Pencarian

Kicau Kacau 2

Kicau Kacau Karya Indra Herlambang Bagian 2


dilakukan orang-orang di bilik mereka. Saya tidak terlalu peduli. Itu urusan masing-masing. Tapi papan kayu yang membatasi setiap cubicle ternyata tidak cukup tinggi untuk menutupi
kepala-kepala manusia yang ada di dalamnya. Dan tanpa sengaja, mata saya terpaksa melihat adegan seru yang ada di
bilik nomor lima. - 80 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
Dua kepala asyik berpagut di sana. Ini bukan ciuman kecil
di pipi atau dahi. Bukan juga kecupan singkat di bibir. Tapi
lumatan dahsyat nan penuh birahi. (Euw! Saya baru saja menggunakan kata-kata "berpagut" dan "lumatan penuh birahi"!
Sungguhlah jijay. Sebelum tulisan ini jadi artikel stensil yang
membuat saya terpaksa menggunakan kata "menggelinjang"
lebih baik saya hentikan saja deskripsi saya tentang adegan
syur tadi). Yak. Dilarang buka situs pemancing gairah tapi disuguhkan
adegan mesra secara live. Kurang beruntung bagaimana saya
ini" Seperti biasa, kebodohan untuk cenderung berdiri terpaku
saat melihat sesuatu yang aneh membuat langkah saya tibatiba terhenti. Tidak lama, paling hanya beberapa detik saja.
Tapi sudah cukup untuk membuat dua orang yang sedang
sibuk bertukar cairan tubuh itu melepaskan pelukan mereka
dan buru-buru merapikan diri untuk menutupi apa yang baru
saja terjadi. Itu adalah salah satu momen paling canggung yang pernah
terjadi dalam hidup saya. (Kurang lebih sama kadarnya dengan saat saya dipergoki seorang kakak ketika sedang curi-curi melihat "lm dewasa lalu berusaha untuk mematikan video
dan dengan tololnya menekan tombol pause di remote. Ouch.).
Demi menyelamatkan diri dari situasi yang kurang menyenangkan itu saya lalu menundukkan kepala dan segera ambil
langkah seribu. Sial. Saya jadi agak bingung sekarang. Sebenarnya lebih
masuk akal kalau saya langsung pulang saja. Tapi untuk itu
- 81 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
ain saya harus melewati lagi bilik mereka. Lagi pula saya khawatir
mereka juga akan mengambil keputusan yang sama. Bagaimana kalau kami terpaksa bertemu di depan kasir nanti" Saya
yakin saya tidak akan bisa menjaga ekspresi wajah saya yang
terkadang terlalu jujur ini.
Duh. Ribet sekali. Seharusnya saya tidak perlu merasa risih seperti ini. Bukankah ciuman adalah sebuah gesture paling indah untuk mengungkapkan cinta (atau nafsu, kadang bedanya tipis) yang ada
di antara dua manusia" Bukankah saya (dulu, hiks) juga sering
melakukannya" Pemandangan bibir berpaut sudah biasa muncul di mana-mana. Rangga dan Cinta bahkan pernah melakukannya di depan jutaan pasang mata. Terus kenapa saya
jadi blingsatan sendiri sekarang"
Saya bukan orang paling bermoral. Bah, saya bahkan tidak
terlalu paham dengan apa yang dimaksud moral itu. Tapi ternyata melihat orang berciuman di tempat umum dengan mata
kepala sendiri (Ok, bilik warnet bisa disebut sebagai tempat
privat, tapi kalau kepalanya masih menyembul keluar dan bisa
diliat oleh orang yang lewat di depan mereka berarti bukan
ruang pribadi lagi dong") memang sedikit menimbulkan rasa risih. Apakah berarti saya pemalu" Ketinggalan zaman" Kuno"
Atau memang itu reaksi yang seharusnya terjadi"
Apa ada yang salah dengan bermesraan di depan umum"
Public Display of Affection bisa jadi urusan yang cukup rumit
ketika bersentuhan dengan kebijakan pemerintah di sebuah ko
ta atau negara. Satu berita pada 2003 pernah membahas tentang debat panjang yang muncul di Moskwa saat pemerintah
- 82 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
setempat berusaha untuk membuat sebuah hukum baru yang
memberlakukan denda (bahkan penjara) untuk siapa saja
yang kedapatan berciuman di tempat umum. Tiga tahun kemudian, seorang wali kota di Meksiko juga memberlakukan
hukum yang sama di Guanajuato. Masih banyak lagi deretan
tempat lain yang memiliki peraturan serupa.
Wah. Saya makin bingung. Jika hukum yang sama berlaku dan benar-benar diterapkan di Jakarta, apakah saya
akan melaporkan sepasang kekasih yang berciuman di bilik
warnet itu agar mereka dikurung di penjara" Sebenarnya kesalahan mereka hanya satu: bikin saya malu, tidak nyaman
dan canggung setengah mati. Tapi apakah itu cukup untuk
membuat mereka harus dihukum"
Jika memang ciuman adalah ungkapan cinta mereka, berhakkah manusia menghakimi tindakan manusia lain yang didasari ekspresi rasa sayang" Dasarnya apa" Melindungi moral
kita" Bukankah itu tanggung jawab kita sendiri" Perlukah hukum ikut menyentuh hal yang sangat pribadi ini" Mungkin
perlu. Karena negara punya kewajiban untuk melindungi
semua warganya. Dan syahwat bukan urusan sepele. Harus
dipagari agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih
besar di akhir nanti. Namun lagi-lagi, sepenting itukah untuk
menjadi polisi moral bagi sesama manusia"
Saya yakin setiap orang punya pendapat dan pembenarannya sendiri untuk soal ini. Menolak atau mendukung
kebijakan pemerintah dalam pengaturan gejolak birahi
penduduknya bisa jadi sebuah perbincangan yang tiada
berujung. Tapi kalau boleh sedikit berpendapat, saya akan
- 83 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
memilih untuk memberi porsi lebih besar kepada orangtua
dan keluarga dalam hal sensitif ini. Rasanya cara didik yang
tepat jarang gagal saat membentuk kepribadian seseorang.
Dan silakan saja sebuah negara jungkir balik mengatur urusan
kelamin warganya, namun jika sudah berurusan dengan benak
dan cara kerja manusia yang penuh rahasia, tetap saja sel
otak dan hormon masing-masing yang akan mempengaruhi
tingkah lakunya. Ah sudahlah. Sekarang saatnya saya untuk pulang dan melewati lagi bilik nomor lima tadi. Semoga pasangan itu sudah
tidak ada di sana. Kali ini saya harus jujur. Keinginan itu
bukan muncul karena saya ingin melindungi diri dari ketidaknyamanan atau demi menjaga kemurnian moral pribadi, namun semata karena saya sirik melihatnya.
Sepertinya saya harus segera cari pasangan, ciuman di bilik internet yang sama, dan bikin orang lain tidak nyaman.
Itu baru adil. - 84 - MENGULIK MIYABI Miyabi. Yudemo. Widonker. (Me Yabi, You Demo,
We Don"t Care). (Twitter: 9 Oktober 2009)
Ada satu pertanyaan yang akhir-akhir ini mengganggu hidup
saya: bagaimana rasanya mewawancara Miyabi" Sebelum saya
menjawab pertanyaan itu, sebenarnya ada sebuah pertanyaan
lain yang hadir terlebih dahulu: mau nggak wawancara Miyabi"
Saya butuh waktu agak lama untuk menerima tawaran ini.
Seharusnya saya dengan mudah menjawab "ya". Karena saya
memang sangat suka mewawancara. Siapa pun orangnya. Masalahnya adalah, ini akan jadi kali pertama bagi saya untuk
meng-interview mantan bintang porno yang sudah pernah saya
lihat dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. (Maaf,
saya meminjam istilah ini dari stensilan zaman dulu).
Selain itu jujur saja, saya agak takut. Terlalu banyak orang
- 85 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
yang menghujatnya. Bagaimana jika nanti kontroversi mengerikan seputar sosok ini akan kembali membuas dan menyeretnyeret nama saya"
Untuk urusan ini saya beruntung punya teman-teman yang
luar biasa. Salah satu dari mereka dengan santainya berkata:
"Udah deh, terima aja. Lo kan di situ bertugas sebagai
reporter. Kecuali lo diajak buat main bokep sama dia. Baru
deh tuh lo pikir-pikir lagi."
Hmm... Ada benarnya juga. Karena itu dengan bekal tekad
bulat, semangat kuat, dan riset mendalam hasil menonton
maraton semua karya-karyanya (akhirnya... Alasan super valid buat nonton "lm dewasa!), saya pun memutuskan untuk
menerima tawaran itu, dan berangkat ke Jepang untuk...
Mengulik Miyabi! Setiba di Tokyo, saya langsung dihadapkan dengan berbagai
macam peraturan soal wawancara yang harus kami lakukan.
Kami tidak diperbolehkan berfoto dengannya menggunakan
ponsel atau kamera pribadi (hilang sudah kesempatan saya
untuk membuat teman-teman saya iri lewat pro"le picture sa
ya). Saya juga harus menuliskan semua pertanyaan yang
akan diajukan untuk diseleksi terlebih dahulu oleh beberapa
pihak. Banyak pertanyaan saya yang tidak disetujui. Terutama yang
berhubungan dengan masa lalunya, keluarganya, perjalanan
kariernya, kontroversinya di Indonesia, dan kehidupan pribadinya. Saya sempat panik. Karena dari tiga halaman daftar
pertanyaan yang saya ajukan, hanya satu lembar yang bersisa
- 86 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
tanpa coretan. Tapi seorang kru di sana lalu memberikan sebuah tip yang luar biasa menenangkan: tanyakan saja soal
anjing-anjingnya, dia pasti suka.
Hebat. Saya jauh-jauh terbang ke Jepang, bertemu dengan Maria Ozawa, hanya untuk berbincang soal anjing peliharaannya. Perfect! Tanpa bisa ditahan, muncul beragam pikiran jelek di dalam kepala saya. Salah satunya: duh, kenapa
ribet banget, ya" Kalau tidak ingin ditanya soal masa lalunya,
ya nggak usah jadi artis-lah. Jadi pelatih anjing aja gimana"
Lagian siapa juga yang dulu nyuruh dia untuk main "lm
porno" Aneh. Namun tentu saja, semua prasangka buruk itu
tidak mengurangi rasa excited yang ada di hati saya. Sebentar
lagi saya akan bertemu dengan Miyabi!
Sejak pertama kali ditawarkan untuk melakukan interview
ini, saya sudah otomatis merangkai sebuah adegan nyata di
dalam otak saya. Saya membayangkan dia akan muncul dari
satu ruangan meeting dalam gerakan slow motion, dengan menggunakan baju seragam sekolah Jepang (atau kostum Sailor
Moon), melangkah ke arah saya, lalu mengibaskan rambutnya
sambil membasahi bibir (masih dalam gerakan lambat), dan
berkata dengan suara lirih: moshi moshi..
Dan ternyata... Semua itu buyar.
Pertemuan pertama saya dengan Miyabi sama sekali tidak
indah apalagi seksi. Kami dikenalkan di sela-sela syutingnya
di sebuah supermarket kecil di pinggir Tokyo. Tepatnya di
dekat tong sampah besi yang ada di ujung jalan. Dan suhu
saat itu sekitar sembilan derajat Celsius. Jadi lupakan baju mi- 87 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
nim. Dia mengenakan busana yang jauh lebih tertutup daripada baju selam. (Ok, itu agak berlebihan, tapi Anda tahu
kan maksud saya" Dia mengenakan baju yang sangat sopan.
Sweter, celana jins, dan sepatu bot. Itu pun masih ditutupi lagi
dengan selendang besar.) Dan saya sudah terlalu repot sendiri
dengan jaket tebal dan sarung tangan kulit yang harus saya
kenakan agar tidak menggigil macam orang demam.
Namun ada satu hal yang sangat menyenangkan dari pertemuan kami. Ternyata dia orang yang sangat ramah dan hangat. Sedikit terkesan pemalu, sungguh sopan, dan cerdas. Semua bayangan tentang dia yang sudah terekam dalam memori
saya seketika terhapus begitu saja. Dia sama sekali tidak seperti yang saya bayangkan. Dan setelah berbincang basa-basi
sebentar, saya tidak bisa menahan diri untuk mengatakan hal
itu padanya. "Kenapa" Kamu pasti mikir saya sebagai cewek model
yang seksi dan nggak ada isi kepalanya ya" Saya bukan tipe
seperti itu," jawabnya sambil tertawa-tawa. Obrolan singkat
itu seperti membuka jalan untuk percakapan yang lebih menyenangkan.
Ketika akhirnya kami melakukan sesi interview, semakin banyak lagi judgement buruk di kepala saya yang terhapus begitu
saja. Seperti yang sudah dipesankan, saya tidak bertanya soal
apa pun yang berhubungan dengan masa lalunya. Tapi dia
sendiri yang berbicara soal semua pilihan yang pernah diambilnya semasa belia. Ternyata dia tidak serumit yang saya pikirkan. Orangnya terbuka dan apa adanya.
Matanya berbinar terang saat berkisah tentang dua anjing
- 88 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
mungil kesayangannya, soal bisnisnya, atau soal rencananya
untuk berkeluarga dan mata indah itu perlahan meredup saat
bicara soal hubungan dengan keluarganya yang tidak terlalu
baik. Semua itu membuat saya cukup bisa mengerti soal pilihan hidup masa lalunya. Bukan menyetujui atau mengutuk,
tapi paling tidak bisa menerima bahwa dia membuat semua
pilihan itu dengan kesadaran penuh dan sekarang sedang berusaha untuk membuat pilihan-pilihan baru yang mungkin lebih baik.
Perbincangan kami berlangsung cukup lama. Kalau di awal
pertemuan saya masih melihatnya dengan kacamata buram
yang dipenuhi kotoran dari pikiran saya sendiri, di akhir sesi
wawancara saya bisa melihatnya dengan sudut pandang yang
lebih jernih. Jadi untuk menjawab pertanyaan: bagaimana rasanya mewawancara Miyabi"
Saya hanya bisa bilang: rasanya seperti ditampar dan diingatkan untuk berhenti menghakimi.
- 89 - JUMPA OBAMA Pak Obama. Maaf saya catut namanya. Buat dijadiin alesan
telat hari ini. You rock!
(Twitter: 10 November 2010)
Obama datang. Sebagian orang senang. Sebagian lainnya berang. Saya tidak punya kepedulian terlalu banyak untuk merasakan keduanya. Ia memang sosok hebat nan inspiratif. Tapi
maaf, atas nama keegoisan pribadi, kehadiran anak Menteng
paling kondang seantero jagad itu hanya menyisakan satu pertanyaan: apa efeknya untuk hidup saya"
Jam dua dini hari sebuah pesan hadir memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan di atas. Isinya singkat: "Mau
ngeliput Obama di Istana Negara?" Setelah membacanya,
kantuk pun lenyap seketika. Saya balas SMS itu dengan satu
kata pendek berhias hamburan tanda baca: "Mau!!!!!!!!!"
Beberapa jam kemudian, saya bangun untuk menyiapkan
kunjungan ke istana. Kabarnya tim kami diperbolehkan untuk
- 90 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
meliput acara press conference bersama Obama, karenanya penampilan saya harus luar biasa. Saya mengenakan kemeja batik paling baik, celana hitam paling rapi, dan sepatu pantofel
kesayangan saya yang paling mengilat. Setelah melewati beberapa pos penjagaan yang ketat (seketat kemeja kekecilan yang
digunakan oleh beberapa petugas di tempat itu), akhirnya
saya tiba di halaman yang diapit Istana Negara dan Istana
Merdeka. Pemandangan yang menyambut kehadiran saya benar-benar luar biasa. Dua jalur karpet merah menjulur dari pintupintu Istana Merdeka, lalu cabang itu menyatu di satu titik
untuk kemudian berlanjut menghampar sejauh dua puluh
meter menuju sebuah panggung dengan dua podium megah
di atasnya. Di sisi kiri dan kanannya berkibar bendera Indonesia dan bendera Amerika Serikat. Terlihat gagah dan indah.
Sesungguhnya saya malu mengakui, tapi melihat itu semua
kedua mata tiba-tiba saja lembap dibasahi keharuan.
Ini adalah lokasi press conference nanti malam. Diam-diam
saya mulai memilih tempat dari deretan kursi yang menghadap ke podium itu dan segera menyiapkan pertanyaan untuk dilontarkan kepada Obama. (Mungkin dibuka dengan:
apa tanggung jawab Anda sebagai kepala negara yang menghasilkan Justin Bieber fever" Lalu: apa tanggung jawab Amerika
untuk kecanduan orang Indonesia pada junkfood").
Saya masih punya waktu untuk memikirkan pertanyaan
paling cerdas, karena dari kabar terakhir rombongan Obama
belum mendarat di Jakarta. Kami pun memulai liputan
dengan hal-hal remeh yang cukup menarik untuk digali,
- 91 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
seperti: seberat apa beban yang dirasakan oleh para petugas
kebersihan istana menghadapi kehadiran tamu penting itu"
(Jawabannya: biasa saja, setiap hari istana memang harus
bersih sempurna). Juga: masakan apa saja yang disiapkan
oleh katering istana untuk dinner malam nanti" (Jawabannya:
Obama membawa personal chef!).
Belum lama saya berkeliling mengumpulkan bahan liputan,
tiba-tiba saja turun hujan. Saya pikir panitia pasti sudah menyiapkan pawang paling andal untuk menjaga agar semua
acara berjalan lancar. Nyatanya hujan tetap datang. Saya berdoa luar biasa keras agar hujan cepat berhenti. Bukan demi
menyelamatkan hubungan bilateral Indonesia-Amerika atau
untuk kelancaran kehadiran Obama, tapi semata buat kepentingan egois: kalau hujan tetap turun lokasi press conference akan
dipindahkan ke ruangan credential Istana Merdeka, dan saya ta
hu, kemungkinan untuk bisa masuk ke situ dan bertatap langsung dengan Pak Obama pasti kecil banget. Karenanya saya
terus berdoa. Hujan pun turun semakin deras.
Menjelang sore, saat saya masih berteduh di sebuah gazebo
sambil menyesali nasib sepatu mengilat saya yang nyaris hancur
kena lumpur dan air, tiba-tiba saja muncul suara gemuruh
di kejauhan. Obama telah tiba! Terdengar jelas marching band
memainkan Star Spangled Banner dilanjutkan dengan Indonesia
Raya, seiring dentuman meriam yang membuat saya terkagetkaget seperti nenek latah. Semua bersiap siaga, ke mana pun
mata memandang terlihat orang tergopoh berlari atau berteriak-teriak ke Handy Talkie.
Saya bisa melihat iringan mobil memasuki halaman parkir
- 92 -

Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
istana. Tapi tak tampak sedikit pun sosok Obama. Ternyata
beliau langsung masuk ke Istana Merdeka untuk bertemu dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi satu-satunya
kesempatan untuk dapat melihatnya secara langsung adalah
dengan menelusup masuk ke konferensi pers di ruang credential.
Sayang sekali. Saya gagal. Beberapa wartawan bahkan harus
adu urat dengan pihak keamanan Amerika Serikat. Saya lemas. Hilang sudah kemungkinan untuk bertemu Obama.
Eh, tunggu! Masih ada satu harapan: bertemu dengan
Michelle Obama! Berkat pengamatan jeli seorang anggota
tim, kami berhasil menebak-nebak jalur yang akan dilewati
oleh rombongan Ibu Negara. Ternyata benar saja, tidak lama
setelah berdiri di tengah gerimis, lewatlah Ibu Michelle bersama Ibu Ani. Mereka melangkah menuju pameran batik yang
diadakan di Wisma Istana. Saya yang berdiri hanya sekitar
lima meter darinya ingin sekali langsung lari mendekat lalu
mengulurkan tangan buat salaman. (Saya jamin, genggaman
tangan itu tidak akan jadi berita internasional seperti insiden
jabat erat seorang menteri). Sayangnya kedua Ibu Negara itu
terlihat sibuk berbincang dan deretan penjaga yang mengelilingi mereka terlihat sangat sulit ditembus. Dengan sangat
sedih saya terpaksa melakukan satu-satunya hal yang bisa dilakukan: kiss bye.
Gagal bertemu Obama. Gagal salaman dengan istrinya.
Saya mulai desperate. Harus ada yang bisa saya temui hari ini!
Saat itulah pandangan saya tertuju pada sesuatu yang tidak
kalah menakjubkan: limosin milik Sang Presiden! Tak bisa
salaman dengan orangnya, mengelus mobilnya pun jadi-lah!
- 93 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Dengan dorongan dari seorang atasan yang sangat bersemangat ("Buruan lo deketin tuh! Itu mobil Obama, dibawa
langsung dari Amrik!"), saya pun mulai mengendap menghampiri limosin berkilau yang sungguh canggih itu.
Baru hendak melangkah lebih dekat, muncul seorang bule
keren dari tempat supir. Lelaki gagah itu terlihat seperti Jack
Bauer. Wajahnya dingin. Dia melangkah keluar mobil sambil menyelipkan tangan kirinya di balik jas. Saya panik! (Itu
senjata! Dia pasti memegang pistol! Dia pasti bisa aja nembak siapa pun yang deketin tuh mobil!). Kameramen dan
reporter saya tetap kekeuh menyuruh saya mendekat. Sang
secret agent terlihat celingak-celinguk lalu menghampiri petugas
keamanan istana. Perasaan saya semakin nggak enak. Sungguh nggak lucu kalau saya harus guling-gulingan di tanah
atau mati tertembak hanya karena ingin menyentuh mobil
Obama. Benar saja, petugas istana lalu mendekati kita dan
memberi peringatan, mobil itu hanya boleh difoto tapi tidak
boleh direkam gambarnya dengan video. Entah buat alasan
apa. Kami mengangguk, dan berjalan menjauh. Penderitaan
lengkap sudah. Bahkan kendaraan Obama saja tidak bisa saya
dekati. Dalam usaha terakhir untuk melihat Obama, saya memutuskan untuk menunggunya setelah press conference, dan
mencegatnya di jalan keluar menuju mobil. Tentu saja itu
mustahil. Kerumunan wartawan yang juga punya niat sama dipindahkan lokasinya ke sebuah ruangan yang jauh dari pintu
keluar. Menjelang pukul sembilan, rombongan Obama memang
- 94 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
akhirnya muncul di tempat yang ditentukan. Namun saya sudah tenggelam di antara jurnalis foto yang membawa tangga
alumunium mereka. Saya bisa melihat Pak Obama hanya sepersekian menit. Dari kejauhan. Dan sialnya, ketika itu dia
sedang menoleh untuk berbincang dengan seseorang, hingga
yang terlihat cuma bagian belakang kepalanya.
Petualangan saya berakhir nelangsa. Niat bertemu Obama
perlahan luntur seiring rambut yang semakin lepek tersiram
hujan. Pada akhirnya untuk menjawab pertanyaan apa efek kehadiran Obama untuk hidup saya, hanya ada satu jawaban:
kehadiran beliau sudah membuat saya masuk angin.
- 95 - PEMBUNGKUS MASA DEPAN Ngapain beli underwear bagus-bagus" Gak akan ada yang
liat juga. *Ouch. Dia gak tau gue jemur celana dalem di
gerbang depan.* (Twitter: 1 November 2010)
Sejak kapan Anda membeli underwear sendiri" Bisakah otonomi
urusan jeroan pakaian dihubungkan dengan kedewasaan"
Buat saya, jawabannya seribu persen bisa! Karena sejak kecil
daleman saya memang selalu dibelikan Ibu. Dan jika kematangan seseorang diukur dari saat pertama membeli celana dalam sendiri, berarti saya baru dewasa setelah usia 28 tahun.
Lima lelaki di rumah saya bergantung pada Ibu untuk memilih dan membeli kain pembungkus area bawah pinggang ka
mi. Saya tidak pernah tahu kapan Ibu membelinya. Yang pasti
setiap periode tertentu, tiba-tiba saja hadir kotak-kotak plastik
berisi gulungan CD aneka warna di dalam lemari kami.
- 96 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
Sebenarnya Ibu selalu bertanya jenis celana dalam apa
yang saya inginkan. Boxer" Briefs" Thong" G-String" (Ok, dua
yang terakhir tidak pernah ada dalam pilihan yang ditawarkan
Ibu). Tapi jujur saja, buat saya bentuk bukan soal penting. Sa
ya lebih peduli pada warnanya. Karena ini soal identitas. Bayangkan saja, saya dan ketiga kakak punya ukuran pinggang
yang kurang lebih sama, jadi untuk menghindari kejadian tukar pakai celana dalam (yang sangat ew!), properti kami dibedakan dari warnanya. Ketika itu sedang musim sekali undies
berwarna pastel. Dari gradasi putih ke krem ke cokelat ke abuabu ke hitam hingga warna biru. Saya pecinta langit. Jadi tanpa ragu semua celana dalam yang saya miliki berwarna biru
(saya tidak pernah punya masalah dengan ini sampai seorang
teman melihat briefs saya dan tergelak terpingkal-pingkal karena teringat dengan warna celana dalam neneknya).
Untuk Bapak, Ibu membelikan celana dalam berbeda. Pinggangnya dari bahan elastis yang lebih kuat, lebih nyaman, lebih tipis, dan yang pasti lebih mahal. Ukurannya pun jauh
lebih besar dari milik putra-putranya. Saya pernah iseng mencoba celana dalam Bapak (Hey, I was curious, ok!), dan dengan
sukses segitiga lebar itu melorot sampai mata kaki.
Hingga kuliah dan tahun-tahun awal bekerja, saya tidak
pernah berpikir akan datang satu masa dalam hidup lelaki
di mana mereka harus membeli celana dalamnya sendiri.
Bukankah selalu ada Ibu atau istri yang bisa melakukannya"
Baiklah, saya baru saja bersikap seperti seorang bajingan. Ta
pi kalau boleh sedikit membela diri, sebenarnya ini adalah
pujian untuk para perempuan. Boleh saja banyak yang bilang
- 97 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
bahwa lelaki sering kali berpikir menggunakan kemaluannya,
tapi untuk membungkus "otak keduanya" tersebut, mereka toh
butuh bantuan seorang wanita. Tentu saja ini tidak berlaku di
semua keluarga. Saya sendiri tidak tahu pasti apakah keluarga
lain masih bergantung pada peran Ibu sebagai agen tunggal
penyuplai celana dalam di lemari pakaian" Atau lebih banyak
yang sudah punya otoritas penuh untuk memilih dan membeli
celana dalam mereka sendiri seperti yang (akhirnya) saya lakukan beberapa tahun belakangan ini"
Awalnya Ibu masih kerap berusaha membelikan saya celana dalam baru. Namun akhirnya ia berhenti setelah melihat bahwa kotak celana dalam yang dibelikannya tetap utuh
tanpa pernah dibuka lagi. Dulu saya berteriak minta dibelikan jika sudah banyak underwear saya yang longgar atau kusam. Sekarang hal ini menjadi tanggung jawab saya sendiri.
Bukan bermaksud untuk tidak patuh atau mengecilkan kasih
sayangnya dan perhatiannya, tapi di usia menjelang senja ini
sepertinya sudah saatnya saya menentukan apa yang akan
melindungi aset masa depan saya.
Seperti halnya kekuasaan dalam hal lain, kekuasaan besar
yang pertama kalinya ada di genggaman tangan sempat membuat saya larut dalam euphoria sesaat yang memabukkan. Lalu
setelah itu tenggelam dalam kebingungan.
Saya tidak akan lupa momen pertama saya membeli celana dalam sendiri. Karena gengsi, saya tidak pernah mau
bertanya pada Ibu di mana ia membelikan celana dalam saya
selama ini. Apalagi bertanya soal harga atau jenisnya. Biarlah saya sendiri yang mencari. Akibatnya, saya sempat ber- 98 -
Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
diri agak lama di antara deretan merek celana dalam yang
berjejer tanpa ujung. Mengepung saya dari semua penjuru di
sebuah department store. Semua minta dibeli. Semua minta diambil. Bahkan sepertinya foto para model pria berperut mustahil
yang ada di kotak celana dalam-celana dalam itu berteriak
memanggil saya untuk memilih produk mereka. Dan saya
sungguh ragu memutuskan mana yang harus saya beli. Haruskah saya pilih berdasarkan harga" Atau potongan" Atau
bahan" Atau warna"
Seperti ini ternyata rasanya memiliki kebebasan dan kekuatan untuk memilih setelah sekian lama disuapi oleh orang lain.
Saya malah bingung. Dan untuk beberapa lama saya sempat
diam mematung dengan mata terpicing memandangi ratusan
pilihan yang ada di hadapan. Mengingat sudah punya kebebasan penuh, saya ingin berusaha sekuat tenaga untuk menemukan celana dalam yang terbaik. Iya dong, dulu Ibu membelikan saya dengan uangnya, sekarang saya menggunakan
uang sendiri, jadi punya lebih banyak pertimbangan.
Pada akhirnya saya menemukan sebuah merek favorit.
Awalnya karena tergoda iklan dan sebuah trivial dari seorang
pesohor ternama (Anda pernah dengar" Katanya saking cinta
dengan kenyamanan dan kekuatan sebuah merek underwear,
Justin Timberlake sampai mengganti celana dalam minimal
tiga kali sehari dan tidak pernah memakainya lebih dari dua
kali. Dan pada akhirnya dia di-endorse oleh produk tersebut),
namun setelah mencobanya saya jadi yakin dengan pilihan
itu. Harganya agak mencekik leher bahkan sering kali lebih
mahal daripada kaus dan jins yang saya pakai setiap hari.
- 99 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Baik. Sebelum Anda hakimi saya sebagai orang sok yang
sombong dan perlu dirajam, izinkan saya untuk memberi
alasan yang masuk akal tentang kenapa seharusnya kita semua
memiliki celana dalam terbaik yang mampu kita beli.
Pertama: keluarga saya masih suka jemur pakaian di balkon
lantai atas. Letaknya sangat jelas terlihat dari jalan kecil di
samping rumah. Berarti setiap orang yang melewati gang itu
bisa melihat jeroan saya tergantung-gantung melambai tertiup
angin. Ini soal gengsi. Mungkin dangkal, tapi harus diakui, melihat underwear bagus terjemur rapi lebih menyenangkan ketimbang memandangi celana dalam nggak jelas yang sudah bolong-bolong atau karetnya longgar. Itu bisa jadi polusi visual
buat tetangga-tetangga saya. Dan sebagai manusia yang baik,
saya tidak ingin mengotori lingkungan dengan pemandangan
menjijikkan. Kedua: dalam hidup selalu saja ada saat tak terduga di
mana kita harus menampakkan celana dalam di depan orang
lain. Bukan, saya bukan mengajak Anda untuk jadi eksibisionis
(Walaupun sebenarnya saya tertarik banget buat nyobain, apa
kira-kira rasanya buka celana di tengah mal" Abaikan pikiran
busuk ini), saya bicara tentang tempat tertentu seperti ruang
ganti di gym (Lebih praktis ganti celana di sini, kan"), ruang
rawat dokter (Berapa kali Anda dengar kalimat: "Ayo disuntik
dulu, coba buka celananya", dan berharap tidak sedang menggunakan celana dalam bergambar Sponge Bob"), ruang inap
Rumah Sakit (Suster seksi: Pak, mandi dulu ya. Anda: Damn,
lagi pake celana dalem buluk.), atau pantai Kuta di waktu
sunrise (Don"t ask).
- 100 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
Ketiga: kita tidak pernah tahu kapan dan di mana kita
akan mati. Ok. Ini agak serem tapi masuk akal. Saya dapatkan
ini dari seorang sahabat yang sangat keukeuh mempertahankan
prinsip hidupnya: kalau harus mati secara tak terduga, make
sure lagi pake celana dalam yang bagus. Dia memang aneh dan
super parnoan. Tapi saya bisa agak mengerti prinsipnya; "Sering kan lo liat di TV korban tindak kriminal atau kecelakaan
yang disorot kamera saat hanya menggunakan celana dalam"
Salah satu ketakutan gue adalah tampil di TV saat pake celana
dalem busuk. Kan malu, Ndra." (Untuk poin ini mari samasama mengetuk kayu dan berucap: amit-amit jabang bayi.).
Keempat: celana dalam agak mahal itu lebih awet lho. Sa
ya punya beberapa celana yang sudah saya punya sejak lima
tahun dan tetap bagus sampai sekarang Sebenarnya ini cukup
menjijikkan, dan menunjukkan betapa pelitnya saya. Tapi bener kok, harga biasanya seiring dengan kualitas. Celana dalam
merek nggak jelas sering kali berakhir dengan nasib nggak
jelas juga. Karetnya bisa tiba-tiba meringkel keriting atau bagian-bagian tertentu seperti sambungan antara pinggang dengan cup di bagian depan sungguh rawan sobek. Bukankah
akhirnya lebih hemat kalau kita beli yang agak mahal tapi
lebih awet" Poin kelima dan maha penting: ingat. One night stand bisa
datang kapan saja. Bagaimana menurut Anda" Cukup brilian bukan alasan
yang sudah saya kumpulkan demi bisa mendapatkan pembenaran dari kebiasaan saya untuk boros saat beli celana dalam"
- 101 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Well, saya sih nggak ngerti apakah celana dalam seharusnya masuk ke dalam kebutuhan pokok. Tapi buat saya pribadi
urusan memilih dan membeli celana dalam sungguh berhubungan dengan kedewasaan. Saat berurusan dengan sesuatu
yang begini hebat, seharusnya kita lebih banyak pertimbangan
bukan" Lagi pula banyak yang bilang inner beauty itu penting.
Nah, inner clothing juga dong"
- 102 - NGAJAK BERANTEM DUNIA Age plus memories equals nonstop nostalgic rambling.
(Twitter: 29 November 2010)
Beberapa minggu lalu, saat udara masih dipenuhi aroma maafmaafan, waktu sisa kue kering dalam stoples masih menghiasi
meja makan, ketika acara halalbihalal masih bisa dijadikan
alasan untuk bertemu dan nongkrong berlama-lama dengan
teman-teman, saya berkumpul dengan beberapa sahabat lama
di Kemang. Tidak semua orang bisa datang. Ada yang masih di luar
kota. Ada yang sudah mulai sibuk bekerja. Dan salah satu
dari kami tidak bisa lagi keluar malam sejak beranak dua.
Menyebalkan memang. Sewaktu kuliah dulu, kami selalu bisa
bertemu kapan saja. Suka tidak suka, mau tidak mau. Jika tidak di ruang kelas ya di lorong kampus. Jika tidak di kantin bawah tangga ya di tukang teh botol dekat gerbang. Sekarang tidak lagi. Mengatur acara untuk sekadar ngobrol bareng sama
- 103 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
rumitnya dengan persiapan sebuah perhelatan besar. Harus
diperhitungkan matang-matang. Tempatnya, waktunya, durasinya. Ya, durasinya. Karena sebagian dari kami baru saja
punya bayi, sudah tidak mungkin lagi untuk kongko-kongko
sampai jam dua pagi. Paling maksimal sampai jam setengah
sembilan malam, atau sampai suara pasangan masing-masing
mulai terdengar berjeritan di telepon genggam.
Ini konsekuensi. Kami bukan lagi mahasiswa lecek yang berani ngajak berantem dunia. Kami sudah jadi orangtua (buat
sebagian dari kami kalimat tadi berarti sudah memiliki momongan, buat sebagian lainnya "orang tua" dalam arti kata sebenarnya: orang yang sudah tua, damn!). Kami sudah jadi manusia dewasa yang punya tanggung jawab, punya pekerjaan
dan berusaha setengah mati untuk tidak punya musuh agar
bisa hidup lebih nyaman di dunia ini.
Sepertinya waktu sudah berhasil mengubah kami.
Dengan pikiran agak sinis saya mulai mengamati satu per
satu sahabat saya. Salah satu yang dulu paling rajin berdemo sekarang sedang
bingung memilih cincin paling bagus untuk calon istrinya. Sibuk menimang antara emas putih atau emas kuning. Sibuk
memutuskan antara membelinya di etalase modern dalam mal
atau toko legendaris di Cikini. Matanya yang dulu penuh api
saat berteriak di lapangan kampus sekarang diisi sinar lembut
ketika bercerita tentang rencananya untuk melepas lajang di
pulau seberang. Mata yang sama lalu berpendar malu-malu
saat berkisah soal campur baur perasaannya ketika melamar
sang kekasih lewat sambungan telepon jarak jauh.
- 104 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
Seorang sahabat lain yang dulu paling jago mengumpulkan
dana untuk berbagai macam kegiatan kampus sekarang bercerita tentang proyek-proyeknya di seluruh penjuru negeri. Bagaimana dia baru saja mendarat dari Surabaya untuk langsung
mampir bertemu kami di sini. Bagaimana pekerjaannya dengan
semena-mena membawanya berlompatan dari satu kota ke
kota lain tanpa henti. Dia sekarang punya pegawai. Punya
anak buah yang harus diberi gaji dan Tunjangan Hari Raya
(THR). Usahanya sekarang sudah beranjak jauh sekali dari
garage sale kecil yang dulu kami buat di lapangan parkir. Dan
sekarang semua uang yang dihasilkan dari tetes keringatnya
sudah bisa dinikmatinya sendiri. Tidak untuk bikin spanduk
atau beli makanan kotak buat konsumsi.
Satu orang lagi di antara kami sedang sibuk pacaran setelah nyaris sepuluh tahun ini selalu sendirian. Beberapa kali
dia menelepon sang pacar. Atau sibuk sms dengan senyum
khasnya yang tak pernah hilang. Dulu di zaman ingar-bingarnya reformasi, dia pernah memutuskan untuk tinggal berminggu-minggu di sebuah tenda di kampus. Sekarang dia
sedang mempersiapkan mental untuk berhubungan jarak
jauh dengan kekasih barunya, karena insya Allah dalam waktu dekat sebuah pekerjaan akan membawanya menetap di


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Australia. Saya sendiri bukan orang yang sama. Saya tahu itu. Du
lu saya masih sempat menyelipkan sedikit bisik soal kepedulian reformasi pemerintahan di dalam siaran radio saya. Sekarang" Hal terdekat seputar masalah orde baru yang bisa
saya sampaikan hanyalah berita soal kisruh rumah tangga
Bambang, Halimah, dan Mayang.
- 105 - Kicauan tentang Gaya Hidup, Hidup Gaya, dan Hidup Gak Ya"
How pathetic is that"
Tampaknya waktu benar-benar sudah berhasil mengubah
kami. Apakah kami bukan lagi manusia penuh idealisme seperti
dulu" Apakah tuntutan untuk hidup lebih nyaman membuyarkan semua yang dulu kami perjuangkan" Salahkah saya jika
merasa bahwa sekarang adalah saatnya untuk mengaku kalah
dan menyerah pada kekuatan detik dan menit dan pasangan
dan pekerjaan dan keluarga dan sekaleng susu formula yang
mahalnya luar biasa"
Sebelum sempat bersedih, perbincangan di meja kami tiba-tiba saja berganti arah. Entah dari mana asalnya, bincang
yang semula santai dan penuh canda tiba-tiba saja berubah
jadi diskusi berat macam talk show di televisi (bedanya ngobrolngobrol kami lebih menyenangkan dan tidak direcoki dengan
pembawa acara yang sibuk memotong ucapan kami dengan
nada sok pintar). Kami bicara soal Malaysia, soal sistem transportasi Jakarta, soal lunturnya wibawa negara, soal pemerintahan, soal korupsi, soal sinetron dan tontonan kita, soal ini,
dan soal itu. Dari orang-orang yang semula saya kira sudah diubah oleh
waktu dan kebutuhan, keluar analisa tajam yang sungguh brilian. Ternyata sahabat-sahabat saya ini masih sama dengan
yang dulu. Masih punya cita-cita. Masih mikirin orang lain.
Masih punya idealisme. Dan selama ini saya salah. Mereka
masih berjuang dengan caranya sendiri-sendiri, di bidangnya
sendiri-sendiri. Sekecil apa pun. Seremeh apa pun. Mereka te-
- 107 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
tap berusaha. Dan sepertinya api yang dulu ada di mata dan
hati mereka sampai kapan pun tidak akan pernah bisa mati.
Perbincangan kami berlangsung seru sampai jam dua pagi.
Setelah itu kami harus kembali ke hidup masing-masing. Kembali cari cincin kawin, nyiapin proyek, sms pacar, ngomongin
artis, dan yang terpenting: bikin alasan ke istri kenapa pulang
terlalu malam. (Gila, kami memang sudah berubah! Sahabatsahabat saya yang dulu berani ngajak berantem dunia, ternyata
sekarang harus mikir ratusan kali sebelum ngajak berantem
sang istri. Duh"). - 108 - BAB II KICAUAN TENTANG SINGLE, IN RELATIONSHIP, ATAU IT"S COMPLICATED SATU HARI SEBELUM HELLOWEEN Hubungan kok kaya kaki kesemutan. Dibawa jalan susah.
Didiemin gak nyaman. (Twitter: 5 Desember 2010)
Dalam sebuah caf" menyenangkan, di antara gelas wine dan berbagai
kudapan, tiga orang teman lama mencoba menemukan perbedaan antara
cinta dan sayang. Sebentar. Valentine masih lama. Perayaan terdekat adalah
Helloween. Ngapain juga ngomongin cinta" Sebenarnya akan
lebih masuk akal jika saya dan kedua teman dalam reuni kecil
itu bicara soal setan. Mungkin membahas tentang hantu apa
yang paling menyeramkan. (Saya belum bisa memutuskan antara pocong atau kuntilanak. Yang pertama seram karena tidak besuara dan gemar melompat, yang kedua menyebalkan
karena suara cekikikan dan wajahnya yang super pucat).
- 110 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Atau menentukan kostum party paling seru buat party besok
(Haruskah saya datang sebagai hantu impor macam Edward
Cullen" Atau setan lokal seperti suster ngesot" Pilihan kedua
sepertinya lebih merepotkan dan kemungkinan besar bakal bikin kaki kesemutan.) Namun malam itu, sebagian besar durasi
perbincangan seru kami berkutat di urusan hati. Saya sendiri
sempat berpikir, mungkin sebenarnya bicara soal cinta dan
setan memang tidak terlalu banyak berbeda. Keduanya misterius, keduanya seru, keduanya menarik, dan yang pasti keduanya menakutkan.
Saya agak lupa dari mana pembahasaan tentang hal menye-menye (atau unyu-unyu dalam bahasa anak sekarang) itu ber mulai.
Saya sudah agak lama trauma untuk urusan cinta. Sementara
Herdi dan Nisa (nama disamarkan demi melindungi nyawa
saya), adalah manusia-manusia cuek yang lebih dekat ke arah
sinis ketimbang romantis.
Buat membahas tentang cinta dan sayang dibutuhkan
manusia yang punya pemahaman dan pendalaman soal keduanya. Saya harus akui, kami bertiga bukan orang yang memenuhi kriteria itu.
Herdi adalah tipe laki-laki yang mengambil jarak agak jauh
(minimal 2.000 km) dari hubungan berkomitmen. Usianya sa
ma dengan saya, sebenarnya tidak terlalu muda lagi untuk
ber main-main dengan soal pendamping hidup. Tapi kami sepakat, kami bersedia untuk menunggu lebih lama demi bisa
mendapatkan pasangan paling tepat.
- 111 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
"Gue paling sebel kalo ada cewek yang baru deket dikit terus langsung ribet nanya: ke mana hubungan ini mau dibawa"
Gue masih butuh waktu buat kenal lebih deket deh. Boleh kan
nikmatin itu dulu?" Saya mengangguk antusias mendengarkan pembenarannya
ini. Nisa adalah tipe perempuan yang suka bereksperimen dan
mengeksplorasi kehidupan percintaannya. Jadi buat dia, hubungan pernikahan bukan akhir dari sebuah petualangan. Sa
ya tidak tahu apakah suaminya menerima hal ini. Yang pasti
rumah tangganya selama tiga tahun ini terlihat baik-baik
saja. "Inget ya, Ndra. Kalo lo udah nikah nanti, "irting dan affair
kecil itu bumbu. Selama lo bisa main cantik dan nggak ngelibatin perasaan ya."
Mungkin buat Nisa garam dan racun serangga punya rasa
yang sama. Tapi apalah hak saya buat menilai" Soal cinta,
semua orang punya hak untuk menikmatinya dengan cara
sendiri. Bagaimana dengan manusia dan hati lain yang akan
tersakiti" Biarlah Sang Maha yang menghakimi hal ini.
Di antara kami bertiga, saya paling cemen untuk track record dan
CV tentang cinta. (Pacaran dua kali ditinggal kawin. Satu kali
diselingkuhin. Dan satu kali lagi berakhir lebih cepat daripada
perjalanan Jakarta-Bandung naik pesawat jet.) Pendeknya,
perbincangan kami ini sama anehnya dengan sebuah diskusi
soal quantum physics yang dilakukan oleh Paris Hilton, Lindsay
Lohan, dan Britney Spears.
- 112 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Namun entah karena apa, malam itu perbincangan kami
tentang cinta dan sayang berlangsung sangat lama dan sungguh dalam. Saya curiga, ketika itu anggur yang bicara. Atau
luapan kangen yang terpaksa meledak karena kami sudah terlalu lama tidak berjumpa.
Dan semua itu dimulai dengan sebuah pertanyaan sederhana, apa sih beda cinta sama sayang"
Buat saya keduanya tidak bisa dipisahkan. Bukan dua hal
berbeda yang berdiri berjauhan. Sayang bagian dari cinta.
Cinta bagian dari sayang. Jadi, mencari perbedaannya adalah
sebuah perbuatan sia-sia seperti masang AC di dalam sauna.
"Bedalah," bantah Herdi. "Bahasa kita kan suka rancu.
Coba aja cari padanannya di bahasa Inggris. Cinta itu love.
Sayang itu care. Jadi dalam sayang ada unsur merawat. Kalo
cinta harus ada passion. Harus ada gairah. Dan nafsu."
Teman saya yang satu ini memang pecandu kata. Lidahnya
terbiasa berbincang dalam tiga bahasa berbeda. Saya sendiri
menganggap mencari arti dari bahasa Indonesia dengan
menerjemahkannya terlebih dahulu ke bahasa asing adalah
perbuatan aneh yang sia-sia. Seharusnya memahami bahasa
ibu sendiri lebih mudah dari ini. Tapi dia terus menggali teorinya.
"Contohnya gini deh. I love football. I have passion about it.
Tapi gue nggak perlu ngerawat itu kan?"
Saya bengong mendengar penjelasan ini. Pertama karena
saya nggak pernah suka sepak bola. Kedua karena teman saya
yang gila ini baru saja menyamakan cinta pada pasangan dengan cinta pada sebelas lelaki yang berlarian di rerumputan.
- 113 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
"Harusnya cinta sama sayang itu nggak bisa dipisah deh. Keduanya satu. Mungkin kata yang berbeda itu cuma dibuat untuk nunjukin perbedaan tingkatan," kata saya mencoba mempertahankan pendapat.
"Bedalah," bantah Nisa di sela suapan es krim cokelatnya.
Ya Tuhan, kami sudah berbincang tentang hal ini dari appetizer
hingga dessert! "Suami gue pernah bilang kalo dia bukan cinta sama gue.
Tapi sayang. Jadi walaupun dia tau gue bukan orang sempurna,
walaupun dia tau gue ancur-ancuran, dia tetep mau ngejaga
gue. Dia mau mastiin kalo gue nggak akan kenapa-kenapa.
Dia mau ngerawat gue. Cuma itu."
Lah" Saya nggak tau apakah suaminya lelaki paling pintar
atau paling bodoh di dunia. Tapi lagi-lagi, saya nggak punya
hak buat menghakimi dia. Diskusi kami lalu membuas jadi adu argumen yang tidak
berujung pangkal. Setengah mati saya berusaha mempertahankan pendapat, dan sekuat tenaga kedua teman saya ini
berusaha mematahkannya. Saya masih mencoba menguraikan
teori saya dengan menjabarkan cinta dan sayang pada anak
atau orangtua. Hubungan luar biasa ini bisa jadi imun dari
nafsu, tapi nggak mengurangi intensitas cinta dan kasih
sayangnya, kan" Berarti membedakan keduanya berdasarkan
balutan gairah kurang valid dong" Berarti keduanya memang
sama, kan" Bantahan-bantahan dari Herdi dan Nisa hadir
mengalir selancar gerak minuman membasahi kerongkongan
saya. - 115 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Di akhir malam, kami masih belum juga sepakat soal urusan
cinta dan sayang. Saya sendiri jadi membayangkan, janganjangan ini yang menyebabkan saya terus berkutat dengan kesendirian. Perasaan dan hati terlalu rapat dilindungi. Dan ketidaktahuan tentangnya membuat saya tidak ingin berusaha
lebih keras lagi untuk mendapatkannya. Apakah saya masih
sendiri hingga kini karena tidak tahu banyak soal cinta sehingga
merasa tidak terlalu membutuhkannya" Damn. Pikiran itu mengerikan sekali. Karena tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian yang berawal dari kebodohan.
Ternyata benar. Bicara soal cinta dan hantu sama menyeramkan. Sepertinya tidak terlalu salah jika kami berdiskusi
soal cinta tepat satu hari sebelum Helloween. Mungkin tahun
depan, saya harus menyiapkan kostum setan untuk merayakan
Valentine. Sendirian. Bukankah itu sangat seram"
- 116 - NYEMBUHIN LUKA HATI PAKE VODKA GREEN TEA Love doesn"t hurt. People do.
(Twitter: 14 November 2010)
Seorang sahabat yang baru saja putus mengajak saya party
untuk merayakan status barunya sebagai perempuan single.
Sebagai teman yang baik, saya tidak bisa menolak walaupun
sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang saat itu berdesakan
memenuhi otak. Seburuk apa hubungan yang sudah dia jalani hingga harus
merasa lega saat dapat mengakhirinya" Saat banyak orang
menganggap kejombloan sebagai monster jahat yang mengerikan, kenapa dia malah menyambut gembira hadirnya
kesendirian" Mungkinkah dia hanya berpura-pura bahagia
untuk melawan kepedihan" Apakah luka lubang hati selalu
bisa ditutupi dengan pesta" Dan satu pertanyaan yang paling
penting: siapa yang malam itu akan membayar semua minuman saya" (Ya. Saya memang pelit).
- 117 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Setelah mendapatkan jawaban untuk pertanyaan terakhir
(saya tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun malam itu
kecuali buat membayar taksi), kami pun bersiap pergi menuju
sebuah kelab paling happening.
"I want to drink my pain away!" teriak teman saya lantang sa
at pertama kali kaki kami menginjak lantai dansa. Di tangan
kirinya tergenggam gelas bening berisi campuran green tea
dan vodka, minuman paling tepat untuk menggambarkan kondisinya.
Dua cairan itu dikenal untuk hal yang berbeda. Teh hijau
selalu diagungkan sebagai minuman sehat yang baik untuk tubuh. Vodka sebaliknya. (Meskipun saya yakin sekali ada orangorang di luar sana yang punya teori untuk menjelaskan bahwa
air beralkohol itu punya khasiat brilian tersendiri). Intinya dua
minuman itu mewakili unsur yang bertolak belakang. Namun
dicampur jadi satu hingga berbaur utuh tanpa bisa dipisahkan.
Bukankah itu yang sedang coba dia lakukan terhadap hidupnya
sekarang" Mencoba terlihat senang di saat sedih. Menutupi tangis dengan tawa. Mengaduk-aduk perasaan berlawanan dan
berusaha menikmati keduanya pada saat bersamaan.
Boleh saja ada yang berkomentar bahwa hidup memang
selalu begitu. Senang dan sedih seperti Shinta dan Jojo. Hadir
berdua buat menghibur atau mengganggu. (Ya Tuhan, saya
sungguh tidak punya bakat untuk membuat perumpamaan.
Maafkan saya). Tapi saya biasanya lebih memilih untuk membiarkan sedih merajalela hingga capek dan akhirnya hilang sendiri. Karena menutup sedih dengan senang biasanya kurang
berhasil. Seperti halnya nyembuhin luka hati pake vodka green
- 118 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
tea. Percaya deh, alkohol lebih ampuh buat mengobati luka
luar seperti lutut robek atau jari tergores. (Atau buat mengoles
jerawat supaya segera kering).
Saya bisa saja mengajak teman saya itu untuk diskusi panjang lebar soal kemalangan yang baru saja menimpa kehidupan asmaranya. Seperti saat kami curhat berlama-lama tentang perbedaan keyakinan yang pada akhirnya memisahkan
mereka. Namun saya harus jadi teman yang baik. Karenanya
malam itu saya tidak berusaha untuk mengajaknya berbincang.
Saya hanya menemaninya minum dan menari bebas hingga
pagi. Saya harus akui bahwa saya tidak pernah melihat teman
saya sebahagia malam itu. Biasanya dia termasuk perempuan
pendiam yang tidak terlalu suka keramaian. Saat itu dia berubah total. Teriakannya mengeras seiring minumannya yang
mengalir makin deras. Tanpa ragu dia bahkan menari tak henti
di semua tempat yang bisa dipakai sebagai pijakan berdiri. Da
ri dance "oor, ke atas meja, counter bar, dan hampir semua kursi.
Tugas saya malam itu mengisi gelasnya, dan menjaga hak
tingginya saat dia ingin memanjat bertelanjang kaki entah ke
mana. (Kalaupun tidak bisa melenyapkan kesedihannya, saya
masih bisa memastikan bahwa sepatu kesayangannya tidak
akan pergi ke mana-mana).
Melihatnya tertawa lebar ketika tubuhnya bergerak seiring
musik dan kilat lampu yang tak berhenti datang, saya tidak la
gi melihat sedih di raut wajahnya. Hanya ada bahagia. Terkadang memang ada momen singkat di mana matanya meredup
nanar menatap satu titik. Saya tahu pasti pikirannya sedang
- 119 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
melayang ke tempat lain. Mungkin ke hari di mana dia dan
pacarnya harus mengakhiri dua tahun terindah dalam umur
mereka. Mungkin ke malam di mana mereka bertengkar hebat
hingga menelan korban sebuah BB yang pecah berantakan setelah terantuk keras mengenai dinding. Atau justru di masa
paling bahagia ketika kehidupan masih milik mereka berdua.
Saya bisa melihat jelas, bagaimana matanya mengerjap cepat seolah berusaha untuk menghilangkan apa pun yang terekam di kedua permukaannya. Hingga wajahnya kembali berbinar semu. Bisa saja semua itu palsu. Hanya sebuah topeng
yang dikenakan untuk menghadapi kenyataan bahwa bumi
ternyata masih berputar baik-baik saja saat hidupnya porak
poranda. Saya tahu rasa itu. Rasa di mana merasa sedih bukan lagi jadi masalah utama. Yang ada hanya perasaan tidak
terima karena dunia tetap baik-baik saja. Seharusnya semua
orang juga mengalami luka saya. Seharusnya mereka tidak


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahagia saat saya terluka. (Egois" Bodo. Coba dulu ada di
posisi itu. Baru bisa mengerti rasanya).
Setelah entah berapa lagu (dan berapa gelas), pesta kami
berakhir. Azan subuh sudah terdengar waktu saya diantarkan
menuju taksi terdekat. Dengan kepala yang masih berputar
saya pun pulang. Sepanjang perjalanan saya tidak bisa berhenti berpikir soal bagaimana cara kita sebagai manusia
menghadapi kesedihan yang ada. Pertanyaan sopir ramah
yang mencoba menjalin percakapan terpaksa saya abaikan.
(Baru pulang, Mas" *Lah" Menurut loh"*).
Kita adalah makhluk yang tercipta dengan sungguh sempurna. Seharusnya dalam diri kita sudah ada "tur canggih pe- 120 -
Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
mulih rasa luka. Apalagi hidup ini punya beragam cara untuk
tiba-tiba menikam dari arah tak terduga. Kalaupun bukan
soal cinta, masih banyak kekecewaan yang siap menggores
per mukaan dinding hati dengan semena-mena. Masalah hubungan keluarga. Urusan kerja. Pertemanan. Kesehatan. Semua menyimpan ranjau-ranjau cilik yang siap meledak setiap
kali terinjak. Akan sangat menyenangkan jika kita punya mekanisme tersendiri untuk mengatasi semua kemungkinan problema yang sangat menyebalkan ini.
Teman saya memilih DJ dan bartender sebagai pengganti
dokter dan suster untuk merawat luka hatinya. Orang lain
mungkin memilih atasan di kantor atau teman-teman arisan.
Tapi apakah kita butuh bantuan orang lain untuk sembuh
dari sakit hati" Bukankah pada akhirnya penawar sakti itu
ada di dalam diri kita sendiri" Namun bagaimana mungkin
kita menghadapi luka ketika sakitnya sudah tidak bisa lagi dipanggul sendiri" Saya terlalu bodoh untuk tahu jawaban dari
semua pertanyaan ini. Pagi itu saya tidur jam tujuh. Saat matahari sudah bersinar
sombong mengusir gelap. Saya tidak tahu apakah teman sa
ya sudah selamat sampai di rumah. Apakah dia sedang bersandar di sisi toilet, mengeluarkan bergelas-gelas vodka green
tea yang berontak di dalam perutnya. Atau sedang menangis
memeluk bantal dengan riasan wajah yang kacau setelah
diperkosa lelah semalaman. Semoga saja dia sudah tidur
nyenyak dengan senyum lebar yang juga dikenakan di wajahnya saat tadi menari di atas bar.
- 121 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Saya tidak ingin mengganggu dengan meneleponnya. Hanya sempat mengirim sebuah pesan via BBM.
"Last night was great."
Lalu saya biarkan mimpi pagi mengaburkan pening yang
menggedor-gedor dinding kepala. Untung saja untuk sakit
yang satu ini selalu tersedia berbutir-butir pil yang bisa seketika
menghilangkannya. - 122 - DI ATAS KERTAS ART PAPER BIRU MUDA BERLAMINATING DOFF SEMPURNA "Kapan nyusul?" dan "Gak pengen?" dan "Pasti sirik!"
langsung hadir. Untung pas ngomongin janur kuning.
Bukan bendera kuning. (Twitter: 5 Desember 2010)
Di salah satu kantor tempat saya bekerja ada sebuah dinding
dekat lift yang dialih-fungsikan sebagai majalah dinding. Di
situ tertempel berbagai macam hal. Dimulai dari catatan pengingat meeting, ajakan main air soft gun, potongan artikel yang
berhubungan dengan pekerjaan, pengumuman kehilangan
barang, sampai undangan pernikahan.
Ya. Undangan pernikahan. Entah siapa yang pertama kali melakukannya. Yang jelas
kalau orang itu bertemu dengan tetua saya, pasti dia akan
- 123 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
habis diceramahi soal cara mengundang tamu yang baik dan
benar. Buat orangtua saya, sedikit kesalahan pada penulisan
gelar atau nama saja sudah merupakan petaka yang bisa
mencoreng nama baik keluarga. Apalagi menempelkan
undangan itu di tembok macam poster "lm"
Saya sendiri menganggapnya sebagai sebuah langkah brilian. Ketimbang memberikan satu per satu ke teman-teman
kantor yang jumlahnya tidak sedikit, lebih baik mengundang
mereka secara kolektif. Hemat dan efektif. Karena harus diakui, menikah itu mahal. Jika budget undangan bisa ditekan,
mungkin akan tersisa lebih banyak dana buat bulan madu.
(Lagi pula kalau ada teman kantor yang protes karena merasa
tidak diundang, kita selalu bisa bilang: "Kan undangannya
udah gue tempel di kantor, deket lift. Masa nggak liat" Emang
selama ini lo naik tangga darurat?")
Terlepas dari urusan tata krama, di dinding itu makin sering saya lihat undangan pernikahan yang berhiaskan foto
kedua calon mempelai. Dari sepuluh undangan, mungkin hanya dua yang tidak menampilkan wajah ceria pengantin di
atas permukaannya. Ada yang hanya menempatkan foto itu
di bagian depan, ada yang di bagian dalam, dan ada yang
melangkah terlalu jauh dengan menghiasi lembaran kertas
mengilap itu dengan foto-foto di mana-mana. Posenya bermacam-macam. Kebanyakan berpelukan mesra, berdiri bergandengan tangan, saling bertatapan manja, atau seolah tidak
melihat ke arah kamera (dengan latar belakang awan, laut,
gunung, taman, kebun teh, gedung tua, atau backdrop polos
studio foto). - 124 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Fenomena ini bukan baru-baru saja terjadi. Tapi sungguh
saya tidak bisa mengingat kapan tren ini dimulai. Seingat saya,
beberapa tahun silam masih banyak undangan polos tanpa
wajah yang hanya menyertakan peta lokasi gedung resepsi.
Kenapa belakangan ini semakin banyak orang memasang foto
mereka di undangan pernikahannya" Apa tujuannya" Sejak
kapan undangan perkawinan sekaligus berfungsi sebagai komposit"
Saya pernah menanyakan hal ini kepada beberapa teman
yang sempat beralih profesi menjadi model untuk undangan
pernikahan. Sayangnya mereka tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. (Bahkan satu di antara mereka menjawab
dengan: "Iya juga, kenapa ya?")
Sebenarnya menurut saya ada beberapa kemungkinan jawaban yang masuk akal.
Yang pertama sebagai cara untuk membuat undangan itu terasa lebih
personal. Dengan adanya foto-foto tadi, nama yang tercetak di atas
kertas indahnya tidak lagi hanya sekadar menjadi nama tanpa
wajah. Undangan bukan lagi hanya sekadar lipatan kertas
yang bisa diabaikan. Kita seolah diundang langsung oleh kedua mempelai. Tatap mata sayu atau senyum ceria mereka
yang mengembang begitu lebar akan menyihir mata kita dan
mengetuk pintu hati paling dalam untuk menyediakan waktu
barang sejam dua jam di akhir pekan demi bisa menjadi saksi
bagi ikatan bahagia yang akan segera mereka jalankan. Dengan kata lain, ini adalah semacam teror psikologis yang memaksa kita untuk hadir di pesta pernikahan itu. (Masa Anda
- 125 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
tega membuat kedua orang yang berpelukan mesra ini sedih
karena absen dari hari bahagia mereka")
Yang kedua sebagai reminder.
Dari ratusan bahkan ribuan kerabat atau teman yang diundang, tidak semuanya ingat dengan wajah terakhir sang
pengantin. Bisa saja mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Bisa saja mereka hanya sempat berteman sewaktu
SMP dulu. Bisa saja yang diundang adalah teman-teman
orangtua mempelai yang bahkan belum pernah sekali pun
bertemu dengan mereka. Dengan menyertakan foto terbaru,
kedua mempelai mencoba untuk mengingatkan bentuk wajah
mereka masing-masing kepada semua undangan yang nantinya hadir. Ya, kurang lebih semacam preview-lah: ini lho, pasangan yang di hari H nanti akan (dan harus) Anda salami di
atas pelaminan. Yang ketiga untuk membentuk opini publik.
Bisa jadi wajah sumringah pengantin ditampilkan di atas
undangan pernikahan mereka sebagai usaha untuk memperlihatkan bahwa pasangan ini adalah pasangan serasi. Lihat senyumnya yang sama bahagia. Lihat chemistry hebat yang muncul di antara mereka. Lihat bagaimana mereka berdua saling
bertatapan dengan mesra. Aaaawwww" So sweet"
Yang keempat sebagai ajang show off.
Mungkin saja foto di atas undangan pernikahan adalah ca
ra mempelai untuk berkata: "Ini lho, calon saya. Orang yang
nantinya akan menghabiskan hidupnya dengan saya". Bagi pa
ra undangan yang belum pernah bertemu dengan calon istri
atau suami dari kerabat mereka, ini adalah proses penilaian
- 126 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
pertama. Wah, calonnya cantik sekali. Hmm, beruntung banget dia ini dapat suami ganteng yang kelihatannya baik
hati. Yang kelima (juga yang terakhir dan paling menyakitkan), sebagai
tamparan untuk teman-teman yang masih lajang.
Jika foto di atas undangan pernikahan itu bisa bicara,
mungkin yang akan keluar dari mulutnya adalah: "Hey, kapan
kalian mengikuti jejak kami" Apa tidak ingin bahagia seperti
yang sedang kami rasakan saat ini" Ayo segera susul kami.
Ayo menikah seperti kami. Ayo! Ayo! Ayo!"
Ok. Anda boleh saja menganggap tulisan ini sebagai komentar sinis dari orang yang sudah ditekan dari berbagai arah
untuk segera kabur dari masa lajang. Karena mungkin foto-foto itu cuma dipasang demi mengikuti tren, untuk memenuhi
tuntutan estetika, atau sekadar mengikuti saran dari desainer
gra"s yang merancangnya.
Apa pun alasannya, undangan perkawinan berfoto semacam KTP ini pasti akan selalu saya temui di dinding dekat lift
kantor saya. Menghantui saya sampai tiba saatnya saya sendiri
yang akan tersenyum lebar menggandeng entah siapa di atas
kertas art paper biru muda berlaminating doff sempurna.
- 127 - BUNGA PERNIKAHAN Huh. Lempar bunga sembunyi tangan.
*Peribahasa kawinan.* (Twitter: 3 Juli 2010) Minggu lalu saya datang ke sebuah pesta pernikahan megah di
Surabaya. Pemandangan yang terpampang ketika melangkah
masuk ke dalam ruang resepsi sungguh luar biasa. Ruang ballroom hotel yang tadinya polos dan kaku disulap menjadi sebuah tempat seindah negeri dongeng.
Bunga cantik bertebaran sepanjang mata memandang. Dirangkai di dalam vas, diuntai rapat tanpa batas, bahkan digantung menjuntai dari langit-langit sehingga terlihat seperti
hujan warna-warni. Dada dibuat sesak melihat kemegahan
yang demikian menawan. Semua sudut di tempat itu tampak
sempurna tanpa cela. Sehingga tanpa mengenal siapa yang
menikah pun, semua bisa paham, si empunya perhelatan pastilah kaya raya (karena pesona bunga memang tidak murah
harganya). - 128 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Untuk soal biaya yang dihabiskan dalam sebuah resepsi pernikahan (terutama dalam departemen dekorasi bunga), selalu
ada dua sisi pendapat yang berbeda. Ada yang melihatnya
sebagai sesuatu yang wajar dilakukan untuk menghargai arti
hari penting yang saat itu dirayakan. Ada yang menganggap
kemewahan itu sebagai pemborosan sia-sia yang tidak banyak
berguna. Seorang teman yang baru beberapa tahun lalu menanggalkan status single bahkan menyatakan penyesalan pada
biaya besar yang dihabiskan di malam pernikahannya.
"Ngapain juga ya ngabisin uang segitu banyak cuma buat
satu malem" Kita yang nikah juga nggak bisa nikmatin karena
udah ribet salaman sama tamu. Mendingan juga uangnya dipakai buat modal hidup rumah tangga deh."
Lho" Lalu kenapa dia memilih untuk melakukan hal itu"
Di sinilah hadir alasan-alasan klise yang intinya hanya satu:
pesta pernikahan menunjukkan status sosial seseorang.
Seorang teman lain pernah punya teori sendiri tentang hal
ini. Menurutnya, untuk tahu posisi seseorang dalam jenjang pergaulan perhatikan saja baik-baik bunga yang digunakan untuk
menghiasi resepsi pernikahan putra-putri mereka. Pengguna
bunga plastik atau kertas pasti ada "di bawah" mereka yang
memilih untuk menggunakan bunga-bunga asli. Lebih jauh
lagi, teman sinis ini menambahkan satu kalimat yang cukup
mengagetkan saya: "Gini deh, nikah kan soal cinta. Kalo bunganya palsu, jangan-jangan cintanya juga begitu."
Wah, ini sudah terlalu mengada-ada. Apakah benar bunga
yang hadir di malam resepsi itu menyimbolkan cinta mempelai
- 129 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
yang merayakan ikatan pernikahan mereka" Jika memang begitu, seharusnya rumah tangga mereka yang menggunakan
bunga palsu akan lebih lama bertahan ketimbang mereka yang
menggunakan bunga asli. Karena sekuat apa pun usaha kita
untuk mempertahankan kesegaran sekuntum bunga dengan
memotong ujungnya setiap hari atau menambahkan aspirin,
cairan pemutih, hingga vodka di dalam wadahnya (tip ini saya
dapatkan dari sebuah situs perangkai bunga, saya sendiri baru
tahu kalau bunga suka mabuk), kesegaran bunga yang sudah
dibunuh dan dipotong dari tubuhnya pastilah tidak akan bisa
bertahan lama. Suatu saat pasti layu, kering, atau membusuk.
Sementara bunga plastik bisa "hidup" lebih panjang.
Kalau pernikahan diibaratkan dengan bunga yang hadir di
malam resepsinya, mana yang lebih dipilih" Segar tapi butuh
banyak sekali upaya untuk mempertahankan kehidupannya,
atau tahan lama dan awet tapi penuh kepalsuan"
Apalah tahu saya. Memang harus diakui, untuk soal cinta dan pernikahan saya lebih buta daripada seekor anak kucing yang baru lahir. Saya tidak tahu apa-apa. Tapi untuk soal
bunga, saya punya sumber yang sangat bisa dipercaya: Ibu
saya. Ibu pecinta bunga. Dan ternyata ada satu cerita menarik
yang saya dapatkan darinya soal penggunaan bunga di acara
resepsi pernikahan. Menurut Ibu, ribuan kuntum bunga yang bertugas mempercantik sebuah pesta punya dua pilihan masa depan yang
berbeda. Pertama dibuang ke tong sampah. Kedua dijual
ulang oleh para pedagang dan meneruskan perjalanan hidup
(atau matinya) untuk menghiasi pesta atau rumah orang lain.
- 130 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Dengan berapi-api Ibu menceritakan kekesalannya saat sa
ya tanyakan soal kehadiran rangkaian kembang di meja makan yang dibelinya di Rawa Belong. Ia sempat beradu mulut
dengan sang penjual bunga, karena menawarkan harga cukup
tinggi, padahal Ibu tahu bunga yang dipilihnya itu adalah bunga recycle.
"Kelihatan banget dari tangkainya yang lebih pendek.
Itu pasti bekas pesta orang. Harusnya harganya lebih murah
dong. Tapi penjualnya kekeuh bilang kalau itu bunga impor,
jadi harganya tetep mahal."
Mendengar perseteruan serunya dengan sang penjual bunga, saya justru tertarik dengan kenyataan bahwa ada pebisnis
andal yang memanfaatkan peluang dan memilih untuk menjual ulang kembang bekas. Berarti dari semua resepsi pernikahan yang pernah saya datangi, bisa jadi ada satu atau dua
yang ruangannya dihiasi bunga basi. Dan ternyata hal ini memang sudah lama dilakukan.
Betapa naifnya saya ini. Selama ini saya pikir makna bunga dalam sebuah resepsi pernikahan lebih dalam daripada
itu. Setelah menjadi martir dan merelakan keindahannya diperas manusia, harusnya bunga itu gugur di dalam tempat
pembuangan sebagai sampah pahlawan, bukan dipaksa untuk
meneruskan lagi tugasnya di tempat lain.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah nasib bunga-bunga
yang terangkai di papan besar sebagai ucapan selamat dan
doa untuk kelanggengan rumah tangga sepasang pengantin.
Kata Ibu, papan itu pun akan digunakan ulang untuk ucapan
selamat dari orang lain. Biasanya di area gedung pernikahan
- 131 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
sudah stand by sebuah mobil bak terbuka yang siap mengangkut
papan bekas itu untuk digunakan kembali. Begitu acara selesai, mereka pun dengan sigap akan mengambil papan-papan bunga itu untuk dipermak ulang, diganti rangkaian
bunga yang membentuk ucapan, atau hanya diganti nama
pengirimnya dengan ucapan yang sama. Bukankah itu aneh"
Doa dan ucapan selamat kok di-recycle"
Mungkin saya saja yang terlalu rajin memikirkan hal kurang penting ini. Sepertinya orang lain tidak terlalu peduli.
Buktinya bisnis bunga bekas ini masih berlangsung terus tanpa
halangan. Berarti tidak banyak pelanggan yang keberatan. Namun izinkan saya untuk ribet barang sebentar. Kalau sosok
cantik bunga dihargai sebagai simbolisasi dari begitu banyak
hal (rasa syukur, rasa sedih, cinta kasih, penghormatan, ucapan
selamat, perayaan, dan lain-lain), apakah sopan menggunakan


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali bunga yang sudah pernah digunakan" Bagaimana jika
ada rangkaian bunga untuk ucapan selamat ulang tahun yang
ternyata sebelumnya pernah berfungsi untuk mengungkapkan
belasungkawa kepada seseorang yang tutup usia" Bukankah
itu menyedihkan" Ah, lagi-lagi, sepertinya saya saja yang terlalu berlebihan.
Asal-usul kuntum yang kita berikan pada orang seharusnya
tidak terlalu dipermasalahkan, yang lebih penting adalah niat
terbaik di balik gesture indah ini. Memberi bunga menunjukkan
perhatian. Menunjukkan sayang. Dan menghiasi ruang resepsi
pernikahan dengan kelopak-kelopaknya bisa dianggap sebagai ungkapan sukacita juga pengharapan agar sang mempelai
- 132 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
memiliki kehidupan masa depan yang selalu indah menyenangkan. Seperti bunga.
Tapi tolong jangan salahkan saya. Sekarang kalau hadir
ke pesta pernikahan, secara sadar atau tidak, saya pasti akan
memperhatikan bunga yang digunakan. Dan jika melihat bahwa bunga-bunga itu adalah bunga palsu, atau bunga bekas
yang sudah layu, saya akan berdoa ekstra keras supaya dua
manusia yang hari itu menikah tidak akan mengalami hal
yang sama dengan nasib bunga mereka.
- 133 - PIL BIRU DI HARI MERAH JAMBU Dear, motor depan yang berplat nomor T 1111 TIT. Placing
four 1s on your plate won"t make yours longer, you know.
(Twitter: 12 Maret 2010) Di telapak tangan saya ada empat pil berwarna biru. Terbungkus dalam sebuah plastik bening. Sial. Harus diapakan
pil-pil ini sekarang" Bagaimana keempat pil itu bisa sampai di
tangan saya" Untuk mengetahuinya kita harus kembali ke satu
hari setelah perayaan Valentine empat tahun yang lalu.
15 Februari 2006 Saya bertemu seorang teman. Dia baru setahun menikah,
dan bercerita dengan sangat antusias soal perayaan hari kasih
sayang pertama dengan istrinya. Dari mulutnya meluncur kisah
klise tentang sebuah perayaan cinta. Makan malam romantis.
- 134 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Bath tub berbusa dikelilingi nyala lilin beraroma. Dan karangan
bunga. Saya nyaris tertidur kebosanan mendengar detail nan
generik ini, sampai teman saya menyebutkan hal lain yang
sungguh menarik. Sebagai "hadiah" buat istrinya, malam itu
dia meminum pil biru untuk menambah keperkasaannya di
tempat tidur. Tentu saja cerita ini dibumbui pembelaan diri
yang kurang lebih berbunyi: "Gue sih nggak ada masalah sa
ma sekali. Cuma biar lebih spesial aja." Saya menahan diri
untuk tidak tertawa terbahak-bahak.
Selama ini saya pikir hanya lelaki baya yang membutuhkan
obat-obatan semacam itu. Dan lagi bukankah perayaan hari
kasih sayang nan gegap gempita hanya berlaku untuk ABG
serta manusia muda yang masih berbunga-bunga menikmati
masa pacaran" Saya kira 14 Februari berhenti punya arti saat
sebuah pasangan terjun bebas ke fase nyata bernama pernikahan. Tapi apalah tahu saya. Mungkin saya terlalu sinis karena
lima tahun ke belakang tidak pernah berhasil punya pasangan
untuk bisa diajak merayakan hari yang sudah berevolusi begitu
jauh dari makna awalnya ini. (Ok, maaf. Itu curhat colongan
yang kurang penting). Jujur saja, saya cukup salut dengan teman saya ini. Berapa
banyak sih lelaki yang mau repot-repot atau bahkan terpikir
untuk menghadiahi istrinya dengan minum racikan kimia
semacam itu" Tapi masih sisi lain: saat seorang lelaki yang
merasa perlu untuk memanipulasi kelelakiannya sehingga
punya performa lebih perkasa, apakah dia melakukannya
untuk pasangan tercinta atau sekadar pemenuhan ego diri
semata" Dalam bisnis pengaliran darah ke organ penting
- 135 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
lelaki, siapa sih yang lebih diuntungkan" Perempuan yang
menikmati hasil akhirnya" Atau lelaki yang terselamatkan
harga dirinya" Obrolan kami berlanjut, teman saya mulai memberikan
terlalu banyak informasi seputar efek dari pil biru yang dinikmatinya tadi malam. Saya pun berjanji dalam hati untuk
mencari tahu lebih banyak tentang urusan ini. Siapa tahu bisa
berguna buat kehidupan saya di masa yang akan datang. (Tapi
sungguh deh, saya sama sekali tidak punya masalah di departemen yang satu itu. Sumpah!).
Perbincangan empat tahun lalu itulah yang hari ini membawa
saya ke sebuah toko obat kuat superkecil di daerah Jakarta
Selatan. Meskipun sudah sering melihatnya, saya belum sekali
pun punya cukup keberanian untuk masuk ke dalam toko-toko semacam ini. Biasanya berdinding putih dengan palang
bertulisan Obat Perkasa ditambah beberapa nomor telepon di
bawahnya. Sangat sederhana. Apa yang ada di dalamnya"
Setelah menguatkan hati dan mengusir sedikit malu yang
tersisa, saya akhirnya memilih sebuah tempat yang tidak terlalu ramai. Sialnya satu hal agak luput dari perhatian saya, di
samping toko itu ada sebuah lapak penjual voucer ponsel yang
dijaga oleh tiga mbak-mbak manis. Mereka sedang sibuk ngobrol saat saya lewat di hadapan mereka. Dan bisa saya dengar
perbincangan mereka tiba-tiba terhenti, lalu berganti suara
cekikikan ketika mereka melihat saya masuk ke toko obat kuat
itu. Rasanya saya ingin segera kabur dari sana. Tapi demi
kepentingan dan keperkasaan kaum lelaki, saya menguatkan
diri. - 136 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Misi saya hanya satu, mencari tahu apakah ada banyak
kawan saya di luar sana (para lelaki yang memilih untuk
menghadiahi pasangan mereka dengan keperkasaan dan kepuasan lahir batin untuk sebuah momen istimewa). Apakah
menghadapi hari Valentine omzet toko obat perkasa meningkat" Jika pertanyaan yang sama saya ajukan ke pemilik toko
kartu, bunga, cokelat, atau boneka, sudah bisa dipastikan jawabannya ya. Namun bagaimana dengan toko mungil nan
berbau kurang sedap ini"
Saat melangkah masuk, saya melihat tirai merah yang
membagi ruangan sekitar dua kali dua meter itu menjadi dua
bagian. Bagian depannya hanya diisi sebuah rak kaca panjang
tempat memajang sedikit dagangan (paling hanya sekitar 40
macam, terdiri dari obat, kondom, spray, dan alat-alat lainnya),
sementara dari balik layar muncul seorang lelaki sungguh mu
da yang langsung menyambut saya dengan ramah.
"Mau cari apa, Mas?" Saya bingung harus mulai dari ma
na. Saking canggungnya saya sempat lupa menekan tombol
rekam suara di ponsel saya. Dan dengan bodohnya kalimat
pertama yang meluncur dari mulut saya adalah: "Ini.. Emm..
Buat teman saya." (Gila ya. Kenapa juga saya harus menjawab
begitu" Kan aneh. Lagi pula sepenting itukah pendapat orang
asing terhadap keperkasaan saya hingga saya harus melindunginya").
Mas penjaga toko hanya tersenyum, mungkin dia sudah
terbiasa mendengar dusta semacam itu. Dia lalu dengan sabar
dan tanpa canggung menerangkan setiap produk yang ada di
rak kacanya. - 137 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
"Yang paling laku di sini Pil Biru, Mas. Per butir Rp70.000.
Ada juga yang palsunya, Rp. 30.000, " katanya sambil mengeluarkan dua pil biru bergradasi. Saya takjub melihat obat palsu yang sepintas terlihat sungguh mirip dengan aslinya. Seram
banget. Ini kan untuk urusan organ terpenting lelaki setelah
otak (bahkan buat beberapa dari kita mungkin organ ini lebih
sering dipakai untuk berpikir ketimbang otak), bagaimana
kalau obat palsu yang berwarna lebih gelap ini punya efek
samping buruk untuk si kecil (atau si besar atau apalah sebutannya").
Terkadang dia mengunakan tangan untuk memberi penekanan pada kalimatnya atau sekadar untuk memberi ilustrasi.
Seperti saat dia memeragakan cara pakai sebuah obat spray
dengan menggunakan telunjuknya sambil bicara: "Ini fungsinya sama dengan pil biru, cuma dia langsung ke barang, jadi
disemprotkan ke penis." (Saya bukan orang yang pemalu saat
harus berhadapan dengan persoalan seks. Tapi entah kenapa,
saat itu saya merasa wajah saya panas setengah mati. Warnanya pasti sudah merah tidak karuan).
Dari Anto (nama samaran, karena sejujurnya, saya lupa
menanyakan nama aslinya), saya mendapat beberapa informasi menarik. Ternyata benar yang saya duga, selama ini
tokonya lebih sering melayani pemesanan via telepon. "Mungkin mereka malu atau takut datang. Jadi tinggal telepon dan
kita yang antar." (Saya bangga. Berarti saya termasuk ke dalam segelintir lelaki pemberani yang tidak malu-malu soal
kemaluan). "Kita antar ke sekitar Jabodetabek, Mas. Kalau
masih di daerah Jakarta nggak ada biaya tambahan. Tapi ada
- 138 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
juga pelanggan kita di Bogor, nah kalau itu baru kena ongkos
kirim." (Wow! Memang di Bogor nggak ada toko obat kuat"
Hmm, peluang bisnis baru nih!).
Setelah ternganga mendengar penjelasannya, saya akhirnya melempar pertanyaan pamungkas saya: "Kalau bulan Februari naik nggak sih penjualan?" Anto terlihat agak bingung
mendengar pertanyaan itu. "Nggak ngaruh sih. Untuk obat
ini nggak ada hari-hari tertentu." Mungkin maksudnya, keperkasaan pria bisa diuji kapan saja.
Tanya saya terjawab sudah. Memang lebih banyak lelaki
yang mengungkapkan cinta dengan bunga dan cokelat dibandingkan dengan pil biru seperti teman saya (Mungkin hal ini
sebenarnya bodoh, tapi siapa tahu dapat menjadi masukan
sebagai hadiah alternatif yang bisa Anda berikan untuk istri
tercinta). Saya sedang berusaha untuk menemukan cara buat kabur
dari tempat itu saat Anto mengeluarkan pil-pil biru dari kemasannya dan bertanya dengan nada agak memaksa: "Jadi ini
mau ambil berapa" Tiga" Kalau beli tiga gratis satu." Saya
tidak bisa lagi mengelak. Dengan berat hati saya keluarkan
uang dari saku saya. Itulah ceritanya kenapa sekarang ada empat butir obat perkasa
di tangan saya. Saya sudah pasti tidak akan meminumnya.
Halo" Buat apa" Pertama saya tidak akan butuh karena sudah
cukup perkasa. Kedua, sangat tolol kalau saya merasakan efek
dahsyat dari obat itu... sendirian!
Tapi tenang, sepertinya saya sudah tahu harus diapakan
- 139 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
pil-pil ini. Akan saya jual saja dengan harga Rp 60.000 per butir. Dengan begitu saya masih dapat untung. Ada yang mau"
Saya bisa antarkan ke sekitar wilayah Jakarta. Buat Bogor dan
kota lainnya, silakan Anda hubungi Anto saja.
- 140 - HANYA SOAL KIMIA" Mari bermain dengan kata SOULMATE. Late sumo. Some
ulat. Ate lumos. Muso tale. Gongnya: Lu mo sate"
(Twitter: 2 Agustus 2009)
Dalam beberapa kepercayaan, 13 dianggap sebagai angka
sial. Tapi untuk urusan percintaan, angka tiga-lah yang lebih menakutkan. Anda bisa lihat buktinya saat menonton
infotainment. Akhir-akhir ini sepertinya semakin banyak saja
pasangan selebriti yang berpisah karena kehadiran orang ketiga.
Itu yang terlihat dan diekspos karena kebetulan kehidupan
pribadi mereka memang sudah menjadi milik publik. Bagaimana dengan yang tidak tersorot kamera" Sepertinya sama
saja. Dari sebuah tulisan yang pernah saya baca, kabarnya
perselingkuhan menempati urutan pertama sebagai penyebab
perceraian rumah tangga di beberapa kota besar negara kita.
- 141 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Jauh di atas masalah ekonomi dan KDRT (Kekerasan Dalam
Rumah Tangga). Kenapa ya hal basi yang sudah terlalu sering dibahas dalam lagu-lagu pop kita ini semakin lama semakin membuas"
Rasanya dulu tema sensitif ini tidak terlalu dekat dengan
kehidupan kita. Sekarang saya dengan mudah dapat menemukannya dalam pergaulan sehari-hari. Baik lewat curhat teman, perbincangan keluarga, atau yang paling mudah, dari
televisi. Kenapa sih orang selingkuh"
Saat saya lemparkan tanya sederhana ini ke beberapa teman, jawaban yang saya dapatkan sungguh beragam. Ada
yang melihatnya sebagai akibat dari kebosanan. Mungkin pasangan yang ada saat ini tidak bisa lagi membuatnya merasa
"hidup" sehingga orang itu butuh "dihidupkan" kembali oleh
kehadiran cinta yang baru. Ada yang menganggap perselingkuhan sebagai bentuk ketamakan manusia yang tidak pernah
bisa puas dengan apa yang sudah dia punya. Selalu ada yang
kurang dari pasangan sekarang, dan selalu ada yang lebih dari
sosok lain di depan mata.
Masih banyak lagi penjelasan yang bisa digali soal alasan
di balik sebuah perselingkuhan. Namun satu pendapat yang
paling ekstrem akhirnya saya dapatkan di sebuah halaman dunia maya.
Menurut artikel itu, perselingkuhan terjadi semata karena
urusan biologi. Tubuh manusia, seperti layaknya makhluk hidup lain, dibekali dengan begitu banyak instrumen dan sistem rumit yang
- 142 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
pada akhirnya hanya memiliki satu tujuan: berkembang biak
sehingga spesies kita dapat terus bertahan. Ini hanyalah persoalan survival. Kita tidak diciptakan untuk mencari kebahagiaan
cinta sejati abadi, tapi untuk meneruskan keturunan. Cinta
dan semua rasa yang timbul sebagai langkah awal menuju ke
proses reproduksi tadi, hanyalah urusan biologis. Pancingan
awal yang melancarkan jalan kita menuju kehamilan dan kelahiran manusia baru.
Cinta hanyalah perasaan yang muncul dari reaksi kimia
beberapa hormon di dalam tubuh. Rasa ketertarikan pada
pasangan diatur oleh kelenjar. Jadi ketika kita tertarik pada
seseorang, bisa dipastikan bahwa yang sedang bekerja bukan
hanya perasaan dan pikiran, tapi juga hormon tertentu yang
bisa memberikan rasa nyaman.
Pada intinya, sungguhlah benar apa yang selama ini dikatakan orang. Hubungan antara dua manusia membutuhkan
suatu reaksi kimia. Karenanya kita bisa dengan mudah menolak seseorang dengan alasan tidak adanya chemistry. Dan sebaliknya, kita bisa dengan mudah pula tertarik setengah mati
dengan seseorang karena stimulus darinya bisa memancing
rasa menyenangkan hasil reaksi hormon di tubuh kita.
Sialnya, melingkarkan cincin di jari manis tidak akan menghentikan proses ini. Jadi walaupun sudah punya komitmen
dengan seseorang yang dipilih, kalau ada orang lain yang bisa
bikin ledakan hormon yang lebih dahsyat, kita mau tidak mau
pasti akan tertarik. Hal ini terjadi begitu saja, lagi-lagi, sebagai
cara untuk membuat kita bisa memiliki keturunan sebanyakbanyaknya.
- 143 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Sebuah penjelasan lain bahkan memberikan beberapa bukti yang menyatakan bahwa sebenarnya bukan hanya manusia
saja yang bisa membagi hati. Dalam dunia fauna pun kerap
terjadi hal yang sama. Misalnya pada satu spesies burung yang
hanya berkembang biak dengan satu pejantan. Setelah diteliti
ternyata ditemukan bahwa dari anak-anak mereka selalu ada
telur yang dihasilkan dari hasil pembuahan sang betina dengan pejantan yang bukan pasangan tetapnya. Dengan kata
lain, burung aja selingkuh.
Penjelasan ini mungkin akan disambut dengan suka cita
dan riang gembira oleh mereka yang sedang berusaha untuk
mencari pembenaran dari perselingkuhan yang sedang dilakukan. Kalau sampai tertangkap basah oleh pasangan, salahkan saja kinerja hormon kita. Salahkan saja gen yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar kita. Salahkan saja orangtua yang
menurunkan gen itu pada kita. Salahkan saja wujud biologis
kita yang memungkinkan semua hal itu untuk bisa terjadi.
Tentu saja, kita bukan burung. Boleh saja tubuh kita memberikan rekasi nyaman dari kehadiran orang-orang tertentu.
Boleh saja hormon kita bergejolak memberi kenikmatan yang
akhirnya mencandu. Tapi selalu ada akal dan pikiran yang
bisa menghentikan langkah kita. Manusia diberi kekuatan paling dahsyat di muka bumi: kekuatan untuk memilih.
Buat saya, mengaitkan cinta dan perselingkuhan dengan
kimia dan biologi sungguh brilian. Ini bisa memberikan jawaban yang lebih masuk akal dan ilmiah seputar satu hal yang
sering dianggap abstrak dan mengawang. Namun jujur saja,


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saya sebenarnya lebih menyukai penjelasan yang tidak terlalu
- 144 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
scienti"c. Saya justru agak menyesal saat membaca penjelasan
panjang lebar soal kerja cairan dalam tubuh yang bisa memengaruhi semua yang kita rasakan, termasuk untuk urusan cinta dan kasih sayang. Karena saya lebih suka de"nisi cinta yang
absurd. Yang tidak eksak. Yang tidak mudah dijelaskan. Yang
bisa membuat orang melakukan hal paling gila. (Seperti meninggalkan pasangan yang sudah dinikahi bertahun-tahun untuk pasangan baru yang belum lama dikenal.)
Saya sungguh tidak menyukai apalagi mendukung perselingkuhan. Percaya deh, sebagai salah satu orang yang pernah
menjadi korban, saya tahu sekali seperti apa rasanya dikhianati.
Tapi ketika hal itu memang harus terjadi, sepertinya tidak semudah itu untuk menghakimi. Siapa pun dan dengan alasan
apa pun seseorang akhirnya memilih untuk berselingkuh, seharusnya sih punya alasan cukup kuat untuk mengambil pilihan
yang bisa menyakiti hati banyak orang ini. Serahkan saja semua pada karma.
Yang pasti saya berharap, semoga nanti, saya bisa menemukan seseorang yang dapat tanpa henti memicu reaksi kimia
luar biasa dalam diri saya, hingga saya tidak akan pernah butuh bantuan orang lain lagi untuk bisa meledakkan kembali
semua rasa yang ada di dalam dada. Karena untuk hubungan
percintaan, semoga angka favorit saya masih dua. Bukan
tiga. - 145 - SATU TELUNJUK UNTUK MENJAWAB BANYAK PERTANYAAN Menurut gue nonton sendirian gak aneh deh. Yang aneh tuh
nonton sambil ngemil paku payung. #lonersunite
(Twitter: 19 Juli 2009) Beberapa hari lalu saya makan di sebuah restoran.
Tempat makan menyenangkan itu memang selalu menjadi
tujuan saya ketika ingin menikmati ikan mentah dan kedelai
rebus. Saat sudah duduk dan sibuk melihat-lihat menu yang ditawarkan, seorang pelayan cantik datang menghampiri saya.
Setelah mengangguk sopan dan merapikan meja, dengan malu-malu dia bertanya: "Mas, kenapa sih kalau makan di sini
selalu sendiri?" Saya terdiam cukup lama, sebelum akhirnya menjawab
dengan bodohnya: "Kan abis nge-gym."
- 146 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Terlepas dari jawaban nggak nyambung yang justru membuat saya tampak semakin sinting di matanya, pertanyaan kecil ini sempat menampar saya dengan sebuah kenyataan yang
menyebalkan: ternyata bagi banyak orang kesendirian adalah
sebentuk keanehan. Kejadian yang sama berulang ketika saya memesan tiket
nonton di sebuah bioskop. Saat saya mengacungkan satu telunjuk untuk menjawab berapa buah tiket yang saya beli, penjaga
loket tampat mengernyitkan mata sejenak sambil menatap sa
ya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Satu aja, Mas?"
Saya hanya bisa mengangguk sambil tersenyum, walaupun
dalam hati sumpah serapah mulai bergema beruntun. "Sejak
kapan ada peraturan nonton harus bawa teman" Emang kenapa kalau saya nonton sendirian! Ada yang salah?"
Masalah kesendirian ini mencapai titik puncaknya saat sa
ya memutuskan untuk berlibur di Bali"sendirian. Dengan semangat memanjakan diri, saya memilih sebuah tempat penginapan indah yang terletak agak jauh dari pusat keramaian
pulau Bali. Di mana suasananya masih cukup sepi dan pantai
pasirnya belum terlalu carut-marut karena diperkosa ratusan
pasang kaki. Di mana semburat jingga langit senja masih dapat saya nikmati tanpa diganggu percakapan yang sering kali
meniadakan semua arti. Di mana kesendirian saya bisa benarbenar saya nikmati.
Ketika berita itu sampai di telinga beberapa orang teman,
mereka langsung menginterogasi saya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang membingungkan.
- 147 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
Salah satu percakapan itu berlangsung kurang lebih seperti
ini: "Sama siapa lo di situ?"
"Sendiri." "Bohong. Nggak mungkin lo nginep di situ sendirian."
"Beneran gue sendirian."
Percakapan ini saya akhiri seketika saat teman sinting itu
bertanya dengan nada penuh selidik:
"Siapa yang bayarin?"
Ya Tuhan...Senista itukah menikmati kesendirian hingga
harus ada orang lain yang menanggung biayanya" Seaneh itukah menghabiskan uang sendiri untuk menikmati diri sendiri"
Ada apa dengan manusia dan kesendirian"
Buat banyak orang, kegiatan seperti nonton, atau makan
di restoran, atau menginap di hotel menyenangkan, adalah
hal-hal yang harus dilakukan bersama kehadiran orang lain.
Bahkan ada satu hal yang disarankan oleh sebuah majalah
untuk jangan pernah dilakukan sendirian: membeli kacamata
(menurut artikel itu kita butuh saran dan pendapat orang lain
untuk memilih bingkai yang paling tepat buat disangkutkan
di muka...duh, setidak penting itukah pendapat pribadi kita
sampai harus dibantu orang lain"). Deretan aktivitas itu akan
semakin bertambah panjang dengan rentetan hal lain seperti
belanja, tidur, olahraga, kerja, main, atau dalam rangkuman
satu kata yang lebih dahsyat: hidup.
Ok-lah, tidak ada orang yang mau selamanya hidup sendirian. Saya juga nggak mau. Kalau harus memilih cerita "lm
sebagai kisah kehidupan, pasti tidak banyak yang ingin men- 149 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
jadi tokoh utama dalam Cast Away atau I Am Legend. Makhluk
sosial macam kita memang butuh manusia lain. Tapi itu bukan
alasan untuk asing dan mati-matian menghindari kesendirian,
kan" Itu juga bukan alasan untuk semena-mena membebani
kata "sendiri" dengan terlalu banyak ketakutan. Lagi pula apa
yang harus ditakutkan"
Jangan-jangan kita takut pada diri kita sendiri.
Bagaimana jika ternyata selama ini kita kelimpungan mencari teman dalam melewati setiap fase kehidupan karena tidak
nyaman dengan diri sendiri" Bagaimana kalau diri kita terlalu
membosankan untuk dinikmati sendiri" Bagaimana jika ternyata ketakutan terbesar kita untuk menikmati kesendirian
adalah kemungkinan timbulnya kesadaran bahwa diri kita
adalah makhluk asing yang baru bisa menyenangkan ketika
dilengkapi dengan kehadiran orang lain" Duh, menyedihkan
sekali. Sudah terlalu banyak orang yang merasa mendapat arti
ketika ada kehadiran manusia lain di sisi. Merasa diri seolah cacat tanpa kehadiran sosok tercinta yang hadir untuk
melengkapi. Saya pernah ada di tempat itu. Sebuah tempat
indah yang memabukkan. Sebuah masa cerah yang membahagiakan. Sampai tiba saatnya ketika ruang itu harus melompong
kosong karena pemiliknya memutuskan untuk pergi. Lalu diri
berubah seolah manusia berkaki satu yang kehilangan tongkat.
Sulit bertahan hidup dan berjalan lamban tersendat-sendat.
Bodoh sekali saya ini (dan akan lebih bodoh lagi kalau saya
mengulang kesalahan yang sama di lain hari).
Sekarang saya tidak sedang mencoba untuk menghibur di
- 150 - Kicauan tentang Single, in Relationship,
atau It"s Complicated
ri atau memberikan pembenaran tolol atas kejombloan saya.
Hanya memberi jawaban agak panjang atas pertanyaan dari
mbak-mbak di restoran, di loket bioskop, atau dari temanteman yang matanya sering kali terbelalak aneh setiap kali
melihat saya sendirian. Saya cinta keluarga saya, saya cinta sahabat dan teman-teman
saya. Tapi saya juga cinta diri saya. Karenanya menikmati waktu dengan diri sendiri. Berteman dengan diri sendiri. Berdialog panjang dengan diri sendiri. Buat saya bukan merupakan
pilihan, tapi keharusan. Apalagi sebenarnya di ujung hidup ini ada kematian.
Sesuatu yang harus benar-benar dijalani sendirian.
Tanpa teman. - 151 - BAB III KICAUAN TENTANG JAKARTA, INDONESIA, DAN KESEHATAN JIWA
DULU BEBERAPA LAGU SEKARANG BEBERAPA ALBUM Mari hitung waktu tempuh perjalanan dalam jumlah lagu
yang bisa didengar. Senayan - Lenteng Agung:
40 lagu. Gokil. (9 Oktober 2009) Jarang sekali ada tulisan di koran yang bisa membuat saya
memekik riang sambil melompat-lompat kegirangan. Terakhir
kali saya melakukannya adalah saat membaca deretan nama
dalam pengumuman kelulusan calon mahasiswa di sebuah surat kabar. Itu pun 12 tahun yang lalu (oh, those good old days).
Namun tanpa dinyana kejadian selangka gubernur DKI asli
Betawi tersebut kembali terjadi kemarin.
Tulisan tebal itu hanya terdiri dari beberapa kata saja.
Tapi cukup untuk membuat hari saya berjalan lebih bahagia
daripada biasanya: RUGI AKIBAT MACET CAPAI Rp. 43
- 155 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
TRILIUN. (Jadi jika ada yang bertanya berapa harga jerit
hati sembilan juta warga kota Jakarta, kita sudah tahu jawabannya!)
Buat saya rangkaian huruf kapital itu adalah pembenaran sejati atas semua kesal di dada yang selama ini menggelegak dahsyat terbakar kemacetan ibu kota. Membacanya menimbulkan
sebuah harap baru. Karena (katanya) kerugian ini akan membuat jalur elang pembawa salak akan segera dievaluasi. Mungkin harapan itu semu, tapi lebih baik daripada sama sekali
buntu. Mereka yang pesimis akan menganggapnya semata sebagai
sebuah data. Akan dilihat sebentar, digunjingkan sesaat, didebatkan secukupnya, lalu dilupakan begitu saja tanpa ada upaya
untuk memperbaiki keadaan. Lagi pula masalah jalanan kita
sudah seperti segulung benang yang dimainkan seribu kucing,
terlalu ruwet untuk diurai ujung pangkalnya. Butuh waktu terlalu lama untuk menyelesaikan semua huru-hara soal jalan
raya. Mungkin baru cicit kita nanti yang bisa berlalu-lalang di
sekujur pembuluh darah kota ini dengan nyamannya.
Tapi saya tidak ingin pesimis. Saya mau optimis. Dan berusaha meyakinkan diri bahwa pejabat kota ini bukanlah orang
bodoh yang bersorak melonjak tinggi atau sibuk bersantai berongkang kaki ketika merugi. Pastilah deretan angka nol pa
da nilai kerugian kita itu akan menghantui mimpi mereka.
Berubah menjadi monster-monster bulat bertaring tajam yang
muncul setiap kali mereka memejamkan mata.
Saya mau mencoba berempati. Bukan karena baik hati.
Namun karena sudah terlalu lelah memaki-maki. (Saya yakin
- 156 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
jika dengus napas kesal kita semua berwarna merah, pastilah
langit di atas Jakarta sudah terlihat sepekat darah.)
Sepertinya sudah tak terhitung dosa-dosa yang tercatat oleh
malaikat di bahu kiri akibat semua umpatan, dan celaan, dan
hujatan, dan teriakan jahat yang akhir-akhir ini mewarnai hari-hari saya. Maafkan saya. Tapi saya hanya manusia biasa.
Yang bisa kesal saat dipaksa menghabiskan sisa usia di jalan
raya. Yang bisa marah melihat deret mobil di depan mata
melata pelan seperti ular naga lelet yang bukan kepalang panjangnya. Yang bisa kesemutan jika harus duduk dengan kaki
tertekuk berlama-lama. Marah ini adalah kewajaran yang harus bisa dimaklumi.
Karena waktu untuk menuju tempat aktivitas memang terus
beranak pinak setiap hari. Tiba-tiba saja jarak tempuh itu
mengganda berlipat-lipat kali tanpa terkendali. (Seorang teman bahkan mengaku bisa lebih cepat pergi ke Bandung ketimbang ke kantornya sendiri.)
Ritme hidup kita berubah. Banyak di antara kita yang sudah
tidak berteman lagi dengan matahari. Harus pergi sebelum dia
bangun, baru pulang setelah dia nyenyak tertidur. Sementara
lelap kita sendiri semakin kurang karena harus berangkat lebih
pagi dan pasti pulang lebih malam. (Yang lebih menyedihkan,
matahari-matahari kecil di rumah pun tidak lagi mendapat
cukup waktu untuk sekadar dibantu mengerjakan pe-er atau
dibacakan dongeng sebelum tidur).
Tapi cukuplah sudah berkeluh kesah. Saya tahu saya sendiri
belum bersedia mengorbankan banyak hal untuk membantu
memecahkan masalah. - 157 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Maukah saya meninggalkan mobil tercinta di rumah untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya" Maukah sa
ya meninggalkan pijakan kaki di kopling, rem, dan gas lalu
menggantinya dengan kayuhan pedal sepeda" Maukah saya
meninggalkan genggam nyaman di setir mobil sendiri dan
mengubahnya menjadi cengkeraman erat di pegangan tangan
bus kota" Semua pertanyaan tadi selalu saya jawab dengan: "Mau,
asal?" Titik-titik itu bisa diisi dengan: asal ada jalur khusus buat
sepeda, asal kendaraan umumnya nyaman, asal semua sarana
tersedia sempurna. Semua asal ini biasanya berakhir dengan
usul yang bisa dilontarkan ke para petinggi. Lalu usul itu seolah
tidak pernah ditanggapi sehingga memancing rasa usil untuk
lebih banyak protes dan marah dan memaki. Lalu saya tidak
bisa menemukan kata lain setelah asal, usul, dan usil untuk
meneruskan paragraf sok lucu ini. Yang terpikir adalah upil,
tapi upil tidak ada hubungannya dengan lalu lintas kecuali
untuk para pengupil yang jadi lebih punya banyak waktu untuk melakukan hobinya di tengah kemacetan kota Jakarta...
(Damn, seharusnya saya memang tidak mencoba untuk menjadi
Raditya Dika, saya tahu saya gagal, maaf ya).
Intinya semua ini adalah lingkaran demit yang tak berujung
pangkal. Ketimbang saling menyalahkan atau menyerah kalah
pada kemacetan sinting yang supermenyebalkan ini (lalu berubah jadi manusia grumpy nan cranky plus berbadan ringkih
karena termakan stres yang bersemayam di kepala dan hati),
bukankah lebih baik kita berusaha untuk mencari titik cerah
- 158 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
dan memanfaatkan keadaan busuk ini dengan sebaik-baiknya"
Mungkin sangat tolol tapi tidak sepenuhnya mengada-ada.
Sejak macet merajalela saya jadi punya lebih banyak waktu
untuk mendengarkan musik kesukaan saya dalam perjalanan
menuju tempat kerja. Jika biasanya hanya bisa beberapa lagu.
Sekarang bisa beberapa album. Saya nikmati betul hal ini.
Sekecil-kecil maknanya, ini adalah sebuah berkah yang patut disyukuri.
Silakan temukan sendiri berkah kecil di balik bencana besar ini.
Agar kerugian akibat macet di Jakarta tidak meraksasa
menjadi lebih dari 43 triliun jumlahnya.
p.s. Seharusnya Raditya Dika mencalonkan diri jadi gubernur. Kalaupun kota semrawut ini tidak bisa diatur, paling tidak warganya masih bisa dihibur.
- 159 - BUKAN KOTA UNTUK TERSENYUM Berharap dengan naiknya tarif tol dapet bonus minum pas
ambil tiket. Atau permen. Atau tusuk gigi. Atau pensil 2B.
Atau minimal senyum deh. (Twitter: 28 September 2009)
Menurut Anda siapa yang paling tepat untuk dijadikan ikon
Jakarta" Kriteria apa yang harus mereka miliki untuk dapat
dijadikan lambang dari kota luar biasa kita"
Mungkin tidak mudah menemukan sosok manusia yang
memenuhi semua kriteria apa pun yang kita sepakati. Tapi
sepertinya ada beberapa gelintir manusia yang perjuangan hidupnya merangkum semua esensi dasar dari sebuah kota tua
berlambang tugu kokoh yang berdiri sombong menantang dunia ini. Mereka bukan manusia ternama, sebagian dari kita
bahkan tidak menyadari kehadirannya. Tapi mereka ada. Dan
- 160 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
kali ini saya ingin mencoba memandang mereka dari senyum
yang muncul di wajahnya. Si Gadis Jutek

Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di sebuah perempatan daerah Menteng, Anda pasti bisa
menemukan gadis cilik ini. Hidupnya tersambung oleh kedipan genit lampu lalu lintas. Setiap kali deretan mobil terhenti,
dia akan sigap menghampiri. Mengetuk jendela sambil mengulurkan sebuah wadah yang minta diisi. Saya tak pernah tahu
namanya, bahkan sering kali tangan saya secara otomatis terangkat melambai setiap kali ia muncul mendekati. Saya tidak
pernah sekali pun bisa menghargai perjuangan kerasnya untuk dapat bertahan hidup. Memang dia bekerja dengan meminta-minta. Tapi rasanya saya tidak punya cukup hak untuk
bisa menghakimi ada atau tidak adanya pilihan dalam kehidupannya. Dia "bekerja" di tempat itu selama bertahun-tahun,
nyaris setiap hari. Sejak dia masih kecil hingga sekarang sudah
tumbuh jadi remaja belia yang lebih tinggi. Kita yang setiap
hari melewatinya adalah saksi mata yang terus mengikuti pertumbuhannya. Sesuatu yang mungkin tidak pernah kita lakukan pada keponakan sendiri.
Gadis kecil ini sangat jarang tersenyum. Seorang teman
bahkan menjulukinya sebagai cewek jutek. Berapa besar pun
uang yang Anda letakkan di wadah usang miliknya, dia hanya
akan mengangguk tegas lalu berpindah cepat ke mobil lain.
Bisa saja kita menganggap bahwa senyum perempuan cilik
itu sudah hilang ditelan ramainya lalu lintas. Atau kehidupan
indah masa kecilnya telah dirampas oleh sadisnya ibu kota.
- 161 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
. Dan gadis kecil ini adalah contoh nyata bahwa Jakarta
memang punya kemampuan luar biasa untuk menghilangkan
senyum dari wajah setiap warganya. Dalam kehidupan yang
sangat keras, apa lagi alasan untuk tersenyum"
Saya sadar bahwa senyum dan keramahan sudah jadi
mata uang wajib dalam transaksi pergaulan. Senyum bisa
membeli simpati dan penerimaan diri. Dan terkadang lebih
mudah untuk menjadikan senyum sebagai topeng ketimbang
gambaran langsung dari kebahagiaan yang ada di hati.
Tapi walaupun tidak adil dan tidak bisa secara langsung
dibandingkan, saya tidak bisa berhenti bertanya pada diri sendiri: dalam kehidupannya gadis kecil itu memang punya sejuta alasan untuk tidak tersenyum.
Apakah kita juga begitu"
Dua Penyanyi Ramah Bersitar
Berbeda dengan gadis kecil tadi, ada sebuah kelompok musik yang terdiri dari dua ibu tua berkebaya. Anda bisa menikmati aksi musik mereka tiga kali dalam seminggu. Bukan di
kafe remang yang dipenuhi asap rokok atau concert hall dingin
yang berkilau penuh cahaya, tapi di depan sebuah restoran
kecil berlogo semar buncit.
Rumah makan di daerah Tebet itu menyediakan masakan khas Banyumas, sroto nikmat (r di antara s dan o bukan
kesalahan ketik, dan Anda telah melewatkan sebuah kenikmatan dunia bila belum mencoba hidangan dahsyat ini),
mendoan panas, dan es dawet beraroma durian yang tampilannya saja bisa menggugah selera.
- 162 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Di muka restoran ini ada sebuah spot yang tidak besar, letaknya benar-benar terimpit di antara gerobak makanan dan
moncong mobil mewah yang parkir di halaman. Di sinilah
kedua perempuan luar biasa itu menyambung hidup mereka.
Dengan melantunkan tembang-tembang Jawa, menghibur
pengunjung yang sedang makan siang sambil membawa suasana berbeda yang sepintas bisa membuat kita lupa bahwa
kita sedang berada di Jakarta.
Maafkan ingatan pendek saya, tapi nama kedua ibu itu
benar-benar sudah menguap dari memori card di dalam kepala
saya. Yang pasti kehadiran mereka di tempat itu seperti mewakili sebagian besar dari masyarakat kota kita. Yang tercabut
atau mencabutkan diri dari tempat asalnya, untuk mencari
kehidupan lebih baik yang dengan manis ditawarkan mulut
pendusta kota Jakarta. Mereka sudah lebih dari 20 tahun hidup di kota ini. Dan
lebih dari setengahnya dihabiskan untuk mengamen di muka
restoran itu. Apa mereka pernah mengeluh" Entahlah. Apa
mereka pernah berpikir untuk meninggalkan Jakarta dan kembali ke desa mereka" Bisa jadi. Yang pasti 20 tahun adalah
waktu yang terlalu lama untuk berpikir demi mengambil keputusan tadi. Mungkin sama dengan kita. Yang setiap hari bisa
menemukan alasan terbaik untuk pindah dari kota ini, tapi
tidak pernah berani mengambil satu langkah pertama untuk
melakukannya. Saya tidak bisa bilang bahwa hidup mereka susah, karena
sepanjang kehadiran saya, senyum simpul tak pernah lepas sedetik pun dari wajah keriput keduanya. Sungguh memancing
- 163 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
salut, karena kalau boleh jujur, berapa banyak dari kita yang
bisa tersenyum dengan penghasilan minim dari perasan keringat dan tenaga yang tiada ada habisnya" Apa yang mereka
hasilkan dari petikan sitar dan getaran pita suara seharian,
jauh lebih kecil dari apa yang kita habiskan beberapa jam
saat membasahi kerongkongan dengan secangkir kopi harum
di sebuah tempat dengan pendingin ruangan. Apa yang kita
dapatkan sebulan mungkin bisa membuat hidup mereka lebih
dari cukup untuk setahun.
Lalu kenapa mereka yang lebih sering tersenyum"
Saya tidak boleh mengambil asumsi tanpa mengetahui apa
yang sebenarnya terjadi. Gadis kecil peminta-minta dan dua
ibu pengamen berkebaya tidak bisa secara hitam putih dibandingkan senyumannya. Bukan berarti kedua ibu itu lebih bahagia ketimbang si gadis jutek. Senyum tidak bisa secara langsung
digunakan untuk mengukur kadar bahagia seseorang. Karena
ada senyum palsu dan senyum pajangan.
Tapi sekadar berbagi tanya, apakah senyuman kedua "ikon"
Jakarta itu juga mewakili senyuman yang hadir di wajah kita"
Apakah seperti gadis kecil itu, kehidupan keras Jakarta sudah
berhasil merampok senyum dari wajah kita" Atau seperti kedua
ibu tadi yang masih memiliki banyak alasan untuk tersenyum
di tengah impitan siksa yang setiap hari dilimpahkan ke atas
pundak kita" Senyum hanya butuh gerakan kecil dari 12 otot
di wajah. Begitu sulitkah untuk dapat dengan tulus melakukannya di kota ini"
- 164 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Jangan-jangan Jakarta memang bukan kota untuk tersenyum.
Coba saja lihat dari patung-patung gagah yang menghiasi
setiap sudut kota tercinta kita ini. Berapa banyak sih yang wajahnya tersenyum"
- 165 - INTER(T)AKSI Ini aneh. Di lampu merah. Taksi sebelah buka kaca. Terus
sopirnya nanya: Bro, kenapa lo belum merit juga" *Mom, is
that you in disguise"*
(Twitter: 10 Januari 2009)
Taksi bisa jadi adalah kendaraan umum paling nyaman di Jakarta. Jika ingin yang paling murah, ada kereta. Untuk yang paling cepat, ojek masih jadi juaranya. Namun untuk perjalanan
menyenangkan, layaknya naik mobil pribadi berpendingin
ruangan, lengkap dengan kehadiran musik bahkan televisi, silakan memilih taksi. Mungkin argonya sering terlihat seolah
Pedang Pusaka Naga Putih 3 Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie Mendung Dilangit Kepatihan 3
^