Pencarian

Jaka Dan Dara 2

Jaka Dan Dara Karya Bois Bagian 2


"Tu Burespang, Ka," unjuk Randy.
"Ah, itu sih bukan," jelas Jaka.
Jaka orangnya emang sok tahu, dan teman-temannya pun percaya saja. Soalnya mana ada
111 Burespang pada jam segini, begitulah pikir teman-temannya. Mereka emang agak terlambat, dan para Burespang udah pada pergi semua.
"Udah, Ka. Mendingan kita cari Boy aja, bukankah kita udah janji mau ketemu dia malam ini," usul Jepri.
"Betul, Ka. Kayaknya burespang emang udah pada pulang semua. Liat aja di mana-mana udah sepi," timpal Jekky.
"Oke deh, kalo gitu. Yuk, Ran! Kita cabut," pinta Jaka dengan wajah kecewa.
Kini Kijang biru kembali melaju dan akhirnya keluar jalan Melawai untuk menuju ke jalan Mahakam. Sambil tengok kiri-kanan, mereka terus mencari-cari cewek yang barangkali saja ada yang bisa diangkut. Tiba-tiba Jekky melihat sebuah Kijang merah milik Boy tampak diparkir di p
inggir jalan. "Ran! Stop, Ran!" teriak Jekky, "Liat tu! Mobil si Boy. Ayo kita gabung!"
Lalu tanpa buang waktu, mereka pun segera memarkir mobilnya agak jauh dari mobil Boy cs.
112 Kebetulan saat itu si Boy melihat mereka dan segera menghampiri.
"Kok baru datang"" tanya Boy.
"Iya, soalnya tadi kami ke diskotik dulu," jelas Jaka, "O ya, Di mobil loe ada siapa aja"" tanyanya kemudian.
"Ada Siska, Lita, Lara, dan Lola."
"Siapa mereka"" tanya Jaka.
"Anak-anak Burespang. Yuk, gue kenalin!" tawar Boy.
"Nanti aja deh, Boy. O ya, setelah ini elo mau ke mana"" tanya Jaka.
"Biasa... ke Maduma," jelas Boy.
"Ya udah, kalo gitu kita ketemu di sana," jelas Jaka.
"Enggak kenalan sama mereka dulu"" tanya Boy.
"Di sana aja deh," jelas Jaka lagi. "Yuk, Boy! Sampai nanti"
"Oke deh," kata Boy seraya melambaikan tangan.
Jaka cs langsung meluncur ke Maduma. Beberapa menit kemudian, Jaka cs tampak mulai
113 memasuki gerbang Parkir Timur Senayan. Kini mereka tengah melaju menyusuri jalan yang lurus. Di kiri-kanan jalan terlihat mobil-mobil yang di parkir berjajar. Suara musik terdengar keras dan menghentak-hentak. Para muda-mudi terlihat bergerombol di dekat mobilnya masing-masing, mereka semua lagi pada senang-senang-ada yang lagi pelukan, ciuman, maupun cuma ngobrol-ngobrol sambil makan-minum dan haha-hihi. Para pedagang dadakan tampak mengais rezeki di tempat itu, juga para pengamen jalanan yang enggak mau ketinggalan-mereka menawarkan tembang pelipur lara. Pokoknya suasana benar-benar ramai. 'MADUMA' (Masuk Duduk dan Mabuk) itulah plesetan dari tempat nongkrong yang pernah ada di situ, tapi ada juga yang bilang, (Makan duduk dan Main). Mainnya bebas, boleh main klakson, main gas, dll. Tapi kata seorang cowok, yang enak itu mainin cewek,
walah... walah.... Seorang bences bilang, kalo
MADUMA itu (Mabuk Duduk dan Mati). Bagaimana enggak mati, kalo mabuknya sampai over dosis.
114 Kini Jaka cs udah memarkir mobilnya dan langsung berlari ke tempat gelap untuk pipis. Enggak lama kemudian, dia udah kembali dan segera nongkrong bersama teman-temannya sambil makan dan minum untuk menikmati suasana malam yang ramai. Mereka terus ngobrol sambil terus menunggu Boy cs.
Saat lagi bete menunggu, tiba-tiba seorang cewek dengan body yang aduhai tampak memperhatikan Randy. Jaka yang mengetahui hal itu langsung berbisik. "Ran, ada cewek yang minat ama elo tuh," katanya memberitahu.
"Ah, males, Ka. Tu cewek pasti lagi mabuk Pletokan. Sama, kayak loe juga, bau naga."
"Payah loe, Ran. Ada cewek yang mau, malah dicuekin. Eh, Jek, Jep! Kalian mau cewek enggak" Tuh, di sana ada yang ngasih kode."
Jekky dan Jepri segera melihat ke arah yang dimaksud. Dan enggak lama kemudian, keduanya udah menghampiri cewek itu.
"Hi, boleh kenalan enggak"" tanya Jekky.
115 "Boleh aja," katanya sambil tersenyum genit. "Gue Jekky, dan yang ini Jepri." "Gue Rini."
"Rin, kita makan dulu yuk. Soalnya gue lapar banget nih!" ajak Jekky.
Lantas tanpa ragu, cewek itu pun mengikuti mereka berdua menuju penjual hamburger. Sementara itu, Jaka dan Randy tampak santai menikmati suasana malam yang asyik. Saat itu, tiba-tiba Randy melihat seorang cewek yang lagi mabuk, kayaknya dia lagi marah-marah dengan seorang anak kecil berusia 12 tahun. Dengan bahasa Inggris si cewek berkata-kata, dan anak kecil yang ternyata seorang anak jalanan cuma terdiam-dia sama sekali enggak ngerti dengan ucapan si cewek. Kemudian si cewek mencium anak itu, dan anak kecil itupun kayaknya menikmati. Sampai beberapa kali mereka berciuman, hingga akhirnya anak kecil itu pergi dengan ber-highfive kepada si cewek. Kayaknya anak itu emang udah biasa nongkrong di tempat itu, dan dia bertingkah enggak seperti anak seusianya.
116 "Ran, itu si Boy!" ujar Jaka tiba-tiba.
Mereka terus memperhatikan Kijang merah yang melaju dan akhirnya parkir agak jauh dari situ. Bersamaan dengan itu, Jekky dan Rino baru saja kembali, sedangkan cewek yang bersama mereka tadi, kini sedang menaiki sebuah mobil sedan yang akan meninggalkan tempat itu.
"Dag Jekkyyy, Jepriii, Emmmuuuah!" teriak si cewek dengan sun jauhnya.
"Jek, Jep, Ran, yuk kita temui
Boy cs!" ajak Jaka. Setelah berkata begitu, Jaka cs segera melangkah untuk menemui Boy cs, mereka berjalan sambil lihat kiri-kanan. Selintas Jaka melihat seorang cewek yang lagi berdiri bersandar pada seorang cowok, mereka berdiri saling berhadapan.
"Enak kaliiiii," bisik Jaka berkomentar.
Randy tampak menelan air liur, kayaknya dia juga mau disenderin sama cewek kayak begitu. Maklumlah, dia itu kan seorang cowok normal yang kalo ngeliat hal seperti itu tentu membuatnya kepingin.
117 Enggak lama kemudian, mereka tiba di tempat Boy cs lagi pada nongkrong.
"Eh, kenalin nih teman-teman gue," kata Boy mengenalkan Jaka cs kepada anak-anak Burespang. Kemudian Jaka cs tampak menyalami cewek-cewek itu dan memperkenalkan diri.
"Gue heran, elo semua kok pada babak-belur, emangnya kalian habis tauran di mana"" tanya salah satu Dari mereka yang bernama Lola.
"Sebenarnya kita tauran enggak sengaja, lantaran cuma sial aja. Dan karena tauran itulah kita-kita malah jadi kenal sama kalian," jawab Jaka.
"Kok bisa begitu"" tanya cewek Burespang yang
lain. Jaka pun segera menceritakan pertemuannya dengan Boy cs, namun dia enggak menceritakan bagian dimana dia mengerjai Dara cs. Hingga akhirnya Boy, Berry, Gero, Cepi, Jaka, Randy, Jekky, Jepri, Siska, Lita, Lara, dan Lola pada ngedepor di jalanan, mereka ngobrol and becanda-becindi-saling cela and pada haha-hihi.
118 Hari makin pagi dan Maduma pun tampak mulai sepi, namun begitu Jaka cs masih tetap bertahan. Sekitar pukul 4.00 WIB, mereka baru bergegas untuk mengantarkan cewek-cewek burespang ke rumahnya masing-masing. Dua cewek di angkut boy cs, dan yang dua lagi diangkut Jaka cs.
Esok harinya, sekitar pukul 12 malam. Kijang biru lagi-lagi terlihat memasuki jalan Melawai. Kali ini, Jaka cs mau mencari sasaran baru. Maklumlah, mereka emang udah niat banget mau cari burespang, dan karenanyalah mereka sengaja datang lebih awal. Sambil menunggu bubaran, Jaka terlihat membuka halaman tabloid dewasa. Bukannya membaca cerita-cerita yang hot, tapi dia malah melihat angka-angka undian gelap. Dengan sebuah ball-point dan buku kecil, Jaka mulai memainkan angka-angka itu. Dia ngecak dengan antusias banget, soalnya nomor besok harus tembus. Kalau enggak, bisa-bisa
119 dompetnya kosong. Sekarang Jaka emang lagi miskin, soalnya dana dari orang tua belum juga turun. Untuk mengisi bensin kijangnya kemarin saja, dia mesti minta sama Burespang.
Sedang serius-seriusnya ngecak, tiba-tiba lampu yang ada di depan restoran padam. Jaka pun menghentikan kegiatannya, soalnya saat itu restoran emang udah mau tutup-dan sebagian burespang tampak udah pada keluar. Jaka melihat body-body seksi keluar satu per satu. Dia tampak memperhatikan setiap wajah mereka dengan seksama.
"Wah... Enggak ada yang bening, Ran." Jaka berkomentar.
"Kita pindah ke restoran di yang itu yuk!" ajak Jaka.
Kini mereka melangkah menuju restoran yang ada di seberang jalan, sedang mata mereka tampak terus mengamati cewek-cewek burespang yang berlalu lalang.
"Nah! Ini baru bening-bening," komentar Jaka lagi.
120 "Hallo manis," sapa Jaka kepada cewek yang benar-benar oke.
Si cewek tampak cuek saja, terus ngeluyur tanpa menengok sedikitpun.
"Hallo!" kata Jaka lagi kepada cewek yang lain.
Lagi-lagi si cewek cuek saja. Setelah sekian lama menyapa dan enggak ada yang nyangkut, akhirnya Jaka mulai putus asa. "Gila banget, Ran. Masa sih enggak ada yang bisa diajak kenalan."
"Mungkin mereka burespang baik-baik, Ka."
"Mungkin juga, Ran."
"Wah, Ka. Kayaknya mereka high class, lihat aja tu yang pada menjemput. Mobilnya cing... enggak kuaaat," jelas Jepri.
"Pantesss," komentar Jaka.
"Eh! Itu kan Lola, Ka," komentar Jepri ketika melihat salah satu burespang yang ada di depan restoran sebelah, "Panggil gih, Ka"
"Enggak ah, Jep. Itu namanya menyalahi kode etik pergaulan."
"Lho, emangnya kenapa"" tanya Jepri heran.
121 "Soalnya, kita kan lagi nyari cewek yang baru. Entar kalo mereka tau, mereka enggak mau lagi sama kita."
"Cuek aja, Ka. Bilang aja kita lagi nungguin Boy," celetuk Jekky.
"Oke deh," kata Jaka seraya teriak emanggil Lola dengan suara keras dan segera
menyembunyikan wajahnya dengan tabloid yang sedang dipegangnya.
Di kejauhan Lola terlihat celingukan, "Siapa sih yang manggil-manggil," katanya sedikit kesal.
"Sudah sana, Ka! Buruan samperin!" pinta Randy.
"Enggak ah," tolak Jaka.
"Emangnya kenapa"" tanya Randy.
"Enggak lihat apa, tu" Di sana ada mobil Boy. Entar kita disangka ngerebut jalur, lagi."
Akhirnya Jaka cs, pergi diam-diam dan langsung menuju ke MADUMA. Mereka berniat menemui Boy cs di tempat itu.
122 Sudah seminggu lamanya Jaka cs dan Boy cs nongkrong bareng. Hingga akhirnya Jaka cs ngerasa bosen juga. Bukan bosen sama cewek-cewek itu, tapi bosen lantaran Boy cs yang keseringan sama cewek-cewek itu. Kini mereka berniat banting setir untuk mengajak cewek-cewek itu tanpa sepengetahuan Boy cs. Namun Jaka cs enggak akan melakukan aksi itu sekarang, soalnya malam ini mereka mau melakukan sebuah aksi yang berbau supra natural (Sebuah aksi yang berhubungan dengan dunia lain alias berhubungan dengan dunia gaib). Namun sebelum melakukan aksinya itu, Jaka cs mampir dulu di sebuah Restoran cepat saji yang ada di Menteng.
Betapa terkejutnya Jaka cs ketika mengetahui Dara cs juga berada di tempat itu. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Begitulah kata mereka yang kini teringat kembali akan kejadian tempo hari, dimana saat itu wajah mereka udah dibuat babak-belur. Akhirnya Jaka cs enggak jadi mampir, mereka malah bersembunyi di dalam mobil sambil menunggu Dara cs pergi dari tempat itu.
123 Setelah menunggu agak lama, akhirnya Dara cs keluar restoran. Dan begitu mereka melaju dengan mobilnya, Jaka cs pun segera mengikuti. Hingga akhirnya, di sebuah jalan yang agak sepi, Jaka cs tampak menyalip dan menghadang mobil Dara cs.
"Wah... Gawat, Ra. Sepertinya itu mereka," ucap Wita panik.
"Gimana dong, Ra" Sepertinya mereka mau berbuat jahat," kata Dita ketakutan.
"Aduh, Ra. Jangan-jangan, mereka mau... " timpal Seli khawatir.
"Mau apa, Sel"" tanya Dita makin ketakutan.
"Tenang.... kalo mereka macam-macam, kita tabrak aja. Mobil Wita kan gede," jawab Dara santai seraya menyimpan kotak teka-tekinya yang masih belum juga bisa dibuka.
"Enak aja loe. Elo senang ya, kalo gue kena damprat ortu," tolak Wita.
"Oke deh, kalo begitu lebih baik kita kabur aja," usul Dara.
"Kabur" Kabur ke mana, Ra"" tanya Seli.
124 "Ke mana kek, pokoknya kabur. Oke, Wit! Siap-siap mundur!"
"Hallo Semua. Apa kabar"" sapa Jaka seraya memperhatikan mereka sambil tersenyum ramah.
Mereka yang di dalam mobil pada bingung dan saling berpandangan, dalam hati keempat cewek itu tampak bertanya-tanya.
"Eng... eh... hehehe... ! Baik," jawab Dara sambil cengengesan.
"Kita ke cafe yuk!" ajak Jaka.
"Kalian mau balas dendam ya"" tanya Dara curiga.
"Enggak kok, kita-kita kan udah ngelupain kejadian kemarin," jawab Jaka meyakinkan.
"Beneran nich..."" tanya Dara ragu.
"Iya, Ra. Masa gue bohong sih," jawab Jaka lagi.
"Kok kalian enggak marah sih"" tanya Dara heran.
"Mulanya sih kami marah, tapi setelah kami pikir-pikir kami juga sih yang salah," jelas Jaka.
"Makanya jangan suka ngerjain orang. Kalau begitu maafin perbuatan kami ya!" ucap Dara.
125 "Udah kami maafin kok. O ya, gimana" Mau ikut ke cafe enggak"" tanya Jaka lagi.
"Oke deh, kalo begitu kita mau," jawab Dara.
Jaka cs segera masuk ke mobil dan meminta Dara cs jalan lebih dulu. Setelah mobil Dara cs melaju, Jaka cs pun segera mengikuti. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah cafe. Sambil mendengarkan life musik mereka ngobrol ngalor-ngidul soal kegiatan masing-masing.
Sepulang Dari cafe, Jaka cs enggak langsung pulang. Tapi, mereka mau melaksanakan sebuah aksi yang sebelumnya udah mereka rencanakan. Saat ini mereka tengah melangkah memasuki sebuah rumah tua yang udah lama enggak ditempati pemiliknya. Rupanya mereka mau main dadu jailangkung untuk mencari kode undian gelap. Semua itu ide Jaka yang udah mulai putus asa karena setiap kali ngecak sendiri, nomor yang dipasangnya enggak pernah tembus. Padahal, udah beberapa kali Randy mencoba menasihati, tapi Jaka tetap saja ngotot. Katanya sekali ini saja, kalo tembus dia enggak akan masang undian
126 gelap lagi. Karena Jaka ud
ah berjanji, akhirnya Randy pun enggak keberatan.
Kini cowok-cowok itu udah duduk melingkar di hadapan batok kelapa yang menutupi dua buah biji dadu, kecuali Randy yang tidak mau ikut terlibat-dia cuma memperhatikan ketiga temannya dari tempat yang agak jauh. Berbagai persyaratan yang sengaja dibeli Jaka siang harinya udah dipenuhi dengan baik. Seperti minyak apel jin, kembang tujuh rupa, jajanan pasar plus kopi pahit kopi manis, cerutu, dan kemenyan. Sekarang mereka mulai emanggil jailangkung untuk memasuki batok kelapa itu dan menggerakkan kedua dadu yang berada di dalamnya. Pada saat itu Randi cuma mengawasi, dia enggak mau terlibat untuk memanggil jin fasik yang akan memainkan kedua dadu itu.
Kini ketiga cowok yang akan melakukan permainan itu masih duduk mengelilingi dadu jailangkung. Saat itu suasana benar-benar tampak mencekam, bau kemenyan dan aura negatif yang menyelimuti tempat itu sempat membuat bulu kuduk
127 cowok-cowok itu merinding seketika. Apa lagi ditambah dengan udara dingin serta lolongan anjing yang terdengar di kejauhan. Namun begitu, ketika cowok yang kini udah menjadi teman setan itu terus melanjutkan aksinya. Saat itu Randy sungguh sangat menyesalkan tindakan teman-temannya. Padahal, dia sudah memberi tahu kalo perbuatan itu sudah menduakan Tuhan, dan dosa karena perbuatan itu enggak akan diampuni.
"Jailangkung... jailangkung... datang ngocok dadu, datang ngocok dadu!" ucap Jaka, Jepri, dan Jekky bersamaan.
Dan enggak lama kemudian, terdengarlah suara kedua dadu yang bergerak di dalam batok kelapa yang menutupnya. Setelah enggak terdengar suara, Jaka segera membukanya.
"Empat" "Jailangkung... jailangkung... datang ngocok dadu, datang ngocok dadu!"
Enggak lama kemudian, kejadian serupa terjadi
lagi. 128 "Tujuh" Begitulah mereka mengulanginya sampai empat
kali. Sehingga mendapat empat digit angka yang diyakini akan tembus "Semuanya 4732"
"Hore!!! Kita berhasil. Lihat nih, kita dapat empat angka," kata Jaka gembira.
"Besok kita akan tajir man," timpal Jepri senang.
"Yup, besok kita bakal pesta besar-besaran cing," sambut Jekky.
Saat itu Randy cuma bisa geleng-geleng kepala sambil mendoakan teman-temannya yang sudah menduakan Tuhan itu mau bertobat dan enggak akan mengulanginya lagi. Randy menduga apa yang dilakukan oleh teman-temannya itu disebabkan oleh kebodohan mereka, bukan lantaran mereka emang sudah paham betul namun masih nekad juga mau melakukannya.
Setelah mendapat apa yang Jaka inginkan, akhirnya mereka segera pergi meninggalkan tempat
129 itu. Namun mereka bukannya langsung pulang, tapi malah mampir dulu ke sebuah gardu hansip yang biasa dipakai nongkrong oleh teman-teman sekampung Jaka. Di tempat itulah, Jaka tampak asyik main judi bersama keenam temannya, sementara itu Randy dan beberapa orang teman Jaka yang bokek tampak cuma menonton saja.
"Mati... " kata Jaka seraya meletakkan kartunya.
"Ah, payah loe. Dari tadi mati terus," komentar salah satu temannya yang menonton.
"Habis mau gimana lagi, kartu gue jelek terus sih," jelas Jaka seraya memperhatikan keenam temannya yang masih main.
"Gimana"" tanya Jepri.
"Gue mati," kata salah seorang dari mereka.
"Lanjut, Jek!" "Lima ribu," gertak Jekky.
"Ikut, siapa takuut," kata Jepri.
"Gue mati," kata salah seorang yang melihat kartunya enggak ada harapan.
"Gue ikut deh," kata Codek agak ragu.
130 "Gue ikut," kata Parman yakin.
"Buka deh!" "Murni gede," ucap Jepri
Mendengar kata itu yang lain langsung terlihat lemas.
"Hahaha narik lagiiii," ucap Jepri senang, karena dia udah tiga kali menang berturut-turut.
Para cowok-cowok itu terus bermain judi hingga pagi hari, Randy yang emang udah mengantuk berat tampak tertidur di pojok gardu. Untunglah hari itu enggak ada penggerebekan polisi. Coba kalo ada, Randy yang enggak ikutan main pasti juga akan ikut diciduk lantaran berada di tempat yang salah.
Esok malamnya, sekitar pukul tujuh malam. Jaka cs terlihat tengah nongkrong di sebuah warung yang biasa dijadikan tempat mangkal penjual undian gelap. Hari ini, Jaka, Jekky, dan Jepri mau memasang nomor yang didapatnya kemarin. Di tempat itu,
131 beberapa orang terlihat sedang asyik memasang undian gelap. Mereka terlihat antusias banget.
"45, nomor itu kayaknya bakal keluar, Har," komentar salah seorang dari mereka.
"Enggak ah, gue mau pasang nomor 65. Sepertinya itu nomor jitu," tolak pemuda yang dipanggil 'Har' itu.
Sementara itu, beberapa orang yang juga mau memasang tampak asyik mengutak-atik angka- 'ngecak' istilah mereka. Orang-orang itu tampak serius memainkan angka dengan mistik lama maupun mistik baru. (Mistik adalah istilah mengganti angka tertentu dengan angka yang menjadi pasangan pada nilai mistiknya. Kalau masih bingung, jangan dipikirin! Enggak ada gunanya. Lebih baik dilanjut aja...) Ketika sedang serius-seriusnya ngecak, tiba-tiba sebuah sepeda motor melintas dengan suara yang keras banget, WOEEET... WOEEEEEET. Kontan saja mereka terkejut seketika itu juga.
"Sialan! Gue sumpahin tabrakan loe!" umpat salah seseorang yang dibikin kaget.
132 "Iya... mampus juga tu orang," timpal temannya yang juga terkejut.
Enggak jauh dari warung itu, terlihat beberapa orang yang sedang mencari-mencari 'kode alam'- istilah mereka ketika melihat hal-hal yang sekiranya jarang ada.
"Nah tu, ada kode alam. Orang gila minta rokok. Lekas elo tanya nomor yang bakal keluar!" suruh salah seorang pada temannya.
Kemudian orang yang disuruh itu segera mendekati orang gila yang baru saja minta rokok. Emang jaman ini udah edan, orang waras minta nomor sama orang gila. Sebenarnya yang waras itu siapa" Dan yang gila itu siapa" Entah kenapa di masyarakat masih ada saja yang namanya undian gelap. Biarpun sudah sering di gerebek polisi, undian gelap itu tetap saja masih ada-walaupun tidak seramai dulu. Dan itu karena usaha polisi yang tak kenal lelah untuk memberantasnya, namun entah sampai kapan pihak aparat itu mau terus konsisten sehingga membuat undian gelap itu hanya tinggal
133 kenangan. Di saat undian gelap mau tinggal nama, kini muncul undian terselubung yang berupa kuis interaktif di televisi. Sekilas emang seperti kuis, namun jika dicermati dengan baik hal itu adalah judi. Coba bayangkan, untuk mendapatkan hadiah pemirsanya diharuskan menjawab pertanyaan yang mudah sekali, yaitu melalui SMS yang harganya Rp. 2000/SMS. Kuis itu terus berkesinambungan dan dengan hadiah yang terus meningkat. Keinginan mendapat hadiah dengan cara mudah dan dengan mengeluarkan modal yang relatif murah dan terus berkesinambungan adalah judi. Ya judi... apapun bentuknya selama masih ada bandar dan ada pemainnya yang sama-sama mau untung cepat adalah judi. Semua itu emang udah menjadi dilema di tengah-tengah masyarakat. Maklumlah, masalah ini kan emang udah ada sejak jaman kuda gigit besi. Dan hal itu emang enggak gampang buat diatasi. Dan cara mengatasinya emang enggak mungkin dengan cara yang batil, mengadakan undian resmi atau membuat lokalisasi misalnya. Mungkin yang terbaik itu cuma
134 dengan jalan membuat para pelakunya sadar kalo perbuatan itu emang enggak baik buat dilakukan, yaitu dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sehat (Islami). Semoga dengan demikian, pikiran yang semula sakit bisa menjadi sehat dan akhirnya bisa membuang kebiasaan buruk itu. (Ups...!!! Sorry... Kenapa penulis malah jadi ngebahas masalah yang pelik itu. OK, sebaiknya sekarang kita pindah bab
aja.) 135 Tujuh Enam bulan kemudian. Sepulang dari latihan band di sebuah studio di Jakarta, Jaka cs mampir di sebuah warung pinggir jalan. Seusai makan mereka tampak berbincang-bincang dengan akrabnya.
"Elo sih, Ka. Kalo suka sama cewek enggak ngaca dulu, hehehe." kata Jekky seraya ketawa mengejek.
"Dara itu kan cewek matre. Mana mau dia sama loe yang dekil. Biarpun elo orang kaya, tetap aja dia enggak bakalan percaya," timpal Jepri.
"Habis gimana dong, gue kan udah terlanjur sayang," kata Jaka sambil menggaruk-garuk kepala yang emang banyak kutunya.
"Terlanjur sayang" Hahaha... basiiii..." Jepri ketawa.
136 "Ka, dengar nih! Jatuh. banguuun aaaku mengejaaar muuu." sindir Jekky dengan mengalunkan sepenggal lagu dangdut.
"Ka, kacian deh loe," timpal Jepri.
"Huh, kalian ini bukannya ngebantu teman. Tapi, malah mengolok-olok terus,"
ucap Jaka sedikit kesal. "Tenang, Ka.! Kita-kita akan bantuin elo kok," kata Randy memberi harapan. "Tapi... ada syaratnya. Elo harus mau ngejalanin strategi yang akan gue terapin," sambungnya kemudian.
"Benar, Ka. Randy tu kalo soal strategi mengambil hati cewek emang jagonya," timpal Jekky.
"Tapi, kalo soal praktek, enggak jamin deh... Elo tahu sendiri, siapa si Randy," sindir Jepri.
Saat itu juga Randy langsung melirik Jepri, "Eh, Jek. Selama ini gue tu bukannya enggak bisa dapatin cewek, tapi gue emang belum ketemu aja sama cewek yang pas," belanya kemudian.
"Iya, iya... gue percaya," kata Jepri.
"Eh, Ka. Elo tu sebenarnya keren. Tapi sayang, elo kurang bisa ngurus diri. Gue janji akan ngebantu
137 loe buat ngerubah penampilan loe itu," sambung Randy berjanji.
"Janji ya.! Kalian akan ngebantu gue," kata Jaka dengan wajah berseri-seri.
"Beresss.!" jawab ketiga temannya serempak.
Jaka emang udah menelan ludahnya sendiri. Waktu itu dia bilang enggak mungkin jatuh cinta, eh sekarang malah dia yang tergila-gila. Sementara itu di tempat lain, di sebuah kamar yang cukup besar. Dara cs sedang memperbincangkan Jaka cs.
"Elo yakin, Ta"" tanya Dara.
"Iya, Ra. Kayaknya gue emang jatuh cinta sama Jaka," jawab Dita terus terang.
"Udah deh. Lupaian aja. Cowok dekil gitu aja pake didemenin. Mending elo deketin si Jekky, kalo enggak si Jepri," usul Dara.
"Huss... si Jekky itu inceran gue. Mendingan Randy, kalo enggak si Jepri aja," saran Wita.
"Enak aja. Jangan si Randy! Jepri aja"" jelas Dara.
138 "O, jadi selama ini elo naksir Randy, Ra"" tanya
Wita. "Eng... gimana ya"" "Udah deh, terus terang aja!" "Iya, gue emang suka sama Randy." "Ra, Wit. Gu-gue mau bilang, ka-kalo gue suka sama Jepri."
"Wah, kalo begitu. Mau enggak mau, Dita emang harus sama Jaka dong," kata Dara pasrah.
"Betul, Ra. Biarpun Jaka itu dekil. Tapi, kalo Ditanya sendiri suka, kenapa enggak""
"Sebenarnya bukan soal itu, Wit. Tapi... aduh, gimana ya. gue sendiri juga bingung."
Saat itu Dara benar-benar bingung. Soalnya, dia tahu benar kalo Jaka enggak mencintai Dita. Waktu itu kan Jaka pernah mengutarakan isi hatinya kepada Dara. "Udah ah, mendingan kita main tissue ramalan aja yuk!" ajak Dara kemudian.
Lantas Dara segera mengambil tissue dan mulai meramal teman-temannya, dia ingin tahu apakah cowok yang mereka pilih itu cocok dengan
139 kepribadian masing-masing. Wita yang sangat percaya dengan ramalan langsung minta diramal lebih dulu. Dengan bersemangat cewek itu menulis beberapa nama cowok yang sedang diincernya pada potongan kertas kecil, kemudian potongan kertas itu digulung hingga enggak seorang pun bisa melihatnya. Selanjutnya setiap gulungan kertas yang berisi nama itu diletakkan di dalam setiap lipatan tissue yang juga digulung sehingga enggak mungkin bisa keluar dari lipatan. Hingga akhirnya Wita menyerahkan lima gulung tissue yang berisi nama-nama itu kepada Dara, dan Dara pun segera menyambutnya seraya berkonsentrasi.
"Ya Allah atas kuasa-Mu tunjukanlah kepada kami siapa di antara nama-nama di dalam gulungan tissue ini yang pantas berdampingan dengan Wita," ucap Dara dalam hati penuh keyakinan.
Ajaib. setelah tissue-tissue itu di buka satu-persatu ternyata nama yang keluar dari lipatan tissue itu adalah Jekky.
140 Betapa senangnya Wita saat itu, ternyata dia emang enggak salah memilih. Seli yang udah sejak tadi kepingin diramal akhirnya meminta kepada Dara untuk segera diramal juga. Dara yang enggak mau mengecewakan temannya itu lantas segera meramalkannya. Hingga akhirnya nama yang keluar dari lipatan tissue itu ternyata si Jepri. Mengetahui kedua temannya udah diramal, Dita pun enggak mau ketinggalan. Dia kepingin juga diramal apakah dia akan bernasib sama seperti kedua temannya, yaitu sesuai dengan pilihan mereka. Lagi-lagi Dara melakukan ramalan, dan hasilnya kali ini cukup mengejutkan Dara. Dia benar-benar enggak menduga, kalo Dita ternyata cocok dengan Jaka.
"Tuh, benerkan. Jaka cocok sama gue," ucap Dita senang.
"Iya... iya... Elo emang cocok sama dia, gue doain deh semoga elo bisa jadian sama dia," komentar Dara yang saat ini masih sedikit bingu
ng. Dalam hatinya cewek itu pun masih terus berpikir keras, "Gue heran, kenapa malah Jaka yang keluar. Apa ramalan ini
141 emang udah enggak benar. Padahal selama ini gue udah yakin betul kalo ramalan ini enggak bakal meleset, karena gue kan mintanya sama Tuhan bukannya minta sama setan. Hmm. Apa ini karena tipu daya setan yang sengaja melakukan keajaiban itu sehingga gue jadi sesat."
"Ra, sekarang elo dong diramal!" pinta Dita membuyarkan renungan Dara.
"Emangnya kalian ada yang bisa ngeramal"" tanya Dara.
"Lho, emangnya elo enggak bisa ngeramal diri loe sendiri, Ra"" tanya Dita Heran.
"Enggak bisa, Ta. Waktu itu gue pernah coba, tapi enggak pernah berhasil. Enggak ada satu pun dari nama-nama yang gue tulis bisa keluar dari lipatan tissuenya," jelas Dara.
"Wah, sayang banget ya. Kita-kita jadi enggak bisa tahu apakah Dara cocok sama Randy," ucap Wita kecewa.
"Udalah mendingan kita main kartu aja yuk. Yang kalah, dicoret lipstick!" ajak Dara.
142 Wita, Seli, dan Dita langsung setuju. Lantas ke empat cewek itu pun main kartu di kamar itu hingga akhirnya Ibunya Dara mengetuk pintu kamar dan mengingatkan kepada cewek-cewek itu untuk segera menunaikan sholat Ashar.
Esok malamnya, Jaka cs terlihat tengah mengantar cewek-cewek Burespang ke tempat kostnya. Sesuai dengan tekad mereka waktu itu, kini Jaka cs udah enggak bersama Boy cs lagi. Selama ini mereka emang lebih suka menjemput Burespang tanpa melibatkan Boy cs, soalnya dengan demikian mereka bisa lebih berkuasa atas cewek-cewek itu. Kini Kijang yang mereka tumpangi mulai memasuki gang yang menuju ke tempat kost.
"Ka, sebelum mengantar Siska dan Lita pulang. Gimana kalo kita main dulu di tempat kost gue"" usul
Lola. "Iya, Ka. Main aja dulu... " timpal Lara.
143 "Oke deh, kalo itu emang mau kalian" Setibanya di tempat kost, Jaka cs langsung diajak bermain remi oleh keempat cewek itu. Namun saat itu mereka enggak main dengan uang, tapi mereka main corat-coret wajah menggunakan lipstick. Selama permainan itu, Jaka berkali-kali kena coret dan wajahnya pun terlihat lucu banget.
Sekitar pukul dua pagi, Jekky dan Jepri diminta untuk mengantar Siska dan Lita ke tempat kost mereka, sedangkan Jaka dan Randy menunggu di tempat itu. Maklumlah, kedua cowok itu udah sangat mengantuk dan mau tidur sejenak. Saat itu, Lola dan Lara pun enggak keberatan kalo kedua cowok itu tidur di tempat mereka. Maklumlah, mereka itu emang udah biasa mengajak cowok-cowok tidur dalam satu ruangan. Saat itu Jaka sempat dag-dig-dug ketika melihat kedua cewek itu tidur dengan mengenakan pakaian yang cukup mengundang. Beberapa kali cowok itu sempat menelan ludah karena menahan gejolak nafsu yang begitu menggebu-gebu. Sementara itu, Randy juga mengalami hal serupa.
144 Cowok itu, sampai-sampai malah enggak bisa tidur karena pikiran kotor yang ada di kepalanya. Beberapakali cowok itu sempat memperhatikan kedua cewek itu dengan nafsu bergelora.
Kini cowok itu berusaha menghilangkan segala pikiran kotor yang ada di kepalanya, dia pun berusaha keras untuk enggak memperhatikan cewek-cewek itu lagi. Namun makin dia berusaha, keinginan untuk melihat makin menjadi-jadi. "Aduh! Celaka dua belas. Kalo begini terus bisa-bisa... " begitu cowok itu melihat kepada kedua cewek itu.
"Ja-Jaka... " pemuda itu sempat tertegun ketika melihat Jaka tengah bercumbu dengan salah seorang cewek. Lantas dengan segera pemuda itu menegur Jaka yang kayaknya udah lupa diri. "Ka, elo apa-apan sih!"


Jaka Dan Dara Karya Bois di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah, elo, Ran. Ganggu aja sih. Enggak boleh liat teman senang dikit. Kalo elo mau, sama Lara aja! Kayaknya dia juga lagi horni tuh."
"Ngaco loe! Ayo bangun!" pinta Randy seraya menarik lengan Jaka menjauhi Lola.
145 "Aduh, Ran. Kenapa sih"" tanya Lola.
"Udah, mendingan elo tidur lagi aja. Gue sama Jaka mau keluar sebentar beli rokok."
Setelah berkata begitu, Randy pun segera mengajak Jaka keluar dari tempat kost untuk menuju ke sebuah warung yang buka 24 jam.
"Ka, elo udah gila ya" Ingat enggak ucapan loe tempo hari kalo elo enggak bakal berbuat macam-macam."
"Sorry, Ran! Gue udah enggak kuat."
"Ka, sejujurnya. Gue juga enggak kuat. Tapi biar gima
na juga, kita enggak boleh ngelakuin itu. Dosa, Ka. Empat puluh tahun ibadah kita enggak diterima."
"Iya, Ran. Untung aja ada elo. Kalo enggak, udah kecebur deh."
"Sekarang kita mesti kudu ati-ati. Selama ini kan kita udah sering bikin dosa, terus kalo kita sampe kecebur, terus ibadah kita enggak diterima selama 40 tahun. Gimana cara kita menghapus dosa-dosa kita itu," jelas Randy mengingatkan.
146 Dan karena Jekky dan Jepri tidak juga datang menjemput, kedua pemuda itu lantas terpaksa nongrong diwarung hingga matahari bersinar.
Sekitar pukul enam pagi, Jekky dan Jepri datang menjemput mereka.
"Kok lama banget, Jek""
"Sorry, Ran. Begitu tiba di sana gue dan Jepri disuruh mampir sebentar. Eh terus kita disuruh menginap. Elo tahu sendiri kan, kalo gue udah disuruh menginap pasti tuh cewek lagi horni. Ya, kebetulan gue juga lagi horni. Nah, selanjutnya elo tahu sendiri deh... " jawab Jepri.
"Iya, Ran. Habis mau gimana lagi. Eh, Ran! Ngomong-ngomong gimana semalam"" tanya Jekky.
"Brengsek loe, berdua. Elo pikir gue sama Jaka senang-senang ama tuh cewek-cewek... Eh, kalo elo mau tahu. Gue ama Jaka terpaksa begadang di
147 warung sampe pagi lantaran elo kelamaan ngejemput."
"Loh, emangnya kalian di usir sama mereka"" tanya Jekky lagi.
"Enggak, Jek. Gue terpaksa ninggalin mereka karena gue enggak mau sampe kecebur. Gue takut dosa, Jek," jawab Randy.
"Elo, Ran. Dari dulu masih takut aja. Kalo ada kesempatan kayak gitu lagi, sikat aja. Ngapain elo pakai takut segala, emangnya dosa keliatan apa"" jelas Jekky.
"Betul, Ran. Mumpung masih muda, nikmatin aja. Itung-itung cari pengalaman," timpal Jepri.
"Udah ah. Gue enggak mau ngomongin soal itu. Elo berdua emang udah enggak beres," ucap Randy kesal.
Dalam hati Randy merasa kasihan kepada kedua temannya. Dengan alasan karena masih muda mereka melakukan perbuatan yang seharusnya enggak dilakukan. Mereka enggak sadar kalo perbuatan mereka itu berisiko terkena berbagai
148 penyakit, terutama penyakit aids. Dan mereka enggak sadar bahwa umur di tangan Tuhan, dan bagaimana jika ketika ajal menjemput, sedang diri berlumur dosa, apa nantinya mereka bisa selamat dari siksa neraka.
Sejak kejadian di tempat kost, Jaka dan Randy udah mulai menjaga jarak dengan Jekky dan Jepri. Kini keduanya udah enggak mau lagi mendengarkan ajakan mereka untuk nongkrong di Parkit maupun di Jasika. Apalagi jika diajak menjemput burespang, mereka menolak keras. Kedua pemuda itu udah berjanji untuk berhati-hati dalam bergaul, soalnya mereka enggak mau terpeleset sampai keluar jalur.
Hari ini Jaka dan Randy berniat menemui Dara, karena katanya Jaka udah kangen berat bo. Sialnya hari ini mobil Jaka lagi mengalami kerusakan, dan karenanyalah mereka pun terpaksa harus naik bis kota. Saat ini Bis kota tampak penuh, dan mereka pun terpaksa berdesakan. Namun hal itu justru membuat
149 Jaka tampak senang. Bagaimana enggak, saat ini di depannya persis berdiri seorang cewek cantik yang begitu seksi, cewek itu berdiri membelakanginya. Jaka pun merasa senang jika mobil yang ditumpanginya tiba-tiba ngerem mendadak, membuatnya terhuyung dan terpaksa memepet cewek yang berdiri di depannya. Itulah yang dinamakan pelecehan enggak sengaja, alias enggak bermaksud melecehkan. Hal itu terjadi begitu saja dan tanpa disangka-sangka, rasanya emang sulit buat dihindari. Apalagi Jaka itu cowok normal yang emang lagi masa kritis, alias dara mudanya lagi menggebu-gebu. Katanya, dari pada entarnya nyesel dan penasaran terpaksa dinikmati saja. Begitulah, Jaka lagi ngawur. Sementara itu, Randy juga mengalami hal serupa. Namun begitu, dia berusaha menghindar. Tapi apa daya, cowok itu pun akhirnya pasrah karena sama sekali enggak bisa bergerak akibat sesaknya penumpang. "Maaf ya Mbak!" ucapnya. Setelah Randy berkata begitu, akhirnya si cewek pun enggak lagi mempermasalahkannya, kayaknya dia emang harus
150 pasrah dengan keadaan yang demikian. Dalam hati dia sangat mendambakan adanya bis khusus wanita yang bisa melindunginya dari hal-hal semacam itu, atau adanya perbaikan sistem transportasi sehingga para penumpang enggak harus berdesakan lagi.
B is yang di tumpangi oleh Jaka dan Randy terus melaju dan melaju, hingga akhirnya cewek ada di depan Jaka turun dari bis. Pada saat itulah, Jaka tampak berusaha keras bergeser ke tengah mengikuti Randy yang sudah bergerak lebih dulu, hingga akhirnya dia bisa bernafas lega. Kini dia tengah berdiri menghadap ke arah seorang cewek cantik yang sedang duduk di kursi penumpang. Tiba-tiba matanya tertuju kepada bagian dada yang tak sepatutnya dilihat, pada saat yang sama wanita itu tampaknya enggak menyadari atau malah enggak peduli.
Semula, Jaka merasa risih jikalau ada yang melihat kelakuannya, namun lama-kelamaan dia cuek juga. Toh di sebelahnya seorang cowok juga tampak serius sedang memperhatikan seorang cewek yang ada dihadapannya. Edan, inilah yang dinamakan
151 rejeki nomplok yang bak buah simalakama. Yang kalo enggak dilihat terus bisa malah kebayang-bayang dan membuat pikiran jadi tambah ngeres. Tapi kalo dilihat terus malah makin ketagihan. Randy yang sempat memperhatikan kelakuan Jaka cuma geleng-geleng kepala, dia memaklumi karena emang susah juga kalo hidup di kota megapolitan seperti Jakarta ini, dimana banyak banget cewek yang berbusana menggoda. Sebenarnya apa maksud mereka mengenakan busana itu, apakah karena emang lebih enak atau emang karena biar bisa diperhatikan lawan jenisnya. Dan jawaban itu tergantung kepada pelakunya masing-masing, apa sebenarnya motifasi mereka mengenakan busana itu.
Bis yang mereka tumpangi masih terus melaju. Namun, sekarang bis itu sudah mulai kosong. Jaka dan Randy pun akhirnya bisa duduk berdampingan. "Ran, besok kita naik bis ini lagi yuk!" ajaknya kepada Randy.
"Lho, emangnya mobil loe belum bisa diambil."
152 "Udah sih, tapi... Kayaknya enakan naik bis deh..."
"Tumben loe ngomong begitu, Ka. Padahal semula elo paling enggak mau kalo diajak naik bis."
"Semula sih emang iya, tapi sekarang gue udah berubah pikiran."
Saat itu, Randy yang udah bisa menebak pikiran Jaka kembali bicara, "Hmm... rupanya elo tadi begitu menikmati perjalanan selama berdesakan tadi kan""
"Ja-jadi elo tadi memperhatikan gue ya"" tanya Jaka dengan raut wajah yang berubah merah karena malu.
"Ka, dengar ya. Kalo tadi mungkin Tuhan masih mau memaafkan dosa loe, karena ketidaksengajaan. Tapi, kalo elo udah niatin, kayaknya Tuhan akan memberikan ganjaran yang sesuai buat loe."
"Ah, elo, Ran. Jangan nakut-nakutin gue dong!"
"Gue bukan nakut-nakutin elo, Ka. Tapi emang begitu hukumnya. Selama kita masih bisa menghindar ya emang harus menghindar, tapi kalo kita udah berusaha tapi enggak bisa itu namanya terpaksa. Dan
153 Keterpaksaan itu pun ada tingkatannya, seperti apa yang gue lakukan tadi itu adalah keterpaksaan orang awam. Walaupun gue tahu sebenarnya gue bisa menghindar dengan turun dari bis, namun karena gue takut kita terlambat sampai tujuan akhirnya gue pun memilih enggak turun dari bis. Ka" Kalo gue jadi elo. Gue lebih memilih pake mobil sendiri daripada harus naik bis cuma lantaran kepingin melecehkan cewek."
"Elo benar, Ran. Tapi kayaknya gue enggak bisa ngelupain kejadian tadi. Terus terang, gue kepingin banget kalo hal itu bisa terulang lagi."
"Itulah nafsu. Yang kalo terus diturutin emang enggak bakal ada puasnya, kepingin lagi dan kepingin lagi, hingga akhirnya menjadi kebiasan yang sulit buat dihilangkan. Seperti kebiasaan loe main sabun, sulit kan buat dihilangkan."
"Lagi-lagi elo benar, Ran. Jangan sampe deh hal tadi menjadi kebiasan baru buat gue."
"Bagus deh, kalo elo sadar," komentar Randy seraya memperhatikan dua orang cowok yang baru saja memasuki bis.
154 Rupanya kedua cowok itu merupakan pengamen yang dalam kondisi mabuk. Kini salah seorang dari mereka tampak mulai memainkan gitarnya, sedangkan yang satunya sudah siap menyanyi. Ketika orang itu menyanyi sungguh sangat enggak enak buat didengar. Suaranya yang fals terdengar enggak harmonis dengan petikan gitar temannya yang juga fals. Dan setelah satu lagu selesai, si vocalist yang fals itu pun segera mengeluarkan bungkus permennya yang akan digunakan untuk mengumpulkan uang. Beberapa cowok yang kesal tampak enggan memberi, termasuk Jaka da
n Randy, namun beberapa cewek yang tampak ketakukan segera memberikan uang sekedarnya.
Usai menagih uang, si vocalist fasl tadi kembali mendekati temannya yang masih berdiri di depan. Kedua orang itu enggak segera turun, mereka terus berdiri sambil memperhatikan seorang cewek remaja yang begitu manis dan seksi. Cewek remaja itu tampak berdiri menghadap keluar jendela. Kemudian si vocalist fals tadi tampak mendekati cewek itu dan
155 berdiri di belakangnya. Betapa terkejutnya si cewek ketika menyadari si Vocalist fals itu ternyata telah memepetnya. Si cewek pun segera menghindar, namun sialnya si vocalist fals itu terus memepetnya. Si cewek yang emang menyadari orang yang ada di belakangnya itu sedang mabuk tampak ketakutan.
Kini si vocalist fals itu bukan hanya memepetnya dari belakang, namun sebelah tangannya mulai menggerayangi paha si cewek. Dengan ketakutan yang amat sangat, cewek itu pun segera menyetop mobil tersebut dan beranjak turun. Walaupun cewek itu menyadari kalo dia masih sangat jauh dari tempat tujuan, cewek itu lebih memilih turun dan naik mobil lain ketimbang harus digerayangi oleh seorang cowok mabuk.
Randy yang semula berniat membantu cewek itu mengurungkan niatnya, dia bersyukur karena cewek itu sudah mengambil putusan yang tepat. Jadi, dia emang enggak perlu mengambil tindakan yang dapat membuat keributan. Enggak lama kemudian, naiklah dua orang pengamen lain yang kali ini tampak lebih
156 simpatik. Keduanya menyapa para penumpang dengan sopan dan akhirnya menyanyikan tembang nasyid yang diiringi oleh sebuah rebana. Suaranya yang begitu merdu sungguh sangat menghibur, sekaligus memberi masukan yang positif sehingga membuat hati yang mendengarnya terasa tentram. Seusai menyanyikan dua buah tembang, orang yang memainkan rebana tampak membalik rebananya dan menjadikannya sebagai tempat menampung uang. Pada saat itu, banyak sekali orang yang merasa terhibur dan akhirnya mau menyisihkan sedikit uangnya sebagai ucapan terima kasih. Jaka dan Randy pun enggak mau ketinggalan untuk memberikan uang sekedarnya kepada kedua cowok yang emang pantas diberikan imbalan.
"Ran, kita turun di sini kan"" tanya Jaka tiba-tiba.
Randy pun memperhatikan sekitarnya. "Betul, Ka. Ayo lekas kita turun!"
Enggak lama kemudian, kedua cowok itu pun terlihat menuruni bis dan melangkah menuju ke sebuah gang.
157 "Elo yakin ini gangnya, Ran"" tanya Jaka ragu, soalnya waktu itu mereka baru pertama kali pergi ke rumah Dara, dan waktu itu pun datangnya malam hari.
"Enggak salah lagi, ini emang gangnya. Lihat tu graffiti di tembok itu. Life is a game. To be a good guy for the winner or to be a bad guy for the loser."
"Yup! Emang enggak salah lagi. Kalo gitu, ayo..!" ajak Jaka bersemangat.
Kedua cowok itu pun kembali melanjutkan langkah memasuki gang yang hanya bisa di lewati oleh satu mobil. Hingga akhirnya mereka tiba di rumah Dara. Saat itu, Dara yang udah menunggu di teras rumah langsung menyambutnya. "Kok baru nyampe"" tanyanya kemudian.
"Ya, maklum aja, Ra. Namanya juga naik angkutan umum, yang kadang-kadang suka ngetem agak lama, ditambah lagi dengan kemacetan yang emang udah menjadi rutinitas," jelas Jaka.
"Iya, Ra. Maafin kami ya! Kami pasti udah bikin kesal elo karena menunggu kelamaan"" ucap Randy.
158 "Ah, enggak apa-apa, Ran. Gue maklum kok. Ya udah, kalo gitu ayo masuk!"
Ketiga muda-mudi itu pun segera melangkah menuju teras.
"Hallo, Ta! Apa kabar"" sapa Jaka yang melihat Dita lagi duduk sendirian.
"Baik..." jawab cewek itu tersipu-sipu. "Lho kalian cuma berdua"" tanyanya Heran.
"Iya, Ta. Kami udah enggak berteman lagi sama Jekky dan Jepri," jawab Jaka seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Dita.
"O... kalian lagi marahan""
"Enggak. kami cuma enggak mau berteman lagi dengan mereka lantaran pergaulan mereka sudah kelewat batas," jelas Randy seraya duduk berhadapan dengan Dara.
"Benar, Ran. Gue juga udah males main sama Wita dan Seli. Soalnya pergaulan mereka juga udah terlalu jauh. Sejak pesta malam itu, kayaknya Wita udah makin rusak. Kini mereka udah mulai ngajakin
159 untuk melakukan seks bebas dan mendekati narkoba,"
timpal Dara. Dita pun segera menimpali. "Iya, Ran. Selama ini Wita sering mengajak kita-kita ketempat yang enggak benar. Pernah waktu itu, Wita nganjurin gue buat ngelepasin keperawanan gue karena alasan persahabatan. Soalnya waktu itu Wita lagi enggak punya uang buat beli narkoba, dan saat itu dia benar-benar membutuhkan pertolongan gue yaitu dengan menjual keperawanan gue. Gue benar-benar enggak habis pikir, apakah persahabatan itu berarti harus mengorbankan sahabatnya sendiri""
Randy pun segera menanggapi pertanyaan itu. "Elo benar, Ta. Kalo gue pikir itu sih bukan sahabat. Setahu gue sahabat itu justru akan mengorbankan dirinya demi kebaikan sahabatnya. Bukan malah melibatkannya kepada hal-hal yang dapat merugikan sahabatnya. Sahabat adalah teman dekat yang membawa temannya menuju kebaikan, dan dia melakukan semua itu hanya karena Allah semata. Karena sahabat baik adalah orang yang benar-benar
160 mencintai kita. Dia sangat peduli dengan segala kesulitan kita dan akan mengesampingkan kesulitannya sendiri. Betapa ruginya jika kita enggak mempunyai sahabat yang selalu mengingatkan dan mengajak kita kepada hal-hal yang baik. Untuk mencari sahabat baik emang enggak gampang, kita perlu menyelidiki apakah sahabat kita selama ini adalah sahabat yang baik atau bukan, jangan-jangan hanya orang yang cuma mengambil keuntungan dari diri kita. Soalnya sahabat baik itu enggak pernah menghitung-hitung segala kebaikan yang pernah dia lakukan kepada kita. Dengan demikian kita pun juga harus bersikap sama, tentunya jika kita masih mau dianggap sahabat baik olehnya."
"Hmm. pantes waktu itu elo enggak ada di valentine Party. Apa waktu itu karena Jaka enggak mengajak elo, Ran"" tanya Dara.
"Betul, Ra. Waktu itu Gue emang enggak diajak lantaran gue mau menghadiri acara yang emang bermanfaat. Itulah yang gue suka sama Jaka, selama ini dia enggak pernah memaksakan kehendaknya
161 pada gue untuk melakukan hal yang enggak-enggak. Kalaupun dia mau melakukan perbuatan yang enggak benar, dia melakukan untuk dirinya sendiri tanpa pernah mempengaruhi gue. Selama ini, gue pun enggak pernah memaksa Jaka buat ninggalin apa yang gue anggap enggak benar itu, paling gue cuma bisa memberi masukan agar pikirannya bisa terbuka. Soalnya gue masih memaklumi Jaka yang emang belum bisa ninggalin itu semua karena darah mudanya. Selama ini pun, gue sering mengikuti Jaka karena gue peduli sama dia. Terus terang, gue enggak mau kalo Jaka sampe bergaul di luar batas. Namun begitu, Jaka pun enggak pernah lupa buat ngingetin gue jika gue sampe khilaf melakukan hal-hal yang enggak-enggak. Pernah waktu itu gue sampe khilaf karena coba-coba mau meminum minuman keras. Namun saat itu Jaka memberi peringatan kalo gue enggak sepantasnya melakukan itu. Pokoknya kita berdua selalu saling ngingetin, namun enggak pernah saling maksain."
162 Jaka pun segera menimpali. "I ya, Ra. Randy emang sahabat gue yang terbaik. Itulah kenapa hingga saat ini, gue pun masih mau main sama dia. Enggak seperti Jekky dan Jepri yang selalu ngajakin gue untuk berbuat yang enggak-enggak. Untung aja selama ini ada Randy yang selalu ngingetin gue. Kalo enggak, mungkin sekarang gue udah rusak banget."
"Hmm... Persahabatan seperti itu tu yang gue mau. Enggak seperti si Wita dan Seli yang malah menyuruh gue menjual keperawanan. Untung aja saat itu ada si Dara yang berani mengambil sikap, sehingga keperawanan gue tetap terjaga," ungkap Dita.
Saat itu juga, Dara langsung menimpali. "Ya, untung aja saat itu gue ingat dengan perkataan bokap gue. Kalo kita ini emang masih labil dan gampang terpengaruh. Sekarang gue baru sadar kalo ternyata emang ada orang yang semula kelihatan baik namun pada kenyataannya enggak, begitu pun sebaliknya. Gue benar-benar enggak nyangka kalo orang-orang
163 yang gue anggap baik justru mau menjebak gue dan Dita untuk mengikuti jejak mereka."
"Ya. kita emang masih beruntung karena masih dilindungi oleh Tuhan, yang dengan perantara hambaNya melindungi Hamba-Nya pula."
Ke empat muda-mudi itu terus berbincang-bincang dengan akrabnya, hingga akhirnya Dara mengeluarkan kotak teka-tekin
ya. "Eh, kalian bisa buka kota ini enggak"" tanya Dara kepada Jaka dan Randy.
Jaka segera mengambil kotak itu dari tangan Dara, kemudian dia tampak memperhatikannya dengan seksama. "Wah, ini sih rumit, Ra. "
"Coba sini gue lihat!" pinta Randy seraya mengambil kotak itu dari tangan Jaka. "Wah, ini emang rumit, Ra. Soalnya kombinasinya banyak banget, dan sepertinya emang enggak mungkin bisa dibuka dalam waktu singkat. Ra, terus terang gue enggak mungkin bisa, soalnya butuh waktu lama banget buat mencatat semua kemungkinannya," jelas Randy seraya mengambalikan kotak itu pada Dara.
164 Setelah puas berbincang-bincang, Jaka dan Randy akhirnya pamit pulang karena saat itu mentari tampak mulai kembali ke peraduan ibu pertiwi.
165 Delapan Dua bulan telah berlalu. Jaka dan Randy yang udah enggak berteman lagi dengan Jekky dan Jepri, serta Dara dan Dita yang udah enggak berteman lagi dengan Wita dan Seli, kini sudah membentuk kelompok baru. Sekarang Jaka cs terdiri dari Jaka, Randy, Dara, dan Dita. Mereka berempat udah berkomitmen untuk enggak melanggar norma-norma agama.
Kini Jaka, Randy, dan Dara tengah menginap di rumah Dita untuk menemaninya. Maklumlah, orang tua Dita sedang pergi keluar kota dan akan kembali minggu depan. Sekitar pukul tujuh pagi, keempat muda-muda itu baru bangun dari tidurnya.
"Ta, elo punya makanan apa" Gue lapar nih," tanya Jaka.
"Iya, Ra. Gue juga lapar," timpal Randy.
166 "Aduh sorry, ya. Ketika berangkat, nyokap gue enggak sempat belanja makanan instant. O ya, kalo enggak salah di kulkas masih ada pizza bekas semalam."
"Enggak mau, Ta! Gue lagi males makan junk food. Liat nih! Perut gue udah mulai gendut," tolak Randy.
"Gue juga enggak mau, Ta. Mana enak pizza dingin," timpal Jaka.
"Nanti deh, gue minta ama nyokap gue buat beli kulkas yang ada pemanasnya."
"Wah... Kelamaan, Ta. Kalo gue mesti nunggu nyokap loe pulang dulu."
"Hmm... gimana kalo kita cari makanan di luar aja," usul Randy.
"Makan apa kita pagi-pagi begini"" tanya Dita.
"Gimana kalo sarapan bubur," jawab Dara.
"Ayo deh," Lantas mereka berempat bergegas mencari makanan. Enggak lama kemudian "Tuh Ka, di depan ada warung bubur," kata Randy.
167 "Ayo deh, lekas! Gue udah laper banget nih," kata Jaka seraya mempercepat langkahnya. Randy pun mengikuti dengan mempercepat langkahnya.
"Aduh, Ka. Pelan-pelan dong! Gue capek tau," Dara menggerutu, dia tampak ketinggalan di belakang.
Akhirnya Jaka dan Randy sampai di warung bubur dan udah masuk lebih dulu. Sementara itu Dara dan Dita tampak sedang digoda oleh dua orang Cowok.
"Pagiii pagiii nyabuuu, siang malaaam nyabuuu," canda seorang Cowok yang bermata sipit menyanyikan langunya Alam.
"Neng caem, mau dong ikutan nyabu," kata Cowok yang bermata cekung.
Dara berhenti sebentar, kemudian dia menatap kedua Cowok itu. "Kalian pagi-pagi udah godain cewek, emangnya enggak ada kerjaan lain apa"" tanyanya sedikit kesal.
"Duh, Eneng manis. Kalo lagi marah tambah caem aja," canda si Mata sipit.
168 "Iya... bikin kita-kita pengen kenalan aja," timpal si mata cekung.
"Huh, enggak usah ya," ucap Dara sewot seraya masuk ke dalam warung mengikuti Dita yang udah masuk lebih dulu.
Di dalam warung Jaka dan Randy asyik ketawa cekakakan, rupanya mereka melihat perlakuan kedua cowok tadi. Sedangkan Dita tampak senyam-senyum saja.
"Lho, kok kalian malah pada ketawa, bukannya ngebantuin gue!" kata Dara menggerutu.
"Habis elo emang kece. Mereka bukan cowok namanya, kalo ngeliat elo enggak ngegodain," kata Jaka sambil tersenyum.
"Iya, Ra. Besok-besok pake cadar aja! Biar orang bertanya-tanya-Ini cewek, kece apa enggak sih" Mereka pasti mikir dua kali buat ngegoda elo," usul Randy.
"Benar, Ra. Elo lagi bete, lagi cemberut, lagi sedih, enggak bakal ada yang tau," timpal Jaka.
169 "Benar juga kalian, mulai sekarang gue mau pake cadar," ungkap Dara serius.
"Di rumah juga"" tanya Randy enggak percaya.
"Lah iya. pokoknya ya, di mana aja," jawab Dara yakin.
"Wah, kalo gitu kita enggak bisa ngeliat kecantikan loe lagi dong," canda Randy.
"Enggak ngeliat wajahnya juga enggak apa-apa, kan masih bisa ngeliat body-nya," kata Jaka ngela
ntur. "Eh... Bicara apa loe, Ka" Jadi, selama ini elo suka ngeliatin body gue ya"" tanya Dara sedikit melotot.
"Habis, elo seksi sih. Rugi dong kalo enggak diliatin," jawab Jaka polos.
"Huh! Dasar. mata keranjang," umpat Dara. Padahal di hatinya dia begitu senang mendengar Jaka bicara begitu.
"Apa loe juga mau menutup body loe yang seksi itu"" tanya Randy memancing.
"Benar, Ran. Gue juga mau mengenakan busana muslim, biar kalian enggak bisa ngeliatin body gue
170 seenak mata keranjang kalian," kata Dara sungguh-sungguh.
"Eh, Ra" Yang mata keranjang itu kan si Jaka, kok gue juga dibawa-bawa" Padahal, selama ini gue enggak sadar tuh, kalo body-loe seksi," bela Randy.
"Masa sih, si Randy enggak nyadar kalo body gue seksi"" tanya Dara dalam hati enggak percaya.
"Heh, kok malah bengong, tuh buburnya udah jadi," tegur Jaka.
Mereka pun akhirnya sarapan bubur dengan lahapnya. Pada saat itu Jaka sempat khawatir kalo Dara benar-benar melaksanakan ucapannya. Dalam hati dia pun jadi kepikiran, "Ra, sebenarnya gue agak nyesel kalo elo sampe ngelaksanain ucapan loe tadi, dengan begitu gue pasti enggak bisa ngeliat kecantikan wajah loe sama keindahan body-loe lagi. Tapi... Gue enggak akan nyesel kalo elo benar-benar jadi milik gue, soalnya kecantikan wajah loe sama keindahan body loe cuma buat gue seorang, hehehe.. " kata Jaka ngelantur dalam hati.
171 "Kenapa elo senyum-senyum sendirian, Ka"" tanya Dara curiga.
"E-enggak kok, gu-gue cuma."
"Pasti lagi mikir yang enggak-enggak"" potong Randy.
"Sembarangan, orang gue lagi mengingat perkataan kedua cowok tadi, makanya gue ngerasa lucu, hehehe," ucap Jaka berkelit.
Saat itu Dara cuma meliriknya. Namun di benaknya ada pertanyaan menyangkut hal tersebut. Sepulang makan bubur, Jaka cs kembali ke rumah Dita.
Setibanya di rumah itu, Randy dan Dara langsung ngobrol di ruang tamu. Melihat itu, Jaka pun cepat-cepat nimbrung lantaran dia agak jealous melihat pujaan hatinya ngobrol sama cowok lain. Sementara itu, Dita langsung ke ruang tengah nenonton TV.
"Eh, Ka. Kenapa sih setiap gue ngobrol berdua sama Dara elo selalu ikut nimbrung. Mendingan sana elo temenin Dita yang lagi nonton sendirian."
172 "Ngomong-ngomong, emangnya kalian lagi ngomongin apa sih"" tanya Jaka curiga.
"Kita lagi ngomongin soal agama kok, emangnya elo pikir kita lagi ngomongin apa"" tanya Dara.
"Enggak. gue cuma mau tau aja, kalo dugaan gue itu emang benar kalo kalian itu emang lagi ngomongin soal agama. Dan karena itulah gue ikutan nimbrung biar ilmu agama gue juga ikut nambah."
"Kalo begitu, duduk deh! Ayo kita bahas soal niat Dara ketika di warung tadi."
Akhirnya ketika muda mudi itu pun ngobrol bersama mengenai busana muslim. Dan enggak lama kemudian, Dita ikutan nimbrung. Cewek itu sempat kaget juga ketika tahu kalo Dara sungguh-sunguh mau mengenakan busana muslim.
Seminggu kemudian, Jaka dan Randy tampak terperangah melihat Dara yang udah mengenakan busana muslim. Tubuhnya yang seksi udah tertutup
173 gaun muslim, kepalanya ditutup jilbab dan mengenakan cadar.
"Gimana menurut kalian, seksi enggak"" tanya Dara.
Jaka dan Randy cuma terpaku mendengar pertanyaan itu, apa maksudnya" Begitulah pertanyaan yang ada dibenak mereka masing-masing.
"Ra, apa elo benar-benar mau terus menggunakan pakaian itu" Apa enggak bikin loe menderita"" tanya Jaka agak kuatir.
"Emang sih, agak panas dan kurang luwes. Tapi, gue mau membiasakannya kok," ucap Dara sungguh-sungguh.
"Ah, paling juga enggak lama," komentar Randy menguji.
"Gue mau berusaha, Ran. Yang penting gue coba dulu, masalah kuat-enggak kuat kita liat aja nanti," kata Dara meyakinkan.
"Ra. gue kepingin tau, sebenarnya apa sih yang membuat elo kepingin mengenakan busana muslim," tanya Jaka sungguh-sungguh.
174 "Ok, akan gue jawab tuntas. Pertama, gue enggak mau pikiran para cowok menjadi ngeres. Kayak loe, Ka. Gue yakin pikiran loe pasti suka ngeres.
Kedua, supaya gue enggak jadi cewek munafik, sebenarnya gue suka bila cowok ngeliatin keindahan body gue, tapi gue juga enggak mau bila mereka sampai menikmatinya. Terus terang, gue risih kalo ada cowok yang sampe begitu.
Nah... Kare na mengenakan busana ini, gue ngerasa punya tameng yang bisa ngejaga gue dari perilaku menggoda. Dengan demikian keinginan suka diliatin itu bakalan hilang dengan sendirinya.
Ketiga sebagai bukti kepada orang yang gue cintai, kalo kecantikan dan keindahan body gue cuma benar-benar buat dia, bukan buat orang lain. Dan yang terpenting, semua ini adalah perintah Tuhan yang jelas-jelas emang harus gue taati. Karena sebagai seorang muslim, dari awal gue sudah berikrar untuk mengakui Allah sebagai Tuhan gue dan Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir. Ikrar atau syahadat yang udah gue bawa sejak lahir itu punya
175 konsekwensi besar dalam kehidupan gue, yaitu bahwa gue enggak akan patuh dan enggak tunduk kepada siapapun kecuali kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan mutlak ini mencakup ketaatan kepada Kalam Ilahi yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya lewat Hadits-hadits Shahih.
Nah, ketika Allah memerintahkan kepada kaum muslimat untuk berhijab (menutup aurat) seperti yang belum lama ini gue baca yaitu pada surat An-Nur 31 dan Al-Ahzab 59, maka di sinilah ikrar taat dan patuh tadi diuji. Apakah muslimah akan taat ketika diperintahkan berhijab, atau malah ogah dan menolak. Kalau taat, elo pasti bisa menebak dia akan mendapatkan pahala dan kalo menolak tentunya elo juga bisa menyimpulkan kalo dia pasti berdosa karena enggak taat kepada perintah Allah," jelas Dara panjang lebar.
Jaka dan Randy hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Dara.
"Kalo elo ke bioskop atau ke konser, apa elo tetap memakainya"" tanya Jaka lagi.
176 "Kenapa enggak" Nonton film atau konser itu kan manusiawi. Yang pentingkan gue enggak menyebabkan ketiga hal tadi terlanggar, lagi pula. gue kan nonton film buat menambah wawasan. Gue kan udah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang enggak, kalo yang baik ya gue turuti, kalo yang enggak ya. gue tinggalin. Kalo ternyata nonton film atau konser malah membuat gue jauh dari nilai-nilai agama tentu akan gue tinggalin. Terserah orang mau menilai apa, yang pentingkan gue enggak melakukan hal yang enggak-enggak. Ciuman atau pelukan di tempat umum misalnya, soalnya kalo diliat orang kan bisa membuat mereka kepingin." jelas Dara lagi panjang lebar.
"Jadi kalo ciuman dan pelukan enggak diliat orang, enggak apa-apa"" tanya Randy.
"Kalau itu rahasia perusahaan," jawab Dara asal.
"Kok, bisa begitu"" tanya Randy.
"Lah iya dong, itu tergantung gue. Kalo gue pacaran pasti enggak mungkin bisa menolak keinginan sang pacar-orang yang gue cintai. Tapi
177 kalo gue kepingin menghindari hal tersebut, ya. gue enggak usah pacaran. Gampang kan"" Jelas Dara kepada Randy.
"Jadi, elo mau yang gimana, Ra"" tanya Jaka khawatir.
"Step by step lah, masa gue bisa sekaligus berubah. Ya, enggak mungkin. Pokoknya gue mau memulai dengan beberapa hal tadi, setelah itu baru mau aku tingkatkan setahap demi setahap," jawab Dara.
Rupanya Dara emang bersungguh-sungguh untuk merubah dirinya, dari wanita yang berpakaian seksi menjadi seorang wanita muslim yang taat. Dia berniat melaksanakannya setahap demi setahap.
178 Sembilan Setahun kemudian semenjak Dara mengenakan busana muslim, Jaka makin mencintainya. Cowok itu kayaknya udah sulit buat berpindah hati, walaupun selama ini ada si Dita yang selalu berusaha menarik perhatiannya.
Kini cowok itu sedang berduaan dengan orang yang dicintainya. "Ra, elo tahu enggak, apa yang ada di hati gue" Gue tu cinta banget sama elo. Sampe-sampe gue enggak enak makan, enggak enak bobo, and enggak enak.... Udah deh, pokoknya gue tu enggak enak ngapa-ngapain. Hati ini rasanya gelisaaaah terus. Apa lagi kalo elo lagi enggak ada, rasanya enggak karuan, begini salah, begitu salah. Pokoknya enggak enak banget deh. Elo tahu enggak" Muka loe yang caem itu selalu aja kebayang. Tapi sayangnya gue enggak bisa ngapa-ngapain. Di cium juga enggak ada rasanya, lah wong cuma bayangan
179 doang. Tapi itu tu, body loe yang seksi udah bikin gue pusing, udah bikin gue menghayal yang enggak-enggak. Jangan marah! Bukankah hal itu manusiawi banget. Tul enggak" Sebagai cowok yang normal and butuh sama kebutuhan biologis tentunya gue engga
k mungkin bisa menghindar. Eh, maksudnya bukan enggak bisa, tapi suliiiit banget. Gue kan hanya manusia biasa, bukan kiai, maupun ustad. Kayaknya, gue masih suliiiit banget buat ngejaga pandangan, yang kata Ustad Sanusi, bisa membuat hati ini jadi hitam and keras membatu, hingga nikmat iman pun enggak bisa lagi dirasain.
Ya, begitulah... Sorry ya, Ra! Gue kepaksa banget kalo sampe ngebayangin elo yang enggak-enggak. Soalnya kalo enggak begitu, gue bisa jadi gila, la, la, laaaa. Gue pernah coba ngalihin pikiran itu ke hal lain, tapi tetap aja enggak bisa. Pokoknya yang ada selalu aja, body loe, muka loe, and senyum loe yang manis tentunya," ungkap Jaka terus terang.
Dara terdiam, dia enggak tahu harus berkata apa kepada cowok yang kini menatapnya dengan hangat.
180 Emang, sebagai cewek awam yang masih perlu banyak belajar, Dara cuma bisa tersipu.
Dalam hati dia agak menyesal, kenapa harus ada cowok yang sampai seperti itu. Apa tu cowok udah enggak ada pikiran lain, selain memikirkan dia. Dan apa dia enggak bisa menurunkan kadar libidonya sedikit saja. Biar tu pikiran enggak ngeres melulu.
Andai saja dia dulu dia mengenakan busana muslim, tentu cowok itu enggak akan sampai seperti itu. Dia benar-benar menyesal karena membuat cowok itu terlanjur melihat keindahan tubuhnya, bahkan sempat membayangkannya yang enggak-enggak.
Kini Dara merasa bersalah, dalam hati dia kepingin banget menebusnya dengan menjadi pacarnya. Namun di lain sisi, Dara merasa enggak mungkin menjadi kekasih seorang yang menurutnya begitu mata keranjang dan enggak bisa merawat diri. Dia masih ragu apakah cowok itu bisa merubah prilakunya yang menurut pandangannya masih jauh dari nilai-nilai agama.
181 "Ra, kenapa diam. Apa elo enggak peduli ama gue."
"Bukan begitu, Ka. Gue sendiri juga masih bingung."
"Apa karena elo mencintai Randy""
Dara terdiam. Sepertinya dia enggak mau menjawab pertanyaan itu.
"Ra, Randy pernah bilang ke gue. Kalo dia enggak mencintai elo," jelas Jaka.
Mendengar itu, Dahi Dara pun langsung berkerut. "Apa! Elo jangan mengada-ngada, Ka," katanya enggak percaya.
"Gue enggak mengada-ada, Ra. Itu emang kenyataan. Kalo enggak percaya, tanya aja sendiri."
Saat itu dara terdiam, dalam hati dia sempat membatin. "Hmm... jadi apa yang gue duga selama ini benar. Kalo Randy emang enggak suka sama gue. Pantes selama ini sikapnya selalu dingin, kayaknya dia emang enggak tertarik sama gue."
182 "Udalah, Ra. Elo enggak perlu mikirin dia. Kenapa sih elo enggak mencoba mencitai gue aja, yang jelas jelas mencintai elo."
Malam harinya, di sebuah kamar. Jaka tampak sedang melamunkan sang pujaan hati. "Sayang. kubegitu merindukanmu. Rindu akan tatapanmu, rindu akan senyum manismu, dan rindu akan tawa candamu. Sayang. kuingin mendekapmu, merasakan hangat tubuhmu, menikmati harum rambutmu, juga belaian lembutmu. Sayang. jika tidak kumerana, gundah gulana, resah tak terkira. Sepi. di kesendirianku. siang dan malam, di waktu luang yang menyiksa.. Dingin. di malam-malamku.. disaat hujan yang lebat.. Sedih. tanpa pelipur lara dikala duka. Galau. ketika hasrat bergelora tanpa pelampiasan. Sejalan dengan waktu yang terus bergulir, seiring dengan nafas yang tak pernah berhenti berhembus, kuslalu
183 mengharapkanmu. Siang dan malam, di sela kesibukan, di sela hiruk-pikuk, dan segala macam rutinitas."
Jaka terus melamunkan Dara, kayaknya dia udah cinta mati dan begitu terobsesi dengan pujaan hatinya. Sementara itu di tempat lain, Randy dan Dara sedang berbincang-bincang.
"Ran, apa benar elo enggak cinta sama gue""
"Iya, Ra. Sepertinya elo emang bukan cewek idaman gue"
"Tapi, kenapa dulu di Mal elo ngikutin gue""
"Ya, waktu pertama kali ngeliat elo, gue emang suka. Tapi, untuk jatuh cinta kan bukan cuma ngeliat penampilan saat itu, namun juga ngeliat tabiat elo, sesuai enggak sama gue."
Saat itu Dara tampak kecewa banget, wajahnya yang cantik tampak begitu sedih. Sementara itu, Randy merasa berdosa karena telah berkata dusta, dalam hati cowok itu langsung membatin. "Maafin gue, Ra. Sebenarnya gue cinta sama elo. Tapi sayang, gue enggak mungkin pacaran sama elo.
184 Sebab, gue emang udah bertekad untuk enggak pacaran, karena gue takut hal itu membawa gue kepada hal-hal yang merugikan. Terus terang, Iman gue masih lemah, dan karenanyalah gue lebih baik mencegah daripada nantinya malah terperangkap. Lagi pula, gue juga enggak mau menyankiti perasaan Jaka yang sudah begitu cinta sama elo."
Kedua muda-mudi itu terus terdiam, entah kenapa sikap keduanya tiba-tiba saja berubah tak seakrab dulu.
Sejak pertemuan malam itu, Dara udah enggak memikirkan Randy lagi. Kini dia udah resmi menjadi pacar Jaka, pemuda yang sangat mencintainya. Setelah beberapa bulan pacaran, akhirnya Jaka diperkenalkan oleh orang tua Dara. Dan sejak saat itulah, Jaka sering berkunjung ke rumah Dara.
185 Saat ini pun, Jaka tengah berkunjung ke rumah Dara. "Dara ada, Tante"" tanya pemuda itu kepada ibunya Dara yang membukakan pintu.
"Wah, belum pulang kuliah tuh, Nak. Ayo silakan masuk dulu!" tawar Ibunya Dara.
Enggak lama kemudian, Jaka pun masuk dan duduk berbincang-bincang dengan Ibunya Dara hingga waktu Juhur tiba.
"Maaf, Tante! Boleh saya numpang sholat di sini""


Jaka Dan Dara Karya Bois di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O, silakan, Nak! Mari Tante antar ke belakang!"
Dan setibanya di belakang, Jaka langsung menggulung celana panjangnya untuk mengambil Wudhu. Saat itu, tanpa sengaja Ibunya Dara melihat sebuah tanda yang sangat dikenalnya, melekat di betis pemuda itu. "Ta-tanda itu... " ucapnya dalam hati.
Ketika Jaka sedang menunaikan sholat Juhur, Ibu Dara masih memikirkan perihal tanda yang dilihatnya. "Hmm... apakah dia memang putraku" Ta-tanda bekas luka itu, sama persis dengan milik putraku yang hilang delapan tahun yang lalu" Eng... kalau begitu, nanti akan kutanyakan perihal kedua orang tuanya."
186 Benar saja, seusai sholat. Ibunya Dara langsung mengintrogasi Jaka perihal kedua orang tuanya. Dan setelah dirasa cukup. "Baiklah Nak Jaka. Lain waktu, Tante ingin main ke rumah kamu, terus terang Tante ingin kenal dengan mereka."
"Saya senang sekali Tante bicara begitu, soalnya kedua orang tuaku pun juga ingin berkenalan dengan Tante dan Om."
"O ya, Nak Jaka. Tante... "
Belum sempat Ibu Dara melanjutkan kata-katanya. Tiba-tiba dari luar rumah terdengar suara salam yang cukup keras.
"Wa'allaikum salam!" ucap Jaka dan Ibu Dara bersamaan.
"Nah, itu si Dara sudah pulang. Kalau begitu Tante tinggal dulu ya."
Enggak lama kemudian, Dara tampak memasuki ruangan. "Eh... kamu, Ka. Udah lama"" tanyanya seraya duduk di sebelah Jaka.
"Enggak kok, paling cuma satu jam... "
"O, ya. Kenapa kamu enggak telepon dulu, sih""
187 "Sebenarnya aku enggak niat mampir. Tapi, karena aku kangen dan kebetulan emang lagi lewat sini. Ya... terpaksa deh."
Saat itu dara cuma bisa tersenyum.
"Ra, aku laper nih. Kita makan di luar yuk!"
"Aduh, Ka. Aku capek nih. Baru juga pulang, masa udah mau pergi lagi."
"Kalo kamu laper, aku pesenin piza ya."
Jaka mengangguk, soalnya saat itu dia emang benar-benar lapar. Setelah memesan pizza melalui delivery order, akhirnya Dara kembali berbincang-bincang dengan Jaka.
"Eh, Ka. Gimana kabarnya Randy."
"Baik. O ya, nanti malam dia mengajak kita menghadiri acara zikir bersama di Masjid Atin"
"Benarkah! Wah, aku seneng banget kalo kita bisa pergi bersama-sama. O ya. Dita udah di kasih tahu belum""
"Belum, Ra. Kamu aja ya yang kasih tahu ya!" Dara mengangguk. Dan enggak lama kemudian, kedua muda-mudi itu udah kembali berbincang-
188 bincang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agama. Sekarang ini Jaka cs emang udah jauh berubah. Semenjak mereka berkomitmen untuk memperbaiki diri, mereka udah enggak pernah lagi berhura-hura. Keseharian mereka selalu diisi dengan hal-hal yang jelas-jelas bermanfaat. Dan itu semua karena mereka udah tergabung di dalam sebuah pengajian tarbiyah yang selalu men-tune-up ahlak mereka agar senantiasa berada di jalur yang benar.
Seminggu kemudian, Jaka dan dara tampak sedang berbincang-bincang di sebuah kursi ayun yang ada di halaman rumah Jaka. Pada halaman yang cukup luas itu juga terdapat sebuah kolam renang yang dikelilingi oleh indahnya berbagai macam tanaman bunga.
"Ka, kayaknya kebalik ya. Bukankah seharusnya orang tuamu yang seha
rusnya datang ke rumahku. Tapi, kenapa sekarang malah orang tuaku yang
189 datang ke sini. "Eng. Ka! Sebenarnya kamu tahu enggak, kalo mereka mau ngomongin apa""
"Aku juga enggak tahu, Ra. Yang jelas mereka pasti bukan mau ngomongin soal lamaran, enggak mungkin kan orang tuamu datang buat melamar aku. Hmm... Mungkin mereka cuma mau saling kenal aja sesama calon besan."
Kedua muda-mudi itu terus berbincang-bincang soal pertemuan orang tua mereka, sementara itu di ruang tamu. Orang tua Jaka dan Dara tampak sedang serius membicarakan soal Jaka.
"Jadi benar, Jaka bukan anak kandung kalian"" tanya Pak Bobby.
"Benar, Pak. Waktu itu Jaka kami temukan tengah terombang-ambing di tengah lautan. Saat itu kami yang belum dikaruniai seorang anak pun, akhirnya memutuskan untuk membesarkannya selayaknya anak kami sendiri. Dan kami pun memberinya nama sesuai dengan nama yang ada di gelang perak yang dikenakannya yaitu 'Jaka Putra Kurnia'. Sebab nama itu emang cocok sekali, karena dia emang sebagai
190 anak lelaki yang saat itu seakan emang dikaruniakan untuk kami," jelas orang tua angkat Jaka panjang lebar.
"Kalau begitu, Jaka emang betul-betul anak kita, Yah," ucap istri Pak Bobby seraya menitikkan air matanya.
"Kau benar, Bu. Sekarang pun aku sudah yakin sekali kalau dia emang anakku," timpal Pak Bobby haru.
Hingga akhirnya para Orang tua itu pun mulai ngebahas langkah yang terbaik untuk menyampaikan kepada sepasang sejoli-Jaka dan Dara agar mau menerima kenyataan yang pahit itu. Sementara itu di taman belakang, Jaka dan Dara masih asyik berbincang-bincang.
"Ka, aku mencintaimu," ucap Dara tersipu.
"Aku pun demikian, Ra," ucap Jaka seraya tersenyum pada kekasihnya.
"Ka, terus terang aku benar-benar enggak menyangka kalo ternyata aku bisa mencintaimu. Padahal semula aku enggak yakin kalo aku bisa
191 mencintaimu. Namun karena kamu ternyata orang yang sangat perhatian padaku, aku pun jadi sangat mencintaimu. Kamu sama sekali enggak seperti penampilanmu, perlakuanmu padaku benar-benar kurasakan begitu tulus. Walaupun terkadang kamu sering membuatku kesal, tapi kutahu kamu melakukan itu karena sayang padaku."
"Sayang... yang kamu katakan itu bukan gombalan kan."
Dara pun memandang Jaka dengan dahi agak berkerut. "Hmm. Jadi, yang sering kamu katakan padaku selama ini cuma sebuah gombalan"" tanya Dara curiga.
"Aduh, Sayang. kenapa kamu malah menuduhku begitu""
"Udah, kamu enggak usah pake panggil aku 'Sayang' segala, cepat jawab pertanyaanku tadi!
"Ra, apakah yang aku ucapkan berdasarkan isi lubuk hatiku yang terdalam itu gombalan"" Jaka malah balik bertanya.
192 "Mana aku tahu, yang justru tahu itu kan kamu," jawab Dara ketus.
"Huh, terserah kamu deh! Kalo yang kuucapkan dengan tulus itu kamu bilang suatu gombalan. Sekarang aku enggak mau ambil pusing, jujur salah. bohong apa lagi."
"Ka, kok malah kamu yang marah""
"Habis, kamu udah bikin aku kesal."
"Kalo begitu, maafin aku ya, Ka! Terus terang, bukan maksudku membuatmu kesal. Sebenarnya aku cuma mau kepastian aja."
"Sekarang, apa kamu udah mendapat kepastian
itu." Dara menggangguk. "Kalo begitu, apa aku udah boleh emanggilmu 'Sayang'"
Lagi-lagi Dara mengangguk, di bibirnya tersungging sebuah senyuman manis.
"Syukur deh kalo begitu. Nah, Sayang. gimana kalo."
193 Belum sempat Jaka melanjutkan kata-katanya, orang tua mereka terlihat datang menghampiri. Kemudian mereka mengajak keduanya untuk ngobrol di kursi yang ada di teras belakang. Di tempat itulah orang tua mereka menjelaskan perihal jati diri Jaka.
"A-apa! Ja-jadi Dara adikku," kata Jaka seakan enggak percaya. Dalam hati cowok itu merasa seakan akan tersambar petir karena merasa terkejut sekaligus kepiluan yang amat sangat.
"Kuatkan hatimu, Nak. Itu memang suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri," jelas lelaki yang kini diketahui sebagai ayahnya. Kemudian lelaki itu melanjutkan kata-katanya, "Nak" Apa kamu sudah lupa dengan peristiwa ketika kapal yang kita tumpangi tenggelam"" tanya ayahnya.
Jaka menggelengkan kepalanya. Melihat itu, sang Ayah pun segera menceritakan peristiwa itu. "Dulu. ketika kita tengah berlibur untuk merayaka
n ulang tahun pernikahan ayah dan ibumu, kita berlayar menuju ke sebuah pulau dengan menggunakan kapal pesiar kecil. Saat itu kemalangan emang tidak bisa
194 diduga-duga, sebuah badai dahsyat yang tak terdeteksi tiba-tiba datang dan mengamuk mengombang-ambingkan kapal yang kita tumpangi tanpa belas kasihan. Hingga akhirnya, kapal yang kita tumpangi itu terbalik dan akhirnya tenggelam. Untunglah saat itu kita semua sudah menggunakan jaket pelampung sehingga kita tidak ikut tenggelam bersama kapal itu. Dan di tengah gelombang dasyat itu, ayah dan ibumu terus berusaha untuk tetap berpegangan agar tidak terpisah. Tapi sungguh sangat disayangkan, saat itu tiba-tiba saja sebuah benda keras yang tertinggal dari kapal yang tenggelam itu menghantam lengan ibumu. Tak ayal, kamu yang saat itu sedang berada di gendongan ibumu seketika terlepas dan menghilang bersama gelombang yang terus bergulung-gulung. Saat itu kami cuma bisa pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Sang Pencipta.
Mendengar cerita itu, Jaka cuma bisa menangis, begitu pun dengan Dara-sepertinya cewek itu enggak kuasa menahan kepiluan dihatinya.
195 "Ayah, Ibu... tolong tinggalkan kami berdua!" Pinta Jaka sopan.
Mengerti akan hal itu, orang tua mereka pun bergegas pergi ke ruang tamu. Sementara itu Jaka dan Dara yang masih di teras belakang tampak saling berpandangan. Saat itu Jaka terlihat menghapus air matanya, kemudian dia pun mencoba untuk tersenyum sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi adiknya. "Wahai bungaku yang cantik, tersenyumlah dan jangan lagi menangis. Kehidupan ini hanyalah sementara, sebuah program virtual reality yang seakan nyata. Sekali lagi, semua itu hanyalah dunia semu yang sengaja diciptakan Tuhan. Mirip seperti film Matrix, dimana pada film itu mesinlah yang menciptakannya. Tetapi pada kehidupan kita, Tuhanlah yang menciptakannya, dengan tujuan yang mulia untuk menguji ketaatan hamba-Nya.
Walaupun kita enggak bisa saling mencintai sebagai sepasang kekasih, tapi kita saling mencintai sebagai kakak dan adik. Terus terang, cintaku kepadamu kini benar-benar cinta sejati yang tanpa
196 ada sedikit pun noda nafsu birahi yang menyertainya. Cinta yang tulus dimana aku kepingin selalu memberikan kasih sayang kepada adikku tercinta, tanpa harus mengharap imbalan apapun."
Saat itu juga, Dara langsung memeluk kakaknya sambil meneteskan air mata. Di dalam pelukan kakaknya itu, Dara merasakan perasaan yang benar-benar membuatnya merasa bahagia banget. Saat itu dia merasakan betul, kasih sayang seorang kakak yang kini sedang mengusap-usap punggungnya, murni perasaan sayang yang diharapkan bisa meredakan kegundahan di hatinya.
197 Sepuluh Dua tahun kemudian, di sebuah teras rumah yang cukup sejuk. Randy dan seorang cewek tampak sedang duduk berdua. Kini cewek itu tengah tersipu malu, wajahnya yang manis tampak merona. "Ah, kamu bisa aja, Ran. Apa iya aku seperti yang kamu bilang"" tanyanya dengan wajah masih tersipu-sipu.
"Sungguh Manis, aku enggak bohong. Kecantikanmu adalah anugerah yang diberikan Tuhan. Mmm... betapa bahagianya orang yang diperkenankan untuk memilikinya."
Mendadak, hujan lebat turun bersamaan dengan senyum simpul yang tersungging di bibirnya. Guntur tak henti-hentinya berbunyi, membuat jantung keduanya berdebar kencang karena keterkejutan yang tak terkira.
Lagi-lagi guntur berbunyi dengan kerasnya. Kali ini berbunyi lebih keras dari yang sudah-sudah. Si Cewek
198 spontan terkejut dan mendekap Randy dengan erat. "Ran, aku takut," katanya seraya menatap cowok itu dengan hangat.
Randy pun terkejut bersamaan dengan kehangatan yang dirasakannya. "Jangan takut, Manis... kamu aman bersamaku," kata cowok itu menenangkan.
Bersamaan dengan itu, jantung Randy terasa berdebar kencang. "Ya Tuhan... haruskah aku menghindar, atau terus terlena dengan hal yang selama ini enggak pernah kurasakan lagi. Sebuah kesempatan langka, yang aku sendiri enggak tahu apakah akan terulang lagi. Ya Tuhan. berdosakah aku jika terus begini, tanpa upaya untuk berpaling sedikitpun," Randy membatin.
Selama dalam pelukan itu, batin cowok itu terus bergejolak, meronta
dan bahkan ingin menangis. Nuraninya terus membisikkan kata-kata yang sama, Istigfar dan menghindarlah segera, kemudian mohon ampun pada-Nya. Di antara kebimbangan itu, tiba-tiba setan hadir di benaknya, kemudian mahluk laknat itu
199 membisikan argumen yang membuatnya merasa benar. "Tidak apa-apa," katanya. "Kau kan bermaksud memberikan ketenangan padanya, dan hal itu adalah kebaikan yang mulia."
"Tapi. dia bukan muhrimmu, tidak ada alasan untuk menyentuhnya," batin cowok itu kembali memperingatkan.
Lagi-lagi setan kembali berargumen, dan dia begitu lihai menyampaikan segala bisikan sesatnya. Sebagai seorang yang masih lemah iman, ditambah dengan gejolak darah muda yang menggebu-gebu. Akhirnya cowok itu pun menuruti bisikan yang menyesatkan itu.
Karena udah kian terlena dan adanya kesempatan, cowok itu pun akhirnya melupakan Tuhan. Imannya udah runtuh, bersamaan dengan kecupan mesra di bibirnya. Hati nuraninya pun udah enggak berkata-kata, dia diam membisu bersama kesedihannya, kayaknya dia udah begitu kecewa dengan perbuatan yang dilakukan Randy.
200 Karena hati nuraninya udah diam, maka setan dengan mudahnya bisa membisikkan kata-kata yang menyesatkan ke dalam lubuk hatinya makin dalam. Enggak ada lagi rasa berdosa, enggak ada lagi kecemasan yang semula begitu kuat. Yang ada hanyalah nafsu setan yang terus bergelora, hingga akhirnya terjadilah apa yang paling ditakutinya ...perzinahan...
Dan setelah semua itu terjadi, penyesalan pun datang dengan sendirinya. Sementara itu dia melihat cewek yang bersamanya tengah menitikkan air mata nista, penyesalan yang enggak terkira karena telah berbuat dosa.
"Ya Tuhan.. Apa yang telah kulakukan" Apakah Engkau masih mau mengampuniku," batin cowok itu menjerit. Hingga akhirnya cowok itu tersadar dari mimpinya.
"Alhamdulillah ternyata cuma mimpi," Randy tampak gembira. "Hmm... kenapa aku bermimpi seperti itu, apakah itu sebuah peringatan kalo aku harus segera menikah. Hingga enggak ada lagi pikiran
201 kotor yang selalu menghantuiku, terutama bila melihat body seksi, di mana pun berada. Baik yang berpakaian mini, maupun yang berpakaian ketat. Jeans ketat misalnya. Bagaimana pun juga, aku ini laki-laki normal, aku bisa menduga apa yang ada di balik semua itu 'Perhiasan Dunia' Indah memang... Namun jika bukan hak tentu bisa menjadi malapetaka." Tiba-tiba saja cowok itu teringat ketika dulu dia pernah pacaran. "Hmm. Apakah semua ini karena aku pernah pacaran, sehingga dampak negatifnya masih terus mempengaruhiku. Soalnya, dulu ketika aku punya pacar, setiap hari selalu bergelut dengan dosa. Ciuman, pelukan, dan bermanja-manja tanpa ada yang menghalangi. Dan ketika melakukan itu kuselalu teringat akan dosa, hingga batinku pun tersiksa karenanya. Namun bila enggak melakukan itu, kepalaku pun pusing tujuh keliling. Suntuk, BT, dan masih banyak lagi. Rasanya sulit untuk keluar dari candu yang kayaknya udah mendarah daging. Terus terang, Aku enggak bisa pacaran tanpa melakukan itu. Apalagi jika dia, orang
202 yang begitu kucintai selalu memberikan kesempatan. Semula niatku cuma untuk penjajakan, namun akhirnya tenggelam dalam lembah dosa hingga makin dalam. Satu-satunya cara untuk bisa lepas dari jerat-jerat dosa adalah meninggalkannya, meninggalkan orang yang begitu kucintai. Namun aku enggak bisa, sehari aja enggak bertemu rasanya enggak karuan, apalagi jika harus meninggalkannya. Pernah temanku menyarankan untuk menikahinya, tapi itu enggak mungkin. Sebab kami masih SMA, yang tak mungkin pernikahan itu bisa direstui oleh orang tua kami. Sungguh kedua orang tua kami udah melupakan Tuhan. Padahal, Tuhan-lah yang menentukan segalanya, bukannya mereka. Tampaknya mereka lebih mengkhawatirkan masa depan kami yang mereka duga akan hidup sengsara, daripada mengkhatirkan kami yang terus terlibat dengan dosa.
Setelah sekian lama mencari kebenaran, akhirnya aku menemukan sesuatu yang selama ini kupandang "enggak mungkin" menjadi "mungkin." Lalu, aku pun menyadari bahwa segala petunjuk-Nya pastilah benar
203 dan enggak mungkin salah. Hingga enggak ada alasan bagiku untuk menolak petunjuk-Nya, menuju
jalan yang lurus, apa pun alasannya. Sejak itulah kubertekad untuk berubah, tentunya dengan mengikuti petunjuk-Nya. Semula emang terasa pahit, namun setelah sekian lama, aku pun mulai terbiasa. Dan perlahan-lahan kebenaran itu terasa makin nyata. Semua itu berkat "Proses" yang terus kujalani dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan dengan doa yang tiada henti. Walaupun berbagai ujian terus bergulir sejak awal tekad itu, pasang surut iman pun terus terjadi, hingga akhirnya aku bisa mengambil sikap untuk berani meninggalkannya, meninggalkan gadis yang begitu kucintai.
Malam itu, di ruang tamu yang temaram. Ketika suasana udah makin hening, dan ketika jarum jam udah menunjukkan pukul 11 malam. Aku dan dia duduk berdua, saling bertatap mata dan tanpa senyum sama sekali. "Sayang. rasanya enggak mungkin kita terus begini. Terus terang, aku takut hubungan kita ini sampai keluar jalur. Bukankah kamu
204 tahu kalo setan selalu mengintai kita, menunggu iman kita menipis, hingga akhirnya memperdaya kita dengan segala bisikannya yang menyesatkan. Dan jika hal itu terjadi, apakah kamu yakin kalo aku akan bisa bertanggung jawab. Kalau pun kamu enggak hamil, apakah kamu yakin kalo kelak aku pasti menikahimu. Ingatlah, bukahkah jodoh itu takdir Tuhan. Bagaimana setelah lama kita pacaran, namun Tuhan enggak menakdirkan kita berjodoh, apakah engkau enggak akan menyesal setelah tubuhmu kunikmati begitu rupa.
Sayang. terus terang aku takut jika hal itu terjadi padamu. Gimana jika kamu udah enggak suci lagi, apakah masih ada yang mau denganmu. Nah, agar semua itu enggak terjadi, gimana kalo hubungan kita sampai disini aja. Namun, putus hubungan bukan berarti kita memutuskan tali silaturahmi. Putus yang kumaksud adalah kita jangan bertemu lagi sampai aku siap melamarmu. Sebab kalo enggak demikian, aku khawatir jika nanti bertemu denganmu justru akan semakin parah.
205 Kamu tahu kan, jika aku sudah begitu rindu dan diberikan kesempatan bertemu, tentu aku akan sulit menahan diri buat mengungkapkan kerinduanku itu. Minimal aku pasti akan menciummu. Kalau setiap bertemu denganmu akan seperti itu, aku khawatir akan seperti dulu lagi. Masih ingatkan kamu ketika pertama kali kita pacaran, mulanya pegangan tangan, terus ciuman, dan akhirnya menjadi kebiasaan. Jangankan bertemu, bicara denganmu lewat telepon saja sudah membuatku melayang, karena disaat itu wajahmu selalu terbayang. Terutama jika kamu bicara manja dan berkata manis, sungguh telah membuatku terlena. Jika sudah begitu, aku pasti ingin bertemu. Dan jika sudah bertemu, lagi-lagi aku pasti akan menciummu.
Sayang... untuk sementara kuingin melupakanmu, walaupun kutahu rasanya enggak mungkin bisa. Kuharap dengan begitu, aku enggak melulu memikirkanmu. Kalaupun aku udah enggak bisa menahan rindu padamu, maksimal aku akan menulis surat buatmu, dan kuharap kamu juga begitu.
206 Sayang. seandainya dulu cinta kita enggak diawali dengan pacaran, mungkin enggak akan sesulit ini jadinya.
Sayang. percayalah, kalo aku udah siap aku pasti akan melamarmu. Dan jika suatu saat aku belum melamarmu hingga akhirnya kamu mempunyai pilihan lain aku pun enggak keberatan, menikahlah dengannya. Jika kamu menikah dengan alasan ibadah aku enggak akan pernah mengangapmu berhianat, aku justru akan senang banget. Aku sadar, kamu itu adalah wanita, dan wanita mempunyai batas waktu lebih cepat ketimbang pria. Enggak akan kubiarkan kamu menungguku sampai menjadi perawan tua. Sebab, aku menyadari ajal itu tiada yang tahu. Bagaimana jika aku mati sebelum sempat melamarmu."
'Bunga', cewek pujaanku itu tampak terdiam, dari kedua matanya tampak mengalir air mata kesedihan. "Tapi, Kak! Aku enggak bisa hidup tanpamu. Rasanya sulit jika aku harus jauh darimu, dan aku enggak mungkin bisa tanpa berjumpa denganmu. Kak,
207 kenapa kakak bicara begitu. Bagaimana mungkin aku hidup dengan pria yang enggak aku cintai"" katanya sungguh-sungguh.
"Kamu pasti bisa. Bukankah cinta itu tumbuh karena terbiasa. Siapa pun orangnya asal dia baik dan beriman tentu bisa membuatmu bahagia. Janganlah melihat dari segi fisik. Sebab, semua itu bisa berubah
setiap saat. Bunga seperti mengerti, namun air matanya enggak berhenti berderai. "Baiklah, Kak. Aku mengerti, dan aku akan mengikuti semua ucapanmu itu," katanya sambil terisak.
Dalam hati aku bersyukur karena dia bisa menerima putusanku itu, walaupun aku tahu hal itu sangat menyakitkannya. Malam itu aku langsung pulang ke rumah, lega rasanya karena bisa mengambil putusan yang begitu berat. Sepertinya beban berat yang selama ini kupikul udah enggak membebani lagi. Aku pun tidur nyenyak malam itu, hingga akhirnya azan Subuh berkumandang. Seusai
208 sholat aku pun enggak lupa berdoa hingga akhirnya sinar mentari menerobos memasuki kamarku.
"Randy. Randy.!" seru temanku yang menemuiku dengan wajah enggak karuan.
"Ada apa, Ka"" tanyaku penasaran.
"Bu-Bunga, Ran."
"Bu-Bunga. Kenapa Bunga"" tanyaku khawatir.
"Bunga udah enggak ada, Ran. Bunga udah pergi mendahului kita, dia pergi dengan sebilah silet yang ditoreh di urat nadinya."
"Innalillahi wa innailaihi rojiun," ucapku terkejut. "Bungaaa.! Apa yang telah kamu lakukan."" Air mataku pun berderai. "Kenapa" Kenapa kamu lakukan itu"" tanyaku berkali-kali. "Dasar bodoh, Dungu. kenapa kamu mengambil putusan itu. Kenapa kamu enggak percaya akan kata-kataku. Padahal semula aku udah menduga kalo kamu bisa mengerti, namun ternyata aku keliru-kamu sama sekali enggak memahaminya.
Oh Bunga... Maafkan aku! Enggak seharusnya aku mengambil putusan secepat itu hingga
209 membuatmu putus asa. Aku yakin, kamu melakukan itu karena kepingin menghilangkan penderitaan yang kamu rasakan. Namun kamu keliru, kamu sama sekali enggak menduga kalo hal itu justru akan makin membuatmu menderita di alam sana." Tiba-tiba air mataku kembali berderai, terbayang siksa neraka yang akan menimpa dirinya, dengan silet itulah dia akan membunuh dirinya terus menerus. Nauzubilla minzalik.
Kepedihan hati yang tak terperi dikala bungaku pergi, merana dan tersiksa batinku tiada terkira. Bagaikan irisan sembilu yang dikucuri air cuka tanpa belas kasihan. Oh bungaku sayang, maafkan aku yang tiada mengerti, yang tiada memahamimu. Sungguh aku enggak bermaksud begitu, aku menyayangimu, aku mencintaimu, tiada maksud untuk menyakitimu.
Sesaat aku merasa bersalah, namun hati nuraniku segera membenarkan tindakanku yang mengambil putusan itu. 'Kau telah melakukan hal yang benar Randy, kau sama sekali tidak menanggung dosa
210 karena perbuatan itu. Bungalah yang bersalah, dan dia emang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun Tuhan tentu tidak akan semena-semena memberi hukuman, sebab Dia adalah hakim yang paling adil. Randy... ambillah hikmah dari semua ini. Kalau orang sudah cinta maksiat, imannya pun akan runtuh hingga enggak tersisa. Hingga dia merasa putus asa dari rahmat Tuhannya.' Begitulah hatinuraniku memberikan alasan, hingga akhirnya aku bisa kuat menerima cobaan yang berat itu."
Waktu itu Bunga emang enggak mengerti, walaupun saat itu bunga bilang 'mengerti', waktu itu dalam hatinya Bunga justru merasa kalo Randy udah enggak mencintainya lagi, dan semua yang dikatakannya itu hanyalah sebagai alasan saja. Apalagi saat itu Randy menganjurkan kepada bunga untuk menikahi orang lain. Emang begitulah jalannya. Sebab jika tidak, Randy tentu enggak bakal tahan dan akhirnya kembali menemui Bunga-gadis yang begitu
211 dicintainya. Dan dengan kepergian Bunga itulah justru menjadi pelajaran yang sangat berharga baginya.
Semenjak kepergian Bunga, Randy makin menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan. Hingga akhirnya dia tetap sendiri hingga sekarang. Begitulah Randy telah mengingat kembali masa lalunya yang membuatnya berniat untuk melamar cewek yang waktu itu pernah diikutinya di Mal, cewek yang ternyata adiknya Jaka. Siapa lagi kalo bukan Dara, cewek yang dulu pernah mencintainya.
"Oh Dara-ku Sayang. Kamu sungguh begitu manis, ketika tersenyum sungguh sangat menawan. Oh indahnya bungaku yang indah, semerbak harum mewangi selalu menyertaimu. Sepertinya setiap saat kuingin selalu bersamamu, berbagi manisnya cinta yang senantiasa menyelimuti. Oh bungaku tersayang, wajahmu selalu terbayang. Cantik dan penuh pesona. Indah, pe
nuh makna yang begitu dalam, menyeruak ke lubuk hati terdalam," ungkap cowok itu, sepertinya dia udah enggak sabar lagi ingin segera meminangnya.
212 Maklumlah, semenjak Randy mengetahui Dara dan Jaka bersaudara, pemuda itu emang sempat mengatakan isi hatinya kepada Dara. Kalau dia emang mencintainya. Dan di saat itu pula, Randy yang enggak mau 'pacaran' telah berjanji akan melamar Dara secepatnya.
Kini pemuda itu sudah diberi peringatan lewat mimpinya, dan sekarang enggak ada alasan bagi cowok itu untuk menunda keinginannya. Lagi pula, usaha MLM (Multi Level Marketing) yang dijalankannya dengan cara Islami selama dua tahun ini udah membuahkan hasil yang cukup lumayan. Karenanyalah dia merasa udah benar-benar siap lahir-batin untuk menikahi Dara. Sementara itu di tempat lain, Dara sedang duduk sendiri, di tangannya terlihat kotak teka-teki warisan kakeknya.
"Hmm. Kenapa aku masih belum bisa membukanya. Apakah hatiku masih belum bersih. Padahal selama ini aku udah berusaha untuk membersihkannya."
213 Sejenak Dara memikirkan hal itu sambil terus mengutak-atik kotak teka-tekinya, hingga akhirnya, "Ah, sudahlah... hatiku emang enggak mungkin bersih. Sebab, udah banyak banget dosa-dosa yang aku lakukan, sedangkan hal-hal baik yang selama ini kulakukan sama sekali belum apa-apa. Semua itu belum bisa membayar semua dosa-dosaku. Tapi, aku yakin. Tuhan itu Maha Pengampun. Biarpun dosaku sebesar gunung, ada harapan Beliau mau mengampuninya. Ya Allah, Ampunkanlah segala kekeliruanku selama ini. Aku emang udah terpedaya, kebodohanku selama ini udah membuatku merasa menjadi orang baik. Padahal, semua itu belum tentu baik di mata-Mu. Aku emang sangat bodoh jika merasa bisa membuka kotak ini, padahal sampai matipun aku enggak mungkin tahu kalo hatiku udah bersih atau enggak. Kini aku udah pasrah dan akan selalu mengharap cinta-Mu. Kini aku udah enggak peduli lagi, apakah kotak ini bisa kubuka atau enggak. Yang terpenting buatku sekarang, adalah terus berusaha agar bisa lebih bertakwa kepada-Mu dengan
214 benar-benar ikhlas, karena aku ini emang hanya seorang hamba yang cuma bisa berharap dan memohon belas kasih-Mu agar senantiasa bisa mencintai-Mu. Dan aku sangat bersyukur karena Engkau telah memberikan hidayah kepadaku, sehingga aku bisa memahami semua ini."
Mendadak TRAKK... kotak teka-teki itu terbuka. Sesaat Dara sempat terpana dibuatnya. Ketika dia udah enggak peduli dengan kotak itu ternyata kotak itu malah bisa dibuka dengan mudahnya. Kini dia tampak sedang membaca kalimat ajaib yang pernah diberitahukan oleh Neneknya, yaitu kalimat yang bisa membuatnya hidup bahagia.
Cucuku tersayang, keikhlasan dan rasa syukur dalam menyikapi kehidupan adalah kunci kebahagiaan. Sebab, keiklasan dan rasa syukur itu merupakan ungkapan cinta kita yang sebenarnya kepada Tuhan. Jika kamu benar-benar sudah ikhlas dan senantiasa bersyukur, Insya Allah kamu akan menjadi orang yang berbahagia, dunia dan akhirat.
215 Dara meneteskan airmatanya. Kini segala pertanyaannya terjawab sudah, kebersihan hati adalah buah dari keikhlasan dan rasa syukur. Pantas saja selama ini dia enggak bisa membuka kotak itu, rupanya dia belum benar-benar ikhlas dan tak pandai bersyukur. Saat dia sudah tidak mengharapkan terbuka kotak itu dan merasa bersyukur atas hidayah yang Allah berikan. Saat itulah hatinya kian bersinar, hingga akhirnya kotak itu bisa terbuka karena kebersihan hatinya.
Seminggu kemudian, Randy benar-benar mewujudkan niatnya. Dia bersama kedua orang tuanya datang melamar Dara. Saat itu, Jaka yang mengetahui kedatangan sahabatnya untuk melamar Dara tampak senang banget. Dia benar-benar enggak menyangka kalo sahabatnya itu akan menikahi adiknya.
216 Jaka yang selama ini berpacaran dengan Dita, akhirnya ingin mengikuti jejak sahabatnya, yaitu ingin menikahi gadis yang kini sangat dicintainya. Selama ini pun mereka enggak pacaran seperti orang kebanyakan. Selama ini mereka cuma bertemu sekali-sekali dan enggak pernah jalan bareng. Jikalau bertemu itu pun di siang hari, dimana di muka rumah banyak orang yang berlalu lalang.
SELESAI 217 Assalam... Mohon ma af jika pada tulisan ini terdapat kesalahan di sana-sini, sebab saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan karena kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak.
Akhir kata, semoga cerita ini bisa bermanfaat buat saya sendiri dan juga buat para pembaca. Amin. Kritik dan saran bisa anda sampaikan melalui e-mail bangbois@yahoo.com
Wassalam... [ Cerita ini ditulis tahun 2005 ]
218 tamat Abarat 3 Nggak Usah Jaim Deh Karya Valleria Verawati Pedang Pembunuh Naga 16
^