Pencarian

I Found Treasure 2

I Found A Treasure Karya Andyanstefi Bagian 2


Keesokan harinya. "Loh mas" ucap silvia yang kaget melihatku sudah didepan rumahnya saat ingin berangkat kerja.
Aku sengaja menjemput ke kontrakannya terlebih dahulu. Setidaknya ini hari pertama kami dan ingin kulalui dengan sebuah hal yang indah
"Hehehe sengaja nunggu kamu biar berangkat bareng, yuk" ajakku "Ayuk" ucapnya
Ku sodorkan tanganku dan dia malah memeluk lenganku. "Hehehe" senyumnya
"Oh udah meluk meluk" ucapku "Ishh" dia mencubit pelan lenganku
Kami berjalan menuju jelan tempat silvia menunggu bis. Bis pun tiba, karena bangku yang kosong merupakan bangku single aku memilih berdiri agar tetap didekat dia, walaupun ada bangku kosong lainnya.
"Duduk aja sih yang"
"Ga papa biar deket sama kamu" "Ohh" ucap dia
"Udah sarapan"" Tanya dia lagi
Aku mengeluarkan sekantung milo dan roti sama persis seperti saat kami pertama bertemu "Inget""
"Inget dong" ucap dia "Mau"" Tanya ku "Boleh"
Aku membuka bungkus roti dan menyuapinya, terserah apa pendapat orang lain. Ini hari kami. "Nih minum" ucapku
"Enak juga" ucap dia
"Hahaha aku ga biasa nasi soalnya" godaku "Ohh belagu kaya orang luar makannya roti" "Aku kan emang orang luar" ucapku "Luar apaan"
"Luar biasa sayangnya ke kamu" ucapku dan mengundang senyum beberapa penumpang "Ishh di bis masih aja ngegombal" ucap dia
Part 36 Ini hari kedua hubungan kami
Pulang kerja andry sudah mewanti wanti untuk sms dirinya. Entah dia mau apa. "Aku udah pulang nih" ucap ku
"Oh gitu yaudah tunggu bentar ya"
Untungnya aku ditemani temanku rizky yang bagian cs. Dia juga menunggu dijemput suaminya. "Nungguin siapa sil""
"Pacar mba" ucap ku
"Ohh udah ada nih sekarang" "Heheh, mba sendiri"
"Ini nungguin laki" "Ohh"
Kami duduk berdua dikursi yang terbuat dari kayu. 15 menit kemudian sebuah taksi berhenti tepat didepan kami. Pintu terbuka dan seseorang keluar. Andry
"Ayo yang" ucapku
"Eh mas yang kmarin pacarnya toh" "Hehehe baru bu"
"Pantes" "Yaudah mba saya duluan" "Yah sendiri deh, iya hati hati sil"
Akupun masuk kesebuah taksi yang dibawa mas andry. Dia membukakan pintunya untukku. "Mau kemana"" Tanya ku
"Yang jelas ganti baju dulu" ucap mas andry "Iya juga sih" ucap ku
Aku raih lengan andry, kupeluk dan kurebahkan kepalaku didadanya. "Ngantuk...." ucapku dengan nada yang dibuat manja
"Aduhhh, yaudah tidur"
Akupun memejamkan mata. Begitu nyaman. Andry mengelus rambutku dengan halus. sampai aku tertidur. "bangun yang" ucap andry
"hmm"" tanya ku
"udah nyampe turun yuk" "huuh"
akupun sampai dikontrakanku dan langsung merebahkan badan dikursi. "Ngantuk yang"
"Yah ga jadi jalan dong" "Ngantuk" ucapku lgi
"Yo wis tidur deh" ucap mas andry "Kamu sini" ucap ku
Mas andry pun bergeser ke kursi panjang dan aku langsung merebahkan kepalaku dipahanya. "Elus elus lagi kaya tadi" ucapku manja
"Duh kaya anak kecil deh, yaudah"
Nyaman sekali tidurku kali ini. Aku terbangun melihat ke arah jam sudah jam 8 malam. Kulihat mas andry pun tertidur sambil duduk dengan kepalanya yang menunduk tepat diatas kepalaku. Ku angkat kepalaku sedikit dan mencium keningnya
"Makasih ya sayang" ucapku part 37.
dengan sangat pelan aku bangun dari pangkuan andry. aduh kasian juga melihat dia tidur seperti itu. pasti bosan sekali cuma melihat ku tidur.
kugoyang goyang pelan tubuhnya
"yang bangun" "yang, ihh susah banget bangunnya" kugoyang agak keras barulah dia sadar "hmm" ucap dia
"bangun, kalo emang ngantuk kekamar aja gih sana, aku masak dulu udah malam belum makan juga kan" ucapku
"gimana makannya orang mangku kamu" ucap dia malas lalu tiduran dibangku "oh jadi ga ikhlas nih"" tanya ku
"ikhlas ikhlas" ucap dia
"diluar aja dah, nungguin kamu masak mah lama" "bungkus aja ya, aku yang beli, kasian kamunya daritadi" "aduh baiknya" ucap andry sambil bangkit duduk lalu mencubit pipiku "emangnya anak.kecil"
"cup cup cup" ucap andry "udah ahhh" ucap ku
malu sekali rasanya diperlakukan seperti itu tapi senang sih . akupun keluar membeli 2 bungkus nasi padang. dengan lauk yang dipisah. "ayo makan" ucapku
"oppp" ucap mas andry menyuruhku berhenti "loh kenapa" ucapku bingung
"kamu diem aja, sayang tangannya kotor, sini aku suapin" ucap mas andry
kemudian bisa dipastikan tanganku bersih sama sekali tanpa menyentuh sedikitpun nasi. mas andry dengan sabar menyuapiku yang menurut dia makannya lelet. alhasil terkadang dia makan sendiri sambil menunggu ku selesai mengunyah. kadang dia iseng menyuapiku dengan nasi yang banyak.
"biar sekalian, kamu kan lama aku cepet" alasannya. membuatku susah payah untuk mengunyah. dasar
"kenyang" ucap mas andry
"ihh aku baru dikit mas banyak banget tuh makan nasinya" "hahaha abis lelet sih, siapa cepat dia dapet"
"lain kali ga mau ah disuapin, rese" "hahaha yakin"
"iya" "tuh masih ada sisa" ucap mas andry
dia mengambil tisu dimeja lalu mengelap bibirku. aduh tersanjung aku dengan segala perbuatannya membuatku bagai seorang ratu yang dilayani oleh seorang hamba hihihi.
"Nih tadi make duit kamu kan" ucap andry sambil mengeluarkan dompetnya. Ada yang aneh dengan dompet itu dari terakhir kali ku melihatnya "Apaan sih ga papa kok"
"Udah pake duit aku aja"
"Ga mau, marah nih, pulang sana klo masih maksa" "Yah ngambeknya jelek, yaudah klo ga mau"
"Aku pulang deh ya, mau mandi gerah daritadi" tambah andry lagi "Yaudah dah sayang, aku juga belum mandi nih" ucapku "Bareng aja apa biar hemat"goda mas andry "Maunya, udah sana" usirku
"Yah diusir dah"
Seperti yang kubilang dompet itu kini berbeda. Kemana foto clara apa andry sudah benar benar melupakan dia. Ada sedikit keraguan sekarang dihati ini. Apa andry bisa melupakan clara. Aku harus mencari tahu
Part 38. Sudah seminggu umur hubungan kami dan aku meyakini satu hal dia masih belum bisa melupakan clara. Selama seminggu aku terus memancing mas andry untuk bercerita tentang clara. Saat itu aku berada dirumah mas andry. Sedang menonton tv. Ide isengku keluar. "Aku jadi penasaran deh sama clara kamu kok susah banget lupain dia yang" "Apa sih"
"Ya penasaran aja"
"Ga penting, udah masa lalu"
"Coba liat dompet kamu, pasti masih ada kan foto clara disana"
Dengan pedenya dia mengeluarkan dompetnya, dan menunjukan bagian depan bahwa tak ada foto clara disana. Dengan sangat cepat ku ambil dompet itu dari tangannya. Seketika wajahnya berubah panik. Haha pasti foto itu masih ada.
Ku buka dompet itu satu persatu bagian tapi belum kutemukan. Hingga bagian terakhir sebuaj tempat berseleting yang kelihatannya cukup banyak isinya.
"Kotor banget sih isinya, bon bon aja dikumpulin" "Hehehe"
Dan benar saja ada satu buah kertas yang berbeda. Foto clara "Tuh kan sebenarmya pacar kamu siapa sih, kenapa masih ada foto dia" "Robek aja, udah ga ada artinya sekarang" ucap mas andry
"Ga ah nanti kamu nangis lagi" ledekku sambil menjulurkan lidah ke mas andry "Terserah"
"Susah emang lupain dia"" Godaku "Udah lupa tuh"
"Ah boong" Aku memegang kedua pipi mas andry.
"Coba sekarang kamu jawab jujur, kamu pasti masih hapal nomor dia kan" ucap mas andry.
Selama seminggu pacaran aku memang belum pernah mengutak atik hp mas andry jadi aku tidak tahu ada nomor contact clara atau tidak dihpnya.
Mas andry menatap mataku lama lalu perlahan lahab menyebutkan satu persatu angka. Kuambil handphoneku lalu mencatat nomor itu. Setelah disebutkan semua kutekan tombol panggil "Eh mau ngapain"ucap mas andry panijk
"Diem" ucapku Mas andry pun hanya diam menatapku yang sedang menelpon. "Masuk" teriakku dalam hati. Nomor itu masih aktif. Dengan cepat kumatikan panggilan dan memasukkan kembali handphoneku kedalam saku.
"Udah ga aktif" kilahku "Iseng banget sih" "Biarin ye , wekk"
"Awas ya" ucap mas andry
Mas andry pun mendekat kearahku dan dengan cepat mencapit kepalaku dengan ketiaknya. "Ahhhh.. lepas jorok ihhh.. , bau belum mandi" berontakku
"Biarin abisan rese" ucapku
"Ahh lepasin yang ihhh jorok"
"Awas ya rese lagi, lain kali aku kasih langsung keidung" ucap dia "Ihhhh.." ucapku bergidik ngeri
"Hahaha" mas andry tertawa. Tiba tiba kurasakan getaran dihpku.
"Aku kebelakang dulu yang, mau pipis" ucapku "Iya"
Akupun pergi kekamar mandi dan membuka handphoneku. Sebuah sms masuk dari nomor telepon yang baru saja kupanggil tadi
"Ini siapa ya" isi sms tersebut part 39.
"Ini siapa ya" isi sms tersebut
"Duh gimana ya"ucapku dalam kamar mandi
Hmm, aku berpikir dan berpikir hingga aku akhirnya mempunyai ide untuk menemukan mereka kembali. Tapi aku masih ragu. Apa aku rela melepas andry jika dia kembali ke clara. Sms per sms masuk, masih dengan topik yang sama menanyakan siapa diriku. Dan setelah pergumulan yang panjang dalam kepalaku aku memutuskan "ya". Semua demi kebahagiaan mas andry. Jika memang mereka masih saling cinta tidak ada salahnya untuk kembali.
"Clara ya"balasku
"Iya ini siapa ya klo boleh tau" "Aku silvia"
"Silvia siapa ya, aku ga punya temen namanya silvia deh" "Ntar deh ya aku telepon, lagi dijalan nih, ga enak lewat sms" balasku "Iya deh terserah"
Akupun keluar dari kamar mandi dan menghampiri andry. "Yang aku pulang dulu yah" ucapku
"Loh kenapa buru buru amat"
"Ada temenku dateng lagi nunggu dikontrakan" "Yaudah aku antar yuk"
"Eh gausah" tolakku
"Loh kenapa tumben, wah curiga nih pasti ada yang ga beres" ucap mas andry "Ga ada apa apa kok beneran"
"Temennya cewe apa cowo" "Cewe"
"Bodo ah aku anter" mas andry memaksa.
Karena aku kehabisan akal jadilah aku diantar pulang oleh mas andry. Sembari berjalan aku sibuk dengan pikiran bagaiman biar kebohonganku tidak terbongkar. Bisa gawat kalau mas andry tau kalau aku berbohong ada temanku yang berkunjung. Setidaknya aku harus punya bukti yang jelas. "Maaf ra boleh minta tolong ga sms kenomorku dong, tulis begini, "gw balik deh, lu kelamaan, plis ya ini ada sangkut pautnya sama andry soalnya" sms ku ke clara
Aku berharap dengan menulis nama andry dia akan mau membantuku. Dengan cepat sebuah sms balasan masuk.
"Ada hubungan apaan kamu sama andry"
"Nanti deh aku jelasin lewat telepon sekarang tolong dulu yak sms kaya tadi kenomorku"
"Aku tunggu penjelasan kamu" balas dia dan kemudian satu pesan lagi masuk sesuai perintahku tadi
Kuubah nama kontak untuk clara sebagai raisa.
"Yah yang temen aku udah pulang, nih smsnya, kelamaan tadi aku dirumah kamu" "Yaudah kalo gitu" ucap dia.
Yes berhasil. Setidaknya sejauh ini rencanaku lancar dan tanpa hambatan. Mas andry mengantar ku sampai kekontrakan. Kuberikan kecupan dipipinya sebagai salam perpisahan. "Yaudah aku pulang ya yang" ucap mas andry
"Iya hati hati ya" balasku.
Aku masuk rumah. Kukunci dari dalam lalu mencari nomor clara dan menelponnya. "Halo clara" ucapku
Part 40. "Halo clara" ucapku "Silvia ya" tanya dia "Iya ini aku"
"Ayo cerita ada hubungan apa kamu sama andry" "Duh sabar dong, basa basi dulu kek, kamu apa kabar"" "Gausah sok kenal deh ya, aku cuma mau tau tentang andry doang" "Kayanya sehat ya bisa ngomel ngomel gitu" sindir ku
"Please deh ya, aku ga ada waktu buat ladenin kamu, kamu siapanya andry sih" "Aduh sabar dikit dong, mau tau ga, klo ga sabar aku ga cerita nih" "Ahhh, terserah, yaudah yaudah mau kamu apaan"
"Aku ga mau apa apa kok, cuma mau ngobrol aja sama kamu" ucapku "Kamu kenal sama andry kan, kamu beneran clara***" tambahku "Iya itu aku terus maksud kamu hubungin aku tuh apaan" "Kamu mau ga ketemu lagi sama andry"
"Ini beneran"" Tanya clara
"Bener, aku bisa aja bikin kalian berdua ketemu" "Kamu tuh siapa sih" tanya clara
"Silvia kan udah kenalan tadi"
"Argghhh sumpah ya kamu ngeselin abis, kalo bukan ada sangkut pautnya sama andry aku ga bakal ladenin kamu"
"Kita cuma temen kok" ucapku
"Bisa dibilang temen deket sih, aku tuh tempat curhatnya andry, andry udah cerita semuanya tentang kamu, termasuk yang selingkuh itu hihihi" ledekku
"Maksud kamu apa"", kamu nelpon cuma mau...." ucapan clara kupotong
"Sstt diem dulu, aku bakal temuin kalian asal kamu janji satu hal sama aku, jangan sakitin dia lagi" "......."
"Aku kasian sama andry, asal kamu tau ya, pertama kali aku ketemu dia tuh, dia kaya ga punya semangat hidup"
"......." "Dia udah cerita semuanya, dari keluarga, kamu, sampai kehidupan dia" "........"
"Sebenarnya cewek kaya kamu ga pantes buat dia, tapi asal kamu tau cuma kamu yang ada dipikiran dia sama dihati dia"
"Andry ga pernah bisa lupain kamu" tambahku "......."
"Dia masih simpan foto kamu loh didompetnya, bahkan dompetnya itu dompet yang pernah kamu kasih, udah robek robek, lusuh tapi ga pernah dia ganti, kasian tau"
"Plis sil, temuin aku sama andry" ucap clara
"Plis aku mohon temuin aku sama andry" ucapnya lagi Isak tangis mulai terdengar ditelepon
"Iya aku bakal temuin kalian, tapi kamu harus janji satu hal jangan pernah sakitin mas andry lagi" "Iya iya aku janji, plis sil"
"Kita ketemuan dulu yuk, aku mau tau tentang andry lewat kamu" "Kapan"
"Lusa tempatnya nanti aku kasih tau, gimana" "Yaudah lusa kita ketemuan"
"Yaudah udahan dulu ya" ucapku
"Aku mohon banget sama kamu ya sil, makasih banget kalau kamu bisa bikin aku ketemu sama andry"
"Iya iya dah sampai ketemu lusa" ucapku lalu memutus telepon
Huuuhhh berat sekali rasanya. Sepertinya mereka berdua pun sama belum bisa saling melupakan. Mungkin ini yang terbaik buat mereka berdua. Tapi bukan untukku.
Part 41. Hari ini jadwal kubertemu dengan clara. Andry masih belum tahu perihal hal ini. aku janjian bertemu denganya disebuah cafe. Sampai sana aku mencari cari clara. Ya clara belum tahu wajahku jadi aku yang mencari dia. Itupun aku hanya melihat sekilas dalam foto didompet andry. Ku ambil handphoneku dan melakukan panggilan, sampai seseorang melambaikan tangan kearahku. Aku lalu menghampiri clara
"Halo clara" ucapku dan bercipika cipiki dengannya "Silvia ya" ucapnya ramah tidak seperti ditelepon kemarin "Yuk duduk, mau pesen apa" ucap clara lagi.
Kami berdua pun hanya memesan minuman untuk mengobrol "Lebih cantik ya dari fotonya" ucapku
"Kamu juga cantik kok, andry gimana dia baik baik aja kan"
"Baik kok dia, sekarang sih mendingan udah ketawa ketiwi, awal awal mah diem orangnya" ucapku melebih lebihkan
"Ohh, dia kerja" tanya clara "Kerja, di ****" ucapku "Kamu sendiri, gimana"
"Oh aku ngajar kok, baru mulai"
"Pas seperti yang andry bilang berarti, guru sd ya" "Iya, kalau kamu" tanya clara
"Cuma teller di bank kok" ujarku
"Trus sekarang lagi deket sama seseorang gak" ucapku "Aku ga mau ya kejadian kaya dulu keulang lagi" tambahku lagi "Aku mau nemuin kamu sama mas andry asalkan kamu berubah" "Andry tau hal ini ga"" Tanya clara
"Engga, biar surprise" ucapku
"Beneran berarti lagi kosong nih"" Tanya ku lagi "Iya sekarang aku sendiri kok"
"Trus cowo yang ryan ya kalau ga salah namanya"
"Oh ryan, udah lama kok putus, pas andry mutusin aku, aku juga langsung mutusin ryan kok besoknya, malah setelah hari itu aku belum deket lagi sama cowo manapun, masih pengen sendiri dulu ngejar kuliahku"
"Oh gitu, oh iya cerita dong mas andry tuh gimana sih, ketemunya gimana trus kalian selama pacaran tuh gimana, takutnya mas andry boong lagi"
"Kok kamu manggilnya mas sih, hampir sama kaya aku manggil dia kaka" "Hahahaha iya iya aku inget kamu manggil kaka andry manggil ade kan" "Iya,"
"Kalo aku emang udah kebiasaan manggil mas, enak aja lagian tuaan dia kok, malah harusnya aku manggil kamu mba loh, kan kamu seumuran sama andry"
"Apaan sih paling beda berapa tahun, kesannya tua amat mba" ucap clara "Langsung cerita aja deh ga sabar pengen denger dari kamu" "Jadi gini...."
Clara pun bercerita panng lebar tentang andry. Ya sama persis seperti yang diceritakan mas andry. Aku juga akhirnya tau kenapa clara selingkuh. Dan kenapa hal itu bisa terjadi untuk kedua kalinya. Tak terasa obrolan kami mulai lari dari topik. Kami mengobrol dari siang sampai petang kemudian memutuskan untuk pulang dan aku mengatur pertemuan mereka nanti ditempat yang sama
Sepulang dari bertemu clara aku langsung menuju rumah mas andry. Saat kumasuk dia sedang asyik didepan tv.
"Halo sayang" ucapku
"Eh kamu sini duduk abis darimana tadi, ku samperin kerumah ga ada" "Ketemu temen" ucapku
"Cewe cowo" "Ih ga percayaan banget sih sama aku" ucap ku sambil mencubit pipinya "Kan aku takut kehilangan kamu hehehe"
"Gombal" ucapku
"Nanti aku mau ngenalin kamu keteman baikku mau kan" ucapku "Buat apaan sih kamu ngenalin aku"
"Ih kan dia temen aku, sahabat aku jadi dia harus tau dong pacar aku siapa" ucapku "Jadi tadi kamu ketemu temen kamu yang ini maksudnya" "Iya"
"Banyak ga, kalau banyak malu ah" ucap mas andry "Satu doang kok , ya mau ya" pinta ku
"Yaudah besok aku kerumah kamu"
"nah gitu dong sayang" ucapku lalu merebahkan kepalaku dipahanya melakukan ritual seperti biasa. Menikmati setiap elusan lembut tangan mas andry dirambutku mungkin untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin menikmati saat saat terakhirku dengannya. Setelah ini biar keadaan yang menjawab. Kalau pun dia kembali ke clara aku siap.
part 42. ternyata aku tak sekuat itu
Hari ini adalah hari pertemuan. Walaupun mendekati hari ini perasaanku makin sesak dan sakit aku tidak boleh menunjukkannya didepan mas andry. Dia sudah darang menjemputku, sedangkan Aku"". Sudah rapi tentunya, daripada dia ngoceh soal menunggu diriku yang menurutnya lama kalau bersiap siap
"Ga nunggu kan" godaku "Tumben udah rapi"
"Nanti kalo lama kamu marah lagi" "Yaudah ayo jalan"
"Yuk" Sepanjang jalan dada ini makin sesak rasanya. Tak ada obrolan pula yang terjadi. Aku hanya diam menyenderkan kepala di bahunya. Hingga sampailah kami ditempat kemarin aku bertemu dengan clara.
Aku memarik tangan mas andry untuk masuk kedalam. Begitu ku melihat clara akupun meneriaki namamya.
"Hai clara" teriakku
Mas andry sepertinya terkejut dan melepaskan pegangan tanganku. "Clara" ucapnya pelan
Dan clara tersenyum disana "Maksudnya apaan ini" ucap andry
"Udah ayo masuk" ajakku dengan menariknya paksa Kamipun menghampiri clara.
"Udah kenal kan", jadi ga perlu kenalan" "Maksud kamu apaan ini" mas andry marah. "Yaudah aku tinggal ya" ucap ku
"Ga, kamu disini aja"
"Udah, sekarang kamu omongin baik baik ya sama dia" ucapku Akupun melangkah pergi meninggalkan mereka berdua dengan sedikit berlari. Entah apa yang terjadi didalam yang kutahu aku tak sanggup lagi menahan sesak didada ini. Aku duduk dipojok parkiran. Melipat kedua kakiku dan membenamkan wajahku disana. Tangis tak dapat kubendung lagi. Sampai seseorang menarikku untuk berdiri lalu memeluk diriku. "Kamu ngapain disini" teriakku
Akupun melepaskan pelukannya "Maksud kamu apaan sama semua ini"
"Ini kan yang kamu mau, aku ga mau pacaran sama cowo yang hatinya masih terbagi, mumpung kita belum lama jadi kita ga terlalu sakit"
"Please sil percaya sama aku, aku sekarang cuma cinta sama kamu"
"Kamu percaya dong sama aku, aku sama dia cuma masa lalu, aku ga ada perasaan apa apa lagi sama clara, plis percaya sama aku"
"Hiks hiks" Mas andry kembali memeluk diriku. Dan aku menangis didaanya
"Jangan pernah bertindak bodoh kaya tadi ya, emang kamu rela kalau aku balik lagi sama clara" Aku mengangkat wajahku lalu melihat kearahnya
"Rela" jawabku "Nangis kaya gini kamu bilang rela" Ckckck" Ucap mas andry sambil menggelengkan kepala lalu kembali memelukku.
"Udah ya, jangan kaya gini lagi, aku tuh cinta sama kamu, dia cuma masa lalu aku" "Yuk kedalam" ajak dia
"Terus clara" ucapku
Ada perasaan takut melihat clara lagi
"Udah ga papa nanti aku yang bilang" ucap mas andry
"Hapus dulu dong airmatanya" ucap mas andry lagi sambil mengelap airmataku Kamipun melangkah kembali masuk kedalam.
part 43. kau memilihku Begitu kami masuk kulihat clara yang terdiam. menundukkan kepalanya sambil mengaduk aduk minumannya. Kami menghampiri clara. Aku bersembunyi dibelakang andry. Jujur aku takut melihat clara. Aku takut dia marah dengan apa yang kulakukan, dengan seolah olah memberikan peluang tapi ternyata malah memperburuk keadaan..
"Udah ga papa" ucap andry
"Maaf nunggu ya dek, mba mesen dong yang ini dua yak" ucap andry pada playan "Tunggu sebentar ya pak" ucap pelayan itu lalu pergi.
Belum ada yang berani membuka perbincangan. Clara masih menundukkan kepalanya. Kusenggol kaki andry dan kucubit pahanya sebagai kode.
"Hmm dek" "Ade ngerti kok kak, ade ngerti kalau kita ga bakal bisa balik lagi, ade sih cuma pengen ketemu kakak, udah lama ya" ucap clara masih menunduk dan memainkan minumannya "Maafin aku ra" akhirnya aku berani buka suara.
Clara mengangkat kepalanya lalu tersenyum
"Ga papa kok sil, cuma aku aneh aja kenapa kamu mau ngelakuin ini" ucap clara "Yaudah aku pulang ya sil, kak, udah ga ada yang diperluin lagi soalnya" "Maaf ra"
"Gapapa kok, makasih ya udah mau nemuin aku sama andry, udah lama ya ka , kaka keliatan lebih rapih sekarang, pasti udah sukses ya, yang langgeng ya kalian berdua, dah" ucap clara lalu melangkah pergi.
Begitu clara menjauh.. "Yah aku lupa"ucap mas andry "Lupa apaan" tanya ku
"Nanya soal ayah dia, sama alamat rumahnya, aku mau ketemu ayahnya ya seenggaknya buat ucapin terimakasih aja sih"
"Nanti aku tanyain deh" ucap ku
"Gampang lah nanti juga bisa" ucap andry "Pulang"" Tanya andry "Iya deh, aku cape"
"Cape apaan, cape hati ya" goda mas andry sambil mencolek pinggangku "Udah ah gausah dibahas"
Kamipun pulang. Bukan kerumahku melainkan kerumah mas andry. "Kamu bisa kenal clara dari mana""" Tanya andry
"Nomor yang kamu kasih masih aktif"
"Jadi"" Ucap mas andry
"Iya, waktu itu aku pura pura balik soalnya clara udah sms mulu nanya nanya ini siapa yang nelpon dia hehehe"
"Dasar" ucap andry lalu mengacak acak rambutku
Andry tiba tiba mendekatkan wajahnya. Kupikir dia ingin menciumku jadi aku menutup mataku. Dan ternyata dia hanya membisikkan sebuah kalimat
"Aku sayang sama kamu"
Dengan wajah yang merah karena malu telah mengira dia ingin menciumku akupun membalas. "Aku juga"
part 44. aku percaya Babak baru hubungan kami telah dimulai. Masalah clara jadi pembelajaran untukku bahwa silvia tak ingin menjadi nomor 2 atau ada 2 wanita dalam hatiku. Masih dirumahku setelah pulang dari pertemuan dengan clara
Kuambil foto clara didompetku dan memberikannya ke silvia "Nih kamu robek aja"
"Beneran, itu foto satu satunya loh" goda silvia
"Yeh ngeledek, emang kenapa kalo tinggal ini doang foto clara" "Nanti kalo kamu kangen gimana"
"Perasaan tadi ada yang nangis nangis takut ditinggalin deh, sekarang kok malah nantang, lagian kalo kangen kan bisa nelpon udah tau nomornya ini" goda ku
"Ah rese rese, hahaha..., woh awas aja kalo berani"
"Gampang itu mah kalo kamu ga ada aku tinggal ketemuan lagi sama dia" godaku lagi tapi kali ini sambil mengedipkan mata
"Oh gitu, oke, awas aja kalo beneran kamu kaya gitu" "Becanda, gitu aja dianggap serius, nih dompetnya juga" Kukeluarkan semua isinya dan kuberikan dompet kosong itu ke silvia "Uangnya juga dong"
"Yeh matre hahaha"
"Terus ini mau diapain"" Tanya silvia sambil mengangkat dua benda itu
"Besok aku ga mau tau, kamu harus beliin aku dompet baru, plus didalamnya harus udah ada foto kamu, gimana, biar kamu ga cemburu lagi soal clara"
"Oke" "Tapi aku maunya yang bagus ya, jangan asal belinya" "Dompet bagusnya semana sih, sama aja perasaan" "Iya deh terserah kamu"
"Nah gitu dong, nih foto clara kamu simpen aja" Kuambil foto clara kemudian kusobek jadi dua "Eh, yah kok disobek""
"Biar kamu yakin kalau cuma ada kamu sekarang" "Yah foto doang mah ga ngaruh sayang" ucap silvia
"Aku sekarang coba percaya sama kamu, walaupun kamu simpen foto dia, kalau hati mu seperti yang kamu bilang cuma buat aku foto itu didompet kamu juga ga bakal ada gunanya dan aku juga ga bakal marah kok, tapi aku seneng kamu mau ngelakuin itu"
"Terus udah percaya nih"


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Belum, hahaha"
"Yeh.. dasar, aku juga percaya sekarang" "Apaan"
"Cuma aku pria tampan yang ada dihatimu iya kan", hahaha" "Engga" ucap silvia
"Kok bisa" "Gantengan bapakku hahaha" "Jahat... hahaha"
"Oh iya kamu ada foto keluarga kamu ga liat dong" tambah ku "Ada nih" ucap silvia sambil menunjukkan foto keluarga nya "Nih cewe siapa"
"Kaka aku" ucap silvia
"Cakepan kaka kamu kayanya"
"Ish, sekarang aku mau tanya sama kamu" "Apa"
"Kamu serius ga sama hubungan ini" "Serius, emang kenapa"
"Kalau serius, kamu mau kan kapan kapan ketemu keluarga aku" "Boleh"
"Beneran"" Tanya silvia antusias "Bener"
"Kalau gitu kamu bakal jadi cowo pertama yang kubawa kerumah" "Tapi bapak kamu galak gak"
"Galak" "Ah ga jadi kalo gitu hahaha" "Hahaha mas bego" ucap silvia.
part 45. antara dompet dan drama korea "Nih dompetnya" ucap silvia keesokan harinya. Sebuah dompet dengan warna coklat. "Bagus gak"" Tanya dia lagi
"Yah aku mah terima aja, kamu yang pilihin" "Bagus gak"" Tanya dia lagi
"Bagus bagus" ucapku
Lalu kumasukkan kembali uang dan segala jenis kartu kedalam dompet yang baru. Tapi ada yang kurang dimana foto silvia
"Loh foto kamunya mana"
"Buat apa foto kan kamu bisa liat aku sepuasnya" "Buat jaga jaga kalo kangen" ucapku
"Orang deket kok tinggal dateng terobati deh kangennya mas" "Iyadeh, entar ya aku kebelakang dulu yang"
Aku berjalan sedikit kearah dapur lalu membalikkan badan "Kenapa" tanya silvia
"Tuh kan baru juga jalan dikit udah kangen" ucapku Silvia pun tertawa
"Gombalan kamu bikin terbang"
"Itu bukan gombal tau itu sungguhan" ucapku sambil berjalan kedapur.
Kemudian aku kembali sekalian membawa minuman untuknya. Dan silvia terlihat sedang mengacak acak kumpulan kaset dvd ku.
"Berdebu banget sih jarang dipake ya ini dvd" "Iya jarang banget"
"Mana kasetnya film balapan semua lagi, ga ada film romantis apa" "Ada"
"Mana kaga ada tuh"
"Tuh didalam yang ini ada adegan romantis, adegan ranjangnya" ucapku "Ish porno" ucap silvia
Dan setelah kejadian itu benar saja. Keesokan harinya silvia membawa 3 buah kaset film korea dan memaksaku untuk ikut menonton serial korea tersebut yang panjangnya bukan main. Masih teringat jelas film pertama yang dengan terpaksa kulihat. Boys before flower .
"Sini kek temenin nonton" ucap silvia
"Mending tidur deh daripada nonton sinetron" "Ih ini beda tau"
"Mbe sama kuda, beda negara doang intinya mah sama sinetron yang" "Seru tau"
"Seru gimana ngeliat cowo rambut meliuk liuk kaya mie gitu, kalo cewe nya sih boleh" "Asal cewe aja, yaudah sana hus jangan ganggu"
"Bulan depan patungan listrik ya" teiakku dari kamar "Ga mau" ucap silvia
Bosen juga dikamar sendirian. Sejam hanya kugunakan untuk memandang langit langit kamarku. Dan akhirnya kuteringat suatu hal. Aku lupa menanyakan rumah clara.
"Yang kamu udah minta alamat clara belum" ucapku sambil keluar dari kamar menghampiri silvia yang masih asik
"Eh iya aku lupa ngasih kamu, tuh liat aja disms" "Yeh gimana sih"
"Maaf" ucap dia tapi matanya masih ke layar kaca Aku iseng keluar lalu mematikan mcb untuk pln "Yah kok mati" teriak dia
"Mati listrik kayanya" ucapku lalu kembali masuk kedalam rumah "Coba coba aku liat tetangga" ucap silvia lalu keluar "Ih yang lain nyala kok, pasti kamu nih iseng" "Hahaha"
"Tuh kan, ihh nyalain sana" "Males nyalain sendiri aja sana" "Dimana"" Ucap dia
"Tuh" tunjukku pada meteran listrik "Ahh takut kamu nyalain dong" "Males"
"Rese nih, nanti aku kasih hadiah deh" "Apaan"" Tanyaku
"Nih" tunjuk silvia ke bibirnya
Wah semangat sudah pasti. Aku langsung menuju meteran dan menyalakan listrik kembali. "Didalam ya hadiahnya" ucap silvia dengan nada yang menggoda
Akupun mengikutinya kedalam rumah
"Nih" ucap silvia sambil memberikan lipstik kepadaku "Hahahaha" tawa silvia
"Sial aku dikerjain" "Hahaha kasian sayang ku sini sini kasih hadiah yang beneran" ucap silvia Dan cupp sebuah ciuman dipipi.
"Yang ini nanti ya ada waktunya" tunjuk silvia ke bibirku "Kamu temenin aku nanti ya kerumah clara" ucapku "Iya, nanti aku temenin"
"Yaudah nonton lagi sana, gantian ah aku mau juga dielus elus rambutnya" Kurebahkan kepalaku dipahanya
"Ah berat dikamar aja sih, gangguin mulu nih" "Oh jadi lebih penting film daripada aku oke fixs"
"Ga pantes tau kamu ngomong kaya gitu hahaha, jijik aku liatnya yang, yaudah sini sini"
Akupun merebahkan kembali kepalaku dipahanya, baru sekitar 15 menit dia meminta tukar posisi. Jadi dia menonton sambil tiduran dengan pahaku sebagai bantalnya. dan aku terpaksa menonton film itu sambil mengelus rambutnya.
part 46. restu ayah Hari ini aku menuju rumah clara ditemani oleh silvia. Bukan bermaksud memperburuk keadaan aku hanya ingin meminta restu dari ayah. Karena bagiku dia sudah seperti ayahku sendiri. Dan juga ingin meminta maaf kepada clara dan ayah atas menghilangnya diriku begitu saja saat itu.
Tidak susah menemukan rumahnya karena ada didalam sebuah wilayah perumahan elit. Bermodalkan dua buah ojek kami diantar langsung sampai kerumah clara. Ting nong, ku tekan bel dihalaman rumahnya. Rumah dua tingkat yang kelihatan minimalis. Seseorang yang tak kukenal membukakan pintu
"Cari siapa ya mas" tanya perempuan yang mungkin kutafsir umurnya sekitar 30an "Benerkan ini rumah clara"
"Oh iya bener rumah mba clara, mas siapa ya" "Oh saya temennya, claranya ada mba"
"Wah kalau mba clara ga ada mas lagi digereja mungkin, cuma ada bapak" "Yaudah boleh saya ketemu bapak"
"Silahkan masuk mas"
Akupun masuk kerumah. Seseorang kulihat sedang menonton tv dengan posisi membelakngi ku. Rambutnya mulai banyak yang berwarna putih.
"Pak ada tamu" ucap mba itu
Ayah pun membalikkan badannya dan menengok kearahku "Andry" teriaknya dan langsung bangkit berdiri
"Aduh kemana aja kamu, 2 tahunan ayah ga ngeliat kamu, wah udah sukses kayanya nih" ucap ayah sambil memelukku lalu menepuk nepuk bahuku
"Masih gini gini aja yah, buruh" ucapku
"Ini siapa" "Calon yah" jawabku tegas, orang yang kumaksud malah mencubit lenganku sambil tersenyum malu.
"Dua tahun udah bawa calon aja yah, hebat, namanya siapa" "Silvia pak"
"Andry minta restu yah" "Loh kenapa ke ayah"
"Andry udah anggap ayah andry sendiri"
"Apapun pilihan kamu yaudah ayah ga bisa ikut campur" ucap ayah "Maaf ya andry ngilang gitu aja"
"Iya ayah maklum kok, yo duduk, duduk silvia, mba bikin minum ya, mau apaan" "Apaan aja deh yah"
"Kamu"" Tanya ayah ke silvia "Sama deh pak apaan aja" "Yeh yaudah mba teh aja dua" "Udah berapa lama kalian" "Sebulan" jawabku
"Sebulan udah calon, hebat, ga bagus lama lama ya, mending diresmiin aja, takutnya kelamaan malah ga jadi, kaya kamu sama clara"
"Ga nyangka ayah kalau akhirnya begini, padahal ayah udah setuju bnget sama kalian, mau gimana lagi, kalian yang jalanin kalian juga yang mutusin"
"Kamu tau dry, clara yang minta pindah rumah, rumah lama katanya ngingetin kamu mulu hahaha"
"Dia sempet frustasi tuh, cuti kuliah , jarang bergaul, cuma sekarang udah mendingan sih semenak diterima kerja"
"Yah ayah sih menyayangkan clara tapi mau gimana lagi udah kejadian kan, semoga sama silvia sampe nikah ya"
"Makasih yah" "Iya, minum minum tuh udah dateng jangan sungkan ya silvia" "Keluarga gimana dry"
"Masih sama yah"
"Belum maafin juga nih" "Yah begitulah"
"Ga bagus lama lama, coba maafin keluarga kamu, kamu bakalan butuh ayah kamu kalo kamu nikah nanti"
"Tau deh" "Masih kaya dulu tiap bahas keluarga tau deh tau deh" "Yah ginilah andry yah"
"Makin kurus aja kamu"
"Hehehe, silvia kerja apaan" tanya ayah "Dibank pak"
"Oh hebat juga kamu nyarinya" "Dia yang mgejar ngejar saya yah" "Hahaha bener sil"
"Engga pak boong" ucap silvia malu malu "Hahaha" tawa ayah
Sedang asik berbincang seseorang pun kembali masuk part 47. restu clara, berakhirnya masa lalu
Sedang asik berbincang seseorang pun kembali masuk. clara. "Eh clara, ini kakak kamu datang"
"Udah pernah ketemu kok yah" "Lah kok kamu ga cerita ke ayah"
"Belum sempet "
Senyum itu. Tak ada lagi senyumnya yang ceria. Ada terpancar sebuah kepedihan yang dalam. Begitu menyesalnya kah dirimu. Kalau kau menyesal kenapa kau melakukannya lagi dek. "Berarti kamu juga kenal silvia"
"Iya dia yang bikin aku ketemu sama kakak lagi, yaudah yah aku kekamar dulu"
Clara pun pergi tanpa menoleh kearahku. Menaiki tangga dan suara pintu tertutup dengan lumayan keras.
"Masih belum nerima kayanya dia dry" "Nanti biar andry yang ngomong yah" "Ya, kamu atur atur lah bagusnya gimana"
Lama kami menunggu clara untuk keluar tapi dia tidak muncul muncul. "Biar andry ngomong yah, kamu sini dulu ya" ucapku
Akupun naik ke tangga menuju kamarnya. "Dek buka dong"
"Dek kaka mau ngomong"
Pintu pun terbuka menampakan wajah clara yang penuh airmata "Maaf" ucap ku
"Hiks hiks" Kupeluk tubuhnya erat sangat erat entah sudah lama sekali rasanya.
"Dek kamu pasti bisa, kita udah ga bisa sama sama lagi, kamu pasti bisa buat dapetin cowo yang lebih baik dari kaka, kaka cuma pecundang dek, coba buka hati kamu buat orang lain" "Ade cuma mau kaka"
"Kaka yang ga bisa, kaka udah punya dia, kalaupun ga ada dia kaka juga tetep ga bisa" "Ade jahat ya kak"
"Lupain yang kemarin ya, kita mulai semua dari awal, sebagai teman atau sahabat, atau kaka masih bisa jadi kakak kamu"
"Hiks" tangisnya mulai mereda
"Kamu ga boleh kaya gini terus, kaka ga pantes buat kamu tungguin, coba buka hati kamu buat orang lain, kamu juga masih ada ayah yang harus kamu jagain, kalau jaga diri kamu sendiri aja ga bisa siapa yang jaga ayah, ade yang kaka kenal ga selemah ini, ade yang kaka kenal tuh kuat, maafin kaka yak"
Clara masih memeluk erat tubuhku. Lama sekali. Kulonggarkan pelukannya lalu memanggil silvia untuk naik menemui clara.
"Dek kaka minta kamu restuin hubungan kami ya" "Kenapa harus minta izin, ade bukan siapa siapa kaka lagi".
"Seenggaknya kaka pengen ga ada lagi masalah kedepannya, buat kamu, buat kaka, kaka pengen kita tetep berhubungan baik makanya kaka butuh restu kamu"
Clara menjawab dengan anggukan kepalanya, lalu mengambil tangan silvia dan meletakkannya ditanganku
"Jaga kaka ya" "Iya ra, aku bakalan jaga andry, makasih ya" "Iya, ka, jangan ngilang lagi ya"
"Iya kaka ga bakal ngilang lagi, kaka mungkin bakal sering kesini nengokin ayah"
" " "Yuk turun ayah daritadi nungguin tuh" "Bentar" ucap clara sambil mengelap airmatanya Kami bertiga pun turun
"Udah ikhlas" tanya ayah sambil memeluk clara "Aku coba yah"
"Bagus deh, jangan diulangin lagi ya" "Iya" jawab clara
"Yaudah yah andry pamit ya" ucap ku lalu menyalim tangan ayah diikuti silvia "Oh ya, hati hati dijalan ya"
"Nanti paling sesekali andry kesini nengokin ayah"
"Kaya apaan ditengokin hahaha, pintu rumah ini selalu terbuka buat kamu dry" "Makasih yah, makasih buat semuanya"
"Iya, kamu jaga andry ya sil, kalau nakal pukul aja" "Iya pak" jawab silvia
"Dek kaka pulang ya" "Iya"
"Aku pamit ya ra, makasih udah restuin kami" ucap silvia sambil bercipika cipiki dengan clara "Iya semoga langgeng ya" ucap clara.
Kami pun pulang. Masa lalu kini sudah terselesaikan. Kedepan tak ada lagi yang mengganjal kecuali apa yang dibilang ayah, keluargaku. Tapi bukan itu fokus ku sekarang. Jalani apa yg terjadi hari ini. Aku tak ingin kembali salah dalam menjalani hubungan karena terlalu sibuk memikirkan masa depan yang belum pasti
part 48. Im yours "Halo mas, sibuk banget ya sekarang udah sebulanan ga ngabarin" ucap aulia disuatu hari "Aduh aulia maaf banget ga sempet gw"
"Gitu kan giliran udah ada inceran aja, aulia dilupain" "bukan inceran lagi sih sekarang ul, udah jadi pacar" "Tuh kan tuh kan, ah gitu kan jadian ga bilang bilang" "Maklum ul pasangan baru lupa"
"Iyadeh, aulia siapa sih, iya aulia nyadar lebih penting dia oke, kita musuhan sekarang" "Yaelah ul gitu aja ngambek"
"Abisnya, pokoknya traktir ya"
"Klo ditraktir tapi ga ngambek lagi sih ok" "Tergantung traktirnya oke atau engga" "Pengeretan lu, dasar"
"Hahaha, selamat dulu deh akhirnya kesampean, mas ga ke dukun kan" "Hahaha, sialan lu enak aja, ini murni tau"
"Iya deh iya, yaudah aulia tunggu traktirannya" "Sip, bilang sorry juga ke nita ya"
"Iya nanti disampein, dia juga kangen katanya, tumben ga ada tukang martabak telor lagi datang kerumah"
"Hahaha emang setan lu berdua, yaudah ul gw mau pacaran dulu ganggu aja lu" "sombong, emang mas doang yang malam mingguan"
"Terus kenapa nelpon gw"
"Iseng aja ngabisin pulsa"
"Sama aja lu udah ah makin ga jelas" "Dah mas"
Tepat disampingku silvia sedang memperhatikan ku yang berbicara lewat telepon. "Siapa sih yang sampe bilang pengen pacaran segala"
"Aulia" "Ohhh, dia nelpon mau ngapain, ishh banyak banget ya cewe yang deket sama mas"
"Duh yang cemburu, aulia aja dicemburuin, kan udah aku bilang aulia sama adenya anita tuh udah kaya ade aku sendiri"
"Siapa juga yang cemburu yeee..," ucap silvia
"Lagian jaman sekarang mana ada cowo sama cewe deket kalo ga salah satu suka" ucap silvia lagi "Yaelah pacarku ini" ucapku sambil merangkul dirinya
"Kamu jangan suruh aku buat jauhin dia ya," tambah ku "Loh kenapa emangnya ga boleh"
"Aku janji sama waktu aku bakal lebih banyak sama kamu, tapi kalau jauhin dia aku ga bisa, ya gimana ya, selama 2 tahun ini, cuma dia sama adenya yang deket sama aku, ga papa kan" "Tapi janji ya"
"Iya" "Terus tadi traktir traktir apaan tuh"
"Noh minta traktir gara gara kita jadian, kamu mau tau rahasia ga"" Tanya ku "Apaan"
"Setiap kegiatan aku waktu pdkt sama kamu aulia ku kasih tau hahaha, sebagai penasehat lah dia" "Ohhh iya iya aku ngerti, kalian sengkongkol jadinya"
"Hahaha" "Dasar" ucap silvia
Kami berdua pun tertawa. Kemudian silvia berkata.
"Yang" ucap silvia lagi "Apaan"" Tanya ku
"minggu lalu waktu kamu bilang aku tuh calon kamu ke ayahnya clara beneran kan" "Bener" ucapku
"Aku ga mau pacaran lama lama ah" "Emang knapa ga mau"
"Ga mau aja, terus keluarga kamu gimana, kan harus ada orangtua"
"Hmm itu mah gampang, sekarang kita mulai nabung aja dulu yak buat kedepan" kilahku
Dana hanya alasanku saja. Kenyataannya aku masih ragu, apakah aku bisa bertemu kembali dengan orangtuaku untuk meminang silvia". Aku butuh waktu untuk berpikir bagaimana caranya bertemu mereka kembali. Dan alasan nabung adalah caraku mengulur waktu. "Yaudah nanti aku bikin rekening buat barengan ya"
"Udah kamu gausah biar aku aja, kan itu tanggung jawab aku" "Pokoknya aku ikutan"
"Terserah kamu deh"
"Gitu dong, ini kan hubungn kita, nah kamu ga bisa nanggung sendiri, kita harus bareng" "Iya iya pacarku sayang"
"Kalo gitu, atm kamu mana" ucap silvia "Loh kok jadi atm segala, Buat apa gitu""tanya ku
"Harus hemat, nanti makan aku yang masakin deh, jadi gausah beli" "Wah monopoli nih namanya"
"Bukan monopoli ih, cowo kan boros" "Ah engga tuh"
"Mana sini" "Sabar dong, galak amat sih, lagian kan semua punya aku sekarang punya kamu juga" ucapku Kupegang kedua pipinya dan kuraih kepalanya mendekat kemudian kukecup keningnya "Hehehe"
"Ihhh " ucap silvia mencubit pelan lenganku part 49. sarapan cinta
Pagi ini aku sudah ada dikontrakan silvia. Berangkat kerja bersama. Aku duduk dikursi menyaksikan acara tv sementara silvia sedang bersiap sial
"Yang" "Hmm" jawabku masih asik dengan kartun pagi "Iya kek gitu, kebiasaan kamu mah ham hem mulu" "Iya apaan"
"Udah sarapan""
"Kebetulan belum, beli depan aja nanti nasi uduk" "Nih aku bikinin, kan kemarin aku udah janji" "Wah baiknya pacarku ini"
"Jelas dong, nih" ucap silvia sambari menyerahkan kotak makan "Ga malu kan bawa bekel kaya gini yang"
"Ngga, makasih ya, yakin deh ini enak" "Enak lah kan masaknya pake cinta" "Hahaha sejak kapan bisa ngegombal" "Ih di gombalin salah, yaudah deh diem aja"
"Kamu sendiri udah sarapan belum, jangan sampe kamu bikinin aku makan eh kamunya malah belum"
"Udah kok tenang aja yang, yuk berangkat" "Yuk"
Kami pun berangkat, sampai pabrik masih ada waktu setengah jam lebih. Kubuka kotak makan yang diberikan silvia. Lalu memakan nasi goreng yang sudah dibuatnya. Hmm enak. Yah standat nasi goreng pada umunnya.
"Kalo kamu baca, makasih ya yang nasi gorengnya, enak" sms ku
Ya, silvia tidak memegang hp saat bekerja. Kalaupun iya dia pasti mencuri waktu saat dikamar mandi atau saat tidak melayani. Kita bersms ria hanya saat jam istirahat. Jam 10 pagi silvia sms
"Seneng deh kalo kamu suka"
"Enak sih, kalo kaya gini sih mau dibikinin terus" "Iya nanti aku bikinin, dah ya aku tinggal ada nasabah"
"Maaf ya yang kutinggal tinggal" sms silvia selang sejam setelah sms terakhir "Belum istirahat kan ini"
"Belum lagi dikamar mandi"
"Malam kamu kerumah ku aja ya, biar aku masakin lagi" "Iya, tapi jangan sering sering ah, kasian kamunya cape" "Ga papa kok, kan buat kamu"
"Duh senengnya diperhatiin" "Rame yang hari ini" sms ku lagi "Rame tau, pusing, banyak banget" "Duh kasian"
"Kamu enak kerjanya, malah bisa tidur lagi" "Hahaha kan ada porsinya masing masing atuh"
"Iya, aku udahan dulu ya, ga enak kelamaan, nanti istirahat jangan tidur temenin aku" "Iya, semangat ya"
Jam istirahat. Saat itu pula aku langsung menuju singgasanaku. Tempat bersembunyi dari para karyawan dimana aku biasanya menghilang saat istirahat. Aku menunggu silvia miscall atau menelpon
"Halo yang" ucap silvia "Udah makan" tanya ku "Ini sambil makan"
"Duh makan dulu lah baru nelpon nanti sakit loh" "ih orang kangen juga"
"oh kangen ok ok"
"emang kamu ga kangen gitu" "engga tuh"
"ah bowong" ucap silvia
"yeh abisin dulu itu yang dimulut, udah nanti aja kamu makan dulu" "kamu sendiri udah makan"" tanya silvia
"udah, yaudah nanti misscall lagi" "love you mas"
"iya" "ih jawab dong"
"iya iya love you too, sayang"
"nah gitu apa susahnya sih bilang gitu doang" "bukannya susah, tapi rada rada geli gimana gitu" "serah deh, yaudah aku makan dulu"
Klik telepon terputus. Ya begitulah romansa kami. Bahkan hanya untuk sekedar melepas rasa rindu, harus terhalang oleh pekerjaan dan waktu. Tapi justru itu yang membuat rasa kangen dan rindu ini makin kuat.
part 50. panggilan baru tak terasa sudah dua bulan hubungan ini berjalan. belum ada konflik yang terjadi semua aman dan lancar. bumbu bumbu cinta begitu melekat kuat dihubgan kami. kata cinta dan rindu tak pernah absen keluar dari mulut kami. tapi namnya hubungan pasti ada bayu batu kecil. dan itulah yang terjadi sekarang
"yang" ucap silvia
saat itu silvia rutin datang kerumahku, terkadang aku yang ke kotrakannya. silvia sudah seperti seorang istri memasak untukku setiap hari. ya karena itu idenya untuk menghemat pengeluaran kami. dan benar saja selama sebulan cukup banyak yang kami tabung.
"apaan" "aku pengen deh kaya clara manggil mas, terus kamu manggil ade gitu ke aku" "engga engga"
"yah, boleh ya, lucu tau"
"kaga, apaan sih" ucapku dengan menaikkan sedikit suara
"Ayo dong, coba deh, ayo coba" ucap silvia sambil menggoyang goyang lenganku Ku tepis lengannya. Amarahku timbul
"Ga ngerti ya kalo dibilangin"
"Mau kamu apaan sih, kemarin kamu yang bilang kan ga mau pacaran sama cowo yang hatinya kebagi kok sekarang malah kamu yang mancing mancing"
"Sengaja hah" ucapku kesal
Silvia pun menundukkan wajahnya. "Maaf, iya aku salah, maaf" ucap dia
Melihatnya seperti itu rasa bersalah pun muncul
"Aduh maaf yang maaf, aku ga maksud bentak kamu, maaf maaf" "Padahal aku cuma minta, aku pulang aja deh" ucap silvia sambil bangkit berdiri "Yang tunggu, aduh aku minta maaf udah bentak kamu" ucapku
Tapi ucapan maafku dihiraukannya dia tetap melangkah untuk keluar dari rumahku.
"Argghhh bego, kenapa jadi gw yang salah ujung ujungnya" teriakku Aku frustasi, akupun berlari mencegah silvia untuk pulang "Maaf banget yang maaf banget, plis maafin ya" pintaku Silvia lalu mengangguk
"Yaudah ke dalam lagi yuk"
Kuraih tangannya lalu mengajaknya masuk kembali kerumah dan duduk di kursi "Maaf ya"
"Aku takut tau ga kamu marah marah gitu" "Iya iya maaf, beneran deh ga maksud bentak kamu" "Iya aku maafin"
"Makasih ya" ucapku sambil tersenyum
"Tapi kamu harus manggil aku "dek"kaya yang tadi" "Duh, bener bener dah nih cewe" gerutu ku "Kalau ga mau ya udah, awas, aku mau pulang" "Iya iya, ade sayang sini aja ya sama abang" Seketika kami berdua diam.
"Ahhhh" ucap silvia
"Ih lucu, gemesin banget tau ga, tapi bagusan mas aja deh lebih halus daripada abang kesannya kaya tukang bakso hehehe"
*facepalm* "Ga ah males banget"
"Emang kenapa sih ga mau, ngingetin dia ya" selidik silvia "Nah itu tau, nanti kamu marah marah lagi"
"Kali ini engga deh, ya ya, manggilnya itu aja ya" "Atur atur lah"
"Yeh" Yap, cinta mampu mengalahkan segalanya. Bahkan bisa membuat pria bertekuk lutut dihadapan wanita. Mungkin seperti istilah suami takut istri, tapi bukan takut karena galaknya sang istri tapi hanya takut kehilangan cintanya #tsaaahhh..
part 51. mudik Agustus 2013 (lebaran) Kali ini berlatarkan kontakan silvia "Kamu mau pulang lebaran ini" tanya ku "Iya, mumpung libur kan" ucap silvia "Kamu libur berapa hari emangnya" tanya ku "Dapet seminggu"
"Lumayan sih, kamu sendiri yang"
"Seminggu sama, tapi cuti masih pull" jawabku "Enaknya ada cuti, cuti aku udah habis" "Salah sendiri ga disisain"
"Kamu ikut ya" "Maksudnya" "Ikut ke rumah orangtua ku, pokoknya harus ikut, kan kamu udah janji mau serius, ini kesempatan kamu tau ga"
"Duh gimana ya dek"
"Tuh kan pasti mas ga serius waktu ngomong kemarin, ah benci aku sama kamu, ngomongnya doang"
"Yaudah iya aku ikut"
"hehehe gitu dong, kan aku jadi percaya kalau kamu emang serius" "yaudah sabtu kita berangkat ya" ucap silvia lagi
"berapa hari disana" tanya ku
"seminggu lah" "terus aku harus ikut nginep gitu dek" "iya lah mas harus ikut, masa ninggalin aku" "duh gimana ya"
"takut ya"" ledek silvia "bapak kamu galak ga"" "ngga baik kok"


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"dirumah ada siapa aja"
"paling orangtua sama ade aku yang cowo" "hmm"
"udah mas santai aja kan ada aku" "belum siap nih"
"ya siapin dong dari sekarang hahaha" "iya deh, mudah mudahan ga diwawancarain" "aminn, mudah mudahan bapak aku setuju sama mas" "amin" ucapku
sabtu hari ini aku sudah bersiap dengan tas yang berisi beberapa baju dan celana. bertemu dengan claon mertua membuat diriku gugup.
"yuk berangkat" ucap silvia
kami berangkat sengaja dari tanjung priuk agar dapat kursi yang kosong. Kami duduk berdampingan. Silvia memeluk erat lenganku dan menyenderkan kepalanya. "Mas mau tau ga""
"Apaan"" Tanya ku
"Sebenarnya aku juga takut hehehe, belum pernah bawa cowo kerumah sih" bisik silvia "Yah kan kan malah nambah ga enakin nih"
"Hihihi, ga papa kok bapak baik orangnya" ucap silvia "Kira kira berapa jam ini"
"Sejaman lebih, abis itu naik sekali lagi" "Oh" jawabku
Sepanjang jalan silvia memeluk erat tanganku seolah tak ingin melepaskannya. Selama hampir dua jam perjalanan aku hanya memandang paras jelita wanita disampingku hingga akhirnya kami sampai. Kami turun untuk menyambung sekali lagi.
Sampai lah kami disebuah rumah. Ya bisa dibilang lumayan besar. Dengan tembok berwarna hijau. "Yuk mas masuk" ucap silvia sambil kembali merangkul lenganku
"Eh iya, beneran nih dipeluk kaya gini"
"Biarin kan biar mereka tau kamu itu pacar aku" "Terserah kamu deh bagusnya gimana" "Syalom" ucap silvia didepan pintu yang terbuka "Via, kirain besok kamu baliknya"
"Hehehe lebih cepat kan lebih baik ma, kenalin ma, pacar aku andry" "Andry bu" ucap ku gugup
"Oh iya, mari masuk masuk" "Sini deh ma" ucap silvia
"Dia tuh calon aku, aku serius ma sama dia" bisik silvia cukup keras sih sampai aku bisa mendengarnya
"Oh gitu, yaudah ayo masuk" "Ayo mas" ucap silvia
"Bapa kemana ma" tanya silvia ke mamanya "Tuh dibelakang" ucap mama silvia "Pa" teriak silvia
"Eh udah pulang, siapa tuh yang bareng kamu" "Andry pa" ucapku sambil menyalim tangannya "Yaudah duduk, ma bikinin minum"
"Silvia bantuin ma"
Eh sil sil yah, akhirmya aku emang harus berhadapan satu sama satu dengan bapanya silvia. Tampangnya emang tak menyiratkan dia berwatak keras. Tapi badannya bisa dibilang berisi. Sekali tinju mungkin badan kurusku ini bisa terjungkal dibuatnya.
"Kamu siapanya silvia"
Deg. Waktu seolah olah melambat. Keringat bercucuran. Wajah seseorang didepanku kini berubah sangar. Gila. Aku harus jawab apa
part 52. pernyataan kepada mertua "Saya pacarnya pak" ucapku "Terus kesini ada urusan apa ya"" "Saya diajak silvia pak"
"Ga ada maksud lain""
"Hmm sebenarnya sih ada pak" ucapku
"Sebenarnya saya tuh mau jalin hubungan yang serius sama silvia" ucapku
Duduk ku kini tegak sekali. Keringat menetes melewati pipi. Kaki ini bergetar, untung saja tertutup oleh celana panjang.
"Hahaha, jangan gugup gitu dong saya kan nanya doang, beneran kamu serius sama anak saya" "Iya pak, hehehe" ucapku sambil memaksakan untuk tersenyum
"Kenal dimana sama via""
"Kebetulan rumah saya deket pak sama tempat silvia ngontrak" "Kerja" tanya bapak silvia
"Puji tuhan kerja"
Bapak dilvia pun menganggukkan kepalanya berulang kali. Dan untung saja silvia datang bersama ibunya membawa dua buah gelas kopi hitam, dan setoples makanan kecil.
"Ayo dimakan andry" ucap ibu silvia
"I..ya bu" "Ga diapa apain kan sama bapak"
"Yeh mama ini, emangnya bapa apain anak orang, engga kan ya" "Eh.. ii.. ya pak engga buk cuma ngobrol doang kok tadi" ucapku
Silvia tersenyum kearahku lalu mnyenggol kakiku. Itu bukan senyum itu seringai nakal yang seolah olah meledekku.
"Beneran kalian serius" ucap bapak silvia seolah meyakinkan lewat pernyataan silvia "Benar pak" ucapl silvia "Asal mana dry"
"Saya batak pak"
"Kok gak kaya batak ya mukanya mirip jawa" ucap ayahnya "Hehehe banyak yang bilang pak"
Andai mereka tahu siapa sebenarnya diriku. Darah apa yang mengalir dalam tubuhku. "Marga apa"
"P***** pak" "Ohhh nomor berapa" "**" ucapku
"Wah hapal kau rupanya, baguslah, jadi kapan orangtua kamu datang" Duh, kenapa pertanyaan itu yang harus keluar. Bagaimana ini. "Saya sama silvia lagi nabung pak buat kedepannya" "Soal uang mah gampang"balas bapak silvia
"Ngga ah pa, silvia mau nabung sendiri " ucap silvia membelaku "Yaudah kalau mau kalian begitu, bapak tunggu ya lamaran resminya" "Iya pak" ucapku
Dan selanjutnya hanya perbincangan perbincangan tak penting soal pekerjaan dan pertemuan tenang ku dan silvia. Setelah itu dilanjutkan dengan makan siang. Lalu aku diajak oleh ayahnya ke teras rumah.
"Rokok" ucap ayahnya "Ga ngerokok pak" ucapku
"Wah bagus, tahan tuh jangan sampai goyah, minun juga kah"" "Ga minum juga pak"
"Tinggal dua judi dan wanita hahaha" "Maksudnya pak"" Tanya ku bingung
"Iya 4 hal itu yang bikin rusak laki laki apalagi kalau udah berkeluarga"
"Kalo rokok ga masalah lah, paling pengeluaran besar, mabuk , judi sama main perempuan ini yang bahaya kalau kamu udah nikah"
"Iya pak ngerti" ucapku
Obrolan pun berlanjut, lebih tepatnya berbagi petuah dari bapaknya silvia. Sampai kemudian seorang anak laki laki masuk kedalam rumah
"Syalom pak" "Iya, ini kenalin pacar kakamu" "Toni bang"
"Andry" "Yasudah bapak tinggal kedalam ya, nanti bapak panggil silvia" "Iya pak"
"Gw masuk dulu bang" "Ya"
Tak lama kemudian silvia datang. Senyumnya masih sama senyum dengan maksud meledek ku. "Gimana"
"Biasa aja tuh"
"Ah masa pasti gugup tuh" "Engga tuh biasa aja"
"Terus bapakku menurut kamu gimana"" "Baik kok"
"Ah masa"" Goda silvia "Terus nanti aku tidur dimana nih" "Tuh bareng toni, udah kenal kan" "Kalian berdua doang"" Tanya ku
"Ngga ada satu lagi mas, cewe, tapi udah nikah" "Oohhh"
"Yuk masuk mas" "Yuk"
Seharian penuh aku hanya menemani mereka berbincang sesekalu ikut menimpali. Hingga hari menjelang malam. dan selama seminggu selalu begitu. sungguh membosankan. nonton tv tak enak, makan tak lahap, bermesraan takut. yah tekanan batin selama seminggu itu. hingga akhirnya kamu memutuskan pulang.
"dry, kalau kamu emang serius sama via, bapak titip dia ya" "iya pa"
"kaya jauh aja bapa ih, cuma jakarta bogor juga" sanggah via "tetep aja kamu cewe vi" ucap ibunya
"iya iya, yaudah via pamit ya ma, pa"
"andry juga pak, bu" ucapku sambil menyalami tangan mereka berdua ditengah perjalanan pulang.
"pasti kamu bosen banget ya selama disana kemarin" "engg...." ucapanku terpotong
"aku tau kok mas, tapi makasih ya kamu mau buktiin kalau kamu serius" ucap via lalu tersenyum "apapun buat kamu" ucapku
" " silvia tersenyum lalu kembali merebahkan kepalanya dibahuku ibukota kami kembali
part 53. kembali ke ibukota
Sampailah kami dikontrakan silvia. Sepi tak berpenghuni. Maklum masih ada satu hari lagi sebelum masuk kerja, mungkin malam nanti atau besok pagi baru pada balik penghuni kontrakan ini. "Panasnya" ucapku
"Bentar ya mas ade beli air dingin dulu" "Iya" jawabku
Silviapun keluar lalu membawa dua botol air mineral dingin "Aus banget kayanya" ucap silvia
"Panas dek, kesiangan tadi kita pulangnya" "Iya sih, ya ga papa lah" ucap silvia "Sepi nih dek" ucapku
"Terus kalau sepi emang kenapa"
Aku mengedip ngedipkan mata berusaha menggodanya
"Eh mau ngapain" ucap silvia sambil menutup tubuhnya dengan bantal besar berbentuk hati. "Yeh ngeres nih pikirannya"
"Mas nakut nakutin ah" "Hahahaha" tawa ku "Sini dong de" ucapku lagi
Silvia pun duduk disampingku. Dan langsing kurangkul tubuhnya "Disana susah banget pengen meluk kamu doang" "Hahaha, kangen ya"
"Iya" ucapku "Kangennya mesra mesraan dong nih" ucap silvia sambil mencubit pipiku "Biarin ah" jawabku
Seharian kami habiskan dengan melepaskan semua rindu akibat terhalang oleh kuasa camer saat dirumahnya. Saat itu hanya sekedar pelukan. Diriku belum berani untuk bertindak lebih jauh. "Mas ga pulang"
Kulihat kearah jam dinding waktu sudah menunjukkan angka sepuluh malam "Kamu emang ga inget kata bapak"
"Yang mana sih""
"Kan aku disuruh jagain kamu, hehehe" godaku "Dih, pulang sana, nanti dikira ngapa ngapain lagi" "Ga ah, aku mau nginep aja, mumpung sepi ini de" jawabku "Kaga kaga, takut ah"
"Takut"...., hmm, berarti boleh nih cuma takut doang kan" "Takut ada yang ngeliat tau"
"Mana yang ngeliat ga ada tuh, males gerak ini, udah pewe" "Yaudah tapi awas ya kalo macem macem"
"Macem macem gimana""
"Mas tau lah" "Ga tau tuh dek" godaku makin jadi "Ah mas ngeledek mulu nih"
"Mas tidur dikursi aja deh nanti" ucapku "Siapa juga yang mau ngajak mas tidur bareng:P"
"Sialan, padahal mas ngarep diajak ke kamar loh, ade nanti bilang gini, jangan mas jangan dikursi dingin, dikasur aja, gitu"
"Yeh ngarep hahaha"
"Bentar silvia ambil bantal sama selimut" Silvia pun menuju kamar lalu membawa selimut dan satu set bantal untuk diriku "Awas loh kalo nyamperin aku"
"Emang kamu tau, kan nanti pas kamu tidur" "Pokoknya jangan macem macem"
"Iya, udah sana bobo mas jagain, mas masih mau nonton tv ini" "Ade tinggal ya"
"Ya" ucapku Sejam kemudian mata ini mulai mngantuk. Kumelangkah kekamar silvia hendak melihatnya sudah tidur atau belum. Saat kucoba buka ternyata terkunci dari dalam. Sial. Padahal aku hanya ingin melihatnya yang sedang tertidur pulas.
aku kembali ke kursi dan merebahkan diriku. sebuah sms masuk "ayo ngapain pengen buka pintu, udah mulai nakal ya" sms silvia "belum tidur toh"
"belum, kamu mau ngapain tuh buka buka pintu, untung aku kunci" "daripada smsan mending keluar deh temenin aku"
"ga ah ngantuk yang"
"yah yaudah malam sayang" balasku Kupeluk bantal guling lalu pergi tidur.
part 54. emosi dikala merah bulan keempat.
Saat itu aku dan silvia melakukan kegiatan rutin seperti biasa. Kali ini dia masak dirumahku. Selesai makan kami lanjutkan dengan menonton tv sampai tiba tiba silvia berlari kearah kamar mandi. Panik akupun mengikuti dan menunggunya didepan pintu.
"De, kenapa" ucapku
"Bentar, ga papa kok" ucap dia
Kebelet buang air kecil saja mungkin. Akupun kembali ke kursi, namun silvia memanggil. "Mas" teriaknya
"Apaan" "Sini deh" jawabnya
Akupun beranjak menuju pintu. Silvia membuka sedikit pintu kamar mandi dan menampakkan kepalanya
"Kenapa"" Tanyaku
"Beliin pembalut dong, aku bocor nih" "Yah harus emangnya"" Tanya ku "Huuh" jawabnya sambil mengangguk "Yaudah tunggu bentar" ucapku nasib nasib celotehku sepanjang jalan.
Setelah melawan tatapan sinis pengunjung minimarket yang melihatku mengobrak abrik bagian pembalut, akhirnya aku sampai dirumah
"Nih" ucapku "Makasih" jawab dia lalu masuk dan menutup pintu kamar mandi "Mas" teriaknya lagi
"Apalagi""
"Punya celana ga", celana training gitu, celanaku tembus soalnya malu keliatan" ucapnya Silvia mengenakan celana warna orange saat itu. "Bentar" jawabku
Kubongkar isi lemari dan menemukan sebuah celana training panjang warna hitam "Kayanya pas,nih coba" ucapku
"Bentar ya" ucap dia
Diapun keluar menggunakan celana trainingku. Untungnya pas hanya sedikit kepanjangan dikaki. Dia menggulungnya 3 kali.
"Kepanjangan tapi gapapa deh daripada diliatin orang" "Makasih ya mas" ucap dia lagi
"Iya, trus ga make cd dong"" Tanya ku
"Pake lah, agak basah tapi sih, tadi kan kucuci yang bagian tembusnya"
"Kirain ga pake "
"Duh pikirannya deh mas ini"
"Terus basah gitu dingin kali ya, eh engga deng kan udah diselimutin" "Bahasannya ga ada yang bener dikit apa, ihh" ucap silvia sambil mencubiti tubuhku "Hahaha" tawaku
Beberapa hari kemudian silvia telat untuk memasak karena ada urusan mendadak dengan temannya. Aku menunggu dia sambil menahan lapar. Jarum jam sudah menunjukkan angka tujuh malam. Ada uang ditangan tapi aku takut kalau dia sudah persiapkan semuanya jadi aku memilih untuk menunggu.
"Maaf yang, aku langsung aja ya" "Iya" jawabku
Silvia pun mengenakan celemek dan mulai memasak. "Makanan siap"
"Akhirnya, lama banget sih, udah kelaparan nih" protesku "Kamu ga da terimakasihnya ya, masih untung aku masakin, kamu malah marah marah, makasih kek gitu, males aku sama kamu"ucap silvia lalu meletakkan makanan dimeja dengan kasar lalu menuju ruang tamu.
Aku kebingungan dengan sikapnya yang tiba tiba marah seperti itu. Kulupakan rasa laparku dan menyusulnya. Dia sedang dikursi mengganti channel tv berulang kali.
"Maaf de" "Kamu pikir aku ga cape" ucapnya
Airmata mulai keluar. Membuat rasa bersalahku makin besar. Kupegang tangannya. "Maaf dek, aku ga maksud kaya gitu, aku janji deh ga bakal protes lagi" ucapku
"Hiks hiks " "Aduh maafin ya, duh jangan nangis dong"
"Aku ngerasa ga dihargain tau ga, emang aku pembantu" "Iya aku ngaku salah maaf ya" ucapku
"Hiks hiks" tangisnya mulai mereda diselingi anggukan kepalanya
"Maafin aku juga ya kalau marah marah, kayanya bawaan mens deh, nyeri banget tau mas" Ohh ini penyebab dia tiba tiba marah seperti itu.
"Sekarang masih nyeri"
"Dia mengangguk lagi" "Beliin obat ya"
"Mengangguk lagi"
"Tunggu bentar ya" ucapku
Akupun melesat dengan cepat menuju warung terdekat lalu kembali kerumah. "Nih minum" ucapku
"Maaf ya kalau aku salah ngomong" ucapku "Huuh, makasih ya mas"
"Makasih udah mau masak buat aku selama ini, aku janji deh ga bakal protes lagi, takut aku ngeliat kamu marah"
"Awas aja kalo protes lagi" "Iya engga engga" ucapku "Mendingan""
"Belum ngefek lah, nyeri banget tau yang tadi dijalan"
"Berarti tadi kamu maksain kesini buat aku, aduh aku jadi ngerasa bersalah banget deh sama kamu" "Ga papa ini kan ide aku"
"Makasih banget makasih udah jadi pacar dan calon istri yang baik "
'Ishhh " ucap dia sambil melempar tutup botol itu kearahku Dan kami berdua lupa akan satu hal.
"Lah ga makan kamunya tadi katanya lapar" ucap silvia
"Aduh gara gara panik ngeliat kamu marah sampe lupa, yaudah yuk makan" "Ayuk" ajaknya
part 55. kredit motor "Mas" ucap silvia "Apa"" Tanyaku
"Tabungannya beli motor aja yuk" "Lah, gimana""
"Iya, biar bisa berangkat bareng, lagian juga hematan pake motor tau"
"Yah terserah sih, terus tabungan buat nikah ga papa tuh diundur, aku mah terserah kamu" "Hmm gimana ya aku juga bingung tau, mas yang mutusin dong"
"ya aku mah ok ok aja dek, kamunya rela ga"
"Jadi aku juga yang mutusin"
" " "Gimana"" Tanya ku
"Iya deh beli motor dulu" ucap silvia "Berarti oke nih, yaudah besok kita kredit ya" "Matic aja tapi biar aku bisa make" "Kamu yang pilih deh terserah" "Yes" ucap dia
Keesokan harinya kami sudah berada didealer motor terdekat. Dan hasilnya sebuah h*nda b*at hitam kami bawa pulang dengan cicilan 18 bulan. Dilanjutkan dengan membeli sebuah helm. Kami sudah dapat bonus sebuah helm tinggal mencari helm untuk silvia.
"Nih bagus" ucapku menunjuk helm berwarna putih dengan motif kupu kupu berwarna pink "Sini coba aku pasangin" ucapku lagi
Aku pun memasangkan helm itu dikepalanya. lalu mengarahkannya kecermin. "Cantik" ucap ku
"Makasih" ucap dia "Helmnya maksudku"
"Ishhh "ucap dia
"Geer hahaha, yaudah ini aja kan" "Ya deh"
Dan kini ada ritual baru. Aku harus siap menjemputnya setiap saat. Ya ojek pribadi sebut saja
dan dimulai pada pagi hari keesokan harinya. Walau stnknya belum siap tak apalah. Semoga tak ada razia.
"Udah siap" tanya ku kepada silvia yang berusaha naik motor ini dengan rok nya hendak berangkat kerja
"Udah" ucap dia
"Nih helmnya, pake" ucapku memberikan helm itu "Dah yuk jalan" ucapnya
"Peluk dong nanti jatuh aja" suruhku "Banyak permintaan deh kamu, udah nih jalan"
Motor baru saatnya bereksperimen, mulai dari merasakan remnya, akselerasi dsb. Hingga tiba tiba helmku dipukul dari belakang
"Sengaja nih ngerem ngerem"
"Masih malu aja kaya sama siapa ih kamu"
"Pelan pelan aja napa" ucap silvia sambil mempererat pegangan dan memasukkan telapak tangannya ke kantung jaketku
Kupegang tangannya yang melingkar dipinggangku sambil mengendarai dengan satu tangan. "Fokus ke jalan bisa kaga, dasar mas ini" ucapnya
"Begini salah begitu salah" protesku
"Lagian masnya sih"
"Iya iya" Bermesraan diatas motor memang tidak baik. Apalagi pasangan yang anda bawa tipe orang yang ingin aman. Aku pun mengantarnya sampai ketempat dia bekerja.
"Wih mba silvia udah dianter anter nih" goda satpam begitu kami tiba "Iya nih pa" ucap silvia
"Pagi pa" sapaku sambil melepas helm "Pagi mas, pacarnya toh"" Tanya pa satpam "Iya pacar saya" ucap silvia
"Yaudah aku masuk ya mas" ucap silvia
Akupun membantu silvia membuka helmnya dan yang tak kusangka sangka silvia menyodorkan tangannya kearahku. Aku memberi kode kepadanya dengan mengangkat bahuku "Salim" ucap dia
Dengan ragu ragu aku memberikan tanganku dan silvia mencium punggung telapak tangan ini.
" " silvia tersenyum lebar lalu masuk kedalam meninggalkanku yang masih kaget dengan perbuatannya. Ah silvia. Berapa banyak kejutan yang kau siapkan untukku. Tak pernah habis kau membuatku kagum akan dirimu.
part 56. krisis moneter part 56.
dan fix sekarang kami punya dua kewajiban. nabung untuk masa depan dan menyisikan sedikit untuk cicilan motor. Tapi masih ada satu masalah lagi
"ga nyesel kan" tanya ku melihat silvia yang agak cemberut melihat rekening bersama kami
"agak nyesel sih, tapi ga papa deh, kan jadi ga keluar ongkos buat dua orang " ucap dia "jangan sampe aku aja yang disalahin kalau lama ngelamar kamunya" "ya salahin kamu lah, kan kamu cowo"
"yeh dasar" ucapku dan mengacak rambutnya
" " "kamu atur atur deh ya, buat nabung sama nyicil tuh motor" "nanti aku atur"
"Eh tunggu deh" ucapku "bentar ya" ucapku lagi
aku menuju kamar untuk mencari buku tabungan ku yang lain. disana ada sekitar 5 jutaan lebih sisa pembayaran rumah ini untuk setahun kedepan
"nih aku masih ada duit kamu masukin lagi aja ke tabungan kita" ucapku "Kok mas masih punya duit sih" tanya silvia
"Sebenarnya duit cicilan rumah sih, tapi ga papa"
"Pegang aja deh mas, buat nyicil taun depan, ini rumah tinggal berapa bulan lagi"" Tanya silvia "3 bulanan lagi, ga mungkin dapet kayanya, nanti aku balik ngontrak lagi aja" ucapku
"Yah, kok mas ga bilang sih, tuh kan kalau gitu kita gausah beli motor mending buat bayar cicilan rumah kamu"
"Lagian mas ada apa apa bilang kek, kan kalau gini jadi ribet" "Lupa"
"Masa hal kaya gini bisa lupa"
"Kan aku mikirmya biar kamu seneng de" jawabku "Kalau gini ade malah sedih tau, salah nih beli motor" ucap silvia
"Yaudah sih udah kebeli ini, gini aja deh, gaji aku untuk 3 bulan kedepan, full untuk bayar cicilan rumah, gimana"
"Terus buat makan""
"Pake gaji kamu dulu" ucapku
"Tapi gaji aku cukup ga ya buat hidup kita berdua"
"Cukup, dikasi nasi sama garam pun asal sama kamu mah aku mau " "Gombal"
"Beneran " "Au ah " ucap silvia sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. Sekilas semburat merah dipipinya terlihat begitu indah.
"Kalau emang ga cukup 3 bulanan ini ga nabung dulu deh, ya semua terserah kamu sih" "Kok terserah aku mulu sih, kamu dong sekali kali mutusin" ucap silvia "Oke oke" ucapku
"Jadi tiga bulan kedepan aku fokus dulu buat cicilan rumah, kita hidup bergantung ke gaji kamu, kalau emang ga cukup juga kita ga usah nabung dulu, fokus kita ke cicilan rumah sama motor dan ga boleh protes"
"Yah kok gitu" "Tadi katanya aku yang mutusin , gimana sih"
" , aku kan pengen ikut andil juga buat keputusan"
"Yeh kalau gitu kamu kamu juga yang mutusin, plin plan dasar, udah gitu aja ya" ucapku "Iya deh" ucap silvia
Silvia kembali memandang dua buah buku tabungan yang berada ditangannya "Semoga cukup deh ya mas"
"Amin, dek" ucapku
Dan keberuntungan berpihak kepada kami. Bulan november2013 tepat umr jakarta naik dan tidak perlu menunggu 3 bulan untuk melunasi sisa pembayaran rumah untuk tahun depan. Hanya cukup 1 bulan ditambah sedikit dari gaji silvia. Oh Tuhan Kau selalu punya cara yang hebat. Sekarang tinggal bagaimana caranya kami bertahan dengan gaji silvia selama sebulan kedepan part 57. sebulan berjuang bersamanya Part 57.
"Untung ya mas gaji jakarta jadi naik" ucap silvia
"Untungnya sih gitu "
"Terus mau dibayar langsung apa dibagi 3 bulan nih cicilan rumah", kekejar sih dek kalo sebulan langsung kita lunasin, tinggal kamu tambahin dikit" tanya ku lagi
"Langsung aja kali ya mas, gaji mas bulan ini semua buat cicilan rumah, kurang 3 ratus doang kan, nanti aku tambahin, terus langsung transfer aja ke pemiliknya, takutnya kalau kelamaan dia ganti orang loh" ucap silvia
"Iya sih yaudah besok langsung mas transfer, gaji kamu gede ini sekarang cukup lah buat kita berdua" ucapku
"Gedean gaji mas noh, aku mah mana ada lembur" "Hahaha"
"Kamu atur aja deh ya de, aku serahin semuanya ke kamu" "Tapi janji dulu, ga boleh protes kalau dimasakin" "Iya kan dah aku bilang kemarin, pake garam pun jadi" "Beneran loh ya, besok makan pake garam" "Yeh itu kan kalau darurat doang de" "Wooo, gombal doang sih"
"Hehehe" Dan keesokannya aku langsung transfer biaya sewa rumah untuk satu tahun kedepan. Dan sisa uang kami sekarang tinggal sekitar 2 jutaan dan itu merupakan gaji silvia. Tak ada yang berbeda dengan apa yang kami makan seperti hari hari sebelumnya mengingat kenaikan gaji kali ini cukup impresif kamu tak harus menahan diri untuk makan enak.
"Nih masih ada sisa" ucap silvia
"Sisa berapa tuh"
"300 ribu, ade tabung ya" "Yaudah" ucapku
"Gimana pinter kan aku ngaturnya"
"Pinter, udah cocok jadi ibu rumah tangga" ucapku sambil mengacungkan jempol "Ah beneran"
"Beneran, sumpah, apalagi calon suaminya didepan mata"
"Ga mau ah, mau nyari yang lebih ganteng lagi diluar kalo buat suami, ahahaa" "Yang lebih mahal banyak"godaku balik
"Berarti mas murah dong hahaha" "Duh salah lagi kan hahaha"
"Kapan kapan Gantian dong mas masaknya, cape tau"
"Boleh tapi ajarin ya, ga bisa yang masak yang berat berat nih kaya sayur" "Gampang" ucap silvia
"Ade rebahan ya" ucap silvia "Iya" jawabku
Dan kini ritual kesukaan silvia. Dia berbaring dipahaku menghadap televisi dan aku mengelus rambutnya yang panjang.
"Natal kerumah aku lagi yak" "Gimana ya"


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ih itung itung pendekatan tau sama bapak"
"Emang siapa yang mau pacaran sama bapa kamu" godaku "Ihhh bukan itu, maksudnya biar makin diterima gitu sama bapa" "Iya iya mas ikut"
"Gitu dong" ucap silvia "Terus kita ketemu orangtua mas kapan"" Tanya silvia
"Ini mas lagi nyari nyari alamat rumah barunya, kemarin mas coba cek kerumah lama ga taunya pindah" alasanku
"Yah terus gimana dong" "Kasih waktu sebentar ya de"
"Iya deh, mudah mudahan ketemu ya mas" "Amin"
"Dah dulu dong, kebelet nih, mana kesemutan" "Baru bentar"
"Nanti lagi deh, mas mau kekamar mandi dulu"
Satu bulan yang berat telah kita lalui bersama. Dan sekarang pikiranku dipenuhi oleh bagaimana caranya aku bertemu dengan keluarga ku kembali. Untungnya saja alasan yang sudah kupikirkan jauh jauh hari tersebut bisa memberiku sedikit waktu tanpa harus ditekan terus menerus.
part 58. natal Part 57. 24 desember 2013 "Mas mas liat deh mantan aku sms loh, ngucapin selamat natal, nih liat tuh, tuh kan, berarti dia masih belum bisa lupain aku tuh"
"Oh" ucapku kesal
"Dih jawabnya gitu doang"protes silvia "Cemburu ya" goda silvia
"Ngapain cemburu" kilahku
"Duh mas ku cemburu tapi ga mau ngaku nih, bilang dong, bilang ke ade, kalo mas ga suka ade masih hubungan sama dia, coba bilang" ucap silvia
"Mas ga mau ngelarang larang ade buat hubungan sama siapapun" ucapku sok cool "Beneran"" Tanya silvia dengan mimik muka yang ceria
"Kalau gitu nanti malam smsan ah sama dia" goda silvia lagi "Tapi ga sama dia juga lah" ucapku tak tahan
"Hahaha tuh kan, makanya bilang dong, bilang kaya gini coba, "dek mas ga suka sama kamu hubungan lagi sama dia"
"Ga mau ah apaan sih kaya anak kecil didikte"
"Duh mas lucu deh kalo cemburu gitu, kesel pasti tuh" ucap silvia sambil memegang pipiku "Dah ah ayo berangkat" ucapku tak tahan
"Sini dulu" ucap silvia
"Maaf maaf , ade cuma iseng kok ngerjain mas pengen liat aja mas cemburu atau ga " "Kaga tuh" ucapku
"Dih ga mau ngaku" ucap silvia
"Berangkat kapan nih, becanda mulu ah" ucapku pada silvia "Tuh kan sensi hahaha, yaudah ayo berangkat" jawab silvia "Mas ga tau loh kalau naik motor lewat mana, naik bis lagi aja ya" "Yah ade juga ga hapal, yaudah bis aja ga papa" ucap silvia Dan hari itu kami berangkat kembali kerumah silvia. "Syalom" ucapku dan silvia bersamaan
"Iya" jawab seseorang.
Kemudian muncul seorang perempuan muda. Kakak silvia yang sedang menggendong balita "Eh dek kirain siapa"
"udah lama ka"" Tanya silvia sambil melepas sepatunya. "Sama baru juga dateng ini bareng bang alex"
"Oh iya kenalin ka, ini, aduh mas buruan dong lepas sepatunya" protes silvia "Sabar dikit napa" jawabku
setelah sepatu terlepas akupun bangkit berdiri dan menyalami kakak kandung silvia itu "Andry ka"
"Panggil aj mei" ucap ka mei "Siapa nih dek"
"Calon gw dong"
"Wah cepet juga lu nyusul gw de" "Hehehe bapa sama mama mana"
"Noh didapur lagi masak, ini gw lagi gendong si kecil aja nih makanya ga bantuin, bantuin sana" ucap ka mei
"Alasan aja lu ka, halo revan, cuit cuit cuit udah gede ya" "Eh jangan dicubitin nangis nanti anak gw"
"Biarin gw pengen liat dia nangis" ucap silvia masih terus mencubit pipi revan kecil "Huaaaaa" tangis revan
"Tuh kan, ah rese lu, mending mau diemin, cupcupcup, jahat tantenya ya, udah masuk sana, bantuin tuh mama masak, anggap rumah sendiri ya dry"
"Iya ka" jawabku
"Mas aku tinggal masak ya, kamu ngobrol ngobrol aja dulu sama kakaku" "Iya udah sana bantuin mama kamu dulu repot pasti tuh" ucapku Akhirnya tinggal aku berdua dengan ka mei diruang tengah. Hingga ka mei tiba tiba berkata
"Udah berapa bulan"...
part 59. keluarga silvia Part 59.
"Udah berapa bulan" celetuk ka mei tiba tiba membuat ku kaget setengah mati dengan pertanyaannya
"Eh maksudnya apa ka, sumpah ka saya belum pernah sama silvia" ucapku
"Bukan bukan, bukan berapa bulan yang itu, maksudnya udah pacaran berapa bulan sama silvia, jauh banget sih mikirnya, lagian kok panik sih jangan jangan bener ya"
"Eh itu aduh.. baru 6 bulan ka"
"Mikirnya jauh banget sih, berani juga tuh ade gw baru 6 bulan udah bilang calon" "Ga mau lama lama dia ka"
"Oh udah ngebet dia hahaha, tapi beneran lu udah gitu sama dia" ucap ka mei sambil mengecilkan suaranya
"Beneran ka sumpah saya mah belum pernah"
"Masa, atau jangan jangan lu mau nikah karena kecelakaan ya" "Yeh dibilangin ka, gw sama silvia ga pernah ngapa ngapain"
"Ok ok, kalo udah juga ga papa kok, udah gede asal tanggung jawab aja" ucap ka mei dan kembali menormalkan suaranya
"Suami kaka mana"
"Lagi ke warung beli rokok, paling juga sama bir, liat aja" "Oh, bolah gendong si revan"" Tanya ku
"Nih van, sama uda dulu ya" ucap ka mei ke revan Kusambut revan dan kugendong. Aku bangkit berdiri. "Berapa tahun ka"
"Jalan dua, tolong jagain bentar ya, kalau nangis bawa ke dapur aja, gw mau bantuin dulu" "Oh iya ka ga papa" jawabku
Ka mei pun menuju dapur untuk membantu orangtua mereka masak. Sedangkan aku membawa revan ke teras rumah untuk sekedar mencari udara segar. Untungnya anak ini tidak rewel hanya menatapku terus menerus. Mungkin dia berpikir ini orang baru siapa yak"". Kemudian muncul seorang pria dengan motornya. Dua buah tas kresek salah satu minimart digenggamannya. Benar seperti yang ka mei bilang ada botol bir didalamnya.
"Eh siapa lu gendong gendong anak gw" "Bang alex ya, kenalin bang, andry, pacarnya silvia" "Oh pacarnya via, kenapa ga kedalam"
"Sekalian nyari ngin bang"
"Mamanya kemana nih anak" "Didapur kayanya" jawabku
"Sini sini van sama bapa" ucap bang alex. Revan pun berpindah tangan ke ayahnya. "Tolong dong dry masukin kulkas dibelakang, tau kan" "Oh iya bang tau"
Akupun membawa dua buah botol bir besar dan dua buah botol bir hitam kedalam, ke dapur. Begitu ku masuk memang mereka lagi sibuk untuk memasak.
"Maaf ya dry mama masak dulu mau dateng keluarga soalnya" "Oh iya ga papa" jawabku
"siapa yang beli tuh bir" tanya bapak "Bang alex tadi pa"
"Tuh kan, udah tau nanti pulang bawa motor , bawa anak lagi ini malah beli minum"
"Sekali kali lah mei hahaha, itu aja kurang nanti, nginep aja nanti" ucap bapak "Taro kulkas aja kan pa" ucapku
"Iya taroh kulkas aja, udah sana via, temanin lah lakimu itu, udah ada kakamu ini yang bantu" "Yaudah bapa yang nyuruh ya"
"Bapa yang nyuruh ya bapa yang nyuruh, senang juga kan kau ga perlu bantu bantu" "Hehehe, ayo mas kedepan aja" ucap silvia
Aku dan silvia pun menuju ke ruang tengah kembali. Bang alex juga masih disana menggendong revan sambik menonton tv.
"Eh tante jelek noh van"
"Bapa mu yang jelek van" balas silvia "Hahaha" aku hanya tertawa.
"Cepet juga lu nyusul, perasaan dulu masih kecil dah pas nikahan gw" "Kecil darimana tau"
"Nikah kapan emangnya bang"" Tanya ku.. "2010" ucap bang silvia
"Oh" jawabku Dan malam pun tiba yang tak kusangka sangka sanak saudara dari keluarga silvia datang semua di malam natal ini. Ada sekitar 3 pasang yang datang dan semua keluarga dari bapaknya silvia karena bapaknya silvia merupakan anak tertua. Dan pastinya semua mata tertuju padaku dan silvia.
Berbagai macam pertanyaan mereka lontarkan ke diriku. Dan terkadang silvia membantu untuk menjawab pertanyaan mereka. Selanjutnya acara makan besar dan dilanjutkan dengan minum minum oleh kaum adam. Sedangkn kaum hawa lebih memilih bergosip ria diujung ruangan. Silvia menghampiriku diruang tengah dan melingkarkan tangannya dileherku.
Aku kaget dengan tindakannya didepan semua orang itu. "Jangan diajarin minum loh pa pacarku"
"Siapa lagi yang nyuruh dia minum, bapa malah setuju kalau dia ga minum" "Jangan kaya itu tuh" tunjuk silvia masih dalam memeluk ku dari belakang sofa ke arah bang alex "Hahaha laki wajar lah sil" ucap bang alex
"Iya dah" jawab silvia
"Udah sana kau via ganggu aja" ucap seorang pria paruh baya adik dari ayahnya "Ah uda ini"
"Tau nih, ngumpul aja sana sama ibu ibu, tenang aja ga bakal dijahatin pacar lu" ucap bang alex lagi "Awas ya kalau diapa apain"
"Dah sana" suruh ku mulai gerah dengn kelakuannya yang makin membuat ku gugup didepan calon mertua dan sanak saudaranya
"Awas jangan minum" bisik silvia lalu pergi
Malam sudah terlalu larut. Sanak saudara sudah mulai pulang, tinggal ka mei dan bang alex yang memutuskan untuk menginap. Bang alex menggelar tikar dilantai untuk tidur. Tak enak kalau aku harus dikamar dengan adik silvia akupun ikut tidur ditikar.
"Kok disini sih, bang alex mah biarin aja ditikar" ucap silvia "Bagus berarti sil, pengertian dia, emang lu malah tega nyuruh gw dilantai" "Abang mah bodo amat, ke kamar aja sana mas"
"Udah ga papa" "Yaudah tunggu ade ambilin selimut" "Gw juga de"
"Ambil sendiri" ucap silvia
Silvia pun pergi menuju kamarnya lalu kembali membawa dua buah selimut. "Nih selimutnya, nih a*tan bar ga digigit nyamuk" ucap silvia "Makasih ya dek" ucapku
"Yaudah ade duluan yah, ngantuk" ucap silvia lalu pergi
"Emang gitu tuh anak satu, banyak omong, cerewet, mana rese, waktu pertama gw dateng juga kaya gitu tuh"
"Hahaha emang sih cerewet" ucapku
"Ga beda jauh sih sama kakanya, cuma rada kaleman dikit lah kakanya, siap siap ajalah lu pokoknya ngadepin silvia hahaha, hoaammmss" ucap bang alex.
Dan akhirnya bang alex pun tertidur. Begitupun diriku. Rasa kantuk mulai menyerang dan akupun terlelap. Hari yang menyenangkan melihat diriku sepertinya diterima baik disini.
part 60. mama mertua Part 60.
pagi pagi sekali aku sudah dibangunkan oleh silvia untuk berangkat gereja. kami sekeluarga berangkat bersama. setelah acara selesai kami pun pulang.
Diruang tamu wawancara sesi kedua oleh ka mei pun dimulai. Tapi kali ini dihadiri oleh semua anggota keluarga.
"Silvia orangnya emang gimana dry menurut kamu"" Tanya ka mei. Kulirik silvia dia membesarkan matanya seolah memberiku ancaman. "Baik baik kok orangnya" jawabku
"Pasti gara gara ada orangnya nih, udah jujur aja"
"Ya iya baik, terus mandiri, apa lagi ya, hmm bersih, itu aja deh kayanya" jawabku bingung "Yang jeleknya terus gimana"" Tanya ka mei lagi
"Cerewet pasti sama kaya kakanya" celetuj bang alex "Diem deh aku ga nanya kamu pa" sanggah ka mei
"Tau diam dulu, kan biar kita tau silvia disana tuh gimana" ucap bapa Sedangkan mama hanya tersenyum
"Gimana ya, cerewet mungkin bener kali ya, galak, apalagi kalo lagi dapet, hmm apalagi ya .. itu aja kayanya ka" jawabku
"Pernah diapain aja emangnya lu, bilang silvia galak"
"Dicubitin mah sering ka, oh iya ngambekan orangnya, males dah baekinnya kalau udah ngambek" "Hahaha" tawa mama dan bapa
"Ih kenapa dibongkar semua sih" ucap silvia kepadaku
"Jujur itu penting dek, segala sesuatu harus dibicarain, termasuk kejelekan pasangan" ucap bang alex
"Pasti lagi sakit nih, tumben ngomong bener, kebanyakan minun kayanya semalam, bapa sih nih" "Beneran dah, kalau masih kecil gw cubitin lu sil sampe nangis" ucap bang alex kesal "Hahaha" silvia hanya tertawa
"Dah ah nanti ada yang ngambek" ucap bapa dan langsung meninggalkan kami hendak keluar rumah namun berhenti karena ka mei
"Aku balik dulu deh sekalian ma, pa mei balik ya" ucap ka mei "Oh iya, hati hati bawa motornya lex"
"Iya pa tenang" ucap bang alex
Mereka pun akhirnya pulang dan kini tinggal kami berdua saja. Mama ke belakang hendak mencuci katanya.
Silvia lalu merebahkan kepalanya dipahaku seperti biasa. Aku mengelus rambutnya. Tak ada ucapan yang keluar dari mulut kami berdua.
"Tumben diem" ucapku saat kurasa sudah cukup lama tak ada ucapan yang keluar dari mulutnya. "Silvia mana dry" ucap mama masih dengan tangannya yang basah
"Lah dia tidur gimana sih" ucap mama
"Kebiasaan dia emang paling gampang tidur kalau dielus elus gitu, dulu mah sampai smp masih suka tuh dia minta diginiin sama mama sampai tidur" ucap mama
"Hehehe, oh jadi emang kebiasaan waktu kecil ma" tanya ku "Iya" ucap mama
"Sil, bangun sil" ucap mama sambil menggoyangkan badan silvia
"Heehhh" silvia menggeliatkan badan lalu berbalik badan. Kini wajahnya tepat diperutku membuat ku salah tingkah didepan mamanya.
"Dek bangun dek" ucap ku sambil berusaha membalikkan badannya "Apaan sih" ucap silvia
"Kalau ngantuk kekamar sana" ucap mama "Ah udah enak ma" jawab silvia
"Kekamar aja dek, mas kesemutan ini" alasanku "Iya iya" jawab silvia..
Dengan susah silvia bangkit duduk lalu berjalan dengan pelan kekamarnya sambil sesekali menguap.
"Maaf ya" ucap mama
"Ga papa kok ma, udah sering dia tidur kalau digituin" jawabku "Ngerepotin ya silvia" tanya mama
"Engga kok ma, malah saya yang sering ngerepotin dia" jawabku..
"Yaudah mama ngelanjut nyuci dulu ya dry, kalau butuh apa apa ambil aja sendiri" ucap mama dan hari itu harus segera kami akhiri karena besok kami harus kembali bekerja.
part 61. your lips part 61.
Menjelang tahun baru 2014
Kami menghabiskan waktu di rumahku. Menonton acara tv yang kebanyakan seru disaat saat seperti ini. Handphone silvia berbunyi.
"Halo ma" ucap silvia
"Engga kayanya ma, mepet waktunya, ga papa ya" "Iya ini lagi dirumah mas andry kok"
"Iya via bisa jaga diri kok, mama tenang aja" "Dah ma"
Silvia pun mematikan panggilan lalu meletakkan handphonenya "Mama dek"
"iya nanya pulang apa engga" "Ohh" jawabku
"Kewarung dulu yuk, ngerayain tahun baru disini aja" ucapku lagi "Aku ga ikut ah nitip es krim aja"
"Udah ayo, males banget sih, aku ga tau es krim apaan" "Iya bentar" ucap silvia
Kami pun menuju minimarket membeli minuman bersoda, kacang, snack, dan es krim yang memakai tempat itu loh ada 3 rasa..
Jam 11 malam silvia mulai membuka es krimnya. 3 rasa. "Nih coba mas aaa" ucap silvia
Silvia menyodorkan sesendok es krim yang coklat ke diriku.
"enak", nih coba yang vanilla" ucap silvia lagi sambil menyuapiku
beberapa menit sebelum tahun baru. silvia sudah siap dengan terompetnya. iseng ku goda silvia "tau ga, kan kalo niup terompet secara ga langsung ciuman sama penjualnya loh" "emang kenapa" tanya silvia
"kan dicoba semua sama dia bunyi atau engga ihhh, ada jigongnya tuh di terompet" "ah nih kamu aja yang niup aku jadi jijik"
"hahaha" tawa ku
"ngomong ngomong ciuman, kamu udah pernah" tanya silvia tiba tiba "apaan dulu yg dicium" tanyaku
"ah kaya ga tau aja mas mah, udah pernah belum" "pernah" jawabku
"pasti sama dia ya"
"tuh kan ngebahas lagi" ucap ku
"maaf maaf " ucap silvia
"emang kenapa nanya nanya" tanya ku "ehmm, nanya aja" jawab silvia
kudekatkan wajahku , makin dekat, silvia membelalakkan matanya, dia sedikit menghindar lalu memundurkan kepalanya dan menutup bibirku
"ih apaan sih"ucap silvia "maaf deh" jawabku
"ada waktunya kok mas" ucap silvia lalu mencium pipiku
" " suara terompet mulai bersahut sahutan. petasan dan kembang api menyala dilangit malam. kudekatkan kembali wajahku. kali ini silvia tidak menghindar. dia memejamkan matanya. cupp sebuah kecupan singkat dibibirnya dariku
"selamat tahun baru sayang" ucapku "selamat tahun baru juga mas" ucap silvia
"Makasih ya buat beberapa bulan ini dek" ucapku sambil mengelus lembut kepalanya Silvia tampak malu. Dia menunduk. Kuangkat kepalanya. Dia tersenyum lalu memelukku. "Aku sayang sama mas, itu ciuman pertama aku loh" ucap silvia
"Beneran" tanyaku ragu masih dalam keadaan berpelukan
"Iya, aku ga pernah ngasih ke mantan aku itu, eh pernah sih ke dia, tapi dulu aku ngindar jadi ga kena pas bibir, jadi ga masuk hitungan hehehe" jawab silvia
" " silvia melepaskan pelukannya lalu memakan eskrimnya kembali sambil membelakangiku. "Bagi dong" ucapku
"Ah mas udah banyak" ucapnya "Yah pelit nih, aku cium lagi nanti" "Apaan sih, ih dibahas mulu ciuman tadi" "Lucu aja kamu ga pernah ciuman"
"Kan aku maunya ngasih ke orang yang bener bener aku cinta doang mas" "Berarti kamu cinta dong sama aku"godaku
"Pikir aja sendiri, ngeledek mulu nih"
"Kamu pulang apa nginep, biar aku siapin kamar satunya, jarang kepake tuh, kotor banget kayanya, jarang kubuka buka juga" ucapku
"Nginep aja deh"
" ga takut""
"Engga, emang mas berani" "Dih nantangin"
"Aku getok kalo mas macam macam"
"Hahaha, Yaudah aku beresin dulu yak kamarnya, mau bantuin" tawarku "Ayo deh biar cepet" ucap silvia
Begitu kubuka kamar satunya udara pengap langsung terasa, maklum sejak setahun yang lalu mungkin baru beberapa kali kamar ini kubuka, itupun baru sekali kubersihkan dan itu saat aku datang saja. Debu memenuhi ruangan seisi ruangan.
"Yah inimah bakalan lama, kamu dikamar aku aja deh, mas dikursi" "Iya kotor banget, mas sih males orangnya"
"Lah mas kan sendiri ngapain bersihin dua kamar" "Kan bisa dijaga, kalau ada tamu gimana" "Orang yang pernah nginep disini cuma kamu doang"
"Yaudah deh, aku juga ngantuk, masukin kulkas dong mas esnya, buat besok," "Iya, udah sana ke kamar, mimpi indah ya dek"
"Heeh" jawab silvia
15 menit berlalu aku masih belum terlelap. Masih menyaksikan acara tv. Sampai silvia memanggilku. Dia meloloskan sedikit kepalanya lewat celah pintu
"Mas" teriak silvia
part 62. menginap "Mas" ucapnya
"Kok belum tidur" jawabku.
"Takut, temenin ya "
"Yah kaya anak kecil deh" ucapku lalu bangkit dan menuju kamar "Mas dimana nih" tanya ku
"Disini aja" ucap silvia sambil menepuk nepuk kasur "Beneran"
Silvia menjawab dengan anggukan kepalanya akupun naik kekasur lalu merebahkan diri. "Dah tidur mas tungguin"
Silvia merubah posisi tidurnya menghadapku. "Apalagi" tanya ku sambil miring menghadapnya
"Engga " jawab silvia
"Ga jelas deh, udah tidur sana" ucapku "Peluk" ucap silvia dengan nada yang manja"
"Kamu aneh hari ini de, kamu sakit", dari tadi aneh, tadi cium sekarang peluk" ucapku yang merasa ada perubahan pada dirinya
"Emang salah ya aku minta peluk"
"Engga sih, tapi gimana ya,.. yaudah sini" ucapku lalu terlentang sambil membuka lebar salah satu lenganku
Silvia pun mendekat dan meletakkan kepalanya dilenganku lalu memeluk perut ku "Mas" ucapnya
"Apalagi...." ucapku mulai kesal "Ih jangan marah dong"
"Iya iya, apaan ade sayang"
"Kenapa ya kok aku nyaman banget kalau dekat sama mas" ucap silvia "Ga tau, banyak yang bilang gitu sih" godaku
"Dih pedenya hahaha" ucap silvia
"Lagian mas mana tau, kan yang ngerasain kamu" "Kalau mas sendiri gimana"
"Hmm biasa aja tuh"
"Ah ga asik ah, becanda mulu nih mas" "Hahaha iya iya"
Aku memandang langit langit
"Deket sama kamu tuh kaya mimpi, bahkan sekarang rasanya mas masih mimpi bisa pacaran sama kamu, dan mas ga mau terbangun dari mimpi yang indah kaya gini, kalau ga ketemu kamu sekali aja tuh kaya ga enak ngapa ngapain kaya ada yang kurang gitu" ucapku
"Gombal" ucap silvia
"Serba salah dasar ngomong sama kamu mah kadang kadang, giliran becanda marah marah, giliran beneran dibilang gombal"
"Emang gombal" "Ah palingan seneng tuh mas bilang kaya gitu"
"Hehehe " "Ini kamu kapan tidurnya deh"
"Kenapa sih maksa banget nyuruh aku tidur, aku kan masih mau ngobrol sama mas"
"Kan biar aku bisa ngapa ngapain kamu "
"Awas aja kalo berani" ucap silvia sambil mencubit perutku "Aduh ahaha"
Silvia pun mencoba memejamkan matanya. Kugoyang tubuhnya.
"De" "Apaan" tanya silvia lalu membuka matanya "Tadi katanya mau tidur" ledekku
"Ahhhh, rese nih"
"Hahaha, udah bobo gih, aku juga ngantuk"
Aku memejamkan mataku. Tidak begitu lama kini giliran silvia yang berusaha menggodaku. Tapi tak kuhiraukan
"Mas, mas" ucap silvia sambil menggoyangkan badanku Aku masih berpura pura tidur
"Mas, mas" "Ah pura pura nih, curang" ucap silvia lalu mnggelitik pinggangku "Hahaha, geli de"
"Biarin abisan"
"Udah ah kapan tidurnya ini" "Besok libur ini, begadang aja yuk"
"Tadi katanya ngantuk sekarang begadang gimana dah"
" " Dan malam itu kami memutuskan untuk begadang. Kami mengobrol sepanjang malam. Tapi sayangnya dia yang meminta dia juga yang tak tahan. Diriku ditinggal tidur olehnya "Dasar" jawabku lalu mengecup keningnya dan ikut memejamkan mata part 63. sebuah hadiah atau pengorbanan Original Posted By non.artemisia "%
belah dureeeen haha iya bang ndry,, kita mah sebagai reader cuman bisa pasrah sama yang punya cerita
jadi jadwalnya kapan nih bang updet selanjutnya" ntar malam"
Malam deh ya.. eh ini termasuk malam ga sih ..
Quote: Original Posted By chumchumcuit "%
hahahahhahahha, bagus bagus ...
gitu dong Om index diupdate , masak iyaa aku disuruh jalan-jalan ke belakang ...
mana banyak amat sih yg OOT di mari ...
tuh si ceput, ve, sama abang abang tuh doyan banget OOT, heraan deh ...
okee cabuut dulu sebelum ditimpuk sama mereka ...
==================================================
om, sudut pandang Silvia mana nih """ variasi ...
sudut pandang lu mulu, boseen ..
ditinggal tidur pas enak-enaknya cerita tuh sakiiit ...
lanjuuut lagi lah om ... Permintaan dikabulkan. Updet selanjutnya pov silvia.. Nanti nunggu bini bobo dulu
Quote: Original Posted By kukuhradit26 "% Cepetan dong gan crita pas ketemu kluarga ny
Penasaran Penasaran"""...
Sama saya juga .. part 64. kejujuran dan terbukanya jalan Part 64.
Aku terbangun. Aku melihat mas andry yang menatap lurus ke langit langit kamar. "Mas ga tidur"
"Eh engga, baru bangun kok" ucap mas andry
"Maafin ade ya, salah ade juga yang mancing mas, aku tuh begitu karena aku ga mau kehilangan mas"
"Iya mas juga salah, udah lupain aja ya yang semalam" "Huuh" aku mengangguk
Aku ambil bajuku yang berserakan dilantai lalu memakainya kembali. Rasa nyeri masih terasa. Aku mengurungkan niatku untuk pergi bekerja. Sangat tak nyaman rasanya.
"Kenapa" "Masih sakit" "Yaudah kamu istirahat aja, mas yang nelpon minta izin kamu"
Akupun merebahkan diriku ditempat tidur. Mas andry keluar dari kamar. Tak lama kemudian mas andry muncul.
"Mas ga kerja"

I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ga mas mau jagain kamu aja" ucap mas andry "Aku ga papa kok"
"Bilang ga papa tapi nanti dibilang ga peka ninggalin kamu sakit"
"Hehehe " Mas andry duduk dipinggir ranjang, sejak kemarin dia jadi pendiam, apa segitu merasa bersalah dia telah melakukan itu.
"Mas" panggil ku pelan "Ya"
"Kok diem terus sih, ade ga papa kok, ade rela, mas ga usah ngerasa bersalah dong"
"Hehehe, engga kok , ucap mas andry lalu tersenyum" Mas andry mengelus lembut rambut panjangku. "Udah kamu tidur aja, mas mau beli sarapan dulu buat kamu" "Bubur ayam ya" pesanku
"Iya" jawab mas andry lalu pergi.
Dan hari itu kami habiskan dengan bermalas malasan dirumah.
Dua minggu berselang, bulan februari belum ada tanda tanda dari mas andry soal orangtuanya. Setiap ku tanya dia selalu mengalihkan perbincangan. Aku tak tahan. Apa pengorbananku masih kurang.
"Mas, kapan mas ngelamar aku, setiap kita bahas ini kamu pasti ngalihin omongan mulu, kamu serius ga sih" ucapku
"Kasih mas waktu ya dek, mas masih nyari alamat orangtua mas"
"Tapi sampai kapan, aku udah nyerahin semuanya, tapi apa ", mas belum nunjukin kalau mas beneran mau nikahin aku"
"Mas serius, tapi mas mohon kasih mas waktu" "Aku cape mas, aku cape nunggu tanpa kepastian gini" "Sabar ya" ucap mas andry
Dua hari berselang, mas andry dengan wajah seriusnya mengajakku berbincang diruang tamu rumahnya.
"Mas mau jujur" ucap mas andry "Apa" tanyaku
"Sebelumnya mas minta maaf sama kamu, sebenarnya orangtua mas ga pindah, mereka masih dirumah yang lama, mas cuma bingung, mas belum bisa de maafin mereka, maafin mas ya"
Jadi ini alasan sebenarnya mas andry selalu mengalihkan perbincangan kalau menyangkut orangtuanya. Amarahku memuncak dan kulayangkan tanganku kewajahnya Plaaakkk
"Mas jahat" teriakku sambil meneteskan airmata.
part 65. i promise i'll marry you part 65.
"mas jahat" teriak silvia
aku langsung menggenggam kedua tangannya
"maafin aku, aku ga maksud sama sekali bohongin kamu, aku bingung de, aku masih belum bisa maafin mereka"
"Terus kamu mau gini terus"" "Maksudnya"
"Mana janji kamu, aku udah serahin segalanya tapi kamu malah bohongin aku selama ini"
"Kamu ga ngerti dek, karena kamu ga ngerasain gimana jadi ku, dari kecil aku ga dapatin kasih sayang, aku selalu diperlakukan kaya sampah, kamu ga ngerti dan ga akan bisa ngerti gimana beratnya jadi aku, susah buat aku maafin mereka sema"
"Kamu payah tau ga, aku pikir kamu cowo hebat, aku puji puji didepan orang tuaku ternyata kamu cuma pecundang, bahkan buat minta maaf aja kamu ga bisa"
"Apa kamu ga pernah berpikir kalau ini karma buat kamu, Tuhan pengen nunjukin ke kamu gimana rasanya diselingkuhin biar kamu ngerti rasanya penderitaan ayah kamu"
"Kamu bukan ga bisa mas , kamu malu, kamu gengsi, coba posisiin diri kamu sebagai ayah kamu, dia bahkan bisa menerima semuanya, ngurus kamu dari kecil, bangun kembali keluarga kamu, sedangkan kamu, gengsi kamu terlalu besar mas"
"Coba kamu ngerasain jadi ibu kamu, kalau aku jadi ibu kamu aku pasti bakal menyesal seumur hidup aku telah selingkuh, aku ga bakalan bisa maafin diri aku dalam waktu yang lama, bukannya gitu kan yang sekarang clara rasain"
Dia terdiam. Nafasnya terengah engah setelah berteriak panjang lebar seperti itu. Aku menundukan kepala tanda kalah. Dia benar, semua yang dia ucapkan benar. Aku tersentak dengan perkataannya. Selama ini mungkin memang aku terlalu diperbudak oleh gengsi, aku terlalu naif, tapi memang susah bagiku memaafkan mereka. Perempuan ini telah mengajarkanku untuk berpikir bagaimana memahami suatu hal dengan memposisikan diriku sebagai orang lain walau itu hal yang buruk sekalipun. Aku kagum. Sekali lagi dia telah menyadarkanku dari ketersesatan jalan pemikiranku.
"Jadi sekarang gimana mas masih mau kaya gini terus"
Aku mengangkat kepalaku lalu tersenyum kepadanya. Kuraih genggaman tangannya dan kutarik keluar
"Eh mau ngapain , aku mau diapaain mas, mas jahat"
"Ssttt, makasih udah nyadarin aku, sekarang juga aku bakal ngelamar kamu, kita sekarang kerumah orangtua aku"
"Ini serius"" Tanya silvia "Iya" jawabku
Silvia menarik tangannya dari genggamanku. "Tunggu dulu aku belum siap siap" "Ga perlu, cantik kok"
"Aku kaya gini dibilang cantik" "Udah ayo kelamaan
"Tapi kan aku mau ketemu ayah kamu masa aku kaya gini"
Dia berhenti lalu menatap dirinya. Sebuah kaos bergambar mickey mouse dengan celana jeans biru dengan sobekan didengkulnya.
Kuraih kepanya dan kukecup keningnya
"Makasih udah nyadarin aku ya, kamu bener, selalu bener, aku mungkin emang terlalu gengsi buat ngakuin aku masih butuh mereka"
"Udah cantik kok, lagian aku bakal maksa mereka buat nerima kamu"
Aku pun menarik kembali dirinya dan kali ini dia pasrah. Kami naik ke motor lalu berangkat. Jam 7 malam saat itu.
"Aku takut mas" "Ada aku"
"Kalau mereka ga suka gimana"
"Aku bakal nikahin kamu gimanapun caranya"
"Mas jangan ninggalin aku ya" ucap silvia sambil memeluk pinggangku. Dengan mengenakan kaos pasti dia kedinginan. Aku berhenti dipinggir jalan lalu memberikan jaketku kepadanya lalu melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya kami sampai. Rumah yang masih sama tanpa ada sedikitpun perubahan yang berarti semenjak 5 tahun yang lalu aku memutuskan pergi dari rumah ini.
"Yuk masuk" "Aku takut" ucap silvia lalu bersembunyi dibelakangku.
" " Aku menekan bel berulang kali hingga muncul seorang perempuan. Dengan balita perempuan digendongannya.
"Andry" ucap mama part 66. i'm back dad Part 66.
"Andry" ucap ibuku tak percaya.
Ibu ku terdiam beberapa saat begitu melihatku "Pa... pa.. pa.." teriak ibu ku
Kemudian muncul pria paruh baya dengan tongkat disalah satu kakinya. Dia kaget melihatku dan dengan tergesa gesa dia menghampiri pintu.
"Andry, kamu pulang nak" ucapnya
Ayahku langsung inisiatif mengambil alih bayi kecil dari gendongan ibuku dan ibuku langsung menangis dan memelukku. Salah satu tanganku membalas memeluk badannya dimana satu lagi masih menggenggam erat tangan silvia
"Andry maafin mama, maafin mama dry, maafin mama" ucapnya berulang kali lalu berlutut dikakiku. Dia menangis, dia memeluk kedua kakiku. Aku ikut berlutut.
"Andry ga pantas diginiin ma, andry juga minta maaf" ucapku.
Air mata ini sudah tak dapat kubendung lagi. Entah sudah berapa lama aku haus akan kasih sayang keluarga.
Aku mengangkat ibuku untuk kembali berdiri. Aku memeluk tubuhnya erat. Aku menangis dalam pelukannya.
"Andry kangen ma, maafin andry juga"
Ibuku melepas pelukan lalu mencium pipiku berulang ulang kali.
" " aku tersenyum
Seperti inikah rasanya dicintai, seperti inikah rasanya disayangi, begitu damai. Begitu nyaman. "Maafin bapa juga ya dry" ucap ayahku
Ayahku menyerahkan kembali bayi itu ke ibu lalu dia menghampiriku lalu memeluk diriku. Dia menangis. Ini ketiga kalinya dalam hidupku aku melihatnya menangis untukku. Entah kenapa aku masih belum bisa sepenuh hati memaafkan dia. Aku melihat ke arah silvia meminta sedikit saja kekutan darinya agar aku bisa sepenuh hatiku memaafkan ayahku.
Silvia memegang erat tanganku, mengangguk kecil lalu tersenyum, membuatku berani untuk menerima ayahku kembali. Kubalas pelukannya. Tanpa kata yang terucap oleh kami berdua. Masing masing mungkin malu untuk mengutarakan perasaan kami yang paling dalam. Yang pasti aku paham satu hal. Aku memaafkannya dan dia juga tulus meminta maaf
"Maafin andry juga pa"
"Ayo masuk" ajak ayahku
kami semua masuk kedalam. silvia masih agak malu dengan memegang erat tanganku dan mengikutiku dari belakang. kami menuju ruang tamu.
"ricky donny, chris sini, ini bang kalian pulang" teriak ayah
keluarlah tiga adik laki lakiku.. chris ya hanya dia mungkin yang tidak mengenalku mengingat aku pergi dia masih kecil, kini mungkin dia sudah sekolah dasar.
Mereka bertiga menyalamiku satu persatu. Chris dia agak aneh melihatku. "Ini abang andry ya"
"Ya" Chrispun ikut menyalamiku.
"mungkin andry langsung ke intinya aja kali ya ma, pa" ucapku "andry minta bapa untuk ngelamar cewe ini buat andry" ucapku lagi
mereka semua bisa dipastikan kaget dan tak percaya dengan yang kuucapkan barusan.
"kalian semua keatas dulu deh" ucap ayah menyuruh mereka bertiga, adik adikku untuk meninggalkan kami mengobrol diruang tamu.
"kamu mau bapa ngelamar cewe ini" tanya ayah "iya" jawabku
ku melirik ke silvia. dia menggenggam tanganku dengan eratnya, terpancar sebuah ketakutan dimatanya.
"nama kamu siapa" tanya ibuku "silvia bu" ucap silvia gugup
"oh silvia, oke kalau itu mau kamu, bapa turutin, tapi kalian ga itu kan, hamil "" selidik ayahku "engga, andry cuma ngerasa udah saatnya andry berkeluarga" ucapku "tunggu sebentar ya" ucap ayah
dia bangkit berdiri lalu menuju kamarnya dan kembali lagi ke ruang tamu. "mungkin ini saat yang pas buat kasih ini ke kamu" ucap ayah part 67. pertemuan kembali part 67.
"mungkin ini saat yang pas buat kasih ini ke kamu" ayah meletakkan setumpuk kunci diatas meja.
"bapa udah siapin semua untuk kamu, anggap saja ini hadiah terakhir dari bapa, atau kebetulan kamu mau nikah, anggap ini hadiah pernikahan kamu dari bapa"
"maaf pa andry ga bisa nerima ini"
"bapa ga mau tau, kamu harus terima ini, bapa menyesal dry, setidaknya selagi umur bapa masih ada, kasih bapa waktu untuk nyenangin kamu sekali aja"
aku merasa seseorang menepuk nepuk tanganku. silvia. dia mengangguk kecil memberi kode agar aku menerimanya saja. kuambil tumpukan kunci itu. ada dua jenis kunci yang ku tahu. sebuah kunci sepeda motor, dan sebuah kunci mobil lengkap dengan remotenya. kukeluarkan kunci mobil dari gantungan tersebut lalu meletakkannya dimeja
"andry terima pa, tapi kayanya yang ini ga usah, andry ga bisa bawa mobil " ucapku "terus selama ini"
"kebanyakan sih ngangkot, ini baru aja kredit motor patungan sama silvia" "oh gitu yaudah deh" ucap ayah lalu mengambil kunci mobil. "terus yang lainnya kunci apaan nih"" tanyabku
"itu kunci rumah dry, ayah kamu udah siapin ini semua buat kamu, ayah kamu yakin banget kalau kamu bakal balik suatu hari nanti"
" "aku tersenyum
"ga banyak yang berubah ya" ucap ku lagi sambil memandang sekeliling umah.
dan satu hal yang menarik perhatianku. sebuah bingkai foto besar terpampang disalah satu sudut rumah. ditangga menuju lantai atas dimana disana terdapat kumpulan foto foto diriku. Ada sekitar 11 foto diriku disana
"eh itu apaan ma"
"tuh mama kamu saking kangennya dia guntingin semua foto yang ada muka kamunya" "makasih ma" ucapku
"cuma itu yang bisa mama lakuin buat ngobatin kangen, ngeliatin foto kamu, oh iya ryn pasti seneng banget kamu balik kesini, mama mau nelpon dulu" ucap ibuku
"iya telpon ryn buruan ma, suruh datang kesini, keburu malam" ibukupun mengambil handphonenya lalu menelpon ka ryn. "halo ryn kamu buruan ke rumah, ini andry udah balik"
"beneran makanya kamu kesini, ajak aja si dion sama anakmu, biar liat si andry" "Iya, hati hati dijalan" ucap ibuku lalu meletakkan telepon kembali.
"Itu anak siapa"" Tanya ku ke balita perempuannyang kutafsir umurnya sekitar 4 tahun "Adik mu"
"Masih ada lagi"" Ucapku kaget "Hehehe" ayah dan ibu ku hanya tertawa
"Gila andry udah gede gini masih ada lagi, terus anak ka ryn umur berapa" "Masih bayi, baru 7 bulanan"
"Berarti umurnya ga jauh dari dia, aduh" ucapku. "Namanya siapa"" Tanya ku
"Elisabeth" "Andry gendong dong sini" pintaku
Ibuku pun menyerahkan elisabeth ke padaku. Kugendong anak perempuan ini. "Sabet ini abang"
"A.. bang" ucapnya "Iya ini abang"
"A.bang capa" "Abang andry" "Abang andi" ucapnya "Hahaha" tawa ku
Ku melirik kearah silvia yang sedari tadi diam saja "Diem aja kamu, nih mau gendong"
" " silvia hanya tersenyum sambil menerima elisabeth
"Sudah cocok lah kalian, benar sudah pantas buat gendong bayi" celetuk ayahku "Hahaha" aku hanya tertawa sementara silvia menunduk malu
"Boru apa", eh batak juga kan""Tanya ayahku
"Iya pa, boru s. Cuma mama sunda" "Ohhh, tinggal dimana"
"Dibogor pa" "Yasudah besok aja kita kerumah kamu, ga mungkin juga kalau sekarang" "Iya pa" ucap silvia
"Oh iya telepon dulu mama, coba tanya ke dia tanggal baiknya" ucap ayahku ke ibu
Ibuku pun menelpon nenek ku. Fyi. Nenekku ini punya kemampuan sejenis orang pintar. Dia bisa juga membaca hari baik lewat kalender yang ada legi, kliwon dsb.
"Halo ma" ucap ibuku
"Ini si andry mau nikah, bisa kah mama carikan hari yang bagus" "Iya makanya aku minta tolong ma"
"Nanti aku tlepon lagi ma" ucap ibuku
Selang beberapa lama ibuku kembali menelpon nenek dikampung sana. "Tanggal berapa ma""
"8 agustus, terus 15 mei 15" "Itu maksudnya dipilih ma"
"Oh gitu makasih ma, nanti aku tanyain ke andry nya, mama mau ngomong" "Nah opung mau ngomong"
"Halo pung" "Kemana saja kau, tak ingat pulang kah dirantau" "Eh rantau"" Tanyaku
Aku melihat ke kedua orangtuaku mereka tersenyum "Sibuk pung maafin ndry"
"Sibuk lah terus kau, sampai nikah kaka mu saja kau tidak bisa dateng" "Iya pung maaf pung"
"Kau pilih lah tanggal yang tadi opung kasih, "Iya pung makasih ya pung"
"Iya, udah malam ini" ucap opung
"Syalom pung" ucapku lalu mematikan panggilan. "Gimana kalian pilih lah 8 agustus atau tahun depan 15 mei" Aku melihat ke silvia dia membisikkan bahwa dia memilih 8 agustus.
"Ngapain bisik bisik, ngomonglah ke mertua kau ini " "Yang 8 agustus kayanya pa" ucap silvia..
"Sudah ngebet kah kalian hahaha" tawa ayahku
" " Saat berbincang bel pun berbunyi
"Nah itu kaka mu mungkin kau bukakan lah pintu" ucap ayah "Iya pa" jawabku
Aku menghampiri pintu. Begitu kubuka. PLAAAKKKKKK sebuah tamparan kuterima "UDAH PUAS LU HAH, UDAH PUAS LU DE" part 68. tamparan sayang part 68.
PLAAAKKKKKK "UDAH PUAS LU HAH, UDAH PUAS LU DE"
sebuah tamparan yang cukup keras mendarat dipipiku membuat semua yang ada disana melihat kami. "mana, lu bilang ga bakal balik lagi, sekarang ngapain lu disini, pergi aja udah sana" teriaknya lagi "ma udah ma, kedalam dulu yuk" ucap bang dion sambil menggendong bayi kecilnya
"entar dulu pah aku masih belum puas, dia tuh selalu kaya gini, selalu lari dari masalah, dikira dengan dia kabur kaya gitu masalah bisa kelar, apa lu ga tau gimana susahnya gw buat nyari alasan kemana lu hilang ke otrang orang"
"tampar lagi aja kak, gw emang pantas"
"emang gw masih belum puas nampar lu, sampai lu sadar" plak.....plak.... plak..
3 buah tamparan ku terima dari ka ryn dan aku hanya bisa pasrah. "udah" tanya ku
"udah puas gw, sekarang ngapain lu kesini" "gw mau minta maaf ke semuanya"
"buat apa bukannya lu paling anti sama minta maaf, lu selalu ngerasa lu paling bener" "udah napa sih sinetronnya, yuk masuk ma" ajak bang dion sambil menarik ka ryn ke dalam "lu ga kangen gw gitu kak" tanya ku
Ka ryn membalikkan badannya
"ga " ucap ka ryn sambil tersenyum membuat ku tenang. Ka ryn menghampiriku lalu memelukku.
"lu tampar lagi gw rela kok kak" ucapku "udah puas gw, lu kemana aja sih" "yah dirumah gw"
"lu beli rumah"" tanya ka ryn "ngontrak"
"ooo" kami pun berjalan ke ruang tamu
"Apa apaan sih kau ryn, adenya dateng malah ditampar kaya gitu" "Abisan kesel aku pa, biarin aja"
"Iya biarin aja" tambah ku lagi
"Lama juga lu dapet momongan ka" ucapku "Dikasihnya baru ini" ucap ka ryn "Namanya siapa"
"Gilbert" "Ooo, kenalin ka silvia, gw kesini mau minta bapa ngelamar dia" "Loh clara""
"Udah lama putus" ucapku
"Duh perasaan lu berdua udah deket banget deh kok bisa" "Dah gw ga mau bahas, emang putus aja" ucapku "Iya deh, udah berapa lama kalian"
"7 bulan" ucap ku
"7 bulan udah mau nikah, ini ga ada masalah apa apa kan"" "Engga, pasti nyangka dia ngisi dah"
"Lah iya lu dateng tiba tiba minta ngelamar" ucap ka ryn "Bapa juga mikirnya gitu tadi ryn"
"Apalah, ga, ga ada masalah, gw rasa gw ga mau pacaran lama lama aja" "Terserah deh, ngomong ngomong lu makin kurusan dek" "Ga ada yang ngurusin sih" jawabku
"Kasian siapa suruh kabur "sindirnya lagi "Masih aja deh ngebahas itu"
"Tau lah udah lupain aja ryn" tambah ayah "Iya iya" ucap ka ryn
"Bang, minta maaf juga bang kalo ada salah" "Iya" ucap bang dion
Akhirnya malam itu kami habiskan bercengkrama semalam suntuk. Silvia mulai mengantuk karena bosan barangkali. Akhirnya aku mengantarnya kekamar. Ricky pindah sekamar dengan donny dan kamar itu dipakai khusus silvia. Sedangkan aku tidur dengan chris.
Keesokan harinya. Aku dan orangtuaku berangkat bersama silvia menuju kediamannya. Sampai rumahnya kami langsung disambut oleh ayahnya.
"Mungkin bapak sudah tau maksud kedatangan saya kemari, anak saya juga sudah mengutarakan maksudnya untuk meminang anak bapak, nah sekarang saya mau melamar secara resmi putri bapak untuk andry anak saya"
"Oh ya pa, terimakasih sebelumnya sudah mau datang, saya balik lagi ke silvia, via kamu yakin mau menikah dengan andry"" Tanya ayah silvia
"Iya pa" "Nah anak anak kita sudah setuju saya bisa apa, hahaha" ucap ayah silvia "Perihal tanggal, orangtua saya sudah memilihkan hari baik buat mereka, nah mereka juga setuju, 8 agustus, bagaimana"
"Wah mepet banget tuh pak, apa sempet buat urus semuanya"
"Nah itu, kita omongin masalah garis besarnya saja dulu, selebihnya kita ngikutin adat, saya cuma mau bahas, masalah gedung, undangan, baju, lebih baik kita siapin jauh jauh hari, masalah mas kimpoi sama kelengkapannya kita bahas nanti"
"Oh bisa, kalau emang mau tanggal segitu emang harus matang persiapannya" "Kalau untuk gedung, biar saya yang urus, pakaian dan undangan kasih saja lah mereka" ucap ayahku "Baiklah kalau bagusnya begitu, saya akan bantu cari cari juga"
"Semoga anak kita berjodoh"
"Amin" Setelah perbincangan yang panjang kamipun memutuskan pulang. Sebelum pulang ayah silvia sempat berpesan untuk menjaga silvia. Kami kembali kerumah orangtuaku. Setelah berbincang sedikit aku dan silvia dipanggil oleh ayahku.
"Sini dulu kalian" ucap ayahku.
Hanya ada kami bertiga kini dikamar ayahku.
"Bapa cuma pesen satu hal, jaga kepercayaan, kepercayaan itu penting, bukan cuma kepercayaan pasangan kalian, tapi orangtua kalian juga, ga usah stresss, bawa santai aja ya"
"Tetep setia, kalau ada apa apa jangan takut buat bicarain berdua, kalian sekarang dalam tahap dijadikan satu, ga bisa ambil keputusan sendiri sendiri, kalian harus bareng bareng, kalau ada masalah, omongin baik baik, jangan dipendam"
"Kayanya cuma itu deh pesen bapa"
"Iya pa" ucap ku dan silvia serempak lalu kamipun pulang.
Sampai rumahku sekitar pukul 8 malam. Silvia memutuskan untuk kembali menginap. "Makasih ya dek" ucapku
"Aku yang makasih mas, mas udah mau menuhin janji mas" "Kalau ga kamu paksa juga ga jadi kali, makasih ya, kamu udah buka pikiran aku" "Huuh" silvia mengangguk
"Aku mandi dulu deh" ucap silvia "Jangan kaya kemarin tapi ya" godaku "Wuuu" teriak silvia
Hari yang melelahkan. Sekaligus menyenangkan.
part 69. ratu sehari Part 69
Maret 2014. "Mas tau ga hari ini hari apaan"" Tanya silvia "Rabu" ucapku
"Oohh" jawab silvia dan melewatiku begitu saja memasuki kamar.
Ada apa sih sebenarnya, pikirku dalam hati. Aku menyusulnya kedalam kamar. Tapi terkunci "De buka de, ngapain sih dikunci kunci"
"De" Pintu terbuka terpampang wajah silvia yang bisa kubilang cemberut. "Apa" ucapnya kasar
"Kamu sakit, apa lagi dapet"" Tanya ku "Pikir aja sendiri" ucapnya lalu masuk
Kususul silvia, dia merebahkan dirinya dikasur dengan posisi tengkurap dan membenamkan wajahnya kebantal. Kupeluk dirinya, tapi dia menyingkirkan tanganku
"Apaan sih megang megang, sana, aku lagi males sama kamu" "Duh kenapa lagi sih"" Tanya ku
"Kamu ga tau hari ini hari apa" "Rabu, emang apalagi"
"Tau ah, sana jauh jauh, males aku"
Aku terduduk berpikir keras hari apa sebenarnya saat itu. Dan terlintas suatu hal. Ulang tahun. Semoga saja benar
"Kamu ulang tahun" ucap ku gembira "ga Tau" ucapnya
"Aduh maaf mas ga tau" "Males aku sama kamu" "Maaf dong, aku kan ga tau" "Aku aja bisa tau ulang tahun kamu"
"Iya iya maaf, kamu minta apaan aja deh sekarang aku turutin" "Apaan aja ya"
"Iya, tapi jangan aneh aneh ya" "Hmm, entar aku mikir dulu" "Yaudah aku tungguin"
"Hmm, aku mau jadi ratu seharian " ucap silvia "Gimana tuh"
"Kamu jadi pembantu, harus layanin aku" "Lah, tega banget, yang lain aja deh"
"Tadi katanya apa aja, tuh kan, males ah, ngomong doang kamunya" "Yaudah yaudah, sekarang ratu mau apa"
"Gendong kedepan" ucap silvia
"Penyiksaan nih namanya" ucapku "Udah deh jangan banyak protes"
Akhirnya aku berdiri dan silvia naik dipunggungku, aku menggendongnya ke depan, keruang tengah. Dia dengan puasnya tertawa dibelakang. Dan berbagai permintaanya harus kuturuti "Mas bikinin teh manis"
"Bikin makan" "Suapin dong mas"
"Hahaha, mas mau ke kamar mandi, gendong lagi" "Balik lagi ke depan"
Dan seharian itu pula aku menjadi babunya.
"Duh cape ya mas" ucap silvia dengan nada yang dibuat manja "Engga ga cape, masih kuat" sindirku
"Hahaha maaf deh, abis enak ternyata jadi bos, besok lagi ya" "Ga" tolakku
"Mas sini" ucap silvia menepuk nepuk kesur. "Apaan lagi"
"tiduran" ucap silvia "Mau ngapain lagi" "Sini biar aku pijitin"
"Ohh, ga usah deh" ucapku "yaudah dikasih enak ga mau" "Udah kan, ga marah lagi kan"
"Tergantung, Kadonya kan belum " ucap silvia "Terus tadi"
"Tadi kan hukuman " "Ahhhh" teriakku.
Dan besoknya sebuah boneka, minnie mouse kecil kupersembahkan dan sebuah boneka beruang besar setinggi satu meter kuberikan padanya.
"Makasih loh mas, padahal aku ga minta loh" godanya "Iya aja dah" jawabku
"Dih gitu aja marah mas ih" "Ga ga marah, , tuh ga marah kan" "Lucu deh kalau mas lagi ngambek gini hihii" "Ketawa aja terus"
"Hahaha, iya ampun deh,Makasih ya mas, suka banget sama bantal beruangnya, bisa dipeluk, ga perlu lagi tuh jadinya meluk kamu "
"Yakin"" Godaku
"Heeh, alusan ini kulitnya, hahaha" ucap silvia "Terus aja dek terus aja ledekin aku" ucapku "Hahaha" tawa silvia
part 70. menuju akhir part 70.
skip. semua proses berjalan lancar dan kesiapan sudah 70% kira kira. saat itu aku dan silvia sedang mendata nama nama yangbl akan dicantumkan diundangan. dan aku tersadar satu hal. aku melupakan sahabatku. teman seperjuangan, sehati sepenanggungan dan senasib, hendro. "halo dro"
"wih gila tumben banget lu nelpon ada apaan nih" "sorry sorry banget nih ya, gw lupa ngasih tau lu, gw mau nikah" "anjrittt, bego cepet banget, anak mana lagi yang jadi korban"
"jangan samain gw sama lu ya nyet, dah pokoknya 9 agustus lu dateng ya, gw bayarin ongkos lu pulang pergi, jadi ga ada alasan buat ga dateng"
"lah bokap gw gimana lah cong"
"ajak aja deh sekalian"
"set dah, nanti deh kalo bokap, gw tanya dia dulu, udah tua nyet, kasian juga harus jalan jauh, tapi kalo ditinggal sendiri juga ga enak"
"ya lu atur deh ya, gw dibogor, nanti pokoknya tanggal 9 gw jemput lu, lu masih punya nomornya soraya, udah ganti apa belum"
"udah ganti dia yang baru, nanti gw sms" "oke sip"
setelah menghubungi hendro aku langsung menghubungi soraya. "halo" ucapku
"ya ini siapa"" "ini gw"
"siapa dah, gausah becanda deh" "andry, masa ga kenal suara gw lu" "ini beneran andry"" tanya soraya "iya"
"kemana aja lu, ngilang ga ada kabar sama sekali, temen lu sendiri aja ga tau lu dimana"" "kata siapa hendro ga tau, lu nya aja yang bego, udah lama tapi ga hapal hapal kelakuan tuh anak" "ah ribet dah kalau urusan lu berdua, terus ada apaan nih lu nelpon""
"gw mau ngundang lu ke resepsi gw ya, 9 agustus, nanti gedungnya gw kabarin lewat sms aja" "yang bener lu"
"ye ga percaya"
"tapi siapa cewenya, bukan clara," "adalah" ucapku
"huuhh!"soraya menarik nafas panjang diujung telepon "gw kangen pas masih berempat dry"
"hahaha mau gimana lagi ya, udah kejadian, mungkin emang ga jodoh" ucapku "terus lu ngundang dia"" tanya soraya
"kayanya iya" "lu ga mikir gimana sakitnya dia kalau datang kenikahan lu"
"seenggaknya gw ngundang, dateng ga dateng itu keputusan dia, lagian kalau gw ga ngundang kayanya gw ga ngehargain bokapnya banget dah, udah kaya bokap gw sendiri" "yaudah deh, semoga dia ga kenapa napa ya"
"ya, oh ya daerah bogor gw nikahnya, deket lah dari tempat lu, hendro juga dateng, awas aja lah kalo dia ga dateng, soal ongkos atau tempat lu berdua nginep nanti itu gw urusin, gw cuma berharap aja temen temen gw dateng ke nikahan gw"


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gampang lah dry, gw bakalan dateng kok"
"Gitu dong, udah dulu ya, save nomor gw jangan diilangin lagi" "Lu yang ngilang"
"Hahaha" tawa ku Keesokan harinya sebuah surat undangan bertuliskan clara dan ayahnya sudah digenggamanku "Kamu yakin mau ngundang dia" tanya silvia
"Ga papa, yang penting kita udah ngundang, soal dia dateng atau ga ga usah dipikirn" "Aku ikut kamu aja deh"
Kamipun berangkat kerumah clara. Dan kami disambut langsung oleh dia dan ayahnya. "Maaf pa, andry cuma mau ngasih ini" ucapku sambil menyerahkan undangan ketangan ayah clara "Cepet juga ya, semoga langgeng deh" ucap ayah clara
"Amin" ucapku Aku masih belum berani mengucap sepatah katapun ke clara. "Ga kerasa ya dry" ucap ayah clara
"Iya" jawabku seakan mengerti jalan pikiran ayah "Masih ga percaya ayah"
"Hmm " aku mencoba tersenyum "Nanti ayah dateng kok, kamu ra" "Clara hanya menganggukkan kepala"
"Makasihnya pa" ucapku lalu menyalim tangannya dan pulang tanpa memandang clara.
part 71. akhir cerita (tamat) Part 71.
Skip sampai acara resepsi pernikahanku. Tamu undangan maju menyalami kami satu persatu. Dan aku sibuk menelaah dan melihat sekeliling gedung hanya ingin tahu apakah clara datang atau tidak. Dan yang mengejutkan dia memenuhi janjinya untuk datang, dia naik ke panggung bersama soraya dan ayahnya. Sedangkan hendro sudah menikmati makanan yang tersedia, dan kujamin halal. "Makasih ya udah dateng" ucap ku pada soraya lalu bercipika cipiki
"Oh ini cewenya cantik juga, bisa aja lu dry"
"Soraya" ucap soraya ke silvia
"Silvia" ucap silvia sambil menyalami soraya lalu bercipika cipiki dengannya. Selanjutnya giliran ayah silvia.
"Jadi kepala keluarga yang bener" ucap beliau sambil menepuk nepuk bahuku "Hahaha iya yah, doain andry biar kaya ayah" ucap ku
Ayah clara pun berlalu menuju silvia
"Semoga langgeng ya kalian, semoga kamu jadi istri yang baik buat andry" "Makasih pa" ucap silvia
Dan yang terakhir. Kami saling berpandangan. Mulut ini serasa kelu hanya untuk mengucap sepatah katapun. Dia pun sama. Dia hanya menyalamiku lalu mencium pipi kiri dan kananku lalu menuju silvia
"Selamat ya buat pernikahan kalian"
"Semoga langgeng, semoga jadi keluarga yang diberkati Tuhan" "Makasih ya ra, udah mau dateng"
"Iya" jawab clara lalu turun ke bawah,
Kupandang silvia dia menggenggam tanganku seakan menguatkanku dan mengingatkan kalau aku tenang saja karena clara akan baik baik saja.
Selepas acara yang melelahkan kini kami sudah dikamar setelahmelewati hari yang melelahkan. Dihadapan kami terdapat banyak hadiah yang diberikan oleh teman. Dan satu yang paling menarik perhatian silvia dan aku adalah sebuah kotak besar dibungkus kertas kado berwarna putih dengan motif motif hati.
"Dari siapa mah" tanya ku
"Clara pah, coba liat tuh" tunjuk silvia
Tepat diatas kotak itu terdapat surat dengan sampul berwarna biru muda yang diselipkan dengan pita.
"Bacain pa" ucap silvia
Quote: Hai ka, ga nyangka ya waktu cepet banget berlalu, perasaan baru kemarin kaka hilang dan mengembalikan ade ke ayah. Tapi sekarang kaka udah nikah aja.
Pasti penasaran apa yang ada dikotak ini kan. Itu semua hadiah pemberian kaka, maaf ka ade ga bisa nyimpan ini semua. Ade mau belajar untuk lupain kaka, ga mungkin lagi kan ade masih berharap sama kaka, terserah kaka mau diapain barang barang ini, pasti kaka juga ga mungkin kan nyimpen atau ngasih ini ke istri kaka.
Cuma satu yang masih ade simpen, gaun yang kaka kasih. Ade suka banget sama gaun itu, ga papa kan kalau ade simpen, itung itung itu kenangan terakhir kaka yang bisa kusimpan, aku bakal terus pakai gaun itu setiap ade ulang tahun seenggaknya sampai ade mendapat gaun baru. Tapi walaupun begitu gaun ini sangat berharga buat ade.
Ade bakal simpen gaun ini terus. Ade selalu berdoa buat kebahagiaan kaka sama silvia. Semoga cepet dapat bayi kecil ya. Semoga kedepannya kita bisa jadi temen. Ade bakal berusaha, mau ga mau bisa ga bisa ade harus belajar buat lupain kaka dan coba buka hati ade lagi untuk orang lain. Makasih ka atas semuanya.
Clara. "Kubuka bungkus kotak itu dan terpampang kardus rice cooker dibaliknya. Kubuka dan kini terlihatlah sudah semua isinya. Dua buah boneka, jam tangan, beberapa buah pakaian, dan satu buah album foto.
Kubuka album foto itu satu persatu. Isinya semua adalah foto diriku dan clara. Dan satu yang paling menggelitik adalah foto saat ku tertidur.
"Hahaha" tawa ku melihat fotonitu
"Ih jelek ya kalau papa tidur" .
"Jelek juga kamu mau ma"
"Gimana lagi, papa yang ngambil perawannya mama" "Ya dah, terserah kamu mah" ucapku
"Terus barang barang ini mau diapain"
"Ga mungkin kan kalau dikasih ke orang" ucap silvia "Iya juga ya" ucapku
"Hmm papa tau" "Gimana" tanya silvia.
Dan dimalam itu pula aku membawa kotak itu ke teras belakang rumah pemberian ayahku. Ku ambil beberapa kertas koran. Kubakar kertas koran itu lalu menyambung apinya kekotak tersebut. Aku dan silvia memandang dari jauh api membakar kotak itu.
"Gapapa dibakar tuh" tanya silvia
"Itu cuma bentuk fisik dari memori ma, memori yang asli bakalan selalu papa kenang "
Silvia memeluk lenganku dengan erat. Tak ada yang mengucapkan sepatah kata lagi. Begitu sunyi. Kami berdua memandang api yang kini mulai menghabiskan separuh kotak. Kami diam disana sampai api membakar habis isi kotak tersebut. Kuambil sedikit air untuk mematikan sisa apinya. "Sekarang mama ga perlu kuatir, dihati papa cuma ada mama" ucapku
"Tapi kok aku ga pernah dikasih gaun ya pah"
"Yah mulai dah Tamat
Bentrok Rimba Persilatan 3 Wiro Sableng 047 Pembalasan Ratu Laut Utara Sepasang Alap Alap Bukit 2
^