Pencarian

Silence 6

Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick Bagian 6


Patch terbahak. "Aku tidak menyangkal. Musuhku
memang banyak. Tapi bisakah aku membungkam
mereka dengan sepuluh juta" Mungkin ya, mungkin
tidak. Tapi bukan itu intinya. Aku lebih unggul
selangkah dari musuh-musuhku selama berabad-abad.
Dan aku berniat mempertahankannya. Kepala Hank
lebih berarti bagiku ketimbang uang. Dan setelah tahu
keinginanmu sama denganku, aku menjadi semakin
mantap untuk membunuhnya, Nephilim atau bukan."
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Patch
benar. Hank tidak layak menghabiskan sisa umurnya
dalam kurungan penjara yang terpencil. Dia telah
menghancurkan kehidupanku dan keluargaku. Ganjaran
yang seimbang adalah kematian.
Patch mengangkat telunjuk ke bibirnya, membuatku
diam tak bergerak. Tidak lama kemudian, terdengar
ketukan kasar di pintu luar.
Kami bertukar pandang. Patch berbicara ke
pikiranku. Aku tidak tahu akan kedatangan tamu.
Masuk ke kamar. Tutup pintu.
Dengan anggukan, aku memberi isyarat bahwa aku
mengerti. Perlahan aku berjalan ke kamar Patch dan
menutup pintu. Melalui celahnya, aku mendengar Patch
479 mendadak tertawa. Kata-kata berikutnya bernada sinis.
"Mau apa kau ke sini?"
"Waktunya tidak tepat?" balas seseorang dengan
suara parau. Perempuan dan tidak asing.
"Kau yang bilang, bukan aku."
"Ini penting." Rasa waspada dan marah muncul di dadaku saat
identitas sang tamu menjadi jelas. Dabria datang tanpa
memberi tahu. "Aku punya sesuatu untukmu," katanya kepada
Patch. Suaranya agak terlalu lembut, agak terlalu
mengundang. Pastinya, pikirku dengan sinis. Aku tergoda untuk
keluar dan memberikan sambutan hangat, tapi aku
menahan diri. Kemungkinan besar dia akan lebih terbuka
kalau dia tidak tahu aku menguping pembicaraannya.
Menimbang antara harga diri dan informasi penting,
aku memilih yang kedua. "Kita beruntung. Black Hand menghubungiku
beberapa saat lalu," lanjutnya. "Dia ingin bertemu,
bersedia membayar tinggi, dan aku tidak menolak."
"Dia memintamu membaca masa depannya,"
ungkap Patch. "Untuk yang kedua kalinya dalam dua hari. Yang
satu ini memang Nephil tangguh. Tapi tidak sehati-hati
dulu. Ada kesalahan kecil yang dilakukannya. Kali ini
480 dia tidak repot-repot membawa pengawal karena tidak
ingin ada orang lain yang mendengar pembicaraan kami.
Dia menyuruhku membaca masa depannya untuk kali
kedua. Untuk memastikan kedua versi itu sesuai. Aku
berpura-pura tidak tersinggung. Tapi kau tahu, bukan"
Aku tidak suka bekerja asal-asalan."
"Apa yang kau katakan?"
"Biasanya pengungkapanku terbatas untuk klienku
saja. Tapi aku bersedia membuat kesepakatan," katanya.
Nada suaranya mengarah pada rayuan. "Apa yang kau
tawarkan?" "Tawarkan?" "Harus ada pancingannya, bukan?"
"Berapa?" "Yang pertama menyebutkan angka adalah yang
kalah. Kau yang mengajarkan itu."
Kurasa Patch memutar bola mata. "Sepuluh ribu."
"Lima belas." "Dua belas. Tawaran terakhir."
"Berbisnis denganmu selalu menyenangkan, Jev.
Seperti dulu. Kita adalah tim hebat."
Sekarang giliranku memutar bola mata.
"Bicaralah," kata Patch.
"Aku meramalkan kematian Hank. Dan itu
kukatakan kepadanya tanpa tedeng aling-aling. Aku
tidak bisa memberikan detailnya, tapi sebentar lagi
481 kalangan Nephil akan berkurang satu. Rasanya julukan
"abadi" tidak tepat lagi. Pertama Chauncey, dan sekarang
Hank." "Dan reaksi Hank?" Hanya itu yang dikatakan
Patch. "Tidak ada. Dia pergi tanpa mengatakan apa-apa."
"Ada lagi?" "Mungkin kau sudah tahu. Dia memegang kalung
salah satu penghulu malaikat. Aku bisa merasakan-
nya." Mungkinkah ini berarti Marcie telah berhasil
mencuri kalung Patch dariku" tanyaku dalam hati. Aku
sudah mengundangnya ke rumah untuk membantuku
memilih perhiasan. Tapi anehnya, dia tidak menerima
tawaranku. Tentu saja aku tidak heran kalau Hank
memberikan kunci rumahku kepada Marcie dan
menyuruhnya menyusup ke kamarku selagi aku pergi.
"Kau tidak kenal mantan penghulu malaikat yang
kehilangan kalung?" tanya Dabria berspekulasi.
"Aku akan mengirimkan uangmu besok," kata
Patch, mengelak. "Apa yang diinginkan Hank dengan kalung itu"
Saat dia pergi, aku mendengar dia menyuruh sopirnya
untuk mengantarnya ke gudang. Ada apa di gudang?"
desak Dabria. 482 "Bukankah kau peramal?" Ada kesan mengejek
dalam nada suara Patch. Tawa Dabria yang menggelitik bergema di studio
sebelum berubah menjadi rayuan. "Mungkin aku harus
membaca masa depanmu. Bisa saja nasib kita bertemu
di suatu titik." Kata-kata itu membuatku berdiri. Aku bergegas
keluar, dan sambil tersenyum berkata, "Halo, Dabria.
Kejutan yang menyenangkan."
Dia membalikkan badan, matanya membara dengan
kemarahan saat menatapku.
Aku meregangkan tangan ke atas. "Aku sedang tidur
ketika suara merdumu membangunkanku."
Patch tersenyum. "Kurasa kau sudah bertemu
dengan kekasihku, Dabria?"
"Oh, ya," kataku ceria. "Untungnya aku masih
hidup sehingga bisa mengatakannya."
Dabria membuka mulut, lalu menutupnya. Sementara
itu, pipinya memerah. "Tampaknya Hank berhasil mendapatkan kalung
penghulu malaikat," kata Patch kepadaku.
"Aneh sekali." "Sekarang kita tahu rencananya dengan kalung itu,"
kata Patch. "Aku akan mengambil jaketku."
483 "Kau tetap di sini, Angel," kata Patch dengan nada
yang tidak kusuka. Dia jarang menunjukkan emosinya,
tapi kali ini ada kesan ketegasan bercampur dengan...
kekhawatiran. "Kau ingin menyelesaikannya sendirian?"
"Pertama, Hank tidak boleh melihat kita bersama-
sama. Kedua, aku tidak suka menyeretmu ke dalam
bahaya. Kalau kau ingin dengar alasan lainnya, aku
mencintaimu. Ini teritori yang asing bagiku. Tapi aku
harus mendapatkan jawaban malam ini juga. Aku akan
kembali kepadamu." Aku mengerjapkan mata. Belum pernah aku
mendengar Patch menyuarakan perasaannya semacam
ini. Tapi aku tidak bisa menerimanya begitu saja.
"Kau sudah berjanji," kataku.
"Dan aku akan menepati janjiku," jawabnya sambil
mengenakan jaket motor. Dia menghampiriku dan
menyentuhkan kepalanya ke kepalaku.
Jangan ber pikir untuk bergeser satu inci pun
dari pintu ini, Angel. Aku akan kembali secepatnya.
Aku tidak bisa membiarkan H ank memasangkan
kalung itu ke penghulu malaikat tanpa mendengar
yang dia inginkan. Kau akan menjadi incaran kalau
berada di luar. Dia sudah mendapatkan satu hal yang
diinginkannya"jangan biarkan dia mendapat dua. Kita
akan mengakhiri masalah ini untuk selamanya.
484 "Berjanjilah kau akan tetap di sini. Karena aku tahu,
kau aman di sini," katanya. "Atau, aku akan menyuruh
Dabria menjagamu." Dia mengangkat alis, seolah ingin
bertanya, Bagaimana menurutmu"
Dabria dan aku bertukar pandang. Tidak satu pun di
antara kami yang merasa senang dengan keputusan itu.
"Cepat kembali," kataku.
485 AkU beRJalan mondaR-mandiR di studio Patch sambil menahan pergulatan batin untuk berlari mengejarnya. Dia sudah
berjanji kepadaku"dia tidak akan melawan Hank
sendirian. Ini adalah pertarunganku, sebagaimana
juga pertarungannya. Bahkan lebih kuat di pihakku,
mengingat Hank telah berulang kali membuatku
menderita. Aku berhak menjatuhkan hukuman
kepadanya. Patch mengatakan akan mencari jalan untuk
membunuh Hank. Dan aku ingin menjadi orang yang
mengirimnya ke kehidupan lain, tempat perbuatan buruk
486 yang dilakukannya di dunia ini akan menghantuinya
selamanya. Sebuah keraguan mengganggu pikiranku. Dabria
ben ar. Patch membutuhkan u ang itu . D ia akan
menyerahkan Hank ke orang yang tepat, memberiku
sebagian uangnya, dan menganggap semuanya selesai.
Antara meminta izin dan memohon maaf, Patch tegas-
tegas memilih yang kedua. Dia telah mengatakannya
sendiri. Aku merentangkan tangan di sandaran sofa,
mengatur napas untuk menenangkan diri sembari
mencari cara untuk menyiksanya kalau dia kembali
tanpa Hank"dalam keadaan hidup.
Ponselku berdering, aku merogoh saku untuk
menjawabnya. "Kau di mana?"
Terdengar bunyi napas tersengal. "Mereka mengejar-
ku, Grey. Aku melihat mereka di Devil"s Handbag. Anak
buah Hank. Aku terjebak."
"Scott!" Itu bukan suara yang kutunggu, tapi bukan
berarti tidak penting. "Kau di mana?"
"Aku tidak bisa mengatakannya di telepon. Aku
harus keluar dari kota ini. Ketika aku pergi ke terminal
bus, anak buah Hank sudah ada di sana. Mereka ada di
mana-mana. Hank punya teman di kantor kepolisian.
Dan kurasa dia memberikan fotoku kepada mereka. Dua
polisi mengejarku di toko swalayan. Tapi aku berhasil
487 kabur melalui pintu belakang. Aku tidak bisa mengendarai
Charger. Aku berjalan kaki. Aku butuh uang"sebanyak
yang bisa kau dapatkan"juga cat rambut, dan baju baru.
Kalau boleh aku ingin menggunakan VW-mu. Aku akan
membayarnya secepat mungkin. Bisakah kita bertemu di
tempat persembunyianku, setengah jam lagi?"
Apa mau dikata" Patch menyuruhku tetap di sini.
Tapi aku tidak bisa diam saja sementara Scott tidak
punya banyak waktu. Sekarang, Hank sedang sibuk
di gudangnya. Ini waktu yang tepat bagi Scott untuk
melarikan diri. Aku akan meminta maaf, nanti.
"Ya, aku akan datang," kataku kepada Scott.
"Kau ingat jalannya?"
"Ya." Kurang lebih.
Setelah menutup telepon, aku mengaduk-aduk studio
Patch. Aku membuka dan menutup laci, mengambil apa
pun yang kira-kira akan bermanfaat bagi Scott. Celana
jins, T-shirt, kaus kaki, dan sepatu. Patch lebih pendek
beberapa inci dari Scott, tapi kurasa itu tidak masalah.
Saat membuka lemari mahogani yang antik di
kamar Patch, gerakan serabutanku melambat. Aku
diam, menyerap pemandangan di depanku. Pakaian
Patch tersusun sangat rapi. Ada tumpukan celana khaki
di satu rak, kemeja-kemeja di gantungan kayu. Dia
memiliki tiga setelan jas. Satu jas hitam dengan lapel
kecil, satu jas bergaris-garis ala Newman, dan satu jas
488 abu-abu tua dengan sulaman Jacquard. Saputangan
sutra disimpan di sebuah keranjang kecil, dan sebuah
laci menampung beberapa tumpukan dasi sutra aneka
warna. Mulai dari merah, ungu, sampai hitam. Sepatu
dijajarkan dengan rapi, mulai dari sepatu kets hitam
untuk berlari, Converse, sampai sepatu kulit Italia.
Bahkan ada sepasang sandal jepit kulit untuk keperluan
sewaktu-waktu. Belum lagi aroma kayu cedar yang
meruap dari lemarinya. Ini di luar dugaanku. Patch yang kukenal adalah
cowok yang mengenakan jins, T-shirt, dan topi baseball
kusam. Aku tidak melihat sisi kepribadian Patch yang
satu ini. Apakah masih banyak sisi lainnya yang belum
kuketahui" tanyaku dalam hati. Semakin aku merasa
mengenalnya, semakin dalam misteri yang kuhadapi.
Dengan kebimbangan yang menggelayuti pikiran, aku
bertanya sekali lagi kepada diriku sendiri, apakah Patch
hanya ingin memanfaatkanku"
Aku tidak ingin punya pikiran semacam itu. Tetapi
faktanya aku terjepit.

Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di kamar mandi, aku mengambil pisau cukur, sabun,
dan krim cukur. Kemudian topi, sarung tangan, dan
kacamata Ray-Ban. Dari laci dapur, aku menemukan
beberapa KTP palsu dan segulung uang kertas yang
jumlahnya lebih dari lima ratus dolar. Patch tidak akan
senang kalau tahu uangnya melayang ke Scott. Tapi
489 mengingat situasi yang mendesak, aku menjustifikasi
peranku sebagai Robin Hood.
Mobilku tidak di sini. Tapi gua Scott tidak lebih
dari dua mil saja dari Delphic Amusement Park. Aku
bersiap untuk berlari. Aku berusaha tidak keluar dari
bahu jalan, sembari memanfaatkan tudung jaket yang
kupinjam dari Patch untuk menutupi wajah. Sejumlah
mobil meninggalkan tempat parkir seiring waktu yang
mengarah ke tengah malam. Dan meskipun beberapa
orang menekan klakson, sepertinya aku tidak terlalu
menarik perhatian. Saat cahaya di tempat parkir mulai meremang, dan
jalan raya menikung ke arah jalan tol, aku melompati
rantai pembatas dan berjalan menuju pantai. Untungnya
aku tidak lupa membawa lampu senter. Alat itu sangat
berguna untuk menerangi bebatuan kasar yang tersebar
saat aku memulai bagian perjalananku yang paling sulit
ini. Menurut perkiraanku, waktu sudah berjalan dua
puluh menit. Kemudian tiga puluh. Aku tidak tahu
lokasiku berada. Lanskap pantai telah sedikit berubah
dan samudra yang hitam dan berkilau terentang tanpa
batas. Aku tidak berani memanggil nama Scott. Tidak
mustahil anak buah Hank berhasil melacakku dan
sedang menyisir pantai ini juga. Tetapi sekali-sekali
490 aku berhenti untuk menyalakan lampu senter dengan
harapan bisa menemukan lokasi Scott.
Sepuluh menit kemudian, aku mendengar siulan
aneh dari arah bebatuan di atas. Aku menghentikan
langkah, memasang telinga. Siulan itu terdengar lagi.
Kali ini lebih keras. Kuarahkan senter ke sumber bunyi,
sesaat kemudian Scott berdesis, "Matikan senternya!"
Aku memanjat batu, tas yang kubawa berayun-ayun
di pinggulku. "Maaf, terlambat," kataku. Kulempar
tas itu ke kaki Scott, lalu aku duduk di batu untuk
menormalkan napasku yang terengah-engah. "Aku di
Delphic ketika kau menelepon tadi. Aku tidak membawa
VW. Tapi aku sudah menyiapkan pakaian dan topi
musim dingin untuk menyembunyikan rambutmu.
Ada uang lima ratus dolar juga. Hanya itu yang bisa
kulakukan." Aku yakin Scott akan bertanya, bagaimana aku
bisa mendapatkan semua itu dalam waktu cepat. Tapi
dia membuatku kaget dengan meraih tanganku dan
membisikkan, "Terima kasih, Grey," ke telingaku.
"Apakah kau akan baik-baik saja?" tanyaku.
"Barang-barang yang kau bawakan sangat mem-
bantu. Mungkin aku bisa mencari tumpangan untuk
keluar dari kota ini."
"Kalau aku memintamu melakukan sesuatu untukku
dulu, maukah kau mempertimbangkannya?" Begitu
491 perhatiannya tertuju sepenuhnya kepadaku, aku menarik
napas. "Lepaskan cincin Black Hand. Buang ke laut. Aku
sudah memikirkannya masak-masak. Cincin itu hanya
akan menarikmu semakin dekat ke Hank. Dia telah
menanamkan semacam kutukan pada cincin itu. Dan
ketika kau memakainya, Hank akan memiliki kekuatan
terhadap dirimu." Sekarang aku yakin cincin itu telah
diberi mantra. Semakin lama Scott memakainya,
semakin berat dia melepaskannya. "Itu hanya sebuah
teori. Tapi pikirkanlah. Hank mencarimu. Dia ingin
kau keluar. Dan cincin ini melakukan tugasnya dengan
sempurna." Aku mengira Scott akan memprotes. Tetapi
ekspresinya yang pasrah mengatakan bahwa jauh di
dalam hatinya, dia pun memiliki kesimpulan yang sama
denganku. Hanya saja dia tidak ingin mengakuinya.
"Bagaimana dengan kekuatan itu?"
"Tidak sepadan. Selama tiga bulan kemarin kau bisa
bertahan dengan mengandalkan kekuatanmu sendiri.
Mantra apa pun yang tertanam pada cincin itu, tidak
ada gunanya untukmu."
"Apakah itu penting bagimu?" tanya Scott dengan
suara pelan. "Kaulah yang penting bagiku."
"Kalau aku mengatakan tidak?"
492 "Aku akan melakukan segala cara supaya kau
melepaskannya. Aku tidak akan menang jika berkelahi
denganmu. Tapi aku tidak akan tenang kalau aku tidak
berusaha." Scott mendengus. "Kau akan berkelahi denganku,
Grey?" "Jangan paksa aku membuktikannya."
Di luar perkiraanku, Scott melepaskan cincin itu.
Dia memegang dan menatapnya sambil membisu. "Dan
inilah momen Kodak," katanya, lalu melempar cincin
ke gelombang laut. Aku menghela napas lega. "Terima kasih, Scott."
"Ada permintaan terakhir lainnya?"
"Yeah, pergilah," kataku, berusaha tidak terkesan
cemas seperti yang kurasakan. Tiba-tiba aku tidak ingin
dia pergi. Bagaimana kalau ini adalah perpisahan...
untuk selamanya" Aku mengerjap, menahan air mata.
Scott meniup tangan untuk menghangatkannya.
"Maukah kau mengunjungi ibuku sekali-sekali, untuk
memastikan dia baik-baik saja?"
"Tentu saja." "Jangan bilang apa-apa kepadanya. Black Hand
tidak akan diam saja kalau dia mengira ibuku punya
informasi penting." 493 "Aku akan memastikan dia aman," kataku sambil
mendorongnya pelan. "Sekarang pergilah, sebelum kau
membuatku menangis."
Scott diam sesaat, sorot matanya tidak pasti.
Seperti seseorang yang gugup, tapi tidak terlalu. Lebih
cenderung berharap daripada gelisah. Dia menunduk dan
menciumku. Aku kelewat terkesima untuk melakukan
apa pun selain membiarkannya.
"Kau teman yang baik," katanya. "Terima kasih
karena kau telah membantuku."
Aku menyentuh mulutku. Banyak yang mesti
kuucapkan, tapi kata-kata yang tepat seolah lepas dari
jangkauan. Aku tidak menatap Scott lagi, tetapi ke
belakangnya. Ke barisan Nephilim yang berjajar di
bebatuan, memegang senjata, menatap dengan mata
yang tajam dan keras. "Angkat tangan, angkat tangan!"
Mereka berteriak, tapi kata-kata itu seolah berayun-
ayun di telingaku. Seolah diucapkan dengan gerakan
lambat. Dengung aneh memenuhi telingaku, lalu
meningkat menjadi raungan. Aku melihat bibir-bibir
marah bergerak, senjata berkilau di bawah cahaya
bulan. Mereka datang dari segala arah. Mengepungku
dan Scott. Sekilas harapan menghilang dari mata Scott.
Berganti dengan ketakutan yang amat sangat.
494 Dia menjatuhkan tas lalu menautkan tangan ke
belakang kepala. Suatu objek keras, barangkali siku
tangan, atau kepalan, bergerak di kegelapan malam,
membentur kepalanya. Ketika Scott pingsan, aku masih mencari kata.
Namun jeritan sekalipun tak mampu mengungkapkan
rasa takutku. Pada akhirnya, yang ada di antara kami hanyalah
kebisuan. 495 AA6 ditutup. Aku menjerit sekeras-kerasnya. Tapi kU meRingkUk di bagaSi SebUah aUdi warna hitam. Tanganku diikat, mataku
ke mana pun sang pengemudi membawaku, itu pasti
tempat yang terpencil. Itu sebabnya dia tidak berusaha
membungkamku. Aku tidak tahu di mana Scott. Setelah mengepung
kami di pantai, anak buah Hank menyeret kami ke
arah berlawanan. Aku membayangkan Scott dirantai
dan meringkuk tanpa daya di penjara bawah tanah.
Menghadapi kemarahan Hank....
496 Aku menendang-nendangkan kaki ke dinding bagasi.
Aku berguling-guling. Aku berteriak dan menjerit"
kemudian rasa tercekat membuatku diam, dan aku larut
dalam isakan. Akhirnya mobil melambat dan mesinnya dimatikan.
Langkah-langkah kaki bergegas di jalan berkerikil.
Kunci dimasukkan ke lubang dan bagasi dibuka. Dua
pasang tangan mengeluarkanku, menempatkanku
dalam posisi berdiri di atas tanah. Kedua tungkaiku
lemas dalam perjalanan. Sekarang sensasi kesemutan
menyerang telapak kakiku.
"Mau kau bawa ke mana yang satu ini, Blakely?"
tanya salah seorang yang menawanku. Dari suaranya,
kemungkinan usianya delapan belas atau sembilan belas
tahun. Dari kekuatannya, kemungkinan sekokoh baja.
"Ke dalam," jawab seseorang, kemungkinan Blakely.
Aku ditarik melewati pintu. Ruangan di dalam
dingin dan sepi. Aroma bensin dan terpentin meruap di
udara. Apakah aku berada di salah satu gudang Hank"
"Kau menyakitiku," kataku kepada lelaki di kanan-
kiriku. "Sudah jelas aku tidak bisa ke mana-mana.
Mengapa kau tidak melepas ikatan tanganku?"
Tetapi mereka diam saja, hanya menyeretku untuk
menaiki anak tangga dan melewati pintu kedua. Mereka
memaksaku duduk di kursi lipat yang terbuat dari logam,
kemudian mengikat tumitku ke kaki kursi.
497 Beberapa menit setelah mereka pergi, pintu dibuka
lagi. Aku tahu Hank-lah yang datang, sekalipun dia
belum bersuara. Wangi cologne-nya membuatku panik
dan muak. Jarinya yang cekatan melepas simpul penutup mataku.
Kain itu pun jatuh ke leherku. Aku mengerjap-ngerjap,
berusaha menyerap ruangan yang tidak berpenerangan.
Selain meja kotak dan kursi lipat, ruangan ini kosong.
"Apa yang kau inginkan?" desakku, suaraku sedikit
bergetar. Dia menyeret kursi dan menempatkannya dengan
posisi menghadapku. "Berbincang-bincang."
"Aku sedang malas, tapi terima kasih," kataku ketus.
Dia mencondongkan badan ke depan, garis-garis di
sekitar matanya mendalam saat dia menyipitkan mata.
"Kau tahu siapa aku, Nora?"
Keringat mengucur dari setiap pori-poriku. "Dalam
pandanganku" Kau orang menjijikkan, pembohong,
penipu, tidak berharga sedikit pun?"
Tangannya terayun sebelum aku sempat mengelak.
Dia menampar pipiku dengan keras. Aku menarik diri,
kelewat kaget untuk menangis.
"Kau tahu, aku ayah kandungmu?" tanyanya dengan
suara pelan. ?"Ayah" adalah kata yang memiliki banyak arti. Di
sisi lain, kantong kotoran...."
498 Hank mengangguk pelan. "Kalau begitu, jawab
pertanyaanku. Apakah begini caramu berbicara dengan
ayahmu?" Sekarang air mataku menggenang. "Tidak ada satu
pun yang membuatmu berhak menyebut dirimu ayahku."
"Bagaimanapun, kau adalah darahku. Kau
menyimpan tandaku. Aku tidak bisa menyangkalnya
lebih lama lagi, Nora. Dan kau pun tidak bisa
menyangkal takdirmu."
Aku mengangkat bahu, tapi tidak bisa cukup
tinggi untuk menyeka hidungku. "Takdirku tidak ada
hubungannya dengan takdirmu. Ketika kau melepasku
selagi bayi, berarti kau melepaskan hakmu untuk
mengatur kehidupanku."
"Bagaimanapun pandanganmu, aku terlibat aktif
dalam setiap aspek kehidupanmu sejak kau dilahirkan.
Aku melepasmu untuk melindungimu. Karena malaikat
terbuang, aku terpaksa mengorbankan keluargaku?"
Aku memotong ucapannya dengan tawa sinis.
"Jangan mulai mengasihani diri sendiri. Berhentilah
menyalahkan pilihanmu terhadap malaikat terbuang.
Kau sudah mengambil keputusan untuk melepaskanku.
Barangkali dulu kau pernah peduli kepadaku, tapi
sekarang kau hanya peduli kepada persaudaraan
Nephilim. Kau seorang fanatik. Itulah dirimu."
499 Bibirnya terkatup rapat. "Aku bisa membunuhmu
sekarang juga karena mengejek diriku, persaudaraanku,
dan seluruh ras Nephilim."
"Kalau begitu, lakukan saja!" bentakku. Kemarahan
mengalahkan rasa cemasku.
Dia mengambil jaket dan mengeluarkan sehelai bulu
hitam panjang yang sangat mirip dengan yang kusimpan
di laciku. "Salah seorang pendukungku menemukan ini
di kamar tidurmu. Bulu malaikat terbuang. Bayangkan
betapa kagetnya aku ketika tahu darah dagingku sendiri
berteman dengan musuh. Kau berhasil mengecohku. Kau
sudah cukup lama bergaul dengan malaikat terbuang,


Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan sepertinya, kecenderungan mereka pada keburukan
menular kepadamu. Apakah Patch, malaikat terbuang
itu?" tanyanya blakblakan.
"Paranoiamu mencengangkan. Kau menemukan
sehelai bulu ketika mengaduk-aduk laciku. Lalu apa"
Itu membuktikan apa" Bahwa kau menderita kelainan?"
Dia menyandarkan punggung, dan menyilangkan
kaki. "Inikah jalan yang kau pilih" Aku tidak ragu
malaikat terbuang itu adalah Patch. Aku merasakannya
di kamarmu malam itu. Sesaat aku merasakannya pada
dirimu sekarang." "Ironis sekali. Mengapa kau bertanya" Jelas-jelas
kau lebih tahu dariku. Mungkin kita harus bertukar
tempat?" saranku. 500 "Oh" Memangnya kau tahu, bulu siapa yang kau
simpan di lacimu?" tanya Hank dengan nada sedikit
terhibur. "Tebakanmu tidak lebih baik dariku," kataku dengan
nada membangkang di setiap kata. "Aku menemukannya
di pemakaman, tepat setelah kau membuangku di sana."
Senyum jahatnya mengembang. "Anak buahku
mencabut sayap Patch di pemakaman itu. Aku berani
mengatakan, itu adalah bulunya."
Aku menelan ludah. Hank menyimpan bulu Patch.
Tahukah dia bahwa dia punya kekuatan terhadap Patch"
Aku hanya berharap dia tidak tahu.
Sambil berusaha mengalihkan perhatian dari pikiran
yang menakutkan, aku berkata, "Aku tahu kaulah yang
merencanakan kecelakaan itu. Aku tahu, anak buahmu
yang menabrak kita. Buat apa repot-repot?"
Kesan angkuh dalam senyumnya membuatku gelisah.
"Itu topik berikutnya yang ingin kubicarakan. Saat kau
pingsan, aku melakukan transfusi darah terhadapmu,"
katanya singkat. "Aku mengisi nadimu dengan darahku,
Nora. Darah Nephilim ras murni."
Keheningan total menggelayut di antara kami.
"Teknik semacam ini tidak pernah dilakukan
sebelumnya. Maksudku tidak pernah sukses. Tapi aku
menemukan cara untuk mengubah hukum alam. Sejauh
ini lebih baik dari yang kuperkirakan. Bolehkah aku
501 berterus terang" Tadinya aku khawatir transfusi itu akan
membuatmu mati di tempat."
Aku berusaha mencari jawaban. Mencari cara
untuk memahami kata-katanya yang mengerikan. Tetapi
kepalaku kacau. Transfusi darah. Mengapa, mengapa,
mengapa" Itulah yang menyebabkan aku merasa sangat
aneh di rumah sakit. Itulah yang menyebabkan Hank
terlihat lemah dan kelelahan. "Kau menggunakan ilmu
hitam untuk melakukannya," kataku gugup.
Dia mengangkat satu alis. "Jadi, kau sudah tahu
tentang ilmu hitam. Si malaikat yang menceritakannya?"
katanya menebak, ekspresinya tidak senang.
"Mengapa kau melakukannya?" Pikiranku berpacu
untuk menemukan jawaban. Apakah dia ingin
menjadikan aku tumbal, bahan eksperimen, atau kelinci
percobaan" Kalau bukan, lalu apa"
"Darahku mengalir dalam tubuhmu sejak kau
dilahirkan. Tapi tidak cukup murni. Kau bukan Nephil
generasi pertama. Aku harus menjadikanmu berdarah
murni, Nora. Dan sekarang itu akan terjadi. Yang
dibutuhkan hanya ucapan Sumpah Pergantian demi
surga dan neraka. Dengan sumpah itu, transformasi
akan menjadi sempurna."
Kata-katanya meresap perlahan, dan membuatku
mual. "Kau pikir, kau bisa mengubahku menjadi salah
satu tentara Nephilim yang dicuci otaknya dan patuh
502 kepadamu?" Aku meronta-ronta di kursi, berusaha
membebaskan diri. "Aku mendengar ramalan tentang kematianku.
Selama ini aku memanfaatkan suatu sarana yang
berhubungan dengan ilmu hitam untuk melihat masa
depanku dan mendapatkan opini kedua supaya aku
lebih yakin." Aku nyaris tidak mendengarkan kata-katanya.
Pikiranku tenggelam dengan pengakuannya. Tubuhku
gemetar dengan kemarahan. Hank telah mencemariku
dengan cara yang paling busuk. Dia mengotori
kehidupanku, membentuk, dan mencetakku sesukanya.
Dia memasukkan darahnya yang keji dan jahat ke
nadiku! "Kau Nephilim, Hank. Kau tidak bisa mati. Kau
tidak mati, betapa pun aku menginginkannya," imbuhku
dengan nada berbisa. "Sarana dan seorang mantan malaikat kematian
telah melihat takdir itu. Keduanya menghasilkan
ramalan yang sama. Waktuku tidak lama lagi. Aku
akan menghabiskan hari-hari terakhirku di Bumi
dengan menyiapkan dirimu untuk memimpin pasukanku
melawan malaikat terbuang," katanya. Baru kali ini dia
berbicara dengan nada seperti orang yang akan pergi
untuk selamanya. 503 Sekarang semuanya menjadi jelas. "Kau melakukan
semua ini karena ucapan Dabria" Dia tidak punya bakat.
Dia hanya butuh uang. Dia tidak bisa meramalkan
masa depan seperti juga kau atau aku. Bukannya tidak
mungkin dia sedang menertawaimu sekarang."
"Kurasa tidak," katanya getir, seolah dia mengetahui
sesuatu yang tidak kuketahui. "Aku ingin menjadikanmu
Nephil berdarah murni, Nora. Untuk memimpin
pasukanku. Memimpin persaudaraanku. Untuk menjadi
pewaris takhta yang sah dan pembebas Nephilim di
mana pun juga. Selepas Cheshvan ini kita akan merdeka,
tidak lagi menjadi budak malaikat terbuang."
"Kau sinting. Aku tidak akan melakukan apa pun
untukmu. Apalagi mengucapkan sumpah."
"Tanda itu telah ada padamu. Kau sudah
ditahbiskan. Apakah kau benar-benar berpikir aku
ingin menjadikanmu pemimpin bagi segala yang telah
kubentuk?" katanya dengan nada kejam. "Bukan kau
saja yang tidak punya pilihan dalam persoalan ini.
Takdirlah yang menentukan, bukan sebaliknya. Pertama
Chauncey. Kemudian aku. Sekarang tanggung jawab itu
berada di pundakmu."
Aku melotot sembari menujukan seluruh kebencianku
kepadanya. "Kau ingin menjadikan seseorang yang
memiliki hubungan darah denganmu sebagai pemimpin
504 pasukanmu" Suruh saja Marcie. Dia senang menyuruh-
nyuruh orang. Dia sudah punya bakat alamiah."
"Ibunya adalah Nephil berdarah murni."
"Aku baru tahu itu, tapi bukankah itu lebih baik"
Berarti Marcie berdarah murni juga?" Wah, mereka bisa
menjadi trio supremasi yang manis.
Tawa Hank terkesan semakin lemah. "Kami tidak
pernah menyangka Susanna bisa hamil. Pasangan
Nephilim berdarah murni biasanya tidak menghasilkan
keturunan. Jadi, sedari awal kami sadar bahwa Marcie
adalah keajaiban, dan tidak akan berumur panjang. Dia
tidak memiliki tandaku. Selamanya dia adalah sosok
yang mungil, rapuh, dan berjuang untuk bertahan.
Waktunya tidak lama lagi"aku dan ibunya merasakan
hal itu." Gelombang kenangan membanjiri alam bawah
sadarku. Aku teringat, aku pernah membicarakan
hal ini sebelumnya. Tentang cara membunuh Nephil.
Tentang tindakan mengorbankan seorang keturunan
perempuan yang telah mencapai usia enam belas. Aku
teringat keraguan-keraguanku sendiri tentang mengapa
ayah biologisku melepaskan aku. Aku teringat....
Dan dalam sekejap, semuanya menjadi terang
benderang. "Itu sebabnya kau tidak menyembunyikan
Marcie dari Rixon. Itu sebabnya kau membuangku, tapi
505 memelihara Marcie. Kau tidak menyangka dia akan
hidup cukup lama untuk dijadikan tumbal."
Di lain pihak, aku memiliki semuanya. Tanda
Nephilim dari Hank. Sebuah isyarat ketangguhan.
Semasa bayi, aku disembunyikan supaya tidak dijadikan
tumbal oleh Rixon. Tetapi lantaran putaran nasib,
sekarang Hank berniat menjadikan aku pemimpin
revolusinya. Aku memejamkan mata erat-erat, berharap
bisa menepiskan kebenaran.
"Nora," kata Hank. "Bukalah matamu. Tatap aku."
Aku menggeleng. "Aku tidak akan mengucapkan
sumpah. Tidak sekarang, tidak sepuluh menit lagi, tidak
akan." Hidungku berair, dan aku tidak bisa menyekanya.
Aku tidak tahu mana yang lebih memalukan"itu, atau
bibirku yang gemetar. "Aku kagum dengan keberanianmu," kata Hank.
Suaranya dibuat lemah lembut. "Tapi keberanian itu ada
bermacam-macam. Dan yang ini tidak tepat untukmu."
Aku menyentakkan badan ketika jarinya
menyelipkan untaian rambut ke belakang telingaku,
mirip tindakan kebapakan. "Bersumpahlah untuk
menjadi Nephil berdarah murni dan pemimpin pasukan.
Aku akan membebaskanmu, juga ibumu. Aku tidak
ingin menyakitimu, Nora. Pilihan ada di tanganmu.
Bersumpahlah sekarang. Dan kau akan mengakhiri
malam ini. Semuanya akan lenyap." Dia membuka
506 ikatan di pergelangan tanganku. Tali itu meluncur jatuh
ke lantai. Tanganku gemetar saat aku memosisikannya di atas
pangkuan. Tapi bukan karena kekurangan darah. Ada
hal lain yang membuatku ketakutan. "Ibuku?"
"Benar. Dia di sini. Di salah satu kamar di lantai
bawah. Tidur." Aku merasa seperti ada sesuatu yang menusuk
mataku. "Kau menyakitinya?"
Alih-alih menjawabku, dia berkata, "Aku adalah
Black Hand. Aku orang sibuk. Terus terang saja, tempat
ini bukanlah pilihanku untuk menghabiskan malam ini.
Tapi tanganku terikat. Kaulah yang memegang kekuatan.
Ucapkanlah sumpah itu. Kau dan ibumu akan pergi
bersama-sama." "Apakah kau mencintainya?"
Dia mengerjap, seolah terkejut dengan pertanyaanku.
"Ibumu" Tentu saja. Aku mencintainya. Dulu, aku sangat
mencintainya. Tapi dunia telah berubah. Pandanganku
berubah. Aku harus mengorbankan cintaku sendiri demi
kepentingan rasku." "Kau berniat membunuhnya, bukan" Kalau aku
tidak bersumpah, kau akan melakukannya."
"Kehidupanku dibentuk oleh pilihan-pilihan yang
sulit. Aku tidak akan berhenti melakukannya malam
507 ini," katanya. Suatu jawaban yang tidak lugas tapi
membuatku yakin. "Izinkan aku melihatnya."
Hank memberi isyarat ke sebaris jendela di seberang
ruangan. Perlahan aku berdiri, khawatir dengan kondisi
yang mungkin akan kulihat. Ketika aku menatap dari
kaca jendela, aku sadar bahwa aku berada di bangunan
semacam kantor, yang berhadapan dengan gudang di
bawah. Ibuku meringkuk di atas sebuah ranjang, dijaga
oleh tiga Nephilim bersenjata. Aku bertanya-tanya
dalam hati, apakah dia memiliki persepsi yang jernih
dalam mimpinya, seperti yang kualami" Apakah dia
melihat Hank dalam bentuk sebenarnya, yaitu sebagai
monster" Aku juga bertanya-tanya dalam hati, setelah
Hank menghilang dari kehidupan ibuku dan tidak bisa
lagi menipunya, apakah dia akan melihat lelaki itu
sebagaimana aku melihatnya" Jawabanku atas semua
pertanyaan itulah yang memberiku keberanian untuk
menghadapi Hank. "Kau berpura-pura mencintainya supaya bisa
mendapatkan aku" Jadi, semua kebohongan itu hanya
untuk satu momen ini?"
"Kau kedinginan," kata Hank dengan sabar. "Lelah.
Lapar. Bersumpahlah. Dan semua ini akan berakhir."
"Kalau aku bersumpah, dan kau hidup sebagaimana
yang kuduga, aku ingin kau mengucapkan sumpah. Aku
508 ingin kau meninggalkan kota ini dan menghilang dari
kehidupan ibuku untuk selamanya."
"Oke." "Aku ingin memanggil Patch dulu."
Hank terbahak. "Tidak. Kupikir kau sudah paham.
Kau bisa mengabarinya setelah kau bersumpah."
Sudah kuduga. Tapi aku harus berusaha.
Aku berkata dengan nada membangkang sejadi-
jadinya. "Aku tidak akan mengucapkan sumpah
untukmu." Aku menujukan pandangan ke arah jendela
itu. "Tapi aku akan bersumpah untuk ibuku."
"Hentikan omonganmu," perintah Hank sambil
menaruh pisau lipat di tanganku. "Bersumpahlah
dengan menumpahkan darahmu untuk menjadi Nephil
murni dan pemimpin pasukanku setelah aku mati.
Kalau kau melanggar sumpah itu, kau akan menerima
hukumannya. Kematianmu... dan kematian ibumu."
Aku menatapnya lekat-lekat. "Bukan begitu
perjanjiannya." "Ya. Dan ini akan berlaku dalam lima detik. Per-
janjian berikutnya akan melibatkan kematian sahabatmu
juga." Aku menatapnya dengan marah dan rasa tidak


Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

percaya. Tapi itu tidak ada gunanya. Dia telah
menjebakku. "Kau dulu," perintahku.
509 Kalau bukan karena garis-garis tegas di wajahnya,
barangkali kesan senang akan terlihat dalam ekspresinya.
Sambil menyayat kulitnya, dia berkata, "Jika aku
hidup hingga melewati bulan depan, aku bersumpah
untuk meninggalkan Coldwater dan tidak akan
menghubungimu atau ibumu lagi. Jika aku melanggar
sumpah ini, tubuhku akan berubah menjadi tanah."
Setelah mengambil pisau, aku menusukkan ujungnya
ke telapak tanganku, lalu kugoncangkan sehingga
beberapa tetes darahku jatuh ke tanah. Aku ingat
Patch pernah berbuat seperti itu. Aku berdoa dalam
hati, semoga dia bisa memaafkan perbuatan yang akan
kulakukan. Semoga pada akhirnya kami memiliki
cinta yang lebih tinggi dari batasan darah dan ras. Aku
membekukan pikiran itu. Khawatir kalau dilanjutkan,
aku akan memikirkan Patch lebih jauh. Dengan hati
terbelah dua, aku mundur ke rongga hampa di dalam
diriku dan menghadapi tugas berat di depan mata.
"Aku bersumpah, dengan darah baru yang mengalir
dalam nadiku, aku bukan lagi manusia, melainkan
Nephil berdarah murni. Dan jika kau mati, aku akan
memimpin pasukanmu. Seandainya aku melanggar
janji ini, aku sadar bahwa aku dan ibuku akan mati."
Sumpah itu sepertinya jauh lebih sederhana ketimbang
konsekuensinya. Aku mengalihkan tatapanku yang
510 dingin kepada Hank. "Apakah aku melakukannya
dengan benar" Itukah yang harus kukatakan?"
Dia menjawab pertanyaanku dengan satu anggukan.
Artinya, kehidupanku sebagai manusia telah
berakhir. Aku tidak ingat apakah aku meninggalkan Hank,
ataukah aku pergi dari gudangnya bersama ibuku yang
masih di bawah pengaruh obat keras sehingga nyaris
tidak bisa berjalan. Entah bagaimana aku keluar dari
ruangan kecil itu ke jalanan gelap di luar. Ibuku gemetar
hebat dan menggumamkan sesuatu ke telingaku. Tetapi
kata-kata itu tidak jelas. Samar-samar aku ingat, aku
pun kedinginan. Salju melayang di udara. Napasku
mengepulkan uap putih keperakan. Kalau tidak segera
menemukan tempat berlindung, aku khawatir ibuku
akan menderita hipotermia.
Aku tidak tahu apakah situasiku sangat menakutkan.
Aku tidak tahu apa-apa lagi. Bisakah aku membeku
sampai mati" Bisakah aku mati" Apa persisnya yang
berubah lantaran sumpah itu" Apakah segalanya"
Sebuah mobil berdiri di jalanan di depan kami. Pada
bannya terdapat tanda polisi bahwa kendaraan itu akan
disingkirkan. Tanpa berpikir panjang, aku memeriksa
pintunya. Untuk kali pertama sepanjang malam ini,
dewi keberuntungan berpihak kepadaku. Mobil itu tidak
511 dikunci. Perlahan kubaringkan ibuku di kursi belakang.
Kemudian aku menggarap kabel di belakang kemudi.
Setelah beberapa kali berusaha, akhirnya mesinnya
hidup. "Jangan khawatir," gumamku kepada Ibu. "Kita
akan pulang. Semuanya sudah berakhir. Sudah berakhir."
Kata-kata itu kuucapkan lebih untuk diriku sendiri
ketimbang orang lain. Dan aku yakin itu karena aku
membutuhkannya. Aku tidak bisa merenungkan tindakan
yang telah kulakukan. Aku tidak bisa memikirkan
seberapa lambat atau menyakitkannya transformasi itu
kelak terjadi ketika ada yang memicunya. Seandainya
kondisi itu membutuhkan pemicu. Seandainya masih
ada hal lain yang harus dihadapi.
Patch. Aku harus menghadapinya. Dan aku harus
mengakui perbuatan yang telah kulakukan. Aku
bertanya-tanya dalam hati, apakah aku akan merasakan
pelukannya lagi" Bagaimana aku bisa berharap
tindakanku itu tidak akan mengubah segalanya" Aku
bukan Nora Grey lagi. Aku adalah Nephil berdarah
murni. Musuh Patch. Kuinjak pedal rem saat sebuah objek pucat melintas
di depan. Mobil menderit berhenti. Sepasang mata
menoleh ke arahku. Gadis itu terhuyung, berdiri, lalu
tertatih-tatih ke pinggir jalan. Tampaknya dia ingin lari,
512 tapi terlalu trauma untuk mengoordinasikan gerakannya.
Pakaian gadis itu koyak. Wajahnya ketakutan.
"Marcie?" tanyaku keras-keras.
Secara otomatis, aku meraih tuas untuk membuka
pintu penumpang. "Masuk!" perintahku.
Marcie berdiri saja. Tangannya menekan perut. Dia
merintih pelan. Aku keluar dan berlari ke arahnya, lalu mem-
bimbingnya duduk di dalam mobil. Dia menundukkan
kepala di antara lutut, napasnya terengah-engah.
"Aku"akan"muntah."
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Dia terus berusaha menghirup udara.
Aku duduk di belakang kemudi dan menginjak
gas. Aku tidak ingin berlama-lama di area yang tak
berpenghuni ini. "Kau membawa ponsel?"
Marcie mengeluarkan suara seperti orang tersedak.
"Seandainya kau tidak sadar, kita sedang terburu-
buru," kataku dengan nada ketus karena sekarang
aku kenal betul dengan lawan bicaraku. Putri Hank.
Saudaraku, kalau aku ingin mengakuinya. Saudaraku
yang bodoh, pembohong, dan pengkhianat. "Ponsel"
Ada atau tidak?" Dia menggerakkan kepala, tapi aku tidak bisa
membedakan apakah itu gelengan atau anggukan.
513 "Kau marah karena aku mencuri kalung itu,"
katanya, di antara cegukan. "Ayah menipuku. Dia
membuatku berpikir itu hanya kejahilan saja. Akulah
yang meletakkan catatan di atas bantalmu malam itu,
untuk menakut-nakutimu. "Kau tidak aman". Ayahku
menggunakan semacam mantra supaya kau tidak bisa
melihat ketika aku menyelinap ke kamarmu. Dia juga
melakukan sesuatu terhadap tintanya sehingga tulisan
itu menghilang setelah kau membacanya. Kupikir itu
lucu. Aku ingin melihatmu kalang kabut. Aku tidak
berpikir panjang. Hanya mengikuti ucapan ayahku saja.
Seolah-olah dia memiliki kekuatan terhadap diriku."
"Dengar, Marcie," kataku tegas. "Aku ingin segera
meninggalkan tempat ini. Tapi kalau kau membawa
ponsel, aku sangat membutuhkannya sekarang."
Dengan tangan gemetar, dia membuka tas, mengaduk-
aduknya, lalu mengeluarkan ponsel. "Dia menipuku,"
katanya, air mata menetes dari sudut matanya. "Kupikir
dia ayahku. Kupikir dia"mencintaiku. Dan kalau kata-
kataku ini membawa perbedaan, aku tidak memberikan
kalung itu kepadanya. Semula aku akan melakukannya.
Aku membawa kalung itu ke gudangnya, seperti yang
dia perintahkan. Tapi kemudian... tapi akhirnya... setelah
aku melihat gadis dalam kurungan itu...." Kata-katanya
terputus. 514 Aku tidak ingin memiliki rasa empati kepada Marcie.
Bahkan aku tidak ingin dia ada di mobil ini. Aku tidak
ingin dia bersandar kepadaku, atau sebaliknya. Aku
tidak menginginkan ikatan apa pun di antara kami.
Tetapi entah bagaimana, semua itu berhasil terwujud
di luar keinginanku. "Tolong berikan ponselmu," kataku lembut.
Marcie menyodorkan ponsel ke tanganku. Dia
menekuk kaki ke dada dan terisak pelan.
Aku menghubungi Patch. Aku harus memberi
tahu, kalung itu tidak di tangan Hank. Dan aku harus
memberi tahu tentang perbuatan mengerikan yang telah
kulakukan. Dering demi dering, aku merasakan tembok
yang kubangun hanya untuk melewati hal ini, menjadi
runtuh. Aku membayangkan wajah Patch ketika aku
mengatakan yang sebenarnya. Gambaran itu membuat
perasaanku hancur. Bibirku bergetar dan napasku
tersengal. Kotak suaranya menyadarkanku dan aku meng-
hubungi Vee. "Aku butuh bantuanmu," kataku. "Aku ingin kau
menjaga ibuku dan Marcie." Kujauhkan ponsel dari
telingaku untuk menghindari suara berisik di ujung sana.
"Ya, Marcie Millar. Akan kujelaskan nanti."
515 WaktU mendekati pUkUl tiga pagi Marcie dan ibuku. Kuserahkan ketika aku menurunkan
mereka ke tangan Vee tanpa penjelasan. Vee menuntut
jawaban. Aku hanya menggeleng sembari menahan
emosi yang meremukkan hatiku. Aku pergi tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Aku ingin mencari
jalan, tempat aku bisa sendirian. Tetapi sebentar
kemudian, terbuktilah kepergianku yang tanpa tujuan
akhirnya mengarah ke satu titik yang pasti.
516 Aku nyaris tidak melihat jalan saat melaju ke arah
Delphic Amusement Park. Mobil berderit di lapangan
parkir, dan aku mendapati diriku benar-benar sendirian.
Aku tidak berani membiarkan diriku memikirkan
tindakan yang telah kulakukan. Tetapi sekarang, ketika
dikelilingi kegelapan dan keheningan, aku tidak sanggup
bersikap tangguh lagi. Aku tidak cukup kuat untuk
memendam segalanya. Aku menundukkan kepala ke
kemudi, dan terisak-isak.
Aku menangisi pilihan yang kuambil dan akibat
yang harus kutanggung. Di atas segalanya, aku menangis
karena aku benar-benar tidak sanggup menceritakan
semuanya kepada Patch. Bagaimana aku sanggup
menjelaskan bahwa aku menjerumuskan diri ke sesuatu
yang paling dia benci" Apalagi sekarang hubungan kami
mengalami kemajuan. Dengan menggunakan ponsel Marcie, aku meng-
hubunginya. Perasaanku terbelah antara lega dan
ketakutan ketika yang menjawab adalah kotak suara.
Apakah dia tidak menjawab karena tidak tahu akulah
yang menelepon" Mungkinkah dia mengetahui perbuatan
yang kulakukan" Apakah dia menghindariku sampai dia
sanggup berdamai dengan perasaannya" Apakah dia
memakiku karena telah mengambil keputusan bodoh,
sekalipun aku tidak punya pilihan"
517 Tidak, kataku kepada diri sendiri. Semua itu tidak
benar. Patch tidak mengelak dari konfrontasi"itu
adalah persoalanku. Aku keluar dari mobil dan berjalan perlahan menuju
gerbang. Kutekankan kepalaku ke jeruji. Logam yang
dingin menyengat kulitku. Tetapi kepedihan itu tidak
sebanding dengan sakitnya penyesalan dan kerinduan
yang membara di dalam diriku. Patch! jeritku dalam
hati. Apa yang telah kulakukan"
Aku mengguncang jeruji gerbang, tak tahu cara
untuk bisa masuk. Tiba-tiba bunyi lengkingan logam
membuatku tersentak. Baja di tanganku melengkung,
seolah-olah terbuat dari tanah liat. Mataku mengerjap
lantaran kebingungan. Lalu kesadaran itu muncul dalam
kepalaku. Aku bukan lagi manusia. Aku Nephilim yang
sempurna. Dan aku memiliki kekuatan tak terkalahkan.
Kekaguman yang menakutkan menggelitik tulang
punggungku saat aku menyadari prospek kekuatan
baruku. Kalau selama ini aku mencari-cari jalan untuk
meyakinkan diriku sendiri bahwa sumpah itu tidak bisa
dibatalkan, sekarang aku mendekati titik akhir dengan
sangat pesat, dan aku tidak bisa kembali lagi.
Setelah menarik jeruji cukup lebar untuk meloloskan
diri, aku berlari menuju taman dan melambatkan gerakan-
ku ketika aku mendekati bangunan yang mengarah
ke studio Patch. Jariku gemetar saat aku memutar
518 tombol pintu. Dengan kaki terasa berat, aku masuk dan
menunduk melewati pintu jebakan. Saat melangkah ke
dalam studio Patch, aku langsung menyadari sesuatu
yang tidak beres. Ada jejak-jejak kekerasan yang
membekas di udara. Aku tidak bisa menjelaskannya,
tapi kesannya sangat jelas, seperti tulisan di atas kertas.
Mengikuti dorongan energi yang tidak kasat mata,
aku bergerak dengan hati-hati. Perasaanku masih tidak
pasti terhadap getaran-getaran aneh di sekelilingku.
Aku membuka kamar tidur Patch dengan ujung kakiku.
Ketika itulah aku melihat pintu rahasia.
Sebuah dinding granit hitam sedikit bergeser ke
kanan, menimbulkan celah ke koridor gelap di luarnya.
Air menggenang di lantai yang kotor. Beberapa obor
memancarkan cahaya berasap.
Bunyi langkah kaki di koridor menimbulkan gema.
Perutku terasa mengencang. Cahaya obor menyinari
garis-garis wajah Patch yang tidak simetris, juga sudut
mata hitamnya yang menghunjam langsung ke dalam
diriku, larut dalam pemikiran. Sosoknya terlihat sangat
tak kenal ampun. Aku tidak bisa berbuat apa pun selain
berdiri, lumpuh. Aku merasa tidak sanggup menatapnya,
sekaligus tidak sanggup tidak menatapnya. Harapan
yang pupus menguasai diriku, menyentakkan rasa malu.
Saat aku hendak memejamkan mata dan menangis,
pandangannya bergeser, dan mata kami bertemu. Satu
519 pandangan itu meruntuhkan segalanya. Pertahananku
hancur.

Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku menghampirinya. Mulanya perlahan, dengan
tubuh gemetar lantaran emosi. Lalu aku berlari ke dalam
pelukannya, tak mampu menghindarinya lebih lama lagi.
"Patch"aku"tidak tahu"harus memulai dari
mana!" kataku, tangisku pecah.
Dia mendekapku. "Aku tahu semuanya," gumamnya
parau ke telingaku. "Tidak, kau tidak tahu," protesku dengan rasa putus
asa. "Hank memaksaku bersumpah. Aku bukan"
maksudku"aku bukan lagi?" Aku tidak sanggup
memaksa diriku mengucapkannya. Tidak kepada Patch.
Aku tidak bisa terima seandainya dia menolakku.
Sekalipun hanya melalui perubahan kecil pada raut
wajahnya. Atau sorot mata yang mengecam....
Dia sedikit menggoyang tubuhku. "Tidak apa-apa,
Angel. Dengarkan aku. Aku tahu tentang Sumpah
Pergantian. Percayalah kepadaku ketika aku mengatakan
aku tahu segalanya."
Aku terisak-isak di T-shirt-nya. "Dari mana kau
tahu?" "Aku kembali dan kau tidak ada."
"Maafkan aku. Scott menghadapi masalah. Aku
harus menolongnya. Dan aku menghancurkan
segalanya!" 520 "Aku mencarimu. Lokasi pertama yang kutuju
adalah tempat Hank. Aku pikir dia mempermainkan
pikiranmu supaya kau pergi. Aku menyeretnya ke sini
dan memaksanya mengaku." Patch menghela napas,
sepertinya begitu lelah. "Aku bisa menceritakan
bagaimana malam ini berlangsung, tapi kau harus
melihat sendiri." Dia membuka T-shirt-nya. Sambil menekankan jariku dengan lembut pada goresan
luka di punggungnya, kupusatkan pikiran pada sesuatu
yang ingin kuketahui. Terutama kejadian setelah Patch
meninggalkan studionya beberapa jam lalu.
Aku terseret ke dalam suatu cekungan yang gelap
dalam benaknya. Suara-suara keras berkelebat di
telingaku, sementara wajah-wajah berlalu-lalang dengan
teramat cepat sehingga tidak bisa kukenali. Sepertinya
aku tergeletak di jalanan pada malam hari. Terdengar
bunyi klakson dan deru ban kendaraan yang sepertinya
sangat dekat. Hank, pikirku dengan seluruh energiku. Apa yang
terjadi setelah Patch pergi untuk mencari H ank"
Sebuah mobil melaju ke arahku. Sorot lampu seinnya
menyilaukan mata.... 521 Memori itu berawal di sebuah sudut jalan yang gelap di
luar gudang milik Hank. Bukan gudang yang berhasil
kumasuki, melainkan yang pertama aku datangi
bersama Scott. Udara lembap dan berat. Bintang-bintang
tertutup awan. Patch berjalan diam-diam di trotoar,
mendekati sesuatu yang hanya bisa kutebak sebagai
petugas penjaga dari belakang. Patch menyergapnya, lalu
menyeretnya ke belakang dengan gerakan mematikan
sehingga penjaga itu tidak bisa berkutik. Kemudian
Patch melucuti senjatanya, dan menyelipkannya ke ikat
pinggangnya. Yang mengejutkan, Gabe"lelaki yang mencoba
membunuhku di belakang 7-Eleven"muncul dari
kegelapan di depan. Dominic dan Jeremiah di
belakangnya. Ketiga lelaki itu tersenyum jahat.
"Well, well, ada apa ini?" tanya Gabe dengan nada
mengejek, sambil membersihkan tanah dari kerah kemeja
penjaga yang adalah Nephil itu.
"Jaga dia sampai aku memberi isyarat," kata Patch,
menyerahkan Nephil itu kepada Dominic dan Jeremiah.
"Jangan buat aku kecewa, Bro," kata Gabe kepada
Patch. "Aku berani taruhan, Black Hand ada di balik
pintu itu." Dia menggerakkan dagunya ke arah pintu
samping gudang. "Kau menolongku, dan aku akan
melupakan dendam masa lalu. Kalau kau berani macam-
macam, akan kutunjukkan bagaimana rasanya kalau
522 tongkat besi ditancapkan ke lukamu... setiap hari selama
setahun penuh." Patch hanya menjawab dengan tatapan dingin dan
serius. "Tunggu isyaratku."
Dia mendekati jendela kecil yang terdapat di pintu
itu. Aku membuntutinya dan mengintip di kaca.
Aku melihat penghulu malaikat dalam kurungan.
Juga sekelompok anak buah Hank. Tetapi yang
membuatku terkejut, Marcie Millar berdiri dengan jarak
beberapa kaki. Sosoknya lemah, matanya membelalak
ketakutan. Sesuatu yang hanya bisa kupastikan sebagai
kalung Patch, menggelantung di tangannya yang pucat.
Dan dengan sembunyi-sembunyi, dia mengalihkan
tatapan ke pintu, tempat Patch dan aku bersembunyi di
belakangnya. Kericuhan terjadi saat malaikat itu meronta-ronta
dengan liar, menendang-nendang jeruji kurungan. Anak
buah Hank langsung melecutkan rantai bercahaya biru,
yang tidak diragukan lagi sudah diisi dengan mantra
ilmu hitam. Setelah beberapa lecutan, kulitnya berubah
sehingga memancarkan cahaya kebiruan seperti rantai
itu, kemudian dia meringkuk pasrah.
"Kau ingin mendapatkan kehormatan?" kata
Hank kepada Marcie sambil memberi isyarat dengan
tangannya ke arah kalung itu. "Atau kau lebih suka
kalau aku yang mengalungkannya?"
523 Tubuh Marcie gemetar. Wajahnya pucat dan dia
terdiam ketakutan. "Ayolah, Sayang," desak Hank. "Tidak ada yang
perlu ditakuti. Anak buahku telah mengamankannya.
Dia tidak akan menyakitimu. Inilah makna menjadi
Nephilim. Kita harus bersikap tegas terhadap musuh
kita." "Apa yang akan kau lakukan kepadanya?" tanya
Marcie terbata-bata. Hank tertawa, tapi sepertinya dia sudah tidak
sabaran. "Tentu saja memasangkan kalung itu ke
lehernya." "Setelah itu?" "Setelah itu, dia akan menjawab semua pertanyaan-
ku." "Mengapa dia harus dikurung kalau kau hanya ingin
membuatnya bicara?" Senyum Hank memudar. "Serahkan kalung itu,
Marcie." "Kau bilang kau ingin aku mengambil kalung itu
untuk membuat lelucon kepada Nora. Kau tidak pernah
mengatakan apa pun tentang dia." Marcie melayangkan
pandangan ke malaikat dalam kurungan.
"Serahkan," perintah Hank, mengulurkan tangan.
Marcie mundur perlahan ke dinding di belakangnya.
Tapi matanya menatap sekilas ke arah pintu. Hank
524 bergerak mendekatinya, tapi Marcie lebih cepat. Dia
mendorong pintu, nyaris menabrak Patch.
Patch menahan tubuh Marcie. Matanya menatap
sepintas ke kalung malaikat yang menggantung di tangan
Marcie. "Lakukan sesuatu yang benar, Marcie," katanya
dengan suara pelan. "Kalung itu bukan milikmu."
Tiba-tiba aku sadar. Kejadian dalam memori ini
pastinya berlangsung tidak lama setelah aku keluar dari
bangunan itu bersama ibuku. Dan tidak lama sebelum
aku bertemu Marcie di jalan. Aku hanya bersilangan
dengan Patch dalam hitungan menit saja. Selama itu,
dia sibuk membujuk Gabe dan krunya untuk melawan
Hank. Dengan dagu gemetar, Marcie mengangguk dan
mengulurkan tangan. Patch mengantongi kalungnya
tanpa berkata-kata. Kemudian dia memberi perintah
dengan nada dingin, "Pergi."
Tidak lama kemudian, dia memberi isyarat kepada
Gabe, Jeremiah, dan Dominic. Mereka bergegas maju,
dan masuk ke gudang. Patch berjalan paling belakang.
Dia mendorong seorang penjaga yang merintanginya.
Melihat kedatangan sekelompok malaikat terbuang,
Hank mengerang. Dia nyaris tidak percaya dengan yang
dilihatnya. 525 "Tidak satu pun Nephil di sini yang mengucapkan
sumpah kesetiaan," kata Patch kepada Gabe. "Silakan
garap." Gabe menyeringai. Matanya menyapu setiap Nephil
satu per satu. Kemudian pandangannya jatuh ke
Hank. Matanya membara dengan sesuatu yang nyaris
menyerupai kerakusan. "Apa-apaan ini?" desis Hank.
"Menurutmu apa?" jawab Gabe sambil mengeretak-
kan buku-buku jarinya. "Ketika sobatku, Patch,
mengatakan dia tahu tempat Black Hand bisa kutemukan,
minatku muncul. Apakah aku sudah bilang kalau aku
sedang mencari perantara Nephilim?"
Nephilim di ruangan itu diam tak bergerak. Aku bisa
membaca ketakutan dan ketegangan di wajah mereka.
Aku tidak tahu pasti rencana Patch. Tetapi yang jelas,
ini adalah bagian dari rencana itu. Dia pernah bilang
bahwa dia kesulitan mencari malaikat terbuang yang
mau membantunya membebaskan penghulu malaikat.
Tetapi mungkin akhirnya dia menemukan jalan
untuk mendapatkan bantuan. Dengan mengusulkan
peperangan. Gabe memberi isyarat kepada Jeremiah dan Dominic
untuk berpencar. "Kalian ada sepuluh, kami berempat," kata Gabe
kepada Hank. 526 "Kami lebih kuat dari yang kau sangka," jawab
Hank dengan senyum jahat. "Sepuluh melawan empat.
Sepertinya peluang besar buatku."
"Lucu sekali, aku berpendapat mereka sangat
menarik. Kau ingat kata-kata itu, bukan" "Tuan, aku
adalah budakmu". Hafalkan itu. Aku tidak akan pergi
sampai kau mengucapkannya. Kau milikku, Nephil.
Milikku." Gabe menuntaskan kalimatnya dengan
menusukkan jarinya ke tubuh Hank seperti orang yang
mengejek. "Jangan diam saja!" bentak Hank kepada anak
buahnya. "Buat malaikat terbuang yang angkuh ini
bertekuk lutut." Tetapi Hank tidak menunggu untuk meneriakkan
perintah berikutnya. Dia lari melewati pintu.
Tawa Gabe menggelegar dari langit-langit. Dia
melompat ke pintu dan membukanya. Suaranya mem-
belah malam. "Kau takut, Nephil" Sebaiknya begitu.
Bersiaplah." Mendadak setiap Nephilim di bangunan itu kabur
melalui pintu depan dan belakang. Jeremiah dan
Dominic mengejar mereka sambil mengeluarkan suara
menakut-nakuti. Patch berdiri di gudang yang ditinggalkan itu,
menghadap kurungan sang penghulu malaikat. Dia
527 mendekat dan malaikat itu menarik diri dengan desisan
peringatan. "Aku tidak akan menyakitimu," kata Patch,
mengangkat tangan supaya sang Malaikat bisa melihat
dia tidak bersenjata. "Aku akan membuka kurungan ini
dan membebaskanmu." "Mengapa kau melakukannya?" tanyanya dengan
suara parau. "Karena tempatmu bukan di sini."
Mata malaikat itu dihiasi lingkaran hitam akibat
kelelahan. Dia menatap wajah Patch lekat-lekat. "Dan
apa balasan yang kau harapkan" Kau ingin mendengar
jawaban tentang salah satu misteri dunia" Kebohongan
macam apa yang akan kau bisikkan ke telingaku sebagai
balasan jawaban itu?"
Patch membuka pintu kurungan, masuk perlahan,
dan meraih tangannya. "Aku tidak mengharapkan
apa-apa. Tapi dengarkanlah ucapanku. Aku tidak
membutuhkan kalung untuk membuatmu bicara. Karena
begitu kau mendengar kata-kataku, rasanya kau akan
bersedia membantu." Sang Malaikat tertatih-tatih keluar dari kurungan.
Dengan enggan dia menyandarkan tubuh lemahnya ke
tubuh Patch. Terlihat jelas kakinya yang berkilau biru
menjadi lumpuh akibat ilmu hitam.
528 "Berapa lama aku akan seperti ini?" tanyanya, air
matanya menitik. "Aku tidak tahu. Tapi kurasa kita sama-sama
sepakat, para malaikat bisa membantu."
"Dia mencopot sayapku," bisiknya dengan suara
parau. Patch mengangguk. "Dia tidak merobek seluruhnya.
Masih ada harapan." "Harapan?" ulangnya, matanya berkilat. "Kau me-
lihat masih ada harapan" Sebenarnya, bantuan apa yang
kau inginkan?" tanyanya dengan nada menyedihkan.
"Aku menginginkan suatu cara untuk membunuh
Hank Millar," kata Patch blakblakan.
Tawa getir. "Kalau begitu, kau tidak sendirian."
"Kau bisa mewujudkannya."
Dia hendak memprotes, tapi Patch menyela.


Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Penghulu malaikat pernah ikut campur dalam
hal kematian. Setidaknya satu kali. Dan mereka bisa
melakukannya lagi." "Apa maksudmu?" tukasnya.
"Empat bulan lalu, seorang gadis keturunan
Chauncey Langeais melompat dari atap gimnasium
SMA. Pengorbanan itu berujung dengan terbunuhnya
Langeais. Nama gadis itu Nora Grey. Tapi dari raut
wajahmu, rasanya kau sudah mendengar kabar itu."
529 Kata-kata Patch membuatku terkejut. Bukan karena
ucapannya terasa asing. Dalam salah satu memorinya,
aku mendengar diriku berkata aku telah membunuh
Chauncey Langeais. Tapi dalam memori lain, dengan
keras kepala aku menyangkalnya. Sekarang aku tidak
bisa menutup mata dari kebenaran. Kabut dalam
benakku telah bergeser. Dan dalam kilasan gambaran
berikutnya, aku melihat diriku berdiri di gimnasium
sekolah, beberapa bulan lalu. Bersama Chauncey
Langeais, Nephil yang ingin membunuhku untuk
menyakiti Patch. Nephil yang tidak menyadari bahwa aku adalah
keturunannya. "Aku ingin tahu, mengapa pengorbanan Nora
tidak membuat Hank Millar terbunuh," kata Patch.
"Padahal dia adalah keturunan langsungnya. Firasatku
mengatakan, itu karena campur tangan penghulu
malaikat." Sang Malaikat membalas tatapan Patch tanpa berkata-
kata. Jelaslah Patch telah menggoyang keteguhannya
yang telah terusik sedari awal. Dengan senyum tipis,
akhirnya dia berkata, "Satu lagi teori konspirasi?"
Patch menggeleng. "Bukan teori. Penyamaran. Pada
mulanya aku tidak tahu. Tapi ketika aku sadar, aku
tahu penghulu malaikat telah ikut campur dalam urusan
kematian. Kau membiarkan Chauncey mati sebagai ganti
530 Hank. Mengingat persoalan yang ditimbulkan Hank
terhadapmu, mengapa kau lakukan itu?"
"Kau pikir aku akan mengatakannya kepadamu?"
"Kalau begitu, kau harus mendengar teoriku.
Menurutku begini. Kurasa sekitar lima bulan lalu, para
penghulu malaikat menyadari bahwa Chauncey dan
Hank mulai mempraktikkan ilmu hitam. Dan mereka
ingin menghentikannya. Mereka mendekati Hank lebih
dulu lantaran percaya bahwa dia tidak begitu jahat
dibandingkan dengan setan yang satunya lagi. Mereka
sudah melihat bahwa Nora akan berkorban. Mereka
pun memutuskan untuk menawarkan perjanjian dengan
Hank. Chauncey akan dibiarkan mati, asalkan Hank
berjanji tidak akan mempraktikkan ilmu hitam lagi."
"Khayalanmu mengagumkan," kata sang Malaikat,
tapi suaranya tidak begitu yakin. Aku tahu, kata-kata
Patch mengenai sasaran. "Kita belum sampai pada akhir teori," kata Patch.
"Aku berani taruhan, Hank telah menjual Chauncey.
Dan kemudian, dia menjual penghulu malaikat. Setelah
Chauncey lenyap, Hank terus mempraktikkan ilmu
hitam. Penghulu malaikat ingin menyingkirkannya
sebelum ilmunya semakin tinggi. Mereka ingin
mengembalikan ilmu hitam di tempatnya"di neraka.
Begitulah teoriku. Sekali lagi, aku memohon supaya
penghulu malaikat turun tangan lagi. Izinkan aku
531 membunuh Hank. Biar dia membawa ilmunya ke dalam
kuburan. Dan seandainya teoriku benar seperti yang
kuyakini, kupikir itulah yang kau dan penghulu malaikat
lainnya inginkan. Tentu saja, kau punya alasan tersendiri
di balik keinginanmu terhadap kematian Hank," imbuh
Patch dengan nada penuh arti.
"Anggaplah penghulu malaikat bisa turun tangan.
Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri,"
katanya. "Persoalan itu harus diputuskan melalui
pengumpulan suara." "Kalau begitu, lakukan."
Sang Malaikat merentangkan tangan. "Bukankah
sudah jelas" Aku tidak dalam posisi itu. Aku tidak
punya cara untuk pergi dari sini ke sana. Aku tidak
bisa terbang, Jev. Selama kutukan ilmu hitam itu masih
menimpaku, aku tidak terlihat oleh radar mereka."
"Kekuatan dalam kalung penghulu malaikat lebih
hebat daripada ilmu hitam."
"Kalungku sudah lenyap," katanya lemah.
"Pakai kalungku. Bicaralah dengan para penghulu
malaikat. Sampaikan gagasanku, lalu kumpulkan
suara." Patch mengeluarkan kalung dari sakunya lalu
membuka pengaitnya. "Bagaimana aku tahu kau tidak akan menipuku"
Bagaimana aku tahu kau tidak akan memaksaku
menjawab pertanyaanmu?"
532 "Tidak ada jalan lain. Satu-satunya yang kau miliki
sekarang adalah keyakinan."
"Kau memintaku untuk percaya pada pengkhianat"
Malaikat yang telah diusir?" Matanya menatap Patch
lekat-lekat, membaca wajahnya, yang sama kelamnya
dengan danau pada tengah malam.
"Kejadiannya sudah sangat lama," kata Patch pelan
sambil menyodorkan kalung itu lagi. "Berbaliklah. Akan
kupasangkan." "Keyakinan," ulangnya dengan sama lembutnya.
Sepertinya dia sedang menimbang-nimbang pilihan.
Percaya kepada Patch, atau menyelesaikan persoalan ini
sendirian. Akhirnya dia berbalik dan mengangkat rambut.
"Pasangkan." 533 Aku bersandar ke tubuhnya. Dia mengayun tubuhku NapaSkU melambat Saat akU menyadari Kami duduk di lantai kamar tidurnya. tangan Patch merengkuhku.
dengan lembut sambil menggumamkan suara-suara yang
menenangkan ke telingaku.
"Jadi, begitu," kataku. "Aku benar-benar telah
membunuh Chauncey. Aku telah membunuh Nephil.
Aku telah membunuh seseorang. Secara tidak langsung,
memang. Tapi tetap saja, aku telah membunuh."
534 "Pengorbanan yang kau lakukan seharusnya mem-
buat Hank mati." Aku mengangguk dengan perasaan kelu. "Aku
melihat kau mengatakannya kepada penghulu malaikat.
Aku melihat segalanya. Kau memanfaatkan Gabe,
Jeremiah, dan Dominic untuk mengosongkan gudang
dan berbicara dengannya empat mata."
"Ya." "Apakah Gabe menemukan Hank dan memaksanya
mengucapkan sumpah setia?"
"Tidak. Tadinya memang akan seperti itu. Tapi
aku menemui Hank lebih dulu. Aku tidak benar-benar
berterus terang kepada Gabe. Aku membiarkannya
berpikir bahwa aku akan menyerahkan Hank kepadanya.
Tapi sebenarnya aku sudah menyuruh Dabria untuk
menunggu di luar gudang. Begitu Hank muncul, dia
langsung menangkapnya. Ketika aku kembali ke sini
dan ternyata kau tidak ada, kupikir dia menangkapmu.
Aku menelepon Dabria untuk membawa Hank ke sini
supaya aku bisa menginterogasinya. Aku minta maaf soal
Dabria," katanya. "Aku mengajaknya ke sini karena aku
tidak peduli kepadanya. Dia tergantikan. Kau tidak."
"Aku tidak marah," kataku. Aku tidak mencemaskan
Dabria. Masih ada persoalan yang jauh lebih penting
dari itu. "Apakah para penghulu malaikat sudah
mengumpulkan suara" Bagaimana nasib Hank?"
535 "Mereka ingin berbicara denganku sebelum
mengumpulkan suara. Kejadian di masa lalu membuat
mereka tidak percaya kepadaku. Kukatakan kepada
mereka, kalau mereka mengizinkan aku membunuh
Hank, mereka tidak perlu khawatir lagi tentang ilmu
hitam. Aku juga mengingatkan mereka bahwa kaulah
yang akan menjadi pemimpin pasukan Nephilim kalau
Hank mati. Dan aku menjanjikan bahwa kau akan
menghentikan peperangan."
"Apa pun itu," kataku, mengangguk dengan tidak
sabaran, "aku ingin Hank lenyap. Apakah pemungutan
suara itu anonim?" "Mereka ingin kekacauan ini berakhir. Aku mendapat
lampu hijau dalam urusan dengan Hank. Kita tinggal
menunggu besok." Ketika itulah aku menyadari sesuatu.
Ada pistol di lantai, di samping kaki Patch.
"Aku berjanji tidak akan merenggut momen ini
darimu," katanya. "Dan jika kau tetap menginginkannya,
aku akan menutup mulut dalam persoalan ini. Tapi aku
tidak bisa membiarkanmu menyelesaikannya sendirian.
Kematian Hank akan menghantuimu selamanya. Kau
tidak bisa menghapusnya, ataupun melupakannya. Aku
akan membunuhnya, Nora. Aku akan melakukannya,
kalau kau mengizinkan. Pilihan ada di tanganmu. Apa
pun keputusanmu, aku tetap di sampingmu. Tapi aku
ingin kau siap." 536 Kuambil pistol dari lantai. "Aku ingin melihatnya.
Aku ingin menatap matanya dan melihatnya menyesal."
Patch menerima keputusanku dengan anggukan.
Dia membimbingku ke koridor rahasia. Cahaya obor
berkedap-kedip menerangi jarak beberapa kaki. Tapi di
luar itu, aku tidak bisa melihat apa pun. Hanya kegelapan
yang mencekam. Kuikuti Patch yang berjalan semakin jauh. Koridor
ini mengarah ke bawah bukit. Akhirnya tampaklah
sebuah pintu. Patch menarik cincin besi dan pintu itu
membuka ke arah kami. Di dalam, Hank sudah siaga. Dia menerkam Patch,
tetapi belenggu menarik gerakan tangannya. Membuat
kepalan tinjunya tertahan di udara. Dengan tawa
terkekeh yang bunyinya kelewat sinting untuk dibilang
merdu, dia berkata, "Jangan membodohi dirimu sendiri
dengan mengira kau akan selamat." Rasa puas sekaligus
benci berkilat-kilat di matanya.
"Sama seperti kau mengira bisa membodohi
penghulu malaikat?" balas Patch.
Mata Hank menyipit. Tatapannya jatuh ke pistol
di tanganku. "Apa ini?" tanyanya dengan nada yang
benar-benar mengerikan. Kuangkat pistol dan kubidik Hank. Aku merasa
puas melihat wajahnya diliputi keraguan, kemudian
permusuhan. "Ada apa ini?" bentaknya.
537 "Waktumu sudah habis," kata Patch.
"Kami membuat kesepakatan dengan penghulu
malaikat," kataku. "Kesepakatan apa?" sembur Hank. Kemarahan
terasa di setiap katanya.
Aku mengarahkan pistol ke dadanya. "Kau tidak
abadi lagi, Hank. Bahkan kematianmu sudah dekat."
Dia tertawa mengejek, tapi sorot matanya yang
ketakutan mengatakan bahwa dia percaya pada
kata-kataku. "Aku ingin tahu, bagaimana kehidupanmu setelah
kau meninggalkan dunia ini," gumamku. "Apakah
sekarang kau menyesali kehidupan yang telah kau
bangun" Apakah kau sedang merenungkan kembali
setiap keputusanmu" Berusaha mencari faktor yang me-
nyebabkan perhitunganmu meleset" Apakah kau masih
ingat ratusan orang yang telah kau manfaatkan dan kau
sakiti" Apakah kau ingat nama mereka masing-masing"
Apakah kau melihat wajah ibuku di antara mereka"
Kuharap begitu. Kuharap wajahnya menghantuimu.
Selamanya adalah waktu yang sangat panjang, Hank."
Hank membentur-benturkan rantai tangannya
dengan sangat keras, hingga aku menyangka akan
putus. "Aku ingin kau ingat namaku," kataku kepada Hank.
"Aku ingin kau ingat bahwa aku telah melakukan sesuatu
538 yang seharusnya kau lakukan untukku. Memberikan
sedikit belas kasihan."
Ekspresinya yang liar dan jahat mendadak dinaungi
spekulasi. Dia lelaki cerdas. Tetapi aku tidak yakin dia
sudah bisa menebak niatku.
"Aku tidak akan memimpin pasukan Nephilim-mu,"
kataku, "karena kau tidak akan mati. Bahkan kau akan
hidup sedikit lebih lama lagi. Tapi aku berani jamin,
kau tidak akan tinggal di Ritz, kecuali Patch berniat
merenovasi selnya." Aku mengangkat alis kepada Patch,
memintanya membantu. Apa yang kau lakukan, Angel" gumamnya ke
pikiranku. Mengejutkannya, kemampuanku berbicara ke
pikirannya muncul secara alamiah. Seakan-akan ada
sesuatu yang menekan tombol dalam otakku, lalu aku
menyalurkan kata-kataku dengan kekuatan mental
semata. Aku tidak akan membunuhnya. Begitu juga
kau. Jadi jangan berpikir ke arah itu.
Bagaimana dengan penghulu malaikat" Bukankah
kita sudah sepakat" Ini tidak benar. Bukan kematiannya yang kita
inginkan. Semula kupikir sebaliknya, tapi kau benar.
Kalau aku membunuhnya , aku tidak akan lupa .
Dia akan menghantuiku selamanya. Jelas aku tidak
539 menginginkan itu. Aku ingin bisa melangkah maju. Aku


Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan mengambil keputusan yang tepat.
Betapa kagetnya aku, Patch tidak membantah. "Aku
lebih memilih tempat yang dingin, gelap, dan sesak
untukmu. Dan aku akan menjadikan tempat itu kedap
suara. Dengan begitu, kau terpaksa hanya berteman
dengan penderitaanmu sendiri meskipun kau meraung
sekeras-kerasnya." Terima kasih, kataku kepada Patch dengan sepenuh
hati. Senyum nakal muncul di wajahnya. Kematian
kelewat bagus untuknya. Begini lebih seru.
Seandainya suasana tidak begitu menakutkan,
mungkin aku sudah tertawa.
"Inilah yang kau dapatkan karena percaya kepada
Dabria," kataku kepada Hank. "Dia bukan peramal.
Dia psikopat. Hadapi kenyataan."
Aku memberi kesempatan kepada Hank untuk
menyampaikan ucapan terakhir. Tetapi seperti yang
kuduga, dia membisu. Aku berharap, setidaknya dia
menunjukkan sedikit gelagat untuk meminta maaf. Tapi
aku tidak berharap banyak. Ekspresi terakhir Hank
muncul dalam bentuk senyum antisipasi yang samar
dan aneh. Efeknya agak meresahkan. Tapi kurasa, itulah
yang dia inginkan. 540 Keheningan menyeruak di sel yang kecil. Ketegangan
yang semula menghantui suasana, kini mulai mereda.
Setelah menyingkirkan seluruh pikiran tentang Hank,
aku menjadi sangat sadar akan keberadaan Patch yang
berdiri di belakangku. Suasana pun berubah, berganti
dari ketidakpastian menjadi rasa lega.
Keletihan menguras tenagaku. Dampaknya pertama-
tama terasa di tanganku yang sekarang mulai gemetar.
Lututku juga, kemudian kaki. Sensasi itu menyelimuti
diriku seperti mantra yang memusingkan. Dinding-
dinding sel, udara pengap, bahkan Hank seolah berputar.
Satu-satunya yang membuatku tetap berdiri adalah Patch.
Tanpa aba-aba, aku menjatuhkan diri ke pelukannya.
Dia menempelkan punggungku ke dinding. Rasa lega
menguasai dirinya. Aku menarik bajunya, membuatnya
semakin dekat denganku. Kebutuhanku untuk berdekatan
dengannya begitu hebat. "Ayo kita pergi dari sini," gumamnya ke telingaku.
Aku hendak mengiyakan, tapi aku melihat api melalui
sudut mataku. Pada mulanya aku mengira itu adalah salah
satu obor yang terjatuh. Tetapi kobaran itu menari-nari
di tangan Hank, memancarkan kilau biru yang aneh dan
memesona. Aku tidak langsung memahami pemandangan
yang kulihat, tapi itu sulit dipercaya.
Kesadaran itu muncul secara bertahap. Hank
melemparkan bola yang memancarkan sinar biru
541 dengan satu tangan dan bulu hitam milik Patch dengan
tangan lain. Dua objek yang jauh berbeda. Satu terang,
yang lainnya gelap. Tetapi entah bagaimana, keduanya
bergerak mendekat. Jalinan asap membubung dari ujung
bulu. Tidak ada waktu lagi untuk berteriak. Tidak ada
waktu sama sekali. Dalam momen yang teramat tipis itu, aku mengangkat
pistol. Menarik pelatuknya.
Peluru membenturkan punggung Hank ke dinding.
Tangannya terentang. Mulutnya menganga.
Dia tidak bergerak lagi. 542542 PatCh tidak beRSUSah payah menggali lubang itu hari masih gelap. Satu-dua jam lagi untuk menguburkan mayat. Waktu
sebelum matahari terbit. Dia menyeret jasad itu ke tepi
pantai, persis di luar gerbang Delphic. Dengan dorongan
ujung sepatu botnya, jasad itu berguling dari tepi tebing,
lalu dimakan oleh gelombang di bawah.
"Apa yang akan terjadi padanya?" tanyaku sambil
memeluk Patch untuk memperoleh kehangatan. Angin
dingin menyapu bajuku, menimbulkan selapis es di
543 kulitku. Tetapi dingin yang sesungguhnya berasal dari
dalam diriku. Menyayat tulangku.
"Gelombang pasang akan menelannya. Dan
kelompok hiu akan mendapatkan sarapan gratis."
Aku menggelengkan kepala untuk mengatakan
bukan itu maksudku. "Apa yang akan terjadi pada
jiwanya?" Aku tidak sanggup menepis rasa ingin
tahuku. Apakah ucapanku kepada Hank benar adanya"
Akankah dia merasakan siksaan selamanya" Kutepis
rasa penyesalan yang hinggap dalam hatiku. Aku tidak
ingin membunuh Hank. Tetapi pada akhirnya, dia
membuatku tidak punya pilihan lain.
Patch diam membisu. Tetapi aku menyadari peluk-
annya semakin erat. Tangannya merengkuh tubuhku,
seolah ingin melindungiku. Dia meraba tanganku. "Kau
membeku. Kita ke tempatku saja."
Aku diam di tempat. "Apa yang akan terjadi?" bisik-
ku. "Aku telah membunuh Hank. Aku harus memimpin
anak buahnya. Apa yang harus kulakukan?"
"Kita akan memikirkannya," kata Patch. "Kita akan
membuat rencana, dan aku akan tetap di sampingmu
sampai kita menemukan solusinya."
"Apakah kau benar-benar percaya ini akan berjalan
dengan mudah?" 544 Patch mendengus. "Kalau aku ingin mudah, aku
akan merantai diriku di neraka bersama Rixon. Kami
berdua bisa bertahan bersama-sama."
Aku memandang ombak yang memecah di bebatuan.
"Ketika kau membuat kesepakatan dengan penghulu
malaikat, apakah mereka tidak khawatir kau akan
membuka mulut" Kau tinggal menyebarkan gosip
bahwa ilmu hitam bisa dikendalikan. Kemudian, kau
memancing kericuhan di antara Nephilim dan malaikat
terbuang." "Aku sudah bersumpah untuk tidak membuka
mulut. Itu bagian dari kesepakatan."
"Tidak bisakah kau meminta sesuatu sebagai
imbalannya?" tanyaku pelan.
Patch menjadi tegang. Aku bisa merasakan, dia tahu
arah pemikiranku. "Apakah itu penting?" katanya datar.
Ya. Karena Hank sudah mati, kabut yang
menyelubungi memoriku menyingkir seperti awan
terkena cahaya matahari. Aku belum bisa mengingat
rangkaian-rangkaian seutuhnya. Tetapi gambaran
itu ada. Kilatan bayangan yang semakin kuat seiring
bergesernya waktu. Kekuatan dan kendali Hank terhadap
diriku telah menghilang seiring kematiannya. Membuka
celah di dalam benakku untuk mengingat segala yang
telah Patch dan aku perjuangkan bersama-sama.
Cobaan berupa pengkhianatan dan tantangan terhadap
545 kesetiaan dan kepercayaan kami. Aku tahu hal-hal yang
membuatnya tertawa, dan yang membuatnya marah.
Aku tahu hasratnya yang terdalam. Aku melihatnya
dengan sangat jernih. Luar biasa jernih.
"Bisakah kau meminta mereka supaya menjadikan-
mu manusia?" Aku merasa Patch mengembuskan napas perlahan.
Dan ketika dia bicara, ada kejujuran yang murni dalam
suaranya. "Jawaban singkatnya adalah "ya". Aku bisa
saja meminta." Air mata mengaburkan pandanganku. Aku dirasuki
oleh keegoisanku sendiri. Secara rasional aku tahu, aku
tidak mengambil keputusan demi Patch. Meski begitu,
dia mengambil keputusan demi aku. Rasa bersalah
mengaduk-aduk diriku seperti lautan di bawahku.
Melihat reaksiku, Patch tampak menyesal. "Bukan
begitu, dengarkan aku dulu. Jawaban panjang terhadap
pertanyaanmu adalah bahwa keseluruhan diriku telah
berubah sejak bertemu denganmu. Yang kuinginkan
lima bulan lalu berbeda dengan yang kuinginkan hari
ini. Apakah aku menginginkan tubuh manusia" Ya,
sangat. Apakah itu prioritas utamaku sekarang" Tidak."
Dia menatapku dengan sorot mata serius. "Aku telah
menyerahkan segala yang kuinginkan demi sesuatu
yang kubutuhkan. Dan aku membutuhkanmu, Angel.
546 Mungkin lebih dari yang kau tahu. Sekarang kau abadi.
Begitu juga aku. Itu sangat berarti."
"Patch," ucapku, mataku memejam, debar jantungku
tidak beraturan. "Aku mencintaimu." Suaranya lugas, sarat dengan
cinta. "Kau membuatku ingat akan diriku yang dulu.
Kau membuatku ingin menjadi lelaki seperti itu lagi.
Sekarang, saat aku memelukmu, aku merasa seolah-olah
kita bisa mengalahkan segalanya bersama-sama. Aku
milikmu, kalau kau mau menerimaku."
Kata-kata itu bagaikan mantra. Aku menjadi
lupa dengan tubuhku yang lemas dan gemetar. Aku
lupa bahwa aku adalah calon pemimpin pasukan
Nephilim meskipun aku tidak menginginkannya. Patch
mencintaiku. Hanya itu yang penting.
"Aku juga mencintaimu," balasku.
"Aku mencintaimu jauh sebelum kau mencintaiku.
Hanya dalam hal itulah aku lebih unggul darimu. Dan
aku akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk
meningkatkannya." Mulutnya tersenyum nakal. "Ayo
kita pergi dari sini. Aku akan membawamu ke tempatku.
Kali ini untuk selamanya. Ada urusan yang belum kita
selesaikan dan kurasa sekarang adalah waktu yang tepat
untuk menuntaskannya."
Aku ragu-ragu. Aku merasa belum siap untuk
memperumit hubungan kami"atau kehidupanku"
547 seperti ini. Ada sebuah pertanyaan besar mengganggu
pikiranku. Dan persoalan itu menempati urutan teratas
dari daftar pertanyaanku. Seandainya malaikat terbuang
menyatu dengan manusia menghasilkan Nephil"
makhluk yang tidak ditujukan untuk menghuni bumi"
lalu apa yang akan terjadi apabila malaikat terbuang
menyatu dengan Nephil" Berdasarkan pengamatanku
terhadap hubungan yang dingin antara malaikat dan
Nephilim, kemungkinan yang semacam itu belum
pernah terjadi. Tetapi itu justru membuatku semakin
takut untuk menghadapi konsekuensinya.
Meskipun selama ini aku percaya bahwa penghulu
malaikat bukanlah makhluk jahat, ada keraguan
yang menghantui pikiranku. Apakah ada alasan yang
membuat malaikat tidak boleh jatuh cinta dengan
manusia, atau dalam kasusku, dengan Nephil" Hukum
kuno mengatakan tujuannya adalah memisah-misahkan
ras sehingga satu ras tidak bercampur dengan ras lain...
atau sebuah pengaman supaya tidak ada yang mengotak-
atik alam dan takdir" Patch pernah mengatakan, satu-
satunya alasan keberadaan ras Nephilim adalah malaikat
terbuang ingin membalas dendam lantaran dibuang dari
surga. Untuk membuat impas dengan penghulu malaikat
yang telah menjatuhkan hukuman itu, mereka merayu
manusia. Padahal, dulu mereka berkewajiban menjaga
manusia. 548 Balas dendam itu pun benar-benar telah terjadi.
Selama berabad-abad, malaikat terbuang berperang
dengan Nephilim, sementara manusia terjebak di tengah-
tengahnya. Meskipun menakutkan, Patch menjamin
perseteruan itu akan berakhir dengan lenyapnya salah
satu ras. "Jangan dulu," kataku.
Patch menaikkan alis. "Jangan dulu pergi, atau
tinggal bersamaku?" "Aku punya pertanyaan," kataku serius.
Mulutnya menyunggingkan senyum, tapi itu tidak
mampu menyembunyikan keresahannya. "Seharusnya
aku tahu, kau tetap bersamaku hanya karena meng-
harapkan jawaban." "Well, itu satu. Yang kedua adalah ciumanmu.
Apakah ada yang pernah mengatakan ciumanmu sangat
hebat?" "Aku hanya mendengarkan pendapat satu orang
saja. Dan dia ada di sini." Dia mengangkat daguku
sehingga mata kami sejajar. "Kita tidak harus kembali ke
tempatku, Angel. Aku bisa mengantarmu pulang, kalau
itulah yang kau inginkan. Atau, kalau kau memutuskan
untuk tidur di tempatku, berlawanan sisi dengan tempat
tidurku, plus garis Jangan Menyeberang di tengah-
549 tengahnya, boleh saja. Aku tidak suka itu, tapi aku akan
melakukannya." Merasa tersentuh dengan ketulusannya, aku menarik
ujung bajunya, berusaha mencari sikap yang tepat untuk
menunjukkan apresiasiku. "Kalau kau belum bisa menebak," kataku, dengan
getaran dan gairah dalam nada suaraku, "aku juga
membutuhkanmu." "Apakah itu berarti "ya?"" tanyanya, menelusupkan
jemarinya ke rambutku dan menatap wajahku lekat-
lekat. "Kuharap itu berarti "ya"," katanya dengan nada
memohon. "Tinggallah bersamaku malam ini. Biarkan
aku menjagamu." Sebagai jawaban, aku menautkan jemariku ke
jemarinya. 550550 rumahku. Aku turun dengan senyum konyol masih MatahaRi tel ah beRSinaR Setengah memarkir motornya di depan hari pada saat Patch
menempel di wajahku. Kilau hangat memancar dari
setiap inci kulitku. Sempurna.


Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku tidak cukup naif untuk berpikir hubungan kami
akan bertahan selamanya. Tetapi pepatah "Nikmatilah
hari ini", ada benarnya juga. Aku telah berencana
untuk memikirkan bagaimana aku harus menghadapi
kenyataan bahwa sekarang aku adalah Nephilim murni.
551 Juga segala macam konsekuensi yang menyertai fakta
itu. Termasuk bagaimana transformasi itu sendiri akan
berjalan, dan soal kepemimpinan pasukan Hank.
Tetapi sekarang, segala yang kudambakan sudah
ada di tanganku. Daftarnya tidak panjang, tetapi sangat
memuaskan. Dimulai dengan kembalinya belahan
jiwaku. "Aku merasa senang semalam," kataku kepada Patch
sambil membuka helm dan menyodorkan kepadanya.
"Secara resmi aku menyatakan jatuh cinta kepada
sepraimu." "Hanya itu?" "Tidak. Ranjangmu juga."
Seulas senyum tampak di matanya. "Tempat tidurku
adalah undangan terbuka."
Kami tidak tidur dengan garis "Jangan Menyeberang"
di tengah-tengah ranjang. Karena kami memang tidak
tidur bersama. Aku tidur di ranjang dan Patch di sofa.
Aku tahu, dia ingin lebih dari itu. Tetapi aku juga tahu,
dia ingin aku berpikiran jernih. Dia bisa menunggu, dan
aku percaya kepadanya. "Kalau kau mendekat satu inci saja, aku akan
menjauh satu mil," kataku memperingatkan. "Seharusnya
kau khawatir, bisa saja aku mengambil keputusan yang
lebih buruk lagi." "Rasanya aku cowok yang beruntung."
552 "Tapi ada satu kekurangan di tempatmu. Pernak-
pernik kamar mandinya tidak lengkap. Tidak ada
conditioner. Lip gloss. Tabir surya." Aku menggoyangkan
ibu jari ke arah pintu depan. "Aku ingin gosok gigi. Dan
aku harus mandi." Patch nyengir, dan turun dari motornya. "Nah, itu
baru undangan." Aku berjingkat dan menciumnya. "Setelah aku
selesai, itulah hari H-nya. Aku akan ke rumah Vee
untuk menjemput ibuku. Dan aku akan menceritakan
yang sebenarnya kepada mereka. Hank sudah tidak ada.
Sudah saatnya berterus terang."
Aku tidak ingin membuka percakapan ini, tapi
rasanya aku sudah cukup lama menunggu. Selama
ini, aku mengatakan kepada diriku sendiri bahwa aku
melindungi Vee dan ibuku. Tetapi aku berbohong supaya
mereka tidak tahu yang sebenarnya. Aku memaksa
mereka bersembunyi dalam kegelapan karena aku takut
mereka tidak sanggup menghadapi cahaya. Meskipun
aku tahu, itu tidak logis.
Aku membuka pintu depan, lalu melempar kunci
ke piring. Belum sampai tiga langkah, Patch menarik
siku tanganku. Begitu menatap wajahnya, aku tahu ada
sesuatu yang tidak beres.
Sebelum Patch sempat menarikku ke belakang
tubuhnya, Scott keluar dari dapur. Dia memberi isyarat,
553 lalu dua Nephilim lainnya bergerak ke sampingnya. Usia
mereka sepantaran dengan Scott. Mereka juga jangkung,
berotot, dan berpenampilan sangar. Mereka menatapku
dengan ekspresi penasaran yang tidak ditutup-tutupi.
"Scott," kataku, beranjak dari Patch dan bergegas
menghampirinya. Kurentangkan tangan dan kupeluk dia
erat-erat. "Apa yang terjadi" Bagaimana kau melarikan
diri?" "Melihat situasinya, mereka memutuskan akan
lebih efektif kalau aku berdiri di garis depan daripada
dikurung. Nora, ini Dante Matterazzi dan Tono
Grantharn," katanya. "Mereka letnan satu dalam
pasukan Black Hand."
Patch menghampiri kami. "Kau membawa mereka
ke rumah Nora?" katanya. Matanya menatap Scott
seolah-olah dia ingin menggorok lehernya.
"Tenang, Bung. Mereka bisa dipercaya," kata Scott.
Tawa Patch tidak ramah. "Kabar menenangkan dari
orang yang terkenal sebagai pembohong."
Otot di pipi Scott mengencang. "Yakin kau ingin
melanjutkan permainan ini" Kau sendiri menyimpan
banyak tulang tengkorak di lemarimu."
Ya, ampun. "Hank sudah mati," kataku kepada Scott. Aku tidak
melihat alasan untuk mengatakannya secara halus, atau
554 memberi waktu lebih panjang kepada Patch dan Scott
untuk adu mulut. Scott mengangguk. "Kami tahu. Tunjukkan tanda
itu, Dante." Dante maju. Tingginya lebih dari enam setengah
kaki, berkulit gelap, dan tampang Latin-nya tidak
membohongi namanya. Dia mengulurkan tangan.
Sebuah cincin yang serupa dengan yang dikenakan Scott,
melesak di jari telunjuknya. Cincin itu memancarkan
kilau biru yang aneh. Cahaya itu seolah berputar-putar
di belakang mataku, sekalipun aku sudah memejamkan
mata. "Black Hand mengatakan, ini akan terjadi jika dia
mati," jelas Dante. "Scott benar. Ini pertanda."
"Itu sebabnya aku dilepaskan," kata Scott. "Pasukan
dalam keadaan kacau. Tidak ada yang tahu apa yang
harus dilakukan. Cheshvan sebentar lagi datang. Dan
Black Hand sudah menabuh genderang perang. Tapi
anak buahnya resah. Mereka tidak punya pemimpin.
Mereka mulai panik."
Aku berusaha menyerap informasi itu. Sebuah
pikiran muncul. "Mereka melepaskanmu karena kau
tahu di mana mencari aku" Yang notabene orang kedua
setelah Hank?" tebakku sambil menatap Dante dan Tono
dengan muak. Scott boleh saja percaya kepada mereka.
Tetapi aku belum memutuskan pendirianku.
555 "Seperti yang telah kukatakan, mereka aman.
Mereka sudah mengaku setia kepadamu. Kita harus
merekrut Nephilim sebanyak mungkin sebelum akhir
musim gugur ini. Supaya tidak terjadi kudeta."
Aku merasa pusing. Sebenarnya, kudeta kedengaran-
nya menarik. Ada yang ingin melakukannya" Oke saja.
Dante bersuara lagi. "Sebelum kematiannya, Black
Hand memberi tahu bahwa kau telah setuju untuk
menjadi pemimpin." Aku menelan ludah. Tidak kusangka, momen ini
datang begitu cepat. Aku tahu perbuatan yang telah
kulakukan. Tetapi aku berharap waktunya lebih
panjang. Cemas adalah istilah yang sangat halus untuk
menggambarkan perasaanku pada momen ini.
Aku menatap mereka bertiga bergantian. "Ya.
Aku sudah bersumpah untuk memimpin pasukan
Hank. Kembali ke mereka dan perintahkan mereka
untuk membubarkan diri. Seluruh Nephilim yang telah
mengucapkan sumpah kesetiaan diikat oleh hukum
yang tidak bisa dipatahkan oleh pasukan sehebat apa
pun. Pada titik ini, menyulut perang sama saja bunuh
diri. Malaikat terbuang sudah punya rencana untuk
membalas. Satu-satunya harapan adalah dengan
mencamkan bahwa kita tidak akan melawan mereka.
Tidak dengan cara ini. Semuanya telah berakhir.
Katakan kepada mereka, ini perintah."
556 Dante tersenyum, tapi ekspresinya kaku. "Aku
memilih tidak membicarakan masalah ini di hadapan
malaikat terbuang." Dia menatap lurus ke mata Patch.
"Boleh minta waktu sebentar?"
"Kurasa jawabannya sudah jelas," kataku. "Tidak ada
gunanya meminta Patch pergi. Aku akan menceritakan
segalanya kepadanya." Melihat raut wajah Dante yang
masam, aku menambahkan, "Ketika bersumpah dengan
Hank, aku tidak mengatakan akan putus dengan Patch.
Jadi, terima sajalah. Pemimpin baru kalian berpacaran
dengan malaikat terbuang."
Dante tidak punya pilihan kecuali mengangguk.
"Kalau begitu, biar kuluruskan. Masalah ini belum
berakhir. Mungkin ditunda, tapi belum berakhir. Black
Hand telah memicu revolusi. Membatalkannya saja tidak
cukup untuk menyelesaikan masalah."
"Aku tidak cemas soal menyelesaikan masalah. Yang
kucemaskan adalah ras Nephilim secara keseluruhan.
Aku berusaha mencari jalan terbaik untuk semuanya."
Scott, Dante, dan Tono bertukar pandang. Akhirnya
Dante yang bersuara. "Kalau begitu, kita menghadapi
masalah besar. Karena Nephilim menganggap pem-
berontakan adalah jalan terbaik."
"Berapa banyak Nephilim?" tanya Patch.
"Ribuan. Cukup untuk memenuhi satu kota." Mata
Dante menatapku sinis. "Kalau kau tidak memimpin
557 mereka menuju kebebasan, berarti kau melanggar
sumpah. Singkatnya, kepalamu menjadi taruhannya,
Nora." Aku menatap Patch. Tetap pada pendirianmu, katanya tenang ke dalam
pikiranku. Katakan perang telah berakhir dan tidak ada
tempat untuk bernegosiasi.
"Aku telah bersumpah untuk memimpin pasukan
Hank," kataku kepada Dante. "Aku tidak pernah
menjanjikan kebebasan."
"Kalau kau tidak menyatakan perang terhadap
malaikat terbuang, berarti kau bermusuhan dengan
ribuan Nephilim," jawabnya.
Dan kalau aku menyatakan perang, pikirku lemah,
berarti aku menyatakan permusuhan dengan para
penghulu malaikat. Mereka membiarkan Hank mati
karena Patch berjanji bahwa aku akan menghentikan
pergolakan. Aku menoleh ke Patch, dan aku tahu, kami sama-
sama cemas. Perang tidak bisa dielakkan.
Yang harus kulakukan sekarang adalah memutuskan
siapa musuhku. * * * 558 Ini adalah bagian yang paling mengharukan dalam proses penulisan buku. Pertama dan yang terutama, apresiasiku
untuk keluargaku yang telah memberikan dukungan,
dorongan, dan yang terpenting adalah kesabaran
selama 365 hari. Justin, aku yakin, menyebutmu sebagai
pemandu sorakku yang terhebat bukanlah pujian yang
maskulin, tapi sangat pas. Kau adalah belahan jiwaku
yang lebih baik dariku. Terima kasih untuk teman-teman yang telah
membantu dengan beraneka cara. Mulai dari mengasuh
sampai membacakan naskah awal Silence supaya aku
tidak lupa, tertawa adalah obat yang paling mujarab.
Sandra Roberts, Mary Louise Fitzpatrick, Shanna Butler,
Lindsey Leavitt, Rachel Hawkins, Emily Wing Smith,
Lisa Schroeder, Laura Endersen, Ginger Churchill, Patty
Esden, Ncole Wright, dan Meg Garvin"aku bahagia
karena mengenal kalian. uCapan teriMa Kasih 559 Aku sembrono kalau tidak menyebutkan betapa
berterimakasihnya aku kepada Jenn Martin dan Rebecca
Sutton, duo dinamis di balik FallenArchangel.com.
Terima kasih karena membuat fansku tidak ketinggalan
berita, dengan tempo yang hanya bisa kucapai dalam
angan-anganku saja. Dedikasi kalian benar-benar
mengagumkan. Terima kasih kepada James Porto, tenaga kreatif di
balik sampul novel-novelku yang bernilai seni tinggi.
Ribuan terima kasih untuk Lyndsey Blessing, agen
hak ciptaku, yang telah membuat tulisanku sampai ke
tangan para pembaca di seluruh dunia. Terima kasih
kepada agenku, Catherine Drayton untuk... segalanya.
(Termasuk untuk bujukannya sehingga aku membeli
sepatu keren itu di Bologna.)
Seperti biasanya, aku merasa sangat beruntung
karena mendapat tim yang hebat di Simon & Schuster
BFYR. Terima kasih kepada Courtney Bongiolatti,
Julia Maguire, dan Venetia Grosling untuk keahlian
editorial kalian. Terima kasih banyak kepada Justin
Chanda, Anne Zavian, Jenica Nasworthy, Lucy Ruth
Cummins, Lucille Rettino, Elke Villa, Chrissy Noh,
dan Anna McKean karena telah menghadirkan begitu
banyak kegembiraan dalam kehidupanku. Aku merasa
pekerjaanku menjadi mudah berkat kalian.
560 Anggukan apresiasi untuk Valerie Shea, editor yang
luar biasa. Tanpamu, buku ini akan jauh lebih lucu. Dan
bukan dalam arti bagus! Terima kasih banyak kepada Dayana Gomes Marques
dan Valentine Bulgakov karena telah mengkristenkan
tokoh Silence Dante Matterazzi dan Tono Grantham.
Terakhir tapi tidak kalah penting, terima kasih
kepada para pembacaku, dekat maupun jauh. Menulis
untuk kalian menjadi sesuatu yang luar biasa meng-
getarkan dan memuaskan. Aku senang berbagi kisah
Patch dan Nora dengan kalian.
561 DAPATKAN BUKU LAINNYA DARI
Oliver Bowden! Oliver Bowden SC, 14 x 20,5 cm

Hush Hush Trilogy Buku 3 Silence Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

536 halaman Rp.89.000,- 562 DAPATKAN BUKU LAINNYA DARI
Oliver Bowden! Oliver Bowden SC, 14 x 20,5 cm 526 halaman Rp.89.000,- 563 National Bestseller he Mortal Instrument Series
Cassandra Clare CITY OF BONES SC; 664 hal 14 x 20,5 cm Rp.89.900,- CITY OF ASHES SC; 616 hal 14 x 20,5 cm Rp.99.900,- CITY OF GLASS SC; 752 hal 14 x 20,5 cm Rp.109.900,- CITY OF FALLEN ANGELS SC; 580 hal 14 x 20,5 cm Rp.89.900,- CITY OF LOST SOULS SC; 720 hal 14 x 20,5 cm Rp.99.900,- SC, 14 x 20,5 cm 680 halaman Cassandra Clare [ Rp.99.900 ] Dapatkan Juga Buku Seri Clockwork di Bawah ini!
565 SC, 14 x 20,5 cm 664 halaman Cassandra Clare [ Rp.99.900 ] Dapatkan Juga Buku Seri Clockwork di Bawah ini!
FINALE Buku #4 dari Hush Hush Saga
HUSH HUSH Buku #1 Hush Hush Saga DAPATKAN BUKU LAINNYA DARI
Karya Becca Fitzpatrick! CRESCENDO Buku #2 Hush Hush Saga 567 COMING SOON! Dear Fantasious Reader, Mau mendapatkan paket buku terbitan Fantasious secara gratis" Mudah saja, tulis biodata
kamu dengan format di bawah ini, kirimkan ke email redaksi.fantasious@gmail.com
dengan subjek "Undian-Paket Buku" atau via pos ke Penerbit Fantasious, Jl. Kebagusan
III, Komplek Nuansa Kebagusan 99, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520.
Pemenang akan diundi setiap tiga bulan sekali. Jangan sampai ketinggalan!
Nama : ..............................................
TTL : ..............................................
Alamat : ..............................................
Nomor Telepon : ..............................................
Email : ..............................................
Twitter : ..............................................
Facebook : ..............................................
Jenis buku fantasi yang disukai : ..............................................
Darah Monster Dua 1 Pendekar Mabuk 018 Manusia Penyebar Kutuk Misteri Pulau Neraka 14
^