Pencarian

Love In Sunkist 2

Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga Bagian 2


-Blm pnah. Tp gue coba. Thx ya, Friend!
Kimmy menatap screen HP. Pesan dari Niko masih terbuka. Friend" tanyanya dalam hati. Apa betul Niko cuma pengin nganggep gue ini teman" Apa dia nggak pengin lebih" Kenapa jadi begini" Kenapa gue bener-bener nolongin Niko jadian ama orang lain"
Kimmy menarik napas dalam-dalam. "Pusing!" keluhnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tak tahan berlama-lama dengan pikirannya. Ia bangkit dari tempat tidurnya, lalu masuk ke kamar mandi.
Bisakah diperbaiki" "KIM! Kim!" teriak Erlynn di depan pintu kamar mandi.
"Kenapa"" tanya Kimmy dari dalam. "Elo udah kelar belum mandinya" Cepetan keluar, dong," seru Erlynn dengan suara cemas. "Ntar."
"Cepetan dong, Kim," desak Erlynn sambil menggedor pintu.
"Iya. Iya. Lagi pake baju. nih." Tak lama kemudian, Kimmy keluar dengan rambut setengah basah. "Apaan. sih""
Erlynn menarik tangan Kimmy. Mereka duduk ci atas tempat tidur Erlynn.
"Gue salah ngomong, Kim."
"Salah ngomong apa""
"Gue salah ngomong ama Dodo."
"Kenapa, sih, ngikut-ngikut gue" Gara-gara gue salah ngomong, elo jadi salah ngomong juga, gitu"!" tanya Kimmy sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.
"Nggak tau, Kim. Gue juga heran. Biasanya, gue kalo ngomong, pasti ngomongnya tuh teratur dan bener, nggak kayak gini."
"Hah"!" Kimmy membuka mulutnya lebar. "Kapan elu pernah ngomong teratur""
"Pokoknya, sekarang elo tolongin gue dong."
"Tolongin apa""
"Gini, tadi itu Dodo nanya ke gue, hari ini gue ada acara nggak. Terus, gue bilang gue lagi sibuk, mau persiapan buka stan jus buah di depan supermarket. Nggak taunya ... bela-kangan dia baru bilang, sebenernya dia mau ngajakin gue ke kampusnya. Mau nunjukin kelas teater yang pernah dia bilang itu lho, Kim."
"Yaaa ... elo, sih. Nggak mau mikir dulu kalo ngomong."
"Maksud gue tuh, mau jual mahal dikit ... kok jadi gini, ya"" gerutu Erlynn.
"Ya udah. Sini gue yang nelepon ke dia. Gue
kasih tau dia kalo elo "Jangan, jangan, ntar dikiranya gue boong lagi. Gue malu, Kim."
"Nggak lah. Pokoknya, elo tenang aja. Mana nomor HP-nya""
"Elo ngomongnya gimana""
"Udahlah. Cepetan mana""
Erlynn mengambil HP, lalu menunjukkan nomor HP Dodo. "Jangan ngomong sembarangan lho, Kim!" pesannya.
Kimmy langsung menekan nomor HP Dodo.
"Halo, Do. Ini Kimmy," kata Kimmy begitu diterima. "Iya. Kimmy, temennya Erlynn. Iya. Iya. Gini lho, Do. Tadi elo ngajakin Erlynn ke kampus elo, ya" Iya. Iya. Emang dia rada sibuk, sih. Tapi gue pikir, sekarang ini mendingan dia tekunin bakatnya dulu. Soal mau buka stan jus buah bisa kapan-kapan, ya, nggak" Iya. Iya. Dia emang lagi bingung akhir-akhir ini. Ya udahlah. Gini aja, Do. Ntar gue coba deketin dia, gue usahain dia mau pergi ke kampus elo hari ini. Iya. Jam berapa" Oh, gitu" Iya. Iya. Oke, elo langsung daterg aja ke sini, ya" Gue bisa, kok, jelasin ke dia. Iya. Iya. Sori ya, Do, ngerepotin. Iya. Iya. Oke. Yuk, daaah!" Kimmy menutup flip HP." Beres!" katanya.
"Yesss!!" teriak Erlynn sam
bil mengentakkan sikut kanan-nya ke bawah. "Thank you ya, Kim. Elo baekkk deh," lanjut Erlynn sambil memeluk Kimmy.
"Ya udah. Elo cepetan ganti sono. Bentar lagi dia mau jemput elo."
"Hmmmh ...," Erlynn menarik napas lega. "Un-
tung kesalahan gue masih bisa diperbaiki. Eh, baju gue yang cokelat mana, ya" Bi ... Bi Umi!" panggil Erlynn sambil keluar kamar mencari Bi Umi.
Kimmy masih duduk di atas tempat tidur. Ia tercekat men-dengar kalimat Erlynn tadi. Masih bisa diperbaiki" pikirnya. Bagaimana dengan gue ama Niko" Apakah semuanya masih bisa diperbaiki" tanyanya setengah pesimis.
JAM menunjukkan hampir pukul enam malam waktu Kimmy membereskan beberapa buku di atas mejanya. Ia baru saja menutup tokonya yang agak sepi hari ini. Baru saja ia hendak melangkah naik ke atas, HP di kantong jinsnya berbunyi.
"Halo, Kim. Ini gue," suara Niko di seberang begitu Kimmy meletakkan HP di telinga.
"Kenapa, Ko""
"Gue lagi di jalan, Kim. Mobil gue nggak tau kenapa, tiba-tiba mogok." "Elo di mana""
"Gue lagi di persimpangan ke arah Pluit blok satu."
"Terus, elo nggak jadi jemput Nisye" Ini udah jam enam, lho""
"Iya. Gue juga bingung. Gue bisa sih, naek taksi, tapi mobil gue gimana""
"Ya udah. Elo tunggu gue, ya. Gue ke sana
sekarang." "Lho, elo ngapain ke sini""
"Udahlah. Pokoknya elo tunggu aja di sana, ya," jawab Kimmy, lalu menutup HP. Setelah itu, tanpa berganti baju atau mandi, Kimmy langsung berlari keluar aman.
Dua puluh menit kemudian, Kimmy sudah menemukan tempat yang dimaksud Niko. Mobil Nissan X-trail hitam pekat milik Niko diparkir di pinggir lapangan sepak bola.
"Elolangsung ke bandara naik taksi ini aja," kata Kimmy begitu turun dari taksi yang ditumpanginya.
"Elo"" Niko kelihatan bingung ketika didorong masuk ke taksi oleh Kimmy. "Terus, elo""
"Gue tungguin mobil elo. Tenang aja. Pokoknya, elo cepet-an jemput Nisye, terus ajak dia ma kan malam di mana aja, anterin dia pulang, setelah itu baru elo ke sini."
"Elo ... nungguin mobil gue" Elo
"Udahlah," ujar Kimmy lalu menutup pintu taksi. "Ke airport ya. Pak!" tukasnya pada sopir taksi lewat jendela depan. Tak lama kemudian, taksi itu berputar balik, lalu meluncur pergi.
Kimmy menarik napas sejenak. Hmmm, aneh! gumamnya dalam hati. Rasanya lega kalo gue bisa nolongin Niko. Walaupun pada akhirnya gue tau, semuanya itu bukan untuk gue. Aneh!
Kimmy menghampiri mobil Niko. Dibukanya pintunya yang nggak terkunci, lalu duduk di kursi depan. Sejenak ia melihat-lihat ke sekeliling bagian
dalam mobil itu. "Nggak masuk akal!" Kimmy mulai ngomong sendiri. "Masa mobil segini bagus bisa mogok" Yang bener aja" Ini mobil mahal, kan"" katanya sambil mencoba memutar-mutar kunci mobil yang masin tergantung di tempatnya. Nggak ada reaksi. Mobil itu benar-benar nggak bisa di-nyalakan mesinnya.
"Eh, bunganya ketinggalan," ujar Kimmy ketika melihat seikat mawar merah di jok belakang mobil. Diambilnya bunga itu lalu didekatkan ke hidungnya. "Hmmm ... masih segar. Sayang Niko lupa bawa bunga ini buat Nisye. Kalo nggak, pasti Nisye suka sekali," lanjut Kimmy sambil meletakkan kembali bunga itu ke kursi belakang.
Kimmy merebahkan punggungnya ke sandaran jok mobil yang empuk. Angin malam yang bertiup pelan membuat Kim-my ingat kembali dengan kele tihannya. Rasa ngantuknya ka-rena kurang tidur tadi malem belum terbayar. Siang tadi, wa-laupun tokonya sepi, ia nggak bisa meninggalkan kerjaannya. Banyak nota-nota tagihan yang harus segera dibereskannya dalam minggu ini.
"Huaaahm ...," Kimmy menguap panjang. Pelan-pelan ia memejamkan matanya. Ketika ia hampir tertidur, nggak tahu kenapa, tiba-tiba muncul bayangan wajah Niko sedang ter-tawa bersama seorang cewek. Dan ... cewek itu kelihatan begitu bahagia, bercanda dengan Niko di sampingnya. Ia tertawa sampai kelihatan gigi putihnya yang rapi.
"Niko ...," panggil Kimmy dengan mata yang langsung terbuka lebar. Sambil menelan ludah
berkali-kali, Kimmy berusaha menenangkan perasaannya.
Gue mau jadi sahabat elo. Gue mau nolongin elo. Apa aja, asal elo bahagia. Tapi hati gue rasanya sakit banget kalo inget elo sekarang lagi
duduk ama orang lain. Gue mau elo duduk di samping gue. Becanda ama gue, tertawa bareng gue. Bukan ama orang lain.
Kimmy meremas tangannya sendiri. Dadanya dipenuhi gemuruh rasa cemburu dan kecewa yang dalam.
"Niko ...," panggilnya lirih.
Jetz Cafe ... NIKO sedang duduk semeja dengan Nisye di Jetz Cafe yang terkanal dengan makanan Itali. Di depan hidangan yang hampir semuanya berbau keju, Niko makan dengan perlahan tanpa banyak bicara. Nisye justru tampak sangat menikmati pesan-annya. Mungkin, ia betul-betul lapar karena menunggu cukup lama di bandara tadi.
"Kenapa"" tanya Nisye sambil memotong daging asap di piringnya.
"Apanya"" balik Niko.
"Elo kelihatan nggak tenang. Nggak seperti biasanya."
Niko tersenyum. "Nggak ada apa-apa, kok," sahutnya sambil meneguk minuman di gelasnya.
"Jangan bohong. Malam ini, elo bukan Niko yang biasanya gue liat," ucap Nisye dengan gaya bicara yang santai.
"Yaaa ... ada sih, sedikit yang gue pikiran. Tapi ... bukan masalah besar."
Niye tersenyum, "Ya udah, kalo elo nggak mau bilang sekarang." Nisye ikut meneguk minumannya. "By the way, thanks ya, udah mau jemput gue. Mobil elo sekarang gimana, dong""
"Hm ... iya, mobil gue mogok."
"Iya, gue tau mogok. Elo udah bilang tadi. Terus, sekarang ada di mana""
"Hm gue titipin di depan rumah orang," jawab Niko berbohong. "Gue minta tolong dia jagain mobil gue."
"Kamu bayar berapa"" tanya Nisye.
"Nggak. Nggak bayar."
"Baek banget orang itu. Jarang-jarang ada o-rang kayak begitu zaman sekarang."
Niko terdiam. Dia emang baek, ucapnya, tapi cuma dalam hati. Dari tadi ia terus memikirkan Kimmy yang ia tinggal sen-dirian di mobilnya. Di sana agak gelap. Belum lagi, tempat itu sepi kab sudah malem. Kimmy gimana, ya" Dia takut nggak" Dia udah makan belum" Ah, kenapa tadi gue biarin dia sendirian di sana" sesalnya dalam hati.
"Ada janji"" tanya Nisye ketika melihat Niko beberapa kali melihat ke jam tangannya.
"Eh ... nggak, sih," sahut Niko tergagap. "Nis, gue anterin elo pulang, ya. Elo pasti capek seharian
di pesawat, kan"" tawar Niko begitu melihat piring Nisye bersih.
"Iya. Gue perlu tidur. Badan gue pegel semua."
Tak lama kemudian, Niko memanggil salah seorang pelayan Jetz Cafe. Selesai membayar dan keluar dari sana, ia buru-buru mengantar Nisye pulang.
NIKO turun dari taksi, lalu setengah berlari, ia menghampiri tempat mobilnya diparkir. Di sekitar lapangan sepak bola itu nggak ada siapa-siapa. Suasananya kelihatan sangat sepi dan gelap.
Bahkan, lampu jalan pun nggak ada. kalaupun ada,
se-dikit sinar, itu asalnya dari lampu petromaks milik penjual rokok yang jaraknya kira-kira lima belas meter dari sans.
"Kim ...," panggil Niko sambil mengetuk pintu mobilnya.
"Elo udah dateng"" sahut Kimmy begitu membuka pintu.
"Elo nggak apa-apa" Kenapa jendelanya nggak dibuka" Elo nggak kepanasan di dalem"" tanya Niko agak cemas.
"Tadi gue buka, tapi nyamuknya banyak banget. Tangan gue sampe bentol-bentol digigitin," kata Kimmy sambil menggaruk-garuk tangannya yang merah karena gigitan nya-muk.
Niko berjalan ke sisi lain mobilnya, lalu masuk dan duduk di belakang setir. "Nih!" katanya sambil menyodorkan bung-kusan kertas cokelat yang dari tadi dipegangnya.
"Apa ini"" tanya Kimmy.
"Burger ama cola, Elo belum makan, kan"" sedor Niko.
"Elo nggak makan"" tanya Kimmy seraya membuka bungkusan.
"Gue udah makan tadi. Sekarang udah hampir jam se-puluh. Elo cepetan makan, gih."
Tanpa disuruh dua kali, Kimmy langsung menikmati burgernya dengan lahap. "Gimana" Dia tadi nunggunya kelamaan, nggak"" tanyanya de- ngan mulut penuh.
"Terlambat setengah jam. Tapi gue udah say sorry," kata Niko sambil memperhatikan Kimmy makan.
"Dia marah, nggak"" Kimmy menyedot cola. Niko menggeleng, "Nggak kayaknya." Sebentar kemu-dian, Niko tersenyum geli.
"Kenapa"" tanya Kimmy heran. "Apanya yang lucu""
"Elo laper, ya""
Kimmy tersenyum malu sambil terus mengunyah. "Perut gue keroncongan tadi. Untung elo inget beliin gue makanan. Thanks, ya."
"Gue yang harusnya bilang thanks. Gue nggak seharusnya ninggalin elo di sini."
"Nggak apa-apa, kok. Ngg
ak usah sungkan." "Waktu gue telepon elo tadi, gue lagi bingung
banget. Tapi, gue nggak bermaksud nyuruh elo jagain mobil gue sampe malem kayak gini," jelas Niko.
Kimmy memasukkan potongan terakhir ke mulutnya. "Udahlah. Nggak pa-pa. Nggak usah dibahas! Oh ya, bunga-nya tadi ketinggalan," ujar Kimmy sambil menunjuk ke kursi belakang.
Niko menoleh ke belakang. "Gue malah nggak inget sama sekali kalo tadi sempat beli bunga," kata Niko sambil tangan-nya terulur mengambil seikat mawar yang te*geletak di jok mobil. "Bagus, nggak""
"Bagus-bagus," sahut Kimmy. "Warnanya bagus banget."
"Buat elo aja, deh!" Niko menyodorkan bunganya pada Kimmy.
Kimmy berhenti menghirup cola, "Kok, untuk gue""
"Elo nggak mau""
"Mau, sih. Tapi ... itu buat Nisye, kan""
"Sebagai tanda trims gue ke elo karena udah mau nolongin gue. Anggap aja ini ... hm ... bunga persahabatan. Gimana"" tanya Niko masih dengan mawar di tangannya.
Kimmy menerima bunga itu. Bunga persahabatan" Kalo bunga itu untuk Nisye, bunga apa namanya"
"Hm ... kenyang deh, gue!" ujar Kimmy sambil menepuk-nepuk perutnya. "Gimana kabar Nisye"" tanya Kimmy sambil mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Niko.
"Yaaa ... masih sama seperti dulu. Tetap baik,
cantik, ramah, nggak ada yang berubah."
Ada suatu rasa yang lain di hati Kimmy ketika Niko me-nyebut semua kelebihan Nisye. Kimmy menarik napasnya pe-lan. "Dia seneng kan, waktu liat elo jemput dia""
"Hm ... gue nggak tau."
"Lho, kok, nggak tau""
"Menurut gue, ya dia biasa aja. Dia seneng a-pa nggak seneng, gue taunya dari mana""
Kimmy menggelengkan kepalanya. "Elo emang betul-betul perlu belajar banyak tentang cewek!"
"Gue kuper, gitu maksud elo""
"Bukan kuper sih, tapi ... kurang peka terhadap perasaan wanita. Seharusnya elo tau dong, da seneng nggak waktu liat elo dateng jemput dia. Kan, bisa kelihatan dari ekspresi mukanya! Dan satu lagi kesalahan elo. Kenapa elo bisa sampe lupa ngasih bunga ke dia" Pemberian kecil dari seorang cowok itu sangat berarti bagi wanita, tau!" jelas Kimmy panjang lebar.
"Emang sih, gue salah. Elo tau sendiri, gue terburu-buru tadi," jawab Niko. "Tapi ... kenapa mesti bunga, sih""
"Maksud elo""
"Kenapa kebanyakan cowok kalo mau ngasih sesuatu ama cewek, pasti ngasihnya bunga atau ... cokelat. Kenapa nggak yang lain""
"Misalnya""
"Misalnya, hm ... apa ya" Sunkist misalnya"" Kimmy terdiam sejenak. Sunkist" Aneh! Ini o-rang suka banget ama yang namanya sunkist.
Kenapa, sih" "Kayaknya, slogan say it with flower udah harus diganti. Nggak kreatif banget sih, kalo setiap cowok harus ngasih barang yang sama ama ceweknya. Kalo nggak bunga, ya cokelat," lanjut Niko.
"Bunga kan indah, harum lagi," ucap Kimmy. "Kenapa sih, elo suka banget ama sunkist""
Niko kelihatan sedikit kaget waktu mendengar pertanyaan Kimmy. "Nggak juga. Hmmm ... sunkist juga indah. Warna orange-nya bagus. Menurut gue, sunkist justru kelihatan lebih cerah, ceria ama ... hmmm ... gembira! Iya, kan""
Kimmy tertawa, "Baru sekarang gue ketemu cowok bisa mikir sampe jauh begitu. Hm ... boleh juga sih, say it with sunkist!"
"Tuh! Bagus, kan" Keren, kan"" Niko senang idenya di-dukung sama Kimmy. "Wah, gue bayangin, misalnya ada se-orang cowok berlutut di samping ceweknya. Dia mau bilang kalo dia cinta ama cewek itu, tapi dia nggak bawa bunga, dia bawa sunkist," ucap Niko berimajinasi. Kedua tangannya di-angkat ke atas seakan-akan menggenggam sebuah sunkist yang ingin diberikan kepada seseorang.
"Elo udah pernah ngasih sunkist ama cewek"" tanya Kimmy tiba-tiba.
"Apa"!" tanya Niko terkejut lagi. "Nggak pernah."
"Kenapa"" "Mau ngasih ke siapa"" tanya Niko balik.
"Hm ... ya Kali ini Kimmy yang
gelagapan. "Kan, elo bisa ngasih ke Nisye""
"Ya. Mungkin. Tapi ... menurut gue, dia lebih suka dikasih bunga daripada sunkist."
"Lho, gimana, sih" Elo pengin ngasih sesuatu yang baru, yang berbeda, kan""
Niko diam lalu tersenyum, "Iya. Sesuatu yang berbeda, tapi ... untuk seseorang yang berbeda juga."
Kimmy penasaran, "Berbeda gimana""
"Seseorang yang lain dari yang lain. Seseorang yang bisa membuat gue merasakan sesua
tu yang nggak pernah gue rasain kalo gue ada bersama orang lain."
"Perasaan seperti apa"" Kimmy benar ingin tahu. "Yang elo mau""
Niko diam agak lama. Keningnya sedikit berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu. "Yang pasti, sesuatu yang indah. Elo pernah nggak, ngebayangin sesuatu yang indah itu seperti apa""
"Hmmm ... gue nggak ngerti ...."
"Maksud gue, hm ... begini," ucap Niko seraya membe-tulkan posisi duduknya. Ia membalikkan badannya dan berhadap-hadapan dengan Kimmy. "Coba elo tutup mata elo!"
"Hah"!" Kimmy makin bingung.
"Udah. Pokoknya tutup mata elo," kata Niko lagi. Ia me-naruh sebentar telapak tangannya di kedua mata Kimmy. Maksudnya, supaya Kimmy segera memejamkan matanya.
"Terus"" tanya Kimmy dengan mata tertutup.
"Elo bayangin sesuatu yang indah ... sesuatu
yang pengin elo rasain, sesuatu yang bisa buat elo tertawa, bahagia instruksi Niko seperti sedang menghipnotis Kimmy.
Kimmy tersenyum kecil sambil matanya masih tetap terkatup.
"Udah"" tanya Niko.
Kimmy menggeleng. "Coba lagi. Elo tenangin pikiran elo ... terus, biarin imajinasi elo bebas. Elo pengin ke mana, elo pengin melakukan apa ... bayangin itu semua."
Kimmy mencoba melakukan seperti yang Niko katakan. Ia terdiam dalam gelap selama beberapa waktu. Sementara itu, Niko masih menunggu persis di depan wajahnya.
"Ya," sahut Kimmy lirih.
"Udah"" Kimmy mengangguk. "Di mana" Elo lagi ngapain"" "Gue ... gue terbang Niko tersenyum, "Terus""
"Tangan gue terbuka lebar. Gue terbang ... di langit. Anginnya kencang. Awannya ... putih kayak kapas. Gue ... ihat dari atas ... lautan biru di bawah sana. Gunung-gunung ... padang rumput hijau
Niko menarik napas dalam-dalam. Wajah Kimmy begitu dekat dengan wajahnya. Ditatapnya wajah lembut itu lekat-lekat. Keningnya, matanya, hidungnya, dan bibirnya. Tiba-tiba, perasaan rindu menyerbu masuk ke setiap ruang hatinya. Aneh! Bagaimana mungkin, gue bisa begitu rindu ama seseorang yang ada di depan mata gue. Yang
nggak jauh dari gue. Yang embusan napasnya bisa gue rasakan di wajah gue. Bagaimana mungkin rindu datang di saat seperti ini" pikir Niko.
"Udah boleh buka mata"" tanya Kimmy.
"Eh ... iya, boleh," sahut Niko hampir lupa. Kimmy membuka matanya, yang langsung disambut dengan sorotan mata Niko yang teduh. Mereka bertatapan beberapa saat.
"Kenapa"" tanya Kimmy lirih.
"Apanya"" "Kenapa elo tersenyum terus""
Senyum Niko makin terkembang. "Gue nggak sadar kalo dari tadi gue tersenyum," jawab Niko tanpa mengalihkan matanya sedikitpun. "Gue seneng, udah bisa buat elo melihat keindahan."
Kimmy terkesiap mendengar kalimat Niko yang terakhir. Apa arti kalimat itu" tanyanya dalam hati. Jangan-jangan, elo bisa membaca apa yang gue imajinasikan tadi, pikir Kimmy cemas. Ia segera menarik pandangan matanya dari Niko, lalu membalikkan tubuhnya ke arah depan. Tak lama kemudian, Niko juga membalikkan badannya. Mereka nggak lagi duduk berhadapan.
Beribu pertanyaan berkecamuk dalam hati Ni-ko. Apa dia tau, kalo gue tadi mengamati wajahnya dan itu membuat perasaan gue berbeda" Apa dia bisa merasakan rindu yang berdesir di dada gue" Dan ... apa dia tau, kalo sekarang ini, cuma dia satu-satunya cewek yang pengin gue kasih ... sunkist" tanya Niko dalam hati.
Kimmy sendiri larut dalam lamunannya. Apa
dia tau, keindahan yang gue khayalkan tadi" Terbang di langit ... bersama dia" Apa dia tau" Nggak mungkin, kan"
Mereka menghadap ke kaca depan tanpa bicara sepatah kata pun. Malam yang semakin larut. Bulan yang bersinar terang. Angin yang sebentar-sebentar bertiup kencang. Cinta dalam kebisuan. Rasa sayang dalam keheningan. Sampai kapankah keindahannya dapat bertahan"
Kimmy 's Diary ... TADI itu bener-bener asyik banget. Duduk berdua ama Niko. Gue pengin lagi seperti itu. Duduk berdua ama Niko. Tapi, mungkin jalan ceritanya nggak sama persis kayak tadi. Mungkin seperti ini -
Aku duduk berdua denganmu.
Hanya kita, nggak ada yang lain.
Hanya berdua. Di dalam mobil ....
Ketika itu semoga diluar hujan sangat deras.
Aliran airnya menghias kaca jendela.
Udaranya dingin ... menyejukkan. Aku dan kamu .... Nggak ada yang mengganggu kita ...
Nggak ada yang menemukan kita ...
Aku bisa menatap wajahmu, matamu ...
sepuasnya. Aku bisa merasakan embusan napasmu.
Aku bisa menikmati harum tubuhmu.
Mungkin dengan diiringi lagu paling
romantis .... Lagunya Peabo Bryson ....
Tonight I celebrate my love for u ...
and It seems the natural thing to do
Tonight no one's gonna find us
We leave the worlds behind us ....
Tonight I celebrate my love for u
There's no be distance between us
What I want most to do Is to get close to u
Bisakah mimpi ini jadi kenyataan" Maybe tonight ....
NB: Ya Tuhan..., ternyata gue bisa juga bikin puisi, ya" Aneh ya" Kalo gue kangen ama seseorang, gue jadi gampang banget nulis syair puisi.
Bab 9 Nisye di Mal MASIH dengan mata tertutup, Niko meraih gagang telepon yang ada di meja samping tempat tidurnya.
"Ya. Halo," sahutnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Sehabis ngobrol lama dengan Kimmy kemarin malam, Niko memanggil orang bengkel dan harus menunggu satu jam lebih sampai mobilnya selesai diperbaiki. Nggak he-rar, siang begini ia masih mengantuk dan matanya terasa berat untuk dibuka.
"Niko" Baru bangun"" suara Nisye di seberang.
"Udah hampir jam sebelas, elo baru bangun" Elo sakit""
"Hm ... nggak. Kenapa, Nis"" jawab Niko yang hafal de-ngan suara Nisye.
"Mobil elo gimana" Kemarin malem gue telepon ke ru-mah, nggak ada orang. Handphone elo juga nggak aktif. Elo ke mana aja""
Niko menarik napas perlahan, lalu membuka matanya. "Nggak ke mana-mana. Cuma nungguin mobil gue sampe orang bengkelnya datang."
"Sampe jam berapa kemaren""
"Hm ... jam berapa, ya" Hampir jam dua belasan kali."
"Hah"! Kok, malem banget""
Niko menarik badannya lalu duduk bersandar di tempat tidurnya. "Iya. Orang bengkelnya datangnya emang agak malem."
"Kenapa nggak call gue" Kenapa elo nggak pake bengkel yang laen aja"" tanya Nisye lagi.
"Gue udah langganan ama bengkel itu. Yang punya, temen baek gue juga," kata Niko. "Elo di mana, Nis""
"Terus, elo pulangnya ama siapa kemaren"" ucap Nisye nggak menggubris pertanyaan Niko.
Niko agak enggan menjawab pertanyaan Nisye yang ini. "Ama temen gue."
"Yang nungguin mobil elo""
"Iya." "Siapa"" Niko menarik napas lagi. "Elo nggak kenal." Nisye diam, agak nggak puas dengan jawaban
Niko. "Elo di rumah"" lanjut Niko merasa nggak enak. "Iya."
"Ada rencana apa hari ini"" "Tadinya gue mau minta tolong elo." "Minta tolong apa""
"Mau nggak, anterin gue ke mal," tanya Nisye penuh harap.
Niko berpikir sebentar, "Jam berapa" Ngapain ke mal"" ujar Niko sambil menguap. "Elo masih ngantuk, ya"" "Sedikit."
"Hmmm ... jadi, elo nggak bisa nganter gue"" ulang Nisye.
Niko diam lagi. "Bisa aja," sahutnya.
"Elo jemput gue, ya," kata Nisye kelihatan senang. "Jam dua belas bisa" Sekalian makan siang bareng."
"Ya udah," jawab Niko datar.
"Oke, deh. Kalo gitu, gue tunggu, ya."
"Oke. Bye." Selesai menutup telepon, bukannya langsung mandi, Niko malah kembali menutup wajahnya dengan bantal. Maksud hati, cuma mau rebahan sebentar. Nggak taunya, ia tertidur dan baru bangun lagi setelah jam sudah menunjukkan pukul setengah satu. Dengan secepat kilat, Niko bangkit dari tempat tidurnya lalu masuk ke kamar mandi. Lima belas menit kemu-dian, ia meluncur dengan mobilnya ke rumah Nisye.
"Kok, telat, sih"" tanya Nisye begitu naik ke mobil Niko.
"Sori. Gue ketiduran lagi tadi," jawab Niko merasa ber-salah. "Kita makan dulu, ya""
"Mau makan di mana"" kata Nisye sedikit terhibur men-dengar ajakan Niko. "Di Fire Steak, mau""
"Boleh. Terserah elo aja," sahut Niko konsentrasi dengan ruas jalan di depannya.
"Abis makan nanti, gue mau creambath bentar. Elo nungguin nggak apa-apa, kan""


Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Niko terus mengemudi. "Mungkin, sekalian pedicure ama manicure, Elo bisa creambath juga kalo elo mau. Gimana"" Niko nggak menjawab. "Hei, denger nggak, sih""
"Hah"! Apa"" Niko menoleh sekilas. "Apa elo bilang tadi""
Nisye menarik napas. "Elo kenapa, sih" Ngela-mun melulu."
"Sori. Sori. Gue lagi nyari jalan yang nggak macet supaya cepet nyampe. Uda
h jam segini, elo kan, belum makan siang. Elo nanya apa tadi""
"Gue mau creambath. Elo mau juga""
"Nggak, ah. Elo aja."
"Kalo nunggunya lama" Nggak apa-apa""
"Nggak apa-apa," jawab Niko lirih.
Kenyataannya nggak begitu. Selesai makan siang di Fire Steak, Nisye masuk ke Peter Saerang Salon. Baru menunggu Nisye yang lagi konsultasi dengan stylist-nya, Niko langsung ngantuk lagi. Niko duduk manunqqu sambil membolak-balik majalah yang ada di meja tunggu. Beberapa kali ia melihat ke jam tangannya berharap Nisye cepat selesai.
Ternyata, Nisye nggak jadi creambath, ia mengeriting ram-butnya mengikuti model terbaru yang ditawarkan si stylist tadi. Jadi, Niko bukan hanya menunggu sekitar dua jam seperti perkiraannya, tapi tiga jam lebih.
Diapain sih, tuh rambut" Kok, lama banget" gerutu Niko mulai bosan menunggu. Kalau tau segini lamanya, mendingan gue balik dulu, terus gue jemput dia lagi nanti.
Niko mengamati, sejak tadi, sudah sebelas o-rang bergan-tian duduk di sampingnya. Semua majalah yang ada juga sudah habis dilihatnya dan
dua botol minuman sudah habis dimi-numnya, tapi Nisye belum juga kelar.
Sampe jam berapa, nih" desah Niko mulai nggak sabar. Kalo nunggu sambil diem begini, gue bisa jamuran. Mending kalo ada teman yang bisa diajak ngobrol kayak kemaren, ucapnya dalam hati, tiba-tiba ingat Kimmy.
DI rumahnya, Kimmy lagi sibuk membantu Erlynn yang sedang belajar make-up. Gara-gara mau masuk sekolah teater, Erlynn jadi suka dandan sekarang. Rencananya untuk membuka stan juice buah, tiba-tiba dilupakan begitu saja. Kalau kemarin-kemarin Erlynn rajin mengumpulkan resep minuman yang ada di majalah, belakangan, hobinya itu ditinggalkan. Sekarang, Erlynn lebih banyak membaca dan mencari berita tentang artis-artis muda yang mulai naik daun. Bukan hanya itu, ia juga mencoba menirukan gaya rambut dan penampilan selebritis yang sering ia lihat di teve.
"Kayaknya, blush-on-nya nggak kelihatan. Tambahin dikit dong, Kim," ujar Erlynn seraya mengamati wajahnya di cermin.
"Aduh, Lynn ... masa segini kurang merah"" "Kan, sekarang emang lagi ngetren pake blush-cn merah cerah!" jawab Erlynn sambil memulaskan kuas blush-on ke pipinya.
"Waduuuh, Non Erlynn jadi cakep, lho," puji Bi Umi yang jadi asisten Kimmy. Dari tadi, ia ikut repot membantu Kimmy mendandani Erlynn. "Kayaknya, Non Kimmy bisa buka salon, nih."
"Tuh, Bi Umi aja bilang bagus," sahut Erlynn senang. "Kurang apa Bi"" tanyanya sambil menghadapkan wajahnya ke arah Bi Umi.
"Kalo gue bilang sih. pemerah pipinya kebanyakan. Jadi, kelihatan norak!" sahut Kimmy spontan. "Yang gue bikin tadi udah pas. Elo sih. pake nambah-nambahin lagi."
"Ini lagi model, Kim. Tenang aja. Bi Umi aja tau, masa elo nggak""
"Tapi emang sih sela Bi Umi.
Erlynn menoleh ke Bi Umi. "Tapi apa""
"Itu lho kalo dari deket, ngeliat muka Non Erlynn kayak ..."
"Kayak apa"" tanya Erlynn penasaran.
"Kayak abis dipukulin, gitu lho," sahut Bi Umi polos.
"Hahaha tawa Kimmy meledak. "Tuh kan, gue bilang juga apa"!"
Diketawain begitu, muka Erlynn langsung cemberut. "Gi-mana sih, Bi Umi ini" Tadi bilang bagus, sekarang bilang kayak abis dipukulin. Mana yang bener""
"Ya ... saya bingung. Saya pikir, emang model terbaru sekarang yang kayak gitu. Merah-merah kayak abis ditinju."
"Udah. Nggak usah ngasih komentar lagi. Bikin gue bi-ngung aja," ucap Erlynn sambil mengusap pipinya pelan-pelan dengan tisu.
Bi Umi keluar dari kamar ketika didengarnya suara dering telepon. Tak lama kemudian, ia kembali. "Non, Erlynn, ada telepon dari Dodo," ujarnya.
"Iya. Iya," jawab Erlynn yang berjalan keluar masih sambil mengusap-usap pipinya.
"Dasar keras kepala," kata Kimmy sambil membereskan perlengkapan make-up-nya. "Udah didandanin bagus-bagus eh ... malah dirusak."
Handphone Kimmy berbunyi. Kimmy yang suka lupa tempat menaruh HP, langsung menoleh kanan-kiri mencari asal suara. Begitu melihat HP-nya yang tergeletak di atas tem-pat tidur, Kimmy langsung meraihnya. Ada SMS dari Niko.
-Kmrn pulangnya kemaleman. Sori ya. Lg ngapain" Gue lg boring.
Kimmy tersenyum. Ia senang setiap kali menerima SMS dari
Niko. -Boring knp" Lg di mn"
Niko membalas. -Lg nungguin Nisye di salon.
Lama banget. Ga da temen ngobrol.
Bosen. Nungguin Nisye di salon" gumam Kimmy dalam hati. Sebersit rasa cemburu timbul di hatinya.
SMS Niko: -Udh dibaca semua. Blm jd cwek gue. Kan blm jadian.
Hrsnya tadi, gue plg dl aja ya.
SMS Kinmy: -Jgn dong, nanti Nisyenya marah, lho. Blm jadian" Kalo udah" Kau nungguin"
SMS Niko: -Ga tau. Abisnya lama bgt. elo kalo ke salon lama jg"
SMS Kimmy: -Cinta kan, bikin sehari srsa sejam. Setahun srsa sehari. Enjoy aja!
Mata Niko membaca ulang SMS balasan dari Kimmy yang terakhir. Sehari serasa sejam" Setahun serasa sehari" pikirnya dalam hati. Iya. Seharusnya emang begitu. Tapi ... gue nggak pernah merasa begitu dengan Nisye. Jadi, kenapa selama ini gue berpikir, gue itu jatuh cinta sama Nisye" Padahal, waktu-waktu yang gue lalui bersama dia terasa biasa saja. Bahkan, kadang-kadang membosankan seperti siang ini.
Niko termenung sambil menggenggam HP-nya. Ia bingung bagaimana harus membalas SMS Kimmy. Apa Kimmy berpikir gue itu udah pacaran ama
Nisye" Tapi, gue udah bilang, gue belum jadian. Lho" Kok, gue jadi berpikir seperti ini, sih" Emang kenapa kalo Kimmy pikir gue udah jadian ama Nisye" Apa bedanya" pikir Niko lagi semakin nggak mengerti.
Niko sedikit tersentak waktu HP-nya berburyi. Rupanya, Kimmy menunggu balasan SMS darinya.
-Abis pulsa" Kok, ga bls"
Ya udh. Yg penting, jgn boring lg.
Niko buru-buru mengetik SMS balasan.
-Ntar malem kmana" Mau temenin gw" Ocean Cafe. Baru buka. Mau" Kalo mau jam 7 gue jemput.
Setelah mengetik, Niko terdiam sambil memandangi screen HP. Kimmy mau nggak, ya" tanyanya dalam hati. Wa-laupun ragu-ragu, akhirnya Niko jadi juga mengirim pesannya. Ketika beberapa menit kemudian HP-nya berbunyi lagi, cepat-cepat dibacanya SMS balasan dari Kimmy.
-Ocean Cafe" Namanya bagus. Boleh aja.
Niko tersenyum lega. Perasaannya melambung senang mendengar jawaban Kimmy.
"Yuk, Nik," ucap Nisye yang mendadak ada di depannya.
Niko segera berdiri. "Oh, udahan ya""
"Bagus nggak" Pantes nggak"" tanya Nisye sambil meng-gerak- gerakkan kepalanya memamerkan rambutnya yang baru selesai dikeriting.
Niko mengangguk. "Lumayan," sahut Niko pen
dek. Nisye tersenyum. "Yuk, jalan!" ajak Nisye. "Oh ya, ada butik punya teman mama di lantai tiga. Kita mampir bentar, ya""
"Tapi ...," wajah Niko kelihatan keberatan.
"Kenapa"" tanya Nisye mengerutkan keningnya. "Elo ada acara""
"Hm kita udah dari tadi siang di sini. Gimana kalo laen kali kita datang lagi""
"Bentar aja, kok. Udah nyampe sini. Tanggung, kan" Te-nang aja. Gue nggak capek, kok," tukas Nisye sambil melangkahkan kakinya.
Niko yang ada di sampingnya nggak bisa berbuat apa-apa. Mau tak mau ia harus mengantar Nisye. Wah, bakal ter-lambat gue nanti, ujarnya dalam hati. Gue yakin, Nisye bakal lama di butik nanti. Nisye, paling demen belanja baju. Duuuh, gimana dong gue ngomong ke Kimmy"
Apa yang dikhawatirkan Niko ternyata benar. Cukup lama Niko harus menunggu Nisye memilih koleksi baju-baju impor. Nisye juga meminta Niko memberi komentar satu demi satu baju yang dicobanya, can ini membuat Niko makin nggak sabaran. Yang bisa ia lakukan cuma berkali-kali melirik jam tangannya sambil berharap Nisye segera selesai.
Jam setengah delapan, Nisye dan Niko keluar dari mal. Selesai mengantar Nisye pulang, Niko cepat-cepat kembali ke rumah untuk sekedar mandi dan ganti pakaian. Setelah itu, ia buru-buru tancap gas ke rumah Kimmy.
LEBIH dari satu jam Kimmy menunggu di kamarnya. Dari tadi ia bolak-balik ke jendela melihat kalau-kalau Niko sudah datang.
"Udah jam segini, tuh orang nggak nongol-nongol," gerutu Kimmy sambil melepas sepatunya. "Kaki gue udah pegel!"
"Eh jangan dilepas dulu. Nanti kalo temen-nya Non Kimmy datang, gimana"" ujar Bi Umi yang menemani Kimmy di kamar.
"Mana, Bi" Sekarang aja udah hampir setengah sembilan. Udah malem begini, pasti nggak jadi deh," keluh Kimmy melempar tas tangannya begitu saja. "Si Erlynn udah enak-enakan pergi ama si Dodo. Gue" Uuuh ... payah
!!!" sambung-nya seraya hendak melepas gaunnya.
"Lho"! Jangan ganti baju dulu," tahan Bi Umi.
"Aaah ... capek gue nunggunya." Kimmy nggak meng-gubris. Gaunnya dilepaskan, lalu ia berjalan ke arah lemari untuk mencari baju ganti.
Tiba-tiba, terdengar suara klakson mobil di luar
sana. Kimmy langsung terdiam. Bi Umi juga. "Tuh, kan"! Udah dateng, Non," kata Bi Umi yakin.
"Hah"! Aduh Bi, tolongin Kimmy pake baju. Ayo cepet, Bi!" ujar Kimmy.
"Makanya ... dikasih tau nggak percaya," celoteh Bi Umi sambil menolong Kimmy memakai gaun yang tadi dilepasnya.
"Tolong tasnya, Bi," ujar Kimmy terburu-buru mengena-kan sepatu hak-tingginya. Setelah mengambil tasnya, ia keluar menuruni tangga. "Bye-bye, Bi!" teriaknya.
"Sori," kata Kimmy begitu membuka pintu.
"Gue yang sor ..." Kalimat Niko terputus ketika kepala-nya terangkat dan melihat penampilan Kimmy.
Kimmy mengenakan gaun malam kombinasi bahan chiffon hitam dan beludru merah. Gaun dengan model pas badan dan potongan leher rendah. Ultra feminine and sexy! Ditambah sepatu bertali dan clutch bertali pendek, membuat penampilan Kimmy jadi benar-benar berbeda.
"Gue nggak pantes pake baju ini, ya"" tanyanya malu-malu.
Niko menggelengkan kepalanya masih dengan wajah ter-pana. "Pantes, kok. Pantes banget," sahutnya spontan. Sekali lagi, ia mengamati Kimmy dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Udah" Yuk!" panggil Kimmy. "Oh ... eh, iya. Yuk!" jawab Niko baru sadar dari tadi ia nggak berhenti menatap Kimmy. Sweet
Kimmy ... really sweet and nice! sambungnya dalam hati.
Ocean Cafe ... OCEAN Cafe benar-benar punya suasana yang berbeda dibanding dengan kafe lainnya. Kafe yang satu ini dirancang dengan kombinasi interior modern dan natural. Tempat makan dan bersantainya adalah tenda-tenda dengan kain penutup warna putih dan biru. Di setiap tenda, ada kursi dan meja makan dengan lilin-lilin kecil beraroma wangi. Tenda-tenda tersebut melingkar mengelilingi satu bagian ruangan terbuka yang disebut romantic island. Ruangan ini dipakai untuk pemain musik, singers yang menyanyikan lagu-lagu romantis dan juga tempat melantai para pengunjung. Bentuknya seperti taman buatan dengan kesan sangat alami. Taman dengan alas rumput hijau segar, air mancur kecil, kolam biru dengan bunga-bunga krisan dan lilin terapung di atasnya. Lampu-lampu yang langsung menyorot taman buatan ini mirip sinar bulan dan bintang-bintang di waktu malam.
Nggak heran, begitu masuk ke dalamnya, setiap orang akan berpikir ia sedang berada di suatu padang rumput luas berpayungkan langit malam dengan rumah-rumah kecil yang tersebar di sekelilingnya.
Niko dan Kimmy terpesona melihat pemandangan Ocean Cafe sejak pertama kali melangkahkan kakinya ke dalam.
"Wow!" desis Kimmy perlahan dengan terkagum-kagum.
Niko sendiri sampai nggak bisa berkomentar apa-apa. Ia :erus-menerus mengamati sekelilingnya seakan-akan baru masuk ke suatu planet yang lain.
"Kayak di film-film kartun, ya" Mirip hutan bunga yang lagi dipake pesta ama binatang-binatang," ucap Kimmy sambil matanya tertuju pada beberapa pohon di samping tenda-tenda, yang tangkai-tangkai daunnya dililit dengan lampu kecil warna-warni.
"Duduk di sana, Kim," ajak Niko menunjuk salah satu tenda.
Ketika sampai di pintu tenda, seorang pelayan memberi salam dan menyilakan mereka duduk. Kimmy dan Niko me-naiki tiga anak tangga di depan tenda itu, lalu duduk di dalamnya. Pelayan yang tadi, mengikuti mereka dari belakang untuk menyiapkan meja dan menuangkan minuman ke gelas mereka.
"Mau mencoba menu spesial kami"" tanyanya sopan. "Kami punya bruschetta daging asap, ikan salmon saus keju, dan puding buah peach sebagai penutup."
"Gimana"" Niko meminta pendapat Kimmy. Kimmy mengangguk, "Kayaknya lumayan. Boleh
aja." "Kami pesan dua, ya!" jawab Niko.
"Baik. Paling lama sepuluh menit lagi, makanan siap. Sila-kan menikmati dan kalau ada yang diperlukan, kami siap me-layani," kata pelayan itu lagi.
"Thanks," sahut Niko tersenyum.
Sejenak setelah pelayan tadi meninggalkan mereka berdua, mereka terdiam. Niko yang belum puas menikmati penampilan Kimmy yang agak berbe
da malam itu, terus saja menatap wajah Kimmy. Kimmy sendiri kelihatan gugup dengan tatapan Niko yang lembut. Berkali-kali ia menunduk atau mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Elo suka tempat ini"" suara Niko memecahkan kehe-ningan di antara mereka.
"Ya. Gue suka. Gue baru kali ini nemuin tempat kayak gini."
"Pengunjungnya banyak juga, ya" Padahal belum sebulan dibuka," ujar Niko sambil menoleh ke tenda-tenda lain yang kebanyakan ditempati oleh pasangan muda.
Kimmy ikutan memperhatikan sekelilingnya sambil sekali lagi menghindari sorot mata Niko. "Elo cantik, Kim," puji Niko tiba-tiba
Kimmy tersentak, langsung menoleh ke arah Niko. "Apa""
Niko tersenyum. "Gue bilang ... elo cantik," ulang Niko.
Kimmy tersipu malu. Jantungnya seperti mau meledak mendengar Niko untuk pertama kali memujinya. Cantik" Apa betul gue cantik menurut ukuran dia" Gimana dengan Nisye" Lho, kok, gue
jadi banding-bandingin gitu, sih" ucap Kimmy dalam hatinya.
"Elo nggak marah kan, gue ngomong gitu"" tanya Niko. Ia sedikit merasa bersalah atas ucapannya barusan. Jangan-jangan, Kimmy pikir gue ini cowok nggak bener. Gue udah pernah bilang ke dia, kalo gue lagi pendekatan ama Nisye, masa sekarang gue bilang dia cantik" pikir Niko sedikit cemas.
"Maksud elo"" Kimmy jadi bingung. "Gue kaget aja liat penampilan elo malem ini. Elo nggak marah gue muji elo, kan""
"Kenapa mesti marah"" tanya Kimmy balik. "Elo juga keren!" "Keren""
Ooops! seru Kimmy dalam hati. gue salah ngomong lagi, ya" Tapi ... tapi emang dia keren, kok. Kemeja putih, celana jins, kulit wajah yang putih bersih ... wuih perfect banget! Aduuuh, gimana kalo dia pikir gue sengaja pengin memikat dia" Kan gue udah tau kalo dia lagi deket ama Nisye, seharusnya gue nggak ngomong kayak gitu tadi.
"Elo bilang gue keren"" tanya Niko ingin mendengar pujian Kimmy sekali lagi.
"Hm ... ya. Eh, maksud gue, elo rapi banget malem ini," ucap Kimmy berdalih. "Makanannya udah dateng tuh," sambung Kimmy begitu melihat pelayan mengantarkan pesanan mereka.
Niko dan Kimmy menikmati makanan pesanan mereka hampir tanpa suara. Hanya mata mereka
sesekali beradu dan saat itu terjadi, dada mereka terasa berdesir penuh makna.
Niko mengunyah makanan dengan berbagai pertanyaan menyerbu pikirannya. Kenapa gue jadi ingin berlama-lama duduk deket Kimmy" Kenapa gue takut malem ini cepet berlalu" Kenapa gue pengin menatap matanya terus" Kenapa gue ... tunggu! Tunggu! Apa ... apa ini yang dimaksud Kimmy" Setahun terasa sehari. Sehari terasa sejam. Bener nggak, sih" Apa ... apa ini ... cinta" Cinta" Yang bener aja. Gue kan, jatuh cinta ama Nisye" Gue udah lama menunggu untuk bisa jadian ama Nisye" Oh Tuhan. Kok gue jadi kacau begini"
Kenapa Niko diem aja" Apa sih yang dia pikir-kan" gumam Kimmy dalam hati. Pasti dia lagi mikirin Nisye. Terus, kenapa gue sewot" Wajar dong kalo cowok mikirin cewek yang dia cintai" Justru gue yang nggak wajar! Gue kan harusnya, bantuin Niko jadian ama Nisye" Gue harus bisa membuat Niko nggak ditolak Nisye lagi. Gue harus bisa membuat Niko mendapatkan Nisye. Tapi kok ..." Ih, gue kayak pagar makan tanaman. Gue menghancurkan sesuatu yang harusnya gue jaga. Gue mau merebut sesuatu yang bukan milik gue. Oh Tuhan. Kok gue jadi kacau begini"
Ketika Niko dan Kimmy sibuk berdialog dengan dirinya masing-masing, seorang penyanyi cowok berdiri di stage kecil dan dengan suara merdunya ia melantunkan Born to Love You-nya George Duke.
Begitu mendengar lagu itu, satu demi satu pengunjung yang sedang asyik menikmati
makanannya, menoleh ke tengah-tengah ruangan tempat penyanyi itu berdiri. Ajaib! Lagu itu membuat semua orang yang ada di situ tergoda untuk turun melantai. Dimulai dengan sepasang muda-mudi yang mendahului melangkah ke romantic island. Mereka bertatapan, ... slow dance dengan suasana yang begitu syahdu. Disusul dengan beberapa pasangan lain yang nggak mau kehilangan saat-saat romantis itu.
"Udah"" tanya Niko yang duluan selesai makan. Dari tadi ia memperhatikan Kimmy yang sedang makan dengan tatapannya yang lembut.
Kimmy mengangguk sambil meletakkan sendok dan garpuny
a. Ketika ia menghirup minumannya, lalu mengangkat kepalanya untuk membalas tatapan Niko, sesuatu yang ia takutkan terjadi.
"Slow dance"" ajak Niko dengan suara lirih sambil mengulurkan telapak tangannya ke arah Kimmy.
Kimmy terkesiap. Oh, Tuhan! Gue harus gimana ini" Gue nggak seharusnya menerima tawaran Niko, kan" Tapi ... boleh nggak, kalo sekaliii ... aja. Sebentaaar... aja. Boleh nggak"
"Mau"" ajak Niko lagi dengan suara lebih pelan disertai keraguan. Ia takut membayangkan Kimmy menolak ajakannya untuk melantai.
Kimmy menunggu beberapa detik. Setelah itu, entah ke-kuatan dari mana, tiba-tiba saja ia sudah berada di antara mereka ... bergerak perlahan mengikuti irama lagu. Tatapan mata mereka bertemu di satu titik. Perasaan mereka seperti
tersulap, seolah-olah tak ada lagi yang ingin mereka rasakan selain keindahan malam ini.
Benar! seru Niko dalam hati. Setahun terasa sehari. Sehari terasa sejam. Ini yang gue sebut keindahan! Bener-bener indah. Boleh nggak, semua ini tetep begini" Nggak berlalu" Nggak berubah"
Gue terbang! Persis seperti yang pernah gue bayangkan! pekik Kimmy dengan degup jantung yang nggak teratur. Ia melambung dalam awan cinta yang seputih kapas. Melayang tinggi. Begitu ringan. Menikmati seluruh pemandangan dunia ... dalam gambar wajah Niko yang ada di hadapanrya. Wajah Niko yang meneduhkan seantero jiwanya.
Niko makin dalam memandang. Kimmy pun hanyut ber-sama lagu cinta yang masih mengalun merdu. Mereka me-nyatu dalam denyut cinta yang masih terselubung dalam lautan hati yang begitu dalam. Mereka berpadu dalam kekuatan rindu yang tersimpan di akar jiwa. Akankah rahasia cinta ini ter-ungkap nantinya"
Kimmy 's Diary... BAU parfum Niko, tatapan mata Niko (matanya bersinar kayak ada bintang-bintang di dalemnya), senyum Niko yang bikin "gempa bumi" kecil di jantung gue, slow dance gue yang pertama, Ocean Cafe, romantic island, terbangngng ....
Ya ampun, seumur hidup, gue nggak bakalan bisa lupa peristiwa ini.
Malam ini gue kayak dapet surprise dari Tuhan. Hadiah istimewa, spesial, nggak terlupakan, hebat, luar biasa, super ... atau apa aja deh sebutannya. Pokoknya, hmmm ... it was great!
Gue jatuh cinta. Swear! Gue nggak bisa menghindar lagi. Seluruh ruangan hati gue udah diisi ama cinta-cinta-cinta dan cinta. Rasanya pengin banget teriak manggil namanya keras-k eras, Nikooo ... I love u, really really love u. Wo heng ai ni ... heng ai heng ai ni(Gue sangat sangat cinta ama elo.)... gue sayang elo, gue sayang banget ama elo.
Bab 10 Nggak Happy Ending" Beberapa bulan kemudian ...
KIMMY membuka-buka lembaran buku hariannya. Tangannya berhenti ketika matanya menangkap sebuah puisi tertulis rapi dengan tinta warna biru
Nggak ada seorang pun yang mampu menahan lajunya waktu Hari-hari kemarin rasanya bagaikan mimpi Terjadi hanya sekejap dan hilang ketika aku terbangun.
Meski begitu aku nggak pernah ingin melupakan... Hari di mana kita pertama kali bertemu Melihat wajahmu, matamu, bibirmu,
dan akhirnya mengakui... Ternyata hanya kamu yang kucari selama ini
Kimmy tersenyum sejenak. Ia ingat puisi itu ditulisnya sehari setelah ia bertemu dengan Niko beberapa bulan yang lalu. Sebentar, jari tangan Kimmy bergerak-gerak seperti se-dang menghitung sesuatu. Lima bulan" Udah lima bulan gue kenalan ama Niko" Yang bener aja"
Kimmy menutup buku hariannya, lalu beralih ke tempat tidurnya. Seperti biasa, ia duduk menghadap ke jendela. Kaki-nya dilipat dan dagunya bertumpu di atasnya.
"Hmmm ... masih agak gelap," desis Kimmy melihat suasana jalanan depan rumahnya. Jam di kamar Kimmy baru menunjukkan pukul setengah enam pagi. Sebenarnya masih terlalu pagi buat Kimmy yang sering kena omelan Erlynn karena selalu terlambat membuka toko bukunya. Namun entah kenapa, jam empat dini hari tadi, Kimmy udah terbangun, ia berusaha tidur kembali, tapi nggak bisa. Sampai diputus-kannya, bangkit dari tempat tidurnya dan mencoba membaca ulang diarinya.
Erlynn masih lelap di atas bantal bentuk hati warna pink, kesukaannya. Selimutnya terurai, memperlihatkan kakinya
yang dibalut piyama pink juga. Biasanya, Erlynn bangun pagi sekali. Kecuali kalau ia tidur terlalu larut seperti kemarin malam.
Kimmy tersenyum ingat cerita Erlynn sebelum tidur tadi malam. Dodo baru saja menyatakan cinta padanya. Sesuatu yang emang sudah diduga Kimmy jauh-jauh hari. Hanya, cara Dodo menyampaikan perasaannya kepada Erlynn membuat Kimmy ketawa sendiri kalau mengingatnya.
Dodo membelikan Erlynn sebuah novel. Di dalamnya aca satu bagian cerita ketika si cowok mengatakan kepada si cewek kalau ia jatuh cinta padanya. Si cowok ingin cewek itu menjadi kekasihnya. kalimat "Maukah kamu menjadi milikku"" yang diucapkan si cowok itu, digaris-bawahi dengan spidol warna merah tua. Maksudnya supaya Erlynn menemukan dan me-ngetahui sendiri bagaimana perasaan Dodo padanya.
Ternyata, Erlynn nggak tertarik membaca no-
vel itu. Mung-kin karena ia lebih banyak membaca komik ketimbang novel-novel cinta seperti itu. Akibatnya, novel itu disimpan dalam lemari dan nggak pernah dibaca. Dodo yang nggak sabaran menunggu Erlynn yang nggak pernah menyinggung novel itu, akhirnya marah-marah. Sampai-sampai, Dodo mengatakan Erlynn nggak peka dengan perasaannya. Nggak peduli dengan perasaan orang lain, dan sebagainya.
"Gue mana tau kalo dia itu punya rencana kayak gitu"" cerita Erlynn kemarin malam. "Lagian, ngapain sih, harus pake cara yang aneh-aneh kayak gitu" Ribet banget, ya nggak, sih""
Kimmy tersenyum lagi. Kali ini bukan karena membayang-kan wajah Dodo yang sedang kesal sama Erlynn. Pikirannya melayang pada satu kalimat yang pernah Niko ucapkan. "Kenapa kebanyakan cowok, kalo mau ngasih sesuatu ama cewek pasti ngasihnya bunga atau ... cokelat. Kenapa nggak yang lain" Kayaknya, slogan say it with flower udah harus diganti. Nggak kreatif banget sih, kalo setiap cowok harus ngasih barang yang sama ama ceweknya. Kalo nggak bunga, ya cokelat."
Ada-ada aja! Berarti, Dodo nggak jauh beda ama Niko. Cowok modern yang sama-sama kreatif dan inovatif, kalau boleh dibilang begitu. Yang satu pengin promosi cinta mereka say it with sunkist!, satu lagi pake say it with novel!
Tiba-tiba, pikiran Kimmy melayang membayangkan Niko berlutut di sampingnya sambil mengangkat sebuah jeruk sun-kist, Kimmy meneri-
manya dengan tersenyum dan mata yang berbinar-binar. Namun, senyumnya hilang ketika ia melihat tulisan di atas permukaan kulit buah sunkist itu, best friend!
Kimmy segera membuyarkan lamunannya. Anehnya, wa-laupun tadi itu cuma sekadar imajinasinya, tapi hatinya ter-lanjur kecewa. Perjumpaannya dengan Niko membuatnya ha-rus berkali-kali belajar menahan perasaannya. Kadang-kadang, ia merasa Niko pun sedang melempar api untuk membakar bara cinta yang ada di hatinya. Namun, di lain waktu, Kimmy disadarkan, seindah apa pun keindahan yang Niko ingin beri-kan, bukan ia yang boleh memilikinya.
Cinta pertama Niko adalah orang lain. Cinta pertama Niko adalah Nisye. Nisye yang ingin dimiliki, dirindui, dicintai oleh Niko. Dan untuk itulah ia ada di samping Niko.
Bukan salah Kimmy emang, kalau semakin hari perasa-annya terhadap Niko semakin dalam. Kimmy bukan wanita besi yang kebal terhadap semua pesona Niko. Niko yang super modis, ganteng abis, ramah, baik, dan tentunya, yang se-nyumnya meneduhkan Belum lagi, sikap-sikap manis Niko membuat Kimmy rasa-rasanya ingin nekat berjuang untuk bisa mendapatkannya. Niko yang sering ngirim SMS ke Kimmy dengan kata-kata yang membuat Kimmy merasa istimewa.
1. Udah mkn blum" 2. Ati2 di jalan! Jgn malem2 plg-nya.
3. Cepet sembuh, ya. Jgn sakit lagi, oke!
4. Pengin ketemuan, nih. Ada acara ga ntar malem "
5. Gw td liat lagu yg elo suka ada di DT. Mau dibeliin kaset apa CD-nya "
6. Lg boring. Crita-crita dong!
Hah ... bener-bener bikin bingung! desah Kimmy. Kalo gue bisa nemuin disket hatinya Niko. Gue pengin liat ... gimana sih, isi hati Niko yang sebenernya" Kalo Niko punya perasaan khusus ama gue, kenapa saat-saat tertentu dia tampil cuma sebagai sahabat. Nggak lebih. Tapi ... kalo Niko cuma nganggep gue ini temennya, kenapa matanya sering nyuri pandang ke gue" Kenapa dia memp
erlakukan gue seakan-akan gue ini penting banget buat dia" Kenapa, coba"
"Cowok emang makhluk aneh dan unik. Susah banget di-tebak maunya," ucap Kimmy berceloteh sendiri. "Kadang-kadang, rasanya dia sayang banget ama gue, kadang-kadang cuek, biasa-biasa aja. Kadang-kadang, dia peduli banget ama gue, kadang-kadang cuma mikirin Nisye. Ih, rasanya pengin gue belah dadanya pake pisau, biar gue tau di hati dia itu sebenernya ada siapa, sih"!"
"Hoiii!" suara Erlynn tiba-tiba sudah ada di samping Kim-my. Rupanya, ia sudah bangun sajak beberapa menit yang lalu.
Saking kagetnya, Kimmy sampai tersentak. "Napa sih, hobinya ngagetin orang melulu"" protes Kimmy.
"Tumben, udah bangun"" sindir Erlynn sambil mengucek-ucek matanya. "Pake semedi lagi di depan jendela. Ngapain, sih""
"Gue bangun kepagian tadi. Nggak bisa tidur lagi, ya udah, bengong aja di sini."
"Lho, gue yang ditembak ama Dodo, kok, elo yang nggak bisa tidur"" goda Erlynn. "Atau ... jangan-jangan Niko juga udah ngomong ke elo""
Kimmy menoleh ke Erlynn. "Ngomong" Ngomong apaan""
Erlynn duduk di samping Kimmy, mendekatkan bibirnya ke telinga Kimmy, lalu berbisik, 7 love you!"
"Ih, ngawur deh, elo," ujar Kimmy menepuk lengan Er-lynn. "Jangan ngomong sembarangan, ah!"
"Lho, bukannya dulu elo bilang, Niko pasti jadi pacar elo""
"Itu dulu," sahut Kimmy pendek.
"Sekarang" Elo nggak berminat lagi ama dia""
"Elo tau, kan" Dia itu sebenernya masih pengin ngejar Nisye. Cinta pertamanya dia. Jadi ... ya, gimana, ya" Masa gue harus maksa dia supaya jatuh cinta ama gue" Nggak mungkin, kan""
"Lho"" "Kita tuh, cuma sahabatan doang kok, Lynn," sambung Kimmy. "Temen baek gitu, lah."
"Lho"" ucap Erlynn lagi. "Jadi ... selama ini elo ama Niko itu sama sekali nggak ada usaha untuk bersatu" Elo ama Niko nggak punya maksud untuk memadukan hati""
"Sok puitis banget, sih"!" Kimmy terheran-heran dengan kata-kata Erlynn. "Biasa aja napa""
"Sori. Kalo ngomongin soal cinta, gue emang puitis. Bukan apa-apa. Gue nggak pengin masalah cinta itu dianggap remeh," sahut Erlynn dengan nada bicara serius.
"Ke laut sono, ngomongnya!" cibir Kimmy. "Mentang-mentang kemaren abis ditembak, langsung deh belagu kayak gitu!"
"Gini ya, Kim," lanjut Erlynn tanpa menggubris sindiran Kimmy. "Kalo dia emang nggak ada perasaan apa-apa ama elo, kenapa elo mesti repot-repot selama ini""
"Repot gimana maksud elo""
"Ngapain elo ladenin dia ngobrol lama-lama di telepon" Ngapain SMS- an ama dia sampe pulsa elo kering begitu" Nga-pain, gitu lho""
"Gimana sih elo ini, Lynn" Niko itu sahabat gue. Masa sih, nggak boleh ngobrol ama dia" Lagian, gue tuh udah janji mau bantuin dia, supaya dia ama Nisye bisa jadian. Jadi wajar dong, kalo Niko sering telepon gue buat nanyain ini itu," jelas Kimmy panjang lebar.
"Terus, elo nggak tersiksa apa""
"Tersiksa gimana""
"Elo suka ama dia. Elo naksir dia. Elo pengin dia jadi pacar elo. Tapi sekarang, elo malah bartuin dia jadian ama cewek laen" Yang bener aja," ucap Erlynn dengan tampang serius. "Elo tuh, nyusahin diri elo sendiri. Elo tuh, ngelakuin sesuatu yang sia-sia, tau nggak""
Kimmy terdiam. Sia-sia" Cinta yang berkorban demi ke-bahagiaan orang yang kita cintai ... itu sia-sia"
Erlynn menarik napasnya sejenak. "Gue bukannya mela-rang elo sahabatan ama Niko. Bukan juga nggak suka, elo ngobrol ama dia. Tapi, gue tuh tau perasaan elo ama dia. Gue tau betul, Kim!" tutur Erlynn menganggukkan kepalanya. "Gue nggak pengin elo berkorban terus kayak gini. Kalo emang Niko milih cewek laen. Ya udah, relain aja."
"Gue ... gue cuma pengin nyenengin dia."
"Dengan cara ngancurin perasaan elo sendiri"" tanya Erlynr. "Elo itu udah bohongin diri elo sendiri, tau nggak" Elo nggak jujur ama cinta elo. Elo nggak jadi diri elo sendiri! Elo tuh aduuuh ... elo ngelakuin sesuatu yang sia-sia, Kim!" lanjut Erlynn berusaha memberi pengertian kepada sahabatnya.
Kimmy terdiam lagi. Kata-kata yang dilontarkan Erlynn berdesak-desakan memenuhi pikirannya. Sia-sia! Nggak jujur ama cinta elo! Bohongin diri elo sendiri! Sia-sia! Sia-sia! Sia-sia!
"Kim ... sori, gue nggak bermak ..."
"Ud ahlah. Gue ngerti, kok!" potong Kimmy. "Gue bi-ngung, Lynn. Gue nggak tau, sekarang harus gimana ama Ni-ko. Rasanya gue perlu waktu buat mikirin semua ini."
"Ya udah," ucap Erlynn agak pelan. "Yang penting, gua udah ingetin elo. Elo mau gimana nantinya, itu terserah elo. Elo nggak marah, kan""
Kimmy menggeleng, "Justru gue seneng elo care ama gue. Thanks, ya."
"Never mind," sahut Erlynn tersenyum. Kimmy mengerutkan keningnya. "Sejak kapan ngomong pake bahasa Inggris""
"Di hadapan cowok, cewek nggak hanya harus cantik, tapi kudu punya otak cerdas!" Mata Erlynn berkedip genit.
"Elo ngeles""
"Nggak. Gue nanya-nanya ama Dodo."
"Bbbrrrhhh ... hahaha ...," tawa Kimmy meledak. Ia mem-bayangkan mukanya Erlynn kalo lagi les private ama Dodo, "Eh whot ... whot ... yor nem" Ho ... ho ar yu""
Erlynn menarik dagunya bingung, "Apaan sih, ketawa ampe kayak gitu""
Kimmy menggeleng sambil nahan tawa, "Nggak mungkin gue bilang, gue baru aja ngebayangin tampang cerdas seorang cewek di hadapan laki-laki""
"Toko elo belum selesai dicat temboknya"" tanya Erlynn tiba-tiba ganti topik.
"Belum. Tukangnya sakit, nggak bisa dateng hari ini. Tapi gue udah tulisin di pintu kok, seminggu libur!"
"Hah"! Seminggu" Kok, lama amat"" "Namanya juga renovasi." "Cuma dicat ulang, kan""
"Hm ... gue sekalian mau ganti lemari baru. Lemari yang kemaren itu udah nggak bagus!" jawab Kimmy. "Gue udah pesan lemari. Katanya sih, tiga atau empat hari baru bisa di-kirim. Soalnya, gue minta warna putih, tapi yang ready stock kemaren itu cuma warna cokelat."
"Oh, gitu. Jadi bisa, dong""
"Bisa apa""
"Ikut cue ama Dodo ke mal."
"Kapan" Ngapain" Dodo ulang tahun""
Erlynn senyum-senyum, "Nggak."
"Jadi"" Kimmy mengerutkan keningnya heran melihat ge-lagat Erlynn.
"Gue ama Dodo ... udah jadian."
"Oh .... elo mau ngerayain hari jadian elo ama Dodo"" tebak Kimmy.
Erlynn mengangguk-angguk, "Elo bisa ikut,
kan"" "Bisa aja. Ada makan-makannya, kan"" goda Kimmy sambil bangkit dari tempat tidurnya. "Gue mandi dulu, ya. Udah jam tujuh lebih," lanjutnya sambil mengambil han-duknya.
"Kim," panggil Erlynn menahan Kimmy yang hendak masuk ke kamar mandi. "Gue pinjem baju elo, ya""
"Yang mana"" tanya Kimmy berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Yang pink itu, lho."
Kimmy mengerutkan keningnya, mencoba mengingat baju yang dimaksud Erlynn. "Pink""
"Iya. yang ada renda putih di lengannya itu, lho," lanjut Erlynn.
"Hah"! Itu masih baru! Gue aja belum pernah pake," ujar Kimmy nggak setuju.


Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lha, justru nggak dipake-pake, mendingan gue pinjem. Ya nggak"" sahut Erlynn santai.
"Enak aja. Elo pinjem yang laen aja napa""
"Yang aen gue nggak cocok. Lagian, elo juga belum mau pake, kan""
"Iya. Tapi itu masih baru. Gue sama sekali belum pernah pake. Ngerti nggak, sih!" tukas Kimmy. "Udah, ah. Gue mandi dulu!"
"Ya udah, gue beli aja, gimana""
"Nggak, ah!" jawab Kimmy sambil masuk ke kamar man-di, lalu menutup pintunya.
"Seratus lima puluh ribu, kan"" teriak Erlynn.
"Nggak!" balas Kimmy dari dalam kamar mandi.
"Seratus tujuh puluh lima, mau""
"Sekali nggak, ya nggak!!! Gue nggak butuh
duit!" "Ya udah, dua ratus, ya"" desak Erlynn lagi. "NO!!!"
Erlynn merengut, "Payah!"
Telepon di ruang tengah berbunyi. Erlynn yang tahu Bi Umi sedang sibuk mencuci baju di belakang, buru-buru keluar untuk mengangkat telepon.
"Halo, selamat pagi," salam Erlynn dengan suara lembut. Sejak sering ditelepon Dodo, Erlynn jadi suka berlagak sopan kalau ada yang menelepon.
"Erlynn, ya"" suara seorang perempuan di seberang. "Ini Tante, Lynn. Kimmynya ada""
"Oh Tante. Apa kabar Tante" Kok, udah lama nggak pernah nelepon ke sini. Tante"" tanya Erlynn yang kenal betul suara Tante Diana, mamanya Kimmy.
"Iya, nih. Banyak pesanan baju, jadinya Tante sibuk banget. Erlynn baek-baek aja, kan""
"Baek, Tante. Erlynn ama Kimmy baek-baek aja, kok. Abis-nya, Bi Umi masaknya yang enak-enak melulu, sih."
"Oh, ya" Wah, nggak rugi dulu Tante ngajarin Bibi masak, ya"!"
"Bi Umi emang jago masak, Tante. Tapi, sekarang pikunnya tambah parah! Masak sup jagung, eh ... jagungnya ketinggalan. Bikin sambel teras
i, eh ... terasinya nggak dimasukin."
"Hahaha .... Kamu ini ada-ada aja, Lynn! Dari dulu suka bikin Tante ketawa melulu."
Erlynn senyum-senyum, "Oh iya, Tante mau ngomong sama Kimmy, ya" Tunggu bentar, ya"" sambung Erlynn seraya menggantungkan gagang teleponnya.
Erlynn mengetuk keras-keras pintu kamar mandi. "Kimmm ...!" teriaknya.
"Udah lah! Gue nggak butuh duit!" sahut Kimmy salah sangka.
"Siapa juga yang mau ngasih elo duit" Ada telepon!" tukas Erlynn. "Cepetan, interlokal dari mama elo."
Kimmy buru-buru keluar dengan badan yang cuma dibalut handuk. "Kok, tumben, mama gue telepon pagi-pagi gini."
"Penting kali!" sambung Erlynn yang masih berdiri di pintu kamar mandi.
"Kalo dua ratus lima puluh, gimana"" tanya Kimmy kem-bali membahas soal baju.
"Apa"!" Erlynn mendelik. "Katanya nggak butuh duit"! Dasar matre!" cibir Erlynn pada Kimmy yang sudah keburu keluar kamar.
"Halo, Ma"" sahut Kimmy begitu mengangkat gagang telepon. "Apa kabar""
"Kim, kok, jarang nelepon, sih""
"Hehehe ... maklumlah, Ma. Kalo mau interlokal, biasanya nunggu jam sebelas malem. Kan, lebih murah. Tapi, kadang-kadang suka kelupaan. Hehehe
"Baru di Jakarta, udah lupa ama Mama, gimana kalo kamu di Taiwan nanti""
"Taiwan"" kening Kimmy berkerut.
"Kamu pasti nggak nyangka, kan" Permohonan beasiswamu diterima, Kim!"
"Lho, kok, bisa"" Kimmy bertambah heran.
"Rupanya, dulu emang kamu sudah mau diterima. Makanya, data-datamu sempat diperiksa ulang. Ingat, nggak""
"Iya, iya. Terus""
"Ternyata, orang yang ngurus beasiswa mendadak harus cuti karena suaminya meninggal dunia. Jadi, data-datamu terbengkalai dan sempat terlupakan."
"Sekarang, data-data Kimmy diurus lagi, gitu
Ma"" "Iya. Itupun bukan diurus sama orang yang dulu. Karena yang dulu itu, setelah cuti lama, malah mengundurkan diri. Begitu ada orang baru yang gantiin, baru datamu diurus lagi. Makanya agak lama."
"Terus, sekarang gimana dong, Ma""
"Lho, kok, gimana"! Berarti, kamu harus siap-siap bikin visa untuk pergi ke Taiwan."
"Pergi ke Taiwan" Kapan""
"Juli, kamu sudah harus mengikuti pelajaran."
"Juli"" Kimmy kaget. "Itu bulan depan kan, Ma""
"Emangnya kenapa kalo bulan depan" Bukannya dulu kamu malah pengin cepet-cepet pergi ke sana""
Mendadak, Kimmy seperti orang kebingungan. Bulan de-pan ke Taiwan" Ninggalin bookstore gue" Ninggalin Erlynn" Ninggalin ... Niko" Kok, semuanya serba tiba-tiba" Kenapa bukannya dari dulu" Sebelum gue menyerah" Sebelum gue belajar ngelupain cita-cita gue pergi ke Taiwan" Dan sebelum gue kenalan ama Niko"
Hati Kimmy mendadak seperti lilin yang hancur luluh karena terbakar api. Harus pisah ama Erlynn saja, rasanya berat buat gue. Apalagi harus pisah ama Niko. Betapa nggak enaknya!
"GRATIS"" tanya Erlynn dengan heran. "Tadi gue tawar dua ratus, elo nggak kasih. Kok, sekarang malah dikasih gratis""
"Mau apa nggak, sih" Kalo nggak mau, ya udah," jawao Kimmy hendak meninggalkan Erlynn.
"Mau, mau ...!" Erlynn menarik tangan Kimmy. "Jangan emosi gitu, dong. Gue cuma bingung, kok, elo bisa cepet berubah pikiran kayak gitu."
Berubah pikiran" Bukan gue yang cepet berubah pikiran. Keadaan gue yang cepet berubah. Kemaren-kemaren gue udah enjoy ama kerjaan
gue, ama Erlynn, Dodo, dan Niko. Sebentar lagi, gue harus pergi dan kehilangan semua itu. Kehidupan gue bakal berubah sama sekali. Berubah total!
"Kok, malah ngelamun"" Erlynn melambai-lambaikan ta-ngannya di depan wajah Kimmy. "Elo mikirin apa, sih""
Kimmy menggeleng. "Nggak ada," sahutnya berbohong. Gue nggak harus bilang kan, kalo gue mendadak takut kehilangan saat-saat bersama dia" Erlynn yang cerewet, bawel, lucu, dan sok tau, tapi care banget ama gue. Hhh ... kalo gue jadi ke Taiwan, kapan lagi gue bisa ketemu temen sebaek dia"
"Bohong banget, ah! Muka elo itu kelihatan banget kayak orang linglung. Ada apa, sih" Ama gue aja elo pake rahasia-rahasiaan segala."
"Nggak terlalu penting, kok," ucap Kimmy menghindar. Ia nggak ingin Erlynn tahu lebih banyak sebelum ia mengambil keputusan. Kimmy takut Erlynn juga ikut linglung kalau tahu apa yang akan terjadi. "Jadi ke mal"" tanya Kimmy me
ngalihkan perhatian. "Jadi dong! Ntar siang, gue ama elo dijemput ama Dodo. Kita makan masakan Jepang, ya!"
KALAU nggak sedang banyak pikiran, restoran Jepang dengan keunikan "bisa memasak sendiri" dan
"bisa makan sepuasnya" adalah tempat makan paling yummy bagi Kimmy. Berbeda dengan siang ini, sepertinya Kimmy sama sekali nggak bisa menikmati makanan yang ada di piringnya.
"Makan yang banyak dong, Kim. Udah gue masakin, masa nggak dimakan"" celoteh Erlynn sambil tangannya sibuk me-manggang potongan daging cumi-cumi.
"Nggak suka, ya"" tanya Dodo yang lagi asyik menghirup sup tong yum-nya,
"Suka, kok," sahut Kimmy. Ia makan pelan-pelan seperti sedang berjuang menelan apa yang ada di mulutnya.
Sejak tadi, Erlynn dan Dodo banyak bercanda dan tertawa. Sedangkan Kimmy, cuma badannya saja yang ada di sana, tapi pikirannya bercabang-cabang entah ke mana.
Apa gue harus ke Taiwan" lamun Kimmy. Gimana, ya reaksi Niko kalo dia tau gue mau pergi jauh. Dia sedih nggak, ya" Ya ampun ... yang pasti, gue dong yang bakal sedih banget. Walaupun selama ini gue ama Niko cuma sebatas teman, tapi gue udah terlanjur akrab ama dia. Gue udah terlanjur deket ama dia. Gue juga udah terlanjur ... sayang ama dia. Gimana gue bisa ninggalin dia" Nggak mungkin. Gue nggak bisa. Gue nggak bisa!
"Hai!" tiba-tiba, suara Niko nggak jauh dari tempat Kimmy duduk.
Kimmy yang terkejut spontan menoleh. "Niko"!" ucapnya begitu melihat Niko bersama ... seorang cewek!
"Wah, nggak ngajak-ngajak gue, ya!" goda Niko. Erlynn dan Dodo bingung karena ada sepasang cowok dan cewek menghampiri mejanya. Erlynn melirik ke Kimmy. "Ni ... ko"" tebaknya dengan gerakan bibir tanpa suara. Kimmy mengangguk.
"Oh, elo ya, yang namanya Niko," kata Erlynn seraya bangkit dari kursinya. "Kenalin, gue Erlynn, temennya Kimmy!"
"Gue udah nebak. Elo pasti Erlynn," ucap Niko sambil menjabat tangan Erlynn yang terulur. Selama ini, Niko emang cuma kenal Erlynn hanya lewat telepon.
Erlynn mengamati wajah Niko sejenak. "Bener yang di-bilanq ama Kimmy," gumamnya setengah sadar. "Elo keren ba
"Lynn!" bentak Kimmy buru-buru dengan muka sedikit merengut.
"Oh ... eh, gue ... iya, gue yang sering nerima telepon elo itu, lho. Yang malem-malem elo nelepon ... yang lama banget ngomongnya ... yang ..."
"LYNN!!!" Kali ini Kimmy melotot besar.
Niko tersenyum geli, "Iya, gue yang biasa nelepon nyari Kimmy," ujarnya nggak menyadari wajah Nisye yang kurang senang. "Oh ya, kenalir, ini temen gue!"
Semua terdiam memandang cewek yang ada di samping Niko. Cewek tinggi langsing with a porcelain skin. Rambut model wave mirip rambut Lindsay Lohan di film Meangirl. Matanya kelihatan indah dengan lensa kontak sexy brown. Belum lagi,
bajunya, tasnya, sepatunya, parfumnya ... pokok-nya brand-minded banget!
"Hai, gue Nisye Elaine! Panggil gue Nisye aja," sapanya lembut.
Mendengar nama itu, suasana menjadi semakin hening. Kebetulan emang tinggal Erlynn, Kimmy, dan Dodo yang sedang makan di sana. Tentunya, ditambah Niko dan Nisye yang baru datang.
"Gue Erlynn, ini cowok gue, Dodo. Dan ini Kimmy, temen baek ama sahabat akrabnya Niko," ucap Erlynn berinisiatif memperkenalkan satu demi satu.
"Hai," ulang Nisye sambil tersenyum agak dingin waktu menoleh ke arah Kimmy. "Hm ... kayaknya pernah ketemu, deh," sambung Nisye menunjuk Erlynn.
"Iya. Gue juga ngerasa gitu. Tapi ... di mana, ya"" tambah Erlynn sambil berpikir.
"Elo ... elo pernah ke kantor gue, kan""
"Kantor"" pikir Erlynn lagi. "Oh, iya ... elo yang di 365 Days Supermarket, kan""
"Iya. Elo yang mau nyewa stan di depan supermarket gue, kan""
"Iya. Elo masih inget aja, ya."
Kimmy diam sambil berpikir keras. 365 Days" Yang di depan rumah" Itu supermarketnya Nisye" Kok, Niko nggak pernah cerita"
"Jadi, jualan fruit juice"" tanya Nisye pada Erlynn.
"Hehehe ... kayaknya nggak jadi, deh," jawab Erlynn senyum-senyum.
Dodo yang dari tadi cuma mendengarkan ikut-
an nimbrung. "Dia sekarang udah mau jadi selebritis, mana mau jualan lagi," godanya sambil ketawa.
"Hus, malu-maluin aja!" kata Erlynn ikutan ketawa.
Sementara itu, Kimmy dan Niko cuma
bisa membisu. Kalo gue tau bakalan ketemu ama elo, gue nggak akan bawa Nisye ke sini. Semuanya jadi kacau sekarang! ucap Niko dalam hati menyesal.
Lengkaplah sudah! bisik Kimmy dalam hati dengan jan-tung serasa tertikam pedang panjang. Hari ini adalah hari dengan awan gelap! Mama yang nelepon tadi pagi, dan sekarang ketemu Niko yang lagi berdua ama Nisye. Hari ini gue jelas dihadapkan ama satu kenyataan. Gue nggak bisa memiliki Niko. Yang bisa gue lakuin cuma pergi sejauh mungkin. Ke Taiwan, seperti kata mama, seperti mimpi gue dulu, pikir Kimmy dengan hati layu lesu.
Kimmy 's Diary ... MASA gue harus pergi" Dengan cara seperti ini"
Apa aja deh, asal boleh nggak ngelewatin hari ini. Kalo bisa, hari ini dihapuskan dari kehidupan gue.
Oke! Gue terima! Apa pun yang terjadi, yang namanya cinta nggak bisa dipaksain. Gue rela, kok! Kalo emang Niko mau jadian ama Nisye. Kalo emang gue harus ninggalin Niko. Kalo emang gue
harus ke Taiwan. Gue rela, kok!
Tapi... hati gue rasanya sakiiit... banget.
Kenapa Tuhan bikin skenario cinta kayak gini di film kehidupan gue" Kenapa nggak kayak film apa kek ... pokoknya yang hepi ending. Story love gue bakalan nggak hepi ending" Masa, sih"
Oh no .... Please, help me!
Bab 11 Hujan dan Air Mata KIMMY keluar dari kamar mandi, lalu duduk di kursi meja rias. Ia baru saja selesai mandi. Bau wangi segar shower foam tercium dari tubuhnya. Sambil menyisir rambut, ia menatap wajahnya di depan cermin.
Pikirannya tiba-tiba melayang ke peristiwa tadi siang.
"Elo yang di 365 Days Supermarket, kan""
"Iya. Elo yang mau nyewa stan di depan supermarket gue, kan""
Jadi betul, Nisye itu anak pemilik 365 Days Supermarket, pikir Kimmy. Emang betul apa yang Erlynn pernah bilang dulu.
"Gue udah ketemu ama yang punya super-maket."
"Elo tau nggak, yang punya supermaket itu cantiiik banget. Gile! Gue sampe terkagum-kagum ama dia."
"Dia itu anak tunggal. Cantik deh, Kim! Udah cantik, banyak duit lagi. Bayangin, dia dipercaya buat nanganin semua supermaket milik bokapnya. Hebat nggak, tuh""
"Oh ya Kim, itu cewek, body-nya langsing, badannya tinggi, rambutnya panjang, dicat merah ... tapi nggak merah banget, agak-agak ungu
gitulah. Cantiiik deh, Kim."
Tuh cewek, kayaknya lulusan luar negeri, deh. Soalnya, gayanya modis banget. Dandanannya kayak orang Korea gitu lah. Aduuuh, cantik deh, Kim."
"Bener deh. Ini cewek cakep banget. Matanya pake softlens cokelat, alisnya di tato, terus
Kimmy masih terus menyisir rambutnya walaupun ram-bu:nya sudah kelihatan rapi. Matanya yang masih menghadap cermin kelihatan lesu. "Nisye emang cantik banget," ucapnya pelan. "Bukan salah Niko, kalo Niko lebih milih dia ketimbang gue."
"Kimmm ...!" teriak Erlynn yang tiba-tiba masuk setelah sebelumnya mendorong pintu kamar keras-keras. "Tolongin gue, Kim ... tolongin gue," Erlynn mengobrak-abrik laci meja belajarnya.
"Kenapa, sih"" Kimmy penasaran.
Erlynn ngos-ngosan sementara tangannya merapikan ber-lembar-lembar kertas kuarto putih. "Skripsi, Kim!"
"Skripsi""
"Dosen sinting! Elo tau nggak, temen gue baru nelepon, dosen gue itu mau nerusin studi ke Amerika."
"Terus"" "Dia minta semua mahasiswa yang bikin skripsi, harus udah ngasih proposalnya besok. Kalo nggak ... ya, berarti gue harus tunda skripsi gue atau ganti dosen pembimbing. Aaah ... gue benci ama yang namanya kuliah!" gerutu Erlynn. "Elo bisa nge-print proposal gue, kan" File-nya udah ada di komputer.
Gue mesti ngambil buku-buku yang bakal gue pake buat nulis skripsi nanti. Dosen gila itu bilang, satu skripsi mesti punya minimal dua belas buku referensi. Mati nggak sih, gue""
Kimmy cepat-cepat membuka komputer, "Dosen elo kok, egois banget, sih""
"Nggak tau. Gue sebenernya hepi abis dia mau pergi ke belahan dunia yang laen ... ke kutub utara juga nggak pa-pa, tapi skripsi gue ... duh, kalo nggak disetujui ama dia, bakalan ketunda wisuda gue nanti. Eh, gue pergi dulu ya. Inget ya, print proposal gue, ya!" Erlynn buru-buru lari keluar kamar sambil membawa satu map putih.
Kimmy menggelengkan kepalanya. Gue setuju! Dosennya Er
lynn itu emang udah sinting! Malem-malem gini baru ngasih tau nyuruh bikin proposal. Huh! Apa dia nggak tau, Erlynn itu termasuk mahasiswi yang lemah otaknya"
Begitu komputer siap dipakai, Kimmy langsung mencari file yang dimaksud Erlynn. Hei apa nama file-nya"
Lima belas menit kemudian, Kimmy udah selesai mem-buka semua file di masing-masing folder, tapi proposal yang dimaksud Erlynn nggak juga ketemu. "Sweet lemon with cream ... hawaian pineapple juice, gila nih anak, kenapa isinya resep minuman semua""
Tadinya, Kimmy mau memberi tahu Erlynn soal file skrip-sinya yang nggak ada di komputer, tapi HP Erlynn ternyata di nonaktifkan. Kimmy cuma bisa menunggu sampai Erlynn tele-pon ke rumah atau
sampai Erlynn membuka HP dan membaca pesannya.
Pukul delapan tepat, HP Kimmy berbunyi. "Halo, elo di mana, sih"" ujar Kimmy mengira telepon itu dari Erlynn.
"Eh ... halo, Kimmy, ya""
"Niko"" Kimmy terperanjat. "Sori. Sori. Gue kira Erlynn ..."
"Elo lagi nyariin Erlynn""
"Iya. Gue mau nanyain sesuatu ama dia."
Tak lama kemudian, terdengar Niko batuk-batuk.
"Elo sakit"" tebak Kimmy baru sadar suara Niko agak serak.
"Dikit." "Demam""
"Iya. Badan gue panas, tapi gue kedinginan,"
"Meriang! Berarti, elo demam hebat. Tenggo-rokan elo sakit"" cecar Kimmy khawatir.
"Iya. Susah banget buat nelan makanan. Makanya gue males makan."
"Elo nakan bubur aja."
"Hm ,.. iya, ntar gue beli."
Beli" Ya ampun, Niko nggak punya pembantu, kan" Setau gue, dia tinggal sendirian di apartemennya. "Gue ke rumah elo, bawain bubur, ya," putus kimmy. "Sekarang, elo istirahat aja dulu, oke!"
Apartemen Niko ... UNTUK ukuran cowok, apartemen Niko bisa dibilang rapi banget. Karena ruangannya nggak terlalu besar, jadinya tiap ruangan juga furniture-nya ditata biar bisa dipakai untuk keperluan macam-macam. Misalnya, ruang tamunya sekaligus dipakai jadi tempat buat duduk santai sambil nonton teve. Dapur mini dengan kitchen set dan meja makan bundar dijadikan tempat masak sekaligus tempat makan. Dan yang paling menarik, lemari bersusun dari kayu jati dipakai buat pembatas dan tempat menyimpan parfum koleksinya Niko.
"Ini semua elo yang beli"" tanya Kimmy terka-gum-kagum mengamati puluhan botol parfum.
"Ada juga yang dikasih, tapi kebanyakan gue beli sendiri," jawab Niko sambil melahap bubur panas yang dibawa Kimmy.
Mata Kimmy menelusuri botol-botol parfum yang bentuk dan warnanya macam-macam. Bener apa gue bilang"! Dia asli seorang parfumer! Liat aja semua ini. Ckckck ... Mont Blanc, Bvlgari, Calvin Klein, Tommy Hilfiger, Eternity for Man, Alexander McQueen, La Base, David Doff. Pantesan Niko nggak pernah nggak wangi!!!
"Thanks, ya," ucap Niko masih duduk di sofa. "Gue jadi nggak enak udah bikin elo repot. Harusnya elo nggak us
"Enak, nggak"" sela Kimmy. Ia ikut duduk di sofa berha-dapan dengan Niko. "Gue beli di rumah makan Mi Shanghai yang di persimpangan situ, tuh," Kimmy menunjuk dengan jarinya. "Gue sih, belum
pernah nyobain buburnya, biasanya gue makan mi siram atau
Niko menghela napas dalam-dalam.
Kimmy langsung terdiam. "Kenapa"" tanya Niko heran.
"Nggak. Hmmm ... elo masih demam, ya" Kok, kayaknya rapasnya berat banget""
"Kepala gue pusing banget. Sakit di sini," Niko menekan bagian belakang kepalanya.
Kimmy meraba kening Niko. Spontan! Ia sendiri merasa malu kenapa berani melakukan itu. Waduh, Niko pasti mikir gue ini cewek atau sahabat macem apa"
"Panas dikit, kan""
Kimmy sampai lupa sama tujuannya memegang kening Niko. "Iya. Panas. Lumayan tinggi kayaknya."
"Padahal, gue udah minum parasetamol tadi," Niko memijit-mijit kepalanya sendiri. "Tapi kok kepala gue tam-bah berat" Pusing banget."
"Sini, gue aja ...," Kimmy menarik tangan Niko, lalu perlahan menggantikannya memijit di bagian kepala. Spontan lagi!
Suasananya tenang banget. Kimmy terus memijit dengan pelan dan lembut. Niko nggak bersuara sama sekali. Se-pertinya, ia sedang menahan sakit atau mungkin sedang me-nikmati aliran darah di kepalanya yang sedikit demi sedikit mulai lancar lagi.
"Kalo terlalu keras, bilang ya ucap Kimmy takut tangannya terlalu k
uat menekan tengkuk Niko.
Niko nggak menjawab. Ia cuma menunduk diam.
Hm ... sakit begini, Niko masih aja wangi!
Selalu! Harum banget ... kalo deket ama Niko. Seandainya, tiap hari gue boleh ada di deketnya ....
Kimmy dan Niko sama-sama tersentak waktu HP Niko berdering cukup keras. "Halo ...," sahut Niko. "Hah" Elo di mana""
Kimmy berhenti memijit. Ia kembali ducuk di kursinya. Tiba-tiba, jantungnya deg-degan. Jangan dari Nisye ... jangan dari Nisye. Pliiis jangan dari dia.
"Siapa"" tanya Kimmy begitu Niko selesai bicara di telepon.
"Nisye." "What"" Kimmy terbelalak. "Elo nggak Dilang gue ada di sini, kan""
"Dia cuma mau mampir bentar."
"What"" kali ini Kimmy sampai bangkit dari kursinya.
"Kebetulan dia lewat sini, jadi dia
"Gue pulang aja." Kimmy hendak beranjak ke
pintu. "Lho, kenapa""
Kimmy membalikkan badannya. "Kenapa" Kok, elo nanya kayak gitu, sih" Nggak enak dong. kalo gue ada di sini ...," Kimmy menuju ke pintu lagi.
Niko menarik tangan Kimmy. "Tunggu! Kenapa sih elo harus ngerasa nggak enak segala" Kita, kan
Kimmy menunggu Niko melanjutkan kalimatnya. Tangan kanannya masih digengam Niko. "Apa""
"Kita kan, nggak ada apa-apa." jawab Niko lirih.
Kimmy menelan ludah. Dadanya tiba-tiba te-
rasa sesak. "Bukan ... hm ... maksud gue, Nisye udah pernah ketemu ama elo, dan kita
"Ya. Kita nggak ada apa-apanya. Gue tau," Kimmy menelan ludahnya sekali lagi. "Justru itu, gue nggak pengin Nisye pikir ada apa-apa antara elo ama gue."
"Gue," Niko bingung harus ngomong apa. Ia merasa bersalah sekali. "Gue tadi nggak bermaksud
Ting-tong! Ting-tong! Terdengar bunyi bel pintu.
Kimmy makin kebingungan. "Gue ... gue gimana, dong""
"Emang kenapa, sih" Gue bisa jelasin ke Nisye, plis ... elo jangan ke mana-mana," tahan Niko yang belum melepaskan tangan Kimmy.
"Nggak!" Kimmy menepis tangan Niko sampai terlepas.
"Kenapa"" tanya Niko lagi.
"Kalo gue jadi pacar elo, gue nggak mau ada cewek laen di deket elo!" jawab Kimmy agak keras. "Gue rasa, Nisye juga sama. Dia pasti marah kalo dia tau ada gue di sini. Dan kalo dia marah, berarti percuma aja selama ini gue bantuin elo dengan segala cara supaya elo bisa balik sama dia. Bener, nggak"" tanya Kimmy kali ini dengan tatapan tajam.
Niko diam. Matanya membalas tatapan Kimmy dengan penuh kebingungan.
Ting-tong! Ting-tong! "Cepet, elo temuin dia!" kata Kimmy.
"Kalo dia masuk"" tanya Niko Kimmy menarik napas pelan. Kemudian, ia menoleh ke sekelilingnya.
"Gue tunggu sampe dia pulang," lanjutnya sambil ber-jalan ke pintu yang tembus ke teras mini dekat dapur.
Niko nggak bisa berbuat apa-apa. Kepalanya mendadak sakit lagi.
"ELO beli bubur di mana"" tanya Nisye sambil membereskan piring dan kertas pembungkus bubur yang masih tergeletak di meja.
"Di Mi Shanghai," jawab Niko berbohong. Nisye melirik curiga, "Sakit-sakit begitu""
"Gue nelepon, minta dianter."
"Oooh...," Nisye mengangguk. "Masih sakit""
"Iya." "Apanya"" "Kepala gue berat banget." "Udah minum obat" Gue pijitin, ya"" "Nggak," Niko menahan tangan Nisye yang ham pir sampai ke kepalanya. Nisye tertegun.
"Sori. Tapi ... gue lagi nggak pengin dipijit. Gue cuma pengin istirahat."
Nisye menarik tangannya, "Gue yang sori. U-dah gangguin elo," ucap Nisye kelihatan tersing-
gung. "Gue baru pulang dari kantor pengacara di ruko depan itu. Gue nunggu sopir gue, tapi lama banget datengnya. Kayaknya sih, macet. Jadi ... daripada kelamaan, gue jalan kaki ke sini. Lagian, di luar ... gerimis."
Gerimis" pikir Niko. Mati gue! Teras samping nggak ada penutupnya, Kimmy bisa basah kuyup kalo hujan turun. Moga-moga cuma gerimis. Jangan hujan ... jangan hujan
Tak lama kemudian, kedengaran suara petir. Sinar kilatnya sampai masuk lewat kaca-kaca jendela. nggak sampai dua menit, hujan turun. Lebat banget! Niko memegangi kepalanya. Dia benar-benar merasa bersalah sekarang.
Kok, jadi gini, sih"! Ngapain juga gue biarin Kimmy di luar sana"
Di luar sana, Kimmy sedang melipat kedua tangannya di depan dada. Ia mencoba menahan rasa dingin akibat air hujan dan angin kencang malam itu.
Kenapa gue nggak sembunyi ke ka
marnya Niko aja tadi" Atau kamar mandi" Bego banget gue! Gimana kalo hujannya nggak reda-reda, terus Nisye juga nggak pulang-pulang" pikir Kimmy cemas.
Tiba-tiba, HP yang ada di kantong celana jins Kimmy berbunyi. Dengan tangan sedikit gemetaran karena dingin, Kimmy mencoba membaca isi SMS yang masuk.
-Elo tega banget sih ama gw" Knp gak bilang aja terus terang kalo elo nggak mau ngebantuin"!
Oh, Erlynn ... Kimmy cepat-cepat menekan nomor HP Erlynn. Begitu diangkat, Kimmy langsung menjelaskan, "Tadi gue udah nyari proposal elo, tapi nggak ada. Terus, gue ke rumah Niko dulu, soalnya Niko telepon gue, dia sakit pa...," suara Kimmy
ber-lomba dengan suara gemuruh air hujan.
"Apa"! Elo ke rumah Niko" Oh, hebat banget elo, Kim! Terusin aja acara pacaran elo yang SIA-SIA itu ... dan nggak usah peduliin gue!" teriak Erlynn keras. Setelah itu, Erlynn menutup teleponnya dengan kasar.
Kimmy menelan ludah untuk yang kesekian kalinya. Tiba-tiba, air matanya mengalir. Di ujung sana, petir mulai ber-sahut sahutan lagi. Kimmy mulai ketakutan dan makin kedinginan sekarang. Telapak tangannya ditaruh di kedua pipinya. Maksudnya supaya lebih hangat, tapi ternyata, sama sekali nggak membantu!
Terlintas sejenak di mata Kimmy, wajah Nisye yang se-dang menemani Niko di dalam sana. Dan kalimat Niko yang tadi ... kita nggak ada apa-apa, kan"
Mungkin Erlynn bener, semua ini sia-sia. Tapi ... tapi Erlynn nggak tau, seorang perempuan bisa jadi pemberani dan bisa ngelakuin apa aja kalo sedang jatuh cinta, ucap Kimmy dalam hati diiringi derai air mata yang makin membanjir bercampur air hujan. Ah seneng juga kalo nangis di tengah hujan kayak gini. Nggak ada yang tau, mana yang air mata dan mana yang air hujan ....
Kimmy 's Diary ... CE shi wo yi seng bu haw xia yi di jin xiang.(Hujan Paling nggak bagus seumur hidup gue.)
Baru kali ini, gue punya kenangan buruk ama yang namanya HUJAN. Mungkin tadi, gue nggak usah ke rumahnya Niko dan nggak usah denger kalimat Niko yang nyakitin banget. Kita nggak ada apa-apa, kan"
Oh great, Niko ternyata emang nggak punya perasaan apa-apa ama gue. Gue aja yang ge-er sendiri. Gue aja yang terlalu percaya diri. Harusnya gue tau sejak dulu, mana mungkin Niko punya special feeling ama gue" Mana mungkin"
Tapi ... tapi kalo gue boleh membela diri gue sedikit. Apa arti tatapan mata Niko itu" Apa arti perhatiannya ama gue selama ini" Apa arti senyumannya ama gue" Apa arti suara super lembutnya waktu dia telepon gue" Apa artinya" Apa artinya" Nggak ada apa-apa. Kita nggak ada apa-apa .... Ini bener-bener menyakitkan. Gue nggak tahan lagi.
Untuk apa gue harus menunggu cinta yang sebenarnya nggak pernah ada" Gue ini sebenarnya cewek pemberani atau cewek paling bodoh di dunia "
Bab 12 Tersesat Sori deh, Lynn. Sori," ujar Kimmy yang berdiri di dekat pintu kamar mandi. Ia menunggu Erlynn selesai mandi. "Lynn!" panggil Kimmy lagi. "Jawab, dong! Masa elo marah sampe segitunya, sih" Gue udah minta maaf."
Pintu kamar mandi terbuka, Erlynn keluar dengan handuk membungkus kepalanya. "Mau ngomong berapa kali, sih"" sahutnya ketus sambil berjalan tanpa mengindahkan wajah memelas Kimmy.
Kimmy mengikuti dari belakang. "Elo maafin gue dulu, dong!" kata Kimmy sambil duduk di atas tempat tidurnya. Ia memperhatikan Erlynn yang sedang menyisir rambut di depan meja rias "Ya, Lynn ya" Maafin gue, ya""
"Maafin sih, gampang, tapi skripsi gue"" tukas Erlynn. "Pagi ini, gue bakalan ketemu masalah besar. Uuugh, gimana caranya gue ngomong ke dosen gue""
"Lho"" Kimmy berdiri mendekati Erlynn. "Emang, kenapa skripsi elo" Yang gue print kemaren itu salah""
"Apa"" Erlynn langsung menoleh. "Elo bilang, file-nya nggak ketemu""
"Lho, elo nggak liat kertas di meja belajar elo"" Erlynn dan Kimmy bertatapan bingung.


Love In Sunkist Karya Evelyn Jingga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kertas apaan" "Ya ampun, kemaren elo minta di-print-in proposal elo" Masa sih, elo nggak liat"" Kimmy beranjak keluar kamar. Nggak lama kemudian, ia kembali dengan map berisi beberapa lembar kertas di dalamnya. "Nih!" ujarnya sambil menyodor-kannya pada Erlynn.
Erlynn langsung membuka map itu dan melihat isinya. "Lho, kok, bisa" Elo bilang, file-nya nggak ada" Terus, kemaren malem, gue nyari sendiri, file-nya emang nggak ada. Ini elo dapet dari mana""
"Jadi, tadi malem gue lembur, elo nggak tau" Waktu gue bangunin elo, terus gue bilang, file-nya udah ketemu, elo nggak sadar""
"Kapan, sih""
PUK! Kimmy menimpuk kepala Erlynn dengan tangannya. "Elo tuh, keterlaluan banget, deh. Jelas-jelas, tadi malem elo bilang, 'ya udah, kalo udah ketemu, print aja langsung'. Masa sih, elo nggak inget sama sekali"" seru Kimmy rada kesal.
"Hah" Jadi, proposal gue udah ketemu"" Muka Erlynn mendadak berubah ceria.
PUK! Kimmy menimpuk kepala Erlynn sekali lagi. "Jadi, kemaren itu elo lagi ngigau""
"Eh, jangan mukul kepala gue terus, dong," ujar Erlynn menggosok-gosok kepalanya. "Namanya juga lagi ngantuk berat, terang aja gue nggak sadar!"
"Elo bener-bener, deh. Udah tau proposal elo belum jaci, masih aja bisa tidur enak kayak gitu."
"Hei, jangan marah-marah gitu, dong! Elo ikhlas nggak sih, nolongin gue""
"Bukan masalah ikhlas nggak ikhlas. Gue bete aja ama elo. Gue pulang malem-malem, kedinginan gara-gara kena air hujan, terus cepet-cepet mandi, nggak makan, langsung lembur nyariin proposal elo, eh ... elonya malah enak-enakan tidur! Sebenernya, elo tuh niat nggak sih, bikin skripsi""
"Lho, elo kehujanan kan, bukan salah gue" Jangan jadiin gue kambing item, dong!" sahut Erlynn nggak mau kalah. "Suruh siapa elo mau repot-repot ke tempat Niko" Kalo emang Niko ada perlu ama elo, kenapa bukan dia aja yang dateng ke sini""
"Kan, gue udah bilang di telepon, Niko tuh sakit panas. Gimana sih, elo itu""
"Sakit" Sakit apa""
Kimmy memutar bola matanya. "Ah, udahlah, ngomong ama elo percuma. Ngabisin energi gue."
"Oh, jadi, elo kemaren ke apartemennya itu karena Niko sakit""
"Iya. Sekalian gue bawain bubur buat dia. Dia kan nggak ada pembantu. Kalo gue nggak ke sana, siapa lagi coba yang bisa bawain makanan buat dia""
"Pacarnya" Kenapa mesti elo" Eh, gue mesti cepet-cepet ke kampus nih," lanjut Erlynn sambil buru-buru kembali me-nyisir rambutnya. "Kalo tau proposalnya udah jadi, gue bakalan bangun pagi-pagi tadi."
Kimmy masih duduk di tempat tidur sambil memperhati-kan Erlynn yang sedang berganti pakaian. "Lynn, apa gue harus nganter makanan ke rumah Niko lagi"" tanyanya minta pendapat.
"Kemeja ini nggak kusut, kan" Nggak usah disetrika lagi, nggak pa-pa, kan"" tanya Erlynn. Tangannya mengusap-usap lengan kemeja birunya, maksudnya supaya kelihatan lebih rapi. "Elo ngomong apa tadi""
"Niko masih sakit. Kasihan kalo nggak ada yang nyiapin makanan buat dia."
"Boleh aja, sih. Cuma nganter makanan, kan"" Erlynn buru-buru memakai sepatunya. "Eh, gue udah terlambat, nih. Sepatu gue nggak dekil, kan"" tanyanya seraya memperlihatkan sepatu pantofelnya.
"Lynn ...." "Kim, kalo Dodo telepon, bilangin gue ke kampus ya," sahut Erlynn bersiap-siap keluar kamar.
"Lynn panggil Kimmy lagi. "Elo jawab gue dulu, dong."
"Lhc, kan tadi udah gue jawab. Boleh aja kalo elo cuma mau nganter makanan. Eh, udah ya, gue cabut dulu," seru Erlynn sambil meninggalkan Kimmy. nggak berapa lama Erlynn kembali membuka pintu kamar. "Kim!"
"Hah" Apa"" tanya Kimmy.
"Elo harus siap sakit hati!"
"Maksud elo""
"Elo udah terlalu sayang ama Niko. Elo boleh ke rumah dia, nganter makanan atau nganter apa aja, asal ya itu tadi, elo harus siap sakit hati!" kata Erlynn dengan kepala masih menyembul di balik pintu. "Gue pergi dulu ya. Bye-bye
"Lyrn!!!" teriak Kimmy waktu Erlynn menarik
kepalanya. "Apa lagi"" Kepala Erlynn muncul lagi. "Menurut elo, gue salah nggak"" "Salah apa""
"Salah nggak, gue sayang ama Niko" Salah nggak gue nganter makanan ke rumah dia"" "Salah!" jawab Erlynn tegas. "Terus""
"Eh, ngomong-ngomong, elo dapet di mana proposal gue""
"Jawab gue dulu, dong!" bentak Kimmy.
"Iya. Kan, udah gue bilang, elo salah kalo terlalu sayang ama Niko. Soalnya, Niko bukan punya elo dan nggak bakalan jadi milik elo. Kecuali, elo mau jujur ama dia."
"Jujur gimana""
"Kasih tau kalo elu suka ama dia. Eh, elo dapet proposal gue di-file
apa"" "Kasih tau Niko" Yang bener aja""
"Kemaren gue nyari, nggak ada tuh di komputer, elo dapet dari mana, sih""
"Ngomongnya gantian, MONYONG! Gue lagi nanyain Niko. Elo ngomongin proposal elo melulu ...."
"Makanya, elo jawab gue dulu, biar gue nggak penasaran."
"Gue nemunya di file elo yang judulnya "kha-siat juice avokad buat kesehatan'."
"Hah"!" "Makanya, kalo ngerjain sesuatu, konsentrasi, dong! Sekarang, jawab gue dulu, gue harus gimana ama Niko"" desak Kimmy nggak sabar.
"Hm ... relain aja lah." "Relain gimana""
"Hapus semua perasaan cinta elo! Udah ah, gue harus pergi sekarang. Byeee
Kali ini, Erlynn benar-benar pergi. Kimmy masih duduk mematung di atas tempat tidurnya. Dalam keheningan kamar-nya, ia temukan dirinya bertanya- tanya.
Gimana caranya menghapus perasaan cinta" Gimana caranya ngerelain seseorang yang bayangan wajahnya nggak pernah lenyap dari mata gue" Gimana caranya" Gimana caranya" Gimana caranya" Jawabnya cuma satu: bu khe neng! Nggak mungkin!
Niko's Mom ... KIMMY pergi juga ke apartemen Niko walaupun sebenarnya, perasaannya sama sekali nggak tenang. Ia cuma berpikir, rasa-nya jahat sekali kalau ia membiarkan Niko kelaparan di saat sedang sakit begini.
Tapi, gimana kalo Niko salah mengerti" Jelas-jelas tadi malam dia bilang, nggak ada apa-apa di antara kita. Apa gue ini termasuk cewek yang terlalu agresif atau apa sih" Sampe-sampe gue harus ngelakuin semua ini"
Kimmy memperlambat langkahnya mendekati
apartemen Niko. Sebelum ia mengetuk pintu, sebentar ia memindahkan meal box isi sup jagung hangat ke tangan kirinya. Tangannya berhenti di daun pintu waktu ia mendengar ada suara seorang perempuan dari dalam apartemen Niko.
"Om bilang, kamu sama sekali udah nggak pernah ke Chi-To. Kamu juga nggak pernah mau kalo disuruh ikut rapat untuk urusan restoran kita. Kamu ini apa-apaan, sih"" suara perem-puan itu sedikit meninggi.
Kimmy mengerutkan keningnya. Siapa dia"
"Mama nggak suka cara kerja kamu kayak gini. Dua bulan lagi, Chi-To yang di Singapura udah mau grand-opening, dan kamu santai-santai seperti ini""
Mama" Mamanya Niko" pikir Kimmy.
"APA"! Kamu nggak mau ke Singapura" Jangan main-main sama Mama, ya. semua orang udah tau kamu yang bakal jadi pimpinan di sana, dan Mama udah invest banyak uang untuk restoran kita itu, sekarang kamu bilang, kamu nggak mau"!"
Kimmy hampir saja menutup telinganya mendengar suara di dalam sana makin meninggi. Betul yang Niko pernah bilang, mamanya sering memaksakan keinginannya. Jelas banget dari suaranya. Tipe nyokap yang keras kepala dan sulit diajak bicara. Kasihan Niko, batin Kimmy.
"Jadi, betul yang Nisye bilang" Semua ini gara-gara pe-rempuan satu itu""
"Nggak!" suara Niko mulai kedengaran. "Ini nggak ada kaitannya ama Kimmy, Ma."
Gue" Kok, nama gue disinggung-singgung"
"Ah mau Kimmy kek, siapa kek, pokoknya Mama nggak peduli. Mama nggak mau masa depan kamu hancur cuma gara-gara satu perempuan yang Mama nggak jelas orangnya seperti apa."
Kimmy meletakkan tangannya di dada. Mendadak jan-tungnya berdetak cepat.
"Bukannya dulu kamu ama Nisye baek-baek a-ja" Kenapa sih, sekarang kamu bikin masalah kayak gini" Terus terang, Mama belum siap menerima siapa pun kecuali Nisye. Mama kenal baik sama Nisye dan keluarganya. Sedangkan temanmu itu, siapa tadi" Kimmy" Dari namanya aja, Mama udah nggak suka!"
BRUK! Bawaan di tangan Kimmy jatuh dan menimbulkan suara cukup keras. Kimmy pucat seketika, wajahnya kelihatan ter-kejut dan bingung, ia hendak membereskan tumpahan sup jagung di dekat pintu, tapi begitu mendengar suara seseorang melangkah keluar, ia putuskan cepat-cepat berlari mening-galkan apartemen Niko.
"KIMMY!" suara Niko jelas sekali walaupun Kimmy nggak sempat menoleh.
Gue harus pergi! Gue harus pergi! ucapnya dalam hati dengan penuh air mata. Betul yang Erlynn blang, gue harus ngilangin semua perasaan cinta gue ama Niko. Percuma. Sia-sia. Sia-sia batin Kimmy sambil terus berlari, lalu menuruni tangga.
"Kim, tunggu!" Tangan Niko berhasil menangkap tangan-nya waktu Kimmy sudah sampai di lantai
paling bawah. "De-ngerin
gue dulu!" Kimmy nggak menoleh. Ia hanya menggelengkan kepala-nya.
"Kenapa elo mau pergi"" tanya Niko dengan napas naik turun. "Elo nggak usah peduliin omongan mama gue. Elo harus dengerin gue. Elo jangan pergi. Elo harus tetep di si ...."
"Lepasin!" Kimmy berusaha menarik tangannya. Tapi, tangan Niko terlalu kuat. Bukannya melepaskan tangan Kimmy, Niko malah menyentak tangan Kimmy sampai Kimmy berbalik badan.
Niko terperanjat waktu melihat air mata di wajah Kimmy. "Elo nangis""
Kimmy diam, menunduk. "Maafin gue," ucap Niko lirih. "Gue nggak tau elo ada di luar tadi. Mama gue tadi ...."
Kimmy menggelengkan kepalanya, tangisnya makin menjadi. "Gue mau pulang," ucapnya dengan suara serak.
"Gue anter, ya"" tawar Niko.
Kimmy nggak menjawab. "Plis ... gue anter, ya"" ulang Niko. "Elo mau marah atau mau apa aja, silakan. Tapi, plis ... sekali ini, gue anter elo, ya""
Niko menelan ludah menanti jawaban Kimmy. Ia menarik napas lega waktu melihat Kimmy mengangguk pelan tak lama kemudian.
Taman Flamboyan ... NIKO nggak langsung mengantar Kimmy pulang. Ia membawa Kimmy ke sebuah taman di pinggir kota. Taman penuh flam-boyan dengan bunga merah Jingga, juga dengan rumput hijau yang membentang seperti permadani. Niko dan Kimmy duduk di kursi kayu panjang di bawah salah satu pohon flamboyan itu.
"Masih marah"" tanya Niko lembut.
"Siapa yang marah""
"Tadi"" Kimmy menggeleng, "Nggak marah, kok."
"Sedih"" "D kit." Niko menarik napas dalam-dalam. Gue nggak tau harus mulai dari mana. Gimana bilang ke elo tentang perasaan "aneh" yang gue rasain waktu gue ada di deket elo. Kayak sekarang ini. Duduk di samping elo, liat wajah elo dari deket, liat mata elo yang cuma beberapa senti dari mata gue, pokoknya semuanya itu. Haaah ... gimana ngasih tau ke elo"
"Hm..., gue ... hm ...," ucap Niko terbata-bata.
Kimmy menoleh. Ia menunggu kelanjutan kalimat Niko.
"Gue ... hm, gue minta maaf." Heeeh ... nga-pain sih, dari tadi gue minta maaf melulu" gerutu Niko dalam hati. Susah banget sih mau ngomong ten -tang perasaan gue. Susah banget. Tapi harus! Harus! Kapan lagi"
Kimmy menelan ludah. Kalimat Erlynn berdengung lagi di telinganya. Relain aja. Hapus semua perasaan cinta elo ama Niko. Hapus! Hapus! Hapus!
Seperti yang sudah-sudah, pembicaraan mereka selalu terhalang dengan seribu macam keraguan dan ketidakpastian. Mereka terdiam cukup lama.
Sekuncup kecil bunga flamboyan jatuh di kening Kimmy. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba ia ingin menangis. Shi wo ce ci xiang di dai tuo ma" Apa selama ini gue udah mikir terlalu jauh" Mungkin Niko sama sekali nggak pernah ada perasaan apa-apa ke gue. Kenapa gue harus maksain keadaan" Kenapa"
"Kim ...." Aduh, jangan lagi. Jangan lagi gue hanyut ama perasaan gue. Jangan lagi gue terlena waktu Niko manggil nama gue dengan cara selembut itu. Jangan lagi, batin Kimmy. Kalo gue terus berharap lebih, bisa-bisa ... persahabatan gue ama Niko bakalan hancur. Heh, gue nggak bisa bayangin kalo gue nggak lagi jadi sahabatnya Niko.
"Mama elo bener," ujar Kimmy. Ia sendiri heran, kenapa ia tiba-tiba berkata seperti itu.
"Maksud elo""
"Elo nggak boleh kecewain keluarga elo. Elo harus mikirin Chi-To yang di Singapura."
"Gue ... gue nggak ma ...."
"Elo itu harapan keluarga elo," imbuh Kimmy. "Pikir baik-baik dulu sebelum elo nyesel nanti."
"Elo seneng kalo gue ke Singapura" Pindah ke
sana"" tanya Niko.
"Gue seneng kalo elo berhasil. Kalo elo jadi o-rang sukses yang bisa nyenengin nyokap elo," ujar Kimmy. Kemudian, ia berhenti bicara sejenak. "Gue juga pergin nyenengin mama gue. Gue ... gue harus ke Taiwan," lanjutnya.
Niko terperanjat, "Apa"! Ke Taiwan""
Kimmy mengangguk. "Studi bahasa""
Kimmy mengangguk lagi, "Permohonan beasiswa gue udah disetujui."
"Kapan" Kapan elo pergi"" "Bulan depan""
"Apa"!" Air muka Niko spontan berubah. "Bulan depan tinggal beberapa hari lagi, kan" Kurang hm ... dua minggu lagi""
"Iya. Bulan depan. Dua minggu lagi." Niko menatap wajah Kimmy sekilas. Kemudian, ia diam. Kimmy juga diam.
Kenapa" Kenapa jadi begini" pikir Niko dalam hati. Ke-napa sepertinya gue
nggak pernah nemuin waktu yang baek buat gue berterus terang ama Kimmy" Kenapa gue jadi pe-ngecut seperti ini" Apa yang terjadi ama gue" Gue cuma pengin mencintai Kimmy. Gue cuma pengin memiliki Kimmy. Kenapa harus sesulit ini" Aaakh, jerit Niko dalam hati penuh keputus-asaan.
Kimmy masih duduk mematung sambil menatap ke ba-wah. Untuk kesekian kalinya, ia menahan diri untuk menangis. Ia diam, tapi hatinya penuh dengan gejolak. Hehhh, seandainya Niko ngomong
sesuatu, atau seandai-nya gue tiba-tiba pingsan Terus gue nggak sadar, gue ngelan-tur bilang tentang perasaan gue, ah ... seandainya semuanya itu terjadi, mungkin gue nggak akan sakit begini. Tapi ini" Gue yang salah. Gue yang salah. Seharusnya gue nggak boleh jatuh cinta ama Niko.
Niko dan Kimmy terus sibuk dengan perasaan mereka sendiri. Mereka seperti orang yang tersesat di hutan yang kemudian menyesali kenapa harus melewati jalan yang itu. Di mulai dengan awal yang salah di jalur persahabatan dan menghindari jalan cinta yang penuh keindahan, sampai akhir-nya mereka harus berpisah. Memilih jalannya sendiri-sendiri.
Kimmy's Diary ... SELESAI udah. Ternyata, semua impian gue nggak akan pernah jadi kenyataan. Gue dan Niko udah ngambil keputusan. Mungkin ini keputusan terberat seumur hidup gue. Memilih diam dan menyakiti diri gue sendiri" Heh, bodohnya gue.
Jujur. Waktu di taman tadi, gue hampir nekat ngomong tentang perasaan gue ama Niko. Tapi nggak bisa. Kelu banget!
Walaupun gue nggak bisa ngomong dan nggak tau mau ngomong apa, harusnya elo tau. harusnya elo tau! Heh ....
Adakalanya, gue nggak pengin orang tau isi hati
gue. Tapi, kali ini beda. Gue pengin. Sangat pengin. Pengin banget Niko tau perasaan gue sampe yang sedalem-dalemnya. Niko. Niko. Kenapa elo nggak nanya perasaan gue" Dan kenapa elo nggak nebak" Kenapa" Gue pengin teriak sekuat-kuatnya, NIIIKOOO .... NIIIKOOO .... Wo ai ni. Wo heng ai ni. Wi shi no ni bu ming bai wo dui ni di ai chin".9 NIKOOO .... Nan tau ni bu fa ciek wo wi xiao he wo khan ni yen jin di biau xian ma".10 Ru chi, xuan le ba!.11 Wo heng lei ....12
............ 9. Kenapa sih, elo nggak ngerti kalo gue tuh, sayang banget sama elo"
10. Apa elo nggak bisa liat dari cara gue memandang mata elo"
11. Kalo gitu, udahlah! 12. Gue udah letih banget.....
Bab 13 Rahasia Cinta Zai jian, bhen yu! Selamat tinggal. Sahabat!
Pesawat yang akan membawa Kimmy ke Taiwan akan take-off sebentar lagi. Penumpang yang lain kelihatan terburu-buru begitu diberi tahu melalui pengeras suara, pesawat akan segera terbang. Mereka berjalan menuju pintu masuk yang dijaga dua orang pramugari dengan senyum ramah untuk memeriksa tiket.
"Jangan lupa kirim e-mail, ya!" pesan Lynn dengan mata berkaca-kaca, sebelum Kimmy melangkahkan kakinya. "Elo jangan suka telat bangun pagi, jangan suka ngomong sendiri, jangan slebor ... ya," lanjutnya terbata-bata.
Kimmy memaksakan diri tersenyum melihat wajah Lynn yang kelihatan sedih banget. "Gue nggak bakalan lupain elo. Elo ...," Kimmy berhenti sejenak mengatur suaranya. "Elo jaga diri baek-baek, ya."
Kemudian, Lynn memeluk Kimmy. "Zai jian, bheng yu! Bye, Friend!" bisik Kimmy sebelum melepas pelukannya.
Niko berdiri nggak jauh dari situ. Tubuhnya serasa kaku menunggu gilirannya mengucapkan selamat tinggal kepada kimmy.
Seandainya elo tau, rasanya separuh dari jiwa gue pengin ikut pergi ... separuh yang lain, berha-
rap ada keajaiban. Aaah, mungkin udah terlambat! batin Niko.
Kimmy menatap wajah Niko, tersenyum sebentar, lalu mulai menangis. "Gue pergi dulu, ya"" katanya lirih.
Niko menelan ludah. "Jangan nangis ...," ucap Niko sambil mengulurkan tangannya mengusap lembut air mata di pipi Kimmy. "Gue nggak tahan liat elo nangis. Jangan nangis, Kim. Nanti di pesawat, atau nanti waktu elo udah nyampe di sana, jangan nangis!"
Kimmy menatap mata Niko dalam-dalam. Seandainya elo tau, gue nggak pengin pisah dari elo. Gue nggak pengin jauh dari elo. Oh Tuhan, apa aja deh, asal gue bisa tetap di sini, bisik Kimmy dalam hati.
Niko menarik napasnya dalam-dalam. Ia melirik ke
jam tangannya. Waktunya dengan Kimmy sudah nggak lama lagi. Nggak tahu kenapa, mendadak tubuhnya bergetar ketakutan. Ia baru sadar, ia benar-benar takut kehilangan Kimmy. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba Niko berbisik, "Give me a hug, please..."
Sejenak, Kimmy terperanjat mendengar suara Niko yang seperti seorang yang sedang memohon. Benarkah" tanyanya dalam hati nggak percaya.
"Please...," ulang Niko lagi.
Kimmy nggak menunggu lagi, memenuhi permintaan Niko. Dan lagi-lagi, ia menangis. Gue pengin memiliki elo, Niko. Gue pengin. Tapi nggak bisa..., gumamnya dalam hati. Itu semua cuma
mimpi karena semanis apa pun sikap elo ama gue, seberat apa pun elo ngelepas gue hari ini, nama gue di hati elo cuma sebatas sahabat. Nggak lebih. Apa yang bisa diminta oleh seorang sahabat" Gue udah cukup bahagia boleh menikmati kemesraan ini walaupun sebentar .... Sebentar banget dan akan segera berlalu.
Ketika merasakan pundak Kimmy bergetar cukup keras, Niko makin berat melepas Kimmy. Ia ingin bicara banyak, tapi tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Jangan pergi, Kim, batinnya. Jangan tinggalin gue. Gue nggak rela elo pergi. Jangan pergi....
"Zai jian, wo di bhen yu,"(Good bye, my Friend!) ucap Kimmy setengah ter-paksa. Betapa nggak penginnya seandainya gue bisa bilang, ni se wo zui sheng ai di ren ... bu se bhen yu.(Elo adalah orang yang paling gue cintai... bukan cuma temen ...)
Perasaan cinta mereka yang terdalam seperti terbungkus oleh seribu macam keraguan. Titik perpisahan pun makin dekat saat Kimmy melepaskan diri dari Niko.
Kimmy melangkah perlahan menarik koper kecilnya. Sebagian barangnya dimasukkan ke bagasi, beberapa makanan dan keperluan-keperluan penting, juga hadiah perpisahan dari teman-teman yang nggak sempat d\-packing, tarpaksa dimasukkan dalam mini traveling bag-nya,
"Bye ucap Kimmy seraya melambaikan
tangannya pada Erlynn dan Niko, kemudian membalkkan badannya dan bersiap pergi. "Kim!"
Kimmy menoleh cepat begitu mendengar suara
Niko. "Ini buat elo ujar Niko mengulurkan sebuah kotak kecil yang dibungkus kertas kado warna biru muda.
Kimmy menerima bingkisan itu. "Thanks."
Lagi-lagi, Niko nggak bisa bicara apa-apa. Untuk yang terakhir kalinya mereka bertatapan penuh arti. Setelah itu, Kimmy berjalan menjauh. Benar-benar pergi.
Niko mengantar Kimmy dengan tatapan lembutnya sampai punggung Kimmy nggak kelihatan lagi. Gue nggak bisa buat elo bahagia. Gue terlalu takut, I'm so sorry, Kim..., batinnya.
"Niko, ini titipan dari Kimmy." Erlynn menyodorkan se-pucuk surat pada Niko. "Kimmy bilang, kalo dia udah pergi, gue harus ngasih surat ini ke elo."
Niko menerima surat itu. Jantungnya berdesir pelan dan tiba-tiba saja ia ingin cepat pergi dari situ. Ia ngin tahu apa yang ditulis Kimmy.
KIMMY memasang seatbelt ketika pesawatnya bersiap naik. Kotak kecil dari Niko ada di pangkuannya. Ia menarik pelan amplop gambar hati
yang dilekatkan di atas kotak itu. Pesawat sudah melayang di atas awan ketika Kimmy membaca isi surat Niko.
Dear Kimmy, Bagi gue, lebih mudah ngelakuin apa pun dari pada harus menulis surat ini. Karena di dalam surat ini, gue harus buat pengakuan besar, yang mungkin bisa bikin elo kecewa ama gue. Gue yang udah terlalu banyak nggak jujur ama elo.
Kim, sebenernya, gue suka sunkist sejak gue ketemu elo di supermarket. Sejak gue liat wajah polos elo. Sejak gue liat elo ngomel-ngomel gara-gara kaki elo kejatuhan buah melon. Ya, sejak itu gue sering ke supermarket nyari sunkist karena ... gue pengin ketemu elo lagi.
Mungkin elo nggak pernah tau, setiap kali gue ketemu elo atau duduk deket elo, ada satu perasaan aneh yang gue nggak ngerti. Perasaan yang nggak pernah gue rasain waktu gue di deket siapa pun, termasuk Nisye. Gue baru tau, perasaan itu punya nama, cinta.
Gue baru sadar, Kim. Perasaan gue ama Nisye bukan perasaan cinta. Gue baru kenal yang namanya cinta setelah gue kenal elo. Setelah gue ngerasain rindu kalo gue nggak ketemu elo sehari aja.
Elo boleh bilang gue bodoh atau apa aja, tapi sungguh, gue nggak pernah bermaksud bohongin elo. Kalo selama
ini gue nggak pernah ngomong tentang perasaan gue, itu karena gue takut
kehilangan elo. Gue tau, elo cuma pengin jadi sahabat gue. Elo pengin gue kembali ama Nisye. Elo nggak pernah pengin sesuatu yang lebih dari gue. Tapi gue berbeda, Kim. Gue pengin memiliki elo. Gue pengin terus deket ama elo. Gue pengin jadi bagian dalam hidup elo.
Gue tau, elo pasti marah begitu elo tau tentang semua ini... gue udah ngerusak persahabatan kita. Maafin gue. Tapi gue nggak pengin bohong terus ama elo. Gue pengin elo tau, elo itu berarti banget buat gue.
Hari ini, elo pergi tinggalin gue ... jangan tanya perasaan gue kayak apa.
Kim, sebenernya, gue masih pengin memeluk elo gue pengin pegang tangan elo yang mungil, gue pengin ngeliat pipi elo yang lembut, rambut elo yang harum, mata elo yang tertutup waktu ngebayangin keindahan, dan senyum elo yang lucu.
Gue nggak bisa nulis surat yang indah. Cuma ini yang gue bisa bilang.
Gue sayang elo, Kim. Sayang banget.
-Niko Kimmy mengigit bibirnya menahan air mata yang sepertinya tak bisa berhenti mengalir. Kimmy menang s hingga bersuara. Pundaknya naik turun dan bergetar kuat, seperti ada badai yang mengguncang di dalamnya. Sejenak, ia mengalihkan matanya melihat awan-awan putih dari balik jendela, berharap bisa menekan perasaannya yang
bergejolak. Tapi nggak bisa. Justru sebaliknya, semua kisah yang pernah ia lalui bersama Niko tergambar jelas di benaknya.
"NGGAK BISA APA NGAMBILNYA DARI SANA""
Kalimat Kimmy waktu pertama kali berjumpa dengan Niko seperti terdengar kembali. Pertemuan di supermarket malam itu, waktu Niko memilih sunkist.
Pertemuan di meja kasir. Kimmy mengejar recehan yang menggelinding di dekat kaki Niko.
Duduk berdua dalam mobil, bercerita tentang segala hal, tentang cinta dan keindahan.
Dansa terakhir di Ocean Cafe, di bawah sorot lampu yang bercahaya seperti bintang-bintang di langit.
Menyentuh kening Niko ketika Niko demam. Menangis di tengah hujan dan gemetar kedinginan di teras rumah Niko.
Duduk berdampingan di taman flamboyan. Special hug di airport tadi.
Semuanya itu seperti rangkaian adegan film yang diputar ulang dalam pikiran Kimmy. Dadanya terasa sesak menyadari rasa kehilangan di hatinya. Ia ingin berhenti menangis, tapi air matanya malah membanjir mulai dari ujung mata sampai ke bibirnya.
Kotak kecil dari Niko masih ada dipangkuan Kimmy. Dengan penuh ingin tahu, perahan ia membuka penutupnya.
Deg! Sunkist! Sebuah sunkist dengan warna orange paling segar yang pernah Kimmy lihat.
Ya Tuhan. Gue pernah mimpi seperti ini. Rasanya nggak percaya kalo ini bisa jadi kenyataan, ucap Kimmy dalam hati. Kimmy menarik keluar sunkist segar itu dari kotaknya. Ia melihat tulisan tinta biru di atas permukaan kulit buah itu, ... I Love Ycu ....
Kali ini, Kimmy tersenyum dalam tangisnya.
Surat Kimmy ... BEGITU sampai di mobil, Niko segera merobek amplop surat Kimmy. Melihat tulisan tangan Kimmy yang rasi, perasannya mengharu-biru.
Niko... Gue nggak tau, gimana jadinya gue kalo jauh dari elo. Gimana nahan air mata gue, kalo belum-belum gue udah kangen ama elo.
Sebenernya, gue nggak rela kehilangan elo, gue nggak rela kehilangan saat-saat gue bisa nyium aroma parfum elo ... blackcurrant, cinamon, musk .., atau apa aja, semua aroma wangi di baju elo yang bisa gue nikmati waktu gue di deket elo. Gue juga nggak rela kehilangan kata-kata SMS elo yang penuh perhatian ama gue. Gue nggak rela kehilangan kesempatan ngeliat cara elo tersenyum. Gue nggak rela kehilangan semua itu.
Tapi ... seberapa besar gue kagum ama elo, seberapa dalem gue bahagia di deket elo, gue harus sadar, elo itu bukan milik gue. Elo itu sahabat gue. Bukannya gue nggak pengin berjuang buat cinta gue, gue cuma takut elo kecewa karena gue berharap lebih. Gue takut elo pikir, gue ini sahabat yang mencuri ... mencuri semua yang indah dari elo, yang seharusnya bukan buat gue. Mungkin buat Nisye atau orang lain yang elo cintai.
Singkatnya, gue sayang elo.
Mungkin, elo pikir gue terlalu berani ngomong seperti ini. Gue cuma pikir, gue adalah ora
ng yang nggak bisa menghargai sebuah persabahatan kalo di dalam persahabatan itu gue udah nggak jujur. Gue berani karena elo sahabat gue. Gue berani karena elo pasti tau gimana caranya tetap jadi sahabat gue tanpa membuat gue jatuh cinta lagi ama elo.
Sori, gue telanjur jatuh cinta ama elo.
-Kimmy Jantung Niko berdegup kencang ketika tangannya melipat surat dari Kimmy. Rasa-rasanya, ia ingin lari bahkan terbang mengejar pesawat Kimmy di atas sana. Sejenak, ia menghela napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan perasaannya. Perasaan yang gelisah karena harus merelakan kepergian Kimmy dan juga perasaan lega karena pengakuan Kimmy. Ia tahu ia nggak bisa berbuat apa-apa lagi saat ini, tapi setidaknya, rahasia cinta
mereka terkuak sudah. Seandainya kita jujur sejak awal..., batin Niko.
Epilog Tiga tahun kemudian ... Sepasang kaki mungil dengan sepatu wedge bertali warna biru berjalan di lantai 365 Days. Setelah melewati bagian biskuit dan makanan kaleng, kaki itu membelok menuju ke bagian buah-buahan dan makanan dingin.
Kimmy, si pemilik kaki itu berhenti pas di depan rak yang memajang buah-buah sunkist segar. Ia terdiam lama mem-perhatikan buah berben:uk bulat itu tersusun rapi di samping ... buah melon. Persis! Seperti kejadian beberapa tahun yang lalu ketika ia bertemu dengan Niko untuk pertama kalinya.
Kimmy maju beberapa langkah, mendekati rak buah-buah dingin itu. Sekarang, ia berdiri pas di tempat ketika matanya dulu pernah menangkap sosok Niko yang tampan dan penuh pesona.
Zai chi di fang, wo di yi chi jian ni shi, yian zing na mo mei li! Di tempat ini pertama kali aku melibat matamu yang indah! Xian jai wo zai lai ce di fang, xiang yao khan ni na mei li di yian zing .... Sekarang, aku datang lagi untuk melihat matamu yang indah itu.
Setelah cukup lama terpaku, perlahan Kimmy beranjak pergi. Begitu sampai di pintu keluar, ia
melihat gerimis turun perlahan-lahan. Kimmy me-mandarg ke langit sebentar, lalu tersenyum. Wajahnya kelihatan bercahaya indah. Rambut panjangnya nggak berubah. Lipstik tipis di bibirnya juga nggak berubah. Tapi nggak tahu kenapa, dia benar-benar jauh lebih cantik sekarang.
Kimmy melangkahkan kakinya, memberanikan diri berjalan menerobos air hujan yang semakin lebat. Hari sudah agak gelap, tapi jalanan di luar masih cukup ramai dengan mobil yang lalu-lalang. Lampu-lampu mobil yang saling me-nyorot di tengah gelapnya malam menambah indah suasana penuh kenangan itu.
Kimmy terus berjalan sambil menutup kepalanya dengan tangan mungilnya. Tiba-tiba, ia merasakan ada sepasang kaki berlari kecil di samping kakinya. Sebuah payung dengan corak kotak-kotak burberry sudah ada di atas kepalanya. Kimmy melewati sebuah genangan air, lalu mendadak berhenti ketika ia mencium sesuatu. Keharuman yang pernah ia kenal. Wangi blackcurrant yang menyegarkan awalnya, lalu berubah menjadi aroma hangat kayu manis. Wangi yang tiba-tiba tercium di hidungnya kalau ia ingat seseorang. Wangi yang selalu membuatnya ingin terbang....
Kimmy memalingkan kepalanya pelan-pelan. Sangat pelan, seperti adegan film dalam gerak lambat. Begitu melihat sebuah wajah yang ada di belakangnya, ia tersenyum.
Wo xiang xin ni yie zai lai ci di fang deng dai
wo .... Gue yakin, elo pasti datang lagi ... elo pasti nunggu gue di tempat ini.
Kimmy mengamati raut wajah Niko yang juga sedang tersenyum. Wajah putih bersih, alis hitam subur, mata khas Brad Pitt, hidung tinggi, bibir ....
Ni ci dao ma, wo heng xiang nien ni .... Elo tau kan, gue kangen banget ama elo.
Di tengah air hujan dan dinginnya malam, Kimmy dan Niko berdiri saling menatap tanpa berkedip. Mereka nggak peduli keramaian di sekeliling mereka. Suara ribut air hujan yang jatuh di kain payung seakan berubah menjadi musik lembut yang indah. Butir-butir air seolah menjelma jadi salju yang lembut. Niko menyibak anak rambut yang menutupi mata Kimmy. Bukan hanya dengan tangan, tapi dengan hati.
Keduanya bertatapan dalam, sementara hati keduanya menari-nari dalam buaian fantasi cinta yang menjadi kenyataan.
I luv u until the end of time... It's me Gue Evelyn Jingga, lahir 27 Juni 1976. Pertama kali gue nulis novel, waktu gue jadi story teller di salah satu Kindergarten, di Jakarta. Sekarang, gue tinggal di Semarang, dan lagi sibuk menggarap novel-novel gue selanjutnya.
Sebelum ini, buku-buku gue adalah: Knotty Love ( Cas (Castle Book, 2004) dan The Happy Talk (Gradien, -2005).
Gue suka dengerin musik yang lembut, sambil minum sprite atau pocari sweat. Apalagi kalo pas hujan lebat. Wah, full inspiration, deh! So, kalo liat air hujan, inget gue ya!
Mimpi gue, satu saat nanti, gue bisa nulis skenario film, love story yang paling romantis dan yang bakalan terus diinget orang sepanjang zaman.
Penguasa Alam 3 Trio Detektif 24 Misteri Tambang Jebakan Maut Ratu Perut Bumi 2
^