Pencarian

Summer In Seoul 1

Summer In Seoul Karya Ilana Tan Bagian 1


Summer in Seoul Ilana Tan Download Ebook Jar Lainnya Di
http://inzomnia.wapka.mobi
http://mobiku.tk For those who always believe in me,
thank you &. Prolog Dulu kalau aku tak begitu, kini bagaimana aku"
Dulu kalau aku tak di situ, kini di mana aku"
Kini kalau aku begini, kelak bagaimana aku"
Kini kalau aku di sini, kelak di mana aku"
Tak tahu kelak ataupun dulu
Cuma tahu kini aku begini
Cuma tahu kini aku di sini
Dan kini aku melihatmu KONON ketika seseorang dalam keadaan hidup dan mati, ia akan bisa melihat
potongan-potongan kejadian dalam hidupnya, seperti menonton film yang tidak jelas
alur ceritanya. Benarkah begitu"
Oh ya, ia sedang mengalaminya. Ketika tubuhnya terlempar ke sana-sini,
pandangannya mendadak gelap, namun anehnya ia kemudian bisa melihat wajah
seseorang dengan jelas. Ia juga bisa mendengar suaranya.
Betapa ia sangat merindukannya sekarang, ingin bertemu dengannya, ingin
berbicara dengannya. Ada yang harus ia katakan pada orang itu. Ia harus
memberitahunya ia rindu. Hanya sekali saja & Kalau boleh, ia ingin mengatakannya sekali saja &
Kalau boleh, ia ingin melihatnya sekali saja &
4 Tapi tidak bisa & Suaranya tidak bisa keluar &
Ia tidak punya tenaga untuk bicara &
5 Satu SEKARANG aku masih di jalan & Mm, baru pulang kantor & Aku juga tahu
sekarang sudah jam sepuluh & Ya, jam sepuluh lewat delapan belas menit.
Terserahlah. Sandy melangkah perlahan. Sebelah tangannya memegang ponsel yang
ditempelkan ke telinga, dan tangan yang sebelah lagi mengayun-ayunkan tas tangan
kecil merah. Ia mengembuskan napas panjang dengan berlebihan dan mengerutkan
kening. Saat ini orang terakhir yang ingin diajaknya bicara adalah Lee Jeong-Su, tapi
laki-laki itu malah meneleponnya dan bersikap seperti kekasih yang protektif.
Jeong-Su, sudah dulu ya" Aku lelah sekali, Sandy menyela ucapan Lee Jeong-Su
dan langsung menutup telepon. Sekali lagi ia mengembuskan napas panjang, lalu
menatap ponselnya dengan kesal.
Kenapa hari ini muncul banyak masalah yang tidak menyenangkan" Tadi pagi ia
sudah bermasalah dengan salah satu klien perusahaan, kemudian diomeli atasannya
dan akhirnya harus lembur sampai selarut ini.
Sandy semakin kesal begitu mengingat apa yang sudah dialaminya sepanjang hari.
Tapi ia terlalu lelah untuk marah-marah. Seluruh tulang di tubuhnya terasa sakit dan
otaknya sudah tidak bisa disuruh berpikir. Lagi-lagi ia mengembuskan napas panjang.
Ini bukan pertama kalinya Sandy harus bekerja sampai larut malam, tapi hari ini ia
sudah memutuskan akan berhenti bekerja untuk perancang busana itu. Pekerjaannya
sungguh-sungguh memakan waktu dan tenaga sehingga tidak ada lagi tenaga yang
tersisa untuk berkonsentrasi pada kuliahnya di pagi hari.
Ia berhenti melangkah dan mendesah. Bisa gila aku, gumamnya pada diri sendiri.
6 Sandy memandang sekelilingnya. Kota Seoul masih belum menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Bangunan-bangunan di sepanjang jalan seakan sedang berlomba-lomba menerangi seluruh kota, membujuk orang-orang untuk menikmati indahnya
suasana malam musim panas di ibukota Korea Selatan yang menakjubkan itu.
Meskipun sudah bertahun-tahun menetap di Seoul, Sandy masih terkagum-kagum
pada suasana kota ini. Jam memang sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, namun
jalanan masih dipenuhi pejalan kaki dan mobil-mobil yang berlalu-lalang. Aroma
makanan tercium dari restoran Jepang di depan sana, lagu disko terdengar samar-samar dari toko musik di sampingnya, suara orang-orang yang berbicara, berteriak, dan
tertawa. Tiba-tiba Sandy merasa kepalanya pusing. Lalu pandangannya berhenti pada toko
makanan kecil di seberang jalan. Setelah merenung sesaat, ia mengangguk dan
bergumam, Baiklah, seolah menyerah pada perdebatan yang dia lakukan seorang
diri. Sandy menyeberangi jalan dengan langkah cepat, secepat yang mungkin dilakukan
sepasang kaki yang belum beristirahat selama delapan jam terakhir, dan masuk ke toko
itu. Setelah memberi salam kepada bibi pemilik toko yang sudah lama dikenalnya,
Sandy langsung berjalan ke rak keripik.
Nah, Soon-Hee, ada masalah apa lagi di kantor" tanya bibi pemilik toko setelah
melihat lima bungkus b esar keripik kentang yang diletakkan Sandy di meja kasir.
Sandy tersenyum malu. Ah, tidak ada. Saya hanya sedikit stres. Ia membuka tas
tangannya dan mencari dompet. Ke mana dompet itu"
Sebentar, Bibi. Saya yakin sekali sudah memasukkan dompet tadi & Sandy
mengaduk-aduk isi tas tangannya, lalu menumpahkan seluruh isinya ke meja kasir.
Kini, selain lima bungkus keripik kentang, di sana ada sisir kecil, buku kecil yang agak
lusuh, bolpoin yang tutupnya sudah hilang, bedak padat, lipgloss, kunci, payung lipat,
tiga keping uang logam, saputangan merah, ponsel, dua lembar struk belanja yang
sudah kusam, bungkus permen kosong, dan jepitan rambut.
Kenapa tidak ada" Sandy bergumam sendiri sambil terus mencari. Ketinggalan di
rumah" Berarti seharian ini ia tidak menyadari ia tidak membawa dompet"
Tiba-tiba ia mendengar dering ponsel. Sandy melirik ponselnya yang tergeletak di
meja kasir. Oh, bukan ponselnya yang berbunyi.
Kau sudah sampai di rumah" & Ya, sebentar lagi aku ke sana.
Sandy menoleh ke arah suara bernada rendah itu. Suara itu milik pria bersetelah
putih yang berdiri di belakangnya. Rupanya bunyi tadi adalah bunyi ponsel pria
tersebut. Sekarang Sandy melihat orang itu menutup ponsel dan memasukkannya ke
saku celana panjangnya. Sebelah tangannya memegang keranjang kecil berisi lima botol
7 soju*. Pria berkacamata itu masih muda, mungkin usianya sekitar akhir dua puluhan
atau awal tiga puluhan, wajahnya tampan dan penampilannya rapi sekali seperti
seseorang yang mempunyai kedudukan penting di perusahaan besar.
Pria itu memandang Sandy, lalu tersenyum ramah. O-oh. Baru pertama kali Sandy
melihat senyum yang begitu menarik. Senyum itu membuat rasa lelahnya seakan
menguap tak berbekas. Senyum itu sangat menawan, sangat &
Sandy menggeleng untuk menjernihkan pikiran dan kembali memusatkan perhatian
pada barang-barangnya yang berserakan di meja kasir.
Tiba-tiba Sandy merasa tangannya ditepuk-tepuk. Ia mengangkat wajahnya dan
melihat bibi pemilik toko sedang tersenyum kepadanya dan berkata, Soon-Hee,
bagaimana kalau tuan itu membayar belanjaannya duluan"
Sandy memandang bibi pemilik toko, lalu berpaling ke arah pria yang berdiri di
belakangnya. Oh, ya. Maaf. Sandy menyingkir ke samping dan pria itu melangkah
maju. Berapa" tanya pria itu sambil meletakkan keranjang yang dipegangnya di meja.
Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel lagi.
Kepala Sandy mulai terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Ia sudah sangat lelah dan
sekarang bunyi ponsel pria itu nyaris membuatnya lepas kendali.
Pria itu mengeluarkan ponsel dari saku celana dan meliriknya sekilas. Lalu ia
meletakkan ponsel itu di meja dan merogoh saku yang sebelah lagi. Ia mengeluarkan
ponsel yang berbeda, ternyata ponsel yang kedua itulah yang sedang berbunyi nyaring.
Astaga, cepat jawab teleponnya! Satu ponsel saja sudah bikin pusing, kenapa harus
punya dua" pikir Sandy sambil memijat-mijat pelipisnya.
Pria itu membayar belanjaan sambil tetap berbicara di ponsel, lalu berjalan ke pintu.
Tiba-tiba ia berbalik dan mengambil ponsel satu lagi yang tadi diletakkan di meja kasir.
Maaf, gumamnya sambil tersenyum kepada bibi pemilik toko dan Sandy.
Lagi-lagi senyum itu, senyum yang bisa menghangatkan hati yang beku sekalipun.
Tunggu, kata-kata apa itu tadi" Sandy memejamkan matanya kuat-kuat dan ketika
ia membuka mata kembali, pria itu sudah berjalan ke luar dan masuk ke mobil sedan
putih yang diparkir di depan toko.
Karena Sandy tetap tidak bisa menemukan dompetnya, bibi pemilik toko
mengizinkannya membayar besok. Sandy mengumpulkan kembali barang-barangnya
yang berserakan di meja kasir sambil berkali-kali membungkukkan badan dalam-dalam
sebagai tanda terima kasih sekaligus permintaan maaf.
* Sejenis minuman keras khas Korea.
8 Begitu keluar dari toko, Sandy langsung membuka sebungkus keripik dan mulai
makan. Sekarang pulang ke rumah, katanya pada dirinya sendiri.
Selesai berkata begitu, ponselnya berbunyi. Saat itu juga ia mengutuk hari ponsel
diciptakan. Sebenarnya ia tidak ingin menjawab ponselnya karena merasa harus
menghemat tenaga untuk perjalanan pulang, tapi benda tid
ak tahu diri itu terus menjerit minta diangkat. Akhirnya Sandy menyerah dan mengaduk-aduk tasnya
dengan ganas untuk mencari ponsel sialan itu sebelum ia sendiri yang bakal menjerit
histeris di tengah jalan.
Haaloo! Sandy ingin marah, tapi suaranya malah terdengar putus asa.
Tidak terdengar jawaban dari ujung sana. Orang itu bisu atau apa"
Halo" Siapa ini" Silakan bicara & Halo" HALOO"
Sandy baru akan memutuskan hubungan ketika terdengar suara seorang pria yang
ragu-ragu di seberang sana.
Maaf & bukankah ini ponsel Tae-Woo"
Siapa lagi orang ini"
Anda salah sambung. Ini ponsel Han Soon-Hee, ujar Sandy ketus dan langsung
menutup flap ponselnya dengan keras.
Sandy menatap ponselnya sambil menggigit bibir penuh rasa dongkol. Tidak
bisakah kaubiarkan aku tenang sedikit" Ia baru akan mencabut baterai ponsel itu
ketika ia merasa harus menelepon ibunya untuk memberitahu ia akan segera sampai di
rumah. Walaupun Sandy tinggal di Seoul dan orangtuanya di Jakarta, mereka sering
menelepon dan mengecek keberadaannya. Tadi ibunya malah sudah sempat
menelepon untuk menanyakan kenapa Sandy belum sampai di rumah.
Ia membuka ponselnya kembali dan menekan angka satu yang akan langsung
terhubung ke rumah orangtuanya di Jakarta, tapi ia heran ketika melihat tulisan yang
tertera di layar ponselnya setelah ia menekan angka itu. Bukan tulisan Rumah Jakarta
yang tertera seperti biasa, tapi nama Park Hyun-Shik . Sandy cepat-cepat
memutuskan hubungan dan tertegun.
Sandy memerhatikan ponsel yang dipegangnya. Memang itu ponsel miliknya,
setidaknya bentuk dan warnanya sama persis dengan ponsel miliknya. Ia membuka
daftar telepon di ponselnya dan melongo melihat nama-nama yang tidak dikenalnya.
Otaknya yang sudah lelah dipaksa berpikir.
Tadi di toko bibi itu, semua barangnya berserakan di meja kasir, termasuk
ponselnya. Ketika ponsel milik pria yang berdiri di belakangnya tadi berbunyi untuk
pertama kali, ia mengira ponselnya sendiri yang berbunyi karena dering ponsel mereka
sama. 9 Kemudian ponsel kedua pria itu berbunyi. Pria itu meletakkan ponselnya yang
pertama di meja dan mengeluarkan ponsel kedua. Jadi, di meja kasir ada ponsel pria itu
dan ponsel Sandy. Sandy teringat bentuk ponsel pria itu yang diletakkan di meja memang sama
dengan bentuk ponselnya sendiri. Sebelum keluar dari toko, pria itu berbalik untuk
mengambil ponsel pertamanya yang tertinggal di meja. Sekarang Sandy memegang
ponsel dengan daftar nama yang tidak dikenalnya.
Otaknya mulai bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Artinya & artinya & orang
itu telah mengambil ponsel yang salah. Pria tadi mengambil ponsel Sandy.
Sandy memukul-mukul dadanya dan mengerang putus asa. Bagaimana ini" Aduh,
bisa gila aku. Gila. Ia melihat ke kanan dan ke kiri. Mobil pria itu sudah tidak tampak.
Sandy merasa tubuhnya nyaris ambruk ke tanah. Rasanya ingin menangis saja. Ke
mana ia harus mencari orang itu"
Tiba-tiba ide muncul di otaknya yang sudah hampir lumpuh. Ponselnya ada pada
pria itu, bukan" Berarti Sandy bisa menelepon ke ponselnya dan pria itu akan
menjawab. Sebersit tenaga muncul kembali. Ia menghubungi ponselnya dengan ponsel
pria tadi yang sedang dipegangnya.
Sandy berjalan mondar-mandir di tepi jalan dengan gelisah sambil menunggu
hubungannya tersambung. Cepat angkat & cepat & tolong & ce Halo"
Oh, Hyong*. Kenapa lama sekali"
Park Hyun-Shik tersenyum meminta maaf kepada laki-laki bertubuh tinggi yang
membuka pintu, lalu melangkah masuk ke rumah yang sudah sering didatanginya.
Maaf, jalanan agak macet, katanya sambil berjalan ke ruang duduk yang luas. Hei,
Tae-Woo. Punya makanan ringan" Aku sudah beli minuman.
Jung Tae-Woo mengikuti Park Hyun-Shik ke ruang duduk. Ia tidak menghiraukan
pertanyaan temannya dan balik bertanya, Hyong sudah dengar gosipnya"
Park Hyun-Shik memerhatikan temannya mengempaskan diri ke sofa. Tatapan Jung
Tae-Woo terlihat menerawang dan cemas. Sebagai manajer Jung Tae-Woo, Park Hyun-Shik memahami alasan kekhawatirannya.
Dari mana asal gosip itu" kata Tae-Woo, seakan-akan bertanya pada dirinya
sendiri. Park Hyun Shik hanya tersenyum kecil dan mengulur
kan sebotol soju kepadanya.
* Kakak, panggilan pria kepada pria yang lebih tua.
10 Tae-Woo membuka tutup botol itu dan meneguk isinya. Aku dibilang gay. Tae-Woo tertawa pahit. Kenapa mereka bisa berpikir seperti itu" Memangnya sikapku
seperti wanita" Atau aku pernah terlalu dekat dengan pria" Katakan padaku, Hyong.
Jangan-jangan selama ini Hyong juga berpikir seperti mereka"
Park Hyun-Shik duduk di kursi di hadapan Tae-Woo, ikut meneguk soju langsung
dari botolnya. Kau tahu aku tidak pernah berpikir seperti itu, ujarnya tenang.
Masalahnya, tabloid dan majalah memang suka mencari berita. Kau juga tahu mereka
sering menulis artikel yang tidak-tidak. Kau tanya padaku kenapa mereka bisa berpikir
kau gay" Mungkin karena selama ini kau tidak pernah terlihat dekat dengan wanita
mana pun di depan publik.
Jung Tae-Woo mengangkat bahu. Kalau begitu, terserah mereka mau berpikir apa.
Kalau kita tidak menanggapinya, gosip itu tentu akan mereda sendiri.
Park Hyun-Shik menggeleng. Dua minggu lagi album barumu akan diluncurkan.
Aku takut rumor ini bisa memengaruhi penjualan albummu nantinya. Satu gosip bisa
menimbulkan gosip-gosip lain. Bahkan masalah lama juga bisa diungkit-ungkit.
Produsermu tidak akan senang. Ditambah lagi, bagaimana dengan para
penggemarmu" Apa yang akan mereka pikirkan" Kau bisa kehilangan pasar.
Jung Tae-Woo mendongak menatap langit-langit dan mengembuskan napas berat.
Lalu bagaimana" Park Hyun-Shik meneguk minumannya lagi dan berkata, Untuk masalah gosip gay
itu, kurasa sudah saatnya bagimu untuk memperkenalkan seorang wanita kepada
publik. Kepala Tae-Woo berputar cepat ke arah Park Hyun-Shik. Apa"
Sederhana saja. Kenapa kau tidak mulai pacaran" usul Park Hyun-Shik langsung.
Apa" Park Hyun-Shik tidak memandang Jung Tae-Woo dan melanjutkan dengan nada
serius, Yang penting jangan berpacaran dengan artis. Bisa jadi skandal. Terlalu
berisiko. Kita juga tidak bisa segera membuat pengumuman resmi kepada wartawan
bahwa kau sedang menjalin hubungan dengan wanita karena mereka pasti curiga dan
akan menduga itu hanya sandiwara untuk mengelak dari gosip gay.
Park Hyun-Shik mengerutkan kening dan tenggelam dalam pikiran. Akhirnya ia
menoleh dan mendapati Tae-Woo sedang menunggu hasil renungannya.
Baiklah, katanya sambil tersenyum. Kita misalkan saja bahwa sebenarnya kau
punya kekasih tapi kekasihmu tidak bersedia diekspos, jadi kau terpaksa merahasiakan
hubungan kalian. Dengan begitu, tidak ada yang tahu siapa wanita itu dan tidak ada
yang pernah melihatnya. 11 Tae-Woo mengerutkan kening karena bingung. Tidak ada yang pernah melihat
dan tidak ada yang tahu. Apa untungnya begitu" Orang-orang tidak akan percaya pada
sekadar kata-kata belaka.
Tapi kita bisa memberikan bukti.
Bukti apa" Foto dirimu bersama wanita itu.
Wanita yang mana" Wanita yang menjadi kekasihmu.
Kekasih yang mana" Semua bisa diatur kalau memang kau mau.
Maksudnya" Senyum Park Hyun-Shik bertambah lebar. Kita cari wanita yang tidak dikenal


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa pun dan memintanya menjadi kekasihmu selama beberapa saat. Kau hanya perlu
memamerkannya di depan wartawan. Beres, bukan"
Tae-Woo merenung, lalu berkata, Bagaimana kalau wartawan mulai menyelidiki
asal-usul wanita itu" Lagi pula di mana kita cari wanita yang bersedia dan bisa
dipercaya untuk diajak bekerja sama" Masa dipilih sembarangan"
Park Hyun-Shik meneguk soju-nya lagi dan menatap Tae-Woo. Temannya itu
tampak mempertimbangkan usulnya dengan ekspresi sangat cemas. Alisnya berkerut,
sesekali ia menggigit bibir bawahnya.
Setelah beberapa saat, Tae-Woo mendesah dan melanjutkan, Wanita yag seperti
apa yang akan kita pilih" Boleh aku pilih sendiri" Atau kita pilih saja wanita pertama
yang berjalan melewati pintu itu" Ia menunjuk pintu depan rumahnya dengan dagu.
Tawa Park Hyun-Shik meledak. Tae-Woo menatapnya dengan pandangan bingung.
Hyong, ada apa" Park Hyun-Shik mendorong pelan bahu Tae-Woo. Astaga, Tae-Woo. Aku hanya
bercanda. Kenapa kau serius begitu"
Apa" Park Hyun-Shik menggeleng-geleng. Aku hanya bercanda soal usul tadi. Sudahlah,
tidak usah dipikirkan. Pasti ada jalan keluarnya.
Tae-Woo mendengus, lalu tertawa kecil. Ah, pusing! Aku mau keluar jalan-jalan
sebentar. Hyong mau ikut" kata Tae-Woo sambil merebahkan kepala di sandaran sofa
dan memandang langit-langit ruang duduk.
Park Hyun-Shik mengangkat bahu. Oke.
Tae-Woo mengayun-ayunkan botol soju yang sedang dipegangnya, lalu bertanya,
Oh, Hyong, ponselku sudah diperbaiki belum"
12 Park Hyun-Shik mengeluarkan ponsel dan mengulurkannya kepada Tae-Woo. Tiba-tiba ia teringat pada telepon yang diterimanya dalam perjalanan ke rumah Tae-Woo
tadi. Wanita yang mengaku bernama Han Soon-Hee itu berkata ponsel mereka tertukar.
Karena ia sendiri tidak bisa kembali mengambilnya, Park Hyun-Shik meminta wanita
itu datang ke rumah Jung Tae-Woo. Mungkin permintaannya agak keterlaluan karena
bagaimanapun tertukarnya ponsel mereka bukan salah wanita itu, tapi apa boleh buat.
Jung Tae-Woo sedang uring-uringan dan kalau sedang uring-uringan, ia tidak suka
menunggu lama. Ia baru akan menceritakan hal ini kepada Tae-Woo ketika bel pintu berbunyi.
Siapa yang datang malam-malam begini" gumam Tae-Woo heran.
Sandy benar-benar tidak mengerti kenapa hari ini ia sial sekali. Mungkin begitu sampai
di rumah ia harus cepat-cepat mandi kembang tujuh warna seperti yang pernah
diajarkan ibunya, apa pun untuk mengguyur hingga tak bersisa segala kesialan.
Sekarang ia berdiri di depan pintu rumah besar berwarna putih. Pria yang katanya
bernama Park Hyun-Shik menyuruhnya kemari untuk mengambil ponselnya yang
tertukar. Sandy jengkel. Kenapa ia yang harus datang, bukankah orang itu yang duluan
mengambil ponsel yang salah" Ia bahkan sampai harus meminjam uang dari bibi
pemilik toko supaya bisa naik bus, ditambah harus berjalan kaki untuk sampai di
kawasan perumahan elite ini.
Sandy kembali menghembuskan napas. Sudahlah, tidak apa-apa. Hal terpenting
sekarang adalah mendapatkan ponselnya kembali. Setelah ini ia bakal bisa bergegas
pulang. Hari sudah semakin larut dan ia sudah menguap empat kali dalam lima belas
menit terakhir. Pintu terbuka dan Sandy mengenali wajah pria yang membuka pintu itu. Ia pria
yang ada di toko tadi. Walaupun agak sulit, Sandy memaksakan seulas senyum sopan.
Pipinya terasa agak kaku, tapi ia berharap senyumnya terlihat normal.
Apa kabar" Saya Han Soon-Hee yang tadi menelepon. Saya ingin mengembalikan
ponsel Anda. Ini. Sandy mengulurkan tangannya yang memegang ponsel.
Oh, terima kasih banyak, kata pria itu ramah. Saya benar-benar minta maaf
karena sudah merepotkan. Silakan masuk. Ponsel Anda ada di dalam.
Sebenarnya Sandy tahu ia tidak boleh masuk ke rumah pria yang tidak ia kenal,
apalagi pada jam selarut ini. Tapi otaknya sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya dan ia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah supaya bisa pulang ke
rumah dan tidur. Lagi pula pria itu kelihatannya sangat baik.
13 Sandy melangkah masuk dan membiarkan dirinya dibawa ke ruang duduk luas
dengan perabotan mewah. Di sofa panjang yang mendominasi ruang tamu itu duduk
laki-laki yang sedang berbicara di telepon. Wajahnya tampan, potongan rambutnya
bagus dan rapi, walaupun Sandy pribadi tidak terlalu suka dengan warna rambut yang
agak pirang. Ia merasa pernah melihat laki-laki itu. Tapi di mana ya"
Mungkin Anda salah sambung, Sandy mendengar pria itu berkata di ponselnya.
Tidak ada yang namanya Han Soon-Hee atau Sandy di sini.
Sandy menatap Park Hyun-Shik dengan pandangan bertanya sambil menunjuk ke
arah ponsel yang sedang dipegang laki-laki tampan di sofa itu.
Ya, itu ponsel Anda, kata Park Hyun-Shik sambil tersenyum kecil.
Laki-laki yang duduk di sofa masih sibuk sendiri, tidak menyadari kedatangan
Sandy. Keningnya tampak berkerut sebal. Ia berkata dengan nada agak marah. Maaf,
Lee Jeong-Su ssi*, saya benar-benar tidak mengenal Anda. Saya juga tidak kenal Han
Soon-Hee. Bagaimana saya bisa meminta dia menjawab telepon" Anda salah
sambung. Selesai berkata seperti itu, laki-laki itu menutup flap ponselnya dengan keras.
Orang aneh, ia menggerutu sendiri.
Hei &, Sandy mendengar Park Hyun-Shik memanggil laki-laki itu. Ponsel itu
milik nona ini. Laki-laki di sofa itu berpaling ke arah Park Hyun-Shik, lalu ke arah Sandy. Ketika
mata mereka bertemu, Sandy baru sadar siapa laki-laki itu.
Jung Tae-Woo agak bingung mendengar penjelasan Park Hyun-Shik. Pandangannya
berpindah-pindah dari sang manajer ke gadis yang berdiri di hadapannya, lalu kembali
ke manajernya lagi. Secara sekilas, ia mengamati orang asing yang sekarang ada di
ruang tamunya itu: gadis bertubuh kecil dengan rambut dikucir dan tangan menjinjing
kantong plastik besar serta tas tangan. Raut wajahnya terlihat kusam, lelah, dan pucat.
Gadis itu diam tak bersuara sementara Park Hyun-Shik menjelaskan apa yang sudah
terjadi. Oh, jadi ini ponsel Anda" tanya Tae-Woo sambil bangkit dari sofa. Ia
mengulurkan ponsel yang sedang dipegangnya. Itu & tadi siapa namanya, maaf,
saya lupa menelepon mencari Han Soon-Hee atau Sandy. Anda sendiri Han Soon-Hee
atau Sandy" Gadis itu tersenyum samar dan menjawab, Dua-duanya nama saya.
*Partikel dalam bahasa Korea untuk menyatakan rasa hormat.
14 Tiba-tiba ponsel itu berbunyi dan membuat Tae-Woo tersentak kaget. Silakan
dijawab, katanya cepat. Han Soon-Hee menerima ponsel itu dan langsung membuka flap-nya. Halo"
Kemudian Tae-Woo dan Park Hyun-Shik tertegun ketika mendengar gadis itu
berbicara dalam bahasa asing. Tae-Woo yakin percakapan tersebut bukan dalam bahasa
Inggris ataupun Jepang karena ia menguasai kedua bahasa itu. Entah bahasa apa yang
sedang dipakai gadis itu, pokoknya ia berbicara lancar sekali. Tae-Woo menoleh ke
arah manajernya untuk bertanya dan sebagai jawaban Park Hyun-Shik menggeleng.
Percakapan itu tidak berlangsung lama. Setelah menutup telepon si gadis
memandang Park Hyun-Shik dan Tae-Woo bergantian dengan sikap serbasalah. Sambil
tersenyum kaku ia berkata, Ehm, terima kasih banyak. Saya pulang dulu.
Tunggu, Park Hyun-Shik menyela. Gadis itu memandangnya tanpa ekspresi.
Kalau boleh tahu, yang tadi itu bahasa apa"
Bahasa Indonesia, jawab gadis itu langsung.
Oh, begitu. Park Hyun-Shik tersenyum dan mengangguk-angguk karena
sepertinya gadis itu tidak ingin menjelaskan lebih lanjut. Anda bisa berbahasa
Indonesia rupanya. Saya permisi, kata gadis itu lagi sambil beranjak ke pintu.
Sebentar, Park Hyun-Shik kembali menahan gadis itu. Ia memandang Tae-Woo
sekilas, lalu kembali memandang gadis itu. Anda tidak datang dengan mobil, bukan"
Tadi saya lihat tidak ada mobil di luar. Begini saja, kebetulan kami juga mau keluar.
Bagaimana kalau Anda kami antar" Saya merasa tidak enak karena Anda harus
mengantar ponsel itu kemari.
Gadis itu tersenyum kaku dan menggoyang-goyangkan sebelah tangannya. Tidak
usah. Saya bisa naik bus.
Kami bisa mengantar Anda ke halte bus, timpal Tae-Woo. Ia tidak yakin gadis itu
bisa pulang sendiri karena bila dilihat dari keadaannya sekarang, gadis itu sepertinya
bisa jatuh pingsan kapan saja. Anggap saja sebagai tanda terima kasih sekaligus tanda
maaf dari kami. Gadis itu memandang mereka berdua bergantian dengan matanya yang besar. Raut
wajahnya tampak bimbang. Sepertinya otaknya sedang berputar, mencari cara untuk
menolak tawaran itu. Tae-Woo bisa memahaminya. Seorang gadis yang langsung
bersedia diantar dua pria tidak dikenal sudah pasti gadis yang tidak beres.
Tidak usah khawatir. Kami tidak akan macam-macam. Percayalah, kata Tae-Woo
sambil tersenyum lebar, walaupun ia tahu pasti kalimat itu terdengar tidak terlalu
meyakinkan. 15 Oh, bukan. Saya tidak bermaksud begitu, kata gadis itu sambil menggoyang-goyangkan tangannya lagi.
Ayo, biar kami antar sampai ke halte bus, sela Tae-Woo sambil meraih kunci
mobil manajernya yang ada di meja. Ia menoleh ke arah Park Hyun-Shik. Hyong, kita
pakai mobilmu saja, ya"
Sepanjang perjalanan gadis itu lebih banyak diam. Bila diajak bicara, ia hanya
menjawab seperlunya. Tae-Woo melirik manajernya yang sedang menyetir dan melirik
ke kaca spion untuk mencuri pandang ke kursi belakang. Gadis itu duduk bersandar
dan memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong. Tae-Woo ingin tahu apa yang
membuat gadis itu terlihat begitu lelah.
Tiba-tiba gadis itu m embuka suara, Saya turun di depan sini saja.
Jung Tae-Woo membalikkan tubuhnya sedikit supaya bisa melihat gadis itu. Di
sini saja" Yakin tidak mau kami antar sampai di rumah"
Benar, kami tidak keberatan, Park Hyun-Shik menambahkan.
Gadis itu menyunggingkan seulas senyum yang terkesan dipaksakan. Tidak usah.
Berhenti di sini saja. Park Hyun-Shik menghentikan mobilnya di tepi jalan, di dekat halte bus.
Terima kasih, kata gadis itu sambil keluar dari mobil. Selamat malam.
Ketika gadis itu membungkuk untuk memberi salam kepada mereka berdua, Park
Hyun-Shik menurunkan kaca mobil dan bertanya, Nona Han Soon-Hee, ada yang
ingin saya tanyakan. Apakah Anda mengenal teman saya ini"
Tae-Woo menyadari manajernya sedang menunjuk ke arahnya.
Han Soon-Hee mengerjapkan matanya sekali, lalu mengangguk. Orang ini" Jung
Tae-Woo, bukan" Jung Tae-Woo yang penyanyi itu" Lalu seakan baru menyadari
sesuatu, ia memandang Tae-Woo dan berkata, Lagu Anda & lagu Anda & bagus.
16 Dua "LAGU Anda bagus""
Sandy yang duduk bersila di tempat tidur dengan selimut membungkus tubuh
menatap bingung Kang Young-Mi yang duduk di sampingnya. Temannya yang
bermata sipit dan berambut lurus panjang tergerai melewati bahu itu balas menatap
Sandy dengan kedua tangan terlipat di dada.
Aku tidak percaya kau hanya bisa berkata begitu. Kenapa tidak minta tanda
tangannya" Young-Mi melanjutkan dengan nada menuduh.
Sandy mengerang. Mungkin karena kemarin aku sedang kesal dan lelah & dan
lumpuh otak. Ia memegang pipinya yang agak pucat dan menggeleng-geleng. Betul,
sepertinya otakku benar-benar sudah lumpuh semalam. Bagaimana bisa aku masuk ke
mobil bersama dua laki-laki yang tidak kukenal" Dan saat itu sudah hampir tengah
malam. Astaga, apa yang sudah kulakukan" Aku bukan orang seperti itu. Tidak, tidak.
Aku sudah gila. Syukurlah aku masih beruntung. Bagaimana kalau sampai terjadi apa-apa kemarin"
Kayng Young-Mi mendecakkan lidah. Hei, kau bukannya bersama orang asing.
Kau bersama Jung Tae-Woo. Kenapa kau tidak minta tanda tangannya" tanyanya
sekali lagi, nada penyesalan kental terdengar.
Jung Tae-Woo orang asing bagiku, cetus Sandy tegas. Lagi pula kau tahu sendiri
aku bukan penggemarnya, kenapa aku harus minta tanda tangannya"
Walaupun bukan penggemarnya, kau kan tahu temanmu yang satu ini penggemar
beratnya, tegur Young-Mi lagi sambil menekankan telapak tangan di dada. Aku
sudah begitu setia menunggu kemunculannya lagi selama empat tahun ini. Setidaknya
kau bisa minta tanda tangannya untukku & Tidak semua orang bisa bertemu langsung
17 dengan Jung Tae-Woo, kau tahu" Dan kemarin, entah dengan keajaiban apa, kau
bertemu dengannya, kau bicara dengannya, dan dia bahkan mengantarmu dengan
mobilnya. Mobil temannya, sela Sandy. Temannya juga ada di sana.
Young-Mi tidak mengacuhkan Sandy. Kau naik mobil bersamanya. Haah, kalau
aku jadi kau, aku akan Hei, Kang Young-Mi! Sikap Young-Mi melunak. Aku tahu, aku tahu. Tapi kalau lain kali kau bertemu
dengannya, jangan lupa minta tanda tangan untukku.
Sandy membaringkan diri ke tempat tidur. Kalau aku bertemu dengannya lagi,
gumamnya lirih. Pandangannya menerawang. Kalau aku bertemu dengannya lagi.
Young-Mi bermain-main dengan salah satu ujung selimut Sandy lalu tiba-tiba
menyeletuk, Oh ya, kudengar Jung Tae-Woo itu sebenarnya gay. Aku tidak tahu gosip
itu benar atau tidak, meski aku bisa mati karena kecewa kalau dia benar-benar gay.
Kemarin kau bertemu langsung dengannya. Menurutmu bagaimana" Sikapnya seperti
apa" Apakah dia kelihatan normal-normal saja" Terlihat berbeda" Apakah
penampilannya berubah setelah bertahun-tahun menghilang"
Sandy mengerutkan kening dan berpikir. Entahlah, aku tidak merasa ada yang
aneh pada dirinya. Biasa saja. Aduh, aku kan sudah bilang bahwa kemarin aku lumpuh
otak. Aku bahkan tidak ingat lagi baju apa yang dipakainya.
Young-Mi menatap prihatin temannya. Kau benar-benar tidak berguna. Hanya kau
yang bisa demam di musim panas seperti ini. Kepalamu masih sakit" Sudah baikan,
belum" Sandy tidak menjawab pertanyaan itu. Ia sedang memikirkan hal lain. Kemudi
an ia menggigit bibir dan bertanya, Young-Mi, sebenarnya apa yang kau suka dari Jung
Tae-Woo" Kenapa kau begitu tergila-gila padanya"
Senyum Kang Young-Mi mengembang. Karena dia tampan, lucu, pandai
menyanyi aduh, suaranya bagus sekali dan karena dia menulis lagu-lagu yang
begitu romantis dan menyentuh. Oh ya, album barunya akan diluncurkan sebentar lagi.
Ah, aku sudah tidak sabar.
Begitu" Tiba-tiba Young-Mi memekik dan membuat Sandy terperanjat.
Kenapa" Ada apa" tanya Sandy begitu melihat Young-Mi meraih tasnya yang
tergeletak di lantai dengan kasar dan mulai mencari-cari sesuatu di dalamnya.
Bodohnya aku, bodohnya aku, gumam Young-Mi berulang-ulang. Seharusnya
aku langsung tahu begitu kau menceritakannya padaku.
Apa" tanya Sandy heran.
18 Young-Mi mengeluarkan tabloid dan membuka-buka halamannya. Nah, coba kau
lihat ini. sandy melihat artikel berjudul Pertemuan Tengah Malam yang ditunjukkan
Young-Mi dan mendadak ia merinding. Artikel itu dilengkapi dua foto Jung Tae-Woo
bersama seorang wanita. Wajah wanita itu tidak terlihat jelas, tapi Sandy sudah tentu
bisa mengenali dirinya sendiri. Wanita yang bersama Jung Tae-Woo di dalam foto itu
adalah dirinya. Astaga! Apa-apaan ini"
Foto pertama memperlihatkan Sandy dan Jung Tae-Woo yang sedang keluar dari
rumah artis itu. Kepala Sandy tertunduk ketika difoto sehingga wajahnya tidak terlihat.
Sandy ingat saat itu teman Jung Tae-Woo masih berada di dalam rumah sehingga
orang itu tidak ikut terfoto.
Foto yang kedua diambil ketika Jung Tae-Woo sedang membuka pintu mobil
untuknya. Sosoknya tidak jelas karena terhalang tubuh Jung Tae-Woo. Sandy merasa
bersyukur karena wajahnya tidak terlihat.
Aku sempat melupakan tabloid ini ketika aku mendengar kau sakit, kata Young-Mi menjelaskan. Seharusnya aku sudah bisa menduga ketika kau menceritakan apa
yang kaualami semalam tadi, tapi anehnya hari ini kerja otakku lambat sekali. Wanita
yang di foto itu kau, bukan"
Astaga, gumam Sandy tidak percaya. Siapa yang mengambil foto-foto ini"
Jung Tae-Woo itu artis terkenal, kata Young-Mi dengan nada aku-tahu-semua-jadi-percaya-saja-padaku. Tentu saja banyak wartawan yang sibuk mencari berita
tentang dirinya. Dan yang satu ini benar-benar berita hebat. Di sini malah ditulis kau
kekasih Jung Tae-Woo. Sandy menggeleng-geleng dan mengembalikan tabloid itu kepada Young-Mi. Ia
masih merinding, Aku tidak berdua saja dengan Jung Tae-Woo. Paman berkacamata
itu, teman Jung Tae-Woo, juga ada bersama kami, seharusnya siapa pun yang
mengambil foto ini juga tahu, tapi kenapa jadi begini"
Kang Young-mi menarik napas panjang. Sudah kubilang, Jung Tae-Woo itu artis
terkenal. Tabloid-tabloid harus mencari berita yang bisa menarik perhatian orang.
Kalau kalian bertiga yang ada dalam foto itu, tidak akan ada berita.
Sandy merasa tubuhnya menggigil. Untunglah wajahku tidak terlihat. Young-Mi,


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuharap kau tidak akan memberitahu siapa pun tentang pertemuanku dengan Jung
Tae-Woo. Alis Young-Mi terangkat. Kenapa"
Sandy mengerutkan kening dan menggaruk kepala. Enak saja mereka membuat
gosip sembarangan. Kekasihnya" Aku" Aku tidak mau terlibat dengan urusan seperti
gosip artis & 19 Kepalamu masih sakit" tanya Young-Mi ketika melihat Sandy terdiam sambil
memegang dahi. Sandy menggeleng dan tersenyum. Tidak, aku sudah baikan. Sepertinya gara-gara
kecapekan ditambah stres, akhirnya demam. Tapi sekarang aku sudah tidak apa-apa
Young-Mi, kau pulang saja dan bantu ibumu. Sekarang kan jam makan siang. Rumah
makan ibumu pasti sedang ramai.
Ibuku juga mencemaskanmu, jadi aku diizinkan tinggal lebih lama. Oh ya, ibuku
sudah memasak bubur untukmu. Tadi aku taruh di dapur. Kau harus makan,
mengerti" kata Young-Mi sambil mengambil tasnya yang ada di lantai. Ia meletakkan
tangannya di kening Sandy dan bergumam, Sudah tidak panas, tapi tetap harus
minum obat. Nanti sore aku akan menjengukmu lagi. Kalau ada apa-apa, telepon aku.
Kau baik sekali, Young-Mi, kata Sandy sambil tersenyum. Sampaikan terima
kasihku pada ibumu karena sudah memasak bubur untukku. Ah, tidak usah. Sebaiknya
aku sendiri yang meneleponnya dan berterima kasih. Oh ya, kau harus ingat, soal
pertemuanku dengan Jung Tae-Woo kemarin malam, jangan kaukatakan pada siapa
pun. Ya, ya, aku tahu. Kau tenang saja. Istirahat yang banyak ya. Sampai jumpa, kata
Young-Mi sebelum keluar dari kamar Sandy.
Jung Tae-Woo berdiri tegak di dekat jendela besar ruangan kantor manajernya yang
berada di lantai 20 gedung pencakar langit. Ia memandang ke luar jendela dengan
kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Ia tidak sedang menikmati pemandangan
kota Seoul seperti yang sering dilakukannya pada hari-hari biasa. Pagi ini sebuah
tabloid lagi-lagi memuat artikel yang mengomentari gosip gay-nya. Gosip itu merambat
dengan kecepatan tinggi. Tidak lama lagi ia pasti akan dimintai penjelasan. Wartawan-wartawan akan mengejarnya & menanyainya & menuntut tanggapannya. Itulah risiko
menjadi artis. Kenangan buruk masa lalu itu muncul lagi. Ketika para wartawan
mengajukan ribuan pertanyaan tanpa henti, ketika ia merasa begitu frustrasi dan harus
bersembunyi untuk menenangkan diri. Kini, dengan adanya gosip baru itu, hari-hari
penuh perjuangan akan kembali dimulai & atau apakah sebenarnya sudah dimulai"
Oh, Tae-Woo, sudah datang rupanya.
Tae-Woo begitu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai-sampai ia tidak menyadari
manajernya sudah masuk ke kantor itu.
Park Hyun-Shik berjalan ke meja kerjanya dan meletakkan map biru di meja.
Sudah lama" 20 Tae-Woo menggeleng dan menghampiri kursi di depan meja. Baru saja sampai.
Ada apa menyuruhku kemari pagi-pagi"
Park Hyun-Shik menyampirkan jasnya di sandaran kursi lalu membuka map yang
tadi diletakkannya di meja. Ia mengeluarkan tabloid dari dalamnya dan
menyodorkannya kepada Tae-Woo.
Tae-Woo menerima tabloid yang disodorkan dengan bingung, namun begitu
melihat artikel yang ada di sana, raut wajahnya berubah. Apa-apaan ini" Bagaimana
mereka bisa & Ini Tae-Woo memandang manajernya dan yang ditatap mengangguk. Benar. Ini foto
yang diambil kemarin malam ketika kita mengantar gadis itu.
Dengan kesal Tae-Woo melemparkan tabloid itu ke meja. Bagus, satu gosip masih
tidak cukup rupanya. Ia duduk dan bersandar di kursi. Bagaimana mereka bisa
mendapatkan foto-foto ini" Apakah menurut Hyong, gadis yang kemarin itu ada
hubungannya dengan masalah ini"
Manajernya menggeleng pelan. Tidak, kurasa tidak. Meski kemungkinan seperti
itu tetap ada, sekecil apa pun, tapi menurutku tidak begitu.
Tae-Woo mengusap-usap dagu sambil merenung. Ia harus mengakui gadis yang
kemarin itu tidak mungkin ada hubungannya dengan gosip ini, tapi &
Gadis yang kemarin itu, Han Soon-Hee & aku sudah menyelidikinya, kata Park
Hyun-Shik sambil mengulurkan sehelai kertas kepada Tae-Woo. Ia lalu melanjutkan,
Sedang kuliah tahun ketiga dan bekerja sambilan di butik seorang perancang busana.
Ibunya orang Indonesia dan ayahnya orang Korea. Ayahnya kepala cabang perusahaan
mobil dan ibunya ibu rumah tangga. Dia anak tunggal, lahir di Jakarta dan tinggal di
sana sampai usianya sepuluh tahun, lalu karena kontrak kerja ayahnya sudah selesai,
mereka sekeluarga pindah ke Seoul. Lima tahun yang lalu orangtuanya pindah kembali
ke Jakarta karena ayahnya ditugaskan lagi di sana, sedangkan dia tetap tinggal di
Seoul. Latar belakangnya bersih dan sederhana.
Tae-Woo membaca tulisan pada kertas yang dipegangnya dan tertawa kecil. Dari
mana Hyong mendapatkan semua informasi ini" Sampai tinggi dan berat badannya
ada. Park Hyun-Shik hanya tersenyum dan mengeluarkan sehelai kertas lain dari dalam
mapnya lalu mulai membaca, Menurut orang-orang yang kenal baik dengannya, Han
Soon-Hee wanita baik-baik dan bisa dipercaya. Tidak merokok, tidak pernah mabuk-mabukan, tidak memakai obat-obat terlarang, dan tidak punya catatan kriminal apa
pun. Jadi aku berani menyimpulkan dia tidak ada sangkut pautnya dengan foto-foto di
tabloid itu. Lalu ia menyodorkan kertas itu.
Tae-Woo menerima kertas yang disodorkan manajernya.
21 Park Hyun-Shik menghela napas. Meski harus diakui & secara tidak langsung,
gosip yang satu ini sudah membantu kita, katanya.
Tae-Woo mengangkat wajah dari kertas di tangannya
dan memandang Park Hyun-Shik, menunggu si manajer menjelaskan maksud kata-katanya.
Bukankah gosip ini dengan sendirinya mematahkan gosip gay-mu" Foto-foto itu
memperlihatkan kau bersama seorang wanita di depan rumah pribadimu pada waktu
yang sangat mencurigakan, kata Park Hyun-Shik sambil tersenyum lebar.
Aku tahu kau sudah meminta izin untuk tidak datang bekerja hari ini karena tidak
enak badan, tapi aku sangat membutuhkanmu sekarang, Miss Han. Saat ini juga. Kami
di sini sibuk sekali, apalagi aku, sampai hampir tidak punya waktu untuk menarik
napas. Aku terpaksa memintamu datang, Miss Han. Tolong datanglah sekarang.
Please & Kau pasti tidak sedang sakit berat. Kalau tidak, saat ini kau pasti sudah
diopname di rumah sakit dan bukannya istirahat di rumah. Okay, Miss Han"
Sandy berbaring di ranjang dengan ponsel menempel di telinga. Ia mendengarkan
kata-kata bosnya yang mengalir seperti air bah di ujung sana dengan mata terpejam.
Seharusnya ia tidak mengaktifkan ponselnya hari ini. Seharusnya bosnya tidak
menghubunginya. Seharusnya bosnya tidak bersikap begini. Orang sakit masa disuruh
kerja" Lagi pula ini kan hari Sabtu. Diktator!
Miss Han" Miss Han" Halooo" Kau mendengarkanku, Miss Han" Aku tidak bisa
berbicara lama-lama, Miss Han. Very very busy. Kau akan datang, kan"
Ya, ya, Mister Kim. Saya mengerti. Saya akan sampai di sana dalam satu jam,
sahut Sandy malas. Kau punya waktu setengah jam untuk sampai di studioku, Miss Han, kata bosnya
sebelum menutup telepon. Sandy menatap ponselnya dengan hati dongkol. Lihat saja, kau akan menerima
surat pengunduran diriku hari Senin nanti. Drakula! Pengisap darah! Hhh, bisa gila
aku! Sambil mengumpat, Sandy memaksa dirinya bangkit dan berjalan terseok-seok ke
lemari pakaian. Empat puluh tiga menit kemudian, Sandy sudah berdiri di studio Mister Kim, salah
satu perancang busana paling populer di Korea. Yang disebut studio oleh bosnya
adalah ruang kerja berantakan yang penuh kain berbagai corak, baik kain perca tak
berguna maupun kain yang masih baru. Studio itu terletak di lantai teratas gedung
22 berlantai tiga. Butik Mister Kim sendiri terdiri atas dua lantai: lantai pertama
diperuntukkan tamu umum sedangkan lantai duanya untuk tamu VIP.
Sandy masuk dan melihat pria setengah baya berpenampilan perlente, berambut
dicat merah, dan berkaca-mata itu sedang memandangi model kurus dengan tatapan
tidak puas. Lalu dengan sekali sentakan tangan, ia menyuruh model itu pergi dan
menyuruh anak buahnya memanggil model lain.
Tepat pada saat model lain masuk ke ruangan, Mister Kim menyadari keberadaan
Sandy dan langsung memekik, Miss Han! Kau terlambat. Kenapa sebentar & Ia
berpaling ke arah si model yang baru masuk dan berkata ketus, No, no! Bukan kau.
Apa yang harus kulakukan supaya mereka mengerti model seperti apa yang
kubutuhkan" Astaga! Panggilkan Mister Cha ke sini.
Sandy merasa kasihan melihat ekspresi kaget si model wanita. Harus diakui Mister
Kim ini bukan orang yang mudah. Kadang-kadang orang jenius memang sulit dibuat
senang. Mister Kim kembali memusatkan perhatian kepada Sandy. Kau lihat sendiri, Miss
Han, kami sedang sibuk sekali untuk fashion show. Tolong kauantarkan pakaian-pakaian untuk dicoba.
Apa" Untuk dicoba siapa" Pakaian mana" Mister Kim selalu mengharapkan orang
lain langsung bisa memahami kata-katanya yang tidak selalu jelas.
Diantarkan kepada siapa dan dicoba untuk apa, Mister Kim" tanya Sandy.
Mister Kim menatapnya dengan mata dibelalakkan selebar-lebarnya, setidaknya
selebar yang mungkin di lakukan mata yang pada dasarnya sipit. Astaga, Miss Han.
Kau tentu ingat aku pernah bercerita tentang Jung Tae-Woo, bukan" Dia sudah setuju
akan memakai pakaian rancanganku dalam setiap penampilannya. Makanya kau cepat-cepatlah pergi ke sana dan pastikan pakaian-pakaian itu sudah cocok dengan ukuran
dan seleranya. Lalu, sebelum Sandy bertanya lagi dia sudah menunjuk rak pakaian beroda yang
ada di dekat pintu, Itu! Pakaian yang di rak itu!
Tidak, Anda belum pernah menyebut-nyebut tentang masalah ini kepadaku, gerutu
Sandy dalam hati, tapi yang keluar dari mulut
nya adalah, Siapa yang Anda sebut
tadi" Jung Tae-Woo. Penyanyi itu. Kau tidak kenal" Sudahlah, kenal atau tidak bukan
masalah penting. Sana cepat pergi! Dia sudah menunggu di butik. Ayo sana. Go!
Cepat! katanya sambil mendorong punggung Sandy ke arah pintu keluar studionya.
* * * 23 Sandy mendorong rak beroda yang nyaris terisi penuh pakaian di sepanjang koridor.
Masih dengan perasaan sebal, ia berjalan menuju lift. Di tengah jalan Sandy berpapasan
dengan penjaga butik yang sudah kenal baik dengannya dan diberitahu Jung Tae-Woo
sudah menunggu di lantai dua.
Sesampainya di depan pintu ruang peragaan lantai dua yang memancarkan kesan
elite itu, ia berhenti beberapa saat. Ia ragu. Kenapa ia harus bertemu Jung Tae-Woo
lagi" Apa yang harus ia katakan kepadanya" Apa yang harus ia lakukan" Apakah laki-laki itu sudah tahu tentang foto-foto yang dimuat di tabloid itu"
Sandy mendesah dan menggigit bibir. Mungkin saja Jung Tae-Woo malah tidak
ingat padanya lagi. Sandy mengangguk. Benar, Jung Tae-Woo pasti sudah lupa
padanya. Artis-artis pasti sulit mengingat wajah karena setiap hari mereka harus
bertemu begitu banyak orang baru. Pasti begitu. Mana mungkin mereka ingat setiap
orang yang mereka temui dalam waktu singkat, kan"
Dengan keyakinan itu, Sandy mendorong pintu kaca besar di hadapannya dan
melangkah masuk. Ia menarik napas dalam-dalam dan memaksa kakinya terus
berjalan. Sandy berdiri di depan pintu putih salah satu kamar peragaan dan kembali menarik
napas. Baiklah, ini saatnya. Lakukan dan selesaikan secepatnya! Tidak usah cemas.
Orang itu tidak akan ingat padamu. Kerjakan saja tugasmu.
Ia meraih pegangan pintu dan membukanya.
Salah seorang anak buahnya akan mengantarkan pakaian-pakaian itu ke sini, kata
Park Hyun-Shik sambil menutup flap ponsel.
Tae-Woo mengembuskan napas keras-keras dan mengempaskan diri ke sofa empuk
yang diletakkan di tengah-tengah kamar peragaan. Sudah kubilang, seharusnya kita
tidak usah datang secepat ini. Ia melirik jam tangannya. Ah, aku salah, ternyata
bukan kita yang datang terlalu cepat. Mereka yang terlambat. Hhh & harus menunggu
berapa lama" Park Hyun-Shik baru akan menjawab ketika ponselnya berdering untuk kesekian
kalinya dalam dua jam terakhir.
Tae-Woo menatap manajernya yang sedang berbicara dengan bahasa formal di
ponsel. Sepertinya telepon dari produser atau semacamnya. Park Hyun-Shik memberi
isyarat akan keluar sebentar. Tae-Woo mengangguk tak acuh dan Park Hyun-Shik
keluar dari ruangan itu. 24 Tae-Woo merebahkan kepala ke sandaran sofa, mencoba mendapatkan
kenyamanan. Baru saja ia merasa damai dan hampir terlelap ketika ia mendengar bunyi
pintu dibuka dan suara seorang wanita.
Selamat siang. Maaf membuat Anda menunggu lama.
Tae-Woo membuka mata. Gadis berambut sebahu dan bertopi merah memasuki
ruangan sambil mendorong rak pakaian beroda. Gadis itu membungkuk hormat. Tae-Woo berdiri dan membungkuk sedikit untuk membalas sapaannya.
Mister Kim meminta saya membawakan pakaian-pakaian ini untuk Anda. Silakan
dicoba. Gadis itu mendorong rak hingga ke ujung ruangan, ke dekat bilik ganti. Ia
mengeluarkan salah satu pakaian dari gantungan dan mengulurkannya kepada Tae-Woo. Silakan dicoba di sana, katanya sambil menunjuk ke arah bilik yang tertutup
tirai tebal. Ada perasaan janggal yang mengusik Tae-Woo, tapi ia tidak tahu apa yang
membuatnya merasa seperti itu. Ia menerima pakaian yang disodorkan dan beranjak ke
bilik ganti. Selesai mengenakan pakaian, Tae-Woo menyibakkan tirai. Tepat pada saat itu ia
melihat gadis yang membawakan pakaian tadi sedang duduk di kursi bulat di samping
sofa. Topi merahnya dilepas dan gadis itu sedang menyisir rambutnya yang agak ikal
dengan jari-jari tangan. Tae-Woo tertegun dan menatap gadis itu. Itulah kali pertama ia
melihat jelas wajah si gadis sejak ia masuk bersama rak pakaian.
Tiba-tiba gadis itu menoleh dengan wajah terkejut, sepertinya ia menyadari sedang
diperhatikan. Ia cepat-cepat mengenakan kembali topinya dan berdiri. Bagaimana"
Apakah pakaiannya cocok" Anda suka"
Bukankah ia gadis yang kemarin ditemuinya" Tidak salah lagi. Tae-Woo masi
h ingat wajah gadis itu. Wajah yang lelah dan pucat. Gadis yang berdiri di hadapannya
ini memang gadis yang kemarin. Wajahnya masih terlihat lelah dan pucat. Tapi kenapa
gadis ini tidak mengatakan apa-apa" Apakah ia tidak mengenalinya"
Kita pernah bertemu, kata Tae-Woo. Ia tidak sedang bertanya. Ia benar-benar
yakin, karena itu ia ingin melihat reaksi si gadis.
Gadis itu tertegun, lalu perlahan-lahan mengangkat kepala dan memandang Tae-Woo dengan ragu-ragu.
Tatapan yang ragu-ragu itu tidak salah lagi sama dengan tatapan gadis yang
kemarin datang ke rumahnya. Tae-Woo menunggu si gadis mengatakan sesuatu.
Setelah hening beberapa detik, gadis itu hanya bergumam, Oh"
Tae-Woo kecewa karena gadis itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. Ia hanya
menatapnya dengan matanya yang besar. Gadis itu bodoh atau benar-benar tidak ingat
lagi kejadian kemarin malam" Bukannya sombong, tapi Tae-Woo tidak habis pikir
25 bagaimana seseorang bisa melupakan artis yang baru ia temui kemarin malam" Tae-Woo kesal karena justru dirinyalah yang ingat pada si gadis, sementara si gadis
tampaknya sama sekali tidak ingat padanya. Bagaimana bisa" Atau sebenarnya ia tidak
sepopuler yang ia kira" Apakah dunia sudah berubah tanpa sepengetahuannya"
Kau datang ke rumahku kemarin malam karena ponselku tertukar dengan
ponselmu, kata Tae-Woo datar dan cepat, berusaha membantu ingatan gadis itu. Demi
Tuhan, memangnya gadis ini menderita amnesia"
Sandy memerhatikan Jung Tae-Woo masuk ke bilik ganti dan menarik tirai. Ia
mengembuskan napas lega dan duduk di kursi bulat yang empuk. Laki-laki itu teryata
memang tidak mengenalinya. Sandy melepaskan topi dan memegang pipinya dengan
sebelah tangan. Lelah sekali. Semoga saja sampai pekerjaannya selesai Jung Tae-Woo
tidak akan mengenalinya. Ia menyisir rambut dengan jari-jari tangan sambil melamun.
Tiba-tiba ia melihat Jung Tae-Woo sudah berdiri di sana sambil memerhatikannya.
Sandy tersentak dan segera memakai topinya kembali.
Bagaimana" Apakah pakaiannya cocok" Anda suka" tanyanya dengan nada yang
dibuat riang dan sopan. Kita pernah bertemu. Sandy bergeming. Ia menggigit bibir. Ternyata Jung Tae-Woo mengenalinya.
Bagaimana sekarang" Mengaku saja" Tapi kalau baru mengaku sekarang akan terasa
aneh. Akhirnya ia hanya bisa bergumam tidak jelas.
Kau datang ke rumahku kemarin malam karena ponselku tertukar dengan
ponselmu, kata Jung Tae-Woo lagi. Nada suaranya datar.
Baiklah, ia tidak bisa mengelak lagi. Sandy memaksakan seulas senyum. Oh, ya,
benar. Apa kabar" Hanya itu yang bisa dipikirkannya. Sandy memarahi dirinya sendiri dalam hati.
Jung Tae-Woo memandangnya dengan tatapan aneh, lalu memalingkan wajah dan
mendengus pelan. Ternyata ingat juga, gumamnya.
Sandy mengangkat alis. Ya"
Jung Tae-Woo kembali menatapnya dan berkata, Jadi kau bekerja di sini"
Ya & bisa dibilang begitu, jawab Sandy. Ia lega sekarang. Setidaknya ia tidak
perlu menundukkan kepala lagi. Tidak perlu menyembunyikan wajah lagi.
Foto di tabloid itu & Kau sudah melihatnya" tanya Jung Tae-Woo.
Sandy menelan ludah. Ini dia. Apakah Jung Tae-Woo menyangka ia berada di balik
semua ini"

Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

26 Sudah &, sahutnya ragu, lalu cepat-cepat menambahkan sambil menggoyang-goyangkan tangan, tapi bukan aku & Maksudku, aku tidak ada hubungannya dengan
itu. Sungguh. Jung Tae-Woo tertawa kecil. Kami juga berpikir begitu. Lagi pula sebenarnya foto-foto itu malah membantuku.
Sandy tidak mengerti. Kau sering membaca tabloid" tanya Tae-Woo.
Sandy menggeleng. Ia tidak punya waktu untuk itu. Lagi pula ia sama sekali tidak
perlu membaca tabloid untuk tahu gosip seputar artis. Temannya, Kang Young-Mi,
adalah tabloid berjalan. Kang Young-Mi tahu semua yang terjadi dalam dunia artis.
Apa pun yang ia ketahui pasti akan diceritakannya kepada Sandy, tidak peduli Sandy
sebenarnya mau tahu atau tidak.
Jung Tae-Woo mengangguk-angguk. Hm, berarti kau tidak tahu-menahu soal
gosip tentang diriku. Gosip gay itu" kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Sandy tanpa diproses
di otaknya terlebih dahulu.
Jung Tae-Woo menatapnya. Bukannya kau tadi bilang kau tidak memba
ca tabloid" Sandy memiringkan kepala dengan salah tingkah. Temanku yang
menceritakannya padaku. Ternyata banyak orang yang sudah tahu. Jung Tae-Woo mendesah.
Bagaimanapun, foto-foto itu sudah membantuku mengatasi gosip.
Sandy hanya mengangguk-angguk tidak acuh, namun ia terkejut ketika laki-laki di
hadapannya itu mendadak berpaling ke arahnya dengan wajah berseri-seri.
Han Soon-Hee ssi namamu Han Soon-Hee, bukan" tanyanya cepat. Tanpa
menunggu jawaban Sandy, ia meneruskan, Karena kau sudah membantuku satu kali,
bagaimana kalau kau membantuku lagi"
Sandy mundur selangkah. Bantu & apa"
Jadi pacarku. A-apa"! Tae-Woo agak kaget mendengar pekikan gadis itu, tapi ia bisa memakluminya.
Begini, biar kuganti kalimat permintaanku, katanya sambil berkacak pinggang
dan berpikir-pikir. Kemudian ia mengangkat wajah dan menatap Sandy. Aku hanya
ingin memintamu berfoto denganku sebagai pacarku.
27 Sandy mengerjap-ngerjapkan mata dengan bingung. Tae-Woo cepat-cepat
menjelaskan. Ia sangat menyadari alis gadis itu terangkat ketika mendengarkan
ceritanya. Hanya berfoto. Bagaimana" tanya Tae-Woo di akhir penjelasannya. Ia menatap
Sandy yang masih tercengang. Kenapa tiba-tiba ia merasa seolah sedang disidang di
pengadilan" Ia sangat penasaran apa yang akan dikatakan gadis itu, apa jawabannya.
Kalimat pertama yang keluar dari mulut Sandy adalah, Kenapa aku"
Pertanyaan yang bagus. Tidak ada alasan khusus, sahut Tae-Woo santai. Kupikir
kau mungkin mau membantuku. Bagaimanapun kita sudah pernah difoto bersama
walaupun tanpa sengaja. Sandy masih terlihat bingung, tapi Tae-Woo melihat kening gadis itu berkerut,
tanda sedang mempertimbangkan usul yang ia ajukan. Setidaknya Sandy tidak
langsung menolak mentah-mentah.
Tae-Woo cepat-cepat mengambil kesempatan itu untuk menambahkan, Kalau kau
mau, anggap saja aku menawarkan pekerjaan kepadamu. Tidak akan mengganggu
pekerjaanmu yang sekarang. Kau masih kuliah" Kuliahmu juga tidak akan terganggu.
Memangnya aku terlihat seperti sedang butuh pekerjaan" tanya Sandy datar.
Atau butuh uang" Tae-Woo terdiam. Ia memandang Sandy dari kepala sampai ke ujung kaki. Tidak,
gadis ini memang sudah punya pekerjaan dan dilihat dari cara berpakaiannya, ia tidak
tampak seperti gadis yang kekurangan uang.
Memang tidak, Tae-Woo mengakui. Begini saja, aku akan memberimu apa pun
yang kauinginkan kalau kau bersedia membantuku.
Hanya untuk berfoto bersama" tanya Sandy memastikan.
Begitulah rencananya, jawab Tae-Woo pasti. Ia mulai merasa tidak percaya diri
melihat tanggapan gadis itu. Apa yang sedang dipertimbangkannya" Yah, mungkin
memang karena pada dasarnya Han Soon-Hee bukanlah salah satu penggemarnya.
Jadi, tidak aneh kalau gadis itu tidka antusias dengan gagasan ini.
Tiba-tiba terdengar dering ponsel. Otomatis Tae-Woo merogoh saku bagian dalam
jasnya. Pada saat yang sama Sandy juga merogoh tas tangannya yang terletak di meja.
Ternyata yang berdering ponsel milik gadis itu. Tae-Woo baru ingat ponsel Sandy sama
dengan ponsel miliknya. Bahkan nada deringnya juga persis sama. Mungkin salah satu
dari mereka harus segera mengganti nada dering.
Sandy menatap ponselnya, membuka flap-nya, tapi langsung menutupnya lagi
tanpa dijawab terlebih dulu. Rasa ingin tahu Tae-Woo bertambah ketika ia melihat
gadis itu melepaskan baterai ponselnya kemudian kembali menyimpan tas beserta
baterainya itu ke tas. Siapa yang meneleponnya tadi" Tidak tampak ekspresi apa pun di
28 wajahnya. Tapi sepertinya Sandy tidak berniat memberikan penjelasan atas tidakannya
barusan. Mau membantu, kan" Tae-Woo akhirnya membuka suara setelah mereka berdua
terdiam beberapa saat. Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Tae-Woo. Baiklah, asalkan wajahku
tidak terlihat. Udara di sekeliling Tae-Woo jadi terasa lebih ringan. Ia mengembuskan napas pelan
dan tersenyum lega. Meminta bantuan Sandy ternyata tidak sesulit dugaannya. Tidak
ada syarat yang aneh-aneh. Kalau sekadar merahasiakan identitas, ia bisa memaklumi
itu. Gadis ini tentu saja tidak ingin berurusan dengan wartawan.
Terima kasih. Kuharap kau tidak akan memberi
tahu orang lain tentang kesepakan
kita ini, bahkan orangtuamu sekalipun. Aku tidak ingin menciptakan skandal yang
lebih parah. Aku bisa memercayaimu, kan"
Mm, aku mengerti, kata Sandy menyanggupi. Tapi begitu melihat matanya yang
agak menerawang, Tae-Woo jadi kurang yakin apakah gadis itu benar-benar
memahami kata-katanya. Pada saat itu pintu terbuka dan mereka berdua menoleh. Ternyata yang masuk Park
Hyun-Shik. Sang manajer memandang mereka berdua dengan tatapan bertanya-tanya,
lalu setelah beberapa saat wajahnya menjadi cerah.
Oh, kau yang kemarin itu" tanya Park Hyun-Shik sambil menghampiri Sandy.
Tae-Woo tersenyum lebar. Hyong, dia bersedia menjadi pacarku.
Senyum manajernya langsung lenyap. Maksudmu"
Yang Hyong katakan kemarin & soal foto & aku sudah memikirkannya, kata Tae-Woo, masih tetap tersenyum. Kita lakukan saja. Dia juga sudah bersedia membantu.
Memang tidak persis seperti rencana yang Hyong usulkan kemarin.
Park Hyun-Shik terlihat bingung. Soal yang kemarin &" Ia terdiam sebentar, lalu,
Astaga, kau serius" Akan kujelaskan lebih lanjut pada Hyong nanti, kata Tae-Woo sambil menepuk-nepuk pundak manajernya. Kita lanjutkan pekerjaan kita dulu. Bukankah kita ke sini
karena aku harus mencoba semua pakaian ini"
Sandy keluar dari tempatnya bekerja dengan langkah gamang seolah setengah sadar.
Tugasnya mencocokkan pakaian Jung Tae-Woo sudah selesai, tapi otaknya seakan
masih tertinggal sebagian di butik itu. Ia berjalan dengan langkah lambat, membelok di
ujung jalan, lalu langkah kakinya terhenti.
29 Apa yang sudah kulakukan" ia bertanya pada dirinya sendiri sambil memegang
pipi dengan sebelah tangan.
Sandy harus berusaha keras menenangkan diri karena jantungnya berdebar kencang
sekali. Sejak tadi ia berjuang supaya rasa gugupnya tidak terlihat oleh kedua pria itu.
Perasaan canggung saat Jung Tae-Woo menjelaskan rencananya kepada si manajer
sementara pria itu mencoba pakaian tadi bahkan masih bisa ia rasakan hingga kini.
Si manajer agak bimbang. Ia banyak bertanya pada Sandy, selain itu juga berulang
kali menekankan bahwa masalah ini tidak boleh sampai diketahui orang lain. Tentu
saja Sandy mengerti. Diam-diam, sambil mendengarkan pesan Park Hyun-Shik, Sandy
mengamatinya. Pria yang satu itu benar-benar memiliki daya tarik. Cara bicaranya
menyenangkan, senyumnya menawan, dan matanya ramah. Sandy tahu Hyun-Shik
bertanya-tanya kenapa ia mau begitu saja membantu Jung Tae-Woo, tapi ia pura-pura
bodoh. Pada awalnya Sandy memang agak ragu dengan tawaran Tae-Woo, tapi
akhirnya rasa penasarannyalah yang menang. Ia meyakinkan dirinya ini jalan yang
tepat. Ini mungkin kesempatan yang telah lama dinantinya untuk mendapat jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama menghantui &.
Lagi pula menurutnya pekerjaan yang ditawarkan kepadanya tidak susah. Ia hanya
perlu difoto bersama Jung Tae-Woo. Bukan masalah. Ia pasti bisamelakukannya. Ia
sadar kesepakatan ini akan membuatnya sering bertemu Jung Tae-Woo, tapi ini bukan
masalah, toh ia tidak merasakan apa-apa terhadap artis itu. Nilai tambah lain, kalau ia
sering bersama Jung Tae-Woo, ia akan tahu dan mengerti kenapa teman dekatnya juga
banyak wanita lain bisa tergila-gila pada pria itu.
Baiklah, katanya pada dirinya sendiri. Aku pasti bisa melakukannya. Ah, astaga!
Aku lupa minta tanda tangan Jung Tae-Woo untuk Young-Mi.
Sandy merogoh tasnya untuk mencari ponsel, tapi kemudian berhenti. Apakah
sebaiknya aku tidak memberitahu Young-Mi aku bertemu Tae-Woo tadi" Dia pasti
kesal karena aku lupa meminta tanda tangan lagi. Tapi ia pasti bakal jadi lebih kesal
kalau tahu aku menyembunyikan soal pertemuan ini &
Sandy melanjutkan mencari ponselnya di tas tangannya dan menemukan baterai
ponsel yang tadi ia lepas. Mendadak ia jadi teringat Lee Jeong-Su tadi meneleponnya.
Mudah-mudahan Jeong-Su bisa mengerti kenapa ia tidak bisa menerima telepon tadi.
Eh & tunggu dulu, kalau dipikir-pikir lagi, kenapa ia harus merasa bersalah" Mana ada
orang yang bisa menjawab telepon kalau sedang berada dalam situasi seperti tadi" Lagi
pula sepanjang pengalamannya, kalau Lee Jeong-Su
yang menelepon, pasti bukan
karena ada hal penting. Kenapa Lee Jeong-Su masih terus menghubunginya" Bukankah pria itu sendiri yang
meminta putus hubungan" Orang aneh!
30 Sandy memasang baterai ponselnya kembali dan baru akan menghubungi Young-Mi ketika ia teringat janjinya. Aah & benar juga, aku sudah berjanji pada Park Hyun-Shik ssi tidak akan menceritakan masalah ini pada orang lain. Ah, bagaimana ini"
Yah & apa boleh buat &
Ia kembali memasukkan ponsel itu ke tas tangannya, lalu ia mendongak menatap
langit yang biru dan bergumam, Baiklah, Sandy. Semoga keputusanmu ini ada
gunanya. Aja aja, fighting*!
Sekarang ia harus pulang dan tidur dulu untuk mengumpulkan tenaga. Ia sudah
berjanji akan menemui kedua pria itu nanti malam.
* Ayo, semangat! 31 Tiga SOON-HEE SSI, sebaiknya pinggiran topimu diturunkan sedikit lagi. Wajahmu
harus tertutup, perintah Park Hyun-Shik.
Sandy bergumam tidak jelas, menyerahkan ponsel yang dipegangnya kepada Jung
Tae-Woo, lalu menarik turun topi merahnya. Kalau begini aku sendiri tidak bisa
melihat apa-apa, desahnya. Paman sebenarnya ada di mana" Dia sedang
meneropong kita atau semacamnya"
Ia dan Jung Tae-Woo sedang berada di dalam mobil Jung Tae-Woo yang diparkir di
lapangan parkir depan gedung tempat Park Hyun-Shik bekerja. Saat itu pukul sepuluh
malam dan suasana di tempat parkir sepi sekali. Jung Tae-Woo yang mengenakan topi
hitam dan kacamata hitam duduk di balik kemudi, Sandy duduk di sampingnya,
sementara Park Hyun-Shik mengawasi mereka entah dari mana. Semua komunikasi
dilakukan lewat ponsel. Mereka sudah siap menjalankan tahap pertama rencana.
Jung Tae-Woo menempelkan ponsel ke telinga dan berkata, Sudah bisa dimulai.
Ia menutup ponsel dan memandang Sandy yang sedang merapikan kepang
rambutnya. Sekitar semenit lagi kita keluar, katanya pendek.
Jadi kita hanya perlu keluar dari mobil, bergaya sebentar, lalu masuk kembali ke
mobil" tanya Sandy memastikan.
Jung Tae-Woo mengangguk. Ia diam, lalu, Nah, sepertinya Hyong sudah siap
dengan kameranya. Kita keluar sekarang.
Mereka berdua keluar dari mobil dan mulai berjalan berdampingan.
Kenapa jauh begitu" tanya Jung Tae-Woo.
Sandy menoleh dan menyadari Jung Tae-Woo sedang mengomentari jarak antara
mereka berdua yang terlalu jauh. Kenapa" Kurasa ini sudah cukup dekat.
32 Orang-orang tidak akan percaya aku punya hubungan khusus denganmu kalau
kau berdiri sejauh itu. Sandy berhenti berjalan dan memutar tubuh menghadap Jung Tae-Woo.
Menurutku seperti ini juga sudah lumayan. Kita tidak perlu sampai berpelukan
supaya orang percaya kita punya hubungan khusus, kan"
Jung Tae-Woo tertawa pendek. Apanya yang lumayan" Tubuhmu kaku begitu dan
jalanmu seperti robot. Sandy tetap diam. Jung Tae-Woo balas menatapnya, lalu berkata, Kita harus melakukan sesuatu.
Sandy terkejut ketika Jung Tae-Woo melangkah mendekati dirinya. Mau apa kau"
tanyanya, tapi saking gugupnya ia tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri.
Jung Tae-Woo berdiri tepat di depannya. Sandy baru menyadari betapa dirinya
begitu pendek dibandingkan pria itu. Kepalanya sampai harus mendongak kalau ia
mau melihat wajah Jung Tae-Woo.
Hei, Jung Tae-Woo ssi, kau sebenarnya mau apa" tanya Sandy sekali lagi ketika
setelah beberapa saat Jung Tae-Woo hanya berdiri diam tanpa melakukan apa-apa. Ia
tidak bisa melihat ekspresi Jung Tae-Woo dengan jelas karena laki-laki itu memakai
kacamata hitam, tapi Sandy bisa melihat bibir pria itu membentuk seulas senyum.
Aku" Hanya memberikan pose yang bagus untuk foto kita, katanya santai, lalu ia
mundur kembali. Sandy mendengus pelan. Lucu sekali.
Misi selesai, kata Sandy ketika mereka sudah duduk kembali di dalam mobil.
Hhhh & lelahnya. Benar-benar pekerjaan yang berat.
Tae-Woo tersenyum kecil mendengar gurauan Sandy. Ternyata gadis ini bisa
bercanda juga. Tae-Woo yakin sebenarnya Sandy orang yang ramah, meski saat ini
gadis itu lebih sering bersikap kaku dan menjaga jarak, bahkan terkadang cenderung
dingin. Bagaimanapun hal itu wajar saja mengingat mereka tidak terlalu saling
mengenal. Aku merasa seperti sedang main film, Sandy
menambahkan. Mungkin seharusnya aku jadi aktris saja. Bagaimana menurutmu"
Teruslah bermimpi, sahut Tae-Woo sambil menghidupkan mesin mobil.
Saat itu terdengar dering ponsel. Mereka berdua serentak mencari ponsel mereka.
Yang berdering ternyata ponsel Tae-Woo.
Sebaiknya kauganti nada dering ponselmu, gerutu Sandy sambil memasukkan
ponselnya kembali ke saku celana.
33 Kenapa harus aku" Kau saja yang ganti, kata Tae-Woo sebelum menjawab
teleponnya. Ya, Hyong & Sudah"
Tiba-tiba ponsel Sandy berdering juga. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Sandy
langsung menjawab teleponnya. Halo"
Tae-Woo melihat gadis itu mendesah dan melepaskan topi merahnya. Siapa yang
meneleponnya" Lamunan dalam benaknya buyar ketika ia sadar Park Hyun-Shik
berulang kali menyebut namanya di telepon.
Eh, apa, Hyong"... Oh, oke. Sampai jumpa besok, kata Tae-Woo sebelum menutup
ponsel. Aku" Sekarang" Sedang di luar, kata Sandy dengan nada santai.
Tae-Woo memerhatikan alis Sandy terangkat ketika gadis itu mendengarkan
jawaban orang di seberang sana.
Sebentar lagi juga akan pulang. Kalau ada yang perlu dibicarakan, bicarakan nanti
saja. Aku sekarang sedang sibuk. Tutup dulu ya. Sandy langsung menutup
teleponnya. Telepon dari siapa" tanya Tae-Woo sambil lalu.
Sandy menoleh ke arahnya. Teman, sahut gadis itu pendek, lalu mengalihkan
pembicaraan. Kita sudah selesai sekarang" Paman bilang apa tadi"
Tae-Woo memandang Sandy dengan kening berkerut. Paman" tanyanya heran.
Kenapa kau memanggil Hyong paman"" Dia kan belum setua itu. Kalau aku sih tidak
akan sudi dipanggil paman".
Sandy baru akan membuka mulut untuk menjawab ketika Tae-Woo menambahkan,
Tapi terserah kau sajalah. Panggil saja dia paman" atau apa pun sesukamu. Hyong
tidak akan keberatan. Dia bukan orang yang suka ambil pusing untuk masalah seperti
ini. Asal kau tidak memanggilnya onni*" saja.
Sandy menarik napas dan berdeham Jadi Paman bilang apa tadi" tanyanya sekali
lagi. Katanya mungkin lusa foto-foto itu akan muncul di tabloid, jawab Tae-Woo.
Namun kemudian perkataannya selanjutnya seakan ditujukan kepada dirinya sendiri,
Harus lagi-lagi siap menghadapi wartawan. Tapi setidaknya reputasiku akan kembali
seperti dulu & Tae-Woo menoleh dan mendapati Sandy sedang menatapnya dengan pandangan
aneh. Apa" Ada apa"


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Boleh aku bertanya sesuatu" tanya Sandy agak ragu.
Apa" * Kakak, panggilan wanita kepada wanita yang lebih tua.
34 Sebenarnya & kau gay atau bukan"
Tae-Woo melepas kacamatanya dan menatap Sandy dengan kesal.
Tanpa menunggu jawaban, Sandy mengibaskan tangan. Oh, baiklah, aku tidak
akan bertanya lagi. Kau gay atau bukan juga bukan urusanku.
Seperti rencana Park Hyun-Shik, hari Senin pagi foto-foto mereka sudah mucul di
tabloid. Sandy baru memasuki ruang kuliah ketika Kang Young-Mi berlari ke arahnya.
Hei, Han Soon-Hee! seru Young-Mi dengan suara menggelegar.
Sandy mengerjapkan matanya dengan bingung, lalu setelah pulih dari
kekagetannya, ia menggerutu, Sudah kubilang berkali-kali jangan panggil nama
lengkapku seperti itu. Memangnya Sandy" terlalu susah diucapkan"
Dan sudah kubilang berkali-kali kalau aku tidak suka nama yang kebarat-baratan,
balas Young-Mi lalu melanjutkan, Sekarang itu bukan masalah penting. Lihat ini! Ia
melambai-lambaikan tabloid tepat di depan wajah Sandy.
Apa ini" tanya Sandy. Ia harus mundur selangkah supaya bisa melihat jelas apa
yang ingin diperlihatkan temannya itu.
Jung Tae-Woo ternyata punya pacar! kali ini seruan Young-Mi begitu keras
sampai-sampai Sandy terlompat kaget.
Sandy melihat halaman depat tabloid itu dan menahan napas. Ia membaca judul
utamanya JUNG TAE-WOO DAN KEKASIH WANITA" dicetak dengan ukuran
besar. Di bawah judul itu ada tiga fotonya bersama Jung Tae-Woo. Foto-foto itu agak
buram, tapi kenapa Sandy merasa dirinya terlihat begitu jelas"
Foto pertama memperlihatkan mereka berdua di dalam mobil. Jung Tae-Woo
sedang memegang kemudi dan menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Sandy sendiri
juga sedang memandang pria itu dengan kepala dimiringkan sehingga wajahnya
tertutup topi merahnya. Kapan mereka
berpose seperti itu" Sandy sendiri tidak ingat.
Foto yang kedua diambil ketika mereka berjalan bersama. Foto itu diambil sedikit
menyamping sehingga Sandy agak tertutup tubuh Jung Tae-Woo. Sandy memerhatikan
foto itu dan mengerutkan kening. Seingatnya mereka tidak berdiri sedekat itu, tapi
mungkin arah pengambilan fotonya yang menyebabkan mereka terlihat dekat.
Foto ketiga adalah saat Jung Tae-Woo berdiri tepat di depannya dan begitu dekat,
Sandy sendiri berdiri tegak dengan kepala mendongak memandangnya. Lagi-lagi
sudut pengambilan foto membuat foto itu terlihat bagus sekali dan wajah Sandy agak
tertutup. Ditambah lagi Jung Tae-Woo sedang tersenyum dalam foto itu. Mau tidak
mau Sandy kagum pada Park Hyun-Shik. Ternyata Paman pintar memotret.
35 Kau lihat" Sudah lihat" Young-Mi jelas-jelas terlihat kesal dan sedikit histeris.
Ternyata selama ini Jung Tae-Woo sudah punya kekasih. Siapa wanita itu" Artis" Kau
tahu tidak, semua penggemarnya sedang shock saat ini.
Sandy agak lega karena Kang Young-Mi tidak menyadari bahwa dirinyalah yang
ada di dalam foto bersama Jung Tae-Woo. Ia melipat kembali tabloid itu,
mengembalikannya kepada Young-Mi, lalu berkata, Kenapa kesal" Bukankah ini
malah membuktikan Jung Tae-Woo bukan gay"
Young-Mi terdiam dan menimbang-nimbang. Tapi kalau melihat dia dengan
wanita lain, rasanya hatiku & aduh, katanya dengan wajah memelas.
Sandy tertawa geli. Tapi & mungkin juga gadis ini bukan kekasihnya, kata Young-Mi tiba-tiba.
Memangnya apa yang membuatmu berpikir begitu"
Bisa saja kasusnya sama dengna kasusmu waktu itu. Jung Tae-Woo hanya
mengantarmu dan tidak ada hubungan apa-apa di antara kalian. Lagi pula semua
orang tahu wartawan suka membesar-besarkan masalah.
Sandy cepat-cepat menoleh dan mendapati sahabatnya sedang memandangnya
yakin. Tapi menurutku yang ini memang benar. Di artikel ini bahkan juga tertulis ada
sumber tepercaya yang menyatakan Jung Tae-Woo memang sudah punya pacar, kan"
Lagi pula kalau dipikir-pikir, bukankah ini hal yang baik" Maksudku, bagi penggemar
sepertimu, yang paling penting kan Jung Tae-Woo bukan gay alias suka wanita &.
Karena ekspresi kecewa Young-Mi belum berubah, Sandy menambahkan, Kau juga
tidak perlu histeris begitu. Kalaupun wanita di foto ini memang pacarnya, masih ada
kemungkinan mereka berpisah. Kau berdoa saja supaya mereka cepat berpisah.
Kau bisa berkata seperti itu karena kau bukan penggemarnya! Aku penasaran
sekali siapa wanita itu. Di sini juga tidak diceritakan siapa dia &. Young-Mi
mengembuskan napas panjang. Mendadak dia menepuk tangan dan berkata penuh
semangat, Tapikau benar. Tidak apa-apa, sebentar lagi pasti ketahuan. Dia harus
putus dengan Tae-Woo oppa*-ku!
Sandy geleng-geleng menahan geli. Tapi sebelum senyumnya mereda, Young-Mi
sudah berkata lagi, Tapi ada yang aneh. Coba lihat foto-foto ini, Soon-Hee. Kenapa
mereka berdua tidak bersentuhan" Mungkin memang bukan hal penting, tapi
maksudku, orang pacaran bukannya suka berpegangan tangan kalau berjalan
bersama" * * * *Kakak, panggilan wanita kepada pria yang lebih tua.
36 Jung Tae-Woo sedang berada di kantor Park Hyun-Shik. Ia memegang tabloid yang
memuat foto-fotonya bersama Sandy.
Hyong ternyata pandai memotret, kata Tae-Woo sambil tersenyum.
Park Hyun-Shik hanya mengangkat bahu menerima pujian itu. Menurutku rencana
kita cukup sukses karena sejak pagi kantor kita sudah dibanjiri telepon yang meminta
kepastian dan wawancara denganmu.
Dia sudah melihat ini atau belum ya" tanya Tae-Woo sambil meletakkan tabloid
itu di atas meja. Soon-Hee ssi" Seharusnya sudah karena orang-orang juga akan membicarakan-nya, sahut Park Hyun-Shik. Ia meraih tabloid itu dan mengamati foto-foto Tae-Woo
dan Sandy. Dia melakukannya dengan baik sekali, kan" Gadis yang tenang, mudah
diajak kerja sama. Bagus juga dia bukan salah satu penggemarmu, jadi dia tidak histeris
atau semacamnya. Tae-Woo hanya mengangkat bahu.
Park Hyun-Shik berkata pelan seperti merenung. Ya, gadis yang tenang. Bahkan
mungkin terlalu tenang & Tidakkah menurutmu dia terlalu mudah menyetujui
permintaanmu" Tae-Woo mengang kat bahu lagi. Tidak juga, jawabnya.
Dia tidak minta imbalan apa pun" tanya Park Hyun-Shik lagi.
Tae-Woo mengingat-ingat. Tidak.
Aneh, gumam Park Hyun-Shik. Setelah berkata seperti itu, telepon di meja
kerjanya berdering. Sementara manajernya menjawab telepon, Jung Tae-Woo menimbang-nimbang
apakah sebaiknya ia menelepon Sandy. Tak berapa lama akhirnya ia mengeluarkan
ponselnya dan menekan angka sembilan.
Sandy dan Young-Mi sedang berjalan di halaman kampus sambil membicarakan Jung
Tae-Woo dan pacar misteriusnya ketika Sandy mendengar namanya dipanggil.
Mereka berdua menoleh ke belakang dan melihat laki-laki tinggi besar sedang
berlari-lari kecil menghampiri mereka.
Young-Mi menyikut lengan Sandy dan berbisik, Mau apa lagi dia"
Sandy mengerutkan kening dan menggeleng tanda tidak tahu.
Laki-laki itu berhenti di depan mereka berdua sambil tersenyum lebar. Halo,
kebetulan sekali bertemu kalian di sini. Mau makan siang" Ayo, kutraktir.
Young-Mi meringis. Kebetulan apanya"
Lee Jeong-Su ssi, sedang apa kau di sini" tanya Sandy.
37 Tidak ada alasan khusus, jawab Lee Jeong-Su riang, seakan tidak menyadari nada
ketus kedua gadis itu. Kupikir karena sudah lama tidak bertemu, tidak ada salahnya
kita makan siang bersama sambil mengobrol.
Pacarmu mana" tanya Young-Mi tiba-tiba. Dia tidak marah kalau kau makan
siang bersama dua wanita" Ngomong-ngomong, kau masih bersama gadis yang waktu
itu, kan" Atau sudah ada yang baru"
Wajah Lee Jeong-Su memerah dan dia agak salah tingkah ketika menjawab, Oh, dia
sedang ada urusan di tempat lain. Ayolah, mumpung pekerjaanku sedang tidak
banyak. Lagi pula aku ingin mengobrol dengan kalian. Oke"
Sandy dan Young-Mi berpandangan. Mereka tahu mereka tidak bisa menghindar
tanpa bersikap kasar kepada laki-laki seperti Lee Jeong-Su.
Mereka masuk ke restoran kecil yang sudah sering mereka datangi. Mereka baru
saja duduk di meja kosong ketika Sandy mendengar ponselnya berbunyi. Ia menatap
layar ponselnya. Ia tidak mengenal nomor telepon yang tertera di sana.
Halo" Sudah lihat" Apa" Dalam kebingungan Sandy menatap ponselnya, lalu menempelkannya
kembali di telinga. Siapa ini"
Laki-laki di ujung sana mendengus kesal. Kau tidak tahu"
Tidak. Sepi sebentar, lalu suara itu berkata dengan nada datar, Ini Jung Tae-Woo.
Sandy tersentak dan sontak menatap Young-Mi dan Jeong-Su bergantian. Kedua
orang itu jadi ikut menatapnya dengan pandangan bertanya. Tepat pada saat itu
pelayan datang dan menanyakan pesanan.
Sandy memalingkan wajah dan berkata dengan suara pelan di telepon, Oh, kau
rupanya. Ada apa" Sandy mendengar Jung Tae-Woo menarik napas di seberang sana. Kau sudah lihat
fotonya" Nada suaranya sudah kembali seperti biasa.
Sudah, sahut Sandy. Lalu bagaimana" Kau sudah ditanya-tanya"
Sore ini aku ada jadwal wawancara.
Soon-Hee, kau mau makan apa" tanya Jeong-Su tiba-tiba.
Sandy menoleh dan menjawab, Terserah. Pesankan saja untukku.
Kau tidak sedang sendirian" tanya Tae-Woo.
Aku sedang makan bersama teman.
Hei, kenapa tidak bilang dari tadi" Kau bisa membongkar rencana kita.
Lho, kenapa marah-marah" Kau sendiri tidak bertanya dulu, lagi pula aku kan
tidak bilang apa-apa ke siapa pun.
38 Jung Tae-Woo terdiam sebentar, lalu berkata, Malam ini jam tujuh kau harus ke
rumah Hyun-Shik Hyong. Ada yang ingin dibicarakan. Mengerti"
Wajah Sandy berubah kesal, tapi ia berkata, Ya, ya, mengerti. Tapi rumahnya di
mana" Sandy mengeluarkan secarik kertas dan bolpoin dari dalam tasnya. Setelah mencatat
alamat Park Hyun-Shik seperti yang disebutkan Jung Tae-Woo, ia menutup ponsel dan
mendapati Young-Mi dan Jeong-Su sedang memerhatikannya.
Dari siapa" tanya Jeong-Su.
Teman, sahut Sandy ringan sambil tersenyum kecil. Makanannya sudah
dipesan" Tae-Woo menutup ponselnya sambil melamun.
Kau sudah memintanya datang ke tempatku nanti malam" tanya Park Hyun-Shik
membuyarkan lamunannya. Sudah, jawabnya pelan. Kau juga nanti malam jangan datang terlambat, kata manajernya sambil
mengenakan jas. Ayo, kita pergi makan siang. Mau makan apa"
Hyong, panggil Tae-Woo tiba
-tiba. Apa" Hyong pernah mencari informasi tentang Han Soon-Hee. Apakah Hyong sudah
mengecek dia punya pacar atau tidak"
Memangnya kenapa" Tadi ketika aku meneleponnya, dia sedang bersama laki-laki. Kalau memang dia
punya pacar, pacarnya bisa tahu soal kita.
Park Hyun-Shik berpikir. Nanti malam kita bisa menanyakannya langsung pada
Soon-Hee ssi. Ayolah, kita pergi makan dan setelah itu kau harus bersiap-siap untuk
wawancara. Jadi kau sudah mengatakannya pada wartawan" tanya Sandy sambil menjepit
sepotong daging panggang dengan sumpit dan memasukkannya ke mulut.
Mereka bertiga Jung Tae-Woo, Park Hyun-Shik, dan dia sendiri sudah
berkumpul di apartemen Park Hyun-Shik yang besar dan mewah. Ketika Sandy
datang, kedua laki-laki itu baru akan mulai memanggang daging. Hyun-Shik berkata
makan malam ini adalah ucapan terima kasihnya atas bantuan Sandy.
39 Kau bisa baca sendiri beritanya di koran, sahut Jung Tae-Woo sambil membolak-balikkan potongan daging di atas panggangan.
Sandy meringis, lalu menoleh ke arah Park Hyun-Shik yang sedang meneguk soju.
Paman tidak makan" tanyanya ketika melihat pria itu tidak memegang sumpit.
Park Hyun-Shik meraih sumpit dan berkata, Soon-Hee ssi &
Kalian boleh memanggilku Sandy saja, Sandy menyela dengan cepat dan
memandang Park Hyun-Shik dan Jung Tae-Woo bergantian.
Jung Tae-Woo mendengus pelan, tapi tidak menjawab.
Pakr Hyun-Shik berdeham dan melanjutkan, Oke, kalau memang kau tidak
keberatan. Sandy, sepertinya aku belum pernah bertanya, tapi apa kau punya pacar
sekarang ini" Sandy tersedak mendengar pertanyaan Park Hyun-Shik. Pacar"
Park Hyun-Shik cepat-cepat berkata, Aku tidak bermaksud mencampuri urusan
pribadimu, tapi kalau kau memang punya pacar, itu bisa agak menyulitkan. Kau tidak
mungkin bisa menyembunyikan hal ini darinya.
Sandy mengangguk-angguk pelan. Oh, gumamnya. Tenang saja, aku tidak
punya pacar. Siang tadi ketika aku meneleponmu, bukankah kau sedang bersama pacarmu"
Jung Tae-Woo menimpali. Sandy menoleh ke arahnya. Siang tadi" Aah & dia bukan pacarku.
Kedengarannya seperti pacar, Jung Tae-Woo bersikeras.
Sandy menatap kedua laki-laki itu dengan mata disipitkan. Baiklah, akhirnya ia
berkata. Ia meletakkan sumpitnya di meja. Karena kalian curiga begitu, aku akan
mengatakan yang sebenarnya.
Dia pacarmu" tanya Jung Tae-Woo langsung.
Bukan, Sandy menegaskan. Aku dan dia memang pernah berhubungan, tapi
hubungan itu sudah berakhir delapan bulan yang lalu.
Lalu hubungan kalian sekarang masih baik" Kali ini Park Hyun-Shik yang
bertanya. Susah mengatakannya, sahut Sandy agak bingung. Ia bertopang dagu dan
mengerutkan kening. Sebenarnya setelah berpisah, kami tidak bertemu lagi.
Kemudian kira-kira sebulan lalu dia mulai menghubungiku. Aku juga tidak tahu apa
maunya. Itu artinya dia ingin kembali kepadamu, kata Jung Tae-Woo. Kenapa kau
memutuskan dia waktu itu" Itu juga kalau kami boleh tahu.
Alis Sandy terangkat. Siapa bilang aku yang memutuskannya" Dia sendiri yang
minta putus dariku karena dia tertarik pada wanita lain.
40 Kedua laki-laki itu menatapnya dengan pandangan aneh. Apakah pandangan itu
disebabkan rasa kasihan" Sandy memang merasa dirinya dulu sangat menyedihkan.
Pacar yang ia percayai meninggalkannya demi wanita lain.
Tidak usah melihatku seperti itu. Aku tidak apa-apa. Waktu itu aku memang
sedih, tapi aku bukan tipe wanita yang histeris. Ada banyak hal yang bisa membuatku
bahagia. Banyak sekali &
Merasa canggung telah membicarakan masalah pribadinya pada kedua pria itu,
sebelum Sandy bisa menghentikan dirinya sendiri, bibirnya terus mengoceh, Mmm,
aku suka mendengarkan musik, suka keripik kentang, bunga, kembang api, hujan, dan
bintang. Jadi waktu itu untuk menenangkan diri, aku makan banyak sekali keripik
kentang dan aku sering membeli bunga untuk diriku sendiri. Kedengarannya mungkin
aneh, tapi perasaanku langsung jadi lebih baik.
Lalu kenapa sekarang dia mendekatimu lagi" desak Jung Tae-Woo.
Sandy mengangkat bahu. Mana aku tahu.
Mungkinkah dia sudah berpisah dengan wanita yang dulu itu" tanya Park Hyun-Shik.
S andy memiringkan kepala. Sepertinya belum.
Bagaimana denganmu" tanya Jung Tae-Woo sambil menatap Sandy ingin tahu.
Sandy membalas tatapannya. Bagaimana apanya"
Kau masih mengharapkannya"
Sandy terdiam sejenak, lalu ia mengetukkan sumpitnya ke piring dan berkata,
Sudahlah, jangan dibicarakan lagi. Yang penting sekarang aku tidak punya pacar dan
tidak akan menyulitkan kalian berdua. Ayo, makan lagi.
Jung Tae-Woo masih terlihat tidak puas, tapi kali ini Sandy berhasil mengendalikan
mulutnya. Bagaimanapun, ia kan baru mengenal kedua laki-laki itu, rasanya tidak
nyaman membicarakan masalah pribadinya dengan mereka.
Sandy berdeham untuk mengalihkan topik, lalu bertanya, Lalu rencana selanjutnya
apa" Paman akan memotret kami lagi"
Park Hyun-Shik menggeleng. Tidak. Untuk saat ini kau boleh bersantai dulu.


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meski kau harus tetap siap seandainya kami tiba-tiba butuh bantuanmu.
Aku mengerti, ujar Sandy. Yang jadi bosnya kan kalian berdua.
Oh ya, hari Sabtu nanti Tae-Woo akan mengadakan jumpa penggemar untuk
mempromosikan album barunya, kata Park Hyun-Shik tiba-tiba. Kau mau datang"
Sandy tersedak dan terbatuk-batuk. Sumpitnya terlepas dari tangannya dan jatuh ke
lantai. 41 Sandy memungut sumpit yang jatuh dan mengulurkannya kepada Park Hyun-Shik.
Maaf, sepertinya aku makan terlalu buru-buru, katanya sambil menggosok-gosokkan
telapak tangannya yang basah karena keringat dingin ke celana jins.
Tidak perlu rakus seperti itu, kata Jung Tae-Woo. Sama sekali tidak membantu.
Sandy tidak mengacuhkannya dan bertanya pada Park Hyun-Shik, Jumpa
penggemar" Seperti yang dulu"
Jung Tae-Woo tertegun menatap daging panggangnya. Ia kaget Sandy tahu soal
jumpa penggemar terakhir yang dilakukannya sebelum mengambil jeda dari dunia
selebriti. Tidak, tidak seperti dulu, Park Hyun-Shik cepat-cepat menyela sebelum suasana
hati Tae-Woo berubah menjadi buruk. Kali ini tidak seramai dulu. Kami akan
membatasi jumlah penonton. Bagaimana" Kau mau datang"
Oh, begitu" Hmmm & Sandy menerima sumpit baru yang diulurkan Park Hyun-Shik. Aku boleh datang"
Jung Tae-Woo mendengus dan meneguk soju-nya, rupanya Park Hyun-Shik
terlambat menyelamatkan situasi. Untuk apa kau datang" Memangnya kau termasuk
penggemarku" Memang bukan, jawab Sandy terus terang, lalu menjepit daging panggang dan
memasukkannya ke mulut. Ia melihat Jung Tae-Woo menatapnya dengan pandangan
bertanya-tanya, seolah menantinya memberi alasan.
Entah kenapa sandy merasa tidak nyaman dengan cara Tae-Woo memandangnya
itu, ia pun berdecak. Ya sudah, aku tidak akan datang. Lagi pula aku juga sudah bosan
melihatmu. Aneh juga, kenapa teman-temanku begitu menyukaimu ya"
Tae-Woo sudah membuka mulut untuk membalas komentar Sandy, tapi Park
Hyun-Shik buru-buru menengahi, Jangan begitu. Aku akan memberikan dua lembar
tiket untukmu. Datanglah bersama temanmu hari Sabtu nanti. Kau belum pernah
mendengar Tae-Woo menyanyi, kan"
Sandy meringis dan menatap Jung Tae-Woo yang melahap daging panggang
dengan kesal. Sebenarnya pernah. Di televisi &, katanya.
Setelah beberapa saat Sandy memutuskan untuk melunak, Bagaimana" Aku boleh
datang, tidak" Siapa tahu setelah pergi ke acara itu, aku jadi bisa melihat apa yang tidak
kulihat selama ini. Siapa tahu nantinya aku jadi bisa mengerti kenapa banyak orang
menyukaimu. Jung Tae-Woo menatapnya dan mendesah. Datang saja kalau kau mau. Tapi
jangan macam-macam. Sandy tersenyum jail, tiba-tiba saja ia merasa menggoda Tae-Woo adalah kegiatan
yang menyenangkan, dan berkata, Baiklah, kau mau aku berpura-pura menjadi
42 penggemarmu yang paling fanatik" Aku bisa berlari ke arahmu dan memelukmu kuat-kuat. Lalu menjerit-jerit memanggil namamu. Tae-Woo Oppa! Aku cinta padamu! Itu
yang biasanya dilakukan para penggemarmu, kan"
Mungkin sebaiknya kau tidak usah datang, kata Tae-Woo sambil meletakkan
sumpitnya dengan keras. Benar. Jangan datang!
Sandy menggoyang-goyangkan jari telunjuknya. Kau tadi sudah setuju. Tidak
boleh ditarik kembali. Lagi pula temanku Kang Young-Mi penggemar beratmu. Aku
sudah merasa tidak enak karena harus menyembunyikan
masalah ini darinya. Dia sangat ingin mendapatkan tanda tanganmu. Jadi, aku pasti akan mengajaknya ke acara
jumpa penggemarmu Sabtu nanti.
Jung Tae-Woo hanya bisa menarik napas panjang. Ya, ya, terserah kau sajalah.
43 Empat HYONG, hari ini tidak ada jadwal kerja, kan" & Aku sedang di luar. Ada sedikit
urusan & Oke, sampai jumpa.
Tae-Woo melempaskan earphone dari telinga dan kembali memusatkan perhatian
pada jalanan di depannya.
Sepertinya di sini kampusnya, gumamnya pada diri sendiri sambil menghentikan
mobil di tepi jalan. Ia membuka flap ponselnya dan baru akan menekan angka sembilan
ketika gerakannya terhenti.
Ia melihat Sandy melalui kaca jendela mobilnya. Gadis itu sedang berjalan keluar
dari gerbang kampus bersama laki-laki tinggi besar. Tae-Woo terus mengamati mereka
ketika laki-laki itu membukakan pintu mobilnya untuk Sandy dan gadis itu masuk.
Tae-Woo menutup ponsel, melemparkannya ke kursi penumpang di sampingnya,
lalu memutar mobilnya untuk mengikuti mobil putih itu.
Ternyata mereka tidak pergi jauh. Mobil putih itu berhenti di depan kafe dan kedua
orang itu turun. Tae-Woo menghentikan mobil di seberang jalan dan tetap diam di
dalam mobil. Ia melihat Sandy dan laki-laki itu masuk ke kafe dan, untungnya,
menempati meja di dekat jendela. Dari mobilnya, Tae-Woo bisa melihat mereka berdua
dengan jelas. Si laki-laki tidak henti-hentinya tersenyum dan berbicara, Sandy juga
sering tersenyum dan sesekali menanggapi kata-kata pria itu.
Tae-Woo meraih ponselnya dan menekan angka sembilan. Begitu mendengar suara
operator telepon, Tae-Woo langsung menutup flap ponselnya dengan keras.
Kenapa ponselnya dimatikan" tanyanya kesal.
44 Tae-Woo memerhatikan Sandy yang sedang tersenyum kepada pelayan yang meng-antarkan minuman. Ia memalingkan wajah lalu bertanya pada dirinya sendiri dengan
nada heran, Kenapa aku harus peduli"
Ia menghidupkan mesin dan menjalankan mobil dengan kasar sehingga rodanya
berdecit. Kau mau pulang" Bagaimana kalau kuantar"
Sandy menggeleng dan tersenyum. Tidak usah, Jeong-Su ssi. Aku belum mau
pulang. Lee Jeong-Su berdiri di samping mobil putihnya dan bertanya lagi, Kalau begitu
kau mau ke mana" Aku bisa mengantarmu.
Sandy menggeleng lagi. Tidak usah. Kau pasti sibuk. Pergi saja dulu.
Karena tidak bisa membujuk Sandy, Lee Jeong-Su akhirnya melambaikan tangan
dan masuk ke mobil. Sandy memerhatikan mobil putih itu membelok di sudut jalan dan mengembuskan
napas. Ia berbalik dan mulai berjalan pelan. Karena teringat ponselnya yang tadi ia
matikan, ia merogoh tas dan menyalakan alat komunikasi itu segera setelah
menemukannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Halo" katanya, menempelkan ponsel ke telinga.
Ini aku, ujar suara di seberang sana.
Jung Tae-Woo ssi" Sandy agak heran mendengar suara Jung Tae-Woo.
Kau di mana sekarang" tanya Jung Tae-Woo cepat.
Aku & oh & Sandy melihat sekelilingnya dan menyebutkan tempatnya.
Tunggu di sana. Lalu tanpa menunggu jawaban, Jung Tae-Woo langsung
memutuskan hubungan. Sandy menatap ponselnya dengan bingung. Orang aneh. Tunggu di sini" Kenapa"
Dia mau datang" Sandy sedang mempertimbangkan apakah ia harus menunggu sambil berdiri di tepi
jalan atau masuk lagi ke kafe ketika mobil merah berhenti tepat di depannya. Jendela
mobil itu diturunkan dan Sandy membungkukkan badan untuk melihat ke dalam. Ia
melihat Jung Tae-Woo yang berkacamata gelap seperti biasa duduk di balik kemudi.
Masuk, kata laki-laki itu singkat.
Sandy mendengus pelan mendengar nada memerintah dalam suara Jung Tae-Woo,
tapi ia masuk juga ke mobil.
Kenapa cepat sekali datangnya" Tadi kau sedang ada di sekitar sini" tanya Sandy
ringan ketika mereka sudah melaju di jalan.
45 Tae-Woo tidak menjawab, hanya bergumam tidak jelas.
Kenapa mencariku" Kita harus berfoto" tanya Sandy lagi sambil menatap teman
seperjalanannya yang entah kenapa agak aneh hari ini.
Sepertinya Jung Tae-Woo tidak bisa menahan emosi lagi karena ia mulai
menggerutu. Aku mencoba menghubungimu dari tadi. Kenapa ponselmu dimatikan"
Bukankah Hyong sudah bilang padamu kau harus siap setiap saat kalau-kalau kami
menghubu ngimu" Sandy menatap Jung Tae-Woo dengan jengkel. Baiklah, aku minta maaf. Aku
memang baru mengaktifkan kembali ponselku. Tapi bukankah sekarang kau sudah
berhasil menghubungiku"
Kau tadi sedang apa sampai tidak bisa menjawab telepon" tanya Jung Tae-Woo
sambil tetap menatap lurus ke jalan.
Sedang bersama teman, jawab Sandy, lalu mengalihkan pembicaraan. Kenapa
kau mencariku" Kita mau ke mana"
Sandy melihat Jung Tae-Woo agak ragu sesaat, lalu laki-laki itu berkata, Aku
sampai lupa apa yang ingin kukatakan saking terlalu lamanya menunggumu. Tapi
sebaiknya kau menemaniku membeli sesuatu.
Beli apa" Hadiah untuk penggemarku, sahut Jung Tae-Woo sambil memandang Sandy
sebentar, lalu kembali menatap ke depan. Untuk dibagikan dalam acara jumpa
penggemar Sabtu nanti. Untuk semua orang" Tidak, hanya untuk beberapa orang yang terpilih.
Ooh. Sandy mengangguk-angguk. Kenapa kau baik sekali" Kukira artis tidak
membeli sendiri hadiah untuk penggemarnya. Kupikir hal-hal semacam itu diurus
orang lain. Aku lebih suka membelinya sendiri. Karena kebetulan kau tidak sibuk, kau bisa
membantuku. Sandy menoleh cepat. Hei, siapa bilang aku tidak sibuk" Dua jam lagi aku harus
menemui Mister Kim. Lagi pula menurut perjanjian, kita hanya akan berfoto bersama.
Tidak pernah disebut-sebut soal aku harus menemani atau membantumu mengerjakan
apa pun. Bukankah sejak awal sudah kukatakan, kita anggap saja kesepakatan ini sama
dengan aku menawarkan pekerjaan untukmu. Kau tidak menolak. Jadi intinya, kau
sekarang bekerja untukku. Bukankah begitu" kata Jung Tae-Woo sambil tersenyum.
Soal Mister Kim-mu itu, tidak usah cemas. Kau akan bisa menemuinya tepat waktu.
Sudah kubilang aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu di sana.
46 Sandy merasa tidak perlu memberitahu Jung Tae-Woo bahwa ia tadi bersama Lee
Jeong-Su. Bagaimanapun, masalahnya dengan Lee Jeong-Su adalah masalah pribadi
yang tidak ada hubungannya dengan Jung Tae-Woo maupun Park Hyun-Shik.
Ditambah lagi kenyataan bahwa pertemuan dengan Lee Jeong-Su tadi hanyalah
perbincangan singkat tanpa arti khusus.
Jung Tae-Woo menghentikan mobil di depan toko pakaian yang kelihatan mewah di
Apgujeong-dong, salah satu kawasan paling trendi di Seoul, dipenuhi restoran kelas
atas dan toko pakaian dari para desainer terkenal. Sandy tahu toko itu karena ia sering
melewatinya. Kadang-kadang ia berhenti dan mengagumi pakaian yang dipajang di
etalasenya, tapi tidak pernah sekali pun ia menapakkan kakinya di dalam toko itu. Ia
tidak perlu masuk ke toko itu untuk tahu bahwa harga barang yang dijual di toko itu
pasti mahal, sama seperti butik Mister Kim. Ia lebih suka berbelanja di Meyong-dong
yang sering disebut Ginza-nya Seoul, salah satu kawasan perbelanjaan yang populer.
Harga barang-barang di Myeong-dong memang tidak jauh berbeda dengan harga
barang di Apgujeong-dong, tetapi Sandy merasa lebih nyaman karena sudah terbiasa
berbelanja di sana. Sandy mencondongkan badan dan mengamati bangunan itu. Hei, kau mau masuk
ke sana" Memangnya tidak apa-apa kalau kau dikenali orang" Lalu aku bagaimana"
Aku tidak ingin terlihat bersamamu.
Jung Tae-Woo melepaskan sabuk pengamannya dan mendesah. Ia menatap Sandy
dengan kening berkerut, lalu berkata, Aku ini bukan narapidana yang tidak boleh ke
mana-mana. Lagi pula apa gunanya jadi artis kalau tidak ingin dikenal orang"
Sandy masih tidak berniat melepas sabuk pengamannya. Oh, begitu" Kau merasa
senang kalau orang-orang mengenalimu, jadi histeris, lalu jatuh pingsan di
hadapanmu" Orang-orang tidak akan pingsan begitu melihatku, kata Jung Tae-Woo. Kau
tenang saja. Aku kenal pemilik toko ini. Dia tidak akan banyak bertanya. Aku sering ke
sini dengan staf manajemenku. Soal dirimu & anggap saja kau salah satu anggota
stafku. Jung Tae-Woo membuka pintu, lalu mulai beranjak dari kursi ketika ia berhenti dan
menoleh ke arah Sandy lagi. Tunggu dulu. Kau kan memang anggota stafku. Kau
bekerja untukku, bukan" Ayo, turun.
Sandy mengangkat bahu, melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil.
Sebenarnya kau ingin beli apa" tanya Sandy bingung. Ia melihat-
lihat barang-barang yang dijual di toko itu dan ia benar, harganya sama sekali tidak murah.
47 Entahlah, aku belum tahu, jawab Jung Tae-Woo sambil melepas kacamata
gelapnya. Bagaimana kalau kau saja yang pilih. Ayo, kita naik.
Hei, Jung Tae-Woo! Sandy dan Jung Tae-Woo serentak menoleh ke arah seruan penuh semangat itu.
Ternyata suara itu milik laki-laki yang tampan sekali. Sandy merasa pernah melihat
laki-laki itu. Di mana ya" Ah! Di televisi. Laki-laki itu kan bintang iklan pakaian
olahraga. Tidak salah lagi.
Apa kabar, Danny" Jung Tae-Woo menyapa dan menepuk punggungnya.
Sandy menjauh dari sana dan membiarkan kedua laki-laki itu berbincang-bincang.
Kalau tidak salah, ia memang pernah dengar Jung Tae-Woo berteman baik dengan
Danny. Walaupun sudah berdiri agak jauh dan tersembunyi di balik rak pakaian, ia
masih bisa mendengar jelas pembicaraan kedua laki-laki itu.
Hei, kauganti nomor ponselmu, ya" Sandy mendengar Danny bertanya kepada
Jung Tae-Woo. Tidak. Kenapa" Beberapa hari yang lalu aku meneleponmu, tapi yang menjawab wanita dan dia
bilang dia tidak kenal denganmu.
Sandy menutup mulut dengan sebelah tangan. Ia ingat hari itu, hari ketika
ponselnya dan ponsel Jung Tae-Woo tertukar. Saat itu ia mengira orang itu salah
sambung. Sandy mengalihkan tatapan ke arah Jung Tae-Woo, penasaran bagaimana
jawaban pria itu. Kau pasti salah sambung. Nomor ponselku tetap seperti yang dulu, katanya
tenang sambil tersenyum. Tidak mungkin salah sambung, Danny bersikeras. Tapi sudahlah, itu bukan
masalah. Kakakku terus menanyakan kabarmu. Katanya sudah lama kau tidak ke sini.
Maaf. Aku memang agak sibuk belakangan ini.
Danny menatap Jung Tae-Woo penuh selidik. Oh ya, aku baru ingat. Kenapa kau
tidak cerita padaku"
Jung Tae-Woo mengangkat alis. Tentang apa"
Pacarmu. Sandy menahan napas. Jung Tae-Woo terlihat bingung. Pacar" Pacar yang man Aah, itu &
Bagaimana sih" Sandy merasa kesal. Jung Tae-Woo selalu khawatir Sandy akan
membocorkan rahasia mereka, tapi sekarang ia sendiri yang hampir membongkar
semuanya. Danny tertawa. Masa kau lupa pacarmu sendiri"
48 Jung Tae-Woo ikut tertawa. Lain kali saja kuceritakan. Nah, itu ada yang
memanggilmu. Sudah, pergilah, tidak usah melayaniku.
Hei, tadi itu Danny yang bintang iklan itu ya" tanya Sandy ketika Jung Tae-Woo
sudah berada di sampingnya.
Mmm. Memangnya kenapa" Jung Tae-Woo balas bertanya.
Ternyata dia tampan sekali, kata Sandy. Aku tidak percaya aku bisa melihat
aslinya. Seharusnya tadi aku minta tanda tangan, siapa tahu Young-Mi mau.
Jung Tae-Woo memandangnya, lalu bergumam pelan. Untuk temanmu atau &
Hm" Ah, tidak &. Sudah memilih sesuatu"
Katanya kau ingin memilih sendiri, protes Sandy, tapi Jung Tae-Woo sudah
berjalan pergi. Sandy membiarkan dirinya beberapa saat memandang sosok belakang
Danny yang menjauh, lalu membalikkan tubuh menyusul Jung Tae-Woo yang sudah
naik ke lantai dua toko itu.
Ini tokonya" tanya Sandy lagi setelah berhasil menyusul Jung Tae-Woo.
Apa" Jung Tae-Woo sibuk melihat-lihat aksesori yang dijual di sana.
Maksudku, toko ini milik Danny"
Sebenarnya milik kakak perempuannya, tapi Danny sering ada di sini, sahut Jung
Tae-Woo. Lalu ia tiba-tiba menoleh dan menatap Sandy dengan pandangan
menyelidik. Kenapa tanya-tanya"
Sandy membalas tatapan Jung Tae-Woo tanpa merasa bersalah. Hanya ingin tahu.
Eh, kau kenal siapa lagi" Kenap mantan personel H.O.T" Shinhwa"
Jung Tae-Woo mendesah keras dan berkacak pinggang. Kalau nona besar tidak


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lupa, kau di sini untuk membantuku memilih sesuatu!
Sandy mencibir. Oke, oke. Bagaimana kalau bros" katanya sambil menunjuk
barisan bros cantik yang dipajang di kotak kaca.
Aku sudah pernah memberikan bros untuk penggemarku dulu, kata Jung Tae-Woo.
Aah, benar juga. Sandy mengangguk-angguk sambil terus mengamati bros-bros
itu. Waktu itu sudah pernah ya &
Beberapa detik berlalu tanpa tanggapan, meski begitu Sandy merasa Jung Tae-Woo
sedang menatapnya. Sandy pun mengangkat kepala dan melihat ke arah laki-laki itu.
Ah, sepertinya ia keliru, Tae-Woo sedang memandang ke arah lain.
Kau kenapa" tanya Sandy.
Jung Tae-Woo menoleh dan menunjuk ke bagian topi. Kita ke sana.
Sandy mengikuti laki-laki itu, namun ketika ia melewati salah satu manekin,
langkahnya tiba-tiba terhenti. Mata Sandy tertuju pada syal panjang yang dipakaikan
49 pada manekin itu. Syal bermotif kotak-kotak hitam-putih yang kelihatan bagus sekali.
Sandy menjulurkan tangan dan menyentuh syal itu.
Sedang apa kau di sini" Tiba-tiba Jung Tae-Woo sudah berdiri di belakangnya.
Sandy menoleh ke belakang dan berkata, Lihat syal ini. Bagus, kan"
Menurutmu bagus" tanya Jung Tae-Woo.
Sandy mengelus-elus syal itu. Tentu saja. Aku suka sekali motif dan warnanya.
Jung Tae-Woo melepaskan syal itu dari manekin dan memakainya. Ia berjalan ke
cermin dan mematut diri. Sandy mengikuti dari belakang sambil menggerutu dalam
hati, kenapa jadi Jung Tae-Woo yang mencoba memakainya"
Memang bagus, Jung Tae-Woo mengakui. Cocok untukku, bukan"
Sandy ikut melihat bayangan Jung Tae-Woo di cermin dan harus mengakui pria itu
memang terlihat keren sekali dengan syal itu.
Cocok. Kau bisa memakainya pada acara jumpa penggemarmu nanti, usul Sandy
sambil mengalihkan pandangan.
Boleh juga, kata Jung Tae-Woo dan berputar dari cermin. Lalu soal hadiah untuk
penggemar, kupikir sebaiknya mereka kubelikan topi saja. Bagaimana"
50 Lima BERUNTUNG sekali kita bisa dapat tiket ini. Tempat duduk kita di barisan paling
depan, lagi! Kau tahu tidak, tiketnya sudah habis terjual dalam setengah jam! Tapi
kurasa itu bukan berita aneh. Sudah empat tahun Jung Tae-Woo tidak mengeluarkan
album, makanya aku yakin albumnya kali ini pasti hebat, kata Young-Mi sambil
mencium tiket masuk acara jumpa penggemar Jung Tae-Woo. Apakah aku harus
menelepon Mister Kim dan mengucapkan terima kasih"
Ah, tidak usah. Aku sudah berterima kasih padanya, sahut Sandy cepat-cepat.
Park Hyun-Shik memenuhi janjinya dan memberikan dua lembar tiket kepada
Sandy. Tentu saja Sandy langsung mengajak Kang Young-Mi dan karenanya ia harus
mengarang cerita tentang asal-usul tiket itu. Ia berkata pada Young-Mi bahwa Mister
Kim yang menghadiahkan tiket itu untuknya karena sudah menyelesaikan tugas
dengan sempurna. Yang benar saja! Kalau Mister Kim pernah sebaik itu pada orang,
namanya sudah pasti bukan Mister Kim. Tapi Young-Mi sama sekali tidak curiga
dengan cerita itu. Mereka tiba di tempat acara jumpa penggemar diselenggarakan dan melihat ratusan
gadis remaja berkerumun di pintu masuk. Ternyata penggemar setia Jung Tae-Woo
banyak sekali. Mereka membawa spanduk-spanduk besar, balon, dan papan karton
yang bertuliskan nama Jung Tae-Woo. Sandy masih belum memahami kenapa orang-orang itu begitu tergila-gila pada Jung Tae-Woo walaupun ia sudah menghabiskan
waktu bersama laki-laki itu seminggu terakhir ini. Ia bertanya-tanya apakah ia akan
merasa aneh melihat Jung Tae-Woo berdiri di panggung dan menyanyi.
Kali ini mereka membatasi jumlah penonton, celetuk Young-Mi. Acara jumpa
penggemar yang sebelumnya jauh lebih ramai.
51 Sandy mengalihkan pandangan dari kerumunan penggemar Jung Tae-Woo kepada
temannya. Benarkah"
Kang Young-Mi mengangguk tegas. Tentu saja. Aku juga datang ke acara jumpa
penggemar yang dulu itu. Wah, yang datang banyak sekali. Kau tidak akan bisa
membayangkannya. Waktu itu aku sampai susah bernapas. Tidak heran kalau banyak
penggemarnya yang jatuh pingsan di acara itu, malah ada yang sampai meninggal.
Aku pernah cerita, kan" Kau ingat, Soon-Hee"
Sandy mengangguk dan merenung. Aku pernah dengar tentang kejadian itu, tapi
karena belum pernah menghadiri acara seperti ini, aku tidak tahu suasananya seperti
apa. Kang Young-Mi tersenyum dan menggandeng lengan Sandy. Walaupun jumlah
penontonnya sudah dikurangi, aku yakin mereka tetap liar. Kau akan bisa merasakan
suasananya. Oh ya, Jung Tae-Woo masih ingat padamu, tidak ya"
Sandy menatapnya kaget. Maksudmu"
Young-Mi mendecakkan lidah. Bukankah waktu itu kau sempat ke rumahnya,
bahkan dia mengantarkanmu pulang" Hei, kauingatkan saja dia! Sewaktu acara
pembagian tanda tangan nanti, bilang kau pernah berjumpa dengannya. Setelah itu kit
a pasti bisa mengobrol lebih lama. Ya" Ya" Kau harus menarik perhatiannya kepada
kita. Apa" Bukannya sudah kubilang aku tidak mau orang-orang sampai tahu malam
itu aku bertemu dengannya" sahut Sandy. Aku tidak mau terlibat gosip semacam
itu. Oh ya, ia tahu benar ucapannya ini bertolak belakang dengan keputusannya
membantu Jung Tae-Woo. Kalau begitu tidak usah terang-terangan. Kau bisa memberikan petunjuk-petunjuk
yang bisa membuatnya Hei, Kang Young-Mi! Sudahlah, kita masuk saja, potong Sandy sambil cepat-cepat
menarik tangan temannya masuk ke gedung.
Acara dimulai dan Jung Tae-Woo muncul diiringi jeritan para penggemarnya. sandy
agak terperangah karena para penggemar jung Tae-Woo benar-benar penuh semangat
dan jeritan mereka mengagumkan. Young-Mi juga menjerit dan mengibas-ngibaskan
balon yang dipegangnya keras-keras. Melihat temannya seperti itu, Sandy jadi ikut
bersorak dan menjerit walaupun suaranya sudah jelas tidak terdengar di antara
lengkingan penggemar-penggemar lain yang lebih ahli dalam hal ini. Sandy melihat
Jung Tae-Woo berdiri di depan penonton sambil tersenyum lebar dan melambaikan
52 tangan. Pria itu mengenakan kaus hitam, jaket putih, celana panjang putih, juga syal
hitam-putih yang dibelinya bersama Sandy.
Kemudian Jung Tae-Woo mulai bernyanyi dan Sandy membiarkan dirinya
dipengaruhi para penggemar Jung Tae-Woo yang liar. Ia ikut berteriak-teriak dan
mengibas-ngibaskan balon seperti Young-Mi. Sandy mengakui suara Jung Tae-Woo
memang bagus, sehingga ia tidak sempat memikirkan apakah memang terasa aneh
melihat laki-laki itu di panggung.
Jung Tae-Woo menyanyikan lagu-lagu dari album barunya, diselingi perbincangan
singkat dengan para penonton. Para penggemarnya terus saja menjerit-jerit
kesenangan, bahkan tidak sedikit yang jatuh pingsan. Yang berikutnya adalah acara
pembagian tanda tangan. Sandy dan Young-Mi ikut antre.
Sandy melihat para penggemar satu per satu menjabat tangan Jung Tae-Woo dan
tersenyum bahagia, ada juga yang menangis saking gembiranya. Senyum ramah Jung
Tae-Woo tidak pernah lepas dari wajahnya. Kadang-kadang ia berbicara pendek dan
bercanda sebentar dengan beberapa penggemar. Sandy bertanya-tanya dalam hati
apakah laki-laki itu tidak merasa lelah.
Ketika giliran Sandy dan Young-Mi sudah hampir tiba, Sandy bisa mendengar
percakapan antara Jung Tae-Woo dan penggemarnya. Umumnya si penggemar akan
memuji penampilan dan lagunya, lalu Jung Tae-Woo akan berterima kasih dengan
sopan dan ramah sekali, setelah itu ia akan menanyakan nama si penggemar dan
membubuhkan tanda tangan di atas CD, poster, atau apa pun yang disodorkan
kepadanya. Ketika akhirnya Sandy berdiri di depan Jung Tae-Woo, laki-laki itu tidak terlihat
terkejut saat melihatnya. Sandy mencoba bersikap seperti kebanyakan penggemar Jung
Tae-Woo yang lain dan menyodorkan CD Jung Tae-Woo yang baru dibelinya tadi.
Tae-Woo Oppa, aku suka lagumu, kata Sandy dengan menggebu-gebu. Ia tidak
memedulikan Young-Mi yang terus-menerus menyikutnya.
Ia mendengar Jung Tae-Woo terbatuk pelan dan membubuhkan tanda tangan di
sampul depan CD yang ia sodorkan. Kemudian dengan senyumnya yang biasa, ia
mengembalikan CD itu kepada Sandy. Sandy langsung meraih dan meremas tangan
Jung Tae-Woo yang menjulurkan CD, membuat laki-laki itu agak terperanjat.
Terima kasih, Tae-Woo Oppa. Terima kasih. Aku cinta padamu, serunya gembira.
Di dalam hati ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah laki-laki itu.
Ketika berjalan kembali ke tempat duduknya, Sandy melihat Park Hyun-Shik
berdiri tidak jauh dari Jung Tae-Woo. Park Hyun-Shik juga melihatnya. Sandy
membungkukkan badan sedikit untuk memberi salam yang dibalas Park Hyun-Shik
53 dengan senyuman dan acungan jempol. Pasti paman yang satu itu sudah melihat
adegan kecil tadi. Setelah acara tanda tangan selesai, pembawa acara mengumumkan Jung Tae-Woo
akan membagikan hadiah khusus kepada sepuluh penggemar.
Wah! Dia mau membagikan hadiah! Apa ya" Young-Mi begitu bersemangat
sampai tidak berhenti bergerak-gerak di tempat duduknya.
Topi, jawab Sandy tanpa sadar.
Jung Tae-Woo yang berdiri di samping pe
mbawa acara berkata ia akan
menghadiahkan sepuluh topi yang sudah dibelinya sendiri. Kepala Young-Mi langsung
menoleh ke arah Sandy. Bagaimana kau bisa tahu" tanyanya curiga.
Sandy menjadi serbasalah dan buru-buru berkata, Cuma asal tebak. Biasanya artis
suka memberikan hadiah topi. Kalau bukan topi ya gantungan kunci atau bros.
Young-Mi tersenyum. Mungkin kau benar. Dulu dia pernah memberikan hadiah
bros untuk penggemarnya. Sayangnya waktu itu aku tidak kebagian.
Topi-topi itu dibagikan kepada penggemar yang memenuhi syarat. Misalnya ketika
pembawa acaranya bertanya siapa yang membawa poster resmi Jung Tae-Woo yang
pertama, atau penggemar yang datang dari jauh, dan sebagainya. Ada juga yang dipilih
secara acak dengan melemparkan bola, dan barang siapa yang menangkap bola itu
akan mendapatkan hadiah. Semua orang bersenang-senang termasuk Sandy dan
Young-Mi. Nah, sekarang kami hanya punya satu topi terakhir, kata pembawa acara yang
disambut jeritan para penggemar. Entah itu jeritan kecewa atau bahagia karena bagi
telinga Sandy jeritan penggemar Jung Tae-Woo terdengar sama saja.
Itu punyaku! seru Young-Mi sekeras-kerasnya, berusaha mengalahkan teriakan
penggemar lain sambil melambai-lambaikan kedua tangan ke arah si pembawa acara.
Mungkin kalian ingat, sebelum acara dimulai kami meminta kalian menuliskan
nomor ponsel kalian pada secarik kertas dan memasukkannya ke kotak besar yang di
sana itu. Kalian tahu apa maksudnya" tanya si pembawa acara.
terdengar gemuruh gumaman dari para penonton sementara mereka melihat ke
kanan-kiri dan bertanya-tanya.
Saya akan menjelaskannya, kata si pembawa acara lagi dan suasana pun menjadi
hening. Begini, Jung Tae-Woo akan memilih salah satu nomor telepon di dalam kotak
itu secara acak dan dia akan menghubungi nomor telepon itu. Barang siapa yang
ponselnya nanti berbunyi, majulah ke depan, dan topi terakhir ini akan menjadi
miliknya. Sekarang kalian harus memegang ponsel kalian dan pastikan ponsel kalian
dalam keadaan aktif. 54 Semangat para penonton melambung tinggi dan mereka sibuk mengeluarkan
ponsel mereka. Sandy merasa ia sudah menjadi penggemar fanatik karena ia juga
sedang memegang ponselnya penuh harap seperti Young-Mi.
Sudah siap" Kita mulai ya" seru Jung Tae-Woo yang disambut jeritan para
penggemar. Ia memasukkan tangannya ke kotak besar itu dan mengaduk-aduk, lalu
mengeluarkan secarik kertas kecil. Para penggemar masih terus menjerit-jerit. Lalu Jung
Tae-Woo mengeluarkan ponselnya sendiri dan membuka flap-nya. Jeritan ribuan
penggemarnya semakin menjadi-jadi. Pembawa acara pun harus menenangkan para
penonton dengan berkata mereka tidak mungkin bisa mendengar dering telepon kalau
semua orang terus menjerit sepenuh hati seperti itu. Akhirnya suasana kembali hening,
kini hanya terdengar bisikan lirih di sana-sini.
Jung Tae-Woo menekan-nekan tombol ponsel sambil melihat kertas kecil di
tangannya, lalu menempelkan ponsel itu ke telinga. Kertas kecil tadi dimasukkan
kembali ke kotak. Detik-detik menunggu hubungan tersambung terasa begitu lama. Semua roang di
sana menatap ponsel mereka penuh harap. Tiba-tiba terdengar nada panggil.
Astaga! Sandy berteriak kaget ketika ponsel yang digenggamnya berbunyi
nyaring. Soon-Hee, ponselmu! Young-Mi menjerit sambil tertawa histeris.
Para penonton mulai bersuara dan pembawa acara menyuruh Sandy berdiri dan
menjawab ponselnya. Nona yang memakai baju biru, coba dijawab dulu. Apakah benar yang menelepon
Jung Tae-Woo" Sandy sebenarnya tidak perlu menjawab karena di layar ponselnya muncul tulisan
JTW , nama yang disimpannya untuk nomor ponsel Jung Tae-Woo. Memang benar
Jung Tae-Woo yang meneleponnya, tapi Sandy tetap membuka flap ponsel dan
menempelkannya ke telinga. Walaupun suasana saat itu riuh sekali karena orang-orang
bersorak dan bertepuk tangan, ia masih bisa mendengar suara Jung Tae-Woo di telepon
yang berkata, Hei, majulah ke depan.
Young-Mi mencengkeram lengan Sandy dan mengguncang-guncang keras
tubuhnya. Sandy heran dari mana asal tenaga temannya itu. Akhirnya ia berhasil
membebaskan diri dari temannya dan maju denga
n dikawal dua penjaga. Jantungnya
berdebar keras karena ini kali pertama baginya berdiri di depan orang banyak yang
terus bersorak dan menjerit. Ia bolak-balik membungkukkan badan ke arah para
penggemar juga kepada pembaca acara di panggung.
55 Ketika Sandy berdiri di depan Jung Tae-Woo, ia menyadari baik Jung Tae-Woo
ataupun pembawa acara tidak memegang topi. Ia melihat si pembawa acara memberi
isyarat kepada salah seorang staf yang berdiri di pojok, tapi anggota staf itu
menggeleng. Ada apa ini" Tidak ada topi" Sandy yakin mereka sudah membeli sepuluh buah dan
ia tadi menghitung ada sembilan topi yang sudah dihadiahkan. Pasti masih tersisa satu
topi. Jangan-jangan Jung Tae-Woo mau mempermainkannya.
Si pembawa acara terlihat bingung tapi mencoba bersikap tenang. Namun Jung Tae-Woo tiba-tiba berkata, Wah, sepertinya topi yang terakhir hilang. Saya benar-benar
minta maaf. Bagaimana ya"
Para penonton terdiam dan Sandy menatap Jung Tae-Woo dengan mata disipitkan.
Pandangan curiga. Kalau Jung Tae-Woo memang sedang mempermainkannya, ini
benar-benar tidak lucu. Ia sudah gugup sekali berdiri di bawah sinar lampu seperti ini
dan sekarang ia harus menerima permainan Jung Tae-Woo"
Si pembawa acara ikut menimpali, Ya, maaf sekali. Sepertinya memang topi yang
terakhir hilang. Kami sedang mencarinya sekarang.
Sandy merasa seperti orang tolol, hanya berdiri diam di depan semua orang. Ia
memutuskan sebaiknya ia kembali ke tempat duduknya. Ketika ia membalikkan tubuh,
Jung Tae-Woo menahannya. Tunggu dulu, katanya sambil tersenyum meminta maaf. Karena sudah tidak ada
topi, bagaimana kalau kuberikan ini saja"
Jung Tae-Woo melepaskan syal di lehernya dan melilitkannya di leher Sandy. Para
penonton pun kembali berteriak dan menjerit. Sandy memandang syal bermotif kotak-kotak hitam-putih yang sekarang melilit lehernya. Ia menyentuh syal itu dan
mendongak menatap Jung Tae-Woo dengan tercengang. Laki-laki itu sedang tertawa
dan tawa di wajah itu membuat Sandy akhirnya ikut tersenyum.
Waah... kau beruntung sekali, Soon-Hee! Kau memang tidak mendapat topi, tapi kau
mendapat syal yang dipakainya. Aduh, aduh, jantungku... Kalau aku jadi kau, aku pasti
tidak akan bisa tidur malam ini, kata Young-Mi antusias dalam perjalanan pulang dari
acara tadi. Mereka berdua duduk di barisan belakang bus yang tidak terlalu ramai.
Ya, aku beruntung sekali, kata Sandy menyetujui sambil tersenyum. Ia terus
memandangi syal yang melilit lehernya. Tadi ia sempat mengira Jung Tae-Woo sedang
mempermainkannya, tpai ternyata tidak begitu. Tadinya, kalau dugaan jelek Sandy
terbukti benar, ia berniat meninju Tae-Woo saat itu juga.
56 Tiba-tiba Young-Mi menegakkan punggung dan mencengkeram lengan Sandy.
Tunggu dulu, Soon-Hee. Kau punya nomor telepon Jung Tae-Woo!
Itu bukan pertanyaan dan Sandy hanya bisa mengerjapkan mata dengan bingung.
Young-Mi menepuk lengan Sandy dan berseru, Tadi dia kan menghubungi
ponselmu dengan ponselnya, jadi artinya di ponselmu sekarang pasti masih ada nomor
ponselnya, kan" Tidak! bantah Sandy cepat-cepat. Apa yang harus dikatakannya" Tadi... tadi
sewaktu aku kembali ke tempat duduk setelah menerima hadiah, Jung Tae-Woo sendiri
yang bilang ponsel itu milik salah satu anggota stafnya. Lagi pula, coba pikir, mana
mungkin Jung Tae-Woo bisa sembarangan membiarkan nomor ponselnya diketahui
orang tak dikenal"

Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Young-Mi mengangguk-angguk. Masuk akal juga.
Sandy mengembuskan napas lega dan menggerutu dalam hati. Sepanjang
kesepakatan ini, Jung Tae-Woo sudah banyak membuat masalah sendiri, tapi justru
Sandy yang harus memperbaikinya. Mungkin laki-laki itu perlu ditinju.
Hei, coba kulihat CD-mu yang ditandatangani tadi, pinta Young-Mi sambil
mengeluarkan CD miliknya sendiri.
Sandy mengeluarkan CD-nya dari dalam tas dan menyerahkannya kepada
temannya itu. Lihat, dia menulis Untuk Kang Young-Mi... dari Jung Tae-Woo", kata Young-Mi
sambil menunjukkannya kepada Sandy. Ia memekik senang dan mengelus-elus kotak
CD-nya. Sandy hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan temannya. Kemudian
Young-Mi beralih membaca tulisan di sampul depan CD m
ilik Sandy. Untuk Sandy...
dari Jung Tae-Woo. Ia terdiam sesaat, lalu bertanya, Sandy"
Sandy langsung menoleh. Kenapa"
Memangnya tadi kau memberitahunya nama Indonesia-mu, ya" tanya Young-Mi.
Oh, itu... Sandy agak gelagapan. Ya, sepertinya begitu.
Young-Mi mengerutkan dahi dan menggeleng. Tidak, tidak. Sepertinya kau
bahkan tidak menyebutkan namamu.
Masa sih" ujar Sandy kaget. Ia mulai panik dan cepat-cepat memutar otak,
berusaha keras mengingat acara tanda tangan tadi.
Young-Mi meneruskan, Aku berdiri tepat di belakangmu waktu itu. Kau hanya
bilang kau suka lagunya. Sandy ingat, tapi ia berusaha membantah, Ah, tidak. Aku bilang Apa kabar"
Namaku Sandy. Tae-Woo Oppa, aku suka lagumu". Aku yakin kok. Kalau tidak, dari
mana dia tahu namaku"
57 Kenapa temannya yang satu ini pintar sekali sih" Untuk sesaat Sandy merasa takut
akan ketelitian Kang Young-Mi. Lama-kelamaan, kalau ia dan Jung Tae-Woo terus
melakukan kesalahan kecil seperti ini, ia akan kehabisan alasan.
Young-Mi berpikir, lalu akhirnya mengangguk. Benar juga ya" Waktu itu berisik
sekali, jadi mungkin aku tidak mendengarnya. Sudahlah, tidak penting. Ngomong-ngomong, lagu yang dinyanyikannya tadi benar-benar bagus ya"
Acara hari ini sukses sekali. Kuucapkan selamat untukmu, kata Park Hyun-Shik. Ia
dan Tae-Woo sudah kembali ke kantor manajemen. Dengan lega ia menyandarkan
punggung ke kursi kerja dan menatap Tae-Woo dengan gembira.
Tae-Woo menoleh ke arah manajernya dan tersenyum. Memang. Aku senang kita
bisa melewatinya dengan baik sekali, tidak seperti yang dulu.
Semuanya baik-baik saja, kau tidak usah cemas, kata Park Hyun-Shik. Ia
mengembuskan napas dan berkata, Aku tahu kau sengaja menelepon Sandy tadi.
Nomor yang tertera di kertas itu bukan nomor ponsel Sandy, kan"
Tae-Woo tertawa. Memang. Tadi aku berniat mengerjainya, tapi tidak jadi.
Park Hyun-Shik ikut tertawa dan melonggarkan simpul dasinya. Aku sudah
merasa aneh sewaktu kau memintaku menyimpan topi terakhir itu.
Tae-Woo bangkit dari kursinya. Hyong simpan di mana topi itu"
Park Hyun-Shik mengeluarkan topi yang ditanyakan dari balik jasnya dan
melemparkannya kepada Tae-Woo.
Tae-Woo menangkap topi kain kuning itu dengan santai dan memandanginya. Ia
ingat ia dan Sandy sempat berbeda pendapat tentang topi kuning yang satu ini.
Menurut Sandy topi itu bagus, sedangkan menurutnya warna kuningnya terlalu
mencolok. Tapi sekarang kalau dipikir-pikir, topi kuning ini memang tidak jelek.
Hyong aku pulang dulu, katanya sambil melambaikan topinya.
Ya, istirahat yang banyak. Minggu depan jadwalmu sangat padat, Park Hyun-Shik mengingatkan.
58 Enam PONSELNYA masih berdering. Sandy ragu apakah ia harus menjawabnya atau tidak.
Ia sudah melihat huruf-huruf muncul di layar ponselnya. Dari Mister Kim. Hari ini hari
Minggu dan seharusnya Sandy tidak bekerja. Kenapa atasannya menelepon" Tapi
Sandy juga tahu kalau teleponnya tidak dijawab, Mister Kim akan terus meneleponnya
sampai laut mengering. Akhirnya ia menyerah dan meraih ponselnya.
Hha-lho... Salah satu alasannya malas menjawab telepon adalah karena
tenggorokannya sedang sakit dan ia tidak bisa berbicara seperti biasa. Sekarang
suaranya nyaris seperti bisikan angin.
Di seberang sana terdengar suara Mister Kim yang melengking. Astaga, Miss Han.
Kenapa suaramu seperti hantu begitu" Aku tahu, aku tahu, hari ini Minggu. Tapi aku
harus tetap meneleponmu untuk meminta bantuan. Tolong kauantarkan pakaian untuk
Jung Tae-Woo, ya" Kami di sini sibuk sekali. Ya, sibuk sekali. Tidak ada yang sempat
membawakan pakaiannya. Tolong ya" Antarkan ke rumahnya. Kau tahu alamat
rumahnya" Tentu saja tidak, bodoh sekali aku. Eeh... alamatnya di mana ya" Sebentar,
ya... Mister Cha... MISTER CHA! Di mana kutaruh alamat Jung Tae-Woo" Tolong
carikan untukku. Miss Han, kembali ke pembicaraan kita tadi. Begini saja, akan kukirim
alamat Jung Tae-Woo lewat SMS begitu kutemukan nanti. Kau bisa mengambil
pakaiannya dari butik lalu langsung pergi ke rumahnya ya" Thank you very much. Miss
Han, kau baik sekali. Bye-bye!
Sandy mendengar telepon ditutup di ujung san
a. Ia sama sekali tidak punya
kesempatan bicara. Kalaupun punya kesempatan, ia tidak akan bisa bicara banyak. Ia
59 menarik napas perlahan-lahan dan mengembuskannya perlahan-lahan juga. Mungkin
atasannya ini dari dulu sampai sekarang tidak akan bisa berubah. Seenaknya sendiri.
Diktator, pikir Sandy dalam hati sambil melotot kepada ponselnya. Sebaiknya kau
menambah gajiku atau aku akan mengundurkan diri. Lihat saja siapa yang mau bekerja
untukmu. Kata-kata ini sudah sering diucapkannya, tapi ia belum pernah benar-benar
mengajukan surat pengunduran diri. Walaupun Mister Kim orang yang aneh dan
seenaknya, Sandy merasa bisa belajar banyak darinya. Sejak kecil Sandy suka sekali
dunia fashion. Jadi, walaupun jalan tidak selalu lancar, ia senang bisa bekerja dengan
perancang busana terkenal yang tidak segan-segan mengajarinya banyak hal.
Sandy meneguk teh panasnya lagi dan duduk meringkuk di tempat tidur. Hari
memang sudah siang, tapi ia masih segan bangun dari sana. Pagi tadi begitu ia bangun,
tenggorokannya terasa sakit dan suaranya mulai serak. Mungkin ini efek segala jeritan
dan teriakannya kemarin di acara jumpa penggemar Jung Tae-Woo. Kemarin ia
Dendam Empu Bharada 19 Pendekar Slebor Dendam Jasad Dedemit Bajing Ireng Maling Budiman 2
^