Pencarian

si rase hitam 6


dengan Ouw It To?"
"Itulah kakekku!" menyahut Hek Sin Ho berani sekali
Muka sipmengemis telah berobah bertambah bengis saja.
serangan yang tengah dilancarkannya juga semakin hebat
juga.
"Dan Ouw Hui ayahmu?" tanya sipengemis lagi dengan
suara yang bertambah menyeramkan.
Melihat perobahan sepeti itu. tentu saja Hek Sin Ho jadi
terkejut.
Dia segera dapat menduganya bahwa sipengemis pasti
memiliki ganjalan dengan orarg tuanya.
"Benar!" tetapi sebagai seorang yang berjiwa gagah dan
kesatria, dia dengan berani telah mengakuinya, "Apa yang kau
kehendaki jika memang aku ini puteranya Ouw Hui?"
"Mengambil jiwamu!" menyahuti sipengemis dengan suara
yang kian bengis.
Hok Sin Ho tertawa dingin.
"Sejak tadi saja kau sudah tidak berani untuk memukul
diriku sebanyak seratus kali Hmmm, jangan bicara besar,
apalagi kau ingin mengambil jiwaku......."
Dan setelah berkata begitu, Hek Sin Ho telah
mempergencar serangan2 dengan bebat sekali memaksa
pengemis itu berkelit berulang kali,
Saat itu, setelah berkelit dan mengelakkan diri dari
samberan telapak tangan Hek Sin Ho terdengar sipengemis
telah membentak garang "Sekarang coba kau lihat, apakah
aku akan dapat mengambil kepalamu atau tidak!"
Dan Setelah berkata begitu, dengan tiba2 sekali sipengemis
telah merobah cara menyerangnya, hebat sekali kedua
tangannya itu yang telah diputar2 dengan cepat bukan main.
Bahkan angin serangan yang menderu2 menyambar
dengan tidak hentinya.
Yang luar biasa, justru serangan2 yang di lancarkan itu
mengandung hawa maut.
Hek Sin Ho bisa merasakan hebatnya tekanan dari tenaga
serangan itu. Diam2 dia jadi mengeluh .
Jika tadi dia yang berhasil meidesak sipengemis agar selalu
berkelit mundur, maka sekarang sebaliknya justru dia yang
telah selalu di desak hebat.
Kedua tangan sipengemis itu selalu melancarkan serangan
dengan bergantian, sebentar dengan tinjunya, sesaat lagi
dengan mempergunakan jari2 tangannya, yang terbuka mekar
lebar2 Maka dari itu, mau tidak mau memang keadaan seperti
ini telah membuat Hek Sin Ho harus berhati-hati karena jika si
pengemis tengah membuka kesepuluh jari tangannya itu,
melancarkan serangan dengan menotok atau mencengkeram,
berarti matanya juga. terancam bahaya yang tidak kecil, yang
bisa dikorek oleh pengemis itu.
Maka dari itu, dengan mengeluarkan suara teriakan
nyaring, tampak Hek Sio Ho telah memutar tubuhnya, dia
berdiri dikaki kirinya kemudian seperti gasing, dia berputaran,
Sebentar miring kekiri dan sesaat lagi miring kekanan.
Ilmu silat yang dipergunakan oleh Hek Sin Ho memang
merupakan ilmu silat kelas satu, dia selalu mempergunakan
jurus2 yang membingungkan lawannya.
Sipengemis kembali telah dibuat bingung oleh gerakan2
Hek Sin Ho seperti itu.
Setelah mundur dua langkah, dia telab membalas
menyerang, tetapi sambil bertempur, sipengemis terus
menerus telah berusaha mencari kelemahan Hek Sin Ho.
sambil mempelajari juga ilmu silatnya itu. yang tidak
diketahuinya entah dari partai mana.
Dan dia sekarang banya mengetahui bahwa Hek Sin Ho
adalah puteranya Ouw Hui, musuh besarnya, walaupun
bagaimana dia tidak akan melepaskan pemuda itu.
Dia bermaksud, jika dapat menangkap hidup2 Hek Sin Ho,
tetapi jika memang terpaksa dia injin membinasakannya.
Maka dari itu, serangannya semakin lama semakin hebat
saja, karena dia telah-melancarkan serangan2 itu dengan
pukulan yang dahsyat sekali, dia telah mengeluarkan seluruh
ilmu simpanannya.
Maka dari itu, bisa dibayangkan betapa hebatnya tenaga
serangan yang dilancarkannya itu telah mendesak hebat sekali
Hek Sio Ho.
Dalam persoalan tersebut, sebetulnya mereka berdua
memang memiliki kepandaian yang hebat dan berimbang.
Maka dari itu dengan adanya serangan2 yang dahsyat dari
pengemis tersebut, tentu saja telah membuat Hek Sin Ho jadi
heran juga.
Mengapa tadi sipengemis waktu terdesak oleh
serangannya, dia sama sekali tidak mengeluarkan ilmunya itu.
Dan setelah dia mengetahui bahwa Hek Sin Ho adalah
puteranya Ouw Hui, barulah melancarkan serangan yang
demikian hebat"
Dengan sendirinya, atas serangan itu, mau tidak mau telah
membuat Hek Sin Ho harus bersikap jauh lebih hati" jika
memang tidak ingin menjadi korban sasaran dari serangan
sipengemis yang hebat itu.
Sesungguhnya, ilmu yang dipergunakan oleh pengemis itu
adalah ilmu yang biasa saja berimbang dengan kepandaian
Hek Sin Ho, Namun berhubung ilmu tersebut memang sengaja
diciptakan untuk menghadapi Ouw Ke To Hoat, dengan
sendirinya Hek Sin Ho yang tengah mempergunakan jurus2
Ouw Ke To Hoat jadi merasa tertindih dan terdesak.
Bukankah tadipun mereka berimbang" Dan sipengemis
disaat belum mempergunakan ilmu simpanannya itu, telah
berimbang bertempur dengan Hek Sin Ho dan setiap
serangannya berhasil dipunahkan oleh Hek Sin Ho dan begitu
juga serangan Hek Sin Ho selalu dapat dikelit dan
dipunahkannya.
Tetapi keadaan seperti itu tentu saja tidak disadari oleh
Hek Sin Ho.
Disaat itulah, dengan cepat bukan main, dengan
mempergunakan kekuatan yang dahsyat, Suatu kali Hek Sin
Ho sengaja mencoba menangkis serangan yang dilancarkan
oleh lawannya, dan hebat sekali kesudahannya, karena dua
kekuatan yang dahsyat sekali telah saling bentur, dan juga
disaat itu telah menyebabkan tubuh dari sipengemis terpental,
berbareng juga dengan tubuh Hek Sin Ho telah terpental
melambung ketengah udara, terapung dan hampir terbanting
ditanah !
Untung saja Hek Sin Ho masih sempat untuk berjumpalitan,
sehingga dia tidak perlu sampai rubuh terbanting, melainkan
turun meluncur cepat sekali dengan kedua kakinya tiba lebih
dulu diatas tanah !
Begitu pula sipengemis, yang telab terpental, dia hampir
saja terpelanting ditanah, namun dengan cepat bukan main
dia telah bisa menguasai dirinya dan berdiri lagi dengan tepat.
Tatapi tak urung wajahnya telah berobat menjadi agak
merah dan pucat bergantian, karena dia murka dan malu
bukan main.
"Hemmternyata engkau memang memiliki kepandaian yang
lumayan!" kata sipengemis dengan suara yang menyeramkan
sekali.
Hek Sin Ho juga telah tertawa dingin, dia tidak mau
ketinggalan mengejek lawannya :
"Hemm, engkau memusuhi ayah dan kakekku, ternyata
kepandaianmu tidak ada artinya ! Menghadapi diriku saja yang
berusia demikian muda engkau tidak sanggup, maka jika
engkau menghadapi ayah dan kakekku itu. hanya sekali
gebratan, batok kepalamu itu akan hancur!".
Mendengar perkataan Hek Sin Ho, muka si pengemis jadi
berobah merah padam karena sangat murka.
Tiba2 sekali dia telah mengeluarkan suara bentakan yang
mengguntur.
Dan membarengi dengan itu, dia telah melancarkan
terkaman, sambil menerjang begitu, dengan tubuh setengah
melompat, dia telah mengulurkan kedua tangannya, dengan
kesepuluh jari terbuka semuanya, dia bermaksud akan
mencengkeram batok kepalanya Hek Sin Ho.
Tentu saja Hek Sin Ho terkejut melihat dahsyatnya
serangan itu
Tetapi dia tidak menjadi gugup karenanya, juga dia mana
mau kepalanya itu dibiarkan di tancap oleh kesepuluh jari dari
sipengemis.
Maka dari itu, dengan cepat sekali dia telah memiringkan
kepalanya kekanan, tanpa menggeser kakinya, tangan
kanannya telah mendorong dengan cara menyerampang
kearah pinggang sipengemis, sedangkan tangannya yang satu
telah terulur untuk mencengkeram perut lawannya.
Sipengemis mengeluarkan seruan kaget, dia memang terkejut
sekali, karena dia tidak menyangka bahwa Hek Sin Ho dapat
melancarkan serangan sehebat itu !
Disaat dia mau menarik pulang tenaga serangannya, justru
serangan Hek Sin Ho hanya terpisah dua dim lagi, maka bukan
main gugupnya pengemis itu.
Tidak ada jalan lain lagi baginya, maka dari itu dia telah
mempergunakan Tiat Poan Ko "Jembatan besi" tubuhnya
tahu2 dirubuhkan kedepan, dia telah berdiri dengan tubuh
yang rebah begitu, dan dengan caranya seperti itu dia telah
meloloskan diri dari Hek Sin Ho yang luar biasa hebatnya itu.
Kini Hek Sin Ho telah melihatnya bahwa pengemis itu
hanya mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya. Tetapi
sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki pengemis itu tidak
berada disebelah atasnya.
Maka dari itu, hati Hek Sin Ho semakin mantap dan berani.
Dia memang tabah, maka dari itu dia dapat juga melancarkan
serangan tanpa merasa gentar terhadap lawannya yang jauh
lebih tua usianya itu.
Disaat melibat Sipengemis mempergunakan jurus jembatan
besi, dia telab tidak membuang kesempatan itu, tubuh Hek Sin
Ho tahu2 telah melambung ketengah udara, dan tubuhnya
meluncur kebawah dengan deras, dengan kedua kakinya
diluruskan akan menghantam punggung pengemis.
Jika memang serangan seperti itu, yang ujung kedua
kakinya dipenuhi oleh tenaga lwekang, berhasil mengenai
sasaran, maka niscaya punggung sipengemis akan hancur
remuk, Maka itu bisa dibayangkan betapa terkejutnya
pengemis itu, dia sampai mengeluarkan suara seruan yang
nyaring dan cepat2 dia bergulingan. Walaupun bagaimana, dia
tetap merasakan bahwa Hek Sin Ho walaupun masih berusia
muda, kenyataannya anak muda itu memang tangguh dan
memiliki kepandaian yang bukan main hebatnya.
Dengan sendirinya pula, disaat2 berikutnya dia tidak berani
meremehkan Hek Sin Ho lagi dan juga berlaku jauh lebih hati2
dan berwaspada.
Hek Sin Ho melihat tendangannya itu dapat dielakkan oleh
lawannya, dengan cepat sekali pemuda ini melancarkan
serangan susulannya Gerakan yang dilancarkannya itu bukan
main hebatnya, disamping itu juga kedua telapak tangannya
memang mengandung telaga lwekang yang dahsyat sekali.
Serangan yang dilancarkan oleh Hek Sin Ho kali ini
merupakan serangan yang mematikan, maka dari itu tidak
mengherankan jika memang serangan tersebut mengandung
tenaga yang dahsyat sekali.
Sipengemis sekali lagi harus terkejut, karena walaupun
bagaimana kenyataan yang ada telah membuat dia jadi
terkurung oleh angin serangan Hek Sin Ho, posisi dan
kedudukan dirinya kali ini memang sangat buruk sekali.
Disaat itu, Hek Sin Ho berulang kali dengan gencar telah
melancarkan serangannya mengincar bagian2 yang
mematikan ditubuh lawannya, dan mendesak terus menerus
pengemis itu karena Hek Sin Ho ingin segera menghampiri
pertempuran itu...
Sedangkan sipengemis tua itu sambil berkelit dan
mencelakan serangan2 yang dilancarkan oleh Hek Sin Ho,
sambil tidak hentinya memutar otak untuk mencari jalan guaa
merubuhkan Hek Sin Ho.
Selama itu pula diapuo memperhatikan gerak-gerik dan
cara bersi1at Hek Sin Ho.
Tetap saja selama itu dia belum berhasil menemui tempat
kelemahan dari Hek Sin Ho.
Semakin lama pertempuran itu semakin seru saja, karena
walaupun Hek Sin Ho melancarkan serangan2nya dengan
penuh perhitungan, yang setahap demi setahap semakin
bebat, namun sipengemis tua itu yang telah terdesak demikian
rupa, jadi nekad
Tidak mengherankan jika sipengemis tua itu berulang kali
telah melancarkan serangan yang bertubi2 dan tanpa
memperdulikan keselamatan dirinya.
Tenaga serangan Hek Sia Ho menderu2, berulang kali
memaksa sipengemis main mundur tanpa hentinya:
Dalam waktu sekejap mata saja, telah ratusan jurus
mereka lewati.
Disaat itulah, disaat mereka tengah bertempur itu, tiba2
terdengar suara derap langkah kaki kuda yang nyaring sekali.
Tidak lama kemudian terdengar suara ringkikan kuda yang
ramai, disusul tampak muncul beberapa orang penunggang
kuda. Mereka itu, penunggang2 kuda yang berjumlah kurang
lebih sepuluh orang, telah menghentikan larinya binatang
tunggangan mereka.
Semuanya jadi menyaksikan pertandingan yang tengah
berlangsung antara Hek sin Ho dan sipengemis tua.
Sedangkan sipengemis tua sama sekali tidak berani melirik
melihat penunggang2 kuda itu, karena walaupun bagaimana
dia tengah terdesak bebat, maka dari itu tidak bisa dia
membagi dan memecah perhatiannya, bisa2 dirinya kena
dicelakai oleh lawannya.
Sedangkan Hek Sin Ho sendiri telah melirik sejenak, dia
melihat kesepuluh orang penunggang kuda itu terdiri dari
lelaki bermuka yang bengis dan menyeramkan sekali. Maka
dari itu, walaupun bagaimana, memang kenyataan seperti iti
telah membuat Hek Sin Ho jadi berpikir juga, siapakah
kesepuluh orang itu, yang umumnya menyandang senjata
tajam tampaknya sebagai orang2 yang memiliki kepandaian
silat sangat tiipgi"
Karena itu, Hek Sin Ho telah terlambat satu jurus
melancarkan serangaa kepada lawannya, Kesempatan
tersebut telah dipergunakan sebaik mungkin oleh sipengemis
tua.
Dengan sendirinya sipengemis tua dapat menarik napas
dalam2 untuk menyalurkan tenaga dalamnya, dan dengan
disertai oleh bentakannya yang sangat mengguntur, disaat itu
pila tahu2 "ipengemis tua itu telah melancarkan serangan
dengan mempergunakan kedua telapak, tangannya
Kali ini sipengemis tengah dalam keadaan nekad, dia juga
melancarkan serangan tanpa memikirkan keselamatan dirinya
lagi.
Maka dari itu, tidak mengherankan jika dia telah
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada
padanya, dan tenaga itu meluncur menerjang ke arah Hek Sin
Ho, yang kala itu telah memandang kearah kesepuluh orang
penunggang kuda yang baru datang itu.
"Awas!" teriak salah seorang diantara kesepuluh
penunggang kuda itu, yang rupanya tak senang melihat
sipengemis tua itu berlaku curang, melancarkan serangan
sehebat itu tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu.
Sedangkan Hek Sin Ho telah merasakan sambaran tenaga
serangan yang bukan main kuatnya.
Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin tanpa merasa
takut atau gugup sedikitpun juga, Hek Sin Ho telah
mengibaskan tangan kirinya dan menghantam dengan tangan
kanannya, maka tidak ampun lagi. dua kekuatan tenaga yang
bukan main telah saling bentur.
Tenaga benturan itu memang dahsyat sekali dan juga
benturan yang terjadi itu juga terlalu hebat.
Bukan hanya sipengemis yang terpental dan terpelanting
ditanah, tetapi juga Hek Sin Ho telah terlempar empat tombak
lalu ambruk ditanah dengan keras.
"Ilmu yang hebat!" memuji beberapa orang dari kesepuluh
penunggang kuda itu.
Sedangkan Hek Sin Ho dengan mempergunakan jurus "Lee
Ie Ta Teng" yaitu Ikan Jer meletik, dia telah melompat untuk
berdiri.
Pengemis tua itu juga telah merangkak bangun,
keadaannya lebih parah dari Hek Sin Ho, karena dia
merasakan dadanya sakit dan nyeri sekali, ternyata dia telah
terluka didalam.
Kesepuluh penurggang Kuda itu sesungguhnya merupakan
sepuluh orang murid dari Kun Lun Pai, mereka semuanya
memandang pertempuran itu dengan perasaan kagum.
Sebagai murid Kun Lun Pai yang tidak memasuki pintu
agama, yaitu tidak mensucikan diri masing2, sepuluh orang
orang itu merupakan murid biasa saja.
Tetapi kepandaian kesepuluh murid Kun Lun Pai itu sudah
mencapai tingkat yang sempurna dan hebat sekali.
Namun waktu melihat cara bertempur HÂ"k Sia Ho dan
pengemis tua itu, diam2 mereka jadi terkejut dan kagum
sekali, karena mereka telah melihatnya betapa sempurna dan
tingginya kepandaian Hek Sin Ho.
Kalau saja mereka harus melawannya seorang lawan
seorang diantara kedua orang itu, Hek Sin Ho atau sipengemis
tua, tentu mereka tidak akan sanggup.
Tidak mengherankan jika mereka tidak berani memandang
rendah dan remeh kepada Hek Sin Ho maupun kepada
sipengemis tua itu.
Saat itu, Hek Sin Ho yang telah bangkit lebih dulu, tidak
mau membuang2 kesempatan, karena dia telah murka sekali.
Dia telah melihat bahwa lawannya ini adalah seorang yang
memusuhi ayah dan kakeknya dengan sendirinya dia juga
merupakan musuh Hek Sin Ho.
Didalam hal turun tangan, Hek Sin Ho sudah tidak ingin
berlaku lemah dan lunak lagi.
Melihat sipengemis tua itu baru dapat berdiri dengan muka
meringis menahan sakit didadanya yang tergempur, maka Hek
Sin Ho telah mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras
sekali dia telah melancarkan serangan yarg bukan main
dahsyat serta hebatnya, sambil mengerahkan sembilan bagian
tenaga dalamnya, tenaga murninya, maka tidak
mengherankan berkesiuranlah angin serangan yang dahsyat
Sekali.
Serangan yang dilancarkan oleh Hek Sin Ho memang
merupakan serangan yang bisa mematikan, didalam hal ini
memang merupakan serangan yang bisa membuat sipengemis
sedikitnya bercacad seumur hidup,
Maka dari itu, sipengemis tua tidak berani berlaku ayal lagi,
dengan cepat bukan main dia telah berusaha berkelit dengan
membuang dirinya bergulingan diatas tanah.
Disamping itu cepat bukan main Hek Sin Ho telah merobah
arah serangannya, karena dia melibat sipengemis berusaha
berkelit dengan caranya itu!
Dengan mengeluarkan suara bentakan nyaring, Hek Sin Ho
menghantamkan tangannya ke bawah, merobah arah
serangannya, dengan tenaga serangan yang tetap kuat seperti
tadi.
Sipengemis tua itu kaget bukan main, dia telah mengeluh
dan putus asa karena dia merasakan walaupun bagaimana dia
tidak mungkin bisa meloloskan diri dari serangan yang
dilancarkan oleh Hek Sin Ho,
"Matilah aku! Tidak kusangka bahwa aku akan membuang
jiwa disini!" dia mengeluh,
Tetapi disaat itu waktu tangan Hek Sin Ho hampir
mengenai batok kepala lawannya, disaat itu juga telah
meluncur sebuah sinar kuning kearah tangannya.
Tentu saja Hek Sin Ho jadi terkejut, karena dia pun
merasakan angin seranjau sinar kuning itu sangat tajam
sekali.
Cepat2 Hek Sin Ho menarik kembali tangannya, dia telah
merobah arah serangannya.
Tetapi dengan ditariknya tangan pemuda itu sipengemis
telab memiliki kesempatan beberapa detik yang luang, dan
kesempatan beberapa detik itu sangat besar artinya bagi
keselamatan jiwanya.
Tanpa berani menyia2kan kesempatan itu sipengemis telah
menggetinding dengan cepat sekali.
Maka juga disaat seperti inilah, berarti serangan Hek Sin Ho
gagal sama sekali,
Hek Sin Ho berdiri dengan muka yang merah padam karena
murka memandang kearah sepuluh orang yang menunggang
kuda itu, yaitu kesepuluh murid Kun Lun Pay.
Dengan sorot mata yang tajam, Hek Sin Ho telah menegur;
"Siapa yang telah melepaskan senjata rahasia!"
"Aku!" menyahuti salah seorang diantara ke sepuluh murid
Kun Lun Pay itu, yang usianya diantara tiga puluhan, sikapnya
angkuh sekali.
Mata Hek Sin Ho menyala tajam sekali;
"Mengapa engkau mencampuri urusanku ?" tanyanya
dengan tergetar.
"Hemm. jika kalian berkelahi selama sepuluh hari sepuluh
malam, urusan itu tidak menjadi urusan kami, tetapi jika
sudah sampai ketingkat dimana jiwa seorang manusia
terancam bahaya kematian oleh seranganmu, apakah kami
terus berdiam diri dengan berpeluk tangan saja?"
Ditanya begitu, Hek Sin Ho jadi semakin mendongkol.
"Tetapi kalian tidak mengetahui persoalan apa yang
terdapat diantara kami" kata Hek Sin Ho kemudian.
"Hemmm, memang kami tidak mengetahui tetapi yang
terpenting, apakah seorang yang berilmu tinggi seperti
locianpwe itu harus meninggal dengan cara yang kecewa
seperti itu" Bukankah hal itu harus dibuat sayang?"
Hek Sjn Ho telah mengangguk2kan kepalanya beberapa
kali.
"Bagus Bagus! Rupanya memang kalian! ingin
memperlihatkan bahwa diri kalian adalah hohan dan
enghiong?" kata Hek Si» Ho dengan suara yang dingin.
Muka kesepuluh murid dari Kun Lun Pai jadi berobah tidak
sedap dilihat, karena tampaknya mereka sangat mendongkol
dan gusar.
"Jangan kurang ajar!" bentak salah seorang diantara
mereka.
"Hemmmm kurang ajar" Disegimana aku bisa disebut
kurang ajar?" bentak Hek Sin Ho dengan suara tidak kalah
dingin.
Murid Kun Lun Pai itu tentu saja jadi gusar bukan main,
dengan mengeluarkan suara ben takan yang hampir serentak,
mereka telah melompat dari kuda masing2.
Gerakan mereka ternyata sangat ringan sekali, disamping
itu juga memang mereka telah memperlihatkan bahwa
masing2 memiliki ginkang, yaitu ilmu meringankan tubuh yang
sangat sempurna sekali.
Oisaat itu, dengan cepat sekali, orang yang berusia tiga
puluhan, yang tadi telah melepaskan jarum emasnya untuk
mencegah Hek Sin Ho menurunkan tangan kematian kepada
sipengemis tua. telah berkata :
"Hemm, apakah kau ingin menyaksikan ke pandaian murid2
Kun Lun Pai" Apakah engkau menganggap bahwa dirimu
dengan hanya memiliki kepandaian sedikit itu, bisa menjagoi
rimha persilatan dengan sekehendak hatimu?".
Ditegur begitu tentu saja Hek Sin Ho jadi meluap darahnya.
Dia tidak kenal dengan kesepuluh murid KunLun Pai itu, tetapi
mereka telah demikian lancang mencampuri urusannya dan
juga beberapa kali berusaha mengeluarkan kata2 sindiran dan
ejekan, yang seperti meremehkannya
Karena murkanya, maka Hek Sin Ho telah membentak :
"Jangan maju seorang, karena akan percuma saja ! Kalian
maju serentak sepuluh !".
Tentu saja mendongkol dan murka sekali sepuluh murid
Kun Lun itu. dengan mengeluarkan! suara "sreett" berulang
kali, kesepuluh murid Kun Lun itu telah mencabut pedang
mereka masing2, sehingga di sekitar tempat itu jadi dingin
oleh pancaran pedang itu.
Disamping itu, dengan kecepatan bukan main, mereka
telah melompat dan mengambil kedudukan dalam bentuk
barisan, yaitu sebuah! tin.
"â'¬abut senjatamu!" bentak mereka sampil berbareng.
Suara mereka lantang sekali.
Hek Sin Ho memandang dengan sorot mata yang tajam, dia
seperti tengah mempertimbangkan kekuatan kesepuluh
lawannya itu.
Dengan kecepatan yang bukan main, tahu2 tubuh Hek Sin
Ho telah berjongkok.
Dia telah mengambil sebatang ranting, dia
mengibas2kannya.
Dan gerakannya itu Cepat dan kuat sekali menimbulkan
suara dengungan.
"Aku mempergunakan ini saja untuk menghadapi sepuluh
ekor anak tikus." katanya dengan suara yang sengaja
dikeraskan untuk mengejek kesepuluh lawannya.
Tentu saja, hal itu membuat kesepuluh murid Kun Lun itu
jadi murka bukan main.
Dengan cepat Sekali dia telab mengeluarkan suara
bentakan keras, dan telah melancarkan serangan. Tiga orang
diantara mereka melancarkan serangan serentak dari
belakang, sedangkan tiga orang lainnya dari arah samping.
Gerakan mereka itu cepat bukan main, karena memang
mereka telah mempergunakan pedang mereka itu bagaikan
kilat cepatnya.
dan mata pedang mengincar bagian yang berbahaya
ditubuh Hek Sin Ho.
Tetapi Hsk Sin Ho sama sekali tidak gentar, dia tidak
menjadi gugup.
Dengan gerakan yang manis, dengan melengkungkan
tubuhnya sedikit, dengan menggerakkan cabang yang berada
ditangannya, dia telah menotok dua batang pedang yang
menyambar dari belakang sehingga pedang itu berobah arah.
sedangkan sambaran pedang yang satunya dielakkan dengan
gerakannya itu. Dan pedang lainnya yang menyambar dari
samping kiri dan kanan dengan kecepatan bukan main, telah
ditendang oleh kaki kirinya, sehingga pedang terpental,
sedangkan pedang yang satunya disikutnya.
Tentu saja Hek Sin Ho menyikut bukan dengan
sembarangan sikut, sebab sikutnya itu telah mengandung
kekuatan tenaga dalam yang dahayat sekali, maka tidak
mengherankan jika pe dang lawannya terpental, bahkan
tergetar dan hampir terlepas dari cekalan murid KunLun Pay
itu, karena telapak tangannya telah terluka.
Keruan saja murid2 Kun Lun Pay itu jadi terkejut bukan
main melihat hebatnya pemuda itu.
Didalam satu gebrakan saja, selain dia meloloskan diri dari
kelima serangan lawannya yang datangnya dengan serentak,
dia juga berihasil membuat lengan dan telapak tangan
lawannya terluka.
Bukan main kagetnya kesepuluh murid Kun Lun Pay itu.
mereka tersentak melompat mundur.
"Mana kepandaian kalian yang tadi kalian sebut hebat itu?"
ejek Hek Sio Ho.
Muka kesepuluh murid Kun Lun itu jadi berobah merah,
mereka murka bukan main, bahkan tubuh mereka menggigil
menahan kemarahan yang meluap2.
"Kepung dari jarak dekat." berseru salah seorang diantara
mereka, yang rupanya memang menjadi pemimpin dari
barisan tersebut.
Sesungguhnya kesepuluh murid dari Kun Lun itu
mempergunakan ilmu barisan Kun Lun Pat Tauw Tin, dan ilmu
itu merupakan ilmu mengepung yang sangat hebat sekali,
mereka selalu maju sepuluh orang, dan setiap pintu dijaga
oleh dua orang, maka dari itu sulit sekali pihak lawan
membobolkan kepungan tersebut.
Tetapi Hek Sin Ho yang dalam1 satu gebrakan telah
berhasil memukul pecah barisan itu, merupakan peristiwa
yang benar2 mengejutkan sekali.
Maka dari itu, tidak mengherankan jika kesepuluh murid
Kun Lun itu agak bimbang. Tetapi walaupun bagaimana
mereka yakin bahwa barisan mereka sangat kuat, tadi
disebabkan kurang waspada dan memandang lawannya
dengan remeh dan ringan membuat mereka hampir dicelakai
lawan.
Maka dari itu, setelah yang menjadi pemimpin mereka itu
mengeluarkan seruan agar mengadakan penyerangan yang
rapat, mereka telah mengurung dan juga melancarkan
serangan dengan sikap yang jauh lebih hati2.
Dengan cepat sekali, gerakan2 pedang mereka itu bagaikan
naga melingkar, menikam dan menabas cepat sekali silih
berganti.
Setiap kali Hek Sin Ho ingin menangkis atau menyampok
serangan salah seorang lawannya maka lawannya itu telah
menarik pulang pedangnya.
Sedangkan kawannya yang lain telah melancarkan
serangan dari jurusan lain.
Tentu saja lama Kelamaan telah mumbuat Hek Sin Ho repot
juga, karena kesepuluh orang murid Kun Lun Pai itu seperti
juga bertempur dengan caranya yang bergerilya.
Cepat bukan main, dengan mempergunakan rantingnya,
Hek Sin Ho telah merobah cara bersilatnya. Dia telah
menerjang kekiri, tetapi sesungguhnya menyampok kekanan.
Dan begitu sebaliknya.
Dengan cepat sekali belasan jurus telah lewat dan disaat
itu, dengan kecepatan yang bukan main hebatnya, kaki kanan
Hek Sin Ho menendang kearah perut salah seorang lawannya
yang berada disamping kirinya, sehingga lawannya itu telah
tertendang bergulingan diatas tanah...
Sembilan murid Kun Lun lainnya jadi kaget bukan main, dia
sampai mengeluarkan suara seruan kaget dan cepat2
memperhebat serangannya, karena mereka bermaksud
merintangi Hek Sin Ho melancarkan serangan susulan.
Tetapi Hek Sin Ho sambil tertawa dingini telah berkata :
"Hemm, barisan butut, Ilmu apa yang kalian pergunakan?"
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat bukan main Hek
Sin Ho telah menggerak2kan ranting ditangannya, dia
mengancam akan menusuk mata dari lawan2nya.
Itulah serangan yang sangat berbahaya.
Walaupun Hek Sin Ho hanya mempergunakan ranting
belaka, namun karena yang diincar adalah biji mata, bagian
yang terlemah dari anggota tubuh manusia, dengan sendirinya
kesembilan lawannya itu berulang kali harus melompat
mundur menjauhi diri dari Hek Sin Ho.
Dengan Sendirinya pula, barisan itu telah terpukul pecah
kembali.
Sedangkan murid Kun Lun yang tadi telah ditendang oleh
Hei Sin Ho. tengah merayap bangun dengan muka yang
berlumuran darah, justru tadi waktu dia terlempar dan
terguling akibat tendangan Hek Sin Ho, mukanya telah men
cium tanah, sehingga dari hidungnya mengucur darah segar,
karena hidungnya itu telah menjadi bocor.
Hek Sin Ho tidak berdiam diri, dengan cepat dia telah
melancarkan serangan yang lebih hebat lagi dengan serangan
yang mengandung kekuatan tenaga menyerang yang bisa
mematikan.
Tidak mengherankan jika serangan yang dilancarkan oleh
kesembilan murid Kun Lun disaat2 selanjutnya tidak ada
artinya, karena mereka telah terpecah belah dan tidak kompak
dalam satu ilmu lagi.
Saat itu. tampaklah Hek Sin Ho berulang kali
menggerakkan rantingnya dengan gerakan sangat cepat
sekali, dia telah berhasil menotok jalan darah dua orang
lawannya, sehingga kedua lawannya yang tertotok jalan
darahnya itu segera rubuh rebah ditanah tanpa dapat
bergerak lagi.
Jika memang seorang lawan seorang, maka murid2 Kun
Lun itu bukan menjadi tandingan Hek Sin Ho. Maka disaat
barisan tin mereka itu terpukul peoab dengan mudah Hek Sin
merubuhkan mereka seorang demi seorang.
Tadi kesepuluh orang murid Kun Lun itu ingin
mengandalkan kekuatan dan kekompakan barisan tin mereka,
namun setelah Hek Sin Ho berhasil memukul pecah barisan
itu, dengan sendirinya telah membuat mereka jadi kelabakan
dan kucar kaeir demikian rupa.
Maka dari itu bisa dibayangkan betapa hebatnya
kepandaian yang telah diperlihatkan oleh Hek Sin Ho, dengan
sendirinya mau tak mau didalam hal ini memang membuat
kesepuluh murid Kun Lun pai itu kagum tidak habisnya,
Sedangkan sipengemis tua itu yang sejak tadi telah berdiri
dipinggir dengan mata yang memandang tajam, telah
berulang kali memperdengarkan suara tertawa dingin.
Sejak tadi dia telah memutar otak, untuk mencari jalan
guna merubuhkan Hek Sin Ho,
Seperti diketahui sipengemis tua itu memang menaruh
dendam kepada Ouw Hui dan Ouw It To.
Tidak mengherankan disaat itu walaupun bagaimana dia
tidak bisa melepaskan Hek Sin Ho dari tangannya setelah dia
mengetahui bahwa Hek Sin Ho adalah putera Ouw Hui.
Dengan Cepat dia telah merencanakan sesuatu yang tidak
begitu terpuji, yaitu dia. bermaksud meminjam tangannya
kesepuluh murid Kun lun Pai untuk mengepung Hek Sin Ho.
Karena telah bertekad begitu, dengan cepat pengemis tua
itu telah berseru nyaring. "Hem tngkau benar2 terlalu kurang
ajar, telah berani berlaku begitu lancang terhadap kesepuluh
tayhiap dari Kun Lun San, Dengan mempergunakan kelicikan
engkau telah merubuhkan mereka Sesungguhnya jika
memang bertempur secara sungguh2, jangan harap engkau
bisa meng harapkan bisa menandingi ilmu sejati mereka! Aku
Liang Ku Kay berani memotong leher jika sampai engkau bisa
marubuhkan mereka!"
Mendengar perkataan sipengemis tua itu tentu saja
kesepuluh murid Kun Lun jadi merah mukanya. Disamping
malu, mereka juga jadi nekad.
Merekapun telah terpikir, tidak mungkin mereka yang
berjumlah sepuluh orang, yang umumnya memang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali, bisa dirubuhkan oleh
seorang pemuda yang masih berusia begitu muda.
Maka dari itu, dengan sendirinya kesepuluh murid Kun Lun
Pai itu jadi nekad. Mereka telah berusaha mamusatkan tenaga
mereka, berusan ia menahan sakit dan telah berusaha
membentuk barisan tin mereka lagi.
Menang kesepuluh murid Kun Lun Pai itu memiliki
kepandaian yang tidak terlalu luar biasa, tetapi pasukan tin
mereka itupun bukan kepandaian yang bisa diremehkan,
karena dengan pasukan tin itu mereka telah merubuhkan
banyak sekali jago2 ternama didalam rimba persilatan.
Maka dari itu, alangkah penasarannya mereka jika harus
tunduk terhadap diri seorang pemuda yang masih hijau seperti
Hek Sin Ho.
Walaupun bagaimana mereka ingin menebus malu yang
telah mereka peroleh itu.
Cepat sekali mereda mengatur kembali barisan mereka
yang tadi telab pecah berantakan-
"Memang kepandaian Kiesu (orang gagah) cukup luar
biasa, tetapi kami justru ingin coba sekali lagi untuk minta
pengajaranmu...!" kata salah seorang diantara mereka dengan
suara mengandung kebencian.
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat Mereka dia
mengeluarkan suara nyaring. "Tutup Tauw, serang Siong,
hantam Tang dan Kim gempur Liang, tindih Hang!" dan sambil
berseru2 begitu dengan cepat sekali dengan gerakan yang
gesit, orang itu telah membuka mendahului penyerangan
kepada Hek Sin Ho.
Pedang ditangan kanannya telah menyambar kearah leher
Hek Sin Ho, gerakannya memang sangat berbahaya. Dia
percaya, jika tadi mereka bersepuluh sampai bisa dirubuhkan,
karena mereka memang kurang waspada.
Maka dari itu, mau tidak mau memang dia harus dapat
melancarkan serangan yang bersungguh2 dan jauh lebih
hati2.
Setiap serangan yang mereka lakukan itu merupakan
serangan2 yang mematikan, dan terlebih lagi kini mereka
melancarkan serangan itu dengan tikaman dan tebasan yang
mengincar bagian yang bisa mematikan.
Saat itu Hek Sin Ho telab memandang dengan sikap
mengejek.
Berulang kali dia telah berkata : "Hemm kepandaian butut
seperti ini mana bisa menandingi kepandaianku ?".
Dan setelah berkata begitu, dengan suara yang
mengguntur, dia telah menggerak2an ranting ditangannya,
dengan cepat sekali dia telah menyampok dan menangkis
beberapa serangan lawannya
Walaupun kesepuluh lawannya itu mempergunakan ranting
belaka, karena dia telah menggerakkan tenaga lwekangnya
keranting itu, sehingga dengan sendirinya ranting itu kuat
melebihi baja.
Dan juga, disamping rantingnya itu, Hek S|n Ho telah
mempergunakan kegesitan, kecepatan kakinya dalam hal
menendang lawannya, dan kedua tangannya itu yang
digerakan setiap kali secepat kilat,
Tidak mengherankan, kalau kesepuluh murid Kun Lun Pai
itu tidak bisa burdaya untuk merubuhkannya, tetapi juga
mereka tidak bisa Merlancarkan serangan yang terlalu gencar.
Keadaan seperti ini sesungguhnya telah membuktikan
bahwa kepandaian yang dimiliki Hek sin Ho sesungguhnya
merupakan kepandaian yang luar biasa dan berada diatas
Kepandaian mereka.
Namun Sebagai manusia, kesepuluh murid Kun Lun itu
walaupun telab mengetahui dirinya bukan menjadi tandingan
Hek Sin Ho, nyatanya mereka sangat penasaran sekali,
sehingga mereka tetap melancarkan serangan.
Bahkan tiga orang diantara mereka telah menjadi nekad
bukan main.
Dengan cepat sekali, mereka telah melancarkan serangan
yang bertubi2 dengan pedang mereka, tanpa memperdulikan
lagi keselamatan mereka, seperti juga mereka memang ingin
mati bersama dengan Hek Sin Ho.
Melihat hasutannya memberikan hasil, dengan sendirinya
sipengemis tua yang menamakan dirinya sebagai Liang Ku Kay
itu girang bukan main.
Dia telab berpikir, jika didalam beberapa jurus lagi
kesepuluh murid Kun Lun Pay itu tidak bisa juga mendesak
rubuh Hek Sin Ho diapuH akan turun kegelanggang.
Tadi, kepandaiannya sendiri tidak bisa rubuhkan Hek Sin
Ho. Namun Hek Sin Ho juga tidak bisa ccpat2 merubuhkannya
karena memang kepandaian mereka berimbang.
Jika kali ini dia berlaku jauh lebih hati2 tentu dia bisa
menghadapi serangan2 Hek Sin Ho lebih baik lagi.
Maka dari itu, Liang Ku Kay hanya mengawasi menantikan
kesempatan yang baik untuk ikut turun tangan.
Ketika itu kesepuluh murid Kun Lun Pai berulang kali telah
mengeluarkan suara bentakan2 nekad.
Ketiga orang diantara mereka yang telah nekad itu
berulang kali melancarkan serangan yang mematikan tanpa
memikirkan keselamatan mereka, dan Hek Sin Ho berulang
kali telah berhasil menghantamkan ranting ditahannya itu
ketubuh mereka dengan keras sekali.
Bahkan suatu kesempatan, Hek Sin Ho telah berhasil
menotok lagi salah seorang, menotok jalan darah yang cukup
penting, sehingga lawannya itu telah terpelanting ditanah
dengan mengeluarkan suara keluhan panjang karena
menderita kesakitan yang bukan main.
Saat itu Liang Ku Kay sudah tidak bisa menahan diri lagi,
karena dia melihat murid! Kun Lun Pai itu mulai terdesak
hebat.
Jika memang keadaan seperti itu dibiarkan berlarut2, tentu
saja yang celaka adalah murid murid Kun Lun Pai itu.
Dengan lompatan yang indah bukan main, dengan gerakan
yang gesit sekali, tampak Liang Ku Kay telah melancarkan
serangan mempergunakan tangan kanannya.
Gerakan yang dilakukannya itu bukan main kuatnya, karena
dia telah mengerahkan tenaga dalamnya ditelapak tangannya.
Kali inipun dia mengerahkan tenaganya itu bukan sebagian
tetapi justru seluruh kekuatan yang ada padanya.
Tentu saja serangan yang dilancarkannya itu menimbulkan
angin yanp berkesiuran keras sekali
Cepat luar biasa, tampak tangan Liang Ku Kay telah
dihantam oleh ranting Hek Sin Ho.
Walaupun ranting itu bentuknya kecil, tetapi memiliki
kekuatan yang sangat dahsyat.
Karena nyaknya Liang Ku Kay telah melompat mundur
dengan terhuyung.
Tentu saja si pengemis tua ini jadi penasaran sekali, dia
telah melompat lagi melancarkan serangan yang jauh lebih
hebat lagi.
Serangannya kali ini mengincar batok kepala dari sipemuda
ini, yang Ingin dihantamnya sampai remuk.
Saat itu Hek Sin Ho tengah menghindarkan diri dari dua
tikaman kedua murid Kun lun Pay. dan rupanya dengan
mempergunakan silatnya Hek Sin Ho tengah sibuk begitu,
justru itu telah melancarkan serangannya yang hebat.
Tidak mengherankan jika Hek Sin Ho jadi terkejut juga, dia
sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Tetapi Hek Sin Ho memang liehay bukan main, dia tidak
takut dan juga tidak menjadi gugup.
Dengan mengeluarkan suara siulan yang talang, dengan
mengeluarkan tenaga dalamnya ini disalurkan diujung
rantingnya itu, tahu tahu Hek Sin Ho telah bergerak
menyampok kedua batang pedang yang tengah menyambar
kearah dirinya, sehingga kedua pedang itu telah terlontar
jauh2. Dan telapak tangan Liang Ku Kay yang menyambar
kearah kepalanya itu. telah dikelit memiringkan kepalanya.
Tanpa buang waktu lagi. tampak Hek Sin Ho telah
menggerakkan tangan kanannya, dia telah menghantam hebat
sekali kearah dada sipengemis tua itu.
Serangan yang dibancarkan oleh Hek Sin Ho bukan main
hebatnya, serangan itu bukan hanya menimbulkan angin
serangan yang menderu2 tetapi juga menyebabkan dada
Liang Ku Kay jadi tertekan hebat dan napasnya menjadi sesak.
J
Tentu saja keadaan seperti itu membuat semangat Liang
Ku Kay seperti terbang meninggalkan raganya, dia kaget
bukan main, dengan mati2an dia telah melompat mundur,
untuk menjauhi diri dari serangan itu.
Tetapi serangan yang dilancarkan oleh Hek Sin Ho hebat
bukan main, tenaga serangan itu seperti telah mengunci Jalan
mundurnya Si pengemis tua itu.
Dan belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, justru
disaat itu telah terasa dadanya seperti ingin meledak dan
diluar dari keinginannya, sipengemis tua itu telah berteriak
dengan suara jeritannya.
Tubuhnya juga telab terpental keras sekali, setinggi lima
tombak, dan kemudian ambruk ditanah.
Disaat dia ingin merangkak bangun, justru disaat itu juga
dia memuntahkan darah segar.
Tubuhnya lemas dan dia rubuh menggeletak tidak sadarkan
diri.
Tentu saja hal itu telah membuat kesepuluh murid Kun Lun
Pai jadi terkejut bukan main, muka mereka telah berobah
pucat semuanya.
Dengan sendirinya pula, percuma saja mereka melakukan
perlawanan terus karena hanya sia2 Maka dan berarti mereka
seperti mengantarkan jiwa belaka.
Tentu saja sedikitpun mereka tidak menyadari, bahwa Hek
Sin Ho sama sekali tidak bermaksud untuk mencelakai
mereka. Hanya disebabkan oleh sikap mereka yang sombong
dan angkuh, dengan sendirinya telah membuat Hek Sin Ho
naik darah dan menurunkan tangan agak telengas.
Saat itu Hek Sin Ho telah tertawa dingin mengandung
ejekan.
"Mengapa kalian berdiam diri saja" Ayo cepat maju "
Mengapa berhenti menyerang ?" tantangnya.
Tentu saja ketujuh orang murid Kun Lun Pai yang belum
terluka tidak berani untuk menerjang maju lagi. Merekapun
merasakan tubuh mereka penat bukan main.
-oo0dw0oo-
Jilid 10
SALAH seorang diantara mereka telah membungkukkan
tubuh, menjura memberi hormat:
"Terima kasih atas petunjuk yang telah diberikan kiesu
kepada kami tentu kami tidak akan melupakan budi ini, suatu
saat kelak kami tentu akan mencari Kiesu untuk minta
pengajaran lagi." dan setelah berkata begitu, tanpa
menantikan jawaban Hek Sin Ho, dia telah mengisyaratkan
kawannya, untuk mengangkat kawan2 mereka yang terluka
dan tertotok.
Sedangkan Hek Sin Ho tidak menahannya, karena dengan
berkata begitu murid2 Kun Lun Pai telah menyatakan bahwa
mereka telah menyerah.
Dan memang sudah telah menjadi suatu peraturan tidak
tertulis, bahwa lawan yang telah mengaku menyerah kalah itu
tidak boleh didesak lagi dan harus diampuni.
Dengan cepat kesepuluh murid Kun Lun Pai itu telah berlalu
meninggalkan tempat tersebut dengan menunggangi kuda
mereka masing2.
Sedangkan sipengemis tua Liang Ku Kay telah dapat
merangkak bangun.
Dia telah mengawasi Hek Sin Ho dengan sorot mata yang
bengis sekali:
"Hari ini ternyata aku kembali dirubuhkan oleh orang she
Ouw! heran, belasan tahun yang lalu aku telah dirubuhkan
oleh ayahmu: yaitu Ouw Hui, sekarang oleh kau. maka aku
merupakan manusia yang tidak punya guna! Biarlah! Biairlahl
Lima tahun lagi aku akan mencari kalian ayah dan anak untuk
meminta petunjuk lagi."
Dan setelah berkata begitu, dengan langkah kaki yang
terpincang2 sipengemis tua itu telah meninggalkan tempat
tersebut, untuk berlalu.
Hek Sin Ho juga tidak menahan sipengemis, walaupun dia
mengetahui bahwa pengemis tua itu memusuhi ayahnya,
tetapi mengingat tadi dia telah melukainya, itupun dikiranya
telah lebih dari cukup. maka dari itu kepergian sipengemis itu
tidak dihalanginya.
Saat itu setelah semua lawannya itu berlalu. Hek Sin Ho
pun melemparkan ranting, ditangannya, kemudian dia
meninggalkan tempat itu juga, dengan berlari2 untuk mencari
sigadis yang biasanya dipanggil sebagai si Pucat, yang telah
bawa adat dan meninggalkannya karena pertengkaran
mengenai persoalan Tong Keng Hok.
Hek Sin Ho mengambil arah selatan, hatinya terkadang
gelisah, kareta tidak jarang dia diliputi oleh perasaan benci,
bahwa Selama perkenalan dengan sigadis yang disebutnya si
Pucat itu. sigadis tersebut yang tindak-tanduknya sangat aneh
dan diliputi oleh kabut rahasia, Hek sin Ho telah kenyang
dimaki tidak habisnya. Tentu saja jika dia tengah teringat
begitu, dia jadi berpikir untuk membatalkan maksudnya
mencari gadis itu.
Namun jika dia teringat betapa sigadis selalu melayaninya
makan dengan baik, selalu membiarkan dia dulu mengambil
makanan yang disenangi, melayaninya dengan manis, dan
setelah itu si Pucat baru makan, hal itu telah membuat hati
Hek Sin Ho jadi tergoncang.
Terlebih lagi jika dia teringat betapa sigadis sering
memandang dirinya dengan sinar mata yang sangat aneh
sekali, sinar mata yang memancarkan suatu perasaan, maka
disaat teringat begitu hati Hek Sin Ho jadi tergoncang keras
dan dia ingin sekali cepat bersua...
Tetapi justru sigadis yang telah menghilang tanpa
meninggalkan jejak. Itulah yang telah membingungkan sekali
bati Hek sin Ho.
Hek Sin Ho berjalan terus dengan hati diliputi berbagai
perasaan, sampai akhirnya dia tiba dipermukaan pintu sebuah
kampung yang tidak begitu besar.
Pemandangan yang dilihatnya sungguh mengenaskan
Sekali. Karena sekitar tempat tersebut kering, bahaya
kelaparan melanda semua penduduk kampung tersebut,
disamping tampak wanita-wanita tua dengan anak2 mereka
yang kurus dengan tulang2 paikut (iga) yang terlihat nyata,
menunjukan bahwa mereka kurang makan, Begitu pula
wanita2 tua itu. yang kurus dan pucat, dengan mata yang
tidak bersinar memperlihatkan bahwa mereka sangat
menderita sekali.
Maka dari itu, dengan melihat pandangan seperti ini,
dengan sendirinya darah Hek Sin Ho jadi meluap lagi kepada
pemerintah penjajah. Walaupun bagaimana, hatinya jadi
teriris, dia menyadarl bahwa tentara penjajah selalu bertindak
sewenang2, main rampas, main perkosa, menindas,
memfitnah dan sebagainya. dan yang celaka adalah rakyat
jelata juga.
Keadaan seperti ini benar2 membuat Hek Sin Ho jadi
bertekad, walaupun bagaimana ia ingin berjuang untuk
kepentingan rakyat banyak.
Hek Sin Ho juga berpikir, jika kelak sudah tiba saatnya, dia
ingin menggabungkan diri dengan para pendekar Ang Hwa
HwÂ"e untuk mempersatukan dengan Cong Pocu dan Tan Kee
Lok.
Walaupun bagaimana Hek Sin Ho memang sudah
memutuskan untuk berjuang, bertekad untuk membela
kepentingan rakyat banyak.
Disaat itulah, tiba2 Hek Sin Ho mendengar suara tangis
yang menyedihkan dari balik sebuah rumah.
Hek Sin Ho jadi menghentikan langkah kakinya, karena dia
mendengar suara tangis terisak itu demikian menyedihkan,
dengan sendirinya Hek Sin Ho ikut tersayat hatinya. Dia
memperhatikan sekitarnya dia melihat tidak ada seorangpun
disekitarnya, hanya rumah2 yang telah buruk tidak terawat.
Suara tangisan itu tangisan! seorang wanita, dan berasal dari
belakang sebuah rumah.
Maka Hek Sin Ho segera menghampiri sebuah rumah, dia
mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat itu.
Suara tangisan lenyap. Keadaan sunyi sekali. Hek Sin Ho
mengulangi ketukan dipintu itu.
Suara tangisan itu tetap lenyap tidak terdengar lagi, bahkan
terdengar suara bisik-bisik yang gemetar tampaknya orang
didalam rumah itu tengah ketakutan bukan main.
Hek Sin Ho telah mengetuk lagi sambil tanyanya : "Apakah
didalam ada orang ?"
Waktu bertanya begitu, suaranya sabar dan ramah agar
tidak meninggalkan kesan buruk bagi si tuan rumah.
orang bertanya dari dalam rumah itu.
"Siauwte pengelana yang tersesat dan ingin berteduh
sejenak " menyahuti Hek Sin Ho
Tidak lama kemudian, setelah berdiam diri dalam keraguan,
pemilik rumah, itu terdengar melangkah mendekati pintu,
membuka pintu.
Dialah seorang wanita tua berusia lanjut, telah enam puluh
tahun lebih, disampingnya tampak seorang anak lelaki kecil-
Mereka tengah berpelukan dengan ketakutan sedangkan
sianak lelaki kecil itu telah memandang Hek Sin Ho dengan
sorot mata ketakutakutan bukan main.
"Si... siapa ?" akhirnya terdengar seorang wanita tua juga
memandang Hek Sin Ho dengan curiga, namun setelah
melihat Hek Sin Ho tidak mengenakan pakaian seragam
militer, dan memang merupakan pemuda biasa saja, membuat
hati nyonya itu agak tenang.
"Kongcu..... kami tidak memilik apa apa lagi yang bisa
disuguhkan kepademu...." kata wanita tua itu setelah
mempersilahkan Hek Sin Ho masuk.
Hek Sin Ho merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah
Goanpo. yarg beratnya hampir sepuluh tail. Diserahkan
kepada nenek tua itu.
"Ambillah untukmu nyonya" katanya dengan suara
bersungguh sungguh.
Tentu saja wanita tua itu jadi terkejut bukan main, dia
memandang goanpo itu dengan mata yang terpentang lebar2,
seperti tidak percaya apa yang dilihatnya.
"Ambillah !" kata Hek Sin Ho lagi. "Kongcu Kau?" "Ambillah
!"
Dan Hek Sin Ho telah megangsUrkan goanpo itu lebih dekat
lagi.
Si nenek telah menerimanya, kemudian mengajak lelaki
kecil itu untuk berlutut.
Tidak habisnya mereka mengucapkan terima kasih dengan
perasaan bersyukur.
"Tadi aku mendengar nyonya menangis begitu sedih
sesungguhnya kesulitan apakah yang menimpa keluarga
nyonya?" tanya Hek Sin Ho.
Ditanya begitu, maka sinenek telah berobah Hilir, lagi2
diapun telah menangis, Sianak kecil itu juga telah menangis.
"Ayah, ibu!" terdengar suara perlahan dari anak lelaki itu
Sesungguhnya, sinenek mulai bercerita sambil menyusut air
matanya. "Peristiwa yang telah menimpa keluarga kami sama
dengan peristiwa penasaran yang menimpa keluarga dari
ratusan ribu keluarga lainnya."
"Apakah itu?" tanya Hek Sin Ho, walaupun dia telah bisa
menduga sebagian.
"Rumah kami telah didatangi beberapa orang siewie
(tentara pengawal istana), yang telah merampas mantuku dan
membinasakan anakku ..... celakanya, mereka juga telah
merampas seluruh barang-barang yang masih ada pada kami,
termasuk beras..... Maka dari itu, kami mana mungkin tidaK
berduka, karena untuk makan saja dihari - hari esok, sudah
membingungkan dan sudah tidak ada lagi...."
Dan setelah berkata begitu, sinenek telah menangis sambil
menunjuk kearah ruang dalam Hek Sin Ho melongok kedalam,
hatinya jadi tergoncang.
Diatas sebuah pembaringan yang buruk sekali tampak
menggeletak sesosok tubuh, dengan leher yang berlumuran
darah, dimana leher itu hampir putus akibat bacokan senjata
tajam.
Itulah seorang lelaki berusia tiga puluh tahun, yang binasa
dengan penasaran, karena mayatnya itu tetap mendelik lebar
lebar..... dialah tentunya putera sinenek, yang telah dianiaya
oleh para siewie yang mendatangi rumah mereka.
Tentu saja Hek Sin Ho murka bukan main.
Dengan tubuh gemetar menahan murka, dia telah bertanya
: "Apakah para siewie itu telah pergi lama ?"
Sinenek menggeleng,
"Belum... mungkin baru sepeminuman teh dan menurut
kata2 yang kudengar dari percakapan mereka, semua siewie
itu pergi kekampung barat, dan sore ini mereka pasli akan
lewat kembali dikampung ini untuk pulang kekantor
Tihu."
Darah Hek Sin Ho meluap.
Dia telah menyaksikan banyak sekali penderitaan rakyat
jelata.
Disamping itu juga dia melihat, bukan hanya pembesar
negeri yang menindas rakyat lemah, yang main rampas dan
selalu menyiksa rakyat dengan beban pajak yang berat2.
Disamping itu, para tentara negeri bawahan juga telah
bertindak sewenang2 mempergunakan kesempatan disaat
negara tengah kacau seperti itu.
"Biarlah aku menantikan mereka disini, nanti aku akan
menghajar mereka!" kata Hek sin Ho dalam murkanya.
Tentu saja sinenek jadi kaget.
"inkong (tuan penolong) jangan terlibat oleh mereka, jika
mereka mengetahui bahwa Inkong memiliki barang yang
cukup banyak, niscaya mereka akan mengganggu Inkong."
"Justru aku tengah menantikan mereka untuk memberikan
hajaran yang setimpal, agar mereka mengetahui bahwa tidak
semua orang bisa diperlakukan dengan sewenang2 oleh
mereka."
Dan setelah berkata begitu, Hek Sin Ho duduk, dia ingin
menantikan rombongan siewie yang menurut kata sinenek
sore ini akan lewat dikampung ini lagi.
Hek sin Ho disuguhkan air teh belaka, karena memang
sinenek tua itu sudah tidak memiliki barang apa2 lagi yang
bisa didahar.
Hek Sin Ho kemudian banyak mendengar dari sineneK,
betapa penderitaan rakyat yang tertindas, yang tidak berdaya
melawan. Setiap lelaki kampung berusaha mencegah tindakan
yang sewenang2, tentu akan dibunuh dengan kejam dan
telengas sekali.
Tentu saja, perbuatan itu merupakan perbuatan yang
rendah dan terkutuk sekali, tetapi karena memang penduduk
kampung sudah tidak berdaya dan tidak memiliki keberanian
menghadapi tentsra negeri yang berseragam lengkap, dengan
senjata tajam yang lengkap pula, maka mereka hanya
menyerah diperlakukan bagaimanapun oleh tentara negeri itu.
Yang kasihan adalah kaum wanita juga. tidak perduli gadis
atau isteri orang, mereka niscaya akan dirampas, untuk
dijadikan permainan oleh pasukan tentara itu, yang akan
digilir sampai mereka menjadi mati sendirinya, membunuh diri
karena tidak sanggup menerima hinaan seperti itu...
Sedangkan suami2 mereka, umumnya dibinasakan, seperti
yang terjadi didiri anaknya sinenek tersebut."
Maka dari itu, mau atau tidak memang keadaan seperti ini
telah membuat darah Hek Sin Ho semakin mendidih saja.
Walaupun bagaimana dia memang telah bertekad untuk
menghajar semua pengawal istana yang telah membinasakan
anaknya sinenek dan merampas mantunya si nenek itu..... dan
yang harus dikasihani adalah cucu sinenek, anak lelaki kecil
itu, yang hanya dapat menangis saja.
Dengan muka yang merah padam Hek Sin Ho menantikan
dengan tidak sabar dimuka rumah sinenek, menantiken
tibanya kembali pasukan siewie itu.
Setelah menanti sesaat lamanya, dimana si nenek dan
cucunya ketakutan setengah mati, dari kejauhan terdengar
suara ramainya tapak kaki kuda.
Dan juga disamping suara kaki kuda yarg riuh, pun
terdengar suara yang ramai dari beberapa orang yang
bercakap cakap riuh dan suaranya lantang.
Debu juga telah mengebut tinggi. Disaat itulah Hek Sin Ho
telah melibatnya, dari arah barat mendatangi serombongan
penunggang kuda.
Jumlah mereka mungkin belasan orang dan penunggang
kuda itu semuanya memakai seragam tentara yang
mentereng.
Disamping belasan penunggang kuda itu. tampak beberapa
wanita yang berlari2 terseret oleh pasukan itu, karena kedua
tangan mereka diikat oleh seutas tambang dan ujung tambang
yang satunya lagi dipegang oleh seorang tentara, sehingga
disaat kuda itu dipacu, berarti wanita itu harus berlari2
mengikutinya jika memang dia tidak mau dirinya terseret
hancur dijalan berbatu itu...
Biadab sekali perbuatan pasukan tentara itu, dan mata Hek
Sin Ho jadi merah.
Disaat seperti itulah, dengan mengeluarkan suara bentakan
karena sangat murka sekali, Hek Sin Ho telah melompat
berdiri, dia menantikan kedatangan para siewie biadab itu.
"Tutuplah pintu rumahmu, nyonya." kata lek Sin Ho waktu
melihat nenek tua itu bersama cucunya berpelukan menangis
karena ketakutan bukan main.
Nyonya itu menuruti kata2 Hek Sin Ho, cepat2 dia menutup
pintu rumahnya, sedangkan Hek Sin Ho tetap berdiri diluar
rumah sinenek
Saat itu rombongan tentara negeri, yang semuanya
memakai seragam siewie, telah tiba dekat.
Suara mereka dan ringkik kuda sangat ramai, Tidak
seorangpun penduduk kampung yang berani keluar dari
rumah mereka, karena jiwa mereka tengah dicengkeram oleh
perasaan takut yang bukan main.
Saat itu, beberapa orang siewie telah melihat Hek Sin Ho,
meledaklah tertawa mereka, dan rombongan tentara negeri ini
telah menghentikan kuda mereka disaat seseorang berteriak
"Berhenti."
Seorang siewie lainnya telah berkata dengan suara yang
lantang, yang diselingi oleh suara tertawanya yang bergelak:
"Akhh, lihat! Kukira tadinya kuali yang tengah disangkutkan
didinding tidak tahunya ada yang punya?"
"Hahaha, sungguh aneh sekali seorang manusia bisa
memiliki muka seperti pantat kuali Akhhhb, jika aku memiliki
anak yang seperti itu, tentu aku menyediakan seribu sikat
kawat untuk menyikatnya agar menjadi bersih."
"Ya, sungguh lucu mukanya!"
"Hemmm, usianya masih muda tetapi matanya sangat
kurang ajar sekali!"
"Ya, dia belum mengenal siapa kita"
"Mungkin tetapi yang terpenting si pantat kuali ini harus
menerima ini!" kata yang orang lagi.
Dan siewie yang seorang itu, sambil kata demikian dia telah
memajukan kudanya.
Setelah menghampiri Hek Sin Ho dijual yang cukup dekat,
disaat mana Hek Sin Ho masih berdiri ditempatnya saja, tahu2
siewie Itu telah menggerakkan cambuknya, sehingga cambuk
itu menggeletar ditengah udara. lalu dengan bengis sekali,
dengan disertai oleh tertawanya, cambuk itu turun menuju
kearah muka Hek Sin Ho.
Tetapi belum lagi ujung cambuk Menemui sasarannya
disaat itu suara tertawa siewie telah berhenti, diganti oleh
jeritan yang menyayatkan, karena tubuhnya tahu2 telah
terlempar diatas tanah dengan keras sekali, dan terangkat dari
kudanya terbanting diatas tanah dengan keras sekali,
sehingga tubuhnya melingkar2 diatas tanah tanpa bisa segera
bangun, karena tulang punggungnya dirasakan sakit luar
biasa, dia menjerit2 kesakitan seperti seekor anjing yang
terkuing2 karena dihajar.
Kawan2 siewie yang lainnya jadi terkejut bukan main,
mereka telah mengeluarkan suara seruan tertahan dengan
murka.
Dengan seperti telah berjanji, semua siewie itu telah
melompat turun dari kuda mereka sambil mencabut golok
masing2.
Ternyata, tadi waktu siewe yang seorang akan menghajar
mukanya dengan mempergunakan Cambuknya itu, Hek Sin Ho
telah mengulurkan tangannya, dia telah mencekal ujung
cambuk dia mencekalnya keras sekali, dengan mengerahkan
sedikit tenaga dalamnya, yaitu lwekang, dia telah menghentak
cambuk itu,
Siewie itu mana sanggup menahan tenaga hentakan Hek
Sin Ho"
Maka dari itu, tidak mengherankan jika tubuhnya seperti
sebuah bola yang telah melayang ditengah udara dan
terbanting ditanah dengan keras sekali.
Siewie2 yang lainnya semula terkejut, tetapi setelah
mencabut golok mereka mssing2 itu, dengan sikap
mengancam telah menghampiri kearah Hek Sin Ho.
Sebagai siewie belasan orang itu sesungguhnya merupakan
jago2 silat juga, hanya saja kepandaian mereka umumnya
merupakan kepandaian biasa saja.
Tetapi sikap mereka umumnya memang garang
menghadapi rakyat jelata, dan semau hati memperlakukan
rakyat jelata yang tidak berdaya itu.
Disaat itu Hek Sin Ho tetap berdiri tenang ditempatnya,
sedikitpun dia tidak merasa takut atau gugup melihat
kegarangan belasan siewie itu.
Malah Hek Sio Ho memang telah bertekad untuk menghajar
siewie2 itu
Maka, disaat belasan orang siewie itu maju dengan
goloknya, Hek Sin Ho justru berdiri dengan bertolak pinggang.
"Setan hitam !" teriak beberapa orang siwie itu.
"Apakah kau mencari mampus" Siapa kau Mengapa engkau
tidak mengetahui siapa kami dan berani berlaku kurang ajar
begitu " Dosa besar seperti itu berarti kematian, apakah
engkau telah mengetahuinya?" Hek Sin Ho tertawa dingin.
"Hemmmmmm .... tidak perlu kalian terlalu banyak bicara."
katanya dengan suara yang tawar. "Justru hari ini kalian akan
kukirim ke Giam Ong,"
Yang dimaksudkan oleh Hek Sin Ho dengan sebut Giam
Ong itu tidak lain adalah Giam Lo Ong si raja akherad.
Saat-saat reperti itu telah menyebabkan para siewie
tersebut jadi murka sekali.
Dengan garang, mereka telah mengeluarkan suara
bentakan bengis.
Dan merekapun bukan hanya membentak, sebab mereka
telah menerjang maju sambil melancarkan serangan dengan
mempergunakan golok masing2.
Gerakan yang mereka lakukan itu bukan main hebatnya,
juga mereka menyerang dengan serentak.
Jika orang biasa yang mereka serang, niscaya jiwanya
siang2 akan melayang.
Mamun justru kali ini yang diserang adalah seorang
pendekar hebat dijaman itu, yaitu Hek Sin Ho. Mana Hek Sin
Ho memaudang sebelah mata terhadap serangan2 seperti itu"
Dengan mengeluankan suara siulan yang nyaring, tampak
tangan Hek Sin Ho bergerak2 dengan cepat sekali, didalam
waktu yang sangat tingkat, dia telah merampas beberapa
batang golok, yang kemudian dilemparkannya dengan gerakan
seenaknya.
Tentu saja siewie2 yang goloknya berhasil dirampas oleh
Hek Sin Ho jadi kaget sekali, mereka tertegun sejenak namun
akhirnya, mereka telah mengganti dengan cambuk kuda
mereka, ikut melancarkan serangan lagi.
Siewie2 yang lainnya dengan garang memperhebat
serangan mereka.
Mereka tidak yakin bahwa jumlah sedemikian banyak
mereka bisa merubuhkan dan membinasakan Hek Sin Ho yang
hanya seorang diri.
Tetapi kenyataan yang ada, setiap tangan dan kaki Hek Sin
Ho bergerak, disaat itu pula tubuh beberapa orang siewie
bergulingan terlempar dan menderita luka.
Dengan sendirinya, siewie2 itu mulai ragu ragu, mereka
mulai menduga2, entah siapa pemuda yang berkepandaian
hebat seperti ini.
Maka dari itu, cepat bukan main, dengan mempergunakan
golok masing2, mereka melancarkan serangan yang lebih
gencar dan hebat.
Setiap seraBgan mereka mengincar bagian2 yang
membinasakan, jika dapat merekapun memang ingin sekali
untuk mencingcang tubuh Hek sin Ho yang dianggapnya
sangat kurang ajar itu......
Semakin bertempur, Hek Sin Ho mengeluarkan suara
bentakan, dengan dibarengi dengan menghantamkan kedua
tangannya sekaligus.
Tiga orang siewie yang telah dihantam dadanya, tanpa
ampun lagi telah terjungkal rubuh kejengkang sambil meraung
mengeluarkan jeritan yang sangat mengerikan sekali, tampak
tubuh mereka berkelejatan dan tidak lama kemudian diam,
karena napas mereka telah putus.
Kawan2nya tentu saja jadi terkejut bukan main, walaupun
bagaimana kenyataan seperti Ini tentu saja membuat mereka
tertegun.
Namun tidak lama kemudian, dua orang diantara mereka
telah berteriak:
"Tangkap penjahat ! Tangkap penjahat." berseru mereka
Dan serentak mereka telah maju lagi.
Hek Sin Ho kali ini turun tangan tanpa segan2 lagi, karena
dia memang sudah muak melihat tingkah laku dari para
tentara negeri.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur
lagi, tampak Hek Sin Ho menggerakkan sepasang tangannya
pula, dia telah menghantam dengan keras bukan main,
dengan pukulan yang dahsyat sekali.
Dengan sendirinya. Kali ini dari kedua telapak tangannya itu
telab meluncur angin serangan yang sangat kuat sekali,
dengan angin serangan yang seperti runtuhnya gunung.
Tidak ampun lagi, empat orang siewie yang maju paling
terdekat didepannya, telah terserang oleh tenaga pukulan itu,
sehingga tanpa ampun lagi, tubuhnya telah terjengkang
dengan memuntahkan darah segar, maka jiwa mereka juga
seketika itu melayang menghadap Giam Ong
Tentu saja hal itu telah membuat yang lainnya jadi kaget
bukan main.
Mereka juga jadi ketakutan setengah mati.
"Lari!" berseru mereka akhirnya dengan ketakutan yang
sangat, karena mereka telah menyaksikan betapa kepandaian
Hek Sin Ho hebat bukan main.
Disaat itu Hek Sin Ho yang tengah murka sudah tidak mau
memberikan kesempatan hidup kepada siewie2 itu.
Dengan cepat sekali, dia telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya dengan cepat sekali telah melompat menyambar
punggung Kedua siewie Itu, yang dicengkeram, kemudian
dilemparkan ketengah udara, disaat tubuh kedua siewie itu
tengah meluncur turun dengan cepat Hek Sin Ho
menghantamkan kedua tangannya lagi dengan disertai tenaga
iwekangnya.
Maka dari itu, tanpa ampun lagi tubuh kedua siewie itu
terhantam jitu sekali.
Dan dengan mengeluarkan suara jeritan yang panjang
menyayatkan hati, tubuh kedua siewie itu telah terlambung
ketengah udara.
Disaat tubuh mereka ambruk ditaruh, maka mereka telah
tidak bernapas
Sisa yang lainnya jadi ketakutan setengah mati mereka
telah cepat2 berlutut menganggukkan kepala mereka meminta
ampun.
"Oh manusia pengecut tidak punya malu." membentak Hek
Sin Ho "Kalian hanya berani kepada orang yang lemah."
Dan tanpa mengindahkan sedikitpun juga permintaan
ampun dari siewie2 itu, Hek Sin Ho telah melompat kesamping
tiga orang siewie yang tengah berlutut, dia menggerakkan
kedua tangannya.
Maka hebat sekali, dari kedua telapak tangannya itu, telab
meluncur serangkum angin serangan yang dahsyat sekali,
yang telah menghantam siewie itu.
Tanpa ampun lagi tubuh pengawal, istana itu telah
terpental keras.
Dan disaat tubuh mereka jatuh ditanah, mereka sudah
tidak bernapas lagi.
Tentu saja sisa yang lainnya dari pengawal istana itu jadi
tambah ketakutan, mereka menyadari walaupun mereka telah
berlutut meminta ampun sipemuda tampaknya tidak ingin
mengampuni jiwa mereka.
Dengan nekad akhirnya mereka telah bangkit berdiri,
memutar tubuh dan menentang kaki selebar mungkin, lari
secepat mungkin dengan ketakutan bukan main, seperti juga
tengah dikejar hantu...
Hek Sin Ho memang sudah tidak ingin memberikan
pengampunan kepada siewie itu, melihat sisanya yang tinggal
enam orang itu yang bermaksud melarikan diri, maka dengan
cepat sekali dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
melambung dengan gerakan yang sangat cepat, dan dengan
jitu dia juga telah menggerakkan kedua tangannya, -maka
tidak ampun lagi, empat orang siewie itu telah terguling diatas
tanah, karena punggung mereka terhajar telak sekali oleh
serangan Hek Sin Ho.
Tetapi keempat siewie itu tidak segera mati, karena mereka
hanya terluka didalam sambil memuntahkan darah segar,
namun ketakutan bukan main, sambil merintih menahan sakit
yang bukan main mereka juga telah sesambatan meminta
ampun dari Hek Sin Ho.
Yang kedua siewie lainnya juga, yang belum terluka,
merasakan lututnya lemas tidak bertenaga sama sekali,
mereka telah duduk numprah diatas tanah sambil menangis
teriak!
Hek Sin Ho menghadapi siewie itu dengan tangan keras.
Dia telah tidak mengacuhkan rintihan dan permintaan ampun
dari pengawal istana itu.
Dengan cepat sekali, dia telah menghampiri dan disaat itu
dia telah menggerakan kedua telapak tangannya, disaat itu
juga melengking suara jeritan yang menyayatkan hati
Tanpa ampun lagi, empat orang siewie telah terbinasa
dengan kepala remuk.
Kedua orang siewie yang lainnya jadi menangis terisak
sambil meratap mengatakan bawa mereka memiliki anak dan
isteri.
"Hemmm, rakyat jelata jaga memiliki isteri dan anak, tetapi
kalian telah merampas barang mereka, dan kalian juga telah
membinasakan mereka tanpa mengenal kasihan sedikitpun
juga."
"Kami berjanji akan merobah perangai kami." meratap
kedua siewie itu.
"Hemmm percuma, kalian berdua hanya mendatangkan
bencana belaka manusia pengecut dan hina seperti kalian
tidak bisa dipercaya mulutnya."
Dan setelah berkata begitu dengan cepat sekali Hek Sin Ho
menggerakkan tangannya.
Hebat sekali cara menyerangnya itu, karena, dia telah
melancarkan serangan dengan pukulan vang bukan main
hebatnya, angin serangannya itu menyambar tepat sekali,
walaupun dua telapak tangannya tidak menyentuh sasaran,
tetapi tubuh kedua orang siewie itu terlempar tinggi ketengah
udara, telah terbanting ditanah dengan mengeluarkan suara
Jeritan yang menyayatkan hati.
Dan disaat itu juga terlihat betapa serangan Hek Sin Ho
memang merupakan serangan yang mematikan, karena tubuh
kedua Siwie itu setelah berkelejatan sejenak, kemudian diam
tidak bergerak pula, putuslah napas mereka.
Hek Sin Ho telah berdiri ditempatnya dengan bibir
tersenyum puas, karena dia telah berhasil membebaskan
penderitaan sebagian kecil rakyat dikampung ini.
Setelah itu Hek Sin Ho membuka ikatan tambang di tangan
wanita2 tawanan dari pasukan Siewie itu, sehingga penduduk
kampung itu girang bukan main.
Mereka telab berlutut menyatakan terima kasih mereka.
Dan juga telah bersyukur, karena isteri dan anak gadis mereka
telah bebas kembali.
"Kuda dan barang mereka menjadi milik kalian, bagikanlah
oleh kalian." kata Hek Sin Ho
"Dan mayat2 mereka kita kubur disebuah tempat yang
tersembunyi, sehingga peristiwa ini tidak di ketahui oleh
siapapun juga!"
Semua penduduk kampung itu bersorak girang bukan main,
mereka telah memuji kehebatan dari pemuda hitam ini.
Hek Sin Ho membantu penduduk kampung Itu menggali
sebuah liang yang besar, dan mengubur mayat2 siewie
tersebut.
Kemudian setelah tanah diratakan kembali, diatasnya
ditanami rumput, untuk tidak menimbulkan kecurigaan.
Sedangkan belasan ekor kuda telah dipotong dan
dagingnya dikeringkan dijadikan dengdeng, untuk
melenyapkan jejak.
Hal itupun atas saran Hek Sin Ho, karena jika kuda itu
dibiarkan hidup terus, tentu akan menimbulkan kecurigaan
dan jika dilihat orang pemerintah, niscaya peristiwa tersebut
akan tersiar dan terbongkar.
Disamping itu, dengan dijadikan daging kering, penduduk
kampung itu memiliki makanan yang mungkin tidak akan habis
dimakan seiama tiga bulan.
Betapa bersyukurnya penduduk kampung itu.
Setelah semuanya beres, Hek Sin Ho kemudian pamitan
untuk melanjutkan perjalanannya.
Semua penduduk kampung berusaha untuk menahannya
berusaha dengan sangat agar tuan penolong mereka itu
bermalam satu dua hari di kampung mereka.
Tetapi karena Hek Sin Ho memang sudah ingin cepat2
mencari sigadis yang dipanggil dengan sebutan si Pucat itu
maka dia telah menolak dengan halus permintaan penduduk
kampung dan dia telah pamitan.
Penduduk kampung itu telah melepaskan kepergian Hek Sin
Ho dengan hati dan perasaan yang berat bahkan ada
beberapa orang diantara mereka yang telah menitikan air
mata terharu dan girang...
Hek Sin Ho telah melanjutkan perjalanannya lagi dan dia
melihat disepanjang jalan keadaan sama saja seperti yang
lainnya, wanita tua, muda dan pria maupun anak2 semuanya
berpakaian tambal2an, seperti pakaian pengemis, hidup
mereka miskin dan menderita sekali. Tubuh mereka juga
tampak kurus kering, akibat kurang makan....
Betapa murkanya Hek Sin Ho menyaksikan pemandangan
yang mengenaskan hatinya, tetapi dia tidak berdaya untuk
merobah keadaan itu.
Hanya saja tekadnya untuk masuk dalam perkumpulan Ang
Hwa Hwee ataupun Pek Lian Kauw. jadi semakin kuat saja
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Hek Sin Ho telah
sampai dikota Phiean kwan, yang hanya terpisah puluhan lie
dari Bu Ciang.
Dan memang jika telah sampai di Bu Ciang Hek Sin Ho
bermaksud untuk menyelidiki mencari jejak si Pucat yaitu
sigadis yang selalu dipikirinya itu.
Dikota Phiean-kwan, Hek Sin Ho telah menginap disebuah
rumah penginapan.
Dia telah merencanakan besok baru melanjutkan
perjalanannya menuju Bu Ciang.
Sore itu sengaja Hek Sin Ho keluar dari rumah
penginapannya dia telah menuju kejalan raya dan menikmati
pemandangan dan keramanian ditengah2 kota.
Keadaan dikota dengan dikampung sangat berbeda sekali.
Karena keadaan dikota tersebut disamping ramai, penuh oleh
toko2, yang besar dan padat sekali barang2 dagangannya,
juga gedung-gedung berdiri mewah bukan main.
Dengan sendirinya, keadaan seperti itu merupakan
perbedaan yang sangat menyolok sekali dimana orang kota
hidup mewah dan uang dipergunakan seperti juga air mengalir
sedangkan penduduk desa dan kampung menahan lapar dan
mengikat perut dengan tali yang lebih keras. sungguh suatu
pemandangan yang sangat mengenaskan sekali.
Hek Sin Ho tengah melihat serombongan penjual silat yang
tengah membuka pertunjukan!
Disaat itu, Hek Sin Ho sebetulnya tidak tertarik untuk
menyaksikan pertunjukan penjual silat itu, karena pertunjukan
yang mereka perlihatkan itu hanya merupakan ilmu silat biasa
saja.
Sedangkan saat itu, seorang gadis yang berada dalam
rombongan penjual silat itu tengah berseru2 "Lihat! Lihatlah !
Kami akan mempertunjukan permainan yang luar biasa! Ilmu
pedang yang tiada tandingannya didalam dunia ini."
Tentu saja perkataan sigadis penjual silat itu terlalu
sombong.
Tetapi bagi orang2 biasa yang tidak mengerti ilmu silat,
memang ilmu pedang yang hebat dan manis gerakannya
adalah ilmu pedang yang mengagumkan.
Dan memang kemudian gadis itu telah mempergunakan
sepasang pedang, yaitu Siang-kiam, untuk bersilat dengan
gerakan yang cekat sekali.
Disamping itu, dia telah mempergunakan jurus2 Ngo Bie
Kiam Hoat, ilmu pedang dari Ngo Bie Pai yang gerakan2
sangat manis dan lincah sekali.
Memang bagi orang-orang yang tidak mengerti ilmu silat,
ilmu pedang yang diperlihatkan gadis itu sangat hebat sekali,
mendatangkan perasaan kagum bukan main.
Namun bagi Hek Sin Ho, ilmu pedang si gadis masih
mentah dan jika bersungguh-sungguh dipergunakan untuk
menghadapi seorang lawan tentu sigadis akan celaka
karenanya.
Seorang anak lelaki berusia diantara enam belas tahun,
telah memukuli gembrengnya.
Suara itulah yang telah menarik perhatian orang-orang
yang lewat dijalan itu, sehingga mereka berkerumun
menyaksikan permainan pedang sigadis.
Terlebih lagi sigadis memang tampaknya memiliki
kepandaian yang sangat tinggi dan juga paras yang cantik.
Dan mereka jadi berdiri tertegun dengan mata memancarkan
perasaan kagum yang bukan main .
Maka dari itu, dengan sendirinya pula semakin lama
rombongan penjual silat itu dikerumuni semakin banyak
penonton saja.
Setelah menyaksikan sekian lama, Hek Sin Mo bosan
sendirinya.,
Sama sekali dia tidak tertarik menyaksikan permainan
pedang sigadis.
Dan disaat itu, dia bermaksud ingin berlalu meninggalkan
itu.
Tetapi, waktu Hek Sin Ho belum memutar tubuhnya dari
rombongan penonton telah terdengar suara seseorang yang
berkata dengan nada yang sinis:
"Ilmu pedang butut seperti itu saja dipertunjukkan
Sungguh memalukan!" kata2 itu agak keras sehingga sigadis
penjual silat yang tengah menggerak2kan pedangnya itu dan
kakek tua maupun sianak lelaki yang tengah memukul tambur
dapat mendengarnya dengan jelas. Maka dari itu mereka jadi
gusar, sikakek telah melirik dengan sorot mata tidak senang
kearah orang yang mengucapkan kata2 itu.
Begitu juga sianak belasan tahun itu, dialah menoleh
dengan mata mendelik sedangkan Sigadis yang tengah
bersilat dengan Senjatanya itu, telah mempergunakan
kesempatan untuk melirik.
Ternyata Orang yang berkata2 itu seorang lelaki bertubuh
tegap dengan jenggot dan kumis yang kasar Sekali. Dia
tengah berdiri seenaknya matanya juga kurang ajar meagincar
kecantikan paras sigadis, Dengan lantang dan berani sekali
diapun telah berkala lagi "Hemmm pakai larak lirik dengan
kurang ajar seperti itu. Memangnya ilmu butut ya tetap butut."
Bukan main gusarnya ketiga orang penjual silat itu,
sedangkan saat itu telah terdengar suara tertawa orang2 yang
ramai sekali disaat orang berewok itu menyelesaikan
perkataannya.
Tujuh atau enam orang yaog tertawa itu berdiri dibelakang
silelaki berewok, merekapun mengeluarkan kata2 kurang ajar
dan mengejek.
Salah seorang diantara mereka telah ada yang berkata
dengan suara yang nyaring; "Hem muka secantik itu mau
tercapai lelah menjadi galangan!"
Coba si gadis cantik mau menjadi isteri Toaya atau tuan
besar, tentu Toaya tidak Bakak mengoloknya... dia tinggal
enak2 duduk menyulam ataupun jika malam hanya memeluk
Toaya! Hahahaha!"
Dan suara tertawa lelaki itu telah diikuti oleh suara tertawa
yang lainnya.
Maka dari itu muka sigadis penjual silat itu jadi berobah
merah padam. Dia murka bukan main.
Mendengar perkataan yang terakhir itu, si gadis penjual
silat itu jadi menghentikan gerakan pedangnya, karena dia
tidak bisa menahan kemurkaan hatinya,
Sianak lelaki kecil juga telah berhenti memukuli tamburnya,
sikakek tua telah berhenti memukul gemblengnya. Ketiga
penjual silat ini telah memandang bengis kearah silelakl
berewok itu.
Hek Sin Ho jadi batal untuk meninggalkan tempat itu, dia
jadi ingin menyaksikan keramaian apa yang akan terjadi.
Terlebih lagi dia juga teringat bahwa saat itu dia tidak memiliki
keperluan dan pekerjaan lainnya, maka dia bermaksud
mempergunakan kesempatan ini untuk menyaksikan
keramaian.
Saat itu, sigadis yang tadi bersilat dengan Siangkiam
sepasang pedangnya itu, telah merangkapkan kedua
tangannya, dengan mata pedang menuju kebawah, dia
membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Kami bertiga ayah dan anak menjual permainan silat
hanya sekedar untuk mencari makan......kami tidak bermaksud
untuk melakukan sesuatu apapun juga. tidak ingin usil kepada
orang lain, tidak ingin pula diganggu! Kami mencari makan
dari hasil keringat dan daki kami sendiri..... Jika memang Loya
(tuan2) memiliki petunjuk, silahkan memberikan petunjuk!"
Siberewok tertegun melihat keberanian sigadis. Dia
bersama ketujuh kawannya itu adalah pemimpin buaya darat
dikota tersebut.
Jarang sekali orang berani lancang dan bicara seenaknya
dihadapan mereka.
Hampir seluruh penduduk dikota tersebut menghormati
mereka, dan setiap kali pula mereka merasa orang2 yang
memiliki sedikit kenyataan.
Selalu pula, tidak ada orang yang berani untunk melarang
dan menegur mereka.
Bahkan Tiekwan dikota tersebut tidak berani pula untuk
menegur mereka, karena jika sampai buaya2 darat itu marah,
berarti ribuan orang buaya darat dikota tersebut akan
mengamuk tidak keruan Saja yang pasti akan menimbulkan
kerusuhan.
Saat itu, disaat seperti itu, tampak siberewok setelah
tertegun sejenak, dia telah tertawa bergelak2 dengan suara
yang keras sekali.
"Hmmmm... begitukah caramu menghadapi Toayamu?"
tanyanya.
Rupanya siberewok ini gusar dan mendongkol sekali,
seorang penjual silat seperti sigadis berani mengeluarkan
kata2 begitu lancang, seperti juga tidak merasa takut
sedikitpun kepadanya.
Tentu saja hal itu telah membuatnya disamping
mendongkol, juga gusar sekali.
Sigadis telah tertawa sinis. "Lalu apa yang diinginkan oleh
Loya?" tanya sigadis kecil itu.
Sebelum si berewok itu menyahuti, salah seorang
kawannya telah mewakilinya; "Hmm, jika kau tidak cepat2
berlutut memanggutkan kepala tiga kali untuk meminta maaf
dan ampun, maka ketiga batok kepala kalian, ayah beranak
anak dipisahkan dari batang leher masing2."
Tentu saja sigadis jadi gusar sekali. Walaupun bagaimana
dia seorang penjual silat yang mengerti ilmu silat yang cukup
hebat. Maka dari itu walaupun bagaimana dia tidak mudah
dihina orang.
Melihat buaya darat buaya darat itu, yang umumnya
memang memiliki tubuh yang tegap dan kuat, tetapi
umumnya mereka hanya merupakan manusia2 kasar yang
tidak memiliki kepandaian apa2.
Maka dari itu, dengan sendirinya pula hal itu telah
membuat sigadis jadi mendelikan matanya.
"Seharusnya kalian yang berlutut dan meminta maaf
kepada kalian... karena kalian telah berani meremehkan ilmu
silatku." katanya dengan suara keras sekali, suaranya nyaring
dan keras. "Jangan mimpi bahwa kalian bisa menindas kami
bertiga ayah den anak !"
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali sigadis
telah mengambil sikap bersiap2, untuk menyambut serangan.
Melihat sikap sigadis, tentu saja siberewok jadi tambah
murka.
Dengan mengeluarkan suara bentakan keras dia telah
melangkah maju.
Dengan muka yang menyeramkan, dengan garang sekali,
dia mengulurkan tangannya untuk mencengkeram
pergelangan tangan kanan sigadis.
Tetapi sigadis gesit sekali tidak mau dia di sentuh oleh
tangan lelaki berewok itu.
Dengan cepat tangan yang satunya dikibasnya, sehingga
pedangnya berkelebat akan menyambit. tangan lelaki berewok
itu.
Keruan saja siberewok jadi tidak mau membiarkan
tangannya itu ditebas oleh pedangnya sigadis, karena jika
sampai tertabas berarti tangannya, itu akan menjadi buntung
Dengan cepat dia menarik pulang tangannya, disaat itu dia
telah mempergunakan kakinya, yang digerakan silih berganti,
maka dari Itu, tanpa ampun lagi perut sigadis tertendang
sehingga tubuhnya terputar dua kali, kemudian kejengkang
rubuh bergulingan diatas tanah.
Si kakek dan anak lelaki kecil itu kaget bukan main dan dia
sampai mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras bukan
main, dan cepat2 memburu kearah sigadis.
"Eng, apakah engkau tidak apa2 ?" tanya sikakek dengan
suara yang lembut dan mangandung kekuatiran.
Sigadis yang dipangil sebagai si Eng itu telah
menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa ayah, tadi aku hanya kurang waspada!"
menyahuti sigadis.
Ayahnya itu jadi mengangguk agak lapang hatinya, dia
melihat gadisnya tersebut telah melompat berdiri.
"Aku akan mengadu jiwa lagi dengan kau," teriak sigadis, si
Eng itu. sambil memutar pedangnya yang berkelebat Kelebat
menyilaukan mata.
Siberewok berdiri dengan bertolak pinggang tampaknya dia
sama sekali tidak merasa takut terhadap serangan Siangkiam
sigadis.
Sedangkan gadis itu dengan gusar dan penasaran sekali
telah melancarkan serangan kepada lelaki berewok itu, karena
dia penasaran sekali tadi dirinya telah dirubuhkan begitu rupa
oleh siberewok.
Pedang sigadis yang tercekal ditangan kiri Itu menyamber
kearah paha siberewok.
Dengan sendirinya, dengan cara menyerang begitu, sigadis
ingin melukai siberewok didalam waktu yang sangat singkat
sekali.
Tetapi siberewok rupanya bukan termasuk orang yang
lemah sebab dengan cepat sekali dia telah berhasil untuk
mengelakkan serangan sigadis.
Bahkan dengan cepat sekali dia telah berhasil mencegat
tangan kanan sigadis, yang diputarnya kebelakang.
Sigadis mengeluarkan Suara jeritan kaget dan kesakitan,
pedangnya terlepas.
Terapi karena penasaran bukan main, sigadis telah
melancarkan serangan menabas dengan pedangnya yang satu
lagi.
Namun, kembali pergelangan tangannya berhasil dicekal
oleh si berewok dan tanpa ampun lagi pedangnya yang satu
itupun ikut terlepas.
Tentu saja keadaan seperti itu telah membuat sigadis yang
dipanggil si eng itu hampir mau menangis karena sangat
penasaran sekali.
Cepat bukan main dia berusaha untuk meronta,
melepaskan diri dari cekalan si berewok, namun usahanya
gagal sekali.
Ketujuh orang kawannya siberewok telah tertawa bergelak2
dengan suara menyeramkan dan siberewok sendiri telah
tertawa, disusuli oleh perkataan yang sombong bukan main:
"Ayo merontalah! lepaskanlah dirimu!"
Dan sambil berkata begitu, terus juga memegangi kedua
pergelangan tangan sigadis, kuat sekali, sehingga gadis itu
sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri.
"Lepaskan anakku itu!" bentak siayah dari gadis penjual
silat tersebut.
Tetapi siberewok hanya melirik sedikit saja kepada kakek
itu. kemudian dia telah berkata dengan suara yang dingin dsn
menyeramkan "Hemmm, tua bangka tidak punya guna,
Engkau tidak memiliki kesanggupan untuk merawat dan
mendidik anakmu dengan baik, sehingga untuk menghidupi
dan memberi makannya engkau sengaja menjual
kecantikannya dengan mempergunakan beberapa jurus ilmu
silat pedang yang jelek sekali, engkau memperalatnya untuk
mencari uang! Hahahahahaa, karena engkau tidak bisa
membahagiakannya apa salahnya jika anak gadismu ini
diserahkan kepada Toayamu, agar aku yang merawatnya...?"
Muka kakek tua itu jadi merah padam, dalam gusarnya itu,
tahu2 dia telah mencabut ke luar sebatang pedang pendek,
yang dikibaskannya sambil disertai bentakannya yang keras
sekali.
"Baik, aku akan mempertaruhkan jiwa dan tulang tuaku ini
dengan kau!" katanya dengan suara yang murka bukan main.
Lalu dengan cepat dia telab melompat mendekati
siberewok.
Tetapi, kedua kawannya sibarewok itu telah melompat
menghadang menghalanginya.
Kelima kawan siberewok yang lainnya hanya tertawa
bergelak dengan suara yang keras sekali.
"Hemm hajar tua bangka itu, biar dia mengetahui siapa kita
sesungguhnya!" perintah si berewok.
Kedua orang yang menghalangi si ayah gadis itu, telah
menyahuti dengan suara yang keras dan dengan muka garang
mereka msnghadapi sikakek tua itu.
Ayah si Eng itu murka bukan main, dalam kalapnya itu, dia
sudah tidak memikirkan jiwa dan keselamatan dirinya lagi,
dengan mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras
sekali dia telah menerjang mempergunakan pedang
pendeknya. Dia melancarkan serangan kuat sekali kepada
kedua lawannya itu.
Tetapi kedua lewannya itu, walaupun tidak bersenjata,
ternyata sangat berani sekali.
Mereka yang tampaknya bertubuh tegap kuat itu, telah
berdiam diri saja, seperti menantikan tibanya serangan dan
disaat mata pedang dari sikakek itu meluncur kearah dada
salah seorang dari mereka berdua, maka yang seorangnya
cepat2 menghantamkan kepalan tangannya yang kuat
kepunggung sikakek.
Tentu saja. dihantam begitu keras dan cepat, sikakek tidak
bisa mengelakkan diri.
Bahkan serangan itu telah menghantam tulang
punggungnya itu, membuat si kakek jadi terjerembab dan tiba
melancarkan serangan seperti yang diinginkannya.
Lawannya yang orang itu, yang tadinya diserang oleh
pedang pendeknya, telah tertawa bergelak2.
Tampaknya kedua orang ini sombong sekali.
Sikakek berusaha merayap untuk bangun, tetapi
pinggangnya itu telah diinjak oleh kaki kanannya dari seorang
lawannya.
Tentu saja disamping kesakitan, kakek tua itu juga tidak
bisa segera bangun
Disaat itu, karena tengah dalam keadaan kalap, sigadis
meronta sekuat tenaganya, tetapi tetap saja dia tidak bisa
melepaskan tangannya dari cekalan siberewok, yang terus
tidak hentinya tertawa bergelak.
Sianak ketil itu, menjerit "Ayah...l" waktu melihat keadaan
ayahnya itu menguatirkan sekali.
Dia telah melompat maju.
Tetapi belum lagi dia bisa mengayunkan kepalan tangannya
yang kecil kepada lawannja yang menginjak pinggang
ayahnya, justru orang itu telah mengibas kebelakang dengan
kepalan tangannya.
Maka tanpa ampun lagi, disaat itu juga tubuh sianak lelaki
itu telah "Terbang" terpental keras sekali, kemudian ambruk
diatas tumpukan perkakas dengan alat mereka, sehingga
mengeluarkan suara gerombrongan keras bukan main.
Hek Sin Ho ketika melihat semua ini, jadi gusar bukan
main.
Hek Sin Ho mengetahui bahwa sigadis dengan ayah dan
adiknya menjual silat adalah untuk mencari uang guna
melewati hidup mereka bukan Untuk menjadi jago2 yang
temberang, mereka juga tidak sekali2 ingin mengacau, tak
ingin mempergunakan ilmu silat yang dimiliki mereka itu,
walaupun sedikit sekali dan rendah untuk melakukan suatu
kejahatan.
Tetapi justeru siberewok dan kawan2nya ini yang telah
sengaja mencari2 urusan.
Dengan sendirinya, mau tak mau didalam hal ini telah
membuat darah Hek Sin Ho jadi meluap sampai kekepalanya.
Tetapi untuk sementara waktu dia tidak bermaksud turun
tangan dulu, karena dia ingin menyaksikan dulu sesungguhnya
apa yang hendak dilakukan oleh siberewok itu bersama
dengan kawan2nya.
Dilihatnya siberewok dengan mengeluarkan! suara tertawa
yang menyeramkan, telah mengangkat tubuh sigadis, si Eng,
yang pinggangnya dirangkul, yang ingin dibawa pergi.
Melihat keadaan seperti itu, bukan main kalapnya ayah si
Eng, dengan mengeluarkan bentakan yang mengguntur dan
muka yang merah padam karena darah telah naik sampai
kekepalanya tampak ayah si Eng telah meronta sekuat
tenaganya, tahu2 tangan kanannya itu dikebelakangkan dan
sreeettt ujung pedang pendeknya telah dihantamkan tepat
sekali menyerempet kaki orang yang menginjak pinggangnya.
Keruan orang itu kesakitan dan kaget, dia sampai
berjingkrak2.
Sedangkan sikakek telah cepat2 melompat berdiri, dia telah
menerjang kearah siberewok yang saat itu berdiri
memunggunginya.
Dengan tidak mempcrdulikan suatu apapun juga, sikakek
tua yang menjadi ayah si Eng telah menikamkan pedang
pendeknya itu, dengan maksud ingin membinasakan
siberewok.
Tetapi siberewok ternyata memiliki kepandaian yang hebat
juga.
Disaat dia mendengar mendesisnya angin serangan yang
kalap dari sikakek, dengan cepat sekali dia telah
mengeluarkan suara yang nyaring. dia telah melompat dan
melancarkan pukulan dengan tangan kirinya.
"Buuuukkk!"
Tubuh si kakek yang menjadi ayah si Eng terlempar jauh
sekali, dan juga tubuhnya itu telah terbanting diatas tanah
dengan keras.
Waktu dia merayap ingin bangun, justru di saat itu dia
merasakan mulutnya amis dan asin karena dia telah
memuntahkan darah segar.
Dengan muka yang pucat, si kakek telab berusaha untuk
berdiri.
Tubuhnya gemetaran dan terhuyung2 seperti pohon yang
tertiup angin. Tampaknya keadaannya cukup parah dan dia
tidak akan kuat untuk melancarkan serangan lagi.
Namun disebabkan menguatirkan keselamatan anak
gadisnya, maka dengan mati2an dia mengempos seluruh
kekuatan tenaga yang ada padanya, dengan cepat sekali dia
berusaha untuk melangkah maju guna melancarkan serangan
lagi dengan pedang pendeknya itu.
Hek Sin Ho yang melihat keadaan yang berlangsung
demikian macam, merasakan bahwa waktunya telah tiba. Dia
menyadarinya, keadaan sikakek sudah menguatirkan sekali,
maka dari itu jika dia berlambat2, tentu jiwa sikakek akan
kena dicelakai oleh lawan2nya itu.
Dengan berpikir demikian, cepat sekali Hek Sin Ho
mengeluarkan suara hentakkan "Tahan!" yang nyaring sekali,
tubuhnya telah melompat masuk ketengah gelanggang,
gerakannya gesit bukan main.
Tentu saja siberewok dan kawan2nya itu di terkejut.
Mereka telah menoleh dan melihatnya bahwa yang
membentak itu ternyata seorang pemuda yang mukanya
hitam seperti pantat kuali.
Dengan bengis, dua orang kawan siberewok telah
membentak.
"Apakah engkau ingin memperlihatkan ketangguhanmu
heh?" bentaknya bengis. "Apakah engkau ingin menjadi
pahlawannya gadis ini?"
Sambil membentak begitu, sambil mengeluarkan suara
erangan yang keras sekali, dia telah menerjang akan
menghantam kepada Hek Sin Ho.
Tetapi disaat Itulah telah terjadi suatu peristiwa yang
benar2 mengejutkan mereka.
"Plaaakkk, plooookkkk!" tahu2 pipi kedua orang tersebut
telah berhasil ditempeleng oleh Hek Sin Ho, sampai gigi
mereka telah rontok seketika itu juga.
Disaat ttulah, dengan cepat sekali Hek Sin Ho
menggerakkan juga kakinya.
Tanpa ampun lagi, tubuh kedua orang itu telah
terlemparkan dan terlambung ketengah udara, waktu
terbanting kembali ditanah, mereka sudah tidak bergerak lagi,
pingsan dengan muka berlumuran darah.
Tentu saja siberewok juga tekejut, segera dia
menyadarinya bahwa Hek Sin Ho bukan pemuda
sembarangan.
Maka dari itu, dengan cepat sekali dia telah mengeluarkan
suara bentakan, memanggil salah seorang kawannya,
diserahkannya si Eng kepada kawannya itu, sedangkan dia
sendiri telah menghampiri Hsk Sin Ho dengan wajah yang
menyeramkan dan garang sekali.
"Hemm, setan kecil, apa maksudmu mencampuri urusan
Toayamu ?" bentaknya dengan suara yang bengis bukan
main. dan bentakan itu disertai juga dengan uluran tangannya
yang ingin menjambak baju dada Hik Sin Ho.
Tetapi Hek Sin Ho mana mau membiarkan lawannya
menjambak bajunya begitu rupa.
Dengan cepat dengan hanya mempergunakan jari
telunjuknya, dia telah menotok jalan darah dipergelangan
tangan siberewok.
Tanpa ampun lagi, tangan siberewok jadi lemas tidak
bertenaga, tertotok tidak bisa dipergunakan, dia merasakan
pundaknya ngilu dan pegal sekali, seketika itu juga siberewok
jadi kaget tidak terhingga, dengan mengeluarkan seruan
kaget, dia telah melompat mundur beberapa tombak.
"Engkau mempergunakan ilmu siluman apa, setan kecil?"
bentaknya dengan bengis.
"Hemmmmm ilmu siluman" Itulah ilmu silat sejati yang
engkau ingin lihat!" kata Hek sin Ho dengan suara mengejek.
Tentu saja muka siberewok jadi merah padam, karena
walaupun bagaimana dia sangat gusar dirinya telah tertotok
begitu. dengan kedipan matanya dia telah memberi isyarat
kepada kawannya, maka empat kawannya telah melompat
mengepung dan mengurung Hek Sin Ho.
Walaupun dikurung oleh keempat orang itu Hek Sin Ho
tidak takut atau gugup.
Dengan mudah, dia melayani serangan keempat orang
tersebut.
Bahkan, karena Hek Sin Ho tengah mendongkol bukan
main, dia telah menyambar lengan dari salah seorang
lawannya, dengan cepat sekali dia telah memutar tubuh orang
tersebut yang menghantam jitu sekali muka ketiga orang
kawannya tersebut.
Dengan mengeluarkan suara setuan kaget, mereka telah
terguling diatas tanah.
Kepala mereka pusing dan pandangan mata mereka jadi
berkunang-kunang.
Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini telah
membuat si berewok jadi tambah terkejut sekali.
Cepat bukan main, dengan gerakan yang gesit, siberewok
telah melompat mendekati salah seorang kawannya.
Tahu2 dia telah mencabut sebatang golok, dan dengan
senjata tajam itu dia telah menghampiri karena Hek Sin Ho,
dengan sikap yang mengancam sekali"
"Setan kecil hitam." serunya dengan suara yang
menyeramkan sekali "Rupanya engkau memang mencari
mampus."
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali dia
mengeluarkan suara bentakan dan melancarkan serangan
yang bertubi2 dan beruntun kepada Hek Sin Ho.
Goloknya itu bagaikan berobah menjadi puluhan batang,
karena digerakan terlalu cepat, maka dengan sendirinya Hek
Sin Ho juga barus berkelit kesana dan mengelak kemari.
Rupanya sibrewok itu merupakan seorang jago silat yang
mengerti ilmu golok, maka dari itu, dia bisa melancarkan
serangan yang bertubi2 dengan mempergunakan goloknya
tersebut.
Saat itu, kebetulan sekali yang dihadapinya adalah Hek Sin
Ho, yang memang merupakan akli waris dari seorang
pendekar ilmu golok, maka dari itu siberewok sama sekali
tidak berdaya untuk menghadapinya.
Setiap serangannya selalu dapat dielakkan oleh Hek Sin Ho
dengan mudah.
Walaupun tidak mencekil golok, tetapi Hek Sin Ho tidak
terdesak oleh serangan lawannya.
Dalam waktu yang singkat sekali, telah belasan jurus yang
lewat.
Disaat itu sikakek penjual silat itu telah berdiri semula dia
bermaksud akan menyerbu kekawan siberewok yang tengah
mencekal tangan anak gadisnya.
Tetapi disaat itu, dengan cepat sekali, dia juga telah
berpikir, yaitu untuk menantikan tuan penolongnya itu
membereskan siberewok.
Dengan sendirinya, dia telah berdiam diri saja sedangkan
anak lelaki itu juga berdiri diam disamping ayahnya.
Saat itu, Hek Sin Ho merasakan bahwa dia telah cukup
lama mempermainkan siberewok.
Maka disaat golok siberewok tengah menyambar datang
kearahnya, Hek Sin Ho berdiri diam saja, sama sekali tidak
bergerak dari tempatnya
Tentu saja sikakek penjual silat dan orang2 lainnya yang
menyaksikan hal tersebut jadi kaget bukan main semuanya
mengeluarkan suara jeritan tertahan.
Karena mereka melihat betapa golok itu menyambar
datang dengan deras sekali dan jika memang Hek Sin Ho tidak
mencelakakan diri, berarti kepalanya akan terbacok golok
lawannya itu.
Tetapi dugaan semua orang itu ternyata meleset sama
sekali.
Dengan cepat sekali, Hek Sin Ho mengulurkan tangannya.
Dan jepitan itu kuat bukan main, golok itu tidak bisa
meluncur turun terus, dan tidak bisa ditarik pulang oleh
siberewok.
Tentu saja keadaan seperti ini telab membuat siberewok
jadi kaget bukan main, dia sampai mengeluarkan seruan yang
keras dan mengempos semangatnya.
Namun walaupun siberewok telah menarik goloknya itu
dengan sepenuh tenaganya, tetap saja golok itu tidak
bergeming
Maka dari itu, mau tak mau siberewok jadi mengeluh dan
disaat seperti itulah dia baru terkejut dan mau mengakui
bahwa Hek Sin Ho memang memiliki kepandaian yang bukan
main hebatnya.
Disaat kagetnya itu belum lenyap, Hek Sin Ho
menggerakan kedua jari tangannya itu, maka terdengarlah
suara "trang" yang cukup nyaring, dimana golok tersebut telah
terpatahkan menjadi dua!
Karena siberewok tengah menariknya dengan keras sekali,
maka tidak mengherankan disaat golok itu terpatahkan
menjadi dua seketika itu juga tubuh siberewok telah
terhuyung kebelakang dan rubuh terjengkang!
-oo0dw0oo-
Jilid 11
SAMBIL tubuh seperti itu, siberewok juga telah
mengeluarkan suara jeritan kaget.
Kawan2 siberewok jadi tambah terkejut lagi, keempat
orang yang tadi pingsan, telah siuman dan melihat nasib
pemimpin mereka seperti itu, dengan sendirinya keberanian
mereka jadi kuncup.
Mereka telah mengeluarkan suara seruan nyaring, mereka
juga telah melompat bangun untuk menerjang maju guna
membantu siberewok.
DI SAAT seperti itulah Hek Sin Ho sudah tidak berlaku
segan2 lagi, dengan cepat bukan main dia telah
menggerakkan kedua tangannya silih berganti.
Dia telah melancarkan serangan dengan kedua telapak
tangannya itu, yang dipusatkan dengan tenaga dalam yang
dahsyat.
Setiap kali tangannya itu bergerak, maka tampak sesosok
tubuh yang terpental.
Kemudian waktu ambruk ditanab, Hek Sin Ho selalu
menyambut! dengan serangan telapak tangannya yang lain
lagi, sehingga serangan itu telah membuat orang yang
bersangkutan menjerit keras dan berlumuran darah,
disamping mereka telah terluka didalam.
Untuk selanjutnya, walaupun jiwa mereka tidak dirampas
oleb Hek Sin Ho. namun mereka telah bercacad dan juga akan
menderita seumur hidupnya... jika luka didalam tubuh mereka
nanti telah disembuhkan, berarti mereka akan menjadi
bercacad, yaitu dengan sebagian tubuh mereka menjadi
lumpuh, karena ada otot2 terpenting ditubuh mereka yang
telah putus karenanya
Hek Sin Ho yang bertindak tidak tanggung tanggung itu
telah menghampiri siberewok, yang saat itu baru dapat berdiri
lagi.
Mata siberewok masih berkunang2 tetapi melihat Hek Sin
Ho menghampiri dirinya, dia jadi ketakutan setengah mati.
Tanpa membuang waktu lagi, dia telab memutar tubuhnya
dan cepat berlari dari tempat itu.
Kawan2nya juga berseok2 terpincang2 telah menyingkir
dari tempat itu, dengan melepaskan sigadis penjual silat itu, si
Eng...
Tentu saja kakek tua penjual silat jadi girang, bersama
kedua orang anaknya, mereka telah menyatakan terima
kasihnya. Mereka berlutut waktu menyatakan terima kasihnya
itu kepada tuan penolongnya tersebut.
Hek Sin Ho jadi sibuk meminta mereka berdiri dan menolak
penghormatan mereka.
Sedangkan saat itu semua orang yang menonton
keramaian itu, telah mulai bubar.
Mereka rupanya takut kalau nanti menjadi sasaran dari
pertempuran tersebut.
I S
"Jangan terlalu banyak peradatan, Lopeb!" kata Hek Sin Po
kemudian
Sikakek tidak berhentinya mengucapkan te rima kasihnya.
Dia telah menanyakan nama dan gelaran tuan penolongnya
terstbut.
Hek Sin Ho memperkenalkan dirinya sebagai Hek Sin Ho
Dan nama itu akan diingat sepanjang hidup sikakek.
"Lain waktu, kalian harus berhati-hati jika berurusan
dengan manusia rendah seperti si berewok itu!" kata Hek Sin
Ho.
Sikakek penjual silat dan si Eng telah mengiyakan, mereka
bersyukur sekali kepada tuan penolongnya ini.
Saat itu, Hek Siu Ho telah meminta diri dan dia kembali
kerumah penginapannya.
Setelah makan dan minum secukupnya Hek Sin Ho masuk
kedalam kamarnya, dia telah tidur dengan nyenyak.....
Entah berapa lama Hek Sin Ho telah tertidur begitu, ketika
ditengah malam pintu kamarnya dipukul keras sekali oleh
seorang disertai oleh suara yang gaduh sekali.
"Hei penjabat, keluar!' teriak beberapa suara yang garang.
Hek Sin Ho jadi mengerutkan sepasang matanya, dia tidak
mengetahui entah siapa orang diluar kamarnya itu.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang berani dan memiliki
jiwa yang tabah sekali, Hek Sin Ho telah turun dari
pembaringannya, dia telah membuka pintunya.
Diluar kamarnya tampak berdiri belasan orang tentara
negeri.
Diantaranya tampak siberewok yang tadi sore telah
menghina sikakek penjual silat.
"Itu dia penjahatnya!" berseru siberewok dengan suara
yang keras sambil menunjuk kearah Hek Sin Ho.
Seorang perwira telah menghampiri Hek-Sin Ho sambil
katanya.
"Kau seorang pengkhianat, harus ikut kami kekantor,"
suaranya sangat angker sekali.
Hek Sin Ho jadi tertegun "Pengkhianat" Pengktianat apa?"
tanyanya dengan heran,
"Hmmmm, engkau telah menghina perintah dengan kata2
jahatmu, maka engkau seorang penghianat yang harus
diadili!"
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali tampak
perwira itu telah menggerakkan tangannya, dia telah
mengeluarkan sebuah borgolan maksudnya ingin memborgol
tangan Hek Sin Ho.
Tentu saja Hek Sin Ho tidak bersedia tangannya di borgol
seperti itu.
"Tunggu dulu, apa kesalahanku sebenarnya?" tanya Hek
Sin Ho dengan mengerutkan alisnya.
"Nanti kita bicara dikantor." menyahuti perwira itu.
"Keluarkan tanganmu....."
Tetapi Hek Sin Ho tidak melayaninya, sehingga perwira itu
jadi gusar bukan main.
"He, engkau membangkang?" bentak perwira itu dengan
gusar.
"Bukan membangkang aku tidak memiliki kesalahan apa2,
hanya difitnah lalu kalian memperlakukan aku demikian rupa."
menyahuti Hek Sin Ho dengan berani.
Tentu saja hal itu telah membuat perwira itu jadi murka.
"Jangan memaksa kami turun memperlakukan engkau tidak
baik, karena sikapmu itu hanya menambah dosamu belaka."
Hek Sin Ho tidak melayaninya, dia hanya mendengus
belaka.
Disat itulah, disaat seperti itu, tahu2 siberewok telah
membentak:
"Sudah. jangan banyak bicara dengan setan kecil
penghianat itu, tangkap dan gusur kekantor!" teriaknya itu
disambut oleh beberapa orang tentara negeri yang telah
melangkah maju mendekati Hek Sin Ho, ingin membekuk anak
muda itu
Tetapi Hek Sin Ho dengan gesit telah menyelak kesamping
lalu dengan cepat sekali tangan kanannya mengibas, maka
tiga orang negeri yang melangkah maju itu telah terdorong
terpental dan hampir saja tubuh mereka terguling kebawah
tangga, kalau saja mereka tidak keburu mencekal tepian
tangga itu.
Muka siperwira jadi berobah, matanya memandang bengis
bukan main.
"Hemmmm, rupanya engkau memang ingin
membangkang!" dan setelah membentak begitu, dia telah
mencabut goloknya, dia melancarkan serangan yang hebat
sekali.
Perwira ini adalah seorang ahli silat yang bukan main
kuatnya karena dia murid keturunan kelima puluh empat dari
Siauw Lim Sie.
Maka dari itu, tidak mengherankan disaat dia melancarkan
serangan dengan goloknya itu, dia telah menyerang dengan
dahsyat.
Semula perwira itu menduga bahwa dia dapat merobohkan
Hek Sin Ho hanya dalam satu dua jurus.
Tetapi waktu dia melancarkan serangan seperti itu justru
Hek Sin Ho yang telah menjadi murka bukan main dituduh
sebagai pemberontak, cepat sekali mengetuk pergelangan
tangan perwira itu.
Tanpa dikehendaki, goloknya terlepas dari cekatannya,
karena tangannya itu telah kesemutan.
Cepat bukan main, tampak Hek Sin Ho telah mengulurkan
tangannya, mencekal jalan darah Pian hie hiatnya perwira itu,
yang terletak didekat tulang Piepe dipundaknya.
Maka seketika itu juga, lemaslah tubuh perwira tersebut,
tidak memiliki tenaga lagi, karena seluruh tenaganya seperti
lenyap seketika itu juga.
Dengan mengeluarkan suara keluhan perlahan, perwira
tersebut hanya diam ditawan oleh Hek Sin Ho.
"Semuanya keluar dan turun dari loteng jika tidak
mengharapkan pemimpin kalian ini kukirim ke Giam Lo Ong!"
bentak Hek Sin Ho dengan suara yang bengis sekali.
Pasukan tentara itu tentu saja jadi panik bukan main

^