Pencarian

Anak Dan Kemenakan 5

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli Bagian 5


saya akan menutup malu saya" Tentulah saya akan diejek,
dicemoohkan, ditertawakan dan diperolok"olokkan orang seluruh
kota Padang. Mungkin pula dikatakan anak saya telah bercacat,
sehingga ditinggalkan Mr. Yatim dalam alat besar, sebelum
dikawininya. Lebih baik saya mati daripada menanggung malu sedemikian
ini," kata ayahmu karena putus asanya.
"Kasihan! Harapannya amat besar akan dapat bermenantukan
Yatim. Sesudah ia berusaha dan bersusah payah sedemikian, tiba"
tiba dilihatnya sekalian harapannya menguap, sebagai embun
kepanasan," kata Sitti Nurmala dengan suara yang sedih.
"Tetapi walaupun Yatim tak dapat menyampaikan hasrat
ayahmu, ia dapat menutup malunya, karena ia berkata: "Tak usah
Engku bersusah hati. Ada jalan untuk melangsungkan perkawinan
Nurmala malam ini. "
"Jadi Engku Mester dapat juga menolong saya," kata ayahmu,
lalu menjabat tangan Yatim karena kesukaan hatinya.
"Ya, tetapi tidak dengan hamba ia kawin."
"Dengan siapa?" tanya ayahmu pula dengan herannya.
*_*-__" 6P Amril: dm %mnm 221 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Dengan dr. Aziz, karena keduanya memang telah berkasih"
kasihan, sehingga perkawinan mereka niscaya akan membawa
berkah dan kesenangan kepada keduanya."
Aku menoleh kepada Yatim dengan pandangan terima kasih,
karena pembelaannya ini. Jika tak ada orang lain, niscaya kupeluk
dan kucium ia karena girangku. Inilah balasan Yatim atas jasaku
kepadanya," kata dr. Aziz.
"Apa yang belum kaujalankan akan kulakukan, kalau aku
bertemu dengan dia. Perkawinan kita sekarang ini tentulah hasil
pembelaannya itu," kata Nurmala.
"M emang. Walaupun ayahmu terdiam sejurus, sebagai hendak
menimbang perkataan Yatim ini, tetapi setelah Engku Hop berkata:
"Pada pikiran hamba baik Engku turut nasihat Yatim ini. Daripada
tertelungkup, lebih baik miring. Daripada tak jadi, lebih baik
dikawinkan Nurmala dengan dr. Aziz dan Mr. Yatim sama tinggi
derajatnya. Takkan hina, bahkan kemuliaan juga yang akan Engku
peroleh karena bermenantukan dr. Aziz. Maka lenyaplah sekalian
was-wasnya dan diturutnyalah nasihat mereka itu.
"Tetapi bagaimanakah kata saya kepada sekalian jamu
dan penduduk kota Padang, karena sekaliannya tahu saya akan
mengawinkan anak saya dengan Mr. Yatim, bukan dengan dr. Aziz.
Demikianlah bunyi surat panggilan saya," kata ayahmu pula.
"Akan hamba katakan nanti, bahwa itu sekadar suatu muslihat
untuk mengistimewakan perkawinan anak saudagar yang terkaya
di Padang ini. Sekarang marilah segera kita langsungkan, supaya
jangan terlalu lama jamu menunggu dan karena itu menimbulkan
gelisah atau curiga," kata Engku Hopjaksa pula, untuk melenyapkan
kata-kata ayahmu yang akhir.
"Baiklah," kata ayahmu dengan menyerah.
"Pekerjaan Engku dengan Sutan Malik telah selesai." kataku
kepada Sutan Pamenan. "Pada pikiran hamba lebih baik Engku
jangan kembali ke rumah Sutan Baheram, untuk menghindarkan
sekalian silang sengketa. Biarlah Engku Saleh pergi membawa
222 Amir sm www ;;; -, rfp
di" M V mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
kabar kepada Engku Sutan Baheram. bahwa perkawinan Sutan
Malik dengan Puti Bidasari tak dapat dilangsungkan, karena Sutan
Malik mendapat kecelakaan di jalan, sehingga harus berobat di
rumah sakit beberapa lamanya.
Sementara itu Engku pergilah ke Solok dengan Datuk Gampo
Alam dan Sutan Malik, tinggal beberapa lamanya di sana,"
"Baiklah, Engku Dokter," sahut Sutan Malik dengan menarik
napas panjang, sebagai terlepas dari sesuatu bahaya, lalu mereka
pergi cepat-cepat. "Pakailah bendihamba ke Sawahan," kataku pula, supaya Sutan
Malik jangan berjalan kaki pulang ke rumahnya dengan memakai
pakaian pengantin. Dengan segera kutukarlah pakaianku dengan
pakaian pengantin yang dipakai Yatim. Oleh sebab badanku sama
besar dengan badan Yatim, sekalian pakaian itu sesuai padaku. Dan
oleh sebab tampang muka kami pun hampir sama, tak dapatlah
kauketahui penukaran kami itu, tatkala aku datang dan duduk di
sisimu." "BenarZiz, apalagi karena mataku telah kabur oleh kekecewaan,
kedatanganmu kusangkakan kedatangan Yatim. "
"Memang tak mudah memperbedakan dua orang laki-laki
yang hampir sama bentuk badannya dan tampang mukanya dalam
berpakaian mempelai. Dan aku tak dapat mengatakan kepadamu,
bahwa aku Aziz bukan Yatim. Sementara aku didandani dengan
pakaian dan perhiasan mempelai Yatim oleh Hopjaksa, ayahmu,
dan Yatim sendiri, kubisikkan perlahan"lahan kepada Engku Hop,
tak dapatkah orang tua Bidasari dipaksa pula sebagai ayahmu,
untuk menerima Yatim sebagai menantunya?"
"Ya, benar. Daripada dapat malu, perkawinan anak tak jadi,
bukankah lebih baik dinikahkan dengan Yatim?"
"Tetapi Engku Hop menggeleng"gelengkan kepalanya dengan
muram mukanya serayaberkata, "Kakak hamba tak dapat disamakan
dengan Engku Baginda Mais. Ia sangat keras kepala dan sangat
terikat kepada kebangsawanannya dan adat istiadatnya. Ia lebih
"-"-_._s?"?"?"-_
6P a.s.:!- dm %mmlzm 223 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
suka mati daripada menyimpang dari aturan Padang. Alasan malu
yang seperti ini tak cukup pentingnya baginya untuk mengubah
pegangannya. " "Sayang amat. Jika tiada, dapatlah dilangsungkan perkawinan
sejoli kita, yang kita idam"idamkan itu, walaupun secara paksaan
sebagai ini," kata Sitti Nurmala.
Tatkala itu kedengaran di luar suara Yatim, yang rupanya
baru datang: "Hamba sangat menyesal tak dapat menghadiri nikah
kedua sahabat karib hamba ini, karena perkara yang amat penting
mengalangi hamba. " Sekalian yang melihat Yatim datang dan mendengar perka"
taannya ini sangat takjub, karena mereka yakin, yang dikawinkan
tadi memanglah Yatim. Sekarang dilihat mereka ia baru datang
dari luar dengan pakaian biasa.
"Jadi bukan Engku Mester yang dinikahkan tadi dengan Sitti
Nurmala" Patutlah ia pingsan," kata jamu.
"Pingsan?" tanya Yatim dengan kuatirnya. "Memang bukan
hamba yang dinikahkan tadi, melainkan dr. Aziz."
Di situ tampillah Engku Sutan Alam Sah ke muka, lalu berkata,
"Keinginan Engku Baginda Mais ini haraplah dimaafkan banyak"
banyak. Beliau ingin benar supaya perkawinan anak beliau yang
sebiji mata ini dirayakan dengan kerayaan yang istimewa dalam
segala hal. Maklumlah, Engku Baginda Mais memang orang yang
terkaya di antara kita. Di mana lagi akan diperlihatkan beliau
kekayaan beliau itu, jika tidak dalam perkawinan anak beliau yang
tunggal ini" Sarat-sarat yang biasa, telah beliau cukupi dengan
cara yang mewah, tetapi pada perasaan beliau sekaliannya itu
belum mencapai puncak keistimewaan. Oleh sebab itu diambil
beliau jalan ini. Disiarkan beliau kabar beliau akan mengawinkan
anak beliau dengan Mr. Yatim, karena pada sangka beliau Mr.
Yatimlah orang yang istimewa pada masa ini di Padang. Dengan
demikian diharapkan beliau keistimewaan Mr. Yatim itu akan
membawa keistimewaan pula kepadaperkawinan anak beliau. Yang
_ . --"-"'2..---*
224 smm www -, rfp di" M V mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
sebenarnya kawin dengan Sitti Num'rala tadi ialah dr. Abdul Aziz,
tabib yang terkenal di Padang ini, karena keduanya telah lama
bertunangan." Jamu yang percaya akan perkataan Hopjaksa ini menerima"
nya dengan tertawa karena geli mendengar muslihat Baginda Mais
yang diumumkan itu. Tetapi banyak di antara mereka yang masih
ragu-ragu dan mencari apakah yang sebenarnya tersembunyi di
belakang kelakar perkawinan yang ganjil ini. Tetapi pikiran dan
usaha mereka itu tiada diindahkan oleh Engku Sutan Alam Sah
atau Yatim. Mr. Yatim segera masuk ke dalam bilik pengantin hendak
melihat keadaan Sitti Nurmala yang dikatakan pingsan tadi,
walaupun ia tiada kuatir, karena dr. Aziz ada padanya.
Setelah masuk ia ke dalambilik ini, lalu disambut Sitti Nurmala
dengan air mata yang berlinang"linang karena kesyulmrannya.
"Terima kasih, Tim, terima kasih atas pembelaanmu. Jika
tiada, belum tentu aku menjadi istri Aziz. Semoga engkau pun
dengan Bidas ari segera pula mendapatkan kurnia yang telah
diberikan Allah kepada kami berdua ini. "
"Budi Aziz yang telah melepaskan Bidas ari dari tangan Sutan
Malik, harus kubalas dengan menyerahkan engkau ke dalam
tangannya," sahut Mr. Yatim. "Selamat! Semoga engkau dikurniai
rahmat dan nikmat dalam pertemuanmu selama"lamanya. "
Setelah itu keluarlah Mr. Yatim memanggil ibu Sitti Nurmala
untuk mengatakan bahwa anaknya telah ingat kembali akan dirinya
dan minta didandani pula supaya dapat menerima doa selamat dan
berkah orang tua"tua.
Peralatan di rumah Sutan Baheram tak dapat dilangsungkan
karena kata juru rawat Saleh mempelai mendapat kecelakaan di
jalan dan sekarang ada di rumah sakit.
*_*-__" 6P Amril: dm %mnm 225 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Qm W Aa AMM "Pukul berapa kapal Terusan masuk hari ini, Tim?" tanya
Sutan Alam Sah yang sedang makan siang bersama"sama dengan
anak dan istrinya. "Biasanya pukul 5 petang, Ayah," sahut Mr. Yatim seraya
membersihkan mulutnya dengan sapu tangan buatan Silungkang,
karena ia baru sudah makan.
Ada apa, Udo?" tanya Sitti Mariama, yang duduk dekat
suaminya. "Ini ada surat kawat dari Terusan yang mengatakan Sutan
Ali Akbar dari Inderapura hendak datang kemari dengan kapal
dan ingin menumpang di rumah kita," sahut Sutan Alam Sah, lalu
memperlihatkan surat kawat itu kepada Sitti Mariama.
Istri Hopjaksa ini mengambil surat itu lalu membacanya. Surat
kawat ini dialamatkan kepada Hopjaksa Padang dan bunyinya,
"Ingin bertemu dengan Engku. Jika dapat minta disambut Sutan
Ali Akbar Inderapura."
"Siapa Sutan Ali Akbar itu?" tanya Sitti Mariama sambil
memberikan surat kawat itu kepada Mr. Yatim, yang lalu
membacanya pula. "Entahlah. Hamba pun tak tahu. Baru sekarang hamba men"
dengar namanya. Mungkin seorang bangsawan Inderapura yang
hendak bertemu dengan hamba. Apa maksudnya, nanti akan kita
dengar." "Siapa yang akan pergi menjemputnya ke Muara, Ayah?"
tanya Mr. Yatim. & 226" AMAQIQE WWW; - 613
..," "___?":" -"<- V
umwmummun Balai Pustaka "Aku sendiri. Diserahkan kepada IS'pas Pendek, kalau"kalau
tak selesai." "Kalau Ayah lelah, biarlah hamba yang pergi, sambil ber-jalan-
jalan ke sana. " "Baiklah. Ayah menunggu di sini saja."
"Jika demikian, hamba sediakanlah tempatnya di bilik muka.
Berapa orangkah agaknya yang datang?" tanya Sitti Mariama.
"Entahlah. Tetapi lebih baik disuruh sediakan juga bilik
belakang, kalau-kalau perlu. "
Setelah mandi, berangkatlah I'u'Ir. Yatim dengan lDpas Pendek,
ke I'u'Iuara, pelabuhan kapal"kapal kecil. Setengah jam kemudian
sampailah ke sana tetapi belum ada kapal masuk, baik di cerocok
atau di sisi gudang kantor Sahbandar. Hanya perahu, yang banyak
berlabuh di pinggir sungai ini, berleret"leret.
Dari muara Sungai Arau, keluar beberapa perahu kail yang
hendak memancing ikan, malam hari, di Pulau Pisang.
Sungguhpun demikian telah ada orang yang hendak me"
nyongsong orang yang datang. Bendi tambangan telah banyak
pula menanti muatan. Anak"anak dari Kampung Berok yang ingin
menonton kapal masuk, telah berkumpul dan bermain"main di
sana. Matahari hampir tenggelam di tepi langit, sebentar"sebentar
ditutup awan yang berbanjar"banjar, melintang dari utara ke
selatan, sehingga hari teduh"teduh panas. Hanya langit yang di
sebelah timuriah yang penuh dengan awan yang berintik-rintik,
serupa sisik ikan besar, tanda di laut banyak ikan.
Tiba-tiba kedengaran seruling kapal dekat Batu Mandi, dan
tiada berapa lama kemudian masuklah sebuah kapal kecil, yang
penuh dengan penumpang di atas birai, ke dalam kuala Padang,
langsung ke sisi gudang kantor Sahbandar dan berlabuh di sana,
di pinggir tembok batu. "-?"._5"-?"?"-_
6P Amril: dm %mm 227 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Melihat kapal kecil ini masuk muara Sungai Arau, teringatlah
Mr. Yatim kepada kapal Heemskerk yang belum selang berapa lama
membawanya dari Jakarta ke Padang, disambut oleh beratus"ratus
penduduk Padang, di antaranya Puti Bidasari, yang telah diceraikan
daripadanya dan sekarang disekap dalam biliknya.
Siapa bersangka waktu itu, ia akan terpisah dari gadis ini,
terpisah mungkin untuk selama"lamanya.
Dengan penuh harapan dan kegembiraan ia menginjak tanah
airnya kembali, untuk mengabdi kepada bangsa dan negerinya,
tetapi bangsanya tiada menaruh belas kasihan kepadanya. Dengan
setikam ia dirubuhkan ke tanah, untuk tidak akan dapat berdiri
kembali agaknya, sehingga ia akan terpaksa meminta pertolongan
kapal pula, untuk melarikan dirinya,jauh dari tanah airnya, di mana
ia mungkin dapat melupakan aib yang tercoreng di mukanya.
Demikianlah kenang"kenangan pilu, yang menyerang hatinya
dan mengguncang tali iman dalam dadanya. Untunglah tak lama
ia dapat bersedih hati sedemikian, karena di birai kapal kelihatan
olehnya berdiri seorang tua laki-laki yang telah putih rambutnya
tetapi masih tegap tubuhnya menoleh ke darat, sebagai ada yang
dicarinya di antara orang"orang yang ada di darat. Di sebelahnya


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri seorang perempuan yang berumur kira"kira 50 tahun dan
yang gayanya sebagai orang baik"baik. Perempuan ini pun tak
putus"putusnya memandang ke darat, sebagai ada pula orang yang
dicarinya. "Lihat anak muda yang tegak di beremban itu! Rupanya
seperti Abang Rasyid tatkala mudanya," kata yang perempuan.
"Benar kata Adinda. Siapakah anak muda ini" lakah yang
menyambut kedatangan kita" Karena ia memperhatikan pe-
numpang kapal ini. "Ya, Allah! Benarkah di Padang ini akan disampaikan hasrat
hati hamba-Mu, yang telah sekian lama sia-sia hamba-Mu usaha-
kan," kata orang tua itu perlahan-lahan dengan amat sedih bunyi
Suaranya. 223 Asti.-m WWW ;).; -. rfp
?"-"1: K "Mungkinkah ia Hopjaksa Padang ini yang kita kirimi surat
kawat" Amat muda umurnya. "
"Barangkali anaknya, yang disuruhnya menjemput kita.
Bagaimana pun juga, pada rasa Kanda baik kita berkenalan dengan
dia, sebab wajahnya serupa dengan Abang Rasyid. "
"Siapa tahu, barangkali kita dapat beroleh keterangan
daripadanya. " Mr. Yatim di darat tertarik pula perhatiannya kepada orang
tua ini. "Mungkin inilah jamu yang ditunggu, karena orang yang
lain-lain rupanya sebagai orang biasa saja. " Kepastian segera
akan diperolehnya, karena orang tua inilah yang akan ditanyainya
terlebih dahulu. Setelah rapatlah kapal ke beremban, naiklah Mr. Yatim ke
birai, diiringkan oleh |S'pas Pendek, lalu pergi mendapatkan orang
tua tadi, yang menunggu kedatangannya di pinggir kapal', lalu
berjabat tangan dengan dia.
"Engkulah agaknya Sutan Ali Akbar dari Inderapura, yang
telah mengirim surat kawat kepada Hopjaksa Sutan Alam Sah?"
tanya Mr. Yatim dengan hormatnya.
"Benar, Engku. Dan Engkukah Hopjaksa Padang?" tanya orang
tua ini, seraya menjabat pula tangan I'u'Ir. Yatim.
"Bukan, Engku. Hamba ini Yatim, anak beliau, datang men-
jemput Engku kemari. Beliau minta maaf, karena tak dapat datang
sendiri, mengelu"elukan Engku."
"Tak apa. Ini pun cukup. Kami mengucapkan syukur
alhamdulillah dan terima kasih banyak"banyak, atas susah payah
beliau dan Engku. Ini istri hamba Puti Rohana. "
"Kepada Rangkayo pun kami mengucapkan selamat datang',
marilah kita turun! Mana barang"barang Engku. "
"H anya ini. Dan ini dua orang bujang hamba," sahut Sutan Ali
Akbar, seraya menunjuk kepada beberapa petikulit, seorang bujang
laki"laki dan seorang bujang perempuan yang ada dekatnya.
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 229 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Pak Pendek, uruskanlah barang"barang ini!" kata Mr, Yatim
kepada opas ayahnya. "Baiklah Engku Mester," sahut Dpas Pendek, lalu disuruh
angkatnya peti-peti tadi oleh beberapa orang ajir, sedang Mr.
Yatim turun bersama"s ama jamunya ke darat, lalu masuk ke kantor
Sahbandar. Dalam berkata-kata itu mata Sutan Ali Akbar dan istrinya Puti
Rohana tiadalepas dari memandang muka Mr. Yatim. Dengan tiada
diketahui mereka hati mereka sangat berkenan akan tingkah laku
dan tertib sopannya. Dan lebih-lebih oleh rupanya yang hampir
benar bersamaan dengan orang yang disebutnya "Abang Rasyid".
Mr. Yatim pun tertarik pula hatinya kepada kedua orang tua
ini, karena sikapnya yang baik dan tutur basanya yang halus. Adalah
sebagai mereka orang yang berasal tinggi, yang tahu membawakan
ketinggiannya. "Engku, ini barang-barang Engku Sutan Ali Akbar, jamu ayah
hamba dari Inderapura. Harap diperiksa," kata Mr. Yatim kepada
Sahbandar. "Tak perlu dibuka, Engku Mester. Hamba yakin, dalamnya
tak ada barang"barang yang terlarang," sahut Sahbandar dengan
hormatnya. "M emang hanya pakaian kami isinya," menyela Sutan Ali
Akbar. "Terima kasih, Engku," kata Mr. Yatim kepada Sahbandar, lalu
diajaknya jamunya ke luar, langsung naik bendinya bertiga, yang
telah menunggu dekat kantor Sahbandar, sedang Opas Pendek
naik bendi sewaan dengan orang-orang dan barang-barang Sutan
Ali Akbar. "Pulang, Badu!" katanya kepada sais bendinya.
"Baiklah, Engku Mester," jawab sais Badu, lalu dipecutnya
kudanya menuju ke Pondok.
Di tengah jalan bertanya Sutan Ali Akbar kepada Mr. Yatim,
"Bolehkah hamba bertanya sedikit, Engku?"
-"--"2.---"
'230 Assam www -, -----".='.__--- x &P
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Mengapa tidak, Engku," jawab Mr. Yatim.
"Tiga kali hamba dengar, Engku dipanggil mester. Guru seko"
lahkah Engku." "Bukan. Hamba hakim, sekarang menjabat pekerjaan Kepala
Pengadilan di Padang ini," sahut Mr. Yatim dengan bersahaja.
"Jadi, Presiden Landrad?" tanya Sutan Ali Akbar dengan
takjub. "Benar, Engku."
Di situ terdiam Sutan Ali Akbar. Mukanya menjadi agak
merah. Kemudian ia berkata, "Hamba bangga mendengar bangsa
kita ada yang telah menjadi Presiden Landrad. Tetapi hamba berasa
malu pula telah menyebabkan Engku bersusah payah menjemput
kami. Sebenarnya opas Engku pun cukup tadi.
"Mungkin tak dapat ia mencari Engku. Oleh sebab itu mulanya
ayah hamba yang akan pergi. Tetapi oleh sebab akan kemari juga,
hamba pintalah pada beliau, supaya hamba yang menjemput
Engku." "Sekalilagihambaucapkan terima kasihbanyak atas kemurahan
hati Engku, telah bersusah payah menjemput kami. Kami baru
sekali ke Padang ini, jadi tiada mempunyai sahabat kenalan di sini.
Oleh sebab itulah kami beranikan diri kami mengirimkan surat
kawat kepada ayah Engku, karena sebenarnya kami akan meminta
pertolongan kepada beliau. Walaupun kami belum kenal kepada
beliau, tetapi kami berharap beliau sebagai seorang Padang asli
yang berpangkat tinggi, dapat menolong kami dalam kesulitan
kami. " "H amba yakin orang tua hamba akan menyambut kedatangan
Engku dan Rangkayo dengan segala suka hati dan akan menolong
Engku dalam kesulitan Engku sedapat-dapatnya. "
"Alangkah mujurnya orang tua Engku beranakkan seorang
mester kehakiman, derajat yang pada sangka hanya dapat dicapai
oleh bangsa Barat," kata Puti Rohana.
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 231 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Mr. Yatim tiada menyahut, karena ia teringat akan kehinaannya
pada waktu itu, sehingga pujian ini serasa cemooh mendengung di
telinganya. "Bolehkah hamba tanyakan nama ibu bapa Engku?" tanya
Sutan Ali Akbar pula. "Keinginan hati hamba ini harap dimaafkan,
karena hamba sesungguhnya ingin benar hendak mengetahui
orang"orang tempat hamba berutang budi."
"Mengapa tidak, Engku. Sepatutnya Engku menanyakan nama
ibu bapa hamba. Nama ayah hamba Sutan Alam Sah dan nama ibu
hamba Sitti Mariama. "
"Sitti Mariama," diulang nama ini oleh Sutan Ali Akbar dengan
suara yang seakan"akan kecewa, sebagai ada nama lain yang
diharapkannya akan didengarnya.
"Mungkinkah ibu Mester dahulu, tatkala kecilnya, mem"
punyai nama lain, Nuriah misalnya?" tanya Puti Rohana.
"Sepanjang pengetahuan hamba tidak, Rangkayo," sahut Mr.
Yatim dengan agak heran mendengar pertanyaan jamu ayahnya ini
tentang nama ibunya. "Siapakah nama datuk Mester dari ibu, jadi ayah ibu Mester?"
tanya Sutan Ali Akbar pula dengan perhatian.
"Sutan Bendahara, tetapi beliau tak ada lagi. Tatkala hidupnya
ia menjadi Penghulu Wek III."
Mendengar jawab ini terdiam pula Sutan Ali Akbar. Ke-
kecewaan tadi bertambah nyata berbayang di mukanya.
"Dan siapakah nama nenek Mester dari ibu?" tanya Puti
Rohana yang belum puas rupanya.
"Sitti Rubiah."
Kekecewaan yang terbayang pula di muka Puti Rohana men-
jadi sebagai keputusasaan.
Percakapan ini tiada diteruskan karena bendi yang ditunggang
mereka telah masuk ke pekarangan rumah Sutan Alam Sah,
-"--"2.---"
'232 Assam www -, -----".='.__--- x &P
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: sedang Engku Hopjaksa ini dengan istrinya yang lelah menunggu
di langkan hadapan rumahnya turun ke tanah mengelu"elukan
kedua jamunya ini. Kedua laki"laki menjabat tangan, sedang kedua
perempuan bertukar sapa. Kemudian dipersilakanlah keduajamu ini naik ke atas rumah
Sutan Alam Sah. Setelah duduklah sekaliannya di atas kursi,
berkatalah Sutan Ali Akbar, "Kami mengucapkan terima kasih
banyak"banyak atas kemurahan hati Engku dan Rangkayo, telah
menyuruh sambut kami dengan anak Engku, Mr. Yatim, dan
menerima kami di rumah Engku.
Sekali"kali kami tiada bersangka akan mendapat kehormatan
yang setinggi ini, karena dijemput oleh seorang Presiden Landrad.
Akan kelenjaan hamba telah berani mengirimkan surat kawat
kepada Engku dan menyusahkan Engku dengan anak istri, hamba
harapkan maaf banyak-banyak. Kami tak kenal seorang pun juga
di Padang ini. Ketika hamba tanyakan kepada seorang kenalan
hamba, kepada siapakah hamba dapat menepat untuk keperluan
hamba, diberinyalah alamat Engku, sebagai seorang yang terkenal
dan berkuasa di Padang ini. Dengan berharap akan kebaikan Engku
yang telah dipastikan oleh kenalan hamba itu, hamba beranikanlah
diri hamba mengirim surat kawat itu kepada Engku, walaupun
hamba belum kenal kepada Engku," kata Sutan Ali Akbar dengan
hormatnya. "Ah, tak jadi apa, Engku. Seharusnya tiap-tiap manusia tolong
menolong. Dan jika Engku tak mempunyai kenalan, hamba harap
sudilah Engku tinggal di rumah hamba di sini selama Engku di
Padang ini. Tempat telah hamba sediakan, tetapi sederhana saja."
"Akan kebaikan Engku ini bertambah besar terima kasih
hamba. Bukan karena hamba tak mempunyai sahabat kenalan
saja tetapi untuk maksud yang hamba tujui, ras anya baik hamba
dekat Engku, karena Engkulah yang terlebih banyak akan dapat
menolong hamba dalam kesulitan hamba ini."
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 233 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Kami bergirang hati Engku dan Rangkayo sudi tinggal pada
kami," lalu diajaknyalah jamunya minum air teh dan makan juadah
yang sementara itu telah disajikan. Setelah itu dibawalah kedua
jamu ini ke bilik yang telah disediakan untuk mereka.
Sesudah makan malam, duduklah Sutan Alam Sah dengan
anak dan istrinya bers ama-sama kedua jamunya, bercakap-cakap
seraya meminum kopi. laki"laki sambil merokok dan perempuan
memakan sirih: "Engku, bolehkah hamba paparkan sekarang kesulitan hamba,
yang telah membawa hamba sampai kemari dan telah menyus ahkan
Engku beranak is tri?" kata Sutan Ali Akbar.
"Memang kami ingin benar mendengar hal ihwal Engku itu.
Bila mungkin dapat kami menolong Engku, dengan segala suka
hati akan kami berikan pertolongan itu." kata Sutan Alam Sah.
"Syukurlah. Memang telah hamba rasai, semenjak hamba
bertemu dengan anak Engku Mr. Muhammad Yatim tadi, pada
Engkulah hamba akan mendapat pertolongan untuk menyampai-
kan hasrat hamba itu. "Semoga demikianlah hendaknya."
"Hamba kemari ini mencari saudara tua hamba, Sutan Ali
Rasyid, yang telah berpuluh-puluh tahun meninggalkan Inderapura
dan sampai sekarang belum kembali dengan tiada hamba ketahui
di mana ia ada sekarang dan apakah ia masih hidup, walaupun
pada rasa hati hamba ia telah tak ada di dunia ini lagi." Di sini
suara Sutan Ali Akbar menjadi pilu bunyinya dan ia berhenti sesaat
berkata"kata. "Oleh sebab tujuan perjalanan abang hamba itu rasanya
tiada ke darat, melainkan ke laut. hamba usahakanlah mula"mula
mencarinya di negeri-negeri yang ada di pinggir laut, arah ke
selatan, yaitu Muko-Muko. Bangkahulu. Bintuhan, Mana, Kerui,
dan Teluk Betung. Tetapi sia-sia belaka. Ke Jakarta belum hamba
. .-?""-'2...--"
'234 Assam www ,; -, rfp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: pergi, sebab rasanya ia takkan ke sana. Tetapi jika usaha hamba di
Padang Hilir dan Padang Hulu tiada pula berhasil, mungkin hamba
akan ke Jawa juga, untuk menghabiskan was"was hamba.
Sudah itu... sudah itu, ya, akan duduklah hamba bercinta-
kannya di Inderapura, sampai kepada ajal hamba. Kalau ia telah
meninggal, tentulah segera kami akan bertemukembali di akhirat,"
kata Sutan Ali Akbar, sedang air matanya tergenang di pelupuk
matanya. "Walaupun hamba sampai waktu ini tetap bekerja di Padang
ini, tetapi belum hamba mendengar nama Sutan Ali Rasyid. Kalau
beliau ada di sini, niscaya tahulah hamba."
"Inilah sebabnya harapan hamba bulat pada Engku, karena
Engku di Padang ini: Tinggi tampak jauh, besar jolong bersua.
IS'leh karena Engku tiada bertemu dengan dia, mungkin ia tiada
mendarat di Padang ini, tetapi misalnya di Pariaman atau di Padang
Darat." "Bagaimana rupa beliau itu?"
"Tak ubahnya dengan rupa hamba. Kami berdua sebagai
pinang dibelah dua, karena kami kembar. Ia lebih tua setengah
jam dari hamba. Di masa muda kami, rupa kami tak ubahnya dengan rupa anak
Engku, Mr. Muhammad Yatim ini, sehingga kami tadi terkejut,
tatkala mula-mula melihat rupa anak Engku ini. Dan pengharapan


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

timbullah dalam hati kami, di sim akan berhasil usaha kami.
Saudara hamba tentu tak mungkin beliau ini. Tetapi boleh jadi
anak atau cucunya. Tatkala ia berangkat dari Inderapura, dalam
usia kurang lebih 40 tahun, ia mempunyai seorang anak perempuan
yang bernama Puti Nuriah yang waktu itu berumur 17 tahun.
Mula-mula hambaberharap, istri Engkulah kemenakan hamba
Puti Nuriah itu. Tetapi tatkala hamba dengar dari anak Engku
nama beliau Sitti Mariama dan mentua Engku bernama Sutan
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 235 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Bendahara, hilanglah pengharapan itu." Sutan Alam Sah berpaling
kepada istrinya, yang mendengarkan dengan perhatian yang besar,
cerita jamunya itu. Bahwa roman Mr. Yatim serupa dengan rupa
Sutan Ali Akbar, telah dilihatnya, tatkala ia mulai bertemu dengan
bangsawan Inderapura itu tadi. Di dalam pikirannya mengilat
sinar yang kecil, dalam gelap gelita yang meliput asal usul anak
angkatnya. Mr. Yatim dan Sitti Mariama terdiam, karena pengharapan
yang sedemikian timbul pula dalam hati mereka. Jika benar asal
usul Mr. Yatim dap at dicari dalam kaum keluarga Sutan Ali Akbar
ini, alangkah baiknya. Niscaya terlepaslah ia dari tuduhan berasal
rendah dan dapatlah disampaikannya cita-citanya dengan Puti
Bidasari. Jika diperhatikan benar-benar, memang dapat dikatakan
Sutan Ali Akbar dan Mr. Yatim serupa. Hanya pembawaan tua dan
uban Sutan Ali Akbarlah yang menimbulkan perbedaan.
"Apa sebabnya kakak Engku itu meninggalkan Inderapura
dan tiada kembali lagi ke sana, seakan-akan telah menghitamkan
negerinya?" Mendengar pertanyaan ini terdiam Sutan Ali Akbar sejurus
lamanya. Awan yang mendung datang meliputi wajah mukanya
yang jernih, sedang matanya mulai merah, sebagai hendak berair.
"Memang ia rupanya telah menghitamkan Inderapura dan
sebabnya ialah kesalahan hamba sendiri, sehingga, bercerailah
hamba dengan saudara kandung hamba yang satu"satunya.
Sekarang barulah hamba menyesal dengan sesalan yang tiada
putus"putusnya. Tetapi memang sesal dahulu pendapatan, sesal
kemudian tak berguna," kata Sutan Ali Akbar pula dengan suara
sayu. "Kami berdua anak Tuanku Regen Inderapura dan mendapat
pusaka dari ayah kami, yang berupa rumah, sawah dan kebun,
-"--"2.---"
'236 Assam www ,; -, rfp -----".='.__--- x V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: perahu dan ternak dan lain"lainnya, sama banyak. Tetapi karena
nafsu hendak lebih hamba ganggulah abang hamba dan hamba
ambil bagiannya. Dengan demikian terjadilah perbantahan antara
kami, yang akhirnya menjadi persengketaan, sehingga ia pergi
dari Inderapura meninggalkan hamba dengan membawa harta
bendanya yang dapat dibawanya.
IS'leh sebab itu dapatlah hamba miliki sekalian harta pening"
galan ayah kami dan puaslah hati hamba. Tetapi kepuasan ini tiada
berapa lamanya, karena harta yang sekian banyaknya itu tiada
berguna bagi hamba. Sedang bagian hamba sudah cukup buat
hidup hamba dalam negeri kecil sebagai Inderapura.
Di situ timbullah sesal dalam hati hamba. Hamba berjanji
di hati akan mengembalikan sekalian hartanya, kalau perlu akan
hamba tambah dengan harta hamba, tetapi abang hamba tak ada
lagi. Ke mana perginya tiada hamba ketahui. Untuk pergi men-
carinya tiada pula hamba berani. Takut kalau"kalau ia masih marah
kepada hamba. Bertahun-tahun lamanya hamba terapung-apung antara
penyesalan hamba atas kesalahan hamba kepada saudara dan
ketakutan serta malu kepadanya. Tetapi akhirnya tiada dapat lagi
hamba tahan hati hamba, lalu hamba minta pertolongan kepada
sekalian saudagar"saudagar kenalan hamba yang suka merantau
ke mana"mana, untuk mencarikan abang hamba itu', tetapi sia"sia
belaka. Jangankan bertemu, kabar beritanya sekali pun tidaklah
didapat. Sudah itu dengan sengaja hamba suruh beberapa orang yang
hamba upah, semata-mata untuk mencari dia. Itu pun tiada ber-
hasil. Akhirnya pergilah hamba sendiri mencarinya, kalau-kalau
hamba lebih beruntung. Sebagai telah hamba katakan tadi, hamba
coba mencarinya ke selatan dan sekarang hendak hamba coba ke
utara. ?""__F" 6P Amril: dm %mm 237 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Hasrat hati hamba, sebelum hamba meninggal dunia, bertemu
juga hendaknya lebih dahulu dengan dia. Jika tiada, dengan anak
cucunya, supaya dapat hamba bawa mereka pulang ke Inderapura,
untuk mengembalikan sekalian harta benda saudara hamba kepada
mereka. Jika dikehendaki mereka, bagian hamba pun boleh mereka
ambil. Apa gunanya bagi hamba harta itu. karena hamba sudah tua
dan tiada pula beranak. Untuk kehidupan hamba sendiri pada hari
tua ini, tiada seberapa hamba perlukan.
Lain daripada itu, sekarang nyata benar pada hamba, bahwa
harta bukannya dapat memberi kesenangan saja kepada manusia,
tetapi dapat pula membawa kejahatan, menceraikan saudara
dengan saudara. Demikianlah riwayat hamba yang sedih ini. Oleh sebab engku
dan anak Engku orang yang berpangkat tinggi di Padang ini dan
mempunyai kekuasaan, hamba pintalah belas kasihan Engku
berdua, supaya sudi juga menolong hamba dalam usaha hamba
ini, karena hamba sendiri telah tua, tiada mempunyai daya upaya
lagi, walaupun hamba ingin mengelilingi dunia sekalipun untuk
mencari kakak hamba ini. Mungkin sekali badan yang telah tua
ini akan rubuh dijalan dengan tiada dapat menyampaikan maksud
hamba itu." Sutan Alam Sah dengan istrinya begitu pula Mr. Yatim sangat
iba mendengar kemalangan orang tua itu, yang sungguhpun
berdosa, tetapi telah insaf akan kesalahannya dan telah berjanji
akan menebus dosanya. " Apa yang dapat hamba kerjakan, niscaya akan hambalakukan
untuk menolong Engku dalam hasrat Engku ini," kata Sutan Alam
Sah. "H amba pun demikian pula," kata Mr. Yatim yang makin
tertarik hatinya kepada bangsawan tua ini.
"Janganlah Engku"Engku pikirkan biayanya. Berapa saja akan
hamba tanggung. Biarpun habis harta bagian hamba, tiada hamba
sesalkan. 233 Assam www ;;; -, rfp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Maksud hamba yang kedua ialah hendak mewasiatkan sekalian
harta itu. Siapa tahu kalau"kalau hamba meninggal dunia sebelum
bertemu dengan abanghamba itu atau turunannya, supaya diberikan
harta itu kepada saudara hamba itu atau kepada turunannya. Kalau
mereka tak ada lagi dibagi-bagikan kepada kaum keluarga hamba
di Inderapura. Maukah Engku menolong hamba dalam hal ini. "
"Mengapa tidak" Tetapi pada rasa hamba perkara ini lebih
sempurna dapat diuruskan oleh anak hamba, yang lebih mengerti
dalam hal itu daripada hamba," kata Sutan Alam Sah.
"Bagaimanakah pikiran Engku Mester" Dapatkah Engku
mengabulkan permintaan hamba itu?"
"Dengan segala suka hati. Esok hari atau bila saja Engku
sempat, kita pergi kepada Notaris di sini untuk menyelesaikan
perkara itu," sahut Mr. Yatim.
"Terima kasih, Engku, terima kasih! Sekarang hilanglah seka"
lian was"was hamba tentang harta itu. Tak dapat hamba nyatakan
kegirangan hati hamba dan kesyukuran hamba setelah mendapat
kepastian ini dari Engku. Inilah pula suatu sebab maka hamba
datang kepada Engku. Siang malam tak dapat hamba senangkan hati hamba karena
kuatir harta abang hamba yang telah hamba miliki itu tak jatuh
kembali ke tangan yang berhak, tetapi habis tak tentu di tangan
orang lain. Sedang mereka memboroskan uang ini, mungkin abang
hamba dengan anak dan cucunya kelaparan, karena kemelaratan,"
kata Sutan Ali Akbar pula dengan perkataan yang kian lama kian
perlahan-lahan diucapkannya dan akhirnya tiada kedengaran lagi.
Sekalian yang mendengar tiada pula berani berkata"
kata, seakan-akan takut mengganggu orang tua ini menyadari
untungnya. Setelah berdiam diri sejurus lamanya, diminumnyalah air
kopinya yang telah menjadi dingin karena beriwayat yang sedih
ini. Sudah itu barulah ia berkata pula: "Sekarang Rohana, tahulah
Adinda, kepada siapa akan meminta pertolongan tentang harta
*_*-__" 6P Amd: dm %mm 239 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
benda itu atau tentang hal"hal kita yang lain"lain, kalau Kanda
lebih dahulu harus meninggalkan dunia ini daripadamu. "
"Ya, Kanda," sahut Puti Rohana dengan suara yang pilu.
"Dan hamba pun meminta pula beribu terima kasih atas
kesudian Engku Hopjaksa dan Engku Mester. Begitu pun kepada
Rangkayo yang telah sudi menyambut kami ini. "
"Itu tak usah disusahkan lagi, Rangkayo. Mulai sekarang
pandanglah kami sekalian, sebagai mereka yang telah hilang itu
dan perbuatlah kami sebagai saudara Rangkayo dan Engku," jawab
Sitti Mariama. "Terima kasih! Terima kasih!" kata Puti Rohana dan Sutan
Ali Akbar, karena terharu mendapat keluarga bangsawan dan
berpangkat tinggi yang sebaik ini.
Ketika Sutan Ali Akbar akan memasang rokok nipahnya, tiba"
tiba matanya terharu beberapa lama pada cincin emas bermata
zamrud pada jari manis Mr. Yatim sehingga kayu api yang
diunjukkan Mr. Yatim habis terbakar. Jika tiada dibuang oleh Mr.
Yatim puntung api"api itu, niscaya terbakarlah jarinya, karena
tangannya telah dipegang oleh Sutan Ali Akbar dengan kuatnya
sebagai tiada hendak dilepaskannya lagi.
"H amba mintalihat cincin zamrud Engku Mester ini," katanya
dengan gugup rupanya. Mr. Yatim yang masih heran melihat kelakuan Sutan Ali Akbar
ini, menyabut cincin zamrudnya dari jarinya, lalu mem-berikannya
kepada jamunya itu. Dengan tangan yang gemetar disambut Sutan Ali Akbar cincin
itu, lalu diperiksanya dengan saksama. Cincin itu tebal emas
ikatannya, sedang matanya yang dari zamrud itu tipis dan bujur
telur bentuknya. Dalam warnanya yang hijau permai itu terang
berbayang lima sinar yang memancar. Dalam memeriksa itu
kelihatan muka Sutan Ali Akbar kian lama kian berubah dan
tangannya yang memegang cincin ini makin lama makin gemetar.
-"--"2.---"
'240 Assam www ;;; -, rfp
-----".='.__--- ; V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Kemudian dicabutnya cincin zamrudnya yang dipakainya pada jari
manisnya pula, lalu diperbandingkannya kedua cincin itu, dengan
saksama pula. Setelah selesailah Sutan Ali Akbar memperbandingkan cincin
itu, lalu keduanya diberikannya kepada Mr. Yatim seraya berkata
dengan gemetar bibirnya, "Pilihlah Engku, yang mana cincin
Engku!" Sutan Alam Sah dan istrinya yang sangat takjub pula melihat
kelakuan jamunya ini, lalu berdiri mendekati anaknya yang sedang
memilih, mana cincinnya dan mana cincin jamunya, tetapi tiada
dapat memperbedakannyakedua cincin itu, sebab sangat serupanya.
Pun kedua orang tua Mr. Yatim tiada pula dapat mengenali lagi
yang mana cincin anaknya dan yang mana cincin jamunya.
"Sungguh tak dapat hamba perbedakan kedua cincin ini karena
tak ada perbedaannya," kata Mr. Yatim dengan herannya.
"Engku atau Rangkayo?" tanya Sutan Ali Akbar.
"Kami pun tak dapat," kata Sutan Alam Sah yang telah
memeriksa pula kedua cincin itu.
"Betul mengherankan," kata Sutan AliAkbar. "Memang dahulu
cincin hamba ini dibuat 2 bentuk oleh seorang pandai emas yang
ahli dan atas permintaan ayah hamba disamakan segala-galanya:
besarnya, beratnya, ikatannya, dan matanya. Mata kedua cincin itu
asalnya dari sebuah zamrud yang dibelah dua, sehingga keduanya
menjadi tipis dan ceper dan coraknya serta bentuknya pun sama
pula. Tetapi ada tanda untuk memperbedakan keduanya. Yaitu di
belakang matanya digariskan huruf Arab "alif" pada yang sebuah
dan huruf "ra" pada yang sebuah lagi yakni simbul, nama hamba
dan nama abang hamba. Dan tanda itu pun ada pada kedua cincin
ini. Nyatalah cincin yang dipakai Engku Mr. Mohd. Yatim, adalah
kawan cincin hamba ini. Sekarang haraplah hamba Engku sudi menceritakan kepada
hamba dari mana Engku peroleh cincin ini. Hamba tiada sak lagi
bahwa cincin ini memang cincin kakak hamba Sutan Ali Rasyid,
"'"--_S?""'-?"- .
6P Amd: dm %mm 241 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
pasangan cincin hamba. Dan jika dikatakan orang Engku turunan
saudara hamba itu, dengan segera hamba percayai. Tidak pun
dikatakan orang, hamba sendiri telah bersangka sedemikian,
tatkala hamba baru melihat rupa Engku di kapal tadi, karena istri
hamba mengatakan rupa Engku serupa benar dengan rupa kami,
di masa kami masih muda."
"Tentang asal usul cincin ini hamba tak tahu," jawab Mr.
Yatim. "Tanyakan kepada ayah hamba! Selama hamba ingat, cincin
itu telah ada pada hamba. "
"Bolehkah hamba mendapat keterangan dari Engku, bagai"
mana cincin ini sampai ke tangan anak Engku?" tanya Sutan Ali
Akbar kepada Sutan Alam Sah.
Sutan Alam Sah tiada lekas menjawab, seakan-akan ia malu
membuka rahsia Mr. Yatim. Dan tiada pula diketahuinya, sukakah
anak angkatnya ini dibukakan rahsia keturunannya kepada orang
yang baru dikenalnya. Oleh sebab itu menolehlah ia kepada Mr.
Yatim, sebagai hendak bertanya, bolehkah dibukakannya rahsia ini
atau tidak. "Pada rasa hamba baik Ayah berterus terang saja," kata Mr.
Yatim, "sebab rupanya di sini telah berbayang jalan gelap bagi kita
selama ini. " Sutan Ali Akbar dan Puti Rohana heran mendengar perkataan
Mr. Yatim ini, karena memang ada rupanya rahsia di balik riwayat
cincin itu. Pengharapan Sutan Ali Akbar timbul pula kembali, bahwa tak
mustahil Mr. Yatim ini turunan kakaknya Sutan Ali Rasyid juga.


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"H amba harap janganlah Engku bersangka bahwa hamba
bertanyakan hal ini semata-mata karena ingin hendak mengetahui
saja, tetapi karena perkara ini rasanya sangat penting untuk men
dapat keterangan dalam kehilangan abang hamba yang sekian lama
telah hamba cari dengan amat susah payah. Sekarang nyata, bukan
rupa anak Engku saja yang sama dengan rupa abang hamba, tetapi
cincin mereka pun sama pula. "
-"--"2.---"
'242 Assam www ;;; -, rfp
-----".='.__--- ; V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Jika demikian benar kehendak Engku, baiklah!"
Sutan Alam Sah lalu menceritakan keadaan Mr. Yatim, bahwa
dia bukanlah anak kandungnya, tetapi adalah anak angkatnya,
yang dipungutnya dari seorang tukang pedati.
"Sekalipun kami sekali"kali tak percaya Yatim anak kandung
tukang pedati itu, tetapi bukti yang nyata belum kami peroleh,
untuk menyangkal perkataan tukang pedati itu," kata Hopjaksa
seterusnya. "Sekalian usaha kami sampai kepada waktu ini sia"sia
belaka. Bertambah-tambah sulit perkara ini bagi kami, karena hal
Yatim yang demikian telah menjadi alangan yang besar baginya,
untuk dapat mengawini kemenakan hamba, anak kakak hamba,
yang sangat dicintainya dan sangat pula mencintainya. "
"Tetapi apa buktinya hamba bukan anaknya, kalau ia berkeras
mengatakan hamba anaknya?" kata Mr. Yatim. "Persangkaan
bukan kepastian. Dan kalau hamba memang bukan anaknya, apa
sebabnya ia tiada hendak berkata benar. Mungkin ada faedahnya
hamba tetap diakunya anak kandungnya, kalau ayah Hopjaksa
dengan keras meminta kepadanya, supaya rahsia ini jangan sekali-
kali dibukakannya, karena hamba akan diakui anak kandung oleh
ayah Hopjaksa. Jika ditilik dari lahirnya, atau menurut kebiasaannya atau
menurut kira"kira kita saja, memang rupanya tak mungkin anak
kucing akan menjadi anak harimau. Tetapi benarkah hal ini tak
mungkin terjadi" Jangankan ini, kebalikannya baru-baru ini telah
kita lihat, yaitu anak harimau menjadi anak kucing, karena penyia"
nyiakan asuhannya dan kurang pendidikannya. Mengapa hamba
sebagai anak tukang pedati tak dapat menjadi orang baik"baik,
apabila asuhan dan pendidikan hamba baik?"
Sekalian yang mendengar pembelaan ini terdiam, memikirkan
alasan yang dikemukakan oleh Mr. Yatim, lebih-lebih Sutan Alam
Sah dan istrinya Sitti Mariama.
"'"--_S?""'-?"- .
6P Amd: dm %mm 243 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Syukurlah sekarang telah kedapatan suatu bukti yang dapat
memberi kepastian kepada kita. Yang harus kita selidiki lagi,
berhakkah Engku Mr. Yatim atas cincin ini atau tiada. Jika berhak
bagaimana jalannya," kata Sutan Ali Akbar.
"Oleh sebab Engku Mr. Yatim sendiri tiada tahu bagaimana
beliau mendapat cincin ini, mungkin Engku Sutan Alam Sah tahu
hal ini. " "Sayang sungguh perkara cincin ini tidak hamba perhatikan
benar," jawab Sutan Alam Sah. "Karena kebesaran hati telah
memperoleh Yatim, tiadalah hamba tanyakan lagi kepada tukang
pedati, Malim Batuah, dari mana asalnya atau apa artinya cincin
ini maka dipesannya supaya disimpan benar"benar dan kemudian
disuruh pakainya oleh Yatim, kalau ia sudah besar. Pada pikiran
hamba karena cincin ini mempunyai sesuatu khasiat, sebagai
banyak disangkakan orang. Mungkin Yatim sendiri bersangka
cincin ini berasal dari hamba. "
"Memang benar," kata Mr. Yatim. "Sampai tadi hamba
bers angka cincin ini tanda mata dari Ayah. Itulah sebabnya hamba
sangat heran tatkala Engku mengenal cincin ini sebagai cincin
saudara Engku, pas angan cincin Engku."
"Di mana sekarang tukang pedati Malim Batuah itu?" tanya
Sutan Ali Akbar. Telah kami usahakan mencarinya, tetapi sampai sekarang
masih sia"sia belaka. Kamipun yakin, tak lain melainkan Malim
Batuah inilah yang dapat memberi keterangan yang jelas tentang
asal usul Yatim. Tetapi mengapa tiada hendak dikatakannya,
walaupun hamba paksa ia dan hamba katakan dengan berterang"
terang, sekali"kali hamba tiada percaya Yatim anak kandungnya,
walaupun ia bersumpah dengan Ouran sekalipun, karena tak ada
suatu pun yang bersamaan antara keduanya.
Hamba bersangka Malim Batuah itu telah menerima Yatim
dari orang tuanya yang sebenarnya dengan perjanjian, tiada
. .--?"-'2...--"
'244 Assam www ;;; -, rfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: boleh membukakan rahsia asal usulnya. Oleh sebab itu ia harus
mengakuinya sebagai anak kandungnya. "
"Tiada boleh membukakan rahsia asal usul Mr. Yatim
Bukankah ini untuk menghilangkan sekalian jejak abang hamba,
kalau benar ia datuk Mr. Yatim, supaya jangan dapat hamba
mencarinya lagi?" kata Sutan Ali Akbar perlahan"lahan dengan pilu
suaranya, sebagai ia berkata kepada dirinya sendiri. Tetapi ia tiada
diberi termenung oleh Sutan Alam Sah yang seakan-akan menyesal
telah mengeluarkan perkataan yang menyedihkan hati jamunya
itu karena ia berkata pula: "Sebagai telah hamba katakan tadi,
kakak hamba Puti Renosari tiada suka menerima Yatim sebagai
menantunya, karena ia yakin Yatim anak Malim Batuah, sedang
hamba ingin benar hendak mendudukkannya dengan kemenakan
hamba Puti Bidasari, anak kakak hamba itu. Apalagi sebab ia
kemenakan hamba, jadi tanggungan hamba.
Hamba majukan Yatim sampai ke Eropa, itu pun karena
hamba ingin kemenakan hamba yang telah hamba pelihara sejak
kecilnya bersama-sama dengan dia, mendapat jodoh yang baik
dan layak. Tetapi orang tuanya tiada dapat menghargai ketinggian
dan kemuliaan ini hanya karena Yatim tiada berasal bangsawan
saja. Apabila benar Yatim turunan kakak Engku, niscaya hilanglah
sekalian alangan dari pihak kakak hamba dan sampailah sekalian
cita"cita dan idam"idaman kami dan Engku pun dapat pula
mencapai hasrat hati Engku."
"Alangkah besar hati hamba, jika benar demikian," kata Sutan
Ali Akbar dengan mengesah, sebagai orang yang telah mendapat
cita"citanya yang sangat dihasratkannya.
"Oleh sebab itu marilah kita usahakan pula lebih giat untuk
mencari Malim Batuah itu, yang jadi kunci dalam rahsia ini. Segala
biaya akan hamba tanggung. Hamba pinta Engku berdua pun
menjalankan segala kekuasaan Engku untuk mengetahui di mana
adanya Malim Batuah itu sekarang.
"'"--_S?""'-?"- .
6P Amd: dm %mm 245 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Ah, ya. Tak dapatkah Engku mintakan dengan resmi kepada
polisi atau Pemerintah Negeri untuk mencarikan Malim Batuah
itu?" "Mungkin dapat, walaupun alasannya yang resmi boleh di"
katakan tak ada. Tetapi kita coba."
Sejak waktu itu diperkeraslah usaha mencari tukang pedati
Malim Batuah, sedang Hopjaksa dan Mr. Yatim mengirim surat
ke mana"mana, meminta pertolongan polisi dan Kepala Negeri
mencarikan orang yang dimaksud itu.
MWBM Dalam sebuah pedati kerbau kedengaran suara seorang laki"
laki bersenandung perlahan"lahan sebagai sedang menyadaruntung.
Pedati itu berhenti dalam suatu pekarangan rumah di kampung
Bunian di Payakumbuh. Tiada berapa jauh dari pedati ini, berbaring seekor kerbau
jantan yang amat besarnya. Binatang itu tiada memamah biak
sebagai biasanya kalau ia berbaring dan rumput yang di hadapannya
tak habis dimakannya seakan"akan kurang seleranya, karena bahu
kanannya luka besar dan rupanya diobati dengan kapur sirih.
"Malim! Jangan berdendang juga! Carikanlah aku kayu bakar,
untuk memasak nasi. Karena hari telah pukul 10 siang. Akan
makankah Malim pagi ini atau tidak" Kalau tidak, boleh saja
kerjakan pekerjaanku yang lain!" kata seorang perempuan yang
berumur kira"kira 45 tahun,,yang hendak bertanak nasi, di atas
sebuah tungku tiada berapa jauh dari sana, tetapi tiada mempunyai
kayu bakar. Sebetulnya dari tadi dia sudah membuang matanya ke
kanan dan ke kiri, melihatkan kalau"kalau ada kayu yang kering
dekat itu. Tetapi di mana"mana dilihatnya tak ada.
Tetapi entah karena tak terdengar atau karena enggan, laki"
laki tadi tiada kelihatan keluar dari dalam pedatinya, bahkan
suaranya kedengaran pula bersenandung, sebagai membujuk
dirinya sendiri: % . 6P Alwi: m %)?"sz 247
;: % mmmmumum Balai Pustaka "Apa a'isesaipaa'a tua'ung "
tua'ung saji terina'ak Bantan,
Apa disesal pada untung"I
sudah nasib permintaan badan.
Patah galah penjolok jantung,
jantung menimpa baju cita.
Bukannya salah bunda mengandung,
Baa'anku jua yang buruk pinta. "
Rayuan laki"laki ini mungkin disebabkan oleh suasana alam
pada waktu itu, yang memang menjauhkan kenang"kenangan
dan memilukan hati. Karena hari gelap-gelap teduh. Panas tidak,
hujan pun tidak. Walaupun hari masih pagi, tetapi matahari telah
tertutup oleh sekelompok awan hitam. Jalan lengang, dan sunyi.
Anjing tiada menyalak, kambing tiada mengembik. Lembu tiada
melenguh, dan kerbau tiada menguak. Hanya wirwir kedengaran
berbunyi di pokok kayu, lalu terbang ke tempat lain, mencari sinar
matahari yang menggirangkan. Jauh kedengaran ayam betina
berkotek dengan bunyi yang garib.
"Kalau marah bawakan tidur, kalau sedih bawa berjalan," kata
orang. Sekarang M alim Batuah, karena memang sedang sedih, tetapi
dibawanya tidur. Oleh karena itu makin bertambahlah kesedihannya,
sehingga tak kuas aiakeluar dari dalam pedatinya,untuk membantu
istrinya, yang berteriak minta tolong kepadanya, mencarikan kayu
api, untuk memasak nasi. Apa yang disusahkannya"
Telah beberapa hari ia tak dapat bekerja, sehingga tiada pula
mendapat upah dan karena itu mungkin pula akan puasa bebera"
pa lamanya. Uang simpanannya telah habis. Untuk meminta uang muka
kepada toko langganannya, yang biasa menyuruh mengangkut
barang dagangannya ke mana"mana, berat rasa hatinya. Oleh
karena selalu harus membawa barang"barang ini, tiada tetap
-"--"2.---"
'243 Mala: www -, 45P -----".='.__--- x V mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
tempat tinggal Malim Batuah, tetapi selalu berpindah"pindah dari
suatu negeri ke negeri lain. Acapkali tak ada dua hari ia tinggal
pada suatu tempat, tetapi sdiari itu juga harus meneruskan
perjalanan"nya ke tempat lain. Tak janggal, kalau ia dinamakan
"kelana pedati".
Rumah tangganya, harta bendanya, mata pencariannya
hanyalah pedati dan kerbaunya. Jik tak ada ini atau tak dapat
dipergunakannya, tak bekerjalah ia dan artinya: makan angin
benar-benar. Malim Batuah ini baru datang dari Batu Sangkar, mengangkut
barang dagangan induk semangnya. Di tengah jalan terpaksa ia
berhenti di tepi hutan karena kemalaman, lalu tidur di dalam
pedatinya. Tetapi malam itu kerbaunya diserang oleh harimau.
Untunglah ia berhenti itu bersama-sama dengan beberapa orang
temannya, tukang pedati pula. Sebagai biasanya dalam hal yang
sedemikian, dilepaskan mereka kerbau mereka disuruhnya melawan
harimau itu, sedang mereka sendiri bersembunyi dalam pedati
mas ing-m as ing. Walaupun harimau yang kelaparan ini lekas lari karena di"
serang oleh kerbau yang banyak, tetapi kerbau Malim Batuah
luka bahunya oleh cakar harimau yang buas itu. Luka ini segera
diobatinya dengan kapur, tetapi kerbaunya sakit juga, karena luka
itu amat besar, sehingga kerbau ini tak dapat bekerja. Dengan
pertolongan kawan"kawannya sampai juga ia dengan selamatnya
ke Payakumbuh tempat yang ditujunya, tetapi di sana ia terpaksa
beristirahat beberapa hari lamanya, karena kerbaunya masih
sakit. Demikianlah untung nasib kelana pedati. Tiada berkampung
berhalaman, tiada berumah tangga yang tetap lagi, melainkan
selalu mengembara dari suatu tempat ke suatu tempat, dari suatu
negeri ke suatu negeri: Bagai betung bulat tak bersegi, pipit jantan
tak bersarang; terguling ke mana digulingkan dan tidur di mana
ke halaman. '--"-__'=T"'?"?"- .
6P Aun am %mm 249 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Hal inilah yang menyebabkan Malim Batuah pagi itu tiada lekas
meninggalkan rumah, bilik dan tempat tidurnya, tetapi berawan
hati, bersenandung dengan berpantun, menyadar untungnya yang
malang. Tiba-tiba didengarnya istrinya. Mak Inang, menjerit: "Malim.
lekas keluar! Kerbau mati. "
Dengan sekali lompat saja Malim Batuah sudah di luar
pedatinya, lalu berlari"lari memburu ke tempat kerbaunya seraya
berkata, "Kerbauku mati! Kerbauku mati!" Karena matanya selalu
melihat kerbaunya, jatuhlah ia tertelungkup ke tanah karenakakinya
tersangkutpadagalahpedatinya. Tetapi tiada diindahkannya. Segera
ia berdiri lalu berlari pula. Pikirannya hanya pada kerbaunya, yaitu
nyawanya yang memberi penghidupan kepadanya dan istrinya.
Setelah sampai ke tempat kerbau ini, dilihatnya kekasihnya
ini masih bernapas dengan tenangnya sambil menoleh kepadanya,
sehingga direnungnyalah kerbaunya ini beberapa lamanya dengan
herannya. "Katanya engkau telah mati, Kuat. Tetapi mungkinkah kerbau
mati masih dapat bernapas dan melihat tuannya. " lalu ia menoleh
kepada istrinya yang pura-pura asyik menghidupkan api, sebagai
tak tahu apa"apa, tetapi pada mukanya nyata terbayang hatinya
amat geli melihat keheranan suaminya.
"Mengapa kaukatakan kerbau mati, Inang, sedang ia masih
sehat dan segar?" tanyanya dengan garangnya, sebagai orang yang
marah. "Siapa mengatakan kerbau mati. Yang kukatakan api yang


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati, karena kekurangan kayu bakar," sahut Mak Inang dengan
tenang suaranya: "Rupanya engkau hendak menyuruh aku mati, supaya dapat
berlaki lain. Untung kakiku yang tersangkut di galah. Jika kepala-
ku, tentu patah leherku!" kata Malim Batuah yang mulai bata"bata
akan perkataan yang didengarnya tadi.
-"--"2.---"
'250 Mala: %Wfiwe -. 45P Tatkaia kerbau Malim Batuah diserang harimau
?""-"-..S"_?"'-?"-
"g." :i. Aua- am .Gfmmaizw
. I . & '--...____'-_._"_"---.
ih "Bukan hamba yang menyuruh Kakak mati, tetapi Kakak
yang menyuruh hamba mati. sebab Kakak yang menyuruh orang
bertanak dengan api mati," sahut Mak Inang yang tiada hendak
undur rupanya walaupun ia benar telah membohongi suaminya.
"Memang aku tak boleh beristirahat, biar sekejap mata pun,
untuk merasakan kelelahanku biarpun aku bekerja siang malam,
petang dan pagi. Kewajibanmu harus aku pula yang mengerja"
kannya," bersungut Malim Batuah panjang lebar karena diras ainya
ia telah diperdayakan oleh istrinya. Tetapi ia pergi juga mencari
kayu bakar karena perutnya memang telah lapar.
Setelah diberikannya kayu itu kepada istrinya, pergilah ia
mandi pada sebuah sumur yang dekat di sana. Sesudah mandi,
nasi pun telah masak, lalu makanlah ia berdua dengan istrinya di
dalam pedatinya. Belum selesai mereka makan, tiba"tiba datanglah dubalangD
Tuanku Laras kepadanya, lalu bertanya: "Engkaukah tukang pedati
yang bernama Malim Batuah?"
"Benar, Kak Dubalang," jawabnya dengan herannya, sedang
istrinya berhenti makan sebentar, karena hatinya tak enak
didatangi dubalang dengan cara yang resmi ini.
"Yang berasal dari Indarung di Padang?" tanya dubalang
pula. "Benar, Kak Dubalang. Mengapa?"
"Engkau dipanggil kepala Pengadilan Padang."
"Hamba: dipanggil Kepala Pengadilan Padang?"
tanyanya dengan bertambah"tambah herannya, sedang
perkataannya keluar sepatah"patah dari mulutnya.
"Benar" "Mengap a" Dan orang itu" Hamba tak kenal padanya. "
1) Hulubalan g -"--"2.---"
'252 Mala: tawwa?; -. dp "Kalau kautanyakan "mengapa?" jawabku "entahlah"karena aku
pun tak tahu. Tetapi kalau kautanyakan "siapa dia", sudah kujawab!
"Kepala Pengadilan" yaitu Kepala dari segala penghukuman, yang
berat dan yang ringan di seluruh Padang. Ia berkuasa menghukum
orang yang salah, dari hukuman penjara sehari sampai seumur
hidup. Ya. lebih dari itu. Hukuman gantung, pancung, bedil, sula,
rajam, sekat, rendam, denda, dan banyak lagi yang lain-lain, dapat
dijatuhkannya. " Mendengar perkataan ini terkejutlah hati Malim Batuah,
sehingga tak dapat ia meneruskan makannya, sedang istrinya
pucat mukanya karena ketakutan.
"Mengapa hamba dipanggilnya" Karena hamba tak kenal
kepadanya." "Tetapi ia kenal kepadamu. Jika tidak mengapa engkau
dipanggilnya" Memang bias anya: balam lupa kepada jerat, tetapi
jerat tak lupa kepada balam."
"Tetapi apa kesalahan hamba?" tanya Malim Batuah, sedang
mukanya menjadi pucat pula sebagai muka istrinya.
"Tentang kesalahanmu, engkaulah yang harus lebih
mengetahuinya daripada aku. Aku hanya mendapat perintah disuruh
memanggil engkau dan membawa engkau kepada beliau."
IIApa salahmu, Kak?" tanya Mak lnang dengan gemetar
bibirnya. "Tak adakah utangmu yang belum dibayar atau barang
tambangan yang belum kaubawa, sedang upahnya telah kauterima
lebih dahulu. " "Tak ada." "lkutlah aku. Nanti akan kaudengar sendiri apa kesalahanmu.
Jika engkau tak bersalah, tentu takkan dihukum."
"Tetapi badannya tak enak," kata Mak Inang dengan menangis
karena dahsyat mendengar perkataan "hukum" itu. Di matanya
telah terbayang, suaminya diseret ke tiang gantungan, untuk
menjalankan hukuman mati di sana. Kalau ia tak ada lagi, siapa
*_*-__" 6P Anai: dm %mm 253 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
yang akan menjalankan pedatinya" Dan kalau pedatinya tak
berjalan, dari mana ia mendapat uang untuk kehidupannya?"
"Jangan banyak dalih! Ia harus mengikut dengan baik. Tak
boleh membantah. Bagiku, ia sakit atau tak sakit, hidup atau mati,
harus kubawa kepada Kepala Pengadilan.
Pakai pakaianmu Malim Batuah! Karena engkau harus
menghadap orang besar yang tinggi pangkatnya dan besar
kuasanya. Tak boleh sebarang saja. "
Setelah dipakai Malim Batuah pakaiannya yang terbaik lalu
diikutnyalah dubalang Tuanku Laras ini dengan hati yang was"was
dan kuatir. "Jaga pedati baik-baik dan obat luka si Kuat! Kalau aku tak
kembalilagi, pergilah kepada Tauke Baba Li dan ceritakan halku! "
pesan Malim Batuah kepada istrinya tatkala akan berangkat.
"Baik-baik menjaga diri, Kak! Jangan sampai kena hukuman,"
sahut Mak lnang dengan berhamburan air matanya.
Tiada berapalamamerekaberjalan, keduanya ke rumah Tuanku
Laras Payakumbuh. Di sana dilihatnya Tuanku Laras sedang duduk
bercakap-cakap dengan Hopjaksa Padang, Sutan Alam Sah, yang
masih diingatnya. "H a, engkau Malim Batuah! Duduklah! Masih ingatkah engkau
akan daku. Aku Hopjaksa Padang yang meminta anakmu Yatim, di
Indarung dahulu. " "M asih, Engku. Masakan hamba lupa kepada Engku yang telah
memungut anak hamba itu," sahut Malim Batuah lalu duduk di atas
sebuah bangku, sedang dubalang yang membawanya tadi diminta
lalu dari sana oleh Tuanku Laras.
"M asih ingatkah engkau kepada Yatim" Tak lupakah engkau
kepadanya, kalau engkau bertemu sekarang dengan dia?" tanya
Hopjaksa pula. "Tentu tidak, Engku; mas akan hamba lupa kepada anak
kandung hamba sendiri. Tentu ia sekarang telah besar. Telah
_ . --"-"'2..---*
254 .am am tawwa?; ,; -. dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: berumur kurang lebih 2" tahun, kalau tak khilaf hamba," sahut
Malim Batuah, yang mulai tenang hatinya, karena mendengar
tegur sapa yang ramah itu.
"Mengapa engkau dalam 25 tahun ini tak pernah datang
kepadaku melihat anakmu" Sampai hati benar engkau."
"Bagaimana hamba akan datang kepada Engku, sebab selalu
dirundung kemelaratan. Pindah dari suatu tempat ke suatu tempat,
untuk mencari rezeki sesuap pagi dan sesuap petang. Datang pun
hamba melihatnya, apa gunanya" Karena ia telah ada dalam tangan
Engku yang lebih utama. Lain daripada itu hamba kuatir, kalau"kalau kedatangan
hamba, rahsia ia anak hamba jadi terbuka, sedang Engku hendak
mengakuinya anak kandung Engku."
"Jadi masih tetap anakmu, anak kandungmu" Dalam 25
tahun ini rupanya tentang perkara itu belum ada perubahan dalam
hatimu." "Perubahan hanya dari anak kandung hamba, menjadi anak
angkat Engku." Hopjaksa Sutan Alam Sah tersenyum mendengar jawab
Malim Batuah yang bijak ini, tetapi ia heran juga akan ketetapan
hatinya. Pada waktu itu masuklah Sutan Ali Akbar dan Mr. Yatim
ke tempat itu. Tatkala Malim Batuah melihat Sutan Ali Akbar
ini terngangalah mulutnya dan terbeliaklah matanya sebagai ia
melihat arwah orang yang telah mati, lalu keluar perkataannya
dengan sendirinya, "Engku Sutan Ali Rasyid! Engku Sutan
Ali Rasyid! Ah, tak mungkin. Beliau telah meninggal," lalu
ditutupnya matanya, sebagai hendak melenyapkan sesuatu khayal
dari pemandangannya. Mendengar perkataan Malim Batuah yang akhir ini tertahanlah
langkah Sutan Ali Akbar, lalu ia menekur dengan mengucapkan
kalimah: "lnna lillahi wa inna ilaihi rajiun!" lalu ia berkomat kamit
membaca doa, sedang air matanya jatuh berderai ke lantai.
*_*-__" 6P Anai: dm %mm 255 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Sutan Alam Sah dan Mr. Yatim ikut pula berdukacita karena
mendengar kabar yang sedih ini. Tetapi kesedihan itu adalah
disertai pula oleh kegirangan, karena di sini telah terbuka satu
daripada rahsia yang sampai kepada waktu itu disembunyikan oleh
Malim Batuah dan yang telah terbuka karena ia terkejut tiba"tiba
melihat rupa Sutan Ali Akbar yang serupa benar dengan Sutan
Ali Rasyid, yang rupanya dikenal Malim Batuah. Hal ini dapat
dipergunakan untuk mengumpan rahsia yang lain-lain yang
lebih perlu, yang mungkin akan disembunyikan juga oleh Malim
Batuah. "Jadi engkau kenal kepada almarhum Engku Sutan Ali Rasyid,
bukan?" mendesak Hopjaksa kepada Malim Batuah dengan segera,
setelah duduk Sutan Ali Akbar dan Mr. Yatim di atas kursi.
"l.. i... i... ya, Engku," jawab Malim Batuah dengan gagap dan
berat lidahnya. Sekarang ia telah insaf perkataannya yang telah
telanjur, telah membuka rahsia yang sampai kepada waktu itu
dapat disembunyikannya. "M alim Batuah! Aku harap sekarang engkau berkata terus
terang kepadaku tentang asal usul Yatim yang kauberikan kepadaku
25 tahun yang silam. Karena tidak sedikit penting artinya asal usul
Yatim ini baginya, bagiku, bagi Engku iniyang kau pandang sebagai
Engku Sutan Ali Rasyid, yang telah berpulang, sebagai katamu tadi,
tetapi yang sebenarnya Engku Ali Akbar, adik almarhum Engku
Sutan Ali Rasyid, yang rupanya sebagai pinang dibelah dua dengan
beliau yang telah tak ada itu, sehingga engkau tadi jadi sesat.
Beliau datang dari lnderapurakemarihendak mencari kakaknya
yang telah hilang itu dengan keluarganya. Bertahun-tahun lamanya
telah diusahakannya mencari keterangan tentang almarhum ini,
baru sekarang diperolehnya tanda bukti, bahwa kakak beliau itu
telah datang ke Padang ini, karena cincin yang kauberikan untuk
Yatim dahulu, dikenalnya sebagai cincin almarhum Sutan Ali
Rasyid. Tahukah engkau bahayanya bagimu, cincin ini?"
-"--"2.---"
'256 Mala: tawwa?; -. -----".='.__--- x 5!"
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Tidak, Engku," sahut Malim Batuah dengan bingungnya.
"Engkau boleh didakwa telah membunuh Engku Sutan Ali
Rasyid, karena hendak mencuri cincin emasnya."
"H amba membunuh Engku Sutan Ali Rasyid karena hendak
mencuri cincin?" tanya Malim Batuah dengan gelisah dan geram"
nya sedang matanya menentang Sutan Alam Sah, sebagai tiada
menerima tuduhan ini. "Tentu, karena engkau yang kenal padanya, engkau yang tahu
ia telah meninggal dunia dan sekarang cincin emasnya engkau
pula yang memberikannya kepada Yatim. Tiadakah engkau yang
terlebih dahulu akan disangka telah membunuh almarhum itu"
Kecuali kalau ia meninggal tidak karena dibunuh dan hal ini harus
dipastikan lebih dahulu."
Malim Batuah terdiam mendengar perkataan Hopjaksa itu
sebagai dipikirkannya dalam-dalam maknanya.
"Bagi Yatim tiada sedikit pula pentingnya untuk mengetahui
asal usulnya yang sebenar-benarnya. Karena ia sekarang telah
berpangkat tinggi, telah menjadi Kepala Pengadilan di Padang
dengan bergelar mester dan doktor, lalah yang meminta datang
engkau kemari, karena hendak mengetahui asal usulnya yang
sebenarnya ini. Tak kenalkah engkau lagi kepada anak kandungmu ini?"
"Masakan hamba lupa kepada anak hamba sendiri," jawab
Malim Batuah. "Inilah dia anakmu Yatim, yang telah kauberikan kepadaku
25 tahun yang telah lalu," kata Hopjaksa pula dengan menunjuk
kepada Mr. Yatim, yang duduk dekat Sutan Ali Akbar seraya
tersenyum karena mendengar bohong tukang pedati ini.
Malim Batuah termangu"mangu melihat Mr. Yatim yang
tiada dikenalnya lagi, seakan-akan tiada percaya ia akan perkataan
Sutan Alam Sah. la tiada berdiri memburu atau memeluk mencium
anaknya ini atau memperlihatkan sukacitanya karena pertemuan
"-?"._5"-?"?"-_
6P Anai: dm %mahm 257 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
kembali, sesudah perceraian yang sekian lama. Dipandangnya Mr.
Yatim sebagai orang yang baru dilihatnya.
Tetapi Mr. Yatim pergi mendapatkannya, lalu memeluk
bahunya seraya berkata, "Apa kabar, Pak" Di mana Mak sekarang"
Adakah ia baik"baik saja. "
"Kabar baik eng... Yatim. Mak ada di Bunian menjaga pedati,
sebab kerbau sakit."
"Baiklah, nanti hamba ke sana bertemu dengan Mak. Sekarang
haraplah hamba supaya Bapa ceritakan asal usul hamba yang
sebenar-benarnya. Karena hamba pun tak percaya pula, hamba
ini anak kandung Bapa. Cobalah pikirkan cincin zamrud itu saja!
Engku Sutan Ali Akbar dapat membuktikan dengan nyata bahwa
cincin itu meruanglah cincin kakak beliau, Sutan Ali Rasyid, yang
Bapa kenal, karena ada suatu tanda pada mata cincin ini yang
tiada kita ketahui. Mengapa cincin itu ada pada Bapa dan mengapa
Bapa amanatkan kepada Ayah Hopjaksa, supaya disimpan benar"
benar dan disuruh pakai kepada hamba, kalau hamba telah besar.
Bukankah ini menyatakan bahwa ada perhubungan hamba dengan
almarhum Engku Sutan Ali Rasyid. Jika terus Bapa rahsiakan
perkara ini, memang Bapa boleh didakwa mencuri cincin ini dan
supaya dapat memilikinya, membunuh Engku Sutan Ali Rasyid
lebih dahulu, yang tentu saja tidak Bapa lakukan," kata Mr. Yatim
dengan membujuk. Oleh sebab Malim Batuah rupanya masih ragu"ragu untuk
membukakan rahsia Yatim, disambunglah perkataan ini oleh Sutan
Alam Sah, "Lain daripada itu aku ingin benar hendak mengawinkan


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yatim dengan kemenakanku Puti Bidasari. Tetapi karena engkau
tetap mengakui ia anak kandungmu, tiada dapat kusampaikan
keinginan ini, karena asal usulnya." Malim Batuah rupanya terharu
mendengar perkataan Hopjaksa ini, tetapi masih tetap berdiam diri
walaupun telah terdesak dari kiri dan dari kanan. Oleh sebab itu
diambillah akal yang lain oleh Sutan Alam Sah, "Jika engkau tiada
253 Mainz %WW gigi ', &P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: hendak berkata terus terang, terpaksalah aku mendakwamu di
muka hakim, telah membunuh almarhum Sutan Ali Rasyid, karena
hendak mencuri cincin emasnya. "
"Hamba membunuh Engku Sutan Ali Rasyid?" kata Malim
Batuah dengan marah rupanya. "Hambalah dengan orang tua
hamba yang menolong beliau sejak semula beliau ke Padang ini
sampai beliau meninggal dunia dengan anak istri beliau sampai
kepada cucu beliau, Yatim ...." terloncat pula perkataan Malim
Batuah, karena panas hatinya didakwa telah menganiaya Sutan
Ali Rasyid. "Jadi benar Yatim cucu almarhum Engku Sutan Ali Rasyid,
bukan?" kata Hopjaksa dengan tenangnya.
Di situ terdiam pula Malim Batuah karena teringat perkataan
nya telah telanjur lagi dari mulutnya. Setelah termenung sejurus,
berkatalah ia: "Ap aboleh buat! Hamba telah terdesak dan perkataan
hamba telah telanjur, tak dapat surut kembali. Bukan salah hamba,
karena hamba tak dapat bersoal jawab melawan Engku. Sekarang
akan hamba ceritakanlah dengan sebenar-benarnya hal ihwal
almarhum Engku Sutan Ali Rasyid, sejak mula ia sampai ke Padang.
Kalau dahulu hamba rahsiakan perkara ini, semata-mata karena
hamba telah bersumpah kepada beliau, tiada akan menceritakan
hal ihwalnya kepada siapa pun juga.
Hamba takut dimakan sumpah."
"Syukur alhamdulillah!" mengucap Sutan Alam Sah karena
girang hatinya. Mr. Yatim pun tiada pula terkira-kira besar hatinya, karena
sekarang dapatlah mengetahui asal usulnya.
Sutan Ali Akbar berdiri seraya berkata, "Tunggu sebentar! Jadi
sekarang telah pasti Mr. Muhammad Yatim cucu kandung kakak
hamba, Sutan Ali Rasyid, bukan Malim Batuah" Jika hamba belum
mendapat kepastian ini tiadalah akan dapat hamba dengar cerita
kakak hamba itu dengan tenang."
"Benar, Engku. Demi Allah!" sahut Malim Batuah.
*_*-__" 6P Anai: dm %mahm 259 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Sutan Ali Akbar dengan segera memeluk Mr. Yatim dan
dengan air mata yang berhamburan ia berkata, "Cucuku! Memang
dari semula telah tertarik hatiku kepadamu!
Ya Allah! terima kasih akan kurniamu ini."
Puti Rohana yang mendengarkan sekalian pemeriksaan ini
dari dalam bersama-s ama dengan Sitti Mariama dan rangkayo
istri Tuanku Laras Payakumbuh, keluarlah, lalu memeluk Mr.
Yatim pula dengan bercucuran air matanya seraya berkata,
"Cucuku, Nenek pun bersyukur pula kepada Tuhan yang Pengasih
Penyayang, karena telah mempertemukan kita di dunia ini. Semoga
kita dapat bers ama-sama di dalam masa yang lama', tiada.bercerai-
cerai lagi. " Setelah puas berpeluk"pelukan dan bertangis-tangisan ini
berkatalah Sutan Alam Sah yang masih terharu oleh pertemuan ini,
"Kaulihat sendiri Malim Batuah, betapa besar faedah pengakuanmu
tadi itu. Nanti akan lebih kaurasai pula. "
Sesungguhnya tukang pedati ini pun terharu pula melihat
kesyukuran Sutan Ali Akbar, karena telah bertemu dengan cucu
kakaknya yang dicarinya dan tiadalah ia menyesal telah telanjur
keluar perkataannya membukakan rahsia ini.
Beberapa lamanya sesudah itu barulah Malim Batuah dapat
meriwayatkan kisah almarhum Sutan Ali Rasyid, dari awal sampai
ke akhirnya, didengarkan oleh sekalian yang hadir dengan perhatian
yang sangat besar. Demikian ceritanya:
"Kira"kira 30 tahun yang telah lalu ya, 30 tahun Engku
masih teringat oleh hamba rasa kemarin terjadilah. Hamba
waktu itu baru berumur 20 tahun.
Pekerjaan hamba menambangkan dos bapa hamba, yang
tinggal di seberang Lubuk Begalung, ke Padang dan kadang"kadang
ke Bandar Buat. Pada suatu hari menumpanglah dalam dos hamba seseorang
yang rupanya serupa benar dengan Engku Sutan Ali Akbar ini', kata
beliau, beliau hendak ke Lubuk Begalung.
26" Mala: tawwa?; ,; -. dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Walaupun pakaian beliau sederhana, tetapi nyata kelihatan
oleh hamba beliau seorang baik"baik, mungkin orang berpangkat.
Tetapi oleh karena rupanya beliau sebagai harimau yang hendak
menyembunyikan kuku, di jalan ke Lubuk Begalung tiadalah
hamba tanyakan hal ihwal beliau. Hamba kuatir kalau-kalau beliau
waham. Sungguhpun demikian hamba tanyakan juga apa maksud
beliau pergi ke Lubuk Begalung itu, suatu tempat di luar kota
Padang, sedang hamba memang tinggal di sana.
Jawab beliau akan mencari sebuah rumah yang dapat dibeli
beliau, untuk ditinggali beliau sendiri. Jika dapat, yang agak jauh
di luar kota, karena beliau biasa tinggal di tempat yang sunyi.
Maksud beliau hendak tinggal di sana dengan anak istri beliau,
karena hendak bercocok tanam.
Kebenaran pula bapa hamba ada dua rumahnya di seberang
Lubuk Begalung itu. Yang sebuah, yang disediakannya untuk
hamba, hendak dijualnya: uangnya akan dibelikannya pedati
dengan kerbaunya, supaya dap at hamba jalankan, sedang dos yang
hamba tambangkan pada waktu itu hendak dijalankannya sendiri.
Dengan demikian akan bertambahlah mata pencarian kami.
Oleh sebab itu hamba bawalah engku asing ini, yang
menamakan dirinya Encik Ali, s ehingga kami mula-mula bersangka
beliau berasal dari Palembang, kepada bapa hamba.
Letak kampung kami sangat beliau setujui, sebab sunyi
terpencil, sehingga dengan segera dibeli beliau bagian hamba itu
dari bapa hamba dengan harga 300 rupiah. Hari itu juga kami
kembali ke kota Padang mengambil keluarga Encik Ali ini
"Yaitu istrinya yang berumur 36 tahun dan anak perempuan
beliau yang berumur 1" tahun, bukan?" menyela Sutan Ali
Akbar. "Benar, Engku," kata Malim Batuah, lalu meneruskan cerita"
nya, "istri beliau kata beliau namanya Sawilah dan anak beliau
Aminah. Keduanya amat elok parasnya, yang menambah keras
*_*-__" 6P Anai: dm %mahm 261 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
persangkaan kami, mereka bukan orang sebarang, tetapi orang
yang berasal baik"baik juga. "
"Rupanya ditukar mereka nama mereka, supaya jangan
diketahui orang siapa mereka sebenarnya, karena nama kakak
hamba yang sesungguhnya Sutan Ali Rasyid, nama istri beliau
Puti Khadijah dan nama anak beliau Puti Nuriah," kata Sutan Ali
Akbar pula. "Itu pun benar, Engku. Tetapi nama mereka yang sebenarnya
ini kemudian baru diberitahukan beliau kepada kami, tatkala beliau
akan berpulang ke rahmatullah
Setelah turun dari kapal, mereka mula"mula menumpang di
rumah seorang nelayan di Kampung Berok. Hanya beberapa hari
saja, sementara mencari tempat yang baik untuk mereka dan
setelah mereka tinggal dekat kami, mereka hampir tak keluar-luar
rumah, sebagai benar"benar mereka menyembunyikan diri. Tetapi
dengan segera mereka membeli sawah dan kebun yang ditanami
mereka buah"buahan dan sayur"sayuran.
Untuk kehidupan mereka sehari-hari mereka berdagang hasil
bumi yang berguna setiap hari. Dagangan ini dibawa bapa hamba
ke pasar Kampung Jawa, kalau ia pergi menambangkan dosnya ke
sana. Pedati kerbau yang mulanya akan dibeli bapa hamba, dibeli
beliau dan disuruh beliau jalankan oleh hamba. Pendapatannya
kami bagi dua. Rumah, sawah, dan pedati kerbau tadi dibeli beliau dengan
menjual perhiasan emas intan anak beliau yang banyak rupanya,
sehingga kami mula-mula bersangka memang sungguh beliau
seorang saudagar emas intan dari Palembang.
Setelah Encik Ali ini tinggal beberapa lamanya dekat kami
dan hidup sebagai berkeluarga dengan kami, penghidupan kami
kian lama kian baik dan beliau sendiri rupanya makin lama makin
betah beliau tinggal secara demikian di luar kota Padang. Hanya
berhubungan dengan orang lain rupanya beliau masih belum suka.
Kami pun beliau pesan benar-benar supaya jangan berkata-kata
262 .am am www ;;; -. dp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: kepada siapa pun tentang diri beliau. Sangkakanlah sebagaibeliau
tak ada, kata beliau kepada kami.
Persangkaan kami yang mula"mula yaitu beliau, menyem"
bunyikan diri karena sesuatu kesalahan, kami lenyapkan. Karena
kian lama kian bercampur dengan beliau, makin yakin kami, beliau
bukan seorang yang melarikan diri karena sesuatu kesalahan.
Tetapi apa sebabnya beliau berlaku sedemikian, tiada dapat pula
kami ketahui. Acapkali beliau duduk termenung seorang diri beberapa
lamanya, sampai mengeluarkan air mata, sebagai ada sesuatu yang
didendam beliau dalam hati beliau, yang sangat mendatangkan
kesedihan dan kepiluan. Tetapi apa yang menyedihkan beliau itu,
tiada hendak beliau katakan. "'
Di situ Sutan Ali Akbar menutup mukanya dengan kedua
belah tangannya, sebagai hendak menyembunyikan air matanya
yang mengalir, karena diketahuinya benar apa yang menyedihkan
hati abangnya. "Adalah kira-kira dua tahun lamanya kami hidup dengan
selamatnya dan dapat dikatakan dengan cukupnya bersama"sama
keluarga Encik Ali, beliau dengan istri beliau sebagai bersaudara
kandung dengan mak dan bapa hamba, hamba dengan anak beliau
Aminah, tiba-tiba datang kemalangan yang pertama," kata Malim
Batuah dengan pilunya. "Engku Encik Ali tiba-tiba jatuh sakit keras. Berapa pun kami
panggilkan dukun, tiada menolong. Tatkala akan sampailah ajal
beliau, lalu dipanggil beliau kami sekalian. Setelah disuruh beliau
kami bersumpah sekaliannya, tiada akan membukakan rahsia yang
dikatakan beliau, barulah diakui beliau, bernama Sutan Ali Rasyid,
istri beliau Puti Khadijah dan anak beliau Puti Nuriah yang berasal
dari is tana Inderapura dan lari ke sana karena berbantah dengan
saudara beliau yang bernama Sutan Ali Akbar, lalu diberikan beliau
kepada anak beliau Puti Nuriah cincin zamrud yang s ekarang dipakai
oleh Mr. Yatim, dengan amanat yang keras, supaya disimpan baik-
"-"-_._s?"?"?"-_
6P arga- dm %mm 263 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
baik dan diberikan kepada turunan beliau yang laki"laki, karena
cincin itu suatu tanda kekeluargaan.
Sebentuk cincin yang serupa benar dengan itu ada pada adik
beliau Sutan Ali Akbar di Inderapura. Jika keluarga atau turunan
beliaukemudian akan kembalike Inderapura, perlihatkanlah cincin
itu kepada sanak saudara mereka yang masih ada di sana.
Setelah beliau meminta terima kasih kepada kami atas seka"
lian kebaikan kami kepada mereka dan meminta supaya keluarga
beliau ini tetap kami pandang sebagai kaum keluarga kami sendiri,
berpulanglah beliau ke rahmatullah dengan nama "Ali Akbar" pada
bibir. Di situ menangislah pula Sutan Ali Akbar akan kematian
saudaranya yang malang ini yang disebabkannya sendiri. Jika
tiada didengarnya tusukan setan iblis dan tiada diturutkannya
hawa nafsunya yang loba, tiadalah sampai abangnya berpulang
mengandung dengan sedih dendam yang sedemikian itu. Mungkin
belum ia meninggalkan dunia inimelainkan menjaditua pula sebagai
ia pada waktu itu dan jika meninggal pun akan dimakamkanlah
dengan up acara yang besar, sebagai adat raja-raja.
Yang melipurkan hatinya dan menimbulkan perasaan syukur
kepada saudaranya ini, ialah karena ia ingat kepada adiknya
dan niscaya mengampuni sekalian dosanya padanya di dalam
sakaratal mautnya. Ia pun mendoakan supaya arwah kakaknya
ini dilapangkan di dalam kuburnya, diampuni dosanya dan dapat
rahmat dan nikmat di alam barzah.
Mr. Yatim pun pilu pula mendengar nasib datuknya yang
malang ini, yang meninggal, tersembunyi di desa kecil dalam
keadaan yang melarat. Pun hadirin yang lain yang mendengar
kematian yang sedih ini, ikut berdukacita.
"Atas permintaan istri beliau, kami makamkanlah jenazah
beliau dengan cara yang amat sederhana, bersama"sama beberapa
setangga kami yang dekat-dekat di sana saja. Pun atas kehendak
_ . --"-"'2..---*
264 .am am www ;;; -. dp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: istri beliau pula tiadalah kami kirimkan kabar ke Inderapura
tentang wafatnya Engku Sutan Ali Rasyid. "
"Sepatutnyalah mereka masih marah kepadaku," kata Sutan
Ali Akbar dalam hatiya. "Malim! Kuharap kautunjukkanlah kuburan
saudaraku itu kepadaku, nanti kalau kita kembali ke Padang. "
"Baiklah Engku," sahut Malim Batuah.
"Lama Puti Khadijah dan Nuriahberkabung karena ditinggalkan
Engku Ali Rasyid, tetapi akhirnya dapat juga disabarkan mereka
hatinya. Kami yang menerima amanat dari Engku Sutan Ali Rasyid,
yang mempertaruhkan anak dan is tri beliau kepada kami dan yang
memang belas kasihan akan kemalangan kedua Puti ini, yang telah
menyerahkan untungnya kepada kami, berusaha seboleh"bolehnya
untuk melipur hati keduanya.
Tiap"tiap hamba datang dari menambangkan pedati mereka,
hamba bawalah buah tangan untuk keduanya, yang diterima
mereka dengan girang. Pun bapa dan mak hamba melebihkan
mereka daripada dirinya sendiri, bukan saja karena sayang dan
belas kasihan kepada mereka, tetapikarenakemujuran kami dalam
kehidupan kami yang baru, terutama karena mereka.
Kira"kira setahun sesudah Engku Sutan Ali Rasyid meninggal
dunia, datanglah pula kemalangan yang kedua.
Hamba sedang ada dirumah. Tak pergi ke mana-mana, sebab
badan hamba rasa lak enak. Hari Rabu akhir. Dari kota Padang
datanglah sekumpulan anak"anak muda, kurang lebih 40 orang,
mandi"mandi dan makan"makan dengan membawa makanan dan


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

minuman serta bunyi"bunyian, merayakan hari Rabu yang akhir
ini dalam tahun itu. Dengan bernaung di bawah pohon ketapang
yang amat besar dan rindang, di seberang rumah kami, dipotong
merekalah kambing untuk dibuat gulai kurma dan bagar dan
dimasaklah oleh mereka nasi gabuli.
Sebagian dari mereka mandi-mandi di sungai, bersenda gurau
bersuka"sukaan dengan bersindir"sindiran dan kias"mengias.
*_*-__" 6P Anai: dm %mahm 265 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Sebagian dari mereka menari kaparinyo, gambus dan sempaya
menurut lagu yang dimainkan pada biola, kecapi dan suling,
ditingkah dengan gendang dan rebana. Ada pula yang menyanyi
mengikutkan lagu itu dengan berpantun dan bersyair"syairberbalas"
balasan. Tetapi ada pula yang memencak dan berandai, masing-
masing dengan kesukaan mereka, seraya meminum minuman
keras, sampai ada yang mabuk, meracau tak ingatkan diri.
Sekalian kesukaan mereka ini dapat hamba perhatikan dengan
saksama, karena tempat mereka berabu akhir ini tepat berhadap-
hadapan dengan rumah kami. Ada beberapa di antara mereka yang
menyandang bedil, yang menyeberang sungai ke arah kami, karena
hendak membedil"bedil burung punai yang banyak di sana.
Tatkala merekalalu di sisi rumah kami, kebenaran Puti Nuriah
keluar, pergi mengambil air ke sumur, yang tiada berapa jauh dari
rumah kami. Ketika terpandang oleh mereka kecantikan Puti
Nuriah, berkatalah seorang dari pemuda itu yang bernama Datuk
Gampo Alam, "Hai, hai! Tak kus angka tepian ini ada penghuninya,
Mak Acik Sutan Pamenan! Cobalah lihat Putri Bungsu yang
ditinggalkan saudara"saudaranya itu sedang mencari baju songsong
baratnya yang dicuri oleh Malim Deman, sehingga ia tak dapat
terbang kembali ke kayangan. "
"Siapa katamu?" berseru Sutan Alam Sah dengan terkejut
sedang Mr. Yatim dan orang yang lain"lain heran melihat Hopjaksa
ini bertanya sedemikian itu.
"Sutan Pamenan, bangsawan yang terkenal kaya dan royal
itu." "Di mana"mana ia ada," kata Mr. Yatim yang masih teringat
akan perkara Mak Uning yang diadilinya.
"Memang beramai"ramai seperti inilah kesukaannya dari
dahulu," kata Sutan Alam Sah.
"Rupanya Sutan Pamenan inilah yang menjadi kepala kumpulan
itu," kata Malim Batuah pula. "Karena ialah yang disegani orang
dan diturut orang segala kemauannya. "
266 Mala: www ;;; -. dp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Seakan"akan di kota kekurangan perempuan cantik, maka
sampai mencari ke mudik ini. Kalau Datuk hendak berumah,
empat sekali hamba adakan, asal jangan di Lubuk Begalung ini,"
kata Sutan Pamenan dengan tiada mengindahkan.
"Ya, tetapi merpatihutan tak selamanya mudah dapat digetah,"
kata seorang temannya yang bernama Sutan Ismail, "sebagai kata
pantun, Gelang bajang didiang basah,
tulang dibakar baunya tengit.
Dipandang gampang dipegang susah,
sebagai bulan di atas langit."
"Bagiku tak ada yang susah, walaupun Putri Bungsu dari
kayangan sekalipun. Engkau kenal padaku?" sahut Sutan Pamenan
dengan angkuhnya. "Jangan tekebur, Sutan. Manusia bersifat gawai. Hanya Tuhan
yang bersifat kadim," kata Sutan Ismail dengan bencinya karena
tak suka melihat keangkuhan kawannya itu.
"Seratus rupiah untukmu, kalau aku tak dapat mengawini
perempuan mudik itu malam ini juga," kata Sutan Pamenan yang
mulai panas hatinya. "M alam ini juga" Ha, ha, ha! Aku tahu kekayaan dan
keroyalanmu, begitu pula keberanian dan kegagahanmu. Tetapi
untuk mengawini perempuan, walaupun perempuan mudik
sekalipun, harus ada waktu yang lebih dari sehari."
"Bukan uang yang seratus rupiah itu saja yang akan kau
peroleh, tetapi engkau boleh pula menusuk mulutku sebagai
seorang yang pembohong, kalau perempuan itu tak dapat kukawini
malam ini juga," kata Sutan Pamenan dengan marahnya.
"Baiklah. Seratus rupiah pula akan kutambahkan kepada biaya
perkawinanmu, untuk pembeli minuman, kalau benar engkau
"-?"._5"-?"?"-_
6P Anak dm %mahm 267 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
dapat mengawini perempuan itu malam ini juga," jawab Sutan
Ismail yang tiada hendak kalah dari temannya dan saingannya
Sutan Pamenan ini. "Baiklah. Sekalian kawan"kawan kita yang ada ini jadi saksi."
"Bagus, bagus! Kami akan menjadi semuanya. Berapa hari
lamanya peralatan ini, Sutan Pamenan?"
"Seberapa engkau suka saja," sahut Sutan Pamenan pula lalu
ia berbalik hendak ke rumah kami.. Tatkala dilihatnya hamba ada
berjalan di belakang mereka, karena sesungguhnya dengan sengaja
hamba turutkan mereka dari belakang, untuk mendengarkan
sekalian percakapan dan maksud mereka, lalu bertanya Sutan
Pamenan kepada hamba: "Anak siapa perempuan yang masuk ke
rumah itu." Hati hamba telah lama tak enak mendengar percakapan dan
pertaruhan pemuda"pemuda bangsawan ini, yang telah terkenal
buruk kelakuannya kepada anak istri orang. Hamba kuatir akan
nasib Puti Nuriah, kalau Sutan Pamenan telah mempertaruhkannya
sedemikian ini. Karena hamba memang telah mendengar kekerasan
hati Sutan ini mempertahankan kemegahannya dalam perkara
yang sedemikian ini. "
Hati Sutan Alam Sah dengan istrinya serta Mr. Yatim mulai
berdebar mendengar riwayat ini, kuatir kalau-kalau Sutan Pamenan
ini pula ayah Mr. Yatim. "Sekarang apa yang akan jawab hamba" Berbohong untuk
melindungi Puti Nuriah, mungkin bertambah tak baik, karena
mereka telah melihat Puti Nuriah masuk ke rumahnya.
Oleh sebab itu hamba jawab, "Anak orang di sini, tetapi
ayahnya telah meninggal dunia."
"Mamaknya atau ibunya atau keluarganya yang lain?" tanya
Sutan Pamenan pula. "Mamaknya tak ada. Keluarganya yang lain"lain tak hamba
kenal, Ia tinggal berdua dengan ibunya dalam rumah itu. "
-?"-?"-'2..---"
ass Muba"n gamang -. 5P
"Baik. Bawalah aku kepada ibunya itu. "
"Oleh karena hamba tak hendak menjauhi pemuda-pemuda
ini, hamba bawalah mereka kepada Puti Khadijah, lalu Sutan
Pamenan berkata, "Mak, hamba ini Sutan Pamenan, bangsawan
yang terkenal di Padang. Mungkin Mak telah mendengar nama
hamba. Jika belum, tanyakanlah kepada kawan"kawan hamba ini.
Hamba datang ini untuk meminang anak Mak yang hamba
lihat ke sumur tadi. Malam ini juga hendak hamba kawini dia.
Hamba harap Mak sukakan, karena jika tidak Mak sukakan,
akan hamba kawini juga ia tidak dengan sesuka Mak. Mak tak
usah bersusah payah apa-apa. Segala biaya dan keperluan, hamba
tanggung. Uang hamba cukup untuk membiayai perkawinan yang
seratus kali lebih mahal dari ini."
Puti Khadijah tak dapat menjawab. Hanya air matanya yang
jatuh berderai karena perbuatan Sutan Pamenan yang merajalela
inratas anaknya yang seorang.
"Tetapi Mak Acik, tak dapatkah kita tunggu dua tiga hari lagi
untuk bersedia-sedia, sup aya dapat dilangsungkan perkawinan ini
dengan sempurnanya, secara adat orang bangsawan?"
Inilah yang dapat hamba kemukakan untuk mendapat tangguh
beberapa hari, kalau"kalau dalam waktu itu kami dapat mencari
akal untuk membatalkan perkawinan ini.
"Bukankah telah kaudengar tadi pertaruhanku dengan Sutan
Ismail ini" Tidak, malam ini juga kukawini perempuan ini. Jika
tak dapat dengan baik, dengan kasar. Berkemas"kemaslah! Sekalian
biaya akan kubayar, sebagai kataku tadi.
Bukan adat sutan"sutan di Padang membelanjai perkawinan"
nya, bahkan ia harus dijemput dengan uang dan barang-barang
oleh perempuan bangsawan pun. Sekarang ia sebagai perempuan
mudik, dapat Sutan dengan cuma-cuma dan tiada pula harus
mengadakan sekalian yang perlu. Puti Padang pun akan bersyukur,
kalau ia mendapat pisang yang telah terkupas seperti ini," kata
Sutan Pamenan dengan marah rupanya, lalu disuruhnya kawan-
*_*-__" ;.':._5 ,_ 6P arga- dm %mm 269
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
kawannya ke seberang memanggil teman"temannya yang lain dan
menyuruh mereka menyeberang ke rumah Puti Khadijah dengan
sekalian bawa-bawaannya. Sekalian yang mendengar, menggeleng"gelengkan kepalanya
karena perkawinan paksaan yang tiada semena-mena ini',
semata"mata karena hendak menurutkan hati muda yang tiada
mengindahkan apa pun. Tetapi memang tingkah laku Sutan
Pamenan ini dengan kawan"kawannya telah diketahui orang
seluruh kota Padang. Hanya belum ada yang berani mencegah atau
melawan karena kekuasaan bangsa dan hartanya dengan teman"
temannya yang banyak dan setia kepadanya itu, amat besar.
Mr. Yatim dan orang tuanya telah lama tak sedap hatinya
mendengar nama Sutan Pamenan ini yang sangat dikenali mereka
dari pihak yang tak dapat dikatakan baik. Rupanya ia pula ayah
Mr. Yatim yang telah sekian harum namanya dan tinggi pangkat"
nya itu" Karena ia telah dikatakan Malim Batuah tadi memang
cucu Sutan Ali Rasyid. IS'leh sebab itu perhatiannya sangat terikat
kepada cerita tukang pedati yang sangat berjasa kepada keluarga
datuknya ini. "Apa daya hamba seorang diri untuk menentang kemauan
Sutan yang berkuasa ini dengan kawan"kawannya yang bersenjata
dan sekian banyaknya itu. Oleh sebab itu segeralah hamba beri
tahukan hal inikepada bapa hamba yang tiadapergi menambangkan
dosnya karena hari Rabu akhir itu. Tatkala didengarnya kabar ini,
ia hanya dapat menggeleng"gelengkan kepalanya seraya berkata,
"Demikianlah nasib kita yang tiada berdaya ini. Dipermain"
mainkan, diperbuat sesuka hati, oldi orang yang berkuasa, yang
sebenarnya harus membela kita. Tidak diturut binasa badan,
jika diturut aib nama. Mana yang hendak dipilih?" Lalu kami
rundingkanlah perkara ini bersama"sama Puti Khadijah dan mak
hamba masak-masak. Pada pikiran hamba baik kita turutkan kemauan mereka.
Karena sesungguhnya tak ada jalan lain yang dapat kita lalui.
2?" Asam www -, 45P di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Daripada tertelungkup, baik miring. Yang tak baik dalam hal ini
ialah sebabnya dan cara ia mengawini Puti Nuriah. Kalau bangs a"
nya nyata tinggi, sepadan dengan Puti Nuriah, apalagi katanya ia
suka menanggung segala biaya perkawinan, yang sesungguhnya
jarang dilakukan sutan"sutan di Padang ini," kata hamba.
"Pikiran hambapun demikian pula," katabapahamba. "Karena
sesungguhnya Sutan Pamenan ini tak dapat ditentang kemauannya.
Biarpun bagaimana, akan diteruskannya juga kesukaannya.
Baginya: terbujur lalu, terbelintang patah. Namun anak kita akan
diambilnya juga. Kita juga yang binasa.
Oleh sebab itu marilah kita menyerah. Sementara itu kita
usahakan supaya perkawinan ini sedapat"dapatnya dilangsungkan
juga secara resmi, walaupun dengan serba sederhana. Jika kita
rintangi, niscaya akan dirampasnya dengan kekerasan anak kita
atau dilarikannya. Bertambah buruk jadinya nama kita. "
IIM emang benar kata kakaknya itu. Tak ada jalan lain, karena
untungkamilah yang malang. Sesudah ditinggalkan Engku, sekarang
ditimpa pula oleh kehinaan ini," kata Puti Khadijah dengan amat
pilu suaranya, sedang air matanya berlinang"linang ke pipinya.
Dengan segera kami adakanlah sekalian yang amat perlu dan
kami undanglah sekalian orang yang harus hadir. Dengan per"
tolongan setangga kami dan sahabat kenalan kami yang dekat-
dekat, dapat juga kami hiasi rumah Puti Khadijah, kami pinjam
pakaian pengantin dan kami perbuat tempat ketiduran yang baik.
kami sediakan makanan dengan piring cangkirnya, sedang kadi
pun kami panggil pula. Sutan Pamenan pun berusaha pula menepati sekalian
perjanjiannya. Kawan-kawannya dikerahkannya mencari dan
mengadakan sekalian keperluan. Makanan dan minuman dibelinya
dari toko yang ada di Lubuk Begalung. Beras, kambing dan ayam
ditambahnya dan uang untuk belanja dan keperluan yang lain"
lain diberinya, sehingga sesungguhnya kami tak banyak lagi harus
berusaha. "-?"._5"-?"?"-_
6P Amril: dm %mm 271 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Akhirnya selesai jugalah segala persediaan, lalu dikawinkanlah
Sutan Pamenan dengan Puti Nuriah secara yang biasa dilakukan di
Mudik yaitu dengan sederhananya.
Semalam-malaman itu dan sampai '" hari kemudian mereka
bersuka-sukaan merayakan perkawinan ini, yang dipandangnya
sebagai sesuatu kemegahan penghulunya Sutan Pamenan. Sesudah
itu kembalilah mereka sekaliannya ke Padang dan sejak waktu itu
kami tak melihat Sutan Pamenan lagi atau kawan"kawannya. Puti
Nuriah ditinggalkan mereka sebagai meninggalkan putung suluh
di tangga. Sebulan kemudian nyata Puti Nuriah hamil, tetapi bundanya
tak dapat melihat cucunya, karena 5 bulan kemudian Puti Khadijah
berpulang pula dibawa penyakit yang mulai menggodanya, setelah
anaknya dikawini secara bermain-main oleh Sutan Pamenan.
Mungkin karena malu, mungkin karena sesalan."
"Ya Allah! Meninggal pula dalam kesedihan dan kedukaan.
Sekaliannya itu karena kesalahanku juga. Patut aku disiksa sede-
mikian ini, karena dosaku amat besar," merintih Sutan Ali Akbar.
Pendengar-pendengar yang lain berdiam diri karena keaiban
hati atas kemalangan ini dan karena melihat penyesalan Sutan Ali
Akbar. Apa hendak dikatakan mereka untuk melipur hati Sutan
Inderapura ini. "Pada waktunya bersalinlah Puti Nuriah seorang anak laki"laki
yang amat elok parasnya dan s ehat badannya dengan sempurnanya,
tetapi dengan amat susahnya, sehingga ia banyak kehilangan darah
dan karena itu amat lemah badannya, sehingga dua hari kemudian
ia pun mengikut ayah dan bundanya, pulang ke rahmatullah,"
kata Malim Batuah dengan amat pilu suaranya, lalu termenung
beberapa lamanya.

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya Allah! Ya Rabbi! l-labis semuanya. Habis... habis semua-
nya. Tak dapat aku bertemulagi. Sia-sia segala usahaku Se-orang
demi seorang mereka meninggalkan aku Sekaliannya itu karena
2" .gm sm www ;;; -, 45P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: loba tamakku juga Ya, Abang Rasyid, ya Kanda Khadijah dan
Ananda Nuriah! Ampuni juga kesalahanku ini atau bawalah aku
dengan segeranya ke akhirat, supaya kita dapat bersama"sama pula
sebagai dahulu di Inderapura," Sutan Ali Akbar meratap dengan
bercucuran air matanya, sedang sekalian yang hadir pun ikut
mengeluarkan air matanya atas kemalangan yang telah menimpa
diri Sutan Ali Rasyid dengan keluarganya sekalian bertubi"tubi.
Untunglah kedengaran pula suara Malim Batuah yang mengakhiri
ceritanya, "Putra Puti Nuriah ini dipe"lihara oleh mak hamba dan
kami namakan ia Yatim, karena tak beribu dan tak bernenek,
sedang ayahnya pun telah lama meninggalkannya. Inilah anak yang
hamba berikan kepada Engku Sutan Alam Sah di Indarung, tatkala
ia berumur 2 tahun dan sekarang menurut kata Engku Hopjaksa
telah menjadi Mr. Muhammad Yatim ini. "
"Jadi engkau anak Sutan Pamenan pula, Yatim," kata Sutan
Alam Sah dan Sitti Mariama sekali dengan sangat menyesal.
"Ya, Allah Untung tak jadi."
"Kalau jadi, kawinlah saudara dengan saudara. Ya Rabbi! kata
Sitti Mariama, lalu menoleh kepada suaminya, sebagai hendak
menyesalinya. "Tetapi siapa pula yang akan bersangka sedemikian itu"
Masya Allah! Dan sekaliannya itu semata"mata disebabkan oleh
penyia"nyiaan anak dan istri," kata Sutan Alam Sah pula dengan
menggeleng"gelengkan kepalanya dan mengurut"urut dadanya.
Sutan Ali Akbar dengan istrinya, begitu pula Malim Batuah
dan hadirin yang lain menoleh pula kepada Hopjaksa, kemudian
kepada istrinya, karena tak tahu apa arti perkataan yang diucap"kan
Sutan Alam Sah dan Sitti Mariama ini. Hanya Mr. Yatimlah yang
menekur, lalu menutup mukanya dengan kedua belah tangannya
karena sangat terharu oleh perkataan itu kalau jadi perkawinannya
dengan Sitti Nurmala, niscaya kawinlah ia dengan saudara sendiri.
Apa yang akan terjadi dengan dirinya, dengan Sitti Nurmala dan
"-?"._5"-?"?"-_
6P Amril: dm %mm 273 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
ayahnya sendiri hanya Allah yang mengetahui. Dan sekaliannya
itu hanyalah karena Sutan Pamenan, yang sekarang nyata ayah
kandungnya, menyia"nyiakan anak dan istrinya.
"Riwayat Engku Sutan Ali Rasyid yang malangitu telah tammat,
tinggal lagi riwayat hamba sendiri," kedengaran pula suara Malim
Batuah. "Tatkala Yatim berumur setahun, meninggallah mak hamba
yang memeliharanya dan sebulan kemudian bapa hamba. Supaya
dapat memelihara Yatim dengan baiknya, kawinlah hamba dengan
istri hamba yang sekarang ini di Indarung. Rupanya ia sayang pada
Yatim, karena sepeninggal hamba pergi menambangkan pedati,
Yatim dipeliharanya dengan baik, sampai ia hamba serahkan
kepada Engku Sutan Alam Sah."
Mr. Yatim berdirilalup ergi mendapatkan Malim Batuah,untuk
meminta terima kasih banyak-banyak kepadanya atas sekalian
pertolongan dan pembelaannya dengan kedua orang tuanya, atas
kedua neneknya dan ibunya serta dirinya sendiri.
"Kebaikan Pak Malim ini takkan hamba lupakan seumur hidup
hamba. Oleh sebab dari sekalian anggota keluarga kami yang Pak
Malim tolong dengan kesetiaan yang amat besar itu, hanya tinggal
hamba sendiri, hambalah yang akan membalas kebaikan Pak Malim
itu. " "Terima kasih, Mr. Yatim. Tetapi alangkah baiknya apabila
sekalian mereka itu masih ada untuk merasai nikmat pertemuan
dengan anak dan cucunya yang telah menjadi orang kenamaan dan
berpangkat tinggi pada waktu ini dan adiknya yang telah sekian
lamanya rindu kepadanya," kata Malim Batuah dengan sangat
menyesalnya. "Jasa Malim Batuah kepada abang, ipar, kemenakan, dan cucu
hamba, hambalah yang patut membalasnya dan akan hamba balas
budi Malim itu dengan sepatutnya," kata Sutan Ali Akbar.
"Aku pun meminta terima kasih banyak-banyak pula kepadamu
Malim atas sekalian jasamu dan jasa orang tuamu kepada Yatim,
_ . --"-"'2..---*
2" Asem www -, tfp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: ibu dan kedua neneknya dan atas pembukaan rahsia Yatim ini,
yang bagi kami sekalian sangat besar artinya. Jika tiada, entah
apakah kesengsaraan yang akan menimpa kami, lebih"lebih Yatim,
tak dapat kukatakan. Aku pun akan membalas kebaikanmu ini
sedapat"dapatnya," kata Sutan Alam Sah.
"Malim, tinggalkanlah pedatimu dan ikutlah aku, supaya kuberi
pekerjaan yang tak mengembara sebagai sekarang ini, supaya aku
selalu dapat berkata-kata dengan engkau tentang mereka yang
hilang itu. " "Terima kasih Engku"Engku atas kebaikan Engku"Engku itu.
Tetapi jika hamba akan diambil juga, biarlah hamba tinggal ber"
sama"sama Mr. Yatim, supaya terlipur juga hati hamba, jika rindu
kepada mereka sekaliannya."
Di sini mengalirlah ke pipinya air mata Malim Batuah,
yang tadi kelihatan tergenang kelopak matanya. Rupanya ia pun
sangat terharu atas pertemuan dengan Mr. Yatim ini, juga karena
terkenang kepada sekalian mereka yang disayanginya, yang tak
ada lagi di dunia ini dan atas kebaikan orang"orang yang hendak
menolongnya. Kesedihan yang tadi dapat ditahannya, sekarang
keluar, membawa air matanya yang melimpah.
"Nantilah kita bicarakan perkara ini. Sekarang marilah kita pergi
melihat Mak Inang, yang mungkin menunggu-nunggu kedatangan
Pak Malim dengan kuatir, pun hamba sangat ingin hendak bertemu
dengan beliau," kata Mr. Yatim, lalu diajaknya Malim Batuah pergi
ke Bunian. I-Iati Mr. Yatim sekarang berasa lapang karena sekalian
rahsia telah terbuka dan sekalian alangan telah terhindar.
Setelah sampailah keduanya ke tempat pedati Malim Batuah,
dilihat mereka Mak Inang masih duduk termenung di muka
pedatinya, sedang nasi yang belum habis dimakannya tadi, masih
ada di sisinya. Mr. Yatim terpikir melihat kesetiaan Mak Inang
kepada suaminya, walaupun ia hanya seorang perempuan biasa dan
lakinya hanya tukang pedati.
"-?"._5"-?"?"-_
6P Amril: dm %mm 275 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Tatkala dilihatnya suaminya kembali, sangatlah girang hati
Mak Inang, lalu disambutnya Malim Batuah dengan perkataan"
perkataan, "O, Kak! Bagaimana perkara Kakak?"
"Tak apa-apa, tetapi engkaulah yang nyata salah dan harus
dihukum. Ini Engku Kepala Pengadilan Padang yang dikatakan
dubalang Tuanku Laras tadi, datang sendiri kemari hendak meng-
hukumkan engkau," kata Malim Batuah dengan garangnya, hendak
menakut"nakuti istrinya yang tadi telah memperdayakannya dan
sekarang hendak dibalasnya.
"Ooo, apa salah hamba" Engku, hamba tak bersalah apa"apa,"
kata Mak Inang dengan sangat takutnya, sehingga Mr. Yatim belas
hatinya. Tetapi ia tak dapat membujuk hati ibu angkatnya ini,
karena Malim Batuah yang rupanya hendak mengusik istrinya,
segera berkata pula, "Memang salah, karena tak suka mengambil
sendiri kayu bakar tadi. "
"Kan hamba sedang memasak. Bagaimana meninggalkan
periuk, untuk mengambil kayu?"
". dan mengejutkan aku, sampai hampir jatuh karena
melompat. Untung tak patah kakiku. Kalau patah kan sama sekali
tak dapat bekerja lagi. Kerbau luka, tukang pedatinya patah."
"Tetapi Kakak kan tak patah."
"Ya tetapi engkau engkau apa lagi kesalahanmu" Ya, tak
menghabiskan nasi yang telah tersedia," kata Malim Batuah yang
tak dapat mencari kesalahan istrinya lagi.
"Karena kuatir akan hal Kakak."
"Ya, tetapi tetapi Di situ dengan lekas Mr. Yatim menyela, supaya Malim
Batuah tak dapat lagi mengganggu istrinya, "LupakahMak kepada
hamba. " "Lupa" Lupa" Hamba tak kenal kepada Engku."
"Itu pun suatu kes alahan besar yang berat hukumannya," kata
ZW Asem www ;;; -, tfp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Malim Batuah pula lekas"lekas merebut perkataan Mr. Yatim,
karena belum puas hatinya menggoda istrinya.
"Apa daya hamba, kalau tak kenal?"
"ltulah salahmu. Bolehkah seorang ibu lupa atau lebih lagi
tak kenal kepada anaknya. "
"Tak kenal kepada anaknya bagaimana, Kak" Siapa anak kita"
Bukankah kita tak beranak?"
"Tuu lihat! Tak beranak katanya. Dimakan sumpah engkau
Inang! Bukankah engkau harus beranak?"
"Dimakan sumpah bagaimana, Kak" Dan harus beranak
bagaimana pula" Kalau tak mempunyai anak tentu tak beranak.
Sungguh tak mengerti hamba mengapa Kakak berkata sedemikian.
Jangan-jangan Kakak telah karena ketakutan dihukum," lalu
diperhatikannya muka suaminya. Karena Malim Batuah hendak
menggagah dan karena sesungguhnya ia marah sebab disangkakan
gila oleh istrinya, dibelalakkannya matanya, sedang mukanya
amat garang rupanya dengan menggerenyot, sehingga Mak Inang
menjadi takut. "Ooo, Engku, jangan ia dihukum! Karena sungguh ia telah
dijauhkan Allah juga hendaknya! Kur semangat!" katanya kepada
Mr. Yatim seraya mendekatinya, karena takut kepada suaminya
yang sungguh disangkanya telah hilang ingatannya karena takut
kena hukum. "Bukan aku yang gila, tetapi engkaulah yang telah berubah
pikiran. Bukankah ini Yatim" Yatim anak kita yang kecil dahulu.
Aku dengan sepatah kata Engku Hop telah kenal kembali
kepada-nya. Engkau yang telah menyusukannya dengan susu
lembu, tiada kenal lagi kepadanya. Patutkah itu" Bolehkah itu. "
"Yatim" Yatim yang kecil dahulu itu" Yang kita berikan
kepada Engku "Hopjaksa Padang."
"-?"._5"-?"?"-_
6P Amis dm %mm 277 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Benarkah Engku Yatim?"
"Ya, benar Mak. Hambalah Yatim yang kecil dahulu itu ...."
"Yang sekarang telah besar dan telah menjadi mester sekolah
Ah bukan, Mester Kepala Pengadilan di kota Padang," menyela
pula Malim Batuah yang belum dapat menutup mulutnya dan
seakan-akan hendak memperagakan anak angkatnya yang telah
jadi orang besar. "Ondeee, anakku telah besar! Telah lebih tinggi dari bapanya
dan telah menjadi apa Malim?"
"Kepala Pengadilan."
"Ya, Kepala Pegadaian ...."
"Kepala Pengadilan, kataku. Susah benar memperbaiki lidah
kampung." "Ya, Kepala Pengadilan. Patut benar engkau menjadi Kepala
Pengadilan,, sebab tubuhmu besar dan kuat. Tetapi kalau ada
kain-kain atau baju-baju yang tak ditebus oleh yang punya, jangan
lupa kepada Mak, ya Nak. Tak ada pakaian Mak yang agak baik
sedikit." "Pakaian baru Mak hamba belikan nanti." jawab Mr. Yatim.
"Sejak sekarang, Mak tak boleh mengembara lagi ke sana kemari
dengan pedati, tetapi harus tinggal bersama-sama dengan hamba.
Sekalian keinginan hati Mak akan hamba adakan dan akan hamba
pelihara Mak dengan sebaik-baiknya. Sukakah Mak?"
"Tetapi Pak Malim bagaimana" Siapakah yang akan menanakkan
nasinya?" "Pak Malim pun harus tinggal pula bersama"sama dengan
hamba, berdua dengan Mak, supaya jangan bercerai-cerai. Perkara
makanannya jangan dikuatirkan. Ada yang akan mengurusnya."
"Pedati dan kerbau bagaimana" Siapa yang akan
menjalankan "Dijual saja dan uangnya belikan pakaian."
"Kasihan si Kuat akan terpisah dari kita! Dan pedati rumah
ITS Amma-;;! %WW _'_'L;:' ', &P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: kita, yang telah sekian lamanya kita diami. Siapa yang akan
meninggalinya?" kata Malim Batuah.
"Jangan itu yang dipikirkan. Kalau Bapa hendak menyais
juga, nanti kita beli kuda dan bendi yang baik untuk keperluan
kita sendiri dan Bapalah yang menjalankannya. Tetapi lebih baik
Bapa dan Mak tinggal bersenang"senang menggantikan ibu dan
kedua nenek hamba yang telah tak ada di dunia ini lagi, supaya
berobatlah juga hati hamba atas kehilangan mereka. "
"Jika demikian, baiklah. Kami menurut."
Setelah tamasya di Payakumbuh dan sekelilingnya beberapa
hari lamanya, kembalilah Mr. Yatim dengan kedua orang tua
angkatnya dan kedua orang neneknya serta kedua pemeliharanya,
ke Padang. Pada malam itujugapergilahMr. Yatim dengan keduaneneknya
ke rumah dr. Aziz, karena ia sangat ingin hendak memberitahukan
kepadanya, lebih"lebih kepada Sitti Nurmala bahwa ia telah tahu
asal usulnya dan ia seayah dengan istri sahabatnya dr. Aziz ini.
Tatkala mereka datang, dr. Aziz sedang duduk"duduk dilangkan
muka rumahnya di Kandang dengan istrinya, Sitti Nurmala, yang
sangat dicintainya dan baru dikawininya itu.
Walaupun perkawinannya dengan Sitti Nurmala bukan secara
Setan Mabok 2 Dewi Sri Tanjung 3 Kobaran Api Asmara Pangeran Perkasa 7
^