Pencarian

Vladd Game Over 2

Vladd Game Over Karya Hilman H Bagian 2


a! Ya, Vladd terselamatkan berkat virus itu. Vladd masih inget, dulu waktu si kembar Nanda dan Nandi kena virus influenza, dia juga nggak bisa diremote. Karena remote ini di-upgrade oleh Vladd pake BioControl System, yang bisa mengontrol pikiran orang. Jadi kalo ada orang yang kena virus penyakit, yang mengakibatkan sistem sarafnya terganggu, dia tak bisa dikontrol pake remote. Dulu analisa Vladd, cuma karena batere remote-nya abis, alat itu nggak berfungsi. Tapi ternyata virus, juga jadi penyebab! Makanya Vladd selamat!
James membuka sumpelan mulut Vladd dengan kasar, dan bertanya, "Ayo, jawab, Vladd. Gimana cara make remote itu!!!"
Vladd menjawab polos, "Itu remote biasa. Buat teve. Cara makenya ya harus ada teve. Kamu bawa dong tevenya ke sini. Nanti saya kasih tau cara makenya"
James geram, kalo itu sih dia juga tau. James lalu melotot ke Yudiantara. "Yud! Ternyata lo emang bego! Itu remote biasa! Lo gimana sih""
Yudiantara nggak yakin. Ia mencoba mendebat. Tapi James udah nggak mau denger lagi. Vladd pun dilepaskan. Semua barangnya dikembaliin. James dan Perry kesel karena nggak bisa ngebales dendam. Mereka nyalahin Yudiantara terus. Yang mereka anggap sok lebih pinter dari Vladd.
*** "Sampe di rumah, Vladd lega telah terbebas dari bencana. Trio kwek-kwek itu emang bego. Vladd agak nyesel nggak jadi ketemuan sama Sapi'i. Sapi'i pasti udah nunggu-nunggu. Tapi ya besok-besok ajalah. Yang penting hari ini dia selamet. Lain hari, dia harus ati-ati sama ketiga penjahat itu!
Pas Vladd mau mandi, ayahnya sekonyong-konyong masuk. Vladd udah mafhum, pasti Eraisuli ini mau ngirim e-mail ke Tigerwood. Biasalah, kalo nulis ke jagoan golf itu, Eraisuli suka nebeng di subnotebook-nya Vladd.
"Mau ngirim e-mail lagi, Pi" tanya Vladd.
Eraisuli menggeleng. "Papi cuma mau nerusin kerjaan yang kemaren...."
"Kerjaan kemaren"" Vladd bingung.
"Iya. Kemaren malem kamu ke mana" Papi cariin nggak ada. Jadi Papi masuk aja ke sini sendiri. Untung kamar kamu nggak dikunci. Papi tadinya mau ngirim e-mail ke Tigerwood. Trus jadi ingat harus bikin konsep kerja sama dengan PT Raharja Real Property. Papi ngerjainnya di notebook kamu. Jadi, pinjem lagi, ya""
"Vladd cuma mengangguk, dan pergi ke kamar mandi.
"*** "Besoknya, James dan Perry masih marah sama Yudiantara. Yudiantara yang semaleman mikirin kesalahannya, pagi itu buru-buru menarik James dan Perry untuk berdiskusi.
"Gue udah tau!" ujar Yudiantara.
"Tau apa"" James males meladeni omongan Yudiantara.
"Gue tau rahasia Vladd!" ujar Yudiantara lagi.
"Apaan, tuh" Jangan ngaco lagi!" kali ini Perry yang ngomong.
"Kalian tau, apa barang yang sering dibawa Vladd selain remote"" tanya Yudiantara lagi.
Kedua sobatnya mikir. Dasar otaknya eekak, jawaban yang keluar standar banget.
"Sepatu"" sahut Perry.
"Tas ransel"" ujar James.
Yudiantara kesal. "Yeee, itu mah nggak khas. Semua anak juga pake sepatu dan tas."
"Jadi apa dong"" tanya Perry bego.
"Subnotebook!" jawab Yudiantara.
"Sup apaan"" Perry dan James kompakan bertanya. Nggak ngerti sih!
"Kok makanan melulu yang dipikir. Ituuu, komputer kecil yang suka dibawa-bawa Vladd! namanya subnotebook."
"Oooo!" "Dan gue yakin, pasti di situ rahasianya! Komputer itu yang bikin kita jadi manusia kera!" ujar Yudiantara.
"Ah, masa sih"" James nggak yakin.
"Lha iya dong! Wong komputer itu ada terus di ranselnya," Yudiantara meyakinkan.
"Trus gimana rencana kita" Vladd kita culik lagi"" tantang Perry.
"Nggak perlu Vladd-nya. Kita ambil aja dulu komputernya. Gue pelajari dulu. Soalnya pasti agak rumit. Kalo udah ketauan semua program yang ada di situ, baru si Vladd kita kerjain!!!" ujar Yudiantara.
"Emang lo bisa mempelajari program komputer Vladd"" tanya Perry polos.
Yudiantara paling kesal kalo dianggap lebih bego dari Vladd. Maka jawabannya pun sengit, Ya bisa dong! Kasih aja waktu satu hari, semua rahasia Vladd akan terjawab! Pokoknya nanti siang, sepulang sekolah, kita rampas subnotebook itu.Oke""
James mengangguk. "Oke. Itu pekerjaan gampang!"
Dan sepulang sekolah, tanpa melalui kesulitan apa-apa, James, Perry, dan Yudiant
ara merebut subnotebook milik Vladd. Vladd semula kaget waktu tiba-tiba dipepet Perry dan diseret
ke belakang sekolah. James meminta subnotebook Vladd. Tanpa perlawanan apa-apa, Vladd pun menyerahkan subnotebook-nya itu. Dia pikir, bapaknya pasti nggak akan keberatan ngebeliin barang begituan meski Vladd minta sepuluh biji sekalipun.
Maka penyerahan subnotebook itu nyaris tanpa kekerasan. Trio kwek-kwek pun agak-agak nggak nyangka bahwa peristiwa perampasan itu terjadi begitu mudah.
James lalu menekan Yudiantara. "Yud, ini kesempatan terakhir untuk membuktikan kepiawaian lo. Kalo gagal, lo nggak akan gue anggap temen lagi!!!"
"Tenang, James. Besok semua misteri Vladd akan terjawab!" ujar Yudiantara sambil menepuk-nepuk subnotebook Vladd.
*** "Dan tentu aja lagi-Iagi Yudiantara tak bisa menemukan rahasia kehebatan Vladd. Sampe Jam empat pagi menjelajah semua program yang ada di komputer itu, tapi dia nggak nemu apa-apa. Hanya program biasa aja. Ya, itu memang sudah jelas. Karena Vladd emang nggak nyimpen apa-apa di komputer mungilnya itu, kecuali ribuan game dan program komputer lainnya.
Pagi-pagi, Yudiantara pun frustrasi. Dia nelepon James, ngaku dosa kalo dia nggak bisa nemu apa-apa di komputer Vladd. James jelas naik pitam.
"Jadi itu komputer biasa"" hardik James.
"Iya. Nggak ada istimewanya."
"Dasar sok pinter lo! Katanya di situ ada rahasia si Vladd. Udah, gue nggak sudi temenan sama lo lagi!!!"
"Ya jangan gitu dong...." Suara Yudiantara terdengar memelas.
"Nggak ada tawar-menawar!!!" tandas James.
""Trus komputer Vladd diapain" Dibalikin ke Vladd"" tanya Yudiantara lagi.
"Udah, buang aja biar aman!!!" putus James, lalu menutup telepon dengan kesal.
Di sekolah, lagi-lagi Yudiantara dicuekin abis sama James dan Perry. Vladd pun cuek aja, nggak nanyain subnotebook-nya. Dia nggak mau nyari ribut.
Pas pulang sekolah, Vladd tumben-tumbenan disambut bapaknya.
"Aduh, Vladd, ditunggu-tungguin...," ujar Eraisuli.
"Tumben," jawab Vladd pendek.
"Nggak. Papi cuma perlu sama subnotebook kamu. Mana" Papi mau nge-print proposal dan cash flow yang udah Papi buat di komputer kamu. Papi lupa ngopi ke disket. Mana komputernya""
"Wah, nggak ada...," Vladd menjawab santai.
"NGGAK ADA""""" Eraisuli kaget setengah mati. "Kok bisa. nggak ada" Ke mana" Masa Papi hari ini bikin proposal dan perhitungan itu dari awal lagi""" Itu kerja keras Papi selama berhari-hari, dan besok mau Papi bawa ke meeting!!!"
"Aduh, abisnya gimana , Pi" Komputer itu diambi1 temen," suara Vladd terdengar tanpa emosi.
"Diambil" Dicuri, maksudnya""
"Ya, diambil paksa!" Lalu Vladd nyeritain kejadiannya. Eraisuli tampak geram.
""Siapa nama anak yang ngambil"" tanya Eraisuli.
"James. James Raharja."
"James Raharja" Jangan-jangan dia anaknya Bambang Raharja, pemilik PT Raharja Real Property, yang pengusaha real estate di Perth...."
Vladd mengangguk. "Emang iya. Katanya bapaknya pengusaha real estate di Perth. Tapi Vladd nggak tau namanya...."
"Pasti dia!!!" ujar Eraisuli geram. "Padahal justru Pak Bambang Raharja dan Papi mau kerja sama meluaskan usaha ke Los Angeles. Proposal dan cash flow itu justru untuk bapak yang ngambil komputer kamu. Biar Papi telepon dia sekarang juga!!!"
Eraisuli mengangkat telepon genggam. Dan langsung diterima oleh Pak Bambang Raharja.
"Pak Bambang" Begini, ada masalah serius dengan anak Bapak yang bernama James...."
Dan Eraisuli pun menceritakan segalanya. Pak Bambang Raharja jelas merasa terkejut, dan berkali-kali minta maaf pada Eraisuli atas kesalahan anaknya, si James. Pak Bambang jelas harus begitu, karena Pak Bambang merasa Eraisuli adalah relasi bisnisnya yang amat penting.
"Secepatnya masalah itu saya bereskan, Pak!" ujar Pak Bambang. Lalu kejadian selanjutnya bisa ditebak. James langsung dipanggil, disidang, dan dimarahi abis-abisan.
"Kamu ini udah bikin malu Papi! Sekali lagi kamu macem-macem sama anaknya Pak Eraisuli, semua fasilitas mobil, telepon genggam, kartu kredit, dan yang lainnya akan Papi sita! Mengerti kamu" Pak Eraisuli itu konglomerat terkemuka di negeri ini. Papi dapat kehormatan sekali
bisa bekerja sama dengan beliau! Jadi, jangan macam-macam sama anaknya!!!"
James menunduk sedalam-dalamnya. Paling takut dia sama papinya. Apalagi kalo harus keilangan fasilitas. Wah!
"Sekarang, mana subnotebook anak itu"" bentak papinya lagi.
"A-ada, Pi... di temen...."
"Ambil sekarang juga, dan antar ke rumah Pak Eraisuli. Papi nggak mau dengar alasan macam-macam lagi. Di komputer itu ada proposal dan cash flow buat Papi dari Pak Eraisuli! Papi butuh buat meeting besok!"
Seketika itu juga James nelepon ke rumah Yudiantara.
"Yud, subnotebook Vladd masih di elo, kan"" tanya James waswas.
"Lho, udah gue buang. Kata lo, suruh dibuang"" jawab Yudiantara di ujung telepon.
"Gawat!!! Gawat!!! Lo cari benda itu sekarang juga! Cepaaaat!!! Pokoknya sekarang gue mo ke rumah lo. Pas sampe sana barang itu harus udah ada!" ujar James panik.
"'Emang kenapa""
"Jangan banyak tanya. Pokoknya eari sampe dapat. Babe gue ngamuk berat!!!"
""T-tapi gimana kalo udah diambil tukang sampah" Soalnya gue buangnya ke tong sampah!"
"Pokoknya cariiii...! Harus dapet!! Kalo perlu, kita tebus dari si tukang sampah. Berapa pun yang dia minta, kita bayar!!!"
James kedengerannya serius banget.
Yudiantara pun buru-buru tunggang-langgang, mencari di tempat dia membuang subnotebook Vladd itu. Terpaksa deh dia napak tilas!
" 5. UNDANGAN TEA TIME "MEONG, MEONG, MEOOONG!"
Vladd yang sedang tidur merasa. terusik Itu kucing nggak pernah makan sekolah ya" Seenaknya ngeong-ngeong jam tiga pagi. Ayam aja masih belon bangun. Vladd menutupi kupingnya dengan bantal gede. Tapj suara ngeong-nya Felida 2 (Inget, kan" Iya, ini kucing anggora generasi keduanya Sarah, tetangga Vladd) malah makin gencar. Makin menjadi-jadi.
Masih setengah merem, Vladd mengambil sandal kamarnya. Lalu menimpuk jendela kamarnya yang tertutup rapat. Suara ngeong lenyap. Vladd tersenyum lega, melanjutkan tidur lagi. Baru mendapat posisi tidur yang enak, suara Felida 2 terdengar lagi.
Vladd nggak tahan lagi. Dengan muka perang, dia buka jendela kamarnya yang menghadap ke arah rumah tetangga, alias rumah Sarah, teriak sekeneeng-keneengnya, "Oiii! Suruh diem tuh kucing! Kalo nggak, saya siram formalin!"
"Nggak lama ngeongan Felida 2 lenyap. Kali ini sampe pagi. Vladd lega banget bisa nerusin ngimpi jalan-jalan sama Alice di Wonderland.
Paginya waktu nunggu bis jemputan, sambil menggendong Felida 2, Sarah mendatangi Vladd. Wajah Sarah yang aslinya manis, keliatan judesss sekalee.
"Hehh, Vladd, kamu tuh nggak nauin banget! Felida kan lagi sakit. Masa nggak boleh ngeong" Yang bener ajar Gimana caranya ngejelasin, supaya dia nggak nangis" Nggak ngeong-ngeong.
Vladd menatap heran"pada Felida yang keliatannya anteng berada dalam gendongan Sarah.
"Nah, tuh, bisa diem!" sahut Vladd cuek.
"Iya! Semalam saya kasih obat tidur banyak-banyak. Sekarang dia masih teler. Kayaknya overdosis. lni semua gara-gara kamu!" tuding Sarah penuh napsu.
"Yee" Kok gara-gara saya" Kamu yang ngasih obat, saya yang kena tuduh. Jangan ngaco kamu!"
Sarah masih ngomel-ngomel nggak jelas. Tapi bis jemputan Vladd keburu datang. Vladd bergegas meninggalkan Sarah dan kucing sakitnya.
Di atas bis, Nandi-Nanda penasaran pengen tau siapa yang barusan ngomel-ngomel sama Vladd. Vladd ngejelasin kalo itu Sarah, tetangga Vladd. Si kembar itu masih penasaran terus.
""Ngapain dia ngomelin kamu" Emang kamu salah apa sama dia"" kejar Nanda. Nandi manggut-manggut setuju. Minta segera dijawab rasa penasarannya.
"Dia bener tetangga"" tanya Nandi. "Tetangga apa tetangga""
Sial, Vladd jadi digodain. Abis nggak salah juga. Selama ini temen-temen Vladd nggak pernah liat Sarah. James yang kerjaannya putus-nyambung sama Marigold jadi ikutan ngedeketin Vladd. Penasaran sama Sarah.
"Vladd, si Sarah tuh udah punya paear apa belum""
"Emang ada pengaruhnya"" celetuk Nanda.
"Yang udah-udah, biar punya paear, dikejar juga!" tambah Nandi.
"James cengengesan, bangga. James sejak kejadian diomelin papinya itu jadi pengen ngedeketin Vladd juga. Iya lah. Siapa mau diambil semua fasilitas bergaulnya" Demi papinya, untuk sementara Ja
mes mengadakan gencatan senjata dengan Vladd. James mau berbaik-baik dengan Vladd. Vladd sih nggak peduli sama perubahan sikap James. Cuek aja. Nggak ngaruh. James mau jungkir-balik kek. Mau nungging kek. Siapa yang mikirin"
Tapi Vladd, biar nggak naksir Sarah, sebel juga ngeliat gaya cengengesannya James. Kayaknya James bangga banget dikenal sebagai playboy di sekolah. Gimana nggak playboy" Hampir semua cewek manis di sekolah pernah dipacarin James. Makanya periode putus sama Marigold, selalu diselingi paearan-paearan kecil sama cewek-cewek kelas lain.
Udah ah cerita James-nya. Tokoh kita kan Vladdvanio, bukan James. Sekarang Vladd cuek, main game di subnotebook-nya yang canggih. Oya, subnotebook-nya ini juga udah dikembaliin utuh oleh James, setelah maksa Yudiantara nyari ke seantero jagat.
Ngeliat Vladd serius main game, Nanda-Nandi ikutan heboh. Kalo Vladd nambah poin, si kembar gembira banget. Giliran Vladd bikin salah, mereka juga yang gemes.
Di sekolah, nggak ada kejadian spesial. Vladd nggak mo sembarangan pake remote control ajaibnya. Maklum deh, Vladd sekarang kudu ati-ati menggunakan "barang keramat" -nya, biar nggak menarik perhatian temen-temennya. Kalo pada tau kekuatan Vladd di remote itu, dia bisa dikejar-kejar trio kwek-kwek lagi. Bisa memancing kejahatan. Dan kalo sampe tu remote jatuh ke tangan orang yang salah, bisa bahaya.
Waktu jam istirahat, Marigold ngedeketin Vladd. Tadi James yang ngedeketin, sekarang Marigold. Pada ngapain sih" Emang Vladd konsultan cinta" Vladd sebel sendiri.
"Vladd, tadi di bis James tanya apa ke kamu"" tanya Marigold euriga.
Vladd yang sedang menikmati beef teriyakinya, menatap Marigold. "Kenapa nggak kamu tanya langsung ke James""
"Kok kamu sinis begitu"" Marigold heran. "Biasanya, kamu nggak pernah sinis sama saya. Kenapa sih, Vladd""
Vladd cuek, males komentar lagi. Udah jelas dia pengen sendirian menikmati makan siangnya, eh, ditanya-tanyain. Vladd lagi males berurusan dengan pria bermasalah itu, setelah beberapa kali jiwanya terancam. Vladd males ngejawabnya.
"Ya udah kalo kamu nggak mo jawab. Mar bisa tanya ke yang lain!" kata Marigold kesel, lalu pergi.
Nah, bagus deh! Sebelum Vladd bikin Marigold "bisu" dengan remote-nya, dia udah sadar sendiri. Vladd kembali menikmati makannya.
"Belum ada semenit Marigold pergi, James Raharja tanpa permisi duduk tepat di depan meja Vladd. Perry "bodyguard" Lontoh-nya berdiri di belakang James. Aduh, apa lagi nih pria-pria karbitan!"
"Vladd, ceritain semua tentang Sarah. Gue janji, nggak bakal ngusik kamu lagi." James menoleh pada Perry. "Iya kan, Peer""
Perry Lontoh manggut-manggut sambil melipat tangan. Gaya Perry bener-bener sok bodyguard. Tengil dan nyebelin!
Mendadak Vladd pengen mainin James. Soalnya dia keki banget sama gaya James yang sok mafia. "Sarah siapa nih" Sarah Seehan" Sarah Ferguson" Atau, Sarah yang Cornelia Agatha""
Vladd menyuap teriyaki-nya.
"Nggak usah bertingkah! Udah jelas yang gue tanya tetangga kamu!"
"O, Sarah kucing!"
"Kucing"" sahut James dan Perry barengan.
"Iya, Sarah itu maniak kucing. Gara-gara Felicia nelen Nino, Sarah jadi ngebunuh Nino! Kalo boleh kasih saran, nggak usah deh deketin Sarah. Dia cewek sadis!"
"Sadis"" James kebingungan. "Sadis gimana, Vladd" Dia bener-bener ngebunuh Nino" Sadis amat" Eh, Nino tuh siapa" Temen kamu""
Vladd mengangguk eepat. "Temen deket, sobat kentel banget!"
James keliatannya masih nggak nyambung.
Perry yang sejak tadi diam, ikutan buka mulut "Vladd, tetangga kamu itu dukun, ya""
Vladd sama James sama-sama bengong ngedengar pertanyaan Perry.
"Tadi kamu bilang, Nino ditelen. Lalu dibunuh. Ditelen dulu, baru dibunuh" Apa nggak kebalik urutannya""
Kontan Vladd ngakak berat. Bikin James sama Perry Lontoh makin bingung. Vladd berdiri terus cekakakan.
"Iya, Peer, urutannya begitu. Nggak kebalik. Ditelen dulu, baru dibunuh! Sarah emang dukun kali, ya" Dukun sadis!" kata Vladd lalu pergi meninggalkan James dan Perry yang terus bengong.
Jangan pada ikutan bengong! Vladd nggak ngaco kok. Kan dulu Felida (kudng anggota-nya Sarah) menelan Nino (robot
tikus milik Vladd) sampe mati. Trus Vladd mengautopsi, ngeluarin Nino dari perut Felida. Kelar dikutak-katik Vladd, Nino bisa hidup lagi. Belum lama Vladd merayakan kembalinya Nino, ehh, diinjek Sarah sampe hancur berkeping-keping. Akhirnya, Nino pergi nggak kembali lagi. Tapi Vladd punya Nino 2, pengganti Nino yang semua-semuanya persis Nino 1. Dasar Vladd anaknya rada-rada sentimentil, dia tetap nggak bisa ngelupain Nino-nya. Emang dia suka juga mainin Nino 2. Cuman nggak sesering dan sesayang Nino 1 dulu. Hihihi, lembut juga ya hatinya si Vladd"
"Sementara Vladd punya Nino 2, Sarah juga unya Felicia 2. Sayang Sarah pada Felicia" 2 sama gedenya seperti ke Felicia 1. T"iap Felicia 2 melancong ke rumah tetangga, alias rum"ah Vladd, Sarah yang paling panik. Sarah sendiri yang selalu ngejemput Felida 2, untuk dibawa pulang.
"*** "Sore itu Vladd baru aja meloncat turun dari bis antar-jemputnya ketika diliatnya Sarah mondar-mandir kebingungan di halaman rumah Vla"d yang gede. O iya, Sarah ini anak ke"as tiga esempe swasta. Setahun lebih muda dari Vladd. Sama-sama anak tunggal kayak Vladd juga.
"Ngapain kamu" Cari kucing lagi" tanya Vladd sebel.
"Iya nih, Felida kabur ke sini. lagi. Bantuin dong cari dia!" sahut Sarah panik.
Vladd mau nggak mau celingukan juga nyari-nyari Felida. Waktu dia mendongak ke atas pohon, ternyata Felida lagi bobok dengan pulesnya di atas pohon.
Vladd menunjuk ke atas pohon. Tuh, kucing kamu lagi santai."
Sarah makin panik. Aduuh! Kenapa Cia di atas pohon" Mana tidur lagi! Nanti kalo jatuh gimana""
"Vladd mengambil batu kerikil kecil, menimpuk Felida. Kudng anggora itu terbangun. Lalu mengeong-ngeong manja.
"Ngeong-ngeong-ngeooong!"
Vladd cemberut, "Aduh, mendingan tidur lagi aja deh! Kalo bangun malah bikin ribut lagi. Suruh turun, gih!"
Sarah menggeleng. "Nggak bisa, Vladd! Liat deh, Cia keliatan takut. Dia nggak brani turun! Tolongin dong! Tolong turunin Cia dari pohon!" pinta Sarah memelas.
Manjat pohon" Enak aja! Itu kan kerjaan anak SD. Sekarang kan Vladd udah gede. Udah malu panjat-panjat pohon. Sori!
Ngeliat Vladd nggak bergerak, Sarah makin gemes. "Ayo dong, Vladd! Tunggu apa lagi""
Dengan tenang Vladd mengeluarkan remote control dari saku kemejanya. Dipijitnya tombol jump dan diarahkannya ke Felida. Tiba-tiba aja Felida kayak ber-bungy jumping turun ke bawah. Vladd buru-buru meraihnya sebelum menyentuh tanah. Sarah senang sekali Diambilnya Felida yang keliatan shock berat (bulu-bulunya berdiri semua) dari tangan Vladd.
"Thanks ya, Vladd," kata Sarah sambil ngesun pipi Vladd, lalu pergi.
Vladd garuk-garuk kepalanya yang nggak gatel. Lalu megangin pipinya yang bekas disun Sarah. Cewek! Kenapa sih mereka senengnya ngesun" Apa ngomong terima kasih aja nggak cukup" Sambil ngomel, Vladd masuk ke rumahnya.
Baru nongol di pintu utama, Maryati menyongsong Vladd dengan gaya hebohnya. "Mas! Mas Vladd! Tadi dicariin Non Sarah!"
"Udah tau!" Vladd cuek jalan ke kamarnya.
"Baru aja kok, Mas, Non Sarah-nya nelepon kemari. Katanya ngajak Mas Vladd tea time di kebun belakang rumahnya."
Vladd kaget. "Bener, Mas Vladd. Kata Non Sarah, dia ngundang untuk ngucapin terima kasih. Soalnya Mas Vladd udah nolongin Felicia...," jelas Maryati lagi.
"Kan tadi dia udah ngomong terima kasih. Apa-apaan sih pake ngajak tea time segala"" sahut Vladd kesel.
"Ee, Mas, jangan begitu dong! Non Sarah ngundang Mas, itu tandanya dia menghormati Mas Vladd. Dan Mas harus dateng. Harus memenuhi undangan Non Sarah. Artinya Mas Vladd juga menghormati Non Sarah," Maryati nyerocos panjang-lebar.
Dahi Vladd mengernyit. Enggak! Nggak pake deh hormat-hormatan segala. Bilang Sarah, saya nggak bisa dateng."
Abis ngomong begitu, Vladd betul-betul ngilang. Masuk ke kamarnya. Begitu masuk kamar subnotebook Vladd bunyi. Tanda ada e-mail yang masuk. Vladd bergegas membuka pesan yang masuk.
""Vladd, ini Sarah. Maryati udah bilang kalo saya ngajak kamu tea time di kebun belakang" Dateng ya, Vladd" Saya tunggu. "
"Vladd jadi bingung. Sarah ini cewek ajaib. Baru tadi pagi dia ngomel-ngomel, sore ini malah ngajak tea tim
e. Heran! Cewek emang selalu aneh, ajaib, penuh kejutan.
Mendadak Vladd inget Dirgayusa, salah satu sobat e-mail-nya di Lembang, Bandung. Dirgayusa anaknya slengean. Tapi kalo kasih komentar sering berisi. Singkat-padat, tapi sarat makna. Vladd iseng tanya soal undangan Sarah ke Dirgayusa. Nggak lama, jawaban dari Lembang udah masuk ke subnotebook Vladd.
""Vladd, Hidup ini penuh peluang. Kalo kamu nggak coba, kamu nggak akan pernah tau."
"Iya juga, ya" Kenapa Vladd mesti ragu" Toh Sarah cuman ngajak tea time, bukannya nenggak inex atau ngisep shabu-shabu. Kalo Vladd nggak dateng, dia nggak bakalan tau gimana rasanya ber-tea time sama cewek yang berjudul Sarah. Lagian, siapa tau dia bisa dapetin ide baru kayak nyiptain game baru atau tombol-tombol baru buat remote control-nya. Iya deh, Vladd mo dateng. Nothing to lose, kan"
"Maka sore itu Vladd nongol juga di kebun belakang rumah Sarah yang luas dan cantik. Vladd berpakaian seadanya. Kaos gombrong dan celana pendek yang juga gombrong. Pake sepatu kets ringan. Sepintas penampilan Vladd kayak cowok abege yang mo maen ke mal. Makanya tadi Maryati cerewet banget liat penampilan Vladd. Sibuk nyuruh Vladd ganti pake baju yang rapian dikit. Jelas aja Vladd nggak mau.
"Udah untung saya mo dateng!" kata Vladd sambil manyun.
Maryati jadi mingkem. Nggak berani maksa-maksa lagi.
Vladd diantar Surinah, pembantunya Sarah, ke kebun. Di sana Sarah udah nunggu dengan gaun terusan panjangnya yang manis. Baru juga cengar-cengir, Sarah langsung mendaratkan sun ke pipi Vladd.
Ya ampun! Lagi-Iagi ngesun! Apa Sarah nggak bisa ngeganti gaya lain" Mijit-mijit punggung Vladd kek, apa bawain ice lemon tea. Ini main slonong ngesun pipi. Vladd belum apa-apa udah risi sendiri.
Dengan akrab Sarah menarik tangan Vladd. Ngajak duduk di gazebo indah yang berada tepat di tengah kebun. Felida 2 dan Surinah membuntuti mereka.
"Mo minum apa, Vladd" Teh" Kopi" Susu" Atau soft drink"" tawar Sarah sambil mendudukkan Felida 2 di pangkuannya. Kucing manja itu langsung tertidur dengan enaknya.
Vladd mengangkat bahunya. "Terserah, apa aja. Asal bukan eokelat susu. Saya bosen minum cokelat susu tiap hari."
Sarah tersenyum manis, menoleh pada Surinah. "Nah, tolong herb tea-nya yang Mandarin Orange Spice, Lemon Zinger, Jasmine, Rose, Raspberry, Peppermint. Ngg, pokoknya semua jenis deh. Biar Vladd milih sendiri. Kue cokelat St. Michael-nya juga jangan lupa!"
Surinah manggut-manggut, lalu bergegas pergi.
"Nah, Vladd, sekarang kamu cerita deh!" kata Sarah, bikin Vladd bengong.
Cerita" Vladd diundang tea time, disuruh cerita" Wah, makin aneh aja si Sarah!
"Cerita apa" Saya nggak punya eerita!" kilah Vladd, heran.
"Bohong! Kamu kan sekolah di sekolah elite. Yang isinya anak-anak konglomerat. Pasti kamu punya segudang eerita. Nggak kayak saya. Saya cuma sekolah swasta biasa. Nggak ada yang aneh-aneh."
"Ya udah, kita tukeran sekolah aja. Kamu sekolah di tempat saya, saya di sekolah kamu. Gimana"" tantang Vladd cuek. Abis males nyeritain temen-temennya yang rese. Terutama trio James, Perry, dan Yudiantara.
Mendadak Sarah eekikikan sendiri.
"Kenapa" Apa yang lucu"" Vladd bingung.
""Kamu! Kamu yang lucu, Vladd! Kamu mo sekolah di tempat saya" Emang kamu udah kuat"" tanya Sarah sambil terus eekikikan.
Vladd masih bengang-bengong aja. Tetap nggak nyambung. .
"Sekolah saya, khusus buat cewek, Vladd! Kamu berani sekolah di sana" Siap tiap hari pake rok ke sekolah"" Sarah terus eekikikan sampe Felida bangun. Tidurnya terganggu oleh guncangan tubuh Sarah.
Vladd ikutan ketawa. Nggak kebayang kalo dia harus pake rok tiap hari. Dulu aja waktu Mami Smirnov ngajak jalan ke Scotland, Vladd nolak disuruh nyobain rok tradisional Scot.
"Tapi kalo saya maen ke sekolah kamu, boleh kan, Vladd"" tanya Sarah setelah tawanya reda.
Vladd manggut-manggut. Boleh aja asal kuat juga. Sarah belon tau aja gimana tengil dan nyebelinnya anak-anak pengusaha itu. Gaya hidupnya kelewat tinggi, nge-jet set semua. Sok borju. Sama sekali nggak merakyat. Kalo bukan dipaksa papi dan maminya, Vladd segen banget masuk ke lingkungan kayak be
gitu. Herb tea pesenan Sarah datang. Surinah sibuk mengatur meja kecil dalam gazebo itu. Sarah dengan cuek langsung membuka kotak cokelat St. Michael kesukaannya, lalu menyodorkan pada Vladd.
"Cokelat susu yang ini belon bosen, kan"" Vladd menggeleng, mengambil sebuah kue cokelat yang bentuknya batangan.
""Ayo dong, Vladd, cerita! Sedikit aja tentang sekolah kamu. Temen-temen kamu," paksa Sarah, penasaran.
Vladd jadi mikir. Apa ya yang bisa diceritain" Oh iya, mending cerita James aja.
"Temen saya ada yang nanyain kamu, Sar."
Sarah tersipu. "Oya" Siapa" Emang dia kenal saya"" Sarah balik nanya, penasaran.
"Namanya James, James Raharja. Dia anak pengusaha real estate di Perth. Lumayan keren sih, meskipun tengilnya juga lumayan."
Ekspresi Sarah yang tadinya manis, langsung galak. Vladd nggak ngeh, terus aja ngocol promosiin James.
"James tanya, kamu udah punya pacar apa belon. Saya nggak jawab. Saya kan nggak tau!"
Sarah terus manyun. Dasar nggak punya pengalaman gaul sama cewek. Vladd pikir, cewek kalo kege-eran emang suka manyun. Dengan entengnya Vladd promosi terus soal James ke Sarah. James begini, James begitu. lucunya, Vladd udah mirip mak comblang aja.
Begitu Vladd keabisan kata-kata, Sarah ngomong dengan judesnya.
"Udah" Udah ceritanya" Ada lagi nggak yang mo kamu ceritain soal James""
Vladd nyengir. "Kayaknya udah dulu. Besok saya tanyain lagi ke James. Cari informasi baru."
"NGGAK PERLU!!!" bentak Sarah galak.
Vladd terlonjak kaget. Sarah emang cewek ajaib. Mood-nya melompat-lompat. Gonta-ganti dalam waktu singkat. Pagi judes, siang ramah, sore judes lagi. Vladd nggak kebayang temenan, apalagi pacaran, sama Sarah. Pasti repot banget!
"Kamu pulang aja deh, Vladd! Sekarang juga!" usir Sarahsadis.
Masih dengan kebingungan, Vladd pulang ke rumahnya.
Baru besoknya Vladd dapet kabar dari Marigold. Sarah tuh ternyata masih bau-bau sodara sama Marigold. Kata Marigold, Sarah paling nggak bisa nerima perlakuan James yang sok playboy itu. Marigold emang bisa maklum. Tapi Sarah, cewek galak ini, bener-bener anti sama James Raharja.
Pantes Vladd diusir, ya" Abis, dia muji-muji James setinggi langit. Salah sendiri!
" 6. HARI-HARI UJIAN "DI depan pos satpamnya di rumah Vladd, siang itu Lukijo lagi latihan baris-berbaris. Ngapain sih" Ih, emang dia suka begitu. Kalo nggak ada kerjaan, kadang-kadang suka latihan Paskibra sendirian. Sementara rekannya, Narsakip si tukang kebun, yang hari ini bajunya bermotif bunga-bunga besar yang pantesnya sih dipake cewek, sedang asyik nyanyi dangdut, mengikuti lagu di kupingnya yang ketutup headphone walkman. Sambil bergoyang, dia mengguntingi daun-daun yang udah kering.
Lukijo mengentakkan kaki kayak jalan di tempat, lalu memberi aba-aba ke diri sendiri, "Istirahat di tempaaaaat, grak!" Lukijo pun langsung istirahat di tempat.
Dan saat itulah terdengar suara anak perempuan judes di belakang punggungnya.
"Eh, Pak, ada si Vladd, nggak"!""
Lukijo kaget, dan langsung noleh. "Busyet, ngeganggu latihan aja. Ngapain nyari-nyari Mas Vladd""
""Iseng aja. Emangnya nggak boleh""
"Mas Vladd tidak boleh menerima tamu. Soalnya, kata Nyonya, besok dia ada ujian di sekolah."
Sarah mengernyit sejenak, lalu tersenyum mengejek. "Katanya anak jenius, kok pake belajar segala""
"Emangnya nggak boleh"" balas Lukijo.
Tapi apa bener Vladd lagi belajar" Olala, ternyata nggak tuh. Dia sebetulnya lagi sibuk ngebongkar sesuatu di atas meja belajarnya yang penuh pernak-pernik komponen elektronik kecil, Dan kesibukannya itu jadi terganggu oleh suara cempreng Sarah di bawah sana.
Vladd pun bangkit dan mengintip dari jendela kamarnya. Di bawah, tampak Sarah dan Lukijo lagi adu ngomong. Sarah sampai menuding-nudingkan telunjuk ke muka Lukijo.
"Apa salahnya sesama tetangga saling mengunjungi" Dasar sombong!" pekik Sarah kesal.
Lukijo marah dikatain sombong. "Situ yang sombong! Masih kecil aja udah berani ngebentak-bentak orangtua!"
Sarah lalu menuding-nuding lagi. "Eh, jangan sok nasehatin saya ya, emangnya situ papi saya""
"Iiih, biar dibayar jutaan juga saya ogah punya anak kayak situ! Masa
orang kaya gayanya kayak begini""! Mulutnya nggak makan sekolahan. Kalah sama rayap!" ujar Lukijo lagi.
"Sarah jelas naik darah dikata-katain begitu. Kakinya langsung menendang-nendang pintu gerbang sambil terus memaki.
"Satpam aja belagu! Tau nggak, baru kali ini saya diomelin satpam!"
Vladd yang dari tadi ngintip udah ngerasa tingkah Sarah agak keterlaluan. Dan kudu dapet pelajaran. Maka ia pun mengambil remote ajaibnya, dan diarahkan ke Sarah, sambil memencet tombol freeze. Langsung Sarah kaku "ketika. Gaya kakunya pun unik, ia sedang menendang pintu gerbang. Lukijo jadi bengong. Matanya sampaimelotot.
"Busyet, kok bisa kaku begitu" Jangan-jangan ini pintu ada dedemitnya.... Makanya, jangan suka kurang ajar lo sama orang gedekan!"
Dan Sarah tetap kaku bak patung. Nggak bisa ngomong apa-apa.
Di balik jendela kamarnya, Vladd nyengir. Lalu tangannya menekan satu tombol lagi di remote-nya. Tombol rewind. Seketika itu juga Sarah yang semula kaku kembali bisa bergerak. Tapi gerakannya nggak terkontrol, karena ternyata dia langsung berjalan mundur menuju ruma""ya sendiri dengan kecepatan full speed.
LukiJo yang melihat Sarah begitu, makin kebingungan.
"Busyet! Tadi kaku, sekarang jalannya mundur.... Ade apa sih sama tuh anak""
Tap" Sarah nggak bisa ngomong apa-apa. Ia terus jalan mundur menuju rumahnya.
"Wah, bener nih, pasti pintu ini ada penunggunya!" ujar Lukijo ketakutan, sambil langsung mendekati Narsakip yang cuek dan masih sibuk goyang pinggul. Lukijo lalu melepas paksa "ea"phone di kuping Narsakip. Kip, tolong siapin kembang tujuh rupa sama kemenyan, gue mau ngusir dedemit di pintu gerbang!"
Narsakip bengong denger perintah Lukijo.
"Cepetan!!!" bentak Lukijo.
"Apa lu kate" Dedemit""
"Iya! Di pintu gerbang ada dedemitnya!"


Vladd Game Over Karya Hilman H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gue kagak pereaya. Setan di sini takut sama rajanya..., ujar Narsakip sambil menunjuk Lukijo.
"Apa" Lo kagak percaya" Kalo udah dicekek, baru tau rasa lor Cepeet, siapin kembang tujuh rupa, taruh di pintu gerbang. Cepeeeeeet!"
Mendengar jeritan Lukijo, Narsakip langsung terbirit-birit.
Vladd yang ngintip jadi cekikikan. Tapi sedetik kemudian, keasyikannya itu terganggu oleh suara sinyal dari arah monitor di kamarnya. Vladd mengarahkan remote control di tangannya ke arah monitor, sehingga monitor itu menyala. Di layar monitor tampak Maryati sudah berdiri di ambang pintu dengan sebuah nampan yang berisi aneka macam penganan.
Vladd menarik napas. Kurang suka. "Kenapa, Bik Mar""
"Tea time plus, Mas Vladd," ujar Maryati.
"Kok pake 'plus' segala""
"Iya dong. Mas Vladd kan besok ujian to" Makanya, Bik Mar siapkan susu padat gizi, multivitamin, trace mineral, biar Mas Vladd tetap sehat bergairah selama ujian," jelas Maryati panjang-Iebar.
"Bik Mar, saya tuh mau ujian di sekolah, bukannya mau ikut Olimpiade...."
"Tapi semua ini atas petunjuk Mami lho, Mas."
"Ya udah, taruh aja di depan pintu."
Maryati meletakkan nampan di depan pintu kamar Vladd. Laiu sebelum melangkah meninggalkan depan kamar Vladd, Maryati sempat-sempatnya melambar di monitor. Vladd makin sebel, laiu menjulurkan lidah. Keki.
"*** "Kelas tampak begitu sunyi. Semua sibuk mengotak-atik soal ujian. Su Yin tampak begitu kalem mencontreng kertas ujian. Sementara Yudiantara dengan gaya penuh keyakinan menyelesaikan soal-soal. Kalo Vladd sih udah lama selesai. Ia sedang asyik main game catur melawan komputer, lewat subnotebook-nya.
Pak Bangke-sebagai pengawas ujian-malah asyik main tetris di meja pengawas. Keasyikan Pak Bangke itu tentu saja menyebabkan beberapa anak mencuri kesempatan. Contohnya Perry Lontoh. Anak bongsor yang kekar itu tampak asyik mencontek. Buku cetaknya ditaruh di atas. paha, sementara matanya larak-lirik, takut ada yang tau kalo dia nyontek. Sementara di belakang, James sibuk berbisik-bisik ke Yudiantara, minta bantuan.
"Yud, kasih tau gue dong...."
Yudiantara cuek aja. James lalu berbisik lagi sambil ngancem. "Kalo nggak ngasih, entar gue musuhin lho!"
Yudiantara tetap cuek aja. Dia asyik sendiri.
Di bangku yang lain, si cantik Marigold malah sibuk menulis di sebuah kertas lalu dipuntir
kecil-kecil, dan disambitkannya ke Vladd. Vladd kaget, lalu memungut kertas tersebut. Isinya ternyata permintaan tolong dari Marigold.
" Vladd sayang, kamu kan jenius, kasih tau semua jawaban dong, Mar belum ngisi nih.... Sweet Marigold.
Vladd menoleh ke Marigold. Dan si centil-centil itu langsung mengedipkan mata, berharap Vladd sudi menjawabnya. Ternyata Vladd cuma angkat bahu dan nyengir, lalu asyik dengan catur komputernya.
Marigold terang aja keki banget. Dengan geram dia mengambil pulpen dan menulis lagi. Kali ini di kertas yang lebih gede. Setelah selesai, langsung siap-siap dilemparkan ke arah Vladd. Vladd yang sempet ngeliat ke Marigold, buru-buru memainkan remote control-nya dan diarahkan ke kertas yang kini rnelayang ke arahnya itu. Maka, sang kertas pun melayang makin tinggi dan makin kencang. Lalu mendarat tepat di wajah Pak Bangke yang sedang asyik main tetris. Terang saja Pak Bangke kaget. Ia Jangsung bangkit dan marah, "Siapa yang main sambit-sambitan" Tau nggak, gara-gara kertas ini saya jadi game over!"
Marigold dan semua anak di kelas jadi pucat. Perry buru-buru memasukkan bukunya, takut ketauan Pak Bangke. Sedangkan Pak Bangke, langsung membentangkan isi kertas yang tadi disambit ke arahnya. Lalu membaca keras-keras.
"Dasar lelaki tak berperasaan! Orang kebingungan b"kan ditolong! Gue kutuk jadi "tikus lho! Hah""" Siapa yang be rani mengutuk saya jadi tikus" Hayo, siapa yang melernpar kertas ini""
Satu kelas jadi diam. Marigold pucat bukan main.
"Baik, kalau memang tak ada yang ngaku, kertas ini akan saya simpan, tulisannya akan saya cocokkan dengan tulisan di kertas ujian."
Semua tetap diam. Marigold makin pueat dan tambah gelisah.
"Ayo, teruskan jawab soal-soal itu."
Pak Bangke duduk lagi. Marigold akhirnya nggak berani ngisi ujiannya lagi, takut tulisannya ketauan. Ia cuma bisa menatap geram ke arah Vladd. Sementara Pak Bangke kembali menyalakan mainan tetrisnya. Vladd pun kembali asyik main catur rnelawan komputer di subnotebook-nya. Perry, setelah merasa aman, kembali mengeluarkan buku dan menaruhnya di atas pahanya.
Vladd yang melihat ulah Perry, jadi kumat usilnya. Ia lalu mengarahkan remote ke buku Perry sambil menekan tombol fly. Maka, sebentar kemudian buku di pangkuan Perry Lontoh itu naik ke atas dan melayang terbang. Semua orang menoleh kaget. Terutama Perry.
"B-b-b-buku gue. T-t-toloooong."
Su Yin langsung ngakak. "Pak, Perry nyontek, Pak. Bukunya dibawa terbang hantu!"
"Makanya, jangan suka nyontek!" ejek Yudiantara.
"Pak Bangke yang asyik main tetris, kembali bangkit dengan geram. "Kalian ini gimana sih" Nggak bisa diam, ya" Nggak senang ya kalau skor tetris saya sampe jutaan. Liat nih, gara-gara kalian, saya game over lagi."
Sementara buku Perry masih melayang-layang. Pak Bangke yang melihat buku itu melayang, mendelik heran. "Astaga, apa-apaan ini""
Vladd nyengir. Lalu menekan tombol drop di-remote control-nya. Maka, buku tebal itu jatuh tepat di atas kepala Perry Lontoh, hingga Perry mengaduh kesakitan.
Pak Bangke ketawa. "Rupanya hantu penunggu kelas ini nggak suka melihat murid nyontek. Makanya, jangan ada yang nyontek!"
Pak Bangke lalu melirik ke arlojinya. "Dan, karena waktunya juga sudah mepet, semua soal dan jawaban harap dikumpulkan."
"Tapi, Pak..." "Pak, saya baru jawab lima...."
"Pak, saya belum ngejawab sama sekali. Gimana dong" Saya ikut ujian susulan di rumah Bapak aja, ya""
Terdengar protes dari anak-anak. Tapi keputusan Pak Bangke sudah bulat, sebulat perutnya. "No excuse! Cepat kumpulkan. Titik!"
Semua tampak kesal. Kecuali Vladd, Su Yin, dan Yudiantara yang emang dikenal sebagai anak-anak pinter.
"*** "Pas ujian olahraga di mata pelajaran selanjutnya, James langsung ngelabrak Yudiantara.
"Gara-gara lo ujian matematika gue jadi jeblok!"
"Salah sendiri, kenapa nggak belajar. Lagian, gue takut ketauan sama hantu kelas kita, ujar Yudiantara.
Perry membenarkan ucapan Yudiantara.
"Iya, masa lo nggak takut sama hantu kelas sih, James" Lo mau kayak gue tadi"!"
Lagi seru-serunya berdebat, tiba-tiba terdengar suara peluit panjang memanggil. Pa
k Wim-guru olahraga-sudah memakai baju trening lengkap. Mulutnya tersumpal peluit dan lehernya berkalung stopwatch. Pak Wim ini tipe guru olahraga yang cuek banget. Bawaannya santai, nggak peduli diketawain sana-sini. Soalnya dengan perut bundt begitu, Pak Wim lebih pantes jadi bola daripada guru olahraga.
"Semua, baris dua-dua!"
Semua murid, termasuk Vladd, langsung mengambil posisi baris dua-dua. Nanda bersebelahan dengan Nandi. Sedangkan Marigold ogah bersebelahan sama Vladd, karena masih ngambek.
"Hari ini kita akan ujian lari. Yang merasa dirinya cowok, akan diuji lebih dulu. Ayo, yang cowok bersiap di garis start!"
"Yudiantara, James, dan Perry langsung ke garis start. Mereka sudah berancang-ancang. Vladd malah menjauh, menarik tangan Su Yin.
"Ada apa sih"" tanya Su Yin.
"Saya mau minta tolong dong." Vladd lalu memberikan remote control-nya pada Su "Ym sambil membelakangi orang-orang. "Titip, ya""
Su Yin memandangi remote control-nya. "Buat apa sih bawa ginian""
Vladd berbisik ke Su Yin, "Kamu kan tau saya kalo lari selalu kalah. Nah, tekan tombol yang ini, lalu arahkan ke saya, terus kalo "dah dua puteran, tekan yang ini. Oke""
Biar bingung, Su Yin tetap mengangguk.
Sementara James, Perry, dan Yudiantara udah tolak pinggang menunggu Vladd. Pak Wim meniup peluitnya.
"Vladd! Kamu ikut ujian atau nggak""
"I-i-i-iya, Pak." .
Vladd buru-buru bergabung dengan cowok lain. Siap-siap di garis start. Sebentar kemudian suara peluit terdengar. James dan Yudia"tara melesat kayak gundu disentil. Perry berlari menyu"ul. Vladd ketinggalan di belakang. Vladd memberi aba-aba ke Su Yin lewat anggukan kepala. Lalu, tanpa diketahui orang, Su Yin menekan tombol fast forward. Maka, Vladd pun melesat kayak Six Million Dollar Man! Larinya kenceng bener. Saking kencangnya, begitu tubuhnya melewati James, rambut James sampe ketiup. Bahkan pas dia melewati Yudi, kacamata Yudi sampe terbang kena angin yang diakibatkan kencangnya gerakan Vladd.
Semua mata memandang takjub. Pak Wim sampe melongo heran. Bahkan James, Yudi, dan Perry pada lari ke pinggir lapangan, takut ketabrak Vladd yang sudah lari tiga puteran dengan sedemikian kencang. Pak Wim lalu meniup peluit.
"Vladd! Cukup!"
Tapi Vladd masih terus berlari Su Yin buru-buru menekan satu tombol lagi. Tombol Stop. Tapi yang terjadi malah: LOW-BATT! Artinya baterenya abis, nggak bisa lagi bekerja. Akibatnya Vladd terus berlari bak meteor. Vladd berteriak-teriak, "Su Yiiiin, tolooong, gue capek!"
"Sori, Vladd, ada tulisan baterenya habis," ujar Su Yin.
Orang-orang terlongo, nggak ngerti ada apa antara Su Yin dan Vladd. Sementara Vladd terus berlari begitu eepat sampe yang keliatan cuma angin doang. Vladd berteriak-teriak,
"Toloooong...! Tolooooooongggg!!!"
Su Yin nyari akal, lalu buru-buru berlari mengambil tambang. Setelah itu ia memberikan ujung tambang ke Perry dan James, "Kalian pegang ujung yang berlawanan."
Lalu, mereka membentangkan tali tambang itu di lintasan lari. Begitu Vladd melintas, tali itu langsung diangkat, hingga kaki Vladd terjerat dan tubuhnya jatuh nyusruk ke tanah. "Cuma dengan cara itu Vladd bisa dihentikan. Vladd jatuh kelenger dengan lidah terjulur.
Sebentar kemudian ambulans datang. Dari dalam ambulans, beberapa orang turun membawa tandu. Vladd dinaikkan ke atas tandu. Su Yin dan beberapa teman mengantarnya naik ke atas ambulans. Sebelum Vladd dibawa pergi, Vladd sempet ngomong ke Su Yin agar jangan cerita-cerita soal remote yang ia titipkan padanya, dan minta Su Yin menemui sore nanti di rumahnya. .
*** "Sorenya Su Yin ke rumah Vladd, sambil mem"
bawa keranjang buah. Maryati yang mengantarkan Su Yin ke kamar Vladd.
"Vladd-nya nggak lagi tidur, kan"" tanya Su Yin.
"Ya nggak, wong tadi sudah Bik Mar suruh bangun buat minum obat kok. Gara-gara ujian di sekolah, Mas Vladd harus istirahat di rumah," jelas Maryati sambil menaiki tangga rumah. Lalu mata Maryati tertuju ke keranjang buah yang dibawa Su Yin. "Oh ya, bawa apa itu""
"Apel, Bik Mar. Dari New Zealand."
"Kata Dokter Saragih, Mas Vladd nggak boleh makan buah sembarangan. Coba Bik Mar tes
dulu, kalau apelnya bagus, boleh dikasih ke Vladd."
Dengan rela Su Yin membiarkanMaryati mengambil sebuah apel dari keranjang buah yang ditata rapi. Maryati mengunyah apel tersebut. Lalu matanya merem-melek, seperti menikmati sang apel.
"Good! Boleh dikasih ke Vladd." Maryati menunjuk kamar Vladd.
Vladd yang sedang tiduran di kasur melihat ke monitornya, tampak Su Yin sedang melangkah ke arah kamarnya. Di belakangnya Maryati berdiri mengawasi. Vladd buru-buru menekan tombol pintu, pintu pun terbuka. Su Yin masuk dan seneng melihat Vladd sudah segar.
"Vladd, sori, waktu itu baterenya habis, saya jadi..."
"Nggak pa-pa. Sekarang mana remote-nya""
"Su Yin mengeluarkan remote dari balik jaketnya. "Nih, saya simpen. Nggak ada yang tau, soalnya kamu larang, kan" Saya juga bawa apel. Semalem sengaja dipesen Mami saya dari New Zealand, dipilih yang baru dipetik!"
Su Yin terus nyerocos, sementara Vladd buru-buru melepas batere remote control dan menaruhnya ke charger. Su Yin sibuk ngomong....
"Vladd, udah denger belon, Pak Wim ngasih nilai kamu A plus, plusnya sampe dua kali. Kamu emang hebat."
Tapi perhatian Vladd lebih ke remote control-nya. Vladd rnengambil batere cadangan, lalu dipasangnya di remote. Dalam hati Vladd membatin, "Hmh, bisa nggak ya, remote ini membuat ingatan orang pada satu kejadian hilang...."
Soalnya Vladd takut Su Yin nggak tahan cerita-cerita soal keeanggihan remote-nya, dan akhirnya anak-anak pada tau. Kalo bisa, Vladd ingin si Su Yin lupa soal remote ini.
Akhirnya, Vladd mengarahkan remote ke wajah Su Yin, sambil menekan tombol erase. Su Yin seperti terpana sesaat. Vladd deg-deg-an menunggu reaksi Su Yin. Sampai akhirnya ia mencoba menggugah Su Yin dengan sapaan pelan. "
"Su Yin"" Su Yin kayak tersadar. Vladd lalu memperlihatkan remote control-nya. "Makasih ya kamu udah mulangin ini...."
Su Yin memandang benda itu, bingung.
""Mulangin" Apaan nih, Vladd" Remote tivi kamu, ya""
Vladd tersenyum lega, berarti otak Su Yin bisa dibersihkan. "O, ya udah, kalo kamu nggak tau. Udah sore, kamu nggak pulang" Sopir kamu pasti udah nunggu."
Su Yin berdiri. "Iya deh, Vladd, saya pulang dulu. Besok kamu sekolah, kan""
Vladd ngangguk. Senyum. Su Yin bangkit dan jalan menuju pintu. Pas Su Yin mau keluar, Vladd sekali lagi memanggil, "Su Yin..."
Su Yin berhenti, menoleh.
"Makasih ya apelnya...," ujar Vladd sambil menggigit apelnya satu.
Su Yin mengernyitkan dahi. "Apel" Siapa yang bawa apel""
Vladd ngakak. Moga-moga aja Su Yin nggak lupa arah pulang ke rumahnya....
" 7. GAME OVER "KLUB belajarnya Vladd, yang beranggotakan cewek-cewek sekelasnya itu bubar, sejalan dengan kangennya Vladd pada suasana "kesendirian" -nya. Vladd lebih memilih diam di kamarnya dari pada ngumpul-ngumpul sama teman. Bukannya Vladd sombong atau belagu.
Tapi bawaan dari bayinya emang begitu. Vladd sukanya menyendiri. Berteman dengan sepi. Enjoy the silence. Nggak tertarik jadi anak gaul. Teman-teman Vladd, kayak Marigold dan Nanda-Nandi, kehilangan sekali. Mereka nggak habis piki" kenapa cowok seperti Vladd bisa ada di dunia. Vladd udah punya segalanya. Harta ada, teman juga. Tapi dia memilih teman "sepi" -nya, diam di dalam kamar. Semua kecewa dengan keputusan Vladd yang mereka anggap sepihak. Cuman, mereka nggak bisa ngapa-ngapain juga. Klub belajar bersama itu membubarkan diri. Belajar bersama tanpa Vladd, serasa makan nasi tanpa kecap (buat yang doyan kecap). Hambar.
"Malam ini Vladd sedang menyendiri di kamarnya. HP-nya berdering. Malas-malasan Vladd menjawab.
"Iya" Ohh, kamu, Marigold. Ada apa"" sahut Vladd, lesu.
Tanpa permisi lagi, Marigold nyerocos kayak petasan rencengan.
"Kamu egois, Vladd! Kenapa kamu nggak mo belajar bareng Mar lagi" Apa karena James ngancam kamu" Atau si Perry yang ngelarang kamu" Mar nggak ngerti! Apa sih sebetulnya alasan kamu" Kalo nggak suka sama Marigold, sama temen-temen yang lain, bilang aja terus terang. Nggak usah disimpen-simpen! Ntar hati kamu kena kanker, baru kapok!"
Hii, sadis! Galak amat si Marigold. Vladd sampe nggak bisa ngejawab apa-apa. Bikin Marigold makin kesel. Geme
s, sebel, jadi satu. "Ayo, ngomong, Vladd! Jangan bengong aja!"
"Saya harus ngomong apa"" kata Vladd polos.
Marigold nggak tahan lagi. Langsung memutuskan hubungan. Vladd meneruskan acara melamunnya sampe panggilan makan malam datang. Bik Zuleha ber-tuing tok-tok di pintu kamar Vladd. Biasa, udah ada alarm si Bibik nekat ngetok pintu. Vladd menyalakan layar monitor.
"Saya nggak lapar, Bik. Bilang Mami, saya. nggak lapar," Vladd mendahului ngomong.
"Lha wong Nyonya sama Tuan makan di luar, Mas. Katailya Mas Vladd disuruh nyusul ke restoran yang muter-muter di jalan..."
"Bibik nggak denger, ya"" potong Vladd, kesel. "Saya nggak lapar. Saya nggak mo makan. Enggak di rumah, enggak di luar! Kasih tau Maryati, Bik. Biar dia aja yang bilang ke Mami."
Bibik Zuleha keliatan bingung.
"Apa lagi"" tanya Vladd nggak sabar.
"Maryati pergi juga, Mas. Katanya disuruh Nyonya ke toko apa gitu, mesen apa gitu. Ahh, Bibik nggak jelas, Mas."
"Ya udah, biar saya nanti telepon Mami." Vladd mematikan monitornya. Bik Zuleha pergi ke belakang lagi.
Vladd males banget mo nelepon Mami Smirnov. Dia cuma bengang-bengong menatap. HP-nya. Mendadak dia kaget, HP-nya berdering nyaring. Vladd membaca nama maminya di layar HP.
"Mami, Vladd nggak lapar. Vladd nggak mo makan di luar."
Terdengar tawa Smirnov yang cekikikan.
"Justru Mami mo bilang, kamu nggak usah nyusul ke sini. Dinner-nya resmi sekali, Vladd. Nggak ada yang bawa anak," jelas Smirnov.
Bawa anak" Vladd manyun sendiri. Emangnya dia anak kecil, pake istilah bawa-bawa anak segala. Sebel! Dia kan udah gede. Sebentar lagi mo enam belas. Bukan anak-anak lagi.
"Udah dulu ya, Sayang" Mami udah ditungguin nih. Nggak enak kelamaan di restroom."
Klik. Smirnov memutuskan hubungan.
Vladd melongok isi lemari esnya. Sisa cake wortel kesukaannya masih ada setengah. Vladd mengirisnya sepotongan gede, lalu meneguk jus apel langsung dari botolnya. Cake wortel dan jus apel rasanya cukup memadai buat mengisi perutnya malam ini. Vladd membawa makanan dan minumannya ke atas tempat tidur.
Di tempat tidu" subnotebook Vladd sudah menunggu. Nggak lama Vladd tenggelam dalam keasyikannya, ngotak-ngatik komputer. Sesaat Vladd terdiam, kayak kedatangan ilham.
Kalo Marigold dan teman-temannya "lari" gara-gara Vladd nggak mo belajar bareng lagi, kenapa dia nggak menciptakan "teman-teman" baru" Emang sih teman e-mail Vladd bergudang-gudang. Tapi Vladd butuh lebih dari itu.
Mulai malam itu Vladd semakin mengurung diri di kamarnya. Sibuk sekali dengan pernak-pernik komputernya. Vladd hanya keluar buat sekolah. Itu juga karena terpaksa. Di sekolah maunya cepet-cepet pulang aja. Biar bisa meneruskan acara ngotak-ngatik.
Smirnov dan Eraisuli cemas lagi. Dulu mereka sudah lega menyaksikan Vladd bisa bersosialisasi sama teman sekolahnya. Sekarang, Vladd mengurung diri lagi. Nggak mo gaul sama siapa-siapa. Ngobrolnya cuma lewat e-mail. HP selalu nggak aktif. Secuek-cueknya Smirnov sama Eraisuli, mereka khawatir juga. Soalnya Vladd kan anak semata wayang mereka. Smirnov aktif di berbagai organisasi sosial buat apa" Eraisuli ngumpulin duit sampe susah ngitungnya, juga buat siapa" Ngapain juga mereka supersibuk, superrepot, kalo anak sendiri jadi nggak keurus" Makanya hari ini ortu Vladd itu janjian pulang cepet. Jam lima sore mereka sudah manis-manis ada di rumah.
Di luar kebiasaan, Smirnov dan Eraisuli menyengaja berkunjung ke kamar Vladd. Vladd kaget sekali waktu alarm pintu berbunyi, ternyata mami dan papinya sudah menunggu. Vladd buru-buru membuka pintu kamarnya dengan remote.
"Vladd sayang, kamu sedang bikin apa" Mami Smirnov penasaran, berusaha mengintip layar monitor. Pengen tau apa yang sedang dikerjakan Vladd.
Vladd mematikan komputernya. Smirnov tersinggung. Eraisuli ikut-ikut tersinggung. Dia sebel, Vladd memperlakukan maminya sendiri seperti ke anak kecil. Nggak boleh nyontek kerjaan teman.
Eraisuli melotot galak. "Papi bilang, nyalakan!"
Vladd menggeleng, yakin. "Nggak bisa, Pi, kerjaan Vladd belum selesai. Nanti kalo udah kelar, baru boleh liat. Dicobain juga boleh sepuas hati deh!"
Dahi Eraisu li mengernyit. "Sebetulny" kamu sedang bikin apa" Kenapa rahasia-rahasiaan sama Mami" Sama Papi" Kamu nggak bikin sesuatu yang melanggar hukum, kan"" tanya Eraisuli.
"Enggak, Pak Eraisuli. Anak Bapak nggak bikin barang ilegal. Bapak nggak usah khawatir. Polisi nggak punya alasan buat menangkap anak Bapak," jelas Vladd konyol.
Vladd menarik tangan maminya, menggiringnya keluar kamar. "Mami keluar dulu deh. Daripada ngumpul di sini, mendingan Mami ajak Papi Jalan-jalan. Ke mal kek, ke kafe kek. Terserah ke mana aja. Yang penting nggak pada nguplek di kamar Vladd."
Mami Smirnov menurut. Eraisuli mengekor di belakangnya. Sebelum Vladd menutup pintu kamarnya dengan remote, Eraisuli menoleh.
"Jangan macem-macem ya, Vladd" Jangan bikin Mami-Papi malu."
Vladd cengengesan. Malu" Ya pastinya enggak. Malah mungkin sekali ortu Vladd itu bangga sama Vladd. Iya, soalnya Vladd sedang merancang sesuatu yang hebat.
Setelah berhari-hari, bahkan mendekati berminggu-minggu, Vladd "memingitkan diri" di kamarnya, akhirnya dia bisa tidur nyenyak. Pagi-pagi Vladd sudah bikin ribut seisi rumah. Pasukan orblak (orang belakang kayak Maryati, Bik Zuleha, Johan, Narsakip, Lukijo) disuruh ikut ngumpul di ruang tengah. Mami Smirnov dan Papi Eraisuli juga ditahan Vladd. Nggak boleh beraktivitas sebelum Vladd memamerkan karya besarnya.
"Cepetan dong, Vladd! Mami ditungguin banyak orang nih! Peresmian pesawat carteran kan nggak tiap hari!" keluh Smirnov, resah.
Eraisuli tampak gelisah, mengecek jam tangannya yang baru lima belas detik yang lalu dia lirik.
"Papi juga nggak banyak waktu. Pagi ini Papi mimpin rapat pemegang saham. Nggak enak, Papi yang ngundang mereka. Cepet deh, Vladd, kita semua buru-buru!"
"Vladd tersenyum jail.
"Vladd tau, semua perlu buru-buru. Tapi Vladd cuma minta lima menit aja," kata Vladd, memproyeksikan OHP ke dinding. Semua menatap dinding, penasaran.
Di dinding keliatan slide tiga dimensi bergambar kocak. Seorang cewek kecil menggendong kucing gendut, mengejar-ngejar seekor tikus.
Vladd menjalankan OHP-nya. Terdapat sebuah taman. Tampak si tikus bersembunyi di dalam taman. Cewek kecil dan kucing gendut-nya pun ikut masuk ke taman. Mengejar tikus. Lalu penjaga taman yang galak ikut mengejar tikus, cewek keeil, dan kucingnya.
Slide berjalan lagi. Sebuah istana megah. "Stop-stoooppp!" teriak Smirnov, panik.
"Mami nggak punya waktu liat film anak-anak! Udah ya, Vladd" Mami telat nih!"
Smirnov langsung keluar rumah. Sebaliknya Eraisuli malah terenyak di kursinya. Terpesona. Dia menatap Vladd, kayak nggak pereaya kalo cowok abege di depannya itu adalah anak kandungnya sendiri.
"Papi telat juga"" tanya Vladd nggak bisa menyembunyikan rasa keeewanya. Kerjaan berminggu-minggunya cuma dianggap film anak-anak.
"Kamu yang bikin, Vladd"- Kamu sendiri yang bikin"" Eraisuli balik nanya.
Vladd manggut-manggut. ""Ada berapa tahap yang kamu buat"" tanya Eraisuli penuh minat.
Vladd bengong. "Berapa tahap, Vladd"" Eraisuli mendesak.
"Tujuh tahap, Pi. Papi tau saya bikin apa" Papi ngerti"" Vladd setengah nggak percaya.
"Kamu bikin game baru. Iya, kan""
Vladd mengangguk cepat, lalu tersenyum bahagia. Ternyata ada juga yang mau menghargai hasil karyanya. Dan itu Eraisuli. Ayah Vladd sendiri. Biar aja Mami Smirnov rese. Masa bodoh dengan para orblak. Mereka nggak bakal mengerti apa yang baru dipertunjukkan di depan mata mereka. Yang penting Eraisuli ngerti.
Eraisuli memijit HP-nya, dan berbicara ke
sekretarisnya, "Ranti, tolong mundurkan rapat setelah makan siang. Kamu kontak para pemilik saham. Kasih tau, saya ada urusan urgent. Ya, ya, saya pasti datang."
Eraisuli mematikan HP-nya, tersenyum pada Vladd.
"Yukk, ikut ke ruang kerja Papi. Kamu bisa lanjutkan presentasi di sana."
Semua menatap Eraisuli dan Vladd yang berjalan riang menuju ruang kerja Eraisuli, bingung. Maryati yang pertama-tama sadar. Sesuatu yang janggal telah terjadi.
"Mas, Mas Vladd," panggil Maryati takut-takut, "Mas Vladd kan harus sekolah. Bis jemputannya sebentar lagi datang."
Vladd menoleh, ragu. Dia menatap Eraisuli, cari dukungan.
"Bilang sopir bisnya, Vladd berangkat sendiri. Atau kalo perlu hari ini dia nggak usah sekolah!" sahut Eraisuli tegas.
Vladd menge-yess girang. Eraisuli senyam-senyum geli. Maryati cemberut. Presentasi di ruang tengah bubar.
Di ruang kerja Eraisuli, Vladd semangat banget mempresentasikan game yang baru dibuatnya. Judul game-nya: Nino, Pangeran Tikus. Vladd menjelaskan soal jebakan-jebakan yang dia buat. Soal Felicia, kucing gendut yang kalo dilempar bisa jadi bom. Soal Sarah, turunan penyihir yang kejam. Dan sebagainya dan sebagainya.
"Selesai Vladd presentasi, Eraisuli tersenyum lebar.
"Hari ini kamu belajar apa, Vladd""
"Apa ya" Olahraga tiga jam, praktikum fisika tiga jam sama kelas fotografi, trus..."
"Hari ini kamu nggak usah sekolah, kamu harus ikut Papi ketemu Oom Boyke."
"Oom Boyke" Siapa tuh"" tanya Vladd, heran.
"Oom Boyke Sumampouw, temen Papi, owner-nya Cipta Selaras!" jelas Eraisuli, gemes.
"Cipta Selaras" Apa lagi tuh""
Eraisuli menatap Vladd, nggak sabar. Masa kompani segede dan sengetop itu anaknya nggak tau" Tapi menyaksikan tatapan mata Vladd yang begitu polosnya, dia jadi sadar. Vladd masih anak kecil. Dia nggak ngerti perusahaan multimedia komunikasi yang paling berkuasa di negeri ini.
"Ah, udah deh, Vladd. Pokoknya kamu ikut Papi aja. Kita langsung ke tempat Oom Boyke!" tegas Eraisuli.
Vladd masih bengang-bengong.
''Cepat, Vladd, ganti baju! Jangan lupa bahan presentasinya kamu bawa!"
Tergopoh-gopoh Vladd ke kamarnya. Ganti baju dengan kemeja agak rapian. Mendadak dia ingat kalo belum mandi.
"Cuek deh, ketemu Oom Boyke ini. Bodo amat!" gumam Vladd sambil menyambar subnotebook-nya, lalu pergi.
"Siang itu Vladd presentasi lagi. Kali ini di depan Oom Boyke serta sejumlah staf ahli perusahaannya. Kelar presentasi tangan Vladd langsung dijabat Oom Boyke, erat. Para staf ahli juga mengerumuni Vladd. Vladd jadi cengengesan, salah tingkah.
Eraisuli datang, membisiki kuping Vladd.
"Kamu liat-liat deh isi studio di sini, Papi mo bicara bisnis sama Oom Boyke."
Setelah itu, Vladd nurut aja digiring keluar-masuk studio Cipta Selaras yang canggih. Seorang staf ahlinya Oom Boyke ramah banget menjelaskan soal peralatan teknis serta kecanggihan teknologi multimedia yang sudah diterapkan perusahaan itu. Mulanya Vladd heboh juga, tanya sana-sini. Tapi lama-lama dia bosan.
"Papi saya sama Oom Boyke ngapain sih" Lama amat"" kata Vladd kesel.
Si staf ahli tersenyum ramah. "Sebentar lagi selesai, Dik. Pak Eraisuli sedang membicarakan masalah copyright dengan Pak Boyke."
Dahi Vladd menyernyit, mikir. Copyright" Copyright apa" Nino, Pangeran Tikus" Vladd bertanya-tanya dalam hati. Tapi dia malas tanya ke staf ahlinya Oom Boyke. Biar nanti Vladd tanya langsung ke Oom Boyke atau ke papinya sendiri.
Di depan ruangan Oom Boyke, Vladd melihat Erai"uli menjabat tangan Oom Boyke. "Mereka berdua keliatan sama-sama senang.
Vladd langsung mendatanginya.
"Oom Boyke, ngomongin copyright sama papi saya" Copyright apa" Game baru saya" Nino, Pangeran Tikus" Kok saya nggak diajak omong" Kan saya yang ciptain game itu. Bukan papi saya. Saya berhak dong diajak ngomong!" cerocos Vladd yang mendadak bisa lancar ngomong.
Oom Boyke dan Eraisuli keliatan gelagapan, panik. Mereka betul-betul nggak siap diserang Vladd mendadak begini. Untung Eraisuli bisa cepat memutar otak.
"Denger Vladd, game kamu itu cuma sebagian kecil yang Papi bahas dengan Oom Boyke. Cuma kesinggung sedikit aja. Papi dan Oom Boyke lebih banyak bicara bisnis lain. Bisnis yang kamu nggak perlu tau!" jelas Eraisuli.
Oom Boyke manggut-manggut.
"Betul, Vladd, tadi Oom dan papi kamu bicara bisnis. Percuma kamu ikut. Kamu nggak bakal mengerti. Makanya kamu diajak jalan-jalan liat studio. Biar nggak suntuk," tambah Oom Boyke.
Vladd masih menatap Oom Boyke dan bapaknya dengan tatapan curiga.
"Tadi kamu senang kan, Vladd" Liat apa aja kamu"" Eraisuli mengalihkan pembicaraan.
"Pasti senang!" sahut Oom Boyke, tersenyum.
"Kalo kamu mau, kamu boleh magang di sini, Vladd. Lumayan, nambah-nambah ilmu."
"Eraisuli tertawa bangga. "Tuh, denger, Vladd! Kamu boleh magang!"
"D an membiarkan ide-ide saya diperas perusahaan ini" Ogah deh! Saya ogah magang. Kalo kerja di sini, saya harus dibayar mahal. Dibayar sesuai dengan apa yang saya berikan!" sahut Vladd ketus.
Oom Boyke dan Eraisuli saling tatap, heran.
"Enggak, Vladd, Oom sama sekali nggak mo meras kamu. Kalo kamu di sini, Oom pastikan kamu dibayar mahal. Kalo perlu, Oom kasih sebagian saham Cipta Selaras buat kamu. Kita share, Vladd!" bujuk Oom Boyke.
Eraisuli melotot kaget. Dia sendiri yang sudah bertahun-tahun berteman akrab dengan Oom Boyke, nggak pernah sekali pun ditawari share. Ini Vladd, anak kecil yang baru saja dia kenal, tiba-tiba ditawari. Kacau nih!
"Kamu gimana, Boyke" Dulu setiap saya mo beli saham, selalu kamu tolak. Eh, ini si Vladd malah kamu tawarin. Jangan main-main kamu!" tegur Eraisuli.
"Kalo kamu sepinter Vladd, dari dulu saya kasih, Er. Kamu tinggal bilang aja. Tapi kamu kan bukan Vladd. Kamu nggak menciptakan game sendiri. Saya nggak bisa bermurah hati ke kamu!"
Eraisuli menatap Oom Boyke, kesal. Vladd jadi diam. Nggak tau mesti ngomong apa.
"Kita pulang aja, Vladd. Di sini udaranya busuk!" ajak Eraisuli menggiring Vladd pergi. Waktu Vladd dan Eraisuli sampe di pintu depan, Oom Boyke teriak, "Oom tunggu game-game yang baru ya, Vladd""
Eraisuli menoleh. "Awas kamu, Boyke! Kalo kamu brani mengedarkan game-nya Vladd, saya tuntut kamu ke pengadilan!" ancam Eraisuli.
Oom Boyke nggak berkomentar, cuma cengengesan aja. Wajah Eraisuli jadi mendung. Keliatan suntuk banget.
"Maaf ya, Vladd, Papi nggak nyangka bisa jadi begini. Tapi Papi janji, pengacara Papi pasti bertindak kalo Oom Boyke macem-macem."
Vladd tersenyum kecil. Bikin Eraisuli penasaran.
"Kenapa kamu tersenyum" Ada yang lucu""
Vladd menggeleng cepat. "Enggak, Pi. Vladd lupa bilang, kemaren pas pulang sekolah, Vladd udah mendaftarin hak cipta game. Nino, Pangeran Tikus udah dipatenkan. Papi nggak usah khawatir lagi. Oom Boyke nggak bisa mengedarkan game ciptaan Vladd."
Eraisuli ketawa lebar. Vladd juga ketawa. Mereka berdua be"-gimme five, akrab banget.
TAMAT tamat Pendekar Wanita Baju Merah 2 Lima Sekawan 01 Petualangan Di Pulau Suram Kemelut Blambangan 6
^