Pencarian

Relections Of Life 5

Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho Bagian 5


Tersinggung dengan ucapan sang ayah, Perry Smith, anak itu, memutuskan untuk membunuh ayahnya dengan cara yang keji dan mengerikan. Dan, ia melakukannya tanpa perasaan bersalah (in cold blood) yang juga menjadi judul buku karangan Truman Capote yang terjual laris (best-seller), bahkan disebut-sebut sebagai pelopor dalam jurnalisme sastrawi.
Akan tetapi, kisah Perry tidak hanya berakhir di situ. Ia juga melakukan serangkaian pembunuhan berantai yang membuatnya dihukum gantung. Itu semua terjadi karena harapannya untuk mendapat sosok ayah yang melindungi dan menyayanginya pupus dan terberai. Dan, harapan itulah yang lantas berubah menjadi amukan.
*** Lebih baik tidak berbicara bila kondisi kita sedang tidak beres. Katakata yang memuat amukan dan makian hanya akan membuatnya
S e p t e m b e r Merelakan yang Paling Diharapkan
S ri, tokoh dalam novel Warrior, Sepatu untuk Sahabat karya Arie
Saptaji, adalah seorang tokoh miskin yang biasa hidup susah. Ayahnya sudah meninggal, dan sehari-hari ia membantu ibunya berjualan lopis.
Suatu ketika, Sri yang malang ini tidak terlalu gembira ketika namanya disebut sebagai salah satu peserta gerak jalan untuk mewakili sekolahnya saat Agustusan. Mengapa" Karena bagian depan sepatunya sudah bolong.
Ia lantas mulai menabung agar bisa membeli sepasang sepatu baru. Warrior mereknya, merek sepatu sekolah ternama di era 1980-an. Niatnya mendapat solusi ketika ia diminta oleh ibu dari seorang sahabatnya untuk membantu membuat kue. Hal ini membuat celengan Sri makin sarat rupiah. Namun, ia memutuskan untuk menyumbangkan tabungannya itu kepada seorang sahabatnya yang harus dioperasi.
Sesungguhnya, jika dicermati dengan saksama, apa yang dila kukan Sri mirip dengan apa yang dilakukan seorang janda miskin ketika memberi dua peser uang di Bait Allah dalam sebuah cerita yang pernah disampaikan Yesus. Ia hidup kekurangan, tetapi tetap mempersembahkan yang terbaik.
Apa yang dilakukan Sri juga menjadi cermin bagi kita saat ini: sudahkah kita merelakan sebagian milik kita bagi kepentingan orang lain" Sri merelakan apa yang ia paling harapkan demi kesembuhan orang lain.
Banyak orang menderita di sekitar kita. Banyak juga pelayanan yang masih membutuhkan dana. Memang, menabung dengan perencanaan tidak salah, tetapi ada kalanya, apa yang kita rencanakan harus kita relakan demi kebaikan orang lain.
*** Memberi dari kelebihan sangat mudah dilakukan. Memberi dari kekurangan membutuhkan iman.
S e p t e m b e r Bagaimana Anda Melakukannya"
D i sebuah tempat parkir mobil di San Francisco, seorang pria
hendak keluar area parkir. Saat itu ia melihat ada sebuah mobil yang memasuki area parkir guna mencari area yang kosong. Pria yang hendak keluar terkesima dengan pria yang hendak masuk. Pria yang mau keluar bermobil lawas, sedangkan pria yang mau masuk tampil necis, mengendarai Ferrari berwarna merah.
Untungnya, pria yang bermobil lawas itu tidak mengabaikan atau iri dengan pria yang mengendarai Ferrari. Bahkan, ia bertanya, Apa pekerjaan Anda"
Saya seorang pialang saham, jawabnya.
Pria bermobil lawas itu lantas mengajukan pertanyaannya lain, Bagaimana Anda melakukannya"
Jawaban atas pertanyaan kedua ini membutuhkan beberapa pertemuan, karena menjelaskan deskripsi kerja seorang pialang saham tidak sama dengan menjelaskan deskripsi kerja pemotong rumput. Dan, beruntunglah si pria bermobil lawas itu, karena pertanyaan kedua itulah yang lantas menjadi kunci kesuksesannya dalam berbisnis di bidang yang sama.
Di kemudian hari, pria yang bernama Chris Gardner itu memiliki usahanya sendiri, Gardner Rich and Company, sebuah perusahaan pialang saham terkemuka di Amerika Serikat.
Bagaimana Anda melakukannya" adalah sebuah pertanyaan yang muncul dari rasa ingin tahu. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan, ujar pepatah lama. Namun, ketahuilah bahwa kemauan saja tidaklah cukup. Tak jarang, jalan yang ditempuh juga bisa membuat kita tersesat. Kita perlu mengetahui bagaimana segala sesuatu bekerja. Dan, untuk mengetahui hal itu, sebaiknya kita tidak mau untuk belajar dari orang lain dengan bertanya, Bagaimana Anda melakukannya"
*** Informasi adalah barang berharga; setiap orang yang memiliki banyak informasi juga memiliki banyak pengaruh.
S e p t e m b e r Tak Menganggap Semua Sia-sia
T he Sixteenth Round adalah sebuah buku karya Rubin Carter.
Ia dijuluki Hurricane atau Topan karena kehebatannya dalam bertinju.
Suatu ketika, ia dijebloskan ke penjara karena kebencian seseorang kepadanya sejak kecil. Sekalipun tuduhan yang diberikan kepadanya adalah tuduhan palsu, pada akhirnya ia harus mendekam di penjara selama 22 tahun awalnya, hakim memvonis dia agar dipenjara tiga kali seumur hidup.
Umumnya, kita berpikir bahwa hidup di penjara selama 22 tahun adalah kesia-siaan yang teramat panjang. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Rubin Carter. Ia justru rajin membaca dan menulis ketika di penjara. Bahkan, ia mampu melahirkan sebuah karya yang hebat. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada akhirnya kisah hidupnya diangkat dalam ilm Hurricane.
Menulis adalah sebuah keajaiban. Jika aku menulis, aku melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar bercerita. Menulis adalah sebuah senjata yang jauh lebih kuat dari kepalan tangan. Setiap kali menulis, aku berdiri lebih tinggi dari tembok penjara ini. Itulah kata-kata yang diucapkannya.
Umumnya kita beranggapan bahwa hidup yang kita jalani akan menjadi sia-sia jika kita harus menanggung sesuatu yang semestinya tidak kita tanggung. Bahkan, kita cenderung menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak adil. Namun, sadarkah Anda bahwa sesungguhnya Tuhan tetap menyertai kita ketika kita harus menanggung penderitaan yang tidak seharusnya kita tanggung"
Selalu ada jalan keluar bagi orang yang percaya dan bersandar kepada Tuhan. Dunia memang kadang tidak adil kepada kita. Namun, yakinlah, seperti yang dinyatakan Spurgeon: Bila Tuhan memasukkan anak-anakNya dalam perapian, Ia juga akan berada di sana bersama-sama dengan mereka.
*** Pencobaan dan ujian bukan gerbang bagi kesia-siaan yang dijalani tanpa
S e p t e m b e r Bukan yang Ideal S ah-sah saja jika Anda mencari pria atau wanita yang Anda
anggap ideal untuk dinikahi. Namun, sadarlah bahwa terkadang kenyataannya tidak seperti itu. Inilah yang dialami Karen O Connor ketika bercerita tentang suaminya yang telah menikahinya selama lebih dari 20 tahun.
Karen berkata, Saya mengingat momen ketika saya bertemu dengannya. Saya itu, saya menyadari bahwa pria yang ada di hadapan saya bukanlah pria idaman saya. Namun, entah mengapa, ketika mengenalnya, saya menemukan sesuatu yang sangat menarik dari pria itu. Dan, semakin lama saya berteman dengannya, saya menyadari bahwa ternyata sesuatu yang awalnya saya anggap sebagai sesuatu yang ideal tidak lagi menjadi hal yang penting.
Ia lalu menyampaikan empat hal penting dalam kelangsungan hubungan asmara atau pernikahan.
Pertama, penghiburan. Penghiburan adalah sesuatu yang mampu menggugah satu sama lain ketika Anda (dan pasangan Anda) mengalamai masa-masa sulit. Saling menguatkan dan mendorong untuk terus maju adalah hal yang penting.
Kedua, belas kasihan. Belas kasihan adalah kemampuan untuk menerima kekurangan pasangan kita. Tuhan telah berbelas kasihan kepada kita, dan karenanya kita juga perlu berbelas kasihan kepada pasangan kita.
Ketiga, hubungan, yang dalam hal ini dipahami sebagai momen di mana Anda menghabiskan waktu bersama pasangan Anda. Luangkanlah waktu bersama pasangan Anda tanpa dicampuri urusan-urusan lain.
Terakhir, konsistensi. Konsistensi berarti kesetiaan, yang dibina dengan mengingat janji setia yang telah Anda dan pasangan Anda ucapkan.
Nah, semoga empat hal ini memperteguh ikatan kasih dan sayang Anda dan pasangan Anda.
*** S e p t e m b e r dibandingkan dengan segenap pemikat sesaat dan kepalsuan yang kita miliki.
S e p t e m b e r Lenyap dari Panggung Sejarah
S ekalipun dianggap bisa dipertahankan, pengakuan Andaryoko
Wisnuprabu sebagai Supriyadi masih diragukan oleh banyak kalangan. Padahal, kepahlawanan Supriyadi dalam sejarah Indo nesia sangat hebat. Pada 14 Februari 1945, ia tercatat sebagai pemimpin pasukan PETA (Pembela Tanah Air) yang melakukan pemberontakan terhadap Jepang di Blitar.
Akan tetapi, setelah pemberontakan itu, ia lenyap. Presiden Soeharto memberinya gelar Pahlawan Nasional. Namun, dalam versi Andaryoko, ia masih ada bahkan, ia mengaku bahwa ia adalah Supriyadi, yang selama ini menghilang dengan alasan: mendapat wisik (semacam bisikan) ...yang menyatakan bahwa 20 tahun setelah 1945 akan ada gerakan untuk menghilangkan Bung Karno dan semua pembantunya. Dan, harus ada orang yang hidup untuk mencatat sejarah ini.
Itulah yang tercatat dalam buku Mencari Supriyadi karya Romo Baskara T. Wardaya SJ. Buku itu sendiri merupakan sejarah lisan: hasil wawancara Romo Baskara dengan Andaryoko secara langsung.
Memang, jika ada orang besar yang tiba-tiba muncul kembali setelah lenyap selama beberapa waktu dari panggung sejarah, hal itu akan menjadi berita besar! Terlepas dari benar atau tidaknya ihwal di atas, hendaknya kita juga selalu waspada: bukan hanya kepada para pahlawan yang lenyap lalu muncul kembali , melainkan juga kepada peramal-peramal palsu, nabinabi palsu, dan orang-orang yang mengklaim dirinya bisa melihat masa depan. Mereka adalah orang-orang yang ingin dikenang dalam sejarah dengan cara-cara yang tidak jujur, padahal reputasi mereka meragukan. Kiranya, hanya kepadaNya saja kita berharap dan beriman.
*** Reputasi seseorang seperti bayangannya kadang-kadang mengikuti, kadang-kadang mendahului; kadang-kadang lebih kecil, kadang-kadang lebih besar darinya.
S e p t e m b e r Gaung Perbuatan Kita S uatu hari, seorang anak yang beranjak remaja berteriak-teriak
di dekat tebing yang ada di desanya seorang diri. Heeei! katanya.
Heeei! jawab seseorang. Kaget akan tanggapan tersebut, ia kembali berteriak, Siapa kamu!
Tak lama kemudian, tanggapan yang sama terdengar, Siapa kamu!
Ia lantas berlari ke rumahnya, dan menceritakan hal itu kepada ibunya. Ibunya yang sabar menerangkan, Nak, itu namanya gaung. Kau sedang mendengar kata-katamu sendiri. Kau akan mendengar apa yang kau ucapkan beberapa saat kemudian.
Cinta mendatangkan cinta, benci mendatangkan benci, ujar seorang bijak. Memang, tidak semua cinta dibalas dengan cinta, karena tak sedikit juga cinta yang bertepuk sebelah tangan . Namun, kondisi ini tak sehausnya membuat kita berhenti mencintai. Percayalah, akan ada masa ketika kelak kita akan menabur apa yang kita tuai.
Dan, sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka, demikian seorang bijak lain pernah berujar. Hal inilah yang seharusnya menjadi panduan kita dalam melangkah.
Sebelum bertindak, hendaknya kita merenungkan beragam akibat yang mungkin terjadi dalam diri orang lain. Hal ini jugalah yang akan mengajar kita untuk berhati-hati, karena sewaktu-waktu gaung perbuatan kita dapat kembali kepada diri kita sendiri.
Dan, ingatlah bahwa gaung perbuatan kita tidak sama dengan gaung sebuah suara. Gaung suara cepat terdengar, sedangkan gaung perbuatan membutuhkan waktu yang lebih lama, bahkan tak jarang beberapa di antaranya baru terdengar ketika kita mencapai surga.
*** S e p t e m b e r yang bijak dan kuat percaya dengan sebab dan akibat. Ralph Waldo Emerson
S e p t e m b e r Menghancurkan Kejahatan, Menghancurkan Kebebasan
S eorang tokoh jahat yang sadis muncul. Namanya Ryan. Ho-
moseks yang menjadi tukang jagal. Sebelas orang sudah dibunuhnya dengan cara-cara yang keji. Media-media meliputnya setiap hari, sehingga membuat kita bertanya: mengapa Tuhan tidak melakukan sesuatu terhadap kejahatan"
Mungkin, pertanyaan itu muncul dengan asumsi bahwa Tuhan yang mahabaik pasti tidak suka dengan kejahatan. Dan, Tuhan yang mahakuasa pasti memiliki kuasa untuk menghentikan kejahatan.
Dalam sebuah buku, Norman Geisler dan Ron Brooks menguraikan dengan gamblang tentang ihwal di atas: Kejahatan tidak bisa dihancurkan tanpa menghancurkan kebebasan. Sekalipun ada begitu banyak hukum dan peraturan yang ditetapkan, manusia adalah makhluk yang bebas dalam menentukan apa yang akan dipilihnya kejahatan atau kebaikan.
Akan tetapi, yang menjadi permasalahannya adalah fakta bahwa kita kerap menggunakan kehendak bebas yang kita miliki secara keliru. Kehendak bebas adalah kemampuan untuk memutuskan sesuatu tanpa paksaan. Dan, Tuhan menghendaki kita untuk melakukan perbuatan baik atau mengasihi orang lain. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa sesungguhnya jika dalam kebebasan yang kita miliki kita memutuskan untuk mengasihi, maka kebebasan itu jugalah yang akan menjadi satu-satunya lawan bagi kejahatan.
Menghancurkan kejahatan, berarti menghancurkan kebebasan manusia. Karenanya, kejahatan tidak bisa dihancurkan, kejahatan harus kita kalahkan dengan kasih Tuhan yang kita miliki dalam kehidupan kita.
*** Meminta bukanlah dosa, dan ditolak bukanlah bencana. Peribahasa Rusia
S e p t e m b e r Membaurnya Derita dan Bahagia
D alam Bukan Pasar Malam, novelnya yang cukup tersohor,
yang diterbitkan pertama kali pada 1951, Pramoedya Ananta Toer mengisahkan tentang seorang anak revolusi yang mengunjungi ayahnya yang sakit keras akibat TBC. Ayahnya, seorang guru, setia berbakti pada negara sebagai pendidik yang menolak jabatan menjadi pengawas sekolah. Ia juga seorang aktivis partai yang dermawan, meskipun memiliki satu sifat buruk, yaitu: suka berjudi.
Hal yang mengesankan dalam novel tersebut terjadi ketika suatu malam si anak bisa menjaga ayahnya tanpa tidur. Terkait dengan hal ini, Pramoedya menulis ...betapa bahagia rasanya tidak tidur untuk kepentingan seorang ayah ayahnya sendiri yang sedang tergeletak karena sakit. Dan, terasalah olehku betapa gampangnya orang yang hidup dalam kesengsaraan itu kadang-kadang dengan diam-diam menikmati kebahagiaan.
Terlepas dari muatan kritiknya atas kondisi politik Indonesia di masa itu terhadap para jenderal dan pembesar yang sarat dusta dan permainan kotor, novel yang sangat disukai oleh Romo Mangun ini berupaya memaknai pertautan kasih bapak anak yang dirasakan dan terjalin dalam penderitaan.
Pernahkah Anda berada di samping orang yang dekat dengan Anda, dan menunggu ajalnya tiba" Jika Anda dapat menghayatinya dengan sungguh-sungguh, Anda akan menyadari bahwa sesungguhnya pada momen itulah kebahagiaan dan penderitaan berbaur; hakikat hidup yang sementara ini tersingkapkan; dan niat dan tekad untuk menjalani hidup agar lebih bermakna dibulatkan.
*** Berbagi kesenangan melipatgandakan kesenangan, berbagi kesedihan membuat kesedihan menjadi setengahnya.
Peribahasa Swedia S e p t e m b e r Salah Memaknai Penderitaan
T ernyata, penderitaan kerap disalahpahami. Berikut yang di-
uraikan oleh Philip Yancey dalam bukunya Di Manakah Tuhan di Saat Kita Menderita".
Pertama, ketika kita menganggap semua penderitaan adalah bentuk hukuman yang Tuhan berikan kepada manusia karena kesalahan dan dosa. Karenanya, kita akan merasa sangat kasihan jika menemui orang sakit, lalu menyatakan bahwa penyakit yang ditanggungnya bagian dari rencana dan kehendak Tuhan, sehingga seakan-akan menyudutkan orang yang sakit dan membuat mentalnya jatuh.
Kedua, anggapan dari sebagian orang yang percaya bahwa tidak ada penderitaan dalam hidup bersama Tuhan. Dalam hal ini, mereka adalah orang tidak terbiasa menderita, dan karenanya mereka akan berjuang habis-habisan dengan mengandalkan muk jizat tanpa menggunakan obat, sebagaimana yang pernah terjadi dalam sejarah gereja Kristen ketika beberapa pengkhotbah menyatakan bahwa dokter, obat-obatan, dan rumah sakit harus dijauhi.
Kedua pendapat yang bertolak belakang ini dapat ditengahi dengan pendapat seorang asal Eropa Timur: Orang Barat kerap kali menganggap kemakmuran materi sebagai satu-satunya tanda berkat dari Tuhan. Kalian menganggap kemiskinan dan penderitaan sebagai tanda murka Tuhan. Kami di Timur memahami penderitaan dalam perspektif yang terbalik. Kami percaya bahwa penderitaan adalah tanda yang baik dari Tuhan, bahwa Dia yakin atas iman kami sehingga kami diizinkan untuk mendapat pencobaan.
*** Saya merasa sekarat, bukan karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan karena dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya. Soichiro Honda
S e p t e m b e r Lahirnya Buku-buku Self-Help
D avid Hume, seorang ilsuf asal Skotlandia, menyatakan
bahwa Benjamin Franklin (1706 1790) seorang yang praktis, tetapi idealis, tekun, dan sangat sukses adalah sastrawan besar pertama di Amerika Serikat.
Hal yang menarik dari kehidupan Benjamin Franklin adalah fakta bahwa ia tidak berasal golongan orang kaya. Pada masa itu, bangsa Amerika masih banyak belajar dari Inggris dengan membajak karya-karya sastra Inggris. Dan, Benjamin Franklin termasuk salah satu murid yang keranjingan mempelajari hal itu. Tidak hanya itu, ia juga mempelajari beragam bahasa, membaca beragam buku, dan berlatih menulis untuk khalayak ramai.
Karya yang melambungkan namanya adalah Poor Richard s Almanak, yang terbit pada 1732. Karya inilah yang me latarbelakangi genre self-help dalam literatur sastra Amerika Serikat. Dalam karya itu, ia menuliskan dorongan, nasihat, dan informasi faktual yang berguna bagi pembaca. Selain itu, ia juga kerap menggunakan lelucon untuk menyampaikan nasihat, misalnya: Karena menginginkan paku, sepatu jadi hilang; karena menginginkan sepatu, kuda jadi hilang; karena menginginkan kuda, pengendaranya jadi hilang karena ditangkap dan dibunuh musuh intinya, kecerobohan kecil bisa mengakibatkan ke salahan fatal.
Tahun-tahun berlalu. Sekarang, jika masuk ke toko buku, kita akan menemukan begitu banyak buku self-help.
Berkaca pada Benjamin Franklin, yang dalam Poor Richard s Almanak menulis, Tuhan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: apakah kita sudah berupaya untuk terus meningkatkan kualitas hidup kita sembari juga berupaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik bagi orang lain"
*** Peluang biasanya tersembunyi dalam kerja keras, sehingga mayoritas orang tidak mengenalinya.
S e p t e m b e r Ubi Kayu, Bayam, dan Kangkung
S epuluh hingga 15 tahun yang lalu, kondisi hidup pegawai
negeri tidak sesejahtera sekarang, khususnya para pegawai yang tidak memiliki jabatan apa pun. Inilah yang pernah saya, keluarga, dan orangtua rasakan. Bapak dan ibu saya sama-sama pegawai negeri, tetapi kadang gaji keduanya tidak cukup untuk membiayai hidup kami sekeluarga.
Beruntung, saat itu kami mengontrak rumah dengan halaman yang luas, dengan tanah yang subur. Alhasil, kami sekeluarga menanam ubi kayu di samping kanan rumah, bayam di belakang rumah, dan kangkung di parit kecil depan rumah.
Tuhan tidak selalu memberikan berkat dalam bentuk uang. Ia juga ingin agar kita menggunakan kreativitas kita dalam menapaki hidup. Daun ubi, bayam, dan kangkung bisa dimasak karena Tuhan membuat semuanya tumbuh untuk menunjang hidup sebuah keluarga yang hidup pas-pasan di masa lalu.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: adakah sesuatu yang belum kita manfaatkan dan berdayakan dengan sepenuhnya"
Jadi, alih-alih berkeluh kesah karena merasa tak pernah cukup tanpa melakukan sesuatu ketika kekurangan dan kelemahan mendera hidup yang kita jalani, cobalah untuk mengembangkan ide dan kreativitas kita untuk menggarap sesuatu yang ada di sekitar kita.
Ketika Tuhan memberikan napas hidup bagi manusia, Ia tahu bahwa manusia itu mampu menjalani hidup dengan apa yang sudah Ia berikan kepadanya. Dan, kemampuan untuk menjalani hidup akan semakin besar jika kita tidak pasif dalam menghadapi beragam persoalan yang menghadang.
*** Kita semestinya kreatif dalam menjalani hidup seperti halnya Pencipta kita Ia menciptakan semesta.
S e p t e m b e r Tuduhan yang Keliru T uhan tidak mengalami kerugian apa pun jika kita berbuat
dosa. Ia memerintahkan kita agar menjauhi dosa, karena Ia tahu bahwa efek suatu dosa tidak baik bagi hidup kita, ujar seorang pendeta wanita. Ketika mendengar hal itu, saya sedang bergumul untuk melepaskan suatu dosa yang kerap kali menjerat hidup saya.
Karenanya, kata-kata itu menempelak pikiran saya dengan sangat kuat. Selama ini, saya dan mungkin juga Anda kerap beranggapan bahwa Tuhan marah jika saya berbuat dosa. Memang, anggapan itu ada benarnya. Namun, ada sisi lain yang kadang kerap saya abaikan, yaitu: kata-kata yang disampaikan oleh pendeta wanita di atas.
Anggapan bahwa Tuhan adalah sosok pemarah akan membuat kita menjauh dariNya ketika kita jatuh dalam dosa. Jadi, alih-alih bertobat dan berjanji untuk tidak mengulanginya, kita justru semakin berkubang dalam lubang dosa. Padahal, dalam marahNya Ia justru menghendaki kita agar berbalik dan hidup dalam pertobatan dan kekudusan, bukan menjauh.
Kekudusan mungkin kata itu menakutkan bagi banyak pendosa. Namun, ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah membenci kita; Tuhan membenci dosa kita. Karenanya, tuduhan bahwa kita tidak layak kembali pada Tuhan setelah berbuat dosa harus kita singkirkan. Mengapa" Karena tuduhan itu adalah tuduhan yang menyesatkan! Tuduhan yang benar adalah bahwa dosa kita memang terlihat jahat di mata Tuhan, tetapi dapat diampuni jika kita mau sungguh-sungguh bertobat dan hidup dalam kekudusan. AnugerahNya mampu memulihkan hidup yang sudah tercemari dosa.
*** Anugerah Tuhan memampukan kita untuk hidup dalam kekudusan, jika kita memiliki niat sepenuh hati untuk meninggalkan dan menjauhi dosa.
S e p t e m b e r Geliat Kehidupan di Pusat Keramaian
S uatu ketika, saya menemani bapak yang sakit di rumah sakit.
Saat itu, pikiran saya semata-mata tertuju pada beragam penderitaan yang dialami orang. Cerita yang paling menohok adalah ketika saya mendengar seorang penunggu pasien di rumah sakit: ia sedang menunggui ibunya yang rusuknya sedang dipasangi 16 pipa alumunium akibat kecelakaan. Sebuah kecelakaan yang mengerikan: sebuah mobil yang sedang dalam perjalanan dari Pacitan jatuh ke jurang, dan melukai 9 orang yang ada di dalamnya, 2 orang meninggal seketika.
Kebetulan, rumah sakit itu berada di dekat pusat keramaian di kota Malang, dekat Pasar Besar kota Malang.
Pagi hari, ketika sedang mencari sarapan, saya melihat seorang tukang becak yang sudah tua mengayuh becak yang rantainya selalu terlepas dari gir-nya ketika mengangkut seorang ibu yang membawa dagangan sayur. Selain itu, ada juga seorang nenek tua yang berambut putih, yang menghidangkan teh untuk seorang gila yang badannya hitam legam. Juga, ada seorang pria paruh baya yang rambutnya gundul, yang menempelkan kepalanya di sebuah tiang yang menjadi penyangga rambu lalu lintas dengan wajah memelas.
Di pusat keramaian ini saya belajar untuk melihat kehidupan dari dekat, tidak seperti tayangan sinetron di televisi yang menghadirkan kehidupan yang serba-senang-jauh-duka. Saya bahkan merasakan adanya pelangi yang bersinar setelah hujan, yang menghapus kelamnya langit dan mendatangkan nuansa damai dan kecerahan. Memang, dalam hidup ini, ada beberapa musibah tak dapat terhindarkan. Namun, mereka yang memegang janjiNya akan tegar dan terus menatap hari depan, yang masih menyediakan ruang harapan untuk digapai dan digenggam.
*** Hidup yang sederhana bukanlah hidup di luar perkenan Tuhan, jika dalam kesederhanaan itu kita bisa bersyukur sembari berusaha untuk mencapai hasil yang lebih baik.
S e p t e m b e r Meminta Maaf pada Bapak S aya terbangun setelah baru setengah jam tidur di suatu Minggu
sore. Bapak saya gelodakan memasang kayu tambahan di pintu dapur kami agar tidak ada tikus yang seliweran di dapur.
Tentu saja, hal itu memicu amarah saya. Karenanya, dengan nada tinggi saya berkata, Pasang malam saja bisa kan" Aku baru tidur setengah jam. Bapak hanya diam ketika mendengar reaksi saya tersebut.
Karena kesal dan terbangun dengan kondisi kaget, tanpa banyak bicara, saya kemasi barang-barang saya, pamitan seadanya, dan langsung balik ke Sidoarjo karena keesokan harinya harus kembali bekerja. Namun, dalam perjalanan, hati saya berbisik, Kelihatannya bapakmu tidak tahu kamu baru tidur setengah jam. Dan, ternyata hal itu benar adanya.
Akhirnya, dengan perasaan menyesal saya meminta maaf pada bapak. Saya yakin bahwa ia tidak mungkin membangunkan saya dengan sengaja. Bahkan, minggu sebelumnya bapak bersedia menga ntar saya ke terminal dalam kondisi hujan, dan mampir ke apotek untuk membelikan saya obat batuk, karena ketika itu saya memang sedang batuk.
Saudara, pernahkah kita merasa sangat egois sehingga membiarkan salah paham berbuntut dendam berlarut-larut menguasai pikiran kita dalam kehidupan bersama orang-orang di sekitar kita" Mari kita koreksi hati, dan perlahan-lahan membuka komunikasi. Hidup dengan semangat cinta damai itu indah dan patut untuk diperjuangkan.
*** Ia yang memaafkan, mengakhiri pertengkaran. Pepatah Afrika
S e p t e m b e r Dari Bencana Jadi Wisata P ada akhir Mei 2009, tepatnya ketika bencana lumpur panas
Lapindo genap berusia tiga tahun, ribuan warga yang sebagian besar berasal dari perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (TAS) menggelar aksi demo ke Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) di Surabaya.
Masalah ganti rugi yang menjadi fokus demo hingga kini masih saja menjadi kemelut panjang, tak kunjung selesai. Diperkirakan ada sepuluh ribu rumah yang terendam, juga belasan pabrik dan beberapa sekolah SD hingga SMA.
Berbagai solusi digagas untuk mengubah wajah Porong yang mengerikan selaku pusat bencana menjadi tempat wisata. Wisata Lumpur, demikian orang menyebut kawah yang terbentuk akibat semburan lumpur panas itu.
Kata wisata seakan-akan menggantikan kata bencana yang dulu merebak bagai teror. Kenangan pahit akan rumahrumah yang terendam lumpur, beragam demonstrasi massa yang cukup intens, juga pengungsian demi pengungsian yang harus terjadi akibat bencana semburan lumpur, mungkin perlahanlahan akan memudar.
Orang-orang dari segenap penjuru Indonesia, bahkan mancanegara, menikmati pemandangan yang indah di kawah Lapindo akibat bencana ini.
Bencana diubah menjadi wisata sungguh, warga Porong memang kreatif. Tampaknya, ini menjadi salah satu cara di mana warga Porong menangani masalah dengan rela. Hingga kini, masalah lumpur Lapindo belum tuntas, tetapi banyak warga di sekitarnya yang tidak bermuram durja dalam menghadapi hidup. Baiklah ini menjadi releksi bagi kita yang selama ini juga kerap dirundung malang.
*** Pola pikir yang konstruktif memampukan kita untuk menjalani hidup dengan penuh harapan.
S e p t e m b e r Mencabut Keinginan untuk Mati
S etengah abad yang lalu, uang 8.000 dolar Amerika sangatlah
besar. Nah, suatu ketika, seorang bankir kehilangan uang 8.000 dolar Amerika, dan itu adalah uang terakhir yang dimilikinya. Jika dalam waktu sekian jam bank yang dikelolanya tidak dapat menunjukkan sisa uang yang dimilikinya, maka bank itu akan ditutup. Tentu saja, hal ini membuat Robert Bailey, bankir itu, pusing tujuh keliling, bahkan ia sempat berpikir untuk bunuh diri.
Penderitaan Robert sangatlah berat. Dan, kehilangan 8.000 dolar adalah puncaknya. Sejak kecil, ia selalu dirundung malang. Telinganya tuli sebelah karena menolong adiknya. Niatnya untuk menjadi seorang petualang pupus karena diminta untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Bahkan, ketika uang 8.000 dolar itu hilang, adiknya sedang makan malam dengan presiden karena dianggap memiliki jasa besar dalam perang.
It s a Wonderful Life adalah salah satu ilm terbaik tentang pengucapan syukur, yang memotret kehidupan seseorang yang harus menjalani kehidupan yang bukan diimpikannya dengan sempurna. Pada akhirnya, Robert dibawa ke alam mimpi oleh seorang malaikat. Di sana, malaikat tersebut menunjukkan halhal yang tidak bisa tidak ia syukuri: anak-anak, istri, dan sahabatsahabat yang ia miliki. Alhasil, Robert pun mencabut keinginannya untuk mati.
Mungkin, kita tidak seperti Robert yang bertemu malaikat, dan dibawa menyusuri segenap rekam jejak kehidupan yang telah kita lalui. Namun, kita bisa menemukan alasan yang kuat untuk bertahan dan melanjutkan hidup. Datanglah kepadaNya, dan biarlah Ia melegakan kita dengan bimbinganNya.
*** Tuhan punya cara untuk menghadapi segala persoalan; kita yang bertekun dan sabar akan dibuatNya mampu memahami caraNya.
S e p t e m b e r Hidup Rapuh yang Disyukuri
D alam Memoar Seorang Geisha, Arthur Golden menguraikan
penderitaan jiwa seorang wanita yang tak berdaya akibat didera berbagai kesengsaraan hidup. Sebuah keadaan yang tampaknya juga mewakili kondisi jiwa dan raga seorang wanita lain yang menderita karena sakit.
Wanita itu adalah Listiana Srisanti, penerjemah buku karangan Arthur Golden tersebut. Terkait dengan terjemahannya, Arswendo Atmowiloto menyatakan: ...terjemahan Listiana jauh lebih menyentuh daripada buku aslinya. Mungkin, Listiana mampu menghayati roh perempuan yang rapuh secara utuh...
Listiana mengidap kanker stadium IIIB, dan dokter memvonis bahwa hidupnya hanya tersisa 6 bulan lagi. Namun, ia tetap menerjemahkan, sembari berdoa dan mengharapkan kesembuhan. Dan, ia menerima mukjizat: ia sembuh!
Seorang manusia yang rapuh dengan penyakit mengerikan telah melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan oleh manusiamanusia lainnya yang merasa dirinya normal atau bahkan superior. Listiana menerjemahkan buku tersebut dengan hatinya, sehingga apa yang ia lakukan juga menjamah hati orang lain. Ia terus berkarya, dan tetap menjiwai apa yang ia lakukan dengan mengucap syukur dan memasrahkan dirinya secara penuh kepada Yang Ilahi.
Umumnya, dalam ketidakberdayaan dan keterbatasan, kekuatan yang lebih besar menolong kita untuk bisa melakukan sesuatu yang menjadi bagian atau pekerjaan kita. Dan, jika kita tetap bertekun, niscaya semua yang kita lakukan akan berakhir dan berbuah indah.
*** Orang yang selalu bersyukur akan menganggap penyakit sebagai cara untuk memuliakan Tuhan.
S e p t e m b e r Tiga Tahun Penantian S uatu siang, kami sekeluarga sedang berjalan-jalan di sebuah
mal di Malang. Saat itu, keponakan saya yang belum genap berusia dua bulan dibawa serta. Ketika kami memasuki sebuah toko sepatu, pelayan yang ada di sana mendatangi ibu saya yang saat itu sedang menggendong keponakan saya.
Ia menyapa ibu saya dan menanyakan perasaan beliau setelah menjadi seorang nenek. Ibu saya menyatakan bahwa ia sangat bahagia, dan lantas menceritakan beberapa hal yang membuat pelayan itu berkaca-kaca. Kemudian, pelayan itu berkata, Bu, setiap kali ada orang yang membeli sepatu di sini sambil membawa atau menggendong anak mereka, saya selalu merasa sedih. Saya sudah menikah tiga tahun, dan selama itu kami selalu menanti dan berharap bisa memiliki seorang anak, tetapi Tuhan belum memberi.
Ibu saya menghiburnya dengan menyatakan bahwa semua ada waktunya, dan memberi nasihat tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Kejadian ini membuat saya merenung: betapa banyak anak yang disia-siakan dalam sebuah keluarga; juga, betapa banyak anak yang diharapkan kehadirannya, tetapi tak juga kunjung lahir.
Anak adalah anugerah. Ia ada bukan karena kebetulan. Anugerah yang dimaksud di sini adalah ganjaran yang Tuhan berikan karena hidup umat yang memuliakanNya. Memang, ada anak yang dilahirkan di luar kehendak orangtuanya. Dan, ketika mereka mendapati kenyataan itu, semestinyalah mereka mengucap syukur, bukan mengeluh. Sebab, lewat keberadaan anak, Tuhan mengalirkan berkatNya dan sekaligus membentuk kehidupan orangtuanya.
*** Keteladanan mengajarkan lebih banyak hal pada anak-anak, daripada teguran dan khotbah.
S

Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

e p t e m b e r Alasan untuk Melanjutkan Hidup
T he Sea Inside adalah sebuah ilm yang mengajak penonton untuk
merenungkan tentang hakikat hidup. Film ini mengisahkan tentang sosok Ramon yang selalu tampil santai dalam menghadapi hidup.
Selama 28 tahun ia menghabiskan waktunya dengan berbaring di tempat tidur, mendengarkan siaran radio, menonton televisi, dan menulis dengan menggunakan mulut. Ini terjadi karena suatu ketika ia mengalami sebuah kecelakaan fatal. Ia tampak murah senyum dan rileks menjalani hidup. Itulah yang membuatnya disukai orang, terutama para wanita yang menawarkan diri untuk menemaninya dan mendengarkan apa pun yang diucapkannya. Meski demikian, akhirnya ia pun bosan dengan apa yang dihadapinya. Alhasil, ia mengajukan diri untuk disuntik mati.
Kita tentu tidak sepakat dengannya; bahwa penderitaan yang terlampau berat harus diakhiri dengan kematian sebelum waktunya atau bunuh diri. Namun, Ramon memiliki alasan yang cukup kuat logis dan manusiawi, tidak mengada-ada untuk melakukannya. Inilah yang seharusnya menjadi cermin bagi kita yang tidak lumpuh seperti Ramon: berapa banyak alasan yang kita miliki, yang cukup kuat untuk membuat kita tetap bertahan dan melanjutkan hidup"
Umumnya, kita memandang sebelah mata penderitaan yang kita alami, sehingga kita menganggap hidup ini pantas diakhiri. Kita lupa membuka kedua mata kita lebar-lebar: melihat berbagai keajaiban dan kebaikan Tuhan yang dapat membuat kita kembali bersyukur.
*** Selalu ada alasan untuk mengeluh; sangat sedikit alasan untuk terus bertahan dan berusaha.
O k t o b e r Meyakini Pengharapan Kita
P eter Augustus Duchene adalah seorang pria kecil yang malang
dalam buku Gajah Sang Penyihir karya Kate DiCamillo. Ia dibesarkan di sebuah apartemen kumuh oleh Vilna Lutz, seorang mantan tentara yang suka membentak dan memerintah, sehingga membuat hidupnya terkesan muram.
Suatu ketika, ia melihat seorang peramal, dan, entah mengapa, ia tertarik untuk membayar satu lorit guna mendengarkan apa yang dikatakan oleh peramal itu. Padahal, seharusnya ia menggunakan uang itu untuk membeli ikan dan roti, seperti yang diperintahkan Vilna kepadanya.
Peter lantas mengajukan sebuah pertanyaan yang paling meresahkan batinnya, Apakah adikku yang bernama Adele ma - sih hidup" Terhadap pertanyaan ini, peramal itu menjawab, Adele masih hidup. Dan, untuk menjumpainya, peramal itu berkata, Kau harus mengikuti gajahnya... gajah betina itu akan membawamu ke sana.
Sekalipun tidak pernah melihatnya, Peter menyayangi adiknya dengan sepenuh hati. Perjuangan Peter untuk menemukan adiknya inilah yang seharusnya membongkar kesejatian pengharapan dan keyakinan kita akan sesuatu hal yang hendak kita gapai: apakah kita sudah mengejarnya dengan sungguh-sungguh"
Bisa saja, kita gagal meraih sesuatu yang kita harapkan karena kurangnya keyakinan dalam pengharapan itu. Karenanya, cobalah untuk melihat kembali yang kita harapkan. Sudah sepenuh hatikah kita berharap" Sudah sepenuh hatikah kita bertindak atas nama pengharapan itu" Hal ini penting karena pada akhirnya kita akan sadar: hidup yang setengah-setengah tidak akan memberi kenikmatan bagi siapa pun yang menjalaninya.
*** Harapan adalah sesuatu yang baik, bahkan mungkin sesuatu yang terbaik. Dan, segala sesuatu yang baik tidak akan pernah punah. Film Shawshank Redemption
O k t o b e r Anak-anak dan Peperangan T urtles Can Fly adalah sebuah ilm asal Irak yang berusaha me-
motret kehidupan anak-anak yang menjadi pengungsi ke tika Saddam Husein ditangkap. Sekalipun ceritanya iktif, ki sah nya sangat menggugah.
Kisahnya berfokus pada seorang anak yang dijuluki Satellite oleh orang-orang di sekitarnya, yang sehari-hari bekerja sebagai pengumpul ranjau. Mungkin, ia dijuluki demikian karena tampak mahir pada hal-hal yang berhubungan dengan teknologi.
Karena ilm ini berlatar perang, maka tentu ada kematian di dalamnya. Satellite pun pada akhirnya harus merelakan hatinya tercabik-cabik ketika melihat beberapa kematian yang mengerikan dalam hidupnya.
Judul Turtles Can Fly dapat berarti demikian: jika kura-kura dapat terbang di dalam air dan melihat matahari ketika mereka menyembul ke permukaan, maka anak-anak itu tidak selamanya bisa ditenggelamkan dalam danau yang bersimbah darah akibat ranjau yang selalu terpasang dan senjata yang selalu terangkat!
Mungkin, itulah maksud dari judul ilm ini. Dan, inilah yang menampik kesadaran saya untuk memahami dunia anak: anakanak akan tetap menjadi anak-anak di mana pun mereka berada di dunia ini. Anak-anak menyukai kemerdekaan, permainan, keceriaan, dan imajinasi.
Kini yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah selama ini kita juga menghadirkan peperangan dalam rumah tangga yang membuat anak terintimidasi" Jika kerap mengintimidasi anak dengan peperangan di rumah, maka sudah tiba saatnya bagi kita untuk menghentikannya. Ingatlah bahwa anak-anak perlu hidup dalam dunia yang penuh warna, bukan dunia yang muram.
*** Kini, ujian sesungguhnya dari sebuah kekuatan tidak lagi terungkap
pada kemampuan untuk menciptakan perang, tetapi pada kemampuan untuk menghindari perang. Anne O Hare McCormick
O k t o b e r Menggarap Ketikan Bapak D ulu, ketika kuliah, saya sering diminta ayah saya untuk
mengetik beberapa data saat itu, saya memang tidak mengambil banyak mata kuliah, sehingga memiliki banyak waktu luang. Mayoritas data tersebut adalah luas, lokasi, atau pembagian tanah yang dimiliki oleh orang-orang di beberapa kecamatan di Blitar. Ketika itu, ayah saya bekerja di Badan Pertanahan Nasional di Blitar, dan sering mendapat tugas untuk mengukur tanah.
Ia berkata kepada saya, Sebenarnya semua ketikan ini bisa saja dikerjakan oleh staf Bapak di kantor, tapi Bapak menugaskanmu supaya uang yang bapak berikan untuk mengupah staf itu bisa Bapak berikan padamu.
Awalnya, saya sempat berpikir bahwa bapak saya pelit memberi uang setelah saya melakukan sesuatu terlebih dahulu. Karenanya, saya pernah mengerjakan permintaan itu sembari menggerutu, bahkan suatu ketika saya pernah menolaknya, karena ketikan-ketikan itu bukanlah naskah biasa, seperti cerita. Mayoritas ketikan itu berisikan data, angka, nama orang, dan desa yang tidak boleh salah ketik. Namun, seiring berjalannya waktu saya sadar bahwa sesungguhnya bapak saya telah melakukan cara yang benar dalam mengajarkan sebuah prinsip yang penting dalam hidup kepada saya.
Prinsip itu berkaitan dengan dua hal. Pertama, saya sudah semakin dewasa sudah harus tahu bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Kedua, saya diajarkan untuk bekerja secara profesional ketikan harus tergarap sesempurna mungkin.
Dan, kini, saya tidak pernah melupakan momen itu. Momenmomen menyenangkan ketika saya dapat membeli sesuatu dari hasil kerja keras saya sendiri.
*** Tidak ada ilmu yang gratis di dunia ini; semuanya diraih dengan pengorbanan.
O k t o b e r Menyukakan Bapak S eorang pria yang usianya hampir kepala empat turun dari
sepeda motor, mengangkat sebuah kardus berisi beberapa mi instan, beraneka kopi dan susu instan, gula, dan beberapa bungkus rokok. Ketika itu, hari sudah siang, dan matahari bersinar dengan sangat terik. Kota Sidoarjo memang terkenal panas di siang hari, tetapi pria ini tampak tegar melaksanakan tugasnya.
Kebetulan, saat itu, saya sedang berada di sebuah warung kopi. Dan, saya menyaksikan pria itu yang adalah anak dari pemilik warung kopi itu dengan kagum. Perasaan saya lebih tersentuh ketika ayahnya berbisik kepada saya, Kadang, aku kasihan melihat anakku itu. Dia hanya dapat waktu istirahat sebentar, tapi selalu membantuku kulakan (membeli barang untuk dijual lagi).
Sudah lama saya mengenal Mbah No, pemilik warung kopi itu. Saya sering minum kopi di warungnya bila sedang istirahat mengajar. Mbah No memang akan kesulitan jika harus kulakan sendiri. Syukurlah, anaknya sangat pengertian dan selalu membantunya secara teratur. Terhadap hal ini, dengan bahasa Jawa alus saya berkata kepadanya bahwa ia pasti bangga karena memiliki anak seperti itu. Mendengar kata-kata itu, Mbah No menatap saya sembari mengangguk-angguk kecil.
Betapa indahnya jika anak-anak memiliki pengertian kepada bapaknya. Apalagi, jika anak-anak mengetahui apa yang dibutuhkan bapaknya, dan dengan sukarela menyukakan hati bapaknya.
Bagaimana dengan kita" Apakah kita sudah menjadi anak yang seperti itu"
Mari, mulai detik ini juga, kita berbenah diri dengan menjadi anak yang menyukakan hati bapak kita.
*** Seorang anak yang pengertian akan mendatangkan sukacita dan kegembiraan bagi seisi keluarganya.
O k t o b e r Mengapa Menutup Mata"
A nak-anak, jika kalian berdoa, tutuplah mata kalian, ujar saya
berkali-kali kepada murid-murid saya di kelas. Tidak ada yang bertanya mengapa harus seperti itu, hingga suatu hari saya mendengar sebuah khotbah yang indah tentang hal ini.
Umumnya, para guru mengajar murid-muridnya berdoa dengan menutup mata, tapi tidak tahu mengapa harus seperti itu. Bahkan kita memarahi mereka yang berdoa tanpa menutup mata. Tentu saja, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kita berdoa tanpa menutup mata!
Saya tertempelak ketika mendengar hal ini, karena mengingatkan saya bahwa suatu ketika saya pernah menegur mereka yang tidak berdoa dengan menutup mata. Dan, ya, ketika itu saya sendiri tidak menutup mata saya ketika berdoa! Pendeta itu lantas menguraikan dengan lihai: Kita menutup mata saat berdoa karena kita sedang menghadap Tuhan yang tidak kelihatan. Dan, Tuhan yang tidak kelihatan itu kita jangkau dengan iman kita bahwa Ia mendengar dan memperhatikan apa yang sedang kita katakan.
Uraian itulah yang lantas saya jadikan acuan jika ada anak didik saya yang bertanya mengapa doa harus dilakukan dengan menutup mata, meskipun jika dicermati dengan saksama uraian itu tidak serta-merta dapat dikatakan sebagai kebenaran mutlak tidak ada yang salah dengan berdoa sembari membuat mata, bukan"
Entah dengan mata terbuka atau tertutup, doa perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh itulah kebenaran yang melengkapi pernyataan pendeta yang lihai itu. Dan, jika keadaan di sekitar kita dapat membuyarkan konsentrasi kita ketika sedang menghadap Tuhan, maka ada baiknya kita menutup mata kita ketika berdoa, karena hal itu baik adanya.
*** Ketika kita berdoa, kita sedang menghadapkan hati kita kepada Pribadi yang Tak Kelihatan.
O k t o b e r Membanting Raket R aket Yonex seharga Rp25.000 itu akhirnya rusak, dan tidak
bisa lagi diperbaiki karena dibanting. Mengapa dibanting" Karena bapak dan abang saya tidak memberi kesempatan kepada saya untuk bermain. Saya hanya diberi kesempatan bermain ketika hari sudah mulai gelap, dan itu pun hanya beberapa pukulan. Karenanya, saya marah, dan membanting raket itu.
Peristiwa yang terjadi hampir 30 tahun yang lalu ini sangat membekas dalam diri saya. Setelah raket itu rusak, bapak saya membeli raket lain yang lebih bagus, harganya Rp. 75.000,00. Saya sempat menyesal karena telah membanting raket itu, meskipun bapak dan abang saya tidak memarahi saya dengan banyak omelan. Yang saya tahu dari pembicaraan kami bertiga adalah bahwa saya kurang berbakat dalam olahraga badminton, sehingga bapak saya lebih banyak melatih abang saya.
Waktu berlalu, dan abang saya menunjukkan dirinya sebagai pemain badminton yang andal. Ia menjuarai beberapa lomba Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) SD hingga kecamatan. Bahkan, hingga kini, dia terhitung sebagai seorang pemain badminton yang cukup tangguh. Sementara itu, saya lebih menyukai dunia tulis-menulis, membaca, bermain musik, atau menonton ilm.
Mungkin, kita pernah atau sedang berusaha menjadi orang lain. Itu tidak masalah, asal kita tahu bahwa bakat yang kita lihat pada diri orang itu juga ada pada diri kita. Jika tidak, maka hal itu akan sia-sia. Jadi, alih-alih berusaha mengejar apa yang orang bisa lakukan dan dapatkan, lebih baik kita bertanya kepada Tuhan, apa yang harus kita kejar dalam hidup ini"
*** Tuhan memiliki rencana dari setiap bakat yang kita miliki. Karenanya, gunakanlah dengan sebaik-baiknya.
O k t o b e r Gagal Melihat Motivasi O rang-orang Farisi selalu menjadi musuh Yesus ketika Ia ada
di muka Bumi, karena mereka suka mengada-ada. Dan, ada begitu banyak hal yang melatarbelakangi mereka untuk melakukan hal itu, salah satunya adalah keyakinan mereka akan hukum Musa atau Taurat. Dalam setiap masalah yang mereka adakan terbungkus kepicikan yang membuat mereka sulit melihat hal baik dalam diri orang lain.
Kepicikan itulah yang pada akhirnya berbuntut pada sikap mereka yang suka menghakimi, yang jika ditambah dengan fokus dan perhatian mereka dalam keagamaan yang sifatnya tidak esensial (hanya di permukaan) kerap membuat mereka terlibat dalam konlik.
Suatu ketika, saya mendengar pembahasan seputar kebiasaan orang-orang Farisi dalam sebuah khotbah. Dikatakan bahwa mereka adalah ...orang-orang yang telah gagal melihat motivasi atau niat baik yang dimiliki oleh orang lain.
Saudara, apakah kita sama seperti orang Farisi" Kita sangat religius, tetapi tidak berbelas kasih. Kita rajin beribadah, tetapi kerap berprasangka buruk. Dan seterusnya. Semua bentuk tindakan agamawi kita pada akhirnya hanya menjadi topeng bagi hati yang selalu ditutupi perasaan negatif dan destruktif. Jika memang demikian adanya, mari kita membuka hati, meminta Tuhan agar menolong kita agar dapat mengetahui hal-hal baik kehidupan ini yang harus kita lakukan dan hal-hal baik dalam diri orang lain yang harus kita tiru dan hargai.
*** Ketika kita tidak menilai orang hanya dari sekilas pandang, maka kita telah menaruh harga yang lebih tinggi untuk suatu hal yang bernama hubungan.
O k t o b e r Ditinggal Ayah Bunuh Diri
S uatu ketika, saya membaca novel After karya Francis Chalifour.
Novel itu menceritakan tentang Francis, remaja 17 tahun yang sulit menghapus kenangan tentang ayahnya yang meninggal dengan cara bunuh diri. Sekalipun tak sampai dua jam saya membacanya, novel itu meninggalkan kesan yang dalam.
Francis, tokoh utama dalam novel tersebut, digambarkan sebagai remaja yang dari luar tampak penurut, tetapi suara batinnya penuh dengan pikiran yang kon frontatif.
Novel ini mengajak pembacanya untuk menyusuri ruang batin seorang remaja yang jiwanya tengah merana: bagi Francis, kehilangan ayahnya membuat hidupnya berantakan. Apalagi, ayahnya meninggal dengan cara bunuh diri.
Novel ini menyuguhkan satu sisi kehidupan yang berbeda satu sisi yang jarang ditilik orang, tetapi banyak dialami oleh remaja masa kini masa remaja tanpa damai sejahtera. Francis, sang penulis, adalah seorang guru kelas tujuh dan delapan di sebuah sekolah di Kanada, dan kini tengah melanjutkan pendidikannya dengan fokus penelitian: pengaruh kondisi hati remaja yang berduka terhadap prestasi belajar mereka. Ya, penulisnya sedang merangkai cerita yang tak jauh dari dunianya.
Bergelut dalam dunia pendidikan selama beberapa tahun telah menyadarkan saya: ada begitu banyak anak dan remaja masa kini yang hidup tanpa damai sejahtera. Saya teringat seorang anak murid yang pagi-pagi sekali telah mengirimi saya sms, mengabarkan bahwa ia bakal terlambat ke sekolah karena ayah dan ibunya sedang bertengkar. Para orangtua hendaknya menilik lagi kehidupan rumah tangga yang sudah dibangun: adakah damai sejahtera di dalamnya"
*** Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tetapi lihatlah sekitar Anda dengan penuh kesadaran. James Thurber
O k t o b e r Berawal dari Tengah Hutan
S eorang pemuda, anak orang kaya, terperosok dalam ku bang-
an lumpur. Seorang pemuda lainnya yang miskin me nolongnya. Mengetahui hal itu, ayah si pemuda kaya hendak memberi pemuda miskin yang menolong anaknya itu imbalan. Namun, pemuda miskin itu menolaknya.
Seiring berjalannya waktu, pemuda kaya itu lantas menolong pemuda miskin yang pernah menyelamatkannya dari kubangan lumpur. Tak tanggung-tanggung, ia membantu pemuda miskin itu hingga menjadi seorang dokter yang ternama. Pemuda kaya itu lantas menjadi Perdana Menteri di Inggris.
Pemuda miskin yang menjadi dokter itu bernama Alexander Flemming, penemu penisilin yang terkenal itu. Di kemudian hari, penisilin yang ditemukannya itulah yang menyelamatkan Winston Churchill pemuda kaya yang pernah diselamatkannya ketika ia terluka di medan perang.
Kita yang selama ini enggan menolong sesama, sebaiknya mulai berpikir kembali tentang sikap tersebut. Renungkanlah: jika Alex tidak menolong Winston, maka mungkin ia tidak memiliki kesempatan untuk menjadi seorang dokter. Dan, itu juga berarti bahwa besar kemungkinan ia tidak akan menemukan penisilin. Dan seterusnya. Kecelakaan yang dialami Winston dan keputusan Alex untuk menolongnya telah mengubah diri mereka bahkan mengubah hidup banyak orang.
Selama ini, kita mungkin tidak mendapatkan balasan dari orang yang kita tolong. Namun, ingatlah bahwa semua perbuatan baik tak pernah berakhir sia-sia. Yakinlah, suatu saat, kita pasti akan menuai apa yang kita tabur.
*** Jangan lelah untuk berbuat baik; ingatlah bahwa Tuhan selalu memutuskan untuk berbuat baik sekalipun Ia juga memiliki alasan dan kuasa untuk berbuat jahat.
O k t o b e r Hidup ini Seperti Novel P ria muda yang baru saja berusia 17 tahun itu hampir berhasil
bunuh diri. Yang menggagalkan upaya itu adalah ayahnya, yang lantas mengajak anaknya berjalan-jalan, dan mengatakan sesuatu untuk menenteramkan batinnya yang kalut:
Hidup ini seperti novel. Penuh ketegangan. Kau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi hingga kau membuka halamannya. Setiap hari adalah halaman yang berbeda, dan setiap hari bisa penuh dengan kejutan. Kau tak akan pernah tahu apa yang akan ada selanjutnya sebelum kau membuka halaman itu.
Kata-kata itu menusuk hati pemuda itu dengan sangat dalam. Ia sadar dan terperangah. Di kemudian hari, ia tercatat sebagai salah satu penulis novel yang karya-karyanya paling banyak dibaca orang. Pria itu bernama Sidney Sheldon.
Pernahkah kita seperti Sidney Sheldon yang merasa muak dengan hidup, karena hidup ini terlalu tegang; merasa jenuh dengan apa yang kita jalani, karena kejutan yang kita alami dalam hidup kerap membuat batin kita tak nyaman; enggan menembus tantangan, karena terlalu sering gagal dan dikecewakan, sehingga membuat hidup yang kita jalani penuh dengan siksaan yang berat, yang memicu kita untuk berpikir bahwa sebaiknya hidup ini diakhiri saja"
Tunggu dulu, perjalanan harus dilanjutkan. Dan, alasan utama yang seharusnya tetap memicu kita untuk terus berjalan adalah harapan akan adanya akhir yang manis. Memang, sebuah novel dapat berakhir sedih, tetapi kehidupan yang dijalani dengan hati yang tabah, niscaya akan berakhir indah.
*** Iman memampukan kita untuk terus melangkah, ketika orang lain memutuskan berhenti.
O k t o b e r Apa yang Perlu Dipermasalahkan"
D aniel Defoe disebut-sebut sebagai novelis yang mewakili
zamannya ketika menulis Robinson Crusoe. Robinson, tokoh utama dalam novel itu, adalah seorang pria yang teguh akan prinsip yang diyakininya, petualang sejati, dan semangatnya berapi-api. Karakter ini terbentuk karena ia mengalami sebuah titik balik dalam hidupnya.
Suatu ketika, ia terdampar di sebuah pulau setelah kapalnya meledak. Tentu saja, hal ini membuatnya tak lagi memiliki banyak barang. Singkatnya, peristiwa itu membuatnya tak berdaya. Namun, entah mengapa, suatu pagi, ia membuka Alkitab dan menemukan ayat: Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibrani 13:5).
Ketika membacanya, ia merenung: Jika Tuhan tidak meninggalkan saya... apa yang perlu dipermasalahkan, meski seluruh dunia meninggalkan saya..." Ia lantas melanjutkan renungan itu dengan suatu tindakan: mensyukuri apa yang ia hadapi, dan melanjutkan hidupnya.
Pernahkah kita merasa bak terdampar di sebuah pulau keterasingan" Umumnya, saat itu semua terasa muram, tak ada lagi yang peduli akan apa yang kita temui dan perubahan nasib kita. Sebenarnya, pada saat itulah kita perlu menyadari adanya sebuah penyertaan abadi yang tak pernah surut, yaitu: penyertaan Tuhan.
*** Kegigihan, pada akhirnya akan tetap lebih dikenang daripada keengganan, walau kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan.
O k t o b e r Kedekatan dan Pemisahan K edekatan atau kebersamaan dalam keluarga memang tak
selalu manis. Tak jarang kita mengalami konlik yang membuat kita terpisah, dan bahkan menjauh. Terkait dengan hal ini, buku The History of Love menguraikan dengan apik bagaimana kedua hal ini mengambil peran dalam menentukan hidup kita:
(Kita) bersyukur karena dunia ini telah dengan sengaja menciptakan pemisahan-pemisahan, dengan maksud agar kita bisa mengatasinya, agar kita bisa merasakan sukacita sebuah kedekatan, meski jauh di dalam hati kita tak pernah bisa melupakan kesedihan akibat perbedaan-perbedaan yang tak terseberangi di antara kita.
Terhadap orang-orang yang berperan penting dalam hidup kita, mau tak mau, kita akan mengalami gesekan. Bahkan, jika sebuah hubungan tak pernah diwarnai oleh konlik, maka hal itu bisa mengindikasikan bahwa hubungan itu penuh dengan kepura-puraan. Mungkin, kita terbiasa hidup dalam lingkungan yang terdiri dari orang-orang yang sependapat dengan kita, dan kita tidak dilatih untuk mengatasi pertengkaran dengan kepala dingin.
Manusia diciptakan untuk saling mengisi, bukan mengosongkan. Kerap kali kita lupa akan hakikat itu. Ingatlah, ketika kita me ngo songkan harapan, niat baik, dan impian-impian orang lain, sesungguhnya kita telah menciptakan banyak pemisahan dalam hidup ini. Juga, kita mungkin membesar-besarkan konlik yang terjadi dalam hidup ini, sehingga kadang terjadi pemisahanpemisahan yang memilukan. Sebelum terlambat, mari kita pertahankan hubungan-hubungan berharga yang ada dalam hidup kita.
*** Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meskipun mereka berlaku buruk pada Anda. Ingatlah bahwa Anda menunjukan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa Anda.
O k t o b e r Petualangan yang Dipicu oleh Sebuah Kenangan
S epasang insan membangun kebersamaan sejak kecil hingga
salah satu dari mereka meninggal. Di masa-masa mereka hidup bersama setelah menikah, kesahajaan hidup dan kesetiaan mewarnai hari-hari mereka. Namun sayang, mereka tak memiliki anak.
Suatu hari, karena kerap merasa kesepian, pria yang sudah tua itu memutuskan untuk berpetualang dengan cara yang aneh. Ia mengikatkan ribuan balon gas pada rumahnya. Alhasil, rumahnya terangkat dan petualangan ke belahan dunia lain pun bermula. Bekal dan pemantik niat pria tua itu untuk berpetualang adalah catatan harian peninggalan istrinya. Di sana, terdapat sebuah gam bar air terjun yang sangat ingin dikunjunginya. Namun, keinginan itu tak pernah terwujud, karena sang istri terlebih dahulu meninggal.
Pada akhirnya, pria tua itu berhasil tiba di lokasi yang menjadi impian istrinya sebuah tempat yang sangat jauh dari tempat tinggalnya. Dan, ia sangat terkagum-kagum dengan air terjun yang sangat indah itu. Sebuah tempat yang berhasil ia capai karena ia tak mau melupakan impian orang yang paling ia kasihi yang juga adalah impiannya. Dan, sekalipun telah meninggal, ia tetap melakukannya sebagai wujud cintanya kepada kekasih hatinya.
Film kartun berjudul Up ini mengetuk naluri kita untuk senantiasa mengasihi. Kenangan akan orang yang kita kasihi, dipadu dengan memori akan kebersamaan dengannya yang membuat kita mengetahui isi hatinya yang terdalam, ternyata mampu membuat hidup ini amat bermakna. Ya, kebersamaan kita dengan seseorang, yang menyatukan mimpi-mimpi kita dengannya, akan menjadi hal yang paling membentuk kehidupan kita.
*** Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi. Cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah menyimpan dan membalas dendam. Di
O k t o b e r Mengembangkan Kemitraan S ebagai seorang penulis, kerap kali saya merasa bahwa ke-
sendirian itu menyenangkan. Mengapa" Karena kesendirian bisa menjadi teman terbaik untuk mencari inspirasi. Bahkan, karena juga mendapat upah berupa uang dari menulis, tak jarang saya merasa bahwa saya tidak membutuhkan orang lain dalam dunia penulisan. Namun, suatu ketika saya tertempelak ketika membaca kata-kata Robert Holden:
Tidak ada yang disebut kesuksesan mandiri. Tidak seorang pun bisa mencipta dan meraih kesuksesan sepenuhnya dengan upaya sendiri. Setiap genius penyendiri, pemikir orisinal, petualang solo, dan pengusaha berbakat bergantung pada dukungan emosional, inansial, atau spiritual orang lain untuk keberhasilan mereka.
Saya pikir, kata-kata itu ada benarnya. Holden bahkan me nambahkan: Kegeniusan bukan melulu buah kemandirian, namun hasil kemitraan dengan orang lain.
Bukan hanya saya, mungkin Anda juga kerap berpikir bahwa sebuah keberhasilan dapat diraih dengan kekuatan sendiri. Sadarlah bahwa hal ini tidak sepenuhnya benar. Bahkan seorang penulis pun membutuhkan penulis lain agar ia dapat belajar. Seorang pelukis perlu objek untuk dilukis, atau mungkin seorang guru tempat ia menimba ilmu.
Mari kita mengembangkan kemitraan dengan orang lain. Percayalah, beban yang ditanggung sendiri akan terasa berat. Sementara itu, beban yang ditanggung bersama-sama akan terasa ringan. Meski demikian, perlu juga ditegaskan di sini bahwa kita juga perlu cermat untuk memilih kepada siapa kita harus bermitra. Ada kalanya beberapa orang perlu dijauhi agar kita tak salah langkah dalam berupaya mencapai apa yang kita canangkan.
*** Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan segelintir orang, tetapi informasi yang ada di tangan banyak orang.
O k t o b e r Akibat Cedera Punggung S uatu ketika, Ricardo Izecson dos Santos Leite mengalami
kecelakaan saat berenang. Punggungnya cedera, dan karenanya dokter menyatakan bahwa untuk sementara waktu ia tidak diperkenankan melakukan aktivitas berat, termasuk sepak bola. Padahal, sejak kecil ia sangat menyukai sepakbola. Bahkan, dapat dikatakan bahwa sepakbola adalah dunianya.
Ia lantas berdoa, memohon kesembuhan pada Tuhan. Dan ajaibnya, setahun setelah peristiwa tersebut, punggungnya sembuh. Bahkan, ia mendapat kejutan lain: namanya masuk dalam skuad timnas Brasil yang akan berlaga di piala dunia.
Setelah itu, karier pria yang lebih dikenal dengan nama Kaka itu kian meroket. Dan, ketika mencetak gol dalam salah satu pertandingan di ajang Piala Dunia tersebut ia mengangkat seragamnya untuk memperlihatkan tulisan I Love Jesus. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai pesepakbola yang saleh; jauh dari pesta, minuman, dan kehidupan yang serba mewah dan foya-foya ala selebritas.
Ia bahkan membina hubungan yang serius dengan seorang gadis yang ia kenal di masa mudanya. Kehidupan salehnya menjadi tanda ucapan syukurnya: Tuhan yang menyembuhkan, kepadaNya ia mendedikasikan hidup dan kariernya.
Ketika Tuhan hadir untuk menolong kita, beberapa dari kita benar-benar terkesima, beberapa lainnya cenderung acuh. Mana yang mau kita pilh"
Pertolongan Tuhan kerap dilupakan ketika seseorang men dapatkan keberhasilan dan kejayaan karena Tuhan tak kelihatan. Namun, berbahagialah kita bila kita mau memilih untuk mendedikasikan hidup kita bagi Tuhan.
*** Kita lebih sering mengingat Tuhan ketika sedang membutuhkan sesuatu yang mendesak.
O k t o b e r Beethoven dan Mozart H . A. Rudall, penulis biograi Beethoven, menyatakan: Pada
musim dingin atau musim panas, Beethoven bangun pagi saat matahari terbit. Kemudian, ia duduk di depan meja tulisnya, dan menulis hingga waktu makan siang tiba, sekitar pukul dua atau tiga sore. Ia tak pernah berhenti bekerja, kecuali untuk berjalanjalan mencari udara segar, itu pun ia selalu membawa notes untuk menulis inspirasi yang didapatnya.
Tanpa perjuangan yang keras, ia tidak mungkin membuat kaya-karya yang hebat. Memang, ada musisi yang sangat cerdas, seperti Mozart Sang Anak Ajaib . Dalam sebuah buku disebutkan bahwa selain senang berfoya-foya, Mozart adalah orang yang sangat tergesa-gesa, berbeda dengan Beethoven yang teratur dan disiplin yang juga terungkap dalam karya-karyanya.
Mozart dan Beethoven menggambarkan dua pribadi dengan dua kebiasaan yang berbeda. Tak banyak orang yang lahir seperti Mozart. Ia dianugerahi Tuhan kecerdasan musikal yang sangat tinggi. Namun sayang, ia mati muda. Beberapa orang beranggapan bahwa hal itu terjadi karena ia menjalani hidupnya dengan tidak teratur. Berbeda dengan Mozart, Beethoven lebih menyisakan jejak kehidupan yang lebih mungkin ditiru oleh pembaca riwayat hidupnya secara alami. Bahkan, ia masih bisa berkarya ketika tuli.
Ketelitian, kemahiran, dan keapikan sebuah karya lahir dari inspirasi tanpa henti yang terus digali dan dipelajari dalam hidup seseorang. Kini, untuk hidup dan panggilan yang sudah Tuhan berikan dalam kehidupan kita, maukah kita berkarya secara teratur dan konsisten"
*** Musisi harus menciptakan musik. Pelukis harus menggoreskan
lukisannya. Penyair harus menulis sajaknya mereka harus melakukannya agar mencapai puncak kedamaian dalam diri mereka sendiri. Seseorang harus menjadi apa yang mereka inginkan.
O k t o b e r Teringat Suami S uatu ketika, saya pulang dari Sidoarjo sembari membawa be-
berapa bungkus udang crispy yang biasa dijual di restoranrestoran Jepang. Mungkin, Anda pernah memakannya: udang yang dilumuri tepung bumbu di sekujur badannya, tanpa kepala, dan ekornya tidak dikupas masih tersisa sedikit. (Dan, mungkin seperti halnya saya, Anda pasti akan beranggapan bahwa udang itu akan terasa lebih nikmat jika disantap dengan sambal atau saus botolan.)
Kebetulan, teman saya menjual produk itu dalam partai besar, dan, tentu saja, saya mendapatkannya dengan harga yang cukup murah saya membeli 10 bungkus, 1 bungkus terdiri dari 8 udang. Awalnya, saya berniat untuk menjual kembali produk itu di Malang, tetapi karena orangtua saya tidak memiliki kulkas dengan kapasitas freezer yang cukup besar, Tuhan tidak mengabulkan niat itu. Alhasil, saya meminta ibu saya untuk membagikan udangudang itu ke tetangga atau teman-teman kami. (Tentu saja, hal itu dilakukan setelah kami sekeluarga menikmatinya sekitar tiga atau empat bungkus.)
Salah seorang di antara mereka yang kebagian udang tersebut adalah seorang ibu muda yang berprofesi sebagai guru swasta bergaji rendah. Suaminya adalah seorang satpam. Keduanya tinggal bersama ayah si ibu muda itu yang bekerja sebagai seorang tukang becak. Ketika menerima udang itu, ia segera membayangkan kelezatannya. Dan, ketika bayangan itu semakin menguasai pikirannya, ia berkata, Aku jadi teringat suamiku.
Ketika kita mengingat seseorang yang paling kita kasihi saat kita mendapat kenikmatan yang besar, bersyukurlah.
Di sini, saya tidak mengajak Anda untuk merenungkan tentang udang yang lezat. Juga, bukan tentang kebaikan yang saya lakukan. Namun, saya ingin mengajak Anda untuk merenungkan makna senasib sepenanggungan. Sukacita sendiri menjadi sukacita berdua, dukacita sendiri menjadi dukacita berdua.
*** O k t o b e r Sayang, Takut, dan Taat S eorang murid kelas dua datang terlambat. Di depan sekolah
saya menyalaminya dan bertanya, Mengapa terlambat" Namun, ia diam saja. Mungkin, ia sedang sakit. Saat itu, saya memang sedang bertugas sebagai guru piket yang menyambut kedatangan para murid.
Akan tetapi, karena ia hanya diam, saya menyuruhnya untuk masuk ke kelasnya. Sebenarnya, peraturan tentang keterlambatan di sekolah tempat saya mengajar adalah: siswa tidak diizinkan untuk mengikuti satu jam pelajaran; dan jika terlambat lebih dari sepuluh menit, ia harus belajar di perpustakaan. Kebetulan, siswa itu hanya terlambat sekitar lima menit.
Yang mengharukan bagi saya adalah apa yang dilakukan oleh murid itu di depan kelasnya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia langsung menitikkan air mata di hadapan wali kelasnya, lalu memeluknya. Ternyata, anak ini tidak menepati janjinya setelah beberapa kali terlambat. Dan, dengan sangat menyesal, ia hanya mengeluarkan satu kalimat lirih, Maaf, Bu, saya kesiangan.
Menyaksikan adegan ini saya teringat pada buku karya John Bevere yang berjudul Takut akan Tuhan. Buku tersebut mengajarkan bahwa sesungguhnya takut akan Tuhan yang sejati dilandasi kasih, bukan kegentaran akan murka dan kuasa Tuhan, sebab ada tertulis ...sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati.
Rasa sayang Tuhan yang besar kepada kita seharusnya menyadarkan kita untuk takut kepadaNya. Jika kita takut kepadaNya, maka kita akan taat kepadaNya. Jika kita lalai akan peringatanNya, seperti halnya murid saya di atas, maka kita harus menyesalinya dengan sepenuh hati.
*** Takut akan Tuhan adalah pilihan dan keputusan kita yang membuat kita menjauhi dosa dan hidup dalam kasih.
O k t o b e r Belajar Memilih D alam Garis Pe rem puan, Sanie B. Kuncoro mengisahkan se-
o rang tokoh yang rela melepas keperawanannya tanpa ikatan pernikahan. Ia yakin bahwa pria yang mengambil hartanya yang berharga itu memang pantas mendapatkannya. Namun, apa yang terjadi setelah itu" Wanita itu justru pergi, memutuskan hubungan dengan pria itu tanpa alasan yang jelas. Sanie menulis: Perempuan. Bagaimana memaparkan makhluk itu" Spesies yang selalu menggetarkan untuk dijelajahi, tetapi sesudahnya menelantarkan penjelajahnya pada zona antah-berantah.
Pernyataan Sanie itu mirip dengan pertanyaan Sigmund Freud yang terkenal: What women want"
Wanita-wanita dalam kisah Sanie menyadari suatu hal ketika mereka dihadapkan pada berbagai pilihan dalam hidupnya, tepatnya ketika waktu membawa mereka menjadi makhluk yang dewasa. Menjadi perawan berarti menjadi wanita yang harus siap menjajaki berbagai kepalsuan atau kesejatian sebuah cinta, dan membedakan sesumbar rayu asmara atau komitmen yang berdedikasi dari seorang pria.
Begitulah, ketika seseorang tumbuh menjadi dewasa, dunia dengan segala yang ada di dalamnya memberi banyak pilihan. Umumnya, orangtua berupaya untuk memaksakan pilihan tertentu. Namun, pada akhirnya, keputusan terakhir ada pada tiap orang. Siapa pun kita, dan sehebat apa pun kita memahami dunia dan perilaku seseorang, pada akhirnya kita tetap tak bisa memutuskan mana atau apa yang terbaik bagi seseorang.
*** Ketika beranjak dewasa, seseorang akan memahami bahwa tugas utamanya dalam kehidupan ini adalah memilih.
O k t o b e r Ujian Setiap Hari K etika renungan ini ditulis UN baru saja selesai dilaksanakan.
Karena kedudukannya yang sangat vital dalam menentukan kelulusan, UN kerap mendatangkan kepanikan tersendiri. Bahkan, beberapa daerah di Indonesia mencatat beberapa kecurangan terkait dengan pelaksanaan UN. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kunci jawaban UN akan menjadi barang dagangan yang la ris manis menjelang pelaksanaan UN.
Jika siswa tidak lulus, yang repot bukan hanya murid. Di sebuah daerah di pedalaman Indonesia, siswa yang tidak dinaikkan kelas saja menimbulkan reaksi keras dari pihak orangtua murid: ada orangtua murid yang membawa parang ke sekolah demi menantang keputusan tersebut. Mungkin, kita berpikir bahwa sistem pendidikan perlu diubah. Atau, mungkin kita berpikir bahwa siswa yang tidak naik (atau tidak lulus) adalah kesalahan guru: guru tidak mengajarkan materi yang akan diujikan (atau di-UNkan). Semua kemungkinan itu bisa saja benar adanya.
UN memang mendatangkan pengaruh yang luar biasa. Ujian yang berlangsung hanya beberapa hari itu mendatangkan ketakutan selama setahun. Bahkan, mendengar kata ujian saja bisa membuat kita gentar.
Sadarkah kita bahwa sesungguhnya setiap hari kita hidup dalam ujian" Setiap hari, dunia selalu mengajak kita untuk melakukan berbagai kejahatan. Karenanya, ada baiknya kita selalu waspada. Peringatan ini semestinya membuat kita gentar. Gentar bila tidak lulus ujian gentar bila kita melakukan kejahatan.
*** Tahan uji akan menentukan kualitas kepribadian seseorang. Dan, dari situlah derajat integritas seseorang ditentukan.
O k t o b e r Kasih Sayang Bapak S uatu ketika, tepatnya dalam sebuah perjalanan, saya mengenang
masa anak-anak yang pernah saya alami. Perjalanan itu sendiri terjadi setelah sebelumnya saya memarahi bapak saya atas kesalahan kecil yang dilakukannya. Untuk menepis kegusaran itu, saya mengingat momen di mana bapak saya bercerita bahwa dulu, ketika ia kuliah sembari bekerja di Jakarta selama tiga tahun, setiap sore, ia kerap mengajak saya dan abang saya naik bis tingkat.
Sebenarnya, saya hampir lupa akan momen itu, tetapi ia kerap bercerita bahwa ia selalu menggendong saya sembari menyaksikan apa yang terjadi di jalan. Terkait dengan hal ini, bapak bercerita bahwa ia, ibu, saya, dan abang saya selalu naik ke tingkat dua bis yang kami naiki, dan duduk di kursi terdepan.
Ada begitu banyak hal yang saya ingat tentang bapak saya. Namun, di antara semua ingatan itu, satu pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan adalah momen ketika ia hendak memasuki ruang operasi di rumah sakit Harapan Kita, Jakarta. Ya, ketika itu, jantung bapak saya sedang bermasalah. Sebelum memasuki ruang operasi, ia cukup lama menatap mata saya. Lalu, dengan berlinang air mata, ia berkata, Jaga saudara-saudaramu.
Mungkin, kasih sayang seorang ayah tidak diagung-agungkan layaknya kasih sayang seorang ibu. Namun, ketahuilah bahwa sesungguhnya kehadiran kita di dunia, perkembangan karakter, dan segenap keberadaan kita tak lepas dari peran seorang ayah. Beruntunglah Anda, jika memiliki ayah yang seperti saya yang sangat mengasihi keluarga, dan hingga kini masih sehat walaiat. Sudahkah kita melakukan sesuatu untuk membalas budi baiknya, meskipun kita tahu hal itu tak pernah bisa sepadan"
*** Anak-anak membutuhkan kekuatan untuk bersandar, membutuhkan pundak untuk menangis dan membutuhkan contoh untuk mempelajari sesuatu dari seseorang. Anonim
O k t o b e r Kehebatannya Tetap Diakui
M ungkin, selama ini kita hanya mengenal Beethoven sebagai
sosok yang genius. Sebagian karyanya ia ciptakan ketika ia tuli. Para kritikus musik menganggap bahwa prestasi hidupnya yang cemerlang dan musikalitasnya yang tinggi sulit ditandingi. Ya, ia memang sangat dipuja oleh banyak orang.


Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi, tak banyak orang yang tahu bahwa sesungguhnya ia adalah sosok pemarah yang sulit dipahami. Konon, jika pelayan di rumahnya membuatkan telur goreng yang menurutnya kurang pantas untuk dimakan, ia akan melemparkan telur itu ke muka pelayannya. Juga, ia pernah menyatakan bahwa ia tidak peduli dengan orang yang tidak senang dengan sikapnya yang egois dan semaunya, karena toh mereka akan tetap menyukai karyakaryanya.
Begitulah kehidupan seseorang yang cerdas dan sangat hebat, tetapi kurang pandai membina relasi dengan orang lain.
Umumnya, kita melihat benih-benih kecerdasan yang dimi liki seseorang membaur dengan sifat dan sikap eksentrik yang dimilikinya. Kita heran dengan para tokoh yang hidupnya memiliki pengaruh besar bagi dunia, tetapi memiliki kekurangan atau keanehan berupa sikap negatif, sinisme, atau bahkan cacat karakter yang memalukan.
Ada yang menyatakan bahwa itu adalah keadilan Tuhan. Namun, itu kurang tepat. Mungkin, satu-satunya hal yang bisa kita pahami dari hal ini adalah fakta bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Dan, ada baiknya jika kita mengembalikan segenap keheranan kita akan sosok-sosok tertentu yang berpengaruh besar pada dunia tersebut kepada diri kita sendiri: Jika kita hidup dengan bakat, ketenaran, dan prestasi yang sangat hebat, apakah kita akan tetap menjadi orang yang rendah hati seperti sekarang"
*** Kesombongan bisa mendatangkan caci maki; orang yang rendah hati akan tetap berbahagia ketika ia dicaci maki.
O k t o b e r Museum dan Refleksi Hidup
P emerintah mencanangkan 2010 2014 sebagai Tahun Kun-
jungan Museum. Sebenarnya, hal ini baik adanya. Namun, jika mencermati apa yang sudah terjadi hingga sejauh ini, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya pencanangan program ini tidak akan berhasil jika pihak museum dan segenap lapisan masyarakat tidak memberi perhatian tersendiri terhadap program tersebut. Terlebih, karena mayoritas orang berpikir bahwa museum bukanlah tempat yang mampu membangkitkan antusiasme masyarakat.
Terkait dengan hal ini, Thomas Haryonagoro, Direktur Ullen Sentalu Museum, menyatakan bahwa museum harus dijadikan sebagai rumah untuk memelihara pikiran-pikiran yang tetap hidup, bukan sekadar kuburan barang rongsokan. Ia ber harap bahwa di kemudian hari museum-museum di Indonesia dapat menjadi sarang di mana ilmu dan kebajikan dapat diperoleh dan dimanfaatkan bagi kehidupan.
Itulah sepenggal kenangan akan masa lalu, sepenggal kenangan akan museum. Jika kita merenungkan hal ini lebih jauh, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya diri kita sendiri juga adalah museum, yang tidak hanya berisi benda-benda, tetapi juga berbagai kenangan atas apa yang Tuhan sudah perbuat dalam hidup yang kita jalani.
Tuhan menjadikan segala sesuatu baik adanya. Dan, untuk membuat segala sesuatunya berakhir baik bukanlah perkara yang mudah. Terlebih, karena sejak lahir kita lekat dengan dosa, sehingga menyulitkan kita untuk menyelami segenap rencanaNya.
*** Masa lalu baik yang kelam maupun yang cerah adalah masa lalu. Semua kekelaman dan kecerahan di masa lalu adalah bagian dari campur tangan Tuhan yang membentuk kehidupan kita.
O k t o b e r Selamat Ulang Tahun! Usiamu Tiga Tahun!
S uatu ketika, Bill Wilson, pendeta Gereja Metro, mendapat
sebuah kartu ucapan ulang tahun dari seorang anak, yang tampaknya diambil dari tong sampah dan dibersihkan dengan cara digosok-gosok. Anak itu, seperti halnya anak-anak lain yang dilayani Bill, berasal dari keluarga miskin yang tinggal di Brooklyn daerah yang akrab dengan perceraian, bunuh diri, peredaran narkotika, dan berbagai tindakan kriminal lainnya.
Tentu saja, Bill Wilson kaget ketika menerima kartu itu. Terlebih, karena kartu itu bertuliskan, Selamat Ulang Tahun, Usiamu Tiga Tahun! Sekalipun tulisan yang ada di kartu ucapan itu keliru, ia sangat terkesan dengan pemberian itu, yang tampak tulus, dan memotivasinya untuk selalu berada di tengah anakanak.
Di dalam sebuah kisah di Alkitab, Yesus mengingatkan para pendengarnya untuk mengasihi anak-anak. Ia membiarkan anakanak datang kepadaNya. Ia tak menghalang-halangi mereka untuk bercengkerama denganNya.
Dari anak-anak kita belajar tentang ketulusan dan kepercayaan. Ya, bagaimanapun, anak-anak adalah sosok yang tulus, meskipun mereka juga kerap menjelma menjadi pribadi yang egois yang notabene adalah salah satu kelemahan terbesar mereka. Tidak hanya itu, kita juga bisa belajar untuk sabar menunggu datangnya sebuah jawaban dan penggenapan sebuah janji dari anak-anak. Tuhan menghendaki kita untuk menghampiriNya sebagai seorang anak kecil, yang mana hal itu berarti bahwa kita dituntut untuk memiliki hati yang selaras dengan perkataan dan perbuatan apa adanya, tanpa kepalsuan. Juga, sebagai anak kecil yang senantiasa haus dan lapar untuk menerima sesuatu yang berarti dalam hidup.
*** Anak-anak adalah pribadi yang tulus; belajarlah dari mereka ketika kita menghampiri Tuhan.
O k t o b e r Kepergian Sang Penjaga Rumah
S uatu pagi, anjing adik saya mengeluarkan darah terus-menerus
dari lehernya. Hal ini membuatnya tampak lemas, dan jalannya tertatih-tatih. Beberapa hari kemudian, kondisinya makin parah. Ia tak bisa berjalan dan hanya diam, berbaring. Suaranya pun lemah sekali. Lalu, tak sampai satu minggu, ia mengembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya.
Sayangnya, penyebab kematiannya baru diketahui setelah ia mati. Itu pun setelah salah seorang kawan adik saya membedah leher anjing itu, dan menemukan sebuah peluru senapan angin. Seorang saudara yang tinggal bersama adik saya menangis tersedusedu ketika melepas kematian anjing itu.
Memang, kepergian seekor hewan yang kita andalkan dan sayangi dapat meninggalkan kesedihan yang sangat dalam. Dan, ya, itu baru hewan, bukan sesama manusia.
Apakah Anda pernah kehilangan seseorang yang sangat Anda percayai, sayangi, dan andalkan" Kita menaruh harapan dan cinta pada mereka, tetapi dengan kuasa dan izinNya, Ia mengambil mereka dari hidup kita.
Hal ini seharusnya membuat kita belajar bahwa tak ada yang kekal di dunia ini. Apa pun yang kita andalkan dan harapkan bisa berubah, bahkan lenyap. Juga, kita dituntut untuk tidak percaya dan hidup bagi diri kita sendiri. Kita ditentukan untuk senantiasa bersandar pada Tuhan, yang telah berjanji akan menyertai kita hingga akhir zaman, dan zaman setelahnya; juga yang sekalipun langit dan bumi berlalu, irman dan janjiNya akan selalu ada.
*** Semua orang datang dan pergi dalam kehidupan kita. Namun, Tuhan tidak pernah pergi, asal kita mau dan sadar untuk selalu datang kepadaNya.
O k t o b e r Kesombongan yang Tersamar
D alam sebuah persekutuan doa, ada beberapa jemaat yang
datang beribadah dengan menggunakan mobil yang bagus. Dan, ada juga beberapa jemaat yang datang dengan menggunakan mobil yang usang. Nah, terkait dengan hal ini, ada seorang jemaat yang selalu memarkirkan mobilnya yang usang jauh-jauh. Ketika seseorang bertanya kepadanya, Mengapa Anda memarkir mobil Anda jauh-jauh" , dengan nada bicara merendah ia menjawab, Ah... mobil saya kan jelek. Nanti, kalau saya sudah punya mobil yang bagus, saya akan parkir bersama yang lainnya.
Sekilas, apa yang ia sampaikan adalah hal yang wajar. Namun, jika dicermati dengan saksama, kita akan menyadari bahwa sesungguhnya pernyataan tersebut berawal dari kesombongan. Mengapa" Karena orang itu merasa bahwa ia belum cukup layak untuk bersanding dengan segenap anggota komunitasnya sendiri. Dan, jika suatu saat keadaannya terbalik, jika ia lebih hebat dari segenap anggota komunitasnya tersebut, maka besar kemungkinan ia akan mencari cara untuk menujukkan bahwa dirinya berbeda.
Jadi, berhati-hatilah dengan slogan atau ajakan berani tampil beda . Di satu sisi, slogan atau ajakan itu memicu setiap orang untuk menyadari keunikan yang ada pada dirinya sendiri, bersyukur, dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah Ia anugerahkan padanya. Namun, di sisi lain, slogan atau ajakan itu juga dapat memicu kita untuk berpikir bahwa kita lebih baik atau lebih hebat ketimbang orang lain. Bahkan, ketika suatu hari kita dihadapkan pada fakta bahwa ternyata kita tidak lebih baik atau lebih hebat ketimbang orang lain, kita akan tetap berusaha untuk tampil beda dengan melakukan hal-hal yang mirip dengan yang dilakukan oleh pria yang kerap memarkir mobil usangnya jauhjauh, sebagaimana yang terungkap dalam cerita di atas.
*** Yang jauh lebih penting dalam hidup ini adalah menjadi apa adanya, bukan berusaha menjadi segalanya.
O k t o b e r Kematian Pemain Organ O rganis di sebuah gereja Katolik di Malang itu telah melayani
gerejanya selama puluhan tahun. Ia terkenal saleh dan bergaya hidup sederhana. Banyak orang mengenalnya sebagai pribadi yang santun dan bersahaja.
Suatu ketika, ia mengalami serangan jantung. Kebetulan, saat itu ia sedang bermain organ. Beberapa mata yang menyaksikan momen itu melihatnya seolah ia sedang sesak napas, dan perlahanlahan menggeliat, menundukkan kepala, dan akhirnya kepalanya menghantam tuts-tuts organ. Sejenak, peristiwa itu membuat ibadah yang sedang berlangsung menjadi kacau. Ia lantas dilarikan ke rumah sakit, dan dalam perjalanan menuju rumah sakit, ia mengembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya.
Kepergian ini membuat segenap keluarganya panik. Bahkan, anaknya yang masih TK terpaksa dibawa ke Batu, ke rumah saudaranya, agar tidak histeris melihat kepergian ayahnya. Hal ini dilakukan karena kepergiannya terjadi secara tiba-tiba dan sangat cepat, sehingga kesedihan menjalar dengan cepat di seluruh anggota keluarga, dan jemaat yang ditinggalkan.
Terkait dengan akhir hidup yang kita tak akan pernah tahu dengan pasti kapan kita akan menjelangnya, apakah kita kerap memikirkannya" (Beberapa orang bahkan tak pernah berpikir tentang kematian.)
Mari kita senantiasa waspada. Tetap setia ketika nyawa kita diambil adalah suatu hal yang penting, yang harus senantiasa ada dalam benak kita.
Akhir hidup yang memuliakan Tuhan mungkin tak harus dalam suasana yang tampak rohani, seperti bermain organ di gereja. Tuhan ingin apa pun yang kita perbuat didasari dengan niat untuk memuliakanNya. Karenanya, ada baiknya jika kita senantiasa menjaga hati, agar jika tiba saatnya untuk kembali, kita memuliakan Dia yang telah menganugerahi kita hidup.
*** Umumnya, manusia hanya melihat hasil, sedangkan Tuhan mengamati
O k t o b e r Setia, atau Sekadar Tergila-gila"
S epasang insan ini berpacaran dengan mesra selama tiga tahun
sebelum menikah. Saya menjadi saksi bagaimana keduanya menjalin hubungan dengan dedikasi, komitmen, dan loyalitas yang luar biasa. Banyak orang yang meramalkan keduanya akan langgeng hingga tua dan keriput. Namun, pernikahan mereka hanya berlangsung seusia pacaran mereka.
Tiga tahun pacaran, tiga tahun pernikahan. Enam tahun kebersamaan berakhir dengan perceraian. Awal yang penuh kesan, akhir yang menyedihkan. Romantika bertabur bunga di sepanjang jalan kenangan, sirna di sidang pengadilan yang muram!
Kini, keduanya mengambil jalan hidupnya masing-masing. Pasangan romantis itu tinggal kenangan di mata keluarga, sahabat dan rekan-rekannya.
Ketika kita jatuh cinta pada seseorang, hidup ini serasa penuh bunga. Senyuman termanis si dia senantiasa terkenang. Belaian tangan dan aneka percakapan menjadi lamunan menjelang mimpi. Singkatnya, kita tergila-gila oleh kehadiran seseorang oleh asmara. Asmara hasrat bercinta yang menderu-deru.
Akan tetapi, kesetiaan tak ada hubungannya dengan asmara. Asmara terkait dengan rasa, sedangkan kesetiaan terkait dengan keputusan. Ketika hubungan asmara terasa kering, tak berdaya-gugah tinggi dalam meningkatkan semangat hidup, dan serasa menemui jalan buntu, kita dituntut untuk setia. Bahkan, tak jarang kita dituntut untuk setia tanpa alasan yang cukup kuat. Dan, jika kita mampu bertahan, niscaya, pada akhirnya kita akan menyadari bahwa kesetiaan akan mendatangkan buah yang manis bagi sebuah hubungan cinta. Jadi, tetaplah mencinta, dan tetaplah setia.
*** Ketika Anda berpacaran dengan gadis yang manis, satu jam serasa seperti sedetik. Namun, ketika Anda duduk di atas tungku yang panas, sedetik serasa satu jam. Itulah relativitas.
Albert Einstein O k t o b e r Bersabar dengan Benar M enghadapi puluhan anak adalah tugas saya sehari-hari
sebagai seorang guru SD. Macam-macam polahnya. Ada yang penurut, ada yang suka membantah. Ada yang suka bertengkar, ada yang cinta damai.
Suatu hari, masalah datang secara beruntun. Di sebuah kelas, ada dua anak yang bertengkar dan seorang anak yang sakit. Sisanya, serba panik. Ada yang menuduh, ada yang membela diri. Ada yang mengkhawatirkan anak yang sakit, ada yang menangis. Ada pula yang hanya diam. Menghadapi persoalan seperti ini bukanlah perkara yang mudah. Kesabaran benar-benar diuji.
Awalnya, saya menganggap bersabar adalah suatu tindakan pasif. Kita menerima semua masalah yang datang, kita pasrah... Apa yang terjadi, terjadilah. Namun, suatu ketika, saya tersadar dengan apa yang dinyatakan oleh Oswald Chambers: Sabar tidak sama dengan bersikap masa bodoh; kesabaran mengandung kesan tentang seseorang yang sangat kuat dan mampu mengatasi semua rintangan.
Ya, kesabaran bukan hanya diam dan mencoba untuk tetap tersenyum. Kesabaran bukan hanya tabah sembari merintih dan menangis pedih apalagi sambil mengasihani diri sendiri. Di dalam kesabaran yang sejati terdapat kepedulian dan niat untuk mencari solusi atas persoalan yang dihadapi. Kesabaran yang sejati mengandung kekuatan yang positif.
Tiliklah diri Anda, tiliklah persoalan yang datang dalam kehidupan Anda yang mungkin datang secara bertubi-tubi. Sudahkah Anda bersabar dengan benar" Semakin sabar seseorang, semakin besar kekuatannya. Kesabaran memang menentukan seberapa tinggi kualitas pribadi seseorang.
*** Marah yang dilampiaskan secara keliru hanya akan memperburuk masalah yang Anda hadapi. Karenanya, hadapilah masalah Anda dengan sabar dan kasih.
O k t o b e r Enggan Membaca Tulisan Sendiri
S aya pernah didatangi beberapa penulis yang mengaku baru
saja menyelesaikan cerpen atau karya tulis lainnya. Mereka meminta saya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam tulisan mereka. Terkait dengan hal ini, ketika saya bertanya apakah mereka telah membaca ulang karya mereka, jawabannya adalah tidak. Inilah kesalahan fatal kerap terjadi di kalangan penulis pemula.
William Faulkner, seorang pemenang Nobel Sastra, pernah menyatakan, Penulis-penulis muda terlalu dungu mengikuti teori. Ajarlah dirimu sendiri melalui kesalahan-kesalahan yang pernah kau lakukan orang belajar dari kesalahan. Seniman yang baik tidak boleh berharap pada siapa pun yang mungkin dapat memberi nasihat padanya.
Tidak sedikit penulis yang ketika selesai menulis, langsung mengirim tulisannya ke redaktur atau penerbit. Semangatnya menggebu-gebu, karena ide dan inspirasi yang ada di kepalanya tak pernah kering. Tangannya terus menulis segala sesuatu yang memantik gagasan untuk dituangkan dalam kata-kata. Puisi, cerpen, artikel, semua ditulis! Namun, di balik semua itu, kesalahan bertaburan di mana-mana. Inilah yang kerap menjadi alasan penolakan tulisan.
Dalam bidang apa pun, kita perlu meninjau kembali apa yang sudah kita kerjakan. Hal ini penting karena sesungguhnya ada begitu banyak hal bisa dikoreksi dan diperbaiki, dan hasilnya mungkin akan (jauh) lebih baik ketimbang dikerjakan sekali jadi. Dan, mungkin kita tidak sadar, bahwa kebiasaan inilah yang pada akhirnya akan membuat kita belajar lebih banyak belajar menemukan kekurangan diri sendiri.
*** Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. Alexander Pope
O k t o b e r Badut dan Pembunuh J ohn Gacy terkenal sebagai pemain badut. Ia suka menolong,
cinta kepada anak-anak, dan dermawan. Suatu hari, ia mena warkan pekerjaan kepada Robert Piest, yang sesungguhnya hendak pulang untuk merayakan ulang tahun ibunya. Namun, tawaran pria ramah yang menjanjikan upah $5 sejam ini menunda kepulangannya.
Akan tetapi, kedok John Gacy yang ramah ini terungkap. Di rumahnya, Robert diperkosa dan dibunuh. Beberapa waktu kemudian, tepatnya setelah polisi menggali tanah di sekitar rumah John Gacy, Robert dinyatakan sebagai korban ke-27!
Ternyata, wajah badut yang lucu ini adalah topeng dari seorang manusia berwajah setan yang sangar. Berita yang dimuat di Newsweek pada 8 Januari 1979 ini benar-benar menggemparkan Amerika.
Di Indonesia, ada Ryan yang memiliki kasus serupa. Dengan tampang yang kalem dan modis, orang mungkin tak pernah berpikir bahwa ia suka membunuh dengan cara yang mengerikan.
Ryan dan John sama-sama suka menyendiri. Dan, terkait dengan hal ini, Ki Dong Kim, seorang pengajar ternama menulis, ...orang yang suka memendam rasa dan pikirannya sendiri gampang kerasukan roh jahat. (Dan,) karena ia selalu terpaku pada pikirannya sendiri, terlebih jika ia terpaku pada pikiran negatif, maka ia akan menjadi muram.
Saudara, dalam kehidupan ini, mari kita isi pikiran kita dengan hal-hal baik. Memang, releksi hidup itu perlu, tetapi ia bukan sarana untuk bermuram durja dalam kesendirian. Dan, ketika hidup sudah terlalu berat untuk dijalani, mungkin, selain lewat doa, kita bisa mencari seseorang untuk membagi isi hati.
*** Kesepian bisa mendatangkan renungan hidup yang maknawi, dan bisa juga membuat kita mengisi diri dengan pikiran jahat.
N o v e m b e r Budak Kecemburuan Pembakar Salib Kristus
A madeus adalah sebuah ilm setengah iktif, setengah nyata
yang mengisahkan tentang kehidupan Mozart, sang musisi yang ternama. Dalam ilm ini, ada sebuah pelajaran berharga tentang kecemburuan. Suatu ketika, Antonio Salieri, seorang musisi, berdoa kepada Tuhan agar namaNya kian masyhur melalui dirinya dan karya-karyanya. Singkatnya, ia ingin namanya dicatat dalam sejarah, ia ingin menjadi sosok yang tak terlupakan.
Akan tetapi, jawaban atas doanya dirampas oleh seorang pemuda bernama Mozart, yang senang berpesta pora, mengucapkan guyonan tentang seks secara berlebihan, tertawa terbahak-bahak, dan sulit untuk diajak bicara secara serius. Popularitas Mozart kian menanjak dengan beragam pertunjukan yang dilakoninya. Tentu saja, hal ini membuat Salieri merasakan keagungan Tuhan dalam karya pria yang ia cemburui itu.
Dan, karena dibakar api cemburu, salib Kristus pun dibakarnya! Kesalehan hidupnya, karya-karyanya yang ia garap dengan sepenuh hati, semuanya bak hancur lebur. Budak kecemburuan ini pun lalu hidup dengan wajah muram dan senyum yang pahit.
Iri tanda tak mampu, demikian kata pepatah. Demikian pula halnya dengan hidup Salieri. Dan, ketidakmampuan Salieri berujung mengerikan: ia menyalahkan Tuhan yang tidak menjawab doanya.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: seperti Salieri-kah kita"
Jika kita mendapati keberadaan benih-benih kecemburuan dalam diri kita, maka sebaiknya kita menyadari bahwa Tuhan memberikan talenta yang berbeda kepada setiap orang. Dan, apa pun yang diberikanNya kepada kita sebagai kepercayaan, sebaiknya kita dayagunakan dengan sebaik-baiknya, meskipun hal itu tidak tercatat sebagai sebuah kisah besar dalam sejarah.
*** Jika Anda tak mampu menjadi orang lain, janganlah iri. Ada bagian
N o v e m b e r Hobi Menggoda, Hobi Menuding
P ernahkah Anda merasa sangat tertekan setelah melakukan
suatu dosa" Pernahkah Anda merasa depresi dan tersiksa karena suatu tuduhan"
Jika Anda pernah merasakan kedua hal di atas, maka hal itu mengindikasikan dua hal, yaitu: (1) Anda masih memiliki nurani yang peka, meskipun Anda telah melakukan sebuah kesalahan yang fatal. (2) Perasaan Anda tersiksa karena iblis menuding Anda sekurang-kurangnya Anda menyadari keberadaan iblis yang ada di sekitar Anda.
Demikianlah cara iblis bekerja: menipu, membujuk, dan mem buat kita jatuh dari kemuliaan selaku ciptaan yang serupa dengan citraNya. Ia sangat senang menggoda dan menuding kita.
Suatu ketika, ada seorang wanita yang kedapatan berzina. Ia melacur, dan semua orang yang mendapatinya sedang melacur ingin melemparinya dengan batu sebab demikianlah hukum Taurat atas pelacuran dimaklumkan. Namun, Yesus yang saat itu sedang ada di dekatnya yang, tentu saja, sangat memahami hukum Taurat justru tidak melakukan apa pun. Ia menulis di tanah dan menantang mereka yang hendak merajam wanita itu dengan batu: Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.
Kini, kita bisa melihat bahwa sesungguhnya Tuhan menawarkan sesuatu yang bertolak belakang. Hidup dalam kebenaran memang bak menembus pintu yang sesak . Tak banyak orang yang tergoda untuk melewatinya. Namun, Ia juga sadar akan kekurangan kita. Ia tak akan menghukum kita jika kita melakukan apa yang dinyatakanNya kepada wanita yang berzinah itu: Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.
*** Taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah karakter;
N o v e m b e r Cerita-cerita yang Laku Dijual
S uatu ketika, Yulius Caesar dihadang segerombolan pembajak
yang memintainya uang. Awalnya, ia menolak untuk memberikan uang. Bahkan, ia menatap wajah para pembajak itu dengan angkuh. Namun akhirnya, ia menyerahkan uang yang mereka minta, tetapi dengan membuat sebuah pernyataan: bahwa suatu hari nanti ia akan menghabisi mereka.
Dan, hal itu benar-benar terjadi. Suatu ketika, ia mengum pulkan pasukannya, mengatur sebuah strategi, dan mela kukan penyerangan terhadap para pembajak itu dan menghabisinya. Peristiwa inilah yang lantas mengantarnya pada tampuk kekuasaan.
Ibarat permainan catur, kebangkitan tokoh politik dalam menguasai panggung pemerintahan sangatlah menarik untuk disimak. Bahkan, pelajaran sejarah memberikan porsi terbesar terhadap hal-hal tersebut. Memang, pembahasan tentang ba gaimana akal bulus dan beragam taktik jitu digunakan untuk me raih dan melanggengkan kekuasaan akan selalu menjadi cerita yang laku dijual.
Meski demikian, perlu juga ditegaskan di sini bahwa se sungguh nya bukan hanya sejarah yang seperti itu sajalah yang laku dijual. Sejarah yang memuat cerita tentang pengobanan, kasih sayang, dan kesetiaan yang tampak kurang berbobot, lemah, dan kurang menantang pun laris manis. Inilah yang perlu kita cermati dengan saksama. Mengapa" Karena umumnya kita kerap terbuai dengan kisah-kisah hebat, sehingga cenderung mengabaikan halhal yang sederhana namun penting.
*** Pada akhirnya, semua pahlawan akan tampak membosankan. Ralph Waldo Emerson
N o v e m b e r Daya Tahan Hidup Para Penyapu Jalan
M embayangkan Jakarta berarti membayangkan kehidupan
yang serba majemuk. Suatu hari, saya terperangah ketika membaca berita di sebuah koran tentang kisah hidup para penyapu jalan. Uang di kantong sering enggak cukup buat makan atau sekadar beli minum. Kalau enggak ada orang yang ngasih, kadang saya juga tidak makan, ucap Su anah, seorang penyapu jalan yang bertugas di dekat Monas.
Setiap hari, Jakarta menghasilkan sekitar 6500 ton sampah. Sementara itu, pada akhir Desember 2008, tercatat sebanyak 5333 orang bekerja sebagai pekerja lepas petugas kebersihan, dengan upah Rp22.000 per hari, tanpa jaminan kesehatan.
Ketika membaca berita itu, saya bersyukur atas pekerjaan dan gaji yang telah saya terima. Saya dan mungkin juga Anda mungkin tidak mengetahui seluk-beluk perjuangan hidup mereka. Mungkin, ketika pergi ke kantor, kita kerap melihat tukang sapu sedang membersihkan jalan, seorang buruh dengan upah pas-pasan bergegas menuju pabrik, dan lain-lain, tanpa pernah memikirkan beragam kesulitan yang mereka hadapi.
Ya, kita memang harus bersyukur atas keadaan kita. Namun, jangan jadikan hal ini sebagai hal yang klise karena pada kenyataannya semua orang layak bersyukur. Apalagi, jika kita sekadar bersyukur karena merasa memiliki derajat yang lebih tinggi ketimbang mereka hanya karena memiliki lebih banyak uang. Mungkin kita lupa bahwa akan selalu ada orang yang menjadi tukang sapu di setiap kota, di setiap zaman. Dan, kita pun lupa menilik kehidupan orang-orang yang sederhana itu, yang darinya kita justru dapat belajar lebih banyak tentang perjuangan dan daya tahan hidup.
*** Saya percaya, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa lebih efektif
membantu seseorang untuk bertahan hidup, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun, selain kesadaran bahwa hidupnya memiliki makna. Victor Frankl
N o v e m b e r Akibat Sinetron Spesial S uatu ketika, di luar dugaan saya, salah seorang murid saya
laki-laki melakukan sebuah perlakuan isik yang tergolong erotis kepada seorang adik kelasnya, seorang perempuan. Tentu saja, orangtua pihak perempuan tidak terima akan perlakuan ini. Mereka mendatangi sekolah, berbicara dengan saya, kepala sekolah, dan seorang guru yang menjadi saksi mata atas kejadian itu.
Ketika menunggu kedatangan orangtua murid perempuan, saya mengajak murid saya untuk berbicara dari hati ke hati kebetulan, saya wali kelasnya. Saya bertanya mengapa ia melakukan hal itu. Dan, ia menjawab karena meniru sebuah adegan dalam sinetron yang ditontonnya di televisi. Ketika saya menanyakan sinetron apa yang ditontonnya, ia menjawab, Itu sinetron spesial, Pak, di televisi.
Saya sendiri terhitung jarang menonton televisi. Namun, setelah kejadian itu, saya jadi tahu bahwa sesungguhnya ada beragam jenis sinetron di televisi. Dan, salah satunya adalah sinetron spesial itu.
Kini, yang perlu kita renungi adalah: apakah kita benar-benar telah berhati-hati dan selektif dalam memilih tayangan televisi yang akan ditonton oleh putra-putri kita di rumah" Tontonan tentang selingkuh, kawin cerai, umbar aurat, hingga hantu-hantu peneror yang bergentayangan di layar kaca cenderung memiliki dampak negatif. Mungkin, ada baiknya jika kita mengganti siaran televisi dengan membeli buku yang sesuai dengan minat anak atau ilm yang memuat nilai-nilai edukasi. Dan, yang tak kalah penting adalah kebersamaan. Semakin sering kita meluangkan waktu untuk bersama-sama dengan anak-anak, semakin besar kemungkinan mereka untuk tumbuh dengan karakter yang kita teladankan.
*** Ketika anak-anak tumbuh dengan mengenal hal yang baik dan yang jahat, maka dunia dapat mengenalkan hal yang jahat sebagai sesuatu yang
N o v e m b e r Sembilan Tahun yang Lalu S embilan tahun yang lalu, tepatnya pada akhir Januari, Jakarta
dilanda banjir besar. Sebulan kemudian, saya lupa tanggal berapa, saya membuat cerpen berjudul Surat Kakakku. Ketika mengetik cerpen itu, saya melantai di depan monitor komputer sembari membayangkan dua orang kakak beradik yang kehilangan orangtuanya karena banjir.
Entah mengapa, bayangan itu tiba-tiba membuat saya sedih. Alhasil, saya menulis cerpen itu sembari menangis. Ini adalah pengalaman yang aneh buat saya: saya menangisi imajinasi saya sendiri! Dan, ketika cerpen itu rampung, saya merasa sangat lega.
Suatu hari, pada September 2002, saya mendengar kabar tentang lomba menulis cerpen dalam rangka perayaan bulan bahasa di kampus saya. Mendengar tentang hal ini, saya memutuskan untuk mengirimkan cerpen Surat Kakakku yang saya karang tujuh bulan sebelumnya.
Nah, pada suatu hari di bulan November 2002, seorang te man menepuk pundak saya. Ia menyuruh saya untuk melihat papan pengumuman fakultas.
Ternyata, saya menjadi pemenang ketiga dalam lomba penulisan cerpen di kampus! Tentu saja, hal ini membuat saya senang, terlebih karena mendapat uang sebesar Rp75.000,00 dan sebuah sertiikat.
Sebuah kenangan yang akan selalu hidup dalam ingatan kita adalah kenangan ketika kita mengalami suatu momen yang dramatis. Kenangan itulah yang akhirnya membentuk kehidupan kita. Dan, kita akan menapaki hari depan kita dengan merujuk kenangan itu.
Adakah sesuatu yang indah dalam hidup Anda di masa lalu, yang sempat menjadi pemicu terbesar Anda untuk melanjutkan hidup" Jika ada, dan saat ini Anda sedang berada di suatu masa yang kering karena didera kemalasan dan ketidakberdayaan, maka ada baiknya Anda membangkitkan kembali kenangan akan hal
N o v e m b e r hidup Anda dalam menapaki hari.
*** Salah satu alasan yang membuat semangat hidup kita tetap terjaga dalam menapaki hidup adalah kenangan akan suatu momen yang indah di masa lalu.
N o v e m b e r Hanya Orang Biasa A ku hanya seorang pendaki gunung yang mengandalkan se-
mangat dan kerja keras dengan kemampuan yang biasa-biasa saja. Aku hanya orang biasa. Medialah yang mencoba meng ubahku menjadi pahlawan. Tapi, aku telah belajar banyak selama bertahuntahun. Selama kau tidak memercayai segala omong kosong yang beredar tentang dirimu sendiri, kau tidak akan dirugikan.
Kata-kata di atas diucapkan oleh Edmund Hillary, orang yang pertama kali menaklukkan Gunung Everest, pada 13 September 1995. Pada zamannya, prestasi itu cukup mencengangkan. Dan, apa yang ia tegaskan dalam kutipan di atas perlu kita cermati dengan saksama: Aku hanya orang biasa!
Ini bukanlah ungkapan bertendensi merendah. Saya kerap melihat beberapa orang yang menjalani hidupnya dengan asalasalan karena menganggap dirinya hanya orang biasa. Mereka adalah orang-orang yang sering saya temui di warung kopi, yang menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain catur. Selain itu, ada juga orang-orang yang kurang bersemangat dalam menjalani pekerjaannya karena hanya memikirkan gaji. Juga, ada orang-orang yang hidup dengan kegiatan yang itu-itu saja, kehidupan yang serba statis.
Orang-orang dengan gaya hidup seperti inilah yang dengan mudah akan menerima bualan media bahwa Edmund Hillary adalah seorang yang luar biasa. Bahkan, mereka akan percaya jika ada yang menyatakan bahwa Edmund Hillary adalah seorang dewa. Padahal, jika mereka menyadari siapa diri mereka yang sesungguhnya, mungkin salah satu dari mereka bisa mencapai sesuatu yang lebih hebat dari apa yang telah dicapai Edmund Hillary.
*** Banyak orang yang berpikir keliru; bahwa menjadi seseorang yang luar biasa adalah tugas orang-orang tertentu.
N o v e m b e r Memaknai Tuhan U paya untuk memaknai Tuhan selalu ada dari masa ke masa.
Bahkan kini, ketika ruang untuk memublikasikan suatu karya cenderung lebih mudah dilakukan, karena ada beragam blog atau situs jaringan pertemanan sosial, saya menemukan begitu banyak puisi bertema Tuhan yang ditulis oleh para penyair muda.
Ada yang menulis bahwa ia telah membunuh Tuhan, ada yang menyamakan Tuhan dengan sebuah benda. Juga, ada yang tetap mengagungkan Tuhan sebagai sosok yang agung dan suci. Hal ini membuat saya berpikir: kita mengenal Tuhan sebagai siapa"
Suatu ketika, saya menemukan sebuah buku yang ditulis dengan sangat apik oleh Nico Ter Linden, seorang penulis asal Belanda yang dapat dijadikan sebagai buku pendamping untuk memahami bacaan-bacaan yang ada dalam kitab Taurat. Ia menyatakan pendapat yang relevan dengan apa yang ketika itu saya renungkan: Pada dasarnya, Tuhan itu sangat berbeda dari apa yang mereka khayalkan tentang Dia. Sekalipun demikian, dalam setiap keterbukaannya mereka percaya bahwa suatu saat, jika mereka bertatapan muka dengan muka di balik tirai itu, segala pemikiran, impian, dan khayalan mereka akan menjadi nyata dan memberi mereka ketenangan.
Sebenarnya, apa yang ditulis oleh Nico adalah sebuah penjabaran atas penulisan kitab Kejadian kitab terdepan dalam Alkitab, karena posisi berada di bagian awal, kitab yang pertama kali menjelaskan tentang jati diri Tuhan. Kiranya, apa yang ia sampaikan dapat kita jadikan panutan agar tidak sembarangan memaknai Tuhan, terlebih karena Ia memang pantas diagungkan. Hal ini penting karena saat ini kita berada pada masa di mana materi dan kekuasaan dipuja-puja, sehingga cenderung membuat orang keliru dalam memaknai sesuatu yang tidak kelihatan tanpa hati yang terbuka.
*** Segala ucapan tentang yang di atas juga berasal dari bawah,
N o v e m b e r Ketika Tulisan Dijiplak Orang
M ungkin, ini adalah pengalaman saya yang paling apes dalam
hal meresensi buku. Seorang redaktur koran meminta saya untuk meresensi buku berjudul Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya. Saya membeli buku itu di Surabaya, membacanya dalam waktu dua minggu, lalu membuat resensinya.
Tak lama setelah resensi itu saya kirimkan, redaktur koran tersebut memberi tanggapan. Menurutnya tulisan saya masih kurang bagus. Dan, oleh karena itu, saya harus merevisinya. Tak tanggung-tanggung, saya merevisinya hingga dua kali. Jadi, saya mengirimkan tiga versi resensi terhadap buku itu. Namun, tulisan saya masih dianggap belum layak muat. Sebenarnya, saya tidak memiliki masalah dengan keputusan itu, karena setiap editor atau redaktur memiliki selera tulisan yang berbeda-beda. (Toh, saya masih bisa memuatnya di blog saya.)
Akan tetapi, ada masalah lain yang membuat saya gusar. Suatu malam, saya menemukan tulisan itu dijiplak oleh penulis lain yang tidak saya kenal. Dan, ya, tulisan itu sangat mirip dengan tulisan saya. Bahkan, dimuat di salah satu harian ternama di Surabaya. Tentu saja, hal ini membuat saya kecewa: perjalanan yang cukup panjang telah saya lakukan untuk meresensi buku tersebut, tetapi orang lain yang tidak bertanggung jawab malah menjiplak tulisan itu dan mendapatkan keuntungan darinya.
Pernahkah Anda diperlakukan tidak adil seperti ini" Sesuatu yang telah Anda kerjakan dengan susah payah akhirnya malah mendatangkan keuntungan bagi orang lain yang tidak Anda kenal" Jawaban atas pertanyaan yang diawali dengan kata tanya mengapa untuk hal-hal seperti ini memang sulit dicari. Namun ingatlah, Dia adalah Tuhan yang adil. Dia akan memunculkan kebenaran dan hak kita jika Ia menyatakan keadilanNya. Tetap semangat!
*** Umumnya, keadilan atas suatu ketidakadilan tidak muncul seketika, tetapi sikap hati yang benar akan membawa keadilan itu turun tepat
N o v e m b e r Pahlawan-pahlawan yang Berdosa
S chindler s List adalah ilm garapan Steven Spielberg yang
menampilkan sosok pahlawan bernama Oskar Schindler (yang diperankan dengan sangat apik oleh Liam Neeson). Melalui perusahaan yang didirikannya di masa lalu, Oskar telah menyelamatkan beberapa generasi Yahudi yang kini terkenal dengan sebutan Yahudi Schindler.
Oskar adalah seorang pebisnis. Ia menyelamatkan orangorang Yahudi itu dengan cara mempekerjakan mereka. Ketika itu, upah orang Yahudi sangat murah jika tidak bekerja di perusahaan Schindler, mereka harus menjalani kerja paksa di bawah pengawasan tentara Nazi Jerman yang sangat mengerikan: nyawa manusia seolah tak ada artinya.
Apa yang dilakukan Oskar sangatlah cerdik, dan ia bukanlah sosok manusia yang suci atau patriotik. Ia senang kumpul kebo dan pesta pora. Bahkan, di akhir hidupnya, pernikahannya gagal, meskipun ia sempat sadar dan bertobat dari gaya hidupnya yang lamboyan itu. Namun, di mata sebagian besar orang Yahudi, ia tetap pahlawan.
Kitab suci pun menca tat riwayat pahlawan-pahlawan yang berdosa: mereka yang tak sempurna atau pernah gagal. Bersyukurlah kepada Tuhan atas tugas dan kepercayaan yang Ia berikan kepada kita untuk memperjuangkan hidup yang berarti bagi keluarga dan sesama.
Dan, ada baiknya jika kita menyadari bahwa semua pahlawan yang ada di muka bumi ini masih bisa berbuat dosa. Dan sebenarnya, kita pun dapat menjadi pahlawan melalui pengabdian dan cinta. Ingatlah bahwa setulus dan sehebat apa pun perjuangan yang kita lakukan, kita bukanlah makhluk yang sempurna karena tubuh jasmani kita tak kebal dosa. Biarlah Ia yang kelak menyempurnakannya.
*** Orang yang mau mengakui kekurangannya adalah orang yang paling dekat dengan kesempurnaan.
N o v e m b e r Di Balik Kekejaman Perang
J ika Anda pernah menonton ilm Life is Beautiful, Anda akan
sepakat dengan saya: akting Roberto Benigni dalam ilm ini sangat spontan dan lucu. Kondisi politik (era Nazi Jerman) yang menjadi latar ilm ini mampu menghadirkan pemahaman yang mendalam tentang perih dan muramnya kehidupan yang harus dijalani setiap orang pada masa itu. Dan, itu justru ditanggapi dengan guyonan, dengan sangat santai.
Satu adegan yang tidak pernah saya lupakan dalam ilm ini adalah ketika seorang ayah dan anak tiba di kamp konsentrasi. Untuk menghilangkan ketakutan anaknya, sang ayah berinisiatif untuk menjadi penerjemah tentara Nazi yang sedang menyampaikan sebuah pengumuman. Sebenarnya, ia tidak mengerti bahasa Jerman, bahkan ia menerjemahkannya secara asal-asalan untuk menghibur anaknya. Adegan ini sangat lucu, bahkan saya tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya, sehingga sejenak saya lupa bahwa sesungguhnya saya sedang menyaksikan sebuah ilm yang mengisahkan tentang kekejaman perang.
Ternyata, di balik kekejaman perang, ada sebuah drama yang indah tentang kehidupan sebuah keluarga kecil yang bersahaja. Dan, sekalipun kisah ini iktif, apa yang tersaji di dalamnya cukup representatif untuk mengajak kita merenung tentang kebahagiaan hidup.
Kita sering salah mengartikan kebahagiaan. Kita cenderung mengidentikkannya dengan pencapaian atau hasil akhir: susah dulu, lalu bahagia. Juga, kita kerap melekatkan kebahagiaan dengan kekayaan, kesehatan, dan hidup serba mapan. Padahal, kebahagiaan tidak seperti itu. Kebahagiaan tersedia setiap saat, dekat dengan hati kita.
*** Kebahagiaan dapat kita temukan ketika kita menikmati semua proses hidup yang kita jalani, bukan ketika kita menunggu hasil yang akan kita terima atau dapatkan.
N o v e m b e r Kebahagiaan Anak-anak H ingga ilm The Boy in the Striped Pyjamas berakhir, saya masih


Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangsi apakah ilm ini cocok untuk anak-anak. Persahabatan antara Shmuel dan Bruno terjalin dengan sangat manis hingga menjelang akhir cerita, tetapi diakhiri dengan sangat lirih dan pedih. Sepanjang pengamatan saya, sebuah ilm atau cerita untuk anak-anak adalah cerita yang seharusnya berakhir bahagia.
Dalam ilm ini kita akan menyaksikan persahabatan antara seorang anak Yahudi dan seorang anak Jerman. Masa kanak-kanak adalah masa bermain, masa yang penuh dengan persahabatan yang ceria. Sejarah, dengan segala kepalsuan dan kepentingannya, tak akan mampu merenggut masa yang indah ini. Karenanya, tidaklah mengherankan jika anak Jerman yang setiap harinya disuapi dengan doktrin bahwa orang Yahudi itu bejat, pada akhirnya justru bersahabat dengan seorang Yahudi. Hal ini terjadi karena ia tidak memiliki teman, dan ia tidak peduli dengan semua doktrin itu.
Jika kita merenungkan hidup yang semakin runyam ketika beranjak dewasa, maka dusta, prasangka, dan kepura-puraan akan menjadi sesuatu yang kita anggap wajar. Alhasil, kita akan kesulitan untuk memberi dan menerima layaknya seorang anak kecil.
Itulah sebabnya, mengapa ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa yang terbesar dalam Kerajaan Surga adalah anak-anak. Ini terjadi karena anak-anak lebih sedikit memiliki kepalsuan dalam hatinya ketimbang orang dewasa. Memang, orang dewasa, dengan segala pemikiran yang dimilikinya, dapat membatasi diri dan bijaksana. Namun, sadarlah, bahwa kerap kali batasan-batasan itulah yang membuat hidup kita kikuk dan serba canggung.
Bangau Sakti 16 Pendekar Rajawali Sakti 167 Pengemis Bintang Emas Pedang Kiri 5
^