Pencarian

Love In Sunkist 1

Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga Bagian 1


Katakan saja dengan cinta ....
LOVE IN SUNKIST Penulis: Evelyn Jingga Ilustrator: Dodi Rosadi Penyunting naskah: Benny Rhamdani
Penyunting ilustrasi: tumes & Iwan Yuswandi
Desain sampul dan isi: Dodi Rosadi & tumes
Layout sampul dan seting isi: Tim Artistik DAR! Mizan
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved Cetakan I, Agustus 2006 Diterbitkan oleh Penerbit Cinta
Jln. Cinambo No. 137 Cisaranten Wetan, Bandung
40294 Telp. (022) 7834315-fO Faks. (022)7834316
e-mail: penerbitcinta@yahoo.com
Isi Buku With Love - 11 Bab 1 Cowok Sunkist - 15 Bab 2 Sunrise Juice - 27 Bab 3 Enak untuk Di sayang - 33
Bab 4 Cinta Nggak Pernah Sembunyi - 53
Bab 5 Bintang bintang ikutan Hepi - 65
Bab 6 Durian Runtuh - 85 Bab 7 Awal yang Salah - 97
Bab 8 Say It With Sunkist - 113
Bab 9 Nisye di Mal - 137 Bab 10 Nggak Happy Ending - 157
Bab 11 Hujan dan Air Mata - 177
Bab 12 Tersesat - 189 Bab 13 Rahasia Cinta - 203
Epilog - 213 Thanks for... Jakson Rumagit and Dave Andrew
Kalian setia menemaniku Mengejar semua impian Bahkan, ketika impian itu tidak seindah yang aku kira Kalian setia mengingatkan aku Di balik impian, masih tersimpan impian lain Terus demikian... Sampai kapanpun Impian itu tidak akan pernah berakhir untuk diraih Kalian setia berdoa Semua impian yang pernah dan yang akan menjadi kenyataan Pasti dapat membuatku bahagia Pasti.
Dont Say it With Flower, but Sunkist With Love...
Rasanya nggak berlebihan kalo Tuhan, gue taruh di tempat pertama dalam daftar terima kasih gue.
Karena gue ada sebagaimana gue ada hari ini, ini semua karena anugerah-Nya. Thanks God, for your tender and loving care.
Thanks buat Sandy Daniella Setianto yang pertama kali ngedit naskah gue. (Hei guys, si Sandy ini masih imut banget lho, umurnya baru 14 taon, tapi udah bisa jadi editor. Hebat kan" Gimana" Tertarik" Promosi dikit nggak apa-apa dong! Hehehe...)
Thanks buat Bapak Agus Setianto dan Ibu Jovita Sulaiman, yang rajin ngasih encourage dan yang nggak pernah absen ngingetin hal-hal yang baek yang harus gue lakuin, misalnya: Terus berkarya! Jangan sombong! Jangan mudah menyerah! Jangan mudah tersinggung! Berserah pada Tuhan! Berpikir positif! Mengucap syukur dalam segala hal! Rajin olahraga! Makan yang buanyak! Jangan lupa nraktir kalo dapet royalti! Hahaha ....
Thanks buat Nabella's Mom and Dad. Walaupun udah ratusan kali gue bilang gue masih aja pengin ngasih tau sekali lagi kalian adalah teman, sahabat, saudara, dan keluarga yang asyik banget. Rasanya ada yang kurang dalam satu hari itu kalo gue
nggak ketemu ato minimal nelepon or sms-an ama kalian. Singkatnya, gue hepi bisa jadi orang yang deket ama kalian. Beruntung banget gue kenal ama kalian. Serius!
Fenny Saputro, apa kabar, Sis" Rasanya, gue nggak bakalan bisa nggak nulis nama elo di semua buku yang gue pernah tulis. Elo terlalu berarti buat gue. Thanks buat semua kenangan indah kita berdua. In the Middle of the Village-nya Tommy Page, Lost in Your Eyes-nya Debby Gibson, Love Me Like There's No Tomorrow-nya Freddy Mercury semuanya itu ngingetin gue ama elo. Selalu.
Charis and Charin: bilangin mama, kapan ma-en ke sini" Ntar, kalian keburu gede dan Dave keburu lupa lho, hehehe .... Thanks ya Ci Oksye, buat doa-doa-nya.
My Brother, Herry Limantoro, thanks udah nemenin gue chatting padahal elo lagi demam waktu itu. Setelah bertahun-tahun nggak ketemu, obrolan kemaren itu cukup buat ngobatin rasa rindu gue.
Saumiman Saud, percaya nggak percaya, gue nulis novel gue yang pertama dulu itu setelah Ko Siaw nelepon dari USA. Thanks udah mendorong gue untuk berkarya.
Thanks berat buat Three Musketers yang ikut mendukung novel ini, bahkan sejak cerita ini masih sebuah "ide". Thanks udah mau rapat sampe ma-lem-malem, trus disambung rapat di depan pintu, trus pulangnya pake di:raktir makan. Kalo inget-inget meeting kita yang pertama, kedua, dan ketiga
rasanya lucuuu banget. Tul, nggak"
Thanks juga buat Ibu Chaterine Hindarto: kalo ngetik di kantor asyik banget, soalnya, Ibu sering nawarin mak
an siang yang enak-enak. Hehehe ... makasih banyak ya. udah ngajarin gue nulis Mandarin.
Thanks Pak Benjamin: lagi sibuk mau pindah rumah, eh ... malah gue dateng ngerepotin. Sori ya, hehehe .... Kemam-puan bahasa Anda luar biasa canggih, Pak!
Thanks buat Ibu Ninik (and Kristi ): tau nggak, waktu Ibu cerita tentang dolphin yang baek hati di mobil siang-siang, gue langsung mikir ... kalian itu kaya dolphin, baek hati maksudnya! Makasih ya, udah jadi sahabat yang peduli banget ama gue, yang selalu bersedia mendampingi dan didampingi.
Thanks buat Lisa (Library berjalan), Lili (Jazz Cafe berjalan), Santy (supervisor berjalan), Sufi (Dictionary berjalan, soalnya gue suka minta di-translate), Lia (hm apa, ya" Sweet corn berjalan aja deh, soalnya elo suka makan jagung, ya nggak" Dewi (temen jalan-jalan, hahaha ...) dan teman-teman yang laen di Play-Orena dan Pelangi Kasih. Kapan nih, maen ke sini"
C' Mifie, gue pikir, elo itu orang yang paling banyak bilang gini ke gue, "Gimana novelnya"" Thanks ya, Ciciku!
Hengky Tanzil en Ellen: semoga kalian jadi orang pertama yang beli novel gue.
Terakhir, buat cowok sunkist di mana pun elo berada, Thanks udah membuka inspirasi buat gue memulai and nye-lesaiin novel kedua gue. Thanks
udah jadi teman khayalan yang membuka pintu ke dunia imajinasi. You are my perfect inspiration!
Well, kalian semua adalah sahabat terdekat yang gue percaya selalu pengin yang terbaik buat gue dan yang selalu berusaha dengan segala cara bikin gue tersenyum. Rasanya, berlembar-lembar kertas nggak bakalan cukup buat nulis ucapan terima kasih untuk orang-orang seperti kalian. Orang-orang yang sejak awal gue berkarya sampe hari ini, terus mendukung en ngasih support, khususnya di saat-saat gue "lelah" menulis. Nama kalian bukan cuma terukir di lembaran ini, percayalah, kalian juga ada di hati gue. Thought of often ... with love!
-Evelyn Jingga Bab 1 Cowok Sunkist At the 365 Days Supermarket...
"FACIAL foam, hair nourishier, tooth paste, handwash .... Hm ... apa lagi, ya"" gumam Kimmy sambil meneliti daftar belanjanya. Ia berjalan perlahan, sementara, tangannya mendorong trolley berisi ber bagai macam keperluan.
"Oh, ya!" tiba-tiba Kimmy teringat sesuatu. "Jus melon. Ya ... melon, melon, di mana melon"" sambungnya sambil memutar trolley ke bagian makanan dingin dan buah-buahan. Kimmy emang rajin belanja buah-buahan. Ia percaya banget tips bikin hidup fresh and healthy, salah satunya adalah one glass juice everyday!.
Begitu menemukan buah warna hijau kesukaannya itu, Kimmy mulai mengamatinya satu demi satu. Yang matang, manis, dan yang nggak terlalu besar, itu yang ia cari.
"Kayaknya yang ini nggak manis, deh," ucap Kimmy nggak jelas ke siapa.
Bad habit-nya yang satu ini emang nggak bisa diobati lagi. Sebenarnya bukan satu, tapi banyak banget. Selain suka ngomong sendiri, Kimmy juga dreamer kelas berat, alias tukang mimpi dan pengkhayal. Ditambah lagi sifat slebornya yang nggak ketulung-an. lengkap sudah ciri Kimberly Andrea yang punya wajah
manis dan imut mirip Katie Holmes ini. Jadi, jangan kaget, kalau ke mana-mana, Kimmy bawaannya suka lupa, suka kejeduk pintu, suka kepleset, suka mecahin gelas, suka jatuhin barang, suka ....
"Awww ...!" teriak Kimmy keras. Kaki kirinya kejatuhan melon ukuran sedang. "Aduuuh ... ini melon jahat bener, sih. Mau dibeli bukannya seneng, malah nimpa kaki gue. Aduuuh ...!" Kimmy meringis kesakitan. Ia berjongkok dan mencoba memijit-mijit jari kakinya yang memerah.
"Permisi," tiba-tiba terdengar suara cowok tak jauh dari Kimmy.
Masih sambil mengurut kakinya, Kimmy mengangkat kepalanya sedikit. Ia melihat kaki panjang cowok itu dibalut jins hitam gelap. Sedikit terkejut dan penasaran membuat Kimmy menarik matanya ke atas.
Kimmy cuma bisa melihat dari samping, cowok itu tak menoleh ke arahnya. Ia sibuk memasukkan beberapa buah sunkist yang ditata bersebelahan dengan rak buah melon ke dalam sebuah plastik.
"Bukannya nolongin gue, hehhh," gerutu Kimmy pelan takut kedengaran. "Nggak ada ramah-ramahnya dikit ...."
" Permisi," ucap cowok itu lagi. Sepertinya, ia hendak ngambil beberapa buah sunkist lagi yang letaknya agak di sebelah kanan rak. Ia agak kesusahan karena Kimmv belum juga bergeser dari tempatnya. "Permisi," ulangnya untuk ke-sekian kali, masih tanpa memalingkan mukanya.
Kimmy terpaksa menggeser tubuhnya agak ke samping. Saking kesalnya, tanpa sadar ia berteriak, "NGGAK BISA APA, NGAMBILNYA DARI SANA"!"
"Apa"!" tanya cowok itu setengah terkejut. Seketika itu juga ia menoleh ke arah Kimmy.
"Elo nggak liat apa, kalo gue la ...." Kalimat Kimmy tiba-tiba terhenti begitu melihat wajah cowok itu. Oh no! Oh my God! Oh my God! Who is this man" pekik Kimmy dalam hati. Wajah putih bersih, alis hitam subur, mata khas Brad Pitt, hidung tinggi, bibir .... Wow! Bener-bener the best combination in the world!
Mata Kimmy terbelalak. Mulutnya menganga lebar. Lebaaarrr banget! Saking lebarnya, bukan cuma lalat yang bisa masuk, burung juga bisa! Kimmy nggak sadar, tampangnya mirip orang yang lagi nonton atraksi sulap David Cooperfield.
Cowok ini keturunan apa, sih" Datengnya dari planet mana, sih" Kok ada, manusia bener-bener keren kayak gini" Ckckck ... superhandsome and extra sweet! Oh ... humh, he also smells good! What a perfect man! batin Kimmy ketika hidungnya mencium aroma parfum yang maskulin keluar dari tubuh cowok itu.
Wajah cowok itu kelihatan bingung dengan ekspresi Kimmy. Ia menatap Kimmy sebentar, lalu memalingkan mukanya dan kembali sibuk dengan sunkist- nya.
Ingat sama tampangnya yang memalukan,Kimmy mengatupkan bibirnya, lalu bangkit berdiri. "Heran sakit di kaki gue, kok, mendadak ilang"
Ajaib banget," gumamnya. Walaupun pelan, cowok tadi ternyata mendengar suara Kimmy yang seperti orang berbisik.
Cowok itu menoleh kebingungan ke arah Kimmy.
Kimmy langsung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Halo...," sapanya salah tingkah.
Cowok itu tak menyahut. Ia malah berlalu meninggalkan Kimmy yang mesam-mesem sendiri. Kimmy menggigit jari-nya. Cool! That's the kind of man just what I've been looking for! Eit, ke mana dia, ya"
Kimmy meninggalkan trolley-nya begitu aja. Ia berjalan sambil matanya berputar ke sana-sini mencari cowok buruan-nya. Kimmy pergi ke bagian makanan kaleng, tapi cowok itu nggak ada di sana. Kimmy membelok ke bagian shampoo dan bodywash. Nggak ada juga. Kimmy melewati rak-rak yang penuh dengan biskuit dan sereal, tapi cowok itu raib.
Heh, hilang deh, harapan gue, batin Kimmy kecewa setelah beberapa kali memutari seluruh bagian di supermarket, ia kembali ke tempat ia meletakkan trolley-nya, mengambilnya, lalu mendorongnya ke bagian kasir.
"Cash atau creditcard, Mbak"" tanya seorang kasir wanita dengan ramah.
"Cash," jawab Kimmy. Ia nggak lagi memperhatikan bagaimana tangan si kasir dengan cekatan memasukkan barang-barang belanjaannya ke kantong plastik. Pikiran Kimmy sibuk memikirkan cowok
yang baru ditemuinya tadi. Si cowok sunkist!
"Seratus tujuh puluh lima ribu dua ratus rupiah," ucap si kasir.
Kimmy baru mau mengeluarkan dompetnya ketika matanya menangkap sosok cowok yang dari tadi dicarinya ke luar me-lewati pintu depan supermarket. "Hei, tunggu!" seru Kimmy tiba-tiba. Ia buru-buru berlari meninggalkan meja kasir dan belanjaannya.
Si kasir cuma bisa melongo. Beberapa orang di sekitar sana juga ikut kebingungan menyaksikan tingkah laku Kimmy.
Sampai di luar, Kimmy menoleh ke kanan dan ke kiri. Nggak ada! Cowok itu sudah nggak kelihatan lagi. "Cepet banget perginya!" gerutu Kimmy sambil mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal. "How stupid of me! Bego amat sih, gue! Bego, bego, bego! Bego tiga kali lipat! Kapan lagi gue bisa nemuin cowok secakep dia. Aaah sesal Kimmy.
Setelah puas menggerutu dan menyesali diri, baru Kimmy masuk kembali untuk mengurus belanjaannya yang ditinggal-kan di kasir.
Sleepy Erlynn ... KIMMY meletakkan tiga plastik belanjaannya begitu aja di lantai dapur. Biasanya, ada Bi Umi yang membantu Kimmy menyusun makanan kaleng ke
lemari dan memasukkan buah-buahan ke dalam kulkas. Tapi sepertinya, kali ini Bi Umi keburu tidur
. Bi Umi emang lebih cepat masuk ke kamar kalau di teve nggak ada lagi sinetron kesukaannya.
Kimmy mengambil cangkir melamine dari lemari, lalu menuangkan air dingin ke dalamnya. Rasa kering di kerong-kongannya segera lenyap setelah ia meneguk habis minum-annya.
"Uh, capeknya!" keluh Kimmy sambil menarik napas. "Gara-gara cowok tadi, gue sampe harus muterin supermarket tiga kali. Giliran udah ketemu, mau dikejar, eeeh ... dia ngilang lagi. Uuuh ...!"
Sehabis minum segelas air putih lagi, Kimmy beranjak ke kamarnya. Kamar Kimmy tampak agak gelap. Kelihatannya Erlynn teman yang tinggal bareng Kimmy telah memati-kan lampu. Mata Kimmy menyapu ke sekeliling kamarnya. Dua tempat tidur, satu dresser mirror, nakas, lemari pakaian, rak susun yang berisi penuh boneka kecil, semuanya seperti sengaja ditata teratur supaya nggak menyita banyak tempat.
Kayaknya, Erlynn abis beres-beres kamar! pikir Kimmy. Ia lega melihat kamar yang furniture-nya dominan warna maple ini kelihatan rapi. Kimmy melirik Erlynn, teman sekamarnya yang pulas di tempat tidurnya. Tumben, nih anak udah tidur" Baru jam sembilan lebih, kan"
"Lynn ...! Lynn!" panggil Kimmy sambil mencolek-colek lengan Erlynn. "Hei, elo udah tidur beneran, apa pura-pura, sih" Hei, bangun, dong!"
Bukannya bangun, Erlynn malah merapatkan
selimut. "Lynn, dengerin gue bentar, dong kata Kimmy lagi. Kali ini sambil duduk di pinggiran tempat tidur Erlynn. "Lynn ayolah ... bangun sebentar."
"Heeeh apaan, sih"" tanya Erlynn sambil menggeliat tanpa membuka mata.
"Elo buka mata, dong! Gue punya cerita seru, nih!" paksa Kimmy lagi. "I met someone with a great great charm! Elo pasti nyesel kalo nggak mau bangun! Ayo banguuun!"
"Aduuuh ... nggak bisa besok, apa" Gue ngan-tuk banget."
"Lynn, ayolah! Elo tuh payah, tau nggak" Masa sahabat elo mau cerita, elo nggak mau dengerin. Elo nggak setia kawan, nggak punya rasa empati, nggak pedulian ama orang lain, nggak
"Ya-ya-ya ... gue bangun, deh," ucap Erlynn akhirnya. Ia menarik tubuhnya malas-malasan, lalu duduk. "Ya udah, elu langsung cerita aja."
"Mata elo dibuka, dong! Masa udah bangun, matanya masih aja merem kayak gitu""
"Iye-iye," sahut Erlynn sambil membuka matanya yang terasa berat.
"Lynn! Elo tau nggak, gue udah ketemu jodoh
gue!" "HAAAH"!" "Beneran! Gue tadi ketemu ama cowok yang bakalan jadi pacar gue." "Siapa""
"Hm ... gue nggak tau namanya. Tapi yang pasti, dia itu ..."
"Di mana elo ketemunya"" potong Erlynn.
"Di supermarket. Tadi waktu gue belanja, dia kebetul
"Elo diajak kenalan sama dia""
"Belom, sih. Tapi, kayaknya bakal mengarah ke sana. Soal-nya, tadi aja, dia
"Elo udah pernah liat dia sebelumnya""
"Eh nggak. Ini baru pertama kali gue liat dia. Aduuuhhh, elo nggak tau, Lynn. Tuh cowoknya, mukanya gant...."
"TERUS"!" bentak Erlynn menganggetkan. "Elo itu udah gila atau apa sih, berani-berani bilang, tuh cowok bakalan jadi pacar elo" Kenal aja nggak. Tau namanya juga nggak. Liat aja baru satu kali. Heh ... ngabisin waktu gue aja, elo!" omel Erlynn sambil bersiap tidur lagi.
"Eh dengerin gue dulu dong, Lynn," ujar Kimmy sambil menahan Erlynn merebahkan tubuhnya lagi ke tempat tidur. "Elo motong gue melulu, sih. Jadinya, gue nggak bisa cerita selengkap-lengkapnya."
Erlynn menegakkan badannya lagi. "Cerita lengkap apaan" Ayo, coba!"
"Gini tadi itu, gue mau belanja untuk keperluan gue. Jadi, gue pergi ke supermarket di seberang sono. Terus, ya udah, gue ambil semua barang yang gue perlukan. Nah, setelah itu, gue inget, gue mau beli mel ...."
"Nih cerita, sampe seri berapa""
"Hah"!" "Elo tuh, mau cerita apa ngedongeng, sih" Disuruh cerita cepet, elo bilang nggak lengkap.
Disuruh cerita lengkap, elo lelet banget. Aaah mendingan gue tidur. Besok aja cerita-nya!" ujar Erlynn sambil menarik selimutnya sampai ke kepala.
"Uuuh payah!" gerutu Kimmy sambil memonyongkan mulutnya. "Baru cerita depannya aja, udah nggak sabaran. Gimana mau dengerin ampe abis" Payah!" sambungnya sambil berpindah ke tempat tidurnya.
Kimmy melirik sekali lagi ke Erlynn. Melihat a-nak itu benar-benar telah mendengkur, barulah K
immy ikut meletakkan kepalanya di bantal. Matanya tak langsung terpejam. Bayangan cowok di supermarket tadi, lagi-lagi mengusik pikirannya. Cowok sunkist ... cowok sunkist gue yakin, satu saat nanti, gue pasti ketemu lagi ama elo. Pasti! batin Kimmy ber-angan-angan.
Malam itu badannya emang terasa capek, tapi pikirannya masih terang, seterang bulan di luar sana yang ikut menyak-sikan pertemuan Kimmy yang pertama kali dengan cowok impiannya.
Kimmy's Diary... DURIAN runtuh atau apa kek namanya, I don't care! Yang jelas, gue beruntung banget hari ini. Cewek mana sih, yang nyangka bakalan ketemu ama cowok hebat waktu lagi belanja melon di supermarket" Tapi, itu terjadi ama gue. Luar
biasa, kan" Cowok itu bener-bener, deh. Aduuuh, gimana ya, ngomongnya"
Dia itu cocok banget pake baju kuning (atau orange "). Gue yakin, setiap mata yang ngeliat dia, bakalan terpesona di tempat! Langsung! Saat itu juga! Abisnya, dia kelihatan seger banget. Fresh banget. Bener-bener sunkist abis!
Gue nggak mungkin bosen liat tampang dia. Wajahnya menyenangkan banget. Tampang orang yang bisa bikin hidup jadi lebih bergairah, jadi penuh warna, jadi indah.
Sayangnya, tadi waktu gue sempiiit banget. Boleh dibilang, gue cuma liat sekilas tampang keren cowok itu. Emang dari deket, sih. Deket banget malah. Tapi cuma beberapa menit (betul yang banyak orang bilang, saat-saat berharga itu terjadinya cuma sekejap). Gue mesti ngecek nih, kamera di mata gue udah ngerekam semua detail wajah dia apa belom.
T-shirt kuning (agak orange sebenernya, mirip ... sunkist!). Black jins, tinggi, dada bidang. Kulit muka putih. No acne seen. Sama sekali! Hidung tinggi. Rambut cokelat bercahaya. Mata unik mirip punya Brad Pitt. Lembut. Menenangkan. Serius!
Alis tebal, hitam, rapi. Bibir nggak terlalu tebal, nggak terlalu tipis. Bibir nggak terlalu merah (kayak banci), juga nggak pucat-pucat banget. Yang ini, penting. Harum! Harum sekali. Wow!
Seandainya dia nggak cakep-cakep banget, mungkin gue masih ada kesempatan ngedapetin
dia. Tapi yang satu ini"! Terlalu sempurna!
Nggak. Nggak boleh pesimis. Cowok itu bakal jadi milik gue. Pasti!
NB. Hari ini, gue nemuin kata bagus.
Di yi chi jian mian.1 Yi dao ai.2 Bu thong ai.3 ..... 1 Pertemuan pertama. 2 Menemukan cinta. 3 Nggak mengerti cinta. Bab 2 Sunrise Juice Erlynn's good Idea... Lynn ...! Lynn bantuin gue, dong! Lynn ...!" teriak Kimmy yang pagi ini tampak imut dengan celana capri putih dan kaus purple blue,
"Apaan"" tanya Erlynn dari kamarnya.
"Barang pada dateng semua, nih. Bantuin bentar, bisa nggak"" teriak Kimmy lagi. Ia tampak sibuk menyusun tum-pukan majalah dan tabloid yang baru dikirim pagi ini.
Dulu, Kimmy cuma agak sibuk bila akhir bulan tiba karena majalah yang baru terbit mulai disebarkan ke agen-agennya. Tapi, sejak muncul majalah mingguan dan dwimingguan, otomatis kesibukan Kimmy bertambah. Kimmy emang nggak pernah menyangka kalau books store yang baru dirintisnya dua tahun belakangan ini bakal maju seperti sekarang. Awal-nya, ia cuma menjual beberapa jenis majalah. Sekarang, walaupun nggak terlalu besar, kios bukunya dikenal paling lengkap dan komplet. Bukan lagi segala macam majalah, tapi juga ada komik, koran, tabloid, bahkan beberapa judul novel best-seller, "Bantuin apaan" Emangnya, Bi Umi ke mana"" tanya Erlynn yang muncul dengan khas penampilan cueknya-short pants, sandal jepit, dan rambut rada acak-acakan.
"Bi Umi lagi ke pasar. Elo bantuin gue nyusun ini, dong! Majalah-majalah yang udah lewat waktunya ditumpuk jadi satu, Terus, elo ganti ama yang terbitan baru. Elo susun yang bagus di rak yang itu, tuh!" sahut Kimmy sambil menunjuk dengan matanya. Sementara itu, tangannya sibuk membongkar tumpukan tabloid olahraga yang diikat dengan tali.
"Masa ke pasar sampe jam segini belom pulang"" tanya Erlynn.
"Biasaaa ... Bi Umi man, belanja sayurnya paling-paling setengah jam. Yang bikin lama itu, kalo dia ngegosip bareng ibu-ibu yang jualan cabe. "Udah, elo cepetan sana nyusun majalahnya! Masih banyak, nih!"
Erlynn yang sudah ter biasa membantu Kimmy, langsung beranjak ke rak khusus majalah terbitan baru. "Yang ini majalah apaan" Perasaan, kemaren-kemaren nggak ada"" tanya Erlynn sambil memegang sebuah majalah wanita.
"Iya. Majalah baru, edisi pertama," jawab Kimmy sambil terus bekerja.
"Ada resep kuenya, lho."
"Majalah yang laen juga ada, kan""
"Tadi gue liat, kayaknya kuenya enak-enak, tuh. Mirip brownies
"Mana"" "Cari aja. Apa sih, tadi judulnya favorite cakes and ... apa, ya""
"Favorite cakes and juices, Yang ini"" tanya Erlynn setelah menemukan bagian halaman yang
dimaksud Kimmy. "Ya-ya-ya. Enak-enak, kan"" "NAH!" seru Erlynn tiba-tiba. "Kenapa""
"Ini yang gue cari-cari dari kemarin," sahut Erlynn bersemangat sambil menghampiri Kimmy. "Gue tuh, pengin bikin jus buah yang enak banget. Gue udah nyari-nyari di kumpulan resep gue, ternyata cuma ada dua resep. Itu tuh, banana vanilla ama mocca alvocado yang pernah gue bikinin dulu itu. Inget, nggak""
"Iya, inget. Yang kurang manis itu, kan""
"NAH!" ulang Erlynn lagi.
"Apaan, sih" Nah-nah melulu!"
"Ini resep bagus, nih, Kim. Liat nih, morning dew juice, campurannya melon, lemon, stroberi ama white cream. Terus ada lagi, sunrise juice, campurannya ... jeruk, stroberi. Hm ... bagus juga nih, namanya! Sunrise juice! Ya. Sunrise juice!"
"Nama apaan" Elo tuh, ngomongin apa, sih"" tanya Kimmy bingung.
"Gini lho, Kim ... gue tuh, pengin jual jus buah-buahan. Soalnya gue lihat, Jakarta panas buanget. Apalagi kalo siang."
Kimmy berpikir sebentar, lalu manggut-mang-gut. "Hmmm ... yaaa .... That's a good idea. Kapan""
"Secepatnya, dong. Maksud gue, lumayan buat tambahan uang jajan, kan""
"Terus, kuliah elo gimana""
"Tinggal skripsi doang. Pagi, gue ke kampus, agak siang gue jualan, malemnya gue ngurusin
skripsi lagi." "Elo nggak takut apa, skripsi elo bakalan nggak kelar""
"Tenang aja. Sesibuk apa pun, gue bakalan nyempet-nyempetin nulis skripsi gue. Biar cepet kelar, gitu!"
"Kalo elo udah mantap gitu. Ya, jalanin aja!" ucap Kimmy mendukung.
"Nah! Gue tadi mau bilang, gimana kalo tempat gue jualan nanti dikasih nama SUNRISE JUICE" Keren, kan""
Kimmy manggut-manggut lagi. "Lumayan. Yang penting, bukan namanya aja yang keren. Jus buahnya juga mesti enak. Jangan kurang manis kayak yang elo bikin dulu itu."
"Tenaaang. Kemaren masih percobaan. Elo percaya deh, gue bakalan bikin jus yang rasanya laen dari yang laen."
"Laen gimana" Pake buah mengkudu aja, biar rasanya laen dari yang laen," saran Kimmy sambil cekikikan.
Mulut Erlynn langsung monyong. "Elo aja yang minum!"
"Kalo nggak, jus terong juga boleh."
"Ah, elo. Ngasih sarannya nggak ada bener-benernya. Kenapa nggak sekalian jus jagung, jus kentang, jus seledri, jus brokoli ...""
Kimmy terbahak-bahak melihat tampang Erlynn yang senewen. "Emangnya, elo mau bikin jus, apa sup ayam"!"
Erlynn jadi ikutan ketawa. "Elo, kalo disuruh
jahilin orang, nomor satu, ya"" Kimmy terkekeh.
"Oh iya, mendingan gue nyaresep dulu, deh," ucap Erlynn sambil siap-siap berlalu.
"Lho"! Elo nggak jadi nolongin gue"" Kimmy baru ingat, masih banyak yang harus ia kerjakan. "Lynn, tolongin gue, dong!" teriaknya panik. Apalagi waktu melihat dua cewek yang biasa beli komik sedang berjalan ke arah tokonya.
"Belum buka, ya"" tanya seorang dari dua cewek itu. Mereka heran melihat toko buku Kimmy yang masih beran-takan banget. Buku, majalah, koran, dan yang lainnya ber-serakan di mana-mana
"Ah, eh, nggak. Sori. Banyak majalah sama buku baru. Masuk aja! Tuh, ada sambungan seri komik yang kamu cari kemaren," kata Kimmy sambil menunjuk tumpukan komik di ujung ruangan.
Tak lama kemudian, pembeli yang lain datang. "Kok, sendirian, Kim""
"Eh, Tante Rika iya nih. Erlynn nggak tau lagi ngapain. Oh iya, majalah Femina udah datang tuh, Tante!" sapa Kimmy ramah.
Kimmy melirik sebentar ke jam dindingnya. Lidah jam sepuluh" Pantesan! pikirnya. "Gara-gara kelamaan ngobrol ama Erlynn, gue jadi kelabakan kayak gini. Mana tuh anak pake ngilang lagi. Dasar!" gerutu Kimmy. Ia tahu ia bakal sibuk banget sepanjang hari ini.
Kimmy 's Diary ... WAH, nggak nyangka, har i ini toko gue laris banget. Terus terang, gue bangga ama diri gue (atau narsis"). Gue masih muda. Badan kecil. Agak pendek maksud gue. Tapi kemam-puan bisnis gue ... not bad, kan"
Gue mesti berterima kasih ama Meg Ryan. Ssst ... jangan bilang siapa-siapa. Toko buku gue itu, sebenernya terinspirasi waktu gue nonton I've Got an E-mail. Meg Ryan punya toko buku mungil. Dia cantik, ramah, baek (kayak gue, kan") dan dia dapat cowok! Yaaa ... cowok itu (Tom Hanks, maksud gue) emang bukan tipe gue, tapi dia lumayan cakep, kok.
Erlynn demen banget ama Tom Hanks. Jarak matanya ke teve cuma 15 cm kalo lagi melototin Tom Hanks. Gue sih, nggak. Menurut gue, Tom Hanks biasa aja. Maksud gue, lumayan. Ya ampun, gue lebih demen ngeliat tampang cowok sunkist gue ketimbang ngeliat Tom Hanks" Apa ini berarti cowok sunkist gue lebih cakep daripada Tom Hanks"! Masa, sih" Yang bener aja"!
Ya Tuhan, kalo gue bisa dapetin cowok itu, gue bakalan hepi. Nggak apa deh, gue pendek, yang penting hepi, ya nggak" Short and happy!
NB:Gue udah tau apa bedanya kata hui jia, hui chi, ama hui lai.
Gampang aja ternyata. Bab 3 Enak untuk Disayang Kesempatan kedua ... Janji Kimmy untuk menemani Erlynn ke supermarket jadi tertunda sampai malam. Karena kebanjiran pembeli, Kimmy yang biasa menutup kios bukunya jam lima sore, hari ini terpaksa lembur sampai jam tujuh malam. Setelah mandi dan makan seadanya, ia dan Erlynn ber-gegas ke supermarket. Untung, tempatnya nggak jauh. Mereka tinggal berjalan kaki dan menyeberang.
Waktu Kimmy dan Erlynn sampai, 365 Days Supermarket yang lebih cocok disebut hypermarket masih ramai pengunjung. Lantai satu penuh sama ibu-ibu yang sibuk men-cari sayur, buah, ikan, dan makanan atau minuman kaleng buat persediaan. Sedangkan lantai dua, kebanyakan mereka yang ingin melihat-lihat barang elektronik, baju, kaset, dan perlengkapan rumah tangga.
"Bener kan, apelnya lagi murah," ucap Erlynn begitu melihat papan harga di atas rak buah yang konon dari New Zealand. "Cuma sepuluh ribu satu kilonya. Gue mesti beli agak banyak, nih."
Kimmy nggak begitu memperhatikan apa yang diucapkan Erlynn. Ia berdiri di dekat rak yang penuh dengan jeruk sunkist. Matanya memperhatikan buah orange segar itu, sambil sekali-sekali menoleh ke kanan-kiri. Tahu, kan" Betul! Kimmy lagi mencari wajah keren yang dilihatnya kemarin, di tempat itu juga. Wajah yang membuatnya sering nggak bisa tidur semalaman karena memikirkannya.
Moga-moga aja, cowok itu tiba-tiba sadar, sunkist-nya di kulkas tinggal satu atau dua biji. Dia harus ke sini sekarang. Beli sunkist yang banyak dan ketemu ama gue!
Kimmy mengambil salah satu buah sunkist yang ada di bagian paling atas. Didekatkannya buah bulat itu ke hidungnya.
"Hmmm ... wangi," ucapnya lirih. Ketika mencium aroma khas buah sunkist, nggak tahu kenapa, lagi-lagi wajah cowok itu muncul kembali di benak Kimmy. Wajah putih, cool, sedikit tanpa ekspresi, tapi bener-benar enak dilihat! Semua gambar itu menari-nari di pikirannya. Kimmy menarik napasnya dalam-dalam.
Kenapa gue bisa terobsesi ama cowok itu" I even don't know what's his name!
"Heh, bengong aje"! Udah belum"" tanya Erlynn yang trolley-nya udah penuh dengan macam-macam buah.
"Oh..., eh..., gue mau nyobain sunkist, nih," sahut Kimmy agak malu ketangkap basah lagi melamun. Ia memasukkan beberapa buah sunkist ke dalam plastik yang sudah tersedia. "Segini cukup kali, ya"" Kimmy mencoba mengangkat plastiknya.
"Eh, Kim, sini!" Tiba-tiba, Erlynn menarik tangannya. "Tolongin gue bentar."
Erlynn membawa Kimmy ke rak buah-buahan paling ujung. Di sana, khusus dipajang buah-buahan impor yang harganya relatif mahal. Ada kiwi, durian montong, apel Jepang, dan yang lain.
"Pilihin gue beberapa buah kiwi, dong," ucap Erlynn begitu sampai di depan tumpukan kiwi. "Gue nggak tau, kiwi yang manis itu yang kayak gimana. Kalo salah beli, sayang lagi. Harganya mahal banget
"Gue juga nggak begitu tau, Lynn. Elo pilih aja yang kelihatannya mateng," ujar Kimmy, tapi sambil nekat milih-milih dan ngambil beberapa buah.
"Jangan banyak-banya
k, Kim. Mahal, tau!"
"Segini cukup"" tanya Kimmy, tangannya menggantung plastik yang isinya kira-kira sekilo buah kiwi.
"Cukup. Ntar kalo kurang, gue bisa beli lagi," jawab Erlynn sambil meraih plastik itu, lalu melangkah ke bagian timbangan buah yang nggak jauh dari situ.
"Blendernya, elo mau pake punya gue atau mau beli yang baru"" tanya Kimmy melihat Erlynn bingung mau membeli apa lagi.
"Kalo beli blender baru, mahal, kan" Boleh nggak, se-mentara ini gue pinjem blender elo dulu"" "Boleh aja, tapi nggak begitu bagus. Kalo elo mau hasil jus buah elo bagus, elo mesti beli yang baru."
"Kalo nggak, kita liat dulu harganya, yuk! Siapa tau ada yang rada murah," ajak Erlynn lagi-lagi menarik tangan Kimmy.
Mereka beranjak ke lantai dua, tepatnya ke bagian per-lengkapan dapur, seperti blender, mikser,
kompor elpiji, dan lain-lain. Di sana tersedia lengkap peralatan memasak, dari yang buatan dalam negeri sampai produk impor. Dari yang murah, tapi bahannya kurang bermutu, sampai yang harganya selangit.
"Waaah ... mahal banget!" seru Erlynn melihat harga se-buah blender model terbaru.
"Iya. Mahal banget. Kalo elo beli yang itu, modal yang mesti elo keluarin besar banget," sahut Kimmy ikutan mem-perhatikan blender yang dipegang Erlynn.
"Tapi, gue pengin banget. Gimana, dong"" rajuk Erlynn.
"Elo yakin mau beli yang itu""
"Kalo jus buah gue laris, gue yakin dalam waktu singkat, modal gue bakal balik. Tapi ... kalo sekarang sih, gue belum punya duit banyak."


Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gini deh, gue pinjemin elo duit dulu, ntar kalo elo udah ...."
"Apa"! Elo mau bayarin dulu" Asyiiik ...!" teriak Erlynn senang. Diletakkan blender yang dari tadi dipegangnya, lalu dipeluknya Kimmy saking senangnya. "Elo emang temen gue yang paling baek sedunia. Mmmuaaah,' ucap Erlynn pura-pura mencium Kimmy.
"Ih, norak banget, sih. Biasa aja, napa"" ujar Kimmy ber-usaha melepaskan pelukan Erlynn.
"Hehehe ... ntar, gue bikinin elo jus buah kiwi, ya. Elo baek, sih," rayu Erlynn lagi. "Kiwi enaknya di-mix ama buah apa, ya" Ama sunkist, cocok nggak, ya""
"Oh ya, sunkist gue tadi mana, ya"" tanya Kimmy tiba-tiba teringat. Ia mencari di trolley yang ada di dekat Erlynn. "Nggak ada, Lynn. Wah, ketinggalan! Kayaknya abis milih-milih tadi, gue lupa bawa. Gara-gara elo sih, narik-narik tangan gue melulu. Gue ke bawah dulu, ya"" ucap Kimmy sambil ninggalin Erlynn yang sibuk mengamati blender pilihannya.
Kimmy turun lewat eskalator menuju bagian buah-buah-an. Ia sempat terhalang seorang ibu yang lagi memborong susu bayi sampai trolley-nya nggak muat lagi. Dari sana, ia berputar ke bagian makanan dingin, sayuran organik, lalu sampai ke rak buah-buahan.
Deg! Jantung Kimmy serasa mau keluar ketika dari agak jauh dilihatnya seorang cowok dengan kaus biru muda bergaris putih, berdiri di dekat rak sunkist. Langkahnya tiba-tiba terhenti, kira-kira tiga meter dari tempat cowok itu.
Is that really you" Tangan Kimmy mendadak terasa dingin sekali dan detak jantungnya berpacu tak beraturan. A ... apa gue nggak salah liat" Oh, Tuhan. That's him! seru Kimmy dalam hati. Oh no ... what am I going to do"
Cowok berbadan tegap dan tinggi itu sedang asyik memilih sunkist. Karena badannya yang sedikit membelakangi, ia nggak sadar ada Kimmy yang dari tadi menatapnya.
Cool down, Kimmy! Cool down! Don't be panic! Hibur Kimmy pada diri sendiri. Elo jangan panik, Kimmy! Jangan panik! Biasanya, kalo panik, elo
malu-maluin. Tenang, Kimmy! Tenang!
Kimmy menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mem-beranikan diri melangkah perlahan mendekati cowok itu. Sepuluh, sambilan, delapan, tujuh, ... Kimmy menghitung langkahnya yang semakin dekat. Enam, lima, empat, tiga, dua ....
Manusia yang satu ini harum banget! seru Kimmy dalam hati begitu berada pas di sebelah cowok itu. Bukan. Bukan aroma yang pernah Kimmy hirup waktu pertama kali bertemu. Hm ... aroma blackcurrant, tebak Kimmy. Ada berapa macem sih, parfumnya "
Cowok itu nggak menoleh. Ia sedang menghitung berapa buah sunkist yang sudah ia masukan ke dalam plastik. Kimmy yang di sebelahnya kebingungan, benar-benar nggak tahu harus berb
uat apa. Untungnya, mata Kimmy sempat melihat plastik berisi sunkist miliknya yang tergeletak di atas tumpukan buah, tepat di depan cowok itu berdiri. Tanpa pikir panjang lagi, ia mengulurkan tangannya untuk mengambilnya.
Cowok itu menoleh waktu melihat tangan Kimmy melintasi matanya. Ia melihat ke Kimmy sebentar dan tertegun. Sepertinya cowok itu sadar, ia pernah melihat Kimmy sebe-lumnya. "Itu punyamu" tanyanya.
Spontan mata Kimmy terbelalak mendengar suara co-wok itu. Dia tadi ngomong ama gue atau ama yang laen" tanyanya dalam hati nggak percaya. Ditatapnya mata cowok itu tanpa bisa menjawab apa-apa.
"Ketinggalan, ya"" tanya cowok itu lagi ramah walaupun tanpa senyum.
Lidah Kimmy benar-benar tersekat. Tampangnya mirip orang bego. Bukan hanya bego, tapi juga bisu dan tuli. Habisnya, ditanya seperti itu bukannya menjawab malah melotot tanpa satu kata pun keluar dari mulutnya.
Terdengar nada dering. Rupanya, HP cowok itu berbunyi. "Halo," sahutnya begitu membuka flip. "Elo di mana, Nis""
Sementara itu, Kimmy masih berdiri di tempatnya. Walaupun mata cowok itu sudah nggak bertatapan lagi dengannya, jantung Kimmy masih deg-degan. Ia memper-hatikan gerak-gerik cowok itu sambil mencuri dengar apa yang lagi dibicarakan cowok itu di telepon.
"Elo tunqquin que, ya! Bentar laqi gue jemput elo," sam-bung cowok itu. "Jangan ke mana-mana! Tungguin gue, oke! Bye." Cowok itu mengakhiri pembicaraannya, lalu menyimpan HP-nya.
Kimmy sedikit sedih, waktu cowok itu mengambil plastik buah sunkist-nya, bergegas menimbangnya di bagian timbangan, lalu berlalu begitu saja meninggalkan Kimmy. Kimmy mengantar kepergian cowok tadi dengan matanya sampai nggak kelihatan lagi.
Kayaknya, dia punya urusan penting ama ... siapa tadi" Nis..., siapa Nis itu" Yang jelas, itu nama cewek. Mungkin nama pacarnya. Of course, masa cowok sekeren dia nggak punya cewek" Aaah, hilang deh, kesempatan kedua!
Draw a plans... KELIHATAN banget, Erlynn semangat dengan rencananya. Buktinya, pulang dari supermarket, ia langsung mempraktik-kan salah satu resep jus buahnya.
"Hmmm .... Seger banget. Coba elo rasain, Kim!" seru Erlynn seraya rrenyodorkan gelas berisi jus stroberi campur lemon,
"Nggak, ah!" tolak Kimmy. "Masa malem-malem gini mi-num yang dingin."
"Belagu banget, sih! Cobain dikit napa"" Erlynn sekali lagi menyodorkar gelasnya.
"Besok ajalah, Lyrn. Lagi nggak pengin, nih."
Muka Erlynn langsung cemberut. "Ya, udah!" ucapnya rada kesal. "Cobain gitu aja, susahnya minta ampun. Elo tuh mesti-nya bersyukur, gue udah jadiin elo orang pertama yang nge-rasain jus buah gue. Elo tau nggak, orang lain mau minum jus yang kayak gini, dia harus bayar. Sedangkan elo" Gratis dari yang bikinnya langsung! Apa kurang en...,"
"Oke, oke, oke. Gue minum, deh!" sahut Kimmy menyerah. Ia mengangkat tangannya persis tentara yang kalah perang. "Apa aja deh, asal elo jangan ngomel-ngomel kayak petasan cabe rawit."
"Nih!" Erlynn nyengir, lalu mendorong gelasnya ke depan muka Kimmy.
Dengan sedikit terpaksa, Kimmy meraih gelas yang isinya tinggal separuh. Baru aja Kimmy
meminum beberapa teguk, tiba-tiba ....
"Bbbrrruaaah ....!" Semua air di mulut Kimmy tersembur keluar.
"Kenapa"" tanya Erlynn bingung.
"Asem buangeeet!" seru Kimmy. Mata dan hidungnya ber-kerut-kerut mirip orang yang lagi makan mangga muda.
"Justru di situ uniknya jus buatan gue. Asem, tapi seger, kan""
"Elo ngasih lemon ama stroberinya berapa banyak, sih" Yang bener aja, gue bisa sakit perut, nih," kata Kimmy masih dengan lidah yang terasa nggak enak.
"Sini. Sini," Erlynn menarik kembali gelasnya. "Kok, tadi waktu gue minum enak, ya"" sambungnya, lalu meneguk se-dikit isi gelasnya.
"So sour, right"" tanya Kimmy
Erlynn menggeleng-geleng, "Hmmm ... asem dikit sih, tapi ...."
"Elo kena stroke kali, Lynn"!" Erlynn mendelik, "Maksud elo""
"Kenapa lidah elo jadi mati rasa begitu"" Erlynn menepuk lengan Kimmy. "Dasar elo! Ngomong sembarangan!" ujar Erlynn lagi. "Oke. Gue ngaku!"
"Ngaku apa""
"Jus gue ini ... hm ... kurang ... hm ... kurang ...." "Kurang enak, maksud elo""
"Bukan. Menurut gue udah enak, cuma kurang ... hm ... kurang tepat... takarannya!"
Kimmy memutar bola matanya. "Sama aja,
Monyong! Bikin jus buah, kalo nggak tepat takarannya, ya hasilnya nggak enak. Katanya mau ngaku!!!"
"Iya. Maksud gue, ya itu. Kurang pas gitu, kan" Tapi besok gue coba lagi dan pasti rasanya bakal jauh lebih enak," jawab Erlynn nggak mau kalah. "Sekarang juga, elo mesti ngaku!"
"Ngaku apaan""
"Elo kenapa""
"Kenapa apanya"" tanya Kimmy bingung. "Gini ya, Kim. Jujur aja. Gue tuh, merasa nggak enak. Sejak pulang da'i supermarket tadi, muka elo tuh nggak enak banget diliatnya. Gue jadi mikir, apa gara-gara elo minjemin duit ke gue, terus elo jadi bete. Elo bete ama gue ...."
Kimmy mendengar penjelasan Erlynn masih dengan wajah nggak mengerti.
Walaupun begitu, Erlynn masih berceloteh panjang lebar. "Elo sebel ama gue, soalnya elo merasa gue udah meman-faatkan elo sebagai sahabat gue. Jujur sekali lagi ya, Kim. Sebe-narnya, gue nggak mau minjem-minjem duit. Nggak enak ngutang ama orang lain. Iya, kan" Tapi, tadi itu, kan elo sendiri yang nawarin ke gue. Jadi, gue gimana yaaa, gue itu ..."
PLETAK!!! Mendadak, Kimmy menjitak kepala
Erlynn. "Awww ...!" teriak Erlynn kesakitan.
"Elo tuh udah gila, ya"" seru Kimmy. "Kirain gue, elo mau ngomong apaan. Nggak taunya, omongan elo ngawur kagak ada ujung pangkalnya!"
Erlynn mengusap-usap kepalanya. "Elo jangan pake keke-rasan kayak gini dong, Kim!"
"Abisnya, elo sok tau banget, sih! Gue jadi bener-bener bete ngedengerinnya."
"Kalo gitu, sekarang jelasin ke gue. Kenapa elo mendadak jadi diem plus nggak bersemangat tadi""
Kimmy menarik napasnya. "Heh .... Gue lagi sedih."
"Karena"" "Gue ... gue ketemu ama dia tadi."
"Siapa"" "Cowok itu." "Yang mana"" Erlynn mengerutkan keningnya.
"Yang kemaren dulu gue ceritain ke elo itu."
"Yang malem-malem gue bangunin elo itu, lho. Aduh, elo itu!"
"Oh yang elo bilang jodoh elo itu" Hah"! Ketemu lagi" Di mana""
"Ya, waktu kita ke supermarket tadi. Tadi, jeruk gue ketinggalan, pas gue balik mau ngambil, gue ngeliat dia lagi milih jeruk sunkist. Terus dia ngajak gue ngomong
"Oh, ya" Terus ... terus
"Dia nanya, apa plastik yang ketinggalan itu punya gue."
"Terus, elo jawab apa""
"Jawab apa" Gue ... gue ... I didn't speak any word!" ujar Kimmy dengan wajah bersalah. "Lho, kok"!"
"Abisnya gue bingung, Lynn. Gue nggak tau mesti ngo-mong apa. Maksud hati sih, pengin ngomong, tapi suara gue kagak bisa keluar," jelas Kimmy penuh penyesalan.
"Oooh ... gitu" Ya, gue ngerti. Tapi kalo cuma
gitu doang, elo nggak usah sedih sampe kayak gimana. Gue kira, elo ngeliat dia jalan ama cewek cakep atau elo denger dia lagi ngomong di telepon ama ceweknya. Nah, kalo kayak gitu, baru elo boleh sedih. Aaah ... elo, gitu aja dipikirin!"
"Tadi gue denger, dia jelas-jelas lagi ngomong ama ceweknya."
"Haaah"" Erlynn jadi melongo. Ia sadar baru saja salah ngomong.
"Dia udah punya cewek, Lynn. Dia udah ada yang punya. Dia nggak bisa jadi pacar gue. Dia udah ...," celoteh Kimmy setengah merengek persis kayak anak kecil yang mainannya hilang.
"Stop! Stop!" Erlynn menyumpal mulut Kimmy dengan telapak tangannya. "Kalo elo ngoceh terus, masalah elo nggak bakal bisa diselesaikan. Tenang dikit napa"" ucap Erlynn sok dewasa. Kimmy diam sebentar.
"Sekarang, elo kasih tau ke gue, elo tuh tau dari mana kalo dia udah punya cewek""
"Dia tadi terima telepon," jawab Kimmy sedih. "Dari ceweknya""
"I think so," Kimmy menganggukkan kepalanya.
"Kok, elo tau itu ceweknya""
"Abis, ngomongnya mesra banget. 'Elo jangan ke mana-mana, gue jemput elo sekarang, ya Kimmy menirukan sambil tangannya pura-pura memegang HP.
"Tapi belum tentu itu pacarnya, kan""
"Cowok itu manggil namanya. Cewek itu dipanggil 'Nis'. Dia bilang, 'elo tungguin gue ya, Nis!
Gue jemput elo sekarang.' Itu kan, pasti nama cewek."
"Hmmm ... iya sih, nama cewek," kata Erlynn manggut-manggut.
"Tuh, kan ucap Kimmy bersiap merengek lagi.
"Ssst. Diem. Elo tuh, jangan kekanak-kanakan napa" Gitu aja udah mau nangis. Nis itu bisa siapa aja. Bisa adik dia, keponakan, atau tetangga y
ang namanya Anisa. Siapa tau juga kucing dia namanya si Ma ... nis atau ...."
"Masa ngomong sama kucing"" teriak Kimmy bete. "Be serious, please ...."
"Hehehe ... gue bercanda doang," lanjut Erlynn sambil menggaruk kepalanya yang nggak gatal. "Gimana, ya" Hm ...."
"Gue kok, jadi kayak gini, sih, Lynn"" tanya Kimmy tiba-tiba dengan nada suara yang sama sekali berbeda. "Gue kok, bisa naksir mati-matian ama tuh cowok. Padahal ... padahal gue nggak kenal dia."
"Nah! Itu yang gue pengin tanya ke elo tadi." Kimmy mendesah pelan, "Gue sendiri merasa aneh. Pertama kali gue liat dia, gue seperti kena sihir. Itu cowok bener-bener masuk ingatan gue terus ... kok bisa, ya"!"
"Sebenernya, falling in love at the first sight bisa-bisa aja. Cuma yang gue bingung, elo tergila-gila banget ama tuh cowok, sampe kayak kagak ada cowok lain aja di dunia ini."
"Dia beda banget, Lynn. Gue nggak pernah liat
cowok kayak dia sebelumnya. Matanya, rambutnya, hidungnya, bibirnya ... bener-bener beda, Lynn. Walaupun gue cuma ihat sekilas, sampe sekarang gue nggak bisa lupa wajah cowok itu. Mata dia indah banget. Matanya ... gimanaaa gitu
"Kim ucap Erlynn pelan, "kali ini, kayaknya elo bener-bener jatuh cinta."
"Aduuuh, Lynn. Gue jadi takut ama perasaan gue sendiri. Apa betul ini cinta" Kalo bener ini cinta, harusnya gue nggak tersiksa kayak gini. Gue ... gue ... harus gimana sekarang"" tanya Kimmy terlihat resah.
"Gini ya, Kim. Menurut gue, cowok itu pasti rumahnya nggak jauh-jauh banget dari sini. Soalnya, dia demen banget belanja di supermarket seberang. Nah, kalo elo sering jalan-jalan ke sono, pasti deh, elo bakalan ketemu dia lagi."
"Kalo udah ketemu""
"Elo jangan sia-siain kesempatan lagi. Elo ta-nyain nama-nya, alanatnya, teleponnya, tanggal lahirnya, sodaranya be-rapa, ama ... hm..."
"Kok, nanyanya lengkap banget" Kayak mau daftar sekolah aja" Yang serius dong, Lynn," kata Kimmy. "Lagian, masa sih, gue tiap hari ke supermarket. Ngapain coba""
"Iya, sih. Emang repot kalo elo tiap hari ke sono. Tapi gimana lagi"" ucap Erlynn jadi bingung sendiri. "Hei, gue ada ide!" sambungnya tiba-tiba.
"Ide apaan""
"Gimana kalo gue buka stan jus buah gue di depan supermarket" Jadi, gue bisa memantau kalo
itu cowok datang lagi ke sono. Gimana"" tanya Erlynn bersemangat.
Kimmy tersenyum, "Boleh juga, tuh."
"Elo liat sendiri, di depan sono belum ada yang jualan minuman. Wah, jus gue bisa laku banget!"
"Dan elo bisa pulang kapan aja elo mau. Tinggal nyeberang bentar, iya nggak"" Kimmy ikut bersemangat. "Setuju! Setuju!"
"Tumben otak gue encer, ya" Hehehe ...," ujar Erlynn bangga.
"Hahaha ... iya, tumben ide elo bisa kepake," lanjut Kimmy.
"Kalo gitu, besok gue mau ketemu ama yang punya super-market. Gue mau tanya apa aja persyaratannya kalo gue mau jualan di depan," ujar Erlynn semakin antusias.
Lovable-man ... SELESAI berdiskusi dengan Kimmy satu jam yang lalu, Erlynn langsung tenggelam di balik selimutnya. Sementara itu, Kimmy masih duduk bersandar bantal di atas tempat tidurnya. Ia asyik melamun sambil sesekali menghirup secangkir herbal tea hangat.
Suara jam dinding yang baru saja berbunyi dua belas kali sama sekali nggak menganggu lamunannya. Entah sudah be-rapa kali, benaknya
memutar ulang rekanan peristiwa yang baru ia alami di supermarket tadi. Bagaimana cowok dengan sejuta pesona itu membuatnya terpaku tanpa suara. Bagaimana suara lembut dan khas cowok itu mendebarkan hatinya. Bagai-mana bau harumnya yang elegan itu membuatnya terhipnotis. Dan bagaimana ia berlalu seperti angin ketika Kimmy masih berharap ada di dekatnya.
Hhh ... pusing, desah Kimmy sambil memijit kepalanya. Cinta seperti ini namanya cinta jenis apa" What kind of love" Kok, gue jadi nggak bisa tidur" Kalo jatuh cinta aja begini menderita, gimana kalo patah hati, ya"
Pikiran Kimmy dipenuhi dengan berbagai macam perta-nyaan yang membingungkan. Ia merasa hatinya seperti terisi dengan sesuatu yang sulit untuk diceritakan dar digambarkan. Gesuatu yang indah, tapi yang juga membuatnya berdebar-debar cemas setiap waktu. Sungguh, Kimmy sama sekali nggak m
enduga, penemuan tak sengaja dengan cowok tak dikenal itu membuat hidupnya mendadak berubah.
"Andy Steven Danny ...," ucap Kimmy lirih. Ia mencoba mengingat-ingat semua nama cowok yang pernah singgah di hatinya. "Dulu, gue udah pernah pacaran. Waktu SMP pernah, SMA juga pernah. Tapi ... setau gue, pera-saan gue nggak seperti ini dulu."
Kimmy melirik sebentar ke tempat tidur Erlynn, untuk me-mastikan temannya yang satu itu sudah benar-benar tidur. Ia nggak mau, lagi-lagi ketang-
kap basah sedang ngomong sendiri.
"Emang sih, cowok-cowok gue yang dulu nggak se-perfect cowok itu, tapi semua mantan gue jelas di atas rata-rata. Jadi ... jadi kenapa" Kenapa gue bisa ngerasa seneng banget kalo bisa ngeliat wajah dia" Kenapa rasanya gue pengin ketemu dia terus" Kenapa gue teringat dia terus" Dan kenapa gue tiba-tiba jadi kayak orang bisu waktu ngelihat mata dia" Speechless!" ucap Kimmy sambil menggeleng-gelengkan ke-pala nggak mengerti.
Kimmy terdiam sejenak. Matanya menyapu seluruh sisi ruangan kamarnya. Lampu kamar menyala kecil dan suara yang terdengar cuma bunyi jarum jam yang berputar. Tik ... tak ... tik ... tak ....
"Where are you"" bisik Kimmy pelan. "What are you doing" Elo udah tidur" Atau elo lagi ngelamun, kayak gue sekarang""
Kimmy memejamkan matanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Seperti yang ia duga, lagi-lagi wajah cowok itu terlukis jelas di benaknya. Kimmy nggak berusaha mengusir bayangan cowok itu. Ia suka melihatnya. Benar-benar suka.
Tiba-tiba, Kimmy tersenyum sementara matanya masih terpejam. "Gue tau sekarang," bisiknya pelan. "Yang bikin gue nggak bisa lupa ama elo .... Yang bikin gue kangen ama elo karena ... karena wajah elo itu ... wajah orang yang ... pantes untuk disayang. Wajah elo lembut, menenangkan. Your face lovable ... very lovable."
Kimmy membuka matanya dan tersenyum agak lama. "Gue udah tau jawabannya. Gue nggak salah.
Elo emang beda ama yang lain!" ucap Kimmy dengan wajah kelihatan puas banget.
Setelah itu, ia bangkit sebentar untuk menutup tirai jen-dela yang dari tadi dibiarkannya sedikit terbuka. Ia menghirup habis tehnya, lalu meletakkan cangkirnya kembali ke nakas. Kemudian, ia merebahkan kepalanya di atas bantal dan menarik selimut penghangat tubuhnya. Tak berapa lama setelah itu, ia mulai terbang ke alam mimpi. Malam itu, Kimmy tidur dengan senyum di bibirnya.
Kimmy 's Diary ... BENER-bener ajaib! Gue ketemu lagi ama cowok itu.
Gue seneng banget ama suaranya, waktu dia bilang, "Itu punyamu"" dan ... "Ketinggalan ya"" Wah, dua kalimat ini bisa bikin gue kenyang walaupun nggak makan tiga hari tiga malem. And u know what, kayaknya parfum blackcurrant dia nempel di badan gue. Soalnya sampe sekarang, hidung gue masih bisa nyium bau enak cowok itu. Hm ... yang ini bisa bikin gue nggak mandi seminggu (nggak lah, cuma bercanda).
Heran. Gue ini kena serangan jantung atau apa, sih" Kalo inget dia, tiba-tiba jantung gue berdetak cepet. Belom ada kan, yang mati sakit jantung gara-gara jatuh cinta"
Hm ... ni se wo zui sheng ai di ren.(Elo adalah orang yang paling gue cintai) (Fuiiihhh ... ini kalimat bagus banget! Gue dapet dari CD Mandarin Song tadi).
Bab 4 Cinta Nggak Pernah Sembunyi
Shut up, Monyong! KIMMY duduk di meja sambil asyik bermain dengan kalkulatornya. Setiap hari, ia emang harus menghitung pemasukan toko bukunya. Kalau orang lain cuma memerlukan satu atau dua jam untuk menyelesaikannya, nggak begitu dengan Kimmy. Ia termasuk orang yang super nggak teliti. Selalu saja ada perhitungan yang salah atau yang terlewatkan. Jadi, jangan heran kalau Kimmy bisa menghabis-kan setengah hari, bahkan pernah sampe ketiduran gara-gara urusan hitung-menghitung.
"Lho, kok, segini"" tanya Kimmy sama diri sendiri. Ia baru menemukan kalau jumlah uang yang diterima hari ini dengan buku yang terjual ternyata nggak sama. "Harusnya kan, empat ratus dua puluh tujuh tiga ratus" Hm ... mungkin belum dipotong diskonnya kali, ya" Hmmm ... berapa ya, tadi" Seratus tiga puluh lima, seratus tiga puluh ...," lanjut Kimmy mulai menghitung dari awal
. "Kim ...," teriak Erlynn dari dalam.
"Dua ratus, dua ratus tiga puluh, dua ratus tiga puluh tiga, dua Kimmy masih terus menghitung.
"Kiiim teriak Erlynn lebih keras. "Elo denger nggak, sih" Kiiim..."
"Apaan, sih" Tiga ratus sepuluh ribu, tiga ratus..."
"Elo liat botol madu yang gue taruh di atas meja nggak""
"Tiga ratus dua puluh satu. Madu apaan" Tiga ratus lima puluh dua, tiga ratus tujuh puluh sembilan, tiga ratus
"Yang di botol gede itu, lho. Yang tutup botolnya merah, yang ada tulisannya
"Dua ratus dua puluh, dua ratus .... Lho, kok, balik dua ratus lagi" Aduuuh ...."
"Kiiim...," suara Erlynn lagi. "Elo tau nggak,
sih"!" "NGGAK TAUUU ...," balas Kimmy kesal. "MASA NGGAK TAU" KAN, TADI ADA DI MEJA"" teriak Erlynn lebih keras.
"NGGAK TAUUU .... GUE NGGAK LIAT! GUE
NGGAK TAUUU ...," balas Kimmy lagi nggak kalah keras.
Erlynn muncul dengan celemek di badannya. "Elo mestinya tau, dong! Elo kan, liat tadi pagi gue buka botolnya, Terus gue tar...," katanya.
"Hei Tante! Udah gue bilang nggak tau, ya nggak tau! Gara-gara elo, gue salah ngitung melulu. Elo tuh resek, tau nggak!" jawab Kimmy belum hilang kesalnya.
"Lho" Kok, nyalahin gue" Dari dulu-dulu, elo emang salah melulu kalo ngitung duit"!"
"Udah tau gue nggak bisa itung-itungan! Bukannya bantuin, elo malah bikin gue bingung!"
"Siapa yang bikn elo bingung" Elo aja yang
kebingungan sendiri," sahut Erlynn nggak mau disalahkan. "Gue cuma na-nya, elo tau nggak di mana madu yang gue ..."
"NGGAK TAUUU!!!" potong Kimmy tambah bete.
Erlynn menutup telinganya dengan telapak tangan. "Kalo nggak tau, bilang dong, baek-baek. Nggak usah teriak-teriak kayak gitu, dong."
"Udah-udah! Gue lagi pusing. Elo jangan gang-guin gue dulu!" Kimmy menyuruh Erlynn pergi dengan gerakan tangan-nya.
"Huh, payah! Katanya mahasiswa, ngitung kayak begitu aja nggak bisa," cibir Erlynn sambil melengos pergi.
Kimmy tampak nggak peduli. Ia meraih kalkulatornya dan untuk kesekian kalinya, ia mulai menghitung lagi. "Seratus. Seratus tiga puluh lima,
seratus ...." Tiba-tiba, Bi Umi keluar dari dalam. "Non Kimmy, saya disuruh nanya ama Non Erlynn, madunya yang tadi pagi ditaruh di mana""
Kimmy nggak menjawab. Ia cuma menggeleng-gelengkan kepalanya sementara mulutnya masih komat-kamit menghi-tung. Melihat begitu, Bi Umi masuk ke dalam.
"Kim, gula yang kemaren itu udah abis, ya"" Lagi-lagi, Erlynn berteriak dari dalam.
Kimmy langsung berhenti menghitung. Ia menarik napas dalam-dalam. "Resek banget tuh anak!!!" gerutunya. "Madu lah, gula lah, ini lah, itu lah. Huuuh
"Kim, masa gulanya tinggal segini doang"" lan-
jut Erlynn. Kimmy diam nggak menjawab. Wajahnya kelihatan menahan marah.
"KIIIM ...!" seru Erlynn makin keras. "KIIIM, GULANYA MA -NAAA ...""
Sekali lagi, Kimmy menarik napas dalam-dalam lalu...," NGGAK TAUUU, MONYOOONG!!!" teriaknya sekuat tenaga.
Nggak lama kemudian, Erlynn keluar dengan wajah bi-ngung, "Elo kenapa, sih" Lagi PMS, ya""
"ELO BISA NGGAK, BERHENTI TERIAK-TERIAK"!"
"Lho, yang sekarang lagi teriak-teriak siapa"" tanya Erlynn santai.
"Grrrhhh Kimmy geregetan melihat wajah tak berdosa Erlynn.
Erlynn bergegas masuk ke dalam sebelum Kimmy sempat berteriak lagi. lak lama kemudian, ia keluar bagi sambil membawa dompet di tangannya. "Gue mau ke supermarket. Elo mau ikut nggak""
"NGGAK TA ... apa"! Apa elo bilang tadi""
"Gue mau beli madu ama gula di supermarket. Elo mau ikut nggak"" ulang Erlynn.
Kimmy diam sejenak. Ke supermaket" Hmmm ... kalo gue ke sana, mungkin gue bisa ketemu ama cowok itu lagi.
"Mau, nggak" Cepetan!"
"Nggak!" jawab Kimmy sok ketus.
"Yakin" Nggak mau ikut""
"Nggak!" wajah Kimmy cemberut kesal.
"Yakin" Kalo mau, mau. Kalo nggak, nggak. Jangan mau yang nggak-nggak!"
"Nggak!" jawab Kimmy.
"Ya udah kalo gitu. Gue pergi dulu, ya. Byeee ..." ujar Erlynn sambil melambaikan tangannya.
Kimmy mendengus kesal melihat Erlynn berjalan menye-berang. Awas elo, ya!!! katanya dalam hati. Eh, cowok itu lagi ada di supermaket nggak, ya" Nggak mungkin kan" Masa ke supermarket terus" Hm ... ada nggak, ya"
Kimmy melirik sekilas ke jam tangannya.
Baru jam enam" Kok, udah gelap, sih" Ehm, ada. Cowok itu pasti ada di sana. Gue yakin! Kemaren Erlynn bilang, kemungkinan cowok itu rumahnya deket-deket sini. Ya, dia pasti di supermaket seka-rang. I'm sure.
Dengan cepat, Kimmy merapikan rambutnya dengan je-marinya. Setelah itu, ia mengganti sandalnya dan berjalan keluar. Baru saja Kimmy hendak melintasi jalan yang ada di depan rumahnya, ia berubah pikiran. "Ah, nggak jadi, deh!" ucapnya tiba-tiba sambil membalikkan badannya.
"Ayolah Kimmy!" ucap Kimmy mulai ngomong sendiri lagi. Ia berjalan bolak-balik di depan pintu kaca toko bukunya. "Ayo, Kim! Elo pasti ketemu dia. Pasti!" sambungnya menye-mangati diri sendiri. "Nggak ada ruginya kalo elo ke sana" Kenapa mesti bingung" Ayo, Kim!!!"
Kimmy berhenti mondar-mandir. Ia diam sejenak untuk berpikir. Setelah itu tanpa ragu-ragu lagi, ia menyeberang ke supermarket depan.
HARI ini, Supermarket 365 Days kelihatan agak sepi. Beberapa petugas kasir yang biasanya sibuk dengan pengunjung yang hendak membayar, tampak asyik mengobrol. Ruangan dalam supermarket juga terasa lebih luas karena nggak dipadati trolley.
Jantung Kimmy berdetak cepat ketika kakinya berjalan ke bagian makanan dingin dan buah-buahan. Perasaannya campur aduk. Ia benar-benar ingin bertemu dengan cowok yang meng-ganggu tidurnya akhir-akhir ni. Namun, ia juga bingung harus berbuat apa jika melihat cowok itu. Kimmy nggak mau salah tingkah dan bertampang bego seperti terakhir kali ia berta-tapan dengan cowok itu.
"Elo pasti ada. Gue yakin!" bisik Kimmy pelan. Ia menutup matanya sejenak setelah berbelok ke bagian buah-buahan. Mendadak tubuhnya terasa dingin. Entah karena udara dari lemari pendingin yang ada di sana atau karena gugup takut bertemu dengan cowok itu.
"Hmm ...," desan Kimmy kecewa begitu membuka mata. Tempat buah-buahan yang selalu dikunjunginya belakargan ini sama sekali nggak ada siapa-siapa. Bagian penimbangan buah dan sayur yang nggak jauh dari situ juga nggak ada yang menjaga. Kimmy menarik napas sekali lagi. Ia merasakan jantungnya nggak lagi berdebar-debar seperti tadi.
Seharusnya gue tau, elo nggak mungkin ada di sini, batin Kimmy kecewa.
"LHO, elo dari mana"" tanya Erlynn yang sudah pulang duluan dari supermarket.
Kimmy diam tak menjawab. Ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Wajahnya ditelungkupkan di atas bantal empuknya.
"Elo kenapa, sih"" tanya Erlynn lagi. Ia duduk di pinggir tempat tidur Kimmy. "Bilang dong, ke gue, elo kenapa""
Kimmy cuma menggeleng. "Terus kalo nggak ada apa-apa, kenapa elo sedih begitu" Emangnya, elo tadi dari mana""
"Supermarket," jawab Kimmy malas.
"Hah"! Ke supermarket" Ngapain" Bukannya waktu gue ngajakin elo, elo bilang nggak mau. Kok, jadinya elo pergi juga""
"Iya," sahut Kimmy nggak jelas karena wajahnya tertutup bantal. "Gue pengin ketemu dia."
"Cowok yang itu" Ya ampyuuun!" Erlynn menggelengkan kepalanya. "Terus, elo ketemu dia lagi""
"Dia nggak ada."
"Ya iyalah. Masa tiap hari ke supermarket. Elo tuh ada-ada aja. Elo mikir dong, Kim. Mana ada cowok yang kerjaannya cuma belanja ke supermarket. Dia nggak kerja apa" Nggak kuliah apa" Nggak ...."
Kimmy langsung bangun dari tempat tidurnya. "Kan, elo yang nyuruh gue tiap hari ke sana"!" teriaknya kesal. "Elo tuh, dasar! Kemaren ngomong gini, besok ngomong gitu. Elo bikin gue bingung, tau!!!"
Erlynn melongo, nggak menyangka reaksi Kimmy seperti itu.
"Kemaren elo juga bilang, dia pasti rumahnya deket-deket sini. Kalo gue sering-sering ke supermarket, pasti gue bisa ketemu dia lagi. Masa elo lupa ama omongan elo sendiri"" sambung Kimmy sambil menuding-nuding ke wajah Erlynn.
"Kim" Kok, elo marah-marah kayak gitu, sih"" Erlynn protes. "Maksud gue baek. Ya udah, kalo elo nggak mau de-ngerin nasihat gue, mulai sekarang, gue nggak mau ngurusin elo lagi."
Kimmy menundukkan kepala. "Sori, Lynn," ucapnya lirih. "Gue lagi bete. Gue kesel sori, ya"" lanjutnya menyesal.
Erlynn menarik napas sejenak, "Elo tuh, sebenarnya kenapa, sih""
"Gue bingung, malu, sedih ... dan sebagainya."
"Malu kenapa" Sedih kenapa""
"Kok, gue bisa-bisanya nguber tuh cowok sam-pe kayak orang gila. Kok, gue maunya tiap hari ketemu ama dia. Malu-maluin, kan"!"
Erlynn mendengarkan Kimmy dengan serius.
"Harusnya, dia yang ngejar gue. Harusnya, dia yang nyari-nyari informasi tentang gue. Bukan gue, dong. Dia kan, cowok""
"Kim ... Kim!" Erlynn menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. "Elo lagi mengekspresikan perasaan elo dalam bentuk tindakan. Menurut gue, itu sah-sah aja," sambung Erlynn de-ngan bahasa yang tinggi. "Mau cowok kek, mau cewek kek, semua orang punya hak asasi untuk menunjukkan perasa-
annya dengan cara seperti apa pun." "Nggak malu-maluin""
"Nggak, lah. Justru biasanya, cewek mengekspresikan perasaan cintanya dengan cara nonverbal. Verbal, elo ngerti, kan"" tanya Erlynn sok pinter. "Kalo cowok suka ama sese-orang, biasanya dia ngomong langsung. Itu namanya cara verbal. Kalo cewek, laen lagi, biasanya cewek malu disuruh ngo-mong cinta. Tapi bukan berarti dia nggak bisa menunjukkan rasa cintanya. Dia bisa pake cara nonverbal tadi itu."
"Caranya""
"Bisa lewat senyuman, sikap, tatapan mata, perhatian, macem-macem. Bisa juga kayak elo sekarang. Nungguin wak-tu bisa ketemu dia, cari tau tentang dia, ikutin kesukaan dia makan sunkist, sama hm ... pokoknya yang gitu-gitulah. Yang jelas, setau gue, cinta itu nggak pernah sembunyi. Cinta itu butuh diekspresiin. Cinta itu harus ditunjukin dan harus diproyeksiin dengan berbagai cara."
Kimmy tersenyum lega sambil menatap Erlynn.
"Kenapa elo senyum-senyum""
"Thanks ya, Lynn."
"Buat"" "Elo bener, Lynn. Cinta itu bukan sesuatu yang negatif, yang jelek, yang harus ditutup-tutupin. Cinta itu indah dan selama cinta itu cinta yang tulus, kita harus berani nunjukin."
"Tuh, pinter!" ujar Erlynn ikut tersenyum.
Kimmy meraih tangan Erlynn. "Elo sahabat paling oke!" katanya sambil mengacungkan jempol.
"Hehehe ...," Erlynn tersipu. "Ngomong-ngorrong, gue mau nanya, elo tadi bisa ngo-mong kayak gitu belajar dari mana"" "Ngomong apa""
"Ya itu tadi. Ekspresi, verbal, proyeksi... ckck. ck, gue nggak nyangka, ternyata kosakata elo hebat juga."
"Ah, nggak juga. Hehehe ...," ucap Erlynn merendah. "Kadang-kadang, gue juga heran ama diri sendiri. Bentar-bentar otak gue encer, bentar-bentar ngomong apa aja kagak nyambung. Aneh!"
"Hahaha Kimmy tertawa ngakak melihat
kepolosan sahabatnya. "Elo ngetawain gue, ya""
"Hahaha ... nggak ...," tawa Kimmy tak bisa ditahan.


Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Awas, ya! Elo ngetawain gue, kan"" Erlynn meraih bantal lalu memukul-mukulkan ke kepala Kimmy. "Elo ngeledek gue, kan" Awas elo!"
Kimmy juga nggak mau kalah. Ia mengambil bantalnya dan membalas pukulan Erlynn. Jadilah perang bantal diiringi ketawa panjang dua sahabat.
Kimmy 's Diary ... SEHARIAN ini, gue mikirin dia. Kalo gue tidur, gue mimpi tentang dia juga. Dan waktu bangun, rasanya gue nggak sanggup bernapas. Udah pasti.
Ini gejala penyakit rindu. Kalo darah gue dites di laboratorium, gue udah tau. Positif! Kena penyakit jatuh cinta kronis!
Wo cen bu nai fan hen xiang jain jian nil.(Gue bener-bener nggak sabar pengin ketemu elo lagi.)
Bab 5 Bintang - Bintang Ikutan Hepi
KIMMY duduk di sofa kainnya. Mulutnya komat-kamit mengikuti suara Michael Wang dari walk-mannya sambil tangannya memegang mug isi peppermint tea yang sudah hampir habis.
"Fu si heng sin ku"" ucap Kimmy tiba-tiba dengan kening berkerut. Ia meletakkan mug-nya, mematikan walkman-nya lalu mengambil kamus bahasa Mandarin yang tergeletak di meja telepon. "She mo yi shi""(Apa artinya")
Kimmy membolak-balik halaman kamus mencari arti kata yang agak asing di telinganya. "Nan means hard. Fu si nan kuo ... fu si heng xin ku" Sulit bernapas" Begitu maksudnya" Waktu pertama kali gue ngomong cinta ama elo, rasanya gue ... fu si heng xin ku, sulit bernapas. Ya-ya-ya, jadi bener ini artinya."
Kimmy menyandarkan punggungnya di sofa sambil mencoba menghafal kosakata barunya. Sementara itu, tangannya bergerak memasukkan beberapa CD lagu Mandarin favoritnya ke dalam CD bag bentuk hamburger. Koleksinya yang bolak-balik keluar masuk discman-nya adalah Hau Sin Fen
Sou, Tong Hua, dan album lamanya Andy Lau, Ai Ni I Wan Nien.
Selain ngeteh, emang cuma ini hobi Kimmy yang positif. Duduk santai sambil memutar Mandarin song. Maksudnya, dibanding hobi ngomong sendiri dan sifat slebor Kimmy lainnya.
Kriiing ...! Telepon di dekat Kimmy duduk tiba-tiba ber-dering.
"Kim, ini gue." Begitu diangkat, terdengar suara Erlynn di seberang. "Gue udah ketemu ama yang punya supermarket."
"Terus"" "Elo tau nggak, yang punya supermarket itu cantiiik banget. Gile! Gue sampe terkagum-kagum ama dia."
"Terus"" sahut Kimmy rada cuek.
"Dia itu anak tunggal. Cantiiik deh, Kim. Udah cantik, banyak duit lagi. Bayangin, dia dipercaya buat nanganin semua supermarket milik bokapnya. Hebat nggak, tuh""
"Elo jadi jualan di sana"" tanya Kimmy.
"Jadi, dong. Oh iya Kim, itu cewek body-nya langsing, badannya tinggi, rambutnya panjang, dicat merah tapi nggak merah banget,
agak-agak ungu gitulah. Cantiiik deh, Kim."
"Elo kapan mulai jualan di sono""
"Secepatnya atuh. Kan, tinggal beli lemari kaca buat naruh buahnya. Kim, tuh cewek kayaknya lulusan luar negeri, deh. Soalnya, gayanya modis banget. Dandanannya kayak orang Korea gitulah. Aduuuh, cantik banget."
Kimmy memindah gagang teleponnya ke telinga
yang satunya. "Elo bayar sewa stan di sono berapa, Lynn""
"Nggak mahal-mahal banget. Berapa, ya tadi" Lupa gue."
"Gimana, sih elo""
"Tadi, cewek itu ngomong gini ama gu..."
"Hei! Elo ngapain sih, ngomongin cewek itu melulu" Bisnis elo itu gimana" Itu yang penting!" seru Kimmy sewot.
"Nggak gitu, Kim. Bener, deh. Ini cewek cakep banget. Matanya pake softlens cokelat, alisnya ditato, terus..."
"Aduuuh, Lynn. Elo ngomongin itunya laen kali, kenapa" Elo tuh abis-abisin pulsa aja."
"Hm ... iya, ya. Ya udah, deh. Ntar gue cerita lagi kalo udah sampe rumah."
"Emang, elo di mana sekarang""
"Masih di supermarket."
"Apa"! Elo gila, ya" Deket gitu pake nelepon segala""
"Iya. Iya. Udah dulu, ya."
"Hei ... Lynn, Lynn ...!" panggil Kimmy sebelum Erlynn menutup HP.
"Apa"" "Ama Agnes Monica cakep mana"" "Siapa""
"Cewek yang tadi!" "Oh! Hm ... imbanglah." "Ama Dian Sastro""
"Hm ... imbang juga. Tapi kalo sama Song Hwe Gyo kayaknya dia kalah, deh. Elo tau Song Hwe Gyo, kan" Artis Korea itu, lho. Soalnya, bibirnya
Song Hwe Gyo lebih ..." tiba-tiba, suara Erlynn terputus.
"Halo" Halo"! Aneh, kok tiba-tiba mati"" kata Kimmy bingung.
Kriiing Sebentar kemudian, telepon di samping Kimmy berbunyi lagi.
"Kenapa putus"" tanya Kimmy langsung menebak.
"Kim, bibirnya Song Hwe Gyo lebih seksi. Jadi suara Erlynn nggak jelas.
"Udah, elo pulang!" teriak Kimmy di telepon. "Suara elo nggak kedengeran. Ntar aja deh, ceritanya!"
"Oh ... iya. Kim, gue mau ketemuan ama te-men kuliah gue. Ntar sore baru gue pulang. Halo ... halo
"Iya. Iya. Gue denger. Ya udah. Oke. Bye!" Kimmy menutup teleponnya sambil
menggeleng-geleng. "Telepon apa konser" Berisik banget!" gerutunya.
JAM di ruang makan berbunyi dua belas kali.
"Pantesan gue laper," ucap Kimmy bangkit dari kursinya, lalu mematikan televisi. "Biii, hari ini masak apa""
Bi Umi yang dari tadi pagi ada di dapur cepat-cepat keluar. "Eh..., tadi nanya apa, Non"" "Hari ini masak apa" Udah laper, nih."
"Oh apa, ya" Hari ini, Bi Umi masak sayur asem sama empal goreng."
"Wah kesukaan Kimmy, dong!" seru Kimmy senang.
"Terus ... ada sambal terasinya, lho!" tambah Bi
Umi. "Bagus. Kayaknya udah lama banget Bi Umi nggak masak sayur asem. Cepetan keluarin dong, Bi. Kok, bukannya di-simpan dari tadi"!" lanjut Kimmy sambil mengambil piring.
"Eh..., tapi Non..."
"Yaaa ... Kimmy tau. Erlynn belum pulang, kan" Nggak apa-apa. Kita makan duluan aja. Dia pulangnya sore, kok!"
"Bukan gitu, Non! Maksud Bibi ...."
"Nggak pa-pa, Bi. Tadi Erlynn udah bilang, kalo dia mau ketemu ama temennya dulu. Jadi, pulangnya telat."
"Oooh ...," ucap Bi Umi.
"Ya udah. Sekarang, Kimmy mau makan. Tolong ambilin sayur asemnya yang banyak, ya!"
"Eh iya ... iya," jawab Bi Umi sambil ke dalam.
Sebentar kemudian, Bi Umi keluar lagi dengan muka bi-ngung tanpa membawa apa-apa. "Lho" Mana""
"Ini Non say ur asemnya belum ... belum dimasak."
"Hah"! Kok, belum dimasak" Kan, udah jam dua belas siang""
"Iya Non, soalnya gasnya abis. Tadinya mau
pake kompor aja, tapi nggak taunya kompornya rusak. Bibi udah nyoba benerin, tapi nggak bisa nyala juga," jelas Bi Umi.
Kimmy langsung bengong. Ia baru sadar, tangan dan baju Bi Umi hitam semua, penuh dengan arang kompor. "Tadi kata-nya ... hari ini masak sayur asem ama empal ama sambel terasi ... eh, nggak taunya"!"
Bi Umi senyum-senyum. "Iya, rencananya begitu, Non! Manusia bisa berencana, tapi kompor juga kan, yang menentukan ... hehehe
"Ya udah. Cepetan sono, benerin kompornya!" kata Kimmy sambil berjalan menghampiri kulkas yang ada di samping meja makan. Ia membuka pintunya dan mencari-cari sesuatu yang bisa dimakan. "Makan apa, ya"" tanyanya sambil memegangi perutnya yang keroncongan.
Seharian ini ia belum makan. Biasalah, kalo hari Minggu seperti ini, Kimmy emang kelihatan lebih santai. Toko bukunya tutup, jadi ia nggak perlu terburu-buru bangun pagi atau sa-rapan. Akibatnya, ia sering lupa mengisi perutnya. Kalau sudah terasa lapar sekali, baru ia ingat kalau ia belum makan apa-apa.
Kimmy tersenyum waktu melihat masih ada sebuah sunkist segar di kulkasnya. Kemarin waktu Erlynn mengambil beberapa buah untuk mencoba resep jusnya yang baru, Kimmy sudah berpesan untuk menyisakan satu untuknya.
"Hmmm ... boleh juga, nih," katanya memainkan buah sunkist di tangannya. "Tapi apa nggak
sakit maag, makan yang asem-asem" Kan, gue belum makan nasi"" Lagi-lagi, Kimmy ngomong sendiri.
Ting! Tiba-tiba, muncul satu ide di kepalanya.
Lucu kali ya, kalo buah sunkist digambar pake spidol, di-kasih mata, hidung, mulut, Terus disusun di kulkas. Kayak barisan kepala anak-anak TK.
"Gue mau beli sunkist lagi ah," gumam Kimmy lagi sambil menutup kulkasnya.
Begitulah Kimmy. Kalau muncul satu keinginan, maunya langsung dikerjakan. Mau beli sunkist sekarang, ya beli seka-rang juga. Meskipun udara di luar panas dan perutnya keron-congan, tetap saja ia keluar nyeberang ke supermarket. Cuma untuk beli sunkist!
Kimmy langsung menuju ke rak yang memajang buah sunkist. Hari itu buah rasa asem-asem manis itu kelihatan lebih segar dari biasanya. Warna orange cerahnya bikin orang tertarik untuk membelinya. Kimmy memilih beberapa buah, lalu memasukkannya ke dalam plastik. Selesai menimbang, Kimmy membawa plastik isi sekilo buah sunkist itu ke kasir.
"Dua puluh satu ribu tiga ratus," ujar kasir.
Kimmy mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan dua lembar sepuluh ribuan dan selembar ribuan. Lalu, ia membuka bagian depan dompetnya untuk mencari uang recehan. Karena Kimmy kurang hati-hati, tiba-tiba semua uang receh yang ada di dompetnya berhamburan keluar.
"Aduuuh!" seru Kimmy sambil mengejar bebe-
rapa koin uang seratus perak yang menggelinding ke mana-mana. Badannya membungkuk mengikuti arah lari keping uangnya.
"Sori," ucap Kimmy ketika tangannya hendak memungut koinnya yang kebetulan berhenti di dekat kaki seseorang.
"Itu, masih ada lagi," suara seseorang itu mencoba membantu Kimmy dengan menunjukkan koin yang terjatuh di sisi lain.
Deg! Jantung Kimmy seperti loncat keluar. Ia kenal suara itu. Kimmy cepat-cepat mendongakkan kepalanya untuk memastikan dugaannya. Spontan matanya membelalak lebar ketika ia tahu siapa orang yang baru berbicara dengannya. Cowok dengan wajah yang familiar di benak Kimmy. Cowok dengan mata paling indah yang pernah Kimmy lihat. Cowok dengan sejuta pesona yang dirindukan Kimmy. Ya, si cowok sunkist ada di depan mata Kimmy sekarang.
Cowok itu balas menatap Kimmy. Ia heran ada cewek yang berani menatapnya begitu lama tanpa berkedip sedikitpun.
Otak Kimmy berputar cepat. Perkataan Erlynn terngiang-ngiang di telinganya. Kalo elo udah ketemu dia, jangan elo sia-siain kesempatan itu. Tanya namanya, alamatnya, no teleponnya ....
Kimmy masih menatap mata cowok itu. Tanpa sadar, se-buah kalimat yang nggak bisa ditahan meluncur dari bibir-nya, "Nama elo siapa""
Cowok itu diam sejenak. Bingung.
Hah"! Apa yang baru gue lakukan" tanya Kim-
my dalam ha ti. Sadar sama keberaniannya yang di luar dugaan, membuat mukanya terasa panas karena malu.
Cowok itu masih nggak menjawab.
"Eh ... hm ...," ucap Kimmy benar-benar salah tingkah.
Tiba-tiba, cowok itu tersenyum.
WOW! Mata Kimmy terbelalak semakin lebar. Untuk per-tama kalinya, gue liat dia tersenyum. Ternyata, dia bisa tersenyum! pekiknya dalam hati kegirangan.
"Elo lucu!" Begitu kata cowok itu.
"Hah"! Lucu"" tanya Kimmy makin salah tingkah. Ia meng-garuk-garuk keningnya yang sama sekali nggak gatal.
"Nama gue, Niko! Nikolas Kevin." Cowok itu mengulur-kan tangannya.
Kimmy ikut mengulurkan tangannya. "Gue Kimmy," ucap-nya.
"Mbak, mau bayar sekarang"" panggil si kasir yang sudah menunggu dari tadi.
"Oh iya, iya." Kimmy cepat-cepat kembali ke bagian kasir untuk membayar belanjaannya.
Cowok yang ternyata punya nama Niko itu rupanya juga hendak membayar di kasir. Kimmy sempat melirik keranjang belanja yang dibawa si Niko itu ke meja kasir. Dan seperti biasa, ia membeli ... sunkist!
"Rumah elo deket sini"" tanya Kimmy begitu Niko selesai membayar.
"Di Blok 7," jawab Niko.
Mereka berjalan keluar supermarket.
"Blok 7" Itu apartemen, kan""
"Iya. Gue di lantai sebelas, Apartemen Grand Cemara Hijau. Kalo elo""
"Tuh, sana!" Jawab Kimmy sambil menunjuk ke seberang.
"Oh, ya" Deket, dong," kata Niko lagi.
"Mau maen"" Kimmy memberanikan diri.
"Hm ...," Niko melirik jam tangannya sebentar. "Boleh," sahutnya akhirnya.
Oh My God, dia mau ke rumah gue"! Ini bene-ran apa mimpi, sih" celoteh Kimmy dalam hati sambil berjalan di sam-ping Niko menyeberang ke rumahnya.
Sampai di rumah, Kimmy memamerkan toko bukunya se-kaligus menceritakan asal mulanya bagaimana ia sampai bisa membuka Kimberly's Books. Niko yang juga suka baca tertarik banget waktu melihat buku-buku di toko buku Kimmy, ternyata lumayan lengkap.
"Elo yang jagain toko ini sendirian"" tanya Niko sambil memperhatikan beberapa buku yang dipajang di lemari.
"Hm ... kadang-kadang temen gue suka bantuin. Nama-nya Erlynn. Tapi, dia lagi nggak ada," jawab Kimmy.
Niko mengambil salah satu majalah lalu membolak-balik halamannya. Sementara itu, dari belakang, Kimmy asyik ber-lama-larna memperhatikan postur tubuh Niko yang tinggi dengan kaus polos hitam dan seperti biasanya dipadu dengan
celana jins. Bajunya bagus! kata Kimmy dalam hati. Ternyata, dia suka banget pake jins. Kayaknya, jins is a must buat dia. Seleranya oke juga, nih cowok! Modis, keren ... lagian emang badannya juga udah bagus dari sononya, jadi pake apa aja, pasti pantes-pantes aja. Dadanya bidang, tegap, dan lengannya sedikit berisi. Macho banget!
Kimmy masih belum puas kalau nggak melihat dari dekat. Pelan-pelan, ia berjalan mendekat, lalu berdiri pas di samping Niko. Dengan takut, Kimmy melirik ke arah Niko sekilas. Ia menarik napas lega waktu melihat Niko masih asyik dengan bacaannya.
Hmmm ... smells good! Parfumnya wangi bangeeet. Hmmm ... selalu begitu. Kalo ada di dekat dia, kayaknya suasananya jadi segeeer banget. Parfum apa lagi yang ini, ya"
"Hari ini nggak buka"" tanya Niko tiba-tiba membalik badannya menghadap Kimmy.
"Eh nggak! Kalo Minggu, gue nggak pernah buka," jawab Kimmy tergagap.
"Kenapa"" tanya Niko lagi. Kali ini ia menatap mata Kim-my.
Kimmy mendadak terdiam. Mata mereka bertatapan. Jan-tung Kimmy berdetak makin cepat ketika dirasanya seperti ada sinar lembut yang keluar dari mata Niko, menembus masuk ke matanya.
"Kenapa"" ulang Niko.
"Apa"" tanya Kimmy bingung. "Eh iya nggak apa-apa. Maksud gue, kayaknya capek banget deh, kalo kerja terus nggak ada liburnya."
Niko mengangguk-angguk. Tangannya mengembalikan majalah yang tadi dibacanya. Kemudian, ia berjalan ke arah lemari yang memajang komik dan novel-novel Indonesia.
"Suka baca apa"" tanya Kimmy.
"Kalo tabloid, gue suka BOLA, Kalo majalah ... hm ... banyak, sih."
"Komik" Novel""
"Komik, kayaknya nggak, deh. Kalo novel iya."
"Novel yang gimana"" tanya Kimmy benar-benar ingin tahu.
"Sydney Sheldon. Tau, kan""
Kimmy mengangguk. "Baca novelnya Sydney selalu bikin gue penasaran ama ending-nya,"
"Elo suka juga""
"Lumayan. Tapi gua lebih suka novel yang ceritanya ten-tang "Cinta""
"Hah"!" seru Kimmy heran waktu Niko menyelanya.
"Cewek biasanya suka love story. Yang romantis-romantis gitu lah. Iya, kan""
Kimmy tersenyum. "Emang, sih. Tapi yang paling gue suka sebenernya kisah-kisah persahabatan."
"Persahabatan" Misalnya""
"Banyaklah. Hm ... waktu gue kecil dulu, gue pernah baca satu buku, judulnya apa, ya" Gue lupa. Tapi itu buku bener-bener berkesan buat gue. Buku itu bercerita tentang dua orang, cowok ama cewek yang udah lama bersahabat baek. Yang satu punya cita-cita jadi pelukis, yang satu pengin jadi
penari .... "Terus"" tanya Niko tertarik.
"Terus, mereka berdua pergi ke kota besar mau nyari kerja-an supaya uangnya bisa buat masuk ke sekolah seni. Singkat cerita, teman yang perempuan itu masuk duluan ke sekolah itu. Tapi karena biaya sekolahnya mahal banget, temennya yang cowok harus tetap kerja supaya bisa bantuin bayarin uang sekolah sahabat perempuannya itu. Terus..."
"Terus, tangannya cowok itu jadi kasar dan rusak karena terlalu banyak kerja, sampe akhirnya dia nggak bisa lagi jadi pelukis"" sambung Niko.
"Lho, kok, tau""
"Ody and Timmy, kan""
"Oh, iya ... judulnya Ody and Timmy. Ody itu nama panggilannya Claudya. Iya ... gue baru inget. Lho, elo udah pernah baca juga""
"Iya. Gue masih punya bukunya di rumah."
"Beneran""
Niko mengangguk, "Dulu, gue bacanya sampe diulang-ulang."
"Sama! Gue juga. Nah sejak itu, gue jadi se-neng baca kisah-kisah tentang persahabatan," ucap Kimmy senang karena ternyata selera baca mereka lumayan sama. "Elo punya sahabat""
Niko menarik kursi, lalu duduk nggak jauh dari tempat Kimmy berdiri "Sahabat" Kayaknya, gue nggak pernah punya sahabat yang dekat banget," kata Niko. Ia kelihatan lebih santai sekarang
"Lho, bukannya cowok biasanya suka ngumpul
bareng"" tanya Kimmy. Ia duduk di kursi yang lain.
"Ada beberapa temen cowok, sih. Ya ... kadang-kadang pergi bareng, keluar makan atau ngapain. Ya, gitu aja."
"Temen cewek"" tanya Kimmy menyelidik. Matanya keli-hatan banget sedang menanti suatu jawaban.
"Sahabat cewek" Hm ... ada beberapa temen cewek, tapi gue nggak tau, itu bisa disebut sahabat apa nggak."
"Oooh ucap Kimmy kecewa sama jawaban Niko yang nggak jelas. "Padahal, hm
"Apa"!" "Hm ... kayaknya enak banget kalo cowok ama cewek bisa bersahabat."
"Iya. Cue tau tu. Menurut gue, emang indah banget kalo cowok ama cewek bisa akrab banget tanpa harus ...." Kimmy menunggu.
"Pacaran," lanjut Niko. "Betul nggak"" Kimmy tersenyum nggak menjawab. Kenapa elo ngomong kayak gitu" Apa itu berarti elo nggak mau pacaran" Apa itu berarti elo udah punya pacar, tapi tetap mau bertemen ama gue" pikir Kimmy bingung sendiri.
"Aneh," ucap Nko tiba-tiba.
"Apanya yang aneh""
"Gue heran. Elo ama gue baru kenalan tadi, tapi kayaknya ngomong ama elo nyambung gitu. Asyik aja ngobrol bareng elo."
Horeee, pekik Kimmy kegirangan dalam hati. Berarti, elo seneng dong kenalan ama gue" Berarti,
elo seneng dong punya temen kayak gue" Berarti elo mau dong, temenan terus ama gue" celoteh Kimmy dalam hati kege-eran.
"Eh, gue mesti balik, nih," ujar Niko sambil bangkit dari kursinya. "Laen kali kita ngobrol lagi."
Kimmy berdiri mengantar Niko berjalan keluar, "Elo pulang naek apa""
"Jalan. Deket, kok," jawab Niko. "Thanks ya, udah diajak maen ke rumah elo."
"Gue yang thanks, elo udah mau mampir ke sini."
Niko tersenyum. "Bye," ucap Niko sambil beranjak pergi. Baru beberapa langkah, ia membalikkan badannya.
"Kenapa"" tanya Kimmy.
"Boleh tou nomer telepon elo, nggak"" Kimmy tersenyum lagi, "HP apa rumah""
"Dua-duanya. Boleh""
Kimmy masuk sebentar ke dalam, mengambil kertas kecil lalu menulis nomor teleponnya di atasnya. "Nomer telepon elo"" tanya Kimmy sambil menyodorkan kertasnya ke Niko.
"Gue aja telepon ke elo duluan, oke"!"
Kimmy mengangguk. "Bye," ucap Niko lagi. Setelah itu, ia benar-benar pergi.
Kimmy buru-buru menutup pintu tokonya. Setelah itu, ia menyandarkan punggungnya ke pintu dengan bibir terkembang penuh senyum. "Oh, My God!" serunya seperti tak percaya. "Gue udah tau naman
ya! Gue udah tau namanya! Thank you, Tuhan! Thank you, Tuhan!" ujarnya sambil
melompat-lompat seperti anak kecil.
Hati Kimmy dan Bintang-Bintang ...
ERLYNN pulang agak malam dengan wajah kelihatan sangat capek. Begitu sampai di kamar, ia menanggalkan sepatunya, melemparkan tasnya, lalu buru-buru membanting tubuhnya ke tempat tidur.
"Lynn, gue punya cerita seru, nih," ujar Kimmy begitu melihat Erlynn.
"Oooh ... please... jangan malam ini, Kim. Gue teler banget, nih!" Erlynn memohon tanpa memalingkan mukanya.
Kimmy menghampiri tempat tidur Erlynn. "Elo denger dulu cerita gue. Gue jamin, ngantuk elo bakal hilang!"
"Gue ngan ... tuk," jawab Erlynn lemas dengan mata ter-pejam.
"Bentaaar aja, Lynn. Ayolah," paksa Kimmy lagi.
"Gu ...e ngan ... tuk."
"Elo cuma dergerin. Nggak pake tenaga, kan" Gue yang cerita, elo yang denger oke"! Sambil merem juga nggak apa kok. Oke"! Oke"!"
"He-eh ...," desah Erlynn sambil mengangguk dengan terpaksa.
Kimmy tersenyum senang. "Coba tebak!" katanya penuh semangat.
Erlynn nggak menyahut. "Coba tebak!" ulang Kimmy menepuk lengan Erlynn.
"Katanya elo yang ceritaaa" Kok, gue disuruh nebak segala" Aaargh!" sergah Erlynn sambil hendak membalikkan badannya.
"Eh, iya, gue yang cerita." Kimmy menahan tubuh Erlynn. "Hm ... gini. Elo tau nggak, gue tadi ketemu ama cowok itu lagi! Gila, kan" Elo nggak nyangka, kan"" seru Kimmy berharap Erlynn bereaksi.
Erlynn cuma mengangguk. "Gue kenalan ama dia, Lynn. Namanya Niko! Nikolas Kevin! Namanya bagus kan" Gue udah tau namanya. Gue udah tau namanya. Hebat, kan"" Kimmy masih berusaha membuat Erlynn tertarik dengan ceritanya.
Erlynn diam tak bergerak.
"Dan yang pasti bikin elo kaget elo tau nggak, tadi, si Niko dateng ke sini. Ke toko buku gue! Percaya nggak"!"
Erlynn nggak membuka matanya atau mengucapkan apa-apa.
"Lynn! Elo denger, nggak" Cowok itu, tadi dateng ke sini!" ulang Kimmy lagi. Erlynn masih bergeming.
Kimmy mengerutkan keningnya. "Lynn!" panggilnya sam-bil menggamit lengan Erlynn pelan. "Lynn
Nggak berapa lama, terdengar suara dengkuran halus Erlynn yang sudah terlelap karena kelelahan. "Dasar! Emangnya gue nenek-nenek yang lagi
ngedo-ngeng"" gerutu Kimmy sambil cemberut. Kimmy pindah ke tempat tidurnya sendiri. Lalu seperti biasa, ia duduk bersandar sambil memandang langit dari balik tirai jendela yang terbuka sebagian. Kebetulan di luar, taburan bintang bercahaya terang. Kimmy suka pemandangan malam seperti itu.
"Hai ... Bintang!" sapa Kimmy lirih. Wajahnya yang nggak berhenti tersenyum sejak siang tadi menambah manis parasnya. "Hari ini, gue hepiii banget! Dan kayaknya, elo se-mua, bintang-bintang yang di langit ikutan hepi, tul nggak"" celoteh Kimmy. "Buktinya, semua bintang bercahaya terang. Bulan juga! Wah ... bener-bener indah ucap
Kimmy sambil lebih mendekatkan wajahnya ke jendela.
Malam itu, emang pemandangan langit sangat indah. Tapi ada yang jauh lebih indah ketimbang sinar bulan dan kelap-kelip bintang. Ya. Hati Kimmy. Hati yang penuh kebahagiaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Kimmy 's Diary ... WOW! Ternyata dia juga suka baca. Seandainya gue punya lebih banyak kesamaan ama dia. Eh, tapi tadi itu kita berdua udah banyak "sama"-nya.
Sama-sama belanja di 365 Days Supermarket.
Sama-sama beli sunkist. Sama-sama bayar di kasir. Terus kenalan.
Lalala ... lalala ... ini adalah kebetulan paling hebat seumur hidup gue.
Gue nggak bisa ngomong banyak malem ini. Gue sibuk "melamun". Gue pengin ngebayangin yang lamaaa banget, gimana gue kenalan ama Niko tadi. Pokoknya, hari ini gue udah tau namanya. Ini kemajuan besar.
NB: gue nggak belajar bahasa Mandarin hari ini. Rada males, nih.
Bab 6 Durian Runtuh Dodo NGGAK seperti biasanya, hari ini Kimmy bangun pagi sekali. Jam lima, ia udah beres mandi, pakai baju yang rapi, dan yang paling mengejutkan ... Kimmy pakai lipstik! Walaupun warna lipstiknya nggak mencolok dan diolesnya tipis-tipis banget, tapi tetap saja itu membuat Kimmy kelihatan lain.
"Elo pake lipstik, ya"" tanya Erlynn sambil mengamati bibir Kimmy.
Kimmy membalikkan mukanya ke arah yang lain, lalu pura-pura membetulkan posisi majalah-majalahnya di atas rak.
"Pake lipstik, kan"" kejar Erlynn sambil tangannya menarik kembali wajah Kimmy.
"Apaan, sih"" Kimmy menepis tangan Erlynn. "Jangan ribut napa"" ujar Kimmy takut kedengaran beberapa pe-ngunjung tokonya yang sedang memilih-milih buku.
"Ceileee! Lipstikan, ni yeee," ledek Erlynn. "Sejak kapan elo jadi ganjen begini""
"Hei! Gue kasih tau, ya. Bi Umi aja, kalo mau ke pasar pake lipstik, emang gue nggak boleh""
"Lho, yang bilang nggak boleh siapa"" kata Erlynn sambil menahan senyum melihat wajah Kimmy merah karena malu. "Oooh..." seru Erlynn tiba-
tiba. "Gue tau! Elo pake lipstik soalnya mau ketemu ama itu, kan"" "Itu siapa""
"Cowok itu tuh, yang elo ceritain tiap hari." Kimmy senyum-senyum, "Niko maksud elo""
Erlynn mendelik, "Hah"! Elo tau dari mana namanya""
"Kan, kemaren dia ke sini," jawab Kimmy santai. Erlynn mendelik lagi. "Hah"! Yang bener elo"!" Puk! Kimmy menimpuk kepala Erlynn dengan buku. "Jadi, tadi malem, gue ngomong ama elo itu, elo nggak dengerin sama sekali, ya"" "Kapan elo ngomongnya""
"Makanya, jangan tidur melulu. Giliran ada cerita seru, elo malah ngorok!"
"Jadi ... jadi, elo udah kenalan ama dia"" "Udah dong," sahut Kimmy bangga. "Terus ... terus ...."
"Yaaa ... abis kenalan, dia maen ke sini, ngobrol ... ya udah, pulang!'
"Ckckck gue nggak nyangka, elo bisa juga memikat hati cowok!"
Kimmy masih tersenyum bangga. "Ternyata elo bener, Lynn. Si Niko itu rumahnya di deket sini. Di Blok 7!"
"Grand Cemara" Yang apartemen itu" Yang ada kolam renangnya"" mata Erlynn berbinar-binar. Kimmy mengangguk-angguk.
"Wah, bisa dong, kapan-kapan kita numpang berenang di sana," seru Erlynn yang hobi berenang.
"Tenang aja. Kalo gue jadian ama Niko,
jangankan be- renang, elo mau ngapa-ngapain di sana, juga bisa."
"Jadian" Elo bener-bener mau jadian ama dia""


Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kan, gue udah bilang, dia itu jodoh gue. Sejak pertama, gue udah tau and udah yakin, dia itu bakal jadi milik gue," jawab Kimmy optimis.
"Ckckck ... hebat deh elo, Kim! Elo tuh ya, kalo udah maunya apa, pasti deh elo bakal dapetin. Soalnya, elo itu pede banget! Yakin banget! Gue bener-bener kagum ama elo."
"Aaah, jangan gitu, dong. Gue jadi malu, nih."
"Ajarin gue, Kim."
"Ajarin apaan""
"Nyari cowok," jawab Erlynn polos.
"Siang-siang gini nyari cowok di mana" Elo tuh aneh-aneh aja."
Tiba-tiba, seorang cowok dengan kemeja rapi, rambut cepak dan berkacamata berdiri di depan mereka. "Ada lanjut-annya komik ini, nggak"" tanyanya sambil menunjukkan se-buah komik yang ukurannya tebal.
Kimmy dan Erlynn mendongakkan kepalanya berbarengan. Mereka asyik ngobrol sampai-sampai nggak memperhatikan ada langganan baru. "Oh, itu udah keluar sampe seri enam. Tapi kayaknya, yang seri enam udah abis kemaren. Yang ada justru seri-seri sebelumnya," jawab Kimmy.
Erlynn cuma diam nggak bersuara sambil memperhatikan wajah cowok itu.
"Kapan seri enamnya datang lagi""
"Kapan, ya"" ucap Kimmy berpikir.
"Emang elo udah baca sampe di mana"" Tiba-tiba, Erlynn bersuara. "Di seri lima, Ryu ama Keiko udah ketemu belum""
Cowok itu sempat kaget sebentar mendengar Erlynn bicara. "Hm ... belum, belum. Justru Ryu lagi nyari si Keiko. Gue penasaran banget. Mereka ntar ketemuan di mana""
"Si Keiko waktu itu kan, ikut konser musik. Nah, si Ryu kebetulan dateng. Jadi, ketemu deh, di sana. Oh iya, si Toya Tanaka akhirnya mati."
"Mati" Masa, sih" Kok, bisa"" tanya cowok itu
lagi. "Gini ceritanya, si Toya pergi ke
"Eh stop ... stop," sela Kimmy tiba-tiba. "Kalian mau ngobrolin ceritanya ampe abis"" hrlynn senyun-senyum. cowok itu juga.
"Sori. Soalnya, gue udah nyari seri enam ke mana-mana, tapi nggak ketemu. Jadinya, gue penasaran banget." jelas cowok itu. "Oh iya, kenalin, gue Dodo." lanjutnya sambil mengulurkan tangan.
"Gue Kimmy!" balas Kimmy. "Ini Erlynn." Erlynn mengulurkan tangannya. "Jarang lho, a-da cowok suka banget baca komik drama," kata Erlynn.
"Tadinya, gue cuma pengin liat gambarnya doang. Gue pengin belajar gambar orang kayak yang di komik-komik gitu."
"O h, elo pelukis""
"Belum, sih. Gue masih kuliah di FAME Art-School, di Kelapa Gading."
"Wah, elo mesti nanya-nanya ke dia tuh, Lynn," sambung Kimmy tiba-tiba. "Elo kan, pengin jadi pemain sinetron."
"Hah"!" Erlynn terkejut langsung menoleh ke Kimmy. "Kapan gue bilang mau ja Erlynn
berhenti bicara waktu dilihatnya Kimmy mengedip-ngedipkan matanya penuh arti.
"Elo mau jadi pemain film" Di sana ada kok, kelas teater," kata Dodo.
"Tuh, kan. Ya udah sana, coba tanya-tanya, siapa tau aja cita-cita elo dari kecil bisa terwujud."
"Hm ... eh gimana, ya"" Erlynn bingung.
"Udah. Elo nggak usah sungkan-sungkan. Mumpung si ... siapa tadi" Dodo, ya" Ya, mumpung si Dodo ada di sini, elo tanya sejelas-jelasnya. Gimana caranya kalo mau daftar ke kelas teater, berapa biaya pendaftarannya, pokoknya semuanya, deh," potong Kimmy lagi. "Elo mau bantuin kan. Do""
"Nggak apa-apa, sih. Kebetulan, adik sepupu gue juga baru aja masuk kelas teater semester lalu."
"Wah cocok, deh!" ujar Kimmy sambil tangannya men-dorong lengan Erlynn.
"Tapi tapi gue, kan kata Erlynn ragu-ragu.
Kimmy berdiri, lalu menarik kursi dan menyilakan Dodo duduk. "Elo duduk sini, deh. Biar enak gitu ngomongnya," lanjut Kimmy.
"Emangnya, elo udah pernah belajar drama atau sejenis-nya gitu"" tanya Dodo pada Erlynn setelah duduk di kursi.
"Hm ... nggak pernah, sih."
"Tapi, dulu dia sering maen sandiwara di sekolah. Ya kan, Lynn"" sela Kimmy lagi. "Gue liat, kayaknya Erlynn punya bakat jadi pemain film," sambung Kimmy tak peduli melihat Erlynn melotot padanya.
"Kalo elo punya bakat, mendingan elo kem-bangin. Gue bisa bawain formulir pendaftarannya. Elo mau"" tawar Dodo.
"Boleh-boleh aja, sih. Tapi apa nggak
"Ada casting-nya nggak, Do"" tanya Kimmy.
"Ada, dong. Tapi, hasil tesnya bukan untuk menentukan elo bisa diterima apa nggak. Mereka paling cuma mau liat, sejauh mana elo bisa berakting. Pernah, dulu ada calon maha-siswa yang baru satu kali dites, eh besoknya udah jadi figuran di salah satu sinetron," jelas Dodo.
"Wah, hebat, dong!" seru Kimmy. "Elo cepetan daftar, Lynn! Biar elo cepet jadi bintang film."
"Sebenernya, gue ...."
"Eh, gue ke dalem dulu, ya," ucap Kimmy sambil berdiri. "Elo berdua ngobrol dulu aja. Sekalian, jagain toko gue ya, Lynn," sambung Kimmy sambil beranjak meninggalkan Erlynn dan Dodo.
Melihat Kimmy pergi begitu saja, Erlynn jadi salah tingkah. Maklum, Erlynn yang superbawel itu emang jago kandarg. Kalau di rumah sendiri, ia bisa cerita dari ujung yang satu sampe ke ujung lain. Giliran disuruh cerita di depan orang yang baru dikenalnya, cowok lagi, ganteng lagi ... langsung deh, muncul sifat malu-malunya.
"Elo udah lama tinggal di sini"" tanya Dodo
memulai percakapan lagi. "Lumayan, sih." "Berapa lama""
"Hm ... berapa, ya" Empat tahunan gitu, deh."
"Wah, lama juga, ya" Terus, elo tinggal di sini ama siapa aja" Elo kuliah apa masih kerja, sih" Elo berapa sodara" Elo asli orang Jakarta atau ...."
Erlynn bengong melihat lawan bicaranya. Nih cowok sok akrab banget, sih" pikirnya dalam hati. Apa nggak salah tuh, cowok model kayak cendekiawan gitu, ternyata mulutnya kayak komputer pentium empat. Saraf mulutnya banyak, kali ya" gumam Erlynn dalam hati.
Meskipun agak kaget melihat cara Dodo bicara, tapi tak urung Erlynn bisa enjoy juga ngobrol dengannya. Erlynn yang awalnya bingung mau ngomongin apa, jadi ikutan cerita pan-jang lebar. Beberapa menit kemudian, Erlynn dan Dodo sudah cerita sampai ke mana-mana.
KIMMY membuka pintu kulkasnya, lalu tersenyum melihat barisan "kepala" sunkist. Beberapa buah orange itu punya macam-macam bantuk wajah. Ada yang lagi tersenyum, ma-rah, dan menangis. Kemaren, Kimmy sengaja memberi mata, hidung, mulut dengan menggunakan spidol hitam di permukaan kulitnya.
"Kenapa, Non" Kok, ketawa sendiri"" tanya Bi Umi yang tiba-tiba muncul di samping Kimmy.
"Eh, Bi Umi, bikin Kimmy kaget aja," sahut Kimmy rada malu. "Lucu nggak, Bi"" tanyanya sambil menunjukkan sebuah sunkist dengan wajah ketawa.
"Lho, kok, digambarin kayak gitu, Non" Hehehe ... Non Kimmy kayak anak kecil aja."
"Buah ini rasanya seger l
ho, Bi. Dicampur ama teh pasti enak! Mau nyobain, nggak"" tawar Kimmy.
"Diperas dulu ya, Non""
"Iya dong, Bi. Masa dicemplungin bulat-bulat""
"Hehehe ... Bibi ambil perasan jeruk dulu ya, Non," kata Bi Umi sambil masuk ke dapur.
Kimmy duduk di salah satu kursi makannya sambil meng-aduk secangkir black-tea. Nggak berapa lama, Bi Umi muncul dengan alat perasan jeruk di tangannya.
"Nanti dikasih lemon, madu ama gula cair sedikit supaya nggak asem ya, Bi. Udah gitu baru dicampur ama teh."
"Lho, ini rasanya asem toh, Non" Padahal, liat dari war-nanya kayaknya manis banget." Bi Umi memotong beberapa buah sunkist itu menjadi dua bagian.
"Tapi asem-asem seger gitu, Bi. Emangnya, Bibi belum pernah sama sekali makan sunkist""
Bi Umi menggeleng, "Nggak pernah lah, Non. Nggak biasa makan begini. Di kampung, paling-paling makan jeruk yang dikupas itu lho, Non," kata Bi Umi sambil mulai me-meras air jeruk sunkist.
"Iya. Kan, di kampungnya Bibi nggak ada supermarket. Jadi, nggak bisa beli sunkist ya, Bi""
"Mana ada supermarket di kampung, Non" Di kampung itu nggak ada supermarket, nggak ada bioskop, nggak ada ... eh, apa itu Taman Anggrek Mal, pokoknya yang gitu-gitu nggak ada, Non. Jangankan supermarket, toko yang rada gedean aja jarang-jarang, Non. Kalopun ada, pasti tempatnya jauh."
"Lho, jadi, waktu Bibi masih muda dulu, jalan-jalannya ke mana dong, Bi. Waktu pacaran dulu, Bibi kencannya di mana""
"Hahaha .... Orang kampung mah beda ama orang kota, Non. Zaman Bibi dulu, nggak ada kencan-kencanan. Dulu, Bibi nikahnya dijodohin ama orangtua."
"Dijodohin""
"Iya. Bibi baru tau mukanya suami Bibi, waktu hari per-nikahan."
"Hah"! Masa sih, Bi" Apa Bibi nggak takut""
"Takut gimana lagi. Dari dulu, orang kampung emang kayak gitu kalo mau nikah."
"Terus, waktu pertama kali liat suami Bibi, gimana rasa-nya"" tanya Kimmy tertarik. Bi Umi tersipu-sipu. Ia berhenti memeras jeruk. "Wah, Bibi dulu, waktu pertama kali liat muka suaminya Bibi, rasanya seneeeng banget. Rasanya deg-degan gitu lho, Non."
"Bibi bisa langsung suka ama dia, Bi" Kan, Bibi belum pernah kenalan""
"Bibi emang belum pernah ketemu dia sebe-
lumnya. Tapi nggak tau deh, Non, kayaknya waktu liat muka dia, Bibi bisa langsung jatuh cinta. Apalagi waktu dia senyun ama Bibi, waduh rasanya ... gimanaaa gitu," cerita Bi Umi sambil mata-nya menerawang mengingat masa lalu.
Kimmy diam sejenak. Bayangan wajah Niko yang sedang tersenyum lewat di depan matanya. Teringat pada senyuman Niko yang begitu lembut, begitu menenangkan membuat hati Kimmy tiba-tiba disergap rasa rindu yang dalam.
"Bibi masih ingat lho, Non," kata Bi Umi melanjutkan ceritanya. "Dulu, Bibi pernah nanya sama suami Bibi, kenapa dia mau dijodohin sama Bibi."
"Terus, dia bilang apa, Bi""
"Dia bilang gini, Non. Aku menikah sama kamu karena aku pengin nyenengin hatimu. Aku pengin membahagiakan kamu," sambung Bi Umi agak malu-malu. "Waduh Non, kalo inget-inget yang dulu, rasanya Bibi pengin muda lagi."
Kimmy tersenyum melihat ekspresi Bi Umi. "Akhirnya, Bi Umi jadi suka ama suami Bibi"" tanya Kimmy.
"Yaaa ... orang Jawa bilang, witing tresno jalaran soko kulino ..." "Apa, Bi""
"Artinya itu lho, Non. Jatuh cinta karena udah kebiasaan. Biasa ketemu, biasa makan sama-sama, biasa deket-deket, ya akhirnya jadi cinta juga, Non."
Kimmy tersenyum lagi, kali ini sambil menarik napas dalam-dalam.
"Kok, tiba-tiba Non Kimmy nanya-nanya soal nikah" Apa Non Kimmy mau nikah""
"Hah"! Bi Umi ngawur! Pacar aja belum punya, masa mau nikah"" sahut Kimmy sambil menepuk lengan Bi Umi.
"Bibi doain ya Non, supaya dapet jodoh yang baek, yang cakep, yang sopan, yang mapan, yang sayang sama Non Kimmy, yang ...."
"Amiiin ...," lanjut Kimmy sambil tertawa geli.
"Eh, jeruknya jadi diperes ya, Non"" tanya Bi Umi teringat kerjaannya.
"Jadi, dong. Bi Umi sih, kalo udah cerita, jadi lupa ama segalanya."
"Hehehe maaf Non, maaf," ucap Bi Umi.
Mata Kimmy memperhatikan tangan Bi Umi yang mulai memeras sunkist lagi, namun pikirannya nggak di sana. Kata-kata Bi Umi terus terngiang di telinganya. Aku pengin nye-nengin hatimu ..
. aku pengin membahagiakan kamu. Tresno jalaran soko kulino ... jatuh cinta karena terbiasa ... cinta timbul karena kedekatan.
"Hmmm," desah Kimmy pelan. Gue juga pengin nyenengin Niko. Gue juga pengin terbiasa deket ama Niko. Gue pengin satu hari nanti, cinta timbul di antara gue dan Niko. Bisakah Tuhan" tanyanya dalam hati.
Kimmy's Diary ... HARI ini, giliran Erlynn dapet durian runtuh. Begitu bilang pengin dapet cowok, langsung deh ... muncul di depan mata.
Bibi juga pernah dapet durian runtuh. Ya itu, waktu bibi ketemu ama suaminya di hari pernikahannya. Ckckck ... hebat banget, jatuh cinta hari ini, nikahnya juga hari ini.
NB. Masih males nih, belajar Mandarin. Tapi nggak apa-apa, gue dapet kosakata bagus dari bibi. Bahasa Jawa. Tresno jalaran soko kulino (jatuh cinta karena terbiasa). Bagus, kan"
Bab 7 Awal Yang Salah Telepon pertama KRIIING! Kriiing Telepon di ruang tengah berbunyi nyaring.
"Halo," sahut Erlynn yang kebetulan nggak jauh dari situ.
"Halo. Bisa bicara dengan Kimmy"" Erlynn mengerutkan keningnya. "Siapa ini"" tanyanya ingin tahu. "Ini dari Niko."
"Siapa"" ulang Erlynn walaupun sebenarnya ia sudah mendengar jelas.
"Ini Niko. Kimmy-nya ada"" Erlynn menutup telepon dengan telapak tangannya. "Ssst," bisiknya memanggil Kimmy yang sedang duduk di kursi meja makan sambil membaca komik.
Kimmy menoleh. "Apa"" "Ni ... ko," bisik Erlynn lagi.
Kimmy spontan bangkit dari kursinya. "Niko"" tanyanya tak percaya.
Erlynn mengangguk-angguk. "Cepetan!" Kimmy meneguk air minumnya di meja sebelum berlari ke meja telepon.
"Sebentar ya, Niko," kata Erlynn berbasa-basi. "Oh ya, sebelumnya kenalin dulu, gue ini Erlynn,
temennya Kimmy." "Oh sahut Niko agak geli mendengar cara bicara Erlynn. Temennya Kimmy, ya""
"Iya. Kami ucah akrab lama. Gimana ya, soalnya kita tuh udah tinggal bareng, tidur sekamar, ke mana-mana berdua, jadi yaaa bisa dibilang, Kimmy itu belahan jiwa gue gitu lah," imbuh Erlynn sok puitis.
Kimmy menarik gagang telepon dari tangan Erlynn. "Dasar centil!" ejeknya seraya memberi tanda dengan tangannya su-paya Erlynn menjauh.
"Hei! Ini Kimmy, ya"" sapa Niko.
"Iya. Gue Kimmy."
"Gue Niko, Kim. Masih inget, kan""
"Iya. Gue inget," jawab Kimmy pendek. Saking senangnya, ia sampai bingung mencari kata-kata.
"Elo lagi sibuk, ya""
"Ah, nggak. Gue lagi nyantai, kok. Elo di mana""
"Di rumah. Toko elo udah tutup""
"Udah, dong. Kan, udah hampir jam delapan," sahut Kim-my seraya melirik jam dinding. "Dari jam lima tadi udah tutup, kok."
"Wah, elo enak ya. Kerja sendiri, kapan mau buka, kapan mau tutup, suka-suka elo."
"Emangnya, elo nggak enak" Elo kerja di mana""
"Gue ... hm ... gue kerja apa, ya" Sebenernya gue juga bingung, sebenernya gue ini kerjanya apa""
"Lho, kok, bingung" Masa kerjaan sendiri ng-
gak tau"" "Abisnya, mau dibilang kerja juga nggak, nggak dibilang kerja juga nggak,"
Kimmy mengerutkan keningnya. "Kok, bisa gitu""
"Ceritanya panjang." "Rahasia"" tanya Kimmy.
"Hm ... nggak juga, sih. Elo mau dengerin gue cerita"" "Mau."
"Kalo panjang"" "Nggak apa-apa."
"Hahaha ...."Tiba-tiba, Niko tertawa. "Kenapa ketawa"" Kimmy heran. "Elo lucu."
"Lucu apanya"" tanya Kimmy ikutan senyum walaupun ia nggak tahu apa yang dimaksud lucu sama Niko.
"Lucu aja. Nggak tau apanya," jawab Niko. "Beneran" Mau dengerin cerita gue"" "He-eh."
"Hm ... dari mana, ya ceritanya"" "Dari elo kerja di mana sekarang." "Oh ya. Hm ... elo tau ChinnaTown Resto, nggak""
"Yang di Bintaro itu" Yang cabangnya ada di Kelapa Gading ama di Kebayoran Baru"" "Iya. Elo tau, ya""
"Tau, lah. Siapa sih, yang nggak tau restoran terkenal kayak begitu. Elo kerja di sono"" "Kira-kira gitulah."
"Kok, kira-kira" Atau, jangan-jangan punya elo sendiri"" tebak Kimmy. "Bukan, kok." "Jadi""
"Punya nyokap ama bokap gue."
"Hah"! Yang bener"! Jadi beneran, ChinnaTown Restoran itu punya elo"" tanya Kimmy terkejut.
"Bukan! Bukan punya gue! Punya ortu gue."
"Kan, sama aja," Kimmy memindahkan gagang telepon-nya ke telinga yang lain sambil duduk di kursi dekat sana. "Terus, elo kerjanya ngapain di sono"
" "Campur-campur."
"Maksud elo""
"Gue masih belajar, kok. Tadinya gue sama sekali nggak ngerti apa-apa tentang Chi-To "Chi-To""
"Singkatannya ChinnaTown," jelas Niko. "Nyokap gue nyuruh gue mempelajari managemen Chi-To. Hm ... rencananya, nyokap mau buka cabang di Singapura."
"Wah, hebat, dong. Nanti elo yang jadi direkturnya, ya""
"Bukan direktur. Di Chi-To, nggak pake direktur, kok."
"Yaaa, pokoknya yang jadi bosnya gitu, kan"" tanya Kimmy sambil memainkan kabel telepon. "Kenapa harus yang di Si-ngapura" Chi-To yang di sini udah ada yang ngurus""
"Kemungkinan, Chi-To yang di Indo mau diambil alih ama om gue. Sekarang, nyokap gue lagi
konsen untuk buka yang di Singapura dan kalo bisa, mungkin di Malaysia ama di Thailand juga."
"Waaah, ... restoran elo itu mau go internasional, ya""
"Ya. Mudah-mudahan, sih."
"Emang ChinnaTown Restoran itu hebat banget. Kata temen gue, yang bisa masuk ke sana, tuh cuma orang-orang yang berduit. Soalnya, makanannya mahal-mahal. Betul nggak, sih""
"Nggak semua, sih. Kalo makanan yang bahannya impor, ya pasti harganya mahal. Tapi, ada juga kok beberapa jenis makanan yang harganya hampir sama ama restoran yang laen. Emangnya, elo belum pernah ke sana""
"Belum. Gue jarang-jarang, kok makan di restoran. Apa-lagi di restoran mahal kayak gitu. Eh, temen gue juga bilang, restoran elo itu tempatnya bagus banget. Seperti apa, sih""
"Hm ... suasananya aja, yang dibuat agak beda. Nyokap gue emang maunya Chi-To itu dirancang supaya suasananya itu oriental banget. Ada khas tradisional China gitu lah. Misalnya, di sana tuh ada lentera-lentera merah yang di-gantung hampir di seluruh ruangan. Terus, ada musik kecapi, ada pelayan-pelayan yang pake baju shanghai, ada penyanyi-penyanyi yang bawain lagu-lagu Mandarin. Hm ... apa lagi ya" Ya ... kayak gitulah."
"Wow pasti orang-orang yang makan di sana serasa ada di Hongkong, ya""
"Yang dateng sih, kebanyakan emang pengu-
saha-pengusaha dari Hongkong, Taiwan, Malaysia ama Singapura. maka-nya, nyokap gue mau buka cabang di Singapura."
"Terus, kapan dong, yang di Singapura mulai jalan""
"Tempatnya udah mulai disiapin dari sekarang. Kalo nggak ada halangan, paling lama tiga atau empat bulan lagi udah bisa buka."
"Wah, elo hebat, ya"! Masih muda udah dipercaya job segi:u gede."
Niko tiba-tiba terdiam sejenak. "Elo juga mikir kayak nyokap gue, ya""
Kimmy nggak menjawab. "Sebenernya ... gue nggak mau," lanjut Niko dengan suara berubah pelan.
"Lho" Kenapa""
"Gue nggak pengin bisnis restoran."
"Elo nggak suka""
"Bukan bidang gue kayaknya."
"Terus"" "Gue terpaksa." Sebentar kemudian terdengar Niko meng-hela napas. "Dari dulu, nyokap gue emang maunya gue yang ngurus Chi-To yang di Singapura. Tapi ...jujur. Gue nggak berminat."
"Kenapa nggak bilang ke nyokap elo""
"Udah. Berkali-kali malah."
"Terus"" "Ujung-ujungnya gue malah berantem ama nyokap. Selalu begitu," ucap Niko dengan suara makin berat.
Kimmy diam sebentar. Ia dapat merasakan
kesedihan yang tersirat dari suara Niko. "Kalo boleh gue tau, elo pengin jadi apa, Ko""
Niko nggak langsung menjawab.
"Sebenernya keinginan elo itu apa"" sambung Kimmy.
"Kim ..." "Ya"" "Elo orang pertama." "Pertama""
"Iya. Elo orang pertama yang nanya ke gue, gue pengin jadi apa. Selama ini, gue merasa semua orang pengin gue ngikutin keinginan mereka. Nyokap, bokap, sodara-sodara gue, semuanya. Mereka nggak pernah nanya, sebenernya gue punya keinginan apa," jelas Niko panjang lebar.
Kimmy mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
"Sebenernya ... gue pengin buka usaha sendiri. Gue nggak mau dibilang numpang 'kaya' atau hidup dari warisan," lanjut Niko.
"Kenapa nggak dicoba aja""
"Nggak bisa. Maunya nyokap, gue nerusin u-saha restoran punya keluarga gue. Hhhm, gue nggak ngerti kenapa nyokap gue maksa gue terus," desah Niko. "Elo tau nggak, gue itu pengin kalo gue berhasil satu hari nanti, itu karena gue berusaha sendiri. Bukan karena ortu gue. Gue pengin liat hasil keringat gue sendiri."
Kimmy meletakkan punggungnya ke sandaran kursi. "Sekarang elo ama nyokap gimana""
"Nggak baek." "Nyokap elo d ma na"" "Singapura. Keluarga gue udah pindah ke sana semua. Sekali-kali aja, adik gue atau nyokap gue dateng ngeliat Chi-To yang di sini. Itupun cuma sebentar. Kadang-kadang cuma nginep semalem. Malah pernah nyokap langsung balik sorenya."
"Lebih baek, elo selesein dulu masalah elo ama nyokap elo," saran Kimmy.
Niko menarik napasnya dalam-dalam. "Ganti topik, yuk!"
Kimmy tersenyum. "Eh, udah setengah jam lebih, lho. Elo nggak bosen ngobrol ama gue"" tanya Niko. "Nggak, kok."
"Gantian dong. Elo yang cerita sekarang." "Gue" apa ya"" "Cita-cita elo apa""
"Elo orang pertama," balas Kimmy menggoda. "Yang nanya kayak gini""
"Nggak lah. Gue becanda, kok," sahut Kimmy. "Gue masih bingung ama dua pilihan." "Apa aja""
"Gue pengin belajar bahasa Mandarin, tapi gue juga pengin buka toko buku yang gedeee banget!"
"Elo bisa bahasa Mandarin""
"Kalo bisa, ngapain belajar lagi" Justru, bahasa Mandarin gue minim banget, makanya gue pengin memperdalam, gitu."
"Di mana""
"Setengah taun yang lalu, gue udah hampir masuk ke sekolah bahasa yang di Beijing. Tapi
nggak jadi. Soalnya, gue disaranin nyokap gue apply beasiswa di salah satu sekolah yang terkenal banget di Taiwan." "Udah""
"Udah, sih. Tapi ... kayaknya nggak ada harapan deh."
"Kok gitu" Emang belum ada jawaban dari sana""
"Pernah sih, gue ditelepon dari sana. Tapi orangnya cuma ngecek data-data gue sesuai nggak ama yang gue kirim. Orangnya bilang tunggu aja kabar dari dia. Sampe sekarang, nggak pernah nelepon lagi."
"Harusnya, elo masuk aja yang di Beijing."
"Abisnya, waktu itu bingung banget. Orang-orang pada bilang, sekolah bahasa yang di Taiwan jauh lebih bagus."
"Atau bisa jadi ... ini berarti elo bakalan jadi pemilik toko buku paling gede di Indonesia, bukan belajar bahasa""
"Gue juga pernah mikir gitu, sih." Mereka diam sebentar.
"Elo ... hm elo udah punya pacar"" tanya Niko hati-hati
"Be ... lum," jawab Kimmy lirih. Ia kaget dengan per-tanyaan Niko yang agak keluar dari topik. Aneh. Dari ngo-mongin cita-cita, kok bisa lari ke pacar"
"Kalo elo"" balas Kimmy juga hati-hati. "Hm
Kimmy menutup mata, takut mendengar jawaban yang nggak seharusnya ia dengar.
"Gue ... gue lagi deket ama seseorang
DEG! Kimmy merasa seakan-akan ada sebuah anak panah menusuk pas di jantungnya. Sekujur tubuhnya mendadak lemas.
"Oh, ya" Siapa"" tanya Kimmy berusaha menjaga nada suaranya. "Kalo gue boleh tau," lanjutnya.
"Mau denger ceritanya""
"Panjang""
"Hm ... kenapa" Elo udah ngantuk, ya" Atau besok aja gue telepon lagi" Udah jam sembilan, lho," kata Niko meng-ingatkan.
"Nggak. Gue nggak ngantuk. Elo cerita aja," kata Kimmy masih sambil mencoba menahan gejolak di hatinya.
"Waktu gue umur ... hm, berapa ya" Kalo nggak salah, waktu itu gue kelas dua SMP. Gue jatuh dari pohon. Tinggi banget. Sampe tangan ama kaki gue berdarah."
"Terus"" "Kebetulan, temen nyokap gue ama anaknya lagi maen ke rumah. Nggak tau kenapa, anaknya itu nolongin gue ngasih obat ke tangan ama kaki gue. Padahal, gue baru pertama kali ketemu dia. Jadi..."
"Elo jatuh cinta ama dia"" tanya Kimmy langsung.
"Hm ... gue nggak tau. Tapi ... emang waktu itu, cuma dia cewek yang paling baek yang pernah gue kenal."
Kimmy menarik napas sekali lagi. "Dia di mana" Namanya siapa""
"Rumahnya" Di Perumahan Pantai Mutiara. Namanya Nisye..."
DEG! Jantung Kimmy serasa tertusuk lagi. Oh Tuhan! Nama cewek itu! Nis ... ye. Nama yang pernah dipanggil Niko waktu ngomong di telepon waktu itu. Nama yang gue cari selama ini, juga sekaligus nama yang gue nggak pengin denger, bisik Kimmy menahan rasa sakit di dadanya.
"Kok, diem"" tanya Niko menunggu.
"Oh ... eh, nggak. Terus"" Kimmy berusaha menutupi perasaannya. "Elo pacaran ama dia sekarang""
"Dulu, gue pernah ngomong suka ama dia. Yaaa ... waktu gue SMP dulu itu. Tapi dia nggak mau."
"Nggak mau"" tanya Kimmy nggak mengerti.
"Dia nolak gue. Dia bilang, dia nggak ada perasaan apa-apa ama gue. Katanya, gue bukan tipe cowok yang dia mau. Lucu, ya""
"Dia nggak suka ama elo""
"Kata dia, gue nggak dewasa, nggak romantis, nggak bisa pacaran. Hahaha jawab Niko
merasa lucu s endiri. "Elo nggak sedih""
"Lumayan, sih waktu itu. Tapi mungkin, emang waktu itu bukan waktu yang tepat. Gue masih terlalu muda. Gue pikir, setelah gue dewasa nanti, baru gue bisa jadi cowok seperti yang dia mau."
"Udah"" "Apanya""

Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa sekarang elo udah jadi cowok seperti
yang dia mau"" tanya Kimmy serius. "Gue nggak tau."
"Elo nggak pernah ngomong lagi ke dia tentang perasaan elo""
"Belum," jawab Niko. "Gue takut ditolak dua
kali." Kimmy menutup matanya sejenak. Mendengar jawaban Niko yang terakhir, timbul sedikit harapan di hatinya. Cuma sedikit.
"Elo bosen, ya denger cerita gue"" tanya Niko ketika Kimmy cuma diam.
"Nggak, kok. Gue seneng, elo mau curhat ama gue. Tadi-nya gue pikir, elo orangnya tertutup banget."
"Gue juga heran, kenapa gue bisa cerita semua tentang diri gue ke elo. Padahal, kita baru aja kenal. Tapi bener elo nggak bosen, kan""
"Nggak. Kita teman, kan"" Ooops! Kenapa gue ngomong seperti itu" gumam Kimmy dalam hati. Ia menyesal memilih kata-katanya yang terakhir. Teman" Kenapa gue bilang "teman""
"Iya. Kita teman," ulang Niko. "Kalo gue ingin lebih dari teman""
"Apa"" Kimmy tersentak.
"Maksud gue, mau nggak elo jadi sahabat gue" Jadi teman curhat gue""
Kimmy diam lagi. Cuma sahabat" "Mau nggak""
"Tentu. Gue mau jadi sahabat elo," jawab Kimmy terpaksa.
"Thanks," sahut Niko senang.
"Nisye nggak cemburu""
Kenapa cemburu" Gue ama Nisye belum pacaran, kok."
"Tapi elo mau pacaran ama dia, kan"" Ooops .... Bego! Kenapa gue nanyanya kayak gitu, sih" sesal Kimmy dalam hati.
"Tadi gue udah bilang, gue nggak mau ditolak dua kali. Elo mau bantuin gue""
"Nolongin apa""
"Nolongin supaya gue nggak ditolak lagi..." "Bo ... leh ...," jawab Kimmy tergagap. Setelah itu, ia menggigit bibirnya kuat-kuat. "Bener""
"Iya. Tapi nolonginnya gimana""
"Elo ajarin gue, gimana caranya jadi cowok yang romantis seperti yang Nisye bilang" Gimana supaya gue nggak dibilang nggak bisa pacaran. Elo mau, kan""
"He-eh," sahut Kimmy pasrah. Tiba-tiba saja ia ingin segera mengakhiri pembicaraannya. "Elo nggak ngantuk"" tanya Kimmy mencari alasan.
"Elo ngantuk, ya" Wah, udah jam setengah sepuluh. Nggak terasa ya, kita ngobrol hampir dua jam. Ya udah, laen kali kita ngobrol lagi, ya."
"Iya. Gue bobo dulu, ya," pamit Kimmy.
"Bye." "Bye," balas Kimmy.
"Eh, Kim panggil Niko sebelum menutup teleponnya. "Apa""
"Gue bener-bener sahabat elo, kan""
Kimmy tersenyum kecil. "Iya. Elo sahabat gue." "Thanks," ucap Niko lega. "Gue seneng kenal elo. Elo sa-habat yang asyik buat curhat." "Sama."
"Good Night, Kim." "Bye," sahut Kimmy.
Setelah menutup gagang teleponnya, Kimmy nggak langsung berdiri. Ia termenung lama di kursinya. Kepalanya mendongak ke atas sambil kedua tangannya menutupi wajah-nya. Sahabat" Kenapa gue harus memilih tema pembicaraan "sahabat"" tanya Kimmy dalam hati dengan perasaan campur aduk. Kenapa gue dulu ngomong, gue suka ama kisah-kisah persahabatan" Walaupun itu emang bener, tapi kenapa gue mesti ngomong itu" Kenapa gue nggak ngomong tentang cinta" Kenapa gue nggak ngomong gue pengin nyenengin hati seseorang yang gue cintai. Kenapa gue nggak ngomong, kalo cinta itu bisa timbul dari kedekatan" Kenapa" Kenapa" Kenapa" tanya Kimmy berulang-ulang.
Kimmy menijit pelan-pelan keningnya. Kepalanya terasa berat memikirkan pembicaraan panjang dengan Niko tadi, yang ternyata adalah sebuah awal yang salah.
PADA saat yang sama, Niko juga sedang termenung di kamar-nya. Walaupun badannya sudah terasa
pegal karena duduk terus sejak menelepon Kimmy tadi, tapi ia belum juga mau bangkit dari kursinya.
Kimmy desis Niko dalam hati. Ia duduk bersandar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Kimmy gumamnya lagi. Nama elo bagus, jadi nggak salah kalo gue suka nama elo, kan" Tapi anehnya, kenapa waktu gue inget nama elo, gue merasa sepertinya ada sesuatu yang salah dengan diri gue"
Kimmy kenapa gue ingin elo tau semua tentang diri gue, bahkan yang gue nggak ingin orang lain tau" Kenapa waktu gue ngobrol ama elo, gue ngerasa elo deket banget ama gue" Kenapa waktu gue denger suara elo, hati gue rasanya ... h
m, rasanya nyaman banget" Begitu banyak pertanyaan berputar-putar dan terkurung dalam benak Niko. Semua pertanyaan yang timbul karena sebuah keindahan yang lain yang ia rasakan ketika persaha-batannya dengan Kimmy bermula.
Bab 8 Say It With Sunkist! Cuma friend" KIMMY duduk di atas springbed-nya sambil menatap keluar jendela. Sepertinya, ia sedang asyik menikmati pemandangan orang-orang yang lalu lalang di jalanan depan rumah. Pagi-pagi begini, orang yang lewat di depan rumah Kimmy lebih banyak ketimbang agak siang nanti. Mereka ada yang masih dengan pakaian olahraga, ada yanc bersepeda, tapi banyak juga yang sudah rapi siap berangkat kerja.
"Pagi-pagi kok, ngelamun"" ujar Erlynn yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya. "Mandi sono! Udah hampir jam delapan. Emangnya elo nggak mau buka toko"" lanjutnya sambil menghampiri meja rias.
Kimmy nggak menjawab. Ia masih mematung di depan jendela kamarnya yang mirip layar teve 72 inci itu.
"Mandi sono!" teriak Erlynn lagi sambil menyisir rambutnya.
"Gue masih ngantuk," jawab Kimmy tanpa menoleh.
"Elo sih, ngobrol di telepon nggak tanggung- tanggung. Apa nggak panas, tuh kuping"" Erlynn meletakkan sisirnya, lalu duduk
di samping Kimmy. "Eh, kemaren si Niko ngomong apa aja""
Kimmy menggeleng. "Masa nggak ngomong apa-apa" Cerita dong pelit banget, sih"!" "Gue salah, Lynn."
"Salah kenapa"" tanya Erlynn heran. "Salah ngomong"" "Iya."
"Terus, dia tersinggung" Sakit hati"" "Gue yang sakit hati."
"Lho" Elo yang salah ngomong, kok elo yang sakit hati" Gimana, sih elo"" "Nisye ...."
"Apa" Siapa, tuh Nisye""
Kimmy menarik napasnya dalam-dalam. "Cewek yang Niko suka," jawab Kimmy masih tanpa menoleh. "Dia udah punya pacar"" Kimmy menggeleng lagi.
"Gimana, sih" Kata elo tadi, dia suka ama ... siapa tadi" Nisye" Sekarang elo bilang, belum punya pacar" Kacau, deh elo."
"Emang kacau, Lynn."
Erlynn mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.
"Gue kacau ngomongnya tadi malem," kata Kimmy. Kali ini ia memalingkan mukanya ke arah Erlynn.
"Elo ngomong apa emangnya"" "Gue bilang ... gue mau jadi sahabat dia," jawab Kimmy dengan mata kelihatan berat dan wajah
lesu. Tadi malam, selesai menerima telepon dari Niko, ia susah tidur.
"Emangnya, kenapa kalo elo jadi sahabat dia""
"Gue maunya jadi pacar dia, Lynn. Bukan jadi sahabatnya."
"Aduuuh, Kiiim ...! Masa pacaran langsung jadian" Te-menan dulu, sahabatan dulu, baru pacaran, baru kawin, baru punya anak. Semua ada prosedur ama prosesnya, Kim," hibur Erlynn.
"Jadi" Gue nggak salah ngomong""
"Nggak. Elo udah betul, kok. Tapi ngomong-ngomong, Nisye tadi itu sebenarnya siapa""
"Nisye itu temennya sejak SMP. Dulu, Niko pernah ngo-mong suka ama dia, tapi Nisye-nya nggak mau."
"Sekarang Nikonya masih suka nggak""
"Kayaknya masih."
"Jangan kayaknya, dong. Itu dulu. Masa lalu nggak usah diungkit-ungkit lagi lah. Pokoknya, sekarang dia nggak jadian ama Nisye. Dia nggak mau nembak Nisye lagi, kan""
"Kayaknya, Niko mau deh, Lynn."
"Kayaknya, kayaknya, ... udah lah, elo nggak usah ber-pikiran negatif. Kalo emang Niko mau nembak Nisye lagi, ya nggak pa-pa. Yang penting, sebelum itu terjadi, sekarang elo mesti berusaha sekuat tenaga supaya elo bisa dapetin Niko! Elo jangan biarin dia ngomong duluan ke Nisye."
"Tapi ...." "Apa lagi""
"Gue udah janji, mau bantuin dia."
"Bantuin apa""
"Bantuin Niko dapetin Nisye," ucap Kimmy dengan rasa bersalah.
"Hah"!" Erlynn tersentak kaget.
"Dia bilang, dia nggak mau ditolak Nisye dua kali. Dia nanya, mau nggak gue bantuin dia."
"Dan elo bilang mau""
Kimmy mergangguk-angguk. Erlynn menepuk jidatnya, "Ya ampun, Kim!"
"Terus, gimana dong, Lynn"" tanya Kimmy kelihatan putus asa. "Gue udah bilang mau jadi sahabatnya. Masa sahabat yang baek nggak mau bantuin""
"Salah deh elo, Kim. Salah deh elo!"
Tiba-tiba, Bi Umi membuka pintu kamar. "Non Erlynn ada telepon!" katanya memberi tahu.
"Dari siapa, Bi"" tanya Erlynn langsung berdiri.
"Katanya dari Dodo, Non."
"Oh iya. Iya," sahut Erlynn sambil keluar dari kamar meninggalkan Kimmy.
Trrrttt... trrrttt... trrrttt! Tiba-tiba, HP Kimmy yang terge-letak di tempat tidur bergetar.
"SMS dari Niko," kata Kimmy setengah terkejut. Buru-buru dibacanya pesan yang tertulis di inbox-nya.
-Dan bangun" Gue cm mau blg,
thx udah nemenin gue ngobrol td mlm.
Selesai membaca, Kimmy langsung membalasnya.
-Sama-sana. Gue jg seneng ngobrol ama elo.
Kimmy batal menyimpan HP-nya ketika HP-nya bergetar lagi. "Lho, dari Niko lagi"" katanya sambil membuka kembali inbox-nya.
-Elo lg ngapain" Hr ini buka toko, kan"
Kimmy mengetik dengan cepat.
-Iya. Buka toko hr ini. Elo sendiri ngapain"
Baru dua menit, ada balasan lagi dari Niko.
-Gue bingung. Hr ini Nisye plg dr Kanada. Dia srh gue jmput di airport jm 6 sore.
Kimmy menarik napas sejenak ketika membaca nama "Nisye".
-Knp bingung" Yg penting, nm pswat ama jdwalnya jelas.
Niko SMS lagi. -Mksudku, abis jmput dia, terus mo ngapain lg"
Kimmy memikirkan jawaban apa yang harus diberikannya. Beberapa menit kemudian, ia mengetik lagi. Kali ini dengan berat hati.
-Ajak dia dinner. Gmn" Kasih bunga or cokelac.
Agak lama, baru ada balasan dari Niko.
Pendekar Baja 21 Dewi Ular 57 Asmara Mumi Tua Pembalasan Berdarah 2
^