Pencarian

I Found Treasure 1

I Found A Treasure Karya Andyanstefi Bagian 1


?"Andyanstefi 3 I Found A Treasure
By: andyanstefi Prolouge Minggu, hari itulah pertama ku melihat dirinya. Seorang perempuan cantik, yang dengan riangnya bertepuk tangan dan bernyanyi disetiap sesi ibadah. Seorang perempuan dan aku hanyalah seorang lelaki putus asa karena cinta yang cuma bisa memandangnya dari jauh saja.
Badai terus menerus menimpa kehidupanku. Akankah badai berhenti dan menjadi sebuah pelangi. Akankah jalan berkerikil tajam itu dapat kulalui dan aku hanya tinggal berjalan di aspal yang halus dan lurus. Jurang masa lalu dan tebing masa depan. Dua hal yang saling bertolak belakang, aku harus melewati jurang yang sangat dalam itu untuk mendaki tebing tinggi. Akankah aku mampu", Akankah aku bisa"
Part 1. My name Silvia Hari ini hari pertama aku kerja. Aku bekerja disebuah bank swasta yang khas dengan batik berwarna birunya sebagai seorang teller. Hari ini aku dipindahkan ke tempat baru. Sangat jauh dari tempat asal sehingga memaksaku untuk pindah kos kosan juga. Dari sabtu aku sudah mengemasi barangku ke kontrakan baru yang kudapat. Kontrakan 2 petak dengan kamar mandi didalam.
Hari senin aku berangkat menggunakan angkutan umum. Malasnya angkutan umum yang kunaiki adalah angkutan umum yang terkenal akan kepadatannya. PPD 43 bus china. Aku naik angkot dua kali untuk sampai ke tempat kerja.
Saat ini aku sedang menunggu angkutan itu di pinggir jalan. Beruntungnya hari ini tidak terlalu padat. Semoga saja aku masih mendapatkan tempat duduk. Sayangnya nasib baik tidak berpihak padaku. Saat aku melihat sekeliling tak ada bangku yang kosong. Huuffft. Akupun memilih untuk berdiri didekat pintu.
Didepanku ada seorang laki laki mengenakan sweater dengan hoodie yang menutupi kepalanya. Pria ini memandang lurus dan tajam keluar jendela.aku bisa melihat dengan jelas wajahnya lewat pantulan kaca bis yang memang agak gelap. Tapi walau tatapannya seakan begitu menusuk, aku merasakan tatapannya itu kosong. Dia menatap lurus tanpa berkedip. Pria ini sungguh misterius apalagi ditampah hoodie yang menutupi kepalanya.
Saking serius memperhatikan dia lewat kaca aku tidak menyadari kalau kini dia juga ikut melihatku dari kaca. Kemudian dia membalikan kepalanya dengan cepat kearahku hingga aku terkejut dan tersadar. Begitu tersadar aku langsung membuang muka karena malu.
Akupun menengok sedikit kearah pria itu. Dia tidak berkedip memandangku!. Ada apa dengan pria ini.
"Mas mas hei, mas kenapa" ucapku sambil melambaikan tanganku didepan wajahnya "Eh.. eh.. ehh... duduk mba duduk" ucap pria itu
Anehnya dia menyuruhku duduk tapi dia tidak mau berdiri. Kalau begitu bagaimana aku mau duduk,aneh
"Duduk gimana, mas nya masih dudukin tuh bangku" ucapku "Eh... iya.. maaf maaf, silahkan" ucap pria itu sambil berdiri.
Aku tertawa kecil melihat dia yang salah tingkah seperti itu. Dia malah sekarang menggaruk garuk kepalanya sambil tersenyum kepadaku
"Makasih ya mas"
"Oh iya sama sama" Aku cuma tersenyum kecil sembari menyembunyikan wajahku agar tidak terlihat sedang menertawai dia yang terlihat konyol.
Dia masih terus memandang ke jendela tapi kali ini, sesekali aku melihat dia menatapku lewat kaca. Dan saat kepergok dia langsung mengalihkan pandangannya. Sungguh menggemaskan haha.
Tak terasa akupun sampai ditempat transit. Dari sini aku masih naik 1 bis lagi. Untung saja bis ini belum terlalu penuh jadi mudah untuk turun. Dan yang mengejutkan pria ini juga ikut turun bersamaku. Dia mengenakan sebelah headset, masih dengan hoodie yang menutup kepalanya, kedua tangannya masuk ke saku sweaternya. Sangat misterius
Aku harus menyebrang jalan yang cukup lebar. Dan jujur saja aku tipikal orang yang cari aman. Aku lebih memilih jalan dua kali lebih jauh lewat jembatan penyebrangan daripada harus menembus lalu lintas yang tidak teratur. Ditambah jalan yang cukup lebar.
Saat aku menaiki tangga aku mendengar langkah lain dibelakangku. Saat aku menoleh kebelakang ternyata pria itu lagi. Dan aku tersadar satu hal. "Aku mengenakan rok yang lumayan pendek". Pria ini pasti ingin mengintip. Aku mempercepat langkahku, tapi pria itu juga mempercepat langkahnya. Aku makin cepat hingga sampai di anak tangga terakhir. Aku membalikkan badanku dan melabraknya
"Dasar tukang ngintip, lu mau ngintip kan" "Maksud lu apaan" ucap pria itu
"Itu gw lari lu malah ngikutin bilang aja lu mau ngintip, dasar mata keranjang"
"Ckckck, gw tuh pengen ngeduluin lu biar didepan soalnya lu pake rok, eh lu malah makin cepat, dan sekarang lu nuduh gw pengen ngintip, lain kali dicerna dulu kalo ngomong" ucap pria itu lalu kembali melanglah pergi meninggalkanku yang menahan malu setengah mati
"Ternyata hatinya ga secantik wajahnya" ucap pria itu, walau pelan aku masih dapat mendengarnya.
Dengan menundukan kepalaku karena malu, akupun melanjutkan menyebrang. Sampai diujung kami masih sama sama menunggu bis di bawah jembatan. Dan sebisa mungkin aku menghindar dari tatapannya. Aduh pasti wajahku merah sekali sekarang. Bis yang kutunggu pun tiba, ah akhirnya tiba juga.
Dengan tergesa gesa aku langsung menyambut bis itu. Sayangnya pria tadi juga naik bis yang sama. Aduhh bisa mati malu aku. Dia mendahului aku naik ke metro mini itu. Saat aku naik tersisa 2 bangku. Satu disamping pria itu, satu lagi disamping pria lain yang badannya sangat sangat besar, terus berkeringat lagi, ihhh. Dari pada dengan pria besar itu, mau ga mau aku duduk disamping pria tadi. Aku memalingkan wajahku kearah lain. Sumpah malu sekali sudah menuduh dia seperti itu.
Dia sepertinya juga tidak mempermasalahkan hal tadi. Masih dengan sebelah headset yang dipasang ditelinganya. Dia mengeluarkan kantung plastik berisi sekaleng milo dan roti. Dengan cueknya dia sarapan di bis. Pria yang aneh.
Dengan membulatkan tekad, akupun membuka suara. "Maaf ya mas soal yang tadi"
"Yap" jawab dia sembari menenggak habis milo itu kemudian membuang kalengnya keluar
Dingin sekali tanggapan dia. Terserah lah, tidak penting juga buatku. Akupun tak sudi buka suara lagi. Hingga dia turun terlebih dahulu
"Misi" ucapnya sambil melewatiku lalu turun dari bis Pria yang aneh sekaligus misterius
Part 2. My name is Andry Sial hari ini merupakan hari tersial bagiku. Bangun telat. Tidak terlalu telat sih, tapi aku paling tidak suka terburu buru. Dengan tergesa gesa aku mandi dan mengenakan pakaianku. Sebuah celana bahan, kemeja dan kemudian kututup dengan sweater abu abu kebesaran. Tak lupa mengenakan hoodie dan earphone ditelinga.
Jam setengah tujuh seperti ini biasanya sudah mulai padat bis yang ku naiki. Tapi untungnya aku masih mendapatkan satu kursi kosong, tepat didepan pintu. Masih terbayang jelas wajah wanita yang kutemui digereja minggu kemarin. Sangat cantik. Aku melihat ke jendela sembari membayangkan wajahnya. Entah berapa lama aku termenung sampai aku tersadar satu hal.
Aku melihat dengan jelas wajah wanitu itu tepat dijendela ku. Aku mengedip ngedipkan mataku berusaha meyakinkan bahwa yang kulihat dikaca bis ini adalah nyata.
"Tidak mungkin, tidak mungkin bidadari naik bis kota" ucapku dalam hati. Dengan sangat cepat aku menengok kesamping ke wujud nyata bayangan dikaca. "Ya Tuhan indahnya ciptaanmu" ucapku dalam hati.
Bodohnya lagi, aku sampai terpaku melihat wajahnya. Sumpah aku merasa bodoh sekali saat dia melambaikan tangannya diwajahku karena aku sampai bengong dibuatnya
"Mas, mas hei, mas kenapa" ucap bidadari ini sambil melambaikan tangannya "Eh.. eh.. engga, duduk mba duduk" ucapku gugup
Sekali lagi aku telah kehilangan akal sehatku. Wanita ini telah merebut semuanya. "Duduk gimana, masnya masih dudukin tuh kursi" ucap wanita itu.
Aku melihat kebawah dan benar saja, aku masih duduk, ya amplop kemana perginya semua isi otakku. Malu sekali rasanya terlihat bodoh didepan seorang wanita.
"Eh iya iya maaf" ucapku lalu berdiri mempersilahkannya untuk duduk "Makasih ya mas" ucapnya
Ah, suaranya, suaranya begitu lembut, sangat halus kudengar "Iya sama sama" ucapku sambil menggaruk kepalaku salah tingkah Wanita ini hanya tertawa kecil lalu memalingkan wajahnya.
Aku terus menerus melihat wajahnya melalui kaca. Sambil sesekali memalingkan wajah kalau kepergok sama dia. Ingin rasanya berlama lama tapi sayang tempat tujuan sudah dekat, akupun bersiap untuk turun.
Bagusnya lagi dia juga ikut turun denganku, dan dia memilih untuk naik tangga, sama seperti diriku yang merasa malas kalau harus menyebrang jalan. Dan aku tersadar satu hal, dia mengenakan rok hitam yang menurutku lumayan pendek. Daripada disangka yang tidak tidak, aku mempercepat langkahku berusaha mendahului wanita ini. Dia sempat menengok lalu makin mempercepat langkahnya. Otomatis akupun juga ikut mempercepat langkahku. Hingga sampai di ujung tangga dengan tiba tiba dia berbalik badan dan berteriak didepan wajahku
"Dasar tukang ngintip, lu mau ngintip kan" teriak wanita itu "Maksud lu apaan" ucapku
Ini yang ku takutkan. Berjalan beriringan dijembatan dan didepanku seorang perempuan mengenakan rok pendek. Untung saja sepi.
"Itu gw lari lu malah ngikutin bilang aja lu mau ngintip, dasar mata keranjang"
"Ckckck, gw tuh pengen ngeduluin lu biar didepan soalnya lu pake rok, eh lu malah makin cepat, sekarang lu nuduh gw pengen ngintip, lain kali dicerna dulu kalo ngomong" ucapKu
Kesal sekali dituduh seperti itu. Aku berlalu begitu saja meninggalkannya yang mungkin sedang menahan malu. Biar tau rasa. Sambil sedikit bergumam pelan
"Ternyata hatinya ga secantik wajahnya"
Aku sampai diujung jembatan dari sini aku masih harus naik metro mini sekali lagi untuk ke tempat kerja, sepertinya perempuan itu pun sama masih menunggu bis. Aku melihat kearahnya dan dia malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Malu rupanya.
Bis yang kutunggu pun tiba. Akupun naik tanpa memperdulikan wanita itu. Kursi didepan bagian pintu masih kosong kedua bangkunya, aku memilih yang dipojok agar dekat dengan jendela. Aku duduk sambil menyilangkan kedua kakiku. Wanita itu sepertinya kebingungan mau duduk dimana. Dan akhirmya dia memutuskan duduk disampingku.
Aku mengeluarkan minuman kesukaanku milo dan sepotong roti. Efek telat jadi tidak sempat untuk sarapan. Bodo amat orang lain melihatku sarapan dibis seperti itu. Sampai Kemudian.. "Maaf ya mas soal yang tadi" ucap wanita itu tiba tiba
"Yap" jawabku pendek dan menghabiskan minumanku.
Tak terasa aku sampai ditempat tujuan. Aku pun memutuskan untuk turun
Hari yang sial sangat sial. Sayang bidadari yang kulihat hari ini tidak memiliki hati malaikat seperti yang kukira.
"Aulia harus tau hal ini" ucapku dalam hati Part 3. Angels or Demons
Disela sela jam istirahat, tepat didalam panel besar yang kupasang kipas didalamnya. Tempatku menghabiskan waktu istirahat untuk tidur dan sebagainya disini. Aku mengsms aulia "Ul barusan gw ketemu cewe itu lagi loh"
"Wah kok bisa mas, ketemu dimana"
"Diangkot, ga etis banget ya, ketemu bidadari diangkot" "Hahaha, ya ga papa, trus trus"
"Sayangnya cakep doang ga taunya hatinya ga secakep orangnya" "Maksudnya"
"Gw masa dituduh mau ngintip dia yg make rok, malu abis gw, untung aja sepi" "Mas beneran kali mau ngintip"
"Wah sialan gw ga semesum itu kali"
"Namanya siapa, udah kenalan belum kemarin kan ga sempet tuh katanya" "Ogah dah, udah ketauan aslinya begitu"
"Ya kali aja sebenarnya baik, keadaan yang salah, awas dari benci jadi suka loh" "Hahaha lebay lu"
"Ye dibilangin, udah ah banyak tugas nih dari dosen, biasanya jam segini juga mas udah molor" "Hahaha gw ga sabaran pengen cerita ke elu"
"Iya deh yg lagi kasmaran"
"Sialan lu, yaudah sana selamat berperang dengan buku, gw bobo dulu" "Iya"
Benar juga kata aulia, bisa saja keadaan yang salah, bisa saja aslinya dia memang baik, entahlah, yang pasti butuh waktu untuk mengenalnya, namanya saja akupun tak tahu.
Pulang kerja, seperti biasa, aku selalu pulang terakhir. Yang lain pulang jam 3 aku pulang jam 4 sore, satu jam lumayan untuk merakit sedikit proyekku. Aku masih harus berjalan kaki 200 meter dari pabrik menuju jalan raya.jauh memang, makanya itu sebisa mungkin setiap pagi aku harus selalu sarapan, agar kuat jalan. Tak peduli sedang berada dimana.
Aku menunggu metromini untuk pulang dipinggir jalan. Tak butuh waktu lama metro mini pun tiba. Padatnya. Aku tidak kedapatan tempat duduk. Alhasil berdirilah aku sampai ke pemberhentian kedua
Sampai ke pemberhentian kedua aku turun untuk naik bus besar itu. Kalau yang ini dibutuhkan kesabaran yang ekstra saat menunggu, karena armada yang sedikit kurang lebih bis ini baru muncul setiap 30 menit. Dari jauh kudapati kembali sosok perempuan itu. Mengenakan selendang disekitar lehernya. Dengan tas dan masih dengan rok sialan itu. Sesaat mata kami beradu dari jauh. Seolah oleh meyakinkan bahwa yang dilihat oleh kami berdua adalah benar. Kami berdua malah memajukan kepala kami dan memicingman mata kami. Kemudian saling memalingkan wajah.
Sial, bertemu perempuan itu lagi. Aku menunggu 15 menit , baru bis itu tiba. Karena dia yang berada diujung dia naik terlebih dahulu. Bis ini pasti sangat penuh setiap jam 4 sore. Memaksa aku dan dia untuk berhimpitan didalam bis. Dia berusaha menahan berat badan melalui pegangan diatas, begitupun aku. Sudah lama berkecimpung didunia perangkotan membuatku mengerti posisi kaki seperti apa agar nyaman tanpa harus takut jatuh. Aku melebarkan kedua kakiku. Perempuan itu dia terombang ambing karena bis besar ini sangat cepat menerobos lalu lintas yang lumayan padat.sampai akhirnya aku menahannya karena kulihat dia hampir terjatuh saat bis memasuki jalur busway.
"Makasih" ucapnya
"Sama sama, mending kedalam aja, bahaya di depan pintu" usulku
Wanita itu pun menyelinap diantara kerumunan orang mencari posisi ditengah. Baru sekali sepertinya dia naik bis seperti ini. Hingga kemudian dia sampai terlebih dahulu "Makasih ya mas yang tadi" ucapnya
"Iya" ucapku Dia pun turun menyisakan aroma parfum yamg enak untukku. Ah wanita ini punya dua sisi. Saat baik kecantikannya sungguh memabukkan, tapi saat buruk, cantik sih tapi bikin ilfeel diriku. Dan satu hal yang ku pahami. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku.
Part 4. Good time Entah kenapa wajah perempuan itu selalu terbayang. Sama seperti hari ini. Wanita itu telah merubah pola kehidupanku. jam 5.30 dimana aku seharusnya sudah bersiap siap seperti biasa, yang terjadi malah aku berleha leha dengan secangkir kopi didepan halaman rumah yang kukontrak setahun dengan biaya 10 juta. Rumah kecil dengan dua kamar, cukup luas lah untuk seorang bujang sepertiku. Ditambah lagi belum banyak perabotan yang kumiliki membuat rumah ini serasa lenggang sekali.
alasanku masih bersantai seperti itu, apalagi untuk ketemu sang bidadari. munafik, ya itulah diriku, sebanyak apapun aku menyangkal ucapan aulia yang berkata dari benci jadi cinta hanyalah omong kosong belaka, karena kenyataannya, dari awal aku melihatnya, aku sudah jatuh hati. tabiat buruknya yang kemarin kini bagai angin lalu saja, tak ada dalam ingatan. yang terulang terus menerus adalah saat dia mengucapkan terimakasih kepadaku, saat aku memberikan bangkuku, dan saat aku menahannya agar tak terjatuh. selalu dua hal itu yang terulang
Gila, ya mungkin kini aku sedang gila. ditemani secangkir kopi, dan cahaya matahari yang tampak masih malu malu diujung timur aku malah senyum senyum sendiri. bahkan kopi ini sama sekali tidak kusentuh saking serunya adegan ulang yang kubayangkan.
jam 6.20 aku keluar dari singgasanaku. semoga bertemu lagi dengan dirinya pagi hari ini. dengan semangat yang membara, senyum yang terlukiskan di bibir aku menatap sombong sang matahari yang dengan congkaknya menyinari pagiku.
"semoga saja , bertemu dia kembali" ucapku pelan saat menaiki bis besar ini.
ada dua bangku kosong, satu dibelakang dan satu lagi dibangku yang dibuat hanya untuk satu orang. Menurut logika, seorang perempuan dengan rok pasti tidak akan memilih duduk dibelakang, kecuali kalau memang dia ingin pamer celana dalam. akupun memilih bangku samping dengan harapan dia datang dan berdiri lagi dihadapanku dan aku bisa mengambil hatinya dengan memberikan bangkuku.
saat mendekati jalan tempat perempuan itu turun kemarin, aku berusaha mengintip melalui kaca depan bis apakah ada wanita tersebut yang sedang menunggu, ternyata tidak ada. hilang sudah semangat ku. bis pun dengan perlahan melewati jalan itu. aku tertunduk lesu.
namun bus berhenti secara tiba tiba. seolah ada secercah harapan kalau dia yang sedang ditunggu bis ini. dan benar, perempuan itu dengan terengah engah, rambut yang masih basah, kemeja batik berwarna biru muda, dan rok hitam pendeknya, masuk dengan perlahan.
perempuan itu melihat sekeliling dan mata kami beradu. dia tersenyum kepadaku, kuulangi lagi , Dia Tersenyum kepadaku. Apa kalian dengar" dia tersenyum kepadaku.
hanya dengan satu buah senyuman saja dia sudah membuatku gila. Sayangnya dia memilih berdiri ditempat yang agak jauh dariku dekat dengan supir. aku terus menatapnya menunggu dia menatap diriku lalu aku bisa memberikan kode untuk duduk dikursiku.
lama, lama sekali baru dia melihat kearahku. akupun menunjuk nunjuk kebawah sambil berdiri, dengan senyum yang lebar pastinya. dia melambaikan tangan seraya menggelengkan kepala sebagai tanda menolak. aku tetap kekeuh, aku anggukan kepala sebagai tanda kalau tidak apa apa. Mungkin karena tidak enak menolak maksud baikku, wanita inipun berjalan mendekat dengan berpegangan pada setiap kursi agar mencapai diriku.
"makasih ya mas, jadi ga enak" ucap dia
"ga papa kok" ucapku
setelah mengucapkan itu, aku membusungkan dada agar terlihat gagah, percaya diriku naik 1000% dari biasanya . aku merasa bagai seorang pahlawan, atau bagai seorang kesatria yang menyelamatkan putri raja. sombong nian diriku ini.
kami sama sama saling melempar senyum. senyum dia dan senyumku yang bertolak belakang pun bertukar. senyumnya yang manis alami tanpa pemanis buatan, sedangkan senyumku yang busuk penuh dengan seribu cara agar diriku bisa disanjung dirinya. licik, sungguh licik diriku ini.
sepanjang jalan sampai ke tempat transit, sesekali aku mencuri curi waktu melihatnya. melihat rambutnya yang masih basah, dengan aroma sampo lokal sepertinya. Tidak ketinggalan mencoba
mengintip celah sempit diantara lehernya . satu lagi hari yang indah
part 5. kami transit ditempat kemarin untuk berpindah bis. kali ini supaya tidak terjadi hal seperti kemarin aku inisiatif naik terlebih dahulu.
"gw duluan deh, daripada dilabrak lagi" ucapku "hehehe, maaf ya mas soal kemarin" "iya iya, awas lu jangan ngintip gw" ledekku "ihh, ga jelas" ucapnya kemudian tertawa.
tawanya. dunia sekarang seolah melambat, slow motion. aku tak ingin kehilangan momen bersejarah ini.
"kenalin mas, aku silvia" ucap wanita itu sembari menyodorkan tangannya kearah depan akupun menyambutan tangannya sambil menengok kebelakang.
"andry" ucapku kami pun berbincang sambil menaiki satu persatu anak tangga. "Kerja dimana mas"" Tanya dia yang berada dibelakangku "Di pt*** , dari gw turun kemarin masih jalan agak jauh" ucapku "Pt apaan tuh"
"Bikin panel listrik" "Owhhh" ucapnya
"Kalo mba saya tau nih, cabang bank m**** yang dilewatin angkot ini kan cuma 1" "Iya mas, emang cuma itu, ini juga saya dipindahin, ada yg resign soalnya" "Jadi apaan"" Tanya ku
"Teller" "Mabok dong" "Garing deh" ucap dia "Hahaha, garing ya, tapi lumayan lah buat sarapan tuh yang garing garing" "Iya deh"
Sial aku jadi terlihat bodoh didepan dia
"Emang awalnya daerah mana" tanya ku mencoba mengalihkan perbincangan "Daerah kampung melayu mas" ucapnya
"Jauh juga ya" ucapku
"Iya makanya itu terpaksa pindah kontrakan juga" "Ohh ngontrak, dari jalan itu masih jauh kedalam"" Tanyaku Aku mencoba mengorek sedikit informasi dengan pertanyaan itu "Ga jauh jauh juga sih"
"Dari jalan itu terus kemana" "Kemana aja boleh" ucap dia Sial gagal saudara.
"Yah" ucapku kecewa
"Masnya sendiri, ngontrak apa sama orangtua" "Ngontrak kok, ngontrak rumah 1 tahun" ucapku "Wih banyak duit dong" ucap silvia
"Duit mah entek, itu abis abisan kemarin, ya bagusan lah daripada dikontrakan, seenggaknya lebih bebas, gausah mikirin tetangga kalo ngapa ngapain" ucapku
"Iya juga sih, kadang saya mau pasang cd aja mau denger lagu pake speaker takut ganggu tetangga"
"Nah makanya itu" ucapku
Tak terasa kami sampai diujung satunya jembatan ini. Ada sebuah bangku kayu disana dan untung saja kosong. Harapanku sih dia duduk disana dan aku bisa duduk disampingnya. Tapi dia memilih untuk berdiri. Ya sudah aku ikuti.
Metro mini pun tiba. Aku dan dia pun naik. Lengang sekali hari ini hanya terisi dua bangku saja. Dia duduk disalah satu bangku dibagian ujungnya. Dalam hati aku berpikir
"Apa ini kode dia agar aku duduk disampingnya""
Akupun menghampiri kursi itu
"Gw duduk disini ya"
"Silahkan mas" ucapnya lembut "Kerja udah lama jadi teller"
"Baru setahunan mas, baru lulus juga soalnya" "Kuliah apaan""
"Pertanian bogor"
"Jauh banget dari pertanian ke teller"
"Ya begitulah mas, dulu mah mikirnya yang penting dapat negeri, lulusan pertanian emang jadi apaan sih, apalagi dijakarta lahan aja ga ada"
"Iya sih" ucapku
"Mas sendiri kuliah"" Tanya dia
"Engga lulusan stm doang, langsung kerja deh" "Ooo"
"Berarti umur lu 23 an ya" "Engga masih 21"
"ohh beda setahun sama gw cocok lah" ucapku pelan "apaan"" tanya dia
"eh engga engga, ga ada apa apa" "itu tadi ngomong cocok cocok"
"oh itu, cocok, ya cocok..." ucapku kebingungan "cocok sama apa"
"sama wajah iya sama wajah, pas umur segitu wajah lu kaya gini, pas lah" "ohhh" ucapnya ber oooo panjang
syukurlah dia menurut saja. tapi intinya, cocok lah sama diriku ini. Aku pun sampai terlebih dahulu. Tak rela rasanya namun mau dikata apa lagi. Andai aku bisa berlama ma dengannya Part 6.
Saat ini aku sudah berada dirumah aulia ingin menceritakan semua kejadian hari ini. Sayang sekali saat pulang tadi aku tidak bertemu sama sekali dengan silvia. Dewi fortuna sedang tidak memihak diriku.
"Tebak gw bawa kabar apaan"" Ujarku ke aulia "Ah palingan cewe kemarin"
"Lebih detail dong"
"Mas ketemu cewe itu lagi kan, trus bilang ga sempet kenalan iya kan"
"Kali ini lu salah ul, gw udah tau namanya, tadi malah gw udah ngobrol ngobrol sama dia, silvia, bagus kan namanya"
"Biasa aja tuh"
"Cie cemburu" "Najis deh cemburu sama mas"
"Iya dah perasaan kemarin ada yang bilang suka sama gw"
"Oh itu, tau ga mas, pas bilang itu kemarin tuh, ternyata aulia kesambet, beneran sumpah, aulia kan keorang pintar nih, eh katanya kesambet penunggu pohon deket rumah makanya ngomongnya ngelantur"
"Terserah lu dah ul hahaha"
"Iya jadi tuh kemarin bukan aulia yang ngomong" "Iya iya percaya"
"Lagian juga kemarin perasaan ada yang bilang ogah deh suka sama tuh cewe pas ketahuan watak aslinya" aulia menyerang balik diriku
"Dih gw ga pernah bilang kaya gitu tuh, salah denger kali lu" "Ah masa" ucap aulia
"Au ah" "Awas lu mas nanti dati benci jadi cinta" "Dih ogah, udah ketahuan aslinya kaya gitu" aulia mereka ulang ucapanku lewat telepon kemarin "Perasaan gw ga ngomong gitu ah, salah kali"
"Ah pura pura ga tau, kemakan kan sama omongan sendiri, jadi penasaran kaya gimana sih muka mba mba itu"
"Hus masoh muda 22 jangan manggil mba, panggil aja nyonya andry" "Woh pede sekali ya mas ini, baru juga kenalan"
"Harus itu lah"
"Trus cowo yang kemarin lu ceritain, mana fotonya" ucap ku pad aulia
Oh ya, sedikit informasi antara aku dan aulia sudah ada perjanjian tidak tertulis hanya perjanjian kaitan jari kelingking bahwa aku dan dia harus menceritakan dan memberitahu sedang dekat sama siapa saja.
"Nih cowonya" ucap aulia "Masih gantengan gw"
"Najis deh, mas jatuh cinta sampe gila gini, masih gantengan dia lah, udah putih, gnteng lagi, mas aja kulitnya item"
"Hahaha sialan lu ul"
"Nah aulua udah sekarang mas yang harus nunjukin tuh yang katanya nyonya andry" "Hmm boleh boleh tapi jangan minder ya kalau kalah cantik"
"Stresss, kapan jadinya"
"Minggu, lu ikut aja kegereja gw, nanti gw tunjukin" "Ah ga mau ah pasti bahsa batak kan"
"Kaga gw sama dia ikut yg remaja, walau emang sih kaku, enakan digereja lu ul, ceria" "Yaudah minggu loh ya, awas bohong"
"Santai lu berangkat sendiri tapi, masa iya gw ngangkot jemput lu dulu"
"Lah ga boleh gitu, mas yang ngajak harustanggung jawab, nanti kalau aulia kenapa napa dijalan gimana hayo"
"Iya dah iya gw kerumahlu dulu, oke sampai ketemu dihari minggu, dah gw balik udah malam" "Hati hati mas"
"Ya" ucapku Lihat aulia, lihat saja, akan kubuktikan kepadamu bahwa wanita ini akan kuraih, sama seperti dulu, aku akan terus berjuang. sampai segala perjuanganku sia sia maka aku akan menyerah.
Part 7. Bantuan aulia Beberapa hari menjelang janjiku kepada aulia berlangsung dengan sangat indah. Hampir setiap hari aku bertemu dengan dirinya, baik itu saat berangkat atau pulang. Hampir setiap hari pula aku melihat senyumnya. Walau kadang didalam bis besar kami tidak berbincang hanya bertukar senyum saja saat bertemu. Ditangga itu, tangga dimana sebuah tragedi terjadi, sekarang jadi tempat buat kami berbincang sepuasnya bila bertemu. Posisi masih seperti biasa dia berada dibelakangku dan kami berbincang tanpa melihat satu sama lain. Dan saat naik metro pun kadang kami pun harus terpisah karena bangku yang kosong terpencar. Tapi itu semua tak menyurutkan semangatku..
Sehari, ya hanya sehari saja aku lesu dan kurang bersemangat karena saat itu, ketika pulang atau berangkat aku tidak berjumpa dengannya. Aku hanya butuh sedetik senyumannya, senyumannya sudah bagai candu bagiku.
Hari minggu, aku sudah dirumah aulia untuk mengantarnya melihat silvia. Dia mengenakan baju terusan berwarna hitam, cantik seperti biasa.
"Dah siap" "Udah dong" "Siap kalah maksud gw, kalah cantik" "Sial lu mas, udah ah ayo berangkat" "Sip sip"
Aku memakai motor aulia untuk kesana. Kami pun sampai, sengaja aku memilih dekat dengan pintu masuk agar leluasa memperhatikan setiap orang yang masuk. Masih ada waktu 15 menit sebelum acara dimulai. Dan baru ada beberapa orang disini, termasuk pemusik.
"Mana udah dateng belum"
"Belum tunggu aja, masih 15 menit lagi acara dimulai"
Satu persatu pria dan wanita bermunculan, mulai dari kisaran smp sampai seumuran dengan diriku. Silvia masih belum menampakkan diri sampai acara dimulai. Aku masih yakin kalau dia akan datang. 10 menit acara berlangsung , silvia masuk.
"Ul ul noh orangnya" bisikku pada aulia
"Yang mana" "Itu yang pake baju ungu" "Ga jelas mas, ga keliatan" "Nanti deh pas pulang" ucapku dan kembali fokus ke ibadah
waktu yang paling ditunggu tunggu pun tiba, yaitu saat acara selesai. aku dan aulia memutuskan untuk keluar terlebih dahulu dan menunggu digerbang. dari jauh sudah terlihat silvia yang keluar dari gedung
"nah tuh orangnya" ucapku pada aulia "wah bisa juga mas nyarinya" "woh jelas, udah liat kan pulang yok" "ehh tunggu" ucap aulia
"mba mba, mba silvia" ucap aulia meneriaki nama silvia sambil melambaikan tangan "eh lu mau ngapain"
"hehehe" aulia hanya tersenyum seperti menyimpan sesuatu hal "ah lu bener bener dah" ucapku begitu ku lihat silvia mendekat "eh mas andry" ucap silvia
"iya, ketemu lagi hehehe" ucapku salah tingkah "mba silvia kan bener" ucap aulia
"iya saya, kenapa ya"
"engga kok, cuma mau tau aja mba silvia yang mana, mas saya suka omongin mba terus sih" ucap aulia enteng tanpa beban
aku langsung melotot ke arah aulia yang dengan seenaknya bilang begitu "ohhh hahaha" silvia hanya tertawa
"mas ssstt, sini sini" ucap aulia menyuruhku mendekat seperti hendak membisikkan sesuatu "apa"
"mas harus...." Part 8. Pupus harapanku..
"Mas harus anterin dia balik" "Maksudnya""
"Ihh bloon banget sih jadi cowo, pake motor aulia anterin dia balik" "Terus lu"
"Gampang , tapi ga gratis loh" ucap aulia sambil memainkan mata "Bisik bisik apaan sih"" Tanya silvia
"Bentar ya mba via lagi penting nih" ucap aulia "Mata duitan lu" bisik ku
"Yeh ga ada yang gratis ya, pokoknya bensin harus full, sama bawain martabak telor spesial sama es buah masing masing dua buat aulia sama anita oke"
"Lu ngerampok ul"
"Mau kaga, jarang jarang loh kesempatan kaya gini, kapan lagi bisa dapet empuk empuk yah aulia tau lah mas kaya gimna"
"Sialan lu yaudah deal" ucapku setelah menimbang nimbang, dari semua syarat yang diajukan aulia keuntungan yang kudapat lebih menggiurkan
"Yaudah mba silvi, saya duluan ya, dah mas" ucap aulia "Oh iya iya" ucap silvia
"Dia siapa mas andry" tanya silvia "Ade nemu dijalan mba hahaha" "Ada gitu"
"Temen doang kok, tapi udah kaya ade sendiri lah, namanya aulia" "Ohhh" ucapnya
"Balik bareng saya aja mba" "Ga ah saya ngangkot aja" "Ga papa kok toh searah ini" "Beneran ga ngerepotin kan" "Engga, ayo naik" ucapku "Makasih ya mas"
"Iya, nih helmnya, gaenak banget ya pake mba mas an segala" "Iya hahaha"tawanya seraya memakai helm
"Panggil andry aja"
"Yaudah samain aja panggil silvia"
"Nah gini kan enak tadi kaku banget perasaan"
Akupun melajukan motorku. Sepintas kulihat aulia dipinggir jalan. Dia mengangkat dua jempolnya tinggi tinggi. Aulia kamu memang wanita hebat, kamu selalu ada untuk membantu ku. Bahkan sampai mengorbankan diri kamu sendiri
"Ga punya pacar apa, kok berangkat sendirian"" Tanya ku sekaligus mencari tahu seberapa besar peluangku
"Punya tapi ya gitu, dia di bogor jarang ke jakarta" "Oh" ucapku pendek
Sakit.. sakitnya hatiku ini, pupus sudah semua mimpi, pupus sudah semua asa untuk memilikinya.. kemana perginya sang dewi cinta. Tak sudikah kiranya dia mampir sebentar untuk jiwaku yang sepi ini
"Masnya sendiri, eh andry.. , lu sendiri" "Masih jomblo"
"Tadi kirain aulia tuh pacar lu"
"Bukan bukan, eh rumahlu dari gang itu jauh ga"" Tanya ku "Ga sih ga jauh jauh amat, gang pertama dari jalan" "Oh iya gw tau tuh kontrakan"
"Bagus deh udah tau jadi ga perlu nunjukin lagi hahaha" "Iya hahaha" tawaku berpura pura.
Semangatku kini sirna begitu mendengar kenyataan yang begitu pahit. Dia sudah punya kekasih disana. Begitu sampai dikontrakannya tak ingin berlama lama aku pamit dan pergi mencari pesanan aulia
Aku mengisi bensin terlebih dahulu, kemudian mencari martabak telur dan sop buah. Kemudian membawa kembali motor ini ke tuannya
Tok tok tok, aku mengetuk pintu rumah aulia, dan ternyata yang membukakan adalah anita "Eh ada ka andry, mana mana martabak telornya"
"Nih, tuh ada sop buah juga"
"Ka andry sakit", lemes banget kayanya" "Ga papa kok, aulianya mana"
"Ka aulia lagi kamar mandi tunggu aja bentar" "Oh yaudah,gw tunggu deh"
Part 9. Dua saudari penghiburku
"Gimana mas sukses dong, siapa dulu aulia" ucap aulia dan langsung duduk disampingku "Sukses palalu peyang, dia udah punya cowo ternyata ul"
"Yah, udah ada ternyata, mas juga salah sih pengen pedekate ga nyari tau dulu udah punya cowo apa belum"
"Lah inikan gw lagi nyari tau dan ternyata udah punya dia" "Oh iya hahaha, terus terus masa nyerah sih" "Terus gw harus jadi parasit gitu"
"Ya engga juga sih, aduh bingung"
"Lu aja bingung apalagi gw, cowonya orang bogor katanya" "Orang bogor hmm, hmm"
"Kenapa lu ham hem ham hem"
"Ga papa, yaudah mas semangat dong, padahal aulia udah seneng loh mas bisa semangat terus ketawa ketawa lagi"
"Tau ah ul, hilang semangat gw pas udah tau dia ada yang punya" "Masih banyak kok cewe lain mas" ucap aulia
"Iya masih banyak cewe lain kaya satu itu aja ka andry" ucap anita yang tiba tiba ikut dalam perbincangan
"Apaan sih lu de nyambung nyambung" protes aulia "Hehehe, apa anita aja yang jadi pacar ka andry" godaku "Eh" ucap anita kaget
"Becanda becanda, lagian kan anita udah ada yang punya, cowo bertas biru" ucap ku "Eh ka andry tau darimana" tanya anita panik
"Tau lah, mana gandengan lagi, mesra banget tau ul" ucapku "Beneran nit"
"Iya ka hehehe" ucap anita mali "Ati ati loh" ucap aulia
"Iya ka, anita jaga diri kok"
"Nih es buahnya" ucap nita sambil meletakkan dua buah es buah yang disatukan dalam satu tempat dengan 3 sendok dildalamnya
2 saudari ini jadi penghibur buatku setiap ada kegundahan yang menimpa. Entah apa jadinya diriku jika tak ada mereka. Beruntungnya diriku bisa bertemu dengan mereka, kakak beradik dengan sifat yang hampir sama menyebalkannya. Mungkin kalau tak ada mereka, aku hanya mengurung diri dikamar setiap hari.
Keesokan harinya. Walau sakit entah kenapa aku masih berlama lama dan mengundur waktu saat berangkat. Walau perih entah kenapa aku ingin sekali melihat senyumnya yang mungkin bukan hanya milikku.
Kali ini, saat aku melihat dirinya berdiri di bis ppd ini aku hanya memberi senyum, memberikan kursiku lalu pergi menjauh.
Ya begini lebih baik aku tak ingin berharap terlalu besar padanya. Aku juga tak ingin jadi parasit dalam hubungan orang
Part 10. Begitu besar keinginanku untuk menghindari dirinya. Tapi entah kenapa sekuat apapun aku menolak hatiku selalu ingin melihatnya dan membuang semua keinginan bodoh yang ada.
Kali ini, dijembatan, tempat biasa kami


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbincang begitu canggung kurasa. Aku berjalan didepannya. Tanpa bicara. Bibir ini kelu hanya tuk mengucapkan satu buah kata.
"Tumben naik angkot mas bukannya kemarin bawa motor" ucap dia mengawali percakapan Dia masih sering memanggilku dengan sebutan mas entah kenapa".
"Punya temen kemarin, saya mah ga punya motor"
"Ohh" ucapnya Setelah itu tak ada lagi perbincangan yang terjadi. Kami berdua sibuk dengan pikiran kami masing masing. Dilanjutkan dengan naik metro mini. Aku memilih untuk duduk ditempat yang terpisah walau disampingnya tak ada yang mengisi. Berpura pura sibuk dengan handphone padahal satu sms pun tak ada yang masuk disana.
Akupun turun tanpa berkata kata, tidak juga tersenyum kepadanya. Yah intinya aku mencoba menjauh darinya.
Saat pulang kali ini aku tidak seperti biasanya. Jam 3 pas aku sudah pulang sampai bos terheran heran padahal biasanya aku pulang lebih lambat sejam
"Tumben dry cepet banget"
"Ada urusan pa bos"
"Oh yaudah hati hati dijalan" "Iya pa bos duluan ya" "Yo"
Ya begitulah bos ku atau yang biasa ku panggil dengan pak boss. Akrab, bisa dibilang begitu. Walau aku banyak diam tapi aku tergolong akrab dengannya. Dia yang memberitahuku saat itu kalau ada lowongan sebagai GA. Dia juga yang membawaku kembali saat ku katakan aku bosan dengan pekerjaan yang diberikannya.
Aku yakin sekali kalau aku tidak akan berjumpa dengan silvia kali ini. Sangat kecil peluangnya. Walau tergantung seberapa lama bis besar itu tiba. Nasib sial datang. Saat tiba dipemberhentian bis ppd sudah lewat terpaksa aku menunggu yang selanjutnya. Menunggu adalah hal yang membosankan untukku. Sampai aku tak sadar seseorang menepuk pundakku dari belakang "Tumben mas duluan yang ada disini"
"Oh iya tadi pulangnya buru buru" ucapku berbasa basi "Emang ada apaan"" Tanya dia
"Ga ada apa apa sih cuma pengen pulang cepat aja"
Sial sepertinya takdir tak mengizinkanku tuk jauh darinya. Tak ingin terlalu lama berbincang aku kembali berpura pura sibuk dengan hp ku
"Sibuk banget smsannya"
"Oh iya hehehe" ucapku salah tingkah
Semoga dia tak tahu kalau aku hanya berpura pura "Pasti cewe" ucap dia
"Eh iya cewe hehehe" entah kenapa aku berpikir untuk membalasnya walau entah aku tak tahu dia menyimpan perasaan kepadaku atau tidak
"Boleh minta nomor mas ga, kali saya butuh sesuatu, mas kan lebih tahu daerah sini" ucapnya "Boleh boleh, sini hp lu" ucapku
Aku mengetikkan nomorku dihpnya dan memberikannya ke silvia "Makasih ya"
"Iya" ucapku "Coba ku misscall deh, tuh masuk ga"" "Masuk"
"Save ya nomor saya" "Iya" ucapku
Dalam keadaan normal mungkin saat ini aku sudah meloncat kegirangan begitu mendapatkan nomornya. Tapi ini bukan dalam keadaan normal.
part 11. kupandangi nomor silvia begitu sampai dirumah. nomor yang belum kunamai kontaknya. "Arghh.. pengen banget gw sms tapi ahh. Bodo ah" ucapku lalu melempar hpku ke ranjang "Biar aja dia yang sms duluan" ucapku
Sampai malam benar saja tak ada sms yang masuk. Ya sudahlah berarti memang dia belum membutuhkanku.
Beberapa hari berikutnya. Jumat.
SelAma dua hari aku tidak bertemu dengan silvia, karena dua hari itu aku benar benar berniat menjauh. Berangkat seperti biasa jam 5.45 dan pulang tepat waktu. Kembali ke diriku yang normal tanpa senyum darinya untuk menambah semangat dipagi hari
Tapi hari ini dengan sangat sangat terpaksa aku harus pulang telat karena ada sedikit tugas dari pak boss. Dengan malas aku mengerjakan tugas itu didepan komputer. Sambil sesekali buka kaskus dan membaca cerita cerita disfth.
Jam 3 lewat aku pulang, semoga tidak bertemu dengannya kali ini. Sayang beribu sayang begitu naik metro mini senyumnya sudah terpampang dihadapanku. Dia duduk tepat dipintu masuk depan. Mau tak mau aku membalas senyumnya
"Sini mas" ucapnya sambil menepuk nepuk kursi kosong disampingnya "Iya" ucapku lalu duduk
"Dua hari kemana aja mas kok ga keliatan" "Oh itu ada kok ga ketemu aja paling" "Ohh" ucap dia
Setelah itu tak ada perbincangan lagi. Aku diam begitupun dia kami berdua sudah kehabisan bahan bicara. Kemudian kami turun untuk berpindah ke bis besar
Penuhnya sore ini. Aku dan silvia terpaksa berhimpitan aku berdiri tepat dibelakangnya. Terkadang bis bergoyang atau menikung membuat ancang ancangku goyang dan menabraknya(bukan disengaja loh)
"Eh maaf maaf" ucapku "Iya gapapa"
Karena tak enak kalau harus menabrak tepat lurus aku berdiri agak kesamping sedikit. Ya setidaknya mencegah fitnah untuk kedua kalinya.tak terasa sudah hampir sampai ke jalan rumah silvia
"Mas boleh minta tolong ga" ucapnya "Boleh boleh apaan"
"Hmm.. itu.. hmm"
"Apaan"" Tanyaku tak sabar
"Ga jadi deh, Duluan ya mas" ucap silvia begitu sampai dijalan ke rumahnya
Dia lalu turun terlebih dahulu. Sembari berdadah ria lewat kaca. Bingung. Apa sebenarnya yang ingin dia ucapkan
Begitu sampai rumah aku langsung merebahkan tubuhku di kursi teras. Hari yang melelahkan. Bukan hanya pikiran dan tenaga namun juga hati. Hpku bergetar.
"Mas andry bisa minta tolong ga"
Nomor ini, ini nomor silvia. Ternyata dia yang sms diriku terlebih dahulu "Tolong apaan"" Tanyaku
"Hmm ini aku boleh pinjem duit ga, aku belum ada yang kenal nih, sama anak kontrakan, aku juga ga ada kerabat yang deket, tadi pengen ngomong di bis malu" ucapnya
Yah sial dia hanya ingin meminjam uang ternyata. Ada maksud terselubung dibalik dia meminta nomorku.
'Hmm kebetulan ada sih" balasku
"Aku pinjem 300 aja, nanti akhir bulan aku ganti, tinggal seminggu lagi kok, soalnya udah sekarat hehehe"
"Yaudah nanti aja gw kerumah lu, lu kasih tau aja petunjuknya" "Eh biar saya aja mas yang kesana"
"Udah gpp, nanti gw kerumahlu"
"Makasih banget loh mas, saya ga tau pengen minjem kesiapa lagi, temen pada ga punya semua soalnya"
"Iya" balasku pendek
Setidaknya aku tahu rumahnya. Benar bukan"
part 12. tragedi makan bersama
Aku sampai dijalan dimana silvia biasa turun, aku sms silvia "Dari jalan kemana nih"" Tanya ku
"Lurus aja mas, disebelah kiri gang pertama" "Oh iya ketemu,terus"
"Tunggu deh aku jemput" balas dia
Aku menunggu depan gang. Tak begitu lama muncul sosok perempuan, mengenakan kaos biru muda dipadu dengan jeans pendek memperlihatkan bagian bagian tubuhnya yang indah.
"Maaf ya mas jadi ngerepotin"
"Oh iya ga papa" ucapku "Ayo mas mampir dulu" "Iya"
Akupun mengikuti nya dari belakang. Rambutnya dikuncir tidak seperti biasa terurai panjang. "Nah ini mas kontrakan saya, masuk dulu mas, maaf berantakan"
Dalam hati ku berpikir "Serapi ini masih dibilang berantakan""
"Minum dulu mas" ucapnya sambil meletakkan air gelas yang sepertinya dingin "Makasih ya"
"Iya sama sama"ucap dia
"Nih duitnya" ucapku tanpa basa basi
"Makasih banget mas, saya bingung soalnya mau minjem kesiapa lagi" "Santai aja" jawabku (cool bukan)
"Soalnya saya pindah diawal bulan, kontrakan yang lama udah bayar tapi ga bisa diambil lagi, trus bayar kontrakan ini makanya tekor, diluar dugaan deh" "Ooo, buat makan ada tapi kan"
"Klo itu mah ada hehehe, diminum dong mas" ucap dia "Eh iya" ucapku lalu mengambil gelas itu
"Mas tinggal sendiri dirumah itu"" Tanya dia "Iya sendiri"ucapku
"Orang tua mas"" Tanya dia lagi "Udah ga ada" ucapku
"Eh maaf mas, hebat ya berarti" ucap dia
"Biasa aja mah, ya mau gimana lagi, orang tua lu sendiri""
"Orang tua dibogor semua mas, makanya saya punya temen dikit doang disini" "Udah makan belum" tanya ku ketika melihat jam menunjukan pukul 7 malam "Belum sih" ucap dia malu malu
"Yaudah makan diluar yuk" ajak ku
"Eh saya udah masak sih, mas aja makan disini" "Aduh, ga usah deh" ucapku
"Harus ah, itung itung saya terimakasih, ya makan disini ya" paksa dia (dia yang maksa loh) "Yaudah deh" ucapku
Silvia pun menuju dapur dan kembali membawa dua piring, dua gelas, sayur sawi, ikan teri dan sebaskom nasi. Yang jadi pertimbangan saat makan dirumah orang adalah etika. Kebanyakan orang memilih sopan dengan menggunakan sendok dan mengambil sedikit nasi.
"Makan aja mas jangan malu malu" ucap dia
Kuambil sesendok, hmm sepertinya kurang, kutambah lagi sesendok, nah ini baru porsiku. Kulihat silvia tertawa kecil. Bodo amatlah pikirku. Sendok sudah ditangan. Kulihat dia malah makan pakai tangan. Tuan rumahnya saja santai buat apa aku malu. Kuletakkan sendok itu kembali. "Dapur dimana ya, mau cuci tangan nih"
"Kirain tadi make sendok"
"Enakan pake tangan"
"Hahaha, dibelakang mas" ucap dia "Sip sip"
Akupun menuju kamar mandi lalu kembali untuk makan. Cara makan silvia, tipikal cewek sekali. Pelan pelan menikmati setiap suapan yang masuk. Sedangkan cara makanku jangan tanya seperti tidak pernah bertemu nasi selama seminggu, cepat .
Buat apa jaim, pikirku. Kami melanjutkan makan tanpa banyak bicara. Hanya sesekali kulihat dia tersenyum. Selesai makan setelah dia membereskan semuanya.
"Laper banget ya mas" ucap silvia
"Anjrit" part 13.hutang lunas tak ingin berlama lama dirumah silvia karena malu, aku akhirnya pulang dengan wajah memerah tapi tak terlihat karena kulit yang agak gelap. sampai rumah senyum senyum sendiri membayangkan kejadian tadi.
satu buah sms masuk ke ponsel ku "makasih ya mas hehe"
"iya, makasih juga makanannya, enak" balasku "iya sampai lahap gitu"
"duh dibahas lagi, udah ah" "hahaha, maaf maaf"
"Tapi emang enak masakannya" "Beneran"
"Iya biar cuma teri kerasa kaya makan ayam" "Ah bohong bilang aja ga enak"
"Enak kok enak"
"Kalau gitu lain kali makan dikontrakan saya lagi mau dong" "Boleh aja sih asal ga diledek lagi aja".
"Iya engga hahaha, yaudah deh mas makasih ya sekali lagi" "Iya" balasku
Dan satu hal yang kuyakini sekarang. Aku tak bisa jauh darinya. Rindu terasa begitu dalam sehari saja ak bertemu. Biarlah dia punya orang lain. Tapi perasaanku tak bisa berbohong aku hanya ingin membantu dia dan selalu ada buat dia.
Beberapa hari kemudian. Aku kembali menjadi seorang andry saat mengenal dia. Berangkat agak telat dan pulang agak lambat semua itu kulakukan tentu saja hanya untuk bertemu dengan dia. Melakukan hal hal kecil seperti memberikan bangku ku saat di bis. Ya setidaknya aku baru bisa melakukan itu.
Seminggu kemudian akhir bulan tepat dimana silvia berjanji mengembalikan uangku. Lewat sms dia menanyakan rumahku karena dia mau mengantarnya langsung. Takut dia bingung, sama seperti yang dia lakukan kemarin aku menjemput dia diujung jalan. "Impas ya mas, ucap dia
"Ga ada lebihnya nih" godaku "Ih ternyata rentenir juga masnya" "Becanda becanda" ucapku
"Yaudah lebihnya makan dirumahku lagi gimana" "Ga deh, makasih,masih trauma"
"Hahaha, yaudah aku masakin aja deh, mas dirumah ada apaan aja" "Ada mie doang kayanya sama nasi"
"Bumbu bumbu dapur kaya bawang cabe gitu"" Tanya dia "Ga ada juga"
"Cowo banget ya demen yang instan" protes dia "Bukannya gitu, masak sih bisa cuma malas aja" " ya sama aja dong"
"Daripada ngomel ngomel mending makan diluar" "Mas yang bayarin ya"
"Lah tadi perasaan ada yang mau nraktir makan kenapa jadi gw" "Mas kan ngajakin saya" ucap dia malu, sekilas kulihat rona merah dipipinya "Iya dah, pecel lele depan aja ya"
"Boleh" ucap dia
Kamipun menuju depot pecel lele yang letaknya tak jauh dari jalan raya part 14. apa kata orang..
Kamipun menuju depot pecel lele yang letaknya tak jauh dari jalan raya. "Pesen apaan" tanya ku
"Pecel ayam aja deh"
"Mba pecel ayam 2" ucapku pada pelayan
"Bisa kerja jadi teller gimana awalnya, padahal jurusan pertanian hahaha" "Ihh sensi amat kayanya sama jurusan pertanian" ucap dia
"Lah lagian lu lulusan pertanian malah ke kota, ya ga bakalan dapat lahan buat dikembangin lah! "Dikiran bertani gampang kali ya, awalnya sih dapat info dari temen"
"Oh, terua gelar lu ngaruh ga ke gaji"
"Ga mandang gelar sih mas cuma kalo s1 sama d3 pasti beda gajinya, nah yang lulusan sekretaris sama marketing juga pasti beda"
"Ooo" Makanan pun datang "kali ini pelan pelan aja mas jangan buru buru hahaha" ledek dia "demen banget lu ngeledek gw"
"dah ah makan dulu"ucap dia
Kami menghentikan perbincangan sementara waktu. Karena menurut mama makan sambil bicara itu tidak baik. Acara makan selesai.
"Gw temenin deh sampe rumah" ucapku padanya
"Gausah deh mas saya bisa sendiri, nanti mas malah bolak balik" "Gapapa" ucapku
Aku dan silvia pun menghentikan sebuah mikrolet. Kami duduk bersebrangan kali ini . Dalam lampu remang remang pun wajahnya masih tampak cantik bagiku. Sesekali dia memergoki diriku yang menatapnya. Dan dia hanya tersenyum. Cantik.
Aku antar silvia sampai tepat depan kontrakannya. Ada dua orang perempuan muda dikamar sebelah yang sedang duduk didepan kontrakannya.
"Duh mba silvia baru pindah udah dapat gandengan aja" ucap salah satu orang 'Eh bukan bukan, ih mba ini gosip deh, kenalin mas, yang ini mba turi, yang ini mba antin" "Halo mba, yaudah sil gw balik ya"
"Makasih ya mas udah nganterin" "Iya" ucapku
"Sering sering mampir ya mas" ucap mba antin "Eh iya mba hehehe"
"Rumahnya dimana mas" tanya mba turi "Deket situ mba, gang ***"
"Ohhh deket ya ternyata" ucap mba turi
"Udah mas pulang aja, makin ga jelas nanti nanya nanyanya mba mba ini" "Duh silvia malu tuh, sini dulu mas buru buru banget" ucap mba turi Silvia mendekat dan mendorong tubuhku untuk pergi "Pulang aja mas, ga jelas mereka hahaha"
"Iya iya kaya apaan didorong dorong, yaudah mba saya pulang dulu, udah diusir nih" "Jahat ya silvia maen usir masnya aja, nanti kangen aja" ledek mba turi
Sadar kalau makin lama aku disana akan membuat silvia makin malu akupun memutuskan untuk pergi
Sebuah sms masuk ke hpku.
"Omongan mba mba tadi jangan dimasukin hati ya mas"
"Baru juga sampe jalan udah sms aja, jangan jangan beneran kangen nih" goda ku "Idih, pedenya, udah ah, makasih ya mas udah nganterin"
"Iya sama sama" balasku
"Berarti impas ya mas"
"Belum dong, kalau lu nraktir baru impas tadi kan gw"
"Iyadeh kapan kapan tapi "
"Kalau ngomongnya kapan kapan gw kenapa jadi ga yakin ya, yaudah kapan kapan terserah situ, dah selamay malam"
"Malam juga mas" part 15. sms menyebalkan
Makin hari hubunganku dan silvia makin intens, tentunya hanya lewat sms atau saat berjumpa di bis. Aulia pun tak menyangka keputusanku yang mau bertahan walau dia sudah punya pacar "Gila mas yakin mau tetep deket sama silvia"" Tanya aulia
"Yah seenggaknya gw cuma mau bantu apapun yang dia butuhin ul, ga salah kan"" Tanyaku balik "Engga sih, tapi kan aduh ah aulia jadi bingung sendiri"
"Gw yang ngejalanin kenapa lu yang bingung dah" "Iya sih yaudah terserah mas aja lah baiknya gimana" "Nah gitu dong dukung gw haaha"
Mungkin biaa dibilang sekarang kami bagai seorang sahabat. Bayangkan silvia sudah mulai curhat soal pacarnya ke diriku. Sakit pasti tapi aku berusaha mencari solusi sekaligus mencari pembenaran biar tidak kelihatan kalau aku juga menginginkan dia putus. Jahatnya.
"Cowo emang semuanya sama ya" sms dia suatu hari "Maksudnya apaan nih, tiba tiba sms gw kaya gini"
"Menurut mas nih ya, kalau mas punya pacar, penting ga sih ngabarin pacar lagi dimana atau lagi ngapain gitu""
"Duh gw ngerti nih arahnya kemana nih topik, pasti cowo lu kan" "Iya, apa susah nya sih ngabarin, menurut mas gimana"" "Menurut gw ya, penting ga penting sih"
"Penting penting, engge engga gimana sih, ada gitu penting ga penting" "Iya iya penting, menurut gw penting sih asal ga berlebihan" "Maksudnya berlebihan"
"Nih ya gw kasih tau, coba lu bayangin kalau cowo lu ngasih kabar tiap dia ngapain atau tiap jam, apa pendapat temen temennya kalau baca sms atau denger dia ngabarin lu terus"
"Pasti orang mikir duh nih cowo pacar protektif kaya gitu aja masih dipertahanin, mau aja disuruh ngabarin terus terusan, cemen sama cewe sendiri takut, pasti orang beranggapan kaya gitu" "Ya tapi kan seenggaknya bisa gitu ngasih kabar, ini engga sama sekali giliran aku rotes marah marah"
"Duh gw ga ikut campur deh itu urusan lu, gw cuma kasih tau semua yang berlebihan itu ga baik, termasuk nanya nanya kabar dia secara berlebihan juga"
"Yah aku salah dong"
"Ga bisa dibilang salah juga sih, aduh bingung jelasinnya, intinya tahan tahan aja deh buat ga terlalu sering nanya nanya ke dia"
"Tapikan saya pengen kaya orang lain, diucapin selamat pagi, atau ga ditanya udah makan belum, diperhatiin lah, belum lagi dia susah banget kalau disuruh ke sini buat ketemuan, selalu saya yang kesana"
"Hahaha lucu lu pacaran cuma gara gara pengen diperhatiin lewat sms, eh iya udah makan belum" hahaha"
"Dihhh ngeledek nih masnya, mas sendiri gimana gitu, pasti kesepian kan tuh hp ga ada yg sms" "Kata siapa, nih daritadi smsan sama fans hahaha"
"-_-" part 16. Suatu hari, Sepulang dari gereja, aku bertemu dengan silvia. Sengaja menunggu dia untuk pulang bersama.
"Main kemana dulu yuk mas, bosen nih dikontrakan" "Ga ada temen main apa", atau gapacaran biar ga bosen" "Ngeledek, kan kemarin saya curhat dia ga pernah kesini"
"Hahaha lupa lupa, emang anak kontrakan kenapa, ajak ajak lah mereka jalan jalan" "Dah pada punya cowo jadi sibuk semua"
"Kasian ya pacaran tapi serasa jomblo hahahah" ledekku "Aduuuhhhh....."teriakku
Sebuah cubitan keras kuterima setelah meledek silvia "Emang enak"
"Aduhhh perih banget make kuku nih nyubitnya, coba liat kuku lu" "Lebay cowo kok cengeng, masa gitu doang sakit"
"Wah nantang, gw cubit balik nih" goda ku "Eh jangan jangn maaf hehehe" ucap dia "Yaudah mau kemana nih"" Tanya ku "Beli jus yang digang xxx itu yuk" ucap dia "Boleh deh, lumayan nyegerin kayanya" ucapku
Kami pun menuju kedai yang menjual berbagai macam jus buah. Bisa dibilang kaya kafe juga sih. Karena disini juga menyediakan banyak kursi. Letaknya juga tidak begitu jauhdari rumah silvia "Mau pesen apaan"" Tanya ku
"Aku sirsak aja mas" ucap silvia "Tunggu bentar biar gw pesenin" Akupun menuju penjual memesan dua buah jus, satu alpukat dan satu lagi sirsak "Nih punya lu"
"Makasih" "Mas kalau dirumah sendiri ga bosen gitu"" Tanya silvia
"Ya bosen makanya gw sering banget ke rumah aulia, masih inget kan, cewe yang pake kacamata kemarin"
"Oh iya inget cewe yang sok kenal itu ya hahaha" tawa silvia "Tuh cewe emang aneh, gokil lah dia'
"Kayanya mas akrab banget sama dia"
"Udah lama sih gw kenal sama dia, yah udah gw anggap adek sendiri" "Ade apa ade""
"Yah ga percaya, tuh anak emang gitu kelakuannya, suka diluar nalar" ucapku "Gila dong"
"Setengah sih kayanya hahaah"
"Dih parah, kalau ketemu lagi sama aulia aku bilangin loh"
"Bilangin aja coba, ga bakal berani dia sama gw, eh anak kontrakan situ cakep cakep ya, apalagi yang mba turi tuh"
"Cakep apa ngeliat bajunya, pake tanktop doang" "Ya itu salah satunya sih"
"Payah, cowo emang sama semua ya, demen banget ngeliat yang bening bening kaya gitu" "Naluri bu"
"Dah abis nih mas yang bayar kan" ucap silvia "Apaan kaga kaga, patungan patungan"
"Cuma jus doang paling ga seberapa" ucap silvia sambil tersenyum nakal "Tekor deh lama lama nraktir lu terus, yaudah gw bayar"
Aku dan dia pun menuju si penjual, aku membuka dompetku mengeluarkan selembar kertas biru. Kemudian keluar daritempat itu. Toba tiba silvia bersuara
"Itu didompet foto siapa mas"" Tanya dia
part 16. Suatu hari, Sepulang dari gereja, aku bertemu dengan silvia. Sengaja menunggu dia untuk pulang bersama.
"Main kemana dulu yuk mas, bosen nih dikontrakan" "Ga ada temen main apa", atau gapacaran biar ga bosen" "Ngeledek, kan kemarin saya curhat dia ga pernah kesini"
"Hahaha lupa lupa, emang anak kontrakan kenapa, ajak ajak lah mereka jalan jalan" "Dah pada punya cowo jadi sibuk semua"
"Kasian ya pacaran tapi serasa jomblo hahahah" ledekku "Aduuuhhhh....."teriakku
Sebuah cubitan keras kuterima setelah meledek silvia "Emang enak"
"Aduhhh perih banget make kuku nih nyubitnya, coba liat kuku lu" "Lebay cowo kok cengeng, masa gitu doang sakit"
"Wah nantang, gw cubit balik nih" goda ku "Eh jangan jangn maaf hehehe" ucap dia "Yaudah mau kemana nih"" Tanya ku "Beli jus yang digang xxx itu yuk" ucap dia "Boleh deh, lumayan nyegerin kayanya" ucapku
Kami pun menuju kedai yang menjual berbagai macam jus buah. Bisa dibilang kaya kafe juga sih. Karena disini juga menyediakan banyak kursi. Letaknya juga tidak begitu jauhdari rumah silvia "Mau pesen apaan"" Tanya ku
"Aku sirsak aja mas" ucap silvia "Tunggu bentar biar gw pesenin" Akupun menuju penjual memesan dua buah jus, satu alpukat dan satu lagi sirsak "Nih punya lu"
"Makasih" "Mas kalau dirumah sendiri ga bosen gitu"" Tanya silvia
"Ya bosen makanya gw sering banget ke rumah aulia, masih inget kan, cewe yang pake kacamata kemarin"
"Oh iya inget cewe yang sok kenal itu ya hahaha" tawa silvia "Tuh cewe emang aneh, gokil lah dia'
"Kayanya mas akrab banget sama dia"
"Udah lama sih gw kenal sama dia, yah udah gw anggap adek sendiri" "Ade apa ade""
"Yah ga percaya, tuh anak emang gitu kelakuannya, suka diluar nalar" ucapku "Gila dong"
"Setengah sih kayanya hahaah"
"Dih parah, kalau ketemu lagi sama aulia aku bilangin loh"
"Bilangin aja coba, ga bakal berani dia sama gw, eh anak kontrakan situ cakep cakep ya, apalagi yang mba turi tuh"
"Cakep apa ngeliat bajunya, pake tanktop doang" "Ya itu salah satunya sih"
"Payah, cowo emang sama semua ya, demen banget ngeliat yang bening bening kaya gitu" "Naluri bu"
"Dah abis nih mas yang bayar kan" ucap silvia "Apaan kaga kaga, patungan patungan"
"Cuma jus doang paling ga seberapa" ucap silvia sambil tersenyum nakal "Tekor deh lama lama nraktir lu terus, yaudah gw bayar"
Aku dan dia pun menuju si penjual, aku membuka dompetku mengeluarkan selembar kertas biru. Kemudian keluar daritempat itu. Toba tiba silvia bersuara
"Itu didompet foto siapa mas"" Tanya dia
Part 12. Makan bersama Aku sampai dijalan dimana silvia biasa turun, aku sms silvia "Dari jalan kemana nih"" Tanya ku
"Lurus aja mas, disebelah kiri gang pertama" "Oh iya ketemu,terus"
"Tunggu deh aku jemput" balas dia
Aku menunggu depan gang. Tak begitu lama muncul sosok perempuan, mengenakan kaos biru muda dipadu dengan jeans pendek memperlihatkan bagian bagian tubuhnya yang indah. "Maaf ya mas jadi ngerepotin"
"Oh iya ga papa" ucapku "Ayo mas mampir dulu" "Iya"
Akupun mengikuti nya dari belakang. Rambutnya dikuncir tidak seperti biasa terurai panjang. "Nah ini mas kontrakan saya, masuk dulu mas, maaf berantakan"
Dalam hati ku berpikir "Serapi ini masih dibilang berantakan""
"Minum dulu mas" ucapnya sambil meletakkan air gelas yang sepertinya dingin "Makasih ya"
"Iya sama sama"ucap dia
"Nih duitnya" ucapku tanpa basa basi
"Makasih banget mas, saya bingung soalnya mau minjem kesiapa lagi" "Santai aja" jawabku (cool bukan)
"Soalnya saya pindah diawal bulan, kontrakan yang lama udah bayar tapi ga bisa diambil lagi, trus bayar kontrakan ini makanya tekor, diluar dugaan deh"
"Ooo, buat makan ada tapi kan"
"Klo itu mah ada hehehe, diminum dong mas" ucap dia "Eh iya" ucapku lalu mengambil gelas itu
"Mas tinggal sendiri dirumah itu"" Tanya dia "Iya sendiri"ucapku
"Orang tua mas"" Tanya dia lagi "Udah ga ada" ucapku
"Eh maaf mas, hebat ya berarti" ucap dia
"Biasa aja mah, ya mau gimana lagi, orang tua lu sendiri""
"Orang tua dibogor semua mas, makanya saya punya temen dikit doang disini" "Udah makan belum" tanya ku ketika melihat jam menunjukan pukul 7 malam "Belum sih" ucap dia malu malu
"Yaudah makan diluar yuk" ajak ku
"Eh saya udah masak sih, mas aja makan disini" "Aduh, ga usah deh" ucapku
"Harus ah, itung itung saya terimakasih, ya makan disini ya" paksa dia (dia yang maksa loh) "Yaudah deh" ucapku
Silvia pun menuju dapur dan kembali membawa dua piring, dua gelas, sayur sawi, ikan teri dan sebaskom nasi. Yang jadi pertimbangan saat makan dirumah orang adalah etika. Kebanyakan orang memilih sopan dengan menggunakan sendok dan mengambil sedikit nasi. "Makan aja mas jangan malu malu" ucap dia
Kuambil sesendok, hmm sepertinya kurang, kutambah lagi sesendok, nah ini baru porsiku. Kulihat silvia tertawa kecil. Bodo amatlah pikirku. Sendok sudah ditangan. Kulihat dia malah makan pakai tangan. Tuan rumahnya saja santai buat apa aku malu. Kuletakkan sendok itu kembali. "Dapur dimana ya, mau cuci tangan nih"
"Kirain tadi make sendok" "Enakan pake tangan"
"Hahaha, dibelakang mas" ucap dia "Sip sip"
Akupun menuju kamar mandi lalu kembali untuk makan. Cara makan silvia, tipikal cewek sekali. Pelan pelan menikmati setiap suapan yang masuk. Sedangkan cara makanku jangan tanya seperti tidak pernah bertemu nasi selama seminggu, cepat .
Buat apa jaim, pikirku. Kami melanjutkan makan tanpa banyak bicara. Hanya sesekali kulihat dia tersenyum. Selesai makan setelah dia membereskan semuanya.
"Laper banget ya mas" ucap silvia
"Anjrit" part 13. tak ingin berlama lama dirumah silvia karena malu, aku akhirnya pulang dengan wajah memerah tapi tak terlihat karena kulit yang agak gelap. sampai rumah senyum senyum sendiri membayangkan kejadian tadi.
satu buah sms masuk ke ponsel ku "makasih ya mas hehe"
"iya, makasih juga makanannya, enak" balasku "iya sampai lahap gitu"
"duh dibahas lagi, udah ah" "hahaha, maaf maaf"


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi emang enak masakannya" "Beneran"
"Iya biar cuma teri kerasa kaya makan ayam" "Ah bohong bilang aja ga enak"
"Enak kok enak"
"Kalau gitu lain kali makan dikontrakan saya lagi mau dong" "Boleh aja sih asal ga diledek lagi aja".
"Iya engga hahaha, yaudah deh mas makasih ya sekali lagi" "Iya" balasku
Dan satu hal yang kuyakini sekarang. Aku tak bisa jauh darinya. Rindu terasa begitu dalam sehari saja ak bertemu. Biarlah dia punya orang lain. Tapi perasaanku tak bisa berbohong aku hanya ingin membantu dia dan selalu ada buat dia.
Beberapa hari kemudian. Aku kembali menjadi seorang andry saat mengenal dia. Berangkat agak telat dan pulang agak lambat semua itu kulakukan tentu saja hanya untuk bertemu dengan dia. Melakukan hal hal kecil seperti memberikan bangku ku saat di bis. Ya setidaknya aku baru bisa melakukan itu.
Seminggu kemudian akhir bulan tepat dimana silvia berjanji mengembalikan uangku. Lewat sms dia menanyakan rumahku karena dia mau mengantarnya langsung. Takut dia bingung, sama seperti yang dia lakukan kemarin aku menjemput dia diujung jalan.
"Impas ya mas, ucap dia
"Ga ada lebihnya nih" godaku "Ih ternyata rentenir juga masnya" "Becanda becanda" ucapku
"Yaudah lebihnya makan dirumahku lagi gimana" "Ga deh, makasih,masih trauma"
"Hahaha, yaudah aku masakin aja deh, mas dirumah ada apaan aja" "Ada mie doang kayanya sama nasi"
"Bumbu bumbu dapur kaya bawang cabe gitu"" Tanya dia "Ga ada juga"
"Cowo banget ya demen yang instan" protes dia "Bukannya gitu, masak sih bisa cuma malas aja" " ya sama aja dong"
"Daripada ngomel ngomel mending makan diluar" "Mas yang bayarin ya"
"Lah tadi perasaan ada yang mau nraktir makan kenapa jadi gw" "Mas kan ngajakin saya" ucap dia malu, sekilas kulihat rona merah dipipinya "Iya dah, pecel lele depan aja ya"
"Boleh" ucap dia
Kamipun menuju depot pecel lele yang letaknya tak jauh dari jalan raya part 14. Apa kata orang
Kamipun menuju depot pecel lele yang letaknya tak jauh dari jalan raya. "Pesen apaan" tanya ku
"Pecel ayam aja deh"
"Mba pecel ayam 2" ucapku pada pelayan
"Bisa kerja jadi teller gimana awalnya, padahal jurusan pertanian hahaha" "Ihh sensi amat kayanya sama jurusan pertanian" ucap dia
"Lah lagian lu lulusan pertanian malah ke kota, ya ga bakalan dapat lahan buat dikembangin lah! "Dikiran bertani gampang kali ya, awalnya sih dapat info dari temen"
"Oh, terua gelar lu ngaruh ga ke gaji"
"Ga mandang gelar sih mas cuma kalo s1 sama d3 pasti beda gajinya, nah yang lulusan sekretaris sama marketing juga pasti beda"
"Ooo" Makanan pun datang "kali ini pelan pelan aja mas jangan buru buru hahaha" ledek dia "demen banget lu ngeledek gw"
"dah ah makan dulu"ucap dia
Kami menghentikan perbincangan sementara waktu. Karena menurut mama makan sambil bicara itu tidak baik. Acara makan selesai.
"Gw temenin deh sampe rumah" ucapku padanya
"Gausah deh mas saya bisa sendiri, nanti mas malah bolak balik" "Gapapa" ucapku
Aku dan silvia pun menghentikan sebuah mikrolet. Kami duduk bersebrangan kali ini . Dalam lampu remang remang pun wajahnya masih tampak cantik bagiku. Sesekali dia memergoki diriku yang menatapnya. Dan dia hanya tersenyum. Cantik.
Aku antar silvia sampai tepat depan kontrakannya. Ada dua orang perempuan muda dikamar sebelah yang sedang duduk didepan kontrakannya.
"Duh mba silvia baru pindah udah dapat gandengan aja" ucap salah satu orang 'Eh bukan bukan, ih mba ini gosip deh, kenalin mas, yang ini mba turi, yang ini mba antin" "Halo mba, yaudah sil gw balik ya"
"Makasih ya mas udah nganterin" "Iya" ucapku
"Sering sering mampir ya mas" ucap mba antin "Eh iya mba hehehe"
"Rumahnya dimana mas" tanya mba turi "Deket situ mba, gang ***"
"Ohhh deket ya ternyata" ucap mba turi
"Udah mas pulang aja, makin ga jelas nanti nanya nanyanya mba mba ini" "Duh silvia malu tuh, sini dulu mas buru buru banget" ucap mba turi Silvia mendekat dan mendorong tubuhku untuk pergi "Pulang aja mas, ga jelas mereka hahaha"
"Iya iya kaya apaan didorong dorong, yaudah mba saya pulang dulu, udah diusir nih" "Jahat ya silvia maen usir masnya aja, nanti kangen aja" ledek mba turi
Sadar kalau makin lama aku disana akan membuat silvia makin malu akupun memutuskan untuk pergi
Sebuah sms masuk ke hpku.
"Omongan mba mba tadi jangan dimasukin hati ya mas"
"Baru juga sampe jalan udah sms aja, jangan jangan beneran kangen nih" goda ku "Idih, pedenya, udah ah, makasih ya mas udah nganterin"
"Iya sama sama" balasku "Berarti impas ya mas"
"Belum dong, kalau lu nraktir baru impas tadi kan gw"
"Iyadeh kapan kapan tapi "
"Kalau ngomongnya kapan kapan gw kenapa jadi ga yakin ya, yaudah kapan kapan terserah situ, dah selamay malam"
"Malam juga mas" part 17. memori
"itu didompet foto siapa mas"" Tanya silvia
Sial dia melihat foto clara yang masih terpampang manis didompetku yang kumal.sebuah foto saat dikebun teh dan kugunting menyisakan fotonya saja. Dan foto itu selalu membawa kenanganku dengan clara
"Maksudnya" ucapku pura pura tidak tahu "Pasti gebetan ya, cantik juga mas" "Foto apaan sih, ga ngerti gw"
"Ih pura pura ga tau, itu yang didompet ituloh"
Apakah aku harus jujur akan hal ini ke silvia. 2 tahun pun masih kurang bagiku untuk melupakan setiap detil kenanganakan clara. Tawanya senyumnya dapat dengan mudah kubayangkan. "Hmm, itu foto mantan gw"
"Cie ga bisa move on cie" "Apalah, ga jelas"
"Foto mantan kok disimpen terus sih""
"Yah gimana ya, namanya kenangan susah dilupakan" "Aduh melankolisnya"
"Hahaha ga papa dong" ucapku
"Hahaha, move on dong mas cari yang baru"
"Melupakan itu susah tau, apalagi gw sama dia udah 3 tahun, ya berkesan banget lah dia buat gw" "Iyasih, tapi masa mas mau stuck disitu situ aja, emang ga ada cewe lain apa" "Ada, lu"
"Eh maksudnya"" Ucap silvia "Lu cewe kan, ga salah dong" "Ih apaan sih"
Sekilas terlihat rona merah dipipinya. Sepertinya ada yang salah dengan ucapanku tadi. Selanjutnya ga ada perbincangan yang terjadi. Canggung. Malu juga sudah mengucapkan itu. Akupun memutuskan untuk pulang. Sementara silvia tinggal berjalan kaki. "Gw pulang dulu deh" ucapku
"Eh iya mas, hati hati ya" "Iya, dah"
Sampai dirumah. Kubuka dompetku. Sebuah dompet yang sudah sangat lama sekali. Begitu kusam begitu buruk. Tapi begitu berharga. Karena ini satu satunya pemberian clara yang masih tersisa. Kukeluarkan foto clara yang berada didompetku.
"Pa kabar dek, ga kerasa udah dua tahun, ternyata kaka masih ga sanggup buat lupain kamu, kamu gimana", pasti lagi senang senang sama cowo itu"
"Dua tahun kita ga ketemu, entah kamu dimana sekarang, sekali kaka kerumah kamu ternyata kamu udah pindah, gimana kabar ayah, sehat kan"
"sekarang ada cewe yang kaka suka, sedikit demi sedikit dia udah menempati hati kaka menggantikan kamu, kaka ga salah kan""
Tanpa sadar aku bermonolog dengan foto tersebut dalam keremangan lampu kamarku. Huhhh . Berat. Melupakan adalah hal yang paling berat.
Kumasukan kembali foto itu. Tapi bukan ditempat semula yang berada dibagian depan melainkan kusimpan dibagian dalam dompet yang beresleting bertumpukan dengan berbagai macam kertas. Mulai sekarang, walau sulit, aku akan belajar untuk melupakan. Ini tekadku.
part 18. ceritakan padaku Part Silvia
Tak terasa sudah dua bulan aku disini. Dan sudah dua bulan pula aku kenal dengan andry atau aku lebih suka manggil dia dengan mas . Entah kenapa nyaman sekali rasanya berada dekat dia. Tapi aku bimbang, dilain tempat aku sudah punya kekasih, apa ini sudah termasuk dalam lingkup selingkuh. Kadang aku merasa bersalah dengan haris. Tapi salah dia juga sih yang tak pernah mau mengorbankan sedikit waktunya buatku. Selalu saja aku yang berkorban, bahkan hanya untuk sekedar telepon.
Tapi selain rasa bersalah, aku merasa tentram saat berada didekat mas andry, perawakannya yang tergolong dingin bagiku bagai sebuah gunung untuk ditaklukan. Sosoknya yang terkadang misterius, bagiku loh, entah bagi orang lain. Aku merasakan ada sesuatu yang besar yang disembunyikan oleh mas andry.
Dan saat aku melihat foto seorang perempuan, hatiku menangis apa ini tanda bahwa aku cemburu. Awalnya kupikir itu pacarnya, ternyata bukan, lega rasanya mengetahui kalau itu hanya mantan. Melankolis, ternyata mas andry orang yang melankolis. Lucu rasanya melihat dia yang asli. Dirinya yang bersembunyi dibalik sikap dinginnya
Jadi penasaran siapa wanita yang membuat mas andry sampai segitunya. Pasti banyak kenangan sama wanita itu.
"Aku masih penasaan loh mas sama cewe yang didompet mas" ucapku saat mas andry berkunjung ke kontrakanku
"Buat apaan coba, ga penting" ujar mas andry "Pengen tau aja"
"Kaga ah" "Yah cerita dong, cerita"
"Ngga ngga ngapain sih penasaran banget sama dia, udah masa lalu" ucap mas andry "Masa lalu kok fotonya masih disimpen""
"Udah ga ada tuh, nih liat" ucap mas andry sambil menunjukkan dompetnya "Ah boong pasti diumpetin nih" ucapku
Aku merampas dompet mas andry secara tiba tiba. "Eh balikin balikin"
"Tuh kan takut berarti beneran masih ada nih didompet, nih dompetnya cuma ngetes doang kok hahaha"
"Sialan lu" "Hahaha, makanya cerita dong, ya ya ya" ujarku dengan suara yang kubuat manja "Hmmm, lu duluan tapi"
"Maksudnya""
"Lu duluan yang cerita tentang cowo lu, siapa namanya"" Tanya mas andry "Haris mas, tapi bener ya abis saya cerita mas juga ceritain cewe itu" "Yaudah mulai"
"Bilang iya dulu dong, kalau yaudah doang nanti mas boong lagi" "Iya iya, tuh udah kan, gw mah ga pernah boong"
"Preeeeet, awas kalau bohong" ancamku "Kelamaan nih"
"Sabar dong, kan aku nginget dulu"
"Masa pacar sendiri lupa sih"" Ledek mas andry "Ih kan udah lama"
"Kalau emang tuh cowo beneran berkesan dihidup lu, lu ga bakalan lupa pas pertama ketemu, pas pdkt, pas proses nembak, lu bakal inget semuanya"
"Iya sih tapi kan ingatan orang beda beda" "Alesan udah kelamaan mulai dari kenalan aja"
"Ga sabaran dasar , yaudah dengerin, ga ada pengulangan ya" "Kaya ngeja dijaman sd hahaha"
"Hahaha lagian mas ga sabaran, jadi gini....." part 19. Putar ulang masa lalu 1 Part 19. Silvia
"Hahaha lagian mas ga sabaran sih, jadi gini, awalnya tuh saya dikenalin sama temen, ya dicomblangin gitu deh, pdkt 5 bulanan, trus dia nembak saya, saya terima, sampai sekarang udah 1 tahun 2 bulan lah sama dia, cuma gitu, sekarang ini dia jadi kurang perhatian, cuek, tau deh saya juga jadi ga tahan lama lamakalau gini."
"Udah gitu doang"" Tanya mas andry "Lah iya emang mas maunya gimana" "Dijelasin lebih panjang lagi gitu"
"Ih itukan udah jelas, sekarang gantian mas yang cerita" Mas andry melihat ke jam dinding yang menunjukan angka 8. "Wah udah malam, gw pulang ya, ada urusan" kilah mas andry "Tuh kan , ga, ga boleh pulang kalau belum cerita" "Beneran ini gw ada urusan"
"Paling mas alasan doang"
Aku menuju pintu lalu menguncinya dari dalam "Yeay ga bisa pulang udah saya kunci"
"Kalau orang lain mikir yang engga engga gimana hayo, kalau gw mah malah suka dinikanin sama lu"
"Eh" ucapku kaget
Aku dengan tergesa gesa langsung berlari kearah pintu dan membukanya kembali "Hahahahah..." andry tertawa puas sekali
"Aduhhhh hahahahha.. " dia masih tertawa
Aku kesal bukan main. Wajahku tertekuk karena kesal caraku tak berhasil malahan aku jadi dipermalukan.
"Ih udahan sih ahhh" pinta ku "Hahaha" mas andry masih tertawa dengan kencang "Udahan atuh nanti tetangga keganggu lagi" "Iya iyA hahaha...."
"Huft" "Dah cerita pokoknya, saya ga mau tau"
"Besok aja deh, udah malam, ga bagus gosipin orang malam malam" "Ngeles mulu kaya bajaj, ayo dong, saya kan udah cerita, mas udah janji loh" "Yaudah yaudah jangan nangis gitu lah, penasaran banget sih sama masa lalu orang" Akupun memperhatikan mas andry yang mau memulai untuk bercerita
"Gw ketemu dia waktu mos pas gw stm kelas 2, lagi class meeting gitulah, dia dari sma lain, nah sama kaya lu berkat bantuan temen gw juga akhirnya gw bisa deket, dia tetangga seorang cewe di kelas gw, ga lama ya 5 sampai 6 bulanan akhirnya kami jadian, gw nembaknya lewat lagu loh, romantis kan"
"Terus terus" "Ya intinya selama pacaran gw sama dia banyak lah momen yang ga bisa gw lupain, gw pernah ngamen, dan gw sama dia sempet putus gara gara dia minder sama kerjaan gw, terus balikan lagi gw terima karena dia bilang mau berubah dan support gw, dan ternyata dia bener, dia bener bener support gw bahkan dititik terendah dalam hidup gw"
"Satu hal yang mau gw akuin sekarang,soalnya gw udah terlanjur cerita tentang dia, secara ga langsung ada sangkut pautnya sama keluarga gw"
Aku masih memperhatikan dengan serius cerita mas andry. Andry terlihat menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kemudian menghadapkan kepalamya keatas.
"Gw ga tau keadaan orangtua gw sekarang karena gw sebenarnya kabur dari rumah dan sekarang udah hampir 4 tahun gw kabur dari rumah"
"Alasannya" tanya ku
"Lu janji dulu sama gw kalau lu ga bakal cerita ke oranglain lagi, cuma ada beberapa orang yang tau keadaan gw, sisanya mereka cuma tahu gw yatim piatu, kalau lu mau denger lu harus janji ga bakal cerita ke orang lagi"
"Iya saya janji" ucapku Andry menyodorkan kelingkingnya kepadalu. Akupun menyambutnya dengan mengaitkan kelingkingku
"Ini kebiasaan gw sama dia, clara namanya, setiap kami buat janji kami selalu ngaitin jari kelingking" "Salah satu titik terendah dalam hidup gw...."
Mas andry berhenti sejenak untuk mengambil nafas part 20. putar ulang masa lalu 2
"Salah satu titik terendah dalam hidup gw...." Mas andry berhenti sejenak untuk mengambil nafas
"Saat gw tau kenyataan bahwa gw ga seratus persen anak mereka" "Maksudnya"
"Gw anak hasil selingkuhan ibu gw, tapi gw tetap dipertahanin sama mereka, tapi itu penyesalan terbesar dalam hidup gw, kalau gw bisa meminta sama tuhan gw ga pengen dilahirin, karena hal itu bapak gw ga pernah nganggep gw ada, gw cuma dianggap sampah sama mereka, dari kecil gw selalu disiksa, gw selalu ngiri sama saudara saudara gw yang diperlakukan istimewa sedangkan gw bagai binatang, gw harus selalu nurut sama kemauan mereka, gw udah kaya anjing asal lu tau, dari kecil gw dipaksa harus gini harus gitu kalau ga sesuai sama keinginan mereka gw pasti disiksa, hari itu mereka ceritain semuanya. Dan hari itu juga gw mutusin buat keluar dari rumah yang nyiman begitu banyak kenangan buruk..."
Mas andry kembali berhenti untuk mengambil nafas sejenakp lalu melanjutkan ceritanya kembali
"Gw marah sama mereka setelah tau apa alasan mereka nyiksa gw dari kecil cuma gara gara ayah gw mau balas dendam ke cowo yang jadi selingkuhan ibu gw lewat gw., gw marah karena gw tetap mereka lahirin, kenapa ga digugurin aja, gw, gw mutusin buat kabur dari rumah, gw udah ga kuat, sakit banget rasanya asal lu tau. Dan clara jadi satu satunya alasan buat gw tetep bertahan."
"Dia selalu support gw, dia mau nerima semua yang ada pada diri gw, dia yang bantu gw lewatin masa masa sulit gw, dia sama ayah dia udah banyak jasa dihidup gw. Makanya gw susah buat lupain dia, dan satu lagi titik terendah dalam hidup gw itu pas gw kehilangan clara"
"Gw terlalu sibuk ngurus dan persiapin masa depan yang udah gw rancang untuk hidup sama dia, gw nabung, kerja jor joran tanpa perduliin masa depan yang udah gw rancang itu belum tentu berhasil. Gw jadi kurang perhatian sama dia, gw sibuk sama nabung buat masa depan tapi gw lupa sama masa sekarang dan akhirnya dia nyari segala perhatian yang dia butuhin dari cowo lain"
"Gw ngeliat dengan mata kepala gw sendiri dia selingkuh dibelakang gw, gw disitu sadar bahwa gw terlalu sibuk dengan mimpi gw, gw coba berubah buat dia, gw mutusin buat bertahan, gw mulai lagi kasih perhatian kedia, tapi nyatanya."
Tanpa sadar entah kapan airmataku menetes. Begitupula mas andry seperti menahan sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya
"Nyatanya semua perubahan gw ga berarti lagi, gw telat, dan gw mutusin buat menyerah, lewat surat tepat dihari ulangtahunnya, saat gw pengen ungkapin semuanya dia malah lebih milih pergi sama cowo itu dibanding gw, disitu gw mutusin buat berhenti, gw kasih surat perpisahan berikut cincin yang udah gw persiapin khusus untuk ngelamar dia hari itu"
"Setelah itu mungkin dia sadar, dia nyari nyari gw, dia minta maaf sama gw, dan bodohnya gw luluh, dia janji sama gw buat ga selingkuh lagi, gw terima janji dia, gw langsung lamar dia, hari itu gw udah yakin banget kalau segala mimpi gw bakal terwujud, ternyata gw salah, dia ngelakuin kesalahan itu lagi, dia selingkuh lagi dengan cowo yang sama, gw ga terima , ga bakal ada maaf untuk yang kedua kalinya, dia memelas sama gw, tapi terlambat semua kepercayaan gw udah hilang, gw ga mau lagi jatuh kelubang yang sama, akhirnya dia mau ngerti dan dia balikin cincin itu lagi ke gw, besoknya gw ngadap ke ayahnya gw jelasin ke ayahnya kalau gw ga bisa lagi jagain dia"
"Itu saat saat paling rendah dalam hidup gw, dan aulia. Cewe yang manggil lu kemarin, dia yang selalu nyemangatin gw, dia sama adeknya emang nyebelin tapi mereka yang bikin gw mampu bertahan setelah kehilangan clara., jujur aja deh ya sampai sekarang perasaan gw ke clara masih sama, gw masih sayang sama dia, tapi rasa sakit kemarin bikin gw ga berani lagi buat maafin dia, maaf sih udah cuma buat balikan, itu yang gw ga bisa, sampai sekarang inget inget hal itu masih sakit"
"Eh lu nangis"" Tanya mas andry Aku hanya menggelengkan kepala
"Aduh jangan nangis dong, gw aja biasa masa segitu aja nangis, jangan sedih dong, coba liat gw" ucap mas andry
Aku mengangkat kepalaku lalu menatap matanya. Tersirat sebuah kepedihan yang begitu dalam. Dia masih mampu menahan airmatanya untuk tidak keluar hanya sedikit berkaca kaca.
"Udah jangan nangis, lu bikin gw marah kalau gitu, masa lalu gw ga pantas buat ditangisin, pantasnya dilupain, sama kaya gw yang sekarang mulai ngelupain mereka yang dari masa lalu gw, ga peduli orangtua gw atau bukan, clara, semua mau gw luapin, makanya gw nolak waktu lu bilang ceritain tentang clara karena gw takut buat ngebuka luka itu lagi"
"Maaf" ucapku "Bukan salah lu kok, dah ah jangan nangis, lagipula gw udah nemuin tujuan baru gw, gw udah nemuin hal baru yang bikin gw semangat lagi"
"Apa" ucapku "Rahasia hahaha, senyum dong"
" " aku hanya tersenyum
"Udah kan, yaudah gw pulang deh" "Makasih ya mas udahshare" "Iya, inget loh janji lu"
"Iya aku ga bakal cerita ke orang lain kok" "Bagus, oh iya satu hal lagi, cowo lu kerja kan" "Iya"
"Kurang perhatian bukan alasan buat selingkuh, bisa jadi dibelakang layar dia lagi mempersiapkan masa depan lu berdua tanpa lu tau, kalau lu mau mending lu minta baik baik ke dia untuk sedikit berkorban waktu, jangan lu pendem kalau ada apa apa jangan sampai tuh cowo jadi kaya gw"
Mas andry pun pergi menyisakan diriku yang terpukul mendengar ucapan terakhirnya. Apa aku sudah termasuk berselingkuh dengan mencari perhatian yang tak kudapat dari haris lewat mas andry. Apa aku salah"
part 21. haruskah ku merebutnya
"Duh lu bego banget sih mas, dengan lu ngomong kaya gitu dia malah makin deket sama cowonya" "Salah gw dimana ul"
"Dung dung dung, otak tuh dipake kalau ngomong, bisa jadi abis ini mereka malah makin nempel gara gara mas ngomong kaya gitu"
"Tau nih ka andry bego banget" timpal anita "Eh lu anak kecil masuk ga, nguping aja" "apaan sih ka anita, gw udah sma ya" "tetep aja masih kecil iya ga ul" "iya bener tuh"
"ah curang, males ah kalian kompakan mainnya" "mending bikinin gw minum nit" ujar ku
"suruh aja tuh ka aulia" ucap anita dan langsung masuk kedalam . "yah ngambek" godaku
tanpa memperdulikan anita aku kembali berdiskusi dengan aulia "udah terlanjur lah gw ngomong gitu mau diapain lagi"
"nah itu makanya kalau ngomong jangan so cool biar dikira keren nanti ditinggal nikah nangis nangis lagi"
"aduh lu doanya jelek banget ul"
"lah mas sendiri ga pernah mikir buat mas sendiri, selalu orang lain yg dipikirin, harusnya mah mas langsung aja bilang ke silvia kaya gini (cowo kaya gitu tuh ga bisa dipertahanin sil mending putusin aja)" ujar aulia sambil memperagakan
"sadis banget kalau kaya gitu" "sekarang mas mau dapetin dia ga"" "ya mau"
"kalau gitu usaha lah buat ngejauhin dia sama cowonya, bukan malah bikin tambah deket" "ga ada cara lain gitu"
"penghalang mas satu satunya buat dapetin dia tuh cuma dia udah punya cowo udah itu doang" "susah juga ya"
berpikir berpikir. ku ulang ulang perkataan aulia. apa benar aku harus menjadi perebut untuk bisa mendapatkan silvia. apa tak ada cara lainnya.
"anita sama ka aulia bakal bantuin deh buat deketin ka andry sama siapa tadi"" tanya anita "silvia nit" ucap aulia
"ohh silvia namanya"
" gimana masih mau maju" tanya aulia "jelas" ucapku
"perlu bantuan"" ucap anita sambil tersenyum "kali ini belum, biarin deh gw usaha sendiri" "yaudah, semangat mas"
"tuh minum dulu udah anita bikinin" "tadi perasaan ada yg ngambek deh" "anita buang nih kalau ga mau" "iya iya hahaha"
"hahaha" aku dan aulia tertawa bersama sama
kali ini biarkan aku berusaha sendiri, dan dengan caraku sendiri. tak perlu jadi perebut. biar hati yang berbicara. jika dia punya perasaan yang sama pasti akan terbalaskan pesanku padanya. Sementara itu dilain tempat..
part 22. putus part 22. silvia
seharian aku terus menerus mencermati perkataan mas andry yang ada benarnya. aku tidak bisa terus menuntut haris padahal aku tidak tahu sesibuk apa dirinya. semoga saja mas andry benar, kalau haris sedang mengatur dan mempersiapkan hubungan kami kedepan. pulang dari bekerja aku sudah menyiapkan amunisi. ku isi pulsa hpku sebanyak 100 ribu karena ini akan menjadi perbincangan yang sangat panjang.
tuuut..tuuut... tuuut... panggilan pertama tak diangkat
kucoba untuk yang kedua kali dan hasilnya pun sama. yang ketiga baru diangkat oleh haris. "halo yang, kok lama banget sih diangkatnya"
"lagi dijalan yang, mau pulang"
"oh yaudah nanti kalau udah sampai rumah kabarin ya, hati hati ya yang" "iya, dah sayang"
klik telepon diputus sepihak oleh haris "kebiasaan deh" gerutu ku
sejam dua jam tak ada kabar dari haris. ini yang kubenci dari dia. akhirnya karena tak sabar akupun memulai menghubungi dia lagi
"halo yang, kok ga ngabarin sih, tadi kan udah ku bilang kalau udah sampai kabarin" "lupa yang"
"kamu selalu alasannya lupa lupa, kamu pikir aku ga khawatir apa, apa susahnya sih sekedar sms kalau udah sampe"
"aku cape ya pulang kerja kamu marah marah terus, udah ah aku mau istirahat"
telepon kembali diputus sepihak oleh haris. aku pun menelpon kembali. sampai panggilan kelima haris tidak mengangkat telepon ku. panggilan keenam akhinya haris mau untuk menjawab
"kamu kapan sih dewasa, setiap ada masalah selalu lari, mutusin telepon ga mau angkat telepon dariku juga, aku cape tau ga, aku ngerasa cuma aku yang berusaha buat lanjutin hubungan ini, aku terus terusan berkorban ini itu buat hubungan ini, sedangkan kamu, kamu bisanya marah marah, protes tapi ga ada tindakan tau ga, aku cape yang aku cape"
"udah" tanya haris
"kalau emang kamu cape yaudah kita putus, kamu kira aku ga cape apa, kamu selalu nuntut ini itu sama aku"
"aku kan cuma minta kamu kabarin aku, kamu balik lagi kaya kamu yang dulu yang pengertian" "aku tuh sibuk, tapi kamu ga pernah ngerti"
"aku ga minta banyak waktu, seberapa lama sih sekedar sms, ga lama kan masa gitu aja ga bisa, kamu juga ga pernah mau jemput aku kesini, selalu aku yang nyamperin kamu"
"udah lah kamu cape aku juga cape sama hubungan kita, sekarang kita putus aja, aku juga udah bosen sama hubungan kita"
"yaudah kalau itu mau kamu, kita putus" teriakku dan langsung mematikan telepon
Mas andry salah besar. Haris bukanlah cowo seperti yang kubayangkan. Dia tidak pernah mau berkorban buat hubungan ku dengannya. Ah ingin rasanya mencurahkan semua kekesalan dihatiku pada seseorang. Kuambil hpku.Dimulai dari nama teratas andry aku lewati menuju huruf "i" kucari kontak bernama intan dihpku.
Entah apa yang terjadi tanpa sadar aku kembalu keatas menuju nomor andry dan ku telepon nomor mas andry
"Halo sil ada apaan"
Aku kebingungan karena aku tanpa sadar saat menelpon dia "Eh itu.. hmm mas dikontrakan ga"
"Yah gw lagi dirumah aulia nih" "Masih lama ga pulangnya"" Tanya ku "Paling jam 9 dari sini"
Kupandang jam dinding masih pukul 7 masih dua jam lagi sebelum andry pulang. "Lama banget disana ngapain hayo"
"Yeh mikir yang engga engga, gw sekalian nungguin orangtua mereka balik, ga bagus cewe dirumah sendirian, eh engga deh sama adenya dia"
"Yah padahal aku mau curhat"
"Yaudah lewat telepon aja" "Ga enak ah"
"Udah curhat aja gapapa, ga ada yg denger kok" "Hmm.. aku putus mas" ucapku
Lama sekali tanggapan mas andry "Halo mas, mas haloooo"
Begitu kulihat layar handphoneku ternyata penggilan terputus. Sial part 23. kabar gembira "Aku putus mas" ucap silvia
WHATTTT PUTUSSSS ucapku dalam hati. Hingga tanpa sadar karena saking kagetnya aku menekan tombol off.
"Kalian pasti ga bakalan percaya" ucapku kegirangan kepada aulia dan anita "Apaan apaan"" Tanya mereka penasaran
"Barusan silvia nelpon dia bilang dia putus sama pacarnya, yiha yiha yiha, harus dirayain nih" aku berjingkrak kegirangan
"Ga nyangka ternyata ka andry kejam" ucap anita "Iya de, orang lagi sedih malah dirayain , jahat banget" Mendengar ucapan mereka, semangatku pun langsung hilang "Iya dah maaf maaf" ucapku dan langsung kembali duduk "Tapi boleh juga sih klo ditraktir hahaha" ucap aulia "Nah iya tuh ide bagus kak" tambah anita
"Sialan lu berdua, sini lu" ucapku sambil menangkap kedua kakak beradik ini lalu menggelitik pinggang mereka berdua
kadang mengacak rambut mereka
"Hahaha gitu aja langsung diem hahaha" goda mereka berdua "Emang sialan lu berdua eh tunggu tunggu" ucapku dan menghentikan kegiatan "Diem dulu, silvia nelpon lagi nih" ucapku
"Ssttt" aulia memberikan kode pada anita" "Loudspeaker loudspeaker" perintah anita "Sabar" ucapku
"Ya halo" ucapku "Kok dimatiin sih"
"Eh engga engga, itu.. hmm.. sinyal iya sinyalnya susah, ini aja keluar rumah" "Sinyal ka sinyal hahaha, tukang kibul dasar" ledek anita "Eh disitu ada orang yah, tadi suara siapa"
"Ga ga ada salah denger kali trus trus bisa putus kenapa"" Tanyaku "Ah bohong pasti ada orang" ucap silvia
"Tv iya itu suara tv" kilahku
"Tadi katanya diluar kok bisa suara tv, ah ngga mau ah, nanti aja klo mas udah pulang ceritanya" "Oh gitu yaudah deh" ucapku lemas
"Ditunggu loh" "Iya" ucapku Klik telepon pun terputus "Elu sih nit, berisik ketauan kan" "Maaf maaf, kekencengan ya"" "Tau nih" tambah aulia
"Ah tuh kan kompakan nyalahin anita malas ah"
"Lah harusnya gw yang ngambek nih kenapa jadi elu" protesku "Tapi traktiran jadi kan" ucap aulia
"Kaya biasa aja mas, .martabak telur sama sop buah 2" tambah anita
"Emang dasar lu berdua, yaudah tunggu, tapi gw balik duluan ya, ga sabar pengen tau dia putusnya kaya gimana"
"Iya dah yang dapat kabar baik, semangatnya membara hahaha"
Setelah membelikan sesajen untuk mereka berdua akupun langsung pulang. Bukan kerumah melainkan langsung menuju kontrakan silvia. Tak sabar rasanya mendengar kronologis bagaimana dia putus dengan haris
part 24. luapkan "Minum apa mas" tanya silvia "Apa aja deh" jawabku
"Tunggu ya" ucap silvia
Ya aku sudah berada dirumahnya. Sudah tidak sabar ingin tahu kronologisnya "Nih mas, katanya apa aja kan" ucap anita sambil memberikan air putih "Yang berwarna ga ada nih" ucap ku
"Tadi katanya apa aja""
"Ya kan biasanya gitu basa basi, yaudah deh air putih juga gpp" "Nah gitu dong, jangan kebanyakan protes"
"Terus gimana bisa putus"" Tanya ku
"Mas inget kan yang kemarin mas bilang sebelum pulang" "Yang mana ya"
"Yang itu loh ah masa lupa sih, mas bilang kalau ada apa apa tuh bilang jangan dipendem" "Oh iya, terus hubungannya""
"Nah itu, aku coba ngomong sama dia, aku minta baik baik biar dia kaya dulu, tapi akhirnya malah kaya gini, dia bilang bosen terus mutusin aki, eh aku yang mutusin dia" ucap silvia "Terus lu...." ucapku terpotong karena silvia melanjutkan bicara
"Tapi seenggaknya aku tau, kalau dia ga kaya mas, dia bukan cowo yang kaya mas , dia lagi ga nyiapin apa apa"
"Dia emang udah ga mau nerusin hubungan ini kayanya, baguslah, makan hati juga lama lama kaya gini, bikin keki tau mas"
"Dia malah bilang aku banyak nuntut lah, ga pengertian lah, emang iya mas" "Eh iya " jawabku
"Ah aku ga ngerasa gitu ah, wajar dong kalau aku pacarnya minta sedikit perhatian, masa salah, menurut mas gimana"
"Gimana ya, bisa dibilang duaduanya ....." ucapanku terpotong lagi
"Lagian kayanya cuma aku mas yg perjuangin hubungan ini, untung aja aku belum kenalin ke orangtua aku"
"Tapi sayang juga sih mas satu tahun loh, bukan waktu yang sebentar" ucap dia "Hiks hiks" dia menutup wajahnya untuk menyembunyikan tangisnya
Insting laki laki pun keluar. Insting untuk memberikan rasa nyaman dan aman. Secara tak sadar aku menyambut badannya dan menarik ya kepelukanku. Tangisnya membasahi bajuku "Udah udah, jangan nangis ah, masih banyak kok cowo lain"
"Mas ga tau sih aku tuh sayang sama dia, mas enak tinggal ngomong, hiks hiks" "Salah lagi kan gw" ucapku dalam hati.
"Yaudah dong, jangan nangis" hiburku "Hiks, hiks" dia mengangkat wajahnya "Maaf ya mas jadi basah" ucap dia "Iya ga pa pa, dah mendingan kan" tanyaku "Huuh, makasih ya mas udah jadi tempat sampah saya" "Duh jangan tempat sampah nyebutnya ga enak" hiburku "Hehehe"dia mulai tersenyum
"Nah gitu dong senyum" ucapku
"Mas gimana waktu putus sama siapa tuh namanya clara ya" "Maksudnya"
"Ya kaya gini, nangis terus curhat keorang juga ga"
"Lu sebenarnya udah pacaran berapa kali sih", kok nanya kaya gitu" tanya ku "Sekali, hehehe" ucap dia sambil tersenyum, cantik, manis
"Pantes, ya sama, yang namanya putus pasti sakit" "Tapi sekarang mendingan sih mas, udah dikeluarin unek uneknya, tapi jadi lapar, mas beliin ya lagi ga mood nih buat jalan" ucap dia
"Bisa aja lu, yaudah tunggu" "Hehehe, makasih ya mas" "Iya" jawabku
jalanku kini semakin mulus. Apa aku bisa menggantikan haris dihatinya part 25. jalan bersama aulia dan silvia
perjuanganku bukan berarti akan mulus dalam mendapatkan hati silvia. masih banyak yang harus kulakukan. yang terpenting sekarang hanya 1, aku selalu ada untuknya. hari ini aku dan Aulia sedang ingin berjalan jalan. bAru saja sampai didepan gang silvia turun dari angkot. "mau kemana mas"" tanya silvia
"oh ini mau jalan jalan sama aulia"
"yah enaknya yang jalan jalan, baru aja aku pengen main kerumah mas" "aduh maaf banget udah janji soalnya sama dia"
"yaudah deh" ujar silvia pasrah.


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ikut aja gimana"usulku
"beneran boleh nanti aulia marah lagi" goda silvia "emang dia siapa gw pake marah"
"kali aja dia cuma mau berduaan sama mas" ucap silvia sambil memandang kearah lain "hahaha ga segitunya kali udah ikut aja, pasti bosen kan lu dikontrakan makanya nyari gw" "tau aja hehe"ucap silvia
"tapi saya belum ganti baju" ucap silvia
"yaudah kerumah lu dulu, nanti gw kasih tau aulia agak telat" "yes, yaudah ayo" ucap silvia
aku dan silvia pun memberhentikan sebuah angkot dan turun di jalan kerumah silvia. aku menunggu silvia bersiap siap diruang tamu kontrakannya. aku mengabari aulia terlebih dahulu "ul maaf banget nih diluar rencana silvia ngikut" ucapku
"ngikut apa mas yang ngajak"" cecar aulia
"gw sih yang ngajak hahaha"
"iya tau dah, terus udah berangkat belum nih"" tanya aulia
"belum ini gw mau ngasih tau kalau bakalan telat, nih gw lagi nungguin silvia siap siap" ucapku "silvia aja terus, awas aja kalai aulia dikacangin nanti" "ya kaga lah"
"ya kaga lah ya kaga lah palingan juga nanti disana dunia serasa milik berdua" "ya tau diri lah kalau gw lagi ngobrol lu inisiatif menjauh hahahaha"
"sadis banget mas ini, yaudah jangan lama lama, aulia udah siap ini, naik apaan kesana" "taksi kali ya, gaenak bawa cewe"
"iye iye ngerti image nomor satu, awas kalau lama" "sip"
15 menit kemudian silvia pun muncul sambil mengerikngkan rambutnya yang basah dengan handuk. tidak lupa dia juga sudah berpakaian lengkap dengan setelah kaos putih dipadu cardigan hitam dan celana jeans.
"udah ngasih tau aulia mas" "udah"
"terus reaksinya"" tanya silvia
"ya biasa aja, emang bayangan lu dia bakal gimana" "takutnya dia marah gitu"
"engga udah santai aja, buruan gih, kalau telat baru dia marah" ucapku "bentar rambut aku masih basah ini" ucap dia
aku terus menerus memperhatikan setiap gerak gerik silvia. mulai dari mengeringkan rambutnya. memoles sedikit bedak pada wajahnya. mengenakan makeup standar. menyisir rambutnya yang panjang. tak ingin rasanya kehilangan momen bahkan sedetik pun..
"ngapain sih mas ngeliatin mulu ih" ucap silvia sambil menutup wajahnya mungkin karena malu part 26. jam tangan
"Apasin mas ngeliatin mulu ih" ucap silvia sambil menutup wajahnya "Hahaha gitu aja malu"
"Ih lagian diliatin mulu" "Orang cantik ya wajar"
"Ahhhh.. udah ah.. jangan diliatin mas"
"Iya iya yaudah cepetan nanti aulia ngambek kelamaan" "Bentar lagi" ucap dia
Yap 15 menit untuk bersiap ditambah 10 menit untuk merias. Waktu yang panjang. BisA dipAstikan aulia akan marah. Sekilas tak ada yang istimewa. Hanya make up tipis dan seadanya. Lagipula aku sudah sering melihat silvia dengan make up. Tetap cantik seperti biasa.
"Naik apaan"" Tanya silvia
"Taksi aja biar cepet"
Kamipun menyetop sebuah taksi . Sampai disana aku langaung menghubungi aulia menanyakan posisinya, karena ku yakin dia sudah sampai terlebih dahulu
"Lu dimana ul" "A&*" "Oke gw kesana, sorry nih telat ga lama kan" "Ga setengah jam mah biasa udah cepetan kesini"
Dari nadanya bisa dipastikan bahwa aulia marah. Diluar rencana kalau silvia ikut, tepatnya aku yang mengajak. Sampai lah kami. Dari luar sudah terlihat aulia yang sedang mengaduk aduk minumannya menggunakan sedotan. Aku melambaikan tangan kearahnya dan dia mengacuhkannya lalu melotot kearahku. Gawat
"Lama banget sih setengah jam nih aulia nunggu mas" "Maaf maaf, nih nungguin dia siap siap dulu" "Iya aulia maaf, tadi soalnya diajak mas andry sih" "Yaudah ayo" ucap aulia sambil menarik tanganku Aku memandang kebelakang, silvia masih terdiam "Eh ikut ga"" Tanya ku
"Iya iya tunggu" ucap silvia
"Lu mau nyari kado buat cowo apa cewe nih"
"Kalo aulia ngajak mas berarti nyari buat apa"" Aulia menanyaiku balik "Cowo"
"Nah itu tau, bagusnya apaan"" Tanya aulia "Hmm... sepatu aja gimana atau ga baju, jaket" "Jam aja gimana" ucap silvia
"Nah iya jam boleh tuh, kalau baju mah biasa, yaudah ayo mas" "Iya iya" balasku
Kamipun berjalan beriringan menuju sebuah toko jam. Tidak terlalu luas tapi bisa dibilang cukup lengkap.
"Eh mas sini deh bagusan yang mana" tanya silvia "Yang itu tuh bagus kayanya"
"Ah tapi yang ini lucu tau, pengennya sih yang ini" Dalam hati ku berkata "ngapain nanya"
Alu dan silvia masih sibuk dibagian jam khusus cewek, membahas segala macam. Hingga tiba tiba aulia berkata
"Perasaan yang minta ditemenin aulia deh, kenapa jadi sibuk sendiri sih" "Eh iya maaf maaf, gimana udah nemu"" Tanya ku
"Tau ah males dikacangin mulu dari tadi" "Yaelah malu ditempat rame ngambek"
"Lagian, gini nih kalau ngajak dia pasti ga fokus, silvia terus silvia terus" "Sssttt jangan kenceng kenceng, nanti kedengaran orangnya"
Tak sulit menentukan hadiah untuk cowo aulia. Hanya sebuah jam tangan dengan tali stainless stell. Setelah kelar dengan tanggung jawabku aku kembali ke silvia
"Aku kayanya yang ini aja deh, lucu mickey mouse" ucap dia "Suka sama mickey mouse"" Tanya ku
"Koleksi malah"
"Ada apaan aja"" Tanya ku.
"Kaos, gelas, macem macem deh" ucap dia "Kok gw ga pernah liat ya", paling kaos doang" "Kan disimpen sayang dikeluarin"
"Oohh" . Sebuah sms masuk ke handphone ku part 27. tak ingin mengganggu Sebuah sms masuk ke handphoneku.
"Enak ya yang mesra mesraan, pulang aja deh males dikacangin"
Ketika ku menerima sms itu aku langsung menoleh ke arah aulia. Benar saja dia sudah tidak ada "Woi lu kemana"
"Mending pulang daripada nontonin orang pdkt" "Yah ngambek mulu"
"Lagian sibuk terus sama dia, yaudah nikmatin aja enak kan ga ada yang ganggu" "Bener juga ya"
"Ih parah dirayu kek gitu ini malah bener bener" "Oh mau dirayu, yaudah pulang hati hati ya" "Jahat, tau ah males dah jangan sms lagi" "Becanda ul becanda"
"Ul woi lu beneran"
Aulia merajuk karena hanya menjadi kambing congek saat ini. Ya sudahlah bentar lagi juga baikan. "Kenapa" tanya silvia
"Aulia pulang duluan katanya ada urusan" "Yah terus gimana"" Tanya dia
"Yaudah main main aja dulu disini" ucapku "Ga langsung pulang"" Tanya silvia "Maunya gimana"
"Boleh deh, masih siang ini, mau kemana"" "Cari tempat duduk aja dulu"
"Bentar ya aku bayar dulu" "Mba yang ini satu" ucap dia
Begitu keluar dari toko ini silvia langsung mengenakan jamnya. "Gimana bagus kan, lucu tau"
"Iya bagus bagus, nah situ aja yuk" ajak ku kesebuah gerai makanan Kami memesan dua minuman untuk menemani perbincangan "Udah ga usah diliatin mulu jamnya"
"Ih kenapa sih lucu tau"
"Iya lucu kaya anak kecil tau yang baru dibeliin jam girang banget lu" "Cih" ucap dia
Mukanya dibuat cemberut, menggemaskan ingin rasanya mencubit sekujur tubuhnya "Aulia balik bukan gara gara marah kan"" Tanya dia
"Engga dia mah ga pernah marah, santai aja" "Syukur deh kirain marah gara gara dicuekin"
"Uhuuk uhukk" aku tersedak minuman begitu mendengar ucapan silvia "Eh kenapa kenapa" ucap dia panik
"Nih nih tisu" ucap dia
"Minum ya pelan pelan" "Maaf maaf hehehe"
"Wuhh untung ga kenapa napa ga pernah denger kan ada orang yang meninggal gara gara keselek" "Ada gitu"
"Ada" "Keselek apaan" "Biji salak"
"Hahaha boong banget" "Yeh beneran ga percaya"
Sejam lebih kami disana dan akhirnya memutuskan untuk pulang. "Makasih ya udah ngajakin, bosen dirumah"
"Lain kali gw ajak lagi boleh kan"" Tanya ku part 28. tamasya
"Lain kali gw ajak lagi boleh kan"" Tanya ku "Eh boleh, boleh kok"
"yaudah gw balik ya" "Iya hati hati ya mas" "Dah"
Seperti percakapan diatas kali ini aku kembali mengajaknya keluar. "Mau kemana mas"" Tanya dia
"Gw mau ngajak lu ke ancol" "Beneran"
"Iya" "Yaudah tungguin ya"
Setengah jam lewat aku menunggunya, bahkan kali ini tanpa disuguhi minuman oleh silvia, sampai sampai aku harus keluar untuk membeli minuman. Kemudian muncul dia dari dalam kamarmya. "Udah rapi ajah" ucapku
"Daripada diliatin lagi sama mas, kan malu" "Hahaha ngapain malu sih"
"Tau ah, ayo berangkat ga"" Tanya dia
"Boleh, bawa baju ganti gih takutnya nanti main yang basah basah" "Oh iya, tunggu lagi ya, eh mas beli minum aduh maaf maaf lupa buatin" "Udah ga papa"
"Maaf ya aduh sampe lupa" "Maaf mulu daritadi ga jadi neh" "Iya iya"
Kami sudah berada diancol sekarang. Wahana yang langsung dia tuju adalah roller coaster. Aku membiarkan dirinya berpuas diri menaiki apa yang dia suka.
"Ayo naik ini duli" ucap dia
Ada perasaan gugup mengingat ini adalah perdana aku bermain diwahana ancol karena sebelumnya hanya menginjak pantainya saja.
"Wooohhhh....." teriak dia diatas
"Hahaha.... aaahhhhh" teriakku Menegangkan. Itu kesan pertamaku. "Gimana lagi"" Tanya ku
"Yang lain deh, mau ngerasain semuanya" ucap dia "Yaudah ayo" jawabku
Kamipun menuju bianglala. Wahana ini mengingatkanku akan sosok irma. Diatas tanpa sadar aku tersenyum saat bernostalgia ketika menyatakan cinta diatas bianglala. Cuma kali ini lebih besar saja.
"Mas kenapa senyum senyum"tanya silvia "Kaga gw cuma inget masa lalu kalau naik ini" "Apaan tuh"" Tanya dia
"Mau tau aja" "Yah kasih tau dong, ya ya apaan"" Ujar silvia "Gw pernah nembak cewe ditempat kaya gini hehe" "Ih pasti romantis banget ya"
"Pasti lu mau juga gw tembak disini"" Tanya "Eh...."
part 29. selangkah lebih dekat "pasti lu juga mau gw tembak disini" "eh...." ucap silvia kaget
"engga engga apaan sih" tambahnya "yeh siapa juga yang mau nembak lu" godaku
"ah rese mas rese" ujar silvia sambil berusaha mencubit badanku. akibat dari tindakannya tentu saja bianglala kami bergoyang. "eh jangan goyang goyang" ucapku
"lagian rese ih masnya"
"trus mukanyA merah merah gitu ihhh, malu ya, hahaha" goda ku "ah udah ah"
"ada yang malu nih.. hahaha" "males ah, abis ini pulang"
wajahnya cemberut. dengan pipi yang agak dikembungkan sambil melipat kedua tangannya dan menoleh kearah lain membuat dia makin lucu dan menggemaskan.
"makin cantik lu kalau cemberut"
"ahh.. tuh kan mulai lagi..." "yeh gw jujur tau ga baik boong" "tau ah"
candaan demi candaan diatas biang lala saling kami lontarkan. tak terasa waktunya turun. kami kembali mencoba wahana lain. sampai menjelang malam kami masih disana. wahana yang terakhir kami naiki adalah komidi putar, yang saat itu mulai dihiasi lampu menjadikan wahana ini paling terang diantara yang lainnya..
selesai dari sana kami memutuskan untuk berjalan jalan sebentar dikeliling pantai sebelum pulang. Kami duduk disebuah dinding menatap kearah laut.
"makasih ya udah ngajak kesini"
"ga kapok kan jalan jalan sama gw" "engga, dibayarin sih"
"wah mata duitan ternyata"
"enak aja, becanda becanda, seneng banget hari ini, puassss" ucap dia sambil merenggangkan tangan
melihat bajunya yang hanya kaos lengan pendek diudara terbuka dekat pantai membuat naluri laki laki ku keluar. aku melepaskan jaket yang kukenakan dan memberinya ke silvia "nih pake nanti masuk angin lagi"
"eh gausah mas ga papa kok" "udah pake aja" ucapku
diapun mengenakan jaket merahku. "makasih ya"
"iya" kupandangi wajahnya yang kini hanya disiniari temaram lampu. walau agak gelap wajahnya tetap mempesona.
"dah pulang yuk, ga bagus angin malam" ucapku "iya deh, yuk" ajak dia
kamipun pulang kerumah. seperti biasa aku mengantarnya terlebih dahulu kekontrakannya. "nih mas jaketnya makasih ya" ucap silvia
"yaudah gw balik dulu ya, makasih udah mau nemenin" "yeh harusnya aku yang bilang makasih udah diajak hahaha"
sepertinya percakapan kami barusan menggoda telinga telinga nakal untuk keluar. benar saja mba turi keluar dari singgasanannya yang memang tidak tertutup.
"duh yang habis jalan bareng, pinjem pinjeman jaket lagi" "idih mba ini nguping aja, udah mas pulang aja ga usah didengerin" "hahaha malu malu gitu silvia ih, bentar lagi bakal jadian nih, apa udah jadian jangan jangan" "eh belum belum" ucapku cepat sambil menggoyangkan tangankj
"oh belum berarti bentar lagi dong hahaha" ucap mba turi yang langsung masuk lagi kekontrakannya.
"ah elah abis ngomong kabur" protesku
"hahaha udah ga usah didengerin mas, emang gitu orangnya" "hahaha yaudah deh gw balik ya"
"ya hati hati mas"
ahhh satu lagi hari yang menyenangkan. kini kita selangkah lebih dekat tapi jalan masih terlihat sangat panjang.
part 30. saat tangan kami bertemu
tak terasa sudah memasuki bulan kelima sejak ku mengenalnya. hubungan kami memang makin dekat tapi belum ada status diantara kami. mulai dari makan malam bersama, saling berkunjung ke rumah masing masing, bercanda ria lewat telepon dan sms semua sudah kami lakukan tapi rasanya lidah ini begitu kelu untuk hanya mengucap sebuah kalimat cinta.
ada rasa tak percaya diri dihati ini, minder karena aku merasa diriku dan semua pengalaman pahitku serasa tak pantas untuknya. tapi itu hanya perasaanku saja entah bagaimana pendapat dia aku tidak tahu.
hari ini aku kembali bertemu dengan silvia saat berangkat kerja. "hai mas, wih baju baru nih" ucap dia
baju yang kukenakan memang kebetulan baru kubeli. sebuah kemeja kotak kotak berwarna biru dengan garis merah dan putih.
"hahaha merhatiin aja lagi"
"iya lah kan saya ga pernah liat mas make baju kaya gini"
"ga kenalan sama bajunya, biasanya kan kalo sepatu diinjek tuh kalau baju kenalannya ditempelin atau dipeluk peluk" godaku
"dih maunya" "hahaha kali situ khilaf atau terpesona jadi meluk meluk gw gitu" "ga lah yaw, mending meluk tiang ini biar ga jatoh" "hahaha" tawa ku
senyum senyum kecil penumpang bus terlihat akibat percakapan kami. silvia sepertinya juga baru sadar dan sedetik kemudian langsung tersenyum pahit. sedangkan diriku, tetap seperti biasa bersikap masa bodoh tentang orang lain.
"mas sih mulai mulai"
"lah lu sendiri ngikut" "malu tau diliatin orang"
"biarin biar dikira pacaran" bisikku "aduhhh....." teriakku pelan sebuah cubitan mendarat dipinggangku "huuhhh, enak aja nembak aja belum" ucap dia "hahaha" tawa kami berdua
yah kode kode seperti itu sudah sering dia lontarkan. sebenarnya aku menangkap apa maksudnya tapi rasa tidak percaya diri ini masih belum hilang.
kami turun dari bis untuk pindah ke metro mini. ada ide iseng terbersit dipikiranku saat itu. kalau biasanya kami menaiki tangga penyebarangan untuk menghindari menyebrang jalan secara langsung kini aku berencana mengajaknya untuk tidak lewat jembatan. "sekali kali lewat bawah yuk"
"engga ah ngeri, padet banget mobilnya"
yah bisa dibilang setiap pagi kawasan ini memang padat. walau ada lampu merah tapi tetap dua atau tiga motor bahkan lebih, terkadang bus dan mobilpun sering melanggar lalu lintas membuat lampu merah ini seakan akan tidak berarti. tapi apa salahnya untuk mencoba "sekali doang hahaha"
"boleh deh tapi tungguin, aku ikut mas aja" ucap dia
silvia memegang tas punggung yang kukenakan. aku mulai melangkah tapi silvia malah tidak mau beranjak
"takut ah, lewat atas aja yuk" "ga ah, ayo ga papa"
akupun memegang tangannya untuk kubimbing menyebrang. jujur saat itu tangan ini reflek memegang tangan silvia. kami sama sama tersadar hingga melepas pegangan kami. "maaf maaf" ucapku
"iya ga papa, tapi takut ah, aku lewat atas aja" ucap dia "yah ga seru yaudah deh gw sendirian" ucapku
aku melangkah maju namun tiba tiba sebuah tangan melingkar dilenganku
"ikut deh" ucap dia sambil tersenyum sembari memegang atau lebih tepatnya memeluk lenganku. bisa kurasakan kulitnya yang halus saat lengan kami bersinggungan. seperti mimpi saja rasanya.
dengan gaya sok pahlawan atau bisa dibilang seperti juru parkir aku memberikan kode kesetiap bus atau motor untuk tahan dan membiarkan kami menyebrang. akhirnya dengan selamat kami sampai disebrang jalan. silvia pun langsung melepaskan pelukannya.
"ga mau lagi ah, rame banget jalannya, mana pada nyelonong" ucap dia "hahaha iya iya besok lewat atas aja kayanya lebih aman" ucapku "tau ih mas iseng banget"
"sekali kali, gw juga ga pernah soalnya lewat bawah, pengen ngerasain aja kayanya orang orang nyebrang gampang banget padahal rame kaya gitu"
"wohh yang ga bagus diikutin"
"eh itu metronya udah dateng" ujar dia sambil menarik tanganku "eh iya iya"
jantung ini berdegup kencang. sama kencangnya seperti saat silvia memeluk lenganku tadi. entah dia menyadarinya atau tidak sengaja, tapi yang pasti semua tindakan yang dia buat makin membuat ku jatuh hati
"sini mas untung dapet bangku, cape diri mulu di ppd"
silvia menarik tanganku kesebuah bangku. dia memilih yang bagian dekat jendela.
ah sebuah perpisahan itu yang kubenci. aku harus turun terlebih dahulu dan menyudahi hari yang indah ini.mungkin saat pulang nanti aku bisa merasakannya kembali. entahlah.
satu lagi hal spesial yang membuatku hampir gila saat memikirkan apakah kau sadar akan apa yang kau lakukan. atau itu hanya reflek darimu saja dan itu membuat jantung ini berdetak dengan sangat cepatnya
part 31. masak bersama "Perasaan rumah mas ga pernah ada bumbu dapur dah" ucap dia "Jarang masak yang berat berat lagian juga sendirian" "Yeh, masak aja gimana hari ini, gausah keluar" "lu yang masak yah"
"Ah ga mau pokoknya ikut" "Ok, mau masak apaan"" Tanyaku "Nasi goreng aja deh yang simple" "Yah nasi goreng gw juga bisa"
"Wih songong nih, yaudah mas maunya apa biar saya masakin" "Terserah deh yang penting lengkap aja ada sayur sama ikan" "Kepasar yuk beli bahan bahannya"
"Yo" Pasar dihari minggu pagi memang super padat. Berdesakan diantara kerumunan orang. Silvia tanpa malu dengan leluasa berliuk liuk diantara kerumunan orang sambil menarik narik tanganku.
Satu jam kami habiskan untuk belanja. Cabai, cumi, bawang, jamur, sawi hijau, dan bumbu dapur lainnya sudah ditangan. saatnya pulang.
"Nih mas potongin bawang sama cabenya" ucapku
Dengan serius aku memotong bawang sampai sampai mataku perih dan mengeluarkan air mata. "Duh sampai nangis gitu" ucap dia
Dengan lembut dia mengelap airmata yang keluar karena mengupas bawang. Aku tersenyum begitupun dia.
"Dah lanjutin ngupasin bawangnya." Tambah dia Bawang dan cabai sudah selesai kuiris. "Apaan lagi nih" tanyaku
"Tuh ulek sambel" ucap dia "Yah ngulek lagi" keluhku "Ih cowo kan tenaganya kuat" "Iya iya"
Dengan terpaksa aku mengulek sambel dengan ulekan yang kupinjam dari tetangga. Bak seorang bos silvia menyuruhku ini dan itu sembari mulai memasak sayurnya
"Kurang alus mas, ga ada tenaganya dih"
"Sabar bu" "Kencengin napa nguleknya" "Iya iya"
Tekanan batin ternyata memasak dengan wanita. Selesai mengulak sambel tugasku berakhir "Dah mas tinggal duduk aja, biar aku yang masak"
"Wah beneran nih"
"Iya" ucapku Aku duduk dimeja makan, memperhatikan dirinya yang sibuk dengan kuali. Bau semerbak mulai tercium begitu menggiurkan dan menggoda. Dia lalu menuju ke meja makan dengan semangkuk sayur sawi dan jamur.
"Nih sayurnya, eh awas jangan diicip nanti aja pas makan" perintah dia "Yah masa nyicip aja ga boleh"
"Awas kalo berani" ucap dia sambil mengangkat spatulanya.
Aku melupakan makanan yang ada didepanku karena kini ada pemandangan yang harus kunikmati. Tubuh silvia dari belakang dengan tangan yang bergoyang goyang saat memasak. Aku menopang kepalaku dengan tangan senyum senyum tidak jelas sambil membayangkan diriku ada dibelakangnya. Memasak bersama. Aku memegang tangannya dari belakang mengaduk aduk isi dalam kuali. Oh indahnya.
"Senyum senyum aja" ucap dia
"Hehehe, ada pemandangan bagus dari belakang sih" ucapku asal "Woh awas ya udah berani ngeres sama aku" "Ga takut tuh"
"Nih minyak panas loh" "Hatiku lebih panas hahaha"
"Gombal" ucap dia dan kembali melanjutkan masak
Dan kuyakini satu hal dia pasti sedang tersenyum saat itu. Itu pasti. "Nah kelar" ucap dia
"Akhirnya, ga salah pilih pembantu" "Apaan" tanya dia.
"Iya ga salah pilih pembantu"
Silvia menarik kursinya mendekat kearahku. Dan langsung menghujani tubuhku dengan cubitan. "Songong nih, udah dimasakin juga"
"Aduh iya ampuun, ampunn" ucapku "Sukur" ucap dia
Aku menangkap tangannya dengan cepat
"Nanti aja deh dilanjutin nyubitnya, makan dulu" ucapku "Huh" ucapnya
Dia menarik kursinya kembali ke tempat semula yaitu berhadapan denganku. Tapi ku tahan "Udah sini aja" ucap ku
"Iya deh" "Mana piringnya" ucap dia "Nih"
"Segini cukup" "Kurang"
"Nas pas pas segitu" ucapku lagi "Banyak juga ya mas makannya" ucap dia
Dia mengambilkan sayur dan lauk juga untukku. Ah seperti pasangan suami istri saja. "Kaya suami istri ya" celotehku asal
Silvia terdiam. Sepertinya ada yang salah dengan ucapanku. "Becanda becanda" ucapku
Selintah terlihat sepertinya dia malu. "Dimakan mas, pasti enak"
"Klo ga enak gimana"
"Terserah deh mas minta apaan" ucap dia Aku mencoba sesuap
"Ah ga enak" ucapku
"Woh ngibul nih" ucap dia sambil menyenggolku "Hahaha"
"Hahaha" Makan siang yang begitu indah. Penuh canda tawa dan rasa cinta. Tapi mulut ini masih tak mau mengucap sepatah kata. Cinta
part 32.menunggu nyatakan cinta Pertengahan bulan keenam
Hari ini, tepatnya malam ini, aku terbaring ditempat tidur tapi mata ini sulit sekali untuk tertutup. Jam dinding sudah menunjukkan angka 11 malam. Sedang apa ya dia. Apa dia sudah tidur", pikirku dalam hati. Ku ambil handphoneku dan mencoba keberuntungan semoga dia belum tidur. Dan benar telepon ku diangkat.
"Halo mas" ucap dia
"Eh i..ya" jawabku "Belum tidur"tanyaku
"Baru mau tidur, mas sendiri kok belum tidur"
"Tau nih kumat lagi insomnia gw, gw ganggu kan nih, kalau mau tidur, yaudah tidur aja deh" "Belum ngantuk kok" ucap dia
"Yaudah temenin gw ngobrol dong"
"Ya, tapi jangan marah ya kalau tiba tiba aku tidur"
"Iya, sumpek banget hari ini sumpah, banyak pr nih dibawa kerumah" "Kaya anak sd"
"Ya gitu lah, lu gimana"
"Ya kaya biasa, cuma hari ini sih sepi mas, ga terlalu rame" "Emang ada berapa orang tellernya disana"
"3 doang, cuma biasanya aktif 2" ucapku "Ohh" ucapku
Tanpa terasa kami sudah mengobrol selama sejam
"Halo sil, yah udah tidur, yaudah deh selamat tidur cantik, mimpi yang indah ya" ucapku Akupun memutuskan telepon. Tapi mata ini masih belum mau berkompromi. Membayangkan dirinya mungkin saja bisa mengobati mata ini yang tak mau terlelap. Baru saja handphone kuletakkan sebuah sms masuk.
"Selamat tidur juga mas"
"Ah sial dia belum tidur hahaha, dikerjain gw, dia denger ga ya tadi gw ngomong apaan" ucapku dalam kamar
Ku ambil handphoneku dan menelponnya kembali. "Belum tidur toh" ucapku
"Belum hahaha, tadi ngambil charge-an doang hp di loudspeaker" "Berarti denger dong"
"Dengan jelas" "Aduh maaf deh"
"Kenapa harus minta maaf" "Ya kan gw bukan siapa siapa lu" "Makanya jadiin dong"
"Hahaha" "Hahaha, eh mas" "Ya"
"Salah ga kalau cewe nembak duluan" "Hmm engga sih"
"Kalau mas ditembak cewe duluan reaksi mas gimana"" "Tergantung gw suka apa engga" ucapku
"Ohh"jawab dia "Nyanyi dong mas" ucap dia "Nyanyi apaan"
"Kerispatih aja yang lagu rindu" "Ah malu ah suara gw jelek" "Nyanyi dong"
"Jangan ketawa tapi ya kalau jelek" "Iya engga mulai dong"
Akupun menyanyikan lagu itu dengan suaraku yang pas pasan ditambah lagi lewat telepon bisa dipastikan suaraku makin hancur saja. Tapi dia menepati janjinya untuk tidak tertawa. Aneh apa suaraku memang bagus"". Selesai bernanyi aku mengetes silvia apakah sudah tidur atau belum "Udah tidur"
"Belum, tapi aku duluan ya, udah ngantuk, makasih udah nyanyi buat aku" "Iya, semoga mimpi indah ya"
"Mas juga, malam mas" "Malam"
hmm sampai kapan aku seperti ini. membohongi hati terus menerus. siapakah pria beruntung yang dimaksud oleh silvia. Apa itu diriku atau ada pria lain. Aku tak bisa terus begini. Aku harus menyatakannya dengan segera
part 33. inikah saatnya 19 juni 2013
hari itu aku kehilangan atmku. karena silvia bekerja sebagai teller tentunya dia tahu yang kubutuhkan.
"sil kalo atm hilang butuh apaan aja ya buat ngurusnya"" tanya "hilang semua mas sama ktp nya""
"engga atm doang"


I Found A Treasure Karya Andyanstefi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ohh kalo atm doang mah butuh fotokopi ktp doang mas, gampang kok ngurusnya kirain ilang semua"
"yaudah makasih ya, nanti gw urus deh"
"kalau bisa secepatnya mas takutnya dipakai orang lain, buru buru diblokir" "iya" ucapku
keesokan harinya aku mengajukan cuti setengah hari. jam 11 siang aku keluar dari pt. tujuanku tidak lain adalah tempAt silvia bekerja, karena atmku adalah atm bank tempat silvia bekerja sebagai teller. semoga bertemu dengannya hari ini.
jam 11.30 aku sampai dibank tersebut karena jaraknya tidak begitu jauh dari tempatku kerja. hanya membutuhkan 15 menit dengan angkutan umum. sampai disana aku disambut oleh security yang menjaga
kuperhatikan sekitar, benar seperti yang pernah silvia bilang kalau hanya ada dua teller yang bertugas Dan salah satunya adalah silvia. Aku mengambil duduk dikursi tunggu menatap lurus kearah silvia berharap dia melihatku.
Aku memandangi silvia yang melayani setiap nasabah dengan senyumnya yang indah. Gerak geriknya yang anggun dan caranya berbicara terlihat begitu indah dimataku. Mungkin dia terlalu serius sampai sampai dia tidak melihatku. Tak sadar nomor antrianku sudah dipanggil berulang kali "Mas itu maju" ucap satpam
"Eh iya pa maaf" ucapku dan langsung menuju costumer service "Mau ngurus apa pak" ucap perempuan muda didepanku "Atm saya hilang, bisa buat baru"
"Mohon maaf sebelumnya bisa lihat ktp bapak, kalau ktpnya juga hilang bapak bawa surat hilang dari kepolisian""
"Engga cuma atm doang, nih ktpnya" "Baik pak ditunggu sebentar ya" "Iya" ucapku
Prosedurnya mudah aku akhirnya diberikan sebuah atm baru "Kenal pak sama teller sini"
"Iya, tuh silvia"
"Oh, kenal apa pacar nih daritadi ngeliat kesana terus" "Temen doang kok"
"Yasudah pak ini atm barunya, terimakasih" "Iya sama sama bu" ucapku
Dirumah jam 8 malam sms dari silvia masuk ke handphoneku. "Mas tadi ke bank ku ya"
"Iya" "Kok aku ga ngeliat sih"
"Situ sibuk, lagian kalo ngeliat juga mau ngapain coba, meluk gitu, boleh sih" "Yeh bukannya gitu"
"Terus apaan"" Godaku
"Apa ya.. tau ah, terus gimana bisa"" "Bisa, mba yang ngelayanin juga cakep lagi" "Wohh mata keranjang dasar"
"Tapi cantikan yang teller sih" "Ah mas bisa aja"
"Ye geer orang yang sebelah lu" "Sial"
"Haahaha makanya jangan geer dulu" "Bodo ah" ucap dia
"Lu juga cantik" balasku dan langsung mematikan handphoneku Salah satu trik untuk memancing rasa penasarannya. Aku tetap membiarkan hpku mati dan memilih berleha leha dikursi sambil menonton tv. Tak lama aku kedatangan tamu. Pintuku diketuk berulang kali
"Mas mas" "Iya siapa"
"Ih pura pura ga kenal lagi"
"Maaf ga menerima sumbangan" teriakku dari balik pintu "Ahh rese nih buka dong"
Akupun membukakan pintu untuk silvia "Mau ngapain"" Tanya ku
"Engga mau main aja" ucap dia "Ooo" ucapku
"Hp mas mati ya"
"Ah masa, coba gw cek"
Akupun berpura pura mengecek handphone yang sengaja kumatikan. "Eh iya mati abis batre kayanya"
"Kirain" "Emang kenapa, khawatir ya, kangen ya hahaha" "Ih apaan deh kaga kaga" ucap dia
"Trus mau ngapain dong nanya hp gw mati" "Tau ah males"
"Dih mukanya merah gitu ih" "Ahhh, udahh ahhh"
"Hahaha, aduh senangnya ada yang khawatirin gw" "Tau ah aku mau pulang aja males sama mas" "Eh jangan" ucapku dan menarik tangannya "Temenin gw nonton aja disini" ucapku Silvia menoleh kearah lain seperti takut manatapku. Tanganku masih memegang lembut tangannya. Aku membiarkannya begitu lagipula silvia tidak menolaknya. Apa mungkin ini waktu yang tepat bagiku untuk menyatakan perasaanku padanya.
Suara tv seolah tak berarti. kami berdua masih berpegangan tangan dan sibuk dengan pikiran kami sendiri.
"Hmm sil" ucapku
"Iya" ucapnya masih tidak mau menatap ku "Hmm gw mau ngomong sesuatu" "Apaan""
"Hmm gw tuh sebenarnya hm.... lu mau ga.. hmmm, gw kebelakang dulu deh" ucapku dan langsung melepaskan pegangan tanganku dan berlari kecil kekamar mandi
"Goblok goblok tinggal bilang cinta kenapa susah banget sih" teriakku didalam kamar mandi part 34. i love you
Ihhh sumpah kesal bukan main rasanya. Kenapa sih mas tinggal bilang suka aja susah. Aku yakin tadi pasti kamu mau bilang itu.
Selepas mas andry pergi kebelakang aku masih berusaha menenangkan hati. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku juga malu untuk menatap matanya. Lamakelamaan aku mulai bosan, mas andry juga tak kunjung keluar dari kamar mandi. Aku pun menghampiri kamar mandi dan mengetuk pintunya.
"Mas, masih lama ya, aku pulang deh ya" ucapku "Bentar, gw anterin nanti" teriak mas andry "Yaudah aku tunggu"
Akupun menunggu kembali disofa. Suara pintu terdengar. Aku menengok kebelakang. Mas andry membasuh wajah dan rambutnya. Seberat itukah hanya untuk menyatakan cinta". "Yuk gw anterin"
"Iya" ucap ku Mas andry mengunci pintu rumahnya dan berjalan didepanku. Akupun menyusul lalu memegang tangannya dari belakang
"Eh" reaksi mas andry yang kaget
Aku hanya tersenyum lalu mas andry pun membalas senyumku lalu menarik tanganku agar sejajar dengannya. Ayo mas kamu pasti bisa, apa belum cukup semua tanda yang ku berikan untuk mu. Bilang mas bilang..
Kamipun sampai dipintu kontrakanku. Jam 9 malam saat itu. Kulihat pintu tetangga sudah tertutup semua.
"Makasih ya mas"
"Iya.. eh tunggu sil" ucap mas andry "Iya" jawabku
"Gw pengen bilang kalau gw tuh.. hmm.. gimana ya ngomongnya" "Langsung keintinya aja sih kalau susah"
"Intinya ya, intinya ya ya ya" ucap mas andry "Intinya tuh, gw tuh... gw..."
"Ah lama nih, aku masuk aja deh besok aja ngomongnya" ucapku tak sabar Saat aku berusaha meraih handle pintu mas andry menahan tanganku "Gw cinta sama lu, bukan suka tapi cinta" ucap mas andry Aku membalikkan badan lalu tersenyum kepadanya
"Aku cinta sama kamu sil, kamu mau kan jadi pacar aku" ucap mas andry sambil menggaruk kepalanya
"Kenapa baru sekarang mas, aku udah nunggu lama buat ini, dan mas pasti udah tau jawabanku" ucapku
Aku menghampiri mas andry. Aku menatap terlebih dahulu kesebelah kiri dan kanan ku untuk memastikan tidak ada orang.
"Nyari apaan" tanya mas andry
Dengan cepat aku mencium pipinya dan langsung berlari masuk kedalam rumah "Tunggu sil jadi gimana" tanya mas andry
Dari balik pintu yang menutup aku mengintip mas andry lewat jendela. Dengan tingkah bodohnya yang mengelus bagian pipi yang kucium tadi. Hihihi. Aku tertawa geli. Susah sekali sih cuma bilang cinta.
Mas andry masih berdiri didepan pintu cukup lama "Kok belum pulang"
"Gw nunggu jawaban lu, jadi"" Tanya dia
"Ih mas bego atau apa sih, apa itu ga cukup sebagai jawaban"" Tanya ku. "Ga"
"Aduh iya deh aku jawab" ucapku
Aku mengambil nafas sebentar lalu mengucapkan "Aku juga cinta sama mas, udah lama aku nunggu mas bilang kaya gini, aku mau mas, aku mau jadi pacar kamu" ucapku
"Makasih ya" ucapnya lalu meraih kepalaku dan mencium keningku membuat aku kembali menundukkan wajah karena malu
"Yaudah aku pulang ya" ucap mas andry
Aku mengangguk masih belum berani menunjukan wajahku yang mungkin kini masih merona. "Mas" ucapku begitu kulihat mas andry sudah cukup jauh
Mas andry menoleh kebelakang
"Hati hati" ucapku
" " Ahhh senyumnya, akhirnya penantian panjangku berakhir sudah. Dengan tergesa gesa aku masuk kedalam rumah. Mengambil salah satu bonekaku dan berputar putar saking senangnya. "Aku cinta kamu mas" ucapku pada boneka itu
part 35. rindu "Yes yes, ga nyangka gw bisa jadi pacar dia" teriakku begitu sampai rumah.
Kuambil handphoneku dan menelpon silvia. Entah kenapa baru saja bertemu tapi aku sudah kangen dengan dia
"Halo mas baru juga ketemu udah nelpon lagi" "Kangen" ucapku pendek
"Ohh udah bisa bilang kangen sekarang yah" ucap silvia "Jelaslah udah jadi pacar bebas" ucapku
"Aku juga kangen" ucap silvia
"Hahaha ikut ikut aja nih"
"Beneran, kenapa sih mas lama banget nembaknya ampir aja aku bosan nunggu" "Ga pede aja"
"Emang ga cukup apa tanda tanda yang aku kasih ke kamu"" "Cukup aku nyadar kok tapi ya itu aku takut aja buat nyatain" "Padahal mah kamu nembak udah pasti ku terima kok" "Ga penting deh yang lalu yang penting sekarang udah jadi" "Makasih ya udah mau terima aku" ucapku lagi "Iya sama sama, yang"
"Manggil apaan tadi"" Tanya ku "Ih emang salah ya manggil yang" "Engga sih hahaha, yaudah kamu tidur gih" "Yakin", nanti kangen lagi"
"Yeh pede banget pacarku ini, udah tidur nanti telat lagi bangunnya, kalo kangen besok tinggal ketemu"
"Yaudah selamat malam sayang mimpiin aku ya" "Pasti, malam ini pasti aku mimpiin kamu" "Tapi jangan yang aneh aneh mimpinya"
"Hahha mimpi emang bisa diatur,.. yaudah deh udah sekarat juga nih pulsa dah yang" "Dah juga mas sayang"
Klik telepon ku putus. Kutampar pipiku berulang kali untuk meyakinkan bahwa aku tidak bermimpi. Senyum diwajahku tak pernah hilang. Ah indahnya dunia. Lega rasanya semua telah kuungkapkan. Hari esok yang cerah sudah terpampang didepan mata. Kuyakini itu karena sekarang aku tidak sendiri.
Pendekar Aneh Dari Kanglam 9 Pendekar Rajawali Sakti 25 Bangkitnya Pandan Wangi Makhluk Haus Darah 2
^