Pencarian

Raja Barbar Momok Romawi 7

Attila Raja Barbar Momok Romawi Attila: The Barbarian King Who Challenged Rome Karya John Man Bagian 7


349 Jika kita melihat apa yang sebenarnya ditulis oleh Jordanes, tidak ada peti-peti jenazah dari logam. Sumber Latin mengusulkan sebuah solusi yang lebih realistis: coopercula& communiunt, mereka melapisi tutupnya . Tidak disebutkan adanya arcae (peti jenazah), meskipun kata itu kemudian dipakai dalam bentuk verbal dalam catatan ini. Sekarang mulai terdengar masuk akal. Paling jauh kita membicarakan sebuah peti jenazah dari kayu, dan di dalamnya dimasukkan beberapa benda berharga seperti kepingan emas yang digunakan untuk menghias busur. Tutupnya dilapisi dengan simbol kecil gesper emas, perak, dan logam. Dan ternyata, ada peti-peti jenazah semacam itu yang ditemukan di antara temuan makam Xiongnu di perbukitan Noyan Uul di Mongolia.
Lalu, kekayaan macam apa yang seharusnya dikubur dengan jenazah Attila" Seperti yang ditulis Peter Tomka, Jenazah akan dibaringkan di dalam peti dengan mengenakan pakaian adat. Mungkin ia akan dilengkapi dengan makanan dan minuman, kadang dengan peralatan sederhana, seperti pisau atau jepitan. Namun tidak ada benda lebih berharga yang dimasukkan ke dalam peti jenazah itu sendiri. Jika harta di Pannonhalma objekobjek pemujaan dihiasi dengan serpihan emas, tapi tidak ada jenazah adalah harta bawaan, maka jenazah dan harta benda berharga milik raja akan dikubur secara terpisah. Apa yang dicari para pemburu harta dan arkeolog adalah jenazah dalam sebuah peti kayu, yang mungkin sekarang sudah lenyap di dataran banjir Tisza, dan satu timbunan kecil benda-benda pribadi.
D I M USEUM Szeged, kita akan merasa bahwa kita sudah sangat dekat dengan Attila, khususnya saat kita ditemani oleh pimpinannya saat ini, Bela Kurti, yang secara rutin
350 memegang objek-objek yang bisa jadi dipegang oleh Attila sendiri. Kurti, laki-laki bertubuh besar dan tegap, dengan janggut memutih, sudah berada di museum itu selama lebih dari 30 tahun, menjelaskan bagaimana ini bisa terjadi.
Tokoh utama dalam kisah ini adalah seseorang yang berusia delapan puluh tahun yang tinggal di sebuah dusun kecil di dataran banjir Tisza, sekitar 12 kilometer barat daya Szeged. Balint Joszef atau Joseph Balint adalah seorang bekas pekerja ladang yang terkenal di daerah setempat karena benda yang ditemukannya saat berusia lima tahun. Lokasinya terlalu kecil untuk di - tunjukkan dalam peta, tetapi di sana terdapat sebuah danau yang memiliki nama yang sama Nagysz"ks"s (dieja Narj-sake-shosh). Saat itu hari cerah di awal musim panas 1926. Joszef kecil sedang berada di luar bersama keluarganya, bermain sementara mereka menanam labu. Joszef melihat benda keras mencuat dari tanah yang baru dicangkul, ia mengorek-ngorek tanah itu, dan menarik sebuah jambangan besi yang bentuknya aneh, yang kelihatannya semua bagiannya berlubang 39 lubang persisnya, dalam tiga baris. Joszef menunjukkan benda itu kepada ibunya. Sebagai sebuah jambangan, benda ini sama sekali tidak berguna, kotor dan penuh lubang, jadi ibu Joszef mengambil sebuah palu dan memipihkannya, dan membuatnya menjadi lingkaran yang kasar, seperti sebuah mahkota. Sekarang kau akan menjadi seorang raja! ujar ibunya, dan Joszef mengambil benda tadi untuk bermain di dalam kandang babi. Benda itu berat. Ia tidak bisa memakainya. Jadi, ia meng - gelinding kannya di sekeliling halaman rumah, melupakan - nya, dan benda itu pun hilang begitu saja.
Enam bulan kemudian, salah seorang pekerja ladang
351 menemukannya lagi dan kali ini salah seorang anggota keluarga melihat kalau benda ini penting. Ia mem - bersihkannya, dan terkejut ketika melihat bahwa ia sedang memegang emas. Ia memotongnya menjadi tiga bagian dan membawanya ke toko perhiasan di Szeged untuk mencari tahu berapa uang yang ia dapatkan. Pemilik toko, yang berhati-hati dengan hukum, melaporkan penemuan ini kepada polisi, yang membawa kepingan itu ke museum Szeged, yang kemudian sampai ke tangan pimpinan museum, Mora Ferenc. Seketika itu juga Mora memacu mobilnya ke lahan pertanian dan berbicara kepada Joszef kecil, yang menunjukkan lokasi penemuan benda itu. Dua kepingan mangkuk lain pun ditemukan. Kemudian diikuti dengan permintaan resmi: bolehkah para arkeolog museum menggali ladang labu Balint" Orangtua Joszef Balints tidak suka dengan gagasan ini dan tidak memberi izin.
Delapan tahun berlalu. Mora meninggal dunia. Penerus - nya, yang agak lebih tekun, kembali ke Nagysz"ks"s, mengabaikan Tuan Balint, menggali ladang itu dan mendapatkan harta terbesar suku Hun yang pernah ditemukan 162 benda: gesper ikat pinggang, kalung, perhiasan emas bertatahkan batu-batu mulia, pakaian kuda, hiasan sadel, gesper sepatu bot, kepingan hiasan pedang dan pisau belati, gagang perangkat kayu, potongan sadel dan cambuk, mangkuk dan jambangan. Temuantemuan berikutnya menambah total menjadi lebih dari 200 benda, sebagian besar berukuran kecil, berjumlah satu kilo emas. Dari gesper sepatu bot, para arkeolog mengetahui bahwa benda-benda ini kepunyaan salah satu atau beberapa anggota kelompok elite Hun. Para ahli seperti Istv"n B"na dan Peter Tomka setuju: ini adalah benda-benda persembahan, dan ini dengan susah
352 payah bukan bagian dari sebuah pemakaman. Tidak ada tulang belulang yang ditemukan di ladang Balint, tidak ada abu, tidak ada jejak gundukan makam yang sudah hilang.
Mangkuk tadi, sekarang kembali disatukan, dan disimpan di Museum Nasional di Budapest, satu harta temuan utama yang menjadi keahlian Kurti. Satu tiruannya berada di museum Szeged. Temuan-temuan serupa di Persia menunjukkan bahwa lubang-lubang itu merupakan hiasan kaca atau batuan yang cukup berharga, yang mengesankan benda ini dipakai untuk bersulang pada acara jamuan makam malam formal seperti salah satu yang diceritakan oleh Priscus. Sebetulnya, ini adalah karya logam yang indah. Namun menarik untuk me - mikirkan bahwa benda ini mungkin sampai ke tangan kita dari tempat itu, laki-laki itu, peristiwa khusus ketika Attila berada di puncak kekuasaannya, persisnya empat tahun sebelum mangkuk itu menjadi persembahan pada upacara pemakaman.
S EMENTARA ITU , pasti dulunya dilakukan prosesi pemakaman yang menyedihkan, dan penguburan rahasia di dalam tanah . Tidak disebutkan ada gundukan makam. Jika makamnya sejajar dengan makam kerajaan Xiongnu, mungkin ada satu lubang dalam, ruangan kayu, dan makam kayu, yang di dalamnya dimasukkan peti jenazah dari kayu pula, kemudian lubang itu ditutup kembali.
Kata rahasia menjadi penting. Jenghis Khan di - makamkan secara rahasia, dan begitu pula dengan para ahli warisnya. Kerahasiaan tersebut memiliki tujuan ganda. Satu yang jelas adalah untuk menggagalkan usaha
353 para penjarah makam (keduanya tahu akan bahaya, bangsa Mongol dari pemakaman Noyan Uul di perbukitan tanah kelahiran mereka dan suku Hun dari incaran Uskup Margus beberapa tahun sebelum kematian Attila). Yang kedua adalah untuk memelihara kesucian situs tersebut, dan dengan demikian melindungi aura keagungan yang mengelilingi sang kaisar. Dalam kasus para penguasa Mongol, para pengikut mereka punya satu masalah, bahwa semua orang tahu di mana makam Jenghis Khan di gunung suci Burkhan Khaldun, yang sekarang dikenal dengan nama Khan Khenti, di bagian utara Mongolia. Untuk menyelesaikan masalah ini, bangsa Mongol menyamarkan makam-makam itu begitu rupa dengan meratakan tanahnya dengan bantuan kuda dan menempat - kan para penjaga di seluruh area, dan kemudian mem - biarkan pohon dan rerumputan tumbuh untuk menyamar - kan tempat itu. Setelah satu generasi, tidak seorang pun bisa menemukan di mana persisnya situs-situs itu terletak, yang tetap menjadi rahasia hingga saat ini.
Kasus Attila sedikit berbeda. Tampaknya, itu sudah menjadi ritual-ritual tradisional untuk menghormati meninggalnya pemimpin suku penggembala nomaden. Namun suku Hun tidak lagi menjadi kaum penggembala nomaden dan sudah menetap di Hongaria selama beberapa generasi. Tidak ada situs rahasia tradisional yang akan cocok sebagai pemakaman bagi para pemimpin Hun, dan, bahkan jika ada beberapa ingatan penduduk akan asal leluhur mereka yang (tidak terbukti) dari suku Xiongnu, tidak ada pegunungan di sekitar yang akan berlaku sebagai jembatan antara bumi dan langit. Tidak ada banyak pilihan kecuali pemakaman bumi biasa.
Itulah yang dipercayai penduduk Hongaria, dengan sedikit pembelokan yang ditambahkan G"rdonyi. Di
354 mana sang raja dimakamkan"
Kama tua itu menjawab, mengikuti sidang langit. Sungai Tisza penuh dengan pulau-pulau kecil. Alihkan airnya dari anak sungai yang lebih kecil di salah satu tempat di mana sungai terbagi. Galilah makam yang sangat dalam di sana, di tempat bekas dasar sungai dan kemudian perlebar dasarnya sehingga akan menjadi lebih besar. Setelah raja dimakamkan, biarkan air mengalir kembali.
Sebagai hasilnya, sekarang di Hongaria banyak yang percaya dan menyatakan hal ini sebagai fakta, bahwa Attila dimakamkan di Sungai Tisza.
Bagaimana pun pemakaman yang dilakukan, pemakam - an tersebut akan dilakukan di tempat yang tetap dijaga kerahasiaannya, hal yang menjadi satu masalah di puszta Hongaria yang benar-benar terhampar datar. Priscus, menurut Jordanes, mengatakan kepada kita bagaimana kira-kira hal ini bisa dilakukan. Kekayaan yang luar biasa itu mungkin diamankan dari keingintahuan manusia, mereka membunuh siapa saja yang ditunjuk melakukan pekerjaan itu sebuah penghargaan mengerikan yang menimbulkan kematian mendadak bagi yang menguburkan dan yang dikubur.
Hal ini perlu diteliti lebih cermat. Melakukan pem - bantaian binatang dan budak merupakan praktik biasa di seluruh wilayah Eurasia, untuk menandai kematian seorang raja. Di Anyang, China, para turis sekarang ini bisa melihat sebuah situs pemakaman yang luar biasa, di mana sejumlah kecil pasukan dimakamkan bersama komandan istana mereka, menyisakan kerangka-kerangka manusia, kuda, dan sejumlah kereta tempur. Ini bukan
355 kebiasaan yang umum, karena budak dan prajurit dinilai sebagai aset, dan malahan sangat banyak yang mencontoh hal ini, misalnya pasukan terakota Xian yang terkenal.
Adapun pembunuhan para penggali makam dilakukan untuk menjaga kerahasiaan. Sepanjang yang kuketahui, Jordanes-lah yang pertama kali menyebutkan gagasan seperti ini. Mungkin ini tidak mengherankan, mengingat bahwa biasanya pemakaman seorang raja besar melibatkan peringatan yang cukup nyata, dalam bentuk gundukan makam, yang jumlahnya ada ribuan di seluruh Hongaria, Ukraina, dan bagian selatan Rusia, di seluruh wilayah Asia, hingga makam-makam kerajaan Xiongnu di Mongolia. Kerahasiaan tidak pernah menjadi masalah. Dan terjadi lagi dengan pemakaman Jenghis Khan, yang, mungkin bukan secara kebetulan, menghasilkan gagasan serupa: bahwa, untuk menjaga kerahasiaan dari kematian Khan yang agung, semua makhluk hidup di seluruh rute arak-arakan penguburan, dibunuh. Marco Polo mengata - kan hal ini dalam kaitannya dengan pemakaman cucu Jenghis, Monkhe, dan kemudian hal ini menjadi sebuah kebenaran mutlak saat dikaitkan dengan pemakaman Jenghis sendiri. Berkaitan dengan bangsa Mongol, hal ini jelas tidak praktis. Tidak ada hal yang lebih baik untuk membuat rute arak-arakan pemakaman terlihat jelas selain jalanan yang penuh dengan mayat dan keluarga-keluarga yang berdukacita.
Namun kasus Attila mungkin berbeda. Ini situasi yang unik. Sebelumnya tidak pernah ada seorang pemimpin barbar yang memiliki pencapaian sedemikian hebat. Tidak ada yang bisa dijadikan contoh. Pemakaman pada waktu malam, tidak ada gundukan tanah itu kedengaran masuk akal bagiku. Jika Priscus membuat semua cerita ini, atau jika ia hanya merespons terhadap contoh-
356 contoh klasiknya, pasti ia akan melanjutkannya dengan ratapan dan kematian para korban dan gundukan makam.
Jadi bagaimana kita menjaga rahasia" Maenchen- Helfen, kembali, agak sombong dengan gagasan ini. Membunuh para pekerja yang mengubur raja adalah cara yang tidak efisien untuk menjaga penjarahan makam, karena ribuan orang pasti akan tahu. Di samping itu, siapa yang membunuh si pembunuh itu" Aku tidak yakin. Ini tidak akan sulit dilakukan, karena pasukan Hun memiliki budak yang sangat banyak yang diambil dari puluhan aksi penyerangan, di antaranya berasal dari suku-suku Jerman, Balkan, Gaul, Italia. Priscus sudah melihat sebagian dari mereka pada kunjungannya, dan membandingkan pedagang Inggris sukses bukannya tahanan berwajah seram dan depresi yang dipekerjakan di markas besar Attila. Orang Hun tidak akan menyesali pembunuhan (ingat dua pangeran yang melarikan diri dan dihukum dengan cara disula). Membunuh manusia itu seperti membunuh domba bahkan lebih mudah, karena dengan seekor domba kita sedikit cemas akan kualitas dagingnya. Jadi bukan masalah besar untuk berubah dari melukai diri sendiri pada saat perkabungan, menjadi membunuh para pelayan rumah.
Aku bisa membayangkan sekumpulan tahanan, jumlahnya sekitar 50 orang, digiring untuk menggali lubang makam. Para tahanan ini benar-benar tidak sadar akan nasib yang menghampiri mereka, karena rencana ini hanya diketahui oleh beberapa orang logade; kemudian prosesi yang mendekat dan kerumunan orang Hun yang berkabung, ribuan jumlahnya, diberi tahu untuk kembali ke rumah-rumah mereka oleh sekelompok kecil logade; barisan tahanan bergerak pelan dengan pengawalan sekitar 50 orang prajurit Hun dan pembawa kain penutup
357 358 peti jenazah, pemakaman secara terhormat, pekerjaan lambat mengisi makam dan meratakan tanahnya dengan hati-hati, bahkan mungkin areal ini segera tertutup oleh banjir musim semi dari Sungai Tisza; kemudian para tahanan berkumpul, digiring berbaris menuju kegelapan; dan kemudian, dengan datangnya cahaya pertama di langit timur, para tahanan dipisahkan secara berkelompok, dan dilakukan pembantaian secara cepat, di mana satu prajurit Hun melakukan satu atau dua eksekusi, semuanya selesai dalam sekejap. Tentu saja, ada orang-orang Hun yang mengetahui rahasia ini, tetapi mereka adalah para penjaga rahasia yang tepercaya. Rahasia ini aman di tangan mereka, hingga musim berganti dan banjir tahunan Sungai Tisza menyamarkan lokasi itu selamanya.
JEJAK MEREKA YANG HILANG H AMPIR SEKETIKA ITU JUGA , KEKAISARAN YANG TAMPAKNYA begitu besar berubah menjadi seperti rumah dari tumpukan kartu. Attila, pimpinan terbesar yang muncul dari padang rumput sebelum munculnya Jenghis, tidak pernah membuat ketentuan untuk suksesi kepemimpinannya. Priscus pernah melihat Attila mencurahkan kasih sayang kepada putranya yang lebih muda, Ernak, dan menunjuk - kan tanggung jawab kepada putranya yang paling tua, Ellac. Tetapi, menjadikan mereka memimpin ke kaisaran bersama-sama adalah sebuah khayalan. Jenghis melakukannya dengan benar, delapan tahun sebelum meninggal ia membuat sebuah birokrasi, dan hukumhukum tertulis, serta sebuah pernyataan resmi tentang siapa yang harus mengambil alih takhta ketika ia meninggal dunia. Attila seperti seorang ayah yang meninggal tanpa wasiat, yang mengakibatkan kedua putranya dan sekarang, dengan semua istrinya yang begitu banyak bertengkar memperebutkan harta warisan. Masing-masing
359 putranya menuntut bagian, berselisih bahwa para budak harus dibagi sama rata, seolah mereka adalah pelayan keluarga. Bangsa Mongol punya kisah-kisah tentang pemimpin (Jenghis, tentu saja, tetapi juga pemimpin lainnya) yang menunjukkan kepada putra-putra mereka bagaimana saat satu anak panah bisa dipatahkan dengan mudah, sekumpulan anak panah tetap tidak bisa dipatahkan: persatuan adalah kekuatan! Attila dan keluarganya tidak punya kebijaksanaan seperti itu. Dalam kata-kata Jordanes, Terjadi persaingan di antara para penerus Attila untuk mendapatkan tempat paling tinggi karena pemikiran anak muda itu tidak digerakkan oleh ambisi untuk mendapatkan kekuatan dan tergesa-gesa tanpa tahu bagaimana memerintah mereka semua menghancurkan kekaisaran Attila.
Jika sumber-sumber tulisan tentang apa yang terjadi sementara Attila berkuasa jumlahnya sedikit, sekarang hubungan-hubungan dengan dunia luar semakin sedikit, dan kita tidak punya apa pun selain melakukan generalisasi paling berani. Para pimpinan dari suku-suku yang dulunya independen tidak akan mau diperlakukan seperti budak, dan bangkit memberontak. Pertama, mungkin, Ostrogoth, tetapi pemberontakan utama dipimpin oleh pimpinan suku Gepid, Ardanic, dan salah satu sekutu terbesar Attila. Ia sudah mendukung raja barunya pada serangan di Balkan pada 447 dan membentuk pasukan sayap kanan di Dataran Catalaunia. Dialah yang sekarang membentuk aliansi untuk mendapatkan lagi kemerdekaan suku-suku Jerman dari penguasa Hun.
Pada 454, menurut Jordanes, terjadi perang besar. Detailnya tidak diketahui; yang kita miliki hanya sebuah nama, Sungai Nedao di Pannonia tapi tidak ada Sungai Nedao disebutkan pada sumber mana pun, dan sejak itu
360 nama serta lokasinya menghilang dari ingatan. Bahkan seorang peneliti ahli suku Hun yang paling rajin sekali - pun, Maenchen-Helfen, tidak bisa mengatakan lebih banyak selain bahwa itu mungkin nama anak sungai di Sava, yang mengalir menuju Tisza di Beograd. Bagaimana pun, perang itu merupakan kemenangan besar bagi Ardanic, yang dikatakan membunuh 30.000 pasukan Hun dan sekutu Hun jumlah yang harus dibagi sepuluh, seperti biasanya, jika dilihat dari kemungkinan jumlah sebenarnya. Di antara yang tewas adalah putra tertua Attila, Ellac. Demikianlah suku Hun menuju ke punahan - nya, satu ras di mana manusia berpikir seluruh dunia harus mengalah kepadanya.
Dan dengan begitu Persekutuan Gepid mengambil alih wilayah Hun, beserta hubungan mereka yang menjengkelkan dengan kekaisaran. Para duta besar dikirim ke Konstantinopel, di mana mereka diterima dengan baik oleh Marcian, yang menentang Attila dan dengan penuh kekhawatiran menunggu langkah yang ia lakukan selanjutnya. Marcian pasti sangat lega dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Sungai Danube, dan dengan senang menjamin bantuan menyediakan 100 pon emas setiap tahun untuk Ardaric seperduapuluh dari jumlah yang dibayarkan pendahulunya kepada Attila.
Dengan kematian Attila, wilayah kekaisaran secara garis besar menjadi lebih baik. Karena terpecah belah, bangsa barbar menjadi lebih mudah ditangani. Ada tiga perpindahan tempat tinggal berskala besar dari sukusuku kecil: wilayah Pannonia untuk suku Ostrogoth, dan sisa suku Hun dibagi menjadi dua kelompok, satu di pesisir Laut Hitam, dan satu lagi menempati tempat yang sekarang menjadi perbatasan Serbia-Bulgaria. Perebutan kekuasaan kecil terus berlangsung, terutama
361 antara Hun barat dan musuh lama mereka, Ostrogoth. Jordanes menyebutkan sebuah pertempuran di mana suku Hun menganggap Goth sebagai pembelot dari peraturan mereka, datang melawan seolah mereka mencari budak-budak pelarian , dan mendapat perlawanan sengit. Muncul seorang pemimpin Hun baru yang bernama Tuldila. Sidonius menyebut tentangnya dalam pidato pujian persembahan, kali ini untuk Kaisar Majorian pada 458: Hanya satu ras menyangkal patuh kepadamu, satu ras yang belakangan ini, lebih kasar daripada biasa - nya, meninggalkan daerah mereka yang belum dijinakkan di Sungai Danube karena mereka sudah kehilangan pimpinan dalam pertempuran, dan Tuldila menggerakkan kumpulan orang yang sulit dikendalikan dengan nafsu marah untuk bertarung ini.
Pada 465-466 mereka mencoba lagi. Salah satu putra Attila, Dengizich, yang memiliki basis di Sava, sekitar 75 kilometer sebelah barat Beograd, bergabung dengan Ernak (anak kesayangan Attila, masih hidup) dan mengirim seorang duta besar ke Konstantinopel, meminta sang kaisar, sekarang Leo I, 1 untuk menerima kembali per - dagangan di Sungai Danube. Leo menolak.
Terjadilah satu serangan terakhir ketika Dengizich dan pasukan Hun Eropa terakhir menyeberangi Sungai Danube yang membeku pada 467, memaksa dirinya menghadapi komunitas Goth dalam tawaran nekat untuk memberikan areal menetap baru. Dalam satu pesan untuk komandan kekaisaran setempat, Anagastes, Dengizich mengatakan bahwa pengikutnya siap menyerah jika mereka punya wilayah sendiri; dan ia ingin mendapat
362 1 Berkuasa pada 457 474, tidak sama dengan Paus Leo I (440 461). Selama empat tahun (457 461), paus dan kaisar ini sama sama dijuluki Leo I.
jawaban secepatnya karena mereka kelaparan dan tidak bisa menunggu lebih lama . Jawaban sang kaisar men - dukung permintaan suku Hun; Goth, yang sangat marah, menyerang mereka; pasukan Hun membela diri; pasukan Romawi ikut bergabung; dan areal milik suku Hun cukup lumayan di Eropa. Mereka terus bertarung, tanpa harapan, hingga berakhir dua tahun kemudian, pada 469, dicatat oleh satu sumber pendek pada awal abad ketujuh dalam Eastern Chronicle. Dengizich dibunuh Anagastes. Kepalanya dibawa ke Konstantinopel, dibawa dalam arak-arakan melintasi Jalan Tengah, dan dipancangkan pada tiang Salib Kayu. Seisi kota menoleh untuk melihatnya. Tak ada yang tahu nasib Ernak.
Beberapa orang Hun berhasil selamat, muncul bersama suku lain atau tercerai-berai secara perlahan-lahan di wilayah timur, menghilang seperti debu setelah sebuah ledakan, kembali tenggelam dalam alam mimpi dari mana tempat mereka muncul satu abad yang lalu.
S EMENTARA SISA kekaisaran Hun di Timur hilang, begitu juga dengan Romawi bagian barat. Bagi para sejarawan, keruntuhan kekaisaran barat itu memang carut-marut. Selama bertahun-tahun, pasukan Romawi bukanlah benar-benar orang Romawi. Aetius bisa dibilang sebagai orang Romawi terakhir , tetapi pasukannya di Dataran Catalaunia tidak akan ada apa-apanya tanpa kehadiran suku Visigoth, Frank, dan Burgundi, dan suku-suku lainnya. Hanya tuhan yang tahu apa yang akan ia lakukan tanpa mereka. Ketiadaan Attila menghilangkan ancaman utama, tetapi membuat banyak bangsa lainnya bertarung melawan kekaisaran Romawi yang hancur. Namun Attila tidak sepenuhnya hilang, karena pengaruhnya menjangkau
363 melebihi makamnya, namanya terus hidup melalui peristiwa dan kepribadian saat kekaisaran barat berselisih dan mengakhiri jalannya menuju kepunahan.
Bagi sebagian orang, dan selama beberapa tahun, Aetius menjadi penyelamat Roma, benteng kekaisaran dalam melawan orang-orang barbar, hingga semua usahanya menjadi tidak berarti dengan akhir melodramatis yang mengherankan. Berawal di Roma, di mana Valentinian yang putus asa mendirikan kembali istananya. Sejak Galla Placidia, ibu dan pengendalinya, meninggal pada 450, Valentinian tidak punya seorang pun untuk diajak berdiskusi. Ia, dalam ungkapan Gibbon, mencapai usia tiga puluh lima tahun tanpa mencapai usia kemampuan berpikir atau keberanian , dan percaya pada semua omong kosong, yang sebagian besarnya dibisikkan oleh seorang senator terkemuka dan dua kali menjadi konsul, Petronius Maximus. Di usia 60 tahun, Petronius di - gambarkan oleh Sidonius sebagai salah satu pemimpin Romawi dengan ambisi yang tidak pernah terpuaskan, dengan gaya hidup yang menarik perhatian orang, jamuan-jamuan makan, pengeluarannya yang luar biasa besar, rombongannya yang banyak, pengejaran literaturnya, hartanya, perlindungannya yang ekstensif . Tampaknya, ia juga selalu menaruh kecurigaan besar terhadap Aetius yang terkenal, dengan kekayaannya, teman-temannya yang berkedudukan tinggi, dan pasukan barbar pribadinya, yang semuanya itu membuat dirinya menjadi pejabat paling kuat di kekaisaran barat. Seperti yang diisyaratkan Petronius kepada kaisar melalui kasim dan penasihat favoritnya yang bernama Heraclius, Aetius bisa saja melakukan perebutan kekuasaan secara tiba-tiba. Ia bahkan bisa saja merencanakan satu dinasti baru, karena putranya yang bernama Gaudentius bertunangan dengan
364 putri Valentinian, Eudoxia. Petronius berkata secara tidak langsung, tergantung kepada Valentinian, apakah kaisar akan melakukan serangan lebih dulu, atau diserang.
Pada satu hari di bulan September 454, ketika Aetius sedang melakukan pertemuan dengan kaisar, kasim Heraclius di sampingnya, sang jenderal mulai mendesak agar pelaksanaan pernikahan antara kedua anak mereka dipercepat. Mungkin Aetius terlalu mendesak, dan mungkin sepertinya ini menjadi bukti akan rencananya untuk meraih kekuasaan. Bagaimana pun, Valentinian, mungkin mendadak marah atau memang itu yang sudah direncanakan, dengan cepat bangkit dari singgasananya, menuduh Aetius berkhianat dan menghunus pedang pedang pertama yang pernah ia hunus , dalam katakata Gibbon yang terlalu berlebihan. Melihat itu, Heraclius juga menghunus pedangnya, para penjaga mengikuti arahannya, dan Aetius yang tidak bersenjata tewas oleh puluhan pedang.
Dengan kematian Aetius, kekaisaran Romawi sendiri hancur lebih cepat. Seorang Romawi diperkirakan berkomentar pada Valentinian: Kau sudah bertindak seperti seorang laki-laki yang memotong tangan kanan dengan tangan kirinya. Aetius, seorang yang berteman dengan suku Hun, sekaligus berteman dengan Attila, dan kemudian musuh mereka, sudah memperluas kehidupan bangsa Romawi dan bangsa barbar, dan mempertahankan keseimbangan yang tidak pasti antara keduanya. Tidak ada dan tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan posisinya.
Sejauh ini situasinya aman bagi Petronius; lalu, kondisi menjadi amat buruk bagi Romawi, dan akan lebih buruk lagi. Heraclius sang kasim, dengan akses cepat ke telinga
365 kaisar, mendesak kaisarnya untuk menghindari mengganti posisi orang ambisius (Aetius) dengan orang berambisi lainnya (Petronius), dan Petronius tidak menerima ucapan terima kasih atau penghargaan atas rencananya ini. Gibbon punya satu kisah menarik tentang kaisar yang memerkosa istri Petronius, tapi tidak ada gunanya mengulang hal ini, karena Gibbon tidak memberi tahu sumber ceritanya, dan Petronius sudah punya alasan yang cukup untuk menginginkan balas dendam kepada Valentinian.
Karena marah, Petronius membuat rencana lain. Ia mendekati dua orang pengawal barbar, Optila dan Thraustilla, yang sudah mengabdi kepada Aetius dan sekarang mengabdi untuk pembunuh tuannya, Valentinian, yang tidak berbicara banyak tentang prosedur pembunuhan yang dilakukannya tersebut. Enam bulan setelah pem - bunuhan Aetius, pada musim semi 455, Valentinian pergi ke Campus Martius, Padang Mars, dataran rawa di utara kota itu, di tikungan Sungai Tiber, yang sekarang dialiri air dan sebagian besar sudah dibangun. Ditemani oleh satu kontingen kecil, Valentinian akan berlatih memanah di salah satu areal terbuka. Turun dari kudanya, ia ber - jalan ke sasaran tembak bersama Heraclius dan dua pengawal barbar tadi. Saat sang kaisar bersiap menembak - kan anak panahnya, Optila menyerang pelipisnya, dan, ketika Valentinian membalikkan badan, Thraustilla melancarkan pukulan kedua aku membayangkan mereka menggunakan tongkat kebesaran dan membunuhnya. Satu pukulan lagi membunuh Heraclius. Sepertinya kaisar yang lemah dan pengecut itu, pembunuh Aetius, pejabat luar biasa di kekaisaran Romawi, sangat dibenci se hingga pengawal istana tidak bergerak untuk membela - nya. Kedua pembunuh itu meloncat ke atas kuda mereka
366 dan memacunya menghadap Petronius untuk menuntut hadiah mereka.
Valentinian tidak punya ahli waris; bersamanya, satu dinasti musnah, dan begitu juga dengan basis akhir untuk penyebaran kekuatan. Senat menyatakan Petronius sebagai kaisar. Tetapi, Petronius, yang sudah men capai posisi tinggi, hanya merasakan keputusasaan. Tiba-tiba ia merasa benar-benar sendiri, tanpa pernyataan sah atas takhta, tidak terkenal, dan tidak berdaya menghadapi kejadian-kejadian yang di luar kendalinya.
Di sepanjang Mediterania, Gaiseric, pemimpin kaum Vandal memperhatikan situasi. Kakek Gaiseric sudah berpindah dalam satu migrasi besar-besaran dari utara pegunungan Alpen melalui Spanyol menuju Afrika, dan sekarang ia bersiap menyelesaikan siklus itu dengan melakukan invasi laut terhadap Italia dari arah selatan. Gaiseric sudah lama tertarik dengan kejadian-kejadian di tanah daratan, karena, kita akan ingat, putranya membuat raja Visigoth, Theodoric, sangat benci kepadanya dengan melakukan hal mengerikan terhadap putrinya, dan Gaiseric berharap Attila mampu melawan Visigoth dan Romawi. Harapan itu sudah mati di Dataran Catalaunia. Namun sekarang, dengan kematian Aetius dan Valentinian serta sang pembunuh yang tidak aman duduk di singgasana Romawi, Gaiseric punya kesempatan. Tiga bulan setelah Petronius Maximus menyatakan diri sebagai kaisar, satu pasukan Vandal dalam jumlah besar berlayar dan berlabuh di hilir Sungai Tiber.
Petronius yang malang. Ia diberi julukan yang paling beruntung karena kesuksesannya. Sepuluh tahun kemudian, Sidonius menulis hal yang dianggap sebagai nasib baiknya: Secara pribadi, aku selalu menolak
367 menyebut laki-laki itu beruntung, yang tenang di puncak jabatan yang terjal dan licin. Semua keinginan Petronius sudah terpenuhi, tetapi sekarang saat sudah meraih posisi tinggi, ia menderita vertigo. Ketika usaha luar biasa membawanya pada martabat kekaisaran yang sangat luas, kepalanya berdenyut pusing di bawah hiasan mahkota melihat kekuatan yang sangat besar itu, dan laki-laki yang dulunya tidak sanggup memiliki pemimpin tidak akan bisa menjadi pemimpin. Tanpa legitimasi yang sah atas takhtanya, ditentang oleh para birokrat, ia merasa menjadi tahanan di istananya sendiri, dan menyesali kesuksesannya sendiri sebelum malam pertama datang . Satu-satunya tindakan besar yang ia lakukan adalah mengangkat kembali Avitus menjadi, sebagai akibatnya, penguasa Gaul, dengan harapan bahwa Avitus bisa menggunakan kemampuan diplomatiknya untuk mengendalikan puluhan suku barbar. Di kediamannya, Petronius tidak berguna. Jikapun ia tahu tentang gerakan armada Vandal, tetap saja ia tidak bisa melakukan apa pun. Saat armada itu berlabuh pada akhir bulan Mei, ia melihat kekalahan yang nyata di hadapannya.
Petronius panik dan meninggalkan istana, tepat mengarah ke kerumunan penduduk, yang, marah karena ketidakberdayaan dan kepengecutannya, melemparinya dengan batu dan memukulnya sampai mati, membantainya dan melemparkan mayatnya ke Sungai Tiber.
Dan siapa yang seharusnya berusaha menyelamatkan kota" Yah, laki-laki yang merupakan seorang ahli Romawi dalam menangani orang-orang barbar ini, Paus Leo, yang pergi menemui Attila empat tahun sebelumnya. Kali ini, keberhasilannya hanya setengah. Gaiseric meng - ampuni para penduduk, tetapi dalam serangan selama dua minggu itu ia merampas kekayaan kota itu, termasuk
368 atap mengilat gedung Capitol yang terbuat dari perunggu, meja emas dan kandil yang diambil dari Jerusalem pada 70 M, perabotan istana, perhiasan kekaisaran, dan para tahanan yang jumlahnya ratusan, termasuk permaisuri sendiri, kedua putrinya, dan putra Aetius.
Beberapa hari kemudian berita tentang malapetaka ini terdengar oleh Avitus, yang sedang berada di Toulouse bersama teman-temannya dari bangsawan Visigoth, tanpa Theodoric, yang sudah kalah di Dataran Catalaunia, dan juga tanpa putranya, Thorismund, yang atas desakan Aetius, kembali ke negerinya untuk menyelamatkan takhtanya. Selama tiga tahun semuanya berjalan baikbaik saja, meskipun ada yang tidak menerimanya. Kemudian Thorismund jatuh sakit, dan keberuntungan jatuh ke tangan musuh-musuhnya. Pembuluh darahnya pecah, dan ia sedang duduk di sebuah bangku tanpa sandaran, ketika seorang pelayan yang berkhianat mengabarkan bahwa ia sendirian dan tanpa senjata. Para pembunuh menyerang masuk. Thorismund mengambil bangku dan menurut Jordanes membunuh beberapa penyerangnya dengan bangku itu sebelum mereka membunuhnya. Adiknya, Theodoric muda, yang diyakini secara luas adalah otak pembunuhan ini, mengambil alih kekuasaan. Jadi Theodoric inilah yang memimpin istana Visigoth saat tiba berita mengenai perampasan kedua yang dialami Romawi oleh kelompok barbar (yang pertama, tentu saja, dilakukan oleh leluhur Theodoric, Alaric, dalam konvoi panjang pasukan Visigoth ke barat setengah abad sebelumnya).
Avitus jelas sayang dengan pemuda bertubuh atletis ini, karena menantunya, Sidonius, menggambarkannya dalam sosok yang bersinar, membuat dirinya terdengar seperti seorang pahlawan besar. Dengan tinggi badan di
369 atas rata-rata, tubuh kekar dan liat, rambut panjang ikal sampai telinga, alis tebal dan bulu mata panjang, hidung bengkok, berotot, dengan paha seperti tanduk keras , pinggang ramping dan terawat baik (seorang tukang pangkas mencukurnya setiap hari, dan juga memotong rambut hidungnya). Seorang pemimpin yang cakap, ia memulai harinya dengan satu doa (seperti sebagian besar orang-orang Visigoth, ia menganut kepercayaan Arianisme, tetapi mungkin ia tidak terlalu menganggapnya serius), kemudian melaksanakan pertemuan dengan para pemohon dan utusan luar negeri. Tengah hari adalah saatnya ber - buru, dan Theodoric melatih kemampuannya dalam memanah. Makan siang dihidangkan secara sederhana, tanpa memamerkan secara berlebihan perangkat perak dan membuatnya menjadi pembahasan secara berlebihan. Sedikit bersulang, tidak ada yang mabuk. Setelah itu, tidur siang sejenak, bermain catur, di mana pengendalian diri dikombinasikan dengan persahabatan. Saat jamuan makan malam, mungkin ada acara hiburan: tidak ada para musisi ataupun penyanyi tampaknya Theodoric benar-benar tidak menyukai musik hanya para pelawak, tanpa hal berbau sindiran dan melukai perasaan. Membahas lebih banyak petisi, lalu tidur, dijaga para prajurit bersenjata.
Entah bagaimana, di dalam istana yang beradab, gagasan itu muncul bahwa mungkin saja ada sosok kaisar baru bersama mereka di Toulouse sana. Sidonius meng - gambarkan kejadian tersebut dalam ungkapan bernada menjilat.
Para sesepuh suku Goth berkumpul, kerumunan orang-orang yang tidak rapi, dalam balutan tunik linen kotor dan pudar, dan mantel bulu serta sepatu bot kuda, sangat kontras dengan pangeran mereka yang elegan.
370 Avitus berbicara kepada mereka, mengimbau diperbaruinya satu komitmen perdamaian dari Theodoric muda Kalian, sebagai tetua di sini bisa menyaksikan, siapa yang digendong tangan ini di dadanya, jika kebetulan ibu susu mencoba mengabaikan, tidak sesuai dengan keinginanmu. Siapa yang bisa menolak" Semua menginginkan perdamaian, dan Theodoric, yang karakter kasarnya sudah diperhalus saat kanak-kanak oleh Avitus sendiri, bersumpah memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu dengan membalas dendam serangan kaum Vandal di Romawi, seandainya kini datang kalimat penegasan Seandainya dirimu, pemimpin terkenal, akan mengambil takhta dengan mengusung nama Augustus.
Avitus menunduk, menunjukkan sikap rendah hati dan tidak berguna.
Mengapa kamu memalingkan muka" tanya Theodoric. Keenggananmu membuat dirimu semakin& dengan posisimu sebagai pemimpin, aku adalah teman Romawi.
Satu bulan kemudian, tokoh terkemuka Gaul juga mendukung perkara ini, dan menyatakan Avitus sebagai kaisar. Pada bulan September ia berada di Roma, me - menangkan dukungan yang tidak sungguh-sungguh dari para senator yang skeptis. Sidonius membawa pidato pujian terhadap kaisar baru ini dengan kata-kata yang lincah, menegaskan kesuksesannya pada masa lalu, legitimasinya pada masa kini, dan kejayaan masa depannya yang hampir pasti.
Namun, dalam dunia yang terpecah-pecah, kesuksesan masa lalu tidak memberikan legitimasi saat ini ataupun jaminan akan kejayaan pada masa yang akan datang.
371 Sebagian besar Gaul jatuh ke tangan bangsa Frank, Burgundi, dan Bacaudae yang tidak mau patuh. Suku Visigoth menguasai wilayah barat daya, dan segera akan menguasai sebagian besar wilayah Spanyol. Berbagai suku Jerman menyebar di Rhineland. Vandal menguasai Afrika Utara. Ostrogoth mendominasi Sungai Danube. Tidak banyak yang tersisa: hanya Italia. Sekarang kekuatan bukan di tangan kaisar atau Senat, tetapi tangan militer, satu-satunya pertahanan melawan serangan. Seperti yang sudah ditunjukkan oleh Aetius, yang menguasai pasukan yang menguasai kekaisaran barat (yang kini merosot). Dengan tewasnya Aetius, Avitus memberikan posisi komandan kepala kepada seorang non-Romawi, Ricimer, yang ibunya keturunan Visigoth dan ayahnya keturunan Suevia. Ricimer-lah yang berusaha menyelamatkan Italia dari serangan armada laut pasukan Vandal pada 456, dan dengan demikian membuktikan bahwa ia benarbenar, meskipun sementara, merupakan kekuatan di daratan itu.
Avitus, bangsawan dari Gaul dengan pasukan pribadi dari barbar, tidak pernah dikenal di Romawi. Hampir seketika itu juga ia tenggelam. Pada 456, panen memburuk. Kelaparan mengancam. Avitus berkata bahwa untuk mengurangi jumlah penduduk yang akan diberi makan ia akan membubarkan pasukan pribadinya, tetapi untuk membayar mereka ia melebur beberapa patung perunggu yang tidak dijarah pasukan Vandal. Penduduk memenuhi jalanan melakukan protes. Ricimer dan pasukannya tidak bergerak untuk melindungi kaisar mereka. Avitus melarikan diri ke Arles, mengumpulkan kembali kontingennya sendiri, lalu datang kembali untuk menyerang Roma, dan dikalahkan oleh Ricimer di dekat Piacenza. Ricimer menang dengan menunjukkan kemurahan hati, dan
372 membiarkan Avitus mundur. Dan akhirnya ia pun meninggal dunia dalam perjalanan pulang.
Subjek kita, Attila, hampir tidak ada dalam kehancuran Romawi yang terjadi 20 tahun kemudian. Tujuh kaisar lagi; satu masa peralihan pemerintahan; pembunuhan dan perebutan kekuasaan di Romawi; pembunuhan dan konflik antara kekaisaran barbar semuanya ini, akan membutuhkan satu buku untuk mencatat detailnya, mengarah pada sebuah akhir yang singkat terhadap nasib kekaisaran barat pada 476, ketika kaisar Romawi yang terakhir, Romulus, digulingkan oleh seorang barbar yang bernama Odoacer.
Tetapi, ini bukanlah akhir kekaisaran Romawi barat, karena orang-orang barbar sudah ada di dalam gerbang sejak lama sehingga perubahan kaisar dari Romawi ke barbar lebih merupakan pertukaran simbolis daripada praktis. Dan tiba-tiba hal ini menjadi mudah saat kita melihat kembali keberhasilan pengaruh Attila, karena keduanya; kaisar terakhir Romawi, Romulus dan kaisar barbar pertama, Odoacer, berutang nyawa kepada Attila. Dengan satu kebetulan yang aneh, ayah mereka masingmasing, Orestes dan Edika, keduanya pernah menjadi pejabat di dewan pemerintahan Attila, dan menjadi rekan dalam perwakilan tahun 449 yang bernasib buruk, yang ditulis oleh Priscus. Romulus mendengar semua ini dari ayahnya, seorang Romawi yang menjadi pengikut Attila, Orestes; dan begitu juga dengan Odoacer, men - dengar dari ayahnya, Edika, orang Skiria yang berusaha direkrut Chrysaphius sebagai pembunuh Attila.
Bagaimana hal ini bisa terjadi" Setelah kematian Attila, Orestes kembali ke kediamannya di Pannonia, dari sinilah ia memimpin satu pasukan melawan Goth,
373 yang sekarang kembali siap berperang. Orestes, dengan pasukan di belakangnya, menjadi orang yang berhasil menjadikan orang lain sebagai raja dan setelah meng - hasilkan beberapa raja, yang terakhir ia lakukan tahun 475, anaknya sendiri, Romulus kecil, yang secara sepele bukan dikenal sebagai Augustus, tetapi Augustulus, bayi Augustus .
Pasukan itu sendiri sekarang dalam keadaan bahaya karena dijangkiti kemunduran. Dengan tidak adanya kekaisaran yang jauh dan birokrasi yang hancur, pajak menipis dan pembayaran terhenti, dan pada akhirnya pasukan barbar harus berpuas diri. Odoacer, berkat ayahnya, berkuasa atas Skiria yang setelah kematian Attila mengabdi pada Romawi. Pada mulanya mereka mendukung Orestes, yang menjanjikan uang, kemudian wilayah. Uang tidak langsung dibayarkan; dan wilayah tidak pernah diberikan. Jadi Odoacer dan pasukan Skiria akhirnya melakukan pemberontakan terhadap simbol utama Romawi, dan menggantikan putra tangan kanan Attila dengan putra salah satu jenderalnya.
S EPERTIGA kekaisaran barat sekarang berada di tangan bangsa barbar, dan di pusat kekaisaran Romawi sendiri duduk penguasa barbar. Apakah ini menyedihkan" Bagi orang-orang konservatif, tentu saja. Namun dalam jangka waktu yang sangat panjang akan muncul Eropa baru, Eropa yang memiliki perbedaan baru dalam hal budaya dan bangsa. Romawi sendiri menderita dalam banyak hal: institusinya, budayanya, tradisinya, kepercayaan Kristen-nya. Hanya di Britania para penyerang barbar melupakan Romawi, melihat bangunannya, tembok, dan jalan sebagai artefak asing dan memaksakan asal-usul
374 penyembahan berhala mereka. Di tanah daratan, para pemimpin barbar melihat diri mereka sebagai ahli waris yang membanggakan dengan kekuatan kuno, dan bermulut manis kepada tuan besar mereka di Konstantinopel. Di Gaul, bangsa non-Romawi mengambil alih vila-vila milik bangsa Romawi, mempelajari bahasa Latin, dan menganut ajaran Kristen. Kota-kota besar di Romawi tetap memiliki kebesarannya. Latin tetap menjadi lingua franca bagi orang-orang Eropa terdidik selama 1.500 tahun, sebuah tradisi yang sedikit menggema saat ini dalam upacaraupacara kuno di universitas-universitas Eropa, dan semua dunia Kristen, karena AD anno domini , tahun Yesus Kristus masih membagi sejarah menjadi dua.
Dan Attila sendiri" Ia mungkin tetap menjadi salah satu orang besar dalam sejarah. Dengan melakukan sedikit lebih banyak diplomasi, pemahaman yang lebih baik, lebih sedikit perang dan komitmen terhadap administrasi, ia bisa mendapatkan pencapaian sebesar itu. Ia bisa saja menguasai seluruh Eropa utara, menikahi Honoria, membuat satu dinasti yang berkuasa dari Atlantik hingga Ural, dari pegunungan Alpen hingga Baltik. Mungkin, dalam dunia yang paralel, Britania akan dikalahkan oleh suku Hun daripada oleh kaum Angles dan Saxon; dan Chaucers juga Shakespeare akan menulis dengan bahasa Hun, dan akhirnya kita semua tidak akan menyembah Tuhan Kristen melainkan Langit Biru yang menjadi kepercayaan para shaman. Kontribusi Attila terhadap sejarah Eropa tetap terikat dengan migrasi orang-orang barbar dan kehancuran Romawi, proses yang biar bagaimana pun memang terjadi. Attila menimbulkan keduanya. Dalam kebangkitannya, ia menggerakkan suku-suku untuk berpindah ke barat lebih cepat daripada ke arah timur. Begitu meraih kekuasaan,
375 376 ia merusak suku-suku terpencil, ia memperlambat gerakan yang sama. Dalam istilah politik dan sejarah, Attila melakukan hal yang lebih daripada sekadar menambahkan hambatan terhadap kecepatan jalannya sejarah Eropa, membiarkan terjadinya percepatan di tempat yang satu dan memper lambat terjadinya pergerakan di tempat lainnya. Kesemuanya menjadi keseimbangan sempurna dari kelebihan dan kekurangan, dan tidak menandakan apa pun.
Sepanjang sejarah Attila terjadi banyak keributan dan kemarahan. Namun hal ini, juga, tidak menandakan apa pun. Thompson menyimpulkan tentang Attila secara ringkas, tetapi jelas: Apakah suku Hun tidak memiliki kontribusi langsung terhadap perkembangan Eropa" Apakah mereka tidak memiliki penawaran apa pun selain teror yang mencerai-beraikan bangsa Jerman dan membuat mereka melarikan diri ke kekaisaran Romawi" Jawabannya, tidak. Mereka tidak memberikan kontribusi& Mereka hanya para penjarah dan perusak.
Lalu, apa itu saja" Tidak juga. Ada hal lain dari Attila selain menjarah dan merusak, karena namanya masih menggema sebagai arketipe dari kekuatan singkat semacam itu. Pengaruhnya ditemukan bukan dalam pencapaian praktisnya, tetapi dalam daya tariknya terhadap imajinasi. Attila menghancurkan batasan-batasan fakta sejarah, dan mencatatkan legenda, sebuah pergeseran yang menjadi pembahasan dari bab terakhir kita.
SETELAH TIADA: HUN YANG BAIK, BURUK, DAN KEJI
B AHKAN SEMASA HIDUPNYA A TTILA ADALAH PENINDAS DAN pahlawan, menjadi simbol paganisme sekaligus tangan Tuhan, tergantung dari mana kita memandangnya. Pada tahun kematiannya, kebenaran dihancurkan oleh propa - ganda, legenda, mitos, dan kebohongan semata, yang meng alir deras dalam cerita rakyat yang dipisahkan menjadi tiga aliran: Kristen Barat, Jerman dan daerah perbatasan Skandinavia, serta Hongaria.
S EBAGIAN BESAR korban Attila dan mereka yang menulis tentang dirinya adalah orang Kristen, dan orang Kristen memiliki satu agenda resmi: untuk menunjukkan bahwa, meski kehidupan adalah medan perang antara kebaikan dan keburukan, antara Tuhan dan Setan, hasil akhirnya akan menjadi kemenangan Tuhan. Dengan demikian, sejarah manusia, adalah sebuah gerak maju yang tidak
377 stabil menuju kedatangan Kristus yang kedua, dan setiap kejadian harus diperiksa sebagai bukti dari kemahakuasaan dan kearifan Tuhan. Tugas pencatat kronik Kristen adalah melihat realitas yang mendasar melalui peristiwa-peristiwa suram. Gerak maju Attila yang kuat di sepanjang Eropa tidak patut ia banggakan. Tanpa disadari ia adalah tangan Tuhan, momok yang menghantui umat Kristen karena dosa-dosa mereka di masa lalu atau, dalam metafora lainnya, anggur balas dendam Tuhan, tungku perapian untuk pemurnian emasnya dan sebuah kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, tidak secara langsung, tetapi melalui para wakilnya, lebih tinggi lebih baik, dari pendeta dan biarawati biasa hingga uskup dan paus, di mana para korban tidak dihitung sebagai orang-orang kalah, tetapi sebagai martir. Dalam peristiwa menggemparkan ini, dunia lama yang korup dari Romawi yang menyembah berhala harus dimusnahkan dan dibuatlah sebuah era baru, zaman pencerahan Kristen, dengan diikuti kemenangan yang lebih besar nantinya.
Jadi, ada logika yang pasti terhadap penganiayaan kaum Hun yang dibesar-besarkan. Vandal, yang diberi nama demikian karena perampokan yang dilakukan secara rutin; Goth mengilhami kata Gothic , yang awal nya adalah satu istilah untuk penyalahgunaan budaya sebelum mendapat arti tambahan; tetapi Hun selalu di luar batas. Dari kronik yang ditulis 300 tahun setelah kematian Attila, kita akan berpikir bahwa ia tidak me - ninggalkan apa pun di Gaul dan Italia. Ia bahkan di kata - kan telah menghancurkan Florence, membunuh 5.000 orang, meskipun pasukan Hun tidak pernah menyeberangi Sungai Po, yang letaknya 100 kilometer dari Florence. Seperti dalam Life of St Lupus yang menyatakan bahwa, tidak ada kota, kastil, atau kota benteng di mana pun
378 yang bisa melindungi pertahanan nya . Attila tidak meninggalkan apa pun kecuali wilayah tandus. Ia datang untuk memenuhi ramalan langit tentang malapetaka dalam Kitab Wahyu: Dan saat ribuan tahun berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan akan keluar untuk memperdaya bangsa-bangsa. Semakin buruk kesan kehancurannya, semakin besar pengaruh orangorang yang dengan sukses menentangnya.
Penulis yang paling dikagumi pada masanya, Sidonius, meyakinkan bahwa pujian pertama dan terpenting ditujukan kepada mereka yang hadir bersama dukungan ketuhanan. Nah, dia akan mendapatkannya. Ia memiliki teman-teman Kristen dengan jabatan tinggi, seperti yang ditunjukkan dalam surat-suratnya yang awet sampai sekarang. Lupus, anggota golongan pendeta paling terkenal di Gaul; mertua Sidonius sendiri, kaisar yang akan datang, Avitus; Prosper, penerus Anianus sebagai Uskup di Orl"ans, wali gereja yang paling terkenal dan paling sempurna ; dan puluhan uskup lainnya. Ia sendiri akan menjadi seorang uskup (di Clermont-Ferrant, saat usianya berkisar 40 tahun). Siapa sebenarnya yang menyelamatkan Troyes, Orl"ans, dan Roma" Bukan Aetius dan pasukannya, tetapi tiga orang beriman: Lupus, Anianus, dan Paus Leo sebenarnya empat, jika kita meng hitung Avitus, yang komitmen kristianinya terhadap perdamaian membuatnya membujuk teman-temannya dari suku Visigoth untuk bergabung dengan Aetius.
Hasil dari agenda ini adalah individu dan kejadian nya ta dengan cepat disembunyikan di balik propaganda dan simbolisasi. Lupus dan lainnya menjadi lambang ke - sucian, Attila menjadi pemimpin dari neraka secara harfiah, dalam beberapa lukisan, Attila digambarkan terlihat memiliki tanduk setan dan telinga yang mencuat tajam.
379 Ini adalah sebuah proses tersembunyi dan membahaya - kan, karena para sejarawan terutama mereka yang berusaha, seperti aku, yang menulis sejarah naratif tergoda untuk mencampurkan legenda dengan sejarah, hanya demi menghasilkan kisah yang bagus. Aku melakukan hal itu sebelumnya dengan menggambarkan St Agnan menyelamatkan Orl"ans. Lihatlah apa yang terjadi dengan kisah mundurnya Attila dari Italia setelah pertemuannya dengan Leo (anggaplah hal ini memang terjadi). Pada abad kedelapan terjadi sebuah keajaiban. Paul, seorang diakon berdarah Italia yang pada masa itu menulis sejarah tentang Lombards, menyatakan bahwa Attila berkata: Oh! Bukan orang yang datang [dengan kata lain Leo] yang memaksaku pergi, tapi orang lain yang berdiri di belakangnya dengan menghunus pedang, mengancamku dengan kematian jika aku tidak mematuhi perintahnya. Setelah itu, hampir semua orang mengulang kisah ini, dalam versi yang lebih imajinatif. Ravenna, daerah administratif kekaisaran sementara, menjadi tempat yang biasa dijadikan latar belakang, meski Attila belum pernah mendekati daerah itu. Dalam satu versi, Attila bertanya siapa yang datang. Paus, begitu jawaban yang ia terima, datang menjadi penengah atas nama anak-anaknya, penduduk Ravenna . Attila menganggap ini sebagai lelucon: Bagaimana mungkin satu orang bisa memiliki begitu banyak anak"
Itu terjadi pada abad kesembilan. Empat ratus tahun kemudian, di daerah yang baru berubah menjadi Hongaria, Gesta Hungarorum menceritakan Attila menyandera paus, hingga ia ketakutan oleh sebuah bayangan, yakni, saat sang raja menengadah ia melihat seorang laki-laki melayang di udara, memegang sebilah pedang di tangannya dan menggeretakkan giginya, mengancam akan menebas
380 kepalanya. Jadi Attila mematuhi permintaan Romawi dan melepaskan sang penerus Apostel tersebut. Lainnya mengubah penampakan tersebut menjadi dewa perang Mars, atau St Peter; atau mengubah rekan-rekan paus menjadi orang-orang suci yang menggunakan pedang, Peter dan Paul, sebuah versi digambarkan dalam sebuah lukisan dinding oleh Raphael, dilukis pada 1514 demi nama baik Leo, Leo X. Lukisan itu, lagi pula, di mana Leo I berwajahkan Leo X, diberi judul Attila the Hun Turned Back from Rome harap dicatat, bukan dari Ravenna. Jadi, dalam masa 1.000 tahun, legenda yang diciptakan 300 tahun setelah kejadian diterima sebagai fakta; dan hal itu tetap demikian di beberapa daerah tertentu hingga sekarang. Sebuah situs internet Kristen menyatakan dengan jaminan sederhana: Sosok seperti laki-laki yang dilihat Attila di udara, sedang memegang sebilah pedang di tangan mungkin adalah malaikat, mirip seperti dalam cerita Injil.
Hal yang sama terjadi dengan julukan Momok Tuhan . Referensi pertama yang selamat adalah Life of St Lupus, ditulis pada abad kedelapan atau kesembilan, tetapi mungkin sudah dibuat secara lisan dengan baik se belum masa itu. Sesudah itu banyak versi lain dari kisah ini. Berikut ini salah satunya.
Troyes dijaga baik dengan tembok dan pasukannya, yang dikomandani oleh seorang uskup. Lupus sedang berjaga. Attila, yang dikuasai keangkuhan, dengan menunggang kuda mendekat dan menghantam gerbang kota.
Siapa kau, tanya lupus dari atas, kau yang membuat orang-orang lari ke sana kemari seperti sekam dan menghancurkan mahkota dengan kaki kudamu"
381 Aku Attila, Raja Hun, Momok Tuhan.
Oh, selamat datang, kemungkinan besar itulah jawaban sang uskup. Momok dari Tuhan yang aku layani! Aku tidak punya hak untuk menghentikanmu. Dan ia langsung turun untuk membukakan gerbang, memegang kekang kuda Attila dan mengantarnya masuk ke dalam kota. Masuklah, Momok Tuhan-ku, dan pergilah ke mana pun kau mau.
Attila dan pasukannya masuk, berkeliaran di jalanjalan kota, melewati gereja dan istana-istana, tetapi tidak melihat apa pun, karena ada awan menghalangi pandangan mereka. Tidak bisa melihat apa pun, mereka berjalan lurus melintasi jalan kota. Dan ajaibnya mereka bisa melihat lagi saat berada di jalan keluar. Demikianlah, Bangsat itu dijinakkan oleh pelayan Tuhan.
Dan itu berhasil. Sejarah dibelokkan, sementara legenda terus melekat. Sekarang, sebagian sejarah menyebut Attila sebagai flagellum dei, Momok Tuhan, seolah begitulah ia dikenal pada masa itu. Kita bahkan mungkin melihat pernyataan yang tidak masuk akal di mana Attila menyebutkan ungkapan itu sendiri, seolah ia bicara bahasa Latin dan dengan sadar menerima perannya sebagai momok tuhan.
Banyak tempat di Eropa Barat memiliki kisah Attila dan kaum Hun yang benar-benar palsu, sangat jauh melenceng dari kenyataan sehingga nama-nama mereka harus dimasukkan di sini. Di daerah Eriuli di timur laut Italia, cerita rakyat mengubah nama Jerman Attila, Etzel, menjadi Ezzel dan menautkannya dengan Ezzelino, penguasa abad kedua belas yang keras: Mereka me - ngatakan dia adalah putra Setan atau anak dari seekor anjing, ada rambut hitam di ujung hidungnya hingga
382 saat marah dan setiap bicara ia memulainya dengan meng gonggong. Di Metz, terdapat sebuah mimbar pidato dari granit yang dapat menghancurkan pedangpedang pasukan Hun. Di Dieuze (di Lorraine, Perancis timur), pasukan Hun menjadi buta karena mereka menangkap seorang uskup, pandangan mereka kembali sehat saat melepaskan uskup itu. Orang-orang di Modena, Italia, memiliki versi mereka sendiri tentang St Lupus. Di Reims, Iblis sendiri yang membuka gerbang-gerbang kota bagi para pasukan Hun.
Daerah Cologne memiliki korban paling terkenal pasukan Hun St Ursula dan banyak perawannya (Aku akan menyebutkan jumlahnya sebentar lagi). Saat ini kita bisa melihat tulang-tulang mereka di Katedral Cologne; tentu saja bukan tulang mereka, karena semuanya adalah mitos yang kemudian muncul berbagai versi yang campur aduk. asal-usul yang tidak bisa dipercaya untuk kisah ini adalah sebuah inskripsi dari abad keempat atau kelima yang masih dapat dilihat di Gereja St Ursula, yang menyebutkan bahwa seorang senator bernama Clematius didorong oleh penampakan ilham akhirnya membangun sebuah basilika di tempat ini untuk menghormati beberapa perawan yang tewas sebagai martir. Tidak ada petunjuk berapa jumlah perawan yang tewas, tidak juga disebutkan adanya orang Hun. Selama bertahun-tahun, para korban ini dimasukkan ke dalam kisah yang digabungkan pada 1275 dan dicetak pertama kali oleh William Caxton pada 1483. Ceritanya menyangkut seorang putri, Ursula, entah dari Britania atau Brittany, tergantung versinya, dirayu oleh seorang raja penyembah berhala. Ia menolak untuk menikah, mendedikasikan dirinya terus-menerus menjadi perawan dan menginginkan satu kelompok terdiri dari sepuluh
383 perawan untuk menyertainya dalam sebuah ziarah. Kisah ini menjadi sangat rumit, dengan perjalanan menyusuri Sungai Rhine menuju Roma dan perselisihan antara saingan wali gereja, tetapi hasilnya bahwa saat pulang, Ursula dan para perawannya sampai di Cologne, hanya untuk mendapati kota itu diserbu pasukan Hun, yang, atas perintah pangeran yang tidak diketahui namanya, memenggal kepala penduduk kota itu.
Ini hanya sebatas legenda, dan tidak lama kemudian kisahnya menjadi menggelikan. Satu versi awal mencatat kesebelas martir itu dalam angka Latin sebagai XI M , di mana M kependekan dari martir . Namun M juga berarti 1.000 dalam tulisan Latin, yang begitulah seorang penyalin naskah yang tidak dikenal ini memahaminya. Sekarang, tiba-tiba, ada sebelas ribu perawan ini tidak masuk akal, karena Ursula adalah salah satu dari sebelas martir tersebut, jadi dalam 11.000 ada 1.000 Ursula. Lupakan saja. Legenda tumbuh subur, membangkitkan satu dan berbagai macam cara pemujaan dan lukisan, semuanya bersilangan satu sama lain seperti fantasi hiperteks. Dalam satu versi, Attila sendiri menawarkan dirinya untuk menikahi Ursula, membuatnya untuk membuktikan kesucian keperawannya: Pergi! ujar Ursula. Aku tidak menghina tangan Caesar hanya untuk menjadi milik orang terkutuk seperti dirimu! Pada 1143, tulang belulang yang menurut dugaan adalah kerangka beberapa martir perawan zaman dahulu, dikirim ke biara Rhineland di Disibodenberg, yang menginspirasi seorang pertapa dan intelektual bernama Hildegard dari Bingen untuk menulis sebuah lagu ( O ecclesia ) menolak pernikahan duniawi demi mendapatkan kasih Tuhan. Kemudian, pada abad kelima dan keenam, Ursula dan kisahnya banyak dijadikan lukisan: oleh dua orang master
384 lukisan yang tidak dikenal namanya dari Belanda dan Jerman, Caravaggio dan Carpaccio, yang menggambarkan kehidupan Ursula dalam delapan episode, di mana suku Hun mengenakan pakaian Florentine. Dan juga pada abad kedelapan, Lucas Cranach Tua menggambar kisah itu untuk sebuah altar di Dresden, yang tidak memfokuskan pada korban melainkan pada pangeran Hun yang tenang bersandar pada pedangnya. Pada 1998, penggubah sandiwara asal Inggris, Howard Barker, menggunakan mitos ini untuk menguji arti komitmen keperawanan (korban) dan sikap moral (pangeran) yang tidak terpengaruh, yang sepertinya mengingatkan pada seorang prajurit SS Nazi. Sementara itu, legenda juga menghadirkan kenyataan lain, meng inspirasi seorang biarawati abad keenam belas, St Angela, untuk mendirikan ordo biarawati Ursuline, yang pada 1700 di Perancis saja memiliki 350 yayasan, yang sebagian besarnya dibubarkan paksa pada masa Revolusi Perancis. Di Valenciennes, sebelas biarawati Ursuline dipenggal kepalanya karena mengajarkan faham Katolik, membuat mereka yang menyukai kesamaan cerita dengan sejarah menjuluki revolusioner ateis sebagai Hun. Kisah, lukisan, drama, musik, biarawati, banyaknya sekolah dan kampus ini terus berlanjut, terus-menerus. Sebagai hasil dari pengganti pemujaan Hildegrad dan ledakan nyanyian-nyanyian gereja pada abad pertengahan, satu kuartet telah mencatat 11.000 Perawan: Menyanyi untuk Festival St Ursula (Anonim 4. HMV 907200). Sudah cukup: jika kita mencari kehidupan nyata suku Hun, semua ini sama membantunya seperti kita memanfaatkan Hamlet untuk meneliti zaman pertengahan di Denmark.
Tradisi lainnya di kekaisaran bekas Romawi berakar dan berkembang, mungkin yang paling aneh adalah
385 kisah-kisah Attila yang baik . Rupanya, kota-kota yang mencari asal-usul mereka, melihat Attila sebagai kekuatan pembaharu, seperti dalam kisah dongeng berikut ini.
Pada suatu ketika, Attila berada di Padua saat datang seorang pujangga dengan karyanya memuji pemimpin besar itu. Pemimpin Padua menyiapkan sebuah per - tunjukan. Sang pujangga, mengikuti tradisi literatur, menyatakan asal-usul Attila yang bersifat ilahiah. Apa maksud semua ini" ujar pahlawan kita menginterupsi. Untuk membandingkan seorang manusia biasa dengan para dewa yang abadi! Aku tidak ada hubungannya dengan sikap tidak terhormat semacam itu! Dan ia memerintahkan laki-laki malang itu dibakar di tempat saat itu juga, bersama dengan sajak-sajaknya. Saat tumpukan kayu sudah disiapkan dan si pujangga diikat di atasnya, Attila mendekat: Cukup. Aku hanya ingin memberi pelajaran kepada si penjilat ini. Janganlah kita menakuti para pujangga yang menggunakan kebenaran untuk menyanyikan pujian kita.
Mungkin yang seperti ini sudah cukup banyak dalam beberapa epik besar pasca-Romawi dalam bahasa Perancis dan Italia. Tidak ada penulis yang mengambil teguran itu karena kesuksesan. Namun semenjak itu terdapat beberapa kegagalan, semuanya dengan sia-sia meninjau ulang sejarah untuk membuat sesuatu menjadi bermanfaat. Pada 1667 drama Attila karangan Pierre Coeneille dipertontonkan sebanyak 20 kali, kemudian menghilang dalam ketidakjelasan. Sebuah melodrama buruk dari Jerman oleh Zacharias Werner, seorang pengacara, filsuf, pendeta, dan penggubah drama, ditampilkan beberapa kali di Wina pada 1808, berakhir dengan pembunuhan Attila (bukan kematian biasa, sebagaimana sejarahnya) oleh seorang putri Romawi bernama Honoria (bukan
386 putri Jerman yang bernama Ildico). Satu drama versi Inggris, dimainkan di London tahun 1832, menyimpulkan dengan satu kalimat dari kakak Attila, Bleda (yang dibunuh Attila, tetapi entah bagaimana masih hidup): Ha! Apakah dia mati" Raja lalim itu mati" Ha! ha! [Tertawa terbahak-bahak].
Karya mengerikan ini menjadi dasar opera Attila karya Verdi pada 1846. Ditulis saat terjadi perjuangan penyatuan Italia, atau Risorgimento, opera tersebut penuh irama, penuh dengan ekspresi semangat patriotisme Italia yang terinspirasi oleh ambisi sang pahlawan yang merusak. Adegan pertama langsung masuk ke tema, ketika para gadis dari Aquileia muncul, hidup, menentang perintah tegas Attila. Siapa yang berani menentang laranganku untuk menyelamatkan mereka" tanya Attila kepada budaknya dari suku Breton yang bernama Uldino, yang menjawab bahwa mereka adalah penghargaan yang pantas untuk Attila: Para pejuang luar biasa, mereka melindungi saudara laki-laki mereka&
Apa yang kudengar" sang raja menginterupsi. Siapa yang membangkitkan keberanian para perempuan itu"
Dan Odabella, putri Aquileia, anak perempuan dari ayah yang tewas terbunuh, menjawab con energia, beberapa pengulangan dan pengucapan huruf C dengan keras, Cinta suci tidak terbatas untuk negeri kami!
Satu kalimat, sebuah permohonan untuk Attila dari Aetius disuarakan oleh Ezio yang bersuara bariton dengan cepat menjadi sebuah slogan politik:
Avrai tu l universo, Resti l Italia a Me.
387 (Kau boleh memiliki seluruh dunia, Tapi tinggalkan Italia untukku.)
Kalimat akhir ini adalah kejutan sempurna, dengan Attila ditikam hingga mati oleh calon istrinya, Odabella, tetapi permohonan Ezio yang penuh perasaan untuk kebangkitan Romawi (Dangli immortali vertici/Dari puncak abadi) adalah pukulan langsung, dan gairah akan musik tersebut punya penggemarnya sendiri, itu sebabnya opera ini masih ditampilkan sesekali. 1
Di beberapa tempat kita masih bisa mendengar suara Attila menggema sayup-sayup. Di Udine, tidak jauh dari Aquileia, mereka mengatakan bahwa kastil besar di puncak bukit yang mendominasi kota mereka, dibangun oleh orang-orang Attila, dengan menggunakan pelindung kepala mereka sebagai ember, agar pemimpin mereka bisa menikmati pemandangan kota Aquileia dalam keadaan cerah. Ada satu nama yang menjadi tanda pengingat terhadap suku Hun: bentuk aslinya adalah Hunfredus, kombinasi dari Hun dan perdamaian , menunjukkan seseorang yang bisa berdamai dengan suku Hun. Hunfroi, dalam bahasa Perancis kuno, dibawa oleh orang Normandia ke Inggris, dan di sana menjadi Humphrey, dan masuk ke Italia menjadi Umberto. Di dekat Ch"lons, di pinggiran utara Dataran Catalaunia, sebuah tanda menunjuk ke timur laut menuju Perkemahan Attila , yang ternyata sama sekali bukan. Gundukan tanah yang ditumbuhi pepohonan adalah benteng bukit pada abad pertama, dihubungkan dengan Attila hanya karena kedatangan suku Hun adalah hal terbesar yang
388 1 Royal Opera House di London menampilkan kisah ini pada tahun 2002.
terjadi di sekitar waktu itu. Jika murid-murid sekolah Perancis tahu mengenai Hun, Attila diperkirakan akan membuat: L" o" mon cheval passera, l herbe ne repoussera pas (Di mana pun kudaku lewat, rumput tidak akan tumbuh di sana). Dan, akhirnya, kemasyhurannya juga membuatnya tetap hidup dalam film, pertama dalam film Fritz Lang yang berjudul Kriemhild s Revenge (1924), dan yang paling baru dalam beberapa kali pembuatan ulang sehingga seharusnya tidak disebutkan kecuali dalam sebuah catatan kaki. 2
Orang-orang Jerman yaitu suku-suku Jerman melihat semua ini dengan agak berbeda, karena mereka sudah membentuk sebagian kekaisaran Attila. Suku Hun diingat dengan respek yang lebih besar. Antara kelompok yang menggunakan bahasa Jerman di Eropa kuno berkelanalah para penyair dan pujangga, yang me - nyanyikan kejayaan masa lalu, membawa hasil karya mereka dari satu istana ke istana lain, berpindah dari Lombardy di Italia utara menuju ibu kota Goth di Toulouse, kantong-kantong tempat tinggal suku Jerman di Perancis, daerah-daerah permukiman baru berbahasa Jerman di timur Sungai Rhine, dan semua daerah di utara. Attila menjadi sosok terkenal dalam adat dan pengetahuan bangsa Jerman, yang berarti juga hal yang sama pada masyarakat Inggris kuno. Sekilas namanya disebut dalam puisi tertua Inggris, Widsith, mungkin ditulis di Mercia, pada abad ketujuh. Semua legendalegenda ini menjarah sejarah, mendistorsinya dari kisah yang diakui kebenarannya menjadi semata kisah tentang
389 2 Attila the Hun (judul asli: Attilo Flagello di Dio), 1954, diperankan oleh Anthony Quinn dan Sophia Loren; Attila, dibuat untuk TV Amerika di Lithuania, 2001, dengan Gerard Butler sebagai Attila, Powers Boothe sebagai Aetius, Si"n Phillips sebagai nenek Attila dan Steven Berkoff sebagai Rua (Ruga).
bekas pahlawan, keingintahuan, dewa-dewa, dan motifmotif literatur.
Pada abad kesembilan, Attila merupakan bagian dari kisah Skandinavia dan juga Jerman. Ini aneh, karena kekaisarannya yang berlangsung singkat hampir tidak menyentuh wilayah Baltik. Namun kekaisaran Hun, meski bukan Jerman, tampaknya cukup kuat untuk masuk ke dalam ingatan masyarakat dan imajinasi populer. Hingga satu abad yang lalu, orang awam di Jerman utara menyebut gundukan-gundukan pemakaman itu sebagai Hunnenbette, tempat berbaring Hun . Dengan demikian, di antara penduduk Norwegia dan Danes, Attila bergabung dengan Ermanaric dari Ostrogoth dan Gundicarius (Gundahar atau Gunther) dari suku Burgundi, menjalin kisah yang membawa tema besar tentang penghormatan, keadilan, balas dendam, dan jalannya takdir. Viking mengusung nama Attila bersama mereka ke Iceland pada abad kesepuluh, dan hingga kemudian sampai di Greenland, bersumber dari Greenlandic Lay of Atli (Attila) pada abad kesepuluh. Gaung Attila bahkan lebih jauh lagi hingga sampai ke Dunia Baru bersama Thorfinn Karlsevni dan 100 Viking-nya, yang pada 1018 mendirikan sebuah koloni yang hidup singkat di pesisir Newfoundland. Aku membayangkan mereka berkerumun di sekeliling api unggun di rumah-rumah mereka di padang rumput, mendengarkan penyair menyampaikan sajaknya. Tidak ada skraeling (sebagaimana para Viking menyebut suku Indian dan suku Inuit lokal) yang terdengar, tapi ini menjadi sesuatu yang aneh bahwa salah satu karya musik dan puisi yang terdengar di Dunia Baru menceritakan tentang Attila, suku Hun, dan pertempuran mereka dengan kaum Burgundi. Karena itulah yang menjadi inti legenda: satu insiden
390 kecil dalam sumber-sumber tertulis, tetapi kuat dalam ingatan masyarakat, mungkin karena dimainkan dengan baik seperti sebuah perseteruan keluarga. Hanya sedikit fragmen yang selamat yang menandakan kepopuleran - nya sebuah epik Latin abad kesembilan, versi Jerman dan Inggris dari cerita yang sama, beberapa kisah Nordik. Pahlawan utamanya adalah Walther, sandera di istana Attila, dan seorang raja favorit. Ia melarikan diri dengan sang putri, Hildegund (nama Jerman untuk Ildico). Mereka punya harta. Hagen sang pahlawan, yang mungkin seorang Burgundi atau Hun, mengejar mereka, bergabung dengan Raja Gunther dari Burgundi. Terjadi pertempuran besar, yang setelah itu ketiga tokoh ini berdamai lagi. Dalam versi Inggris, Waldere, pada bagian yang selamat, Hildegund mendesak Walther untuk menentang Gunther:
Teman Attila. Bahkan sekarang, saat ini, jangan biarkan
keberanian Ataupun gengsi meninggalkanmu.
Kisah ini tumpang tindih dengan kumpulan legenda lainnya, tentang bangsa Burgundi itu sendiri, Nibelung, atau Niflung. Di sini, seperti halnya dalam kisah lain, para pujangga memperlakukan elemennya sebagai komponen epik buatan sendiri: kita bisa membaca kisah Attila yang dibujuk oleh Siegfried (Sigurd dalam mitologi Nordik) menuju kamar harta Siegfried, tempat Attila meninggal; atau Attila menyediakan perawan bagi Hagen, yang melahirkan Aldrian, yang juga melakukan bujukan. Dalam cerita lain, Hagen juga melahirkan Niflung, yang kemudian kisah itu diberi judul dengan namanya. Tidak
391 ditemukan adanya kesatuan. Ini versi lainnya.
Gunther dari suku Burgundi (yang dalam kehidupan aslinya dibunuh oleh suku Hun sebelum Attila sekitar tahun 437) memiliki harta karun. Ia juga punya seorang saudara perempuan, Gudrun, yang dinikahkan dengan Attila. Attila, berharap memiliki tempat harta tersembunyi itu dari Gunther, membunuhnya dengan melemparkan Gunther ke lubang ular. Kemudian Gudrun melakukan balas dendam mengerikan. Dalam versi terbesar yang selamat dari legenda yang berjudul Volsungsaga, dikatakan Gudrun melaksanakan jamuan makan besar, yang menurutnya untuk menunjukkan bahwa ia menerima nasibnya. Ternyata sama sekali tidak. Gudrun membunuh kedua anak laki-lakinya dari Attila, dan kemudian, pada jamuan itu
Sang raja bertanya di manakah kedua putranya. Gudrun menjawab: Aku akan memberitahumu dan membuat hatimu gembira. Kau membuatku sangat menderita dengan membunuh abangku. Sekarang kau akan mendengar apa yang akan kukatakan kepadamu. Kau sudah kehilangan kedua putramu tengkorak mereka digunakan sebagai mangkuk di meja sana dan kau sendiri meminum darah mereka yang dicampur dengan anggur. Lalu aku mengambil hati mereka dan membakar - nya di atas panggangan, dan kau memakannya.
Senada dengan peran Ildoco sebagai perempuan pembunuh, Gudrun membunuh Attila saat tidur dan membakar aula tempat tidur pasukan Hun.
Ke dalam cerita ini kita bisa menambahkan latar belakang cerita, yaitu Brunhild, yang dimenangkan oleh Gunther dengan bantuan pahlawan dan pembantai naga,
392 Siegfried, yang sebelumnya menikah dengan Gudrun sebelum Attila. Setelah membunuh Siegfried, Gunther mendapatkan hartanya, yang menjadi penyebab Attila membunuhnya.
Banyak kisah tentang ketamakan dan balas dendam ini dihubungkan dengan Attila sebagai hal utama. Ia mungkin merupakan musuh bagi harta Nibelung. Atau, mungkin karena sebenarnya ia adalah orang luar non- Jerman, ia mungkin memiliki peran yang tidak bisa dipercaya akan seorang pemimpin yang kuat, penyayang, dan dikorbankan. Begitulah Attila digambarkan dalam epik Jerman paling terkenal pada masa pertengahan, Nibelungenlied, ditulis sekitar tahun 1200 oleh beberapa pujangga anonim bersumber dari berbagai kisah. Namun Attila dalam kisah Nibelungenlied adalah sosok yang justru tidak sombong. Dalam konteks zaman ketika epik itu dibuat, Attila sebagai raja menunjukkan dua kebajikan: kesetiaan dan kelembutan. Namun hal ini membuat Attila agak tidak berguna dalam hubungannya dengan kisah dramatis. Ia tidak tahu-menahu terhadap hampir semua hal penting. Ia tidak tahu bahwa istrinya, Kriemhild, berduka atas bekas suaminya Siegfried. Ia tidak punya petunjuk tentang ketegangan yang terjadi antara bangsa Burgundi yang datang berkunjung dan pasukan Hunnya. Ia tidak mencurigai apa pun, bahkan saat Burgundi mendatangi gereja dengan senjata lengkap. Kriemhildlah yang mendikte tindakan itu, membuat Attila dalam ketidaktahuan. Tidak ada yang bisa lebih aneh menyangkut sejarah Attila, Attila yang cerdik yang tindakannya dengan cermat sangat mempermalukan Priscus dan misi di - plomatik nya, Attila yang membangun sebuah bangsa dan kekaisaran, serta Attila yang menentang Konstanti - nopel dan Romawi.
393 Kesetiaan dan kelembutan bukanlah kualitas yang bagus bagi kepahlawanan berdarah biru, yang merupakan bagian dari masalah yang dihadapi para penulis Jerman abad kesembilan belas yang bergulat mengadaptasi kekayaan nasional ini. Filsuf George Hegel menyatakan semua ini harus dibuang sebagai hal yang reaksioner, tidak relevan, sepele, dan basi; lebih baik para penulis mencari sumber-sumber yang berfokus pada akar bangsa Jerman yang sesungguhnya, ajaran Kristen, dan kekaisaran Romawi. Para penulis memperhatikan. Di samping drama Werner yang sangat disesalkan, ada lima drama lain tentang Attila di Jerman pada abad kesembilan, diikuti dengan empat drama lagi pada abad kedua puluh. Penggubah drama Friedrich Hebbel mencoba sintesis Hegelian dalam trilogi Nibelung yang ditampilkan pada 1861, memenuhi sosok Attila dengan kebajikan ajaran Kristen, sehingga kematiannya mengarah pada dunia Kristen baru yang berani.
Richard Wagner-lah yang melihat bagaimana cara terbaik untuk memperlakukan Attila. Pada empat operanya dalam siklus Cincin Nibelung, ia melakukan hal yang akan dilakukan penyair yang baik: ia mengambil hal-hal terbaik yang cocok bagi dirinya dari legenda Jerman dan Nordik, terutama fokus pada mitologi Nordik timbunan emas, Cincin Kekuatan, Topi Baja Tak Kasatmata, dewadewa, raksasa, seekor naga, para perawan-prajurit ajaib sejarah yang ditolak, dan menghilangkan Attila sama sekali.
M UNGKIN KENANGAN masyarakat akan mati, tetapi masyarakat Eropa meneruskannya dalam bentuk barbarisme baru pada akhir abad kesembilan belas dan
394 kedua puluh. Dengan situasi yang pas, kekejaman dan prasangka menjadi simbol yang sudah jadi. Keadaan ini muncul pertama kali dalam Perang Franco-Jerman tahun 1870 (biasanya disebut Franco-Prusia oleh para sejarawan Inggris, tetapi Prusia sudah menjadi Jerman, sejauh ini tidak ada perbedaan).
Pada musim panas tahun 1870, pasukan Jerman membunuh 17.000 prajurit Perancis dan membawa 100.000 tahanan di Sedan, dan mengarah ke selatan, menuju Ch"lons dan Dataran Catalaunia, demi alasan geostrategi yang sama sebagaimana Attila tempat terbuka, pergerakan yang cepat bedanya, target mereka adalah Paris. Sebuah artikel surat kabar yang tersebar secara luas pada bulan Oktober tahun itu membuat satu persamaan nyata antara serangan pasukan Jerman dan suku Hun, membandingkan Kaiser Wilhelm I dengan Attila dan mengenang kisah bagaimana St Genevieve menyelamatkan Paris. Sekarang, sebagaimana kemudian, Tuhan akan membantu mereka yang membantu dirinya sendiri; dan rupanya memang demikian. Dibebani dengan banyaknya tahanan oleh kesuksesan mereka sendiri kemudian diperlambat dengan serangan gerilya pasukan Perancis, pasukan Prusia kewalahan dan berhenti menyerang. Batas serangan mereka di wilayah barat, anehnya, adalah Orl"ans, di mana Attila dahulu pernah melakukan putaran balik. Gencatan senjata yang kemudian terjadi menegaskan keberadaan Jerman sebagai Hun Eropa zaman sekarang, dalam imajinasi bangsa Perancis.
Untuk 40 tahun ke depan, kedua kekuatan besar ini memandang curiga satu sama lain, melihat pengkhianatan dan barbarisme dalam diri masing-masing. Khususnya Perancis, yang mendapatkan penghinaan dan tidak berdaya, menunggu kesempatan untuk revanche (balas
395 dendam) kepada reinkarnasi suku Hun ini.
Sebenarnya, bangsa Jerman menyambut baik perbandingan ini. Saat Jerman mengirim pasukannya ke China untuk menghadapi Boxers, pemberontakan petani yang pada 1900 mencoba mengusir semua orang asing dari China, Kaiser Wilhelm II berkata pada pasukannya: Biarkan semua yang kalah berada dalam belas kasih kalian. Persis seperti yang dilakukan suku Hun seribu tahun yang lalu di bawah kepemimpinan Attila yang mendapat reputasi karena kebajikan sehingga menjadikan mereka hidup dalam tradisi sejarah& jadi buatlah nama Jerman dikenal dengan cara yang sama di China sehingga bahkan tidak akan pernah ada orang China yang berani menaruh kecurigaan kepada seorang Jerman.
Nasionalisme dan imperialisme Jerman berjalan berbarengan. Melihat negara imperialis di sekitarnya Perancis, Rusia, Inggris Jerman mencari koloni-koloni baru dan membangun konvoi yang sebanding dengan Inggris, kekuatan super di dunia. Oleh karena itu, golongan pejabat Inggris-lah yang memperhatikan dengan cermat terhadap ancaman ekspansi Jerman tersebut. Salah satu dari mereka adalah penjaga kesusastraan kerajaan dan kebudayaan Inggris yang bernama Rudyard Kipling.
Kipling adalah orang pertama yang membuat pembaca Inggris mengetahui bahwa Perancis menyamakan Jerman dengan Hun. Pada 1902, ia terinspirasi satu kejadian yang sudah lama dilupakan, di mana Jerman mengusulkan demonstrasi angkatan laut gabungan untuk mengumpulkan utang dari Venezuela. Kipling, yang sangat marah dengan gagasan kerja sama dengan Jerman, menyampaikan amarahnya lewat mulut seorang pendayung yang
396 menyimbolkan bahwa orang-orang yang bekerja keras patut menjadi raja dan kaisar:
Dan sekarang kau beri tahu kami satu sumpah
rahasia Yang kau buat dengan seorang musuh nyata!
Puisi yang berjudul The Rowers kini terdengar obsesif, tidak jelas, membenarkan pernyataan sendiri, dan secara menyeluruh menunjukkan dua kebajikan murahan, sajak kosong dari beberapa kolonel pemarah.
Dalam pandangan perdamaian Dari Narrow Seas Setengah duniamu akan dijalankan
Dengan satu awak kapal licik, untuk membuat
persekutuan baru Dengan Goth dan Hun yang memalukan!
Dua belas tahun kemudian, ketakutan Kipling menjadi kenyataan, tanpa adanya pengakuan darinya bahwa imperialisme Inggris dan Jerman saling bertolak belakang. Meskipun demikian, Jerman menghadapi satu masalah unik: terjadinya perang di dua daerah perbatasan yang hampir pasti, melawan Perancis dan Rusia. Kunci kemenangan adalah penaklukan yang sangat cepat ter - hadap Perancis, yang berarti pergerakan cepat melintasi wilayah Belgia yang netral, tanda-tanda perlawanan atau penundaan apa pun akan ditanggapi dengan serangan tanpa ampun. Jadi, dalam kasus Jerman, perang harus melibatkan serangan tanpa alasan ke sebuah negara netral dan kesiapan untuk menggunakan teror. Hal ini hampir tidak terelakkan sehingga menjadi kenyataan,
397 yang dilakukan beberapa hari setelah pergerakan Jerman memasuki wilayah Belgia pada bulan Agustus 1914. Di kota universitas Leuven (Louvain), beberapa penembak jitu Belgia membangkitkan reaksi berlebihan yang mengerikan, yang membuktikan sebuah propaganda bagi musuh-musuh Jerman. Ratusan orang tewas, ribuan lainnya ditahan, 1.000 bangunan dibakar, termasuk perpustakaan kuno beserta 230.000 buku yang ada di dalamnya. Surat kabar The Times terbitan tanggal 29 Agustus menyatakan kekalahan Oxford dari Belgia , di tangan Hun . Kipling sendiri mendesak Inggris untuk berperang:
Demi semua yang kita punya dan yang ada Demi nasib semua anak-anak kita, Bangkit dan laksanakan perang. Hun ada di pintu gerbang!
Reaksi ini pun tidak membatasi Inggris. Flames of Louvian muncul untuk menyimbolkan nasib Belgia kecil yang malang , dan bangsa-bangsa yang belum mengalami peperangan menjadi ketakutan. Di sepenjuru Eropa, kekejaman membenarkan balas dendam dan kebenaran diri sendiri. Dari Switzerland, seorang pujangga Perancis dan kemudian meraih Nobel, Romain Rolland, dulunya agak pro-Jerman, menulis sebuah surat protes kepada penulis Jerman dan pujangga peraih Nobel tahun 1912, Gerhard Hauptmann, membuat analogi Jerman- Hun dan menanyakan apa saja yang terjadi dengan warisan Goethe" Hauptman yang dulunya kritis terhadap nasionalisme Prusia, dengan tidak sabaran menjawab bahwa saat ini Jerman akan dianggap sebagai putra
398 Attila dibandingkan putra Goethe, sebuah pernyataan keras yang membuatnya mendapatkan tanda kehormatan dalam menghormati ulang tahun Kaiser.
Seluruh jaringan perjanjian yang sulit ini berhasil diselesaikan dalam waktu dua bulan, dan sekali lagi Jerman mengikuti jejak langkah Attila. Pasukan Ketiga mereka bergerak ke Dataran Catalaunia, dan sekali lagi gagal meraih kemenangan instan yang mereka cari. Kali ini Inggris menjadi sekutu Perancis, dan dengan cepat mengadopsi analogi Perancis dan Kipling yang menghina, begitu juga dengan julukan yang merendahkan terhadap orang-orang dengan menyebut mereka dengan istilah Boches. 3
Persamaan fasih Kipling Jerman = Hun menjadi hal lumrah, hampir selalu sebagai satu penyamarataan, orang Hun . Pencarian cepat di internet menghasilkan contoh-contoh dalam jumlah ratusan. War Ilustrated terbitan 1 Desember 1917 memuat artikel berjudul Jejak Suku Hun . Robert Lindsay Mackay dari Batalion 11 Argyll dan Sutherland Highlanders menulis dalam buku hariannya: Terlihat jelas bahwa bagaimana pun Hun bermaksud menahan pasukan ketiganya, tetapi gerakan yang lebih dulu kami lakukan di wilayah yang kami masuki dan menghabisi bagian sayap pasukan mereka, membuat ia kecewa.
Namun ada yang aneh dengan istilah itu. Tidak seorang pun pernah membicarakan tentang Hun Attila sebagai Hun . Namun jika kita bersandar pada sumbersumber literatur bagi pengguna bahasa Inggris di mana
399 3 Sumber tidak diketahui. Satu sumber berasal dari Alboche, menurut dugaan merupakan gabungan dari Allemand dan caboche, bahasa slang untuk kepala , tapi juga untuk sejenis palu dan bagian dari tanaman tembakau. Dibutuhkan lebih banyak penelitian dalam hal ini.
saja, Hun muncul untuk menyatakan Jerman, orangorang Jerman, dan kebiadaban Jerman. Secara khusus ini adalah masalah orang Inggris: orang Perancis tidak menyebut le Hun, meskipun awalnya analogi ini berasal dari mereka. Sebutan Les Boches atau le Boche saja sudah cukup, yang entah mengapa sepertinya lebih manusiawi, lebih sejajar dengan istilah bahasa Jerman untuk prajurit Inggris, Tommy, dalam bahasa Inggris paralel dengan Fritz dan Jerry. Baik Perancis ataupun Jerman tidak punya satu istilah dengan konotasi ke - biadaban Hun .
Kita mungkin akan beranggapan bahwa Hun adalah penggunaan bahasa Inggris secara universal. Pastinya kondisi ini cukup buruk untuk membenarkan penyebaran - nya. Ketika Perbatasan barat dibuat menjadi parit-parit perlindungan, para prajurit memasuki sebuah mimpi buruk di mana tampaknya kemungkinan besar dan rumor kekejaman apa pun dijadikan sebagai fakta. Prajurit biasa tahu bahwa pasukan Jerman merebus mayat sampai mendidih untuk dijadikan lemak, menyalib para tahanan di negeri tanpa penghuni, dan bertarung dengan sangkur bermata gergaji, senjata yang lebih bagus untuk merobek perut para prajurit Inggris. Seperti yang ditulis Paul Fussell dalam The Great War and Modern Memory, Sangkur seperti ini menunjukkan keburukan karakter Jerman, hingga sampai saat ini rumor tersebut tetap ada dan menjadi satu hal spesifik dari keburukan suku Hun.
Tetapi, hal itu tidak pernah terlihat di garis depan. Tommy merasakan keakraban dengan Boches dan Boche (tunggal), dan Fritz, dan Jerry, terjebak seperti dirinya dalam ketakutan yang didiktekan oleh kekurangajaran dari atas. Terkadang, Tommy mengacu pada Jerry tua , bahkan Jerry tua yang malang, kata tua untuk
400 menyatakan keakraban, bahkan kasih sayang. Para prajurit tidak membicarakan tentang Hun , karena mereka tidak sebenci yang diharapkan orang-orang yang tidak berperang. Dalam drama Journey s End, oleh bekas prajurit R.C. Sherriff, para prajurit di parit-parit per - lindungan membicarakan Boche , tidak pernah mem - bicara kan Hun . Bahkan hal ini benar-benar diucapkan oleh satu tokoh, Pasukan Jerman benar-benar sopan, ya" Maksudku, di luar yang diberitakan di surat kabar.
Di luar yang diberitakan di surat kabar. Istilah Hun dipakai oleh masyarakat biasa yang tidak berperang dengan satu ketertarikan untuk membangkitkan kebencian, seperti yang dilakukan Kipling dan para pejabat pelaku propaganda serta para penulis berita halaman depan anti-Jerman. E.A. Mackintosh, dibunuh di Cambrai pada bulan November 1917, saat berusia 24, mengenang dalam Recruiting :
Pemuda, kau dibutuhkan, pergi dan bantulah, Pada dinding kereta
Tertempel poster itu, dan aku berpikir Tentang tangan-tangan yang menulisnya
Banyak orang sipil berharap mereka Bisa pergi dan bertarung melawan Hun. Tidakkah kau lihat mereka berterima kasih pada
Tuhan Bahwa usia mereka lebih dari empat puluh satu tahun"
Pada hari Minggu, 10 November 1918, satu hari se - belum gencatan senjata, News of the World, menyatakan
401 akhir pertempuran dengan judul artikel HUN SUR - RENDER CERTAIN.
Hun pada masanya, dan masa itu sudah berlalu. Pada awal tahun 1930-an, hal itu keluar menjadi model dan ejekan dalam pembicaraan orang-orang istana, menjadi istilah sebelum munculnya kengerian yang lebih besar, Nazi . Hitler sang anti-Semit melepaskan kejahatan yang lebih mematikan sehingga kebiadaban Hun jadi terlihat remeh. Dua buku yang diterbitkan tahun 1940- an The Hun in Africa dan Harrying the Hun adalah gaung yang terakhir. Sekarang, istilah ini menjadi sebuah ungkapan kuno, hanya digunakan untuk membangkitkan satu momen pada masanya dan prasangka kunonya.
D I H ONGARIA , kampung halamannya, kebangkitan Attila menjadi sosok yang termasyhur dimulai tidak lama setelah kedatangan orang-orang Hongaria, bangsa Magyar, pada 896. Menjadi bagian terbaik abad itu, para pejuang nomaden ini berlaku seperti Hun terakhir, menyerang ke Bulgaria, Perancis, Italia, dan Jerman, hingga Kaisar Otto I menghentikan cara-cara bandit mereka di pinggiran Sungai Lech tahun 955. Setelah itu, dengan tidak adanya tempat lagi untuk berpindah dan tidak ada bangsa yang lebih lemah untuk diserang, mereka mulai menetap. Pada 970-an pimpinan saat itu, Geza, melakukan persetujuan dengan Kaisar Otto II dan paus. Persetujuan itu begini bunyinya: dirinya akan dibaptis, dan melepaskan para budak Kristen, sebagai ganti pengakuan sebagai seorang raja. Untuk memperkuat perjanjian itu, ia menunangkan putranya Vaik, namanya menjadi Istv"n (Stephen), dengan Gisela, putri dari Raja Bavaria, salah satu cabang monarki Otto II. Ketentuan tentang me -
402 lepaskan para budak Kristen tidak disetujui oleh para bangsawan Hongaria, dan jabatan raja itu masih menjadi perselisihan sengit hingga Geza meninggal dunia pada 997. Stephen muda yang berusia 22 tahun, akhirnya menuntut kekuasaan kerajaan, dan menobatkan dirinya sebagai raja pada 1001. Untuk menandai peristiwa itu, Paus Sylvester II mengirim sebuah mahkota kepada Stephen, yang secara tradisi dipakai oleh semua raja Hongaria selama seribu tahun berikutnya. Mahkota (atau replika: keasliannya diperdebatkan) itu bisa dilihat sekarang di Museum Nasional Hongaria, simbol Hongaria yang berkilauan dan stabilitas Kristen di tengah-tengah wilayah Eropa. Stephen melanjutkan dengan membuat sepuluh keuskupan di bawah dua kepala uskup dan bertindak sebagai pelindung bagi banyak biara. Lima puluh tahun setelah kematiannya pada 1038, ia dijadikan orang suci gereja.
Apa inti dari semua ini" Orang Hongaria, penganut Kristen, bangsawan tuan tanah pada (katakanlah) tahun 1020 dilahirkan dari seorang kakek yang dulunya perampok penyembah berhala, dan dari kakek-kakekbuyut yang dulunya adalah orang-orang nomaden yang buta huruf. Tidak banyak identitas di sana, tidak juga akar yang dalam, tidak juga klaim sejarah terhadap suatu wilayah. Sekarang, orang yang kekurangan akan hal ini, entah mengapa suka mempelajari mereka. Itulah yang dilakukan orang-orang Hongaria, dengan lega melihat ke belakang, pada orang-orang dan pemimpin yang ke - suksesannya sepertinya begitu hebat untuk membayangi kesuksesan mereka sendiri.
Dengan sangat cepat, cerita-cerita rakyat dinyanyikan oleh para penyair tentang tiga pahlawan besar: Attila, "rp"d, dan Stephen. Stephen ke "rp"d, hanya satu abad,
403 hubungan yang mudah. Namun antara "rp"d dan Attila ada kekosongan selama empat abad dan ribuan mil wilayah yang tidak tercatat. Tetapi, kekosongan seperti itu, adalah berkah bagi para pujangga, dan dengan cepat kekosongan tersebut terisi dengan kisah-kisah berikut ini.
Saat Raja Attila meninggal dunia, ia meninggalkan dua orang putra. Putra pertama, Dengizich, tewas di pertempuran. Yang kedua, Ernak, menjadi terkenal sebagai Csaba, atau Chaba (berarti domba misal dari bangsanya). Ia adalah putra dari Honoria, seorang putri kekaisaran Romawi (yang Attila nikahi dengan cara yang tidak bisa dijelaskan). Chaba kembali ke Asia, meninggalkan 3.000 prajuritnya, Szekler, sebagai para penjaga perbatasan (sz"kel = penjaga perbatasan dalam bahasa Hongaria). Chaba berdoa bahwa kapan pun bangsanya dalam masalah, Alam sendiri yang akan memberitahunya, dan ia akan kembali untuk melindungi mereka. Dua kali ia memacu kuda pulang untuk menyelamatkan mereka. Tahun demi tahun berlalu, dan Chaba meninggal dunia. Pada akhirnya, musuh-musuh kuat bangkit dan mengancam Sz"kely. Chaba akhirnya kembali untuk terakhir kalinya, ia memimpin satu pasukan melintasi langit berbintang membuat pasukan musuh kocar-kacir. Jalur pasukan hantu yang bersinar itu menjadi jalan menuju Surga. Orang-orang Hongaria menyebut Milky Way sebagai Jalan bagi Jiwa , dan mengenang Chaba dan ayahnya yang gagah berani, Attila. Dari Chaba diikuti oleh beberapa generasi di mana suku Hun bergabung dengan Magyar: Ugek, El"d, dan kemudian "lmos, yang punya siklus epiknya sendiri, karena dialah, yang seperti Musa, memimpin bangsanya kembali ke Carpathia, tempat dirinya me ninggal, dan
404 akhirnya dilanjutkan oleh "rp"d. Sekarang orang-orang Magyar kembali ke tanah kelahiran mereka, di mana mereka membentuk satu persekutuan dengan Sz"kely, yang langsung menjalankan tugas mereka sebagai penjaga perbatasan; dan itulah sebabnya mengapa mereka sampai saat ini tetap menjadi kelompok minoritas di Romania tengah yang menggunakan bahasa Hongaria, masih menyatakan bahwa mereka keturunan Attila.
Kisah-kisah ini disampaikan oleh para pujangga pagan, yang tidak punya tempat di negeri Kristen yang memiliki para biarawan yang terpelajar. Saat tradisi penyampaian cerita dari mulut ke mulut mati, cara tertulis ambil bagian, membajak kisah-kisah lama dan mempertahankan agenda nasionalis mereka. Pada abad ketiga belas, dalam Gesta Hungarorum, seorang biarawan Benedectine yang tidak diketahui namanya mengulang pernyataan bahwa Attila adalah nenek-moyang langsung dari "rp"d dan invasi bangsa Magyar ke Carpathia pada 896 tidak lebih daripada kembali ke wilayah kepunyaannya, berkat Attila. 4 Tidak lama setelah Gesta ditulis, Hun mengalami kemunduran singkat sebagai pahlawan karena bangsa Hongaria menyamakan mereka dengan Mongol, yang menghancurkan negeri itu pada 1241-1242. Reputasi Attila dipulihkan kembali oleh seorang pencatat kronik bernama Simon K"zai, yang menggambarkan pahlawannya dikelilingi kekayaan; bahkan kandang kudanya dihiasi kain beludru ungu. Dengan demikian, Attila tetap menjadi nenek-moyang dan raja-pahlawan. Bahkan diyakini bahwa pedang Attila, Pedang Mars, dimiliki para raja Hongaria hingga akhirnya diberikan kepada seorang duke Jerman
405 4 Bagian ini berdasarkan tulisan B"uml dan Birnbaum; Thierry; Cordt; dan Dail, dll.: untuk detailnya, lihat daftar pustaka.
pada 1063, yang memberikannya kepada kaisarnya, Henry IV, yang&
Dan begitulah legenda tentang legenda bisa diteruskan selamanya, jika kita mau. Pada akhir abad kelima belas, Attila sudah menjadi seperti Charlemagne dari Hongaria, nenek-moyang bukan hanya dari "rp"d dan Stephen, tetapi juga penerus mereka, raja terhebat Hongaria, Matthias Corvinus, yang dipuji oleh para pejabat istananya sebagai Attila kedua karena memulihkan kekuasaan dan kejayaan Hongaria di bawah satu monarki yang kuat dan terpusat. Matthias senang akan perbandingan ini. Sejarawan kesayangannya, Antonio Bonfini asal Italia, menampilkan Attila sebagai seorang Romawi dan proto-Renaissance, membuatkan pidato-pidato hebat untuk menandai pembunuhan Bleda dan Pertempuran di Dataran Catalaunia. Persamaan dengan Attila, bagaimana pun, tidak selalu menyenangkan. Salah satu pengecam Matthias, Callimachus, seorang aristokrat Italia dengan cinta abadi akan monarki Polandia, melihat Matthias sebagai ancaman bagi perdamaian di Eropa dan menyerang Matthias-sebagai-Attila dalam biografi suku Hun, menampilkannya sebagai penyerang dari belakang, raja lalim perampas wilayah. Namun ia bahkan tidak membantah bahwa Attila adalah leluhur Hongaria, sebuah mitos yang cocok dengan aristokrasi dan juga raja Hongaria. Pada abad kedelapan belas, "sterh"zys putri dari Kekaisaran Suci Romawi, pelindung Haydn, pemilik kastil yang dikenal sebagai Versailles Hongaria menelusuri jejak silsilah mereka yang membanggakan tetapi palsu, kembali pada Attila.
Jadi tidak mengejutkan bahwa orang-orang Hongaria saat ini memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap Attila dari orang-orang Eropa barat. Dan ini pun tidak
406 407 sepenuhnya benar. Pada akhirnya sosok Attila menjadi lebih seorang penjarah daripada kaisar; tetapi yang ia lakukan tidak lebih daripada apa yang akan dilakukan para pemimpin pada masanya jika mereka bisa, yakni mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin dari korban dan musuh. Hanya kemenangan yang memungkinkan ketersediaan waktu dan kesenangan bagi munculnya kebajikan yang lebih beradab; dan Attila tidak begitu sukses dalam hal ini. Ia bisa mendirikan sebuah kekaisaran yang membentang dari Atlantik hingga Kaspia; ia bisa menentang Romawi pada masa jayanya; para ahli warisnya bisa merebut Romawi, lalu menyerang Konstantinopel dan mengalihkan jalannya sejarah. Jika ia pernah memiliki visi yang samar akan hal itu, ia tidak bisa fokus pada hal itu, apalagi meraihnya, karena pada akhirnya ia tidak bisa mengendalikan kekaisaran: justru dialah yang dikendalikan, dan mengarahkannya pada kematiannya dan kematian kekaisaran itu sendiri dalam waktu yang sangat singkat. Warisan yang ia tinggalkan adalah nama - nya, sosoknya, dan misteri yang menyelubunginya.
TENTANG PENULIS J OHN M AN adalah sejarawan Inggris dengan minat khusus pada Mongolia dan China. Setamat studi mengenai Jerman dan Prancis di Keble College, Oxford, ia meng - ambil dua program sekolah pascasarjana: kajian sejarah sains di Oxford dan studi bangsa Mongol pada School of Oriental and African Studies di London. Ia pernah bekerja di penerbit Time-Life Books serta menjadi jurnalis Reuters, sebelum kemudian beralih menulis untuk film, televisi, dan radio.


Attila Raja Barbar Momok Romawi Attila: The Barbarian King Who Challenged Rome Karya John Man di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selama karier kepenulisannya, John Man telah mengarang belasan buku. Alpha Beta dan The Gutenberg Revolution adalah dua karyanya mengenai revolusi dunia tulis-menulis. Ia juga menulis trilogi tentang pemimpin legendaris Asia dalam lanskap sejarah kekaisaran kuno: Genghis Khan, Kublai Khan, dan Attila the Hun. Sementara The Great Wall, buku tentang situs keajaiban dunia di China, dan Terracotta Army, kisah ihwal situs arkeologis tentara penjaga makam keramat Kaisar Pertama China, semakin meneguhkan kapasitasnya sebagai sejarawan ulung.
408 Berkat karya-karya itu, John Man dengan cepat menjadi sejarawan dunia yang tulisannya paling banyak dibaca. Dan pada 2007, ia dianugerahi Mongolia s Friendship Medal berkat kontribusinya terhadap hubungan Mongolia-Inggris.
409 Pukulan Naga Sakti 22 Dewa Arak 41 Macan-macan Betina Pendekar Bodoh 3
^