100 Tahun Setelah Aku Mati 4
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal Bagian 4
seperti biasa, beliau2 selalu memberikan nasihat yang berguna kepadaku, saya sangat senang memiliki keluarga seperti om bowo,
beliau sangat perhatian kepadaku, saya juga sangat senang mengenal om hamzah yang sudah seperti keluargaku sendiri..
saya menggandeng tangan risa dan berjalan sedikit menjauh dari om, dan tanteku..
seperti mengerti om bowo, tante sri dan om hamzah mengalihkan pandangan dari kami, mungkin beliau2 paham ini adalah kesempatan terakhirku dengan risa berbicara secara langsung.
"kayaknya udah saatnya nduk" saya membelai pipinya. risa tersenyum, tapi dengan setetes air mata yang jatuh dari matanya.. "aku udah omong semuanya, uda gak ada yang bisa aku omongin sama kamu mas,
aku percaya sama kamu, dan berjanjilah kembali ya mas" saya :"aku akan inget dan aku janji ndukkk", saya merogoh saku dan mengeluarkan kotak berbentuk hati,
saya mengeluarkan isinya, sebuah kalung perak bermata batu zamrud milik almarhum ibuku..
saya :"tolong jaga ini ya.. pakai ini terus, supaya kamu inget aku terus " risa menundukan kepalanya, agar saya mudah memakaikan kalung itu, risa tampak terisak dan air matanya semakin deras..
dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah gelang kulit bertuliskan namaku dan namanya..
risa :"mas juga tolong jaga ini, pakai ini terus supaya mas inget aku terus"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya memandangi risa lagi, saya ingin meng capture momen terakhir ini jika bisa.. tak terasa setitik air mata meluncur dari mataku, saya buru-buru mengelapnya. "jangan pake tangan, dasar cowok jorok" risa mengelap sedikit air mataku dengan sapu tangan yang masih sama sejak kami pertama bertemu,
"ini dibawa mas " ujarnya pelan"
risa memasukan sapu tangan itu kedalam tas selempangku, saya melihatnya masih menunduk dan saya pegang dagunga, saya gerakan agar sedikit menengadah dan...
cupppp... saya mengecup bibir tipis risa..
risa seperti membeku, entah berapa detik bibir kami bersentuhan, saya menghiraukan rasa malu mecium risa di tempat umum, saya merasa ini adalah saat yang tepat memberikan
itu kepada risa.. risa tersenyum dengan sangat manis, dann.. dari announcer sudah mengumumkan sebentar lagi pesawat yang saya tumpangi akan segera berangkat.
saya sekali lagi berpamitan kepada om bowo, om hamzah, tante sri, dan risa.. saya melambaikan tangan kepada mereka,
ada sedikit kesedihan meninggalkan kota ini, dan sejuta isinya.. "terimakasih semuanya"
"risa, tunggu aku"
saya bergumam pelan.... kini saya sudah duduk di kursi pesawat yang akan mengantarku kejakarta, selama seminggu saya akan dijakarta mengikuti program karantina dan selanjutnya saya akan terbang ke Australia.
yaa.. a, saya mendapat beasiswa di jurusan kedokteran University of Melbourne .
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 29 (orang sepertiku) .
Dingin... hal yang palin terasa sejak saya turun dari pesawat, jam menunjukan pukul 5 pagi waktu melbourne, telinga saya masih sedikit sakit karena landing pesawat tadi, maklum ini adalah kali pertama saya naik pesawat, dan pertama kalinya saya pergi sejauh ini.
bulan agustus adalah waktu musim dingin di melbourne, walapun tidak ada salju disini tapi jangan ditanya dinginya..
brrrrrrrr, mungkin sekitar 7 derajat celcius, cukup membuat orang uang terbiasa di cuaca tropis seperti saya mengigil kedinginan..
saya mengencangkan resleting jaket tebal saya dan mencoba menutup telinga saya dengan kupluk yang saya bawa, saya melihat kearah 10 orang teman baru saya,
tampaknya mereka merasakan hal yang sama, kami masih berada di melbourne airport sambil menunggu mobil yang akan menjemput kami ke kota monash, tempat dimana kami akan
mendapat beberapa pembekalan terkait kehidupan di melbourne sebelum tahun ajaran baru dimulai bulan oktober, dan sore nanti kami harus menghadiri jamuan di KBRI
perjalanan yang jauh benar2 membuat kami lelah dan ingin segera beristirahat. kami hanya duduk2 di lobi depan sambil meminum kopi yang di pesan oleh kru Kemendiknas.
saya celingukan ke kiri dan kanan mencoba mengetahui diarah mana saya menghadap,
saya kemudian bertanya kepada mas Yacob, salah satu temanku yang mendapat pendidikan master disini..
"mas, tau arah barat kemana gak ya""
mas yacob :"mana ya"", gak tau zal, masih bingung arah juga aku" jawab mas yaqob
saya :"oke deh gapapa mas"
saya :"emm.. excusme sir, can you show me a westward"" tanyaku pada
100 Tahun Setelah Aku Mati seseorang yang duduk dibelakang rombongan kami.
"of course, over there" kata bapak2 itu sambil menunjukan arah barat kepada saya.
saya :"many thanks sir " "with pleasure "
saya selalu ingat kuajiban saya sebagai seorang muslim, dan saya tidak ingin melewatkan sholat subuh saya dimanapun saya berada, saya yakin saya akan kesulitan mendapat
tempat untuk sholat, jadi saya memutuskan bertayamum dan sholat di tempat duduk saya.
"kamu ngapain zal"" suara mas yaqob membuat kekushyukanku terganggu, saya masih diposisi atahiyat akhir, saya mencoba kembali fokus dan menuntaskan ibadahku.
"alhamdulillah" gumamku setelah selesai sholat, saya :"maaf mas yaqob tadi aku lagi sholat subuh"
mas yaqob :"loh kok sholatmu beda zal", harusnya kan berdiri kan" dan ada aturanya juga kan"" mas yaqob bertanya bingung, wajarlah karena mas yaqob beragama khatolik, saya kemudian menjelaskan tentang shalat saya barusan dan aturanya, mas yaqob tampak memperhatikan penjelasanku.
mas yaqob :"ohh gitu.. sipp2 lah, emang harus gitu. apapun agamanya harus inget sama Tuhan"
saya :"iya mas, sudah menjadi kuajiban setiap orang yang beragama" jawabku pelan..
10 orang yang mendapat pendidikan disini terdiri dari 5orang dari lulusan SMA sepertiku dan 5 orang lagi dengan lulusan s1 yang akan meneruskan gelar S2 disini.'
sekitar 30 menit kami menunggu dan mini bus yang menjemput kami akhirnya tiba, setelah semua barang dmasukan kamipun berangkat menuju kota monash, yang terletak sekitar 25km dari melbourne Airport. saya duduk di deretan kursi tengah bersama Wayan, salah seorang teman baruku yang berasal dari bali.
100 Tahun Setelah Aku Mati
disepanjang jalan suara riuh dari antusasme teman2ku terdengar gaduh, kami merasa sangat senang akhirnya kami sudah sampai di kota dengan predikat salah satu kota paling layak huni di bumi.
jalanan yang bebas macet, bersih dari sampah, polusi yang bisa dikatakan hampir tidak ada, dan hawa dinginya membuatku seolah sedang berada di sebuah film yang biasa saya tonton.
saya merogoh saku dan mengeluarkan telpon PDA bermerek O2 yang di inventariskan kepada kami, kami juga sudah dibekali dengan kartu seluler lokal untuk memudahkan komunikasi,
saya membuka Yahoo masanger , ahhhh risa sedang offline, kira2 jam berapa ya sekarang dijogja" tanyaku dalam hati..
saya hanya duduk sambil memandang keluar jendela, melihat pemandangan jalanan di benua ini, rumah2 dengan gaya khas dan pohon2 yang berjajar rapi membuat saya kagum,
benar2 tata kota yang cantik, gumamku pelan..
mini bus kami berhenti disebuah rumah besar yang berada disebuah kompleks perumahan, tampaknya kami sudah sampai dihunian sementara kami.. "selamat datangg" itulah ucapan pertama yang kami terima dari banyak orang yang menyambut kami saat turun dari mini bus..
yaa kota monash ini adalah kota yang paling banyak dihuni oleh warga negara Indonesia, baik yang bekerja dan yang studi seperti kami..
. . . beberapa minggu sudah kami lewati dan hari minggu seperti kali ini banyak dimanfaatkan teman2ku yang lain untuk jalan2, ya karena memang kami masih merasa penasaran dengan
tempat tinggal baru kami jadi teman2ku masih getol dengan yang namanya jalan2,
kecuali saya, saya malah terserang flu berat karena cuaca yang tidak menentu disini, jadi saya memilih tinggal dirumah sambil chating dengan risa..
100 Tahun Setelah Aku Mati
perbedaan waktu yang cukup panjang dengan di indonesia membuatku tidak bisa berlama2 salih bertukar pikiran dengan risa yang harus segera istirahat, tidak baik juga membuat risa begadang setiap hari.
huahh.. bosan juga menghabiskan waktu sendirian saya memutuskan untuk berjalan-jalan juga mungkin disekitaran kompleks untuk mengusir rasa bosanku. saya mengambil jaket di kamar dan tak lupa kupluk untuk melindungi kepalaku dari terpaan angin dingin juga saya kenakan,
baru saja membuka pintu lalu tiba2 bresssssshhhhhhhh... hujan.. sialll ahh, batinku sambil menutup pintu..
mau ngapapain nih kegiatan hari ini, gumamku sambil menyeka ingusku yang tidak berheni keluar karena pilek..
saya cuma duduk2 di balkon sambil melihat hujan yang turun dengan derasnya.. "cuacanya aneh ya", mau teh panas gak"" suara seseorang mengaggetkanku.. saya :"eh Dewi, kamu gak ikut sama yang lain""
dewi :"egakkk zal, kamu mau teh egak", aku buatin nihh" saya :"wahhh pas banget, mau dong "
dewi :"wait a second "
saya :"of course, less sugar for me"
dewi pun berlalu menuju dapur, dewi salah satu temanku yang berasal dari jakarta, orangnya tinggi, mungkin sekitar 175cm, lebih tinggi dari risa dan sedikit lebih pendek dariku,
orangnya supel, tapi tidak terlalu banyak omong, dan selama masa karantina dan pembekalan disini dewi selalu menjadi teman satu kelompoku.
dengan kulit bersih, rambut lurus sebahu yang sering dia biarkan tergerai, cantikk, saya yakin semua orang akan sepakat kata itu tepat untuk menggambarkan dewi.. dewi :"diminum zal, lumayan lah biar gak adem2 banget" dewi menyerahkan teh panas yang masih mengepul kepadaku,
saya :"makasih wi, kamu darimana aja tadi kok gak keliatan", kirain ikut rombongan" kataku sambil menyruput teh buatan dewi.
dewi :"aku dari tadi tidur zal, hehe, lagi males jalan2 aku, dari kmaren begadang terus jadi pilih tidur aku"
100 Tahun Setelah Aku Mati
kami banyak ngobrol, mengomentari apa yang ada di melborne dan membandingakan dengan daerah kami, dewi ternyata anaknya lucu celotehanya sering membuat saya tertawa terpingkal,
dari obrolan dan jokes yang dia lontarkan keliatan betul kalau dewi adalah anak yang cerdas, bukan2 dlebih tepatnya jenius, pantas lah kalau dia mendapat beasiswa seperti ini
kami masih ngobrol sampai menjelang pukul 18.00, tiba2 di depan saya sekitar 20 meter melayang sesosok makhluk menyeramkan memakai gaun yang dengan pelan melewati kami sambil melihat saya.
saya sontak berdiri... mencoba mengawasi makhluk dengan sosok perembuan blonde itu, dewi juga berdiri, pandanganya juga sama sepertiku, menatap makhluk itu sama sepertiku,
anehh... saya :"dewi kamu juga""""
Dewi :"ha"", rizal kamu apakah kamu"""" kami berbicara bersamaan
kamii saling bingung, saya ingin menanyakan apakah dia juga melihat apa yang saya lihat, tapi saya ragu, saya takut jika malah dia salah paham.. dewi :"zall.. kamu dulu
saya :"ahh egakkk cuma ada yang aneh aja, emang kamu tadi mau omong apa"" dewi :"zal, aku bisa tau kalau seseorang lagi boong, kmu bohong kan"" dewi menyelidik
saya menatap wajahnya, saya melihat matanya, tidak ada keraguan di sorot matanya, apakah dia istimewa sama sepertiku""
apakah dia juga sama dapat melihat makhluk2 itu sama sepertiku" jika benar saya memang tidak sendiri, saya bukan satunya yang memiliki indra 2 alam...
auranya juga tampak tenag tidak ada fluktuatif seperti pada kebanyakan orang.. auranya sama sepertiku dan jauh berbeda dari aura2 orang pada umumnya.. ragu....
saya masih ragu dengan anggapan saya, tapi akhirnya saya mengaku juga karena
100 Tahun Setelah Aku Mati
saking penasaranya, saya :.. emmmm aku tadi lia, hanu perempuan blonde wi" jawabku dater, saya kembali melihat dewi, mencoba melihat bagaimana tanggapanya selanjutnya, dia tidak menjawab, dahinya berkerut seperti sedah berpikir.. dewi :" apa kamu bisa lihat "mereka" sama sepertiku""
... 100 Tahun Setelah Aku Mati Part 30 (rumah untuk kamu pulang )
saya tertegun mendengar pertanyaan dewi, dia berkataka "sepertiku"" sungguh baru pertama kali ini saya bertemu orang dengan indra 2 alam yang seumuran denganku..
Saya :"iya wi.. aku sama sepertimu"
kami cukup lama berpandangan, kami sama2 merasa aneh, entahlah seperti saat kalian bertemu dengan teman lama yang sudah bertahun2 tidak bertemu. saya memang baru mengenal dewi selama beberapa minggu, tapi jika dia sama sepertiku, tanpa dia berceritapun saya akan paham bagaimaana kehidupanya dulu,
pasti dia juga melewati masa-masa sulit sama sepertiku, karena mungkin itulah takdir orang-orang yang diberi kelebihan seperti kami..
kami banyak bercerita tentang diri kami, bagaimana awal kehidupan kami, bagaimana kami bertahan sampai sejauh ini dll,
dewi bercerita kalau dia tidak memiliki kerabat sama sekali, dia tidak tau siapa orangtuanya, dia dititipkan ke pantiasuhan sejak dia masih bayi, kata dewi menurut orang2 didaerahnya dewi dibuang oleh seseorang di sebuah poskamling di daerah jakarta..
dia sama sepertiku memiliki mata yang dapat melihat kejadian/peristiwa masa lalu dan masa depan, mampu melihat makhluk2 golongan jin, dia juga mampu melihat aura,
dia dikucilkan saat kecil, tidak memiliki teman sama sekali,
mendengar ceeritanya membuatku seperti kembali ke masa lalu dimana saya pertama kali mendapat pengelihatan ini, bertemu sari, kehilangan ibuku, kehilangan bapaku dll.
tapi dewi dia bahkan tidak punya siapa2 sejak sesaat dia lahir, saya lebih beruntung walaupun akhirnya ditingggal pergi kedua orangtuaku tapi beliau2 sangat menyayangiku,
saya memiliki hunian dan fasilitas yang layak, dan orangtuaku juga memberikan warisan yang sangat besar untuku, saya juga memiliki om bowo dan keluarganya
100 Tahun Setelah Aku Mati yang sangat baik terhadap saya.
tapi dewi.... pasti dalam perjalanan hidupnya dia kesepian, dia pasti kesulitan, dia jelas lebih kuat dan tegar dari saya ...
dari cerita dewi membuatku benar2 merasa malu, sangat malu.. dalam ceritanya sama sekali tidak ada penyesalan, dia sama sekali tidak menyalahkan Tuhan dan Takdir,
tidak seperti saya dimasalalu yang selalu mengeluh, dan bahkan saya sering mengutuk Tuhan..
dia pasti ketakutan dulu, dulu sacukup besar menghadapi semuanya sendiri, tapi dewi kemana dia akan lari dan sembunyi"
siapa yang membimbingmu dulu", siapa yang menemanimu", siapa yang memelukmu saat takut"
"Allah" jawabnya singkat.. segampang itu dia mengatakanya setelah semua yang dia alami..
"if i feel falling down, if i scared, angry,lonely, etc i remember 1 person,who can make me feel storng again and more, my lord, my Allah, he always protect me and show me a direction"
dia mengatakan itu lagi2 dengan gampang sekali, sebuah kata memang mudah diucapkan tapi coba kamu lakukan, kamu akan tau betapa butuh bertahun2 untuk bisa lebih tenang jika kamu sepertiku.
dewi, dia perempuan tapii apakah hatinya terbuat dari baja hingga sekuat itu", "wi.. kamu hebat" saya berkata tanpa mataku bergeming melihatnya.. dewi tersenyum manis, saya jadi merasa ingin lebih dekat dan mengenal lebih jauh lagi sosok dewi,
latarbelakangnya sebagai seorang indigo sepertiku membuatku tertarik menyelami kisah kelabunya,
benar kata orang jika kita sengsara maka akan lebih baik jika ada seseorang yang sama sengsaranya seperti kita, saya jadi merasa tidak sendirian lagi di bumi.. ..
... "mas harus rajin belajar ya disana jangan males2an"
suara risa terdengar, kami sedang telfonan. ya walaupun tarifnya mahal untuk
100 Tahun Setelah Aku Mati
roamin internasional tapi cukup membuat rasa rindu saya terobati.. saya :"siap bos , kamu juga harus fokus sama target kamu ya" risa :"iya mas, tapi emang mas tau targetku apa""
saya jadi mengingat sesuatuuu
saya :"wayooo,, kamu boong katanya mau ngasih tau aku pas aku berangkat kesini kan dulu", dulu kamu janji ngasi tau cita2 keduamu kan", malah baru inget aku.
terdengar risa tertawa diseberang sana..
risa :"bukan boong mas, kelupaan hihi, lha mas juga gak nagih dulu " saya :"heuheu :P , trus apaan" kasih tau lahh
risa :"yakin nih""""
saya :"iyaa cepetan"
risa :"aku pengen jadi perawat " saya :"good choise "
risa :"biar kita bisa buka praktek dokter umum besok mas " saya :"haha sipdah, udah milih kampus blm nduk""
risa :"udah dong, ada 2 pts mas yang udah nerima jalur prestasiku, tapi ya nunggu yang negeri pengumuman dulu ya mas"
saya :"eh ehh, anak siapa ini kok pinter " risa :"ya anaknya buapak emaku to :P " suaranya yang tengil terdengar jelas ditelingaku.. saya :"hehehe.. nduk "
risa :"iya mas ada apa"" saya :"i miss you "
risa :"i miss you more mas , udah ya mas, dilanjut chating aja nanti biar gak mahal, mas harus hemat walapun dapet jatah bulanan, itu duit negara lho yang jadi uang sakumu mas :P"
saya :"iya bawel, lewat ym apa frendster"" risa :"apa aja bisa mas, yaudah ya mas, saya :"iya, i love you
risa :"i love you more "
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya menutup telepon itu sambil tersenyum, sudah 1 tahun saya tidak pulang keindonesia, tak terasa risa sebentar lagi juga akan masuk pertguruan tinggi sama sepertiku,
rasa rindu dengan anak itu sudah sangat menyiksaku,
saya senang tinggal di melbeourne, banyak pengalaman baru yang saya terima disini tapi tetap jiwa saya adalah Indonesia, saya rindu semua yang berkaitan dengan rumah,
sebenarnya saya memang diizinkan pulang saat liburan musim panas tapi karena keterbatasan biaya dan waktu membuat saya harus sedikit bersabar, saya membuka laptop yang difasilitaskan pihak kemendiknas dan menyalakanya, saya berada di perpustakaan kampus untuk mencari beberapa resensi buku, perpustakaan ini sangat lengkap koleksi bukunya mungkin jutaan karena memang mahasiswa disini berjumlah puluhan ribu orang,
saya membuka tas selempang saya.. dan mengambil sebuah buku album foto yang sering saya bawa,
saya tidak bosan membolak-balik foto2 lama itu, untuk sedikit mengobati rindu atau mungkin malah menambah rinduku pada tanah air.
tampak foto almarhum ayah dan ibuku sedang menggendongku saat saya masih balita,
bapak ibuk, rizal kangen.. doakan rizal bisa cepat2 mudik nggih... gumamku pelan, saya membalik halaman album itu dan sampai pada masa2 smp dan smaku, saya memperhatikan teman2ku itu, ahhh gimana kabar kalian" dasar codot..
saya terkekeh sendiri melihat kekonyolan kami yang tercetak pada foto2 itu.. tentu saja banyak foto risa di album itu, bahkan foto risa sejak masih smp, saya melihat2 kembali dan membandingkan rupa risa dari jaman ke jaman.. "akankah kita benar2 berjodoh ris"" sekarang aku dan kamu hampir 20 tahun, mungkinkah kita akan menikah besok""
pertanyaan itu terlintas begitu saja di pikiranku. pola pikir manusisa memang selalu mengikuti umurnya, saya belakangan ini sering memikirkan tentang masa yang akan datang,
100 Tahun Setelah Aku Mati
ya seperti apa yang menungguku saat saya selesai studi besok.. setelah saya benar2 jadi dokter kemudian apalagi", saya harus punya impian baru lagi, saya harus bisa lebih dari ini,
"mungkin hidup bahagia denganmu adalah impanku selanjutnya ris" saya kembali bicara sendiri didepan foto risa..
"she is ur girl friend"""
suara salah seorang temanku yang bernama natalie, dia ternyata ikut melihat album fotoku dari belakang, dia sedang bersama dewi.
saya :"heuu yo make me injured nat"
natalie :"how a beautyfull ur girlfriend mark, she is indonesian like you"" teman2ku yang berasal dari autralia memanggilku Mark, karena nama tengahku adalah Markus, itu lebih mudah dilafalkan mereka dari pada memanggilku rizal" saya :"yeah, she is indonesia like me, she is my classmate on my JHS " natalie :"ohhh.. you miss her""
bule ini sering bertanya2 tentang kehidupan pribadiku, bahkan beberapa kali dia mengatakan kalau saya pulang keindonesia maka dia ingin sekali ikut saya.. saya :"haha, ur question killing me nat, yeahh im missing her" jawabku sembil kembali melihat foto risa.
saya :"wi, ntar ajarin materi dari pak johanson ya, ada beberapa bab aku mis jadi kuran paham,"
saya berbicara kepada dewi.
dewi :"oke zal, nanti main aja ke kamarku, see ya zal, i'll get something to eat" natalie :"see you tomorow mark "
saya :"yeahhh see you "
... ... .. "aku kemarin gak paham omonganya pak johanson wi, dia omongnya pake aksen spainya jadi bikin buyar"
saya sedang belajar di kamarnya dewi, saya memang dekat dengan dia biasanya
100 Tahun Setelah Aku Mati
dia saya jadikan tempat bertanya untuk masalah urusan kuliah, karena dia memang benar2 smart, bahkan di kelas dia sanga diperhitungkan dalam urusan nilai akademik,
dewi :"kamu sihh, udah setaun disini kok sama aksen spanyol aja bingung" saya :"ya omongnya mereka cepet banget gitu, kadang kecampur bahasa amigo, te amo, fratelo kan dengernya aneh"
dewi :"ngawurr, frateloitu bahasa italy " saya :"ha"" iyakah kamu kok bisa tau sih""" dewi :"guee getuhhh"
saya memang beberapa kali erkendala bahasa disini karena kehidupan di australia cukup beragam, jutaan orang dari belahan dunia juga tinggal disini dengan bahasa yang bercampur2,
seperti orang british,spain, norwegia,sweden,italy,japan,chenese,france dll mereka menggunakan bahas inggris dengan aksen mereka masing2 yang membuat saya kadang bingung,
tapi dewi, dia memiliki kemampuan bilingual beberapa bahasa yang membuat dia tidak terlalu kesulitan beradaptasi disini..
saya menghabiskan waktu bersama dengan dewi untuk belajar dan ngobrol sampai jam 10 malam. saya pun menyukupkan belajar kami dan bersiap kembali ke kamarku di lantai bawah..
dewi :"zal, semester depan kamu jadi mudik"" dewi bertanya kepadaku.. saya :"mungkin w, kalau uangku cukup, banyak yang membuatku kangen rumah, kalau kamu gimana""
dewi :"egak tau zal, aku gak punya seseuatu yang membuatku rindu rumah seperti kamu, bahkan aku sendiri gak tau tempat mana yang kusebut rumah itu" saya :"what do you talking about",kamu akan selalu punya tempat untuk pulang" dewi :" semoga zal "
saya :"kalau kamu mau besok pulang ketempatku aja, bareng aku" dewi :"really"" "
"yeah,dan kamu bisa menyebut tempatku sebagai rumah untuk kamu pulang "
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 31 (tak kusangka kamu) .
saya sedang bersama teman2 saya menikmati celebrasi setelah ujian semester yang melelahkan, ini adalah semester ketigaku di melbourne, sudah sekitar satu setengah tahun lebih sedikit saya meninggalkan kampung halamanku, kira2 teman2ku disana pada ngapain ya", pikirku dalam hati kami berada di sebuah kedai kebab di chapel street di kota prahran, ini hanya sebuah cafe kecil tapi dengan tata ruang yang sangat bagus, membuat kami betah berlama2 disini.
saya banyak bengong disana, ada sesuatu yang sedang saya pikirkan, yaitu tiket kepulanganku saya sudah mendapatkan tiket penerbangan yang murang untuk pulang bersama dewi.
"are you al righ mark""" suara Eugene salah seorang temanku membuat lamunanku buyar,
saya :"ohh, yes im al right, im just thinking something" eugene :"it's about ur homesick""
Saya :"haha, you can read my brain" .
musim panas, saya sudah berada dibandara melbourne bersama dewi untuk bersiap pulang keindonesia, dengan tas ransel super besar dan sebuah koper yang penuh dengann oleh2 kami pun
akhirnya berangkat.. dewi bukanlah tipe cewek yang banyak omong dia pendiam sama sepertiku, kami sama2 diam saat tidak ada suatu hal yang patut dibicarakan,
tampak dewi sudah menyumpal telinganya dengan headset yang tersambung ipod yang dipegangnya, dia memejamkan mata sambil menyanyikan lagunya pelan..
tidak banyak yang bisa saya lakukan saya hanya bisa menerawang dan beranganangan kira2 bagaimana reaksi risa melihatku kembali tanpa bilang dulu padanya, ya risa tidak tau sama sekali tentang kepulanganku, saya memang sengaja tidak memberitahunya agar menjadi kejutan tersendiri.
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya merogoh saku di jaket tebal saya, sebuah hadiah untuk risa sudah jauh2 hariku siapkan, sebuah harmonika kecil yang saya bungkus dengan kotak beludru, "semoga dia suka" gumamku pelan sambil membuka kotak itu, risa memang selain memiliki bakat dalam olahraga dia juga berbakat dalam hal musik, pasca dia kecelakaan kesibukanya adalah bermusik,
hampir semua alat musik dia bisa mainkan..
"cieee, kado buat cewekmu ya zal""" suara dewi mengaggetkanku. saya :"ehh iya wi, dia lagi seneng musik, kayaknya dia belum punya harmonika makanya aku kasi dia kado ini"
dewi :"senengnya punya punya pacar ya zal" saya :"apasih wi, kayak gak pernah pacaran aja kamu" dewi :"emang belum pernah wekkk :P "
saya :"haa"" setua kamu belum pernah punya pacar"" kesian" saya sedikit menyindirnya
dewi :"yeeee... biarin, emang sengaja juga gak mau punya pacar, lagian siapa juga yang mau sama aku zal"""
saya :"banyak wi, cuma cowok bodoh aja yang gak mau, pinter, egak2 lebih tepatnya jenius, dan kamu cantik" jawabku sambil menyenderkan pundaku di seat pesawat,
dewi :"menurutmu aku cantik"" dewi bertanya sambil mengubah posisi duduknya agar berhadapan denganku,
saya :"enggak juga sihhh " dewi :"tuuuhh kan"
saya :"karena menurutku kamu sangat cantik"
dewi hanya diam dengan pipi yang mulai memerah, saya hanya tersenyum sambil menjitak pelan kepalanya...
.. entah sudah berapa lama kami di pesawat yang sedang mengudara ini, saya hanya sibuk membolak-balik novel yang kubawa sambil berangan2 lagi, sekitar 3 minggu saya akan berada di jogja, dan dewi akan ikut selama 1 minggu untuk liburan di jogja,sebelum dia kembali ke jakarta dan kira2 apa yang akan saya lakukan bersama risa ya" saya bertanya dalam hati.
100 Tahun Setelah Aku Mati
yang jelas saya akan melakukan hal yang belum sempat kami lakukan, mungkin saya akan mengajaknya kesemarang untuk nyekar ke makam bapak dan ibu... and finally, Soekarno-Hatta Airport, akhirnya kami sudah tiba di jakarta ibukota negaraku, baik saya maupun dewi merasa senang akhirnya kami sebentar lagi akan menginjakan kaki di tanah kelahiran kami.
pesawat akan transit sebentar untuk selanjutnya melanjutkan penerbangan ke adisucipto,
"ehhh zal, nanti aku tidurnya sama siapa dirumahmu", katanya kamu tinggal sendiri"" dewi bertanya kepadaku saat perjalanan menuju jogja. saya :"sama aku boleh kok wi "
dewi :"wuu maunya, aku sih ogahh !" dewi menyenil hidungku saya :"hihi, ya ntar kamu sekamar sama risa aja, nanti dia tak minta nemenin kamu buat nginep"
dewi :"fiuuhh sukurdehh, kalo serumah sama kamu doang malah bisa kamu apa2in aku"
saya :"wuu maunya, aku sih ogah!" jawabku meniru perkataan dewi.. .
pesawat pun landing, saya dan dewi sudah sampai di kota kelahiranku, jogjakarta.. "hmmm tidak banyak yang berubah" gumamku dari dalam taksi yang membawa kami menuju rumahku di pusat kota jogja.
jarak rumahku dari bandara hanya memerlukan waktu 30 menit, dan akhirnya saya sudah sampai di depan pagar rumah saya..
saya tersenyum lebar di depan rumah peninggalan orangtuaku, "ahh,, kamu masih sama saja" saya kembali bicara sediri, disaksikan dewi yang memandang sekellingk lingkunganku,
"wehhh pak dokter sudah pulang" suara pak sodiq tetanggaku membuat perhatianku teralih.
saya :"wahhh pak sodiq, iya pak. pulang sebentar ini, mau nengok rumah" saya berbicara untuk beberapa lama dengan pak sodiq, saya ikut senang melihat rumahnya yang dulu ambruk kini sudah berdiri kembali..
saya berpamitan kepada pak sodiq untuk masuk kerumah, dan menunda obrolan kami untuk nani..
100 Tahun Setelah Aku Mati "slahkan masuk " kataku kepada dewi
dewi hanya tersenyum sambil melangkah masuk kerumahku, saya memandang sekeliling...
tampaknya om bowo baru saja membersihkan rumah ini, tampak lantai dan perabot rumah masih mengkilat sama seperti terakhir saya tinggalkan foto2 keluarga masih terpasang rapi di dinding, tatanan kursi dan mejapun masih sama dan mungkin sama sekali tidak bergeser sejak terakhir saya melihatnya, saya mengajak dewi ke lantai atas, saya membuka pintu kamarku, dan begitu pintu terbuka langsung saja memori2 masa lalu menyeruak di kepalaku, ahhh.. kasur yang tergulung, coretan2 di dinding, meja belajarku, dan gitar lamaku, semua masih tertata dengan rapi, saya kembali tersenyum melihat ruangan yang sudah 1,5 tahun saya tinggalkan itu.
"jadi nostalgia ya zal" dewi berbicara kepadaku.. saya :"iya wii.. kangen "
saya kemudian membuka kamar untuk dewi yang terletak tidak jauh dari kamarku,
saya :"tak siapin kasur dulu wi, bentar ya"
saya berlalu untuk mencarikan kasur buat dewi di lantai bawah... "nahhh, ini wi tak tatain bentar, maaf ya rumahku cuma kayak gini" ujarku sambil menata kasur untuk istirahat dewi..
dewi :"ahh, ini udah bagus banget zal, kamu harus bersyukur" jawabnya sambil duduk dan meminum sambil mengemil makanan yang kami beli di perjalanan kesini,
saya :"kamu istirahat dulu ya wi, nanti tak siapin makanan. dewi :"ok zal, santai saja"
saya kemudian berjalan ke kamarku, saya menggelar kasurku dan tiduran diatasnya, capek.. tapi saya merasa sangat senang sudah pulang, saya memandang langit2
"ternyata memang rumah ini sangat nyaman" gumamku sambil memasang kartu sim lokal yang saya beli tadi..
saya memencet nomor risa, hihi saya ingin sedikit mengerjainya..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"risa, kamu dimana sekarang"" saya mengirim pesan singkat ke nomornya.. sekitar 15 menit, saya hampir terlelap tidur, hp PDA saya berbunyi, saya buru2 mengeceknya,
"lagi di kampus, ini siapa ya"" saya hanya bisa senyum2 membacanya, kini risa sudah kuliah di salah satu PTS ternama di jogja, dia sedang mengambil jurusan keperawatan.
niat iseng saya muncul, saya kemudian menelfonya
"halooo.. siapa ini, halooo.. halooo.. " terdengar suaranya, saya tidak menjawabnya.
saya menutup telefon, dan memeluk guling tanpa sarung yang ada disampingku. saya sering telfonan dengan risa, tapi kali ini suaranya jelas sekali, dan terasa dekat, seolah dia berada disampingku..
rasa kangen yang sudah berapa lama kami tanggung nanti malam akan terobati....]
saya baru saja kembali dari masjid samping rumah untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah, sholat berjamaah merupakan hal yang sulit saya lakukan di Ausie, karena mayoritas agama disana adalah nasrani dan budha. saya juga sekedar ingin menyapa dan bersilaturahmi dengan tetangga2ku, dan mereka juga menyambutku dengan sangat baik .
"wi, aku tingggal sebentar kamu gapapa kan", besok kamu aku ajak jalan2, aku mau ke tempat risa dulu, makanan ada di ruang makan ya udah aku siapin" dewi :"iya zal santai aja, makasih ya malah ngrepotin kamu, and good luck ya " saya :"thanks "
saya pun berlalu menuju garasi dan memanasi mobil yang sudah lama terpakir disitu, beruntung om bowo sangat perhatian beliau juga merawat mobil ini, mesinya masih normal dan bensin juga full, mungkin om bowo sebulan sekali rutin merawat rumah ini.
saya menjalankan mobil itu pelan menuju rumah risa yang juga tidak terlalu jauh, ada perasaan deg2an setelah sekian lama tidak bertemu dengan risa, perempuan
100 Tahun Setelah Aku Mati yang benar2 sudah terpatri dihatiku.
pagar rumah risa, saya sudah berada didepan pagar rumah risa, dan pagar itu kemudan dibukakan oleh pak suroto,
saya membuka kaca depan untuk menyapa beliau, "pak, ini saya, bapak gimana kabarnya""" tampak pak suroto sedikit pangling dengan saya,
"walahhh, mas rizal to ternyata, kapan pulang mas, wahh udah lama banget sampean gak main, langsung masuk dulu saja mas"
saya mengucapkan salam sambil berlalu dan masuk sampai disamping garasi rumah risa untuk memarkirkan mobil..
saya memencet bel pintu..
perasaan deg2an itu kembali, saya berharap yang membukakan pintu adalh risa, yaaa semoga yang muncul dari balik pintu itu adalah wajah gadis yang sangat saya rindukan itu,
klek,, pintu terbuka. dan ternyata om hamzah yang membukakan pintu, tak apa, saya juga bukan main senangnya bisa bertemu om hamzah, beliau adalah orang yang sangat baik kepadaku.
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"welahhhh nak rizal, kapan pulangnya"" tampak om hamzah tekejut melihat sayaa didepan pintu.
saya tidak menjawab, saya buru2 meraih tangan beliau dan menciumnya, saya kemudian memeluknya, beliau sudah kuanggap bapaku sendiri, beliau adalah orang yang sangat baik seperti almarhum bapaku..
"saya sengaja om, biar kejutan hehe, oh iya om apa risa ada"" tanyaku sambil duduk di teras depan..
om hamzah :"wahh, yaya hebat ya sekarang tambah ganteng ni calon dokter, oh iya maaf le risa baru saja pergi sekitar 15 menit, dia pergi sama temenya katannya mau nntn konser musik di cafe xxxxxx deket kampusnya"
saya :"ohh ya om gapapa, saya susul risa dulu ya om, sudah satu setengah tahun gak ketemu dia" jawabku sopa.
om hamzah :"yaya silahkan, pasti wis kangen ya. hahaha, ya nanti jangan lupa mampir lagi, kita ngobrol2 lagi ya"
saya :"ya om, saya permisi dulu"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya akhirnya berpamitan dengan om hamzah, mbok nem dan pak suroto yang juga nampak senang bisa bertemu lagi denganku..
saya memacu mobilku agar segera sampai ke cafe yang dimaksud, saya benar2 ingin segera bertemu risa..
saya memarkirkan mobil, cafe itu nampak sangat ramai dan penuh dengan mahasiswa, mungkin karena ada acara konser kecil disana, saya masuk dan mulai celingukan mencari orang yang saya maksud.
saya moneleh kiri dan kanan berharap akan melihat sosok risa, dan akan langsung menyapanya, saya mulai membayangkan bagaimana rupa risa sekarang, dan bagaimana ekspresinya nanti..
benar saja, sosok itu muncul, risa yaaa saya melihat dia sedang duduk sendirian sambil meminum es coklat dimejanya tampak pandanganya kedepan panggung yang diisi oleh band yang sudah hampir selesai menyanyikan sebuah lagu, dia tampak semakin menawan, dengan kemeja casual berwrna biru dengan celana jeans, dia sekarang memakai kacamata, membuat dia semakin enak dilihat, dia nampak anggun dan cantik lebih dari terakhir kali saya melihatnya secara langsung..
dada saya seperti bergemuruh, harusnya saya langsung mendekat, tapi saya malah terpaku melihat risa dari jarak 10 meter, dia belum menyadari kalau saya sudah sangat dekat denganya,
saya melangkahkan kaki, tanpa sedetikpun pandangan saya lepas darinya, dan baru dua langkah saya berjalan,
risa dihampiri seorang laki2, mungkin seumuran denganku.. sepertinya dia adalah vokalis yang baru saja selesai menyanyikan lagu diatas panggung tadi, dia membawa seikat bunga sambil tersenyum dan menyerahkanya kepada risa... risa menerimanya sambil tersenyum, terlihat gerakan bibirnya mengucapkan terimakasih sambil tersenyum dan menimang2 seikat mawar yang diberikan cowok itu, mereka berbicara, risa tampak tersenyum dan terlihat sangat bahagia.. saya kembali mematung, melihat laki-laki itu berbicara dan sangat dekat dengan risa, bahkan mereka sepert berpegangan tangan..
siapa dia"""
100 Tahun Setelah Aku Mati
enggak, mungkin dia adalah teman dekatnya, ya pasti hanya teman sekelasnya atau mungkin saudara yang mungkin saya belum kenal, saya mencoba berpikir positif, karena saya percaya risa adalah gadis yang setia dan konsisten.. saya memilih berjalan mundur dan duduk di kursi sambil melihat risa dari jauh, apakah saya cemburu" mungkin iya,
saya ingin melihat lebih lama dan berusaha mencari tau dengan siapa risa sekarang, saya berusaha tidak terlihat oleh risa, saya memakai topi yang sengaja saya bawa untuk menyamarkan wajahku..
dan laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan risa, entah menuju kemana, saya berusaha mencegatnya, tampaknya dia menuju toilet, saya berjalan agar berpapasan denganya dan
brugg, dengan sengaja saya senabrakan bahu saya kepadanya. "ehh.. maaf maaf mas saya gak sengaja, masnya gakpapa" jawabku pura2, untuk tau siapa orang ini,
"jalan ati2 dong!!" dia sedikit sewot..
"maaf mas saya gak sengaja, lohh mas yang sama risa tadi kan"" "iya kenapa""" tanyanya ketus.
"ohh.. mas siapanya risa sodaranya kah", atau temenya"" tanyaku menyelidik. "gue pacarnya risa" jawabnya
jlebbbb,,,.. "ohh, yaya mas, saya rizal" saya menimpali dengan senyum palsu yang saya buat sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan denganya,
dia menyambut tanganku, "gue Ari, lo siapa"" tanyanya kembali
"saya rizal mas, saya cuma mantanya risa dulu, yaudah mas sekali lagi maaf, saya permisi dulu"
saya tidak menunggu jawabanya, dan berjalan keluar, baru beberapa langkah saya berjalan saya membalikan badan.
"mas Ari!" dia menoleh, "kamu beruntung dapet risa, dan jaga dia baik2"
orang bernama ari itu hanya mengangguk, dan saya pun berjalan keluar dengan
100 Tahun Setelah Aku Mati perasaan yang aneh, tidak nyaman, dan tentu saja sakit.. .
di dalam mobil tidak henti2nya saya bertanya didalam hati..
"maafkan aku ya, aku terlalu yakin dan bermimpi terlalu jauh, tampaknya emang kamu butuh orang yang selalu dekat denganmu, semoga laki2 yang kamu pilih jauh lebih baik dariku"
kata2 tidak ikhlas itu terucap secara tidak sadar dari mulutku.. saya tidak habis pikir, risa yang kukenal secepat itukah kamu berpaling" kalian pernah merasakah hal seperti ini" atau perasaan semacam ini" saya merasakan sesuatu yang aneh,
mungkin saya tidak berdarah, tapi terasa sakit, ya rasa sakit itu berada didada....
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 32 (biarkan saya sejenak berpikir )
"terimakasih untuk 7 tahun menemaniku,kamu akan lama tidak melihatku lagi, tapi sepertinya aku bisa tenang meninggalkanmu dalam waktu lama, tampaknya kamu sudah memiliki
orang yang akan menemanimu disini, selamat tinggal Risa, terimakasih dan semoga bahagia
ttd Mas " saya menghentikan mobil saya di pinggir jalan untuk menulis pesan itu di secarik kertas, yang kemudian saya sisipkan di kotak hadiah untuk risa, saya menghela nafas panjang.
"kayaknya kita benar2 harus pisah dalam arti sebenarnya ris" saya masih tak habis pikir dengan kejadian barusan,
risa yang dulu itu tidak mudah tertarik dengan laki2 lain, dia bisa manjaga hatinya tetap untuku, tapi malam ini saya melihat kenyataan lain,
saya merasa marah, emosi saya bercampur, sejak orang yang mengaku ari itu berkata "gue pacarnya risa", saya dibuat percaya dengan melihat sendiri bagaimana kedekatan mereka.
ahhhh, rasanya tidak karuan,saya benar2 ingin memukuli cowok dengan tampang belagu itu, saya termenung cukup lama didalam mobil, saya melirik ke jam tangan yang baru menunjukan pukul 20.30
saya mejalankan mobil saya menuju rumah risa, saya ingin ngobrol2 ringan sebentar dengan om hamzah sekedar berpamitan, saya ingin segera pergi agar tidak bertemu dengan risa dulu dalam waktu dekat ini,
aneh ya beberapa jam yang lalu perasaan saya meluap2 untuk bisa bertemu denganya, tapi sekarang saya sudah enggan untuk sekedar bertemu saja, sudah kepalang hancur perasaan saya,
argumen2 positif dikepala saya seperti dibantahkan oleh realita yang saya lihat sendiri.
"lohh risanya mana le""" tanya om hamzah saat saya sudah sampai dirumah beliau,
saya :"risa sedang ada urusan sebentar om dengan teman2nya, sebentar lagi juga dia pulang" jawabku bohong
saya mengobrolkan beberapa hal, dan kehidupanku di Ausie adalah topik yang paling sering ditanyakan oleh om hamzah..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"om, saya mau mengucapkan terimakasih atas kebaikan om selama ini kepada saya, dan mohon maaf om saya harus segera pamit kembali, maaf om saya tidak bisa lama dan saya harus kembali ke Ausie secepatnya, karena kesibuka saya yang tidak bisa ditinggal"
saya kembali berbohong untuk menutupi kejadian barusan..
tampaknya om hamzah juga mengerti ada hal yang salah terjadi padaku dan risa, "semua pasti ada jalan keluarnya le, saya tidak akan mencampuri urusan kalian, saya sudah percaya sama kamu, dan apapun masalahnya pasti kamu bisa mengatasi,
ya saya jadi orang tua cuma bisa suport saja, kamu hati2 jaga diri" om hamzah memberiku nasihat,
"saya mengerti om, maaf jika saya tidak bisa menjaga risa dengan baik, dan om... tolong titip ini kepada risa" saya menyerahkan hadiah kecil yang saya bawa, dan akhirnya saya meninggalkan ruah beliau,
saya teringat kepada dewi dia pasti sudah bosan menunggu dirumah sendirian... saya menyetir dengan pikiran yang tidak fokus, ada segudang pertanyaan "kenapa" yang berputar dikepalaku yang membuat saya gusar, "ris, kenapa kamu berpaling saat semua begitu sempurna aku rasakan"" pertanyaan itu kembali muncul..
saya memarkirkan mobil didepan garasi, klek, pintu terbuka yang dibukakan dewi dari dalam,
"selamat datang " dia menyambutku dengan senyuman cantiiknya. saya membalas senyumnya dengan senyuman kecut..
"zal, kamu kenapa""
dewi langsung paham dengan kondisiku yang terlihat tidak senang. saya :"gapapa ko wi" jawabku singkat,
dewi :"udah kubilang percuma kamu boong, aku tau orang lagi boong itu gimana" jawabnya menyelidik..
saya :"yahhh.. nanti akan kuceritain, kamu pernah jalan2 ke jogja malem2 belum""
dewi :"belum zal"
saya :"jalan2 yok, kamu siap2 dulu sana" pintaku kepada dewi dewi :"kamu yakin""
saya hanya mengangguk, dewi pun akhirnya menuju kamar untuk berganti baju dan siap2, saya juga menuju kamar untuk melepas kemeja yang membuatku gerah,
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya memandang fotoku saat sma yang masih tertempel pada pojok cermin, saya membandingkan rupaku dulu dan sekarang,
yaa saya cuma bertambah putih karena jarang terkena sinar matahari dan polusi, postur badanku juga lebih besar karena di Ausie saya rajin fitnes, saya melepas kemeja merah itu,
dan memilih memakai t-shirt saja.
apakah risa sudah tau saya pulang"" baru 3 hari yang lalu kami saling melepas rindu lewat telepon saat saya di Ausie, dan sekarang setelah sekian lama dan berharap pertemuan ini akan menyenangkan
ternyata saya malah menerima rasa sakit ini, "how a disapointing" lagi2 saya mengeluh, .
"zal" dewi memanggilku diambang pintu yang sengaja tidak saya tutup. saya :"sudah siap wi""
dia mengangguk, dewi tampil elegan dengan celana panjang dan kemeja yang dibalut cardigan, saya memandang wajahnya, dia cantik bahkan sangat cantik, dia memiliki mata yang indah,
sayang matanya selalu terlihat sayu, saya jarang sekali melihat matanya berbinar, matanya menjelaskan betapa sulit hidupnya dulu..
saya :"yok, kamu udah makan""
dewi :"udah kok zal "
saya :"akunya yang belom -_-"
dewi :"ya ntar kan bisa makan diluar zal"
saya :"oke deh, aku juga kangen sama makanan jogja"
kamipun berangkat, saya sebenarnya tidak terlalu antusias, karena mood saya sedang benar2 buruk, tapi saya harus melayani dewi sebagai tamuku, ditambah dia baru pertama kali ke jogja, dia tampak excited sekali, jadi saya akaan menemaninya kemanapun dia ingin pergi...
kami berjalan menyusuri trotoar di sepanjang jalan malioboro, sudah lama juga saya tidak ketempat ini, jajanan khas seperti pecel,bakpia dan gudeg berjajar sepanjang jalan,
penjual pernak pernik khas jogja, dan baju2 yang ada di sepanjang emperan tak henti2nya menawarkan dagangan mereka, beberapa kali kami disangka turi oleh penjaja pernak pernik dan sovenir disini,
begitu saya menggunakan bahasa jawa mereka malah terheran-heran sendiri... saya tertawa melihat belanjaan dewi yang tampak menggunung, dia mulai
100 Tahun Setelah Aku Mati
kesulitan membawanya, "mau dijual lagi wi" hhe, sini aku bawain" kataku menawarkan bantuan. dewi :"hehe, egak lah zal ini buat anak panti.. mereka pasti seneng dapet oleh2 ini, kebetulan juga kan uang sakuku udah kekumpul banyak, jadi ya gak ada salahnya beliin mereka"
saya tersenyum begitu mengetahui niat baik dewi, ternyata dia memang layak disebut cewek paket komplit, karena selain cantik da pintar dia juga memiliki hati yang sangat baik.
Saya :"ohhh, pak tambahin bajunya 2lusin lagi pak ukuranya di beda2 ya" saya berbicara kepada penjual baju itu yang melayani kami dengan senang karena daganganya kami borong,
dewi :"loh zal kok""
saya :"besok aku ikut kamu ke jakarta ya "
dewi mengangguk sambil tersenyum, dia tau apa yang saya maksud. tampak matanya yang sayu mulai mengembang, inilah rona wajah yang ingin saya lihat dari dewi,
cukup banyak bawaan kami, dan setelah barang kami taruh di mobil saya dan dewi pun melanjutkan ke alun2 sekedar untuk duduk2 saja sambil menikmati wedang ronde yang sudah kami pesan,
dewi :"zal, boleh tanya""
saya :"tanya aja wi"
dewi :"emmm. gimana nge datenya tadi apa kah berjalan lancar", mukamu surem banget tadi"
saya sudah menduga dewi akan menanyakan hal itu..
saya :"hahh.. ya kadang memang gak berjalan mulus wi, tadi aku liat dia lagi sama orang lain"
dewi :"terus"""
saya :"yaaa aku rasa aku gak akan egois wi"
dewi memiringkan kepalanya sambil melihatku, pertanda dia ingin dijelaskan lagi. "yaa dia sudah bahagia dengan hidupnya sekarang, dia udah punya orang lain selain aku wi"
dewi :"terus reaksimu""
saya :"yaa, apa lagi yang bisa aku lakuin wi", dia keliatan seneng dan bahagia, ya ngeliat kebahagianya aku gak boleh egois"
dewi :"kamu terlalu cepat berasumsi zal" saya :"maksudnya terlalu cepat berasumsi""
100 Tahun Setelah Aku Mati dewi :"yaahh.... kamu harusnya,,,,,,"
"Rizalll!!!.. kamu Rizal kan"""
dewi belum selesai berbicara perhatian kami malah teralih kepada suara yang memanggil namaku.
saya memicingkan mata, untuk memastikan siapa itu, dia seorang perempuan yang memanggilku dari seberang jalan..
oranya putih dan cukup tinggi untuk ukuran perempuan, dengan rambut yang tergerai kemerahan, hidung mancung dan wajah yang seperti oriental.. "Susi"" ya dia adalah susi, teman sekelas risa saat kelas 1, dia menghampiri saya dan dewi..
saya :"susi kan""
susi :"siapa lagi kalo bukan"", kamu apa kabar di Autrali", lagi mudik ya"", aku boleh gabung""
saya menyalaminya dan mempersilahkan dia duduk bersama kami. saya :"aku baik sus, oh iya kenalin ini dewi, dan dewi ini susi" kedua perempuan itu saling berjabat tangan..
susi :"kamu kapan pulang", kok gak kabar2""
saya :"baru tadi pagi kok sus, ini cuma mau cari angin bentar" susi :"ohh.. cari angin apa pacaran"hihi"
dewi :"ehh.. enggak mbak, kita cuma temen, saya temen sekelasnya di Ausie" susi :"ohh kirain, hehe,... risa dimana zal", kok malah gak ikut" saya :"emm.. risa lagi ada acara sus, jadi gak bisa ikut" susi memirngkan kepalanya, tanda bingung.. susi :kok aneh""
saya :"aneh dimananya sus""
susi :"yaa, risa itu kalo ketemu di kampus yang diomongin isinya cuma kamu.. kangen lah, apalah, ampe budeg aku dengernya, tapi kamu udah disini dan risa malah ada acara lain,
menurutku itu aneh aja zal"
saya :"wait.. kamu satu kampus sama risa"""
susi :"iya.. tuhhh dasar risa gak cerita ya huhhhhh, dia adik tingkatku, kan aku sama kamu lulus duluan"
saya mengerutkan dahi, saya membatin apakah saya pantas menanyakan ini"" "emm, sus apa kamu tau risa apa dia lagi deket sama orang lain"" susi :"emm gimana ya zal, setauku dia banyak dideketin, secara dia emang jadi primadona baru di kampus, tapi yang paling getol deketindia..."
100 Tahun Setelah Aku Mati "Ari" saya menyela omongan susi,
susi :"loh kamu tau""
saya :"yaa.. dia emang pacar baru risa" jawabku singkat.
saya kemudian menceritakan kejadian barusan kepada susi, dewi juga tampak menyimak obrolanku..
"aku sih percaya sama risa zal, dia bukan cewek yang gampang digoda, tapi yaa sebaiknya kamu harus cari tau sendiri"
susi memberkan tanggapanya kepadaku..
saya :"aku udah liat sendiri kedekatan mereka sus, kayaknya emang hubunganku sama risa udah cukup aja sampe disini"
susi :"dan kamu bakal merelakan semua yang udah kamu lalui bareng risa" saya hanya mengangguk pelan..
"yahhh,,, payah kamu, kirain sekolah di Australi bikin kamu tambah pinter dari sebelumnya, ternyata kamu malah tambah blo'on zal, sebaiknya kamu pikir dulu, ntar kamu nyesel,
zal, berhentilah jadi penakut, setauku kamu cowok paling berani yang kukenal" saya cuma diam sambil memikirkan perkataan susi...
"zal, kamu tau" aku masih punya feeling yang sama seperti dulu, kamu masih belum tergantikan, meskipun kita udah lama gak saling ketemu tapi aku selalu berusaha biar bisa seperti risa,
dan sekuat apapun aku berusaha risa emang gak terkejar, aku jadi sadar kalau memang ya beginilah aku, dan begitulah risa, aku gak akan bisa mennyamai risa begitu juga sebaliknya,
aku sadar kalau risa ya buat kamu dan kamu ya buat risa, sebaiknya pikirkan baik2 ya"
susi berbicara sambil meraih potongan kertas nota yang dia bawa sambil menuliskan sesuatu,
Susi :"ini nomorku, sama friendster dan Ymku, kalau mau tanya2 lewat itu ya, aku harus pergi, aku sama keluargaku disana, bye rizal, aku kangen kamu boncengin pake pespamu , dewi aku permisi dulu"
susi berpamitan dan berjalan menuju ke sebuah mobil yang menunggunya, saya masih terdiam sambil memikirkan perkataan susi dalam2..
Dewi :"wahhh ernyata salah satu fans "
saya :"cuma teman lama kok wi"
dewi :"ya sebaiknya kamu pikir perkataanya ada benarnya zal, kamu tentu sudah melewati banyak hal kan" apa kamu rela semua itu menguap gitu aja"""
100 Tahun Setelah Aku Mati
"aku gak tau wi, aku cuma ingin waktu buat mikir dulu, saat ini aku mau tau gimana reaksi risa, cepet atau lambat dia pasti bakal tau aku pulang" dewi :"yaa kalau itu keputusanmu its up to you zal"
saya :"kamu punya banyak waktu", aku pengen ngajak kamu ke tempat lain" dewi :"kemana zal""
saya :"malam ini kita nginep ke semarang" ..
... .. 100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 33 (semarang) "ke semarang"". ini udah hampir jam 12 malem zal" dewi mencoba menanyakan lagi keinginanku, saya :"iya sekarang kita ke semarang"
dewi :"emm, kamu cuma cari alasan biar gak ketemu risa dulu kan""" saya :"yaa itu salah satunya, tapi ada beberapa hal lain yang ingin aku lakuin disana"
dewi :"apa itu"""
saya :"kamu akan tau besok pagi, yang penting kita berangkat sekarang ya" singkatnya dewi berhasil kubujuk, jawabanya tepat saya memang ingin menghindar dulu dari risa, tapi alasanku yang lain adalah saya sudah setahun lebih tidak nyekar ke makan almarhum ibuk dan bapak.
sebelum berangkat kami mampir makan dulu di sebuah warung bakmi kaki lima yang ada di pinggir jalan, sudah lama juga saya tidak makan bakmi godhog, beberapa hal ringan saya obrolkan dengan dewi, pembeli sepert kami cukup ramai di warung itu membuat yang saya dan dewi harus menunggu cukup lama sampai pesanan kami siap,
saya dan dewi sudah kehilangan topik pembicaraan untuk kami obrolkan, saya cuma menunduk sambil memandangi gelang yang diberikan risa, tertulis namaku dan namanya,
"pakai ini terus ya mas, biar kamu inget terus sama aku" saya teringat kata2 risa saat memakaikan gelang kulit ini..
"ris, aku selalu inget kamu, apa kamu masih memakai kalung itu ris""" saya bertanya dalam hati..
"kamu galau lagi zal"" dewi bertanya.. saya :"cuma memikirkan yang udah lewat" dewi :"kangen sama yang dulu2""" saya mengangguk pelan,
dewi :"kalo kamu menyerah kayak sekarang ya siap2 aja nanggung kangen itu sampe kamu tua, tapi kalo kamu berjuang yaa kamu bisa mengulang hal2 yang buat kamu kangen itu sama risa lagi"
saya :"apa kamu pernah dikecewakan seperti ini wi"" saya bertanya balik kepada dewi
dewi :"yaa,, aku sering dikecewakan juga zal, dikecewakan kenyataan, aku cewek yang punya perasaan, meskipun belum pernah pacaran pasti aku juga pernah menjalin hubungan dekat sama cowok"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"boleh diceritain"""
dewi kemudian menceritakan kisah romansanya kepadaku, dia juga pernah jatuh cinta kepada seseorang yang lebih tua 4 tahun umurnya dari dia. namanya adalah Husain, dewi pertama bertemu denganya saat dewi sma, pertemuanya terjadi saat husein sedang ppl di sekolahan dewi, dan semua terjadi begitu saja, husin dan dewi menjalin hubungan tanpa setatus, cukup lama. mereka hanya mengungkapkan perasaan mereka masing2, 1 tahun dewi mulai menikmati indanya kasih seseorang,tap.... husin pun harus diambil darinya, ya.. husin meninggal dengan umur yang masih muda, dewi tidak menjelaskan bagaimana sampai husin meninggal,
menceritakan itu pasti cuma akan membuat luka hatinya kembali sakit.. saya :"maaf wi, aku ikut berduka"
dewi :"yaa,, hidup orang seperti kita emang gak mudah ya zal, akupun merasa begitu, saat ada orang baru yang menerima kekuranganku dia harus pergi, kak Husin satu2nya orang yang bisa mengerti aku,
dia begitu melindungiku, tapi semua yang hidup memang bakal mati zal, aku udah ikhlas untuk kepergian kak husin, dan udah saatnya aku berjalan lagi, satu2nya yang membuat aku menyesal adalah aku dan kak husin gak sempat memiliki hubungan seperti hubunganmu dengan risa,
berkali2 kak husin nembak, tapi selalu aku bilang belum siap, dan setelah dia pergi cuma ada penyesalan zal"
saya termenung,, betull juga perkataanya, beberapa kali saya mati2an menjaga risa, mulai dari saat dia koma, saat akan terjadi gempa, dalam hati saya masih sangat besar rasa sayang kepada risa,
tapi entah kenapa egoku menepis semua itu,
saya hanya bisa mengangguk2 seperti orang bodoh, saya paham maksud dewi, tap saya masih ndableg dan masa bodo..
.. kami sudah selesai makan dan langsung masuk mobil kemudian berangkat menuju semarang,
hoamm,, saya sebenarnya sangat mengantuk, saya baru sampai pagi tadi dan kini sudah harus pergi lumayan jauh, tampak dewi sudah tertidur lelap di jok mobil, dia tetap terlihat cantik saat tertidur, menurutku kecantikan antara dewi dan risa itu berbeda, risa memiliki kecanikan yang terkesan polos dan lugu, dan itu benar2 membuat saya tergila-gila dengan risa,
sedangkan dewi, kecantikanya terkesan anggun dan eksklusif, bahkan dia tidak
100 Tahun Setelah Aku Mati
memakai make up sama sekali kecantikanya akan membuat laki2 yang tidak punya mental cukup kuat menjadi minder..
saya menyelimuti dewi yang nampak kedinginan dengan jaket yang saya bawa... dan akhirnya kami sudah sampai semarang, tapi tentu saja saya belum sampai di alamat lamaku, saya harus berkendara paling tidak satu jam untuk sampai, sedangkan jam sudah menunjukan hampir pukul 3 pagi..
saya menepikan mobil di rest area sebuah pom bensin, saya membuaka jendela depan dan akhirnya terlelap bersama dewi...
.. suara adzan subuh memaksaku bangun dari tidurku yang hanya sebentar, tampak dewi juga terbangun sambil mengucek2 matanya..
"zal, kita dimana""
saya :"di semarang wi, aku gak kuat melek trus istirahat disini deh, subuhan dulu yuk"
saya dan dewi melaksanakan shalat subuh di mushala kecil yang ada di spbu itu. dewi :"kamu gak capek zal""
saya :"lumayan wi"
dewi :"kita mau kemana sih sebenernya"" saya :"kamu mau kuajak jenguk orangtuaku"
dewi hanya mengangguk untuk menyetujui ajakanku.
kami sedang sarapan pagi disebuah warung nasi tak jauh dari spbu tadi, sesusai sarapam saya dan dewi segera melanjutkan perjalanan ke makam bapak dan ibuku,
kami sudah sampai di depan gerbang makam, saya menggenggam erat plastik berisi bunga yang akan saya taburkan diatas makam bapak dan ibuk, "ayo wii" ajaku kepada dewi, kami melangkah masuk dan tak butuh waktu lama saya sudah sampai di kedua makam orangtuaku,
masih terawat dan bersih, Risa benar2 merawat kedua nisan ini, yaaa risa beberapa kali mengatakan kalau berkunjung ke makam ini untuk merawatnya, dan risa melakukanya dengan sangat baik... "ahhh andai aku kesini sama kamu nduk" gumamku dalam hati.
saya masih berdiri dan melamun di depan 2 batu nisan itu, dewi menyaut bunga yang kugenggam, dia mendahuluiku mendekati makam itu dan berjongkok didekatnya,
"kamu mau melamun terus disitu atau kesini dan ikut berdoa sama aku"" dewi
100 Tahun Setelah Aku Mati membuat saya tersadar dari lamunanku.
saya mendekatinya dan ikut menaburkan bunga di kedua makam orangtuaku dan berdoa bersama dewi.
"Assalamualaikum pak, buk... ini rizal pulang, bapak sama ibuk dapet nomor antrian berapa di surga"", pak buk terus jaga rizal ya.
sekarang rizal paham, bapak sama ibuk pergi bukan karena gak sayang sama anakmu ini, tapi rizal sekarang udah gede dan paham kalau bapak sama ibuk punya cara sendiri untuk terus menyayangi rizal"
memori nostalgia saat kedua orangtuaku masih bersama kembali muncul di pikiranku..
"sekarang anakmu ini udah jadi calon dokter, gak perlu cerita ya, bapak sama ibuk pasti udah tau. pasti bapak sama ibuk selalu mengawasiku dialam sana kan"", trimakasih bapak, terimakasih ibuk, rizal harus segera pamit, oh iya ini salah satu temenku di kampus, namanya dewi.."
saya menoleh kearah dewi yang ada disampingku, dia menggenggam pundaku sambil tersenyum tipis..
"semoga bapak sama ibuk mendapat tempat terbaik disisi Allah, Assalamualaikum"
saya mencukupkan nyekar di makam kedua orangtuaku, saya merasa tidak bisa menahan kesedhan tiap kali kesana, tapi yaa inilah yang bisa saya lakukan untuk menghormati kedua orangtuaku yang sudah tiada.
"kamu bikin aku iri zal" dewi membuka pembicaaraan saat kami di dalam mobil saya :"maksudnya gimana wi""
dewi :"yaa kamu pasti udah paham"
saya hanya mengangguk, saya memang jauh lebih beruntung dari pada dewi, karena paling tidak saya sudah pernah merasakan indahnya hidup bersama kedua orangtuaku..
sedangkan dewi bahkan tidak mengenal orangtuanya.. saya :"yaa dan kamu juga membuat aku iri wi" saya menimpali dewi :"maksudmu gimana zal""
saya :"kamu bisa sekuat ini walaupun sendirian"
dewi :"iya dulu aku sendirian,tapi sekarang aku gak sendirian lagi zal" saya melihat kearah dewi yang sedang tersenyum kearahku,
saya :"yaa kamu gak sendirian lagi, berjanjilah kita akan selalu menguatkan satu sama lain wi, kamu teman yang baik"
dewi :"begitu juga dengan kamu zal, kamu juga teman yang baik"
100 Tahun Setelah Aku Mati
kami saling memandang untuk beberapa saat, sampai saya harus kembali fokus mengemudi menuju ke alamat lamaku,
masih ada seorang yang ingin saya temui, dann siapa lagi kalau bukan Sari...... ....
... rumah bercat warna hijau pupus itu mengingatkanku kepada masalalu, tempat ini yang menemaniku tumbuh selama 12 tahun, 2 anak laki yang sepertinya kembar sedang bermain disitu, mereka tampak asik mengayunkan ayunan tua yang dulu sering saya pakai bermain bersama sari..
ya,, saya dan dewi sudah sampai di rumah yang dulu saya tempati dan kini sudah ada penghuni baru menghuni rumah dinas tentara ini..
Dewi :"ini dimana zal"""
saya :"ini rumahku yang dulu wi, udah pernah aku ceritain kan"", aku pengen ngenalin kamu keseorang temenku yang belum sempat aku ceritain ke kamu" saya mengajak dewi turun dari mobil, dan mendekati rumah itu, "halooo dek... ayah atau ibuknya ada enggak""
saya menyapa kedua anak yang memang kembar itu,
"ada om" saut salah satu anak yang langsung berlari masuk kedalam rumah sambil berteriak2 memanggil ibunya, sementara kembaranya dengan malu2 masih berada diatas ayunan,
"iya mas ada yang bisa dibantu""" seorang ibu muda berbicara sambil menghampiri kami, kamipun menyalami ibu itu.
"saya rizal bu, dan ini teman saya dewi, maaf menganggu waktunya, dulu keluarga saya tinggal di rumah dinas ini sebelum keluarga ibu, jadi boleh tidak saya mampir sekedar nostalgia dengan rumah ini""
saya berbicara dengan sopan, dan berharap diperkenankan oleh penghuni yang baru itu,..
"ohhh,, jadi mas ini putranya pak Hartono", wahh masuk2 mas, nama saya siti, ini suami saya sebentar lagi juga pulang, pasti seneng bisa ketemu putra pak hartono"
singkatnya kami diperkenankan bertamu oleh ibu siti, penghuni baru rumah dinas tua ini yang bertahun2 kosong setelah saya dan bapak pindah ke jogja. beberapa hal kami obrolkan, dan yang paling sering ditanyakan adalah tentang bapaku, saya rasa almarhum bapak cukup populer di kalangan dinasnya, saya :"oh iya buk, gimana tinggal disini betah kan""
bu siti :"iya betah mas rizal, awalnya saya tajut juga sebelum pindah kesini karena
100 Tahun Setelah Aku Mati
katanya rumah ini yang paling angker, tapi yaa ternyata selama tinggal disini gak pernah terjadi apa2"
saya tersenyum mendengar jawaban bu siti, alhamdulillah makhluk2 halus itu tidak berani lagi mengganggu..
saya :"ohh iya bu, boleh saya ke halaman belakang"" saya mau liat tempa bermain saya dulu waktu masih kecil, kangen"
bu siti :"ohh iya mas rizal, silahkan, saya ngabari suami dulu.. harusnya sudah pulang tak susul ke kantornya sebentar, jangan buru2 pulang dulu ya" bu siti tampak senang dengan kunjungan saya, apakah suami bu siti adalah teman bapak saat berdinas" mungkin begitu..
saya dan dewi diantar ke halaman belakang dan bu siti berlalu menuju kantor dinas suami beliau yang tidak jauh dari sini..
"zal.. mereka banyak banget, katamu mau ketemu temen disini, tapi kok...." wajar dewi bingung saya belum menjelaskan teman seperti apa yang saya maksud itu, dan didepan kami para "penghuni" lama lingkungan sini sudah memperhatikan kami, makhluk2 yang suka menerorku saat saya kecil mereka bersliweran, mulai dari pocong,
dan makhluk berbulu lebat itu tampak terheran2 saya kembali kesini... mereka ketakutan, mungkin mereka mengira saya akan membalas mereka.. saya yang sudah bisa mengendalikan ilmu batin seperti sekarang sudah lebih dari cukup untuk menghadapi makhluk2 itu,,
saya belum menjawab pertanyaan dewi yang tampak gelisah, saya berkonsentrasi untuk meningkakan ilmu batin yang saya punya, sudah lama sekali saya tidak melakukan ini,
mereka kalang kabut melihat saya, saya tidak akan mengusir mereka, saya hanya ingin menggertak mereka agar idak macam2..
saya :"kamu akan tau wi, dia adalah teman yang melindungiku saat aku kecil" dewi :"jangan2"" ...."
saya mengangguk pelan dan mengajak dewi ke halaman.... sari dimana dia"" dia belum kelihatan..
"zall, mungkin dia yang kamu cari" dewi lebih dulu menyadari kehadiran sari dibelakang kami, dia muncul dari semak2 belakang yang sampai saat ini memang masih rimbu dengan pepohonan..
saya :"sarii " dewi sedikit takut rupanya, dia memegang lenganku...
"rizal kini sudah dewasa, aku senang kamu mengunjungiku, dan apa kamu
100 Tahun Setelah Aku Mati membawa teman yang sama istimewanya denganmu""
sari melayang mendekati kami dia dengan sekejab berubah wujud dari anak kecil menjadi perempuan yang seolah seumuran denganku,
risa.. benar2 mirip dengan risa yang saya lihat semalam, sari dan risa, kalau reinkarnasi itu benar adanya mungkinkah risa adalah reinkarnasi dari sari" sari :"apa yang membuatmu kesini rizal", bukankah kehidupanmu sekarang sudah sempurna""
saya :"yaa hidupku sekarang sudah lebih baik, tapi bukankah itu semua juga berkatmu sari", dan aku juga masih punya hutang denganmu" sari :"kamu yang berusaha zal, aku hanya menemanimu saat kecil dan sekarang kamu sudah cukup dewasa dan kuat untuk menghadapi apapun, bukankah sudah pernah aku bilang kalau kamu akan jadi orang besar besok,
dan mengenai janjimu, kamu belum bisa menepatinya sekarang, akan ada waktu sendiri aku menuntut janjimu"
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya :"tidak kah kamu memberitauku aku harus bagaimana" dan apa yang bisa aku lakukan untukmu""
sari :"udah kubilang belum saatnya, beberapa tahun lagi, bersabarlah" saya mengangguk pelan, saya mencoba menerima jawaban sari yang benar2 membuat saya bingung dan penasaran..
saya :baiklah, aku bakal nunggu kamu ya
sari tersenyum, masih seperti dulu kehadiranya selalu diiringi wangi melati.. sari :"dan siapa temanmu yang baik ini""" sari berbicara sambil melihat kearah dewi
dewi :"namaku dewi "
sari :"hmm.. tolong teruslah menjadi teman rizal ya, kamu perempuan yang sangat baik"
dewi tampak sama sekali tidak takut sekarang.. saya :"sari apakah kamu......"
"kamu sudah bisa bisa menghadapi masalahmu sendiri zal, sebaiknya jangan terlalu dekat denganku lagi, hadapi hidupmu.. kamu manusia yang hebat, aku harus pergi...
jangan menemuiku lagi zal kalau tidak ada sesuatu yang sanga penting, hiduplah bersama kaum mu, dan ingatlah janjimu, terimakasih.. sampai jumpa beberapa tahun lagi, dewi sampai jumpa, kamu bahkan lebih kuat dari pada rizal, kamu harus mengajarinya"
sari membalikan badanya, dan kembali berwujud anak kecildan berlari
100 Tahun Setelah Aku Mati
kererimbunan. saya bahkan belum sempat menyelesaikan kalimat saya, kenapa dengan sari"" "sari,, dia merasa tersiksa zal" dewi berbicara disebelahku,
saya :"apa maksudnya wi"""
dewi :"entahlah, aku merasa dia tersiksa disini"
saya :"trus sekarang aku bisa apa" dia bahkan gak bilang aku harus gimana" dewi :"dia udah bilang tadi zal"
saya :"haa"""
dewi :"dia bilang kamu harus bersabar sampai saatnya kamu bantu dia" saya berpikir jawaban dewi ada benarnya...
"haloo, kamu rizal ya"""
kami sedang berdiri di halaman belakang sampai ada seseorang berseragam dinas harian tentara yang menyapa kami.
beliau adalah pak Sangadi, penghuni rumah dinas ini,,
beliau tampak senang dengan kunjunganku, kami banyak ngobrol dan dari obrolan kami saya tau ternyata pak sangadi ini adalah teman satu angkatan almarhum bapak saat pendidikan militer dulu.
beliau juga mengatakan begitu merasa kehilangan saat mendengar kabar bapak meninggal secara tragis..
"dulu sebelum pindah tugas ke semarang, saya tugas di jakarta, awal ditawari tinggal dirumah dinas ini saya menolak, tapi begitu tau kalau rumah ini dulu dihuni Hartono dan keluarga saya langsung mengiyakan"
pak sangadi bercerita tentang masa muda beliau bersama bapak dulu, saya selalu tertarik dengan cerita tentang masa muda bapak yang dituturkan oleh orang lain, ternyata bapak adalah sosok panutan dari banyak orang.
sungguh bahkan setelah bertahun2 kematianya beliau masih mebuat saya takjub sampai sekarang..
singkat cerita saya dan dewi pamit untuk kembali pulang kerumah.. dewi :"bapak kamu ternyata orang yang hebat ya zal "
saya :"akupun gak menyangka beliau tetap disanjung setelah sekian lama kepergianya"
dewi :"andai aku punya keluarga kandung"
saya :"besok kamu akan membuat keluarga bahagiamu sendiri" dewi :"iya zal. aku akhir2 ini sering berkhayal, kalau besok aku punya anak, maka tidak akan aku biarin dia senasib sama aku sekarang, aku akan terus jaga dia" saya mengangguk2 sambil tersenyum mendengar celotehan dewi yang menurut
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya terlalu jauh pikiranya..
dewi :"hehh kenapa"" senyam senyum terus, aku berlebihan ya""" saya :"ahaha egak wi, kamu bener kok, cuma sekarang aku belum mikir sampe situ"
dewi :"kamu sihh, kita udah 20 tahunan, harus mikir dari sekarang dong" saya kembali setuju dengan logika2 yang diberikan dewi, anak ini benar2 membuat saya kagum..
tak terasa saya sudah sampai didepan pintu rumah, saya sudah memarkirkan mobil ke garasi, dan begitu saya mau masuk kedalam rumah di pintu depan sudah tertempel tulisan pada selembar kertas yang berbunyi
"MAS!! KAMU diMANA"" KENAPA GAK NEMUIN AKU", KAMU PULANG GAK BILANG DAN SEKARANG NGILANG KEMANA", KENAPA NITIP SURAT KAYAK GITU KE AYAH"" APA MAKSUD SURATMU MAS" MAS POKOKNYA CEPET HUBUNGI AKU,AKU SEMALEMAN NUNGGU KAMU DISINI SAMPE PAGI, AKU BALIK KESINI SETELAH PULANG KAMPUS!
-risa" 100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 34 (sudut pandang risa) .
kringgggggg. suara jam beker itu sangat nyaring dan benar2 membuat aku langsung terbangun dari tidurku yang tidak lama, alaram yang berbunyi mengartikan kalau jam sudah menunjukan pukul 4 pagi, semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. aku mengucek mata yang masih sangat terasa kantuk,aku mematikan alaram yang terus berdering itu. klek begitu bunyi tombol yang kupencet,
aku masih terduduk dikasur, biasanya kesadaranku belum pulih di beberapa menit awal setiap aku bangun pagi, tapi hari itu berbeda, aku menggenggam jam waker itu,
jam yang berbentuk tokoh kartun hello kitty, ini adalah salah satu benda favoritku, karena ini adalah hadiah ulang tahunku dari mas rizal tahun lalu. "biar bisa bangun lebih pagi dari aku, masak cewek bangunya lebih siang dari cowoknya" begitu kata mas rizal saat aku membuka bungkus kado yang dia berikan,
dan hari ini juga adalah hari yang sangat khusus, kenapa" karena ini adalah hari dimana mas rizal harus pergi meinggalkanku untuk melanjutkan studynya di Australia.
saya tidak ingin sedetikpun waktu terbuang sia2 di hari terakhirku bersama mas rizal, laki-laki yang paling aku sayangi selain ayahku, mungkin tidak berlebihan aku menyebut rasa sayangku sebagai cinta.
pikiranku secara tidak sadar memaksaku mengingat saat awal bertemu dengan mas rizal, cupu, kuper, aneh, jutek, dan misterius, itulah kesan pertama saat aku bertemu denganya..
kami tidak sempat menghabiskan waktu bersama sebelum keberangkatan mas rizal, karena dia harus mengurus seabrek dokumen kepindahanya... quality time terakhir kami adalah saat selesai mengurus visa dan imigrasinya sebulan lalu, kami menyempatkan berjalan2 disebuah tempat yang menurutku sangat romantis,
Waduk sermo, satu2ya waduk yang ada di jogja yang terletak di daerah paling barat provinsi DI Yogyakarta ini merupakan tempat terakhir dimana aku dan mas rizal bisa sedikit berpiknik bersama.
ingatanku kembali berputar ke masa lalu, saat awal kedekatanku dengan anak misterius itu, pendiam tapi cerdas, pemalu tapi berani, cuek tapi sangat perhatian
100 Tahun Setelah Aku Mati
dengan lingkunganya. aku seperti tersedot ke pesonanya, entah sihir macam apa yang dia punya hingga aku merasa sangat tertarik mengenalnya lebih jauh kala itu,
dia benar2 unik, mungkin orang lain seperti dia lahir dalam perbandingan 1 : 1.000.000, tapi .... setiap kali aku mencoba mendekat aku merasa terbentur sesuatu.
seperti ada sebuah dinding tidak terlihat yang membuat aku segan. sifatnya yang cuek dan jutek membuat dia tidak menyadari banyak cewek yang menaruh hati kepadanya, karena selain dia bisa dikatakan ganteng dengan postur tubuh yang tinggi besar, dia juga punya banyak bakat,
dia adalah atlet silat, dia jago basket, bermusik pun dia bisa, dia juga si juara kelas karena dia sangat pintar. kalau dia tipe tukang pamer kayak cowok pada umumnya mungkin dia akan sangat populer,
tapi mas rizal enggak. dia memilih diam dan menutup diri, dia enggan membagi dunianya kepada orang lain, sorot matanya tajam dan fokus saat melihat sesuatu, beberapa kali kesempatan kami saling berpandangan, dan matanya yang tajam benar menusuk hatiku..
bingung.. hal yang aku rasakan saat ada getaran2 aneh itu, bertahun2 aku mencoba dekat denganya untuk lebih tau tentangnya, tapi aku tidak pernah cukup dekat denganya..
aku kemudian memilih diam dan melihatnya dari jauh dengan jarak yang sebisa mungkin ku pangkas agar bisa lebih dekat denganya..
ada keasikan tersendiri selama aku memperhatikan tingkahnya yang menurutku lucu dan aneh, dia terlihat kikuk di saat di keramaian tapi dengan sekejab dia dapat menguasai keadaan,
dia pendiam bahkan tidak akan berbicara kalau tidak diajak terlebih dulu, tapi sekali bicara, suaranya tegas dan jelas, argumen2 yang dia ucapkan selalu tepat dan terkesan cerdas.
dulu aku bertanya2 terus dalam hati "apa aku suka dia"", sikapnya dingin tapi dia bisa menjadi sosok yang sangat perhatian...
rizal rizal... kamu benar2 membuat segudang tanda tanya dibenaku... tapi akhirnya aku tau, ada apa dibalik sikap dingin dan misteriusnya.. masa lalunya... yaaa masa lalunya yang membuat dia seperti ini, dia anak indigo yang ditinggal meninggal kedua orangtuanya secara tragis, dia jadi kurang bisa bergaul karena trauma dikucilkan saat masih kecil.
keadaan memaksanya untuk mandiri dan lebih kuat dari sebelumnya, kupikir
100 Tahun Setelah Aku Mati
setelah hasrat mengenal pribadi mas rizal sudah bisa aku penuhi akan membuat aku tidak begitu tertarik lagi denganya,
dan ternyata aku salah, aku semakin dibuat jatuh hati, jika dulu aku cuma kepo, sekarang aku jadi ingin terus bersamanya, atau sekedar menemaninya... dan demi apapun aku bersyukur mas rizal juga mempunyai perasaan yang sama denganku, terhitung hampir 3 tahun aku bahagia bersamanya, sosok pelindungku, dia benar2 menjagaku dengan sabar dan telaten, bahkan saat aku kecelakaan dan harus mendapat perawatan lama, mas rizal tidak pernah meninggalkanku, "mas, aku bersyukur punya kamu" gumamku sambil beranjak dari kasur dan bersiap untuk menuju rumah mas rizal..
... ... ... "assalamualaikum" aku mengucapkan salam didepan pintu bercat putih itu, "walaikumushahlam" suaranya terdengar berat, mungkin itu om bowo. om bowo :"ohhh cah ayu, monggo silahkan masuk "
aku masuk mengikuti om bowo dari belakang, aku :"eh ya om ...."
om bowo :"diatas, dikamarnya kamu susul aja, bapakmu jadi ikut gak nok"" om bowo seperti tau yang ada dipikiranku, beliau memanggilku denok. sebuah kata panggilan seorang perempuan yang dianggap masih kecil.. aku :"hehe om tau aja, iya om ayah bentar lagi nyusul kok, aku tak keatas dulu ya om"
aku melihat anak pendiam itu sedang sibuk memilih barang untuk dibawa,, tubuhnya membelakangiku, dia belum menyadari aku sudah dibelakangnya, dia bertambah kekar karena rajin olah raga, berbeda sekali dengan dulu waktu pertama masuk sma,
dia masih seperti anak kurus yang sangat jangkung.
"mas" aku memanggilnya mas, sebuah kata panggilan sayangku padanya. dia menoleh kearahku, seperti biasa dia tidak bicara, dia hanya tersenyum.. senyuman itu bahkan sampai sekarang selalu membuat dadaku bergejolak. dia memainkan tanganya, mengisyaratkan agar aku menghampirinya... aku menyalaminya dan mencium tanganya, semenjak resmi denganya aku memang membiasakan mencium tanganya, sekedar mengimbangi sikap dewasanya.
dia mengelus rambutku pelan, tiap dia melakukan hal sederhana itu dia selalu
100 Tahun Setelah Aku Mati berhasil membuatku tersipu..
beberapa hal ringan kami obrolkan pagi itu, aku tidak henti2nya mengomentari barang yang dibawanya,
mataku memandang sekeliling kamar ini, dan perhatianku tertuju pada sebuah foto yang ada di sudut meja belajar mas rizal.
aku mengajaknya menilik foto kenangan itu..
"aku inget kok" kalau gak salah cuma itu yang dia ucapkan, dia memandang foto kami berdua sambil tersenyum, entah apa yang ada dipikiranya saat itu.. kami salang berbagi pendapat tentang kehidupanya disana,
"kamu harus sabar nunggu aku balik kesini, jangan punya cowok lagi disini" begitu pesanya kepadaku,
dia kembali ke kesibukanya menata barang2nya setelah aku goda dengan kata2ku..
berat, itulah yang akurasakan, melepasnya pergi selama bertahun2 benar2 membuatku seperti kehilangan sepotong bagian dari diriku,
aku melirik kearah cermin kecil didekat figura foto itu, aku sudah sangat berkaca2 menahan air mata yang hampir tidak terbendung mengingat beberapa jam lagi akan berpisah lama dengan mas rizal.
"5 tahun mas" apa selama itu"" aku memeluk lmas rizal, aku sudah tidak bisa menahan lagi emosiku yang meluap2.
air mataku meluncur deras, aku ingin sekali menahanya agar tetap disini bersamaku, tapi apa daya, dia memang harus pergi. masa depanya lebih penting dari egoku..
mas rizal selalu berhasil menenangkanku, itu adalah salah satu kelebihanya, apapun kondisiku dia selalu bisa membuat aku lebih tenang.. dia mencium keningku dan berkata
"kalau kamu nunggu 5 tahun untuk aku balik ke kamu, aku juga nunggu 5 tahun untuk bisa pulang kekamu"
sore itu kami harus berpisah, pesawat yang akan membawanya pergi sudah menunggu, aku cuma bisa pasrah dan melepasnya, berusaha sekuat mungkin menahan rindu yang pasti akan sangat menggangguku,
cupp.. tanpa diduga dia memberikan ciuman pertamanya kepadaku, bibir kami saling beradu dan memberikan sensasi aneh yang baru pertama aku rasakan, dia berjalan pergi tanpa menengok, aku cuma bisa melihat punggungnya yang perlahan mulai hilang dikeramaian..
100 Tahun Setelah Aku Mati "mas, jaga dirimu, aku akan menunggumu disini" .
. . "mas doakan aku ya, aku pasti lebih bagus nilai Unasnya dari pada kamu dulu" aku sedang menelfon mas rizal, untuk meminta restu melaksanakan ujian nasional, sudah hampir setahun aku ditinggalnya, awal kepergianya benar2 membuatku kesepian,
aku benar2 kehilangan sosok orang yang selalu mendukungku, orang yang selalu menemaniku, dan memberikan perlindungan kepadaku..
tapi seperti kata mas rizal "aku selalu menemanimu, walaupun dari jauh aku akan selalu ada"..
ya dia benar dia menemaniku, dia pasti selalu menemaniku dalam setiap doanya.. aku harus bisa lebih baik dari ini, mas rizal adalah orang dengan semangat hidup yang besar, dia bisa dengan mudah menularkan semangatnya saat berada didekatku,
dan walaupun sekarang kami berjauhan, akan aku jaga semangatku tetap berkobar seperti semangatnya...
"aku harus lulus, dan masuk akademi perawat, mungkin besok aku bisa bikin praktek dokter sama mas rizal" aku memikirkan hal itu, impian kecilku... banyak yang aku alami pasca mas rizal ke melbourne, tak mungkin rasanya jika di tulis di satu part dalam cerita ini jadi singkatnya aku berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan,
sama seperti mas rizal, aku juara umum, tapi dengan nilai yang sedikit dibawahnya, aku juga tidak seberuntung mas rizal mendapat beasiswa diliuar negeri,
tapi alhamdulillah, aku mendapat beasiswa di sebuah pts ternama di jogja, jurusan keperawatan. jadi aku bisa menemani ayahku..
hari demi hari terlewati, peristiwa datang silih berganti tapi tidak seharipun aku tidak merindukan mas rizal,
sedang apa dia sekarang" bagaimana rupanya sekarang", apakah dia sehat", apakah dia juga banyak fans disana" pikiran itu selalu datang di kepalaku.. dia pasti sehat, dia pasti baik2 saja dan dia pasti menjaga hatinya tetap untuku. saya mencoba berpikir selalu positif kepada mas rizal, aku tidak mau dianggap sebagai pasangan yang posesif.
di kampusku beberapa kali aku didekati, bukan beberapa kali tapi sering lebih
100 Tahun Setelah Aku Mati
tepatnya, aku sering didekati cowok dikampusku, mereka terkesan caper dan ngotot untuk dekat denganku,
entah kenapa mereka begitu ngotot ingin mendekatiku, kalau sudah begini biasanya aku cuma menanggapi seadaanya, aku gak mau dibilang cewek sombong kalau aku terlalu cuek,
di ukm musik aku berkenalan dengan seorang bernama Ari, dia adalah leader ukm musik di kampusku, dia adalah kakak tingkatku, dia sudah semester 6, belagu, sok, adalah kata yang cocok menggambarkan orang itu, playboy juga adalah predikat yang pas dia sandang,
memang aku akui dia ganteng, musikalitasnya tinggi, suaranya memang bagus, tapi sikap aroganya membuatku jengah, dia adalah cowok yang paling genjar mendekatiku,
tiap hari selalu ada tawaran untuk mengantar jemputku, tapi selalu kutolak, selalu ada saja alasanya untuk pergi jalan denganya,
tapi percuma, selalu aku mencari alasan untuk tidak ikut denganya, tak terhitung sms yang tak kubalas dan telepon yang tidak kuangkat dari ari, satu2nya yang bisa membuat dia dekat dengan aku adalah saat di ukm, mau gak mau aku harus mendampinginya karena posisiku sebagai wakil ketua ukm. lama2 aku kesal juga dengan perlakuanya yang sedikit memaksaku, sampai suatu hari ukm musik kampusku mendapat job diluar kampus untuk membuat sebuah konser kecil di sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari kampusku,
aku harus ikut, padahal aku lebih memilih dirumah dan chatingan dengan mas rizal, dari semalaman sama sekali tidak online, membuat komunikasiku denganya sedikit tersendat..
.. aku sedang bersiap untuk ke acara itu, tak lupa aku mengecek laptopku apakah mas rizal sedang online, tampaknya aku harus kecewa, dia sedang offline, saya menghubungi nomornya, tapi yang terdengar adalah suara operator yang mengatakan nomornya sedamg tidak aktif.
mungkin sedang sibuk, atau sedang ada kegiatan, aku menghibur diri sendiri untuk memaklumi kesibukanya disana..
aku :"yahh, pamit dulu ya ada konser kecil di cafe deket kampus aku harus berangkat"
ayah :"yawis, jangan kemaleman, paling mentok pulan jam 10 ya"
100 Tahun Setelah Aku Mati
aku :"siap komandan "
aku berpamitan dan menuju ke depan gerbang dimana si belagu ari sudah menungguku dengan mobil baleno yang sering dia pamerkan... dalam perjalanan dia tak henti2nya membanggakan diri, itu membuat saya bosan dan jengkel. orang yang jumawa seperti ini benar2 membuatku muak, obrolanya sama sekali tidak berbobot, yang dia omongkan adalah mengenai dirinya sendiri yang dilebih-lebihkan, tak jarang dalam omonganya yang ketus dia menjelekan orang lain,
sebuah sikap yang paling kubenci...
malam itu cafe yang berada di pinggir jalan itu terasa sesak, penuh dengan mahasiswa, yang didominasi mahasiswa tingkat bawah, yang masih haus dengan suasana baru di kampus, dan mahasiswa senior yang mencari hiburan disela kesibukan skripsi mereka.
aku duduk di kursi deretan depan agar lebih jelas dalam menonton konser kecil yag dibuat semacam lomba anat band kampus, aku disini bertindak sebagai seorang juri..
tak terasa aku menkmati setiap penampilan yang disuguhkan band2 yang tampil, ada yang berkualitas sangat bagus, ada juga yang cuma asal2an naik keatas panggung dengan skill seadanya cuma untuk cari muka di panggung, tapi overall aku suka dengan penampilan mereka,
sampai akhirnya band panitia naik keatas panggung, aku tdak ikut manggung, malam itu aku memilih menjadi penonton saja,
harus kuakui suara ari memang bagus, suaranya yang serak2 basah membuat lagu itu semakin enak didengar,
aku meminum milk shake yang kupesan, dan tiba2 seikat bunga mawar disodorkan kearahku, ternyata ari..
"ini buat kamu ris, tolong diterima ya" dia memberiku bunga di depan orang banyak, membuatku tidak bisa menolak. pasti akan membuat dia malu juka aku menolaknya,
aku bukan tipe orang yang senang mempermalukan orang lain, aku menerimanya sambil tersenyum
"makasih" kata2 itu terucap dari mulutku, ari :"gimana tadi penampilanku, bagus gak""" aku :"bagus kok ri"
ari :"jelaslah aku yang palng jago disini" dia mulai menyombongkan dirinya lagi, ari :"dan ris, tau alasan bunga itu aku kasih"""
100 Tahun Setelah Aku Mati
aku :"kenapa emang"""
ari :"itu tanda aku nembak kamu, dan karena kamu udah menerimanya sekarang kita resmi pacaran ya" dia memegang tanganku,
apa2an orang ini seenaknya mengatakan hal semacam itu, itu bukan nembak itu menjebak, hanya karena aku menerima bunga itu lantas bukan berarti aku langsung menerimanya sebagai pacarnya,
emang aku cewek apaan dikiranya segampang itu, ditambah aku sudah milik orang lain, berkali2 aku mengatakan kalau aku sudah punya pacar kepada ari, tapi dia masih getol mendekatiku,
dan malam itu dia malah nekat nembak aku..
aku memutar otak agar dia tidak merasa dipermalukan didepan orang banyak, dia mengatakan itu didepan teman2nya, mereka semua menunggu jawaban dariku. aku diam sambil tersenyum tipis, untuk menutupi rasa jengkelku, tentu saja jawabanya enggak, tapi aku berusaha menolaknya secara halus, aku tidak mau dicab cewek belagu,
"gimana resmi ya" , ari menekanku kembali,sedangkan aku masih diam, dalam hati aku mengumpat, sialan anak ini, dia memojokanku disituasi seperti ini, "aku ketoillet bentar ya sayang" dia dengan gaya prelentenya memanggilku sayang dengan seenaknya, dia berjalan menuju toilet sedangkan aku tetap duduk untuk berpikir bagaimana mengatakan kalau aku menolaknya,
kira2 apa yang akan dilakukan mas rizal kalau tau aku diperlakukan seperti ini, mungkin dia akan bersikap kalem seperti biasa, ya mungkin dia akan dengan kalem memukul mulut ari,
"gimana sayang" kita deal ya" lagi2 dia terkesan memaksa, deal" apa ini kesepakatan jula beli" dia sama sekali tidak menghargaiku sebagai seorang wanita.
"maaf kak, aku gak bisa nerima ini. makasih tapi maaf aku berkali2 bilang sama kakak kalau aku udah punya cowok, meskipun dia lagi jauh aku gak mungkin nerima kakak"
ekspresi wajah ari langsung berubah, dia memang terkenal tempramental, dia sering terlibat perkelahian hanya karena masalah sepele,
"kamu jangan bohong!" dia membentaku, dan menggandeng tanganku menuju ketempat yang lebih sepi.
"kamu bilang kamu punya cowok""!! itu alesanmu aja kan"", siapa nama cowokmu"" dia bertanya dengan nada tinggi dan mebentaku, perlakuanya
100 Tahun Setelah Aku Mati sungguh membuat aku ikut emosi, tapi masih bisa aku tahan "rizal" jawabku dengan pelan,
ari : "jangan coba bohong deh!, aku baru ketemu orang yang ngaku namanya rizal tadi didepan toilet!, dan kamu tau dia bilang apa" dia bilang dia cuma mantanmu!!"
what"" mas rizal" itu gak mungkin dia gak mungkin disini, sekalipun dia disini dia gak mungkin omong kayak gitu..
aku :"oh ya" gimana ciri2nya"" aku mencoba mengetes apakah ari berbohong atau tidak,
ari mengatakan ciri2 mas rizal dengan tepat, bahkan dia mengatakan kalau dia memakai sebuah gelang kulit, gak mungkin ini mustahil, kenapa mas rizal gak menghampiriku"
aku :"kamu bilang apa sama dia"
ari :"ya aku bilang kalo aku cowokmu lah, mau bilang palagi, udah lah risa lupain dia kamu lebih cocok sama aku, apa yang kamu arepin dari cowok freak kayak dia, kamu udah gak punya alesan nolak aku"
bruukkk!!!! tanpa babibu aku memukul hidung cowok menyebalkan itu, aku tidak peduli dengan hidungnya yang berdarah, dia tampak kesakitan, meskipun aku cewek dulu aku adalah atleet silat juga, pukulanku pasti juga akan membuat dia sakit, sbenarnya ingin aku tambahi rasa sakit diwajahnya tapi aku berusaha menjaga emosiku..
"kamu keterlaluan!!!" aku berteriak sambil berlari keluar cafe, aku menghiraukan tatapan orang2, aku menuju taxi yang ngetem dipinggir jalan..
"pak antar saya pulang" kataku kepada driver taxi itu,
tak henti2nya aku memikirkan mas rizal, kenapa dia tidak mengabariku, kenapa dia tidak menghampiriku"", dia bukan tipe orang yang mudah percaya dengan orang lain, pasti dia cuma berusaha kalem dan memilih mengalah dan sedang berada dirumahku untuk menungguku,
"apa yah"", mas rizal udah pamit"" tanyaku dengan tidak percaya kepada ayahku sambil membuka kotak berwarna merah yang kata ayah merupakan kado dari mas rizal,
sebuah harmonika, tapi fokuku berada pada sepucuk kertas yang terselip di situ, aku mebacanya......... ya ampunnn,,
"yah aku nyusul mas rizal dulu, dia salah paham"
ayahku mengizinkan sambil berpesan untuk menyelesaikan masalahku baik2.
100 Tahun Setelah Aku Mati
"mass!!, mas!!!," akku mengetok pintu rumah mas rizal, gerbangnya tidak dikunci artinya mas rizal belum kembali ke melbourne, lampu dirumahnya menyala, tapi pintunya terkuci, aku mengintip ke garasi
ahhh dia tidak dirumah, mobilnya tidak terparkir di garasi, dia pasti pulang sebentar lagi, aku akan menunggunya,
aku menghampiri sopir taxi yag mengantarku itu, dan menuruhnya tidak menungguku..
aku menunggu di depan pintu dengan gelisah, "mass, ayolah pulang.. aku nunggu kamu disini"
satu jam dua jam tiga jam empat jam, sampai aku mendengar adzan subuh berkumandang mas rizal belum juga kembali,
aku menunggu disini semalaman, aku menangis disini semalaman, aku berpikir disini semalaman,
memikirkan siapa lagi kalau bukan mas rizal...
aku harus pulang, aku gak mau ayah juga ikut khawatir ditambah ada pratikum yang tidak boleh aku tinggalkan..
aku mnulis pesan yang aku tempelkan dipintu
"mas kamu sudah pulang, dan tolong pulanglah ke aku, kamu salah paham, aku masih menjaga ruang hatiku tetap untukmu"
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 35 (tatap muka) .saya termenung di depan teras rumah, jam sudah mennunjukan pukul 4 sore,ahh pasti tidak lama lagi risa akan datang,
rasa deg degan langsung menyeruak di dada, apa yang akan saya katakan nanti" yang jelas nerves dan marah adalah perasaan yang bercampur sekarang, saya ingin langsung to the point saja dan mengakhiri semua ini ketika bertemu denganya,tidakk... apakah senaif itu saya" seolah begitu mudah mengakhiri ini semua,
saya tidak mungkin mengatakan hal itu tanpa mendengar langsung penjelasan risa, tapi bukankah saya sudah melihat semuanya""
haahhhhh..... sepertinya pikiranku dibagi menjadi 2 bagian,antara pro dan kontra, atau mungkin bukan pikiranku yang dibagi 2 melainkan sisi pro yang timbul adalah dari hatiku yang sangat percaya dengan risa, sedangkan sisi kontra dari otaku yang mengandalkan logika setelah melihat realita yang terjadi,
saya memang sangat percaya dengan risa, saya masih dapat merasakan kasihnya, tapi disisi lain tidak semudah itu saya percaya lagi setelah melihat dengan mata kepala sendiri.
"mau kopi"" suara dewi membuat saya menoleh kearahnya yang muncul dari balik pintu..
saya hanya menggangguk, sambil memperhatikan langkah kaki dewi yang berjalan menuju dapur, dia mungkin paham yang saya butuhkan saat ini adalah secangkir kafein,
sekedar merilekskan otaku,
"makasih wi" ucapku sambil menerima cangkir berisi cairan hitam itu... dewi hanya tersenyum, dia ikut duduk di kursi yang bersebelahan denganku, tatapanya sayu , baru semalam aku melihat binar mata dewi, kini mata itu kembali sayu, dia memandang kearah pagar depan rumahku yang mulai berkarat dimakan musim, hujan yang mengguyur seperti sekarang akan memperpendek umur besi yang tua itu..
dewi menoleh, "diminum zal" ucapnya dengan lembut.. saya :"ya, without milk""
100 Tahun Setelah Aku Mati dewi :"susu cuma akan merusak rasa dari kopi zal," saya menggerlingkan kepala, kata2 dewi seperti punya arti lain. dewi :"what"""dia memainkan tanganya membentuk gesture khas orang bertanya dengan tangan yang dia tengadahkan membentuk sudut 90 derajat. saya :"you know what i mean" jawabku sambil menyruput kopi yang masih panas itu...
saya mengerutkan dahi sambil menjauhkan bibir saya dari bibir gelas, mungkin baru beberapa mili yang tertelan, saya tertipu dengan aroma wangi yang keluar dari seduhan kopi itu, ternyata kopi buatan dewi sangat pahit.. mungkin dewi melupakan gula.
saya :"kamu lupa sama gulanya""tanyaku sambil berdiri untuk kedapur dan menambahkan gula untuk kopi ini,
dewi memegang pergelangan tanganku, "biar aku aja zal"dia membuatku terduduk kembali sementara dia dengan langkah cepat menuju dapur sambi membawasecangkir kopi itu.
saya :"nahhh ini lebih enak, gak pait banget kayak tadi"kataku kepada dewi setelah saya mengicipi kopi yang sudah ditambah gula olehnya.. dewi :"enakan yang mana zal", maksudku kopinya enak yang tanpa gula tadi atau yang uda pake gula""
saya :"enak yang uda di kasi gula lah,kopi gak pake gula ya puaitt wi" dewi :"yaa.. padahal sama aja lho zal"
dewi memang sangat pandai membuat tanda tanya di kepalaku,dia sering membuat analogi yang tidak terduga.
saya :"maksudmu""
dewi :"seberapapun gula yang kamu tambah, yang namanya kopi ya tetap pahit" saya tersenyum mendengar perkataan dewi,kalian tau maksudnya" silahkan cari tau sendiri..
saya menunduk sambil memainkan sendok yang saya celupkan di cangkir kopi itu, membuat gerakan memutar yang menjadikan kopi itu semakin keruh, mirip genangan jelaga.
saya menghela nafas panjang, saya menoleh kearah dewi yang sedang asik membaca majalah lama yang entah terbitan tahun berapa..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"dewii...." dewi :"iya zal""
saya :"cinta itu aneh ya""
dewi menggerlingkan kepalanya,meniru posisi saya saat meminta penjelasan lebih
saya :"yaa kalau cinta itu punya bentuk dan bisa di genggam,kamu jangan menggenggamnya terlalu kuat,karena dia akan mati, tapi kalau kamu melonggarkan genggamanmu, dia akan lari"
dewitersenyum sambil mengangguk anggukan kepalanya..saya dan dewi seringkali terlibat obrolan dalam hanya dengan kata2 yang sedikit. dewi :"apapun yang terjadi jangan gegabah, kamu tau kan indraku lebih kuat darimu, aku tau saat seseorang berbohong atau menyembunyikan sesuatu,dan risa bukan seseorang yang seperti itu, dia open personal"
saya cuma menunduk sambil mengiyakan perkataanya, lewat secangkir kopi dewi mengajariku sesuatu hal yang penting.
dewi berdiri dan masuk kedalam rumah...
"kamu sebaiknya juga menjaga perasaan risa, jangan sampe dia salah sangka karena liat aku disini" kata dewi sambil menutup pintu depan. intuisi dewi rupanya memang lebih tajam dariku, begitu dia menutup pintu sebuah taxi berhenti didepan pagar dan menurunkan seorang yang saya kenal.. "risa"
selama satu setengah tahun, inilah pertemuan keduaku setelah di kafe itu, risa dia masih sama saja, tidak.. dia tidak sama,dia bertambah jelita,
saya berdiri di teras dengan perasaan campur aduk, senang tapi terganjal oleh egoku sendiri..
kami sama2 mematung, dia masih di luar pagar yang sengaja tidak kututup. dengan seragam putih khas anak keperawatan dia memandangku dengan ekspresi wajah unik,
dia seperti tersenyum tapi tertahan perasaan lain, mungkin gejolak perasaan kami sama2 tidak menentu, risa membiarkan rintik gerimis menetesi tubuhnya yang
100 Tahun Setelah Aku Mati
masih berdiri kaku... saya berjalan satu langkah kedepan, diikuti risa yang mulai berjalan dengan kikuk, langkah kakinya pelan, selangkah dua langkah tiga langkah dan seterusnya membuat langkahnya semakin cepat dan bahkan dia bisa dikatakan berlari, saya sendiripun seperti tertarik sebuah dorongan yang tak kasat mata dan ikut berlari menghapiri risa,
brukkk risa menabraku dan memeluk tubuhku sangat erat,, aneh.. beberapa saat lalu saya benar2 merasa ingin mengakhiri hubunganku dengan risa, tapi begitu saya didepanya saya malah merasa sebaliknyasaya jadi merasa lebih mencintainya melebihi apapun..
risa tidak berkata papun, begitu juga dengan saya,dia cuma diam dan memeluku, wajahnya yang cantik dia tekan ke dadaku. hangat..
perasaan yang muncul adalah hangat, sudah lama sekali tidak menatapnya secara langsung dan sedekat ini, kenapa emosi saya hilang begitu saja" basah.. adalah hal kedua yang saya rasakan, bukan secara harfiah tapi benar2 basah, rupanya risa menangis, dia memang gampang menagis terbawa suasana.. entah berapa menit risa mendekapku dengan sangat kuat tanpa bicara apapun, saya cuma bisa membalas pelukanya dan mengelus lembut kepalanya... "masss" itulah kata pertamanya.
pikiranku kosong, saya tidak dapat berfikir jernih untuk membalas ucapanya.. "jangan tinggalin aku mas, kamu salah paham" ucapnya pelan sambil terus terisak.
saya :"aku udah paham kok, dan gakpapa nduk, kalau kamu emang sudah bahagia gapapa"
tubuh risa seperti bergetar, dia sontak mendongakan kepalanya untuk menatapku, terlihat wajahnya yang benar2 basah oleh air mata.. "bisa kita ngobrol"",ada yang mau aku sampein ke mas" pintanya dengan suara yang serak.. apa dia sakit"
saya menurut, saya ingin mendengarkan argumenya, risa selalu bisa membujuku, dari dulu memang saya selalu tidak bisa menolak permintaanya. saya :"jangan dirumah, kita ketempat lain mau""
100 Tahun Setelah Aku Mati
risa mengangguk pelan, dia tidak seperti biasanya, dia menjadi sosok pendiam saat ini.
saya membukakan pintu mobil yang belum saya masukan ke garasi, risa duduk disebelahku di jok depan..mobil keluaran 90an itu melaju pelan.. bisu.. momen yang benar2 bisu dan kikuk dan risa, sungguh baru pertama kali saya alami karena biasanya risa selalu membrondongku dengan apa yang ada di benaknya.
kami sama2 mematung tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut kami, entahlah seperti ada perasaan segan..
... .. saya memarkirkan mobil di bawah sebuah pohon yang ada dipinggir jalan..saya mengajak risa ke taman dekat kompleks rumahnya, di taman ini dulu saya dan risa banyak menghabiskan waktu bersama..
"inget nduk""" tanyaku pada risa sambil menunjuk sebuah hamparan rumput manila yang terlindungi rimbunya pohon cemara udang di sebuah sudut taman itu.
"inget kok, bahkan aku sering kesini mas, tempat ini sebagai saksi pas kamu bilang gak akan ninggalin aku" saya tertegun mendengar jawaban risa.. saya mengajaknya duduk dihamparan rumputitu, sedikit basah karena hujan tapi kami tidak peduli..
saya :"aku memang gak akanninggalin kamu nduk" risa :"trus"""
saya :"kamu yang udah ninggalin aku" risa :"............."
saya :"ya, wajar sihh kamu bosan,dan mungkin aku cuama orang lewaat dihidupmu, mungkin aku cuma sekedar fase"
risa :"..........."
saya :"apa kamu masih sayang aku nduk""
risa mengangguk sambil menatapku, lagi2 dia tidak memberikan argumenya, saya :"trus kenapa kamu melakukan ini"""
risa kembali menunduk, dia terlihat memikirkan sesuatu,
100 Tahun Setelah Aku Mati
"mas, anter aku kekampus"
dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengajukan permintaan.. dia berdiri dari duduknya sambil sedikit membersihkancelananya dari rumput2 yang menempelkarena basah.. biasanya dia akan mengulurkan tanganya untuk mengajaku berdiri, tapi tampaknya itu memang kurang pas untuk situasi sekarang.
risa membuat beberapa pertanyaan keluar diotaku, kenapa dia tampak tidak gugup", kenapa dia malah tidak membuat alasan", kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku"
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 36 (bertarung diluar gelanggang)
saya menjalankan mobil menuju kampus risa yang terletak di jogja utara, hmmm benar2 suasana yang hening,
risa yang saya kenal adalah cewek yang sangat cerewet tapi kali ini dia hanya diam,
ingin rasanya saya memecah kebisuan dan menganggap semua ini sudah berlalu, tapi egoku tidak bisa menampik kejadian itu,
entah apa yang membuat risa memintaku untuk mengantarnya kekampus.saya yakin ada maksud yang ingin disampaikan risa,
dan tak terasa kami sudah sampai di parkiran kampusnya risa, universitas swasta yang cukup besar menurutku,
"mas udah makan"" risa mulai berbicara kepadaku, kami tengah berjalan, saya tidak tau akan dibawa kemana oleh risa.
saya :"udah kok" jawabku yang masih saja terkesan dingin.. risa :"mas udah shalat maghrib"""
saya menggeleng, ini memang sudah masuk waktu sholat maghrib. saya :"emm masjidnya disebelah mana ya nduk""
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
risa :"disana mas, itu masih banyak mahasiswa juga, mas ikuti mereka aja, aku lagi berhalangan shalat. dan mas nanti temui aku di auditorium yak,di deket
perpustakaan gede itu" kata risa sambil menunjuk sebuah bangunan besar. "dan semua pertanyaan mas akan terjawab disana"
risa tidak menungguku menjawab, dia berjalan perlahan menuju auditorium tanpa menoleh kearahku sekalipun.
saya termangu beberapa saat melihat risa yang berjalan dengan anggun, baju seragam keperawatan miliknya membuat dia terkesan lebih seksi dari biasanya, "andai kamu risa yang dulu" gumamku dalam hati.
saya baru tersadar saat seorang mahasiswa lewat didepanku, dan saya buru2 berjalan menuju masjid kampus...
selesai shalat saya masih terduduk di pelataran masjid sambil melamun sesekali, sejak sore tadi saya jadi banyak melamun..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya buru2 memakai sepatu dan berjalan menuju auditorium yang dimaksud risa tadi.
saya berjalan pelan sambil sesekali pandangan saya menyisir lingkungan kampus risa,
banyakmakhluk gaib disini sama sepertibangunan tua pada umumnya, batinku saat melewati sebuah bangunan kecil yang entah bangunan apa itu.. saya sampai disebuah lorong dan berpapasan dengan banyak mahasiswa dan mahasiswi yang masih lalu lalang,
apa disini jam perkuliahanya juga sampai malam" sebuah pertanyaan tidak penting kembali terlintas di kepalaku..
saya mememasuki auditorium itu sambil tolah toleh untuk menemukan sosok risa diantara sekian banyak mahasiswa yangberjibun disitu.
sepertinya mereka sedang menyiapkan stage acara, tampak beberapa sedang memasang soundsystem, dekorasi panggung, menata meja kursi dan lain-lain, tapi dimana risa"" saya masih celingukan mencari keberadaan risa. sampai akhirnya saya menemukan sosok yang sangat saya kenal, walaupun bukan dia yang saya cari tapi setidaknya bisa saya tanyai.
saya mendekatinya yang tengah sibuk menghias kursi tamu,sehingga tidak menyadari kehadiran saya dibelakangnya.
saya :"ehemmm susss"
susi :"lohhh rizal kan"kok sampe sini""""
susi terlihat kaget melihat saya dibelakangnya, dia menginstruksikan salah seorang temanya untuk menggantikan kesibukanya.
saya :"yaa, pasti kamu tau alasanya kan" bukanya ini idemu"" susi :"emmm,ya jadi kamu kesini cari risa"""
saya :"ya terus untuk apa lagi"",dimana dia sus"katanya diauditorium"" susi :"kayaknya bukan waktu yang tepat deh zal ketemu risa sekarang" nada suara susi menjadi tidak enak didengar,
saya :"justru ini waktu yang tepat, kamu tau dia dimana sekarang""" susi :"yaa tadi aku liat dia lagi sama ari di samping ruangan ini, kamu bisa kesana lewat pintu yang dipinggir itu" ujar susi dengan suara yang sengaja dia
100 Tahun Setelah Aku Mati
pelankan. saya :"makasih sus,nanti kita ketemu lagi ya" ucapku sambil berlalu. susi :"zal!!"
pangggilan susi membuatku menoleh kearahnya.. "mau aku temeni""tanya susi dengan cemas.
saya :"haha gak usah lah sus, biar akucari tau sendiri, seperti obrolan kita kemaren" ujarku sambil terus berjalan
saya berusaha mencari risa setelah berhasil melewati pintu samping yang dimaksud susi tadi, dan itu dia,dari kejauhan nampak risa dan pasangan barunya sedang berbicara
di lorong seberang perpustakaan dekat auditorium, sebenarnya saya sedikit marah bercampur penasaran, apa sebenarnya maksud risa"" apa dia mau mengenalkan ari kepadaku
secara langsung" mau mengatakan kalau dia sekarang sudah memilih orang itu dari pada saya" kalau itu maksud risa saya menyesal mengantarkanya kesini, tapi rasa penasaran saya lebih
besar hingga membuat saya mendekati mereka berdua,
saya semakin dekat dan sayupsayup terdengar obrolan mereka dengan nada tinggi..
risa tampak memegangi pipinya sambil menunjuk2 ari.dan disitu feeling saya sudah tidak enak, saya yang semula hanya berjalan malas kini mulai berlari, ingin segera tau
sebenarnya apa yang terjadi.. .
"kamu tau kak,aku udah berusaha bersikap baik!" risa berteriak dan menunjununjuk wajah ari yang terlihat emosi sama seperti risa
100 Tahun Setelah Aku Mati
.. "ada apa ini nduk"" seruku setelah saya cukup dekat dengan mereka. ari yang tau bahwa saya datang langsung melotot dengan wajah geram... "nduk pipimu kenapa""" tanya saya dengan panik melihat risa seperti kesakitan sambil memegang pipinya..
ari :"ohhh lu cowok culun kemaren ternyata.. punya nyali juga ya, bilangin sama tuh cewek gak tau diuntung jangan seenaknya sama gua!"
dia berteriak sambil berusaha memegang kepala risa. plaakkk,
reflek pertama saya adalah menampik tangan itu jangan sampai menyentuh risa lagi.
saya tidak peduli dengan siapa ari sebenarnya, kala saja dia menyakiti risa secara fisik maka dia baru saja membangunkan "macan tidur"yang ada dalam diri saya, "mulai resek lu,dasar brengsek!!" tampak ekspresi kalap dari ari Brugggg..
dia memukul mata saya yang tertutupi kacamata, membuat kacamata tebal saya pecah berantakan.saya merasakan cairan kental menetes melewati pipi saya. ternyata sekeping pecahan lensa menggores kulit samping mata saya dan membuat luka gores yang cukup dalam.
"mass!!!"risa berteriak histeris melihat saya berdarah, saya masih diam dan berusaha mengontrol emosi saya, karena jika sampai saya kalap,maka saya akan menjadi sangat
liar.. "kamu brengsek!!keterlaluan!" risa mendorong ari yang hanya tersemyum sinis sambil meremehkanku,
teriakan dan suara ribut dari mereka mengundang perhatian teman2 ari dan banyak mahasiswa lain yang kebetulan didekat situ berdatangan... "Ada apa ni ri"""seorang dari tiga cowok yang sepertinya adalah rekan ari menghampiri kami dengan berlari.dan disusul 2 orang lagi..
ari :"ini bro, ada orang culun mau bikin onar ditempat kita, habisin aja jangan kasih napas!, seret dia kelapangan samping!"
100 Tahun Setelah Aku Mati
ari memerintah kepada teman2nya tadi yang langsung terpancing emosi karena provokasi ari..
risa hanya menjerit2 melihat saya dibawa paksa ke pojok kampus untuk di hajar beramai2, seseorang dari mereka menghalang2i risa agar tidak mengganggu aksi mereka,
bagaimana dengan saya""saya hanya pasrah tapi bukan bererti saya takut, saya memang belum melawan, saya ingin mereka puas dulu....
dari kejauhan tampak gerombolan mahasiswa lain yang berkerumun karena melihat kejadian itu, dan lucunya mereka tidak berbuat apa2, mungkin ari adalah preman di kampus ini,
"hehh!! jangan ada yang lapor ke satpam! biar kita abisin nih anak dulu!,bagi yang ikut campur ya nasib kalian bakalan sama kayak orang aneh ini" teriak ari sambil memegangi saya
brukkk pukulan pertama mengenai pelipis saya, dan sebuah tendangan dari seorang yang bertubuh tambun membuat saya tersungkur.
"mampus lu banci!!" sebuah teriakan dari ari terucap dan diiringi pukulan dan tendangan dari beberapa temanya,
saya yang sudah terbaring hanya diam sambil mengerang karena sudah tidak terhitung berapa bogem mentah yang saya terima.
saya masih menunggu sampai mereka kelelahan memukuli saya,dan jika kalian tanya apakah saya kesakitan, saya tidak tau atau lebih tepatnya saya tidak ingat, karena jika
saya sudah kalap yang keluaradalah sisi gelap dari saya.. kalian punya sisi gelap" saya yakin semua orang memilikinya.. saya yang berdarah di sekujur wajah mulai bangkit...
saya menatap wajah ari dan beberapa temanya dengan tajam.tangan saya bergetar karena sudah tidak bisa lagi menahan rasa marah...
"hebat juga ni anjing" seorang yang hampir setinggi saya memukul perut bagian atas saya...
Badai Awan Angin 23 Goosebumps - 7 Boneka Hidup Beraksi Supernova Petir 3
seperti biasa, beliau2 selalu memberikan nasihat yang berguna kepadaku, saya sangat senang memiliki keluarga seperti om bowo,
beliau sangat perhatian kepadaku, saya juga sangat senang mengenal om hamzah yang sudah seperti keluargaku sendiri..
saya menggandeng tangan risa dan berjalan sedikit menjauh dari om, dan tanteku..
seperti mengerti om bowo, tante sri dan om hamzah mengalihkan pandangan dari kami, mungkin beliau2 paham ini adalah kesempatan terakhirku dengan risa berbicara secara langsung.
"kayaknya udah saatnya nduk" saya membelai pipinya. risa tersenyum, tapi dengan setetes air mata yang jatuh dari matanya.. "aku udah omong semuanya, uda gak ada yang bisa aku omongin sama kamu mas,
aku percaya sama kamu, dan berjanjilah kembali ya mas" saya :"aku akan inget dan aku janji ndukkk", saya merogoh saku dan mengeluarkan kotak berbentuk hati,
saya mengeluarkan isinya, sebuah kalung perak bermata batu zamrud milik almarhum ibuku..
saya :"tolong jaga ini ya.. pakai ini terus, supaya kamu inget aku terus " risa menundukan kepalanya, agar saya mudah memakaikan kalung itu, risa tampak terisak dan air matanya semakin deras..
dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah gelang kulit bertuliskan namaku dan namanya..
risa :"mas juga tolong jaga ini, pakai ini terus supaya mas inget aku terus"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya memandangi risa lagi, saya ingin meng capture momen terakhir ini jika bisa.. tak terasa setitik air mata meluncur dari mataku, saya buru-buru mengelapnya. "jangan pake tangan, dasar cowok jorok" risa mengelap sedikit air mataku dengan sapu tangan yang masih sama sejak kami pertama bertemu,
"ini dibawa mas " ujarnya pelan"
risa memasukan sapu tangan itu kedalam tas selempangku, saya melihatnya masih menunduk dan saya pegang dagunga, saya gerakan agar sedikit menengadah dan...
cupppp... saya mengecup bibir tipis risa..
risa seperti membeku, entah berapa detik bibir kami bersentuhan, saya menghiraukan rasa malu mecium risa di tempat umum, saya merasa ini adalah saat yang tepat memberikan
itu kepada risa.. risa tersenyum dengan sangat manis, dann.. dari announcer sudah mengumumkan sebentar lagi pesawat yang saya tumpangi akan segera berangkat.
saya sekali lagi berpamitan kepada om bowo, om hamzah, tante sri, dan risa.. saya melambaikan tangan kepada mereka,
ada sedikit kesedihan meninggalkan kota ini, dan sejuta isinya.. "terimakasih semuanya"
"risa, tunggu aku"
saya bergumam pelan.... kini saya sudah duduk di kursi pesawat yang akan mengantarku kejakarta, selama seminggu saya akan dijakarta mengikuti program karantina dan selanjutnya saya akan terbang ke Australia.
yaa.. a, saya mendapat beasiswa di jurusan kedokteran University of Melbourne .
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 29 (orang sepertiku) .
Dingin... hal yang palin terasa sejak saya turun dari pesawat, jam menunjukan pukul 5 pagi waktu melbourne, telinga saya masih sedikit sakit karena landing pesawat tadi, maklum ini adalah kali pertama saya naik pesawat, dan pertama kalinya saya pergi sejauh ini.
bulan agustus adalah waktu musim dingin di melbourne, walapun tidak ada salju disini tapi jangan ditanya dinginya..
brrrrrrrr, mungkin sekitar 7 derajat celcius, cukup membuat orang uang terbiasa di cuaca tropis seperti saya mengigil kedinginan..
saya mengencangkan resleting jaket tebal saya dan mencoba menutup telinga saya dengan kupluk yang saya bawa, saya melihat kearah 10 orang teman baru saya,
tampaknya mereka merasakan hal yang sama, kami masih berada di melbourne airport sambil menunggu mobil yang akan menjemput kami ke kota monash, tempat dimana kami akan
mendapat beberapa pembekalan terkait kehidupan di melbourne sebelum tahun ajaran baru dimulai bulan oktober, dan sore nanti kami harus menghadiri jamuan di KBRI
perjalanan yang jauh benar2 membuat kami lelah dan ingin segera beristirahat. kami hanya duduk2 di lobi depan sambil meminum kopi yang di pesan oleh kru Kemendiknas.
saya celingukan ke kiri dan kanan mencoba mengetahui diarah mana saya menghadap,
saya kemudian bertanya kepada mas Yacob, salah satu temanku yang mendapat pendidikan master disini..
"mas, tau arah barat kemana gak ya""
mas yacob :"mana ya"", gak tau zal, masih bingung arah juga aku" jawab mas yaqob
saya :"oke deh gapapa mas"
saya :"emm.. excusme sir, can you show me a westward"" tanyaku pada
100 Tahun Setelah Aku Mati seseorang yang duduk dibelakang rombongan kami.
"of course, over there" kata bapak2 itu sambil menunjukan arah barat kepada saya.
saya :"many thanks sir " "with pleasure "
saya selalu ingat kuajiban saya sebagai seorang muslim, dan saya tidak ingin melewatkan sholat subuh saya dimanapun saya berada, saya yakin saya akan kesulitan mendapat
tempat untuk sholat, jadi saya memutuskan bertayamum dan sholat di tempat duduk saya.
"kamu ngapain zal"" suara mas yaqob membuat kekushyukanku terganggu, saya masih diposisi atahiyat akhir, saya mencoba kembali fokus dan menuntaskan ibadahku.
"alhamdulillah" gumamku setelah selesai sholat, saya :"maaf mas yaqob tadi aku lagi sholat subuh"
mas yaqob :"loh kok sholatmu beda zal", harusnya kan berdiri kan" dan ada aturanya juga kan"" mas yaqob bertanya bingung, wajarlah karena mas yaqob beragama khatolik, saya kemudian menjelaskan tentang shalat saya barusan dan aturanya, mas yaqob tampak memperhatikan penjelasanku.
mas yaqob :"ohh gitu.. sipp2 lah, emang harus gitu. apapun agamanya harus inget sama Tuhan"
saya :"iya mas, sudah menjadi kuajiban setiap orang yang beragama" jawabku pelan..
10 orang yang mendapat pendidikan disini terdiri dari 5orang dari lulusan SMA sepertiku dan 5 orang lagi dengan lulusan s1 yang akan meneruskan gelar S2 disini.'
sekitar 30 menit kami menunggu dan mini bus yang menjemput kami akhirnya tiba, setelah semua barang dmasukan kamipun berangkat menuju kota monash, yang terletak sekitar 25km dari melbourne Airport. saya duduk di deretan kursi tengah bersama Wayan, salah seorang teman baruku yang berasal dari bali.
100 Tahun Setelah Aku Mati
disepanjang jalan suara riuh dari antusasme teman2ku terdengar gaduh, kami merasa sangat senang akhirnya kami sudah sampai di kota dengan predikat salah satu kota paling layak huni di bumi.
jalanan yang bebas macet, bersih dari sampah, polusi yang bisa dikatakan hampir tidak ada, dan hawa dinginya membuatku seolah sedang berada di sebuah film yang biasa saya tonton.
saya merogoh saku dan mengeluarkan telpon PDA bermerek O2 yang di inventariskan kepada kami, kami juga sudah dibekali dengan kartu seluler lokal untuk memudahkan komunikasi,
saya membuka Yahoo masanger , ahhhh risa sedang offline, kira2 jam berapa ya sekarang dijogja" tanyaku dalam hati..
saya hanya duduk sambil memandang keluar jendela, melihat pemandangan jalanan di benua ini, rumah2 dengan gaya khas dan pohon2 yang berjajar rapi membuat saya kagum,
benar2 tata kota yang cantik, gumamku pelan..
mini bus kami berhenti disebuah rumah besar yang berada disebuah kompleks perumahan, tampaknya kami sudah sampai dihunian sementara kami.. "selamat datangg" itulah ucapan pertama yang kami terima dari banyak orang yang menyambut kami saat turun dari mini bus..
yaa kota monash ini adalah kota yang paling banyak dihuni oleh warga negara Indonesia, baik yang bekerja dan yang studi seperti kami..
. . . beberapa minggu sudah kami lewati dan hari minggu seperti kali ini banyak dimanfaatkan teman2ku yang lain untuk jalan2, ya karena memang kami masih merasa penasaran dengan
tempat tinggal baru kami jadi teman2ku masih getol dengan yang namanya jalan2,
kecuali saya, saya malah terserang flu berat karena cuaca yang tidak menentu disini, jadi saya memilih tinggal dirumah sambil chating dengan risa..
100 Tahun Setelah Aku Mati
perbedaan waktu yang cukup panjang dengan di indonesia membuatku tidak bisa berlama2 salih bertukar pikiran dengan risa yang harus segera istirahat, tidak baik juga membuat risa begadang setiap hari.
huahh.. bosan juga menghabiskan waktu sendirian saya memutuskan untuk berjalan-jalan juga mungkin disekitaran kompleks untuk mengusir rasa bosanku. saya mengambil jaket di kamar dan tak lupa kupluk untuk melindungi kepalaku dari terpaan angin dingin juga saya kenakan,
baru saja membuka pintu lalu tiba2 bresssssshhhhhhhh... hujan.. sialll ahh, batinku sambil menutup pintu..
mau ngapapain nih kegiatan hari ini, gumamku sambil menyeka ingusku yang tidak berheni keluar karena pilek..
saya cuma duduk2 di balkon sambil melihat hujan yang turun dengan derasnya.. "cuacanya aneh ya", mau teh panas gak"" suara seseorang mengaggetkanku.. saya :"eh Dewi, kamu gak ikut sama yang lain""
dewi :"egakkk zal, kamu mau teh egak", aku buatin nihh" saya :"wahhh pas banget, mau dong "
dewi :"wait a second "
saya :"of course, less sugar for me"
dewi pun berlalu menuju dapur, dewi salah satu temanku yang berasal dari jakarta, orangnya tinggi, mungkin sekitar 175cm, lebih tinggi dari risa dan sedikit lebih pendek dariku,
orangnya supel, tapi tidak terlalu banyak omong, dan selama masa karantina dan pembekalan disini dewi selalu menjadi teman satu kelompoku.
dengan kulit bersih, rambut lurus sebahu yang sering dia biarkan tergerai, cantikk, saya yakin semua orang akan sepakat kata itu tepat untuk menggambarkan dewi.. dewi :"diminum zal, lumayan lah biar gak adem2 banget" dewi menyerahkan teh panas yang masih mengepul kepadaku,
saya :"makasih wi, kamu darimana aja tadi kok gak keliatan", kirain ikut rombongan" kataku sambil menyruput teh buatan dewi.
dewi :"aku dari tadi tidur zal, hehe, lagi males jalan2 aku, dari kmaren begadang terus jadi pilih tidur aku"
100 Tahun Setelah Aku Mati
kami banyak ngobrol, mengomentari apa yang ada di melborne dan membandingakan dengan daerah kami, dewi ternyata anaknya lucu celotehanya sering membuat saya tertawa terpingkal,
dari obrolan dan jokes yang dia lontarkan keliatan betul kalau dewi adalah anak yang cerdas, bukan2 dlebih tepatnya jenius, pantas lah kalau dia mendapat beasiswa seperti ini
kami masih ngobrol sampai menjelang pukul 18.00, tiba2 di depan saya sekitar 20 meter melayang sesosok makhluk menyeramkan memakai gaun yang dengan pelan melewati kami sambil melihat saya.
saya sontak berdiri... mencoba mengawasi makhluk dengan sosok perembuan blonde itu, dewi juga berdiri, pandanganya juga sama sepertiku, menatap makhluk itu sama sepertiku,
anehh... saya :"dewi kamu juga""""
Dewi :"ha"", rizal kamu apakah kamu"""" kami berbicara bersamaan
kamii saling bingung, saya ingin menanyakan apakah dia juga melihat apa yang saya lihat, tapi saya ragu, saya takut jika malah dia salah paham.. dewi :"zall.. kamu dulu
saya :"ahh egakkk cuma ada yang aneh aja, emang kamu tadi mau omong apa"" dewi :"zal, aku bisa tau kalau seseorang lagi boong, kmu bohong kan"" dewi menyelidik
saya menatap wajahnya, saya melihat matanya, tidak ada keraguan di sorot matanya, apakah dia istimewa sama sepertiku""
apakah dia juga sama dapat melihat makhluk2 itu sama sepertiku" jika benar saya memang tidak sendiri, saya bukan satunya yang memiliki indra 2 alam...
auranya juga tampak tenag tidak ada fluktuatif seperti pada kebanyakan orang.. auranya sama sepertiku dan jauh berbeda dari aura2 orang pada umumnya.. ragu....
saya masih ragu dengan anggapan saya, tapi akhirnya saya mengaku juga karena
100 Tahun Setelah Aku Mati
saking penasaranya, saya :.. emmmm aku tadi lia, hanu perempuan blonde wi" jawabku dater, saya kembali melihat dewi, mencoba melihat bagaimana tanggapanya selanjutnya, dia tidak menjawab, dahinya berkerut seperti sedah berpikir.. dewi :" apa kamu bisa lihat "mereka" sama sepertiku""
... 100 Tahun Setelah Aku Mati Part 30 (rumah untuk kamu pulang )
saya tertegun mendengar pertanyaan dewi, dia berkataka "sepertiku"" sungguh baru pertama kali ini saya bertemu orang dengan indra 2 alam yang seumuran denganku..
Saya :"iya wi.. aku sama sepertimu"
kami cukup lama berpandangan, kami sama2 merasa aneh, entahlah seperti saat kalian bertemu dengan teman lama yang sudah bertahun2 tidak bertemu. saya memang baru mengenal dewi selama beberapa minggu, tapi jika dia sama sepertiku, tanpa dia berceritapun saya akan paham bagaimaana kehidupanya dulu,
pasti dia juga melewati masa-masa sulit sama sepertiku, karena mungkin itulah takdir orang-orang yang diberi kelebihan seperti kami..
kami banyak bercerita tentang diri kami, bagaimana awal kehidupan kami, bagaimana kami bertahan sampai sejauh ini dll,
dewi bercerita kalau dia tidak memiliki kerabat sama sekali, dia tidak tau siapa orangtuanya, dia dititipkan ke pantiasuhan sejak dia masih bayi, kata dewi menurut orang2 didaerahnya dewi dibuang oleh seseorang di sebuah poskamling di daerah jakarta..
dia sama sepertiku memiliki mata yang dapat melihat kejadian/peristiwa masa lalu dan masa depan, mampu melihat makhluk2 golongan jin, dia juga mampu melihat aura,
dia dikucilkan saat kecil, tidak memiliki teman sama sekali,
mendengar ceeritanya membuatku seperti kembali ke masa lalu dimana saya pertama kali mendapat pengelihatan ini, bertemu sari, kehilangan ibuku, kehilangan bapaku dll.
tapi dewi dia bahkan tidak punya siapa2 sejak sesaat dia lahir, saya lebih beruntung walaupun akhirnya ditingggal pergi kedua orangtuaku tapi beliau2 sangat menyayangiku,
saya memiliki hunian dan fasilitas yang layak, dan orangtuaku juga memberikan warisan yang sangat besar untuku, saya juga memiliki om bowo dan keluarganya
100 Tahun Setelah Aku Mati yang sangat baik terhadap saya.
tapi dewi.... pasti dalam perjalanan hidupnya dia kesepian, dia pasti kesulitan, dia jelas lebih kuat dan tegar dari saya ...
dari cerita dewi membuatku benar2 merasa malu, sangat malu.. dalam ceritanya sama sekali tidak ada penyesalan, dia sama sekali tidak menyalahkan Tuhan dan Takdir,
tidak seperti saya dimasalalu yang selalu mengeluh, dan bahkan saya sering mengutuk Tuhan..
dia pasti ketakutan dulu, dulu sacukup besar menghadapi semuanya sendiri, tapi dewi kemana dia akan lari dan sembunyi"
siapa yang membimbingmu dulu", siapa yang menemanimu", siapa yang memelukmu saat takut"
"Allah" jawabnya singkat.. segampang itu dia mengatakanya setelah semua yang dia alami..
"if i feel falling down, if i scared, angry,lonely, etc i remember 1 person,who can make me feel storng again and more, my lord, my Allah, he always protect me and show me a direction"
dia mengatakan itu lagi2 dengan gampang sekali, sebuah kata memang mudah diucapkan tapi coba kamu lakukan, kamu akan tau betapa butuh bertahun2 untuk bisa lebih tenang jika kamu sepertiku.
dewi, dia perempuan tapii apakah hatinya terbuat dari baja hingga sekuat itu", "wi.. kamu hebat" saya berkata tanpa mataku bergeming melihatnya.. dewi tersenyum manis, saya jadi merasa ingin lebih dekat dan mengenal lebih jauh lagi sosok dewi,
latarbelakangnya sebagai seorang indigo sepertiku membuatku tertarik menyelami kisah kelabunya,
benar kata orang jika kita sengsara maka akan lebih baik jika ada seseorang yang sama sengsaranya seperti kita, saya jadi merasa tidak sendirian lagi di bumi.. ..
... "mas harus rajin belajar ya disana jangan males2an"
suara risa terdengar, kami sedang telfonan. ya walaupun tarifnya mahal untuk
100 Tahun Setelah Aku Mati
roamin internasional tapi cukup membuat rasa rindu saya terobati.. saya :"siap bos , kamu juga harus fokus sama target kamu ya" risa :"iya mas, tapi emang mas tau targetku apa""
saya jadi mengingat sesuatuuu
saya :"wayooo,, kamu boong katanya mau ngasih tau aku pas aku berangkat kesini kan dulu", dulu kamu janji ngasi tau cita2 keduamu kan", malah baru inget aku.
terdengar risa tertawa diseberang sana..
risa :"bukan boong mas, kelupaan hihi, lha mas juga gak nagih dulu " saya :"heuheu :P , trus apaan" kasih tau lahh
risa :"yakin nih""""
saya :"iyaa cepetan"
risa :"aku pengen jadi perawat " saya :"good choise "
risa :"biar kita bisa buka praktek dokter umum besok mas " saya :"haha sipdah, udah milih kampus blm nduk""
risa :"udah dong, ada 2 pts mas yang udah nerima jalur prestasiku, tapi ya nunggu yang negeri pengumuman dulu ya mas"
saya :"eh ehh, anak siapa ini kok pinter " risa :"ya anaknya buapak emaku to :P " suaranya yang tengil terdengar jelas ditelingaku.. saya :"hehehe.. nduk "
risa :"iya mas ada apa"" saya :"i miss you "
risa :"i miss you more mas , udah ya mas, dilanjut chating aja nanti biar gak mahal, mas harus hemat walapun dapet jatah bulanan, itu duit negara lho yang jadi uang sakumu mas :P"
saya :"iya bawel, lewat ym apa frendster"" risa :"apa aja bisa mas, yaudah ya mas, saya :"iya, i love you
risa :"i love you more "
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya menutup telepon itu sambil tersenyum, sudah 1 tahun saya tidak pulang keindonesia, tak terasa risa sebentar lagi juga akan masuk pertguruan tinggi sama sepertiku,
rasa rindu dengan anak itu sudah sangat menyiksaku,
saya senang tinggal di melbeourne, banyak pengalaman baru yang saya terima disini tapi tetap jiwa saya adalah Indonesia, saya rindu semua yang berkaitan dengan rumah,
sebenarnya saya memang diizinkan pulang saat liburan musim panas tapi karena keterbatasan biaya dan waktu membuat saya harus sedikit bersabar, saya membuka laptop yang difasilitaskan pihak kemendiknas dan menyalakanya, saya berada di perpustakaan kampus untuk mencari beberapa resensi buku, perpustakaan ini sangat lengkap koleksi bukunya mungkin jutaan karena memang mahasiswa disini berjumlah puluhan ribu orang,
saya membuka tas selempang saya.. dan mengambil sebuah buku album foto yang sering saya bawa,
saya tidak bosan membolak-balik foto2 lama itu, untuk sedikit mengobati rindu atau mungkin malah menambah rinduku pada tanah air.
tampak foto almarhum ayah dan ibuku sedang menggendongku saat saya masih balita,
bapak ibuk, rizal kangen.. doakan rizal bisa cepat2 mudik nggih... gumamku pelan, saya membalik halaman album itu dan sampai pada masa2 smp dan smaku, saya memperhatikan teman2ku itu, ahhh gimana kabar kalian" dasar codot..
saya terkekeh sendiri melihat kekonyolan kami yang tercetak pada foto2 itu.. tentu saja banyak foto risa di album itu, bahkan foto risa sejak masih smp, saya melihat2 kembali dan membandingkan rupa risa dari jaman ke jaman.. "akankah kita benar2 berjodoh ris"" sekarang aku dan kamu hampir 20 tahun, mungkinkah kita akan menikah besok""
pertanyaan itu terlintas begitu saja di pikiranku. pola pikir manusisa memang selalu mengikuti umurnya, saya belakangan ini sering memikirkan tentang masa yang akan datang,
100 Tahun Setelah Aku Mati
ya seperti apa yang menungguku saat saya selesai studi besok.. setelah saya benar2 jadi dokter kemudian apalagi", saya harus punya impian baru lagi, saya harus bisa lebih dari ini,
"mungkin hidup bahagia denganmu adalah impanku selanjutnya ris" saya kembali bicara sendiri didepan foto risa..
"she is ur girl friend"""
suara salah seorang temanku yang bernama natalie, dia ternyata ikut melihat album fotoku dari belakang, dia sedang bersama dewi.
saya :"heuu yo make me injured nat"
natalie :"how a beautyfull ur girlfriend mark, she is indonesian like you"" teman2ku yang berasal dari autralia memanggilku Mark, karena nama tengahku adalah Markus, itu lebih mudah dilafalkan mereka dari pada memanggilku rizal" saya :"yeah, she is indonesia like me, she is my classmate on my JHS " natalie :"ohhh.. you miss her""
bule ini sering bertanya2 tentang kehidupan pribadiku, bahkan beberapa kali dia mengatakan kalau saya pulang keindonesia maka dia ingin sekali ikut saya.. saya :"haha, ur question killing me nat, yeahh im missing her" jawabku sembil kembali melihat foto risa.
saya :"wi, ntar ajarin materi dari pak johanson ya, ada beberapa bab aku mis jadi kuran paham,"
saya berbicara kepada dewi.
dewi :"oke zal, nanti main aja ke kamarku, see ya zal, i'll get something to eat" natalie :"see you tomorow mark "
saya :"yeahhh see you "
... ... .. "aku kemarin gak paham omonganya pak johanson wi, dia omongnya pake aksen spainya jadi bikin buyar"
saya sedang belajar di kamarnya dewi, saya memang dekat dengan dia biasanya
100 Tahun Setelah Aku Mati
dia saya jadikan tempat bertanya untuk masalah urusan kuliah, karena dia memang benar2 smart, bahkan di kelas dia sanga diperhitungkan dalam urusan nilai akademik,
dewi :"kamu sihh, udah setaun disini kok sama aksen spanyol aja bingung" saya :"ya omongnya mereka cepet banget gitu, kadang kecampur bahasa amigo, te amo, fratelo kan dengernya aneh"
dewi :"ngawurr, frateloitu bahasa italy " saya :"ha"" iyakah kamu kok bisa tau sih""" dewi :"guee getuhhh"
saya memang beberapa kali erkendala bahasa disini karena kehidupan di australia cukup beragam, jutaan orang dari belahan dunia juga tinggal disini dengan bahasa yang bercampur2,
seperti orang british,spain, norwegia,sweden,italy,japan,chenese,france dll mereka menggunakan bahas inggris dengan aksen mereka masing2 yang membuat saya kadang bingung,
tapi dewi, dia memiliki kemampuan bilingual beberapa bahasa yang membuat dia tidak terlalu kesulitan beradaptasi disini..
saya menghabiskan waktu bersama dengan dewi untuk belajar dan ngobrol sampai jam 10 malam. saya pun menyukupkan belajar kami dan bersiap kembali ke kamarku di lantai bawah..
dewi :"zal, semester depan kamu jadi mudik"" dewi bertanya kepadaku.. saya :"mungkin w, kalau uangku cukup, banyak yang membuatku kangen rumah, kalau kamu gimana""
dewi :"egak tau zal, aku gak punya seseuatu yang membuatku rindu rumah seperti kamu, bahkan aku sendiri gak tau tempat mana yang kusebut rumah itu" saya :"what do you talking about",kamu akan selalu punya tempat untuk pulang" dewi :" semoga zal "
saya :"kalau kamu mau besok pulang ketempatku aja, bareng aku" dewi :"really"" "
"yeah,dan kamu bisa menyebut tempatku sebagai rumah untuk kamu pulang "
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 31 (tak kusangka kamu) .
saya sedang bersama teman2 saya menikmati celebrasi setelah ujian semester yang melelahkan, ini adalah semester ketigaku di melbourne, sudah sekitar satu setengah tahun lebih sedikit saya meninggalkan kampung halamanku, kira2 teman2ku disana pada ngapain ya", pikirku dalam hati kami berada di sebuah kedai kebab di chapel street di kota prahran, ini hanya sebuah cafe kecil tapi dengan tata ruang yang sangat bagus, membuat kami betah berlama2 disini.
saya banyak bengong disana, ada sesuatu yang sedang saya pikirkan, yaitu tiket kepulanganku saya sudah mendapatkan tiket penerbangan yang murang untuk pulang bersama dewi.
"are you al righ mark""" suara Eugene salah seorang temanku membuat lamunanku buyar,
saya :"ohh, yes im al right, im just thinking something" eugene :"it's about ur homesick""
Saya :"haha, you can read my brain" .
musim panas, saya sudah berada dibandara melbourne bersama dewi untuk bersiap pulang keindonesia, dengan tas ransel super besar dan sebuah koper yang penuh dengann oleh2 kami pun
akhirnya berangkat.. dewi bukanlah tipe cewek yang banyak omong dia pendiam sama sepertiku, kami sama2 diam saat tidak ada suatu hal yang patut dibicarakan,
tampak dewi sudah menyumpal telinganya dengan headset yang tersambung ipod yang dipegangnya, dia memejamkan mata sambil menyanyikan lagunya pelan..
tidak banyak yang bisa saya lakukan saya hanya bisa menerawang dan beranganangan kira2 bagaimana reaksi risa melihatku kembali tanpa bilang dulu padanya, ya risa tidak tau sama sekali tentang kepulanganku, saya memang sengaja tidak memberitahunya agar menjadi kejutan tersendiri.
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya merogoh saku di jaket tebal saya, sebuah hadiah untuk risa sudah jauh2 hariku siapkan, sebuah harmonika kecil yang saya bungkus dengan kotak beludru, "semoga dia suka" gumamku pelan sambil membuka kotak itu, risa memang selain memiliki bakat dalam olahraga dia juga berbakat dalam hal musik, pasca dia kecelakaan kesibukanya adalah bermusik,
hampir semua alat musik dia bisa mainkan..
"cieee, kado buat cewekmu ya zal""" suara dewi mengaggetkanku. saya :"ehh iya wi, dia lagi seneng musik, kayaknya dia belum punya harmonika makanya aku kasi dia kado ini"
dewi :"senengnya punya punya pacar ya zal" saya :"apasih wi, kayak gak pernah pacaran aja kamu" dewi :"emang belum pernah wekkk :P "
saya :"haa"" setua kamu belum pernah punya pacar"" kesian" saya sedikit menyindirnya
dewi :"yeeee... biarin, emang sengaja juga gak mau punya pacar, lagian siapa juga yang mau sama aku zal"""
saya :"banyak wi, cuma cowok bodoh aja yang gak mau, pinter, egak2 lebih tepatnya jenius, dan kamu cantik" jawabku sambil menyenderkan pundaku di seat pesawat,
dewi :"menurutmu aku cantik"" dewi bertanya sambil mengubah posisi duduknya agar berhadapan denganku,
saya :"enggak juga sihhh " dewi :"tuuuhh kan"
saya :"karena menurutku kamu sangat cantik"
dewi hanya diam dengan pipi yang mulai memerah, saya hanya tersenyum sambil menjitak pelan kepalanya...
.. entah sudah berapa lama kami di pesawat yang sedang mengudara ini, saya hanya sibuk membolak-balik novel yang kubawa sambil berangan2 lagi, sekitar 3 minggu saya akan berada di jogja, dan dewi akan ikut selama 1 minggu untuk liburan di jogja,sebelum dia kembali ke jakarta dan kira2 apa yang akan saya lakukan bersama risa ya" saya bertanya dalam hati.
100 Tahun Setelah Aku Mati
yang jelas saya akan melakukan hal yang belum sempat kami lakukan, mungkin saya akan mengajaknya kesemarang untuk nyekar ke makam bapak dan ibu... and finally, Soekarno-Hatta Airport, akhirnya kami sudah tiba di jakarta ibukota negaraku, baik saya maupun dewi merasa senang akhirnya kami sebentar lagi akan menginjakan kaki di tanah kelahiran kami.
pesawat akan transit sebentar untuk selanjutnya melanjutkan penerbangan ke adisucipto,
"ehhh zal, nanti aku tidurnya sama siapa dirumahmu", katanya kamu tinggal sendiri"" dewi bertanya kepadaku saat perjalanan menuju jogja. saya :"sama aku boleh kok wi "
dewi :"wuu maunya, aku sih ogahh !" dewi menyenil hidungku saya :"hihi, ya ntar kamu sekamar sama risa aja, nanti dia tak minta nemenin kamu buat nginep"
dewi :"fiuuhh sukurdehh, kalo serumah sama kamu doang malah bisa kamu apa2in aku"
saya :"wuu maunya, aku sih ogah!" jawabku meniru perkataan dewi.. .
pesawat pun landing, saya dan dewi sudah sampai di kota kelahiranku, jogjakarta.. "hmmm tidak banyak yang berubah" gumamku dari dalam taksi yang membawa kami menuju rumahku di pusat kota jogja.
jarak rumahku dari bandara hanya memerlukan waktu 30 menit, dan akhirnya saya sudah sampai di depan pagar rumah saya..
saya tersenyum lebar di depan rumah peninggalan orangtuaku, "ahh,, kamu masih sama saja" saya kembali bicara sediri, disaksikan dewi yang memandang sekellingk lingkunganku,
"wehhh pak dokter sudah pulang" suara pak sodiq tetanggaku membuat perhatianku teralih.
saya :"wahhh pak sodiq, iya pak. pulang sebentar ini, mau nengok rumah" saya berbicara untuk beberapa lama dengan pak sodiq, saya ikut senang melihat rumahnya yang dulu ambruk kini sudah berdiri kembali..
saya berpamitan kepada pak sodiq untuk masuk kerumah, dan menunda obrolan kami untuk nani..
100 Tahun Setelah Aku Mati "slahkan masuk " kataku kepada dewi
dewi hanya tersenyum sambil melangkah masuk kerumahku, saya memandang sekeliling...
tampaknya om bowo baru saja membersihkan rumah ini, tampak lantai dan perabot rumah masih mengkilat sama seperti terakhir saya tinggalkan foto2 keluarga masih terpasang rapi di dinding, tatanan kursi dan mejapun masih sama dan mungkin sama sekali tidak bergeser sejak terakhir saya melihatnya, saya mengajak dewi ke lantai atas, saya membuka pintu kamarku, dan begitu pintu terbuka langsung saja memori2 masa lalu menyeruak di kepalaku, ahhh.. kasur yang tergulung, coretan2 di dinding, meja belajarku, dan gitar lamaku, semua masih tertata dengan rapi, saya kembali tersenyum melihat ruangan yang sudah 1,5 tahun saya tinggalkan itu.
"jadi nostalgia ya zal" dewi berbicara kepadaku.. saya :"iya wii.. kangen "
saya kemudian membuka kamar untuk dewi yang terletak tidak jauh dari kamarku,
saya :"tak siapin kasur dulu wi, bentar ya"
saya berlalu untuk mencarikan kasur buat dewi di lantai bawah... "nahhh, ini wi tak tatain bentar, maaf ya rumahku cuma kayak gini" ujarku sambil menata kasur untuk istirahat dewi..
dewi :"ahh, ini udah bagus banget zal, kamu harus bersyukur" jawabnya sambil duduk dan meminum sambil mengemil makanan yang kami beli di perjalanan kesini,
saya :"kamu istirahat dulu ya wi, nanti tak siapin makanan. dewi :"ok zal, santai saja"
saya kemudian berjalan ke kamarku, saya menggelar kasurku dan tiduran diatasnya, capek.. tapi saya merasa sangat senang sudah pulang, saya memandang langit2
"ternyata memang rumah ini sangat nyaman" gumamku sambil memasang kartu sim lokal yang saya beli tadi..
saya memencet nomor risa, hihi saya ingin sedikit mengerjainya..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"risa, kamu dimana sekarang"" saya mengirim pesan singkat ke nomornya.. sekitar 15 menit, saya hampir terlelap tidur, hp PDA saya berbunyi, saya buru2 mengeceknya,
"lagi di kampus, ini siapa ya"" saya hanya bisa senyum2 membacanya, kini risa sudah kuliah di salah satu PTS ternama di jogja, dia sedang mengambil jurusan keperawatan.
niat iseng saya muncul, saya kemudian menelfonya
"halooo.. siapa ini, halooo.. halooo.. " terdengar suaranya, saya tidak menjawabnya.
saya menutup telefon, dan memeluk guling tanpa sarung yang ada disampingku. saya sering telfonan dengan risa, tapi kali ini suaranya jelas sekali, dan terasa dekat, seolah dia berada disampingku..
rasa kangen yang sudah berapa lama kami tanggung nanti malam akan terobati....]
saya baru saja kembali dari masjid samping rumah untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah, sholat berjamaah merupakan hal yang sulit saya lakukan di Ausie, karena mayoritas agama disana adalah nasrani dan budha. saya juga sekedar ingin menyapa dan bersilaturahmi dengan tetangga2ku, dan mereka juga menyambutku dengan sangat baik .
"wi, aku tingggal sebentar kamu gapapa kan", besok kamu aku ajak jalan2, aku mau ke tempat risa dulu, makanan ada di ruang makan ya udah aku siapin" dewi :"iya zal santai aja, makasih ya malah ngrepotin kamu, and good luck ya " saya :"thanks "
saya pun berlalu menuju garasi dan memanasi mobil yang sudah lama terpakir disitu, beruntung om bowo sangat perhatian beliau juga merawat mobil ini, mesinya masih normal dan bensin juga full, mungkin om bowo sebulan sekali rutin merawat rumah ini.
saya menjalankan mobil itu pelan menuju rumah risa yang juga tidak terlalu jauh, ada perasaan deg2an setelah sekian lama tidak bertemu dengan risa, perempuan
100 Tahun Setelah Aku Mati yang benar2 sudah terpatri dihatiku.
pagar rumah risa, saya sudah berada didepan pagar rumah risa, dan pagar itu kemudan dibukakan oleh pak suroto,
saya membuka kaca depan untuk menyapa beliau, "pak, ini saya, bapak gimana kabarnya""" tampak pak suroto sedikit pangling dengan saya,
"walahhh, mas rizal to ternyata, kapan pulang mas, wahh udah lama banget sampean gak main, langsung masuk dulu saja mas"
saya mengucapkan salam sambil berlalu dan masuk sampai disamping garasi rumah risa untuk memarkirkan mobil..
saya memencet bel pintu..
perasaan deg2an itu kembali, saya berharap yang membukakan pintu adalh risa, yaaa semoga yang muncul dari balik pintu itu adalah wajah gadis yang sangat saya rindukan itu,
klek,, pintu terbuka. dan ternyata om hamzah yang membukakan pintu, tak apa, saya juga bukan main senangnya bisa bertemu om hamzah, beliau adalah orang yang sangat baik kepadaku.
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"welahhhh nak rizal, kapan pulangnya"" tampak om hamzah tekejut melihat sayaa didepan pintu.
saya tidak menjawab, saya buru2 meraih tangan beliau dan menciumnya, saya kemudian memeluknya, beliau sudah kuanggap bapaku sendiri, beliau adalah orang yang sangat baik seperti almarhum bapaku..
"saya sengaja om, biar kejutan hehe, oh iya om apa risa ada"" tanyaku sambil duduk di teras depan..
om hamzah :"wahh, yaya hebat ya sekarang tambah ganteng ni calon dokter, oh iya maaf le risa baru saja pergi sekitar 15 menit, dia pergi sama temenya katannya mau nntn konser musik di cafe xxxxxx deket kampusnya"
saya :"ohh ya om gapapa, saya susul risa dulu ya om, sudah satu setengah tahun gak ketemu dia" jawabku sopa.
om hamzah :"yaya silahkan, pasti wis kangen ya. hahaha, ya nanti jangan lupa mampir lagi, kita ngobrol2 lagi ya"
saya :"ya om, saya permisi dulu"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya akhirnya berpamitan dengan om hamzah, mbok nem dan pak suroto yang juga nampak senang bisa bertemu lagi denganku..
saya memacu mobilku agar segera sampai ke cafe yang dimaksud, saya benar2 ingin segera bertemu risa..
saya memarkirkan mobil, cafe itu nampak sangat ramai dan penuh dengan mahasiswa, mungkin karena ada acara konser kecil disana, saya masuk dan mulai celingukan mencari orang yang saya maksud.
saya moneleh kiri dan kanan berharap akan melihat sosok risa, dan akan langsung menyapanya, saya mulai membayangkan bagaimana rupa risa sekarang, dan bagaimana ekspresinya nanti..
benar saja, sosok itu muncul, risa yaaa saya melihat dia sedang duduk sendirian sambil meminum es coklat dimejanya tampak pandanganya kedepan panggung yang diisi oleh band yang sudah hampir selesai menyanyikan sebuah lagu, dia tampak semakin menawan, dengan kemeja casual berwrna biru dengan celana jeans, dia sekarang memakai kacamata, membuat dia semakin enak dilihat, dia nampak anggun dan cantik lebih dari terakhir kali saya melihatnya secara langsung..
dada saya seperti bergemuruh, harusnya saya langsung mendekat, tapi saya malah terpaku melihat risa dari jarak 10 meter, dia belum menyadari kalau saya sudah sangat dekat denganya,
saya melangkahkan kaki, tanpa sedetikpun pandangan saya lepas darinya, dan baru dua langkah saya berjalan,
risa dihampiri seorang laki2, mungkin seumuran denganku.. sepertinya dia adalah vokalis yang baru saja selesai menyanyikan lagu diatas panggung tadi, dia membawa seikat bunga sambil tersenyum dan menyerahkanya kepada risa... risa menerimanya sambil tersenyum, terlihat gerakan bibirnya mengucapkan terimakasih sambil tersenyum dan menimang2 seikat mawar yang diberikan cowok itu, mereka berbicara, risa tampak tersenyum dan terlihat sangat bahagia.. saya kembali mematung, melihat laki-laki itu berbicara dan sangat dekat dengan risa, bahkan mereka sepert berpegangan tangan..
siapa dia"""
100 Tahun Setelah Aku Mati
enggak, mungkin dia adalah teman dekatnya, ya pasti hanya teman sekelasnya atau mungkin saudara yang mungkin saya belum kenal, saya mencoba berpikir positif, karena saya percaya risa adalah gadis yang setia dan konsisten.. saya memilih berjalan mundur dan duduk di kursi sambil melihat risa dari jauh, apakah saya cemburu" mungkin iya,
saya ingin melihat lebih lama dan berusaha mencari tau dengan siapa risa sekarang, saya berusaha tidak terlihat oleh risa, saya memakai topi yang sengaja saya bawa untuk menyamarkan wajahku..
dan laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan risa, entah menuju kemana, saya berusaha mencegatnya, tampaknya dia menuju toilet, saya berjalan agar berpapasan denganya dan
brugg, dengan sengaja saya senabrakan bahu saya kepadanya. "ehh.. maaf maaf mas saya gak sengaja, masnya gakpapa" jawabku pura2, untuk tau siapa orang ini,
"jalan ati2 dong!!" dia sedikit sewot..
"maaf mas saya gak sengaja, lohh mas yang sama risa tadi kan"" "iya kenapa""" tanyanya ketus.
"ohh.. mas siapanya risa sodaranya kah", atau temenya"" tanyaku menyelidik. "gue pacarnya risa" jawabnya
jlebbbb,,,.. "ohh, yaya mas, saya rizal" saya menimpali dengan senyum palsu yang saya buat sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan denganya,
dia menyambut tanganku, "gue Ari, lo siapa"" tanyanya kembali
"saya rizal mas, saya cuma mantanya risa dulu, yaudah mas sekali lagi maaf, saya permisi dulu"
saya tidak menunggu jawabanya, dan berjalan keluar, baru beberapa langkah saya berjalan saya membalikan badan.
"mas Ari!" dia menoleh, "kamu beruntung dapet risa, dan jaga dia baik2"
orang bernama ari itu hanya mengangguk, dan saya pun berjalan keluar dengan
100 Tahun Setelah Aku Mati perasaan yang aneh, tidak nyaman, dan tentu saja sakit.. .
di dalam mobil tidak henti2nya saya bertanya didalam hati..
"maafkan aku ya, aku terlalu yakin dan bermimpi terlalu jauh, tampaknya emang kamu butuh orang yang selalu dekat denganmu, semoga laki2 yang kamu pilih jauh lebih baik dariku"
kata2 tidak ikhlas itu terucap secara tidak sadar dari mulutku.. saya tidak habis pikir, risa yang kukenal secepat itukah kamu berpaling" kalian pernah merasakah hal seperti ini" atau perasaan semacam ini" saya merasakan sesuatu yang aneh,
mungkin saya tidak berdarah, tapi terasa sakit, ya rasa sakit itu berada didada....
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 32 (biarkan saya sejenak berpikir )
"terimakasih untuk 7 tahun menemaniku,kamu akan lama tidak melihatku lagi, tapi sepertinya aku bisa tenang meninggalkanmu dalam waktu lama, tampaknya kamu sudah memiliki
orang yang akan menemanimu disini, selamat tinggal Risa, terimakasih dan semoga bahagia
ttd Mas " saya menghentikan mobil saya di pinggir jalan untuk menulis pesan itu di secarik kertas, yang kemudian saya sisipkan di kotak hadiah untuk risa, saya menghela nafas panjang.
"kayaknya kita benar2 harus pisah dalam arti sebenarnya ris" saya masih tak habis pikir dengan kejadian barusan,
risa yang dulu itu tidak mudah tertarik dengan laki2 lain, dia bisa manjaga hatinya tetap untuku, tapi malam ini saya melihat kenyataan lain,
saya merasa marah, emosi saya bercampur, sejak orang yang mengaku ari itu berkata "gue pacarnya risa", saya dibuat percaya dengan melihat sendiri bagaimana kedekatan mereka.
ahhhh, rasanya tidak karuan,saya benar2 ingin memukuli cowok dengan tampang belagu itu, saya termenung cukup lama didalam mobil, saya melirik ke jam tangan yang baru menunjukan pukul 20.30
saya mejalankan mobil saya menuju rumah risa, saya ingin ngobrol2 ringan sebentar dengan om hamzah sekedar berpamitan, saya ingin segera pergi agar tidak bertemu dengan risa dulu dalam waktu dekat ini,
aneh ya beberapa jam yang lalu perasaan saya meluap2 untuk bisa bertemu denganya, tapi sekarang saya sudah enggan untuk sekedar bertemu saja, sudah kepalang hancur perasaan saya,
argumen2 positif dikepala saya seperti dibantahkan oleh realita yang saya lihat sendiri.
"lohh risanya mana le""" tanya om hamzah saat saya sudah sampai dirumah beliau,
saya :"risa sedang ada urusan sebentar om dengan teman2nya, sebentar lagi juga dia pulang" jawabku bohong
saya mengobrolkan beberapa hal, dan kehidupanku di Ausie adalah topik yang paling sering ditanyakan oleh om hamzah..
100 Tahun Setelah Aku Mati
"om, saya mau mengucapkan terimakasih atas kebaikan om selama ini kepada saya, dan mohon maaf om saya harus segera pamit kembali, maaf om saya tidak bisa lama dan saya harus kembali ke Ausie secepatnya, karena kesibuka saya yang tidak bisa ditinggal"
saya kembali berbohong untuk menutupi kejadian barusan..
tampaknya om hamzah juga mengerti ada hal yang salah terjadi padaku dan risa, "semua pasti ada jalan keluarnya le, saya tidak akan mencampuri urusan kalian, saya sudah percaya sama kamu, dan apapun masalahnya pasti kamu bisa mengatasi,
ya saya jadi orang tua cuma bisa suport saja, kamu hati2 jaga diri" om hamzah memberiku nasihat,
"saya mengerti om, maaf jika saya tidak bisa menjaga risa dengan baik, dan om... tolong titip ini kepada risa" saya menyerahkan hadiah kecil yang saya bawa, dan akhirnya saya meninggalkan ruah beliau,
saya teringat kepada dewi dia pasti sudah bosan menunggu dirumah sendirian... saya menyetir dengan pikiran yang tidak fokus, ada segudang pertanyaan "kenapa" yang berputar dikepalaku yang membuat saya gusar, "ris, kenapa kamu berpaling saat semua begitu sempurna aku rasakan"" pertanyaan itu kembali muncul..
saya memarkirkan mobil didepan garasi, klek, pintu terbuka yang dibukakan dewi dari dalam,
"selamat datang " dia menyambutku dengan senyuman cantiiknya. saya membalas senyumnya dengan senyuman kecut..
"zal, kamu kenapa""
dewi langsung paham dengan kondisiku yang terlihat tidak senang. saya :"gapapa ko wi" jawabku singkat,
dewi :"udah kubilang percuma kamu boong, aku tau orang lagi boong itu gimana" jawabnya menyelidik..
saya :"yahhh.. nanti akan kuceritain, kamu pernah jalan2 ke jogja malem2 belum""
dewi :"belum zal"
saya :"jalan2 yok, kamu siap2 dulu sana" pintaku kepada dewi dewi :"kamu yakin""
saya hanya mengangguk, dewi pun akhirnya menuju kamar untuk berganti baju dan siap2, saya juga menuju kamar untuk melepas kemeja yang membuatku gerah,
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya memandang fotoku saat sma yang masih tertempel pada pojok cermin, saya membandingkan rupaku dulu dan sekarang,
yaa saya cuma bertambah putih karena jarang terkena sinar matahari dan polusi, postur badanku juga lebih besar karena di Ausie saya rajin fitnes, saya melepas kemeja merah itu,
dan memilih memakai t-shirt saja.
apakah risa sudah tau saya pulang"" baru 3 hari yang lalu kami saling melepas rindu lewat telepon saat saya di Ausie, dan sekarang setelah sekian lama dan berharap pertemuan ini akan menyenangkan
ternyata saya malah menerima rasa sakit ini, "how a disapointing" lagi2 saya mengeluh, .
"zal" dewi memanggilku diambang pintu yang sengaja tidak saya tutup. saya :"sudah siap wi""
dia mengangguk, dewi tampil elegan dengan celana panjang dan kemeja yang dibalut cardigan, saya memandang wajahnya, dia cantik bahkan sangat cantik, dia memiliki mata yang indah,
sayang matanya selalu terlihat sayu, saya jarang sekali melihat matanya berbinar, matanya menjelaskan betapa sulit hidupnya dulu..
saya :"yok, kamu udah makan""
dewi :"udah kok zal "
saya :"akunya yang belom -_-"
dewi :"ya ntar kan bisa makan diluar zal"
saya :"oke deh, aku juga kangen sama makanan jogja"
kamipun berangkat, saya sebenarnya tidak terlalu antusias, karena mood saya sedang benar2 buruk, tapi saya harus melayani dewi sebagai tamuku, ditambah dia baru pertama kali ke jogja, dia tampak excited sekali, jadi saya akaan menemaninya kemanapun dia ingin pergi...
kami berjalan menyusuri trotoar di sepanjang jalan malioboro, sudah lama juga saya tidak ketempat ini, jajanan khas seperti pecel,bakpia dan gudeg berjajar sepanjang jalan,
penjual pernak pernik khas jogja, dan baju2 yang ada di sepanjang emperan tak henti2nya menawarkan dagangan mereka, beberapa kali kami disangka turi oleh penjaja pernak pernik dan sovenir disini,
begitu saya menggunakan bahasa jawa mereka malah terheran-heran sendiri... saya tertawa melihat belanjaan dewi yang tampak menggunung, dia mulai
100 Tahun Setelah Aku Mati
kesulitan membawanya, "mau dijual lagi wi" hhe, sini aku bawain" kataku menawarkan bantuan. dewi :"hehe, egak lah zal ini buat anak panti.. mereka pasti seneng dapet oleh2 ini, kebetulan juga kan uang sakuku udah kekumpul banyak, jadi ya gak ada salahnya beliin mereka"
saya tersenyum begitu mengetahui niat baik dewi, ternyata dia memang layak disebut cewek paket komplit, karena selain cantik da pintar dia juga memiliki hati yang sangat baik.
Saya :"ohhh, pak tambahin bajunya 2lusin lagi pak ukuranya di beda2 ya" saya berbicara kepada penjual baju itu yang melayani kami dengan senang karena daganganya kami borong,
dewi :"loh zal kok""
saya :"besok aku ikut kamu ke jakarta ya "
dewi mengangguk sambil tersenyum, dia tau apa yang saya maksud. tampak matanya yang sayu mulai mengembang, inilah rona wajah yang ingin saya lihat dari dewi,
cukup banyak bawaan kami, dan setelah barang kami taruh di mobil saya dan dewi pun melanjutkan ke alun2 sekedar untuk duduk2 saja sambil menikmati wedang ronde yang sudah kami pesan,
dewi :"zal, boleh tanya""
saya :"tanya aja wi"
dewi :"emmm. gimana nge datenya tadi apa kah berjalan lancar", mukamu surem banget tadi"
saya sudah menduga dewi akan menanyakan hal itu..
saya :"hahh.. ya kadang memang gak berjalan mulus wi, tadi aku liat dia lagi sama orang lain"
dewi :"terus"""
saya :"yaaa aku rasa aku gak akan egois wi"
dewi memiringkan kepalanya sambil melihatku, pertanda dia ingin dijelaskan lagi. "yaa dia sudah bahagia dengan hidupnya sekarang, dia udah punya orang lain selain aku wi"
dewi :"terus reaksimu""
saya :"yaa, apa lagi yang bisa aku lakuin wi", dia keliatan seneng dan bahagia, ya ngeliat kebahagianya aku gak boleh egois"
dewi :"kamu terlalu cepat berasumsi zal" saya :"maksudnya terlalu cepat berasumsi""
100 Tahun Setelah Aku Mati dewi :"yaahh.... kamu harusnya,,,,,,"
"Rizalll!!!.. kamu Rizal kan"""
dewi belum selesai berbicara perhatian kami malah teralih kepada suara yang memanggil namaku.
saya memicingkan mata, untuk memastikan siapa itu, dia seorang perempuan yang memanggilku dari seberang jalan..
oranya putih dan cukup tinggi untuk ukuran perempuan, dengan rambut yang tergerai kemerahan, hidung mancung dan wajah yang seperti oriental.. "Susi"" ya dia adalah susi, teman sekelas risa saat kelas 1, dia menghampiri saya dan dewi..
saya :"susi kan""
susi :"siapa lagi kalo bukan"", kamu apa kabar di Autrali", lagi mudik ya"", aku boleh gabung""
saya menyalaminya dan mempersilahkan dia duduk bersama kami. saya :"aku baik sus, oh iya kenalin ini dewi, dan dewi ini susi" kedua perempuan itu saling berjabat tangan..
susi :"kamu kapan pulang", kok gak kabar2""
saya :"baru tadi pagi kok sus, ini cuma mau cari angin bentar" susi :"ohh.. cari angin apa pacaran"hihi"
dewi :"ehh.. enggak mbak, kita cuma temen, saya temen sekelasnya di Ausie" susi :"ohh kirain, hehe,... risa dimana zal", kok malah gak ikut" saya :"emm.. risa lagi ada acara sus, jadi gak bisa ikut" susi memirngkan kepalanya, tanda bingung.. susi :kok aneh""
saya :"aneh dimananya sus""
susi :"yaa, risa itu kalo ketemu di kampus yang diomongin isinya cuma kamu.. kangen lah, apalah, ampe budeg aku dengernya, tapi kamu udah disini dan risa malah ada acara lain,
menurutku itu aneh aja zal"
saya :"wait.. kamu satu kampus sama risa"""
susi :"iya.. tuhhh dasar risa gak cerita ya huhhhhh, dia adik tingkatku, kan aku sama kamu lulus duluan"
saya mengerutkan dahi, saya membatin apakah saya pantas menanyakan ini"" "emm, sus apa kamu tau risa apa dia lagi deket sama orang lain"" susi :"emm gimana ya zal, setauku dia banyak dideketin, secara dia emang jadi primadona baru di kampus, tapi yang paling getol deketindia..."
100 Tahun Setelah Aku Mati "Ari" saya menyela omongan susi,
susi :"loh kamu tau""
saya :"yaa.. dia emang pacar baru risa" jawabku singkat.
saya kemudian menceritakan kejadian barusan kepada susi, dewi juga tampak menyimak obrolanku..
"aku sih percaya sama risa zal, dia bukan cewek yang gampang digoda, tapi yaa sebaiknya kamu harus cari tau sendiri"
susi memberkan tanggapanya kepadaku..
saya :"aku udah liat sendiri kedekatan mereka sus, kayaknya emang hubunganku sama risa udah cukup aja sampe disini"
susi :"dan kamu bakal merelakan semua yang udah kamu lalui bareng risa" saya hanya mengangguk pelan..
"yahhh,,, payah kamu, kirain sekolah di Australi bikin kamu tambah pinter dari sebelumnya, ternyata kamu malah tambah blo'on zal, sebaiknya kamu pikir dulu, ntar kamu nyesel,
zal, berhentilah jadi penakut, setauku kamu cowok paling berani yang kukenal" saya cuma diam sambil memikirkan perkataan susi...
"zal, kamu tau" aku masih punya feeling yang sama seperti dulu, kamu masih belum tergantikan, meskipun kita udah lama gak saling ketemu tapi aku selalu berusaha biar bisa seperti risa,
dan sekuat apapun aku berusaha risa emang gak terkejar, aku jadi sadar kalau memang ya beginilah aku, dan begitulah risa, aku gak akan bisa mennyamai risa begitu juga sebaliknya,
aku sadar kalau risa ya buat kamu dan kamu ya buat risa, sebaiknya pikirkan baik2 ya"
susi berbicara sambil meraih potongan kertas nota yang dia bawa sambil menuliskan sesuatu,
Susi :"ini nomorku, sama friendster dan Ymku, kalau mau tanya2 lewat itu ya, aku harus pergi, aku sama keluargaku disana, bye rizal, aku kangen kamu boncengin pake pespamu , dewi aku permisi dulu"
susi berpamitan dan berjalan menuju ke sebuah mobil yang menunggunya, saya masih terdiam sambil memikirkan perkataan susi dalam2..
Dewi :"wahhh ernyata salah satu fans "
saya :"cuma teman lama kok wi"
dewi :"ya sebaiknya kamu pikir perkataanya ada benarnya zal, kamu tentu sudah melewati banyak hal kan" apa kamu rela semua itu menguap gitu aja"""
100 Tahun Setelah Aku Mati
"aku gak tau wi, aku cuma ingin waktu buat mikir dulu, saat ini aku mau tau gimana reaksi risa, cepet atau lambat dia pasti bakal tau aku pulang" dewi :"yaa kalau itu keputusanmu its up to you zal"
saya :"kamu punya banyak waktu", aku pengen ngajak kamu ke tempat lain" dewi :"kemana zal""
saya :"malam ini kita nginep ke semarang" ..
... .. 100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 33 (semarang) "ke semarang"". ini udah hampir jam 12 malem zal" dewi mencoba menanyakan lagi keinginanku, saya :"iya sekarang kita ke semarang"
dewi :"emm, kamu cuma cari alasan biar gak ketemu risa dulu kan""" saya :"yaa itu salah satunya, tapi ada beberapa hal lain yang ingin aku lakuin disana"
dewi :"apa itu"""
saya :"kamu akan tau besok pagi, yang penting kita berangkat sekarang ya" singkatnya dewi berhasil kubujuk, jawabanya tepat saya memang ingin menghindar dulu dari risa, tapi alasanku yang lain adalah saya sudah setahun lebih tidak nyekar ke makan almarhum ibuk dan bapak.
sebelum berangkat kami mampir makan dulu di sebuah warung bakmi kaki lima yang ada di pinggir jalan, sudah lama juga saya tidak makan bakmi godhog, beberapa hal ringan saya obrolkan dengan dewi, pembeli sepert kami cukup ramai di warung itu membuat yang saya dan dewi harus menunggu cukup lama sampai pesanan kami siap,
saya dan dewi sudah kehilangan topik pembicaraan untuk kami obrolkan, saya cuma menunduk sambil memandangi gelang yang diberikan risa, tertulis namaku dan namanya,
"pakai ini terus ya mas, biar kamu inget terus sama aku" saya teringat kata2 risa saat memakaikan gelang kulit ini..
"ris, aku selalu inget kamu, apa kamu masih memakai kalung itu ris""" saya bertanya dalam hati..
"kamu galau lagi zal"" dewi bertanya.. saya :"cuma memikirkan yang udah lewat" dewi :"kangen sama yang dulu2""" saya mengangguk pelan,
dewi :"kalo kamu menyerah kayak sekarang ya siap2 aja nanggung kangen itu sampe kamu tua, tapi kalo kamu berjuang yaa kamu bisa mengulang hal2 yang buat kamu kangen itu sama risa lagi"
saya :"apa kamu pernah dikecewakan seperti ini wi"" saya bertanya balik kepada dewi
dewi :"yaa,, aku sering dikecewakan juga zal, dikecewakan kenyataan, aku cewek yang punya perasaan, meskipun belum pernah pacaran pasti aku juga pernah menjalin hubungan dekat sama cowok"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"boleh diceritain"""
dewi kemudian menceritakan kisah romansanya kepadaku, dia juga pernah jatuh cinta kepada seseorang yang lebih tua 4 tahun umurnya dari dia. namanya adalah Husain, dewi pertama bertemu denganya saat dewi sma, pertemuanya terjadi saat husein sedang ppl di sekolahan dewi, dan semua terjadi begitu saja, husin dan dewi menjalin hubungan tanpa setatus, cukup lama. mereka hanya mengungkapkan perasaan mereka masing2, 1 tahun dewi mulai menikmati indanya kasih seseorang,tap.... husin pun harus diambil darinya, ya.. husin meninggal dengan umur yang masih muda, dewi tidak menjelaskan bagaimana sampai husin meninggal,
menceritakan itu pasti cuma akan membuat luka hatinya kembali sakit.. saya :"maaf wi, aku ikut berduka"
dewi :"yaa,, hidup orang seperti kita emang gak mudah ya zal, akupun merasa begitu, saat ada orang baru yang menerima kekuranganku dia harus pergi, kak Husin satu2nya orang yang bisa mengerti aku,
dia begitu melindungiku, tapi semua yang hidup memang bakal mati zal, aku udah ikhlas untuk kepergian kak husin, dan udah saatnya aku berjalan lagi, satu2nya yang membuat aku menyesal adalah aku dan kak husin gak sempat memiliki hubungan seperti hubunganmu dengan risa,
berkali2 kak husin nembak, tapi selalu aku bilang belum siap, dan setelah dia pergi cuma ada penyesalan zal"
saya termenung,, betull juga perkataanya, beberapa kali saya mati2an menjaga risa, mulai dari saat dia koma, saat akan terjadi gempa, dalam hati saya masih sangat besar rasa sayang kepada risa,
tapi entah kenapa egoku menepis semua itu,
saya hanya bisa mengangguk2 seperti orang bodoh, saya paham maksud dewi, tap saya masih ndableg dan masa bodo..
.. kami sudah selesai makan dan langsung masuk mobil kemudian berangkat menuju semarang,
hoamm,, saya sebenarnya sangat mengantuk, saya baru sampai pagi tadi dan kini sudah harus pergi lumayan jauh, tampak dewi sudah tertidur lelap di jok mobil, dia tetap terlihat cantik saat tertidur, menurutku kecantikan antara dewi dan risa itu berbeda, risa memiliki kecanikan yang terkesan polos dan lugu, dan itu benar2 membuat saya tergila-gila dengan risa,
sedangkan dewi, kecantikanya terkesan anggun dan eksklusif, bahkan dia tidak
100 Tahun Setelah Aku Mati
memakai make up sama sekali kecantikanya akan membuat laki2 yang tidak punya mental cukup kuat menjadi minder..
saya menyelimuti dewi yang nampak kedinginan dengan jaket yang saya bawa... dan akhirnya kami sudah sampai semarang, tapi tentu saja saya belum sampai di alamat lamaku, saya harus berkendara paling tidak satu jam untuk sampai, sedangkan jam sudah menunjukan hampir pukul 3 pagi..
saya menepikan mobil di rest area sebuah pom bensin, saya membuaka jendela depan dan akhirnya terlelap bersama dewi...
.. suara adzan subuh memaksaku bangun dari tidurku yang hanya sebentar, tampak dewi juga terbangun sambil mengucek2 matanya..
"zal, kita dimana""
saya :"di semarang wi, aku gak kuat melek trus istirahat disini deh, subuhan dulu yuk"
saya dan dewi melaksanakan shalat subuh di mushala kecil yang ada di spbu itu. dewi :"kamu gak capek zal""
saya :"lumayan wi"
dewi :"kita mau kemana sih sebenernya"" saya :"kamu mau kuajak jenguk orangtuaku"
dewi hanya mengangguk untuk menyetujui ajakanku.
kami sedang sarapan pagi disebuah warung nasi tak jauh dari spbu tadi, sesusai sarapam saya dan dewi segera melanjutkan perjalanan ke makam bapak dan ibuku,
kami sudah sampai di depan gerbang makam, saya menggenggam erat plastik berisi bunga yang akan saya taburkan diatas makam bapak dan ibuk, "ayo wii" ajaku kepada dewi, kami melangkah masuk dan tak butuh waktu lama saya sudah sampai di kedua makam orangtuaku,
masih terawat dan bersih, Risa benar2 merawat kedua nisan ini, yaaa risa beberapa kali mengatakan kalau berkunjung ke makam ini untuk merawatnya, dan risa melakukanya dengan sangat baik... "ahhh andai aku kesini sama kamu nduk" gumamku dalam hati.
saya masih berdiri dan melamun di depan 2 batu nisan itu, dewi menyaut bunga yang kugenggam, dia mendahuluiku mendekati makam itu dan berjongkok didekatnya,
"kamu mau melamun terus disitu atau kesini dan ikut berdoa sama aku"" dewi
100 Tahun Setelah Aku Mati membuat saya tersadar dari lamunanku.
saya mendekatinya dan ikut menaburkan bunga di kedua makam orangtuaku dan berdoa bersama dewi.
"Assalamualaikum pak, buk... ini rizal pulang, bapak sama ibuk dapet nomor antrian berapa di surga"", pak buk terus jaga rizal ya.
sekarang rizal paham, bapak sama ibuk pergi bukan karena gak sayang sama anakmu ini, tapi rizal sekarang udah gede dan paham kalau bapak sama ibuk punya cara sendiri untuk terus menyayangi rizal"
memori nostalgia saat kedua orangtuaku masih bersama kembali muncul di pikiranku..
"sekarang anakmu ini udah jadi calon dokter, gak perlu cerita ya, bapak sama ibuk pasti udah tau. pasti bapak sama ibuk selalu mengawasiku dialam sana kan"", trimakasih bapak, terimakasih ibuk, rizal harus segera pamit, oh iya ini salah satu temenku di kampus, namanya dewi.."
saya menoleh kearah dewi yang ada disampingku, dia menggenggam pundaku sambil tersenyum tipis..
"semoga bapak sama ibuk mendapat tempat terbaik disisi Allah, Assalamualaikum"
saya mencukupkan nyekar di makam kedua orangtuaku, saya merasa tidak bisa menahan kesedhan tiap kali kesana, tapi yaa inilah yang bisa saya lakukan untuk menghormati kedua orangtuaku yang sudah tiada.
"kamu bikin aku iri zal" dewi membuka pembicaaraan saat kami di dalam mobil saya :"maksudnya gimana wi""
dewi :"yaa kamu pasti udah paham"
saya hanya mengangguk, saya memang jauh lebih beruntung dari pada dewi, karena paling tidak saya sudah pernah merasakan indahnya hidup bersama kedua orangtuaku..
sedangkan dewi bahkan tidak mengenal orangtuanya.. saya :"yaa dan kamu juga membuat aku iri wi" saya menimpali dewi :"maksudmu gimana zal""
saya :"kamu bisa sekuat ini walaupun sendirian"
dewi :"iya dulu aku sendirian,tapi sekarang aku gak sendirian lagi zal" saya melihat kearah dewi yang sedang tersenyum kearahku,
saya :"yaa kamu gak sendirian lagi, berjanjilah kita akan selalu menguatkan satu sama lain wi, kamu teman yang baik"
dewi :"begitu juga dengan kamu zal, kamu juga teman yang baik"
100 Tahun Setelah Aku Mati
kami saling memandang untuk beberapa saat, sampai saya harus kembali fokus mengemudi menuju ke alamat lamaku,
masih ada seorang yang ingin saya temui, dann siapa lagi kalau bukan Sari...... ....
... rumah bercat warna hijau pupus itu mengingatkanku kepada masalalu, tempat ini yang menemaniku tumbuh selama 12 tahun, 2 anak laki yang sepertinya kembar sedang bermain disitu, mereka tampak asik mengayunkan ayunan tua yang dulu sering saya pakai bermain bersama sari..
ya,, saya dan dewi sudah sampai di rumah yang dulu saya tempati dan kini sudah ada penghuni baru menghuni rumah dinas tentara ini..
Dewi :"ini dimana zal"""
saya :"ini rumahku yang dulu wi, udah pernah aku ceritain kan"", aku pengen ngenalin kamu keseorang temenku yang belum sempat aku ceritain ke kamu" saya mengajak dewi turun dari mobil, dan mendekati rumah itu, "halooo dek... ayah atau ibuknya ada enggak""
saya menyapa kedua anak yang memang kembar itu,
"ada om" saut salah satu anak yang langsung berlari masuk kedalam rumah sambil berteriak2 memanggil ibunya, sementara kembaranya dengan malu2 masih berada diatas ayunan,
"iya mas ada yang bisa dibantu""" seorang ibu muda berbicara sambil menghampiri kami, kamipun menyalami ibu itu.
"saya rizal bu, dan ini teman saya dewi, maaf menganggu waktunya, dulu keluarga saya tinggal di rumah dinas ini sebelum keluarga ibu, jadi boleh tidak saya mampir sekedar nostalgia dengan rumah ini""
saya berbicara dengan sopan, dan berharap diperkenankan oleh penghuni yang baru itu,..
"ohhh,, jadi mas ini putranya pak Hartono", wahh masuk2 mas, nama saya siti, ini suami saya sebentar lagi juga pulang, pasti seneng bisa ketemu putra pak hartono"
singkatnya kami diperkenankan bertamu oleh ibu siti, penghuni baru rumah dinas tua ini yang bertahun2 kosong setelah saya dan bapak pindah ke jogja. beberapa hal kami obrolkan, dan yang paling sering ditanyakan adalah tentang bapaku, saya rasa almarhum bapak cukup populer di kalangan dinasnya, saya :"oh iya buk, gimana tinggal disini betah kan""
bu siti :"iya betah mas rizal, awalnya saya tajut juga sebelum pindah kesini karena
100 Tahun Setelah Aku Mati
katanya rumah ini yang paling angker, tapi yaa ternyata selama tinggal disini gak pernah terjadi apa2"
saya tersenyum mendengar jawaban bu siti, alhamdulillah makhluk2 halus itu tidak berani lagi mengganggu..
saya :"ohh iya bu, boleh saya ke halaman belakang"" saya mau liat tempa bermain saya dulu waktu masih kecil, kangen"
bu siti :"ohh iya mas rizal, silahkan, saya ngabari suami dulu.. harusnya sudah pulang tak susul ke kantornya sebentar, jangan buru2 pulang dulu ya" bu siti tampak senang dengan kunjungan saya, apakah suami bu siti adalah teman bapak saat berdinas" mungkin begitu..
saya dan dewi diantar ke halaman belakang dan bu siti berlalu menuju kantor dinas suami beliau yang tidak jauh dari sini..
"zal.. mereka banyak banget, katamu mau ketemu temen disini, tapi kok...." wajar dewi bingung saya belum menjelaskan teman seperti apa yang saya maksud itu, dan didepan kami para "penghuni" lama lingkungan sini sudah memperhatikan kami, makhluk2 yang suka menerorku saat saya kecil mereka bersliweran, mulai dari pocong,
dan makhluk berbulu lebat itu tampak terheran2 saya kembali kesini... mereka ketakutan, mungkin mereka mengira saya akan membalas mereka.. saya yang sudah bisa mengendalikan ilmu batin seperti sekarang sudah lebih dari cukup untuk menghadapi makhluk2 itu,,
saya belum menjawab pertanyaan dewi yang tampak gelisah, saya berkonsentrasi untuk meningkakan ilmu batin yang saya punya, sudah lama sekali saya tidak melakukan ini,
mereka kalang kabut melihat saya, saya tidak akan mengusir mereka, saya hanya ingin menggertak mereka agar idak macam2..
saya :"kamu akan tau wi, dia adalah teman yang melindungiku saat aku kecil" dewi :"jangan2"" ...."
saya mengangguk pelan dan mengajak dewi ke halaman.... sari dimana dia"" dia belum kelihatan..
"zall, mungkin dia yang kamu cari" dewi lebih dulu menyadari kehadiran sari dibelakang kami, dia muncul dari semak2 belakang yang sampai saat ini memang masih rimbu dengan pepohonan..
saya :"sarii " dewi sedikit takut rupanya, dia memegang lenganku...
"rizal kini sudah dewasa, aku senang kamu mengunjungiku, dan apa kamu
100 Tahun Setelah Aku Mati membawa teman yang sama istimewanya denganmu""
sari melayang mendekati kami dia dengan sekejab berubah wujud dari anak kecil menjadi perempuan yang seolah seumuran denganku,
risa.. benar2 mirip dengan risa yang saya lihat semalam, sari dan risa, kalau reinkarnasi itu benar adanya mungkinkah risa adalah reinkarnasi dari sari" sari :"apa yang membuatmu kesini rizal", bukankah kehidupanmu sekarang sudah sempurna""
saya :"yaa hidupku sekarang sudah lebih baik, tapi bukankah itu semua juga berkatmu sari", dan aku juga masih punya hutang denganmu" sari :"kamu yang berusaha zal, aku hanya menemanimu saat kecil dan sekarang kamu sudah cukup dewasa dan kuat untuk menghadapi apapun, bukankah sudah pernah aku bilang kalau kamu akan jadi orang besar besok,
dan mengenai janjimu, kamu belum bisa menepatinya sekarang, akan ada waktu sendiri aku menuntut janjimu"
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya :"tidak kah kamu memberitauku aku harus bagaimana" dan apa yang bisa aku lakukan untukmu""
sari :"udah kubilang belum saatnya, beberapa tahun lagi, bersabarlah" saya mengangguk pelan, saya mencoba menerima jawaban sari yang benar2 membuat saya bingung dan penasaran..
saya :baiklah, aku bakal nunggu kamu ya
sari tersenyum, masih seperti dulu kehadiranya selalu diiringi wangi melati.. sari :"dan siapa temanmu yang baik ini""" sari berbicara sambil melihat kearah dewi
dewi :"namaku dewi "
sari :"hmm.. tolong teruslah menjadi teman rizal ya, kamu perempuan yang sangat baik"
dewi tampak sama sekali tidak takut sekarang.. saya :"sari apakah kamu......"
"kamu sudah bisa bisa menghadapi masalahmu sendiri zal, sebaiknya jangan terlalu dekat denganku lagi, hadapi hidupmu.. kamu manusia yang hebat, aku harus pergi...
jangan menemuiku lagi zal kalau tidak ada sesuatu yang sanga penting, hiduplah bersama kaum mu, dan ingatlah janjimu, terimakasih.. sampai jumpa beberapa tahun lagi, dewi sampai jumpa, kamu bahkan lebih kuat dari pada rizal, kamu harus mengajarinya"
sari membalikan badanya, dan kembali berwujud anak kecildan berlari
100 Tahun Setelah Aku Mati
kererimbunan. saya bahkan belum sempat menyelesaikan kalimat saya, kenapa dengan sari"" "sari,, dia merasa tersiksa zal" dewi berbicara disebelahku,
saya :"apa maksudnya wi"""
dewi :"entahlah, aku merasa dia tersiksa disini"
saya :"trus sekarang aku bisa apa" dia bahkan gak bilang aku harus gimana" dewi :"dia udah bilang tadi zal"
saya :"haa"""
dewi :"dia bilang kamu harus bersabar sampai saatnya kamu bantu dia" saya berpikir jawaban dewi ada benarnya...
"haloo, kamu rizal ya"""
kami sedang berdiri di halaman belakang sampai ada seseorang berseragam dinas harian tentara yang menyapa kami.
beliau adalah pak Sangadi, penghuni rumah dinas ini,,
beliau tampak senang dengan kunjunganku, kami banyak ngobrol dan dari obrolan kami saya tau ternyata pak sangadi ini adalah teman satu angkatan almarhum bapak saat pendidikan militer dulu.
beliau juga mengatakan begitu merasa kehilangan saat mendengar kabar bapak meninggal secara tragis..
"dulu sebelum pindah tugas ke semarang, saya tugas di jakarta, awal ditawari tinggal dirumah dinas ini saya menolak, tapi begitu tau kalau rumah ini dulu dihuni Hartono dan keluarga saya langsung mengiyakan"
pak sangadi bercerita tentang masa muda beliau bersama bapak dulu, saya selalu tertarik dengan cerita tentang masa muda bapak yang dituturkan oleh orang lain, ternyata bapak adalah sosok panutan dari banyak orang.
sungguh bahkan setelah bertahun2 kematianya beliau masih mebuat saya takjub sampai sekarang..
singkat cerita saya dan dewi pamit untuk kembali pulang kerumah.. dewi :"bapak kamu ternyata orang yang hebat ya zal "
saya :"akupun gak menyangka beliau tetap disanjung setelah sekian lama kepergianya"
dewi :"andai aku punya keluarga kandung"
saya :"besok kamu akan membuat keluarga bahagiamu sendiri" dewi :"iya zal. aku akhir2 ini sering berkhayal, kalau besok aku punya anak, maka tidak akan aku biarin dia senasib sama aku sekarang, aku akan terus jaga dia" saya mengangguk2 sambil tersenyum mendengar celotehan dewi yang menurut
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya terlalu jauh pikiranya..
dewi :"hehh kenapa"" senyam senyum terus, aku berlebihan ya""" saya :"ahaha egak wi, kamu bener kok, cuma sekarang aku belum mikir sampe situ"
dewi :"kamu sihh, kita udah 20 tahunan, harus mikir dari sekarang dong" saya kembali setuju dengan logika2 yang diberikan dewi, anak ini benar2 membuat saya kagum..
tak terasa saya sudah sampai didepan pintu rumah, saya sudah memarkirkan mobil ke garasi, dan begitu saya mau masuk kedalam rumah di pintu depan sudah tertempel tulisan pada selembar kertas yang berbunyi
"MAS!! KAMU diMANA"" KENAPA GAK NEMUIN AKU", KAMU PULANG GAK BILANG DAN SEKARANG NGILANG KEMANA", KENAPA NITIP SURAT KAYAK GITU KE AYAH"" APA MAKSUD SURATMU MAS" MAS POKOKNYA CEPET HUBUNGI AKU,AKU SEMALEMAN NUNGGU KAMU DISINI SAMPE PAGI, AKU BALIK KESINI SETELAH PULANG KAMPUS!
-risa" 100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 34 (sudut pandang risa) .
kringgggggg. suara jam beker itu sangat nyaring dan benar2 membuat aku langsung terbangun dari tidurku yang tidak lama, alaram yang berbunyi mengartikan kalau jam sudah menunjukan pukul 4 pagi, semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. aku mengucek mata yang masih sangat terasa kantuk,aku mematikan alaram yang terus berdering itu. klek begitu bunyi tombol yang kupencet,
aku masih terduduk dikasur, biasanya kesadaranku belum pulih di beberapa menit awal setiap aku bangun pagi, tapi hari itu berbeda, aku menggenggam jam waker itu,
jam yang berbentuk tokoh kartun hello kitty, ini adalah salah satu benda favoritku, karena ini adalah hadiah ulang tahunku dari mas rizal tahun lalu. "biar bisa bangun lebih pagi dari aku, masak cewek bangunya lebih siang dari cowoknya" begitu kata mas rizal saat aku membuka bungkus kado yang dia berikan,
dan hari ini juga adalah hari yang sangat khusus, kenapa" karena ini adalah hari dimana mas rizal harus pergi meinggalkanku untuk melanjutkan studynya di Australia.
saya tidak ingin sedetikpun waktu terbuang sia2 di hari terakhirku bersama mas rizal, laki-laki yang paling aku sayangi selain ayahku, mungkin tidak berlebihan aku menyebut rasa sayangku sebagai cinta.
pikiranku secara tidak sadar memaksaku mengingat saat awal bertemu dengan mas rizal, cupu, kuper, aneh, jutek, dan misterius, itulah kesan pertama saat aku bertemu denganya..
kami tidak sempat menghabiskan waktu bersama sebelum keberangkatan mas rizal, karena dia harus mengurus seabrek dokumen kepindahanya... quality time terakhir kami adalah saat selesai mengurus visa dan imigrasinya sebulan lalu, kami menyempatkan berjalan2 disebuah tempat yang menurutku sangat romantis,
Waduk sermo, satu2ya waduk yang ada di jogja yang terletak di daerah paling barat provinsi DI Yogyakarta ini merupakan tempat terakhir dimana aku dan mas rizal bisa sedikit berpiknik bersama.
ingatanku kembali berputar ke masa lalu, saat awal kedekatanku dengan anak misterius itu, pendiam tapi cerdas, pemalu tapi berani, cuek tapi sangat perhatian
100 Tahun Setelah Aku Mati
dengan lingkunganya. aku seperti tersedot ke pesonanya, entah sihir macam apa yang dia punya hingga aku merasa sangat tertarik mengenalnya lebih jauh kala itu,
dia benar2 unik, mungkin orang lain seperti dia lahir dalam perbandingan 1 : 1.000.000, tapi .... setiap kali aku mencoba mendekat aku merasa terbentur sesuatu.
seperti ada sebuah dinding tidak terlihat yang membuat aku segan. sifatnya yang cuek dan jutek membuat dia tidak menyadari banyak cewek yang menaruh hati kepadanya, karena selain dia bisa dikatakan ganteng dengan postur tubuh yang tinggi besar, dia juga punya banyak bakat,
dia adalah atlet silat, dia jago basket, bermusik pun dia bisa, dia juga si juara kelas karena dia sangat pintar. kalau dia tipe tukang pamer kayak cowok pada umumnya mungkin dia akan sangat populer,
tapi mas rizal enggak. dia memilih diam dan menutup diri, dia enggan membagi dunianya kepada orang lain, sorot matanya tajam dan fokus saat melihat sesuatu, beberapa kali kesempatan kami saling berpandangan, dan matanya yang tajam benar menusuk hatiku..
bingung.. hal yang aku rasakan saat ada getaran2 aneh itu, bertahun2 aku mencoba dekat denganya untuk lebih tau tentangnya, tapi aku tidak pernah cukup dekat denganya..
aku kemudian memilih diam dan melihatnya dari jauh dengan jarak yang sebisa mungkin ku pangkas agar bisa lebih dekat denganya..
ada keasikan tersendiri selama aku memperhatikan tingkahnya yang menurutku lucu dan aneh, dia terlihat kikuk di saat di keramaian tapi dengan sekejab dia dapat menguasai keadaan,
dia pendiam bahkan tidak akan berbicara kalau tidak diajak terlebih dulu, tapi sekali bicara, suaranya tegas dan jelas, argumen2 yang dia ucapkan selalu tepat dan terkesan cerdas.
dulu aku bertanya2 terus dalam hati "apa aku suka dia"", sikapnya dingin tapi dia bisa menjadi sosok yang sangat perhatian...
rizal rizal... kamu benar2 membuat segudang tanda tanya dibenaku... tapi akhirnya aku tau, ada apa dibalik sikap dingin dan misteriusnya.. masa lalunya... yaaa masa lalunya yang membuat dia seperti ini, dia anak indigo yang ditinggal meninggal kedua orangtuanya secara tragis, dia jadi kurang bisa bergaul karena trauma dikucilkan saat masih kecil.
keadaan memaksanya untuk mandiri dan lebih kuat dari sebelumnya, kupikir
100 Tahun Setelah Aku Mati
setelah hasrat mengenal pribadi mas rizal sudah bisa aku penuhi akan membuat aku tidak begitu tertarik lagi denganya,
dan ternyata aku salah, aku semakin dibuat jatuh hati, jika dulu aku cuma kepo, sekarang aku jadi ingin terus bersamanya, atau sekedar menemaninya... dan demi apapun aku bersyukur mas rizal juga mempunyai perasaan yang sama denganku, terhitung hampir 3 tahun aku bahagia bersamanya, sosok pelindungku, dia benar2 menjagaku dengan sabar dan telaten, bahkan saat aku kecelakaan dan harus mendapat perawatan lama, mas rizal tidak pernah meninggalkanku, "mas, aku bersyukur punya kamu" gumamku sambil beranjak dari kasur dan bersiap untuk menuju rumah mas rizal..
... ... ... "assalamualaikum" aku mengucapkan salam didepan pintu bercat putih itu, "walaikumushahlam" suaranya terdengar berat, mungkin itu om bowo. om bowo :"ohhh cah ayu, monggo silahkan masuk "
aku masuk mengikuti om bowo dari belakang, aku :"eh ya om ...."
om bowo :"diatas, dikamarnya kamu susul aja, bapakmu jadi ikut gak nok"" om bowo seperti tau yang ada dipikiranku, beliau memanggilku denok. sebuah kata panggilan seorang perempuan yang dianggap masih kecil.. aku :"hehe om tau aja, iya om ayah bentar lagi nyusul kok, aku tak keatas dulu ya om"
aku melihat anak pendiam itu sedang sibuk memilih barang untuk dibawa,, tubuhnya membelakangiku, dia belum menyadari aku sudah dibelakangnya, dia bertambah kekar karena rajin olah raga, berbeda sekali dengan dulu waktu pertama masuk sma,
dia masih seperti anak kurus yang sangat jangkung.
"mas" aku memanggilnya mas, sebuah kata panggilan sayangku padanya. dia menoleh kearahku, seperti biasa dia tidak bicara, dia hanya tersenyum.. senyuman itu bahkan sampai sekarang selalu membuat dadaku bergejolak. dia memainkan tanganya, mengisyaratkan agar aku menghampirinya... aku menyalaminya dan mencium tanganya, semenjak resmi denganya aku memang membiasakan mencium tanganya, sekedar mengimbangi sikap dewasanya.
dia mengelus rambutku pelan, tiap dia melakukan hal sederhana itu dia selalu
100 Tahun Setelah Aku Mati berhasil membuatku tersipu..
beberapa hal ringan kami obrolkan pagi itu, aku tidak henti2nya mengomentari barang yang dibawanya,
mataku memandang sekeliling kamar ini, dan perhatianku tertuju pada sebuah foto yang ada di sudut meja belajar mas rizal.
aku mengajaknya menilik foto kenangan itu..
"aku inget kok" kalau gak salah cuma itu yang dia ucapkan, dia memandang foto kami berdua sambil tersenyum, entah apa yang ada dipikiranya saat itu.. kami salang berbagi pendapat tentang kehidupanya disana,
"kamu harus sabar nunggu aku balik kesini, jangan punya cowok lagi disini" begitu pesanya kepadaku,
dia kembali ke kesibukanya menata barang2nya setelah aku goda dengan kata2ku..
berat, itulah yang akurasakan, melepasnya pergi selama bertahun2 benar2 membuatku seperti kehilangan sepotong bagian dari diriku,
aku melirik kearah cermin kecil didekat figura foto itu, aku sudah sangat berkaca2 menahan air mata yang hampir tidak terbendung mengingat beberapa jam lagi akan berpisah lama dengan mas rizal.
"5 tahun mas" apa selama itu"" aku memeluk lmas rizal, aku sudah tidak bisa menahan lagi emosiku yang meluap2.
air mataku meluncur deras, aku ingin sekali menahanya agar tetap disini bersamaku, tapi apa daya, dia memang harus pergi. masa depanya lebih penting dari egoku..
mas rizal selalu berhasil menenangkanku, itu adalah salah satu kelebihanya, apapun kondisiku dia selalu bisa membuat aku lebih tenang.. dia mencium keningku dan berkata
"kalau kamu nunggu 5 tahun untuk aku balik ke kamu, aku juga nunggu 5 tahun untuk bisa pulang kekamu"
sore itu kami harus berpisah, pesawat yang akan membawanya pergi sudah menunggu, aku cuma bisa pasrah dan melepasnya, berusaha sekuat mungkin menahan rindu yang pasti akan sangat menggangguku,
cupp.. tanpa diduga dia memberikan ciuman pertamanya kepadaku, bibir kami saling beradu dan memberikan sensasi aneh yang baru pertama aku rasakan, dia berjalan pergi tanpa menengok, aku cuma bisa melihat punggungnya yang perlahan mulai hilang dikeramaian..
100 Tahun Setelah Aku Mati "mas, jaga dirimu, aku akan menunggumu disini" .
. . "mas doakan aku ya, aku pasti lebih bagus nilai Unasnya dari pada kamu dulu" aku sedang menelfon mas rizal, untuk meminta restu melaksanakan ujian nasional, sudah hampir setahun aku ditinggalnya, awal kepergianya benar2 membuatku kesepian,
aku benar2 kehilangan sosok orang yang selalu mendukungku, orang yang selalu menemaniku, dan memberikan perlindungan kepadaku..
tapi seperti kata mas rizal "aku selalu menemanimu, walaupun dari jauh aku akan selalu ada"..
ya dia benar dia menemaniku, dia pasti selalu menemaniku dalam setiap doanya.. aku harus bisa lebih baik dari ini, mas rizal adalah orang dengan semangat hidup yang besar, dia bisa dengan mudah menularkan semangatnya saat berada didekatku,
dan walaupun sekarang kami berjauhan, akan aku jaga semangatku tetap berkobar seperti semangatnya...
"aku harus lulus, dan masuk akademi perawat, mungkin besok aku bisa bikin praktek dokter sama mas rizal" aku memikirkan hal itu, impian kecilku... banyak yang aku alami pasca mas rizal ke melbourne, tak mungkin rasanya jika di tulis di satu part dalam cerita ini jadi singkatnya aku berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan,
sama seperti mas rizal, aku juara umum, tapi dengan nilai yang sedikit dibawahnya, aku juga tidak seberuntung mas rizal mendapat beasiswa diliuar negeri,
tapi alhamdulillah, aku mendapat beasiswa di sebuah pts ternama di jogja, jurusan keperawatan. jadi aku bisa menemani ayahku..
hari demi hari terlewati, peristiwa datang silih berganti tapi tidak seharipun aku tidak merindukan mas rizal,
sedang apa dia sekarang" bagaimana rupanya sekarang", apakah dia sehat", apakah dia juga banyak fans disana" pikiran itu selalu datang di kepalaku.. dia pasti sehat, dia pasti baik2 saja dan dia pasti menjaga hatinya tetap untuku. saya mencoba berpikir selalu positif kepada mas rizal, aku tidak mau dianggap sebagai pasangan yang posesif.
di kampusku beberapa kali aku didekati, bukan beberapa kali tapi sering lebih
100 Tahun Setelah Aku Mati
tepatnya, aku sering didekati cowok dikampusku, mereka terkesan caper dan ngotot untuk dekat denganku,
entah kenapa mereka begitu ngotot ingin mendekatiku, kalau sudah begini biasanya aku cuma menanggapi seadaanya, aku gak mau dibilang cewek sombong kalau aku terlalu cuek,
di ukm musik aku berkenalan dengan seorang bernama Ari, dia adalah leader ukm musik di kampusku, dia adalah kakak tingkatku, dia sudah semester 6, belagu, sok, adalah kata yang cocok menggambarkan orang itu, playboy juga adalah predikat yang pas dia sandang,
memang aku akui dia ganteng, musikalitasnya tinggi, suaranya memang bagus, tapi sikap aroganya membuatku jengah, dia adalah cowok yang paling genjar mendekatiku,
tiap hari selalu ada tawaran untuk mengantar jemputku, tapi selalu kutolak, selalu ada saja alasanya untuk pergi jalan denganya,
tapi percuma, selalu aku mencari alasan untuk tidak ikut denganya, tak terhitung sms yang tak kubalas dan telepon yang tidak kuangkat dari ari, satu2nya yang bisa membuat dia dekat dengan aku adalah saat di ukm, mau gak mau aku harus mendampinginya karena posisiku sebagai wakil ketua ukm. lama2 aku kesal juga dengan perlakuanya yang sedikit memaksaku, sampai suatu hari ukm musik kampusku mendapat job diluar kampus untuk membuat sebuah konser kecil di sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari kampusku,
aku harus ikut, padahal aku lebih memilih dirumah dan chatingan dengan mas rizal, dari semalaman sama sekali tidak online, membuat komunikasiku denganya sedikit tersendat..
.. aku sedang bersiap untuk ke acara itu, tak lupa aku mengecek laptopku apakah mas rizal sedang online, tampaknya aku harus kecewa, dia sedang offline, saya menghubungi nomornya, tapi yang terdengar adalah suara operator yang mengatakan nomornya sedamg tidak aktif.
mungkin sedang sibuk, atau sedang ada kegiatan, aku menghibur diri sendiri untuk memaklumi kesibukanya disana..
aku :"yahh, pamit dulu ya ada konser kecil di cafe deket kampus aku harus berangkat"
ayah :"yawis, jangan kemaleman, paling mentok pulan jam 10 ya"
100 Tahun Setelah Aku Mati
aku :"siap komandan "
aku berpamitan dan menuju ke depan gerbang dimana si belagu ari sudah menungguku dengan mobil baleno yang sering dia pamerkan... dalam perjalanan dia tak henti2nya membanggakan diri, itu membuat saya bosan dan jengkel. orang yang jumawa seperti ini benar2 membuatku muak, obrolanya sama sekali tidak berbobot, yang dia omongkan adalah mengenai dirinya sendiri yang dilebih-lebihkan, tak jarang dalam omonganya yang ketus dia menjelekan orang lain,
sebuah sikap yang paling kubenci...
malam itu cafe yang berada di pinggir jalan itu terasa sesak, penuh dengan mahasiswa, yang didominasi mahasiswa tingkat bawah, yang masih haus dengan suasana baru di kampus, dan mahasiswa senior yang mencari hiburan disela kesibukan skripsi mereka.
aku duduk di kursi deretan depan agar lebih jelas dalam menonton konser kecil yag dibuat semacam lomba anat band kampus, aku disini bertindak sebagai seorang juri..
tak terasa aku menkmati setiap penampilan yang disuguhkan band2 yang tampil, ada yang berkualitas sangat bagus, ada juga yang cuma asal2an naik keatas panggung dengan skill seadanya cuma untuk cari muka di panggung, tapi overall aku suka dengan penampilan mereka,
sampai akhirnya band panitia naik keatas panggung, aku tdak ikut manggung, malam itu aku memilih menjadi penonton saja,
harus kuakui suara ari memang bagus, suaranya yang serak2 basah membuat lagu itu semakin enak didengar,
aku meminum milk shake yang kupesan, dan tiba2 seikat bunga mawar disodorkan kearahku, ternyata ari..
"ini buat kamu ris, tolong diterima ya" dia memberiku bunga di depan orang banyak, membuatku tidak bisa menolak. pasti akan membuat dia malu juka aku menolaknya,
aku bukan tipe orang yang senang mempermalukan orang lain, aku menerimanya sambil tersenyum
"makasih" kata2 itu terucap dari mulutku, ari :"gimana tadi penampilanku, bagus gak""" aku :"bagus kok ri"
ari :"jelaslah aku yang palng jago disini" dia mulai menyombongkan dirinya lagi, ari :"dan ris, tau alasan bunga itu aku kasih"""
100 Tahun Setelah Aku Mati
aku :"kenapa emang"""
ari :"itu tanda aku nembak kamu, dan karena kamu udah menerimanya sekarang kita resmi pacaran ya" dia memegang tanganku,
apa2an orang ini seenaknya mengatakan hal semacam itu, itu bukan nembak itu menjebak, hanya karena aku menerima bunga itu lantas bukan berarti aku langsung menerimanya sebagai pacarnya,
emang aku cewek apaan dikiranya segampang itu, ditambah aku sudah milik orang lain, berkali2 aku mengatakan kalau aku sudah punya pacar kepada ari, tapi dia masih getol mendekatiku,
dan malam itu dia malah nekat nembak aku..
aku memutar otak agar dia tidak merasa dipermalukan didepan orang banyak, dia mengatakan itu didepan teman2nya, mereka semua menunggu jawaban dariku. aku diam sambil tersenyum tipis, untuk menutupi rasa jengkelku, tentu saja jawabanya enggak, tapi aku berusaha menolaknya secara halus, aku tidak mau dicab cewek belagu,
"gimana resmi ya" , ari menekanku kembali,sedangkan aku masih diam, dalam hati aku mengumpat, sialan anak ini, dia memojokanku disituasi seperti ini, "aku ketoillet bentar ya sayang" dia dengan gaya prelentenya memanggilku sayang dengan seenaknya, dia berjalan menuju toilet sedangkan aku tetap duduk untuk berpikir bagaimana mengatakan kalau aku menolaknya,
kira2 apa yang akan dilakukan mas rizal kalau tau aku diperlakukan seperti ini, mungkin dia akan bersikap kalem seperti biasa, ya mungkin dia akan dengan kalem memukul mulut ari,
"gimana sayang" kita deal ya" lagi2 dia terkesan memaksa, deal" apa ini kesepakatan jula beli" dia sama sekali tidak menghargaiku sebagai seorang wanita.
"maaf kak, aku gak bisa nerima ini. makasih tapi maaf aku berkali2 bilang sama kakak kalau aku udah punya cowok, meskipun dia lagi jauh aku gak mungkin nerima kakak"
ekspresi wajah ari langsung berubah, dia memang terkenal tempramental, dia sering terlibat perkelahian hanya karena masalah sepele,
"kamu jangan bohong!" dia membentaku, dan menggandeng tanganku menuju ketempat yang lebih sepi.
"kamu bilang kamu punya cowok""!! itu alesanmu aja kan"", siapa nama cowokmu"" dia bertanya dengan nada tinggi dan mebentaku, perlakuanya
100 Tahun Setelah Aku Mati sungguh membuat aku ikut emosi, tapi masih bisa aku tahan "rizal" jawabku dengan pelan,
ari : "jangan coba bohong deh!, aku baru ketemu orang yang ngaku namanya rizal tadi didepan toilet!, dan kamu tau dia bilang apa" dia bilang dia cuma mantanmu!!"
what"" mas rizal" itu gak mungkin dia gak mungkin disini, sekalipun dia disini dia gak mungkin omong kayak gitu..
aku :"oh ya" gimana ciri2nya"" aku mencoba mengetes apakah ari berbohong atau tidak,
ari mengatakan ciri2 mas rizal dengan tepat, bahkan dia mengatakan kalau dia memakai sebuah gelang kulit, gak mungkin ini mustahil, kenapa mas rizal gak menghampiriku"
aku :"kamu bilang apa sama dia"
ari :"ya aku bilang kalo aku cowokmu lah, mau bilang palagi, udah lah risa lupain dia kamu lebih cocok sama aku, apa yang kamu arepin dari cowok freak kayak dia, kamu udah gak punya alesan nolak aku"
bruukkk!!!! tanpa babibu aku memukul hidung cowok menyebalkan itu, aku tidak peduli dengan hidungnya yang berdarah, dia tampak kesakitan, meskipun aku cewek dulu aku adalah atleet silat juga, pukulanku pasti juga akan membuat dia sakit, sbenarnya ingin aku tambahi rasa sakit diwajahnya tapi aku berusaha menjaga emosiku..
"kamu keterlaluan!!!" aku berteriak sambil berlari keluar cafe, aku menghiraukan tatapan orang2, aku menuju taxi yang ngetem dipinggir jalan..
"pak antar saya pulang" kataku kepada driver taxi itu,
tak henti2nya aku memikirkan mas rizal, kenapa dia tidak mengabariku, kenapa dia tidak menghampiriku"", dia bukan tipe orang yang mudah percaya dengan orang lain, pasti dia cuma berusaha kalem dan memilih mengalah dan sedang berada dirumahku untuk menungguku,
"apa yah"", mas rizal udah pamit"" tanyaku dengan tidak percaya kepada ayahku sambil membuka kotak berwarna merah yang kata ayah merupakan kado dari mas rizal,
sebuah harmonika, tapi fokuku berada pada sepucuk kertas yang terselip di situ, aku mebacanya......... ya ampunnn,,
"yah aku nyusul mas rizal dulu, dia salah paham"
ayahku mengizinkan sambil berpesan untuk menyelesaikan masalahku baik2.
100 Tahun Setelah Aku Mati
"mass!!, mas!!!," akku mengetok pintu rumah mas rizal, gerbangnya tidak dikunci artinya mas rizal belum kembali ke melbourne, lampu dirumahnya menyala, tapi pintunya terkuci, aku mengintip ke garasi
ahhh dia tidak dirumah, mobilnya tidak terparkir di garasi, dia pasti pulang sebentar lagi, aku akan menunggunya,
aku menghampiri sopir taxi yag mengantarku itu, dan menuruhnya tidak menungguku..
aku menunggu di depan pintu dengan gelisah, "mass, ayolah pulang.. aku nunggu kamu disini"
satu jam dua jam tiga jam empat jam, sampai aku mendengar adzan subuh berkumandang mas rizal belum juga kembali,
aku menunggu disini semalaman, aku menangis disini semalaman, aku berpikir disini semalaman,
memikirkan siapa lagi kalau bukan mas rizal...
aku harus pulang, aku gak mau ayah juga ikut khawatir ditambah ada pratikum yang tidak boleh aku tinggalkan..
aku mnulis pesan yang aku tempelkan dipintu
"mas kamu sudah pulang, dan tolong pulanglah ke aku, kamu salah paham, aku masih menjaga ruang hatiku tetap untukmu"
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 35 (tatap muka) .saya termenung di depan teras rumah, jam sudah mennunjukan pukul 4 sore,ahh pasti tidak lama lagi risa akan datang,
rasa deg degan langsung menyeruak di dada, apa yang akan saya katakan nanti" yang jelas nerves dan marah adalah perasaan yang bercampur sekarang, saya ingin langsung to the point saja dan mengakhiri semua ini ketika bertemu denganya,tidakk... apakah senaif itu saya" seolah begitu mudah mengakhiri ini semua,
saya tidak mungkin mengatakan hal itu tanpa mendengar langsung penjelasan risa, tapi bukankah saya sudah melihat semuanya""
haahhhhh..... sepertinya pikiranku dibagi menjadi 2 bagian,antara pro dan kontra, atau mungkin bukan pikiranku yang dibagi 2 melainkan sisi pro yang timbul adalah dari hatiku yang sangat percaya dengan risa, sedangkan sisi kontra dari otaku yang mengandalkan logika setelah melihat realita yang terjadi,
saya memang sangat percaya dengan risa, saya masih dapat merasakan kasihnya, tapi disisi lain tidak semudah itu saya percaya lagi setelah melihat dengan mata kepala sendiri.
"mau kopi"" suara dewi membuat saya menoleh kearahnya yang muncul dari balik pintu..
saya hanya menggangguk, sambil memperhatikan langkah kaki dewi yang berjalan menuju dapur, dia mungkin paham yang saya butuhkan saat ini adalah secangkir kafein,
sekedar merilekskan otaku,
"makasih wi" ucapku sambil menerima cangkir berisi cairan hitam itu... dewi hanya tersenyum, dia ikut duduk di kursi yang bersebelahan denganku, tatapanya sayu , baru semalam aku melihat binar mata dewi, kini mata itu kembali sayu, dia memandang kearah pagar depan rumahku yang mulai berkarat dimakan musim, hujan yang mengguyur seperti sekarang akan memperpendek umur besi yang tua itu..
dewi menoleh, "diminum zal" ucapnya dengan lembut.. saya :"ya, without milk""
100 Tahun Setelah Aku Mati dewi :"susu cuma akan merusak rasa dari kopi zal," saya menggerlingkan kepala, kata2 dewi seperti punya arti lain. dewi :"what"""dia memainkan tanganya membentuk gesture khas orang bertanya dengan tangan yang dia tengadahkan membentuk sudut 90 derajat. saya :"you know what i mean" jawabku sambil menyruput kopi yang masih panas itu...
saya mengerutkan dahi sambil menjauhkan bibir saya dari bibir gelas, mungkin baru beberapa mili yang tertelan, saya tertipu dengan aroma wangi yang keluar dari seduhan kopi itu, ternyata kopi buatan dewi sangat pahit.. mungkin dewi melupakan gula.
saya :"kamu lupa sama gulanya""tanyaku sambil berdiri untuk kedapur dan menambahkan gula untuk kopi ini,
dewi memegang pergelangan tanganku, "biar aku aja zal"dia membuatku terduduk kembali sementara dia dengan langkah cepat menuju dapur sambi membawasecangkir kopi itu.
saya :"nahhh ini lebih enak, gak pait banget kayak tadi"kataku kepada dewi setelah saya mengicipi kopi yang sudah ditambah gula olehnya.. dewi :"enakan yang mana zal", maksudku kopinya enak yang tanpa gula tadi atau yang uda pake gula""
saya :"enak yang uda di kasi gula lah,kopi gak pake gula ya puaitt wi" dewi :"yaa.. padahal sama aja lho zal"
dewi memang sangat pandai membuat tanda tanya di kepalaku,dia sering membuat analogi yang tidak terduga.
saya :"maksudmu""
dewi :"seberapapun gula yang kamu tambah, yang namanya kopi ya tetap pahit" saya tersenyum mendengar perkataan dewi,kalian tau maksudnya" silahkan cari tau sendiri..
saya menunduk sambil memainkan sendok yang saya celupkan di cangkir kopi itu, membuat gerakan memutar yang menjadikan kopi itu semakin keruh, mirip genangan jelaga.
saya menghela nafas panjang, saya menoleh kearah dewi yang sedang asik membaca majalah lama yang entah terbitan tahun berapa..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"dewii...." dewi :"iya zal""
saya :"cinta itu aneh ya""
dewi menggerlingkan kepalanya,meniru posisi saya saat meminta penjelasan lebih
saya :"yaa kalau cinta itu punya bentuk dan bisa di genggam,kamu jangan menggenggamnya terlalu kuat,karena dia akan mati, tapi kalau kamu melonggarkan genggamanmu, dia akan lari"
dewitersenyum sambil mengangguk anggukan kepalanya..saya dan dewi seringkali terlibat obrolan dalam hanya dengan kata2 yang sedikit. dewi :"apapun yang terjadi jangan gegabah, kamu tau kan indraku lebih kuat darimu, aku tau saat seseorang berbohong atau menyembunyikan sesuatu,dan risa bukan seseorang yang seperti itu, dia open personal"
saya cuma menunduk sambil mengiyakan perkataanya, lewat secangkir kopi dewi mengajariku sesuatu hal yang penting.
dewi berdiri dan masuk kedalam rumah...
"kamu sebaiknya juga menjaga perasaan risa, jangan sampe dia salah sangka karena liat aku disini" kata dewi sambil menutup pintu depan. intuisi dewi rupanya memang lebih tajam dariku, begitu dia menutup pintu sebuah taxi berhenti didepan pagar dan menurunkan seorang yang saya kenal.. "risa"
selama satu setengah tahun, inilah pertemuan keduaku setelah di kafe itu, risa dia masih sama saja, tidak.. dia tidak sama,dia bertambah jelita,
saya berdiri di teras dengan perasaan campur aduk, senang tapi terganjal oleh egoku sendiri..
kami sama2 mematung, dia masih di luar pagar yang sengaja tidak kututup. dengan seragam putih khas anak keperawatan dia memandangku dengan ekspresi wajah unik,
dia seperti tersenyum tapi tertahan perasaan lain, mungkin gejolak perasaan kami sama2 tidak menentu, risa membiarkan rintik gerimis menetesi tubuhnya yang
100 Tahun Setelah Aku Mati
masih berdiri kaku... saya berjalan satu langkah kedepan, diikuti risa yang mulai berjalan dengan kikuk, langkah kakinya pelan, selangkah dua langkah tiga langkah dan seterusnya membuat langkahnya semakin cepat dan bahkan dia bisa dikatakan berlari, saya sendiripun seperti tertarik sebuah dorongan yang tak kasat mata dan ikut berlari menghapiri risa,
brukkk risa menabraku dan memeluk tubuhku sangat erat,, aneh.. beberapa saat lalu saya benar2 merasa ingin mengakhiri hubunganku dengan risa, tapi begitu saya didepanya saya malah merasa sebaliknyasaya jadi merasa lebih mencintainya melebihi apapun..
risa tidak berkata papun, begitu juga dengan saya,dia cuma diam dan memeluku, wajahnya yang cantik dia tekan ke dadaku. hangat..
perasaan yang muncul adalah hangat, sudah lama sekali tidak menatapnya secara langsung dan sedekat ini, kenapa emosi saya hilang begitu saja" basah.. adalah hal kedua yang saya rasakan, bukan secara harfiah tapi benar2 basah, rupanya risa menangis, dia memang gampang menagis terbawa suasana.. entah berapa menit risa mendekapku dengan sangat kuat tanpa bicara apapun, saya cuma bisa membalas pelukanya dan mengelus lembut kepalanya... "masss" itulah kata pertamanya.
pikiranku kosong, saya tidak dapat berfikir jernih untuk membalas ucapanya.. "jangan tinggalin aku mas, kamu salah paham" ucapnya pelan sambil terus terisak.
saya :"aku udah paham kok, dan gakpapa nduk, kalau kamu emang sudah bahagia gapapa"
tubuh risa seperti bergetar, dia sontak mendongakan kepalanya untuk menatapku, terlihat wajahnya yang benar2 basah oleh air mata.. "bisa kita ngobrol"",ada yang mau aku sampein ke mas" pintanya dengan suara yang serak.. apa dia sakit"
saya menurut, saya ingin mendengarkan argumenya, risa selalu bisa membujuku, dari dulu memang saya selalu tidak bisa menolak permintaanya. saya :"jangan dirumah, kita ketempat lain mau""
100 Tahun Setelah Aku Mati
risa mengangguk pelan, dia tidak seperti biasanya, dia menjadi sosok pendiam saat ini.
saya membukakan pintu mobil yang belum saya masukan ke garasi, risa duduk disebelahku di jok depan..mobil keluaran 90an itu melaju pelan.. bisu.. momen yang benar2 bisu dan kikuk dan risa, sungguh baru pertama kali saya alami karena biasanya risa selalu membrondongku dengan apa yang ada di benaknya.
kami sama2 mematung tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut kami, entahlah seperti ada perasaan segan..
... .. saya memarkirkan mobil di bawah sebuah pohon yang ada dipinggir jalan..saya mengajak risa ke taman dekat kompleks rumahnya, di taman ini dulu saya dan risa banyak menghabiskan waktu bersama..
"inget nduk""" tanyaku pada risa sambil menunjuk sebuah hamparan rumput manila yang terlindungi rimbunya pohon cemara udang di sebuah sudut taman itu.
"inget kok, bahkan aku sering kesini mas, tempat ini sebagai saksi pas kamu bilang gak akan ninggalin aku" saya tertegun mendengar jawaban risa.. saya mengajaknya duduk dihamparan rumputitu, sedikit basah karena hujan tapi kami tidak peduli..
saya :"aku memang gak akanninggalin kamu nduk" risa :"trus"""
saya :"kamu yang udah ninggalin aku" risa :"............."
saya :"ya, wajar sihh kamu bosan,dan mungkin aku cuama orang lewaat dihidupmu, mungkin aku cuma sekedar fase"
risa :"..........."
saya :"apa kamu masih sayang aku nduk""
risa mengangguk sambil menatapku, lagi2 dia tidak memberikan argumenya, saya :"trus kenapa kamu melakukan ini"""
risa kembali menunduk, dia terlihat memikirkan sesuatu,
100 Tahun Setelah Aku Mati
"mas, anter aku kekampus"
dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengajukan permintaan.. dia berdiri dari duduknya sambil sedikit membersihkancelananya dari rumput2 yang menempelkarena basah.. biasanya dia akan mengulurkan tanganya untuk mengajaku berdiri, tapi tampaknya itu memang kurang pas untuk situasi sekarang.
risa membuat beberapa pertanyaan keluar diotaku, kenapa dia tampak tidak gugup", kenapa dia malah tidak membuat alasan", kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku"
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 36 (bertarung diluar gelanggang)
saya menjalankan mobil menuju kampus risa yang terletak di jogja utara, hmmm benar2 suasana yang hening,
risa yang saya kenal adalah cewek yang sangat cerewet tapi kali ini dia hanya diam,
ingin rasanya saya memecah kebisuan dan menganggap semua ini sudah berlalu, tapi egoku tidak bisa menampik kejadian itu,
entah apa yang membuat risa memintaku untuk mengantarnya kekampus.saya yakin ada maksud yang ingin disampaikan risa,
dan tak terasa kami sudah sampai di parkiran kampusnya risa, universitas swasta yang cukup besar menurutku,
"mas udah makan"" risa mulai berbicara kepadaku, kami tengah berjalan, saya tidak tau akan dibawa kemana oleh risa.
saya :"udah kok" jawabku yang masih saja terkesan dingin.. risa :"mas udah shalat maghrib"""
saya menggeleng, ini memang sudah masuk waktu sholat maghrib. saya :"emm masjidnya disebelah mana ya nduk""
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
risa :"disana mas, itu masih banyak mahasiswa juga, mas ikuti mereka aja, aku lagi berhalangan shalat. dan mas nanti temui aku di auditorium yak,di deket
perpustakaan gede itu" kata risa sambil menunjuk sebuah bangunan besar. "dan semua pertanyaan mas akan terjawab disana"
risa tidak menungguku menjawab, dia berjalan perlahan menuju auditorium tanpa menoleh kearahku sekalipun.
saya termangu beberapa saat melihat risa yang berjalan dengan anggun, baju seragam keperawatan miliknya membuat dia terkesan lebih seksi dari biasanya, "andai kamu risa yang dulu" gumamku dalam hati.
saya baru tersadar saat seorang mahasiswa lewat didepanku, dan saya buru2 berjalan menuju masjid kampus...
selesai shalat saya masih terduduk di pelataran masjid sambil melamun sesekali, sejak sore tadi saya jadi banyak melamun..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya buru2 memakai sepatu dan berjalan menuju auditorium yang dimaksud risa tadi.
saya berjalan pelan sambil sesekali pandangan saya menyisir lingkungan kampus risa,
banyakmakhluk gaib disini sama sepertibangunan tua pada umumnya, batinku saat melewati sebuah bangunan kecil yang entah bangunan apa itu.. saya sampai disebuah lorong dan berpapasan dengan banyak mahasiswa dan mahasiswi yang masih lalu lalang,
apa disini jam perkuliahanya juga sampai malam" sebuah pertanyaan tidak penting kembali terlintas di kepalaku..
saya mememasuki auditorium itu sambil tolah toleh untuk menemukan sosok risa diantara sekian banyak mahasiswa yangberjibun disitu.
sepertinya mereka sedang menyiapkan stage acara, tampak beberapa sedang memasang soundsystem, dekorasi panggung, menata meja kursi dan lain-lain, tapi dimana risa"" saya masih celingukan mencari keberadaan risa. sampai akhirnya saya menemukan sosok yang sangat saya kenal, walaupun bukan dia yang saya cari tapi setidaknya bisa saya tanyai.
saya mendekatinya yang tengah sibuk menghias kursi tamu,sehingga tidak menyadari kehadiran saya dibelakangnya.
saya :"ehemmm susss"
susi :"lohhh rizal kan"kok sampe sini""""
susi terlihat kaget melihat saya dibelakangnya, dia menginstruksikan salah seorang temanya untuk menggantikan kesibukanya.
saya :"yaa, pasti kamu tau alasanya kan" bukanya ini idemu"" susi :"emmm,ya jadi kamu kesini cari risa"""
saya :"ya terus untuk apa lagi"",dimana dia sus"katanya diauditorium"" susi :"kayaknya bukan waktu yang tepat deh zal ketemu risa sekarang" nada suara susi menjadi tidak enak didengar,
saya :"justru ini waktu yang tepat, kamu tau dia dimana sekarang""" susi :"yaa tadi aku liat dia lagi sama ari di samping ruangan ini, kamu bisa kesana lewat pintu yang dipinggir itu" ujar susi dengan suara yang sengaja dia
100 Tahun Setelah Aku Mati
pelankan. saya :"makasih sus,nanti kita ketemu lagi ya" ucapku sambil berlalu. susi :"zal!!"
pangggilan susi membuatku menoleh kearahnya.. "mau aku temeni""tanya susi dengan cemas.
saya :"haha gak usah lah sus, biar akucari tau sendiri, seperti obrolan kita kemaren" ujarku sambil terus berjalan
saya berusaha mencari risa setelah berhasil melewati pintu samping yang dimaksud susi tadi, dan itu dia,dari kejauhan nampak risa dan pasangan barunya sedang berbicara
di lorong seberang perpustakaan dekat auditorium, sebenarnya saya sedikit marah bercampur penasaran, apa sebenarnya maksud risa"" apa dia mau mengenalkan ari kepadaku
secara langsung" mau mengatakan kalau dia sekarang sudah memilih orang itu dari pada saya" kalau itu maksud risa saya menyesal mengantarkanya kesini, tapi rasa penasaran saya lebih
besar hingga membuat saya mendekati mereka berdua,
saya semakin dekat dan sayupsayup terdengar obrolan mereka dengan nada tinggi..
risa tampak memegangi pipinya sambil menunjuk2 ari.dan disitu feeling saya sudah tidak enak, saya yang semula hanya berjalan malas kini mulai berlari, ingin segera tau
sebenarnya apa yang terjadi.. .
"kamu tau kak,aku udah berusaha bersikap baik!" risa berteriak dan menunjununjuk wajah ari yang terlihat emosi sama seperti risa
100 Tahun Setelah Aku Mati
.. "ada apa ini nduk"" seruku setelah saya cukup dekat dengan mereka. ari yang tau bahwa saya datang langsung melotot dengan wajah geram... "nduk pipimu kenapa""" tanya saya dengan panik melihat risa seperti kesakitan sambil memegang pipinya..
ari :"ohhh lu cowok culun kemaren ternyata.. punya nyali juga ya, bilangin sama tuh cewek gak tau diuntung jangan seenaknya sama gua!"
dia berteriak sambil berusaha memegang kepala risa. plaakkk,
reflek pertama saya adalah menampik tangan itu jangan sampai menyentuh risa lagi.
saya tidak peduli dengan siapa ari sebenarnya, kala saja dia menyakiti risa secara fisik maka dia baru saja membangunkan "macan tidur"yang ada dalam diri saya, "mulai resek lu,dasar brengsek!!" tampak ekspresi kalap dari ari Brugggg..
dia memukul mata saya yang tertutupi kacamata, membuat kacamata tebal saya pecah berantakan.saya merasakan cairan kental menetes melewati pipi saya. ternyata sekeping pecahan lensa menggores kulit samping mata saya dan membuat luka gores yang cukup dalam.
"mass!!!"risa berteriak histeris melihat saya berdarah, saya masih diam dan berusaha mengontrol emosi saya, karena jika sampai saya kalap,maka saya akan menjadi sangat
liar.. "kamu brengsek!!keterlaluan!" risa mendorong ari yang hanya tersemyum sinis sambil meremehkanku,
teriakan dan suara ribut dari mereka mengundang perhatian teman2 ari dan banyak mahasiswa lain yang kebetulan didekat situ berdatangan... "Ada apa ni ri"""seorang dari tiga cowok yang sepertinya adalah rekan ari menghampiri kami dengan berlari.dan disusul 2 orang lagi..
ari :"ini bro, ada orang culun mau bikin onar ditempat kita, habisin aja jangan kasih napas!, seret dia kelapangan samping!"
100 Tahun Setelah Aku Mati
ari memerintah kepada teman2nya tadi yang langsung terpancing emosi karena provokasi ari..
risa hanya menjerit2 melihat saya dibawa paksa ke pojok kampus untuk di hajar beramai2, seseorang dari mereka menghalang2i risa agar tidak mengganggu aksi mereka,
bagaimana dengan saya""saya hanya pasrah tapi bukan bererti saya takut, saya memang belum melawan, saya ingin mereka puas dulu....
dari kejauhan tampak gerombolan mahasiswa lain yang berkerumun karena melihat kejadian itu, dan lucunya mereka tidak berbuat apa2, mungkin ari adalah preman di kampus ini,
"hehh!! jangan ada yang lapor ke satpam! biar kita abisin nih anak dulu!,bagi yang ikut campur ya nasib kalian bakalan sama kayak orang aneh ini" teriak ari sambil memegangi saya
brukkk pukulan pertama mengenai pelipis saya, dan sebuah tendangan dari seorang yang bertubuh tambun membuat saya tersungkur.
"mampus lu banci!!" sebuah teriakan dari ari terucap dan diiringi pukulan dan tendangan dari beberapa temanya,
saya yang sudah terbaring hanya diam sambil mengerang karena sudah tidak terhitung berapa bogem mentah yang saya terima.
saya masih menunggu sampai mereka kelelahan memukuli saya,dan jika kalian tanya apakah saya kesakitan, saya tidak tau atau lebih tepatnya saya tidak ingat, karena jika
saya sudah kalap yang keluaradalah sisi gelap dari saya.. kalian punya sisi gelap" saya yakin semua orang memilikinya.. saya yang berdarah di sekujur wajah mulai bangkit...
saya menatap wajah ari dan beberapa temanya dengan tajam.tangan saya bergetar karena sudah tidak bisa lagi menahan rasa marah...
"hebat juga ni anjing" seorang yang hampir setinggi saya memukul perut bagian atas saya...
Badai Awan Angin 23 Goosebumps - 7 Boneka Hidup Beraksi Supernova Petir 3