Pencarian

Hijrah Cinta 3

Hijrah Cinta Karya Miylahun Bagian 3


Apa yang sebenarnya terjadi dengannya akhir-akhir ini"
Aku mengangkat wajahku menghembuskan nafas pasrah, mungkin sebaiknya aku tanyakan nanti sama mama.. Tapi
"Woe mas, ayam tetangga mati"" gertak ku pada Mas avin yang menatap kosong" ke arahku.
Tapi dia hanya diam, tidak berkeming dengan gertak canda ku tadi, membuat suasana ini menjadi garing.
"Den, mas boleh nanya nggk"" wajahnya datar tanpa ekspresi
Aku mengagguk "boleh"
"Kamu bahagia nikah sama adik ku""
"Maksud Mas""
"Akh masa kamu tidak mengerti den, maksud mas, kalian menikah benar karna cinta kan"" sumpah aku sangat tidak mengerti arah pertanyaan Mas avian
"Entahlah" gerutku sambil melempar pandangan ke arah lain.
Kami diam-diaman selama beberapa menit, bunyi tv yang terpajang di dinding rumah makan itu semakin terdengar jelas. seorang anker news berpenampilan parlente
duduk di dalam layar penuh wibawa," dia mulai membaca berita-berita ter hot pada pekan ini.
Aku melirik masa avian sekilas, dia masih diam menatap kosong hpnya, seakan di kepalanya ada berjuta persoalan sedang berkecamuk. Aku jadi teringat dengan
film yang beberapa peka lalu ku nonton bersama rasyid, judulnya HOME. Kreatif sekali penulis film itu sampai bisa berfikir menciptakan karakter dalam benak
manusia. Sekali lagi ku lirik mas avian mengabaikan berita di tv tentang banjir ibu kota. Dia mengakat wajah menatapku lekat. suasana ini sangat tidak nyaman. Dan
mana pula si pelayan tadi, lama sekali dia mengambil pesanana kami. Aku Berharap dia cepat kembali supaya memecahkan suasana canggung ini.
"Sekar. anak manja, keras kepala, susah di atur, selalu buat keonaran, jika ada maunya maka tidak boleh ada kata tidak" mas avian mulai membicarakan hal
yang sedikit sangat aneh.
"Tapi kakek tak pernah sekalipun marah atau membantah kemauannya, beliau selalu menuruti maunya." bahkan kau sendiri juga tau betul hal ini kan"" tanya
nya kepadaku penuh paksa. Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu.
Iyah aku sangat tau itu. Batinku
"Ayolah denis, kamu tak perlu menutupi apa-apa dariku, aku tau segalanya jika bersangkutan dengan sekar. aku tau den bagaimana hubungan mu dengan sekar
dan bagaimana kau dan kakek begitu bisa dekat"" senyum mengejek begitu jelas di wajahnya. Aku memang sedikit terkejut mendengar fakta itu, tapi untuk apa
heran, dia kan kakaknya pastilah dia tau.
"Apa kamu tidak penasaran kenapa kakek sangat menyayangi sekar""
Aku mengangkat kedua bahuku tanda 'entahlah'.
Baiklah, jujur saja aku sangat penasaran dengan hal itu, tapi itu dulu.
Mas avian tersenyum mengangkat sudut bibir kirinya. Lalu menyerup kopi yang baru saja di bawa pelayan.
Aku juga memasukan se sendok demi se sendok nasi goreng tapi, Nasi goreng ini.. Ck, buka rasa ini yang ku" inginkan.
"Sekar itu 1000% duplikat dari nenek kami, beliau meninggal saat kami masih kecil, kamu mungkin tak pernah melihat wajah beliau sebab semua foto nenek
di simpan dengan rapi oleh kakek" dia mulai bicara lagi sebelum ku minta
"Wajahnya, rambutnya, senyumnya, lesung pipinya," tingkahnya. hanya satu yang beda, keras kepalanya. Kakek menumpahkan hampir semua perhatiannya hanya
untuk sekar. bahkan pernah suatu ketika, sekar di jambak rambutnya oleh teman kelasnya, saat itu dia masih SD. Kamu tau, Kakek langsung mengajukan gugatan
kepada anak itu. Haha berlebihan kan"" tahanya di ujung kalimat, memberi jeda kepada dadaku untuk mengembuskan nafas sebab sedari tadi tertahan.
Kemudian dia mulai melanjutkan
" apalagi saat dia di fonis mederita kanker-" hatiku sedikit tersengat medengar perkataan mas avian barusan.
Iyah saat itu, di mana aku sangat mencintainya dan saat di mana batinku menderita karena tak mampu pendampingi dia melalui masa sulitnya.
" seakan tidak ada yang lebih penting untuk kakek di dunia ini selain dia. Jika kamu bertanya apakah aku iri", tentu denis aku sangat iri bahkan sedikit
membencinya. bukan aku saja, alvaro juga, bahkan si bungsu seruni. Padahal di keluarga manapun si bungsulah yang musti mendapat banyak perhatian. Yang
paling menyakitkan adalah pembagian warisan yang sudah di susun oleh kakek sehari setalah meninggal nenek, sekar mendapat lebih dari kami semua, bahkan
lebih banyak dari papanya putri. Hah semua tidak adilkan". dan kamu tau denis"sekar, dia sangat menikmati posisinya itu tak pernah perduli dengan kami
bahkan selalu memanfaatkan posisinya itu untuk memojokkan kami di hadapan kakek"
Dia menarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan dengan halus.
Kopinya terus mengeluarkan aroma nyaman menusuk tajam dalam hidung, membawa sensasi menenangkan. Pembaca berita di tv sudah berpindah ke topik lain, kali
ini tentang pencabutan pembekuan PSSI. Berita yang sangat menggiurkan-
"Tapi itu dulu denis, dulu saat sekar tak punya pijakan, saat hidayah belum menyapanya" aku melototi mas avian penuh arti, maksudnya apa".
Berita menggiurkan itu raib dari pendengaranku.
"Haha tak usah sekaget itu den. sekar yang dulu dan sekarang beda, masa kamu tak sadar itu, ya.. sekalipun masih ada ampasnya sih kaya keras kepalanya,
Tapi itu tak jadi masalah. Sekar membawa banyak perubahan dalam keluarga kami, keluarga kolomerat yang jauh dari agama akhirnya banting stir menjadi keluarga
kolomerat yang sangat taat. Terutama aku den, akh ceritanya sangat panjang den mungkin lain kali lah aku akan menceritakannya kepadamu"
Dia menutup kalimat-kalimat panjangnya menyisakan rasa penasaran yang amat menyesakkan dadaku.
dia lalu kembali meraih cangkir kopinya. aku sudah tidak berselera lagi dengan nasi goreng itu apalagi di tambah dengan berjuta pertanyaan berputar-putar
dalam kepala ku. Iyah. Aku baru menyadari itu, sekar memang berubah. Hijabnya!
Astagfirullah, sebodoh itukah aku sampai tidak menyadari perubahannya. Dari semua sudut yang ada pada dirinya hampir berbeda dari dia yang dulu. Semuanya-
"Apa maksud mas menceritakan ini kepada ku""
Tangannya berhenti menepelkan bibir cangkir ke melutnya saat Mendengar pertanyaanku yang mungkin sedikit aneh, cangkir itu kembali di letakan.
dia tertawa kecil. ada yang lucu" "Denis denis kamu belum mengerti juga ya maksudku, setelah panjang lebar cerita itu. Ck, Aku menceritakan ini padamu sebagai peringatan"
Aku mengangkat alis kiriku
Peringatan" "Maksud mas""
" jangan pernah sekalipun menyakiti sekar" wajahnya kini berubah menjadi serius
"Aku sangat percaya padamu denis, begitu juga dengan kakek dan papa, maka jagalah kepercayaan ini"
Aku memautkan sendok pada piring nasi goreng yang baru ku makan beberapa suap.
Andaikan kalian tau apa yang sebenarnya terjadi pada kami. aku tidak tau apa rekasi kalian.
" kamu harus memafkan dirimu dulu denis, maafkan hati mu atas masa lalu kalian. Sadarlah, kamu tidak menerimanya bukan karna kamu tidak bisa memaafkan
sekar, bukan. Kamu bisa melakukannya kapan pun itu, sebab aku yakin kamu masih mencintainya. Tapi yang membuatmu bertekuk pada keadaan mu sekarang adalah
karena kamu tidak bisa memaafkan hati mu yang terlanjur terluka, kamu tidak memberikan hati mu kesempatan untuk bahagia. Ayolah denis hatimu juga berhak
untuk bahagia" aku mengolah kata demi katanya dalam benakku.
Mas avian, sejak kapan dia bisa sepuitis ini"
"Yah kurang lebihlah seperti itulah kesimpulan novel koleksi sekar yang pernah ku baca, karya penulis legendari itu. Tere-liye" senyumnya memperlihatkan
deretan gigi putih dan rapinya. 2
Deretan kalimatnya barusan seakan mengorek suatu dala sanubariku.
Menyingkap pertanyaan-pertanyaan batin yang berusaha selalu ku tepis
Apa aku masih mencintainya"
Apa aku merindukannya"
Apa dia masih memiliki rasa padaku"
Tapi kenapa aku bahagia jika di tersakiti"
Mungkin benar kata mas avian," masalahnya hanya ada padaku.
Akh entahlah, masalah ini membuat otaku semakin penuh.
"Kamu masih mencintai sekar kan"" tanya nya lagi tiba-tiba"
Serta merta mataku kembali melototi mas avin.
Cinta" Aku memperbaiki posisi duduk ku Sambil mencoba menerobos masuk dalam pikiran dan hatiku mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan mas avian itu.
"huftt..... " tarikan nafas panjang keluar begitu saja. "Entahlah Mas, tapi aku akan berdoa semoga cinta itu masih ada, dan sekalipun rasa itu sudah lenyap
aku akan tetap berdoa agar DIA mau mempercayakanya kembali kepadaku" aku tidak tau kenapa kata-kata itu bisa lolos dari bibirku, tapi yang ku tau dan ku
yakini, kalimat" barusan tulus dari hatiku
Aku meraba kulit yang membungkus segumpal daging itu, entahlah sejak kapan benda ini sering bedetak kencang ketika menyangkut wanita itu, sekar. mungkin
mulai sekarang aku aku harus mulai memanggil namanya. Berharap dengan begitu aku bisa memaafkan diriku.
*** Aku melirik jam pada hp ku pukul 23:13
Astagfirullah Aku belum sholat isya. Ku sigap selimut yang menutupi separuh tubuhku Buru-buru berlari menuju kamar mandi.
"Assalmualaikum warahmatullah, assalamualaikum warahmatullah"" aku baru saja menyelesaikan sholat dan ingin melanjutkan dengan dzikir tapi tertahan karna
ketokan pintu. Tok tok tok Seprtinya pelayan kamar. Tapi perlu apa malam-malam begini"
Aku melipat sajadah, menempatkan ke tempat semula lalu bergegas menuju pintu
"Maaf pak denis, sepertinya ada paket atas nama anda"
Pelayan pria bertubuh kurus itu menyerakan sebuah paket. Aku membaca sekilas pengirimnya.
Oh dari sekar.gumamku " terimakasih " uacapku pada pelayan
Aku menutup pintu seraya menenteng bungkusan kuning berbentuk segi empta itu. Ku letakannya di atas tempat tidur sembari mencari gunting di dalam tas.
AKu membaca ulang lagi nama di bungukusan itu sebelum mengguntingnya.
dari: Sekar Ajeng Untuk suami ku Tercinta : denis Firmansyah
Ada semacam Rasa bahagia melintas sekilas di hati saat ku baca kalimat itu,
Aku mengulangnya lagi memastiskan. Siapa tau aku baru bangun jadi penglihatan ku masih kurang jelas.
Tapi masih sama seperti tadi. Ku ulangi lagi, sekarang bukan perkalimat tapi kata demi kata. Siapa tau tulisan itu salah atau aku yang salah baca atau
juga bukan denis diriku tapi denis yang lain.
beberapa menit ku ulangi- ulangi kata demi kata," huruf demi huruf.
Oke tulisan ini benar-benar asli.
Sial, kenapa hati berdetak begitu cepat membaca kalimat ini.
Dengan cepat ku gunting bungkusannya. Mulia dari samping kiri kardus lalu guntingnya ku belokan ke kanan.
tangan ku berhenti seketika dari aktifitas menggunting demi mendengar bunyi dari hp di saku baju koko ku.
Seruni" Untuk apa anak ini menelfon ku tengah malam begini"
"Di new york mungkin lagi panas membakar kulit, tapi kamu harus" sadar di sini semua orang lagi kedinginan rere. Ini sudah hampir jam 1 malam " semburku
setelah menggeser simbol hijau di hp ku.
""hehe nggk salam dulu nih mas""
Dua jenis manusia di dunia ini yang saat menelfon ku tidak pernah perduli aturan waktu. Pertama yori manusia jadi-jadian itu dan yang ke dua calon dokter
paling jahil sedunia, seruni.
"Ck, sudah terlanjur, kamu kenapa lagi"" gerutku
"Nggk kok mas, cuman mau nanya obat kuat udah di minum" Nggk sabar bangat nih punya dede bayi lagi" serunya di ikuti dengan tawa.
Aku langsung bingung Hah" Obat kuat aku merobek dengan cepat bungkusan itu. Ada beberapa baju kaos oblong dan satu kemeja abu-abu, beberapa botol-botol kecil, seperti vitamin-
"Jadi kamu mengerjai ku dengan mengelabui mbak mu rere""
Dia membalasku dengan tertawa lepas yang ku pastikan semua rongga mulutnya pasti kelihatan, ya Tuhan anak gadis ini tidak ada anggun-anggunya. Jahil sekali,
Terakhir dia minta keponakan saat aku bersama sekar, membuatku kaget bukan main dan sekarang mulai lagi ck, anak ini.
*** "Kembali bergelut dengan macet lagi"
Gumam Mas Avian menatap jalan Jakarta yang sangat padat kendaraan, sudah hampir dua jam dalam mobil, tapi belum menunjuka macet ini kembali normal.
Kami sudah dalam perjalan dari bandara kembali ke kantor, belum bisa langsung pulang, ada beberapa urusan harus di selesaikan sekarang di kantor.
2 pekan di luar jakarta membuat kami hampir lupa dengan macet.
Aku melempar pandangan menilik kota jakarta yang begitu padat. perumahan padat penduduk di mana-mana, angka kendaraan sudah melebihi kapasitas jalan raya,
bahkan ada badan survei telah memprediksikan jakarta beberapa tahun lagi, jalan raya mungkin tidak bisa menampung lagi kendaraan-kendaraan.
Aku melirik jam tangan ku, sudah waktunya sholat dzuhur.
Sebaikinya aku menepi untuk sholat dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
?"18. Pilihan Hati Sekar Pov Aku mengacak semua berkas-berkas di kamar denis.
Ya Tuhan. Mahluk satu ini Dari semua berkas ini tak ada satupun tanda tangannya.
Ck, Rangga si pengacara brensek itu, semua tawaran yang ku berikan agar dia mau membujuk denis untuk membatalkan surat perjanjian kontrak itu tak ada satupun
dia terima. Semuanya di tolak mentah-mentah, tak habis fikir aku. Di kasi makan apa sama denis sampai setianya tahan bating begitu.
Sudah tiga kali kami bertemu membicarakan hal ini, hasilnya tetap nihil. dia masih tetap pada pendiriannya. Padahal aku tidak memintanya memalsukan surat
itu, aku hanya menyuruhnya memohon pada denis agar mau membatalkan suratnya, apa susahnya sih. Padahal bukannya mereka bersahabat.
Keadaan ini memaksaku untuk bertindak lebib jauh lagi. Aku menyerah pada Rangga, masalah ini sepertinya harus aku sendiri yang bertindak.
Ku rebahkan badan ku di atas kasur denis.
lelah membongkar berkas-berkas lama di dalam lemarinya.
Empuk. Akh suami ku tercintah, bagaimana rasanya menghabiskan malam bersama mu di sini.
Oh tidak tidak Apa yang sedang ku pikirkan ini"
Fokus sekar fokus. Sepertinya tingkat interaksi ku dengan seruni harus di minimaliskan, kalau tidak otak ku akan terus tertular virus aneh-anehnya.
Di mana lagi harus ku cari tanda tangannya. Rumah bunda" Jangan sekar jangan, nanti di kira aku mau menguras harta denis gara-gara cari tanda tangannya.
Badanku terus berguling menjamah setiap sudut tempat tidur lebar itu.
Pikir sekar pikir, di mana lagi.
Aha! Aku tau di mana itu. Bodohnya aku, sampai tidak tefikir dari kemarin-kemarin.
*** Senyumku tersungging lebar saat ini aku tengah berdiri di depan gedung 30 lantai, Menjulang tinggi membela angkasa.
Hari ini, Aku memakai rok A line panjang hitam di padukan Blazer biru toska serta jilbab menutupi dada senada, jilbab ku memang belum syar'i tapi aku selalu
berharap suatu hari nanti bisa ku sempurnakan hijab ku se syar'i mungkin.
Ku lenggangkan kaki beralaskan high heels hitam memasuki gedung itu, satpam yang lalau lalang di depan gedung terlihat kaget serta merta langsung berlari
kecil ke arah ku, aku hanya melambai tangan tanda 'tak usah repot-repot'.
Aku sudah berada di dalam gedung, kutarik sedalam-dalam nafas kemudian hembus perlahan, mengobati rasa rindu bersibuk-sibuk ria saat masih single dulu.
Ada beberapa orang langsung menyapa ramah pada ku, juga beberapa pegawai laki-laki menghampiri ku hendak menyalami, dengan cepat ku tanggupkan tangan ku
di dada seopan mungkin agar mereka tak tersinggung
Senyum ku sedikit memudar Sadar, aku belum minta izin keluar rumah dari denis, Ah! lebih tepatnya aku memang tidak pernah menjalankan misi menjadi istri
sholehah itu. Tidak, dulu aku tidak mengirim pesan ke denis saat ingin menemui rangga. Aku tak berani, dia pasti sangat Shock jika terima sms ku itu, jadi
kuputuskan nantilah saat pernikahan kami tidak di atas lembaran kertas kontrak lagi.
gedung itu masih terlihat seperti semula saat aku masih aktif ngantor di sini. Hanya ada beberapa yang berubah seperti warna sofa yang sedang di duduki
seorang pria bekemeja abu-abu itu, kemeja abu-abu" aku jadi penasaran dengan reaksi denis saat terima kiriman ku, Harus ku tanyakan ketika dia pulang nanti.
Ruangan denis ada di lt. 19.
Pintu lift terbuka pelan, aku melangkah anggun keluar menuju ruangan salah satu petinggi perusahaan itu.
Show time "Assalamualaikum nikita" sapa ku riang pada sekertaris denis yang tengah sibuk periksa lembaran-lembaran kertas di mejanya.
Ku lirik sekilas wanita cantik berpenampilan rapi itu,
Huh nikita kau seharusnya tak di sini. Aku cemburu!
"Waalaikumsalam bu-" aku meliriknya lagi dan mendapati ekspresi kaget di wajahnya seakan hendak menahanku. Tapi Aku tidak perduli aku terus melangkangkah
menuju ruang kerja denis.
Kenapa" Denis suamiku kan
Toh dia juga masih di luar jakarta jadi ini waktu yang tepat untuk menjalankan misi ku. Aku akan meniru tanda tangannya pada surat pembatalan kontrak.
tenang, aku tidak berlaku curang kok. Jika tiba waktu yang tepat nanti, saat aku sudah berhasil membuatnya luluh, aku akan bilang pada denis seraya meminta
ridhonya atas kelakuan lancang ku ini. Simpel kan" Ck, harusnya dulu tak usah repot-repot Minta bantuan si rangga pengacar tidak berguna itu.
Buktinya tangan ku sedang memutar gagang pintu kantor denis, sebentar lagi pasti ku dapatkan tanda tangannya.
Bereska-- "Denis!!"""
Aku terlonjak melihat posisi denis duduk di atas meja kerjanya sambil menatap tajam ke arah ku.
Seketika impian indahku buyar tak berampas.
Sejak kapan dia tiba di jakarta"
Eksperisi dinginnya sangat menakutkan. Penampilannya juga berantakan sekali, kantong matanya terlihat jelas, dua kancing bagian atas kemeja terlepas, rambutnya
kering. Tapi, dia masih terlihat gagah
Oh mama jantung ku. "Ada urusan apa kau kesini"" aku terlonjak untuk kedua kali mendengar pertanyaan itu.
Apa" Dia tau aku datang, ah nikita. Kamu-
"Ng,nggk kok, cuman mau, mau" jawab ku gagab seraya melangakah maju ke arahnya. "Mau, mau" ku putar bola mataku mencari sesuatu di ruangan ini untuk bisa
ku jadikan alasan "mau mengambil sura-"1
"Sekar" panggilnya tajam, membuatku berhenti tertekuk menatapnya.
Apa" dia memanggil namaku. Telingaku lagi tidak bermasalahkan" Aku yakin Tadi pagi sudah ku bersihkan kok pakai cotton bud.
"Sekar" panggilnya lagi kali ini sangat jelas sebab aku sudah berdiri dekat dengannya.
Air mataku tak bisa ku tahan. Ya Allah apakah ini jawaban dari doa-doaku.
Kami saling menatap dalam bisu. Waktu seakan berhenti, memberi jeda bagiku untuk mencerna segalanya.
Diam dan tenang. Suara AC hampir terdengar seperti ritme melodi dalam bahasa rasa.
aku menatap tajam matanya mencari guratan dusta, nihil. Apa itu sapaan kejujuran"
"De,denis ka,mu menyebut nama ku" tangis ku semakin menjadi, sumpah ingin sekali ku tahan air-air bening itu dalam wadahnya tapi aku tak mampu. 2
*** Denis Pov Kami dalam perjalanan pulang kerumah menggunakan mobil sekar karena memang aku tak bawa mobil, aku sendiri tak menyangka akan secepat ini.
ku lirik wanita yang duduk di sebelah ku, belakangnya dia sandarkan pada kursi, pandangnya menatap kosong keluar jendela. dari tadi dia terus mendiami
ku, aku tak tau kenapa. Aku sudah mengetahui semuanya dari rangga. tadi saat tiba di kantor, rangga ternyata sudah menunggu ku, dia lalu menceritakan tingkah konyol sekar selama
kepergiaan ku. Sekar memberi rangga banyak tawaran menggiurkan hanya untuk membujuk ku agar mau membatalkan Surat itu, tapi rangga keukeh menolak, katanya
"masa hanya untuk merayu mu aku mendapatkan bayaran yang sangat besar, itu nggk adil. gue pengacara yang masih punya hati bro, gue nggk mau nipu wanita
polos kaya bini lu itu, " aku hanya menimpalinya dengan senyum bangga, tak tau kata-kata yang tepat untuk membalas ketulusan rangga. "gue hanya sempet
berfikir den mau memalsukan saja surat dan tanda tangan lu. tapi, nggk jadi gara-gara bini lu udah terlanjur sebel sama gue" sambungnya di ikuti lemparan
tisu mendarat di kepalanya.
Sumpah, kan ku bunuh rangga jika dia benar-benar melakukan itu.
Tidak, bukan rangga yang harus melakukannya tapi aku, aku sendiri yang akan melakukannya. Aku yang memulai segalanya dan harus aku pula mengakhirinya.
dan hal itu sudah ku lakukan tadi dengan rangga pada surat kontrak pembatalan yang sudah ada tanda tangan sekar. 1 jam sebelum sekar masuk di ruangan ku.
Ku tatap lagi sekar yang masih di posisi seperti tadi. wanita ini, apa dia tidak kelelahan berada dalam satu posisi dalam rentang waktu berjam-jam.
Matahari sore malu-malu menimpali sinarnya ke wajah sekar melalui kaca mobi, kulit putihnya terlihat menguning, matanya terpicing di pantul sinar matahari,
dia lalu memperbaiki duduknya, kali ini posisi badannya menghadap kedepan menatap jalanan macet jakarta. Bukan jakarta namanya kalau tidak macet.
Wajahnya sedikit kusam, matanya bengkak. Tampilan yang kuranga mengenakan.
Kasian Aku tadi menyuruh nikita untuk menahan siapapun yang ingin menemuiku. Lelah, Setelah membatalkan perjanjian itu, aku ingin menenangkan fikiran. Kepala
ku penuh, banyak yang berputar-putar dari urusan kantor sampai urusan hati. Tapi, Baru saja kesadaranku akan berselancar dalam dunia mimpi, nikita menelfonku
kalau sekar tengah berjalan menuju ruanganku. Aku seketika langsung mengabil posisi terbaik untuk menyambutnya. Ini pertama kali sejak sekian lama kami
bertemu saat keadaan hatiku menginginkannya.
Aku menatap lurus kearah tempat berdirnya, dandanannya sangat anggun dan rapi, Cantik tapi lebih ku suka melihatnya mengenakan daster batik seperti di
rumah. Greek greek greek Hayalan ku buyar saat mendengar bunyi aneh. Itu suara perut sekar, ck
"Kau lapar""
Dia menggeleng keras sampai jilbabnya pun ikut berkibar.
Baiklah. Mobil kami susah terbebas dari macet, beberapa meter lagi akan memasuki kompleks perumahan kami.
***

Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rumah tertata sangat rapi, aroma bunga sakura menusuk masuk ke hidung ku. Sekar pasti bersusah payah membuat suasana rumah seperti ini untuk ku.
Apa dia masih mencintai ku" Atau hanya misi menjadi istri sholehah saja seperti yang di katakan rangga"
Sudahlah, pertanyaan itu hanya akan membuat segalanya menjadi rumit.
"Kamu pucat sekali sekar, istirahat di kamar saja" ujarku pada sekar saat dia merebahakan tubuh di sofa merah depan TV.
" denis!" panggilnya paru. Aku menoleh
"Hm"" jawabku
"Boleh berhenti memanggil namaku"" keningku mengerut mendengar permintaan aneh itu
"Jantung ku lelah terus berpacu cepat" aku memutar bola mata,
Maksud wanita ini apa" Hubungan nama dan jantung di mana"
"Apa perlu ke dokter"",
dia menggeleng lagi. " denis kamu menyentuh kulitku, artinya kamu sudah melanggar kontrak"
Astaga, lupa. Aku belum beritahu dia soal surat itu,. Apa harus sekarang bilang ke dia" Ah nanti sajalah aku lelah, timing juga kurang tepat.
Aku tak menanggapi pernyataan sekar tadi dan langsung melangkah naik ke kamarku.
Nanti sekar, kamu akan mengetahui segalanya, kamu akan miliki banyak kesempatan untuk menjalankan misi menjadi istri sholehah mu itu.
Aku sudah mengalah pada hati ku yang memilih mu, yah... sepertinya aku memang jatuh cinta kepadamu lagi.
Sekarang bagi ku kebahagiaan mu adalah segalanya. Aku pasti membahagiakan mu, ada maupun tidak rasa mu padaku.
?"19. Heart Attack "Sekarrr..... Apa yang kau lakukan di kamar sampai berjam-jam, hah" " teriak denis dari lt. 1 rumah mereka. Sudah hampir satu jam denis menunggu sekar
sambil duduk di sofa merah, tapi ia tak kunjung muncul.
10 menit kemudian sekar tergopoh-gopoh turun dari atas mengahapiri sang suami yang sudah dongkol.
Denis menatap sebal sekar, tapi yang di tatap malah membalas nyengiran lebar.
"Maaf, jilbabnya model baru jadi cara pasangnya susah " ucap sekar polos membela diri
"Yasudah ayo, dari tadi mama sudah meneror ku, kau berniat membuat mereka semua kelaparan hanya jilbab baru mu itu" oceh denis melangkah lebar menuju pintu
"Yah maaf, " ujar manja sekar membujuk sembari berlari menyamai langkah denis.
denis yang merasa terganggu dengan suara polos nan manja sekar serta merta langsung berbalik meraih tangan sekar, menggandengnya. Sekar langsung terdiam,
wajahnya pias tak menyangka hal itu akan terjadi.
"Kita naik mobil ku saja"
Sekar hanya mengagguk tak mampu mengelurkan suara lagi.
------ Denis menginjak pedal gas, mobil Toyota Crown perlahan mulai meninggalakan halaman rumah itu..
kerlap kerlip lampu jalan mengiringi laju mobil mereka, seseksli lampu itu menimpali wajah dua insan itu.
Mobil terus melaju, dengan lihai denis memainkan setri mobil, konsentrasi penuh. sekar menatap lekat ke arah denis seakan ingin menyampaikan sesuatu.
"Apalagi sekarang"" seru denis menyadari dirinya menjadi objek pandangan dari tadi.
Sekar terksiap langsung memonyongkan bibir.
"Denis, boleh minta sesuatu""
Denis hanya menoleh sekilas pada sekar kemudian kembali konsentrasi pada laju mobil.
"Aku pengen makan jengkol"
Kebiasaan. gerut denis membatin.
"Tapi kita mau kerumah mama sekar, kamukan tau mama sangat melarang mu makan sayur aneh itu"
"Tapi aku lagi pengen bangat. Lagian Kan cuman kamu yang tau" sekar membela diri setengah merengek
"Aku lagi" gumam denis.
"Yah,yah singgah bentaaar aja, di persimpangan jalan situ ada warung yang jual. Sedikiit aja, aku mohon" bujuk sekar seraya memautkan jari telunjuk dan
ibu jari saat mengatakan 'sedikit'.
Yah, satu kebiasaan lama sekar di mana hanya denis saja yang tau kalau sekar masih suka mengonsumsinya. Sekar sangat suka jengkol. Tapi, kesukaannya ini
sangat di tentang oleh sang mama, pasalnya tak satupun anggota keluarga menyukai sayur aneh itu, di tambah bau sayur itu sangat menyengat. dulu waktu masih
di singapur saat sekar melewati masa pemulihannya, denis yang sering memaketkan sayur kutukan -ini menurut denis- itu untuk sekar di sana tentu saja harus
diam-diam. Bisa anfal hubungan mereka jika ada anggota keluarga tau denis menjadi agen rahasia jengkol-jengkolan untuk sekar.
*** -Rumah keluarga besar sekar-
"Raja, hati-hati vas oma nanti pecah" mama mira berlari panik menghampiri cucu laki-laki kelebihan tingkah itu, hampir saja dia menjatuhkan vas kesayangan
pemberian sekar satu minggu yang lalu.
Keributan di ruang keluarga sudah tak terkendalikan lagi, tawa nyaring, teriakan balas-membalas, pun sesekali suara tangis terdengar dari kurcil-kurcil
itu, sudah seprti taman bermain.?" Bantal-bantal sofa sudah berterbangan kemana-mana, sampah cemilan berhamburan di sepanjang ruangan besar itu, Bising
sekali. Tapi orang dewasa tak ada yang terusik, seolah suasana itu sudah biasa dan normal.
di ruangan besar lain para lelaki dewasa memisahkan diri di ruangan tamu, cerita-ceritapun mengalir layaknya bapak-bapak rumah tangga plus bapak-bapak
pebisnis, mulai dari isu politik, ekonomi hingga kekerasan pada anak. tak ketinggalan pula kabar gempa yang baru saja menimpa sumatera dan sekitar. Gosip
ala bapak-bapak memang unik.
Lain lagi dengan para ibu dan perempuan dewasa, di mana sudah menjadi kebiasaan jika ada acara keluarga semua harus turun ke dapur bisa maupun tidak bisa
masak. Pembahasan mereka pun beda, taulah para wanita, topik utama tentu tak jauh-jauh dari suami, anak, shopping, resep masak serta segala tetek bengek
berhubunga keduniaan mereka.
"Sekar dan denis mana sih, tadi di telfon katanya udah deket. Ck anak-anak itu"
Celetuk Mama riska di tengah obrolan hangat para wanita
"Kena macet kali" jawab putri memprediksikan
------- Suara mobil memarkir di halaman rumah megah bak istana.
"Mama pasti marah den kalo tau" ujar sekar setelah denis mematikan mesin mobil
"Salah siapa coba", udah turun sana" jawab denis cuek sembari membuka pintu mobil
"Tunggu" cegah sekar sambil menahan lengan kiri denis mengehentikan gerakan tangan kanannya buka pintu.?" denis lalu memutar kepala menatap sekar minta
penjelasan. "Jangan bilang sama mama yah, please.. Hm! " pinta sekar dengan tampang memohon.
"Tergantung" denis menyibak pegangan sekar lalu membuka sempurna pintu mobil, keluar.
Buru-buru sekar pun melakukan hal yang sama, kemudian dengan cepat menghampiri denis. Kali ini dia memasang wajah se kasihan mungkin.
dan Sekali lagi dia menangkap lengan denis yang sudah melangkah mendahuluinya.
"Tergantung apa""?" langkah denis tertahan lagi?" "denis aku mohon" sambung sekar wajah memelasnya sudah sangat sempurna.
Tangan kanan denis lalu melepas jari-jari sekar pada lengan kirinya kemudian menurunkannya ke posisi semula.
ia tersenyum menatap sekar
"Tergantung seberapa kuat mulut mu tertutup biar baunya nggk ke mana-mana" ujar denis tersenyum jahil lalu jalan meninggalkan istri yang beberapa jam lalu
hampir membuatnya pinsan di mobil akibat bau menyengat jengkol.
"denis aku serius" rengek sekar mengejar denis dari belakang, tapi yang di kejar sudah melangakah lebar masuk ke rumah dengan sunggingan jahil.
"Eh kalian sudah datang" sapa papa Herman melihat denis muncul di pintu di ikuti sekar dari belakang sedikit berlari, denis yang sudah mengetahui kebiasaan
keluarga ini langsung bergabung dengan para pria dewasa di ruang tamu sedangkan sekar pasrah meneruskan langkah menuju dapur.
"Kalian kok lama sih, ini makanan udah hampir dingin" semprot mama saat sekar tiba di dapur, dia hanya membalas dengan nyengir kecil, kemudian berlari
menuju kamar mandi "Kamu mau kemana baby" Sini bantuin mbak mu siapin makanan" sekar terus berjalan cepat tak perduli dengan gertakan mamanya. Ia hanya menunjuk ke arah kamar
mandi, sekar ingin sikat gigi.
------ *ruang makan keluarga* Malam ini hidangan yang di buat sedikit istimewa karena sekaligus untuk menyabmut kelulusan adik sepupu sekar, putri.
Semua anggota keluarga menyantap khidmat hidangan itu, suara sendok beradu dengan piring serta rengekan kurcil-kurcil pada para ibu mereka di meja kecil
khusus mereka, manambah 'semarak' makan malam itu.?" tak ada perbincangan apapun, semua sibuk dengan hidangan istimewa, satu-satu mulai menambah dan menambah
lagi, semuanya menikamati kelezatan serta keharmonisan malam itu.
Sampai pada percakapan luar dugaan mama riska.
"Jadi kapan nih kita gendong cucu lagi" seru mama riska lantang, beliau sengaja.
Diam. Hanya ada suara sendok.
tak ada yang menanggapi, ah lebih tepatnya tak ada yang merasa.
Semua masih sibuk menyantap hidangan lezat itu.
Sang mama mulai kesal tak ada gubrisan
"Ck. sekar denis kapan nih kasi mama cucu lagi, hah"" suara menggerutu mama riska langsung menyambar kepada objek sindiran.
Seketika sesuap nasi denis tertahan mengembang antara leher dan dagu.
Khuk khuk khuk Balado telur tecekak di tenggorokan sekar, secepat kilat dia meraih gelas terdekat dari posisinya meleburkan rasa pedas. kulit putih susunya sudah memerah.
Sekar melirik denis yang juga sedang menatapnya datar. Niatnya ingin minta solusi tapi melihat ekspresi datar denis membuatnya kesal.
Kekesalannya bertambah saat melihat Mas avian dan mbak prita sudah cekikikan.
"Ih mama. Itu raja aja masih nge gemesin gitu. Masa udah minta lagi" nyengir sekar. Hanya itu yang bisa dia keluarkan dari bibirnya. Ia melirik denis lagi
minta pembelaan tambahan. Tapi denis malah terlihat sangat santai sambil melahap, tak menggubris.
Awas kamu denis. gerutnya membatin
"Ye.... Beda kali. Alvaro udah, avian udah nah sekarang giliran kamu dong. Lagian kasian juga kan besan ku cuman punya satu anak yang bisa ngasih cucu"?"
celetuk mama riska bawa-bawa kelurga denis sebagai alasan.
"Mama kamu benar sekar, dan kakek pikir ide sangat bagus kalo kalian mau bulan madu sekalian, toh kalian juga belum melakukannya kan"" sang kakek menahan
kalimat kemudian beralih pandang pada denis?" " Nanti urusan kantor mu denis?" biar avian di bantu alvaro yang tangani sementara" tutup sang kakek penuh
wibawa Mas Alvaro mengangguk setuju.
"Siap kek" mas avian menimpal dengan mulut penuh rica pepaya.
"Assyikk gendong cucu lagi nih mama" tambah mbak prita yang sedari tadi cekikikan
Sakar menatap horor dua sejoli itu.
Pasangan sarap "Oh iya denis, papa dan kakek berencana melebarkan sayap ke dunia pendidikan, sudah ada beberapa sekolah kami datangi, juga sudah ada yang memenuhi kriteria.
Papa sudah bicara dengan yayasannya. Nah sekarang papa ingin kamu mengambil alih, tolong kamu usahakan bisa menandatangani kontrak dengan yayasan"
Papa mengambil alih bicara membelok ke topik lain.
denis lalu mengangguk mantap "kapan pertemuan selanjutnya pa""
"Besok atau lusa. Persiapakan saja bahan pertemuannya"
**** Sekar Pov Jalan jakarta menuju tengah malam begini terlihat indah, sekalipun masih ramai orang lalu-lalang di trotoar jalan.
Tanganku memencet power window?" kemudian ku doangakan kepalaku keluar menikmati hembusan angin malam.
Angin malam memang selalu membawa sensasi menyenangkan.
"Tutup sekar, AC mobil tidak cukup membuat mu menggigil"" suara sumbang memerintah.
Bibirku langsung terespon maju, monyong. Seraya menutup kembali kaca mobil kemudian memperbaiki duduk .
sikap menyebalkan itu masih bersemayam rupanya. gerutku membatin.
3 hari sudah berlalu, hubungan ku dengan denis berbalik 180?". Jika ada bertanya aku bahagia"?" SANGAT bahagia.?" tak ada kata dan kalimat bisa menggambarkan
kebahagiaanku saat ini. denis sangat berubah, bahkan sangat berani menyentuh kulit ku, mengacak rambutku, dan paling mengherankan ia sudah mulai berani
sekali menggandeng lenganku. Entahlah mungkin dia lupa surat kontrak itu. Tapi, masih banyak yang mengganggu, salah satunya sampai sekarang aku masih penasaran
hidayah apa telah menyapa hati batu milik denis sampai luluh begitu, ingin sekali mulut ku bertanya tapi keragu-raguan selalu menyelinap cegah, takut jika
keingin tahuan ku malah membuat segalanya amblas, dan denis kembali ke sikapnya semula.
Namun, Rasa penasaran itu sudah sangat mendongkol di ujung tenggorokan memaksa memaksa ku buka mulut. 1
"Denis mau nanya boleh""
"Hm" "Err... Sejak kapan kamu berubah hm...maksud ku sejak kapan kamu mulai perduli padaku" oke, 100% sekarang aku gugup, di tambah ekspresi datar denis membuatku
menebak ke segala arah respon denis.
Mungkin dia sudah tau suatu hari partanyaa?" demikian pasti keluar dari mulutku. Salah satu tebakan batinku
Mobil terus melaju, tinggal beberapa meter lagi sampai di kompleks perumahan kami. Denis masih diam, dan Aku masih sangat gugup.
Kegugubanku bertambah saat denis mulai menepikan mobil, tatapku tajam padanya. wajah datar itu tak berubah sedikitpun.
Benar-benat pria aneh. Denis membalik badan menghadap ku, berpikir sejenak kemudian mulai berceletuk
"Kamu serius ingin mendengar jawaban ku""
Kepalaku mengagguk kecil memberi jawaban.
"Jika ku katakan sebab segalanya karena aku mencintai mu, apa kamu puas"
Aku terbelalak, lalu mengerjab-ngerjab.
Tak ku sangaka di kota sebesar ini jangkrik masih ada sebab Hanya suara mahluk itu yang terdengar. bahkan Tak ada suara kendaraan, satupun.
Hening. Denis lalu membalikan badan ke posisi semula.?" Tapi Aku masih menatap lekat dirinya. terserah jika itu hanyalah dusta denis, pokoknya aku sangat bahagia
mendengar pernyataan itu.
demi segala puisi-puisi cinta para pujangga. demi lembaran ungkapan rasa. Ini pertama kali denis mengatakan hal itu pada ku.
Tangan kanan ku mulai menyetuh bagian tubuh letak jantung. detaknya begitu keras sampai suaranya bisa terdengar oleh telingaku, aku mulai panik.?"
"Aku mencintai mu sekar, sunggu-"
"Stop!" potongku cepat, cukup. aku takut, tubuhku mungkin sebentar lagi akan hancur akibat deburan jantung terlalu kuat, aku tak kuat menahannya.
"Jangan lanjutkan lagi denis, aku mohon. Nyalakan mobil, kita pulang"
denis masih termangu mentapku.
"Cepat denis!" sergapku panik.
dia lalu memutar konci mobil cepat.
Buru-buru tangan ku membuka kaca mobil, kembali ku dongakan kepala menghadap langit malam. Ku atur kembali nafas yang tersedak, dan detak jantung yang
upnormal. Sepetinya Aku terkena Angina Pectoris.
*** Sekar bejalan cepat menyesuiakan langkah lebar denis masuk ke rumah. Pembahasan di mobil tadi membuat dia sangat shock. masih banyak lagi ingin ia tanyakan
pada denis tapi niat itu ia urungkan lantaran pernyataan denis yang cukup memopa cepat jantung itu.
denis langsung naik menuju kamar sedangkan sekar sendiri berbaring di atas sofa merah kasukaannya. dari tadi ia belum berani berkata apapun pada denis,
takut nanti ia terkena serangan jantung susulan.
sekar sepenuhnya belum mempercayai perubahan denis yang signifikan itu, dia masih ragu, masih banyak pertanyaan terus mengusik hati dan fikirannya. Kenapa
denis tak pernah berbicara kasar lagi" Mengapa Denis tak pernah menghidar dari tatapannya seperti lalu-lalu" Apa yang terjadi di luar kota sampai di berubah
begitu"?" Kenapa-mengapa, apa, apakah, penuh di benak sekar, serasa kepalanya sudah berbentuk tanda tanya. Oh iya masalah sentuhan kulit, ia sangat penasaran
dengan surat itu. Apa yang terjadi dengan surat kontrak"
Sekar langsung terbangun dari posisi baringanya saat mengingat surat kontarak. rasa penasaran sudah di ubun-ubun membuat ia tak tahan lagi.
"Harus di klarifikasi secepatnya kalau tidak aku akan depresi muda" gumamnya kemudian berdiri menyusul denis di lt.2 rumah mereka.
Tok tok tok "Denis aku mau masuk, boleh"" teriaknya di sela gedoran pintu
"Hm" jawab denis mempersilahkan
Apa masih ada kalimat lebih pendek dari hm, dasar manusia pendek lidah
"Pikiranmu akan bertambah kotor jika masih berdiri di luar"
Sekar mencibir teriakan denis itu, dia ke gep. Detik kemudian Ia memutar gagang pintu lalu melangkah masuk.
Denis sedang membaca beberapa dokumen di sofa kamar melirik sebentar ke sekar lalu menepuk-nepuk tempat di sampingnya tanda agar sekar duduk di situ. Sekar
sudah pasti menurut, ini adalah kesempatan emas untuk bicara serius pada denis. Perduli setan dulu dengan jantung, sekar berjanji pada batin setelah ini
dia akan minta resep penenang jantung dari seruni, enatah obat itu ada atau tidak.
"Denis aku mau nanya sesuatu, boleh"" tanya nya setelah duduk nyamana di samping denis
"Hm" Oh ya Rabb, apa pas pembagian suara, suamiku engkau tempatkan di urutan akhir" . batinnya kesal
"Bicaralah sekar, kamu tidak perlu izin terus jika ingin mengatakan sesuatu padaku, dan berhentilah prasangka aneh-aneh terhadapku" ujarnya sambil terus
membaca tumpukan dokumen.
Telak sekali Tuhan. atau jangan-jangan- "Denis, kamu tidak memiliki kekuatan aneh, kaya indra ke enam kan"" tanya sekar polos penuh curiga
"Apa itu yang ingin kau tanyakan""
Sekar menggeleng keras "bukan kok bukan"
"Lalu"" kali ini kepala denis berpaling dari tumpukan kertas menatap lekat sekar.
di dalam sana Sekar mengutuk habis jantungnya yang seperti ingin melompat keluar.
"Surat kontrak, bagaimana"" hati-hati sekar membuka suara
"Sudah aku batalin" jawab santai denis kemudian kembali menyibukan diri dengan dokumen- dokumennya.
Rasanya hari ini mata sekar suda berkali-kali terbelalak, sudah berkali-kali mengerjab-ngerjab.
Ya Tuhan, manusia macam apa di depannku ini, santai sekali dia mengatakan hal-hal luar dugaan seperti itu.
Sekalipun begitu, sekar tetap sangat bahagia mendengar jawaban santai denis itu. Kalau tau begini jadinya ia tak perlu repot-repot ingin meniru-niru tandatangan
denis segala. Eh tapi kenapa denis melakukan itu"
Apa dia benar-benar cinta padaku"
Oh tidak jantungku mulai lagi.
Jika tadi sekar tekena Angina Pectoris maka kali ini mungkin sudah menuju pada St Elevasi Miokard infark.
Berhenti berdekat kencang. Aku
mohon.... Aku harus beranjak cepat dari sini jika tidak aku bisa mati terkena serangan jantung bila dekat-dekat denis terus.
Sekar berfikir cepat, dan baru saja di ingin beranjak kabur dari sisi denis tapi denis sudah menangkap lengannya kemudian memberi kode agar sekar mau duduk
kembali. Denis menyadari situasi. dia lalu memperbaiki posisi duduknya, kali ini menghadap sempurna ke arah sekar. Mata mereka saling menatap beberapa saat yang
bagi sekar tatapan itu seperti memakan waktu ribuan jam.
Denis meraih jari-jemari sekar memautakan dengan jari-jarinya.
Hening, hanya terdengar suara jantung sekar yang memopa kuat.
"Kamu gugup"" tanya denis lembut, tatapan mereka masih sama.
Sekar mengagguk. Kali ini bersamaan iringin air jernih mengepul di pelupuk mata.
"Baiklah, aku akan jujur pada mu malam ini agar isi otak mu bisa suci kembali"
Sekar mencibir lagi. Tapi denis malah tambah mengeratakan genggamannya
"Aku mencintai mu sekar sungguh, dulu dan sekarang. Entah bagaimana menjelaskan hal ini pada mu karna aku tak punya rangkain kata untuk mengungkapkannya.
Kamu adalah alasan segala diam, kaku, bejat, brensek ku pada dunia bahkan mengenal mu jugalah adalah sebab-akibat aku kembali ke jalan Tuhan" jeda sesaat,
Dua anak sungi sudah membelah pipi putih sekar
"Sekar, aku tau dari masa lalu hingga sekarang masih banyak perlu di jelaskan. Tapi, aku hanya ingin memastikan satu hal, mau kah kamu menjadi separuh
hidupku selamanya"" kalimat meminta?" denis itu otomatis mendapat respon tangis luar biasa dari sekar, dia sampai termehek-mehek. denis seketika bingung
dengan tingkah sekar itu di tambah Suara sekar sudah melengking.
"Sekar kamu tidak apa-apa kan""
Tanya denis panik Sekar menggeleng "Ada yang sakit""
Sekar menggeleng lagi " Jantungnya kumat lagi""
Ia menggeleng lagi, tangisnya tambah menjadi-jadi. Raut muka sekar sampai mengeluarkan semburan merah
"Lalu kamu kenapa sayang""
Mendengar kata sayang di ujung kalimat denis suara tangis sekar malah naik satu oktav. bingung dan panik denis pun juga naik satu derajat. ia sudah tidak
berada di posisi duduk lagi, denis sudah berdiri saking paniknya.1
"Bicara sekar" denis mengacak rambut frustasi dengan tingkah sekar
"Aku-" dan akhirnya sekar mau mengeluarkan kata-kata
"Iya, iya kamu kenapa"" denis langsung memegang kedua pundak sekar
"Aku, aku- peluk aku denis"
"Astaga sekar, kamu-" tubuh denis terhempas seketika di sofa lalu menghembuskan nafas lega mendengar permintaan aneh sekar itu. hampir saja ia yang terkena
serangan jantung. "Peluk aku denis" rengek sekar lagi di sela tangisnya sambil menarik ujung kaos denis
Dengan tersenyum jahil denis lalu merentangkan kedua lengan selebar-lebarnya, sekar yang mengerti maksud denis langsung menyambar dada bidang milik denis,
menikmati pelukan halal. 5 menit 10 menit 20 menit "Kamu tidak lelah di posisi ini terus""
Sekar menggeleng

Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi aku lelah" seru denis menatap wajah sekar berada pada dadanya.
Sekar mendongak "5 detik lagi" ucapnya dengan wajah memelas.
"Denis, Kamu sadar nggk, ini pelukan pertama kita" sembung sekar.
Denis tersenyum mengagguk kemudian mentap kembali wajah wanita paling di cintainya itu.
Yah banyak peristiwa di masa lalu masih membutuhkan jawaban dan penjelasan tapi bagi denis sekalipun sampai pada hembusan terakhir nafasnya penjelasan
dan jawaban itu tak datang juga dia tidak akan pernah menyesal, bahkan ia berdoa jika memang semua jawaban dan penjelasan itu menyakitkan lebih baik misteri
masa lalu itu tetap terkubur sampai pada jasadnya ikut terkubur bersama mereka.
5 detik berlalu, sekar sebenarnya tak ingin terlepas dari pelukan denis tapi tergganggu dengan bunyi panggilan masuk dan nama yang tertera di layar ponsel
denis di atas meja sofa itu..
"Tante elma" " tanya sekar pada denis yang sudah meraih ponselnya
"Kamu sakit denis"" suara yang tadi paru kini terdengar nyaring
"Tidak" denis menjawab sembari berdiri dari duduknya
"ini yori kok bukan tante elma, hp yori rusak jadi pake hp maminya" dusta denis dengan wajah gugup. "Aku tinggal sebentar ya"
Sekar mengagguk seraya menatap punggung denis. ia ragu dengan jawaban denis tapi kembali menepis pikiran anehnya itu jauh-jauh..
Iyah, itu pasti yori . batinnya meyakinkan diri.
?"20. She is mine Denis Pov Setelah melaksankan kewajiban sholat subuh di mushola kompleks aku kembali kerumah dan mendapati istriku sedang terhuyung-huyung jalan menuju dapur. Pintu
rumah terbuka sejak aku tinggal tadi jadi pas kembali aku tak mengetok lagi akhirnya dia tidak sadar kedatanganku.
"Sekar" panggil ku
"Astagfirullah" teriaknya terlonjak menghadapa ku
"Ikhhh.... Kamu ngagetin tahu" keluhnya dengan mimik kesal
"Lah, aku cuman memanggil saja tidak berniat mengagetkan" bela ku
"Tau ah!" dia lalu ngeloyor ke dapur
-------- Suasana pagi ini terasa begitu menenangkan, melihat istri yang cantik serta masakan yang yah.... Cukup aku sajalah yang tau rasanya.
"Nasi goreng spesial " ujarnya berjalan menuju tempat ku duduk sambil mengayun-ayunkan sepiring nasi goreng bak koki-koki profesional.
Nasi goreng sepesial dia bilang" Hh! . tiap hari memang spesial, Spesial membuatku mual sepanjang jalan.
Dengan cantik sekar lalu menyodorkan ku dengan masakan andalan -satu-satunya- itu.
"Nanti, kamu pulang jam berapa"" tanyanya menongka ke dua telapak tangan pada dagu sembari mengawasiku makan.
" Sore, mungkin" balas ku menikamati nasi goreng 'spesial' istriku itu. Kali ini rasanya.... Hm... Kadar keasinannya sudah sedikit berkurang, good job!
Sepertinya kemampuan memasak istriku naik 0,001%.
" hari ini yori kembali dari amerika dia memintaku untuk menjemputnya tapi aku nggk bisa, soalnya jam 10 nanti aku harus isi seminar " sambung ku lagi
"Loh, kok bisa samaan yah den"
"Maksud kamu""
"Itu, harista, dia juga tiba dari paris hari ini jam 10 juga. Tapi bedanya bukan aku yang jemput tapi sopirnya"
Aku hanya membalas dengan ber "oh"
lalu diam Kami saling menabrak pandangan
"Aku pikir pikaran kita sama deh" sahutku kemudian. Sekar tersenyum mengiyakan.
"Oke, nanti aku sms harista kamu juga kasi tahu yori"
Aku mengagguk "Nanti kita undang mereka makan malam yah"?" sambungnya lagi, girang.
"Boleh, tapi makanannya kita pesan dari restorant,oke"
"Loh kok pesan. Kan aku bisa masak"
Aku terdiam. Mati aku. Sepertinya aku salah berucap.
"Kenapa" Makanan ku tidak lezat ya"" rengeknya dengan tatapan menghakimi
"Bukan, bukan" "Terus". Denis aku bisa masak. Mau menu apa" India, arab, eropa, korea semua aku bisa" jawabnya menyebut semua makanan yang tertera di buku resep pemberianku
kemarin. Mukanya sudah merah, matanya membulat, ada gumpalan air di pelupuk matanya. 2
Anfal aku. "Maksud aku itu sekar, kan kita mau dinner. nah,?" kamu kan harus tampil cantik jadi makanannya di pesan saja. Nanti kalau kamu masak, siapa yang mau menjamu
mereka" Masa aku" ucapku penuh kehati-hatian jangan sampai ada kata yang terpeleset, bisa amblas segalanya.
"Iya juga sih. Oke kita pesan makanan" serunya gembira
Alhamdulillah. Fyiuh! Lega "Abis dari seminar kamu mau kemana lagi den""
Aku menoleh "Setelah seminar aku lansung ke Yayasan sekolah yang di bilang papa. Memangnya ada apa""
"Nggk. Noh loh bukannya bertemu yayasan dari dua hari yang lalu""
"Batal. Aku juga tidak tahu kenapa. pihak yayasan langsung meng Cancel?" begitu saja" kata ku sembari berdiri dari kursi makan
"Yasudah, aku berangkat ya sayang" ku layangkan kecupan halus pada kening sekar.
Dia membalas tersenyum, ada sembrutan merah di pipinya. Ah, Itu hal paling ku sukai darinya.
**** Aku berjalan menuju parkiran mobil, keluar dari gedung seminar.
Hari ini aku di undang untuk menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar salah satu organisasi penghimpun pengusaha-pengusaha muda. dulu aku salah
satu anggota di situ, pernah sekali jadi ketua dan dua kali menjadi sekertaris. Aku hengkang di karenakan papa yang memaksa.
Layar hp ku bekedip, ada pesan dari sekar.
"Denis, kamu sudah bilang ke yori""
"Sudah sekar. Mereka sudah pulang sama-sama dua jam yang lalu."
Balasku kemudian. Sekar istriku. Ah sejak kapan aku sangat gembira menyebut kalimat itu.
"Kamu tahu dari mana""
Satu sms lagi dari sekar.
Aku tersenyum membaca kalimat asalnya itu.
"Sayang, haruskah aku rincikan secara jelas proses pulangnya yori dan harista""
Wanita ini, ada saja alasannya supaya bisa selalu SMSan dengan ku. dia sudah tau persis kalau yori memberitahukan kepada ku tapi masih saja bertanya. Selalu
mencari alasan agar bisa ngontak aku terus.
"Hehe, maap" "Iya sayang. I miss you "
Haha bisa ku jamin dengan emas dan permata dia pasti tersenyum malu saat ini, wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
Ku letakan kembali hp silverku di jok mobil. sekar tidak akan membalas lagi. sekar tipe wanita yang mati kutu jika mendapat gombalan. Dan itulah kesenanganku
dalam satu pekan penuh cinta ini.
Mobil terus melaju, sudah terlihat gedung yayasan yang dimaksud papa. gedung itu cukup besar di bandingkan gedung-gedung yayasan sekolah swasta lain.
Satpam gedung itu langsung menyambut ku begitu melihat mobilku melaju perlahan, masuk.
Sepertinya aku sudah terkenal di sini. Cukup suatu kejutan.
"Biar saya saja parkirin pak, pak direktur sudah menunggu bapak di ruangannya" seorang pemuda jangkung menyambarku menawarakan diri.
Sedikit aneh. Bukan apa, tapi beberapa kali yayasan ini membatalkan meeting seolah berkerja sama dengan perusahaan kami bukanlah suatu keuntungan. Aku
sampai kelabakan menghadi papa, mengarang segala alasan agar beliau tak naik pitam. Satu rahasia, papa mertuaku itu ketika marah tensi darah para perawat
tidak bisa mengukurnya. Begitulah kira-kira perumpamaannya.
Nah, sekarang kenapa malah di sambut baik begini oleh yayasan sekolah.
Aku keluar dari lift tiba di lantai 4 menghadap tepat di depan sebuah ruangan, tertera di pintunya tulisan "ruangan Direkur"
Hati-hati tanganku memutar gagang pintunya.
"Selamat siang pak"
"Silahkan masuk" seorang lelaki
Berpenapilan parlente menatap lurus ke arah luar jendela, membelakangi ku.
Aku mendudukan bokongku di sofa ruangannya. Tiba-tiba getaran halus terasa dari saku celanaku. Aku masukan tangan meraih hp itu.
"Sekar" gumamku menggeleng kepala. Ck.
"Kamu di mana",udah meetingnya"". Kamu pulang jam berapa""
Ya Allah sekar. Aku memang suami mu. Aku juga sangat mencintai mu tapi tak harus mengotrolku serinci ini, over sekali.
"Sayang, nanti smsan lagi yah. Aku lagi meeting "
Balas ku menekan tombol 'send'.
Dalam tunduk menatap layar hp mata ku teralih pada sepatu yang muncul di depan ku. Astaga, pak direktur, aku mengabaikannya gara-gara sekar.
"Selamat atas pernikahan mu denis" mata ku terbelalak
Suara itu, Sial! Kepalaku terdongak cepat menghadap ke arah suara. Tarikan bibir terSenyum licik tertera dirupanya.
Brensek! "Ck, harusnya aku curiga pada rangkaian peristiwa itu. Yayasan sekolah, pembatalan meeting dan sambutan aneh itu" gerutku tersenyum kecut.
ia lalu duduk di salah satu sofa dengan meja menjadi pemisah kami. Wajahnya masi seperti dulu, masih terlihat pengecut, tanda luka bekas pukulan ku masih
ada di sana di pelipisnya.
"Wah penampilan mu terlihat beda denis" tatapannya menilik diriku dari atas sampai bawah.
"Sudahlah farid, basa-basimu terlalu basi, langsung saja ke inti pertemuan ini"
"Ayolah denis, mari kita nostalgia masa indah putih abu-abu dulu" ucapanya sambil menyerup secangkir kopi dari dua kopi yang tersaji di meja.
Nostalgia kepala mu. "Aku datang untuk berbisnis farid" Kekesalanku menguasai melihat ekspresi menyebalknnya.
"Wow" lalu di sususl tepuk tangan "kamu sangat berubah, profesional sekali. Haha"
"Tanda tangan, aku masih banyak urusan" ku sodorkan selembar kertas berisi kontrak bisnis.
Farid meraih lembaran itu, menatapanya bukan membacanya. Cukup lama. Inginku protes tapi sudah malas beradu mulut dengan farid. Terlalu rugi menelantarkan
kata-kata pada manusia jenis seperti ini.
Kami masih terdiam, ku lirik jam di lengan ku. Sekar sudah pasti menunggu ku di rumah. Sudah hampir magrib juga.
"Aku mau sekar, denis"
Aku melototinya. "Dia istriku, brensek" teriak ku.
Sepenggal kalimat tadi berhasil memacu ardenalin emosiku yang sedari tadi ku tahan.
"Tapi dia miliku denis" balasnya dengan nada tenang tapi bagiku nada bicara itu sangat menyebalkan.
"dia sudah hidup bersamaku farid" aku menarik ujung bibir memerkan senyum kemenangan "permisi" aku langsung berdiri meninggalkannya berjalan ke arah pintu
"kami punya perjanjian denis. Sekar milik ku dulu, sekarang dan selamanya" langkahku terhenti demi mendengarkan kalimat farid barusan.
Perjanjian" Perjanjian apa"
"Kamu penasaran kan",haha kamu masih kalah denis dan akan terus kalah dariku"
"Persetan dengan perjanjian mu itu. dan aku peringatkan kamu farid. Jangan pernah sekalipun menyentuh sekar atau aku jamin kamu harus mencari secepatnya
pewaris selanjutnya dari yayasan turun temurun keluargamu ini" ku lenggangkan kaki keluar dari ruangan farid.?" Mataku terlirik wajah farid sekilas sebelum
badan ku sempurna hilang di balik pintu, terlihat wajah farid tegang. Sepertinya dia gentar dengan ancaman ku. Bagus!. Karena memang aku tidak tak pernah
main-main dengan perkataanku.
Mengenai kerja sama kami". Sudahlah aku tak peduli lagi. Jangan lupa, istriku adalah anak kesayangan dari pemilik perusahaan ini.
*** Aku memainkan setir mobil hati-hati. Jalan menuju tempat selanjutnya yang ingin ku singgahi agak mengkhawatirkan. Aspalnya lobang di mana-mana. Sepertinya
pemerintah lalai lagi. Di ibu kota seperti ini tapi masih ada jalan rusak. Sangat lucu ku rasa.
Seperdetik kemudian hp ku berdering. Pasti dari sekar
"Assalamualaikum" sapaku saat menempelkan hp ke telingan menggunakan tangan kiri
"Kamu kok belum pulang denis""
Istriku. Rengekan itu selalu ku rindukan jika terlambat pulang beginin
"Ck, jawab salam dulu"
"Waalaikumsalam" jawabnya cepat. Aku tersenyum
"Maaf ya sekar. Aku pulangnnya sedikit terlambat malam ini soalnya ada urusan penting lagi"
"Tapi aku sudah masak denis"
"Kasian, istriku sudah masak banyak. Yasudah kamu pasti belum makan kan", kamu makan duluan saja yah nanti pas pulang aku langsung makan. Aku nggk akan
makan di luar. Janji"
"Baiklah, tapi jangan malam-malam amat yah"
"Hm. Udah aku lagi nyetir"
"Oke. Assalamualaikum denis"
"Waalaikumsalam sekar."
Aku meletakan kembali hp di jok mobil, walaupun sangat bahagia dengan perhatian sekar tapi aku masih terusik dengan kemunculan farid, seakan mengorek kembali
sesuatu dari sanubari ku. Membuat keraguanku mengusai separuh kepercayaanku pada sekar. Tadi sempat farid menyelutuk tentang perjanjian yang berhasil menyentil
perasaan yang selama ini berusaha ku pudarkan, ragu. Iyah keragu-raguan atas segala hal tentang sekar.
Sialan! Ku pukulkan telapakku pada badan setir mobil.
Kenapa harus ada keragu-raguan saat aku mulai yakin.
*** Tepat jam 9 aku tiba di tempat tujuan selanjutnya. Setelah melaksanakan sholat isya di mesjid gedung putih itu aku lalu langusung berjalan masuk. Ku rapalkan
dzikir setelah sholat sebab belum sempat terselesaikan di masjid tadi.
Rumah sakit hijau itulah kira-kira julukan untuk gedung itu. Julukan yang sangat bertolak belakang dengan warna cet tembok gedung ini. Katanya sih karena
dulu pendiri rumah sakit ini menyukai warna hijau, entahlah cerita tidak masuk akal yori ini bisa di percaya atau tidak yang jelas mami kerja di sini dan
hari ini aku ingin menemui beliau.
"Assalamualaikum tante" seruku sembari nyelonong masuk ke ruangannya
"Waalaikumsalam den, kamu sudah datang"
"Belum tante. Aku masih di parkiran"
"Kamu bisa aja" lalu menimpali ku dengan beberapa lembar kertas
"Baca ini" "Apaan nih tante""
"Baca aja dulu"
Ku buka perlahan lembaran-lembaran itu. Ingin sekali air mataku tumpah membaca kata perkata tulisannya. Ya Allah
"Tante" panggilku serius
"Iya den" kami saling menatap.
"Tante, aku, aku nggk ngerti tulisannya"
Tante elma langsung menepok jidatnya
"Ya Rabb. Danis kamu hampir bikin tante jantungan tau" serunya dengan wajah kesal
Aku langsung terkekeh. Yaiyalah siapa juga bisa paham istila-istila dari dunia lain alias bahasa kedokteran yang membacanya saja lidah bisa keseleo.
Tante elma manarik lembaran itu dari genggaman ku kemudian mulai menjelaskan.
"Inti dari semua penjelasan dari hasil tes reina ini denis, dia sudah membaik bahkan sangat membaik. 92% sarafnya yang dulu mati suri, sudah bisa berfungsi
kembali. Dia memang luar biasa. Pasien tante sejenis reina ini mereka bisa menjalani pengobata paling cepat 3 tahun itupun masih mendapat perawatan khusus
juga" aku menatap takjub ke arah tante elma.
Alhamdulillah ini berita luar biasa.
"Makasih tante, nggk tau harus bilang apa lagi. Seperti tidak cukup kalo hanya terimaksih"
"Oh memang tidak cukup"
He" "Jadi, aku harus bagaimana"" ku pasang wajah sememelas mungkin
"Kanalkan tante pada sekar"
Oh itu toh. "Oke tante beres"
*** Pukul 23:15 aku tiba di rumah. Lampu ruang tamu masih menyala anggun. Aku terus melangkah ke ruang TV, dia tidak ada di Sofa merah, mungkin sudah tidur
di kamar. Pikirku. Baru saja aku ingin berlari kecil menaiki tangga namun Ekor mataku menagkap sesosok manusia dari arah dapur. Ku putar lagi badan ku menuju dapur.
Sekar sedang tertidur pulas dengan posisi badan di atas kursi sedangkan kepala dan tangan di atas meja berteman makanan yang masih belum tersentuh. Dia
belum makan. Aku hendak membangunkan dia untuk makan tapi urung sebab tidurnya sangat pulas.
Aku manarik kursi duduk menatap wajah polosnya itu, dia sangat menggemaskan. Ku kecup pipi putihnya, dia tak bergeming. Pulas sekali rupanya.
badan sekar bisa kesakitan saat bangun kalau terlalu lama tidur begini. Aku lalu menaikan seluruh tubuhnya dalam kedua lenganku, ku lirik sekilas matanya
terbuka, tadinya aku kira sekar akan melompat kaget dari gendonganku tapi ternyata tidak, dia malah lebih merapatkan tubuhnya padaku. Ku sunggingkan senyum
liciku. Nakal juga anak ini.
perlahan ku baringkan tubuhnya di kasur, memperbaiki selimut menutupi sebagian tubuhnya. Selesai.
Sekar mencekal lenganku saat langkahku ingin meninggalakannya
"Tidur di sini"
Aku kembali duduk di sampingnya, tertunduk. Mengelus rambutnya, Mencup keningnya.
"Kamu tidur ya sayang. Aku harus makan masakan mu dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda"
dia memalingkan wajahnya.
Maafkan aku sekar, aku masih butuh sedikit penjelasan untuk menjawab keraguan yang kini mulai menggrogoti hatiku.
"Aku mencintai mu sekar. Percayalah itu"
Ku tutup pintu kamarnya kemudian kembali ke kamarku membersihkan tubuh. Aku lelah.
?"21. sisa kepingan masa lalu
---------------- "Denis" panggil sekar saat mereka sedang duduk di sofa merah menikmati acara TV.
"Hm" jawab denis singkat, dia sedang fokus menatap wanita berlipstik merah sedang mempresentasikan berita cuaca hari ini. +
"Kita jadikan makan malam sama yori dan harista""
"Ya jadi dong sekar" denis tetap fokus pada kotak elektronik di depan mereka tidak memperdulikan ekspresi serius sekar di sampingnya.
"Tapi makanannya siapa yang pesen""
Denis menoleh menaikan alis kanannya menatap sang istri
"Bagusnya siapa""
"Aku" jawab sekar polos.
Denis mengagguk-ngangguk tersenyum sambil menjulurkan jempol kanannya pada sekar
"Pintar" *** Denis menutup benda bersegi empat yang di sebut leptop itu. Dia barus saja mengecek pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia serta membandingkannya dengan
saham di wall street Amerika Serikat. Pergerakan saham di sana sangat cepat. Dalam hitungan menit kurvanya sudah bisa berubah. Sebagai salah seorang yang
bertanggung jawab atas perusahaan keluarga sekar dia harus jeli dalam segala hal, terutama masalah saham, obligasi dan teman-temannya.
Denis melongokan kepala mengahadap jendela kaca kamarnya. Hari mulai gelap sebentar lagi akan magrib.
Di dapur, sekar sedang sibuk mempersiapkan jamuan makan untuk tamu spesial mereka malam nanti, harista dan yori. Makan malam ini menjadi spesial pasalnya
ini adalah pertemuan kembali denis dan yori sejak sekian lama yori minggat ke amerika. Makanannya pun sangat spesial yaitu capcay goreng, cumi bakar, telur
balado goreng, kepiting lada hitam dan ada bebrapa lagi, yah walaupun makanannya hasil masakan koki-koki profesional dari restorant.
Sekar?" melihat jam dinding, jarum jam sudah menuju ke arah waktu datangnya magrib, denis mungkin telah selesai bersiap-siap untuk sholat magrib.pikir sekar
Sekar berjalan dari dapur naik menuju kamarnya, dia juga harus bersiap-siap untuk sholat, hari ini mungkin dia tidak akan ikut denis untuk sholat di mesjid,
seperti biasa semenjak hubungan mereka mulai membaik. hari ini di rumah saja, toh untuk wanita lebih baik di rumah.
Sekar sedikit tercekak melihat denis sudah duduk manis di atas tempat tidurnya sembari mengembangkan senyum manis menatap sekar
"Sholat yuk" "He"" "Kok he, ayo sholat sekar" denis bersua sambil berjalan menuju sekar
"Aku, aku nggk bisa ke mesjid. Aku sholat di sini saja " sekar juga bingung kenapa akhir-akhir suaranya sangat menyebalkan. tingkat kenormalnya minus,
sering kali gagap jika berhadapan dengan denis.
"Yasudah aku kemesjid yah " jawab denis sembari mengelus rambut sekar
Kemudian berlalu *** Setelah melaksanakan sholat isya di mesjid komplek denis lalu bersalaman dengan bapak-bapak di mesjid, jama'ah hari ini berjumlah 20 orang, sedikit sekali
di bandingkan jumlah rumah di kompleks ini yang mencapai ratusan rumah. Cukup miris umat islam saat ini.
Denis dan 2 orang lelaki seumuran denganya yang juga tetangga selang beberap rumahnya jalan pulang bersama. Mereka mendiskusiakan banyak hal termasuk adanya
isu kenaikan tarif?" keamanan kompelks serta akan ada?" pelebaran selokan termasuk di depan rumah denis. Beberapa menit kemudian salah satu dari mereka tiba
di rumahnya, mereka saling berjabat tangan dan mengucapkan salam perpisahan, denis dan seorang lagi terus melangkah lagi kemudian si lelaki satu lagi mendapati
rumahnya lalu mereka melakukan adegan seperti tadi dan berpisah. Denis adalah orang terakhir dari mereka karena posisi rumah denis memang paling ujung.


Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan sekarang denis sudah tiba, langkahnya tercegah melihat mobil yori sudah terparkir di depan rumahnya.
Yori sudah tiba rupanya. Serunya membatin
Buru-buru denis mempercepat langkah, dia lalu mengetok dan memberi salam, Tadi dia lupa membawa kunci rumah. Sambil menunggu pintu di buka, denis memperbaiki
sarung sholatnya yang agak karuan. 2 menit berlalu pintu Belum di buka,?" dia mengetok lagi memberi salam dan memanggil nama sekar. sambil menunggu dia
menatap pot-pot bunga milik sekar, indah sekali. Di ujung pot matanya beralih ke rak spatu . sepatu milik sekar tersusun rapi pun juga dengan sepatunya,
sekar menatanya dengan baik. sepatu olahraga terpisah, pun juga dengan sepatu jalan-jalan dan sepatu kantor, sepatu kantor"?" ingatnyanya kembali berkelabat
pada kejadian pertemuannya dengan farid beberapa hari lalu yang di awali saat denis menatap sepatunya. 1
Sial! Gerutnya dalam hati.
sampai sekarang dia belum sanggup berbicara serius dengan sekar, banyak yang ingin dia tanyakan. apa lagi rasa ragu pada sang istri semakin menjadi-jadi.
Denis sangat sadar jika dia butuh jawaban. Munafik sekali hatinya yang kemarin-kemarin berjanji untuk melupakan segala kejadian di masa lalu tapi sekarang
malah membuncah meminta penjelasan.
"Wa'alikum salam denis"
Sekar muncul di balik pintu dengan nyengiran lebar
"Lama bangat bukannya" gerut denis saat sekar menyalami mencium pundak tangannya.
"Tadi di dapur ada gelas pecah jadi aku beresin dulu takut ada yang nginjak, oh iya yori dan harista sudah di dalam"
"Tau" seru denis, lalu melangkah masuk mendahului sekar yang mengekor dari belakang dengan bibir manyun.
Denis merapalkan kalimat istiqfar dalam hati, jawabannya barusan sedikit ketus, harus jangan seperti itu.
"Whats'up bro" teriak yori muncul dari ruangan TV menyambar memeluk erat denis
"Salam kek nyet, lu islam apa kafir sih"" celetuk denis.?" denis tadi berniat ingin ganti baju dulu sebelum menemui yori tapi apalah daya si yori sudah
menangkapnya bak singa ketemu mangsa
"Ade tanen ata" seru yori setelah melepas pelukan, dia membuat ekspresi muka se... Imut mungkin.
"Apaan sih, nggk lucu deh" ucap denis lalu berjalan menuju sofa di mana ada hatrista juga sedang becengkrama dengan sekar?"
"Aaa... Ata nda tanen"" yori masih bertingkah seperti tadi
Plakk! Satu tamparan melayan mendarat di kepala yori
"Udah! Gue mau muntah" seru denis kemudian duduk di sofa meninggalkan yori yang masih berdiri sambil meringis sakit dapat tamparan
"Assalamualaikum ris" sapa denis pada harista yang sedang cekikinan melihat adegan drama tamparan yori tadi. Sekar sudah beranjak ke dapur menyiapkan makanan,
ada pesanan baru datang jadi harus di pilah dulu.
"Eh, waalaikumsalam den. E ciee... Taat bangat pak, sholatnya harus di mesjid"?" seru harista menggoda
"Oh iya dong, kan kewajiban bagi laki-laki untuk sholat di mesji- eh kampret duduk di sini" teriak denis pada yori yang baru mau menaruh bokongnya di samping
harista. harista tertawa lebar melihat tingkah yori yang seolah ke geb buat maksiat.
"Kamu kok gitu amat den, aku kan cuman mau duduk bukan mau macam-macam sama sahabat istri kamu" yori membela diri "iya kan ris" lalu meminta persetujuan
dari harista, harista malah membalasa dengan tertawa lagi.
Tapi, Denis memicing mentap yori
"Tunggu,tunggu. Lu tadi bilang apa yor" 'Aku' 'kamu'". Ngg salah nih""
"Ck, ayolah denis"
"Kayaknya gue harus kasi tau tante elama nih, tingkat kewarasan anaknya sudah di bawa minus"
"Terserah kamu denis"
"Makan malam sudah siap, ayo makan" gerkan bibir denis terhenti ingin membalas yori.?" ketika mendengar panggilan makan dari sekar, sekat girang sekali
membuat denis tersenyum lalu berdiri sambil 1
*** Suasana makan malam terasa sangat menyenangkan, perbincangan pun mengalir lancar. Topik demi topik cepat teralih, banyak sekali yang mereka perbincangkan.
Sekali-kali jika Topiknya teralih ke masa SMA yori dengan senang hati menjelaskan lebih rinci kepada harista, takut dia bingung dengan pembicaraan mereka,
padahal harista tidak pernah bertanya. Dasar yori saja yang tukang caper alis cariperhatian. Hal ini membuat denis curiga, dia memicing melihat tingakah
yori sedari tadi sangat aneh, tidak ada kejahilan dan songongnya seperti biasa, kali ini dia terlihat sangat dewasa. Sekar yang menyadari kebingungan denis
langsung mencondokangkan diri ke arah denis si sampingnya
"Yori lagi pedekate sama harista" ucap sekar sambil terkekeh kecil.
Denis langsung ber "oh". Baru sadar, pantas saja 'aku' 'kamu', dan oh iya denis juga baru sadar ternyata mereka datang bersamaan, buktinya di luar hanya
ada mobil yori tak terlihat mobil harista.
Cukup lincah juga si kecambah kering ini?". batin denis
"Sayang, rica mangganya tambah"
Sekar dengan cekatan langsung meraih sesendok rica mangga untuk denis
"Ikan goreng mau""
"Nggk, telurnya saja tapi sedikit cukup"
"Ini"?" sekar meletakan dengan anggun di atas piring denis " masih mau lagi""
Denis menggeleng "udah".
Sekar melirik piringnya kembali hendak melanjutkan makannya tapi capcay gorengnya ternyata sudah habis, di piring tersaji juga sudah habis
"Denis, capcay goreng ku habis"
"Yasudah punyaku saja" denis menyendok capcay goreng,?" "aa"?" sekar langsung melahap?" capcay gorengnya denis.
"Enak"" "Hm,m eunak" jawab sekar dalam kunyahan.
"Mau lagi""
Sekar mengangguk mengiyakan.
Lalu sesendok lagi dari denis di lahap sekar.
Denis tersenyum melihat ada sebutir nasi tersangkut di tepi bibir sekar, dengan lembut denis mengabil sebutir nasi itu
"Kamu makan masih kaya anak kecil saja" seru denis menggeleng
"Hehe biarin" Sekar dan denis tidak sadar, tingkah mereka sedari tadi menjadi objek perhatian dari dua mahluk lainnya di meja makan itu.
"Khm, masih ada loh seonggok pria dan seuprit wanita di sini " harista membuka suara3
"Iya nih, ini kita di undang untuk menyasksikan adengan sinetron, gitu " sambung yori mencibir.
Sekar dan denis saling menatap lalu terkekeh mendengar keluhan dua sahabat karib mereka itu. Mereka tidak sadar tingkah mereka ternyata mengganggu tetangga
kursi di sebrang. Tapi, di sela kemesraan mereka berdua, masih ada sesuatu yang masih mengganjal di hati denis. Masih terus menggangunya.
*** Setelah makan malam menyenangkan itu, sekar dan harista lalu melanjutkan dengan kegiatan ajar-mengajar masak. Ada resep baru yang di bawa harista mau di
ajarkan pada sekar tapi sekar menolak, dia ngotot agar di ajari cup cake lagi, pasalnya dia belum mahir dalam cup cake jadi tidak perlu di lanjutkan ke
pajaran yang lain dulu. Harista hanya mengiyakan pasrah.
"Ris kok ini creamnya nggk mau merata ya"" +
"Yaiyalah permukaannyakan belum matang betul, masukan lagi ke oven"
"Tapi nggk gosong nanti""
"Gosong sih, kalau di tatanin sejam buk"
"Hehe iya, jadi berapa lama nih"
"5 menit cukup kayaknya"
Sekar lalu memasukan cup cake kembali ke dalam oven
"Eh ajeng, lu liat yori gimana""
Sekar langsung menangkap arah pembicaraan harista, topik ala-ala orang lagi kasmaran
"Gimana apanya nih"" sekar coba mengulur jawab, dia ingin menggoda harista
"Ck, jawab yang jelas dong, jangan nyelenong nggk jelas gitu"
"Hehe, Yori baik kok, dia care, perhatian dan dia ganteng yah walaupun gantengan laki gue sih" jawab sekar sambil tersipu malu
"Eh udah matang kayaknya" seru harista panik alih-alih meraih setumpuk kain membuka oven mengeluarkan cup cake hasil pengkursusan sekar.
"Wah cantik bangat, mau gue sajiin deh buat denis dan yori" ucap sekar gembira
"Iya, kasi cream gih cepat. Pasti denis bakalan kaget nih liat istri yang bobrok malasah masak tapi berhasil buat cup cake enak bangat"
"Enak aja bobrok, gini-gini denis suka bangat masakan gue loh walau cuman nasgor doang gue bisain hehe" nyengir sekar lebar sambil memolesi cup cake
Haristar memperhatikan sekar yang lagi memolesi cup cake dengan macam-macam warna cream. tidak ada lagi guratan kesedihan di sana, seolah kebahagiaannya
saat ini sudah sangat sempurna
"Ajeng" panggil harista lembut
"Yo" "Lu bahagia"" tanya harista cepat
"Insya Allah sangat bahagia ris"
"Kok bisa"" tanya harista seketika membuat tangan sekar berhenti memoles
"Maksud lu ris"" jidat sekar mengerut menanyakan maksud perkataan harista
"Maksud gue, lu kan udah cerita semua about denis dan lu di masa lalu ke gue, dan mulai saat itu gue tau banyak tentang denis. Nah, apa lu nggk takut kalau-kalau
nanti denis mengulangi kesalahannya lagi""
Sekar tersenyum mendengarkan penuturan harista, dia lalu kembali berkonsentrasi pada cup cake imutnya.
Sahabatnya ini pasti sangat menyayanginya sampai kekhawtirannya sudah kelebihan stok.
"Ris, lu terlalu over dah, denis itu udah insaf, dia sudah berubah,lu akan sangat meyadarinya kalau lu ada di posisi gue, jadi jangan terlalu soudzon sama
orang.?" dan satu lagi" sekar menahan katanya lalu menatap harista kembali " gue nggk mau denger lagi lu ungkit-ungkit masalah ini, oke" jelas sekar, kembali
memoles cup cake tanpa mempedulika wajah pias harista.?"
*** Di tempat lain, di taman belakang rumah, dua orang lelaki dewasa sedang bercengkrama mengahabiskan waktu, menikamati angin malam, di temani suara jangkrik
dengan nyanyian khasnya menandakan hari telah gelap. Denis dan yori melepas rasa rindu yang tak pernah mereka ucap dengan obrolan ala kadarnya , persahabatan
yang cukup lama membuat mereka saling mengerti walau tak tertutur. Kata sekar sih persahabatan mereka sudah kaya persahabatan cewek-cewek saja.
Bulan malam ini bersinar sempurna, mungkin karena mereka sedang berada di pertengahan bulan jika di hitung dengan penanggalan hijria.
Yori sedang becerita panjang kali lebar masa-masanya di amrika, banyak peristiwa dan pelajaran hidup ia lewati, urusan hatipun tak terkecuali. yori pernah
jatuh hati pada seorang gadis pakistan dan berujung pada kekecewaan sebab fakta gadis itu sudah menjadi istri orang lain. Kemudian cerita di lanjutkan
pada peristiwa kecelakaan yang menyebabkan yori kehilanga jari manis kaki kirinya. Hingga sampai lah pada cerita yang di tunggu-tunggu denis yaitu asal
muasal dia jatuh cinta sama harista. kata yori?" gara-gara acara tumpang menumpang mobil dengan harista, mereka kenalan lalu membicarakan banyak hal, kemudian
di lanjutkan dengan ajak makan, sering ketemuan dan ujung-ujungnya merasa cocok satu sama lain. Tapi harista belum mau pacaran dulu saat di tembak oleh
yori, terlalu cepat menurut harista, jadi mereka sepakat untuk melanjutkan upacara pedekate dulu.
"Jadi gitu. Makanya kedatangan gue mau minta terimaksih sama lu dan bini lu udah buat pertemua indah gue dengan calon permainsuri gue"
"Alah... Lebay lu, lagian kenapa nggk langsung lamar aja ke ortunya, udah tua juga masih pacaran-pacaran. Dosa coy dosa" gerut denis setengah teriak tepat
di telinga yori. "Woy gue nggk budek etang" keluh yori sambil mengelus-elus telinganya
"Oh iya yor. Ada mau gue cerita" ucap denis, kali ini di memasang tampang serius, atmosfir di sekitar mereka juga seketika berubah mengikuti nada suara
denis. "Apa", dan memang gue juga penasaran tentang lu dan sekar, gimana ceritanya sih kalian bisa sampai sealay itu sayang-sayangnya udah kaya ABG keteteran
tatih tayang. Padahal dulu kaku bangat kaya es di kutup utara"
Denis mencibir mendengar ocehan panjang sahabatnya itu
"Bukan yor, itu di tahan dulu"
"Lalu"" tanya yori cepat tanpa embel-embel kejahilan lagi, seolah menangkap ada yang tidak beres pada denis
Denis mendesah, sesuatu di hatinya tercekak kuat
"Farid, yor" "Hah" Si siluman kera itu, dia kenapa""
"gue ketemu sama dia beberpa hari?" lalu"
"Trus"" "Yah gue ketemu juga karena ada rencana kerja sama perusahaan gue sama yayasan dia, tapi sumpah yor gue beneran nggk tau kalau yayasan bakal kerja sama
perusahaan gue itu adalah yayasan milik keluarga farid" denis behenti mengambil nafas "awalnya sih gue sudah bertekad akan serius menjalankan kerja sama
walau gue tau orang itu adalah farid si brensek itu tapi, pertahanan gue kebobol saat dia nyingung sekar lag-"
belum habis kalimat denis sudah di potong oleh yori
"Sialan, setan bangat tuh anak, gue udah duga dia bakalan muncul lagi di idup lo, ba*sat"
Denis menatap yori bingung ini yang bermasalah gue kanapa di yang naik pitam, kelebihan care bangat nih bocah. Batinnya
"Denger dulu yor gue belum finis"
"Oh iya, lanjut" serunya cepat, masih seserius tadi
"Gue sempat berdebat sama dia, sampai pada kesabaran gue di ambang batas, akhirnya gue milih berdiri pergi, takut gue bakalan kalap jika terus mendengar
ocehan menyebalkannya.?" tapi tepat saat gue sudah di melangkah keluar tiba-tiba farid menyinggu sesuatu yang sampai saat ini terus menggangu pikiran gue,
dia berucap tentang sebuah perjanjian antara dia dan sekar dan asal tau yor, hal itu membuat ingatan gue terus berputar tentang kejadian-kejadian dulu,
hati gue seperti terkoyah yor, puncaknya yaitu saat keragu-raguan itu mulai hadir kembali"
"Maksud lu"""" tanya yori menekan suara dia seperti sadar akan sesuatu
"Gue ragu yor, seperti seperti dulu"
"Denis jangan-jangan lu"!"
Denis mengagguk "Iya yor gue belum pernah menyentuh sekar biar sekali, gue takut jika tidak bisa memiliki apa yang harusnya gue miliki, gue takut bukan gue pertama" ucap
denis dengan suara berat "Dan orang itu"" tanya yori lagi masih dengan ekspresi tidak percayanya. Sahabatnya ini memang sudah keterlaluan.
Denis mengagguk lagi "Yah, farid. gue takut jika dia. dan gue ragu pada sekar"
Praannkk.....!!! Bunyi pecahan piring muncul dari arah belakang mereka
Denis dan yori seketika berbalik menoleh ke arah bunyi. Kekagetan luar biasa melihat sesosok manusia di ujung pintu.
Di sana sekar tengah berdiri dengan wajah memerah, tangannya gemetar cahaya lampu menimpali wajahnya membuat gumpalan air benih terlihat jelas mengepul
di pelupuk matanya. Suasana berubah mencekam, Suara jangkri pun berhenti bernyanyi seolah mengerti dengan perubahan atmosfer di halaman itu. 1
Yori mengetub bibir, tak tahu harus berucap atau berbuat apa. Dia mati kutu melihat tubuh gemetar sekar.
Di samping yori, denis mulai berfikir cepat, tambah runyam masalah ini jika dia tidak berbuat sesuatu. Dia lalu mengatur langkah cepat, berlari ke arah
sekar yang sudah terhuyuh.
Gap! Hampir saja tubuh sekar terlunjur jika denis terlambat sedikit saja menangkap.
"Lepasin aku!" teriak sekar paru.
Tapi denis tidak merespon, dia malah lebih mengeratkan genggamannya.
"Lepas denis" teriak sekar keras di sela tangisannya yang semakin menjadi-jadi
"Aku bilang lepas" sekar memberontak kuat, dan akhirnya lengan denis mulai melemah, dia tak tega melihat sekar kesakitan akibat genggaman kerasnya.
Sekar lalu berlari menuju kamar, di ikuti oleh denis mengejar dari belakang
"Sekar tunggu" teriak denis setengah memohon
"Sekar dengarkan aku dulu" tapi sekar tidak menoleh dia terus berlari menaiki tangga rumah.
"Denis ada apa"" lengan denis di cekal oleh harista yang muncul dari dapur akibat mendengar suara pecahan piring.
Belum sempat denis menjawab pertanyaan harista, yori sudah berlari menyambar ke arah mereka.
"Den lu harus bicara serius dengan sekar"?" sergab yori, lalu dia beralih pandang ke arah harista "ris, gue rasa kita harus pulang sekarang"
"Tapi-" harista hendak meminta penjelasan. Tapi terlamabat, yori sudah menarik lengannya menjauh dari denis
Setelah mengucap salam dan maaf ke yori dan harista karena tak bisa mengantar ke depan denis lalu menyusul sekar di kamarnya.
Pikirannya kalut, otaknya sudah tak mampu terolah. Kebodohan apa yang telah ia perbuat tadi coba" Harusnya dia menahannya, harusnya dia tidak usah merasa
penasaran,?" harusnya ia simpan saja masalah hatinya, harus ia tak boleh ragu.
Sial!?" Makinya dalam hati.
Kekagetannya mulai bertambah saat menyaksikan apa yang telah di lakukan sekar, dia sedang merapikan barangnya di koper.
"Sekar, apa yang kamu lakukan" Ha""
Sekar tak menjawab, dia terus saja memasukan baju-bajunya di koper. Tentu saja dengan suara tangis khasnya.?"
"Sekar!" bentak denis membuat sekar terlonjak
"Aku mau ke rumah mama"
"Tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini"
Denis langsung menyeret sekar menjauh dari kopernya dan menyergap dirinya di meja rias kamar. Merasa tersisih, dengan marah sekar lalu melempar semua barang
di meja itu. "Sekar" Denis berusaha menenangkannya.
"Jangan menyentuhku!" sekar menepis kasar tangan denis di bahunya.
Tapi, denis mencoba kembali memegang lengan sekar
"Stop!" teriak sekar marah sambil menunjuk denis "mejauh dariku" jilbab sudah takaruan, anak-anak rambut sudah lolos dari dalam sanggarnya.
"Dengarkan dulu penjelasan ku sekar!" dengan susah payah denis menekan suaranya tapi tetap saja tidak bisa terkontrol
"Tidak ada lagi yang perlu di jelaskan, semua sudah jelas denis, kamu meragukan ku " sekar berteriak di sela nafas yang tersendak-sendak " kamu meragukan
ku denis, kamu tidak berhak atas itu" sekar sudah terduduk kakinya sudah tidak mampu lagi menopang tubuhnya, tempurung lutu sekar seakan sudah lepas, dan
tangisnya masih sama. Denis ikut duduk kemudian memeluk tubuh kurus sekar, ingin sekali sekar meninjunya hingga menghilang di telan bumi, tapi kekuatannya
sudah habis. "Kamu jahat hiks" seru sekar dalam dekapan
"Iya aku jahat, maafkan aku"
"Aku tidak pernah melakukan apapun dengan farid, denis, sungguh!.?" tidak ada seorangpun pernah menyentuhku" ucap sekar terdengar lirih, sesak di hatinya
menggeregoti separuh suaranya.
"Baiklah ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi, maafkan aku telah meragukan mu, maafkan aku sekar, aku hanya butuh sedikit penjelasan dari mu
agar apa yang di saksikan mata ku di masalalu memang salah. Maafkan aku sekar, aku mencintai mu sungguh, sangat mencintai mu" dekapan denis semakin erat
memeluk tubuh gemetar?" sekar, nafas sekar masih tersegga-senggal, membuat hati denis seperti tertusuk sembilu, sakit.?" sudah cukup dia menyakiti hati sekar,
berkali-kali sekar terluka karenya. Semoga malam ini adalah akhirnya. Doanya dalam dia
Cinta memang membutuhkan kepercayaan, tapi tahukah kalian kepercayaan itu tidak serta merta datang tanpa keterbukaan. Malam itu, cerita-ceritapun mengalir
dari sang putri, bibir kecilnya menjelaskan banyak hal di masa lalu, sesekali air asin mengalir memberi kesaksian tapi bukan dari mata sang putri tapi
dari sang pangeran, "akh... Aku selama ini yang salah menilainya" batinya. Sesekali juga lesung pipit sanga putri muncul di sela cerita panjangnya, seolah
dia membenarkan semua perkataan si penutur.?"
Inilah hidup, kadang waktu hanya menjadi perantara agar bibir berani berucap.
Malam itu pula, mahliga cinta dua insan menyatu dalam satu bahtera. Semoga rasa benci itu sudah benar-benar lenyap dari masing-masih hati kedua insan ini.
Akh..... Indahnya bercinta dalam halal.
*** (SMA harapan jaya) Seorang siswi berambut sebahu tersenyum simpul menatap lalu-lalang" siswa-siswi di koridor sekolah, lesung pipitnya sangat menonjol saat pipi putihnya
memerah tetimpal matahari, namun tak hiraukannya. Dia masih terus saja tersenyum, matanya menatap seorang siswa bermuka datar di ujung koridor sekolah.
+ "gue udah bilang sekar, jangan pernah suka sama orang lain kecuali gue" anak laki yang sedari tadi duduk di sampingnya dengan kesal menutur.
"Kita sudah sepakat farid, lu jangan kaya anak kecil gitu deh"
"Baiklah" Sekar, dia sudah menyukai denis dari hari peratama dia melihatnya. "Cowok kaku" itulah yang terlintas pertama kali di benak sekar, tidak ada kriteria khusus
untuk menjadi orang yang di sukai sekar, hanya itu dan se simple itu; sekar menyukai denis si 'cowok kaku'.
Awalnya sekar berfikir akan mudah membuat denis jatuh hati kepadanya, ternyata tidak. Susah payah sekar menyusun rencana untuk menyedot perhatian denis,
tapi semuanya gatot alias gagal total. dina, sahabat sekar hanya bisa menggeleng melihat tingkah sekar sudah seperti penjahat bayaran, menguntit denis
kemanapun dia melangkah. Tapi Ternyata acara sekar suka kepada denis memang tidak benar-benar berjalan mulus. Farid, anak pemilik sekolahnya itu ternyata menyimpan rasa suka kepadanya.
sekar yang sudah tahu bagaimana bejatnya farid memilih menghindarinya, tapi yang sialnya ternyata farid sudah
mengetahui jika sekar suka pada denis.
Keesokan harinya. Sekar ketakutan setengah mati saat farid datang ke kelasnya dan menyuruhnya berhenti menyukai denis, sekar walau gentar mengahadapi farid
tapi tetap memusung dada beradu mulut dengan farid.
" memangnya siapa elu sampe mau ngatur-ngatur hidup gue. Gue mau suka denis kek, doni kek, dino kek. Itu urusan gue. Dan lu" sambil menunjuk farid "silahkan
menjauh 1,2345678 KM dari kehidupan gue"
"Haha, liat saja nanti apa yang bakalan gur lakuin untuk si cowok sok kaku lu itu" farid lalu meninggalakan sekar dengan wajah pias
Sekar kemudian menyadari sesuatu.
"Eh maksud lu apa"" sekar panik, sadar jika denis dalam bahaya berusaha mengejar farid.
"Awas aja lu berani nyentuh dia!" teriak sekar pada farid yang kini telah menghilang di ujung koridor.
"Sial!" gerutnya tertahan.
Ah bukan farid namanya jika tidak melakukan hal konyol sekonyol sifatnya.
Suatu sore" saat sinar senja dengan lembut menusuk kelopak mata." matapelajaran ekstra kulikuler sudah selesai, para siswa sudah bersiap-siap untuk kembali
ke sanggar masing-masing. sekar menjadi siswa paling terakhir dengan meneteng sekantong benang woll mulai berdiri menuju pintu, tidak ada lagi siswa di
dalam kelas menjahit, semua sudah keluar."
Tiba-tiba seseorang mencekal lengan dan menutup mulutnya dengan segumpal kain. sekar berusaha teriak, tapi terlambat. Orang itu sudah menariknya menjauh
lalu menyeretnya memasuki tempat penyimpanan peralatan rusak sekolah.
Saat tagan kasar itu melonggarkan genggamannya, sekar langsung menoleh mencari tahu pelaku pemaksaan itu."
"Farid"" seru sekar kaget.
"Yup, sorry"

Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sialan lu" maki sekar "maksud lu apa bawa gue ke sini" Mau nyandra gue"" sambung sekar setengah teriak
Farid mencibir "Kotor bangat otak lu"
"Dari pada sok suci kaya lu"
"Oke, sekarang gue nggk mau berdebat. Tujuan gue bawa lu ke sini ups! Salah, tujuan Gue paksa lu ke sini karna gue mau kita buat perjanjian"
Sekar mengerutkan keningnya, mencerna kalimat farid.
"Maksud"" Farid mencibir lagi "You know lah sayang" lalu dia mulai meraih jari-jari sekar, lalu Dengan kasar gadis itu menepis cepat tangan farid.
"Najis! Stop manggil gue kaya gitu dan gue nggk mau ada perjanjian-perjanjian nggk masuk akal sama lu."
"Really"" farid memajukan bibirnya ke arah sekar berbisik.
Sekar langsung mendorong tubuh farid menjauh.
"konyol. Jangan kaya drama alay deh farid pake perjanjian segala. Pokoknya gue"" sekar menunjuk dirinya sendir "ogah!"
"Baiklah kalau lu nggk mau, maka besok semua akan tahu status denis, dan lu" denis menunjuk jidat sekar "jangan harap denis bakalan aman dari gue"
Sekar seketika mematung, dia baru menyadari sesuatu
"Farid, jangan-jangan lu""
Farid tertawa melihat wajah bingung sekar
"Yuhu..... Tepat seperti yang ada di otak" lu ini" jawab denis menunjuk kepala sekar "gue tau sekar,kalau denis itu anak tiri," anak dari seorang pembantu
yang di nikahin oleh majikannya membuat hubungan harmonis rumah tangga orang harus hancur, dan gue tahu cowok idaman lu itu tidak pernah di sukai oleh
bokapnya. Emang dasar anak haram yah, Tidak tahu diri satu lagi" 1
Wajah sekar memerah. Kekesalan sudah di ambang batas. Baru dia ingin bersua tapi farid sudah melanjutka Kata-katanya lagi.
"Dan ini bagian paling penting. gue juga tahu kalau bokap tiri denis adalah seorang kuruptor yang selamat dari jeratan jeruji besi karena menyuap para
hakim" "CUKUP brensek!" teriak sekar marah.
"Oh belum selesai sayang jangan di potong dulu" farid tersenyum kecut sampai memperlihatkan deretan gigi ginsunya. "Gue tau sekar, jika bokap denis sangat
anti jika nama keluarganya tercoreng dan" lu bisa bayangin kan jika berita ini gue bocorin ke satu sekolah dan merusak nama baik keluarganya. Adegan setelahnya
lu bisa rangkai sendiri." hahaha"
Sekar menutup telinga dengan kedua telapak tangannya
"Stop farid stop!"
"Jadi", masih mau nolak tawaran gue"
"Huft.. Baiklah. Apa mau lu""
"Oke, listen dan jangan menyela." pertama: lu boleh pacaran dengan denis sepuas hati lu tapi, lu juga harus pacaran dengan gue"
"Naji-" "Eit, kan gue bilang jangan di potong dulu" Dengan cepat farid membekap mulut sekar dengan telapak tangan kirinya. Sekar menyeringai kesal lalu mencibir
bibirnya. "Ke dua: gue akan bongkar semua rahasia denis ke satu sekolah ini jika permintaan gue tidak terpenuhi.
Ke tiga: tidak ada kata penolakan jika gue minta apapun dari lu" jelas farid menatap sekar
" so, sekarang lu tanda-tangan di sini. Ini adalah surat perjanjian kita. Pake materai loh. Jadi punya kekuatan hukum" sambung farid sambil menyodorkan
selembar kertas. Sekar menatap farid tidak percaya. Ia menggelangkan kepala sambil tersenyum kecut.
"Eh hallo otak udang. Kita ini masih SMA jadi nggk perlu kampungan kaya gini, pake surat segala. dan lagian lu yakin bangat gue bakalan tandatangani surat
ini" + "Oh yakin dong! Karena gue tau bagaimana perasaar lu sama denis"
"Sialan lu" lalu dengan kasar sekar menarik kertas itu kemudian menandatanganinya.
Farid tersenyum penuh kemenangan. ia lalu mendekatkan wajahnya ke wajah sekar seakan ingin menciumnya. Dengan sigab sekar langsung menghindar tapi farid
cepat mencekal lengannya lalu berbisik
"lu harus ingat. gue ini cinta mati sama lu dan ingat mulai sekarang apa yang lu miliki juga milik gue"
Sekar terkejut mendengar tuturan farid tadi. dia hampir tak sanggup berkedip. Apa yang telah dia lakukan tadi" Semoga tidak berdampak buruk hingga masa
nanti. Sekar membatin sedih.
**** Denis pov Sudah dua bulan setelah pertengkaran hebatku dengan sekar. Malam itu sekar lalu menceritakan segala hal tentang dirinya dan farid, yang kemudian ku ku
kutuk diriku habis-habisan karena terlalu berfikiran buruk terhadap istriku sendiri, padahal selama ini dia berkorban untuk ku. Kebencianku termat dalam
hingga membutakanku dari kebenaran yang ada. Maafkan aku sekar aku memang layak di hukum atas kebejatanku ini.
dua hari setelah kejadian malam itu, aku pergi menemui farid di kantornya. Ku pasanga kuda-kudaku dan menghaburnya dengan tinju berlapis-lapis yang terluap
dari emosi batin. Farid hampir saja mati terbujur jika satpam kantornya tidak segera datang, sepertinya mereka menyadari bosnya dalam bahaya dari cctv.
Ck, aku belum puas jika dia belum mati sebab niat awal ku datang menemuinya karena ingin membunuhnya. Brensek!
Aku lalu memaksanya bicara soal surat perjanjiannya dengan istriku. Yang setelah itu dua tinju melayang lagi ke wajahnya mematahkan gigi graham bawah farid.
Memang benar ada surat perjanjian dengan sekar, tapi surat itu sudah hilang semenjak kami masi SMA. Jadi selama ini farid hanya memanfaatkan kelemahan
sekar saja. Ku tepis bayangan dua bulan yang lalu itu, lalu kembali menarik bibir tersenyum. Aku sudah tiba di rumah.
Batin ku berharap. Semoga kejadian-kejadian masa lalu tidak kembali mengusik kehidupan ku dengan sekar.
Semoga. Mobil ku memarkir di halaman rumah kami. Pintu rumah terbuka, artinya sekar lagi di lantai bawah.
"Assalamualaikum" sapaku dari arah pintu memecahakan keheningan rumah
"Waalaikum salam" terdengar suara cempreng dari arah dapur. Akh, seprtinya istriku lagi di dapur.
Ku langkahkan kakiku tak sabar menemui sekar.
"Hallo sayang"" kecupan lembut mendarat di keningnya, dia tersipu." cantik sekali istriku dengan Pemanpilan khas rumahnya, daster, rambut di kuncir dan......
Wajah blepotan akibat testimoni resep-resep baru.
Aku hendak meninggalkannya di dapur untuk melepaskan baju kantor ku tapi hidungku menangkap bau aneh.
"Uhk... Bau apa nih" Kaya bau oli kering"
Sekar menoleh kepada ku dengan dahi bekerut
"Oli kering"" tanya nya.
Sepertinya ada yang tidak beres nih.
Dengan cepat ku putar bola mataku, dan yup! sekar lagi memasak sesuatu.
Cilaka, sepertinya aku sudah memekul gendang peperangan lagi.
"Eh masak apa tu yang"" ini pasti bau masakannya.
Dia lalu tersenyum bahagia sembari menarik lengan bajuku agar kembali mendekat padanya. Huft, Bau oli kering itu tambah menusuk hidungku.
"Ini aku lagi masak cumi pepes, kamu harus coba"
Seketika aku langsung mencium hawa-hawa penindasan akan terjadi lagi, mencicipi eksperimen masakan sekar adalah kerja rodi versi moderen.
" A, a.. A... Kamu masak cumi" " sebisa mungkin ku tarik kedua ujung bibir ku agar tersenyum
Cumi pepes, masakan dunia mana itu"." Pantas saja bau oli kering.
"Ho,oh... Kamu harus coba"
"O,o, oh harus dong. Kan kamu yang masak. Tapi setelah aku ganti baju yah" ucapku sedikit terbata sambil menahan bibir agar tersenyum."
"Sekarang aja mumpung masih panas"
"Loh masa aku makan masakan istri tercinta pakai baju kantor gini lengkap dengan tas kantor lagi"
Dia lalu tersipu malu. Nah ini yang aku suka, sekar akan meleleh kapan pun itu jika" sudah di gombal. Ck ck. Istri ku sayang.
"Oke setelah ganti baju" serunya sepakat.
Yes! "Jadi, Aku ganti baju dulu, terus mandi, sholat, istrahat sebentar, bangun, sholat lagi, kerja laporan kanto-"
"Denis!!!" bentarknya memotong. Tatapnya tajam ke arahku seperti singa ingin menerkam mangsanya.
Mati aku! "Hehe i, iya setelah ganti baju saja" seyum ku walau kaku tapi harus istiqomah jika situasinya sudah begini." Sambil tertunduk aku langsung melangkah ke
kamar tak berani menoleh lagi. Sekar. Jika sudah seperti itu lebih baik ambil langkah seribu sebelum satu langkah darinya yang mematikan.
**** (Pertemuan kembali dengan farid)
Sekar terdiam dalam mobil yang sedang di kendarainya. Pikirnya memenjelaja kemana-kemana. dia tidak berhasil bertemu dengan denis hari ini membuatnya kesal
bukan main. Pasalnya rasa rindu yang sudah menggebu-gebu di dada tak bisa di realisasiakn menajadikan dada sekar sesak dan..... sedikit perih. Harusnya
tadi siang dia sudah bertemu dan meluapkan rindunya jika saja si brensek farid itu tidak muncul lagi dalam lehidupannya. Farid datang untuk meminta sekar
menemuinya di hotel tempat menginap farid, sekar merasa dirinya sudah seperti kerbau yang di cocol hidunya
"Sh*t" pukul sekar pada badan setir, ia sangat kesal pada farid. Tapi apa boleh buat dia tak bisa berbuat apa-apa jika itu perintah farid. Surat perjanjiannya
dulu seolah menjadi pembungkam seribu protesnya pada farid. Apalagi dengan posisi denis sedang pada puncak kesuksesannya di dunia kampus, sekar tidak mungkin
membiarkan farid melakukan hal yang tidak-tidak.
Dan sekarang dia baru saja pulang dari tempat farid memenuhi perintah lelaki itu untuk "melayaninya". Melayani untuk berpura-pura menjadi tunangan yang
sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan di hadapan para sahabat-sahabatnya.
Dadanya terlalu sesak ingin sekali sekar memuntahkan segala hal tentang farid. dia lalu berfikir harus menceritakan hal ini pada seseorang agar bisa lega.
Nama dina secara otomatis muncul di kepalanya. Yah, ia satu-satunya sahabat yang sangat mengerti kondisi sekar.
Dengan cepat sekar banting stir, lalu membelok putar ke arah jalan lain, pikiran kalutnya membuat sekar tak sabar bisa cepat sampai di tempat tujuan.
20 menit kemudian mobilnya sudah terparkir indah di sebuah apartemen mewah, gedung 15 lantai berdiri kokoh dan anggun.
Apartement dina. Sekar membatin
Sekar meraih tas dari dalam mobilnya lalu berjalan menuju pintu masuk. dia tak ingin memberitahukan kedatangannya pada dina, sengaja agar sekalian bisa
beri kejutan untuk sahabatnya.
Sudah 5 menit sekar di dalam lift tapi belum sampai juga, sekar merasa liftnya terlalu lelet melaju, padahal tempat dina cuman di lantai 3. Waktu seperti
tidak berpihak pada dia. 2 menit kemudian sekar tiba di apartrment dina, nomornya 303 berada tepat di depan lift yang sekar naiki.
Sekar masih hafal nomor apartrmentnya dina, dalam hati ia berdoa semoga nomornya tidak di ubah.
Klik! dina memang belum merubah paswordnya.
Sekar melangkah masuk, tatapannya mejelajah, kosong!
ia melangkah lagi arah dapur. Nihil!
"Ini anak ke mana"" gumamnya lirih "ck, yaudah besok aja dah" lanjutnya di susul denggusal kesal
Baru saja sekar ingin melangkahkan kakinya kembali menuju pintu tiba-tiba saja telinganya menangkap bunyi krasa-krusu dari arah kamar dina.
Jangan-jangan ada pencuri!
Rasa penasaran mengusik hatinya. Perlahan sekar menyeret kakinya menuju kamar dina
1 2 3 Sekar menghitung langkahnya dalam hati. Semakin dekat tubuhnya dengan kamar dina, suara itu semakin jelas. dengan detak jantung yang memompa cepat sekar
meraih vas bunga milik dina yang terletak di meja tak jauh darinya, jika memang pencuri dia bisa melemparnya dengan vas itu.
Sekar melangkah lagi dan langsung tiba di ambang pintu kamar dina. Kali ini mata sekar langsung membelalak karena bunyi dari dalam kamar itu bukan saja
krasa-krusu biasa tapi bercambur dengan suara semacam desahan.
Astaga! Apa yang sedang dina laukan"
Sekar menimbang-nimbang apa dia harus buka pintu atau tidak.
Masuk" Anggk! Masuk" Tapi nanti kalau dina murka gimana"
Sekar bimbang dengan keputusannya ingin memutar gagang pintu. Jika memang dina sedang melakukan titt.. Dengan seseorang baikanya sekar tidak usah ikut
campur, mengingat sikap keras dina.
Tapi entahlah sesuatu di hatinya mendorong keras hasratnya untuk mendobrak pintu itu.
Tapi Aa... I don't care! Dengan pelan tapi pasti sekar memutar pelan gagang pitu kamar dina.
Pandangannya mulai mencari arah suara.
Tapi, jantung sekar seperti sudah melopat keluar dari dadanya saat matanya menangkap sosok dua muda-mudi yang tengah bercumbu di atas tempat tidur kamar
itu. Tepurung lutut sekar seolah lepas dari sanggarnya. dia tertekuk lemas, tangan gemetarnya berusaha menggenggam erat vas bunga agar tak jatuh. Air matanya
mengepul semburna. Ingin sekali dia meneriaki dua insan itu tapi suaranya tercekak seakan sebutir kerikil tersendak di tenggorokan.
Tak sanggup lagi melihat, Sekar memejam kuat dua kelopak matanya.
Tangan gemetar Sekar meraba dadanya yang Seperti belatih menerkam tengah menikam
Sakit...... Sepersekian detik kemudian, sekar mencoba menjauh dari ambang pintu. Ia mendorong paksa tubuhnya yang kini lunglai tak berdaya.
Apakah itu nyata" + Kenapa" Kenapa harus sahabat ku, denis"
Berjuta tanya berkecamuk dalam benak sambil mengiring tubuh tak berdayanya.
Susah payah sekar meraih pintu keluar" dari ruangan itu.
Pergi dari tempat itu adalah hal pertama yang ingin sekar lakukan.
**** Sekar pov "Waalaikum salam" jawabku manja pada sambungan telfon suamiku.
"Kamu di mana sekar" "
"Ini sudah di halte nunggu bis "
"Pesananku""
"Lengkap" "Makasih sekar"
"Sama-sama denis"
"Assalamualaikum"
"Waalaikum sayang eh salam"
Lalu terdengar suaru tawa renyah kemudian Klik! Denis sudah menutupnya. Kamu kira kamu saja denis yang bisa gombal. Huh!
Aku baru pulang dari supermarket yang letaknya sedikit jauh dari rumah, malas menyetir sendiri jadi aku memilih naik bus kota saja."
Aku sedikit terlambat pulang karna ada beberapa pesanan denis yang sulit ku cari. Denis bukan tipe laki-laki lain yang cuek dengan peralatan pribadi. Semua
barang pesanan denis harus sesui dengan apa yang telah di deskripsikannya tidak asal beli apalagi salah beli. Warna,bentuk, Ukuran, jenis dll harus sesuai
pesanan. Hari sudah semakin siang, matahari bersinar tajam, peluhku mengalir setetes-demi setetes di setiap sudut badan ku. Bus belum tiba juga.
Tenggorokan sepertinya kering akibat terlalu panas. Aku lalu teringat tadi sempat membeli minuman kesukaan denis yang juga kesukaan ku.
Ku tundukan kepala ku pada kantong belanjaan di bawah kaki ku. Tangan ku" satu-persatu belanjaan mencari minuman yang letaknya memang paling dasar.
"Assalamualaikum mbak sekar"
Itu kan nama ku. Ku dongakan wajah ku melihat sosok lelaki yang menyapa ku tadi. seorang pemuda tampan dengan dua orang wanita berdiri di belakangnya. Ku putar lagi mataku
kembali melihat sosok pemuda itu.
Tunggu. Seprtinya aku kenal pemuda ini.
Ku luruskan lagi tubuhku seprti sedia kala.
"Waalaikum salam, kamu bukannya cowok yang waktu di halte dulu itu, iya kan""
"Hehe mbak masih ingat"
Yaiyalah aku ingat. Wong kamu bikin aku malu setengah mati waktu itu. Ck. Dan hei, kali ini kok dia tampak banyak bicara tidak seperti di halte dulu.
"Iya dong, walau cuman sekali tapi aku ingatlah"
"Hehe tapi saya sudah dua kali ketemu melihat mbak"
Aku mengerutkan keningku.
"Oh ya" " Dia tersenyum. Tampan juga. Astagfirullah. Sekar ingat laki woe.
"Iya, waktu di akad nikah mbak sama bang denis saya hadir, tapi tidak lama. Setelah mengantar bang denis menemui mbak di kamar bersama keluarga lain saya
langsung balik" Aku mendecak kesal mendengar penuturan pemuda itu yang mengingatkan ku kembali pada kejadian tiarap-tiarapan akad dulu.
"Oh kamu keluarganya denis"" balas ku tersenyum
"Bukan. Oh sebelumnya perkenalkan saya affand dan ini" dia menggeser sedikit tubuhnya memperlihatkan dua sosok wanita di belakangnya
"Ini adik sepupu saya hanifah" imut, anak gadis yang bisa ku perkirakan seumuran dengan putri adik sepupuku juga "dan yang ini perkenalkan kakak saya mbak
reina" ku tatap lekat wajah wanita itu.
Cantik, sangat cantik. Jilbab panjangnya menambah keanggunan parasnya.
Wanita itu yang baru beberapa detik yang lalu ku tahu namanya reina mengulurkan tangannya kepadaku sambil tersenyum lembut.
"Assalamualaikum, aku reina" reina menyapa ku di sela jabat tangan kami.
masya Allah suaranya lembut sekali
" sekar" senyum di wajahnya yang terlihat ikhlas secara otomatis memaksa bibirku untuk tersenyum juga.
Aku lalu beralih ke arah sepupu sahabat suami ku yang bernama hanifa, gadis imut dengan balutan jilbab kuning soft. Aku hendak meraih tangannya berjabat
seperti adegan dengan reina tadi, tapi gadis itu malah menarik kasar tangannya. Mataku langsung terbelalak terkejut.
"Jangan sentuh aku" cibirnya kasar
"Hah"" sudah barang tentu aku sangat heran
"Kamu kan yang merebut bang denis dari mbak ku" dia mencibir lagi, kali ini suaranya lebih kasar sambil menatap tajam ke arah ku.
"Hah""" kebingungan ku bertambah.
"Hanifah! Jaga bicaramu" tegur reina cepat.
Ku putar wajahku ke arah affand meminta penjelasan. Tapi affand juga seprtinya kaget.
"Biarin aja mbak. Biar dia tahu kalau mbak yang seharusnya jadi istri bang denis bukan dia. Dasar perempuan tidak malu"
"HANIFAH!" kali ini affand.
Semua orang yang lalu lalang di sektar halte langsung menoleh ke arah kami.
Jantungku seprti berhenti berdetak. Deretan peristiwa beberapa detik yang lalu membuat bibirku kaku.
Apa yang sebenarnya terjadi"
Reina lalu menangkap lengan hanifah.
"Maaf sekar mungkin di lain waktu kita bisa bertemu lagi dan kamu boleh menanyakan apapun. Aku akan menjawab semuanya. Assalamualaikum"" seru reina lalu
menarik lengan hanifa "ayo affand kita pulang"" sambungnya di ikuti oleh langkah affand mengekor, menjauh dariku yang masih mematung bingung.
"Tunggu" teriku ku mencegah langkah mereka.
Tidak, aku harus mendapatkan jawabannya sekarng, jika tidak denis akan bunuh jika dia tiba di rumah nanti. 1
Aku berjalan cepat menghampiri mereka Dengan Langkah gonta ganti tak beraturan.
"Aku butuh jawaban sekarang reina, affand bisa ikut dengan ku"" sergab ku cepat saat tubuhku sudah berada di depan mereka.
Affand menatap pilu kakaknya meminta jawaban atas ajakan paksa ku. Reina sepertinya mau menolak tapi kemudian dia mengagguk setuju.
*** Ketahuilah manusia hanya berharap dan merencanakan. Tapi, Allah yang menentukan segalanya.
Fatawakkal 'alallah wakafabillahi syahidah
----- Sekar POV Setelah berterimakasih pada reina aku langsung mengajak affand ke salah satu cafe paling dekat dengan kami. Dua kantongan besar belanjaan ku tenteng, tidak
ada rasa berat samasekali lagi ku rasa. Affand yang mungkin tak sampai hati melihat ku menenteng kantongan yang berat menawarkan diri ingin menolong ku,
tapi aku menolak. Rasa penasaran ku sangat menyesakan dadaku, membutaku tak sabar mendapat jawaban, jadi tidak boleh ada jeda sedikitpun, walau hanya berhenti
untuk meringankan beban bawaan. +
Saat di tiba di cafe aku mulai menodong affand dengan sejuta pertanyaan.
"Sabar mbak, satu-satu" seru affand melihat wajah tak sabaran ku
Cerita di mulai dari pribadi reina dulu. Yang harus memaksa ku menganguk-angguk takjub.
Kepribadian reina memang luar biasa, itu semua bisa terlihat dari sorot matanya tadi, tutur ucapnya, tingkah hingga perlakuannya. Akhlak mulia yang terpancar
dari hati. Lalu affand berlanjut menceritakan bagaimana ia dan suamiku mulai bersahabat. denis awalnya adalah murid dari pakde wahyu paman dari affand yang juga ayah
Permainan Maut 2 Shugyosa Samurai Pengembara 3 Pedang Pelangi 5
^