorang di sana"
Senyum Danny melebar. Kakaknya memang sangat tajam. Ia baru hendak
menjawab ketika seseorang memanggilnya. Ia mendongak dan melihat salah
seorang rekan kerjanya berkata bahwa ada tamu untuknya di bawah. Danny
mengangguk dan mengangkat sebelah tangan untuk berterima kasih. Kemudian ia
berkata kepada kakaknya di telepon. Dengar, Nuna, aku harus pergi sekarang.
Kurasa wanita itu sudah datang. Lain kali saja kita bicara lagi.
Jo In-Ho... Aku tutup dulu, Nuna. Danny langsung menutup ponsel sambil tersenyum puas. Kakaknya pasti
uring-uringan. Oh, itu sudah pasti. Tapi Danny akan membiarkan kakaknya
menebak-nebak dulu. Setidaknya untuk sementara.
* * * Naomi menatap ponselnya dengan kening berkerut. Kenapa ponsel Danny masih
sibuk" Ia mengembuskan napas dan kembali menghampiri Miho yang duduk di
salah satu sofa yang tersedia setelah memberikan nama orang yang ingin
ditemuinya kepada si resepsionis.
Miho mendongak menatapnya. Kenapa" Temanmu tidak ada" tanyanya.
Mungkin sedang sibuk, sahut Naomi dan duduk di samping Miho.
Tidak lama kemudian Miho menyikutnya. Coba lihat. Kurasa itu dia.
Naomi menoleh ke arah meja resepsionis. Ada seorang laki-laki bertubuh
jangkung di sana, berbicara kepada resepsionis. Lho, bukankah itu..." Naomi
mengerjap kaget. Danny Jo"
Astaga, dia kelihatan persis seperti di fotonya, gumam Miho bersemangat.
Sama persis. Sempurna. Naomi menoleh menatap temannya yang mengamati Danny dengan mata
berkilat-kilat memuji. Mendadak saja jantungnya mulai berdebar lebih keras. Oh,
dear. Jangan katakan bahwa orang yang dijodohkan dengan Miho adalah Danny Jo.
Kemudian Danny menoleh ketika si resepsionis menunjuk ke arah Naomi dan
Miho. Mata Danny langsung tertuju pada Naomi dan senyumnya pun
mengembang. Oh, dear, kenapa ia harus tersenyum seperti itu" pikir Naomi tanpa
sadar. Naomi kembali melirik Miho. Tentu saja Miho juga melihat senyum itu. Dan
kilatan baru yang dilihatnya di mata Miho menegaskan kecurigaannya.
Naomi, kenapa kemari" tanya Danny sambil menghampiri Naomi dengan
langkah lebar. Dan senyum terkutuk itu masih tersungging di bibirnya.
Naomi menyadari kepala Miho berputar cepat ke arahnya. Kau
mengenalnya" bisik Miho dengan nada heran.
Naomi cepat-cepat berdiri dan memaksa bibirnya tersenyum. Hai, Danny.
Aku baru berencana mengajakmu makan siang bersama nanti, kata Danny,
masih menatap Naomi. Ternyata kau sudah datang ke sini.
Eh, sebenarnya... Naomi menoleh ke arah Miho yang juga sudah berdiri di
sampingnya. Ini temanku, dan eh... Ia benar-benar tidak tahu bagaimana
menjelaskan keadaan ini karena ia sendiri masih bingung.
Miho dengan tangkas mengambil alih keadaan. Ia mengulurkan tangan ke arah
Danny dan menyunggingkan senyum cerah yang sudah sering ditunjukkannya di
depan kamera. Halo, katanya lancar. Aku Miho Nakajima, orang yang
meneleponmu tadi pagi. Danny menjabat tangannya. Oh" Ia juga terlihat agak bingung sementara ia
memandang Miho dan Naomi bergantian. Jadi...
Sebenarnya Naomi hanya menemaniku ke sini untuk menemuimu, Miho
menjelaskan dengan lancar. Aku tidak tahu ternyata kalian berdua saling
mengenal. Ini kejutan yang menyenangkan.
Rupanya begitu. Ini memang kejutan, kata Danny sambil mengangguk-angguk kecil. Lalu ia menyadari sesuatu. Oh ya, maaf, aku lupa memperkenalkan
diri. Aku Danny Jo. Senang berkenalan denganmu. Teman Naomi adalah temanku
juga. Miho menyodorkan bungkusan yang dipegangnya. Ini titipan dari ibumu.
Terima kasih. Aku minta maaf karena sudah merepotkan, kata Danny.
Aku sama sekali tidak keberatan.
Naomi melirik Miho dan harus mencegah dirinya memutar bola matanya.
Wajah Miho jelas-jelas menunjukkan bahwa ia sangat tertarik dengan yang ada di
depan matanya. Ngomong-ngomong, kata Danny lagi sambil menatap Naomi dan Miho
bergantian, tadinya aku bermaksud mengajak Naomi makan siang bersama.
Bagaimana kalau kau juga ikut dengan kami" Kau sudah berbaik hati membawakan
titipan ibuku sampai ke kantorku, paling tidak aku bisa mentraktirmu makan
siang. Ia melirik jam tangannya, lalu menatap Naomi, Bagaimana kalau kira-kira
satu setengah jam lagi"
Aku tidak bisa, sahut Naomi, agak kaget menyadari nada suaranya terdengar
ketus. Ada pekerjaan siang ini.
Danny mengangkat alis. Kali ini Naomi menjaga suaranya tetap terkendali dan cepat-cepat
menambahkan, Aku akan makan. Tenang saja. Aku pasti makan. Hanya saja aku
tidak akan punya cukup waktu untuk makan siang di luar.
Itu bagus, kata Danny sambil tersenyum kecil.
Aku bebas siang ini, sela Miho tiba-tiba.
Danny mengalihkan tatapan dan senyumnya dari Naomi dan mengarahkannya
kepada Miho. Baiklah, katanya ringan. Bagaimana kalau satu setengah jam lagi
kita bertemu di Covent Garden Piazza" Kita bisa menemukan banyak pilihan di
sana. Tentu saja, sahut Miho. Kepala Naomi tiba-tiba terasa berdenyut-denyut. Astaga, ada apa lagi dengan
dirinya" Ia sudah cukup tidur dan cukup makan. Kenapa kepalanya kembali
bermasalah" Beberapa menit kemudian mereka berdua sudah duduk kembali di dalam VW
hijau Miho dan Naomi harus mendengarkan celoteha
n Miho yang menggebu-gebu.
Ini benar-benar kebetulan, bukan, Naomi" tanya Miho sambil tertawa. Ternyata
Danny Jo itu temanmu. Dunia memang sempit. Kenapa kau tidak pernah bilang kau
punya teman setampan itu"
Naomi hanya tersenyum dan bergumam tidak jelas.
Dan apakah sudah kubilang bahwa dia sama persis dengan foto yang kulihat"
lanjut Miho. Ini benar-benar hebat. Naomi, kau harus menceritakan semua tentang
dia kepadaku. Naomi menoleh menatap temannya. Kenapa aku"
Miho tertawa. Apakah itu juga perlu ditanya" Kau temannya dan kau tahu
lebih banyak tentang dirinya. Sudah jelas kau bisa membantuku.
Tidak tahu apa yang harus dikatakannya, Naomi kembali tersenyum, lalu
memalingkan wajah ke luar jendela dan mengembuskan napas pelan.
Oh, dear... Bab Sembilan KETIKA pulang malam itu, Naomi menemukan flat dalam keadaan kosong. Chris
dan Julie belum pulang. Naomi mendesah dan berjalan ke dapur. Tidak ada Chris
berarti tidak ada makan malam. Ia meletakkan tas besarnya ke atas meja dapur dan
membuka kulkas. Ia menemukan cottage pie yang sudah dimakan setengah. Entah
milik siapa, tapi Naomi tidak peduli. Tidak ada catatan yang tertempel di sana yang
menyatakan bahwa cottage pie itu tidak boleh dimakan. Lagi pula Naomi lapar. Ia
memasukkan cottage pie ke dalam microwave, lalu meraih tasnya dan masuk ke
kamarnya. Empat puluh menit kemudian ia sudah selesai mandi, keramas, dan duduk di
depan televisi di ruang tengah sambil melahap cottage pie-nya. Tayangan berita di
televisi tidak berhasil menarik perhatiannya. Pikirannya selalu kembali kepada
kejadian siang tadi dan tanpa sadar ia menusuk cottage pie-nya dengan tenaga yang
lebih besar daripada yang diperlukan.
Tiba-tiba ponselnya yang tergeletak di meja berbunyi dan lamunannya buyar.
Alisnya terangkat ketika membaca nama yang muncul di layar. Apa" katanya
singkat setelah ponsel ditempelkan ke telinga.
Kenapa kau marah-marah padaku"
Waluapun Naomi tidak menyadarinya, tetapi kini hanya mendengar suara
Danny saja bisa membuat sudut-sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk
senyuman. Seperti sekarang.
Aku tidak marah, kata Naomi, mencegah senyumnya terdengar dalam
suaranya. Kukira kau rindu padaku. Naomi mendengus. Aku sudah pasti tidak rindu padamu.
Kalau begitu kau mau aku menutup telepon"
Kenapa kau meneleponku"
Danny tertawa, lalu berkata, Ada yang ingin kukatakan padamu.
Apa" Katakan saja. Sekarang kau ada di rumah"
Mmm. Aku ingin kau melihat ke luar jendela. Ada sesuatu di sana.
Naomi mengerutkan kening. Apa maksudmu" Jangan menakutiku, Danny.
Tidak, tidak. Justru yang akan kaulihat itu akan membuatmu gembira. Lihatlah
ke luar jendela. Noami berdiri dan berjalan ke jendela. Apa yang harus kulihat" tanyanya
sambil menyibakkan tirai dan mendongak menatap langit gelap di atas sana. Tetapi
tidak terlihat apa pun. Bintang pun tidak ada. Tidak ada apa-apa, Danny.
Memangnya menurutmu langit yang hitam bisa membuatku gembira"
Itu karena kau melihat ke arah yang salah, kata Danny.
Apa" Lihat ke bawah. Naomi menunduk menatap jalan di bawah sana dan matanya langsung melebar
melihat Danny berdiri di trotoar di depan gedung flatnya. Oh, dear, gumamnya
tanpa sadar. Danny tersenyum lebar dan mengangkat tangannya yang tidak memegang
ponsel. Halo. Kau gembira melihatku, bukan" katanya.
Naomi mendesah berat, namun ia tidak bisa mencegah dirinya tersenyum.
Danny Jo, sedang apa kau di situ"
Temanmu ada di rumah" tanya Danny.
Tidak. Mereka belum pulang.
Kalau begitu kau bisa turun sebentar"
Naomi tahu kenapa Danny tidak memilih naik ke flatnya. Walaupun mereka
berteman baik dan Naomi tidak menganggap Danny sama dengan laki-laki lain,
sepertinya Danny tahu Naomi masih merasa tidak nyaman apabila berdua saja
dengannya di dalam ruangan tertutup. Tunggu di sana, kata Naomi ke ponselnya.
Aku akan segera turun. Tidak lama kemudian mereka sudah duduk di ayunan di taman bermain anak-anak yang tidak jauh dari flatnya. Danny merogoh saku jaketnya dan mengulurkan
sehelai saputangan kepada Naomi. Aku datang ke sini untuk mengembalikan ini,
katanya. Naomi menerimanya dengan kening berkerut heran. Ini bukan milikku.
Memang bukan. Itu milik temanmu, Miho, kata Danny. Dia meninggal-kannya ketika kami makan siang tadi.
Naomi mengeluarkan suara yang terdengar seperti dengusan dan tawa pendek.
Aku tidak percaya ini. Dia memakai taktik saputangan, gumamnya lirih.
Apa katamu" Tidak apa-apa, kata Naomi cepat. Lalu kenapa kau tidak mengembalikannya
sendiri kepadanya" Aku yakin itu yang diinginkannya.
Aku pasti sudah melakukannya kalau aku tidak menghilangkan nomor
teleponnya, sahut Danny ringan.
Naomi berdeham pelan. Makan siang kalian menyenangkan"
Danny mengangguk. Tentu saja.
Aku yakin begitu, kata Naomi, tidak sanggup menyingkirkan nada tajam
dalam suaranya. Lalu ia melirik Danny dan menambahkan, Ngomong-ngomong,
dia juga tertarik padamu.
Oh ya" Dia mencekokiku dengan ratusan pertanyaan tentangmu setelah kami bertemu
denganmu tadi, sahut Naomi. Aku yakin dia pasti ingin kau sendiri yang
mengembalikan saputangan ini kepadanya. Dia pasti berharap kau meneleponnya.
Bagaimanapun juga, dia sudah memberikan nomor teleponnya kepadamu.
Danny menoleh menatapnya dan tersenyum. Menurutmu begitu" Benar juga.
Mungkin aku harus mencari nomor teleponnya lagi. Mungkin aku memang harus
mengembalikan saputangan itu sendiri kepadanya.
Tetapi Naomi tidak menunjukkan tanda-tanda ia akan melepaskan saputangan
yang dipegangnya. Apa pendapatmu tentang Miho" tanya Naomi, tidak bisa menahan diri.
Temanmu orang yang menyenangkan, sahut Danny ringan. Cantik, ramah,
lucu, dan tidak pernah kehabisan bahan obrolan.
Naomi memberengut ke arah saputangan dalam cengkeramannya.
Bisa dibilang dia benar-benar tipeku, tambah Danny. Tapi...
Naomi meliriknya. Tapi apa"
Danny mengangkat bahu. Entah tipe seperti itu tidak lagi menarik minatku,
katanya terus terang. Lalu ia menatap Naomi dan berkata, Kurasa sekarang ini aku
menginginkan sesuatu yang dulunya bukan tipeku.
Naomi tidak mengerti. Jadi ia hanya balas menatap Danny tanpa berkata apa-apa.
Sedetik kemudian Danny mendesah dan merogoh saku bagian dalam jaketnya.
Ini alasan kedua aku datang ke sini, katanya sambil mengacungkan sekeping CD
dalam kotak bening. Apa itu" Video musik kita waktu itu. Ini hasil akhirnya. Kukira kau pasti ingin
melihatnya. Benarkah" Senyum Naomi mengembang. Kau sudah melihatnya"
Danny mengangguk. Tentu saja. Penampilanmu hebat.
Naomi menatap CD itu, lalu menoleh ke arah Danny. Ia ragu sejenak, lalu
bertanya, Kau mau melihatnya bersamaku" Di flatku"
Danny balas menatapnya. Kau yakin"
Naomi tersenyum dan mengangguk. Ya.
* * * Naomi, apakah itu kau" Suara pria berlogat Skotlandia itu langsung menyambut
mereka begitu mereka memasuki flat. Alis Danny berkerut. Suara laki-laki"
Ya, ini aku, Naomi balas berseru.
Sayang, apakah kau yang menghabiskan cottage pie yang kusimpan di dalam
kulkas" tanya suara itu lagi, yang sepertinya berasal dari arah dapur.
Itu Chris, kata Naomi kepada Danny.
Chris" Tapi... Sebelah alis Danny terangkat dan ia menoleh menatap Naomi.
Sayang" gumamnya pelan.
Naomi mengerjap. Ah, itu...
Namun sebelum Naomi sempat menjelaskan, seorang laki-laki bertubuh
ramping, jangkung dan berambut gelap muncul dari dapur. Lass, apakah kau yang
menghabiskan cottage pie oh! Kata-katanya terhenti ketika ia menyadari bahwa
mereka kedatangan tamu. Naomi buru-buru memperkenalkan mereka. Chris, perkenalkan ini Danny.
Danny, ini teman satu flatku yang lain, Chris.
Danny" Danny yang itu" kata Chris sambil menatap Danny dengan mata
birunya yang berkilat-kilat. Senyumnya mengembang dan ia menjabat tangan
Danny. Senang sekali akhirnya bertemu denganmu. Aku sudah mendengar banyak
cerita tentang dirimu. Biar kukatakan padamu, kau sama persis seperti yang mereka
gambarkan padaku. Ayo, masuklah. Kau mau minum" Sudah makan malam" Oh,
naomi, lupakan saja soal cottage pie itu. Kau boleh makan apa pun sesuka hatimu.
Sebenarnya Danny datang ke sini untuk menunjukkan video musik yang kami
kerjakan beberapa minggu yang lalu, kata Naomi.
Oh, video musik itu" tanya
Chris sambil bertepuk tangan. Boleh aku ikut
menonton" Tentu saja, sahut Danny ringan.
Tepat pada saat itu pintu terbuka dan seorang gadis berambut merah dan
bermata hijau melangkah masuk. Halo" Kenapa kalian semua berkerumun di
belakang pintu" Oh, rupanya ada tamu.
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Danny ingat gadis itu. Kalau tidak salah namanya Julie, teman Naomi yang
pernah dijumpainya di taman beberapa minggu yang lalu.
Naomi kembali memperkenalkan mereka. Julie, masih ingat Danny" Danny, ini
Julie. Kami akan menonton video musik yang mereka bintangi bersama, sela Chris
sementara Julie dan Danny bertukar sapa.
Oh, bagus. Aku juga ingin ikut menonton, kata Julie.
Ayo, semuanya pindah ke ruang duduk, seru Chris sambil menggiring
mereka ke ruang duduk yang kecil dan nyaman. Sepertinya masih ada anggur
merah yang tersisa. Tunggu, akan kuambilkan. Dan juga masih ada sherry trifle yang
kubuat kemarin. Julie, Sayang, kau bisa membantuku di dapur" Biar Naomi saja
yang menemani tamu kita sebentar.
Danny tersenyum mengamati kedua teman satu flat Naomi keluar dari ruang
duduk dan berjalan ke dapur sambil terus mengobrol. Ia menduga suasana di flat ini
tidak pernah sepi. Dan ia menyukai kenyataan itu. Flat yang nyaman dan teman-teman yang ramah.
Naomi menoleh kepada Danny dan tersenyum meminta maaf. Mereka agak
berisik, bukan" Danny tertawa, lalu berkata, Aku sama sekali tidak keberatan. Kau punya
teman-teman yang luar biasa. Aku iri padamu. Dan itu memang benar.
Kau boleh mengambil mereka dari sini kapan saja, gurau Naomi.
Ngomong-ngomong, kau tidak pernah bilang bahwa teman satu flatmu
ternyata laki-laki, kata Danny, tiba-tiba teringat pada persoalan yang
mengganggunya sejak ia masuk ke flat ini.
Naomi memiringkan kepala dan berpikir-pikir. Aku yakin aku pernah
menyebut-nyebut soal Chris.
Memang. Tapi kau hanya bilang bahwa kau punya dua teman yang tinggal
satu flat denganmu. Julie dan Chris. Kukira Chris itu wanita, kata Danny. Ia ragu
sejenak, lalu bertanya, Apakah dia..."
Ya, dia gay, sahut Naomi, langsung tahu apa maksud Danny. Namun
matanya menyipit ketika menatap Danny. Tapi kuharap kau tidak mempermasa-lahkan kenyataan itu.
Danny menggeleng. Tidak, sama sekali tidak. Mungkin kau tidak percaya, tapi
aku senang dia gay. Alis Naomi berkerut bingung, namun ia tersenyum.
Tetapi apa yang dikatakan Danny tadi benar. Karena ia yakin wanita man pun
ingin tenggelam dalam mata biru Chris. Bahkan mungkin Naomi juga akan
mengakuinya. Oh, sialan, jangan-jangan...
Apakah kau juga tertarik pada mata birunya" tanya Danny tiba-tiba sambil
menatap Naomi lurus-lurus. Ia sadar pertanyaannya terdengar aneh dan tidak
berhubungan, tetapi ia sungguh tidak bisa menahan diri.
Kali ini Naomi tertawa. Apa maksudmu"
Maksudku, apakah kau berharap dia bukan gay" tanya Danny, lalu merasa
pertanyaannya semakin aneh. Maksudku, apakah kau merasakan sesuatu... Oh,
sialan. Lupakan saja kata-kataku. Aku sendiri tidak mengerti apa yang ingin
kukatakan. Hening sejenak sementara Danny mengomeli ketololannya sendiri. Sesaat
kemudian Naomi memecah keheningan. Tidak, katanya.
Danny kembali menoleh kepadanya. Apa"
Naomi tersenyum kecil. Jawaban untuk pertanyaanmu, sahutnya. Apakah
aku tertarik pada mata birunya" Tidak.
Danny menatap mata Naomi dan ia merasa dirinyalah yang mulai tenggelam
dalam mata hitam itu. Oh, gumamnya tidak jelas.
Apakah aku berharap dia bukan gay" Naomi mengulangi pertanyaan Danny
tadi, lalu menjawab sendiri, Tidak.
Saat itu, suara Naomi seolah-olah menyihirnya. Danny tidak bisa melakukan
apa-apa selain menatap gadis yang duduk di sampingnya di sofa di ruang duduk
kecil itu dan mendengarkan setiap patah katanya. Ia juga sadar bahwa ia menahan
napas. Naomi kembali melanjutkan, Apakah aku merasakan sesuatu..." Ia menatap
Danny dengan mata berkilat-kilat tertawa. Ya.
Apa" Apa" Danny merasa jantungnya seolah-olah jatuh ke lantai. Oh, sialan.
Namun sebelum Danny sadar sepenuhnya, atau sebelum ia sempat mencerna
kata-kata Naomi, atau sebelum perasaan aneh itu mulai mengacaukan otak dan
indranya, ia mendengar suara Chris
yang lantang dan ceria, Siapa yang mau sherry
trifle" Bab Sepuluh DIA benar-benar seperti yang kaugambarkan, Julie.
Naomi menyesap tehnya sambil tersenyum. Chris sudah mengulang-ulang
kalimat itu setidaknya delapan kali sejak Danny meninggalkan flat mereka kemarin
malam sampai pagi ini ketika mereka bertiga berkumpul di dapur kecil mereka.
Dia benar-benar tipeku, tambah Chris lagi sambil menggoreng telur.
Singkirkan mimpi itu sebelum kau patah hati, Julie menyarankan acuh tak
acuh dan menguap lebar. Lalu ia menoleh ke arah Naomi. Ngomong-ngomong,
kau harus mengajaknya menonton pertunjukanku nanti. Ini pertunjukan pertama di
mana aku mendapat peran utama, kalian tahu"
Tepat pada saat itu terdengar bel pintu berbunyi.
Siapa lagi yang datang pagi-pagi begini" gerutuChris. Kalian sedang
menunggu seseorang" Julie bangkit dan berjalan ke pintu dengan langkah terseok-seok. Terdengar
pintu terbuka, lalu terdengar suara Julie yang berkata, Oh, Miho. Masuklah!
Naomi mengangkat wajah dan mengerjap. Miho" Dan ia teringat bahwa ia
belum bercerita kepada Chris dan Julie tentang kejadian antara dirinya, Miho dan
Danny kemarin. Selamat pagi, semuanya, sapa Miho ketika ia muncul di dapur.
Hei, Miho, sapa Chris sambil melambaikan sebelah tangan.
Naomi, aku ke sini untuk meminta pendapatmu tentang ini, kata Miho
kepada Naomi sambil tersenyum cerah. Ia mengeluarkan dua lembar kertas dari
dalam mapnya dan mengacungkannya di depan wajah Naomi. Dua-duanya adalah
foto salah seorang aktris Inggris yang sedang populer saat ini, namun dalam pose
dan pakaian yang berbeda. Salah satu dari kedua foto ini akan menjadi sampul
depan majalah kita untuk edisi mendatang. Aku benar-benar tidak tahu yang mana
yang harus kupilih, jadi aku datang meminta pendapatmu.
Naomi menatap kedua foto di depannya dan mendesah dalam hati. Sebenarnya
siap ayang menjadi pemimpin redaksi di sini" Ia tidak keberatan membantu teman,
tetapi karena kejadian ini terus berulang, ia mulai bertanya-tanya apakah selama ini
dirinya sudah diperalat tanpa disadari.
Miho, kau juga harus datang menonton pertunjukanku nanti. Ini pertunjukan
besar pertamaku, kata Julie yang menyusulnya ke dapur, kembali duduk di
tempatnya semula. Tentu saja, sahut Miho, kalau aku tidak punya acara penting. Kapan
pertunjukanmu itu" Dua minggu lagi, kata Julie, lalu kembali menoleh ke arah Noami. Lalu
kapan kau akan mengajak Danny ke pertunjukanku"
Naomi melotot ke arah Julie, tetapi sudah terlambat. Mata Miho mengerjap dan
terarah pada Julie. Maksudmu Danny Jo"
Chris berbalik dari kompor dan meletakkan sepiring telur di atas meja. Kau
mengenalnya" ia balas bertanya.
Naomi menyesap tehnya tanpa berkomentar sementara Miho menceritakan
kejadian kemarin siang kepada mereka. Ia menceritakan semuanya. Semuanya.
Tanpa melewatkan detail kecil apa pun.Semuanya. Tentang bagaimana ibunya dan
ibu Danny berusaha menjodohkan mereka berdua, tentang Danny yang
mengajaknya makan siang bersama, tentang bagaimana mereka langsung cocok , bla
bla bla. Naomi menyadari lirikan tajam yang dilemparkan Julie dan Chris ke arahnya,
tetapi ia pura-pura tidak peduli. Ia tahu apa yang ingin ditanyakan teman-temannya
itu, tetapi tidak tahu bagaimana menjawabnya, bagaimana menjelaskannya. Ini
bukan salahnya. Miho sendiri yang langsung menyerbu masuk tanpa bertanya
ataupun meminta izin. Kalau sudah begitu, apa yang bisa Naomi lakukan"
Dan kalau kau mau mengajak Danny, aku bisa meneleponnya, kata Miho di
akhir penjelasannya. Namun sebelum Miho menyelesaikan ucapannya, Naomi sudah masuk ke
dalam kamar, meraih ponsel dan menekan nomor Danny.
* * * Danny masih berbaring di tempat tidur ketika ponselnya berdering. Ia mengerang
pelan, tapi langsung terbatuk-batuk. Ia memaksa dirinya bangkit duduk dengan
susah payah dan meraih ponsel yang tergeletak di meja di samping tempat tidur.
Halo" gumamnya serak, dan kembali terbatuk-batuk.
Ada apa denganmu" Walaupun kepalanya terasa berat dan seluruh tubuhnya lemas, Danny masih
bisa tersenyum mendengar suara Naomi yang bernada cemas bercampur curiga.
Aku tidak t ahu, gumam Danny pelan. Badanku panas dan lemas, tenggorokanku
sakit, dan kepalaku serasa seperti batu. Sudah begini sejak aku bangun tadi pagi.
Kemarin kau baik-baik saja, kata Naomi lagi. Ia terdiam sejenak, lalu bertanya
ragu, Apakah gara-gara sesuatu yang kaumakan di tempatku kemarin malam"
Danny kembali berbaring dan memejamkan mata, berharap rasa pusingnya bisa
berkurang. Tidak. Aku yakin bukan itu, sahut Danny. Kurasa aku tertular salah
seorang rekan kerjaku di kantor.
Kau sudah ke dokter" Minum obat" tanya Naomi.
Danny menggeleng walaupun ia tahu Naomi tidak bisa melihatnya. Nanti saja.
Terlalu lemas untuk bangun. Aku mau berbaring sebentar.
Jeda sejenak di ujung sana, lalu Naomi bertanya, Kau... kau mau aku pergi ke
sana" Kau akan datang kalau kuminta" Danny balas bertanya.
Yah... tentu saja. Kalau kau mau.
Danny tersenyum tipis. Naomi bahkan tidak berhasil menyingkirkan keraguan
dari nada suaranya. Selama Danny mengenal Naomi, ia sudah berhasil mengetahui
beberapa hal tentang diri gadis itu. Pertama, Naomi Ishida selalu bersikap waswas
di depan laki-laki. Hal ini membuat Danny lega karena itu berarti Naomi tidak
bersikap gugup dan resah hanya di depan Danny. Namun hal itu juga menimbulkan
pertanyaan lain: Kenapa Naomi enggan berhubungan dengan laki-laki" Walaupun
hubungan mereka sudah mengalami banyak kemajuan kalau dibandingkan dengan
pertemuan pertama mereka, Danny merasa Naomi masih menahan diri.
Hal kedua yang disadari Danny adalah Naomi masih tidak suka disentuh. Dan
sampai sekarang Danny masih belum tahu alasannya.
Terima kasih, tapi itu tidak perlu, kata Danny pada akhirnya. Ia tahu Naomi
akan datang kalau ia memintanya, tetapi ia tidak ingin memaksa gadis itu. Ia ingin
Naomi membuka diri atas pilihannya sendiri. Aku yakin ada obat di sekitar sini.
Aku hanya akan tidur sebentar. Setelah itu aku berjanji aku akan minum obat. Dan
aku yakin setelahitu aku akan sembuh. Tenang saja.
Kau akan meneleponku kalau kau membutuhkan sesuatu" tanya Naomi.
Suaranya masih terdengar cemas.
Tentu saja. Kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi. Istirahatlah. Jangan lupa
telepon aku kalau ada apa-apa.
Kau orang pertama yang akan kuhubungi.
Setelah menutup telepon, Danny terbatuk-batuk sebentar sambil kembali
meringkuk di balik selimut. Ini benar-benar menjengkelkan. Ia tidak suka merasa
sakit dan merasa tak berdaya seperti ini. Ia benar-benar harus mencari obat. Dan
kalau ia masih belum membaik setelah minum obat, ia sudah pasti harus ke dokter.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi lagi. Danny mengerang dan berpikir seharusnya
ia mematikan ponselnya saja seharian ini supaya bisa beristirahat dengan tenang. Ia
meraba-raba ranjang mencari ponsel yang tadi dilepaskannya begitu saja.
Mengangkat ponsel ke telinga saja membutuhkan segenap kekuatannya. Ya"
gumamnya pendek. Dua detik kemudian matanya terbuka. Oh, Miho"
* * * Siang itu Naomi masih merasa khawatir. Ia ingin menelepon Danny tetapi takut
mengganggu istirahat laki-laki itu. Selama beberapa menit terakhir, ia duduk di
meja tulisnya yang menghadap jendela di kamar tidurnya. Ia tidak punya jadwal
kerja hari ini. Ia memang sengaja mengatur agar hari ini ia bisa berlibur. Sudah lama
ia ingin pergi ke kota untuk melihat-lihat dan berbelanja, namun tentu saja ia tidak
bisa menikmati acara belanjanya kalau terus memikirkan Danny.
Ia sedang memutuskan apa yang sebaiknya dilakukannya keika ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia melirik layar ponsel yang tergeletak di meja dan cepat-cepat
menjawabnya. Danny"
Kau bisa datang ke sini" Suara Danny terdengar lirih dan lemah. Napasnya
juga terdengar berat, seolah-olah butuh usaha besar hanya untuk berbicara.
Tolonglah... Tolong datang ke sini.
Kini Naomi sama sekali tidak ragu. Keraguan apa pun yang tadi pagi masih ada
langsung digantikan oleh rasa panik dan cemas. Ia langsung melompat berdiri dari
kursi dan berkata, Aku akan segera ke sana.
Tidak terlalu lama kemudian, Naomi sudah berdiri di depan pintu flat Danny di
Mayfair. Ia membunyikan bel dan menunggu dengan tidak sabar. Tetapi matanya
melebar kaget ketika pintu terbuka dan ia melihat siapa yang berdiri di sana.
Miho" Miho Nakajima yang membuka pintu dari dalam juga terlihat heran. Oh,
Naomi" Sesaat Naomi tidak bisa berkata-kata. Kepanikan dan kecemasannya selama
perjalanan ke sini memudar sedikit dan digantikan sesuatu yang tidak bisa
diartikannya. Kenapa Miho ada di dalam flat Danny" Sedang apa dia di sana" Ada
apa ini" Semua pertanyaan itu simpang siur dalam benak Naomi. Namun satu hal
yang disadarinya. Ia tidak suka melihat Miho di sana, di flat Danny.
Lalu mata Naomi beralih ke arah sosok Danny muncul di belakang Miho. Kau
sudah datang, kata Danny. Suaranya terdengar lega.
Penampilan Danny benar-benar kacau. Wajahnya pucat pasi, bibirnya kering,
rambutnya acak-acakan. Kaus hitam lengan panjang dan celana panjang putihnya
terlihat kusut. Ia terlihat lemah dan sakit.
Banyak hal yang berkelebat dalam benak Naomi, namun begitu melihat Danny,
hanya satu hal yang terpikirkan olehnya. Kenapa kau tidak berbaring dan
beristirahat" tanyanya dengan alis berkerut.
Danny mengayunkan tangan dengan lemah. Masuklah dulu dan setelah itu kau
boleh mengomeliku. Naomi melangkah masuk dan menoleh ke arah Miho. Miho, kok kau ada di
sini" tanyanya sambil berusaha menjaga suaranya terdengar ringan.
Miho tersenyum. Tadi aku menelepon Danny untuk mengajaknya ke
pertunjukan Julie dan dia bilang dia sedang sakit. Jadi aku langsung datang untuk
menawarkan bantuan. Oh, begitu, gumam Naomi, tidak tahu lagi harus berpikir apa. Seharusnya ia
melakukan apa yang dilakukan Miho. Seharusnya ia juga langsung datang ketika
mendengar Danny sedang sakit. Bagaimanapun juga, Danny adalah temannya dan
seharusnya ia tidak ragu-ragu membantu teman yang sedang sakit. Ia menoleh ke
arah Danny dan bergumam, Maafkan aku karena baru datang.
Danny berdiri bersandar di dinding. Tangannya mencengkeram pinggiran meja
kecil di samping pintu. Ia terlihat sangat lemah, tapi ia masih bisa tersenyum kepada
Naomi. Sebaiknya kau duduk, kata Naomi kepada Danny.
Danny menurut tanpa membantah. Ia berjalan masuk ke ruang duduk, diikuti
Naomi dan Miho, lalu mengempaskan diri ke salah satu sofa. Jelas sekali ia lega
karena tidak perlu berdiri lebih lama lagi. Miho, gumamnya sambil mengayunkan
tangan ke arah Miho, sudah sangat baik karena sudah membantuku sejak pagi tadi
walaupun aku tahu dia pasti sangat sibuk.
Naomi menoleh ke arah Miho dan temannya tersenyum lebar. Aku tidak
keberatan membantu. Dan kalau aku tidak masuk kantor sehari, tidak akan terjadi
bencana, sahut Miho, lalu menatap Danny. Lagi pula, aku tidak mungkin
meninggalkanmu sendirian di sini. Bagaimana kalau kau membutuhkan sesuatu"
Danny mengangguk. Mungkin kau benar. Tapi karena sekarang Naomi sudah
ada di sini, aku yakin dia bisa menemaniku dan memastikan aku tidak jatuh pingsan
atau semacamnya. Lagi pula hari ini dia tidak punya jadwal kerja, jadi dia pasti
tidak keberatan. Ia mendongak menatap Naomi yang berdiri di sampingnya. Kau
tidak keberatan, bukan"
Naomi mengalihkan tatapannya dari Miho dan menunduk menatap Danny.
Tentu saja tidak. Miho menatap mereka berdua bergantian, lalu mengangkat bahu. Baiklah
kalau begitu, katanya ringan. Lalu ia menoleh ke arah Naomi dan menambahkan,
Aku senang kau bisa datang dan menjaga Danny. Terima kasih.
Naomi mengerjap. Apakah hanya perasaannya atau apakah Miho benar-benar
berbicara dengan nada seolah-olah Danny adalah tanggung jawabnya dan Naomi
hanyalah seseorang yang diminta datang untuk membantu" Tentu saja, gumam
Naomi singkat. Kau tahu kau bisa meneleponku kapan saja kau butuh sesuatu, kata Miho
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara ia mengumpulkan barang-barangnya.
Terima kasih banyak, Miho. Kau benar-benar baik, kata Danny sambil
tersenyum lemah. Setelah Miho pergi dan Naomi menutup pintu, Naomi berdiri sejenak di sana,
cemberut ke arah pintu. Lalu ia berbalik dan berjalan kembali ke ruang duduk.
Aku mau berbaring sebentar, gumam Danny lelah. Kau boleh... entahlah...
yah, anggap saja rumah sendiri.
Naomi ragu sejenak, menatap Danny yang mencoba berdirid engan agak
terhuyung. Akhirnya ia me
ngambil keputusan. Ia menghampiri Danny yang
berjalan terseok-seok ke kamar sambil berpegangan pada dinding. Biar kubantu,
katanya sambil memegang lengan Danny.
Danny berhenti melangkah dan menunduk menatap Naomi, lalu matanya
beralih ke tangan Naomi yang memegang lengannya. Naomi bisa melihat
kebingungan di mata Danny yang agak merah.
Naomi menatap mata Danny lurus-lurus dan berkata tegas, Kau bisa jatuh
kalau tidak dibantu. Danny mengerjap, lalu mengangguk lemah. Ya... ya, kurasa kau benar.
Naomi membantunya masuk ke dalam kamar dan menyelimutinya. Karena
Danny tidak berselera makan, Naomi harus memaksanya makan biskuit sedikit
sebelum minum obat. Kau terlihat kacau, kata Naomi ketika Danny sudah
berbaring kembali di temapt tidur setelah minum obat.
Aku memang merasa kacau, gumam Danny. Aku hanya butuh tidur
sebentar. Aku akan merasa lebih baik setelah bangun nanti.
Baiklah, kata Naomi sambil mengumpulkan botol obat dan gelas-gelas
kosong di meja di samping tempat tidur. Tidur saja.
Ngomong-ngomong, kenapa kau meneleponku tadi pagi" tanya Danny tiba-tiba.
Tadi pagi" gumam Naomi sambil mengingat-ingat. Ah, itu... Aku ingin
memberitahumu bahwa Julie ingin mengundangmu ke pertunjukan perdananya.
Katanya dia mendapat peran yang penting kali ini. Kau akan datang, bukan"
Tentu saja. Kapan pertunjukannya"
Masih dua minggu lagi. Kau akan pergi bersamaku"
Sebelah alis Naomi terangkat sedikit, lalu ia mengangkat bahu. Kalau kau
mau. Baiklah kalau begitu, gumam Danny dan memejamkan mata.
Ketika sepertinya Danny tidak akan berbicara lebih banyak lagi, Naomi
berputar dan berjalan dengan langkah pelan ke pintu.
Aku tidak menyuruhnya datang ke sini, gumam Danny tiba-tiba.
Naomi berhenti melangkah dan berbalik kembali. Ya"
Danny tidak bergerak di tempat tidurnya, juga tidak membuka mata. Miho,
katanya. Aku tidak menyuruhnya datang ke sini. Dia datang sendiri setelah
mendengar aku sakit. Naomi mengerjap. Oh. Dan aku tidak bisa tidur kalau dia ada di sini, lanjut Danny dengan suara
pelan. Karena itu aku memintamu datang.
Naomi terdiam sejenak, lalu akhirnya tersenyum tipis dan bergumam, Aku
tahu. Bab Sebelas HARI sudah menjelang sore ketika Danny terjaga. Kepalanya masih terasa berat,
namun tidak berputar-putar lagi. Ia turun dari tempat tidur dan menyadari bahwa
kakinya juga terasa lebih mampu menopang tubuhnya. Ia meraba keningnya.
Sepertinya suhu tubuhnya juga sudah turun. Bagus. Ia ingin cepat-cepat sembuh. Ia
benci merasa tidak berdaya seperti ini.
Ia baru hendak bangun dan berjalan ke pintu ketika ponselnya berdering. Seulas
senyum tipis muncul di wajahnya ketika melihat siapa yang meneleponnya. Mm,
Nuna, gumamnya begitu ponsel ditempelkan ke telinga.
Pembicaraan kita kemarin belum selesai, In-Ho, kata kakaknya tanpa basa-basi. Tapi, ngomong-ngomong, ada apa dengan suaramu"
Tidak apa-apa, Nuna, ujar Danny, lalu berdeham pelan. Tenggorokanku
hanya agak kering. Baiklah, kata Anna Jo tanpa curiga. Kalau begitu, bagaimana kelanjutan
ceritamu kemarin" Danny mendesah dalam hati. Ia ingat pembicaraan terakhir dengan kakaknya.
Saat itu kakaknya bertanya apakah ia sudah bertemu dengan seseorang di London.
Sebenarnya Danny belum ingin bercerita kepada kakaknya tentang Naomi. Ia
memang menyadari bahwa Naomi mulai menerimanya dan ia senang dengan
hubungan mereka sekarang. Mereka sering bertemu, mengobrol, dan menghabiskan
waktu bersama. Namun entah kenapa Danny selalu merasa masih ada sebagian diri
Naomi yang menahan diri. Seolah-olah gadis itu masih tidak sepenuhnya percaya
padanya. Tetapi apakah itu hanya perasaannya sendiri"
Jo In-Ho, aku sedang bicara padamu.
Danny harus menyeret perhatiannya kembali kepada suara kakaknya di
telepon. Maaf, Nuna, katanya. Sekarang aku masih bingung.
Katakan padaku, apakah dia cantik" tanya Anna Jo, mengabaikan kata-kata
Danny. Ya, gumam Danny, lalu menarik napas dan mengembuskannya. Seperti
boneka. Apa" Danny tertawa pendek. Dia punya mata seperti mata boneka. Setidaknya itulah
yang kupikirkan ketika aku pertama kali bertemu denga
nnya. Begitukah" Lalu apa lagi"
Danny kembali mengenang pertemuan pertamanya dengan Naomi. Awalnya
dia terlihat dingin dan sulit didekati. Tapi kalau kau berhasil mendekatinya dan
mengenalnya lebih baik, kau akan tahu bahwa dia sebenarnya orang yang menarik.
Dan semakin kau mengenalnya, kau akan mendapati dirimu merasa... Ia terdiam.
Kata-kata itu sudah berada di ujung lidahnya. Kau akan mendapati dirimu merasa
gembira setiap kali berada di dekatnya. Tetapi ia tidak mungkin mengatakannya kepada
kakaknya. Akhirnya ia hanya bergumam, Yah, begitulah.
Kau mendapatkan semua kesan itu hanya pada pertemuan pertama" tanya
Anna dengan nada tidak percaya. Astaga, dia pasti gadis yang luar biasa. Berarti
kali ini Ibu sudah membuat pilihan yang benar"
Apa" Danny mengerutkan kening. Apa hubungan semua ini dengan Ibu"
Kita sedang membicarakan gadis yang ingin dijodohkan Ibu denganmu,
bukan" Gadis yang kautemui kemarin siang" Anna balas bertanya. Atau apakah
kita sedang membicarakan dua orang yang sama sekali berbeda"
Danny mengerang dalam hati. Ternyata yang dimaksud kakaknya adalah Miho
Nakajima yang ditemui Danny kemarin siang, bukan Naomi. Astaga, otaknya sudah
kacau. Oh, maksud Nuna gadis yang itu" gumam Danny datar.
Kau membicarakan gadis yang berbeda, sela Anna blak-blakan. Ternyata
aku benar. Kau memang sudah bertemu dengan seseorang di sana.
Danny menghela napas dan mengembuskannya panjang-panjang. Akhirnya
seulas senyum tersungging di bibirnya. Ya, gumamnya, lalu cepat-cepat
menambahkan sebelum kakaknya bisa menyela, tapi sekarang bukan waktu yang
tepat untuk membicarakannya.
Kenapa" Lalu kapan" tanya kakaknya bingung.
Sulit mengelak dari kakaknya, tetapi akhirnya Danny berhasil memutuskan
hubungan dan mendesah berat. Lalu tiba-tiba ia menoleh ke arah pintu kamarnya
yang tertutup. Apakah Naomi masih ada di luar sana" Rasanya agak tidak mungkin.
Danny sudah tidur lebih lama daripada yang direncanakan. Mungkin gadis itu
sudah pulang. Danny berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ruang duduknya sunyi
senyap. Seberkas perasaan kecewa melandanya ketika menyadari bahwa Naomi
sudah tidak ada. Sebenarnya ia ingin terbangun dan mendapati Naomi masih ada di
sana. Ia ingin melihat gadis itu, melihat gadis itu tersenyum padanya dengan cara
yang selalu membuat hatinya terasa ringan.
Danny kembali mendesah berat dan berbalik hendak pergi ke dapur. Tetapi
tiba-tiba ia melihat sesuatu dari sudut matanya. Ia berbalik menghampiri sofa
panjang di ruang duduk dan dihadapkan pada pemandangan yang tidak
diduganya, namun membuat seulas senyum tersungging di bibirnya.
Ternyata Naomi Ishida belum pulang. Gadis itu masih ada di sana dan saat ini
ia sedang berbaring menyamping di sofa, lututnya ditekuk dan kepalanya
disandarkan ke lengan sofa. Tertidur pulas.
Danny sedang mempertimbangkan apakah ia harus membangunkan Naomi
atau tidak ketika gadis itu mendadak terjaga dan langsung terkesiap keras.
Ini aku, gumam Danny cepat ketika Naomi melompat berdiri dan menjauh
dari sofa. Ia menatap Danny dengan mata terbelalak kaget dan... takut" Jantung
Danny mencelos. Astaga, itu adalah tatapan yang dulu sering dilihat Danny pada
awal perkenalan mereka. Tatapan Danny beralih ke tangan Naomi yang terkepal di
sisi tubuhnya. Alis Danny berkerut samar ketika melihat tangan Naomi gemetar.
Kenapa tangan gadis itu gemetar" Ini aku, gumam Danny sekali lagi.
Naomi mengerjap satu kali, dua kali, dan Danny melihat sinar ketakutan itu
menghilang dari mata Naomi. Gadis itu tertawa pendek dan berkata ringan, Tentu
saja aku tahu itu kau. Benarkah" tanya Danny dalam hati. Benarkah Naomi tadi tahu bahwa yang
berdiri di hadapannya adalah Danny" Lalu kenapa Naomi bereaksi seperti itu"
Kenapa ia ketakutan begitu"
Danny menatap Naomi dengan tajam dan bertanya-tanya.
Kenapa selama sesaat tadi aku mendapat kesan kau mengira aku adalah orang lain"
* * * Jantung Naomi masih berdebar kencang. Seluruh tubuhnya terasa dingin dan kaku.
Selama sesaat ia dilanda kepanikan yang membuatnya mati rasa. Matanya terbelalak
menatap sosok di hadapannya. Namun perlah
an-lahan sosok kabur itu semakin
jelas. Lalu ia melihat Danny. Danny Jo. Yang berdiri di depannya adalah Danny Jo.
Ini aku. Naomi mendengar kata-kata yang diucapkan dengan perlahan itu. Ia
mengerjap satu kali, dua kali, lalu mendengar kata-kata itu lagi. Kali ini lebih jelas.
Ini aku. Sedetik kemudian Naomi mulai menyadari apa yang terjadi dan di mana
dirinya berada saat itu. Ia menatap Danny yang berdiri di hadapannya dengan
wajah cemas dan alis berkerut samar. Lalu ia menyadari bahwa sikapnya yang
berlebihan mungkin membuat Danny heran. Naomi menjilat bibirnya yang kering
dan mencoba tertawa. Kedengarannya sumbang. Tentu saja aku tahu itu kau,
katanya. Lalu karena Danny terus menatapnya dengan alis berkerut tanpa berkata
apa-apa, Naomi cepat-cepat berdeham dan bertanya, Bagaimana keadaanmu
sekarang" Danny Jo menatapnya sambil tersenyum kecil. Sudah lebih baik, sahutnya
agak lemah. Karena kau ada di sini.
Saat itu debar jantung Naomi yang sudah kembali normal kembali melonjak
begitu mendengar kata-kata Danny. Apa-apaan ini" Danny selalu suka bercanda.
Lalu kenapa Naomi berdebar-debar hanya karena kata-kata ringan dan tidak berarti
itu" Naomi cepat-cepat mengendalikan diri dan berdeham. Kau mau makan
sesuatu" Aku sudah membuat teh ketika kau tidur tadi. Dan kau juga harus makan
sedikit. Setelah itu minum obat.
Naomi tidak yakin apakah Danny menyadari usahanya untuk mengalihkan
pembicaraan atau tidak, tetapi laki-laki itu tidak berkomentar apa-apa. Danny
mengikuti Naomi ke dapur dan duduk diam di meja dapur sementara Naomi
menuangkan teh dan menyiapkan sandwich untuknya.
Jadi apa yang kaulakukan selama aku tidur" tanya Danny ketika Naomi
sudah duduk di hadapannya dengan sepotong sandwich di tangan.
Melihat-lihat flatmu, sahut Naomi ringan. Membongkar semua lemari dan
laci yang ada. Asal kau tahu, ini flat kakak perempuanku, kata Danny. Jadi kalau kau
menemukan barang-barang mencurigakan, itu bukan milikku.
Naomi tersenyum melihat Danny mengunyah sandwich-nya. Setidaknya selera
makannya sudah membaik. Aku hanya bercanda, kata Naomi. Setelah aku
berkeliling flatmu sampai bosan, aku menelepon ibu dan adikku. Oh, jangan
khawatir, aku memakai ponselku sendiri.
Kau pasti bosan setengah mati, gumam Danny.
Naomi mengangkat bahu. Aku minta maaf karena kau terpaksa menemani orang sakit di hari liburmu,
kata Danny, sementara aku yakin kau pasti sudah memiliki segudang rencana
untuk hari liburmu. Naomi memiringkan kepala, berpikir apakah ia harus jujur atau tidak. Akhirnya
ia lalu menghela napas dan berkata, Tidak juga. Aku hanya ingin ke salon dan
berbelanja sedikit hari ini. Setelah itu aku berencana membujukmu makan malam
bersamaku. Danny tersenyum. Setidaknya sebagian rencanamu berhasil. Kita memang
sedang makan malam bersama sekarang, katanya sambil mengayunkan tangan ke
arah sandwich di atas meja.
Kau benar, sahut Naomi, lalu tertawa.
Sejenak Danny hanya tertegun menatapnya. Sebelum Naomi sempat bertanya,
laki-laki itu kembali menunduk menatap sandwich-nya dan berdeham. Karena kau
sudah berbaik hati menemaniku hari ini, aku akan melakukan hal yang sama
untukmu. Aku akan menemanimu seharian penuh. Kalau aku sudah sembuh nanti.
Mata Naomi bersinar-sinar. Kau akan menemaniku seharian penuh"
Danny mengangguk. ya. Dan kita akan melakukan apa pun yang kuinginkan"
Danny mengangguk lagi. Tentu saja.
Apa pun" Danny menyipitkan mata dan tersenyum. Dengan anggapan kau tidak akan
memintaku melakukan sesuatu yang melanggar hukum, ya, aku akan melakukan
apa pun yang kauinginkan selama satu hari itu.
Senyum Naomi mengembang, dan ia sama sekali tidak tahu apa pengaruh
senyumnya terhadap Danny. Saat itu Danny memang bersedia melakukan apa
saja apa saja agar ia selalu bisa melihat Naomi tersenyum padanya seperti itu.
Hanya padanya. Dan sebelum ia benar-benar menyadari apa yang dilakukannya,
kata-kata itu sudah meluncur dari lidahnya. Katakan padaku kau tidak tertarik
pada Chris. Alis Naomi terangkat. Apa"
Danny mendesah dan memejamkan mata. Sebelah tangannya terangkat
memegang kening. Lu pakan saja. Aku tidak tahu apa yang kukatakan, gumamnya
pelan, lalu bangkit dari kursi sambil membawa cangkir tehnya. Aku mau berbaring
di sofa. Kening Naomi berkerut bingung sementara ia menatap Danny yang berjalan
pelan ke arah ruang duduk. Kenapa kau mengira aku tertarik pada Chris"
tanyanya langsung. Kau tahu benar dia gay.
Danny berhenti melangkah, lalu perlahan-lahan berbalik menghadap Naomi. Ia
mengembuskan napas dan mengangkat bahu. Entahlah, ujarnya lirih. Mungkin
karena dia memiliki mata biru dan logat Skotlandia yang bisa membuat wanita
mana pun melupakan kenyataan bahwa dia seorang gay" Danny terdiam sejenak.
Ia mengerang. Astaga. Otakku benar-benar kacau. Aku sedang tidak bisa berpikir
jernih. Lupakan saja kata-kataku.
Ketika Danny hendak berbalik lagi, Naomi berkata, Aku tidak tertarik
padanya. Sudah kukatakan padamu kemarin.
Tapi kaubilang kau merasakan sesuatu untuknya, kata Danny, masih
mengingat jelas pembicaraan mereka kemarin di flat Naomi.
Naomi mengangkat bahu. Kau tidak bertanya padaku apakah aku merasakan
sesuatu untuk Chris. Aku ingat jelas aku menanyakannya, Chris menegaskan. Dan aku ingat kau
menjawab ya. Danny, sela Naomi pelan, kau bertanya apakah aku merasakan sesuatu. Kau
tidak menyebut untuk siapa.
Danny terlihat bingung. Lalu"
Naomi menarik napas dalam-dalam. Aku... memang merasakan sesuatu,
katanya pelan. Matanya menatap lurus ke mata Danny. Debar jantungnya semakin
jelas terdengar dan ia bertanya-tanya apakah Danny juga bisa mendengarnya. Tapi
bukan... eh, bukan untuk... Chris.
Danny masih berdiri di sana. Kerutan di alisnya perlahan-lahan menghilang
ketika kata-kata Naomi akhirnya diserap otaknya yang masih terasa berkabut.
Keheningan di ruangan itu mendadak dipecahkan bunyi bel pintu.
Begitu Naomi membuka pintu, Miho Nakajima berdiri di hadapannya sambil
tersenyum lebar. Hai, Naomi, kau masih ada di sini" tanyanya ceria.
Naomi mengerjap. Oh, Miho, halo. Masuklah. Ia melangkah ke samping dan
membiarkan Miho berjalan masuk.
Aku sedang dalam perjalanan pulang dari kantor dan kupikir sebaiknya aku
mampir untuk melihat keadaan Danny, kata Miho ringan. Ia menoleh ke arah
Danny dan bertanya, Bagaimana keadaanmu sekarang"
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Danny mengangkat sebelah tangan dan tersenyum. Aku sudah merasa jauh
lebih baik sekarang. Terima kasih atas perhatianmu.
Kau sudah makan" tanya Miho. Aku bisa membelikan sesuatu. Atau
membuatkan sesuatu. Tidak. Tidak perlu, sahut Danny. Aku sudah makan sedikit tadi. Aku hanya
ingin istirahat sekarang.
Oh, gumam Miho sambil mengangguk-angguk, terlihat agak kecewa
walaupun ia berusaha keras menjaga wajahnya tetap datar.
Danny mengalihkan pandangan ke arah Naomi. Naomi, sebaiknya kau juga
pulang sekarang. Kau pasti lelah, katanya. Aku sudah terlalu banyak
merepotkanmu kalian berdua hari ini. Aku sudah tidak apa-apa sekarang.
Oh. Naomi memandangnya, lalu memandang Miho, lalu kembali menatap
Danny. Baiklah kalau begitu.
Aku bisa mengantarmu pulang kalau kau mau, Miho menawarkan diri.
Ya, tentu saja, sahut Naomi, lalu ia pergi ke ruang duduk untuk mengambil
tas dan jaketnya. Ketika ia kembali, Miho sudah berdiri di ambang pintu bersama
Danny. Kalau ada apa-apa, jangan ragu-ragu menghubungiku, kata Miho kepada
Danny. Danny tersenyum. Baiklah. Terima kasih banyak.
Ketika Miho berbalik dan mulai berjalan pergi, Naomi menoleh ke arah Danny.
Jangan lupa minum obat dan langsung tidur, katanya pelan. Lalu ia melirik meja
makan yang masih belum dibereskan dan menambahkan, Kau tidak perlu
membereskan mejanya sekarang. Kalau besok kau masih belum merasa lebih baik
kau harus... Aliran kata-katanya terhenti ketika Danny tiba-tiba menempelkan telapak
tangannya di kedua sisi kepala Naomi. Secara naluriah Naomi menarik diri, namun
tangan besar yang menangkup pipi dan menempel di telinganya itu tidak bergerak.
Naomi tidak bisa bergerak. Hanya bisa berdiri di sana dan mendongak menatap
Danny dengan mata melebar kaget. Tangan Danny terasa besar. Dan hangat. Sama
sekali tidak menakutkan. Sesaat jantung Naomi seolah-olah berhent
i berdegup, lalu mulai berdebar dan semakin lama semakin cepat. Ia tidak bisa bernapas. Oh, dear...
Berhentilah merasa cemas, kata Danny pelan. Seulas senyum tersungging di
bibirnya. Aku pasti akan minum obat dan langsung naik ke tempat tidur. Aku
tidak akan membereskan meja makannya sekarang. Dan kalau besok aku masih
merasa seperti mayat hidup, aku akan langsung pergi ke rumah sakit. Oke"
Naomi hanya bisa mengangguk tanpa suara.
Bagus. Senyum Danny melebar. Ia menurunkan tangannya ke bahu Naomi.
Sekarang pergilah. Aku akan meneleponmu nanti.
Saat ini Naomi baru menyadari bahwa ia sedang menahan napas. Akhirnya ia
menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk.
* * * Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kau mengenalnya" tanya Miho ketika ia
melajukan mobilnya meninggalkan gedung apartemen Danny.
Naomi menoleh. Hm" Danny Jo, kata Miho. Ia melirik Naomi sekilas, lalu kembali menatap jalan di
depannya. Sudah berapa lama kau mengenal Danny"
Tidak terlalu lama. Miho tersenyum lebar. Dia sangat tampan, bukan"
Naomi memaksa diri balas tersenyum. Mm.
Dan sangat sopan. Mm. Naomi memandang ke luar jendela. Dan sangat baik, pikirnya. Sangat
menyenangkan, sangat... Aku menyukainya. Kepala Naomi berputar kembali menatap Miho. Apa"
Miho tertawa senang. Aku menyukainya, Naomi. Sangat menyukainya,
katanya tegas. Aku senang ibuku memaksaku pulang ke Korea waktu itu. Kalau
aku tidak pulang, aku tidak akan menghadiri pesta ulang tahun kakekku dan tidak
akan pernah bertemu dengan ibu Danny yang berniat menjodohkan aku dengan
putranya. Tiba-tiba saja Naomi merasa seolah-olah tekanan udara di dalam mobil
berkurang dengan cepat. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya
dengan pelan. Berat. Udara terasa berat. Ada apa ini"
Aku mengatakannya padamu karena kau temanku. Karena itu kau harus
membantuku, lanjut Miho.
Naomi mengerjap. Ada sesuatu dalam nada suara Miho yang membuatnya
heran. Miho menoleh menatapnya sejenak dan tersenyum. Naomi, kau mau
membantuku, bukan" Oh, dear. Naomi menarik napas dalam-dalam. Apa yang harus dikatakannya"
Ya, ia akan membantu Miho walaupun sebenarnya ia tidak ingin melakukannya"
Atau tidak, ia tidak akan membantu Miho mendekati Danny" Tetapi kalau Miho
bertanya kenapa Naomi tidak mau membantu, apa yang harus dikatakannya"
Bahwa ia sendiri juga... Naomi tertegun. Apa" Astaga... Apa yang dipikirkannya tadi" Tidak, itu tidak
mungkin. Naomi memalingkan wajah, memandang kosong ke luar jendela. Jari-jari
tangannya mendadak terasa dingin dan dadanya mendadak terasa nyeri. Apa pun
yang saat ini dikiranya sedang dirasakannya sangat tidak mungkin. Sangat tidak
mungkin. Naomi" Panggilan Miho menembus otak Naomi yang kalut. Naomi menoleh dan
berusaha memasang wajah datar. Ya"
Miho memandangnya dengan tatapan bertanya. Jadi bagaimana" Kau akan
membantuku, bukan" Naomi berharap Miho tidak mendesaknya seperti itu. Lagi pula Miho bukan
wanita pemalu yang membutuhkan bantuan mak comblang untuk menjalin
hubungan dengan pria mana pun. Namun karena ia sedang tidak ingin berdebat
panjang-lebar, Naomi memaksakan seulas senyum kecil dan bergumam, Tentu.
Senyum Miho mengembang. Naomi kembali memalingkan wajah ke luar
jendela dan menghela napas panjang. Apa pun yang saat ini dikiranya sedang
dirasakannya sangat tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.
Karena ia sama sekali tidak boleh lupa siapa Danny Jo sebenarnya.
Bab Dua Belas KAU mau ke Lake District" Hari ini" tanya Naomi di ponsel dengan alis
terangkat. Ia sedang minum teh dengan Julie di kafe di Holland Park ketika Danny
meneleponnya dan berkata bahwa ia akan pergi ke Lake District, New Country.
Ya, sahut Danny di ujung sana. Kami sedang mengerjakan video musik baru
dan pengambilan gambarnya akan dilakukan di sana. Kudengar tempat itu sangat
indah. Kudengar juga begitu, gumam Naomi sambil lalu. Tapi, Danny, apakah kau
yakin kau sudah cukup sehat untuk melakukan perjalanan jauh"
Danny tertawa. Aku sudah sembuh. Sungguh. Hyong juga tidak akan
mengizinkan aku pergi kalau aku masih sakit.
Kapan kau akan kembali"
Entahlah. Aku tidak yakin. Kurasa hanya dua atau tiga hari.
Dua atau tiga hari" Kenapa" Tentunya kau bisa bertahan beberapa hari tanpa aku, bukan" gurau
Danny. Naomi mendengus. Aku sudah bertahan seumur hidup tanpa dirimu, jadi aku
yakin aku akan baik-baik saja.
Saat itu Julie mencondongkan tubuhnya ke arah Naomi dan berbisik, Apakah
dia akan datang ke pertunjukanku"
Naomi meneruskan pertanyaan Julie kepada Danny.
Katakan padanya aku pasti datang, sahut Danny. Bukankah aku sudah
pulang sebelum hari pertunjukan perdananya"
Dia pasti datang, kata Naomi kepada Julie, lalu kembali berkata kepada
Danny, Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu.
Kau juga. Aku akan meneleponmu lagi nanti.
Ada pekerjaan di North Country" tanya Julie sambil memasukkan scone ke
dalam mulut ketika Naomi sudah menutup ponsel.
Katnaya dia akan pergi selama beberapa hari, sahut Naomi pelan, lalu
menoleh memandang ke luar jendela. Seperti biasa, langit London terlihat suram
walaupun sinar mathari berusaha mengintip dari sela-sela awan.
Oh, astaga, kata Julie tiba-tiba. Seulas senyum lebar tersungging di bibirnya
dan mata hijaunya berkilat-kilat penuh arti.
Naomi menatapnya dengan alis terangkat. Apa"
Kau mendesah, Naomi, kata Julie.
Mendesah" ulang Naomi sambil mengerjap kaget. Ia tidak mendesah. Aku
tidak mendesah. Senyum Julie semakin lebar. Kau sudah pasti mendesah tadi dan aku tahu jenis
desahan seperti itu. Julie mencondongkan tubuh dan menopang kedua siku di atas
meja. Matanya menatap mata Naomi lurus-lurus. Belum apa-apa kau sudah
merindukannya. Apa" Julie tertawa. Oh, akui saja, Naomi. Kau menyukai laki-laki itu.
Aku... Naomi terdiam sejenak, lalu mengembuskan napas. Sebaiknya kita
bicarakan hal lain saja. Julie mengangkat bahu. Kenapa" Danny Jo itu sangat tampan, baik, sopan, dan
menyenangkan. Dan aku yakin dia juga menyukaimu. Jadi apa salahnya kalau...
Miho menyukainya, sela Naomi.
Aku tahu itu, kata Julie, membuat Naomi heran. Tapi lalu kenapa" Danny
tidak menyukainya, bukan"
Naomi mengangkat bahu. Aku sudah berjanji akan membantunya.
Membantu siapa" Miho"
Naomi mengangguk. Maksudm, membantunya mendekati Danny"
Naomi tidak menjawab. Julie menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan.
Kau tahu, Naomi, kadang-kadang kau bisa sangat bodoh.
Naomi tidak berkomentar. Ia hanya menunduk dan mengaduk-aduk tehnya.
Ngomong-ngomong soal Miho, gumam Julie tiba-tiba.
Naomi mengangkat wajah dan melihat Julie sedang memandang ke arah pintu
restoran. Naomi mengikuti arah pandang Julie dan matanya langsung menangkap
sosok Miho Nakajima yang sedang berjalan ke meja mereka sambil tersenyum cerah.
Terakhir kali Naomi bertemu dengan Miho adalah empat hari yang lalu, ketika
mereka pulang dari apartemen Danny.
Halo, sapa Miho ceria ketika ia sudah berdiri di samping meja Naomi dan
Julie. Aku kebetulan lewat dan melihat kalian dari luar restoran, jadi kuputuskan
untuk ikut bergabung dengan kalian. Kalian tidak keberatan, bukan"
Tidak, tidak. Silakan duduk, kata Julie sambil bergeser ke kursi di
sampingnya untuk memberi tempat kepada Miho.
Miho melepas jaket sambil memesan secangkir teh pada seorang pelayan yang
menghampirinya. Setelah si pelayan pergi, Miho menatap Naomi dan Julie
bergantian. Jadi apa yang sedang kalian bicarakan"
Naomi melirik Julie sekilas, lalu menatap Miho dan berkata, Hanya tentang
pertunjukan Julie minggu depan. Dia ingin memastikan kita semua datang. Kau juga
pasti datang, bukan"
Selama beberapa saat mereka mengobrol tentang berbagai hal sambil minum
teh dan melahap semua scone dan kue kecil yang mereka pesan. Lalu tiba-tiba Miho
berkata, Ngomong-ngomong, kenapa Chris dan Danny tidak ikut minum teh
bersama kita" Chris tidak bisa meninggalkan restoran, sahut Julie. Sedangkan Danny
sedang pergi ke luar kota.
Alis Miho terangkat dan ia menoleh ke arah Naomi. Ke luar kota" Ke mana"
Naomi memaksakan seulas senyum tipis. Lake District, gumamnya. Ada
pekerjaan di sana. Lake District, gumam Miho dengan nada merenung. Sesaat kemudian ia
menatap Naomi dan Julie bergant
ian. Ada yang mau pesan scone lagi" Scone di sini
benar-benar enak. * * * Tiga hari kemudian Begitu Naomi membuka pintu flatnya, aroma tidak asing langsung menyerbu
hidungnya. Aroma masakan. Seulas senyum otomatis tersungging di bibirnya. Pasti
Chris sudah ada di rumah. Dan kalau menilai dari aromanya, ia pasti sedang
memasak sesuatu yang lezat.
Naomi, kaukah itu" seru Chris dari dapur.
Ya, ini aku, Naomi balas berseru sambil menggantung jaket dan melepas
sepatunya. Lalu ia berjalan ke dapur. Aromanya enak sekali.
Chris sedang mengaduk-aduk sesuatu di panci sementara Julie duduk di meja
makan dan memotong-motong sayuran hijau dengan canggung. Naomi tersenyum
memikirkan bagaimana jadinya Julie kalau ia disuruh memerankan koki andal
dalam drama. Ia pasti gagal total.
Kuharap kau belum makan malam, Sayang, kata Chris, lalu mencicipi saus
yang sedang dimasaknya. Oh... Ya Tuhan, aku benar-benar jenius. Saus ini benar-benar lezat. Aku bisa jatuh cinta pada diriku sendiri.
Aku belum makan malam dan aku kelaparan, kata Naomi. Ia menghampiri
Chris dan mengintip ke dalam panci. Kita akan makan apa malam ini"
Pasta, kata Chris. Oh ya, bagaimana kalau kau mengundang Danny makan
malam bersama kita" Kuharap dia tidak alergi lobster.
Naomi menggeleng. Danny belum kembali ke London.
Kenapa" Bukankah dia bilang hanya dua atau tiga hari" tanya Julie.
Kemarin malam dia meneleponku dan sepertinya ada sedikit masalah teknis di
sana. Jadi mereka terpaksa tinggal lebih lama daripada yang direncanakan.
Tiba-tiba Chris berhenti mengaduk pancinya dan berbalik menatap Naomi. Dia
pergi ke Lake District, bukan"
Naomi mengangguk. Ya, kenapa"
Kudengar di sana pemandangannya sangat indah, kata Chris sambil berpikir-pikir.
Lalu" Kudengar juga tempat itu sangat romantis. Tempat yang membuat orang jatuh
cinta semudah ini. Chris menjentikkan jari.
Oh, Chris. Tolong katakan saja langsung apa yang ingin kaukatakan, kata
Julie. Raut wajah Chris terlihat serius. Kau tidak takut dia akan jatuh cinta pada
wanita lain di sana" tanyanya pada Naomi. Bayangkan saja, dia berada di salah
satu tempat paling indah di dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang
rumput hijau, danau biru, udara segar, desa-desa kecil yang indah. Mungkin kalian
tidak tahu, tapi percayalah padaku apabila kukatakan bahwa suasana seperti itu
membuat kita jatuh cinta dengan mudah. Sangat mudah. Bagaimana kalau Danny
bertemu dengan salah seorang gadis desa yang cantik dan lugu di sana, lalu dia
terpesona dan... dan tidak mau kembali ke London lagi"
Naomi menyipitkan mata menatap Chris, seulas senyum kecil tersungging di
sudut bibirnya. Kau tahu masalahmu" Kau terlalu banyak nonton film-film lama,
katanya. Chris terkekeh. Setidaknya memang itu yang terjadi dalam film, kata Chris. Ia
menoleh ke arah Julie yang masih memotong-motong sayuran dengan kikuk.
Sayangku, kalau kau memotong seperti itu, salad-nya baru bisa dihidangkan besok
pagi. Aku lebih mementingkan keselamatanku. Aku tidak mau jariku putus, balas
Julie, masih memotong sayuran dengan teramat hati-hati.
Baiklah, kata Naomi sambil beranjak ke kamarnya. Aku akan mandi. Setelah
itu aku akan membantu kalian.
* * * Dia belum meneleponmu hari ini" tanya Chris tiba-tiba setelah mereka selesai
makan malam dan duduk mengobrol di meja makan.
Naomi mengalihkan tatapan dari jam kecil di atas kulkas dan menatap Chris.
Apa" Ayolah, Naomi, timpal Julie sambil tersenyum. Dari tadi kau terus melirik
jam. Dan kalau tidak melirik jam, kau melirik ponselmu, Chris menambahkan.
Jelas sekali kau sedang menunggu telepon, lanjut Julie.
Tepatnya, telepon dari Danny, kata Chris.
Naomi tidak tahu apa yang bisa dikatakannya untuk menghadapi serangan
kedua temannya. Tetapi ia memang tidak ingin membantah. Ia memang sedang
menunggu telepon dari Danny. Biasanya Danny meneleponnya atau mengirim
pesan singkat setiap hari setiap hari hanya untuk mengabarkan keadaannya
ataupun menanyakan kabar Naomi. Tetapi dua hari terakhir ini laki-laki itu belum
menghubungi Naomi dan hal itu membuat Naomi bertanya-t
anya. Apa yang sedang
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilakukannya di sana"
Tiba-tiba Naomi tertegun dan alisnya berkerut bingung. Kenapa ia seperti ini"
Aneh sekali. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Danny dan ia mulai merasa
rindu. Rindu" Yah, walaupun Naomi tidak ingin mengakuinya, itulah kata yang
tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakannya sekarang. Ia ingin bertemu
dengan Danny, ingin mendengar suaranya, ingin berbicara dengannya, ingin... Oh,
dear, aku sudah gila, pikir Naomi sambil menggeleng pelan.
Kau tidak gila, kata Chris. Apa yang kaurasakan itu wajar saja.
Naomi mendongak kaget. Apakah ia mengatakan apa yang dipikirkannya tadi"
Sepertinya begitu. Kenapa kau tidak meneleponnya" Julie menyarankan dan mulai
membereskan meja. Dia juga bukannya pergi ke luar negeri. Telepon saja dia
sekarang. Naomi menggigit bibir, mempertimbangkan usul itu sejenak, lalu ia tersenyum.
Baiklah kalau begitu. Ia meraih ponsel dan menekan nomor Danny. Nada
sambung terdengar empat kali sebelum akhirnya telepon diangkat di ujung sana
dan... Halo" Naomi mengerjap dan matanya pun melebar. Suara wanita" Apa..."
Halo" kata suara itu lagi. Lalu, Naoi"
Tanpa sadar Naomi mencengkeram ponselnya lebih erat sementara jantungnya
seolah-olah berhenti sejenak ketika ia mengenali suara itu. Miho" tanyanya kaget.
Chris dan Julie yang sedang membereskan meja menghentikan gerakan mereka
dan menatap Naomi dengan alis terangkat kaget. Namun kekagetan mereka tidak
seberapa dibandingkan dengan kekagetan Naomi. Miho" Miho menjawab ponsel
Danny" Apa ini" Apa yang sedang terjadi"
Ternyata benar kau, Naomi, kata Miho. Suaranya terdengar ringan dan ceria
seperti biasa. Danny sedang pergi ke toilet dan ponselnya ditinggalkan di meja.
Naomi merasa kepalanya nyaris meledak karena banyaknya pertanyaan yang
berseliweran di sana. Tapi, Miho, bagaimana kau bisa ada di... Maksudku, sedang
apa kau di sana" tanyanya, berusaha mengendalikan suaranya.
Oh, kau tidak tahu aku ada di Lake District" Miho balas bertanya. Bukankah
sudah kukatakan padamu aku ingin menulis artikel tentang Lake District" Aku
yakin aku pernah mengatakannya padamu.
Naomi memang ingat Miho pernah menyebut-nyebut soal itu, tapi ia tidak tahu
bahwa Miho akan langsung pergi ke sana. Dan bertemu dengan Danny. Dan
menjawab ponsel Danny! Jadi aku datang ke sini dan aku kebetulan bertemu dengan Danny dan
rombongannya di Keswick. Benar-benar kebetulan yang luar biasa, bukan" Miho
melanjutkan penjelasannya. Dan karena malam ini mereka tidak sibuk, aku
mengundang danny dan rombongannya makan malam bersama. Oh, Naomi,
mereka benar-benar rombongan yang menyenangkan. Dan Danny benar-benar
teman mengobrol yang luar biasa. Dia membuatku tertawa sepanjan gmalam.
Naomi harus menahan diri untuk tidak memutuskan hubungan saat itu juga.
Oh, begitu" Menyenangkan sekali, gumamnya kaku.
Oh, oh, ada yang ingin kukatakan padamu, kata Miho lagi. Suaranya
terdengar antusias. Naomi tidak yakin ia ingin mendengarnya.
Danny akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam, bisik Miho
senang. Kurasa dia mulai menyukaiku.
Dan Naomi merasa jantungnya jatuh ke lantai dapur flatnya.
Aku akan menceritakan semuanya kepadamu ketika aku pulang nanti.
Tidak. Jangan. Naomi menarik napas dalam-dalam. Baiklah kalau begitu. Aku
tidak akan mengganggu acara makan malammu. Bersenang-senanglah. Dan semoga
artikelmu berhasil. Artikel" tanya Miho bingung. Oh, artikel itu! Ya, ya, tentu saja. Terima kasih,
Naomi. Naomi tidak bisa menahan diri dan memutar bola matanya.
Oh, Naomi, kau ada pesan untuk Danny" Akan kusampaikan kepadanya,
tambah Miho. Tidak, tukas Naomi cepat. Suaranya terdengar agak ketus, jadi ia menarik
napas lagi dan berkata dengan lebih tenang. Tidak, terima kasih, Miho. Tidak usah.
Tidak ada yang penting. Naomi menutup ponsel dan menatap Chris dan Julie yang sedang menatapnya
dengan ragu. Itu tadi Miho, katanya singkat.
Chris dan Julie saling berpandangan sejenak. Ya, kami sudah mendengarnya.
Dia sedang makan malam dengan Danny, kata Naomi lagi. Dadanya terasa
agak berat. Yah, bukan berdua d
engan Danny. Rekan-rekan kerja Danny juga ada
di sana. Chris dan Julie mengangguk.
Katanya Danny sedang pergi ke toilet dan meninggalkan ponselnya di meja.
Katnaya dia sedang menulis artikel tentang Lake District dan kebetulan bertemu
dengan Danny di Keswick. Lagi-lagi Naomi menarik napas dalam-dalam, lalu
bergumam lirih, Katanya Danny akan mengajaknya ke suatu tempat setelah makan
malam. Chris dan Julie masih diam. Lalu Chris berkata ragu, Kau tahu, itu mungkin
tidak berarti apa-apa. Kusarankan kau tidak terlalu memikirkannya.
Naomi mengangkat wajah dan menatap Chris. Aku tidak apa-apa, katanya
cepat. Aku baik-baik saja.
Lalu ia berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, melempar ponsel ke tempat
tidur dan berdiri di tengah-tengah kamar dengan kedua tangan dilipat di depan
dada. Danny akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam. Kurasa dia mulai
menyukaiku. Mata Naomi terasa perih. Ia juga mendadak merasa sesak. Ia membuka
jendelanya lebar-lebar dan menarik napas dalam-dalam. Kenapa tiba-tiba bernapas
membuat dadanya terasa sakit"
* * * Miho sedang menunduk menatap ponsel Danny yang ada dalam genggamannya
ketika suara Danny mengagetkannya. Ada yang menelepon"
Miho mendongak dan menyunggingkan senyum cerah. Naomi, sahutnya.
Maaf, aku menjawab teleponmu. Tapi sudah kukatakan padanya bahwa kau
sedang pergi ke toilet. Danny duduk dan menerima ponsel yang disodorkan Miho. Naomi
meneleponnya" Apakah ada masalah" Ia memang tidak sempat menelpon gadis itu
selama dua hari ini, tetapi itu karena Bobby Shin membuat semua orang sibuk
sepanjang hari dan ketika akhirnya Danny mendapat waktu luang, Miho mendadak
muncul dan mengajak mereka semua makan malam.
Maaf, aku keluar sebentar, kata Danny kepada Miho. Kemudian ia keluar dari
restoran dan berdiri di tepi jalan yang melandai. Ia menekan nomor telepon Naomi
dan menempelkan ponsel ke telinga.
Nada sambung terdengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali...
Naomi tidak menjawab telepon. Ke mana gadis itu" Kenapa tidak menjawab
telepon" * * * Naomi menatap ponselnya yang berdering di atas tempat tidur, namun sama sekali
tidak bergerak untuk menjawabnya. Ia tetap berdiri di depan jendela sambil melihat
kedua tangan di depan dada. Ia tahu itu telepon dari Danny, ia sudah melihat nama
yang muncul di layar ponsel, tetapi ia tidak lagi ingin berbicara dengan laki-laki itu.
Tidak setelah berbicara dengan Miho tadi.
Ia yakin Miho memutuskan pergi ke Lake District setelah ia tahu Danny ada di
sana. Ia juga yakin Miho tidak kebetulan bertemu dengan Danny di Keswick. Miho
pasti tahu rombongan Danny menginap di Keswick. Pasti begitu. Dan kini mereka
berdua ada di tempat yang menurut Chris adalah salah satu tempat paling indah di
dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang rumput hijau, danau biru, udara
segar, desa-desa kecil yang indah.
Tempat yang membuat orang-orang jatuh cinta dengan mudah, begitulah kata
Chris tadi. Naomi menyipitkan mata. Namun bukannya gadis desa yang cantik dan lugu,
Danny malah bertemu dengan Miho Nakajima.
Miho Nakajima yang cantik, pintar, menarik, pandai bicara, dan selalu percaya
diri di tengah banyak orang.
Miho Nakajima yang sangat bertolak belakang dengan Naomi Ishida.
Miho Nakajima yang pastinya bisa dengan mudah membuat Danny jatuh cinta.
Bab Tiga Belas SAAT itu waktu makan siang dan Chris sedang sibuk seperti biasanya di dapur
restoran tempat kerjanya. Sebagai kepala koki, Chris bertugas memastikan semua
berjalan lancar dan semua makanan yang keluar dari dapur sudah sempurna.
Christopher Scott yang sedang bekerja dan Christopher Scott yang tidak sedang
bekerja sangat berbeda. Ketika sedang bekerja, Chris teramat sangat serius dan
selalu bersikap tegas pada semua anak buahnya, seperti komandan di medan
perang. Sementara Chris yang dikenal teman-temannya di luar urusan pekerjaan
adalah pribadi yang sangat lucu, menyenangkan, dan sangat santai.
Daging dombanya berapa lama lagi" seru Chris kepada salah seorang anak
buahnya yang sedang mengintip ke dalam oven.
Tiga menit lagi, Chef, jawab si anak buah dengan suara lantan
g. Chris menoleh ke sisi lain dan berseru lagi, Bagaimana dengan risotto-nya"
Ini dia, Chef. Dan sepiring risotto diletakkan di depan Chris untuk diperiksa.
Setelah memasitkan semuanya sudah benar, Chris membiarkan pelayan restoran
membawanya keluar dari dapur.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan Chris mengumpat. Siapa lagi yang
menelepon di saat seperti ini" gerutunya pada diri sendiri. Ia mengeluarkan ponsel
dari saku celana dan berkata cepat, Ya, siapa ini"
Mendengar suara orang di ujung sana, sikap Chris langsung berubah. Tunggu
sebentar, katnaya kepada si penelepon, lalu berseru memanggil salah satu
asistennya. Jenner! Gantikan aku sebentar. Ibuku menelepon.
Lalu Chris melepaskan celemeknya dan keluar dari dapur yang berisik itu.
Begitu ia tiba di kantor kecilnya, ia mengempaskan diri ke kursi dan berkata, Ya,
Danny. Kita bisa bicara sekarang. Ngomong-ngomong, kau sudah kembali ke
London" Belum, sahut Danny di ujung sana. Lalu ia bertanya heran, Kaubilang aku
ibumu" Chris terkekeh. Biasanya aku tidak menjawab telepon kalau sedang bekerja.
Kau tahu sekarang waktunya makan siang" Kami sedang supersibuk di sini.
Maafkan aku, kata Danny. Aku sudah berusaha menelepon Julie tadi, tapi
dia tidak menjawabnya. Tunggu dulu, sela Chris. Kau menelepon Julie lebih dulu" Kenapa" Kenapa
pilih-pilih kasih seperti ini"
Danny tertawa hambar. Yang benar saja. Aku tahu kau pasti sibuk pada jam-jam seperti ini, jadi aku tidak ingin mengganggumu, Danny menjelaskan. Tapi
berhubung Julie tidak menjawab telepon, aku terpaksa menghubungimu. Kuharap
aku tidak terlalu merepotkan.
Chris mengangkat bahu. Tidak juga, katanya ringan. Ada yang mau
kaubicarakan" Danny ragu sejenak. Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu.
Ini tentang Naomi, bukan" tebak Chris.
Ya. Aku sudah berusaha menghubunginya selama dua hari ini. Tapi dia tidak
menjawab teleponku. Aku juga tidak akan menjawab teleponmu kalau aku jadi dia, timpal Chris.
Tapi kenapa" Ada apa" Apa yang sudah kulakukan" tanya Danny tidak
mengerti. Jangan katakan padaku ini karena Miho.
Mm-hmm, gumam Chris membenarkan. Danny, asal kau tahu, dia sangat
marah. Dan aku tidak menyalahkannya.
Tapi bukan aku yang menyuruh Miho ke sini. Aku juga tidak menyuruhnya
menjawab teleponku, kata Danny cepat. Dan sekarang Naomi tidak mau bicara
denganku gara-gara itu"
Kata Miho, kau hendak mengajaknya ke suatu tempat setelah makan malam
waktu itu, kata Chris datar.
Yah, itu memang benar, kata Danny, lalu cepat-cepat menambahkan, tapi itu
karena katanya dia sedang menulis artikel tentang tempat-tempat menarik di Lake
District. Karena dia sudah berbaik hati mentraktir kami semua makan malam,
kupikir aku bisa berterima kasih kepadanya dengan menunjukkan beberapa tempat
menarik di Keswick yang mungkin bisa menjadi bahan yang berguna untuk
artikelnya. Ia terdiam sejenak, lalu bertanya dengan nada tidak percaya. Tapi
kenapa aku menjelaskan semua ini kepadamu"
Chris terkekeh. Karena kau ingin meminta bantuanku"
Danny mendesah berat. Dan asal kau tahu, kami tidak pergi berdua. Seorang
temanku yang sepertinya tertarik pada Miho juga ikut dengan kami.
Miho mengira kau mulai menyukainya.
Aku apa" Danny terdengar kaget. Dan apakah Naomi juga berpikir
begitu" Chris mengangkat bahu, walaupun Danny tidak bisa melihatnya. Aku baru
tahu ternyata dia bisa cemburu juga, gumamnya lirih, lebih pada diri sendiri, lalu
tertawa kecil. Danny tidak mendengarnya. Apa katamu"
Tidak apa-apa, sahut Chris cepat. Jadi katakan apa yang bisa kubantu"
* * * Malam itu Naomi masuk ke kamarnya, menjatuhkan tasnya ke lantai dan langsung
merebahkan diri ke atas tempat tidur. Ia menggigit bibir dan menatap langit-langit
kamar. Ia mulai merasa reaksinya terlalu berlebihan malam itu, malah ketika Miho
menjawab telepon Danny. Seharusnya ia tdiak bereaksi seperti itu. Seharusnya ia
tidak menolak menjawab telepon Danny ketika laki-laki itu meneleponnya.
Bagaimanapun juga, ia tidak berhak merasa cemburu. Danny Jo bebas
melakukan apa pun yang diinginkannya. Ia juga bebas bersama siapa
pun yang diinginkannya. Bebas menyukai siapa pun yang diinginkannya.
Tetapi kenapa pikiran itu malah membuat Naomi sendiri lesu"
Ia bangkit dan berjalan ke lemari pakaiannya. Saat itu matanya menatap secarik
kertas kecil berwarna kuning yang ditempelkan di cermin meja riasnya. Ia mencabut
kertas itu dan membacanya.
Periksa e-mail-mu. Chris.
Alis Naomi berkerut heran. Apa lagi ini" pikirnya, namun ia menghampiri meja
tulis dan menyalakan laptop-nya. Tidak lama kemudian ia sudah masuk ke inbox e-mail-nya. Seseorang mengirimkan video file untuknya. Berharap itu bukan semacam
virus, Naomi membuka file di sana.
Sejenak kemudian ia mengerjap kaget menatap gambar yang muncul di layar
laptop. Danau dengan permukaan air berwarna biru yang tenang, padang rumput
hijau yang terbentang luas, diselingi pepohanan dan berlatar belakang bukit hijau
gelap. Langit terlihat biru jernih dan ia bisa mendengar gemeresik dedaunan yang
ditiup angin. Ia juga nyaris bisa merasakan tiupan angin di wajahnya. Tempat apa
itu" Tiba-tiba terdengar suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Indah,
bukan" Selamat datang di Ullswater. Lalu pemandangan itu bergerak ketika
kamera dialihkan dan mata Naomi melebar ketika wajah Danny memenuhi layar
laptop-nya. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melihat wajah Danny.
Danny tersenyum lebar ke arah kamera dan berkata, Apakah kau tahu bahwa
Ullswater sering dianggap sebagai danau terindah di antara seluruh danau di
Cumbria" Kemarin kami melakukan pengambilan gambar di sini. Aku tahu kau
pasti menyukai pemandangan ini, jadi hari ini aku kembali ke sini untuk
menunjukkannya kepadamu. Danny kembali mengarahkan kameranya ke sekelilingnya, menunjukkan
seluruh pemandangan indah yang terbentang di hadapannya. Dan saat itu Naomi
juga merasa seolah-olah ia ada di sana, berdiri di samping Danny, melihat
pemandangan itu dengan mata kepalanya sendiri, meraskaan angin menerpa
wajahnya. Ia mengangkat kedua kaki ke atas kursi dan memeluk lutut. Seulas
senyum tersungging di bibirnya.
Wajah Danny kembali terlihat di layar. Ia mendongak menatap langit biru
sambil menaungi mata dengan sebelah tangan yang tidak memegang kamera.
Rambutnya acak-acakan tertiup angin. Kemudian ia kembali menatap kamera dan
menyunggingkan senyum lebar yang membuat jantung Naomi berdebar dua kali
lebih cepat. Lain kali aku pasti akan mengajakmu ke sini supaya kau bisa
melihatnya sendiri, katanya. Sekarang pegang tanganku. Aku akan mengajakmu
berkencan hari ini, Naomi Ishida. Jadi kuharap kau bersedia menikmati hari yang
indah ini bersamaku. Senyum Naomi melebar. Sangat kreatif, gumamnya lirih.
Dan ia hampir lupa bernapas ketika ia melihat semua pemandangan indah yang
direkam Danny. Danny membawanya dari Lorton Vale yang merupakan tanah
pertanian hijau di sebelah selatan Cockermouth, lalu ke Crummock Water di sebelah
utara Buttermere, sampai ke Borrowdale yang begitu indah, membuat tenggorokan
Naomi tercekat.
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jelas sekali Danny tidak merekam semua gambar itu dalam satu hari. Naomi
yakin laki-laki itu pasti melakukannya di waktu luangnya yang terbatas. Kesadaran
bahwa Danny telah menyempatkan diri merencanakan semua itu untuknya
membuatnya tersentuh. Sangat tersentuh.
Wajha Danny yang ceria kembali terlihat di layar. Bagaimana menurutmu"
Kau suka" Naomi tersenyum. Sangat, gumamnya pelan.
Aku benar-benar berharap kau ada di sini bersamaku sekarang. Danny
mendesah dan memandang berkeliling, lalu kembali menatap kamera. Menatap
Naomi. Kau tahu, aku menyadari sesuatu selama berada di sini, katanya irngan. Ia
masih tersenyum, namun ada kesan sungguh-sungguh dalam suaranya. Aku rindu
padamu. Naomi mengerjap kaget dan menahan napas. Oh, dear... Suasana di sekeliling-nya mendadak sunyi senyap. Hanya debar jantungnya sendiri yang terdengar
olehnya. Kurasa aku sudah terbiasa selalu melihatmu, jadi kalau kau tidak ada, aku
merasa agak aneh. Seolah-olah ada sesuatu yang... salah, Danny melanjutkan
dengan nada merenung. Lalu ia tertawa kecil. Astaga, kurasa aku mulai meracau.
Baiklah, kuharap kau menikmati kencan kita hari ini. Sa
mpai jumpa lagi di London. Selama dua menit penuh setelah video itu berakhir, Naomi masih duduk diam
di depan laptop-nya. Aku menyadari sesuatu selama aku berada di sini. Aku rindu padamu.
Kata-kata Danny masih terngiang-ngiang di telinganya. Dan kata-kata itu kini
membuat seulas senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Ia melirik ponsel yang
tergeletak di meja. Setelah ragu sedetik, ia membulatkan tekad, meraih ponsel itu
dan menekan nomor Danny. Kali ini Danny menjawab pada dering pertama dan suara yang kini disadari
Naomi sangat dirindukannya itu langsung bertanya, Naomi"
Mmm, gumam Naomi. Ini aku.
Naomi bisa mendengar Danny mengembuskan napas dengan perlahan.
Apakah kau menikmati acara jalan-jalan kita"
Naomi tersenyum. Bagaimana kau bisa tahu ak usudah melihat videonya"
Aku punya informan tepercaya.
Informan tepercaya" Naomi melirik pesan dari Chris yang kini tergeletak di
mejanya. Jadi, Naomi, kau sudah tidak marah padaku" tanya Danny. Suaranya
terdengar ragu, sama sekali tidak seperti yang dikenal Naomi.
Naomi mendengus. Aku tidak marah padamu. Bagaimanapun juga ia tidak
mungkin mengakui bahwa ia tidak suka dengan kenyataan bahwa Miho menjawab
ponsel Danny, bahwa Danny ingin mengajak Miho ke suatu tempat, bahwa mereka
makan malam bersama, bahwa Miho bisa melihat Danny sementara Naomi sendiri
tidak bisa. Bahwa Miho yakin Danny mulai menyukainya.
Danny terkekeh. Suaramu terdengar marah.
Aku tidak marah. Baiklah, baiklah. Kalau begitu, aku senang mendengarnya, kata Danny cepat.
Ia terdiam sejenak, lalu bertanya pelan, Bagaimana keadaanmu, Naomi"
Aku baik-baik saja, gumam Naomi. Kau sendiri"
Sudah lebih baik, sahut Danny.
Alis Naomi terangkat. Apa maksudmu" Kau sakit lagi"
Tidak, tidak, sela Danny cepat, lalu tertawa kecil. Tidak bertemu denganmu
selama ini sudah cukup membuatku gelisah. Ditambah dengan kau yang tidak mau
berbicara denganku selama dua hari terakhir ini... Ia menghela napas sejenak.
Tapi sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik. Karena aku sudah mendengar
suaramu. Seperti yang sudah sering dialaminya akhir-akhir ini seitap kali berada di dekat
Danny dan setiap kali ia menatap Danny, jantung Naomi pun kembali berdebar
kencang. * * * Danny Jo sedang duduk melamun di antara para rekan kerjanya di sebuah pub kecil
di Keswick ketika ponselnya berdering. Ia tersentak dan cepat-cepat menjawab
tanpa melihat siap ayang menelepon. Naomi" tanyanya langsung sambil bangkit
dan berjalan keluar dari kedai. Ia sama sekali tidak menyadari Bobby Shin yang
menatapnya sambil tersenyum kecil dan menggeleng-geleng.
Mmm, ini aku. Danny bisa merasakan kelegaan menjalari dirinya begitu ia mendengar suara
Naomi di ujung sana. Ia tahu Naomi sudah melihat video yang dikirimnya. Chris
yang memberitahunya beberapa saat yang lalu.
Tidak melihat gadis itu selama beberapa hari saja sudah cukup membuatnya
uring-uringan. Dan dua hari terakhir ini benar-benar menguji kesabarannya, bahkan
Bobby Shin sampai kebingungan menghadapinya. Penyebabnya" Naomi yang tiba-tiba menghindarinya, menolak menjawab teleponnya. Dan yang paling buruk
adalah Danny tidak tahu alasannya, tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Ia tidak tahu sejak kapan, ia tidak tahu kenapa, dan ia juga tidak tahu
bagaimana, tetapi ia tahu Naomi Ishida sangat berpengaruh pada ketenangan
jiwanya. Danny berdiri di teras pub kecil itu dan menghela napas dalam-dalam. Tangan
kirinya yang tidak memegang ponsel dijejalkan ke dalam saku celana. Setelah ragu
sejenak, ia bertanya dengan pelan, Jadi, Naomi, kau sudah tidak marah padaku"
Aku tidak marah padamu. Danny tertawa pendek. Suaramu terdengar marah.
Aku tidak marah. Danny pun tidak mendesak lagi. Akhirnya ia bertanya, Bagaimana
keadaanmu, Naomi" Naomi menjawab ringan, Aku baik-baik saja. Kau sendiri"
Sudah lebih baik, sahut Danny. Ya, ia sudah merasa jauh lebih baik. Karena ia
sudah mendengar suara gadis itu. Karena gadis itu tidak lagi marah padanya.
Tetapi suara Naomi terdengar khawatir. Apa maksudmu" Kau sakit lagi"
Tidak, tidak, sela Danny cepat dan tertawa, merasa se
nang karena Naomi ternyata mencemaskannya. Itu bisa dianggap sesuatu yang bagus, bukan" Tidak
bertemu denganmu selama ini sudah cukup membuatku gelisah. Ditambah dengan
kau yang tidak mau berbicara denganku selama dua hari terakhir ini... Ia menghela
napas sejenak. Tapi sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik. Karena aku sudah
mendengar suaramu. Naomi tidak menjawab. Danny bertanya-tanya apakah ia sudah membuat gadis
itu terkejut. Apakah Naomi akan kembali menarik diri" Apakah kata-katanya tadi
akan membuat Naomi kembali menjaga jarak" Karena walaupun Naomi tidak
pernah berkata apa-apa, Danny tahu gadis itu selalu menjaga jarak dengan laki-laki.
Laki-laki mana pun. Dan walaupun Naomi tidak pernah berkata apa-apa, Danny
yakin penyebabnya bukan karena Naomi gadis pemalu. Pasti pernah terjadi sesuatu
yang membuat Naomi bersikap seperti ini. Danny ingin tahu apa yang terjadi. Ia
ingin mengetahui semua yang bisa diketahuinya tentang Naomi. Hanya saja ia tidak
tahu caranya. Naomi" panggil Danny ragu. Semoga saja Naomi tidak langsung menutup
telepon. Kalau itu terjadi, Danny tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Aku masih di sini, kata Naomi.
Dengan pelan Danny mengembuskan napas yang ditahannya. Astaga, ia tidak
pernah segugup ini seumur hidupnya, baik dalam urusan pekerjaan atau ketika
menghadapi wanita mana pun. Kenapa gadis yang satu ini membuatnya selalu
merasa gugup, selalu bertanya-tanya, selalu ragu" Ia tidak pernah seperti ini.
Sungguh. Ini tidak normal.
Kau harus tahu tidak ada yang terjadi. Maksudku, antara aku dan Miho
Nakajima, kata Danny pada akhirnya.
Hening sejenak, lalu terdengar, Mmm.
Kau percaya padaku, bukan" tanya Danny.
Tentu saja, sahut Naomi cepat, tetapi bagi Danny suara gadis itu tidak
terdengar meyakinkan. Kau sedang di mana"
Danny menoleh ke arah jendela pub dan melihat teman-temannya masih sibuk
mengobrol dan tertawa di dalam. Di pub. Bersenang-senang sedikit setelah hari
yang panjang dan melelahkan.
Dia ada di sana bersamamu"
Danny tersenyum kecil, tidak bisa menahan diri. Siapa"
Hening sejenak, lalu Naomi bergumam, Miho.
Senyum Danny melebar. Tidak, sahutnya singkat. Ia tidak berkata bahwa
siang tadi ia kebetulan bertemu dengan Miho. Ia juga tidak berkata bahwa Miho
memang berencana akan bergabung dengan mereka di pub ini. Bagaimanapun juga,
bukan Danny yang mengundang gadis itu ke sini. Miho sendiri yang kebetulan
mendengar bahwa Danny dan teman-temannya akan berkumpul di pub lalu
menyatakan bahwa ia juga ingin bergabung.
Begitu" gumam Naomi. Lalu tiba-tiba ia mengalihkan pembicaraan. Nada
suaranya pun berubah lebih ringan. Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan
mengganggumu lebih lama lagi. Oh, dan terima kasih untuk videonya. Aku sangat
menyukainya. Terima kasih karena sudah berkencan denganku hari ini, balas Danny.
Dan, Danny, kata Naomi lagi ketika Danny hendak menutup telepon, aku
juga senang mendengar suaramu.
Dan tiba-tiba saja, begitu mendengar kata-kata sederhana yang diucapkan
dengan pelan itu, Danny merasa hatinya berubah ringan dan melambung tinggi. Ia
juga mendapati dirinya tidak bisa berhenti tersenyum, bahkan lama setelah Naomi
menutup telepon. Saat itu ia teringat pada kata-kata yang pernah diucapkan Naomi.
Aku... memang merasakan sesuatu, tapi bukan... bukan untuk Chris.
Danny tidak tahu apakah ia berani berharap atau tidak.
* * * Miho kembali bersandar di dinding samping pub. Danny sudah kembali ke dalam
pub, sama sekali tidak sadar bahwa Miho sudah mendengar semua yang
dikatakannya. Sebenarnya Miho tidak menguping dengan sengaja. Ia baru saja akan
berbelok ke pub itu ketika mendengar suara rendah Danny yang berkata, Tapi
sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik. Karena aku sudah mendengar
suaramu. Kata-kata yang diucapkan dengan pelan dan serius itu membuat Miho
menghentikan langkah. Ia belum pernah mendengar Danny berbicara dengan nada
lembut seperti itu. Penasaran dengan orang yang sedang berbicara dengan Danny,
Miho bersandar di dinding samping pub. Ternyata Danny sedang berbicara di
ponselnya. Tapi dengan siapa"
Pertanyaan itu langsung terjawab karena kata yang diucapkan Danny
selanjutnya adalah, Naomi"
Miho mengerutkan kening. Lalu perlahan-lahan seulas senyum muram muncul
di bibirnya. Sebenarnya ia sudah menduganya. Sejak hari itu di flat Danny. Ia sudah
melihat cara Danny menatap Naomi. Dan cara Danny menangkup kepala Naomi
dan berbicara pelan kepadanya ketika Miho dan Naomi hendak pulang.
Namun saat itu Miho menolak memikirkannya. Sama seperti sekarang. Ia sama
sekali belum ingin mundur. Danny Jo mungkin menyukai Naomi, tapi Naomi belum
tentu menyukai Danny. Miho mengenal temannya dengan baik. Naomi bukan tipe
wanita yang mudah didekati. Malah Miho selalu melihat Naomi menjauhi laki-laki.
Jadi Miho masih memiliki kesempatan.
Seperti kata orang-orang, segalanya sah dalam perang dan cinta.
Bab Empat Belas KALIAN sudah tahu besok adalah hari pertunjukan perdanaku, bukan" tanya
Julie untuk kesekian kalinya hari ini.
Chris mengadahkan wajah dengan gaya dramatis. Kami tidak mungkin lupa,
Julie, katanya dengan nada ditarik-tarik. Demi Tuhan, kau terus mengingatkan
kami setiap jam. Ada apa denganmu" Tenanglah sedikit.
Naomi baru saja pulang ketika Julie menariknya ke dapur, di sana Chris yang
mengenakan piama sutra ungu sudah berdiri sambil memegang secangkir cokelat
panas dan langsung melemparkan pertanyaan tadi. Julie terlihat sangat
bersemangat. Juga tegang.
Aku tidak bisa tenang, kata Julie sambil berjalan mondar-mandir di dapur
mereka yang kecil. Ini peran utamaku yang pertama. Pertunjukan ini harus
berhasil. Harus! Kalau ini berhasil baik, maka kesempatan-kesempatan besar lain
akan terbuka untukku. Aku akan terkenal! Aku akan mendapat banyak tawaran!
Aku akan mendapat kesempatan berbagi panggung dengan aktor-aktor besar! Aku
akan... Wow, berhenti sebentar, sela Chris sambil mengacungkan sebelah tangan ke
wajah Julie. Pelan-pelan saja. Aku tidak bisa memahami kalau kau berbicara
secepat kereta api ekspres. Tarik napas dalam-dalam.
Julie mengangguk-angguk dan menarik napas dalam-dalam, mematuhi kata-kata Chris. Namun ia langsung menggeleng, Tidak, tidak. Ini tidak berhasil. Aku
tidak bisa tenang. Apakah kalian sudah mengundang semua teman kalian ke
pertunjukanku" Tenanglah, Sayang. Aku sudah mengundang semua temanku dan aku jamin
mereka pasti datang, sahut Chris. Lalu ia mengerdip ke arah Naomi dan berbisik,
Aku sudah mengancanm mereka.
Naomi tertawa. Julie menoleh ke arah Naomi dan menyipitkan mata. Bagaimana dengan
Danny" tanyanya. Kapan dia akan kembali ke London" Waktu itu dia sudah
berjanji akan mengajak semua rekan kerjanya ke pertunjukanku. Kalau dia tidak jadi
datang... Dia akan kembali malam ini, sahut Naomi cepat. Setidaknya itulah yang
dikatakannya padaku ketika dia meneleponku kemarin.
Dan Naomi berharap itu benar. Danny sudah pergi selama lebih dari seminggu
dan Naomi berharap bisa segera bertemu dengannya, bukan hanya melihatnya di
video yang dikirimkan Danny untuknya. Naomi menghela napas dan
mengembuskannya dengan pelan. Sepertinya ia mulai kacau. Danny baru pergi
selama seminggu, tetapi kenapa ia merasa seolah-olah Danny sudah pergi lebih dari
sebulan" Sekarang sudah larut dan aku sudah mengantuk, kata Chris sambil menguap,
lalu menatap Julie, Dan kalau kau ingin aku tampil prima untuk pertunjukan
perdanamu, kau akan membiarkanku tidur dengan tenang.
Julie memberengut ke arah Chris yang berjalan ke kamarnya sendiri, lalu
menoleh ke arah Naomi dan tersenyum. Aku juga harus tidur sekarang. Aku tidak
mau sampai ada lingkaran hitam di sekeliling mataku besok. Selamat malam.
Naomi balas mengucapkan selamat malam dan masih berdiri bersandar di
lemari dapur beberapa saat setelah Julie masuk ke kamar. Tubuhnya terasa lelah,
namun pikirannya masih segar bugar. Dan seperti yang sering dialaminya akhir-akhir ini kalau sedang sendirian, pikirannya langsung melayang pada Danny Jo.
Apakah Danny akan meneleponnya kalau ia sudah tiba di London" Mungkin tidak.
Malam sudah larut dan Danny pasti sangat lelah.
Naomi memejamkan mata dan menggeleng-geleng. Oh, dear. Ini harus
dihentikan. Ia tidak bisa memikirkan
Danny terus. Yang harus dilakukannya
sekarang adalah mandi dan tidur.
Namun ketika ia masuk ke kamarnya sendiri, ponselnya berbunyi. Ia
mengeluarkan ponsel dari tas dan menatap tulisan yang muncul di layar. Wajahnya
langsung berseri-seri. Danny!
Wah, kedengarannya kau sedang gembira. Suara Danny terdengar agak lelah,
namun masih ada tawa di dalamnya. Kuharap itu karena kau gembira mendengar
suaraku. Naomi mendengus pelan, namun ia tidak bisa mencegah senyum lebar yang
muncul di wajahnya. Kau sudah ada di London"
Mmm, gumam Danny membenarkan. Baru turun dari kereta dan orang
pertama yang terpikirkan olehku adalah kau. Aneh, bukan"
Kau baru memikirkanku setelah turun dari kereta" gurau Naomi.
Ah, sebenarnya aku memikirkanmu sepanjang perjalanan pulang, koreksi
Danny. Dan setiap hari selama aku tidak ada di London. Setiap hari. Bahkan setiap
jam. Bagaimana kedengarannya"
Naomi tertawa. Kedengarannya tidak normal.
Kau benar. Ini tidak normal, desah Danny. Ngomong-ngomong, kenapa kau
belum tidur" Aku baru pulang. Selarut ini" Naomi melirik jam tangan. Memang sudah hampir tengah malam.
Pemotretannya berlangsung lebih lama daripada yang kukira, katanya. Tapi
kenapa kau masih meneleponku kalau kau memang merasa ini sudah larut"
Tadinya aku berencana meninggalkan pesan di kotak suaramu, aku Danny.
Tapi karena kau ternyata belum tidur, maukah kau membantuku"
Sebelah alis Naomi terangkat. Apa"
Sudah lama aku tidak melihatmu dan karena aku sudah tiba di London kurasa
aku tidak akan bisa tidur malam ini kalau aku belum melihatmu, kata Danny.
Maukah kau melihat keluar jendela"
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa" Naomi mengerjap kaget sementara jantungnya mulai berdebar semakin
keras dan cepat. Tanpa membuang-buang waktu, ia melompat ke jendela kamar
tidurnya dan menyibakkan tirai. Benar saja. Danny Jo sedang berdiri di bawah tiang
lampu di seberang jalan di depan gedung flat Naomi. Sebelah tangannya yang tidak
memegang ponsel terangkat menyapa Naomi. Wajahnya yang terdongak ke arah
Naomi terlihat agak pucat dan lelah, namun senyum yang sangat disukai Naomi itu
tetap tersungging di bibirnya.
Danny, Naomi merasa hatinya membuncah dan ia tidak bisa menahan
senyumnya. Atau kau bisa turun sebentar dan membiarkanku melihatmu dari dekat,
tambah Danny pelan. Naomi tidak ragu sedetik pun. Tunggu di sana, katanya, lalu berbalik, melesat
keluar dari kamarnya, keluar dari pintu flat dan berlari menuruni tangga. Kurang
dari tiga puluh detik kemudian ia sudah menginjak trotoar di depan gedung flatnya.
Ia harus mencegah dirinya berlari menyeberangi jalan dan memeluk Danny. Tanpa
melepaskan pandangan dari wajah Danny, Naomi memaksa dirinya berjalan dengan
tenang menyeberangi jalan yang sudah sepi dan berhenti di depan Danny.
Cepat sekali, komentar Danny sambil tersenyum ke dalam mata Naomi.
Naomi mengangkat bahu. Yah, semakin cepat aku turun ke sini dan
menemuimu, semakin cepat kau bisa pulang dan membiarkan aku tidur.
Danny tertawa pelan. Lalu ia mengangkat sebelah tangannya dan menyentuh
pipi Naomi. Benarkah"
Mata Naomi melebar, napasnya tercekat, jantungnya berdebar begitu keras
sampai rasanya hampir melompat keluar dari dadanya. Tetapi ia tidak bisa
bergerak. Tidak bisa berbicara. Tidak bisa bernapas. Mata Danny yang gelap seolah-olah menghipnotisnya. Tangan Danny terasa hangat di pipi Naomi yang dingin.
Kehangatan tangan itu mulai meresap di kulit Naomi dan menjalari seluruh
tubuhnya. Sama seperti waktu itu di flat Danny.
Perlahan-lahan tangan Danny bergerak merangkul bahu Naomi dan
menariknya mendekat. Dan sebelum Naomi bisa bereaksi, kedua lengan Danny
sudah melingkari tubuhnya, menyelubunginya dengan kehangatan. Naomi
mengerjap kaget. Kaget karena Danny memeluknya. Kaget karena ia membiarkan
Danny melakukannya. Kaget karena rasa aman yang dirasakannya dalam pelukan
Danny. Ah, senang sekali melihatmu lagi, gumam Danny di pelipis Naomi.
Naomi pun mengembuskan napas yang ditahannya sejak tadi, seiring dengan
ketegangan yang menguap dari tubuhnya. Ia menyandarkan dagunya di bahu
Danny dan memejamkan mata. Ia bisa merasak
an debar jantung Danny, dan entah
kenapa hal itu membuatnya merasakan kedamaian yang belum pernah
dirasakannya selama ini. Lalu suara Danny yang rendah kembali terdengar dai balik kabut kedamaian
yang menyelimutinya dengan nyaman. Apa yang akan kaulakukan besok"
Sulit rasanya berpikir tentang besok ketika saat ini ia sedang berada dalam
pelukan Danny, tetapi Naomi berhasil memaksa otaknya bekerja. Besok pagi aku
harus pergi menemui agenku.
Setelah itu" Bersiap-siap untuk menghadiri pertunjukan perdana Julie.
Danny tertawa kecil. Kau tidak perlu menghabiskan seharian mempersiapkan
diri. Ia melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang bahu Naomi, lalu ia
mengamati Naomi dari kepala sampai ke kaki, lalu kemblai ke wajah Naomi.
Menurutku kau sudah sempurna.
Wajah Naomi pun memanas. Ia yakin wajahnya terlihat merah, bahkan di
bawah sinar lampu jalan yang remang-remang.
Setelah kau menemui agenmu, dan sebelum kita menghadiri pertunjukan Julie,
bagaimana kalau kau menemaniku menghabiskan hari liburku"
Bagaimana mungkin Naomi menolak sementara Danny tersenyum padanya
seperti itu. Dan saat itulah ia menyadari sesuatu, sesuatu yang sudah tersembunyi
rapi di dalam hatinya sejak lama, namun kali ini perasaan itu begitu kuat sampai
tidak mungkin diabaikan lagi.
Sepertinya ia sudah jatuh cinta pada Danny Jo.
Oh, dear... Bab Lima Belas KEESOKAN harinya ketika Naomi keluar dari kantor agennya, ia melihat Danny
sudah duduk menunggunya di atas sepda motor besar berwarna perak.
Danny tersenyum lebar sambil mengulurkan helm kepadanya. Ini sepeda
motor Hyong. Dia meminjamkannya kepadaku hari ini. Ayo, naiklah.
Naomi menatap Danny dan sepeda motor itu bergantian. Kau harus tahu
bahwa ini pertama kalinya aku naik sepeda motor, katanya ragu.
Danny mengenakan helmnya sendiri. Benarkah" Kau sudah banyak mendapat
pengalaman baru bersamaku, bukan" tanya Danny ringan. Dan hari ini kita akan
mencari pengalaman baru lagi. Ayo, naiklah. Kau percaya padaku, bukan"
Naomi menatapnya sesaat, lalu perlahan-lahan keraguan memudar dari
matanya dan ia tersenyum. Baiklah.
Seperti yang dijanjikan Danny, Naomi mendapat berbagai pengalaman baru
hari itu. Selama tiga tahun tinggal di London, hari itu Naomi naik sampan di
Regent"s Park untuk pertama kalinya, menyaksikan pergantian pengawal kerajaan
di Buckingham Palace untuk pertama kalinya, dan naik London Eye untuk pertama
kalinya. Lalu mereka makan dan berjalan-jalan di Leicester Square, daerah yang
menjadi wilayah pejalan kaki dan pusat hiburan di West End tempat berbagai jenis
seniman jalanan bersaing berebut perhatian.
Waktu memang berlalu dengan cepat ketika kau sedang bersenang-senang.
Itulah yang dirasakan Naomi. Ia menyadari bahwa menghabiskan waktu bersama
Danny adalah saat-saat paling menyenangkan baginya. Bersama Danny, ia
mendapati dirinya sering tertawa, selalu mengalami hal-hal baru yang
menyenangkan, dan bisa berbicara bebas. Bersama Danny, Naomi bisa menikmati
semua hal yang tidak bisa dinikmatinya sebelum ini, melihat semua hal yang tidak
akan bisa dirasakannya seumur hidupnya. Dan bersama Danny, ia bisa melupakan
masa lalu dan masa depan, walaupun hanya sejenak, dan hanya menikmati masa
sekarang. Namun Naomi selalu tahu bahwa masa lalu akan kembali menghantuinya. Dan
kali ini ia tidak akan bisa mengelak lagi.
* * * Pertunjukan Julie sukses besar. Semua tiket terjual habis, semua kursi terisi dan
respons penonton sangat bagus. Penampilan Julie sendiri sangat memukau. Naomi
yakin temannya akan mendapat banyak tawaran bagus setelah pertunjukan ini.
Aku tidak pernah melihat Julie seperti itu. Dia benar-benar hebat, bukan" kata
Miho kepada Naomi di akhir pertunjukan.
Ini adalah pertama kalinya Naomi bertemu lagi dengan Miho setelah Miho
menjawab ponsel Danny beberapa hari yang lalu. Miho sama sekali tidak
mengungkit-ungkit kejadian itu, jadi Naomi juga tidak pernah bertanya. Miho masih
bersikap ceria seperti biasa, dan masih berusaha mendekati Danny setiap ada
kesempatan. Untuk merayakan kesuksesan Julie, setelah pertunjukan berakhir Chris
mengadakan pesta kejutan di resto
ran tempatnya bekerja. Dan berhubung yang
mengadakan pesta adalah Christopher Scott, salah satu koki paling terkenal di
Inggris, semua tamu yang hadir di pesta itu adalah orang-orang penting dalam
dunia seni dan pertunjukan.
Chris dan Julie adalah orang-orang yang tidak pernah merasa resah berada di
tengah banyak orang, berlawanan dengan Naomi. Naomi tidak menyukai pesta.
Bahkan bisa dibilang ia benci pesta. Tentu saja sebagai model ia harus menghadiri
berbagai jenis pesta, baik pesta pribadi yang sopan maupun pesta yang berisik dan
gila-gilaan. Namun Naomi tidak pernah tinggal lebih lama dari setengah jam di
setiap pesta itu, karena pada setengah jam pertama semua orang masih bersikap
sopan dan suasana pesta masih beradab. Tetapi segalanya akan berubah setelah
orang-orang menegak minuman keras yang tak pernah berhenti disajikan. Dan
Naomi selalu menghindari saat itu.
Tetapi malam ini ia melanggar peraturannya sendiri. Ia sudah bertahan di pesta
ini selama hampir dua jam, dan itu karena ia tidak ingin mengecewakan Julie. Julie
adalah bintang pesta malam ini dan ia sangat gembira. Naomi tidak mungkin
meninggalkan pesta yang diadakan untuk merayakan keberhasilan teman baiknya
itu begitu saja. Kalau ia melakukannya, ia akan merasa seperti orang yang tidak
berperasaan. Ia menoleh ke arah Danny yang berdiri di sampingnya dan sedang berbicara
dengan salah seorang tamu pesta. Naomi tidak meminta Danny menemaninya,
tetapi sepertinya Danny menyadari kegelisahan Naomi di tengah-tengah orang
banyak, karena laki-laki ini tidak pernah meninggalkan sisinya sepanjang malam
itu. Naomi menarik napas dalam-dalam dan memandang berkeliling. Alunan musik
dan suara orang-orang yang mengobrol mulai membuatnya pusing. Ia mulai merasa
sesak napas. Ia harus pergi dari sini. Julie dan Chris pasti akan mengerti kalau
Naomi pulang lebih dulu. Ada apa" Mendengar suara Danny, Naomi menoleh dan memaksakan seulas senyum.
Tidak apa-apa. Aku hanya... Naomi terlihat ragu. Ia memandang berkeliling lagi,
dan kembali menatap Danny. Apakah menurutmu aku boleh pulang lebih dulu"
Danny memiringkan kepala sedikit, masih tetap menatap Naomi. Lalu ia
tersenyum ringan. Tentu saja. Kita akan pamit pada Chris dan Julie, lalu aku akan
mengantarmu pulang. * * * Wajah Naomi terlihat agak pucat. Danny tahu Naomi tidak nyaman berada di
tengah-tengah pesta yang ramai seperti ini dan ia bisa merasakan ketegangan yang
memancar dari diri gadis itu. Ia tersenyum dan berkata, Tentu saja. Kita akan pamit
pada Chris dan Julie, lalu aku akan mengantarmu pulang.
Kelegaan pun terlihat jelas di wajah Naomi.
Ketika mereka hendak beranjak pergi, seseorang berseru memanggil Danny.
Danny menoleh dan melihat seorang pria jangkung dalam balutan jas mahal sedang
berjalan menerobos kerumunan ke arahnya. Oh, Dong-Min Hyong" gumamnya
pada diri sendiri, heran melihat salah seorang temannya dari Korea di sini.
Naomi menyentuh lengannya dan berkata, Biar aku saja yang pergi mencari
Chris dan Julie. Danny mengangguk. Baiklah. Aku akan menunggumu di sini.
Setelah melihat sosok Naomi menghilang di antara kerumunan orang-orang.
Danny kembali menoleh ke arah Kim Dong-Min yang menghampirinya sambil
memegang segelas sampanye dan tersenyum lebar.
Hyong, apa kabar" sapa Danny ketika Kim Dong-Min sudah berdiri di
hadapannya. Ini benar-benar kejutan. Kapan Hyong di London"
Sebenarnya Danny dan Kim Dong-Min tidak bisa disebut teman. Danny hanya
mengenalnya sebagai salah seorang teman dekat almarhum kakak laki-lakinya, Jo
Seung-Ho, dan orang yang dulu pernah berniat mendekati kakak perempuannya,
Anna Jo. Danny, aku sudah mendengar bahwa kau ada di London, tapi aku sama sekali
tidak menyangka bisa kebetulan bertemu denganmu di pesta ini, kata Kim Dong-Min sambil tersenyum lebar dan menjabat tangan Danny. Dari dekat wajahnya yang
tampan terlihat agak merah. Aku tiba di London tiga hari yang lalu. Urusan
pekerjaan. Dan karena besok aku harus kembali ke Seoul, temanku mengajakku ke
sini. Pesta yang hebat, bukan" Orang-orang terkenal dan wanita-wanita cantik. Ini
baru namanya pesta. Matanya
dilayangkan ke seluruh ruangan dan senyumnya
semakin lebar. Danny tersenyum tipis tanpa berkomentar. Ternyata Kim Dong-Min masih
sama seperti dulu. Penggemar pesta dan wanita. Diam-diam Danny bersyukur Kim
Dong-Min tidak berhasil menarik perhatian Anna bertahun-tahun yang lalu. Danny
tidak mau membayangkan kakak perempuannya menikah dengan pria seperti ini.
Dong-Min kembali menatap Danny dan matanya berkilat-kilat penuh arti.
Ngomong-ngomong, kalau tidak salah tadi aku melihatmu berbicara dengan
seorang wanita cantik, katanya. Kalau tidak salah, wanita itu Naomi Ishida,
bukan" Model terkenal dari Jepang itu"
Mata Danny agak menyipit. Ada sesuatu dalam nada suara Dong-Min yang
tidak disukainya. Ya, gumamnya datar, itu memang dia.
Dong-Min meneguk sampanyenya dan terkekeh. Wah, tidak kuduga ternyata
seleramu sama dengan kakakmu.
Danny baru hendak membuka mulut untuk bertanya apa maksud Dong-Min
ketika seseorang menyentuh lengannya. Ia menoleh dan langsung bertatapan
dengan Miho Nakajima. Danny, maaf, boleh bicara sebentar" tanya Miho. Lalu ia menoleh ke arah
Dong-Min dan tersenyum manis. Kuharap Anda tidak keberatan.
Sebelum Danny menjawab, Dong-Min sudah menyela cepat, Tentu saja tidak.
Tadi aku melihat seseorang yang kukenal di sana, jadi kurasa aku harus pergi dan
berbicara dengannya. Ia mengangkat bahu dan menyunggingkan senyum miring
kepada Miho, lalu menatap Danny. Oke, Danny, kita akan bicara lagi nanti.
* * * Di mana Julie dan Chris" Naomi tidak melihat mereka di mana-mana. Ia harus
pulang sekarang dan ia harus memberitahu Chris atau Julie sehingga kedua
temannya itu tidak mengkhawatirkannya kalau mereka tiba-tiba menyadari Naomi
sudah tidak ada. Naomi mengembuskan napas dengan keras. Yah, kalau dipikir-pikir, dalam
suasana seperti ini, kemungkinan besar Chris dan Julie bahkan tidak
memikirkannya. Semua orang terlihat sedang bersenang-senang. Semua orang,
kecuali Naomi sendiri. Ia memijat pelipisnya sejenak. Tidak bisa, ia harus keluar sekarang. Ia akan
mencoba menelepon Chris dalam perjalanan pulang nanti. Sebaiknya ia kembali ke
tempat Danny. Ia berbalik dan berjalan kembali ke tempat ia meninggalkan Danny
bersama temannya tadi. Tetapi apa yang dilihat Naomi sedetik kemudian membuat
langkahnya mendadak terhenti.
Danny memang masih berdiri di sana, namun kini ia tidak lagi sedang berbicara
dengan temannya. Kini yang berdiri di hadapannya adalah Miho. Danny berdiri
memunggunginya, jadi Naomi hanya bisa melihat wajah Miho yang tersenyum
lebar kepada Danny. Lalu Danny mengatakan sesuatu yang membuat Miho tertawa.
Dan itu bukan pemandangan yang menyenangkan.
Naomi, kenapa berdiri di sini seperti orang bingung" tanya Chris yang tiba-tiba saja sudah muncul di sampingnya.
Naomi tersentak dan menoleh. Oh, Chris. Tidak apa-apa.
Chris segera melihat penyebabnya. Ia tersenyum pada Naomi dan bertanya,
Kau mau aku menyeret Miho menjauh dari Danny"
Naomi menggeleng. Tidak apa-apa, Chris. Kebetulan kau ada di sini.
Ada apa" Aku ingin pulang lebih dulu. Tolong sampaikan juga kepada Julie.
Kenapa" Naomi tersenyum kecil. Kau tahu aku tidak suka pesta-pesta seperti ini,
Chris. Chris berpikir sejenak, lalu berkata, Baiklah. Tunggu sebentar di sini. Aku akan
mengantarmu pulang. Tidak usah, Naomi cepat-cepat menyela. Kau tuan rumah di sini. Mana
mungkin tuan rumah meninggalkan tamu-tamunya begitu saja" Lagi pula, tadi
Danny bilang dia yang akan mengantarku pulang. Ia kembali melirik Danny.
Tetapi karena sekarang sepertinya dia sedang sibuk, aku akan pulang sendiri saja.
Chris menggeleng. Aku bisa kembali lagi ke sini setelah mengantarmu,
katanya. Tunggu di sini. Aku akan memberitahu Julie dan setelah itu kita bisa
pulang. Naomi mendesah pasrah ketika Chris berbalik pergi. Tetapi ia juga tidak mau
menunggu lebih lama lagi di sini. Kenapa ia harus merepotkan Chris dan merusak
malam Julie" Kenapa pula ia harus menunggu Danny mengantarnya pulang" Ia bisa
pulang sendiri. Sambil menarik napas, Naomi pun berbalik dan berjalan ke arah
tempat penitipan jaket. Namun tempat itu kosong. Di mana penjaga
nya" Naomi berdiri sebentar di
meja penjaga sambil menoleh ke kiri dan kanan, mencari si penjaga tempat
penitipan yang sepertinya juga ikut berpesta. Setelah beberapa menit berdiri di sana
dan si penjaga belum kembali, Naomi memutuskan untuk masuk dan mencari
jaketnya sendiri. Sementara mencari jaketnya, bayangan Danny dan Miho bersama kembali
tebersit dalam otaknya. Naomi cepat-cepat menggeleng untuk menyingkirkan
pikiran itu. Mereka hanya mengobrol biasa. Kenapa ia harus kesal melihat Danny
mengobrol dengan wanita lain" Yah... sebenarnya ia tidak kesal hanya gara-gara
Danny mengobrol dengan Miho, tetapi kesadaran bahwa Miho sedang berusaha
merayu Danny dan cara Miho tersenyum pada Danny-lah yang membuat Naomi
kesal. Kekesalan yang tiba-tiba muncul kembali membuat Naomi menarik jaketnya
dengan kasar dari gantungan. Ia harus keluar dari sini, pikirnya untuk yang ketujuh
belas kalinya malam ini. Udara malam akan menjernihkan pikirannya.
Tetapi ketika ia keluar dari bilik penyimpanan jaket, ia melihat seorang pria
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berwajah Asia berdiri di depan bilik. Naomi langsung membeku di tempat, berharap
bumi menelannya, berharap ia bisa menguap begitu saja, berharap pria itu tidak
melihatnya. Tetapi tentu saja harapannya tidak terkabul.
Ah, rupanya kau ada di sini, kata pria itu sambil tersenyum miring. Kau
Naomi, bukan" Aku masih ingat padamu.
Jantung Naomi mulai mengentak-entak dadanya, ia tidak bisa bernapas, ia tidak
bisa bersuara. Kepanikan mulai menjalari dirinya dengan kecepatan penuh. Dengan
tangan terkepal, ia memaksa dirinya membuka mulut untuk mengatakan sesuatu,
namun tidak bisa. Ia tidak bisa bersuara. Hanya satu hal yang terpikirkan olehnya.
Pergi. Secepatnya. Wow, wow, tunggu sebentar, kata pria itu sambil menahan lengan Naomi
ketika Naomi berusaha berjalan melewatinya.
Naomi terkesiap keras dan menyentakkan tangannya secepat kilat.
Pria itu menyipitkan mata menatap Naomi. Masih galak seperti dulu,
gumamnya pelan. Naomi terbelalak kaget. Kata-kata itu dan napas pria itu yang berbau alkohol
membuat sekujur tubuh Naomi merinding. Apa maksudnya" Apakah ia pernah
bertemu dengan Ya, Tuhan!
Tubuh Naomi mulai gemetar sementara ia merasa dirinya meluncur kembali ke
masa lalu. Ke hari itu, tiga tahun yang lalu. Hari saat ia merasakan ketakutan
terbesar dalam hidupnya. Hari yang menghancurkan seluruh hidupnya. Hari saat ia
untuk pertama kalinya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Kalau kau tidak mengingatku, aku bisa maklum, pria itu melanjutkan sambil
menyunggingkan senyum miringnya. Kau tentu lebih mengenal Jo Seung-Ho.
Nama itu membuat napas Naomi tercekat dan ketakutan besar yang pernah
dirasakannya satu kali itu pun kembali melandanya.
Kau masih ingat padanya, bukan" desak pria itu sambil maju selangkah.
Bagaimanapun juga kalian pernah bersenang-senang.
Naomi mundur selangkah, namun ia sadar jalannya terhalang dan ia mundur
kembali ke bilik penyimpanan jaket. Ketakutannya kini mulai lepas kendali.
Matanya terbelalak liar menatap pria yang berdiri di hadapannya itu.
Pria itu mendesah berat, naun matanya tidak pernah lepas dari wajah Naomi.
Apakah kau tahu Seung-Ho sudah meninggal" Ah, tentu saja kau tahu. Karena
sekarang kau beralih kepada adiknya. Ia maju selangkah lagi.
Naomi mundur lagi, semakin jauh ke dalam bilik yang penuh jaket dan remang-remang.
Kau tahu, lanjut pria itu dengan nada melamun. Kalau kupikir-pikir, kurasa
Seung-Ho tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar.
Pria itu mengulurkan tangan menyentuh pipi Naomi dan Naomi otomatis
menepis tangannya dan mundur selangkah lagi. Tidak, kata Naomi dengan suara
tercekat dan gemetar. Ia menatap pria yang kini menghalangi jalan keluar itu
dengan panik. Biarkan aku lewat.
Naomi berusaha berjalan melewatinya, namun pria itu tiba-tiba mencengkeram
bahu Naomi dan mendorongnya ke dalam bilik penyimpanan jaket. Naomi
mendengar jeritan keras ketika ia jatuh tersungkur di lantai, lalu menyadari bahwa
itu adalah suaranya sendiri.
Kalau kau bisa menemani Seung-Ho dan adiknya, kau tentu juga bisa
menemaniku. Sebutkan hargamu. Naomi mendengar
pria itu berbicara dengan
nada malas yang ditarik-tarik. Naomi mendongak dan melihat pria itu sudah masuk
ke bilik sempit tersebut dan menutup jalan keluar. Tubuhnya mulai gemetar dan
perasaan ngeri membuat sekujur tubuhnya lumpuh. Ia tidak bisa melakukan apa
pun selain menatap pria itu dengan mata terbelalak ketakutan. Ia sudah bersumpah
ia tidak akan pernah merasakan ketakutan seperti ini lagi. Ia sudah bersumpah...
Ia harus menjerit. Ia harus menjerit minta tolong. Kenapa suaranya tidak mau
keluar" Sebelum Naomi sempat berpikir, pria itu mulai menarik jaket Naomi dengan
kasar. Naomi memekik dan berusaha melepaskan diri, tetapi tangan pria itu
langsung membekap mulutnya dan menahannya di lantai. Otak dan pandangan
Naomi berubah gelap. Ia terus menjerit walaupun mulutnya dibekap dengan kasar.
Ia terus meronta, mencakar, dan menendang dengan membabi buta walaupun
sepertinya hal itu sama sekali tidak berpengaruh.
Lalu tiba-tiba Naomi mendengar suara keras, sedetik kemudian tangan yang
mencengkeram wajahnya itu terlepas dan pria itu tiba-tiba tersungkur di
sampingnya. Masih diliputi kengerian dan tidak menyadari apa yang sedang terjadi
di sekelilingnya. Naomi cepat-cepat merangkak menjauh dan meringkuk di sudut,
berusaha memperbaiki pakaiannya yang berantakan dengan tangan yang gemetar
hebat sambil terisak keras di luar kendali.
* * * Ketika Danny tidak bisa menemukan Naomi di ruang pesta, ia memutuskan untuk
mencari ke tempat penitipan jaket, melihat apakah Naomi sudah pulang atau belum.
Tetapi tidak ada orang yang terlihat di sana. Ia hampir saja berbalik pergi kalau
bukan karena mendengar suara aneh di dalam bilik penyimpanan jaket. Ketika ia
masuk untuk memeriksa, tidak ada satu hal pun di dunia yang bisa
mempersiapkannya menyaksikan apa yang sedang terjadi. Kim Dong-Min sedang
menahan Naomi di lantai sambil berusaha merobek pakaiannya.
Dalam sekejap darah yang mengalir dalam tubuh Danny seolah-olah membeku.
Tanpa berpikir lagi, ia mencengkeram kerah kemeja Dong-Min, menariknya berdiri
dengan satu sentakan keras, lalu meninju wajahnya. Begitu Dong-Min tersungkur di
lantai, Danny langsung menariknya berdiri lagi dan mendorongnya dengna kasar ke
dinding, lengannya yang kuat menjepit leher Dong-Min. Saat itu Danny benar-benar
kalap, tidak bisa berpikir jernih. Yang dirasakannya hanyalah amarah yang begitu
besar yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Amarah hebat yang
membuatnya ingin menuntut darah. Membuatnya sanggup membunuh siapa pun
yang menyakiti Naomi. Dong-Min mencengkeram lengan Danny, berusaha melepaskan lengan Danny
dari lehernya. Dan... Danny, rintihnya dengan suara tercekik.
Tepat pada saat itu Chris menyerbu masuk ke bilik penyimpanan jaket dan
terkesiap keras melihat apa yang ada di hadapannya. Danny! serunya kaget. Apa
yang terjadi" Mengabaikan Chris, Danny tetap menatap wajah Kim Dong-Min lekat-lekat.
Aku akan membunuhmu, gumam Danny dengan suara yang sangat rendah,
sangat dingin, dan sangat serius. Keheningan yang menyusul terasa sangat
mencekam sementara Kim Dong-Min menatap Danny dengan mata terbelalak dan
wajah merah padam karena sesak napas.
Chris bergegas menghampiri Danny dan berusaha menghentikannya. Danny...
Danny, dia tidak bisa bernapas.
Danny tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mendengar suara Chris.
Matanya yang gelap dan menusuk sama sekali tidak beralih dari wajah Kim Dong-Min. Kalau kau berani menyentuhnya sekali lagi... Kalau kau berani mencoba
menyentuhnya sekali lagi, lanjutnya dengan nada dingin dan mengancam yang
sama, percayalah padaku, aku akan membunuhmu.
Danny pasti akan mencekik Kim Dong-Min sampai kehabisan napas di sana
kalau Chris tidak menyela. Danny, sebaiknya kau melihat keadaan Naomi.
Nama Naomi berhasil menyadarkan Danny. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia
melepaskan Dong-Min, menatap pria itu jatuh lemas ke lantai seperti onggokan
lembek dan terbatuk-batuk. Chris bergegas menariknya berdiri dan mendorongnya
keluar dari bilik itu. Danny yakin Chris juga akan langsung melempar Kim Dong-Min ke jalan.
Setelah Chris membawa Dong-Min keluar dari pandangannya
Dua Cinta 7 Goosebumps - 30 Makhluk Mungil Pembawa Bencana Seruling Sakti 5
tadi. Kurasa Ibu yang memberikan nomor teleponku kepadanya. Dia tidak berkata
apa-apa, hanya bahwa Ibu menitipkan ginseng untukku. Kami akan bertemu nanti.
Ia melirik jam tangannya. Malah sebentar lagi dia akan datang ke sini.
Oh, In-Ho, kau harus menceritakannya kepadaku nanti. Aku ingin tahu
bagaimana rupanya. Kata Ibu wanita itu cantik dan akan sangat cocok untukmu.
Tapi kurasa Ibu selalu berkata begitu tentang semua wanita yang ingin
dijodohkannya denganmu, kata Anna penasaran. Apakah kau akan mengajaknya
makan siang" Kurasa di sana sekarang masih siang, bukan" Siapa tahu kau akan
menyukai yang satu ini. Danny meringis. Aku sangat meragukannya. Nuna jangan terlalu berharap.
Dan tolong katakan pada Ibu untuk berhenti menjodoh-jodohkan aku. Aku benar-benar tidak mau ikut dalam permainan ini lagi.
Memangnya kenapa" Bukankah kau belum pernah bertemu dengan gadis ini"
Bukannya aku membela Ibu, tapi kau jangan berkata tidak sebelum kau... Tunggu,
aku mencium sesuatu di sini. Anna terdiam sejenak, lalu bertanya curiga, Jo In-Ho, apakah kau sudah bertemu dengan seseorang di sana"
Senyum Danny melebar. Kakaknya memang sangat tajam. Ia baru hendak
menjawab ketika seseorang memanggilnya. Ia mendongak dan melihat salah
seorang rekan kerjanya berkata bahwa ada tamu untuknya di bawah. Danny
mengangguk dan mengangkat sebelah tangan untuk berterima kasih. Kemudian ia
berkata kepada kakaknya di telepon. Dengar, Nuna, aku harus pergi sekarang.
Kurasa wanita itu sudah datang. Lain kali saja kita bicara lagi.
Jo In-Ho... Aku tutup dulu, Nuna. Danny langsung menutup ponsel sambil tersenyum puas. Kakaknya pasti
uring-uringan. Oh, itu sudah pasti. Tapi Danny akan membiarkan kakaknya
menebak-nebak dulu. Setidaknya untuk sementara.
* * * Naomi menatap ponselnya dengan kening berkerut. Kenapa ponsel Danny masih
sibuk" Ia mengembuskan napas dan kembali menghampiri Miho yang duduk di
salah satu sofa yang tersedia setelah memberikan nama orang yang ingin
ditemuinya kepada si resepsionis.
Miho mendongak menatapnya. Kenapa" Temanmu tidak ada" tanyanya.
Mungkin sedang sibuk, sahut Naomi dan duduk di samping Miho.
Tidak lama kemudian Miho menyikutnya. Coba lihat. Kurasa itu dia.
Naomi menoleh ke arah meja resepsionis. Ada seorang laki-laki bertubuh
jangkung di sana, berbicara kepada resepsionis. Lho, bukankah itu..." Naomi
mengerjap kaget. Danny Jo"
Astaga, dia kelihatan persis seperti di fotonya, gumam Miho bersemangat.
Sama persis. Sempurna. Naomi menoleh menatap temannya yang mengamati Danny dengan mata
berkilat-kilat memuji. Mendadak saja jantungnya mulai berdebar lebih keras. Oh,
dear. Jangan katakan bahwa orang yang dijodohkan dengan Miho adalah Danny Jo.
Kemudian Danny menoleh ketika si resepsionis menunjuk ke arah Naomi dan
Miho. Mata Danny langsung tertuju pada Naomi dan senyumnya pun
mengembang. Oh, dear, kenapa ia harus tersenyum seperti itu" pikir Naomi tanpa
sadar. Naomi kembali melirik Miho. Tentu saja Miho juga melihat senyum itu. Dan
kilatan baru yang dilihatnya di mata Miho menegaskan kecurigaannya.
Naomi, kenapa kemari" tanya Danny sambil menghampiri Naomi dengan
langkah lebar. Dan senyum terkutuk itu masih tersungging di bibirnya.
Naomi menyadari kepala Miho berputar cepat ke arahnya. Kau
mengenalnya" bisik Miho dengan nada heran.
Naomi cepat-cepat berdiri dan memaksa bibirnya tersenyum. Hai, Danny.
Aku baru berencana mengajakmu makan siang bersama nanti, kata Danny,
masih menatap Naomi. Ternyata kau sudah datang ke sini.
Eh, sebenarnya... Naomi menoleh ke arah Miho yang juga sudah berdiri di
sampingnya. Ini temanku, dan eh... Ia benar-benar tidak tahu bagaimana
menjelaskan keadaan ini karena ia sendiri masih bingung.
Miho dengan tangkas mengambil alih keadaan. Ia mengulurkan tangan ke arah
Danny dan menyunggingkan senyum cerah yang sudah sering ditunjukkannya di
depan kamera. Halo, katanya lancar. Aku Miho Nakajima, orang yang
meneleponmu tadi pagi. Danny menjabat tangannya. Oh" Ia juga terlihat agak bingung sementara ia
memandang Miho dan Naomi bergantian. Jadi...
Sebenarnya Naomi hanya menemaniku ke sini untuk menemuimu, Miho
menjelaskan dengan lancar. Aku tidak tahu ternyata kalian berdua saling
mengenal. Ini kejutan yang menyenangkan.
Rupanya begitu. Ini memang kejutan, kata Danny sambil mengangguk-angguk kecil. Lalu ia menyadari sesuatu. Oh ya, maaf, aku lupa memperkenalkan
diri. Aku Danny Jo. Senang berkenalan denganmu. Teman Naomi adalah temanku
juga. Miho menyodorkan bungkusan yang dipegangnya. Ini titipan dari ibumu.
Terima kasih. Aku minta maaf karena sudah merepotkan, kata Danny.
Aku sama sekali tidak keberatan.
Naomi melirik Miho dan harus mencegah dirinya memutar bola matanya.
Wajah Miho jelas-jelas menunjukkan bahwa ia sangat tertarik dengan yang ada di
depan matanya. Ngomong-ngomong, kata Danny lagi sambil menatap Naomi dan Miho
bergantian, tadinya aku bermaksud mengajak Naomi makan siang bersama.
Bagaimana kalau kau juga ikut dengan kami" Kau sudah berbaik hati membawakan
titipan ibuku sampai ke kantorku, paling tidak aku bisa mentraktirmu makan
siang. Ia melirik jam tangannya, lalu menatap Naomi, Bagaimana kalau kira-kira
satu setengah jam lagi"
Aku tidak bisa, sahut Naomi, agak kaget menyadari nada suaranya terdengar
ketus. Ada pekerjaan siang ini.
Danny mengangkat alis. Kali ini Naomi menjaga suaranya tetap terkendali dan cepat-cepat
menambahkan, Aku akan makan. Tenang saja. Aku pasti makan. Hanya saja aku
tidak akan punya cukup waktu untuk makan siang di luar.
Itu bagus, kata Danny sambil tersenyum kecil.
Aku bebas siang ini, sela Miho tiba-tiba.
Danny mengalihkan tatapan dan senyumnya dari Naomi dan mengarahkannya
kepada Miho. Baiklah, katanya ringan. Bagaimana kalau satu setengah jam lagi
kita bertemu di Covent Garden Piazza" Kita bisa menemukan banyak pilihan di
sana. Tentu saja, sahut Miho. Kepala Naomi tiba-tiba terasa berdenyut-denyut. Astaga, ada apa lagi dengan
dirinya" Ia sudah cukup tidur dan cukup makan. Kenapa kepalanya kembali
bermasalah" Beberapa menit kemudian mereka berdua sudah duduk kembali di dalam VW
hijau Miho dan Naomi harus mendengarkan celoteha
n Miho yang menggebu-gebu.
Ini benar-benar kebetulan, bukan, Naomi" tanya Miho sambil tertawa. Ternyata
Danny Jo itu temanmu. Dunia memang sempit. Kenapa kau tidak pernah bilang kau
punya teman setampan itu"
Naomi hanya tersenyum dan bergumam tidak jelas.
Dan apakah sudah kubilang bahwa dia sama persis dengan foto yang kulihat"
lanjut Miho. Ini benar-benar hebat. Naomi, kau harus menceritakan semua tentang
dia kepadaku. Naomi menoleh menatap temannya. Kenapa aku"
Miho tertawa. Apakah itu juga perlu ditanya" Kau temannya dan kau tahu
lebih banyak tentang dirinya. Sudah jelas kau bisa membantuku.
Tidak tahu apa yang harus dikatakannya, Naomi kembali tersenyum, lalu
memalingkan wajah ke luar jendela dan mengembuskan napas pelan.
Oh, dear... Bab Sembilan KETIKA pulang malam itu, Naomi menemukan flat dalam keadaan kosong. Chris
dan Julie belum pulang. Naomi mendesah dan berjalan ke dapur. Tidak ada Chris
berarti tidak ada makan malam. Ia meletakkan tas besarnya ke atas meja dapur dan
membuka kulkas. Ia menemukan cottage pie yang sudah dimakan setengah. Entah
milik siapa, tapi Naomi tidak peduli. Tidak ada catatan yang tertempel di sana yang
menyatakan bahwa cottage pie itu tidak boleh dimakan. Lagi pula Naomi lapar. Ia
memasukkan cottage pie ke dalam microwave, lalu meraih tasnya dan masuk ke
kamarnya. Empat puluh menit kemudian ia sudah selesai mandi, keramas, dan duduk di
depan televisi di ruang tengah sambil melahap cottage pie-nya. Tayangan berita di
televisi tidak berhasil menarik perhatiannya. Pikirannya selalu kembali kepada
kejadian siang tadi dan tanpa sadar ia menusuk cottage pie-nya dengan tenaga yang
lebih besar daripada yang diperlukan.
Tiba-tiba ponselnya yang tergeletak di meja berbunyi dan lamunannya buyar.
Alisnya terangkat ketika membaca nama yang muncul di layar. Apa" katanya
singkat setelah ponsel ditempelkan ke telinga.
Kenapa kau marah-marah padaku"
Waluapun Naomi tidak menyadarinya, tetapi kini hanya mendengar suara
Danny saja bisa membuat sudut-sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk
senyuman. Seperti sekarang.
Aku tidak marah, kata Naomi, mencegah senyumnya terdengar dalam
suaranya. Kukira kau rindu padaku. Naomi mendengus. Aku sudah pasti tidak rindu padamu.
Kalau begitu kau mau aku menutup telepon"
Kenapa kau meneleponku"
Danny tertawa, lalu berkata, Ada yang ingin kukatakan padamu.
Apa" Katakan saja. Sekarang kau ada di rumah"
Mmm. Aku ingin kau melihat ke luar jendela. Ada sesuatu di sana.
Naomi mengerutkan kening. Apa maksudmu" Jangan menakutiku, Danny.
Tidak, tidak. Justru yang akan kaulihat itu akan membuatmu gembira. Lihatlah
ke luar jendela. Noami berdiri dan berjalan ke jendela. Apa yang harus kulihat" tanyanya
sambil menyibakkan tirai dan mendongak menatap langit gelap di atas sana. Tetapi
tidak terlihat apa pun. Bintang pun tidak ada. Tidak ada apa-apa, Danny.
Memangnya menurutmu langit yang hitam bisa membuatku gembira"
Itu karena kau melihat ke arah yang salah, kata Danny.
Apa" Lihat ke bawah. Naomi menunduk menatap jalan di bawah sana dan matanya langsung melebar
melihat Danny berdiri di trotoar di depan gedung flatnya. Oh, dear, gumamnya
tanpa sadar. Danny tersenyum lebar dan mengangkat tangannya yang tidak memegang
ponsel. Halo. Kau gembira melihatku, bukan" katanya.
Naomi mendesah berat, namun ia tidak bisa mencegah dirinya tersenyum.
Danny Jo, sedang apa kau di situ"
Temanmu ada di rumah" tanya Danny.
Tidak. Mereka belum pulang.
Kalau begitu kau bisa turun sebentar"
Naomi tahu kenapa Danny tidak memilih naik ke flatnya. Walaupun mereka
berteman baik dan Naomi tidak menganggap Danny sama dengan laki-laki lain,
sepertinya Danny tahu Naomi masih merasa tidak nyaman apabila berdua saja
dengannya di dalam ruangan tertutup. Tunggu di sana, kata Naomi ke ponselnya.
Aku akan segera turun. Tidak lama kemudian mereka sudah duduk di ayunan di taman bermain anak-anak yang tidak jauh dari flatnya. Danny merogoh saku jaketnya dan mengulurkan
sehelai saputangan kepada Naomi. Aku datang ke sini untuk mengembalikan ini,
katanya. Naomi menerimanya dengan kening berkerut heran. Ini bukan milikku.
Memang bukan. Itu milik temanmu, Miho, kata Danny. Dia meninggal-kannya ketika kami makan siang tadi.
Naomi mengeluarkan suara yang terdengar seperti dengusan dan tawa pendek.
Aku tidak percaya ini. Dia memakai taktik saputangan, gumamnya lirih.
Apa katamu" Tidak apa-apa, kata Naomi cepat. Lalu kenapa kau tidak mengembalikannya
sendiri kepadanya" Aku yakin itu yang diinginkannya.
Aku pasti sudah melakukannya kalau aku tidak menghilangkan nomor
teleponnya, sahut Danny ringan.
Naomi berdeham pelan. Makan siang kalian menyenangkan"
Danny mengangguk. Tentu saja.
Aku yakin begitu, kata Naomi, tidak sanggup menyingkirkan nada tajam
dalam suaranya. Lalu ia melirik Danny dan menambahkan, Ngomong-ngomong,
dia juga tertarik padamu.
Oh ya" Dia mencekokiku dengan ratusan pertanyaan tentangmu setelah kami bertemu
denganmu tadi, sahut Naomi. Aku yakin dia pasti ingin kau sendiri yang
mengembalikan saputangan ini kepadanya. Dia pasti berharap kau meneleponnya.
Bagaimanapun juga, dia sudah memberikan nomor teleponnya kepadamu.
Danny menoleh menatapnya dan tersenyum. Menurutmu begitu" Benar juga.
Mungkin aku harus mencari nomor teleponnya lagi. Mungkin aku memang harus
mengembalikan saputangan itu sendiri kepadanya.
Tetapi Naomi tidak menunjukkan tanda-tanda ia akan melepaskan saputangan
yang dipegangnya. Apa pendapatmu tentang Miho" tanya Naomi, tidak bisa menahan diri.
Temanmu orang yang menyenangkan, sahut Danny ringan. Cantik, ramah,
lucu, dan tidak pernah kehabisan bahan obrolan.
Naomi memberengut ke arah saputangan dalam cengkeramannya.
Bisa dibilang dia benar-benar tipeku, tambah Danny. Tapi...
Naomi meliriknya. Tapi apa"
Danny mengangkat bahu. Entah tipe seperti itu tidak lagi menarik minatku,
katanya terus terang. Lalu ia menatap Naomi dan berkata, Kurasa sekarang ini aku
menginginkan sesuatu yang dulunya bukan tipeku.
Naomi tidak mengerti. Jadi ia hanya balas menatap Danny tanpa berkata apa-apa.
Sedetik kemudian Danny mendesah dan merogoh saku bagian dalam jaketnya.
Ini alasan kedua aku datang ke sini, katanya sambil mengacungkan sekeping CD
dalam kotak bening. Apa itu" Video musik kita waktu itu. Ini hasil akhirnya. Kukira kau pasti ingin
melihatnya. Benarkah" Senyum Naomi mengembang. Kau sudah melihatnya"
Danny mengangguk. Tentu saja. Penampilanmu hebat.
Naomi menatap CD itu, lalu menoleh ke arah Danny. Ia ragu sejenak, lalu
bertanya, Kau mau melihatnya bersamaku" Di flatku"
Danny balas menatapnya. Kau yakin"
Naomi tersenyum dan mengangguk. Ya.
* * * Naomi, apakah itu kau" Suara pria berlogat Skotlandia itu langsung menyambut
mereka begitu mereka memasuki flat. Alis Danny berkerut. Suara laki-laki"
Ya, ini aku, Naomi balas berseru.
Sayang, apakah kau yang menghabiskan cottage pie yang kusimpan di dalam
kulkas" tanya suara itu lagi, yang sepertinya berasal dari arah dapur.
Itu Chris, kata Naomi kepada Danny.
Chris" Tapi... Sebelah alis Danny terangkat dan ia menoleh menatap Naomi.
Sayang" gumamnya pelan.
Naomi mengerjap. Ah, itu...
Namun sebelum Naomi sempat menjelaskan, seorang laki-laki bertubuh
ramping, jangkung dan berambut gelap muncul dari dapur. Lass, apakah kau yang
menghabiskan cottage pie oh! Kata-katanya terhenti ketika ia menyadari bahwa
mereka kedatangan tamu. Naomi buru-buru memperkenalkan mereka. Chris, perkenalkan ini Danny.
Danny, ini teman satu flatku yang lain, Chris.
Danny" Danny yang itu" kata Chris sambil menatap Danny dengan mata
birunya yang berkilat-kilat. Senyumnya mengembang dan ia menjabat tangan
Danny. Senang sekali akhirnya bertemu denganmu. Aku sudah mendengar banyak
cerita tentang dirimu. Biar kukatakan padamu, kau sama persis seperti yang mereka
gambarkan padaku. Ayo, masuklah. Kau mau minum" Sudah makan malam" Oh,
naomi, lupakan saja soal cottage pie itu. Kau boleh makan apa pun sesuka hatimu.
Sebenarnya Danny datang ke sini untuk menunjukkan video musik yang kami
kerjakan beberapa minggu yang lalu, kata Naomi.
Oh, video musik itu" tanya
Chris sambil bertepuk tangan. Boleh aku ikut
menonton" Tentu saja, sahut Danny ringan.
Tepat pada saat itu pintu terbuka dan seorang gadis berambut merah dan
bermata hijau melangkah masuk. Halo" Kenapa kalian semua berkerumun di
belakang pintu" Oh, rupanya ada tamu.
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Danny ingat gadis itu. Kalau tidak salah namanya Julie, teman Naomi yang
pernah dijumpainya di taman beberapa minggu yang lalu.
Naomi kembali memperkenalkan mereka. Julie, masih ingat Danny" Danny, ini
Julie. Kami akan menonton video musik yang mereka bintangi bersama, sela Chris
sementara Julie dan Danny bertukar sapa.
Oh, bagus. Aku juga ingin ikut menonton, kata Julie.
Ayo, semuanya pindah ke ruang duduk, seru Chris sambil menggiring
mereka ke ruang duduk yang kecil dan nyaman. Sepertinya masih ada anggur
merah yang tersisa. Tunggu, akan kuambilkan. Dan juga masih ada sherry trifle yang
kubuat kemarin. Julie, Sayang, kau bisa membantuku di dapur" Biar Naomi saja
yang menemani tamu kita sebentar.
Danny tersenyum mengamati kedua teman satu flat Naomi keluar dari ruang
duduk dan berjalan ke dapur sambil terus mengobrol. Ia menduga suasana di flat ini
tidak pernah sepi. Dan ia menyukai kenyataan itu. Flat yang nyaman dan teman-teman yang ramah.
Naomi menoleh kepada Danny dan tersenyum meminta maaf. Mereka agak
berisik, bukan" Danny tertawa, lalu berkata, Aku sama sekali tidak keberatan. Kau punya
teman-teman yang luar biasa. Aku iri padamu. Dan itu memang benar.
Kau boleh mengambil mereka dari sini kapan saja, gurau Naomi.
Ngomong-ngomong, kau tidak pernah bilang bahwa teman satu flatmu
ternyata laki-laki, kata Danny, tiba-tiba teringat pada persoalan yang
mengganggunya sejak ia masuk ke flat ini.
Naomi memiringkan kepala dan berpikir-pikir. Aku yakin aku pernah
menyebut-nyebut soal Chris.
Memang. Tapi kau hanya bilang bahwa kau punya dua teman yang tinggal
satu flat denganmu. Julie dan Chris. Kukira Chris itu wanita, kata Danny. Ia ragu
sejenak, lalu bertanya, Apakah dia..."
Ya, dia gay, sahut Naomi, langsung tahu apa maksud Danny. Namun
matanya menyipit ketika menatap Danny. Tapi kuharap kau tidak mempermasa-lahkan kenyataan itu.
Danny menggeleng. Tidak, sama sekali tidak. Mungkin kau tidak percaya, tapi
aku senang dia gay. Alis Naomi berkerut bingung, namun ia tersenyum.
Tetapi apa yang dikatakan Danny tadi benar. Karena ia yakin wanita man pun
ingin tenggelam dalam mata biru Chris. Bahkan mungkin Naomi juga akan
mengakuinya. Oh, sialan, jangan-jangan...
Apakah kau juga tertarik pada mata birunya" tanya Danny tiba-tiba sambil
menatap Naomi lurus-lurus. Ia sadar pertanyaannya terdengar aneh dan tidak
berhubungan, tetapi ia sungguh tidak bisa menahan diri.
Kali ini Naomi tertawa. Apa maksudmu"
Maksudku, apakah kau berharap dia bukan gay" tanya Danny, lalu merasa
pertanyaannya semakin aneh. Maksudku, apakah kau merasakan sesuatu... Oh,
sialan. Lupakan saja kata-kataku. Aku sendiri tidak mengerti apa yang ingin
kukatakan. Hening sejenak sementara Danny mengomeli ketololannya sendiri. Sesaat
kemudian Naomi memecah keheningan. Tidak, katanya.
Danny kembali menoleh kepadanya. Apa"
Naomi tersenyum kecil. Jawaban untuk pertanyaanmu, sahutnya. Apakah
aku tertarik pada mata birunya" Tidak.
Danny menatap mata Naomi dan ia merasa dirinyalah yang mulai tenggelam
dalam mata hitam itu. Oh, gumamnya tidak jelas.
Apakah aku berharap dia bukan gay" Naomi mengulangi pertanyaan Danny
tadi, lalu menjawab sendiri, Tidak.
Saat itu, suara Naomi seolah-olah menyihirnya. Danny tidak bisa melakukan
apa-apa selain menatap gadis yang duduk di sampingnya di sofa di ruang duduk
kecil itu dan mendengarkan setiap patah katanya. Ia juga sadar bahwa ia menahan
napas. Naomi kembali melanjutkan, Apakah aku merasakan sesuatu..." Ia menatap
Danny dengan mata berkilat-kilat tertawa. Ya.
Apa" Apa" Danny merasa jantungnya seolah-olah jatuh ke lantai. Oh, sialan.
Namun sebelum Danny sadar sepenuhnya, atau sebelum ia sempat mencerna
kata-kata Naomi, atau sebelum perasaan aneh itu mulai mengacaukan otak dan
indranya, ia mendengar suara Chris
yang lantang dan ceria, Siapa yang mau sherry
trifle" Bab Sepuluh DIA benar-benar seperti yang kaugambarkan, Julie.
Naomi menyesap tehnya sambil tersenyum. Chris sudah mengulang-ulang
kalimat itu setidaknya delapan kali sejak Danny meninggalkan flat mereka kemarin
malam sampai pagi ini ketika mereka bertiga berkumpul di dapur kecil mereka.
Dia benar-benar tipeku, tambah Chris lagi sambil menggoreng telur.
Singkirkan mimpi itu sebelum kau patah hati, Julie menyarankan acuh tak
acuh dan menguap lebar. Lalu ia menoleh ke arah Naomi. Ngomong-ngomong,
kau harus mengajaknya menonton pertunjukanku nanti. Ini pertunjukan pertama di
mana aku mendapat peran utama, kalian tahu"
Tepat pada saat itu terdengar bel pintu berbunyi.
Siapa lagi yang datang pagi-pagi begini" gerutuChris. Kalian sedang
menunggu seseorang" Julie bangkit dan berjalan ke pintu dengan langkah terseok-seok. Terdengar
pintu terbuka, lalu terdengar suara Julie yang berkata, Oh, Miho. Masuklah!
Naomi mengangkat wajah dan mengerjap. Miho" Dan ia teringat bahwa ia
belum bercerita kepada Chris dan Julie tentang kejadian antara dirinya, Miho dan
Danny kemarin. Selamat pagi, semuanya, sapa Miho ketika ia muncul di dapur.
Hei, Miho, sapa Chris sambil melambaikan sebelah tangan.
Naomi, aku ke sini untuk meminta pendapatmu tentang ini, kata Miho
kepada Naomi sambil tersenyum cerah. Ia mengeluarkan dua lembar kertas dari
dalam mapnya dan mengacungkannya di depan wajah Naomi. Dua-duanya adalah
foto salah seorang aktris Inggris yang sedang populer saat ini, namun dalam pose
dan pakaian yang berbeda. Salah satu dari kedua foto ini akan menjadi sampul
depan majalah kita untuk edisi mendatang. Aku benar-benar tidak tahu yang mana
yang harus kupilih, jadi aku datang meminta pendapatmu.
Naomi menatap kedua foto di depannya dan mendesah dalam hati. Sebenarnya
siap ayang menjadi pemimpin redaksi di sini" Ia tidak keberatan membantu teman,
tetapi karena kejadian ini terus berulang, ia mulai bertanya-tanya apakah selama ini
dirinya sudah diperalat tanpa disadari.
Miho, kau juga harus datang menonton pertunjukanku nanti. Ini pertunjukan
besar pertamaku, kata Julie yang menyusulnya ke dapur, kembali duduk di
tempatnya semula. Tentu saja, sahut Miho, kalau aku tidak punya acara penting. Kapan
pertunjukanmu itu" Dua minggu lagi, kata Julie, lalu kembali menoleh ke arah Noami. Lalu
kapan kau akan mengajak Danny ke pertunjukanku"
Naomi melotot ke arah Julie, tetapi sudah terlambat. Mata Miho mengerjap dan
terarah pada Julie. Maksudmu Danny Jo"
Chris berbalik dari kompor dan meletakkan sepiring telur di atas meja. Kau
mengenalnya" ia balas bertanya.
Naomi menyesap tehnya tanpa berkomentar sementara Miho menceritakan
kejadian kemarin siang kepada mereka. Ia menceritakan semuanya. Semuanya.
Tanpa melewatkan detail kecil apa pun.Semuanya. Tentang bagaimana ibunya dan
ibu Danny berusaha menjodohkan mereka berdua, tentang Danny yang
mengajaknya makan siang bersama, tentang bagaimana mereka langsung cocok , bla
bla bla. Naomi menyadari lirikan tajam yang dilemparkan Julie dan Chris ke arahnya,
tetapi ia pura-pura tidak peduli. Ia tahu apa yang ingin ditanyakan teman-temannya
itu, tetapi tidak tahu bagaimana menjawabnya, bagaimana menjelaskannya. Ini
bukan salahnya. Miho sendiri yang langsung menyerbu masuk tanpa bertanya
ataupun meminta izin. Kalau sudah begitu, apa yang bisa Naomi lakukan"
Dan kalau kau mau mengajak Danny, aku bisa meneleponnya, kata Miho di
akhir penjelasannya. Namun sebelum Miho menyelesaikan ucapannya, Naomi sudah masuk ke
dalam kamar, meraih ponsel dan menekan nomor Danny.
* * * Danny masih berbaring di tempat tidur ketika ponselnya berdering. Ia mengerang
pelan, tapi langsung terbatuk-batuk. Ia memaksa dirinya bangkit duduk dengan
susah payah dan meraih ponsel yang tergeletak di meja di samping tempat tidur.
Halo" gumamnya serak, dan kembali terbatuk-batuk.
Ada apa denganmu" Walaupun kepalanya terasa berat dan seluruh tubuhnya lemas, Danny masih
bisa tersenyum mendengar suara Naomi yang bernada cemas bercampur curiga.
Aku tidak t ahu, gumam Danny pelan. Badanku panas dan lemas, tenggorokanku
sakit, dan kepalaku serasa seperti batu. Sudah begini sejak aku bangun tadi pagi.
Kemarin kau baik-baik saja, kata Naomi lagi. Ia terdiam sejenak, lalu bertanya
ragu, Apakah gara-gara sesuatu yang kaumakan di tempatku kemarin malam"
Danny kembali berbaring dan memejamkan mata, berharap rasa pusingnya bisa
berkurang. Tidak. Aku yakin bukan itu, sahut Danny. Kurasa aku tertular salah
seorang rekan kerjaku di kantor.
Kau sudah ke dokter" Minum obat" tanya Naomi.
Danny menggeleng walaupun ia tahu Naomi tidak bisa melihatnya. Nanti saja.
Terlalu lemas untuk bangun. Aku mau berbaring sebentar.
Jeda sejenak di ujung sana, lalu Naomi bertanya, Kau... kau mau aku pergi ke
sana" Kau akan datang kalau kuminta" Danny balas bertanya.
Yah... tentu saja. Kalau kau mau.
Danny tersenyum tipis. Naomi bahkan tidak berhasil menyingkirkan keraguan
dari nada suaranya. Selama Danny mengenal Naomi, ia sudah berhasil mengetahui
beberapa hal tentang diri gadis itu. Pertama, Naomi Ishida selalu bersikap waswas
di depan laki-laki. Hal ini membuat Danny lega karena itu berarti Naomi tidak
bersikap gugup dan resah hanya di depan Danny. Namun hal itu juga menimbulkan
pertanyaan lain: Kenapa Naomi enggan berhubungan dengan laki-laki" Walaupun
hubungan mereka sudah mengalami banyak kemajuan kalau dibandingkan dengan
pertemuan pertama mereka, Danny merasa Naomi masih menahan diri.
Hal kedua yang disadari Danny adalah Naomi masih tidak suka disentuh. Dan
sampai sekarang Danny masih belum tahu alasannya.
Terima kasih, tapi itu tidak perlu, kata Danny pada akhirnya. Ia tahu Naomi
akan datang kalau ia memintanya, tetapi ia tidak ingin memaksa gadis itu. Ia ingin
Naomi membuka diri atas pilihannya sendiri. Aku yakin ada obat di sekitar sini.
Aku hanya akan tidur sebentar. Setelah itu aku berjanji aku akan minum obat. Dan
aku yakin setelahitu aku akan sembuh. Tenang saja.
Kau akan meneleponku kalau kau membutuhkan sesuatu" tanya Naomi.
Suaranya masih terdengar cemas.
Tentu saja. Kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi. Istirahatlah. Jangan lupa
telepon aku kalau ada apa-apa.
Kau orang pertama yang akan kuhubungi.
Setelah menutup telepon, Danny terbatuk-batuk sebentar sambil kembali
meringkuk di balik selimut. Ini benar-benar menjengkelkan. Ia tidak suka merasa
sakit dan merasa tak berdaya seperti ini. Ia benar-benar harus mencari obat. Dan
kalau ia masih belum membaik setelah minum obat, ia sudah pasti harus ke dokter.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi lagi. Danny mengerang dan berpikir seharusnya
ia mematikan ponselnya saja seharian ini supaya bisa beristirahat dengan tenang. Ia
meraba-raba ranjang mencari ponsel yang tadi dilepaskannya begitu saja.
Mengangkat ponsel ke telinga saja membutuhkan segenap kekuatannya. Ya"
gumamnya pendek. Dua detik kemudian matanya terbuka. Oh, Miho"
* * * Siang itu Naomi masih merasa khawatir. Ia ingin menelepon Danny tetapi takut
mengganggu istirahat laki-laki itu. Selama beberapa menit terakhir, ia duduk di
meja tulisnya yang menghadap jendela di kamar tidurnya. Ia tidak punya jadwal
kerja hari ini. Ia memang sengaja mengatur agar hari ini ia bisa berlibur. Sudah lama
ia ingin pergi ke kota untuk melihat-lihat dan berbelanja, namun tentu saja ia tidak
bisa menikmati acara belanjanya kalau terus memikirkan Danny.
Ia sedang memutuskan apa yang sebaiknya dilakukannya keika ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia melirik layar ponsel yang tergeletak di meja dan cepat-cepat
menjawabnya. Danny"
Kau bisa datang ke sini" Suara Danny terdengar lirih dan lemah. Napasnya
juga terdengar berat, seolah-olah butuh usaha besar hanya untuk berbicara.
Tolonglah... Tolong datang ke sini.
Kini Naomi sama sekali tidak ragu. Keraguan apa pun yang tadi pagi masih ada
langsung digantikan oleh rasa panik dan cemas. Ia langsung melompat berdiri dari
kursi dan berkata, Aku akan segera ke sana.
Tidak terlalu lama kemudian, Naomi sudah berdiri di depan pintu flat Danny di
Mayfair. Ia membunyikan bel dan menunggu dengan tidak sabar. Tetapi matanya
melebar kaget ketika pintu terbuka dan ia melihat siapa yang berdiri di sana.
Miho" Miho Nakajima yang membuka pintu dari dalam juga terlihat heran. Oh,
Naomi" Sesaat Naomi tidak bisa berkata-kata. Kepanikan dan kecemasannya selama
perjalanan ke sini memudar sedikit dan digantikan sesuatu yang tidak bisa
diartikannya. Kenapa Miho ada di dalam flat Danny" Sedang apa dia di sana" Ada
apa ini" Semua pertanyaan itu simpang siur dalam benak Naomi. Namun satu hal
yang disadarinya. Ia tidak suka melihat Miho di sana, di flat Danny.
Lalu mata Naomi beralih ke arah sosok Danny muncul di belakang Miho. Kau
sudah datang, kata Danny. Suaranya terdengar lega.
Penampilan Danny benar-benar kacau. Wajahnya pucat pasi, bibirnya kering,
rambutnya acak-acakan. Kaus hitam lengan panjang dan celana panjang putihnya
terlihat kusut. Ia terlihat lemah dan sakit.
Banyak hal yang berkelebat dalam benak Naomi, namun begitu melihat Danny,
hanya satu hal yang terpikirkan olehnya. Kenapa kau tidak berbaring dan
beristirahat" tanyanya dengan alis berkerut.
Danny mengayunkan tangan dengan lemah. Masuklah dulu dan setelah itu kau
boleh mengomeliku. Naomi melangkah masuk dan menoleh ke arah Miho. Miho, kok kau ada di
sini" tanyanya sambil berusaha menjaga suaranya terdengar ringan.
Miho tersenyum. Tadi aku menelepon Danny untuk mengajaknya ke
pertunjukan Julie dan dia bilang dia sedang sakit. Jadi aku langsung datang untuk
menawarkan bantuan. Oh, begitu, gumam Naomi, tidak tahu lagi harus berpikir apa. Seharusnya ia
melakukan apa yang dilakukan Miho. Seharusnya ia juga langsung datang ketika
mendengar Danny sedang sakit. Bagaimanapun juga, Danny adalah temannya dan
seharusnya ia tidak ragu-ragu membantu teman yang sedang sakit. Ia menoleh ke
arah Danny dan bergumam, Maafkan aku karena baru datang.
Danny berdiri bersandar di dinding. Tangannya mencengkeram pinggiran meja
kecil di samping pintu. Ia terlihat sangat lemah, tapi ia masih bisa tersenyum kepada
Naomi. Sebaiknya kau duduk, kata Naomi kepada Danny.
Danny menurut tanpa membantah. Ia berjalan masuk ke ruang duduk, diikuti
Naomi dan Miho, lalu mengempaskan diri ke salah satu sofa. Jelas sekali ia lega
karena tidak perlu berdiri lebih lama lagi. Miho, gumamnya sambil mengayunkan
tangan ke arah Miho, sudah sangat baik karena sudah membantuku sejak pagi tadi
walaupun aku tahu dia pasti sangat sibuk.
Naomi menoleh ke arah Miho dan temannya tersenyum lebar. Aku tidak
keberatan membantu. Dan kalau aku tidak masuk kantor sehari, tidak akan terjadi
bencana, sahut Miho, lalu menatap Danny. Lagi pula, aku tidak mungkin
meninggalkanmu sendirian di sini. Bagaimana kalau kau membutuhkan sesuatu"
Danny mengangguk. Mungkin kau benar. Tapi karena sekarang Naomi sudah
ada di sini, aku yakin dia bisa menemaniku dan memastikan aku tidak jatuh pingsan
atau semacamnya. Lagi pula hari ini dia tidak punya jadwal kerja, jadi dia pasti
tidak keberatan. Ia mendongak menatap Naomi yang berdiri di sampingnya. Kau
tidak keberatan, bukan"
Naomi mengalihkan tatapannya dari Miho dan menunduk menatap Danny.
Tentu saja tidak. Miho menatap mereka berdua bergantian, lalu mengangkat bahu. Baiklah
kalau begitu, katanya ringan. Lalu ia menoleh ke arah Naomi dan menambahkan,
Aku senang kau bisa datang dan menjaga Danny. Terima kasih.
Naomi mengerjap. Apakah hanya perasaannya atau apakah Miho benar-benar
berbicara dengan nada seolah-olah Danny adalah tanggung jawabnya dan Naomi
hanyalah seseorang yang diminta datang untuk membantu" Tentu saja, gumam
Naomi singkat. Kau tahu kau bisa meneleponku kapan saja kau butuh sesuatu, kata Miho
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara ia mengumpulkan barang-barangnya.
Terima kasih banyak, Miho. Kau benar-benar baik, kata Danny sambil
tersenyum lemah. Setelah Miho pergi dan Naomi menutup pintu, Naomi berdiri sejenak di sana,
cemberut ke arah pintu. Lalu ia berbalik dan berjalan kembali ke ruang duduk.
Aku mau berbaring sebentar, gumam Danny lelah. Kau boleh... entahlah...
yah, anggap saja rumah sendiri.
Naomi ragu sejenak, menatap Danny yang mencoba berdirid engan agak
terhuyung. Akhirnya ia me
ngambil keputusan. Ia menghampiri Danny yang
berjalan terseok-seok ke kamar sambil berpegangan pada dinding. Biar kubantu,
katanya sambil memegang lengan Danny.
Danny berhenti melangkah dan menunduk menatap Naomi, lalu matanya
beralih ke tangan Naomi yang memegang lengannya. Naomi bisa melihat
kebingungan di mata Danny yang agak merah.
Naomi menatap mata Danny lurus-lurus dan berkata tegas, Kau bisa jatuh
kalau tidak dibantu. Danny mengerjap, lalu mengangguk lemah. Ya... ya, kurasa kau benar.
Naomi membantunya masuk ke dalam kamar dan menyelimutinya. Karena
Danny tidak berselera makan, Naomi harus memaksanya makan biskuit sedikit
sebelum minum obat. Kau terlihat kacau, kata Naomi ketika Danny sudah
berbaring kembali di temapt tidur setelah minum obat.
Aku memang merasa kacau, gumam Danny. Aku hanya butuh tidur
sebentar. Aku akan merasa lebih baik setelah bangun nanti.
Baiklah, kata Naomi sambil mengumpulkan botol obat dan gelas-gelas
kosong di meja di samping tempat tidur. Tidur saja.
Ngomong-ngomong, kenapa kau meneleponku tadi pagi" tanya Danny tiba-tiba.
Tadi pagi" gumam Naomi sambil mengingat-ingat. Ah, itu... Aku ingin
memberitahumu bahwa Julie ingin mengundangmu ke pertunjukan perdananya.
Katanya dia mendapat peran yang penting kali ini. Kau akan datang, bukan"
Tentu saja. Kapan pertunjukannya"
Masih dua minggu lagi. Kau akan pergi bersamaku"
Sebelah alis Naomi terangkat sedikit, lalu ia mengangkat bahu. Kalau kau
mau. Baiklah kalau begitu, gumam Danny dan memejamkan mata.
Ketika sepertinya Danny tidak akan berbicara lebih banyak lagi, Naomi
berputar dan berjalan dengan langkah pelan ke pintu.
Aku tidak menyuruhnya datang ke sini, gumam Danny tiba-tiba.
Naomi berhenti melangkah dan berbalik kembali. Ya"
Danny tidak bergerak di tempat tidurnya, juga tidak membuka mata. Miho,
katanya. Aku tidak menyuruhnya datang ke sini. Dia datang sendiri setelah
mendengar aku sakit. Naomi mengerjap. Oh. Dan aku tidak bisa tidur kalau dia ada di sini, lanjut Danny dengan suara
pelan. Karena itu aku memintamu datang.
Naomi terdiam sejenak, lalu akhirnya tersenyum tipis dan bergumam, Aku
tahu. Bab Sebelas HARI sudah menjelang sore ketika Danny terjaga. Kepalanya masih terasa berat,
namun tidak berputar-putar lagi. Ia turun dari tempat tidur dan menyadari bahwa
kakinya juga terasa lebih mampu menopang tubuhnya. Ia meraba keningnya.
Sepertinya suhu tubuhnya juga sudah turun. Bagus. Ia ingin cepat-cepat sembuh. Ia
benci merasa tidak berdaya seperti ini.
Ia baru hendak bangun dan berjalan ke pintu ketika ponselnya berdering. Seulas
senyum tipis muncul di wajahnya ketika melihat siapa yang meneleponnya. Mm,
Nuna, gumamnya begitu ponsel ditempelkan ke telinga.
Pembicaraan kita kemarin belum selesai, In-Ho, kata kakaknya tanpa basa-basi. Tapi, ngomong-ngomong, ada apa dengan suaramu"
Tidak apa-apa, Nuna, ujar Danny, lalu berdeham pelan. Tenggorokanku
hanya agak kering. Baiklah, kata Anna Jo tanpa curiga. Kalau begitu, bagaimana kelanjutan
ceritamu kemarin" Danny mendesah dalam hati. Ia ingat pembicaraan terakhir dengan kakaknya.
Saat itu kakaknya bertanya apakah ia sudah bertemu dengan seseorang di London.
Sebenarnya Danny belum ingin bercerita kepada kakaknya tentang Naomi. Ia
memang menyadari bahwa Naomi mulai menerimanya dan ia senang dengan
hubungan mereka sekarang. Mereka sering bertemu, mengobrol, dan menghabiskan
waktu bersama. Namun entah kenapa Danny selalu merasa masih ada sebagian diri
Naomi yang menahan diri. Seolah-olah gadis itu masih tidak sepenuhnya percaya
padanya. Tetapi apakah itu hanya perasaannya sendiri"
Jo In-Ho, aku sedang bicara padamu.
Danny harus menyeret perhatiannya kembali kepada suara kakaknya di
telepon. Maaf, Nuna, katanya. Sekarang aku masih bingung.
Katakan padaku, apakah dia cantik" tanya Anna Jo, mengabaikan kata-kata
Danny. Ya, gumam Danny, lalu menarik napas dan mengembuskannya. Seperti
boneka. Apa" Danny tertawa pendek. Dia punya mata seperti mata boneka. Setidaknya itulah
yang kupikirkan ketika aku pertama kali bertemu denga
nnya. Begitukah" Lalu apa lagi"
Danny kembali mengenang pertemuan pertamanya dengan Naomi. Awalnya
dia terlihat dingin dan sulit didekati. Tapi kalau kau berhasil mendekatinya dan
mengenalnya lebih baik, kau akan tahu bahwa dia sebenarnya orang yang menarik.
Dan semakin kau mengenalnya, kau akan mendapati dirimu merasa... Ia terdiam.
Kata-kata itu sudah berada di ujung lidahnya. Kau akan mendapati dirimu merasa
gembira setiap kali berada di dekatnya. Tetapi ia tidak mungkin mengatakannya kepada
kakaknya. Akhirnya ia hanya bergumam, Yah, begitulah.
Kau mendapatkan semua kesan itu hanya pada pertemuan pertama" tanya
Anna dengan nada tidak percaya. Astaga, dia pasti gadis yang luar biasa. Berarti
kali ini Ibu sudah membuat pilihan yang benar"
Apa" Danny mengerutkan kening. Apa hubungan semua ini dengan Ibu"
Kita sedang membicarakan gadis yang ingin dijodohkan Ibu denganmu,
bukan" Gadis yang kautemui kemarin siang" Anna balas bertanya. Atau apakah
kita sedang membicarakan dua orang yang sama sekali berbeda"
Danny mengerang dalam hati. Ternyata yang dimaksud kakaknya adalah Miho
Nakajima yang ditemui Danny kemarin siang, bukan Naomi. Astaga, otaknya sudah
kacau. Oh, maksud Nuna gadis yang itu" gumam Danny datar.
Kau membicarakan gadis yang berbeda, sela Anna blak-blakan. Ternyata
aku benar. Kau memang sudah bertemu dengan seseorang di sana.
Danny menghela napas dan mengembuskannya panjang-panjang. Akhirnya
seulas senyum tersungging di bibirnya. Ya, gumamnya, lalu cepat-cepat
menambahkan sebelum kakaknya bisa menyela, tapi sekarang bukan waktu yang
tepat untuk membicarakannya.
Kenapa" Lalu kapan" tanya kakaknya bingung.
Sulit mengelak dari kakaknya, tetapi akhirnya Danny berhasil memutuskan
hubungan dan mendesah berat. Lalu tiba-tiba ia menoleh ke arah pintu kamarnya
yang tertutup. Apakah Naomi masih ada di luar sana" Rasanya agak tidak mungkin.
Danny sudah tidur lebih lama daripada yang direncanakan. Mungkin gadis itu
sudah pulang. Danny berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ruang duduknya sunyi
senyap. Seberkas perasaan kecewa melandanya ketika menyadari bahwa Naomi
sudah tidak ada. Sebenarnya ia ingin terbangun dan mendapati Naomi masih ada di
sana. Ia ingin melihat gadis itu, melihat gadis itu tersenyum padanya dengan cara
yang selalu membuat hatinya terasa ringan.
Danny kembali mendesah berat dan berbalik hendak pergi ke dapur. Tetapi
tiba-tiba ia melihat sesuatu dari sudut matanya. Ia berbalik menghampiri sofa
panjang di ruang duduk dan dihadapkan pada pemandangan yang tidak
diduganya, namun membuat seulas senyum tersungging di bibirnya.
Ternyata Naomi Ishida belum pulang. Gadis itu masih ada di sana dan saat ini
ia sedang berbaring menyamping di sofa, lututnya ditekuk dan kepalanya
disandarkan ke lengan sofa. Tertidur pulas.
Danny sedang mempertimbangkan apakah ia harus membangunkan Naomi
atau tidak ketika gadis itu mendadak terjaga dan langsung terkesiap keras.
Ini aku, gumam Danny cepat ketika Naomi melompat berdiri dan menjauh
dari sofa. Ia menatap Danny dengan mata terbelalak kaget dan... takut" Jantung
Danny mencelos. Astaga, itu adalah tatapan yang dulu sering dilihat Danny pada
awal perkenalan mereka. Tatapan Danny beralih ke tangan Naomi yang terkepal di
sisi tubuhnya. Alis Danny berkerut samar ketika melihat tangan Naomi gemetar.
Kenapa tangan gadis itu gemetar" Ini aku, gumam Danny sekali lagi.
Naomi mengerjap satu kali, dua kali, dan Danny melihat sinar ketakutan itu
menghilang dari mata Naomi. Gadis itu tertawa pendek dan berkata ringan, Tentu
saja aku tahu itu kau. Benarkah" tanya Danny dalam hati. Benarkah Naomi tadi tahu bahwa yang
berdiri di hadapannya adalah Danny" Lalu kenapa Naomi bereaksi seperti itu"
Kenapa ia ketakutan begitu"
Danny menatap Naomi dengan tajam dan bertanya-tanya.
Kenapa selama sesaat tadi aku mendapat kesan kau mengira aku adalah orang lain"
* * * Jantung Naomi masih berdebar kencang. Seluruh tubuhnya terasa dingin dan kaku.
Selama sesaat ia dilanda kepanikan yang membuatnya mati rasa. Matanya terbelalak
menatap sosok di hadapannya. Namun perlah
an-lahan sosok kabur itu semakin
jelas. Lalu ia melihat Danny. Danny Jo. Yang berdiri di depannya adalah Danny Jo.
Ini aku. Naomi mendengar kata-kata yang diucapkan dengan perlahan itu. Ia
mengerjap satu kali, dua kali, lalu mendengar kata-kata itu lagi. Kali ini lebih jelas.
Ini aku. Sedetik kemudian Naomi mulai menyadari apa yang terjadi dan di mana
dirinya berada saat itu. Ia menatap Danny yang berdiri di hadapannya dengan
wajah cemas dan alis berkerut samar. Lalu ia menyadari bahwa sikapnya yang
berlebihan mungkin membuat Danny heran. Naomi menjilat bibirnya yang kering
dan mencoba tertawa. Kedengarannya sumbang. Tentu saja aku tahu itu kau,
katanya. Lalu karena Danny terus menatapnya dengan alis berkerut tanpa berkata
apa-apa, Naomi cepat-cepat berdeham dan bertanya, Bagaimana keadaanmu
sekarang" Danny Jo menatapnya sambil tersenyum kecil. Sudah lebih baik, sahutnya
agak lemah. Karena kau ada di sini.
Saat itu debar jantung Naomi yang sudah kembali normal kembali melonjak
begitu mendengar kata-kata Danny. Apa-apaan ini" Danny selalu suka bercanda.
Lalu kenapa Naomi berdebar-debar hanya karena kata-kata ringan dan tidak berarti
itu" Naomi cepat-cepat mengendalikan diri dan berdeham. Kau mau makan
sesuatu" Aku sudah membuat teh ketika kau tidur tadi. Dan kau juga harus makan
sedikit. Setelah itu minum obat.
Naomi tidak yakin apakah Danny menyadari usahanya untuk mengalihkan
pembicaraan atau tidak, tetapi laki-laki itu tidak berkomentar apa-apa. Danny
mengikuti Naomi ke dapur dan duduk diam di meja dapur sementara Naomi
menuangkan teh dan menyiapkan sandwich untuknya.
Jadi apa yang kaulakukan selama aku tidur" tanya Danny ketika Naomi
sudah duduk di hadapannya dengan sepotong sandwich di tangan.
Melihat-lihat flatmu, sahut Naomi ringan. Membongkar semua lemari dan
laci yang ada. Asal kau tahu, ini flat kakak perempuanku, kata Danny. Jadi kalau kau
menemukan barang-barang mencurigakan, itu bukan milikku.
Naomi tersenyum melihat Danny mengunyah sandwich-nya. Setidaknya selera
makannya sudah membaik. Aku hanya bercanda, kata Naomi. Setelah aku
berkeliling flatmu sampai bosan, aku menelepon ibu dan adikku. Oh, jangan
khawatir, aku memakai ponselku sendiri.
Kau pasti bosan setengah mati, gumam Danny.
Naomi mengangkat bahu. Aku minta maaf karena kau terpaksa menemani orang sakit di hari liburmu,
kata Danny, sementara aku yakin kau pasti sudah memiliki segudang rencana
untuk hari liburmu. Naomi memiringkan kepala, berpikir apakah ia harus jujur atau tidak. Akhirnya
ia lalu menghela napas dan berkata, Tidak juga. Aku hanya ingin ke salon dan
berbelanja sedikit hari ini. Setelah itu aku berencana membujukmu makan malam
bersamaku. Danny tersenyum. Setidaknya sebagian rencanamu berhasil. Kita memang
sedang makan malam bersama sekarang, katanya sambil mengayunkan tangan ke
arah sandwich di atas meja.
Kau benar, sahut Naomi, lalu tertawa.
Sejenak Danny hanya tertegun menatapnya. Sebelum Naomi sempat bertanya,
laki-laki itu kembali menunduk menatap sandwich-nya dan berdeham. Karena kau
sudah berbaik hati menemaniku hari ini, aku akan melakukan hal yang sama
untukmu. Aku akan menemanimu seharian penuh. Kalau aku sudah sembuh nanti.
Mata Naomi bersinar-sinar. Kau akan menemaniku seharian penuh"
Danny mengangguk. ya. Dan kita akan melakukan apa pun yang kuinginkan"
Danny mengangguk lagi. Tentu saja.
Apa pun" Danny menyipitkan mata dan tersenyum. Dengan anggapan kau tidak akan
memintaku melakukan sesuatu yang melanggar hukum, ya, aku akan melakukan
apa pun yang kauinginkan selama satu hari itu.
Senyum Naomi mengembang, dan ia sama sekali tidak tahu apa pengaruh
senyumnya terhadap Danny. Saat itu Danny memang bersedia melakukan apa
saja apa saja agar ia selalu bisa melihat Naomi tersenyum padanya seperti itu.
Hanya padanya. Dan sebelum ia benar-benar menyadari apa yang dilakukannya,
kata-kata itu sudah meluncur dari lidahnya. Katakan padaku kau tidak tertarik
pada Chris. Alis Naomi terangkat. Apa"
Danny mendesah dan memejamkan mata. Sebelah tangannya terangkat
memegang kening. Lu pakan saja. Aku tidak tahu apa yang kukatakan, gumamnya
pelan, lalu bangkit dari kursi sambil membawa cangkir tehnya. Aku mau berbaring
di sofa. Kening Naomi berkerut bingung sementara ia menatap Danny yang berjalan
pelan ke arah ruang duduk. Kenapa kau mengira aku tertarik pada Chris"
tanyanya langsung. Kau tahu benar dia gay.
Danny berhenti melangkah, lalu perlahan-lahan berbalik menghadap Naomi. Ia
mengembuskan napas dan mengangkat bahu. Entahlah, ujarnya lirih. Mungkin
karena dia memiliki mata biru dan logat Skotlandia yang bisa membuat wanita
mana pun melupakan kenyataan bahwa dia seorang gay" Danny terdiam sejenak.
Ia mengerang. Astaga. Otakku benar-benar kacau. Aku sedang tidak bisa berpikir
jernih. Lupakan saja kata-kataku.
Ketika Danny hendak berbalik lagi, Naomi berkata, Aku tidak tertarik
padanya. Sudah kukatakan padamu kemarin.
Tapi kaubilang kau merasakan sesuatu untuknya, kata Danny, masih
mengingat jelas pembicaraan mereka kemarin di flat Naomi.
Naomi mengangkat bahu. Kau tidak bertanya padaku apakah aku merasakan
sesuatu untuk Chris. Aku ingat jelas aku menanyakannya, Chris menegaskan. Dan aku ingat kau
menjawab ya. Danny, sela Naomi pelan, kau bertanya apakah aku merasakan sesuatu. Kau
tidak menyebut untuk siapa.
Danny terlihat bingung. Lalu"
Naomi menarik napas dalam-dalam. Aku... memang merasakan sesuatu,
katanya pelan. Matanya menatap lurus ke mata Danny. Debar jantungnya semakin
jelas terdengar dan ia bertanya-tanya apakah Danny juga bisa mendengarnya. Tapi
bukan... eh, bukan untuk... Chris.
Danny masih berdiri di sana. Kerutan di alisnya perlahan-lahan menghilang
ketika kata-kata Naomi akhirnya diserap otaknya yang masih terasa berkabut.
Keheningan di ruangan itu mendadak dipecahkan bunyi bel pintu.
Begitu Naomi membuka pintu, Miho Nakajima berdiri di hadapannya sambil
tersenyum lebar. Hai, Naomi, kau masih ada di sini" tanyanya ceria.
Naomi mengerjap. Oh, Miho, halo. Masuklah. Ia melangkah ke samping dan
membiarkan Miho berjalan masuk.
Aku sedang dalam perjalanan pulang dari kantor dan kupikir sebaiknya aku
mampir untuk melihat keadaan Danny, kata Miho ringan. Ia menoleh ke arah
Danny dan bertanya, Bagaimana keadaanmu sekarang"
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Danny mengangkat sebelah tangan dan tersenyum. Aku sudah merasa jauh
lebih baik sekarang. Terima kasih atas perhatianmu.
Kau sudah makan" tanya Miho. Aku bisa membelikan sesuatu. Atau
membuatkan sesuatu. Tidak. Tidak perlu, sahut Danny. Aku sudah makan sedikit tadi. Aku hanya
ingin istirahat sekarang.
Oh, gumam Miho sambil mengangguk-angguk, terlihat agak kecewa
walaupun ia berusaha keras menjaga wajahnya tetap datar.
Danny mengalihkan pandangan ke arah Naomi. Naomi, sebaiknya kau juga
pulang sekarang. Kau pasti lelah, katanya. Aku sudah terlalu banyak
merepotkanmu kalian berdua hari ini. Aku sudah tidak apa-apa sekarang.
Oh. Naomi memandangnya, lalu memandang Miho, lalu kembali menatap
Danny. Baiklah kalau begitu.
Aku bisa mengantarmu pulang kalau kau mau, Miho menawarkan diri.
Ya, tentu saja, sahut Naomi, lalu ia pergi ke ruang duduk untuk mengambil
tas dan jaketnya. Ketika ia kembali, Miho sudah berdiri di ambang pintu bersama
Danny. Kalau ada apa-apa, jangan ragu-ragu menghubungiku, kata Miho kepada
Danny. Danny tersenyum. Baiklah. Terima kasih banyak.
Ketika Miho berbalik dan mulai berjalan pergi, Naomi menoleh ke arah Danny.
Jangan lupa minum obat dan langsung tidur, katanya pelan. Lalu ia melirik meja
makan yang masih belum dibereskan dan menambahkan, Kau tidak perlu
membereskan mejanya sekarang. Kalau besok kau masih belum merasa lebih baik
kau harus... Aliran kata-katanya terhenti ketika Danny tiba-tiba menempelkan telapak
tangannya di kedua sisi kepala Naomi. Secara naluriah Naomi menarik diri, namun
tangan besar yang menangkup pipi dan menempel di telinganya itu tidak bergerak.
Naomi tidak bisa bergerak. Hanya bisa berdiri di sana dan mendongak menatap
Danny dengan mata melebar kaget. Tangan Danny terasa besar. Dan hangat. Sama
sekali tidak menakutkan. Sesaat jantung Naomi seolah-olah berhent
i berdegup, lalu mulai berdebar dan semakin lama semakin cepat. Ia tidak bisa bernapas. Oh, dear...
Berhentilah merasa cemas, kata Danny pelan. Seulas senyum tersungging di
bibirnya. Aku pasti akan minum obat dan langsung naik ke tempat tidur. Aku
tidak akan membereskan meja makannya sekarang. Dan kalau besok aku masih
merasa seperti mayat hidup, aku akan langsung pergi ke rumah sakit. Oke"
Naomi hanya bisa mengangguk tanpa suara.
Bagus. Senyum Danny melebar. Ia menurunkan tangannya ke bahu Naomi.
Sekarang pergilah. Aku akan meneleponmu nanti.
Saat ini Naomi baru menyadari bahwa ia sedang menahan napas. Akhirnya ia
menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk.
* * * Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kau mengenalnya" tanya Miho ketika ia
melajukan mobilnya meninggalkan gedung apartemen Danny.
Naomi menoleh. Hm" Danny Jo, kata Miho. Ia melirik Naomi sekilas, lalu kembali menatap jalan di
depannya. Sudah berapa lama kau mengenal Danny"
Tidak terlalu lama. Miho tersenyum lebar. Dia sangat tampan, bukan"
Naomi memaksa diri balas tersenyum. Mm.
Dan sangat sopan. Mm. Naomi memandang ke luar jendela. Dan sangat baik, pikirnya. Sangat
menyenangkan, sangat... Aku menyukainya. Kepala Naomi berputar kembali menatap Miho. Apa"
Miho tertawa senang. Aku menyukainya, Naomi. Sangat menyukainya,
katanya tegas. Aku senang ibuku memaksaku pulang ke Korea waktu itu. Kalau
aku tidak pulang, aku tidak akan menghadiri pesta ulang tahun kakekku dan tidak
akan pernah bertemu dengan ibu Danny yang berniat menjodohkan aku dengan
putranya. Tiba-tiba saja Naomi merasa seolah-olah tekanan udara di dalam mobil
berkurang dengan cepat. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya
dengan pelan. Berat. Udara terasa berat. Ada apa ini"
Aku mengatakannya padamu karena kau temanku. Karena itu kau harus
membantuku, lanjut Miho.
Naomi mengerjap. Ada sesuatu dalam nada suara Miho yang membuatnya
heran. Miho menoleh menatapnya sejenak dan tersenyum. Naomi, kau mau
membantuku, bukan" Oh, dear. Naomi menarik napas dalam-dalam. Apa yang harus dikatakannya"
Ya, ia akan membantu Miho walaupun sebenarnya ia tidak ingin melakukannya"
Atau tidak, ia tidak akan membantu Miho mendekati Danny" Tetapi kalau Miho
bertanya kenapa Naomi tidak mau membantu, apa yang harus dikatakannya"
Bahwa ia sendiri juga... Naomi tertegun. Apa" Astaga... Apa yang dipikirkannya tadi" Tidak, itu tidak
mungkin. Naomi memalingkan wajah, memandang kosong ke luar jendela. Jari-jari
tangannya mendadak terasa dingin dan dadanya mendadak terasa nyeri. Apa pun
yang saat ini dikiranya sedang dirasakannya sangat tidak mungkin. Sangat tidak
mungkin. Naomi" Panggilan Miho menembus otak Naomi yang kalut. Naomi menoleh dan
berusaha memasang wajah datar. Ya"
Miho memandangnya dengan tatapan bertanya. Jadi bagaimana" Kau akan
membantuku, bukan" Naomi berharap Miho tidak mendesaknya seperti itu. Lagi pula Miho bukan
wanita pemalu yang membutuhkan bantuan mak comblang untuk menjalin
hubungan dengan pria mana pun. Namun karena ia sedang tidak ingin berdebat
panjang-lebar, Naomi memaksakan seulas senyum kecil dan bergumam, Tentu.
Senyum Miho mengembang. Naomi kembali memalingkan wajah ke luar
jendela dan menghela napas panjang. Apa pun yang saat ini dikiranya sedang
dirasakannya sangat tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.
Karena ia sama sekali tidak boleh lupa siapa Danny Jo sebenarnya.
Bab Dua Belas KAU mau ke Lake District" Hari ini" tanya Naomi di ponsel dengan alis
terangkat. Ia sedang minum teh dengan Julie di kafe di Holland Park ketika Danny
meneleponnya dan berkata bahwa ia akan pergi ke Lake District, New Country.
Ya, sahut Danny di ujung sana. Kami sedang mengerjakan video musik baru
dan pengambilan gambarnya akan dilakukan di sana. Kudengar tempat itu sangat
indah. Kudengar juga begitu, gumam Naomi sambil lalu. Tapi, Danny, apakah kau
yakin kau sudah cukup sehat untuk melakukan perjalanan jauh"
Danny tertawa. Aku sudah sembuh. Sungguh. Hyong juga tidak akan
mengizinkan aku pergi kalau aku masih sakit.
Kapan kau akan kembali"
Entahlah. Aku tidak yakin. Kurasa hanya dua atau tiga hari.
Dua atau tiga hari" Kenapa" Tentunya kau bisa bertahan beberapa hari tanpa aku, bukan" gurau
Danny. Naomi mendengus. Aku sudah bertahan seumur hidup tanpa dirimu, jadi aku
yakin aku akan baik-baik saja.
Saat itu Julie mencondongkan tubuhnya ke arah Naomi dan berbisik, Apakah
dia akan datang ke pertunjukanku"
Naomi meneruskan pertanyaan Julie kepada Danny.
Katakan padanya aku pasti datang, sahut Danny. Bukankah aku sudah
pulang sebelum hari pertunjukan perdananya"
Dia pasti datang, kata Naomi kepada Julie, lalu kembali berkata kepada
Danny, Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu.
Kau juga. Aku akan meneleponmu lagi nanti.
Ada pekerjaan di North Country" tanya Julie sambil memasukkan scone ke
dalam mulut ketika Naomi sudah menutup ponsel.
Katnaya dia akan pergi selama beberapa hari, sahut Naomi pelan, lalu
menoleh memandang ke luar jendela. Seperti biasa, langit London terlihat suram
walaupun sinar mathari berusaha mengintip dari sela-sela awan.
Oh, astaga, kata Julie tiba-tiba. Seulas senyum lebar tersungging di bibirnya
dan mata hijaunya berkilat-kilat penuh arti.
Naomi menatapnya dengan alis terangkat. Apa"
Kau mendesah, Naomi, kata Julie.
Mendesah" ulang Naomi sambil mengerjap kaget. Ia tidak mendesah. Aku
tidak mendesah. Senyum Julie semakin lebar. Kau sudah pasti mendesah tadi dan aku tahu jenis
desahan seperti itu. Julie mencondongkan tubuh dan menopang kedua siku di atas
meja. Matanya menatap mata Naomi lurus-lurus. Belum apa-apa kau sudah
merindukannya. Apa" Julie tertawa. Oh, akui saja, Naomi. Kau menyukai laki-laki itu.
Aku... Naomi terdiam sejenak, lalu mengembuskan napas. Sebaiknya kita
bicarakan hal lain saja. Julie mengangkat bahu. Kenapa" Danny Jo itu sangat tampan, baik, sopan, dan
menyenangkan. Dan aku yakin dia juga menyukaimu. Jadi apa salahnya kalau...
Miho menyukainya, sela Naomi.
Aku tahu itu, kata Julie, membuat Naomi heran. Tapi lalu kenapa" Danny
tidak menyukainya, bukan"
Naomi mengangkat bahu. Aku sudah berjanji akan membantunya.
Membantu siapa" Miho"
Naomi mengangguk. Maksudm, membantunya mendekati Danny"
Naomi tidak menjawab. Julie menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan.
Kau tahu, Naomi, kadang-kadang kau bisa sangat bodoh.
Naomi tidak berkomentar. Ia hanya menunduk dan mengaduk-aduk tehnya.
Ngomong-ngomong soal Miho, gumam Julie tiba-tiba.
Naomi mengangkat wajah dan melihat Julie sedang memandang ke arah pintu
restoran. Naomi mengikuti arah pandang Julie dan matanya langsung menangkap
sosok Miho Nakajima yang sedang berjalan ke meja mereka sambil tersenyum cerah.
Terakhir kali Naomi bertemu dengan Miho adalah empat hari yang lalu, ketika
mereka pulang dari apartemen Danny.
Halo, sapa Miho ceria ketika ia sudah berdiri di samping meja Naomi dan
Julie. Aku kebetulan lewat dan melihat kalian dari luar restoran, jadi kuputuskan
untuk ikut bergabung dengan kalian. Kalian tidak keberatan, bukan"
Tidak, tidak. Silakan duduk, kata Julie sambil bergeser ke kursi di
sampingnya untuk memberi tempat kepada Miho.
Miho melepas jaket sambil memesan secangkir teh pada seorang pelayan yang
menghampirinya. Setelah si pelayan pergi, Miho menatap Naomi dan Julie
bergantian. Jadi apa yang sedang kalian bicarakan"
Naomi melirik Julie sekilas, lalu menatap Miho dan berkata, Hanya tentang
pertunjukan Julie minggu depan. Dia ingin memastikan kita semua datang. Kau juga
pasti datang, bukan"
Selama beberapa saat mereka mengobrol tentang berbagai hal sambil minum
teh dan melahap semua scone dan kue kecil yang mereka pesan. Lalu tiba-tiba Miho
berkata, Ngomong-ngomong, kenapa Chris dan Danny tidak ikut minum teh
bersama kita" Chris tidak bisa meninggalkan restoran, sahut Julie. Sedangkan Danny
sedang pergi ke luar kota.
Alis Miho terangkat dan ia menoleh ke arah Naomi. Ke luar kota" Ke mana"
Naomi memaksakan seulas senyum tipis. Lake District, gumamnya. Ada
pekerjaan di sana. Lake District, gumam Miho dengan nada merenung. Sesaat kemudian ia
menatap Naomi dan Julie bergant
ian. Ada yang mau pesan scone lagi" Scone di sini
benar-benar enak. * * * Tiga hari kemudian Begitu Naomi membuka pintu flatnya, aroma tidak asing langsung menyerbu
hidungnya. Aroma masakan. Seulas senyum otomatis tersungging di bibirnya. Pasti
Chris sudah ada di rumah. Dan kalau menilai dari aromanya, ia pasti sedang
memasak sesuatu yang lezat.
Naomi, kaukah itu" seru Chris dari dapur.
Ya, ini aku, Naomi balas berseru sambil menggantung jaket dan melepas
sepatunya. Lalu ia berjalan ke dapur. Aromanya enak sekali.
Chris sedang mengaduk-aduk sesuatu di panci sementara Julie duduk di meja
makan dan memotong-motong sayuran hijau dengan canggung. Naomi tersenyum
memikirkan bagaimana jadinya Julie kalau ia disuruh memerankan koki andal
dalam drama. Ia pasti gagal total.
Kuharap kau belum makan malam, Sayang, kata Chris, lalu mencicipi saus
yang sedang dimasaknya. Oh... Ya Tuhan, aku benar-benar jenius. Saus ini benar-benar lezat. Aku bisa jatuh cinta pada diriku sendiri.
Aku belum makan malam dan aku kelaparan, kata Naomi. Ia menghampiri
Chris dan mengintip ke dalam panci. Kita akan makan apa malam ini"
Pasta, kata Chris. Oh ya, bagaimana kalau kau mengundang Danny makan
malam bersama kita" Kuharap dia tidak alergi lobster.
Naomi menggeleng. Danny belum kembali ke London.
Kenapa" Bukankah dia bilang hanya dua atau tiga hari" tanya Julie.
Kemarin malam dia meneleponku dan sepertinya ada sedikit masalah teknis di
sana. Jadi mereka terpaksa tinggal lebih lama daripada yang direncanakan.
Tiba-tiba Chris berhenti mengaduk pancinya dan berbalik menatap Naomi. Dia
pergi ke Lake District, bukan"
Naomi mengangguk. Ya, kenapa"
Kudengar di sana pemandangannya sangat indah, kata Chris sambil berpikir-pikir.
Lalu" Kudengar juga tempat itu sangat romantis. Tempat yang membuat orang jatuh
cinta semudah ini. Chris menjentikkan jari.
Oh, Chris. Tolong katakan saja langsung apa yang ingin kaukatakan, kata
Julie. Raut wajah Chris terlihat serius. Kau tidak takut dia akan jatuh cinta pada
wanita lain di sana" tanyanya pada Naomi. Bayangkan saja, dia berada di salah
satu tempat paling indah di dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang
rumput hijau, danau biru, udara segar, desa-desa kecil yang indah. Mungkin kalian
tidak tahu, tapi percayalah padaku apabila kukatakan bahwa suasana seperti itu
membuat kita jatuh cinta dengan mudah. Sangat mudah. Bagaimana kalau Danny
bertemu dengan salah seorang gadis desa yang cantik dan lugu di sana, lalu dia
terpesona dan... dan tidak mau kembali ke London lagi"
Naomi menyipitkan mata menatap Chris, seulas senyum kecil tersungging di
sudut bibirnya. Kau tahu masalahmu" Kau terlalu banyak nonton film-film lama,
katanya. Chris terkekeh. Setidaknya memang itu yang terjadi dalam film, kata Chris. Ia
menoleh ke arah Julie yang masih memotong-motong sayuran dengan kikuk.
Sayangku, kalau kau memotong seperti itu, salad-nya baru bisa dihidangkan besok
pagi. Aku lebih mementingkan keselamatanku. Aku tidak mau jariku putus, balas
Julie, masih memotong sayuran dengan teramat hati-hati.
Baiklah, kata Naomi sambil beranjak ke kamarnya. Aku akan mandi. Setelah
itu aku akan membantu kalian.
* * * Dia belum meneleponmu hari ini" tanya Chris tiba-tiba setelah mereka selesai
makan malam dan duduk mengobrol di meja makan.
Naomi mengalihkan tatapan dari jam kecil di atas kulkas dan menatap Chris.
Apa" Ayolah, Naomi, timpal Julie sambil tersenyum. Dari tadi kau terus melirik
jam. Dan kalau tidak melirik jam, kau melirik ponselmu, Chris menambahkan.
Jelas sekali kau sedang menunggu telepon, lanjut Julie.
Tepatnya, telepon dari Danny, kata Chris.
Naomi tidak tahu apa yang bisa dikatakannya untuk menghadapi serangan
kedua temannya. Tetapi ia memang tidak ingin membantah. Ia memang sedang
menunggu telepon dari Danny. Biasanya Danny meneleponnya atau mengirim
pesan singkat setiap hari setiap hari hanya untuk mengabarkan keadaannya
ataupun menanyakan kabar Naomi. Tetapi dua hari terakhir ini laki-laki itu belum
menghubungi Naomi dan hal itu membuat Naomi bertanya-t
anya. Apa yang sedang
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilakukannya di sana"
Tiba-tiba Naomi tertegun dan alisnya berkerut bingung. Kenapa ia seperti ini"
Aneh sekali. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Danny dan ia mulai merasa
rindu. Rindu" Yah, walaupun Naomi tidak ingin mengakuinya, itulah kata yang
tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakannya sekarang. Ia ingin bertemu
dengan Danny, ingin mendengar suaranya, ingin berbicara dengannya, ingin... Oh,
dear, aku sudah gila, pikir Naomi sambil menggeleng pelan.
Kau tidak gila, kata Chris. Apa yang kaurasakan itu wajar saja.
Naomi mendongak kaget. Apakah ia mengatakan apa yang dipikirkannya tadi"
Sepertinya begitu. Kenapa kau tidak meneleponnya" Julie menyarankan dan mulai
membereskan meja. Dia juga bukannya pergi ke luar negeri. Telepon saja dia
sekarang. Naomi menggigit bibir, mempertimbangkan usul itu sejenak, lalu ia tersenyum.
Baiklah kalau begitu. Ia meraih ponsel dan menekan nomor Danny. Nada
sambung terdengar empat kali sebelum akhirnya telepon diangkat di ujung sana
dan... Halo" Naomi mengerjap dan matanya pun melebar. Suara wanita" Apa..."
Halo" kata suara itu lagi. Lalu, Naoi"
Tanpa sadar Naomi mencengkeram ponselnya lebih erat sementara jantungnya
seolah-olah berhenti sejenak ketika ia mengenali suara itu. Miho" tanyanya kaget.
Chris dan Julie yang sedang membereskan meja menghentikan gerakan mereka
dan menatap Naomi dengan alis terangkat kaget. Namun kekagetan mereka tidak
seberapa dibandingkan dengan kekagetan Naomi. Miho" Miho menjawab ponsel
Danny" Apa ini" Apa yang sedang terjadi"
Ternyata benar kau, Naomi, kata Miho. Suaranya terdengar ringan dan ceria
seperti biasa. Danny sedang pergi ke toilet dan ponselnya ditinggalkan di meja.
Naomi merasa kepalanya nyaris meledak karena banyaknya pertanyaan yang
berseliweran di sana. Tapi, Miho, bagaimana kau bisa ada di... Maksudku, sedang
apa kau di sana" tanyanya, berusaha mengendalikan suaranya.
Oh, kau tidak tahu aku ada di Lake District" Miho balas bertanya. Bukankah
sudah kukatakan padamu aku ingin menulis artikel tentang Lake District" Aku
yakin aku pernah mengatakannya padamu.
Naomi memang ingat Miho pernah menyebut-nyebut soal itu, tapi ia tidak tahu
bahwa Miho akan langsung pergi ke sana. Dan bertemu dengan Danny. Dan
menjawab ponsel Danny! Jadi aku datang ke sini dan aku kebetulan bertemu dengan Danny dan
rombongannya di Keswick. Benar-benar kebetulan yang luar biasa, bukan" Miho
melanjutkan penjelasannya. Dan karena malam ini mereka tidak sibuk, aku
mengundang danny dan rombongannya makan malam bersama. Oh, Naomi,
mereka benar-benar rombongan yang menyenangkan. Dan Danny benar-benar
teman mengobrol yang luar biasa. Dia membuatku tertawa sepanjan gmalam.
Naomi harus menahan diri untuk tidak memutuskan hubungan saat itu juga.
Oh, begitu" Menyenangkan sekali, gumamnya kaku.
Oh, oh, ada yang ingin kukatakan padamu, kata Miho lagi. Suaranya
terdengar antusias. Naomi tidak yakin ia ingin mendengarnya.
Danny akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam, bisik Miho
senang. Kurasa dia mulai menyukaiku.
Dan Naomi merasa jantungnya jatuh ke lantai dapur flatnya.
Aku akan menceritakan semuanya kepadamu ketika aku pulang nanti.
Tidak. Jangan. Naomi menarik napas dalam-dalam. Baiklah kalau begitu. Aku
tidak akan mengganggu acara makan malammu. Bersenang-senanglah. Dan semoga
artikelmu berhasil. Artikel" tanya Miho bingung. Oh, artikel itu! Ya, ya, tentu saja. Terima kasih,
Naomi. Naomi tidak bisa menahan diri dan memutar bola matanya.
Oh, Naomi, kau ada pesan untuk Danny" Akan kusampaikan kepadanya,
tambah Miho. Tidak, tukas Naomi cepat. Suaranya terdengar agak ketus, jadi ia menarik
napas lagi dan berkata dengan lebih tenang. Tidak, terima kasih, Miho. Tidak usah.
Tidak ada yang penting. Naomi menutup ponsel dan menatap Chris dan Julie yang sedang menatapnya
dengan ragu. Itu tadi Miho, katanya singkat.
Chris dan Julie saling berpandangan sejenak. Ya, kami sudah mendengarnya.
Dia sedang makan malam dengan Danny, kata Naomi lagi. Dadanya terasa
agak berat. Yah, bukan berdua d
engan Danny. Rekan-rekan kerja Danny juga ada
di sana. Chris dan Julie mengangguk.
Katanya Danny sedang pergi ke toilet dan meninggalkan ponselnya di meja.
Katnaya dia sedang menulis artikel tentang Lake District dan kebetulan bertemu
dengan Danny di Keswick. Lagi-lagi Naomi menarik napas dalam-dalam, lalu
bergumam lirih, Katanya Danny akan mengajaknya ke suatu tempat setelah makan
malam. Chris dan Julie masih diam. Lalu Chris berkata ragu, Kau tahu, itu mungkin
tidak berarti apa-apa. Kusarankan kau tidak terlalu memikirkannya.
Naomi mengangkat wajah dan menatap Chris. Aku tidak apa-apa, katanya
cepat. Aku baik-baik saja.
Lalu ia berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, melempar ponsel ke tempat
tidur dan berdiri di tengah-tengah kamar dengan kedua tangan dilipat di depan
dada. Danny akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam. Kurasa dia mulai
menyukaiku. Mata Naomi terasa perih. Ia juga mendadak merasa sesak. Ia membuka
jendelanya lebar-lebar dan menarik napas dalam-dalam. Kenapa tiba-tiba bernapas
membuat dadanya terasa sakit"
* * * Miho sedang menunduk menatap ponsel Danny yang ada dalam genggamannya
ketika suara Danny mengagetkannya. Ada yang menelepon"
Miho mendongak dan menyunggingkan senyum cerah. Naomi, sahutnya.
Maaf, aku menjawab teleponmu. Tapi sudah kukatakan padanya bahwa kau
sedang pergi ke toilet. Danny duduk dan menerima ponsel yang disodorkan Miho. Naomi
meneleponnya" Apakah ada masalah" Ia memang tidak sempat menelpon gadis itu
selama dua hari ini, tetapi itu karena Bobby Shin membuat semua orang sibuk
sepanjang hari dan ketika akhirnya Danny mendapat waktu luang, Miho mendadak
muncul dan mengajak mereka semua makan malam.
Maaf, aku keluar sebentar, kata Danny kepada Miho. Kemudian ia keluar dari
restoran dan berdiri di tepi jalan yang melandai. Ia menekan nomor telepon Naomi
dan menempelkan ponsel ke telinga.
Nada sambung terdengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali...
Naomi tidak menjawab telepon. Ke mana gadis itu" Kenapa tidak menjawab
telepon" * * * Naomi menatap ponselnya yang berdering di atas tempat tidur, namun sama sekali
tidak bergerak untuk menjawabnya. Ia tetap berdiri di depan jendela sambil melihat
kedua tangan di depan dada. Ia tahu itu telepon dari Danny, ia sudah melihat nama
yang muncul di layar ponsel, tetapi ia tidak lagi ingin berbicara dengan laki-laki itu.
Tidak setelah berbicara dengan Miho tadi.
Ia yakin Miho memutuskan pergi ke Lake District setelah ia tahu Danny ada di
sana. Ia juga yakin Miho tidak kebetulan bertemu dengan Danny di Keswick. Miho
pasti tahu rombongan Danny menginap di Keswick. Pasti begitu. Dan kini mereka
berdua ada di tempat yang menurut Chris adalah salah satu tempat paling indah di
dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang rumput hijau, danau biru, udara
segar, desa-desa kecil yang indah.
Tempat yang membuat orang-orang jatuh cinta dengan mudah, begitulah kata
Chris tadi. Naomi menyipitkan mata. Namun bukannya gadis desa yang cantik dan lugu,
Danny malah bertemu dengan Miho Nakajima.
Miho Nakajima yang cantik, pintar, menarik, pandai bicara, dan selalu percaya
diri di tengah banyak orang.
Miho Nakajima yang sangat bertolak belakang dengan Naomi Ishida.
Miho Nakajima yang pastinya bisa dengan mudah membuat Danny jatuh cinta.
Bab Tiga Belas SAAT itu waktu makan siang dan Chris sedang sibuk seperti biasanya di dapur
restoran tempat kerjanya. Sebagai kepala koki, Chris bertugas memastikan semua
berjalan lancar dan semua makanan yang keluar dari dapur sudah sempurna.
Christopher Scott yang sedang bekerja dan Christopher Scott yang tidak sedang
bekerja sangat berbeda. Ketika sedang bekerja, Chris teramat sangat serius dan
selalu bersikap tegas pada semua anak buahnya, seperti komandan di medan
perang. Sementara Chris yang dikenal teman-temannya di luar urusan pekerjaan
adalah pribadi yang sangat lucu, menyenangkan, dan sangat santai.
Daging dombanya berapa lama lagi" seru Chris kepada salah seorang anak
buahnya yang sedang mengintip ke dalam oven.
Tiga menit lagi, Chef, jawab si anak buah dengan suara lantan
g. Chris menoleh ke sisi lain dan berseru lagi, Bagaimana dengan risotto-nya"
Ini dia, Chef. Dan sepiring risotto diletakkan di depan Chris untuk diperiksa.
Setelah memasitkan semuanya sudah benar, Chris membiarkan pelayan restoran
membawanya keluar dari dapur.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan Chris mengumpat. Siapa lagi yang
menelepon di saat seperti ini" gerutunya pada diri sendiri. Ia mengeluarkan ponsel
dari saku celana dan berkata cepat, Ya, siapa ini"
Mendengar suara orang di ujung sana, sikap Chris langsung berubah. Tunggu
sebentar, katnaya kepada si penelepon, lalu berseru memanggil salah satu
asistennya. Jenner! Gantikan aku sebentar. Ibuku menelepon.
Lalu Chris melepaskan celemeknya dan keluar dari dapur yang berisik itu.
Begitu ia tiba di kantor kecilnya, ia mengempaskan diri ke kursi dan berkata, Ya,
Danny. Kita bisa bicara sekarang. Ngomong-ngomong, kau sudah kembali ke
London" Belum, sahut Danny di ujung sana. Lalu ia bertanya heran, Kaubilang aku
ibumu" Chris terkekeh. Biasanya aku tidak menjawab telepon kalau sedang bekerja.
Kau tahu sekarang waktunya makan siang" Kami sedang supersibuk di sini.
Maafkan aku, kata Danny. Aku sudah berusaha menelepon Julie tadi, tapi
dia tidak menjawabnya. Tunggu dulu, sela Chris. Kau menelepon Julie lebih dulu" Kenapa" Kenapa
pilih-pilih kasih seperti ini"
Danny tertawa hambar. Yang benar saja. Aku tahu kau pasti sibuk pada jam-jam seperti ini, jadi aku tidak ingin mengganggumu, Danny menjelaskan. Tapi
berhubung Julie tidak menjawab telepon, aku terpaksa menghubungimu. Kuharap
aku tidak terlalu merepotkan.
Chris mengangkat bahu. Tidak juga, katanya ringan. Ada yang mau
kaubicarakan" Danny ragu sejenak. Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu.
Ini tentang Naomi, bukan" tebak Chris.
Ya. Aku sudah berusaha menghubunginya selama dua hari ini. Tapi dia tidak
menjawab teleponku. Aku juga tidak akan menjawab teleponmu kalau aku jadi dia, timpal Chris.
Tapi kenapa" Ada apa" Apa yang sudah kulakukan" tanya Danny tidak
mengerti. Jangan katakan padaku ini karena Miho.
Mm-hmm, gumam Chris membenarkan. Danny, asal kau tahu, dia sangat
marah. Dan aku tidak menyalahkannya.
Tapi bukan aku yang menyuruh Miho ke sini. Aku juga tidak menyuruhnya
menjawab teleponku, kata Danny cepat. Dan sekarang Naomi tidak mau bicara
denganku gara-gara itu"
Kata Miho, kau hendak mengajaknya ke suatu tempat setelah makan malam
waktu itu, kata Chris datar.
Yah, itu memang benar, kata Danny, lalu cepat-cepat menambahkan, tapi itu
karena katanya dia sedang menulis artikel tentang tempat-tempat menarik di Lake
District. Karena dia sudah berbaik hati mentraktir kami semua makan malam,
kupikir aku bisa berterima kasih kepadanya dengan menunjukkan beberapa tempat
menarik di Keswick yang mungkin bisa menjadi bahan yang berguna untuk
artikelnya. Ia terdiam sejenak, lalu bertanya dengan nada tidak percaya. Tapi
kenapa aku menjelaskan semua ini kepadamu"
Chris terkekeh. Karena kau ingin meminta bantuanku"
Danny mendesah berat. Dan asal kau tahu, kami tidak pergi berdua. Seorang
temanku yang sepertinya tertarik pada Miho juga ikut dengan kami.
Miho mengira kau mulai menyukainya.
Aku apa" Danny terdengar kaget. Dan apakah Naomi juga berpikir
begitu" Chris mengangkat bahu, walaupun Danny tidak bisa melihatnya. Aku baru
tahu ternyata dia bisa cemburu juga, gumamnya lirih, lebih pada diri sendiri, lalu
tertawa kecil. Danny tidak mendengarnya. Apa katamu"
Tidak apa-apa, sahut Chris cepat. Jadi katakan apa yang bisa kubantu"
* * * Malam itu Naomi masuk ke kamarnya, menjatuhkan tasnya ke lantai dan langsung
merebahkan diri ke atas tempat tidur. Ia menggigit bibir dan menatap langit-langit
kamar. Ia mulai merasa reaksinya terlalu berlebihan malam itu, malah ketika Miho
menjawab telepon Danny. Seharusnya ia tdiak bereaksi seperti itu. Seharusnya ia
tidak menolak menjawab telepon Danny ketika laki-laki itu meneleponnya.
Bagaimanapun juga, ia tidak berhak merasa cemburu. Danny Jo bebas
melakukan apa pun yang diinginkannya. Ia juga bebas bersama siapa
pun yang diinginkannya. Bebas menyukai siapa pun yang diinginkannya.
Tetapi kenapa pikiran itu malah membuat Naomi sendiri lesu"
Ia bangkit dan berjalan ke lemari pakaiannya. Saat itu matanya menatap secarik
kertas kecil berwarna kuning yang ditempelkan di cermin meja riasnya. Ia mencabut
kertas itu dan membacanya.
Periksa e-mail-mu. Chris.
Alis Naomi berkerut heran. Apa lagi ini" pikirnya, namun ia menghampiri meja
tulis dan menyalakan laptop-nya. Tidak lama kemudian ia sudah masuk ke inbox e-mail-nya. Seseorang mengirimkan video file untuknya. Berharap itu bukan semacam
virus, Naomi membuka file di sana.
Sejenak kemudian ia mengerjap kaget menatap gambar yang muncul di layar
laptop. Danau dengan permukaan air berwarna biru yang tenang, padang rumput
hijau yang terbentang luas, diselingi pepohanan dan berlatar belakang bukit hijau
gelap. Langit terlihat biru jernih dan ia bisa mendengar gemeresik dedaunan yang
ditiup angin. Ia juga nyaris bisa merasakan tiupan angin di wajahnya. Tempat apa
itu" Tiba-tiba terdengar suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Indah,
bukan" Selamat datang di Ullswater. Lalu pemandangan itu bergerak ketika
kamera dialihkan dan mata Naomi melebar ketika wajah Danny memenuhi layar
laptop-nya. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melihat wajah Danny.
Danny tersenyum lebar ke arah kamera dan berkata, Apakah kau tahu bahwa
Ullswater sering dianggap sebagai danau terindah di antara seluruh danau di
Cumbria" Kemarin kami melakukan pengambilan gambar di sini. Aku tahu kau
pasti menyukai pemandangan ini, jadi hari ini aku kembali ke sini untuk
menunjukkannya kepadamu. Danny kembali mengarahkan kameranya ke sekelilingnya, menunjukkan
seluruh pemandangan indah yang terbentang di hadapannya. Dan saat itu Naomi
juga merasa seolah-olah ia ada di sana, berdiri di samping Danny, melihat
pemandangan itu dengan mata kepalanya sendiri, meraskaan angin menerpa
wajahnya. Ia mengangkat kedua kaki ke atas kursi dan memeluk lutut. Seulas
senyum tersungging di bibirnya.
Wajah Danny kembali terlihat di layar. Ia mendongak menatap langit biru
sambil menaungi mata dengan sebelah tangan yang tidak memegang kamera.
Rambutnya acak-acakan tertiup angin. Kemudian ia kembali menatap kamera dan
menyunggingkan senyum lebar yang membuat jantung Naomi berdebar dua kali
lebih cepat. Lain kali aku pasti akan mengajakmu ke sini supaya kau bisa
melihatnya sendiri, katanya. Sekarang pegang tanganku. Aku akan mengajakmu
berkencan hari ini, Naomi Ishida. Jadi kuharap kau bersedia menikmati hari yang
indah ini bersamaku. Senyum Naomi melebar. Sangat kreatif, gumamnya lirih.
Dan ia hampir lupa bernapas ketika ia melihat semua pemandangan indah yang
direkam Danny. Danny membawanya dari Lorton Vale yang merupakan tanah
pertanian hijau di sebelah selatan Cockermouth, lalu ke Crummock Water di sebelah
utara Buttermere, sampai ke Borrowdale yang begitu indah, membuat tenggorokan
Naomi tercekat.
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jelas sekali Danny tidak merekam semua gambar itu dalam satu hari. Naomi
yakin laki-laki itu pasti melakukannya di waktu luangnya yang terbatas. Kesadaran
bahwa Danny telah menyempatkan diri merencanakan semua itu untuknya
membuatnya tersentuh. Sangat tersentuh.
Wajha Danny yang ceria kembali terlihat di layar. Bagaimana menurutmu"
Kau suka" Naomi tersenyum. Sangat, gumamnya pelan.
Aku benar-benar berharap kau ada di sini bersamaku sekarang. Danny
mendesah dan memandang berkeliling, lalu kembali menatap kamera. Menatap
Naomi. Kau tahu, aku menyadari sesuatu selama berada di sini, katanya irngan. Ia
masih tersenyum, namun ada kesan sungguh-sungguh dalam suaranya. Aku rindu
padamu. Naomi mengerjap kaget dan menahan napas. Oh, dear... Suasana di sekeliling-nya mendadak sunyi senyap. Hanya debar jantungnya sendiri yang terdengar
olehnya. Kurasa aku sudah terbiasa selalu melihatmu, jadi kalau kau tidak ada, aku
merasa agak aneh. Seolah-olah ada sesuatu yang... salah, Danny melanjutkan
dengan nada merenung. Lalu ia tertawa kecil. Astaga, kurasa aku mulai meracau.
Baiklah, kuharap kau menikmati kencan kita hari ini. Sa
mpai jumpa lagi di London. Selama dua menit penuh setelah video itu berakhir, Naomi masih duduk diam
di depan laptop-nya. Aku menyadari sesuatu selama aku berada di sini. Aku rindu padamu.
Kata-kata Danny masih terngiang-ngiang di telinganya. Dan kata-kata itu kini
membuat seulas senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Ia melirik ponsel yang
tergeletak di meja. Setelah ragu sedetik, ia membulatkan tekad, meraih ponsel itu
dan menekan nomor Danny. Kali ini Danny menjawab pada dering pertama dan suara yang kini disadari
Naomi sangat dirindukannya itu langsung bertanya, Naomi"
Mmm, gumam Naomi. Ini aku.
Naomi bisa mendengar Danny mengembuskan napas dengan perlahan.
Apakah kau menikmati acara jalan-jalan kita"
Naomi tersenyum. Bagaimana kau bisa tahu ak usudah melihat videonya"
Aku punya informan tepercaya.
Informan tepercaya" Naomi melirik pesan dari Chris yang kini tergeletak di
mejanya. Jadi, Naomi, kau sudah tidak marah padaku" tanya Danny. Suaranya
terdengar ragu, sama sekali tidak seperti yang dikenal Naomi.
Naomi mendengus. Aku tidak marah padamu. Bagaimanapun juga ia tidak
mungkin mengakui bahwa ia tidak suka dengan kenyataan bahwa Miho menjawab
ponsel Danny, bahwa Danny ingin mengajak Miho ke suatu tempat, bahwa mereka
makan malam bersama, bahwa Miho bisa melihat Danny sementara Naomi sendiri
tidak bisa. Bahwa Miho yakin Danny mulai menyukainya.
Danny terkekeh. Suaramu terdengar marah.
Aku tidak marah. Baiklah, baiklah. Kalau begitu, aku senang mendengarnya, kata Danny cepat.
Ia terdiam sejenak, lalu bertanya pelan, Bagaimana keadaanmu, Naomi"
Aku baik-baik saja, gumam Naomi. Kau sendiri"
Sudah lebih baik, sahut Danny.
Alis Naomi terangkat. Apa maksudmu" Kau sakit lagi"
Tidak, tidak, sela Danny cepat, lalu tertawa kecil. Tidak bertemu denganmu
selama ini sudah cukup membuatku gelisah. Ditambah dengan kau yang tidak mau
berbicara denganku selama dua hari terakhir ini... Ia menghela napas sejenak.
Tapi sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik. Karena aku sudah mendengar
suaramu. Seperti yang sudah sering dialaminya akhir-akhir ini seitap kali berada di dekat
Danny dan setiap kali ia menatap Danny, jantung Naomi pun kembali berdebar
kencang. * * * Danny Jo sedang duduk melamun di antara para rekan kerjanya di sebuah pub kecil
di Keswick ketika ponselnya berdering. Ia tersentak dan cepat-cepat menjawab
tanpa melihat siap ayang menelepon. Naomi" tanyanya langsung sambil bangkit
dan berjalan keluar dari kedai. Ia sama sekali tidak menyadari Bobby Shin yang
menatapnya sambil tersenyum kecil dan menggeleng-geleng.
Mmm, ini aku. Danny bisa merasakan kelegaan menjalari dirinya begitu ia mendengar suara
Naomi di ujung sana. Ia tahu Naomi sudah melihat video yang dikirimnya. Chris
yang memberitahunya beberapa saat yang lalu.
Tidak melihat gadis itu selama beberapa hari saja sudah cukup membuatnya
uring-uringan. Dan dua hari terakhir ini benar-benar menguji kesabarannya, bahkan
Bobby Shin sampai kebingungan menghadapinya. Penyebabnya" Naomi yang tiba-tiba menghindarinya, menolak menjawab teleponnya. Dan yang paling buruk
adalah Danny tidak tahu alasannya, tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Ia tidak tahu sejak kapan, ia tidak tahu kenapa, dan ia juga tidak tahu
bagaimana, tetapi ia tahu Naomi Ishida sangat berpengaruh pada ketenangan
jiwanya. Danny berdiri di teras pub kecil itu dan menghela napas dalam-dalam. Tangan
kirinya yang tidak memegang ponsel dijejalkan ke dalam saku celana. Setelah ragu
sejenak, ia bertanya dengan pelan, Jadi, Naomi, kau sudah tidak marah padaku"
Aku tidak marah padamu. Danny tertawa pendek. Suaramu terdengar marah.
Aku tidak marah. Danny pun tidak mendesak lagi. Akhirnya ia bertanya, Bagaimana
keadaanmu, Naomi" Naomi menjawab ringan, Aku baik-baik saja. Kau sendiri"
Sudah lebih baik, sahut Danny. Ya, ia sudah merasa jauh lebih baik. Karena ia
sudah mendengar suara gadis itu. Karena gadis itu tidak lagi marah padanya.
Tetapi suara Naomi terdengar khawatir. Apa maksudmu" Kau sakit lagi"
Tidak, tidak, sela Danny cepat dan tertawa, merasa se
nang karena Naomi ternyata mencemaskannya. Itu bisa dianggap sesuatu yang bagus, bukan" Tidak
bertemu denganmu selama ini sudah cukup membuatku gelisah. Ditambah dengan
kau yang tidak mau berbicara denganku selama dua hari terakhir ini... Ia menghela
napas sejenak. Tapi sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik. Karena aku sudah
mendengar suaramu. Naomi tidak menjawab. Danny bertanya-tanya apakah ia sudah membuat gadis
itu terkejut. Apakah Naomi akan kembali menarik diri" Apakah kata-katanya tadi
akan membuat Naomi kembali menjaga jarak" Karena walaupun Naomi tidak
pernah berkata apa-apa, Danny tahu gadis itu selalu menjaga jarak dengan laki-laki.
Laki-laki mana pun. Dan walaupun Naomi tidak pernah berkata apa-apa, Danny
yakin penyebabnya bukan karena Naomi gadis pemalu. Pasti pernah terjadi sesuatu
yang membuat Naomi bersikap seperti ini. Danny ingin tahu apa yang terjadi. Ia
ingin mengetahui semua yang bisa diketahuinya tentang Naomi. Hanya saja ia tidak
tahu caranya. Naomi" panggil Danny ragu. Semoga saja Naomi tidak langsung menutup
telepon. Kalau itu terjadi, Danny tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Aku masih di sini, kata Naomi.
Dengan pelan Danny mengembuskan napas yang ditahannya. Astaga, ia tidak
pernah segugup ini seumur hidupnya, baik dalam urusan pekerjaan atau ketika
menghadapi wanita mana pun. Kenapa gadis yang satu ini membuatnya selalu
merasa gugup, selalu bertanya-tanya, selalu ragu" Ia tidak pernah seperti ini.
Sungguh. Ini tidak normal.
Kau harus tahu tidak ada yang terjadi. Maksudku, antara aku dan Miho
Nakajima, kata Danny pada akhirnya.
Hening sejenak, lalu terdengar, Mmm.
Kau percaya padaku, bukan" tanya Danny.
Tentu saja, sahut Naomi cepat, tetapi bagi Danny suara gadis itu tidak
terdengar meyakinkan. Kau sedang di mana"
Danny menoleh ke arah jendela pub dan melihat teman-temannya masih sibuk
mengobrol dan tertawa di dalam. Di pub. Bersenang-senang sedikit setelah hari
yang panjang dan melelahkan.
Dia ada di sana bersamamu"
Danny tersenyum kecil, tidak bisa menahan diri. Siapa"
Hening sejenak, lalu Naomi bergumam, Miho.
Senyum Danny melebar. Tidak, sahutnya singkat. Ia tidak berkata bahwa
siang tadi ia kebetulan bertemu dengan Miho. Ia juga tidak berkata bahwa Miho
memang berencana akan bergabung dengan mereka di pub ini. Bagaimanapun juga,
bukan Danny yang mengundang gadis itu ke sini. Miho sendiri yang kebetulan
mendengar bahwa Danny dan teman-temannya akan berkumpul di pub lalu
menyatakan bahwa ia juga ingin bergabung.
Begitu" gumam Naomi. Lalu tiba-tiba ia mengalihkan pembicaraan. Nada
suaranya pun berubah lebih ringan. Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan
mengganggumu lebih lama lagi. Oh, dan terima kasih untuk videonya. Aku sangat
menyukainya. Terima kasih karena sudah berkencan denganku hari ini, balas Danny.
Dan, Danny, kata Naomi lagi ketika Danny hendak menutup telepon, aku
juga senang mendengar suaramu.
Dan tiba-tiba saja, begitu mendengar kata-kata sederhana yang diucapkan
dengan pelan itu, Danny merasa hatinya berubah ringan dan melambung tinggi. Ia
juga mendapati dirinya tidak bisa berhenti tersenyum, bahkan lama setelah Naomi
menutup telepon. Saat itu ia teringat pada kata-kata yang pernah diucapkan Naomi.
Aku... memang merasakan sesuatu, tapi bukan... bukan untuk Chris.
Danny tidak tahu apakah ia berani berharap atau tidak.
* * * Miho kembali bersandar di dinding samping pub. Danny sudah kembali ke dalam
pub, sama sekali tidak sadar bahwa Miho sudah mendengar semua yang
dikatakannya. Sebenarnya Miho tidak menguping dengan sengaja. Ia baru saja akan
berbelok ke pub itu ketika mendengar suara rendah Danny yang berkata, Tapi
sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik. Karena aku sudah mendengar
suaramu. Kata-kata yang diucapkan dengan pelan dan serius itu membuat Miho
menghentikan langkah. Ia belum pernah mendengar Danny berbicara dengan nada
lembut seperti itu. Penasaran dengan orang yang sedang berbicara dengan Danny,
Miho bersandar di dinding samping pub. Ternyata Danny sedang berbicara di
ponselnya. Tapi dengan siapa"
Pertanyaan itu langsung terjawab karena kata yang diucapkan Danny
selanjutnya adalah, Naomi"
Miho mengerutkan kening. Lalu perlahan-lahan seulas senyum muram muncul
di bibirnya. Sebenarnya ia sudah menduganya. Sejak hari itu di flat Danny. Ia sudah
melihat cara Danny menatap Naomi. Dan cara Danny menangkup kepala Naomi
dan berbicara pelan kepadanya ketika Miho dan Naomi hendak pulang.
Namun saat itu Miho menolak memikirkannya. Sama seperti sekarang. Ia sama
sekali belum ingin mundur. Danny Jo mungkin menyukai Naomi, tapi Naomi belum
tentu menyukai Danny. Miho mengenal temannya dengan baik. Naomi bukan tipe
wanita yang mudah didekati. Malah Miho selalu melihat Naomi menjauhi laki-laki.
Jadi Miho masih memiliki kesempatan.
Seperti kata orang-orang, segalanya sah dalam perang dan cinta.
Bab Empat Belas KALIAN sudah tahu besok adalah hari pertunjukan perdanaku, bukan" tanya
Julie untuk kesekian kalinya hari ini.
Chris mengadahkan wajah dengan gaya dramatis. Kami tidak mungkin lupa,
Julie, katanya dengan nada ditarik-tarik. Demi Tuhan, kau terus mengingatkan
kami setiap jam. Ada apa denganmu" Tenanglah sedikit.
Naomi baru saja pulang ketika Julie menariknya ke dapur, di sana Chris yang
mengenakan piama sutra ungu sudah berdiri sambil memegang secangkir cokelat
panas dan langsung melemparkan pertanyaan tadi. Julie terlihat sangat
bersemangat. Juga tegang.
Aku tidak bisa tenang, kata Julie sambil berjalan mondar-mandir di dapur
mereka yang kecil. Ini peran utamaku yang pertama. Pertunjukan ini harus
berhasil. Harus! Kalau ini berhasil baik, maka kesempatan-kesempatan besar lain
akan terbuka untukku. Aku akan terkenal! Aku akan mendapat banyak tawaran!
Aku akan mendapat kesempatan berbagi panggung dengan aktor-aktor besar! Aku
akan... Wow, berhenti sebentar, sela Chris sambil mengacungkan sebelah tangan ke
wajah Julie. Pelan-pelan saja. Aku tidak bisa memahami kalau kau berbicara
secepat kereta api ekspres. Tarik napas dalam-dalam.
Julie mengangguk-angguk dan menarik napas dalam-dalam, mematuhi kata-kata Chris. Namun ia langsung menggeleng, Tidak, tidak. Ini tidak berhasil. Aku
tidak bisa tenang. Apakah kalian sudah mengundang semua teman kalian ke
pertunjukanku" Tenanglah, Sayang. Aku sudah mengundang semua temanku dan aku jamin
mereka pasti datang, sahut Chris. Lalu ia mengerdip ke arah Naomi dan berbisik,
Aku sudah mengancanm mereka.
Naomi tertawa. Julie menoleh ke arah Naomi dan menyipitkan mata. Bagaimana dengan
Danny" tanyanya. Kapan dia akan kembali ke London" Waktu itu dia sudah
berjanji akan mengajak semua rekan kerjanya ke pertunjukanku. Kalau dia tidak jadi
datang... Dia akan kembali malam ini, sahut Naomi cepat. Setidaknya itulah yang
dikatakannya padaku ketika dia meneleponku kemarin.
Dan Naomi berharap itu benar. Danny sudah pergi selama lebih dari seminggu
dan Naomi berharap bisa segera bertemu dengannya, bukan hanya melihatnya di
video yang dikirimkan Danny untuknya. Naomi menghela napas dan
mengembuskannya dengan pelan. Sepertinya ia mulai kacau. Danny baru pergi
selama seminggu, tetapi kenapa ia merasa seolah-olah Danny sudah pergi lebih dari
sebulan" Sekarang sudah larut dan aku sudah mengantuk, kata Chris sambil menguap,
lalu menatap Julie, Dan kalau kau ingin aku tampil prima untuk pertunjukan
perdanamu, kau akan membiarkanku tidur dengan tenang.
Julie memberengut ke arah Chris yang berjalan ke kamarnya sendiri, lalu
menoleh ke arah Naomi dan tersenyum. Aku juga harus tidur sekarang. Aku tidak
mau sampai ada lingkaran hitam di sekeliling mataku besok. Selamat malam.
Naomi balas mengucapkan selamat malam dan masih berdiri bersandar di
lemari dapur beberapa saat setelah Julie masuk ke kamar. Tubuhnya terasa lelah,
namun pikirannya masih segar bugar. Dan seperti yang sering dialaminya akhir-akhir ini kalau sedang sendirian, pikirannya langsung melayang pada Danny Jo.
Apakah Danny akan meneleponnya kalau ia sudah tiba di London" Mungkin tidak.
Malam sudah larut dan Danny pasti sangat lelah.
Naomi memejamkan mata dan menggeleng-geleng. Oh, dear. Ini harus
dihentikan. Ia tidak bisa memikirkan
Danny terus. Yang harus dilakukannya
sekarang adalah mandi dan tidur.
Namun ketika ia masuk ke kamarnya sendiri, ponselnya berbunyi. Ia
mengeluarkan ponsel dari tas dan menatap tulisan yang muncul di layar. Wajahnya
langsung berseri-seri. Danny!
Wah, kedengarannya kau sedang gembira. Suara Danny terdengar agak lelah,
namun masih ada tawa di dalamnya. Kuharap itu karena kau gembira mendengar
suaraku. Naomi mendengus pelan, namun ia tidak bisa mencegah senyum lebar yang
muncul di wajahnya. Kau sudah ada di London"
Mmm, gumam Danny membenarkan. Baru turun dari kereta dan orang
pertama yang terpikirkan olehku adalah kau. Aneh, bukan"
Kau baru memikirkanku setelah turun dari kereta" gurau Naomi.
Ah, sebenarnya aku memikirkanmu sepanjang perjalanan pulang, koreksi
Danny. Dan setiap hari selama aku tidak ada di London. Setiap hari. Bahkan setiap
jam. Bagaimana kedengarannya"
Naomi tertawa. Kedengarannya tidak normal.
Kau benar. Ini tidak normal, desah Danny. Ngomong-ngomong, kenapa kau
belum tidur" Aku baru pulang. Selarut ini" Naomi melirik jam tangan. Memang sudah hampir tengah malam.
Pemotretannya berlangsung lebih lama daripada yang kukira, katanya. Tapi
kenapa kau masih meneleponku kalau kau memang merasa ini sudah larut"
Tadinya aku berencana meninggalkan pesan di kotak suaramu, aku Danny.
Tapi karena kau ternyata belum tidur, maukah kau membantuku"
Sebelah alis Naomi terangkat. Apa"
Sudah lama aku tidak melihatmu dan karena aku sudah tiba di London kurasa
aku tidak akan bisa tidur malam ini kalau aku belum melihatmu, kata Danny.
Maukah kau melihat keluar jendela"
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa" Naomi mengerjap kaget sementara jantungnya mulai berdebar semakin
keras dan cepat. Tanpa membuang-buang waktu, ia melompat ke jendela kamar
tidurnya dan menyibakkan tirai. Benar saja. Danny Jo sedang berdiri di bawah tiang
lampu di seberang jalan di depan gedung flat Naomi. Sebelah tangannya yang tidak
memegang ponsel terangkat menyapa Naomi. Wajahnya yang terdongak ke arah
Naomi terlihat agak pucat dan lelah, namun senyum yang sangat disukai Naomi itu
tetap tersungging di bibirnya.
Danny, Naomi merasa hatinya membuncah dan ia tidak bisa menahan
senyumnya. Atau kau bisa turun sebentar dan membiarkanku melihatmu dari dekat,
tambah Danny pelan. Naomi tidak ragu sedetik pun. Tunggu di sana, katanya, lalu berbalik, melesat
keluar dari kamarnya, keluar dari pintu flat dan berlari menuruni tangga. Kurang
dari tiga puluh detik kemudian ia sudah menginjak trotoar di depan gedung flatnya.
Ia harus mencegah dirinya berlari menyeberangi jalan dan memeluk Danny. Tanpa
melepaskan pandangan dari wajah Danny, Naomi memaksa dirinya berjalan dengan
tenang menyeberangi jalan yang sudah sepi dan berhenti di depan Danny.
Cepat sekali, komentar Danny sambil tersenyum ke dalam mata Naomi.
Naomi mengangkat bahu. Yah, semakin cepat aku turun ke sini dan
menemuimu, semakin cepat kau bisa pulang dan membiarkan aku tidur.
Danny tertawa pelan. Lalu ia mengangkat sebelah tangannya dan menyentuh
pipi Naomi. Benarkah"
Mata Naomi melebar, napasnya tercekat, jantungnya berdebar begitu keras
sampai rasanya hampir melompat keluar dari dadanya. Tetapi ia tidak bisa
bergerak. Tidak bisa berbicara. Tidak bisa bernapas. Mata Danny yang gelap seolah-olah menghipnotisnya. Tangan Danny terasa hangat di pipi Naomi yang dingin.
Kehangatan tangan itu mulai meresap di kulit Naomi dan menjalari seluruh
tubuhnya. Sama seperti waktu itu di flat Danny.
Perlahan-lahan tangan Danny bergerak merangkul bahu Naomi dan
menariknya mendekat. Dan sebelum Naomi bisa bereaksi, kedua lengan Danny
sudah melingkari tubuhnya, menyelubunginya dengan kehangatan. Naomi
mengerjap kaget. Kaget karena Danny memeluknya. Kaget karena ia membiarkan
Danny melakukannya. Kaget karena rasa aman yang dirasakannya dalam pelukan
Danny. Ah, senang sekali melihatmu lagi, gumam Danny di pelipis Naomi.
Naomi pun mengembuskan napas yang ditahannya sejak tadi, seiring dengan
ketegangan yang menguap dari tubuhnya. Ia menyandarkan dagunya di bahu
Danny dan memejamkan mata. Ia bisa merasak
an debar jantung Danny, dan entah
kenapa hal itu membuatnya merasakan kedamaian yang belum pernah
dirasakannya selama ini. Lalu suara Danny yang rendah kembali terdengar dai balik kabut kedamaian
yang menyelimutinya dengan nyaman. Apa yang akan kaulakukan besok"
Sulit rasanya berpikir tentang besok ketika saat ini ia sedang berada dalam
pelukan Danny, tetapi Naomi berhasil memaksa otaknya bekerja. Besok pagi aku
harus pergi menemui agenku.
Setelah itu" Bersiap-siap untuk menghadiri pertunjukan perdana Julie.
Danny tertawa kecil. Kau tidak perlu menghabiskan seharian mempersiapkan
diri. Ia melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang bahu Naomi, lalu ia
mengamati Naomi dari kepala sampai ke kaki, lalu kemblai ke wajah Naomi.
Menurutku kau sudah sempurna.
Wajah Naomi pun memanas. Ia yakin wajahnya terlihat merah, bahkan di
bawah sinar lampu jalan yang remang-remang.
Setelah kau menemui agenmu, dan sebelum kita menghadiri pertunjukan Julie,
bagaimana kalau kau menemaniku menghabiskan hari liburku"
Bagaimana mungkin Naomi menolak sementara Danny tersenyum padanya
seperti itu. Dan saat itulah ia menyadari sesuatu, sesuatu yang sudah tersembunyi
rapi di dalam hatinya sejak lama, namun kali ini perasaan itu begitu kuat sampai
tidak mungkin diabaikan lagi.
Sepertinya ia sudah jatuh cinta pada Danny Jo.
Oh, dear... Bab Lima Belas KEESOKAN harinya ketika Naomi keluar dari kantor agennya, ia melihat Danny
sudah duduk menunggunya di atas sepda motor besar berwarna perak.
Danny tersenyum lebar sambil mengulurkan helm kepadanya. Ini sepeda
motor Hyong. Dia meminjamkannya kepadaku hari ini. Ayo, naiklah.
Naomi menatap Danny dan sepeda motor itu bergantian. Kau harus tahu
bahwa ini pertama kalinya aku naik sepeda motor, katanya ragu.
Danny mengenakan helmnya sendiri. Benarkah" Kau sudah banyak mendapat
pengalaman baru bersamaku, bukan" tanya Danny ringan. Dan hari ini kita akan
mencari pengalaman baru lagi. Ayo, naiklah. Kau percaya padaku, bukan"
Naomi menatapnya sesaat, lalu perlahan-lahan keraguan memudar dari
matanya dan ia tersenyum. Baiklah.
Seperti yang dijanjikan Danny, Naomi mendapat berbagai pengalaman baru
hari itu. Selama tiga tahun tinggal di London, hari itu Naomi naik sampan di
Regent"s Park untuk pertama kalinya, menyaksikan pergantian pengawal kerajaan
di Buckingham Palace untuk pertama kalinya, dan naik London Eye untuk pertama
kalinya. Lalu mereka makan dan berjalan-jalan di Leicester Square, daerah yang
menjadi wilayah pejalan kaki dan pusat hiburan di West End tempat berbagai jenis
seniman jalanan bersaing berebut perhatian.
Waktu memang berlalu dengan cepat ketika kau sedang bersenang-senang.
Itulah yang dirasakan Naomi. Ia menyadari bahwa menghabiskan waktu bersama
Danny adalah saat-saat paling menyenangkan baginya. Bersama Danny, ia
mendapati dirinya sering tertawa, selalu mengalami hal-hal baru yang
menyenangkan, dan bisa berbicara bebas. Bersama Danny, Naomi bisa menikmati
semua hal yang tidak bisa dinikmatinya sebelum ini, melihat semua hal yang tidak
akan bisa dirasakannya seumur hidupnya. Dan bersama Danny, ia bisa melupakan
masa lalu dan masa depan, walaupun hanya sejenak, dan hanya menikmati masa
sekarang. Namun Naomi selalu tahu bahwa masa lalu akan kembali menghantuinya. Dan
kali ini ia tidak akan bisa mengelak lagi.
* * * Pertunjukan Julie sukses besar. Semua tiket terjual habis, semua kursi terisi dan
respons penonton sangat bagus. Penampilan Julie sendiri sangat memukau. Naomi
yakin temannya akan mendapat banyak tawaran bagus setelah pertunjukan ini.
Aku tidak pernah melihat Julie seperti itu. Dia benar-benar hebat, bukan" kata
Miho kepada Naomi di akhir pertunjukan.
Ini adalah pertama kalinya Naomi bertemu lagi dengan Miho setelah Miho
menjawab ponsel Danny beberapa hari yang lalu. Miho sama sekali tidak
mengungkit-ungkit kejadian itu, jadi Naomi juga tidak pernah bertanya. Miho masih
bersikap ceria seperti biasa, dan masih berusaha mendekati Danny setiap ada
kesempatan. Untuk merayakan kesuksesan Julie, setelah pertunjukan berakhir Chris
mengadakan pesta kejutan di resto
ran tempatnya bekerja. Dan berhubung yang
mengadakan pesta adalah Christopher Scott, salah satu koki paling terkenal di
Inggris, semua tamu yang hadir di pesta itu adalah orang-orang penting dalam
dunia seni dan pertunjukan.
Chris dan Julie adalah orang-orang yang tidak pernah merasa resah berada di
tengah banyak orang, berlawanan dengan Naomi. Naomi tidak menyukai pesta.
Bahkan bisa dibilang ia benci pesta. Tentu saja sebagai model ia harus menghadiri
berbagai jenis pesta, baik pesta pribadi yang sopan maupun pesta yang berisik dan
gila-gilaan. Namun Naomi tidak pernah tinggal lebih lama dari setengah jam di
setiap pesta itu, karena pada setengah jam pertama semua orang masih bersikap
sopan dan suasana pesta masih beradab. Tetapi segalanya akan berubah setelah
orang-orang menegak minuman keras yang tak pernah berhenti disajikan. Dan
Naomi selalu menghindari saat itu.
Tetapi malam ini ia melanggar peraturannya sendiri. Ia sudah bertahan di pesta
ini selama hampir dua jam, dan itu karena ia tidak ingin mengecewakan Julie. Julie
adalah bintang pesta malam ini dan ia sangat gembira. Naomi tidak mungkin
meninggalkan pesta yang diadakan untuk merayakan keberhasilan teman baiknya
itu begitu saja. Kalau ia melakukannya, ia akan merasa seperti orang yang tidak
berperasaan. Ia menoleh ke arah Danny yang berdiri di sampingnya dan sedang berbicara
dengan salah seorang tamu pesta. Naomi tidak meminta Danny menemaninya,
tetapi sepertinya Danny menyadari kegelisahan Naomi di tengah-tengah orang
banyak, karena laki-laki ini tidak pernah meninggalkan sisinya sepanjang malam
itu. Naomi menarik napas dalam-dalam dan memandang berkeliling. Alunan musik
dan suara orang-orang yang mengobrol mulai membuatnya pusing. Ia mulai merasa
sesak napas. Ia harus pergi dari sini. Julie dan Chris pasti akan mengerti kalau
Naomi pulang lebih dulu. Ada apa" Mendengar suara Danny, Naomi menoleh dan memaksakan seulas senyum.
Tidak apa-apa. Aku hanya... Naomi terlihat ragu. Ia memandang berkeliling lagi,
dan kembali menatap Danny. Apakah menurutmu aku boleh pulang lebih dulu"
Danny memiringkan kepala sedikit, masih tetap menatap Naomi. Lalu ia
tersenyum ringan. Tentu saja. Kita akan pamit pada Chris dan Julie, lalu aku akan
mengantarmu pulang. * * * Wajah Naomi terlihat agak pucat. Danny tahu Naomi tidak nyaman berada di
tengah-tengah pesta yang ramai seperti ini dan ia bisa merasakan ketegangan yang
memancar dari diri gadis itu. Ia tersenyum dan berkata, Tentu saja. Kita akan pamit
pada Chris dan Julie, lalu aku akan mengantarmu pulang.
Kelegaan pun terlihat jelas di wajah Naomi.
Ketika mereka hendak beranjak pergi, seseorang berseru memanggil Danny.
Danny menoleh dan melihat seorang pria jangkung dalam balutan jas mahal sedang
berjalan menerobos kerumunan ke arahnya. Oh, Dong-Min Hyong" gumamnya
pada diri sendiri, heran melihat salah seorang temannya dari Korea di sini.
Naomi menyentuh lengannya dan berkata, Biar aku saja yang pergi mencari
Chris dan Julie. Danny mengangguk. Baiklah. Aku akan menunggumu di sini.
Setelah melihat sosok Naomi menghilang di antara kerumunan orang-orang.
Danny kembali menoleh ke arah Kim Dong-Min yang menghampirinya sambil
memegang segelas sampanye dan tersenyum lebar.
Hyong, apa kabar" sapa Danny ketika Kim Dong-Min sudah berdiri di
hadapannya. Ini benar-benar kejutan. Kapan Hyong di London"
Sebenarnya Danny dan Kim Dong-Min tidak bisa disebut teman. Danny hanya
mengenalnya sebagai salah seorang teman dekat almarhum kakak laki-lakinya, Jo
Seung-Ho, dan orang yang dulu pernah berniat mendekati kakak perempuannya,
Anna Jo. Danny, aku sudah mendengar bahwa kau ada di London, tapi aku sama sekali
tidak menyangka bisa kebetulan bertemu denganmu di pesta ini, kata Kim Dong-Min sambil tersenyum lebar dan menjabat tangan Danny. Dari dekat wajahnya yang
tampan terlihat agak merah. Aku tiba di London tiga hari yang lalu. Urusan
pekerjaan. Dan karena besok aku harus kembali ke Seoul, temanku mengajakku ke
sini. Pesta yang hebat, bukan" Orang-orang terkenal dan wanita-wanita cantik. Ini
baru namanya pesta. Matanya
dilayangkan ke seluruh ruangan dan senyumnya
semakin lebar. Danny tersenyum tipis tanpa berkomentar. Ternyata Kim Dong-Min masih
sama seperti dulu. Penggemar pesta dan wanita. Diam-diam Danny bersyukur Kim
Dong-Min tidak berhasil menarik perhatian Anna bertahun-tahun yang lalu. Danny
tidak mau membayangkan kakak perempuannya menikah dengan pria seperti ini.
Dong-Min kembali menatap Danny dan matanya berkilat-kilat penuh arti.
Ngomong-ngomong, kalau tidak salah tadi aku melihatmu berbicara dengan
seorang wanita cantik, katanya. Kalau tidak salah, wanita itu Naomi Ishida,
bukan" Model terkenal dari Jepang itu"
Mata Danny agak menyipit. Ada sesuatu dalam nada suara Dong-Min yang
tidak disukainya. Ya, gumamnya datar, itu memang dia.
Dong-Min meneguk sampanyenya dan terkekeh. Wah, tidak kuduga ternyata
seleramu sama dengan kakakmu.
Danny baru hendak membuka mulut untuk bertanya apa maksud Dong-Min
ketika seseorang menyentuh lengannya. Ia menoleh dan langsung bertatapan
dengan Miho Nakajima. Danny, maaf, boleh bicara sebentar" tanya Miho. Lalu ia menoleh ke arah
Dong-Min dan tersenyum manis. Kuharap Anda tidak keberatan.
Sebelum Danny menjawab, Dong-Min sudah menyela cepat, Tentu saja tidak.
Tadi aku melihat seseorang yang kukenal di sana, jadi kurasa aku harus pergi dan
berbicara dengannya. Ia mengangkat bahu dan menyunggingkan senyum miring
kepada Miho, lalu menatap Danny. Oke, Danny, kita akan bicara lagi nanti.
* * * Di mana Julie dan Chris" Naomi tidak melihat mereka di mana-mana. Ia harus
pulang sekarang dan ia harus memberitahu Chris atau Julie sehingga kedua
temannya itu tidak mengkhawatirkannya kalau mereka tiba-tiba menyadari Naomi
sudah tidak ada. Naomi mengembuskan napas dengan keras. Yah, kalau dipikir-pikir, dalam
suasana seperti ini, kemungkinan besar Chris dan Julie bahkan tidak
memikirkannya. Semua orang terlihat sedang bersenang-senang. Semua orang,
kecuali Naomi sendiri. Ia memijat pelipisnya sejenak. Tidak bisa, ia harus keluar sekarang. Ia akan
mencoba menelepon Chris dalam perjalanan pulang nanti. Sebaiknya ia kembali ke
tempat Danny. Ia berbalik dan berjalan kembali ke tempat ia meninggalkan Danny
bersama temannya tadi. Tetapi apa yang dilihat Naomi sedetik kemudian membuat
langkahnya mendadak terhenti.
Danny memang masih berdiri di sana, namun kini ia tidak lagi sedang berbicara
dengan temannya. Kini yang berdiri di hadapannya adalah Miho. Danny berdiri
memunggunginya, jadi Naomi hanya bisa melihat wajah Miho yang tersenyum
lebar kepada Danny. Lalu Danny mengatakan sesuatu yang membuat Miho tertawa.
Dan itu bukan pemandangan yang menyenangkan.
Naomi, kenapa berdiri di sini seperti orang bingung" tanya Chris yang tiba-tiba saja sudah muncul di sampingnya.
Naomi tersentak dan menoleh. Oh, Chris. Tidak apa-apa.
Chris segera melihat penyebabnya. Ia tersenyum pada Naomi dan bertanya,
Kau mau aku menyeret Miho menjauh dari Danny"
Naomi menggeleng. Tidak apa-apa, Chris. Kebetulan kau ada di sini.
Ada apa" Aku ingin pulang lebih dulu. Tolong sampaikan juga kepada Julie.
Kenapa" Naomi tersenyum kecil. Kau tahu aku tidak suka pesta-pesta seperti ini,
Chris. Chris berpikir sejenak, lalu berkata, Baiklah. Tunggu sebentar di sini. Aku akan
mengantarmu pulang. Tidak usah, Naomi cepat-cepat menyela. Kau tuan rumah di sini. Mana
mungkin tuan rumah meninggalkan tamu-tamunya begitu saja" Lagi pula, tadi
Danny bilang dia yang akan mengantarku pulang. Ia kembali melirik Danny.
Tetapi karena sekarang sepertinya dia sedang sibuk, aku akan pulang sendiri saja.
Chris menggeleng. Aku bisa kembali lagi ke sini setelah mengantarmu,
katanya. Tunggu di sini. Aku akan memberitahu Julie dan setelah itu kita bisa
pulang. Naomi mendesah pasrah ketika Chris berbalik pergi. Tetapi ia juga tidak mau
menunggu lebih lama lagi di sini. Kenapa ia harus merepotkan Chris dan merusak
malam Julie" Kenapa pula ia harus menunggu Danny mengantarnya pulang" Ia bisa
pulang sendiri. Sambil menarik napas, Naomi pun berbalik dan berjalan ke arah
tempat penitipan jaket. Namun tempat itu kosong. Di mana penjaga
nya" Naomi berdiri sebentar di
meja penjaga sambil menoleh ke kiri dan kanan, mencari si penjaga tempat
penitipan yang sepertinya juga ikut berpesta. Setelah beberapa menit berdiri di sana
dan si penjaga belum kembali, Naomi memutuskan untuk masuk dan mencari
jaketnya sendiri. Sementara mencari jaketnya, bayangan Danny dan Miho bersama kembali
tebersit dalam otaknya. Naomi cepat-cepat menggeleng untuk menyingkirkan
pikiran itu. Mereka hanya mengobrol biasa. Kenapa ia harus kesal melihat Danny
mengobrol dengan wanita lain" Yah... sebenarnya ia tidak kesal hanya gara-gara
Danny mengobrol dengan Miho, tetapi kesadaran bahwa Miho sedang berusaha
merayu Danny dan cara Miho tersenyum pada Danny-lah yang membuat Naomi
kesal. Kekesalan yang tiba-tiba muncul kembali membuat Naomi menarik jaketnya
dengan kasar dari gantungan. Ia harus keluar dari sini, pikirnya untuk yang ketujuh
belas kalinya malam ini. Udara malam akan menjernihkan pikirannya.
Tetapi ketika ia keluar dari bilik penyimpanan jaket, ia melihat seorang pria
Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berwajah Asia berdiri di depan bilik. Naomi langsung membeku di tempat, berharap
bumi menelannya, berharap ia bisa menguap begitu saja, berharap pria itu tidak
melihatnya. Tetapi tentu saja harapannya tidak terkabul.
Ah, rupanya kau ada di sini, kata pria itu sambil tersenyum miring. Kau
Naomi, bukan" Aku masih ingat padamu.
Jantung Naomi mulai mengentak-entak dadanya, ia tidak bisa bernapas, ia tidak
bisa bersuara. Kepanikan mulai menjalari dirinya dengan kecepatan penuh. Dengan
tangan terkepal, ia memaksa dirinya membuka mulut untuk mengatakan sesuatu,
namun tidak bisa. Ia tidak bisa bersuara. Hanya satu hal yang terpikirkan olehnya.
Pergi. Secepatnya. Wow, wow, tunggu sebentar, kata pria itu sambil menahan lengan Naomi
ketika Naomi berusaha berjalan melewatinya.
Naomi terkesiap keras dan menyentakkan tangannya secepat kilat.
Pria itu menyipitkan mata menatap Naomi. Masih galak seperti dulu,
gumamnya pelan. Naomi terbelalak kaget. Kata-kata itu dan napas pria itu yang berbau alkohol
membuat sekujur tubuh Naomi merinding. Apa maksudnya" Apakah ia pernah
bertemu dengan Ya, Tuhan!
Tubuh Naomi mulai gemetar sementara ia merasa dirinya meluncur kembali ke
masa lalu. Ke hari itu, tiga tahun yang lalu. Hari saat ia merasakan ketakutan
terbesar dalam hidupnya. Hari yang menghancurkan seluruh hidupnya. Hari saat ia
untuk pertama kalinya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Kalau kau tidak mengingatku, aku bisa maklum, pria itu melanjutkan sambil
menyunggingkan senyum miringnya. Kau tentu lebih mengenal Jo Seung-Ho.
Nama itu membuat napas Naomi tercekat dan ketakutan besar yang pernah
dirasakannya satu kali itu pun kembali melandanya.
Kau masih ingat padanya, bukan" desak pria itu sambil maju selangkah.
Bagaimanapun juga kalian pernah bersenang-senang.
Naomi mundur selangkah, namun ia sadar jalannya terhalang dan ia mundur
kembali ke bilik penyimpanan jaket. Ketakutannya kini mulai lepas kendali.
Matanya terbelalak liar menatap pria yang berdiri di hadapannya itu.
Pria itu mendesah berat, naun matanya tidak pernah lepas dari wajah Naomi.
Apakah kau tahu Seung-Ho sudah meninggal" Ah, tentu saja kau tahu. Karena
sekarang kau beralih kepada adiknya. Ia maju selangkah lagi.
Naomi mundur lagi, semakin jauh ke dalam bilik yang penuh jaket dan remang-remang.
Kau tahu, lanjut pria itu dengan nada melamun. Kalau kupikir-pikir, kurasa
Seung-Ho tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar.
Pria itu mengulurkan tangan menyentuh pipi Naomi dan Naomi otomatis
menepis tangannya dan mundur selangkah lagi. Tidak, kata Naomi dengan suara
tercekat dan gemetar. Ia menatap pria yang kini menghalangi jalan keluar itu
dengan panik. Biarkan aku lewat.
Naomi berusaha berjalan melewatinya, namun pria itu tiba-tiba mencengkeram
bahu Naomi dan mendorongnya ke dalam bilik penyimpanan jaket. Naomi
mendengar jeritan keras ketika ia jatuh tersungkur di lantai, lalu menyadari bahwa
itu adalah suaranya sendiri.
Kalau kau bisa menemani Seung-Ho dan adiknya, kau tentu juga bisa
menemaniku. Sebutkan hargamu. Naomi mendengar
pria itu berbicara dengan
nada malas yang ditarik-tarik. Naomi mendongak dan melihat pria itu sudah masuk
ke bilik sempit tersebut dan menutup jalan keluar. Tubuhnya mulai gemetar dan
perasaan ngeri membuat sekujur tubuhnya lumpuh. Ia tidak bisa melakukan apa
pun selain menatap pria itu dengan mata terbelalak ketakutan. Ia sudah bersumpah
ia tidak akan pernah merasakan ketakutan seperti ini lagi. Ia sudah bersumpah...
Ia harus menjerit. Ia harus menjerit minta tolong. Kenapa suaranya tidak mau
keluar" Sebelum Naomi sempat berpikir, pria itu mulai menarik jaket Naomi dengan
kasar. Naomi memekik dan berusaha melepaskan diri, tetapi tangan pria itu
langsung membekap mulutnya dan menahannya di lantai. Otak dan pandangan
Naomi berubah gelap. Ia terus menjerit walaupun mulutnya dibekap dengan kasar.
Ia terus meronta, mencakar, dan menendang dengan membabi buta walaupun
sepertinya hal itu sama sekali tidak berpengaruh.
Lalu tiba-tiba Naomi mendengar suara keras, sedetik kemudian tangan yang
mencengkeram wajahnya itu terlepas dan pria itu tiba-tiba tersungkur di
sampingnya. Masih diliputi kengerian dan tidak menyadari apa yang sedang terjadi
di sekelilingnya. Naomi cepat-cepat merangkak menjauh dan meringkuk di sudut,
berusaha memperbaiki pakaiannya yang berantakan dengan tangan yang gemetar
hebat sambil terisak keras di luar kendali.
* * * Ketika Danny tidak bisa menemukan Naomi di ruang pesta, ia memutuskan untuk
mencari ke tempat penitipan jaket, melihat apakah Naomi sudah pulang atau belum.
Tetapi tidak ada orang yang terlihat di sana. Ia hampir saja berbalik pergi kalau
bukan karena mendengar suara aneh di dalam bilik penyimpanan jaket. Ketika ia
masuk untuk memeriksa, tidak ada satu hal pun di dunia yang bisa
mempersiapkannya menyaksikan apa yang sedang terjadi. Kim Dong-Min sedang
menahan Naomi di lantai sambil berusaha merobek pakaiannya.
Dalam sekejap darah yang mengalir dalam tubuh Danny seolah-olah membeku.
Tanpa berpikir lagi, ia mencengkeram kerah kemeja Dong-Min, menariknya berdiri
dengan satu sentakan keras, lalu meninju wajahnya. Begitu Dong-Min tersungkur di
lantai, Danny langsung menariknya berdiri lagi dan mendorongnya dengna kasar ke
dinding, lengannya yang kuat menjepit leher Dong-Min. Saat itu Danny benar-benar
kalap, tidak bisa berpikir jernih. Yang dirasakannya hanyalah amarah yang begitu
besar yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Amarah hebat yang
membuatnya ingin menuntut darah. Membuatnya sanggup membunuh siapa pun
yang menyakiti Naomi. Dong-Min mencengkeram lengan Danny, berusaha melepaskan lengan Danny
dari lehernya. Dan... Danny, rintihnya dengan suara tercekik.
Tepat pada saat itu Chris menyerbu masuk ke bilik penyimpanan jaket dan
terkesiap keras melihat apa yang ada di hadapannya. Danny! serunya kaget. Apa
yang terjadi" Mengabaikan Chris, Danny tetap menatap wajah Kim Dong-Min lekat-lekat.
Aku akan membunuhmu, gumam Danny dengan suara yang sangat rendah,
sangat dingin, dan sangat serius. Keheningan yang menyusul terasa sangat
mencekam sementara Kim Dong-Min menatap Danny dengan mata terbelalak dan
wajah merah padam karena sesak napas.
Chris bergegas menghampiri Danny dan berusaha menghentikannya. Danny...
Danny, dia tidak bisa bernapas.
Danny tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mendengar suara Chris.
Matanya yang gelap dan menusuk sama sekali tidak beralih dari wajah Kim Dong-Min. Kalau kau berani menyentuhnya sekali lagi... Kalau kau berani mencoba
menyentuhnya sekali lagi, lanjutnya dengan nada dingin dan mengancam yang
sama, percayalah padaku, aku akan membunuhmu.
Danny pasti akan mencekik Kim Dong-Min sampai kehabisan napas di sana
kalau Chris tidak menyela. Danny, sebaiknya kau melihat keadaan Naomi.
Nama Naomi berhasil menyadarkan Danny. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia
melepaskan Dong-Min, menatap pria itu jatuh lemas ke lantai seperti onggokan
lembek dan terbatuk-batuk. Chris bergegas menariknya berdiri dan mendorongnya
keluar dari bilik itu. Danny yakin Chris juga akan langsung melempar Kim Dong-Min ke jalan.
Setelah Chris membawa Dong-Min keluar dari pandangannya
Dua Cinta 7 Goosebumps - 30 Makhluk Mungil Pembawa Bencana Seruling Sakti 5