Pencarian

Spring In London 1

Spring In London Karya Ilana Tan Bagian 1


Autumn in Paris Download Ebook Jar Lainnya Di
http://inzomnia.wapka.mobi
http://mobiku.tk Spring in London Ilana Tan To the one who showed me Moonlight...
thank you... Prolog ADA sesuatu yang ingin kukatakan padamu sejak dulu. Sampai sekarang aku
belum mengatakannya karena... yah, karena berbagai alasan. Dan alasan utamanya
adalah karena aku takut. Kalau aku mengatakannya, reaksi apa yang akan kauberikan"
Apakah kau akan menerima pengakuanku"
Apakah kau akan percaya padaku"
Apakah kau masih akan menatapku seperti ini"
Tersenyum padaku seperti ini"
Atau apakah justru kau akan menjauh dariku"
Meninggalkanku" Tapi aku tahu aku harus mengatakannya padamu. Aku tidak mungkin
menyimpannya selamanya. Entah bagaimana reaksimu nanti setelah
mendengarnya, aku hanya berharap satu hal padamu.
Jangan pergi dariku. Tetaplah di sisiku. Bab Satu Seoul, Korea Selatan AKHIRNYA kaujawab juga teleponmu. Aku sudah mencoba menghubungimu
berkali-kali selama tiga hari terakhir.
Kata-kata itu menerjang gendang telinga Danny Jo bahkan sebelum ia sempat
berkata Halo . Ia bahkan juga belum sempat benar-benar menempelkan ponselnya
ke telinga. Mengenali suara sahabatnya di ujung sana, Danny tertawa dan berkata,
Jung Tae-Woo, aku tahu kau rindu padaku, tapi tolong kecilkan sedikit suaramu.
Aku tidak mau orang-orang yang ada di dekatmu berpikir kita pacaran atau
semacamnya. Kau mungkin sudah terbiasa dengan gosip gay
1 , tapi aku tidak. Jung Tae-Woo tertawa hambar. Lucu sekali, katanya datar.
Danny berdiri menghadap kaca jendela besar di kantor itu, menatap jalanan
Apgujeong-dong di bawah sana. Jalanan cukup ramai, orang-orang dalam balutan
jaket tebal beraneka warna berjalan di sepanjang trotoar dan mobil-mobil
berseliweran di jalan raya. Pemandangan yang sangat biasa. Pemandangan sehari-hari yang sering kali diabaikan kebanyakan orang. Namun Danny menyukainya. Ia
suka mengamati keadaan di sekitarnya, setiap pejalan kaki dan setiap mobil yang
lewat. Sebenarnya aku tahu kau meneleponku, kata danny ringan, dan aku minta
maaf karena tidak sempat membalas teleponmu. Kau sendiri penyanyi terkenal, jadi
kau tentu tahu bagaimana rasanya saat jadwal kerjamu begitu padat sampai kau
bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain. Aku harus berangkat ke
London minggu depan, jadi semua pekerjaanku di sini harus selesai sebelum itu.
Aku tahu kau mau pergi ke London, sela Tae-Woo. Karena itulah aku
meneleponmu. Aku butuh bantuan.
Tentu, sahut Danny tanpa ragu, katakan saja.
Aku ingin kau tampil dalam video musikku.
Video musikmu" 1 Baca Summer In Seoul Syutingnya akan dilakukan di London. Kau tahu siapa yang sudah setuju
menjadi sutradaranya" Tanpa menunggu jawaban, Tae-Woo melanjutkan, Bobby
Shin. Dan karena aku tahu kau akan pergi ke London untuk bekerja dengannya,
kupikir kami tidak perlu mencari model pria lagi. Kau model pria yang sempurna.
Bagaimana menurutmu"
Danny mendesah, pura-pura pasrah. Apakah aku punya pilihan lain"
Tidak, kata Tae-Woo sambil tertawa. Oke. Berarti kita sudah sepakat. Oh ya,
Danny, asal kau tahu, wajahmu tidak akan terlihat sepanjang video musik itu.
Hanya model wanitanya yang akan disorot.
Alis Danny terangkat. Apa" Kenapa"
Secara pribadi, menurutku kau terlalu tampan untuk video musikku, gurau
Jung Tae-Woo. Tapi tenanglah, walaupun hanya punggungmu atau bagian
belakang kepalamu yang terlihat, seluruh Korea akan tahu bahwa Danny Jo yang
membintangi video musik Jung Tae-Woo. Kalau kau keberatan, silakan bicarakan
dengan Sutradara Shin. Dia yan gmembuat konsep video musiknya.
Danny kembali mendesah berlebihan, namun mulutnya tersenyum. Jung Tae-Woo, aku ini orang sibuk, baik di sini maupun di London nanti. Jadi katakan
padaku, kenapa aku harus meluangkan waktuku yang berharga untuk tampil dalam
video musikmu kalau wajahku tidak akan terlihat"
Mengabaikan pertanyaan Danny, Jung Tae-Woo malah balas bertanya, Sibuk"
Maksudmu sibuk pacaran" Lalu ia terkekeh. Kapan kau akan mengenalkan
pacarmu kepadaku" Alis Danny terangkat heran. Apa maksudmu" Pacar apa"
Gadis yang kulihat keluar dari r
estoran di Gangnam bersamamu kemarin
malam. Apakah gaids itu yang membuatmu sibuk akhir-akhir ini"
Mata Danny menyipit begitu teringat kejadian kemarin malam. Dan beberapa
kejadian sebelum kejadian kemarin malam. Dia bukan pacarku.
Oh, yang benar saja. Dia... bukan... pacarku, ulang Danny, menekankan seitap kata. Lagi pula
apa-apaan ini" Kau sudah beralih profesi menjadi wartawan atau apa"
Jung Tae-Woo tertawa. Hei, aku hanya bertanya.
Saat itu pintu kantor terbuka dan Danny berbalik. Matanya terarah pada wanita
bertubuh langsing dan berambut pendek yang berdiri di ambang pintu dan yang
menatap Danny dengan alis terangkat. Danny yakin kakak perempuannya heran ia
muncul di sini tanpa pemberitahuan. Ia mengangkat sebelah tangan, tanpa suara
menyapa kakaknya, dan tersenyum singkat, senyum yang sudah membuat banyak
gadis penggemarnya luluh lantak.
Aku harus pergi sekarang. Nanti kita bicara lagi, kata Danny di ponsel. Tanpa
menunggu jawaban Tae-Woo ia menutup ponsel, menjejalkan benda itu ke saku
celana jinsnya, lalu berpaling ke arah kakaknya. Nuna
2 harus bicara dengan Ibu, katanya langsung tanpa basa-basi.
Anna Jo, yang sedang melepaskan topi, menghentikan gerakannya dan menatap
adiknya dengan heran, lalu tersenyum. Selamat pagi juga, adikku sayang, katanya
sambil menyisir rambutnya yang berpotongan modis dengan jari. Dan apa yang
harus kubicarakan dengan Ibu"
Anna tiga tahun lebih tua daripada Danny. Wajah kedua kakak beradik itu tidak
mirip, tetapi mereka sama-sama memiliki wajah menarik yang disukai para
fotografer, sama-sama memiliki bentuk tubuh jangkung dan ramping yang disukai
para perancang busana, sama-sama memiliki kepandaian berbicara yang membuat
mereka disenangi orang-orang yang bekerja sama dengan mereka. Semua itulah
yang menjadikan mereka model terkenal.
Dulu Anna Jo adalah model fashion yang menghabiskan waktunya berjalan di
atas catwalk di seluruh penjuru dunia. Namun sejak lima tahun lalu ia mulai dikenal
sebagai perancang busana dan butik-butiknya kini tersebar di Seoul dan Tokyo.
Danny mengerang dan menjatuhkan dirinya di kursi berlengan di depan meja
kerja kakaknya. Nuna, aku benar-benar harus bicara dengan Ibu, katanya lagi, kali
ini dengan suara yang terdengar tertekan. Ibu tidak bisa terus berusaha
menjodohkan aku dengan anak perempuan sahabatnya, atau saudara perempuan
kenalannya, atau seperti yang terjadi kemarin malam keponakan perempuan
orang yang baru dikenalnya di salon! Ini sudah kelewatan. Kenapa tiba-tiba saja Ibu
begitu bersemangat ingin menjodohkan aku" Dan asal Nuna tahu, akhir-akhir aku
sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk main-main.
Kalau kakaknya lebih dikenal sebagai model catwalk, maka Danny lebih dikenal
sebagai model iklan. Wajahnya sering terpampang di majalah-majalah dan iklan
televisi. Menurut survei salah satu majalah remaja populer, Danny Jo adalah salah
satu bintang iklan paling diminati di Korea Selatan, walaupun akhir-akhir ini ia
mulai memfokuskan diri pada impiannya yang lain, yaitu menjadi sutradara video
musik. Anna tersenyum lebar dan memeriksa surat-surat yang diletakkan sekretarisnya
dengan rapi di atas meja kerja. Kurasa kencan buta yang diatur Ibu untukmu
kemarin malam tidak berjalan mulus" Kau tidak suka gadis itu"
Danny mencondongkan badan ke depan, wajahnya serius. Apakah Nuna
percaya kalau kubilang gadis itu baru lulus SMA"
Mata Anna melebar menatap adiknya, lalu tertawa terbahak-bahak. Astaga,
Ibu benar-benar sudah kelewatan kali ini.
Danny mendesah berat dan bersandar ke kursinya kembali. Apa yang Ibu
rencanakan" Kenapa Ibu ingin aku segera menikah" Aku tidak mengerti. Nuna harus
membantuku menyadarkan Ibu. Kalau tidak, aku bisa gila.
Kenapa bukan kau sendiri yang bicara dengan Ibu"
Aku sudah mencobanya, tapi Ibu tidak mau mendengarkanku, sahut Danny.
Ibu beralasan bahwa dia hanya ingin membantu, karena aku terlalu sibuk bekerja
sampai tidak sempat bersosialisasi. Katanya siapa tahu di antara gadis-gadis yang
dikenalkannya kepadaku itu ada yang cocok untukku. Katanya dia hanya
bermaksud baik dan aku seharusnya mengha
rgai usahanya. Danny terdiam, lalu
menatap kakaknya dengan mata disipitkan. Jangan-jangan Nuna dulu menikah
juga karena dijodohkan Ibu"
Jo In-Ho, jangan sampai kakak iparmu mendengar itu, Anna Jo
memperingatkan sambil tertawa. Dia sangat gencar mengejarku dulu.
Danny tersenyum masam. Aku tahu.
Anna Jo memandang adiknya yang sedang tertekan itu dengan perasaan geli
bercampur kasihan. Setelah tiga kali mencoba dan gagal, kurasa Ibu akan
menyerah. Danny menggeleng cepat. Oh, kurasa tidak. Kemarin Ibu bertanya padaku
wanita seperti apa yang kusuka. Untuk memudahkannya mencari wanita yang tepat
untukku, begitu katanya. Aku yakin dia masih belum menyerah.
Lalu apa yang kaukatakan padanya"
Kali ini Danny tersenyum kecil. Kukatakan padanya kami akan melanjutkan
pembicaraan itu setelah aku kembali dari London.
Anna mengangkat alis. Oh, kau jadi pergi ke London"
Danny memang pernah bercerita pada kakaknya bahwa ia akan pergi ke
London untuk bekerja dengan Bobby Shin, salah seorang sutradara video musik
terkenal di Korea. Walaupun Sutradara Shin sudah menetap di London bersama
keluarganya, kadang-kadang ia masih aktif bekerja di Korea. Danny sudah beberapa
kali bekerja sama dengan Sutradara Shin dalam pembuatan video musik dan ia
snagat mengagumi pria yang lebih tua itu. Sekarang Danny kembali ditawari oleh
Sutradara Shin sendiri untuk bekerja sama dengannya di London. Bukan sebagai
model, tetapi sebagai asisten sutradara. Danny tidak mungkin melepaskan
kesempatan sebesar itu. Aku akan berangkat minggu depan, kata Danny.
Ibu pasti uring-uringan, kata Anna smabil tersenyum kecil dan menyandar-kan tubuh ke sandaran kursi. Dia tidak pernah merasa tenang kalau kau pergi ke
luar negeri. Apalagi kali ini kau akan bekerja dengan Sutradara Shin. Kau pasti akan
cukup lama tinggal di sana. Kau sudah memberitahu Ibu tentang ini"
Danny tersenyum lebar. Oh, ya. Ibu mengeluh panjang-lebar dan terdengar
sangat kecewa. Tapi tidak apa-apa. Yang penting aku bisa melarikan diri darinya
untuk sementara. * * * London, Inggris Satu minggu kemudian Naomi Ishida membuka matanya yang terasa berat, lalu ia mengangkat tangan
menutupi mata dan mengerang pelan. Sinar matahari yang menembus jendela
kamar tidur menyilaukan matanya. Ia menguap lebar sambil merenggangkan
lengan dan kaki dengan posisi yang masih terbaring di tempat tidur. Lalu ia
memaksa diri berguling turun dari tempat tidur, berjalan dengan langkah diseret-seret ke meja tulis di depan jendela untuk mematikan lampu meja yang masih
menyala dan memandang ke luar jendela.
Tidak biasanya langit kota London terlihat cerah. Sepertinya musim semi yang
ditunggu-tunggu sudah tiba. Naomi membuka jendela dan menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-paru dan seluruh tubuhnya yang masih lemas dengan
semangat musim semi. Tetapi karena udara masih terasa dingin, Naomi cepat-cepat
menutup jendela dan menggosok-gosok kedua tangannya. Tiba-tiba matanya
terarah ke jam kecil di atas meja dan ia pun terkesiap. Oh, dear, erangnya.
Ia berlari ke pintu kamar tidur dan membukanya dengan satu sentakan cepat,
mengagetkan kedua teman satu flatnya yang sedang duduk mengobrol di dapur,
tepat di luar kamar tidurnya.
Apa" Apa yang terjadi" Gadis bertubuh jangkung, berkacamata, dan
berambut merah panjang, yang sedang mengenggam cangkir kopi dengan kedua
tangan, menatap Naomi dengan alis terangkat heran.
Walaupun penampilannya pagi ini lebih mirip penghuni panti rehabilitasi
piama bergaris-garis, jubah kebesaran, rambut acak-acakan, dan wajah
mengantuk Julie Humphrey yang lebih muda daripada Naomi sebenarnya adalah
putri seorang pengusaha kaya yang lebih memilih mengejar mimpinya menjadi
aktris panggung daripada masuk universitas. Dan selama beberapa tahun ini ia
memang sering tampil di atas panggung pertunjukan di West End, meskipun hanya
mendapat peran-peran kecil.
Aku terlambat..., kata Naomi panik sambil berlari ke kamar mandi di samping
dapur. Aku punya jadwal syuting video musik hari ini dan aku terlambat.
Julie mengibaskan sebelah tangannya dan berkata, Kau terlalu berlebihan,
Naomi. Kau tidak pernah terlambat. Paling-paling kau hanya terlambat bangun
sepuluh menit. Dan aku tahu kau pulang ke rumah larut malam kemarin. Kau
berhak bangun lebih siang. Ia kembali menyesap kopinya dan mendesah muram.
Aku kasihan pada orang-orang seperti kita bertiga yang tetap harus bekerja di hari
Sabtu yang indah ini. Naomi menyerukan sesuatu yang tidak bisa dipahami dari kamar mandi karena
ia sedang sibuk menggosok gigi.
Hei, Sayang, kau mau wafel ala Chris dengan selai apel buatan sendiri" tanya
laki-laki bertubuh tinggi, ramping, dan berambut hitam yang duduk di hadapan
Julie. Kau tahu benar selai apel buatanku bisa membuatmu merasa seperti di
melayang di angkasa. Christopher Scott, yang aslinya berasal dari Edinburg, Skotlandia, berprofesi
sebagai koki di salah satu restoran terkenal di Soho, walaupun ketika pertama kali
bertemu dengannya, Naomi merasa Chris lebih mirip preman karena tato naga dan
ular yang ada di sepanjang lengan kanannya. Meskipun begitu Naomi harus
mengakui bahwa ia belum pernah bertemu preman yang memiliki mata seperti
Chris. Mata biru yang benar-benar biru, mata yang bisa membuat wanita mana pun
yang ditatapnya mendadak tidak bisa berpikir apa-apa. Tetapi sayangnya, Chris
tidak tertarik pada wanita.
Naomi kembali menyerukan serentet kata-kata yang tidak jelas artinya.
Chris menoleh ke arah Julie. Apa katanya"
Julie mengangkat bahu. Mungkin dia tidak mau melayang di angkasa"
Tepat pada saat itu pintu kamar mandi terbuka dengan suara keras dan Naomi
melesat kembali ke kamar tidurnya, disusul dengan suara pintu lemari dibuka
dengan gaduh dan gantungan-gantungan baju berjatuhan ke lantai.
Tolong jangan panik, Sayang, seru Chris tempat duduknya di dapur. Kau
bisa melukai dirimu sendiri di dalam sana kalau kau membabi-buta seperti itu.
Kemudian terdengar bunyi gedebuk keras, disusul suara Naomi yang berseru,
Aku tidak jatuh! Tenang. Aku tidak jatuh. Aku baik-baik saja.
Kedua temannya berpandangan dan mengangkat bahu.
Beberapa menit kemudian Naomi muncul kembali dari balik pintu kamar
tidurnya. Ia sudah berpakaian lengkap sampai ke sepatu bot dan topinya.
Ngomong-ngomong, kata Julie, kau akan tampil di video musik siapa"
Naomi mengangkat bahu. Penyanyi dari Korea. Aku tidak kenal, katanya
sambil mengibaskan tangan tidak peduli. Yang membuatku tertarik adalah konsep
video musiknya. Mereka membuatnya seperti film pendek.
Julie menoleh menatap Naomi, mata hijaunya bersinar cerah. Apakah ceritanya
romantis" tanyanya, lalu mendesah senang. Aku suka cerita romantis.
Naomi mendesah tidak sabar. Kurasa ceritanya tentang seorang pria yang
diam-diam jatuh cinta pada seorang wanita. Selalu mengawasinya dari jauh. Diam-diam selalu membantu wanita itu tanpa pernah menunjukkan siapa dirinya. Kira-kira seperti itu, sahutnya.
Hmm... Bukankah itu romantis sekali" desah Julie dan menatap Chris. Yang
ditatap mengangguk setuju.
Kurasa agak menakutkan, gerutu Naomi. Coba pikir, diam-diam mengawasi
si wanita dari jauh, diam-diam membantunya tanpa menunjukkan wajah.
Memangnya itu tidak terdengar seperti orang sakit jiwa"


Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Astaga, gumam Chris sambil menggeleng-geleng. Kuharap sutradara video
musik ini tidak menyesal sudah memilihmu. Seharusnya kau menjadi bintang film
horor. Naomi tersenyum dan mendorong bahu Chris dengan main-main. Baiklah,
Teman-teman, aku pergi dulu.
Kau yakin kau tidak mau makan sepotong wafel ala Chris dengan selai apel
ini" tanya Chris sambil menyodorkan piring penuh wafel. Kau tahu sarapan
adalah makanan paling penting dalam sehari. Kau sudah cukup kurus sekarang.
Jangan sampai kau berubah menjadi tulang berjalan seperti orang yang duduk di
depanku ini. Ya Tuhan, lihat siapa yang bicara, kata Julie sambil memutar bola matanya.
Koki paling kerempeng sedunia.
Chris tersenyum lebar. Tubuhku memang tidak bisa gemuk walaupun aku
makan banyak. Sedangkan kalian berdua kurus kering karena tidak makan.
Model memang seharusnya kurus, gumam Naomi sambil merogoh-rogoh
tasnya yang besar, memastikan semua barang pentingnya sudah ada di dalam.
Dompet. Kunci. Ponsel. Apa" tanya Chris, tidak mendengar apa yang digumamkan Naomi tadi.
Tidak apa-apa. Naomi menatap temannya dan tersenyum lebar. Ia tidak
mungkin mengulangi ucapannya. Ia tidak berani. Chris pasti akan mulai
menceramahinya dan ia tidak punya waktu mendengar omelan itu saat ini.
Aku ingin sekali mencoba wafelmu, tapi ini keadaan darurat, kata Naomi
cepat. Aku benar-benar tidak sempat sarapan. Sekarang sudah jam..., ia melirik
jam tangannya dan terkesiap, ...oh, dear. Sepertinya aku harus berlari sepanjang
jalan sampai ke stasiun. Dah, Teman-teman!
Tanpa menunggu balasan teman-temannya, Naomi berlari menuruni tangga
dari flat mereka di lantai dua dan keluar ke jalan. Ia melirik jam tangannya sekali
lagi. O-oh. Ya, ia sudah pasti harus berlari ke stasiun kereta. Ia tidak mungkin
sempat mendongak menatap langit biru dan menikmati udara musim semi. Semua
itu harus menunggu. Sudah hampir tiga tahun berlalu sejak ia pertama kali tiba di London dan sejak
ia pindah ke sini ia sudah tinggal bersama Julie dan Chris di Hampstead yang
terletak di pinggiran kota London. Flat yang ditempatinya bersama Jlie dan Chris
berada tepat di atas Robin"s Nest, sebuah pub tradisional Irlandia yang sudah berdiri
sejak zaman dulu. Walaupun kadang-kadang suara-suara dari pub bisa terdengar
sampai ke kamar tidur kalau jendelanya dibuka, Naomi tidak keberatan. Berbeda
dengan kebanyakan orang, ia tidak terlalu nyaman dengan suasana sepi.
Flat yang mereka tempati tidak terlalu besar, namun cukup untuk mereka
bertiga. Tempat itu memiliki tiga kamar tidur satu kamar tidur utama yang
berukuran lebih besar dan dua kamar tidur yang lebih kecil satu kamar mandi,
dapur sempit dengan jendela yang menghadap ke perkarangan samping gedung
sebelah, dan ruang duduk kecil dengan jendela menghadap ke bagian depan
gedung. Julie menempati kamar tidur utama karena dialah yang pertama kali
menempati flat ini sebelum ia mengajak Chris berbagi flat dengannya. Lalu pada
musim panas lebih dua tahun lalu Naomi ikut bergabung.
Naomi tidak pernah suka tinggal sendiri. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah
sendiri. Saudara kembarnya, Keiko, selalu ada bersamanya sampai ketika Naomi
memutuskan untuk pindah dari Tokyo. Kadang-kadang ia mengkhawatirkan Keiko
karena saudara kembarnya itu juga tidak terbiasa sendirian. Tetapi mengingat
mereka memiliki tetangga-tetangga yang sangat baik di Tokyo dan setelah membaca
e-mail dari Keiko yang melibatkan seorang tetangga baru di gedung apartemen
mereka 3 , Naomi merasa ia tidak perlu mengkhawatirkan Keiko lagi.
Empat puluh lima menit kemudian, Naomi sudah tiba di lokasi syuting untuk
hari itu dan sudah duduk di dalam tenda sementara yang didirikan di salah satu
sudut Hyde Park, salah satu taman paling terkenal di London, di dekat Serpentine
Lake. Naomi memandang berkeliling dan merasa seolah-olah dalam semalam
bagian kecil taman itu sudah diserbu oleh sekumpulan orang Korea. Di sekitarnya
terlihat para staf produksi yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing, berjalan
cepat dari satu tempat ke tempat lain, mengangkut sesuatu, memasang sesuatu, dan
saling berseru dalam bahasa asing yang sama sekali tidak bisa dipahami Naomi.
Naomi juga baru menyadari bahwa selain Bobby Shin, alias si sutradara video
musik, yang sudah pernah ditemuinya pada saat wawancara awal dan penata rias
yang bertanggung jawab atas penampilan Naomi dari ujung kepala sampai ujung
kaki, tidak ada staf produksi lain di sana yang bisa berbahasa Inggris. Tetapi
pekerjaan Naomi sering menuntutnya bepergian ke luar negeri dan bekerja sama
dengan orang-orang asing yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan fasih, jadi ia
merasa ia bisa mengatasi sedikit hambatan komunikasi ini.
Ini tehmu. Naomi menoleh dan melihat penata riasnya yang memperkenalkan diri
sebagai Yoon mengulurkan secangkir teh harum yang mengepul. Senyum Naomi
mengembang. Saat itu ia baru teringat ia belum sarapan dan perutnya tiba-tiba
berbunyi pelan. Ia menerima teh itu, menyesapnya, lalu mendesah senang ketika
kehangatan teh itu menjalari tenggorokan, dada, dan tangannya.
Kau juga lapar" tanya Yoon denga
n bahasa Inggris yang masih dihiasi logat
Korea. Mau makan ini"
Naomi menatap sekotak donat yang disodorkan ke depan wajahnya. Gemuruh
di perutnya semakin keras. Terima kasih banyak. Kau benar-benar penyelamatku,
katanya sambil mengambil sepotong donat berselimut cokelat. Seorang model
memang seharusnya kurus, tetapi seorang model tidak seharusnya mati kelaparan.
3 Baca Winter in Tokyo Penata riasnya yang sangat ramah itu meletakkan kotak donat di meja di depan
Naomi, membuat Naomi bertanya-tanya apakah ia boleh mengambil sepotong lagi
kalau ternyata ia masih belum kenyang.
Ngomong-ngomong, kau sudah pernah bertemu dengan lawan mainmu di
video musik ini" tanya Yoon ketika ia mulai menggulung rambut Naomi dengan
rol-rol besar. Naomi mengalihkan pandangan dari kotak donat dan menatap wajah Yoon
yang bulat di cermin. Belum. Aku belum pernah bertemu dengannya. Aku bahkan
belum tahu namanya, sahutnya dan kembali menyesap tehnya yang enak sekali.
Mata Yoon yang sipit langsung berbinar-binar. Jo In-Ho, katanya singkat.
Ketika melihat Naomi yang menatapnya dengan pandangan bertanya, ia
melanjutkan, Lawan mainmu. Namanya Jo In-Ho. Tapi dia lebih dikenal dengan
nama Danny Jo. Naomi berhenti mengunyah donatnya.
Yoon memandang berkeliling. Di mana dia ya" Tadi aku sempat bertemu
dengannya. Ia mendesah dan kebmali menggulung rambut Naomi. Mungkin kau
tidak tahu, tapi dia sangat terkenal di Korea. Sering membintangi iklan dan video
musik. Karena Naomi tidak berkata apa-apa, Yoon menambahkan, Tidak perlu
khawatir. Dia sangat baik. Oh, dan dia juga tampan. Benar-benar tampan. Kalau kau
melihatnya nanti, aku yakin kau akan jatuh pingsan.
Naomi masih diam. Hanya menunduk menatap teh kental yang mengepul di
dalam cangkir gelasnya. Mendadak saja kehangatan yang dirasakannya tadi
menguap begitu saja. Tiba-tiba Yoon menepuk-nepuk pundaknya. Hei, lihat. Itu dia! bisik Yoon
dengan nada mendesak. Kepala Naomi berputar pelan dan matanya langsung menangkap sosok laki-laki
berjaket abu-abu dan bertopi putih yang berdiri di luar tenda. Laki-laki itu
melepaskan topi dan menyapa orang-orang yang mengelilinginya dengan senyum
lebar, berjabat tangan dan membungkuk kepada beberapa orang.
Ups! Hati-hati. Tehmu bisa tumpah.
Naomi mengerjap kaget dan menyadari bahwa cangkir kertas yang
dipegangnya sudah hampir terlepas dari pegangan. Oh, dear. Maaf, gumamnya
pelan. Nah, kubilang juga apa" kata Yoon sambil menepuk pundak Naomi lagi dan
tersenyum penuh kemenangan. Kau memang terliaht hampir jatuh pingsan.
Naomi memalingkah wajah dan menatap cermin. Namun ia masih bisa melihat
bayangan Danny Jo di sana. Tepat pada saat ia melihat Yoon berbalik dan
mengangkat sebelah tangannya yang memegang sisir, lalu berseru, Hei, Danny!
Naomi membeku. Oh, tidak...
Danny menoleh ke arah mereka. Ke arah Naomi. Sedetik mata mereka bertemu
di cermin. Mata laki-laki itu seolah-olah menatap lurus ke mata Naomi. Hanya
sedetik, sebelum Naomi buru-buru mengalihkan pandangan, menatap Yoon yang
tersenyum lebar padanya di cermin.
Dia ke sini, kata Yoon. Akan kuperkenalkan kau padanya.
Naomi tidak bisa bernapas. Ia mencengkeram lengan kursinya erat-erat.
Ya Tuhan... Bab Dua DANNY melangkah keluar dari flatnya di Mayfair dan menarik napas dalam-dalam.
Ia mengeluarkan iPod dan memasang earphone ke telinga, lalu berjalan ke stasiun
kereta bawah tanah. Suasana hatinya saat itu sangat bertolak belakang dengan langit yang cerah.
Wajar saja. Ia baru saja berbicara dengan ayahnya di telepon. Setiap kali ia selesai
berbicara dengan ayahnya, dadanya selalu terasa berat.
Tadi ia menelepon orangtuanya hanya untuk mengabarkan bahwa ia sudah tiba
di London dengan selamat. Orangtuanya selalu mencemaskannya, selalu khawatir
apabila pekerjaan Danny menuntutnya pergi ke luar negeri. Sering kali Danny
merasa tertekan dengan kekhawatiran yang berlebihan terhadap dirinya itu. Karena
itulah ia juga harus terus-menerus mengingatkan diri sendiri untuk memaklumi
perasaan orangtuanya. Kau tahu benar kenapa mereka mengkhawatirkanmu, In-Ho, kata Anna dulu
ketika Danny pertama kal i mengungkapkan perasaan tertekannya kepada kakak
perempuannya. Aku tahu, Nuna, gerutu Danny, lalu mendesah. Aku tahu.
Danny tahu benar bahwa semua kekhawatiran itu bermula dari kecelakaan lalu
lintas yang menewaskan kakak lakii-laki mereka, putra sulung keluarga Jo, ketika
sedang berada di luar negeri.
Ayah dan Ibu sudah tua, kata Anna sambil menatap Danny yang saat itu
memandang kosong ke luar jendela. Ia mengerti apa yang dirasakan Danny dan ia
juga bisa merasakan perasaan tertekan adiknya itu, tetapi bagaimanapun juga
Danny sendiri harus mengerti perasaan orangtua mereka. Karena Oppa
1 sudah tidak ada, yang tersisa hanya kau. Hanya kau anak laki-laki yang bisa mereka
andalkan untuk menjaga keluarga.
1 Panggilan wanita kepada pria yang lebih tua / kakak
Saat itu Danny hanya diam, tidak tahu harus berkata apa, dan kembali
memandang ke luar jendela.
Kereta berhenti di stasiun Hyde Park Corner, menyentakkan Danny kembali ke
alam sadar. Ia menarik napas panjang. Waktunya meninggalkan masalah pribadi
dan mulai bersikap profesional.
Ketika Danny tiba di lokasi syuting, ia melihat para staf produksi sibuk bersiap-siap memulai proses syuting. Ia enyapa beberapa staf yang dikenalnya dan pergi
mencari Bobby Shin. Hyong 2 , panggilnya ketika ia melihat si sutradara sedang mengobrol dengan
salah seorang kamerawan. Bobby Shin yang berusia empat puluhan terlihat seperti penampilan sutradara
pada umumnya. Ia bertubuh kurus, agak bungkuk karena terbiasa duduk
membungkuk menatap monitor, berkacamata, bertopi, dan tidak ada ciri khusus di
wajahnya yang ramah. Mendengar panggilan Danny, ia menoleh dan tersenyum
lebar. Danny boy, senang bertemu denganmu lagi, sahutnya ramah dan
mengulurkan tangan. Kau baru tiba kemarin, bukan" Kuharap kau tidak jet-lag.
Kita hanya punya waktu tiga hari untuk syuting. Seharusnya itu bukan masalah
besar, tapi jadwal kita akan sangat padat.
Danny menjabat tangan Bobby Shin yang terulur. Aku baik-baik saja, kata
Danny. Hyong tidak perlu khawatir.
Bagus. Bobby Shin mengangguk-angguk. Ngomong-ngomong, lawan
mainmu sudah datang. Kurasa dia sedang dirias. Kau bisa memperkenalkan diri
nanti. Dia orang Jepang, jadi kau jangan berceloteh kepadanya dalam bahasa
Korea, katanya. Sebaiknya kau juga bersiap-siap. Kita akan mulai setengah jam
lagi. Danny pergi menyapa beberapa staf produksi yang sudah dikenalnya. Tiba-tiba
ia mendengar seseorang berseru memanggilnya. Ia menoleh ke arah salah satu tenda
dan melihat Yoon, penata rias selebriti yang sudah dikenalnya, bersama seorang
gadis berambut hitam panjang yang belum pernah dilihatnya. Nah, gadis itu pasti
lawan mainnya. Apa kabar, Nuna" sapa Danny sambil menghampiri Yoon. Ia berhenti di
depan Yoon dan menatap wanita bertubuh agak gempal itu dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki, lalu menyipitkan mata. Ada sesuatu yang berubah di sini.
Hmm... Nuna lebih kurus ya"
Yoon meringis, lalu tertawa. Omong kosong. Aku tahu berat badanku tidak
turun-turun walaupun aku sudah mencoga segala macam diet.
Tapi Nuna tetap cantik, kata Danny dan menyunggingkan senyumnya yang
terkenal. Kemudian ia mengalihkan perhatian kepada gadis yang satu lagi, yang
2 Panggilan pria kepada pria yang lebih tua / kakak
duduk diam sambil menggenggam cangkir kertas dengan kedua tangan. Danny
mengulurkan tangan dan berkata dalam bahasa Inggris, Dan kau pasti gadis yang
membuatku jatuh cinta. Gadis itu tersentak, mendongak dan menatap langsung ke arah Danny. Hal
pertama yang terlintas dalam pikiran Danny ketika ia melihat wajah gadis itu
dengan jelas adalah bahwa gadis itu mirip boneka. Bukankah Sutradara Shin berkata
gadis ini orang Jepang" Tetapi gadis ini tidak benar-benar mirip orang Jepang.
Mungkin matanya yang besar itulah yang membuatnya tidak mirip orang Jepang.
Dan mata itu menatap Danny dengan kaget dan gugup. Dan... takut"
* * * Naomi mendongak dan menatap laki-laki berambut hitam dan bertubuh jangkung
yang berdiri di dekatnya itu tanpa berkedip. Danny Jo memang tepat seperti yang
digambarkan Yoon tadi. Dan Naomi memang merasa hampir pingsan, walaupun
alasannya jauh berbeda dengan perkiraan Yoon.
Sebelum Naomi sempat membuka mulut, Danny Jo cepat-cepat berkata, Dalam
video musik ini, maksudku. Kau akan berperan menjadi gadis yang membuatku
jatuh cinta dalam video musik ini. Ia berhenti sejenak, lalu bertanya ragu, Kau
yang akan menjadi lawan mainku, bukan"
Naomi mengerjap satu kali, seolah-olah baru tersadar dari lamunan. Perlahan-lahan ia mengembuskan napas yang ternyata ditahannya sejak tadi dan bergumam,
Ya. Danny tersenyum. Namaku Danny. Danny Jo, katanya sambil menggerakkan
tangannya yang masih terulur, mengundang Naomi menjabatnya.
Naomi menunduk menatap tanagn Danny, kemudian ia meletakkan cangkir
kertasnya di atas meja dan berdiri dari kursi. Ia membungkuk sedikit sebelum
menjabat tangan Danny itu salah satu kebiasannya sebagai orang Jepang yang
tidak bisa dihilangkannya dan bergumam, Naomi Ishida.
Naomi, kata Danny, senyumnya melebar, senang berkenalan denganmu.
Tepat pada saat itu terdengar seseorang berseru memanggil Danny dan
mengatakan sesuatu dalam bahasa Korea. Danny menoleh ke belakang dan balas
menyerukan sesuatu. Kemudian ia kembali menatap Naomi. Matanya bersinar geli.
Itu penata riasku, jealsnya dalam bahasa Inggris karena tahu Naomi tidak bisa
berbahasa Korea. Dia menyuruhku segera bersiap-siap karena kita akan segera
mulai syuting. Aku tidak mengerti kenapa aku harus dirias kalau wajahku tidak
akan disorot sepanjang video musik ini. Ia mengangkat bahu. Tapi sebaiknya aku
menurutinya. Percayalah padaku, kau tidak mau melihat penata riasku mengamuk.
Aku pernah melihatnya dan itu bukan pemandangan yang bagus.
Setelah melambai singkat kepada Naomi, Danny membalikkan tubuh dan
bergegas menghampiri penata rias yang sudah menunggunya.
Dia baik sekali, bukan" kata Yoon ketika Naomi kembali duduk dan menatap
cermin. Naomi menarik napas dalam-dalam dan memaksa dirinya tersenyum kepada
bayangan Yoon di cermin. Ya, gumamnya, menunduk menatap jari-jari tangannya
yang saling meremas. Entah berapa lama Naomi duduk di sana dan tenggelam dalam pikirannya
sendiri. Ia baru tersadar dari lamunannya ketika seseorang berseu menyuruh para
model berkumpul karena syuting akan segera dimulai. Naomi mendongak dan


Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menarik napas. Saatnya meninggalkan masalah pribadi dan mulai bersikap profesional, pikir
Naomi dalam hati. Ini adalah pekerjaannya dan ia tahu ia bisa melakukannya.
Lakukan dan selesaikan. Hanya tiga hari. Ia hanya perlu bertahan tiga hari. Lalu
semua ini akan segera berakhir.
Bab Tiga HARI pertama syuting sangat melelahkan karena seharian itu Sutradara Shin
memutuskan untuk mengambil adegan di luar ruangan. Lokasi syuting hari itu
berkisar di Hyde Park dan West End, terutama di Piccadilly Circus. Tentu saja
syuting di tempat umum bukan hal yang gampang karena sisa-sisa musim dingin
masih terasa dan banyak orang berlalu-lalang. Namun Sutradara shin adalah
sutradara yang perfeksionis. Ia sangat memperhatikan gerak-gerik Naomi di depan
kamera, dari ekspresi wajah, posisi tubuh, langkah kaki, gerakan tangan, bahkan
sampai tatapan mata. Cut! seru Sutradara Shin untuk yang kesekian kalinya.
Naomi menegakkan tubuh dan menoleh ke arah si sutradara. Langit sudah
berubah gelap sejak berjam-jam yang lalu. Mereka pun sudah mengulangi adegan di
depna toko barang antik bercat merah cerah ini sedikitnya enam kali dan tidak ada
satu adegan pun yang memuaskan bagi Sutradara Shin.
Kali ini coba kau menyeberang jalan dari sana ke sini, kata Sutradara Shin
ketika ia sudah berada di samping Naomi, lalu berhenti sebentar di depan toko ini,
melongok ke dalam, seolah-olah kau ragu, lalu kau masuk. Oke" Kita coba yang
ini. Naomi tersenyum dan mengangguk walaupun rasa lelah mulai menjalari
tulangnya dan tubuhnya menggigil. Ditambah lagi kakinya terasa sakit dalam
sepatu bot yang kekecilan. Tentu saja ini bukan pertama kalinya ia merasakan
semua itu. Sebagai model pekerjaannya sangat menuntut waktu dan tenaganya. Ia
pernah pulang ke rumah pada pukul dua pagi setelah tampil di London Fashion
Week sepanjang hari dan harus keluar lagi dari rumah pada pukul empat pagi
unt uk acara pemotretan di Cornwall. Jadi rasa lelah sama sekali tak asing baginya,
malah kadang-kadang ia merasa ia membutuhkan perasaan lelah itu.
Sutradara Shin mengangguk. Kita akan mulai lima menit lagi, katanya, lalu
berjalan ke salah seorang kamerawan di sana.
Yoon bergegas membawakan jaket untuk Naomi. Terima kasih, gumam
Naomi sambil mengenakan jaketnya dan menjejalkan tangan ke saku.
Duduk di sini, kata Yoon sambil mendorong Naomi ke salah satu bangku di
dekat cahaya lampu dan mulai memperbaiki riasannya.
Ketika Yoon pergi mengambil peralatannya yang lain, Naomi memejamkan
mata sejenak. Waktu istirahat yang didapatkannya hanyalah sedikit waktu di sela-sela pekerjaan seperti ini. Naomi tidak tahu apakah ada orang yang pernah meng-hargai lima menit waktu luang seperti dirinya. Tiba-tiba ia mencium aroma yang
enak. Matanya terbuka dan langsung dihadapkan pada secangkir teh yang
mengepul. Capek" Mendengar suara rendah dan asing itu, Naomi mengangkat wajah dan langsung
bertatapan dengan mata gelap Danny Jo yang ramah. Sejak pertemuan pertama
mereka pagi tadi, sepanjang hari itu mereka sama sekali belum sempat saling bicara.
Mereka sama sekali belum melakukan adegan bersama dan adegan mereka masing-masing diambil secara terpisah. Dan setiap kali tidak berada di depan kamera,
Danny langsung kembali pada perannya sebagai asisten Sutradara Shin, sibuk di
belakang kamera. Naomi tahu dari Yoon bahwa tujuan utama Danny datang ke
London sebenarnya memang untuk bekerja dengan Bobby Shin dan laki-laki itu
hanya setuju menjadi model di video musik ini tanpa dibayar adalah karena si
penyanyi adalah teman baiknya.
Karena Naomi tetap bergeming, Danny meraih tangan Naomi, ingin membuat-nya menerima cangkir kertas yang disodorkan. Tetapi Naomi langsung tersentak
dan secepat kilat menarik kembali tangannya. Danny mengerjap dan menatap
Naomi dengan alis terangkat heran. Walaupun udara terasa dingin, Naomi merasa
pipinya memanas. Selama beberapa detik tidak ada yang bergerak. Lalu Danny
menghela napas dan menempelkan cangkir kertas yang hangat itu ke tangan Naomi.
Ini. Minumlah. Kau akan merasa lebih baik, katanya ringan.
Naomi menggenggam cangkir kertas yang disodorkan itu dengan kedua
tangan. Ia mendesah pelan ketika merasakan kehangatan menjalari ujung jari dan
tangannya. Sedikit ketegangan pun menguap dari pundaknya.
Sutradara Shin memang agak keras, tapi dia selalu berhasil mendapat gambar
yang bagus, kata Danny sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana. Kau
akan lihat nanti. Naomi menatapnya sejenak, lalu mengangguk singkat.
Tepat pada saat itu terdengar suara Sutradara Shin yang menyatakan syuting
akan dimulai lagi. Danny menoleh ke arah si sutradara, lalu kembali menatap Naomi.
Bertahanlah sebentar lagi, katanya sambil tersenyum menghibur sebelum berbalik
dan meninggalkan Naomi. Naomi menatap punggung Danny yang menjauh sejenak, lalu menunduk
menatap cangkir teh yang masih penuh dan bergetar dalam genggamannya. Ia
menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya, dan meletakkan cangkir itu ke
tanah. * * * Akhirnya syuting hari itu selesai juga.
Naomi mengusap-usap bagian belakang lehernya sambil mengumpulkan
barang-barangnya. Ia menatap jam yang tertera di layar ponsel. Kalau ia bergegas, ia
bisa naik kereta bawah tanah yang terakhir. Besok ia harus bangun pagi-pagi karena
ia diminta tiba di lokasi syuting jam delapan pagi. Sekarang ini ia hanya ingin tidur.
Naomi. Naomi berbalik ketika mendengar Sutradara Shin memanggilnya. Ya"
Kau akan pulang sendirian" tanya Sutradara Shin.
Ya, sahut Naomi dan tersenyum. Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa. Aku
masih sempat naik kereta terakhir.
Sutradara Shin mengerutkan kening sejenak. Sekarang sudah terlalu larut.
Tidak baik membiarkan seorang gadis berjalan sendirian, katanya. Kemudian ia
memandang berkeliling, ke arah para staf produksi yang sedang sibuk
mengumpulkan dan merapikan perlengkapan. Matanya berhenti pada Danny Jo
yang sedang membantu mengangkat perlengkapan ke mobil van. Oi, Danny, seru
Sutradara Shin. Danny Jo menoleh. Ya"
Kau bisa mengantar Naomi pulang" tanya Sutradara Shin dalam bahasa
Inggris kepada Danny. Aku tidak mau dia pulang sendirian malam-malam begini.
Mata Naomi melebar. Tidak, katanya cepat. Terlalu cepat dan terlalu keras
sampai kedua pria itu menoleh memandangnya. Naomi menggoyang-goyangkan
tangan dan tersenyum gugup. Tidak perlu repot-repot, katanya dengan suara
yang diusahakan tidak terdengar panik. Aku bisa sendiri. Sungguh.
Danny berjalan menghampiri mereka. Aku tidak keberatan, katanya. Lagi
pula, aku setuju dengan Hyong. Sekarang sudah malam dan sebaiknya ada yang
mengantarmu pulang. Kau tinggal di mana"
Naomi menggoyangkan tangannya lagi. Kali ini lebih cepat. Sungguh, aku
tidak perlu diantar. Aku bisa pulang sendiri. Aku sudah terbiasa pulang sendiri,
katanya sambil meraih tas dan topinya. Ketika ia melihat Danny membuka mulut
seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, Naomi cepat-cepat membungkuk. Selamat
malam, katanya cepat, lalu berbalik tanpa menunggu jawaban dan berjalan pergi.
Mengamati punggung Naomi yang menjauh, Bobby Shin bergumam, Rasanya
tidak benar membiarkannya pulang sendirian malam-malam begini.
Danny menoleh. Tapi dia sendiri tidak mau ditemani, balasnya. Lalu ia
mengangkat bahu. Hyong tidak perlu cemas. Tidak akan terjadi apa-apa.
Bobby Shin mendecakkan lidah dengan pelan. Tapi tetap saja..., gumamnya
enggan. Ia menghela napas dan berbalik. Ya sudahlah. Ayo, Danny. Kita bereskan
tempat ini dan pulang. Ya. Tentu saja, gumam Danny. Namun ia tidak beranjak dari tempatnya
berdiri sampai sosok Naomi menghilang di belokan di seberang jalan sepi itu.
* * * Sementara itu Naomi meragukan keputusannya sendiri. Jalanan sudah sepi. Stasiun
kereta bawah tanah juga tiba-tiba terlihat remang-remang dan menakutkan. Hanya
ada segelintir orang yang berdiri menunggu kereta. Naomi tidak suka tempat sepi.
Kepanikan mulai meresapi otaknya dan membuat tubuhnya menggigil.
Apakah tadi sebaiknya ia menerima tawaran Danny Jo untuk mengantarnya
pulang" Tapi ditemani laki-laki yang baru ditemuinya hari ini juga sama sekali
bukan pilihan yang pantas dipertimbangkan.
Sepanjang perjalanan pulang Naomi menyibukkan pikirannya dengan
mengingat jadwal kerjanya selama sebulan ke depan, berusaha mengabaikan
keadaan kereta yang hampir kosong dan dua pria berpenampilan kusam yang
berdiri di dekat pintu sambil mengobrol dan menenggak bir. Ketika ia akhirnya tiba
di Hampstead, Naomi baru bernapas sedikit lebih lega. Hanya sedikit. Karena
sekarang ia harus berjalan kaki ke flatnya. Memang tidak jauh dari stasiun, tapi ia
tetap merasa paranoid kalau harus berjalan sendirian malam-malam.
Sambil terus menyibukkan pikirannya sehingga tidak berpikiran macam-macam, Naomi berjalan cepat menyusuri jalan dari bebatuan yang mengarah ke
flatnya. Ia baru bisa benar-benar bernapas lega ketika sudah mendekati gedung flat.
Robin"s Nest di lantai satu gedung itu masih buka dan masih ramai. Cahaya lampu
yang terang, suara orang tertawa, bercakap-cakap dan bunyi denting gelas membuat
Naomi merasa santai. Baru saja ia merasa lega, tiba-tiba bunyi keras di belakangnya membuatnya
terperanjat, disusul disusul suara yang mengumpat. Naomi terkesiap, berputar
cepat, dan membelalak. Oh, sialan, gerutu sesosok bayangan gelap di bawah salah satu pohon yang
berjejer di tepi jalan. Bayangan itu sepertinya sedang membungkuk dan mengangkat
sesuatu dari tanah. Naomi seakan terpaku di tempat. Tidak bisa bergerak, tidak bisa bersuara, tidak
bisa bernapas. Dengan mata terbelalak ia menatap bayangan itu membetulkan
letak... tong sampah"
Jangan panik. Ini aku. Aku menabrak tong sampah. Tapi tidak perlu khawatir.
Tong sampahnya baik-baik saja.
Naomi mengerjap mengenali suara itu sementara bayangan gelap tadi
melangkah ke bawah sinar lampu jalan sambil mengangkat kedua tangan. Mata
Naomi melebar setelah wajah laki-laki itu terlihat jelas. Kau..."
Danny Jo menurunkan tangan dan tersenyum lebar.
Sedang apa kau di sini" tanya Naomi heran bercampur curiga. Ia memandang
berkeliling, lalu kembali menatap Danny. Matanya disipitkan. Kau mengikutiku"
Danny tidak langsung menjawa
b. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Lalu ia
berkata dengan nada merenung, Kau tahu, ini pertama kalinya kau mengucapkan
lebih dari dua kata padaku. Dan aku baru tahu kau punya logat London yang jelas.
Sebenarnya sudah berapa lama kau tinggal di sini"
Naomi terdiam sejenak dan tetap menatap laki-laki di hadapannya. Lalu, tanpa
menjawab pertanyaan Danny, ia bertanya sekali lagi, Sedang apa kau di sini"
Danny Jo menjejalkan kedua tangan ke saku jaket abu-abunya dan mengangkat
bahu. Karena kau tidak mau diantar pulang, aku memutuskan untuk
mengikutimu. Kening Naomi berkerut tidak mengerti. Kenapa"
Hanya untuk memastikan kau baik-baik saja. Memastikan kau tiba di rumah
dengan selamat, sahut Danny ringan. Hyong maksudku sutradara kita itu takut
sesuatu terjadi padamu. Naomi mengerjap bingung. Oh.
Jadi, kata Danny sambil mendongak memandang gedung di depannya, kau
tinggal di sini" Naomi menoleh, mengikuti arah pandang Danny, lalu kembali menatap laki-laki itu. Ya.
Mendengar nada suara Naomi, mata Danny beralih kembali kepada Naomi dan
ia tertawa pendek. Tidak perlu curiga begitu. Aku tidak minta diajak masuk,
katanya. Ia menatap Naomi dari kepala sampai ke kaki, lalu kembali ke wajahnya
dan berkata, Lagi pula kau bukan tipeku.
Naomi mengerjap kaget, membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Otaknya
berkutat mencari balasan yang cocok, tetapi tidak ada satu pun yang terpikirkan
olehnya. Otaknya mendadak kosong. Ia hanya bisa menatap laki-laki yang
tersenyum lebar itu dengan sebal.
Baiklah. Karena kau sudah sampai di rumah dengan selamat, aku pergi dulu,
kata Danny sambil mengangkat sebelah tangan. Sampai jumpa besok.
Ketika laki-laki itu berbalik dan mulai melangkah pergi, Naomi baru berhasil
memikirkan selusin cara membalas kata-kata Danny tadi. Tapi tentu saja sudah
terlambat. Dengan jengkel Naomi membalikkan tubuh sambil menggali tasnya,
mencari kunci pintu tangga depan.
Siapa laki-laki itu"
Jantung Naomi hampir jatuh ke tanah ketika Julie tiba-tiba sudah ada tepat di
depan wajahnya. Ya Tuhan, Julie! Naomi menempelkan tangan ke dada. Sedang
apa kau di sini" Julie memberi isyarat dengan ibu jarinya ke arah Robin"s Nest yang ramai. Aku
sedang bersama teman-temanku, katanya. Kebetulan aku melihatmu dengan laki-laki itu. Siapa dia"
Rekan kerja, sahut Naomi, masih merasa sebal pada diri sendiri karena
membiarkan dirinya terlihat seperti orang bodoh di depan Danny Jo.
Alis Julie terangkat. Dan dia mengantarmu pulang" Naomi, aku tidak pernah
meliahtmu diantar pulang oleh laki-laki.
Tidak, dia tidak mengantarku, sela Naomi cepat, dia mengikutiku.
Kali ini alis Julie berkerut. Dia mengikutimu sampai ke sini" Untuk apa"
Naomi tidak langsung menjawab. Ia menoleh ke belakang. Danny Jo sudah
tidak terlihat. Ia menggeleng dan mendesah. Entahlah. Aku lelah sekali dan aku
mau tidur, katanya sambil mengeluarkan kunci dari tas dan berjalan melewati
Julie. Sana, kembalilah kepada teman-temanmu.
Oh ya, Naomi, panggil Julie. Miho menelepon mencarimu berkali-kali hari
ini. Katanya ponselmu tidak bisa dihubungi.
Naomi baru teringat ia mematikan ponselnya selama proses syuting agar tidak
mengganggu. Ia mendesah berat. Miho. Oh, dear, aku hampir lupa. Aku berjanji
akan menyerahkan artikelnya besok. Ia mengembuskan napas panjang. Bahunya
melesak. Kurasa aku harus membatalkan rencanaku untuk tidur.
Selain bekerja sebagai model, Naomi juga bekerja sebagai editor freelance di
salah satu majalah fashion populer di Inggris. Ia sangat suka dan tahu banyak soal
dunia fashion, jadi ketika Nakajima Miho, mantan teman seprofesi dan putri pemilik
majalah itu, meminta bantuannya menulis artikel fashion untuk majalahnya, Naomi
dengan senang hati menerima pekerjaan itu. Namun sekarang ia mulai
mempertanyakan keputusannya sendiri untuk membantu Miho karena sepertinya ia
sekarang hanya bukan hanya bertugas menulis artikel fashion, tetapi juga sering
diminta mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan Miho sendiri sebagai editor-in-chief karena temannya itu bukan tipe orang yang bisa mengambil keputusan
sen diri. Julie menatapnya dengan tatapan prihatin. Kurasa sudah waktunya kau
memilih salah satu, Naomi. Model atau editor majalah. Kau tidak bisa melakukan
dua-duanya dengan jadwalnya yang sekarang. Memangnya kau tidak capek"
Naomi memutar kunci dan membuka pintu, lalu ia berbalik menatap temannya.
Jangan khawatir. Aku bisa mengatasinya, katanya sambil tersenyum.
Ia tidak pernah memberitahu siapa-siapa, tetapi kesibukan adalah perlindung-annya. Kesibukan bisa mengalihkan perhatiannya. Kesibukan bisa membuatnya
tidak memikirkan hal-hal yang tidak ingin dipikirkannya.
Misalnya hal-hal yang berhubungan dengan Danny Jo.
Bab Empat NAOMI tiba-tiba menyadari dirinya sangat lelah dan lapar ketika ia berjalan
melewati pintu restoran kecil berdesain modern itu keesokan harinya. Aroma steik
yang enak menerjang hidungnya, membuat kepalanya pusing sejenak. Ia praktis
tidak tidur semalaman karena harus menyelesaikan artikel yang dijanjikannya
kepada Miho. Ketika akhirnya ia berhasil menyelesaikan artikel itu dan
mengirimnya lewat e-mail kepada Miho, ia hanya punya sisa waktu satu jam
sebelum bersia-siap berangkat ke lokasi syuting lagi. Dihadapkan pada pilihan
apakah ia harus tidur atau sarapan, Naomi memilih tidur, walaupun tentu saja satu
jam itu sama sekali tidak cukup.
Dan tadi pagi ketika Naomi hendak keluar dari flat, Miho meneleponnya dan
meminta bertemu di saat makan siang. Ketika Naomi berkata bahwa ia sudah
mengirimkan artikelnya lewat e-mail, temannya itu tetap ingin bertemu. Katanya ada
yang ingin dibicarakannya dengan Naomi. Sesuatu yang berhubungan dengan
perancang busana baru yang akan ditampilkan di edisi mendatang. Karena Miho
tidak suka ditolak, dan karena Naomi juga tidak tega menolak, akhirnya ia
menyerah. Naomi melirik jam tangan dan mengerang dalam hati. Perutnya yang
menyedihkan terpaksa harus bertahan tanpa makanan siang ini. Ia harus cepat-cepat
kembali ke lokasi syuting. Tadi Naomi hanya sempat memberitahu Yoon bahwa ia
akan pergi sebentar sementara para kru makan siang. Ia tidak memberitahu
Sutradara Shin karena tadi pria itu terlihat sedang sibuk bicara dengan asisten
sutradara. Si asisten sutradara... Naomi menarik napas dan mengusap pelipisnya sejenak. Ia tidak tahu apa yang


Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus dipikirkannya tentang Danny Jo. Mereka belum sempat berbicara hari itu
karena keadaan di lokasi syuting sangat sibuk dan karena hari ini tidak ada adegan
yang melibatkan dirinya, Danny Jo selalu berada di belakang kamera bersama
Sutradara Shin. Tapi besok adalah hari terakhir syuting. Setelah itu Naomi tidak akan melihat
Danny Jo lagi. Lalu semuanya akan kembali seperti semula. Semuanya akan baik-baik saja. Harus baik-baik saja.
Lamunannya buyar ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Naomi
menoleh dan menatap salah satu meja kecil di tengah ruangan. Miho Nakajima
melambai ke arahnya sambil tersenyum lebar.
Selain nama dan wajahnya, tidak ada kesan Asia lain dalam diri Miho. Karena
dilahirkan dan dibesarkan di London, cara berpikir, cara bicara, dan gayanya sangat
mirip orang Eropa. Walaupun masih keturunan Jepang, ia praktis tidak bisa
berbahasa Jepang. Kemampuan berbahasa Jepang-nya benar-benar payah sampai
Naomi selalu berbicara dengannya dalam bahasa Inggris.
Maaf, aku agak terlambat. Sudah lama menunggu" tanya Naomi begitu ia
duuk dan melirik piring salad yang sudah hampir habis di depan Miho. Perutnya
kembali berbunyi. Miho mengibaskan rambut panjangnya yang dicat pirang ke belakang. Aku
bersedia menunggu lama asal kau datang ke sini. Aku benar-benar butuh
bantuanmu, katanya sambil tersenyum lebar. Walaupun ia kini adalah editor-in-chief jabatan yang dulunya dipegang oleh ibunya sebagai pemilik perusahaan ia
masih sering bergantung pada pendapat Naomi tentang berbagai hal.
Baiklah. Apa yang bisa kubantu" tanya Naomi langsung.
Miho tersenyum dan mengeluarkan sebuah folder dari tasnya yang besar. Ini
adalah perancang-perancang baru dan berbakat yang menurutku cocok
diperkenalkan di edisi mendatang. Tentu saja kita tidak bisa menampilkan
semuanya, jadi aku ingin mendengar pendapatmu. Menurutmu siapa yang paling
oke" Ia membuka folder itu dan mendorongnya ke arah Naomi. Kita harus
memutuskannya sekarang juga karena aku harus pergi selama seminggu atau
bahkan lebih. Memangnya kau mau pergi ke mana" tanya Naomi sambil terus membaca
data yang disodorkan Miho.
Miho tersenyum masam. Aku harus terbang ke Korea malam ini untuk
menghadiri perayaan ulang tahun kakekku yang kedelapan puluh. Semua keluarga
besar berkumpul untuk acara itu. Ia mendesah panjang. Asal kau tahu, aku tidak
pernah suka acara keluarga seperti itu. Aku tidak dekat dengan kerabat-kerabatku,
baik yang di Korea maupun yang di Jepang. Sama sekali tidak dekat. Bagaimana
bisa dekat kalau akut idak mengerti apa yang mereka katakan dan mereka sama
sekali tidak mengerti bahasa Inggris" Membosankan. Tapi, tentu saja orangtuaku
memaksaku hadir. Mereka tidak mau aku dianggap kurang ajar.
Kali ini Naomi menatap Miho dengan alis terangkat heran. Kau punya
keluarga di Korea" Kenapa akhir-akhir ini ia merasa seolah-olah melihat orang
Korea di mana-mana" Tentu saja, sahut Miho sambil mendorong piring salad-nya yang isinya masih
bersisa. Ibuku keturunan Korea. Kau tidak tahu"
Naomi menggeleng. Ternyata ibumu orang Korea"
Sepertinya Miho tidak mendengar. Keningnya berkerut samar, memikirkan
waktu-waktu panjang dan membosankan yang akan dihabiskannya di Korea. Ia
sudah mengajukan seribu satu alasan kepada ibunya untuk tidak ikut, tetapi ibunya
bersikeras dan Miho tidak punya pilihan lain yang tersisa selain menurut. Ia
mendesah panjang dan menatap ke sekeliling restoran, lalu berkata, Sepertinya aku
butuh sedikit puding cokelat untuk mempersiapkan diriku menghadapi hari-hari
suram yang menantiku. Kau mau memesan sesuatu"
Naomi melirik jam tangan dan mengembuskan napas panjang. Aku kelaparan
setengah mati, tapi tidak ada waktu untuk makan. Naomi menunjuk salah satu
kertas di hadapannya. Menurutku yang ini saja. Desain pakaiannya sangat unik,
bukan" Aku suka warna-warna yang dipakainya. Bagaimana menurutmu"
Aku setuju saja denganmu, sahut Miho dan mengangguk-angguk. Kau
memang punya selera yang bagus, Naomi. Apa jadinya aku tanpa dirimu"
Naomi tertawa singkat. Aku yakin kau akan baik-baik saja, katanya, lalu
melirik jam tangan. Kalau tidak ada lagi yang lain, aku harus pergi sekarang.
Miho menggeleng. Tapi setelah aku kembali ke sini nanti aku ingin kau
menemaniku pergi menemui perancang ini.
Baiklah, kata Naomi cepat sambil bangkit dari kursi dan meraih tasnya.
Selamat bersenang-senang di Korea. Telepon aku kalau kau sudah kembali. Aku
ingin tahu bagaimana kau berhasil melewati hari-hari suram yang kausebut-sebut
itu. Miho tersenyum masam. Itu juga kalau aku belum mati kebosanan di sana,
gerutunya. Atau mati kesal karena harus menghadapi kerabat-kerabatku yang suka
ikut campur dalam kehidupan pribadiku. Kau tahu, kudengar dari ibuku mereka
sekarang berniat menjodohkan aku, seolah-olah aku sudah melakukan dosa besar
karena masih melajang di usiaku yang sekarang.
Naomi kembali melirik jam tangan. Ia harus segera kembali ke lokasi syuting.
Itu tandanya mereka peduli padamu, katanya cepat, lalu tertawa ketika melihat
raut wajah Miho. Jangan muram begitu. Maksudku, siapa tahu kau suka calon
yang mereka ajukan" Bab Lima DANNY memandang ke sekeliling studio yang menjadi lokasi syuting hari itu,
tetapi gadis aneh itu tidak terlihat. Sutradara Shin meminta para model bersiap-siap
karena syuting akan segera dilanjutkan, tetapi model utamanya tidak terlihat di
mana-mana. Mungkin ia pergi makan siang di luar dan belum kembali. Danny
mengembuskan napas dan mengingatkan diri sendiri untuk meminta nomor ponsel
gadis itu supaya ia bisa menghubunginya kalau ada kejadian seperti ini lagi.
Nuna, panggil Danny sambil berjalan menghampiri Yoon yang sedang
merapikan kostum di rak gantung. Nuna tahu di mana dia"
Dia siapa" Yoon balas bertanya tanpa menoleh.
Siapa lagi" Gadis aneh itu. Naomi Ishida. Di mana dia"
Sebelum Yoon sempat menjawab, terdengar suara dari balik punggung Danny
yang berkata pelan, Aku di sini.
Danny berputar cepat dan langsung berhad
apan dengan sepasang mata hitam
besar yang balas menatapnya dengan resah. Danny bertanya-tanya apakah Naomi
Ishida mendengar kata-kata gadis aneh itu tadi, namun langsung menyadari
bahwa gadis itu tidak mengerti bahasa Korea. Ia hanya mendengar Danny
menyebut namanya dan menyadari bahwa dirinya sedang dicari-cari.
Baguslah karena kau sudah di sini, kata Danny cepat-cepat. Kau harus
bersiap-siap sekarang. Naomi menggigit bibir dan mengangguk singkat. Oh, oke. Aku akan... Kata-katanya terhenti ketika ia tiba-tiba merasa dunia bergoyang. Seperti gempa bumi
ringan yang sering dialaminya di Tokyo. Tetapi ini London. Tidak mungkin gempa
bumi, bukan" Ketika ia mendapatkan keseimbangan tubuhnya kembali, Naomi menyadari
Danny Jo sedang memegangi sikunya dan laki-laki itu menatapnya dengan alis
berkerut samar. Ada apa denganmu" tanyanya.
Naomi menggeleng bingung. Aku tidak apa-apa, sahutnya sambil menarik
lengannya dari pegangan Danny dan mundur selangkah. Aku akan bersiap-siap
sekarang. Kau sudah makan" tanya Danny Jo lagi.
Naomi tidak langsung menjawab. Setelah ragu sejenak, ia berkata, Sudah.
Danny tidak berkata apa-apa. Hanya terlihat berpikir-pikir, lalu ia mengangguk
dan tersenyum kecil. Baiklah. Aku akan memanggilmu kalau semuanya sudah
siap. Naomi memandangi punggung Danny yang menjauh sambil merenung, lalu ia
berputar menghadap Yoon dan tersenyum. Kostum mana yang harus kupakai"
Beberapa menit kemudian, setelah berganti pakaian dan berjalan kembali ke
meja riasnya, Naomi melihat melihat dua bungkus sandwich dan sekotak susu
tergeletak di meja rias. Ia mengamati kedua sandwich yang terlihat lezat itu. Sandwich
kalkun dan sandwich mentimun. Secarik kertas kuning terselip di bawahnya.
Aku tidak tahu kau vegetarian atau bukan dan aku tidak tahu kau suka kalkun
atau tidak, tapi tolong makan saja daripada kau jatuh pingsan di tengah-tengah
syuting. Kita tidak mau hal itu terjadi, bukan"
D. Naomi memandang berkeliling sampai ia melihat Danny Jo di seberang
ruangan. Laki-laki itu sedang menunduk menatap sesuatu yang ditunjukkan salah
seorang kru dan mendengarkan dengan saksama. Lalu tiba-tiba ia mengangkat
wajah dan bertemu pandang dengan Naomi. Sebelum Naomi sempat berpikir apa
yang harus dilakukannya, Danny tersenyum sekilas kepadanya dan kembali
memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan kru di sampingnya.
Menatap dua potong sandwich di tangan, Naomi hanya ragu sejenak, lalu
membuka bungkusan sandwich kalkun dan menggigitnya. Ia memejamkan mata
sejenak. Pada kenyataannya sandwich itu memang bukan sandwich paling enak di
dunia, tetapi saat itu, bagi perutnya yang keroncongan, sandwich itu adalah salah
satu makanan paling enak yang pernah dicicipi Naomi.
* * * Danny mendapati dirinya tersenyum melihat gadis aneh itu menggigit sandwich
dengan tekun, seolah-olah sandwich itu akan menguap kalau tidak segera
dimasukkan ke mulut. Pikiran pertama yang muncul di benaknya adalah Naomi
Ishida bukan vegetarian. Lalu pikiran kedua adalah dugaannya memang benar.
Gadis itu nyaris pingsan karena kelaparan tadi. Danny jadi ingin tahu apa yang
dilakukannya selama waktu makan siang tadi, kalau gadis itu memang tidak pergi
makan. Ia membiarkan dirinya menatap ke arah Naomi Ishida sejenak, lalu berdoa
dalam hati supaya gadis itu tidak jatuh pingsan di tengah-tengah syuting. Jadwal
syuting sudah cukup gila tanpa perlu ditambah dengan pingsannya model utama.
Tetapi pada kenyataannya ia tidak perlu khawatir sama sekali. Proses syuting
sepanjang sisa hari itu berjalan sangat lancar. Entah karena perut Naomi Ishida yang
sudah terisi penuh sehingga ia bisa bekerja lebih baik atau karena suasana hati
Sutradara Shin memang sedang baik, semua adegan yang direncanakan untuk hari
itu diselesaikan dengan cepat dan memuaskan. Kemudian segalanya bertambah
menyenangkan ketika Sutradara Shin menghentikan proses syuting lebih awal
daripada kemarin dan mengajak semua kru makan malam di restoran Korea yang
berjarak satu blok dari studio.
Restoran itu terletak di lantai dua, tepat di atas toko suvenir, di ujung jalan yang
tidak terlalu ramai. Restoran kecil yang tadinya sepi itu berubah ramai karena
kedatangan mereka dan mereka menempati hampir semua tempat kosong yang
tersedia. Aku belum pernah mencoba makanan Korea.
Danny menoleh ke arah suara itu dan melihat Naomi sedang berbicara kepada
Yoon. Sama sekali belum pernah" tanya Yoon, lalu menerjemahkan kata-kata Naomi
ke dalam bahasa Korea sehingga penata rias lain yang duduk semeja dengan mereka
mengerti. Naomi tersenyum dan mendengarkan sementara para penata rias itu mulai
berlomba-lomba menjelaskan makanan kecil yang mulai disajikan di meja
kepadanya dalam bahasa Inggris yang sepatah-sepatah dan kadang-kadang tanpa
sadar dicampur bahasa Korea.
Selama dua hari ini jadwal syuting sangat padat dan gadis itu bahkan belum
sempat banyak bicara dengan para kru. Ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi
mereka untuk lebih mengenal. Dan kelihatannya gadis itu tidak mendapat kesulitan.
Sekarang saja beberapa orang kru di meja lain mulai mendekatinya dan
mengajaknya mengobrol dengan bantuan Yoon sebagai penerjemah. Tidak lama
kemudian mereka mulai tertawa-tawa dan membicarakan hal-hal yang tidak bisa
ditangkap danny dari tempat duduknya.
Sutradara Shin mengatakan sesuatu kepadanya dan Danny pun mengalihkan
tatapan dari gadis itu. * * * Naomi merasa senang malam itu. Lelah setengah mati, tentu saja, tapi juga senang.
Awalnya ia ingin menolak ketika diajak ikut makan malam karena dua alasan.
Pertama, ia merasa ia mungkinakan disisihkan karena ia adalah satu-satunya orang
yang tidak bisa berbahasa Korea di sana. Tetapi ternyata ia salah. Para kru memang
tidak banyak bicara dan bersikap profesional ketika sedang bekerja, tetapi sekarang
sikap mereka sangat berbeda. Mereka selalu mengajak Naomi bicara dan bercanda
walaupun mereka tidak bisa berbahasa Inggris dan harus mencampur-campurkan
bahasa Inggris mereka yang sepatah-sepatah dengan bahasa Korea dan isyarat
tangan. Kedua, ia sangat lelah. Ia hanya ingin pulang dan tidur. Ketika syuting hari itu
berakhir, ia baru benar-benar menyadari betapa lelah dirinya. Sebenarnya ajaib
sekali ia masih bisa berdiri saat ini kalau mengingat jadwal kerjanya yang padat
selama dua bulan terakhir, walaupun tentu saja sekarang ia merasa kakinya hampir
tidak kuat lagi menopang tubuhnya.
Tetapi ia tidak bisa menolak ajakan Sutradara Shin untuk makan malam
bersama. Ia tidak tahu apakah ia akan dianggap tidak sopan kalau menolak.
Ditambah lagi Yoon juga mendesaknya ikut. Karena tidak punya tenaga untuk
berdebat. Naomi pun mengiyakan.
Dengan adanya Yoon yang bertindak sebagai penerjemah, Naomi harus
mengakui bahwa ia tidak menyesal telah ikut makan malam bersama. Makanannya
enak dan orang-orangnya menyenangkan. Dan Naomi menyadari ia banyak tertawa
selama makan malam karena lelucon yang dilontarkan para kru. Sudah lama sekali
ia tidak tertawa-tertawa seperti itu.
Walaupun ia bersenang-senang, rasa kantuk tetap menyerangnya. Tentu saja itu
tidak aneh mengingat sudah beberapa minggu terakhir ini ia kurang tidur. Ia tidak
tahu sudah berapa kali ia menguap diam-diam selama makan malam.
Dan sekarang ia menguap lagi.
Ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang Danny"
Naomi buru-buru mengatupkan mulut dan menoleh menatap Yoon. Hm"
Bagaimana pendapatmu tentang Danny" Dia baik, bukan" tanya Yoon sekali
lagi. Naomi menoleh ke arah meja yang tadi ditempati Danny, tetapi tidak melihat
laki-laki itu di sana. Naomi menggigit bibir. Sebenarnyaia sama sekali tidak
memikirkan Danny Jo selama dua jam terakhir ini, dan menurutnya itu sesuatu
yang bagus. Lalu kenapa Yoon tiba-tiba harus membicarakan laki-laki itu" Kalau
obleh memilih, Naomi benar-benar tidak ingin berbicara tentang Danny Jo. Bahkan
tidak ingin berpikir tentang laki-laki itu. Tetapi salah satu hal yang diketahui pasti
oleh Naomi tentang Yoon adalah bahwa kalau wanita itu ingin membicarakan
sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya.
Sadar bahwa Yoon masih menatapnya dan jelas-jelas berharap ia mengatakan
sesuatu, Naomi memaksakan senyum kecil dan bergumam, Sepertinya kau
mengenalnya dengan baik. Senyum Yoon melebar bangga. Tentu saja.
Aku bahkan mengenal kakak
perempuannya yang dulu juga adalah model terkenal. Sedangkan kakak laki-lakinya... yah, aku hanya sempat bertemu dengannya satu kali sebelum dia
meninggal dunia, tentu saja.
Naomi menyesap minumannya dengan pelan.
Yoon mencondongkan tubuhnya ke arah Naomi dan bergumam pelan,
Kecelakaan lalu lintas. Tiga tahun lalu. Mengemudi sambil mabuk.
Oh ya" Oh, ya. Yoon mengangguk muram. Tulang pinggulnya patah dan dia sempat
koma selama dua bulan sebelum akhirnya meninggal. Kasihan sekali, bukan"
Naomi menghela napas pelan. Kasihan"
Sebenarnya tidak. Ia tidak kasihan pada orang-orang seperti itu. Hidup ini
penuh dengan pilihan. Dan kalau orang itu memilih bersikap tidak bertanggung
jawab dengan mengemudi dalam keadaan mabuk, makaia sendiri yang harus
menerima akibatnya. Tetapi Naomi tidak berkata apa-apa pada Yoon, hanya kembali menyesap
minumannya dengan muram. Kepalanya mulai terasa pusing. Ia merasa seolah-olah
sedang bermimpi. Ia butuh udara segar. Tidak, tidak... Ia harus pulang. Ia tidak
ingin jatuh pingsan karena kelelahan di tengah jalan.
Setelah pamit dengan Sutradara Shin, Yoon dan para staf lain yang terbukti
agak sulit karena mereka semua mendesaknya tetap tinggal Naomi pun
mengumpulkan barang-barangnya dan berjalan ke arah tangga. Oh, ia sangat lelah.
Saking lelahnya, ia merasa ia bisa tidur sambil berdiri. Naomi menepuk-nepuk
pipinya sendiri untuk sedikit menyadarkan diri. Udara dingin pasti bisa
menyegarkannya. Sekarang yang harus dilakukannya adalah menuruni tangga kayu
sempit di restoran itu. Menuruni tangga sempit dalam sepatu bot bertumit tinggi
dan dalam keadaan setengah sadar sama sekali bukan pekerjaan yang mudah.
Naomi harus mengerahkan segenap konsentrasin yang tersisa. Ia tidak mau
sampai... Mau pergi ke mana" Suara itu membuat Naomi tersentak kaget dan kehilangan keseimbangan.
Sebelum ia bahkan menyadari apa yang sedang terjadi, kaki kanannya tergelincir
dari pijakan dan tubuhnya terhuyung ke depan. Naomi memejamkan mata, bersiap-siap menerima yang terburuk. Ia merasa dirinya menubruk sesuatu, tetapi ia tidak


Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jatuh berguling-guling di tangga, tidak terjerembap di lantai keras, tidak merasa
kesakitan. Naomi membuka mata dan mendongak. Matnaya melebar kaget ketika ia
menyadari bahwa ia telah mendarat dalam pelukan Danny Jo.
Oh dear... * * * Mata hitam yang mirip mata boneka itu terbelalak lebar menatapnya. Sejenak Danny
melupakan kaki kirinya yang berdenyut-denyut kesakitan. Oh ya, ia bisa melihat
berbagai macam ekspresi yang melintas di mata itu. Kaget, bingung, dan... takut"
Danny berdeham dan bergumam, Kau tidak apa-apa" Ia tidak melepaskan
Naomi. Gadis itu pasti akan langsung tersungkur kalau Danny melepaskannya,
mengingat posisinya saat itu yang seluruhnya bersandar pada Danny.
Naomi Ishida tidak menjawab. Tidak bergerak sedikit pun. Tubuhnya begitu
kaku dalam pelukan Danny sampai Danny hampir mengira gadis itu sudah berubah
menjadi boneka kayu. Kalau kau baik-baik saja, Danny melanjutkan dengan nada ringan, mungkin
kau bisa mengangkat kaki kananmu sedikit.
Mata Naomi mengerjap satu kali, lalu ia menunduk menatap kaki kanannya.
Danny mengikuti arah pandangannya dan mereka berdua menatap hak tinggi
sepatu bot Naomi yang menancap di kaki kiri Danny. Naomi terkesiap dan buru-buru melepaskan diri dari Danny. Tetapi karena terlalu terburu-buru, ia malah
terhuyung ke belakang. Danny dengan cepat mengulurkan tangan dan menahan siku gadis itu. Ia
mengembuskan napas panjang dan berkata, Pelan-pelan saja, kata Danny. Seperti
yang sudah diduganya, Naomi secepat kilat menarik lengannya dari pegangan
Danny. Sejenak Naomi hanya menatapnya tanpa berkedip. Aku... Maaf, gumamnya
pada akhirnya. Jeda sejenak, lalu, Kakimu...
Danny tersenyum dan menggerak-gerakkan kaki kirinya. Aku tidak akan
pincang, katanya ringan.
Naomi mengangguk, namun tidak berkata apa-apa.
Danny mengamati Naomi Ishida yang berdiri di hadapannya. Apakah hanya
perasaannya atau apakah gadis itu memang terlihat resah"
Jadi kau mau ke mana" tanya Danny lagi.
Naomi berdeham pelan. Aku pulang dulu. Ia
tersenyum singkat. Benar-benar
singkat, sampai Danny tidak yakin apakah Naomi benar-benar tersenyum tadi.
Sampai jumpa besok. Tanpa menunggu jawaban, gadis itu dengan cepat menuruni tangga melewati
Danny dengan kepala tertunduk. Kening Danny berkerut samar, lalu sedetik
kemudian ia berputar dan berkata, Biar kutemani sampai ke stasiun.
Naomi Ishida berhenti di dasar tangga, berbalik pelan dan mendongak menatap
Danny. Apa" Akan kutemani kau sampai ke stasiun, Danny mengulangi kata-katanya
sambil menuruni tangga. Aku tidak butuh ditemani.
Danny mendesah dalam hati. Astaga, gadis ini benar-benar menyulitkan. Ia
berdiri di hadapan Naomi dan tersenyum ringan. Baiklah. Aku yang butuh teman,
katanya. Aku sedang bosan. Aku butuh teman bicara. Dan kurasa jalan-jalan
sebentar tidak ada salahnya. Bukankah begitu"
Setelah berkata begitu, Danny berjalan melewati Naomi yang masih
menatapnya dengan alis berkerut bingung.
Setelah berjalan beberapa langkah, Danny berbalik dan melihat gadis itu masih
berdiri di tempat. Aku tidak bermaksud merayumu, kau tahu" Maksudku, kalau
itu yang kautakutkan, katanya sambil tersenyum. Sudah kubilang kau sama sekali
bukan tipeku. Tapi itu tidak berarti kita tidak bisa berteman, bukan"
Alis gadis itu masih berkerut dan ia masih menatap Danny dengan ragu.
Danny memiringkan kepala sedikit. Apakah kau takut padaku"
Naomi tidak menjawab, dan hal itu membuat Danny heran. Ia hanya bercanda
dan mengira Naomi akan membantah dengan tegas. Tetapi gadis itu hanya berdiri
diam di sana. Apakah gadis itu benar-benar takut padanya" Kenapa" Sebelum
Danny sempat berpikir lebih jauh, ia melihat Naomi memejamkan mata, lalu
menghela napas seolah-olah menyerah, dan mulai berjalan menyusul Danny.
Senyum Danny mengembang. Itu sama sekali bukan kemenangan besar, tetapi
tetap adalah kemajuan. Jadi, Naomi, kata Danny memulai percakapan sementara
mereka berjalan menyusuri trotoar, kau sudah merasa lebih baik"
Naomi meliriknya sekilas. Apa maksudmu"
Danny mengangkat bahu. Tadi siang kau hampir pingsan di depanku karena
kelaparan. Sekarang kau hampir pingsan di tangga karena... yah, aku tidak tahu
kenapa, tapi yang pasti bukan karena lapar. Kulihat porsi makanmu cukup sehat
tadi. Langkah kaki Naomi terhenti. Ia berputar menghadap Danny dan membuka
mulut hendak membalas, lalu menutupnya lagi. Setelah berpikir sejenak, ia
membuka mulut dan berkata, Pertama, tadi siang aku tidak pingsan. Walaupun
aku... walaupun aku memang tidak sempat makan. Tapi itu tidak ada hubungannya!
Kepalaku hanya agak pusing dan...
Danny mengangkat alis, terkejut mendengar aliran kata-kata yang cepat dari
mulut Naomi Ishida. Tetapi sepertinya salah mengartikan ekspresi Danny karena
gadis itu melotot ke arahnya.
Dan itu jarang sekali terjadi, lanjut Naomi galak. Kedua, tadi aku hanya
tergelincir di tangga sekali lagi, bukan pingsan! karena kau tiba-tiba muncul entah
dari mana dan membuatku kaget setengah mati. Ketiga, apa maksudmu dengan
porsi makanku besar" Apa salahnya kalau aku makan banyak" Aku kan tidak
sempat makan siang tadi. Seorang model memang seharusnya kurus, tapi seorang
model tidak seharusnya mati kelaparan. Katakan padaku, apakah aku salah"
Naomi menarik napas panjang di akhir penjelasannya dan Danny tersenyum
melihatnya. Lalu ia berkata, Giliranku" Karena gadis itu hanya diam dan
menatapnya dengan mata disipitkan, Danny melanjutkan, Oke, pertama, tadi siang
kau memang hampir pingsan tunggu, jangan menyela dulu dan kalau aku tidak
menahanmu, kau pasti sudah jatuh ke lantai seperti pohon tumbang. Kedua, aku
tidak tiba-tiba muncul entah dari mana. Aku tadi sedang melihat-lihat tok osuvenir
yang ada di bawah restoran. Ketiga, tadi kubilang porsi makanmu sehat, bukan
banyak. Sehat. Dan tidak, tidak ada salahnya kalau kau makan banyak.
Naomi menatapnya sejenak dengan alis berkerut kesal. Well, terima kasih,
katanya datar, berbalik meneruskan langkah.
Sekarang, kata Danny ringan sambil mengikuti langkah gadis itu, Ceritakan
tentang dirimu. Naomi meliriknya sekilas lagi-lagi tatapan curiga itu dan bertanya sin
gkat, Kenapa" Ah, lagi-lagi nada curiga itu.
Karena itu yang dilakukan teman, bukan" Danny balas bertanya dengan nada
polos. Saling mengenal, maksudku.
Naomi tidak menjawab. Danny juga menyadari gadis itu tidak membantah kata
teman . Jadi sepertinya itu sesuatu yang bagus.
Sudah berapa lama kau tinggal di London" tanya Danny ketika sepertinya
Naomi tidak berniat mengatakan apa-apa.
Naomi tidak langsung menjawab. Lalu, Hampir tiga tahun.
Danny tersenyum kecil. Kau suka tinggal di sini"
Naomi hanya mengangkat bahu sedikit.
Ini ketiga kalinya aku datang ke London, kata Danny. Aku suka kota ini,
walaupun pada dua kunjungan awalku aku tidak punya waktu untuk berkeliling
dan melihat-lihat karena jadwal kerjaku terlalu padat. Tapi karena sekarang aku
akan tinggal agak lama di sini, kurasa aku bisa mencari waktu luang untuk
berkeliling kota. Naomi tetap menunduk menatap jalan, tidak berkomentar.
Bagaimana kalau kau menemaniku"
Kali ini kepala Naomi berputar ke arahnya. Mata bulat dan resah itu menatap
mata Danny sedetik, lalu mengerjap. Apa"
Danny mengangkat bahu dengan ringan. Kukira mungkin kau bisa
menemaniu berkeliling kota setelah syuting berakhir. Aku tidak punya teman lain di
sini, kecuali sutradara kita, tentu saja, tapi menurutku dia mungkin lebih suka
menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya daripada bersamaku.
Oh, kurasa tidak, gumam Naomi cepat mungkin terlalu cepat sambil
menurunit angga ke stasiun kereta bawah tanah.
Danny bergegas menyusulnya. Kenapa tidak"
Karena aku tidak punya waktu.
Kedengarannya tidak meyakinkan. Danny semakin penasaran. Sepertinya
Naomi Ishida tidak menyukainya. Tapi kenapa" Danny tidak pernah menganggap
dirinya sebagai orang yang menjengkelkan. Ia ramah pada siapa saja. Dan ia jelas
selalu bersikap ramah pada Naomi. Lalu kenapa ia merasa seolah-olah Naomi tidak
menyukainya" Apakah ia telah melakukan sesuatu yang menyinggung perasaan
gadis itu" Sepertinya tidak.
Keretaku akan datang sebentar lagi, kata Naomi sambil mendongak menatap
papan penanda kedatangan kereta, jadi kalau kau mau pergi sekarang...
Kenapa kau membenciku"
* * * Naomi menahan napas sejenak. Lalu perlahan-lahan ia mengembuskan napas dan
menoleh ke arah Danny Jo. Ia bisa melihat kebingungan di wajah laki-laki itu.
Kenapa kau membenciku" tanya Danny sekali lagi.
Naomi menarik napas lagi, lalu berkata pelan, Aku tidak membencimu.
Itu memang benar. Ia tidak membenci Danny Jo. Naomi memang baru bertemu
dengan Danny Jo dua hari yang lalu dan mungkin Naomi belum benar-benar
mengenal laki-laki itu, tapi ia tahu Danny Jo bukan orang yang gampang dibenci.
Malah kalau Naomi mau jujur pada diri sendiri ia merasa mudah sekali bagi
seseorang untuk menyukai Danny Jo.
Kalau begitu kau hanya tidak menyukaiku" tanya Danny lagi.
Naomi menggigit bibir, berpikir. Kurasa aku belum cukup lama mengenalmu
untuk bisa memberikan penilaian apa pun, katanya pada akhirnya.
Alis Danny terangkat dan ia tersenyum tipis. Kau tidak membenciku, tapi juga
tidak suka padaku. Ia menghela napas sejenak, lalu bertanya, Apakah kau takut
padaku" Itu kedua kalinya Danny Jo bertanya seperti itu. Ya, Naomi tidak menjawabnya
ketika Danny pertama kali bertany apadanya. Saat itu ia tidak tahu bagaimana
menjawabnya. Sekarang juga tidak.
Naomi" Naomi mengangkat wajah dan menatap Danny Jo, lalu balas bertanya, Apakah
aku punya alasan untuk takut padamu"
Danny terdiam sejenak. Kepalanya dimiringkan ke satu sisi. Senyum kecil itu
masih tersungging di bibirnya. Naomi merasa seolah-olah laki-laki itu tahu apa yang
sedang dipikirkannya. Dan hal itu membuatnya gugup.
Tidak, kau sama sekali tidak punya alasan untuk takut padaku, gumam
Danny Jo. Satu kalimat itu langsung membuat dada Naomi terasa lebih ringan. Entah
kenapa. Mungkin tanpa sadar Naomi memang mengharapkan penegasan ini.
Kemudian sebelum salah satu dari mereka mengatakan sesuatu, bunyi melengking
panjang tanda kereta akan segera tiba terdengar, disusul bunyi gemuruh kereta di
terowongan. Keretamu, kata Danny pendek.
Sementara kereta berhenti di depan mereka dan s
ementara menunggu para penumpang turun dari kereta, Naomi berpikir sejenak sambil menggigit bibir.
Akhirnya ia menoleh ke arah Danny dan berkata, Terima kasih.
Danny balas menatapnya dengan alis terangkat. Hm"
Terima kasih. Untuk semuanya, kurasa. Naomi mengangkat bahu dengan
canggung. Karena membelikan sandwich untukku siang tadi. Karena menolongku
di tangga tadi. Karena mengantarku ke sini.
Hei, itu gunanya teman, bukan" balas Danny ringan.
Naomi tersenyum ragu, lalu melangkah ke dalam kereta.
Dari balik jendela kaca kereta, ia melihat Danny Jo melambaikan sebelah tangan
ke arahnya. Dan laki-laki itu tidak beranjak sampai kereta itu sudah melaju
meninggalkan stasiun. Naomi duduk bersandar dan menghela napas dalam-dalam. Kata-kata Danny Jo
tadi terngiang-ngiang di telinganya.
Hei, itu gunanya teman, bukan"
Apakah ia bisa berteman dengan laki-laki itu" Naoi mengusap pelipisnya, lalu
bertopang dagu, menatap ke luar jendela kereta, menatap dinding terowongan yang
gelap gulita. Laki-laki selalu membuat Naomi merasa resah dan gugup. Ia tidak pernah
merasa nyaman berada di dekat laki-laki. Tidak pernah. Yah, sebenarnya bukan
tidak pernah . Tentu saja ia tidak terlahir takut pada laki-laki. Hanya saja beberapa
tahun terakhir ini, sejak kejadian... kejadian itu, ia tidak pernah bisa memandang
laki-laki dengan cara yang sama lagi. Hanya Chris satu-satunya laki-laki yang
dianggapnya teman dan satu-satunya laki-laki yang tidak membuatnya merasa
resah. Dan sekarang ada Danny Jo. Selama dua hari terakhir ini Naomi sudah
berusaha menjaga jarak darinya, sama sekali tidak ingin berurusan dengannya.
Namun malam ini Danny Jo menunjukkan bahwa ia berbeda dengan perkiraan awal
Naomi. Laki-laki itu sepertinya... baik.
Mungkin Danny Jo memang berbeda.
Tetapi apakan kau benar-benar bisa berteman dengan orang yang bisa
membangkitkan mimpi-mimpi terburukmu"
Bab Enam KEESOKAN paginya Christopher Scott berdiri di depan jendela dapur dan cemberut
menatap langit mendung di luar. Ia memang sudah terbiasa dengan cuaca kota
London yang tidak menentu, tetapi itu tidak berarti ia menyukainya. Ia menyesap
tehnya, lalu kembali memusatkan perhatian pada adonan panekuk di atas meja dan
menghela napas. Ia suka memasak, dan ia meyakini kata-kata ibunya sejak ia masih
kecil, bahwa sarapan adalah makanan paling penting dalam sehari. Sayang sekali
kedua teman satu flatnya tidak meyakini hal yang sama. Julie hanya perlu secangkir
kopi di pagi hari dan Naomi terlalu sibuk untuk makan. Kalau tidak ada Chris di
sini, kedua gadis itu pasti sudah kering kerontang seperti tengkorak.
Ia mendongak ketika pintu kamar Naomi terbuka dan Naomi yang terbungkus
jubah tidur muncul dengan wajah pucat dan lingkaran hitam di sekeliling matanya.
Astaga, lass, apa yan gterjadi padamu" Kau terlihat seperti tidak tidur semalaman,
kata Chris. Tidak bisa tidur, gumam Naomi dengan suara serak sementara ia duduk di
salah satu dari tiga kursi kayu di meja makan dan mengangkan kedua kaki ke atas
kursi. Tunggu sebentar, kata Chris cepat. Akan kutuangkan teh untukmu, lalu kau
bisa menceritakannya padaku.
Cerita tentang apa" Jangan pura-pura bodoh, Sayang, kata Chris sambil meletakkan secangkir teh
yang mengepul di depan Naomi, lalu duduk di hadapannya. Aku sudah
mengenalmu cukup lama untuk tahu bahwa kau sedang ada masalah. Sekarang kau
boleh menceritakannya padaku sambil makan. Ini panekuknya dan ini madunya.
Aku tahu kau suka makan panekuk dengan madu.
Naomi tersenyum kecil ketika Chris mendorong sepiring panekuk hangat ke
arahnya. Kau terdengar seperti ibuku, gumamnya pelan.
Seseorang memang harus berperan sebagai ibu kalau ada kau dan Julie di
sini, omel Chris. Tetapi kemudian ia tersenyum ketika melihat Naomi mulai
melahap panekuknya. Sekarang ceritakan padaku apa yang membuatmu tidak bisa
tidur semalaman" Di mana Julie" Belum bangun"
Dia sudah pergi pagi-pagi tadi, sahut Chris. Katanya ada audisi.
Naomi mengangguk-angguk. Sekarang ceritakan padaku sebelum kesabaranku habis, desak Chris.
Naomi meringis dan melahap panekuknya lagi. Kemudian ia ragu s
ejenak, sepertinya sedang memikirkan kata-kata yang tepat, lalu berkata dengan hati-hati,
Ada seorang laki-laki. Alis Chris terangkat heran. Selama ia mengenal Naomi, ia belum pernah
mendengar Naomi membicarakan laki-laki mana pun. Laki-laki" Siapa"
Rekan kerjaku, lanjut Naomi tanpa menatap Chris. Lawan mainku untuk
video musik ini. Dia... Dia mengganggumu" tebak Chris dengan alis berkerut.
Naomi mengangkat wajah dan cepat-cepat menggeleng. Tidak. Tidak, dia
tidak... Maksudku tidak seperti itu. Lalu ia mengalihkan tatapan ke luar jendela.
Dia tidak menggangguku. Ketika Naomi masih diam, Chris menebak lagi. Kalau begitu, dia merayumu"
Naomi kembali menunduk. Tidak, dia tidak seperti itu, gumamnya sambil
menghela napas.

Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu apa" Chris mengerang, terlalu penasaran untuk bersikap sabar.
Naomi menggigit bibir sejenak, lalu mengangkat wajah menatap Chris dan
berkata, Tidak apa-apa. Sama sekali tidak apa-apa. Ia mengangkat bahu. Kau
mungkin tidak tahu, tapi aku tidak pernah merasa nyaman bersama... laki-laki
dan... Aku tahu, sela Chris. Ketika Naomi menatapnya dengan bingung, ia menam-bahkan, Julie juga tahu.
Kalian tahu" Naomi menatapnya dengan heran.
Chris memutar bola matanya. Tentu saja kami tahu, Naomi, walaupun kami
tidak tahu apa alasannya. Sudah berapa tahun kita tinggal bersama" Selama itu kami
belum pernah melihatmu bersama laki-laki mana pun. Jangankan pacar, kau bahkan
juga tidak punya teman berjenis kelamin laki-laki. Kecuali aku, tentu saja, tapi itu
kasus yang berbeda. Naomi meletakkan garpu dan memeluk kedua kakinya.
Kau mau membicarakan alasannya" tanya Chris.
Tidak, jawab Naomi cepat.
Chris mengembuskan napas pelan. Baiklah. Kita bicarakan laki-laki ini saja.
Apa masalahmu dengannya" Kau tadi bilang dia tidak mengganggumu.
Memang tidak. Dia baik" Naomi mengangkat bahu. Yah... bisa dibilang begitu.
Dia tampan" Apakah itu ada hubungannya"
Banyak! Nah, dia tampan atau tidak"
Naomi terdiam sejenak, lalu bergumam, Lumayan.
Chris bersandar kembali. Baiklah. Jadi dia baik dan juga tampan. Sejauh ini
aku tidak melihat ada masalah.
Naomi menarik napas panjang, menoleh ke luar jendela, lalu bergumam, Dia...
dia mengingatkanku pada hal-hal yang tidak pernah ingin kuingat lagi.
Chris menatap Naomi sejenak. Maksudmu, dia mengingatkanmu pada
seseorang di masa lalumu" Seseorang yang tidak menyenangkan" tanyanya pelan.
Naomi menoleh ke arah temannya dan tersenyum masam. Aku lupa kau pintar
membaca pikiran wanita, gerutunya.
Chris tidak menghiraukan kata-katanya dan terus bertanya, Tapi seseorang di
masa lalu itu bukan dia, kan"
Bukan. Lalu kenapa kau menyamakan orang itu dengan dia"
Aku tidak... Tidak" tanya Chris dengan alis terangkat. Lalu ia mendesah pelan dan
mencondongkan tubuh ke depan dan menggenggam tangan Naomi. Dengar,
Naomi, aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mungkin kau pernah terluka
karena seorang laki-laki. Atau mungkin alasannya sama sekali berbeda. Entahlah.
Hanya kau yang tahu. Tapi kau harus tahu bahwa tidak semua laki-laki itu sama.
Rasanya tidak adil memusuhi semua laki-laki hanya karena kesalahan satu orang.
Terutama apabila laki-laki itu sebaik yang kaukatakan tadi. Ia tersenyum. Laki-laki yang normal, tampan, dan baik sulit didapatkan, kau tahu"
Naomi ikut tersenyum mendengarnya. Aku tidak bermaksud menjalin
hubungannya dengannya, kau tahu"
Aku tahu. Tapi tidak ada salahnya berteman, bukan" kata Chris ringan.
Kalau dia ternyata tidak sebaik yang kaukira, atau kalau dia macam-macam
padamu, kau punya aku di sini. Begini-begini aku bisa menendangnya sampai ke
negara tetangga, kau tahu" Atau Julie bisa meminta salah seorang pengawal pribadi
ayahnya menghabisinya di tempat.
Seulas senyum mulai tersungging di sudut bibir Naomi.
Chris ikut tersenyum. Tapi kalau nantinya dia memang terbukti baik dan kalau
kau memang tidak tertarik padanya, kau boleh melemparkannya kepadaku. Siapa
tahu..." Kali ini Naomi tertawa. Baguslah kau sudah tertawa. Sekarang habiskan panekukmu dan pergi
mandi, kata Chris puas. Lalu ia terdiam
sejenak dan mengerjap. Astaga, aku
benar-benar terdengar seperti ibu-ibu.
* * * Kafe kecil khas Inggris di West End itu terlihat ramai. Bukan oleh para tamu yang
ingin menikmati secangkir teh atau sandwich mentimun, tapi oleh para staf produksi
video musik yang saling mengobrol dan berseru dalam bahasa Korea. Sementara
para stafnya sibuk mempersiapkan semuanya, Bobby Shin duduk di luar kafe,
menempati salah satu meja bundar bercat putih di trotoar, dengan secangkir kopi
panas di hadapannya. Langit siang itu terlihat mendung, tetapi Bobby Shin sama
sekali tidak khawatir. Syuting hari ini seluruhnya akan dilakukan di dalam ruangan.
Halo, Hyong. Bobby Shin mengangkat wajah dari lembaran-lembaran kertas di pangkuannya
dan langsung bertatapan dengan Danny Jo yang entah bagaimana sudah menempati
salah satu kursi besi di hadapannya. Oh, halo. Kau sudah makan siang" Kalau
belum sebaiknya kau pergi makan dulu karena kami semua sudah makan tadi, kata
Bobby Shin sambil kembali menunduk menatap kertas-kertasnya.
Danny tidak menjawab, malah memandang berkeliling sejenak, lalu kembali
menatap Bobby Shin. Hyong sudah melihat Naomi"
Bobby Shin menggeleng. Sepertinya dia belum datang. Mungkin sebentar
lagi. Hyong, apa pendapat Hyong tentang dia" tanya Danny tiba-tiba.
Dia profesional, sahut Bobby Shin sambil kembali membalik-balikkan kertas
di pangkuannya. Punya wajah yang cocok untuk video musik ini.
Maksudku selain itu, kata Danny. Apa yang Hyong ketahui tentang dia"
Kali ini Bobby Shin mengangkat wajah dan menatap Danny dengan tatapan
heran. Apakah ada hal lain yang perlu kuketahui tentang dia selain kenyataan
bahwa dia profesional, memiliki wajah yang cocok untuk video musik ini, juga
sangat cocok berpasangan denganmu" Bobby Shin balas bertanya. Bagaimanapun
juga, Tae-Woo sudah memutuskan sejak awal bahwa dia ingin kau membintangi
video musik yang ini. Jadi kami hanya perlu mencari model wanita yang cocok
denganmu. Danny meringis. Dengan kata lain, Hyong tidak tahu apa-apa tentang dia di
luar urusan pekerjaan"
Apakah aku harus tahu" tanya Bobby Shin heran. Ia tidak pernah mengurusi
urusan pribadi model-modelnya. Baginya, selama mereka melakukan semua yang
diinginkannya di depan kamera, ia tidak peduli dengan apa pun yang mereka
lakukan di belakang kamera.
Danny mengembuskan napas, lalu berkata, Sepertinya dia tidak suka padaku.
Masa" tanya Bobby Shin acuh tak acuh. Apa yang sudah kaulakukan
padanya" Aku tidak melakukan apa-apa.
Bobby Shin menyipitkan mata memandang melewati bahu Danny. Itu dia,
katanya. Orang yang kaucari-cari sudah datang.
Danny segera berbalik dan melihat Naomi Ishida sedang berjalan menghampiri
Yoon yang melambai-lambaikan tangan ke arahnya.
Kau harus mengerahkan pesonamu, Danny. Usahakan agar dia menyukaimu,
paling tidak di depan kamera, kata Bobby Shin. Hari ini kalian berdua akan tampil
bersama di depan kamera dan aku tidak mau ada masalah.
Aku tahu, Danny mendesah. Lalu ia tersenyum masam, berdiri dan berjalan
pergi. Saat itu Bobby Shin baru melihat langkah kaki Danny yang timpang.
Hei, Danny, apa yang terjadi dengan kakimu" tanyanya.
Danny mengibaskan sebelah tangan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Bobby Shin mengangkat bahu. Ia hanya berharap Danny tidak akan terlihat
timpang di depan kamera. * * * Naomi sudah tahu Danny Jo berjalan menghampiri mereka bahkan sebelum Yoon
menyerukan nama laki-laki itu dengan nada cemas. Naomi menoleh dan langsung
bisa menebak apa yang membuat Yoon terdengar cemas. Langkah Danny Jo terlihat
timpang. Namun sebelum Yoon sempat bertanya lebih jauh, seseorang berseru
memanggilnya dan hal berikut yang disadari Naomi adalah ia sudah ditinggal
berdua dengan Danny Jo. Halo, sapa Danny sambil tersenyum cerah. Kuharap kau mendapat waktu
istirahat yang cukup semalam.
Ya, gumam Naomi singkat.
Tiba-tiba Danny Jo membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Naomi.
Naomi terlalu kaget untuk bergerak. Mata Danny Jo mengamati wajahnya, lalu laki-laki itu memiringkan kepala sedikit dan bergumam, Tapi kau masih terlihat pucat
pagi ini . Kurang tidur" Naomi mengerjap dan cepat-cepat mundur selangkah. A-ada apa dengan
kakimu" tanyanya agak tergagap karena ingin mengalihkan topik pembicaraan.
Danny menunduk menatap kakinya, lalu tersenyum. Seseorang menginjak
kakiku semalam, jawabnya ringan. Kemarin tidak terasa sakit, tapi tiba-tiba pagi
ini kakiku sudah bengkak. Aneh, bukan"
Seseorang menginjak kakinya semalam" Naomi mengangkat wajah dan
menatap Danny Jo yang masih tersenyum. Aku" tanyanya ragu. Ia ingat ia
memang menginjak kaki Danny Jo di tangga restoran kemarin malam.
Jangan khawatir, Danny menenangkannya. Tidak ada tulang yang patah.
Dikompres sedikit saja pasti sembuh.
Naomi masih tidak yakin. Mungkin memang tidak ada tulang yang patah, tapi...
Kau sudah ke dokter" tanyanya.
Danny mengangkat bahu. Untuk apa ke dokter hanya gara-gara masalah kecil
ini" Alis Naomi berkerut samar.
Kalau kau masih merasa bersalah, sela Danny cepat, kau bisa mentraktirku
makan. Aku belum sempat makan siang dan aku ingin sekali makan fish and chips.
Kau sudah makan siang"
Aku sudah sarapan, kata Naomi.
Danny mendesah. Sarapan dan makan siang itu berbeda. Kau tidak mau jatuh
pingsan lagi, bukan" Ketika Naomi mendelik ke arahnya, senyumnya malah
bertambah lebar dan ia menambahkan, Ayo, ikut aku. Syutingnya baru akan
dimulai dua jam lagi dan aku tahu tempat yang menjual fish and chips paling enak di
seluruh penjuru London. Semoga saja mereka belum pindah.
Naomi membuka mulut ingin menolak, tetapi ia teringat pada pembicaraannya
dengan Chris di meja dapur pagi tadi. Tidak ada salahnya berteman, bukan"
Dan Danny Jo sendiri juga mengatakan hal yang mirip seperti itu kemarin
malam. Naomi menutup mulutnya kembali dan menatap Danny Jo yang sedang
menyerukan sesuatu kepada Sutradara Shin dalam bahasa Korea. Mungkin berkata
bahwa mereka akan pergi makan siang. Kemudian ia kembali menoleh kepada
Naomi, masih dengan senyum cerah yang sama. Kita pergi sekarang" tanyanya.
Naomi ragu sejenak, lalu ia pun mengangguk.
Ia akan mencobanya. Mencoba berteman dengan Danny Jo.
Bab Tujuh DANNY JO membawanya ke sebuah restoran kecil yang belum pernah dikunjungi
Naomi sebelumnya. Mungkin tempat itu tidak bisa disebut restoran, karena tempat
itu hanya semacam toko kecil sempit yang khusus menjual fish and chips yang
menurut Danny Jo adalah yang paling enak di seluruh penjuru London tanpa meja
atau kursi di dalam toko, jadi orang-orang menikmati fish and chips mereka di tepi
jalan, di bangku taman, atau sambil jalan. Walaupun begitu toko itu sangat ramai.
Antrean pembelinya sangat panjang sampai ke luar toko.
Jadi kau belum pernah ke sini" tanya Danny Jo setelah ia menerima dua
bungkus fish and chips yang dipesannya dan keluar ke jalan.
Naomi menggeleng sambil menerima salah satu bungkusan yang diulurkan
Danny dengan alis terangkat. Ternyata fish and chips di sini hanya dibungkus kertas
seadanya. Sama sekali tidak... yah, tidak berkelas.
Danny terkekeh pelan. Jangan biarkan penampilannya menipumu, katanya,
seoalh-olah bisa membaca pikiran Naomi. Walaupun penampilan luarnya
berantakan, isinya benar-benar berbeda.
Naomi membuka pembungkusnya sedikit dan langsung mencium aroma
harum. Perutnya pun otomatis berbunyi pelan. Ia memandang berkeliling dan
bertanya, Kita akan makan di mana"
Danny menggerakkan kepalanya. Ayo, ikut aku.
Sekali lagi Naomi mendapati dirinya mengikuti Danny Jo. Ia agak heran
menyadari bahwa laki-laki itu sepertinya lebih mengenal London daripada dirinya
sendiri, padahal Naomi sudah tinggal di sini selama hampir tiga tahun. Ternyata
Danny Jo membawanya ke sebuah taman kecil tidak jauh dari sudut jalan. Naomi
juga harus mengakui dalam hati bahwa ini adalah pertama kalinya ia melihat taman
ini, atau menyadari keberadaan taman ini di kota London.
Taman itu hanya sebuah taman kecil di sudut jalan, dengan jalan setapak
mengelilingi kolam yan gtidak terlalu besar dan pepohonan yan gberderet di
sepanjang jalan setapak. Naomi menengadah menatap langit. Matahari terlihat
mulai mengintip dari balik awan dan mengintip dari sela-sela dedaunan. Kicau
buru ng yang sesekali terdengar di antara embusan angin menambah kesan damai di
taman itu. Sebenarnya inilah salah satu hal yang sangat ingin dilakukan Naomi, tetapi ia
belum pernah mendapat kesempatan melakukannya. Berjalan-jalan santai di taman
kota, atau duduk di salah satu bangku panjang yang sering dilihatnya di sana dan
tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk di bawah sinar matahari dan menikmati
hari. Tanpa melakukan apa-apa. Tetapi selama ia tinggal di London, belum pernah
sekali pun ia berhasil mewujudkan keinginannya. Pekerjaannya membuatnya selalu
sibuk, selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tidak pernah berhenti
sebentar untuk sekadar berdiri dan memandang sekeliling.
Bagaimana kalau kita duduk di sini saja"
Suara Danny membuyarkan lamunannya. Naomi menoleh dan melihat Danny
menunjuk salah satu bangku panjang kosong bercat hijau yang berderet di
pinggiran jalan setapak, menghadap kolam. Beberapa bangku di sana sudah terisi.
Naomi melihat sepasang suami-istri tua duduk sambil mengobrol di bangku lain,
lalu ada seorang pria yang duduk membaca koran sambil menggigit sebuah apel di
bangku yang agak jauh dari sana, juga ada dua wanita yang mendorong kereta bayi
di sepanjang jalan setapak smabil tertawa-tawa.
Jangan katakan padaku kau juga belum pernah datang ke sini, kata Danny
ketika Noami sudah duduk di sampingnya.
Memang belum, kata Naomi. Matanya melahap pemandangan indah di
sekelilingnya. Suasana taman yang tenang menyejukkan jiwanya, membuat hatinya
terasa ringan melayang, membuat seulas senyum senang tersungging di bibirnya
tanpa sadar. Aku suka di sini.
Danny memasukkan sepotong kentang goreng ke dalam mulut. Ini salah satu
tempat yang selalu kukunjungi setiap kali aku datang ke London, katanya. Taman
ini selalu indah di musim apa pun. Musim semi, musim panas, musim gugur,
musim dingin, sebut saja. Tapi aku paling suka taman ini di musim semi, ketika
bunga-bunga mulai bermekaran.
Naomi memandang berkeliling. Ia tidak melihat ada banyak bunga yang mekar
di sana. Sekarang memang bunganya belum muncul, kata Danny, lagi-lagi berhasil
membaca pikiran Naomi. Tunggu beberapa minggu lagi dan kau akan lihat nanti.
Naomi mengangguk-angguk, lalu membuka bungkusan makan siangnya dan
mulai makan. Sedetik kemudian, matanya melebar dan ia menoleh menatap Danny
Jo. Astaga, ini benar-benar enak, katanya.
Danny Jo tersenyum lebar. Kubilang juga apa.
Naomi ikut tersenyum dan selama dua atau tiga menit mereka makan tanpa
suara, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Kemudian Naomi menghela napas
dalam-dlaam dan mengembuskannya dengan pelan. Ini pertama kalinya aku
makan sambil duduk di taman, katanya.
Kau mengalami banyak hal baru hari ini, bukan" kata Danny. Pertama kali
makan fish and chips paling enak di seluruh London, pertama kali menginjak taman
ini, pertama kali makan di taman.
Naomi mengangguk. Pertama kali mendapat teman makan yang menyenangkan seperti aku"
Naomi menoleh menatap Danny dan tertawa kecil. Lalu ia mengangkat bahu
dan menjawab, Mungkin. Danny tersenyum. Itu sudah cukup bagus untukku.
Beberapa menit berlalu tanpa suara, hanya terdengar embusan angin yang
lembut dan kicauan burung. Naomi memejamkan mata sejenak. Suasananya benar-benar damai sampai ia merasa ia bisa tidur di sini.
Kau sering mengunjungi taman seperti ini ketika kau masih tinggal di
Jepang" Suara Danny membuat Naomi membuka mata. Tidak, sahutnya setelah
berpikir sejenak. Baik di Tokyo atau di London, jadwal kerjanya selalu padat. Ia
tidak pernah bisa bersantai. Sebenarnya aku sudah lupa kapan terakhir kalinya aku
mengunjungi taman mana pun. Di Kyoto-kah"
Kau tinggal di Kyoto" tanya Danny.
Apa" Oh, tidak. Aku tinggal di Tokyo. Orangtuaku yang tinggal di Kyoto,


Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sahut Naomi ringan. Ayahku tidak terlalu suka tinggal di Tokyo, jadi ayah dan
ibuku pindah ke Kyoto dan membuka toko barang antik di sana. Aku dan adikku
tetap di Tokyo karena saat itu kami tidak mau pindah sekolah. Jadi... Sadar bahwa
ia sudah bercerita lebih banyak tentang keluarganya daripada yang diinginkannya,
Naomi menghentikan diri s
endiri dan bergumam, Begitulah.
Tetapi sepertinya Danny Jo tidak menyadari ucapan Naomi yang terhenti tiba-tiba. Ia merenung sejenak, lalu menatap Naomi. Kau tidak terlihat seperti orang
Jepang, katanya. Naomi tersenyum tipis. Aku sudah sering mendengarnya. Nenekku orang
Indonesia. Rupanya begitu, gumam Danny sambil mengangguk-angguk. Lalu ia tiba-tiba
mengalihkan pertanyaan, Jadi kau punya adik"
Naomi mengangguk. Aku punya seorang kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki, lanjut
Danny. Mm, aku pernah mendengarnya dari Yoon, kata Naomi sambil merenung.
Danny menoleh ke arahnya dan tersenyum. Wah, ternyata kau sudah
bertanya-tanya pada orang lain tentang aku"
Naomi mendengus, tapi tidak menjawab.
Kakak perempuanku adalah mantan model yang kini berprofesi sebagai
perancang busana. Kakak laki-lakiku... yah, dia dulu seorang produser acara
televisi. Danny berhenti sejenak, lalu melanjutkan, Kalau kau sudah diberitahu
tentang kakakku, kau pasti tahu bahwa beberapa tahun lalu dia mengalami
kecelakaan parah dan sempat koma selama dua bulan sebelum akhirnya meninggal
dunia. Naomi melirik Danny sekilas, tetapi tidak berkata apa-apa. Danny hanya duduk
di sana dan menatap kosong ke depan. Karena tidak ingin suasana menyenangkan
ini hancur gara-gara kenangan yang tidak menyenangkan, Naomi mengalihkan
pembicaraan. Aku dan adikku adalah saudara kembar.
Mata Danny melebar kaget. Kembar" Astaga...
Kenapa" Aku tidak bisa membayangkan ada orang lain yang sama persis denganmu,
gumam Danny. Apakah wajah kalian sangat mirip"
Naomi mengangguk. Dia juga model" Naomi menggeleng. Dia bekerja di perpustakaan di Tokyo.
Oh. Danny sambil mengangguk-angguk. Dia juga galak sepertimu"
Kali ini Naomi menoleh ke arahnya dengan alis berkerut. Aku tidak galak.
Baiklah, baiklah. Kau tidak galak, sela Danny cepat, lalu mengangkat bahu,
hanya sedikit... yah, menakutkan.
Melihat Danny tersenyum lebar, Naomi memalingkan wajah dan tertawa.
Danny mengamatinya dengan tatapan merenung, lalu ia berkata, Siapa yang
menyangka untuk melihatmu tertawa aku hanya perlu membelikan fish and chips
dan mengajakmu ke taman"
Naomi kembali menatap Danny dan selama dua detik mereka hanya
bertatapan. Sebelum Naomi sempat membuka mulut untuk mengatakan sesuatu
bukannya ia ingin mengatakan sesuatu, karena otaknya mendadak kosong dan
suaranya juga terbang entah ke mana ia mendengar seseorang menyerukan
namanya. Hei, Naomi! Naomi menyeret tatapannya dari mata Danny Jo dan menoleh. Ternyata yang
memanggilnya adalah Julie, dan gadis itu sudah berdiri di samping Naomi. Oh,
Julie. Kebetulan sekali bertemu di sini, kata Julie dengan mata bersinar-sinar
gembira. Ia menunjuk ke balik bahunya dengan ibu jari. Aku baru selesai
mengikuti audisi dan aku akan pergi makan siang bersama teman-temanku.
Naomi memandang melewati bahu Julie dan melihat lima teman Julie
menunggu agak jauh dari sana.
Kau sudah makan" Kalau belum, ikut saja dengan kami, kata Julie. Lalu
matanya beralih kepada Danny yang duduk di samping Naomi. Tentu saja
temanmu juga harus ikut. Tidak salah lagi. Naomi mengenali kilatan penuh minat di mata hijau Julie.
Temannya itu pasti heran melihat Naomi duduk-duduk di taman bersama seorang
laki-laki. Tadi pagi Chris berkata bahwa ia belum pernah melihat Naomi bersama
laki-laki mana pun. Sudah pasti Julie juga belum pernah melihatnya. Dan Naomi
yakin Julie akan menceritakan kejadian luar biasa ini kepada Chris kalau ia pulang
nanti. Tiba-tiba Naomi merasakan cubitan di lengannya. Ia meringis dan melotot
menatap Julie. Yang ditatap hanya tersenyum manis kepadanya, lalu kembali
menatap Danny. Maksudnya sangat jelas. Naomi mendesah dalam hati, lalu berkata
patuh, Julie, ini... Danny. Lalu ia menoleh ke arah Danny. Ini Julie, teman satu
flatku. Julie menampilkan senyum panggungnya yang paling cerah sementara Danny
berdiri dan mengulurkan tangan. Senang sekali berkenalan denganmu, kata Julie
sambil menjabat tangan Danny. Aku tidak tahu Naomi punya teman aduh! Ia
melotot kepada Naomi yang mencubitnya, lalu kembali memasang
senyum cerahnya kepada Danny. Jadi, kalian mau ikut makan siang bersama kami"
Naomi melihat Danny Jo juga menyunggingkan senyumnya, yang pastilah
menjadikannya model paling diminati di Korea seperti yang dikatakan Yoon.
Terima kasih atas tawaranmu, tapi kami baru saja makan.
Oh, begitu, gumam Julie sambil menatap Naomi dengan tatapan penuh arti.
Kalau begitu, Naomi, sampai bertemu di rumah nanti. Lalu ia menoleh kepada
Danny. Dan sampai jumpa, danny. Sekali lagi, senang berkenalan denganmu.
Setelah Julie kembali kepada teman-temannya dan menghilang dari pandangan,
Danny berkata, Temanmu sepertinya menyenangkan.
Naomi mengangkat bahu. Jangan tertipu dengan senyumnya. Kadang-kadang
dia bisa menyulitkan. Lebih menyulitkan darimu"
Naomi meliriknya, lalu tersenyum samar. Ngomong-ngomong, kurasa sudah
waktunya kita pergi. Danny menatap jam tangannya sekilas. Benar juga. Sebentar lagi Hyong pasti
kalang kabut kalau kita belum muncul.
Naomi bangkit dan memandang berkeliling untuk yang terakhir kalinya. Aku
harus datang ke sini lagi lain kali, gumamnya.
Kalau kau butuh teman, kau boleh mengajakku, kata Danny.
Naomi menatapnya. Danny balas menatapnya dengan alis terangkat. Apa" Kita masih tetap
berteman walaupun syuting video musik ini selesai, bukan" Kau boleh
menghubungiku, kau tahu, kalau kau butuh teman. Misalnya kalau kau merasa
tidak ingin makan siang sendirian, atau misalnya kau tidak ingin duduk sendirian di
taman. Naomi berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan, ia menghela napas panjang dan
tersenyum tipis. Akan kuingat itu, katanya.
* * * Naomi benar ketika berpikir Julie pasti akan bercerita kepada Chris tentang dirinya
yang terlihat duduk di taman berdua dengan laki-laki. Tetapi ia salah ketika
mengira Julie akan menunggu sampai ia pulang ke rumah baru menceritakannya.
Malah begitu sudah menghilang dari pandangan Naomi, Julie langsung
mengeluarkan ponsel dan menghubungi Chris.
Kau melihat apa" tanya Chris di ujung sana. Suara berisik panci, piring, dan
seruan orang-orang terdengar di latar belakang.
Aku melihatnya bersama seorang laki-laki di taman, kata Julie sekali lagi.
Dan aku melihat dia tersenyum.
Siapa" Naoi" Tentu saja Naomi. Siapa lagi" cetus Julie. Mereka bahkan makan siang
bersama! Aku hampir tidak percaya melihatnya.
Oh, mungkinkah laki-laki itu adalah laki-laki yang diceritakannya padaku tadi
pagi" gumam Chris, lebih pada dirinya sendiri.
Apa" Chris menceritakan apa yang terjadi di dapur flat mereka tadi pagi, apa yang
dikatakan Naomi, dan apa yang dirasakan Chris sendiri. Bagaimana menurutmu"
tanya Chris pada akhirnya.
Julie mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuk. Kurasa kau benar.
Laki-laki itu, bagaimana tampangnya" tanya Chris. Julie bisa mendengar tawa
dalam suaranya. Sangat tampan. Benar-benar tipemu, kata Julie sambil terkekeh pelan. Dan
dia kelihatannya baik. Aduh, aku jadi ingin melihatnya, erang Chris. Tetapi suaranya dengan segera
berubah serius. Lalu bagaimana dengan Naomi" Apakah dia baik-baik saja"
Ya, sahut Julie. Kau tahu, aku melihatnya tersenyum, bahkan tertawa,
bersama laki-laki itu. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya seperti itu. Itu bagus,
bukan" Ya. Ya, tentu saja, sahut Chris. Ia terdiam sejenak, lalu menambahkan,
Kuharap begitu. * * * Bukankah Danny bilang Naomi tidak menyukainya" pikir Bobby Shin dalam hati sambil
mengamati kedua orang itu dari belakang kamera. Apakah yang dinamakan tidak suka
itu seperti ini" Saat itu adalah pengambilan adegan Danny dan Naomi bersama dan hubungan
kedua orang itu terlihat baik-baik saja, di depan maupun di belakang kamera. Malah
Bobby Shin agak tidak sabar ketika Danny selalu membuat Naomi kehilangan
ekspresi serius yang diinginkannya. Seharusnya mereka berdua berdiri berhadapan
dan berpegangan tangan, lalu wajah Naomi perlahan-lahan terangkat menatap
Danny, dan setelah itu ia harus tersenyum dengan mata berkaca-kaca karena
akhirnya ia berhasil bertemu dengan laki-laki yang selalu menolongnya dan
mencintainya dari jauh. Seharusnya itu menjadi adegan yang romantis. Tetapi
kenyata annya" Danny, kita tidak sedang membuat film komedi di sini, Bobby Shin
memperingatkan dari belakang kamera.
Danny berbalik dan membungkukkan badan meminta maaf. Naomi juga ikut
membungkukkan badan, tetapi ia melakukannya sambil membekap mulut dengan
tangan, menahan tawa. Bobby Shin mengembuskan napas. Sekali lagi, katanya.
Astaga, jangan tertawa terus. Aku jamin kau tidak mau melihat Hyong kalap,
kata Danny kepada Naomi, namun Bobby Shin bisa melihat mata Danny bersinar-sinar tertawa. Lalu ia menunduk dan mengatakan sesuatu kepada Naomi yang tidak
terdengar oleh Bobby Shin, dan sedetik kemudian gadis itu menatap Danny dengan
matnaya yang besar itu dengan tatapan heran, lalu melirik Bobby Shin, dan
akhirnya kembali menatap Danny yang mengangguk-angguk kecil.
Bobby Shin menghela napas dan menggeleng-geleng. Anak itu benar-benar...
Kemudian ia melihat senyum Naomi perlahan-lahan mengembang. Oh, oh, oh!
Bobby Shin dengan cepat memberi isyarat kepada kamerawan yang memegang
kamera satu untuk mengambil gambar close-up. Segera saja wajah Naomi yang
tersenyum memenuhi monitor di hadapan Bobby Shin.
Sangat bagus, pikir Bobby Shin sambil tersenyum senang. Ia sudah pasti bisa
memakai gambar ini nanti.
Bobby Shin kembali mengangkat wajah dan menatap kedua orang yang berdiri
di depan kamera itu. Ia tidak peduli bagaimana bentuk hubungan mereka. Naomi
Ishida boleh saja tidak suka pada Danny walaupun Bobby Shin tidak yakin
kenyataannya seperti itu dan Danny boleh saja bercanda sesuka hatinya, asalkan
Bobby Shin bisa mendapatkan gambar yang diinginkannya. Hanya itu yang penting.
Setidaknya bagi Bobby Shin. Dan saat ini pekerjaan harus tetap dilanjutkan.
Bobby Shin bertepuk tangan dua kali dan berseru, Semuanya kebali ke posisi
awal. Kita coba sekali lagi.
Bab Delapan SUDAH berapa lama" tanya Chris kepada Julie.
Julie mengangkat bahu. Tiga minggu" Sekitar itulah.
Mereka berdua duduk berhadapan di meja dapur dengan cangkir di tangan.
Julie menyesap kopi paginya seperti biasa sementara Chris menggenggam secangkir
teh Earl Grey. Dia benar-benar sudah berubah, bukan" tanya Chris lagi.
Dia tidak gila kerja seperti dulu, kata Julie sambil mengangguk. Jadwal
kerjanya juga tidak sepadat dulu.
Dan dia makan dengan teratur. Biasnaya dia bahkan hampir tidak pernah... oh,
aku tidak mau memikirkan dia dulu yang jarak makan, kata Chris gemetar, lalu
menyesap tehnya. Aku jadi ingin bertemu dengan orang bernama Danny Jo itu.
Julie merenung. Kurasa mereka berdua... Ia berhenti sejenak, lalu menatap
Chris. Chris, mungkinkah dia menyukai laki-laki itu" Bagaimanapun juga, mereka
masih berhubungan walaupun syuting video musik itu sudah selesai.
Saat itu pintu kamar Naomi terbuka dan kedua orang di meja dapur serentak
menoleh ke arahnya. Naomi berdiri di ambang pintu dalam balutan jubah tidur dan
dengan wajah seseorang yang jelas-jelas baru bangun tidur. Itu adalah perubahan
lagin yang disadari teman-temannya dalam diri Naomi selama tiga minggu terakhir.
Waktu tidurnya juga membaik.
Selamat pagi, Sunshine, sapa Chris riang. Ayo bergabung dengan kami dan
muffin-muffin lucu yang baru kubuat ini.
Naomi menguap lebar, lalu menatap kedua temannya. Apa yang sedang kalian
bicarakan" Tentang bagaimana Danny berhasil membuatmu berubah, sahut Chris
langsung, dan tersenyum lebar ketika Naomi menatapnya dengan mata disipitkan.
Dan kami sama sekali tidak mengeluh.
Naomi menyeduh secangkir teh hijau untuk dirinya sendiri dan bergabung
dengan mereka di meja. Ia meraih salah satu muffin cokelat dari piring besar di atas
meja, lalu menatap kedua temannya bergantian. Apa" tanyanya.
Kedua temannya hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum lebar. Apa yang
akan kaulakukan hari ini" tanya Chris.
Hmm, ini enak sekali, sahut Naomi setelah menggigit muffin-nya. Siang nanti
aku harus pergi menemui Miho. Dia sudah kembali ke London dan katanya banyak
yang mau diceritakannya padaku. Kurasa dia juga mau mengajakku menemui salah
satu perancang busana yang akan ditampilkannya dalam majalah. Lalu setelah itu
aku ada jadwal pemotretan.
Chris meleta kkan cangkir tehnya dengan pelan, lalu berdeham. Kau tidak
pergi menemui Danny-mu hari ini" tanyanya, memasang sikap pura-pura tidak
terlalu tertarik, namun gagal total.
Naomi mengangkat bahu. Entahlah, gumamnya. Mungkin hari ini tidak akan
sempat. Ngomong-ngomong, kau akan mengajaknya ke pertunjukan perdanaku
nanti" tanya Julie tiba-tiba.
Chris menjentikkan jari. Ya, benar. Ajak saja dia. Aku sudah penasaran ingin
bertemu Danny-mu itu. Aku sering mendengar tentang dia tapi belum pernah
melihat orangnya. Gagasan yang bagus, Julie, katanya cepat. Ia kembali menatap
Naomi dengan wajah berseri-seri. Julie pernah bilang dia sangat tinggi dan tampan.
Benar-benar tipeku. Naomi mengerutkan alis, lalu tertawa pendek. Oh, dear.
Chris mengibaskan tangan. Tenang saja, katanya ringan. Aku hanya akan
mengagumi dari jauh. Aku tidak pernah merampas milik temanku sendiri.
Naomi mendengus. Milik...
Telepon dia sekarang, sela Julie cepat. Tanyakan padanya apakah dia bisa
datang ke pertunjukanku atau tidak. Dia boleh mengajak teman-temannya, tentu
saja. Semakin banyak orang yang datang menonton pertunjukan itu semakin baik.
Ini peran penting pertamaku, kalian tahu" Peranku memang hanya sebagai sahabat
tokoh utamanya, tapi kupastikan pada kalian bahwa itu peran yang sangat penting.
Naomi mendongak menatap jam kecil di atas kulkas. Telepon sekarang"
tanyanya. Ya. Biar aku tahu berapa lembar tiket yang harus kuberikan kepadamu, kata
Julie. Naomi masuk kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya, lalu kembali ke
dapur dengan ponsel ditempelkan ke telinga. Beberapa detik kemudian ia
menggeleng dan mematikan ponsel. Sedang sibuk. Nanti saja baru kutelepon lagi,
katanya. Lalu ia kembali melirik jam. Sebaiknya aku mandi sekarang.
Chris tetap diam, menunggu sampai Naomi mengunci diri di kamar mandi, lalu
bergegas berbisik kepada Julie dengan penuh semangat, Kau dengar tadi" Aku
menyebut Danny-nya dua kali dan...
Dan dia tidak membantah, Julie menyelesaikan kalimat Chris sambil
tersenyum. Menarik sekali.
* * * Satu jam kemudian Naomi sudah berada di dalam mobil VW hijau nyetrik milik
Miho Nakajima dan mendengarkan temannya itu bercerita tentang apa yang


Spring In London Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dialaminya selama liburan di Korea.
Jadi pesta ulang tahun kakekmu diadakan besar-besaran" tanya Naomi.
Ya. Mereka mengundang banyak orang, sahut Miho dari balik kemudi.
Tentu saja itu bagus bagiku. Kau tahu aku suka berada di antara banyak orang.
Dan yang lebih baik adalah banyak di antara para tamu yang bisa berbahasa Inggris.
Aku tidak merasa aneh sendiri dan aku bertemu dengan banyak orang yang
menarik. Naomi tersenyum, memahami maksud temannya. Maksudmu, banyak pria
menarik" Miho tertawa. Itu juga, akunya. Oh, liburan kali ini sangat hebat.
Ketika Miho menghentikan mobil di depan sebuah gedung bergaya modern di
daerah Covent Garden, Naomi mengerutkan kening. Miho, kenapa kita berhenti di
sini" Kukira kita mau pergi menemui perancang busana itu.
Oh, aku harus memberikan barang titipan kepada seseorang, kata Miho
sambil mengambil sebuah bungkusan dari kursi belakang mobil. Ada teman ibuku
ingin mengirimkan ginseng kepada anak laki-lakinya yang tinggal di London. Dan,
dia menitipkannya kepadaku.
Oh, gumam Naomi sambil keluar dari mobil.
Tapi aku yakin itu hanya alasan, kata Miho lagi. Aku yakin dia dan ibuku
berkomplot ingin menjodohkan aku dengan anak laki-lakinya.
Alis Naomi terangkat. Oh, ya"
Wanita itu menunjukkan foto anaknya kepadaku, aku Miho. Di foto itu anak
laki-lakinya memang terlihat sempurna menurut penilaianku. Tapi siapa tahu"
Fotobisa dipermak di sana-sini. Mungkin orang aslinya tidak sesempurna di foto.
Karena itu kau mengajakku" tebak Naomi sambil meringis.
Miho tersenyum meminta maaf. Kalau ternyata laki-laki itu berbeda jauh
dengan foto yang kulihat, aku tidak ingin berlama-lama di sini. Kau bisa menjadi
alasanku untuk cepat-cepat kabur.
Kalau ternyata dia sesempurna di foto"
Kau boleh menyingkir jauh-jauh dan membiarkan aku mengurusnya sendiri,
gurau Miho. Naomi menghela napas lalu menggeleng-geleng. Ia k
embali mendongak menatap gedung di hadapannya. Kebetulan sekali laki-laki yang ingin ditemui Miho
bekerja di studio Bobby Shin. Mungkin ia bisa menemui Danny sebentar sementara
Miho menemui siapa pun yang ingin ditemuinya itu. Tentu saja itu kalau Danny
tidak terlalu sibuk. * * * Danny sedang mengedit gambar bersama salah seorang editor ketika ponselnya
berbunyi. Ia menatap layar ponselnya. Dari kakaknya" Danny keluar dari ruangan
untuk menerima telepon. Hai, Nuna, sapanya pendek.
Hei, In-Ho. Kuharap aku tidak mengganggumu, suara Anna Jo yang halus
terdengar di ujung sana. Tidak. Tidak apa-apa, sahut Danny sambil keluar ke koridor dan menutup
pintu di belakangnya. Ada apa"
Sudah beberapa hari ini aku bermaksud meneleponmu, tapi entah kenapa aku
lupa, kata Anna. Ini soal Ibu dan ambisinya.
Danny duduk di salah satu bangku yang berderet di koridor dan tersenyum
kecil. Ia bisa menebak arah pembicaraan kakaknya. Ibu dan ambisinya, ulangnya
pelan. Ya. Minggu lalu Ibu pergi menghadiri pesta jangan tanyakan padaku pesta
apa. Aku tidak tahu dan dia bertemu dengan seorang temannya, atau kenalannya,
atau semacamnya... Dan temannya, atau kenalannya, atau semacamnya itu punya seorang anak
perempuan" tebak Danny.
Ya. Dan kebetulan sekali anak perempuan orang itu akan pulang ke London.
Jadi Ibu bertanya padanya apakah dia boleh menitipkan ginseng kepada gadis itu
untuk diberikan kepadamu.
Mm-hmm. Ginseng. Benar-benar kreatif.
Jadi aku ingin memperingatkanmu bahwa Ibu masih belum menyerah dalam
usahanya menjodohkanmu, walaupun kau sudah melarikan diri sampai ke seberang
samudra, kata Anna sambil tertawa.
Aku sudah menduganya, desah Danny.
Apa" Tadi pagi dia sudah meneleponku.
Siapa" Ibu" Bukan, sahut Danny singkat. Wanita itu.
Wanita yang mana" Maksudmu yang ingin dijodohkan Ibu denganmu" tanya
Anna heran. Mm-hmm. Oh, jadi dia sudah ada di London" Bagaimana rupanya" Apa katanya"
Danny tertawa. Nuna, aku belum bertemu dengannya. Dia hanya meneleponku
Golok Bulan Sabit 12 Pendekar Naga Putih 24 Macan Tutul Lembah Daru Rahasia Golok Cindar Buana 2
^