Pencarian

Crescendo 6

Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick Bagian 6


Hari telah lewat tengah malam, tapi aku belum mau tidur. Karena itu berarti membuka diriku bagi Patch, merasakan jaringnya menyelimuti diriku, merayuku dengan kata-kata dan sentuhannya yang lembut. Membuatku semakin bingung. Aku ingin jawaban, bukan tidur. Aku belum juga ke apartemen Patch. Lebih dari sebelumnya, aku yakin jawaban itu ada di sana.
Aku mengambil jins dan T-shirt hitam ketat. Karena ramalan cuaca menyebutkan akan turun hujan, aku memilih sepatu tenis dan jaket kedap-air.
Dengan taksi, aku menuju ujung timur Coldwater. Sungai berkilau seperti ular hitam yang sangat besar. Barisan cerobong pabrik di seberang sungai menciptakan pemandangan yang aneh. Mirip hantu besar jika aku melihatnya dengan sudut mataku. Setelah berjalan sekitar lima ratus blok di distrik industri itu, aku menemukan dua bangunan apartemen. Keduanya berlantai tiga. Aku masuk ke lobi bangunan pertama. Suasana begitu hening. Mungkin pengelolanya sedang
463 meringkuk di tempat tidur. Aku memeriksa kotak surat di belakang, tetapi tidak ada nama Cipriano. Jika Patch benar-benar tidak ingin orang lain mengetahui tempat tinggalnya, tentu dia tidak akan sembrono dengan memberitahukan nama belakangnya. Aku menaiki anak tangga. Apartemen 3A, B, dan C. Tidak ada apartemen 34. Setelah berlari turun, aku berjalan kaki separuh blok dan masuk ke bangunan kedua.
Di belakang pintu-pintu utama terdapat sebuah lobi kumuh dengan ubin yang sudah tergores-gores dan lapisan cat tipis yang nyaris tidak menutupi grafiti merah dan hitam. Seperti bangunan pertama, kotak surat di sini juga berjejer di bagian belakang. Di bagian depan, mesin AC bergemuruh sementara pintu lift tua terbuka seperti ikan hiu yang siap menelanku. Aku tidak menggunakan lift, tetapi memilih tangga. Bangunan ini memberi kesan kesepian dan diabaikan. Semacam tempat yang penghuninya tidak saling berkomunikasi dan tidak saling kenal sehingga rahasia tetap terjaga.
Lantai ketiga benar-benar sepi. Aku berjalan melewati apartemen 31, 32, dan 33. Di ujung lorong, aku menemukan apartemen nomor 34. Mendadak aku bertanya-tanya, apa yang akan kulakukan jika Patch ada di rumah. Pada titik ini, aku hanya bisa berharap
464 dia pergi. Aku mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Dan ternyata juga tidak dikunci.
Di dalam begitu gelap. Aku berdiri tak bergerak, memasang telinga.
Kutekan tombol lampu tepat di balik pintu, tapi tidak ada perubahan. Entah lampunya rusak, atau listrik sedang padam. Aku mengeluarkan lampu senter dari jaket, dan berjalan masuk setelah menutup pintu.
Aroma busuk makanan basi menyeruak. Kuarahkan senter ke dapur. Ada sebuah wajan berisi orak-arik telur yang tidak dimakan berhari-hari dan setengah botol susu yang sudah kedaluwarsa di atas konter. Sulit membayangkan Patch tinggal di tempat seperti ini. Tetapi ini membuktikan, aku belum terlalu mengenalnya.
Kuletakkan kunci dan tasku di atas konter. Untuk mengurangi aroma yang tidak sedap, kututup hidung dengan bagian leher kausku. Dinding rumah ini tidak berdekorasi, perabot pun hanya sedikit. Di ruang tamu hanya ada satu TV antik dengan kuping kelinci, kemungkinan hitam-putih, dan sofa usang. Keduanya tidak terlihat dari jendela yang telah ditutup dengan plester.
Dengan lampu senter menyorot ke bawah, aku berjalan menuju kamar mandi. Tempat itu kosong, selain tirai mandi kecokelatan yang mungkin awalnya
465 putih, dan sebuah handuk kotor tergantung di atas tiang. Tidak ada sabun, pisau cukur, maupun krim cukur. Lantai putihnya sudah terkelupas di bagian ujung, dan lemari obat di atas wastafel kosong melompong.
Aku berjalan lagi ke kamar tidur, memutar tombol, dan mendorong pintu ke arah dalam. Tercium aroma keringat dan seprai yang sudah lama tidak dicuci. Karena lampu mati, kupikir sebaiknya aku membuka tirai dan jendela agar udara segar bisa masuk. Cahaya lampu jalanan menyusup masuk, membuat kamar diliputi warna kelabu.
Piring-piring kotor dengan sisa makanan yang sudah mengering menumpuk di atas meja. Dan meskipun ranjang dilapisi seprai, tapi tidak ada kesan bersih seperti seprai yang baru dicuci. Bahkan, baunya menunjukkan seprai itu tidak bersentuhan dengan sabun selama berbulan-bulan. Sebuah meja kecil dengan monitor komputer berdiri di sudut belakang. Hanya monitornya saja, karena Patch pasti tidak ingin meninggalkan jejak apa pun.
Aku berjongkok di depan meja, membuka-tutup laci. Tidak ada yang luar biasa. Hanya beberapa pensil dan sebuah buku kuning. Saat hendak menutup pintu, aku melihat kotak perhiasan kecil warna hitam di kolong meja. Kuraih kotak itu dan secara serabutan kulepaskan
466 selotip yang menutupnya. Tutupnya berhasil kubuka. Dan bulu kudukku meremang.
Ada enam cincin Black Hand di dalamnya. Di ujung lorong, pintu depan berderit.
Aku berdiri kaku. Apakah Patch sudah pulang" Jangan sampai aku tertangkap basah. Apalagi aku baru saja menemukan cincin Black Hand.
Aku menatap ke sekeliling, mencari tempat bersembunyi. Tempat tidur besar itu berdiri di antara aku dan lemari. Kalau aku memutari tempat tidur, bisa jadi aku akan terlihat dari ambang pintu. Jika aku melompatinya, aku khawatir akan menimbulkan bunyi.
Pintu depan ditutup seiring bunyi klik pelan. Langkah kaki yang mantap melewati ubin putih di dapur. Merasa tidak punya pilihan lain, aku bergegas ke jendela, mengayunkan kaki ke luar, dan turun sepelan mungkin ke tangga darurat. Aku berusaha menutup jendela, tapi sepertinya macet. Aku berjongkok dengan mata berada pada batas bawah jendela, berusaha melihat ke dalam apartemen.
Sesosok bayangan muncul di dinding lorong, bergerak mendekat. Aku merunduk lebih rendah.
Mungkin inilah saatnya. Aku akan ketahuan. Tapi langkah kaki itu menjauh. Tidak sampai semenit
467 kemudian, pintu depan dibuka, lalu ditutup. Sekali lagi apartemen diselimuti keheningan yang menakutkan.
Perlahan-lahan aku berdiri. Aku tetap pada posisi itu selama satu menit lagi. Setelah yakin apartemen kosong, aku merayap masuk kembali. Perasaan rapuh dan dilihat seseorang melanda diriku. Aku berjalan melewati lorong. Sepertinya aku harus ke suatu tempat yang tenang untuk menganalisis pikiranku. Apa yang luput dariku" Patch jelas Black Hand. Tapi bagaimana hubungannya dengan persaudaraan Nephilim" Apa perannya" Apa yang sebenarnya terjadi" Kulampirkan tas ke pundak lalu bergegas keluar.
Tanganku sudah di tombol pintu ketika sebuah suara aneh menembus pikiranku. Bunyi jam. Suara tiktok pelan dan berirama. Aku mengerutkan kening dan berbalik ke dapur. Suara itu tidak ada ketika aku masuk tadi setidaknya kupikir tidak. Sambil memasang telinga, kucari sumber bunyi itu. Aku berjongkok di depan rak di bawah bak cuci piring.
Dengan kecemasan meninggi, kubuka pintu rak. Di tengah rasa panik dan bingung, mataku menangkap sebuah alat beberapa inci saja dari lututku. Beberapa batang dinamit. Selotip perekat. Kabel putih, biru, dan kuning.
468 Tergopoh-gopoh, aku berlari ke pintu depan. Kakiku bergerak begitu cepat menuruni tangga hingga aku harus berpegangan ke penyangga agar tidak jatuh. Sesampainya di bawah, aku berlari menuju jalanan dan terus berlari. Saat menoleh ke belakang, aku melihat kilatan cahaya, tepat sebelum api berkobar dari jendela di lantai tiga. Asap mengepul ke langit malam. Pecahan bata dan kayu yang memancarkan warna oranye akibat terbakar berjatuhan ke jalan.
Di kejauhan terdengar sirene melaju kencang mendekati bangunan itu. Aku berjalan cepat dan berlari ke blok berikutnya, khawatir menarik perhatian, tapi kelewat panik untuk tidak kabur dari tempat kejadian secepatnya. Setelah berbelok di tikungan, aku berlari sekencang-kencangnya tanpa tujuan yang pasti. Detak jantungku tidak keruan. Pikiranku campur-aduk. Jika aku berada di apartemen itu beberapa menit lagi, pasti aku sudah mati.
Tanpa disadari, aku terisak-isak. Hidungku berair, perutku keram. Aku menyeka mata dengan punggung tangan dan berusaha memfokuskan mata ke berbagai bentuk yang bermunculan dari kegelapan di depanku. Rambu-rambu lalu lintas, mobil yang diparkir, pos jaga pancaran cahaya lampu di jendela. Dalam hitungan detik, dunia berubah menjadi labirin yang
469 membingungkan. Kebenaran di sana, kepalsuan di sini, semuanya berpindah-pindah di bawah kakiku. Menghilang ketika aku berusaha memasukinya.
Apakah seseorang berusaha menghancurkan bukti yang ada di dalam apartemen" Cincin Black Hand, misalnya" Apakah Patch yang bertanggung jawab atas kejadian ini"
Di depan, pompa bensin semakin jelas dalam pandanganku. Aku bergegas ke kamar mandi dan mengunci diri. Kakiku lemas, jariku gemetar hebat sehingga untuk memutar keran saja aku harus berusaha keras. Kucipratkan air dingin ke wajah untuk meredakan guncangan yang baru kualami. Sambil berpegangan di bibir wastafel, aku berusaha menghirup dan mengembuskan udara.
***** 470 A kU Tidak TidUR SElaMa Tiga pUlUh EnaM JaM .
Kecuali hanya sebentar pada Rabu malam, ketika Patch menemuiku di dalam mimpi. Bergadang bukan sesuatu yang sulit lagi sekarang. Setiap kali aku nyaris tertidur, peristiwa ledakan semalam berkobar dalam pikiranku, membuatku tersentak. Karena tidak bisa tidur, kuhabiskan malam dengan memikirkan Patch.
Ketika Rixon mengatakan Patch adalah Black Hand, muncul keraguan dalam diriku. Keraguan itu tumbuh
471 dan berkembang seiring hilangnya rasa kepercayaan. Tapi itu tidak membuatku hancur sepenuhnya. Belum. Masih ada bagian dalam diriku yang ingin menangis dan menggelengkan kepala dengan tegas terhadap kemungkinan Patch adalah pembunuh ayahku. Kugigit bibirku keras-keras untuk berkonsentrasi pada rasa sakit, alih-alih mengingat saat-saat ketika dia mengusap bibirku dengan jarinya, atau mengecup telingaku. Aku tidak boleh memikirkan itu.
Hari ini aku tidak masuk sekolah musim panas. Aku telah beberapa kali meninggalkan sejumlah pesan melalui telepon untuk Detektif Basso. Pagi ini, kemudian siangnya, dan sore. Setiap jam sekali, tetapi tidak ada balasan. Kukatakan kepada diriku sendiri, niatku menelepon adalah untuk mengetahui keadaan Scott. Tetapi jauh di lubuk hati, rasanya aku sekadar ingin memastikan polisi tidak jauh dariku. Meskipun tidak suka kepada Detektif Basso, aku merasa sedikit lebih aman jika yakin aku hanya perlu memanggilnya melalui telepon. Karena sebagian kecil diriku mulai percaya, kejadian kemarin malam bukan soal menghancurkan bukti.
Bagaimana jika seseorang ingin membunuhku" Saat merenungkan peristiwa itu, aku berpindahpindah dari satu informasi ke informasi lain. Aku
472 berusaha menyatukan semuanya. Salah satu informasi yang terus muncul dalam kepalaku adalah persaudaraan Nephilim. Menurut Patch, penerus Chauncey ingin membalas dendam atas kematiannya. Patch bersumpah, tidak ada seorang pun yang bisa menisbahkan kematian Chauncey kepada diriku. Tetapi jangan-jangan Patch keliru. Jika sang penerus kenal aku, mungkin kemarin malam bukan usaha balas dendamnya yang pertama.
Sepertinya tidak mungkin ada orang yang membuntuti aku ke apartemen Patch malam-malam seperti itu. Tetapi, ada satu hal yang kuketahui tentang Nephilim. Mereka sangat pandai melakukan sesuatu yang nyaris mustahil.
Ponsel berdering di saku dan aku mengeluarkannya sebelum dering pertama berhenti.
H alo" Ke Summer Solstice, yuk, kata Vee. Kita makan gulali, menikmati beberapa wahana permainan, bahkan mungkin mencoba dihipnotis dan melakukan hal-hal yang membuat G irls G one Wild terkesan membosankan.
Jantungku yang tadinya melompat ke tenggorokan, sekarang kembali ke tempatnya. Bukan Detektif Basso. Hei.
Bagaimana" Kau sedang bersemangat untuk bersenang-senang" Untuk ke Delphic"
473 Sejujurnya, tidak. Aku berencana menelepon Detektif Basso setiap enam puluh menit sampai dia menjawab teleponku.
Bumi memanggil Nora. Aku sedang tidak enak badan, kataku. Tidak enak bagaimana" Sakit perut" Pusing" Keram" Keracunan makanan" Delphic adalah obat untuk segalanya.
Aku tidak pergi saja, terima kasih telah mengajakku. Apakah karena Scott" Dia tidak bisa mendekatimu sekarang. Ayolah, kita bersenang-senang. Aku dan Rixon tidak akan berciuman di depanmu, kalau itu mengganggumu.
Aku ingin bersantai di rumah. Mengenakan piyama dan menonton film.
Maksudmu, menonton lebih menyenangkan ketimbang pergi denganku"
Malam ini, ya. Huh. Yang benar saja. Aku tidak akan berhenti membujukmu sampai kau mau ikut. Kautahu itu, kan" Aku tahu.
Jadi jangan membuatku lelah, katakan saja ya. Aku menghela napas. Aku bisa diam di rumah semalaman, menunggu Detektif Basso menjawab teleponku. Atau aku bisa rehat sebentar, dan memulai lagi setelah
474 aku kembali. Lagi pula dia tahu nomor ponselku, jadi bisa menghubungiku di mana saja.
Baiklah, kataku kepada Vee. Sepuluh menit lagi. Di kamar, aku mengenakan jins lurus, T-shirt bergambar, dan kardigan. Untuk melengkapinya, aku memakai mokasin kulit. Kuikat rambutku membentuk ekor kuda pendek, kuatur begitu rupa hingga menggantung di atas bahu kananku. Karena tidak tidur lebih dari sehari, ada lingkaran hitam di bawah mataku. Aku mengakalinya dengan maskara, eye shadow perak, dan lip gloss. Mudah-mudahan saja itu membuatku kelihatan ceria.
Kutinggalkan catatan di konter dapur untuk memberi tahu Ibu, aku pergi ke Summer Solstice di Delphic. Ibu baru akan kembali besok pagi, tapi dia sering mengejutkan aku dengan pulang lebih awal dari rencana semula. Jika itu terjadi, mungkin kali ini dia berharap tidak pulang cepat-cepat. Aku sudah merencanakan kata-kata yang akan kusampaikan kepadanya. Apa pun itu, aku tidak boleh memutus kontak mata ketika mengatakan, aku tahu tentang hubungan asmaranya dengan Hank. Dan aku tidak boleh memberi kesempatan kepada Ibu untuk melontarkan satu kata pun, sebelum kukatakan aku akan pindah. Aku sudah berlatih mengucapkannya, aku sudah berencana keluar setelah menyampaikan
475 semua itu. Aku ingin dia tahu, sudah terlambat untuk mengakui. Jika dia ingin mengatakan yang sebenarnya, mengapa tidak dilakukan kemarin-kemarin. Sekarang sudah terlambat.
Setelah mengunci pintu, aku berlari menemui Vee di luar.
Satu jam kemudian Vee menyisipkan Neon ke tempat parkir, di antara dua truk superbesar yang memakan tempat parkir di kedua sisinya. Kami menurunkan jendela dan memundurkan mobil sedikit agar tidak menggores cat saat membuka pintu. Setelah itu, kami menyeberangi halaman parkir dan membayar karcis di gerbang. Karena Summer Solstice, tempat rekreasi ini lebih ramai ketimbang biasanya. Hari ini adalah hari terpanjang dalam setahun.
Sebentar kemudian aku sudah melihat beberapa wajah dari sekolah. Meskipun begitu, aku merasa berdiri di tengah lautan orang asing. Sebagian besar pengunjung mengenakan topeng kupu-kupu berhias permata yang menutupi separuh wajah. Pasti ada toko yang menjualnya dengan harga diskon.
Kita mulai dari mana" tanya Vee. Arkade" Tempat permainan" Gerai makanan" Aku pribadi merasa harus memulai dari makanan. Supaya kita tidak terlalu banyak makan.
476 Menurutmu itu logis"
Kalau ke gerai makanannya terakhir, nafsu makan kita sudah meningkat jauh. Aku selalu makan lebih banyak dalam keadaan seperti itu.
Aku tidak peduli harus mulai dari mana. Tujuanku ke sini hanya untuk mengalihkan pikiranku selama beberapa jam. Aku melihat ponsel, tapi tidak ada missed call. Berapa lama lagi Detektif Basso membalas teleponku" Apakah ada sesuatu"
Kau kelihatan pucat, kata Vee.
Sudah kubilang, aku kurang enak badan. Itu karena kau kurang makan. Duduk. Aku akan membelikan gulali dan hot dog. Bayangkan saja moster dan penambah rasanya. Aku tidak tahu bagaimana denganmu, tapi itu saja sudah membuat kepalaku ringan dan detak jantungku melambat.
Aku tidak lapar, Vee. Tentu saja kau lapar. Semua orang lapar. Itu sebabnya mereka berduyun-duyun ke sini. Sebelum bisa kucegah, Vee sudah pergi.
Aku berjalan-jalan di trotoar, menunggu Vee. Ketika itulah ponselku bergetar. Nama Detektif Basso tertera di layar.
Akhirnya, desahku, membuka ponsel.
477 Nora, kau di mana" katanya begitu aku mengangkat. Bicaranya cepat, dan bisa kupastikan dia sedang jengkel. Scott kabur. Dia melarikan diri. Kami mengerahkan satu pasukan untuk mencarinya. Tapi aku ingin kau jauh-jauh darinya. Aku segera menjemputmu. Aku dalam perjalanan menuju rumahmu.
Tenggorokanku tercekat, membuatku sulit mengeluarkan kata-kata. Apa" Bagaimana bisa"
Detektif Basso ragu-ragu sebelum menjawab. Dia membengkokkan jeruji penjara.
Tentu saja. Dia Nephilim. Dua bulan lalu aku menyaksikan Chauncey meremukkan ponselku dengan tangan kosong. Jadi, tidak terlalu berlebihan membayangkan Scott menggunakan kekuatan Nephilimnya untuk kabur dari penjara.
Aku tidak di rumah, kataku. Aku di taman rekreasi Delphic. Tanpa direncanakan, aku memasang mata ke lautan pengunjung, mencari Scott. Tapi tidak mungkin dia tahu aku di sini. Setelah pergi dari penjara, kemungkinan dia langsung ke rumahku, karena menyangka aku di sana. Aku merasa bersyukur karena Vee berhasil memaksaku pergi malam ini. Boleh jadi Scott sudah ada di rumahku saat ini
Ponselku seolah menusuk tangan. Catatan itu. Di atas konter. Pesan yang kutulis untuk Ibu.
478 Rasanya dia tahu aku di sini, kataku kepada Detektif Basso, merasakan getaran panik pertama. Seberapa cepat kau sampai di sini"
Delphic" Tiga puluh menit. Cari pos keamanan. Apa pun yang kaulakukan, jangan matikan ponsel. Kalau kau melihat Scott, telepon aku secepatnya.
Tidak ada pos keamanan di Delphic, kataku, mulutku terasa kering. Bahwa tempat ini tidak mempekerjakan petugas keamanan, sudah diketahui luas. Itu salah satu alasan mengapa ibuku tidak suka aku ke sini.
Kalau begitu, pergi dari sana, sergahnya. Kembali ke Coldwater dan temui aku di markas polisi. Kau bisa melakukannya"
Ya. Aku bisa. Vee akan mengantarku ke sana. Aku sudah berjalan ke arah dia pergi, mataku mencarinya.
Detektif Basso menghela napas. Kau akan baikbaik saja. Tapi& cepat ke sini. Aku akan mengirim pasukan ke Delphic untuk mengejar Scott. Kami akan menangkapnya. Kecemasan dalam suaranya tidak menghiburku.
Aku menutup telepon. Scott kabur. Polisi sedang mengejarnya. Semua ini akan berakhir baik& asalkan aku pergi sekarang. Aku membuat rencana singkat. Pertama, menemukan Vee. Aku juga tidak boleh berada
479 di tempat terbuka. Kalau Scott melewati jalur yang sama denganku saat ini, dia akan melihatku.
Aku sedang berlari ke gerai makanan ketika igaku disikut dari belakang. Sesuatu pada gerakan itu mengatakan, itu bukan ketidaksengajaan. Aku menoleh, sebelum aku berbalik sepenuhnya, otakku memberi peringatan karena ia melihat wajah yang tidak asing lagi. Hal pertama yang kukenali adalah kilatan cahaya dari anting-anting perak di telinganya. Kedua adalah wajahnya yang lebam. Tulang hidungnya patah melengkung dan meninggalkan memar ungu tua yang melebar ke bawah kedua matanya.
Berikutnya yang kuketahui, Scott mencengkeram sikuku dan menarikku dari trotoar.
Lepaskan aku, kataku, berusaha membebaskan diri. Tapi Scott lebih kuat. Cengkeramannya tidak melemah.
Tentu, Nora, setelah kau mengatakan di mana kau menaruhnya.
Di mana apa" kataku, suaraku pasif-agresif. Dia tertawa sinis.
Aku berusaha memasang wajah sepolos mungkin. Tapi pikiranku berpacu. Jika kukatakan cincin itu ada di rumahku, dia akan meninggalkan tempat ini. Kemungkinan dengan membawaku. Dan jika polisi
480 datang aku sudah tidak di sini. Tapi aku tidak bisa menelepon Detektif Basso untuk memberitahukan kami sedang menuju ke rumahku. Tidak, aku harus menahan Scott di sini.
Apakah kauberikan kepada pacar Vee" Kaupikir dia bisa menyembunyikannya dariku" Aku tahu dia tidak normal. Mata Scott tampak tidak tenang. Aku tahu dia bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan orang lain.
Seperti dirimu" Scott melotot. Dia tidak seperti aku. Dia tidak sama. Hanya itu yang bisa kukatakan. Aku tidak akan menyakitimu, Nora. Yang kubutuhkan hanya cincin itu. Serahkan kepadaku, dan kau tidak akan melihatku lagi.
Dia bohong. Dia akan menyakitiku. Dia merasa sangat terdesak hingga meloloskan diri dari penjara. Pada titik ini, tidak ada yang terlalu ekstrem baginya. Dia harus mendapatkan cincin itu kembali, apa pun risikonya. Adrenalin mengalir di kakiku dan aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Tapi di suatu tempat dalam otakku, semangat bertahanku mengatakan, aku harus mengendalikan situasi ini. Aku harus menemukan cara untuk menjauhkan diri dari Scott. Tanpa berpikir panjang, sekadar menuruti naluri, aku berkata, Cincin itu ada padaku.
481 Aku tahu, katanya tidak sabar. D i mana" Di sini. Aku membawanya.
Dia mengukur kejujuranku sejenak, kemudian merampas tasku dan membukanya.
Aku menggeleng. Sudah kubuang.
Dia melempar tas itu ke arahku, dan aku menangkapnya. Di mana" cecarnya.
Di keranjang sampah dekat pintu masuk, kataku otomatis. Di dalam salah satu kamar mandi wanita. Tunjukkan!
Saat kami berjalan, aku memerintahkan diriku tenang agar bisa memikirkan langkah selanjutnya. Mungkinkah aku lari saja" Tidak, Scott akan menangkapku. Mungkinkah aku bersembunyi di salah satu kamar mandi wanita" Tidak juga. Scott bukan pemalu. Dia tidak akan ragu-ragu masuk ke sana jika dengan begitu dia akan mendapatkan yang diinginkannya. Tapi aku masih memegang ponsel. Mungkin aku bisa menelepon Detektif Basso di dalam bilik kamar mandi.
Yang ini, kataku, menunjuk bangunan berbentuk persegi panjang. Pintu masuk ke kamar mandi wanita tepat di depan, melewati jalur semen yang melengkung. Kamar mandi pria tepat di belakangnya.
Scott mengguncang bahuku. Jangan bohong. Mereka akan membunuhku jika benda itu hilang. Kalau
482 kau bohong, aku akan& . Scott tidak melanjutkan ucapannya. Tapi aku tahu yang dia maksud. Kalau kau bohong, aku akan membunuhmu.
Ada di dalam kamar mandi. Aku mengangguk, lebih untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa melakukannya daripada untuk meyakinkan Scott. Aku akan mengambilnya. Kemudian kau akan melepasku, bukan"
Alih-alih menjawab, Scott mengulurkan tangan, menyentuh perutku. Ponselmu.
Jantungku berdebar. Karena tidak punya pilihan lain, aku mengeluarkan ponsel dan menyerahkan kepadanya. Tanganku agak gemetar, tapi aku berusaha meredakannya. Aku tidak ingin dia tahu aku punya rencana. Kalau tidak, dia akan menggagalkannya.
Hanya satu menit. Jangan coba-coba bertindak bodoh.
Di dalam, aku memeriksa ruangan itu sekilas. Ada lima wastafel menempel ke satu dinding, dan lima bilik di seberangnya. Dua cewek yang sepertinya mahasiswi, berada di dekat wastafel. Busa sabun menutupi tangan mereka. Di ujung dinding ada sebuah jendela kecil yang tidak tertutup rapat. Tanpa membuang-buang waktu, aku naik ke wastafel paling ujung, dan berdiri. Jendela itu sekarang sejajar dengan siku tanganku. Meskipun
483 tidak ada tabir yang menghalangi, ukurannya lumayan kecil. Aku bisa merasakan tatapan mereka kepadaku. Aku tidak peduli. Aku mengangkat tubuhku ke bingkai jendela, tidak mengindahkan kotoran burung dan jaring laba-laba di sana.
Saat aku mendorong penyangga jendela, kayunya terlepas dan jatuh ke tanah di luar, menimbulkan bunyi cukup keras. Aku menghirup napas, membayangkan Scott pasti mendengarnya. Tetapi untungnya keramaian di luar meredam bunyi itu. Sambil menumpukan perut di bingkai jendela, aku mengangkat satu kaki, merapatkannya ke tubuh sampai aku bisa mengeluarkannya melalui jendela. Setelah itu, aku menyusupkan badan ke luar, dengan kaki kiri sebagai yang terakhir. Aku bergantung di bingkai jendela, kemudian menjatuhkan diri ke jalan di bawah. Kubungkukkan badan, separuh mengira Scott akan berbelok ke sini.
Setelah itu, aku berlari ke jalan utama dan berbaur dengan keramaian.
***** 484 K EgElapan TERgElaR di langiT, MElEwaTi
alur-alur cahaya samar di ufuk. Terlihat pintu gerbang di depanku. Aku harus keluar secepat mungkin. Gerbang itu sudah di depan mataku. Aku hampir sampai. Tapi, sesuatu membuatku berhenti mendadak. Kurang dari dua ratus kaki di depan, Scott berjalan di gerbang. Matanya mengawasi tubuh-tubuh yang masuk dan keluar gerbang. Dia pasti sudah tahu aku melarikan diri. Sekarang dia memblokir satu-satunya jalan keluar. Taman rekreasi ini dibatasi pagar besi tinggi yang ujungnya diberi kawat berduri. Satu-satunya
485 jalan keluar dari sini adalah melalui gerbang. Aku tahu itu, dan Scott juga tahu. Aku langsung berbalik dan menyatu dengan kerumunan, menoleh setiap beberapa detik untuk memastikan Scott tidak melihatku.
Aku berjalan menjauhi gerbang, karena di sanalah tempat terakhir aku melihat Scott. Aku bisa bersembunyi dalam kegelapan arena permainan sampai polisi datang. Atau, aku bisa menaiki wahana kapal terbang sehingga bisa melihat Scott di bawah dan mengawasinya. Asalkan dia tidak menengadah, aku aman. Tapi kalau dia melihatku, tentu saja dia akan menungguku di ujung lintasan. Aku memutuskan terus bergerak, berbaur dengan keramaian, dan menunggu waktu yang tepat untuk mengambil tindakan.
Jalan raya memecah di dekat wahana komidi putar. Satu ke arah wahana air, satunya lagi ke roller coaster Archangel. Aku baru saja memilih yang terakhir ketika mataku menangkap sosok Scott. Dia juga melihatku. Kami berada di jalur yang sama, hanya dihalangi kursi yang menjadi bagian wahana udara. Seorang bocah lakilaki dan perempuan menduduki kursi wahana itu, lalu terangkat ke atas, sejenak memutus kontak mata kami. Aku mengambil kesempatan itu untuk lari.
Aku menembus kerumunan, tapi jalanan begitu ramai. Sulit sekali bergerak lebih cepat sehingga aku
486 hanya bisa berlari lalu berhenti dan berlari lagi lalu berhenti. Parahnya lagi, jalan di bagian ini dibatasi pagar tanaman yang cukup tinggi sehingga arus pejalan kaki seolah melewati labirin yang berbelok-belok. Aku tidak berani menengok ke belakang. Tapi aku tahu, Scott pasti tidak jauh. Dia tidak akan bertindak macammacam di tengah sekian banyak orang, bukan" Aku menggelengkan kepala kuat-kuat untuk menyingkirkan pikiran itu, dan berkonsentrasi mencari jalan keluar. Aku baru tiga atau empat kali ke Delphic, dan semuanya pada malam hari. Tidak heran aku belum mengenal tempat ini dengan baik. Sekarang aku menyesal karena saat masuk tadi tidak mengambil peta. Rasanya ironis sekali, tiga puluh detik lalu aku berlari menjauhi pintu gerbang. Sekarang aku berusaha mati-matian ke sana. Hei! Hati-hati!
Maaf, kataku, tersengal-sengal. Jalan keluar di mana"
Memangnya ada kebakaran, ya"
Aku berjuang menembus kerumunan. Maaf. Aku harus cepat-cepat& maaf. Di atas pagar tanaman, lampu-lampu wahana berkilau di tengah kegelapan malam. Aku berhenti di persimpangan, berusaha memastikan lokasi. Kiri atau kanan" Yang mana yang lebih dekat ke gerbang keluar"
487 Di sini kau rupanya. Napas Scott hangat di telingaku. Dia memegang leherku, membuat tubuhku menggigil sampai ke tulang.
Tolong! teriakku mengikuti naluri. Tolong! Pacarku, kata Scott kepada beberapa orang yang berhenti memperhatikan kami. Dia biasa bercanda seperti ini.
Aku bukan pacarnya! teriakku panik. Lepaskan aku!
Kemarilah, Sayang. Scott menarikku ke dalam pelukannya, mengunci tubuhku sehingga aku tidak bisa bergerak. Sudah kuperingatkan jangan bohong, bisiknya di telingaku. Aku butuh cincin itu. Aku tidak ingin menyakitimu, Nora. Tapi akan kulakukan, kalau kau memaksa.
Jauhkan dia dariku! teriakku kepada siapa pun yang mau mendengar.
Scott memiting tanganku ke belakang. Aku berusaha bicara di tengah rasa sakit. Kau gila" kataku. Cincin itu tidak ada padaku. Sudah kuserahkan kepada polisi. Kemarin malam. Minta saja kepada mereka. Jangan bohong lagi! geramnya.
Minta saja sendiri. Sungguh. Sudah kuserahkan kepada mereka. Tidak ada padaku. Aku memejamkan mata, berharap dia percaya dan membebaskan tanganku.
488 Kalau begitu kau harus membantuku mendapatkan cincin itu kembali.
Mereka tidak akan memberikan. Itu barang bukti. Kukatakan kepada mereka, itu cincinmu.
Mereka akan mengembalikan cincin itu, katanya pelan, seolah sambil menyusun rencana. Kalau aku menukarmu dengan cincin itu.
Sekarang aku mengerti. Kau akan menjadikan aku tawanan" Menukar aku dengan cincin" Tolong! jeritku. Tolong aku!
Salah satu pengunjung yang melewati kami tertawa. Ini bukan lelucon! teriakku, merasakan darah naik ke leherku. Rasa takut dan putus asa merasuki diriku. Jauhkan dia
Scott membekap mulutku. Tapi aku menendang tulang keringnya. Dia terbungkuk menahan sakit.
Cengkeramannya melonggar akibat serangan mendadak tadi, memberiku kesempatan membebaskan diri. Aku terhuyung, melihat wajahnya kesakitan, kemudian berlari kencang. Sekilas terlihat berbagai wahana di antara celah kerumunan. Aku harus keluar. Polisi pasti sudah dekat. Setelah itu, aku akan aman. Aman. Kuucapkan kata itu berkali-kali sebagai motivasi dan agar aku tidak dikalahkan rasa panik. Ada sekelebat cahaya di langit barat sebelah kiri. Aku menjadikannya
489 pedoman untuk menuju utara. Kalau aku terus ke utara, akhirnya aku akan sampai di gerbang.
Bunyi ledakan memekakkan telinga. Aku sangat kaget, sampai-sampai terjatuh. Atau mungkin itu gerakan refleks, karena banyak orang di sekelilingku yang bereaksi sama. Setelah itu, keheningan yang membuat bulu kuduk berdiri. Kemudian orang-orang berlarian ke segala arah dan menjerit-jerit.
Dia memegang pistol! teriakan itu tidak begitu jelas di telingaku, seperti dari tempat yang sangat jauh.
Di luar keinginanku, aku mendapati diriku berbalik. Scott meringkuk ke samping, cairan merah terang membasahi kausnya. Mulutnya menganga, matanya terbuka lebar.
Dia terjatuh, dan aku melihat seseorang berdiri beberapa yard di belakangnya, memegang pistol. Rixon. Vee di sampingnya. Tangannya menutup mulut, wajahnya seputih kertas.
Suasana benar-benar kacau. Orang-orang berlarian, teriakan panik, dan aku menyingkir ke pinggir jalan agar tidak tertabrak.
Dia kabur! kudengar Vee berteriak. Tangkap dia!
Rixon memuntahkan beberapa peluru lagi, tapi kali ini tidak ada yang roboh. Bahkan, kekacauan
490 menjadi-jadi. Aku berusaha tetap berdiri dan melihat ke belakang, tempat terakhir kali aku melihat Rixon dan Vee. Gema tembakan masih bergaung di telingaku. Tapi aku menangkap kata-kata yang seolah keluar dari mulut Rixon. Ke sini. Dia melambaikan satu tangan ke udara. Aku merasa seperti dalam gerak lambat, berusaha menembus arus kerumunan dan berlari ke arahnya.
Kenapa kaulakukan itu"! pekik Vee. Kenapa kau menembaknya, Rixon"
Dia tahanan, katanya. Lagi pula Patch yang menyuruhku.
Kau tidak boleh menembak orang hanya karena Patch menyuruhmu! kata Vee, matanya liar. Kau akan ditahan. Apa yang harus kita lakukan sekarang" Vee meratap.
Polisi dalam perjalanan, kataku. Mereka tahu soal Scott.
Kita harus pergi dari sini! kata Vee, masih histeris. Dia mengibas-ngibaskan tangan dan berjalan beberapa kaki, hanya untuk berbalik ke tempatnya semula. Aku akan mengantar Nora ke kantor polisi. Rixon, tangkap Scott, tapi jangan tembak lagi ikat dia!
Jangan lewat gerbang, kata Rixon. Dia sudah menyangka Nora akan keluar dari sana. Aku tahu jalan
491 lain. Vee, bawa Neon dan temui kami di ujung selatan lapangan parkir, dekat Dumpster.
Bagaimana kau akan keluar" Vee ingin tahu. Melalui terowongan bawah tanah.
Ada terowongan di bawah Delphic" tanya Vee. Rixon mengecup dahinya. Cepatlah, Sayang. Kerumunan telah bubar, meninggalkan jalan yang sekarang kosong. Aku masih bisa mendengar jeritan panik bergema, tapi sepertinya sangat jauh. Vee raguragu sebentar, kemudian dia mengangguk. Jangan lamalama, oke"
Ada ruang mesin di lantai dasar rumah seram. Rixon menjelaskan saat kami bergegas menuju jalur seberang. Di sana ada pintu untuk ke terowongan di bawah Delphic. Scott mungkin sudah tahu terowongan itu. Tapi dia tidak akan menemukan kita. Di sana seperti labirin, dan jaraknya bermil-mil. Rixon tersenyum gugup. Jangan khawatir, Delphic dibangun oleh malaikat terbuang. Bukan aku saja, beberapa temanku juga ikut membantu. Aku hafal rutenya. Emm, maksudku, sebagian besarnya.
***** 492 K aMi SUdah SEMakin dEkaT dEngan kEpala badUT
yang sedang menyeringai. Kepala itu adalah pintu menuju rumah seram. Jeritan di keja-uhan sekarang tertutup oleh musik menakutkan yang mengalun sangat kencang dari perut bangunan ini. Aku melangkah melewati mulut badut, dan lantai bangunan itu bergerak. Aku berusaha menyeimbangkan diri, tapi sekarang dinding-dinding berbelok, berguling di bawah tanganku. Saat mataku beradaptasi dengan cahaya yang menyusup melalui mulut badut di belakangku, aku melihat diriku
493 berada di dalam tong berputar yang sepertinya terus memanjang. Tong itu dicat garis-garis merah dan putih. Kedua warna itu menyatu menjadi merah muda yang memusingkan.
Ke sini, kata Rixon, memberi petunjuk kepadaku. Aku menjejakkan satu kaki di depan kaki yang lain, terhuyung-huyung ke depan. Di ujung tong, aku melangkah ke tanah yang padat, hanya untuk mendapati semprotan air sedingin es menyembur dari lantai. Dinginnya menjilat kulitku, dan aku terlompat ke samping saking kagetnya.
Hanya fantasi, kata Rixon menenangkan. Kita harus terus berjalan. Kalau Scott memutuskan memeriksa terowongan ini, kita harus memukulnya di dalam.
Udara di sana lembap dan pengap, merebakkan aroma karat. Sekarang kami sudah jauh dari kepala badut. Satu-satunya cahaya berasal dari bola lampu merah di langit-langit yang berongga. Lampu itu menyala sekadar untuk menyinari tengkorak yang tergantung, zombie gentayangan, atau vampir yang bangkit dari peti mati.
Masih jauh" tanyaku kepada Rixon di tengahtengah suara jeritan, cekikikan, dan rengekan yang bergema sampai jauh.
494 Ruang mesinnya di depan kita. Setelah itu, kita akan sampai di terowongan. Scott mengalami pendarahan hebat. Dia tidak akan mati Patch sudah bercerita tentang Nephilim kepadamu, kan" tapi dia bisa pingsan karena kekurangan darah. Kemungkinan itu terjadi sebelum dia bisa menemukan jalan masuk ke terowongan. Kita akan kembali ke atas tidak lama lagi. Kepercayaan dirinya terkesan berlebihan, agak kelewat optimistis.
Kami terus berjalan, dan aku merasa seolah-olah ada yang mengikuti kami. Aku berbalik, tapi kegelapan begitu pekat. Kalaupun ada seseorang di sana, aku tidak bisa melihatnya.
Mungkinkah Scott membuntuti kita" tanyaku kepada Rixon dengan suara pelan.
Rixon berhenti, membalikkan badan, memasang kuping. Beberapa detik kemudian, dia berkata penuh keyakinan, Tidak ada siapa-siapa.
Kami terus bergegas maju menuju ruang mesin. Namun, sekali lagi aku merasakan suatu kehadiran di belakangku. Kulit kepalaku berdesir, dan aku menoleh. Kali ini seraut wajah terlihat dalam kegelapan. Aku nyaris menjerit, dan kemudian raut wajah itu semakin jelas dan tampaklah wajah yang tidak asing lagi. Ayahku.
495 Rambut pirangnya bersinar di tengah kegelapan. Matanya berkilau, tapi sedih. Aku sayang kepadamu.
Ayah" bisikku. Tapi, aku segera mengambil sikap berhati-hati. Kuingatkan diriku sendiri akan pengalaman terakhir. Itu cuma tipuan. Palsu.
Maaf, aku telah meninggalkanmu dan ibumu. Aku ingin dia menghilang. Dia tidak nyata. Dia hanya ancaman. Dia ingin menyakitiku. Aku ingat bagaimana dia menarik tanganku melalui jendela rumah tua itu dan ingin melukaiku. Aku ingat bagaimana dia mengejarku di perpustakaan.
Tapi suaranya begitu lembut. Sama dengan suara ayah yang kudengar pertama kali di rumah tua. Bukan suara tegas dan lantang yang menggantikannya. Itu suaranya.
Aku mencintaimu, N ora. Apa pun yang terjadi, berjanjilah kau selalu ingat itu. Aku tidak peduli bagaimana atau mengapa kau hadir dalam kehidupanku. Yang penting kau ada. Aku tidak mengingat-ingat keburukan dalam kehidupanku. Yang kuingat adalah kebaikan. D an itu adalah kau. Kau membuat hidupku berarti. Kau membuat hidupku istimewa.
Aku menggelengkan kepala, berusaha mengusir suaranya. Aku heran, mengapa Rixon diam saja tidakkah dia melihat ayahku" Tidak adakah sesuatu
496 yang bisa kami lakukan untuk mengusirnya. Tetapi, sebenarnya aku tidak ingin suara itu menghilang. Aku tidak ingin dia pergi. Aku butuh pelukannya. Aku ingin dia berkata semuanya akan baik-baik saja. Dan di atas segalanya, aku ingin dia pulang.
Berjanjilah kau akan mengingatnya.
Air mata menetes ke pipiku. Aku berjanji, kataku dalam hati, meskipun aku tahu dia tidak bisa mendengar.
Malaikat kematian membantuku datang untuk melihatmu. D ia menghentikan waktu demi kita, N ora. D ia membantuku berbicara ke pikiranmu. Ada hal penting yang harus kukatakan, tapi aku tidak punya waktu banyak. Aku harus segera pergi, karena itu kau harus mendengarkan baik-baik.
Tidak, isakku, suaraku tercekat. Aku ingin pergi bersamamu. Jangan tinggalkan aku. Aku ingin bersamamu! Kau tidak boleh meninggalkan aku lagi!
Aku tidak bisa tetap di sini, Sayang. Sekarang duniaku berbeda denganmu.
Kumohon, jangan pergi. Aku terisak-isak sambil menekan dada, seolah-olah dengan begitu aku bisa mencegah rasa sakit di sana. Aku merasakan kepanikan luar biasa karena dia akan meninggalkan aku lagi. Perasaan tidak dipedulikan mengalahkan yang lainnya. Ayah akan meninggalkan aku. Di rumah seram ini. Di tengah
497 kegelapan, tanpa seorang pun yang akan menolongku, kecuali Rixon. Mengapa kau meninggalkan aku lagi" Aku membutuhkanmu!
Sentuh goresan luka di tubuh Rixon. Kebenaran ada di sana.
Wajah ayahku terisap kegelapan. Aku mengulurkan tangan untuk mencegahnya. Tetapi, wajah itu berubah menjadi pita kabut saat kusentuh. Benang-benang putih mengilap itu larut ke dalam kegelapan.
Nora" Aku terkejut mendengar suara Rixon. Kita harus cepat-cepat, katanya, seolah tidak lebih dari satu detik telah berlalu. Jangan sampai Scott menemui kita di lingkaran luar terowongan. Seluruh jalur masuk di sana sangat padat.
Ayahku telah pergi. Dengan alasan yang tidak bisa kujelaskan, aku tahu itulah terakhir kali aku melihatnya. Rasa pedih dan kehilangan sungguh tak terperikan. Padahal saat ini aku sangat membutuhkannya.
Aku tidak bisa melihat apa-apa, kataku tersengal, menggosok-gosok mata, berusaha melewati proses yang membuat frustrasi untuk memfokuskan pikiranku ke satu tujuan. Yaitu, sampai di ujung terowongan dan bertemu dengan Vee. Aku butuh pegangan.
498 Dengan tidak sabar Rixon menjulurkan ujung kemejanya kepadaku. Pegang ujung kemejaku dan ikuti aku. Kita tidak punya banyak waktu.
Aku menggenggam kain katun itu di antara jari. Jantungku berdegup kencang. Hanya beberapa inci saja dari kulit punggungnya. Ayah menyuruhku menyentuh goresan lukanya. Itu tidak sulit sekarang. Aku hanya perlu menyusupkan tangan& .
Tersedot ke dalam kegelapan yang akan menelanku bulat-bulat& .
Aku teringat pengalaman ketika menyentuh goresan luka Patch, dan bagaimana aku berpindah ke dalam memorinya dalam sekejap. Tanpa keraguan sedikit pun aku tahu pengalaman itu akan terulang jika aku menyentuh goresan luka Rixon.
Aku tidak mau pergi. Aku ingin melewati terowongan ini, dan keluar dari Delphic.
Tapi ayahku datang untuk memberitahukan tempat kebenaran. Apa pun yang akan kulihat dalam masa lalu Rixon, itu pasti penting. Meskipun sangat menyakitkan ditinggal Ayah di sini, tapi aku harus percaya kepadanya. Aku harus percaya dia telah mempertaruhkan segalanya untuk memberi tahu aku.
Kususupkan tangan ke balik punggung kemeja Rixon. Aku merasakan kulit yang mulus& kemudian
499 suatu tonjolan jaringan yang rusak. Kurentangkan tangan di atas goresan itu, menunggu diriku terisap ke dalam dunia aneh yang asing.
Jalanan sepi, gelap. Jejeran rumah di kedua sisinya tampak usang dan tidak terurus. Pekarangannya kecil dan berpagar. Jendela-jendela di sana berukuran lebar atau diberi jeruji. Segumpal salju menancapkan giginya ke kulitku.
Dua letusan hebat memecah keheningan. Aku menoleh ke sebuah rumah di seberang jalan. Suara tembakan" pikirku panik. Cepat-cepat aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi 911. Tapi aku teringat, aku berada dalam memori Rixon. Peristiwa-peristiwa yang kulihat berasal dari masa lalu. Tidak ada yang bisa kuubah.
Bunyi kaki berlari meramaikan malam. Dan aku terkejut menyaksikan ayahku menerobos gerbang rumah di seberang jalan dan menghilang di pekarangan samping. Tanpa menunda-nunda, aku berlari mengikutinya.
Ayah! jeritku, tidak mampu menahan diri. Jangan ke sana! Ayah mengenakan pakaian yang sama dengan yang dikenakannya ketika pergi malam itu dan akhirnya terbunuh. Aku menerobos gerbang dan bertemu dengannya di sudut belakang rumah. Sambil
500 terisak-isak, aku merangkulnya. Kita harus kembali. Kita harus pergi dari sini. Akan ada peristiwa buruk.
Ayahku bergerak dari rengkuhanku, menyeberang ke dinding batu kecil yang sejajar dengan bangunan. Dia merunduk, matanya terarah ke pintu belakang rumah. Aku bergerak ke sampingnya, memegang kepala, dan menangis. Aku tidak ingin melihat kejadian itu. Kenapa Ayah menyuruhku menyentuh goresan luka Rixon" Aku tidak mau. Tidakkah dia tahu aku sudah sangat menderita"
Kesempatan terakhir. Kata-kata itu diucapkan dari dalam rumah, melayang melewati pintu belakang yang terbuka.
Persetan! Letusan lagi, dan aku tersungkur, merapatkan diri ke samping, berharap memori ini berakhir.
Di mana gadis itu" Pertanyaan itu disampaikan dengan begitu pelan, begitu tenang, hingga bunyinya nyaris tertutup suara tangisanku.
Dengan sudut mata, aku melihat ayahku bergerak. Dia merayap melewati pekarangan, bergerak ke arah pintu. Dia memegang pistol, dan mengarahkannya. Aku berlari menghampirinya, mencengkeram tangannya, berusaha menjauhkan pistol itu, berusaha menariknya


Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

501 kembali ke tempat yang tersembunyi. Tapi aku seperti hantu tanganku menembus tubuhnya.
Ayahku menarik pelatuk. Letusannya memecah malam, membelah keheningan menjadi dua. Tembakan terdengar lagi dan lagi. Meskipun seluruh diriku tidak menghendaki, aku menghadap rumah itu, melihat sosok pemuda ramping yang ditembak ayahku dari belakang. Tepat di depannya, seorang lelaki lain tersungkur di lantai, punggungnya disanggah sofa. Dia berdarah dan ekspresi wajahnya tampak kesakitan dan ketakutan.
Di saat-saat yang membingungkan itu, aku sadar dia adalah Hank Millar.
Lari! teriak Hank kepada ayahku. Tinggalkan aku! Lari, selamatkan dirimu!
Ayahku tidak lari. Dia membidik pistol, menembak berulang kali. Peluru melesat ke pintu yang terbuka itu, ke arah sang pemuda bertopi biru yang seakan kebal dari apa pun. Kemudian, dengan gerakan yang sangat lambat, dia berbalik menghadap ayahku.
***** 502 R ixon MEncEngkERaM pERgElangan TangankU
dengan kasar. Hati-hati, jangan ikut campur urusan orang lain. Rahangnya mengencang, cuping hidungnya mengembang seperti orang marah. Mungkin dengan Patch tidak apa-apa. Tapi tidak ada seorang pun yang menyentuh goresan lukaku. Dia mengerutkan alis penuh arti.
Seolah ada simpul yang sangat kencang dalam perutku. Aku melihat ayahku meninggal, ceracauku di tengah ketakutan.
503 Kau melihat pembunuhnya" tanya Rixon, mengguncang pergelangan tanganku untuk mengembalikan aku ke masa sekarang.
Aku melihat Patch dari belakang. aku kehabisan napas. Dia mengenakan topi baseball-nya.
Rixon mengangguk, seolah membenarkan segala yang telah kulihat. Dia tidak ingin menutup fakta itu. Tapi dia tahu, kalau dia mengatakannya, dia akan kehilangan dirimu. Peristiwa itu terjadi sebelum dia mengenalmu.
Aku tidak peduli kapan itu terjadi, kataku, suaraku bergetar. Dia harus diadili.
Tidak mungkin. Dia Patch. Kalau kau melaporkannya, apakah menurutmu dia akan membiarkan polisi menyeretnya"
Tidak. Polisi tidak berarti apa-apa bagi Patch. Hanya penghulu malaikat yang bisa menghentikannya. Ada satu hal yang belum kupahami. Hanya ada tiga orang dalam memori itu. Ayahku, Patch, dan Hank Millar. Ketiganya adalah saksi mata. Lalu, bagaimana aku bisa melihatnya dalam memorimu"
Rixon diam. Garis di sekitar mulutnya mengencang. Sebuah pikiran baru yang menakutkan muncul di kepalaku. Seluruh keyakinanku soal pembunuh ayahku pun menguap. Aku telah melihat sang pembunuh dari
504 belakangnya dan berasumsi dia adalah Patch. Hanya karena topinya. Tapi semakin kupikirkan, semakin aku yakin sang pembunuh terlalu jangkung untuk disamakan dengan Patch. Dan potongan bahunya kelewat tajam& . Sang pembunuh malah sangat mirip& .
Kau pembunuhnya, bisikku. Kau memakai topi Patch. Momen yang mengejutkan itu segera tergantikan oleh rasa takut yang luar biasa. Kau pembunuh ayahku.
Kalaupun tadi ada setitik keramahan atau rasa simpati di mata Rixon, sekarang semua itu menghilang. Well, ini situasi yang canggung.
Kau memakai topi Patch malam itu. Kau meminjamnya, bukan" Kau tidak bisa membunuh ayahku tanpa meniru identitas lain. Kau tidak bisa melakukannya tanpa melenyapkan dirimu dari situasi itu, kataku, menggali seluruh pelajaran yang kuingat saat mengikuti pelajaran psikologi di kelas kesehatan. Tidak. Tunggu. Bukan begitu. Kau berpura-pura menjadi Patch karena kau berharap menjadi dia. Kau iri kepadanya. Bukankah begitu" Kau lebih memilih menjadi dia
Rixon mencengkeram tulang pipiku, memaksaku berhenti. D iam.
Aku memberontak, rahangku terasa sakit. Aku ingin membenturkan tubuhku ke dirinya, memukulnya
505 dengan apa pun yang ada. Namun aku tahu, aku harus tenang. Aku harus mencari akal. Aku mulai mengerti, Rixon membawaku ke terowongan ini bukan untuk membantuku melarikan diri. Lebih parah lagi, aku mulai berpikir, dia tidak punya niat sama sekali menjadi penolongku.
Iri" katanya kejam. Sudah pasti aku iri. Bukan dia yang berada di jalur cepat menuju neraka. Selama ini kami selalu bersama-sama. Dan sekarang, dia pergi dan mendapatkan sayap kembali. Matanya menatapku bulat-bulat, penuh rasa muak. Karena kau.
Aku menggeleng, tidak percaya. Kau membunuh ayahku sebelum kau mengenalku.
Dia tertawa, tapi bukan karena lucu. Aku tahu kau ada, dan aku mencarimu.
Kenapa" Rixon mengeluarkan pistol dari balik kemeja dan menjadikannya alat pemberi isyarat agar aku berjalan semakin jauh ke perut rumah itu. Jalan.
Kita akan ke mana" Dia tidak menjawab. Polisi akan datang.
Masa bodoh, kata Rixon. Urusanku sudah selesai sebelum mereka sampai.
Selesai" 506 Tenang, kataku dalam hati. Tenang. Kau akan membunuhku karena aku tahu kaulah pembunuh ayahku"
Ayahmu bukan Harrison Grey.
Aku membuka mulut, tapi protes yang ingin kusampaikan tidak keluar. Satu gambaran melintas dalam pikiranku. Ketika Marcie berdiri di halaman depan rumahnya, dia mengatakan Hank Millar mungkin adalah ayahku. Aku merasa perutku mulas. Apakah ini artinya Marcie mengatakan yang sebenarnya" Selama enam belas tahun mataku ditutup sehingga tidak tahu rahasia keluargaku" Aku bertanya-tanya, apakah ayahku tahu ayahku yang sebenarnya. Harrison Grey. Orang yang membesarkan dan mencintaiku. Bukan ayah biologis yang mengabaikan aku. Bukan Hank Millar, persetan dengannya.
Ayahmu adalah Nephil bernama Barnabas, kata Rixon. Belakangan ini dia memakai nama Hank Millar.
Tidak. Aku terhuyung ke samping, tak sanggup mendengar kebenaran. Mimpi Patch bukan sesuatu yang palsu. Patch tidak pernah berbohong. Barnabas Hank Millar adalah Nephilim.
Dan dia ayahku. 507 Dunia di sekelilingku seakan runtuh, tapi aku memaksa diriku bertahan. Di sudut kepalaku, aku mengorek memori, dengan panik berusaha mengingat kapan aku mendengar nama Barnabas sebelum ini. Sulit dipastikan, tapi aku yakin sudah pernah mendengarnya. Nama itu kelewat asing untuk dilupakan. Barnabas, Barnabas, Barnabas& .
Aku berusaha menyatukan dua benang. Mengapa Rixon menceritakan ini kepadaku" Mengapa dia tahu tentang ayah biologisku" Mengapa dia peduli" Dan gagasan itu membuatku terpukul. Aku pernah menyentuh goresan luka di tubuh Patch dan masuk ke dalam memorinya. Ketika itu aku mendengar dia berbicara tentang perantara Nephilnya, Chauncey Langeais. Dia juga berbicara tentang perantara Rixon, Barnabas& . Tidak, bisikku, kata itu meluncur begitu saja. Benar.
Aku sangat ingin lari, tapi kakiku seperti tiang kayu yang kaku.
Ketika Hank membuat ibumu hamil, dia sudah banyak mendengar isu tentang Kitab Enoch. Dia khawatir aku akan datang dan merebut bayinya, terutama jika bayi itu perempuan. Maka, dia melakukan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Yaitu menyembunyikan bayi itu. Kau. Ketika Hank memberitahukan temannya,
508 Harrison Grey, bahwa ibumu dalam kesulitan, Grey setuju menikahinya dan berpura-pura bahwa kau adalah anaknya.
Tidak, tidak, tidak. Tapi aku keturunan Chauncey. Dari garis keluarga ayahku. Harrison Grey. Ada tanda di pergelangan tanganku sebagai buktinya.
Benar. Berabad-abad lalu, Chauncey bermesraan dengan gadis petani yang lugu. Gadis itu melahirkan bayi laki-laki. Tidak ada yang mengira ada sesuatu yang aneh pada anak itu, atau putranya, atau putra mereka. Begitulah selama berabad-abad, sampai salah seorang keturunan itu tidur dengan perempuan di luar garis perkawinan. Dengan begitu darah Nephilim dari leluhurnya, duke of Langeais, mengalir ke garis keturunan lain. Dari garis itu lahirlah Barnabas, atau Hank, nama yang disandangnya belakangan ini. Dengan tidak sabar Rixon memberi isyarat menyatukan dua benang menjadi satu. Aku paham.
Jadi, baik Harrison maupun Hank sama-sama mewarisi darah Nephilim dari Chauncey, kataku. Dan Hank, sebagai generasi pertama Nephil, abadi. Sementara darah Nephilim ayahku tidak murni, tetapi telah bercampur selama berabad-abad. Dengan begitu dia tidak abadi, sama dengaku, Hank, lelaki yang
509 nyaris tidak kukenal dan tidak kuhormati, bisa hidup selamanya.
Sedangkan ayahku pergi untuk selamanya. Benar, Cinta.
Jangan panggil aku Cinta. Kau lebih suka dipanggil Angel"
Dia mengolok-olok aku. Mempermainkan aku. Karena dia tahu, aku sudah terperangkap dalam jebakannya. Aku sudah pernah melewati yang seperti ini dengan Patch. Dan aku tahu apa yang bakal terjadi. Hank Millar adalah ayah biologisku sekaligus perantara Nephil Rixon. Rixon akan mengorbankan aku untuk membunuh Hank Millar sehingga dia mendapatkan tubuh manusia.
Apakah kau mau menjawab pertanyaanku yang terakhir" tanyaku, suaraku bergetar menahan rasa takut.
Dia mengangkat bahu. Kenapa tidak" Kupikir hanya Nephilim murni generasi pertama saja yang bisa bersumpah setia. Agar Hank menjadi generasi pertama, dia harus memiliki orangtua yang manusia dan malaikat terbuang. Tapi ayahnya bukan malaikat terbuang. Melainkan salah seorang lelaki keturunan Chauncey.
510 Kau lupa, lelaki bisa berselingkuh dengan malaikat terbuang berjenis kelamin perempuan.
Aku menggelengkan kepala. Malaikat terbuang tidak punya tubuh manusia. Karena itu malaikat perempuan tidak bisa melahirkan, Patch yang bilang.
Tapi malaikat perempuan, yang menguasai tubuh manusia perempuan selama Cheshvan, bisa punya bayi. Manusia itu mungkin saja melahirkan bayinya jauh setelah Cheshvan. Tapi bayi itu telah tercemar. Ia dibuahi oleh malaikat terbuang.
Ini sesuatu yang mengejutkan. Rixon tersenyum tipis. Aku setuju.
Sekadar ingin tahu, apabila kau menjadikan aku tumbal, apakah tubuhmu menjadi tubuh manusia begitu saja, atau apakah kau menguasai tubuh manusia lain untuk selamanya"
Aku menjadi manusia. Mulutnya tersenyum sinis. Jadi, jika kau ingin menghantuiku dari kuburan, maka yang kaucari adalah si ganteng ini.
Patch bisa datang kapan saja dan menghentikan niatmu, kataku, berusaha kuat. Tapi sebenarnya aku tidak sanggup menahan gemetar di seluruh anggota tubuhku.
Matanya menertawakan aku. Pekerjaanku memang tidak berjalan mulus. Tapi aku percaya,
511 aku sudah menggali parit yang cukup dalam untuk memisahkan kalian berdua. Putusnya hubungan kalian adalah keuntungan buatku aku sendiri tidak bisa merencanakannya. Kemudian kalian terus bertengkar karena kecemburuanmu terhadap Marcie. Aku tinggal menanamkan satu benih ketidakpercayaan kepadamu.
Ketika aku mencuri cincin dari Barnabas dan meminta seseorang memberikannya kepadamu saat kau di toko roti, aku yakin kau tidak akan meminta pertolongan Patch. Kau tentu tidak ingin menginjak-injak harga dirimu sendiri dengan meminta pertolongannya" Apalagi ketika itu kau mengira Patch terpikat kepada Marcie. Tidak mungkin. Kau bermain seperti yang kuinginkan ketika kau bertanya kepadaku, apakah Patch adalah Black Hand. Aku sudah merencanakan bukti-bukti yang memberatkannya ketika aku menjawab ya. Dia adalah Black Hand. Kemudian, aku mengambil kesempatan untuk menyebut alamat tempat rahasia salah seorang Nephilim Barnabas sebagai rumah Patch. Aku sangat yakin, kau akan menyelinap ke sana dan mungkin menemukan memorabilia dari Black Hand. Aku yang membatalkan rencana menonton film semalam, bukan Patch. Aku tidak mau terperangkap di gedung bioskop sementara kau sendirian di apartemen itu. Aku harus membuntutimu. Aku menempatkan dinamit begitu kau
512 masuk, dengan tujuan menjadikanmu tumbal. Tapi kau melarikan diri.
Aku merasa tersanjung, Rixon. Bom. Canggih sekali. Mengapa kau tidak melakukan yang lebih sederhana" Misalnya masuk ke kamarku malam-malam lalu menembakku"
Rixon merentangkan tangan di depannya. Ini momen yang besar buatku, Nora. Salahkah aku jika ingin sesuatu yang agak berbunga-bunga" Aku berusaha menjadi hantu Harrison untuk menyeretmu ke dalam perangkap. Luar biasa sekali kalau aku berhasil mengirimmu ke kuburan, sementara kau mengira yang membunuhmu adalah ayahmu sendiri. Tapi kau tidak percaya kepadaku. Kau terus menjauh. Rixon mengerutkan kening.
Kau psikopat. Aku lebih suka disebut kreatif.
Apa lagi kebohonganmu" Di pantai, bukankah kau mengatakan Patch masih malaikat pelindungku
Untuk meninabobokanmu ke dalam rasa keamanan semu" Ya.
Dan sumpah darah itu"
Sekadar iseng. Supaya tidak bosan.
Jadi, pada dasarnya semua yang kaukatakan kepadaku bohong besar.
513 Kecuali bagian tentang menjadikanmu tumbal. Aku sangat serius tentang itu. Cukup bincang-bincangnya. Kita selesaikan urusan ini. Dengan pistol, dia menyuruhku berjalan semakin jauh. Moncong pistol yang kasar membuatku kehilangan keseimbangan. Aku terhuyung ke samping, dan mendarat di bagian lantai yang mulai bergelombang. Aku merasa Rixon menangkap pergelangan tanganku agar aku tidak tergelincir. Hanya saja, ada sesuatu yang aneh. Tanganku luput dari pegangannya. Dan aku mendengar bunyi bergedebuk pelan akibat tubuhnya terjatuh. Bunyi itu sepertinya berasal dari bawah. Kemungkinan besar dia jatuh ke salah satu dari sekian banyak pintu jebakan yang tersebar di bangunan ini. Tapi aku tidak membuang-buang waktu untuk memastikan apakah perkiraanku benar.
Aku berbalik arah, bergegas ke kepala badut yang menjadi jalan masuk ke tempat ini. Tiba-tiba, ada suatu sosok yang berdiri di depanku. Lampu menerangi kapak berdarah yang memenggal kepala bajak laut yang berewokan. Dia melirikku sejenak sebelum bola matanya keluar dari kepalanya, lalu lampu padam.
Aku menghela napas, menegaskan kepada diriku sendiri bahwa itu trik belaka. Tapi aku tidak mampu berdiri tegak karena lantai bergerak dan miring di bawah kakiku. Aku membungkuk, merangkak melewati lantai
514 licin, berusaha menenangkan kepalaku yang seolah-olah juga miring mengikuti lantai. Aku merangkak sejauh beberapa kaki, tidak ingin membuang-buang waktu sebelum Rixon berhasil keluar dari pintu jebakan. Nora! teriaknya di belakangku.
Aku terus maju, menggunakan dinding untuk menopang diriku. Tapi dinding itu dilumasi krim yang lengket. Di suatu tempat di depanku, terdengar tawa terbahak-bahak diiringi suara cekikikan. Aku menggosokkan tangan kuat-kuat untuk menghilangkan krim itu. Kemudian, aku merayap dalam kegelapan yang terbentang di depan. Aku tersesat. Tersesat.
Aku berlari beberapa langkah, berbelok di tikungan, dan menyipit ke cahaya oranye yang berasal dari lampu beberapa yard di depanku. Itu bukan kepala badut. Tapi aku tertarik ke sana seperti laron yang tertarik kepada cahaya. Ketika aku mencapai sumber cahaya, ada lampu Halloween yang menerangi tulisan TEROWONGAN BENCANA. Aku berdiri di atas dek pelabuhan. Kapal-kapal plastik kecil berbaris dengan ujung saling bersentuhan. Air dari kanal menggenang di sampingnya.
Aku mendengar langkah kaki di belakangku. Tanpa berpikir panjang, aku melangkah ke kapal terdekat. Baru saja berhasil menyeimbangkan diri, kapal itu melaju, menyentakku ke papan yang berfungsi sebagai tempat
515 duduk. Kapal itu bergerak di atas jalur satu baris. Rel berkeretak saat kapal melaju menuju terowongan di depan. Sepasang pintu bergaya saloon terbuka, memberi jalan agar kapal bisa memasuki terowongan.
Meraba-raba ke depan kapal, aku melewati papan pengaman dan naik ke haluan. Aku tetap di tempat itu, satu tangan berpegangan di kapal, sementara tangan lain terulur ke depan, berusaha meraih ujung belakang kapal di depanku. Jaraknya cuma beberapa inci. Aku bisa melompat. Aku merangkak di haluan sejauh mungkin. Kemudian aku menekuk kaki, lalu melompat, dan berhasil mendarat di bagian belakang kapal di depan.
Aku menghela napas lega, kemudian kembali bekerja. Sekali lagi, aku naik ke haluan dengan niat melompat ke kapal di depan hingga kapal yang berada paling ujung. Rixon lebih besar dan lebih cepat dariku. Tambahan lagi dia membawa pistol. Satu-satunya harapanku hanya dengan terus mengulur waktu.
Aku sudah berada di haluan, bersiap melompat lagi. Tapi bertepatan dengan itu terdengar raungan sirene dan cahaya merah yang tiba-tiba menyala di depan membuatku silau. Sebuah rangka manusia jatuh dari atap terowongan, menimpa tubuhku. Aku kehilangan pijakan dan merasakan serangan vertigo saat aku tercebur ke samping kapal. Air dingin membasahi pakaianku,
516 menenggelamkan kepalaku. Tapi aku cepat-cepat berdiri, lalu berenang ke kapal di air setinggi dada. Dengan gigi gemeretuk menahan dingin, aku berpegangan ke papan pengaman kapal, dan mendorong tubuhku naik.
Beberapa tembakan nyaring bergema di terowongan. Satu peluru melesat di samping telingaku. Aku menjatuhkan diri, tawa Rixon terdengar dari beberapa kapal di belakangku. Tinggal tunggu waktu saja, serunya.
Lampu dalam jumlah yang lebih banyak berkedap-kedip di atasku. Dan aku melihat Rixon sedang menyeberangi kapal untuk mendekatiku.
Samar-samar terdengar gemuruh di atas. Perutku mulas. Aku merasa konsentrasiku berpindah dari Rixon ke semprotan uap di udara. Jantungku berhenti berdetak, kemudian berdegup lagi, jauh lebih kencang dari sebelumnya.
Sambil berpegangan kuat-kuat pada batang logam, aku bersiap jatuh. Ujung kapal miring, kemudian meluncur melewati air terjun. Lalu kapal tercebur, mencipratkan air di kedua sisinya. Aku pasti akan merasakan dinginnya air seandainya aku sendiri belum basah dan menggigil. Aku mengeringkan mata, dan ketika itulah aku melihat suatu bagian menonjol di dinding terowongan sebelah kananku. Tepat di
517 belakangnya terdapat pintu bertuliskan BERBAHAYA: VOLTASE TINGGI.
Aku menoleh ke air terjun. Kapal Rixon belum sampai di sana. Dengan selang waktu beberapa detik saja, aku mengambil keputusan berbahaya. Aku melompat ke samping kapal, lalu berenang secepat mungkin ke dinding yang menonjol itu. Kemudian aku naik dan membuka pintu. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk dan melewati berbagai mesin yang sangat berisik. Ratusan alat bergoyang dan berputar. Aku menemukan jantung rumah seram, dan jalan masuk ke terowongan bawah tanah.
Kututup pintu dengan sedikit menyisakan celah untuk mengintip.
Aku menempelkan satu mata ke celah, dan melihat kapal berikutnya meluncur di air terjun. Rixon ada di kapal itu. Dia melewati logam pembatas samping kapal, berusaha turun ke air. Apakah dia melihatku melompat" Apakah dia mencariku" Kapalnya terus berjalan, dan dia melemparkan diri ke bawah, mendarat di air dengan kaki lebih dahulu. Menggunakan satu tangan untuk menepis rambut basah dari wajah, Rixon mencari-cari di permukaan air yang gelap. Ketika itulah aku sadar, tangannya kosong. Dia tidak mencariku pistolnya jatuh di air terjun, dan sekarang dia mencarinya.
518 Terowongan itu gelap, dan rasanya mustahil Rixon bisa melihat hingga ke dasar kanal. Artinya, dia harus menggunakan tangan untuk menemukan pistol. Itu memakan waktu. Tapi tentu saja, aku yang lebih membutuhkan waktu daripada dia. Aku butuh keberuntungan. Tentunya polisi sedang menyisir tempat parkir sekarang. Tapi apakah mereka akan mencari ke bawah perut rumah seram sebelum semuanya terlambat"
Kututup pintu perlahan, berharap menemukan kunci, tetapi tidak ada. Mendadak aku berharap bisa keluar dari terowongan ini lebih dulu dari Rixon, alihalih memutar balik untuk bersembunyi. Jika Rixon masuk ke ruangan servis ini, aku terperangkap.
Terdengar napas terengah-engah dari sebelah kiri, di belakang kotak listrik.
Aku berbalik, mencoba melihat dalam kegelapan. Siapa itu"
Siapa menurutmu" Aku mengejapkan mata. Scott" Aku melangkah mundur.
Aku tersesat di terowongan. Jadi, aku memilih pintu itu, dan sampai di sini.
Kau masih berdarah" 519 Yeah. Anehnya, darahku tidak habis. Suaranya tersendat. Bisa dipastikan dia butuh energi besar untuk bicara.
Kau butuh dokter. Dia mendengus. Aku butuh cincin.
Pada titik ini, aku tidak tahu seberapa besar keinginan Scott mendapatkan cincin itu kembali. Tenaganya terkuras akibat rasa sakit. Dan aku yakin kami samasama tahu, dia tidak akan menyeretku keluar sebagai tawanan. Tembakan itu membuatnya lemah. Tapi dia Nephilim. Dia akan selamat. Sebenarnya kami punya peluang untuk keluar dari tempat ini hidup-hidup, jika kami bekerja sama. Tapi sebelum bisa meyakinkan Scott agar mau membantuku kabur dari Rixon, aku harus bisa membuatnya percaya kepadaku.
Aku berjalan melewati kotak listrik dan berjongkok di sampingnya. Satu tangannya menekan bagian di bawah tulang iga untuk menghentikan aliran darah. Wajahnya pucat pasi, dan sorot matanya membuktikan sesuatu yang sudah kuketahui. Dia sangat kesakitan. Aku tidak percaya kau akan menggunakan cincin itu untuk merekrut anggota baru, kataku pelan. Kau tidak akan memaksa orang untuk masuk ke perkumpulan itu.
520 Scott menggeleng. Itulah yang ingin kukatakan kepadamu. Masih ingat ketika aku bilang aku sedang bekerja pada malam ayahmu ditembak"
Samar-samar aku ingat dia berkata sedang bekerja ketika mendapat telepon yang memberitahukan pembunuhan ayahku. Apa maksudmu" tanyaku ragu-ragu.
Aku bekerja di toko swalayan bernama Quickies yang jaraknya beberapa blok saja. Dia terdiam, seolah menungguku mengambil kesimpulan. Seharusnya aku mengikuti ayahmu malam itu. Black Hand yang menyuruhku. Dia bilang ayahmu akan ke suatu pertemuan, dan aku harus menjaga keselamatannya.
Apa maksudmu" tanyaku, suaraku kering seperti kapur.
Aku tidak membuntuti ayahmu. Scott menunduk. Aku ingin menunjukkan kepada Black Hand, dia tidak bisa memerintahku. Aku ingin menunjukkan bahwa aku bukan bagian dari kelompoknya. Jadi, aku tetap bekerja. Aku tidak membuntuti ayahmu. Dan dia meninggal. Dia meninggal karena aku.
Aku menyandarkan punggung ke dinding dan duduk di sampingnya. Aku tidak bisa bicara. Tidak ada katakata yang tepat.
Kau membenciku, bukan" tanya Scott.
521 Kau tidak membunuh ayahku, kataku, tanpa perasaan. Itu bukan salahmu.
Aku tahu dia dalam kesulitan. Kalau tidak, kenapa Black Hand ingin memastikan ayahmu sampai di sana dengan selamat" Seharusnya aku pergi. Kalau aku mengikuti perintah Black Hand, tentunya ayahmu masih hidup.
Itu sudah berlalu, bisikku, berusaha tidak membiarkan informasi ini membuat diriku menyalahkan Scott. Aku butuh pertolongannya. Bersama-sama, kami bisa keluar dari sini. Aku harus bekerja sama dengannya. Aku harus mendapatkan kepercayaannya, dan aku harus percaya kepadanya.
Hanya karena peristiwa itu sudah berlalu bukan berarti mudah dilupakan. Tidak sampai satu jam setelah aku seharusnya mengikuti ayahmu, kabar itu datang dari ayahku.
Tanpa disengaja, aku terisak pelan.
Kemudian Black Hand masuk ke toko. Dia mengenakan topeng, tapi aku mengenali suaranya. Tubuh Scott bergetar. Aku tidak akan lupa suaranya. Dia memberikan aku pistol dan menyuruhku melenyapkan pistol itu. Senjata itu milik ayahmu. Dia bilang, dia ingin laporan polisi mengatakan, ayahmu meninggal sebagai manusia yang tidak bersalah dan tidak bersenjata. Dia
522 tidak ingin keluargamu mengalami penderitaan dan bertanya-tanya tentang kejadian yang sebenarnya. Dia tidak ingin siapa pun curiga ayahmu terlibat dengan kriminal seperti dirinya. Dia ingin kejadian itu terkesan seperti perampokan acak.
Aku tidak mematuhi perintah Black Hand untuk membuang pistol itu ke sungai. Aku menyimpannya karena aku berharap bisa menjadikannya alat untuk memeras Black Hand. Ketika aku dan Ibu pindah ke sini, aku meninggalkan pesan kepada Black Hand. Kukatakan, jika dia mengejarku, aku akan memastikan polisi menemukan pistol Harrison Grey. Aku akan memastikan seluruh dunia tahu kasus itu berkaitan dengan Black Hand. Aku bersumpah akan mengungkit kasus itu sesering apa pun, asalkan itu berarti kehidupanku bisa terselamatkan. Pistol itu masih ada padaku. Scott membuka tangannya, dan benda itu meluncur di antara lututnya. Jatuh berkeletak di atas semen. Masih ada padaku.
Rasa nyeri yang tak tertahankan menusuk dadaku. Berat rasanya berada di dekatmu, kata Scott. Suaranya getir. Aku ingin kau membenciku. Demi Tuhan, aku membenci diriku sendiri. Setiap kali aku melihatmu, aku terbayang betapa pengecutnya aku.
523 Seharusnya aku bisa menyelamatkan ayahmu. Maafkan aku, katanya dengan suara parau.
Tidak apa-apa, kataku. Kalimat itu kutujukan untuk Scott dan diriku sendiri. Semuanya akan baikbaik saja. Tapi aku merasa ucapan itu kosong.
Scott memungut pistol, memasukkan jarinya. Sebelum aku paham, dia mengangkat senjata itu ke kepalanya. Aku tidak pantas hidup, katanya. Selapis es mencekat jantungku. Scott , kataku. Aku tidak sanggup berhadapan denganmu lagi. Aku tidak sanggup berhadapan dengan diriku sendiri. Jarinya menarik pelatuk.
Tidak ada waktu untuk berpikir. Bukan kau yang membunuh ayahku, kataku. Tapi Rixon pacar Vee. Dia malaikat terbuang. Aku tidak bohong. Kau Nephilim, Scott. Kau tidak bisa membunuh dirimu sendiri. Tidak dengan cara ini. Kau abadi. Kau tidak akan mati. Kalau kau ingin menebus rasa bersalahmu atas kematian ayahku, bantu aku keluar dari sini. Rixon ada di balik pintu itu. Dan dia akan membunuhku. Satu-satunya kesempatanku selamat adalah jika kau membantuku.
Scott menatapku tanpa berkata-kata. Sebelum dia sempat menjawab, pintu ruangan servis dibuka. Rixon terlihat di ambang pintu. Dia menepis rambut dari dahinya dan mengedarkan pandangan ke ruang peralatan
524 yang kecil. Didorong oleh naluri untuk menyelamatkan diri, aku merapat ke Scott.
Tatapan Rixon berpindah dari aku ke Scott. Kau harus melewati aku untuk mendapatkannya, kata Scott, merentangkan tangan kirinya kepadaku dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi tubuhku. Napasnya terengah-engah.
Tidak masalah, Rixon mengangkat pistol dan meletuskan beberapa tembakan ke Scott. Scott tersentak, tubuhnya membentur tubuhku.
Air mata mengalir ke wajahku. Hentikan, bisikku. Jangan menangis, Cinta. Dia tidak mati. Jangan salah dia akan merasakan sakit yang luar biasa. Tapi itu adalah ongkos yang harus dibayar jika kau ingin mendapatkan tubuh. Berdiri dan ke sini.
Persetan. Aku tidak tahu keberanian itu datang dari mana. Tapi jika kematianku sudah dekat, itu tidak akan terjadi tanpa perjuangan. Kau telah membunuh ayahku. Aku tidak melakukan kesalahan terhadap dirimu. Jika kau menginginkan aku, kau yang harus datang ke sini.
Rixon menyentuh mulut dengan ibu jarinya. Aku heran, mengapa kau membesar-besarkan hal itu. Secara teknis Harrison bukan ayahmu.
525 Kau telah membunuh ayahku, ulangku, menatap lurus ke mata Rixon, merasakan kemarahan begitu meluap, sehingga seolah akan melahapku.
Harrison Grey bunuh diri. Seharusnya dia tidak terlibat.
Dia berusaha menyelamatkan nyawa orang lain! Orang" dengus Rixon, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Aku tidak bisa menyebut Hank Millar orang. Dia Nephilim. Lebih dekat dengan binatang.
Aku ingin tertawa, tawa yang sebenar-benarnya. Tetapi, seolah ada gelembung di tenggorokanku. Membuatku tersedak. Tahukah kau" Aku nyaris iba kepadamu.
Lucu sekali, aku ingin mengatakan hal yang sama kepadamu.
Kau akan membunuhku sekarang, bukan" Aku menyangka kesadaran itu akan mengorek rasa takut dari dalam diriku. Tapi seluruh rasa takutku sudah habis. Aku hanya merasakan ketenangan yang dingin. Waktu tidak melambat, juga tidak semakin cepat. Waktu menatap lurus ke mataku, sama dingin dan tidak berperasaannya seperti pistol Rixon yang diarahkan kepadaku.
Bukan, bukan membunuh. Aku akan mengorbankanmu. Mulutnya tersungging ke satu sisi. Perbedaannya sangat jauh.
526 Aku berusaha lari, tapi tiba-tiba terdengar letusan api yang menakutkan, dan tubuhku terlempar membentur dinding. Rasa sakit menyerang seluruh tubuhku. Aku ingin menjerit, tapi sudah terlambat. Suatu selimut tak kasat mata menggulungku. Aku melihat senyum Rixon datang dan pergi dalam pandanganku, sementara aku berusaha keluar dari selimut itu. Paru-paruku membengkak, seolah akan meledak. Dan persis ketika aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi, dadaku melunak. Di belakang bahu Rixon, aku melihat Patch berjalan di ambang pintu.
Aku berusaha memanggilnya. Tetapi, kebutuhan luar biasa untuk menghirup udara menggagalkannya. Semuanya sudah berakhir.
***** 527 N oRa" Aku berusaha membuka mata. Tetapi meskipun otakku menyampaikan pesan itu, tubuhku tidak mendengarkan. Alunan suara datang dan pergi. Di suatu bagian dalam otakku aku tahu, malam itu hangat. Tapi tubuhku bermandikan keringat dingin. Dan sesuatu yang lain. Darah.
Darahku. Kau baik-baik saja, kata Detektif Basso saat aku mencoba berteriak. Suaraku kedengarannya tercekat.
528 Aku di sini. Tidak akan meninggalkanmu. Tetap bersamaku, Nora. Segalanya akan baik-baik saja.
Aku berusaha mengangguk. Tapi rasanya aku masih berada di luar tubuhku.
Paramedis membawamu ke UGD. Mereka membawamu dengan tandu. Kita sedang keluar dari Delphic sekarang.
Beberapa tetes air mata terasa hangat di pipiku. Aku mengejap, membuka mata. Rixon. Lidahku terasa licin. Di mana Rixon"
Detektif Basso menekankan jari ke mulutnya. Shhh. Jangan bicara. Tanganmu tertembak. Peluru menembus dagingmu. Kau beruntung. Segalanya akan baik-baik saja.
Scott" kataku, baru ingat sekarang. Aku berusaha bangkit, tapi ternyata tubuhku diikat. Scott selamat" Scott bersamamu"
Di belakang kotak listrik. Dia terluka. Rixon menembaknya juga.
Detektif Basso berteriak ke salah seorang petugas berseragam yang berdiri di samping ambulans. Dan dia segera menghampiri. Ya, Detektif"
Gadis ini mengatakan Scott Parnell ada di ruang mesin.
529 Sang petugas menggeleng. Kami sudah memeriksa ruangan itu. Tidak ada orang lain.
Well, periksa lagi! teriak Detektif Basso. Kemudian dia menoleh kepadaku. Rixon itu siapa"
Rixon. Jika polisi tidak menemukan orang lain di ruangan mesin, berarti dia sudah kabur. Dia berada di suatu tempat, kemungkinan sedang mengawasi dari kejauhan, menunggu kesempatan kedua untuk menghabisi aku. Aku mencengkeram lengan Detektif Basso. Jangan tinggalkan aku.
Tidak akan ada yang meninggalkanmu. Apa yang kauketahui tentang Rixon"
Tandu melonjak di lapangan parkir. Paramedis mengangkatku ke belakang ambulans. Detektif Basso naik, mengambil tempat duduk di sampingku. Aku hampir tidak menyadarinya. Perhatianku beralih ke arah lain. Aku harus bicara dengan Patch. Aku harus memberitahunya tentang Rixon
Seperti apa dia" Suara Detektif Basso mengembalikan perhatianku. Dia ada di sini. Semalam. Dia yang mengikat Scott di belakang truknya.
D ia yang menembakmu" Detektif Basso berbicara di radio. Nama tersangka Rixon. Jangkung, kurus,
530 rambut hitam. Hidung elang. Usia sekitar dua puluh tahun.
Bagaimana kau menemukan aku" Perlahan memoriku menyatu kembali. Dan aku ingat, aku melihat Patch di ambang pintu ruang mesin. Memang hanya sedetik, tapi dia di sana. Aku yakin. Di mana dia sekarang" Di mana Rixon"
Saran dari seseorang yang tidak mau menyebut namanya. Penelepon itu mengatakan, aku bisa menemukanmu di ruangan servis di bawah Terowongan Bencana. Sepertinya ngawur, tapi aku tidak bisa mengabaikan saran itu. Dia juga bilang akan mengurus orang yang menembakmu. Kupikir yang dia maksud adalah Scott. Tapi kau bilang Rixon-lah yang bertanggung jawab. Bisa ceritakan apa yang sebenarnya terjadi" Dimulai dengan nama orang yang mencelakakanmu, dan di mana aku bisa menemukannya"
Berjam-jam kemudian Detektif Basso melambatkan mobilnya di depan rumahku. Saat itu hampir jam dua pagi. Dan jendela kamarku memantulkan langit tak berbintang. Aku sudah keluar dari UGD, bersih dan diperban. Staf rumah sakit telah memberi penjelasan kepada ibuku melalui telepon. Aku tahu, cepat atau lambat aku harus bicara dengannya. Tapi sepertinya
531 rumah sakit bukan tempat yang tepat. Dan aku menggelengkan kepala ke perawat ketika dia menyerahkan telepon kepadaku.
Aku juga telah membuat pernyataan kepada polisi. Aku yakin Detektif Basso mengira aku hanya berhalusinasi melihat Scott di ruangan mesin. Aku yakin dia merahasiakan informasi tentang Rixon. Yang terakhir ini benar. Tapi meskipun seandainya aku menceritakan semuanya, Detektif Basso tidak akan menemukan Rixon. Tapi Patch mungkin bisa. Atau, dia memastikan itu menjadi rencananya. Di luar itu aku tidak tahu. Sejak pergi dari Delphic, hatiku terus khawatir. Aku bertanyatanya, di manakah Patch, dan apa yang terjadi setelah aku pingsan.
Kami keluar dari mobil, dan Detektif Basso mengantarku ke pintu.
Sekali lagi, terima kasih, kataku. Untuk segalanya.
Telepon jika kau membutuhkan aku.
Di dalam rumah, aku menyalakan lampu. Setelah itu aku ke kamar mandi, melepas baju. Pengalaman takut dan panik masih kental di pakaianku, kubiarkan baju itu menumpuk di lantai. Setelah membungkus perban di tanganku dengan plastik, aku menikmati pancuran air hangat.
532 Gambaran-gambaran pengalaman tadi berputar dalam kepalaku seiring memancurnya air hangat ke tubuhku. Aku berpura-pura air itu bisa menghapus segalanya, menghanyutkan segala yang barusan kualami. Semuanya telah berakhir. Semuanya. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kusingkirkan. Black Hand.
Jika Patch bukan Black Hand, lalu siapa" Dan bagaimana Rixon, yang notabene malaikat terbuang, tahu banyak tentang dirinya"
Dua puluh menit kemudian, aku menyeka tubuh dengan handuk dan memeriksa pesan yang terekam di telepon rumah. Ada satu panggilan dari Enzo, menanyakan apakah aku bisa bertugas malam ini. Lalu telepon dari Vee yang marah-marah, ingin tahu keberadaanku. Polisi telah menyingkirkannya dari lapangan parkir dan menutup taman rekreasi. Tapi itu baru bisa dilakukan setelah mereka meyakinkan Vee secara pribadi bahwa aku selamat dan memintanya segera pulang. Vee mengakhiri telepon dengan teriakan, Kalau ada satu hal yang tidak kauceritakan, aku akan benar-benar marah besar!
Pesan ketiga dari seorang penelepon tak dikenal. Tapi aku langsung mengenali suara Scott begitu dia mulai bicara. Kalau kau memberitahukan pesan ini kepada polisi, aku sudah pergi jauh sebelum mereka
533 bisa melacakku. Cuma ingin minta maaf sekali lagi. Dia terdiam, dan aku bisa merasakan senyuman dalam suaranya. Karena kau sangat mengkhawatirkan aku, kupikir sebaiknya kuberitahukan saja. Aku dalam proses penyembuhan. Sebentar lagi akan sehat kembali. Terima kasih atas tipnya soal, emm, kesehatanku.
Aku tersenyum kecil. Satu beban terangkat. Scott baik-baik saja.
Senang berkenalan denganmu, Nora Grey. Siapa tahu, mungkin ini bukan komunikasi kita yang terakhir. Mungkin suatu saat kita akan bertemu lagi. Diam lagi. Satu hal lagi. Aku telah menjual Mustang. Mobil itu kelewat mencolok. Jangan kesenangan dulu. Tapi aku membelikanmu sesuatu dengan sisa uang itu. Kudengar kau menaksir Volkswagen. Pemiliknya akan mengantarkan mobil itu besok. Aku sudah membayar isi bensin penuh, untuk memastikan mobil itu diantarkan ke rumahmu.
Pesan itu selesai, tapi aku masih menatap telepon. Volkswagen" Untukku" Kepalaku pusing karena kaget dan gembira. Sebuah mobil. Scott membelikan mobil untukku. Sebagai upaya membalas kebaikannya, aku menghapus pesan itu. Aku melenyapkan semua bukti bahwa dia pernah menelepon. Kalau toh polisi
534 menemukan Scott, itu bukan karena aku. Tapi entah bagaimana, kurasa mereka tidak akan menemukannya.
Dengan telepon di tangan, aku menghubungi Ibu. Aku tidak akan menunda lebih lama lagi. Malam ini aku nyaris mati. Aku ingin mengubah kehidupanku, membersihkan, dan memulai dari awal. Dan aku melakukannya sekarang. Satu-satunya hal yang mengganjal adalah telepon ini.
Nora" jawab Ibu dengan suara panik. Aku mendapat pesan dari detektif. Aku dalam perjalanan pulang sekarang. Kau baik-baik saja" Katakan kau baik-baik saja!
Aku menghela napas. Ya. Oh, Sayangku. Aku sangat mencintaimu. Kau tahu itu, bukan" Ibu terisak.
Aku tahu yang sebenarnya. Diam.
Aku tahu yang sebenarnya tentang peristiwa enam belas tahun lalu, kataku lebih jelas.
Apa maksudmu" Aku hampir sampai. Aku masih gemetar sejak menutup telepon dari detektif. Aku terguncang, benar-benar terguncang. Apakah mereka tahu siapa pemuda Rixon ini" Apa yang dia inginkan darimu" Aku tidak paham mengapa kau terseret ke dalam masalah ini.
535 Mengapa Ibu tidak bisa berterus terang" bisikku, air mataku menggenang.
Manisku" Nora. Aku bukan gadis kecil lagi. Bertahun-tahun Ibu berbohong kepadaku. Bertahun-tahun aku terpisah dari Marcie. Bertahun-tahun kita menertawakan keluarga Millar karena mereka bodoh, kaya, dan sembrono Suaraku tercekat.
Meski sebelumnya sangat marah, sekarang aku tidak tahu bagaimana seharusnya perasaanku. Jengkel" Lelah" Bingung karena keadaan yang kacau balau" Pada awalnya orangtuaku membantu Hank Millar, tapi ternyata kemudian saling jatuh cinta& dan lahirlah aku. Berbagai masalah menimpa, tetapi berhasil kami atasi. Kami bahagia. Sekarang ayahku sudah tidak ada, tapi dia masih memikirkan aku. Dia masih peduli kepadaku. Dia ingin aku menjaga yang tersisa dari keluargaku, alih-alih menjauhi Ibu.
Itulah yang juga kuinginkan.
Aku menghirup udara. Jika Ibu sudah pulang, kita harus bicara. Tentang Hank Millar.
Aku menghangatkan susu cokelat dan membawanya ke kamar. Reaksi pertamaku adalah takut. Karena aku sendirian, sementara Rixon mungkin saja bebas berkeliaran
536 di luar sana. Reaksi keduaku adalah ketenangan yang hening. Aku tidak tahu mengapa, tapi rasanya aku tahu, aku aman. Aku berusaha mengingat kejadian di ruangan mesin beberapa saat sebelum aku jatuh pingsan. Patch masuk ke ruangan itu& .
Setelah itu, aku tidak tahu apa-apa lagi. Ini membuatku frustrasi, karena aku merasa ada hal lain yang menari-nari di batas ingatanku. Aku tidak bisa menariknya, tapi aku tahu itu sesuatu yang penting.
Setelah beberapa saat, aku berhenti mengingat-ingat. Dan pikiranku beralih ke sesuatu yang menakutkan. Ayah biologisku masih hidup. Hank Millar telah memberikanku kehidupan, kemudian mencampakkan aku. Aku tidak punya keinginan menghubunginya sekarang. Memikirkan untuk mendekatinya saja sudah sangat menyakitkan. Karena aku akan terpaksa mengakui dia adalah ayahku, dan aku tidak mau itu. Menyimpan wajah ayahku yang sesungguhnya dalam memoriku sudah cukup berat. Aku tidak mau gambar itu tergantikan atau menghilang lebih cepat dari yang seharusnya. Tidak, biarkan saja Hank Millar di tempatnya di kejauhan. Aku bertanya-tanya, apakah suatu hari aku akan berubah pikiran. Tapi kemungkinan itu membuatku takut. Tidak bisa dipungkiri, separuh kehidupanku tersembunyi, tapi ada kenyataan lain.
537 Apabila aku mengungkapkannya, maka kehidupanku sekarang ini akan berubah selamanya.
Aku tidak punya keinginan sedikit pun memikirkan Hank lebih jauh. Tapi ada satu hal yang masih mengganjal. Hank menyembunyikan aku saat masih bayi. Itu untuk melindungiku dari Rixon, karena aku anak perempuan. Tapi bagaimana dengan Marcie" Saudaraku. Dia mewarisi darah yang sama denganku. Lalu, mengapa Hank tidak menyembunyikannya" Aku berpikir keras, tapi tidak menemukan jawaban.
Aku sedang bergelung di bawah selimut ketika terdengar pintu diketuk. Kusingkirkan mug cokelatku di atas meja. Tidak banyak orang yang bertamu pada malam selarut ini. Aku turun ke lantai bawah, dan mengintip di lubang pintu. Tapi sebenarnya aku tidak perlu mengintip untuk menegaskan siapa yang berdiri di balik pintu. Aku tahu dia adalah Patch dari jantungku yang berdetak tidak keruan.
Aku membuka pintu. Kau yang memberi tahu Detektif Basso lokasiku. Kau yang menghentikan Rixon saat menembakku.
Mata hitam Patch menatapku lekat-lekat. Sejenak aku melihat selapis jalinan emosi bermain di mata itu. Tubuhnya meruapkan aroma karat, gulali, dan air. Aku tahu, dia tidak jauh dariku ketika Detektif Basso
538 menemukanku di jantung rumah seram itu. Dia tidak melakukan kesalahan selama ini. Dia memastikan aku selamat.
Patch merangkul dan memelukku erat. Kusangka semuanya sudah terlambat. Kusangka kau tidak selamat.
Aku menggenggam bagian depan kemejanya dan menyandarkan kepala ke dadanya. Aku tidak peduli aku menangis. Aku aman, dan Patch ada di sini. Tidak ada yang lebih penting.
Bagaimana kau menemukan aku" tanyaku. Aku sudah mencurigai Rixon, katanya pelan. Tapi aku harus memastikan.
Aku mengangkat wajah. Kautahu Rixon ingin membunuhku"
Aku melihat tanda-tandanya, tapi aku tidak ingin percaya. Rixon adalah temanku Suara Patch parau. Aku tidak mau percaya dia mengkhianatiku. Ketika aku menjadi malaikat pelindungmu, aku merasa ada seseorang yang ingin membunuhmu. Aku tidak tahu siapa, karena mereka sangat berhati-hati. Mereka secara aktif mencari akal untuk membunuhmu, jadi aku tidak bisa mendapatkan gambaran yang jelas.
Aku tahu manusia tidak akan menyembunyikan pikiran sehati-hati itu. Mereka tidak tahu pikiran mereka


Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

539 menyampaikan berbagai jenis informasi kepada para malaikat. Aku sendiri berkali-kali mendapat kilasan kesadaran. Ada hal-hal kecil yang membuatku memperhatikan Rixon, meskipun aku tidak menginginkannya. Aku yang menjodohkan Rixon dengan Vee agar bisa memperhatikannya lebih dekat. Juga karena aku tidak mau dia mengira sedang diincar. Aku tahu, satusatunya alasan yang membuatnya ingin membunuhmu adalah untuk mendapatkan tubuh manusia. Jadi, aku mulai mengorek masa lalu Barnabas. Ketika itulah aku melihat kebenaran. Rixon unggul dua langkah dariku. Tapi tentunya dia tahu setelah aku menemukanmu dan mendaftar di sekolah tahun lalu. Sama seperti aku, dia ingin menjadikanmu tumbal. Dia melakukan apa saja agar aku tidak memercayai isi Kitab Enoch. Supaya aku tidak bisa membunuhmu, melainkan dia yang membunuhmu.
Mengapa tidak kaukatakan saja dia berusaha membunuhku"
Tidak bisa. Kau memecatku sebagai malaikat pelindungmu. Secara fisik aku tidak bisa ikut campur jika menyangkut keselamatanmu. Setiap kali berusaha, aku dihalangi oleh penghulu malaikat. Tapi aku menemukan cara lain. Aku bisa membuatmu melihat memoriku saat kau tidur. Aku berusaha memberikan informasi
540 yang kaubutuhkan. Bahwa Hank Millar adalah ayah biologismu sekaligus perantara Nephilim Rixon. Aku tahu, kau berpikir aku mengabaikanmu ketika kau sangat membutuhkan aku. Tapi aku tidak pernah berhenti mencari jalan untuk memperingatkanmu soal Rixon. Sudut mulutnya terangkat, tapi itu isyarat lelah. Sekalipun ketika kau terus memblokir aku.
Aku baru sadar, aku menahan napas sedari tadi, lalu aku mengembuskannya perlahan. Di mana Rixon sekarang"
Aku melemparnya ke neraka. Dia tidak akan muncul lagi. Patch menatap lurus ke depan, matanya tegas, tapi tidak marah. Mungkin kecewa. Berharap tidak begini akhirnya. Tetapi di balik segalanya, aku curiga dia lebih menderita dibandingkan dengan yang diperlihatkannya. Dia telah membuang sahabat terdekatnya. Satu-satunya orang yang berada di sampingnya untuk melewati segalanya, untuk menghadapi keabadian kegelapan. Aku menyesal, bisikku.
Kami terdiam beberapa saat, sama-sama membayangkan nasib Rixon. Aku tidak melihatnya secara langsung. Tetapi, gambaran yang melintas dalam kepalaku cukup mengerikan untuk membuat tubuhku menggigil.
Akhirnya Patch bicara ke pikiranku, Aku telah memberontak, N ora. Begitu penghulu malaikat tahu,
541 mereka akan memburuku. Kau benar. Aku tidak segansegan melanggar aturan.
Aku merasakan dorongan yang sangat kuat untuk mengusirnya. Kata-katanya bergemuruh dalam kepalaku. Memberontak" Tempat pertama yang menjadi tujuan pencarian malaikat adalah di sini. Apakah dia sengaja bersikap sembrono" Kau gila" kataku. Tergila-gila kepadamu.
Patch! Jangan cemas, kita punya waktu. Dari mana kautahu"
Dia mundur selangkah, tangan di dadanya. Tipisnya kepercayaanmu membuatku tersinggung.
Aku malah menatapnya lebih tegas. Kapan" Kapan kau memberontak"
Beberapa jam lalu. Aku ke sini untuk memastikan kau aman. Aku tahu, Rixon di D elphic. D an ketika aku melihat catatan pesanmu di dapur, aku tahu dia akan bertindak. Aku melanggar penghulu malaikat dan mengejarmu. Jika itu tidak kulakukan, Angel, aku tidak bisa ikut campur secara fisik. D an Rixon akan menang. Terima kasih, bisikku.
Patch memelukku lebih erat. Aku ingin tetap dalam pelukannya dan mengabaikan segalanya, kecuali sensasi
542 tubuhnya yang kuat. Tapi, ada pertanyaan yang tidak bisa ditunda.
Apakah ini berarti kau tidak lagi menjadi malaikat pelindung Marcie" tanyaku.
Aku merasa Patch tersenyum. Sekarang aku kontraktor swasta. Aku yang memilih klien, bukan sebaliknya.
Mengapa Hank tidak menyembunyikan Marcie, tapi hanya aku" Aku mengalihkan wajah ke kemejanya agar dia tidak melihat mataku. Aku tidak peduli dengan Hank. Tidak sama sekali. Dia tidak berarti apa-apa bagiku. Namun di suatu tempat dalam hatiku, aku ingin dia mencintaiku, seperti cintanya kepada Marcie. Aku putrinya juga. Tapi di mataku, dia memilih Marcie ketimbang aku. Dia mengusirku dan menyayangi Marcie.
Aku tidak tahu. Suasana begitu hening hingga aku bisa mendengar napasnya. Marcie tidak punya tanda seperti kau. Hank punya, dan Chauncey punya. Rasanya itu bukan kebetulan, Angel.
Mataku beralih ke balik pergelangan tangan kananku. Ke garis hitam yang sering dianggap orang sebagai goresan biasa. Aku selalu menganggap tanda lahir itu unik. Sampai aku bertemu Chauncey. Dan sekarang Hank. Firasatku mengatakan, tanda itu punya makna yang lebih dalam ketimbang sekadar hubungan
543 biologisku dengan garis keturunan Chauncey. Dan pikiran itu sungguh menakutkan.
Kau aman bersamaku, gumam Patch, mengelus tanganku.
Setelah sesaat terdiam, aku berkata, Ke mana semua ini berakhir"
Kebersamaan kita. Patch mengangkat alis dan menyilangkan jari, seolah mengharapkan keberuntungan. Kita banyak bertengkar, kataku.
Kita juga banyak berbaikan. Patch menarik tanganku dan meloloskan cincin ayahku dari jarinya ke telapak tanganku. Kemudian, dia menangkupkan jarijariku. Sebenarnya aku ingin menyerahkan lebih awal, tapi masalahnya belum selesai, katanya, mengecup buku-buku jariku.
Aku membuka telapak tangan dan mengangkat cincin itu. Sama dengan sebelumnya, ada gambar hati terukir di bagian dalam. Tapi sekarang ada dua nama di kedua sisinya: NORA DAN JEV.
Aku mengangkat wajah. Jev" Itu namamu yang sebenarnya"
Sudah lama tidak ada yang memanggilku dengan nama itu. Patch menyentuh bibirku dengan jarinya. Mata hitamnya menatapku lembut.
544 Hasrat meluap-luap dalam diriku, panas dan mendesak.
Seolah merasakan hal yang sama, Patch menutup pintu dan menguncinya. Dia mematikan lampu, dan ruangan diselimuti kegelapan. Satu-satunya cahaya berasal dari sinar bulan yang menembus tirai. Bersamaan, mata kami beralih ke sofa.
Ibuku datang sebentar lagi, kataku. Kita ke tempatmu saja.
Patch memegang dagunya. Aku tidak sembarangan membawa seseorang ke sana.
Aku sudah bosan dengan jawaban itu.
Kalau kau menunjukkan kepadaku, kau akan membunuhku" kataku menebak sembari berusaha melawan perasaan jengkel. Begitu masuk, aku tidak akan bisa keluar"
Patch memperhatikan aku sejenak. Kemudian dia merogoh saku, mengeluarkan satu set kunci, dan memasukkannya ke saku piyamaku.
Begitu kau masuk, kau harus sering datang kembali.
Empat puluh menit kemudian, aku menemukan pintu yang terbuka dengan kunci dari Patch. Dia memarkir Jip di taman rekreasi Delphic. Kami menyeberangi lapangan
545 parkir sambil bergandengan tangan. Angin musim panas yang sejuk menggoyang rambutku. Patch membuka gerbang, menahannya sementara aku melewatinya.
Delphic berbeda total tanpa hiruk pikuk dan lampu karnaval. Taman itu menjadi tempat yang sepi dan terkesan magis. Sebuah kaleng soda bekas melayang di atas trotoar, tertiup angin. Berjalan mengikuti jalur, mataku tidak berpindah dari kerangka Archangel yang menjulang ke langit gelap. Udara berbau hujan. Gemuruh petir terdengar di kejauhan.
Tepat di utara Archangel, Patch menarikku dari jalur pejalan kaki. Kami menaiki anak tangga ke gudang peralatan. Dia membuka pintu, persis ketika hujan menetes dari langit, menari-nari di atas trotoar. Pintu ditutup, kami diselimuti kegelapan. Taman ini begitu sepi, kecuali bunyi tetes hujan menerpa atap. Aku merasa Patch bergerak di belakangku, tangannya di pinggangku, suaranya lembut di telingaku.
Delphic dibangun oleh malaikat terbuang. Ini satu-satunya tempat yang tidak akan didekati penghulu malaikat. Malam ini hanya ada kau dan aku, Angel.
Aku berbalik, menyerap kehangatan tubuhnya. Patch mengangkat daguku dan menciumku. Ciuman yang hangat dan menjalarkan getaran menyenangkan ke seluruh tubuhku. Rambutnya lembap karena hujan,
546 dan samar-samar tubuhnya meruapkan wangi sabun. Aku cinta kepadamu, gumamnya. Aku tidak pernah sebahagia ini.
Menyentuh sekali. Suara berat itu terdengar dari tempat yang tergelap, melayang di dinding belakang. Tangkap si malaikat.
Beberapa lelaki muda yang luar biasa jangkung, tidak diragukan lagi Nephilim, muncul dari kegelapan dan mengelilingi Patch, memiting tangannya ke belakang. Aku menjadi bingung, karena Patch tidak melawan.
Ketika aku mulai melawan, lari, kata Patch ke pikiranku. Dan aku sadar, dia menunda perlawanan untuk berbicara kepadaku, untuk membantuku menemukan jalan keluar. Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kau lari. Bawa Jip-ku. Kau masih ingat bagaimana menghidupkannya" Jangan pulang. Tetap di Jip sampai aku menemuimu
Lelaki yang tadi memerintah sekarang melangkah maju. Seiris cahaya kelabu menembus salah satu dari sekian banyak celah di ruangan itu. Dia bertubuh tinggi langsing, tampan, luar biasa muda untuk usianya. Dan busananya benar-benar necis, kaus polo putih dan celana panjang twill katun.
547 Mr. Millar, bisikku. Aku tidak tahu cara lain memanggilnya. Hank sepertinya kelewat tidak formal. Ayah sepertinya terlalu akrab.
Izinkan aku memperkenalkan diri dengan baik, katanya. Aku Black Hand. Aku sangat mengenal ayahmu, Harrison. Aku senang dia tidak di sini dan melihatmu mengotori dirimu sendiri dengan salah satu keturunan iblis. Dia menggelengkan kepala. Aku tidak membayangkan kau tumbuh besar seperti ini, Nora. Berteman dengan musuh, menghina leluhurmu sendiri. Rasanya kau juga yang membongkar tempat persembunyianku semalam. Tapi tidak apa-apa. Aku bisa memaafkan yang itu. Dia diam untuk memberi penekanan pada ucapan berikutnya. Katakan, Nora. Apakah kau yang membunuh sahabatku, Chauncey Langeais"
***** FINALE Buku #4 dari Hush Hush Saga
SILENCE Buku #3 Hush Hush Saga KARYA B ECCA F I TZPATRICK !
HUSH HUSH Buku #1 Hush Hush Saga DAPATKANBUKULAINNYADARIh
Harimau Kemala Putih 12 Si Pemaki Tuhan Karya Karl May Pecut Sakti Bajrakirana 10
^