Pencarian

100 Tahun Setelah Aku Mati 3

100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal Bagian 3


sosok yang menjelma sebagai kedua orangtuaku mendekatiku.. itu benar2 menyiksaku melihat perwujudan kedua orang yang paling kusayangi dibuat mainan oleh jin biadap.
"rizal, ayoo.. jangan biarkan kami kehilanganmu lagi nak. ikutlah dengan kami bapak ibumu, jangan buat kami menderita lagi karena berpisah lama denganmu... matilah sama seperti kami dan kita akan terus bersama" kata jelwmaan sosok ibu..
saya menangiss lagi, antara sedih dan marah ...
saya sudah mengumpulkan amalan pemukul, tapi apa daya sosok yang saya lihat adalah orang2 terdekatku saya jadi tidak bisa melakukan apapun, saya seperti berhadapan dengan orangtuaku lagi, walaupun saya tau itu hanya jelmaan jin kotor..
"apa kamu tega melihat kedua orangtuamu menderita menahan rindu", lihat ibumu dia 10 tahun tidak melihatmu, sekarang ayo ikut kami, bapak akan bantu
100 Tahun Setelah Aku Mati
kamu supaya bisa ikut kami"
sosok kekar berwujud bapaku ini melingkarkan tanganya keleherku.. saya tercekik..
"tidak...audzubillahiminiazaiton nirojiim" saya membaca beberapa amalan, berusaha mengumpulkan daya kanuraganku,
plangg!!! makhluk2 itu terpentallll .. saya melihat sosok yang menjelma menjadi ibuku, dia menangis "tega betul kamu nakkk.. kamu melakukan ini pada ibumu" dia berusaha menipuku dengan air mata palsunya.. saya mengalihkan pandangan...
saya mencari sosok kecil kurang ajar itu.. itu diaa.. saya menariknya dari kejauhan.. saya sudah memeganya..
dengan marah saya mencengkram leher makhluk kecil itu, panas, ya itu yang dia rasakan.
"sinuhun... ampunnn tolong panasss... sinuhun.. ampuni kamiiii" saya masih membakarnya.. teriakan kesakitan itu tidak saya hiraukan.. saya melihat kesekeliling. wujud mereka semua berubah menjadi pocong... silahkan kalian bayangkan sendiri..
saya yang sudah dihinggapi amarah tidak peduli lagi..
sosok kecil ini ada penguasanya.. saya membakarnya dengan amalan2ku.. dia tidak akan mati, dia hanya akan tersiksa, saya tidak bisa membunuh jin, karena mereka memang tidak bisa mati sebelum kiamat..
"saat saya melihatmu lagi, saatt makhluk sepertimu mencoba bermain denganku lagi, saya bersumpah akan membakarmu sampai habis, dan memagari tempat kalian ini agar kalian tidak bisa masuk"
makhluk itu mengiyakan perkataanku sambil berteriak2 kesakitan disaksikan makhluk halus lain disekelilingku,
saya lepaskan amalan saya dan wushhhhhhh. setelah saya berkedip saya sudah berada di tempat seharusnya, tampaknya saya terseret ke alam mereka, dan wktu tidak berjalan disini..
saya melihat sekeliling langit sore, dan orang yang lalu lalang disekitarku. saya memegangi kepalaku dan duduk disebuah bangku..
100 Tahun Setelah Aku Mati
kepalaku sakit sekalii.. dan rasa ngeri dan sedih masih berkecambuk dibatinku, rasa sedih melihat sosok orang2 tersayangku.
apakah benar orang2 terdekatku akan berakhir tragis"""
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 22 (orang lain seperti risa )
saya masih terduduk dengan menahan sakit dikepala, menggunakan amalan itu seperti beladiri atau aktifitas lai yang membutuhkan tenaga, saya tidak menggunakan fisik tapi lebih ke batin dan pikiran, dan itu membuat efek sakit kepala sekarang.
saya berusaha menahanya dan melanjutkan berjalan menuju mushala, sekarang saya lebih waspada karena biasanya saya cuek dengan makhluk halus disini, tapi sekarang saya akan lebih hati2. tampak beberapa kuntilanak yang menjauh dariku karena takut denganku...
saya belum bisa menghilangkan ingatan kejadian tadi, seperti semakin ingin saya lupakan tapi justru ingatan2 itu selalu kembali... melihat teman2 dan keluargaku seolah mati, sangat tidak menyenangkan.. bagaimana menurut pembaca" jika hal ini terjadi pada kalian yang membaca cerita saya ini".
saya sudah sampai di mushala dan segera melaksanakan shalat berjamaah dengan beberapa orang lain..
setelah shalat saya masih terduduk di karpet mushala. saya hanya berdzikir dan berdoa, memohon ampunan dan perlindungan.
"ya Allah yang maha pengasih dan penyayang, segala puji dan syukur saya panjatkan kepadamu zat yang maha perkasa, saya mohon selalu lindungi hamba, beri keselamatan dan ketenangan hidup dunia akhirat, berikan juga kepada kerabat dan teman2 hamba, ya rabb yang maha mengetahui, tolong mudahkan jalan hamba di dalam hidup, jangan kau berikan ujian yang begitu sulit, jauhkan hamba dari syirik dan jauhkan dari perbuatan yang kau larang lainya. tolong berikan tempat terbaik disisimu untuk kedua orangtua hamba, dan berikanlah hidup kepada seorang teman hamba yang sedang kau uji"
saya mencukupkan ibadah saya dan kembali menuju ruangan risa.. dari kejauhan tampaknya teman2 lain sudah berdatangan baik itu yang sekelas maupun tidak sekelas, bahkan beberapa kakak kelas juga hadir ditambah beberapa guru, Risa memang baru kelas 1 tapi dia sudah cukup terkenal disekolah..
tampak dari belasan orang itu ada seseorang yang akhir2 ini memperhatikanku, saya melihat susi yang sedang tersenyum kearahku...
Irawan :"zal, ealah mau diajak bareng malah udah sampe sini aja kamu" irawan bicara lumayan kenceng.
100 Tahun Setelah Aku Mati
Saya :"wan, jangan kenceng2 ini rumah sakit" saya menimpali sambil menyalaminya dan teman2 yang lain. ada beberapa teman sekelas seperti irawwan, dan ada juga dina, ani, teman2 cewek dan cowok sekelas lainya yang saya gak hapal nama mereka, beberapa kakak kelas yang sering caper sama risa mereka menyambut salamanku dengan muka sinis.
ada bu endah juga wali kelas 1 B.
Bu Endah :"lohh rizal udah sampe sini aja, tadi gak bolos kan"" ucap bu endah sambil tersenyum sekaligus menyelidik.
Saya :"egak kok bu, tadi saya langsung kesini ngebut hehe" ucapku dengan garing. Dina :"biasalah bu, kan pacarnya risa dia..." dina menyaut dengan muka yang ngeselin dan disambut ledekan dari teman2 lain..
seorang guru bp yang terkenal killer bernama bapak toni juga hadir, seperti ciri khas guru bp pada umumnya matanya sangat tajam saat menatap udah kayak elang aja, beliau dikenal dengan reputasi kejam dalam memberi hukuman dan sering memutilasi mental siswa yang bermasalah, beliau masih menatapku dan menghampiriku,
Pak Toni :"bapak ikut berbela sungkawa ya rizal, ayahmu dulu juga teman seperjuangan semasa muda dengan saya " pak toni menepuk pelan pundaku, tanda beliau bersimpati.
Saya :"trimakasih pak" jawabku singkat. ternyata pak toni bisa lembut juga.. pak toni dan bu endah diperkenankan masuk bersama ibunya risa keruangan icu sedangkan teman2 lain harus menunggu diluar bersama saya.
Irawan :"zal.. kira2 risa bisa dibawa pulang kapan", gak rame kalo tim basket sekolah gak ada dia"
Saya :"ga tau wan, berdoa aja ya" saya menimpali..
beberapa teman lain ngobrol dengan suara pelan tapi tetap berisik, entah apa yang mereka obrolkan, saya memang lebih banyak diam..
sekitar 20 menit kemudian pak toni,bu endah dan tante ndari keluar ruangan.. dan pak toni berpamitan dengan memberikan dukungan kepada ibunya risa dan diikuti teman2 yang lain, mereka juga mengucapkan perasaan simpati dan dukungan kepada ibunya risa..
Bu endah :"rizal kamu gak ikut pulang"""
saya :"enggak bu, saya mau disini nemenin tante ndari, beliau sendirian, pak hamzah juga sedang ada pekerjaan, jadi ya siapa tau saya bisa bantu2 disini" ucapku dengan cepat sambil melirik kearah tante ndari yang tersenyum mendengar perkataanku.
100 Tahun Setelah Aku Mati
bu endah :"yasudah, tapi jangan lupa sekolahnya ya, prestasimu jangan sampe luntur" ujar beliau sambil berlalu diikuti pak toni dan teman2 lain. Irawan :"zal, kalo butuh apa2 telpon aja ya, nanti aku dateng, maap gak bisa lama kakaku juga baru lairan, nanti aku sempetin kesini" ujar irawan Saya :"makasih ya wan"
saya melihat mereka pergi, susi sedari tadi hanya diam, berkali2 saya meliriknya dia sedang tersenyum kearahku saat saya tidak menghadapnya, tapi begitu saya menoleh dia langsung memalingkan wajahnya. kenapa dengan dia"" saya masih duduk2 dengan tante ndari, ya sekedar mengobrol obrolan ringan untuk memecah sepi.
Kriingg. bunyi handphone tante ndari,
beliau langsung mengangkat dan sedikit menjauh, tampaknya itu obrolan penting..
tante ndari :"nak rizal, titip risa sebentar ya, tante harus ngurus ijin sebentar sama atasn biar bisa cuti lebih lama ya, setelah maghrib nanti tante balik, nanti juga sebentar lg bapaknya risa kesini, tolong ya nak rizal" kata tante ndari dengan tergesa-gesa.
saya :"iya gapapa tante, saya nanti malam nginap sini juga, mau nemenin om hamzah jagain risa"
tante ndari kemudian pamit untuk menyelesaikan urusanya. "ibunya risa orang sibuk" gumamku pelan.
mungkin risa juga kesepian saat ayah dan ibunya harus bekerja jauh dan lama, sama sepertiku dulu, tapi risa lebih beruntung..
waktu menunjukan pukul 16.20 saya hanya membuka buku pelajaran dan berusaha mengingat2 materi yang 90% tidak masuk ke otaku.. "hehhh anak kurus" sebuah suara mengaggetkanku, Saya :"susss, ngagetin aja kamu"
susu :"hehe, ya kamunya aja gak peka, aku segede gini gak kamu liat" ucapnya sambil duduk dekatku, saya memandang susi yang sudah berganti baju, sekarang dia gak pake seragam tapi memakai baju berwarna kuning dengan celana jeans ketat, dia memakai sebuah gelang yang selalu saya lihat melingkar ditanganya, rambutnya yang merah alami dibiarkan tergerai sangat kontras dengan kulitnya yang putih..
saya :"rumahmu deket dari sini ya sus"" tanyaku menyelidik susi hanya mengangguk dengan senyuman khasnya. Susi :"zal"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"apa sus"" jawabku tanpa memalingkan pandangan dari buku. Susi :"kok ada sih orang kayak kamu""
Saya :"maksudnya"" lagi2 saya menjawab dengan pandangan masih di buku. susi :"misterius" jawabnya pelan..
saya menutup buku dan menghadap kearahnya..
saya :"definisi misterius menurutmu apa sus"" saya balik bertanya. susi :"ya kayak kamu itu, cuek, pendiem, kayak ada tembok gede didepanmu yang bikin orang itu penasaran, aku gak tau gimana jalan pikiranmu, kamu beda, bingung juga aku ngomongnya zal"
Saya :"ohhh gitu menurutmu sus, ya mungkin emang aku gitu sus" saya menjawab seenaknya, karena saya memang tidak terlalu tertarik dengan obrolan seperti ini. dan saya kembali membuka buku.
susi :"zallll..."
saya :"iya sus, to the point aja ya"
susi :"berapa orang yang kamu kenal", maksudku yang benar2 kamu kenal keseharianya"
saya kembali menutup buku matematika yang saya baca, saya menganalisa arah pembicaraan susi, dan saya paham.
saya :"ya.. aku mengenal banyak orang sus, dan aku diem gini bukan berarti aku cuek dengan sekitarku, aku cuma punya cara sendiri untuk mengenal orang lain. gini aku kasih contoh"
saya mengambil pulpen dan buku catatanku. dan menulis beberapa kata tanpa memperlihatkan tulisanku kepada susi.
saya :"sus, tolong sebutkan warna kesukaanmu" susi :"kenapa sih zal" tanyanya aneh kamu" saya :"jawab aja biar nanti paham" susi :"kuning"
saya :"buah yang paling kamu suka"" susi :"anggur"
saya :"makanan paling kamu suka", atau camilan" susi :"yang ada kejunya"
saya :"nama jalan dekat rumahmu"" susi :"jalan C****** "
saya merasa cukup dan memperlihatkan tulisanku yang saya tulis sebelum pertanyaan itu diajukan.
sama persis seperti apa yang diucapkan susi. dia tampak heran.
100 Tahun Setelah Aku Mati susi :"kok bisa zal"" tanyanya dengan heran.
saya :"jadi gini sus, aku diem bukan berarti cuek artinya aku diem pun tetep memperhatikan orang2 disekitarku termasuk kamu, di tiap kesempatan ketemu kamu selalu ada saja aksesoris atau baju atau peralatan berwarna kuning, contoh baju kamu saat ini, tas ransel kamu pas di merapi, sepatu trackingmu, jacket, tadi disekolah juga ngasih aku roti dengan kotak bekal berwarna kuning, minuman yang kamu kasih, trus roti dengan selai anggur, dengan keju diatasnya, kamu juga bilang kalo rumahmu deket dari sini, aku cuma ngitung waktu buat kamu bolakbalik sini ya kira2 rumahmu deket jalan c******, aku mengenal orang dari apa yang kulihat dan kudenger sus, kenapa harus repot tanya dan kebanyakan omong kalo aku bisa liat dari keseharianya, aku emang gak terlalu suka omong panjang lebar sus, kalau kamu lebih lama deket denganku pasti aku juga banyak tau tentangmu"
sussi hanya berdiam, sepert memikirkan sesuatu.. susi :"kamu bener zal"
saya hanya memiringkan kepala tanda mengiyakan kata-katanya. susi :"aku sih tau ya zal, sebenernya kamu orangnya care" saya :"gimana kamu bisa bilang gitu"
susi :"dari sikapmu lah zal, inget dimerapi", kita semua sempoyongan gara2 capek sama takut, kakiku kesleo napasmu juga uda senen-kemis tapi tetep mapah aku, gak cukup mapah, pas aku udah mentok fisiknya kamu nekat gendong aku tanpa mikirin dirimu, caramu mecahin masalah waktu itu itu ngebuat aku takjub zal, dan ternyata sikapmu itu kamu lakukan kesemua orang ya" terutama risa, kamu sampe segitunya, aku emang gak tau sebanyak risa tau tentang kamu, tapi zal, apa yang aku liat uda ngebuktiin siapa kamu"
saya cuma diam sambil mengangguk tipis. susi :"kamu belum makan zal""
saya mengggeleng. dan lagi-lagi susi menyodorkan kotak bekal yang sama seperti di sekolah tadi.. susi :"dimakan ya, pas risa gak bisa buatin kamu makanan pas kamu laper,atau apapun yang risa gak bisa lakuin buat kamu, inget juga ada aku ya zal, sementara ini aku tau pikiranmu cuma ke risa aja, aku paham, tapi aku mau kok walau cuma jadi sekedar plan B buat kamu zal"
saya cuma terdiam melihat perhatian susi kepadaku.
Saya :"sus makasih ya" seperti biasa saya berkata dengan dingin dan singkat. susi kembali tersenyum..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"sama-sama zal, jaga risa baik2 ya, kalian serasi risa pantes buat kamu aku tau dia dikelas juga emang anak yang luar biasa baik dan pinter, tapi kamu tau zal" suatu saat mungkin aku lebih pantes dari pada risa,karena........ aku suka kamu zal " .
tanpa berkata apapun susi berdiri dan berjalan meninggalkanku tanpa pamit, dia hanya menoleh dengan sebuah senyuman khasnya.
saya hanya terdiam sambil melihat susi berjalan menjauh. saya menghela nafas panjang...
"sekarang malah susi yang bikin dadaku berdesir" gumamku pelan ...... .
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 23 ( 1 tahun penyembuhan )
sudah beberapa minggu risa dirawat kondisinya juga lebih stabil, dan oprasi patah tulang pun sudah dilakukan dengan berhasil,
risa sudah dipindah dari kamar icu ke ruang rawat umum,
saat itu saya sedang menunggu risa dikamarnya bersama kedua orangtuanya, risa masih belum sadarkan dir tapii pada hari itu...
om hamzah : "buu.. lihat!..."
om hamzah tiba2 berseru dan membuat obrolan kami terhenti, kami sontak melihat kearah yang om hamzah lihat, kearah risa..
risaaa diaaa ..... Tante ndari :"risa... nakkk, sudah bangun kamu, tante ndari memeluk kepala risa sambil menangis tersedu2,
om hamzah jugaa melakukan hal yang sama, beliau2 pasti senang melihat anak semata wayang mereka berhasil melewati fase kritis, dan kini sudah bangun dari komanya.
saya tidak henti2nya bersyukur melihat risa yang sudah siuman, rasa khawatir saya dan kedua orangtua risa dibayar dengan lunas olehnya, saya masih terpaku ditempatku berdiri, saya masih melihat risa yang terbengong bengong, wajar dia pasti bingung dengan yang terjadi, yang paling membuatku lega adalah risa sudah bisa berkomunikasi walaupun dengan suara yang tidak teratur, artinya gagar otak dikepalanya tidak parah...
risa masih tampak bingung, selama beberapa menit dia terlihat seperti memikirkan sesuatu sambil memegangi kepalanya dan meringis kesakitan. om hamzah : "jangan memaksakan diri, ayah panggil dokter dulu" ujar beliau meninggalkan ruangan kami, terlihat sebuah senyuman ikhlas yang selama beberapa minggu ini tidak terlihat kini sudah mengembang di wajah beliau.. saya masih terpaku melihat ibunya risa yang menangis bahagia, tangan kanan risa tidak bisa bergerak karena perban dan gips masih melilit tanganya, begitu juga dengan kakinya..
risa menggerakan tanganya untuk mengelap air mata di pipi ibunya.
100 Tahun Setelah Aku Mati
"ahhh.. ris, kamu sudah berusaha keras, dasar anak comel sekarang jangan buat aku khawatir lagi" saya hanya membatin, saya masih terpaku di pojok ruangan, sepertinya saya menikmati momen ini, melihat sebuah keluarga bahagia yang sangat bahagia melihat putri cantik semata wayangnya bisa bangkit dari sakitnya.. ..
entah apa yang mereka bicarakan, saya tidak memperhatikan pembicaraan antara risa dan ibunya, saya masih asik dengan kalimat syukur dan perasaan yang lega yang berputar di kepalaku.
"nak rizal kok malah diem ayo kesini" suara tante ndari memecah lamuanku, saya segera beranjak menuju tempat risa terbaring.
"hai " sebuah kata singkat yang keluar dari mulutku, saya bingung memilih kalimat yang bagaimana hanya kata itu yang terlintas dan terucap..
risa hanya diam,.. beberapa saat kemudian senyum mulai mengembang diwajahnya, sebuah momen yang benar2 ingin saya pause jika bisa, berminggu2 tanpa omelan dan tanpa celotehan risa membuat saya kangen, dan senyuman risa ini mengobati rasa rindu saya.
"rizal yang tiap hari jgain kamu sayang, tiap pulang sekolah dia langsung kesini nungguin kamu, belajar sama ngerjain pr juga semua disini" tante ndari berkata kepda risa,
saya cuma bisa tersenyum, saya baru pertamakali merasakan ingin banyak bicara ingin sekali rasanya menceritakan semua yang ada dibenaku kepada risa, tapi saya masih menahanya, mungkin risa sudah sadar tapi saya yakin masih belum sadar secara penuh..
tikkk.... sebuah air mata jatuh membasahi bantal tempat risa tiduran. dia menangis ....
"maafin aku ya zalll" tangisanya malah meledak..
"ibuk maafin aku...." beberapa detik kemudian om hamzah sudah berada di ruangan bersama seorang dokter dan perawat..
Risa :"ayahhhh, maaf ya" risa berkata sambil masih menangis, saya dan kedua orangtua risa belum sempat menanggapinya karena diharuskan
100 Tahun Setelah Aku Mati
untuk mundur, dokter harus mengecek keadaan risa pasca sadar... "gak perlu meminta maaf ris, aku yang harusnya minta maaf" saya kembali membatin sambil melihat risa dari jarak 3 meter dari tempatnya diperiksa dokter. risa masih menangis, dia menatapku dengan posisi kepala miring, tatapan yang membuatku ingin segera memeluknya.. dia menggerakan bibirnya tanpa bersuara jika diterjemahkan mungkin dia bilang "Aku sayang kamu zal"..
.. dokter menghampiri kami setelah mengecek keadaan risa dan menghampiri kami. Om hamzah :"buk, risa temenin dulu, ditenangin dulu, biar ayah yang ngomong sama dokter"
tanpa menjawab tante ndari langsung menghampiri risa.
om hamzah :"gimana keadaan putri saya pak dokter"" tanya om hamzah dengan tidak sabar.
dokter :"putri bapak itu luar biasa kuat, daya tahan tubuhnya sangat hebat, pada kasus kecelakaan yang demikian sangat kecil harapan seseorang untuk selamat, tapi putri bapak dengan sangat cepat bisa menunjukan kondisi yang stabil, meskipun sempat koma tapi perkembanganya bagus, dan radang diotaknya juga menyusut dengan cepat, tentu saja kita tidak boleh lengah, nanti kami akan melakukan rekam medis untuk memastikan kondisi putri bapak" om hamzah :"terimakasih dok, saya tnggu kabar baik yang lain" saya hanya memperhatikan pembicaraan beliau2, saya menghela nafas dengan perasaan pling, om hamzah memegang pundaku erat.
om hamzah :"terimakasih ya nak rizal, semangat hidup anak saya juga berkat kamu"
saya :"saya hanya mendoakan om, selebihnya memang putri om yang benar2 istimewa"
om hamzah menghampiri risa dan ibunya, saya mengikuti. ada perasaan bahagia melihat keluarga utuh itu..
seorang ayah, ibu dan anaknya, mereka terlihat bersuka cita, momen seperti itu tidak akan mungkin aku alami lagi...
"jangan bengong nak rizal, sini ikut duduk jangan sungkan sekarang kamu juga
100 Tahun Setelah Aku Mati
keluarga kami" suara om hamzah membuatk tersenyum lebar.. "kini aku punya keluarga lagi tampaknya" saya bergumam dalam hati, saya menghampiri mereka yang menganggapku bagian keluarga mereka. .
hari itu adalah 9 hari setelah risa sadar, saya masih disekolahan, menguruskan beberapa perijinan untuk risa,
yahh risa diharuskan menjalani perawatan selama beberapa bulan dirumah sakit dan pengobatan jalan dirumah juga selama beberapa bulan, jika dihitung mungkin memerlukan sekitar 1 tahun penuh, ini adalah semester kedua saya dan risa bersekolah di sma, lalu bagaimana nasib pendidikan risa" dengan sangat terpaksa risa harus mengulang di kelas 1 lagi ditahun berikutnya.
saya masih terduduk disebuah bangku panjang yang terletak dibawah pohon ketapang, saya baru selesai mengurus perijinan tadi, dan membuka2 buku pelajaran untuk besok sambil minum sebuah air putih yang kubawa dari rumah.. "hey anak kurus" sebuah sapaan dari seorang yang kukenal.
"iya sus, bentar nanggung nih" ucapku tanpa menoleh sambil menghabiskan bacaaan mapel bahasa indonesia.
Susi :"udah makan belom zal" saya :"udah sus" kataku berbohong.
susi :"makan apa cobakk", boong kan" ya kan ya kan " saya :"makan angin "
susi :"dasaarrr, makan diluar yuk zal, sambil muter2 biar kamu gak serius terus tampangnya" susi mulai merajuk..
saya menimbang2 ajakan susi, yaa sesekali mungkin saya harus mengiyakan tawaranya.
saya :"ayo deh sus, mau kemana", tapi kamu naek apa berangkatnya"" susi :"aku lagi pengen ke mcD hehe, aku yang traktir wis zal yaya, aku biasanya antar jemput kok"
saya :"iyadeh kalo ada traktiranya, aku cuma pake pespa bututku lho ya, kalo kamu mau bonceng motor butut ya gapapa" jawabku sambil cengengesan. susi :"ahh yang penting bukan motornya zal, tapi yang ngeboncengin aku"
100 Tahun Setelah Aku Mati jawabnya dengan sangat manis..
saya :"okelah, kamu langsung keparkiran dulu ya, aku tak pinjem helmnya pak bo dulu buat kamu"
susi :"iya zal, aku tunggu ya "
susi berjalan menuju parkiran, saya segera membereskan buku dan menuju rumah pak bon yang berada dalam sekolahan..
saya membawa helm buluk dari pak bon dan memakainya sendiri, susi saya berikan helmku, gak iklas aku rambut susi yang aduhai jadi kutuan gara2 helmnya pak bon .
saya :"siap sus""."
susi :"ayo zal berangkat,"
motorr keluaran taun 67 itu melaju dengan pelan, sepanjanng perjalanan susi sangat cerewet seperti risa, dan seperti biasa saya hanya menanggapi ocehanya dengan adem2 aja..
langit kota jogja sudah menghitam, waktu itu adalah bulan maret, harusnya hujan sudah jarang2, entah kenapa dengan hari itu..
saya mempercepat laju motorku , dan kami sudah sampai di parkiran restora fast food itu.
kami langsung menempati tempat duduk depan jendela besar. kami memesan pesanan kami masing2, selalu ada saja yang dijadikan bahan obrolan oleh susi, mulai dari cara berpakaianku, temen2 disekolah, kelakuan konyolnya dirumah dan hal2 gak penting lainya.
susi :"zalll, kamu omong apa gitu kek, dari tadi ah oh ah oh aja -_" saya :"aku bingung sus mau omong apa sama kamu" jawabku pelan.. susi :"kalo sama risa bingung gak""
saya :"welll. kayaknya aku emang gini sus, sama aja, boring yak" susi :"yaa egak gitu sih zal, kamu mau aku ajak pergi berdua aja udah ajaib menurutku"
saya melihat jam tangan saya. susi :"kenapa zal", ada acara""
saya :"ya nanti aku mau nungguin risa lagi, dia pasti juga bosen tiduran terus"
100 Tahun Setelah Aku Mati
susi :"bisa perhatian juga kamu zal, bagi dikit dong perhatianmu ke aku" saya mengangguk pelan..
saya : "cabut yuk, ajaku setelah ritual makan dan obrolan yang tidak produktif itu berjalan lama"
susi :"ayo deh, kasian risa nunggu pangeranya, tapi anterin aku sampe rumah ya" saya mengangguk pelan sambil memakai jaketku.
motor tuaku melaju dengan lumayan kencang, saya melihat awan hitam yang sudah hitam pekat beserta angin pertanda hujan badai akan segera menyapu daratan kota jogja.
benar saja 5menit kemudian.. bressssss
hujan datang dengan angin yang kencang, posisi kami saat itu berada di lampu merah, berada di tengah antrian kendaraan dan sangat tidak memungkinkan untuk menepi, mau gak mau saya dan susi harus menerima guyuran air hujan dan hembusan angin yang sangat kencang.
seperti gak sampai disitu kesialan kami 2 mobil didepanku ngadat ditengah2 jalan hingga menambah macetnya jalan yang diguyur hujan deras.
saya :"sus pegangin tasku dulu ya.." kataku sambil menyerahkan tasku dan melepas jaket berbahan parasit yang kedap air milik almarhum bapak, saya : "kamu pake ini, tasku sama tasmu masukin di dalem jaket ya..." saya sedikit berteriak supaya susi dapat mendengarku.
susi :"zal kamu gapapa"" tanya susi"
saya :"gapapa cuma ujan gini doang, yang penting kamunya gak kebasahan" jawabku berseru, saya berusaha melepaskan diri dari antrian lalulintas yang padat ini, mencari celah untuk dapat keluar dari jebakan macet....
dan akhirnya kami bisa lolos. rumas susi masih lumayan jauh sekitar 20 menit, saya menyarankan untuk menepi tapi susi bilang udah kepalang basah, sekalian aja ujan2an sampe rumanya.. saya menyetujuinya dan memacu motor dengan hati2,
glarrr !!! suara guntur juga bersautan, saya sempat kaget demikian juga dengan susi yang kini sudah melingkarkan tanganya keperutku sambil menempelkan kepalanya kepundaku..
Susi :"zal, aku takut petir" teriaknya dari belakang.
100 Tahun Setelah Aku Mati saya :"jangan takut, aku disini kok" jawbku dengan kencang, tampak susi merespon kata2ku dengan lebih erat melingkarkan tangan diperutku..
cukup sulit berkendara ditengan hujan dan angin kencang dengan helm tanpa kaca pelindung, air hujan yang terbawa angin seperti tusukan jarum yang mendarat di wajahku..
setelah mendengar petunjuk rumah susi kami sudah sampai dirumahnya.. sebuah rumah di kompleks perumahan elit, bahkan lebih besar dari rumahku dan rumah risa jika disatukan..
seorang bapak2 menggunakan payung berlari untuk membukakan gerbang, "matur suwun pak" ucapku sambil menjalankan motor untuk masuk kerumahnya susi..
saya memarkirkan motor di dekat 2 mobil bermerek kijang dan baleno.. susi :"mampir dulu ya zal, ujan badai kayak gini bahaya" susi membujuku. saya :"iya sus, tp ini aku kebasahan, takut ngotorin rumahmu" susi :"ahh sama sekali enggak kok, ayooo" susi menggandengku masuk kerumahnya, hmmm bagus sekali rumah susi ini.
susi memintaku menunggu sebentar di teras, dia langsung berlari kedalam dan beberapa menit kemudian dia sudah keluar dengan membawa sebuah handuk.. susi :"di keringin dulu zal"
saya :"makasih sus"
saya mengelap badanku dengan handuk, susi :"ayo masuk, tak cariin baju ganti"
susi memintaku masuk, dan saya menunggu diruang tamu. dia mungkin menuju kamarnya untuk ganti baju juga..
saya tidak berani duduk di sofa karena masih basah kuyup, saya hanya berdiri sambil melihat ruang tamu ang cukup luas itu, sebuah foto keluarga, ayahnya susi,ibunya, dan seorang dengan perempuan yang lebih kecil dari susi, mungkin adiknya,saya membatin.
"maaf zal lama" susi berbicara dari arah belakangku sambil membawa beberapa pakian.
susi :"zal, kamu ganti baju dulu ya" ucapnya
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya mengangguk dan ditunjukan kesebuah kamar mandi oleh susi, saya mandi dan memakai baju yang diberikan susi,
"ini mah baju cewek" gumamku sedikit kesel..
saya keluar dengan pakaian yang sangat ketat berwarna kuning ngejreng. susi : "ahahahaha duhh zal, kok kamu bisa jadi kayak gitu bentukanya"" susi tertawa ngakak
saya :"dari pada bugil sus -_"
susi :"wkwkwk, keren kok zal, makin keliatan atletis" saya :"wadehel sus -_"
saya melihat jam tangan, sudah hampir maghrib, harusnya saya menemani risa tapi malah terjebak disini..
saya mendekati susi saya :"sus, makasih ya" ucapku sambil menatap matanya. susi seperti menahan sesuatu saat saya menatapnya. susi ;" iya zal, disini dulu ya sampe ujanya berhenti" pintanya lagi. saya menggeleng pelan.
saya :"maaf ya sus, risa udah nunggu aku, aku harus balik sekarang, oh iya kalo boleh minta tolong, aku pinjem mantol dong"
susi hanya terdiam... dan berlalu sambil mengangguk. susi :"ini zal, kamu hati2 ya, ujanya masih deres" ucapnya pelan. saya :"makasih ya sus, hari ini menyenangkan" kataku sambil mengusap rambutnya.
susi :"aku yang makasih zal, aku seneng banget, dan ucapin makasih juga ke risa" saya :"makasih untuk"""
susi :"udah minjemin kamu buat aku sore ini, ya meskipun seneng, aku harus ngebalikin sama yang punya juga kan, mau senengnya gimana kamu tetep bukan punyaku"
saya mencerna kalimatnya, dan berusaha memikirkan jawaban perkataan susi tadi..
saya memilih tidak menjawabnya dan hanya mengulurkan tangan untuk bersalaman denganya.
susi mengantarku sampai depan pintu, saya mengendarai pespaku dengan pelan,
100 Tahun Setelah Aku Mati
hujan masih sangat deras, tapi paling tidak saya terlindungi dengan jas hujan pinjaman susi,
tampak dari spion motorku,susi masih berdiri bengong di ambang pintu, sampai saya tidak melihatnya lagi di belokan gerbang...
. . . saya sudah sampai di perkiran rumah sakit, dan memarkirkan motor dan menuju mushala karena waktu sudah menunjukan pukul 18.00
"alhamdulillah" gumamku setelah melaksanakan shalat wajib. saya berjalan menuju kamar rawat risa,
"assalamualaikum" saya mengucapkan salam di depan pintu kamar risa, "walaikumushalam, eh nak rizal.. dari rumah ya"" tanya tante ndari yang membukakan pintu.
saya :"dari rumah temen tante "
saya melihat risa dengan sebuah selang masih tertancap dihidungnya. dia tersenyum sangat manis kearahku..
risa :"haiii , kamu lagi ketemu sisi feminimu zal""" risa terkekeh pelan melihat bajuku yang sangat ketat berwarna kuning bergambar bunga..
saya :"hehe, apa boleh buat, ini kepaksa daripada basah2an" jawabku sambil duduk di dekat ranjang.
tante ndari :"nak rizal, boleh titip risa sebentar", saya mau ambil baju dan keperluan buat risa dirumah, ayahnya lagi ada dinas penting jadi belum bisa kesini"
saya :"oh iya tante silahkan, risa biar saya yang jaga" tante ndari berpamitan denganku untuk pulang sebentar..
saya dan risa hanya saling memandang beberapa menit, entah apa yang ada dipikiranku dan risa saat itu,
risa :"gimana sekolahnya hari ini zal"" tanya risa memecah kebisuan diantara kami..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"kayak biasa sih ris, berangkat,belajar, pulang, tadi mampir makan bentaran" jawabku sambil menyibakan beberapa helai rambut risa yang menutupi keningnya.
saya :"kalo kamu", gimana dengan hari ini"
risa :"bosen zal, gak ada yang bisa aku jadiin obrolan, aku gak boleh omong banyak2 sama dokter" jawabnya dengan lirih dan lemah, memang kondisi risa masih sangat lemah kadang suaranya bahkan tidak terdengar.. saya :"kamu akan segera sembuh ris" jawabku sambil menarik selimut untuk menyelimutinya..
risa :"asal ada kamu disini zal"
saya :"aku bakal ada disini ris" jawabku meyakinkan risa. risa kembali tersenyum, senyuman yang selalu membuat saya rindu itu mengembang diwajahnya..
risa :"tadi makan dimana zal", aku jadi gak bisa masak buat kamu lagi" tanya risa dengan nada datar.
saya :"besok kalo uda sehat kamu boleh masak sepuasmu, tadi aku ditraktir sama susi"
risa hanya memandangku dengan tatapan sayu,
Risa :"zal.. kamu sama susi emmmmmm" kata2 risa seperti tertahan ingin mengatakan sesuatu..
saya menyentil pelan ujung hidung mancung risa.. saya :"gak ada apapa ris, cuma kebetulan aja tadi"
risa :"ya zall... aku juga paham aku sekarang lagi kayak gini, wajar kalo kamu bosen sama aku"
saya :"ngomong apasih kamu""
risa :"zal, kamu tau " mungkin setelah ini aku cuma bakal hidup diatas kursi roda, mungkin aku bakal cacat seumur hidup, kamu juga gak wajib menepati janjimu dulu, kemarin aku ingin berusaha memantaskan diri buat kamu tapi sekarang aku sadar zal, seberapa pun aku berusaha aku gak akan pernah pantes buat kamu, gak akan sama lagi zal" risa memiringkan kepala kearahku duduk 2 titik air mata kembali jatuh ke bantal..
risa :"dan zal, mungkin kamu harus punya teman baru selain aku mulai sekarang"
100 Tahun Setelah Aku Mati
cuppppppp... saya menyentuh kening risa, kali ini dengan bibir saya. "jangan bicara aneh kayak gitu,kamu bakal sembuh, dan selama proses kesembuhanmu aku janji ris bakal njaga kamu terus, setelah kamu sehat,dan aku janji gak akan biarin kamu kamu kayak gini lagi, ris apapun yang terjadi aku gak peduli, kalau kamu harus pakai kursi roda seumur hidupmu setelah ini, aku bakal ada disamping kursi roda itu seumur hidupku, aku bakal nepatin janjiku. kamu tau ris", aku sayang kamu seperti kamu sayang aku"
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 24 (jangan menangis, aku pergi tidak lama) .
*"jangan bicara aneh kayak gitu,kamu bakal sembuh, dan selama proses kesembuhanmu aku janji ris bakal njaga kamu terus, setelah kamu sehat, aku janji gak akan biarin kamu kamu kayak gini lagi, ris apapun yang terjadi aku gak peduli, kalau kamu harus pakai kursi roda seumur hidupmu setelah ini, aku bakal ada disamping kursi roda itu seumur hidupku, aku bakal nepatin janjiku. kamu tau ris", aku sayang kamu seperti kamu sayang aku" * .
saya berbicara di telinganya dengan setengah berbisik. risa menjewer pelan telinga saya dan didekatkan ke bibirnya.
"apa kamu menyayangi orang cacat sepertiku"" risa berbicara, suaranya pelan dan serak..
"kamu sempurna, kamu lebih dari pantas buatku" saya menimpali risa.... risa tersenyum, dia menyeka sisa air mata diujung matanya.. risa : "zal..
saya :"ya ris""
risa :"apa bener kamu anak kelas 1, sikapmu itu sama sekali gak kayak orang seumuran kita.. sikap dewasamu itu"
hari berganti hari, minggu dan bulan juga berganti dan tak terasa sudah 4 bulan berlalu, terlalu banyak pristiwa terjadi kalau harus di tulis di medsos ini... konndisi risa semakin membaik dari sebelumnya, 2 bulan lalu risa sudah diperbolehkan melakukan perawatan dan terapi dirumah.
setiap hari saya menemani risa mengantarnya jika dia ingin pergi,main berdua, melakukan hal2 ringan lainya juga berdua, kami sering belajar bersama, risa boleh tinggal kelas tapi semangat belajarnya pasca sakitnya bahkan melebihi saya, sungguh sangat menyenangkan, kedekatanku dengan risa terjalin dengan sangat baik, semakin lama saya berada didekatnya saya makin merasa menyayanginya, ya she is my first friend, and she is my girl friend, walaupun diantara saya dan risa tidak ada kata pacaran, kami hanya jujur dengan persaan kami masing2, dan itu
100 Tahun Setelah Aku Mati
membuat kami nyaman. "gak penting status pacaran kan zal", kita juga masih awal sma, yang penting kita berteman dan saling jujur tentang perasaan kita,tentunya dengan kamu yang selalu ada seperti sekarang, itu udah cukup" itu yang selalu dikatakan risa padaku. lalu bagaimana dengan kehidupanku", ya satu bulan belakangan saya sudah bekerja sambilan di sebuah pom bensin, saya berhasil membujuk manager pom bensin itu agar mau menerima ijasah smp saya untuk bekerja sambilan disana, dan alhamdulillah saya diperkenankan untuk mengelola sebuah jabatan penting.. yaitu petugas kebersihan hehe, saya menjadi tukang sapu dan pel disana, jam kerja saya adalah dari jam 3 sampai jam 6 sore, kemudian kemudian jam 12 malam sampai jam 5pagi , saya bekerja 5 hari dalam seminggu. saya sangat senang mendapat pekerjaan itu, mungkin sedikit terkendala dalam mengelola waktu tapi semua dapat diatasi, setiap pulang sekolah saya langsung menuju tempat kerja saya, membersihkan halaman, dan membersihkan toilet adalah rutinitas baru saya, selepas maghrib saya selalu menyempatkan mengunjungi risa setiap hari, saya diperbolehkan bahkan saya memang diminta untuk selalu berada di samping risa oleh om hamzah dan tante ndari, dikarenakan om hamzah juga terikat pekerjaan dan tante ndari yang harus segera kembali bekerja jauh dari risa, saya biasa menemani risa sampai dia terlelap dalam tidurnya dan dilanjutkan bekerja menjadi cleaning servis di tempat saya bekerja sampai pagi hari, disela pekerjaan saya selalu belajar untuk pelajaran besok, meskipun jadi sering ngantuk disekolahan ya inilah yang harus saya jalani kalau memang benar2 ingin jadi dokter...
"mau kemana ris"" tanyaku kepada risa
"emmmm... kesana aja zal, deket pohon adem" risa menunjuk sebuah pohon rindang di taman kota kabupaten sleman...
saya mendorong pelan kursi roda risa, hari itu adalah hari sabtu sore, saya libur kerja dan diajak jalan2 oleh risa ke taman alun2.
saya sudah dilatih naik mobil oleh om hamzah, supaya memudahkan saya jika ingin pergi dengan risa..
"mau es krim""" tanyaku kepada riska.
100 Tahun Setelah Aku Mati
risa :"maukkkk... es krim coklat yang gueeedeee ya zal" wajah risa tampak gembira..


100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saya memberhentikan kursi roda risa di dekat sebuah pohon yang sangat teduh.. saya tidak menuju ke bawah pohon yang ditunjuk risa karena ada kuntilanaknya, saya membawa risa di sebuah pohon besar yang bersih dari penghuni.. "kamu jangan kemana2 ya, tunggu bentaran" ucapku kepada risa. risa hanya manggut2 sambil tersenyum..
Saya :"jejengggg.... eskrim buat tuan putri nihhh" kataku sambil menyodorkan eskrim untuk risa.
risa :"makasihhh "
saya dan risa sangat menikmati sore itu, sepertinya saya benar2 kasmaran dengan anak itu, risa seperti mengobati lubang2 di hatiku, dia mengisi retakan2 dihatiku dengan senyumanya, sikapnya yang baik, dan semangatnya yang luar biasa, saya merasa bisa menghadapi apapun jika risa selalu bersama saya.. "riss.." saya bergumam, tidak bermaksud memanggil risa. risa :"kenapa zal""
saya :"ehh enggak, gapapa kok "
risa :"hayoo kenapa"", aku belepotan ya makanya"" jawabnya yang buru2 mengelap mulutnya dengan kaos lengan panjangnya yang malah mengotori ujung lengan kaos putihnya..
saya tertawa pela melihat tingkahnya..
risa :"ihhh kenapa malah ketawa"", coklatnya nempel di gigiku ya"" dia membersihkan giginya dengan lidah yang membuat wajahnya terlihat semakin lucu..
saya kembali tertawa melihat tingkah anak ini..
saya menggulung ujung kaos risa yang kotor karena bekas eskrim coklat itu dengan lembut, kemudian menatap wajahnya
saya :"gak ada apa2 ris, aku cuma mau bilang makasih banyak udah ngisi hariku ya"
risa tersenyum dan mencubit pipiku pelan..
risa :"aku yang harus bilang makasih karena kamu ngeyel"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"ngeyel""""
risa :"iya ngeyel gak mau nyerah sama aku" saya tersenyum dan mengusap rambutnya pelan..
saya :"kalo itu kamu yang ngajarin aku supaya gak gampang nyerah" kami saling memandang, cantik sekali risa ini. pantas sangat populer disekolahan.. "muter2 lagi yok ris" ajaku kepada risa
risa :"egak capek dorong kursi roda terus zal"" saya :"enggak kok" jawabku pelan
risa :"kapan ya aku bisa jalan lag". aku takut lupa caranya jalan" saya :"kamu gak akan lupa, kalaupun seandainya lupa aku ajarin sampe bisa jalan lagi" jawabku sambil mendorong pelan kursi roda risa..
risa :"dan kalo aku bener2 gak bisa jalan lagi""
saya :"yaaa aku bakal ndorong kursi roda ini terus, kemanapun kamu mau pergi" .
. . waktu memamg tidak akan berhenti menjawab sebuah pertanyaan, pepatah yang berkata "biar waktu yang menjawab " tampaknya memang betul adanya, pertanyaan akankah risa dapat berjalaan dan sehat seperti sediakala, dan akan seperti apa kehidupanku setelah time skip 2 tahun di sma akan terjawab sebentar lagi.....
.... "udah siap berangkat"" tanyaku "udah kak" jawabnya pelan,
dia menghirup panjang dan menghembuskanya pelan...
ya ini adalah hari pertama risa berangkat sekolah setelah satu semester tidak masuk, dan risa masih menjadi seorang siswi kelas satu sedangkan saya mendahuluinya naik kelas..
saya :"gak usah panggil kak -_" jawabku dengan protes.
risa :"yeee kak rizal kan sekarang kakak kelasku :P " dia mencubi perutku seperti dulu, kangen juga rasanya dengan cubitan dahsayat itu..
risa ; "aku deg2an zal" risa berkata pelan
100 Tahun Setelah Aku Mati saya :"katanya pengen cepet2 masuk sekolah"""
risa :"iya tapi udah lama banget zal, aku udah satu semester gak masuk, dan hari pertama sekolah itu bikin deg2an, aku malu sekarang pake kursi roda" risa menjawab dengan nada suara menurun...
saya mengusap rambut hitamnya yang kini semakin panjang dengan pelan.. saya :"justru kamu itu harus bangga"
risa :"bangga untuk"""
saya :"untuk ini..." saya menyentuh keningnya risa :"bangga untuk jidatku""" tanyanya dengan polos
saya :"dasar comellll. haha, bangga untuk kemauan dan tekatmu ris, kamu yang memilih gak pindah sekolah dan tetap ingin melanjutkan sekolah ditempat yang sama walaupun harus tinggal kelas, padahal kalau kamu memih pindah sekolah mungkin kamu tetep bisa naik kelas kan"
risa :"ahhh enggak juga zal, aku cuma pengen deket kamu terus aja " .
"nak rizal tolong titip risa disekolahan ya" suara om hamzah memutus obrolanku dengan risa di teras depan..
saya :"siappp om,"
om hamzah :"kamu juga yang semangat disekolah, contoh rizal itu ya risa" om hamzah berbicara dengan risa
risa :"iya yahhh makasih yah "
om hamzah :"yowis, ayah berangkat dulu, kalau ada apa2 telfon ayah ya, dan nak rizal terimakasih ya" om hamzah berpamitan, saya dan risa mencium tangan beliau..
saya :"yok ahh, nanti telat", risa :"bismillahh... ayok "
saya mendorong kursi roda risa sampai ke halaman depan, pintu gerbang rumah risa sudah dibuka oleh pak suroto tukang kebun dirumah risa... saya membuka pintu mobil berjenis sedan yang difasilitaskan om hamzah kepadaku untuk mengantar risa sekolah.
"sini tasnya" kataku sambil memegang tas selempang milik risa dan kugantungkan
100 Tahun Setelah Aku Mati
dilenganku.. risa :"bentar deh zal, " risa membetulkan posisi roknya.
risa :"lama2 makin pendek nih rok, kamu nanti cari2 kesempatan lagi :P " saya :"idihhhh sapa juga yang mau paha kayak kalkun gitu :P " saya menyampirkan tangan risa kepundak saya dan mengangkatnya pelan, saya menggendongya masuk ke jok depan mobil.
risa :"bentar deh zal" risa memberhentikanku tepat sebelum dia kududukan. saya :"kenapa ris", aku kasar gendongnya"""
risa :"enggak... bentaran aja diemm, aku cuma nikamatin waktu ini bentar, hehe" saya :" berat tau ris, badanmu segede gaban kayak gini senengnya digendong -_" saya mendudukan risa dan mengambil kursi roda itu untuk kumasukan kedalam mobil..
saya :"oke lets go "
risa :"lets start again "
mobil itu melaju dengan kecepatan standart membawa saya dan risa ke sekolah... kami sudah berada di sebuah lampu merah dekat dengan pintu gerbang sekolah kami..
risa :"zal... kamu temenin aku ya kalo pas istirahat sama pulang nanti" pinta risa saat kami masih menunggu lampu hijau.
saya :"pasti ris" jawabku dengan membelai rambutnya..
saya memarkirka mobil diparkiran depan, waktu itu masih belum ada anak sma yang berangkat sekolah menggunakan mobil, kalau ada pun bukan di sekolahan ini, jadi saya parkir sedikt pinggir samping parkiran guru yang tenggar.. saya :" yokk ahhh, tak keluarin kursi roda bentar ya "
risa :"iya zal "
saya keluar dari mobil melihat pemandangan baru disekolahan ini, ya ini adalah hari pertama mos, banyak anak baru yang menggunakan atribut2 khas mos.. sedangkan risa tidak diwajibkan mengikuti mos, karena dia bukan siswa baru, harusnya risa tidak perlu berangkat sekarang, karena belum ada kegiatan belajar, tapi dia merasa harus beradaptasi lagi dan memilih berangkat hari ini.. saya mengeluarkan kursi roda milik risa.
100 Tahun Setelah Aku Mati
"ayok ris" saya mengulurkan tangan untuk menggendongnya. "ayok , jangan lama2 tapi malu aku kamu gendong " jawab risa dengan pipi sedikit memerah, saya mengangkat tubuhnya dan mendudukanya di bantalan kursi roda..
risa :"hahhhhhh... kangennnn..kangennnn kangennn" risa membentangkan tanganya dengan kepala menengadah keatas sambil merem. saya hanya tersenyum melihat anak ini, saya mendorong pelan kursi roda risa menuju ruang guru, untuk memberikan surat keringanan belajar risa.. baru berjalan beberapa meter kami sudah dihadang oleh robongan teman2 risa .. mereka memeluknya bahkan menangis, kangen katanya gitu.. suara2 jeritan anak cewek ya cerwet benar2 membuat bising telingaku.
saya melihat wajah risa, dia terlihat sangat senang...
saya menunggunya sampai rasa rindunya dengan teman2nya terpuaskan. "zalll, kita ke kantor guru dulu ya, udah mau masuk kan ini", yukkk temen2 nanti kita kumpul2 lagi " risa melambaikan tanganya kepada teman2nya yang semakin berisik mengomentari saya dan risa yang memang semakin dekat,,, .
itulah hari pertama risa sekolah, sikapnya solah seperti tidak pernah terjadi apapa dengan dirinya, tawanya dan ocehanya sudah kembali, senyum lebarnya mengingatkanku waktu2 yang dulu, saya merasa senang melihat risa semakin membaik.
tanpa terasa waktu terus berjalan dan risa juga rutin terapi untuk mengembalikan kekuatan tulang kaki dan tanganya, risa berangsur2 pulih dan mulai meninggalkan kursi rodanya, dia menggunakan tongkat dan selang beberapa bulan dia sudah bisa berjalan walaupun dengan sedikit kesulitan dan besi platina yang bersang di tubuhnya belum dicabut...
melihat risa yang bersemangat membuatku juga semakin bersemangat menata hidupku, pekerjaan saya di pom bensin masih saya lakukan dan sama sekali tidak mempengaruhi nilai akademiku, namaku masih selalu bertengger di urutan teratas dalam hal rangking, bagaimana dengan risa" dia juga sama dia menjadi
100 Tahun Setelah Aku Mati
rangking satu selama 2 semester berturut2 semenjak hari pertamanya mengulang kelas 1, wajar lah selain dia sudah pernah mendapat materi semester 1, dia juga rutin belajar dengan saya..
semakin lama kedekatanku dengan risa semakin dalam, kami semakin dewasa dalam menjaladi hubungan anpa status ini, dan seperti kisah roman remaja pada umumnya kita juga mengalami yang namanya marahan, cemburu dll. tapi sebatas wajar saja...
1,5 tahun berlalu... saya sudah memasuki tahun ketiga bersekolah dan hari itu seorang guru memberikanku sepucuk surat.
surat yang sangat menentukan....
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 25 (jangan menangis, aku pergi tidak lama Bagian 2 ) .
saya sedang terduduk dirumah, sambil membaca novel untuk menghabiskan waktu luangku...
"udah siang ayo makan dulu le" suara ibu memanggilku. saya : "iya buk bentar" sautku dari ruang baca
saya beranjak dari kursi dan menuju ruang makan, yang disana sudah ada bapak dan ibuku yang menunggu saya.
saya :"wahhhh... sayur asem, ada ikan asin sama sambel trasi, duhhh manteb bukk" saya menatap meja makan dengan gembira...
bapak :"haha, ibumu udah masak menu kesukaanmu, sekarang ayo dimakan" bapak memintaku duduk dan makan bersama.
ibuk :"gimana sekolahmu le"""
saya :"biasa bukk, banyak pr gurunya beuhhh bengis kalo uda ngasih tugas" jawabku dengan mulut penuh bayam..
bapak :"gak boleh ngeluh kayak gitu, disyukuri masih bisa sekolah dengan lancar le, kamu juga gak boleh manja, suatu saat kamu akan hidup mandiri" bapak memberi nasihat kepadaku.
ibu :"yaa.. makan yang banyak, bapak dan ibu gak akan selamanya nyediain makan buat kamu, kamu harus bisa mandiri.
Bapak :"ibumu gak akan selamanya ngasih kamu uang jajan, kamu harus bisa mengatur uang,
ibu :"bapakmu gak akan selamanya nemenin kamu bermain, kamu harus punya banyak teman.
bapak :"ibumu gak akan selamanya merawat kamu saat sakit, kamu harus bisa jaga kesehatan.
ibu :"bapakmu gak akan selamanya melindungi kamu saat kena masalah, kamu harus bisa jaga diri sendiri.
"satu hal yang bisa bapak dan ibu lakukan selamanya adalah menyayangimu selamanya."
kata beliau berdua berbicara dengan bersamaan... ....
.... . haaahhhh....haaahhh, nafas saya terengah2, saya menoleh kiri dan kanan gelap, hanya sinar redup dari lampu tidurku yang terlihat...
100 Tahun Setelah Aku Mati
"mimpi itu lagi" gumamku...
ini sudah kelima kalinya dalam seminggu mimpi itu datang...
mimpi saat saya sudah sebesar ini tapi masih bersama kedua orangtuaku, benar2 terasa nyata, beliau bapak dan ibuku seolah tak henti2nya menasihatiku.. kringggg..... kringgggggggg.... suara jam beker yang kutaruh dekat meja samping kasurku berbunyi nyaring, artinya adalah jam 04.15 pagi, saya malah bangun lebih pagi dari alaramku..
saya mematikan alaram itu dan mengambil air wudhu,
saya memakai sarung dan baju lengan panjang untuk mengusir dingin pagi hri, saya keluar rumah menuju masjid yang terletak tidak jauh dari rumahku untuk shalat berjamaah....
saya melaksanakan shalat subuh dengan jemaat lainya..
selesai shalat saya terduduk di serambi masjid, beberapa hal penting memenuhi otaku,
gara2 sepucuk surat yang kuterima 2 minggu lalu, surat yang sangat penting... "embuh lah" saya bergumam sambil berjalan pulang..
hari itu adalah hari minggu pagi, kegiatan yang biasa saya lakukan adalah mengajak risa berjalan2 di taman sekitaran rumah sekedar menghirup udara segar pagi hari...
saya mengganti baju dengan pakaian training, dan melakukan sedikit peregangan di depan garasi..
saya merogoh saku dan memencet beberapa tombol handphone saya.. "selamat pagiii ndorooooo, udah siap belummmm""""
tanyaku kepada siapa lagi kelau bukan risa. risa :"udahhh dong, lagi nunggu tukang ojekkk :P " saya :"idiiihhh :P , bentaran yakkk, tak manasin motor dulu" risa :"okay "
saya kemudian menyalakan mesin pespaku...
saat sudah diatas motor saya teringat sesuau, saya buru2 masuk kedalam rumah dan mengambil barang penting yang akan kutunjukan kepada risa.... .
"assallamualaikum"
saya mengucapkan salam sambil memencet bell pintu rumah risa.. "walaikumusahlam" suara seorang perempuan menjawab salamku, dibarengi dengan pintu yang terbuka.
senyum simpul menghiasi wajah gadis itu, dengan rambut hitam legam dengan
100 Tahun Setelah Aku Mati
potongan bob klasik, wajahnya bisa dikatakan chinese, mungkin lebih dominan ala2 jepang. pagi itu dia memakai baju biru pudar dengan gambar tempat wisata bali dengan celana pendek ketat.
saya pikir yang membukakan pintu adalah risa tapi ternyata orang lain yang baru pertama kali kulihat.
saya :"ehh mbak, maaf mengganggu, risa ada"" tanyaku sambil menjabat tangan mbak2 itu,
mbak2 :"ohhh.. ini rizal ya", risa ada kok lagi dandan mungkin dikamarnya biasalah dia kan rempong, masuk dulu yuk"
saya menunggu bersama mbak itu yang namanya adalah mbak Fira, dia adalah sepupunya risa yang tinggal di manado, mbak fira mengatakan kalau dulu pernah bertemu dengan saya dirumah sakit waktu risa masih dirawat.. orangnya asik diajak ngobrol, kayaknya memang ada gen comel dikeluarga risa, karena mbak fira ini juga sama cerewetnya dengan risa, baru beberapa menit kami berkenalan, mbak fira sudah memberondongku dengan berbagai pertanyaan2 aneh seperti apa saja yang pernah dilakukan saya dengan risa, pernah ciuman belum, dll. saya cuma menjawab beberapa pertanyaan dengan kalem seperti biasa... mbak fira :"wahhhh beruntung nihh si risa"
saya :"beruntung untuk apa mbak"" mbak fira :"ya beruntung punya ........ " "halooooo,zal "
suara risa membuat obrolan saya dan mbak fira terhenti, risa berjalan menuju kearah kami dengan senyum khasnya..
risa :"mbakkk, awas lho kalo sampe nggodain rizal, udah jatahku tuuuu :O " mbak fira :"apaan " yang ggodain mbak malah sik rizal, masak mbak dicolek2 ris, trus diajakin jalan sama dia, genit kan"
saya :" loh haa""apa""" saya bingung dengan memasang wajah begok saya. risa :"zallll... hihhhh genit banget sihhh liat bening2 dikittt, hihhhhhhh dasar cowok"
risa mencubit perutku dengan cubitan barunya dia namai cubitan kapak merah -_- saya :"risss,, aduduhh.. sakit, ehh enggakk kokkk"
saya berusaha mengelak omongan mbak fira tadi. mbak fira tertawa keras sambil menutupi bibir mungilnya...
Mbak fira :"risa2, di provokasi gitu aja reaksinya gitu kasian rizal, hihi... cowok baik tuuu dirawat, stok cowok kayak dia tu tinggal dikit, kalo kamu gak bisa ngrawatnya sini biar aku yang sama rizal" mbak fira tertawa tambah kenceng..
100 Tahun Setelah Aku Mati
risa :"apasih mbakkk jail banget, gak boleh lahhh only one for mee :P " saya :"kalo kasian jangan iseng kayak tadi mbak, dicubitin terus perutku lama2 bisa usus buntu -_"
mbak fira :"hihihi, iya2 zal, maap maap, cuma mau ngetes risa aja, yaudah katanya mau pada jalan2.. have fun ya " mbak fira beranjak dari tempat duduk dan berjalan meninggalkan kami, sebelum berjalan mbak fira mengedipkan mata kepada saya, saya cuma bengong melihat kelakuan sepupunya risa ini.. risa :"awasss ya kalo macem2, jangan mau dirayu2 mbak fira," saya :"iya ris"
risa :"dia tuh umurnya 3 taun diatasmu kamu kok mau2 aja sihhh di godain mbak fira""
saya :"rissss...."saya mulai sebel dengan ocehan risa yang gak berhenti2. risa :"apa kamu jangan2 seneng digodain mbak fira"""
saya :"risss -_"
risa :"pokoknya kamu besok jangan maen sini dulu kalo mbak fira masih disini, bisa jebol imanmu zal "
saya :"risss -__"
risa :"ini bahaya zal.. gawaattt pokoknya kalo sampe mbak fira naksir sama kamu" "akuu pulang ini lho ris kalo masih bawel aja -_:v "jawabku dengan sebel. "ehhh enggakk2 jangan dongg gitu aja ngambek"jawab risa dengan muka tengil... risa :"yaudahhh berangkat yuk berangkat "
saya : " riss -_"
risa :"apa lagi zal""
saya :"cubitanmu lepasin, sakitt bisa matik aku. risa :"oh iya , maap maap "
saya : -_:3 saya dan risa sedang duduk di sebuah bangku taman, setelah berjalan muter2 disekitaran taman...
saya : "ris kesana yookkk, kayaknya adem" saya menunjuk sebuah tempat dibawah pohon cemara
risa :"ayokkk " kamipun beranjak dari tempat kami saya merebahkan diri direrumputan yang dipangkas rapii risa :"ehhh kok malah tiduran sih", gatel zal nanti " saya :"biarin, masih ngantuk aku "
risa hanya duduk membelakangikepalaku, dia tersenyum sambil memainkan
100 Tahun Setelah Aku Mati rambutku yang kupelihara sedikit panjang.. saya : "risss.. "
risa :"iya zal " jawabnya sambil menunduk menatapku saya :"kamu seneng gak hari ini"""
risa :" kok tumben gak ditanya omong duluan" " saya :"jawab aja kenapasihh "
risa :"hehehe, seneng zal, seneng banget.. tiap hari bareng kamu itu ngebahagiain banget"
risa berbicara dengan suara yang sangat lembut..
wajahnya menghalangi sinar matahari yang menyilaukan mataku, sehingga dapat saya melihat wajah cantiknya..
saya tersenyum dan memejamkan mata.. risa :"kenapa zal" gak kayak biasanya"
saya :"gakpapa ris, cuma menikmatin momen ini kok, biar gak lupa. aku mau nginget2 momen bareng kamu ini"
risa :"gak perlu diinget2 zal, kalo kamu lagi kangen aku kan bisa langsung ketemu "
saya terdiam... saya bangun dari posisi tidurku..
saya :"yaa.. aku bakal kangen ris... " saya berbicara sambil merogoh saku jaket olahragaku dan mengambil sebuah kertas, itu adalah surat yang saya terima 2 minggu lalu..
saya :"riss... kayaknya sebentar lagi kita bakal pisah dulu "
saya menyerahkan surat dengan amplop kuning keluaran dari dinas pendidikan itu...
risa tidak menanggapi perkataan terakhirku, dia fokus kepada surat yang kini sudah mulai dia baca dengan teliti..
saya mengamati ekspresi wajah risa yang datar, beberapa kali keningnya berkerut seperti berpikir tentang maksud surat itu..
sekitar 10 meni risa membolak-balik surat dengan lampiran beberapa dokumen itu..
risa melipat kembali surat itu dan memasukanya ke amplop .. "selamat ya zal, cita2mu bakal kesampean.... aku bangga sama kamu " risa tersenyum dengan senyuman manis terbaiknya,.
saya :"ini semua berkat dukunganmu ris "
risa :"aku cuma sekedar selalu disampingmu zal, dan menemanimu tumbuh dewasa. yang kerja keras selama ini kamu, kamu memang layak , cowok kuper
100 Tahun Setelah Aku Mati
yang pertama kukenal sekarang udah gede ya.. bentar lagi bakal merantau jauh" saya :"yaaa.. aku uda biasa hidup sendiri ris, merantau kemanapun insyallah aku bisa jaga diri. satu-satunya yang harus kubiasakan adalah jauh dari kamu ris" saya berbicara sambil tiduran lagi, mataku terpejam. saya membayangkan kehidupanku diperantauan tanpa risa..
risa :"untuk anak seumuran kita cobaan apa yang belum pernah kamu dapet zal", kamu uda ngelewati banyak hal buruk yag mungkin gak akan bisa dilewati orang lain, hidup merantau paling lama 5 tahun kan zal" kamu pasti bisa zal, aku sabar nunggu kamu balik kesini zal "
saya merasakan ujung jari risa menyentuh keningku.. saya :"dan gimana kalo tidak sesuai ekspetasi ris"" risa :"maksudnya zal""
saya :"yaaa gimana kalo aku disana gak lancar sekolahnya", gimana kalo nilaiku gak sesuai target yang di standartkan pihak unversitas", gimana kalo aku gak bisa bergaul disana, gimana kalo......... " belum selesai saya mengeluh perkataanku sudah dipotong risa.
risa :" aku gak tau zal, yang aku tau kamu pasti bisa ngatasi semua itu " saya kembali terdiam, menunggu kalimat yang akan diucapkan oleh risa.. risa :"aku cuma berdoa disana kamu tetep sehat kayak sekarang, kamu tetep pinter kayak sekarang, kamu tetep gak neko2 kayak sekarang, kamu tetep rajin,ulet, kerja keras kayak sekarang.. aku percaya sama kamu zal, yang namanya masalah itu pasti ada kan", seberapa sering pun kamu menyelesaikan masalah, dan sebaik apapun kamu menyelesaikan masalah, masalah itu pasti akan muncul terus, tapi memang kita hidup kan buat menyelesaikan masalah, profesi dokter yang kamu cita2kan juga tujuanya untuk masalah juga, kamu akan mendapatkan banyak masalah, tapi aku sekali lagi percaya kamu bisa ngatasi masalah segede apapun. gak masalah kan kita dapat masalah" "
risa menasihatiku dengan kata2 yang masuk akal, itu membuat rasa khawatir saya sedikit berkurang..
saya membuka mata dan melihat gadis impian saya sedang menatapku dengan mata indahnya.
saya :"dan gimana dengan kamu ris", kamu juga akan menyusulku " maksudku cita2mu. setelah lulus kamu mau kemana"" saya balik bertanya.. risa :"yahhh aku dulu pernah bilang pengen dapet beasiswa kedokteran juga kan zal, tapi kamu curang kamu naek kelas duluan, huuuuu gak sehat kompetisinya :P , sekarang aku punya cita2 baru zal "
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"apa itu""
risa :"em... ada 2 zal :P " saya :"yang pertama apaan""
risa :" cita2ku yang pertama punya hubungan yang serius sama kamu , selama ini kita memang deket zal,dan udah jujur sama perasaan kita masing2, dulu emang aku gak mau ada kata pacaran soalnya masih kelas satu dan umur kita aja baru 16an, tapi sekarang lain cerita zal, aku udah 18 tahun, dan sekarang perasaanku ke kamu udah gak kebendung, aku cewek zal, butuh kepastian " risa berbicara tanpa berani menatapku, dia hanya menunduk melihat rerumputan sambil memainkan rambutku..
saya terdiam sebentar berfikir untuk mencerna kalimat yang diucapkan risa.... saya :"ohhhhh "
hanya kata itu yang terucap, saya paham dengan maksud risa saya cuma ingin menggodanya.
risa menghela nafas panjang..
risa :"kamu selalu gitu zal, masih aja dingin kayak gitu, udah 6 tahun zal kita bareng dari kamu masih jadi anak ingusan sampe sekarang udah mau jadi mahasiswa kedokteran sifatmu yang kayak gini bikin aku sering kliru mahami kamu, aku tau kamu sebenerya care tapi dengan pembawaanmu yang kayak gitu kadang bikin aku salah paham..
tampak ada rasa kecewa di wajah risa....
saya berdiri dan mengangkat tangan tinggi2, saya melakukan peregangan sekal lagi, saya melihat jam tangan, baru jam 06.10 pagi, taman ini memang tidak terlalu ramai, saya melihat risa yang duduk sambil melamun, tanganya mencabuti rumput2 yang sudah di pangkas pendek.
saya dapat merasakan kekecewaan risa, mungkin karena jawabanku yang tidak menunjukan antusiasku..
saya berjongkok didepanya. saya :"risss"
risa :"apa"" dia sama sekali tidak menoleh kepadaku, kepalanya masih menunduk. saya :"Risa Amanda Putri, liat aku! " saya berbicara dengan lebih keras untuk meminta perhatianya.
risa menoleh, kini dia menatapku tapi dengan tatapan sedih. risa :"kenapa zal"" risa bertanya sekali lagi.
saya yakin moodnya sedang sangat buruk. "maukah kamu menjadi pacarku""."
100 Tahun Setelah Aku Mati saya memegang tanganya erat, risa hanya diam,
mungkin kata2ku tadi terlalu cepat dan spontan, saya mengulanginya lagi, kali ini suaraku lebih terdengar dan pelan-pelan.
"Risa Amanda Putri, maukah kamu jadi pacarku", maaf membuatmu jengkel ya, sekarang aku akan buat keinginan pertamamu tercapai, maukah kamu jadi pacarku", dan menemaniku tumbuh dewasa"" saya tatap lekat2 wajah risa. tampak pipinya memerah dengan cepat, dia meremas tanganku sama eratnya seperti saya menggenggam erat tanganya..
Risa :"apa kamu butuh jawaban buat pertanyaan yang kamu udah tau jawabanya"""
saya mengangguk.. risa :"aku masih sebel sama kamu hihhh godainya nyebelin.. tapi aku mau zal, aku akan selalu mau , setaun ini aku selalu nunggu pertanyaan itu, walaupun kamu harus di kode dulu, tapi aku seneng zal "
saya tersenyum senang, saya usap rambut risa. ada perasaan aneh, saya dan risa sudah mengatakan rasa saling suka tapi begitu pertanyaan itu terucap dan dijawab oleh risa ada perasaan aneh yang menyenangkan, saya seperti mendapat hadiah, atau memenangkan sesuatu. itu yang saya rasakan saat itu.. saya :"udah plong sekarang"", seneng gak""
risa mengangguk sambil tersenyum, saya memegang bahunya dan saya senderkan tubuhnya ke bahuku.
saya menghela nafas panjang.. risa :"zal,"
saya :"iya ris"
risa :"boleh kita punya panggilan sayang""
sayaa :"boleh asal gak norak" jawabku sambil mengoyang2kan pundaku. risa :"emmm... boleh kamu kupanggil mas" "
saya tersenyum.. risa memanggilku dengan panggilan mas.. lucu juga, terkesan lebih dewasa.
saya mengangguk dan menoleh kearahnya, sambil tersenyum saya berkata. "iya aku suka, panggil aku mas "
risa :"trus kalo aku dipanggil apa dong"" saya : "tak panggil nduk mau""
risa tersenyum dan mengangguk cepat,
risa :"hihi, mau mau biar kayak orang dulu dipanggil nduk"
kebiasaan risa yang kusuka adalah jika dia tidak bisa menahan tawanya dia akan
100 Tahun Setelah Aku Mati
menutupi mulutnya dengan tanganya, dan dia melakukanya dengan anggun, dia terlihat sangat menarik saat berusaha menahan tawanya.
saya dan risa menjadi pasangan pacaran pada bulan maret tahun 2006, artinya sekitar 1,5 bulan lagi saya akan melaksanakan ujian nasional yang menentukan.. beasiswa yang diberikan kepadaku hanya berlaku saat saya dapat melengkapi berkas administrasi yang sangat banyak dan tentu saja standart nilai kelulusanku juga harus diatas rata2 .
saya masih berada ditaman itu bersama risa..
banyak yang kami obrolkan, terutama adalah tentang pendidikanku.. risa tampak senang, saya pun demikian. disatu sisi ada perasaan tidak rela harus meninggalkan risa, begitupun dengan risa yang dengan berat hati harus membiarkanku terpisah denganya sejauh ratusan atau mungkin ribuan kilometer denganya.
saya :"nduk, tadi cita2mu yang kedua apa""
risa :"apaaa yaa :P :P besok aku kasi tau kalo kamu uda mau berangkat ma :P " saya :" ahh resee ahh"
risa :"pokoknya besok ya besok mas :P " saya :"iye2 -_"
obrolan kami mengalir terus, rasa2nya saya ingin manfaatkan betul momen ini, saya ingin bersamanya terus, gadis yang benar2 menjadi orang asing pertama yang melengkapi hidupku..
walaupun kenyataanya sebentar lagi kami akan terpisah lama" .
" masss.." ucap risa pelan, kami sudah sampi dirumahnya dan sedang duduk2 di ruang tamu rumah risa.
saya :"iya nduk"
risa :"kalo libur dan ada kesempatan pulang jangan lupa kesini ya mas" risa mulai merajuk, tampaknya risa benar2 memikirkan hal ini..
saya :"aku usahain nduk "
risa dan saya sedang membuka2 album foto kenangan saat kami masih smp.. kami banyak tertawa melihat wajah culun kami dan nostalgia kenangan masa lalu itu.
tikkk.. setetes air membasahi sebuah foto, foto itu adalah fotoku dengan risa saat
100 Tahun Setelah Aku Mati
perpisahan smp.. kami menyanyikan lagu berdua diatas panggung, tampak pada foto itu saya memetik senar gitar dan risa memegang mic.
setetes air itu berasal dari mata risa, ya dia menangis. saya : "nduk kenapa""
"enggak papa mas, hari ini lucu, aku seneng dan sedih diwaktu yang bersamaan.. aku seneng kamu dapet beasiswa itu mas, cita2mu selangkah lagi bakal terwujud, aku tambah seneng lagi mas pas kamu nembak aku buat jadi pacarmu, aku seneng banget... tapi kenyataan kamu harus pergi jauhh buat aku sedih mas, aku tau aku harus sabar, kamu pasti balik ke aku kan mas" iya kan iya kan,", aku bangga sama kamu mas, perjuanganmu dan ketabahanmu sekarang udah ada hasilnya, aku cuma ngebayangkin beberapa bulan yang akan datang aku bakal kesepian gak ada kamu mas, aku ngebayangin lagi taun depan gak akan ada kamu , taun depanya dan taun depanya lagi gak akan ada kamu mas, andai aja kamu dapet beasiswanya di UGM, atau di UI, atau dimanalah asal jarak yang masih bisa kita capai, tapi Tuhan kayaknya ngasih hadiah spesial buat kamu mas, kamu harus pergi lebih jauh lagi. " risa menangis lagi dia mendaratkan wajahnya ke pundaku dan mebasahi kaosku dengan air matanya.
"nduk, aku akan tau jalan pulang nduk, aku gak akan kesasar, aku kan selalu tau arah kemana aku harus kembali ke kamu, jangan khawatir, kamu juga harus segera pulih 100% dan sibukan dirimu buat ngejar cita2mu nduk" saya mengangkat dagu risa. air mata masih membasahi wajahnya, tapi nampaknya histerianya sudah mereda. dia memejamkan matanya, mungkin dia malu.
cuppp.. saya kecup keningnya dengan lembut, saya membisakan sesuatu dengan pelan. .
"jangan menangis, aku pergi tidak lama "
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 26 (jangan terulang kembali )
ujian nasional yang ditunggu2 seluruh umat SLTA di indonesia sudah terlewati, ujian negara itu seolah menjadi momok bagi kami anak kelas 3, bagaimana tidak ujian nasional pada jaman saya menjadi tolok ukur kelulusan.
tak terkecuali dengan saya, saya semakin terbebani dengan harus memiliki nilai diatas rata-rata untuk mendapat beasiswa itu, selain itu syarat sah utamanya saya harus menjadi juara umum.
benar2 menjadi beban, karena SMA saya merupakan sekolah favorit di jogja, artinya pesaing saya untuk mendapat gelar juara umum dalam 1 angkatan akan sangat sulit.
saya hanya berharap dan berdoa, semoga Tuhan memudahkan jallanku, saya sudah berusaha. saya yakin Tuhan tidak akan meningkari firman man jadda wa jadda -Nya.
hari itu adalah jumat siang, selepas shalat jumat saya dirumah, menyiapkan persyaratan administrasi yang ssangaatttt buanyak untuk calon beasiswaku.. "kalo sampe gak keterima rugi banyak kamu zal, syaratnya aja ngabisin duit 3 bulan gaji" gumamku bicara sendiri.
saya membendel tumpukan dokumen itu. insyallah jika saya lolos persyaratan administrasinya udah komplit.
saya menyalakan televisi.. dan menonton tayangan ulang salah satu ajang pencarian bakat menyanyi di tv.
bosan... itu yang saya rasakan, sekarang saya sudah resmi menjadi pengangguran. tadi pagi adalah hari terakhirku di tempat kerja, saya resign karena banyaknya persyaratan dan persiapan setelah ujian nasional ini. saya meinggalkan karyawan lain yang kerja disana, kenangan 2 tahunan bekerja disana membuat saya punya ikatan dengan pegawai2 disana..
hari ini juga libur, karena untuk saya memang tidak ada yang bisa dilakukan di sekolah,
risa juga masih sekolah,, jadi pekerjaan saya dirumah hanya menganggur saja.
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya memainkan hanphone nokia 6600 saya, tampak dilayar hp menunjukan 1 pesan dari risa..
"mas, persiapan administrasinya selesai belum", kalo belum nanti aku bantu ya. abis sekolah aku mampir"
saya tersenyum, anak ini benar2 sangat perhatian, tanpa diminta risa selalu tau kapan harus ada disisiku.
"udah selesai nduk. tp kamu bsa bantu nemenin aku nanti" send....
saya kembali bengong, risa pasti sedang pelajaran, tak mungkin dia membalas smsku.
siang hari itu sangat panas saya rasakan, saya menyalakan kipas angin yang ada di dekat tv.
"huaaahhhh.. jadi pengangguran sebentar rasanya udah gak enak aja" saya bicara sendiri sambil beranjak mematikan tv.
saya menuju ke taman belakang, melihat apa yang bisa saya kerjakan di siang yang panas ini..
baru beberapa langkah saya berjalan tiiba2.. bulu kuduk saya berdiri dan merinding. "kenapa ini""""
saya merasakan hawa yang aneh.... kepekaan indra saya meningkat melebihi biasanya.
saya mendengar suara2 aneh tanpa wujud.. bukann.. ini bukan ulah jin.. tapi apa ini""..
tidakkk.. kenapa" ada apa dengan langitnya""
saya sudah berada di ambang pintu, saya mendongak melihat ke arah langit.. awan hitam pekat... bukan awan mendung yang gelap, awan yang saya lihat benar2 hitam pekat seperti tinta...


100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedetik kemudian disusul hawa yang sangat dingin... benar2 dingin, serasa kulit saya digiyur air es.. saya baru pertama merasakan kejadian seperti ini..
perasaan tidak enakkk, sangat tidak nyaman.. dan itu terjadi tiba2.. awan hitam itu bergulung2 seperti ombak...
100 Tahun Setelah Aku Mati
ada rasa takut di hati saya,
mungkin kah akan ada badai" pertanyaan itu timbul di benak saya. saya merogoh saku. melihat layar handphone menunjukan jam 13.30, artinya risa mungkin sudah pulang..
saya menelfonya. ...... tidak ada suara, saya mellihat ke layar hp. ternyata batrainya habis, saya berlari masuk kedalam rumah mencari charger, saya berusaha menghubungi risa untuk memastikan fenomena alam ini.
"siall... mati listrik" umpatku keras, mungkin akan terjadi badai sebentar lagi... saya kembali ke halaman belakang, dan melihat langit. begitu banyak burung yang terbang kearah utara..
ini aneh... ini seperti getaran gaib, tapi berbeda dengan yang pernah saya rasakan sebelumnya...
semuanya menjadi gelap, aura2 di sekelilingku berubah gelap, kenapa ini"" ada apa" saya berjalan menuju pintu depan, saya mau melihat reaksi tetanga2ku tentang fenomena aneh ini..
saya mendengar suara pohon yang tertiup angin,, sebentar lagi mungkin hujan besar. saya membatin...
saya membuka pintu, dan melihat langsung di depan rumah yang menghadap jalan ada sebuah pemandangan yang mengerikan...
jin.. setann... atau apalah kalian menjuluki mereka.
saya melihat jin2 itu, dengan wujud dan bau mengerikan mereka, sangat banyakkk....
mereka memenuhi jalanan, mereka berjalan searah, entah menuju kemana, saya melihat jalan didepan rumahku penuh dengan makhluk halus, tanpa ada satupun kendaraan/manusia yang lewat. anehhh... ini sangat tidak biasa.. saya melihat sesosok kuntil anak menggandeng kuntilanak yang lebih kecil. sangat menakutkan.. saya melihat sesosok tubuh tanpa kepala dilehernya, dia berjalan sambil membawa kepalanya sendiri di tanganya, dia memegang rambut kepalanya dan membawanya berjalan bersama makhluk halus lain yang mungkin tidak terhitung jumlahnya..
saya tidak henti2nya membaca doa, melihat pemandangan yang menakutkan ini
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya menjadi gentar.. banyak diantara makhluk2 itu yang melambai2 kepadaku, seolah mereka mengajaku pergi bersama mereka....
hawa tidak enak itu bertambah ketika jantung saya berdebar2 dengan sangat cepat...
saya menoleh melihat rumah tetanggaku yang jaraknya mungkin hanya 10 meter dari rumahku.
"astaghfirullah" saya seakan tidaj percaya dengan apa yang saya lihat.. rumah itu hancurrrrr ! ya roboh menjadi puing-puing!! dimana pak sidiq dan keluarganya"
saya membatin, saya menoleh kearah lainya. se..semuanyaaa! semua rumah roboh kecuali miliku..
kini jin2 itu tiba2 menghilang, entah sejak kapan mereka hilang, tadi banyak sekali jumlah mereka!
saya berjalan mendekati rumah pak sidiq tetanggaku dengan berlari. ada apa sebenarnya..
rasa takut yang sudah lama tidak sayarasakan kembali,,
saya sangat sensitif dengan keselamatan seseorang, saya sangat takut melihat seseorang celaka . siapapun itu..
keringat benar2 membuat kaos hitam saya basah kuyup..
saya masih berlari, tapi kenapa tidak sampai2", jarak rumah itu hanya sepuluh meter dari rumahku!, kenapa sangat lama saya untuk sampai kesana"". kaki saya benar2 lemas karena rasa takut ini..
saya hanya berlari, saya mencari tau hal gila apa lagi yang menimpaku. .
saya sudah sampai didepan puing rumah keluarga pak sidiq, kosong... kemana pak sidiq dan keluarganya"
saya membongkar puing rumah itu mengangkat batu bata dan kayu2 besar yang sudah ambruk, berusaha melihat adakah korban dibawahnya, saya berteriak berusaha memanggil seseorang. entah siapa pun itu... saya berteriak minta tolong keras2.. percuma.. sunyi..
tidak ada seorang manusia pun..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya mulai frustasi, saya berlari memeriksa satu persatu rumah tetanggaku.. kosong.. semuanya kosong...
saya terduduk di sebuah pelataran rumah milik tetanggaku.. jantung saya berdebar2 pengalaman ini sangat aneh saya rasakan, saya memejamkan mata berusaha kembali ke realitas...
saya memohon pertolongan yang maha kuasa mohon diberi petunjuk... ...
... ada semilir angin sejuk yang saya rasakan sangat kontras dengan hawa panas udara sekitar..
saya membuka mata, mata saya tertuju pada sebuah mesin kipas yang berputar, saya melihat kesisi kiri, ahhhh saya berada di ruang tamu rumahku.. kesadaran saya masih belum pulih, keringat masih membanjiri tubuh saya, jantung saya masih berdetak dengan sangat cepat....
saya menoleh kearah kanan, karena merasakan tepukan di pipi saya dan seseorang memanggil saya..
"mas... bangun mas" , suara lembut itu menyadarkanku.. itu suara risa... saya melihat wajah ayunya..
"nduk!" saya sontak memeluknya.. sangat erat.. perasan takut masih menjalar ditubuhku,,
"mas ada apa", ngimpi apa", tadi ngigo kenceng banget" risa berkata sambil berusaha melepaskan pelukanku..
"jangan dilepas dulu, plis jangan dilepas" saya membisikan ketelinganya, risa sepertinya paham dengan kondisi saya, dia membalas pelukanku dengan melingkarkan tangan kepundaku sambil mengelus pelan kepalaku... sekitar 10 menit saya lebih tenang, saya memaksa otak saya untuk mengartikan kejadian itu adalah mimpi disiang bolong.
"mas, cerita ya kalo udah tenang" risa berbicara dengan lembut.. saya melepaskan pelukanku, dan menggeser posisi duduku, saya tertunduk berusaha mengingat mimpi tadi.
risa berdiri dan meninggalkanku, tak berapa lama kemudian dia kembali dengan segelas air putih..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"minum dulu mas" , risa menyodorkan gelas bening itu kepadaku. saya menerimanya dan menghabiskanya dalam satu tegukan.
saya menaruh gelas itu di meja, dan mengelap keringat yang membanjir di wajahku.
"jangan pake tangan, dasar cowok jorok" teguran itu sangat familiar ditelingaku. risa mengulurkan sapu tangan yang sama saat saya dan risa pertama bertemu, sapu tangan berwarna biru kotak2 yang selalu dia bawa, sapu tangan itu selalu dia sodorkan kepadaku disaat seperti ini..
saya mengelap keringat di wajah saya.
"aku tadi ngimpi, serem banget. dan aku rasa ini bukan sekedar mimpi.. ini petunjuk atau pertanda menurutku" saya kemudian menceritakan setiap detail mimpi yang saya alami. risa seperti biasa selalu memperhatikan setiap ceritaku.. "mas, mungkin emang ada maksudnya, mas emang diberi kelebihan indra, jadi ya memang mungkin bakal ada kejadian" risa memberikan pendapatnya kepadaku. saya :"iya tapi apa itu""
risa :"mas aja gak tau palagi aku yang cuma orang biasa, yang penting kita waspada aja ya" risa menaruh dagunya kepundaku, sambil menggenggam erat tanganku.
perlakuanya yang lembut membuatku merasa lebih tenang.. risa masih menemaniku sampai jam 5 sore, dan dia pamit untuk pulang, saya mengantarkanya pulang menggunakan pespa bututku, karena dia tadi diantar sopir untuk sampai kerumahku..
"mas, mampir dulu ya. udah lama kan gak ketemu ayah"" risa mengajaku masuk. saya mengiyakan ajakanya, karena memang setelah risa sembuh saya jadi jarang mampir karena kesibukan kelas 3 yang harus saya bagi dengan belajar ekstra.. om hamzah :"wahhh ini anak lanang dah lama gak mampir, sehat to le"" ayahnya risa menyapaku saat sudah berada di ruang tamu. saya :"sehat om, alhamdulillah"
beberapa hal kami obrolkan dengan om hamzah dan risa terutama tentang pendidikanku. intinya om hamzah bangga dengan pencapaianku saat ini. saya hanya menanggapi obrolan itu dengan kata2 terimakasih dan kata2 singkat lainya. harus saya akui hati saya sampai saat itu masih terasa gelisah..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"yahh, mas rizal tadi dapet pertanda lewat mimpi" risa mengalihkan obrolan kami ke mimpi yang baru beberapa jam lalu saya alami..
risa menceritakan mimpi yang saya alami sesuai dengan apa yang saya ceritakan kepada risa.
om hamzah :"yaa gak heran, kalo saya sih percaya gak percaya, tapi yang namanya mimpi biasanya emang ada artinya. terutama kamu le, saya sdah dengar banyak tentang kamu dari almmarhum bapakmu juga.. awalnya saya gak percaya tapi risa juga mngalami hal kayak gitu sama kamu dulu, dan memang kita harus menyikapinya dengan waspada"
saya hanya mengangguk2 omongan om hamzah, jamsudah menunjukan pukul 18.00 sudah masuk jam shalat maghrib, saya meminta izin untuk melaksanakan shalat maghrib disana.
om hamzah :"ohh iya silahkan, sekalian bareng risa, saya mau pergi dulu,kebetulan hari ini piket tadi ada keperluan sebentar dirumah, tolong risa tetap kamu jaga ya" om hamzah kemudian berpamitan karena beliau harus piket dimana beliau berdinas sebagai seorang abdi negara.
saya dan risa melaksanakan shalat maghrib bersama, dan selepas shalat saya berdoa memohon petunjuk, saya yakin itu adalah pertanda. karena jika cuma mimpi biasa hati saya tidak akan segelisah ini.
saya masih merinding, perasaan takut sebenarnya masih sangat besar, tapi saya coba menahanya..
saya dan risa kembali keruang tamu untuk belajar bersama, tadi risa mengajaku untuk mengajarinya salah satu bab mapel matematika.
saya sudah biasa di rumah risa sampai larut malam, mungkin sedikit aneh orangtua membiarkan anak perawan semata wayangnya diperbolehkan bertemu teman laki2nya setiap saat bahkan sampai menginap. tapi begitulah, orangtua risa sudah sangat percaya kepadaku dan saya memang benar2 berniat menjaga risa dan menjaga kepercayaan itu.
selama bersama risa saya tidak bisa menyembunyikan kegelisahan saya.. "mas... masih gak enak rasanya""
risa bertanya sambil membereskan bukunya.
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"iya" risa :"emp.. jangan terlalu dijadiin beban ya mas "
risa berdiri dari posisi duduknya dan berjalan sambil membawa tumpukan bukunya, saya melihat risa memegangi tulang kakinya, dia seperti menahan sakit.risa memang belum sembuh total dari patah tulangnya, dia berjalan sedikit pincang dan sambil tertatih dia tersandung ujung meja dan....
happp... saya menangkapnya dari belakang.
"kakinya sakit lagi"" saya bertanya.
"iya mas, ngilu tapi gapapa kok, makasih mas, lepasin dong " posisi tangan saya masih melingkar di perut risa.
saya melepaskan tangan saya dan memapah risa menuju kamarnya. "sakit mas" risa mengeluh sambil memegangi kaki kananya. saya tidak berkata apapun. saya memegang pingglnya dan mengangkatnya.. "loh mas.. turunin ah malu aku" risa sedikit tersipu.
"kamu kebanyakan gerak, kelasmu dilantai 2 kan", jangan suka naik turun tangga kalo gak perlu, boleh aktifitas biasa tapi sabar sampe kamu bener2 pulih" saya menggendong risa dengan posisi miring samping.
risa :"mas" saya :"iya""
risa :"makasih " saya :" "
saya mendudukan risa di kasurnya, pintu kamar saya biarkan terbuka lebar, sebelumnya saya juga bilang kepada pak suroto dan mbok nem pembantu dirumah risa untuk izin mengantar risa ke kamarnya. agar tidak dikira macam2. saya :"kamu tidur dulu aja ya, udah malem"
risa :"trus mas mau pulang""
saya mengangguk risa :"yahhh.. temenin sampe aku bablas ya mas" risa mulai merajuk. saya mengiyakan permintaanya. saya duduk di meja belajar kamarnya sambil membaca sebuah novel karangan K.A Apilgate
saya dan risa berbicara beberapa hal sampai risa berhenti bertanya.. saya melirik
100 Tahun Setelah Aku Mati kearahnya. ternyata dia sudah terlelap.
saya tersenyum melihat ekspresi tidurnya yang aneh.
saya menyelimutinya, rasa ngilu dikakinya mungkin karena udara malam itu yang cukup dingin..
saya memutuskan untuk pulang dan istirahat, semula saya berharap semua akan baik2 saja.. tapi mungkin tidak malam itu..
saya sudah berada diatas kasur..
pikiran saya terus menerawang.. saya masih ketakutan. saya mencoba menghapus pikiran buruk itu. saya memejamkan mata, berusaha untuk tidur, atau berusaha mendapat penjelasan lewat mimpi. anehh awalnya saya kira saya akan sulit tidur.. tpi tidak untuk malam itu, saya dengan sangat cepat terlelap. ...
... saya melihat, mendengar dan merasakan hawa.. hawa kematian...
ribuan orang mati.. perasaan ini seperti saat saya menerawang keberadaan bapak diaceh dullu.
banyak orang mati, banyak anak menjadi yatim, banyak orang kehilangan rumah ! tidak sebanyak peristiwa aceh.. tapi ini....
kejadian ini dilingkunganku!, saya melihat hampir semuanya..
saya bingung menjelaskanya, saya berada di ruangan putih tak berujung, tapi saya melihat, dan saya mendengar! saya juga merasakan.... sebuah bencana hebat! apakah merapi" karena merapi kala itu juga sedang tebatuk-batuk.. saya merasakan getaran...
ini .... ini gempa bumi !!!! deg....
saya teringat sesuatu.. saya teringat Risa!!!
ya kakinya kambuh, semalam dia sulit berjalan bahkan digerakan pun dia merasa kesakitan..
100 Tahun Setelah Aku Mati dan om hamzah beliau sedang tidak dirumah..
risa hanya dirumah bersama 2 orang pembantunya yang beliau berdua sudah cukup berumur!
HaHHH.... saya terjatuh dari kasur... saya melihat jam.. setengah 6 pagi! "Brengsek kenapa malah siang banget bangunya!!" saya mengumpat. saya bahkan telat shalat subuh, bangun sesiang itu bukan merupakan kebiasaanku, saya berlari sangat cepat untuk menuju garasi...
di pikiran saya hanya ada satu hal.
Risa.... "jangan teruang kembali, bencana yang mengambil orang2 terdekatku" saya bergumam sambil menyalakan mesin pespaku menuju rumah risa... "semoga jangan... jangan ada bencana lagi, kumohon jangan terulang kembali!" .
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 27 (27 Me1 2006) . "pak sodiq!!! jangan di dalam rumah pak bahaya!, pak Haris!! jangan didalam rumah pak bahaya!!"
saya berkendara melewati kompleks dengan berteriak2 mencoba memperingatkan tetanggaku untuk tidak berada dalam rumah. mungkin mereka membatin kenapa dengan anak ini, pagi2 udah triak2 seperti orang gila. saya mengendarai pespaku dengan kecepatan penuh, saya tidak peduli lagi dengan aturan, beberapa lampu merah nekat saya terobos, dan mendapat makian dari beberapa pengguna jalan. saya tidak menggubrisnya, beruntung belum ada polisi berjaga di pos sepagi itu. saya belum tau kejadian itu akan terjadi kapan, atau jam berapa akan terjadi. tapi saya merasa tidak akan lama lagi.. "Ya Rabb... jangan ada lagi bencana seperti ini" saya bergumam sekaligus berdoa diatas motor.
pikiran saya melayang tentang mimpi dan pertanda itu. banyak rumah roboh, akankah terjadi tsunami seperti di Aceh""
ahhh akankah bencana aceh terulang di daerahku".. pikiran saya benar2 paranoid.
"semoga tidak.... semoga tidak!!!!" saya berteriak2 diatas motor, orang2 dijalan bahkan menatapku dengan tatapan heran..
saya memarkirkan motor di depan gerbang rumah risa. saya memencet bel yang ada di dekat gerbang. tidak ada yang keluar membukakan gerbang. PakSuroto, kemana beliau.. saya bertanya dalam hati.. saya melihat gembok yang hanya dikaitkan pada besi pengunci. saya mendorong pintu gerbang itu dan berlari masuk kerumah risa. saya melihat jam tangan saya menunjukan pukul 05.45 pagi.. degggg...
saya tidak tau kenapa begitu melihat jam rasa berdebar di jantung saya bertambah kencang....
saya menggedor2 pintu rumah risa... "ya sebentarrrr" suara seorang perempuan.. ternyata itu mbok nem.
"mbok risa dimana"" saya bertanya dengan terburu2.
"itu mas mbak risa kakinya kumat. bengkak. sekarang masih dikamar" ya mbok matur suwun, sekarang panjengan jangan masuk rumah, diluar dulu
100 Tahun Setelah Aku Mati
nggih" "lohh ada apa to mas""
saya tidak menjawab, saya langsung nyelonong masuk rumah risa, berlari menuju kamarnya.
kamar risa berada di lantai bawah dekat dengan jendela di pojok lantai bawah.. saya sudah didepan ambang pintu kamar.
"nduk!!.. buka, ayo keluar!" saya berteriak sambil menggedor2 pintu yang terbuat dari kayu jati itu..
"mas".. itu kamu""" suara risa menjawab dari dalam. saya :"iya.. ayo keluar sekarang!!"
risa :"ada apa mas", bentar aku susah jalan" Saya :"kamu harus cepet!"
pintu kamar terbuka, saya melihat wajah risa yang seperti kurang tidur dengan mata merahnya.
mungkin semalam kakinya kesakitan. "mas kenapa", kok...."
saya tidak menunggu risa menyelesaikan kalimatnya. saya membopong risa dan buru2 keluar rumah.
"mas apa jangan-jangan"" risa bertanya tanpa menyelesaikan pertanyaanya. "iya" saya menjawab singkat dengan langkah kaki yang saya percepat.
mbok nem dan pak suroto yang ada diambang pintu tampak kaget dan heran melihat tingkahku.
Pak suroto :"lohh mas, kenapa iki", kok mbak risa dibopong2 "" saya :"pak, mbok. nanti saya jelaskan sekarang ayo keluar"
beberapa detik setelah saya berbicara dengan pak suroto dan mbok nem kejadian yang saya takutkan benar-benar terjadi.
saya merasakan lantai keramik tempat saya berdiri seperti bergetar, disusul dengan bunyi berisik perabot yang berjatuhan.
"pak, mbok ayo sekarang lari!!" saya berteriak dengan panik.. sepersekian detik kemudian saya mendengar banyak sekali suara mulai dari orang2 diluar rumah yang berteriak2
gempa dan "bakuh kukuh-bakuh kukuh"
dalam peristiwa yang sangat cepat itu sekali lagi saya "diperlihatkan"
100 Tahun Setelah Aku Mati bayangan ketakutan dan kematian banyak orang...
bulu kuduk saya dibuat merinding oleh penerawangan saya sendiri. risa yamg sedang kugendong memeluku dengan sangat erat sambil melafalkan Astaghfirulla, dan Allahuakbar.
dalam hati saya sempatkan berdoa agar diberi keselamatan dari bencana ini....
entah seperti waktu saya rasakan melambat..
5 meter di belakang pintu saya melihat mbok nem dan pak suroto sudah ada di halaman rumah..
terbesit rasa syukur beliau berdua sudah selamat..
saya masih didalam rumah bersama risa yang makin erat mencekik punggungku. saya tidak tau pasti jeda berapa detik setelah kami merasakan getar gempa pertamakali..
yang jelas gempa itu terjadi dan makin kuat...
saya sudah berada di teras dan beberapa meter lagi akan terbebas dari kemungkinan kejatuhan langit2 yang saya lihat msudah bergoyang2. saya memandang kearah rumah tetangga2 risa beberapa orang sudah berhasil keluar dari rumah yang sudah doyong.
beberapa langkah saya sudah hampir keluar dari teras yang harusnya bisa dengan cepat saya lalui dan tiba2...
Prakkkk!!!!!! sesuau yang keras menjatuhi kepalaku... saya sedikit blank selama sepersekian detik..
saya berusaha menguatkan diri tidak akan sedetik pun saya biarkan kesadaran saya berkurang...
"masss!!!!" risa berteriak histeris, tapi nampaknya dia tidak terluka sama sekali. saya memandang sedikit kabur.. mata kiri saya seperti tidak dapat melihat dengan jelas. atau mungkin sama sekali tidak bisa melihat.
saya berusaha menyelamatkandiri dari situasi itu..
dengan beberapa langkah saya meloncat sekuat tenaga agar keluar dari teras. begggg... kaki saya sedikit sakit karena salah tumpuan...
saya berlari lari menuju tempak pak suroto dan mbok nem yang sekarang sedang berpelukan.
"alhamdulillah" saya bersukur risa tidak apa2. saya menurunkan risa yang kemudian dipapah oleh mbok nem dan pek suroto..
kaki saya lemas sekali...
100 Tahun Setelah Aku Mati
gempa yang kami rasakan begitu kuat.. ini adalah kali pertama saya merasakan getaran gempa yang sangat terasa..
saya memandang sekeliling... saya mendengar....
suara minta tolong dari orang2, suara beberapa orang memanggil nama orang lain yang mungkin adalah keluarga mereka,
saya mendengar suara tangis anak2 yang memanggil ibu mereka, saya mendengar orang yang melafalkan "Allahuakbar"
saya melihat.. seorang ibu yang memeluk erat kedua anaknya yang masih kecil, saya melihat seorang bapak menggendong ibu tua yang sudah renta,
saya melihat anak kecil yang menangis histeris, dann saya melihat seorang pria yang menggendong bapak tua berdarah2 dari puing bangunan rumah yang roboh. saya tertegun melihat pemandangan menakutkan itu..
saya menoleh rumah risa.. saya tidak sadar sejak kapan bangunan megah itu rusak parah. berntung tidak roboh. teras depan ambruk,
paviliun dan gudang disamping rumah sudah amblas rata dengan tanah.. kesadaran saya belum pulih benar, saya masih shock dengan kejadian ini.. dengan bersusah payah saya mencoba mengembalikan kesadaran saya dan menoleh kearah risa, mbok nem dan pak suroto.
tampak risa dan mbok nem menangis karena ketakutan. dan pak suroto yang hanya terdiam..
"sudah berakhir, sekarang gapapa" saya menepuk pundak risa.. risa menoleh kearah saya..
"mas... kepalamu berdarah banyak banget!!"
seperti baru tersadar saya sontak memegang pelipis bagian kiri saya yang terasa sakit sekali. saya meraba kepala saya yang
sudah sangat basah oleh darah yang memancur dari luka seperti sayatan yang cukup dalam..
kelopak mata saya juga sepertinya sobek karena tertimpa pecahan gentang atau apa saya tidak tau.
dari tadi saya tidak merasa sakit. tapi begitu risa bicara rasa ngilu dan perihnya langsung terasa.
"mass, kamu gapapa"" risa tampak khawatir.
saya melihat telapak tangan saya yang saya gunakan memegang kepala, kini sudah berlumuran darah..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"mas!!!.. darahnya banyak banget ini!" risa berteriak didepan wajahku "mbok nem dan pak suroto juga memeriksa keadaanku.
Pak Suroto :"mas kayane kena pecahan genteng beling mas, dalem banget ini lukanya"
risa dan mbok nem tampak ribut sendiri.. pikiran saya masih belum fokus. pikiran saya masih dipenuhi hawa tidak enak dan pengelihatan kematian dari banyak orang.
dada saya serasa sesak.. saya melihat tetangga2 risa juga masih ketakutan, dan saling berteriak menanyakan keadaan kami..
kami semua tentunya masih merasa risau jika terjadi gempa susulan, atau yang paling buruk adalah akan adanya tsunami.
tempat tinggal risa memang sangat jauh dari bibir pantai, tapi jika benar2 tsunami terjadi seperti di aceh maka kami
harus waspada.. saya berusaha fokus kembali.. mencoba berpikir di situasi saat ini. saya :"aku gapapa, cuma kegores" kata saya sambil menahan perih, saya yang basah dan kotor oleh keringat, dengan tujuan menekan luka agar darahnya berhenti.
risa :"jangan pake itu mas!, kotor kan, malah infeksi nanti" risa mengingatkanku sambil menyobek lengan baju tidurnya .
risa mengelap darah yang membasahi pipi dan wajahku.
risa kemudian menyobek kain lengan baju sebelahnya dan dia gunakan untuk menekan kuat2 pendarahan yang ada dikepalaku.
risa :"mas tahan dulu ya"
saya hanya mengangguk sambil menahan sakit, risa dengan masih terduduk kembali merobek kain bajunya kali ini bagian bawah baju piama panjangnya, yang ia gunakan utuk membalut kepalaku.
saya masih merasa perih, tapi setidaknya mungkin darah sudah idak keluar sebanyak tadi..
risa menatapku dengan tatapan khawatir...
saya :"jangan khawatir. bawa hp gak", cba telfon ayahmu. semoga beliau tidak apapa"
risa menggeleng... saya pun hanya terdiam karena tadi saya tidak sempat memegang hp.
kami hanya bisa berdoa.. 100 Tahun Setelah Aku Mati semoga hal buruk tidak terjadi lagi...
semoga.... suara kendaaraan bermotor benar2 bising, orang2 dijalan sangat terburu2 ingin kembali ke keluarganya,
bunyi berdenging dari sirine juga benar2 Cumiakan telinga..
semua orang panik, ada 2 prediksi tentang kejadian ini. pertama adalah gunung merapi meletus dengan sangat dahsyat,
terlihat diarah utara awan memang mengepul besar, saat itu merapi juga sedang aktif..
prediksi yang kedua adalah tsunami seperti di aceh..
selama 2 tahun seluruh masyarakat indonesia trauma dengan bencana alam, mulai dari tsunami, gunung meletus,
gempa dll.. semenjak 2004 memang banyak kejadian alam yang membuat bencana di tanah air...
isu2 tersebar, berita yang simpang siur juga dengan cepat sampai ditelinga saya.. "iki tsunami mas!, airnya sudah sampai Bantul!"
seorang bapak yang mengendarai motor dengan berbonceng 5 beserta istri dan 3 orang anaknya berbicara kepada
tetangga risa... "mas... aku takut" risa menaruh wajahnya dilenganku. terasa benar hawa ketakutan menyelimutinya.. bagaimana dengan saya""
sama.. saya bahkan lebih ketakutan..
tapi saya mencoba menguatkan hati, berfikir jernih.. itulah yang sedang saya usahakan.
saya :"sama aku juga, tapi tenang dulu ya nduk, jangan gampang percaya isu" risa :"iya mas.."risa memeluk lenganku kuat2..
saya kembali merenung.. dengan kepala yang sakit saya berusaha meningkatkan fokus saya. komunikasi terputus, sinyal hp down di semua operator, saya sudah mencoba meminjam kepada tetangga sekitar tapi percuma.
begitu juga dengan aliran listrik yang mati total..
pengguna jalan juga harus berhati2 karena sepertinya tanah ikut tergeser yang membuat aspal rusak.
hahhhh... saya menghela nafas..
100 Tahun Setelah Aku Mati gimana dengan keadaan om hamzah""
"nduk.. nama kakek dari ayahmu siapa"" saya bertanya kepada risa.. risa :"mbah Ahmad Syarif, kenapa mas""
saya tidak menjawab.. saya menundukan kepala mencoba dengan sengaja ilmu penerawangan saya yang tidak pernah saya pakai selama 2 tahun..
saya meminta pertolongan Allah untuk "ditunjukan" keadaan "Hamzah Syarif Atmojo Bin Ahmad Syarif"
itu dia beliau.... "alhamdulillah..." beliau tidak apa2 bahkan sama sekali tidak terluka.. beliau seperti sedang memberi instruksi kepada
petugas polisi lainya.. "mas... hidungmu berdarah!" suara risa membuat konsentrasiku buyar.. saya membuka mata untuk mengakhiri penerawangan saya.. saya :"gapapa.. ayahmu gapapa kok"
risa :"mas"" kamu""
saya hanya mengangguk sambil menyeka hidungku.. ...
... apa yang bisa dilakukan manusia menghadapi hal semacam ini" pertanyaan itu terbesit diotaku..
sungguh manusia itu sangat rapuh.
dengan hanya sedikit getaran di bumi dapat memporakporandakan satu sistem tatanan kehidupan manusia..
mungkin kita terlalu sombong dan jumawa.
kini ketika alam dan Tuhan sudah menunjukan kekuatanya, apa lagi yang bisa kita lakukan selain pasrah""
bahkan saya yang sudah mengetahui kejadian ini sehari sebelumnya pun tidak bisa berbuat banyak.
saya yakin bukan saya sendiri yang mempunyai kelebihan seperti ini. bagaimana dengan orang lain
yang sepertiku", saya yakin mereka berusaha juga sama sepertiku, tapi jika kejadian seperti ini menimpa mereka, saya yakin pilihan mereka sama denganku.
ya.. "pasrah" ...
Gempa jogja terjadi pada tangga tanggal 27 mei 2006, kejadian itu terjadi sekitar
100 Tahun Setelah Aku Mati
pukul 05.55 WIB. membuat sekitar 7000 jiwa tewas, 35.000 orang terluka..
ribuan orang harus kehilangan rumah mereka, yang lebih tidak beruntung mereka juga kehilangan nyawa..
kejadian yang hanya berlangsung selama 57 detik itu membuat negara ini merugi senilai ratusan milyar..
membuat 3 juta orang jogja putus asa.
dan membuat 230 juta masyarakat indonesia berduka...
biasanya saya akan marah kepada tuhan,ketika kejadia seperti ini terjadi, tapi tidak kali ini...
saya merasa kita pantas mendapat ini.... ..
.. .. semua orang sedang berduka, termasuk saya.


100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak diantaranya yang berputus asa, mungkin saya juga termasuk diantaranya. tapi........
beberapa jam setelah bencana itu.. saya melihat sisi lain.. jogja memang layak disebut istimewa..
terutama masyarakatnya, saya melihat air mata mereka memang belum kering, senyum juga belum kembali mengembang, kesedihan juga masih mereka tanggung..
tapi saya melihat "keikhlasan" di wajah mereka..
manusia memang selalu diberikan masalaah, tak peduli sebaik apapun atau secepat apapun memperbaiki satu masalah,
dan tidak peduli sekuat apapun dan se sigap apapun mencegah masalah itu agar tidak terjadi, masalah akan selalu datang ...
tampaknya masyarakat jogja paham dengan teori itu dan memilih ikhlas... ikhlas menerima masalah itu, iklas memperbaikinya, dan iklas bersiap jika masalah itu terjadi lagi...
saya yakin sebentar lagi duka2 yang menyeliputi jogja akan segera hilang, dan akan tumbuh harapan-harapan baru...
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 28 (goodbye Jogja ) .
"ini dibawa gak mas"" suara risa membuat perhatianku teralih saya :"ohhh.. iya dong, itu nanti dimasukin ke tas selempang aja aja jangan dimasukin tas ransel nanti rusak"
saya melihat ke mainan robot2an yang dibawa risa.
mainan itu adalah kado ulang tahunku yang diberikan risa tahun lalu. risa tersenyum sambil menimang-nimang mainan itu. risa :"aneh ya, aku ngasih mainan buat kamu, kayak bocah aja " saya :"hadiah yang kamu kasih tepat kok, aku suka " saya membelai rambutnya pelan sambil tersenyum.. hari itu adalah minggu pertama bulan agustus 2006.
3 bulan setelah gempa yang menghancurkan kotaku, dan beberapa minggu setelah kejadian itu adalah pengumuman kelulusanku,
"alhamdulillah" itulah kata ucap syukurku, Allah benar-benar menepati firman Man jadda wa jadda-Nya,
saya lulus dengan predikat juara umum, bahkan saya masuk 10 besar peringkat nasional dalam hal perolehan nilai UAN,
artinya saya berhak mendapatkan beasiswa itu.
dan semenjak pengumuman itu banyak sekali hal yang harus saya urus, terkait dengan administrasi dan seabrek dokumen yang harus saya tandatangani. saya juga harus bolak-balik jakarta-jogja untuk bertemu dengan kemendiknas. ya karena memang hanya 10 orang yang mendapat kesempatan beasiswa ini dan beasiswa itu ditangani langsung oleh kemendiknas pusat dan dinas terkait yang mungkin sekarang lebih dikenal sebagai Dikti.
tak terasa 3 bulan sudah waktu terakhir saya dijogja sudah saya habiskan. setidaknya saya sudah sedikit lega karena rumahku sudah selesai direnovasi oleh om bowo.
dan tak terasa ini adalah hari terakhirku berada di kota tercintaku... minggu pagi, saya sedang packing barang bawaan saya dibantu dengan risa. saya masih memandangi wajah cantiknya, wajah ini yang selama hampir 6 tahun
100 Tahun Setelah Aku Mati sudah menemani suka dukaku,
cukup berat berpisah dengan anak ini, semoga saya bisa bertahan tanpa risa disana..
"mingkem mas, jelek ahhh"kata risa sambil mencubit perutku. saya :"ganteng gini kok dibilang jelek :P"
risa :"iya gantengg... tapi mingkem duluuu " saya tertawa melihat mimik wajahnya risa :"mas..."
saya :"iya""
risa :"yakin harus berangkat sekarang"" saya :"iya nduk, maaf ya udah ga ada waktu lagi" saya kembali membelai rambutnya.
risa mengangguk pelan.. risa :"kalo aja ada sisa waktu sehari buat kita ngabisin waktu bareng mas" saya :"aku juga berharap gitu, tolong ngerti yaaa"
risa tersenyum dan berjalan sambil menggandengku dan duduk di meja belajar yang ada di sudut kamarku...
Risa :"inget gak mas"" kata risa sambil menunjuk fotoku dan risa yang saya bingkai di atas meja belajarku.
saya :"inget dongg" saya tersenyum melihat pose konyol kami yang tercetak pada foto itu..
risa :"janji yaaa mas besok bakal balik lagi ke aku" saya :"ada syaratnya "
risa :"apa syaratnya mas""
saya :"kamu harus sabar nunggu aku balik kesini, jangan punya cowok lagi disini" saya tertawa pelan sambil menjitak kepalanya pelan..
risa :"kalooo itu sih tergantung yaa :P"
saya :"tergantung apaan"""
risa :"tergantung yang ngedeketin aku cakep apa enggak " saya :"hihhh.. ni anak"
saya mengacak2 rambut panjangnya, kemudian berlalu dan kembali mengemasi barang2ku.
100 Tahun Setelah Aku Mati
risa :"cieeee, udah tua masih aja ngambekan :P " anak ini masih saja menggodaku saya :"auuk ahh gelap" ucapku pura2 cuek...
risa menghampiriku dan menutup mataku dari belakang.. sambil bernyanyi2 menggodaku
saya :"apasihhhh ngeganggu aja" kataku dengan sedikit sewot.. risa tidak menjawab, dia malah diam.. saya menunggunya mengatakan sesuatu, tapi dia hanya diam. malah yang terdengar adalah isak tangis.. saya melepaskan tanganya dari wajahku kemudian saya berdiri dan berbalik kearahnya..
saya :"nduk, kenapa"""
risa tidak menjawab, dia hanya menangis sambil berusaha menyembunyikan sesuatu..
saya :"ndukk" saya berusaha mendapat perhatianya, dan... brugggg...
dia menabraku, kemudian memeluku sangat kencang.. risa :"5 tahun mas"" apa selama itu""
suara risa terdengar bergetar karena tangisnya.. saya tidak menjawab, saya hanya membalas pelukanya sambil menepuk punggungnya pelan. risa :"mas.. kamu harus janji ya jaga diri disana, aku bakalan kangen banget mas, aku gak pernah ngebayangin pisah
selama itu mas, 5 tahun.. itu waktu yang lama banget mas" saya :"aku janji... aku janji.." saya berbicara pelan ditelinganya risa :"mass.. jadi orang hebat ya besok.. jangan males makan disana, jaga kebersihan jangan jorok lagi, calon dokter kok jorok,
kamu harus bisa lulus cepet ya mas, aku bakal nunggu kamu sampe kamu pulang mas... "
saya tertegun mendengar permintaan risa, ternyata sebegitu beratnya melepasku selama 5 tahun untuk pergi sekolah..
dalam pelukanya saya menangkap getaran2 aneh, saya merasakan perasaan yang sama anehnya, seperti ada perasaan yang berat
untuk meninggalkanya... saya melepaskan pelukanya, dan menatap lekat2 wajahnya.
100 Tahun Setelah Aku Mati saya menyeka air matanya dengan jempolku. cuppp..
saya mengecup keningnya.. saya menahan bibir saya tetap dikeningnya untuk beberapa waktu,
saya berusaha mengingat momen ini sebelum berpisah selama beberapa tahun dengan risa..
saya melapaskan kecupanku, dan menatapnya sekali lagi.. saya meremas kedua lenganya, dan berbicara di telinganya.. "kalau kamu menunggu 5 tahun untuk aku balik ke kamu, aku juga nunggu 5 tahun untuk bisa pulang kekamu"
risa mengangguk pelan, dan mendongak keatas, melihat ke wajahku.. "kita harus sama2 kuat nunggu ya mas "
risa melihatku dengan senyuman yang sangat saya sukai, senyuman yang selama 6 tahun ini selalu memberi perhatian kepadaku..
Risa :"kamu tambah tinggi aja mas, padahal aku udah termasuk jangkung lohh" risa berusaha mengalihkan pembicaraan kami..
saya :"makanya besok kalo udah sehat olahraga lagi ya "
saya dan risa melanjutkan packing barang2ku, dan ternyata cukup banyak barang bawaanku yang harus kubawa, satu ransel besar ditambah 2 koper, dan tas selempang..
saya :"ahhhh kelaaarrrrr" saya merentangkan tanganku untuk menghilangkan rasa pegal..
risa :"turun yok mas.. masih nanti sore kan berangkatnya""
saya :"iya.. ayokkk" jawabku sambil mengganden risa turun ke lantai bawah.. "udah selesai le""" om bowo menegurku dari lantai bawah, beliau sedang duduk2 santai beserta istri beliau dan om hamzah, ayahnya risa.
om hamzah secara tidak terduga juga menyempatkan diri untuk datang sekaligus ikut mengantarkanku berangkat nanti sore..
om hamzah :" sini ngeteh2 dulu le, ris buatin teh dulu sana "
risa mengangguk sambil menuju dapur membantu tanteku yang sedang membuat camilan..
om hamzah ini memang sangat perhatian denganku,saya sudah dianggap
100 Tahun Setelah Aku Mati
keluarganya sendiri. om hamzah : "gimana persiapanmu", udah beres semua"" saya :"sudah om"
om hamzah :"ya bagus lahhh, saya salut sama kamu" saya :"makasih om" jawabku dengan kalem
om bowo :"yawes sekarang nyantai dulu yaa, sambil nunggu pisang gorengnya mateng"
om bowo dan om hamzah ternyata sudah lama saling kenal, om bowo adalah yang melatih almarhum bapak dan om hamzah agar bisa masuk sebagai anggota TNI dan Polri,
dimasa muda mereka dulu. obrolan kami mengalir dan beberapa kali saya dibuat terbahak2 dengan cerita dari om hamzah dan om bowo.
tapi waktu terus berputar, dan jam menunjukan pukul 14.00, artinya saya harus segera berangkat ke bandara..
saya harus menjalan masa karantina selama seminggu di Jakarta, saya berjalan menuju kamar untuk mengambil barang2ku...
saya memandang kamarku, sebentar lag akan kosong dalam waktu yang lamaaaa, kamar ini menemaniku selama 3 tahun hidup yatim piatu, cukup banyak kenangan yang terlukis di kamar ini...
"kenapa mas", bakal ngerasa kangen ya sama kamar ini"" risa berbicara disampingku.
saya mengangguk sambil tersenyum.. dan menutup kamar tidurku... kami semua berangkat dengan satu mobil menggunakan mobil ayahnya risa, tadak butuh waktu lama kami sudah sampai di bandara adi sucipto, saya harus menunggu beberapa lama untuk dapat berangkat, dan waktu yang tidak lama itu saya manfaatkan untuk ngobrol dengan risa,
seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu, risa membicarakan apa yang dia ingin bicarakan, dia juga mewanti-wantiku
dengan segudang nasihatnya yang jujur sebagian besar saya lupa apa isi nasihatnya,
tapi secara garis besar dia memintaku untuk jaga diri, jaga kesehatan, jangan
100 Tahun Setelah Aku Mati nakal. dan terus hubungi dia jika ada waktu. .
dan pesawat yang saya tunggu sudah siap.. saya menggenggam tali tas selempang saya kuat2.
"om, tante.. saya pamit dulu.. doakan saya nggih.. supaya lancar disana" saya mencium tangan om dan tanteku, saya juga berpamitan sambil mencium tangan om hamzah.
Sayap Sayap Terkembang 26 Si Bayangan Iblis Karya Kho Ping Hoo Rahasia Golok Cindar Buana 1
^