Pencarian

Karena Aku Mencintai Manusia 2

Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown Bagian 2


berpikir dan berkata dalam hati. Aku mengatakannya kepada sesosok makhluk
hidup yang ada diperutku.
"Nak, itu tangan ayah lg elus perut bunda. Inget ya chayank, ayah juga sayang
kamu" Aku mengatakannya seolah olah benar bho sayang sama janin yang ada di
perutku. Entah si kecil bisa merasakan atau tidak, yang jelas aku sudah
mengatakannya bahwa ayahnya sayang.
"Kamu kenapa siy beby"""", sambil menarik wajahku supaya
aku melihat wajahnya. "Ga papa....ga papa", jawabku.
Akhirnya Bho menyerah untuk mendesaknya mengatakan yang sebenarnya. Malam
itu kami berkemas untuk membereskan semua barang2ku di kost lama. Aku
pindah malam itu juga. Dia mengantarkanku ke kost baruku. Dia merasa bahwa dia tidak akan bisa
mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan, sebelum pulang, dia menciumku di
depan kamar kostku sambil memelukku erat. Kemudian mencium bibirku sekali
lagi, membuatku meleleh lagi kemudian ia menyudahinya dengan mencium
keningku. "Beb, aku pulang dl. Kamu jangan khawatir sama aku ya, aku baik2 aja", ujarnya.
"Iyah....", jawabku lemas.
Aku melihat kepergiannya dengan hati yang tak menentu. Entah hati bahagia
atau sedih dengan semua keputusan yang kuambil, tapi aku mulai belajar meng-ikhlaskan segala sesuatu yang akan terjadi di hari hari depan.
Malam itu, ketika aku membereskan semua pakaianku ke dalam lemari, aku
melihat Kintan. Sahabat lamaku yang selama ini kuabaikan. Dia tampak kusam,
tak terawat. Aku kembali menangis melihat dan mengingat semuanya. Kupeluk
Kintan erat erat dan aku mulai membaca semua yang kuceritakan dari awal
sampai lembar terakhir. Tangisku semakin menjadi dan aku mengakhiri malam itu
dengan tangisan demi tangisan dan akhirnya aku tertidur.
Aku tak tau apa yang terjadi setelah itu...andai aku tau akan pahit rasanya, aku
pasti tidak akan melakukannya....
Semua itu pasti ada hikmahnya....tapi selanjutnya..aku tau..semakin aku
mencintainya..semakin aku tau bahwa aku bukan wanita tegar yang bisa menelan
apapun sendirian. Aku butuh dia...benar benar butuh dia..
Pagi itu aku terbangun dan menyadari bahwa untuk tidur atau sekedar
membicarakan hal hal yang begitulah.ini bukan kamar kost-ku yang dulu. Bukan
kamar tempat biasa aku dan bho menghabiskan waktu entah
Kepergiannya semalam menyisakan perasaan yang membingungkan untukku.
Kulihat kamar itu sekeliling, catnya yang pink menyiratkan perasaan yang berbeda
dengan perasaanku saat itu. Aku terduduk di kasurku yang hanya setipis tikar,
mengambil guling dan bersandar pada dinding dibelakangku. Aku memikirkan, "apa
yang harus kulakukan sekarang""""
Pertanyaan itu berulang ulang muncul di benakku. Kuberanjak dari kasurku,
membuka tirai hijau kamarku, membuka jendelanya dan angin pagi berhembus
memasuki kamarku. Ingin rasanya aku meraih Hpku dan mengirimkan sebuah sms
untuk Bho sekedar mengucapkan "Pagiiiii..dah bangun belum"", seperti yang
sering kukirimkan ketika aku masih di Jakarta. Tapi rasanya buang buang
waktu. Aku tau apa yang akan terjadi apabila aku mengirimkan sms itu. Yang
akan terjadi hanya kekosongan belaka, tidak akan ada balasan "Pagiii juga
beby...udah bangun kok", seperti yang selama ini kuterima seperti saat aku di
Jakarta. Aku beranjak dari jendela itu, kembali duduk dikasurku yang tak mungkin dipakai
Bho untuk tidur menunggu chip war malam RF Online.
Seketika itu juga, aku teringat Kintan. Buku itu ada di sebelah kasurku. Kuraih
dia, kubuka halaman demi halaman, kubaca lembar demi lembar, mengingatkan
betapa bahagianya hidupku dl. Sifat Bho yang dulu takut banget kehilanganku,
berubah menjadi sosok bho yang selalu ingin dimengerti. Ketika aku membaca
lembar terakhir, Hpku berbunyi...
"Bho""", tumben"""", ucapku dalam hati. Kuangkat.
"Ya, ada apa Beb"", tanyaku.
"Pagi, gimana tidurnya"", tanya Bho...
"Begitulah...", jawabku setengah hati.
"Kamu kenapa Beb" Kamu dimana"", tanyanya.
"Aku baik baik aja. Aku di kamar. Kenapa"", tanyaku
"Aku di bawah....turun sini", ujarnya.
"Ngapain dibawah"""", tanyaku kaget.
"Turun sini, ga pake lama", suruhnya.
"Bentar", jawabku yang diiringi suara terputus di Hpku.
Aku segera mengganti bajuku, memakai parfum seadanya, membuka pintu kamar,
pake sendal, lari ke kamar mandi, cuci muka trus turun ke bawah.
"Aduuhhh!!", pekikku ketika kurasakan perutku nyeri.
Kuelus elus perutku sambil berbicara dalam hati pada sesosok makhluk mungil di
dalam sana.. "Bentar dd, bunda dipanggil ayah ke bawah. Bentar ya", ujarku
Kuturuni tangga curam itu dengan hati hati. Berjalan perlahan, m
encoba menahan rasa sakit di perutku. Kulihat Bho menungguku di atas motor satria
nya. "Lama amat siy beb, ngapain dulu""", tanyanya ketika aku dtg menghampirinya.
"Hmmm..ganti baju, cuci muka, lagian jalannya juga pelan pelan", jawabku.
"kenapa pake ganti baju segala"", tanyanya.
"Ga enak keluar pake baju tidur, kamu mau aku keluar pake tank top gitu" Mau
aku diliat orang pake baju itu"", tanyaku.
"Ga lah..kalo ada yang liat, kucolok nanti matanya", jawabnya.
"Trus ngapain pagi pagi dateng"", tanyaku
"Kok tanyanya gitu""" Dah betah ya kost disini" Ga kangen aku lagi"",
tanyanya. "Bukan gitu. Kamu kan biasanya ga nongol jam segini. Lagian kenapa kesini pake
baju hansip siy"", tanyaku.
"enak aja baju hansip, ini seragam kantor. Dudutz", jawabnya.
"Ya aku juga tau itu seragam kantor kamu, tapi kok kayak baju hansip ya
warnanya"", tanyaku smbil mesem mesem.
"Kulang ajal ( Kurang ajar - pake logat cadel ), tau niy dari sana nya", jawabnya
sambil memegang tanganku.
"Apaan ciy" Kamu ga kerja beb"", tanyaku.
"Ga. Tadinya dah mau berangkat, Cuma Kak Pi"u ga jadi berangkat. Kata dia ga
usah, ya aku ga berangkat", jawabnya.
"Hmmm..selain jadi Hansip, merangkap kerja jadi supir juga ya"", tanyaku sambil
senyum. Bukannya ngomong sesuatu dia malah menarik tanganku, merangkul pinggangku,
melingkarkan tangannya di pinggangku dan mencium lembut rambutku.
"Gimana jadinya perut kamu" Dah mendingan beb"", tanyanya.
"hmmm..semalem iyah, tp tadi sakit lagi", jawabku.
"Mana sini kuelus", ujarnya.
Belum sempat aku mengatakan ga papa", tangan kanannya sudah mengelus
perutku. Pengen nangis rasanya, karena aku tau ini ga akan berlangsung lama.
"Ada dedenya ya Beb"", tanyanya.
"Hah"""", tanyaku heran.
"apa dia sudah tau atau ada yang ngasih tau"" Tapi siapa""", hatiku berbisik,
panik ga karuan. "Iyah, kayak ada dedenya" Beb mau tau ga kenapa aku langsung kesini", ujarnya.
"Hah""" Kenapa kamu kesini""", tanyaku.
"Pindah ke bangku disana aja yuk"", ajaknya.
Aku pun mengangguk. Dengan tangannya yang masih melingkar di pinggangku, kami
berjalan beriringan ke arah bangku tersebut. Dia menyuruhku duduk disampingnya.
"Beb mau tau kenapa aku ga ganti baju dulu tapi langsung kesini"", tanyanya.
"Iyah", jawabku.
"Gini, aku semalem mimpi. Bapakku sembuh dari sakitnya. Kamu tau Bapak kalo
ngomong susah kan"", tanyanya.
"Iyah, mang apa hubungannya"", tanyaku.
"Di mimpiku, Bapak bisa ngomong lancar lagi dan bilang ke aku kalo Bapak seneng
karena dia mau dapet cucu laki laki. Kamu tau kan kakak2ku anaknya
perempuan semua"", tanyanya lagi.
"Iyah. Sapa tau kakak kamu hamil beb, anaknya laki laki", jawabku panik.
"Ga mungkin, kata Bapak dia liat ibu dari cucu laki-lakinya dan pas dijelasin ma
Bapak, itu mirip banget sama kamu", jelasnya.
"terus"", tanyaku panik..
"Sekarang aku mau tanya, kamu hamil atau ga"", tanyanya.
"Kalo iyah gimana" Kalo enggak gimana"", tanyaku agak sedikit seneng karena
kayaknya ada sinyal2 bagus.
"Kalo enggak, ya ga pa pa. Kalo iya""", dia berenti ngomong.
"Kalo iyah kenapa"", tanyaku.
"Kalo iyah, aku mohon, gugurin", ujarnya.
Damn, aku tau aku terlalu cepat mengambil keputusan bahwa dia akan berubah
pikiran walaupun Bapaknya sudah bermimpi seperti itu. Aku terpaku, diam, hatiku
langsung kosong seketika. Ingin aku segera pergi dari hadapan laki laki yang sama
sekali ga punya hati ini.
"Kok diem Beb, hamil atau ga"", tanyanya.
"Ga", jawabku spontan.
"Oke. Aku percaya sama kamu. Aku Cuma ga mau kalau kamu hamil. Aku bingung
gimana cara kasih makan anakku nanti", ujarnya.
"Kasih makan ya gampang, beli di warteg juga bisa", ujarku.
"Uangnya dari mana"", tanyanya.
"Kamu punya gaji kan" Buat apa kalo bukan buat makan. Oia, aku lupa, buat beli
billing warnet di GEIM ya yang Rp. 300.000 / bulan trus beli premi, lupa
gwe", jawabku agak ketus.
"Kok kamu ngomongnya gitu"", tanyanya.
"gitu gimana"", tanyaku.
"Ya gitu, seakan akan aku salah", ujarnya.
"Lho, anggep gini deh. Anggep aku hamil, kamu bilang suruh gugurin ya kan"
Karena kamu ngerasa kalo kamu ga bs ngasih makan anak kamu
nanti, ya kan" Tapi kamu bisa beli billing Rp. 300.000 / bulan buat RF Online dan bisa beli
premi Rp. 10.000 setiap hari kan" Ga mampu ya ngasih makan orang kalo kayak
gitu"", tanyaku.
"Aku belum siap kalo kegiatan game ku terganggu", ujarnya.
"Wew...Ya udah. Go Ahead with your life lah...", jawabku.
Aku berdiri dan langsung berjalan meninggalkan Bho dikursi itu dan ga berharap
dikejar sama sekali. Makin yakin hati ini kalau aku akan menjalani semuanya sendiri
dan aku akan mempertahankannya walaupun ayah kandungnya sama sekali ga
menghendaki kehadirannya.
Tiba tiba ada tangan yang menarik tanganku. Keseimbanganku goyah dan tanpa
sadar, aku sudah berada dalam pelukan Bho. Dia memelukku erat tanpa
mengeluarkan statement apapun. Tiba tiba dia mengucapkan sesuatu padaku.
"Kamu hamil kan beb"", tanyanya untuk kesekian kali.
"Ga", jawabku sama seperti td.
"Tapi kenapa omongan kamu sepertinya kondisi kamu kebalikan dari yang
sebenarnya", ujarnya.
"Maksudnya"", tanyaku.
"Ya, kamu kayak sedang hamil", ujarnya.
"Sok tau...dah sana pulang", jawabku.
"Gak", jawabnya.
Dia melepaskan pelukannya disertai munculnya suara baru dari arah belakangku.
"Ada apa Nak"", tanyanya.
Aku menoleh ke belakang dan yang bertanya padaku adalah ibu pemilik kost
tersebut. "Ooo...ga papa bu, Cuma ada sedikit masalah", jawabku.
"Masalah apa Nak"" Ga boleh pagi pagi ribut. Itu siapa"", tanyanya.
"Hmmm..ini..", ujarku terbata.
Tiba tiba Bho berjalan ke arah Ibu itu dan memperkenalkan dirinya.
"Pagi Bu, maaf saya mengganggu. Saya Aji, calonnya", jawabnya.
"Haaaaaaaaahhhh..calon apa"""", tanyaku dalam hati.
"Calon pacarnya atau calon suaminya Nak Aji"", tanya ibu kostku.
"Calon suaminya", jawab Bho.
Mendengar jawaban Bho..pusing, mumet, migrain campur jadi satu.
"Sini..sini..masuk. Duduk ngobrol sama Ibu", ajak si Ibu.
Mendengar ajakkan si Ibu bikin aku mules2. Otomatis aku harus menjaga semua
perkataanku, padahal kan tadi lagi seru serunya ngomong. Duuhhh..
"Ooo..jadi kamu itu calonnya Vie toh Nak"", tanya si ibu meyakinkan.
"Iyah, doakan ya Bu. Makanya tadi ada kesalahpahaman sedikit", jawab Bho.
"Salah paham""" Siapa yang salah paham"" Salah paham dalam masalah apa""",
ujarku dalam hati, jangkel.
"Ga papa, itu biasa", jawab si Ibu.
Saat itu, akhirnya si Ibu ngalor ngidul tanya ini itu. Aku jadi bingung mau apa.
Masalahnya aku sedang memikirkan bagaimana tindakanku selanjutnya. Aku tidak
mampu kalau harus menggugurkan kandunganku. Lagipula, apa apaan Bho bilang
ke Ibu Kost kalo dia Calon Suami" ku""" Ini aja disuruh gugurin kok. Selagi
percakapan si Ibu dan Bho semakin seru, aku memohon pamit sebentar.
"Bu, maaf, Aku ke atas dulu ya"", potongku.
"Oia, kamu mau ikut ke atas nak"", tanya si Ibu ke Bho.
"Iyah bu, mau selesaiin masalah yg tadi", jawab bho.
"Sudahlah, silahkan silahkan", kata si Ibu.
Tanpa banyak basa basi, aku langsung jalan cepet ke arah tangga untuk naik ke
kamarku. Bho mengikutiku di belakang.
"Beb, jangan cepet cepet kenapa"", serunya.
Aku ga perduli, dia masih mengikutiku. Begitu aku sampai di tangga, aku segera
menaikinya. Dianak tangga keberapa, aku merasakan sakit yang hebat di perutku
dan aku merasakan ada yang mengalir di kepalaku. Aku berpegangan erat pada
pegangan tangga. "Beb, kenapa siy buru buru"", tanya Bho.
Begitu aku membalikkan badan, aku tak sadar bahwa darah sudah mengalir keluar
dari hidungku. Bho panik. Dia langsung menggendongku ke kamarku. Aku hanya
bisa menyuruhnya ini itu, ambil ini ambil itu. Setelah darahnya berhenti, aku
Cuma bisa melihat bho terdiam disamping kasurku.
Hari itu berakhir dengan pulangnya bho ke rumah setelah menemaniku seharian di
kost. Dia bingung dengan keadaanku dan aku bingung dengan apa yang harus
kulakukan. Apa aku harus jujur atau tetap memendam ini sendirian"""
Semuanya akan kuputuskan besok. Ya besok....huuuuffttt...
Pagi hari setelah kejadian itu, aku bertekad membuka semuanya. Aku gak mau
harus pergi dari Samarinda dengan beban berat di pundakku. Kehadiran sesosok
makhluk hidup di perutku sudah membuatku berpikir keras, haru
s seperti apa jalanku ke depan nanti"" Yang aku tau hanya aku akan menjalaninya sendiri.
Sore itu Bho mengajakku makan di tempat biasa dia makan, tumben banget
sebenernya. Aku menanyakan alasannya ke Bho, Cuma dia selalu mengalihkannya ke
topik lain. Sampai akhirnya aku gak tahan, aku mulai membicarakan apa yang
ingin kubicarakan. "Beb, aku mau ngomong"", potongku.
"Ngomong apa"", tanyanya.
"Tentang siapa aku dan gimana keadaanku", jawabku.
"Aku tau siapa kamu", ujarnya.
"Ya aku tau, tapi bukan yang kayak gitu. Namaku bukan Laras..tapi", ujarku.
Sebelum aku bisa meneruskan perkataanku, ucapanku dipotong sama Bho.
"Hanna kan"", potongnya.
"Ya..kamu kok tau"", tanyaku keheranan setengah pucat pasi.
"Aku tau waktu kamu tidur, ga sengaja aku buka dompet kamu dan apa kamu ga
sadar sama CV kamu Beb"", ujarnya.
Oiya, aku baru tau kalau di CV ku tertera namaku yang sebenarnya, bukan Laras
Anggun Anindya tapi Hanna Vieanka Maryam.
"Ya, muuv..", jawabku.
"Ga papa..aku juga tau kenapa kamu begini. Aku liat buku harianmu dan ga
sengaja, terbaca sama aku, Beb.", ujarnya.
"Hah""" Kamu baca semua""", tanyaku.
"Sayangnya, Ya! Makanya aku ga kaget waktu kmrn ibu kost mu panggil kamu
Vie", aku tau semuanya", ujarnya.
"Ya, Muuv. Aku terlalu malu mengakui bahwa aku ga seperti wanita lainnya. Aku
tumbuh dengan sosok Laras sekian lama dan akhirnya, dia seperti menyatu dalam
diriku, aku harus akhiri semuanya", jawabku.
"Kenapa kamu bisa bilang kalau kamu ga seperti wanita lain"" Apa yang kurang


Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siy Beb""", tanyanya.
"Ga tau. Mungkin karena masa kecilku yang entah kenapa berbeda dengan yang
lain. Masa laluku mempengaruhiku, Beb", jawabku.
"Ya, setiap orang punya masa lalu. Aku ga perduli sama masa lalu kamu. Tapi
dengan kamu berbuat seperti ini, kamu jadi akan menderita sendiri", ujarnya.
"Ya, aku tau. Makanya, aku mau mengakhiri semuanya. Aku harus memilih siapa
dan bagaimana aku sebenarnya. Aku harus mengakhiri semuanya", jawabku.
"Ya, tapi jangan akhiri aku ya Beb. Jangan!", ujarnya.
Apa yang baru Bho katakan tapi seperti anak panah yang langsung menusuk
jantungku, membuatku sekarat dan mungkin akan mati perlahan lahan.
"Kenapa ngomong begitu"", tanyaku
"Karena mang aku ga mau kalo ga ada kamu", ujarnya.
"Seandainya aku hamil, kamu masih mau ada aku"", tanyaku.
"Kenapa kamu tanya begitu"", tanyanya.
"Gpp, tanya aja. Soalnya kmrn kamu bilang kalo aku hamil, digugurin kan" Apa
gunanya kalo masih sama sama", ujarku.
"Kamu bener hamil kan Beb"", tanyanya sambil merubah posisi duduknya.
"Ga...aku Cuma tanya, kalo aku hamil, apa kamu masih mau ada aku"", tanyaku.
Pertanyaan itu ga dijawab sama Bho sampai kami tiba di kostku dan aku juga
sudah malah menanyakannya lagi. Bagiku jawabannya sudah jelas, BIG NO".
Kupikir, Bho akan langsung melesat pergi ke GEIM setelah kami jalan, ternyata
dia singgah dulu di kostku. Aku heran, jarum jam sudah menunjukkan pukul
22.00 WITA, tapi dia tetep belum juga mau ke GEIM. Dia menahanku di atas
motornya sebelum akhirnya dia mengajakku bicara.
"Beb, duduk disana yuk", ajaknya sambil menunjuk bangku panjang di depan
kostku. "Tumben, ga ke GEIM" Nanti ga dapet tempat lho", jawabku.
"Ga papa. Kalo aku dtg, pasti ada kok tempat kosong, kompi dewa" pasti
tersedia buat aku, Beb", jawabnya.
"Susah siy ya yang jadi anak emas" nya si Koko itu", jawabku sambil berjalan ke
bangku itu. Kami duduk dan diam untuk sementara waktu. Tak sadar, selama sesi diam itu,
Bho memperhatikanku dari bawah sampai atas. Aku jadi jengah melihatnya.
"Beb, jangan diliatin kayak gitu", ujarku.
"Kenapa" Mang ga boleh liatin pacar sendiri"", tanyanya.
"Ya boleh, tapi jangan gitu", ujarku.
"Kamu berubah Beb, Paha kamu kecil, Perut kamu rata, kamu kurusan", ujarnya.
"Trus kenapa"", tanyaku.
"Aku bener bener kangen suasana dulu. Aku kangen banget", ujarnya.
"Mang kemaren kemana aja Beb" Dr kemaren juga dah begini bentuknya,
express!", jawabku. "Aku baru sadar. Tadi pas di tempat makan, banyak cowok cowok liatin kamu.
Kayaknya klo ga ada aku, diajak kenalan kali kamu td", ujarnya.
"Masa""", tan
yaku. "Iyh, tadi pas cuci tangan, aku denger di meja dkt situ lagi ngomongin kamu",
ujarnya. "Ngomongin apa"", tanyaku.
"Ya mrk bilang, cewek pake baju putih cantik tuh sob. Sayang dah ada
anjingnya"", ujar bho menirukan ucapan org itu.
"Maksudnya anjingnya" apa"", tanyaku.
"ya, anjingnya" tuh aku", ujar Bho.
"Kok gitu"", tanyaku.
"Itu sebutan aja", jawab Bho.
"Mang kamu kenapa" Kan mrk ga ngajak aku kenalan", tanyaku
"Iyah memang ga, tapi aku cemburu. Kamu diliatin orang orang yang suka sama
penampilan kamu", jawabnya.
"Lho kan katanya kamu minta aku begini, dah begini malah cemburu", jawabku.
"Iyah, payah ya"" Aku takut kamu diambil orang Beb", ujarnya.
"Ya kenapa mangnya"", tanyaku.
"Ga..Ga papa. Oiya, kamu jd gimana" Laras atau Hanna"", tanyanya.
"Hanna, aku tetep Hanna. Aku pilih Hanna, Cuma aku ambil beberapa sifat
positif Laras. Aku ga mau selamanya jadi Laras. Tanpa sadar, Aku lebih cinta
Hanna", jawabku. "Kalau aku"" Kamu cinta aku""", tanya Bho.
"Hmmm...dengan segala sifat kamu, aku sayang sama kamu", jawabku.
"Cuma sayang""", tanya Bho.
"Bagiku sayang jauh lebih dalam artinya dibanding cinta. Cinta bisa datang dan
hilang begitu aja, kalau sayang ga. Jujur, kalo aku putus sama kamu, Beb. Aku ga
akan pernah bisa benci sama kamu", ujarku.
"kenapa"", tanyanya.
"Karena aku ga bisa benci sama ayah dari anakku sendiri", hati kecilku berbicara.
"Karena kamu.....", jawabku, semuanya tertahan di tenggorokanku.
"Kenapa kamu ngomong putus" kayak gitu" Apa siy Beb yang kamu sembunyiin"
Apa siy"", tanyanya mendesakku.
"Ga, ga ada apa apa", jawabku.
"Kamu punya cowok lain" Kamu marah sama aku" Kamu Benci sama aku, Beb"
Apa"", tanyanya.
"Ga, ga ada cowok lain. Aku ga marah sama kamu dan aku ga akan bisa benci
kamu", jawabku. "Trus kamu kenapa bisa bilang begitu" Kamu kenapa"", tanyanya serius.
"Ga papa. Dah sana kamu pulang Beb. Aku ngantuk", jawabku sambil berdiri dari
bangku itu. "Gak..ga akan pulang kalo kamu ga ngomong", jawabnya.
Belum sempat aku menjawabnya, Bho langsung memelukku, membisikkan sesuatu
di telingaku. "Aku sayang kamu,entah sebagai Hanna atau Laras. Aku terlanjur cinta kamu,
Beb", bisiknya. Dia melihat wajahku dan aku membalas apa yang dia bisikkan di telingaku dengan
terbata bata karena tangisku sudah hampir meledak. Menahannya membuatku
tersiksa, melepaskannya membuatku lebih menderita.
"Aku sayang kamu sebagai Hanna dan sebagai Laras. Skrg aku memilih Hanna. Aku
harus hidup dngan segala kekurangan Hanna, hidup dngan sifat Hanna. Aku
terlanjur cinta Hanna dan cinta kamu. Tapi aku terlanjur sayang pada sesuatu
yang hidup bersamaku sekarang dan mempertahankannya membuatku kehilangan
cinta kamu, jadi maafin aku, Beb", jawabku yang berusaha sekuat tenaga
mengucapkan semuanya. "Kamu terlanjur sayang apa" Sampai kamu harus merelakan semuanya. Apa
hubungannya dengan aku Beb" Sampai kamu merasa akan kehilangan cintaku",
jawab Bho. "Aku sayang pada sesuatu yang belum nyata Beb. Aku masih harus
memperjuangkannya. Aku ga perlu membicarakannya dengan kamu, karena aku
sudah tau jawaban apa yang akan kuterima nanti. Daripada tambah menyakitiku,
lebih baik aku rasa sendiri aja", jawabku.
"Kamu kenapa begini siy"", tanya Bho.
"Aku Hanna, Ini sifat Hanna yang perlu kamu tau. Tadi kamu bilang terlanjur
cinta kan" Sama siapa" Hanna atau Laras" Kalau kamu cinta Laras, Laras sudah
ga ada", jawabku. "Beb...", ujar Bho.
"Kalau kamu ga suka Hanna, Silahkan pergi dan pikirkan lagi semuanya", jawabku
sambil menurunkan tangannya yang menangkup wajahku dan segera meninggalkan
Bho dalam kebingungan dan tangisku pun meledak seketika ketika aku membalikkan
badanku, meninggalkannya.
Aku berjalan menuju tangga kamar kostku ketika sebuah tangan menangkapku dari
belakang dan terdengar suara yang begitu familiar di teligaku, Bho.
"Beb, jangan kemana2 plisss...", pintanya.
"Beb, aku ga kemana mana. Kamu yang selalu pergi, aku selalu duduk manis
tunggu kamu disini. Kamu yang kemana" Kamu yang masih belum bisa
meninggalkan kesenangan kamu. Selama kamu belum bisa, aku ga akan bisa bilang
sama kamu, sesuatu yang selama ini mengganggu pikiranku", jawabku.
"Tapi Beb...", jawabnya.
"You better be go home..It almost 11 o"clock, beb. Ya"", jawabku.
"Kamu tetep ga bs bicara tentang itu"", tanyanya.
"Ga bisa sayang, karena aku sudah tau jawabannya tanpa aku bicara sama kamu.
You have to find your own light Babe....", jawabku dalam tangisku.
Aku segera melepaskan tangannya, berjalan ke tangga itu, menaikinya dengan
cepat, masuk ke kamarku, menguncinya dan mematikan lampu sambil menangis
sejadi jadinya. Aku belum putus dengan Bho tapi lambat atau cepat, itu pasti
terjadi. Aku mengakhiri malam itu entah dengan apa. Aku bingung harus gimana. Sebelum
aku memejamkan mata, ada sms masuk ke Hpke, Bho.
"Cinta, aku tau salahku apa, tapi apa terlalu fatalkah salahku" Aku tak sanggup
melepaskan gairahku akan sesuatu yang membuat adrenalinku bergejolak tapi kalau
aku harus kehilanganmu krn itu, aku ga sanggup."
Aku membacanya dalam diamku. Liat besok..yang terjadi, terjadilah...
Aku menangis malam itu mengingat semuanya...Apa aku bisa tanpa Bho"
Suara siapa itu ya"", bisikku dalam hati.
Aku terbangun pagi itu oleh suara merdu seorang wanita yang aku ga tau siapa.
Dalam hati mikir.. Itu manusia atau bukan ya"" Merdu banget suaranya..", pikirku dalam hati.
Mendengar suaranya seperti ada perasaan galau dan sedih yang berkepanjangan.
Seperti perasaan yang tersakiti namun berusaha tegar hadapi semuanya. Setengah
mati aku penasaran pengen tau itu suara siapa tapi setengah mati juga
ketakutanku, takut kalo itu bukan manusia.
Ini Kalimantan Hanna..bukan Jakarta", bisik hati kecilku.
Pagi itu aku bertahan tidak keluar kamar untuk cari tau si pemilik suara merdu
itu. Aku sudah tak bisa memejamkan mataku lagi. Yang ada dipikiranku hanya si
Pemilik Suara Merdu" itu. Aku dapat merasakan apa yang dia rasakan karena aku
sedang merasakannya juga.
Akhirnya, aku hanya bisa diam mendengarkan dia menyanyikan lagu itu. Tiba
tiba dia merubah nyanyiannya, lagu berirama melayu. Ugghh..suaranya enak
banget, Siti Nurhaliza kalah deh. Beneran. Lagu itu menceritakan tentang
kebesaran Tuhan, bagaimana kita manusia menjalani kehidupan ini terkadang
melupakan kebesarannya. Engkana' ri mabellae Ri lippu wanua laeng Deceng Muaro Usappa Uwellai wanuakku Tanah Ogi Wanuakku Wanua tallessurekku Indo' ambo' malebblikku uwa'bokori ulao Pura janci ri aleku singkerru ri atikku iapa urewe' mattana ogi uruntukpi usappae Indo' Ambo' Malebbikku Aja' tapettu rennuang Marillau ri Puangnge Natepu winasakku (dapet liriknya Cuma ga bs nyanyinya..ga bgus suara saya..)
Aku ga tau artinya tapi ini lagunya mengiris banget. Wanita itu menyanyikannya
berulang ulang. Mendengar iramanya, tanpa sadar airmataku menetes. Walau
gak tau artinya, tapi kayaknya sedih banget.
Tanpa kusadar, aku tertidur oleh nyanyian itu. Seperti menina bobokan aku yang
sudah lupa rasanya tidur nyenyak.
Aku terbangun kedua kalinya hari itu dengan nyanyian. Kulihat jam di HPku,
menunjukkan pukul 10.00 WITA. Ugghh..dah siang ternyata dan belum ada tanda
tanda dari Bho sampai jam segini. Aku bangun dan terduduk di kasurku, aku
merasakan perasaan yang tak menentu. Mual campur pusing. Hmmm...apa ini
yang namanya "Morning Sickness"""
Aku berusaha mengontrol semuanya. Aku berusaha bangun, melihat penampakkan
diriku di kaca, menyisir rambutku dengan tanganku sambil berpikir,
Apa yang mau kulakukan hari ini"""
Setelah kulihat rapi, aku bangun dan berusaha mencari dompetku. Aku mau cari
makanan yang lumayan bisa isi perutku hari itu. Aku membuka pintu kamarku dan
melihat sosok wanita cantik di seberang kamarku, ya...di kamar seberang kamarku,
dia sedang menyanyi dengan suaranya yang pelan namun merdu.
Tingginya tidak lebih tinggi dari aku, badannya langsing, kulit putih, rambut
panjang dan wajahnya agak seperti campuran Indonesia dan arab, kayaknya. Aku
seperti patung didepan pintu kamarku sampai akhirnya si pemilik suara merdu itu
melihatku dan menyapaku, "Halo...", sapanya.
"Halo juga..", balasku setengah gagap. Cantik, kayak gambaran Laras.
"Anak baru ya"""", tanyanya
. "Iyah Kak", jawabku.
"Sini....", ajaknya untuk datang ke kamarnya.
Aku menutup pintu kamarku dan berjalan perlahan ke kamarnya.
"Kenalin, Namaku Ajeng. Kamu"", ujarnya.
"Saya Hanna Kak. Tapi Ibu Kost panggil saya Vie, lebih gampang katanya",
jelasku. "Ya dah, aku panggil kamu Vie aja. Hanna agak sedikit ribet juga", jawabnya.
"Ya dah..gpp kok", jawabku yang sambil memperhatikan kamar Ajeng.
Kamarnya penuh dengan boneka manusia, atau biasa kita sebut Barbie. Tipe
tipe wanita feminine tampaknya. Dia juga memakai baju yang sangat wanita buat
saya. Andaikan saya punya kepercayaan diri yang besar untuk pakai baju seperti
itu. "Kamu kok pucet Vie" Dah makan kah"", tanyanya.
"Belum. Gak tau mau makan apa. Perut lagi ga enak", jawabku.
"Diare kah" Kakak punya obat diare kalau kamu mau", jawabnya.
"Gak ga..bukan diare. Hmmm..begitulah", ujarku.
"Begitulah kenapa"" Kamu sakit""", tanyanya.
"Ceritanya panjang. Lain kali aja Vie cerita Kak. Kakak mau kemana"", tanyaku.
"Kak Ajeng mau car mam, ikut yuk. Kita mam sama sama", ajaknya.
"Iyah. Vie tapi mau ke tempat Ibu kost dulu, gpp"", jawabku.
"Gpp, Vie mau ke tempat istrinya Abah"", tanyanya.
"Siapa istrinya Abah kak"", tanyaku.
"Hmm..kamu belum tau ya"", jawabnya.
"Tau apa Kak"", tanyaku heran.
"Ibu ibu yang tua itu kita biasa panggilnya Istrinya Abah. Dia Cuma yang jagain
kost aja. Kalo yang punya kost itu anaknya Abah. Kita biasa panggil dia Suneo.
Nah, yang nagihin uang kost itu istrinya, biasa kita panggil Istrinya Suneo",
jawabnya. "Kok Suneo kak"", tanyaku setengah mesem mesem.
"Iyah, soalnya mukanya mirip sangat sama si Suneo di Doraemon itu Vie. Ya dah,
tunggu kakak dibawah aja ya", jawabnya.
"OOO..oke oke", jawabku setengah ketawa.
Aku turun ke bawah, berjalan perlahan menuruni tangga dan berjalan pelan juga
kea rah rumah Istrinya Abah. Sampai disana aku memencet bel nya dan tak lama
keluarlah Istrinya Abah. "Assalamualaikum Bu", salamku.
"Wa"alaikum salam, Vie. Kenapa"", tanyanya.
"Ini bu, mau kasih foto copy KTP sama minta kwitansi pembayaran boleh"",
tanyaku. "Hmm..oiya, Kwitansinya nyusul ya nak. Anaknya Abah soalnya yang bikin bukan
Ibu", jawabnya. "Oke..ga papa Bu", jawabku.
"Mau kemana Vie"", tanyanya.
"Mau cari makan sama Kak Ajeng", jawabku.
"Ajeng"" Kamu dah kenal Ajeng"", tanyanya.
"Iyah, Kenapa mangnya Bu"", tanyaku heran.
"Ga, sekedar informasi aja. Ajeng mau dikeluarkan sama Anaknya Abah",
jawabnya, "Memang kenapa" Belum bayar kost kah"", tanyaku.
"Bukan itu, Ajeng itu agak sedikit gila", jawab si Istrinya Abah.
"Hah.."" Gila gimana"", tanyaku.
"Iyah, dia suka ngamuk. Suka ngomong sendiri. Dia agak stress", jawabnya.
"Masa siy bu" Suaranya bagus kok. Semalam Vie dengar", jawabku tak percaya.
"Iyah, tak tau lah dia kenapa. Dia gak ngamuk kah semalam"", Tanya Ibu.


Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ga kok bu, ga sama sekali", jawabku.
"Kak Ajeng, dari mana"", tanyanya.
"Dari cari mam ini sama anak baru, kenalin Say", jawab Kak Ajeng.
Sosok itu pun muncul dihadapanku, wanita lebih mungil dari Kak Ajeng, kulitnya
agak lebih coklat dari aku. Tersenyum manis menghampiriku.
"Namaku Nur Aini. Panggil Aini aja atau Gadas juga ga papa", jawabnya.
"Vie, namaku Vie. Kok Nur Aini jadi Gadas""", tanyaku.
"Panjang ceritanya. Eh, lahir tahun berapa kah"", tanyanya.
"Hmmm...198*. kenapa mangnya"", tanyaku.
"Weeehh..berarti Kak Ajeng tetap paling tua ya. Keduanya Kak Vie. Disini
semuanya rata rata 88 87 kak", ujarnya.
"Wedew...Masa"" Kak Ajeng memangnya lahir tahun berapa"", tanyaku.
"198* Vie. Tua yaaa""", jawab Kak Ajeng.
Akhirnya kami bertiga terlibat percakapan yang mulai akrab. Tadinya berdiri jadi
duduk di ruang tamu sambil ngemil Snack dari kamar Kak Ajeng sama Aini. Pukul
10.00 malam, Kak Ajeng pamit untuk tidur. Dia pun segera berlalu dan kami,
aku dan Aini meneruskan percakapan kami lagi. Selang berapa jam, aku teringat
dengan yang dibicarakan Istrinya Abah tadi siang.
"Ai, boleh Tanya kah"", tanyaku sambil sedikit berbisik
"Ya, kenapa Kak"", jawab Aini.
"Kak Ajeng memang agak agak" ya Ai"", tanyaku
"Hmm..dia bukan gila Kak,
Cuma depresi", jawab Aini.
"Depresi kenapa"", tanyaku.
Aini pun menjelaskan panjang lebar tentang alas an kenapa Kak Ajeng depresi.
Dulu Kak Ajeng punya pacar, waktu SMU kelas 2. Mungkin karena salah
pergaulan, Kak Ajeng hamil waktu umur 16 tahun dan akhirnya sang pacar pun
menikahi Kak Ajeng. Mereka sama2 masih belia. Ternyata, si suami ( dah jadi
suami Kak Ajeng ), terlibat sama Narkoba juga. Kak Ajeng ga bisa apa apa
karena saking cintanya. Suatu malam, pas Kak Ajeng sedang hamil tua, Si
Suaminya pulang ke rumah dalam keadaan sadar tapi bawa perempuan. Kak Ajeng
marah, Tanya siapa perempuan itu. Suaminya gak jawab. Sang suami pun
bermesra mesraan dengan perempuan itu dihadapan Kak Ajeng.
Kak Ajeng awalnya santai, tapi lama lama stress juga. Setelah perempuan itu
pulang. Dia bicara sama suaminya, maunya apa. Tapi ga digubris sama suaminya.
Kak Ajeng terus desak suaminya untuk bilang maunya apa. Akhirnya si suaminya
bilang ke Kak Ajeng, maunya apa. Dia mau Kak Ajeng lakuin sesuatu buat dia
untuk tunjukkin kalo Kak Ajeng sayang sama dia. Suaminya minta Kak Ajeng buat
iris urat nadinya. Dilatar belakangi perasaan sayang lah, akhirnya Kak Ajeng menuruti apa yang
suaminya mau tapi dengan satu kondisi, suaminya juga harus nurutin apa yang
Kak Ajeng mau. Suaminya juga mau ngelakuin apa yang Kak Ajeng mau. Kak Ajeng
minta suaminya Minum Obat Nyamuk. Deal, akhirnya mereka melakukan apa yang
pasangannya masing masing minta. Kak Ajeng motong urat nadi dan suaminya
minum obat nyamuk. Apa yang mereka lakukan masuk Koran di Samarinda. Dua duanya berhasil
diselamatkan. Tapi anak yang dikandung Kak Ajeng harus lahir premature.
Sejak saat itu, Kak Ajeng jadi depresi. Dia sering minum obat2 penenang sampai
dia ga sanggup hidup tanpa obat obat itu. Sampai lahir anak keduanya.
Anaknya 2, Yang pertama perempuan, namanya Bella. Yang kedua laki laki
namanya Vio. Setelah lahir anaknya yang kedua, ternyata suaminya ga berubah
berubah, padahal Kak Ajeng sudah berkorban banyak sekali, sampai dia jadi begini.
Sekarang, anak anaknya diasuh sama ibunya Kak Ajeng, sementara Bapaknya ga
nerima Kak Ajeng lagi dirumahnya. Itu alasan kenapa Kak Ajeng kost. Dia gak
diterima sama keluarganya lagi.
Dia memang suka ngamuk, tapi itu jarang terjadi lagi sejak anak anak kost
mulai sering mengajak Kak Ajeng komunikasi dan Kak Ajeng mulai membuka diri.
Malam itu, sambil tiduran, lampu mati, aku berpikir. Aku gak mau sampai depresi
seperti Kak Ajeng. Cukup buatku melihat jalan cerita Kak Ajeng. Dia cantik,
sempurna dimataku tapi dibalik itu, dia menyimpan suatu perasaan yang tak ingin
aku miliki. Aku ingin bertahan, mempertahankan sesuatu yang sekarang hidup
ditubuhku. Aku mungkin punya hubungan yang sangat indah dengan seorang Dewa yang entah
sedang apa sekarang. Dia tak memberiku kabar sama sekali hari ini. Mungkin
sekarang dia sedang sibuk untuk repel repel di Sette dan mencoba menjadi
pahlawan untuk rakyat rakyat Accretia di Comet. Dia memang Dewa, tapi aku
manusia. Manusia yang masih punya hati, perasaan dan keinginan. Bukan berarti
Dewa ga punya perasaan, tapi Dewa ga bisa jadi milikku seutuhnya.
Bho, Dewa di RF Online. Rasanya dia sudah jadi milik semua Acc disana, bukan
milik VieaNKaChu yang biasa biasa aja. Aku Manusia, bukan jalanku untuk jadi
pendamping seorang Dewa seperti Bho.
Aku ga mau depresi karena itu....aku cukup bahagia pernah merasakan cinta
sesosok Dewa bernama Bho di hidupku dan sekarang aku ingin memperjuangkan apa
yang sudah terjadi. Aku, harus bisa berdiri tanpa Bho....
Hari hari berikutnya, tak jauh berbeda dari hari sebelumnya. Yang membedakan
adalah aku mengenal banyak teman teman baru. Kebetulan aku berada di
Kamar No. 11, Kak Ajeng No. 9 dan Aini No. 5. Aku berkenalan dengan teman
teman yang lain. Ada Nisa di Kamar No. 6, Ada Cici di Kamar No. 7, No. 8
kosong, No. 10 Wulan, No. 12 Lisa, No. 13 Wati, No. 14 Lina dan No. 15
kosong. Hari hari berlalu dan aku masih dalam kegundahan yang sama. Aku tidak
merasakan sendirian disini sekarang, ada teman temanku tapi entah kenapa ada
bagi an didiriku yang hilang. Aku sadar, bagian yang hilang itu adalah Bho.
Terkadang aku pengen banget sms dia, tapi takut ga dibales dan akhirnya aku
merasa kecewa. Sifat Bho yang lain adalah dia ga mau balas sms kalau itu ga penting buat dia.
Dia juga gak akan angkat telpon yang menurutnya ga penting. Jadi percuma kalau
aku sms dia tanya kabar, dia ga akan mungkin balas karena menurut dia, tanya
kabar itu ga penting, kecuali aku kabarin kalo aku dah mau tenggelam di Sungai
Mahakam atau Kost ku kebanjiran dan aku tinggal 0.5 meter lagi mau tenggelam,
itu baru penting buat seorang Bho.
Buat dia, RF Online terlalu berharga untuk dilewatkan. Buatnya, melewatkan 1
chip war, sama dengan keterbelakangan. Dia ingin lebih dari yang lain soal RF
Online. Dia bilang kalau dia pengen jadi Archon tapi itu ga mungkin. Saat itu, ga
ada yang bisa mengalahkan CurseAngel ataupun Xmagic. Atau akhir akhir ini,
CurseAngel mengundurkan diri sementara dan digantiin sama Xmagic. Ingin rasanya
pergi cari wargame trus coba maen RF lagi, tapi keinginan itu kutahan sampai
akhirnya aku ga tahan. Malam itu aku ke wargame deket kost, waktu menunjukkan pukul 19.00 WITA.
Aku berjalan ke Wargame tempat Bho biasa beli Premium ( Voucher Lyto )
namanya Acc-Reload. Aku membayar paket 3 jam. Aku berjalan kaki dari kostku
ke sana, agak lumayan tapi dah biasa. Aku langsung memilih pc dekat jendela.
Aku mengaktifkan YMku, rasanya kangen banget sama semua teman temanku.
YM ku aktif, aku langsung bisa melihat daftar teman temanku,..
Mas Andi Online", pekikku kegirangan.
Belum sempat aku menuliskan sesuatu untuk Mas Andi, dia lebih dulu
mengirimkan msg padaku. "Anak ilang, kemana lo" Ngapain aja lo disana"", tanyanya.
"Mas Andiiiiii, pengen pulang!!!", jawabku.
"Kenapa" Mang ada apa""", tanyanya.
Aku, saat itu, menceritakan semua yang terjadi. Mas Andi shock, dia marah
dengan semuanya. Dia mendadak jadi benci dirinya hari itu. Ga sampai beberapa
menit, semua YM teman teman kantorku aktif dan menanyakan kebenaran itu.
Aku hanya bisa menatap layar monitorku, menekan tombol tombol keyboardku
dengan perasaan ga tentu. Menangis ga bersuara cukup membuatku tersiksa.
Sejak saat itu, Acc Reload jadi sahabatku. Setiap saat aku datang kesana untuk
sekedar say hai pada teman temanku.
Hari berganti hari, tak terasa hampir setengah bulan aku ditempat kost baruku
dan sadar, ternyata Bho tak pernah ada kabar. Aku semakin dekat dengan teman
teman kostku, jalan ke Mal Lembuswana, Minum Es Campur dekat Kampus
WidyaGama, makan Nasi goreng Mawut enak deket kost, tempat tempat yang
mungkin Cuma ada dalam mimpiku kalau aku masih ada di kost ku yang lama. Aku
dikenalkan pada teman temannya Aini, anak2 Pencinta Alam disana. Kami
sering ngobrol ngobrol, tuker pikiran, tapi yang jelas, mrk ga tau aku hamil.
Sampai suatu malam, aku, Aini habis jalan jalan liat panjat tebing di daerah
Tepian. Malam itu kami pulang agak malam, jam 11. Dari depan, semuanya
tampak biasa saja, tapi begitu kami buka pintu yang menuju anak tangga ke atas,
terdengar suara Kak Ajeng ngamuk. Aini langsung naik keatas, sementara aku
mengunci pintu dl. Naik perlahan dan takjub.
Kak Ajeng ngamuk sambil mengeluarkan kata kata yang unbelievable. Aku
memperhatikan dia yang duduk di kursi meja tamu sambil marah marah ga
jelas. Aini berusaha menenangkan. Aku gak takut, aku hanya berpikir kalau aku ga
mau seperti Kak Ajeng. Sadar kalau aku hanya memperhatikannya, dia
melemparkan asbak kearahku. Asbak itu pecah berkeping keping lantai depan
kakiku.. "Ngapain lo liat liat hah""" A***NK lo...makan tuh asbak", hardik Kak Ajeng.
"Kak, itu Vie bukan dia!", jawab Aini.
"Lo lagi, ngapain siy lo ada disini"" Mau liat M***K gwe..gwe kasih liat. Ai baik
sama kamu", jawab Kak Ajeng.
"Apaan siy""", jawab Aini.
Aku melihat sekeliling, Lina, Wati, Wulan dan yang lain hanya bisa melihatku dan
Aini dengan wajah yang tak bisa kugambarkan, takut, kasihan, entah.
Aku maju selangkah...tiba tiba tertahan oleh suara kencang Kak Ajeng.
"Mo ngapain siy lo" Ga puas lo dah bikin hidup gwe begini"" G
a puas lo liat gwe masih idup" Ga puas lo liat gwe gilaa"" Hah""", tanya Kak Ajeng padaku.
Aini melihat padaku dan memberi aba aba untuk diam. Tapi aku ga bisa..aku
mengacuhkan semuanya. "Ga mau ngapa2in gwe. Gwe Cuma mau liat keadaan lo. Gwe seneng lo masih
idup tapi gwe ga suka liat lo begini, ngerti"", jawabku.
Tak disangka sangka, Kak Ajeng membalas ucapanku.
"Ngapain lo care sama gwe" Lo dah bawa cewek kerumah kita. Lo kenapa
sakitin gwe"", tanyanya.
"Gwe ga ada niat nyakitin lo..". Jawabku.
Aku kehilangan kata kata, tak terasa airmataku mengalir. Aku teringat Bho.
Aku.... "Kenapa Lo diem Hah" Gwe sayang ma lo, gwe rela kehilangan semuanya demi
lo. Gwe rela, kenapa lo begitu"", tanyanya.
Aku Cuma bisa diam. Tangisku semakin menjadi. Aku merasa, Kak Ajeng sedang
merasakan yang aku rasakan. Seolah olah dia tau isi hatiku.
"Lo mau tau pengorbanan gwe buat lo" Oke...lo liat..liat baik baik", ujar Kak
Ajeng. Aku menengadahkan kepalaku, berusaha melihat yang terjadi, Cuma itu terlalu
cepat untukku. Kak Ajeng melemparkan botol kaca ke lantai, mengambil pecahannya dan
menggenggamnya erat erat. Aku Cuma bisa diam, tangisku semakin menjadi.
Aini Cuma bs diam, entah apa yang dilakukannya. Sementara yang lain, aku
Cuma bisa mendengar Wati terisak isak di depan kamarnya.
Kak Ajeng membuka genggamannya, Kaca itu dijatuhkannya ke lantai dan aku
melihat darah disana. Aku langsung lemas, terduduk ditempatku berdiri.
"Kau liat kan Ai. Ai mampu kan. Gak sakit..tuh liat darahnya Ai, cantik kan
Ai"", tanya Kak Ajeng.
Aku menangis sejadi jadinya. Aku ingat semuanya. Ingat teman teman
kantorku, ingat teman teman guildku. Aku terpaku. Aku ga mampu bicara
apapun. Yang aku pikirkan hanya sesuatu di perutku. Rapuh dan hanya bisa
bergantung padaku. Aku penentu keputusan, akan dibawa kemana hidupku.
Sungguh, Aku ga mau seperti Kak Ajeng.
"Duuhhh..sakit niy", ujar Kak Ajeng membuyarkan lamunanku.
Kak Ajeng terbangun dan tiba tiba dia terjatuh lemas. Aku segera bangun dan
menghampirinya. Aini langsung lari ke kamarnya entah untuk apa. Lina langsung
menghampiri Wati yang terduduk lemas di depan kamarnya. Aku...aku
mengangkat kepala Kak Ajeng, menepuk2 wajahnya, mengharapkan dia sadar
segera. Aini tiba tiba datang membawa kotak P3K. Aku tertegun. Tangisku belum
reda ketika Aini memberikan sesuatu ke arah hidung Kak Ajeng dan tak lama
setelah itu, Kak Ajeng sadar..
"Vie, kenapa nangis""", tanyanya dengan suara parau.
Aku tak bisa menjawabnya, Aku Cuma bisa menangis. Melihatnya keheranan,
membuat tangisku semakin menjadi.
"Vie mau minta maaf. Maaf. Vie ga bisa, Vie ga mau kayak gini. Vie ga mau
kayak Kak Ajeng", ujarku.
Aini heran, Kak Ajeng yang belum sadar betul langsung bangun dan duduk
menghadapku. "Ini kenapa berantakan"" Kakak ngamuk lagi yaa" Duuhh..sakit", ujar Kak
Ajeng. "Ya, diem dulu Kak. Aini obatin dulu luka Kakak", jawab Aini.
"Vie kenapa"", tanya Kak Ajeng.
Aku diam seribu bahasa. Aku bingung. Akhirnya, diputuskan bahwa malam itu
kami kumpul di kamarku. Aku menjelaskan dari awal kedatanganku ke Samarinda
sampai hal itu terucapkan dari mulutku. Kak Ajeng dan Wati langsung
memelukku, Aini menangis sambil memaki maki aku, yang lainnya terduduk
lesu. Malam itu, semua tidur dikamarku, dempet dempetan.
Pagi harinya, Kami terbangun karena ibu kost terheran heran. Pintu kamarku
terbuka, sementara kami tidur dah kayak Ikan Peda. Ibu membangunkanku dan
yang lainnya, menanyakan ada apa kok bisa tidur dikamarku. Alibi mereka,
Nemenin Vie, eh ketiduran"....
Semuanya kini lebih perhatian padaku. Aku dilarang untuk mengugurkannya. Aku
pun tetap pada pendirianku. Aku tetap menjalani semuanya walaupun terasa
sesuatu telah hilang dari diriku. Aku tetap belajar naik motor pakai motor
Astrea Aini, malah pernah jatuh naik motor Pacarnya Wati di dekat jalan mau
ke Lembuswana bawa New Revo. Nekat. Tapi Tuhan memang punya jalan lain.
Sesuatu yang ada di perutku tetap pada tempatnya.
Semuanya berjalan biasa...Aku tetap aku..dia, biar dia menjadi sesuatu yang
memang dia kehendaki. Aku belum bisa m
engatakan apapun pada Bho. Tapi
sesuatu terjadi dihari selanjutnya....
Sesuatu yang sudah aku duga sebelumnya....tapi apa yang sudah kulalui
tanpanya, membuatku sadar. Dewa sedang sibuk...aku manusia, Cuma bisa
berharap...selebihnya....biar waktu yang jawab..
Andai aku mampu tanpa dia...apakah bisa"""
Semua berjalan lancar. Perasaan kehilangan sedikit terobati dengan munculnya
banyak kawan baru. Teman temannya Aini, Pacarnya Wati, Suaminya Aini,
Suaminya Nisa, rameee.. Tapi itu hanya kurasakan saat matahari menyapa. Begitu Sang Bulan
menyampaikan Selamat Malam padaku, airmata mulai berjatuhan. Teman
temanku di Jakarta mulai menelponku walaupun aku belum jujur tentang
semuanya, hanya segelintir saja. Tapi hari itu, semuanya berubah.
24 Maret.... Pagi itu aku terbangun seperti biasa. Yang tak biasa hanya ketika aku membuka
flip HPku. Ada 16 miskol dan 4 sms tertulis dilayar itu. 16 miskol itu dari
beberapa orang, Panca, Mas Andi, Yudha, Kakakku dan Satria. 4 sms dari Mas
Andi, Yudha, Kakakku dan Aini. Semuanya menanyakan keadaanku sedangkan Aini,
mengajakku jalan jalan. Aku langsung membalas sms dr Aini, tapi yang lain
kubiarkan saja. Tak lama, ada Telpon masuk, dari Panca. Aku mengangkatnya.
"Ras...", sapa suara panca yang agak berat.
"Iyah, muuv. Baru bangun", jawabku.
"Kamu mau sampe kapan disana""", tanyanya.
"Gak tau..kenapa"", tanyaku.
"Lo mending balik kesini, ke Jakarta. Disini lo ga akan sendiri dan lo harus tau,
ga penting kehadiran lo disana kan buat Bho" Mending pulang", ujar Panca.
"Gwe pikirin dulu, Nca. Lagian kalo mau pulang, Gwe harus tunggu dana gwe cair
kan", jawabku. "Ga perlu. Anak2 mau lo balik secepatnya. Masalah uang, ga usah dipikirin. Lo
mau ga"", Tanya Panca.
"Gwe pikirin dulu nca!!", jawabku.
"Apa lagi siy yang lo pikirin" Jangan sampe Jho niy yang ngomong Ras..",


Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawabnya. "Iyah iya....besok pagi gwe kabarin lo ya", jawabku
"Iyah", jawab Panca.
Percakapanku dengan Panca pagi itu membuatku berpikir kalau aku harus
menghubungi Bho. Langsung aku menghubungi Bho via sms dengan alibi aku minta
diantarkan nge-print dokumen. Dia kali ini membalasnya, dia membalasnya hanya
dengan kata kata "Oke".
Malam menjelang, waktu yang kutunggu tunggu akhirnya datang. Bho datang
pukul 8 lewat. Dia menelponku ketika sudah sampai, seperti biasa. Aku segera
turun perlahan ke bawah untuk menemui dia. Ketika aku melihatnya di bangku
panjang itu, aku melihatnya menghela nafas, dalam sekali. Dia pun segera bangkit
dari bangku itu menghampiriku.
"Langsung berangkat yuk", ajaknya.
Aku kaget.... "Oke", jawabku sambil memakai Helmku yang sama persis seperti punyanya. VOG
Super Sonic Hitam. Aku langsung naik motor Satria nya. Dia membawaku malam itu dengan
kecepatan lambat, seperti sebelumnya. Cuma kami ga banyak bicara. Dia
mengantarkanku ke tempat biasa, daerah dekat Universitas Widya Gama, bnyk
rental computer disana. Setelah aku mem print semuanya, kami segera pulang.
Di perjalanan pulang, aku memeluk pinggangnya, tapi tiba tiba dia bilang
sesuatu, "Jangan dipeluk, ga enak", ujarnya.
Spontan aku langsung melepaskan tanganku dari pinggangnya dan berpegangan
pada handle di belakang. It"s a bad sign and I feel it.
Begitu sampai di kostku, dia langsung berangkat lagi setelah menanyakan sesuatu
padaku. "Ehm...nanti malam, HP standby ga"", tanyanya.
"Iyah, kenapa"", tanyaku.
"Mau telpon, ya dah. Pulang dulu", ujarnya.
Aku masih sempat mencium tangan kanannya, sekedar berusaha menenangkan
hati. Aku berjalan agak perlahan ke kamarku dan aku kaget karena Kak Ajeng dan
Lina sudah ada di depan kamarku.
"Itu Kak Vie orangnya"", Tanya Lina.
"Iyah", jawabku.
"Kakak dah kasih tau dia"", Tanya Lina.
"Blum. Lagipula aku dah tau jawabannya", jawabku sambil berusaha membuka
pintu kamarku. "Kenapa ga dikasih tau"", Tanya Kak Ajeng tiba tiba.
"Aku dah tau jawabannya Kak", jawabku.
"Apa perlu Kakak yang bilang"", tanyanya.
"Ga usah, Vie dah tau jawabannya", jawabku
"Apa mang jawabannya"", Tanya Lina.
Aku masuk ke kamarku, mereka pun langsung masuk. Aku duduk di kasurku dan
langsung m enatap mereka. "Jawabannya, Aku harus gugurin kandunganku", jawabku.
"Masa""" Tau dari mana Ai"" Parah banget siy", jawab Kak Ajeng.
"Dia yang bilang Kak. Dia akhir akhir ini suka ngerasa lapar berlebihan,
pokoknya kayak org ngidam", jawabku.
"Trus, dia ngerasa"", Tanya Lina.
"Dia Tanya ke aku, aku hamil atau ga"", jawabku.
"Trus kakak bilang apa"", Tanya Lina.
"Aku bilang, aku ga hamil", jawabku.
"Bodoh benar siyyyy!!!", jawab Kak Ajeng.
Aku terdiam. Mereka asik bicara sendiri. Tiba Tiba HP berbunyi, Nada dering
itu menandakan Bho yang telpon.
"Siapa Kak"", Tanya Lina.
"Cowokku", jawabku lemas.
Aku segera mengangkat telp itu....mereka pilih keluar dari kamarku dan ngobrol di
ruang tamu. "Ya....", jawabku.
"Dah siap denger apa yang mau gwe omongin"", Tanya Bho.
"Iyah..kenapa"", tanyaku.
"Ehmmm..kayaknya lebih baik kita Bubar aja", ujarnya.
"Hmm..oke", jawabku datar.
"Gwe ngerasa, lo ternyata lebih asik dijadiin temen aja", jawabnya.
"Hmmm..oke", jawabku datar.
"Gwe ngerasa, sayang gwe ke lo ternyata Cuma karena Kasihan aja", ujar Bho.
"Hmmm...", jawabku.
"Gwe ngerasa, selama ini, kok gwe yang cerita terus ya" Lo ga pernah cerita
apapun sama gwe, ga kayak dulu", jawabnya.
"hmmm....", jawabku.
"Tapi gwe ga mau lo jadi saudara gwe. Gwe mau lo cukup jadi temen gwe aja. Lo
juga harus kenalin cowok yang lagi deket sama lo, kalo gwe ga suka, lo ga boleh
sama dia", ujarnya lagi.
"Hmmm..oke", jawabku lebih datar lagi.
"Trus kenapa lo dari tadi Cuma jawab Hmmm..oke", gimana jadi keputusannya"
Mau ga mau, lo harus terima keputusan gwe buat Bubar", ujar Bho.
"Ya Oke..as you wish My Lord", jawabku.
Kami diam sesaat. Aku sama sekali tidak menangis. Rasanya udah ga ada airmata
lagi buat dikeluarin. Aku Cuma berpikir, aku harus ambil keputusan apa ttg
kandunganku. "Ehm....jadi setuju niy"", Tanya Bho kedua kalinya.
"Ya, kan td lo bilang, mau ga mau, lo harus terima"..ya dah", jawabku datar.
"Emmm..kok lo berubah siy"", tanyanya.
"Gwe biasa aja lagi Sa", jawabku.
"Lo beda, kenapa lo terima aja keputusan gwe"", tanyanya.
"kan lo yang minta gwe harus setuju Sa, Gwe bakal lakuin apapun asal lo bahagia
Sa", jawabku. "Ya tapi bukan gituu...", ujarnya.
Aku mulai geram dengan sikapnya, alhasil, aku keluarkan semua uneg uneg
dihatiku. "Gini ya Sa ( aku memanggilnya Sasa nama kecilnya ), yang suruh gwe terima
keputusan ini siapa"", tanyaku.
"Gwe", jawabnya.
"Yang ngerasa kalo lo terus yang punya cerita sementara gwe diem aja, siapa"",
Tanyaku. "Gwe", jawabnya melemah.
"Lo tau kenapa gwe ga pernah bisa cerita apa2 disini"", tanyaku
"hmmmm...", jawab Bho.
"Karena gwe ga punya cerita apa2. Apa siy yang mau gwe certain ke lo kalo gwe
kemana2 ma lo. Lo tiap datang ke kost gwe Cuma ngomongin RF, ambil posisi
pewe buat tidur, minta gwe buat elus2 punggung lo dan lo tertidur. Minta
dibangunin jam 11 buat ke GEIM, begitu setiap harinya. Lo bisa kemana2, gwe"",
jawabku datar. "Iyah..", jawabnya.
"Kalo masalah jadi saudara atau teman, ga penting Sa, apa bedanya"", tanyaku.
"Beda, kalo saudara, aku pasti sering keep in touch tapi kalo temen ga",
jawabnya. "Trus apa bedanya" Jadi kalo gwe jadi saudara lo, lo bakal keep in touch"" Gwe
cewek lo aja nunggu kelelep dulu baru boleh kasih kabar", jawabku.
"Aku ga bisa gitu aja...aku dah..", jawabnya terbata.
"Apa"" Karena lo dah ambil semua yang gwe punya" Lo dah ambil keperawanan
gwe" Gitu"", tanyaku.
"Ya, itu yang biking aku bingung", jawabnya.
"Terserah. Lo manusia bebas sekarang, Find your happiness Sa. Taruhan, lo ga
akan bisa berenti main game dan lo ngerasa ga enak kan karena lo punya 'adik
adik ketemu gede' lo diluar sana sama gwe"", tanyaku.
"Ya....", jawabnya.
"as you wish..lo bisa bebas atur hidup lo sekarang. Sebenernya gwe juga ga
mempermasalahkan 'adik2 ketemu gede' lo itu, gwe wanita dewasa Sa", jawabku.
"Ya....", jawabnya dengan nada makin melemah.
"Ya dah....have a good day ya Sa", jawabku.
"Tapi, kalo kamu butuh bantuanku, sms aja ya", ujarnya.
"Tenang aja Bozz", jawabku.
"Ehhmm...", ujar BHo.
Tanpa berlama lama, aku lang
sung menutup flip HPku tanpa menunggu dia akan
menjawab apa. Aku langsung kirim sms ke Panca kalau aku mau pulang ke
Jakarta, jadi aku setuju untuk pulang. Panca mengirimkan sms kembali padaku.
"Oke, nanti gwe kabarin Ras dapet pesawat tgl berapa ya. Jaga kesehatan lo
disana, jangan stress, gwe kabarin secepatnya"
Aku segera membalasnya dan mengabarkan kalau barusan Bho telpon aku dan
memutuskan untuk bubar. Tak lama Panca bukan sms lagi, tapi telpon. Kuangkat
telponnya. "Gilaaaaaaaaaa..", kata kata itu yang pertama kudengar ketika kuangkat telp
dr Panca. "Ya udah, semuanya dah selesai. Gwe pulang!", jawabku.
"Anj**k Ras. Lo kayak kesana buat dihamilin trus diputusin. B**I !!!", jawab
Panca emosi. "Udah udah, Udah malem, jangan teriak2. Besok aja diomongin. Kabarin aja dpt
pesawat tgl brp jam berapa ke gwe. Gwe mau tidur dulu ya nca..pusing kepala
gwe", jawabku datar.
"Sabar ya. Gwe jadi bingung mau jawab apa kalo anak anak Tanya kenapa lo
mau disuruh balik ke Jakarta", jawabnya.
"Ya dah, ga usah dipikirin", jawabku.
"Lo enak banget ngomong ga usah dipikirin". Lo dah kayak kakak buat Scorpie
Ras, lo hamil, cowok lo B***sat mutusin lo dan gilaaaa...", jawab Panca.
"Udah2...", jawabku.
"Ya dah, gwe kabarin besok secepatnya", jawab Panca.
"Oke", jawabku sambil mematikan HPku.
Aku berdiri, menutup pintu kamarku, mematikan lampu kamar, tapi aku tak
menutup jendela serta tirai jendelaku. Aku mau melihat indahnya bulan malam ini
sambil memikirkan, bagaimana hidupku selanjutnya.
Malam itu, bulan sangat terang, banyak bintang. Aku jarang liat bintang di
Jakarta. Aku teringat Alm. Ibuku. Dia suka sekali dengan bintang, huuffttt...tiba
tiba HPku berbunyi, kulihat, Satria.
Aku malas mengangkatnya. Aku reject. Langsung kumatikan HPku.
Mala mini aku mau merenung...merenungi semuanya..karena aku merasa ada yang
aneh..benar benar aneh..tapi aku ga tau apa"""
Huuffttt...aku Cuma mau merenung.....Keputusan apa yang harus aku ambil
sekarang" ..what must I Do GOD """"
Keesokan pagi, Aku tak langsung menyalakan HP. Aku bangun karena sinar
matahari dah teraaaanggg banget..menyapaku hari itu. Tampaknya sisi kelam dari
apa yang kurasakan semalam sirna. Aku langsung membuka lemari pakaianku,
kurapikan semua isinya. Kupilah pilah karena ada beberapa barang yang pernah
dipinjamkan Bho padaku. Aku melihat selimut kuning bunga bunga biru ungu yang dipinjamkan Bho dulu,
kupisahkan dari baju bajuku. Setelah semuanya rapi, aku pindah ke atas lemari
tempatku menyimpan gelas dan piring, semuanya kurapikan, kujadikan 1 tas besar.
Beres", ujarku dalam hati.
Kuperhatikan tas besar itu, ada gulungan kabel sambungan, hanger, selimut, 1
gelas, 1 mug, 1 piring, 2 sendok, sendal, peralatan tulis, sampai Helm VOG Super
Sonic Hitam kesayanganku ada di dalam tas itu. Selesai semuanya, aku
mengaktifkan Hpku. Begitu aktif, ada sms datang bertubi tubi. Ada sms dari
Panca, Satria, Kakakku, Lina...
Aku buka sms dr Panca, isinya :
"Ras, dah dapet tiketnya naik Lion Tgl. 3 April ya jam 13.15 dari Balikpapan ya.
Ntar dijemput anak2. Ambil di Lion cabang sana aja. Welcome Home, Buuu"
Aku senang membacanya. Aku langsung membalasnya. Sementara dari Satria,
isinya menanyakan kebenaran ttg Bho dan aku. Aku membalas smsnya sekenanya
aja, karena agak berat juga ngomonginnya. Kalau kakakku, biasa....tanya keadaanku
dan gimana ttg Bho again. Sama kayak sms dari Lina, semaksud...
Aku ga mau pusing mikirin masalah itu.
Hari berganti hari....kepulanganku semakin dekat. Sampai tiba dimana hati yang
kunantikan segera datang.
02 April.... "Kak, nanti jadi ke Lembuswana"", tanya Wati kepadaku di depan kamarku.
"Ya, anterin ya Wat, naik taxi ( angkot dibilang taxi di Samarinda ) aja, ya"",
tanyaku. "Ga usah Kak, naik motor aja. Pelan2, Wati yang bawa nanti", jawabnya.
Aku hanya mengangguk setuju sambil bersiap siap. Tak berapa lama, kepikiran
juga buat sms Bho, mau mulangin barang2nya. Akhirnya aku mengambil Hpku.
"Sa, nanti malem bisa minta tolong ga anterin ke tempat yang bs baca memory
card" Mau ambil data di digicam", smsku pada
Bho. Tak berapa lama... "Ya, tapi maleman aja. Gpp kan"", tanyanya di sms
Aku membalasnya... "Ya, kabarin aja", jawabku...
"Sms siapa kah"", tanya Wati yang tiba tiba dah nongol di depan kamarku.
"Aji, kenapa"", tanyaku.
"Ngapain Kakak sms dia"", tanya Wati dengan nada sedikit bete.
"Ini, mau pulangin barang barang yang pernah dipinjemin dia ke Kakak",
jawabku. Semua anak anak di kost dah tau kalau aku bubar dengan Bho. Makanya mereka
agak gimana gitu kalo denger namanya keluar dari mulutku.
Pagi itu aku diantar ke Mall Lembuswana, di ruko sekitar situ, ada cabangnya
Lion Air. Aku dengan mudahnya mendapatkan Tiket, dah dibayar pulang, bener
bener deh. Aku langsung sms Panca, konfirm kalau tiket sudah di tangan. Setelah itu kami
jalan jalan dulu, sekedar melepas lelah dan plesir2 terakhir kali buatku.
Jam 7 kami sampai kost, naik sebentar, melepas lelah. Hehehehe..ngobrol
sana..ngobrol sini..tiba2 Hpku berbunyi...dering itu, Bho!
"Ya"", jawabku.
"Aku dibawah, turun", jawabnya.
Aku ga langsung turun, aku liat dia dr teras atas. Ternyata dia liat aku.
"Sini, turun", ujarnya.
"Ya", jawabku. Aku turun dengan baju seadanya dan membawa perlengkapan yang kubutuhkan.
Flashdisk, digicam, dompet, semuanya. Aku berjalan ke arah parkiran motor, aku
melihatnya duduk diatas motornya, pakai kaos hitam. Dia tidak membuka
helmnya. "Haloo", sapaku.
Dia agak bengong liat aku datang dan aku ga tau apa yang dia bengongin. Dia
terpaku duduk di motor Satrianya menatapku.
"Hei, ngapain bengong"", tanyaku sambil menghentakan pundaknya.
"Ehhh...", jawabnya tergagap.
"Ayo...berangkat. Jangan kelamaan, lo ke GEIM kan"", tanyaku.
"Iyah", jawabnya.
"Oke..berangkat Bang!", ujarku.
Aku menaiki motor Satrianya, ini terakhir kali aku menaikinya. Aku menaikinya
perlahan dan dia mengendarai dengan perlahan pula. Aku ga memeluk pinggangnya
lagi, aku memegang handle dibelakangku. Ada perasaan aneh malam itu. Dia
mengantarku ke Konika terlebih dahulu di daerah Jl. A. Yani, dekat TripleX. Aku
turun dan langsung melepas helmku, langsung masuk ke dalam tanpa
memperdulikan Bho yang masih berusaha memarkir motornya, biasanya, aku
tunggu dia, skrg ga. Aku langsung masuk dan menaruh helmku ditangan sebelah kiri. Aku melihat Bho
membuka helmnya dan duduk di kursi tunggu. Melalui ujung mataku, aku bisa tau
kalau Bho mengamatiku dari jauh. Matanya tak pernah lepas menatapku, tapi
begitu aku menatapnya, dia langsung nunduk. Aku menghampirinya sambil
menunggu giliranku dilayani si customer service.
"Sa, titip tas yaa", ujarku padanya
"Iya..eehhmmm...", jawabnya sambil menatapku.
Aku berdiri didepannya dan dia duduk menghadap padaku.
"Kenapa Sa"",tanyaku.
"Kok panggilnya Sasa" "", tanyanya.
"Hmmm..sorry sorry Ji. Sorry ya, mulai sekarang gwe manggil lo Aji deh",


Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawabku ga enak. "Bukan...bukan gitu...ada yang aneh, kan biasa panggil..", ujarnya kupotong..
"Mm,..titip ya tasnya", ujarku padanya sambil membenarkan tatanan rambutnya.
Kebiasaan..uuhhh.. Aku langsung pergi kearah customer servicenya. Aku masih melihatnya mengikuti
kemana diriku berjalan, dia, Bho masih mengamatiku. Mengamati diriku dari
kejauhan, aku ga ngerti ada apa dengannya.
Begitu selesai, aku langsung mengambil Helm ku, mengambil tasku di Bho.
"Udah, yuk, cari makan. Laper", ajakku.
"Iyah", jawabnya.
Aku melihat Bho ingin merangkul pinggangku Cuma aku keburu ngacir pergi ke
arah sepeda motornya. Aku liat dia terdiam ditempatnya berdiri saat aku
membalikkan badanku. "Ji, ngapain disitu. Ayo..ntar lo kemaleman", teriakku.
Aku melihatnya menghampiriku perlahan..ada raut muka aneh tersirat disana.
Seperti sedih atau bingung, atau salah langkah.
"Jangan panggil Aji"!", ujarnya saat berdiri disampingku.
"Trus panggil apa"", tanyaku.
"Yang kayak biasa aja", jawabnya.
"Ya dah Sa", jawabku sambil mundur ke belakang.
"Bukan itu", jawabnya sambil memundurkan motornya.
Aku mulai sibuk pegang sana sini buat pasang helm. Tiba tiba ada suara laki
laki dibelakangku. "Sini Neng Cantik, saya bantuin", ujarnya.
"Eh, ga papa. Makasih Pak", jawabku.
Tiba tiba Bho turun dari motornya dan menghampiriku.
"Sini Beb, aku pegangin tasnya", ujarnya.
Aku gantian yang terpaku sekarang. Kok""" Kok dia panggil aku Beb""
Manusia Aneh", ujarku dalam hati.
Ketika sedang menuju tempat makan malam itu, ditengah perjalanan, aku
memberitahukan Bho mengenai kepergianku. Walaupun sebenarnya aku berbohong
padanya. Tapi itu cukup membuat dia agak aneh.
"Sa, mau ngasih tau sesuatu", ujarku.
Dia memelankan laju motornya sedikit lagi supaya suaraku lebih terdengar.
"Dibilang jangan panggil Sasa", ngerti ga siy" Kenapa"", tanyanya.
"Besok aku berangkat, pindah dari Samarinda", jawabku.
Aku langsung merasakan hentakan keras dari motor Bho yang otomatis
membuatku berpegangan memeluk pinggangnya.
"Kemana"", tanyanya.
"Palangkaraya, masih Kalimantan kok trus ke Jakarta", jawabku.
"Balik lagi ga ke Samarinda"", tanyanya.
"Kenapa"", tanyaku.
"Hmmm.....ga papa. Tanya aja", jawabnya.
"Oke....", jawabku.
Tanpa sadar, tanganku masih berada dipinggangnya, memeluknya. Merasa ga enak,
aku melepaskan kaitan tanganku, tapi tiba tiba..
"Jangan....dah, disitu aja tangannya", ujar Bho.
Aku kaget... "Ga ah, ga enak diliat orang", jawabku.
"Semua orang juga kalo dibonceng meluk pinggang, Beb", jawabnya.
"Ya tapi kan itu meluk pacarnya, bapaknya, kakaknya, adiknya...gwe kan",
jawabku. Belum sempat aku meneruskan ucapanku, Bho bersuara lagi..
"Berisik. Biarin aja kenapa siy" Mang ga boleh meluk pacar sendiri"", jawabnya.
"Sa""" Tapi lo kan bukan....", ujarku.
Dia menambah laju motornya. Sampai kita sampai di rumah makan itu. Aku yang
maksa bayar disana, Last Treat kan. Dia disana menanyakan kembali apa aku balik
ke Samarinda lagi atau tidak" Aku mengalihkannya ke topik lain.
Aku memesan Nasi Goreng sementara Bho memesan Nasi Mawut. Sudah jadi
kebiasaan kami waktu masih jadian dulu kalau beli nasi goreng, Telur bagian
kuningnya serta 3/4 Nasi punyaku, pasti kuberikan kepada Bho. Sementara
sayuran yang ada di Nasi Goreng Bho, pasti dia berikan kepadaku. Tanpa perlu
aba aba, kami selalu melakukan hal itu.
Malam itu kami makan tanpa banyak bicara..
Setelah makan...dia langsung mengantarkanku pulang. Begitu sampai di kost, dia
singgah sebentar Cuma menanyakan hal yang sama.
"Kamu balik lagi kan ke Samarinda"", tanyanya.
"Insya Allah. Oia, ini Helm sama barang barang kamu mau kamu bawa
pulang"",tanyaku.
"Kok gitu" Kamu mau kemana siy"", tanyanya.
"Ga kemana mana. Mau ga"", tanyaku
"Ga usah, kamu simpen aja. Kan kamu balik lagi kesini kan"", tanyanya kesekian
kali. "Insya Allah, ya dah, pulang sana. Ntar kompi dewa" nya di GEIM diambil orang
lho", jawabku. Dia ga manjawab apa apa. Aku masuk ke kost sambil jalan mundur. Aku Cuma
liat dia diam diatas motornya, melihatku yang semakin menjauh. Ada raut yang
sulit kujelaskan dengan logikaku. Aku langsung naik ke atas, masuk ke kamarku.
Ketika aku ingin menutup tirai kamarku, aku masih melihat Bho dibawah, melihat
kearah kamarku. Aku tak tau apa yang sedang ada di kepalanya. Yang jelas, aku melambaikan
tanganku dan segera menutup tirai itu. Berbalik badan dan tangisku pecah
disana.. Apa aku sanggup tanpanya"""" Huuffttt..
Aku terbangun oleh sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarku. Tiba
tiba hpku berbunyi, Aini.
"Ya...da pa neng"", tanyaku.
"Kak Vie jadi pulang hari ini"", tanyanya.
"Iyah, kenapa" Dah sampai Muara Kaman Kah"", tanyaku.
"Udah, kangen Kak Vie, Aini. Kak, barusan Eki sms Aini, PSP nya dah ada",
ujarnya. "Ya dah, nanti Kak Vie kabarin lagi ya", jawabku.
Aku sengaja pengen beli PSP waktu itu untuk Bho supaya dia gak terlalu sering
keluar rumahnya. Tapi sekarang ga perlu lagi kayaknya ya..
Aku langsung membereskan semua barang2ku, mengecek agar semuanya tak
tertinggal. Ketika kupastikan semuanya beres, aku melihat sebuah tas yang
harusnya semalam sudah raib, tapi ternyata belum. Ingin rasanya aku menitipkan
semuanya ke GEIM, tempat Bho biasa main, Cuma, hati bilang ga usah".
Akhirnya aku memikirkan lagi semuanya, gimana caranya semua barang2 itu bisa
masuk. Lama berpikir, akhirnya semuanya masuk
. Hanya tertinggal Helm VOG.
Terkadang, Aku masih bisa membayangkan helm itu terpakai di kepala Bho.
Kenapa dia harus beli helm dengan warna dan merk yang sama, VOG Super Sonic
Hitam. Sampai sekarang, helm itu masih tersimpan di sudut lemari pakaianku.
Kalau helm itu tak berarti buatku, mungkin sudah kuberikan kepada orang lain.
Rasanya, hari ini aku benar benar harus merelakan semuanya. Merelakan Bho,
Merelakan kondisi badanku dan merelakan kalau aku harus kenapa kenapa dijalan.
Hari ini aku pergi tanpa Bho yang mengantarkanku ke Balikpapan. Aku sendirian.
Sama seperti ketika aku datang kesini, aku datang sendiri dan aku pun pulang
sendiri. Aku segera membereskan sisa sisanya, pergi mandi.
Selesai mandi, aku segera siap siap, jam masih menunjukkan pukul 8 hari itu.
Aku membawa keluar semua barang bawaanku, hanya 1 buah tas pakaian dan 1
buah helm ditangan ( dah kayak pembalap aja bawa helm ya")..
Semua teman temanku masih terlelap, Cuma Aini yang menyapaku, itu juga
karena dia ada di Muara Kaman, lagi bantuin Ibunya bikin krupuk kali ya"""
Aku membawa semua bawaanku sendirian. Aku jalan motong lewat Masjid depan
kost-an, trus naik angkot Hijau buat ke Terminal Bis. Angkot itu lewat GEIM
dan ketika angkot itu melewatinya, Aku melihat motor Bho disana. Aku inisiatif
mengirimkan sms perpisahan padanya..
"Sa, pagi pagi dah nongkrong di GEIM"
Hanya itu kata kata yang mampu aku tulis untuknya. Aku hanya bisa terdiam
sepanjang jalan. Mengabadikan semuanya melalui cam digital ku. Kota yang sudah
menyemangatiku untuk tetap bertahan selama ini harus kutinggalkan. Everybody
doesn"t know me at all, doesn"t know my name, who am i", Aku Cuma tau
beberapa nama tapi tak tahu bagaimana bentuk rupanya. Hanya cerita.
Sesampainya di Terminal Bus, Aku langsung menaiki satu bis yang sudah siap
berangkat ke Balikpapan. Kutaruh semua bawaanku di bagasi kecuali helm VOG ku.
Aku memeluknya sepanjang jalan seakan akan kalau helm itu hilang, maka
hilanglah seluruh nyawaku.
Aku terpaku melihat pemandangan di sepanjang jalan. Aku banyak melewatkan
pemandangan indah ini. Bi situ berhenti sejenak di dekat Jembatan Sungai
Mahakam. Aku terpaku, sampai aku tersadar oleh teguran dari seseorang.
"Mau kemana Neng Cantik"", tanyanya.
Seorang Bapak Tua duduk disebelahku.
"Ooo..ke Jakarta. Kenapa ya Pak"", tanyaku.
"Sedang pandangi apa kah"", tanyanya.
"Enggak. Hanya liat liat diluar. Pemandangan bagus", jawabku.
"Liburan kah atau tinggal disini memang keluarga"", tanyanya.
"Liburan", jawabku.
"Sendiri""", tanyanya.
"Ga pak, sama teman tadinya", jawabku alibi.
"Temannya mana"", tanyanya.
"Saya pulang duluan", jawabku.
"Kenapa" Marahan kah"", tanyanya.
"Ga, dia masih ada urusan", jawabku sambil masih memandangi Sungai Mahakam.
"Hmmm..Sungai Mahakam. Kamu tau tentang Sungai Mahakam"", tanyanya.
"Kenapa Pak"", tanyaku.
"Sungai Mahakam punya cerita pahit untuk saya", jawabnya.
"Kenapa"", tanyaku.
"Dulu ada pepatah bilang, Sekali Kamu Minum Air Dari Sungai Mahakam, Kamu
Pasti Akan Kembali Ke Samarinda"..", ujarnya.
"hmmm...", jawabku.
"Dulu saya punya pacar waktu muda, baik, saya sayang banget sama dia sampai
saya bikin salah sama dia", jelasnya.
"Salah""", tanyaku.
"Iyah..Saya secara gak langsung masih mengharapkan wanita yang dulu saya suka,
suka sama saya", jelasnya.
"Maksudnya"", tanyaku heran.
"Iyah, dulu sebelum saya pacaran sama cewek saya, saya pernah mengharapkan
seorang wanita. Anggaplah namanya A..", jelasnya.
Si Bapak bercerita sepanjang bis itu berhenti.
Beliau menceritakan tentang mantan pacarnya dulu yang di sia siakan karena
ternyata dia masih mengharapkan seorang wanita yang dulu dia suka,
menyukainya. Mantan pacarnya datang jauh dari Surabaya dengan hasil gajinya
yang ia kumpulkan. Sampai di Samarinda, ternyata si Bapak masih belum bisa
melupakan wanita yang diidam-idamkannya sampai suatu saat, pacar si Bapak
memutuskan pulang ke Surabaya dengan calon anak yang ada diperutnya. Si bapak
mengetahui itu, Cuma beliau masih belum bisa menerimanya dan masih
memimpikan wanita idaman itu. Akhirnya
pacar si bapak pulang dengan sukarela.
Ketika si pacar sudah pergi, Beliau mulai berusaha mencari keberadaan si Wanita
idaman. Ketemu katanya, tapi si wanita sama sekali tidak meresponnya.
"Padahal, dulu, waktu sakit, saya yang nemenin. Waktu dia minta apa, saya
cariin." Begitu ceritanya. Beliau menyesal menelantarkan anak dan pacarnya yang kini
entah dimana. Waktu sudah memakan semuanya. Si Bapak sampai ga ingat lagi
sudah berapa lama tak berjumpa. Sampai dia dengar kabar dari kerabatnya
tentang mantan pacarnya itu yang ternyata sudah tiada, meninggal ketika
melahirkan buah cinta yang dulu pernah ditolak kehadirannya oleh si bapak.
Sekarang, anak dari mantan pacarnya itu pun menolak kehadiran si Bapak yang
notabene ayah kandungnya dan si bapak tidak pernah menikah lagi sampai
sekarang. "Saya bukan tidak mau menikah lagi. Tapi sejak peristiwa itu, saya tau kalau dia
meninggal, saya jadi merasa bener bener berdosa neng. Kayaknya dengan tidak
menikah pun belum bisa menebus semuanya. Apa yang dia berikan ke saya waktu
itu tulus, kenapa saya begitu bodohnya sampai bisa menelantarkan dia demi
mengejar wanita yang jelas jelas ga menghargai saya sama sekali", jelasnya.
"Trus apa yang bapak lakukan selama bapak ga mencari mantan bapak"", tanyaku.
"Ya biasa, kayak ndak ada beban apa apa, masih suka nongkrong nongkrong
sama temen temen dulu", jawabnya.
"Pas dah tau keadaan si ...itu, gimana pak"", tanyaku.
"Hmmm..bapak ga bisa tidur, dari pas pacar saya pergi juga kayak ada yang ilang
gitu. Hanya bapak pikir, Bapak bisa dapat gantinya, Cuma ternyata salah. Dia tak
tergantikan Neng", jawabnya.
"Hmmm...iyh. Sekarang Bapak tinggal dimana"", tanyaku.
"Di Samarinda, Cuma ada urusan di Balikpapan", jawabnya.
"Ga pengen nikah aja pak"", tanyaku
"Saya bisa nikah lagi Cuma saya ga mampu kalau ingat semuanya. Biarlah, ini
memang harga yang harus saya bayar karena mengecewakan wanita itu dulu,
Namanya Siti", jelasnya.
"Ya, semoga dia mendapat tempat yang layak ya Pak", jawabku.
"Pasti Pasti....saya selalu mendoakannya. Kenangan tentang dia masih hidup di
hati saya walaupun anak saya dan dia tidak menerima kehadiran saya, tapi Ibunya
telah memberikan pelajaran berharga buat saya. Tidak ada yang abadi di dunia ini
Neng, jadi jangan sia siakan yang ada dipelukanmu sekarang", ujarnya.
"Iyh...", jawabku.
"Sudah punya pacar kah"", tanyanya.
"Sudah, tapi baru bubar", jawabku.
"Kenapa" Ini gara garanya kamu pulang"", tanyanya.
"Bukan..", jawabku alibi.
"Ya, semoga dia mendapatkan pencerahan ya nanti", jawabnya.
Aku Cuma bisa diam, semua memori tentang Bho masih terekam jelas diotakku.
Tak sadar, Bis itu pun bergerak melaju dan aku sedang memikirkan apa ini jalan
yang terbaik untukku. "Ya sudah, saya pindah, mungkin kamu ingin sendiri melihat lihat
pemandangan", ujar Bapak itu.
"Makasih Pak", jawabku sambil tersenyum.
"Senyummu mengingatkan saya sama mantan saya, terlihat manis tapi sebenarnya
menyimpan kesedihan yang luar biasa. Saya mendekati kamu Karena kamu mirip
dia, cantik, manis namun kehilangan senyuman dan sepertinya kamu sedang
merasakan kesedihan yang entah bagaimana dahsyatnya", jelasnya.
"Ah, bapak...ga kok. Makasih", jawabku sambil tersenyum kembali dan
memalingkan wajahku kembali ke arah jendela. Kupakai kacamata hitamku,
menyembunyikan mataku yang mulai berair karena ucapan Bapak itu. Bi situ
sudah melewati Jembatan Sungai Mahakam..
"Ya, dulu teman saya pernah bilang, "Jika kamu dihadapkan dengan 2 pilihan,
carilah seseorang yang mencintaimu bukan orang yang kamu cintai. Karena orang
yang tulus mencintaimu pasti mengerti kamu, bukan ingin dimengerti"..ingat baik
- baik ya", ujarnya "Ya...", jawabku.
"Senyummu mengingatkan saya sama mantan saya, manis tapi menyimpan
kesedihan yang luar biasa"
Huuffttt...apa yang sudah terjadi, mengingatkan ku kembali kepada sosok wanita
dimasa lalu Bho. Namanya Zie, entah nama aslinya siapa. Bho kenal Zie di sebuah situs social
bernama Tagged. Entah bagaimana ceritanya, Bho pun ketemuan sama Zie. Tapi
Zie tampaknya hanya setengah hati pada Bho. Bho men
genalkan Zie pada sahabat
wanitanya bernama Vina yang mungkin sampai detik ini, Vina pun masih berteman
dengan Zie juga Bho. Zie sudah dianggap Bho seperti adiknya, aku tak tau seperti apa arti "adik" buat
Bho tapi buatku, itu ga masalah. Tapi Zie jelas mungkin jenis "adik" yang
berbeda karena aku pernah menemukan BHo mengirimkan sms ke Zie..
"Adiiiiiikkkkkkkk....Kakak kangeeeeeeeeeeeeeennnnnnn"..
Dan ketika aku membacanya, rasanya, campur aduk. Aku jadi merasa seperti
orang lain buat Bho saat itu.
Tak sadar, airmataku mengalir. Aku mulai merasakan benar benar hilang seluruh
hatiku saat itu. Tak sadar, ada sms masuk ke HPku.


Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Vie, Eki niy, PSPnya jadi ga" Lo dah DP seharga 1 PSP, gimana"", tanyanya
Aku membalasnya dengan menyuruhnya mengirimkannya ke GEIM atas nama Aji,
tapi tunggu konfirmasiku. Aku langsung mengirimkan sms ke Bho.
"Sa, itu ada PSP di temenku, Eki. Buat kamu, kan waktu itu aku janji bakal beli
PSP buat hadiah dari gaji pertamaku. Kusuruh kirim ke GEIM ya, atas nama Aji"
Terkirim...dan tak lama, balasannya pun kuterima..
"Ga usah, jangan kirim ke GEIM, simpen aja dulu sama dia. Nanti kita ambil
sama sama trus kita mainin bareng bareng pas kamu balik ke Samarinda,
ya"" Aku tidak membalasnya....aku Cuma bisa terdiam, menangis.....
Aku belum tentu kembali, Sa"....
Air mataku mengalir deras, membuyarkan pandangan mataku akan keindahan kota
yang selama ini memberiku semangat yang akan segera kutinggalkan bersama
semua ketulusan cintaku untuk seorang manusia berpangkat dewa bernama Bho...
FAREWELL LOVE....this is a farewell """"
Tak terasa aku sudah meninggalkan Samarinda, sekarang Bis ini membawaku ke
Balikpapan, meninggalkan semua kisah itu dibelakang dan sepertinya aku enggan
mengingatnya lagi. Aku langsung mengirimkan sms kepada Eki untuk membatalkan PSPnya. Eki
sempat menanyakan semuanya padaku. Dia menelponku tak lama setelah aku
mengkonfirmasi semuanya. Aku sudah menjelaskan semuanya dan dia cukup kaget
mengetahui aku sudah di bis menuju Balikpapan untuk segera kembali ke Jakarta.
Sepanjang perjalananku, Eki tetap menghubungiku, menanyakan segalanya dan aku
gak bias menutupi semuanya. Tangisku pecah saat itu dan Eki hanya bias terdiam.
Awalnya dia ingin pergi ke tempat Bho biasa main, menanyakan semuanya, tapi
aku menahannya. "Aini tau Vie soal ini"", tanyanya.
"Ya tau", jawabku.
"Kenapa ga bicara sama kami disini semuanya. Pasti kita bisa bantu, ga gini
caranya", jawabnya. "Wew, kalo memang Vie cerita, mang Eki sama yang lain mau apa" Paksa dia
untuk tanggung jawab" Kayaknya ga ada gunanya", jawabku.
"Kenapa memangnya"", tanyanya.
Aku menceritakan semuanya pada Eki, Eki ga bisa bilang apa apa.
"Kamu ga pernah kenalan sama temen temennya dia, Vie"", Tanya Eki.
"Aku hampir kenal semua namanya, tapi aku ga tau yang mana wajahnya",
jawabku ditengah tangisku.
"Shhh****tt...kenapa ga bilang pas kamu disini siy" Kita disini bisa bantu kamu.
Lagi Aini kenapa ga bilang lagi", jawab Eki.
"Ki, udah deh. Ga usah ngomongin dia lagi. Vie bingung", jawabku yang dibarengi
dengan putusnya telpon tersebut karena sinyal drop.
Dalam perjalanan itu, aku sama sekali ga bisa tidur. Airmata ga abis abisnya
turun. Rasanya pengen banget balik ke Samarinda, samperin Bho dan marah
marah sepuasnya. Cuma pasti aku ga bisa.
Tak lama, aku sampai di terminal bis dan melanjutkan perjalananku ke Sepinggan
dengan naik Ojek. Lumayan kena Rp. 25.000. Entah itu memang tarif dari
terminal ke Sepinggan atau bukan, yang jelas aku merasa nyaman naik ojek karena
si Bapak tukang ojek berjuang keras memberikan pelayanan buatku. Bawaanku
tidak bisa dibilang ringan ditambah helm hitam VOG ku. Aku sampai di Sepinggan
lebih cepat dari seharusnya sehingga belum bisa masuk ke ruang tunggu. Akhirnya
aku menunggu diluar. Tiba tiba Hpku berbunyi dan aku melihat nomor yang
asing, Siapa ya""", tanyaku dalam hati. Kuangkat.
"Haloo..", sapaku.
"Halo Vie, Ini ben2", sapa dari suara tersebut.
"oohhh..Ben. Ada apa"", jawabku.
Ben2 itu sahabat Eki, temannya Aini.
"Kenapa Ben"", tanyaku.
"Lo dimana"", tanyanya.
"Sepinggan, kenapa"", tanyaku.
"Balik Samarinda, sekarang. Lo harus urusin semuanya", jawabnya.
"Urus apa"", tanyaku.
"Urus urusan lo sama cowok lo", jawabnya.
"Siapa cowok gwe" Gwe dah ga punya cowok Ben", jawabku.
"Aji. Cowok lo kan"", tanyanya.
"Bukan, gwe dah bubar. Gwe ga mau inget dia lagi", jawabku yang mulai
menangis lagi. "Vie, gwe dah tau semuanya dari Eki, balik ke Samarinda lah. Tak usah balik hari
ini", ujarnya. "Ga bisa. Gwe dah dibeliin tiket Ben. Ga bisa balik lagi ke Samarinda", jawabku.
"Harus, lo harus samperin dia. Enak banget siy dia. Dulu waktu perlu, dia baik
sama lo, sekarang. Lo balik ke Jakarta aja sendirian", jawabnya.
"Udah ben, ga usah diomongin lagi. Ya"", pintaku.
"Lo mang gampang ngomong gitu Vie, lo perempuan. Gwe laki laki. Malu gwe
jadi laki laki ngerti ga lo"", tanyanya.
"Hmmmm...", jawabku yang sudah tak mampu membendung airmataku lagi.
"Gwe laki laki. Gwe ga akan kayak gitu kalo gwe mampu melakukan itu sama
cewe gw. Gw akan lindungi dia semampu gwe", jawabnya.
"Mungkin dia ga bisa anter gwe ke bandara karena dia capek kali Ben..udah",
jawabku. "Ga mungkin. Laki laki memang kadang benci sama yang namanya perpisahan,
gwe yakin, Aji tuh sayang sama lo Vie, Cuma dia masih belum sanggup kalo harus
ada anak. Cuma itu dah rejeki dari Allah kan Vie, dia harus sadar itu, bukan lari
dari masalah. Lo juga jangan lari", jelas Ben
"Ben, bukan lari. Tapi gwe ga mampu hidup di tempat yang semuanya berisi
kenangan gwe sama dia", jawabku.
"Denger, oke..lo ga lari dari masalah, tapi kenapa lo ga temuin dia, bilang
semuanya"", tanyanya.
"Gwe dah tau jawabannya Ben, dia dah sadar kalo kayaknya gwe hamil dan dia
minta, klo bener gwe hamil, untuk gugurin kandungan gwe", jawabku.
"Shhh***tt..alasannya"", tanyanya.
"Belum siap", jawabku.
"Trus lo mau berjuang hidup sendirian"" Lo mau besarin anak itu sendirian,
Vie"", tanyanya.
"Seumur hidup gwe, gwe akan berjuang apapun buat dia. Seumur hidup gwe, ga
ada yang pernah berjuang untuk gwe selain orangtua gwe. Gwe mau balas apa
yang mereka kasih sama gwe dengan gwe berjuang untuk anak gwe", jawabku.
"Oke..mereka berjuang berdua, lo sendiri..ngerti ga"", ujar Ben.
"Ngerti, ga papa..gwe akan berjuang buat anak gwe walaupun gwe sendiri. Gwe
mau dia jauh lebih kuat, lebih punya prinsip dari ayah atau bundanya. Gwe mau
dia bisa bertanggung jawab atas apa yang dia ucapkan dan dia perbuat nanti, gwe
mau berjuang untuk itu", jawabku.
"trus kenapa lo harus balik ke Jakarta" Lo punya teman teman disini. Bukan
Cuma di Jakarta", ujar Ben.
"Gwe ga sanggup Ben..", jawabku di tengah tangisku.
"Lo pergi karena lo mau lupain Aji"", tanyanya.
"Gwe pergi bukan untuk lupain Aji. I leave him not because I"m not love him, I
love him so much, Ben", jawabku.
"So why""", tanyanya.
"Karena gwe ga mampu hidup tanpa dia di tempat yang jelas jelas dia bisa
temuin gwe yang makin hari makin terpuruk karena liat dia. Biar dia kejar
kebahagiaan, jalan hidup yang dah dia pilih Ben", ujarku.
"Game" Jalan hidupnya tuh Game" Rela lepasin cewek yang bisa kasih cinta kayak
lo" Setan!! Lo tuh terlalu baik kalo harus terima jalan kayak gini. Dia laki laki,
harusnya punya prinsip. Kalo tuh server modar, mau ngapain dia"", jawab Ben
meluap luap. "Ya pasti akan ada game pengganti Ben, udahlah", jawabku lemas.
"Ya, pasti akan ada game pengganti. Gwe suka game, gwe gamer juga. Penggila
mungkin, tapi gwe bisa pisahin, mana realita mana maya. Kesenangan sementara,
sama kesenangan yang memang harus gwe kejar untuk masa depan gwe. Gwe
mampu abisin duit berapa pun buat game, tapi gwe juga mau abisin berapapun
untuk masa depan gwe. Ngerti lo"", tanyanya.
"ya..setiap orang punya jalan sendiri sendiri, jangan paksa dia harus jadi seperti
lo Ben", jelasku. "Ya Tapi....", jawabnya yang terus kupotong dengan menutup Hpku. Aku me-non
aktifkan Hpku. Aku tenggelam dalam tangisku, semakin tenggelam dalam sekali.
Aku memutuskan tetap pergi daripada harus tinggal tapi hati tersayat setiap
hari. Membayangkan dia bisa melakukan apa pun yang dia suka, sementara aku
h arus berjuang hidup dan mati untuk sesuatu yang tidak ia inginkan tapi aku
terlanjur mencintainya, mencintainya seperti aku mencintai Aji.
Kupasang Earpiece MP3 playerku, kunyalakan MP3ku...
dimatamu aku tak bermakna
tak punyai arti apa-apa kau hanya inginkanku saat kau perlu
tak pernah berubah.. kadang ingin kutinggalkan semua
letih hati menahan dusta diatas pedih ini aku sendiri
selalu sendiri... serpihan hati ini kupeluk erat
akan kubawa sampai kumati
memendam rasa ini sendirian
ku tak tau mengapa aku tak bisa melupakanmu...
kupercaya suatu hari nanti
aku akan merebut hatimu walau harus menunggu sampai ku takmampu
menunggumu lagi........ ( Utopia Serpihan Hati )
Aku Pergi, entah akan kembali ke Samarinda atau enggak....
I Leave You Love...Leave you My Beloved Striker with all the memories...see ya
until..I Don't know when but..I"ll be missing you..
Can I live without You""".....Hiks...hiks..
Ketika aku memutuskan me-non aktifkan HPku, aku melihat di informasi bahwa
pesawat tujuan Jakarta dengan maskapai penerbangan yang akan aku naikin sudah
bisa ambil Boarding Pass. Aku segera memasuki ruangan Boarding Pass dan
mengambil Boading Pass-ku.
15C", bisikku dalam hati.
Huuffttt..oke. Aku segera memasuki Waiting Room, bayar Airport Tax and then,
cari kursi buat menyendiri. Merapikan penampilan dan uppzzz..aku teringat kalau
aku belum mengabari teman teman scorpie ku di Jakarta. Mau ga mau, aku
segera menyalakan kembali HPku dan berharap Ben atau siapapun tidak
menelponku untuk membicarakan ttg Bho.
Aku segera mengirimkan sms kepada Panca..
Delivered"...bisikku dalam hati.
Aku kembali berusaha mematikan HPku. Tapi tiba tiba, hpku berbunyi..Ben!
"Ya Ben"", jawabku dengan suara sengauku.
"Maaf, gwe terlalu lancang ngomong kayak gitu sama lo, padahal kondisinya lo
pasti lagi..hmm..sorry Vie", jelas Ben.
"Ga papa, Vie juga minta maaf. Vie masih belain Aji, maaf ya Ben", jawabku.
"Ga papa, wajar kok lo masih belain dia, lo sayang kan ma dia, ya kan"", Tanya
Ben. "Seumur hidup gwe, gwe sayang sama dia, Ben. Ga ada niat buat musuhin dia.
Gwe Cuma..". Jawabku tertahan tangisku yang sudah mulai meledak.
"Cuma apa"", Tanya Ben.
"Cuma....memang dia bukan buat gwe. Dia bilang kalo dia ga mau, ga suka
dipaksa seakan akan harus jadi sama gwe. Itu alasan gwe kenapa gwe ga mau
inget dia lagi", jawabku.
"Shh***tt, kenapa dia ngomong gitu"" Lo hamil anak dia Vie, dia harus tanggung
jawab", jelas Ben. "Memang dia seharusnya tanggung jawab, entah apa alasannya. Yang jelas gwe ga
mau paksa dia tanggung jawab kalo seandainya dia mau. Gwe ga mau kalo
seandainya dia tanggung jawab trus dia kesel sama anak anak gwe nanti,
masalah ini diungkit ungkit lagi. Gwe ga mau!!", jawabku.
Tangisku sudah meledak saat itu...aku tak bisa berpikir apa apa.
"Kenapa jauh amat siy pikiran lo"", tanyanya.
"Ga ada salahnya mikir jauh kan Ben""", tanyaku kembali.
"Memang ga salah Vie, Cuma..aduh...kenapa ga bilang sama anak2 disini siy"",
tanyanya. "Ga..cukup dah ini jadi urusan gwe", jawabku.
"Huuufffttt..when will I see your smiling face again, Vie" Lo ke Samarinda lagi
kan nanti"", tanyanya.
"Maybe...I don"t know when will u see my smiling face again. Maybe, there"s no
smiling face, Ben", jawabku di tengah tangisku yang makin tak bisa kubendung.
"Jangan..kita, gwe terutama, suka liat lo senyum. Ada lesung pipitnya.
Senyumlah Vie. Udah, Aji...Aji..Aji mang manusia terbodoh yang pernah gwe
tau", jawabnya. Mendengar Ben berkata seperti itu, aku Cuma bisa menangis dan menangis.
Rasanya semuanya buyar. Apa yang sudah aku dan Bho bicarakan dulu seakan
terbang melayang entah kenapa. Aku sudah tidak bisa menangkapnya, meraihnya
pun aku ga sanggup. Semua kenangan manis itu ternyata benar Cuma manis dibibir saja. Aku sama
sekali terlalu terhanyut oleh yang namanya Cinta. Cinta yang awalnya terlihat
indah, berubah jadi kelam dan hitam.
"Vie...Vie...", suara Ben memecahkan lamunanku.
"Iyah Ben, maaf. Gwe jadi inget lagi semuanya", jawabku terisak.
"Iyah, sekarang lo dah dimana"", Tanya Ben.
"Waiting Room, kenapa"", tanya
ku. "Lo bener bener pergi, Vie"", Tanya Ben.
"Ya, Vie pamit. Vie pergi. Salam buat Eki, Bang Jo, Bang Ogi, Bang Adam,
semuanya", jawabku. "Ya, Jo sama Adam ada disini. Eki juga. Anak anak mau ketemu lo, tadinya
kalo memang lo bisa balik ke Samarinda, Jo dah bawa mobil siap berangkat
Balikpapan. Aini juga mau datang, tapi Vie pergi ya"", tanyanya lagi.
"Iyah", jawabku.
"Aaaaarrgghh..sshhh***tt banget siy. Gwe ma anak anak disini kayak apa
jeleknya coba", jawab Ben.
"Jelek kenapa"", tanyaku.
"Jelek gara gara Aji", jawabku.
"Kenapa" Kok Bisa gara gara dia"", tanyaku heran.
"Dia bikin malu kami kami disini. Dia laki laki, kami disini juga laki laki.
Kami pantang tak bertanggung jawab atas apa yang sudah kami lakukan. Kalau
kami tak bertanggung jawab, malu kami sama orangtua, muka tuh mau ditaro
dimana. Kalau sudah kecemplung berdua, basah ya basah berdua sekalian, paham
kan"", Tanya Ben
"Ya...", jawabku yang diselingi suara pemberitahuan kalau penumpang pesawat
tujuan Jakarta, sudah bisa masuk ke pesawat.
"Ben, Vie bener bener harus berangkat. Pamit ya", ujarku.
"Ya, ati2 ya. Kalo ada apa apa kabari kami disini. Ya"", jawab Ben.
"Ya..", jawabku.
Aku segera mengemasi semuanya, termasuk Helm VOGku. Aku berjalan menuju
pintu keluar setelah Boarding Pass ku diperiksa dan aku kembali ke lapangan
dimana pertama kali aku mendaratkan kakiku di Balikpapan. Kupasang kacamata
hitamku karena airmataku sudah tak dapat kubendung lagi. Masih kuingat suara
itu.. "Hallo beb, dah dimana"", tanyanya.
"Masih di Jakarta", jawabku.
"Hah"""""", jawabnya.
"Boong denk...dah di Sepinggan", jawabku sambil terkekeh.
"Pantes, suaranya jernih, deket", jawabnya.
Airmataku membuyarkan pandanganku. Aku berhenti sejenak sambil melihat
Pesawat McDonnell Douglas Maskapai Penerbangan itu didepanku.
Apa aku benar benar akan meninggalkan dia"", tanyaku dalam hati.
Aku melangkahkan kakiku dengan pasti walaupun rasa sakit ini menusuk nusuk
hatiku. Aku menaiki tangga pesawat dengan perlahan, menenangkan diriku sendiri
bahwa semuanya akan baik baik saja.
Aku menemukan kursiku, 15C. Dipinggir lagi.


Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku menaruh Helm VOG ku di tempat penyimpanan barang lalu duduk manis
sambil sesekali menyeka airmata yang masih dengan semangatnya keluar dari
mataku. Kupasang Earpiece MP3ku dan kunyalakan playernya..
Aku yang memikirkan Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku Tersita dengan angan tentangmu
Mencoba lupakan Tapi ku tak bisa Mengapa.. Begini.. Oh Mungkin aku bermimpi Menginginkan dirimu Untuk ada disini menemaniku
Oh Mungkinkah kau yang jadi
Kekasih sejatiku semoga tak sekedar harapku
Bila Kau menjadi milikku Aku takkan menyesal Telah jatuh hati Semoga tak sekedar harapku..
( Monita Kekasih Sejati )
Pesawat pun segera berjalan, diiringi lagu itu, aku menggantungkan semuanya,
melupakan semuanya. Melupakan dia....Aku mematikan MP3 Playerku.
Seandainya dia memang Kekasih Sejatiku....Ternyata hanya harapku..
Could I Keep you in My heart""" ...Feel like NUMB...
Aku merasakan perasaan yang tidak dapat bisa kukatakan dengan bahasa apapun.
Andai terjadi sesuatu yang membuatku kehilangan nyawaku di dalam pesawat itu,
aku pun mungkin tidak merasakan apapun. Aku hanya bisa diam didalam pesawat,
gak mikir apapun. Mp3 Playerku kembali kunyalakan setelah lampu peringatan untuk boleh
Nyai Tandak Kembang 1 Fear Street - Nilai Akhir Final Grade Bangkitnya Kebo Ireng 1
^