Pencarian

Anak Dan Kemenakan 6

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli Bagian 6


biasa, tetapi karena tak ada jalan lain yang dapat diturutnya,
apa boleh buat! Yang perlu baginya, ia dapat mengawini
kekasihnya yang diidamkannya ini. Dengan demikian bukannya
saja dapat disampaikannya segala cita-citanya, tetapi dapat
pula dihindarkannya sahabatnya, Mr. Yatim, dan kekasihnya
Sitti Nurmala dari perkawinan paksaan yang sekali-kali tiada
dikehendakinya dan mungkin pula akan membawa kecelakaan ke
atas diri mereka. Sekarang mereka tak dapat diceraikan lagi.
Yang masih mengganggu pikiran mereka, ialah ingatan kepada
Mr. Yatim dan Puti Bidasari, yang masih tercerai karena tingkatan
kebangsaan yang berbedaan, yang tak dapat dilenyapkan dengan
kekerasan pun. "-?"._5"-?"?"-_
6P Amis dm %mm 279 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
IClleh sebab itu sangatlah girang hati mereka, tatkala melihat
Mr. Yatim datang dengan air muka yang jernih dan sukacita.
"Apa kabar, Tim." berseru keduanya dengan riangnya, lalu
memegang tangan Mr. Yatim seorang sebelah. "Kami sangat girang
melihat mukamu yang berseri"seri. "
"Dan aku lebih girang pula karena dapat memperkenalkan
kamu dengan kedua nenekku Sutan Ali Akbar dan Puti Rohana
dari Inderapura," sahut Mr. Yatim dengan amat sukacitanya pula.
"Apa katamu" Nenekmu Sutan dan Puti" Oo, kalau begitu
lenyaplah sekalian alangan dan rintangan yang menghambat
perkawinanmu dengan Bida dan dapatlah pula engkau merasai
nikmat yang kami rasai pada waktu ini," lalu dipeluk Sitti
Nurmalalah Mr. Yatim, sedang dr. Aziz menjabat kembali tangan
Mr. Yatim dan memegangnya amat eratnya.
"Wahai!... betapa besar hatiku, jika aku dapat membawa
kabar yang amat baik ini pada waktu ini juga kepada si Bida, yang
tentulah masih di dalam dukacitanya. Atau sudahkah diketahuinya
halmu ini?" "Belum, tetapi kami segera akan pergi ke sana."
"Aku mengikut, Tim. Suatu kesenangan yang tak dapat kubeli,
jika aku boleh melihat kesukaan yang akan melenyapkan kedukaan
di muka Bidasari, karena mendengar keturunanmu yang tinggi
itu. " Sutan Ali Akbar dan Puti Rohana yang berdiri di tempat yang
agak gelap sedikit, sehingga tiadalekas kelihatan oleh dr. Aziz dan
Sitti Nurmala, sangat terharu melihat keriangan kedua saha-bat
cucunya itu karena mendengar kabar yang baik ini, sehingga tiada
terasa oleh mereka bahwa mereka seakan-akan dilupakan oleh
cucunya. "Inilah datukku, Sutan Ali Akbar, dan ini nenekku, Puti
Rohana," kata Mr. Yatim sambil memperkenalkan kedua orang tua
23" Mw %Wlwe ;;; -, tfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: itu. Kemudian ia berkata pula sambil menghadap kepada datuk dan
neneknya: "Ini dr. Aziz dan ini istrinya, Sitti Nurmala. Ayah dan
bundaku tak dapat datang, karena kurang sedap rasa badannya,"
kata Mr. Yatim. "Astaga! Karena kesukaan lupa hamba menyambut Engku
dengan segera. Maaf banyak"banyak Engku dan Rangkayo," kata
dr. Aziz seraya menjabat tangan Sutan Ali Akbar dengan hormat
dan khidmatnya, sedang Sitti Nurmala segera mempersilakan Puti
Rohana naik ke rumahnya. "Kami pun seakan"akan lupa segera mendapatkan Engku dan
Rangkayo karena terharu melihat pertemuan yang sangat karib ini.
Kami bersyukur karena cucu kami mempunyai sahabat yang sekian
sayangnya kepadanya," sahut Sutan Ali Akbar. Walaupun dr. Aziz
sesudah kawin diberi gelar Sutan Maharaja, tetapi ia tetap hendak
dipanggil pada nama kecilnya, Aziz. Setelah duduklah mereka
berempat berhadap"hadapan, segeralah dr. Aziz bertanya: "Dan
ayah bundamu, Tim?" "Bertemu pula, yaitu Malim Batuah, tukang pedati, dan
bininya, Mak Inang," mengusik Mr. Yatim.
"Ya Allah!" kata Sitti Nurmala. Jadi benar engkau anak tu"
kang.?" "Ah, tak mungkin! Mustahil! Aku tetap tak percaya," kala dr.
Aziz. "Memang itu orang tua angkatnya atau lebih hamba katakan
pengasuhnya di waktu kecil."
"Tetapi ayah bundanya yang sebenarnya'"
"Ibu nya anak kakak hamba. Sutan Ali Rasyid. dengan ipar
hamba. Puti Khadijah. namanya Puti Nuriah."
"Dan ayahnya?" tanya Sitti Nurmala dengan has ratnya.
"Ayahnya Sutan Pamenan namanya."
"Sutan Pamenan mana?" berseru Sitti Nurmala dengan ter"
kejut. "'"-"-..S?""'-?"-
6P Amf.- dm %mahm 231 "Ayah kandungmu. Nur. Kita beradik berkakak," kata Mr.
Yatim. "Ya Allah! Ya Rabbi!" kata Sitti Nurmala. lalu ia berdiri dan
dipeluk diciumnya saudaranya itu dengan air matanya berlinang"
linang. "Patutlah hatiku sejak dahulu telah cenderung kepadamu
dengan tiada kuketahui apa sebabnya. Rupanya pertalian saudara
yang tiada kitaketahui telah mengikat kita. Tetapi ...." katanya pula
terbata"bata, lalu menyembunyikan mukanya di bahu Mr. Yatim.
"Ya Rasul!" Untung tak jadi. Kalau jadi, bagaimana kita Tim?"
"Tak mungkin jadi, karena mayatku tak dapat beristrikan
engkau. Tetapi sudahlah! Jangan kita pikirkan lagi perkara ini.
Yang baik kita ingat sekarang ialah engkau telah kawin dengan Aziz
dan aku telah tahu asal usulku, yang selama ini menjadi godaan
yang besar dalam hatiku. Insya Allah aku pun dengan segera pula
dapat menyampaikan segala cita"citaku."
"Masih meremang bulukukarena hal ini. Apa yang akan terjadi
atas diri kita berempat karena penyia"nyiaan anak dan istri dan
apa yang telah terjadi dalam bangsa kita karena peraturan yang
tak baik ini. " "Peristiwa biasa sebagai yang kita lihat sekarang ini juga. Ada
yang meningkat ke puncak gunung kemuliaan dan kecendekiaan dan
ada pula yang terdampar ke pulau kekayaan dan kejayaan, tetapi
ada pula yang meminjam ke lembah kehinaan dan kejahatan."
"Ya, ada pula yang menikam dan merampas saudara sendiri
dan ada pula yang hendak dikawinkan dengan saudara sendiri,"
jawab Sitti Nurmala dengan seram bulu badannya.
Setelah itu diceritakanlah oleh Sutan Ali Akbar tentang hal
ihwalnya dengan saudaranya Sutan Ali Rasyid sehingga abangnya
ini melarikan dirinya ke Padang dan tinggal bersembunyi di
Seberang Lubuk Begalung, sebagai orang pelarian dan bagaimana
hal ihwal mereka di sana dengan anak istrinya, bagaimana Mr.
Yatim dipelihara oleh Malim Batuah dan bagaimana Sutan AliAkbar
232 zam za; www ;;; -, rfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: dapat mengenal cincin pusaka saudaranya Sutan Ali Rasyid yang
ada pada Mr. Yatim. Sampai jauh malam barulah tamat riwayat itu.
Di situ berkatalah dr. Aziz, "Kabar yang baik ini hendaklah dengan
segera disampaikan kepada orang tua Bidasari. Jika mereka masih
berkeberatan, sungguh tak tahulah hamba apa yang dikehendaki
kaum tua Padang ini."
"I-I amba segera akan pergi ke rumah Sutan Baheram, untuk
meminang anaknya Puti Bidasari, secara yang diadatkan di Padang
ini dengan mengisi sekalian syarat"syaratnya. Tetapi terlebih dahulu
hamba akan pergi kepada Sutan Pamenan sendiri untuk pengakuan
Mr. Yatim sebagai anak beliau," kata Sutan Ali Akbar.
"Jika Engku hendak ke rumah ayah kandung hamba Sutan
Pamenan, ingin hamba hendak pergi bersama"sama, supaya hamba
pun dapat menyaksikan pengakuan ini. Bolehkah, Engku." tanya
Sitti Nurmala. "Kalau Rangkayo sudi pergi bersama-sama dengan hamba
ke sana, niscaya hasillah maksud hamba ini. Hanya hamba pinta,
jika dapat, janganlah Rangkayo memanggil engku kepada hamba,
tetapi datuk, karena Rangkayo saudara cucu hamba. "
"Ini keinginan hati hamba benar, Datuk. Sekalian kaum
keluarga Yatim hendaknya sudi pula menjadi keluarga hamba.
Tetapi seorang datuk hendaknya jangan pula memanggil cucunya
rangkayo, sup aya jangan'dikatakan orang hendak mengangkat
derajat cucunya sendiri. Anak dan Kemenakan Kalau cucu datuk, Yatim, memanggil hamba hanya dengan
Nur saja, datuk pun hendaknya jangan lebih dari itu. "
"Terima kas ih," sahut Sutan Ali Akbar dengan tersenyum.
Pada keesokan harinya pergilah Sutan Ali Akbar dengan Mr.
Yatim, Malim Batuah, dan istrinya Mak Inang, diantarkan Sitti
Nurmala, ke rumah Sutan Pamenan di Kampung Terendam.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Amf.- dm %mm 233 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Tatkala dilihatnya anaknya yang kaya yang baru dikenalnya,
tetapi telah menghidupinya pada waktu itu, datang dengan Mr.
Yatim dan tiga orang lain yang belum dikenalnya, heranlah ia,
tetapi dengan segera ditegurnya, lalu disuruhnya duduk di atas
kursi yang ada di ruang tengah rumahnya.
Sitti Nurmala memperkenalkan ayahnya ini dengan Sutan Ali
Akbar, Malim Batuah, dan Mak Inang. Pada Mr. Yatim memang ia
telah kenal. "Ayah," kata Sitti Nurmala. "Kami datang ini membawa
seorang anak ayah pula, yaitu Mr. Muhammad Yatim, yang telah
ayah kenal sebagai Kepala Balai Pengadilan di Padang ini, supaya
ia diakui, sebagai ayah telah mengakui hamba pula."
"Anak ayah, Mr. Muhammad Yatim" Bukan anak Engku
Hopjaksa?" katanya dengan malunya, lalu termenung beberapa
lamanya. Tetapi rupanya ia tiada heran lagi mendengar kabar
yang seganjil ini, melainkan sebagai orang yang menerima
dan membenarkan dengan menyerah sekalian kabar yang
didengarnya. Sejak kejadian diBalai Pengadilan dalam pemeriksaan perkara
Mak Uning,kedatangan arwah anaknya M arah Udin dan perkawinan
yang tak jadi antara kemenakannya Sutan Malik dengan Puti
Bidasari, peristiwa yang pada mulanya sangkanya tak mungkin
akan terjadi, apalagi pada dirinya berubahlah pikirannya menjadi
sebagai orang mati kutu dan patah siku, sehingga ia menjadi amat
sabar, tawakkal dan menyerah, adalah seakan"akan tak ada yang
mustahil lagi baginya. Sekaliannya boleh terjadi atas kekuasaan
Tuhan. Jika dikatakan langit akan runtuh sekalipun, niscaya akan
didengarnya dengan tenang, sabar, dan yakinnya. Demikianlah
percayanya kepada Tuhan yang dahulu selalu dilupakannya. Segala
pekerjaan maksiat ditinggalkannya, hanya amal ibadahlah yang
dilakukannya. . -"--"2.---"
'234 Mw www -, rfp "I-Iamba sangat menyesal dahulu tak mengenal Mr. Yatim
sebagai anak hamba dan sangat bersyukur seorang yang kenamaan
dan berpangkat tinggi sebagai ia, sudi mengaku ayah kepada hamba
yang telah penuh dengan noda keburukan. Jangankan orang
yang setinggi dan semulia dia, jika orang yang rendah sekalipun
hendak berkeluarga dengan hamba, niscaya akan hamba terima
juga dengan segala suka hati. Kesudiannya mengaku bapa kepada
hamba, semata-mata akan membawa kemuliaan dan kemegahan
kepada hamba. Sungguhpun demikian sangat ingin juga hati
hamba hendak mengetahui bagaimana jalannya maka Mr. Yatim
dikatakan anak hamba. "
Di situ diceritakanlah oleh Sutan Ali Akbar perihal kakaknya
meninggalkan Inderapura sebagai yang diceritakannya kepada
Nurmala sampai kepada perkawinan Puti Nuriah dengan Sutan
Pamenan, kelahiran Mr. Yatim dan Mr. Yatim diberikan Malim
Batuah kepada Sutan Alam Sah. Mendengar semua riwayat itu
lama Sutan Pamenan berdiam diri, sedang Datuk Gampo Alam yang
duduk agak jauh dari mereka, tiada pula berkata apa"apa. Tetapi
hal perkawinan yang tergesa"gesa antara Sutan Pamenan dan Puti
Nuriah yang dinamakannya Puti Bungsu Malim Deman, karena
pertaruhan Sutan Pamenan dengan Sutan Ismail, masih teringat
olehnya, karena perkawinan yang seganjil ini memang hanya sekali
terjadi selama umur Sutan Pamenan yang lanjut itu.
"Perkawinan hamba di Lubuk Begalung itu memang masih
hamba ingat. Tetapi tentang anak hamba dengan Puti Nuriah tak
hamba tahu, karena beberapa saat sesudah itu hamba pergi dan
tak pulang-pulang lagi ke rumahnya. Akan kelakuan hamba yang
sedemikian itu. hamba sangat menyesal. Tetapi apa hendak dikata
karena demikianlah adat bangsawan Padang ini. I-Iamba sekadar
menurut kebiasaan itu. Saksi"saksi dan bukti"bukti adalah menyatakan bahwa Mr.
Muhammad Yatim memang anak kandung hamba. I-Iamba terima
*_*-__" 6P Amis dm %mm 235 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
kenyataan ini dan hamba akui dia sebagai anak kandung hamba
dunia dan akhirat. Atas kesalahan hamba sebagai seorang bapa
tiada kenal kepada anaknya, hamba pohonkan maaf banyak"
banyak." "Atas pengakuan Ayah ini hamba pohonkan terima kasih
banyak"banyak. Karena pengakuan ini sangat penting artinya
bagi hamba. Sebagai Ayah ketahui hamba telah terberita dahulu
bertunangan dengan Puti Bidasari dan kami pun telah sama setuju
akan jadi suami istri. Kalau hamba tiada Ayah akui sebagai anak
kandung Ayah. hamba tak akan dapat kawin dengan seorang puti
bangsawan Padang ini," kata Mr. Yatim.
"I-Iamba tahu perkara itu. Oleh sebab itu hambalah yang
akan pergi kepada Engku Sutan Baheram meminang anaknya Puti
Bidasari untuk anak hamba Mr. Sutan Muhammad Yatim. Mungkin
dengan ini dapat pula hamba perbaiki kesalahan hamba yang
sangat besar kepadanya karena telah membawa pulang kemenakan
hamba Sutan Malik, dalam ia bersanding dua dengan Puti Bidasari.
Hamba sangat menyesal telah bermaksud hendak mengawinkan
kemenakan hamba dengan Puti Bidasari, sedang hamba ketahui
ia tunangan Mr. Yatim. Untunglah perkawinan itu tak dapat
dilangsungkan." "Jika demikian kami pun mengucapkan terima kasih lebih
dahulu akan kesudian Engku. Segala syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam peminangan itu, tanggungan hambalah," kata
Sutan Ali Akbar. Tatkala mereka akan kembali ke rumahnya, ditinggalkan Mr.
Yatim uang untuk ayahnya ini dan dimintanya ampun atas sekalian
dosakes alahannya yang telah diperbuatnya terhadap ayahnya, yang
dipandangnya sebagai musuhnya.


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejak waktu itu diperlalmkannyalah Sutan Pamenan sebagai
ayahnya. Acapkali dikunjunginya ayah nya itu, dan diberinya belanja
yang cukup. -"--"2.---"
'236 Mw www -, rfp Hal ini menimbulkan pula pikiran dalam hati Sutan Pamenan,
karena telah dua orang anaknya yang membalas guna kepadanya,
walaupun mereka disia"siakannya dan tiada dikenalnya waktu
kecilnya dan baru sekarang diketahuinya, ses alan dalam hatinya,
karena ia telah menurut adat negerinya dengan buta tuli dan
dengan tiada memikirkan atau mengindahkan hal yang lain"lain
*_*-__" ._ 6P Am dm %mm 237 ';r V '-...______'._._"_"-?"-..
l, MM dan Kemana/tmn "Malik! Apa yang akan dimakan hari ini" Beras habis, uang
pun tidak," kata Puti Umi yang sedang duduk di tangga belakang
rumahnya di Sawahan dengan bertopang dagu menghadap ke
dapur membelakangi anaknya, Sutan Malik yang sedang duduk
meminum kopi di atas kursi meja makannya, di langkan belakang
rumahnya. "Dahulu tak pernah kita kekurangan begini. Tetapi sekarang,
setelah keaiban menimpa kita berkali"kali, kemalangan pun
datang pula bertubi"tubi. Mamakmu yang dahulu penuh perhatian
terhadap kita, sekarang tiba"tiba tiada hendak mengindahkan
kita lagi. Hanya istrinya yang di Kampung Terendam itulah yang
dihiraukannya siang malam. Ia tiada keluar rumahnya lagi untuk
mencari nafkah dan kita ditinggalkannya di tengah jalan: sebagai
induk ayam meninggalkan anaknya. Saudara perempuan dan
kemenakan yang menjadi kewajibannya, tak ada lagi padanya.
Hanya istrinya dan anaknya yang baru dikenalnya itulah yang
diselenggarakannya setiap hari."
"Agaknya pada hari tuanya hendak menjadi kaum muda pula,
sebagai Hopjaksa Sutan Alam Sah. Karena kaum mudalah yang
tiada peduli kepada saudara perempuan dan kemenakannya dan
tiada pula mau menurut adat pusaka lama. Anak yang belum tentu
anak kandungnya dan istrinya yang telah nyata orang lain itulah
yang digilakannya. Apalagi Ute, yang telah mendapat anak yang
, w 288. 333de Wanamaker" _- ...i/, 613
__.?"-?"7_____,__-"- . FK .
umwmummun Balai Pustaka kaya dan mulia, yang dapat mencukupi sekalian keperluannya dan
keinginan hatinya, tentu akan melupakan kewajibannya kepada
kita yang miskin ini," sahut Sutan Malik dengan pahitnya karena
ia pun menderita pertukaran pikiran mamaknya ini, yang rupanya
telah marah kepadanya. Tetapi mengapa sekarang dilakukannya perbuatan kaum
muda ini kepada kita, sesudah harta benda peninggalan mamakku
dipunahkannya, sehingga kita: licin tandas sebagai dijilat anjing
kurus. Bukankah ini penipuan namanya?"
"Mungkin karena ia digosok dan ditusuk"tusuk oleh Datuk
Gampo Alam, yang menjadi gurunya dan penasihatnya di dalam
segala hal. Rupanya Datuk ini pada hari tuanya hendak menjadi
orang siak, untuk menebus dosanya yang banyak itu, supaya ia
jangan masuk neraka jahanam: Sekarang Ute dibawa"bawanya. "
"Atau ia telah gila merindukan anaknya si Udin yang baru mati
itu karena pertukaran kelakuannya ini terjadi setelah hilang anak
itu. Sesudah itu jangankan ia datang melihat kita kemari, uang
belanja kita untuk sehari"hari pun tiada dikirimkannya baginya. "
"Bagaimana dapat dikirimkannya, karena ia tiada boleh dan
tiada suka lagiberjudi, sedangpencariannyahanya darikemenangan
penjudian. " "Tetapi mengapa ia tak berjudi lagi?"
"Beliau sekarang siak, sudah alim. Siang malam sibuk menga-
ji, tak ada waktu lagi baginya untuk mencari nafkah. Beliau telah
tobat, akan menebus sekalian dosa yang telah diperbuatnya
selama ini. Rupa telah tua dan biasanya kalau begitu tak lamalagi
hidup. Jika tiada, azab kubur dan siksaan api neraka tak dapat
dielakkannya," mengejek pula Sutan Malik.
"Baiklah. Apa yang akan dikerjakannya, pekerjaan sendiri.
Tetapi kewajibannya jangan diabaikannya. "
"Ya, kata kita kewajiban beliau. Tetapi kata beliau sekarang
tidak lagi, melainkan anaklah yang harus dihiraukan. Apalagi kalau
anak itu kaya raya sebagai Sitti Nurmala. "
*_*-__" 6P Amis dm %mm 239 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Jadi bagaimana Kemauannya sekarang" Biarlah kita mati
kelaparan, asal ia dapat menurutkan kehendak hatinya sendiri?"
"Mungkin inilah maksud beliau. Beliau sendiri tiada akan mati
kelaparan, karena anak beliau yang baru didapat itu menanggung
sekalian keperluan beliau. Tetapi kita. siapa lagi yang akan
menanggung kehidupan kita" Sebab mamak hamba yang lain tak
ada lagi. Kalau diberikan beliau sebagai dari uang yang diterima
beliau dari anak beliau kepada kita. dapat jugalah kita hidup."
"Tetapi engkau mengapakah tak mau mencari pekerjaan"
Bukankah Engku Baginda Mais suka memberikan pekerjaan
kepadamu?" "Dahulu memang, supaya hamba suka kawin dengan Puti
Bidasari. Tetapi karena sekarang perkawinan itu tak dapat
dilangsungkan, tentu berubah pikirannya. Lagi pula kalau hamba
harus mengekas dahulu baru makan, tak perlu hamba sutan,
bemiamak sutan dan beribu puti. Tak hinakah seorang bangsawan
yang harus membanting tulang untuk mendapat sesuap pagi dan
sesuap petang" Kalau hamba seorang kuli, tak mengapa menerima
upah. " "Jika aku ditinggalkan oleh mamakmu dan engkau pula, hanya
sebuah jalan lagi yang masih terbuka bagiku, yaitu kubur," kata
Puti Umi'dengan menyapu air matanya.
"Tiap"tiap yang hidup harus mati. Mati sekarang, mati esok,
sama saja. Jika memang tak ada pengharapan untuk hidup lagi,
lebih baik sekarang daripada esok," jawab Sutan Malik dengan tak
peduli. "Kekerasan hatimu dan tak pedulimu tak ubahnya dengan
mamakmu. Tetapidalam berpakaian pengantin sebagai mempelai,
disuruh orang meninggalkan anak dara dalam alat besar, tak ada
seorang pun di antara kamu yang berani membuka mulutnya,"
mengejek Puti Umi karena bencinya mendengarperkataan anaknya
ini. -"--"2.---"
'290 Asem amma.? -. dp Sutan Malik terdiam, tak dapat menjawab karena diketahuinya
benar"benar apa sebabnya ia tak dap at berbuat apa"apa pada malam
itu, tetapi harus menurut sekalian kehendak dr. Aziz. Jika tiada
demikian halnya, walaupun mamaknya tiada hendak menentang
kemauan dokter ini, niscaya ia tiada akan berdiam diri, dinista
sedemikian itu. Untuk menjawab juga pertanyaan ibunya ia berkata: "Bukan
kemauan hamba berbuat sedemikian. Ute yang memaksa hamba
meninggalkan anak dara pada waktu itu. Bolehkah hamba menolak
kemauan mamak hamba di muka orang banyak?"
"Tetapi mengapa disuruhnya engkau meninggalkan anak dara
dalam alat yang sebesar itu. "
"Entahlah," jawab Sutan Malik untuk meringkaskan per"
cakapan yang sulit baginya itu.
"Memberi aib benar kelakuan mamakmu itu. Selama dunia
terbentang belum pernah terjadi di Padang ini mempelai me-
ninggalkan anak dara tengah bersanding dua dalam peralatan
besar. Untung Sutan Baheram tidak mengamuk atau mengadukan
penghinaan dan penipuan itu kepada hakim. Mungkin karena ia
tak berani kepada Mr. Yatim. Tetapi kalau engkau dan mamakmu
tidak melarikan diri ke Solok, niscaya akan terjadi juga kecelakaan
yang besar, karena kamu ...."
Sutan Malik terdiam pula, sebagai agak kuatir rupanya.
"Tetapi di manakah sekalian barang-barangyang kauterima dari
Sutan Baheram sebagai jemputan atas kesutananmu" Sebenarnya
barang"barang itu harus kaukembalikan, karena engkaulah yang
membatalkan perkawinan itu. "
"Barang"barang jemputan itu bukan dari Sutan Baheram,
tetapi dari Baginda Mais. Mengapa harus dikemb alikan kepada
Sutan Baheram" Sedang Baginda Mais takkan meminta kembali
barang-barang itu. "
*_*-__" 6P Amis dm %mm 291 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Tetapi mengapa engkau tak hendak kawin dengan perempuan
lain" Bukankah masih banyak perempuan Padang yang suka
menjemputmu" Kalau acapkali engkau kawin dan banyak is trimu,
bukankah engkau tak akan kekurangan uang atau pakaian, sebab
sekaliannya akan ditanggung oleh mentuamu atau mamak istrimu
dan aku pun akan mendapat pula bagianku, sehingga kita tak akan
kekurangan." "Hamba tak berani kawin lagi. Takut kalau"kalau disuruh
pula meninggalkan anak dara di muka orang banyak. Bertambah"
tambah aib nama kita. "
"Sungguh aku tak tahu lagi bagaimana pikiran mamakmu,
Sutan Pamenan, sekarang. Sesudah disuruhnya engkau kawin, di
dalam.alat besar, di tengah pengantin bersanding dua, disuruhnya
pula engkau meninggalkan anak dara. dalam pakaian mempelai.
Perbuatan apa itu" Bukankah perbuatan orang gila" Orang yang
tak tahu lagi memperdayakan yang benar dengan yang salah,
orang yang tak mempunyai malulagi. Barangkali sungguh ia telah
gila. Kelakuannya sekarang memang tak dapat kupikirkan lagi.
Yang tidak"tidak diperbuatnya. Yang tak pernah dilakukan orang
dikerjakannya. Sesudah ia melakukan perbuatan yang sangat memberi aib itu,
lalu ia melarikan dirinya ke Solok, karena takut. Dahulu di mana
ia pernah melarikan dirinya" Biarpun menentang harimau tunggal
sekalipun tiada ia gentar. Sungguh perbuatannya ini memberi aib
benar kepada kita dan kaum bangsawan."
Sutan Malik tiada menjawab pula,karena diketahuinya sekalian
sesalan dan tempelak ibunya ini benar belaka, walaupun tiada
diketahui ibunya sebab-sebabnya. Ia sendiri tak tahu apa sebabnya
mamaknya itu sekarang telah berubah benar kelakuannya. Dari
harimau menjadi kucing. "Sekarang bagaimana akal untuk mendapat uang pembeli
beras?" tanya Puti Umi lagi. setelah berdiam diri sejurus.
-"--"2.---"
'292 Asem %Wfiw" -. -----".='.__--- x 5!"
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Gadaikanlah pula kain Ibu! Bukankah masih ada" Nanti
hamba coba mendapat kemenangan dalam permainan. Sekali ini
niscaya hamba akan menang dan sekalian kemenangan itu akan
hamba berikan kepada Ibu. "
"Kalau setiap hari aku harus membawa kainku ke rumah gadai
niscaya segera aku akan bertelanjang bulat. Tak malukah engkau?"
kata Puti Umi dengan tangisnya, tetapi ia masuk juga ke dalam
biliknya mengambil sehelai kain Bugis, karena sesungguhnya ia tak
tahu lagi jalan lain yang dapat melepaskannya dari kelaparan.
Kain ini dilemparkannya kepada Sutan Malik seraya berkata:
"Suruh gadaikanlah pula kain ini dan uangnya suruh belikan beras
dan ikan. Sisanya berikan kepadaku. Jangan kauhabiskan pula. "
"Apa yang akan hamba jadikan pokok permainan, kalau
hamba harus mendapat kemenangan" Tidak setiap hari lbu akan
menyuruh membawa barang"barang Ibu ke rumah pegadaian,
sehingga tiada lekas akan bertelanjang bulat," sahut Sutan Malik
dengan tiada menaruh perasaan, lalu dip anggilnya bujangnya Pak
Alim, disuruhnya menggadaikan kain ibunya itu. Pendapatannya
disuruhnya belikan beras dan lauk, tetapi sisanya harus diberikan
kepadanya, jangan kepada ibunya.
Sungguhpun demikian usaha Sutan Malik untuk mendapat
kemenangan dalam perjudian sia"sia belaka, karena ia belum mahir
benar berjudi sebagai mamaknya, Sutan Pamenan, sehingga kian
lama kian surutlah harta benda ibunya.
Tatkala habislah barang"barang ibunya, hilanglah pula akal
Sutan Malik untuk mendapat uang. Mamaknya, Sutan Pamenan,
tetap tiada hendak menolong kemenakannya lagi. Harapan Sutan
Malik tinggal lagi pada rumah yang didiaminya di Sawahan itu.
Jika rumah itu dapat digadaikannya, niscaya akan beruang pula
ia dan dapat pula hidup royal beberapa lamanya. Tentang di mana
ia akan tinggal, kalau ia diusir oleh orang yang memegang gadai,
karena tak dap at menebus rumah itu, tiada dipikirkannya.
*_*-__" 6P Amis dm %mm 293 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Tetapi mamaknya, Sutan Pamenan, tiada hendak meluluskan
permintaannya itu. Dan selama mamaknya ini masih hidup
tiadalah akan dapat disampaikannya keinginan hatinya itu, kalau
keinginan ini tiada disetujui oleh Sutan Pamenan, karena ialah
yang menjadi kepala waris. Kalau Sutan Pamenan tak ada lagi di
dunia ini, barulah ia berkuasa atas sekalian harta benda ibunya,
karena ahli waris akan jatuhlah ke dalam tangannya.
Ya, kalau mamaknya tak ada lagi. Tetapi apa gunanya mamak
yang tiada hendak menolong kemenakannya. Lebih baik mamak
yang sedemikian tak ada sama sekali, supaya dapat ia berbuat
sesuka hatinya. Demikianlah pikiran buruk yang mulai timbul
dalam hati Sutan Malik. Dan pikiran ini kian lama kian bersarang
dalam hatinya, dibawa setan, sehingga akhirnya yakinlah ia bahwa
kelenyapan mamaknya itu adalah jalan yang satu"satunya untuk
membawa keselamatan kepada dirinya dan ibunya.
Sesungguhnya Sutan Pamenan sangat berubah kelakuannya
terhadap saudara dan kemenakannya, yang menurut adat Padang
menjadi tanggungannya. Pembelian itu adalah sebagai siang dengan
malam. Dahulu ia mati"matian untuk saudara dan kemenakannya;
tetapi sekarang setelah terjadi ketiga peristiwa yang mengguncang
imannya itu, seakan"akan lupalah ia dari kepada dunia ini dan
pikirannya bulat kepada akhirat. Kerjanya tak lain dari mengaji dan
sembahyang, ke surau dan ke mesjid, sehingga tak dapat ia mencari
nafkah untuk saudara dan kemenakannya, ya untuk dirinya sendiri
pun. Jika tak ada Sitti Nurmala yang memberi belanjanya untuk
kehidupannya sehari"hari, niscaya matilah ia kelaparan. Dari uang
pemberian Sitti Nurmala ini tak ada yang diberikannya kepada
saudaranya, Puti Umi, dan kemenakannya, Sutan Malik, seakan"
akan dengan sengaja diperbuatnya sedemikian.
Tatkala Datuk Gampo Alam memperingatkannya atas per"
buatannya itu, dijawabnya: "Sutan Malik memang sejak kecilnya
terlalu dimanjakan dan diturutkan sekalian kemauannya, sehingga


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia menjadi bodoh, dan tak dapat bertenggang sendiri, apalagi
_ . --"-"'2..---*
294 .gm sa; www ,; -, 45P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: menolong ibunya atau orang lain. Bahkan ia menjadi angkuh dan
sombong, kejam dan tak peduli. Kalau masih diturutkan juga
sekalian kehendaknya itu, apa jadinya kemudian" Sekali tentu ia
akan mendapat kecelakaan besar. Lihatpembakaran rumah Panduko
Sati, sampai menyebabkan kematian seorang yang tak bersalah.
Dilakukannya perbuatan itu dengan sengaja dan dengan tiada
mempunyai perasaan kemanusiaan, hanya karena tak mau kalah
berperang mercon. Untung dr, Aziz hanya menyuruh membatalkan
perkawinannya saja dengan Puti Bidasari, supaya ia sendiri dapat
kawin dengan Sitti Numiala. Jika diadukannya pengkhianatan dan
pembunuhan inikepada M r. Yatim, yang memang benci kepadanya,
apa jadinya" Bukankah akan berayun ia di tiang gantungan"
Walaupun perbuatan dr. Aziz ini, yang memaksa Sutan Malik
meninggalkan anak dara, sangat memberi aib, tetapi mana yang
lebih baik, mati di tiang gantungan atau mendapat malu sedemi"
kian" Mati di tiang gantungan pun tidak sedikit hinanya."
Datuk Gampo Alam tak dapat menjawab, karena ia harus
membenarkan pikiran sahabatnya ini. Jika tidak sekarang, bilakah
ia akan belajar lagi. Jika mamaknya tak ada di dunia ini, niscaya
akan bertambah"tambah tak keruan jadinya, karena tak ada orang
yang diseganinya lagi. "Ada hamba suruh ia bekerja, supaya dapat mencari
penghidupan sendiri, tetapi katanya belum pandai bekerja. Jika
tiada dimulainya bekerja, tentu saja seumur hidupnya takkan
pandai ia bekerja dan akan tergantunglah kehidupannya pada
orang lain. Kesukaannya memang tetap tidak hendak bekerja, melainkan
selalu bersuka"sukaan dengan kantung yang penuh uang. Tidak
akan memikirkan apa-apa, hanya kesenangan diri sendiri. Tidak
diingatnya bahwa harta peninggalan itu niscaya akan habis juga.
jika setiap hari diboroskan dan tidak diganti. Ia tak tahu pada yang
tidak ada. sekaliannya harus ada sahaya. Di mana akan dicari juga
uang" Sedang hidup sendiri: kasih ombak baru mandi.
*_*-__" 6P 359421?"an %mnm 295
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Dahulu hamba memang dengan buta tuli menyayanginya,
memanjakannya dan menurut sekalian kemauannya, karena adat
kita yang mengatakannya: kemenakan tanggungan mamak. Jika
tidak hamba berbuat sedemikian, niscaya hamba dihinakan, diejek,
dan disesali orang. Sekarang setelah ia menjadi sedemikian itu
seekor ayam pun tak ada yang berkotek, bahkan hamba pula yang
disalahkan: tak tahu mendidik kemenakan.
Si Udin anak kandung hamba, tiada hamba indahkan, bahkan
rela hamba ia ditinggam, karena hendak membela kemenakan.
Tetapi kemenakan yang dibela itu tiada sekali"kali menghargai
pembelaan ini. Belum lagi anak"anak hamba yang tiada hamba kenal, yang
hamba sia-siakan, entah berapa puluh banyaknya, sekaliannya tiada
hamba indahkan, tiada hamba pedulikan, bahkan ada yang hamba
pandang sebagai musuh hamba. Begitu pula istrihamba yang entah
berapa puluh pula jumlahnya; jangankan hamba selenggarakan
atau hamba tolong, tetapi hamba berbuat sebagai kata peribahasa
kita: habis manis sepah dibuang. Sekalian itu hamba lakukan hanya
karena hendak membela seorang kemenakan dan seorang saudara
perempuan. Tidakkah hamba akan kena kutuk, kena leknat,
karena penyia"nyiaan ini" Memang sudah. Kalau tiada, mengapa
hamba telah diberi malu oleh si Kuning dalam sidang pengadilan,
dipandang musuh oleh anak hamba sendiri, ditempelak dan disesali
oleh arwah si Udin. Tetapi sekaliannya itu tak dapat pula hamba
umpati, karena sudah nasib hamba sebagai seorang bangsawan
sedemikian itu harus hamba tepati. Kakak hamba pun tak dapat
pula hamba salahkan. Kalau ia menyuruh hamba sebentar-sebentar
kawin dan sebentar"sebentar menceraikan istri hamba, bukannya
karena hendak mendapat uang jemputan saja, tetapi karena ia
harus pula menurut adat Padang.
Jika tiada, niscaya ia akan tercela dan diejek orang. Sebagai
tak pandai "melakukan" saudara. Tentu karena sesuatu cacat atau
karena tak disukai orang. Ini pun suatu kehinaan."
-"--"2.---"
'296 Asem www -, -----".='.__--- x &P
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Perkataan Sutan Pamenan ini pun tak dapat pula disalahkan
oleh Datuk Gampo Alam, karena memang demikianlah halnya.
Sungguhpun demikian, pembelian kehidupan yang tiba-tiba
itu rupanya tak dapat diikuti oleh Sutan Malik, sehingga ia
bingung dan karena itu kehilangan akal. Tetapi perubahan pada
Sutan Pamenan pun datangnya tiba"tiba, sehingga ia tak dapat
pula mengubah kelakuan kemenakannya ini perlahan-lahan dan
berangsur"angsur. Tatkalakantung Sutan Malikpadasuatuketikakosongkembali,
dicobanyajuga minta uang pada mamaknya. Tetapi Sutan Pamenan
tetap tiada hendak memberinya, karena ia pun tiada mempunyai
uang yang lebih. Bantuan yang diterimanya dari anaknya cukup
untuk belanja mereka setiap hari. Meminta kepada Sitti Nurmala,
untuk kemenakannya, malu ras anya ia.
IS'leh sebab itu digadaikanlah oleh Sutan Malik rumahnya yang
di Sawahan itu dengan tiada setahu ibunya dan mamaknya, lalu
diboroskannya pula uang yang diterimanya. Setelah didengar Sutan
Pamenan kabar ini, bertambah marahlah ia kepada ke-menakannya
itu. Tetapi Sutan Malik ditolong oleh ibunya, yang telah benci pula
kepada mamaknya itu. Dengan demikian kian hari kian bertambah jauhlah antara
Kampung Terendam dan Sawahan, yang menurut jaraknya hanya
10 menit perjalanankaki. Mereka tiada hendak datang"mendatangi,
lihat"melihat lagi. Kemenakan bersangka mamaknya telah marah
kepadanya dan tiada hendak mengindahkannya lagi, sedang
mamaknyabersangkakemenakannya telahmendurhakakepadanya.
Peristiwa-peris tiwa yang telah terjadi ini dan pikiran-pikiran yang
kusut, memberi bekas kepada kesehatan Sutan Pamenan, jasmani
dan rohani. Oleh sebab itu jatuhlah ia sakit. Seleranya kurang,
badannya lemah dan sebentar"sebentar demam.
Menantunya, dr. Aziz. segera datang mengobatinya dan
anaknya. Sitti Nurmala dan Mr. Yatim, acapkali pula melihatinya.
Hanya dari Sawahanlah yang belum datang saudaranya, Puti
"-?"._5"-?"?"-_
6P 359421?"an %mnm 297
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Umi dan kemenakannya, Sutan Malik. Permintaan dari kakaknya
atau kemenakannya ini, supaya ia diselenggarakan dan diobati
di Sawahan, di rumah mereka sebagai kebiasaan di Padang, pun
tak ada, sehingga ia sebagai seorang dagang, terbaring di rumah
istrinya. Inilah pula agaknya yang menyebabkan penyakitnya bukan
bertambah baik, bahkan bertambah menjadi.
Setelah di dengar kabar itu oleh Sutan Malik, tiba-tiba
timbul kembali di dalam hatinya ingatan yang jahat, yang hendak
melepaskan dirinya dari ikatan mamaknya, supaya dapat ia menjadi
ahli waris harta benda ibunya yang tiada seberapa lagi itu. Inilah
saat yang baik baginya untuk mencapai maksudnya ini.
Dengan segera pergilah ia kepada seorang dukun di Rimba
Keluang. "Mamak hamba sakit. I-Iamba harap dapat obat dari Engku,"
katanya kepada dukun ini.
"Sakit apa ia?" tanya dukun.
"Badannya panas, seleranya kurang dan badannya lemah
rasanya." "Carikanlah kelapa hijau yang muda dengan gula enau. Bawa
kemari, supaya hamba doakan."
"Baiklah," sahut Sutan Malik, lalu dicarinya permintaan dukun
ini dan dibawanya kepadanya. Dukun menyayat kelapa itu pada
tampuknya, sehingga berlubang, lalu dimasukkannya gula enau ke
dalamnya dan didoakannya serta dias apinya dengan asap kemenyan
beberapa lamanya. "Beri minum yang sakit itu air kelapa ini! Jika dapat sekali
minum habis. Jika tidak, dua kali minum," kata dukun, seraya
memberikan kelapa muda tadi kepada Sutan Malik.
"Baiklah," kata Sutan Malik. "Lain daripada itu di bawah
rumah hamba banyak benar anjing yang tak dipelihara, bertempat
diam, sehingga ribut tiap"tiap malam karena ia menyalak dan
meraung. Dengan apa dapat dibunuh anjing"anjing ini" Jika diusir
saja, ia kembali lagi. "
-?"-?"-'2..---"
293 Mw (3155;wa -, gp "Dengan racun. Pada hamba ada racun yang manjur. Tetapi
harus hati"hatibenar menyimpannya, karena amat cepat makannya
dan tak ada obatnya. Untuk membunuh anjing masukkan sesendok
teh pun cukup, ke dalam nasi atau daging, letakkan di tempat
anjing itu," lalu pergilah ia mengambil racun itu dan diberikannya
kepada Sutan Malik. "Terima kasih, Pak Dukun," kata Sutan Malik dengan riangnya,
lalu diberinya dukun ini uang dan pulanglah ia ke rumahnya
kembali. Setelah sampailah ia ke rumahnya di Sawahan, lalu
masuklah ia ke dalam biliknya dan dimasukkannya sekalian racun
yang diterimanya ke dalam kelapa muda tadi dan disuruhnya
bujangnya Pak Alim mengantarkan kelapa ini ke rumah mamaknya
Sutan Pamenan, di Kampung Terendam.
"Katakan air kelapa ini obat dari ibuku, untuk penyakit
mamakku. Diminum sekali minum habis," kata Sutan Malik dengan
agak gemetar suaranya. "Baiklah, Mak Acik," sahut bujang yang tua ini, lalu dibawa-
nya kelapa muda itu ke rumah Sutan Pamenan dan diberikannya
kepada istrinya, seraya menyampaikan sekalian pesan Sutan Malik
tadi. Setelah diterima kelapa ini oleh istri Sutan Pamenan dengan
segera dibawanya kepada suaminya dan diberikannya kepada si
sakit ini seraya berkata, "Obat dari Unang"), diminum sekaligus.
Cobalah! Barangkali hilang panas badan."
"Baiklah, bawalah kemari! Kesal rasanya, demam ini tak
hendak hilang," lalu diterimanya kelapa tadi dan diminumnya
airnya sampai hampir habis. Sisanya diberikannya kepada Datuk
Gampo Alam yang ada duduk dekatnya dan meletakkan kelapa ini
di atas peti pakaian yang ada di sana, untuk dihabiskan nanti,
apabila diminta oleh Sutan Pamenan. Tetapi tiada berapa lama
1) mang=uni=kanda *_*-__" 6P Amril: dm %mnm 299 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
kemudian daripada itu, tiba"tiba Sutan Pamenan berkata: "Ya,
Allah! Mengapa aku ...?" lalu ia rebah ke tilamnya, tiada ingatkan
dirinya lagi. Datuk Gampo Alam berteriak memanggil istri Sutan Pamenan,
karena terkejut melihat hal sahabatnya tiada berdaya lagi.
Setelah istri Sutan Pamenan melihat suaminya tiada ingatkan
dirinya lagi, lalu ia menangis berteriak"teriak meminta tolong,
sehingga orang"orang setangga gempar, datang berlari"lari. Tatkala
dilihat mereka Sutan Pamenan terhantar di temp at tidurnya dengan
tiada kabarkan dirinya lagi, ributlah sekaliannya bertanyakan
mengapa ia jadi sedemikian. Tetapi seorang pun tak dapat
memberi keterangan. Satu-satunya yang dapat dikemukakan oleh
Datuk Gampo Alam, Sutan Pamenan jadi sedemikian itu sesudah
meminum air kelapa muda yang dikirimkan old] Puti Umi, saudara
Sutan Pamenan. Tetapi tak mungkin obat dapat menjadikan orang
sakit sedemikian. "Panggilkan menantunya, barangkali masih dapat ditolong,"
kata seorang setangga. Datuk Gampo Alam segera pergi ke rumah Dr. Aziz membawa
kabar kecelakaan ini dan meminta pertolongannya. Dengan segera
dr. Aziz pergi dengan Sitti Nurmala ke Kampung Terendam. Tetapi
tatkala mereka sampai ke sana, nyatalah sekalian pertolongan tak
berguna lagi. Sutan Pamenan telah meninggal dunia dan padanya
nyata kelihatan tanda"tanda kena racun. IClleh sebab itu diperiksa
dr. Azizlah apa sebab-sebab yang telah mendatangkan kematian
mentuanya ini. Tatkala didengarnya dari Datuk Gampo Alam, Sutan Pamenan
jatuh pingsan, setelah meminum air kelapa muda, yang dikirimkan
oleh kakaknya dari Sawahan, diperiksanyalah air kelapa ini dan
karena ia sangat curiga, diberitahukannyalah hal ini kepada Mr.
Yatim yang segera menyerahkan perkara ini ke tangan polisi.
-"--"2.---"
30" Asem www -, tfp Polisi melakukan pemeriksaan yang cermat dan segera dapat
ditangkapnya Sutan Malik dengan dukun di Rimba Keluang, sedang
Pak Alim dan Puti Umi hanya ditahan sebentar. Tetapi setelah
Sutan Malik mengaku terus terang karena tak dapat mungkir
lagi, dilepaskanlah mereka, sedang dukun di Rimba Keluang pun
dibebaskan pula beberapa hari kemudian, karena nyata ia pun
tiada bersalah apa"apa dalam pembunuhan Sutan Pamenan. Benar
ia yang memberikan racun itu, tetapi karena diminta oleh Sutan
Malik untuk membunuh anjing. Jika diketahuinya untuk meracun
orang, niscaya tiada akan diberinya, walaupun bagaimana juga
diminta Sutan Malik. Sutan ini pun menerangkan pula sekalian sebab"sebabnya,
maka ia sampai membunuh mamaknya ini.
Sekalian perubahan kelakuan mamaknya Sutan Pamenan ini
kepadanya, disangkanya karena asutan Datuk Gampo Alam. Dan
karena panas hatinya kepadanya, dibukakannyalah rahsia Datuk
ini telah meninggam Marah Udin, sehingga mati.
IClleh karena itu Datuk Gampo Alam ditangkap pula untuk
diperiksa atas dakwaan Sutan Malik ini. Datuk Gampo Alam yang
rupanya putus pengharapan karena ditinggalkan sahabat dan
muridnya, Sutan Pamenan yang telah berpuluh tahun lamanya
sehidup semati dengan dia, lebih dari saudara kandungnya sendiri,
seakan"akan tiada hendak hidup sendiri lagi, melainkan ingin segera
mengikut sahabatnya ini, mengaku terus terang akan perbuatannya
ini. Jenazah Sutan Pamenan dikuburkan oleh anaknya Sitti
Nurmala dan Mr. Muhammad Yatim dengan upacara kebesaran,
sebagai yang dilazimkan oleh bangsawan Padang menurut adat
istiadat, dengan memakai tombak berambu, payung kebesaran
dan lain"lainnya. Segala syarat"syarat upacara ini yang dibiasakan
di Padang, dipenuhi mereka dengan sebaik"baiknya. Orang"orang
yang memandikan, mengafani, menyembahyangkan, mendagang,
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 3 01

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

i': V '-...______'._._"_"-?"-..
mendoakan, menurunkan jenazah, menyambut, mengazankan,
menalkinkan, dan lain"lainnya, sekaliannya mendapat hadiah
sebagaimana mestinya, sampai sarung"sarung Bugis yang mahal"
mahal harganya. Arwahnya ditahlilkan dari malam pertama sampai ke malam
yang ketujuh, keempat puluh, keseratus, dan keseribu, sedang di
kuburannya orang mengaji sampai kepada malam yang keempat
puluh. Kuburannya ditembok dan nisannya didirikan dengan
upacara "bertegak batu", sehingga dapat dikatakan penguburan
jenazah Sutan Pamenan oleh anaknya dilakukan dengan sempurna
dan menurut adat istiadat bangsawan Padang.
Tak lama sesudah penguburan Sutan Pamenan, perkara Sutan
Malik dan Datuk Gampo Alam diperiksa. Sutan Malik dijatuhkan
hukuman buang dalam rantai 15 tahun karena membakar rumah
Panduko Sati dan 10 tahun karena meracun mamaknya. Sedang
Datuk Gampo Alam dihukum buang 5 tahun dalam rantai.
Keduanya menjalankan hukumannya di Nusa Kambangan,
tempat Mak Uning dihukum sudah beberapa lama. Tak berapa
lama kemudian sampailah kabar ke Padang, bahwa ketiga orang
hukuman itu telah mati dalam satu perkelahian.
Berita ini menggemparkan penduduk juga, lebih-lebih kelu-
arga mereka, sebab kejadian itu tiba"tiba saja dan sekali tiga pula
yang mati. "___"2.3...- 302 Amr zm www :; tfp --"---".='.__--- .>:
W PMK W Setelah ditinggalkan oleh Sutan Malik, sebagai pengantin
dan di dalam berpakaian mempelai Padang, anak daranya di
dalam peralatan yang besar di rumah Sutan Baheram, sedang
mereka bersanding dua, karena Sutan Malik tiba"tiba dibawa
oleh mamaknya Sutan Pamenan, keluarlah Sutan Baheram dari
rumahnya, pertama karena malu tak dapat melihat muka jamunya
dan kedua karena hendak mengetahui ke mana mempelai dibawa
mamaknya dan ketiga karena hendak menyelidiki, apa sebabnya
Sutan Pamenan tiba"tiba membawa lari kemenakannya.
Tetapi karena bendi dr. Aziz yang membawa mempelai itu tiada
langsung pergi ke Pondok, melainkan mengambil jalan memutar,
sedang Sutan Baheram harus berjalan kaki mengikut bendi itu,
karena tak ada bendi tambangan yang kosong, tertinggallah ia di
belakang dengan tak tahu ke mana perginya bendi yang melarikan
mempelai anaknya. Tatkala ia kemudian pergi melihat ke rumah
Baginda Mais, tiada bertemu ia dengan Sutan Malik di sana, tetapi
didengarnya perkawinan dr. Aziz dengan Sitti Nurmala telah
dilangsungkan. Karena mendengar kabar ini pusinglah kepalanya, tiada dapat
memikirkan lagi apa yang sebenarnya telah berlaku malam itu
dalam peralatan"peralatan perkawinan ini dan apa sebabnya maka
terjadi hal yang sedemikian itu. Oleh sebab itu tiada diteruskannya
mencari mempelainya yang dilarikan orang, melainkan pulanglah
% .- :..-", 6P Am m Woww?: 303
"C V ?"Mr"___"
mmmmumum Balai Pustaka ia kembali ke rumahnya dengan hati yang panas, yang tak dapat
dilepaskannya, dan bingung karena tak mengerti.
Setelah sampai ia ke rumahnya, didapatinya rumahnya telah
kosong dan istrinya, Puti Renosari, sedang menangis bersembunyi
dalam biliknya karena malu amat sangat, dihinakan orang
sedemikian itu. Sambil menangis ia berkata sebagai kepada dirinya sendiri,
"Ke mana hamba akan menyembunyikan muka hamba yang telah
penuh dinajisi oleh Sutan Malik" Bagaimana dan dengan apa
dibasuh najis ini, supaya lenyap dengan bau-baunya sekali dari
muka hamba" Apa salah anak hamba sampai dihinakan orang
sedemikian ini" Tentu sekalian orang Padang akan bersangka,
Bidasari telah bercacat besar, maka sampai ditinggalkan laki"laki
dalam bersanding dua, di tengah alat besar.
Sutan Malik rupanya dengan sengaja hendak menghinakan
kita di muka orang banyak. Jika tiada, mengapa diterimanya
peminangan Baginda Mais dahulu dan dimintanya jemputan yang
sebanyak itu. Sekarang dalam alat yang besar, ditinggalkannya
anak kita, sebagai meninggalkan sampah di pelimbahan.
Tetapi memang salah kita sendiri. Mengapa kita suka mene"
rima kemenakan Sutan Pamenan yang telah ternama buayanya"
Memang pekerjaan kitalah yang sia-sia. "
"Bukankah begitu, Reno, tetapi memang ada sesuatu yang
sangat penting diberitahukan dr. Aziz kepada Sutan Pamenan
dan Sutan Malik, sehingga keduanya terpaksa mengurungkan
perkawinan itu. Jika tiada masakan berani mereka berbuat
sedemikian, karena ini bukan keaiban saja tetapi berbahaya pula
bagi mereka." kata Sutan Baheram.
"Tetapi apakah yang penting itu dan apakah maksud perbuatan
mereka ini" Mengapa tiada diberitahukannya kepada kita. "
"Apa yang menyebabkan mereka lari tergesa"gesa, sehingga
tiada dapat memberi keterangan apa"apa kepada kita, memang
. --"-"'2..---*
304 Asem Wim" ,; -, dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: hamba pun tak tahu. Tetapi apa maksudnya perbuatan mereka itu,
rasanya dapat hamba raba, karena perkawinan Mr. Yatim dengan
Sitti Nurmala pun tak jadi pula. Yang dikawinkan dengan gadis ini,
ialah dr. Aziz yang tadi ada di sini, membawa lari mempelai kita.
Tetapi bagaimana pertukaran itu dilakukan dengan sangat
cepat, sehingga tiada diketahui orang yang beribu banyaknya yang
mengerubunginya, tak dapat hamba pikirkan."
"Suatu perkara yang ajaib, yang belum pernah terjadi di
Padang ini atau di mana"mana pun juga agaknya; mempelai ber"
ganti di muka orang banyak, dalam bersanding dua dengan anak
dara, dengan tiada diketahui orang. Lebih"lebih tiada diketahui
pesemandan yangbanyak, yang dapat dikatakan menjagapengantin,
memang tak masuk dalam akal hamba," kata Puti Renosari dengan
herannya, sehingga hampir hilang tangisnya.
"Permintaan maaf Hopjaksa atas kelakar Baginda Mais, yang
mula-mula mengatakan anaknya akan dikawinkan dengan Mr.
Yatim, tetapi sebenarnya dengan dr. Aziz, dengan maksud hendak
mengistimewakan perkawinan anaknya ini, tak dapat hamba
percayai, karena sedang pengantin bersanding dua di sana, dr. Aziz
ada di sini untuk membawa lari mempelai kita.
Yang masih belum mengerti hamba ialah mengapa Sutan
Malik dengan mamaknya, Sutan Pamenan, dapat dipaksa oleh dr.
Aziz meninggalkan anak kita, dalam alat yang besar"
Inilah yang hendak hamba tanyakan kepadanya, tetapi ia tak
bertemu. Sesudah keduanya meninggalkan rumah kita, seorang
pun tak tahu ke mana perginya. Mungkin mereka menghilang,
menyembunyikan diri, karena malu mereka terpaksa harus
meninggalkan anak dara dalam bersanding dua.
Tetapi ada juga baiknya hamba tak bertemu dengan mereka.
Kalau bertemu dan mereka tiada hendak memberi alas an yang patut
atas perbuatan mereka yang memberi aib ini, niscaya timbullah
persengketaan, yang tak tahu hamba bagaimana akhimya. "
*_*-__" 6P Asa dm %mm 3 05 ;( V '-...______'._._"_"-?"-..
"Sekarang timbul sesalan dalam hati hamba menampik Yatim.
Walaupun turunannya amat rendah, tetapi pangkatnya amat
tinggi. Dan kerendahan turunannya ini tiada diketahui orang
selainnya dari kita sendiri, sebab sekaliannya bersangka ia anak
Hopjaksa. Dan kalau ia telah menjadi menantu kita, tentu tak akan
kita bukakan rahsianya ini. Dengan demikian senanglah kita dan
beruntunglah anak kita. Sekarang setelah kita terima seorang laki"laki yang berasal
tinggi, bahkan lebih dahulu kita mendapat malu, sedang anak
kita belum kawin juga; Siapa yang masih suka mengawini Bidas ari
sekarang ini. " Demikianlah keduanya berbisik"bisik dalam biliknya seraya
menyembunyikan dirinya, takut keluar karena sangat malunya.
"Sekarang cobalah Reno ceritakan bagaimana hal jamu yang
banyak itu sepeninggal hamba?" kata Sutan Baheram pula.
"Mula"mula sekalian mereka sangat heran melihat mempelai
meninggalkan anak dara, karena tiada tahu apa sebabnya. Seorang
bertanya kepada seorang, mengapa mempelai lari tergesa"gesa,
tetapi seorang pun tak dapat memberi jawaban yang benar,
sedang kita sendiri tiada kelihatan lagi oleh mereka. Oleh karena
itu terjadilah kegaduhan dalam peralatan itu. Masing-masing tak
tahu apa yang diperbuatnya.
Untunglah tiada berapa lama kemudian datang juru rawat
Saleh membawa kabar, bahwa'Sutan Malik dan mamaknya,
Sutan Pamenan, mendapat kecelakaan besar dengan bendi yang
membawanya, sehingga perkawinan itu tak mungkin dapat
dilangsungkan malam itu. Mendengar kabar ini bertambah ributlah dalam peralatan,
karena sekaliannya hendak mengetahui apa yang telah terjadi
dengan kedua sutan itu dan apa sebabnya mereka pergi terburu"
buru. Tetapijuru rawat Saleh rupanya tiada hendak memberijawab
atas pertanyaan ini karena ia dengan segera meninggalkan jamu
"___"2.1"..."
306 Asem Wim" ,; -, dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: kita, sehingga akhirnya kembalilah dengan peras aan yang tak puas
dan tiada bertemu dengan yang empunya alat karena hamba masih
bersembunyi dalam bilik."
Dari sekalian mereka yang hadir dalam peralatan ini hanya
Puti Bidas arilah yang bergirang hati, walaupun kegirangannya itu
tiada diperiihatkannya. Tatkala didengarnya suara dr. Aziz datang
meminta, supaya perkawinan itu dipertangguhkan sebentar,
pengharapannya yang mulai berkurang, timbul kembali dan
tatkala ia mendapat isyarat dari dokter itu, supaya jangan kuatir,
mulailah girang hatinya. Lebih"lebih tatkala dilihatnya Sutan Malik
keluar dibawa mamaknya, Sutan Pamenan, dengan tergesa"gesa,
bertambah"tambahlah kesukaannya. Rupanya perjanjian dr. Aziz
yang telah disampaikan Mr. Yatim kepadanya, untuk berusaha
mengurungkan perkawinan itu, telah mulai dilakukannya. Makin
bertambah girangnya, tatkala dilihatnya Sutan Malik tiada kembali
lagi dan jamu menjadi gelisah.
Walaupun hatinya masih berdebar"debar, takut kalau"
kalau Sutan Malik kembali lagi, tetapi tatkala datang juru rawat
Saleh mengatakan mempelai dapat kecelakaan di jalan, sehingga
perkawinan tak dapat dilangsungkan malam itu, sehingga sekalian
jamu dengan kadi meninggalkan peralatan, tiadalah terkira-kira
besar hatinya dan terima kasihnya kepada sahabatnya, dr. Aziz,
yang telah dapat membatalkan perkawinannya malam itu dengan
orang yang tiada disukainya, sehingga rasa"rasa akan melonjak"
lonjak ia karena sukacitanya.
Bahaya besar yang mengancamnya telah lalu. Dan jika dapat
pula dr. Aziz menyihirkan, supaya orang tuanya suka menerima
Mr. Yatim sebagai menantu, tercapailah cita"citanya.
Sejak waktu itu Puti Bidasari tiada dijaga benar oleh orang
tuanya, sehingga mudahlah baginya berhubungan surat dengan
Mr. Yatim, untuk mencapai daya upaya supaya dapat juga
menyamp aikan hasrat hatinya.
"-?"._5"-?"?"-_
6P Asa dm %mm 3 0" ;( V '-...______'._._"_"-?"-..
Tentu saja ia pun malu diperbuat sedemikian oleh Sutan
Malik, karena kehinaan ini niscaya akan menjadi buah mulut seisi
kota Padang. Tetapi dilipurnya hatinya dengan pikiran: memang
kaum muda selalu menjadi buah mulut kaum tua.
Bertambah kesyukurannya kepada Allah dan bertambah
pula besar pengharapannya, tatkala didengarnya dari Mr. Yatim,
bahwa Sitti Nurmala malam itu telah dikawinkan dengan dr. Aziz,
sehingga tak mungkin lagikekasihnya ini akan dapat dipaksa oleh
Hopjaks a, kawin dengan sahabatnya Sitti Nurmala. "
Demikianlah hal keluarga Sutan Baheram, sampai beberapa
Jumat sesudah perkawinan yang tak jadi, antara anaknya dengan
Sutan Malik,yangmenghilangbeberapalamanyadenganmamaknya,
sehingga tiada dapat ditempelakkan Sutan Baheram kepada Sutan
Pamenan dan kemenakannya pembatalan perkawinan yang sangat
menghinakan itu. Tetapi kian hari kian berkurang juga malunya,
sehingga akhirnya beranilah mereka menunjukkan mukanya di
muka rumahnya. Tiada berapa lama kemudian daripada itu Sutan Baheram
menerima sepucuk surat dari Sutan Pamenan, yang mengatakan
ia sakit, sehingga tak dapat datang sendiri untuk meminta maaf
kepadanya dan sekalian kaum keluarganya atas keaiban yang telah
ditimbulkannya pada mereka. IClleh sebab itulah dengan surat itu
dipohonkannya maaf. Ia sangat menyesal telahberbuat sedemikian.
Jika tiada, niscaya kemenakannya akan ditimpa bahaya yang
amat besar. Itulah sebabnya ia terpaksa melarikan Sutan Malik
beberapa lamanya dari Padang. l-lanya apa kesalahan itu tiada
dituliskannya. Walaupun perkawinan Sutan Malik dengan Puti Bidas ari
harus dibatalkannya, karena paksaan tadi, tetapi diharapkannya
Puti Bidasari segera akan mendapat gantinya yang lebih baik,
yaitu Mr. Dr. Sutan Muhammad Yatim yang dicinta Puti Bidas ari
dan sangat pula mencintainya. Karena sekarang nyata dengan
bukti yang terang, bahwa mester ini bukan anak tukang pedati
"___"2.1"..."
303 Mmmm _'_'L;:' ', &P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Malim Batuah, tetapi anak kandungnya sendiri, dari Puti Nuriah,
anak Sutan Ali Rasyid, bangsawan yang berasal tinggi dari istana
Inderapura. Tanda bukti yang nyata tadi tentang asal usul Mr. Sutan
Muhammad Yatim yang baik ini, telah dapat ditunjukkan oleh adik
datuknya yaitu Sutan Ali Akbar, yang waktu itu ada di Padang,
mencari kakaknya Sutan Ali Rasyid dan segera akan datang kepada
Sutan Baheram meminang Puti Bidas ari, untuk cucunya, Mr. Dr.
Sutan Muhammad Yatim. Diharapnya sangat supaya Sutan Baheram dan Puti Renos ari
sudi menerima peminangan ini, supaya terhapuslah sekalian arang
keaiban yang telah tercoreng di muka keluarga Sutan Baheram,
karena perbuatan yang terpaksa harus dilakukannya.
Setelah ia sembuh dari sakitnya, ia akan datang sendiri
kepada Sutan Baheram untuk meminta maaf akan sekalian dosa
kesalahannya tadi dan meminang Puti Bidasari pula untuk anak


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kandungnya, Mr. Dr. Sutan Muhammad Yatim.
Demikianlah bunyi isi surat Sutan Pamenan kepada Sutan
Baheram. Tetapi peminangan itu tiada dapat dilakukannya, karena
ia tiba"tiba meninggalkan dunia, diracun kemenakannya sendiri.
Setelah lampaulah waktu berkabung, datanglah Sutan Ali
Akbar dengan istrinya, Puti Rohana, diantarkan oleh Sutan Alam
Sah dengan istrinya, Sitti Mariama, untuk meminang Puti Bidas ari
dengan resmi, sedang Malim Batuah dan istrinya Mak Inang di"
bawa mereka, untuk menjadi saksi, bahwa Mr. Sutan Muhammad
Yatim hanya anak asuhannya, tetapi anak kandung Sutan Pamenan
dengan Puti Nuriah dan cucu kandung Sutan Ali rasyid dengan
Puti Khadijah. "Assalamualaikum!" kedengaran suara menyeru diluar, tatkala
Sutan Baheram duduk dengan istrinya di ruang dalam rumahnya.
"Waalaikum salam!" sahut Sutan Baheram. lalu berdiri keluar
ke langkan hadapan. *_*-__" 6P Asa dm %mm 3 09 ;( V '-...______'._._"_"-?"-..
Di sana dilihatnya iparnya, Sutan Alam Sah dengan istrinya
Sitti Mariama, Sitti Nurmala, dan empat orang lain yang tiada
dikenalnya, tetapi diduganya Sutan Ali Akbar yang telah dika"
barkan oleh marhum Sutan Pamenan dalam suratnya yang
telah diterimanya, orang yang memang telah ditunggunya
kedatangannya. Sutan Baheram segera datang berjabat tangan dengan iparnya
ini seraya meminta maaf atas sekalian kesalahannyalahir dan batin.
Pun kakaknya Puti Renosari yang keluar menyambut adiknya ini,
ia meminta maaf. Begitu pula Sitti Mariama, sehingga hilanglah
sekalian dendam kesumat mereka dan baiklah kembali mereka,
sebagai dahulu. Sesudah itu barulah Sutan Baheram dan Puti Renos ari
diperkernaikan dengan Sutan Ali Akbar, Puti Rohana, Malim
Batuah, dan istrinya, Mak Inang. Sekaliannya diajak duduk di
ruangan dalam', Malim Batuah dengan istrinya agak jauh sedikit.
Puti Bidasari tiada kelihatan oleh Sitti Numiala, walaupun
matanya beberapa kali mengerling ke pintu. Tetapi ia tak berani
menanyakan sahabatnya ini.
Setelah laki"laki merokok dan perempuan memakan sirih,
berkatalah Sutan Ali Akbar kepada Sutan Baheram dan Puti
Renosari: Engku dan Puti! Maksud kami datang kemari ialah
hendak meminang anak Engku dan Puti, yaitu Puti Bidas ari, untuk
cucu dan anak kami, Mr. Sutan Muhammad Yatim. Tetapi sebelum
itu baiklah hamba terangkan lebih dahulu siapa cucu hamba Mr.
Sutan Muhammad Yatim itu yang diangkat anak oleh Engku
Sutan Alam Sah, ipar Engku, supaya hilanglah sangka-sangka yang
mengatakan ia anak kandung Malim Batuah, tukang pedati ini,
yang sengaja hamba bawa, untuk membuktikan, bahwa ia berasal
dan berhak memakai tingkat kebangsawanan sutan dan dengan
demikian setara dengan anak Engku dan Puti. Puti Bidasari."
-"--"2.---"
31" Asem Wim" -, dp
lalu diuraikannya asal usulnya di Inderapura, apa sebabnya
abangnya, Sutan Ali Rasyid, sampai melarikan dirinya dengan
keluarganya dari Inderapura dan bersembunyi di Padang, bagaimana
ia mencari kakaknya itu dan bagaimana ia dapat mengenal cincin
zamrud yang dipakai Mr. Yatim sebagai cincin yang berasal dari
abangnya itu. Cerita ini disambung oleh Malim Batuah dengan riwayat Sutan
Ali Rasyid di Lubuk Begalung, sampai ia meninggal dunia, diikuti
oleh istrinya Puti Khadijah, bagaimana Sutan Pamenan mengawini
Puti Nuriah yang kemudian melahirkan Yatim lalu meninggal
pula dan bagaimana anaknya Yatim diasuhnya, sampai kemudian
diberikannya kepada Sutan Alam Sah.
Sutan Baheram dan Puti Renosari terharu mendengar cerita
yang sedih dan panjang ini. Di situ yakinlah mereka bahwa Mr.
Muhammad Yatim, bukan anak tukang pedati, tetapi anak puti
dan sutan yang kurang-kurangnya sama tinggi derajatnya dengan
anaknya. "Sekarang yakinlah kami bahwa Mr. Yatim bukan anak Malim
Batuah, melainkan anak bangsawan tinggi yang setara dengan
anak kami. Oleh sebab itu hilanglah sekalian alangan kami, untuk
menerimanya sebagai menantu dan mendudukkannya dengan
Bidasari. Kami harap Engku dan Rangkayo memaafkan kesalahan
kami dahulu yang menyebabkan kami tak dapat menerima Yatim.
Sebagai Engku maklum, kita kaum bangsawan, tak dapat
berbuat sekdiendak hati kita dalam perkawinan anak kita, karena
kita terikat oleh tali adat istiadat kita, yang harus kita pegang
teguh" teguh. "
Sekalian percakapan sampai kepada waktu itu didengarkan oleh
Puti Bidasari dari belakang pintu. Tiada terkira"kira besar hatinya,
tatkala didengarnya dari Sutan Ali Akbar dan dari Malim Batuah
sendiri dengan terangnya ketinggian asal usul kekasihnya, walaupun
perkara ini telah dibayangkan juga oleh Mr. Yatim kepadanya dalam
surat yang telah diterimanya dari kekasihnya ini.
*_*-__" 6P Asa dm %mm 311 ;( V '-...______'._._"_"-?"-..
Terlebih"lebih besar hatinya tatkala didengarnya orang tuanya
suka menerima kekasihnya ini sebagai menantunya. Jika berani ia,
niscaya diburunya ibu bapanya itu dan dipeluk diciumnya. Jalan
lain tiada diketahuinya untuk melepaskan kegirangan hatinya yang
menyesak di dalam dadanya. Akan menangislah ia hendaknya atau
tertawa gelak"gelak"
Sutan Ali Akbar, datuk kekasihnya ini pun hendak dipeluk dan
diciumnya pula, jika boleh. Karena ialah yang membawa sekalian
kemujuran dan kesukaan ini. Jika tiada entah bagaimana akan
nasibnya. Demikian pula Sutan Alam Sah, Sitti Mariama, dan Sitti
Nurmala yang telah beberapa kali mengerling ke pintu hendak
mengintipnya. "Sekarang setelah mendapat persetujuan dari Engku dan
Rangkayo, untuk mendudukkan Puti Bidasari dengan cucu
hamba Mr. Sutan Muhammad Yatim, hamba serahkanlah urusan
perkawinan itu kepada Engku dan Rangkayo serta Engku Sutan
Alam Sah dan Rangkayo Sitti Mariama. I-Iamba menurut bagaimana
yang baik pada pikiran Engku"Engku dan Rangkayo"Rangkayo.
Hanya hamba pinta supaya perkawinan itu dilangsungkan secara
adat orang bangsawan. Jangan sampai ada yang ketinggalan sarat"
sarat upacaranya. Tentang belanjanya dari kedua belah pihak,
jangan dipikirkan. Sekaliannya atas tanggungan hamba, karena
hamba hendak mengembalikan sekalian bagian kakak hamba yang
ada pada hamba, kepada turunannya yang sekarang tinggal satu"
satunya yaitu Mr. Sutan Muhammad Yatim. Bahkan bagian hamba
sekalipun akan hamba berikan pula kepadanya, karena hamba tiada
mempunyai anak cucu, melainkan ia sendiri. "
"Baiklah. Akan kami selenggarakanlah sekaliannya itu. Bila
kita mulai berjaga"jaga. "
"Itu pun akan hamba serahkan pula kepada Engku"Engku
dan Rangkayo"Rangkayo. Tetapi berhubung dengan kepindahan
Sutan Muhammad Yatim, pada rasa hamba baik kita segerakanlah
pekerjaan ini." "___"2.1"..."
313 Asem Wim" ,; -, dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Sutan Baheram dan Puti Renosari yang baru mendengar
kabar kepindahan Mr. Sutan Yatim ini, menoleh kepada Sutan Ali
Akbar, lalu bertanya, "Ke mana ia dipindahkan?"
"Ke Jakarta." Keduanya terdiam dan terpikir sejenak. Kalau Mr. Sutan
Muhammad Yatim pindah ke Jakarta, tentu dibawanya istrinya dan
akan tercerailah ia dari anaknya. Entah untuk berapa lamanya. Dan
kepindahan ini tentulah atas permintaan Mr. Sutan Muhammad
Yatim sendiri, mungkin karena keputusas aannya, sebab ia
diceraikan dahulu dari Puti Bidasari. Jika tiada demikian, niscaya
akan tetaplah ia tinggal di kota Padang.
Di situ timbul sesalan yang kedua dalam hati mereka atas
perbuatan mereka yang telah lampau itu. Tetapi apa hendak
dikata" "Supaya hamba jangan: terbeli dibarang berbungkus, haraplah
hamba boleh bertemu sebentar dengan bakal menantu cucu hamba
itu," kata Sutan Ali yang dapat menerka pikiran Sutan Baheram
dengan istrinya ini, dengan tersenyum.
"Tentu, Engku. Kami pun tiada pula hendak: menjual cem"
pedak dalam karung. Boleh dilihat dan diperiksa lebih dahulu,
supaya jangan menyesal kemudian hari," sahut Puti Renosari
dengan tersenyum pula,lalu ia masuk memanggil anaknya. Rupanya
hatinya lekas tertarik oleh sikap dan gaya Sutan Ali Akbar ini,
yang beradab dan sopan santun serta ramah tamah dalam tutur
bahasanya dan tingkah lakunya.
Puti Bidasari yang mendengar namanya dipanggil ibunya,
hendak lari dari belakang pintu, masuk ke dalam biliknya bersalin
pakaian, tetapi tak sempat karena ibunya telah hampir padanya
seraya berkata: "Lekas keluar! Datuk dan ninik Yatim hendak
bertemu dengan engkau," lalu ditariknya anaknya ke luar dengan
riangnya. Ketika terpandang Puti Bidasari oleh Sutan Ali Akbar, lalu ia
berdiri menyambut bakal istri cucunya ini, seraya berkata dengan
*_*-__" 6P Awa dm %mm 313 ;( V '-...______'._._"_"-?"-..
bergurau. "Rangkayo. jika begini rupanya cempedak Rangkayo,
tiadalah hamba akan berasa rugi. jika harus membayar dengan
sekalian harta benda Sutan Muhammad Yatim sekalipun. Sebutlah
berapa harganya, tiada akan hamba tawar lagi. "
Dan kepada Puti Bidasari ia berkata seraya mengurut"urut
kepalanya, "Jangan kuatir lagi! Senangkan hati cucunda. Segala
alangan telah terhindar."
Puti Bidasari tiada dapat menjawab karena tiada dapat
mengeluarkan perkataan. Hatinya penuh dengan segala
pengharapan dan kegirangan yang telah beberapa lama
meninggalkannya, tetapi sekarang tiba"tiba kembali berlipat ganda
dengan tiada di sangka"sangkanya. Kesukaan dan kegirangan yang
menyesak dalam dadanya dan tiada dapat keluar dari mulutnya,
lepas dari matanya dengan mendorong air yang telah tergenang di
pelupuk matanya, sehingga keluar bercucuran.
Dengan kedua belah tangannya dipegangnya tangan kanan
Sutan Ali Akbar, lalu diciumnya, sehingga basah tangan sutan
Inderapura inikarena air matanya yang berhamburan. Demi-kianlah
kesyukuran hatinya atas kedatangan datuk kekasihnya ini.
"Tiap"tiap percobaan akan diakhiri juga oleh kesenangan.
Insya Allah cucunda akan mendapat keselamatan dan kesenangan
bers ama-sama dengan Yatim. Marilah duduk bersama-sama dengan
Datuk!" Puti Rohana yang telah datang pula menghampiri Puti Bidas ari
yangs egera telah menarik hatinyapula karena telah didengarnyahal
ihwalnya yang malang itu dengan cucunya Mr. Sutan Muhammad
Yatim, lalu memeluk dan menciumnya pula seraya memberikan
kepadanya seperangkat perhiasan yang terjadi dari tusuk kondai,
subang, dokoh, peniti, gelang, dan cincin yang terbuat dari emas
bertatahkan berlian yang amat indah"indah buatannya.
"Inilah buah pinangan Nenek untuk cucunda, dari kanda
Sutan Muhammad Yatim."
. -"--"2.---"
314 Assam www -, tfp Pemberian ini diterima dengan suka hati oleh Puti Bidasari.
lalu diciumnya pula tangan Puti Rohana. Setelah diberikannya
perhiasan yang mahal harganya ini kepada ibunya, Puti Renosari.
yang menyambutnya dengan bersukacita pula, lalu pergilah Puti
Renosari kepada Sitti Mariama yang telah menunggunya, lalu
dipeluknya pula ibunya ini dan menangis di dadanya tersedu"
sedu. Sitti Mariama memeluk dan mencium pula anak angkatnya
ini, yang telah hampir 20 tahun dipelihara dan diasuhnya, sebagai
anak kandungnya sendiri, karena teringat akan kemalangan Puti
Bidasari yang pada waktu itu diharapkannya akan terhindar untuk
selama"lamanya. Setelah itu barulah Puti Bidasari pergi mencium tangan Sutan
Alam Sah, yang tak dapat pula menahan air matanya yang keluar,
karena ras anya adalah sebagai ia mendapat kembali anaknya yang
telah hilang beberapa lamanya. Kemudian pergilah ia kepada Sitti
Nurmala lalu berpeluk"pelukan dan bertangis"tangis an pula karena
kesukaan hatinya. Akhirnya tiada dilupakan Puti Bidasari pergi meminta terima
kasih kepada Malim Batuah dan Mak Inang atas pembelaan mereka
kepada Mr. Sutan Muhammad Yatim dan ibunya serta kedua
neneknya. Setelah melihat sekalian keakraban ini, bertambah terasalah
oleh Sutan Baheram dan Puti Renosari penyesalannya, telah
menceraikan anaknya dari kekasihnya Sutan Muhammad Yatim,
dan bersyukurlah mereka karena kesalahan ini pada waktu itu
dapat diperbaiki kembali.
Untuk menyingkirkan anaknya ini, karena ia hendak mem-
bicarakan hal perkawinan Puti Bidasari dengan Mr. Sutan
Muhammad Yatim, berkatalah ia, "Tidakkah kami akan diberi apa"
apa Bida" Haus ras anya berkata"kata."
Dengan segera Puti Bidasari diikuti oleh Sitti Nurmala
pergi ke belakang menyediakan air kopi dan juadah, lalu disuruh
*_*-__" 6P awam %mnm 315 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
bawanya dengan bujangnya keluar, sedang mereka tinggal berdua
di belakang melepaskan rindu dendam mereka.
Sementara itu dimufakatkanlah oleh sekalian yang tua"tua
di langkan muka tentang semuanya yang berhubungan dengan
perkawinan Sutan Muhammad Yatim dengan Puti Bidasari yang
akan dibawa kepada permusyawaratan sekalian kaum keluarga dari
kedua belah pihak. Setelah bulatlah permufakatan ini, dipintalah oleh Sutan Ali
Akbar kepada Sutan Baheram dan Puti Renosari untuk membawa
Puti Bidasari pulang kembali ke rumah Hopjaksa Sutan Alam Sah,
karena ia belum puas berkata-kata dengan bakal menantu cucunya
ini. Petang hari akan disuruh antarkannya kembali oleh Mr. Sutan
Muhammad Yatim. Sutan Baheram dan Puti Renos ari yang arif akan maksud Sutan
Ali Akbar ini yaitu, hendak mempertemukan Puti Bidasari dengan
cucunya Mr. Sutan Muhammad Yatim dan memberi kesempatan
kepadanya untuk kembali kepada ibu angkatnya ini, membenarkan
maksud ini dan memberi izin anaknya dibawa oleh Sutan Ali Akbar
ke rumah Sutan Alam Sah.

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiada berapa lama kemudian daripada itu kembalilah
sekaliannya ke Pondok bers ama"sama dengan Puti Bidasari yang
sangat girang hatinya, bukan saja karena akan bertemu muka
kembali dengan Mr. Sutan Muhammad Yatim yang sekian lama
tiada dilihatnya, tetapi pula karena ia telah terlepas dari penjaranya
dan terlebih"lebih dari tangan Sutan Malik.
Setelah bertemulah Puti Bidasari dengan kekasihnya Mr. Sutan
Muhammad Yatim, yang menunggu di rumah dengan hati yang
agak kuatir dan bata-bata dan akhirnya menjadi gelisah karena
pengharapan yang belum tentu dapat, tiadalah dapat dikatakan
bagaimana sukacita dan riang gembira keduanya, karena pertemuan
kembali ini yang berarti pula akan dapat mencapai sekalian cita"
cita mereka yang sekian lama telah didendam mereka dan telah
pula memberi putus asa kepada mereka.
-"--"2.---"
316 Malo: www -, -----".='.__--- x &P
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Dengan segera keduanya pergi dengan Sitti Nurmala menemui
dr. Aziz di rumahnya di Kandang. Sahabat mereka ini tiada
terkira"kira pula girang dan sukacitanya melihat sahabat karibnya
yang sangat dicintainya dan sekian lama telah diceraikan dari
mereka, hampir untuk selama-lamanya, datang kembali dengan
tunangannya, Sutan Muhammad Yatim.
"Bida!" kata Sitti Nurmala, "aku rela memberi sebagian dari
umurku karena pertemuan kita ini. Sesudah perkawinan kamu
berdua tak adalah cita"citaku lagi, melainkan doakulah kepada Allah
Subhanahuwataala, supaya semoga diberkahi"Nya perkawinan kita
sekaliannya dan diselamatkan-Nya kita dalam sebilang waktu."
Puti Bidasari tiada menjawab ucapan itu karena ia tak dapat
berkata"kata. Dengan air mata yang berhamburan dipeluk dan
diciumnya Sitti Nurmala beberapa lamanya.
"Pertemuan kembali ini harus kita rayakan dengan sekalian
sahabat kenalan kita," kata dr. Aziz, lalu disuruhnya kusirnya dan
kusir Mr. Muhammad Yatim menjemput sekalian mereka.
Tiada berapa lama kemudian daripada itu berkumpullah
sekalian mereka, lalu berpeluk dan bercium"ciuman pula karena
sekaliannya bersukacita dan bersyukur akan kelepasan sahabatnya
Puti Bidas ari dari belenggu orang tuanya.
Dalam kegirangan ini hanya Sitti Arbiahlah yang tenang.
Setelah dipeluk dan diciumnya pula Puti Bidasari, berkatalah ia
dengan suara yang tetap, "Aku suka dan duka sekali. Suka karena
engkau kembali, tetapi duka karena pengharapanku lenyap pula
kembali." "Apa pengharapanmu itu yang tak dapat dilenyapkan oleh
kegirangan yang sebagai ini?" tanya Sitti Saudah yang seakan-akan
geram hatinya mendengar perkataan sahabatnya ini, walaupun
diketahuinya ia sekadar bersenda gurau.
"Tetapi hendak sehidup semati dengan Yatim." sahut Sitti
Arbiah dengan tak berubah air mukanya.
"-?"._5"-?"?"-_
6P awam %mnm 317 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Apabila mereka telah kawin, niscaya akan dihajatkannya
seorang babu atau seorang koki. Jika engkau sekarang"sekarang
melamar pekerjaan ini mungkin belum terlambat. Sebagai babu
atau koki dapat juga engkau sehidup semati dengan Yatim, asal
taat engkau menjaga anaknya atau menanakkan nasinya," sahut
Sitti Saudah. "Tak mudah bertqu dengan orang yang tak hendak mengerti,"
kata Sitti Arbiah, seraya berpaling kepada Mr. Sutan Muhammad
Yatim. Pada petang harinya barulah selesai pertemuan yang gembira
ini dan dibawalah kembali oleh Mr. Sutan Muhammad Yatim ke
rumah orang tuanya bersama-sama dengan Sitti Nurmala dan
dr. Aziz yang tadi tak sempat pergi bersama-sama dengan Sutan
Ali Akbar ke rumah Sutan Baheram. Di sana ia diterima oleh
Sutan Baheram dan Puti Renosari dengan ramah tamahnya dan
keduanya meminta maaf atas kekhilafan mereka kepada Mr. Sutan
Muhammad Yatim. Mr. Sutan Muhammad Yatim pun meminta ampun pula
kepada kedua mereka atas sekalian dosa kesalahannya.
Sejak hari itu kariblah kembali perhubungan antara keluarga
Sutan Baheram dan Mr. Sutan Muhammad Yatim, lebih dari yang
telah sudah. Pada hariyang baik saat yang sempurna, kelihatan rumah bola
Medan Perdamaian di Kampung Sebelah dihiasi orang pula dari
luar sampai ke dalam, dari muka sampai ke belakang, dari halaman
sampai ke jalan, lebih indah"indah dari waktu penyam"butan Mr.
Muhammad Yatim dahulu. Karena di sanalah akan diadakan
perayaan perkawinan mester ini dengan Puti Bidasari.
Padang saja. tetapi sampai jauh ke luar kota ini karena hal"
hal dan peristiwa"peristiwa yang telah terjadi atas dirinya di sana
dalam waktu yang singkat itu.
-?"-?"-'2..---"
313 AMM (3155;wa -, gp Setelah pecah kabar Mr. Sutan Muhammad Yatim akan
dinikahkan dengan Bidasari dan kemudian akan berangkat
meninggalkan kota Padang, karena dipindahkan ke tanah Jawa,
atas permintaan penduduk kota Padang, pernikahan itu akan
dilangsungkan di rumah bola yang tersebut, hal yang pernah pula
didengar orang di Padang.
Kepindahan ini sangat disayangkan dan disesali, bukan oleh
kaum keluarga dan sahabat kenalan Mr. Sutan Muhammad Yatim
saja, tetapi oleh seluruh penduduk Padang, dari bermacam"macam
bangsa sampai kepada rakyat biasa, karena di dalam masa yang
pendek itu bukannya ia telah dapat memperlihatkan kecakapannya
saja dalam tugas kewajibannya, tetapi terlebih-lebih karena
kemurahan hatinya dan keadilannya kepada sesamanya manusia,
walaupun di mana perlu ia tiada bata-bata untuk menjatuhkan
hukum yang berat kepada orang yang bersalah besar. Pengharapan
bangsanya dapat dipenuhinya sebaik"baiknya walaupun ia dalam
waktu itu selalu dirundung oleh kemalangan yang membawa putus
asa kepadanya. Inilah yang menarik hati rakyat kepadanya dan memberi
kecewa serta s es alan yang besar atas kepindahannya keluar Padang,
walaupun dapat diras ai mereka, ia dalam halnya yang sedemikian
itu, patut mencari penglipur hatinya di luar tanah airnya sendiri.
Mereka berasa sayang tiada dapat membalas jasa menghargai
kepandaian Mr. Sutan Muhammad Yatim dengan sepatutnya.
Bagi mereka kedatangan Mr. Sutan Muhammad Yatim ke
Padang sebagai Kepala Pengadilan di negerinya, adalah seakan-
akan bintang kukus yang melintas seketika. Setelah timbul di
cakrawala dan memperlihatkan rupanya yang menarik perhatian,
lenyaplah ia dengan meninggalkan bekas di dalam hati yang tak
mudah dapat dilupakan. Mereka berasa sayang orang yang sebagai Mr. Sutan Mu"
hammad Yatim ini harus meninggalkan kota Padang dengan
*_*-__" 6P awam %mnm 319 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
penduduknya, untuk mencari keamanan dan kesentosaan hatinya
di luar tanah tempat lahirnya, karena adat istiadat bangsa dan
negerinya yang tak dapat lagi disesuaikannya dengan pikiran dan
keyakinannya, menjadi penggoda dan penghina dirinya.
Timbul kuatir dalam hati mereka, kalau tiap-tiap cendekiawan
Padang harus meninggalkan negerinyakarena hal ini,bagaimanakah
akan hal kota dan penduduk Padang akhirnya. Sekalian yang
berguna hilang, hanya sekalian yang tua yang senang.
Untuk melepaskan hati mereka, dimintanyalah supaya
perkawinan Mr. Sutan Muhammad Yatim dengan Puti Bidasari
jangan dilakukan di rumah Sutan Baheram, karena di sana
perkawinan ini hanya akan dihadiri oleh jamu-jamu yang
dipersilakan datang saja, melainkan di rumah bola Medan
Perdamaian, supaya dapat disaksikan old] sekalian orang yang
ingin hadir pada peralatan ini, untuk menyatakan kesukaannya
atas pemikahan dan kesayangannya atas perpisahan dengan Mr.
Sutan Muhammad Yatim dan permintaan terima kasih atas jasanya
dalam masa yang singkat itu.
Pepatah mereka yang mengatakan: datang tampak muka,
pergi tampak punggung, hendak dilaksanakannya. Karena dahulu,
tatkala Mr. Sutan Muhammad Yatim datang dari Barat, ia disambut
oleh penduduk Padang dengan sambutan yang meriah. Sekarang ia
hendak pergi harus dilepas pula dengan upacara yang raya.
Sekalian biaya tak usah mereka pikirkan, karena datuk Mr.
Sutan Muhammad Yatim, yaitu Sutan Ali Akbar, yang nyata kaya
raya, akan menanggung sekaliannya itu. Oleh sebab itu pada hari
perkawinan ini rumah bola Medan Perdamaian lebih sempurna,
sesak dengan penduduk Padang dari sekalian bangsa, tingkat dan
golongan yang dipersilakan datang atau datang sendiri dengan
pakaian yang bagus"bagus dan perhiasan yang mahal"mahal. Di
dalam gedung, mereka duduk berdesak"desak di atas kursi yang
tak dapat diatur lagi, sehingga sulit melangkah ke sana kemari.
"___"2.1"..."
32" Asem www ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Di luar gedung orang berdiri berjejal"jejal, sehingga tak dapat
bergerak pula. Dalam sebuah ruangan tengah diperbuatlah tempat duduk
yang istimewa untuk kedua pengantin bersanding dua, diapit
oleh dua baris tempat duduk pesemandan yang agak ketinggian
letaknya. Para tempat ini dilapisi dengan langit-langit dari kain
dewangga yang halus dan bermacam"macam corak dan raginya,
berumbai"rumbaikan rambu"rambu yang bermacam pula warna
dan bentuknya. Dinding tempat ini ditutup dengan tirai sutra
yang halus yang beraneka pula warna dan raginya, sedang tempat
mempelai dan anak dara bersanding dua, seakan-akan singgasana
yang dihampiri beledu dan sutra bertekat dan bersulam, amat
permai rupa dan bentuknya. Pada kedua sisi tempat kedudukan ini
berleret tempat kedudukan empat puluh pesemandan yang telah
dihiasi dan dilengkapi pula amat cantik rupanya.
Di atas tempat kedudukan pengantin ini telah duduk Puti
Bidasari dalam berpakaian anak dara Padang yang rimbun dan
mahal harganya itu. Dan di kanan kirinya telah duduk 40 orang
pesemandannya yang menjadi kawannya, yakni perempuan
bangsawan yang muda-muda yang cantik rupanya, dalam pakaian
yang sebagai pakaian anak dara pula, sedang saksi"saksi dari
kaum bangsawan, yaitu sutan dan marah, puti dan sitti pun telah
hadir. Tinggal menunggu mempelai lagi yang telah dijemput oleh
sepasukan orang tua"tua dan orang"orang kenamaan dari pihak
Sutan Baheram. Tiada berapa lama kemudian, datanglah mempelai Mr. Sutan
Muhammad Yatim dalamkenaikan gajah mena diarak oleh beratus-
ratus orang dari kaum bangsawan dan orang yang ternama, yang
memakai pakaian secara adat dan membawa sekalian alat perkakas
kerajaan dengan bunyi"bunyian, disambut dengan segala upacara
oleh pihak anak dara dan sekalian jamu. lalu dibawa ke tempat
kedudukannya dan dipersanding"duakan dengan anak dara.
*_*-__" 6P Amril: sm %mnm 321 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Tiada berapa lama kemudian, setelah diisi segala syarat"
syarat upacara, tampillah kadi dengan imam dan khatibnya dan
dengan disaksikan oleh sekalian bangsawan, kaum keluarga kedua
pengantin serta sekalian jamu, dinikahkanlah Mr. Dr. Sutan
Muhammad Yatim dengan Puti Bidasari dan diberilah mempelai
gelar Sutan Bahar Sah. Setelah itu diadakanlah jamuan makan dan minum dan dike"
luarkanlah sekalian pertunjukan untuk bersuka"sukaan sampai
larut siang. Sementara itu beberapa golongan penduduk Padang berpidato
memberi selamat kepada kedua pengantin dan mendoakan supaya
pernikahan itu diberkahi Tuhan selama-lamanya dan diberi
keselamatan. Beberapa di antara golongan-golongan penduduk
mempersembahkan tanda mata dan tanda terima kasih atas jasa
Mr. Dr. Sutan Bahar Sah. Pada petang hari barulah selesai peralatan pernikahan itu.
Sepekan sesudah itu kelihatan pula beribu-ribu orang
berkumpul di pelabuhan Teluk Bayur, jauh lebih banyak dan
lebih ramai dari dahulu, tatkala menyambut kedatangan Mr.
Muhammad Yatim dari Barat. Hampir sekalian orang yang kenal
kepada Mr. Sutan Bahar Sah dan istrinya, Puti Bidasari, Sutan
Alam Sah dan istrinya, Sitti Mariama, Sutan Baheram dan istrinya,
Puti Renosari, Baginda Mais dan istrinya. Upik Bungsu, Sutan Ali
Akbar dan istrinya, Puti Rohana, kakak almarhum Sutan Pamenan,
yaitu Puti Umi, dr. Aziz dan istrinya. Sitti Nurmala. ringkas kata
sekalian mereka yang berhubungan dengan Mr. Sutan Bahar Sah
dan istrinya atau orang yang tak kenal pun kepada mereka, tetapi
telah mendengar peristiwa mereka yang dinamakan mereka "empat
serangkai," datang berkumpul ke Teluk Bayur, untuk mengantar-kan
mereka yang berangkat ke tanah Jawa, banyak di antara mereka
yang membawa bekal untuk yang berjalan, sebagai buah"buahan,
"___"2.1"..."
322 Amii- zm www ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
makan"makanan, minum"minuman, lebih"lebih asam"asaman dan
asin"asinan, untuk penangkal mabuk laut.
Ada di antara mereka yang tak puas mengantarkan kedua
pengantin baru ini sampai ke pelabuhan Teluk Bayur saja, tetapi
sampai ke Bangkahulu dan ke Jakarta. Di antaranya Sutan Ali
Akbar dengan istrinya Puti Rohana yang belum hendak bercerai
dengan cucunya yang baru bersua ini dan menantu cucunya yang
telah menambat hatinya. Begitu pula Sutan Alam Sah dengan
istrinya Sitti Mariama yang hendak tamasya ke tanah Jawa.
Kapal Heemskerk yang telah membawa Mr. Muhammad Yatim
dahulu ke tanah airnya, kebenaran ada di Teluk Bayur, kembali dari
Aceh. Kapal inilah pula yang akan ditumpangi Mr. Sutan Bahar
Sah ke tanah Jawa. Jauh sebelum seruling yang pertama berbunyi, barang"barang
telah dinaikkan ke kapal dan Mr. Sutan Bahar Sah, Puti Bidas ari
dengan kedua orang tuanya dan kedua neneknya telah berjabat
salam dan bermohon berangkatkepada sekalian yang mengantarkan
mereka ke Teluk Bayur serta meminta terima kasih akan budi
mereka yang baik itu. Banyak di antara pengantar, lebih"lebih yang
karib kepada mereka, sebagai sahabat kenalan dan teman sejawat
serta kaum keluarga Mr. Sutan Bahar Sah dan Puti Bidasari yang
mengeluarkan air mata, bukan karena perceraian yang belum
tentu berapa lamanya ini saja, tetapi pula karena terkenang pada


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peristiwa-peristiwa yang sedih yang menyebabkan perceraian itu.
Puti Bidasari tiada berhenti-hentinya mencucurkan air mata-
nya, tatkala memeluk dan mencium sahabat karibnya, terutama
Sitti Nurmala, Zubaidah, Arbiah. Saudah, dan kedua orang tuanya,
yang menangis pula membalas peluk cium anaknya ini, sedang
Mr. Sutan Bahar Sah pun acapkali tiada dapat menahan matanya
menjadi merah, walupun pada bibirnya masih kelihatan senyum
simpul. "-"-"...S?"'-?"-
6P .am sm %mm 323 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Setelah berbunyilah seruling yang kedua kalinya, barulah
mereka naik ke kapal dengan berat kakinya, lalu berdiri di pagar
birai menoleh ke darat kepada sekalian mereka yang ditinggal"
kannya dengan tiada diketahuinya berapa lama baru dapat
berjumpa pula. "Selamat tinggal!" katanya kepada mereka seraya melambai
dengan setangannya. "Segera bertemu pula!"
"Selamat jalan! Jangan lupa kepada kami!" sahut mereka dari
darat dengan membalas lambaian dari kapal.
Setelah berbunyilah seruling yang ketiga kalinya, dilepaskanlah
tali tambatan dan diturunkanlah tangga kapal. Roda kapal mulai
berputar, sehingga kapal bergerak perlahan"lahan, kian lama kian
jauh dari pangkalan. Setangan bertambah berkibar di birai dan
di cerocok, sebagai rama"rama mengerubungi kembang setempat.
Ucapan selamat dan pesan yang akhir kedengaran berbalas"balas
dari kapal dan cerocok. Akhirnya tiada kedengaran lagi suara menyeru, tetapi lam-
baian makin bertambah rupanya, karena masih nyata dapat dilihat
dari kedua belah pihak. Mr. Sutan Bahar Sah belum hendak lalu dari birai kapal
walaupun orang di cerocok tiada dapat dibedakannya lagi antara
seorang dengan seorang. Pikirannya melayang kepada waktu ia
datang ke Padang dengan kapal Heemskerk ini, kepada masa ia
tinggal di Padang dalam beberapa bulan lamanya dan kepada saat
ia meninggalkan negerinya pula. Sekaliannya itu tak lama rasanya,
sekejap di dalam mimpi. Betapa besar hatinya dan pengharapannya, tatkala ia dahulu
masuk kuala Padang dan betapa pula kecil hatinya dan kecewanya
tatkala ia sekarang meninggalkan pelabuhan ini. l"lasrat hatinya
kepada Puti Bidasari, sampai; tetapi cita-citanya kepada bangsa
dan tanah airnya patah di pangkal, karena ia harus melarikan
dirinya dari penghinaan bangsa dan negerinya sendiri. Mungkin-
. --"-"'2..---*
324 Ame zm www ,; -, tfp di" M V mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
kah dapat disampaikannya cita"citanya ini di bagian lain dari
negaranya" Mungkinkah di sana ia lebih dihargai orang daripada
di tanah airnya sendiri"
lnilah buah renungan Mr. Sutan Bahar Sah, tatkala ia ter-
menung di pinggir birai dengan sedihnya, dibawa kapal yang
menghanyutkannya makin lama makin jauh dari kampung
halamannya. Walaupun kapal Heemskerk telah mulai membelok ke luar
pelabuhan dan orang di birai kapal tampaknya sebagai sekelompok
benda yang putih warnanya dan orang yang mengantar telah
banyak pulang kembali, tetapi sekumpulan orang yang terjadi
dari kaum keluarga dan sahabat karib yang berangkat, masih ada
di cerocok menoleh ke kapal yang keluar dari kuala Teluk Bayur
dengan cepat jalannya, meluncur di atas air yang tenang dengan
meninggalkan alun yang berbuih di buritannya dan asap yang
mengebul di belakangnya. "Sangat sayang Mr. Sutan Bahar Sah hanya beberapa bulan
saja tinggal di Padang ini dan sekarang telah berangkat pula
meninggalkan negerinya, entah untuk berapa lamanya tiada dapat
dikatakan," kata Baginda Mais seraya merenung kapal yang telah
menjadi kecil rupanya. "Harapan hamba sangat besar kepadanya
untuk bangsa dan negeri Padang ini. Anak kita yang sebagai dia
ini harus ada dalam negerinya sendiri, jangan ada di rantau orang,
supaya dapat melimpahkan sekalian ilmu kepandaiannya yang
banyak itu kepada negeri dan bangsanya. lnilah sebabnya telah
hamba usahakan supaya ia tetap tinggal di Padang ini. Tetapi sia-
sia belaka. Apa boleh buat!"
"Selagikeadaan Padang masih belum berubah, selagi kita masih
memuja dan mendewakan adat pusaka lama dan menggenggam
erat kebiasaan kita yang sungguh banyak di antaranya telah usang,
tak dapat disesuaikan dengan keadaan dan aliran zaman baru. pada
rasa hamba harapan ayah itu tetap akan sia"sia. Karena tak akan
*_*-__" 6P Amril: sm %mnm 325 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
ada cendekiawan bangsa awak yang akan menetap di negerinya.
Hari ini Sutan Bahar Sah, esok hamba. Sudah itu akan mengikut
pula sekalian bangsa kita yang telah terpelajar yang masih ada
dalam negerinya dan mempunyai cita"cita sebagai Sutan Bahar Sah
ini. Karena di sini bukan saja takkan sampai maksudnya, bahkan
banyak kemungkinan ia akan terbawa hanyut oleh aliran tua, sebab
tersepit dari kiri dan dari kanan, sdiingga tak dap at bergerak lagi.
Dan supaya jangan merana dengan sia"sia atau mati karena diracun
atau kekesalan, niscaya ia pun akan melarikan dirinya pula ke
negeri orang. Sedang yang telah ada di rantau orang tiada akan
kembali lagi, karena mereka di sana bebas dapat berbuat apa yang
disangkanya baik untuk bangsa dan negaranya dengan tiada diejek
dicemoohkan, dihinakan dan dimusuhi, dipersulit dan diberi:
titian berakuk, sampai hilang tak berguna," sahut dr. Aziz dengan
geramnya, karena diketahuinya bahwa mentua angkatnya ini masih
belum dapat melepaskan impiannya hendak bermenantukan Mr.
Sutan Bahar Sah, untuk kebanggaan atas kejayaannya, sehingga
dapat dikatakan ialah yang menimbul"kan sekalian onar yang
telah menyebabkan sahabat karibnya sampai melarikan dirinya
dari Padang. Baginda Mais tiada men-jawab karena dirasainya
kebenaran tempelakan menantunya ini.
"Setelah keluarlah sekalian orang yang cerdik pandai dari
Padang ini, tinggallah yang tua-tua yang masih kukuh memegang
adat istiadat kuno negerinya. Kepada merekalah terserah untung
nasib bangsa dan negeri Padang ini. Apa yang dapat diperbuat
mereka dan ke mana akhirnya akan dibawa mereka bangsa dan
negaranya, Tuhan saja yang akan tahu. Hanya yang terang dan
nyata jika keadaan di sini terus begitu, kerusakan dan kebinasaan
juga yang akan menjadi nasib negeri ini," kata dr. Aziz.
Baginda Mais termenung mendengarbuah pikiran menantunya
ini atas bangsa dan negerinya dan hatinya kecut teringat nasib
anak cucunya dan tanah airnya di masa yang akan datang.
-"--"2.---"
326 Asem www -, -----".='.__--- x 5!"
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
"Ramalan dokter itu mungkin akan terjadi." katanya lambat"
lambat, lalu pulang perlahan"lahan meninggalkan Teluk Bayur
de ng an masygulnya. "-"-_._s?"-?""-_
::;i 6P Amr- sm %mahm 32"
": ?""r "-"-_.'-_-."_?""-" '
ltiwayal: Hidup Marah Rusli. namalengkapnya Marah Halim
bin Sutan Abubakar. dilahirkan pada tanggal "
Agustus 1889 di Padang, Sumatera Barat.
Pendidikan: Tahun 1904 tamat sekolah
rakyat di Padang. Tahun 1909 tamat sekolah
Raja, Bukittinggi. Tahun 1915 tamat Sekolah
Dokter hewan di Bogor. Pengalaman kerja: Tahun 1915"1922
menjadi dokterhewan diberbagai tempat di Nusa
Tenggara Barat dan Jawa Barat. Tahun 1923-1945
menjadi dokter hewan di Semarang. Tahun 1945"1949 menjadi
dokter hewan dizaman pengungsian di Solo dan Klaten,kemudian
kembali ke Semarang dan pensiun tahun 1951. Tahun 1952"1960
dipekerjakan kembali sebagai dokter hewan di Pusat Pendidikan
Peternakan Bogor. Marah Rusli meninggal dunia tanggal 1" Januari
1968, dimakamkan di Bogor. Selain mengarang, Marah Rusli juga
mempunyai hobby olahraga, musik, melukis, dan sandiwara.
Buku"buku karya Marah Rusli yang lain, di antaranya Sitti
Nurbaya dan La Hami. Misteri Tuak Dewata 2 Gento Guyon 18 Iblis Edan Sumpah Palapa 20
^