Pencarian

Perintah Maut 2

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 2


memotong : "Tak usah kau teruskan, aku tahu maksud dari
hatimu itu, karena kau adalah muridku, hingga
hatimu merasa kuatir, bila kelak ada sesuatu yang
hendak kau lakukan, untuk jangan sampai partai
Hai Yang Pay terlibat dalam urusan ini, maka kau
minta aku mengusir dirimu, bukankah demikian ?"
"Maksud teecu memang demikian."
87 "Ha, Ha. Ha. muridku, kau pun mengetahui, bila
tidak ada pertolongan almarhum Kang Sang Fung,
Hai Yang Pay tak akan bisa berdiri tegak didalam
dunia Kang-ouw ini, apa kau kira aku seorang
yang takut menghadapi segala urusan ?"
"Ucapan suhu memang tidak salah, tapi
keadaannya kini tidaklah sedemikian mudah."
Sinar mata suhunya berkeredap terang dan
tajam. "Mengapa ?" tanyanya.
"Suhu harus ketahui, kini kita belum dapat
pastikan, apakah Lengcu baju hitam itu putra
besar Kang atau bukan, andaikata ternyata
memang benar, sedang ia adalah Kang Puh Cing,
bagaimanapun Hai Yang Pay tak dapat bermusuhan dengan keluarga Kang."
Suhunya diam, nampaknya ia sedang berpikir2, sementara Goan Tian Hoat sudah
melanjutkan ucapannya: "Suhu, besok umumkanlah pengusiran diri teecu pada kaum
bulim, dengan demikian, bukan saja kita telah
mengindahkan diri Ban Ceng San, bahkan dapat
menghindarkan bentrokan dengan keluarga Kang,
sehingga mereka tidak lagi mencurigakan Hai Yang
Pay, hal ini selain menguntungkan diri teecu,
terhadap sembunyinya Kang Han Cing pun tak
akan diketahui orang."
"Lalu apa rencana selanjutnya ?" tanya suhunya
ngerutkan kening. "Teecu telah mempelajari ilmu mengubah muka
dari kakek monggol dahulu, dengan ilmu ini teecu
yakin tak seorangpun dapat mengenali teecu, dan
88 teecu dengan mudah kembali ke kota Kim Lin,
menyelidiki mayat inkong serta diri Lengcu baju
hitam itu." Kuo Se Fen mengeluh, angguknya. "Muridku,
niat hatimu ini sungguh membuatku merasa
bangga, baiklah aku kabulkan permintaanmu....."
Air mata Goan Tian Hoat mengambang keluar,
ia menganggukan kepalanya beberapa kali
memberi hormat. "Teecu mengucapkan terima
kasih atas kebijaksanaan suhu !"
"Ingatlah muridku, aku hanya menyetujui
rencanamu saja, tapi kau tetap adalah murid Hai
Yang Pay, bilamana perlu, aku akan keluar muka
untuk membantumu." "Teecu akan ingat selalu pesan suhu ini, teecu
tak akan berbuat sesuatu yang bisa mengotori
nama baik suhu dan Hai Yang Pay."
"Hari telah larut malam, kau pergi tidurlah."
Keesokan harinya, kota Yang Cou telah
digemparkan oleh dua berita yang sangat
mengejutkan rimba persilatan.
Pertama adalah berita kebakaran yang terjadi
digedung megah dari datuk persilatan Kang Sang
Fung, dikabarkan bencana kebakaran itu dapat
dicegah hingga tidak menimbulkan kerugian yang
lebih besar, tapi putra kedua dari keluarga Kang,
karena dalam keadaan sakit hingga tak dapat
tertolong dan binasa. Berita lainnya adalah malapetaka yang menimpali diri ketua Cen yen piauwki Ban Cen
89 San, berita yang tersebar luas itu mengatakan,
bahwa Ban Cen San yang sedang mengawal barang
berharga telah dibegal, sehingga barang kawalannya terampas dan ia mendapat luka.
Sudah merupakan kebiasaan bagi si rajawali
bersayap emas Kuo Se Fen, yang mana tiap pagi ia
selalu meminum secawan teh kental sambil berdiri
didepan kamar tidur, ketika itu terdengar suara
langkahan orang yang tergesa2 mendatanginya, ia
menoleh, nampak seorang laki berbaju panjang
warna hijau, berusia kira2 tiga puluh ampat tahun
menghampirinya serta memberi hormat: "Suhu !"
panggilnya. Ternyata ia adalah Hang Ka Han murid
terbesar dari Hai Yang Pay.
"Ka Han, ada urusan apa?"
"Barusan teecu mendengar dua berita maka
datang untuk memberitahukan."
Kuo Se Fen menenggak tanyanya : "Berita apa itu ?"
air tehnya, lalu "Berita pertama adalah gedung keluarga Kang
dari Kim Lin telah terbakar sebagian, jie kongcu
Kang Han Cing karena sedang sakit tak dapat
ditolong hingga binasa dimakan api."
Tubuh sang suhu bergidik dengan pandangan
mata yang tajam bertanya : "Apakah berita ini
benar ?" "Menurut keterangan, berita ini datang dari
seorang yang baru kembali dari kota Kim Lin, besar
kemungkinannya benar."
90 Kuo Se Fen mendongakkan kepalanya serta
ucapnya sedih : "Almarhum Kang taysiangseng berbudi luhur,
tidak semestinya putranya mati demikian mengenaskan ! Hm, berita lainnya ?"
"Menurut keterangan orang, Cen Yen piauwki
telah mengalami kecelakaan....."
Wajah Kuo Se Fen nampak kian
ucapnya sambil goyangkan tangan :
muram, "Tak usah kau teruskan, apakah sam-suteemu
telah kembali ?" Hang Ka Han sedikit terperanjat, ia sungguh tak
mengerti mengapa air muka suhunya demikian
suram, maka cepat ia menyahut: "Bukankah suhu
tahu sutee pergi ke kota Kim Lin....."
Belum habis ia bicara, suhunya telah
membentak pula : "Aku tanya, ia sudah kembali
belum ?" Sekali lagi ia terkejut. "Ia belum kembali,"
sahutnya. "Hm ! Mana berani ia kembali kesini ?" sambil
berkata demikian suhunya membanting teko teh ke
lantai hingga hancur berantakan.
Betapa terperanjatnya Hang Ka Han, ia heran
apa yang membuat suhunya sedemikian marah,
karena takut ia tidak berani mengucapkan sepatah
katapun, bungkem dengan hati ber-debar2.
91 "Mari kau masuk ke dalam !" suhunya
melangkah masuk kedalam kamar dengan air
muka yang merah padam. Didalam kamar, suhunya memperlihatkan
sepucuk surat yang terletak diatas meja. "Bacalah
surat ini." ucapnya.
Dengan hati ber-debar2 ia menerima surat itu,
ia heran karena ia tahu bahwa surat itu adalah
surat yang dikirim oleh utusan Cen Yen piauwki
kemarin malam, hatinya men-duga2 apakah
kemarahan suhunya disebabkan oleh surat ini "
Begitu ia membaca isi surat itu, wajahnya
nampak berobah pucat, dengan kedua tangannya
yang menggigil ia dongak serta ucapnya : "Suhu
tentu ketahui biasanya Goan sutee........."
"Hm ! Si keparat itu sungguh berani
bersekongkol dengan orang2 jahat, hingga
melakukan perbuatan terkutuk, umumkan segera
bahwa mulai detik ini, ia bukan lagi muridku,
kuusir dari partai Hay Yang Pay."
"Suhu, hanya mengandalkan surat dari tetua
piauwki Ban Cen San ini, persoalannya belumlah
jelas....." ucap Hang Ka Han dengan takut2.
"Keterangan dari surat ini
cukup?" bentak suhunya marah.
apakah belum Baru saja ia hendak bicara, suhunya telah
mengibaskan jubahnya serta ucapnya: "Tak usah
kau banyak bicara lagi, lakukan apa yang
kuperintahkan !" 92 Melihat suhunya sedang panas hati, ia tak
berani membantah, ia minta izin untuk pergi.
"Tunggu sebentar !"
Ia menahan suhunya. langkah mendengar panggilan "Panggil ji-sutee kemari."
Hang Ka Han mengiakan perintah suhunya.
Tak berapa lama ji-sutee Cau Yun Cin datang
dan masuk ke dalam kamar.
"Suhu memanggil teecu, entah ada perintah
apa?" Suhunya mengucapkan sesuatu dengan suara
perlahan, nampak Cau Yun Cin mengiakan lalu
meninggalkan kamar itu. Pengumuman pengusiran diri Goan Tian Hoat
oleh suhunya sungguh menggoncangkan rekan2
dari Hai Yang piauwki ini, semua orang saling
membicarakan dan menduga2, tapi tak seorangpun
yang dapat tahu sebab2nya. Lebih2 para keluarga
Hay Yang piauwki, pengusiran itu sungguh
membuat mereka gelisah dan sedih, karena rasa
persaudaraan antara mereka demikian akrabnya.
*** Pada tengah hari, nampak ada dua orang
penunggang kuda mendatangi ke arah Hay Yang
piauwki, yang depan adalah seorang laki2 yang
memakai tapi lonjong bulet, tubuhnya jangkung
kurus, mengenakan baju panjang berwarna hijau
kelabu, matanya sipit seperti mata burung,
93 hidungnya lengkung mancung seperti
elang, air mukanya dingin angker.
burung Yang disebelah belakang seorang kakek2 tua,
kumis dan jenggotnya putih, ia memakai baju
warna ungu2, air mukanya putih terang, sepasang
sinar matanya sangat tajam walau wajahnya
nampak keramah-tamahan, tapi cukup penuh
wibawa. Begitu mereka tiba di muka Hai Yang piauwki,
laki2 yang sebelah depan lompat turun, dari
sakunya mengeluarkan sehelai kertas undangan
kartu nama warna merah, berjalan menghampiri
dua kelompok orang yang sedang duduk2 diatas
dua bangku panjang sambil memberi hormat ia
berkata: "Mohon kalian tolong beritahukan, bahwa
ketua Cen Yen piauwki Ban Cen San dan kepala
pengurus Cu Ju Hung dari keluarga Kang di Kim
Lin, hendak menemui ketua partay Kuo."
Para pembantu piauwki yang sedang ngeloneng
itu terperanjat, mereka berdiri, seorang diantaranya segera menerima kartu nama itu,
berkata: "Harap Ban piauwsu dan Cu cungkuan tunggu
sebentar, aku akan beritahukan dahulu."
"Terima kasih banyak !"
Laki2 pembantu piauwki itu lalu masuk dengan


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ber-lari2 kecil, pada ruangan kedua ia berpapasan
dengan Hang Ka Han yang sedang beronda, melihat
orang demikian kesusunya, ia bertanya, "Luk Tek
Kui, ada urusan apakah ?"
94 Laki2 yang dipanggil segera menyodorkan kartu
nama itu, ucapnya : "Ketua Cen Yen piauwki dan kepala pengurus
keluarga Kang hendak menemui tuan besar."
Hati Hang Ka Han bergetar sejenak, ucapnya :
"Dimanakah orangnya ?"
"Mereka menunggu diluar."
"Cepat beritahukan pada suhu !" kemudian ia
kembalikan kartu nama itu dan melangkah keluar.
Biasanya pada waktu ini si rajawali bersayap
emas Kuo Se Fen telah keluar dari kamarnya, tapi
hari ini belum juga nampak ia keluar, orang2
piauwki mengetahui bahwa ketua mereka kedatangan tamu dari Siauw Wang Ki telaga
Kongce, dan mereka pun tahu itu adalah familinya
istri ketua, tentu saja ketua mereka harus
menjamunya sendiri. Setibanya diruangan depan kamar tamu ketua,
Luk Tek Kui buka suara : "Tuan besar, hamba Luk
Tek Kui hendak melaporkan sesuatu."
"Yuh Sing, suruhlah ia masuk." terdengar suara
Kuo Se Fen. Yen Yuh Sing melangkah keluar mempersilahkan Luk Tek Kui masuk.
Kemudian dengan tangan memegang
nama, Luk Tek Kui mengikuti masuk.
dan kartu Dalam ruangan, tuan besar Kuo sedang ngobrol
dengan dua orang laki pertengahan umur, begitu
95 melihat Luk Tek Kui masuk membawa kartu nama,
ia bertanya : "Luk Tek Kui, apakah di luar ada tamu?"
Luk Tek Kui melangkah maju menyongsongkan
kartu nama itu, berkata dengan hormat : "Tuan
besar, ketua Cen Yen piauwki Ban Cen San dan
Cu-cungkuan dari keluarga Kang di Kim Lin
hendak bertemu." Kuo Se Fen agak terperanjat. "Aku segera
keluar." Kemudian ia bangkit dari duduknya serta
berkata : "Ponakan, tunggulah kalian sebentar, aku
hendak keluar menyambut tamu."
Laki2 berwajah kuning langsat itu nampak
memberi hormat : "Paman, silahkan."
Setelah menyampaikan kartu nama, seharusnya
Lui Tek Kui kembali keluar, tapi kali ini ia
bagaikan patung tidak bergeser dari tempatnya.
"Tuan besar !" panggilnya.
Kuo Se Fen memandang sejenak, lalu sahutnya :
"Luk Tek Kui, rupanya kau kalah pula, maka
hendak pinjam uang bukan" Baiklah, katakan saja
pada kasir bahwa aku telah mengizinkannya, tapi
hanya boleh pinjam sepertiga bagian saja, karena
kau telah mempunyai keluarga, janganlah sampai
mereka turut susah kehabisan uang."
Ditegur demikian muka Luk Tek Kui merah,
katanya perlahan : 96 "Tuan besar, aku bukan hendak meminjam
uang, tapi ada sesuatu yang ingin kusampaikan
pada tuan besar." Kuo Se Fen mengibaskan tangannya, katanya :
"Tunggu sekembalinya aku saja."
"Tuan besar, urusan ini sangat penting.............." Luk Tek Kui tetap tidak mau
berlalu. "Urusan apakah itu ?" tanya Kuo Se Fen heran.
Luk Tek Kui agak ragu2, katanya : "Tuan besar,
dengan se-benar2nya aku telah menyaksikannya
sendiri......." Kuo Se Fen mengerutkan keningnya, ucapnya
tak sabar: "Aku ada tamu diluar, bila ada urusan
cepatlah katakan !" Luk Tek Kui mengiakan beberapa kali, dengan
menelan air ludah ia berkata : "Tuan besar pun
telah tahu, bahwa aku tinggal di kota Se Sui,
kemarin dulu, setelah mengantarkan barang, Goan
piauwsu kemudian hendak langsung mengunjungi
keluarga Kang di Kim Lin untuk melawat, aku
permisi pula hendak menengok keluargaku, hingga
kami berjalan ber-sama2, sesampainya di Sung
Tan baru berpisahan"."
Belum habis ia bicara, Kuo Se Fen memotong :
"Jangan bicarakan si keparat itu pula." lalu ia
segera melangkah keluar. "Tuan besar, aku bukan hendak bicarakan diri
Goan piauwsu, tapi diri ketua Cen Yen piauwki itu
!" ucap Luk Tek Kui segera.
97 Kuo Se Fen menghentikan langkahnya, tanyanya heran: "Ada urusan apakah ketua Cen
Yen piauwki itu ?" Luk Tek Kui sambungnya : menelan air ludahnya pula, "Kami berpisahan hari telah menjelang magrib,
tidak dinyana ditengah jalan berjumpa dengan
seorang kawan lama yang bekerja pada sebuah
piauwki dikota San Tung karena ia pun hendak
pulang ke Se Sui, maka kami berjalan ber-sama2.
Setelah kami minum arak di sebuah depot, kami
meneruskan perjalanan pada malam hari. Keesokan harinya, menjelang subuh, kami melalui
daerah Lung Tuh....."
"Cepatlah kau lanjutkan !"
"Baru saja kami duduk istirahat dalam rimba,
lantas kami melihat ada belasan orang yang
berseragam hitam serta bertopeng hitam pula
berlarian menuju kedalam rimba, karena melihat
gelagatnya kurang baik, segera kami menyembunyikan diri dalam semak belukar! Tidak
lama kemudian hari mulai terang, ditengah jalanan
nampak ada dua penunggang kuda mendatangi
mereka, kami hanya dengar dua orang itu berseru
pelan : "Datang, datang." Sekejap saja dari dalam
hutan itu berkelebat keluar serta menghadang di
tengah2 jalan." "Apakah yang datang ketua Cen Yen piauwki ?"
"Benar, ketua Cen Yen piauwki Ban Cen San,
hanya membawa seorang pesuruh saja, karena
jarak persembunyian kami dengan jalan agak jauh,
98 hingga kami tidak dapat mendengar pembicaraan
mereka, kami melihat mereka saling tempur, ketua
Ban dikeroyok oleh sepuluh orang, berseragam
hitam terdengar suara hut, hut, dari desiran
sabetan cambuk panjang ketua Ban, kemudian ia
tersungkur jatuh......"
Wajah Kuo Se Fen menjadi tegang, katanya : "Ia
terluka ?" "Dia jatuh dan mati !"
"Jangan sembarangan omong ! Orang mati
mana bisa hidup kembali ?"
Betulkah ada orang yang sudah jatuh mati bisa
hidup kembali " Mari kita mengikuti lanjutan cerita di bawah ini.
*** Bab 3 MEMANG tidak salah ucapan Kuo Se Fen,
bukankah kini si Cambuk naga harimau Ban Cen
San telah muncul dan berada dimuka Hai Yang
piauwki " Luk Tek Kui pun bingung, ia hanya mengiyakan,
namun ia tetap melanjutkan keterangannya.
Mereka menyeret mayat Ban piauwto kedalam
rimba, menguburnya disana, kemudian seorang
dari mereka memungut cambuk naga harimau itu
dan meloloskan seragam baju hitamnya, lalu
menjura pada pemimpinnya seraya berkata :
"Lengcu, ada pesan lain ?"
99 "Tidak ada, kau pergilah !" ucap yang dipanggil
Lengcu itu, kemudian orang itu membuka topeng
mukanya serta pergi dengan mencongklang kuda
Ban piawto. Luk Tek Kui berhenti, tanyanya tiba2, "Tuan
besar, tahukah siapa dia ?"
"Siapakah ia ?" Kuo Se Fen balik bertanya
sambil mengelus-eluskan jenggotnya dengan
tenang. Wajah Luk Tek Kui berobah tegang, sahutnya
perlahan : "Aku lihat dengan jelas sekali, setelah ia
membuka topeng mukanya, ternyata orang itu
adalah Ban piauwto pula."
Sinar mata Kuo Se Fen berkilat tajam, tanyanya
dengan suara tertekan : "Apa kau tidak salah lihat ?"
"Aku dan kawanku itu melihatnya amat jelas,
mana bisa salah." "Emm, bisa terjadi hal demikian anehnya " Oh
iya, bukankah kau bilang ia bersama seorang
pembantunya, apakah ia turut binasa ?"
"Pembantunya itu telah dibuat pingsan,
kemudian ia direbahkan diatas kuda serta dibawa
pergi oleh Ban piauwto palsu itu."
Wajah Kuo Se Fen nampak agak kaku, ia
memandang dengan tajam pada diri Luk Tek Kui,
lalu ucapnya: "Soal ini apakah kau telah
menceritakan pada orang lain ?"
100 "Tidak, hamba tidak berani sembarangan
omong, kalau saja bukan Ban piauwto datang
kesini kini, hamba masih tidak berani memberitahukannya pada tuan besar!"
"Syukur disini tiada orang luar yang mendengar
ceritamu, dan selanjutnya jangan kau membuka
rahasia ini pada siapa pun."
"Ya, tuan besar !"
"Baik mari kita keluar." kemudian mereka
melangkah pergi. Hati Kuo Se Fen nampak sangat berat dan
tertekan, hingga ia berjalan tanpa mengucapkan
sepatah katapun, melihat tuan majikannya
demikan, Luk Tek Kui tidak berani banyak bicara
dan hanya mengikuti dari belakang.
Baru setelah mendekati ruangan muka, Luk Tek
Kui melangkah maju mendekati majikannya,
panggilnya, "Tuan besar !"
"Emm !" Kao Se Fen menyahut hanya sepatah.
"Keterangan yang kuberikan tadi adalah benar,
harap tuan besar jangan ragu2 mengenai soal ini,
hati2lah terhadap mereka," berkata Luk Tek Kui
dengan sungguh-sungguh. "Aku tahu," sahut
menganggukkan kepala. Kuo Se Fen sambil Diruangan besar, nampak Hang Ka Han sedang


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengobrol dengan si cambuk naga harimau Ban
Cen San dan Cu Ju Hung. 101 Kuo Se Fen cepat melangkah masuk sambil
berkata gembira : "Ban toako, maaf atas kelambatan menyambut
kedatanganmu !" Melihat gurunya datang, Hang Ka Han cepat
bangkit berdiri dan berkata :
"Itu guruku datang."
Ban Cen San dan Cu Ju Hung ikut bangkit dari
duduknya, dengan ketawa riang Ban Cen San
menyambutnya, "Kuo lotee, telah lama kita tidak
bertemu." lalu ia berpaling pada Cu Ju Hung dan
berkata : "Inilah ketua Hai Yang Pay Kuo Se Fen
yang menjagoi daerah utara ini !" kemudian ia
memperkenalkan pada Kuo Se Fen : "Ia adalah Cu
cungkuan Cu Ju Hung dari keluarga Kang di Kim
Lin." Kuo Se Fen menjura memberi hormat, katanya
tertawa : "Aku gembira dapat berkenalan dengan saudara
Cu yang terhormat, silahkan duduk !"
Cu Ju Hung balas menghormat, katanya : "Aku
membawa pesan dari toa-kongcu untuk menyampaikan salam pada saudara Kuo."
Kemudian mereka duduk. Tanpa menunggu tamu2nya buka suara, Kuo Se
Fen mendahului bicara dan ucapnya sambil
menjura : "Terima kasih atas surat yang toako berikan
pada siauwtee, kejadian ini sungguh membuat hati
102 siauwtee merasa pedih, tidak dinyana dalam Hai
Yang Pay ini terdapat seorang murid yang durhaka,
dirinya telah terusir keluar, kini ia bukan murid
Hai Yang Pay." Ia tidak menanyakan maksud dari kedatangan
mereka, dan mendahului dengan keterangan
pengusiran diri Goan Tian Hoat dari Hai Yang Pay,
hingga membuat kedua orang itu bungkem tak
berdaya. Ban Cen San tercengang, sahutnya dengan
tertawa getir : "Mengingat persahabatan kita yang telah
puluhan tahun, maka aku berani menyampaikan
surat itu. Maksud dari suratku itu tidak lain hanya
supaya Kuo lotee sebelumnya dapat mengetahui
soal ini, hingga lebih waspada setelah murid lotee
kembali ! Keputusan yang lotee ambil ini sungguh
amat ter-buru2, setelah ia mendengar bahwa
dirinya telah diusir dari Hai Yang Pay ini, mana ia
berani pulang ke Hai Yang Pay lagi ?"
Diam2 dalam hati Kuo Se Fen tertawa dingin,
nampak mukanya cemberut dan katanya marah :
"Sungguh berani murid durhaka siautee itu,
sampai2 berani melakukan perbuatan yang amat
terkutuk, lebih baik tidak kembali pulang, kalau
tidak, hm ! Siautee akan membinasakannya demi
ketenteraman kaum bulim."
Karena saking marahnya, kaki kanannya
dijejakan keatas lantai, hingga sepotong lantai
hancur berantakan. 103 Cu Ju Hung tertawa kecut, ucapnya : "Saudara
Kuo adalah golongan cianpwee dari kaum bulim,
ada sesuatu yang hendak siautee tanyakan, entah
keberatan atau tidak ?"
"Silahkan saudara Cu ajukan !"
"Saudara Kuo telah mengusir muridmu yang
durhaka, entah bagaimanakah yang akan saudara
Kuo lakukan kemudian?"
"Ia telah kuusir, maka kini ia bukan muridku
pula." "Ucapan saudara Kuo memang tidak salah, tapi
siautee merasa masih ada sesuatu yang harus
saudara pertimbangkan," ucap Cu Ju Hung
tertawa kecut. Sinar mata Kuo Se Fen berkilauan tajam,
sahutnya : "Menurut pendapat saudara Cu".."
Nampak Cu Ju Fung tertawa dingin, potongnya :
"Pengusiran saudara Kuo adalah sebagai
hukuman terhadap diri seorang murid yang
melakukan kesalahan, tapi terhadap barang
kawalan yang dirampas itu, saudara Kuo belum
memberikan pertanggungan jawabnya."
Mendengar ucapan itu, hati Kuo Se Fen jadi
panas, tapi ia tetap tenang, tidak menampakkan
kemarahannya, ia hanya berkata sambil tertawa:
"Menurut pendapat saudara Cu, menghendakiku
menangkapnya !" "Goan Tian Hoat adalah murid saudara Kuo,
secara kebijaksanaan, saudara Kuo mempunyai
kewajiban atas persoalan ini !"
104 Tiba2 nampak wajah Kuo Se Fen merah padam,
dengan menekukkan wajahnya ia menyahutnya
marah : "Hm ! Entah ini apakah pendapat dari
toakongcu atau hanya pendapat diri saudara
pribadi ?" Ditanya demikian, Cu Ju Hung tertawa dingin,
sahutnya kecut : "Pendapat siautee ini adalah wajar, yanganlah
saudara Kuo marah karena begitulah peraturan
dunia Kang-ouw !" "Peraturan dunia Kang-ouw
digunakan dalam soal ini."
tidak dapat "Kalau sdr Kuo berpendapat demikian, siauteepun tak dapat berbuat apa2."
Dengan memandang bertanya pula : tajam, Kuo Se Fen "Saudara Cu, telah berapa lamakah saudara
bekerja pada keluarga Kang ?"
"Siautee baru empat bulan disana."
Tiba2 nampak Kuo Se Fen mendongak keatas
dan tertawa, sambungnya :
"Kalau demikian, tidak bisa menyalahkan sdr
Cu, pantas sedikit pun sdr Cu tidak mengetahui
hubungan antaraku dengan keluarga Kang, Goan
Tian Hoat menjadi muridku adalah berkat
perantaraan Kang toako yang perkenalkan padaku,
kalau memang hendak menuruti peraturan dunia
kang-ouw, seharusnya akulah yang berhak
105 meminta Kang." pertanggungan jawab dari keluarga Ban Cen San mengerutkan keningnya, katanya
turut bicara : "Harap Kuo toako jangan salah paham, barang
siautee kawal kali ini sungguh lain dari pada yang
lain, kalau tidak paling banyak hanya ganti
kerugian saja sudah beres tiada urusan lagi, mana
siautee berani merepotkan toako."
"Kalau begitu barang itu benar2 lain pada yang
lain." Ban Cen San dengan menggenggamkan kedua
kepalnya, keluhnya: "Barang biasa masih dapat diganti dengan harga
berlipat ganda, walaupun siautee tidak sanggup
untuk menggantinya, toh sebagai pesero keluarga
Kang-pun masih mempunyai kemampuan untuk
ini. Ai ! Kali ini benar2 serba sulit adanya."
Nampak Kuo Se Fen keheran-heranan, tanyanya
: "Atas keterangan sdr Ban, urusannya sedemikian
besar, sebenarnya barang apakah sampai demikian
berharga ?" "Ai ! Barang itu adalah sebuah peti besi kecil."
"Tahukah apa isinya?"
Kemudian Ban Cen San menceritakan hal ihwal
barang titipan yang dikawal itu, bagaimana ketika
pemuda baju hijau itu menitipkan untuk dikawal
ke kota Wu Huh dengan tanpa memberitahukan
isinya, menceritakan lantas menerima surat
ancaman pada malamnya, hingga meminta
106 bantuan pada keluarga Kang, hingga menyebabkan
terlukanya Kang Puh Cing.
Ia berhenti melanjutkan : bercerita sejenak kemudian "Pada tengah hari esoknya, siautee baru tiba
kembali ke piauwki dan menerima laporan dari
pengurus perbendaharan mengenai peti besi kecil
itu, karena barangnya kecil mudah dibawa, lagi
pula tempat tujuannya tidak berapa jauh, maka
siautee hanya membawa seorang pembantu saja
untuk mengawalnya, walaupun siautee tidak
percaya dan memang tidak takut terhadap surat
ancaman itu, namun demi lebih hati2 siautee
serahkan peti besi itu pada pembantu untuk
membawanya. Sungguh tidak disangka, setibanya
didekat Lung Tu, siau-tee disergap oleh belasan
orang yang mengenai seragam serta bertopeng
hitam, hingga selain siautee mendapat luka,
pembantu siauteepun tak luput terluka oleh Ying
Cua Kung, karenanya peti besi kecil itu terampas
pergi oleh mereka." Karena Kuo Se Fen telah mendapat keterangan
dari Luk Tek Kui, maka ia tidak begitu saja
mempercayai ceritanya. Ia bertanya pula.
"Hingga kini apakah mengetahui isi peti itu?"
saudara Ban belum "Siautee tidak mengetahuinya."
"Kalau begitu terhadap alamat di kota Wu Huh
itu sudahkah saudara Ban mengutus orang untuk
memeriksanya ?" 107 "Sudah diperiksa, tapi pada alamat itu, bukan
saja tiada penghuninya, bahkan disana tidak
terdapat orang yang bernama seperti yang
tercantum pada kartu nama si penerima."
"Kalau begini benar2 aneh !"
Tiba2 Ban Cen San menekankan suaranya
ucapnya : "Menurut dugaan siautee, peti besi itu
mungkin adalah kepunyaan Keluarga Lie dari Po
Peh !" Mendengar ucapan ini, hati Kuo Se Fen
bertambah heran, betapa tidak, keluarga Lie
adalah salah seorang dari keempat datuk
persilatan yang sangat disegani dan ditakuti oleh
kaum bulim, masakah barangnya masih perlu
dikawal oleh Cen Yen piauwki " Bukankah suatu
keganjilan yang tidak masuk diakal "
Maka cepat ia bertanya heran : "Mungkinkah
kepunyaan keluarga Lie ?"
"Siautee menduga demikian karena mendapat
kabar bahwa Yap cungkuan dari keluarga Lie itu,
pada beberapa hari yang lalu mendapat serangan
dalam perjalanan hingga tewas?"
"Ini tidak salah, aku pun telah mendengarnya,
tapi mengapa kejadian ini ada sangkut pautnya
dengan peti besi kecil itu."
"Menurut kata orang, ketika Yap cungkuan mati
binasa, pada tubuhnya kedapatan sebuah peti besi
kecil." Kuo Se Fen tercengang, katanya: "Hmm, ada
kejadian demikian?" 108 "Kuo toako mungkin belum tahu, kini si Telapak
Tangan Dewa Lie Kong Ce sedang berobat penyakit
gatel2nya di kelenteng Pak yun digunung Peh Sia."
"Oh !" sekali lagi Kuo Se Fen dibuat heran.
Ban Cen San melanjutkan kata2nya. "Menurut
pendapat siautee, isi dari peti kecil itu mungkin
menyangkut soal mati hidupnya si telapak tangan
dewa itu !" Lagi2 Kuo Se Fen

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibuat tercengang, kecurigaannya bertambah, sungguh ia heran,
kejadian yang menimpa Cen Yen piauwki baru
berselang tiga hari, dalam waktu sedemikian
singkat, bagaimana ia dapat mengetahui begitu
jelas semua persoalan" Tapi ia tidak memperlihatkan kecurigaan hatinya, cepat2 mengerutkan keningnya yang dibuat2, ia berkata:
"Kalau betul dugaan saudara Ban, soal peti besi
kecil ini sungguh tidak boleh dipandang enteng."
Dengan menampakan wajah gelisah, Ban Cen San berkata pula:
yang penuh "Bukan saja peti besi kecil itu besar
manfaatnya, maka kalau ternyata benar kepunyaan keluarga Lie yang dibawa oleh Yap
cungkuan, si telapak tangan dewa mana mau
mengerti" Bisa2 timbul permusuhan hingga saling
mendendam, dengan demikian piauwki siautee
bersama keluarga Kang serta Hai Yang Pay bertiga
terlibat dalam soal ini " Maka karena urusan
sangat menguatirkan, siautee dan Cu cungkuan
cepat2 datang kesini untuk merundingkannya."
109 Kuo Se Fen mengeluh perlahan, sahutnya
kemudian: "Apakah saudara Ban sudah yakin
dalam soal ini?" "Bila siautee masih ragu2, tentu tidak datang
mencari Kuo toako. Sesungguhnya pekerjaan
mereka amat lihay luar biasa, hingga sedikitpun
tidak meninggalkan bekas maupun ciri2 untuk
diambil patokan dalam usaha siautee mencari
kembali, hanya......" ia berkata sampai disini ia
berhenti tidak meneruskan.
"Hanya bisa mendapatkannya kembali
murid durhakaku itu ?" potong Kuo Se Fen.
Diceplos demikian, Ban kemalu2an dan sahutnya : Cen San dari agak "Mengingat hubungan persahabatan kita yang
telah puluhan tahun, siautee tak perlu berlaku
sungkan untuk mengakuinya, dan kenyataan pun
memang demikian, bila hendak menyelidiki soal ini
haruslah dimulai dari diri Goan Tian Hoat. Telah
belasan tahun ia menjadi murid toako, andaikata
toako tidak dapat mengetahui kawan2nya yang
sering ia gauli, sebagai saudara seperguruan murid
toako yang lain mungkin sedikitnya ada
mendengarnya, maka siautee mohon bantuan
toako mengutus beberapa orang yang boleh
diandalkan untuk menyelidiki dimana kini ia
berada." Hati Kuo Se Fen menjadi dongkol, dan tahulah
ia berputar2 Ban Cen San bicara, namun tujuan
dari maksudnya tak lain tak bukan hanya hendak
mengetahui tempat persembunyian dari muridnya,
110 tapi muak terhadap kekejaman mereka yang tidak
mau melepaskan diri muridnya, tapi walaupun
hatinya panas, sebagai kaum bulim yang kawakan,
ia masih bisa menekan perasaannya dan
menyabarkan diri. Tiba2 Cu Ju Hung turut bicara, ucapnya:
"Maksud toa-kongcu mengutusku datang kesini,
adalah hendak minta bantuan saudara Kuo,
supaya bisa mengawasi daerah utara ini, karena
daerah bagian selatan, kami dari keluarga Kang
telah keluar muka meminta bantuan kaum bulim
disana, untuk mencari jejak Goan Tian Hoat !"
Tanpa ragu2 Kuo Se Fen mengangguk serta
katanya : "Bila tidak ada bantuan dari Kang toako
almarhum dahulu, Hai Yang Pay mana bisa tegak
berdiri " Urusan ini sedemikian pentingnya
bagaimanapun aku bersedia membantu. Hanya
belum jelas kemana arah perginya Goan Tian Hoat,
sebaiknya kita membagi diri menyelidikinya, ini
adalah cara yang paling tepat. Akan kuutus orang
untuk meminta bantuan kaum bulim dari daerah
utara ini guna menangkapnya. Tapi bila ia tidak
munculkan diri didaerah utara, aku tak dapat
membantu banyak." "Ini adalah wajar, daerah bagian selatan adalah
tanggungan dari keluarga Kang, kini bagian utara
dibawah pengawasan saudara Kuo," sahut Cu Ju
Hung cepat. 111 "Ha ha haha Bila Kuo toako bersedia membantu
terhadap daerah utara ini, kami tidak merasa
kuatir pula," ucap Ban Cen San tertawa.
Menjelang tengah hari, tanpa disuruh oleh
suhunya, Hang Ka Hen kemudian memesan
pelayan untuk menyediakan makanan menjamu
kedua tamu itu. Setelah pelayan selesai menyediakan makanan
dan minuman di atas meja, Kuo Se Fen bangkit
berdiri, berkata dengan sikap hormat:
"Kalian datang jauh2 tentu lelah dalam
perjalanan, mari kita mengisi perut dahulu !"
"Terima kasih Kuo toako, kami merepotkan saja,
terhadap toako siautee pun tidak berlaku sungkan
pula." Kemudian mereka bertiga mengisi perut sambil
mengobrol, pandangan mata Kuo Se Fen terus
menerus mengikuti gerak-gerik si cambuk naga
harimau Ban Cen San, namun sedikitpun ia tak
dapat menemukan ciri2 bahwa ia adalah Ban Cen
San palsu. Tapi ia yakin Luk Tek Kui tak berani
membohonginya, sementara pikirannya timbul
untuk bisa memecahkan teka-teki yang membingungkan hatinya, maka cepat ia berkata
sambil ketawa: "Ha Ha ! Hampir2 aku lupa, ada
sesuatu hal yang harus kuucapkan terima kasih
terhadap saudara Ban !"
Ban Cen San tercengang, tanyanya heran:
"Urusan apakah itu?"
112 "Masih ingatkah saudara Ban pada tiga bulan
yang lalu, ketika aku sedang berada di kota Kim
Lin melawat almarhum Kang toako " Sewaktu kita
saling ngobrol dalam pertemuan, aku masih ingat
ketika itu aku pernah mengatakan kegemaranku,
bahwa aku suka pada lokio besar yang direndem
dalam cuka asem (acar lokio) tapi harus cuka asem
Yan Ho Yen dari Cen Ciang yang sedikitnya telah
disimpan belasan tahun........"
Belum habis ia bicara, Ban Cen San sudah
memotongnya : "Oh ! Ya memang tidak salah ! Kuo
toako pernah berkata demikian padaku."
Mendengar jawaban itu hati Kuo Se Fen
terkejut, dalam hatinya ia memaki, memang pada
tiga bulan yang lalu, ia pernah mengobrol lama
dengan Ban Cen San tapi sesungguhnya ia tidak
pernah mengatakan kegemarannya itu. Tapi
walaupun demikian ia tetap tenang melanjutkan
kata2nya. "Beberapa hari kemudian, saudara Ban lalu
suruh orang mengantarkan dua guci cuka asem
Yan Ho Yen itu, kini baru dapat kuucapkan terima
kasih dihadapan saudara Ban."
"Ha Ha ! Ini tidak berarti apa2, dua guci cuka
asem tidak ada harganya tidak usah harus
berterima kasih." ia berhenti sebentar kemudian
sambungnya pula : "Sebenarnya cuka asem Yun
Ho Yen dapat dibeli di-mana2, karena sangat
terkenal harumnya, tapi hendak mencari simpanan
yang telah belasan tahun, memang agak sulit,
siautee mencarinya kesini-sana hanya dapat dua
guci saja, bila Kuo toako menghendakinya lebih
113 banyak, sedikitnya haruslah bersabar lima tahun
pula." Walaupun ceritanya di-buat2, tapi nampaknya seperti benar2 terjadi saja !
Kuo Se Fen memandanginya sambil mesemmesem, hatinya sungguh terkejut luar biasa,
katanya dalam hati: "Kau bilang tidak ada artinya,
hm ! Justru besar artinya bagiku ! Kalau begitu
saudara Ban yang sebenarnya memang telah
dibinasakannya, entah siapakah sebenarnya orang
ini " Sampai bisa menyamar sedemikian rupa."
Untuk jangan membuat orang timbul kecurigaan, Kuo Se Fen tetap pura2 tidak
mengetahui samaran orang ini, sautnya segera :
"Sungguh beruntung nasibku mendapat rejeki
demikian besar, sungguh terima kasih atas
kebaikan saudara Ban yang telah memberi rejeki
ini." Kemudian ia berpaling pada Cu Ju Hung serta
berkata : "Belum lama aku dengar kesehatan ji-kongcu
sedikit terganggu, entah apakah kini sudah baikan
keadaannya ?" Wajah Cu Ju Hung nampak berobah sedih dan
sahutnya mengeluh : "Aii ! Ternyata saudara Kuo
belum juga mengetahui, ji-kongcu telah meninggal
!" Dengan pura2 terkejut, Kuo Se Fen berseru
kaget : "Apa " Kau maksudkan keponakanku Kang
Han Cing telah meninggal?"
"Selama ini memang kesehatannya kurang
begitu baik, setelah tuan besar meninggal,
tubuhnya kian lemah dan penyakitan. Pada tiga
114 hari yang lalu timbul kebakaran didalam rumah,
kami berusaha menolongnya dari malapetaka itu,
tapi setelah api berhasil dipadamkan, ternyata ia
telah terbakar hangus .....Aiii ! Sungguh malang
nasibnya !" Tiba2 tangan Kuo Se Fen menggeprak meja
hingga semua cangkir arak yang terletak di atas
meja itu berantakan jatoh ke lantai, namun
sedikitpun ia bagaikan tidak menyadarinya,
mulutnya kemak-kemik sambil mendongak keatas
: "Almarhum saudara Kang, orang demikian
bijaksana, selalu berbuat baik dan mengulurkan
tangan terhadap orang yang membutuhkan
pertolongannya, keturunannya tidak seharusnya
mendapat nasib yang demikian buruk ! Ai,
dimanakah keadilan Tuhan?"
Ban Ceng San pun turut sedih keluhnya: "Aku
pun tak habis pikir, Kang Han Cing bisa
mengalami nasib demikian malangnya, malapetaka
ini sungguh membuat orang merasa ngenes ! Aii !"
Kemudian sambungnya: "Sebenarnya dari wajahnya ia sedikit pun tiada mempunyai ciri-ciri
umur yang pendek." Apa yang diucapkan bertentangan dengan isi
hatinya, ucapan yang terakhir diluar dugaan, tepat
dengan kenyataan yang sebenarnya, bukankah
Kang Han Cing luput dari bahaya maut yang
mengancamnya dan tetap masih hidup"
Sebagai tuan rumah Kuo Se Fen tidak mau
banyak bicara, ia tenangkan hatinya yang panas
115 dan marah, ia tunjukan wajah berseri mesem,
ucapnya : "Silahkan kalian minum, jarang kita
mempunyai kesempatan ini."
Selesai makan mereka mengobrol pula sebentar,


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian Ban Cen San dan Cu Ju Hung minta diri
untuk pergi. Setelah mengantarkan tamunya pergi, hati Kuo
Se Fen nampak berat, perasaannya amat tertekan.
Pikirannya kalut. Ban Cen San kini ada orang yang
menyamarnya, sudah tidak dapat diragukan lagi,
hanya ia merasa heran orang bisa menyamar
sedemikian rupa hingga sulit untuk dibedakan
mana yang palsu dan mana yang asli, kalau orang
bisa meniru suara lain orang ini tidaklah begitu
mengherankan, tapi sampai2 bisa meniru gerakgerik dan ketawanya dari kebiasaan seseorang
sungguh membuat ia kagum dan sukar dimengerti.
Ia mengenal Ban Cen San sudah puluhan
tahun, maka terhadap diri kawan lamanya itu
segalanya ia tahu jelas, tadi ia terus menerus
meneliti diri Ban Cen San palsu, tapi sedikit pun
tak dapat menemui perbedaannya, kalau tidak ia
menguji dengan cerita acar lokio, hampir tidak
mempercayai keterangan Luk Tek Kui.
Ia terus ber-pikir2 tokoh dari manakah Ban Cen
San palsu itu" Dan apa maksudnya ia berbuat
demikian " Kuo Se Fen duduk sendirian, otaknya terus
digunakan untuk memecahkan kejadian-kejadian
yang berentetan penuh teka-teki ini, semua ini
terjadi dalam beberapa hari ber-turut2, walaupun
116 ia tak menduga pasti, tapi ia mendapat kesimpulan
bahwa semua ini adalah perbuatan seorang yang
tidak mau menampakan diri dan sudah direncanakan sebelumnya! Terpikir pula olehnya, dari keterangan Ban Cen
San palsu disebut nama keluarga Lie dari utara,
mungkinkah keluarga Lie menjadi sasaran mereka
pula" Si telapak tangan dewa Lie Kuan Tie adalah
salah seorang dari 4 datuk silat di masa itu,
menurut keterangannya, dia pergi ke gunung Pe
Hia San kelenteng Pak Yun untuk berobat, ini
sungguh mengherankan orang, baru2 ini tersiar
kabar bahwa pengurus rumah tangga Yap
cungkuan tiba2 mati dicelakai orang di Hai Yang,
kejadian ini sungguh diluar dugaan orang.
Kaum kangouw memang telah menduga bahwa
keluarga Lie dari utara ini mungkin telah terjadi
sesuatu, hanya karena mereka rapat menutup
mulut tidak mau membocorkan keluar hingga tidak
dapat diketahui oleh orang luar.
Sungguh membuat orang terombang-ambing
pikirannya ternyata keluarga Lie terus menerus
mengalami malapetaka yang hanya dalam waktu
setengah bulan saja ! Si rajawali bersayap emas Kuo Se Fen adalah
ketua dari suatu partai, pengalaman sangat luas,
setelah ia ber-pikir2 serta menguraikan semua ini,
terasalah olehnya bahwa urusan amatlah genting
tak boleh dipandang enteng. Nampak alisnya yang
tebal itu mengerut tegang dan mulutnya kumat117
kamit bagai orang kesurupan. Dunia kang-ouw
akan dilanda malapetaka dan kekalutan. Didalam
keadaan yang penuh amukan badai berbahaya ini
bisakah Hai Yang Pay tetap berdiri tegak dan tidak
mengalami kehancuran "
Sekonyong-konyong suatu pikiran timbul dalam
hatinya hingga membuat tubuhnya yang kekar itu
menjadi bergidik hatinya kian menegang !
Jangan2 mereka telah mempunyai niat untuk
meruntuhkan Hai Yang Pay. Kalau memang tidak
demikian mengapa mereka terus2an mencari dan
hendak membunuh Goan Tian Hoat" Andaikata
Goan Tian Hoat karena menyaksikan perbuatan si
Lengcu berbaju hitam itu yang membongkar peti
mati Kang Sang Fung, toh ia hanya mengetahui
jenazahnya telah hilang lenyap dan sedikitpun
tidak mengetahui siapa orang yang berseragam
hitam itu, kalau2 toa-kongcu Kang Puh Cing benar
adalah si lengcu itu, hingga perlu membunuhnya
untuk menutup rahasia, juga tidak seharusnya
urusannya di-besar2kan sampai2 memfitnah Goan
Tian Hoat melakukan perampokan.
Bila hanya menghendaki Goan Tian Hoat diusir
dari Hai Yang Pay kiranya sudah cukup dengan
sepucuk surat dari Ban Ceng San untuk
membuatnya percaya, untuk apa harus datang
sendiri" Bahkan mengikutsertakan seorang pengurus rumah tangga Kang. Bukankah semua
ini sudah merupakan suatu tanda bahwa Cen Yen
piauwki dan keluarga Kang akan melakukan suatu
rencana jahat terhadap Hai Yang Pay "
118 Pikiran itu membuatnya kian menegang, dan
nampak alisnya berdiri karena marahnya, ucapnya
terhadap diri sendiri: "Hem! Aku mau lihat mereka
hendak terang2an menghadapinya atau akan
secara gelap2an dengan sembunyi2 mencelakai Hai
Yang Pay " Asal saja mereka berani melakukan
sesuatu terhadap Hai Yang Fay, aku pun tidak
akan segan membuka semua rahasia dan
mengumumkan pada dunia kang ouw."
Baru saja ucapannya habis, nampak muridnya
Hang Ka Hen berdiri seorang diri didepan pintu
ruangan, kedua tangannya lunglai ke bawah
bagaikan orang yang sedang kesima, mungkin
hatinya kaget karena menyaksikan wajah gurunya
yang belum pernah ia saksikan sebelumnya.
"Ka Hen, kapankah kau masuk?" tegurnya.
Ditegur demikian Hang Ka Hen terkejut, cepat ia
menjura, sahutnya: "Teecu baru saja datang."
Kuo Se Fen memerintah: "Segera kau
beritahukan pada pengurus kantor bahwa mulai
hari ini untuk sementara jangan menerima barang
titipan apapun dan seluruh piauwto jangan
meninggalkan piauwki, dan kumpul untuk terima
perintah selanjutnya."
Sekali lagi Hang Ka Hen dibuat terkejut, dengan
memandang suhunya ia berkata heran: "Suhu?"
"Kau cepat mengutus orang untuk panggil jisusiok dan sam-susiok supaya datang selambat2nya pada tengah hari besok !"
119 Hang Ka Hen tidak tahu apa yang telah terjadi "
Ia men-duga2 mungkinkah ini ada hubungannya
dengan kedatangan Ban Ceng San dan Cu Ju
Hung" Ia mengiakan perintah gurunya tapi
kakinya tetap diam berdiri penuh tanda tanya,
kemudian ia mengangkat pandangannya serta
katanya : "Suhu, sebenarnya"."
Kuo Se Fen mengulapkan tangan dan berkata.
"Tak usah kau banyak tanya, pergilah !" lalu ia
melangkah masuk. Diruang dalam, Yen Yuh Sing menyapa: "Suhu !"
"Ji-suhengmu apakah sudah kembali?"
"Belum." "Kau tunggu di depan pintu timur, bila ia
kembali suruh ia kesini, dan suruh orang panggil
Luk Tek Kui kemari."
Setelah Yen Yuh Sing berlalu, Kuo Se Fen
menghampiri Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing.
Katanya: "Kalian duduklah." sambil mengulapkan tangan
ia menyuruh mereka duduk.
"Suhu"." Belum habis Goan Tian Hoat bicara nampak
mata Kuo Se Fen melotot, bentaknya. "Anak,
sungguh sembrono kau ini, kalian harus
memanggilku Itio !" Wajah Goan Tian Hoat menjadi
dibuatnya, ia menunduk dan katanya :
merah "Benar." 120 Kang Han Cing pun turut memanggilnya itio,
tanyanya: "Itio, Ban losiok telah pergi ?"
"Ya." "Betulkah keterangan Luk Tek Kui ?" cepat
Goan Tian Hoat bertanya. "Ai ! Benar2 ia Ban ceng San !"
Goan Tian Hoat terkejut dan kesima, kemudian
tanyanya pula : "Itio dapat membedakannya?"
Dengan menggelengkan kepalanya Kuo Se Fen
menyahut lesu : "Aku tidak bisa membedakannya, tapi dapat
mengetahuinya dengan mengujinya, kemudian ia
menceritakan semua itu dengan jelas."
Tubuh Kang Han Cing bergidik mendengar
cerita itu, ucapnya : "Benar-benar sudah terjadi
hal2 demikian anehnya !"
Goan Tian Hoat pun terkejut, katanya heran :
"Betapa pun hebat ilmu menyamar dari
seseorang tapi bila diteliti oleh orang yang memang
sudah mengetahui palsunya, sedikit banyak tentu
bisa dibedakannya, lebih2 bagi itio yang telah
menjadi kawan puluhan tahun dengannya. Kalau
begitu ilmu mengubah muka orang itu betul2 telah
mencapai puncak kemahirannya hingga sukar buat
orang lain untuk dapat membedakan mana yang
asli dan mana yang palsu."
"Ai ! Bukan hanya hebat dan mahir saja, boleh
dibilang sama dengan Ban Ceng San yang kukenal
lama." 121 Kang Han Cing mengeluh, katanya kemudian :
"Bagaimanakah pandangan itio terhadap persoalan
ini ?" Sambil mengelus jenggotnya
tersenyum, sahutnya : Kuo Se Fen "Mungkin orang ini adalah satu golongan
dengan lengcu baju hitam itu, kini belum juga
dapat kuketahui dengan jelas."
Ia berkata demikian karena tidak mau hal ini
sampai menambah besar tekanan bathin hati Kang
Han Cing, maka ia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Goan Tian Hoat mengerutkan keningnya, "Itio,
menurut pendapatku mereka mencari diriku
hanyalah sebagai alasan belaka, mungkin tujuan
yang sebenarnya adalah hendak mencari setori
pada Hai Yang Pay !"
Diam2 dalam hati Kuo Se Fen mengagumi
kecerdasan muridnya yang mempunyai pandangan
sama dengan dirinya. "Kurasa mereka masih belum
berani dengan terang2an memusuhi Hai Yang Pay,"
ucapnya mesem. "Perasaanku........."
Belum habis ucapan Goan Tian Hoat tiba2
terdengar suara Luk Tek Kui dari luar :
"Entah ada memanggilku ?" perintah apakah tuan besar "Kau masuklah."
Begitu ia melangkah masuk Kuo Se Fen berkata:
"Mulai sekarang kau berjaga didepan pintu
122 ruangan belakang ini, tanpa seizinku siapapun
tidak diperbolehkan masuk."
"Apakah termasuk beberapa piauwsu disini ?"
"Aku bilang siapapun
termasuk murid2ku." tidak boleh masuk "Ya, pesan tuan besar akan kukerjakan dan
siapapun tak aku ijinkan masuk."
Sambil meng-elus2 jenggotnya Kuo Se Fen
berpesan pula. "Kecuali bila Yun Tai membawa
Than Hoa Toh kemari kau suruh mereka masuk."
"Oh Cau piauwto pergi menjemput Than Hoa
Toh ?" "Jangan banyak tanya."
"Ya." Luk Tek Kui pergi keluar.
Kuo Se Fen berpaling memandang Kang Han
Cing, katanya : "Hiantit (keponakan), istirahatlah
dengan tenang jangan banyak pikir, yang penting
pulihkan kesehatanmu dahulu."
"Aku sangat berterima kasih atas kebaikan serta
budi pertolongan itio, hanya diriku telah terkena
racun lunak hingga tenaga dalamku lenyap, dan
menjadi lumpuh, mungkin penyakitku ini tak
dapat diobati pula." berkata Kang Han Cing dengan


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedihnya. "Ilmu pengobatan Than Hoa Toh sungguh luar
biasa tingginya, segala penyakit aneh yang sangat
sukar diobati oleh orang lain selalu dapat tertolong
dan dapat disembuhkan olehnya, penyakit hiantit
123 yang tidak seberapa ini, dengan sendirinya tentu
bisa disembuhkan." Tiba2 terdengar suara Luk Tek Kui dari depan.
"Tuan besar, Than sianseng telah tiba."
"Baru kita bicarakan dirinya orangnya telah
muncul." sambil mesem Kuo Se Fen melangkah
keluar untuk menyambutnya.
Nampak olehnya Cau Yun Tai bersama Than
Hoa Toh sedang berjalan mendatang. Kuo Se Fen
mengepalkan kedua tangannya memberi hormat.
"Selamat datang losian-seng! Maafkan kelalaian
penyambutanku ini." Than Hoa Toh kira2 berusia limapuluh tahun,
wajahnya putih bersih, dengan sebelah tangannya
meng-elus2 jenggot putihnya ia mengamat2i diri
Kuo Se Fen dan ucapnya dengan tertawa: "Ha Ha,
Aku kira siapa orangnya" Kau Kuo lopiauwto." ia
berhenti dan batuk2 sebentar, dengan wajah yang
kurang senang kemudian ucapnya pula :
"Sepanjang jalan aku menanya pada saudara kecil
ini, siapakah sebenarnya yang memanggil aku
untuk berobat, tapi ?a tidak mau memberitahukannya." Kuo Se Fen cepat menjura dan sahutnya: "Ini
adalah pesan dariku supaya jangan memberi tahu
sebelum tiba disini."
Lalu ia mempersilahkan tamunya itu masuk
keruangan tamu. "Mengapa?" tanya Than Hoa Toh tidak senang.
124 "Ini karena keadaan terpaksa, keponakanku di
Kung Ce Hu karena dicelakai oleh musuhnya
sehingga gerak jalannya terganggu, kemarin dulu
dengan diantar oleh saudaranya datang kesini
untuk berobat. Untuk menghindari gangguan dari
musuhnya dalam pengobatan, maka aku memesan
muridku ini supaya rahasia ini jangan sampai
tersiar keluar." "Oh sebab ini, aku tidak begitu jelas urusan
dalam dunia kangouw."
Setelah mereka duduk Kuo Se Fen berkata pada
Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing berdua: "Cepat
kalian memberi hormat, ia adalah Than sianseng
yang sangat tersohor namanya !" Lalu berkata pada
Than Hoa Toh untuk memperkenalkannya :
"Mereka adalah keponakanku yang datang dari
Kung Ce Hu !" Goan Tian Hoat bersama menjura memberi hormat : !" Kang Han Cing "Terimalah hormat buanpwee ini Than sianseng
Sinar mata Than Hoa Toh berkilatan ia
mengamat2i diri mereka dan kemudian bertanya:
"Tak usah berlaku sungkan. Ada seorang pendekar
she Ong bernama Ong Cen Bu entah kalian
mempunyai hubungankah dengannya ?"
Cepat Goan Tian Hoat menyahutnya : "Itu
adalah toape buanpwee."
125 "Ha ha, Kuo lopiauwto dan Ong tayhiap adalah
sahabat kentalku, kalau begini kita bukan asing
lagi." Sementara seorang pelayan membawakan
minuman : "Silahkan minum sianseng !"
Than Hoa Toh mengangguk kecil kepadanya,
berpaling pada Goan Tian Hoat.
"Bagaimanakah saudaramu ini dicelakai oleh
musuhnya ?" "Selama dua bulan ini koko buanpwee kian
menyusut kesehatannya sampai2 jalan pun harus
dituntun oleh orang, kemungkinan besar ini adalah
karena dicelakai orang secara diam2."
Sinar mata Than Hoa Toh menyorot terang
tanyanya : "Apakah sebab musabab penyakitnya ?"
"Buanpwee mencurigai koko dicelakai oleh orang
karena ada dua kemungkinan."
"Apakah dua kemungkinan itu ?" tanya Than
Hoa Toh penuh perhatian. "Satu kemungkinan, terkena suatu racun lunak
yang daya kerjanya perlahan, dan kemungkinan
yang lain, terluka oleh suatu ilmu pukulan yang ia
tak sadari." "Hemm, bila ia terkena suatu racun lunak aku
masih bisa mengobatinya, tapi andaikata penyakitnya memang terluka oleh ilmu silat yang
tidak menampakkan ciri2nya, sudah terang aku
tidak dapat menolongnya."
126 Kuo Se Fen cepat berkata : "Aku sendiri telah
memeriksanya tapi tidak mendapatkan sedikit
ciri2pun, maka minta pertolongan sianseng untuk
memeriksanya." Walaupun Kuo Se Fen menyatakan bahwa
penyakit itu karena terkena suatu racun lunak,
akan tetapi dari kata2nya sudah dapat ditangkap
arti sebenarnya dari ucapnya itu, betapa tidak ia
dan Ong Cen Bu berdua adalah orang yang
mempunyai ilmu kepandaian silat tinggi, bila
memang terluka oleh suatu ilmu pukulan,
bagaimana mereka tidak tahu " Maka dengan
sendirinya ia harus mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan terkena oleh suatu racun
lunak. Kemungkinan terluka oleh suatu ilmu pukulan
yang dikemukakan oleh Goan Tian Hoat
sebenarnya hanyalah kata2 tambahan untuk
jangan sampai maksudnya diucapkan secara
langsung dan suhunya Kuo Se Fen pun cepat
dengan cara halus menangkis kemungkinan ini,
memang demikianlah bagi kaum bulim yang telah
berpengalaman untuk bisa mengutarakan sesuatu
hingga tidak dicurigai orang.
Than Hoa Toh menganggukan kepalanya sambil
tangannya meng-elus2 jenggotnya yang hanya
beberapa lembar seperti jenggot kambing. Kemudian berkata : "Coba aku periksa dahulu." lalu ia berjalan ke
suatu kursi di pinggiran jendela dan duduk disana.
127 Goan Tian Hoat mengikuti dengan menuntun
Kang Han Cing yang kemudian didudukan
disebuah kursi disamping Than Hoa Toh, ia
mengambil sebuah buku tebal yang kemudian ia
letakan dibawah telapak tangan Kang Han Cing.
Than Hoa Toh memegang pergelangan tangan
Kang Han Cing dengan tiga jari tangannya,
matanya terkatup, tidak berapa lama matanya
terbuka dan seperti itu pula ia memeriksa
denyutan darah dipergelangan tangan kanan,
seperti pertama lamanya, baru ia buka matanya
pula, melepaskan pergelangan tangan Kang Han
Cing, kemudian ia menyuruhnya mengangakan
mulut, melihat lidahnya, dengan suara pelan sekali
ia berkata: "Denyut darahnya agak tersumbat dan
lemah nampaknya jantungnya kurang normal"."
"Ilmu pengobatan sianseng amat mahir, apakah
sianseng telah mengetahui penyakitnya ?" tanya
Kuo Se Fen. "Dari jalan darahnya tidak ada ciri2 dilukai oleh
suatu ilmu pukulan, karena jalan darahnya tidak
ada sedikit bengkak pun seperti lazimnya bila kena
terpukul atau tertotok."
"Kalau begitu apakah terkena racun ?" tanya
Goan Tian Hoat. (Bersambung 3) *** 128 Jilid 3 "KEMUNGKINAN BESAR, hanya aku belum
berani memastikannya......." jawabnya sambil
matanya memandangi Goan Tian Hoat dengan
tajam, kemudian sambungnya :
"Bukan aku menyombongkan diri sendiri,
pengetahuanku dalam pengobatan sudah banyak
pengalaman, telah banyak aku menyembuhkan
penyakit2 yang sulit2 dan parah, hanya bagi
seorang tabib untuk bisa mempermudah pengobatannya, haruslah mempunyai penerangan
untuk dijadikan titik tolak, karena walau
bagaimanapun tabib itu bukanlah dewa yang bisa
mengetahui segalanya, maka bila hendak mengobati penyakit saudaramu, terlebih dahulu
aku mesti mengetahui jelas keadaan yang
sebenarnya sebelum maupun sesudahnya ia sakit,
untuk bisa kujadikan bahan penelitian hingga
dapat lebih mudah memberi obat yang cocok untuk
menyembuhkan penyakitnya !"
"Kata2 sianseng memang tidak salah. Ka Ling,
kau beritahulah bila Than sianseng hendak
menanyakan sesuatu dan jangan takut2 untuk
diobati." Ka Ling adalah nama samaran Goan Tian Hoat.
"Ya, entah apakah yang hendak
tanyakan ?" tanya Goan Tian Hoat.
sianseng "Menurut yang kutahu racun itu terbagi dua
macam, satu macam adalah racun keras yang
cepat daya kerjanya hingga bila terkena racun ini
129 bisa mati hanya dalam beberapa jam saja. Yang
lain macam ialah racun lunak yang daya kerjanya
lambat, tapi ini pun tidak bisa bertahan terlalu
lama. Saudaramu terkena racun telah ada dua
bulan lebih lamanya, maka ini hanya ada satu
kemungkinan............"
ia tidak melanjutkan kata2nya dan nampak sedang pikir2.
"Menurut pendapat sianseng kemungkinan
apakah itu ?" tanya Goan Tian Hoat.
"Saudaramu tidak terkena racun keras, maka
dengan sendirinya terkena racun lunak, tapi inipun
tidak mungkin ia bisa tahan sampai dua bulan
lebih, maka menurut pendapatku ia terkena bukan
dengan cara sekaligus, bila orang memberinya
dengan cara membagi beberapa kali dan pula
dengan jumlah merata, karena hanya dengan cara
demikianlah baru dapat mengelabui perasaan
orang yang dicelakainya, hingga lambat laun racun
yang bersarang dalam tubuh orang itu kian
bertambah dan akhirnya menjadi lemah dan
lumpuh." Hati Goan Tian Hoat menjadi kagum atas
keahlian Than Hoa Toh menguraikan sesuatu hal,
se-akan2 ia seperti telah menyaksikannya sendiri.
"Benar apa yang sianseng katakan." ucapnya
sambil memanggutkan kepala.
Sementara Than Hoa Toh sudah melanjutkan
kata2nya: "Akan tetapi bila berpatokan dari dugaanku ini,
memang kemungkinan besar ia diracuni dengan
cara ber-angsur2, persoalan ini

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh 130 membuatku sukar untuk memastikannya, karena
bila orang itu adalah musuhnya kesempatan
baginya hanyalah sekali saja untuk bisa
meracuninya, tapi ia bisa meracuni dengan
beberapa kali berturut2, sesungguhnya tidaklah
masuk diakal." Kuo Se Fen dan Goan Tian Hoat agak menjadi
tercengang dan air muka mereka nampak agak
tegang. Dengan wajah sungguh2 Than Hoa Toh
bertanya : "Maka terpaksa aku bertanya biasanya
siapakah yang terdekat dengan saudaramu?"
"Yang sianseng maksudkan siapa2kah yang
terdapat dalam rumah boanpwee ?"
"Yang kutanya siapakah yang paling dekat
dengan saudaramu sehari2 ?"
"Koko boanpwee sedang tekun belajar ilmu silat
hingga belum berumah tangga, dirumah selain ibu
yang ada hanyalah dua orang pelayan serta
seorang bujang." ia membuat cerita tapi kemudian
sambungnya: "Tiga bulan yang lalu dalam
perjalanan Koko bersamprokan dengan tiga orang
musuhnya yang sangat tinggi ilmu kepandaiannya,
karena dikeroyok tiga orang ia tak dapat melawan,
berhasil lari dengan menyelam kedalam air,
sesampainya dirumah ia terserang demam hingga
jatuh sakit belasan hari lamanya. Selama sakit
dirawat oleh seorang pelayan untuk makan obat
maupun kebutuhan lainnya. Sedari itulah tubuhnya kian hari kian lemah, semula dikira
karena belum pulih kesehatannya, tapi lambat131
laun kian terasa pernapasannya agak terganggu
serta tenaganya berkurang, sampai-sampai akhirnya jalan pun harus dituntun orang."
Mendengar cerita Goan Tian Hoat yang dibuatbuat itu, dalam hati Kang Han Cing merasa kagum,
karena walaupun ceritanya itu bohong belaka tapi
semuanya bagaikan benar terjadi dan tiada
sedikitpun yang bisa membuat orang merasa
curiga, sungguh membuat ia kagum atas
kecerdikan diri Goan Tian Hoat, dengannya ia
hanya lebih besar tak seberapa umurnya, tapi
pengalamannya jauh lebih banyak.
Sorot mata Than Hoa Toh berkilat nampak
sedikit berobah, dengan mengawasi wajah Goan
Tian Hoat ia bertanya: "Telah lamakah pelayan
yang merawatnya itu bekerja pada keluargamu?"
Ditanya demikian Goan Tian Hoat agak kesima
dan sautnya kemudian: "Belum ada setengah
tahun." Kuo Se Fen sangat memuji kecerdasan
muridnya itu, karena dengan jawaban itu dengan
tidak langsung ia telah menunjukan peranan
penting dari diri si pelayan itu.
Kemudian Than Hoa Toh mendesak
tanyanya: "Apakah kini ia masih bekerja?"
dan Goan Tian Hoat pura2 menjadi terkejut dan
katanya: "Jangan2 sianseng mencurigakan ia yang
meracuninya" Ah ! Ia.....Ia telah dijemput oleh
orang tuanya pada sebulan yang lalu."
132 "Ha, Ha, maka itulah walaupun aku tidak
mempunyai bukti, tapi kemungkinan besar pelayan
itu telah diperalat oleh orang hingga meracuninya."
Kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja
oleh Kuo Se Fen maka cepat ia berkata: "Kalau
begitu sianseng telah memastikan bahwa penyakit
Ka Siong terkena racun lunak, entah bisakah ia
disembuhkan?" "Jangan lopiauwto merasa kuatir ! Setelah aku
dapat mengetahui keadaan sebenarnya maka
tidaklah sukar untuk mengobatinya, hanya......"
Ia tidak meneruskan kata2nya tapi tiba2
mengerutkan keningnya dan mendongak ke atas,
nampak ia ber-pikir2 sambil mulutnya kumatkamit berkata sendiri :
"Racun yang lunak"..Membuat tenaga orang
hilang lenyap......ini....."
Tiba2 matanya terbelalak dan serunya ngeri :
"Jangan2 ini adalah racun pembuyar tenaga ?"
Kuo Se Fen menjadi kagum atas keahlian si
tabib betapa tepat dugaannya itu, baru saja ia
hendak membuka mulut untuk bicara, muridnya
Goan Tian Hoat telah mendahuluinya : "Pemeriksaan sianseng tentu tidak bisa salah,
entah adakah obat pemunahnya ?"
Dengan mata dibuka lebar2 Than Hoa Toh
mengawasi perobahan air muka Goan Tian Hoat :
"Ha ha, asalkan saja benar racun pembuyar tenaga
tidak akan sulit bagiku untuk mengobatinya."
133 Goan Tian Hoat menjadi gembira : "Koko
memang terasa tenaga dalamnya hilang musnah
kini hanya mengandalkan pertolongan sianseng
untuk menyembuhkannya, mohon berilah obat
pemunahnya." Than Hoa Toh dapat menangkap perobahan air
muka Goan Tian Hoat, tanyanya pula: "Berapakah
umur saudaramu kini ?"
Goan Tian Hoat sungguh tidak nyana ia bisa
menanya demikian hingga ia menjadi kesima
sejenak kemudian baru ia menyahutnya: "Koko
lebih besar dua tahun dari boanpwee kini berusia
dua puluh sembilan tahun."
"Baiklah terlebih dahulu aku bukakan resep
untuk dimakan tiga hari, kalau betul terkena
racun pembuyar tenaga tentu akan sembuh
kembali. Tapi bila setelah tiga hari tiada perobahan
sedikitpun, aku bisa datang sendiri untuk
mengobati lebih lanjut."
Kemudian dari dalam saku bajunya ia
mengeluarkan sebuah kunci kecil dari bahan
kuningan, membuka peti obat yang ia bawa,
dengan amat teliti dari dalam peti itu ia
mengeluarkan tiga botol kecil yang berisi bubuk
obat. "Bisakah sianseng menginap disini selama tiga
hari menunggu sembuhnya penyakit koko ?"
Sambil membuat menyahutinya : obat Than Hoa Toh 134 "Tiap hari ratusan orang sakit yang datang
kerumahku untuk berobat, mana bisa aku berdiam
disini hingga tiga hari lamanya " Ha ha, jangan kau
kuatir, telah puluhan tahun aku mengobati orang
dan belum pernah ada yang harus dua kali
memakan obatku baru sembuh. Tapi terhadap
empemu Ong tayhiap serta Kuo lo-piauwto sahabat
lamaku tentu lain dari pada yang lain, maka tiga
hari kemudian sembuh atau tidak tetap aku akan
datang pula, tidak usah kalian jemput. Walaupun
ia telah sembuh, masih harus diperiksa lebih
lanjut." Goan Tian Hoat berpaling pada suhunya minta
pendapat. Kuo Se Fen memanggut tertawa : "Ha ha, apa
yang Than sianseng katakan memang adalah
sebenarnya, tiap hari bukan sedikit orang yang
datang untuk berobat padanya. Tidak sepatutnya
kita memaksanya menginap disini hingga tidak
memikirkan mati hidupnya orang2 sakit yang
minta pengobatannya. Kelak tiga hari kemudian
aku bisa menyuruh orang untuk menjemputnya."
Dengan meng-goyang2kan pundaknya Than Hoa
Toh tertawa lirih: "Ya ini telah menjadi kewajiban
seorang tabib, kepentingan orang banyak harus
diutamakan. Aku kuatir kini dirumah telah banyak
orang sakit sedang menungguku maka terpaksa
aku harus segera kembali."
Dengan ter-gesa2 ia membungkus enam
bungkus obat yang telah dibuat dan ditaronya
diatas meja: "Obat ini untuk diminum tiga hari,
135 sehari dua kali pagi dan malam minum saja
dengan air hangat......."
Belum habis ucapannya tiba2 dari halaman luar
terdengar suara tegoran keras Luk Tek Kui: "Hei
nona! Kau hendak mencari siapa ?"
Terdengar suara seorang gadis yang lantang dan
terang : "Minggir, aku hendak mencari Than
sianseng." "Jangan masuk ! Cepat kau pergi !"
"Bukankah aku telah beritahu bahwa aku
hendak mencari Than sianseng."
"Disini tidak ada yang bernama Than sianseng,
cepat kau pergi !" "Dari Tai Yan aku terus membuntutinya, dengan
jelas aku melihat ia masuk kesini tentu ia berada
didalam, kau hendak membohongiku ?"
Mungkin selagi omong2 gadis itu menyerobot
masuk, karena kemudian terdengar seruan kaget
Luk Tek Kui : "Iii, Eh, eh stop kau, kau.........Kau
berani masuk kedalam?"
"Yuh Sing, kau keluar lihat ada apa ?" ucap Kuo
Se Fen sambil mengerutkan keningnya.
Baru saja ucapannya habis nampak sebuah
bayangan orang berkelebat masuk hingga Yuh Sing
tidak keburu untuk mencegahnya.
Ternyata bayangan itu adalah seorang gadis
yang usianya kurang lebih anem tuju belas tahun,
ia mengenakan baju biru, kedua matanya jeli dan
bening, dua buah kepang yang hitam mengkelelep
136 meluntai didepan dadanya, begitu tiba didalam
kedua matanya menyapu kesini kesana, wajahnya
kemudian berseri menghampiri Than Hoa Toh:
"Than Sianseng, ternyata benar2 kau berada disini,
sungguh kau membuatku kewalahan mencari kemana2."
Sementara itu Luk Tek Kui telah menyusul
masuk, dengan napas ter-engah2 ia membentak :
"Kau...Mengapa kau sembarangan masuk ?"
Sebenarnya Kuo Se Fen pun kurang senang
terhadap sepak terjangnya gadis itu tapi karena ia
telah menegor Than Hoa Toh terlebih dahulu maka
ia hanya diam saja menyabarkan diri, hanya
matanya melirik ke arah Luk Tek Kui.
Dilirik demikian wajah Luk Tek Kui menjadi
merah ketakutan : "Tuan besar, bukan aku
membiarkan dia masuk, tapi dia .... dia yang
menyerobot masuk !" Sebenarnya Luk Tek Kui pun memiliki
kepandaian yang cukup walaupun ia hanya
seorang bujang kini gadis itu bisa menyerobot
masuk tanpa dapat dicegah, hal ini tentu
menandakan bahwa gadis itu mempunyai kegesitan yang jauh melebihi Luk Tek Kui.
Than Hoa Toh baru saja mengempit peti obatnya
hendak pergi pulang, ia mengerutkan keningnya
begitu ditegor oleh gadis itu : "Siapakah nona ?"
"Loh ! Masakan Than Sianseng lupa pada
diriku" Aku adalah Ce Mei."
137 Than Hoa Toh batuk sejenak dan memanggutkan kepalanya : "Oh ya kau Ce Mei,
entah ada urusan apa kau mencariku ?"
Semua mata yang berada diluaran itu tertuju
pada diri gadis baju biru itu, seorangpun tiada
yang membuka suara. Ditanya demikian, gadis yang bernama Ce Mei
itu menjadi tercengang heran, matanya ber-kedip2
dan sahutnya : "Bagaimana Than sianseng bisa
melupai urusan kemarin sore " Bukankah aku
telah mengundang Than sianseng kerumah untuk
memeriksa penyakit majikanku " Entah obat


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apakah yang Than sianseng berikan kepada
majikanku ?" "Ha Ha, tidak salah kalau saja tidak kau
mengatakannya hampir2 aku lupa, Kok, Kok,
dengan sendirinya aku memberi obat menurut
penyakitnya." "Hm ! Bukankah yang kau beri itu racun ?"
Mendengarnya hati Goan Tian Hoat menjadi
terkejut dan cepat ia berpaling kearah suhunya.
Nampak wajah suhunya sedikit berobah, ia
menggelengkan kepalanya pelan menyuruh muridnya sabar dan mendengarkan lebih lanjut.
Dituduh demikian air muka Than Hoa Toh
berobah marah : "Apakah nona tidak berkelakar ?"
"Siapa yang sedang berkelakar denganmu "
Setelah minum obat yang kau berikan itu dari
mulut majikanku mengeluarkan busa putih hingga
138 tidak sadarkan diri. Kalau tidak masakan jauh2
begini aku datang mencarimu ?"
Sinar mata Than Hoa Toh berkilatan tajam :
"Telah puluhan tahun aku mengobati orang sakit
mana bisa aku salah memberikan obat " Lagi pula
pada kemarin sore sedikitpun aku tidak pernah
memeriksa penyakit majikanmu. Sebenarnya nona
diperalat oleh siapakah hingga hendak mencari
gara2 denganku?" Dituduh demikian Ce Mei menjadi marah dan
balasnya sengit : "Hm ! Sungguh pintar kau memungkirinya !
Dirimulah yang diperalat oleh orang lain untuk
meracuni orang. Kini dihadapkan Kuo lopiauwto
kau katakanlah dengan jelas siapakah yang telah
memperalat dirimu ?"
Walaupun usianya masih sangat muda tapi
kata2 yang diucapkannya sangat pedas, bagi Kuo
Se Fen serta muridnya Goan Tian Hoat ucapannya
bagai suara geledek yang menggetarkan hati
mereka, se-olah2 suara angin puyuh bersama
damparan badai mendengung-dengung ditelinga
mereka, hingga diam2 mereka menjadi bergidik.
Ditegor demikian Than Hoa Toh tertawa pahit, ia
meng-goyang2kan kepalanya dan ucapnya sambil
berpaling kearah Kuo Se Fen : "Kuo lotee, selama
puluhan tahun pernahkah kau mendengar bahwa
aku pernah mencelakai orang" Kata2 nona ini
sungguh tidak masuk diakal. Jelas dibelakangnya
ada orang yang hendak memfitnahku dan
mencemarkan namaku !"
139 Kemudian ia menjura beberapa kali pada Kuo
Se Fen serta katanya: "Lebih baik aku permisi
dulu." Melihat orang hendak berlalu Ce Mei cepat
menghalang didepannya dengan sebelah tangannya
memeluk pinggang: "Hm ! Jangan harap dapat
berlalu dari sini kalau tidak mau mengeluarkan
obat pemunahnya ! Kau telah mencelakai
majikanku masih hendak mencelakai murid Hai
Yang Pay?" Than Hoa Toh menjadi sangat marah dan
bentaknya : "Jahanam ! Ada permusuhan apakah
sampai kau dendam sedemikian padaku hingga
memfitnahku ?" "Hm ! Sungguh berani kau memakiku ! Kau
telah memberi racun pada majikanku apakah ini
salah" Baiklah kini aku beritahukan, semalam
ketika kau memeriksa penyakit majikanku, nyonya
majikanku telah membedakan suaramu agak
berlainan, sebenarnya tak seperti Than..."
Tiba2 Than Hoa Toh membentak keras :
"Jahanam ! Sungguh berani kau menghinaku !"
dan bersamaan telapakan tangannya menghantam
kedepan. Pukulan tangannya sangat cepat
menimbulkan dorongan angin yang luar biasa
besarnya. Kuo Se Fen terkejut, sungguh ia tidak sangka
karena belum pernah ia mendengar bahwa Than
Hoa Toh pernah belajar ilmu silat, tanpa sadar ia
tertawa: "Ha Ha, kalau begitu Than sianseng selain
140 mahir dalam pengobatan pun mempunyai ilmu
kepandaian tinggi pula."
Than Hoa Toh berpaling kepadanya dan
sahutnya : "Walaupun aku bukanlah kaum bulim,
tapi belajar sedikit ilmu silat untuk menjaga
diri........" sementara itu Ce Mei berhasil
mengelakan serangan angin pukulan dengan
mudah. *** Bab 4 CE MEI sangat mendongkol, bertolak pinggang,
katanya marah : "Hmm! Kau takut aku
mengatakannya" Aku tetap mau bicara, majikanku
telah beberapa tahun dirawat oleh Than Hoa Toh,
masakan suaranya tidak dapat dikenalkannya "
Jelas kau adalah seorang penipu yang menggunakan namanya untuk mengelabui orang !"
Dalam hati Than Hoa Toh sungguh merasa
terkejut, ia tak dapat menduga lebih2 melihat
dengan cara bagaimana si gadis bisa melumerkan
tenaga pukulannya yang selalu ia andalkan,
walaupun demikian, ia tak memperlihatkan
perasaan terkejutnya. Tiba2 ia membalikkan tubuh kearah Kuo Se
Fen, ucapnya marah2 : "Lo piauwto, apakah dia adalah orang dari
piauwkimu ?" "Tidakkah tuan Than melihat ia nyerobot masuk
sendiri ?" 141 "Ha ha ha ha ! Orang luar mana bisa begitu
mudah masuk kemari, tentu ia ada kaum muda
dari Hai Yang piauwkiokmu."
Ce Mei berkata sengit : "Tidak usah kau bawa2
diri ketua Kuo, aku sendiri yang membuntuti kau
datang kesini." "Hm! Tidak sudi aku berdebat denganmu !"
"Karena kau takut rahasia dirimu kebongkar !"
sahut Ce Mei. Muka Than Hoa Toh terkilas pucat pasi, dengan
suara dingin ia berkata : "Diriku mendapat
penghinaan dalam Hai Yang piauwki ini, adalah
berkat kebaikan budi luhur dari Kuo piauwto."
Kuo Se Fen hanya mesem2 kecil, sahutnya :
"Tadi telah kuterangkan bahwa ia bukanlah orang
dari piauwki kami." "Kalau ia bukan orang dari piauwkimu,
masakan penghinaan atas diriku ini kau hanya
diam saja !" "Ucapanmu memang tidak salah, ia datang dari
jauh2 karena mempunyai persoalan atas tuan
majikannya yang telah minum obatmu, ini
menyangkut jiwa seseorang, sebelum menjadi
terang duduk persoalannya, pantaskah aku
mengusirnya ?" "Kuo lopiauwto tidak perlu berlaku sungkan
padanya, dia bukanlah Than Hoa Toh," ucap Ce
Mei. Than Hoa Toh menjadi panas ia melangkah
maju, membentak : "Apa katamu ?"
142 "Aku kata kau bukanlah Than Hoa Toh !"
"Ha ha ha ha ! Didaerah utara ini tak
seorangpun yang tidak mengenal diriku, masakan
ada orang yang bisa menyamar diriku !"
Jika kata2nya itu diucapkan beberapa jam
sebelumnya, bagi Kuo Se Fen tentu akan
membenarkannya, tapi hal yang aneh semacam ini
baru saja ia alami sendiri, si cambuk naga harimau
Ban Cen San, kalau saja ia tidak uji kebenarannya,
ia pun tak akan dapat mengetahui samaran Ban
Cen San, maka kini terhadap diri Than Hoa Toh
yang dikatakan palsu oleh Ce Mei, hatinya merasa
bimbang, maka ia pun tak mau cepat2 memberi
komentar ia diam saja. Terdengar lagi Ce Mei mencemoh : "Orang lain
tidak dapat membedakan, karena belum tahu
kedokmu, hem ! Kau kira aku pun tidak dapat
mengenali ?" "Apa yang kau kenali ?" ucap Than Hoa Toh
sengit. "Pasti kau memakai topeng kulit," sahut Ce Mei
dingin. Goan Tian Hoat pernah mempelajari ilmu
mengubah muka, ia menganggap dirinya mahir
dibidang ini, selama Ce Mei menampakan diri dan
bertengkar dengan Than Hoa Toh, ia senantiasa
mengikuti pembicaraan mereka serta mengawasi
air muka Than Hoa Toh, tapi selain logat katanya
dan gerak-geriknya agak nampak tak sabar,
sedikitpun ia tak dapat mengenali perbedaan yang
mencurigakan. Kini mendengar bahwa Than Hoa
143 Toh memakai topeng kulit, hatinya merasa terkejut
dan pikirnya, menurut keterangan yang pernah ia
pelajari bila mengenakan topeng kulit, air muka
orang itu agak kaku tidak leluasa, ini tidak sama
dengan ilmu mengubah muka yang sukar dilihat
ciri2nya, kecuali bagi orang yang benar2 paham
dalam ilmu ini. Sekali lagi diam2 meng-amat2i air
muka Than Hoa Toh, tapi tetap tak dapat ia
melihat bahwa Than Hoa Toh memakai topeng
kulit. Sinar mata Than Hoa Toh berkilatan tajam, ia
berkata dengan suara dingin : "Aku memakai
topeng kulit ?" "Ya, aku akan membuka topengmu itu !"
Ce Mei pura2 hendak mengerahkan tangannya,
katanya, "Tidak percaya, mari kukesetkan." sambil
melangkah maju mendekati, gerakannya sedemikian cepat dan gesit sehingga membuat
orang tidak berani memandang enteng padanya.
Than Hoa Toh mundur dua langkah menghindari, ia meletakkan kotak obatnya diatas
meja serta berkata marah :
"Kau bukan orangnya Hai Yang piauwki akupun
tidak perlu berlaku sungkan terhadapmu."
Nampak tubuhnya berkelebat menerjang maju,
sebelah tangannya diangkat memukul bagian
muka Ce Mei. Angin pukulannya sangat luar biasa
hebat, karena sebagian besar tenaga sinkangnya ia
pusatkan disebelah tangannya ini.
144 Menghadapi serangan orang, Ce Mei sedikitpun
tidak merasa gentar, tubuhnya tidak digeser sedikit
pun, ia tersenyum kecil berkata: "Memang sejak
tadi tidak perlu sungkan2." Begitu serangan tangan
Than Hoa Toh hampir mengenai mukanya, dengan
kecepatan yang luar biasa lima jari tangan kanan
Ce Mei menyodok kedepan, nampak bagaikan
hendak mencengkeram menotok jalan darah
tangan lawannya, namun kelihatannya seperti
hendak mengibaskan untuk menangkis.
Walau gerakannya tampak sedemikian sederhana, tapi didalamnya mengandung perobahan2 yang aneh serta sukar diterka,
kecepatan serta kegesitannya sungguh sukar
diikuti oleh pandangan mata.
Melihat gerakan yang luar biasa aneh dan gesit,
diam2 hati Kuo Se Fen tercengang, ia tidak dapat
menerka ilmu apa yang digunakan Ce Mei dan
baru pertama kali ini ia melihat ilmu pukulan yang
sangat aneh dan hebat. Melihat serangan pukulannya tidak dapat
mengenai sasarannya, Than Hoa Toh cepat
menarik tangannya

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menghindari cengkeraman jari tangan gadis itu, sambil kaki
kanannya ditendangkan kebagian perut lawannya
dengan cepat. Nampak jari2 tangan Ce Mei berobah dan kini
ditundingkan kebawah untuk menotok jalan darah
pusar2nya. 145 Than Hoa Toh terkejut, cepat kaki kirinya
menekan ketanah dan tubuhnya mencelat
kebelakang. Baru saja tubuhnya sampai ditanah, nampak
olehnya bayangan gadis itu berkelebat tiba, kedua
tangannya diulurkan menyerang.
Than Hoa Toh sungguh tidak menyana seorang
gadis yang sedemikian muda belianya mempunyai
ilmu kepandaian yang sedemikian hebat, dengan
berseru marah ia pun serentak menyodorkan
kedua telapaknya untuk balas menyerang.
Ilmu kepandaian gadis itu sungguh luar biasa,
nampak ia memukul, tahu2 berubah menjadi
menotok atau mencengkeram, hingga dua tiga
jurus saja sudah membuat Than Hoa Toh
gelagapan, napasnya ter-engah2, untung baginya
gadis itu nampaknya tidak mempunyai maksud
untuk melukai orang, hingga walaupun ia telah
dapat mendesak serta membuat orang tidak
berdaya, tetap ia tidak mengeluarkan pukulan yang
dapat membinasakan. Sebagai ketua sesuatu partai, Kuo Se Fen
seharusnya dapat mengenali dan sedikitnya bisa
menduga ilmu silat si gadis dari golongan mana,
tapi kini ia sungguh dibuat tercengang karena
bagaimanapun ia tidak dapat mengetahui ilmu silat
yang digunakan oleh gadis itu dan golongannya "
Sementara Than Hoa Toh sudah terdesak
mundur tujuh delapan langkah, sesampainya
dipojokan dinding, nampak Ce Mei mendorongkan
telapak langannya keatas mukanya, menepok
146 dengan cepat, Than Hoa Toh menyeringai masam
dan tangan kirinya menangkis, berbarengan
tangan kanannya disodokkan dengan tiba2 dengan
kecepatan yang luar biasa, nampak telapak
tangannya berobah menjadi hitam hangus,
meluncur kearah dada si gadis.
Hati Kuo Se Fen terkejut, "Go Tok Cang (telapak
lima beracun) ! Jangan nona memapaknya!"
serunya cepat. "Kau cari mati !" Ce Mei membentak dengan
memiringkan tubuhnya kesamping, telapak tangan
yang tadinya hendak menepok dengan cepat
bagaikan kilat berobah turun kebawah, kini
jari2nya terbuka, bagaikan cakar burung elang
menerkam mangsanya, ia mencengkeram atas
pundak kanan, terdengar jeritan yang mengerikan
dan menyayat hati, tubuh Than Hoa Toh jatuh
duduk di atas lantai dengan muka menyeringai
kesakitan. "Bila kau tidak menggunakan ilmu silat yang
keji itu, aku tak akan melumpuhkan sebelah
lenganmu." ucap Ce Mei dengan suara dan wajah
dingin. Than Hoa Toh memandang sengit
kebencian, kemudian ia memejamkan
matanya. penuh kedua Mendengar ucapan si gadis, semua mata
memandang keatas lengan kanan Than Hoa Toh,
benar saja ia lunglai turun kebawah, nampaknya
telah putus lumpuh untuk se-lama2nya.
147 Kuo Se Fen diam2 kagum dan tercengang, luar
biasa hebatnya ilmu kepandaian gadis ini, benar2
baru kali ini selama hidupnya menyaksikan ilmu
aneh dan hebat dari seorang gadis muda belia.
Ce Mei berpaling kearah Kuo Se Fen berkata: "Ia
telah dapat kulumpuhkan, benar tidaknya ia
samaran dari Than Hoa Toh kalian periksanyalah
sendiri, kini kupermisi pergi !" tanpa menunggu
jawaban tubuhnya berkelebat keluar.
"Nona tunggu sebentar !" cepat Kuo Se Fen
mengejar keluar, tapi ternyata ia tidak mendapatkan jejak si gadis. Hatinya menjadi lebih
kagum dan heran, sebagai seorang ketua partai,
dengan hanya selisih sedetik waktu saja, ternyata
sampai bayangannyapun tak dapat dilihat.
Sejenak ia bengong, kemudian masuk kembali
sementara itu muridnya Goan Tian Hoat sedang
jongkok memeriksa leher Than Hoa Toh.
"Suhu, Than Hoa Toh telah mati !" ucap Yen
Yuh Sing. "Bagaimana ia bisa mati ?" tanya Kuo Se Fen
kaget. "Ia bunuh diri dengan menelan racun." sahut
Goan Tian Hoat. "Apakah ia memakai topeng kulit ?" tanya Kuo
Se Fen mengerutkan keningnya.
"Aku belum berhasil menemuinya, kalau
memang benar demikian itu merupakan topeng
kulit yang terhalus dalam dunia kangouw."
"Mudah2an tidak terdapat sehelai pula !"
148 Selama Than Hoa Toh berada disitu Kang Han
Cing diam saja tidak turut bicara, baru kini ia
membuka mulut dan katanya: "Ietio, apakah nona
itu telah pergi ?" Kuo Se Fen mengeluh perlahan sahutnya : "Ai !
Aku mengejar keluar tapi tidak tampak bayangannya pula, asal usul dari nona itu sungguh
mengherankan dan mencurigakan."
Tiba2 terdengar seruan Goan Tian Hoat: "Benar
saja ia memakai topeng kulit !"
Nampak tangannya meraba ke leher Than Hoa
Toh dan jari tangannya dapat mengeset selapis
kulit yang tipis seperti kulit bawang.
Hari telah menjadi gelap maka Yen Yuh Sing
menyalakan lampu pelita hingga ruangan menjadi
terang. Kuo Se Fen memandang kearah orang yang
telah tampak wajah aslinya, jelas wajahnya kuning
pucat, tulang pipinya agak nonjol tinggi, kedua
matanya sipit bagaikan mata tikus serta parasnya
kurus kering, melambangkan ia adalah seorang
yang licik dan memuakan. Dari mulutnya mengalir keluar darah hitam,
benar saja ia telah bunuh diri menelan racun.
Mata Kuo Se Fen terbelalak ucapnya sengit :
"Sungguh tak disangka dia adanya."
"Apakah Ietio mengenalnya ?" tanya Goan Tian
Hoat. 149 "Ia adalah Cui Cang Lim yang mempunyai
julukan Yauw Miang Lang Tio dalam dunia
kangouw (perengut nyawa)."
"Mengapa ia menyamar diri Than Hoa Toh ?"
Terdengar suara langkahan orang yang tergesa2
mendatangi dan nampak muridnya yang kedua
Cau Yun Tai melangkah masuk :
"Suhu....." begitu ia melihat mayat Yauw Miang
Lang Tio ia menjadi bengong dan tercengang.
"Apakah benar mengandung racun ?" tanya
suhunya. "Seperti diperintahkan suhu teecu memberikan
obat itu pada seekor anjing ternyata setelah
memakannya anjing itu menjadi lemas lesu,
bagaimana diusirpun ia tidak mau berjalan,
mungkin benar bahwa obat itu mengandung racun
lunak." Ternyata tadi setelah mendengar kata2 Ce Mei
diam2 Kuo Se Fen jadi curiga maka tanpa setahu
orang ia menyuruh muridnya Cau Yun Tai
membawa sebungkus obat yang diletakan Than
Hoa Toh palsu diatas meja untuk diuji pada seekor
anjing apakah mengandung racun lunak.
Kedua alis Kuo Se Fen berkerut dengan
memandangi diri Kang Han Cing ia berkata lirih :
"Dengan demikian si Yauw Miang Lang Tio ini
benar2 adalah utusan dari musuh kalian, mungkin
mereka telah dapat menduganya bahwa kalian
tentu berada disini....."
150 Kemudian ia berpaling pula keatas mayat si
Yauw Miang Lang Tio dan nampak darah yang
keluar dari mulut hidung serta mata kuping mulai
membusuk dan beku hingga terendus bau muak
yang menusuk hidung. Kuo Se Fen jadi panas, bentaknya sengit :
"Sungguh jahat racun ini ! Mungkin sebentar lagi
tubuhnya akan membusuk pula, cepatlah kubur
dibelakang." Kemudian Cau Yun Tai mengangkat mayat
Yauw Miang Lang Tio itu untuk dibawa pergi ke
halaman belakang, disertai oleh Luk Tek Kui.
Baru saja Cau Yun Tai meninggalkan ruangan
itu, dari ruangan muka terdengar pula langkah
orang yang tergesa-gesa. Kemudian terdengar
suara Hang Ka Han dari luar : "Suhu, samsusiok
(paman guru yang ketiga) telah datang."
Sekonyong-konyong nampak olehnya seorang
yang berlumuran darah melangkah masuk. Orang
itu mempunyai perawakan sedang dan berusia
kurang lebih empat puluh lima enam tahun, ia
mengenakan baju panjang yang dibuat dengan
bahan sutra warna hijau, pada baju panjangnya
terdapat beberapa lobang bekas bacokan senjata
tajam, dan pundak kirinya berlumuran darah
hingga menjadi merah, keadaannya sungguh
mengejutkan. Wajah Kuo memapakinya : Se Fen berubah, cepat ia "Losam, kau terluka ?"
151 Memang laki2 setengah umur itu adalah Si anak
panah tanpa bulu Mo Ie Cien, adik seperguruan
Kuo Se Fen yang ketiga. Begitu melihat kakak
seperguruannya, ia lantas menjura memberi
hormat : "Suheng !"
"Kau duduklah baru bicara, apakah yang terjadi
?" Mo Ie Cien bernama Cu Siu Hu menurut duduk
diatas sebuah kursi, cepat Yen Yuh Sing
menuangkan teh : "Susiok silahkan minum dulu !"
Cu Siu Hu menerima teh dan meminumnya
setengguk, kemudian ia mengangkat mukanya
serta ucapnya : "Sungguh tidak disangka kalau
saja tidak ada orang menolong dengan tersembunyi, mungkin siauwtee tidak bisa melihat
toasuheng pula." Alis Kuo Se Fen yang tebal nampak bergerak,
dengan suara tertekan ia bertanya pula : "Siapakah
yang kau pergoki ?" "Begitu siauwtee menerima surat dari toasuheng, siauwtee lantas berangkat kesini, tapi
baru saja tiba dekat sebuah jembatan di sebelah
timur kota, siauwtee dicegat oleh lima orang yang
berseragam hitam"." Sahut Cu Siu Hu sambil
mengusap-usapkan pundak kirinya yang terluka.
Mendengar penuturan itu, Kuo Se Fen menjadi
marah, bentaknya: "Benar2 si keparat2 itu !"
"Toasuheng telah mengenali mereka ?" tanya Cu
Siu Hu heran. 152

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ceritanya sangat panjang, kau lanjutkanlah
dahulu." "Kelima orang yang berseragam hitam itu
agaknya memang sengaja menunggu di pinggir
jembatan, begitu melihat diri siauwtee terus
mencegat, seorang diantaranya lalu menegor
siauwtee "Apakah saudara adalah Cu samhiap?"
Siauwtee tidak mengetahui asal-usul mereka lalu
siauwtee menjura dan menjawab: "Benar aku
bernama Cu Siu Hu, kemudian......" Belum habis
ucapan siauwtee yang menjadi kepala mereka itu
memotongnya: "Entah ada keperluan apakah Cu
samhiap datang ter-gesa2 dari kota Tai Hin ?"
Karena mereka mencegat dihadapan kuda
siauwtee maka timbul kecurigaan siauwtee, mereka
tentu mengandung maksud2 yang kurang baik
terhadap diri siauwtee, toasuheng mengutus orang
memanggil siauwtee datang, maka dalam pikiran
siauwtee mungkin ada terjadi sesuatu yang
penting, dicegat demikian oleh mereka hati
siauwtee menjadi sengit, kemudian menjawab
dengan dingin: "Ada urusan apakah hingga kalian
mencegat dan meng-halang2i perjalananku."
Orang itu menjawab: "Kami menunggu Cu
samhiap disini tak lain adalah hendak menasehatkan Cu samhiap supaya segera kembali
kekota Tai Hin." "Apa sebabnya?" tanya siauwtee dan kemudian
disahutnya dengan ketawa dingin, "Untuk jangan
sampai terbunuh." 153 Mendengar sampai disitu hati Goan Tian Hoat
tergerak. Cu Siu Hu melanjutkan ceritanya: "begitu
mendengar ucapan orang itu siauwtee menjadi
panas, menyahut: "Ha Ha, apakah kalian berlima
sanggup melakukannya ?"
"Bila memang masih berkeras hati Cu samhiap
hendak melanjutkan perjalanan masuk kedalam
kota, kami pun tidak dapat memaksanya, tapi
mungkin Cu samhiap tidak akan berhasil sampai
kepintu gerbang timur."
"Siauwtee menjadi sangat marah diejek demikian hingga kemudian bertempur dengan
mereka. Ai! Sungguh tidak disangka ternyata
mereka mempunyai ilmu kepandaian yang tinggi,
setelah bertempur lima puluh gebrakan siauwtee
telah terdesak hebat hingga hanya bisa mempertahankan diri. Akhirnya pundak kiri
siauwtee berhasil mereka lukai."
"Siauwtee menggigit bibir menahan sakit dan
setelah lewat sepuluh jurus pula siauwtee merasa
sangat kewalahan untuk bisa mempertahankan
diri, tiba2 dari belakang tidak jauh terdengar ada
orang berseru, "Serang".
"Siauwtee melihat senjata orang yang mengurung itu pada berjatuhan keatas tanah,
mereka melompat kebelakang. Nampak mereka
semuanya memegangi tangannya masing2 lalu lari
terbirit-birit." 154 "Adakah samtee melihat orang yang membantu
secara sembunyi2 itu?" tanya Kuo Se Fen
kemudian. "Ai ! Ketika itu napas siauwtee sedang terengah2 setelah mereka kabur pergi baru siauwtee
menengok kebelakang, tapi ia telah pergi. Hanya
suaranya siauwtee mendengar jelas, suaranya
lengking halus seperti suara wanita."
Hati Goan Tian Hoat terkejut pula.
"Dalam segebrakan saja orang itu dapat
membuat jatuh kelima senjata dari tangan mereka,
entah senjata rahasia apakah yang digunakannya,"
tanya Kuo Se Fen. "Pada waktu itu siauwteepun tidak melihat
dengan jelas, tapi setelah mereka kabur pergi dari
atas tanah siauwtee ketemukan tiga buah seri."
Kemudian dari dalam sakunya ia mengeluarkan
tiga buah seri yang besarnya seperti gundu.
Kuo Se Fen menerima dan memandangi dengan
penuh kesima: "Memukul jatuh senjata lima orang
yang berilmu kepandaian tinggi hanya dengan
menggunakan buah seri yang amat kecil ini, ilmu
menotok orang itu sungguh luar biasa tingginya
dan sukar dicari tandingannya dalam dunia
kangouw ini." "Memang benar apa yang toasuheng ucapkan.
Dahulu........" Tiba2 Kuo Se Fen seperti terpikir sesuatu ia
mendongak keatas dan katanya.
155 "Samsutee yang datang dari kota Tai Hin telah
tiba, dia yang tinggal dikota Kau Yu lebih dekat
kesini mengapakah hingga kini masih belum juga
tiba " Jangan2....."
"Toasuheng memanggil jisuheng pula?"
Dengan wajah menunjukkan kegelisahan yang
sangat Kuo Se Fen memanggut:
"Ya. Aku menyuruh Ka Han cepat2 mengundang
kalian datang." Hang Ka Han bicara dari samping: "Suhu
menyuruh kedua susiok datang selambatlambatnya sebelum tengah hari besok, mungkin
jisusiok besok pagi baru bisa tiba disini."
Kuo Se Fen menggeleng-gelengkan kepalanya
serta sahutnya : "Benar memang aku menghendaki
mereka datang sebelum tengah hari besok, tapi
samsusiokmu telah tiba dini hari juga, perangai jitee tidak sabaran, mana mau ia menunggu sampai
esok ?" Tiba2 dari luar terdengar suara ketawa orang
yang amat nyaring dan keras :
"Ha ha, toasuheng sungguh dapat meraba tabiat
diri siauwtee. Kau mengutus orang dengan kesusu
memanggil siauwtee pantaskah tidak siauwtee
segera datang ?" Bersamaan itu nampak seorang laki-laki yang
berusia limapuluh tahun melangkah masuk,
tangannya menenteng sebuah pipa rokok, ia
memakai baju panjang yang warnanya hijau pula.
Laki2 itu bukan lain adalah adik seperguruan Kuo
156 Se Fen yang kedua Jen Pek Coan si Kai Pit Souw
tangan maut. Kekuatiran hati Kuo Se Fen lenyap ketika begitu
melihat adik seperguruannya dan sambutnya
gembira: "Hei, bagaimana hingga kini baru kau
muncul?" Si tangan maut Jen Pek Coan menjura memberi
hormat katanya: "Harap toa suheng maklum karena ditengah
jalan siauwtee kepergok dengan beberapa orang
cecunguk............" pandangan matanya pindah
kearah diri Cu Siu Hu adik seperguruannya: "Ah!
Losam, mengapa kau terluka?" tanyanya terkejut.
"Duduklah dahulu baru bicara." ucap Kuo Se
Fen. Kemudian mereka masing2 duduk. Hang Ka
Han dan Yen Yuh Sing lalu menjura untuk
memberi hormat pada jisusioknya.
"Toasuheng, siapakah mereka ini?" tanya Jen
Pek Coan begitu matanya melihat diri Goan Tian
Hoat dan Kang Han Cing. Kuo Se Fen tersenyum, sahutnya : "Baru saja
tiba kau telah kesusuh untuk bicara, memang
akupun hendak memberitahukannya. Mereka
adalah keponakanku bernama Ong Ka Siong dan
Ong Ka Ling." Lalu ia berpaling pada Kang Han
Cing dan Goan Tian Hoat berdua serta katanya:
"Cepat kalian memberi hormat kepada Jen jiesuk
dan Cu samsuk." 157 Goan Tian Hoat cepat memegang tangan Kang
Han Cing membantunya berdiri dan kemudian
menjura untuk memberi hormat.
Kuo Se Fen berpaling pada muridnya Hang Ka
Han dan suruhnya: "Ka Han, kau beritahukan pada pelayan didapur
sediakan dan minuman untuk menyambut
kedatangan kedua susiokmu."
"Ya, suhu." lalu ia melangkah pergi.
"Jisuheng, bukankah kau bilang bahwa
ditengah jalan bersamprokan dengan beberapa
orang cecunguk, entah apakah mereka berseragam
hitam seluruhnya?" tanya Cu Siu Hu tak sabar.
Ditanya demikian Jen Pek Coan terkejut,
dengan menatap keatas bahu kirinya ia balik
bertanya : "Apakah kau pun bertemu dengan
mereka ?" "Barusan siauwtee telah menceritakannya pada
toasuheng, cobalah kau ceritakan pengalamanmu
lebih dahulu." "Ya, kau ceritakanlah !" ucap Kuo Se Fen.
Jen Pek Coan menghela napas, ucapnya sambil
meng-geleng2kan kepala : "Betapa memalukan!
Bila saja tidak ada nona itu membantu mungkin
kini tubuhku sudah tergeletak diluar pintu gerbang
selatan." "Kalau begitu kau dicegat dan diserang orang
dalam perjalanan," ucap Kuo Se Fen.
158 "Ya. Setibanya siauwtee dipintu gerbang selatan,
hari belum gelap benar, tiba2 muncul lima orang
yang berseragam hitam menyerang diri siauwtee.
Sungguh diluar dugaan didalam daerah kekuasaan
Hai Yang Pay ada orang yang berani menyerang diri
siauwtee dan tidak disangka pula kelima orang itu
mempunyai ilmu kepandaian yang sedemikian
tinggi, hingga membuat siauwtee kewalahan
menghadapi keroyokan mereka, hanya bisa
mempertahankan diri saja, tapi kian lama kian
membuat siauwtee terdesak hebat. Ketika itu hari
mulai remang2, tiba2 dari dalam rimba berkelebat
keluar seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak
suka melihat orang bertempur secara keroyokan
dan kemudian dengan segebrakan saja ia berhasil
merampas senjata kelima orang itu serta
menghadiahkan sebuah tamparan keras pada pipi
mereka masing2..." "Kira2 ada berapakah usianya gadis itu?" tanya
Kuo Se Fen menatapnya. "Ai ! Sungguh membuat orang sukar untuk bisa
mempercayainya, usianya paling2 hanya enam
tujuh belas tahun akan tetapi ilmu kepandaiannya
sungguh luar biasa tingginya, selama hidup baru
kini siauwtee dapat menyaksikan orang bersilat
sedemikian cepat dan anehnya !" keluhnya.
"Apa gadis itu mengenakan baju berwarna biru
dan mempunyai rambut berkepang dua ?" tanya
Kuo Se Fen pula. "Oh kalau begitu toasuheng telah mengenalnya !
Siapakah ia sebenarnya ?"
159 Kuo Se Fen tersenyum sambil tangannya
mengelus jenggotnya yang panjang ia berkata :
"Apa yang diucapkannya kepadamu ?"
Dari dalam saku bajunya Jen Pak
mengeluarkan sehelai kertas dan sahutnya
memesan pada siauwtee supaya memberikan
ini pada toasuheng katanya ia memberitahukan sesuatu tadi padamu."
Coan : "Ia surat lupa "Apakah yang ia tulis dalam kertas itu?"
"Ketika itu hari telah menjadi gelap dan
siauwtee hendak cepat2 datang kesini maka surat
itu hanya siauwtee masukan dalam saku hingga
belum membaca apa isinya." lalu ia memberikan
surat itu pada Kuo Se Fen.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kuo Se Fen membukanya dan nampak
tulisannya agak kecil dan indah, memang adalah
tulisan seorang perempuan, hanya mungkin
karena ter-buru2 hingga kurang begitu rapih.
Ternyata dalam surat itu hanya terdapat ampat
kata yang hampir mirip sebuah pantun :
"Bukan berlalu pun bukan mendatang, bukan
pagi pun bukan sore, dalam kehampaan tumbuh,
atas ucapan juga." Begitu melihat isinya Kuo Se Fen nampak
mengerutkan keningnya serta tanyanya: "Selain itu
apa pula yang diucapkannya ?"
"Ia tidak mengucapkan apa2 pula hanya
katanya surat ini sangat penting dan toa-suheng
tentu dapat mengerti."
160 Kuo Se Fen lalu mengembalikan surat itu pada
Jen Pek Coan serta keluhnya :
"Hemm ! Ia menyuruh kau membawa surat ini
tentu ada maksud tertentu........"
Jen Pek Coan lalu turut membacanya dan
ucapnya heran : "Entah apa arti kata2nya ini?"
kemudian ia serahkan pada Cu Siu Hu.
Begitupun Cu Siu Hu ia tidak bisa pula
memecah makna dari isinya :
"Baiknya kita jangan hiraukan dahulu. Toasuheng, sebenarnya apakah yang terjadi dalam
piauwki kita ini ?" tanyanya.
Yen Yuh Sing berdiri disamping dan ia dapat
melihat pula tulisan dalam surat itu, ia berpaling
ke Goan Tian Hoat serta ucapnya : "Samsuheng,
kau lihatlah teka-teki apa yang ia maksudkan?"
Jen Pek Coan menoleh kepadanya dan ucapnya
bertanya : "Mana samsuhengmu?"
Ditanya demikian oleh susioknya Yen Yuh Sing
menjadi merah, ia tahu telah kelepasan omong tapi
ia tak berani berterus terang untuk memberitahukan yang sebenarnya, maka ia jadi
serba salah dan diam tidak bersuara, melihat ini
cepat Kuo Se Fen berkata :
"Jisute, mengenai ini sungguh panjang ceritanya, akupun tidak perlu menerangkannya
lebih lama, baiklah kini kuterangkan semua ini."
lalu ia menunjuk pada diri Goan Tian Hoat dan
Kang Han Cing serta ucapnya:
161 "Ia adalah Tian Hoat dan ia adalah ji-kongcu
dari keluarga Kang, Kang Han Cing."
Jen Pek tercengang. Coan dan Cu Siu Hu menjadi Sementara Goan Tian Hoat telah cepat menjura
memberi hormat dan ucapnya, "Teecu Goan Tian
Hoat memberi hormat pada susiok berdua !"
Kang Han Cing pun menuruti memberi hormat:
"Jen jihiap, Cusamhiap, terimalah hormat boanpwee Kang Han Cing!"
Jen Pek Coan dan Cu Siu Hu dibuat bengong
dan heran, sambil membalas hormat mereka
bertanya bareng : "Toasuheng, bagaimana bisa
demikian ?" Kuo Se Fen lalu menyuruh Yen Yuh Sing
menjaga depan pintu, kemudian menceritakan
semua kejadian pada kedua sutee-nya.
Jen Pek Coan sangat tercengang: "Sungguh
aneh bisa ada kejadian demikian. Oh, ya, losam
bagaimanakah kau bisa terluka ?" tanyanya.
"Kejadian yang siauwte alami hampir serupa
dengan yang jiko alami." sahut Cu Siu Hu dengan
menyeringai. Kemudian ia menceritakan segala
kejadian yang ia alami. Sementara dua orang pelayan telah menyediakan makanan dan minuman diatas meja.
"Marilah kita pergi makan sambil mengobrol,"
ajak Kuo Se Fen bangkit dari tempat duduk serta
menghampiri meja makan dan diikuti oleh Goan
Tian Hoat yang menuntun Kang Han Cing.
162 Setelah mereka duduk kembali Jen Pek Coan
mengerutkan keningnya dan dengan memandangi
Kang Han Cing ia berkata : "Aku pernah berjumpa
beberapa kali dengan kakak saudara, tapi dalam
kesanku ia adalah seorang yang jujur dan
bijaksana, sungguh tidak diduga ia sampai hati
berbuat sedemikian kejamnya terhadap saudara
sendiri !" "Entah bisakah karena diancam orang hingga
toakongcu terpaksa berbuat demikian kejamnya
terhadap saudara sendiri?" tanya Cu Siu Hu
terharu. "Ai ! Sungguh malang nasib keluarga boanpwee.
Terhadap ada atau tidaknya toako diancam oleh
orang ini boanpwee tidak mengetahuinya," sahut
Kang Han Cing dengan muka sedih.
Tiba2 hati Kuo See Fen teringat sesuatu dan ia
ber-pikir2 Si Cambuk naga harimau terbukti telah
digantikan oleh yang palsu dan disamar orang,
jangan2".walaupun ia mempunyai pikiran demikian tapi ia tidak menyatakannya dugaannya
ini, sambil tertawa ia berkata: "Kalian mungkin
telah merasa lapar makanlah dahulu."
"Toasuheng, gadis itu ada memesannya bahwa
surat yang siauwtee bawa itu sangat penting
adanya. Marilah kita saling tukar pikiran mungkin
sedikit banyak kita bisa memecahkan artinya."
ucap Jen Pek Coan. Kuo Se Fen mengelus-elus jenggotnya lalu
ucapnya: "Aku ada mendengar Kang jihiantit
sangat paham soal kesasteraan, Tian Hoat kau
163 bawalah surat itu dan perlihatkan pada Kang
jihiantit." Goan Tian Hoat bangkit mengambil surat itu
lalu diberikannya pada Kang Han Cing: "Jikongcu,
coba apakah bisa memecahkan artinya?"
"Goanhiung, lebih baik kita saling memanggilnya saudara saja dan janganlah sekali2
memanggil siauwtee jikongcu pula."
Kuo Se Fen menganggut dan ucapnya tertawa:
"Ha, Ha, jihiantitt telah berkata demikian maka
kau pun tidak usah berlaku sungkan pula, kini
panggil saja siauwtee terhadapnya. Tapi janganlah
kalian lupa bahwa kini kalian adalah keponakanku
maka terhadapku haruslah memanggil itio."
Sementara Kang Han Cing telah menerima surat
itu kemudian membacanya dua kali, dan nampak
ia mengerutkan alisnya sambil ber-pikir2 ia
berkata lirih : "Dalam empat patah tulisannya ini bagaikan
terkandung empat arti....."
"Jikongcu," Potong Jen Pek Coan tak sabar.
"Eh jite, lihat kau telah lupa pula, dirinya kini
adalah keponakanku seharusnya kau pun turut
memanggil hiantitt kepadanya." ucap Kuo Se Fen.
"Ha, Ha, baiklah siauwte akan mengingatnya."
"Hiantitt, apakah kau telah dapat memecahkan
artinya ?" tanya Kuo Se Fen.
"Siauwtit hanyalah menerkanya
berani memastikannya."
dan tidak 164 "Cobalah cepat hiantitt menerangkannya." ucap
Jen Pek Coan tak sabar. "Pertama dari kata2nya yaitu "Bukan yang lalu
bukan yang akan datang, ini tentu berarti sekarang
atau hari ini. Kedua, ia menulis Bukan pagi bukan
sore, ini mempunyai arti yang sama dengan kata2
pertama, dari pagi hari hingga sore hari adalah
sehari, maka bukan pagi bukan sore ini tentu
mengandung arti waktu malam."
Sorot mata Kuo Se Fen mengkilat tajam dan
ucapnya : "Jadi dua patah ini berarti ini malam,
coba yang dua patah lainnya apa artinya ?"
"Ketiga "Hidup dalam kehampaan" ini mengandung arti bahwa walaupun dalam kehampaan namun hidup dan tidak mati, maka ini
berarti juga ada. Kata terakhir Awas atas ucapan
ini berarti harus hati2 dan waspada. Maka dari dua
patah ini bermaksud memberitahukan ada bahaya
harus hati2 dan waspada."
Wajah Kuo Se Fen nampak berobah dan
ucapnya sengit: "Perbuatan mereka ternyata
memang mempunyai rencana yang keji."
"Hm ! Biarlah mereka datang masakan bisa
membuat kita menjadi takut ?" ucap Cu Siu Hu
panas. "Ai ! Samsute, tentu mereka telah dapat
mengetahui dengan jelas kekuatan yang ada pada
kita, syukurlah bila mereka tidak datang pada ini
malam. Kalau benar ini malam ia menyerang
kesini, maka kita harus menghadapinya dengan
165 menggunakan seluruh kekuatan yang kita miliki."
keluh Kuo Se Fen. "Kata2 toasuheng memang tidak salah, ada
kata2 bahwa bila hendak memperoleh kemenangan
yang mutlak haruslah bisa mengetahui kekuatan
musuh dan diri sendiri. Mereka memerintah orang
untuk mencegat siauwte dan samsute dalam
perjalanan, ini sudah menandakan bahwa mereka
dapat mengetahui dengan mudah segala gerakgerik kita, tapi sebaliknya sampai2 asal-usul diri
merekapun kita tidak mengetahui sedikitpun, ini
telah merugikan kita."
"Toasuheng, apakah kedatangan Ban Cen San
dan Cu Ju Hung mempunyai hubungannya dengan
mereka ?" tanya Cu Siu Hu agak kerutkan
keningnya. "Ini sudah pasti. Ia hanyalah samarannya Ban
Cen San dan bukan tidak mungkin dari golongan
mereka." sahut Kuo Se Fen kemudian keluhnya:
"Ai ! Semula aku masih ragu2 terhadap dugaan
Tian Hoat bahwa Kang toakongcu mungkin adalah
si Lengcu baju hitam itu, tapi kenyataannya
memang demikian dan bukan tidak mungkin
mereka itu dikepalai oleh Kang toakongcu."
Tubuh Kang Han Cing jadi mendengarnya dan ucapnya sengit :
menggigil "Bila memang benar kenyataannya sungguh ia
telah hilang keperibadiannya dan menjadi sadis!"
"Toasuheng, lebih baik kita ber-siap2 untuk
menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi
ini malam." ucap Cu Siu Hu.
166

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kuo Se Fen berpikir sejenak lalu ucapnya: "Kini
hari baru saja gelap bila mereka memang akan
muncul dalam sekejap saja aku bisa siapkan
semuanya untuk menghadapinya. Baiknya kita
makan dahulu baru ber-siap2." kemudian ia
berpaling dan menyuruh pelayan untuk memanggilkan Hang Ka Han datang.
Setelah si pelayan berlalu mereka cepat2
mengisi perut tanpa minum arak karena kuatir
menjadi mabok hingga lalai dalam urusan yang
sangat genting yang mungkin menimpa sebentar
malam. Tidak seberapa lama nampak Hang Ka Han
muncul masuk dan menjura memberi hormat, "Ada
perintah apakah suhu memanggil teecu ?"
"Siapakah yang telah kembali kesini ?"
"Ho susiok (paman) yang pergi ke kota Kim Hoa
dan Siang susiok yang berangkat ke kota Ha Hui
mereka telah kembali pada siang tadi."
"Kini ada berapa piauwsukah dalam piauwki ?"
"Dengan Ho susuk serta Siang susuk semuanya
ada tujuh orang." "Para pembantu ada berapa orang?"
Ditanya demikian diam2 hati Hang Ka Han
menjadi heran dengan memandang wajah suhunya
ia menyahut: "Kira2 kurang lebih ada seratus
orang." "Cukup. Apakah kini semuanya berada dalam
piauwki ?" 167 "Ya." "Kau suruh Luk Tek Kui untuk memberitahukan pada semua orang bahwa malam
ini piauwki kita ada urusan penting, maka semua
orang harus berdiam dalam piauwki tidak boleh
pergi keluar untuk menerima perintah lebih
lanjut." Setelah ia keluar untuk menyuruh Luk Tek Kui
menyampaikan pesan gurunya kepada para
pembantu piauwki kemudian ia masuk kembali
dan perintah gurunya pula :
"Kau panggillah menemuiku." tujuh orang piauwsu itu Setelah muridnya berlalu Kuo Se Fen berpaling
pada si anak panah tanpa bulu Cu Siu Hu: "Sam
sute, luka pada pundak kirimu..."
"Toasuheng, luka siauwte ini tidak menjadi
soal." potongnya cepat.
"Ha, Ha, aku tahu pribadimu. Baiklah kau
mempunyai tugas menjaga disini.''
"Siauwte telah berada disini dengan sendirinya
mempunyai niat untuk bisa turut menguji
kepandaian musuh, kini toasuheng menugaskan
siauwtee disini, apakah karena toasuheng kuatir
siauwte tidak mempunyai tenaga untuk menghadapi musuh ?" Melihat sutenya menolak, Kuo Se Fen cepat
menjelaskan dengan sungguh2: "Harap samsute
jangan salah paham, aku menugaskanmu disini
sama sekali bukan karena melihat dirimu terluka
168 dan menyuruh kau beristirahat disini, musuh
mengerahkan orang2nya menyerbu kesini malam
ini kemungkinan besar mereka telah mengetahui
diri Kang Han Cing berada disini, maka itu aku
menugaskanmu disini untuk melindungi keselamatannya." Setelah mengetahui jelas maksud dari suhengnya Cu Siu Hu menjadi tidak enak maka ia
berkata: "Siauwte menerima perintah toasuheng
untuk berjaga disini."
Mendengarnya hati Kang Han Cing menjadi
terharu dan ucapnya penuh terima kasih;
"Sungguh membuat hati siauwte merasa tidak
enak karena kedatangan siauwte hingga menyusahkan kalian."
"Janganlah hiantitt berkata demikian seandainya hiantit tidak kemari mereka pun tetap
tak akan membiarkan Hai yang pay begitu saja,
Ban Cen San adalah suatu contoh." hibur Kuo Se
Fen. Baru saja ucapannya habis dari halaman muka
terdengar derap langkahan orang dan kemudian
nampak tujuh orang piauwsu masuk yang
dikepalai oleh seorang piauwsu tua berusia kira2
lima puluh tahun, serta nampak muridnya Hang
Ka Han, Cau Yun Tai dan Yen Yuh Sing berjalan
dibelakang mereka. Piauwsu tua itu menjura kearah Jen Pek Coan
dan Cu Siu Hu memberi hormat dan ucapnya.
"Kiranya Jen loya Cu loya telah datang."
169 "Selamat berjumpa !" sahut kedua orang balas
menghormat. Kuo Se Fen telah bangkit dan sambutnya
tertawa: "Silahkan duduk!"
"Congpiauwto, timbul kejadian apakah dalam
piauwki kita ?" tanya piauwsu tua itu setelah
mereka duduk. "Belakangan ini telah muncul suatu perkumpulan yang gerak-geriknya sangat misterius
dan dipimpin oleh seorang berseragam hitam yang
menyebut dirinya Lengcu, ia mempunyai banyak
anak buah yang memiliki ilmu kepandaian
tinggi....." Siang sepuh si piauwsu tua itu tercengang
mendengarnya ia berpaling ke enam orang piauwsu
lainnya dan ucapnya heran: "He-i Lengcu" Baru
kali ini aku mendengar nama ini, entah pernahkah
kalian mendengarnya dikalangan dunia kangouw?"
Keenam orang piauwsu itu pada menggelengkan
kepalanya dengan wajah heran.
"Kini kuberitahukan beberapa kejadian, mungkin sedikit banyak dari kejadian itu kalian
bisa mengetahuinya. Misalnya pada sepuluh hari
yang lalu Yap cungkuan dari keluarga Lie Ka di Ho
Pei yang terbunuh dekat Fai Yin. Pada beberapa
hari yang lalu, Kang toakongcu dari Kim Lin pun
terluka karena dikeroyok orang, tempat kejadian
berada di dekat Hia Cu, Cen Yen piauwki telah
kehilangan barang kirimannya karena dirampas
orang dalam perjalanan. Waktu kejadian hampir
170 bersamaan. Kejadian2 yang beruntun ini katanya
adalah dilakukan oleh Lengcu berbaju hitam........"
Betapa terkejutnya para piauwsu itu begitu
mendengar keterangan yang diberi oleh ketua
mereka. Kuo Se Fen masih melanjutkan keterangannya.
"Aku mendapat kabar yang boleh diandalkan,
rencana selanjutnya dari Lengcu berbaju hitam
ditujukan kepada Hai yang piauwki kita ini. Maka
aku menyuruh Ka Han untuk memberitahukan
pada pengurus sementara jangan menerima barang
kiriman. Selain ini, aku mengutus orang untuk
memanggil loji dan losam, tidak disangka,
setibanya di luar kota mereka dicegat oleh
beberapa orang yang mengenakan seragam hitam
hingga losam mendapat luka...."
Lojie berarti orang tua kedua dan losam berarti
orang tua ketiga. "Sungguh besar hati mereka sampai2 dalam
kota Yang Cou pun mereka berani mencari gara2
dengan kita ?" "Ai ! Bukan hanya hingga disini saja, ada
kemungkinan kalau di malam ini mereka
melakukan serangan besar2an pada kita untuk
melenyapkan Hai-yang-pay serta membunuh
semua orang2 kita......" keluh Kuo Se Fen.
Wajah tujuh orang piauwsu berobah merah, dan
terdengar diantaranya berseru marah : "Bila para
jahanam itu berani muncul disini, kita hajar saja
habis2an !" 171 "Biarlah kita akan mengadu
mereka." ujar seorang lainnya.
jiwa dengan "Apakah congpiauwto telah mengetahui asalusul mereka?" tanya piauwsu tua itu.
"Aku pun tidak mengetahui dengan jelas, maka
dari itu mereka telah memperoleh keuntungan dari
pihak kita, karena segala sesuatu yang mengenai
diri kita dapat diketahui oleh mereka. Mereka
berdiri ditempat yang terang, sedangkan kita
berada ditempat yang gelap. Sedikit pun belum
bisa kita merabanya."
"Congpiauwto, orang kita pun tidak sedikit,
tambah pula kini ada Jen loya dan Cu loya,
masakan Lengcu berbaju hitam itu bisa mempunyai kekuatan lebih dari kita ?" tanya
seorang piauwsu. "Jangan hanya melihatnya dari sebelah pihak
saja, sebenarnya tidak semudah itu, mereka dapat
mengetahui kekuatan kita dengan jelas, bila
hendak menyerang kita malam ini, tentu dengan
kekuatan yang melebihi kita, maka dari itu aku
memanggil kalian datang kesini untuk saling tukar
pikiran." "Memang benar pendapat congpiauwto, mereka
telah mengetahui kita telah bersiap-siaga, tapi
masih tetap berani menyerang kesini, tentu
mempunyai kekuatan yang boleh diandalkan.
Menurut pendapatku, cara yang terbaik bagi kita
adalah bertahan, dengan demikian, keadaan baru
bisa menguntungkan kita. Karena kedudukan kita
172 berbalik menjadi pihak yang terang dan mereka
dipihak yang gelap," ucap Siang piauwsu.
Kuo Se Fen memanggut tertawa dan ucapnya :
"Ha, Ha, sungguh bersamaan pendapatmu
denganku, memang ini adalah cara yang terbaik
untuk menghadapi mereka." kemudian dari dalam
sakunya ia mengeluarkan sehelai kertas.
Kuo Se Fen berkata lagi :
"Untuk rencana ini, aku telah membuat daftar
nama yang membagi tugas bertahan, cobalah
kalian lihat apakah ada usul lain."
Siang piauwsu membacanya : lalu menerimanya dan "Bagian halaman muka: Hu piauwsu dan Sun
piauwsu memimpin dua puluh anak buah
bertiarap dengan persiapan panah diruangan
timur."

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang piauwsu masih membaca :
"Khen piauwsu dan piauwsu memimpin dua
puluh anak buah bersembunyi diruangan barat
dan siapkan panah." Rencana selanjutnya. Lie piauwsu dan Oey piauwsu membawa dua
puluh anak buah dengan panah menjaga bagian
tengah. Halaman belakang : Cu Siu Hu, Wang Ka Ling
dan Goan Tian Hoat menjaga ruangan istirahat.
Dan Cau Yun Tai, Yen Yuh Sing memimpin dua
173 puluh anak buah bertiarap di kedua samping
halaman belakang dan persiapkan panah.
Ketua pimpinan : Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan.
Bagian penghubung: Siang Coan Cin dan Hang
Ka Han memimpin dua puluh anak buah dengan
persenjataan panah siap untuk membantu kubu
pertahanan yang memerlukan pertolongan."
Sebelah tangan Kuo Se Fen meng-elus2
jenggotnya yang panjang dan matanya memandang
pada para piauwsu : "Bagaimana pendapat kalian
?" tanyanya. "Sungguh baik rencana persiapan cung-piauwto
ini, kami setuju !" "Bila kalian tiada usul lain, baiklah kita lakukan
rencana ini saja. Kini waktunya pun tinggal sedikit,
walaupun belum tentu mereka datang, tapi lebih
baik kita mengerjakan rencana ini sekarang."
Dengan diikuti oleh yang lain Siang piauwsu
bangkit berdiri dan ucapnya minta diri : "Baiklah
kami permisi dulu." sambil memberi hormat
mereka kemudian berlalu. Begitu pun Hang Ka Han, Cau Yun Tai dan Yen
Yuh Sing bertiga minta diri untuk melaksanakan
tugasnya masing2. Setelah mereka pergi Kuo Se Fen berpaling pada
Kang Han Cing dan ucapnya mesem : "Sudah tiba
waktunya hiantit pergi tidur, walaupun malam ini
agak genting, tapi belum tentu mereka bisa
berhasil, maka harap hiantit jangan merasa
kuatir." 174 Telah sedari tadi hati Kang Han Cing merasa
panas, betapa tidak membuat ia marah, ia datang
kesini berniat untuk bisa menyembunyikan
dirinya, tapi tidak disangka, baru saja ia tiba baru
sehari, telah menimbulkan kejadian2 yang
melibatkan Hai-yang-pai, hanya karena tenaganya
lenyap habis, sampai2 jalanpun harus dituntun
oleh orang, maka walaupun ia menyadari dirinya
sungguh mendatangkan kekuatiran saja pada tuan
rumah, iapun tak bisa berbuat apa2, tapi ia adalah
seorang yang sifatnya sangat pendiam, maka
walaupun hatinya panas dan marah, tetap tidak
tertampak dari air mukanya, ia hanya mesem dan
sahutnya; "Baiklah kalau itio pesan demikian."
Goan Tian Hoat lalu menuntunnya pergi.
Kuo Se Fen mengeluh pelahan
memandangi tubuh belakangnya:
sambil "Ai ! Kang hiantit mempunyai bakat yang
mempunyai hari depan tidak kalah dengan
ayahnya almarhum, hanya sayang ia kini terkena
racun lunak, hingga tak dapat memperkembangkan bakatnya itu, sungguh bagaikan sang naga kehabisan air."
"Tentu Than Hoa Toh telah jatuh ke tangan
mereka, hingga yang datang kesini hanyalah
samaran si tabib. Dalam lingkungan daerah kita
ini, hanya ia yang bisa mengobati segala penyakit
aneh-2 dan parah, tapi keadaan Kang hiantit
demikian seriusnya hanya kuatir tidak dapat
menunggu lebih lama lagi." ucap Jen Pek Coan.
175 Kuo Se Fen mengerutkan keningnya dan
ucapnya terharu: "Dalam dunia kangouw ini
kebanyakan orang hanya namanya saja sebagai
tabib untuk menipu orang yang minta berobat,
orang yang benar2 mahir dan ahli dalam ilmu
pengobatan betul2 jarang terdapat."
Tiba2 Cu Siu Hu turut bicara dan ucapnya,
"Toasuheng, Tian-hung totiang dari Pak Yun Koan
di gunung Pe Sia San bukankah adalah seorang
ahli ilmu pengobatan?"
"Walau Tian-hung totiang terkenal seorang ahli
obat2an didunia kangouw, tapi sifat dan wataknya
sangat aneh dan tinggi hati, ia telah mengatakan
bahwa dirinya tidak mau lagi mencampuri urusan2
Hijaunya Lembah Hijaunya 18 Goosebumps - Dingdong Matilah Kau 3 Kehidupan 3 Dunia 2
^