Pencarian

Kicau Kacau 3

Kicau Kacau Karya Indra Herlambang Bagian 3


berlari dan bikin panik saat diamati, tapi terkadang harga itu
masih sebanding dengan kenyamanan yang didapat (lagi pula
tenang saja, selalu ada taksi yang di kacanya tertempel stiker
tulisan favorit kita: TARIF BAWAH).
Sebenarnya jalanan Jakarta yang superpadat tidak terlalu
- 166 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
cocok untuk kehadiran lebih banyak armada taksi. Angkutan
egois ini paling banyak hanya bisa menampung lima orang penumpang (atau tujuh ABG yang dempet-dempetan di dalamnya
demi menghemat uang patungan). Tentulah kalah jauh dibandingkan kehadiran mono rail atau sky train yang bersifat lebih
massal. Sayangnya kedua angkutan umum tadi masih asyik
mendekam dalam khayalan kita, jadi untuk sementara waktu
biarlah kita terima dan nikmati saja kehadiran taksi warnawarni di kota ini.
Satu hal yang menarik buat saya adalah bahwa kondisi kemacetan jalan yang semakin tidak terkendali ini membuat sebagian besar dari kita harus menghabiskan waktu lebih lama
di dalam taksi. Biaya yang dibutuhkan sudah tentu semakin
besar, tapi di sisi lain ada satu hal lagi yang harus kita lakukan:
berinteraksi lebih lama dengan para sopir taksi.
Anda pasti sudah pernah naik taksi seorang diri. Mengarungi kepadatan Jakarta selama berjam-jam untuk bisa sampai ke tempat tujuan. Sepanjang perjalanan, di ruang sempit
itu hanya ada dua orang. Anda dan sopir taksi. Pada saat
seperti ini, sopir taksi seperti apa yang lebih diinginkan" Yang
ramah dan ngajak ngobrol" Atau yang pendiam dan tidak
berkata apa pun selain: "Awas ada yang ketinggalan," ketika
kita turun" Ada orang yang memilih untuk tidak banyak bicara ketika
naik taksi sendirian. Kalimat yang dikeluarkan hanya terbatas
pada penyebutan tempat tujuan lalu ucapan terima kasih di
akhir perjalanan. Sisa waktu di antara pengucapan kedua
kalimat ini bisa diisi dengan mendengarkan lagu di alat pe- 167 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
mutar musik digital, membaca, melamun, tidur sebentar, atau
meng-update status di twitter dan sibuk membaca timeline.
Ada pula yang memilih untuk membuka jalur percakapan
lebar-lebar. Berdiskusi tentang apa saja yang bisa membuat
rentang panjang kemacetan berjalan tanpa terlalu terasa. Lalu
apa saja yang dibincangkan" Ketika harus berinteraksi lebih
lama dengan sopir taksi, apa yang kemudian Anda lakukan"
Tentu ini juga tergantung dari sopir taksi yang kita hadapi.
Dari pengalaman saya bertahun-tahun menjadi pengendara
taksi, sudah banyak sekali saya dapatkan pengalaman supermenarik dari para sopir taksi. Dan itu adalah bekal saya untuk
menggolongkan para sopir budiman ini ke dalam beberapa
kategori sesuai dengan apa yang mereka lakukan sepanjang
perjalanan. Berikut beberapa di antaranya:
Sopir Curhat. Dari menutup pintu setelah duduk sampai membukanya
untuk turun, Anda akan mengetahui semua masalah yang
terjadi dalam kehidupannya. Kegalakan istrinya, kebandelan
anaknya, dan semua hal lain tentang kehidupan yang tidak sedikit pun luput dari ceritanya. Hal terbaik yang bisa dilakukan
untuk menghadapi sopir seperti ini tergantung dari keinginan
Anda. Jika memang tertarik untuk mendengarnya, lemparkan
saja pertanyaan kecil seperti: "Terus, Pak?" atau: "Masa sih?"
dan pancingan itu akan disambut dengan cerita yang lebih
panjang lagi. Namun jika Anda merasa terganggu dan risih karena seperti dipaksa untuk mengintip lewat sebuah lubang yang ada di atap rumahnya, Anda bisa mengalihkan
- 168 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
perbincangan ke hal lebih umum, seperti kemacetan di jalur
tertentu. Jika itu masih tidak bisa menghentikan curhatnya,
ada satu jurus yang paling jitu: pura-pura tertidur.
Sopir Pengamat Politik Ini bisa jadi sangat menyenangkan jika Anda juga tertarik
dengan dunia yang sama. Sopir seperti ini akan membuka ruang
diskusi seru tentang semua masalah terkini yang sedang terjadi
di negara kita. Biasanya dia memulai percakapan dengan satu
pertanyaan atau pernyataan yang mungkin digunakan untuk
mengukur kadar ketertarikan penumpangnya pada kabar terbaru. Misalnya: "Si Anu udah ditangkap ya, Pak?" Atau: "Negara ini makin kacau ya, Pak." Berkendara dengan sopir seperti ini rasanya seperti disekap dalam ruang berita di televisi.
Dan sumpah, sering kali saya mendapatkan sopir yang analisa
dan pemahamannya soal berita lebih keren daripada para
news anchor televisi nan rupawan itu. Kalau Anda beruntung,
perjalanan panjang tidak akan terasa karena diskusi dan debat
seru yang terjadi di dalam ruang mobil itu. Namun jika Anda
seperti saya (yang sungguh tidak tahu dan tidak mau tahu soal
tetek bengek ini), anggap saja mendapatkan sopir taksi seperti
ini sebagai pengganti dari membaca koran atau nonton berita
setiap pagi. Sopir Komedian Salah satu favorit saya. Sopir lucu seperti ini selalu punya
cara pandang menyenangkan untuk segala hal. Kerap kali
mengeluarkan joke atau banyolan-banyolan yang biasa dikuti
- 169 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
dengan tawa renyah yang pecah menggelegar. Saya tidak ta
hu apakah ini dilakukan untuk menghibur penumpang atau
menghibur dirinya sendiri. Yang pasti setiap bertemu dengan
sopir seperti ini, saya biasanya turun dari taksi dengan perasaan positif. Jika seseorang yang pekerjaannya jauh lebih melelahkan dan bikin stres bisa terlihat riang, bukankah saya yang
lebih beruntung seharusnya dapat lebih gembira"
Sopir Penggerutu Sopir seperti ini tidak banyak bicara. Bebunyian yang keluar
dari mulutnya agak terbatas pada beberapa hal: decakan, dengusan napas keras, atau makian. Setiap kali ada kesempatan
biasanya sopir ini akan membunyikan klakson. Tidak sebentar tapi menekannya agak lama hingga telinga dibuat pengang. Bukan bermaksud untuk mengecilkan perjuangan dan
pekerjaan berat manusia lain, namun terkadang harus mendengarkan keluhan satu orang sepanjang perjalanan terasa seperti siksaan. Perjalanan yang sudah panjang biasanya dibuat
melar hingga terasa semakin lama dan kurang menyenangkan.
Biasanya saya memilih untuk menunjukkan sikap terganggu,
atau jika sangat parah, turun lalu mencari taksi lain.
Sopir DJ. Sopir seperti ini sibuk dengan alat musik di dalam taksinya.
Terkadang mencari lagu yang enak di radio, atau memutarkan
CD dan kaset kesukaannya. Paling menyenangkan jika mendapat sopir yang selera musiknya tidak terlalu jauh dari yang
kita punya, tapi kalau suatu saat mendapat taksi yang dihiasi
- 170 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
ingar-bingar musik trance-techno-dangdut-karawitan dengan volume maksimal, ada dua hal yang bisa Anda lakukan. Nikmati
saja, atau dengan sopan meminta sang sopir untuk mematikan
musiknya. Sopir Magician. Ini yang paling bahaya. Biasanya keberadaan mereka ada
saat malam sudah sangat larut atau menjelang pagi hari. Mereka
adalah sopir taksi yang merasa memiliki kemampuan seperti
Deddy Corbuzier: bisa menyetir mobilnya dalam keadaan mata
tertutup. Cara paling ampuh untuk menghindari kecelakaan
adalah dengan mengajaknya bicara terus agar tetap terjaga,
atau memberikan kesempatan untuk mencuci muka dan minum terlebih dahulu. Jika memang sangat terpaksa, Anda bi
sa memilih apa yang saya pernah lakukan: bertukar posisi.
Sumpah, ini cerita nyata. Suatu saat sopir taksi saya sempat
tertidur pulas dalam keadaan menyetir. Demi keselamatan ji
wa, saya mengambil alih kemudi. Dia tidur di jok belakang,
dan saya terpaksa membawa taksi itu dengan selamat sampai
di depan rumah. (Sial. Harusnya saat itu saya yang minta dibayar, kan").
Tentunya masih banyak tipe pengemudi taksi lainnya. Namun semua menyisakan pertanyaan yang sama. Interaksi seperti apa yang kita pilih untuk menghadapinya" Terkadang
berkat buasnya kemacetan di jalan raya, perjalanan kita di
dalam taksi memakan waktu terlalu lama hingga penumpang
dan pengemudinya dipaksa melewati beberapa fase layaknya
- 171 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
orang pacaran. Dimulai dengan perkenalan, dilanjutkan dengan bincang-bicang seru, diikuti oleh sedikit perbedaan pendapat dan pertengkaran, lalu akan datang masa canggung
karena sudah kehabisan bahan obrolan, kemudian diakhiri
dengan kelegaan luar biasa karena akhirnya sampai di tempat
tujuan dan bisa berpisah secara baik-baik.
Selalu ada pilihan untuk diam dan sibuk dengan dunia kita
sendiri. Toh teknologi selalu punya cara untuk menyediakan
alat yang dapat membuat kesendirian lebih menarik untuk dinikmati. Namun jika mau sedikit saja berinteraksi, kita tidak
pernah tahu apa yang akan didapat nanti. Mungkin saja banyak hal yang berguna. Seperti pengalaman, sudut pandang
atau pengetahuan yang baru.
Yang pasti saya curiga, jangan-jangan di antara para sopir
taksi, mereka pun punya penggolongan atas macam-macam
penumpang yang harus dihadapai setiap hari. Penumpang
pendiam, penumpang cerewet, penumpang pelit, penumpang
galak. Lalu pertanyaan berikutnya, penumpang tipe apakah Anda
ini" - 172 - JAKARTA BUTUH SUPERHERO! Pemerintah Jakarta, tolong perbaiki kondisi jalan raya yang
bolong-bolong. Nyusahin kalo lagi sarapan sop di mobil.
*Ngelap muka belepotan.* (Twitter: 22 September 2010)
Seorang teman pernah menyatakan niatnya untuk segera pindah ke luar negeri setelah berkeluarga. Alasannya sederhana,
dia tidak ingin anaknya dibesarkan di Jakarta. Kota gemerlap
ini dianggapnya sudah menjelma menjadi sebuah neraka kecil yang hina dina. Sebuah tempat luar biasa buruk untuk
membesarkan keturunan yang baik. Walau tidak sepenuhnya
setuju, saya bisa mengerti kekhawatiran ini.
Sebuah poling pada 1999 menemukan bahwa 89,1 persen
warga Jakarta merasa bahwa tingkat kejahatan di kota tercinta
ini sudah sangat mengkhawatirkan. Jika survei yang sama dilakukan lagi tahun ini, jumlah persentase itu pastilah sudah
melambung tinggi. - 173 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Apa mau dikata. Jakarta memang kejam dan mengerikan.
Anda cukup membeli sebuah surat kabar picisan untuk membuktikannya. Dengan headline yang sering kali terasa sebagai
lelucon kasar, koran-koran ajaib itu mengumbar berbagai macam tindak kriminal yang setiap hari menghiasi sudut-sudut
ibu kota. Kadar stres yang tinggi akibat impitan beban hidup
sering kali menjadi alasan utama di balik semua berita. Dan
bisa jadi beban hidup dan stres jugalah yang membuat korankoran sadis semacam ini bisa laris. Mungkin jauh di sudut
gelap hati kita ada keinginan untuk lari dari impitan masalah
dengan melakukan kegilaan seperti itu. Dan membacanya
adalah hal yang teraman dan terdekat yang bisa dilakukan.
Separah apa sih tingkat kejahatan di Jakarta"
Well, sebuah sumber menyebutkan, sekurangnya setiap dua
hari sekali terjadi satu pembunuhan di wilayah hukum Polda
Metro Jaya. Jumlah tersebut belum termasuk pembunuhan
yang terjadi di lingkungan penjara dan pembunuhan bayi lewat pengguguran paksa. Satu fakta lain mengungkap bahwa setiap bulan tercatat kurang lebih 15 remaja putri yang menjadi
korban kasus pemerkosaan, dan untuk tahun lalu saja ada 82
kasus penculikan yang harus ditangani polisi. Belum lagi untuk urusan lain seperti pemerasan, perampokan, pencurian,
dan tindak kejahatan lainnya yang tidak terdata sempurna.
Cukup menyedihkan bukan" Parahnya lagi sebuah polling
menemukan bahwa hanya 31,3 % responden yang yakin bahwa aparat keamanan kota ini mampu mengatasi semua gangguan tersebut. Jadi intinya, kita tahu kita tidak aman, tapi kita
merasa bahwa kita tidak dilindungi. Lalu apa yang bisa kita
lakukan" - 174 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Tulisan ini bisa saja jadi esai panjang nan membosankan
tentang bagaimana caranya kita bisa menjawab pertanyaan
tadi. Tapi percayalah, banyak orang lain yang lebih jago dan
andal untuk menulis soal itu. Lagi pula bapak dan ibu polisi
pastilah tidak sedang berongkang-ongkang kaki. Mereka tentu
punya cara sendiri untuk mengatasi semua keribetan ini. Ja
di, tanpa bermaksud untuk mengecilkan masalah, saya akan
memilih berkhayal dan keluar dengan sebuah solusi luar biasa
brilian: Jakarta butuh seorang superhero!
Ya, kalau saja kita bisa mengimpor salah satu manusia berkekuatan luar biasa entah dari negara atau planet mana, pastilah
hidup kita akan lebih aman, nyaman, dan tenteram. Coba ki
ta lihat, kira-kira superhero mana yang cocok untuk menjaga
Jakarta" Bagaimana dengan Batman"
Dia jagoan, kaya pula (kali aja dengan sumbangan dananya kita bisa melanjutkan proyek monorail...). Dengan alatalat canggihnya, pencopet brengsek yang dulu pernah mengambil ponsel saya di KRL Jabotabek pasti nggak akan bisa
berkutik. Lagi pula jejaringnya yang luar biasa membuat dia
bisa menelusup masuk ke area pemerintahan untuk ikut memberantas korupsi.
Sayangnya ada beberapa hal yang pasti bikin Batman kewalahan kalau harus beraksi di Jakarta. Yang pertama soal kostumnya. Okelah, Bat Suite itu emang keren abeees, tapi kebayang
kan betapa kemringetnya Bruce Wayne kalau harus kelayapan
di daerah kota tiap malam dengan baju kulit seketat itu" Panas
- 175 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
cin! Belum lagi kalau dia harus jumpalitan ngelawan preman
pasar Benhil. Duh. Tapi kan Batman punya Batmobile! Yah, silakan aja nyetir
mobil sekenceng itu lewat jalan-jalan yang lebih banyak lubangnya ketimbang aspalnya. Secanggih-canggihnya pasti
bakal turun mesin jugalah. Cara kita memanggil Batman dengan lampu sorot juga sepertinya akan bikin rancu, karena
bisa jadi ketika lampu dahsyat itu ditembakkan ke udara, yang
datang malah anak-anak pergaulan ("Kayaknya ada rave party
nih sooob.."). Ok, mungkin Batman memang lebih cocok buat
menjaga kota Gotham ketimbang Jakarta.
Kalau begitu bagaimana dengan Superman"
Dia punya kelebihan karena bisa keluar siang-siang. Bisa
terbang pula. Masalah yang harus dihadapi hanya polusi udara,
benang layangan, sama tempat ganti (Emang gampang cari
telepon umum yang masih utuh di Jakarta" Rata-rata kalau
nggak udah setengah roboh ya nggak ada kacanya). Kesulitan
terbesar buat bapak jagoan itu di kota ini mungkin bukan
kryptonite tapi profesinya ketika menyamar jadi Clark Kent. Dia
kemungkinan besar tidak akan lagi jadi wartawan, tapi keburu
dikontrak oleh agensi lokal buat jadi model (yaaa... nambah
lagi deh model bule di Jakarta, emang orang Indonesia udah
nggak ada yang cakep apa").
Hmmm... Coba kita cari superhero yang lain.
Spiderman" Cuma bisa beraksi di daerah pusat yang gedungnya padat.
Kalau harus mengatasi kejahatan di daerah Lenteng Agung,
- 177 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
dia akan terpaksa berlompatan dari satu pohon ke pohon lain,
jatuhnya jadi kayak monyet, nggak keren.
Ghost Rider" Selamat deh berjuang melawan jutaan motor yang manuvernya lebih dahsyat. Serempet dikit, hajar rame-rame!
Aquaman" Nggak akan bisa hidup! Dari pemantauan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) kualitas air di Jakarta parah
banget! Di Jakarta Barat, tujuh dari sembilan sumur tercemar
coliform dan fecal coli melebihi batas normal. Jakarta Timur 45
persen sumur warga sudah tidak memenuhi syarat. Wilayah
Jakarta lainnya sama saja. Loh, Aquaman kan hidup di laut"
Sok atuh ke Ancol kalau nggak keracunan limbah.
Ironman" Harus selalu siaga dan super hati-hati meletakkan baju besinya. Salah-salah karatan karena berdasarkan penelitian BMG,
faktor kondisi polusi udara yang buruk di Jakarta menyebabkan
hujan dalam 10 tahun terakhir semakin asam. (Plus harus hati-hati sama pencuri besi tua. Billboard dan papan penunjuk
jalan aja ditilep!). Hulk" Apa mungkin Bruce Banner bisa menahan emosi dan kecepatan detak jantungnya menghadapi kemacetan yang sinting di kota ini" Yang ada tiap menit dia berubah jadi Hulk
dan ngancurin semua lampu merah, dan jalan yang sedang
diperbaiki, dan polisi cepek, dan bus ngetem, dan busway, dan
orang demo, dan pintu tol yang harganya naik terus, dan...
Nyerah ah! Sepertinya tidak ada superhero yang bisa tinggal


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- 178 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
dengan nyaman di kota ini. Kalau hidup mereka saja terganggu
bagaimana bisa melindungi kita"
Memang udah paling benar siskamling ya"
Oh iya, btw, buat teman saya yang mau pindah demi anaknya tadi, saya sarankan dia untuk tinggal di Malaysia aja. Lebih aman, karena di sana ada... Cicak Man!
- 179 - SEBUAH BUKU TAMU RAKSASA Jangan tanya apa yang negara udah kasih sama kita, tapi
tanya apa yang bisa kita dapet dari negara. *Eh"*
(Twitter: 20 Juli 2010) Selamat tinggal kawanku selamanya ini hari terakhir kita bertemu.
Kalimat sedih ini bukan saya ambil dari potongan adegan
"lm mendayu atau lirik sebuah lagu merdu. Bukan pula dari
cukilan novel remaja atau sebaris dari bait puisi penuh cinta.
Tapi dari coretan tangan vandal yang mengotori sebidang dinding putih di dalam Museum Keprajuritan.
Anda tahu letak museum itu" Di dalam Taman Mini Indonesia Indah. Tepatnya di depan anjungan Bali. Satu deret
dengan Museum Listrik yang berada dekat kolam air tawar.
Jika melewatinya Anda pasti tidak akan salah mengenalinya,
karena gedung abu-abu itu dibangun serupa benteng tua,
sungguh kontras dengan keadaan di sekelilingnya. Di ha- 180 -
Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
laman depannya ada sebuah danau kecil yang sekarang kering hingga menjadi lapangan rumput tak terurus. Di atas
bidang kerontang itu terdampar beberapa kapal kayu, dulu
pasti terapung layaknya di sebuah pelabuhan masa lalu, tapi
sekarang hanya teronggok lapuk macam kapal karam di laut
dangkal. Kesan saat melewati museum ini adalah seperti melihat sisasisa kejayaan masa lalu. Seperti mengungkit masa emas yang
terlupakan. Seperti mencicipi sesuatu yang telah usang. Kesan
itu diperkuat oleh seekor angsa tua yang berenang sendirian
di sungai yang mengelilinginya. Mungkin angsa itu kesepian
karena gedung ini sudah tidak terlalu sering dikunjungi. Saat
saya lihat, dia sedang sibuk berenang memutar sambil memamerkan sayap rusaknya. Seperti juga gedung museum ini, dia
pasti kangen sekali untuk dikagumi.
Ok. Apa yang saya lakukan di tempat itu" Yang pasti bukan
untuk karyawisata. Bukan juga untuk berekreasi, karena sejujurnya tempat muram ini akan jadi pilihan terakhir dalam
daftar tujuan liburan saya di Jakarta. Saya terjebak dalam museum itu selama berhari-hari karena sebuah pekerjaan yang
sungguh melelahkan. Pertama kali mendengar bahwa pekerjaan saya akan dilakukan di tempat old school itu ada sedikit rasa kecewa. Ya Tuhan, apa yang bisa saya lakukan di sana" Bagaimana kalau
saya mati kebosanan" Dan seriously, Taman Mini" Itu kan
basi banget! Namun dengan semangat sok positif untuk bisa
mengalahkan rasa manja saya mulai mencoba untuk melihat
dan menikmati isi museum itu. Saya akan anggap pekerjaan
- 181 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
edan ini sebagai sebuah petualangan seru. Lagi pula kapan
lagi saya bisa berkeliaran berlama-lama di sebuah museum
tanpa takut diusir" Ternyata yang selanjutnya saya temui hanyalah kesedihan
dan rasa nelangsa. Gedung itu sungguh tidak seperti museum.
Lebih mirip gudang. Padahal menarik. Dulu tempat ini pasti
indah. Tapi yang sekarang ada cuma hamparan debu, dan
kursi-kursi merah yang joknya mengelupas terobek waktu.
Bahkan manekin pejuang yang mengenakan seragam perang
khas dari setiap daerah kini tidak lagi terlihat garang. Mereka
hanya bisa menatap dengan pandangan kosong. Pasti karena
per mukaan matanya yang dulu mengilat kini sudah berkarak
abu hingga kusam. Satu-satunya tempat yang paling saya sukai di museum
ini adalah atapnya. Dengan tangga setengah melingkar, kita
bisa naik ke sana. Seperti benteng khas Eropa, atap gedung
itu dikelilingi jendela-jendela pengintai dari beton yang dilubangi. Di beberapa tempat ada meriam (tadinya saya pikir peninggalan sejarah, ternyata hanya terbuat dari "berglass yang
sungguh ringan). Atap ini benar-benar brilian, karena bila datang di saat yang tepat, kita bisa menikmati embusan angin
yang sejuk dan biru langit yang tanpa cacat. Pemandangan
yang tersedia pun lumayan menyenangkan untuk dirasakan.
Di setiap pojok dari atap ini terdapat ruangan kosong tanpa
perabotan. Bahkan langit-langitnya belum juga dicat, masih
berbentuk beton telanjang sehingga terlihat seperti ketiak jalan layang. Di sinilah saya temukan tulisan aneh tentang perpisahan tadi. Rupanya banyak pengunjung museum yang meng- 182 -
Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
anggap bahwa dinding di ruang atap itu adalah sebuah buku
tamu raksasa yang bisa ditulisi seenak-enaknya.
Ini sebagian di antaranya;
30 april 06, kita ber5 ke sini dani q-think, pilsih, isan, dobleh,
dwi. 15 april 07, dhani & rika.
Desa wonogiri pernah di sini, 12 agustus 2006.
Masku dan aku, 11/07/06, smpn 2 dukun mgl.
21 mei 2002, felino dan micka, jangan dirusak sebuah cinta murni
yang sebagian masalah. 18 februari 2007, (tanda tangan 17 orang bernama aneh mulai
dari khalay, joi gold sampai bedil), kami pernah kemari dan tak akan
melupakannya. Ada pula satu tulisan peringatan yang sepertinya menjawab
seberapa besar orang-orang ini menghargai Museum Keprajuritan:
Di sini adalah tempat paling aman buat ng#*@#t!
Ya Tuhan. Benar-benar menyedihkan.
Saya sedih bukan hanya karena banyak begundal vandal
yang mencoreti dinding museum. Tapi juga karena di tengah
tempat beratmosfer suram itu ternyata banyak orang yang
pernah menciptakan kenangan. How sad" Saya lalu membayangkan apa yang terjadi dengan orang-orang itu sekarang.
Apakah dhani q-think, pilsih, isan, dobleh, dan dwi masih
bersahabat" Apakah felino dan micka masih pacaran" Masih
merajut cinta murni yang bermasalah" Apakah 17 orang yang
menandatangani dinding itu akan lulus sekolah" Setelah lulus
nanti masihkah mereka berteman" Dhani dan rika bisa jadi
- 183 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
sudah putus karena dhani selingkuh. Sementara "aku" sudah
melepas keperawanannya pada "masku" di sebuah malam dingin di Magelang, lalu menyesal.
Mereka semua, para penanda tangan "buku tamu" ini, datang ke Museum Keprajuritan bukan untuk menghargai sejarah atau meneladani prajurit-prajurit bangsa. Persetan dengan itu semua. Mereka hanya ingin membuat sejarahnya
sendiri dan meninggalkan jejak keberadaan mereka di dunia
ini. Mereka akan mengenang persahabatan mereka. Akan mengenang kisah cinta mereka. Dan berharap untuk dapat selalu
dikenang oleh orang-orang yang hidupnya pernah mereka sentuh.
Mungkinkah hanya itu juga yang diinginkan oleh para pahlawan bangsa yang patung logamnya mulai berkarat di bawah
sana" Pekerjaan saya selesai jam tiga pagi. Di atap benteng itu
bulan sedang purnama. Bulat utuh dengan cahaya berpendar
sempurna. Angin makin dingin menusuk pori. Dari pengeras
suara sebuah masjid terdengar suara orang mengaji.
Saat melangkah keluar museum saya sempat menengok ke
belakang. Terlihat sebuah tulisan merah di bidang marmer
(maaf, saya tidak terlalu hafal bunyinya): Bangsa yang besar adalah bangsa yang pandai (Atau pintar" Atau bisa") menghargai (Atau
mengenang") jasa-jasa para pahlawannya.
Saya benar-benar sedih sekarang. Kenapa saya lupa jargon
itu dan lebih ingat coretan-coretan di dinding putih tadi"
- 184 - DUA PERANGKAI BUNGA Anger breeds more anger. Hate breeds more hate. It"s time
to use contraception and stop the breeding.
(Twitter: 18 Desember 2009)
Sewaktu kuliah dulu, ada pelajaran etika dan kritik seni. Saya
mengambil keduanya. Tapi jangan tanya ilmu apa yang saya
dapat. Ketika itu saya lebih sering titip absen dan hanya datang pada saat ujian. Yang masih saya ingat justru bentuk bangunan tempat kelas itu diadakan dan deretan kursi di dalamnya. Gedung itu berbentuk blok kaku dengan cat lama yang
sebagian besar mengelupas seperti batang pohon tua. Kursinya cukup ergonomis tapi sangat kuno. Buruk sekali untuk
mata saya. Karenanya untuk urusan menilai karya rupa, saya
bukan kritikus yang baik. Nalar estetika saya tidak bekerja dengan sempurna.
Saya pernah berdiri lama sekali di depan sebuah lukisan
abstrak dan baru menyadari bahwa yang terhampar di ha- 185 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
dapan mata saya adalah esensi rupa dari senja (tapi itu ciprat
cat semata!). Kali lain saya sempat bingung mencari tahu bagaimana cara menempelkan sebuah lukisan yang saya buat
sendiri, karena tidak tahu ujung pangkal gegaris warna itu.
Saya bahkan pernah mengarang di tempat ketika seorang
dosen menanyakan inspirasi di balik sebuah tugas lukis yang
sudah saya kumpulkan. Saya masih ingat apa yang terjadi,
percakapannya berjalan seperti ini:
Dosen : Lukisan apa ini"
Saat melihat bentuk oval terpotong dua garis di bagian
atasnya, otak saya mulai berputar sangat keras mencari benda
yang menyerupai bentuk aneh itu.
Saya : Mouse, Bu. Dosen : Tikus" Bagus. Esensinya terasa.
Dosen memicing memandangi lukisan saya.
Saya : Bukan, Bu. Mouse. Buat komputer.
Dosen tidak berkata apa-apa. Dia memandangi saya dengan tatapan aneh, lalu beranjak ke mahasiswa lain.
Entah bagaimana saya mendapat B untuk mata kuliah
ini. Ya. Saya sebodoh dan seberuntung itu. Untunglah saya
punya kelebihan lain yang bisa menutupi kekurangan mengganggu tersebut: saya mengasah kemampuan merasa dan
percaya sepenuhnya pada hati dan bukan otak saya. Bertambahnya usia dan kebutuhan sosial untuk bisa memberi pendapat brilian soal keindahan membantu mempercepat prosesnya.
Saya mulai terbiasa untuk tidak lagi melihat, tapi merasa.
- 186 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Saya tidak akan paham jika diminta untuk membahas hal
rinci soal teknis, materi, atau apa pun tetek bengek lainnya
(eerrr.. lukisan ini impresionis kan"), tapi saya andalkan saja
piranti lunak dalam dada untuk memindai kadar keindahan
dalam suatu karya. Saya yakin hati pasti akan jujur berkata
apa adanya. Pun untuk menilik keindahan yang ada di depan
mata. Bukankah itu yang membuat dunia berwarna" Karena
semua manusia punya hati yang tidak akan sama dan dapat
membaca setiap karya dengan cara yang berbeda pula"
Beruntung saya lahir dari rahim perempuan indah bernama Indah yang memuja keindahan. Jadi untuk urusan bersandar pada hati dalam memahami karya seni, saya bisa cukup berbangga diri.
Saya pasti mendapatkan gen kesenian dan keterampilan
dari Ibu. Sebenarnya Bapak pun punya apresiasi yang sungguh tinggi untuk karya seni (apa pun yang berbau tokoh pewayangan baginya adalah mahakarya luar biasa), tapi darah
seni lebih mengalir kuat dalam jalur reranting keturunan Ibu
saya. Ibu saya perangkai bunga. Semua yang dilakukannya selalu berhubungan dengan kecantikan rupa dan keindahan raga.
Dia kritikus paling tajam untuk semua tugas seni dan prakarya di masa sekolah dulu. Saya pernah diceramahi panjang
lebar soal bagaimana dahan dan batang tumbuhan berpadu
sempurna ketika melihat karya lukisan cat minyak pertama
saya. Memandanginya merangkai bunga seperti melihat pertunjukan gerak penuh warna. Gerak jemari lentiknya gemulai saat
- 187 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
memilih dan memindahkan bunga. Senyumnya tak pernah
lepas saat ia menata tekstur rapuh daun asparagus hias di
sela-sela "lukisannya". Dia pun selalu berhenti sejenak untuk
mengambil jarak dan memandangi karyanya dengan tolehan
kepala kenes macam penari Jawa.
Ibu dan rangkaian bunga adalah keindahan. Dan kelembutannya saat berkarya adalah cerminan kesehariannya. Dia
wanita penuh welas asih yang bertutur laku halus. Menjadi putranya selama ini membuat saya melihat rangkaian bunga sebagai sesuatu yang indah, lembut, halus, dan luar biasa, yang
hanya bisa dihasilkan oleh manusia berjiwa serupa. Saya tidak
pernah bisa membayangkan perangkai bunga yang tidak memiliki sifat seperti itu.
Tapi lagi-lagi. Saya hanyalah bocah bodoh yang terlalu senang meletakkan makhluk hidup dalam kotak-kotak berlabel
pasti. Saya hanyalah anak tolol yang terlalu sering dengan sadar diri menggeneralisasi. Baru-baru ini semua teori saya tentang indahnya hati manusia penata kembang buyar seketika
oleh sebuah pemberitaan yang mencengangkan: di bumi kita
ada seorang perangkai bunga yang juga pencabut nyawa.
Teroris dan perangkai bunga. Bukankah dua hal itu tidak
seharusnya ada pada satu orang yang sama" Bagaimana
mungkin seseorang yang dekat dengan keindahan mampu
menciptakan sesuatu yang mengerikan" Saya tahu, saat ini
pikiran picik saya yang sedang bekerja. Manusia jauh lebih
kompleks dari teori psikoanalis tercanggih. Kepribadian, pikiran, tindakan, dan keinginan adalah banyak hal yang berdiri
- 188 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
sendiri. Mungkin saling memengaruhi, tapi dapat pula berpisah sejauh langit dan bumi.
Kenapa tidak mungkin ada seorang "orist yang teroris" Saya
tahu. Saya sadar hal ini. Tapi mari kesampingkan dulu hal itu.
Biarkanlah saya sejenak bertanya tanpa batasan bijak.
Ketika sang perangkai bunga menata rencana untuk mengirim nyawa manusia ke surga terpikir jugakah dia soal keindahan" Apakah bahan peledak sama indah dengan anggrek
catleya baginya" Apakah abu-abu ledakan dahsyat sama indah dengan warna bebungaan yang dirangkainya" Apakah
hangus daging terbakar sama harum dengan wewangian yang
ditebarkan oleh buket kembangnya"
Saya sangat takut jawabannya adalah: ya.
Kita tidak akan pernah tahu apa yang ada di pikirannya
ketika melakukan hal mengerikan itu. Tapi bukankah mungkin dia merasa melakukan sesuatu yang indah dan penuh
makna" Sesuatu yang mulia" Bahkan bisa saja dia melakukannya dengan berucap niat baik dan atas nama Sang Pemilik
Semesta. Bisa saja dia meledakkan manusia dengan ketekunan, ketelitian, dan estetika yang sama seperti layaknya saat dia
merangkai bunga. Jika rangkaian bunga karya Ibu saya dan sang teroris diletakkan bersebelahan, bisakah kita menebak dan membedakan
penciptanya" Sepertinya tidak. Dua perangkai bunga ini bisa
menghasilkan karya yang sama indahnya.
Di luar sana pasti sudah banyak rangkaian bunga yang
diciptakan sang teroris. Bagaimana perasaan orang yang ke-
- 189 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
mudian tahu bahwa karangan bunga yang pernah mereka nikmati indahnya dirangkai oleh manusia yang juga merangkai
rencana untuk meledakkan manusia-manusia tidak berdosa"
Akankah keindahan bunga itu berkurang nilainya"
Kita pernah ternganga mengagumi ledakan merah jingga
yang bermunculan di layar tontonan kita. Kita pun pernah
terpukau menikmati pemandangan perang dan sembur darah
yang bertebaran di sana. Mungkinkah sang perangkai bunga
merasakan hal itu saat melihat hasil karya terakhirnya di layar
kaca" Tentu saja ada satu hal besar yang membedakan keduanya: apa yang dilakukannya nyata, dan yang kita nikmati
khayalan semata. Tapi tanpa bermaksud untuk membenarkan
perbuatan kejinya yang tidak akan pernah bisa dimaafkan,
apakah pada dasarnya, jauh di lubuk hati dan pikiran kita
sebagai manusia biasa, ada tempat gelap di mana keindahan
sadis itu bisa diterima dengan tangan terbuka"
Kita semua mengutuk perbuatan itu, sementara sang perangkai bunga dan kumpulannya mengabdikan seluruh hidup
mereka untuk melakukannya. Indah kita tak akan pernah sa
ma. Ada nurani, moral, kepercayaan, dan entah nilai-nilai
baik apa yang menguap hilang dari dalam diri mereka. Atau
mungkin tidak hilang, hanya berubah makna.
Sekali lagi, indah kita mungkin berbeda, tapi rasanya saya
tidak perlu rajin-rajin masuk kuliah kritik seni atau etika atau
estetika atau mata pelajaran apa pun untuk bisa menilai hasil
karya terakhir manusia itu. Yang bisa kita lakukan seharusnya
lebih dari sekadar mengutuk atau menghujatnya, namun men-
- 190 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
jaga agar tidak muncul lagi manusia-manusia lain yang punya
pandangan keindahan serupa.
Sementara untuk hasil akhirnya, biarkan Sang Maha yang
memberikan nilai paling pantas untuk sang teroris perangkai
bunga. - 191 - #INDONESIAUNITE

Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kami Tidak Takut seharusnya juga berarti keberanian untuk
menghadapi kritik, cemooh, atau pandangan sebelah mata
dari dunia. #indonesiaunite
(Twitter: 17 Agustus 2009)
Saya bukan orang paling positif di dunia. Buat saya hanya
ada dua macam gelas: yang penuh dan yang setengah kosong.
Percuma Anda minta saya untuk membaca buku The Secret.
Saya sudah puluhan kali melakukannya, dan tetap saja pikiran
kerdil saya lebih senang memikirkan hal terburuk yang akan
terjadi ketimbang menikmati hal terbaik yang sudah dialami.
Itulah saya. Karenanya ketika mendengar berita soal Jumat kelabu di
Jakarta, ratusan skenario pesimis berkeliaran di dalam tempurung kepala saya. Manchester United pasti batal tampil. Konser-konser musik yang sudah sejak lama direncanakan pasti
- 192 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
menguap hilang. Ekonomi pasti kembali tiarap setelah sempat siap-siap melompat. Indonesia pasti akan terpuruk lagi.
Semua pasti berantakan. Niat untuk menjauhkan diri dari polusi pikiran tidak
mungkin lagi dilakukan. Informasi soal bom meluncur deras
tak terkendali dari semua penjuru. TV, internet, radio, koran,
telepon genggam, dan yang terdahsyat: jejaring sosial dunia
maya bernama twitter. Saya harus acungkan jempol setingginya untuk situs itu. Kecepatan informasi yang saya dapatkan
darinya jauh melebihi media lain. Dalam hitungan detik masuk update terbaru. Ada yang melaporkan kemacetan di sekitar
kejadian. Ada yang meneruskan berita yang mereka dapat da
ri saksi mata. Ada yang meneruskan informasi terbaru yang
didapatkan dari media lain. Bahkan gambar pertama dari
lokasi hadir di twitter, sebelum ada satu pun televisi yang menayangkannya.
Ini menakjubkan. Sekaligus menyedihkan. Karena yang
akhirnya muncul bukan hanya gambar gedung berasap, namun juga foto manusia-manusia terluka yang menjadi korban
bencana. Entah apa yang ada di pikiran orang yang mengirimkan foto-foto itu. Sekadar menjadi perpanjangan tangan infor masi" Sebagai peringatan untuk berhati-hati" Untuk membuat orang ngeri" Sejujurnya saya tidak peduli. Sekuat tenaga
saya coba untuk tidak membuka gambar-gambar mengerikan
itu, tapi kuat hati dikalahkan rasa ingin tahu yang tidak terbendung lagi. Saya melihatnya. Dan menangis.
Sesal dan kesal yang ada merajalela. Bertambah parah dengan hiruk pikuk kacau balau keadaan. Saya sempat memu- 193 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
tuskan untuk pergi dari dunia twitter saat rentetan postingan
hadir membawa sesuatu yang jauh lebih menyenangkan:
Indonesiaunite. Ya. Ini yang berhasil membuat darah saya
menggelegak panas. Sekelompok manusia muda Indonesia punya ide brilian untuk memanfaatkan twitter sebagai media pembakar semangat.
Mereka mengirimkan pesan tentang negara kita ke dunia.
Menceritakan semua hal positif tentang Indonesia. Mulai dari
tempat terindah yang paling menarik untuk dijadikan tempat
tujuan wisata, makanan terlezat yang bisa dinikmati, sampai
alasan-alasan lain yang bisa mengundang penduduk dunia
untuk mampir ke Indonesia (sesuatu yang sungguh kita butuhkan di saat suram seperti ini). Ada juga yang menyatakan
perang terhadap terorisme dan meneriakkan dengan lantang:
"Kami tidak takut!" (terinspirasi lagu berjudul sama karya
Pandji Pragiwaksono). Ditambah gesture sederhana untuk menunjukkan cinta pada bangsa, dengan menempelkan merah
putih di avatar mereka. Gerakan kecil ini lalu meraksasa. Indonesia jadi satu
topik perbincangan (trending topic) yang paling diminati di
twitter. Dalam hitungan jam #indonesiaunite menjadi
trending topic nomor satu. Mengalahkan perbincangan seputar
Harry Potter atau Michael Jackson. Sesuatu yang cukup
membanggakan. Media lokal pun mulai membuat liputan
tentang Indonesiaunite, diikuti dengan media internasional.
Dari Strait Times Singapore sampai CNN.
Beberapa orang yang aktif dalam gerakan ini muncul di
mana-mana. Membawa pesan maya mereka ke dunia nyata.
- 194 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Kemudian muncul banyak merchandise yang menyerukan juga
semangat Indonesiaunite. Kaos, pin, stiker, dan entah apa
lagi. Intinya satu, mengharapkan Indonesia untuk bisa bersatu
lebih kuat lagi, hingga kejadian mengerikan yang terjadi
beberapa waktu lalu itu tidak akan mampu menggoyahkan
kebesaran negara ini. Namun seperti biasa, selalu akan ada mata yang memandang
terpicing. Banyak tanya sinis terlontar menanggapi euforia ini.
Kenapa butuh dua bom untuk bisa mengobarkan semangat nasionalisme kita" Kenapa kebanyakan dari kita hanya mampu
berkoar-koar kencang di dunia maya" Bahkan soal siapa yang
pertama kali memulai hal ini meruncing jadi sebuah perdebatan yang sungguh tidak penting. (Sampai sekarang saya
tidak tahu siapa yang pertama kali bilang "Biar lambat asal
selamat," toh hal itu tidak menghentikan saya untuk menerapkannya dalam berkendara sehari-hari).
Seorang penulis muda mengirimkan pesan twitter yang
cukup menggelitik pikiran, intinya mengingatkan garis tipis
yang ada di antara kebanggaan dan kesombongan. Betapa
semua lolongan keras kita soal kehebatan Indonesia bisa
dipersepsi sebagai sebuah keangkuhan semata. Betapa
seharusnya kita bisa berhenti menutupi kesedihan dengan
bersombong diri. Betapa gerakan ini seharusnya tidak menjadi
gerakan normatif yang hangat sesaat lalu hilang begitu saja.
Saya setengah setuju dengan pendapat ini. Dalam titik terendah hidup kita, terkadang sedikit kebanggaan bisa jadi satu-satunya alasan buat tetap bertahan. Jika hal itu memang
bisa memberi sedikit kenyamanan hati dan menghilangkan ke- 195 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
takutan yang berlebihan, apakah salah jika dilakukan" Saya
setuju bahwa gerakan ini harus dipelihara dan dijaga dengan
baik agar tidak menjadi tren sesaat atau tetap bertahan lama
tanpa esensi utamanya. Namun mengingat nasionalisme kita
yang sudah sangat pudar seperti warna bendera pusaka, apakah salah jika jiwa patriotisme yang sebelumnya terpendam
menyeruak keluar walau agak sedikit berlebihan karena sudah
terlalu lama ditahan"
Beberapa kepala sinis lainnya memandang kejadian di Kuningan sebagai kendaraan untuk segelintir orang yang bisa
mengambil keuntungan darinya. Entah untuk muncul lebih
sering di media, untuk jadi lebih tenar, untuk menambah
panjang portofolio perjuangan pribadi, atau bahkan untuk
meningkatkan penjualan album seseorang (yes, Pandji, it"s sad
but that"s the truth, some people do think that way). Tapi buat sa
ya pribadi, selama hasil akhir yang ingin dicapai adalah sesuatu yang mulia dan bisa kita nikmati bersama, perlukah ki
ta mengulik motif yang ada di belakang tindakannya" Saya
sendiri yakin bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Tapi
manusia-manusia muda ini sudah melakukan sesuatu yang
luar biasa. Saya yakin niat mereka tulus. (Umm... atau tidak"
Biarlah mereka sendiri yang mengetahuinya).
Saat melihat bola salju yang sungguh luar biasa ini, saya
tak henti berpikir ke masa lalu. Waktu pemuda-pemudi tetua
kita bersatu angkat senjata melawan penjajah demi Indonesia
merdeka, apakah mereka juga mengalami tetek bengek yang
sama" Ribut menentukan siapa yang mendapat bambu paling
runcing. Berdebat soal siapa yang pertama kali meneriakkan
- 196 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
"Merdeka atau mati". Atau bahkan menahan langkah untuk
menyerbu musuh karena takut terhalang pendapat orang
lain. Silakan tidak setuju pada saya yang dengan sangat bodoh
membandingkan twitter dengan medan perang. Saya hanya
melihat gerakan mahadahsyat ini sebagai satu titik cerah
yang akhirnya bisa membuktikan bahwa kaum muda kita tidak secuek itu. Bahwa generasi kita masih punya kepedulian
mur ni untuk kepentingan negara. Bahwa di masa yang akan
datang nanti, saat para pemimpin tua kita sudah turun takhta,
ada banyak manusia baru yang siap untuk menggantikannya.
Di antara penulis deretan posting twitter dalam trending topic
#indonesiaunite, ada calon menteri, pejabat negara, pengusaha
besar, birokrat, atau entah manusia hebat apa lainnya. Mari
berharap supaya mereka tidak mengulang apa pun kesalahan
yang pernah dibuat para pendahulunya.
Salut dari sudut hati saya yang terdalam untuk mereka semua.
Melihat semangat mereka saat ini, untuk pertama kalinya
saya bisa memejamkan mata memandang masa depan bangsa,
dan melihat gelas setengah terisi di ujung sana.
- 197 - CATATAN HARIAN SEORANG DEMONSTRAN CEMEN Passed by my campus. Weird to think that I was a naive
young man back then. Now I"m just a naive old man.
(Twitter: 29 November 2010)
Disclaimer: artikel ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Semua
kejadian memang benar adanya. Namun kronologis dan penanggalan catatan ini tidak sepenuhnya bisa dipercaya karena
semua ditulis berdasarkan ingatan sang penulis semata. Maaf,
penulisnya bodoh. Dan sering lupa tanggal.
2 Mei 1998 Pulang kuliah mampir ke kantin belakang. Pas lewat gerbang Ganesha ada banyak poster menentang kenaikan bahan
bakar. Beberapa teman dari jurusan lain sepertinya udah mulai bergerak. Mau demo kali. Tadi ada yang ngajak ikutan
- 198 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
ngumpul atau meeting apa gitu soal pergerakan mahasiswa.
Hadoh, males deh. Tugas kuliah masih banyak yang belum
selesai. Ribeeeet! 10 Mei 1998 Ditelepon nyokap. Diingetin buat nggak ikut-ikutan demo.
Berhasil ngeyakinin nyokap kalau emang nggak pernah ikutan
demo. Males juga. Selama ini paling kadang-kadang ngeliat
dari jauh aja kalau lagi ada aksi di kampus. Bukan kenapa-kenapa, capek kali panas-panasan gitu.
13 Mei 1998 Siaran radio pagi-pagi sebelum berangkat kuliah. Seperti
biasa jam tujuh tepat harus relay RRI. Ternyata ada berita
soal empat mahasiswa Trisakti yang meninggal saat demo di
kampus mereka kemarin. Padahal itu aksi damai. Sumpah sedih banget. Kok jadi gini ya" Nggak tau kenapa mulai nangis
sesenggukan sampai harus muter tiga lagu berturut-turut. Suara parau abis, tapi tetep maksain siaran.
Nggak bisa gini. Mulai begah sama keadaan.
16 Mei 1998 Berita soal teman-teman Trisakti yang meninggal tempo
hari bener-bener bikin gelisah. Nggak tau gimana, mulai tergugah. Diem-diem ikut nyiapin demo. Nyokap masih sering
nelepon buat ngingetin. Biar nggak durhaka-durhaka banget,
mutusin buat nyari pos yang rada "aman". Soalnya pengen
- 199 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
banget terlibat dan jadi bagian dari pergerakan kampus tapi
juga nggak pengen bikin orangtua khawatir.
Kayaknya milih masuk ke bagian posko kesehatan aja. Bisa
ngebantu dengan hal yang emang dikuasai. Dulu pas SD kan
dokter kecil, SMP jadi ketua Palang Merah. Jadi untuk urusan pertolongan pertama pada kecelakaan udah lumayan nguasain-lah. Buat bersihin dan balut luka atau bikin tandu aja sih
udah jago. Haha. Sombong. Katanya besok anak-anak yang
bantu di posko kesehatan harus ikut pelatihan singkat dulu di
gedung labtek. Semacam training gitu. Pasti seru nih.
17 Mei 1998 Sialan! Training ini gila! Dikasih foto kopian sebundel yang
isinya segala macam prosedur buat nanganin semua masalah
kecelakaan. Dari mulai yang standar kaya urusan luka kecil
sampai cara menjahit luka terbuka dan menangani luka tembak. Hah" Luka tembak" LUKA TEMBAK" Sinting! Mulai
panik. Bener kan, harusnya kemarin masuk ke bagian konsumsi
aja. Damn it. 19 Mei 1998 Mulai sering tidur di kampus. Anak-anak pada bikin tenda di lapangan depan. Tadinya buat posko nggak resmi tapi
akhirnya jadi tempat nongkrong. Keren banget dan super menyenangkan. Besok ada rencana buat demo gede di depan
Gedung Sate, katanya semua kampus ikutan. Persiapan di
ITB gila-gilaan. Suasananya nggak bisa digambarin. Aroma
- 200 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
keberanian dan semangat terhirup sempurna di mana-mana.
Bangga banget rasanya jadi bagian dari semua ini. Urusan
kuliah mulai agak dilupain.
Nggak berani laporan sama orang rumah di Jakarta. Biarin
aja ah. 20 Mei 1998 Deg-degan setengah mati. Ini demo akbar yang pertama.
Bakal rusuh nggak ya" Diem-diem mulai nginget semua materi
training yang sempat dikasih kemarin.
Sebelum jalan bareng ke Gedung Sate kumpul dulu di
depan Masjid Salman. Awalnya semua aman. Barisan mahasiswa udah tertib banget. Polisi yang ngawal juga baik-baik. Tapi
nggak tau dari mana, tahu-tahu ada batu terlempar ke arah polisi. Tiba-tiba aja semua kacau. Rombongan mahasiswa berontak dan adu "sik dengan aparat nggak bisa dihindarkan. Ada
baku hantam dan lemparan batu dari semua arah. Dalam hati
cuma bisa bilang: "Harus siap. Harus jalanin tugas. Nggak boleh takut. Nggak boleh cemen. Ayo, pasti bisa. Apa pun yang
terjadi nggak boleh lari!"
Tiba-tiba dari sebelah ada yang teriak: "Medis! Medis!"
Ok. Saatnya bekerja. Langsung lari ke arah sumber suara dan
siap buat ngeluarin semua barang dari tas.
Ternyata ada mahasiswa yang tadi berdiri di atas tembok
kampus, dan saat terjadi bentrokan, dia terdorong sampai
keilangan keseimbangan. Dia jatuh. Dan telapak kakinya tertancap di besi tajam yang ada di pagar. Kayaknya agak tembus.
Darahnya banjir total. Ya Tuhan. Ini kayak perang! Sebelum
- 201 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
pingsan sendiri karena ketakutan, buru-buru angkat korban ke
posko dibantu tiga temen. Di sana langsung ditangani. Semua
agak panik, tapi syukur kecelakaan dan kerusuhan itu berhasil
diakhiri dengan aman. Pas udah tenang, lihat seorang temen ngobrol sama polisi
yang mukulin dia tadi. Polisi itu minta maaf. Dia bilang: "Sori
ya, Dik, saya hanya menjalankan tugas. Tapi kalian harus terus berjuang seperti ini. Kalau bukan kalian siapa lagi?"
Mereka pelukan. Duh. Mewek lagi deh. Setelah keadaan aman, rombongan mahasiswa mulai bergerak ke arah Gedung Sate. Di jalan gabung sama anak-anak
dari kampus lain. Semua penuh semangat. Sempet terharu
banget, penduduk yang ada di sepanjang jalan banyak yang
ngasih minuman dan makanan. Kita dielu-elukan macam pahlawan.
Demonstrasi berjalan damai dan aman. Katanya yang terkumpul sampai 300.000 orang. Walaupun nggak ikut teriak di
atas mimbar, tapi seneng banget bisa ada di situ. Sebagai saksi
dan bagian kecil dari sebuah proses perubahan besar.
Selesai demo semua pulang tertib ke kampus masing-masing. Sepanjang jalan dikasih tugas buat pegang bendera palang merah. Gila. Bangga banget! Saking girangnya, tanpa
sadar nggerakin tiang benderanya ke kiri dan ke kanan, sesuai
irama yell semua orang. Tahu-tahu dari belakang barisan ada
senior nyamperin dan langsung ngebentak: "Woi! Benderanya
jangan digoyangin! Itu berarti lo manggil ambulans, goblok!"
Oops. - 202 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
21 Mei 1998 Lagi di kampus bantuin nyablonin kaos reformasi. Tahutahu dari dalam ruangan ada sorakan superkencang. Ternyata
dari TV diumumin Pak Harto lengser. Semua luap kegembiraannya. Peluk-pelukan, beberapa nangis terharu. Ada yang
bersujud mengucap syukur. Dan wajah mereka yang selama
ini selalu nggak karuan karena keseringan begadang, detik itu
bersinar-sinar sungguh terang.
Ngeliat ke sekeliling ruangan. Lagi-lagi mata mulai basah.
Terharu banget. Setelah itu diem di pojokan, sambil mikir: habis ini apa
ya"

Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

23 Mei 1998 Baru berani bilang nyokap bokap kalau ikut demo. Kirain
bakal dimarahin, ternyata mereka malah seneng-seneng aja.
Fiuh! Lega. Tapi nggak lama. Dapat berita bahwa kuliah
mulai berjalan seperti biasa dan tugas banyak banget yang keteteran. Laporan dari hasil magang semester lalu belum kelar.
Dan kalau itu nggak dapet nilai bagus berarti nggak bisa ikutan seminar. Dan kalau nggak ikutan seminar berarti nggak
bisa ikut ambil TA. Dan kalau nggak ikutan Tugas Akhir, ya
berarti nggak lulus kuliah. Mampus. Gimana nih"
28 Januari 2008 Dari beberapa hari lalu dengar berita kalau hari ini bakal
ada demo mahasiswa gede-gedean di Jakarta dan beberapa
- 203 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
kota. Masalah 100 hari pemerintahan SBY dan Boediono.
Sinting, pasti bakal macet banget nih. Padahal banyak kerjaan
yang harus dikelarin. Ribeeeeet! - 204 - PLAYGROUND MAHABESAR BERNAMA NEGARA It"s not that I don"t care about what"s going on in our
country. It"s just me being ignorant to protect my brain from
pollution. (Twitter: 5 November 2009)
Seorang teman baru saja mengeluhkan dunia lawak Indonesia
yang menurutnya tidak selucu dulu lagi. Dia sangat rindu dengan penampilan pelawak senior seperti Ateng, Iskak, Warkop
DKI, Bing Slamet, Benyamin S, atau Srimulat. Figur-"gur
luar biasa ini dianggapnya mampu melucu dengan natural
dan pintar, tidak seperti kebanyakan pelawak masa kini yang
mengandalkan dialog sok lucu dengan tarikan urat leher
berlebih dan gerakan-gerakan kasar yang cenderung melecehkan.
Saya sendiri tidak terlalu punya masalah dengan pelawak
dulu atau sekarang. Mungkin selera humor manusia ikut ber- 205 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
evolusi seiring perkembangan hidupnya. Yang dulu lucu, sekarang basi. Yang sekarang lucu, dulu dianggap kurang ajar dan
berlebihan. Bisa jadi ini hanya sekadar urusan selera atau syaraf lucu masing-masing orang yang berbeda kesensitifannya.
Saya justru sangat kagum dengan mekanisme kehidupan
yang selalu mencari sebentuk keseimbangan. Satu hal yang kurang ditambal sulam oleh hal lain yang diproduksi berlebihan.
Bisa jadi hukum alam semacam inilah yang sedang terjadi di
Indonesia. Kala dunia lawak (menurut beberapa orang) tidak
lagi lucu, ada kejenakaan di bidang lain yang tetap mampu
memberikan hiburan segar.
Dunia politik Indonesia, misalnya.
Saya sungguh menyetujui pemikiran orang-orang hebat
yang menyamakan pejabat dan negarawan kita dengan para
komedian. Harus diakui, terkadang apa yang keluar dari mulut
mereka memang lebih lucu ketimbang gurauan basi para pengocok perut kita saat ini. Langkah-langkah yang mereka
ambil juga sering kali mampu membuat ujung bibir otomatis
terangkat sinis karena jauh lebih menghibur ketimbang aksi
slapstick yang muncul di televisi. Apalagi di masa-masa rawan
seperti tahun ini. Ada saja gerakan akrobatik mereka yang
mampu "menghibur" hati.
Memilih teman seperti anak kecil main bentengan. Merajuk
layaknya anak kecil kehilangan mainan. Saling ledek seperti
anak kecil sedang bermusuhan. Atau jegal-menjegal macam
anak kecil bermain galasin di halaman.
Semua orang pasti setuju bahwa bocah cilik adalah pelawak paling andal, tingkah polah mereka memang selalu
- 206 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
lucu. Dan inilah yang sedang dilakukan oleh para petinggi
terhormat itu. Melawak dengan bertingkah seperti anak kecil
yang lugu. Tapi sudahlah, terlalu banyak tulisan lain yang membahas
soal itu. Buah pikiran dari otak minim saya pasti kurang brilian
dibandingkan opini mereka. Saya justru lebih tertarik dengan
kenyataan bahwa banyak sekali pengamat yang menyamakan
gerak-gerik mereka dengan dunia lawak atau dunia kanak-kanak yang riang gembira tanpa dosa.
Kok bisa" Jika memang saat ini para petinggi itu bertingkah seperti
anak kecil. Seperti apa tingkah mereka ketika benar-benar masih bocah dulu" Permainan apa yang biasa mereka lakukan"
Petak umpet" Petak jongkok" Rumah-rumahan" Atau congklak"
Lalu bagaimana cara mereka bermain dulu" Jujur" Curang"
Mudah bekerja sama" Curigaan" Penuh pertimbangan" Selalu
berhati-hati" Spontan" Atau serampangan tanpa memedulikan
teman" Saat bermain tap patung, apakah mereka tipe anak yang
selalu mengambil langkah berani dengan bergerak terus tanpa
peduli risiko tertangkap, atau berdiam diri mencari aman" Sa
at bermain bentengan, apakah mereka yang mengarahkan teman-temannya untuk menyerang dengan strategi terbaiknya,
atau lebih senang menunggu arahan dari teman lain yang lebih pintar" Atau jangan-jangan, mereka adalah anak curang
yang dihindari teman dan tidak pernah diajak berpartisipasi
dalam semua permainan"
- 207 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Saya yakin manusia ikut dibentuk oleh masa lalu. Dan
kehidupan kecil kita akan terus terbawa. Mengikuti langkah
dewasa yang kita ambil dan membayangi keputusan matang
yang kita pilih nantinya.
Untuk kasus para pejabat dan pengambil keputusan, sejauh
mana permainan masa kecil mereka terbawa dalam playground
mahabesar bernama negara"
Saya mulai mengamati permainan yang biasa dilakukan
para keponakan tercinta saya. Dengan kepribadian dan sifat
dasar yang sungguh berbeda, dinamika yang tercipta dalam
keceriaan waktu mereka terlihat sungguh luar biasa!
Seorang keponakan kecil saya mulai terlihat jiwa kepemimpinannya. Selain menentukan permainan apa yang akan mereka nikmati, dia juga selalu berperan sebagai pengendali utama. Menjadi guru ketika mereka bermain sekolah-sekolahan.
Menjadi pedagang ketika mereka bermain warung-warungan.
Dan menghentikan atau mengganti permainan yang akan
mereka lakukan. Ini bukan tanpa halangan. Selalu ada anak
lain yang merengek tidak setuju, tapi dia seolah tidak pernah
peduli. Mungkin nantinya dia akan jadi seorang pemimpin
brilian yang tidak segan mengambil langkah non populis. Jadi
kepala negara yang cuek walau dihina-dina karena keputusankeputusan kontroversialnya.
Ada seorang keponakan lain yang berjiwa pemberontak.
Selalu mengacaukan permainan dengan sikap-sikap asal yang
sepertinya tidak pernah diperhitungkan. Tapi anak ini sungguhlah kreatif. Dia bisa menciptakan keseruan-keseruan baru
dan mengusulkan hal-hal unik yang menyenangkan. Saat besar
- 209 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
nanti, mungkin dia tidak akan betah bekerja di pemerintahan.
Pekerjaannya akan penuh dengan kejutan. Dan kalau pun
sampai terjun ke dunia politik, dia akan jadi oposan sejati
yang selalu menantang kemapanan.
Keponakan-keponakan lain punya keunikannya sendiri.
Dengan sifat bertabrakan atau bertolak belakang yang sering
memancing pertengkaran atau keceriaan. Dengan ketulusan
polos atau sisi manipulatif khas kanak-kanak yang berdampingan mengagumkan. Semua menyenangkan untuk dinikmati. Karena seperti yang sudah saya singgung tadi, dunia kecil mereka masih tanpa dosa. Masih apa adanya. Masih ceria.
Masalahnya ketika pelakonnya adalah manusia-manusia dewasa, kelucuan akibat sifat kekanakan yang muncul pastinya
justru akan membuat kita tertawa sambil mengurut dada.
Satu hal lagi yang mengganggu pikiran saya seputar kegemaran "bermain" seperti anak kecil (pada para bapak ibu
yang terhormat) adalah kenyataan bahwa masa kecil mereka
dulu pasti juga ikut dibentuk oleh arahan orangtua mereka.
Mungkin Bapak mereka yang dulu menanamkan sifat tidak
mau kalah dalam olahraga atau permainan apa pun, hingga
sifat itu terbawa terus ketika mereka sudah beranjak menua.
Mungkin Ibu mereka yang dulu memanjakan mereka dengan
berbagai macam cara hingga anak-anak itu tidak pernah bisa
menerima kekalahan atau justru terlalu pasif saat bermain
karena selalu dilarang untuk melakukan ini itu.
Apa pun yang dulu mereka dapatkan sedikit banyak
memberikan pengaruh pada cara mereka bersikap sekarang.
Jika ada aparatur negara ngambek atau marah-marah, kita
- 210 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
bisa sedikit membayangkan seperti apa masa kecilnya. Jadi,
selamat untuk para orangtua. Saat ini mereka sedang menumbuhkembangkan calon-calon presiden dan menteri dan
pejabat dan anggota legislatif masa depan. Beban negara ini
beberapa puluh tahun nanti ada di tangan mereka. Setiap kali
mereka melarang anaknya main bola, atau justru memaksa
mereka untuk memainkan sesuatu yang tidak mereka suka,
para orangtua sedang menentukan nasib masa depan bangsa.
Dan anak yang tidak diberikan kesempatan untuk bermain
ketika masih kecil akan memanfaatkan setiap detik di masa
dewasanya untuk bermain-main sepuasnya.
Kecurangan atau kejujuran di taman bermain dalam sebuah TK, akan jadi benih kecil yang nantinya meraksasa ketika mereka dewasa. Setiap kali mereka menjegal satu anak
di pemainan petak jongkok, ada kemungkinan satu musuh
politik yang akan mereka ganjal langkahnya di masa depan.
Setiap kali mereka menangis tidak terima karena kalah ketika
ber main bersama, ada kemungkinan satu breakdown moment memalukan yang akan mereka ambil ketika nantinya sudah punya kuasa. Sungguhlah menyeramkan!
Tapi tentunya hidup dan dunia ini tidak sesederhana itu.
Saya tidak tahu banyak soal psikologi anak atau teori perkembangan. Saya rabun parah untuk soal politik. Dan saya bukan
Mama Laurent yang bisa meramalkan masa depan. Ini hanya
asumsi pikiran parno saya yang kurang kerjaan dan muak setengah mati setelah nonton perang kepentingan petinggi kita
di TV. Mungkin cuma gerutuan kosong yang tak berlandasan,
namun untuk saat ini bisa sedikit menenangkan diri saya. Pa- 211 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
ling tidak saya merasa punya jawaban untuk kebingungan
kepala ketika menghadapi huru-hara dunia politik kita yang
tidak ada habisnya. Dan kalau boleh berkata yang sejujurnya,
saya lebih memilih untuk tidak peduli sama sekali dengan apa
yang terjadi. Ya, saya memang sok apatis.
Hmm... saya baru sadar, di masa kecil dulu, saya adalah
anak yang selalu menghindar dari permainan apa pun. Saya
adalah remaja yang berdoa kepada Tuhan agar dadu yang
saya lemparkan membuat saya terhindar dari giliran menarik
balok di permainan Uno Stacko...
Duh sepertinya dugaan saya benar adanya.
- 212 - MEMILIH LELAKI BERKAUS MERAH Negara ini menghibur sekali.
(Twitter: 9 Oktober 2009)
Saya baru saja mendapatkan sebuah teori brilian. Jika ingin
mencari tahu lebih banyak tentang fashion sense seseorang,
ajaklah dia berolahraga di gym lalu perhatikan baju apa yang
dikenakan. Menurut saya, tempat semai bibit narsis ini punya
kemampuan sungguh luar biasa untuk mengungkapkan selera
busana paling dasar dari setiap individu.
Lupakan party besar-besaran, red carpet di sebuah event akbar
atau acara perdiskoan di tempat clubbing paling happening.
Semua orang pasti berusaha setengah mati untuk terlihat sempurna di acara-acara macam ini. Tapi saat melihat baju yang
dikenakan ketika menguras keringat di sebuah tempat olahraga, kita baru bisa benar-benar tahu apakah dia memang
fashionable atau buta gaya.
- 213 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Secara umum jika ditelaah (cieee") dari gayanya, para
gymers (istilah apa lagi ini!) bisa dibagi ke dalam beberapa golongan;
Ada golongan "sporty abis" (penampilan mereka bisa membuat Mel C minder setengah mati). Mereka selalu menggunakan kostum olahraga. Bahan yang digunakan sudah pasti
lycra (atau bahan melar lainnya), kaus katun yang menyerap keringat atau bahan berteknologi fast dry (atau apalah namanya)
yang revolusioner itu. Untuk wanita biasa mengenakan sport
bra dipadukan dengan legging atau tank top dan celana short super
pendek. Sementara cowoknya mengenakan kaos buntung atau
tank top yang dihiasi logo nama produk suplemen, atau klub
binaraga, atau nama majalah kesehatan, atau nama "tness center kebanggaannya. Celananya training spak atau short pendek
yang menunjukkan bungkahan otot kaki mereka. Sepatu yang
dikenakan hanya sepatu olahraga paling mutakhir. Golongan
manusia ini memang niat untuk berolahraga, dan itu ditunjukkan dari semua item fashion yang mereka punya.
Ada golongan "nyaman nomor satu gaya nomor dua" (apa
pun baju yang dipakai, yang penting niatnya kan"). Golongan
ini adalah lelaki dengan kaus belel atau tank top yang sebenarnya
adalah singlet dalaman, dipadukan dengan celana olahraga yang
seadanya atau celana lain yang berbahan kaus dan nyaman
untuk digunakan bergerak. Kalau mereka mengenakan celana
pendek, celana yang dipilih sama sekali bukan celana olahraga,
lebih sering boxer untuk tidur. Ceweknya biasa mengenakan
kaus gombrong yang menyembunyikan bentuk tubuh mereka
dengan celana training panjang yang lagi-lagi bisa terlihat se- 214 -
Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
perti celana tidur. Sepatu mereka selalu sepatu olahraga tapi
yang sudah lewat seasonnya. Dan golongan ini tidak mengenal
kaus kaki ankle. Dalam keseharian, kelompok ini punya gaya
busana yang santai dan cenderung cuek.
Ada golongan "gaya nomor satu nyaman nomor dua"
(apa pun aktivitas yang dikerjakan yang penting tampil
trendi kan"). Kelompok ini adalah manusia dengan celana
kargo selutut atau celana bahan kotak-kotak yang jelas-jelas
bukan pakaian olahraga tapi sungguhlah keren. Atasan yang
dipilih bisa berupa kaus vintage yang terlalu mahal untuk
dikotori keringat, tank top gaul bermerek tertentu, atau yang
paling ekstrem: polo shirt! Sepatu yang mereka kenakan tidak
selalu sepatu olahraga. Bisa saja converse terbaru atau sneakers
limited edition atau bahkan driving shoes dan moccasin. Mungkin
tidak pas buat berolahraga, tapi yang penting gaya. Rambut
mereka sungguhlah tertata rapi, lengkap dengan wax dan gel
atau entah hair product apa yang bisa membuat kepala mereka
tetap perfect saat sudah berkeringat. Untuk golongan ini, dalam
keseharian mereka adalah Mr and Ms Fashionista sejati.
Bagaimana" Setujukah Anda bahwa baju yang dipakai di
gym bisa menunjukkan gaya personal seseorang" Jika setuju,
saya akan ajak Anda untuk menganalisa gaya dan kepribadian
seorang lelaki yang tempo hari saya temui.
Mas-mas itu berbadan cenderung langsing. Rambutnya
berbelah pinggir dengan sisiran yang rapi jali. Pertama kali
sosoknya melintas, pandangan saya langsung dipaksa untuk
memperhatikan penampilannya. Dia mengenakan setelan
kaus bersablon dan celana training, keduanya berwarna merah
- 215 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
menyala. Dan saat dilihat lebih saksama, gambar yang ada di
kausnya itu benar-benar membuat mata saya terbelalak sempurna.
Karena gambar itu adalah"
"poster dirinya sendiri!
Dia mengenakan kaus kampanye bergambar poster dirinya
sendiri. Sebagai caleg. Entah dari partai apa. Ck ck ck" Sungguhlah speechless saya ini. Ternyata belum cukup ma
ta saya diganggu poster dan baliho dan spanduk dari para


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

caleg sumringah di sepanjang jalan di kota ini. Di gym yang
selama ini saya anggap sebagai tempat paling netral dari
urusan politik pun saya masih juga diusik kehadiran mereka.
Tidaaaaaaaaaakkkkk!!!! Saya sempat berpikir bahwa orang itu sedang bercanda.
Mungkin sekadar parodi atau keisengan semata. Mungkin sa
ya salah lihat. Tapi kalau orang itu benar-benar caleg, dan
dia mengenakan kaus bergambar wajah plus logo partai plus
nomor urutnya saat sedang berolahraga di gym, apa yang akan
muncul di pikiran Anda"
Kegigihan usaha seseorang untuk bisa menjadi wakil rakyat" Patriotisme tak terbendung" Percaya diri (Pede) berlebih"
Sebuah bentuk narsisme akut" Perjuangan tanpa henti untuk
memperoleh jabatan yang dinanti" Atau sebuah cara brilian
untuk mengenal lebih dekat calon wakil kita yang nantinya
akan meneruskan suara dan aspirasi kita di lembaga negara"
- 216 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Karena saya orang yang selalu sok positif, saya akan memilih kemungkinan yang terakhir. Ya, bagaimana kalau pemandangan caleg berkaus materi kampanye di gym sesungguhnya
adalah jalan keluar dari kebingungan kita saat dibombardir
dengan jutaan pilihan yang tidak kita kenal"
Dari sekian banyak nama yang tersedia, kita hanya kenal
artis-artis berwajah familiar. Itu pun masih selalu menimbulkan
kebingungan berlebihan. Artis mana yang seharusnya kita pilih" Artis yang berakting sungguh bagus dalam sinetron mereka" Atau justru yang aktingnya biasa-biasa saja" Jika aktingnya di "lm sangat brilian, jangan-jangan begitu menjadi
wakil rakyat nanti mereka bisa menggunakan kemampuan itu
untuk mengelabui kita. Mereka pasti lebih pintar berkelit dan
bersandiwara. Tapi kalau yang aktingnya jelek, juga menimbulkan kekhawatiran serupa (kerja profesionalnya aja nggak
becus bagaimana bisa jadi wakil rakyat yang baik"). Kalau
yang menjadi caleg adalah penyanyi, penyanyi macam apa
yang harus dipilih" Yang merdu atau yang tulus" Atau kita
pilih pelawak saja" Mungkin negara ini akan tetap kacau,
tapi paling tidak jadi lebih lucu, kan" Duh, ruwet sekali. Kita
benar-benar nggak kenal calon kita!
Lho, kan ada kampanye program dan debat kusir di televisi"
Memang. Tapi saat ini semua orang pasti bicara manis. Semua
pahit pasti masih disimpan rapi untuk dikeluarkan nanti saat
kenyataan hadir membuyarkan janji surga dan mimpi-mimpi.
Jadi mungkin saja cara terbaik untuk mengenal caleg-caleg
kita adalah dengan menghadirkan mereka di "tness center dengan mengenakan kaus bergambar muka mereka sendiri.
- 217 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Kita bisa belajar sangat banyak tentang kualitas kepribadian
seseorang dari cara mereka berlatih di pusat kebugaran. Apakah
mereka orang yang gigih" (Terus mencoba mengangkat barbel
walaupun wajahnya sudah terlihat merah biru menahan lelah).
Apakah mereka mudah menyerah" (Berhenti di tengah jalan
saat ikut kelas sepeda karena merasa sudah kehabisan napas).
Apakah mereka jujur" (Menghitung setiap repetisi dengan
sempurna tanpa cheating sedikit pun dalam melakukan gerakangerakannya). Apakah mereka memikirkan kepentingan orang
lain" (Mengembalikan alat-alat ke tempatnya semula sesuai
dengan posisi awal, sehingga tidak menyusahkan orang lain
yang ingin menggunakan alat yang sama). Apakah mereka
mudah bersosialisasi" (Asyik ngajak ngobrol orang lain yang
sedang latihan di dekatnya). Apakah mereka rajin atau malas"
Apakah mereka dinamis atau statis" Dan yang terpenting,
apakah mereka sehat atau tidak" Kita butuh pemimpin dan
wakil rakyat yang sehat (agak susah juga kalau ada wakil kita
yang sering absen ketika meeting penting hanya karena asam
urat, asam lambung, atau asam-asam lain di dalam tubuhnya
menghalangi kegiatan "siknya).
Kita mungkin bisa tahu sangat banyak tentang karakter seseorang yang belum kita kenal hanya dengan melihatnya berolahraga selama satu jam. Pasti seru sekali kalau ada acara TV
yang menyiarkan hal ini. Daripada mengadu mereka dalam
debat sok pintar yang membuat pemirsanya semakin bodoh,
lebih baik kita lihat ketangguhan pribadi dan stamina mereka
dalam tantangan nge-gym selama satu hari penuh.
Jadi terlepas dari pilihan fashionnya yang sungguhlah ajaib,
- 218 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
saya benar-benar salut pada bapak caleg yang berani mengenakan kaus bergambar poster dirinya sendiri saat berolahraga
di tempat saya "tness tempo hari.
Tapi maaf ya, Pak. Saya tidak bisa memilih Anda.
Karena posisi sit up Anda benar-benar tidak sempurna..
- 219 - DUA LELAKI YANG SEDANG BERSALAMAN Pasti ada motif tertentu di balik setiap tindakan. Ada yang
motifnya jahat, baik, tulus, egois, atau apalah.
What"s yours" Mine is polka dot.
(Twitter: 24 September 2009)
Foto itu tidak besar. Ukurannya kurang lebih sama dengan
buku tulis saya. Dulu Bapak meletakkannya di atas meja kerja. Bersebelahan dengan kotak canggih tempat bolpoin peraknya tegak terpancang. Dilihat dari pigura mengilat yang
memenjaranya, saya tahu bahwa foto itu sangat penting buat
Bapak. Saya masih ingat betul foto itu. Warnanya agak buram dimakan waktu dan udara. Bapak yang masih muda ada di bagian
kiri. Tubuhnya membungkuk sopan dengan setelan safari biru
muda keabuan dan rambut ikal yang tertata sungguh rapi. Se-
- 220 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
nyumnya sumringah. Bentuknya sama dengan senyum yang
akhir-akhir ini sering terlihat saat Bapak bercerita bangga soal
kehebatan cucu-cucu barunya. Di bagian kanan foto, tampak sosok berpeci yang sedang disalami Bapak. Tidak seperti Bapak,
lelaki ini berdiri tegak sempurna dengan wibawa dahsyat yang
seolah memancar dari setiap jengkal kulitnya. Dilihat sepintas,
Bapak seperti sedang memuja pria di hadapannya.
Jika tahu bahwa bertahun-tahun kemudian sosok yang disalaminya akan membuat kuliah anaknya nyaris berantakan akibat keseringan begadang di kampus dan ikut-ikutan berdemo
untuk menggulingkannya, mungkin tubuh Bapak tidak akan
terbungkuk serendah itu. Ibu dan saya pernah berbincang panjang soal foto-foto
semacam ini. Menurut Ibu, kalau diperhatikan, semua orang
yang difoto saat bersalaman dengan sosok hebat itu pasti tubuhnya merunduk hampir sujud. Saya sempat ragu dengan pendapat Ibu. Dari sekian juta orang yang pernah bersalaman dengannya, pasti ada manusia-manusia yang tulang
belakangnya tetap tegak tak berkelok. Sayangnya keraguan
saya seketika sirna saat saya lihat foto-foto serupa lainnya.
Sudut yang dibentuk tubuh-tubuh itu boleh saja berbeda-beda derajatnya, tapi tetap saja bengkok. Seorang Pakde saya
bahkan terlihat macam orang Jepang sedang memberi hormat
saat bersalaman dengan sang Bapak.
Tadinya saya pikir hal ini adalah sebuah kewajaran yang
masuk akal. Betapa tidak" Yang dihadapi dan digenggam tangannya adalah seorang kepala negara, seorang pemimpin
bangsa, seorang "gur pilihan penentu hidup rakyatnya. Beliau
- 221 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
patut dihormati. (Bahkan saya yang sungguh jarang berkata
"beliau" terpaksa menggunakannya di sini). Tapi Ibu dengan
wisdom uniknya berkata beda.
Kata Ibu, jika mendapat kesempatan untuk bersalaman dengan sang Bapak, pasti kamera para juru foto hanya akan menangkap bentuk tubuhnya yang terjaga tegak. Tidak bungkuk.
Apalagi merunduk. Menurutnya, beliaulah yang tubuhnya mesti membungkuk
saat bersalaman dengan rakyatnya. Bukan semata sebagai bentuk penghormatan, tetapi lebih sebagai ungkapan terima kasih
yang tak terhingga. Orang yang disalami beliau dalam jutaan foto itu bisa jadi
seorang menteri, atau dirjen, atau pegawai pemerintahan,
atau guru teladan, atau rakyat jelata. Yang pasti secara sadar
atau tidak, dengan sukarela atau terpaksa, semua orang yang
digenggam tangannya telah membantunya untuk sampai dan
bertahan di posisi tertinggi ini. Telah membantu menyokong
negara ini hingga dapat berjalan walau tertatih dengan berbagai macam cara dan andil yang berbeda-beda. Bukankah
tidak akan ada presiden tanpa rakyatnya"
Sampai detik ini Ibu belum pernah berfoto dengan beliau.
Dan sekarang keadaan sudah jauh berbeda. Sosok membanggakan yang dulu membuat badan Bapak terbungkuk, saat
ini tengah berhadapan dengan alam dan waktu. Tubuhnya tidak lagi sekadar tertunduk. Tapi terbaring layu.
Lalu semua layar kaca kembali menampakkan sosoknya.
Bukan untuk membacakan naskah pidato panjang yang sering
- 222 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
kali membuat saya kecil kebosanan setengah mati karena tidak mengerti. Atau menjawab pertanyaan lugu para petani
dengan penuh simpati dan humor kering yang mengundang
geli. Tetapi untuk dipantau napasnya. Untuk dimonitor denyut
jantung dan fungsi jeroannya. Untuk ditunggu kelanjutan hidupnya.
Namun apa yang sebenarnya kita tunggu saat ini" Akhir da
ri sebuah saga besar yang sudah saatnya terhenti" Awal babak
baru dari sandiwara raksasa bernama Indonesia" Balasan dan
pertanggungjawaban atas semua kesalahan" Atau keadilan"
Tapi keadilan yang mana" Tidakkah di ujung alam sana pasti
ada pengadilan mahaadil untuk semua manusia"
Salahkah mereka yang masih berteriak lantang di halaman
rumah sakit" Salahkah mulut yang dulu bersorak keras lalu
kini diam terbungkam iba" Salahkah mereka yang memilih
untuk memaafkan dan melupakan semua"
Sampai saat ini saya masih belum bisa memilih mana di
antara sejuta jawaban di luar sana yang harus dipercaya. Saya
hanya tahu bahwa lelaki membungkuk dalam foto berbingkai
mengilat yang dulu saya lihat di atas meja kerja Bapak akan
selalu bisa saya maafkan. Sebesar apa pun kesalahannya.
- 223 - CAGAR HANTU Kenapa setan cewek di film horor rambutnya selalu
panjang" (Twitter: 26 Maret 2010) Oktober adalah bulan paling tepat untuk melihat betapa mahirnya kita mengadaptasi budaya asing yang tidak ada relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Di bulan ini, banyak
tempat hiburan dan mal akan menghiasi ruang mereka
dengan pernak-pernik khas Halloween. Di antaranya labu
kuning yang dibolongi serupa wajah menyeringai, nenek sihir
di sapu terbang, sarang laba-laba beserta penghuninya yang
seram, dan hantu putih berkepala kerucut macam seragam ku
klux klan"kelompok antiorang kulit berwarna. Kalau sedang
beruntung, Anda pun bisa menemukan hantu khas Indonesia
seperti pocong dan kawan-kawannya.
Mengapa kita harus mengimpor perayaan seperti itu dari
tradisi kuno Celtic yang sama sekali tak ada hubungannya
- 224 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
dengan nenek moyang kita" Jawabannya mudah: karena ki
ta tidak punya perayaan khusus hantu. Sayang sekali. Padahal, dibanding Eropa, kita justru lebih kaya soal hantu. Lebih
banyak, lebih seram pula (drakula tak ada apa-apanya dibanding leak).
Bayangkan saja, ada berapa banyak "gur setan tradisional
yang bergentayangan di negara kita" Tuyul, pocong, dan kuntilanak hanya sedikit dari jumlah total yang ada. Masih banyak
makhluk lain yang punya keunikan dan kengerian masing-masing. Belum lagi yang agak modern seperti suster ngesot atau
hantu Casablanca. Selain punya hantu-hantu nasional, kita memiliki hantu daerah yang belum tergerak untuk berurbanisasi. Di Tegal, misalnya, ada setan kluntung, hantu berbentuk kepala manusia yang
sering menyamar sebagai buah kelapa jatuh dari pohonnya
lalu menggelinding dengan seringai paling mengerikan (di daerah lain dikenal juga dengan sebutan gundul pringis).
Di Bali ada leak dan rangda, penyihir jahat super sakti. Ji
ka dia dipenggal, kepala beserta jeroannya akan terbang melayang mencari bayi-bayi mungil untuk dimangsa. Di Slawi ada
klalar klumpruk, hantu berbentuk kain putih yang meluncur
naik turun sambil tertawa cekikikan dari ujung rerumpunan
bambu. Belum lagi hantu lain yang hadir dengan latar belakang budaya berbeda.
Semuanya unik dan menyimpan unsur tradisi serta keberagaman adat yang kaya sekali. Ada yang amat menakutkan, ada
pula yang lebih terdengar menggelikan. (Kalau ibu saya melihat klalar klumpruk, mungkin yang pertama kali dia lakukan
- 225 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
adalah menangkap kain terbang itu lalu mencucinya hingga
bersih dengan detergen kesukaan dia. Ya, ibu saya selalu tidak
suka melihat seprai kotor.)
Bayangkan, betapa serunya hari hantu se-Indonesia jika
memang ada. Kita akan menyaksikan anak-anak memakai
kostum yang sedemikian beragam. Bisa-bisa mengalahkan
karnaval baju tradisional saat Agustusan atau Kartinian. Dan
jangan khawatir acara seperti itu tidak ramai. Orang Indonesia sejak lahir sudah dididik percaya hantu (masih ada ibu-ibu
yang melakukan ritual khusus agar anaknya tidak diculik kuntilanak.)
Terkadang hantu ini juga bisa menjadi bagian dari pengalaman berkesan buat anak-anak. Saya masih ingat betapa patuhnya saya akan perintah orangtua untuk berhenti main di
luar rumah saat magrib dan segera masuk kamar untuk salat
supaya tidak diculik wewe gombel. Mungkin itu adalah strategi
paling jahat, menakuti anak kecil agar mereka menurut. Membuat mereka trauma hingga enggan membuka gerbang depan
saat azan magrib mulai terdengar. (Ini pengalaman pribadi.
Semoga Bapak Ibu membaca tulisan ini dan sadar betapa
mereka telah menorehkan luka mendalam di jiwa saya. Sori
lebay.) Tapi bukankah ini bagian dari darah Jawa yang saya miliki"
Potongan kecil dari tradisi turun-temurun yang terus terbawa
hingga dewasa. Entah dalam bentuk adat istiadat atau legenda
seputar setan-setan tradisional nan sangat mengagumkan. Saya
sendiri kasihan pada para keponakan yang sudah tidak mempan lagi ditakuti dengan hantu semacam itu. Mereka lebih
- 226 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
takut kalau PSP-nya hilang ketimbang diculik setan. Didikan
seperti itulah yang mungkin membuat bisnis seputar jin dan
hantu selalu menjanjikan. Di Indonesia, hal ini bisa terlihat
dari "lm horor yang tidak pernah berhenti diproduksi. Sepertinya setiap jenis hantu kita sudah pernah menjadi peran
utama "lm-"lm genre ini. Dari produser sebuah production house
yang sungguh terkenal dengan "lm-"lm horsek (horor+esek-esek),
saya mendapat informasi bahwa "lm seperti ini selalu bisa
meraih untung. Setidaknya impaslah.
Di televisi kita, setelah sempat tenggelam sesaat, tayangantayangan yang mengekspos kehadiran makhluk halus kini kembali hadir. Kemasannya berbeda-beda. Ada yang berbentuk
tantangan untuk berdiam di tempat seram atau bahkan wisata
malam ke tempat-tempat berhantu, tapi pada intinya sama:
semua mengeksploitasi keingintahuan dan kekaguman kita
kepada para saudara halus ini.
Selain soal bisnis, perayaan hari hantu ini bisa diadakan
untuk melestarikan budaya Indonesia. Seperti halnya batik, beragam hantu merupakan ekspresi dari kebudayaan setiap daerah di Indonesia. Karena itu, menurut saya, kehadiran hantu-hantu tradisional benar-benar harus dilestarikan sebagai
bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.
Kalau perlu kita hadirkan semacam Cagar Hantu. Aneh" Tidak juga. Kalau identitas sebuah negara adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan semua aspek dalam kesehariannya,
bukankah misteri alam hantu pun termasuk ke dalamnya"
Jika tidak dijaga keberadaannya, para hantu ini akan hilang
perlahan seiring dengan terbangnya zaman. Hingga akhirnya
- 227 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
pelan-pelan dilupakan. Saya yakin suatu saat nanti anak-anak
masa depan sama sekali tidak mengenal sosok-sosok gaib ini.
Dan mungkin mereka justru akan tertawa terpingkal-pingkal
mendengar nama: wewe gombel yang memang terdengar lu
cu itu. (Amit-amit jabang bayi. Ketuk kayu tiga kali. Maaf,
We, jangan gentayangi saya, ini cuma bercanda.)
- 228 - MENCARI KARTINI So in the spirit of today"s celebration: PMS is biology, not
politics. Deal, women" *Wink.*
(Twitter: 21 April 2010) Saya mencari Kartini. Bukan sosok jelmaannya dalam wujud perempuan modern. Kalau itu saya tidak perlu repot-repot mencari, tinggal
melihat ke sekeliling saya saja untuk menemukannya. Karena
di zaman ini, saat perempuan hadir di nyaris semua lini pekerjaan dari mulai presiden, menteri, para bos sampai pengendara taksi, urusan emansipasi sudah jadi bagian dari hidup


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita sehari-hari. Yang saya cari adalah perempuan bernama Kartini.
Ketika perjuangannya sudah jadi bagian dari hidup para
perempuan, bagaimana dengan namanya sendiri" Apakah
nama Kartini masih banyak digunakan" Pasti banyak perempuan yang bangga karena mampu menerapkan prinsip dan pe- 229 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
mikiran hebatnya, tapi berapa banyak perempuan Indonesia
yang bisa dengan bangga menyandang namanya"
Nama itu penting. Nama adalah doa. Jika memang begitu
adanya, bukankah nama indah nan harum seperti Kartini seharusnya jadi pilihan brilian untuk disematkan pada hidup
seorang perempuan" Tapi sebenarnya apa sih arti dari nama
ini" Untuk menjawab pertanyaan tadi saya mengunjungi sebuah situs yang (katanya) bisa menyingkap makna di balik semua nama. Di halaman awal situs itu disebutkan bahwa pendeteksian nama ini tidak menggunakan cara asal-asalan namun
menggunakan metode mistis matematis Phytagoras dengan akurasi
yang cukup tinggi. Hah" Apa pula maksudnya" Seharusnya sa
ya mencari situs lain yang lebih "waras" (apalagi di situs yang
sama juga ada artikel tentang alat pendeteksi hantu paling
mutakhir buatan Jepang), namun sebagai orang yang selalu
lari menjauh saat melihat kucing hitam melintas, saya justru
semakin penasaran untuk mencoba cara mistis ini.
Saya pun memasukkan nama Kartini di sebuah kotak yang
tersedia, lalu menekan tombol bertuliskan "DETEKSI". Beberapa detik kemudian muncul tulisan ini:
Kartini memiliki makna pekerjaan yang sempurna. Sifat
rajin beribadah, baik, sopan namun sering ragu-ragu. Hidupnya dekat dengan pesta, kegembiraan, pernikahan tapi juga
dihiasi banyak kesedihan dan kekurangsempurnaan.
Wow! Sepertinya saya harus menelan keskeptisan saya
akan metode absurd di situs ini. Ternyata satu paragraf tadi
bisa terbaca seperti ringkasan dari perjalanan hidup Ibu Kita
- 230 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
Kartini. Nah, dengan arti nama yang sebagus itu, apakah
masih ada orang modern yang memberi nama Kartini pada
anaknya" Saya pun mulai mencari Kartini. Dan tempat terbaik untuk
memulainya adalah di dalam keluarga saya sendiri. Saya lalu
sibuk mengingat semua nama sanak saudara saya. Bukan pekerjaan yang mudah, karena program Keluarga Berencana
(KB) tidak pernah berhasil menyentuh keluarga kami (Ibu anak
kedua dari delapan orang, Bapak anak terakhir dari sebelas
orang. Ya. Sebelas! Ditambah Eyang Kakung dan Eyang Putri
sebagai cadangan, keluarga Bapak bisa membentuk sebuah
tim sepak bola handal bernama WFC: Wonogiri Football
Club). Sayangnya dari sekian banyak Tante, Bude, Bulik, dan
Bu Bu lainnya, tidak saya temukan satu pun yang bernama
Kartini. Mungkin lebih baik saya mencarinya di antara teman-teman sekolah saya saja. Dari TK hingga perguruan tinggi sudah
banyak sekali perempuan yang saya kenal. Masa di antara mereka tidak ada yang bernama Kartini" Saya mencoba mengingat-ingat. Dan lagi-lagi usaha saya gagal. Seumur hidup ini
saya belum pernah berteman dengan Kartini.
Untuk mendapatkan hasil pencarian lebih valid, saya bahkan menelusuri satu demi satu nama di dalam buku tahunan
SMA saya yang muridnya berjumlah sekitar 1500 orang. Saya
menjumpai banyak Eva, Diah, Dini, Rina, Rini, Sinta, dan
Shanti. Tapi tidak satu pun Kartini. Saya malah menemukan
bahwa foto saya di buku tahunan itu digambari kumis melintang dengan spidol bernama merah (Sial! Siapa yang berani
melakukan perbuatan keji ini").
- 231 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Saya nyaris putus asa. Namun malu rasanya untuk berhenti
mencoba. Bukankah dulu Ibu Kartini tidak pernah menyerah
mewujudkan cita-cita luhurnya" Saya kemudian memutuskan
untuk menggunakan salah satu penemuan manusia yang paling brilian. Ya. Internet! (Ini membuat saya sedikit berpikir,
jika dulu Ibu Kartini bisa membuat begitu banyak perubahan
hanya dengan kertas dan pena, seharusnya kita yang dibekali
koneksi internet dan tuts komputer bisa melakukan lebih dari
itu, bukan"). Agar lebih mudah, saya mulai mencari di situs jejaring
sosial yang saat ini seolah sudah menjadi rumah kedua ba
gi sebagian besar dari kita. Saya memilih Friendster karena
walaupun sudah dianggap so "ve minutes ago, hasil pencarian user search di situs ini memiliki data yang paling lengkap
berdasarkan jumlah per region dan kategori usia, jika dibandingkan dengan jejaring sosial lain. Dan hasilnya" Ada 4446
pengguna Friendster bernama Kartini di Indonesia. Saya
tahu ini bukan data yang paling akurat, tapi jumlah itu cukup
besar dong" Sekadar pembanding, saya pun iseng mencari
jumlah pengguna Friendster bernama lain. Dan Anda tahu"
Ada 8535 nama Kartika di situs yang sama. Nyaris dua kali
lipatnya. Jadi lebih banyak orangtua yang memilih akhiran"ka
ketimbang"ni untuk nama putrinya. Kenapa" Entahlah.
Sekali lagi, data itu sungguhlah tidak valid. Hanya gambaran kecil-kecilan saja. Namun ada sebuah fakta cukup menarik yang saya temukan di sana, pengguna Friendster bernama Kartini paling banyak ditemukan di kategori usia 21-25
tahun. Semakin muda rentang usianya, semakin sedikit nama
- 232 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
ini muncul. Apakah berarti semakin lama nama Kartini semakin tidak diminati"
Untuk membuktikannya saya melanjutkan misi mencari
Kartini ke sebuah Sekolah Dasar di daerah tempat tinggal sa
ya. Gedung bertingkat tiga itu berisi banyak perempuan belia
berusia antara 6-13 tahun. Mereka bisa menuntut ilmu di situ
juga berkat jasa Ibu Kartini. Coba kita lihat, apakah ada yang
bernama sama dengan pejuang yang telah meringankan langkah mereka menuju ke sana"
Saya disambut seorang ibu guru berkerudung yang sedang
sibuk berkutat dengan komputer di hadapannya. Saat itu
ruang guru hanya diisi kami berdua. Penjelasan tentang misi
mencari Kartini disambut dengan kernyitan alis. Dia mencoba
mengingat semua nama murid-muridnya.
"Kayaknya nggak ada murid yang namanya Kartini."
Belum lama kami berbincang, datang guru-guru lain yang
baru selesai mengajar. ibu guru berkerudung yang pertama
saya temui langsung menceritakan apa yang sedang saya cari.
Semua lalu memberikan masukan soal ini.
Seorang ibu guru cantik (yang mengaku pernah berperan sebagai guru Anjasmara dalam sebuah sineron yang mengambil
gambar di sekolah itu) berkata: "Kalau mau mencari orang
bernama Kartini seharusnya di desa-desa. Di kampung, pasti
masih banyak. Kalau di kota sih sudah jarang."
"Betul," tambah seorang guru lain. "Saya kan guru kelas
enam, setiap kali nulis nama murid buat ijazah suka bingung.
Namanya panjang-panjang dan susah-susah."
Ibu yang datang membawa secangkir teh untuk saya ikut
- 233 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
menambahkan, "Sekarang kebanyakan murid memakai nama-nama artis atau tokoh sinetron. Seperti Bella, Luna, atau
Chelsea." Saya tidak bisa menahan diri untuk tertawa miris mendengarnya. Para pahlawan boleh menang saat berjuang melawan penjajah di medan laga, tapi di kancah pemberian nama,
mereka harus rela dikalahkan oleh para artis belia.
"Eh, tapi bukannya dulu pernah ada satu anak yang namanya Kartini" Yang tinggal di belakang situ?" ucap seorang
guru yang sedari tadi sibuk membaca buku.
Akhirnya! Saya harus bertemu dengan Kartini ini.
"Sekarang dia di mana, Bu?"
"Pasti sudah lulus kuliah. Itu juga kalau dia melanjutkan
pendidikannya ya." Tiba-tiba terdengar bantahan dari ujung ruangan. "Kayaknya enggak deh. Dia langsung menikah setelah lulus. Nggak
ambil kuliah." Ruangan sepi sejenak. Mungkin kami semua punya pikiran
yang sama. Kartini ini tidak bernasib lebih baik daripada Kartini yang dulu.
Hening terpecah oleh suara pak guru berpeci.
"Sebenarnya sih kalau mau nyari Kartini nggak usah susah-susah. Yang kamu ajak ngobrol dari tadi aja tuh."
"Nama Ibu, Kartini?" tanya saya pada ibu guru berkerudung.
"Bukan," jawabnya dengan tersipu. "Beda satu huruf. Kalau saya Sartini."
Kami semua tertawa. Dan setelah menghabiskan teh, saya
- 234 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
pamit meninggalkan manusia-manusia luhur penerus semangat Ibu Kartini itu.
Petualangan saya berakhir di sini.
Tanpa hasil" Tidak juga. Misi mencari Kartini telah memberi banyak pelajaran. Bahwa nama juga punya cara untuk
berevolusi, dan suatu saat nanti pasti akan ada nama-nama
yang hilang ditelan bumi (nama pahlawan boleh terganti oleh
nama artis, tapi kita lihat saja nanti siapa yang akan lebih
lama dikenang). Bahwa setiap nama pasti punya arti, tapi pa
da akhirnya pemberi arti terbaik adalah perbuatan dan ja
sa dari penyandang nama itu sendiri. Saya yakin semangat
dan pemikiran Kartini akan terus hadir lewat perempuanperempuan muda bernama Bella, Luna, Chelsea, atau entah
siapa. Karena untuk bisa jadi harum, setiap nama punya kesempatan yang sama.
- 235 - SIAPA YANG ADA DI DALAM PENJARA" Aren"t we all trapped in our little "prisons?" Jobs,
relationships, daily routines. If we can"t break free, it"s time
to decorate them. (Twitter: 11 Januari 2009)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penjara terde"nisi
dengan sangat sederhana: bangunan tempat mengurung
orang hukuman. Tidak ada lagi penjelasan terperinci soal
kata yang satu ini. Tidak disebutkan seperti apa seharusnya
bentuk "sik dari bangunan itu. Apakah harus menyeramkan"
Apakah harus sederhana" Atau bisa layak seperti tempat
"normal" lainnya"
Mungkin penjelasan itu memang tidak perlu. Secara logika
saja, mengurung seseorang sebagai bentuk hukuman berarti
membatasi gerak-geriknya. Mengurangi banyak kenyamanan
- 236 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
dan fasilitas yang biasa didapatkan oleh manusia bebas lainnya.
Karena itu yang ada di dalam kepala kita ketika mendengar ka
ta penjara adalah ruangan kecil berdinding dingin, berhiaskan
jeruji besi dan gembok besar yang membatasi sang tahanan
dari dunia bebas di luar sana.
Maka terperanjatlah kita ketika menemukan kenyataan
yang sungguh di luar bayangan. Ternyata ada penjara yang
jauh lebih mewah ketimbang tempat tinggal kita sendiri. Bagaimana hal ini bisa terjadi"
Sesungguhnya kebobrokan ini sudah lama kita dengar sebagai legenda urban. Namun kali ini, entah untuk alasan apa
(teori konspirasi berkata, ekspos besar-besaran ini hanyalah
cara brilian yang dilakukan segelintir manusia untuk mengalihkan perhatian kita dari kasus yang lebih dahsyat dan memusingkan), puluhan kamera akhirnya berhasil membawa
mata kita ke balik jeruji penjara untuk menemukan langsung
kenyataan konyol yang ada. Di penjara, uang masih bebas
bicara. Dan hal paling mustahil selalu bisa terjadi saat uang
yang berkuasa. Saya sempat melihat pendapat seorang pengamat politik
(Maaf, Pak, saya lupa nama Anda. Jujur saja saya jarang nonton berita, kemarin saja kebetulan saya pindah channel saat
acara masak yang sedang saya nikmati masuk jeda iklan, eh,
tahunya ada Anda lagi ngobrol di sebuah acara berita. Tapi
serius, pendapat Anda keren!), beliau mengatakan bahwa
Lembaga Permasyarakatan adalah cerminan dari bentuk masyarakat itu sendiri. Kalau di negara kita berlaku hukum rimba, di LP juga sama. Kalau di masyarakat praktik suap-me- 237 -
Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
nyuap sudah bikin kita kena berbagai macam penyakit yang
diakibatkan oleh kelebihan gizi, di LP juga begitu.
Mungkin maksudnya LP itu adalah miniatur masyarakat
kita. Hmm... Ok. Tapi bukan berarti semua penyelewengan
yang ada di dalamnya dianggap wajar dan terus dibiarkan
dong" Kalau masyarakatnya busuk, terus kita diemin aja gitu
biar tambah busuk" Dan kalau memang LP sama masyarakat
tidak ada bedanya, mendingan para terhukum itu dikurung sa
ja di gudang atau di kamar mandi rumahnya masing-masing,
terus suruh orangtuanya yang jagain (bukankah itu yang
sering dilakukan para orangtua untuk menghukum anaknya").
Negara hemat banyak uang tuh kayanya. Bisa dipakai buat
hal lain yang lebih penting seperti soal pendidikan atau kesehatan.
Ya nggak sih" Maaf, saya terbawa emosi. Pasti trauma masa kecil ketika
dikurung di kamar mandi belum bisa terobati, karenanya setiap mendengar soal kasus ini saya jadi marah-marah sendiri.
(Pelajaran untuk para orangtua; jangan keseringan mengurung
anak di WC, nanti besarnya jadi manusia lebay nan grumpy).
Ah sudahlah. Tahu apa saya" Sudah ada banyak orang
lebih pintar yang punya kewajiban untuk menyelesaikan masalah konyol soal istana di balik penjara. Saya sekarang lebih
memilih untuk menghibur diri dengan mendengarkan jutaan
pendapat menarik dari orang-orang di sekitar saya tentang
kasus ini. Seorang teman menulis dalam akun twitter-nya: gila, ruang
penjara yang dia tempati lebih besar dan lebih keren dari- 239 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
pada tempat kos gue (Kalau tempat kosnya menerapkan jam
malam dan jutaan peraturan seperti tempat kos saya di Bandung dulu, saya harus dengan sedih mengakui: benar kawan.
Penjara yang dia tempati jauuuh.. lebih kece daripada "penjara"
kita). Yang lain membahas bagaimana sang Ibu terinspirasi
untuk menghiasi ruangan di rumahnya dengan wallpaper hitam
putih seperti yang ada di ruangan karaoke mewah penjara
itu (Wahai para produser acara griya di televisi, mungkin sudah saatnya mencontoh tayangan berita ini). Ada pula yang
menggerutu sinis karena melihat ada napi yang bisa menikmati perawatan wajah paling canggih lebih sering dan lebih
maksimal daripada dirinya yang notabene adalah seorang
manusia bebas merdeka (karena dia nggak ada waktu, selalu
sibuk dengan pekerjaan). Ini yang menarik. Kita yang tidak ada di dalam penjara
dan seharusnya memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk
menikmati hidup, ternyata tidak sebebas itu juga. Dalam keseharian kita, tetap ada jeruji penjara yang membatasi gerak
kita. Mungkin berupa pekerjaan yang tidak ada hentinya, hubungan personal yang dipenuhi banyak tuntutan, keluarga
yang selalu ikut menentukan semua langkah kita, atau entahlah
apa. Ada seorang teman yang protes keras saat saya membahas
soal ini. Menurutnya tidak ada orang yang dengan sengaja dan
sadar mau hidup dalam keadaan seperti ini. Ok. Itu idealnya.
Kita sebagai manusia dengan free will seharusnya punya wewenang tidak terbatas untuk menjalani kehidupan yang paling
sesuai keinginan. Tapi kenyataannya" Saat melihat ada yang
- 240 - Kicauan tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa
bisa perawatan wajah rutin dan maksimal di dalam penjara,
bukankah ada yang merasa sebal karena tidak pernah sempat
melakukannya" Saat melihat ada ruang karaoke yang indah
di dalam penjara, bukankah ada yang merasa miris karena
beberapa kali nggak bisa ikutan karaoke sama teman-teman
karena harus melakukan ini dan itu"
Lalu kenapa kita nggak bisa seenak hati melakukan apa
yang kita mau" Kenapa kita nggak bisa sewaktu-waktu cabut
dari kantor buat pijat atau nonton "lm atau karaoke atau liburan atau leha-leha atau tiduran tanpa sedikit pun mikirin
kerjaan" Anda pasti tahu jawabannya.
Kali ini dengan senang hati saya akan mengakui bahwa dalam hidup saya masih banyak penjara kecil yang saya ciptakan
sendiri. Mengingat masa tahanan di dalam "penjara-penjara"
ini masih cukup lama, pilihan yang ada tinggal dua. Segera kabur atau mencoba menikmatinya dan mendekorasi "penjara"
ini dengan wallpaper serta pendingin ruangan, hingga menjadi
terasa lebih nyaman. Semua soal pilihan. Tapi ingat saja, saat mengeluh karena tidak bisa melakukan
hal yang kita inginkan akibat keterbatasan waktu dan pemenuhan begitu banyak tuntutan dalam kehidupan, mungkin saja
ada napi yang sedang santai membaca buku sambil tiduran
atau menikmati facial yang paling menyenangkan.
Jadi sebenarnya yang ada di dalam penjara mereka atau


Kicau Kacau Karya Indra Herlambang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita sih" - 241 - BAB IV KICAUAN TENTANG KELUARGA JAMU TERMANIS DI DUNIA My Mom"s hug is better than aspirin.
(Twitter: 1 November 2010)
Hello. My name is Indra. And I"m a jamuholic.
Saya tidak bohong. Dengan cukup bangga saya akan mengakui bahwa saya pecandu jamu. Lupakan soal minuman pembuat tipsy nan trendi atau cairan koktail warna-warni yang
bisa membuat kepala melayang berputar-putar. Pengetahuan
saya seputar hal itu sungguh minim sekali.
Namun lain soal jika kita bicara soal minuman tradisional.
Untuk urusan yang satu ini, saya sedikit lebih paham.
Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan njawani yang cukup kental, sedari kecil saya sudah sangat akrab dengan bermacam jamu dan ramuan-ramuan. Salah satu kenangan masa
kecil yang paling menyenangkan adalah ketika melihat ritual
Bapak dan Ibu meminum jamu setiap hari.
- 245 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
Keduanya memiliki cara dan kegemaran yang berbeda.
Bapak dengan jamu penolak angin dan penjinak diabetes,
biasa memulai ritualnya dengan berkomat-kamit membaca
doa saat mengangkat gelas berisi cairan hitam pekat ke dekat
mulutnya. Dia kemudian akan memejamkan mata erat-erat
sambil membiarkan cairan superpahit itu mengalir turun di
dalam rongga kerongkongannya (ketika itu saya sempat berpikir bahwa menutup mata bisa membantu menghilangkan
rasa, sungguh aneh tapi nyata). Setelah jamu habis, Bapak
akan buru-buru menenggak segelas kecil air gula atau perasan
jeruk asam yang bisa menghilangan rasa buruk dari indra
pencecapnya. Ibu sepertinya lebih kuat menahan pahit. Dia juga mengawali ritual minum jamu sehat wanitanya dengan doa (walaupun hanya mengucap dalam hati, saya tahu mantra andalannya: tombo teko, loro lungo?"obat datang, sakit pergi), namun tidak
seperti Bapak, ekspresi Ibu lebih santai dan tetap anggun walaupun cairan jamu yang diminumnya berkali-kali lipat lebih
pahit (mungkin karena perempuan dicipta lebih kuat menahan
sakit"). Dia juga jarang meminum cairan gula dalam gelas bening yang sudah disiapkan. Justru saya yang sering kali iseng
meminumnya saat tak ada orang yang melihat.
Dengan kedua orangtua peminum jamu, hidup saya pun
tidak pernah lepas dari hal itu. Sayangnya ingatan pertama
saya tentang jamu adalah sebuah kenangan pahit yang hingga
kini masih meninggalkan trauma luka batin yang mendalam
(ok, agak lebay, tapi benar kok).
Ketika itu saya baru berusia empat tahun. Dan saya ada- 246 -
Kicauan tentang Keluarga lah bocah balita termini yang pernah ada di dalam silsilah keluarga. Tentu saja semua kerabat saya mulai khawatir dengan
perkembangan tubuh yang sepertinya jalan di tempat. Tubuh
saya selalu kurus kering macam kucing kampung kekurangan
gizi. Jika dilihat baik-baik, tulang belulang menonjol di manamana seperti bisa keluar sewaktu-waktu dari lapisan kulit halus yang membungkusnya dengan terpaksa. Daging saya sedikit sekali. Dan kepala saya terlihat seperti bola besar yang
disangga tumpukan batang korek api.
Dokter dan obat-obatan modern tidak banyak membantu.
Cacing yang diduga mengambil jatah makan saya juga tidak
pernah ditemukan. Ternyata inti permasalahannya cuma satu:
nafsu makan saya muncul terlambat dibandingkan nafsu-nafsu
lainnya. Semua inang pengasuh yang mengurus saya selalu
angkat tangan jika diminta menyuapi saya setiap hari. Karena
saya akan cari segala macam cara untuk bisa mengeluarkan
makanan itu dari mulut saya. Di sinilah sang jamu mulai beraksi: Ibu mulai mencekoki saya.
Harap maklum, saat itu belum banyak obat sirup manis
penambah nafsu makan yang dijual bebas di pasaran (ya, saya
sudah setua itu), karenanya Ibu bergantung pada resep turun
menurun yang bagi saya adalah siksaan maha pedih bagi seluruh permukaan lidah dan rongga mulut.
Sepertinya kali ini saya tidak berlebihan. Jamu berwarna
gelap itu memang terasa super-duper sangat amat tidak enak
sekali. Hoek. Membayangkannya saja bisa membuat perut sa
ya bergejolak marah. Seperti layaknya jamu lain, cairan penambah nafsu makan ini dibuat dari bahan dasar mpon-mpon
- 247 - Kicau-Kacau Indra Herlambang
(anggota umbi atau akar-akaran seperti jahe, kunyit, kunir,
kunci, laos, dan teman-teman) bernama Temu Ireng yang diolah serta diramu dengan satu bahan lain yang tidak kalah
mencengangkan: tempe busuk.
Ya. Bayangkan saja bagaimana rasa dan aroma minuman
itu. Karenanya mohon dimengerti jika pemandangan pemberian jamu itu akan berlangsung lebih seru daripada adegan
kejar-kejaran di "lm action. Saya ingat lari dari satu ruangan ke
ruangan lain demi menghindari Ibu dan gelas jamunya. Berputar mengelilingi meja makan. Minggat keluar ke halaman
belakang. Sampai akhirnya tertangkap basah, dan dipaksa
meminum obat tradisional itu dengan jeritan tangis dan air
mata yang tidak berhenti mengalir (ya, saya secengeng itu).
Entah kapan tradisi penyiksaan itu berakhir. Mungkin ketika saya mulai terlihat rakus dan melahap apa saja yang disodorkan di depan mata saya. Walaupun badan saya tetap agak
cungkring, berat tubuh pun sedikit mulai bertambah. Dan satu
efek terbaik dari pengalaman itu: saya jadi terbiasa minum
jamu. Ini sebuah anugerah. Karena sepanjang hidup hingga detik ini, cairan tradisional itu selalu siap hadir menemani langkah saya.
Sakit campak dan panas" Ibu akan menyiapkan ramuan
batang dan kembang combrang (sejenis tanaman berbatang
lunak dengan daun seperti pisang dan bunga serupa teratai
merah muda), yang dicampur gula merah dan kuning telur.
Suara hilang dan batuk berkepanjangan" Ibu akan membuat segelas air rebusan buah dan bunga belimbing sayur
yang dikucuri jeruk nipis serta sedikit madu.
- 248 - Kicauan tentang Keluarga Masuk angin akut hingga badan linu dan kepala pusing
bukan kepalang" Ibu akan meramu jamu kemasan dengan
tambahan bubuk jahe merah dan gula batu.
Daftar itu terus bertambah dengan begitu banyak ramuan
yang sangat eksotis dan menakjubkan. Ada ramuan brotowali
dan daun mahkota dewa. Ada potongan buah merah yang
dikeringkan. Ada rebusan rempah-rempah dan umbi-umbi
yang beraroma segar dengan rasa masam tidak kepalang. Ini
akhirnya berhasil membuat saya jadi seorang pecandu jamu
pemula. (Saking senangnya minum jamu, tanpa disuruh saya
pernah meminum segelas jamu kuning dalam botol bening
yang diletakkan di dalam lemari es. Ternyata itu kunyit asam
yang berkhasiat untuk melancarkan haid perempuan. Saya
menjadi bahan ledekan kakak-kakak dan adik saya selama
berbulan-bulan: "Haha.. Ati-ati bentar lagi lo pasti tumbuh
toket tu, Ndra." Sial.).
Sampai hari ini, Ibu masih rajin menyiapkan bermacam
ramuan untuk menjaga kesehatan anak dan cucunya. Salah
satu yang sering sekali dibuatkannya untuk saya adalah sari temulawak dan madu hangat. Kedua minuman itu selalu hadir
di atas meja makan, di posisi yang sama, ketika saya pulang
kerja seharian. Ternyata menyiapkan minuman itu adalah hal
terakhir yang dilakukan Ibu sebelum terlelap. Setiap malam.
Dari jamu itu pun saya bisa tahu sudah berapa lama Ibu
tertidur. Kalau setiba saya di rumah minuman itu masih terasa hangat, berarti Ibu baru saja membuatnya dan mungkin saat itu
sedang berbaring di tempat tidur sambil mengurai rambut pan- 249 -
Kicau-Kacau Indra Herlambang
jangnya. Namun kalau jamu itu sudah sangat dingin (seperti
akhir-akhir ini), berarti Ibu sudah lama dibuai mimpi. Dan
berarti saya sudah tiba di rumah terlalu malam.
Berkat terpaan kerja, saya sudah jarang bertemu lama atau
berbincang puas dengan Ibu. Tapi meminum madu hangat
buatannya setiap malam sudah cukup untuk membuat saya
bahagia. Karena lewat segelas cairan itu, hati kami selalu bisa
Bangau Sakti 42 Wanita Iblis Karya S D Liong Ladang Pertarungan 3
^