Vladd Game Over 1
Vladd Game Over Karya Hilman H Bagian 1
GAME OVER 1. ANGIN BEREMBUS DI SEKOLAH KUMUH
"VLADD baru pulang sekolah. Tampangnya suntuk berat. Jam terakhir tadi, kelas komputer. Dan Pak Bangke, guru komputer yang nama aslinya Bambang Eko tapi disingkat dengan kejam oleh anak-anak itu, seenaknya aja maksa Vladd jadi asisten. Vladd disuruh bongkar-pasang CPU. Dipaksa meng-up grade komputer jangkrik. Emang nggak capek" Mentang-mentang Vladd jago komputer.
Yang lebih nyebelin lagi, temen satu kelas Vladd malah pada asyik sendiri. Ada yang ngegame. Ada yang repot sama tamagotchi-nya (bangsanya ngebersihin pup, nimbang berat badan, masangin AC, de-el-el kerjaannya baby sitter). Ada juga yang cuek ngegelar arisan dolar. Pokoknya kacau berat deh!
Mungkin cuma Yudiantara yang konsen merhatiin Vladd. Sejak Vladd jadi calon tunggal peserta Lomba Matematika Internasional, Yudiantara jadi suka sirik. Gimana enggak"
Tadinya dia yang ditunjuk sekolah mewakili Indonesia. Eh, tanpa pesan dan kesan, tau-tau Vladd yang ngegantiin. Jelas aja Yudiantara sakit hati, dan bawaannya sirik melulu kalo ngeliat Vladd. Makanya setiap saat Yudiantara selalu cari-cari kesalahan Vladd. Siapa tau Vladd bikin kesalahan fatal yang bisa dicemooh. Bisa aja kan, Vladd nyebutin prosesor jadi kompresor. Atau bilang microchip jadi microwave atau potatochip. Mungkin aja, kan" Pokoknya, cari kesalahan Vladd seteliti mungkin. Bikin Vladd malu!
Dan di kelas tadi siang itu Pak Bangke senyam-senyum sendiri merhatiin kecanggihan Vladd. "Dengan keahlian seperti ini, Vladd nggak perlu kursus teknisi lagi. Dia sudah bisa terima panggilan," komentar Pak Bangke.
Anak-anak cuek-cuek aja, nggak ada yang nanggepin becandaan Pak Bangke. Yang bereaksi cuma Yudiantara, yang menyahut dengan nyelekitnya, "Kalo gitu, kamu ke rumah deh, Vladd. AC kamar saya rusak!"
Vladd cuek aja, nggak nanggepin omongan Yudiantara. Terus sibuk ngebongkar komputer. Malah Pak Bangke yang jadi sewot, "Sistem kerja AC dan komputer berbeda, Yudi! Saya pikir kamu anak pintar!" Bisa-bisanya kamu melontarkan kata-kata bodoh seperti itu!"
Yudiantara jadi merah mukanya. Bibirnya manyun. Vladd melirik ke Yudiantara sambil cengengesan. "Nggak lama komentar sengak Yudiantara muncul lagi.
"Masih lama ya, Vladd"" tanyanya sambil menguap lebar. "Kalo masih, saya mo pesen burger dulu di kantin. Laper niih!"
Tanpa menunggu jawaban Vladd, Yudiantara langsung memijit HP-nya. Mo nelepon kantin. Mendadak Pak Bangke menggebrak meja. Nggak cuma Vladd yang di dekatnya aja yang kaget. Tapi seisi kelas ikutan kaget.
"Kamu kira saya senang mengajar di sini" Kamu pikir dengan gaji tinggi, saya bisa dikurangajari murid" Jangan main-main, ya" Mungkin saja di rumah kalian biasa kurang ajar sama orangtua. Tapi di sini, di kelas saya, yang kurang ajar silakan angkat kaki. Keluar dari kelas ini!" cerocos Pak Bangke penuh emosi.
Kelas mendadak hening. Yang arisan dolar, yang main tamagotchi, yang ngerumpi, semua terdiam.
Pak Bangke menoleh ke Vladd.
"Vladd, coba kamu teruskan. Kelas tidak boleh bubar sebelum Vladdvanio menyelesaikan pekerjaannya."
Di sana-sini terdengar suara keluh kesah. Vladd jadi grogi. Nggak enak, gara-gara dia anak sekelas jadi tertahan pulang. Dengan terpaksa Vladd mengeluarkan remote control-nya. Memijit tombol sleep yang diem-diem diarahkan ke seisi kelas. Termasuk juga Pak Bangke. Serentak seisi kelas hening, cuma terdengar suara dengkuran saling sahut-menyahut. Lalu Vladd mengarahkan remote ke komputer yang sedang dibongkarnya. Memijit tombol rebuilt. Dalam sekejap komputer yang dibongkar Vladd sudah rapi kembali. Sekali lagi Vladd memijit tombol remote-nya, membangunkan semua orang. "Semua orang terbangun, dan terheran-heran.
"Selesai, Vladd" Cepat sekali kerjamu"" puji Pak Bangke kagum.
Anak sekelas bersorak gembira, karena bisa cepat-cepat pulang. Cuma Yudiantara yang manyun. Siriknya makin nambah!
Begitu deh ceritanya kenapa Vladd suntuk.
"Dan sore ini Vladd tertidur pulas di kamarnya. Ketokan pintu dan bunyi alarm nggak berhasil bikin dia bangun. Bik Zuleha yang mau nganter hidangan tea time ke kamar Vladd sampe panik. Takut Vl
add kenapa-kena"pa. Maryati apalagi. Dia serta-merta mengerahkan bala bantuan orblak (orang belakang) buat mendobrak pintu kamar Vladd.
Satpam Lukijo langsung muncul dengan perlengkapan security-nya, Pak Narsakip berikut peralatan berkebunnya. Bik Zuleha dan Maryati" Mereka heboh bawa perlengkapan masak. Semuanya dengan satu tujuan: Vladd selamat!
Di depan pintu kamar Vladd, para orblak berkumpul. Kembali alarm berbunyi keras.
"Gimana, Mar" Langsung dobrak"" tanya Lukijo penuh semangat.
Sebentar," kata Maryati memberi, isyarat pada Bik Zuleha. Bik Zuleha manggut-manggut.
Nggak lama depan kamar Vladd dipenuhi suara gedombrengan orkes dapur. Duet kompak Maryati-Bik Zuleha makin rame ditambah suara pentungan Satpam Lukijo yang memukul-mukul pintu. Narsakip nggak mo kalah. Alat pemotong rumputnya dibuka-tutup dengan keras. Suaranya menyayat hati. Mereka rame-rame bikin keributan supaya Vladd bangun.
"Stop! Stooopp!" teriak Maryati.
"Serentak orkes nekat itu berhenti. Maryati menempelkan kuping di pintu kamar Vladd. Sepi. Nggak ada suara apa-apa. Cuma suara alarm aja yang terus-terusan berbunyi.
"Dobrak"" tanya Lukijo, Narsakip, Bik Zuleha, kompak.
Maryati rnengangguk. Para orblak mengambil ancang-ancang untuk mendobrak. Begitu mereka serentak mendobrak, pintu kamar Vladd terbuka lebar. Semua jatuh tersungkur. Vladd duduk di tepi tempat tidurnya (masih pegang remote pintu), ngucek-ngucek mata. Ini bukan mimpi, kan"
"Ngapain pada ke sini"" tanya Vladd sambil menguap lebar. Dia masih ngantuk berat.
"Maaf, Mas Vladd," kata Maryati malu-malu, sambil bangkit dari jatuhnya, disusul yang lain. "Abis Mas nggak ada suaranya. Alarm bunyi terus, pintu diketok keras-keras. Nggak ada jawaban. Jadi kita kira..."
"Saya mati"" sambar Vladd, sebel.
"Ya nggak sampe mati, Mas!" Bik Zuleha cengengesan.
Satpam Lukijo cengengesan, menyahut, "Agak-agak pingsan, gitu, Mas!"
"Pokoknya Mas Vladd bikin orang khawatir!" tambah Narsakip, nggak sengaja mengacungkan gunting tanamannya.
"Udah, udah! Pada keluar deh! Jauhin senjata tajam kalian dari kamar saya!" usir Vladd galak.
"Rombongan orblak itu berduyun-duyun keluar kamar. Vladd menutup pintu kamarnya dengan remote. Nggak lama Vladd cengar-cengir sendiri. Ternyata tadi pas pulang sekolah karena ngantuk banget, Vladd me-remote dirinya sendiri untuk tidur. Dia lupa kalo pengaruhnya dahsyat sekali. Untung tadi Maryati cs berinisiatif bikin Keributan di depan kamarnya. Kalo enggak, sampe besok pagi Vladd bakal tetap tidur pulas.
Saat makan malam bersama orangtuanya, Mami Smirnov dan Papi Eraisuli (yang amat jarang terjadi), Vladd ditanya maminya soal kehebohan tadi sore.
"Vladd, Mami dengar tadi sore kamu tidur kayak orang pingsan, ya""
"Siapa yang bilang" Maryati"" Vladd cuek menyendok sup kepitingnya.
"Semua orang bilang!" Pak Eraisuli ikut komentar.
Vladd mendengus kesal. Begitu aja bikin heboh.
"Buat apa kamu pasang-pasang alarm, pintu segala pake di-remote, tapi kamunya susah bangun. Buat apa, Vladd"" omel Mami bikin
Vladd semakin kesat Vladd cuma diam. Males ngejawab. Ntar omelan maminya bisa makin panjang. Tapi Mami Smirnov bukannya diam, malah makin seru.
"Kamu jangan seenaknya, Vladd. Mentang-mentang Mami sama Papi jarang di rumah, itu bukan berarti kamu bisa semaunya sendiri. Mami sama Papi berharap banyak pada kamu. Jangan bikin orangtua kecewa. Kamu nggak tau, gimana susahnya cari duit. Gimana Mami, Papi..."
"Udah, Mami, ngomongnya diterusin nanti aja. Abis makan. Sekarang kita semua pengen menikmati makan malam bersama," potong Pak Eraisuli, bijak.
Mami tutup mulut. Kalo udah Pak Eraisuli buka mulut, nggak ada yang berani membantah. Dan Mami Smirnov keliatan nggak sabar banget nungguin makan malam berakhir buat ngelanjutin omelannya ke Vladd. Dasar jail, Vladd malah terus-terusan nambah. Jadi acara makannya nggak selesai-selesai. Mami kesel sekali. Begitu suapan terakhir puding karamel Vladd masuk ke mulut, Mami nggak tahan lagi.
"Nah, Vladd, Mami mo tau. Kenapa kamu suka seenaknya sendiri" Mau kamu apa sih""
"Mami iih! Vladd kan masih mo nambah puding," sahut
Vladd nakal. "Betul, Mi. Apa Mami nggak mo nunggu sebentar lagi"" kata Pak Eraisuli membela Vladd.
Mami cemberut. "Ya, ya, kamu makan aja terus. Biar perutmu meledak!"
"MAMI!" tegur Pak Eraisuli galak.
"Vladd jadi nggak enak sendiri. Ia meletakkan garpu kecil. "Udah, Vladd udahan makannya. Tadi Mami tanya apa""
"Kamu maunya apa"" ulang Mami gemes.
Dahi Vladd mengernyit. Apa, ya" Kayaknya dia nggak pengen apa-apa. Semua kebutuhannya sudah tersedia. Vladd bingung ditanya "gitu.
Ngeliat Vladd kebingungan begitu, Mami Smirnov makin gemes.
"Mau apa, Vladd" Audio video baru" KOI" komputer baru" Apa" Kamu tinggal ngomong aja. Sekarang juga Mami bisa kontak toko, minta delivery barangnya ke sini. Apa pun, Vladd, asal kamu nggak seenaknya sendiri."
Mendadak Vladd tersenyum misterius.
"Betul nih, Mi" Vladd boleh minta apa aja""
Mami Smirnov mengangguk cepat.
"Asal nggak minta kawin aja, ya, Mi," celetuk Pak Eraisuli kocak.
Pak Eraisuli dan Mami Smirnov eekikikan bareng. Vladd manyun.
"Ayo, apa"" tantang Mami lagi.
"Kalo boleh, Vladd minta pindah sekolah aja, kata Vladd akhirnya.
"APA"""" Mami dan papi Vladd teriak bareng.
"Iya, Vladd mo pindah sekolah."
Mami Smirnov buru-buru mengelap mulutnya pake serbet, dan berujar mantap, "Kamu tau nggak, Vladd" Sekolah kamu itu sekolah terbaik dan termahal di Indonesia. Standar pendidikannya internasional. Fasilitasnya paling komplet. Kalo kamu mo pindah, harus ke sekolah yang bermutu juga. Paling nggak di Eropa atau Amerika," sahut Mami sambil menoleh ke suaminya. "Iya kan, Pi""
Pak Eraisuli mengangguk kecil.
"Tapi Vladd nggak mau sekolah di luar. Vladd mau di sini aja!" kata Vladd, ngotot.
"Ya udah. Itu berarti kamu tetap di sekolah yang sama. Nggak pindah!" tegas Smirnov.
Vladd jadi kesel. "Tadi Vladd ditanya mo apa. Vladd udah bilang, malah dilarang!" Vladd merajuk lalu pergi ninggalin meja makan.
"VLADD!!!" teriak Smirnov.
Vladd cuek pergi ke kamarnya. Mami Smirnov udah mo ngejar, tapi dilarang Eraisuli. "Biar, Mi. Biarin Vladd ke kamarnya."
Mami menatap Eraisuli, panik.
"Gimana tuh, Pi" Vladd mulai ngaco tuh!"
Eraisuli menggeleng pelan.
"Mungkin juga enggak. Mungkin dia cuma bosen sama sekolahnya."
"Bosen gimana" Sekolah Vladd sekolah yang paling banyak kegiatan ektrakurikulernya. Ada mini golf, arena berkuda, fitness, kolam renang olympic, teater, gedung opera. Ah, pokoknya sarana olahraga sama unit keseniannya komplet! Mana kantinnya lengkap sekali. Dari makanan tradisional Indonesia, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, Singapur, sampe makanan Barat, semuanya ada. Mana kantinnya terima delivery order lagi ke kelas-kelas. Apa ada sekolah lain di Indonesia yang kayak begitu" Apa ada, Pi"" cerocos Smirnov panjang-lebar.
"Iya, iya, saya tau. Tapi kalo Vladd mo pindah sekolah, boleh aja," sahut Eraisuli kalem.
"Boleh aja" Papi ini ngawur!"
"Kamu dengerin dulu, baru komentar!" suara Eraisuli meninggi. "Biar si Vladd coba sekolah lain. Kalo udah merasakan sekolahnya ternyata jauh lebih baik, pasti dia bakal minta kembali ke sekolah lamanya."
Smirnov mertatap Eraisuli, ragu.
"Tapi, Pi, apa bisa pindah-pindah sekolah seenaknya sendiri""
Mendadak Eraisuli ngakak.
""Kamu lupa ya" Saya kan kenal sama owner sekolah Vladd. Kredit buat membangun sekolah itu juga dari salah satu bank tempat saya jadi komisarisnya."
"Jadi"" Smirnov masih belum yakin.
"No problem! Vladd bisa keluar-masuk sekolah itu segampang dia ganti baju."
Eraisuli kembali ngakak. Smirnov tersenyum lega.
Singkat kata, Vladd dapat lampu ijo untuk pindah sekolah. Vladd girang sekali. Dia milih sekolah nggak tanggung-tanggung, sebuah sekolah swasta dengan status diragukan. Gedung sekolahnya aja nebeng sebuah gedung SD. Jadi SMU Vladd masuk sore karena pagi hari gedungnya dipake anak SD.
Selain itu guru-gurunya juga nggak beres. Karena honornya kecil, ngajarnya juga suka-suka. Kalo ngajar hobinya ngasih catetan dari dika"t (yang dicatet di papan tulis oleh seorang murid sementara beliaunya sendiri asyik terkantuk-kantuk di mejanya). Tapi lebih sering lagi para guru mangkir ngajar. Biasa lah, ngob
yek di tempat lain yang honornya gedean.
Tentu saja kehadiran Vladd di sekolah "ecek-ecek" itu bikin geger. Semua guru, bahkan Kepsek, hormat pada Vladd. Vladd kayak anak emas. Ngomong apa aja diturutin. Kasih usulan apa juga, disetujui. Temen satu sekolah Vladd juga baik semua pada Vladd. Apalagi mereka sering diajak Vladd ber-weekend di vila mewah milik Eraisuli di daerah Puncak atau cottage bergaya Carribean-nya di Anyer. Terang aja temen-temen Vladd girang sekali. Biasanya mereka paling top ber-weekend di mal. Sekadar winndow shopping. Cari yang dingin dan gratis. Abis nggak kuat beli.
Dan celakanya, Vladd keliatan betah sekali di sekolah barunya. Dia seperti lupa pada segala fasilitas canggih yang pernah dikecapnya di sekolah lama. Vladd menikmati sekali pulang sekolah naik kendaraan umum (bis, metromini, mikrolet, bajaj, ojek, etc). Dan sudah nggak takut lagi dikompasin seperti dulu. Malah ia sudah kenal dengan beberapa preman terminal, yang selalu hormat pada Vladd karena Vladd nggak pernah pelit ngasih duit rokok.
Vladd baru bisa naik bis pulang sekolah, soalnya kalo berangkat sekolah, Mami Smirnov maksa Vladd harus dianter mobil pribadi. Vladd juga mulai melupakan subnotebook dan remote control ajaibnya. Dia merasa benda-benda itu nggak pantes dibawa ke sekolah. Dengan benda canggih macam begitu, Vladd akan keliatan sangat "tampil beda". Dia nggak mau begitu. .
Udahannya, Mami Smirnov yang belingsatan. Dia sama sekali nggak menyangka Vladd bisa "merakyat". Tadinya, Smirnov dan Eraisuli yakin kalo Vladd nggak bakalan betah bersekolah di tempat kumuh begitu. Tapi nyatanya dugaan mereka meleset berat.
Di kamar tidur, Mami Smirnov mengeluarkan unek-uneknya ke Eraisuli yang nyaris tidur.
"Gimana dong, Pak" Vladd betah banget di sekolah kumuh itu! Kita harus gimana""
"Ya gimana lagi"" sahut Eraisuli perpaduan pasrah dan ngantuk.
"Bertindak dong, Pak! Pindahin Vladd ke sekolah yang dulu!" Smirnov gemes.
"Kalo dia nggak mau""
"Paksa! Kasih iming-iming saham-saham bagus koleksi kamu. Tawarin dia keliling dunia sesukanya. Atau apa aja Pak, yang penting Vladd bisa kembali ke sekolah lamanya."
"Ya udah, besok kita bicara sama dia," jawab Eraisuli lalu mulai ngorok. Smirnov menatap suaminya kesel.
Besok paginya Vladd bener-bener disidang. Mami Smirnov bicara (baca: ngomel) dari Sabang sampe Merauke. Vladd cuek-cuek aja. Begitu Eraisuli mulai ngomong, baru Vladd nyimak.
"Sekarang begini aja, Vladd. Kamu pindah ke sekolah yang dulu atau nggak usah sekolah sama sekali. Tapi kalo kamu milih nggak sekolah, silakan tinggalkan rumah ini," kata Eraisuli tegas.
Vladd terdiam sejenak. Mikir berat mendadak dia tersenyum manis.
""Oke, Vladd balik ke sekolah yang dulu dengan satu syarat."
"Syarat apa" Jangan macem-macem kamu, Vladd!" Mami Smirnov panik lagi.
"Nggak macem-macem kok, Mi. Vladd cuma pengen Papi nyumbang tanah dan gedung buat sekolah Vladd sekarang. Trus dilengkapi sekalian sama perpustakaan yang bagus, laboratorium yang lengkap, trus sarana olahraga yang oke," Vladd menantang Eraisuli. Sanggup nggak, Pi""
Eraisuli ngakak. "Pinter kamu, Vladd! Tapi kenapa""
"Karena Vladd kasihan. Sementara ada sekolah yang bermewah-mewah, sekolah kumuh itu gedung pun harus nebeng sama bangunan SD. Nggak ada fasilitas apa-apa lagi. Gimana anak-anak Indonesia bisa pinter semua nantinya, Pi" Gimana kita bisa bersaing sama negara lain" Gimana generasi bisa menghadapi milenium ketiga" Gimana kita bisa masuk ke pasar bebas" Gimana negara kita bisa jadi negara mandiri, yang kalo dolar terus naek, kita bisa tenang-tenang aja kayak Jepang karena nggak perlu mengimpor apa-apa dari luar!" "
Eraisuli tersenyum, menepuk-nepuk pundak Vladd. Bangga.
"Iya, iya, nanti Papi urus. Tapi nggak perlu terlalu canggih, kan""
Vlad mengangguk-angguk. Nggak perlu, Pi. Yang penting, laik huni""
"Kamu kayak pejabat aja, Vladd!" Smirnov menepuk punggung Vladd .lalu bergegas pergi.
"Mami jalan duluan, ya" Ada pelantikan ketua koperasi pabrik bajigur di Bogor!"
Vladd dan Eraisuli cengengesan. Begitu Smirnov nggak keliatan lagi Eraisuli berbisik pe
lan pada Vladd, "Enak ya sekolah di tempat kumuh"" Vladd nyengir. "Enak banget, Pi! Sekali-sekali Papi harus nyobain juga!"
"Hush! Masa Papi disuruh jadi anak sekolahan lagi""
"Eh, iya, ya" Papi udah ketuaan," sahut Vladd sambil mikir. "Atau gini aja deh. Besok Papi gantian jadi bapaknya Sapi'i aja."
Eraisuli bengong, nggak nyambung.
"Sapi'i itu siapa""
"Temen sebangku Vladd. Anaknya penyapu jalanan di Cengkareng. Adiknya Sapi'i ada lima. Kecil-kecil semua. Sapi'i udah nggak punya ibu lagi. Katanya sih ketabrak kereta api," jelas Vladd lancar. "Mau ya, Pi, ngegantiin bapaknya Sapi'i" Sehari aja!"
"Papi masih nggak ngerti." Eraisuli mengernyit.
"Kalo penasaran sama tempat kumuh, Papi bisa tukeran tugas sama bapaknya Sapi'i. Jadi penyapu jalanan sekaligus ngurus Sapi'i sama adik-adiknya yang lima biji. Biar bapaknya Sapi'i ngegantiin Papi ngejalanin bisnis."
Eraisuli merengut, sebel.
""Edan kamu, Vladd! Sinting kamu!" omelnya termanyun-manyun.
Vladd cekakakan keras banget.
" 2. SAPI'I "MESKIPUN Vladd udah nggak sekolah di tempat kumuh, dia masih terus ngelanjutin persahabatannya dengan bekas temen sebangkunya: Sapi'i. Sapi'i ini anak penyapu jalanan di Cengkareng. Iya, jalanan yang jadi wilayah kerja bapaknya Sapi'i adalah jalan tol. Kebayang nggak" Pagi-pagi buta bapaknya Sapi'i udah mulai kerja, nyapu jalan tol. Sementara di rumahnya, Sapi'i yang udah nggak punya ibu lagi, yang katanya sih meninggal ketabrak kereta api, repot ngurusin adiknya yang lima biji. Mana masih pada kecil-kecil, lagi. Abis ngurus adik-adik sebisanya dan setelah masrahin tanggung jawab ke adiknya yang paling gede serta nitip mata ke tetangganya yang buka warung rokok, Sapi'i langsung pergi ke agen koran. Sapi'i ngambil koran buat diantar ke para langganan. Kelar nganter koran, Sapi'i langsung masuk sekolah.
Sarapan" Mana sempat" Selain emang nggak sempat, yang buat sarapan juga nggak ada. Makanan semalam nggak pernah tersisa. Semuanya abis ludes dimakan sekeluarga. Pokoknya, tikus-tikus di rumah Sapi'i menderita deh. Banyak tikus yang hijrah ke rumah tetangga.
Sekarang Sapi'i sedang "mencuri" waktu main ke rumah Vladd. Tepatnya, ke kamar Vladd. Semua barang di kamar Vladd dipe"gangin dan ditanyain satu per satu apa nama dan kegunaannya. Vladd sampe pegel ngejawab pertanyaan Sapi'i. Soalnya pertanyaan Sapi'i polos banget sih. Kayak gini nih: "Kenapa ini namanya mouse" Kenapa nggak Yo-yo aja" Atau gangsing" Trus, ngapain sih pake bahasa Inggris" Bilang aja, tikus. Gampang!"
"Lalu apa bedanya keyboard ini sama keyroard-nya anak band""
"Surat-suratan kan bisa pake prangko. Ngapain juga lewat internet" Emang enak, Vladd""
Kayak begitu-begitu deh. Bikin Vladd gemes bin kesel dengerinnya.
"Gimana kabarnya sekolah, Pi'i" Asyik, ya"" Vladd mengalihkan pertanyaan Sapi'i.
"Ya jelas asyik. Kita mendadak punya gedung sendiri. Nggak nebeng SD Coblong lagi. Mana ada perpustakaannya, lab praktikum, lapangan basket sama badminton sendiri. Pokoknya hebat lah!"
"Emang Kepsek dapet pinjeman kredit dari mana"" tanya Vladd pura-pura bego.
"Sapi'i menggeleng sambil nyengir.. "Enggak, nggak dapet kredit! Emang Bang Dikun ngereditin panci keliling gang" Kata Kepsek, sekolah dapet sokongan dari konglomerat misterius.
"Konglomerat misterius"" Vlad" asli kaget.
"Iya, misterius. Nggak mo ngasih tau namanya. Mana nggak pernah dateng. Cuma bolak-balik ngirim orang, ngecek pembangunan sekolah."
Vladd senyam-senyum sendiri. Ternyata Papi Eraisuli memilih nyumbang diam-diam. Bagus juga. Vladd bangga punya Papi kayak Eraisuli. Di zaman orang-orang ribut minta dipublikasikan karena berderma, Eraisuli malah ngumpet-ngumpet.
"Kapan-kapan saya main ke sekolah kamu, ya"" ujar Vladd antusias. "
Sapi'i meninju lengan Vladd, pelan. Kayak apaan aja. Itu kan sekolah mu juga.
Vladd cengengesan. Sapi'i menatap jam meja di samping komputer Vladd. Mendadak dia panik. "Saya pulang dulu Ya" Adik-adik belon dikasih makan!"
"Emang kamu yang masak buat mereka"
"Biasanya sih si Sopie. Tapi dia lagi demam, nggak ada yang masak. Biar. nanti saya beliin pecel deket gan
g senggol." "Enggak usah! Kamu ikut saya aja, tegas Vladd, menyeret Sapi'i keluar kamar.
Ternyata Vladd menggiring Sapi i ke dapur. "Di dapur Bik Zuleha dan Maryati lagi ngerumpi. Mereka kaget lihat kedatangan Vladd.
"Bik, tolong siapin makanan buat sepuluh orang, masukin ke rantang, ya" Kamu, Mar, ambil buah, makanan kaleng, sama mi instan kira-kira cukup buat sepuluh orang untuk persediaan satu minggu," perintah Vladd, bikin semua bengong. Biar bengong, Bik Zuleha dan Maryati bergerak cepat mempersiapkan permintaan Vladd.
"Kamu nggak perlu begini, Vladd. Saya jadi nggak enak," bisik Sapi'i pada Vladd.
Vladd tersenyum geli. "Justru saya yang nggak enak, kalo nggak ngasih oleh-oleh adik kamu."
"Tapi kamu berlebihan!" protes Sapi'i.
"Alaa, dibanding dermawan misterius sekolah kamu, ini nggak ada artinya."
Sapi'i nggak bisa ngomong lagi. Dia cuma merangkul Vladd penuh haru. "Aduh, saya nanti jadi nggak enak sering-sering ke sini. nanti dikira mau minta makanan...."
"Enggak lah. Santai aja."
Vladd ikut mengantar Sapi'i yang kerepotan menggotong dua kardus gede berisi makanan, pulang ke rumahnya. Mereka naik taksi. Soalnya Vladd nggak enak kalo nganter pake mobilnya yang kelewat mewah ke gang sempit dan becek, dan turun di depan gang. Ini kan lagi zaman susah, bisa memancing kecemburuan sosial. Salah-salah dikira apaan lagi.
"Sapi'i menatap Vladd, ragu.
"Kenapa, Pi'i" Cepetan dong jalan. Kan kasian adik-adik kamu nungguin," tegur Vladd nggak sabar.
"Gimana, ya"" Suara Sapi'i kedengaran bingung.
Vladd makin sebel. "Gimana apanya" Ngomong yang jelas!"
"Gini, Vladd, bukannya saya ngusir kamu. Tapi sebaiknya kamu nggak usah mampir ke rumah saya," jelas Sapi'i pelan.
Ekspresi muka Vladd udah mo marah, tapi beberapa detik kemudian dia berusaha tersenyum. "Oke, nggak pa-pa. Saya ngerti, Pi'i. Kalo gitu, saya pulang, ya""
Sapi'i manggut-manggut, menepuk punggung Vladd akrab. "Saya temenin cari taksi."
"Nggak usah! Saya kan nggak bawa barang. Saya mo naik bis aja. Tinggal nyegat yang jurusan Blok M. Trus nyambung ke Pondok Indah. Gampang, kan"" kata Vladd, lalu berjalan melenggang keluar gang.
Meskipun udah pengalaman naik-turun angkot (waktu bersekolah di sekolah kumuh, Vladd sempat ngicipin naik bis, metromini, dan temen-temen angkot lainnya), ternyata Vladd nyasar-nyasar juga. Asal bis ada tulisan Blok M, dia naik. Nggak taunya itu bis tujuannya Tanjung Priok. Begitu juga liat metromini Blok M-Kampung Melayu. Vladd asal loncat. Ternyata metromininya ke Kampung Melayu. Terus-terusan begitu sampe hari gelap.
Akhirnya sekitar jam sepuluh malam Vladd ngejogrok kecapekan di terminal bis Cimone, Tangerang. Seorang preman bertampang serem mendekati Vladd.
"Bagi rokok!" bentak preman itu kasar.
Vladd menatapnya dengan tatapan ngantuk. Ada juga remote."
Si preman makin kesel. "Eh, anak kecil, lu jangan bercanda, ya" Bagi rokok! Kalo lu nggak punya, duitnya aja. Cebanan!" paksanya lagi.
"Apa"" tanya Vladd, lesu. "Ubanan""
Preman itu nggak tahan lagi. Dengan kasar ia menggeledah Vladd. Dia kecewa sekali setelah nggak berhasil menemukan apa-apa. Di saku Vladd cuma tersisa beberapa ratus rupiah dan sebuah remote control.
Dengan kasar si preman merampas remote Vladd. "Belagu lu, ya" Bawa-bawa remote control. Biar semua orang tau lu punya televisi""
Vladd salah tingkah. Gimana ya ngejawabnya" Masa sih dia mesti ngaku kalo itu remote ajaib" Bisa gawat dong! Trus harus gimana" Diem, pasrah aja"
"JAWABBB!!!" bentak si preman kenceng.
Vladd masih bengang-bengong. Samar-samar terdengar lagu dangdut yang merintih-rintih diputar di sebuah warteg.
"Dangdut"" ujar Vladd, pelan.
""Dangdut" Apa maksud lu""
Mendadak Vladd tersenyum, jail. "Iya, bang. dengan remote ini Abang bisa joget dangdut!"
Jelas Vladd bersemangat. "Jangan menghina, ya" Dengkul gue rematik, lu bilang bisa joget dangdut. Buktiin! Kalo gagal, lu pulang tinggal nama!"
Vladd mengambil remote dari tangan si preman. Lalu memijit tombol "dance". Nggak lama preman galak itu sudah meliuk-liuk berjoget dangdut dengan gaya pulen banget.
Mulanya Si preman cenge ngesan bahagia. Tapi lama-lama dia pegel Juga. Abis joget terus nggak berhenti.
U"dah, udah! Stooopp! Gue udah capek!" "preman itu sambil terus joget..
Vladd menggeleng sambil "cekikikan, lalu pergi
"Malam itu Vladd pulang ke rumah nyarter omprengan. Soalnya udah nggak ada lagi angkot yang beroperasi. Ada juga satu-dua, tapi jurusannya jauh banget dari Blok M. Bangsanya Pasar Kemis, Mauk, Kapuk. Kayak begitu-begi"tu lah.
Waktu omprengan sampe di depan rumah Vladd, halaman rumah Vladd rame sekali. mobil polisi, ada ambulans, ada segerobak orang yang ngumpul-ngumpul. Begitu Vladd datang, semua orang gempar. Teriak bareng-bareng, "ITU VLADD!!!"
Bik Zuleha langsung menabrak Vladd, histeris. "Mas Vladd! Kamu masih hidup, Mas! syukur! Syukur! Kita mesti pesta. Potong sepuluh ekor kambing! Pesta! Syukuran!"
Vladd bengong. Giliran Maryati yang maju. Mukanya kenceng banget.
Tau nggak, Mas, udah jam berapa sekarang" semua orang nyariin Mas Vladd. Tuan dan Nyonya mo langsung balik naik pesawat terakhir. Padahal Tuan lagi ngebuka hotel baru di Swiss. Dan Nyonya lagi check up di Belanda."
"Sori, saya nggak bawa jam," sahut Vladd cuek, lalu berjalan menuju ke rumah.
Maryati masih terus ngomel-ngomel. "Telepon, Mas! Masa pergi seharian nggak sempat nelepon" Mas Vladd keterlaluan! Saya udah lapor polisi, panggil ambulans, ngerahin siskamling. Semuanya, percuma!"
"Lalu mau kamu apa, Mar" Saya pulang dalam keadaan terpotong tujuh belas" Gitu"" komentar Vladd, kesel.
"Ya bukan begitu, Mas. Tapi Mas Vladd ngomong kek, bilang...."
Vladd yang berjalan mo masuk ke rumah, tiba-tiba berbalik. "Eh, iya, Mar! Itu sopir omprengan di luar minta dibayar lima puluh ribu." Lalu Vladd masuk rumah ninggalin Maryati yang makin kenceng ngomel-ngomelnya.
Di kamarnya, tanpa cuci kaki dan gosok gigi, Vladd langsung tertidur pulas. Iih, Vladd jorok, ya" Kan masih bau terminal.
Pagi-pagi di depan kamar Vladd sudah rame. Eraisuli dan Smirnov beserta orblak (orang belakang: Maryati es) sibuk men"gedor pintu kamar Vladd. Alarm sengaja dimatiin, biar nggak ribut. Vladd nggak mau acara tidurnya keganggu.
Mau nggak mau, Vladd bangun Juga. Dibukanya pintu pake remote. Semua orang menghambur ke dalam. Untung Smirnov keburu sadar, ngusirin para orblak.
"Keluar-keluar-keluar! Kerjakan tugas masing-masing!" kata Smirnov tegas.
Maryati es berduyun-duyun keluar kamar.
"Tinggal Smirnov dan Eraisuli yang tetap di dalam. Vladd duduk di tepi tempat tidurnya, nyengir. "Kunjungan kenegaraan lagi!
"Diam kamu, Vladd!" omel Smirnov, kesel. Kamu udah ngerusak acara semua orang!"
"Papi nggak enak sama partner bisnis Papi di Swiss. Untung dia mo ngerti kalo urusan Papi lebih urgen dari pembukaan hotel," Eraisuli ikut ngomel.
"Dan Mami, harus re-schedule check up. Bagusnya Mami masih inget kursus Belanda-nya. Kalo enggak" Mana mau tuh dokter-dokter nungguin Mami balik"" tambah Smirnov mengebu-gebu.
Vladd menatap kedua orangtuanya, heran.
"Kalo sibuk, ngapain juga pada ngumpul di sini"" tanya Vladd polos.
Maka makin hebohlah omelan Smirnov dan Eraisuli. Vladd" Asli makin bengong. Buntut-buntutnya Vladd dilarang macem-macem.
Nggak boleh maen, nggak boleh ini-itu kecuali sekolah. Vladd dikenai wajib militer, ehh, belajar. Belajar, belajar, dan belajar. Selesai menjatuhkan vonis, ortu Vladd keluar kamar.
Vladd mendengus kesel. "Yang udah-udah, saya mo jungkir-balik juga ggak ada yang peduli. Paling si Maryati!" ge"rutu Vladd.
Hari itu juga Eraisuli balik ke Swiss lagi.
Smirnov" Kunjungan sosial ke Sarajevo sama rombongan istri-istri karyawan pabrik larutan penyegar. Eh, nggak nyambung, ya"
Vladd begitu pulang sekolah dan baru aja mendaratkan sebelah kakinya di jalanan depan rumah, sudah dicegat Sapi'i. Di samping Sapi'i berdiri seorang laki-laki sepantaran Eraisuli.
Tapi nggak seger-buger kayak Eraisuli. Ini kebalikannya. Kurus pucat lesu.
"Vladd, kenalin bapak saya," kata Sapi'i, memperkenalkan laki-laki kurus itu.
"Vladd," Vladd menjabat tangan bapak Sapi'i, ramah.
"Mamat," sahut bapak Sapi'i nggak pake senyum.
Sapi'i menatap ke Mamat dan Vladd be
rgantian. Ragu. "Ngg, tadi, tadi..." Sapi'i nggak meneruskan kalimatnya. Dia keliatan bingung sekali.
Vladd menarik tangan Sapi'i, akrab. "Ngomong di dalam aja, yuk" Mari, Pak!" ajak Vladd.
Sapi'i dan Mamat diam nggak bergerak.
Bikin Vladd tambah heran.
"Mari, Pak Mamat, kita minum dulu di dalam," ulang Vladd ramah.
Sapi'i melirik bapaknya yang menggeleng kuat-kuat.
"Saya ke sini bukan buat minum-minum. Saya sama Pi'i cuman ngembaliin makanan yang Adik kasih!" jelas Mamat tegas.
"Vladd bengong, menoleh ke Sapi'i. Sapi i mengangguk lesu.
Betul, Vladd, keluarga saya nggak bisa nerima bantuan kamu. Maaf, masakan bibik udah kita makan. Sisanya kita bagikan te"tangga. Abis takut basi. Tapi kalo buah, instan, sama makanan kalengnya udah saya kembaliin ke bibik kamu."
"Kamu apa-apaan sih"" cetus Vladd kesel. saya kan ikhlas kasih semua itu ke kamu. Buat apa kamu balikin ke Bik Zuleha" Buat apa, Pi i!
Sapi'i udah mo ngejawab, tapi bapaknya mendahului.
Saya yang nyuruh, Dik. Kalo Adik nggak rima, terserah. Saya cuma mo kasih tau, keluarga saya tetap bisa makan tanpa bantuan Adik."
Selesai ngomong begitu, Mamat langsung berlalu. Vladd menatap Sapi'i, minta penjelasan lebih lanjut.
Sekarang kamu udah kenal bapak saya, Vladd. Bapak tukang sapu jalanan yang tekun. Gajinya sering nggak cukup buat makan sehari-hari. Kemaren waktu dia liat di rumah berlimpah makanan, dia jadi tersinggung. Harga dirinya nggak bisa nerima bantuan kamu. Kamu ngerti, kan"" jelas Sapi'i pelan.
Dengan terpaksa Vladd mengangguk. "Kalo begitu, bilangin bapak kamu, saya minta maaf. Tapi kamu tau kan kalo nggak ada secuil pun niat saya nyinggung perasaan keluarga kamu."
"Saya tau sekali." Sapi'i tersenyum. "Saya pulang dulu, Vladd. Kasian adik-adik."
"Iya deh, salam buat mereka."
Sapi'i berlalu. Malam itu Vladd nggak bisa tidur, sibuk mikir dengan cara gimana dia nolong keluarga Sapi'i. Makanan ditolak. Uang" Apalagi. Bisa-bisa Vladd abis dilabrak bapaknya Sapi i. Abis apa dong" Menjelang pagi Vladd baru dapat ilham. Buru-buru Vladd masang weker lalu tertidur sambil senyum.
Vladd Game Over Karya Hilman H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Paginya begitu weker berbunyi Vladd melompat dari tempat tidur, mandi bebek, lalu langsung kabur keluar rumah naik sepeda gunungnya. Pulang-pulang, bis jemputan Vladd sudah menunggu. Vladd langsung pergi ke sekolah dalam keadaan lecek.
Kejadian kabur pagi-pagi berulang terus selama sebulan. Seisi rumah mengira Vladd lagi hobi naik sepeda pagi-pagi. Vladd keliatan lebih langsing, tapi tambah sehat.
Pada suatu siang, Sapi'i namu lagi ke kamar Vladd. Kali ini tampang Sapi'i keliatan bingung.
"Ada apa lagi nih"" pandng Vladd.
"Enggak. Saya bingung, Vladd. Gajian kemaren ini, agen ngasih dobel. Padahal Lebaran kan masih jauh. Puasa aja masih enam bulan lagi."
"Kali tuh agen suka sama kerjaan kamu, Pi'i. Kan kamu loper koran yang rajin!" puji Vladd.
"Bonus, maksud kamu" Yang bener aja, masa seratus persen gaji""
"Jadi"" "Itu dia, Vladd. Saya udah tanyain agen, katanya ini gaji sodara saya yang jadi loper koran juga. Orang yang ngaku sodara saya ini min"ta gajinya dikasih ke saya aja. Kayak"ya di Jakarta ini saya nggak punya sodara. Semua sodara tinggal di kampung."
O ya" . Komentar Vladd, sambil berusaha nahan senyum.
Saya pengen nangkep basah dia. Tapi..."
Sapi'i nggak meneruskan bicara. Dia menatap Vladd, curiga. "Kenapa senyam-senyum" Kamu, kamu... Sial kamu, Vladd! Pasti kamu yang ngaku-ngaku sodara saya! Sial kamu!"
Sapi'i menampar-nampar (tapi pelan) pipi Vladd. Vladd cengengesan kayak maling ketauan nyuri jemuran.
"Iya, iya, saya ngaku!"
"Kamu sinting, Vladd! Kalo mami kamu tau anaknya jadi loper koran, bisa pingsan dia!" maki Sapi'i gemes.
"Abis saya bingung, Pi'i. Ngasih makanan aja ditolak. Apalagi duit. Jadi, saya ngasih jasa aja. Nggak apa, kan""
"Jelas apa-apa!" sahut Sapi'i galak. "Sekolah kamu jadi berantakan, kamu bisa sakit gara-gara nganter koran."
"Kamu berlebihan ah!"
"Enggak! Saya serius! Kalo mo nolong keluarga saya, lebih baik tolong bapak saya."
Vladd langsung nyengir. "Kamu becanda, kan ""
Sapi'i menggeleng mantap. "Maksud saya
bukan ngasih duit. Tapi tolong kasih kerjaan yang lebih baik buat Bapak. Dia nggak bakal nolak!"
"Bilang kek dari tadi!"
Vladd mengambil HP-nya lalu memijit sebuah nomor.
"Papi" Ini Vladd. Pi, ada kerjaan nggak buat bapaknya temen Vladd" Apa" Keahliannya" Ngng, dia penyelia kebersihan di Cengkareng. Iya, bandara Cengkareng. Oke, Pi. Beres, nanti Vladd kasih tau. Thanks, Pi. Bye!"
""Penyelia kebersihan bandara Cengkareng "" Sapi i melotot.
Alaa, cuek aja. Tuhan juga tau, maksud saya baik. Eh, Pi i, buruan bilang bapak kamu mulai sendin depan dia diangkat jadi kepala bagian kebersihan di kantor kargo milik papi saya. "
Sapi i langsung memeluk Vladd penuh haru.
" 3. STUDY TOUR "IBU BERTINA, wali kelas Vladd yang lincah, tampak sibuk mondar-mandir mengatur anak-anak memuat barang bawaannya ke sebuah bis pariwisata berukuran besar. Sementara Vladd dan teman-temannya kelihatan begitu antusias. Gimana nggak antusias" Study tour kali ini memang agak lain dari yang lain. Temanya, back to nature. Mereka akan berkunjung ke perkebunan bunga dan tanaman rempah yang biasanya cuma tumbuh di luar negeri. Tapi perkebunan itu terdapat di sebuah desa di pinggiran kota Sukabumi.
"Su Yin! Bianca! Cepat kalian angkut bawaan kalian ke bis! Marigold! Berhenti dulu sisirannya! Perry, James, Yudiantara! Kalian bertiga jangan ngobrol aja!" seru Bertina teriak-teriak.
Teman-teman Vladd itu perlahan bergerak ke atas bis. Sementara Vladd sudah duduk manis di dalam bis, membaca e-mail yang baru masuk di subnotebook-nya. Di sebelahnya, si kembar Nanda dan Nandi penasaran ikutan membaca e-mail Vladd.
"Tiger Wood" Kamu kirim-kiriman e-mail sama Tiger Wood"" teriak Nanda kagum.
Vladd cuma nyengir sedikit.
"Tiger Wood yang jago golf itu" Kenalin saya dong, Vladd! Saya fans berat niih!" desak Nandi antusias.
Vladd buru-buru men-switch e-mail-nya, jadi game. Trus cuek banget asyik main game. Si kembar nggak tau kalo teman e-mail Tiger Wood itu sebetulnya Pak Eraisuli. Bukan Vladd. Papi Vladd itu memang penggemar fanatik Tiger Wood. Diskusi soal golf lewat e-mail-nya Vladd. Bukannya Eraisuli nggak punya e-mail. Ini cuma satu usaha maksa Eraisuli. Biar Vladd kenal Tiger Wood. Biar dia tertarik golf. Padahal usaha Eraisuli sama sekali nggak ngaruh. Vladd tetap ogah golf. Dia tetap nggak beranjak dari komputer dan remote control-nya.
Setelah capek ngejar-ngejar muridnya supaya bergegas naik bis, akhirnya ibu Bertina bisa bernapas lega. Seisi kelas berikut barang bawaannya sudah masuk ke dalam bis gede.
Di deretan tengah, Su Yin kelihatan canggung menoleh kanan-kiri. Maklum, anak juragan mobil ini seumur-umur belum pernah naik bis. Di sekolah dia satu-satunya murid yang nggak ikut bis antar-jemput. Tiap hari pergi sekolah dengan mobil yang berbeda. "Su Yin menyeringai pada Bianca yang duduk di sampingnya.
"Ehh, lumayan juga ya naik bis!"
"Makanya, merakyat dikit dong! Sekali-sekali ngerasain naik bis. Jangan naik sedan terus!" sahut Bianca sambil matanya nggak lepas mengawasi dino tamagotchi-nya yang sedang asyik bermain.
Merakyat" Naik bis pariwisata yang full segalanya ini dibilang merakyat" Anak-anak sekolah Vladd memang payah. Mana pernah mereka ngerasain naik bis bergelantungan, bersidesak terimpit dari berbagai arah dan beraroma keringat empat puluh empat rupa.
Di pojok belakang James, Perry, dan Yudiantara sibuk kasak-kusuk bertiga. Mereka repot ngatur strategi untuk ngerjain Vladd, musuh bersama mereka. Iya, anak jenius berpenampilan culun itu memang musuh bersama. James kesal karena Marigold, pacar James, jadi sering menempel Vladd. Yudiantara sebel karena posisi dirinya sebagai wakil pelajar Indonesia di Lomba Matematika Internasional tergeser oleh Vladd. Perry" Ahh, Menado kekar ini sebetulnya nggak punya alasan kuat buat memusuhi Vladd. Tapi berhubung Perry sobat kental James, dia merasa wajib ikutan membenci Vladd.
Marigold ikut bergabung duduk menyempil di sebelah Vladd (setelah sukses menyikut Nanda yang sedang bengong). Menyaksikan adegan tersebut, James langsung cemberut. Perry dan Yudiantara berusaha menenangkan.
"Tenang dulu, James," kata Yudiantara, menepuk bahu James. "Nanti di lokasi kita kerjain dia habis-habisan!"
Perry menggosok-gosok kepalan tinjunya. "Dia bener, James. Lo tenang aja! Selama ada Perry, semua urusan bakal beres!" timpal Perry belagu.
Untuk sementara James tersenyum lega. Tapi begitu menoleh lagi ke Marigold yang sedang kecntilan pada Vladd, senyum James langsung hilang.
Sepanjang perjalanan itu remote Vladd nggak banyak beraksi. Cuma sekali saja dia men-"switch irama ska yang rame itu ke acid jazz-nya Incognito. Semua takjub tapi nggak ada yang protes. Kelamaan dengar ska bosen juga sih.
Akhirnya rombongan kecil study tour itu sampe juga di lokasi.. Anak-anak cewek langsung terpesona menyaksikan hamparan bunga liar yang biasanya cuma bisa mereka lihat di Eropa. Mereka langsung sibuk potret-potretan dengan hebohnya.
Vladd ditarik Marigold untuk berfoto berdua dengan latar belakang bunga-bunga liar. Iih, romantis amat! Trio James, Perry, dan Yudiantara bergegas mendatangi mereka.
Perry dengan gaya sengaknya merebut kamera Polaroid milik Marigold. Lalu masang timer-nya. Bersama Yudiantara dan James, mereka bertiga berpose ala binaragawan. Marigold yang pasrah cuma bisa ngomel-ngomel.
Sementara Vladd diam-diam memijit tombol baru remote-nya, back to the origin. Ketika tiga pengacau itu menikmati foto mereka, semuanya terkaget-kaget. Yang mereka lihat ternyata foto manusia prasejarah bergaya ala Ade Rai. Kocak banget!
Marigold yang penasaran merebut foto dari tangan Perry dan langsung cekikikan bareng Vladd. Dengan antusias Marigold menghambur ke gerombolan teman-temannya. Mau memamerkan foto itu ke anak-anak lain: Perry, James, dan Yudiantara kompak manyun. "Yudiantara mengentak-entakkan sepatunya ke tanah, kesal.
"Ini pasti ulah Vladd! Pasti kerjaan dia!" makinya penuh dendam.
James manggut-manggut setuju.
"Nggak salah lagi, Yud! Gue juga yakin, pasti dia!"
"Masa sih" Vladd kan nggak ngapa-ngapain kita"" sahut Perry polos sambil garuk-garuk rambutnya yang baru di-skin.
Yudiantara menatap Perry, kesal.
"Lo tuh gimana, Peet" Apa lo pikir Marigold bisa nempel begitu aja tanpa diapa-apain Vladd""
"Apa maksud lo, Yud"" tanya James curiga. emang Vladd ngapain Marigold" Ngomong yang jelas dong!"
"Iya, Yud! Gue tulalit juga!" timpal Perry penasaran. Yudiantara nyengir sedikit. Dia baru sadar kalo berhadapan dengan cowok-cowok berotak ngepas. Semuanya harus serba jelas. Ngomongnya harus serba transparan.
"Maksud gue, Vladd pasti punya satu rahasia yang bikin dia ditempel Marigold, dikagumin sama anak-anak. Gue sendiri nggak tau apa. Tapi gue rada curiga sama remote yang selalu dia bawa-bawa," jelas Yudiantara perlahan.
"Betul juga ya, Yud. Gue baru mikir ngapain si Vladd ngantongin remote ke mana-mana. Padahal dia nggak bawa teve, nggak bawa hifi, nggak bawa mobil." James manggut-manggut, ikut penasaran.
"Buat nge-remote laptop-nya kali!" celetuk Perry sok pinter.
James spontan mendorong kepala Perry, sebel.
"Elo tuh, Peer, bego diplihara! Diumpetin dong!" maki James.
Yudiantara cengengesan lalu menatap ke arah Vladd dan Marigold yang sedang berduaan menikmati pemandangan alam. "Eh, James, cewek lo berduaan lagi tuh sama Vladd. Ayo kita kerjain!"
"Ayok, ayok!" sahut James dan Perry, antusias.
Kemudian ketiga cowok sirik itu bergegas menghampiri Vladd.
Sementara itu Marigold sedang sok manja menunjuk-nunjuk hamparan tumbuhan bumbu dapur Eropa.
"Baby spice, ginger spice..." Marigold terdiam, menoleh pada Vladd, yang sejak tadi cuman cemberut. Gimana nggak cemberut" Tadi Vladd sedang heboh-hebohnya nge-game, eeh, cewek centil ini menarik tangannya dengan paksa. Ngajak mengidentifikasi bumbu-bumbu dapur.
Menyaksikan Vladd yang nggak bereaksi, Marigold jadi gemes.
"Apa lagi, Vladd""
"Apanya yang apa lagi"" Vladd balik nanya. Tetap manyun.
" Iya, Vladd. Saya tadi kan udah nyebutin: baby spice, ginger spice. Trus apa lagi bumbu dapur yang kamu tau""
Sambil tetap cemberut Vladd meneruskan, asal.
"Cinnamon, mint..." Vladd berhenti, menatap Marigold heran. Yang ditatap senyam-senyum geli. .
"Kenapa" Ad a yang lucu"" tanya Vladd, tersinggung.
"Kamu tuh serius amat sih" Tadi kan saya nyebutin nama anggota Spice Girls! Kamu ngelamun ya, Vladd""
Spice Girls" Sialan. Vladd mendengus kesal. Ternyata yang ada di kepala Marigold cuma grup musik cewek centil itu. Vladd langsung balik kanan meninggalkan Marigold. Tapi baru jalan beberapa langkah trio cowok sirik sudah menghadang Vladd. Mereka lagi, keluh Vladd bosan.
Vladd permisi numpang lewat. Tapi Perry, James, dan Yudiantara mencegatnya dari berbagai arah. Marigold menyaksikan adegan nggak seimbang itu jadi naik darah.
"Kalian mo apa sih" Belon puas ya jadi manusia gua" Apa kalian pengen jadi kera sekalian"" omel Marigold, menoleh ke Vladd. Bikin mereka jadi Pongo, Vladd! Ayo, Vladd!"
Vladd cuma mesem, nggak bereaksi. James jadi semakin belagu, mendorong-dorong tubuh Vladd.
""Ayo, Vladd! Mana kesaktian lo" Tunjukin ke cewek! Mana""
Perry dan Yudiantara ikut menyemangati. Ada yang mulai menendang-nendang. Ada juga yang mengadukan kepalanya dengan kepala Vladd. Marigold menjerit-jerit nggak tega lihat Vladd dianiaya. Sayang nggak ada yang dengar. Lokasi mereka cukup jauh dari rombongan Bu Bertina.
Sambil berusaha menahan serangan cowok-cowok nggak tau diri "itu. Vladd mengeluarkan remote-nya. Berkali-kali dia memijit tombol back to origin. Tapi arah pijitan Vladd kacau karena siksaan bertubi-tubi. Mendadak James menjerit. Bulu tangan James melebat berwarna oranye tua. jari-jari tangannya pun berubah menyerupai tangan monyet. Semua menatap James, kaget. Tau-tau Yudiantara seperti kegatelan menggaruk-garuk seluruh kakinya. Bergegas dicopotnya sepatu airwalk-nya. Dia melotot kaget menyaksikan seluruh kakinya juga ditumbuhi bulu lebat seperti tangan James. Telapak kaki Yudiantara juga asli milik monyet. Belum habis kejutan itu, Perry menggaruk-garuk wajahnya. Nggak lama Perry sudah berkepala orang utan.
Marigold yang heboh eekikikan buru-buru diseret Vladd menjauh. Perasaan Vladd campur "duk. Antara lega dan kasian. Lega karena penyiksaan James cs berakhir. Kasian, soalnya Vladd sendiri nggak tau gimana caranya mengembalikan wujud mereka bertiga ke bentuk asalnya.
Pas Vladd ketemu lagi sama trio cowok sirik itu waktu acara demo pembuatan terapi aroma dari bunga-bunga liar, James udah nyembu"yiin lengan keranya pake jaket lengan panjang, sementara telapak tangannya terbalut sarung tangan tinju milik Perry. Sedang Yudiantara, berjalan dengan susah payah mengenakan sandal gunung dan kaos kaki tebal, n"yembunyiin kaki keranya. Bagaimana Perry" Dia menaikkan kerah jaket kulitnya, berkacamata ski dan berkupluk wol yang menenggelamkan wajah orang utannya. Semua menatap mereka bertiga dengan heran. Nggak lama, semua cekikikan.
Yang cemas justru Vladd. Dia merasa bersalah telah membuat James es jadi manusia kera. Perlahan Vladd mendekati Perry, berbisik pelan, "Per" saya nggak bermaksud bikin kamu begini. Percaya deh, saya mo usaha sekuat mungkin, biar kamu bisa normal lagi."
Perry nggak menjawab. Suaranya menggeram kesal, persis orang utan. James dan Yudiantara tanpa sadar ikut-ikutan menggeram kayak Perry. Seisi ruangan kaget. Nggak lama semua cekikikan lagi.
Malam harinya anak-anak sekolah Vladd menginap di daerah Sukabumi. Vladd nggak bisa tidur mikirin nasib ketiga cowok sirik itu. Dia sibuk membongkar remote control-nya. Berulang kali Vladd menghela napas panjang. Lalu meneruskan mengotak-ngatik remote-nya hingga ketiduran di lantai.
Pagi-pagi sekali Perry menggedor jendela kamar Vladd. Vladd yang ketiduran di lantai tersentak bangun. Begitu Vladd membuka jendela, dia terlonjak kaget. Wajah orang utan Perry yang berdiri tepat di ambang jendela memang asli menyeramkan. Perry menggeram tersinggung. Perry berusaha bicara, tapi yang keluar cuma suara geraman. Dia meninju jendela kamar Vladd, jengkel. Vladd yang sudah nggak kaget lagi bergegas mengambil kertas dan pensil di meja. Menyuruh Perry menuliskan maksudnya. Perry merebut kertas itu dengan kasar. Lalu menulis.
"Brengsek lo, Vladd. Kalo pagi ini lo nggak balikin tampang gue, elo bakal nggak utuh sampe Jakarta," tulis
Perry. Perry berlalu. Nggak lama, James dan Yudiantara muncul di jendela Vladd sambil membawa ancaman yang sama. Vladd ""jadi panik. Bukan karena ancaman trio cowok sirik. Tapi panik karena merasa bertanggung jawab. Vladd bingung, gimana caranya mengembalikan cowok-cowok itu ke wujud asli mereka. Dan acara ngelembur semalaman ngotak-ngatik remote, nggak ada hasilnya.
Sementara itu James es mengucilkan diri di kamar. Mereka ogah jadi bahan tertawaan anak-anak. Selain itu mereka juga sibuk diskusi. Kira-kira siksaan apa yang pantes buat si Vladd" Diapain tu anak" Kalo cuma dibunuh, keenakan Vladd. Mestinya Vladd disiksa pelan-pelan. Biar matinya juga pelan-pelan. Lama dan menyakitkan. Hii, sadis, ya.
Sedang asyik-asyiknya mengatur rencana, HP James berdering. Ya" Siapa ya" sahut James nggak bersemangat. "Ehh, Marsella! Apa, Sell" Nyusul" Ehh, tunggu, Sell! Tunggu! James mematikan HP-nya dengan lesu.
"Marsella, sepupu gue. Dia mo curhat ke gue. Mo nyusul gue ke sini." .
Perry terlonjak kaget. Suaranya ribut menggeram panik. Yudiantara cepat-cepat menyodorkan kertas dan bolpoin. Perry buru-buru menulis.
"Lo gila, James" Itu Marsella sodara lo yang pernah ditaksir Leonardo Di Caprio" Yang mo lo kenalin ke gue" Batalin, James! Jangan boleh dia nyusul ke sini! Gue nggak mau dia ngeliat gue kayak begini!"
"Nggak bisa, Peer! Dia udah on the way to Sukabumi. Ngelarang Marsella sama juga ngelarang bayi ngompol. Dia nggak bisa dicegah. Terima nasib aja, Peer. Lo pikir gue suka ketemu dia dengan tangan berbulu oranye begini"" jelas James suntuk.
Yudiantara tersenyum geli.
"Ya udah, kalo elo-elo nggak mau ketemu sama tuh cewek, gue deh yang nemuin dia. Lagian gue juga nggak suka kok sama Leonardo Di Caprio. Tapi yang jelas soal tampang, gue lebih handsome kan dibanding Si Perry""
Perry meninju perut Yudiantara keras-keras. Yudiantara nyengir sekaligus cengengesan.
Di kamarnya, Vladd Juga nggak ikut kegiatan keluar. Dia sibuk menjelajah dunia internet. Mencoba cari solusi buat tiga manusia kera. Kembali dia mengotak-ngatik remote-nya. Khusyuk banget! Sekitar satu jam kemudian, Vladd tersenyum puas.
Sebuah jip mercy memasuki halaman perkebunan. Marsella, pengemudi jip mercy tersebut, meloncat riang menghirup udara segar. Di dalam kamar, James mengintip dari balik tirai jendela.
"O, my God! Marsella udah arrived! Perry, cepetan lo ngumpet di kolong tempat tidur!" jerit James.
Yudiantara yang penasaran ikut-ikutan mengintip. .
"Wuww! Cute amat, James. Buat gue aja, ya""
Perry yang sudah masuk ke kolong tempat tidur, nongol lagi. Dia ogah rugi. Pengen liat Marsella juga. Rasanya nggak rela banget kalo "jatahnya" direbut Yudiantara.
Perry nongol di jendela. Menggeram dan berdecak-decak kagum. Yudiantara menyeret Perry. "Udah, lo ngumpet ajar Kalo Marsella liat, elo dikira monster!"
Dengan bersungut-sungut Perry masuk kembali ke kolong tempat tidur. Nggak lama pintu kamar diketuk. Yudiantara yang habis bermandikan Eternity for Men, membukakan pintu. Seraut wajah cantik tersenyum.
"Pasti kamu Marsella, ya" James ada tuh, tapi lagi sakit," Yudiantara sok akrab.
"Kamu Perry"" tanya Marsella ramah.
"Bukan, saya Yudiantara," sahut Yudiantara sambil menyalami Marsellil. "Masuk deh!"
Di atas tempat tidur James menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Marsella menghampirinya. Mencium pipi James.
"Kacian kamu, James. Sakit apa sih" Flu"" James menggeleng lemah.
"Enggak, Sell. Kayaknya cuma kecapekan. Tante Sonia gimana" Sehat""
""Adu"h, J"mes, kamu kayak nggak kenal Mami aja. Dia itu biar harus bed rest, ada mid year sale di Pluit, dijabanin juga!"
Ti"a-tiba terdengar sebuah ketukan di pintu. Yudiantara bergegas membukanya. Vladd dengan yakin langsung menyeruak masuk.
"Gue bisa ngembaliin wujud kalian seperti dulu. Ayo deh kasih liat tangan, kaki, dan kepala kalian. Biar gue balikin!"
Dengan mantap Vladd menarik tangan James yang berbulu oranye. Marsella melotot kaget. Vladd mencopot kaos kaki Yudiantara. Lagi-lagi Marsella terpekik menyaksikan kaki Yudiantara yang aneh dan sangat gambreng itu.
"Perry" Di mana kamu, Pe
er"" tanya Vladd.
Dia tersenyum geli melihat jempol kaki Perry yang menyembul dari kolong tempat tidur. Dengan mantap Vladd menyeret Perry keluar. Marsella menjerit histeris melihat tampang Perry. Beberapa detik kemudian dia terkulai pingsan.
Vladd yang sejak tadi nggak menyadari kehadiran Marsella, menatap heran. "Eh, siapa tuh cewek" Gadis desa sekitar sini""
Vladd. baru nyadar setelah James, Perry, dan Yudiantara kompak bersiap mencekiknya.
Tunggu, tunggu! Kalian nggak mau kan jadi manusia kera seumur hidup"" jerit Vladd. 'Saya bisa balikin kalian, tapi dengan satu syarat. Kalian nggak boleh balas dendam ke saya. Soalnya, saya kan nggak sengaja bikin kalian begini. Saya sendiri..."
"Udah, udah! Jangan banyak omong!" potong James nggak sabar. "Sekarang juga lo harus bikin beres semuanya!"
Vladd memijit tombol baru back to normal pada remote-nya. James, Perry, dan Yudiantara kembali jadi manusia biasa. Tapi ketiga cowok sirik tersebut ternyata masih dendam pada Vladd. Mereka bertiga bersiap menerkam Vladd. Buru-buru Vladd memijit tombol freeze. James, Perry, dan Yudiantara terdiam mematung. Vladd tersenyum lega. Untuk beberapa menit dia bakal terbebas dari gangguan mereka. Vladd melenggang pergi.
" 4. GETTING EVEN WITH VLADD
"KEJADIAN di Sukabumi yang bikin trio cowok sirik-James, Perry, dan Yudiantara-berubah wujud ke manusia kera itu jelas nggak bisa begitu aja dilupain. Meski Vladd udah bisa ngembaliin wujud asli mereka, tapi tetap aja mereka menaruh dendam kesumat.
"Bayangin aja! Momen pertemuan antara gu" ama Marsella kan udah gue impi-impiin dari dulu. Dan gue mau tampil dalam format yang sesempurna-sempurnanya. Mandi wangi Polo, pake kaos ketat biar otot gue keliatan, dan sisiran kelimis ke belakang. Eee, gara-gara Vladd sialan itu, momen pertemuan yang gue bayangin romantis, berubah jadi tragedi!" celoteh Perry Lontoh.
"Bener banget, Peer," ujar James. "Sejak ngeliat wajah lo yang kayak kera itu, Marsella jadi nightmare. Nggak mau ketemu lo lagi...."
"Kalo gitu perjodohan gagal dong" Giliran gue dong yang masuk!" sela Yudiantara.
"Perry langsung melotot, otot-ototnya mengeras. "Jangan macem-macem! . Marsella jatah gue. James udah janji. Gue masih mau ngatur pertemuan sekali lagi!!!"
Melihat kedua sobatnya bakal adu otot, James langsung melerai, "Udah, udah! Tahan emosi. Let's back to our plans! Musuh kita jelas sama. Yaitu, Vladdimir Transylvanio, alias Vladdvanio, alias Vladd! Anak drakula itu."
"Kok anak drakula"" tanya Perry bego. Otaknya emang cekak. Apalagi pengetahuannya.
"Ya jelas. Itu kan nama yang berbau drakula. Pernah baca buku Dracula nggak sih lo"" ujar James.
"Enggak. Tapi kalo nonton filmnya pernah. Yang main Keanu Reeves, kan" Tapi gue nontonnya nggak sampe abis. Syerem sih!" .
"Dih. Berotot tapi penakut!" sindir Yudiantara.
"Ape lo!!!" Perry melotot lagi.
"Udah, udah, jangan ribut mulu. Dalam menghadapi musuh, kita harus kompak. One for all, all for one! Sekarang begini. Kita semua tau, senjata yang dipake Vladd buat ngerjain kita itu pasti remote-nya," lerai James.
"Betul! Dia selalu bawa-bawa barang aneh itu. Dan waktu mau ngerjain kita, dia menjet-menjetin tombol di remote itu!" ujar Yudiantara.
"Berarti kita rebut remote itu!" teriak Perry.
"Betul! Tapi gimana ya caranya" Ada usul"" tanya James lagi.
"Kita culik aja si Vladd. Kayak oknum penculik aktivis mahasiswa. Lalu kita sekap, dan kita" rebut remote-nya. Lalu kita ubah si Vladd jadi "manusia kera!!! Kita balas diam" ujar Perry berapi-api.
Kedua temannya takjub menatap Perry.
Tumben otak lo bisa bekerja. Ayo kita atur strategi!! !"
Ketiga cowok itu pun berembuk lagi di kamar James. Sampe malam.
Sementara itu Vladd yang mau jadi objek penculikan malah baru pulang main sama temennya, Sapi'i. Vladd pulang sendirian naek bis, dan keujanan. Vladd lari-lari di tengah rintik-rintik ujan menuju rumah mewahnya. Aduh, kalo Mami atau Maryati tau, pasti mereka bakal ngomel-"gomel. Tapi Vladd nggak mau masuk lewat pintu depan. Dia dengan bandelnya memanjat jendela kamar, dan langsung masuk. Buat orang lain, terutama mal
ing, nggak ada yang bisa masuk begitu aja ke kamar Vladd lewat Jendela. Soalnya jendela kamar Vladd udah dipasangi alat sensor canggih, yang hanya bisa dimasuki oleh Vladd.
Begitu menginjakkan kaki di lantai kamar, Vladd langsung mengucek-ucek rambutnya yang basah. Lalu melepas baju dan celananya yang juga basah. Vladd pun bersin! Aduh pilek deh! Vladd buru-buru mandi air ange"t dan ganti baju. Lalu ngorder cokelat anget ke Maryati lewat interkom.
Pagi harinya virus pilek nggak pergi dari tubuh Vladd. Sepanjang pagi itu dia bersin-bersin terus. Tapi tentu aja Vladd diem-diem, nggak mau ketauan maminya. Soalnya pasti disuruh bed rest. Padahal pulang sekolah nanti, Vladd udah janji mau main sama Sapi'i lagi.
Abis masuk-masukin subnotebook dan remote ajaibnya ke tas, Vladd pun berangkat sekolah begitu bis jemputan datang. Maryati yang ngejar-ngejar Vladd untuk minum susu dan makan roti dulu, nggak digubris.
Sepanjang hari di kelas Vladd terus-terusan bersin. Si kembar Nanda dan Nindi yang pernah nularin virus pilek ke Vladd, jadi ketawa.
"Rasain, sekarang kamu sendiri yang pilek!" ujar Nanda.
"Makanya jangan deket-deket. Saya tularin baru tau rasa!" ancam Vladd.
Si kembar itu ketawa bareng.
Marigold berusaha ngasih perhatian dengan membelikan makanan dari kantin.
"Kamu di kelas aja. Jangan ke mana-mana. Ini saya udah bawain makanan!" ujar Marigold.
Vladd cuma ngangguk, lalu melahap sandwich pemberian Marigold. Perutnya emang laper, belum diisi dari pagi. Dan James tambah sebel ngeliat pacarnya itu ngasih perhatian ekstra ke Vladd. Dia langsung berbisik ke Perry dan Yudiantara.
"Pulang sekolah, rencana penculikan tetap kita. Jalankan. Ok """"
Keduanya serentak mengangguk. Saking deketnya, kepala keduanya saling berbenturan. Perry dan Yudiantara pun mengaduh kesakitan.
Dan pulang sekolah, trio kwek-kwek itu langsung mengatur strategi. Mereka tau kebiasaan Vladd kalo pulang tuh nggak pernah pake mobil pribadi. Vladd selalu ikut bis sekolah. Maka James, Perry, dan Yudiantara pun hari itu merelakan diri nggak bawa kendaraan pribadi yang biasanya suka dipake tarik-tarikan dengan anak sekolah lain di jalan raya. Mereka bertiga jadi anak manis, naik bis sekolah. Itu dia sebabnya, ketika bel berdentang, mereka bertiga langsung pada berlarian ke arah bis sekolah yang parkir di halaman. Menerobos kerumunan anak-anak yang biasa antre tertib. Anak-anak jelas heran ngeliat ketiga anak itu jadi maniak banget pengen naik bis. Padahal menurut sejarah, tanpa berlarian pun, bis sekolah biasanya dengan sabar menunggu siswa SMU itu naik ke bis.
James langsung mengambil tempat duduk di bangku paling belakang. Tugasnya mengawasi pintu keluar bis. Perry ngejogrok duduk di belakang sopir. Tugasnya menodong sopir supaya berhenti di tengah jalan. Sedang Yudiantara ngebooking tempat duduk di tengah tempat biasa Vladd duduk. Untuk memepet Vladd, dan menodongnya turun.
Rencana mereka bertiga udah mateng. Begitu nanti bis tiba di rumah James, rumah yang paling deket ke sekolah dan dilalui langsung oleh bis sekolah, James akan minta turun. Saat itu Perry menahan sopir agar bis jangan bergerak dulu, sebelum Yudiantara menggiring Vladd turun. Setelah itu Vladd akan disekap di gudang bawah rumah James. Baru deh dianiaya. Ih, syerem banget, ya"
Makanya ketiga anak itu duduk dengan sabarnya menunggu detik-detik yang menegangkan, sekaligus menggairahkan buat adrenalin mereka.
Lewat seperempat jam, semua anak tampak udah naik ke bis, kecuali Vladd. Sang sopir menoleh ke belakang, memeriksa anak-anak semua. Setelah merasa yakin nggak ada yang naik lagi, pintu bis pun ditutup. Trio kwek-kwek itu panik. Lho, Vladd mana" Kok Vladd nggak naik ke bis"
Pertanyaan mereka terjawab ketika tiba-tiba mereka melihat sosok cowok kecil nan kurus dan berambut berdiri kayak Bart Simpson itu menyeberang jalan, mau naik kendaraan umum. Ketiga cowok itu spontan berdiri.
Bis baru aja bergerak. Trio kwek-kwek langsung menjerit-jerit, "Stoooop! Stooop, Paaak! Kita-kita mo turun!!!"
Sopir bis kaget, dan langsung mengerem mendadak.
Ketiga cowok itu menggedor-gedor p
intu belakang, minta dibukakan untuk turun. Semua penumpang mengomel.
""Paranoid juga mereka itu! Baru juga mau berangkat, udah minta turun!" ujar Bianca.
"Iya tuh. Tadi keburu-buru pengen naik duluan!!!" omel Marigold.
Sopir bis cuma geleng-geleng kepala, lalu menekan tombol untuk membuka pintu belakang. Ketiga anak itu langsung berhamburan turun, mengejar Vladd yang udah mo naik bis. Begitu sampe seberang, Vladd udah berada dalam bis kota yang melaju cepat. Tiga cowok itu panik, langsung menyetop taksi.
Taksi berhenti mendadak. "Bang, tolong kejar bis itu!" perintah James ke sopir taksi. Lalu ketiga cowok langsung masuk ke dalam taksi.
"Wah, mo main detektif-detektifan nih" Kalo gitu tarifnya borongan nih! Lima puluh ribu. Mau"" ujar sopir licik.
"Deal! Ayo susul bis itu. Pepet sampe brenti kalo perlu!" ujar James tanpa ragu.
Sopir taksi pun semangat mengejar bis. Lalu di halte berikutnya, bis yang lagi brenti dipepet di depannya. Sopir bis bengong. Ada apaan nih"
James melempar uang lembaran senyum mantan presiden ke sopir taksi, lalu turun disusul Perry dan Yudiantara. Kemudian ketiga cowok itu naik ke bis. Sopir bis panik. Wah, ada tawuran lagi nih!!! Yang udah-udah, kaca bis bisa pecah!
Begitu ngeliat Vladd gelantungan di antara penumpang, tiga cowok berbadan lumayan gede itu segera menyeretnya keluar. Beberapa penumpang ada sih yang, mencoba menolong Vladd, karena melihat situasl yang nggak seimbang itu. Tapi kegedean otot Perry mem"uat orang-orang merasa lebih baik nggak ikut campur.
Vladd pasrah aja diseret. Mulutnya cuma ngeluarin protes kecil. "Eh, saya mau turun di rumahnya Sapi'i. Kok dipaksa turun di sini""
"Jangan banyak omong! Ikut - atau mati. ancam Perry.
Vladd pun nggak banyak omong lagi" waktu dirinya diseret masuk ke taksi, dan dibawa ke rumah James.
*** "Hari udah sore, dan Vladd udah disekap di gudang bawah tanah rumah James, tempat nyimpen alat-alat tukang. Rumah James memang mengikuti tekstur tanah yang naik-turun, hingga ada gudang bawah tanahnya.
Tangan dan kaki Vladd diikat, mulutnya diisekap. James, Perry, dan Yudiantara menggeledah tas ransel Vladd.
"Kamu tau kenapa kamu diculik"" tanya James galak.
"Vladd menggeleng. "Karena kamu telah mempermalukan kita semua waktu di Sukabumi. Dan ini balasan yang setimpal!!!" ujar Perry menggelegar.
"Kamu akan kami ubah jadi manusia kera, selama-lamanya! Hahahaha...," Yudiantara terbahak-bahak.
Lalu tas Vladd dibongkar lagi. Dari dalamnya ada subnotebook dan remote control. James langsung mengambil remote control itu. Lalu tertawa.
"Hahahaha! Jangan bangga dulu sama kepinteran kamu, Vladd. Saya tau, kamu bisa ngerjain orang pake remote ini, kan" Nah, sekarang tau rasa pembalasannya! Hahaha!"
""Senjata makan tuan, hahahaha!" Yudiantara ikut tertawa dengan nikmatnya. Yudiantara yang paling pinter di antara ketiga gembong cowok jahat itu merebut remote, untuk mempelajari tombol-tombol.
"Cepet, Yud. Ubah dia jadi manusia kera. Hahaha!!" Perry tampak nggak sabar.
Yudiantara masih mempelajari.
"Bisa nggak sih" Tinggal pencet doang." James mulai nggak sabar.
Merasa dilecehkan, Yudiantara ngotot, "Sabar dong. Jelas gue bisa! Masa sama Vladd aja kalah" Cuma gue kudu ati-ati. Nggak boleh salpen. Alias salah peneet. Nanti bisa-bisa kita yang ketiban sial lagi!"
James dan Perry langsung manut. Tinggal Vladd yang cemas. Aduh, gawat! Kalo mereka bisa memakai remote itu, berarti nasib petualangannya akan berakhir di sini!
Yudiantara terpekik girang. "Gue tau! Ini ada tombol back to origin. Pasti ini tombolnya!!!"
Yudiantara pun langsung mengarahkan ke Vladd, dan memeneet tombol itu. Vladd merem, karena ketakutan. Tapi berkali-kali Yudiantara memencet, tak ada reaksi apa-apa. Yudiantara penasaran. James dan Perry jadi
nggak sabar. Mereka merebut remote itu, dan memeneet sembarang tombol sambil diarahkan ke Vladd. Tetap tak ada reaksi.
"Kok nggak bereaksi"" tanya James heran, sambil memandang Yudiantara. "Gimana sih lo""
Vladd juga heran. Tapi sedetik kemudian, dia langsung tau jawabannya. Ternyata virus flu yang dideritanyalah jawabanny
Pendekar Sakti 5 Raja Naga 04 Rahasia Taman Kematian Pembalasan Kurcaci Ajaib 2
GAME OVER 1. ANGIN BEREMBUS DI SEKOLAH KUMUH
"VLADD baru pulang sekolah. Tampangnya suntuk berat. Jam terakhir tadi, kelas komputer. Dan Pak Bangke, guru komputer yang nama aslinya Bambang Eko tapi disingkat dengan kejam oleh anak-anak itu, seenaknya aja maksa Vladd jadi asisten. Vladd disuruh bongkar-pasang CPU. Dipaksa meng-up grade komputer jangkrik. Emang nggak capek" Mentang-mentang Vladd jago komputer.
Yang lebih nyebelin lagi, temen satu kelas Vladd malah pada asyik sendiri. Ada yang ngegame. Ada yang repot sama tamagotchi-nya (bangsanya ngebersihin pup, nimbang berat badan, masangin AC, de-el-el kerjaannya baby sitter). Ada juga yang cuek ngegelar arisan dolar. Pokoknya kacau berat deh!
Mungkin cuma Yudiantara yang konsen merhatiin Vladd. Sejak Vladd jadi calon tunggal peserta Lomba Matematika Internasional, Yudiantara jadi suka sirik. Gimana enggak"
Tadinya dia yang ditunjuk sekolah mewakili Indonesia. Eh, tanpa pesan dan kesan, tau-tau Vladd yang ngegantiin. Jelas aja Yudiantara sakit hati, dan bawaannya sirik melulu kalo ngeliat Vladd. Makanya setiap saat Yudiantara selalu cari-cari kesalahan Vladd. Siapa tau Vladd bikin kesalahan fatal yang bisa dicemooh. Bisa aja kan, Vladd nyebutin prosesor jadi kompresor. Atau bilang microchip jadi microwave atau potatochip. Mungkin aja, kan" Pokoknya, cari kesalahan Vladd seteliti mungkin. Bikin Vladd malu!
Dan di kelas tadi siang itu Pak Bangke senyam-senyum sendiri merhatiin kecanggihan Vladd. "Dengan keahlian seperti ini, Vladd nggak perlu kursus teknisi lagi. Dia sudah bisa terima panggilan," komentar Pak Bangke.
Anak-anak cuek-cuek aja, nggak ada yang nanggepin becandaan Pak Bangke. Yang bereaksi cuma Yudiantara, yang menyahut dengan nyelekitnya, "Kalo gitu, kamu ke rumah deh, Vladd. AC kamar saya rusak!"
Vladd cuek aja, nggak nanggepin omongan Yudiantara. Terus sibuk ngebongkar komputer. Malah Pak Bangke yang jadi sewot, "Sistem kerja AC dan komputer berbeda, Yudi! Saya pikir kamu anak pintar!" Bisa-bisanya kamu melontarkan kata-kata bodoh seperti itu!"
Yudiantara jadi merah mukanya. Bibirnya manyun. Vladd melirik ke Yudiantara sambil cengengesan. "Nggak lama komentar sengak Yudiantara muncul lagi.
"Masih lama ya, Vladd"" tanyanya sambil menguap lebar. "Kalo masih, saya mo pesen burger dulu di kantin. Laper niih!"
Tanpa menunggu jawaban Vladd, Yudiantara langsung memijit HP-nya. Mo nelepon kantin. Mendadak Pak Bangke menggebrak meja. Nggak cuma Vladd yang di dekatnya aja yang kaget. Tapi seisi kelas ikutan kaget.
"Kamu kira saya senang mengajar di sini" Kamu pikir dengan gaji tinggi, saya bisa dikurangajari murid" Jangan main-main, ya" Mungkin saja di rumah kalian biasa kurang ajar sama orangtua. Tapi di sini, di kelas saya, yang kurang ajar silakan angkat kaki. Keluar dari kelas ini!" cerocos Pak Bangke penuh emosi.
Kelas mendadak hening. Yang arisan dolar, yang main tamagotchi, yang ngerumpi, semua terdiam.
Pak Bangke menoleh ke Vladd.
"Vladd, coba kamu teruskan. Kelas tidak boleh bubar sebelum Vladdvanio menyelesaikan pekerjaannya."
Di sana-sini terdengar suara keluh kesah. Vladd jadi grogi. Nggak enak, gara-gara dia anak sekelas jadi tertahan pulang. Dengan terpaksa Vladd mengeluarkan remote control-nya. Memijit tombol sleep yang diem-diem diarahkan ke seisi kelas. Termasuk juga Pak Bangke. Serentak seisi kelas hening, cuma terdengar suara dengkuran saling sahut-menyahut. Lalu Vladd mengarahkan remote ke komputer yang sedang dibongkarnya. Memijit tombol rebuilt. Dalam sekejap komputer yang dibongkar Vladd sudah rapi kembali. Sekali lagi Vladd memijit tombol remote-nya, membangunkan semua orang. "Semua orang terbangun, dan terheran-heran.
"Selesai, Vladd" Cepat sekali kerjamu"" puji Pak Bangke kagum.
Anak sekelas bersorak gembira, karena bisa cepat-cepat pulang. Cuma Yudiantara yang manyun. Siriknya makin nambah!
Begitu deh ceritanya kenapa Vladd suntuk.
"Dan sore ini Vladd tertidur pulas di kamarnya. Ketokan pintu dan bunyi alarm nggak berhasil bikin dia bangun. Bik Zuleha yang mau nganter hidangan tea time ke kamar Vladd sampe panik. Takut Vl
add kenapa-kena"pa. Maryati apalagi. Dia serta-merta mengerahkan bala bantuan orblak (orang belakang) buat mendobrak pintu kamar Vladd.
Satpam Lukijo langsung muncul dengan perlengkapan security-nya, Pak Narsakip berikut peralatan berkebunnya. Bik Zuleha dan Maryati" Mereka heboh bawa perlengkapan masak. Semuanya dengan satu tujuan: Vladd selamat!
Di depan pintu kamar Vladd, para orblak berkumpul. Kembali alarm berbunyi keras.
"Gimana, Mar" Langsung dobrak"" tanya Lukijo penuh semangat.
Sebentar," kata Maryati memberi, isyarat pada Bik Zuleha. Bik Zuleha manggut-manggut.
Nggak lama depan kamar Vladd dipenuhi suara gedombrengan orkes dapur. Duet kompak Maryati-Bik Zuleha makin rame ditambah suara pentungan Satpam Lukijo yang memukul-mukul pintu. Narsakip nggak mo kalah. Alat pemotong rumputnya dibuka-tutup dengan keras. Suaranya menyayat hati. Mereka rame-rame bikin keributan supaya Vladd bangun.
"Stop! Stooopp!" teriak Maryati.
"Serentak orkes nekat itu berhenti. Maryati menempelkan kuping di pintu kamar Vladd. Sepi. Nggak ada suara apa-apa. Cuma suara alarm aja yang terus-terusan berbunyi.
"Dobrak"" tanya Lukijo, Narsakip, Bik Zuleha, kompak.
Maryati rnengangguk. Para orblak mengambil ancang-ancang untuk mendobrak. Begitu mereka serentak mendobrak, pintu kamar Vladd terbuka lebar. Semua jatuh tersungkur. Vladd duduk di tepi tempat tidurnya (masih pegang remote pintu), ngucek-ngucek mata. Ini bukan mimpi, kan"
"Ngapain pada ke sini"" tanya Vladd sambil menguap lebar. Dia masih ngantuk berat.
"Maaf, Mas Vladd," kata Maryati malu-malu, sambil bangkit dari jatuhnya, disusul yang lain. "Abis Mas nggak ada suaranya. Alarm bunyi terus, pintu diketok keras-keras. Nggak ada jawaban. Jadi kita kira..."
"Saya mati"" sambar Vladd, sebel.
"Ya nggak sampe mati, Mas!" Bik Zuleha cengengesan.
Satpam Lukijo cengengesan, menyahut, "Agak-agak pingsan, gitu, Mas!"
"Pokoknya Mas Vladd bikin orang khawatir!" tambah Narsakip, nggak sengaja mengacungkan gunting tanamannya.
"Udah, udah! Pada keluar deh! Jauhin senjata tajam kalian dari kamar saya!" usir Vladd galak.
"Rombongan orblak itu berduyun-duyun keluar kamar. Vladd menutup pintu kamarnya dengan remote. Nggak lama Vladd cengar-cengir sendiri. Ternyata tadi pas pulang sekolah karena ngantuk banget, Vladd me-remote dirinya sendiri untuk tidur. Dia lupa kalo pengaruhnya dahsyat sekali. Untung tadi Maryati cs berinisiatif bikin Keributan di depan kamarnya. Kalo enggak, sampe besok pagi Vladd bakal tetap tidur pulas.
Saat makan malam bersama orangtuanya, Mami Smirnov dan Papi Eraisuli (yang amat jarang terjadi), Vladd ditanya maminya soal kehebohan tadi sore.
"Vladd, Mami dengar tadi sore kamu tidur kayak orang pingsan, ya""
"Siapa yang bilang" Maryati"" Vladd cuek menyendok sup kepitingnya.
"Semua orang bilang!" Pak Eraisuli ikut komentar.
Vladd mendengus kesal. Begitu aja bikin heboh.
"Buat apa kamu pasang-pasang alarm, pintu segala pake di-remote, tapi kamunya susah bangun. Buat apa, Vladd"" omel Mami bikin
Vladd semakin kesat Vladd cuma diam. Males ngejawab. Ntar omelan maminya bisa makin panjang. Tapi Mami Smirnov bukannya diam, malah makin seru.
"Kamu jangan seenaknya, Vladd. Mentang-mentang Mami sama Papi jarang di rumah, itu bukan berarti kamu bisa semaunya sendiri. Mami sama Papi berharap banyak pada kamu. Jangan bikin orangtua kecewa. Kamu nggak tau, gimana susahnya cari duit. Gimana Mami, Papi..."
"Udah, Mami, ngomongnya diterusin nanti aja. Abis makan. Sekarang kita semua pengen menikmati makan malam bersama," potong Pak Eraisuli, bijak.
Mami tutup mulut. Kalo udah Pak Eraisuli buka mulut, nggak ada yang berani membantah. Dan Mami Smirnov keliatan nggak sabar banget nungguin makan malam berakhir buat ngelanjutin omelannya ke Vladd. Dasar jail, Vladd malah terus-terusan nambah. Jadi acara makannya nggak selesai-selesai. Mami kesel sekali. Begitu suapan terakhir puding karamel Vladd masuk ke mulut, Mami nggak tahan lagi.
"Nah, Vladd, Mami mo tau. Kenapa kamu suka seenaknya sendiri" Mau kamu apa sih""
"Mami iih! Vladd kan masih mo nambah puding," sahut
Vladd nakal. "Betul, Mi. Apa Mami nggak mo nunggu sebentar lagi"" kata Pak Eraisuli membela Vladd.
Mami cemberut. "Ya, ya, kamu makan aja terus. Biar perutmu meledak!"
"MAMI!" tegur Pak Eraisuli galak.
"Vladd jadi nggak enak sendiri. Ia meletakkan garpu kecil. "Udah, Vladd udahan makannya. Tadi Mami tanya apa""
"Kamu maunya apa"" ulang Mami gemes.
Dahi Vladd mengernyit. Apa, ya" Kayaknya dia nggak pengen apa-apa. Semua kebutuhannya sudah tersedia. Vladd bingung ditanya "gitu.
Ngeliat Vladd kebingungan begitu, Mami Smirnov makin gemes.
"Mau apa, Vladd" Audio video baru" KOI" komputer baru" Apa" Kamu tinggal ngomong aja. Sekarang juga Mami bisa kontak toko, minta delivery barangnya ke sini. Apa pun, Vladd, asal kamu nggak seenaknya sendiri."
Mendadak Vladd tersenyum misterius.
"Betul nih, Mi" Vladd boleh minta apa aja""
Mami Smirnov mengangguk cepat.
"Asal nggak minta kawin aja, ya, Mi," celetuk Pak Eraisuli kocak.
Pak Eraisuli dan Mami Smirnov eekikikan bareng. Vladd manyun.
"Ayo, apa"" tantang Mami lagi.
"Kalo boleh, Vladd minta pindah sekolah aja, kata Vladd akhirnya.
"APA"""" Mami dan papi Vladd teriak bareng.
"Iya, Vladd mo pindah sekolah."
Mami Smirnov buru-buru mengelap mulutnya pake serbet, dan berujar mantap, "Kamu tau nggak, Vladd" Sekolah kamu itu sekolah terbaik dan termahal di Indonesia. Standar pendidikannya internasional. Fasilitasnya paling komplet. Kalo kamu mo pindah, harus ke sekolah yang bermutu juga. Paling nggak di Eropa atau Amerika," sahut Mami sambil menoleh ke suaminya. "Iya kan, Pi""
Pak Eraisuli mengangguk kecil.
"Tapi Vladd nggak mau sekolah di luar. Vladd mau di sini aja!" kata Vladd, ngotot.
"Ya udah. Itu berarti kamu tetap di sekolah yang sama. Nggak pindah!" tegas Smirnov.
Vladd jadi kesel. "Tadi Vladd ditanya mo apa. Vladd udah bilang, malah dilarang!" Vladd merajuk lalu pergi ninggalin meja makan.
"VLADD!!!" teriak Smirnov.
Vladd cuek pergi ke kamarnya. Mami Smirnov udah mo ngejar, tapi dilarang Eraisuli. "Biar, Mi. Biarin Vladd ke kamarnya."
Mami menatap Eraisuli, panik.
"Gimana tuh, Pi" Vladd mulai ngaco tuh!"
Eraisuli menggeleng pelan.
"Mungkin juga enggak. Mungkin dia cuma bosen sama sekolahnya."
"Bosen gimana" Sekolah Vladd sekolah yang paling banyak kegiatan ektrakurikulernya. Ada mini golf, arena berkuda, fitness, kolam renang olympic, teater, gedung opera. Ah, pokoknya sarana olahraga sama unit keseniannya komplet! Mana kantinnya lengkap sekali. Dari makanan tradisional Indonesia, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, Singapur, sampe makanan Barat, semuanya ada. Mana kantinnya terima delivery order lagi ke kelas-kelas. Apa ada sekolah lain di Indonesia yang kayak begitu" Apa ada, Pi"" cerocos Smirnov panjang-lebar.
"Iya, iya, saya tau. Tapi kalo Vladd mo pindah sekolah, boleh aja," sahut Eraisuli kalem.
"Boleh aja" Papi ini ngawur!"
"Kamu dengerin dulu, baru komentar!" suara Eraisuli meninggi. "Biar si Vladd coba sekolah lain. Kalo udah merasakan sekolahnya ternyata jauh lebih baik, pasti dia bakal minta kembali ke sekolah lamanya."
Smirnov mertatap Eraisuli, ragu.
"Tapi, Pi, apa bisa pindah-pindah sekolah seenaknya sendiri""
Mendadak Eraisuli ngakak.
""Kamu lupa ya" Saya kan kenal sama owner sekolah Vladd. Kredit buat membangun sekolah itu juga dari salah satu bank tempat saya jadi komisarisnya."
"Jadi"" Smirnov masih belum yakin.
"No problem! Vladd bisa keluar-masuk sekolah itu segampang dia ganti baju."
Eraisuli kembali ngakak. Smirnov tersenyum lega.
Singkat kata, Vladd dapat lampu ijo untuk pindah sekolah. Vladd girang sekali. Dia milih sekolah nggak tanggung-tanggung, sebuah sekolah swasta dengan status diragukan. Gedung sekolahnya aja nebeng sebuah gedung SD. Jadi SMU Vladd masuk sore karena pagi hari gedungnya dipake anak SD.
Selain itu guru-gurunya juga nggak beres. Karena honornya kecil, ngajarnya juga suka-suka. Kalo ngajar hobinya ngasih catetan dari dika"t (yang dicatet di papan tulis oleh seorang murid sementara beliaunya sendiri asyik terkantuk-kantuk di mejanya). Tapi lebih sering lagi para guru mangkir ngajar. Biasa lah, ngob
yek di tempat lain yang honornya gedean.
Tentu saja kehadiran Vladd di sekolah "ecek-ecek" itu bikin geger. Semua guru, bahkan Kepsek, hormat pada Vladd. Vladd kayak anak emas. Ngomong apa aja diturutin. Kasih usulan apa juga, disetujui. Temen satu sekolah Vladd juga baik semua pada Vladd. Apalagi mereka sering diajak Vladd ber-weekend di vila mewah milik Eraisuli di daerah Puncak atau cottage bergaya Carribean-nya di Anyer. Terang aja temen-temen Vladd girang sekali. Biasanya mereka paling top ber-weekend di mal. Sekadar winndow shopping. Cari yang dingin dan gratis. Abis nggak kuat beli.
Dan celakanya, Vladd keliatan betah sekali di sekolah barunya. Dia seperti lupa pada segala fasilitas canggih yang pernah dikecapnya di sekolah lama. Vladd menikmati sekali pulang sekolah naik kendaraan umum (bis, metromini, mikrolet, bajaj, ojek, etc). Dan sudah nggak takut lagi dikompasin seperti dulu. Malah ia sudah kenal dengan beberapa preman terminal, yang selalu hormat pada Vladd karena Vladd nggak pernah pelit ngasih duit rokok.
Vladd baru bisa naik bis pulang sekolah, soalnya kalo berangkat sekolah, Mami Smirnov maksa Vladd harus dianter mobil pribadi. Vladd juga mulai melupakan subnotebook dan remote control ajaibnya. Dia merasa benda-benda itu nggak pantes dibawa ke sekolah. Dengan benda canggih macam begitu, Vladd akan keliatan sangat "tampil beda". Dia nggak mau begitu. .
Udahannya, Mami Smirnov yang belingsatan. Dia sama sekali nggak menyangka Vladd bisa "merakyat". Tadinya, Smirnov dan Eraisuli yakin kalo Vladd nggak bakalan betah bersekolah di tempat kumuh begitu. Tapi nyatanya dugaan mereka meleset berat.
Di kamar tidur, Mami Smirnov mengeluarkan unek-uneknya ke Eraisuli yang nyaris tidur.
"Gimana dong, Pak" Vladd betah banget di sekolah kumuh itu! Kita harus gimana""
"Ya gimana lagi"" sahut Eraisuli perpaduan pasrah dan ngantuk.
"Bertindak dong, Pak! Pindahin Vladd ke sekolah yang dulu!" Smirnov gemes.
"Kalo dia nggak mau""
"Paksa! Kasih iming-iming saham-saham bagus koleksi kamu. Tawarin dia keliling dunia sesukanya. Atau apa aja Pak, yang penting Vladd bisa kembali ke sekolah lamanya."
"Ya udah, besok kita bicara sama dia," jawab Eraisuli lalu mulai ngorok. Smirnov menatap suaminya kesel.
Besok paginya Vladd bener-bener disidang. Mami Smirnov bicara (baca: ngomel) dari Sabang sampe Merauke. Vladd cuek-cuek aja. Begitu Eraisuli mulai ngomong, baru Vladd nyimak.
"Sekarang begini aja, Vladd. Kamu pindah ke sekolah yang dulu atau nggak usah sekolah sama sekali. Tapi kalo kamu milih nggak sekolah, silakan tinggalkan rumah ini," kata Eraisuli tegas.
Vladd terdiam sejenak. Mikir berat mendadak dia tersenyum manis.
""Oke, Vladd balik ke sekolah yang dulu dengan satu syarat."
"Syarat apa" Jangan macem-macem kamu, Vladd!" Mami Smirnov panik lagi.
"Nggak macem-macem kok, Mi. Vladd cuma pengen Papi nyumbang tanah dan gedung buat sekolah Vladd sekarang. Trus dilengkapi sekalian sama perpustakaan yang bagus, laboratorium yang lengkap, trus sarana olahraga yang oke," Vladd menantang Eraisuli. Sanggup nggak, Pi""
Eraisuli ngakak. "Pinter kamu, Vladd! Tapi kenapa""
"Karena Vladd kasihan. Sementara ada sekolah yang bermewah-mewah, sekolah kumuh itu gedung pun harus nebeng sama bangunan SD. Nggak ada fasilitas apa-apa lagi. Gimana anak-anak Indonesia bisa pinter semua nantinya, Pi" Gimana kita bisa bersaing sama negara lain" Gimana generasi bisa menghadapi milenium ketiga" Gimana kita bisa masuk ke pasar bebas" Gimana negara kita bisa jadi negara mandiri, yang kalo dolar terus naek, kita bisa tenang-tenang aja kayak Jepang karena nggak perlu mengimpor apa-apa dari luar!" "
Eraisuli tersenyum, menepuk-nepuk pundak Vladd. Bangga.
"Iya, iya, nanti Papi urus. Tapi nggak perlu terlalu canggih, kan""
Vlad mengangguk-angguk. Nggak perlu, Pi. Yang penting, laik huni""
"Kamu kayak pejabat aja, Vladd!" Smirnov menepuk punggung Vladd .lalu bergegas pergi.
"Mami jalan duluan, ya" Ada pelantikan ketua koperasi pabrik bajigur di Bogor!"
Vladd dan Eraisuli cengengesan. Begitu Smirnov nggak keliatan lagi Eraisuli berbisik pe
lan pada Vladd, "Enak ya sekolah di tempat kumuh"" Vladd nyengir. "Enak banget, Pi! Sekali-sekali Papi harus nyobain juga!"
"Hush! Masa Papi disuruh jadi anak sekolahan lagi""
"Eh, iya, ya" Papi udah ketuaan," sahut Vladd sambil mikir. "Atau gini aja deh. Besok Papi gantian jadi bapaknya Sapi'i aja."
Eraisuli bengong, nggak nyambung.
"Sapi'i itu siapa""
"Temen sebangku Vladd. Anaknya penyapu jalanan di Cengkareng. Adiknya Sapi'i ada lima. Kecil-kecil semua. Sapi'i udah nggak punya ibu lagi. Katanya sih ketabrak kereta api," jelas Vladd lancar. "Mau ya, Pi, ngegantiin bapaknya Sapi'i" Sehari aja!"
"Papi masih nggak ngerti." Eraisuli mengernyit.
"Kalo penasaran sama tempat kumuh, Papi bisa tukeran tugas sama bapaknya Sapi'i. Jadi penyapu jalanan sekaligus ngurus Sapi'i sama adik-adiknya yang lima biji. Biar bapaknya Sapi'i ngegantiin Papi ngejalanin bisnis."
Eraisuli merengut, sebel.
""Edan kamu, Vladd! Sinting kamu!" omelnya termanyun-manyun.
Vladd cekakakan keras banget.
" 2. SAPI'I "MESKIPUN Vladd udah nggak sekolah di tempat kumuh, dia masih terus ngelanjutin persahabatannya dengan bekas temen sebangkunya: Sapi'i. Sapi'i ini anak penyapu jalanan di Cengkareng. Iya, jalanan yang jadi wilayah kerja bapaknya Sapi'i adalah jalan tol. Kebayang nggak" Pagi-pagi buta bapaknya Sapi'i udah mulai kerja, nyapu jalan tol. Sementara di rumahnya, Sapi'i yang udah nggak punya ibu lagi, yang katanya sih meninggal ketabrak kereta api, repot ngurusin adiknya yang lima biji. Mana masih pada kecil-kecil, lagi. Abis ngurus adik-adik sebisanya dan setelah masrahin tanggung jawab ke adiknya yang paling gede serta nitip mata ke tetangganya yang buka warung rokok, Sapi'i langsung pergi ke agen koran. Sapi'i ngambil koran buat diantar ke para langganan. Kelar nganter koran, Sapi'i langsung masuk sekolah.
Sarapan" Mana sempat" Selain emang nggak sempat, yang buat sarapan juga nggak ada. Makanan semalam nggak pernah tersisa. Semuanya abis ludes dimakan sekeluarga. Pokoknya, tikus-tikus di rumah Sapi'i menderita deh. Banyak tikus yang hijrah ke rumah tetangga.
Sekarang Sapi'i sedang "mencuri" waktu main ke rumah Vladd. Tepatnya, ke kamar Vladd. Semua barang di kamar Vladd dipe"gangin dan ditanyain satu per satu apa nama dan kegunaannya. Vladd sampe pegel ngejawab pertanyaan Sapi'i. Soalnya pertanyaan Sapi'i polos banget sih. Kayak gini nih: "Kenapa ini namanya mouse" Kenapa nggak Yo-yo aja" Atau gangsing" Trus, ngapain sih pake bahasa Inggris" Bilang aja, tikus. Gampang!"
"Lalu apa bedanya keyboard ini sama keyroard-nya anak band""
"Surat-suratan kan bisa pake prangko. Ngapain juga lewat internet" Emang enak, Vladd""
Kayak begitu-begitu deh. Bikin Vladd gemes bin kesel dengerinnya.
"Gimana kabarnya sekolah, Pi'i" Asyik, ya"" Vladd mengalihkan pertanyaan Sapi'i.
"Ya jelas asyik. Kita mendadak punya gedung sendiri. Nggak nebeng SD Coblong lagi. Mana ada perpustakaannya, lab praktikum, lapangan basket sama badminton sendiri. Pokoknya hebat lah!"
"Emang Kepsek dapet pinjeman kredit dari mana"" tanya Vladd pura-pura bego.
"Sapi'i menggeleng sambil nyengir.. "Enggak, nggak dapet kredit! Emang Bang Dikun ngereditin panci keliling gang" Kata Kepsek, sekolah dapet sokongan dari konglomerat misterius.
"Konglomerat misterius"" Vlad" asli kaget.
"Iya, misterius. Nggak mo ngasih tau namanya. Mana nggak pernah dateng. Cuma bolak-balik ngirim orang, ngecek pembangunan sekolah."
Vladd senyam-senyum sendiri. Ternyata Papi Eraisuli memilih nyumbang diam-diam. Bagus juga. Vladd bangga punya Papi kayak Eraisuli. Di zaman orang-orang ribut minta dipublikasikan karena berderma, Eraisuli malah ngumpet-ngumpet.
"Kapan-kapan saya main ke sekolah kamu, ya"" ujar Vladd antusias. "
Sapi'i meninju lengan Vladd, pelan. Kayak apaan aja. Itu kan sekolah mu juga.
Vladd cengengesan. Sapi'i menatap jam meja di samping komputer Vladd. Mendadak dia panik. "Saya pulang dulu Ya" Adik-adik belon dikasih makan!"
"Emang kamu yang masak buat mereka"
"Biasanya sih si Sopie. Tapi dia lagi demam, nggak ada yang masak. Biar. nanti saya beliin pecel deket gan
g senggol." "Enggak usah! Kamu ikut saya aja, tegas Vladd, menyeret Sapi'i keluar kamar.
Ternyata Vladd menggiring Sapi i ke dapur. "Di dapur Bik Zuleha dan Maryati lagi ngerumpi. Mereka kaget lihat kedatangan Vladd.
"Bik, tolong siapin makanan buat sepuluh orang, masukin ke rantang, ya" Kamu, Mar, ambil buah, makanan kaleng, sama mi instan kira-kira cukup buat sepuluh orang untuk persediaan satu minggu," perintah Vladd, bikin semua bengong. Biar bengong, Bik Zuleha dan Maryati bergerak cepat mempersiapkan permintaan Vladd.
"Kamu nggak perlu begini, Vladd. Saya jadi nggak enak," bisik Sapi'i pada Vladd.
Vladd tersenyum geli. "Justru saya yang nggak enak, kalo nggak ngasih oleh-oleh adik kamu."
"Tapi kamu berlebihan!" protes Sapi'i.
"Alaa, dibanding dermawan misterius sekolah kamu, ini nggak ada artinya."
Sapi'i nggak bisa ngomong lagi. Dia cuma merangkul Vladd penuh haru. "Aduh, saya nanti jadi nggak enak sering-sering ke sini. nanti dikira mau minta makanan...."
"Enggak lah. Santai aja."
Vladd ikut mengantar Sapi'i yang kerepotan menggotong dua kardus gede berisi makanan, pulang ke rumahnya. Mereka naik taksi. Soalnya Vladd nggak enak kalo nganter pake mobilnya yang kelewat mewah ke gang sempit dan becek, dan turun di depan gang. Ini kan lagi zaman susah, bisa memancing kecemburuan sosial. Salah-salah dikira apaan lagi.
"Sapi'i menatap Vladd, ragu.
"Kenapa, Pi'i" Cepetan dong jalan. Kan kasian adik-adik kamu nungguin," tegur Vladd nggak sabar.
"Gimana, ya"" Suara Sapi'i kedengaran bingung.
Vladd makin sebel. "Gimana apanya" Ngomong yang jelas!"
"Gini, Vladd, bukannya saya ngusir kamu. Tapi sebaiknya kamu nggak usah mampir ke rumah saya," jelas Sapi'i pelan.
Ekspresi muka Vladd udah mo marah, tapi beberapa detik kemudian dia berusaha tersenyum. "Oke, nggak pa-pa. Saya ngerti, Pi'i. Kalo gitu, saya pulang, ya""
Sapi'i manggut-manggut, menepuk punggung Vladd akrab. "Saya temenin cari taksi."
"Nggak usah! Saya kan nggak bawa barang. Saya mo naik bis aja. Tinggal nyegat yang jurusan Blok M. Trus nyambung ke Pondok Indah. Gampang, kan"" kata Vladd, lalu berjalan melenggang keluar gang.
Meskipun udah pengalaman naik-turun angkot (waktu bersekolah di sekolah kumuh, Vladd sempat ngicipin naik bis, metromini, dan temen-temen angkot lainnya), ternyata Vladd nyasar-nyasar juga. Asal bis ada tulisan Blok M, dia naik. Nggak taunya itu bis tujuannya Tanjung Priok. Begitu juga liat metromini Blok M-Kampung Melayu. Vladd asal loncat. Ternyata metromininya ke Kampung Melayu. Terus-terusan begitu sampe hari gelap.
Akhirnya sekitar jam sepuluh malam Vladd ngejogrok kecapekan di terminal bis Cimone, Tangerang. Seorang preman bertampang serem mendekati Vladd.
"Bagi rokok!" bentak preman itu kasar.
Vladd menatapnya dengan tatapan ngantuk. Ada juga remote."
Si preman makin kesel. "Eh, anak kecil, lu jangan bercanda, ya" Bagi rokok! Kalo lu nggak punya, duitnya aja. Cebanan!" paksanya lagi.
"Apa"" tanya Vladd, lesu. "Ubanan""
Preman itu nggak tahan lagi. Dengan kasar ia menggeledah Vladd. Dia kecewa sekali setelah nggak berhasil menemukan apa-apa. Di saku Vladd cuma tersisa beberapa ratus rupiah dan sebuah remote control.
Dengan kasar si preman merampas remote Vladd. "Belagu lu, ya" Bawa-bawa remote control. Biar semua orang tau lu punya televisi""
Vladd salah tingkah. Gimana ya ngejawabnya" Masa sih dia mesti ngaku kalo itu remote ajaib" Bisa gawat dong! Trus harus gimana" Diem, pasrah aja"
"JAWABBB!!!" bentak si preman kenceng.
Vladd masih bengang-bengong. Samar-samar terdengar lagu dangdut yang merintih-rintih diputar di sebuah warteg.
"Dangdut"" ujar Vladd, pelan.
""Dangdut" Apa maksud lu""
Mendadak Vladd tersenyum, jail. "Iya, bang. dengan remote ini Abang bisa joget dangdut!"
Jelas Vladd bersemangat. "Jangan menghina, ya" Dengkul gue rematik, lu bilang bisa joget dangdut. Buktiin! Kalo gagal, lu pulang tinggal nama!"
Vladd mengambil remote dari tangan si preman. Lalu memijit tombol "dance". Nggak lama preman galak itu sudah meliuk-liuk berjoget dangdut dengan gaya pulen banget.
Mulanya Si preman cenge ngesan bahagia. Tapi lama-lama dia pegel Juga. Abis joget terus nggak berhenti.
U"dah, udah! Stooopp! Gue udah capek!" "preman itu sambil terus joget..
Vladd menggeleng sambil "cekikikan, lalu pergi
"Malam itu Vladd pulang ke rumah nyarter omprengan. Soalnya udah nggak ada lagi angkot yang beroperasi. Ada juga satu-dua, tapi jurusannya jauh banget dari Blok M. Bangsanya Pasar Kemis, Mauk, Kapuk. Kayak begitu-begi"tu lah.
Waktu omprengan sampe di depan rumah Vladd, halaman rumah Vladd rame sekali. mobil polisi, ada ambulans, ada segerobak orang yang ngumpul-ngumpul. Begitu Vladd datang, semua orang gempar. Teriak bareng-bareng, "ITU VLADD!!!"
Bik Zuleha langsung menabrak Vladd, histeris. "Mas Vladd! Kamu masih hidup, Mas! syukur! Syukur! Kita mesti pesta. Potong sepuluh ekor kambing! Pesta! Syukuran!"
Vladd bengong. Giliran Maryati yang maju. Mukanya kenceng banget.
Tau nggak, Mas, udah jam berapa sekarang" semua orang nyariin Mas Vladd. Tuan dan Nyonya mo langsung balik naik pesawat terakhir. Padahal Tuan lagi ngebuka hotel baru di Swiss. Dan Nyonya lagi check up di Belanda."
"Sori, saya nggak bawa jam," sahut Vladd cuek, lalu berjalan menuju ke rumah.
Maryati masih terus ngomel-ngomel. "Telepon, Mas! Masa pergi seharian nggak sempat nelepon" Mas Vladd keterlaluan! Saya udah lapor polisi, panggil ambulans, ngerahin siskamling. Semuanya, percuma!"
"Lalu mau kamu apa, Mar" Saya pulang dalam keadaan terpotong tujuh belas" Gitu"" komentar Vladd, kesel.
"Ya bukan begitu, Mas. Tapi Mas Vladd ngomong kek, bilang...."
Vladd yang berjalan mo masuk ke rumah, tiba-tiba berbalik. "Eh, iya, Mar! Itu sopir omprengan di luar minta dibayar lima puluh ribu." Lalu Vladd masuk rumah ninggalin Maryati yang makin kenceng ngomel-ngomelnya.
Di kamarnya, tanpa cuci kaki dan gosok gigi, Vladd langsung tertidur pulas. Iih, Vladd jorok, ya" Kan masih bau terminal.
Pagi-pagi di depan kamar Vladd sudah rame. Eraisuli dan Smirnov beserta orblak (orang belakang: Maryati es) sibuk men"gedor pintu kamar Vladd. Alarm sengaja dimatiin, biar nggak ribut. Vladd nggak mau acara tidurnya keganggu.
Mau nggak mau, Vladd bangun Juga. Dibukanya pintu pake remote. Semua orang menghambur ke dalam. Untung Smirnov keburu sadar, ngusirin para orblak.
"Keluar-keluar-keluar! Kerjakan tugas masing-masing!" kata Smirnov tegas.
Maryati es berduyun-duyun keluar kamar.
"Tinggal Smirnov dan Eraisuli yang tetap di dalam. Vladd duduk di tepi tempat tidurnya, nyengir. "Kunjungan kenegaraan lagi!
"Diam kamu, Vladd!" omel Smirnov, kesel. Kamu udah ngerusak acara semua orang!"
"Papi nggak enak sama partner bisnis Papi di Swiss. Untung dia mo ngerti kalo urusan Papi lebih urgen dari pembukaan hotel," Eraisuli ikut ngomel.
"Dan Mami, harus re-schedule check up. Bagusnya Mami masih inget kursus Belanda-nya. Kalo enggak" Mana mau tuh dokter-dokter nungguin Mami balik"" tambah Smirnov mengebu-gebu.
Vladd menatap kedua orangtuanya, heran.
"Kalo sibuk, ngapain juga pada ngumpul di sini"" tanya Vladd polos.
Maka makin hebohlah omelan Smirnov dan Eraisuli. Vladd" Asli makin bengong. Buntut-buntutnya Vladd dilarang macem-macem.
Nggak boleh maen, nggak boleh ini-itu kecuali sekolah. Vladd dikenai wajib militer, ehh, belajar. Belajar, belajar, dan belajar. Selesai menjatuhkan vonis, ortu Vladd keluar kamar.
Vladd mendengus kesel. "Yang udah-udah, saya mo jungkir-balik juga ggak ada yang peduli. Paling si Maryati!" ge"rutu Vladd.
Hari itu juga Eraisuli balik ke Swiss lagi.
Smirnov" Kunjungan sosial ke Sarajevo sama rombongan istri-istri karyawan pabrik larutan penyegar. Eh, nggak nyambung, ya"
Vladd begitu pulang sekolah dan baru aja mendaratkan sebelah kakinya di jalanan depan rumah, sudah dicegat Sapi'i. Di samping Sapi'i berdiri seorang laki-laki sepantaran Eraisuli.
Tapi nggak seger-buger kayak Eraisuli. Ini kebalikannya. Kurus pucat lesu.
"Vladd, kenalin bapak saya," kata Sapi'i, memperkenalkan laki-laki kurus itu.
"Vladd," Vladd menjabat tangan bapak Sapi'i, ramah.
"Mamat," sahut bapak Sapi'i nggak pake senyum.
Sapi'i menatap ke Mamat dan Vladd be
rgantian. Ragu. "Ngg, tadi, tadi..." Sapi'i nggak meneruskan kalimatnya. Dia keliatan bingung sekali.
Vladd menarik tangan Sapi'i, akrab. "Ngomong di dalam aja, yuk" Mari, Pak!" ajak Vladd.
Sapi'i dan Mamat diam nggak bergerak.
Bikin Vladd tambah heran.
"Mari, Pak Mamat, kita minum dulu di dalam," ulang Vladd ramah.
Sapi'i melirik bapaknya yang menggeleng kuat-kuat.
"Saya ke sini bukan buat minum-minum. Saya sama Pi'i cuman ngembaliin makanan yang Adik kasih!" jelas Mamat tegas.
"Vladd bengong, menoleh ke Sapi'i. Sapi i mengangguk lesu.
Betul, Vladd, keluarga saya nggak bisa nerima bantuan kamu. Maaf, masakan bibik udah kita makan. Sisanya kita bagikan te"tangga. Abis takut basi. Tapi kalo buah, instan, sama makanan kalengnya udah saya kembaliin ke bibik kamu."
"Kamu apa-apaan sih"" cetus Vladd kesel. saya kan ikhlas kasih semua itu ke kamu. Buat apa kamu balikin ke Bik Zuleha" Buat apa, Pi i!
Sapi'i udah mo ngejawab, tapi bapaknya mendahului.
Saya yang nyuruh, Dik. Kalo Adik nggak rima, terserah. Saya cuma mo kasih tau, keluarga saya tetap bisa makan tanpa bantuan Adik."
Selesai ngomong begitu, Mamat langsung berlalu. Vladd menatap Sapi'i, minta penjelasan lebih lanjut.
Sekarang kamu udah kenal bapak saya, Vladd. Bapak tukang sapu jalanan yang tekun. Gajinya sering nggak cukup buat makan sehari-hari. Kemaren waktu dia liat di rumah berlimpah makanan, dia jadi tersinggung. Harga dirinya nggak bisa nerima bantuan kamu. Kamu ngerti, kan"" jelas Sapi'i pelan.
Dengan terpaksa Vladd mengangguk. "Kalo begitu, bilangin bapak kamu, saya minta maaf. Tapi kamu tau kan kalo nggak ada secuil pun niat saya nyinggung perasaan keluarga kamu."
"Saya tau sekali." Sapi'i tersenyum. "Saya pulang dulu, Vladd. Kasian adik-adik."
"Iya deh, salam buat mereka."
Sapi'i berlalu. Malam itu Vladd nggak bisa tidur, sibuk mikir dengan cara gimana dia nolong keluarga Sapi'i. Makanan ditolak. Uang" Apalagi. Bisa-bisa Vladd abis dilabrak bapaknya Sapi i. Abis apa dong" Menjelang pagi Vladd baru dapat ilham. Buru-buru Vladd masang weker lalu tertidur sambil senyum.
Vladd Game Over Karya Hilman H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Paginya begitu weker berbunyi Vladd melompat dari tempat tidur, mandi bebek, lalu langsung kabur keluar rumah naik sepeda gunungnya. Pulang-pulang, bis jemputan Vladd sudah menunggu. Vladd langsung pergi ke sekolah dalam keadaan lecek.
Kejadian kabur pagi-pagi berulang terus selama sebulan. Seisi rumah mengira Vladd lagi hobi naik sepeda pagi-pagi. Vladd keliatan lebih langsing, tapi tambah sehat.
Pada suatu siang, Sapi'i namu lagi ke kamar Vladd. Kali ini tampang Sapi'i keliatan bingung.
"Ada apa lagi nih"" pandng Vladd.
"Enggak. Saya bingung, Vladd. Gajian kemaren ini, agen ngasih dobel. Padahal Lebaran kan masih jauh. Puasa aja masih enam bulan lagi."
"Kali tuh agen suka sama kerjaan kamu, Pi'i. Kan kamu loper koran yang rajin!" puji Vladd.
"Bonus, maksud kamu" Yang bener aja, masa seratus persen gaji""
"Jadi"" "Itu dia, Vladd. Saya udah tanyain agen, katanya ini gaji sodara saya yang jadi loper koran juga. Orang yang ngaku sodara saya ini min"ta gajinya dikasih ke saya aja. Kayak"ya di Jakarta ini saya nggak punya sodara. Semua sodara tinggal di kampung."
O ya" . Komentar Vladd, sambil berusaha nahan senyum.
Saya pengen nangkep basah dia. Tapi..."
Sapi'i nggak meneruskan bicara. Dia menatap Vladd, curiga. "Kenapa senyam-senyum" Kamu, kamu... Sial kamu, Vladd! Pasti kamu yang ngaku-ngaku sodara saya! Sial kamu!"
Sapi'i menampar-nampar (tapi pelan) pipi Vladd. Vladd cengengesan kayak maling ketauan nyuri jemuran.
"Iya, iya, saya ngaku!"
"Kamu sinting, Vladd! Kalo mami kamu tau anaknya jadi loper koran, bisa pingsan dia!" maki Sapi'i gemes.
"Abis saya bingung, Pi'i. Ngasih makanan aja ditolak. Apalagi duit. Jadi, saya ngasih jasa aja. Nggak apa, kan""
"Jelas apa-apa!" sahut Sapi'i galak. "Sekolah kamu jadi berantakan, kamu bisa sakit gara-gara nganter koran."
"Kamu berlebihan ah!"
"Enggak! Saya serius! Kalo mo nolong keluarga saya, lebih baik tolong bapak saya."
Vladd langsung nyengir. "Kamu becanda, kan ""
Sapi'i menggeleng mantap. "Maksud saya
bukan ngasih duit. Tapi tolong kasih kerjaan yang lebih baik buat Bapak. Dia nggak bakal nolak!"
"Bilang kek dari tadi!"
Vladd mengambil HP-nya lalu memijit sebuah nomor.
"Papi" Ini Vladd. Pi, ada kerjaan nggak buat bapaknya temen Vladd" Apa" Keahliannya" Ngng, dia penyelia kebersihan di Cengkareng. Iya, bandara Cengkareng. Oke, Pi. Beres, nanti Vladd kasih tau. Thanks, Pi. Bye!"
""Penyelia kebersihan bandara Cengkareng "" Sapi i melotot.
Alaa, cuek aja. Tuhan juga tau, maksud saya baik. Eh, Pi i, buruan bilang bapak kamu mulai sendin depan dia diangkat jadi kepala bagian kebersihan di kantor kargo milik papi saya. "
Sapi i langsung memeluk Vladd penuh haru.
" 3. STUDY TOUR "IBU BERTINA, wali kelas Vladd yang lincah, tampak sibuk mondar-mandir mengatur anak-anak memuat barang bawaannya ke sebuah bis pariwisata berukuran besar. Sementara Vladd dan teman-temannya kelihatan begitu antusias. Gimana nggak antusias" Study tour kali ini memang agak lain dari yang lain. Temanya, back to nature. Mereka akan berkunjung ke perkebunan bunga dan tanaman rempah yang biasanya cuma tumbuh di luar negeri. Tapi perkebunan itu terdapat di sebuah desa di pinggiran kota Sukabumi.
"Su Yin! Bianca! Cepat kalian angkut bawaan kalian ke bis! Marigold! Berhenti dulu sisirannya! Perry, James, Yudiantara! Kalian bertiga jangan ngobrol aja!" seru Bertina teriak-teriak.
Teman-teman Vladd itu perlahan bergerak ke atas bis. Sementara Vladd sudah duduk manis di dalam bis, membaca e-mail yang baru masuk di subnotebook-nya. Di sebelahnya, si kembar Nanda dan Nandi penasaran ikutan membaca e-mail Vladd.
"Tiger Wood" Kamu kirim-kiriman e-mail sama Tiger Wood"" teriak Nanda kagum.
Vladd cuma nyengir sedikit.
"Tiger Wood yang jago golf itu" Kenalin saya dong, Vladd! Saya fans berat niih!" desak Nandi antusias.
Vladd buru-buru men-switch e-mail-nya, jadi game. Trus cuek banget asyik main game. Si kembar nggak tau kalo teman e-mail Tiger Wood itu sebetulnya Pak Eraisuli. Bukan Vladd. Papi Vladd itu memang penggemar fanatik Tiger Wood. Diskusi soal golf lewat e-mail-nya Vladd. Bukannya Eraisuli nggak punya e-mail. Ini cuma satu usaha maksa Eraisuli. Biar Vladd kenal Tiger Wood. Biar dia tertarik golf. Padahal usaha Eraisuli sama sekali nggak ngaruh. Vladd tetap ogah golf. Dia tetap nggak beranjak dari komputer dan remote control-nya.
Setelah capek ngejar-ngejar muridnya supaya bergegas naik bis, akhirnya ibu Bertina bisa bernapas lega. Seisi kelas berikut barang bawaannya sudah masuk ke dalam bis gede.
Di deretan tengah, Su Yin kelihatan canggung menoleh kanan-kiri. Maklum, anak juragan mobil ini seumur-umur belum pernah naik bis. Di sekolah dia satu-satunya murid yang nggak ikut bis antar-jemput. Tiap hari pergi sekolah dengan mobil yang berbeda. "Su Yin menyeringai pada Bianca yang duduk di sampingnya.
"Ehh, lumayan juga ya naik bis!"
"Makanya, merakyat dikit dong! Sekali-sekali ngerasain naik bis. Jangan naik sedan terus!" sahut Bianca sambil matanya nggak lepas mengawasi dino tamagotchi-nya yang sedang asyik bermain.
Merakyat" Naik bis pariwisata yang full segalanya ini dibilang merakyat" Anak-anak sekolah Vladd memang payah. Mana pernah mereka ngerasain naik bis bergelantungan, bersidesak terimpit dari berbagai arah dan beraroma keringat empat puluh empat rupa.
Di pojok belakang James, Perry, dan Yudiantara sibuk kasak-kusuk bertiga. Mereka repot ngatur strategi untuk ngerjain Vladd, musuh bersama mereka. Iya, anak jenius berpenampilan culun itu memang musuh bersama. James kesal karena Marigold, pacar James, jadi sering menempel Vladd. Yudiantara sebel karena posisi dirinya sebagai wakil pelajar Indonesia di Lomba Matematika Internasional tergeser oleh Vladd. Perry" Ahh, Menado kekar ini sebetulnya nggak punya alasan kuat buat memusuhi Vladd. Tapi berhubung Perry sobat kental James, dia merasa wajib ikutan membenci Vladd.
Marigold ikut bergabung duduk menyempil di sebelah Vladd (setelah sukses menyikut Nanda yang sedang bengong). Menyaksikan adegan tersebut, James langsung cemberut. Perry dan Yudiantara berusaha menenangkan.
"Tenang dulu, James," kata Yudiantara, menepuk bahu James. "Nanti di lokasi kita kerjain dia habis-habisan!"
Perry menggosok-gosok kepalan tinjunya. "Dia bener, James. Lo tenang aja! Selama ada Perry, semua urusan bakal beres!" timpal Perry belagu.
Untuk sementara James tersenyum lega. Tapi begitu menoleh lagi ke Marigold yang sedang kecntilan pada Vladd, senyum James langsung hilang.
Sepanjang perjalanan itu remote Vladd nggak banyak beraksi. Cuma sekali saja dia men-"switch irama ska yang rame itu ke acid jazz-nya Incognito. Semua takjub tapi nggak ada yang protes. Kelamaan dengar ska bosen juga sih.
Akhirnya rombongan kecil study tour itu sampe juga di lokasi.. Anak-anak cewek langsung terpesona menyaksikan hamparan bunga liar yang biasanya cuma bisa mereka lihat di Eropa. Mereka langsung sibuk potret-potretan dengan hebohnya.
Vladd ditarik Marigold untuk berfoto berdua dengan latar belakang bunga-bunga liar. Iih, romantis amat! Trio James, Perry, dan Yudiantara bergegas mendatangi mereka.
Perry dengan gaya sengaknya merebut kamera Polaroid milik Marigold. Lalu masang timer-nya. Bersama Yudiantara dan James, mereka bertiga berpose ala binaragawan. Marigold yang pasrah cuma bisa ngomel-ngomel.
Sementara Vladd diam-diam memijit tombol baru remote-nya, back to the origin. Ketika tiga pengacau itu menikmati foto mereka, semuanya terkaget-kaget. Yang mereka lihat ternyata foto manusia prasejarah bergaya ala Ade Rai. Kocak banget!
Marigold yang penasaran merebut foto dari tangan Perry dan langsung cekikikan bareng Vladd. Dengan antusias Marigold menghambur ke gerombolan teman-temannya. Mau memamerkan foto itu ke anak-anak lain: Perry, James, dan Yudiantara kompak manyun. "Yudiantara mengentak-entakkan sepatunya ke tanah, kesal.
"Ini pasti ulah Vladd! Pasti kerjaan dia!" makinya penuh dendam.
James manggut-manggut setuju.
"Nggak salah lagi, Yud! Gue juga yakin, pasti dia!"
"Masa sih" Vladd kan nggak ngapa-ngapain kita"" sahut Perry polos sambil garuk-garuk rambutnya yang baru di-skin.
Yudiantara menatap Perry, kesal.
"Lo tuh gimana, Peet" Apa lo pikir Marigold bisa nempel begitu aja tanpa diapa-apain Vladd""
"Apa maksud lo, Yud"" tanya James curiga. emang Vladd ngapain Marigold" Ngomong yang jelas dong!"
"Iya, Yud! Gue tulalit juga!" timpal Perry penasaran. Yudiantara nyengir sedikit. Dia baru sadar kalo berhadapan dengan cowok-cowok berotak ngepas. Semuanya harus serba jelas. Ngomongnya harus serba transparan.
"Maksud gue, Vladd pasti punya satu rahasia yang bikin dia ditempel Marigold, dikagumin sama anak-anak. Gue sendiri nggak tau apa. Tapi gue rada curiga sama remote yang selalu dia bawa-bawa," jelas Yudiantara perlahan.
"Betul juga ya, Yud. Gue baru mikir ngapain si Vladd ngantongin remote ke mana-mana. Padahal dia nggak bawa teve, nggak bawa hifi, nggak bawa mobil." James manggut-manggut, ikut penasaran.
"Buat nge-remote laptop-nya kali!" celetuk Perry sok pinter.
James spontan mendorong kepala Perry, sebel.
"Elo tuh, Peer, bego diplihara! Diumpetin dong!" maki James.
Yudiantara cengengesan lalu menatap ke arah Vladd dan Marigold yang sedang berduaan menikmati pemandangan alam. "Eh, James, cewek lo berduaan lagi tuh sama Vladd. Ayo kita kerjain!"
"Ayok, ayok!" sahut James dan Perry, antusias.
Kemudian ketiga cowok sirik itu bergegas menghampiri Vladd.
Sementara itu Marigold sedang sok manja menunjuk-nunjuk hamparan tumbuhan bumbu dapur Eropa.
"Baby spice, ginger spice..." Marigold terdiam, menoleh pada Vladd, yang sejak tadi cuman cemberut. Gimana nggak cemberut" Tadi Vladd sedang heboh-hebohnya nge-game, eeh, cewek centil ini menarik tangannya dengan paksa. Ngajak mengidentifikasi bumbu-bumbu dapur.
Menyaksikan Vladd yang nggak bereaksi, Marigold jadi gemes.
"Apa lagi, Vladd""
"Apanya yang apa lagi"" Vladd balik nanya. Tetap manyun.
" Iya, Vladd. Saya tadi kan udah nyebutin: baby spice, ginger spice. Trus apa lagi bumbu dapur yang kamu tau""
Sambil tetap cemberut Vladd meneruskan, asal.
"Cinnamon, mint..." Vladd berhenti, menatap Marigold heran. Yang ditatap senyam-senyum geli. .
"Kenapa" Ad a yang lucu"" tanya Vladd, tersinggung.
"Kamu tuh serius amat sih" Tadi kan saya nyebutin nama anggota Spice Girls! Kamu ngelamun ya, Vladd""
Spice Girls" Sialan. Vladd mendengus kesal. Ternyata yang ada di kepala Marigold cuma grup musik cewek centil itu. Vladd langsung balik kanan meninggalkan Marigold. Tapi baru jalan beberapa langkah trio cowok sirik sudah menghadang Vladd. Mereka lagi, keluh Vladd bosan.
Vladd permisi numpang lewat. Tapi Perry, James, dan Yudiantara mencegatnya dari berbagai arah. Marigold menyaksikan adegan nggak seimbang itu jadi naik darah.
"Kalian mo apa sih" Belon puas ya jadi manusia gua" Apa kalian pengen jadi kera sekalian"" omel Marigold, menoleh ke Vladd. Bikin mereka jadi Pongo, Vladd! Ayo, Vladd!"
Vladd cuma mesem, nggak bereaksi. James jadi semakin belagu, mendorong-dorong tubuh Vladd.
""Ayo, Vladd! Mana kesaktian lo" Tunjukin ke cewek! Mana""
Perry dan Yudiantara ikut menyemangati. Ada yang mulai menendang-nendang. Ada juga yang mengadukan kepalanya dengan kepala Vladd. Marigold menjerit-jerit nggak tega lihat Vladd dianiaya. Sayang nggak ada yang dengar. Lokasi mereka cukup jauh dari rombongan Bu Bertina.
Sambil berusaha menahan serangan cowok-cowok nggak tau diri "itu. Vladd mengeluarkan remote-nya. Berkali-kali dia memijit tombol back to origin. Tapi arah pijitan Vladd kacau karena siksaan bertubi-tubi. Mendadak James menjerit. Bulu tangan James melebat berwarna oranye tua. jari-jari tangannya pun berubah menyerupai tangan monyet. Semua menatap James, kaget. Tau-tau Yudiantara seperti kegatelan menggaruk-garuk seluruh kakinya. Bergegas dicopotnya sepatu airwalk-nya. Dia melotot kaget menyaksikan seluruh kakinya juga ditumbuhi bulu lebat seperti tangan James. Telapak kaki Yudiantara juga asli milik monyet. Belum habis kejutan itu, Perry menggaruk-garuk wajahnya. Nggak lama Perry sudah berkepala orang utan.
Marigold yang heboh eekikikan buru-buru diseret Vladd menjauh. Perasaan Vladd campur "duk. Antara lega dan kasian. Lega karena penyiksaan James cs berakhir. Kasian, soalnya Vladd sendiri nggak tau gimana caranya mengembalikan wujud mereka bertiga ke bentuk asalnya.
Pas Vladd ketemu lagi sama trio cowok sirik itu waktu acara demo pembuatan terapi aroma dari bunga-bunga liar, James udah nyembu"yiin lengan keranya pake jaket lengan panjang, sementara telapak tangannya terbalut sarung tangan tinju milik Perry. Sedang Yudiantara, berjalan dengan susah payah mengenakan sandal gunung dan kaos kaki tebal, n"yembunyiin kaki keranya. Bagaimana Perry" Dia menaikkan kerah jaket kulitnya, berkacamata ski dan berkupluk wol yang menenggelamkan wajah orang utannya. Semua menatap mereka bertiga dengan heran. Nggak lama, semua cekikikan.
Yang cemas justru Vladd. Dia merasa bersalah telah membuat James es jadi manusia kera. Perlahan Vladd mendekati Perry, berbisik pelan, "Per" saya nggak bermaksud bikin kamu begini. Percaya deh, saya mo usaha sekuat mungkin, biar kamu bisa normal lagi."
Perry nggak menjawab. Suaranya menggeram kesal, persis orang utan. James dan Yudiantara tanpa sadar ikut-ikutan menggeram kayak Perry. Seisi ruangan kaget. Nggak lama semua cekikikan lagi.
Malam harinya anak-anak sekolah Vladd menginap di daerah Sukabumi. Vladd nggak bisa tidur mikirin nasib ketiga cowok sirik itu. Dia sibuk membongkar remote control-nya. Berulang kali Vladd menghela napas panjang. Lalu meneruskan mengotak-ngatik remote-nya hingga ketiduran di lantai.
Pagi-pagi sekali Perry menggedor jendela kamar Vladd. Vladd yang ketiduran di lantai tersentak bangun. Begitu Vladd membuka jendela, dia terlonjak kaget. Wajah orang utan Perry yang berdiri tepat di ambang jendela memang asli menyeramkan. Perry menggeram tersinggung. Perry berusaha bicara, tapi yang keluar cuma suara geraman. Dia meninju jendela kamar Vladd, jengkel. Vladd yang sudah nggak kaget lagi bergegas mengambil kertas dan pensil di meja. Menyuruh Perry menuliskan maksudnya. Perry merebut kertas itu dengan kasar. Lalu menulis.
"Brengsek lo, Vladd. Kalo pagi ini lo nggak balikin tampang gue, elo bakal nggak utuh sampe Jakarta," tulis
Perry. Perry berlalu. Nggak lama, James dan Yudiantara muncul di jendela Vladd sambil membawa ancaman yang sama. Vladd ""jadi panik. Bukan karena ancaman trio cowok sirik. Tapi panik karena merasa bertanggung jawab. Vladd bingung, gimana caranya mengembalikan cowok-cowok itu ke wujud asli mereka. Dan acara ngelembur semalaman ngotak-ngatik remote, nggak ada hasilnya.
Sementara itu James es mengucilkan diri di kamar. Mereka ogah jadi bahan tertawaan anak-anak. Selain itu mereka juga sibuk diskusi. Kira-kira siksaan apa yang pantes buat si Vladd" Diapain tu anak" Kalo cuma dibunuh, keenakan Vladd. Mestinya Vladd disiksa pelan-pelan. Biar matinya juga pelan-pelan. Lama dan menyakitkan. Hii, sadis, ya.
Sedang asyik-asyiknya mengatur rencana, HP James berdering. Ya" Siapa ya" sahut James nggak bersemangat. "Ehh, Marsella! Apa, Sell" Nyusul" Ehh, tunggu, Sell! Tunggu! James mematikan HP-nya dengan lesu.
"Marsella, sepupu gue. Dia mo curhat ke gue. Mo nyusul gue ke sini." .
Perry terlonjak kaget. Suaranya ribut menggeram panik. Yudiantara cepat-cepat menyodorkan kertas dan bolpoin. Perry buru-buru menulis.
"Lo gila, James" Itu Marsella sodara lo yang pernah ditaksir Leonardo Di Caprio" Yang mo lo kenalin ke gue" Batalin, James! Jangan boleh dia nyusul ke sini! Gue nggak mau dia ngeliat gue kayak begini!"
"Nggak bisa, Peer! Dia udah on the way to Sukabumi. Ngelarang Marsella sama juga ngelarang bayi ngompol. Dia nggak bisa dicegah. Terima nasib aja, Peer. Lo pikir gue suka ketemu dia dengan tangan berbulu oranye begini"" jelas James suntuk.
Yudiantara tersenyum geli.
"Ya udah, kalo elo-elo nggak mau ketemu sama tuh cewek, gue deh yang nemuin dia. Lagian gue juga nggak suka kok sama Leonardo Di Caprio. Tapi yang jelas soal tampang, gue lebih handsome kan dibanding Si Perry""
Perry meninju perut Yudiantara keras-keras. Yudiantara nyengir sekaligus cengengesan.
Di kamarnya, Vladd Juga nggak ikut kegiatan keluar. Dia sibuk menjelajah dunia internet. Mencoba cari solusi buat tiga manusia kera. Kembali dia mengotak-ngatik remote-nya. Khusyuk banget! Sekitar satu jam kemudian, Vladd tersenyum puas.
Sebuah jip mercy memasuki halaman perkebunan. Marsella, pengemudi jip mercy tersebut, meloncat riang menghirup udara segar. Di dalam kamar, James mengintip dari balik tirai jendela.
"O, my God! Marsella udah arrived! Perry, cepetan lo ngumpet di kolong tempat tidur!" jerit James.
Yudiantara yang penasaran ikut-ikutan mengintip. .
"Wuww! Cute amat, James. Buat gue aja, ya""
Perry yang sudah masuk ke kolong tempat tidur, nongol lagi. Dia ogah rugi. Pengen liat Marsella juga. Rasanya nggak rela banget kalo "jatahnya" direbut Yudiantara.
Perry nongol di jendela. Menggeram dan berdecak-decak kagum. Yudiantara menyeret Perry. "Udah, lo ngumpet ajar Kalo Marsella liat, elo dikira monster!"
Dengan bersungut-sungut Perry masuk kembali ke kolong tempat tidur. Nggak lama pintu kamar diketuk. Yudiantara yang habis bermandikan Eternity for Men, membukakan pintu. Seraut wajah cantik tersenyum.
"Pasti kamu Marsella, ya" James ada tuh, tapi lagi sakit," Yudiantara sok akrab.
"Kamu Perry"" tanya Marsella ramah.
"Bukan, saya Yudiantara," sahut Yudiantara sambil menyalami Marsellil. "Masuk deh!"
Di atas tempat tidur James menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Marsella menghampirinya. Mencium pipi James.
"Kacian kamu, James. Sakit apa sih" Flu"" James menggeleng lemah.
"Enggak, Sell. Kayaknya cuma kecapekan. Tante Sonia gimana" Sehat""
""Adu"h, J"mes, kamu kayak nggak kenal Mami aja. Dia itu biar harus bed rest, ada mid year sale di Pluit, dijabanin juga!"
Ti"a-tiba terdengar sebuah ketukan di pintu. Yudiantara bergegas membukanya. Vladd dengan yakin langsung menyeruak masuk.
"Gue bisa ngembaliin wujud kalian seperti dulu. Ayo deh kasih liat tangan, kaki, dan kepala kalian. Biar gue balikin!"
Dengan mantap Vladd menarik tangan James yang berbulu oranye. Marsella melotot kaget. Vladd mencopot kaos kaki Yudiantara. Lagi-lagi Marsella terpekik menyaksikan kaki Yudiantara yang aneh dan sangat gambreng itu.
"Perry" Di mana kamu, Pe
er"" tanya Vladd.
Dia tersenyum geli melihat jempol kaki Perry yang menyembul dari kolong tempat tidur. Dengan mantap Vladd menyeret Perry keluar. Marsella menjerit histeris melihat tampang Perry. Beberapa detik kemudian dia terkulai pingsan.
Vladd yang sejak tadi nggak menyadari kehadiran Marsella, menatap heran. "Eh, siapa tuh cewek" Gadis desa sekitar sini""
Vladd. baru nyadar setelah James, Perry, dan Yudiantara kompak bersiap mencekiknya.
Tunggu, tunggu! Kalian nggak mau kan jadi manusia kera seumur hidup"" jerit Vladd. 'Saya bisa balikin kalian, tapi dengan satu syarat. Kalian nggak boleh balas dendam ke saya. Soalnya, saya kan nggak sengaja bikin kalian begini. Saya sendiri..."
"Udah, udah! Jangan banyak omong!" potong James nggak sabar. "Sekarang juga lo harus bikin beres semuanya!"
Vladd memijit tombol baru back to normal pada remote-nya. James, Perry, dan Yudiantara kembali jadi manusia biasa. Tapi ketiga cowok sirik tersebut ternyata masih dendam pada Vladd. Mereka bertiga bersiap menerkam Vladd. Buru-buru Vladd memijit tombol freeze. James, Perry, dan Yudiantara terdiam mematung. Vladd tersenyum lega. Untuk beberapa menit dia bakal terbebas dari gangguan mereka. Vladd melenggang pergi.
" 4. GETTING EVEN WITH VLADD
"KEJADIAN di Sukabumi yang bikin trio cowok sirik-James, Perry, dan Yudiantara-berubah wujud ke manusia kera itu jelas nggak bisa begitu aja dilupain. Meski Vladd udah bisa ngembaliin wujud asli mereka, tapi tetap aja mereka menaruh dendam kesumat.
"Bayangin aja! Momen pertemuan antara gu" ama Marsella kan udah gue impi-impiin dari dulu. Dan gue mau tampil dalam format yang sesempurna-sempurnanya. Mandi wangi Polo, pake kaos ketat biar otot gue keliatan, dan sisiran kelimis ke belakang. Eee, gara-gara Vladd sialan itu, momen pertemuan yang gue bayangin romantis, berubah jadi tragedi!" celoteh Perry Lontoh.
"Bener banget, Peer," ujar James. "Sejak ngeliat wajah lo yang kayak kera itu, Marsella jadi nightmare. Nggak mau ketemu lo lagi...."
"Kalo gitu perjodohan gagal dong" Giliran gue dong yang masuk!" sela Yudiantara.
"Perry langsung melotot, otot-ototnya mengeras. "Jangan macem-macem! . Marsella jatah gue. James udah janji. Gue masih mau ngatur pertemuan sekali lagi!!!"
Melihat kedua sobatnya bakal adu otot, James langsung melerai, "Udah, udah! Tahan emosi. Let's back to our plans! Musuh kita jelas sama. Yaitu, Vladdimir Transylvanio, alias Vladdvanio, alias Vladd! Anak drakula itu."
"Kok anak drakula"" tanya Perry bego. Otaknya emang cekak. Apalagi pengetahuannya.
"Ya jelas. Itu kan nama yang berbau drakula. Pernah baca buku Dracula nggak sih lo"" ujar James.
"Enggak. Tapi kalo nonton filmnya pernah. Yang main Keanu Reeves, kan" Tapi gue nontonnya nggak sampe abis. Syerem sih!" .
"Dih. Berotot tapi penakut!" sindir Yudiantara.
"Ape lo!!!" Perry melotot lagi.
"Udah, udah, jangan ribut mulu. Dalam menghadapi musuh, kita harus kompak. One for all, all for one! Sekarang begini. Kita semua tau, senjata yang dipake Vladd buat ngerjain kita itu pasti remote-nya," lerai James.
"Betul! Dia selalu bawa-bawa barang aneh itu. Dan waktu mau ngerjain kita, dia menjet-menjetin tombol di remote itu!" ujar Yudiantara.
"Berarti kita rebut remote itu!" teriak Perry.
"Betul! Tapi gimana ya caranya" Ada usul"" tanya James lagi.
"Kita culik aja si Vladd. Kayak oknum penculik aktivis mahasiswa. Lalu kita sekap, dan kita" rebut remote-nya. Lalu kita ubah si Vladd jadi "manusia kera!!! Kita balas diam" ujar Perry berapi-api.
Kedua temannya takjub menatap Perry.
Tumben otak lo bisa bekerja. Ayo kita atur strategi!! !"
Ketiga cowok itu pun berembuk lagi di kamar James. Sampe malam.
Sementara itu Vladd yang mau jadi objek penculikan malah baru pulang main sama temennya, Sapi'i. Vladd pulang sendirian naek bis, dan keujanan. Vladd lari-lari di tengah rintik-rintik ujan menuju rumah mewahnya. Aduh, kalo Mami atau Maryati tau, pasti mereka bakal ngomel-"gomel. Tapi Vladd nggak mau masuk lewat pintu depan. Dia dengan bandelnya memanjat jendela kamar, dan langsung masuk. Buat orang lain, terutama mal
ing, nggak ada yang bisa masuk begitu aja ke kamar Vladd lewat Jendela. Soalnya jendela kamar Vladd udah dipasangi alat sensor canggih, yang hanya bisa dimasuki oleh Vladd.
Begitu menginjakkan kaki di lantai kamar, Vladd langsung mengucek-ucek rambutnya yang basah. Lalu melepas baju dan celananya yang juga basah. Vladd pun bersin! Aduh pilek deh! Vladd buru-buru mandi air ange"t dan ganti baju. Lalu ngorder cokelat anget ke Maryati lewat interkom.
Pagi harinya virus pilek nggak pergi dari tubuh Vladd. Sepanjang pagi itu dia bersin-bersin terus. Tapi tentu aja Vladd diem-diem, nggak mau ketauan maminya. Soalnya pasti disuruh bed rest. Padahal pulang sekolah nanti, Vladd udah janji mau main sama Sapi'i lagi.
Abis masuk-masukin subnotebook dan remote ajaibnya ke tas, Vladd pun berangkat sekolah begitu bis jemputan datang. Maryati yang ngejar-ngejar Vladd untuk minum susu dan makan roti dulu, nggak digubris.
Sepanjang hari di kelas Vladd terus-terusan bersin. Si kembar Nanda dan Nindi yang pernah nularin virus pilek ke Vladd, jadi ketawa.
"Rasain, sekarang kamu sendiri yang pilek!" ujar Nanda.
"Makanya jangan deket-deket. Saya tularin baru tau rasa!" ancam Vladd.
Si kembar itu ketawa bareng.
Marigold berusaha ngasih perhatian dengan membelikan makanan dari kantin.
"Kamu di kelas aja. Jangan ke mana-mana. Ini saya udah bawain makanan!" ujar Marigold.
Vladd cuma ngangguk, lalu melahap sandwich pemberian Marigold. Perutnya emang laper, belum diisi dari pagi. Dan James tambah sebel ngeliat pacarnya itu ngasih perhatian ekstra ke Vladd. Dia langsung berbisik ke Perry dan Yudiantara.
"Pulang sekolah, rencana penculikan tetap kita. Jalankan. Ok """"
Keduanya serentak mengangguk. Saking deketnya, kepala keduanya saling berbenturan. Perry dan Yudiantara pun mengaduh kesakitan.
Dan pulang sekolah, trio kwek-kwek itu langsung mengatur strategi. Mereka tau kebiasaan Vladd kalo pulang tuh nggak pernah pake mobil pribadi. Vladd selalu ikut bis sekolah. Maka James, Perry, dan Yudiantara pun hari itu merelakan diri nggak bawa kendaraan pribadi yang biasanya suka dipake tarik-tarikan dengan anak sekolah lain di jalan raya. Mereka bertiga jadi anak manis, naik bis sekolah. Itu dia sebabnya, ketika bel berdentang, mereka bertiga langsung pada berlarian ke arah bis sekolah yang parkir di halaman. Menerobos kerumunan anak-anak yang biasa antre tertib. Anak-anak jelas heran ngeliat ketiga anak itu jadi maniak banget pengen naik bis. Padahal menurut sejarah, tanpa berlarian pun, bis sekolah biasanya dengan sabar menunggu siswa SMU itu naik ke bis.
James langsung mengambil tempat duduk di bangku paling belakang. Tugasnya mengawasi pintu keluar bis. Perry ngejogrok duduk di belakang sopir. Tugasnya menodong sopir supaya berhenti di tengah jalan. Sedang Yudiantara ngebooking tempat duduk di tengah tempat biasa Vladd duduk. Untuk memepet Vladd, dan menodongnya turun.
Rencana mereka bertiga udah mateng. Begitu nanti bis tiba di rumah James, rumah yang paling deket ke sekolah dan dilalui langsung oleh bis sekolah, James akan minta turun. Saat itu Perry menahan sopir agar bis jangan bergerak dulu, sebelum Yudiantara menggiring Vladd turun. Setelah itu Vladd akan disekap di gudang bawah rumah James. Baru deh dianiaya. Ih, syerem banget, ya"
Makanya ketiga anak itu duduk dengan sabarnya menunggu detik-detik yang menegangkan, sekaligus menggairahkan buat adrenalin mereka.
Lewat seperempat jam, semua anak tampak udah naik ke bis, kecuali Vladd. Sang sopir menoleh ke belakang, memeriksa anak-anak semua. Setelah merasa yakin nggak ada yang naik lagi, pintu bis pun ditutup. Trio kwek-kwek itu panik. Lho, Vladd mana" Kok Vladd nggak naik ke bis"
Pertanyaan mereka terjawab ketika tiba-tiba mereka melihat sosok cowok kecil nan kurus dan berambut berdiri kayak Bart Simpson itu menyeberang jalan, mau naik kendaraan umum. Ketiga cowok itu spontan berdiri.
Bis baru aja bergerak. Trio kwek-kwek langsung menjerit-jerit, "Stoooop! Stooop, Paaak! Kita-kita mo turun!!!"
Sopir bis kaget, dan langsung mengerem mendadak.
Ketiga cowok itu menggedor-gedor p
intu belakang, minta dibukakan untuk turun. Semua penumpang mengomel.
""Paranoid juga mereka itu! Baru juga mau berangkat, udah minta turun!" ujar Bianca.
"Iya tuh. Tadi keburu-buru pengen naik duluan!!!" omel Marigold.
Sopir bis cuma geleng-geleng kepala, lalu menekan tombol untuk membuka pintu belakang. Ketiga anak itu langsung berhamburan turun, mengejar Vladd yang udah mo naik bis. Begitu sampe seberang, Vladd udah berada dalam bis kota yang melaju cepat. Tiga cowok itu panik, langsung menyetop taksi.
Taksi berhenti mendadak. "Bang, tolong kejar bis itu!" perintah James ke sopir taksi. Lalu ketiga cowok langsung masuk ke dalam taksi.
"Wah, mo main detektif-detektifan nih" Kalo gitu tarifnya borongan nih! Lima puluh ribu. Mau"" ujar sopir licik.
"Deal! Ayo susul bis itu. Pepet sampe brenti kalo perlu!" ujar James tanpa ragu.
Sopir taksi pun semangat mengejar bis. Lalu di halte berikutnya, bis yang lagi brenti dipepet di depannya. Sopir bis bengong. Ada apaan nih"
James melempar uang lembaran senyum mantan presiden ke sopir taksi, lalu turun disusul Perry dan Yudiantara. Kemudian ketiga cowok itu naik ke bis. Sopir bis panik. Wah, ada tawuran lagi nih!!! Yang udah-udah, kaca bis bisa pecah!
Begitu ngeliat Vladd gelantungan di antara penumpang, tiga cowok berbadan lumayan gede itu segera menyeretnya keluar. Beberapa penumpang ada sih yang, mencoba menolong Vladd, karena melihat situasl yang nggak seimbang itu. Tapi kegedean otot Perry mem"uat orang-orang merasa lebih baik nggak ikut campur.
Vladd pasrah aja diseret. Mulutnya cuma ngeluarin protes kecil. "Eh, saya mau turun di rumahnya Sapi'i. Kok dipaksa turun di sini""
"Jangan banyak omong! Ikut - atau mati. ancam Perry.
Vladd pun nggak banyak omong lagi" waktu dirinya diseret masuk ke taksi, dan dibawa ke rumah James.
*** "Hari udah sore, dan Vladd udah disekap di gudang bawah tanah rumah James, tempat nyimpen alat-alat tukang. Rumah James memang mengikuti tekstur tanah yang naik-turun, hingga ada gudang bawah tanahnya.
Tangan dan kaki Vladd diikat, mulutnya diisekap. James, Perry, dan Yudiantara menggeledah tas ransel Vladd.
"Kamu tau kenapa kamu diculik"" tanya James galak.
"Vladd menggeleng. "Karena kamu telah mempermalukan kita semua waktu di Sukabumi. Dan ini balasan yang setimpal!!!" ujar Perry menggelegar.
"Kamu akan kami ubah jadi manusia kera, selama-lamanya! Hahahaha...," Yudiantara terbahak-bahak.
Lalu tas Vladd dibongkar lagi. Dari dalamnya ada subnotebook dan remote control. James langsung mengambil remote control itu. Lalu tertawa.
"Hahahaha! Jangan bangga dulu sama kepinteran kamu, Vladd. Saya tau, kamu bisa ngerjain orang pake remote ini, kan" Nah, sekarang tau rasa pembalasannya! Hahaha!"
""Senjata makan tuan, hahahaha!" Yudiantara ikut tertawa dengan nikmatnya. Yudiantara yang paling pinter di antara ketiga gembong cowok jahat itu merebut remote, untuk mempelajari tombol-tombol.
"Cepet, Yud. Ubah dia jadi manusia kera. Hahaha!!" Perry tampak nggak sabar.
Yudiantara masih mempelajari.
"Bisa nggak sih" Tinggal pencet doang." James mulai nggak sabar.
Merasa dilecehkan, Yudiantara ngotot, "Sabar dong. Jelas gue bisa! Masa sama Vladd aja kalah" Cuma gue kudu ati-ati. Nggak boleh salpen. Alias salah peneet. Nanti bisa-bisa kita yang ketiban sial lagi!"
James dan Perry langsung manut. Tinggal Vladd yang cemas. Aduh, gawat! Kalo mereka bisa memakai remote itu, berarti nasib petualangannya akan berakhir di sini!
Yudiantara terpekik girang. "Gue tau! Ini ada tombol back to origin. Pasti ini tombolnya!!!"
Yudiantara pun langsung mengarahkan ke Vladd, dan memeneet tombol itu. Vladd merem, karena ketakutan. Tapi berkali-kali Yudiantara memencet, tak ada reaksi apa-apa. Yudiantara penasaran. James dan Perry jadi
nggak sabar. Mereka merebut remote itu, dan memeneet sembarang tombol sambil diarahkan ke Vladd. Tetap tak ada reaksi.
"Kok nggak bereaksi"" tanya James heran, sambil memandang Yudiantara. "Gimana sih lo""
Vladd juga heran. Tapi sedetik kemudian, dia langsung tau jawabannya. Ternyata virus flu yang dideritanyalah jawabanny
Pendekar Sakti 5 Raja Naga 04 Rahasia Taman Kematian Pembalasan Kurcaci Ajaib 2