Pencarian

The Feels Fat 2

The Feels A Fat Karya Windyasari S Bagian 2


juga." Kemudian semuanya terdiam sejenak, seperti merenung. Terutama Aris yang di mana hal seperti ini masih baru dia sadari. Masih baru dia dengar. Dengan sikap 'tidak malu bertanya-nya' itu malah menguntungkan dia, teman-temannya dengan gamblang menjelaskan apa yang pengen dia tau secara gratis hehe.. .dan Imman, Rini juga Velli pun ngga nganggep Aris bego ato polos dan sebagainya. Mereka justru secara sadar ngga sadar malah respect terhadap Aris.
"Ei...briefing dulu yuu,...", kata Velli ngingetin. "Oh, ya.ampe pada lupa gini hehe..",
kata Rini. "By the way, gue ada inspirasi lirik, nih. Lo tau ngga lirik lagu Pearl Jam yang 'Last Kiss' kan nyeritain tentang tragedi kecelakaan orang yang lagi pacaran di mobil, kan"...kalo gue bayangin jadi kaya film. Nah, gue keinspirasi untuk bikin lirik yang kaya film juga. Yaa, agak-agak tragedi juga, sih.", Velli ngasih usul.
"Tragedi apa" Tragedi gunung merapi.."" hehehe.", tanya Aris jail.
"Aa..ahh.serius, nih. Ih, untung gue ngga pundungan. Bukan, gue ...ada, deh ntar aja liat liriknya ya".",
"Mana coba" Udah ada belum"", tanya Imman. "Mmm.udah, sih hehe.nih. Sederhana aja, sih. Ya, 'Last Kiss' juga sederhana", kata Velli agak malu sambil menyodorkan secarik kertas ke Imman. Liriknya berbunyi seperti ini;
A Crime At the time we've been running Went to somewhere but The police shoot my feet And I let you go away, babe
Ow, no... You just do not cry 'coz they will healing my leg, soon Even they can't heal the sickness of our son
Ow, no. C'mon, they don't understand We just rob for a hundred thousand They have no feelin' It was not a crime
I promise to you, now I will come back soon I can't get out of
These people, no, they're not the human
"Hmmm...let me guess...ini tentang perampokan orang tua yang anaknya lagi sakit, yaa.."!, tebak Imman. "Iya...tul! Hehehe.. .gimana"", Tanya Velli minta pendapat.
"Good, mirip cerita serial-nya Tru Calling kalo ngga salah. Beneran kaya film, dong ya..", komentar Imman.
"Oh iya ya".hehehe."
"Kita coba aransemen aja sekarang.ya, Rin"", Aris
ngasih saran. "Ok, sip..", jawab Rini.
"Gue udah ada chordnya, koq", lanjut Velli
Mereka pun mulai mengaransemen sambil Velli
menyanyikan keseluruhan lagu itu. 12 bar blues
begitu kentara di lagu ini walopun tetap berusaha
menggunakan variasi lain agar tidak monoton.
Dengan pola awal chord I-IV-V yang dimulai dari
C7. Sebuah komposisi lagu blues yang sederhana
dan klasik. Sampei akhirnya ampir mau magrib, ngga kerasa. Rini, Aris, Imman pun bergegas pulang ke rumah masing-masing. Tapi kemudian Imman berniat numpang sholat Magrib di rumah Velli, sementara yang lainnya pulang. Katanya, sih udah ini mau ke rumah Jane yang memang sejalan dari rumah Velli. Sementara nunggu Imman selsei sholat di Musholla rumah, Velli yang kebetulan lagi berhalangan sholat nunggu Imman di kamarnya. Untuk istirahat sejenak setelah berkoar-koar nyanyiin lagu ciptaannya tadi. Ah, rebahan dulu bentaaar, aja sambil nunggu Imman selsei, pikirnya. Velli bersandar di bantalnya yang disenderin b
erdiri di kepala ranjang sambil tangan dilipat. Sambil ditemenin lagu-lagunya The Lightning Seeds . Band Britpop yang juga jadi favorite-nya. Setelah selsei sholat Imman kebingungan, kemana Velli" Terus ngga jauh dari musholla, kamar Velli lagi ngga dikunci. Mungkin Velli di situ, pikirnya. Ketika di depan pintu Imman mendapati Velli sedang duduk nyender sambil memejamkan mata sekedar untuk refreshing sebentar. Imman sontak jadi inget kejadian di mobil waktu dia anteng ngeliatin Velli tidur karena kecapean. Tapi ngga lama Velli melek, sadar ada seseorang di pintunya. Velli kan kali ini ngga lagi tidur beneran. Imman cukup kaget juga ke-gap lagi ngeliatin, tanpa sebelumnya bilang dulu ke Velli kalo dia udah mau pulang. Velli juga seperti agak kaget matanya ke-gap pas lagi asyik-asyiknya merem. Ngedadak aja Imman nge-les,"Eh,
kenapa lo" Sakit"""
"Busyet, gue tiduran doang disangka sakit"!", kata Velli langsung 'lempeng(lurus/cuek) sambil bangun dari istirahatnya.
"Yaah...kan ....gue basa-basi hehehe...", kata Imman asal (asal Velli ngga mikir aneh-aneh). "Eh, gue pulang dulu ya.eh, ngga sih mau ke Jane
dulu.. " "Oh, ok deh..sip...ntar kontak-kontak aja lagi kalo mau latian ya.", jawab Velli sambil mengantar Imman ke pintu depan.
BAB 10 DEAR, DIARY... Saat itu, hari minggu sekitar jam 11 siang, Rini berniat untuk liat-liat ke toko alat musik di sebuah mall di kawasan Cihampelas. Dia memang sering datang ke sana sendiri cuma untuk sekedar liat-liat atau beli 'pick(alat pemetik gitar) gitar. Dan gitarnya pun dia beli di situ. Tapi ngga lama setelah dia masuk tiba-tiba dari belakang dia dikejutkan olah sesosok pria, lebih tua 5 taun di atas Rini, berkulit cokelat, tegap, dandanan agak rapi (tapi ngga kosmo), cowok banget, deh pokoknya. yang tiba-tiba menutup mata Rini dari belakang. Dia Richi cowonya Rini yang selama ini kerja di Makassar, di sebuah stasiun radio. Tentu hal ini bikin Rini surprise banget. Seneng banget. Kejutaaaaan!!.
"Lho.."" kamu koq"...", Tanya Rini masih keheranan.
"Iyyaa.aku kan mau ngasih kejutan, dooong.",
katanya sambil tersenyum mesra.
"Eh.." koq bisa"" Jangan-jangan ada tim 'harap
cemas' hehe..." "Euuh.kalo ada kenapa"."
"Untung aku ngga sama selingkuhan hehe.."
"Iihh..awas looo.hehe.",
"Koq tau aku di sini""
"Yaa...Richiiii....siapa dulu, dooong...ya aku tinggal tanya ke orang di rumah kamu hehe.tadinya mau surprise di rumah kamu
hehe." "Sok liat-liat lagi aja,.."kata Richi
"Eh, udah koq."
"Bennerrr..""", Tanya Richi dengan nada untuk meyakinkan
"Mmmm...belom, sih. Tapi karena kamu dateng kita cabut langsung, hehehe.", jawab Rini sambil lengannya menggandeng lengan Richi dengan manja.
Rocker juga bisa manja.. .HUA..HA.. .HA..HA.. .(tampaknya ini suara dari penulis).
Karena kebetulan Richie memang baru gajian, jadi dia berniat langsung dateng ke Bandung dan rela nraktir Rini di tempat makan yang agak mahal. Sebuah tempat makan masih di mall itu juga yang khasnya adalah Steak Eropa. Yaahh, sekali-kalilah, lagian untuk cewe gua ini, lagian ini juga duit hasil sendiri bukan morotin ortu hehe..begitu pikir Richi kira-kira.
Di tempat makan itu mereka tampak sedang membicarakan hal yang serius mengenai hubungan mereka. Yaah.hal yang wajar untuk pasangan umur 21 dan 26 tahun. Ya, bukan berarti udah mau buru-buru nikah, sih. Cuma rencana kan harus dari sekarang-sekarang, begitu pikir mereka. "Yaah, aku sih udah bilang koq ama mama juga bapa, Rin. Mereka katanya sebelum aku nanya juga udah menduga dan itu wajar buat mereka. Jadi dah ngga ada masalah, sih. Kamu sendiri udah bilang belum ke mama ama papa kamu.sebelum aku nanti bilang sendiri, nih.hehe." "Udah, koq.mereka juga cuma manggut-manggut tanda setuju aja, hehe...ya, lagian kan kita dah 3 taun.waloupun belum bisa kebilang lama banget tapi juga bukan sebentar kan. Mereka, sih udah sadar itu sejak kamu dapet kerjaan di Makassar. Bahkan waktu kamu masih kerja di Bandung walopun belum tetep mereka udah respect ama kamu. Itu berarti kamu udah ada rasa tanggung jawab."
"Yaah, karena itu kita meningan ngumpulin duit aja dulu. Ntar kalo kamu udah lulus dan k
amu kerja. Yaah, gitu deh.kita berjuang hehe..", kata Richi kemudian dengan tatapan mesra sambil membelai rambutnya Rini.
"Eh, by the way..aku sebelum lulus juga pengen sih freelance, apa, keq... .ya kalo band aku memang belum bisa menghasilkan. Karena selain baru juga kalo udah ada penghasilan kepakenya buat uang kas dan kepentingan band dulu. Aku mesti cari bidang laen yang bisa aku andelin untuk sendiri hasilnya." "So."", Tanya Richi nanya kira-kira apa rencana
Rini. "Umm..tapi jangan ngetawain, yah"", Tanya Rini manja.
"Lho" Koq ketawaaaa." Oh, emang udah ada""
"Ya, ngga juga sih. Belom tapi udah niat. Tapi, yaaa.belum pasti daan.sangat belum pasti
hehe." "Apaan, sih"", Tanya Richi penasaran sambil tersenyum dan mencubit dagu Rini yang manis dengan lembut.
"Kamu tau kan, aku suka baca",.so.aku juga jadi pengen nulis HE..HE..HE..", kata Rini sambil ketawa disengaja dengan agak keras untuk nutupin malu.
"Lho.bagus, dong. Koq malu-malu"".nulis apa" Novel gitu""
"Mmmm..iya kali, ya.aku pengen, sih nulis novel atau.ya novel, sih.tapi aku juga kalo udah sukses tahap awal, lancar.kepikiran juga untuk nulis buku non-fiksi. Tapi itu ntarlah....Yang awal aja dulu. Lagian juga belum dapet penerbit, dan naskah aku juga belum selsei, sayaaaaaang.", kata Rini manja.
"Oh, nyanteilah...ok aku dukung, babe. Ntar boleh, dong aku baca" Kita diceritain ngga" hehe.. " "Ya...eelaah..lu kata kisah nyata apa"! Ini kan fiksi.mengkhayal ajaaaa." "Tentang apa, say..""
"Ummm...yaah.ada unsur politik, sih tapi ngga berat-berat. Dan unsur cinta teuteuuup adaaaa.hahaha.dan ngemasnya juga ringan. Trus aku juga masukin unsur sains. Tapi ngga berat-berat ngemasnya. Awal-awal ringan aja dulu nulisnya hehehe, biar bikin semangat, asyik ngerjainnya. Juga sesuai ama pasar dan buku aku jadi kepake hahaha...itu sih mimpi aku. Mudah-mudahan." "Amiiin...gue bangga ama lo.", kata Richi dengan nada sok tegas dan meneruskannya lagi dengan, "Aku bangga ama kamu.", katanya dengan nada lebih pelan dan halus sambil natap Rini serius.
"Iihh.ntar dulu.bukunya juga belom ada.", sahut Rini sambil tersipu.
"Eeeh..kamu, teeeh.ini bukan masalah bukunya. Tapi kemauan kamu itu. Yaaa,.at least buku itu terbit ato ngganya kamu udah ada kemauan dalam hidup selain kamu ngebandlah, kuliahlah. I like a woman like you, honey..", kata Richi sambil terseyum penuh sayang.
"Iyaaa.kan ini buat kita juga, Yang.yaa..usaha aja dulu..", kata Rini yang ngga kalah halusnya nada bicaranya.
Setelah mereka makan, mereka mampir ke toko buku. Kalo Richi dia lebih suka baca-baca mengenai pekerjaan dan hobi dia. Dia biasanya menghampiri rak buku bagian komunikasi, manajemen, periklanan ataupun buku-buku mengenai komputer. Namun dia juga favorite terhadap buku-buku biografi dan karya-karya Kahlil Gibrahn. Sementara Rini menuju buku-buku politik, filsafat, musik, psikologi dan sejarah. Richi hari itu hanya mengunjungi Rini 2 hari. Karena Selasanya dia harus udah di Makassar untuk kerja lagi. Sebenernya itu jadwal rutin tiap sebulan 2-3 kali. Tapi minggu ini tadinya Richi pura-pura ada proyek tambahan bilangnya ke Rini sehingga tidak bisa ke Bandung, padahal ternyata tadi tetep ke Bandung mau bikin kejutan hehe.
Ngga kerasa hari udah malam, Richi pun pulang dari rumah Rini. Dia kalo lagi ke Bandung nginep di rumah sodaranya di kawasan Dago atas. Setelah Richi pamitan dengan segala uacapan mesra mereka dan akhirnya Richi pun pulang, Rini dapet sms dari Velli yang isinya ngasih tau kalo minggu depan The Feels A Fat bakal nge-track ato merekam lagu, untuk dipublikasiin dan ditawarin ke radio-radio dan website. So.tiap personil untuk sementara ini, karena belum ada pemasukan mesti patungan dulu untuk biaya track ini. Masing-masing kira-kira sekitar 50 ribuan untuk 1 shift selama 6 jam. Studio udah Velli booking, letaknya di kawasan Buah Batu. Sementara Velli setelah sms Rini yang di mana Rini juga berarti harus ngirim sms bersambung ke Aris lalu Imman dan begitu seterusnya. Eeh.."" koq seterusnya" Muter terus, dong" Hehehe....saya ngelindur sepertinya. Oya lanjut lagi, setelah Velli ngirim sms ke Rini, di
a langsung semangat untuk mencari sound karakter untuk gitarnya. Untuk sound dia naksir soundnya John Lee Hooker atau Johnny Winter. Dikeluarkannyalah itu peralatan 'senjatanya' untuk mulai mencari-cari sound. Setelah sekiranya udah nemu yang enak dan sesuai dengan Velli sekira selama setengah jam, kemudian Velli terdiam sejenak, lalu membereskan peralatan musiknya tadi lalu Velli ngambil diary yang dia simpen di lemari bajunya. Mulailah dia nulis beberapa kalimat,.. .Untuk mengganti kata 'Dear, diary' Velli biasa menggunakan 'Hai, babe'...
Sunday, 26 Maret 2006 22.30
Hai, babe. Akhirnya kita nge-tarack juga, nih. Selama ini sih gue seneng-seneng aja ama band baru gue. So, yang tadinya niat gue untuk nyambi di Rock 'n Roll Cafe ngga diterusin. Untung memang belum sampe kontrak, baru ditawarin aja. Selain itu gue juga jadi bisa buat lagu sendiri atau ngepublikasiin lagu-lagu yang pernah gue buat.
Hmmm...Oya, kemanaya tu orang"...katanya Dery mau ngambil DVD BB. King (YANG GUE PINJEM PAS GUE NGAJAK DIA MAKAN DAN DIA NGGA MAUITUUTUUUU..!! SHIT!! GOD, HELP ME!!...). Heeuuh, taluk deh gue kalo naklukin cowok. Masa iya gue mesti sempurna dulu supaya cowok-cowok yang gue suka bisa luluh" Ah, buktinya banyak cewek-cewek yang tidak harus 'sumpah cantik putih asli tinggi semampai' tapi bisa meluluhkan cowok yang mereka suka. Kenapa gue ngga" Emang kekurangan gue (sebagai manusia) tidak bisa ditolerir"! Hmmm.toh gue juga ngga jelek, ato.malah cantik hihi.bukan kata gue, yeyyy, bukannya narsis, gue cuma mencatat apa yang orang puji, itu harus disyukuri, lagian ini kan diary gue, bukan gue ngomong di toak, ato mic!!
Huuffh.emang siapa Dery itu""! Ashton Kutcher" Brad Pitt"" ato Prince William"" Bukan, tolol! semua orang juga tau itu! Hmmm..kayanya gue mesti jadi artis yang terkenal dulu supaya cowok kaya dia bisa luluh. Supaya dia ngerasa seperti 'Pejantan Tangguh' kalo dapetin gue. Ih!.Yyuuu. Mmm.ngantuk juga, ya. Bobo, ah.
Lalu Velli pun tidak lama kemudian tertidur lelap, dengan sambil memeluk guling seolah-olah kalo kita liat gulingnya sulit untuk dilepaskan. Konon katanya kalo orang tidur sambil memeluk guling selain karena kebiasaan tentunya, bisa juga tanpa disadari adalah karena kebutuhan akan seseorang yang spesial. Tapi sepengetahuan penulis, itu adalah survey untuk cowok, mungkin buat cewek juga kali ya. Yang jelas kalo penulis sih kalo lagi tidur kaya gitu (sambil meluk guling) ya karena empuk aja 'tu guling!, masa meluk kayu, sih..hehe.Apakah pembaca sekalian lalu bertanya,
'Ah, yang beneeerr..."'..."" yah, saya jawab aja itu benar hehe.
Sementara di sudut lain yaitu kamar Aris, dia sedang membaca buku. Dia meminjam buku milik Velli sewaktu briefing yang berjudul 'Dunia Sophie' karya Jostein Gaarder, sebuah novel yang tebalnya 500-an halaman itu dan sedang dibacanya sekarang. Bacanya serius, sambil sesekali dahinya berkerut lalu manggut-manggut tanda mengerti atas keheranan sebelumnya. Aris membaca di kasurnya sambil senderan dengan lampu baca. Yah, dia punya lampu baca sekarang. Kalo selama ini dia hanya punya lampu neon yang bisa dikecilin. Kini dia punya lampu khusus baca yang ditempel di dinding di atas kepala ranjangnya.
Imman, dia sedang membersihkan Fender Jazz Bass-nya sambil diiringi lagu-lagu dari The Everly Brothers sambil sesekali menyeruput kopi instant yang masih hangat yang nikmat untuk
dinikmati malam-malam begini,.................juga
roti bakar, keripik kentang, wafer dan kuaci. Yaah, Imman emang doyan ngemil. Tidak mengenal waktu karena memang tidak mempengaruhi berat badannya. Toh dia pun sebenarnya cuek kalopun berat badannya bertambah. Tapi karena Imman hobi juga olah raga, badannya terjaga untuk tetap ideal atau mungkin emang udah bakat 'kurus'.
Sementara Rini yang sudah ngantuk berat siap tertidur di kamarnya, namun sms dari Richi belum brenti-brenti hanya untuk mengucapkan kata-kata sayang. Dan Rini pun walau sesekali sudah terpejam matanya karena ketiduran, tapi masih tetap terbangun karena bunyi sms dan tetap membalas sms pacarnya itu. Karena Rini sendiri bilang ke Richi bahwa (selalu) batas
untuk tidak sms-an lagi kalo menjelang tidur adalah ketika dia sudah benar-benar tertidur sehingga tidak balas sms lagi, bukan ketika dia sudah ngantuk. (kecuali kalo tiba-tiba abis pulsa) How...sweet...
Kemudian Rini protes ke penulis, "How sweet, how sweet"!!.. ..ngantuk tau! Dikasih peran begini"!!". Penulis (saya) pun menjawab, "Ssshhh....calm down...I am 'God', honey on this book". Lalu akhirnya Rini pun tertidur lelap seolah-olah dia tidak pernah atau lupa pernah berbicara pada penulis.
BAB 11 THAT WAS NOT HER NAME!! Sepulang kuliah Velli dapet telpon dari Dery. Tentang ngembaliin DVD"" Yes! Of Course It is!!. Ngga mungkin, dong ngajak kencan"! Yang real, real aja, deh ceritanya"! Haha.Dery di telpon bilang gini, 'Sory, Vel..gue ngga jadi mulu ke rumah lo ngambil DVD, mepet terus ama kerjaan, nih. Sory.bisa ngga lu yang ke sini ke kantor gue aja, sekitar jam 3-an gitu...ngga pa pa, ya"'. Velli pun menyanggupi permintaan Dery, berhubung dia sendiri yang pinjem. Dery bekerja di suatu redaksi majalah lokal di kawasan Jl. Dipatiukur. Velli yang pulang kuliah jam 12 itu menyempatkan pulang ke rumah dulu untuk sekedar istirahat dan makan siang. Dan berhubung kecapean karena cuaca panas banget hari itu pulang-pulang langsung tiduran di kamar dengan posisi 'sangat malas hari ini' . Namun ibunya Velli yang tentu sangat perhatian terhadap anak-anaknya, di mana Velli adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, berusaha membangunkan Velli yang memang masih setengah tidur untuk menawarkan makan siang dulu. Velli walaupun menyadari ibunya sedang menghampirinya ke kamar masih malas-malasan sambil tiduran. Ibunya dengan sabar membelai rambut anak kesayangannya itu sambil berkata, "Veeell, ngga makan dulu" Mumpung baru dimasakin..." Velli hanya menjawab, "Mmm..iyaaa...bentar..", sambil tetap merem dan bibirnya agak tertutup bantal sehingga omongannya menjadi terdengar agak samar. Ibunya tidak menjawab lagi, sambil membelai rambut Velli kemudian berlalu ke luar kamar. Dan akhirnya pun Velli bangun jam 2, pas bangun buru-buru dia makan dulu lalu cuci muka dan sedikit dandan. Tidak berlebihan hanya bedak dan blush on sedikit supaya kulit wajahnya terlihat lebih segar dan..tidak terlihat lusuh dihadapan cowok yang masih 'membekas' di hatinya itu. Sejenak Velli pun berdiam diri ketika hendak berangkat, berpikir bawa apa ya untuk sekedar ngisi waktu, karena kata Dery bisa ada kemungkinan Velli disuruh nunggu dulu sekitar beberapa belas menit oleh front office karena pekerjaannya yang memang ngga bisa dipastiin kapan bisa dipending walau sebentar. Akhirnya Velli memutuskan untuk membawa diary-nya ketimbang buku. Karena kalo buku dia bisa menghabiskan waktu 5-10 menit untuk memutuskan buku mana yang akan dibawa. Perjalanan menuju Jl. Dipatiukur tidak terlalu jauh dengan menggunakan angkot. Ketika sampai, benar saja, Velli disuruh nunggu yang katanya sebentar itu. Setelah 5 menit diam celingukan di ruang tunggu sambil nyeruput teh botol yang dia beli di warung terdekat, Velli mulai jenuh. Dia pun mengeluarkan pulpen dan diary-nya. Tapi mood dia untuk nulis juga lagi ngga bagus. Akhirnya dia nulis asal-asalan tentang kekesalan yang tampaknya remeh, yaitu kekesalannya terhadap orang-orang yang baaaanyak sekali yang salah atau mungkin keceletot bahkan dengan sengaja salah menyebut namanya menjadi Nelli. Sekali, dua kali hal itu dia anggap wajar. Tapi semakin lama semakin banyak. Maka hal yang tampaknya remeh itu pun dia tulis seperti nulis lirik, dia menulis:
"That was not my name"
When I bring my bag Ready to go to a place Meet with the same people
And then they call my 'other' name
But - that's - not..... THAT'S NOT MY 'OTHER' NAME!!
Oh, when I heard that sound They have been killing my name (don't call me, bastard!!)
Oh, when I heard that sound
You have been killing my heart
(don't call me like that!, that was not my name!)
So, when I heard that sound You have been killing my brain
And nothing I can do To stop them to call my name's not! God, whatever happened " Did I do anything wrong"
Kenapa Velli sangat kesal akan 'kesalahan nama' tersebut""
Karena Velli adalah wanita sensitif, dan dia pernah membaca sebuah novel dengan tokoh utamanya seorang wanita muda yang bekerja sebagai musisi lokal bernama Nelli yang hidupnya hancur karena kisah percintaannya yang selalu gagal dibarengi dengan keadaan hidupnya yang sepi dan 'dianugerahi' umur pendek oleh pengarangnya. Hal itu ternyata memiliki efek psikologis bagi seorang Velli yang sangat sensitif perasaannya. Karena novel itu sendiri sampai membuatnya menangis dan benar-benar menangis. Dan dalam novel yang sedang kalian baca sekarang ini, ceritanya novel dengan tokoh Nelli tersebut itu sangat terkenal di Indonesia (aslinya novel itu tidak ada, jika ada cerita yang mirip.penulis tidak tau). "Hei,.", sapa Dery. "Dari mana, Vel.kampus"", Tanya Dery
"Oh,...ngga gue pulang dulu ke rumah", jawab Velli sambil tersenyum semanis mungkin (berharap setidaknya Dery kadang akan berpikir kalo Velli sebenarnya lumayan, kalo tidak mau berpikir cantik).
Velli tanpa basa-basi langsung mengembalikan DVD-nya itu
"Nih, thank you, yaa..sorry gue juga mestinya balikin sendiri, sih hehe."
"Oh,.iya ga pa pa,.gue ngambil sendiri juga ga pa pa, sih. Cuman...asli, kerjaan sekarang lagi ngga tentu gini waktunya hehe." "Eh, mau minum apa, Vel ""
"Oh, ngga koq...lagi kenyang hehe..gue mo langsung pulang aja koq, biar lu kerja lagi, deh..gue juga mo istirahat sih cape, ih panas banget di luar ya."
"Iya emang...Bandung, nih makin
panas..hehe... Ok, deh makasih ya, Vel"
Velli beranjak dari sofanya, "Iya sama-sama,
makasih juga. Gue pulang ya.."
Tiba-tiba ringtone The Doors yang berjudul 'Light
My Fire' berdering di handphone Dery, "Ok,
Vel...ati-ati...", kata Dery sambil memegang
handphonenya yang tombol 'answer'-nya sudah
ditekan. Velli pun berlalu menuju pintu keluar dengan agak perlahan karena mau menguping Dery kira-kira siapa yang meneleponnya. Dan Dery pun menjawab telepon, "Iya, yaaang.."""..Velli pun mengerti Dery bicara dengan siapa, dengan eyangnya. Ya bukanlah!! Dengan pacarnya tentu!! Velli pun akhirnya berjalan dengan kepala tertunduk yang jika dilihat ekspresi wajahnya seolah-olah sedang berkata, 'Aku menyerah'.
Baru beberapa detik menuju pintu keluar kantor Dery, pas Velli membuka gagang pintu, handphone Velli ber-dering,..lebih tepatnya ber-Franz Ferdinand (krn bunyinya kan bukan"ring ring"). Dengan judul "Do you Want To". Tertera nama Rini di hp-nya. Rini pun mengatakan tiba-tiba ada latian mendadak jam 5, tapi lamanya 1 jam aja. Rini bilang bakal ada manggung lusa di sebuah distro di kawasan Jl. Dago, tadinya memang Rini mau booking studio besok, tapi ternyata sudah penuh bahkan sampe lusa. Proyek dadakan itu ditawari temen kampus Rini yang tentunya temennya Imman dan Aris juga. Velli ngebatin dalam hatinya, 'Oww.nooo.jangan sekaraaang.. .gue lagi cape.. Juga bad mood..". Tapi akhirnya Velli juga sadar bahwa itu harus dijalanin dengan tanpa beban. Namanya juga ngeband, pikirnya. Setelah dapet telpon dari Rini, Velli pun langsung nelpon Imman bahwa latian kali ini dia tidak perlu membawa gitar dan karenanya Imman ataupun Aris tidak perlu menjemput ke rumahnya. Lagipula gitar di studio itu tidak buruk, bahkan lumayan pikirnya walaupun bodynya cukup berat, gitar Gibson Les Paul Standard. Selama perjalanan di angkot menuju studio Velli banyak melamun lantaran kecapean plus mikirin telpon dari ceweknya Dery tadi. Hari ini adalah hari 'Ngga Banget' bagi Velli. 15 menit kemudian Velli sudah sampai ke studio, walaupun latian masih 20 menit-an lagi, tapi Velli memang sedang malas untuk balik dulu ke rumah untuk ngambil gitarnya. Selama menunggu latian Velli duduk di ruang tunggu studio sambil minum soft drink dan nonton tv. Jam-jam sore adalah jam-jamnya program infotainment di televisi. Hmmm,..isinya cerei aja semua, atau perselingkuhan para artis. Velli nonton dengan ekspresi 'niat ngga niat' sambil sesekali matanya terlihat sayu seperti hampir mengantuk. Di ruangan itu hanya ada 2 orang cowok yang jadi penjaga studio dan operator studio yang sedang ada di ruang operator. Penjaga studio pun akhirnya berbasa-basi terhadap Velli karena sada
r sepertinya Velli jenuh menunggu waktu latian. "Ngga dibawa gitarnya"", kata penjaga studio."Ehe.ngga.lagi ngga aja.buru-buru tadi.", kata Velli sambil sedikit tersenyum.
"Main gitarnya asyik juga, nge-blues gitu ya".vokalnya juga asyik..hehe.. " "Wah,.. .makasih..makasih hehe..."
"Kenapa koq suka blues" Kenapa ngga.mmm.pop aja hehe."" "Mmhh.yuuu...poop.haha."
"Lho, kenapa""
"Ngga, sih.pop suka tapi sebatas didengerin aja, kalo untuk dibawain sih gue suka blues. Kalo yang rock 'n roll banget kan udah banyak ya.walopun cewenya masih jarang, gitu." "Ooooh,.yaya..bagus-bagus.hehe.", kata si penjaga studio sambil manggut-manggut. Akhirnya si penjaga studio pun melanjutkan nonton infotainment-nya lagi. Velli pun kembali ngelamun lagi sambil sesekali melihat ke arah tv. Setelah 15 menit akhirnya muncul Rini dan Aris kemudian disusul Imman. Mereka pun pada jam 17.05 langsung memulai latian selama satu jam. Tapi untung Velli tetap professional terhadap kualitas vokalnya. Walau sedang bad mood dan cape, suaranya tetep nge-blueess.hehe..mereka membawakan 2 lagu sendiri yang berjudul 'Life Without Love' dan 'A Crime' dan 2 lagu dari Dinah Washington dengan judul 'The Blues Ain't Nothin', but a Women Cryin' For Her Man' juga lagunya Lightnin' Hopkins dengan 'Baby, please don't go', lagu Lightnin' Hopkins dibawakan Velli dengan penuh emosional (tapi tidak emo) agak berbeda dari aslinya.
Jam 18.30 Velli pun sampai di rumah, kali ini dia pulang naik angkot sendiri karena tidak bawa gitar, maka Velli pun mengatakan pada Imman yang biasanya mengantar untuk membawakan gitarnya, untuk pulang sendiri saja, daripada Imman mesti bulak-balik kecuali kalo emang mau sekalian ke rumah Jane, begitu katanya pada Imman. Penulis: "Oya, sama kalo Imman mau ngeliatin kamu tidur juga, Vel..hehe."
Velli: "Apa"""
Penulis: "Ngga." Velli: """"!!""."
Pulang-pulang, Velli langsung bergegas mandi kemudian berniat untuk makan malam karena selain cape, laper juga dan memang udah waktunya makan. Tapi kemudian hp Velli ber-Franz Ferdinand. Terlihat nama Dery! di hp-nya. Walaupun Velli bertanya-tanya ada apa lagi dia nelpon, tapi Velli ngga ge er sedikit pun, apanya yang mesti dige-erin.
It' s over!, pikirnya. Di sebrang sana Dery berkata, "Vel, sory tadi koq ngga diangkat hp-nya"" "Ooh.." nelpon ya" Baru diliat hpnya, tadi gue latian jadi ngga kedengeran.. " "Ooh, pantesan."
"Ada apa, Ry"", Tanya Velli agak penasaran namun tetap tidak ge er.
"Mmm.sorry.gue cuma mau ngasih tau.tapi lu santei aja ya.", kata Dery terdengar agak cemas "Apaan, si'..""", Tanya velli dengan nada sedikit sewot.
"Mmmm.diary lu.. "
Ooppss!!!.. , batin Velli sambil menutup mulut spontan dengan suara tertahan. "...ketinggalan, Vel.. "
Velli yang sedang melotot kemudian matanya perlahan menjadi sayu...dan BLEK!! Velli pun pingsan! Tidak kuasa menahan sebuah 'rumus kehidupan' Velli pada hari itu, yaitu: kaget mampus + super cape + laper + bad mood = pingsan. Hp Velli pun terjatuh begitu saja. Untung pintu kamar belum tertutup dan terkunci sehingga ibunya Velli yang sedang berada di ruang makan tentu melihat Velli yang pingsan dengan jelas karena pintu kamar terbuka.
Ibunya sontak kaget banget melihat anak kesayangan, bungsu dan cewe satu-satunya itu jatuh pingsan, apalagi hal ini tidak biasa bagi Velli. Velli seumur-umur baru dua kali mengalami pingsan. Pertama waktu awal-awal kuliah karena ternyata sedang sakit malah nekat pergi ke pensi SMA. "VEEELLL...!!!", ibunya lari sambil teriak. Di rumah Velli hanya ada pembantu yang untungnya cowok, sehingga bisa membantu ibunya mengangkat tubuh Velli. Kedua kakaknya yang cowok sudah berkeluarga, walau seringkali mengunjungi rumah mereka dan ayah Velli sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit jantung. "Astagfirullahaladziiim,.. ..kenapa ini anak... "", kata ibunya khawatir
Si pembantu pun yang mendengar teriakan ibunya Velli langsung berlari menuju kamar Velli karena melihat majikannya berada di situ kemudian langsung mengangkat tubuh Velli ke kasur. "Vel, Vel,....,sayang..."!", kata ibunya sembari menepuk-nepuk pipi Velli dengan cemas. "Duh, m
ang tolong ambil kayu putih tuh di meja cepet!.. "
"Iya, bu..", jawab si mang tergesa-gesa. Kemudian ibunya Velli mendekatkan botol kayu putih ke hidungnya Velli berharap baunya tercium hingga Velli sadar, tidak seperti di cerita-cerita komedi yang mendekatkan kaus kaki bau ke hidung orang yang pingsan (walau mungkin manjur). Ibunya Velli menyuruh si mang untuk menelepon salah satu kakaknya Velli untuk segera ke rumah mereka untuk prepare kalo-kalo butuh bantuannya Velli tidak langsung terbangun, hingga sekitar 11 menit, Velli baru tersadar.
"Mmhhmm.....kenapa, mah...ada apa..""", tanya
Velli dengan lemas melihat ibunya berada di sampingnya sambil menatap cemas.. "Duuh,.. .kamu pingsan, Vell.. .koq bisa giniii..."", sahut ibunya cemas banget. "Heuh".pingsan"".", tanya Velli keheranan. "Iyaa.kamu abis nelpon langsung jatoh gitu....kenapa, sih.." kamu ada masalah" Udah makan belum""
Sejenak Velli teringat akan telpon tadi, lalu Velli menghela nafas karena masih gelisah inget bahwa diarynya tertinggal di kantor Dery. Namun Velli berusaha untuk tidak memperlihatkan kegelisahannya apalagi menceritakannya pada ibunya.
"Iya, Velli belum makan, mah.trus cape banget makannya pingsan.kali", jawab Velli lemas dan menutup-nutupi masalah telepon tadi. "Aduuh.pantes aja. Mamah bawain makan sekarang, ya. Udah makan di kamar aja. Besok kamu ke dokter, sekarang istirahat.", kata Ibunya sambil berlalu dari kamar Velli menuju dapur. "Haah"".Mah! ngga usah, ke dokter, Maah.", sahut Velli dengan agak membesar volume suaranya walau masih lemah agar terdengar ibunya yang sudah berlalu dari kamarnya. Ibunya tidak menghiraukan.
Velli pun terdiam, dan mengingat-ingat kejadin tadi, apes banget gue hari ini, pikirnya. Ngga lama kemudian ibunya membawakan Velli makan yang memang sudah dimasak untuk makan malam. Nasi dengan tempe dan tahu goreng serta pepes ikan dengan sayur sop yang masih hangat dilengkapi segelas air putih dan botol madu asli untuk menjaga stamina.
"Maah,.ngga usah ke dokterlah, Velli ngga pa
pa.. " "Ya...eellaah....kamu jangan bandel, ah. Pingsan
dibilang ngga apa-apa."!", kata ibunya Velli
sambil menyuapi Velli makan.
"Kamu lagi ada masalah, Vel.."", Tanya ibunya
Velli mencoba cari tahu kenapa Velli sampe
pingsan. "Ngga, maaah.mamah tenang aja. Masalahnya Velli cape trus belum makan. Itu aja.", jawab Velli dengan nada agak manja. Ibunya setelah itu tidak lagi bertanya-tanya, namun tetap terus menyuapi Velli makan. Sampai akhirnya kakaknya Velli datang dan kakaknya itu disuruh menginap di rumah saja oleh ibunya untuk hari ini karena takut terjadi apa-apa lagi dengan Velli. Ketika ibunya menemani Velli yang sedang berbaring lemas di kamarnya, akhirnya Velli pun tertidur pulas. Saat ibunya tahu anaknya tertidur, ibunya perlahan mencium kening Velli lalu membenarkan posisi selimut agar full menutupi badan Velli sehingga Velli terhindar dari kedinginan lalu berlalu dari kamar Velli.
Obrolan dengan penulis: Cintailah Ibumu!!.. .sebelum terlambat...
BAB 12 LOVE CAN MAKE SOMEONE SICK
Keesokan harinya sekitar jam 10.30 Velli bersama ibunya diantar pulang oleh Farry kakaknya dari dokter. Dan memang setelah melakukan pemeriksaan dan tes darah ternyata Velli hanya kecapean dan kurang istirahat plus stress (bagian stress tentu saja Velli sangat menyadari hal itu). Sebenarnya kondisi Velli pun sekarang sudah membaik, hanya saja menurut dokternya jika memang Velli akan melakukan kegiatan besoknya (yaitu manggung) diwajibkan istirahat total hari ini.
Teman-teman bandnya yang solider langsung mengetahui bahwa Velli sedang sakit,
Velli sendiri yang mengabari Rini terlebih dahulu untuk membatalkan briefing hari ini karena dirinya harus istirahat total. Dan Rini pun inisiatif memberi kabar ke Aris dan Imman, sehingga acara briefing pun berubah jadi menjenguk. Tetapi Velli tidak menceritakan ke temen-temen bandnya tentang yang sebenernya apa yang memicu dia jadi pingsan selain karena kelelahannya. Tapi sebelum teman-teman bandnya datang, Dery si lelaki yang berhasil membuat Velli terkapar itu mengirim sms yang menanyakan apakah diary-nya mau dia
mbil di kantor atau Dery saja yang mengantar. Dery menanyakan hal itu dengan maksud baik sebetulnya, karena takutnya serba salah kalau dia yang menentukan, karena tahu pasti Velli malu berat dan kecewa. Velli pun memberi tahu bahwa sebaiknya Dery saja yang mengantar ke rumahnya, namun Velli tidak memberi tahu tentang kejadian pingsan dan bahwa dia sedang sakit (because of him). Dery tidak tahu kejadian tragedi 'sick because of love' itu karena saat Velli jatuh pingsan hp Velli jatuh dan langsung mati, jadi Dery pun masih bingung kenapa hpnya mati waktu itu, namun dia belum berani menanyakan hal itu lebih lanjut karena yang terlintas di pikirannya Velli mematikan hpnya karena marah atau kesal dan hal itu Dery maklumi.
Tapi ketika Dery ke rumah Velli sekitar jam 12 siang saat jam istirahat kerja, ibunya yang menyambut kedatangan Dery di pintu langsung mengatakan bahwa Velli sedang sakit dan menceritakan seluk beluk kejadiannya kapan Velli pingsan dan pada saat apa Velli pingsan, di mana ibunya tentu tidak tahu bahwa telepon yang membuat anaknya pingsan itu adalah dari seorang pemuda di hadapannya sekarang ini. Ibunya menceritakan seluk beluk kejadian itu seperti menceritakan sebuah gosip, dengan nada agak heboh. Dery pun hanya mengatakan pada ibunya bahwa maksud kedatangannya untuk mengembalikan buku, bukan diary yang bertuliskan tentangnya.
Seorang Dery yang jelas-jelas tidak membalas perasaan tulus Velli, namun sebagai seorang manusia dan sebagai seorang lelaki yang menyadari bahwa sesunguhnya wanita itu lebih lemah daripada pria langsung bersimpati dan terenyuh mendengar cerita dari ibunya Velli. Dery pun jadi sekalian menjenguk Velli dengan mendatangi kamarnya setelah dipersilahkan oleh ibunya Velli. Ketika masuk Velli tentu sedang berbaring di kamarnya tapi tidak sedang tidur. Dan memang Velli agak kaget ketika Dery datang dan masuk ke kamarnya, tapi yang (masih sempat) dipikirkan oleh Velli adalah, 'Am I look beautiful now""', tapi ketika pintu bel rumah berbunyi saat kedatangan Dery tadi Velli sudah menyadari kalo Dery datang, maka dia pun langsung membersihkan mukanya dan memakai lip balm agar tidak terlihat pucat dan lusuh di hadapan Dery. Untung saja Dery memang masuk kamarnya, tidak bersikap ngga tahu diri hanya mengembalikan diary lewat ibunya dan tidak membiarkan Velli yang sudah ngebela-belain membersihkan muka dan sedang terkapar itu
Ketika Dery masuk kamar Velli, keduanya terdiam. Dery tidak langsung menyapa, apalagi Velli. Velli hanya melihat wajah Dery ketika masuk kamarnya, setelah itu menatap lurus tidak melihat Dery dengan ekspresi sok tegar dan agak angkuh untuk menutupi kekecewaannya dan menunggu Dery yang bicara duluan. Dery pun tidak bisa langsung datang dan menyapa. Dia sedikit tertegun, bengong, dan sangat-sangat merasa tidak enak.
Namun akhirnya Dery seperti ingin mengeluarkan kata-kata dari mulutnya namun tertahan. Dery pun akhirnya menaruh diary Velli di meja samping tempat tidur.
"Vel,...mm...eu...sory, gua....ngga tau lu....ampe gini..", akhirnya Dery membuka percakapan. "Ampe gini""...gue ngga apa-apa koq...", kata Velli agak sedikit dingin nadanya (sekali lagi untuk menutupi kekecewaannya).
Dery hanya menghela nafas, untung dia sangat-sangat mengerti atas sikap Velli yang agak dingin itu, sangat paham dan memaklumi. "Umm.,Vel.gue.minta maaf atas segalanya. Atas semuanya kalo emang gue bener-bener bikin lo..kecewa"
"Lo baca diarynya"!!", Tanya Velli agak naik nada bicaranya.
"....mm.eu.sory....", jawab Dery agak
gugup ngerasa makin ngga enak.
"Lo pasti baca yang terakhir-terakhir itu ya""!",
Tanya Velli seperti meng-intrograsi.
"Euum......sory,...", kata Dery lagi udah ngga tahu
mesti ngomong apa. Velli menghela nafas kesal, seperti seorang ibu yang kesal yang sedang mengajari anaknya berhitung tapi ngga becus-becus. Mereka berdua terdiam lagi.... "Ry,...ya udah thx udah mau balikin diarynya, gue juga minta maaf.mungkin ada kata-kata di diary itu yang bikin lo ngga enak. Sory juga. Dan plis, sekarang gue lagi pengen sendiri dan istirahat trus mo makan dulu. Jadi,...lo pulang aja sekarang a
to ke mana keq, pokonya ngga di sini.sory.", kata Velli dengan nada yang sudah agak melembek. "Ok...mm...", tiba-tiba ringtone hp Dery ber-The Doors dengan 'Light My Fire'-nya. Dery pun seperti agak kesal mengangkat hpnya, dan langsung ke luar kamar Velli untuk menjawab telepon. Velli melihat Dery yang sedang berbisik-bisik saat menerima telepon dan bisikan itu terlihat halus jika dilihat dari ekspresi wajah Dery, tidak dapat dipungkiri lagi, itu dari ceweknya. Velli benar-benar sudah tidak tahan lagi, kesal, bt, sedih, nista merta. Semua campur aduk. Velli pun menunduk dengan mata agak tajam seolah-olah berkata, 'WHY"!. WHY"!!' Setelah Dery selesai menjawab telepon yang memang dari ceweknya itu, Velli menatapnya agak tajam dan menyeramkan seperti.tatapan agak culas yang seolah-olah matanya mengatakan,'Puas, hah""!'. Namun tatapannya itu segera dia kontrol sehingga tidak lagi tajam.
"Ok, Vel,..sory, pokoknya maaf atas segala-galanya. Plis!!Vel, ....gue suka ngga sadar dengan apa-apa yang lo rasain detilnya. Mungkin karena ..gue cowok, udah gitu gue bego, kali.ngga peka.jadi.Soalnya gue juga pernah di posisi lo, Vel.tapi ngga sampe gitu.jadi gue ngga peka ama yang lo rasain.maafin gue.."!" Velli lagi-lagi menghela nafas seperti yang kesal. "Elo ngga pernah salah, koq, Ry. Semua yang lo jalanin sekarang hak elo. Ini semua udah resiko gue, dong. Kalopun lo ngerasa ngga enak ma gue.yaa.ok, thx berarti lo masih punya perasaan....hhaaah...ya, udahlah!. Gue ngga apa-apa koq, Ry...dan.gue pengen istirahat sekarang.", kata Velli dengan nada sedikit kesal. "..Ok,.thx, Vel. Sekali lagi gue minta maaf banget! Mm,.gue paling mo ke kantor lagi.mm.cepet sembuh, ya..", kata Dery dengan sedikit terseyum (tulus).
"Ah,..besok juga sembuh, koq. Kan gue besok manggung.makannya ma dokter disuruh isitirahat total sekarang. Sebenernya gue ngga apa-apa, koq",
kata Velli sambil tersenyum di mana arti
senyumannya adalah 'I'm OK!'
"Oya"...waah...di mana manggungnya""
"Ituu.di.distro.yang di Dago deket belokan
perempatan." "Oh, gitu...sukses, deh besok ya....ya udah.istirahat, yah."
"Diminum tu obatnya.", kata Dery seraya menunjuk obat-obatan dari dokter yang ditaruh di atas meja samping tempat tidur. "Ck!...aallaaah...cuma vitamin, koq...beli di pasar juga bisa. Si mamah aja heboh gue mesti ke dokter..", kata Velli sok ngentengin supaya keliatan tegar (tapi, Vel.koq di pasar, sih.."! 'bo, ya di toko keq.hehe).
"Ohoho.ya tapi diminum, yaa.hehe..", kata Dery sambil sedikit tertawa sehingga membuat cowok itu makin ganteng aja (terutama bagi Velli) Jarang-jarang Dery begini ke Velli, ya abis kapan lagi. Untung juga ada moment sakit begini, batin Velli. Lumayanlah daripada gue kalo ngga sakit kayanya moment Sang Dery untuk menyuruhnya istirahat dan minum obat ngga pernah ada seumur hidup (walaupun Velli sakit juga karena ngga lepas dari 'jasa' Dery).
"Gue ke kantor dulu, ya.bye..", kata Dery pamit sambil melambaikan tangan dengan wajah gantengnya itu.
Velli pun membalasnya dengan melambaikan tangan dan tersenyum manis (semanis mungkin Velli usahakan saat itu!).
Setelah Dery ke luar Velli pun tertegun, campur aduk rasanya.pengen nangis, tapi ada senengnya juga (walopun ngga banyak), tapi kapan lagi, coba Dery kaya tadi"!. Akhirnya tak kuasa mata Velli meneteskan air mata. Campur aduk yang dirasakannya. Velli menangis sambil melamun dan tiduran.
Dia agak ngga percaya atas semua kejadian yang dialaminya. Seperti novel, atau.sinetron, batinnya. Ah, sinetron sekarang sih udah jarang yang begini, kali...banyaknya siksa-siksaan mulu. Berarti kaya novel kali, ya, batinnya. Seketika itu pun Velli jadi ingat novel yang nama tokohnya Nelli itu, dia pun langsung menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menangis dan melamun itu, seolah-olah berkata,
'Tidak.tidak.tidak"!!'
Obrolan dengan penulis: Hmmm..tahukah kalian, para pembaca terhormat" Bahwa dengan rasa simpati dan iba-nya seorang Dery membuatnya kepikiran selintas di benaknya untuk mencium kening Velli saat pamit dari kamar Velli atau.setidaknya membelai rambut Velli yang agak sedikit keringetan itu karena sakit.
Tentu saja hal ini tidak mungkin diketahui oleh Velli. Namun hal itu benar-benar terlintas di benak Dery. Tapi! Dia pikir, dia kan udah punya cewek, takutnya Velli malah mikir aneh dan macem-macem terhadap dirinya. Well, hal yang dipikirkan oleh Dery itu juga memang terpacu atas rasa simpati dan ibanya saja. Pernah denger kan ungkapan dari kasian bisa jadi cinta" Tapi itu akibat pengaruh suasana aja koq. Dery tidak benar-benar menjadi jatuh cinta terhadap Velli. Waah, kalo gitu lumayan lepas dari idealisme Dery dong, bahwa dia hanya mau bersama cewek yang ratingnya tinggi saja. Well, namanya juga karena pengaruh suasana. Dan sebaiknya juga Velli ngga pernah tahu, daripada dia terlena dan malah jadi berharap kan kasian.
BAB 13 IT'S SHOW TIME ! Akhirnya tiba juga hari di mana The Feels A Fat manggung untuk pertama kalinya, mereka akan manggung di sebuah distro di kawasan Dago dalam rangka soft opening distro tersebut, tentu saja selain The Feels A Fat ada juga band-band indie lain dari Bandung yang mengisi acara, dan kebanyakan yang lainnya adalah band-band yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Sekitar 10 band akan manggung hari ini. The Feels A Fat giliran maen ke 3 dari 10 band. Mereka dijadwalkan manggung sekitar jam 5 sore. Kondisi Velli sudah membaik, mungkin ditambah juga semangatnya untuk manggung pertama kali di band barunya ini menjadi pemicu stamina, juga tidak lupa Velli meminum vitamin dan obat yang diberikan oleh dokter sebelum pergi sehingga staminanya sudah lumayan pulih. Penonton hari itu lumayan banyak yang datang. Karena memang distro ini ketika baru pertama kali buka sering mengadakan event-event untuk perkenalan dan promosi. Dan hari ini pun acara diselenggarakan tanpa tiket. Event free ticket seperti ini di Bandung akan sangat disambut antusias oleh anak muda Bandung hehehe..jadi gig perdana The Feels A Fat sekarang ini merupakan ajang yang baik untuk mempromosikan band mereka sebagai band baru dengan 'kemasan' yang baru (belum pernah ada).
Acara molor (as usual) sehingga ketika jam 6 pun masih band ke dua. Tapi jam setengah tujuh mereka harus udah ada di backstage. Semua personil The Feels A Fat pada deg-degan, itu wajar karena ini adalah panampilan perdana mereka. Tapi itu selalu masih dialami oleh band-band papan atas sekalipun bahkan oleh band super group manapun. Hal itu wajar. Tapi yang pasti setelah di panggung perasaan tegang itu biasanya menghilang. Ketika giliran mereka naik ke atas panggung, mereka langsung masuk ke intro dan membawakan lagu Lightnin' Hopkins dengan 'Baby, please don't go'. Penonton menyambutnya antusias. Karena ya itu, kemasan mereka berbeda dari band-band lainnya. Aliran blues rock (berbeda dengan rock 'n roll atau garage rock), dengan vokalis-gitaris dan lead gitaris wanita juga bassist dan drummer yang aksi panggungnya ngga kalah dibanding 2 personil cewe di band ini. Vokal Velli pun sangat menjiwai blues, tidak asal atau pasaran, dengan gaya menyanyi Velli yang sangat berapi-api sehingga kadang terlihat mau melahap mic-nya, karena suara yang dikeluarkannya sangat powerfull, penonton pun sama sekali tidak akan menyangka bahwa kemarin lusanya dia sempat pingsan.
Setelah selesai lagu pertama Velli menyapa penonton dengan ramah dan antusias, "Wwooohoooii.. ..rame banget,
gila!....umm...makasih, nih buat yang udah dateng ke sini. Yaah...tadi kita bawain lagunya Lightnin' Hopkins,ya.setelah ini kita mau bawain lagunya Dinah Washington. Dan setelah itu...."!!", Velli mengacungkan jari telunjuknya seolah-olah menunggu rasa penasaran dari penonton, ".setelah itu.baru kita bawain lagu kita sendiri..Sooo..'Cum on feel.the blueess..hhh", lanjut Velli dengan gaya bicara agak menggoda sehingga penonton pun khusunya cowok-cowok pada meneriakinya, ada yang berkata, "..Oookkeeeh.."!!"ala orang Sunda tea, ada yang cuma teriak ngga jelas..malah ada yang teriak request Jimy Hendrix. "Ok, ni lagunya Dinah Washington, judulnya The Blues Ain't Nothin', but - A Women - Crying - For - Her Man\.hmmm...judul yang panjang dan menyayat, yah"! Hehe..ok, buat cewe-cewe, nih yang lagi pada sedih.
this is.for you, gals.. " (tampak dari hati - dan ketika Velli menyebutkan judul lagunya tadi, dia yang sok-sok seksi gitu logat bicaranya). Penonton pun mulai hening menunggu intro lagu dimainkan. Setelah lagu Dinah Washington selesai dimainkan penonton masih tetap antusias, walau mungkin beberapa di antara mereka ada yang antusias sambil bertanya-tanya, 'Band apaa..ini"".. .baru liat.. .tapi.. ..keren juga' "Ok, seperti yang udah tadi saya janjiin, kita sekarang mau bawain lagu sendiri.. "
"AND IT WAS CALLED WITH......'LIFE
WITHOUT LOOOVEE' . .!!",sahut Velli dengan
suara hampir berteriak, pokonya udah kaya artis aja. Namun hal itu diharuskan untuk menarik massa bagi band baru, apalagi kalo ternyata di awal-awal lagu sambutan penonton udah antusias.
Sampai pada akhirnya ketika lagu mereka sendiri yang terakhir, 'A Crime' dibawakan dengan outro yang diimprovisasi, melody gitar dari Rini dan Velli yang saling bersahut-sahutan juga bass yang diselingi teknik slap dan ngga lupa drum yang di-ripple dengan apik. Penonton sangat-sangat antusias. Manggung perdana mereka sukses! Velli pun mengucapkan terima kasih pada penonton setelah outro selesai dengan tiba-tiba spontan mengucapkan, "I'VE GOT THE BLUESI...YEAH, WE'VE GOT THE BLUES, MAN!", dengan gaya yang seolah-olah Velli benar-benar berasal dari Chicago atau Mississipi bandarnya musisi blues. Wow! It was the different show we ever seen in Bandung!. Begitulah kira-kira pikiran penonton, panitia dan sponsor yang menonton The Feels A Fat sore itu. Aris, Imman, Rini dan Velli pun benar-benar puas! Jane yang ikut nonton pertunjukan pacarnya, Imman pun menyambutnya di bawah panggung dengan terpana seolah-olah wajahnya sedang mengatakan, 'Aku adalah kekasih dari seorang rockstar'. Richi, pacarnya Rini pun yang memang hari itu lagi ke Bandung sengaja untuk menonton pacarnya manggung karena kebetulan manggungnya hari Sabtu ketika dia libur dan dia tak henti-hentinya menciumi dan mengusap-usap rambut Rini ketika Rini baru turun panggung karena Richi merasa bangga. Walaupun Aris dan Velli tanpa kekasih yang mendampingi, mereka hampir tidak ingat karena saking puasnya mereka tampil. Mereka pun saling tos dan tertawa riang..
Panitia pun menyalami mereka mengucapkan terima kasih dan memuji-muji. Mereka tidak menyesal menawarkan The Feels A Fat manggung walau tanpa melihat terlebih dahulu aksi panggungnya.
Setelah mereka selesai manggung dan malahap konsumsi yang disediakan panitia mereka tentu saja tidak langsung pulang, karena mereka pun memang berniat untuk menonton band-band lainnya terutama band-band yang sudah lebih tenar duluan. Beberapa saat setelah mereka manggung, mereka didatangi seseorang yang mengaku dari sebuah radio anak muda di Bandung yang memang menjadi media partner acara tersebut. Dia adalah seorang cowok sekitar umur 23 -24 tahun memakai seragam radio tersebut, menawarkan agar demo band The Feels A Fat masuk ke program radio indie chart. Namun sayangnya mereka belum merekam lagunya. Tapi Imman sebagai juru bicara mewakili band mereka mengatakan kepada orang radio itu bahwa minggu depan mereka sudah siap dengan demonya.
Ketika mereka sedang menonton band-band berikutnya, Velli yang sedang celingak-celinguk tiba-tiba ngeliat ibunya dateng bareng kakak cowoknya itu. Langsung aja Velli spontan teriak, "Mamaaah..!!", sambil lari menghampiri ibu dan kakaknya. "Mamah koq ngga bilang mau ke sini" Emang tadi liat""
"Iya, mamah sengaja, sih. Tadinya sih mamah emang ngga kepikir nonton, tapi mamah takut kamu kenapa-kenapa, lagi. Jadi, ah mamah ajak aja 'a Fai ke sini", begitu kata ibunya, 'a Fai adalah nama panggilan akrab keluarga kakak cowoknya, Farry. "Buusyet!, Beeuh!.liar aaamat tadi, neng..hehe..", kata kakaknya Velli ngegodain.
"Weeeuuu!!.biaariiin, ah!", jawab Velli agak sewot sambil menyubit pinggang kakaknya karena malu.
Ibunya hanya tertawa kecil dan senyum-senyum melihat kedua anaknya.
Dari kejauhan Aris melihat Velli dan keluarganya, lalu melihat Rini dan Imman yang sedang pacaran. Aris pun mulai sadar akan kesepiannya. Sebenarnya Aris juga memiliki keluarga yan
g harmonis, tapi berhubung Aris cowok, jadi ibu dan ayahnya ngga terlalu niat nonton layaknya orang tua yang menonton anaknya yang masih TK ketika pentas drama sekolah. Sementara Velli walaupun bukan anak manja, tidak dipungkiri dapat perhatian lebih dari keluarganya, belum lagi juga Velli kan memang abis sakit. Tapi tepat ketika melamun, Aris memergoki seorang wanita yang ngga kalah cantik dibanding Ellen (mantannya), sedang ngeliatin Aris, dan ketika kepergok oleh Aris, si cewek tak dikenal itu malah tersenyum ke Aris seolah-olah mengatakan,'Ya!.. .gue emang dari tadi ngeliatin lo, koq...so what"...gue ngga malu tuh"!'. Aris pun menatap cewek itu agak lama sambil liat kiri kanan ok untuk memastikan apakah cewek itu benar-benar melihat ke arahnya. Dan tiba-tiba cewek itu memanggilnya, "Aris!..", sambil tersenyum. Aris jelas heran, koq cewek itu tahu nama dia" Aris pun menghampiri cewek itu. Dan memang ternyata Aris belum mengenal cewek itu. Cewek itu mengaku tahu nama Aris dari si bassist alias Imman. Cewek itu memang niat pengen kenal Aris dan sengaja ngeliatin Aris sampe Aris sadar diliatin. Mereka berkenalan, cewek itu bernama Linda dan mengatakan permainan drum Aris keren, walau yang sebenarnya maksud cewek itu adalah Arisnya yang keren, karena gaya main drumnya membuatnya terlihat cool dan cakep walaupun keliatan cape dan keringetan, begitulah pikir cewek itu sebenarnya. Sebenernya rata-rata pemain drum cowok kalo lagi main drum auranya suka keren, lagi hehe.gagah aja keliatannya.
BAB 14 YA, TUHAN..." Rini dan Velli dua hari setelah mereka manggung janjian untuk hunting buku, kali ini mereka hunting di toko buku yang lebih kecil , namun buku-buku favourite mereka justru lebih lengkap di sana. Letaknya di daerah Jl. Lengkong Besar. Saat keduanya telah sampai di sana, yang memang sebelumnya mereka janjian di rumah Velli, langsung asyik masing-masing liat buku yang terpampang di rak. Velli pun menemukan sebuah buku yang berupa sanggahan dari buku yang dimilikinya. Buku itu berjudul 'KarlMarx, Revolusi dan Sosialisme (Sanggahan terhadap Franz Magnis-Suseno)' karya Ken Budha Kusumandaru.
Velli langsung tertarik dan memanggil Rini untuk menunjukan buku itu. "Rin,.sini, deh!"
"Apaan""..", kata Rini semangat karena merasa Velli akan menunjukan buku bagus.
"Tuh!, kecoa mati..", kata Velli sambil menunjuk ke arah kecoa mati.
Rini bengong 1,5 detik....
"Hahaha.ngga,.ini ada buku menarik hihi...", lanjut Velli kemudian.
"Weeuu!.elu!.gue udah bengong aja.apaan kecoa mati manggil-manggil gue segala"!....semprul!"
"Hahaha..kena, lo! Ini liat, deh. Lu inget kan gue punya buku tentang Karl Marx yang Franz
Magnis."" Rini mengangguk sambil melihat buku yang dipegang Velli.
"Ini buku sanggahannya..hehe.kayanya gue mesti baca.karena gue emang selalu liat dari dua sisi, sih. Ngga sok-sok mihak salah satu trus ngga mau baca yang laen. Justru gue pengen tau sanggahannya."
"Oh, yaya..keren, tuh..ntar gue pinjem, ya.hehe.. "
"Oya!.lu punya juga kan buku Franz Magnis yang 'Bayang-Bayang Lenin..' kalo ngga salah judulnya"", tanya Rini. "Iya punya, gue."
"Ada juga, tau buku sanggahannya.kalo ngga salah nama pengarangnya itu juga sama. Ken, gitu. Iya..iya, deng.iya banget! Trus kalo ngga salah judulnya.'Lenin, Dilihat Dari Sudut Adil (Sanggahan terhadap Franz Magnis.)', gitu kalo ngga salah."
"Hah".adil"", Tanya Velli keheranan.
"Iya, tapi gue ngga punya.mungkin ada di sini.cari aja.".
Velli manggut-manggut saat mendengar Rini. Mereka berdua pun terus melanjutkan pencarian buku-buku lainnya. Setelah sekira satu setengah jam mereka akhirnya selesai memilih buku-buku apa saja yang mereka beli. Velli selain membeli buku tadi juga membeli buku karya asli Nietzsche yang diterjemahkan berjudul, ' Beyond Good and Evil' , sebuah karya yang ditulis oleh filsuf bernama Friedrich Nietzsche yang meninggal di tahun 1900 karena sakit parah dan gila. Yah! Gila! dan The Dandy Warhols pun memiliki lagu yang berjudul 'Nietzsche' . Terus apa hubungannya" Ngga, just F.Y.I (For Your Information)^ Sedangkan Rini membeli 'Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop Dalam Mas
yarakat Komoditas Indonesia' dengan editor Idy Subandi dan 'Akar-akar Ideologi' karya Bagus Takwin. Sehabis dari toko buku mereka ke salon. Yah, ke salon! Mereka berdua berniat untuk di-creambath. Kalian tidak ingat" Bahwa mereka sebenarnya tidak tomboy" Bahwa mereka hanyalah menyukai gitar dan memainkannya" So, penampilan teteeup nomer satu hehe.yah, wajarlah namanya juga cewek. Mereka ngga terlalu cuek dengan urusan penampilan apalagi kalo manggung. Setelah dari salon mereka melanjutkan jalan-jalannya untuk makan di sebuah restoran fast food, ya iyalah pasti pada laper tuh, jadi penulis memutuskan agar mereka 'diberi' makan hehe.Selama perjalanan ngga cuma buku dan musik yang mereka bicarakan. Mereka juga membicarakan merk make up, merk daleman cewek, tentang cowok, sampe tentang dokter kulit wanita tua yang galak di Rumah Sakit kawasan Dago.
Sore hari mereka sudah pulang, Rini pun berniat mampir ke rumah Velli dulu. Karena dia masih penasaran dengan buku-bukunya Velli. Sesampai di rumah Velli, Velli dan Rini langsung ke kamar Velli ngga sabar untuk sekedar duduk dan tiduran atau apapun setelah mereka kelelahan dan kepanasan di luar. Setelah Rini puas duduk-duduk di tempat tidurnya Velli sembari disuguhi air putih dingin oleh Velli, Rini pun manghampiri rak buku Velli. Yah! Hal ini jarang disorot kalo kita liat di film atau sinetron Indonesia, berbeda dengan setting backround film-film luar negeri ya, yang suka ada rak bukunya. Keliatan banget, sih 'budayanya' hehe.Rini melihat karyanya (lagi-lagi) Franz Magnis-Suseno, 'Menalar Tuhan' . Hmm, Rini pun langsung tertarik untuk mendiskusikan hal itu terhadap Velli.
"Vel, lo.percaya Tuhan ngga"hehe.", Tanya Rini agak ngga enak karena takut Velli tersinggung ditanya gitu.
"Wooo.. ..ya percayalah hehe..." "Oo...iya, sih ...gue juga...'ni buku bagus, nih...", komentar Rini sambil memegang buku 'Menalar Tuhan' tersebut, dimana isinya tentang kebenaran akan adanya Tuhan, bahwa Tuhan dapat dipercaya eksistensinya walaupun di jaman modern dan canggih sekarang ini bahkan oleh kaum intelektual yang rata-rata rasionalitas. "Kenapa lo percaya, Vel..""
"Umm.. .ngga susah, sih jawabnya.. .karena banyak hal-hal yang terjadi di luar kuasa kita, atau banyak kejadian yang bikin kita takjub dan tercengang, seperti keajaiban atau kebetulan-kebetulan yang istimewa gitu, kan.masa, sih ngga ada 'yang mengatur'""
"Well,.ya, sih.bener-bener.by the way ada ngga ya, yang ngga percaya cuma karena males
ibadah" hehe." "Hahaha..ada-ada aja lu. Yaah, gue sih mikirnya.gini.bahwa.ngga cukup kita hanya menggunakan rasionalitas kita untuk memecahkan semua persoalan. Kita kan juga punya hati, di mana hati itu juga berkaitan dengan keyakinan kita akan adanya Tuhan, keimanan. Kalo kita berdoa kan pake hati juga, dong", lanjut Velli. "Ya, banyak hal-hal yang rumit, bahkan rumit banget tapi koq bisa secara kebetulan atau secara harmonis terjadi.. .gitu, lho..kaya lu tau kan teorinya Leibniz tentang atom non-fisika, atom yang sifatnya metafisik yang dia sebut Monad itu, sebenernya monad-monad itu kan rumit, rumit banget. Atom-atom monad itu terpisah atau menyatu tetapi bisa bekerja secara harmonis, siapa lagi kalo bukan Tuhan yang ngatur semuanya. Ngga mungkin manusia. Masa iya atom di tubuh gue orang lain yang ngatur kan".hehe..", kata Rini. "Dan untuk dibilang atom-atom itu bekerja sendiri juga kebagusan hehe..", lanjut Velli. "Ok, terus pendapat lo tentang alam semesta munculnya gimana", walopun kita percaya Tuhan, nih. Kata lo teori 'Big Bang' itu gimana, yang menyatakan kalo alam semesta itu muncul gitu aja, dengan sebuah ledakan besar, dan tiba-tiba duuuarr!!, jadilah dunia!..ato lo percaya kalo Tuhan menciptakan semuanya secara bertahap"", Tanya Velli
"Waaah..tentu ngga mungkin menurut gue dunia gitu aja muncul sendiri, cuman....gue ngga tau dan ngga seorang pun bener-bener tau secara aposteriori kalo dunia itu munculnya gimana, tapi karena gue percaya Tuhan, ya gue yakin Tuhan yang buat semuanya, Cuman kalo secara bertahap ato sekaligus jadi, gue ngga tau. Gue mesti baca kitab suci dulu, nih hehe.lagian b


The Feels A Fat Karya Windyasari S di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

eda-beda ngga ya tiap kitab suci isinya yang ngebahas itu".hmmm.", terang Rini sambil mikir dengan mulut agak manyun-manyun karena keheranan. Mereka pun terdiam, seperti sama-sama sedang merenungi diskusi mereka, namun perenungan itu dilakukan sambil ngemil keripik singkong pedas mampus yang disuguhi Velli dan diselingi minum air putih dingin. Setelah beberapa saat terdiam Rini pun yang masih di dekat rak buku melihat-lihat kembali koleksi bukunya Velli dan meminjam salah satu buku di situ. "Eh, gue pinjem ini ya"", kata Rini sambil memegang sebuah buku berjudul 'Man and Superman, A Comedy and A Philosophy' karya Bernard Shaw yang sudah diterjemahkan, sebuah buku yang isinya skenario sandiwara klasik komedi dan filsafat.
Setelah Rini puas liat buku-bukunya Velli, kali ini dia memain-mainkan gitar akustik milik Velli. "Lu kaya penyanyi pop, deh kalo lagi gitu..hahaha...", ujar Velli sambil ngakak. "Heh!!...
giilleee, looo.....hehe, iya, tapi pas gitarnya bunyi
ngeblues gitu hehe.jadi penonton tertipuuu.haha.", bela Rini. "Ahahaha.bisaaaaa aja lu.. " "Mmm.mm..ngomong-ngomong..gue ngga suka lho ada istilah filsafat agama. Agama apaaa, gitu. Apa aja. Karena filsafat sendiri lahir sebelum agama ada hehe.", terang Rini sambil mengunyah keripik singkong yang kali ini pedesnya minta ampun, namun sepele bagi seorang Rini.
"Yup! Me too!, tapi ya gimanapun agama juga masuk-masuk aja sih ke filsafat, misalnya di dalam kitab suci ada beberapa pernyataan yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dari filsafat itu sendiri. Walopun akhirnya ngga semua orang percaya kitab suci dan agama. Tinggal masalah kepercayaan aja. Tapi ya agama memang ngga jauh dari filsafat, walou beda. Karena ya kalo agama dan keyakinan kan namanya teologi bukan filsafat, walopun ya itu tadi.ada aja orang yang nyebut filsafat agama apaaa, gitu.. " Kemudian Rini menyetel CD lagu-lagunya Jerry Lee Lewis milik Velli, tampak Rini sudah mulai kerasan di kamarnya Velli, sementara Velli sibuk ngemil keripik aja sambil agak kepedesan. Kali ini Rini membaca majalah koleksi Velli, sebuah majalah wanita pra dewasa. Sampai akhirnya Velli kekenyangan dan ketiduran, Rini pun terus asyik membaca. Beginilah cewek selain ngegosip kerjaannya di kamar kalo lagi berkunjung ato dikunjungi teman dekat hehe.Gosip"Wait! gosip ideologi kali ya.."! hihi.
Siang hari Aris berjalan bersama seorang teman cowok, yang tidak dia ketahui wajahnya, karena memang tidak jelas mukanya. Tapi bisa dipastikan bahwa dia adalah teman Aris, Aris pun tahu itu. Karena mereka kenal dan berbicara. Pembicaraan mereka cukup aneh tapi bagi mereka sekarang tidaklah aneh. "Mau kemana lo"", Tanya Aris "Mau ke kantin tuh yang lagi nyangkut di pohon", jawab temennya.
"Oh, ok." "Mau ikut""
"Ngga, deh ntar gue malah patah hati, lagi hehe." "Ooh,...ngga apa-apa. Di situ ngga ada hiu, koq", balas temannya.
"Ok, deh.", mereka akhirnya jalan ke kantin yang nyangkut di pohon itu, mereka sendiri sedang berada di kampus yang suasananya seperti di kampus luar negeri, orang-orang di sekitar juga pada pake seragam cokelat-cokelat dan topi kaya tentara Jepang atau Nazi.
Aris memilih menu di kantin makanan yang dikemas dengan plastik bening yang dilabel-i tanda hati yang patah.
"Mmmhh,.enak juga ni sate kambing, huehue..", kata Aris walaupun daging itu tidak bertusuk seperti sate.
Ketika Aris melahap makanan apa yang dia sebut sebagai sate kambing itu, seketika wajah teman Aris semakin jelas, wajahnya seperti bapaknya Ellen"!. Tapi Aris masih cuek aja. Sampai akhirnya selesain makan makanan tadi, temannya yang berwajah bapaknya Ellen itu menawarinya teh botol, yang dikemas di botol kendi warna cokelat dilengkapi dengan sedotan.
Aris menerimanya dengan senang tetapi Aris mulai menyadari semua keadaan ini agak aneh, walaupun tidak merasa takut atau khawatir karena dia hanya berpikir,'Paling-paling gua sedang mimpi..', walaupun dia tidak benar-benar tau kalo dia sedang mimpi atau bukan, tapi dia sudah punya kesadaran bahwa ini agak aneh.
Aris pun mencubit lengannya untuk mengetes apakah ini mimpi atau bukan seperti yang dianjurkan oleh ban
yak orang. 'Hmm.." ngga sakit, koq"!...ah, gue lagi mimpi! Sialan, tapi ngga ada cewek di deket sini, kalo ada kan gue bisa..', begitulah batinnya Aris dalam mimpinya.
"Hei, gue lagi mimpi tau"!.aaah, jangan coba-coba maenin gue ya haha..', kata Aris santei ke temannya itu.
"Kata siapa mimpi" Kalo emang lu mimpi dan lu
ngga keluar dari dunia mimpi ini gimana".",
Tanya temannya itu, teman mimpinya Aris.
Aris melongo, 'Iya, ya.gimana klo kaya gitu".',
batinnya. "Gimana kalo dunia yang sekarang lo liat itu abadi. Terus aja aneh begini. Gimana" Apa lu bisa ngebedain yang mana mimpi, yang mana realitas yang pernah lu jalanin sebelum lu tidur sekarang"" "Mmm.. .mana gue tau.."" "Lu mesti mikirin itu!"
"Ah! gara-gara baca buku filsafat, nih.gue jadi mimpi gini, tapi seru juga hehe.. " "Woi!, kalo lu ngga keluar dari mimpi ini, lo pasti bakal nganggep apa-apa yang lo liat di sini sebagai realita kan" Bukan ilusi lagiL.teh botol ini, ini namanya teh botol walau pake kendi. Dan ini realita di sini! Liat mahasiswa di sini! Semua pake seragam kaya Nazi. Itu fakta di sini! Dan cuma di dunia sini daging kambing dibungkus plastik dengan label patah hati! Apa yang lo liat sekarang pake indra penglihatan lo, ya itulah kenyataan di sini,.. ..itu pun kalo lo ngga keluar-keluar lagi dari sini." "Hmmm..label sate patah hati tadi pasti karena gue emang lagi patah hati.", kata Aris lemes merasa ngga berdaya kalo udah ngomongin soal
itu............. Aris melek...Dia berada di kamarnya, dia akhirnya terbangun, terdiam,...terus liat ke jam, jam 3.30 pagi. Aris menghela nafas panjang. Entah kenapa dia ngerasa agak cape, seperti abis ngeluarin tenaga.
Dan dia berpikir, 'Gue bangun!...gue...ngga di mimpi selamanya.dan inilah realita.", pikirnya yang udah mulai sok-sok berfilsafat namun mimpinya bisa membuat para ahli filsafat iri.
BAB 15 MYSPACE Seorang Aris yang baru-baru ini saja mengenali apa itu filsafat, merenungi mimpinya tadi malam. Well, itu ada baiknya, setidaknya patah hatinya dengan Ellen agak teralihkan. Karena dia justru malah merenungi dan bertanya-tanya layaknya para filsuf, mengapa ada patah hati" Apa itu cinta" Kenapa rasanya sakit" Dan kenapa rasa sakitnya di sekitar dada, bukan di perut".walau tentu saja dia tidak menemukan jawabannya, atau belum. Jadi karena dia baru-baru ini tertarik dengan filsafat, patah hati yang dia rasain juga malah dia jadikan objek pemikiran atau tepatnya objek pertanyaan. Wanita yang dia temui waktu dia manggung yang bernama Linda itu, ngga begitu berlanjut. Sms-an sih ada, tapi...yaa.. just as a friend, karena Aris pun ngga naksir, sih. Dan cewek itu pun kayaknya cuma flirting doang dan ngga serius.
Siang ini Aris sedang berjalan-jalan sendirian, ngga biasanya, sih. Tapi....seperti kita tahu, dia benar-benar sedang tertarik dengan filsafat yang benar-benar baru baginya. Mungkin kalo kita mau berempati jadi Aris, filsafat itu seperti teka-teki misterius. Mungkin pembaca ada yang suka main game Resident Evil atau Silent Hill" Memecahkan teka-teki yang misterius. Nah, kira-kira perasaan nikmatnya seperti itulah. Walaupun jelas beda konteksnya. Aris sedang jalan-jalan sendirian di Taman Cilaki. Kalo siang di taman ini tetap teduh , karena memang ketutup pohon-pohon lansia (lanjut usia), dan di tengah-tengah tamannya terdapat lubang yang memanjang sepanjang taman ini di mana di bagian ujungnya ada perairan yang ngga terlalu bersih. Lalu akhirnya dia duduk di kursi taman lalu merhatiin orang-orang di luar taman, di jalanan. Asal tau aja, anak-anak lain di The Feels A Fat yang sudah duluan tertarik dengan filsafat walau secara non akademis, mereka tidak ada yang sampe kayak Aris sekarang ini. Sejauh ini Velli, Rini dan Imman hanya membaca buku-buku kemudian berpikir dan merenunginya juga paling-paling di kamar. Sedangkan Aris yang paling baru mengenali filsafat yang justru karena pengaruh teman-temannya itu, niat dong, jalan-jalan ke taman cuma untuk merenung. Bukan karena patah hati, lho! Atau mungkin perasaan suasana sendunya itu membawa pengaruh terhadap sensitifitas filosofinya" Tapi tentu dia ingat per
kataan salah satu teman baiknya di The Feels A Fat, Imman, bahwa kalo udah tertarik dan 'terjerumus' ke buku-buku filsafat jangan terlalu ditelan mentah-mentah atau malah jadi mengubah sikap yang merugikan orang lain. Sebisa mungkin! Sekarang Aris merenung di taman atau dimanapun sah-sah saja. Tapi kalo sampe meninggalkan orang lain atau lebih parahnya meninggalkan The Feels A Fat, itu ngga banget! Itulah yang diwanti-wantiin Imman, temen paling deketnya di band. Imman mengingatkan agar tetap bisa mengontrol diri dan ingat dengan lingkungan sekitar, karena untuk mencari jati diri atau melakukan permenungan, tidak harus sendirian dan meninggalkan orang-orang, Ok, sendirian boleh tetapi bukan untuk meninggalkan orang lain. Itulah juga yang dipesan Imman terhadap Aris. Imman juga ngga lupa cerita, kalo kita 'terjerumus' ke dunia filsafat justru bersyukurlah karena masih ada orang-orang di sekitar kita, teman dan keluarga. Karena filsuf tragis yang bernama Friedrich Nietszche sebelum dia jatuh sakit dan menjadi gila, dia ngerasa kesepian, walaupun memang Nietszche kesepian karena ngga ada orang-orang yang sepaham dan bisa diajak diskusi. Tapi asli! Dia benar-benar kesepian sampe ketika dia sakit akhirnya dirawat oleh saudara perempuannya sampai meninggal dunia. Sebelumnya dia tidak tinggal dengan keluarga. Dan saudara perempuannya itulah yang mempublikasikan karya-karya besarnya setelah Nietszche meninggal. Kalo ngga, Nietszche ngga akan jadi filsuf terkenal, karena ketika dia hidup penerbit-penerbit menolak karya-karyanya. Dan akhirnya riwayat hidupnya sesuai dengan apa yang pernah dikatakannya, 'Ada
kalanya manusia hidup setelah mati'.
Aris terus berpikir, dan berbicara sendiri (dalam hati
tentunya). "Hmm....iya juga ya...gila! Sebelum gue tau filsafat, gue ngga sepeka ini. Apa bener...pohon-pohon di sini yang gue liat aslinya seperti ini" Apa mata gue bener-bener ngeproyeksiin benda-benda sesuai dengan yang sesungguhnya" Atau.apa gue udah gila mikirin hal-hal beginian"..." Aris pun tertawa kecil.
"Hmmm...no..no...gw ngga gila, ini cuma peka. Mmm...kalo kelalawar bisa bicara...mungkin mereka bakal ngotot kalo semuanya itu cuma satu warna! Dan merekalah yang bener! Tapi karena kelalawar itu cuma binatang, ngga punya akal seperti manusia.dan karena cuma manusia-lah yang punya akal, maka manusia-lah yang bener, bahwa dunia itu penuh warna.dan mereka yang ngga bisa liat warna seperti kebanyakan orang.dianggap buta warna."
Setelah sekitar 2 jam lebih Aris merenung sambil sesekali nyeruput soft drink di bangku taman Cilaki, Aris berniat ke kosan Imman. Sekalian Aris juga bawa oleh-oleh baso tahu yang dibeli di deket taman itu. Sementara Aris belum sampai ke kosannya Imman, Imman sedang berada di kamar kosnya sedang membaca novel yang dipinjamnya dari Jane. Sebuah novel terjemahan yang dikarang oleh pengarang terkenal Norwegia Jostein Gaarder dengan judul 'Vita Brevis'. Pengarang Norwegia yang dikenal suka menulis novel yang penuh imajinasi, berbau filsafat dan teologi yang tentunya seru. Ketika Imman membaca beberapa bab, di kepala Imman tiba-tiba terlintas pikiran tentang Jane dan...Velli. Imman tiba-tiba kepikiran gini, sebenernya apa yang terjadi waktu di mobil nganterin Velli pulang " ada apa dengan dirinya", katanya membatin. Namun Imman pun kemudian berpikir bahwa hal itu ngga boleh dipikirin lebih lanjut, Jane-lah yang dia cintai! Malem itu cuma terbawa suasana. Plis, God!", batinnya lagi. 'tu anak sih pake tidur segala di mobil. Walopun gue ngga ada pikiran 'bahaya' ma dia, tapi memang ada getaran-getaran.mmm.apa ya" Getar cinta".getar.apa, dong" Dan itu mungkin gara-gara gue liat dia lagi tidur, kalo aja dia ngga tidur gue ngga akan gitu!, katanya lagi dalam hati sampe Imman memukul jidatnya yang dia anggap otaknya lagi bego waktu kejadian itu. "Itu spontan aja.", kemudian Imman mulai buka suara ngomong sendiri.
Waktu Imman tau Velli pingsan pun sebenernya Imman agak was-was, tapi.ngga terlalu Imman seriusin kewas-wasannya itu. Wajar mungkin namanya juga ke temen (ato 'temen'"). 'Ah, gue ngga boleh gitu! Kalo orang nany
a apakah gue masih cinta Jane" Jelas!!.jelas! Jane cantik, smart, sempurna bagi gue, ngga ada cacat..', batinnya
'tapi...........Begitu pun..Velli', batinnya lagi.
'Ah, ngga!.Velli bukan untuk gue, gitu juga sebaliknya. Itu Cuma kebawa suasana! That's it!. I love you, Jane..!!..,", batinnya sambil nyium-nyium novel punya Jane yang ada di tangannya. Begonya, tu kamar ngga dikunci. Ya Aris pun ngga permisi, langsung nongol batang idungnya di depan pintu. "HHmmcckkh..heu...HAHAHA..", kata Aris nahan ketawa yang akhirnya ngga ketahan. "Kenapa lo"..kaya ngga ada cewe aja.."ahahahahaha...", Aris tertawa puas merasa berhasil nge-gep temennya bertingkah aneh (yang sebenernya Aris pun sering aneh-aneh koq di kamarnya).
"Yeee,..ngga bilang mo masuk!" "Lhaaa,..kaga di konci juga"!" "Weeeuuu...ngga, gue..justru ini bukunya Jane, gue barusan terima sms dari dia. Dia bilang jaga' tu buku. Jangan ampe lecek! Kalo bisa dirawat selama minjem seperti gue ngerawat dia. Kalo perlu cium!.Begiiiiitu kata dia..!!", Imman bohong dengan lancar.
"Ckk, aaah.masa"" Hehe.. "
"Yeee,..", timpal Imman sambil seperti mau nimpuk Aris pake buku.
"Heh! Baso tahu, nih!", kata Aris sambil ngacungin plastik oleh-olehnya ke Imman "Waaa.haha.boleh-boleh, niih.asyiik.gitu, dong.boleh, deh lu ngetawain gue lagi...sepuasnya.haha..", kata Imman yang kebetulan lagi laper. "Weeuu,..udah basi atuh.. " "Ya gue ulangi aja nyium bukunya hehe.trus lo ketawa.dan gue makan baso tahunya hehe..adil
kan"" "Aaadiil" Vjir"! " ngarang lo, jadi pengarang aja!" "Hahahaha.", keduanya tertawa walau gak lucu. Keduanya pun terdiam yang satu cape ketawa dan abis jalan dari cilaki, yang satu lagi ngunyah baso tahu langsung dari plastiknya.. Aris pun memulai percakapan kembali, "Eh, band kita ikut my space,
yuuk." "My space"." "Iya....tau kan""
"Ooh...iya iya...", kata Imman sambil mengenyitkan dahi dan mulutnya sibuk narik siomay dari plastik..
"Yaah, katanya bagus tuh.buat band-band gitu, musisi gitu.. ..lumayan ngefek. Buat band kecil kaya kita apalagi. Lumayan bisa kontak-kontakan ama luar negeri."
"Kenapa mesti luar negeri""
"Yee.udah sukur ada fasilitas.masih nanya lagi.lagian emangnya kita udah diterima di daerah sendiri.. " Manggung aja masih kaya jelangkung."
""""" Apa " Jelangkung.", kata Imman masih menikmati baso tahu nya. "Iya..dateng ga diantar, pulang ga diantar." Imman tersenyum simpul tanda mengiyakan. "Sabar, Ris.namanya juga band kecil.lagian tar kalo kita dapet fasilitas antar jemput dari panitia juga tetep belum dikasih budget, Ris." "Iya,...ngga pa pa sih...Gue ngerti cuma...sialnya kalo mobil kita lagi dipake mesti pake taxi, lumayan tuh ongkosnya hihi." "Iyalah.ya nantilah, Ris bertahap." "Iya gue ngerti, lagi bukannya ngeluh, cuma.ya ini...ayuu..ikut my space. Lumayan tuh Arctic Monkeys sukses dari my space, yaaah.walopun itu juga karena mereka di negeri Inggris hihihi.. " "Iya boleh, ayu aja.si Velli tuh biasanya rajin online, ngapain ya tu anak.cari gebetan gitu" Alllaaaah.hahaha.. "
"Heh!, huss!.tar ngamuk tau, ada anaknya, ga
boleh gitu"!" "kenapa ngamuk""
"Karena..kar..naaa.sepertinya bener cari gebetan hahaha."
"Hahaha.. " keduanya tertawa 'sadis' (ok, setidaknya menurut penulis ini cukup sadis) "Hhuussh,..udah ah ngetawain orang kaya kita ga sengsara aja percintaannya.", kata Aris
"Siapa"...elu tu!...hihih..." "Aaanjis.hueheue." Aris tidak mengelak. "Udahlah, lagian kita juga tau dia bukan tipe yang suka kaya gitu, agak anti malah hehe.. " "Iyaaalah.", sambung Imman. "Ayolah tar malem kita ke warnet.gue lagi semangat nih.", kata Aris
"Ayo!.ya iyalah.lagian kapan juga band-band macam kita ini ga semangat..band-band sekelas kita ini semangatnya pasti gede lagi, tapi tenaga kurang hehehe."
02:00 WIB SIGN UP User name : The Feels a Fat Password : ******** LOG IN
Hello, The Feels A Fat ! yang ini ekspresi wajah Imman dan Aris ketika mulai kontak dapat balasan message dari band indie amatir asal Inggris yang kebetulan lagi online.
Bagi mereka (dan mungkin juga bagi band-band lainnya), Inggris adalah surga musik.
Velli, sang vokalis gitaris wanita kita sedang asyi
k nonton DVD di ruang TV rumahnya saat hujan sangat deras di luar sampai Velli harus membesarkan sedikit volume DVD playernya. Velli sedang nonton film The Pianist yang menceritakan kisah nyata di zaman Nazi pianis Yahudi asal Polandia Wladyslaw Szpilman yang selamat dari siksaan tentara Jerman, bahkan diselamatkan oleh seorang tentara Jerman 'hanya' karena tentara tersebut menyukai permainan pianonya saat tentara tersebut meminta memainkan piano di tempat pianis tersebut sembunyi. (Hmmm^.even music can save the life).
Tiba-tiba di samping kiri Velli ada sesuatu yang tiba-tiba menyala dan sukses mengagetkan Velli, Hp nya ber-John Lee Hooker dengan judul ringtone 'Boom Boom'. Velli pun menekan 'pause' remote DVD namun sial karena kaget yang ditekan malah tombol 'Stop'. Namun Velli tidak banyak mengeluh, karena terkalahkan oleh rasa penasaran untuk melihat isi sms hp nya.(hal yang selalu dirasakan pemilik hp).
"Vel, kalo ol tlg cek myspace kt dong. Email: Feelsafat@yahoo.com, pass: bluesonl ok".. .nuhun, ah neng ;p" from Aris
Velli tersenyum simpul sendiri membacanya, ...
"Aaaa..!!." "Duuuuh,.mamah, ngagetin." sontak Velli terkaget melihat mamanya tiba-tiba berjalan menuju ruang TV yang gelap karena mendung dan tanpa lampu menggunakan mukena. "Ehhm..hhm..", mamanya tersenyum kecil namun tampak sedikit puas.
"Lagian senyum-senyum sendiri baca sms.hihi.. " "Nggaa.ini dari si Aris.ngasih tauu.udah bikin myspace, kayaaaa.web gitulah, email-email gitu buat band... "
"Ooooh...", kata mamanya sambil manggut-manggut seperti menghadapi anak kecil. Velli kembali menonton DVD dengan terpaksa memilih nomor chapter scene karena tadi salah pencet tombol.
Beberapa menit kemudian, sekitar 3 menitan, Velli pun tidak tahan untuk menunda nonton DVDnya untuk menyalakan komputer kemudian online. Dan entah disadarinya atau tidak, wajahnya tampak agak berseri-seri ketika menyalakan komputer. Segitunyakah semangat band-band indie amatir atau yang mungkin boleh saya sebut sebagai 'sub-indie'" yup! Seperti itulah semangatnya! LOG IN 'klik'....
Hello, The Feels A Fat! New Comments! New Friend Request!
Comments The Boogies "Hi!, thx for add!...I love
your sound, cool voice! Keep blues, The Feels A
Fat!" Mat Hook "Wow! I like the sound, thx
for being my friend."
Hmmm, sudah bisa ditebak.....Velli pun semakin
berseri-seri bacanya. Lagu The Feels A Fat yang mereka rekam dan di-upload ke myspace sudah didengarkan di luar negeri dan mendapat komentar yang baik. Yang justru tidak mereka dapatkan di salah satu radio lokal negeri sendiri yang enggan memutarnya di indie playlist. Hal-hal semacam ini bisa menjadi 'vitamin' atau 'obat kuat' bagi band-band 'sub indie' yang notabene masih tertutup oleh band-band lain yang lebih tenar.
Velli pun mengklik profile The Boogies, setelah beberapa detik loading, Velli melihat di bagian friend list nya ada yang ber-username "Indiemateur Bar" dengan pic yang cukup manarik, enak dilihat dan sangat bergaya indie, full color. Velli pun menjadi tertarik untuk melihat profile tersebut. Desain profilenya cukup menarik dan sangat pop art, Velli serius membaca di bagian 'About Indiemateur Bar' yang kira-kira diterjemahkan seperti ini;
Indiemateur Bar terbentuk sejak tahun 1998 di London, Inggris. Terbentuk karena iseng belaka yang ternyata menjadi wadah yang cukup serius untuk scene indie di Inggris terutama di London sendiri. Berbeda dengan bar-bar kebanyakan. Bar kami selain menjadi tempat nongkrong band-band indie dari berbagai kalangan, pengisi acara kami hanya menerima band indie amatir, non professional, belum dikontrak, berpotensi dan memiliki lagu sendiri. Vamun mereka akan ditonton oleh orang-orang penting dan 'tidak penting' di musik indie. Karena bar kami adalah tempat nongkrong band-band seperti Arctic Monkeys, The Recounters, Baby Shambels bahkan Oasis (well, kadang-kadang karena mereka terlalu sibuk),dll. Tetapi mereka tidak main di sini. Seperti yang kami bilang tadi, yang main hanya band indie amatir. Vamun bukan berarti penonton (termasuk para musisi pro tadi) tidak terhibur, justru penonton dan musisi sama-sama
terhibur! Bagaimana tidak"! Mereka ditonton oleh orang-orang penting!. Kami para pemilik bar tidak pernah merasa dirugikan untuk memberi kesempatan pada band-band indie amatir tadi, walaupun memang kami tidak membayar mereka tunai, tetapi kami bisa membayar mereka suatu kepuasan yang lebih dari uang dan bahkan uang akan mengikuti mereka di kemudian hari. Pasti! Vamun kami akan membayar band amatir yang main jika ada event-event khusus yang mendatangkan profit . So, kalau kamu adalah anggota band indie amatir dan berminat, cukup kirimkan demo dan profil serta foto ke alamat kami atau email. Kami selalu mendukung kalian, karena kami pernah begitu...
Who I want To Meet : Amateur Indie band, especially you! Yes, you!
Velli pun terkesima membacanya, melamun, bahkan mengkhayal.dan bahkan merengut karena berpikir kenapa di Indonesia teruatama Bandung tidak ada yang seperti itu"..menghela nafas sebentar, lalu kembali melihat layar komputer di bagian comments, rata-rata sepertinya band indie amatir yang sudah pernah manggung mengucapkan beribu-ribu terima kasih dan pujian kepada pemilik bar tersebut, beberapa di antaranya ada dari band indie professional, bahkan band major label berterima kasih atas sambutan hangatnya ketika mereka datang.
Velli melamun lagi, kemudian entah reflek atau kenapa, Velli langsung mengambil kertas HVS dan berniat ngeprint halaman web tadi. Sesaat kemudian print selesai Velli pun langsung melihat hasil print-nya. Namun sejenak Velli baru tersadar, untuk apa dia sampe ngeprint kalo cuma untuk diliatin ke anak-anak The Feels A Fat" Toh tinggal suruh mereka cek myspace"! Ah, tapi sudahlah dengan begini kan bisa lebih cepet, pikirnya. Velli pun saking terkesimanya jadi entah untuk apa berniat diperlihatkan web tersebut kepada anak-anak. Entah untuk berniat ikut (siapa tau) atau untuk sekedar ngasih tau ada bar berkonsep keren dan berani nan 'dermawan' yang kayanya 'tu...kayanya 'tu..'gue bangettt'.
Esok harinya The Feels A Fat briefing di rumah Velli, Velli tentu tidak sabar memperlihatkan hasil print kemarin dari my space. Dan Velli pun lagi-lagi baru sadar, kalo diliatinnya di rumah gue ngapain di print, save aja web complete! Tolol!.ahh, udahlah lagian jadi ga usah bolak-balik ke komputer lagi, pikirnya. Selalu cari alasan yang dapat menenangkannya dan tidak membuatnya menjadi menyesal.
Briefing yang direncanakan jam 4, akhirnya dilaksanakan jam 4.30. Semua personil dateng semua. Imman mengenakan kemeja flanel biru dan celana jeans belel robek di lutut, Aris pake kaos tipis ala anak band bertuliskan 'save me' warna kuning dan celana jeans belel juga, Rini memakai jaket jeans dan celana korduroy cokelat serta kaos merah di dalamnya. Mmmhh...pada kemana atuh" Konser, nih"! Hehehe.
Ketika mereka semua udah pada di kamar Velli dan hendak memulai briefing, walaupun belum mulai-mulai banget, Velli langsung memperlihatkan kertas 'menarik' nya. "Oi.oi.liat! Di myspace ada bar keren, ini profilnya, coba baca.keren,deh." Sontak semua langsung menuju ke kertas tersebut yang Velli taro di kasur, mereka jadi terlihat seperti anak-anak ayam dibagiin makanan dalam 1 mangkok (eem, ya ngga segitunya juga, sih karena mereka tentu tidak mematuk-matuk, hanya saja kepalanya pada manggut-manggut). Selesei pada baca, kecuali Rini yang memang agak lambat dalam membaca.
"Hmm.trus. so..what"", kata Aris sok innocent "..", muka Velli agak manyun
"Ahahaha.....ya ngga..ngga...iya keren koq ini bar,
hehe.pundung", ujar Aris.
Velli kembali tersenyum antara pundung dan memaafkan.
"Iya keren lho, niat gitu.terbuka, murah hati hihi.", kata Rini yang akhirnya selsei juga baca. "Trus koq diprint segala, Vel"", tanya Imman polos tanpa tau kalo Velli dari kemarin berusaha untuk tidak menyesali tindakan spontanitasnya itu (ya!ngeprint).
"Aaah,,..biarin, keq suka-suka gua.", kata Velli
agak manyun karena gondok.
"Eh, boleh dong dicoba demo kita kirim, kan bisa
lewat email.", kata Aris semangat
"Mmhh.iyaaaa.tapi ongkosnya itu gmana"
Dibayar pake kertas HVS" kaya yang Velli print
ini"", kata Rini sambil megang kertasnya.
Velli kembali merengut wajahnya, seolah-olah berkata, Ok memang seharusnya tidak sampai
diprint, cukup disave lain kali.
"Yaaah.gimana yaa,.kalopun kita akhirnya ga mampu pergi kesana kalo emang udah diterima ya itung-itung setidaknya ngukur potensi", lanjut Aris menimpali
"Iya siiih." kata Rini.
"Yaah, gue salut lho.ada kaya gitu di Inggris.gimana kalo kita yang buat aja kalo di sini" Hehehe.toh mereka juga karena pernah seperti kita dulunya sampe bisa jadi kepikiran buat kaya gitu.yaaah.itu mungkin rencana panjanglah
hehe." "Amiin", kata Rini dan Velli bareng..
"Eh bareng"!",kata Velli dan Rini bareng lagi..
Keduanya tertawa.bareng. "Eh, berarti lu udah cek myspace kita dong
kemaren"", tanya Aris
"Uuudah..", kata Velli centil penuh makna.
(Pembaca kebingungan : centil penuh makna "") "Trus...gimana.. .ada something new"" "Hehehe..Velli tertawa dibuat-buat pelan benar-benar berbunyi 'hehehe' sambil matanya melotot mupeng.
"Apaan"", kata Aris ga sabar. "Iyyaaa.lumayanlah dapet pujian dari luar, secaraaa.gitu lhooo.band kecil kaya kitee." Aris terseyum senang, "Dari mana" Apa katanya"" "Yaaahh,,,....apa sih... 'cool sound, cool voice' gitu deh hehe..", kata Velli sebagai sang vokalis ge er. "Yaah.lu doang dong yang dipuji"", tanya Imman. "Ya nggalah, kan cool sound juga.. " "O iya ya hehehe."
"Oh! Band Chicago, gitu ama orang AustralLyg ngasih komen", terang Velli.
"Ya.. .Alhamduuu.....", tiba-tiba kata Rini.
".lillaaaah.", lanjut anak-anak menyambut dengan senang.
Sementara The Feels A Fat melanjutkan briefingnya namun di tempat lain yang jauh jaraknya di sebuah negeri bernama Italia di kota Rende, sedang online adalah seorang lelaki umur sekitar 28 tahun bernama Oscar sedang mendengarkan lagu The Feels A Fat di myspace!, tepatnya sedang online di sebuah kamarnya yang sederhana namun,..biasa.. kamar-kamar bule selalu enak diliat kalo di film-film, nah seperti itulah kamar Oscar. Full of poster, The Beatles, Jimy Hendrix dan Robert Johnson, dengan wallpaper biru cokelat dan.majalah Playboy di samping komputer. Dia adalah seorang Produser acara radio Italy segmen anak muda bernama RLB Radio, beliau memproduseri sebuah program acara yang memutar band-band khusus indie..Yup! Benar! Dia tertarik dengan The Feels A Fat! (Apa" Oh" Kalian ngga nebak kaya gitu ya" Ya maap dong.hehe..). Oscar pun membaca profil The Feels A Fat di bagian. About The Feels A Fat :
We 're the indie band from Bandung City, West Java, Indonesia. The Feels A Fat is the parody sentence take from 'filsafat' word in Indonesia that mean's 'philosophy' in English. 'Coz we just like all 'bout philosophy. And also The Feels A Fat is such as our sounds are fat, meat, crunch, yes you know what we mean. We have influences from some of blues musicians and rock and roll bands. As we all know that blues music is coming from the heart and soul so we are. We try to play our music, our lyrics from our heart and share to audience, to the world as trust as we can. In The Feels A Fat there's Velli (Vocal), Rini (guitar), Imman (bass), and Aris (Drums). We 're two women and two men in one band. So hope you like our songs and being our friends
Who I Want To Meet : Other cool bands, record label, king of blues and rock 'n roll and YOU!!
Oscar klik 'Send Message'
The Feels A Fat Su: Hi!... Hi!, The Feels A Fat, I have been hearing your demo's. and I like your song (Life Without Love). I'm The producer of the radio show for indie bands/artist in RLB radio, italy. If u like, I will play your demo's in my playlist here. So, could you send your songs to me by email at RLB Oscar@yahoo.com " Thank you.
Add Comments : Love it!. Klik 'Post' BAB 16 "MAAF, LAGU KALIAN TERLALU STANDAR..."
Tunggu, apa pembaca terhormat sekalian pikir judul di atas diucapkan oleh orang dari luar negeri yang bertemu di my space dan menilai lagu-lagu The Feels A Fat seperti di atas"" Tidak" Kalian tidak berpikir seperti itu"" Oh, bagus, berarti saya yang sok tahu, dan memang bukan! Itu bukan kalimat yang dilontarkan oleh orang dari luar negeri dari my space. Kalimat itu justru datang dari 'rumah sendiri', Indonesia, Bandung te
rcinta.... Sore itu tepatnya hari Minggu, Velli sedang mendengarkan sebuah radio lokal yang memutar khusus lagu-lagu indie. Di kamarnya, yang lagi-lagi Bandung sedang diguyur hujan, dingin, ditutupi selimut, bersandar di kepala kasur sambil sesekali menyeruput secangkir kopi cappuccino instan murahan (namun rasanya ga kalah sama kopi mahal) yang sengaja dibeli di warung. "Yah, anak muda Bandung. Masih di acara
kesayangan kita-kitaa.....'Free Your Mind', yang
selalu muterin lagu-lagu dariiii...eu...band-band indie! Yang keren-keren! Dan pastinya.siapa tau.band kamu selanjutnya yang diputer, ato pacar kamu, temen kamu, kakak kamu"".well, stay
tune terus, right"....."
(Musik play......) Velli sejenak termenung, berniat untuk mengantar demo milik band semata wayangnya itu, The Feels A Fat ke radio tersebut. Untuk beberapa radio lain, The Feels A Fat sudah berhasil diputer di program acara indie, tapi di radio yang satu ini memang belum.
Tap.tap.tap, besoknya hari senin Velli dan Rini melangkah dengan pasti ke radio tersebut yang terletak di jalan Pasteur. "Vel, kata lu diterima ga nih demo"" "Mmmm.gimana ya.mudah-mudahan sih.soalnya at least di radio laen udah diputer, masa yang ini ga mau." "Yaaah,....tapi kan gimana pun juga kita belum dikenal, Vel.tetep aja kalo yang diduluin yang udah dikenal agak berat, kecuali kalo kita dah kenal ama MD (Music Director) ato produsernya kaya di radio yang kemaren."
"Mmmh, iya sih, gue ada kenalan di radio ini tapi penyiarnya, bukan produsernya. Sedangkan nyawa band indie kan ada di produser ato MD nya. Kecuali kalo penyiarnya demi gue mau provokatorin tu MD
hihihi." "Ahhh..lagian kan lu kenal selewat ya" Bukan temen deket gitu.. "
"Iya sih." "Vel, lu aja deh yang ngasih.males gitu
receptionist nya tampang curiga ma kita, emang kita
teroris apa"!", kata Rini sambil menggandeng
lengan Velli ke arah tukang teh botol.
"Ya eellaaah.ama mba-mba judes aja kalah..bisa
ga mereka maen musik kaya kita"!"
"Yaaa mereka mana peduli, lagi, Vel.sempet-
sempetnya lo mikir gitu. Yang mereka pikir itu kita
siapa! Terkenal kaga!"
"Ck, udahlah gpp.toh kalo gitu ngapain juga penyiarnya nyuruh orang-orang anter demo ke
sini"!" "Ya mungkin kalo kita cowok ngga sejudes itu kali yaa. Mestinya Aris nih ama Imman ke sini. Ah, bodo ah yuk!", kata Rini lagi sambi menarik kembali lengan Velli yang baru aja niat beli teh botol.
"Eu...,mba...mau ngasih demo lagu buat acara
indie.. " "Mmhh,....langsung aja tuh ke MDnya. Ada koq", kata Mbanya seolah-olah dialah wanita tercantik di Bandung dan sedang berbicara dengan Velli si gadis penukar kupon sembako.
"Oya, deh.makasih,mba..",kata Velli sambil agak tersenyum kuda meringis.
"Mm.", balas Mbanya sambil merapikan kaos kemudian langsung ngobrol dengan teman sebelahnya.
Velli dan Rini masuk ke ruangan yang agak ramai dengan tata letak interior yang..ya itu tadi agak ramai, banyak meja yang berserakan kertas-kertas dan poster-poster musik dan film. Dan beberapa orang berlalu lalang tampak (seperti yang) sibuk.
Rini dan Velli yang masih tampak kebingungan akhirnya memutuskan untuk bertanya pada seorang cewek agak chubby namun stylish, rambut ikal sebahu warna merah gelap, di-high light gitu lagi ngaca.
"Mba, maaf kalo.Fary nya ada""
"Fary.ooh, ada-ada.dari siapa ya""
"Ini dari.Rini mau ngasih demo buat acara indie"
"Oooh. 'Free Your Mind' ..tar aku panggil dulu,
yaaaah..", kata mba yang satu ini lumayan lebih
ramah dibanding yang di luar tadi.
"Ssst, Vel.yang ini mah lumayan ya ramah."
"Ya iyalah, penyiarnya.. "
"Oh gitu".Ooooh.", kata Rini sambil manggut-manggut
Ga lama kemudian dateng sesosok cowok sekitar umur 27 tahun botak, tinggi agak kurus mengenakan kaos basket dan celana jins gombrang "Hi!.", kata MDnya lumayan ramah juga. "Mana yang Rini"" sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Ini, saya Rini dan ini Velli", kata Rini sambil mengulurkan tangan bersalaman. "Ookeeh,.ada apa nih. Mau ngasih demo"" "Iya, ini..", kata Velli sambil menyerahkan demonya
"Ow, dari apa nama bandnya.oh..The.Feels
A..Fat..mmh.ok..ok.", kata Fary sambil
membolak-balik cover CD demonya.
"Ni.. ..band.. .cewe ato gimana""
"Oh, ngga.kita berempat cewe dua, cowo dua."
"Ooooh...yayaya.", kata Fary sambil manggut-manggut dan tetap melihat CD nya.
"Ya, ok tar aku denger dulu ya..demonya.ini.lu
apa" vokal"", katanya sambil menunjuk ke Rini.
"Oh, ngga saya gitar...trus Velli ini vokal, gitar..", jawab Rini
"Ow.ok.ok.saya denger dulu deh demonya, sory nih aku.lagi ngurus acara sekarang lagi on air.yah"..", kata Fary sambil agak sedikit ngga enak (ato pura-pura ga enak) "Sory banget yah."
"Oh ok.gpp nyantei aja, kita langsung balik aja.", seru Velli.
"Oooke deh...makasih yaaa, demonya..", kata Fary sambil melambaikan tangan yang masih megang CD.
Rini dan Velli berjalan berlalu meninggalkan ruangan tersebut melewati mba-mba yang di depan tadi dan akhirnya menuju pagar ke luar. "Rin, tadi itu bener gitu doang, ngga ada basa-basi gitu biar diputerin hehe.. "
"Aaah, basa-basi gimana gue bingung, lagian dia buru-buru.lagian ngefek gitu kalo kita yang ngomong" Mana gue kaga ada bakat marketing
koq" "Hehe...iya sih, gue juga...udahlah mudah-mudahan aja, yang penting udah usaha..", terang
Velli. Velli pun kembali ke tukang teh botol yang tadi tidak jadi dibelinya sebelum mereka berdua naek angkot untuk melepas rasa haus.
Minggu berikutnya. "Maaf, lagu kalian terlalu standar...gitu kata Fary", jelas penyiar yang kenal sekilas dengan Velli ketika ditanya hasilnya lewat telepon. "Masa"", kata Velli agak ngga yakin dengan apa yang didengarnya barusan.
"Iya,.yaaah katanya sih kan sekarang banyak band-band rock 'n roll, kata dia udah banyak yang kaya gitu, yang masuk ke kita juga banyak yang rock 'n roll gitu. Fary sih maunya yang agak beda kaya.Maliq and D'Essential gitu" "Ooh.gituu..ok .gpp, lagi nyantei aja.mm..ya udah deh gitu aja dulu. Makasih ya" "Ok, sama-sama..sory ya.. .ini kata Fary lho.." "Ok gpp.. .yoo." Tek, hp pun ditutup. "Huufffhh.", Velli menghela nafas kesal. 'Maliq and D'Essential...ya jelas beda ama Robert Johnson. Tapi lagian kan kita ngga standar rock 'n roll 12 bar blues banget walopun kita ngeblues. Yah, mungkin karena ngga kenal...ngga kenal maka tak sayang, ngga kenal maka tak ada ampun di dunia musik ini', begitu batin Velli dari hati. Velli langsung inisiatif kirim sms ke temen-temen seperjuangannya di band yang berbunyi sbb; "Woi, kita ga masuk tuh ke radio sialan minggu lalu. Ktanya lagu kita standar band-band rock 'n roll. Ga ada bedanya. Titik.'
Balasan Rini, "Sabar, Vel...bnyk jln menuju Inggris!"
Balasan Aris, "lidahlah,...lagian masukin ke 'radio rap', ya iyalah"
Balasan Imman, "Waah, sabar, neng...toh lagu kita ditawarin diputer ama radio Italy (liat di myspace)...makannya jgn cmbrut gt, dong...senyum lg...iya, bagus ;p"
Betul aja si neng Velli ini langsung senyum mengembang pas baca sms dari Imman yang memberitakan lagu mereka ditawarin diputer di radio Italy.
Velli pun dengan semangat '45 nge-forward sms Imman ke Rini dan Aris.
"Sms dr Imman: Waah, sabar, neng...toh lagu kita ditawarin diputer ama radio Italy (liat di myspace)...makannya jgn cmbrut gt, dong...senyum lg.iya, bagus ;p"
Balasan Rini, "ldah gw blg kan, byk jln menuju
Italy! :D" Balasan Aris, "Itu pasti radionya kalo ngga rock 'n
roll bgt, high quality radio, yg jls ngga rasis!!good
works!:) btw centil jgsi Imman, ati2 ;p"
Triingg."Tos dulu, doong kaya di pelem-
pelem.", kata Aris ketka di kosan band lagi
ngumpul di kosan Imman sambil mengangkat gelas
berisikan.. .eu..air putih,sih...
Yang lain menyambut ajakan tos-nya Imman itu
dengan segelas.. ..air putih juga.
"Wah, koq bisa ya di 'rumah sendiri' kita ditolak
mentah-mentah sedangkan di Italy kita diterima
mateng-mateng..", kata Aris lagi.
"Bukan diterima lagi itu sih, ditawarin malah!..",
kata Velli dengan semangat dan agak nafsu.
"Mereka udah berani 'metik' kita walaupun belum
mateng", tambah Rini ngga kalah semangat.
"Ah, lagian kaya gitu kan biasa. Yah kita ambil
contoh band-band yang gede banget, The Beatles
pernah ditolak ama label katanya musik permainan
gitar udah ngga jaman", terang Imman
"Ngga jaman dari Hongkong!!", lanjut Velli kali ini
bener-bener nafsu. "Trus Rad iohead ditolak di rumahnya sendiri juga di Inggris tapi disambut baik di Amerika", sambung Imman lagi.
"Yaah, tapi kan itu The Beatles ama Radiohead, Man.ya iyyalaaahh akhirnya sukses.haha..", Aris menimpali.
"Weuuu.. ..tidak mendukungi", kata Rini membela sambil melempar bantal ke muka Aris. "Ya udah kita mesti cepet nyiapin bahan profilenya untuk dikirim ke sana..Italy", Velli mengingatkan
"Oh! Iya, lupa..gue ngga print message dari Italy itu! Hehe..", kata Imman nyengir. "...", Velli pun manyun.
BAB 17 CK. CK, CK,. .CHE... Di Sabtu siang yang cerah, Rini dan Velli sehabis dari toko buku di jalan Merdeka mereka menghabiskan makan siang dengan ngebaso. Favorit Velli adalah, kalo dalam urusan baso-membaso, yamin manis dengan bakso kuah dipisah. Sedangkan Rini sukanya bakso kuah super pedas, dengan mie cukup 1 gulung (inget kan kalo ada abang tukang bakso sebelum mienya dipanasin bentuknya gulungan"). Velli pesan es jeruk, sedangkan Rini teh botol, dingin tentunya, uuuuh.."!hmmm.
Mereka makan di pinggiran jalan Dago. Di meja bakso itu sudah terdapat pengunjung cewek berdua dengan dandan ala rock 'n roll seolah merekalah chick rock di kota ini (well, trend adalah milik umum, sah saja), yang satu mengenakan kaos lengan panjang warna pink garis-garis dan yang satunya kaos lengan pendek kuning bergambar wajah lelaki close up ngeblock warna hitam dengan topi baret, dan kumis tipis serta cukup tampan. Yup!
That's Che Guavara,.....maksudnya gambar di kaos
itu. Dan rupanya bakso mereka berdua akan segera habis.
Setelah pesanan sudah siap hidang tanpa menunggu apa-apa lagi Rini dan Velli langsung melahap itu bakso. Maklum mereka cukup lapar setelah berjam-jam hunting buku. Beberapa menit kemudian cewek berdua tadi telah menghabiskan baksonya dan membayar ke si abang tukang bakso. "Berapa, mang"" "Dua jadii.12 ribu, neng.. "
Si neng yang memakai kaos Che Guavara memberi uang selembaran 10 ribu dan 2 lembar seribu. Rini dan Velli pun tampak memperhatikan cewek tersebut.
"Makasih, neng.", kata si abang tukang bakso sopan.
Setelah kedua cewek itu berlalu dari tempat makan bakso, Rini dan Velli saling berpandangan. Kemudian Velli berkata, "Lu sama ngga pikirannya ama gua ""
"He...euh...hehe..ssssh..hah...", kata Rini mengiyakan sambil manggut-manggut plus kepedesan.
"Pake kaos Che..", terang Velli lagi "Gue aja belum punya, euy", kata Rini.
"Sama."

The Feels A Fat Karya Windyasari S di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus sih kuning, kontras.kira-kira tu cewek tau ga ya perjuangan tokoh yang ada di kaos dia itu".. .aaanjiir sok iyee gini gw..haha...", kata Velli. "Ssshh.aakh.biasanya sih
ngga...hihi...adeuuh.", kata Rini sambil menahan pedas yang nikmat itu sampe mukanya merah. "Euh...yah terlepas dari gue setuju ama revolusi Kuba ato ngga, gue salut aja ama si Ernesto(Nama asli Che) ini" lanjut Velli.
"Hhm..iya.ya iyalah.", Rini mengiyakan sambil masih sibuk dengan urusan pedesnya. "Eh!...ya!...ssshh...ehm...gue waktu itu liat film mini serinya Fidel2, nonton ngga"", lanjut Rini walau masih pedes.
"Oh!..iya, nonton gue juga. Eh pemain telenovela ada di situ ya"! Hehe.yang pemeran Willy di telenovela-nya Gabriela Spanic, si Gaby.Gaby..", kata Velli.
"Yaya.gue tau.jadi antek-anteknya Batista di
film Fidel kalo ga salah haha."
"Di situ Che cakep juga ya, tapi pada mirip sih Che
ama Fidel(Rekan/sahabat Che, Pemimpin Kuba) pemerannya.", terang Velli.
"Sayang gue belum pernah nonton Motorcycle
Diaries-nya Che, baca bukunya juga belum hehe."
"Sama hehe...."
"By the way gue baru tau lho hihi.kalo si Fidel pada akhirnya itu ngga 'mudeng' sama keinginan rakyat Kuba demi revolusi.atau revolusinya dia hihi.", Rini melanjutkan.
"Baru tau ya""
"Iya, abis yang gue baca bukunya terbitan yang gue
beli di toko waktu itu sih"
"Iya itu kan buku satu pihak", lanjut Velli
"Lagian kayanya film Fidel itu diputer pas lagi heboh Fidel dinyatakan sembuh dari sakit kan ya, udah tua banget gitu padahal.selama ini kan kondisinya dirahasia-in"
"Hmm..em..". "Oya!.. .dan lo tau ga"! Dia pake jaket Adidas, dong hihi.di foto di koran.kayanya udah ga nyadar deh apa yang dia pake."
"Heuheu.padahal gue pernah liat gambar ilustrasi pel
esetan gitu Lenin(Tokoh Komunis Uni Sofyet (Rusia)) pake celana Levi's seolah-oleh iklan gitu hehe.kalo Fidel justru asli pake Adidas ya.", lanjut Velli.
"Emh,.inget ga pas kata-kata Fidel di episode terakhir" Kira-kira kaya gini intinya, 'Saya akan memperjuangkan revolusi walaupun hanya saya sendiri yang berjuang, walaupun rakyat Kuba tidak setuju sekalipun'...edaaaan..."
"Wow!.....no comment, deh hihi...", lanjut Velli
sambil mengunyah sisa bakso dimulutnya. 'Keren gitu seorang pejuang (Che) fotonya bisa jadi icon, khas kaya rockstar...pahlawan Indonesia kayanya ngga ada, paling.apa
Sekali Lagi Sipaling Badung 1 Kongo Karya Michael Crichton Tanah Warisan 1
^