Relections Of Life 6
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho Bagian 6
Kini, marilah kita belajar pada anak-anak. Belajar menikmati hidup. Belajar menjadi apa adanya.
*** Anak-anak memang mudah menangis, sedangkan orang dewasa dituntut
N o v e m b e r Kaset Mozart untuk Keponakan
S uatu malam, saya terkejut ketika menerima kabar bahwa adik
saya yang tinggal di pedalaman Kalimantan Barat sedang mengunduh beberapa lagu Mozart untuk bayinya. Aku sudah dapat lima lagu, katanya. Memang, sudah hampir sebulan berlalu sejak terakhir kali adik saya berpesan agar saya mencarikan lagulagu Mozart untuk bayinya keponakan saya. Dan, saya selalu lupa.
Padahal, saya tidak pernah lupa membeli buku yang saya jadwalkan untuk dibaca. Juga, saya tidak pernah lupa menulis sesuai jadwal. Dan, saya tidak lupa akan hal-hal penting yang harus saya lakukan. Nah, mungkin inilah yang menjadi pangkal masalahnya: saya tidak menganggap pesanan adik saya sebagai sesuatu yang penting.
Malam itu, saya sempat membuat alasan yang kelewatan: Kelihatannya, di Sidoarjo tidak ada toko yang menjual lagulagu Mozart. Namun, saya juga menyadari bahwa itu hanya alasan yang ngawur. Karenanya, saat itu juga, saya berupaya untuk mencari kaset Mozart di beberapa toko musik di Sidoarjo. Dan, saya beruntung. Saya menemukan dua buah kaset Mozart di sebuah toko kaset di Sidoarjo.
Sebenarnya, ada begitu banyak hal penting yang kerap kali kita anggap tidak penting, dan inilah penyebab atas anggapan yang keliru itu: penting atau tidaknya sesuatu sebenarnya ditentukan oleh picik atau tidaknya hati nurani kita akan sesuatu yang sedang terjadi dalam hidup kita dan orang-orang di sekitar kita.
Jadi, penting atau tidaknya sesuatu tidak hanya ditentukan oleh jadwal atau peraturan yang sudah kita buat bagi hidup kita. Mungkin, kita sudah terbiasa untuk melakukan sesuatu sesuai jadwal dan itu memang baik adanya. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah hidup kita yang tertata dengan apik itu juga mendatangkan manfaat bagi orang lain"
*** N o v e m b e r kekayaan, dan pengaruh yang dimiliki seseorang, tetapi diukur dari seberapa besar hidup itu mendatangkan manfaat bagi orang lain.
N o v e m b e r Atas Nama Agama M ayoritas agama memperingatkan agar manusia tidak ber-
pe rang, tetapi lebih banyak perang yang terjadi atas nama agama ketimbang hal lain. Orang Kristen membantai orang Yahudi, orang Yahudi membantai orang Muslim, orang Muslim membantai orang Hindu, orang Hindu membantai orang Buddha, orang Katolik membantai orang Protestan, orang Ortodoks membantai kaum pagan, dan kita dapat menarik daftar itu mundur ke belakang atau ke samping, dan itu tetap nyata. Perang tak pernah berhenti; perang hanya berhenti sementara.
Pernyataan di atas disampaikan oleh seorang rabi Yahudi yang telah tua, yang ditulis oleh Mitch Albom dalam bukunya yang berjudul Have a Little Faith. Ra bi itu digambarkan sebagai sosok yang sangat bersahaja dan sangat menghargai perbedaan dalam keberagamaan. Jika kita membuka buku-buku sejarah, maka kita akan mendapati kebenaran akan pernyataan tersebut. Ya, pernyataan itu bukanlah isapan jempol belaka. Tuhan adalah kasih, benarkah" Agamaku adalah cinta, benarkah"
Kerukunan antar umat beragama menjadi kian rapuh karena ada begitu banyak konlik yang tercipta atas nama agama. Di sinilah kita perlu peka akan berbagai kepentingan politis yang sebenarnya menunggangi para pembunuh dan perusuh. Sudah tiba waktunya bagi kita untuk melihat bahwa keyakinan bukanlah hal yang pantas untuk dipertikaikan.
Tuhan mengizinkan adanya keberagaman dalam keyakinan di muka bumi dengan suatu maksud yang indah agar kita dapat hidup berdampingan, saling mengasihi, dan saling memahami. Itulah kehidupan yang harmonis; dan jika di kemudian hari agama dijadikan alasan untuk melukai, maka sesungguhnya agama itu telah mati dalam diri orang itu.
*** Jika manusia masih tetap jahat dengan adanya agama, maka saya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan manusia jika agama ditiadakan.
N o v e m b e r Tulisan ke-150 T ony Widiastono, mantan redaktur opini harian Kompas,
bercerita bahwa suatu ketika ia mendapat kiriman E-mail dari seorang penulis yang gigih. Ini adalah tulisan saya yang ke-150, ujar penulis itu. Selama ini, saya sudah mengirim 149 opini. Dan, jika naskah ini pun tetap ditolak, saya tak akan pernah berhenti menulis. E-mail itu serta-merta membuat Pak Tony terpana. Ia pun membalas E-mail itu, sembari menyertakan beberapa arahan yang perlu diperhatikan oleh si penulis.
Inilah kisah yang disampaikan oleh Pak Tony dalam seminar Guru Menulis di Media Massa yang diprakarsai oleh harian Kompas, Surya, dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) pada 31 Oktober 2010 di gedung PDAM Surabaya. Pak Tony lantas menegaskan bahwa satu hal yang ia tekankan pada penulis itu yang juga penting untuk kita cermati bersama adalah fokus tulisan: bagaimana seseorang mengeksplorasi sesuatu yang dalam konteks cerita di atas berarti tema atau bidang penulisan yang menjadi minatnya secara berkesinambungan. Inilah yang kurang diperhatikan oleh mayoritas penulis pemula. (Dalam bahasa Arab, hal ini identik dengan istilah istiqomah, yang kurang lebih berarti belajar dan berusaha dengan tekun, konsisten, dan berdedikasi.)
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: bersediakah kita membayar harga untuk hal itu" Seorang ahli menyatakan bahwa jika kita menekuni sebuah bidang secara spesiik selama 10.000 jam, maka hal itu akan membuat kita menjadi ahli akan hal tersebut, dan membuat orang lain tertarik atas apa yang kita lakukan.
Ada begitu banyak orang yang tidak menuntaskan apa yang sudah dimulainya. Mari kita belajar untuk setia menekuni apa yang sudah kita geluti.
*** Nilai hidup harus diukur dengan garis yang lebih mulia, yaitu kerja, bukan usia. Richard Brinsley Sheridan
N o v e m b e r Dampak Fatal Kebebalan S aya memiliki seorang sahabat yang selalu ceria. Ia memiliki
sedikit kelainan jiwa. Dulu, ia sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Suatu hari, ia menelpon saya. Sembari menangis ia mengabarkan bahwa adiknya yang usianya baru 20-an tahun meninggal karena tabrakan. Inilah untuk pertama kalinya saya mendengarnya menangis.
Beberapa hari kemudian, saya pergi ke rumah sahabat saya itu. Ibunya menceritakan tentang tabrakan yang menewaskan salah satu anaknya itu. Ia menyatakan bahwa ketika tabrakan itu terjadi, helm yang dikenakan anaknya itu lepas dari kepalanya karena tidak dikancing. Ia tampak sangat terpukul dengan peristiwa ini.
Anak muda zaman sekarang, susaaahnya dikasih tahu, ujarnya dengan suara serak. Ia telah berpuluh-puluh kali memberitahu anaknya yang satu itu untuk mengancingkan tali helmnya. Namuin, ia selalu mengabaikannya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: apakah kita adalah orang yang bebal" Pernahkah kita menyadari suatu kesalahan yang seharusnya tidak kita lakukan tetapi tetap ki ta lakukan karena merasa nyaman akan hal itu, dan bahkan menganggapnya sebagai hal yang biasa"
Ingatlah, tak jarang kebebalan diganjar dengan sesuatu yang sangat fatal kematian.
*** Kebebalan hanya melahirkan kesia-siaan. Menghindari kebebalan perlu dilakukan sedini meungkin dengan mempertanyakan kekurangan diri sendiri.
N o v e m b e r Mengancingkan Tali Helm J ika dalam releksi sebelumnya saya mengisahkan tentang
kematian seseorang karena tidak mengancingkan tali helmnya, maka di sini saya hendak mengisahkan pengalaman saya akan kejadian serupa, yang untungnya tidak merenggut nya wa saya. Ketika itu, saya tengah mengajari seorang teman untuk mengendarai sepeda motor. Ia mengaku sudah agak bisa, meskipun pada kenyataannya ia sama sekali belum bisa. Dan, saya baru mengetahui hal ini ketika ia sudah berada di atas sepeda motor bersama saya.
Ia lantas menancap gas dengan sangat kencang, sehingga memicu saya yang duduk di belakang untuk mengerem sepeda motor itu dengan menarik rem tangan yang ada di sebelah kanan stang motor tersebut. Tentu saja, hal ini membuat sepeda motor itu berputar dengan sangat cepat, sehingga membuat saya terjatuh dan kepala saya menghantam tanah dengan sangat keras.
Beruntung, ketika itu saya memakai helm. Dan, untungnya lagi, helm itu tidak terlepas dari kepala saya. Memang, waktu itu hanya ada satu helm teman yang saya ajari untuk mengendarai sepeda motor malah tidak memakai helm.
Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya jika tali helm yang saya kenakan itu terlepas atau putus. Itulah sebabnya, mengapa saya selalu ngeri ketika mengenang peristiwa ini. Saya lupa apakah saat itu saya mengancingkan tali helm yang saya kenakan atau tidak. Namun, sejak saat itu saya tak pernah lupa untuk mengancingkan helm saya kapan pun saya mengendarai sepeda motor. (Jika kita pernah mengalami hal seperti ini, niscaya kita akan bertindak dengan lebih berhati-hati lebih waspada.)
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: jika kita tidak mengalami suatu sentakan yang menghentak jiwa kita, masihkah kita menjadi bijaksana dengan memperhatikan hal-hal kecil yang jika diabaikan dapat membahayakan hidup kita seperti mengancingkan tali helm"
*** N o v e m b e r Kebijaksanaan dapat membuat kita bertahan dalam hidup. John Pattrick
N o v e m b e r Lima Jam Kehidupan D alam It s a Wonderful Life, Arie Saptaji mengisahkan tentang
Amadeus Aaron, anaknya yang meninggal lima jam setelah lahir prematur. Dengan lugas dan tegar, Arie menuliskan catatan dan renungannya tentang kepergian Amadeus yang mendadak. Sepanjang kebaktian penghiburan, saya hanya bisa menatap langit Yogya yang biru cerah bertabur serpihan awan putih, tulisnya dengan lirih dan indah.
Lewat hidupmu yang hanya lima jam, engkau memperlihatkan betapa kasih Tuhan itu adalah gunung kekuatan kita. Kami akan meneruskan perjalanan. Di depan tak ayal masih akan ada badai.
Itulah beberapa kutipan dari surat perpisahan yang Arie tuliskan untuk Amadeus Aaron. Seperti itulah potret ucapan syukur yang Arie suguhkan.
Tulisannya membuat kita terpana dan merenung: bahwa kehidupan dapat dilihat dari sisi yang berbeda. Tulisannya membuka mata batin yang tertutup oleh kedegilan hati, dan menjernihkan penglihatan kita yang kabur untuk memahami maksud dan ren cana Tuhan.
Umumnya, kita mudah terpesona bila berkat, sukacita, dan keberhasilan melingkupi hidup kita. Namun, sadarlah bahwa kemalangan dalam kehidupan adalah hal yang tidak dapat diluputkan semua orang. Dan, melalui penderitaanlah Tuhan membentuk kita, seperti yang dinyatakan oleh Robert Holden, Hanya jika Anda pernah terhempas di lembah ketiadaan (yang) paling kelam, Anda akan mengetahui betapa hebat dan nikmatnya berada di puncak gunung keberhasilan.
*** Di tiap musibah yang menimpa Anda, ingatlah untuk bercermin dan bertanya tentang daya apa yang bisa Anda upayakan guna menarik pelajaran positif dari peristiwa itu.
Epictetus N o v e m b e r Diciptakan untuk Terbang Tinggi
A ku telah menyelamatkan diriku dengan memberi kepercayaan
kepada sayap-sayap muda. Terberkatilah mereka yang percaya, mereka pasti terbang. Inilah doa para burung hantu kuno yang ada dalam The Owls of Ga Hoole.
Buku itu mengisahkan tentang seorang burung hantu muda bernama Soren, yang baru saja memiliki seorang adik perempuan yang manis bernama Eglantine. Tentu saja, hal ini membuatnya sangat gembira.
Tak lama setelah kelahiran itu, orangtua Soren memutuskan untuk pergi berburu, mencari makanan sebagai persediaan untuk menghadapi musim dingin yang akan segera tiba.
Mungkin, karena tidak ada orangtua yang mengawasinya, Soren mendadak terjatuh dari atas pohon ketika sedang berdiri di pinggir lubang sarangnya. Tidak hanya itu, ia bahkan diculik, dan dibawa ke sebuah tempat bernama Sekolah untuk Burung Hantu Yatim Piatu. Di sekolah inilah, ia bertemu dengan Gylie.
Soren dan Gylie bingung dengan hal-hal yang diajarkan di sekolah itu. Mereka seakan-akan diajarkan untuk melupakan fakta bahwa mereka adalah makhluk istimewa yang diciptakan untuk terbang tinggi di malam hari. Meski demikian, Soren dan Gylie menolak untuk melupakan jati diri mereka yang sesungguhnya.
Sebenarnya, ada begitu banyak orang yang dibuat bingung dengan keadaan yang ada di sekitarnya mungkin, kita adalah salah satunya. Alhasil, kita lupa akan jati diri kita yang sesungguhnya: bahwa kita adalah orang yang seharusnya membuat perbedaan dan perubahan. Kita lupa bahwa dalam kehidupan ini kita memiliki sebuah tugas yang harus diselesaikan dan digenapi. Dan, kini, sudah tiba saatnya bagi kita untuk memberi kepercayaan kepada sayap yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita untuk terbang tinggi mengatasi semua masalah hidup.
*** Seekor burung hantu yang bijaksana duduk di sebatang dahan. Semakin banyak ia melihat, semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia
N o v e m b e r Keluarga Tetaplah Keluarga
S udah banyak musibah yang kita alami. Sudah banyak orang
yang mati. Karenanya, ada baiknya jika kita tetap bersama, demikian ucapan seorang tokoh dalam ilm Aftershock, ilm yang mengisahkan tentang salah satu gempa tektonik terbesar dalam sejarah di China.
Film ini memotret sebuah keluarga potret tentang kemalangan yang tersaji secara utuh. Negeri yang luluh lantak, nyawa yang melayang, dan kepedihan akibat gempa tektonik itu tak membuat para sineas kehilangan fokus untuk menyajikan sebuah kisah yang mengharukan tentang sebuah keluarga.
Film ini pantas dijadikan releksi bagi orang-orang yang pernah mengalami penderitaan akibat malapetaka atau kehilangan. Mengapa" Karena ilm ini menyadarkan kita akan fakta bahwa sehebat apa pun penderitaan yang dialami oleh sebuah masyarakat atau bangsa dapat dimaknai secara lebih mendalam jika kita mencermati dengan saksama dampak yang dialami oleh sebuah keluarga, bukan melihatnya secara keseluruhan.
Sebuah keluarga tercerai-berai akibat malapetaka. Dan, trauma tentang hal itu akan selalu ada. Namun, pada akhirnya, hasrat untuk kembali bersama sebagai sebuah keluarga akan tetap ada, karena melalui keluargalah kasih Tuhan pertama-tama dinyatakan: saling menerima, memberi, dan mengasihi.
Kisah-kasih dalam keluarga dengan segala kenangan dan penderitaan yang ada di dalamnya akan selalu indah untuk disimak. Mengapa" Karena, seperti yang dinyatakan oleh salah satu tokoh dalam ilm Aftershock: bagaimanapun, Keluarga tetaplah keluarga.
*** Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan, kita menghargai cahaya karena kita pernah ada dalam kegelapan, dan kita dapat bergembira karena kita pernah merasakan kesedihan. David L. Weatherford
N o v e m b e r Hal-hal yang Membahagiakan Wanita
M anusia dan petualangan, pengembaraan di negeri asing, atau
penjelajahan adalah tema-tema cerita yang selalu menarik untuk diikuti. Tak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki hasrat untuk menemukan sesuatu yang baru dalam dunianya.
Akan tetapi, jika kisah-kisah yang melibatkan negeri asing itu dihadapkan pada persoalan hidup sehari-hari, seperti keluarga, cinta, kelangsungan hidup, atau bahkan hal-hal yang remehtemeh lainnya, maka kita akan menyadari bahwa sesungguhnya ada begitu banyak konlik yang lahir dari hal-hal seperti itu.
Nah, beragam konlik inilah yang menginspirasi Ida Ahdiah untuk menulis 26 cerita dalam bukunya yang berjudul Teman Empat Musim. Masing-masing kisah yang unik itu lahir dari pengalaman pribadi Ida Ahdiah ketika tinggal selama bertahuntahun di Kanada. Di sana, ia bertemu dengan berbagai macam orang yang memiliki beragam latar belakang. Pengalaman inilah yang memicunya untuk menulis 26 cerita dalam bukunya itu.
Melalui kisah-kisah itu, saya menyimpulkan bahwa bagi para wanita, kemapanan, kelanggengan, dan hidup yang terjamin, adalah sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan, bukan sebuah petualangan dan perjuangan tanpa henti. Tidak hanya itu, bagi para wanita, kehadiran seorang teman, kepastian bahwa dirinya mendapatkan cinta dan kesetiaan yang semestinya, juga keyakinan bahwa hidupnya berarti karena ia telah melakukan sesuatu yang ia anggap penting bagi orang-orang yang ia kasihi akan menjadi kisah yang tak mudah dilupakan.
*** Perdamaian tidak semata-mata berarti ketiadaan peperangan, tetapi juga harus dipahami sebagai sebuah nilai tonggak karakter kebaikan, kepercayaan, dan keadilan sejati. Baruch Spinoza
N o v e m b e r Membangun Visi Kepengarangan
V isi setiap pengarang berbeda-beda. Seorang pengarang ber-
nama Toni Morrison yang memenangkan hadiah Nobel melalui beberapa karyanya salah satunya yang terkenal adalah Beloved menyatakan bahwa novelnya memuat tujuan politik. Dalam biograi ringkas yang ditulis oleh Kathryn VanSpanckeren, Toni menyatakan, Aku tidak tertarik untuk memanjakan diriku dalam sebuah kegiatan berimajinasi yang bersifat pribadi... Ya, karya ini pasti politis.
Sementara itu, Gao Xingjian, pemenang Nobel lainnya, menyatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan Toni Morrison: ...Sastra itu hanya dapat menjadi suara individu, dan (akan) selalu seperti itu.
Memang, sepanjang sejarah, persoalan visi dalam dunia sastra memuat banyak perbedaan. Ada yang menggunakan sastra sebagai media untuk melakukan perubahan sosial. Dan, ada ju ga yang menulis sebuah karya sastra karena memang suka menulis seni menuangkan gagasan untuk mematangkan dan mendewasakan diri, atau sebutlah tindakan seorang penulis yang menjunjung tinggi atau memuliakan estetika bahasa.
Sebenarnya, hal-hal di atas tidak menjadi masalah jika karya yang ditulis seseorang dapat diterima pembaca secara luas itulah tolok ukur keberhasilan sebuah karya. Visi seperti di atas, yang juga terlampir dalam penciptaan suatu karya sastra, sebaiknya dipandang sebagai pemantik semangat dalam berkarya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah Anda memiliki visi tertentu dalam apa yang Anda kerjakan"
*** Lebih baik dibenci karena sesuatu yang benar-benar kita lakukan, ketimbang dielu-elukan karena sesuatu yang tidak kita lakukan.
N o v e m b e r Pertobatan Seorang Budak Iblis
S olomon Kane adalah sebuah ilm kepahlawanan yang dikemas
dengan apik. Awalnya, Solomon Kane adalah tokoh yang diciptakan oleh Robert Howard dalam sebuah novel, yang lantas diadaptasi dalam bentuk komik, dan akhirnya di-ilm-kan.
Ketika remaja, Solomon dituntut ayahnya untuk menjadi seorang biarawan. Namun, ia menolak tuntutan itu. Bahkan, ia meninggalkan ayahnya; dan ayahnya mengutuknya karena pembangkangan itu. Ia lantas bertualang, dan menjadi seorang pemburu yang beringas. Ia bahkan menyebut dirinya Iblis tubuhnya penuh tato dan sayatan. Namun, suatu ketika, ia terjepit, dan terdampar di sebuah biara.
Pertobatan Solomon memakan waktu setahun. Setelah bertobat, ia menjelma menjadi sosok yang pengalah, sabar, dan tampak lebih kalem. Jika sebelumnya ia berambisi untuk meraih harta sebanyak-banyaknya, maka setelah bertobat ia berjuang untuk mendapatkan seorang wanita bernama Meredith, yang ditawan oleh penguasa kegelapan.
Merujuk pada pertobatan Solomon, saya merenungkan sebuah hal penting: budak Iblis akhirnya melawan antek Iblis bahkan Iblis itu sendiri. Dan, ada harga yang harus dibayar dalam pertobatan itu harga yang besar. Sebuah pertobatan sejati pada akhirnya membuat kita mengubah siapa yang kita sembah.
Orang yang pernah mengabdi pada kuasa kegelapan juga segala pesona, berhala, dan berbagai sesembahan di dunia ini akan selalu menemui jalan yang lebih rumit untuk memastikan bahwa ia telah mengambil jalan yang benar. Memutuskan untuk bertobat memang mudah, tetapi menjalani keputusan itu tidaklah mudah. Namun, sebagaimana yang kita ketahui bersama, siapa yang bertekun di dalamNya, kelak akan meraih kemenangan besar!
*** Salah satu hal yang paling menyita waktu di dunia ini adalah memelihara musuh.
N o v e m b e r Refleksi Makna Pendidikan
U mumnya, hal-hal yang mengubah hidup kita terjadi ketika
kita memperhatikan hal-hal yang sangat sederhana di muka bumi. Inilah yang dialami oleh Greg Mortenson ketika ia melihat anak-anak di Pakistan menulis dengan ranting di tanah sebagai media untuk belajar dan menuntut ilmu.
Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan negeri asalnya, Amerika Serikat. Itulah sebabnya, mengapa ia berniat untuk membangun sekolah bagi anak-anak di Pakistan. Juga, karena ia pernah ditolong oleh seorang Pakistan ketika hampir mati di salah satu gunung yang ada di pegunungan Himalaya.
Keselamatan hidup yang berarti sangat besar bagi Greg, ia balas dengan membangun sekolah untuk anak-anak di Pakistan. Baginya, sekolah menyelamatkan jiwa seorang anak. Seorang anak yang hidupnya dipenuhi dengan pengetahuan dan kebijakan, kelak akan membuatnya bijak dan menyongsong hari depan dengan lebih baik.
Mungkin, beberapa dari kita menganggap pendidikan untuk anak-anak hanya sebagai sebuah status; anak akhirnya mendapat status sebagai pelajar , dan itu tidak membuatnya berbeda dengan anak-anak lainnya, karena mereka sama-sama sekolah. Padahal, pendidikan berarti lebih dari itu. Pendidikan adalah upaya agar seseorang bisa menyelamatkan hidupnya. Pendidikan adalah cara untuk menjadi bijak dalam menghadapi hari depan. Pendidikan adalah jalan untuk menempuh kebahagiaan.
Greg Mortenson telah membuka mata kita: bahwa pendidikan memiliki arti yang sangat besar. Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: seperti apa dan bagaimanakah kita me maknai pendidikan"
*** Dengan pendidikan, kita membangun sebuah generasi yang memiliki jati diri dan tahu apa yang harus ia gapai di hari depan.
N o v e m b e r Yang Terlupakan, yang Justru Mengenang
M ungkin, jika Anda menjadi guru, Anda akan mudah me-
ngenang ketiga jenis anak berikut: yang sangat pintar, yang sangat nakal, dan yang sangat susah menerima pelajaran. Hal ini terjadi karena umumnya ketiga jenis anak itu selalu ada di setiap kelas.
Beberapa tahun yang lalu, saya sempat mengajar dengan murid yang jumlahnya cukup banyak: kelas 1 hingga kelas 4. Memang, saya paling banyak mengajar di kelas di mana saya menjadi walinya: kelas 4.
Suatu hari, tepatnya pada hari guru (25 November), di kelas 3 diadakan kegiatan untuk menghormati para guru. Siswa-siswi diminta untuk menulis kesan tentang seorang guru yang mereka sayangi. Dan, di luar dugaan saya, saya mendapat sebuah kesan dari salah seorang murid.
Terima kasih, Pak Sidik, yang telah mengajariku bagaimana memainkan musik yang indah. Kesan ini ditulis oleh seorang anak yang pendiam, tidak terlalu pintar, tetapi selalu rapi, santun dan murah senyum. Seorang anak yang paling tidak bagi saya mudah sekali dilupakan.
Ketika merenungkan hal ini, saya teringat akan Dia, Tuhan semesta alam, yang tidak mudah melupakan siapa kita. Kita, manusia, memiliki kesan dan secara tak sadar membuat pilihan untuk mengenang siapa-siapa saja yang berkesan dalam hidup kita.
Akan tetapi, Tuhan tidak seperti itu di mataNya kita semua berharga. Di mataNya kita memiliki suatu keunikan tertentu yang tak tergantikan, yang juga tidak dimiliki oleh orang lain. Kita yang memiliki kemungkinan untuk melupakan dan dilupakan, sebaiknya bersyukur kepadaNya, karena ia tak pernah melupakan kita!
*** Manusia bisa melupakan sesuatu yang seharusnya ia kenang; Tuhan akan selalu mengenang kita, bahkan ketika kita
N o v e m b e r Menjadi yang Terbaik karena Dibebaskan
P ada 2003, Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) mengukur kecerdasan siswa-siswa sedunia dalam bidang sains, membaca, dan matematika. Dan hasilnya, Finlandia berada di peringkat pertama. Mereka tidak hanya unggul dalam ketiga bidang itu, tetapi juga dalam hal pendidikan bagi anak-anak yang lemah secara mental.
Intinya, Finlandia adalah negara yang memiliki kemampuan hebat dalam mencerdaskan anak-anaknya. Merujuk pada fakta ini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apa kuncinya"
Kualitas guru. Itulah jawabannya. Paling tidak, itulah salah satu hal yang berperan besar. Profesi guru di Finlandia sangat dihormati, meskipun gajinya tidak fantastis. Saingan dan saringan untuk menjadi guru di sana cukup ketat, dan setelah menjadi guru mereka bebas menggunakan metode belajar apa pun yang diinginkannya, bebas menyusun kurikulumnya sendiri, bebas menentukan buku teks pilihan sendiri. Singkatnya, mereka menjadi yang terbaik karena dibebaskan.
Bebas atau kebebasan kerap dikonotasikan secara negatif, misalnya: seks bebas, pergaulan bebas bebas semau gue. Namun, apakah kita sadar bahwa sesungguhnya kebebasan yang kita miliki adalah kebebasan untuk melakukan hal yang berharga dan mulia" Dengan demikian, menjadi jelas bahwa orang yang memiliki dasar dan pemahaman yang benar tentang kebebasan akan menggunakan kebebasannya untuk menjadi yang terbaik.
Begitu banyak inovasi, karya besar, dan penemuan yang membentuk peradaban umat manusia karena adanya orang-orang yang mendisiplinkan dirinya sendiri, meskipun tidak diawasi orang lain. Dan, tak sedikit pula orang yang menggunakan kebebasan untuk bersenang-senang. Nah, bagaimana dengan Anda"
*** Guru biasa memberitahu. Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami. William Arthur Ward
N o v e m b e r Tak Pernah Ingin Menjadi Tua
M enjelang dini hari, segerombolan orang tak dikenal me-
nye rang rumahnya secara tiba-tiba. Tiga orang menyusup secara diam-diam ke dalam rumahnya. Namun, dengan tangkas, Frank, seorang pensiunan agen CIA, mengalahkan mereka bertiga, termasuk penyerang lain yang berada di luar rumahnya.
Strategi yang digunakan Frank dalam mengalahkan musuhmusuhnya sungguh tak terduga salah satunya, memanaskan bebe rapa peluru di atas panci penggorengan sehingga menimbulkan ledakan yang bunyinya bak orang yang sedang berbaku tembak.
Frank, yang kepadanya ilm ini didedikasikan; RED (Retired: Extremely Dangerous), sekalipun sangat berbahaya dan liar, ternyata adalah sosok yang romantis. Film ini menyadarkan saya akan fakta bahwa sesungguhnya para tua-tua keladi yang ada dalam ilm ini memang tak pernah ingin menjadi tua.
Memang, takdir menentukan bahwa manusia akan semakin rapuh bila termakan usia. Dan, semakin tua, semakin ia akan ditinggalkan, bahkan hidupnya mungkin berakhir pedih di panti jompo.
Saudara, pernahkah Anda menghabiskan waktu senggang Anda bersama kakek, nenek, atau orang tua lainnya" Mintalah mereka untuk menceritakan masa-masa jaya mereka ketika muda sembari bersantai dan minum teh, mereka akan sangat senang.
Dan, jika kini kita memiliki orang-orang tua dalam keluarga, ada baiknya kita juga tidak melupakan mereka. Mungkin, kita lelah menghabiskan waktu bersama mereka. Namun, siapa tahu, sedianya mereka adalah orang-orang yang hebat, yang extremely dangerous!
*** Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan, tetapi bagaimana bertanding dengan baik.
Baron Pierre de Coubertin
N o v e m b e r Melupakan Mimpi Terburuk K ehilangan kakak laki-laki berarti kehilangan orang yang bisa
di ajak berbagi pengalaman pada masa tua... Kehilangan ayah berarti kehilangan orang yang nasihat dan pertolongannya kau butuhkan, yang menopangmu bak batang pohon menopang ca bang-cabangnya. Kehilangan ibu... yah... rasanya seperti ke hilangan matahari. Rasanya seperti kehilangan... maaf, lebih baik aku tidak meneruskannya, demikian tulis Yann Martel dalam Life of Pi, novelnya yang tersohor.
Dalam novel ini, Yann Martel menunjukkan kefasihannya sebagai seorang pencerita. Ia mengisahkan tentang seorang remaja India bernama Pi, yang terdampar di samudera Pasiik karena kapal yang membawanya kandas di tengah jalan. Dengan tekun dan teliti, Yann Martel mengisahkan tentang bentuk sekoci Pi, perilaku hewan-hewan yang bersama Pi, perasaan yang terus berkecamuk dalam diri Pi, dan beragam kisahnya yang unik tentang cara bertahan hidup di samudera.
Tentu saja, kita tak pernah berharap kehilangan sesuatu secara mendadak. Namun, kerap kali kita tak menemui kenyataan yang seperti kita harapkan. Saya beberapa kali kehilangan orangorang tertentu ketika saya merasa sangat membutuhkan mereka.
Akan tetapi, kehidupan terus berjalan. Pi terdampar seorang diri di samudera nan luas. Itulah mimpi terburuk mimpi yang menjadi kenyataan yang mungkin pernah dialami seseorang dalam kehidupan. Namun, kehidupan akan terus berjalan, dengan segala tantangan, kesusahan, dan pertanyaan yang membentang di depan. Karenanya, jangan biarkan mimpi buruk membelenggu hidup kita sudah waktunya bangun dan bangkit dari tidur!
*** Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan: tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa, dan tidak menjadi apa-apa.
Denis Waitley N o v e m b e r Refleksi Ziarah Menuju Mekah
L e Grand Voyage adalah sebuah ilm Prancis yang memotret
tentang lunturnya nilai-nilai spiritualitas ketika seseorang ber ada dalam sebuah komunitas yang mengikuti budaya populer. Film ini mengisahkan tentang perjalanan seorang pemuda ga ul bernama Reda menuju Mekah bersama ayahnya dengan menggunakan mobil. Dalam perjalanan itu, sang ayah menyatakan sebuah ilosoi penting kepada Reda tentang mengapa mereka harus menempuh perjalanan itu dengan menggunakan mobil.
Ketika air laut menguap menjadi awan, asinnya hilang. Alih-alih menggunakan pesawat, lebih baik menggunakan kapal. Alih-alih menggunakan kapal, lebih baik menggunakan mobil. Alih-alih menggunakan mobil, lebih baik menggunakan kuda. Alih-alih menggunakan kuda, lebih baik menggunakan unta. Alih-alih menggunakan unta, lebih baik berjalan kaki.
Ya, dalam pandangan sang ayah, perjalanan menuju Mekah kali itu adalah sebuah ziarah penghayatan. Ia ingin memfokuskan dirinya kepada Tuhan dan Mekah, kota yang suci itu. Ia ingin menghayati setiap jengkal perjalanan mereka, tak seperti uap air yang lekas hilang. Sementara itu, Reda menganggap perjalanan itu sebagai liburan. Ia berharap bisa menemui hal-hal yang menyenangkan.
Sebuah niat untuk memuliakan Tuhan kerap datang di masa tua, momen di mana umumnya manusia menilik kembali hal-hal yang berharga dan berarti, sejajar dengan kekekalan yang hendak mereka tuju. Di masa muda, banyak manusia hanya bersenangsenang, melampiaskan hasrat hati dan jiwa yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Budaya populer yang kian menjauhkan generasi muda dari pencarian akan hal-hal yang ilahi dan kekal perlu disikapi dengan selektif karena tak perlu menunggu tua untuk meniatkan sebuah ibadah yang berkenan bagi Tuhan.
*** Orang yang berjaya dalam hidup adalah orang yang tujuannya tampak dengan jelas dan menjurus kepadanya tanpa menyimpang.
N o v e m b e r Puisi-puisi yang Tersimpan
M ungkin, penyair itu kerap merasa minder. Ia sudah me-
ngarang banyak puisi, tetapi hanya disimpan di laci meja. Ia tidak pernah mem ublikasikan puisi-puisinya. Di kemudian hari, puisi-puisi yang tersimpan itu ditelaah lebih lanjut oleh banyak orang, dan dianggap memiliki bobot sastra yang tinggi.
Penyair itu bernama Emily Dickinson. Kini, namanya dikenal sebagai salah satu penyair besar dalam sejarah kesusastraan. Mungkin, seperti halnya kita, Emily memutuskan untuk menyimpan puisi-puisinya itu karena merasa tidak puas dengannya. Ia ingin membuat puisi yang lebih baik.
Ingatlah, segala sesuatu yang kita tekuni adalah sebuah pembelajaran. Misalnya, tidak semua fotografer mampu menghasilkan sebuah masterpiece dengan seketika karena keisengan belaka. Dan, begitu pula halnya dengan penyair, yang mungkin akan menganggap karya yang dihasilkannya sebagai sesuatu yang tidak bermutu, tak layak dibaca, atau memalukan.
Karenanya, marilah kita mengembangkan apa pun yang tengah kita kembangkan saat ini dengan bijaksana. Saya tidak mengajak Anda untuk selalu berkoar-koar, memublikasikan apa pun yang tengah Anda kerjakan publikasi tanpa rasa malu. Tidak. Saya hanya mengajak Anda untuk dengan sabar menerima kekurangan yang Anda temui dalam setiap karya Anda. Lagipula, tak tertutup kemungkinan, apa yang kita anggap sebagai kekurangan, di mata orang lain justru dianggap sebagai sebuah kelebihan.
*** Sesuatu yang tidak layak diucapkan sekalipun itu benar adalah memuji diri sendiri. Anonim
D e s e m b e r Tiga Harta Peri S uatu ketika saya iseng-iseng membaca buku anak-anak ber-
judul Rani dan Tiga Harta Peri, yang dipinjamkan oleh salah seorang murid saya. Tak dinyana, buku ini memberikan banyak teladan bagi pembacanya tampaknya, sasaran pembaca buku ini adalah anak perempuan usia 10 tahun hingga remaja. Narasi yang ditampilkan dalam cerita ini sangat deskriptif dan indah. Dan, yang menarik, semua teladan itu tidak disampaikan dengan cara yang menggurui, tetapi melalui alur, peristiwa, dan karakter masing-masing tokohnya.
Buku itu menceritakan tentang seorang tokoh bernama Rani yang suatu ketika ditantang oleh Dab untuk mencari tiga harta yang paling berharga di Pixie Hollow, daerah tempat Rani tinggal. Rani putus asa karena tidak menemukan harta benda yang menarik di Pixie Hollow. Beruntung, ia memiliki sahabatsahabat yang baik hati di Pixie Hollow, salah satunya adalah seekor burung bernama Mother Dove. Dengan penuh kasih sayang, Mother Dove memberinya nasihat yang menguatkannya, dan menuntunnya untuk menemukan harta benda yang dituntut Dab darinya.
Benda-benda! Siapa yang peduli dengan benda-benda" Semua orang memilikinya. Itu bukanlah harta yang membuat siapa pun iri dan ingin memilikinya! ujar Dab. Ternyata, harta yang mampu membuat Rani lepas dari bebannya menjaga awan bukanlah sesuatu yang berwujud benda.
Di akhir kisah, dengan manis diuraikan bahwa ternyata harta yang harus disebutkan Rani untuk membawa pulang Dab dari liburannya adalah sesuatu yang sangat sederhana dan ada dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu: bakat, cinta, dan persahabatan. Ya, harta itu bukanlah benda atau sesuatu yang mahal dan mewah! Namun, harta itu sangatlah berharga. Mengapa" Karena dari ketiganya kita dapat bercermin, merenungi kembali hal-hal yang indah dan harus diutamakan dalam hidup ini.
*** D
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
e s e m b e r setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.
Ivan Panin D e s e m b e r Mengapresiasi dan Mengkritik dengan Tulus
P ada awalnya adalah imajinasi atau inspirasi. Kemudian,
ditambah dengan pembacaan atas situasi yang terjadi dalam masyarakat, atau upaya mengekalkan sebuah peristiwa yang diperkirakan akan selalu dikenang, lahirlah sebuah karya sastra. Kelahirannya disambut dengan berbagai reaksi. Ada pembaca yang hanya mampu memberi kesan; ada yang memuji setinggi langit; ada juga yang menganggapnya sampah.
Mungkin, pecinta novel Ulysses karya James Joyce yang melegenda itu tahu bahwa salah satu kritikus terkuat atas novel itu adalah Fritz Senn. Jika Anda belum tahu Fritz Senn, maka Anda akan bertanya-tanya, siapakah ia" Ia adalah seorang tukang ledeng yang jatuh cinta setengah mati pada novel itu. Dengan tekun dan gigih ia mengumpulkan pernak-pernik tentang Ulysses, hingga ak hirnya ia mendapat gelar doktor kehormatan dari beberapa kampus di dunia.
Memang, apresiasi atas sebuah karya seni kerap memicu beragam persoalan, bahkan tak jarang pula menimbulkan polemik. Beragam pendapat yang diajukan oleh para kritikus membuat para peminat dan pengamat seni memiliki beragam su dut pandang yang berbeda atas sebuah karya.
Akan tetapi, tak sedikit pula kritikus yang berlaku sinis terhadap sebuah karya seni atau seniman tertentu. Alih-alih memberikan pertimbangan yang memadai, mereka justru melancarkan kritik untuk mencela sebuah karya seni atau seniman tertentu. Di sinilah ketulusan memainkan peranan penting.
Mungkin, kita bukan pecinta seni. Namun, sadarlah bahwa dalam kehidupan ini, kita kerap dihadapkan pada persoalan serupa. Karenanya, yang menjadi pertanyaannya bagi kita sekarang adalah: apakah kita sudah memberikan penilaian terhadap orang lain dan apa yang dilakukannya berdasarkan ketulusan"
*** Lebih mudah menjadi kritikus ketimbang pencipta. Peribahasa Yahudi
D e s e m b e r Lupa Bahasa Sendiri D ewasa ini, rasa cinta dan memiliki para generasi muda
Indonesia terhadap bahasa Indonesia semakin pudar. Hal ini terungkap pada bagaimana mereka menulis sms: Huruf e diganti angka 3, huruf a diganti angka 4, kata-kata dalam sebuah kalimat ditulis dengan kombinasi huruf besar dan kecil, dan seterusnya. Istilahnya: alay.
Dalam pengantar memoar Stephen King yang berjudul On Writing: A Memoar of The Craft, Remy Sylado, seorang novelis dan pecinta bahasa, menyatakan bahwa saat ini orang lebih suka menjadi cangkeman (banyak bicara), sedikit berpikir, apalagi membaca dan menulis. Bahkan, dengan tegas ia menyatakan bahwa tayangan di televisi tidak memiliki ...tujuan-tujuan edukatif yang membuat masyarakatnya berpikir kritis dan sehat.
Hal ini terjadi karena semakin banyak tayangan di televisi yang berisikan gosip, sinetron, dan beragam hal lain yang menggunakan bahasa secara keliru. Semakin banyaknya ruang yang diberikan untuk tontonan yang tidak bermutu itu juga membuat budaya cangkeman kian tumbuh subur.
Tampaknya, seiring kemajuan zaman dan globalisasi, generasi muda mulai beranggapan bahwa bahasa Inggris, Mandarin, Prancis, dan bahasa-bahasa asing lainnya perlu lebih dikuasai lebih baik ketimbang bahasa sendiri. Cermatilah fakta ini: pada Ujian Nasional SMA tahun 2010 yang lalu, penyebab terbesar ketidaklulusan adalah rendahnya nilai Bahasa Indonesia. Hal ini patut kita renungkan dan releksikan bersama. Memang, tidak ada yang salah dengan mempelajari bahasa asing, tetapi jangan pula mengesampingkan bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia
*** Ukuran tertinggi tentang adab seseorang adalah bahwa ia wajib menaruh perasaan malu akan dirinya terlebih dahulu.
Alatun D e s e m b e r Kepergian Ibu Kos S aat itu, ibu kos saya sedang sakit. Ia meminta saya untuk
membelikannya jus. Pakai uang sampean dulu, nanti saya ganti, katanya. Ketika mengantarkan pesanan itu padanya, ia langsung menggantinya, bahkan dilebihkan dua ribu rupiah. Terkait dengan hal ini, sembari tersenyum, ia berkata, Dipundut mawon. Mau kulo njipuke keluwihan. (Diambil saja. Tadi saya mengambilnya kelebihan.)
Ternyata, Dipundut mawon. Mau kulo njipuke keluwihan, adalah kata-kata terakhir yang dilontarkan ibu kos kepada saya. Beberapa hari setelah itu, tepatnya Senin sore, saya mendapat kabar bahwa beliau telah dirawat di rumah sakit, di ICU. Malam itu juga, saya bergegas menuju rumah sakit tempat ia dirawat. Namun sayangnya, saya tak bisa menemuinya.
Dua hari kemudian, Rabu, 19 Mei 2010, ibu kos akhirnya pergi untuk selamanya, dalam usia 74 tahun. Sejenak, ketika mendengar berita ini, saya termenung. Setelah itu, saya baru mengabarkan ibu saya dan segenap penghuni kos lainnya.
Sudah tiga tahun lebih saya indekos di rumahnya. Selama beliau hidup, ia sering mengingatkan saya untuk selalu menjaga kesehatan. Bahkan, ia beberapa kali menawarkan diri untuk mengerik punggung saya ketika saya sedang masuk angin. Ia jarang mengeluh, meskipun kerap sendirian, tepatnya ketika segenap penghuni kos sedang bekerja. Setiap pagi, ia selalu merawat tanaman-tanamannya sembari berolahraga. Juga, ia selalu mengangkati jemuran semua anak kos ketika hujan turun di siang hari ketika kami sedang tidak di kos, ketika kami sedang bekerja. Merujuk pada hidupnya yang bersahaja, saya belajar: menjadi seorang ibu kos adalah sebuah hal yang hebat.
*** Alih-alih berupaya untuk menjadi orang yang tepat, mayoritas orang justru berupaya untuk bertemu dengan orang yang tepat. Gloria Steinem
D e s e m b e r Bayi yang Diserahkan I ni adalah kisah tentang sebuah keluarga petani yang miskin,
yang tinggal di Batu, Malang. Pada 2 April 2011, si ibu baru saja melahirkan anaknya yang ketujuh. Dan, setelah bayi perempuan itu lahir, ia langsung diserahkan kepada orang lain. Kebetulan, orang lain yang membesarkan anak itu adalah saudara dari rekan kerja ibu saya di sekolahnya.
Ibunya sama sekali tidak mau menyusui anak itu. Ia takut teringat pada wajah anaknya. Ia langsung menyerahkan anak itu untuk dibawa, tutur ibu saya, yang menyaksikan secara langsung bagaimana orangtua bayi itu melepas anaknya di Rumah Sakit Islam di Batu.
Dari tujuh anak yang dilahirkannya, hanya empat orang yang tinggal bersamanya. Dua anak lain, yang lahir sebelum bayi itu, telah meninggal.
Keluarga ini menanggung sebuah beban hidup yang berat. Orangtua terutama sang ibu sangatlah tegar. Tentu saja, mengandung seorang bayi selama sembilan bulan dan menyerahkannya kepada orang lain setelah dilahirkan bukanlah perkara yang mudah. Apalagi, anak itu bukan hasil perselingkuhan atau hubungan gelap.
Inilah kenyataan hidup yang kadang terasa miris. Namun, tentunya, kita juga bersyukur akan fakta bahwa bayi itu dibesarkan oleh seseorang dengan penuh kasih sayang, bukan dibuang atau digugurkan sebagaimana yang lazim terjadi. Dalam kemiskinannya, keluarga ini masih menghargai anugerah kehidupan yang Tuhan berikan padanya dalam wujud napas hidup si bayi.
*** Hati Anda belum hidup jika Anda belum pernah mengalami rasa sakit. Rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan jika hati itu sekeras batu sekalipun.
Hazrat Inayat Khan D e s e m b e r Persahabatan Raja dan Rakyat Biasa
L ionel (yang diperankan oleh Geoffrey Rush) memasang
iklan sebagai terapis yang membantu orang yang kesulitan berbicara di sebuah koran. Iklan itu lantas dibaca oleh istri Bertie. Bertie (yang diperankan oleh Colin Firth) adalah putra kedua Raja George V di Inggris yang gagap sejak balita. Ia adalah calon raja Inggris pengganti ayahnya. Ini terjadi karena ayahnya tidak memercayai kakaknya yang telah memperistri seorang wanita yang pernah dua kali menikah
Akhirnya, Bertie menjadi raja di Inggris. Namun, jabatan ini membuatnya depresi, karena ia kerap gugup ketika harus berbicara di hadapan banyak orang. Lionel-lah yang membantunya untuk mengatasi hal ini.
Ketika Bertie yang bergelar George VI memerintah, Inggris sedang memasuki masa-masa perang. Saat itu, Hitler dan Nazi sedang menyebarkan pengaruhnya. Pada masa-masa inilah rakyat membutuhkan pemimpin yang tidak gagap, karena pidato pemimpin mampu memberi secercah harapan.
Dengan latar sejarah inilah ilm The King s Speech mencuri hati para penontonnya, dan memenangkan beberapa Oscar. Ya, seandainya pada masa itu tidak ada Lionel yang membantu Bertie untuk membenahi cara bicaranya, nasib rakyat Inggris akan kian terpuruk.
A friend in need is a friend indeed, demikian kata pepatah. Dan, persahabatan tak pernah memandang status sosial. Meski demikian, sahabat tak mudah ditemukan. Sahabat kerap kali membantu kita untuk menemukan jati diri kita yang sesungguhnya. Sahabat membentuk kehidupan kita, bahkan tak jarang menunjukkan apa yang seharusnya kita pilih atau tinggalkan.
*** Persahabatan adalah hal tersulit yang harus dijelaskan di dunia ini. Dan, ini bukan tentang apa yang Anda pelajari di sekolah. Jika Anda tidak pernah belajar tentang makna persahabatan, Anda benar-benar tidak belajar apa pun.
D e s e m b e r Orang Gila di Warkop D i dekat alun-alun Sidoarjo ada sebuah warung kopi (warkop)
yang hampir setiap malam menjadi tempat nongkrong saya. Nah, suatu malam, ada orang gila yang saya temui di warkop itu. Awalnya, saya tidak mengetahui jika ia gila. Karenanya, saya merasa biasa-biasa saja ketika duduk di sebelahnya. Bahkan, saya sempat menawarinya makan dengan berkata, Monggo, Mas. Dan, ia tersenyum dan mengangguk.
Akan tetapi, ketika makan, saya baru sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Saya mencium bau pesing. Penjaga warkop melirik ke arah saya sembari tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya, mengangguk ke arah orang yang ada di sebelah saya. Dan, ketika itulah saya mengetahui dari mana baru pesing itu berasal. Ternyata, orang yang ada di sebelah saya tidak beres, karena ia sedang mengangkat kedua tangannya bak orang yang sedang berdoa. Dan, seketika itu juga, saya mengambil jarak dengannya.
Setelah selesai berdoa , dengan suara serak dan sangat memohon ia berkata, Maem, maem. Ia berharap sang penjaga warkop memberinya makan, tetapi ia tidak mendapatkannya. Melihat hal itu, muncul niat dalam diri saya untuk membelikannya makanan. Namun, seketika itu juga, saya berpikir: jika saya memberinya makanan, maka nantinya ia akan terus-menerus datang ke warkop itu, dan membuat risih segenap pengunjung warkop lainnya, karena harus nongkrong bersama orang gila.
Ah, orang gila... Terkadang, mereka pantas dikasihani. Juga, ada kegilaan mereka yang melahirkan tawa.
Hujan turun rintik-rintik, dan saya tak tahan melihat orang gila itu menggigil sembari menahan lapar. Tak lama kemudian, hujan turun dengan deras. Di kos, saya memikirkan nasib orangorang gila. Apa jadinya ketika mereka tak kuasa lagi menahan dingin, lapar, dan haus"
*** Ia yang datang, akan pergi. Setiap orang yang lahir pasti mati.
D e s e m b e r Iman dan Akal Budi F ides et ratio iman dan pengetahuan. Adagium itu awalnya
dicetuskan oleh seorang ilsuf bernama Thomas Aquinas (1225 1274). Adagium yang menjadi dasar pemikiran dari buku Summa Theologiae itu hendak menggarisbawahi sebuah pemikiran penting: bahwa iman dan akal budi manusia tidak mungkin bertentangan karena keduanya berasal dari Tuhan. Namun, dalam pencarian akan kebenaran, pendekatan yang dilakukan keduanya berbeda, meskipun manusia membutuhkan keduanya untuk menapaki kehidupan secara berimbang.
Umumnya, manusia membangun dikotomi antara ilmu dan iman seolah-olah keduanya saling bertolak belakang. Para ilmuwan beranggapan bahwa segala sesuatu bisa dinalar. Namun, tak jarang, ketika dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang sangat berat dan sulit dicari jalan keluarnya, kita mengharapkan pertolongan dari yang mahatinggi: kita berdoa, berpuasa, melakukan berbagai ritual keagamaan dan kepercayaan akan Tuhan.
Ya, iman membuat seseorang yakin akan kekuatan yang lebih tinggi, yang telah mengatur segalanya dalam kehidupan ini. Iman membuat kita senantiasa bersyukur dan berharap. Namun, pengetahuan juga tak dapat diabaikan. Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, kata Albert Einstein. Jika hanya mengandalkan iman, maka semua pertanyaan ilmiah akan terjawab dengan dua kata, Sudah takdir. Dan, itu tidak menjelaskan apa pun. Pengetahuan mendatangkan upaya dan tindakan dalam diri manusia untuk selalu berusaha dan mencari yang terbaik untuk dirinya sendiri. Pengetahuan menjadikan manusia dinamis, aktif, dan kreatif.
*** Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu membuatnya tanpa rasa; itu membuatnya tanpa arti, seperti jika Anda menjelaskan simfoni Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara. Albert Einstein
D e s e m b e r Lolos dari Maut S elama tiga tahun lebih bekerja di Sidoarjo, baru sekali saya
mengalami kecelakaan, jatuh dari motor. Ketika itu, saya berangkat jam empat lebih beberapa menit dari Malang yang saat itu sedang gerimis dengan menggunakan sepeda motor. Ketika melewati daerah Arjosari, tepatnya di bawah jembatan layang, listrik di daerah itu sedang padam. Alhasil, jalanan menjadi sangat gelap, bahkan langit pun kelam.
Ketika melewati pabrik rokok Bentoel, saya terkejut karena ada sebuah mobil yang berhenti secara mendadak. Saya pun berupaya untuk mengerem, hingga akhirnya terjatuh dari motor. Dan, karena saat itu jalanan licin, motor saya terseret hingga beberapa meter ketika itu, laju motor saya cukup kencang, sekitar 80 km/jam. Dengan sigap saya segera berdiri, dan bergegas ke pinggir jalan, meninggalkan motor yang tengah tergeletak di jalan, karena khawatir tertabrak oleh beberapa kendaraan yang ada di belakang saya. Dan, kekhawatiran itu terbukti. Sebuah mobil nyaris menabrak saya. Beruntung, supirnya cukup sigap untuk mengendalikan mobilnya. Dan, tak lama kemudian, sebuah motor menghantam motor saya hingga membuat pengendaranya terjatuh.
Hingga kini, saya masih terbayang-bayang akan peristiwa itu. Bahkan, saya selalu ngeri ketika mengingatnya. Saya bersyukur atas perlindungan Tuhan setiap kali mengingat pengalaman itu.
*** Pengalaman (berharga) adalah apa yang Anda dapatkan ketika Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan. Peribahasa Itali
D e s e m b e r Ujian dan Kemapanan Hidup
S uatu ketika, tak lama setelah UN 2010 berlangsung, saya
ber kesempatan mengunjungi desa Wajak yang berjarak 40 kilometer dari kota Malang. Di desa itu saya bertemu dengan Ahmad Junaidi. Ia adalah kepala sekolah SMP Islam Hidayatul Mubtaidin.
Pak Ahmad mengawali kisahnya dengan berkata, Perjuangan anak-anak di sini dalam menempuh UN kemarin benarbenar habis-habisan. Dua bulan sebelum UN, ia menampung murid-muridnya di rumahnya. Bersama para guru, ia membekali mereka pelajaran tambahan, sore dan malam hari. Tidak hanya itu, setiap jam tiga pagi mereka dibangunkan untuk sholat tahajud, dan setelah itu diimbau untuk belajar hingga adzan subuh tiba. Pak Ahmad dan para guru SMP Islam Hidayatul Mubtaidin melakukan hal itu tanpa pamrih, tanpa bayaran.
Sedemikian besarnya kegusaran yang dihadapi murid-murid SMP Islam Hidayatul Mubtaidin akan UN sehingga mereka melakukan segala upaya lahir dan batin demi meraih kelulusan.
Manusia akan mudah mengerahkan segenap daya dan upayanya bila menghadapi suatu krisis dalam hidupnya. Dan, kita cenderung merasa aman ketika hidup dalam rutinitas seharihari yang tidak memberikan tantangan dan daya gugah apa pun. Kita terbuai dengan rasa nyaman atas kondisi yang mapan dan tenteram. Kita lupa belajar, dan lalai memperbaiki diri.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: adakah sesuatu yang harus kita ubah dalam hidup kita meskipun kita tidak menemui satu ujian pun"
*** Pekerjaan apa pun yang dianggap sulit atau rumit, jika dikerjakan dengan senang hati akan menjadi mudah.
Alfred Nobel D e s e m b e r Hanya Mengisi Waktu Luang
S uatu ketika, saya berkesempatan untuk menghadiri kon-
ferensi guru-guru Sekolah Minggu di Surabaya. Salah satu pem bicaranya adalah Simon Hood, Direktur Kreatif Australian Creative Children s Powerhouse, yang juga adalah seorang ahli puppet boneka sejenis wayang yang dimainkan dengan menggunakan tali atau memasukkan tangan ke dalamnya de ngan jam terbang lebih dari 4.000 show di seluruh dunia. Selama 19 tahun terakhir ia melatih banyak guru Sekolah Minggu di lebih dari 18 negara.
Kebetulan, saya sempat berbincang-bincang dengannya. Ketika itu, saya mengeluhkan tentang minimnya perhatian gereja di Indonesia terhadap pelayanan anak di Sekolah Minggu. Terkait dengan hal ini, Simon Hood menyatakan, Sebenarnya bukan hanya di Indonesia. Di berbagai tempat yang saya kunjungi, kondisinya juga seperti itu: pelayanan terhadap anak kerap kali tidak digarap secara maksimal karena mayoritas gereja tidak menganggapnya sebagai hal yang penting. Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya Sekolah Minggu hanya terkesan sebagai pengisi waktu luang anak-anak ketika orangtuanya sedang beribadah atau sekadar pelarian agar anak-anak tidak berlari-lari di dalam gereja ketika pendeta sedang berkhotbah.
Jadi, sebelum dunia menawarkan sesuatu kepada anakanak, dan mengharapkan mereka untuk menjadi pengikut setianya, gereja harus menyadari tugasnya dalam memperkenalkan anakanak kepada Tuhan dan kebenaran, ujar Simon Hood.
Anak-anak adalah generasi yang potensial untuk mengi kuti apa pun yang ditawarkan atau diberikan dalam hidup mereka. Jika orangtua dan pihak-pihak yang terkait dengan anak-anak tidak membekali mereka dengan pengetahuan dan budi pekerti, maka pihak lain dapat mengambilnya.
*** Lebih baik menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan. Peribahasa China
D e s e m b e r Tidak Harus Fenomenal H arper Lee memperoleh penghargaan Pulitzer yang sa-
ngat bergengsi atas novelnya yang berjudul To Kill a Mockingbird. Novel itu adalah karya pertama dan terakhirnya. Hingga kini, karya itu dianggap sebagai sesuatu yang fenomenal ka rena memiliki pesan moral yang luhur, yaitu: pemahaman tentang hubungan antar-manusia.
Selama beberapa tahun berkumpul dengan penulis, saya kerap bertemu dengan calon penulis yang bercita-cita membuat sebuah karya yang fenomenal: diterima secara luas, dianggap abadi. Merasa bahwa tidak semua orang bisa menulis, dan bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang misterius, bahkan terkesan romantis, mayoritas calon penulis berharap bahwa proses menulis yang dibangunnya berjalan sempurna. Namun sayangnya, tidak banyak orang yang, meminjam puisi Chairil Anwar, Sekali berarti, sesudah itu mati.
Sekadar contoh: ketika menerbitkan Phantastes, George Mac- Donald dianggap sebagai penulis yang gagal. Padahal, sebelum menerbitkan karya itu, reputasinya dalam dunia tulis-menulis cukup diperhitungkan. Suatu hari, seorang pemuda menemukan karya itu. Ketika membacanya, hatinya diliputi dengan sukacita. Di kemudian hari, pemuda itu menjelma menjadi salah satu penulis yang diakui dunia. Ia bernama C.S. Lewis.
Ada kalanya sesuatu yang dianggap gagal oleh banyak orang justru dianggap berhasil bagi segelintir orang. Fakta yang aneh ini mengajak kita untuk merenung: untuk siapakah kita berkarya dalam hidup ini" Dan, jawabannya adalah: kita melakukan segala sesuatu dalam hidup, pertama-tama, untuk diri kita sendiri.
*** Ada banyak hal yang datang kepada mereka yang menunggu. Namun, ketahuilah, itu adalah hal-hal yang disisakan oleh mereka yang bekerja keras. Abraham Lincoln
D e s e m b e r Jangan Menilai Berdasarkan Tampilan Luar
I gnas Kleden, seorang sosiolog, menyebut Tan Malaka sebagai
seorang Marxis tulen dalam pemikiran, tetapi nasionalis yang tuntas dalam semua tindakannya. Aktualisasi konkret tentang hal ini terungkap dalam cuplikan pidato yang disampaikan Tan Malaka dalam kongres Komunis Internasional pada 1922 di Rusia berikut: Apakah Anda percaya pada Tuhan ya atau tidak" Bagaimana kita menjawabnya" Ya, saya katakan, ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tetapi ketika saya berdiri di depan banyak orang, saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia!
Begitu banyak manusia yang mudah dijangkiti pikiran buruk ketika melihat tampilan luar seseorang. Hanya karena diam, orang dianggap sombong. Ketika berbicara, juga dianggap sombong. Begitu mudah orang menilai segala sesuatu berdasarkan pandangan sekilas. Alhasil, kita lekas menghakimi, tetapi gagap memahami.
Inilah yang dialami Tan Malaka, yang di masa lalu kerap dituduh tidak beragama, atau komunis, sehingga akhirnya diasingkan dari tanah airnya sendiri. Padahal, dalam memoarnya yang berjudul Dari Penjara ke Penjara, ia menulis: Menurut saya, mengajar anak-anak Indonesia adalah pekerjaan yang paling suci dan penting. Ya, Tan Malaka selalu bersemangat jika berbicara tentang pendidikan atau kemerdekaan. Dan, kata-kata inilah yang menggelorakan semangat juang para pemuda di masa lalu.
*** Bangsa penakut tidak boleh merdeka dan tidak berhak merdeka. Ketakutan adalah nasihat yang sangat curang untuk kemerdekaan. Andre Colin
D e s e m b e r Pilihan yang Menentukan Jati Diri Kita yang Sesungguhnya
D alam Harry Potter dan Kamar Rahasia terungkap sebuah per-
cakapan antara Profesor Dumbledore dan Harry Potter tentang fakta bahwa Harry Potter adalah seorang anak dengan bakat sihir yang luar biasa, yang seharusnya tinggal di asrama Slytherin tempat yang sedianya menjadi tempat tinggal seorang penyihir hebat yang kejam bernama Lord Voldemort.
Sebenarnya, Harry memang pantas tinggal di Slytherin kare na ia bisa berbicara dengan ular tidak semua penyihir memiliki kemampuan ini; Lord Voldermort juga memiliki kemampuan ini. Bahkan, ketika pertama kali tiba di sekolah sihir Hogwarts, sebuah topi sihir bernama Topi Seleksi menyatakan bahwa ia akan menjadi seorang penyihir hebat jika ia tinggal di asrama Slytherin. Namun, Harry memutuskan untuk tinggal di Gryfindor, asrama yang menjadi tempat tinggal kelompok penyihir baik.
Terkait dengan hal ini, Dumbledore menyetujui keputusan Harry. Bahkan, ia berkata, Bukan kemampuan kita yang memperlihatkan siapa diri kita yang sesungguhnya, tetapi pi lihan kita. Umumnya, tanpa disadari, kita berupaya untuk memperlihatkan kemampuan lahiriah yang kita miliki. Dan, dengan cara itu, kita bermaksud untuk memegahkan diri, menganggap diri kita lebih baik ketimbang orang lain.
Sebenarnya, ketika mendemonstrasikan kehebatan yang kita miliki di hadapan orang lain, terbentang berbagai pilihan yang harus kita ambil. Namun, bagi orang yang bijaksana, mendemonstrasikan kehebatan yang kita miliki bukanlah hal yang penting, kecuali jika ia memang harus melakukannya. Meski demikian, perlu juga ditegaskan di sini bahwa bakat yang besar tidak serta-merta membuat seseorang menjadi bijaksana. Ada begitu banyak orang yang lahir dengan bakat hebat, tetapi menyia-siakannya begitu saja. Semakin bijaksana seseorang, semakin pandai ia memilah apa yang harus ia tunjukkan dan apa yang harus ia simpan bagi dirinya sendiri.
D e s e m b e r Banyak orang yang kaya, pintar, dan tenar karena berasal dari keluarga yang hebat. Namun, tak sedikit pula orang yang kaya, pintar, dan tenar karena ia mampu meraih ketiganya berdasarkan pilihannya sendiri.
D e s e m b e r Alasan yang Bagus untuk Menikah atau Tidak"
A da begitu banyak orang yang tidak memiliki alasan yang
bagus untuk menjawab pertanyaan mengapa mereka belum juga (mau) menikah. Padahal, ia sudah layak menikah.
Merujuk pada kehidupan Ryan, tokoh utama dalam ilm Up in the Air yang hidupnya selalu berpindah-pindah dari pesawat ke pesawat, hotel ke hotel, dan memiliki pengamatan yang jeli atas kehidupan pernikahan orang-orang di sekitarnya yang lebih banyak berakhir dengan perceraian (baca: kegagalan) saya menemukan alasan yang logis untuk menjawab pertanyaan itu.
Dalam beberapa kesempatan, Ryan menyampaikan ceramah yang unik berjudul What s in Your Backpack" (Apa yang Ada dalam Ranselmu"). Dalam ceramah itu, secara garis besar Ryan mengemukakan pendapatnya yang lugas: sederhanakan hidupmu, tak perlu memasukkan banyak hal dalam hidupmu, tak perlu membebani hidupmu dengan apa pun. Dengan kata lain, ia mengajak kita untuk membayangkan jika kita hendak berkelana dengan hanya membawa sebuah ransel.
Umumnya, orang beranggapan bahwa kehidupan seseorang yang sudah mapan, sejahtera, dan sehat pantas diimbangi dengan pernikahan yang baik. Namun, sekali lagi saya nyatakan, Ryan memiliki alasan yang bagus untuk tetap melajang dan bertualang sembari bekerja.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaannya adalah: sampai sejauh mana alasan itu bisa dipertahankan, terlebih ketika kesepian mulai mendera" Mungkin, hanya Tuhan yang tahu apakah ini juga adalah alasan yang bagus"
*** Ada beberapa masalah yang dapat diselesaikan dengan menikah, tetapi ada juga beberapa masalah yang justru baru muncul ketika menikah. Mengharapkan kebahagiaan ketika menikah, tetapi tak pernah bersyukur ketika masih sendiri adalah sebuah kesalahan besar.
D e s e m b e r Bandit, Perjuangan Rakyat Kecil
S ejarah perjuangan suatu bangsa tak pernah lepas dari peran
berbagai lapisan masyarakat, meskipun hanya beberapa nama besar saja yang dikenang dan diabadikan sebagai pahlawan. Namun, bagaimana dengan kiprah para bandit atau orang yang di masa kini identik dengan julukan preman yang tidak identik gelar pahlawan" Dalam bukunya yang berjudul Jawa: Banditbandit Pedesaan, Suhartono W. Pranoto berupaya untuk menjawab pertanyaan ini.
Hal ini bermula ketika kapitalisme mulai mewabah di negara-negara Eropa. Guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari daerah atau negara yang menjadi jajahannya, mereka mengubah jenis tanaman yang ditanam. Tanaman komersial, seperti indigo (tanaman sumber pewarna alami), kopi, tebu, dan tembakau digalakkan karena laris dalam perdagangan internasional. Sementara itu, tanaman tradisional, seperti padi dan palawija, disingkirkan.
Ketika mayoritas orang berjuang untuk melakukan sesuatu terutama hal-hal yang berkaitan dengan niat untuk membuat per ubahan dalam masyarakat karena hendak menoreh kan tinta emas dalam sejarah, para bandit justru melakukan hal-hal yang berkebalikan. Mereka menyabotase lahan pertanian milik kompeni. Bahkan, tak jarang membuat para kompeni tersebut kalang kabut.
Memang, ketika itu, perlawanan para bandit itu tidak terorganisasi dengan baik; kadang muncul, kadang tidak bak letupan kecil . Namun, ketahuilah, bahwa sesungguhnya perlawanan para bandit itulah yang memicu lahirnya beragam bentuk perlawanan lainnya lebih terorganisir, mapan, dan koordinatif, hingga akhirnya bangsa Indonesia meraih kemer dekaannya.
*** Mayoritas orang lebih mudah mengingat kesalahan ketimbang kebaikan. Jika orang kecil melakukan kebaikan, siapakah yang akan mengingatnya dan menjadikannya sejarah"
D e s e m b e r Dua Anak Sulung yang Tewas
J ames Gregory adalah seorang sipir berpangkat rendah yang
hidup di Afrika Selatan. Film berjudul Goodbye Bafana mengisahkan tentang hidupnya ketika ia bertanggung jawab atas seorang tahanan bernama Nelson Mandela. Dalam ilm ini dikisahkan bahwa anak sulung Nelson Mandela tewas dalam sebuah kecelakaan mobil, tak lama setelah ia mendapat SIM. Hingga kini kecelakaan itu masih misterius: apakah kecelakaan murni atau rekayasa rezim apartheid agar Nelson Mandela menyerah. Meski demikian, Nelson Mandela mengatasi dukanya dengan bijaksana. Dari balik penjara, ia meminta agar rakyat Afrika Selatan terus berjuang melawan diskriminasi.
Selang beberapa waktu kemudian, putra James yang baru saja lulus kuliah dengan nilai yang sangat baik juga tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. James sangat terpukul dengan peristiwa ini. Ia merenunginya dengan sangat dalam dan lama. Ia bertanyatanya, apakah kecelakaan itu adalah hukuman untuknya, karena ia adalah orang yang pertama kali menginformasikan atasannya jika putra Nelson Mandela baru saja memperoleh SIM. Ia mengetahui hal ini karena ia mengawasi alur surat yang keluar dan masuk untuk Nelson Mandela.
Terkait dengan peristiwa yang dialami James, Nelson Mandela mengungkapkan belasungkawanya melalui sebuah surat. Dan, ketika dengan jujur James mengungkapkan bahwa ia adalah orang yang menginformasikan tentang SIM yang dimiliki oleh anaknya, Nelson Mandela juga tidak mempermasalahkannya.
Seorang sipir kehilangan anaknya, dan ia mendapat penghiburan dari seorang pemimpin besar yang memiliki pengalaman sama dengannya. Bahkan, keduanya menjalin persahabatan. Dan, ketika akhirnya Nelson Mandela dibebaskan dari penjara, James-lah yang mengantarnya keluar dari rumah tahanan. Dan, sebagaimana yang kita ketahui bersama, tak lama setelah itu, Nelson Mandela diangkat menjadi Presiden Afrika Selatan pada usia 76 tahun.
D e s e m b e r dan menyentuh hati Anda. Heather Pryor
D e s e m b e r Stuntman yang Mendunia S ebelum tenar seperti sekarang, Jackie Chan terkenal dengan
nama Chan Lung. Ia membintangi beberapa ilm di mana ia tampil dengan membuka bajunya sembari mengenakan celana hitam dan sedikit banyak menirukan gaya Bruce Lee. Ketika itu, ia ter kenal karena kerap memeragakan jurus dewa mabuk dalam ilm-ilm yang dibintanginya: jagoan yang sakti mandraguna setelah menenggak arak. Peran dalam beberapa ilm kungfu itu ia dapatkan setelah bertahun-tahun menjadi stuntman (pemeran pengganti yang melakukan beragam adegan berbahaya), hingga di kemudian hari ia dijuluki Stuntmaster.
Jackie adalah seorang pria yang telah melalui beragam penderitaan. Sewaktu bayi, orangtuanya hendak menjual Jackie kepada dokter yang membantu proses kelahirannya, karena khawatir tak bisa memberinya makan. Sejak usia 7 tahun, Jackie bekerja di Academy of Chinese Opera, selama lebih dari 10 tahun. Ia bekerja dari jam 5 pagi hingga tengah malam tujuh hari seminggu. Setelah itu, ia membintangi beberapa ilm, hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk membintangi beberapa ilm di Amerika.
Tak banyak bintang ilm Asia saat ini yang sanggup menyamai apa yang diraih Jackie Chan. Karenanya, orang cenderung beranggapan bahwa sebuah pencapaian ditentukan oleh fasilitas dan keberuntungan. Namun, orang seperti Jackie Chan, yang tidak memiliki fasilitas yang mumpuni, mendayagunakan dan melatih tubuhnya dengan sedemikian rupa, hingga akhirnya ia menjelma menjadi orang yang ahli dalam bidangnya. Jackie Chan adalah sosok yang tak pernah berhenti berjuang, sehingga mampu menciptakan kesempatan yang menjadikannya beruntung.
*** Rahmat kerap datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; namun, jika kita sabar,
kita akan segera melihat bentuk aslinya. Joseph Addison
D e s e m b e r Dikunjungi Ibu-ibu Tua S uatu ketika, saya terjatuh atau lebih tepatnya terlempar
dari sepeda motor yang saya kendarai karena menghantam lubang yang ada di tengah jalan. Pipi saya menggesek aspal dengan cukup keras.
Saat itu, sekitar delapan tahun yang lalu, saya kerap melayani sebagai gitaris pendamping seorang pendeta yang memimpin sebuah persekutuan ibadah kecil, yang mayoritas anggotanya adalah ibu-ibu tua. Sehari setelah kecelakaan itu, enam atau tujuh ibu-ibu tua yang menjadi anggota dari persekutuan tersebut menjenguk saya ke rumah. Saya hanya manggut-manggut ketika satu per satu dari mereka berkata, Tidak apa-apa" atau Lain kali hatihati atau Cepat sembuh. Sebenarnya, saat itu, saya berharap dikunjungi oleh seorang teman wanita saya. Bahkan, saya berharap ia yang pertama kali datang. Namun, Tuhan berkehendak lain. Ia mendatangkan penjenguk-penjenguk lain.
Kedatangan para penjenguk tua itu membuat saya merenung. Tahun-tahun berlalu, dan ada satu hal yang tidak berubah: mereka masih suka menjenguk orang-orang sakit. Bahkan, tak jarang mereka juga mendoakan orang-orang yang mereka jenguk agar cepat sembuh.
Secara alami, ketika kita semakin tua, kita akan semakin pe ka atas kesulitan orang lain suatu hal yang mungkin sulit di pahami oleh orang yang lebih muda. Namun, secara rohani, Tu han ingin agar kita peka pada orang lain. Karenanya, tak perlu menunggu tua, saat ini juga, kita bisa memberi penghiburan dan semangat bagi mereka yang membutuhkan.
*** Ketika kita belajar untuk menyelami perasaan orang lain, kita juga belajar untuk melihat luasnya sisi kehidupan.
D e s e m b e r Ibu yang Sejati S uatu hari, saya batal ke gereja karena kehujanan. Ya, saya lupa
membawa jas hujan. Alhasil, saya berteduh di teras sebuah bank yang ada di dekat lampu lalu lintas.
Di tempat itu, saya bertemu dengan seorang gadis kecil yang usianya sekitar 10 tahun yang sehari-harinya mengamen. Seperti halnya saya, ia pun berteduh dari derasnya hujan. Ketika saya tiba di tempat itu, ia sedang berbicara dengan seorang tukang bakso. Pembicaraan mereka tampak seru. Namun, ketika tanpa sengaja saya mendengar pembicaraan itu, hati saya menjadi sedih: gadis kecil itu mengamen karena disuruh ibunya, dan ia tidak diizinkan pulang ke rumah sebelum mendapat uang Rp20.000 setiap harinya dari hasil mengamen.
Memang, dalam beberapa kepercayaan dan agama, Tuhan kerap diidentikkan dengan sosok yang maskulin. Hal ini terbukti dari banyaknya nabi, rasul, dan utusan Tuhan yang berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika merenungkan kasihNya yang besar, bukankah dapat dikatakan bahwa kasih itu mirip kasih ibu" Bukankah kasih seorang ibu ...tak terhingga sepanjang masa , sebagaimana yang terdapat dalam lagu anak-anak yang kerap kita nyanyikan"
Sedemikian besarnya kasih Tuhan, sehingga Ia pun pantas disebut sebagai Ibu yang sejati mengingat ternyata di dunia ini ada ibu yang berlaku jahat kepada anak-anaknya.
Bersyukurlah kepada Tuhan jika Anda memiliki ibu yang baik. Dan, bersyukurlah pula kepadaNya, karena Ia adalah Ibu yang sejati, yang kasih dan setiaNya tak akan pernah berkesudahan.
*** Kasih yang diberikan ibu seperti udara, ia menempuh ribuan kilo jalan yang penuh rintang demi anaknya.
Lagu Ibu karya Iwan Fals
D e s e m b e r Karya-karya yang Tidak Jadi Dibakar
S ahabatku Max yang baik, tulis pria yang sekarat itu.
Permohonanku yang terakhir adalah agar semua karyaku, termasuk buku-buku catatanku, naskah-naskah, dan surat-surat... bakar sajalah supaya jangan terbaca lagi. Yang ada pada orang lain, minta saja supaya mereka membakarnya sendiri.
Itulah kata-kata Franz Kafka, yang semasa hidupnya selalu merasa tidak pernah menulis karya-karyanya dengan baik. Bahkan, ada yang menjulukinya sebagai kritikus yang kejam bak algojo atas karya-karyanya sendiri. Beruntung, Max Brod, sahabatnya, tidak melakukan apa yang diminta Kafka. Mengapa" Karena jika ia membakar semua karya itu, kita tidak akan menikmati apa yang ditulis Kafka.
Nama Franz Kafka sangat disegani oleh banyak penulis karena karya-karyanya yang hebat, yang dianggap melampaui daya pikir orang-orang pada zamannya. Meski demikian, semasa hidupnya, hanya ada satu karya yang diterbitkannya.
Keputusan Kafka untuk membakar karya-karyanya dipicu oleh ketidakpuasan yang menghinggapi benaknya selama ia hidup. Kafka adalah seorang perfeksionis sejati. Di satu sisi, ini adalah hal yang baik, karena membuatnya selalu mawas diri, selalu mereleksikan segala sesuatu yang ia katakan, terima, perbuat, dengar, dan lain-lain. Namun, di sisi lain, hal ini juga menghambat orang lain untuk menerima dirinya apa adanya. Itulah sebabnya, mengapa seorang perfeksionis perlu menyeimbangkan dirinya dengan sikap legawa, dalam arti: sadar akan fakta di dunia ini tak ada gading yang tak retak.
*** Jika kita tidak menemukan sebuah buku yang ingin kita baca, maka sesungguhnya kitalah yang seharusnya membuat buku itu. Toni Morrison
D e s e m b e r Ketabahan dan Kesabaran Ibu
S esungguhnya, memiliki seorang anak yang normal tidak
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlalu membuat Anda repot. Namun, tidak demikian halnya yang dialami Sansan. Suatu ketika, Gwen, anaknya, yang sedianya terlahir normal, terserang sebuah virus yang membuatnya tuli.
Demi kesembuhan Gwen, Sansan harus membawanya ke Australia, berpisah dengan suaminya, dan membesarkan anaknya seo rang diri. Tidak hanya itu, demi cintanya pada Gwen, Sansan melanjutkan kuliahnya ke jenjang S2 dengan spesiikasi Special Education, sebuah jurusan yang secara khusus mempelajari tentang pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Ketika mengenang masa-masa itu, ia menyatakan: Saat itu, saya harus benar-benar disiplin membagi waktu antara kuliah, mengerjakan tugas-tugas makalah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan mengurus serta melatih Gwen.
Dan, perjuangan itu tidak sia-sia. Kini, melalui bukunya yang berjudul I Can (not) Hear, Sansan telah menginspirasi banyak orang, khususnya tentang perlakuan yang harus kita berikan kepada setiap anak agar memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang menjadi pribadi yang seutuhnya.
Umumnya, kita cenderung diam atau bertanya-tanya ketika menerima sebuah kemalangan tanpa alasan yang jelas. Dan, kita enggan melakukan sesuatu dengan dalih semuanya sudah ada yang mengatur . Namun, kisah hidup Sansan yang disampaikan sekilas di atas menyadarkan kita bahwa pengorbanan, usaha, ucapan syukur, dan kepasrahan harus dilakukan secara seimbang.
*** Membalas kasih ibu adalah hal yang mustahil, tetapi tetap perlu dilakukan, meskipun, sebagai seorang anak, kita ditakdirkan untuk menerima, mengenang, dan menghayatinya sepanjang hayat.
D e s e m b e r Memikat Sejak Awal Hingga Akhir
S aya tak tahu persis apa deinisi dan kriteria yang bisa memilah-
milah secara jelas mana karya sastra (dan) mana yang bukan. Bagi saya, apa yang dihasilkan Bondan lebih enak untuk diikuti ketimbang novel-novel ilsafat atau cerita-cerita yang sarat problem sosial... tulis Goenawan Mohamad dalam pengantar kumpulan cerita Caf" Opera yang ditulis Bondan Winarno.
Cerpen-cerpen Bondan memang tidak termasuk sastra jenis kelas berat atau sastra yang menyiratkan estetika tingkat tinggi, tetapi digarap dengan bahasa yang plastis, sehingga tidak terkesan sebagai karya yang asal-asalan. Bahkan, terkait dengan hal ini, Goenawan Mohamad menyatakan, Yang saya senangi pada Bondan ialah ia kembali pada hal yang paling dasar bagi semua cerita, yaitu: kecakapan bertutur, yang memikat dari awal sampai akhir.
Jika pernyataan Goenawan Mohamad itu dicer mati dengan saksama, kita bisa menemukan relevansinya bagi kehidupan. Umum nya, orang akan membuat sesuatu atau berupaya menam pilkan diri dengan hebat. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat kita tertarik. Atau, kita hanya tertarik dan terpesona pada bagian awalnya saja, dan tidak berminat untuk menelusurinya hingga tuntas.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: apakah selama kita sudah menjalani kehidupan yang memikat sejak awal hingga akhir"
Dan, berhubung kita belum mencapai akhir kehidupan, ada baiknya pula jika kita merenungkan: apa yang harus kita pertahankan dan juga yang perlu kita hindari dan buang agar kehidupan kita memikat di mata Tuhan dan orang-orang di sekitar kita"
*** Pusatkan dirimu pada hari ini. Lakukan tugasmu hari ini. Petiklah bunga-bunga kebahagiaan dan kegembiraan yang Tuhan berikan padamu hari ini.
D e s e m b e r Kesalahan Fatal Si Orang Biru
D alam cerita Meniti Bianglala karya Mitch Albom, ada seorang
tokoh yang dijuluki Orang Biru. Ia adalah seseorang yang terabaikan, yang menjadi bagian dari salah satu pertunjukan dalam sirkus yang mempertontonkan beragam manusia aneh.
Awalnya, ia adalah seorang yang teramat gugup. Ia pergi ke sebuah toko obat untuk mencari obat, dan diberi nitrat perak. Saat itu, pengobatan masih susah, dan hanya pada nitrak perak itulah ia berharap penyakitnya bisa disembuhkan. Caranya: nitrat itu harus dicampur dengan air dan diminum setiap malam. Namun, karena tak kunjung sembuh, Orang Biru itu memutuskan untuk meminum nitrat perak itu secara langsung tanpa mencampurnya dengan air, bahkan bisa dua atau tiga kali teguk sekali minum. Alhasil, perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi abu-abu, lalu menjadi biru, karena terkena efek samping. Belakangan, nitrat perak itu dianggap sebagai racun!
Dalam cerita ini, Mitch mengungkapkan perasaan yang dimiliki Orang Biru itu dengan lirih. Ia merasa bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau menerimanya. Alhasil, ia merasa terasing, sebelum akhirnya bertemu dengan rombongan sirkus yang mau memperkerjakannya.
Mungkin, kita tidak memiliki kelainan, kegugupan, atau kekurangan lain yang membuat kita minder. Dan, jika hal itu benar adanya, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: apakah selama ini kita telah memperlakukan mereka yang memiliki kekurangan dengan baik" Apakah kita memperlakukan mereka sebagaimana layaknya seorang manusia, atau jangan-jangan kita justru menjadikannya sebagai tontonan"
Jika kau merasa bahwa kau adalah orang yang tersisih, maka kau akan mensyukuri apa pun yang dibuang orang, bahkan sebutir batu sekalipun, demikian kata si Orang Biru.
*** Orang berwatak baik melakukan sesuatu yang benar hanya karena itu benar. Namun, orang besar menunjukkan kebesarannya dalam caranya
D e s e m b e r Dulu Buta, Kini Melihat J ika saya diminta untuk menyebutkan sebuah ilm yang paling
tidak menggurui tentang cinta, dan paling sederhana, maka saya akan memilih City Lights yang dibuat dan dibintangi oleh Charlie Chaplin. Sekalipun ilm itu adalah ilm bisu, hitam putih, ia memiliki kesan yang mendalam yang penuh warna: lucu, menyedihkan, dan romantis.
Film ini mengisahkan tentang seorang gelandangan karakter favorit Charlie Chaplin yang iba dan jatuh hati pada seorang gadis penjual bunga. Gadis itu buta, dan gelandangan itu selalu membeli setangkai bunga darinya. Dalam kebutaannya, gadis itu mengira bahwa gelandangan itu adalah seorang pria yang kaya raya.
Seiring berjalannya waktu, gelandangan itu mengetahui bahwa ternyata si gadis buta tinggal di sebuah kontrakan kecil yang kondisinya menyedihkan. Dan, saat itu, ia tengah kehabisan uang untuk membayar sewa rumah.
Gelandangan itu lantas mencari beragam cara untuk menolong gadis buta itu. Dan, berkat sebuah keberuntungan, ia berhasil mendapatkan sejumlah uang, yang tidak hanya cukup untuk membayar sewa rumah, tetapi juga bisa digunakan untuk mengoperasi mata gadis buta itu, sehingga ia bisa melihat indahnya dunia.
Film ditutup dengan adegan di mana gadis buta itu menyadari bahwa ternyata pria idamannya bukan orang yang kaya raya seperti yang ia bayangkan. Sontak, ketika melihat adegan itu, saya teringat akan lagu Amazing Grace karya John Newton. Kasih yang besar, yang dilandasi ketulusan dan pengorbanan pada akhirnya akan membuat mata hati kita terbuka. Dan, ya, ketika ilm itu berakhir, sebaris lirik Amazing Grace pun mengalun dalam hati saya: I once was lost, but now I m found; was blind but now I see. (Dulu saya tersesat, kini ditemukan; dulu buta kini melihat.)
*** Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah ketika orang lain tidak
D e s e m b e r Kebobrokan yang Terselubung dalam Moralitas
K etika Philip Yancey, penulis terkenal itu, masih kecil, ia
mengenal seorang pria yang mengesankan. Pria itu kerap dipanggil Big Harold. Ia suka mengawasi anak-anak yang riang gembira bermain komidi putar. Tidak hanya itu, ia juga meluangkan waktu untuk bermain catur bersama anak-anak itu.
Akan tetapi, di balik sikap ramahnya itu, Big Harold adalah orang yang suka menghakimi orang lain. Ia sangat membenci orang kulit hitam bahkan, sama sekali tidak bisa toleran pada mereka. Ia mengkritik segala sesuatu yang immoral dengan tajam melalui surat-surat yang ditulisnya.
Meski demikian, ia berhasil menjadi seorang pendeta di sebuah gereja kecil di Afrika. Namun, di balik surat dan khotbah-khotbahnya yang menyuarakan moralitas, Big Harold juga menyimpan misteri lain. Ia kerap melakukan phone-sex dan berlangganan majalah porno. Bahkan, ia menggunting beberapa bagian dari majalah porno itu, dan mengirimkannya kepada beberapa wanita sembari melampirkan secarik kertas bertuliskan: Ini yang akan kulakukan padamu. Jelaslah bahwa sesungguhnya moralitas yang kerap ia suarakan dalam khotbah dan surat-suratnya tak mampu mengubah kondisi hatinya yang bobrok.
Moralitas seperti ini adalah legalisme, lawan dari anugerah. Orang yang terjebak dalam legalisme mengetahui hukum, tahu mana yang baik dan buruk, dan selalu terlihat adil dan bijaksana, tetapi kerap menjelma menjadi pribadi yang kaku dan gagal mengupayakan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Sebaliknya, orang yang hidup dalam anugerah mengakui ketidakberdayaan dan ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya, tidak selalu terlihat baik, tetapi selalu berusaha untuk meng upayakan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dengan mengoreksi diri.
*** Homines sumus, non dei. (Kita [adalah] manusia yang lemah, bukan dewa.)
D e s e m b e r Pengorbanan Seorang Kakak Tiri
R ichard Dicky Eklund adalah petinju yang terkenal dengan
julukan Kebanggaan Lowell (The Pride of Lowell Lowell adalah sebuah kota kecil di kawasan Massachussets), karena pada 1978 berhasil me nga lahkan Sugar Ray Leonard, sang petinju legendaris. Namun, masa-masa kejayaan itu hanya berlangsung sesaat, karena tak lama kemudian Dicky mulai menjadi pecandu narkoba. Tentu saja, hal ini bukan sesuatu yang pantas dibanggakan. Dan, parahnya, hal itu terjadi ketika adik tirinya, Micky Ward, baru terjun di dunia tinju.
Suatu ketika, Micky membutuhkan uang yang cukup besar untuk mengembangkan karier tinjunya. Dan, ia berencana pindah ke kota lain. Tentu saja, Dicky dan anggota keluarga lainnya tidak menyetujui rencana ini. Dan, sebagai gantinya, Dicky akan mengupayakan beragam cara untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan Micky.
Akan tetapi, upaya Dicky untuk mendapatkan uang justru membawanya ke balik jeruji besi. Ya, Dicky harus mendekam di penjara karena melakukan beberapa penipuan. Tentu saja, hal ini membuatnya sangat menderita, terlebih karena ia telah kecanduan atau lebih tepatnya sakau akan narkoba. Namun, perlahan tapi pasti, penjara itu jugalah yang memulihkannya dari jerat narkoba.
Film The Fighter yang diangkat dari kisah nyata dua petinju legendaris ini sangat menggugah, mengajak penonton untuk merenungi kasih seorang kakak kepada adik tirinya. Mungkin, kasih seorang kakak tiri tidak didengung-dengungkan seperti kasih ibu atau ayah. Namun, di dunia ini selalu ada orang yang Tuhan pakai untuk membawa kita mengerti dan menggenapi tujuan hidup kita.
Mari, detik ini juga, kita mengucap syukur atas keberadaan orang-orang itu.
*** Syukur dan kasih adalah kekuatan terbesar keduanya selalu
D e s e m b e r Dipelajari Berulang-ulang
S aya kagum dengan kegigihan yang dimiliki oleh seorang murid
saya. Ia kerap mengikuti remedial (ulangan tambahan yang harus diikuti oleh murid yang nilainya di bawah standar) dalam salah satu pelajaran yang saya ajar. Sebenarnya, terkait dengan remedial, sejauh saya cermati, murid-murid mengikutinya bukan karena kemampuan akademis mereka yang terbatas, melainkan karena kemauan belajar mereka yang payah.
Akan tetapi, murid yang satu ini berbeda. Kemampuannya dalam menyerap pelajaran memang di bawah standar. Dan, ia tidak hanya mengikuti remedial dalam pelajaran yang saja ajarkan saja, tetapi juga beberapa mata pelajaran lainnya. Karenanya, saya selalu memintanya untuk belajar lagi dan lagi. Beruntung, ia melaksanakan apa yang saya minta, hingga akhirnya ketika saya mengadakan ulangan, nilainya sudah di atas standar. Itulah kali pertama ia tidak mengikuti remedial. Saya tertegun melihat mata nya yang berbinar-binar saat memandang nilai yang diperolehnya.
Dalam memotivasi siswa seperti ini, saya selalu mengingatkan mereka akan pepatah latin yang pernah saya dengar dari bapak saya: Gutta cavat lapidem, non vi sed saepe cadendo. (Tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, tetapi karena menetes terus-menerus.)
Mayoritas orang menyerah sebelum benar-benar menemukan hasil yang nyata dari pembelajaran dan proses pencariannya karena enggan menelusurinya lebih jauh dan enggan mencoba sesuatu yang sebenarnya bisa mendatangkan perbedaan besar dalam hidupnya. Kebiasaan kita untuk mengulang apa yang kita pelajari pada akhirnya akan membuat kita mahir dalam suatu bidang. Dan, ini jugalah yang memungkinkan kita mengalami berbagai terobosan dalam kehidupan ini.
*** Tuhan memberikan makanan kepada setiap burung, tetapi Ia tidak memberikannya ke dalam sarang.
Josiah Gilbert Holland D e s e m b e r Tempat Terindah di Dunia S elama bulan April hingga Juni 2004, saya melaksanakan
program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa bernama Gadingkulon di Malang. Saat itu, saya ditunjuk menjadi Koordinator Desa (Kordes) yang memimpin 18 mahasiswa dan mahasiswi lainnya. Bagi saya, tugas sebagai Kordes lumayan berat, karena mengharuskan saya bertanggung atas beberapa program pemberdayaan masyarakat desa.
Ketika lelah dan suntuk dengan beragam tugas yang harus saya laksanakan, yang mencakup: mencari dana, bertemu dengan jajaran aparat desa, dan mencari narasumber guna melengkapi materi untuk melaksanakan program yang akan saya dan kawankawan saya laksanakan, saya biasa menyepi ke suatu tempat yang berada di ketinggian tertentu, yang di bawahnya terhampar kebun jeruk yang sangat luas dan pemandangan kota Malang yang indah. Di tempat itu, saya menikmati saat-saat matahari terbenam, yang lantas berganti dengan gemerlap lampu kota yang mulai menyala ketika langit mulai gelap. Bagi saya, itulah momen dan tempat terindah di dunia.
Terkadang, kita tidak harus pergi jauh untuk menemukan keindahan. Sebuah keindahan bisa datang ketika kita merasakan kedamaian setelah lelah menjalani hari. Dan, tempat yang indah itu pun tidak harus bukit, momennya pun tidak harus senja. Ada kalanya, keindahan dalam kehidupan ini dekat dengan kita. Namun, banyaknya beban dan persoalan kerap membuat kita lupa akan hal itu.
*** Kiranya kita memiliki pola pikir yang memampukan kita untuk beristirahat dengan tenang di tengah tugas-tugas yang belum selesai, persoalan yang menumpuk, dan beban kehidupan yang tak kunjung usai.
D e s e m b e r Anugerah yang Dipermainkan
S ebelum eksekusi hukuman matinya berlangsung, seorang
ta hanan yang keji melakukan sebuah tindakan yang me ngerikan. Ia memukuli tahanan lainnya tanpa ampun. Ketika pihak berwenang menanyakan mengapa ia melakukan hal itu, ia menjawab, Kalau saya bunuh diri, saya langsung masuk neraka. Tapi kalau saya membunuh orang lain, saya bisa mengaku dosa kepada pastor sebelum hukuman mati dilaksanakan. Dengan begitu, Tuhan akan mengampuni saya.
Kisah ini diceritakan oleh Robert Hughes, seorang ahli sejarah. Dengan tepat, tahanan dalam kisah itu menuding hal-hal yang hakiki seputar kehendak bebas, anugerah, dan pengampunan. Inilah potret anugerah yang dipermainkan. Inilah anugerah Tuhan yang dimaknai secara keliru.
Beberapa agama memang menyatakan bahwa orang yang bunuh diri tidak akan mencapai surga, karena, salah satunya, dia tidak mengampuni dirinya sendiri, padahal Tuhan disebut Maha Pengasih dan suka mengampuni. Namun, semua ini kembali pada kedegilan hati manusia itulah akar persoalan yang sesungguhnya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah kita pernah melakukan hal yang sama"
Kita tahu bahwa kita berdosa. Kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan. Dan, kita tetap melakukannya, sehingga akhirnya kita jatuh dalam dosa dan pelanggaran yang sama. Hal ini kita lakukan secara terus-menerus karena adanya pemahaman bahwa Tuhan akan mengampuni dosa kita lagi dan lagi.
Sudah tiba saatnya bagi kita untuk memohon ampun kepada Tuhan dengan penuh penyesalan. Dan, ketahuilah bahwa sesungguhnya penyesalan atas dosalah yang membuat anugerah Tuhan mulia, yang tak sekadar diraih dengan kata maaf dan tobat .
*** D e s e m b e r Resolusi Demi Resolusi T ahun-tahun berganti. Dan, seperti biasa, resolusi baru harus
dibuat. Ayo, cari kertas! Tahun ini harus lebih baik daripada tahun lalu. Mari bergembira menyambut tahun baru!
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya kita kerap merasa pegal dan lelah di awal tahun baru karena baru tidur ketika pagi hampir tiba"
Dan, keesokan harinya kita baru ingat akan selembar kert as bertuliskan resolusi awal tahun lalu yang tergeletak dan ter abaikan di dalam laci atau tergantung di din ding kamar, dihinggapi debu dan sarang laba-laba.
Jika dicermati dengan saksama, dapat dikatakan bahwa se sungguhnya tahun baru adalah momen yang paling banyak menguras tenaga untuk berpikir juga terlalu banyak bergembira. Alhasil, kita lelah dibuatnya. Kita lelah mengubah diri untuk menjadi orang yang lebih baik, lelah membuat beragam rencana yang nyatanya tidak terlaksana.
Beragam kelelahan itu seharusnya mampu mengubah persepsi kita tentang tahun baru. Bagaimanapun, 1 Januari adalah hari atau tanggal yang sama dengan hari atau tanggal lainnya. Sama-sama 24 jam. Sama-sama terdiri dari siang dan malam. Yang berbeda hanyalah apa yang kita lakukan. Alhasil, menjadi jelas bahwa sesungguhnya di hari lain pun kita dapat membuat resolusi. Dan, resolusi itu perlu kita tinjau setiap saat, bukan hanya pada 31 Desember atau 1 Januari saja.
Tak ada yang salah dengan membuat resolusi baru di awal tahun. Namun, ada baiknya kita juga menyadari bahwa kita harus selalu ingat dengan apa yang telah kita resolusikan ketika bereleksi atau merenung. Dan, kita tak boleh mengabaikannya begitu saja. Mengapa" Karena resolusi demi resolusi yang kita buat tidak akan membuat hidup kita menjadi lebih baik, bahkan hanya akan membuat kita repot dan tertekan, jika kita hanya ikutikutan atau gaya-gayaan ketika membuatnya.
D e s e m b e r Perjuangan terberat dalam hidup bukanlah memimpin sebuah bangsa, tetapi menjadikan diri lebih baik dari hari ke hari.
3 66 tulisan yang ada dalam buku ini hendak mengajak Anda untuk
melihat dan merenungkan berbagai sisi kehidupan yang dinamis dan bergejolak. Ada tulisan yang mengajak Anda untuk tetap bertahan di masa sulit. Ada yang berupaya memetik hikmah dari sebuah ilm atau buku. Ada ajakan untuk memetik pelajaran berharga dari kisah seorang tokoh atau orang biasa yang sering kita jumpai dalam keseharian. Ada tulisan yang diangkat dari peristiwa-peristiwa bersejarah, atau cerita yang diangkat dari hal-hal sederhana dalam keseharian.
366 tulisan pendek yang ada dalam buku ini bersifat relektif dan inspiratif, menawarkan kesegaran untuk mengatasi kesesakan, penderitaan, dan beragam kesulitan hidup yang datang silih berganti. Semoga melalui buku ini Anda mendapatkan pencerahan dan kedamaian untuk melanjutkan hidup dengan penuh pengharapan.
Sidik Nugroho lahir pada 24 Oktober 1979. Saat ini, ia menjadi guru di SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo. Ia menekuni dunia tulis-menulis sejak cerpen pertamanya yang berjudul Surat Kakakku meraih juara ketiga pada lomba kepenulisan di kampusnya, Universitas Negeri Malang, pada 2002. Sejak saat itu, beberapa tulisannya entah dalam bentuk cerpen, puisi, esai, artikel, dan resensi buku kerap dimuat di sejumlah media massa, seperti: Jawa Pos, Suara Pembaruan, Berita Pagi, Malang Post, Kompas,
GFresh!, Aneka Yess!, Sahabat Pena, Sinar Harapan, Koran Tempo, Psikologi Plus, Bhinneka, dan Bahana.
Pada 2003 2010, ia menjadi salah satu penulis di Renungan Malam dan Renu ng an Blessing. Beberapa bukunya yang telah terbit, antara lain: Never be Alone (2005), kumpulan cerpen remaja yang ditulis bersama Arie Saptaji, dan sebuah novel fantasi berjudul Kisah-kisah Si Tuan Malam: Pencarian Kolam Mukjizat (2011). Selain itu, ia juga aktif dalam Forum Penulis Kota Malang (FPKM) dan Bengkel Imajinasi.
ISBN 10: 979-074-893-0 ISBN 13: 978-979-074-893-4
Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia) Jl. Kerajinan No. 3 7, Jakarta 11140
T: (021) 2601616, F: (021) 63853111~ 63873999
201262966 Sepasang Naga Lembah Iblis 1 Goosebumps - Saat-saat Seram Kembaran Ketiga 6
Kini, marilah kita belajar pada anak-anak. Belajar menikmati hidup. Belajar menjadi apa adanya.
*** Anak-anak memang mudah menangis, sedangkan orang dewasa dituntut
N o v e m b e r Kaset Mozart untuk Keponakan
S uatu malam, saya terkejut ketika menerima kabar bahwa adik
saya yang tinggal di pedalaman Kalimantan Barat sedang mengunduh beberapa lagu Mozart untuk bayinya. Aku sudah dapat lima lagu, katanya. Memang, sudah hampir sebulan berlalu sejak terakhir kali adik saya berpesan agar saya mencarikan lagulagu Mozart untuk bayinya keponakan saya. Dan, saya selalu lupa.
Padahal, saya tidak pernah lupa membeli buku yang saya jadwalkan untuk dibaca. Juga, saya tidak pernah lupa menulis sesuai jadwal. Dan, saya tidak lupa akan hal-hal penting yang harus saya lakukan. Nah, mungkin inilah yang menjadi pangkal masalahnya: saya tidak menganggap pesanan adik saya sebagai sesuatu yang penting.
Malam itu, saya sempat membuat alasan yang kelewatan: Kelihatannya, di Sidoarjo tidak ada toko yang menjual lagulagu Mozart. Namun, saya juga menyadari bahwa itu hanya alasan yang ngawur. Karenanya, saat itu juga, saya berupaya untuk mencari kaset Mozart di beberapa toko musik di Sidoarjo. Dan, saya beruntung. Saya menemukan dua buah kaset Mozart di sebuah toko kaset di Sidoarjo.
Sebenarnya, ada begitu banyak hal penting yang kerap kali kita anggap tidak penting, dan inilah penyebab atas anggapan yang keliru itu: penting atau tidaknya sesuatu sebenarnya ditentukan oleh picik atau tidaknya hati nurani kita akan sesuatu yang sedang terjadi dalam hidup kita dan orang-orang di sekitar kita.
Jadi, penting atau tidaknya sesuatu tidak hanya ditentukan oleh jadwal atau peraturan yang sudah kita buat bagi hidup kita. Mungkin, kita sudah terbiasa untuk melakukan sesuatu sesuai jadwal dan itu memang baik adanya. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah hidup kita yang tertata dengan apik itu juga mendatangkan manfaat bagi orang lain"
*** N o v e m b e r kekayaan, dan pengaruh yang dimiliki seseorang, tetapi diukur dari seberapa besar hidup itu mendatangkan manfaat bagi orang lain.
N o v e m b e r Atas Nama Agama M ayoritas agama memperingatkan agar manusia tidak ber-
pe rang, tetapi lebih banyak perang yang terjadi atas nama agama ketimbang hal lain. Orang Kristen membantai orang Yahudi, orang Yahudi membantai orang Muslim, orang Muslim membantai orang Hindu, orang Hindu membantai orang Buddha, orang Katolik membantai orang Protestan, orang Ortodoks membantai kaum pagan, dan kita dapat menarik daftar itu mundur ke belakang atau ke samping, dan itu tetap nyata. Perang tak pernah berhenti; perang hanya berhenti sementara.
Pernyataan di atas disampaikan oleh seorang rabi Yahudi yang telah tua, yang ditulis oleh Mitch Albom dalam bukunya yang berjudul Have a Little Faith. Ra bi itu digambarkan sebagai sosok yang sangat bersahaja dan sangat menghargai perbedaan dalam keberagamaan. Jika kita membuka buku-buku sejarah, maka kita akan mendapati kebenaran akan pernyataan tersebut. Ya, pernyataan itu bukanlah isapan jempol belaka. Tuhan adalah kasih, benarkah" Agamaku adalah cinta, benarkah"
Kerukunan antar umat beragama menjadi kian rapuh karena ada begitu banyak konlik yang tercipta atas nama agama. Di sinilah kita perlu peka akan berbagai kepentingan politis yang sebenarnya menunggangi para pembunuh dan perusuh. Sudah tiba waktunya bagi kita untuk melihat bahwa keyakinan bukanlah hal yang pantas untuk dipertikaikan.
Tuhan mengizinkan adanya keberagaman dalam keyakinan di muka bumi dengan suatu maksud yang indah agar kita dapat hidup berdampingan, saling mengasihi, dan saling memahami. Itulah kehidupan yang harmonis; dan jika di kemudian hari agama dijadikan alasan untuk melukai, maka sesungguhnya agama itu telah mati dalam diri orang itu.
*** Jika manusia masih tetap jahat dengan adanya agama, maka saya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan manusia jika agama ditiadakan.
N o v e m b e r Tulisan ke-150 T ony Widiastono, mantan redaktur opini harian Kompas,
bercerita bahwa suatu ketika ia mendapat kiriman E-mail dari seorang penulis yang gigih. Ini adalah tulisan saya yang ke-150, ujar penulis itu. Selama ini, saya sudah mengirim 149 opini. Dan, jika naskah ini pun tetap ditolak, saya tak akan pernah berhenti menulis. E-mail itu serta-merta membuat Pak Tony terpana. Ia pun membalas E-mail itu, sembari menyertakan beberapa arahan yang perlu diperhatikan oleh si penulis.
Inilah kisah yang disampaikan oleh Pak Tony dalam seminar Guru Menulis di Media Massa yang diprakarsai oleh harian Kompas, Surya, dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) pada 31 Oktober 2010 di gedung PDAM Surabaya. Pak Tony lantas menegaskan bahwa satu hal yang ia tekankan pada penulis itu yang juga penting untuk kita cermati bersama adalah fokus tulisan: bagaimana seseorang mengeksplorasi sesuatu yang dalam konteks cerita di atas berarti tema atau bidang penulisan yang menjadi minatnya secara berkesinambungan. Inilah yang kurang diperhatikan oleh mayoritas penulis pemula. (Dalam bahasa Arab, hal ini identik dengan istilah istiqomah, yang kurang lebih berarti belajar dan berusaha dengan tekun, konsisten, dan berdedikasi.)
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: bersediakah kita membayar harga untuk hal itu" Seorang ahli menyatakan bahwa jika kita menekuni sebuah bidang secara spesiik selama 10.000 jam, maka hal itu akan membuat kita menjadi ahli akan hal tersebut, dan membuat orang lain tertarik atas apa yang kita lakukan.
Ada begitu banyak orang yang tidak menuntaskan apa yang sudah dimulainya. Mari kita belajar untuk setia menekuni apa yang sudah kita geluti.
*** Nilai hidup harus diukur dengan garis yang lebih mulia, yaitu kerja, bukan usia. Richard Brinsley Sheridan
N o v e m b e r Dampak Fatal Kebebalan S aya memiliki seorang sahabat yang selalu ceria. Ia memiliki
sedikit kelainan jiwa. Dulu, ia sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Suatu hari, ia menelpon saya. Sembari menangis ia mengabarkan bahwa adiknya yang usianya baru 20-an tahun meninggal karena tabrakan. Inilah untuk pertama kalinya saya mendengarnya menangis.
Beberapa hari kemudian, saya pergi ke rumah sahabat saya itu. Ibunya menceritakan tentang tabrakan yang menewaskan salah satu anaknya itu. Ia menyatakan bahwa ketika tabrakan itu terjadi, helm yang dikenakan anaknya itu lepas dari kepalanya karena tidak dikancing. Ia tampak sangat terpukul dengan peristiwa ini.
Anak muda zaman sekarang, susaaahnya dikasih tahu, ujarnya dengan suara serak. Ia telah berpuluh-puluh kali memberitahu anaknya yang satu itu untuk mengancingkan tali helmnya. Namuin, ia selalu mengabaikannya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: apakah kita adalah orang yang bebal" Pernahkah kita menyadari suatu kesalahan yang seharusnya tidak kita lakukan tetapi tetap ki ta lakukan karena merasa nyaman akan hal itu, dan bahkan menganggapnya sebagai hal yang biasa"
Ingatlah, tak jarang kebebalan diganjar dengan sesuatu yang sangat fatal kematian.
*** Kebebalan hanya melahirkan kesia-siaan. Menghindari kebebalan perlu dilakukan sedini meungkin dengan mempertanyakan kekurangan diri sendiri.
N o v e m b e r Mengancingkan Tali Helm J ika dalam releksi sebelumnya saya mengisahkan tentang
kematian seseorang karena tidak mengancingkan tali helmnya, maka di sini saya hendak mengisahkan pengalaman saya akan kejadian serupa, yang untungnya tidak merenggut nya wa saya. Ketika itu, saya tengah mengajari seorang teman untuk mengendarai sepeda motor. Ia mengaku sudah agak bisa, meskipun pada kenyataannya ia sama sekali belum bisa. Dan, saya baru mengetahui hal ini ketika ia sudah berada di atas sepeda motor bersama saya.
Ia lantas menancap gas dengan sangat kencang, sehingga memicu saya yang duduk di belakang untuk mengerem sepeda motor itu dengan menarik rem tangan yang ada di sebelah kanan stang motor tersebut. Tentu saja, hal ini membuat sepeda motor itu berputar dengan sangat cepat, sehingga membuat saya terjatuh dan kepala saya menghantam tanah dengan sangat keras.
Beruntung, ketika itu saya memakai helm. Dan, untungnya lagi, helm itu tidak terlepas dari kepala saya. Memang, waktu itu hanya ada satu helm teman yang saya ajari untuk mengendarai sepeda motor malah tidak memakai helm.
Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya jika tali helm yang saya kenakan itu terlepas atau putus. Itulah sebabnya, mengapa saya selalu ngeri ketika mengenang peristiwa ini. Saya lupa apakah saat itu saya mengancingkan tali helm yang saya kenakan atau tidak. Namun, sejak saat itu saya tak pernah lupa untuk mengancingkan helm saya kapan pun saya mengendarai sepeda motor. (Jika kita pernah mengalami hal seperti ini, niscaya kita akan bertindak dengan lebih berhati-hati lebih waspada.)
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: jika kita tidak mengalami suatu sentakan yang menghentak jiwa kita, masihkah kita menjadi bijaksana dengan memperhatikan hal-hal kecil yang jika diabaikan dapat membahayakan hidup kita seperti mengancingkan tali helm"
*** N o v e m b e r Kebijaksanaan dapat membuat kita bertahan dalam hidup. John Pattrick
N o v e m b e r Lima Jam Kehidupan D alam It s a Wonderful Life, Arie Saptaji mengisahkan tentang
Amadeus Aaron, anaknya yang meninggal lima jam setelah lahir prematur. Dengan lugas dan tegar, Arie menuliskan catatan dan renungannya tentang kepergian Amadeus yang mendadak. Sepanjang kebaktian penghiburan, saya hanya bisa menatap langit Yogya yang biru cerah bertabur serpihan awan putih, tulisnya dengan lirih dan indah.
Lewat hidupmu yang hanya lima jam, engkau memperlihatkan betapa kasih Tuhan itu adalah gunung kekuatan kita. Kami akan meneruskan perjalanan. Di depan tak ayal masih akan ada badai.
Itulah beberapa kutipan dari surat perpisahan yang Arie tuliskan untuk Amadeus Aaron. Seperti itulah potret ucapan syukur yang Arie suguhkan.
Tulisannya membuat kita terpana dan merenung: bahwa kehidupan dapat dilihat dari sisi yang berbeda. Tulisannya membuka mata batin yang tertutup oleh kedegilan hati, dan menjernihkan penglihatan kita yang kabur untuk memahami maksud dan ren cana Tuhan.
Umumnya, kita mudah terpesona bila berkat, sukacita, dan keberhasilan melingkupi hidup kita. Namun, sadarlah bahwa kemalangan dalam kehidupan adalah hal yang tidak dapat diluputkan semua orang. Dan, melalui penderitaanlah Tuhan membentuk kita, seperti yang dinyatakan oleh Robert Holden, Hanya jika Anda pernah terhempas di lembah ketiadaan (yang) paling kelam, Anda akan mengetahui betapa hebat dan nikmatnya berada di puncak gunung keberhasilan.
*** Di tiap musibah yang menimpa Anda, ingatlah untuk bercermin dan bertanya tentang daya apa yang bisa Anda upayakan guna menarik pelajaran positif dari peristiwa itu.
Epictetus N o v e m b e r Diciptakan untuk Terbang Tinggi
A ku telah menyelamatkan diriku dengan memberi kepercayaan
kepada sayap-sayap muda. Terberkatilah mereka yang percaya, mereka pasti terbang. Inilah doa para burung hantu kuno yang ada dalam The Owls of Ga Hoole.
Buku itu mengisahkan tentang seorang burung hantu muda bernama Soren, yang baru saja memiliki seorang adik perempuan yang manis bernama Eglantine. Tentu saja, hal ini membuatnya sangat gembira.
Tak lama setelah kelahiran itu, orangtua Soren memutuskan untuk pergi berburu, mencari makanan sebagai persediaan untuk menghadapi musim dingin yang akan segera tiba.
Mungkin, karena tidak ada orangtua yang mengawasinya, Soren mendadak terjatuh dari atas pohon ketika sedang berdiri di pinggir lubang sarangnya. Tidak hanya itu, ia bahkan diculik, dan dibawa ke sebuah tempat bernama Sekolah untuk Burung Hantu Yatim Piatu. Di sekolah inilah, ia bertemu dengan Gylie.
Soren dan Gylie bingung dengan hal-hal yang diajarkan di sekolah itu. Mereka seakan-akan diajarkan untuk melupakan fakta bahwa mereka adalah makhluk istimewa yang diciptakan untuk terbang tinggi di malam hari. Meski demikian, Soren dan Gylie menolak untuk melupakan jati diri mereka yang sesungguhnya.
Sebenarnya, ada begitu banyak orang yang dibuat bingung dengan keadaan yang ada di sekitarnya mungkin, kita adalah salah satunya. Alhasil, kita lupa akan jati diri kita yang sesungguhnya: bahwa kita adalah orang yang seharusnya membuat perbedaan dan perubahan. Kita lupa bahwa dalam kehidupan ini kita memiliki sebuah tugas yang harus diselesaikan dan digenapi. Dan, kini, sudah tiba saatnya bagi kita untuk memberi kepercayaan kepada sayap yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita untuk terbang tinggi mengatasi semua masalah hidup.
*** Seekor burung hantu yang bijaksana duduk di sebatang dahan. Semakin banyak ia melihat, semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia
N o v e m b e r Keluarga Tetaplah Keluarga
S udah banyak musibah yang kita alami. Sudah banyak orang
yang mati. Karenanya, ada baiknya jika kita tetap bersama, demikian ucapan seorang tokoh dalam ilm Aftershock, ilm yang mengisahkan tentang salah satu gempa tektonik terbesar dalam sejarah di China.
Film ini memotret sebuah keluarga potret tentang kemalangan yang tersaji secara utuh. Negeri yang luluh lantak, nyawa yang melayang, dan kepedihan akibat gempa tektonik itu tak membuat para sineas kehilangan fokus untuk menyajikan sebuah kisah yang mengharukan tentang sebuah keluarga.
Film ini pantas dijadikan releksi bagi orang-orang yang pernah mengalami penderitaan akibat malapetaka atau kehilangan. Mengapa" Karena ilm ini menyadarkan kita akan fakta bahwa sehebat apa pun penderitaan yang dialami oleh sebuah masyarakat atau bangsa dapat dimaknai secara lebih mendalam jika kita mencermati dengan saksama dampak yang dialami oleh sebuah keluarga, bukan melihatnya secara keseluruhan.
Sebuah keluarga tercerai-berai akibat malapetaka. Dan, trauma tentang hal itu akan selalu ada. Namun, pada akhirnya, hasrat untuk kembali bersama sebagai sebuah keluarga akan tetap ada, karena melalui keluargalah kasih Tuhan pertama-tama dinyatakan: saling menerima, memberi, dan mengasihi.
Kisah-kasih dalam keluarga dengan segala kenangan dan penderitaan yang ada di dalamnya akan selalu indah untuk disimak. Mengapa" Karena, seperti yang dinyatakan oleh salah satu tokoh dalam ilm Aftershock: bagaimanapun, Keluarga tetaplah keluarga.
*** Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan, kita menghargai cahaya karena kita pernah ada dalam kegelapan, dan kita dapat bergembira karena kita pernah merasakan kesedihan. David L. Weatherford
N o v e m b e r Hal-hal yang Membahagiakan Wanita
M anusia dan petualangan, pengembaraan di negeri asing, atau
penjelajahan adalah tema-tema cerita yang selalu menarik untuk diikuti. Tak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki hasrat untuk menemukan sesuatu yang baru dalam dunianya.
Akan tetapi, jika kisah-kisah yang melibatkan negeri asing itu dihadapkan pada persoalan hidup sehari-hari, seperti keluarga, cinta, kelangsungan hidup, atau bahkan hal-hal yang remehtemeh lainnya, maka kita akan menyadari bahwa sesungguhnya ada begitu banyak konlik yang lahir dari hal-hal seperti itu.
Nah, beragam konlik inilah yang menginspirasi Ida Ahdiah untuk menulis 26 cerita dalam bukunya yang berjudul Teman Empat Musim. Masing-masing kisah yang unik itu lahir dari pengalaman pribadi Ida Ahdiah ketika tinggal selama bertahuntahun di Kanada. Di sana, ia bertemu dengan berbagai macam orang yang memiliki beragam latar belakang. Pengalaman inilah yang memicunya untuk menulis 26 cerita dalam bukunya itu.
Melalui kisah-kisah itu, saya menyimpulkan bahwa bagi para wanita, kemapanan, kelanggengan, dan hidup yang terjamin, adalah sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan, bukan sebuah petualangan dan perjuangan tanpa henti. Tidak hanya itu, bagi para wanita, kehadiran seorang teman, kepastian bahwa dirinya mendapatkan cinta dan kesetiaan yang semestinya, juga keyakinan bahwa hidupnya berarti karena ia telah melakukan sesuatu yang ia anggap penting bagi orang-orang yang ia kasihi akan menjadi kisah yang tak mudah dilupakan.
*** Perdamaian tidak semata-mata berarti ketiadaan peperangan, tetapi juga harus dipahami sebagai sebuah nilai tonggak karakter kebaikan, kepercayaan, dan keadilan sejati. Baruch Spinoza
N o v e m b e r Membangun Visi Kepengarangan
V isi setiap pengarang berbeda-beda. Seorang pengarang ber-
nama Toni Morrison yang memenangkan hadiah Nobel melalui beberapa karyanya salah satunya yang terkenal adalah Beloved menyatakan bahwa novelnya memuat tujuan politik. Dalam biograi ringkas yang ditulis oleh Kathryn VanSpanckeren, Toni menyatakan, Aku tidak tertarik untuk memanjakan diriku dalam sebuah kegiatan berimajinasi yang bersifat pribadi... Ya, karya ini pasti politis.
Sementara itu, Gao Xingjian, pemenang Nobel lainnya, menyatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan Toni Morrison: ...Sastra itu hanya dapat menjadi suara individu, dan (akan) selalu seperti itu.
Memang, sepanjang sejarah, persoalan visi dalam dunia sastra memuat banyak perbedaan. Ada yang menggunakan sastra sebagai media untuk melakukan perubahan sosial. Dan, ada ju ga yang menulis sebuah karya sastra karena memang suka menulis seni menuangkan gagasan untuk mematangkan dan mendewasakan diri, atau sebutlah tindakan seorang penulis yang menjunjung tinggi atau memuliakan estetika bahasa.
Sebenarnya, hal-hal di atas tidak menjadi masalah jika karya yang ditulis seseorang dapat diterima pembaca secara luas itulah tolok ukur keberhasilan sebuah karya. Visi seperti di atas, yang juga terlampir dalam penciptaan suatu karya sastra, sebaiknya dipandang sebagai pemantik semangat dalam berkarya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah Anda memiliki visi tertentu dalam apa yang Anda kerjakan"
*** Lebih baik dibenci karena sesuatu yang benar-benar kita lakukan, ketimbang dielu-elukan karena sesuatu yang tidak kita lakukan.
N o v e m b e r Pertobatan Seorang Budak Iblis
S olomon Kane adalah sebuah ilm kepahlawanan yang dikemas
dengan apik. Awalnya, Solomon Kane adalah tokoh yang diciptakan oleh Robert Howard dalam sebuah novel, yang lantas diadaptasi dalam bentuk komik, dan akhirnya di-ilm-kan.
Ketika remaja, Solomon dituntut ayahnya untuk menjadi seorang biarawan. Namun, ia menolak tuntutan itu. Bahkan, ia meninggalkan ayahnya; dan ayahnya mengutuknya karena pembangkangan itu. Ia lantas bertualang, dan menjadi seorang pemburu yang beringas. Ia bahkan menyebut dirinya Iblis tubuhnya penuh tato dan sayatan. Namun, suatu ketika, ia terjepit, dan terdampar di sebuah biara.
Pertobatan Solomon memakan waktu setahun. Setelah bertobat, ia menjelma menjadi sosok yang pengalah, sabar, dan tampak lebih kalem. Jika sebelumnya ia berambisi untuk meraih harta sebanyak-banyaknya, maka setelah bertobat ia berjuang untuk mendapatkan seorang wanita bernama Meredith, yang ditawan oleh penguasa kegelapan.
Merujuk pada pertobatan Solomon, saya merenungkan sebuah hal penting: budak Iblis akhirnya melawan antek Iblis bahkan Iblis itu sendiri. Dan, ada harga yang harus dibayar dalam pertobatan itu harga yang besar. Sebuah pertobatan sejati pada akhirnya membuat kita mengubah siapa yang kita sembah.
Orang yang pernah mengabdi pada kuasa kegelapan juga segala pesona, berhala, dan berbagai sesembahan di dunia ini akan selalu menemui jalan yang lebih rumit untuk memastikan bahwa ia telah mengambil jalan yang benar. Memutuskan untuk bertobat memang mudah, tetapi menjalani keputusan itu tidaklah mudah. Namun, sebagaimana yang kita ketahui bersama, siapa yang bertekun di dalamNya, kelak akan meraih kemenangan besar!
*** Salah satu hal yang paling menyita waktu di dunia ini adalah memelihara musuh.
N o v e m b e r Refleksi Makna Pendidikan
U mumnya, hal-hal yang mengubah hidup kita terjadi ketika
kita memperhatikan hal-hal yang sangat sederhana di muka bumi. Inilah yang dialami oleh Greg Mortenson ketika ia melihat anak-anak di Pakistan menulis dengan ranting di tanah sebagai media untuk belajar dan menuntut ilmu.
Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan negeri asalnya, Amerika Serikat. Itulah sebabnya, mengapa ia berniat untuk membangun sekolah bagi anak-anak di Pakistan. Juga, karena ia pernah ditolong oleh seorang Pakistan ketika hampir mati di salah satu gunung yang ada di pegunungan Himalaya.
Keselamatan hidup yang berarti sangat besar bagi Greg, ia balas dengan membangun sekolah untuk anak-anak di Pakistan. Baginya, sekolah menyelamatkan jiwa seorang anak. Seorang anak yang hidupnya dipenuhi dengan pengetahuan dan kebijakan, kelak akan membuatnya bijak dan menyongsong hari depan dengan lebih baik.
Mungkin, beberapa dari kita menganggap pendidikan untuk anak-anak hanya sebagai sebuah status; anak akhirnya mendapat status sebagai pelajar , dan itu tidak membuatnya berbeda dengan anak-anak lainnya, karena mereka sama-sama sekolah. Padahal, pendidikan berarti lebih dari itu. Pendidikan adalah upaya agar seseorang bisa menyelamatkan hidupnya. Pendidikan adalah cara untuk menjadi bijak dalam menghadapi hari depan. Pendidikan adalah jalan untuk menempuh kebahagiaan.
Greg Mortenson telah membuka mata kita: bahwa pendidikan memiliki arti yang sangat besar. Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: seperti apa dan bagaimanakah kita me maknai pendidikan"
*** Dengan pendidikan, kita membangun sebuah generasi yang memiliki jati diri dan tahu apa yang harus ia gapai di hari depan.
N o v e m b e r Yang Terlupakan, yang Justru Mengenang
M ungkin, jika Anda menjadi guru, Anda akan mudah me-
ngenang ketiga jenis anak berikut: yang sangat pintar, yang sangat nakal, dan yang sangat susah menerima pelajaran. Hal ini terjadi karena umumnya ketiga jenis anak itu selalu ada di setiap kelas.
Beberapa tahun yang lalu, saya sempat mengajar dengan murid yang jumlahnya cukup banyak: kelas 1 hingga kelas 4. Memang, saya paling banyak mengajar di kelas di mana saya menjadi walinya: kelas 4.
Suatu hari, tepatnya pada hari guru (25 November), di kelas 3 diadakan kegiatan untuk menghormati para guru. Siswa-siswi diminta untuk menulis kesan tentang seorang guru yang mereka sayangi. Dan, di luar dugaan saya, saya mendapat sebuah kesan dari salah seorang murid.
Terima kasih, Pak Sidik, yang telah mengajariku bagaimana memainkan musik yang indah. Kesan ini ditulis oleh seorang anak yang pendiam, tidak terlalu pintar, tetapi selalu rapi, santun dan murah senyum. Seorang anak yang paling tidak bagi saya mudah sekali dilupakan.
Ketika merenungkan hal ini, saya teringat akan Dia, Tuhan semesta alam, yang tidak mudah melupakan siapa kita. Kita, manusia, memiliki kesan dan secara tak sadar membuat pilihan untuk mengenang siapa-siapa saja yang berkesan dalam hidup kita.
Akan tetapi, Tuhan tidak seperti itu di mataNya kita semua berharga. Di mataNya kita memiliki suatu keunikan tertentu yang tak tergantikan, yang juga tidak dimiliki oleh orang lain. Kita yang memiliki kemungkinan untuk melupakan dan dilupakan, sebaiknya bersyukur kepadaNya, karena ia tak pernah melupakan kita!
*** Manusia bisa melupakan sesuatu yang seharusnya ia kenang; Tuhan akan selalu mengenang kita, bahkan ketika kita
N o v e m b e r Menjadi yang Terbaik karena Dibebaskan
P ada 2003, Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) mengukur kecerdasan siswa-siswa sedunia dalam bidang sains, membaca, dan matematika. Dan hasilnya, Finlandia berada di peringkat pertama. Mereka tidak hanya unggul dalam ketiga bidang itu, tetapi juga dalam hal pendidikan bagi anak-anak yang lemah secara mental.
Intinya, Finlandia adalah negara yang memiliki kemampuan hebat dalam mencerdaskan anak-anaknya. Merujuk pada fakta ini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apa kuncinya"
Kualitas guru. Itulah jawabannya. Paling tidak, itulah salah satu hal yang berperan besar. Profesi guru di Finlandia sangat dihormati, meskipun gajinya tidak fantastis. Saingan dan saringan untuk menjadi guru di sana cukup ketat, dan setelah menjadi guru mereka bebas menggunakan metode belajar apa pun yang diinginkannya, bebas menyusun kurikulumnya sendiri, bebas menentukan buku teks pilihan sendiri. Singkatnya, mereka menjadi yang terbaik karena dibebaskan.
Bebas atau kebebasan kerap dikonotasikan secara negatif, misalnya: seks bebas, pergaulan bebas bebas semau gue. Namun, apakah kita sadar bahwa sesungguhnya kebebasan yang kita miliki adalah kebebasan untuk melakukan hal yang berharga dan mulia" Dengan demikian, menjadi jelas bahwa orang yang memiliki dasar dan pemahaman yang benar tentang kebebasan akan menggunakan kebebasannya untuk menjadi yang terbaik.
Begitu banyak inovasi, karya besar, dan penemuan yang membentuk peradaban umat manusia karena adanya orang-orang yang mendisiplinkan dirinya sendiri, meskipun tidak diawasi orang lain. Dan, tak sedikit pula orang yang menggunakan kebebasan untuk bersenang-senang. Nah, bagaimana dengan Anda"
*** Guru biasa memberitahu. Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami. William Arthur Ward
N o v e m b e r Tak Pernah Ingin Menjadi Tua
M enjelang dini hari, segerombolan orang tak dikenal me-
nye rang rumahnya secara tiba-tiba. Tiga orang menyusup secara diam-diam ke dalam rumahnya. Namun, dengan tangkas, Frank, seorang pensiunan agen CIA, mengalahkan mereka bertiga, termasuk penyerang lain yang berada di luar rumahnya.
Strategi yang digunakan Frank dalam mengalahkan musuhmusuhnya sungguh tak terduga salah satunya, memanaskan bebe rapa peluru di atas panci penggorengan sehingga menimbulkan ledakan yang bunyinya bak orang yang sedang berbaku tembak.
Frank, yang kepadanya ilm ini didedikasikan; RED (Retired: Extremely Dangerous), sekalipun sangat berbahaya dan liar, ternyata adalah sosok yang romantis. Film ini menyadarkan saya akan fakta bahwa sesungguhnya para tua-tua keladi yang ada dalam ilm ini memang tak pernah ingin menjadi tua.
Memang, takdir menentukan bahwa manusia akan semakin rapuh bila termakan usia. Dan, semakin tua, semakin ia akan ditinggalkan, bahkan hidupnya mungkin berakhir pedih di panti jompo.
Saudara, pernahkah Anda menghabiskan waktu senggang Anda bersama kakek, nenek, atau orang tua lainnya" Mintalah mereka untuk menceritakan masa-masa jaya mereka ketika muda sembari bersantai dan minum teh, mereka akan sangat senang.
Dan, jika kini kita memiliki orang-orang tua dalam keluarga, ada baiknya kita juga tidak melupakan mereka. Mungkin, kita lelah menghabiskan waktu bersama mereka. Namun, siapa tahu, sedianya mereka adalah orang-orang yang hebat, yang extremely dangerous!
*** Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan, tetapi bagaimana bertanding dengan baik.
Baron Pierre de Coubertin
N o v e m b e r Melupakan Mimpi Terburuk K ehilangan kakak laki-laki berarti kehilangan orang yang bisa
di ajak berbagi pengalaman pada masa tua... Kehilangan ayah berarti kehilangan orang yang nasihat dan pertolongannya kau butuhkan, yang menopangmu bak batang pohon menopang ca bang-cabangnya. Kehilangan ibu... yah... rasanya seperti ke hilangan matahari. Rasanya seperti kehilangan... maaf, lebih baik aku tidak meneruskannya, demikian tulis Yann Martel dalam Life of Pi, novelnya yang tersohor.
Dalam novel ini, Yann Martel menunjukkan kefasihannya sebagai seorang pencerita. Ia mengisahkan tentang seorang remaja India bernama Pi, yang terdampar di samudera Pasiik karena kapal yang membawanya kandas di tengah jalan. Dengan tekun dan teliti, Yann Martel mengisahkan tentang bentuk sekoci Pi, perilaku hewan-hewan yang bersama Pi, perasaan yang terus berkecamuk dalam diri Pi, dan beragam kisahnya yang unik tentang cara bertahan hidup di samudera.
Tentu saja, kita tak pernah berharap kehilangan sesuatu secara mendadak. Namun, kerap kali kita tak menemui kenyataan yang seperti kita harapkan. Saya beberapa kali kehilangan orangorang tertentu ketika saya merasa sangat membutuhkan mereka.
Akan tetapi, kehidupan terus berjalan. Pi terdampar seorang diri di samudera nan luas. Itulah mimpi terburuk mimpi yang menjadi kenyataan yang mungkin pernah dialami seseorang dalam kehidupan. Namun, kehidupan akan terus berjalan, dengan segala tantangan, kesusahan, dan pertanyaan yang membentang di depan. Karenanya, jangan biarkan mimpi buruk membelenggu hidup kita sudah waktunya bangun dan bangkit dari tidur!
*** Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan: tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa, dan tidak menjadi apa-apa.
Denis Waitley N o v e m b e r Refleksi Ziarah Menuju Mekah
L e Grand Voyage adalah sebuah ilm Prancis yang memotret
tentang lunturnya nilai-nilai spiritualitas ketika seseorang ber ada dalam sebuah komunitas yang mengikuti budaya populer. Film ini mengisahkan tentang perjalanan seorang pemuda ga ul bernama Reda menuju Mekah bersama ayahnya dengan menggunakan mobil. Dalam perjalanan itu, sang ayah menyatakan sebuah ilosoi penting kepada Reda tentang mengapa mereka harus menempuh perjalanan itu dengan menggunakan mobil.
Ketika air laut menguap menjadi awan, asinnya hilang. Alih-alih menggunakan pesawat, lebih baik menggunakan kapal. Alih-alih menggunakan kapal, lebih baik menggunakan mobil. Alih-alih menggunakan mobil, lebih baik menggunakan kuda. Alih-alih menggunakan kuda, lebih baik menggunakan unta. Alih-alih menggunakan unta, lebih baik berjalan kaki.
Ya, dalam pandangan sang ayah, perjalanan menuju Mekah kali itu adalah sebuah ziarah penghayatan. Ia ingin memfokuskan dirinya kepada Tuhan dan Mekah, kota yang suci itu. Ia ingin menghayati setiap jengkal perjalanan mereka, tak seperti uap air yang lekas hilang. Sementara itu, Reda menganggap perjalanan itu sebagai liburan. Ia berharap bisa menemui hal-hal yang menyenangkan.
Sebuah niat untuk memuliakan Tuhan kerap datang di masa tua, momen di mana umumnya manusia menilik kembali hal-hal yang berharga dan berarti, sejajar dengan kekekalan yang hendak mereka tuju. Di masa muda, banyak manusia hanya bersenangsenang, melampiaskan hasrat hati dan jiwa yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Budaya populer yang kian menjauhkan generasi muda dari pencarian akan hal-hal yang ilahi dan kekal perlu disikapi dengan selektif karena tak perlu menunggu tua untuk meniatkan sebuah ibadah yang berkenan bagi Tuhan.
*** Orang yang berjaya dalam hidup adalah orang yang tujuannya tampak dengan jelas dan menjurus kepadanya tanpa menyimpang.
N o v e m b e r Puisi-puisi yang Tersimpan
M ungkin, penyair itu kerap merasa minder. Ia sudah me-
ngarang banyak puisi, tetapi hanya disimpan di laci meja. Ia tidak pernah mem ublikasikan puisi-puisinya. Di kemudian hari, puisi-puisi yang tersimpan itu ditelaah lebih lanjut oleh banyak orang, dan dianggap memiliki bobot sastra yang tinggi.
Penyair itu bernama Emily Dickinson. Kini, namanya dikenal sebagai salah satu penyair besar dalam sejarah kesusastraan. Mungkin, seperti halnya kita, Emily memutuskan untuk menyimpan puisi-puisinya itu karena merasa tidak puas dengannya. Ia ingin membuat puisi yang lebih baik.
Ingatlah, segala sesuatu yang kita tekuni adalah sebuah pembelajaran. Misalnya, tidak semua fotografer mampu menghasilkan sebuah masterpiece dengan seketika karena keisengan belaka. Dan, begitu pula halnya dengan penyair, yang mungkin akan menganggap karya yang dihasilkannya sebagai sesuatu yang tidak bermutu, tak layak dibaca, atau memalukan.
Karenanya, marilah kita mengembangkan apa pun yang tengah kita kembangkan saat ini dengan bijaksana. Saya tidak mengajak Anda untuk selalu berkoar-koar, memublikasikan apa pun yang tengah Anda kerjakan publikasi tanpa rasa malu. Tidak. Saya hanya mengajak Anda untuk dengan sabar menerima kekurangan yang Anda temui dalam setiap karya Anda. Lagipula, tak tertutup kemungkinan, apa yang kita anggap sebagai kekurangan, di mata orang lain justru dianggap sebagai sebuah kelebihan.
*** Sesuatu yang tidak layak diucapkan sekalipun itu benar adalah memuji diri sendiri. Anonim
D e s e m b e r Tiga Harta Peri S uatu ketika saya iseng-iseng membaca buku anak-anak ber-
judul Rani dan Tiga Harta Peri, yang dipinjamkan oleh salah seorang murid saya. Tak dinyana, buku ini memberikan banyak teladan bagi pembacanya tampaknya, sasaran pembaca buku ini adalah anak perempuan usia 10 tahun hingga remaja. Narasi yang ditampilkan dalam cerita ini sangat deskriptif dan indah. Dan, yang menarik, semua teladan itu tidak disampaikan dengan cara yang menggurui, tetapi melalui alur, peristiwa, dan karakter masing-masing tokohnya.
Buku itu menceritakan tentang seorang tokoh bernama Rani yang suatu ketika ditantang oleh Dab untuk mencari tiga harta yang paling berharga di Pixie Hollow, daerah tempat Rani tinggal. Rani putus asa karena tidak menemukan harta benda yang menarik di Pixie Hollow. Beruntung, ia memiliki sahabatsahabat yang baik hati di Pixie Hollow, salah satunya adalah seekor burung bernama Mother Dove. Dengan penuh kasih sayang, Mother Dove memberinya nasihat yang menguatkannya, dan menuntunnya untuk menemukan harta benda yang dituntut Dab darinya.
Benda-benda! Siapa yang peduli dengan benda-benda" Semua orang memilikinya. Itu bukanlah harta yang membuat siapa pun iri dan ingin memilikinya! ujar Dab. Ternyata, harta yang mampu membuat Rani lepas dari bebannya menjaga awan bukanlah sesuatu yang berwujud benda.
Di akhir kisah, dengan manis diuraikan bahwa ternyata harta yang harus disebutkan Rani untuk membawa pulang Dab dari liburannya adalah sesuatu yang sangat sederhana dan ada dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu: bakat, cinta, dan persahabatan. Ya, harta itu bukanlah benda atau sesuatu yang mahal dan mewah! Namun, harta itu sangatlah berharga. Mengapa" Karena dari ketiganya kita dapat bercermin, merenungi kembali hal-hal yang indah dan harus diutamakan dalam hidup ini.
*** D
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
e s e m b e r setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.
Ivan Panin D e s e m b e r Mengapresiasi dan Mengkritik dengan Tulus
P ada awalnya adalah imajinasi atau inspirasi. Kemudian,
ditambah dengan pembacaan atas situasi yang terjadi dalam masyarakat, atau upaya mengekalkan sebuah peristiwa yang diperkirakan akan selalu dikenang, lahirlah sebuah karya sastra. Kelahirannya disambut dengan berbagai reaksi. Ada pembaca yang hanya mampu memberi kesan; ada yang memuji setinggi langit; ada juga yang menganggapnya sampah.
Mungkin, pecinta novel Ulysses karya James Joyce yang melegenda itu tahu bahwa salah satu kritikus terkuat atas novel itu adalah Fritz Senn. Jika Anda belum tahu Fritz Senn, maka Anda akan bertanya-tanya, siapakah ia" Ia adalah seorang tukang ledeng yang jatuh cinta setengah mati pada novel itu. Dengan tekun dan gigih ia mengumpulkan pernak-pernik tentang Ulysses, hingga ak hirnya ia mendapat gelar doktor kehormatan dari beberapa kampus di dunia.
Memang, apresiasi atas sebuah karya seni kerap memicu beragam persoalan, bahkan tak jarang pula menimbulkan polemik. Beragam pendapat yang diajukan oleh para kritikus membuat para peminat dan pengamat seni memiliki beragam su dut pandang yang berbeda atas sebuah karya.
Akan tetapi, tak sedikit pula kritikus yang berlaku sinis terhadap sebuah karya seni atau seniman tertentu. Alih-alih memberikan pertimbangan yang memadai, mereka justru melancarkan kritik untuk mencela sebuah karya seni atau seniman tertentu. Di sinilah ketulusan memainkan peranan penting.
Mungkin, kita bukan pecinta seni. Namun, sadarlah bahwa dalam kehidupan ini, kita kerap dihadapkan pada persoalan serupa. Karenanya, yang menjadi pertanyaannya bagi kita sekarang adalah: apakah kita sudah memberikan penilaian terhadap orang lain dan apa yang dilakukannya berdasarkan ketulusan"
*** Lebih mudah menjadi kritikus ketimbang pencipta. Peribahasa Yahudi
D e s e m b e r Lupa Bahasa Sendiri D ewasa ini, rasa cinta dan memiliki para generasi muda
Indonesia terhadap bahasa Indonesia semakin pudar. Hal ini terungkap pada bagaimana mereka menulis sms: Huruf e diganti angka 3, huruf a diganti angka 4, kata-kata dalam sebuah kalimat ditulis dengan kombinasi huruf besar dan kecil, dan seterusnya. Istilahnya: alay.
Dalam pengantar memoar Stephen King yang berjudul On Writing: A Memoar of The Craft, Remy Sylado, seorang novelis dan pecinta bahasa, menyatakan bahwa saat ini orang lebih suka menjadi cangkeman (banyak bicara), sedikit berpikir, apalagi membaca dan menulis. Bahkan, dengan tegas ia menyatakan bahwa tayangan di televisi tidak memiliki ...tujuan-tujuan edukatif yang membuat masyarakatnya berpikir kritis dan sehat.
Hal ini terjadi karena semakin banyak tayangan di televisi yang berisikan gosip, sinetron, dan beragam hal lain yang menggunakan bahasa secara keliru. Semakin banyaknya ruang yang diberikan untuk tontonan yang tidak bermutu itu juga membuat budaya cangkeman kian tumbuh subur.
Tampaknya, seiring kemajuan zaman dan globalisasi, generasi muda mulai beranggapan bahwa bahasa Inggris, Mandarin, Prancis, dan bahasa-bahasa asing lainnya perlu lebih dikuasai lebih baik ketimbang bahasa sendiri. Cermatilah fakta ini: pada Ujian Nasional SMA tahun 2010 yang lalu, penyebab terbesar ketidaklulusan adalah rendahnya nilai Bahasa Indonesia. Hal ini patut kita renungkan dan releksikan bersama. Memang, tidak ada yang salah dengan mempelajari bahasa asing, tetapi jangan pula mengesampingkan bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia
*** Ukuran tertinggi tentang adab seseorang adalah bahwa ia wajib menaruh perasaan malu akan dirinya terlebih dahulu.
Alatun D e s e m b e r Kepergian Ibu Kos S aat itu, ibu kos saya sedang sakit. Ia meminta saya untuk
membelikannya jus. Pakai uang sampean dulu, nanti saya ganti, katanya. Ketika mengantarkan pesanan itu padanya, ia langsung menggantinya, bahkan dilebihkan dua ribu rupiah. Terkait dengan hal ini, sembari tersenyum, ia berkata, Dipundut mawon. Mau kulo njipuke keluwihan. (Diambil saja. Tadi saya mengambilnya kelebihan.)
Ternyata, Dipundut mawon. Mau kulo njipuke keluwihan, adalah kata-kata terakhir yang dilontarkan ibu kos kepada saya. Beberapa hari setelah itu, tepatnya Senin sore, saya mendapat kabar bahwa beliau telah dirawat di rumah sakit, di ICU. Malam itu juga, saya bergegas menuju rumah sakit tempat ia dirawat. Namun sayangnya, saya tak bisa menemuinya.
Dua hari kemudian, Rabu, 19 Mei 2010, ibu kos akhirnya pergi untuk selamanya, dalam usia 74 tahun. Sejenak, ketika mendengar berita ini, saya termenung. Setelah itu, saya baru mengabarkan ibu saya dan segenap penghuni kos lainnya.
Sudah tiga tahun lebih saya indekos di rumahnya. Selama beliau hidup, ia sering mengingatkan saya untuk selalu menjaga kesehatan. Bahkan, ia beberapa kali menawarkan diri untuk mengerik punggung saya ketika saya sedang masuk angin. Ia jarang mengeluh, meskipun kerap sendirian, tepatnya ketika segenap penghuni kos sedang bekerja. Setiap pagi, ia selalu merawat tanaman-tanamannya sembari berolahraga. Juga, ia selalu mengangkati jemuran semua anak kos ketika hujan turun di siang hari ketika kami sedang tidak di kos, ketika kami sedang bekerja. Merujuk pada hidupnya yang bersahaja, saya belajar: menjadi seorang ibu kos adalah sebuah hal yang hebat.
*** Alih-alih berupaya untuk menjadi orang yang tepat, mayoritas orang justru berupaya untuk bertemu dengan orang yang tepat. Gloria Steinem
D e s e m b e r Bayi yang Diserahkan I ni adalah kisah tentang sebuah keluarga petani yang miskin,
yang tinggal di Batu, Malang. Pada 2 April 2011, si ibu baru saja melahirkan anaknya yang ketujuh. Dan, setelah bayi perempuan itu lahir, ia langsung diserahkan kepada orang lain. Kebetulan, orang lain yang membesarkan anak itu adalah saudara dari rekan kerja ibu saya di sekolahnya.
Ibunya sama sekali tidak mau menyusui anak itu. Ia takut teringat pada wajah anaknya. Ia langsung menyerahkan anak itu untuk dibawa, tutur ibu saya, yang menyaksikan secara langsung bagaimana orangtua bayi itu melepas anaknya di Rumah Sakit Islam di Batu.
Dari tujuh anak yang dilahirkannya, hanya empat orang yang tinggal bersamanya. Dua anak lain, yang lahir sebelum bayi itu, telah meninggal.
Keluarga ini menanggung sebuah beban hidup yang berat. Orangtua terutama sang ibu sangatlah tegar. Tentu saja, mengandung seorang bayi selama sembilan bulan dan menyerahkannya kepada orang lain setelah dilahirkan bukanlah perkara yang mudah. Apalagi, anak itu bukan hasil perselingkuhan atau hubungan gelap.
Inilah kenyataan hidup yang kadang terasa miris. Namun, tentunya, kita juga bersyukur akan fakta bahwa bayi itu dibesarkan oleh seseorang dengan penuh kasih sayang, bukan dibuang atau digugurkan sebagaimana yang lazim terjadi. Dalam kemiskinannya, keluarga ini masih menghargai anugerah kehidupan yang Tuhan berikan padanya dalam wujud napas hidup si bayi.
*** Hati Anda belum hidup jika Anda belum pernah mengalami rasa sakit. Rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan jika hati itu sekeras batu sekalipun.
Hazrat Inayat Khan D e s e m b e r Persahabatan Raja dan Rakyat Biasa
L ionel (yang diperankan oleh Geoffrey Rush) memasang
iklan sebagai terapis yang membantu orang yang kesulitan berbicara di sebuah koran. Iklan itu lantas dibaca oleh istri Bertie. Bertie (yang diperankan oleh Colin Firth) adalah putra kedua Raja George V di Inggris yang gagap sejak balita. Ia adalah calon raja Inggris pengganti ayahnya. Ini terjadi karena ayahnya tidak memercayai kakaknya yang telah memperistri seorang wanita yang pernah dua kali menikah
Akhirnya, Bertie menjadi raja di Inggris. Namun, jabatan ini membuatnya depresi, karena ia kerap gugup ketika harus berbicara di hadapan banyak orang. Lionel-lah yang membantunya untuk mengatasi hal ini.
Ketika Bertie yang bergelar George VI memerintah, Inggris sedang memasuki masa-masa perang. Saat itu, Hitler dan Nazi sedang menyebarkan pengaruhnya. Pada masa-masa inilah rakyat membutuhkan pemimpin yang tidak gagap, karena pidato pemimpin mampu memberi secercah harapan.
Dengan latar sejarah inilah ilm The King s Speech mencuri hati para penontonnya, dan memenangkan beberapa Oscar. Ya, seandainya pada masa itu tidak ada Lionel yang membantu Bertie untuk membenahi cara bicaranya, nasib rakyat Inggris akan kian terpuruk.
A friend in need is a friend indeed, demikian kata pepatah. Dan, persahabatan tak pernah memandang status sosial. Meski demikian, sahabat tak mudah ditemukan. Sahabat kerap kali membantu kita untuk menemukan jati diri kita yang sesungguhnya. Sahabat membentuk kehidupan kita, bahkan tak jarang menunjukkan apa yang seharusnya kita pilih atau tinggalkan.
*** Persahabatan adalah hal tersulit yang harus dijelaskan di dunia ini. Dan, ini bukan tentang apa yang Anda pelajari di sekolah. Jika Anda tidak pernah belajar tentang makna persahabatan, Anda benar-benar tidak belajar apa pun.
D e s e m b e r Orang Gila di Warkop D i dekat alun-alun Sidoarjo ada sebuah warung kopi (warkop)
yang hampir setiap malam menjadi tempat nongkrong saya. Nah, suatu malam, ada orang gila yang saya temui di warkop itu. Awalnya, saya tidak mengetahui jika ia gila. Karenanya, saya merasa biasa-biasa saja ketika duduk di sebelahnya. Bahkan, saya sempat menawarinya makan dengan berkata, Monggo, Mas. Dan, ia tersenyum dan mengangguk.
Akan tetapi, ketika makan, saya baru sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Saya mencium bau pesing. Penjaga warkop melirik ke arah saya sembari tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya, mengangguk ke arah orang yang ada di sebelah saya. Dan, ketika itulah saya mengetahui dari mana baru pesing itu berasal. Ternyata, orang yang ada di sebelah saya tidak beres, karena ia sedang mengangkat kedua tangannya bak orang yang sedang berdoa. Dan, seketika itu juga, saya mengambil jarak dengannya.
Setelah selesai berdoa , dengan suara serak dan sangat memohon ia berkata, Maem, maem. Ia berharap sang penjaga warkop memberinya makan, tetapi ia tidak mendapatkannya. Melihat hal itu, muncul niat dalam diri saya untuk membelikannya makanan. Namun, seketika itu juga, saya berpikir: jika saya memberinya makanan, maka nantinya ia akan terus-menerus datang ke warkop itu, dan membuat risih segenap pengunjung warkop lainnya, karena harus nongkrong bersama orang gila.
Ah, orang gila... Terkadang, mereka pantas dikasihani. Juga, ada kegilaan mereka yang melahirkan tawa.
Hujan turun rintik-rintik, dan saya tak tahan melihat orang gila itu menggigil sembari menahan lapar. Tak lama kemudian, hujan turun dengan deras. Di kos, saya memikirkan nasib orangorang gila. Apa jadinya ketika mereka tak kuasa lagi menahan dingin, lapar, dan haus"
*** Ia yang datang, akan pergi. Setiap orang yang lahir pasti mati.
D e s e m b e r Iman dan Akal Budi F ides et ratio iman dan pengetahuan. Adagium itu awalnya
dicetuskan oleh seorang ilsuf bernama Thomas Aquinas (1225 1274). Adagium yang menjadi dasar pemikiran dari buku Summa Theologiae itu hendak menggarisbawahi sebuah pemikiran penting: bahwa iman dan akal budi manusia tidak mungkin bertentangan karena keduanya berasal dari Tuhan. Namun, dalam pencarian akan kebenaran, pendekatan yang dilakukan keduanya berbeda, meskipun manusia membutuhkan keduanya untuk menapaki kehidupan secara berimbang.
Umumnya, manusia membangun dikotomi antara ilmu dan iman seolah-olah keduanya saling bertolak belakang. Para ilmuwan beranggapan bahwa segala sesuatu bisa dinalar. Namun, tak jarang, ketika dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang sangat berat dan sulit dicari jalan keluarnya, kita mengharapkan pertolongan dari yang mahatinggi: kita berdoa, berpuasa, melakukan berbagai ritual keagamaan dan kepercayaan akan Tuhan.
Ya, iman membuat seseorang yakin akan kekuatan yang lebih tinggi, yang telah mengatur segalanya dalam kehidupan ini. Iman membuat kita senantiasa bersyukur dan berharap. Namun, pengetahuan juga tak dapat diabaikan. Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, kata Albert Einstein. Jika hanya mengandalkan iman, maka semua pertanyaan ilmiah akan terjawab dengan dua kata, Sudah takdir. Dan, itu tidak menjelaskan apa pun. Pengetahuan mendatangkan upaya dan tindakan dalam diri manusia untuk selalu berusaha dan mencari yang terbaik untuk dirinya sendiri. Pengetahuan menjadikan manusia dinamis, aktif, dan kreatif.
*** Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu membuatnya tanpa rasa; itu membuatnya tanpa arti, seperti jika Anda menjelaskan simfoni Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara. Albert Einstein
D e s e m b e r Lolos dari Maut S elama tiga tahun lebih bekerja di Sidoarjo, baru sekali saya
mengalami kecelakaan, jatuh dari motor. Ketika itu, saya berangkat jam empat lebih beberapa menit dari Malang yang saat itu sedang gerimis dengan menggunakan sepeda motor. Ketika melewati daerah Arjosari, tepatnya di bawah jembatan layang, listrik di daerah itu sedang padam. Alhasil, jalanan menjadi sangat gelap, bahkan langit pun kelam.
Ketika melewati pabrik rokok Bentoel, saya terkejut karena ada sebuah mobil yang berhenti secara mendadak. Saya pun berupaya untuk mengerem, hingga akhirnya terjatuh dari motor. Dan, karena saat itu jalanan licin, motor saya terseret hingga beberapa meter ketika itu, laju motor saya cukup kencang, sekitar 80 km/jam. Dengan sigap saya segera berdiri, dan bergegas ke pinggir jalan, meninggalkan motor yang tengah tergeletak di jalan, karena khawatir tertabrak oleh beberapa kendaraan yang ada di belakang saya. Dan, kekhawatiran itu terbukti. Sebuah mobil nyaris menabrak saya. Beruntung, supirnya cukup sigap untuk mengendalikan mobilnya. Dan, tak lama kemudian, sebuah motor menghantam motor saya hingga membuat pengendaranya terjatuh.
Hingga kini, saya masih terbayang-bayang akan peristiwa itu. Bahkan, saya selalu ngeri ketika mengingatnya. Saya bersyukur atas perlindungan Tuhan setiap kali mengingat pengalaman itu.
*** Pengalaman (berharga) adalah apa yang Anda dapatkan ketika Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan. Peribahasa Itali
D e s e m b e r Ujian dan Kemapanan Hidup
S uatu ketika, tak lama setelah UN 2010 berlangsung, saya
ber kesempatan mengunjungi desa Wajak yang berjarak 40 kilometer dari kota Malang. Di desa itu saya bertemu dengan Ahmad Junaidi. Ia adalah kepala sekolah SMP Islam Hidayatul Mubtaidin.
Pak Ahmad mengawali kisahnya dengan berkata, Perjuangan anak-anak di sini dalam menempuh UN kemarin benarbenar habis-habisan. Dua bulan sebelum UN, ia menampung murid-muridnya di rumahnya. Bersama para guru, ia membekali mereka pelajaran tambahan, sore dan malam hari. Tidak hanya itu, setiap jam tiga pagi mereka dibangunkan untuk sholat tahajud, dan setelah itu diimbau untuk belajar hingga adzan subuh tiba. Pak Ahmad dan para guru SMP Islam Hidayatul Mubtaidin melakukan hal itu tanpa pamrih, tanpa bayaran.
Sedemikian besarnya kegusaran yang dihadapi murid-murid SMP Islam Hidayatul Mubtaidin akan UN sehingga mereka melakukan segala upaya lahir dan batin demi meraih kelulusan.
Manusia akan mudah mengerahkan segenap daya dan upayanya bila menghadapi suatu krisis dalam hidupnya. Dan, kita cenderung merasa aman ketika hidup dalam rutinitas seharihari yang tidak memberikan tantangan dan daya gugah apa pun. Kita terbuai dengan rasa nyaman atas kondisi yang mapan dan tenteram. Kita lupa belajar, dan lalai memperbaiki diri.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: adakah sesuatu yang harus kita ubah dalam hidup kita meskipun kita tidak menemui satu ujian pun"
*** Pekerjaan apa pun yang dianggap sulit atau rumit, jika dikerjakan dengan senang hati akan menjadi mudah.
Alfred Nobel D e s e m b e r Hanya Mengisi Waktu Luang
S uatu ketika, saya berkesempatan untuk menghadiri kon-
ferensi guru-guru Sekolah Minggu di Surabaya. Salah satu pem bicaranya adalah Simon Hood, Direktur Kreatif Australian Creative Children s Powerhouse, yang juga adalah seorang ahli puppet boneka sejenis wayang yang dimainkan dengan menggunakan tali atau memasukkan tangan ke dalamnya de ngan jam terbang lebih dari 4.000 show di seluruh dunia. Selama 19 tahun terakhir ia melatih banyak guru Sekolah Minggu di lebih dari 18 negara.
Kebetulan, saya sempat berbincang-bincang dengannya. Ketika itu, saya mengeluhkan tentang minimnya perhatian gereja di Indonesia terhadap pelayanan anak di Sekolah Minggu. Terkait dengan hal ini, Simon Hood menyatakan, Sebenarnya bukan hanya di Indonesia. Di berbagai tempat yang saya kunjungi, kondisinya juga seperti itu: pelayanan terhadap anak kerap kali tidak digarap secara maksimal karena mayoritas gereja tidak menganggapnya sebagai hal yang penting. Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya Sekolah Minggu hanya terkesan sebagai pengisi waktu luang anak-anak ketika orangtuanya sedang beribadah atau sekadar pelarian agar anak-anak tidak berlari-lari di dalam gereja ketika pendeta sedang berkhotbah.
Jadi, sebelum dunia menawarkan sesuatu kepada anakanak, dan mengharapkan mereka untuk menjadi pengikut setianya, gereja harus menyadari tugasnya dalam memperkenalkan anakanak kepada Tuhan dan kebenaran, ujar Simon Hood.
Anak-anak adalah generasi yang potensial untuk mengi kuti apa pun yang ditawarkan atau diberikan dalam hidup mereka. Jika orangtua dan pihak-pihak yang terkait dengan anak-anak tidak membekali mereka dengan pengetahuan dan budi pekerti, maka pihak lain dapat mengambilnya.
*** Lebih baik menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan. Peribahasa China
D e s e m b e r Tidak Harus Fenomenal H arper Lee memperoleh penghargaan Pulitzer yang sa-
ngat bergengsi atas novelnya yang berjudul To Kill a Mockingbird. Novel itu adalah karya pertama dan terakhirnya. Hingga kini, karya itu dianggap sebagai sesuatu yang fenomenal ka rena memiliki pesan moral yang luhur, yaitu: pemahaman tentang hubungan antar-manusia.
Selama beberapa tahun berkumpul dengan penulis, saya kerap bertemu dengan calon penulis yang bercita-cita membuat sebuah karya yang fenomenal: diterima secara luas, dianggap abadi. Merasa bahwa tidak semua orang bisa menulis, dan bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang misterius, bahkan terkesan romantis, mayoritas calon penulis berharap bahwa proses menulis yang dibangunnya berjalan sempurna. Namun sayangnya, tidak banyak orang yang, meminjam puisi Chairil Anwar, Sekali berarti, sesudah itu mati.
Sekadar contoh: ketika menerbitkan Phantastes, George Mac- Donald dianggap sebagai penulis yang gagal. Padahal, sebelum menerbitkan karya itu, reputasinya dalam dunia tulis-menulis cukup diperhitungkan. Suatu hari, seorang pemuda menemukan karya itu. Ketika membacanya, hatinya diliputi dengan sukacita. Di kemudian hari, pemuda itu menjelma menjadi salah satu penulis yang diakui dunia. Ia bernama C.S. Lewis.
Ada kalanya sesuatu yang dianggap gagal oleh banyak orang justru dianggap berhasil bagi segelintir orang. Fakta yang aneh ini mengajak kita untuk merenung: untuk siapakah kita berkarya dalam hidup ini" Dan, jawabannya adalah: kita melakukan segala sesuatu dalam hidup, pertama-tama, untuk diri kita sendiri.
*** Ada banyak hal yang datang kepada mereka yang menunggu. Namun, ketahuilah, itu adalah hal-hal yang disisakan oleh mereka yang bekerja keras. Abraham Lincoln
D e s e m b e r Jangan Menilai Berdasarkan Tampilan Luar
I gnas Kleden, seorang sosiolog, menyebut Tan Malaka sebagai
seorang Marxis tulen dalam pemikiran, tetapi nasionalis yang tuntas dalam semua tindakannya. Aktualisasi konkret tentang hal ini terungkap dalam cuplikan pidato yang disampaikan Tan Malaka dalam kongres Komunis Internasional pada 1922 di Rusia berikut: Apakah Anda percaya pada Tuhan ya atau tidak" Bagaimana kita menjawabnya" Ya, saya katakan, ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tetapi ketika saya berdiri di depan banyak orang, saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia!
Begitu banyak manusia yang mudah dijangkiti pikiran buruk ketika melihat tampilan luar seseorang. Hanya karena diam, orang dianggap sombong. Ketika berbicara, juga dianggap sombong. Begitu mudah orang menilai segala sesuatu berdasarkan pandangan sekilas. Alhasil, kita lekas menghakimi, tetapi gagap memahami.
Inilah yang dialami Tan Malaka, yang di masa lalu kerap dituduh tidak beragama, atau komunis, sehingga akhirnya diasingkan dari tanah airnya sendiri. Padahal, dalam memoarnya yang berjudul Dari Penjara ke Penjara, ia menulis: Menurut saya, mengajar anak-anak Indonesia adalah pekerjaan yang paling suci dan penting. Ya, Tan Malaka selalu bersemangat jika berbicara tentang pendidikan atau kemerdekaan. Dan, kata-kata inilah yang menggelorakan semangat juang para pemuda di masa lalu.
*** Bangsa penakut tidak boleh merdeka dan tidak berhak merdeka. Ketakutan adalah nasihat yang sangat curang untuk kemerdekaan. Andre Colin
D e s e m b e r Pilihan yang Menentukan Jati Diri Kita yang Sesungguhnya
D alam Harry Potter dan Kamar Rahasia terungkap sebuah per-
cakapan antara Profesor Dumbledore dan Harry Potter tentang fakta bahwa Harry Potter adalah seorang anak dengan bakat sihir yang luar biasa, yang seharusnya tinggal di asrama Slytherin tempat yang sedianya menjadi tempat tinggal seorang penyihir hebat yang kejam bernama Lord Voldemort.
Sebenarnya, Harry memang pantas tinggal di Slytherin kare na ia bisa berbicara dengan ular tidak semua penyihir memiliki kemampuan ini; Lord Voldermort juga memiliki kemampuan ini. Bahkan, ketika pertama kali tiba di sekolah sihir Hogwarts, sebuah topi sihir bernama Topi Seleksi menyatakan bahwa ia akan menjadi seorang penyihir hebat jika ia tinggal di asrama Slytherin. Namun, Harry memutuskan untuk tinggal di Gryfindor, asrama yang menjadi tempat tinggal kelompok penyihir baik.
Terkait dengan hal ini, Dumbledore menyetujui keputusan Harry. Bahkan, ia berkata, Bukan kemampuan kita yang memperlihatkan siapa diri kita yang sesungguhnya, tetapi pi lihan kita. Umumnya, tanpa disadari, kita berupaya untuk memperlihatkan kemampuan lahiriah yang kita miliki. Dan, dengan cara itu, kita bermaksud untuk memegahkan diri, menganggap diri kita lebih baik ketimbang orang lain.
Sebenarnya, ketika mendemonstrasikan kehebatan yang kita miliki di hadapan orang lain, terbentang berbagai pilihan yang harus kita ambil. Namun, bagi orang yang bijaksana, mendemonstrasikan kehebatan yang kita miliki bukanlah hal yang penting, kecuali jika ia memang harus melakukannya. Meski demikian, perlu juga ditegaskan di sini bahwa bakat yang besar tidak serta-merta membuat seseorang menjadi bijaksana. Ada begitu banyak orang yang lahir dengan bakat hebat, tetapi menyia-siakannya begitu saja. Semakin bijaksana seseorang, semakin pandai ia memilah apa yang harus ia tunjukkan dan apa yang harus ia simpan bagi dirinya sendiri.
D e s e m b e r Banyak orang yang kaya, pintar, dan tenar karena berasal dari keluarga yang hebat. Namun, tak sedikit pula orang yang kaya, pintar, dan tenar karena ia mampu meraih ketiganya berdasarkan pilihannya sendiri.
D e s e m b e r Alasan yang Bagus untuk Menikah atau Tidak"
A da begitu banyak orang yang tidak memiliki alasan yang
bagus untuk menjawab pertanyaan mengapa mereka belum juga (mau) menikah. Padahal, ia sudah layak menikah.
Merujuk pada kehidupan Ryan, tokoh utama dalam ilm Up in the Air yang hidupnya selalu berpindah-pindah dari pesawat ke pesawat, hotel ke hotel, dan memiliki pengamatan yang jeli atas kehidupan pernikahan orang-orang di sekitarnya yang lebih banyak berakhir dengan perceraian (baca: kegagalan) saya menemukan alasan yang logis untuk menjawab pertanyaan itu.
Dalam beberapa kesempatan, Ryan menyampaikan ceramah yang unik berjudul What s in Your Backpack" (Apa yang Ada dalam Ranselmu"). Dalam ceramah itu, secara garis besar Ryan mengemukakan pendapatnya yang lugas: sederhanakan hidupmu, tak perlu memasukkan banyak hal dalam hidupmu, tak perlu membebani hidupmu dengan apa pun. Dengan kata lain, ia mengajak kita untuk membayangkan jika kita hendak berkelana dengan hanya membawa sebuah ransel.
Umumnya, orang beranggapan bahwa kehidupan seseorang yang sudah mapan, sejahtera, dan sehat pantas diimbangi dengan pernikahan yang baik. Namun, sekali lagi saya nyatakan, Ryan memiliki alasan yang bagus untuk tetap melajang dan bertualang sembari bekerja.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaannya adalah: sampai sejauh mana alasan itu bisa dipertahankan, terlebih ketika kesepian mulai mendera" Mungkin, hanya Tuhan yang tahu apakah ini juga adalah alasan yang bagus"
*** Ada beberapa masalah yang dapat diselesaikan dengan menikah, tetapi ada juga beberapa masalah yang justru baru muncul ketika menikah. Mengharapkan kebahagiaan ketika menikah, tetapi tak pernah bersyukur ketika masih sendiri adalah sebuah kesalahan besar.
D e s e m b e r Bandit, Perjuangan Rakyat Kecil
S ejarah perjuangan suatu bangsa tak pernah lepas dari peran
berbagai lapisan masyarakat, meskipun hanya beberapa nama besar saja yang dikenang dan diabadikan sebagai pahlawan. Namun, bagaimana dengan kiprah para bandit atau orang yang di masa kini identik dengan julukan preman yang tidak identik gelar pahlawan" Dalam bukunya yang berjudul Jawa: Banditbandit Pedesaan, Suhartono W. Pranoto berupaya untuk menjawab pertanyaan ini.
Hal ini bermula ketika kapitalisme mulai mewabah di negara-negara Eropa. Guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari daerah atau negara yang menjadi jajahannya, mereka mengubah jenis tanaman yang ditanam. Tanaman komersial, seperti indigo (tanaman sumber pewarna alami), kopi, tebu, dan tembakau digalakkan karena laris dalam perdagangan internasional. Sementara itu, tanaman tradisional, seperti padi dan palawija, disingkirkan.
Ketika mayoritas orang berjuang untuk melakukan sesuatu terutama hal-hal yang berkaitan dengan niat untuk membuat per ubahan dalam masyarakat karena hendak menoreh kan tinta emas dalam sejarah, para bandit justru melakukan hal-hal yang berkebalikan. Mereka menyabotase lahan pertanian milik kompeni. Bahkan, tak jarang membuat para kompeni tersebut kalang kabut.
Memang, ketika itu, perlawanan para bandit itu tidak terorganisasi dengan baik; kadang muncul, kadang tidak bak letupan kecil . Namun, ketahuilah, bahwa sesungguhnya perlawanan para bandit itulah yang memicu lahirnya beragam bentuk perlawanan lainnya lebih terorganisir, mapan, dan koordinatif, hingga akhirnya bangsa Indonesia meraih kemer dekaannya.
*** Mayoritas orang lebih mudah mengingat kesalahan ketimbang kebaikan. Jika orang kecil melakukan kebaikan, siapakah yang akan mengingatnya dan menjadikannya sejarah"
D e s e m b e r Dua Anak Sulung yang Tewas
J ames Gregory adalah seorang sipir berpangkat rendah yang
hidup di Afrika Selatan. Film berjudul Goodbye Bafana mengisahkan tentang hidupnya ketika ia bertanggung jawab atas seorang tahanan bernama Nelson Mandela. Dalam ilm ini dikisahkan bahwa anak sulung Nelson Mandela tewas dalam sebuah kecelakaan mobil, tak lama setelah ia mendapat SIM. Hingga kini kecelakaan itu masih misterius: apakah kecelakaan murni atau rekayasa rezim apartheid agar Nelson Mandela menyerah. Meski demikian, Nelson Mandela mengatasi dukanya dengan bijaksana. Dari balik penjara, ia meminta agar rakyat Afrika Selatan terus berjuang melawan diskriminasi.
Selang beberapa waktu kemudian, putra James yang baru saja lulus kuliah dengan nilai yang sangat baik juga tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. James sangat terpukul dengan peristiwa ini. Ia merenunginya dengan sangat dalam dan lama. Ia bertanyatanya, apakah kecelakaan itu adalah hukuman untuknya, karena ia adalah orang yang pertama kali menginformasikan atasannya jika putra Nelson Mandela baru saja memperoleh SIM. Ia mengetahui hal ini karena ia mengawasi alur surat yang keluar dan masuk untuk Nelson Mandela.
Terkait dengan peristiwa yang dialami James, Nelson Mandela mengungkapkan belasungkawanya melalui sebuah surat. Dan, ketika dengan jujur James mengungkapkan bahwa ia adalah orang yang menginformasikan tentang SIM yang dimiliki oleh anaknya, Nelson Mandela juga tidak mempermasalahkannya.
Seorang sipir kehilangan anaknya, dan ia mendapat penghiburan dari seorang pemimpin besar yang memiliki pengalaman sama dengannya. Bahkan, keduanya menjalin persahabatan. Dan, ketika akhirnya Nelson Mandela dibebaskan dari penjara, James-lah yang mengantarnya keluar dari rumah tahanan. Dan, sebagaimana yang kita ketahui bersama, tak lama setelah itu, Nelson Mandela diangkat menjadi Presiden Afrika Selatan pada usia 76 tahun.
D e s e m b e r dan menyentuh hati Anda. Heather Pryor
D e s e m b e r Stuntman yang Mendunia S ebelum tenar seperti sekarang, Jackie Chan terkenal dengan
nama Chan Lung. Ia membintangi beberapa ilm di mana ia tampil dengan membuka bajunya sembari mengenakan celana hitam dan sedikit banyak menirukan gaya Bruce Lee. Ketika itu, ia ter kenal karena kerap memeragakan jurus dewa mabuk dalam ilm-ilm yang dibintanginya: jagoan yang sakti mandraguna setelah menenggak arak. Peran dalam beberapa ilm kungfu itu ia dapatkan setelah bertahun-tahun menjadi stuntman (pemeran pengganti yang melakukan beragam adegan berbahaya), hingga di kemudian hari ia dijuluki Stuntmaster.
Jackie adalah seorang pria yang telah melalui beragam penderitaan. Sewaktu bayi, orangtuanya hendak menjual Jackie kepada dokter yang membantu proses kelahirannya, karena khawatir tak bisa memberinya makan. Sejak usia 7 tahun, Jackie bekerja di Academy of Chinese Opera, selama lebih dari 10 tahun. Ia bekerja dari jam 5 pagi hingga tengah malam tujuh hari seminggu. Setelah itu, ia membintangi beberapa ilm, hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk membintangi beberapa ilm di Amerika.
Tak banyak bintang ilm Asia saat ini yang sanggup menyamai apa yang diraih Jackie Chan. Karenanya, orang cenderung beranggapan bahwa sebuah pencapaian ditentukan oleh fasilitas dan keberuntungan. Namun, orang seperti Jackie Chan, yang tidak memiliki fasilitas yang mumpuni, mendayagunakan dan melatih tubuhnya dengan sedemikian rupa, hingga akhirnya ia menjelma menjadi orang yang ahli dalam bidangnya. Jackie Chan adalah sosok yang tak pernah berhenti berjuang, sehingga mampu menciptakan kesempatan yang menjadikannya beruntung.
*** Rahmat kerap datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; namun, jika kita sabar,
kita akan segera melihat bentuk aslinya. Joseph Addison
D e s e m b e r Dikunjungi Ibu-ibu Tua S uatu ketika, saya terjatuh atau lebih tepatnya terlempar
dari sepeda motor yang saya kendarai karena menghantam lubang yang ada di tengah jalan. Pipi saya menggesek aspal dengan cukup keras.
Saat itu, sekitar delapan tahun yang lalu, saya kerap melayani sebagai gitaris pendamping seorang pendeta yang memimpin sebuah persekutuan ibadah kecil, yang mayoritas anggotanya adalah ibu-ibu tua. Sehari setelah kecelakaan itu, enam atau tujuh ibu-ibu tua yang menjadi anggota dari persekutuan tersebut menjenguk saya ke rumah. Saya hanya manggut-manggut ketika satu per satu dari mereka berkata, Tidak apa-apa" atau Lain kali hatihati atau Cepat sembuh. Sebenarnya, saat itu, saya berharap dikunjungi oleh seorang teman wanita saya. Bahkan, saya berharap ia yang pertama kali datang. Namun, Tuhan berkehendak lain. Ia mendatangkan penjenguk-penjenguk lain.
Kedatangan para penjenguk tua itu membuat saya merenung. Tahun-tahun berlalu, dan ada satu hal yang tidak berubah: mereka masih suka menjenguk orang-orang sakit. Bahkan, tak jarang mereka juga mendoakan orang-orang yang mereka jenguk agar cepat sembuh.
Secara alami, ketika kita semakin tua, kita akan semakin pe ka atas kesulitan orang lain suatu hal yang mungkin sulit di pahami oleh orang yang lebih muda. Namun, secara rohani, Tu han ingin agar kita peka pada orang lain. Karenanya, tak perlu menunggu tua, saat ini juga, kita bisa memberi penghiburan dan semangat bagi mereka yang membutuhkan.
*** Ketika kita belajar untuk menyelami perasaan orang lain, kita juga belajar untuk melihat luasnya sisi kehidupan.
D e s e m b e r Ibu yang Sejati S uatu hari, saya batal ke gereja karena kehujanan. Ya, saya lupa
membawa jas hujan. Alhasil, saya berteduh di teras sebuah bank yang ada di dekat lampu lalu lintas.
Di tempat itu, saya bertemu dengan seorang gadis kecil yang usianya sekitar 10 tahun yang sehari-harinya mengamen. Seperti halnya saya, ia pun berteduh dari derasnya hujan. Ketika saya tiba di tempat itu, ia sedang berbicara dengan seorang tukang bakso. Pembicaraan mereka tampak seru. Namun, ketika tanpa sengaja saya mendengar pembicaraan itu, hati saya menjadi sedih: gadis kecil itu mengamen karena disuruh ibunya, dan ia tidak diizinkan pulang ke rumah sebelum mendapat uang Rp20.000 setiap harinya dari hasil mengamen.
Memang, dalam beberapa kepercayaan dan agama, Tuhan kerap diidentikkan dengan sosok yang maskulin. Hal ini terbukti dari banyaknya nabi, rasul, dan utusan Tuhan yang berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika merenungkan kasihNya yang besar, bukankah dapat dikatakan bahwa kasih itu mirip kasih ibu" Bukankah kasih seorang ibu ...tak terhingga sepanjang masa , sebagaimana yang terdapat dalam lagu anak-anak yang kerap kita nyanyikan"
Sedemikian besarnya kasih Tuhan, sehingga Ia pun pantas disebut sebagai Ibu yang sejati mengingat ternyata di dunia ini ada ibu yang berlaku jahat kepada anak-anaknya.
Bersyukurlah kepada Tuhan jika Anda memiliki ibu yang baik. Dan, bersyukurlah pula kepadaNya, karena Ia adalah Ibu yang sejati, yang kasih dan setiaNya tak akan pernah berkesudahan.
*** Kasih yang diberikan ibu seperti udara, ia menempuh ribuan kilo jalan yang penuh rintang demi anaknya.
Lagu Ibu karya Iwan Fals
D e s e m b e r Karya-karya yang Tidak Jadi Dibakar
S ahabatku Max yang baik, tulis pria yang sekarat itu.
Permohonanku yang terakhir adalah agar semua karyaku, termasuk buku-buku catatanku, naskah-naskah, dan surat-surat... bakar sajalah supaya jangan terbaca lagi. Yang ada pada orang lain, minta saja supaya mereka membakarnya sendiri.
Itulah kata-kata Franz Kafka, yang semasa hidupnya selalu merasa tidak pernah menulis karya-karyanya dengan baik. Bahkan, ada yang menjulukinya sebagai kritikus yang kejam bak algojo atas karya-karyanya sendiri. Beruntung, Max Brod, sahabatnya, tidak melakukan apa yang diminta Kafka. Mengapa" Karena jika ia membakar semua karya itu, kita tidak akan menikmati apa yang ditulis Kafka.
Nama Franz Kafka sangat disegani oleh banyak penulis karena karya-karyanya yang hebat, yang dianggap melampaui daya pikir orang-orang pada zamannya. Meski demikian, semasa hidupnya, hanya ada satu karya yang diterbitkannya.
Keputusan Kafka untuk membakar karya-karyanya dipicu oleh ketidakpuasan yang menghinggapi benaknya selama ia hidup. Kafka adalah seorang perfeksionis sejati. Di satu sisi, ini adalah hal yang baik, karena membuatnya selalu mawas diri, selalu mereleksikan segala sesuatu yang ia katakan, terima, perbuat, dengar, dan lain-lain. Namun, di sisi lain, hal ini juga menghambat orang lain untuk menerima dirinya apa adanya. Itulah sebabnya, mengapa seorang perfeksionis perlu menyeimbangkan dirinya dengan sikap legawa, dalam arti: sadar akan fakta di dunia ini tak ada gading yang tak retak.
*** Jika kita tidak menemukan sebuah buku yang ingin kita baca, maka sesungguhnya kitalah yang seharusnya membuat buku itu. Toni Morrison
D e s e m b e r Ketabahan dan Kesabaran Ibu
S esungguhnya, memiliki seorang anak yang normal tidak
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlalu membuat Anda repot. Namun, tidak demikian halnya yang dialami Sansan. Suatu ketika, Gwen, anaknya, yang sedianya terlahir normal, terserang sebuah virus yang membuatnya tuli.
Demi kesembuhan Gwen, Sansan harus membawanya ke Australia, berpisah dengan suaminya, dan membesarkan anaknya seo rang diri. Tidak hanya itu, demi cintanya pada Gwen, Sansan melanjutkan kuliahnya ke jenjang S2 dengan spesiikasi Special Education, sebuah jurusan yang secara khusus mempelajari tentang pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Ketika mengenang masa-masa itu, ia menyatakan: Saat itu, saya harus benar-benar disiplin membagi waktu antara kuliah, mengerjakan tugas-tugas makalah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan mengurus serta melatih Gwen.
Dan, perjuangan itu tidak sia-sia. Kini, melalui bukunya yang berjudul I Can (not) Hear, Sansan telah menginspirasi banyak orang, khususnya tentang perlakuan yang harus kita berikan kepada setiap anak agar memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang menjadi pribadi yang seutuhnya.
Umumnya, kita cenderung diam atau bertanya-tanya ketika menerima sebuah kemalangan tanpa alasan yang jelas. Dan, kita enggan melakukan sesuatu dengan dalih semuanya sudah ada yang mengatur . Namun, kisah hidup Sansan yang disampaikan sekilas di atas menyadarkan kita bahwa pengorbanan, usaha, ucapan syukur, dan kepasrahan harus dilakukan secara seimbang.
*** Membalas kasih ibu adalah hal yang mustahil, tetapi tetap perlu dilakukan, meskipun, sebagai seorang anak, kita ditakdirkan untuk menerima, mengenang, dan menghayatinya sepanjang hayat.
D e s e m b e r Memikat Sejak Awal Hingga Akhir
S aya tak tahu persis apa deinisi dan kriteria yang bisa memilah-
milah secara jelas mana karya sastra (dan) mana yang bukan. Bagi saya, apa yang dihasilkan Bondan lebih enak untuk diikuti ketimbang novel-novel ilsafat atau cerita-cerita yang sarat problem sosial... tulis Goenawan Mohamad dalam pengantar kumpulan cerita Caf" Opera yang ditulis Bondan Winarno.
Cerpen-cerpen Bondan memang tidak termasuk sastra jenis kelas berat atau sastra yang menyiratkan estetika tingkat tinggi, tetapi digarap dengan bahasa yang plastis, sehingga tidak terkesan sebagai karya yang asal-asalan. Bahkan, terkait dengan hal ini, Goenawan Mohamad menyatakan, Yang saya senangi pada Bondan ialah ia kembali pada hal yang paling dasar bagi semua cerita, yaitu: kecakapan bertutur, yang memikat dari awal sampai akhir.
Jika pernyataan Goenawan Mohamad itu dicer mati dengan saksama, kita bisa menemukan relevansinya bagi kehidupan. Umum nya, orang akan membuat sesuatu atau berupaya menam pilkan diri dengan hebat. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat kita tertarik. Atau, kita hanya tertarik dan terpesona pada bagian awalnya saja, dan tidak berminat untuk menelusurinya hingga tuntas.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: apakah selama kita sudah menjalani kehidupan yang memikat sejak awal hingga akhir"
Dan, berhubung kita belum mencapai akhir kehidupan, ada baiknya pula jika kita merenungkan: apa yang harus kita pertahankan dan juga yang perlu kita hindari dan buang agar kehidupan kita memikat di mata Tuhan dan orang-orang di sekitar kita"
*** Pusatkan dirimu pada hari ini. Lakukan tugasmu hari ini. Petiklah bunga-bunga kebahagiaan dan kegembiraan yang Tuhan berikan padamu hari ini.
D e s e m b e r Kesalahan Fatal Si Orang Biru
D alam cerita Meniti Bianglala karya Mitch Albom, ada seorang
tokoh yang dijuluki Orang Biru. Ia adalah seseorang yang terabaikan, yang menjadi bagian dari salah satu pertunjukan dalam sirkus yang mempertontonkan beragam manusia aneh.
Awalnya, ia adalah seorang yang teramat gugup. Ia pergi ke sebuah toko obat untuk mencari obat, dan diberi nitrat perak. Saat itu, pengobatan masih susah, dan hanya pada nitrak perak itulah ia berharap penyakitnya bisa disembuhkan. Caranya: nitrat itu harus dicampur dengan air dan diminum setiap malam. Namun, karena tak kunjung sembuh, Orang Biru itu memutuskan untuk meminum nitrat perak itu secara langsung tanpa mencampurnya dengan air, bahkan bisa dua atau tiga kali teguk sekali minum. Alhasil, perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi abu-abu, lalu menjadi biru, karena terkena efek samping. Belakangan, nitrat perak itu dianggap sebagai racun!
Dalam cerita ini, Mitch mengungkapkan perasaan yang dimiliki Orang Biru itu dengan lirih. Ia merasa bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau menerimanya. Alhasil, ia merasa terasing, sebelum akhirnya bertemu dengan rombongan sirkus yang mau memperkerjakannya.
Mungkin, kita tidak memiliki kelainan, kegugupan, atau kekurangan lain yang membuat kita minder. Dan, jika hal itu benar adanya, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: apakah selama ini kita telah memperlakukan mereka yang memiliki kekurangan dengan baik" Apakah kita memperlakukan mereka sebagaimana layaknya seorang manusia, atau jangan-jangan kita justru menjadikannya sebagai tontonan"
Jika kau merasa bahwa kau adalah orang yang tersisih, maka kau akan mensyukuri apa pun yang dibuang orang, bahkan sebutir batu sekalipun, demikian kata si Orang Biru.
*** Orang berwatak baik melakukan sesuatu yang benar hanya karena itu benar. Namun, orang besar menunjukkan kebesarannya dalam caranya
D e s e m b e r Dulu Buta, Kini Melihat J ika saya diminta untuk menyebutkan sebuah ilm yang paling
tidak menggurui tentang cinta, dan paling sederhana, maka saya akan memilih City Lights yang dibuat dan dibintangi oleh Charlie Chaplin. Sekalipun ilm itu adalah ilm bisu, hitam putih, ia memiliki kesan yang mendalam yang penuh warna: lucu, menyedihkan, dan romantis.
Film ini mengisahkan tentang seorang gelandangan karakter favorit Charlie Chaplin yang iba dan jatuh hati pada seorang gadis penjual bunga. Gadis itu buta, dan gelandangan itu selalu membeli setangkai bunga darinya. Dalam kebutaannya, gadis itu mengira bahwa gelandangan itu adalah seorang pria yang kaya raya.
Seiring berjalannya waktu, gelandangan itu mengetahui bahwa ternyata si gadis buta tinggal di sebuah kontrakan kecil yang kondisinya menyedihkan. Dan, saat itu, ia tengah kehabisan uang untuk membayar sewa rumah.
Gelandangan itu lantas mencari beragam cara untuk menolong gadis buta itu. Dan, berkat sebuah keberuntungan, ia berhasil mendapatkan sejumlah uang, yang tidak hanya cukup untuk membayar sewa rumah, tetapi juga bisa digunakan untuk mengoperasi mata gadis buta itu, sehingga ia bisa melihat indahnya dunia.
Film ditutup dengan adegan di mana gadis buta itu menyadari bahwa ternyata pria idamannya bukan orang yang kaya raya seperti yang ia bayangkan. Sontak, ketika melihat adegan itu, saya teringat akan lagu Amazing Grace karya John Newton. Kasih yang besar, yang dilandasi ketulusan dan pengorbanan pada akhirnya akan membuat mata hati kita terbuka. Dan, ya, ketika ilm itu berakhir, sebaris lirik Amazing Grace pun mengalun dalam hati saya: I once was lost, but now I m found; was blind but now I see. (Dulu saya tersesat, kini ditemukan; dulu buta kini melihat.)
*** Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah ketika orang lain tidak
D e s e m b e r Kebobrokan yang Terselubung dalam Moralitas
K etika Philip Yancey, penulis terkenal itu, masih kecil, ia
mengenal seorang pria yang mengesankan. Pria itu kerap dipanggil Big Harold. Ia suka mengawasi anak-anak yang riang gembira bermain komidi putar. Tidak hanya itu, ia juga meluangkan waktu untuk bermain catur bersama anak-anak itu.
Akan tetapi, di balik sikap ramahnya itu, Big Harold adalah orang yang suka menghakimi orang lain. Ia sangat membenci orang kulit hitam bahkan, sama sekali tidak bisa toleran pada mereka. Ia mengkritik segala sesuatu yang immoral dengan tajam melalui surat-surat yang ditulisnya.
Meski demikian, ia berhasil menjadi seorang pendeta di sebuah gereja kecil di Afrika. Namun, di balik surat dan khotbah-khotbahnya yang menyuarakan moralitas, Big Harold juga menyimpan misteri lain. Ia kerap melakukan phone-sex dan berlangganan majalah porno. Bahkan, ia menggunting beberapa bagian dari majalah porno itu, dan mengirimkannya kepada beberapa wanita sembari melampirkan secarik kertas bertuliskan: Ini yang akan kulakukan padamu. Jelaslah bahwa sesungguhnya moralitas yang kerap ia suarakan dalam khotbah dan surat-suratnya tak mampu mengubah kondisi hatinya yang bobrok.
Moralitas seperti ini adalah legalisme, lawan dari anugerah. Orang yang terjebak dalam legalisme mengetahui hukum, tahu mana yang baik dan buruk, dan selalu terlihat adil dan bijaksana, tetapi kerap menjelma menjadi pribadi yang kaku dan gagal mengupayakan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Sebaliknya, orang yang hidup dalam anugerah mengakui ketidakberdayaan dan ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya, tidak selalu terlihat baik, tetapi selalu berusaha untuk meng upayakan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dengan mengoreksi diri.
*** Homines sumus, non dei. (Kita [adalah] manusia yang lemah, bukan dewa.)
D e s e m b e r Pengorbanan Seorang Kakak Tiri
R ichard Dicky Eklund adalah petinju yang terkenal dengan
julukan Kebanggaan Lowell (The Pride of Lowell Lowell adalah sebuah kota kecil di kawasan Massachussets), karena pada 1978 berhasil me nga lahkan Sugar Ray Leonard, sang petinju legendaris. Namun, masa-masa kejayaan itu hanya berlangsung sesaat, karena tak lama kemudian Dicky mulai menjadi pecandu narkoba. Tentu saja, hal ini bukan sesuatu yang pantas dibanggakan. Dan, parahnya, hal itu terjadi ketika adik tirinya, Micky Ward, baru terjun di dunia tinju.
Suatu ketika, Micky membutuhkan uang yang cukup besar untuk mengembangkan karier tinjunya. Dan, ia berencana pindah ke kota lain. Tentu saja, Dicky dan anggota keluarga lainnya tidak menyetujui rencana ini. Dan, sebagai gantinya, Dicky akan mengupayakan beragam cara untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan Micky.
Akan tetapi, upaya Dicky untuk mendapatkan uang justru membawanya ke balik jeruji besi. Ya, Dicky harus mendekam di penjara karena melakukan beberapa penipuan. Tentu saja, hal ini membuatnya sangat menderita, terlebih karena ia telah kecanduan atau lebih tepatnya sakau akan narkoba. Namun, perlahan tapi pasti, penjara itu jugalah yang memulihkannya dari jerat narkoba.
Film The Fighter yang diangkat dari kisah nyata dua petinju legendaris ini sangat menggugah, mengajak penonton untuk merenungi kasih seorang kakak kepada adik tirinya. Mungkin, kasih seorang kakak tiri tidak didengung-dengungkan seperti kasih ibu atau ayah. Namun, di dunia ini selalu ada orang yang Tuhan pakai untuk membawa kita mengerti dan menggenapi tujuan hidup kita.
Mari, detik ini juga, kita mengucap syukur atas keberadaan orang-orang itu.
*** Syukur dan kasih adalah kekuatan terbesar keduanya selalu
D e s e m b e r Dipelajari Berulang-ulang
S aya kagum dengan kegigihan yang dimiliki oleh seorang murid
saya. Ia kerap mengikuti remedial (ulangan tambahan yang harus diikuti oleh murid yang nilainya di bawah standar) dalam salah satu pelajaran yang saya ajar. Sebenarnya, terkait dengan remedial, sejauh saya cermati, murid-murid mengikutinya bukan karena kemampuan akademis mereka yang terbatas, melainkan karena kemauan belajar mereka yang payah.
Akan tetapi, murid yang satu ini berbeda. Kemampuannya dalam menyerap pelajaran memang di bawah standar. Dan, ia tidak hanya mengikuti remedial dalam pelajaran yang saja ajarkan saja, tetapi juga beberapa mata pelajaran lainnya. Karenanya, saya selalu memintanya untuk belajar lagi dan lagi. Beruntung, ia melaksanakan apa yang saya minta, hingga akhirnya ketika saya mengadakan ulangan, nilainya sudah di atas standar. Itulah kali pertama ia tidak mengikuti remedial. Saya tertegun melihat mata nya yang berbinar-binar saat memandang nilai yang diperolehnya.
Dalam memotivasi siswa seperti ini, saya selalu mengingatkan mereka akan pepatah latin yang pernah saya dengar dari bapak saya: Gutta cavat lapidem, non vi sed saepe cadendo. (Tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, tetapi karena menetes terus-menerus.)
Mayoritas orang menyerah sebelum benar-benar menemukan hasil yang nyata dari pembelajaran dan proses pencariannya karena enggan menelusurinya lebih jauh dan enggan mencoba sesuatu yang sebenarnya bisa mendatangkan perbedaan besar dalam hidupnya. Kebiasaan kita untuk mengulang apa yang kita pelajari pada akhirnya akan membuat kita mahir dalam suatu bidang. Dan, ini jugalah yang memungkinkan kita mengalami berbagai terobosan dalam kehidupan ini.
*** Tuhan memberikan makanan kepada setiap burung, tetapi Ia tidak memberikannya ke dalam sarang.
Josiah Gilbert Holland D e s e m b e r Tempat Terindah di Dunia S elama bulan April hingga Juni 2004, saya melaksanakan
program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa bernama Gadingkulon di Malang. Saat itu, saya ditunjuk menjadi Koordinator Desa (Kordes) yang memimpin 18 mahasiswa dan mahasiswi lainnya. Bagi saya, tugas sebagai Kordes lumayan berat, karena mengharuskan saya bertanggung atas beberapa program pemberdayaan masyarakat desa.
Ketika lelah dan suntuk dengan beragam tugas yang harus saya laksanakan, yang mencakup: mencari dana, bertemu dengan jajaran aparat desa, dan mencari narasumber guna melengkapi materi untuk melaksanakan program yang akan saya dan kawankawan saya laksanakan, saya biasa menyepi ke suatu tempat yang berada di ketinggian tertentu, yang di bawahnya terhampar kebun jeruk yang sangat luas dan pemandangan kota Malang yang indah. Di tempat itu, saya menikmati saat-saat matahari terbenam, yang lantas berganti dengan gemerlap lampu kota yang mulai menyala ketika langit mulai gelap. Bagi saya, itulah momen dan tempat terindah di dunia.
Terkadang, kita tidak harus pergi jauh untuk menemukan keindahan. Sebuah keindahan bisa datang ketika kita merasakan kedamaian setelah lelah menjalani hari. Dan, tempat yang indah itu pun tidak harus bukit, momennya pun tidak harus senja. Ada kalanya, keindahan dalam kehidupan ini dekat dengan kita. Namun, banyaknya beban dan persoalan kerap membuat kita lupa akan hal itu.
*** Kiranya kita memiliki pola pikir yang memampukan kita untuk beristirahat dengan tenang di tengah tugas-tugas yang belum selesai, persoalan yang menumpuk, dan beban kehidupan yang tak kunjung usai.
D e s e m b e r Anugerah yang Dipermainkan
S ebelum eksekusi hukuman matinya berlangsung, seorang
ta hanan yang keji melakukan sebuah tindakan yang me ngerikan. Ia memukuli tahanan lainnya tanpa ampun. Ketika pihak berwenang menanyakan mengapa ia melakukan hal itu, ia menjawab, Kalau saya bunuh diri, saya langsung masuk neraka. Tapi kalau saya membunuh orang lain, saya bisa mengaku dosa kepada pastor sebelum hukuman mati dilaksanakan. Dengan begitu, Tuhan akan mengampuni saya.
Kisah ini diceritakan oleh Robert Hughes, seorang ahli sejarah. Dengan tepat, tahanan dalam kisah itu menuding hal-hal yang hakiki seputar kehendak bebas, anugerah, dan pengampunan. Inilah potret anugerah yang dipermainkan. Inilah anugerah Tuhan yang dimaknai secara keliru.
Beberapa agama memang menyatakan bahwa orang yang bunuh diri tidak akan mencapai surga, karena, salah satunya, dia tidak mengampuni dirinya sendiri, padahal Tuhan disebut Maha Pengasih dan suka mengampuni. Namun, semua ini kembali pada kedegilan hati manusia itulah akar persoalan yang sesungguhnya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah kita pernah melakukan hal yang sama"
Kita tahu bahwa kita berdosa. Kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan. Dan, kita tetap melakukannya, sehingga akhirnya kita jatuh dalam dosa dan pelanggaran yang sama. Hal ini kita lakukan secara terus-menerus karena adanya pemahaman bahwa Tuhan akan mengampuni dosa kita lagi dan lagi.
Sudah tiba saatnya bagi kita untuk memohon ampun kepada Tuhan dengan penuh penyesalan. Dan, ketahuilah bahwa sesungguhnya penyesalan atas dosalah yang membuat anugerah Tuhan mulia, yang tak sekadar diraih dengan kata maaf dan tobat .
*** D e s e m b e r Resolusi Demi Resolusi T ahun-tahun berganti. Dan, seperti biasa, resolusi baru harus
dibuat. Ayo, cari kertas! Tahun ini harus lebih baik daripada tahun lalu. Mari bergembira menyambut tahun baru!
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya kita kerap merasa pegal dan lelah di awal tahun baru karena baru tidur ketika pagi hampir tiba"
Dan, keesokan harinya kita baru ingat akan selembar kert as bertuliskan resolusi awal tahun lalu yang tergeletak dan ter abaikan di dalam laci atau tergantung di din ding kamar, dihinggapi debu dan sarang laba-laba.
Jika dicermati dengan saksama, dapat dikatakan bahwa se sungguhnya tahun baru adalah momen yang paling banyak menguras tenaga untuk berpikir juga terlalu banyak bergembira. Alhasil, kita lelah dibuatnya. Kita lelah mengubah diri untuk menjadi orang yang lebih baik, lelah membuat beragam rencana yang nyatanya tidak terlaksana.
Beragam kelelahan itu seharusnya mampu mengubah persepsi kita tentang tahun baru. Bagaimanapun, 1 Januari adalah hari atau tanggal yang sama dengan hari atau tanggal lainnya. Sama-sama 24 jam. Sama-sama terdiri dari siang dan malam. Yang berbeda hanyalah apa yang kita lakukan. Alhasil, menjadi jelas bahwa sesungguhnya di hari lain pun kita dapat membuat resolusi. Dan, resolusi itu perlu kita tinjau setiap saat, bukan hanya pada 31 Desember atau 1 Januari saja.
Tak ada yang salah dengan membuat resolusi baru di awal tahun. Namun, ada baiknya kita juga menyadari bahwa kita harus selalu ingat dengan apa yang telah kita resolusikan ketika bereleksi atau merenung. Dan, kita tak boleh mengabaikannya begitu saja. Mengapa" Karena resolusi demi resolusi yang kita buat tidak akan membuat hidup kita menjadi lebih baik, bahkan hanya akan membuat kita repot dan tertekan, jika kita hanya ikutikutan atau gaya-gayaan ketika membuatnya.
D e s e m b e r Perjuangan terberat dalam hidup bukanlah memimpin sebuah bangsa, tetapi menjadikan diri lebih baik dari hari ke hari.
3 66 tulisan yang ada dalam buku ini hendak mengajak Anda untuk
melihat dan merenungkan berbagai sisi kehidupan yang dinamis dan bergejolak. Ada tulisan yang mengajak Anda untuk tetap bertahan di masa sulit. Ada yang berupaya memetik hikmah dari sebuah ilm atau buku. Ada ajakan untuk memetik pelajaran berharga dari kisah seorang tokoh atau orang biasa yang sering kita jumpai dalam keseharian. Ada tulisan yang diangkat dari peristiwa-peristiwa bersejarah, atau cerita yang diangkat dari hal-hal sederhana dalam keseharian.
366 tulisan pendek yang ada dalam buku ini bersifat relektif dan inspiratif, menawarkan kesegaran untuk mengatasi kesesakan, penderitaan, dan beragam kesulitan hidup yang datang silih berganti. Semoga melalui buku ini Anda mendapatkan pencerahan dan kedamaian untuk melanjutkan hidup dengan penuh pengharapan.
Sidik Nugroho lahir pada 24 Oktober 1979. Saat ini, ia menjadi guru di SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo. Ia menekuni dunia tulis-menulis sejak cerpen pertamanya yang berjudul Surat Kakakku meraih juara ketiga pada lomba kepenulisan di kampusnya, Universitas Negeri Malang, pada 2002. Sejak saat itu, beberapa tulisannya entah dalam bentuk cerpen, puisi, esai, artikel, dan resensi buku kerap dimuat di sejumlah media massa, seperti: Jawa Pos, Suara Pembaruan, Berita Pagi, Malang Post, Kompas,
GFresh!, Aneka Yess!, Sahabat Pena, Sinar Harapan, Koran Tempo, Psikologi Plus, Bhinneka, dan Bahana.
Pada 2003 2010, ia menjadi salah satu penulis di Renungan Malam dan Renu ng an Blessing. Beberapa bukunya yang telah terbit, antara lain: Never be Alone (2005), kumpulan cerpen remaja yang ditulis bersama Arie Saptaji, dan sebuah novel fantasi berjudul Kisah-kisah Si Tuan Malam: Pencarian Kolam Mukjizat (2011). Selain itu, ia juga aktif dalam Forum Penulis Kota Malang (FPKM) dan Bengkel Imajinasi.
ISBN 10: 979-074-893-0 ISBN 13: 978-979-074-893-4
Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia) Jl. Kerajinan No. 3 7, Jakarta 11140
T: (021) 2601616, F: (021) 63853111~ 63873999
201262966 Sepasang Naga Lembah Iblis 1 Goosebumps - Saat-saat Seram Kembaran Ketiga 6