Pencarian

Balada Padang Pasir 16

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 16


sedih, seakan seseorang yang tenggelam dalam kenangan
bahagia masa lalu tiba-tiba menemukan bahwa semuanya telah
hilang, tiba-tiba dari bahagia langsung menjadi berduka.
Dalam hati aku mengagumi kepandaian meniup seruling orang
itu, dan juga merasa tergerak oleh rasa duka dalam permainan
serulingnya, mau tak mau aku pun melihat ke arah suara seruling
itu. Bulan purnama yang tergantung di angkasa bersinar, seekor unta
putih salju sedang berlari di atas pasir keperakan yang luas dan
sepi, derap kakinya tak menimbulkan debu, secepat seekor kuda
yang dapat berlari seribu li dalam sehari, nampaknya ia adalah
seekor Unta Salju Tianshan yang sama termasyurnya dengan
Hanxue Baoma, Kuda Berkeringat Darah.
Seseorang yang mengenakan jubah biru muda menunggang unta
itu sambil meniup seruling, rambutnya yang hitam legam
melambai-lambai di tengah angin, lengan jubahnya yang lebar
menari dengan suara bergemerisik ditiup angin. Sikapnya berani,
namun masih nampak anggun.
Cahaya rembulan yang terang benderang bersinar
mengelilinginya, namun tak dapat mengusir rasa sepi dan sedih
yang menyelimutinya. Suara serulingnya membuat seluruh
padang pasir berduka. Huo Qubing tersenyum dan memuji, "Yu er, ia sebenarnya tak
mengendalikan unta itu, melainkan membiarkannya berlari
seenaknya, sikapnya sangat mirip dengan Lao Zi yang
menunggang keledai hitam, berpergian sesuka hatinya, akan
tetapi Lao Zi hanya berjalan-jalan di dalam Tembok Besar,
sedangkan ia sangat pemberani, berjalan-jalan seenaknya
seakan padang pasir adalah taman rumahnya sendiri".
Bersamaan dengan semakin mendekatnya sosok itu, rasa curiga
dalam hatiku sedikit demi sedikit timbul, kali ini hatiku terkesiap
dan tak lagi berani memandangnya, aku cepat-cepat berpaling,
ingin cepat-cepat naik ke tepian.
Tak lama kemudian, Huo Qubing juga mengenali orang itu,
senyum di bibirnya menghilang, tanpa berkata apa-apa, ia
berenang mengikutiku ke tepian.
Unta itu berhenti di tepi Yueya Quan, dengan diam, sambil
mengenggam seruling, Jiu Ye memandang air mata air dan bukit
pasir, wajahnya nampak kesepian, sebatang kara. Di bawah sinar
rembulan, hanya ada dirinya dan bayangan terbaliknya di air
mata air yang saling menemani.
Ia mendongak memandang bukit pasir, seakan sedang
memikirkan sesuatu, lalu sekonyong-konyong tersenyum, namun
setelah tersenyum, ia nampak semakin sedih.
Aku bersembunyi di balik bayangan bukit pasir, setengah tubuhku
masih terendam air, dua langkah lagi aku sudah tiba di tepian,
namun aku sama sekali tak berani bergerak. Tanpa bersuara,
Huo Qubing berdiri di sisiku, di tengah kesunyian itu hanya
terdengar debar jantung, entah jantungnya atau jantungku.
Unta itu mendengus-dengus, mengeser jubah dari tanah dengan
moncongnya, lalu memburu ke tempatku bersembunyi sambil
melenguh keras, dengan cepat, sebuah busur silang kecil muncul
di tangan Jiu Ye, lalu sambil tersenyum ia berkata pada kami,
"Siapa tuan-tuan yang mulia?"
Aku masih tak ingin menghadapinya, namun Huo Qubing tak bisa
bersabar lagi, sambil tersenyum ia melangkah keluar, "Saudara
Meng, kami "suami istri" ini memang sedang mencarimu, tak
nyana kita bertemu di tengah malam ini".
Aku hanya dapat mengikuti di belakang Qubing, melangkah
keluar tanpa berkata apa-apa.
Begitu melihat bagian atas tubuh Huo Qubing yang setengah
telanjang, wajah Jiu Ye menjadi pucat pasi, untuk sesaat ia
tertegun, lupa menyimpan busur silangnya. Ia melirikku sekilas,
lalu segera mengalihkan pandangan matanya, setelah itu, dari
kantung di atas punggung untanya, ia mengeluarkan sehelai
jubah dan memberikannya pada Huo Qubing.
Huo Qubing baru saja berkata, "Tak usah", lalu segera bereaksi,
jubah itu bukan untuknya. Ia berpaling dan melihat ke arah diriku
yang bersembunyi di belakang punggungnya, karena terendam
air, pakaianku menempel ketat pada tubuhku.
Dengan tak berdaya, Huo Qubing menerima jubah itu, "Banyak
terima kasih". Lalu ia berbalik dan memberikannya padaku.
Dengan perlahan, Jiu Ye menyimpan busur silangnya, bibirnya
samar-samar tersenyum getir, "Dahulu, aku juga membidikmu
dengan busur silang di tempat ini".
Huo Qubing berpaling memandangku, aku menutup jubah yang
kupakai, lalu menunduk memandang tanah, diam seribu bahasa.
Diantara kami bertiga timbul suatu kesunyian yang aneh, aku
ingin segera memecahkan kesunyian diantara kami bertiga itu
dan cepat-cepat berkata, "Jiu Ye, kami datang untuk
melihat"..putra kami. Putra kami sudah berusia setahun lebih,
namun kami masih belum memberinya nama".
Mata Jiu Ye nampak hangat, sambil tersenyum ia berkata, "Tanpa
seizin kalian, aku telah memberinya sebuah nama julukan, yaitu
Yi, kami semua memanggilnya Yi er".
Huo Qubing berkata, "Yi, nama ini dapat berarti
menyembunyikannya diri atau bertapa, dan dapat juga berarti luar
biasa, nama ini sangat bagus, dapat dipakai sebagai nama resmi
juga, setelah ini ia akan dipanggil Huo Yi".
Sulit untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas suatu budi
besar, walaupun Huo Qubing tak pernah mengucapkan terima
kasih, ia menggunakan nama yang diberikan Jiu Ye sebagai
nama putranya, dengan demikian ia mengungkapkan rasa terima
kasihnya yang amat besar pada Jiu Ye.
Jiu Ye memandangku, seakan sama sekali tak mendengar
gagasan Huo Qubing, dan hanya minta pendapatku, aku pun
berkata, "Aku sangat suka nama ini".
Ia tersenyum hambar, tak lagi banyak berbicara tentang nama itu,
"Aku sudah menyuruh orang untuk membawa Yi er kemari dari
Tianshan, apakah kalian ingin menemuinya?"
Huo Qubing dan diriku saling memandang, hati kami terkesiap,
namun setelah berpikir sejenak, Huo Qubing berkata, "Kalau
pergi ke sana, besok kami baru dapat pulang setelah matahari
terbenam, kita akan tertahan terlalu lama. Yu er, bersabarlah
sedikit, untuk hal lain tak apa menunda kepulangan kita, tapi
untuk hal ini aku tak mau ada kesalahan sedikitpun".
Kami begitu dekat namun tak dapat bertemu, sambil memaksa
diriku tersenyum, aku mengangguk, "Aku mengerti, aku sudah
bersabar setahun, masa tak bisa bersabar beberapa hari lagi
saja?" Huo Qubing dan Jiu Ye saling bertukar pandang, dengan suara
tenang ia berkata, "Yu er, aku berjanji padamu, kau akan segera
dapat berkumpul kembali dengan Yi er".
Jiu Ye tersenyum hambar, kesepian di matanya semakin pekat,
pandangan matanya sekilas menyapu wajahku, lalu ia menyuruh
untanya berbalik dan berlalu, "Kalau begitu kutunggu kabar dari
kalian". Huo Qubing bertanya dengan suara nyaring, "Setelah sampai di
Hami, bagaimana kami dapat menemukanmu?"
Unta Salju Tianshan amat cepat larinya, dalam sekejap mata,
sosok Jiu Ye sudah berada di kejauhan, suaranya pun terdengar
dari jauh, "Begitu masuk kota, Yu er akan dapat menemukanku".
Huo Qubing melirikku, namun tak banyak bertanya. Begitu
mereka berdua bertemu, mereka bagai dua jago yang bertukar
jurus, melukai lawan tanpa kelihatan, dengan amat hati-hati, aku
mengegos kian kemari untuk menghindar, namun masih terkena
hawa pedang. Sebenarnya, aku sama sekali tak paham kenapa Jiu Ye berkata
bahwa begitu masuk kota, aku akan dapat menemukannya, maka
aku pun tak dapat menjelaskannya pada Huo Qubing, dan hanya
dapat tersenyum kecut sambil berpikir keras. Aku ingin
secepatnya mengubah pokok pembicaraan, namun justru
menemukan sesuatu yang diucapkannya ketika lengah, "Eh"
Kenapa kau bisa tahu Jiu Ye tinggal di Hami?"
Huo Qubing tertegun, sambil memandang ke tempat lain, ia
berkata, "Kota besar terdekat adalah Hami, oleh karenanya aku
menebak bahwa ia tinggal di Hami".
"Golmud bukannya juga amat besar?"
"Yu er, kalau bertemu Yi er, apa yang paling ingin kau lakukan?"
Huo Qubing tak menjawab pertanyaanku dan menggunakan hal
yang entah sudah berapa kali kuimpikan untuk mengalihkan
perhatianku. Walaupun aku merasa bimbang, aku pun merasa
bahwa ia mempunyai alasan sendiri untuk tak menjawab
pertanyaanku, aku tak ingin memperdalam masalah ini dan
menurutinya dengan menjawab pertanyaannya.
Huo Qubing (140-117 SM) adalah seorang jenderal terkenal dari
Dinasti Han Barat yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar
Han Wudi. Ia adalah keponakan Jenderal Wei Qing dan
Permaisuri Wei Zifu, serta saudara lain ibu negarawan Huo
Guang. Latar Belakang Huo Qubing adalah seorang anak di luar nikah dari hubungan
gelap diantara Wei Shao Er, seorang gadis pelayan yang bekerja
di kediaman Putri Pingyang, dan Huo Zhongru, seorang pegawai
sipil berpangkat rendah yang saat itu juga bekerja di sana. Huo
Zhongru tak mau menikahi seorang gadis pelayan, maka ia
meninggalkan Wei Shaoer dan menikah dengan wanita lain.
Ketika Huo Qubing berusia sekitar dua tahun, bibinya, Wei Zifu,
yang bekerja sebagai penari di rumah Putri Pingyang, menarik
perhatian Han Wudi muda yang sedang berkunjung. Han Wudi
membawa Wei Zifu dan saudara laki-lakinya, Wei Qing, ke istana.
Setahun kemudian, Wei Zifu hamil anak pertama kaisar Han
Wudi, dan membuat istri resmi kaisar, Permaisuri Chen, cemburu.
Ibu Permaisuri Chen, Putri Guantao, membalas dendam dengan
menculik dan mencoba membunuh Wei Qing, yang saat itu
bekerja sebagai tukang kuda di markas pengawal kekaisaran.
Setelah Wei Qing diselamatkan oleh para pengawal kekaisaran
yang dipimpin oleh sahabatnya, Gongsun Ao, kaisar Han Wudi
mengangkat Wei Zifu menjadi Furen (gelar selir di bawah
permaisuri), dan mengangkat Wei Qing menjadi kepala pengawal
kekaisaran, kepala angkatan bersenjata dan penasehat agung,
dengan demikian, Wei Qing menjadi salah satu orang
kepercayaan kaisar. Kakak perempuan Wei Shaoer, Wei Junru,
dinikahkan dengan asisten pribadi kaisar, Gongsun He,
sedangkan Wei Shaoer dinikahkan dengan Chen Zhang,
keturunan penasehat Kaisar Gaozu. Dengan berkuasanya
keluarga Wei, Huo Qubing muda tumbuh dewasa dalam
kemakmuran dan kehormatan.
Karir Militer Walaupun dibesarkan dalam keluarga yang cukup makmur di
masa kejayaan keluarga Wei, Huo Qubing sama sekali tak seperti
anak-anak keluarga kaya tak berguna yang sering terlihat di
kalangan bangsawan. Ia memperlihatkan bakat militer yang luar
biasa di masa remajanya. Han Wudi melihat potensinya dan
mengangkatnya menjadi asisten pribadinya.
Pada tahun 123 SM, Han Wudi mengirim Wei Qing dari Dingxiang
untuk memerangi bangsa Xiongnu yang menyerang Dinasti Han,
dan menunjuk Huo Qubing yang berusia 18 tahun sebagai
Kapten Piaoyao di bawah pamannya, untuk pertama kalinya, Huo
Qubing terjun ke medan perang. Walaupun Wei Qing berhasil
membunuh atau menangkap 10.000 prajurit Xiongnu, 3000
pasukannya yang dipimpin Su Jian dan Zhao Xin tewas di tangan
Shanyu Xiongnu, Yizhixie. Zhao Xin, seorang jenderal Xiongnu
yang sebelumnya menyerah pada Dinasti Han, menyeberang ke
kubu Xiongnu bersama 800 pasukan Xiongnunya. Oleh
karenanya, bala tentara Wei Qing tak mendapatkan kenaikan
pangkat, namun Huo Qubing mengukir prestasi dengan
memimpin 800 pasukan kavaleri dalam sebuah serangan jarak
jauh. Ia berhasil membunuh kakek sang Shanyu dan 2028
musuh, serta menangkap banyak bangsawan Xiongnu. Han Wudi
yang amat terkesan pun mengangkatnya menjadi Adipati Juara.
Pada tahun 121 SM, Han Wudi dua kali mengirim Huo Qubing ke
Koridor Hexi untuk menyerang bangsa Xiongnu. Di musim semi,
Huo Qubing memimpin 10.000 pasukan kavaleri, berperang
melewati lima kerajaan Xiyu dalam enam hari, menempuh jarak
1000 li ke Gunung Yanzhi, membunuh dua pangeran Xiongnu
bersama 8960 musuh, dan menangkap beberapa bangsawan
Xiongnu serta merampas patung emas suci bangsa Xiongnu.
Karena kemenangannya ini, ia dihadiahi 2200 keluarga. Pada
musim panas tahun yang sama, Xiongnu menyerang Garnisun
Dai dan Yanmen. Huo Qubing berangkat dari Longxi dengan
10.000 pasukan kavaleri, didukung oleh Gongsun Ao, yang
berangkat dari garnisun Beidi. Walaupun Gongsun Ao tak
berhasil menyusulnya, Huo Qubing bertempur sejauh 2000 li
tanpa pasukan pendukung sampai ke Gunung Qilian Shan,
membunuh 30.000 prajurit Xiongnu dan dan menangkap 12
pangeran Xiongnu. Untuk kemenangannya ini, ia dihadiahi 5400
keluarga. Kemenangan Huo Qubing adalah pukulan keras bagi pangeran
Hunxie dan Xiutu bangsa Xiongnu yang menduduki Koridor Hexi.
Shanyu Yizhixie hendak menghukum mati mereka sebagai
hukuman, akan tetapi Pangeran Hunxie menghubungi Dinasti
Han pada tahun 121 SM untuk menyerah. Karena tak dapat
membujuk pangeran-pangeran Xiongnu lain untuk menyerah, ia
membunuh Pangeran Xiutu dan memerintah pasukannya untuk
menyerah. Namun ketika bertemu dengan pasukan Han, pasukan
Xiutu memberontak. Melihat bahwa situasi telah berubah, Huo
Qubing seorang diri pergi ke markas Xiongnu. Di sana, ia
memerintah Pangeran Hunxie untuk menenangkan pasukannya
dan menghukum mati 8000 prajurit Xiongnu yang tak sudi
menyerah. Setelah itu, suku Hunxie dimukimkan di Dataran
Tengah (Zhongyuan). Penyerahan diri suku Xiutu dan Hunxie
membuat bangsa Xiongnu kehilangan kendali atas Xiyu, dan
kehilangan daerah padang rumput yang luas. Oleh karenanya,
Dinasti Han berhasil membuka Jalan Sutra Utara, sehingga jalur
perdagangan langsung ke Asia Tengah terbuka. Hal ini juga
mengakibatkan tersedianya jenis-jenis kuda berkualitas tinggi dari
Asia Tengah, termasuk Kuda Ferghana (Hanxue Baoma atau
Kuda Berkeringat Darah) yang termasyur, yang makin
memperkuat angkatan bersenjata Han.
Setelah berturut-turut dikalahkan oleh Wei Qing dan Huo Qubing,
Shanyu Yizhixie menuruti nasehat Zhao Xin dan mundur ke utara
Gurun Gobi, dengan harapan bahwa tanah yang tandus itu akan
dapat menjadi benteng alami terhadap serangan Han. Akan
tetapi, Han Wudi mengirim sebuah ekspedisi militer yang amat
besar pada tahun 119 SM. Kekuatan Han dikerahkan dalam dua
pasukan yang masing-masing terdiri dari 50.000 prajurit kavaleri
dan lebih dari 100.000 prajurit infanteri, Huo Qubing dan Wei
Qing masing-masing memimpin kedua pasukan itu.


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han Wudi yang telah mengambil jarak dari Wei Qing dan
memberi perhatian serta hadiah lebih pada Huo Qubing, berharap
Huo Qubing dapat menghadapi suku sang Shanyu dan sengaja
memberinya prajurit-prajurit pilihan. Dalam rencana awal, Huo
Qubing akan menyerang dari Dingxiang, dengan disokong oleh
Wei Qing dari Garnisun Dai, yang akan menghadapi Raja Bijak
Kiri. Akan tetapi, seorang tawanan perang Xiongnu membocorkan
informasi bahwa kekuatan utama sang Shanyu berada di timur.
Karena tak tahu bahwa informasi itu palsu, Han Wudi
memerintahkan kedua pasukan itu untuk bertukar tempat,
sekarang Wei Qing berangkat dari sisi barat di Dingxiang,
sedangkan Huo Qubing berangkat dari sisi timur di Garnisun Dai.
Pertempuran di medan perang timur berlangsung dengan cepat,
karena kekuatan pasukan Huo Qubing jauh lebih kuat dari
kekuatan musuh. Huo Qubing maju sejauh 2000 li dan
menyerang Raja Bijak Kiri dalam sebuah pertempuran yang
singkat dan menentukan, dengan cepat mengepung bangsa
Xiongnu, membunuh 70 ribu prajurit musuh, serta menawan tiga
kepala suku dan 83 orang bangsawan. Setelah tiba di
Pegunungan Khentii, ia melakukan serangkaian ritual untuk
memperingati kemenangan historis Dinasti Han, lalu terus
melakukan pengejaran sampai Danau Baikal dan memusnahkan
suku Xiongnu. Lu Bode yang memimpin divisi yang berbeda
bergabung dengan pasukan Huo Qubing setelah membunuh
2800 prajurit musuh, kedua pasukan itu pun pulang dengan
membawa kemenangan. Atas kemenangan ini, Huo Qubing
dihadiahi 5800 keluarga, membuat kedudukannya lebih tinggi dari
pamannya, Wei Qing. Di puncak karirnya, para panglima yang
dahulu berada di bawah komando Wei Qing menyeberang ke
kubu Huo Qubing dengan harapan dapat berjaya bersamanya.
Pada tahun 119 SM, Huo Qubing dan Wei Qing sama-sama
diangkat menjadi Menteri Perang (Da Sima).
Kematian dan Warisannya Han Wudi menawarkan pada Huo Qubing untuk membangun
sebuah rumah untuk persiapan menikah, akan tetapi Huo Qubing
menjawab, ?"?"?"?"?"?" (Xiongnu wei mie, heyi jia
wei"), yang berarti "sebelum bangsa Xiongnu ditumpas,
bagaimana aku dapat berumah tangga?", sebuah ucapan yang
menjadi salah satu semboyan paling patriotis dalam sejarah
Tiongkok. Walaupun Huo Qubing disebutkan sebagai seseorang yang
sedikit bicara, Sima Qian menulis dalam Shi Ji (Kitab Catatan
Sejarah) bahwa Huo Qubing tak memperhatikan para prajuritnya,
tak mau berbagi makanan dengan para prajurit, dan sering
memerintahkan prajuritnya untuk bermain cuju walaupun sedang
kekurangan ransum. Ketika Han Wudi menyarankan padanya
agar ia mempelajari Kitab Seni Perang karya Sunzi dan Wuzi
karya Wu Qi, Huo Qubing berkata bahwa ia secara alami sudah
memahami ilmu strategi dan tak perlu mempelajarinya lagi.
Ketika seorang bawahannya, Li Gan, menyerang Wei Qing, Wei
Qing memaafkannya, namun Huo Qubing tak sudi membiarkan
tindakan kurang ajar pada pamannya itu dan memanah Li Gan
hingga mati dalam sebuah perburuan. Han Wudi melindungi Huo
Qubing dengan menyatakan bahwa Li Gan "tewas terinjak rusa".
Namun dalam berbagi kejayaan militer, Huo Qubing disebutkan
sebagai lebih murah hati. Menurut sebuah legenda, ketika Han
Wudi menghadiahkan seguci arak pada Huo Qubing karena
keberhasilannya, Huo Qubing menuangkan arak di dalamnya ke
sebuah sungai kecil, sehingga semua prajuritnya dapat
mencicipinya, legenda ini memberi nama pada kota Jiuquan,
yang berarti Mata Air Arak.
Huo Qubing wafat di tahun 117 SM pada usia 24 tahun. Dalam
Shi Ji, disebutkan bahwa Huo Qubing meninggal dunia karena
terkena wabah penyakit. Disebutkan pula bahwa dalam
pertempuran di utara Gurun Gobi, bangsa Xiongnu menaruh
bangkai ternak yang mati karena penyakit di sumber air untuk
meracuni pasukan Han. Oleh karena minum air sungai tersebut,
Huo Qubing sakit. Namun ada catatan lain yang menyebutkan
bahwa Huo Qubing meninggal dua tahun kemudian, bukan pada
saat wabah penyakit berkecamuk.
Setelah kematiannya, sang kaisar yang berduka memerintahkan
pasukan elit dari kelima garnisun perbatasan berbaris dari
Chang"an dampai ke Maoling, dimana makam Huo Qubing
didirikan dengan bentuk seperti Gunung Qilian Shan untuk
memperingati pencapaian militernya. Setelah meninggal, Huo
Qubing diberi gelar Adipati JInghuan, dan sebuah patung "Kuda
Menginjak-injak Xiongnu" didirikan di depan makamnya, yang
terletak di dekat makam Han Wudi.
Huo Qubing adalah salah satu pemimpin militer yang paling
banyak diberi penghargaan dalam sejarah Cina. Ban Gu,
sejarahwan Dinasti Han Timur, meringkas pencapaian Huo
Qubing dalam sebuah puisi di Kitab Han yang ditulisnya:
Sang Juara Biaoqi, cepat dan pemberani.
Enam serangan jarak jauh, bagai petir dan guntur.
Memberi minum kudanya di Danau Baikal, bersembahyang di
Gunung Khentii. Memerintah sungai besar di barat, mendirikan garnisun di
Gunung Qilian Shan. Adik lelakinya, Huo Guang, yang diasuh olehnya, kelak menjadi
negarawan besar yang merupakan penasehat utama di balik
Kaisar Zhao, dan berperan besar dalam naik takhtanya Kaisar
Xuan setelah kaisar Zhao wafat.
Putra Huo Qubing, Huo Shan, mewarisi gelar Adipati Juaranya,
namun mati muda pada tahun 110 SM, sehingga gelarnya tak
dapat diwariskan. Ibunya mungkin adalah seorang gadis pelayan,
namun namanya tak disebutkan dalam sejarah. Huo Qubing
mengakui putranya, namun tak menikahi ibu anak itu karena
kedudukannya terlalu rendah. Sejak lahir, Huo Shan dititipkan
oleh Huo Qubing pada Wei Qing untuk dibesarkan.
Cucu lelaki Huo Qubing dari Huo Shan, Huo Shan dan Huo Yun,
terlibat dalam sebuah persekongkolan untuk menggulingkan
Kaisar Xuan pada tahun 66 SM, sehingga mereka berdua
membunuh diri dan seluruh keluarga Huo dihukum mati. Rupanya
setelah peristiwa itu, tak ada keturunan lelaki Huo Qubing atau
Huo Guang yang masih hidup, karena pada masa pemerintahan
Kaisar Ping, gelar Huo Guang sebagai Adipati Bolu diwarisi oleh
Huo Yang, cicit sepupu Huo Qubing.
Dalam berperang Huo Qubing sama sekali tak pernah bimbang,
namun ia terus menerus mempertimbangkan berbagai hal dalam
urusan menemui Yi er, khawatir kalau ada kesalahan. Setiap kali
aku bertanya padanya, ia dengan seksama menganalisa berbagai
macam bahaya yang mungkin akan terjadi. Aku merasa ia
terlampau berhati-hati, sampai seperti orang dari Qi yang takut
langit akan runtuh, namun aku memikirkannya kembali dan
merasa bahwa hasratnya untuk menemui anak kami tak kalah
kuat dariku, oleh karenanya, aku menahan diri dan tak lagi
menanyainya, dengan tenang menunggu sampai ia merasa telah
mempersiapkan segalanya dengan baik.
Selagi menunggu dan menunggu, ternyata yang terjadi terlebih
dahulu adalah suatu kejadian tak terduga yang menimpa Wei
Kang. Menurut laporan mata-mata, di sekitar Akesai ada sisa-sisa
kekuatan Xiongnu yang terkadang muncul dan terkadang
menghilang, namun Huo Qubing tak ingin mengurusnya.
Pertama, ia merasa bahwa sisa-sisa kekuatan Xiongnu itu sudah
tak dapat bergabung menjadi sebuah pasukan Xiongnu lagi,
mereka adalah orang-orang yang melarikan diri saat terjadi
peperangan dan telah melanggar hukum militer, karena takut
dihukum, mereka tak berani pulang ke Xiongnu dan terpaksa
menjadi bandit, hidup dari harta rampasan. Menangkap bandit
adalah kewajiban pemerintah setempat dan merupakan urusan
dalam negeri masing-masing negara di Xiyu. Kedua, ia tak sudi
merendahkan dirinya untuk menangkap beberapa orang bandit.
Namun Wei Kang nampaknya tak menyetujui pandangannya,
karena masalah ini ia bertengkar dengan Huo Qubing hingga
para bawahan mereka di markas merasa kebingungan, yang
seorang adalah putra Jenderal Besar Wei Qing, teman akrab
putra mahkota dan sepupu Huo Qubing; sedangkan yang
seorang lagi adalah Jenderal Besar Biaoqi, yang sekarang
sedang bagai matahari yang sedang berada di puncak langit.
Walaupun mereka sedang bertengkar, namun bagaimanapun
juga mereka adalah kerabat yang terikat oleh hubungan darah,
mungkin sewaktu-waktu mereka dapat berbaikan. Bahkan Zhao
Ponu pun tak mau ikut campur dalam pertengkaran diantara dua
saudara sepupu itu, maka semua orang hanya berdiam diri saja,
dan kalau bisa menjauh, menjauhi mereka.
Huo Qubing sudah lama bersabar pada Wei Kang, sebenarnya ia
sudah tak sabar lagi, dengan suara dingin ia berkata, "Sekarang
aku adalah jenderal pemimpin pasukan, kau tak bisa diam-diam
mengecamku, kalau pada suatu hari kau punya kemampuan
untuk memimpin pasukan, aku pasti akan menaati perintahmu".
Dengan perkataannya itu, Huo Qubing membuat Wei Kang
menelan kembali semua perkataan yang belum diucapkannya,
dengan penuh kebencian, ia menatap Huo Qubing sambil
mengumam dengan pelan, "Bagaimanapun juga kau bukan
bermarga Wei dan tak sejalan dengan kami, ayah telah
membesarkan seekor serigala".
Huo Qubing menatap Wei Kang dengan dingin tanpa berkata
sepatah kata pun. Aku diam-diam menghela napas, kalau saja
dalam pembuluh darah Huo Qubing tak mengalir darah keluarga
Wei, sepuluh orang Wei Kang sudah sejak dahulu dibunuh
olehnya. Wei Kang menatap Huo Qubing dengan tajam untuk beberapa
saat, lalu tiba-tiba tertawa, dengan anggun ia menghormat pada
Huo Qubing, "Jenderal Besar Biaoqi, hamba mohon diri dahulu".
Ia berbalik, menyingkap tirai dan pergi.
Ketika ia dan Huo Qubing sedang saling berhadapan, aku tak
punya perasaan apapun, namun senyumnya barusan ini
membuat punggungku terasa dingin, aku merasa ada sesuatu
yang aneh, namun tak dapat mengatakan dimana keanehannya.
Tadinya aku menganggap bahwa masalah itu sudah selesai
sampai disini, akan tetapi, tanpa disangka-sangka, Wei Kang
berani membawa pasukan untuk melancarkan sebuah serangan
malam ke Akesai tanpa izin, Huo Qubing baru mengetahuinya
pagi-pagi keesokan harinya. Ia merasa geram, "Begitu ia kembali
aku mengusirnya pulang ke Chang'an".
Aku dan Zhao Ponu saling bertukar senyum kecut, "Kalau ia
pulang hidup-hidup, alam di sekitar Akesai telah ribuan tahun
dipanggang matahari dan ditiup angin, bentang alamnya aneh,
tiang pasir dan tebing saling bertautan menjadi sebuah labirin,
begitu malam tiba, pasir dan batu makin kencang berterbangan,
bagai jeritan roh jahat, orang setempat menyebut tempat itu
daerah Iblis Wuersu, kalau perampok itu pandai mereka akan
memancing mereka masuk ke daerah iblis itu, lalu bersembunyi di
kegelapan dan diam-diam memanah mereka, dengan semudah
membalik telapak tangan, jangan-jangan seluruh pasukan akan
binasa". Huo Qubing memaki-maki, namun mereka tetap harus
diselamatkan. Aku ingin ikut, namun Huo Qubing berkeras
melarangku, "Aku bisa datang dan pergi sesuka hatiku diantara
puluhan ribu orang Xiongnu, tapi kau masih khawatir beberapa
ratus perampok dapat melukaiku" Aku akan pergi bersama Zhao
Ponu, di markas tak ada orang yang dapat dipercaya, bantu aku
mengawasi markas". Sikapnya penuh tekad, perkataannya pun masuk akal, aku hanya
dapat menyetujuinya, "Tak perduli apakah kau dapat
menyelamatkan mereka atau tidak, sebelum hari gelap kalian
harus segera mundur dari daerah Iblis Wuersu".
Ia tersenyum dan mengangguk-angguk, namun ketika hendak
memacu kuda, ia mendadak berbalik dan memandangiku,
membungkuk, lalu, di depan mata beberapa ratus prajurit,
mencium dahiku, "Kita akan segera dapat menemui Yi er".
"Apa?", aku tak sempat merasa jengah dan bertanya dengan tak
percaya. Kudanya telah melesat bagai anak panah, di tengah kepulan
debu, ratusan prajurit menghilang di cakrawala.
Dari pagi hingga tengah hari, dari tengah hari hingga senja, hatiku
makin lama makin tak enak. Setelah berjalan berputar-putar
dalam rumah, tiba-tiba aku memburu keluar, namun ketika baru
melompat ke punggung kuda, dari kejauhan aku mendengar
suara derap kaki kuda. Hatiku menjadi lega, diam-diam aku mengomeli diriku sendiri
yang terlalu khawatir, tempat ini bukan Chang'an, asalkan tak
terbelit dalam tipu muslihat politik keluarganya, tak ada yang
dapat menahan langkah Huo Qubing.
Aku cepat-cepat menyambut mereka, "Apakah Wei Kang
selamat?" Wajah Zhao Ponu pucat pasi, ia tak menjawab pertanyaanku. Aku
juga sudah melihat Wei Kang yang wajahnya nampak agak lesu
dan ketakutan, serta Ren An yang wajahnya murung. Akan tetapi,
kemurungan di wajah Ren An tak seperti dahulu, tak nyana
seperti wajahnya ketika Huo Qubing memanah Li Gan, ketika
memandang Huo Qubing, di balik kemurungannya samar-samar
nampak rasa puas diri. Mau tak mau, aku mundur dua langkah, dengan suara gemetar
aku pun bertanya, "Dimana Qubing?"
Zhao Ponu menunduk, tanpa berkata apa-apa, ia menyingkir
membuka jalan, semua orang pun mengikutinya, ikut membuka
jalan, dua orang prajurit yang mengusung tandu berlari-lari kecil
ke depan, tanpa bersuara sedikitpun, Huo Qubing terbaring di
atas usungan itu, wajahnya pucat pasi, tak bergerak-gerak.
Kakiku lemas, hampir berlutut di atas tanah, Zhao Ponu cepatcepat mengangsurkan tangannya untuk menyokongku, tabib
militer di sampingku memeriksa denyut nadi Huo Qubing, lalu
cepat-cepat berkata, "Jenderal masih hidup".
Aku berpegangan pada lengan Zhao Ponu dan menarik napas
dalam-dalam, memaksa diriku agar tetap berdiri tegak, "Apa yang
terjadi" Apakah sangat berbahaya?"
Zhao Ponu memberikan dua batang anak panah yang dibungkus
kain kepadaku, "Untuk menyelamatkan Yang Mulia Wei, jenderal
menempuh bahaya dengan masuk ke daerah Iblis Wuersu.
Karena musuh sangat mengenal alam di tempat itu, kami
kesulitan mencari tempat mereka bersembunyi, keadaan di dalam
sangat sempit, kami tak dapat membentuk formasi dan terpaksa
menghadapi musuh sendiri-sendiri, di tengah pertempuran,
jenderal terkena dua anak panah, tak mengenai bagian penting
tubuh, namun?"namun anak-anak panah itu beracun".
Untuk sesaat aku merasa marah dan sedih, tenaga di tanganku
menjadi besar, kedua anak panah itu kupatahkan, lalu dengan
sembarangan kuhempaskan, namun setelah itu, aku berubah
pikiran dan membungkusnya dengan kain. Ketika sedang


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunduk untuk memungut anak panah, aku melihat bahwa di
wajah Ren An dan Wei Kang untuk sekilas muncul rasa girang,
namun dalam sekejap mata, ekspresi mereka berubah menjadi
putus asa. Aku berkata pada Zhao Ponu, "Mohon jenderal membubarkan
mereka!" Tak lama kemudian, semua orang bubar tanpa berkata
apa-apa. Dengan tergagap-gagap, Wei Kang bertanya, "Apakah kita butuh
bantuan" Apakah kita harus segera pulang ke Chang"an"
Mungkin di sana ada tabib yang lebih pandai dan dapat
menawarkan racun itu".
Aku menatap matanya dengan tajam, dari sela-sela gigiku aku
memaksa diriku berkata, "Aku hanya ingin kau segera
menghilang dari depan mataku, kalau tidak, jangan-jangan kalau
aku tak bisa menahan diri, aku akan membuatmu menjadi cacat".
Amarah Wei Kang langsung meledak, ia menerjang ke arahku,
hendak memukulku, namun ketika Zhao Ponu hendak menarikku,
Ren An sudah menahan Wei Kang dan menariknya pergi dengan
paksa. Selama ini Zhao Ponu selalu menahan diri, namun kali ini
ketika ia memandang punggung mereka, api kemarahan
berkobar-kobar dalam matanya.
"Ketika sedang bertempur melawan perampok, apakah Wei Kang
dan Ren An mengulur-ulur pertempuran itu"
Zhao Ponu menunduk, lalu berkata dengan pelan, "Alam di
tempat itu rumit, hamba tak melihatnya dengan jelas, tak berani
bicara sembarangan".
Tabib militer memeriksa luka Huo Qubing. Aku berjongkok,
sepasang tanganku mengenggam tangan Huo Qubing,
tangannya mengepal erat, jari-jarinya sedingin es, sambil dengan
lembut mengosok tangannya, dengan perlahan aku membuka
kepalannya, tiba-tiba aku melihat bahwa di telapak tangannya
tertulis sebuah huruf "yi" dengan darah. Huruf itu sudah agak
kabur, seperti sebuah goresan yang tak sengaja terjadi di tengah
pertempuran, namun karena aku sangat akrab dengan lafal kata
itu, aku langsung berpikir tentang kemungkinan lain
. "Ambilkan air, di tangan jenderal ada darah". Sambil menghapus
bercak darah di tangan Huo Qubing, aku berpikir keras sambil
mengerutkan keningku. Sang tabib menghela napas panjang, lalu berlutut di hadapanku,
"Nona, berusahalah untuk secepatnya kembali ke Chang"an!
Masing-masing anak panah itu mengandung racun yang tak
sama, hamba tak berguna, bahkan mengenali racunnya saja tak
mampu". "Apakah kau dapat menjamin racun tak akan mengamuk sebelum
sampai di Chang"an" Apakah jenderal dapat menahan
guncangan selama beberapa hari dan malam?" Sambil menahan
air mata, aku bertanya. Kepala sang tabib menunduk makin dalam, hatiku pun ikut jatuh
bersamaan dengan menunduknya kepalanya. Tangan sedingin
es yang berada dalam genggamanku menjadi satu-satunya
kekuatan yang dapat membuatku terus menghadapi semua yang
terjadi, aku harus bertahan, dan harus mengusir hawa sedingin
es di tangannya itu, "Pergilah dahulu!"
Dengan diam, aku berpikir sejenak, "Jenderal Zhao".
"Hamba siap!" "Perintahkan orang yang paling dapat dipercaya untuk kembali ke
Chang"an dan membawa tabib terbaik kemari. Blokade seluruh
kota Shuofang, jangan izinkan siapapun masuk, kabar tentang hal
ini sama sekali jangan sampai tersebar. Kau tahu apa arti Huo
Biaoqi, sang dewa perang yang tak terkalahkan, bagi bangsa
Xiongnu dan negara-negara di Xiyu?" Dari saku dada Huo
Qubing, aku mengambil stempel militer, lalu memberikannya
padanya, "Kalau ada orang yang hendak masuk tanpa izin, bunuh
dia!" Zhao Ponu berpikir sejenak, lalu dengan setengah berlutut, ia
menerima stempel itu, namun ia tak langsung berbicara karena
merasa bimbang, aku pun berkata, "Kalau Ren An dan Wei Kang
hendak berbuat onar, bunuhlah Ren An, Wei Kang tak akan dapat
berbuat apa-apa lagi, tentunya kau mengerti siasat membunuh
ayam untuk menakut-nakuti monyet, kalau aku hendak
membunuh Wei Kang, aku tak akan memilih kesempatan ini".
Wajah Zhao Ponu nampak lega, namun matanya nampak
kebingungan, ia cepat-cepat berkata, "Hamba paham".
"Atas nama Jenderal Biaoqi, undanglah tabib-tabib paling terkenal
di setiap negara Xiyu, katakan saja bahwa"..bahwa"..seorang
pengikut wanita jenderal salah makan buah beracun dan
keracunan, tapi diam-diam bocorkan kabar bahwa wanita itu
adalah ibu Huo Shan".
"Baik!" "Setelah tabib dari setiap negara Xiyu datang, hanya perbolehkan
mereka masuk, tapi jangan perbolehkan mereka keluar. Bagi para
tabib di markas menjadi dua regu, dan suruh mereka berjaga
siang malam di luar kamar secara bergantian, begitu satu regu
dipanggil, satu regu keluar. Sekarang demikianlah dahulu".
Zhao Ponu bangkit dan hendak pergi, namun aku berlutut di
hadapannya, ia terkejut dan segera hendak menyokongku agar
bangkit, namun ketika menyentuh lenganku, wajahnya menjadi
merah padam, tangannya pun gemetar pelan.
"Jenderal Zhao, anda telah dua kali membantuku, aku tak bisa
mengucapkan terima kasih atas budi besar ini, Jin Yu hanya
dapat selalu mengingatnya dalam hati".
Ia tiba-tiba bangkit, lalu berlari dengan cepat keluar, "Kau tak
usah berbuat seperti ini, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga".
Semua orang sudah pergi, di dalam kamar hanya ada aku dan
Huo Qubing. Seketika itu juga, ketegasan di wajahku menghilang,
aku mengenggam tangan Huo Qubing dan mengigitnya, namun
akhirnya tak kuasa mengigitnya keras-keras, "Qubing, kalau ini
adalah siasat yang kau atur bersama Jiu Ye, aku tak akan bicara
padamu setahun penuh"..tak nyana kau menakut-nakutiku
seperti ini".." Sebelum menyelesaikan perkataanku, air mataku
telah jatuh berderai-derai, "Tidak, asalkan kau selamat, aku tak
akan bertengkar denganmu".aku tak marah, asalkan kau
selamat"." Air mataku jatuh setetes demi setetes di telapak tangannya,
menjadi sebuah kolam air mata yang memantulkan wajah pucat
pasiku sendiri, serta derita yang memenuhi mataku.
Saat ini, kekuatan Dinasti Han benar-benar menggetarkan
negara-negara Xiyu, sepuluh tahun sebelumnya, pedagang Han
yang melewati Xiyu sering dianiaya, sampai Zhang Qian, duta
besar Han pun pernah ditahan, namun sekarang, begitu
mendengar nama Huo Qubing, setiap negara Xiyu berduyunduyun mengirim tabib terbaik di istana mereka, dan juga
mengumpulkan tabib terbaik diantara rakyat mereka.
Dengan pengaruh Jiu Ye di Xiyu, ia tentunya telah mendengar
kabar tentang hal ini, namun yang datang paling dahulu bukan Jiu
Ye, kecurigaanku bahwa mereka berdua telah bersekongkol
bertambah besar, karena ia jelas tahu bahwa kabar itu palsu, ia
tak khawatir dan muncul, sehingga siasat itu tak punya titik
kelemahan. Tengah hari keesokan harinya, seorang tua bungkuk bertongkat
yang keriput wajahnya dan berjanggut panjang muncul di
hadapanku sambil berjalan tertatih-tatih, ia diikuti oleh dua orang
pembantu yang mengusung kotak obat, mereka semua
menggenakan jubah longgar berwarna hitam, sehingga bahkan
apakah mereka gemuk atau kurus tak dapat diketahui.
Pengawal yang membawa mereka masuk berkata, "Ini tabib yang
dikirim oleh Negara Yinai".
Pandangan mataku beradu dengan pandangan mata orang tua
itu, aku cepat-cepat menghindari pandangan matanya dan
memerintah sang pengawal, "Pergilah dahulu, menurut kebiasaan
lama, saat tabib memeriksa orang sakit tak boleh ada orang di
dekat kamar". Setelah melihat pengawal itu keluar, aku pergi ke samping tirai
untuk memastikan apakah penjagaan masih ketat, lalu berbalik
dan duduk di depan dipan Huo Qubing tanpa berkata apa-apa,
Jiu Ye hanya menghela napas dengan pelan, tanpa memberi
penjelasan, ia mengikuti di belakangku.
"Sebenarnya apa yang kalian rencanakan" Apakah para
perampok itu orang-orangmu yang menyamar?"
Jiu Ye memeriksa denyut nadi Huo Qubing, sekonyong-konyong
air mukanya berubah, setelah itu tangannya gemetar pelan, "Yu
er, ada apa" Bagaimana Huo Qubing bisa terkena dua macam
racun?" Hatiku yang sudah lega ketika melihatnya langsung kembali
tergantung di awang-awang, setelah menderita sehari semalam,
saat ini perasaanku bergejolak, pandanganku menjadi agak
gelap, "Bukankah orangmu yang melepaskan anak panah itu"
Bukankah itu racun yang sudah kalian sepakati?"
Jiu Ye segera membuka balutan luka Huo Qubing, "Racun di
anak panah yang mengenai bahu kiri ini adalah racun buatanku,
namun racun di anak panah yang mengenai bahu kanannya
buatan orang lain". "Sekarang aku tak perduli siapa yang melepaskan anak panah
itu, hanya mohon kau cepat-cepat menyembuhkan racunnya",
dengan cemas aku berseru.
Dengan seksama, Jiu Ye memeriksa luka itu, tiba-tiba aku
teringat akan patahan anak-anak panah yang telah kuterima dan
segera menyerahkannya padanya. Jiu Ye mencium salah satu
anak panah itu, pembantu yang mengikutinya pun mengeluarkan
peralatan, lalu memberikannya padanya agar ia dapat memeriksa
racun itu. Setelah lama, ia masih mempelajari serpihan-sepihan
kayu yang berasal dari anak panah itu, semakin lama ia
melakukannya, hatiku semakin jeri, namun dengan penuh
harapan aku bertanya, "Bukankah ilmu pengobatanmu sangat
tinggi" Tentunya kau dapat menyembuhkan racun ini?"
Dengan amat kesal, pembantu di sampingnya menatapku, lalu
memberi isyarat agar aku tak bersuara, suara bisikannya tak
kupahami, aku pun segera bereaksi, hatiku amat khawatir, "Maaf,
maaf?"" Jiu Ye menggeleng-geleng, "Yu er, kau tak usah berkata begitu
padaku. Racun di anak panah itu namanya Wabah Tujuh Hari, ia
disebut Wabah Tujuh Hari karena sejak terkena racun sampai
mati, perlu waktu tujuh hari. Setelah tewas, gejalanya sangat
mirip dengan orang yang mati terkena wabah penyakit. Racun ini
dibuat dari tujuh macam racun, dan obat penawarnya adalah
ketujuh racun itu juga. Akan tetapi kalau ketika dibuat urutan
pencampuran bahannya tak sama, penawarnya harus dibuat
dengan urutan yang sebaliknya".
Nada suara Jiu Ye serius, dalam hatiku muncul hawa sedingin es,
dengan suara parau, aku bertanya, "Apakah kau dapat
mengetahui urutannya?"
Mata Jiu Ye penuh rasa sedih dan menyalahkan dirinya sendiri,
"Sekarang aku tak bisa melakukannya, di dunia ini, asalkan
mengetahui bahan-bahan racun yang dipakai, aku akan dapat
menyembuhkan racunnya sesuai dengan gejala yang
ditimbulkannya. Akan tetapi, Wabah Tujuh Hari tak hanya
tergantung dengan bahan-bahan yang dipakai membuatnya,
namun juga tergantung pada urutan pencampurannya, selain itu,
walaupun urutannya berlainan, gejala yang ditimbulkannya sama,
membuat orang sukar menemukan penawarnya. Karena racun
Wabah Tujuh Hari ini terlalu kejam, sehingga tak memberi
kesempatan hidup orang yang terkena racun itu serta melanggar
hukum alam, resepnya telah dihancurkan. Kukira racun ini sudah
lenyap, tak disangka-sangka ternyata muncul kembali".
"Apakah kau dapat mencobanya" Kalau minum obat penawar
yang urutan pembuatannya salah, apa yang akan terjadi?"
Jiu Ye terdiam sejenak, "Hal itu akan mempercepat
mengamuknya racun, hidupnya akan lebih cepat berakhir".
Aku duduk sambil bertopang dagu, hatiku penuh rasa duka dan
benci, kenapa" Kenapa bisa seperti ini?"
"Apa rencana kalian sebelumnya?"
Sambil menyembuhkan Huo Qubing dari racun yang dibuatnya
sendiri, Jiu Ye berkata, "Huo Qubing minta aku membantunya
melepaskan diri dari istana, setelah berpikir masak-masak, ia
merasa bahwa hanya ada satu cara, yaitu berpura-pura mati,
kalau tidak, kaisar tak akan melepaskan dirinya. Karena begitu
menyayanginya, kaisar sampai sudi melanggar hukum Han
Agung, dan lebih suka reputasinya dikecam generasi mendatang
karena melindungi dirinya yang telah memanah Li Gan hingga
tewas, kaisar mana mungkin akan membiarkan dirinya dengan
mudah mengundurkan diri" Selain itu, kalaupun ia mengundurkan
diri, orang-orang di istana yang menginginkan ia mati tak akan
melepaskannya, lagipula, masih ada masalah diantara dirinya
dan keluarga Wei, selama ia masih hidup, ia tak akan dapat
melepaskan diri dari mereka, padahal ia sudah patah arang
dengan keluarga Wei. Sedangkan alasan kenapa aku setuju
membantunya, adalah bukan karena dirimu, dan terlebih lagi
bukan karenanya, oleh karenanya, kalian tak usah memikirkan
hal ini. Huo Qubing seperti pedang sakti di tangan Liu Che, mata
pedangnya dapat dengan mudah membinasakan beberapa puluh
ribu orang. Walaupun sebelumnya Huo Qubing menggunakan
tangan besi, namun ia berperang untuk membela negara, akan
tetapi, di kemudian hari ia akan dapat menjadi senjata Liu Che
untuk berperang dengan semena-mena. Dinasti Han sudah
bertahun-tahun lamanya berperang, harta yang terkumpul pada
masa kaisar Jindi dan Wendi sudah habis terpakai, gejala-gejala
kemundurannya sudah terlihat. Sekarang penderitaan rakyat
jelata sudah dapat dilihat oleh semua orang yang menaruh
perhatian pada mereka, kalau kembali berperang, yang menderita
adalah rakyat jelata, terlebih lagi di Xiyu, di negara yang kecil dan
penduduknya sedikit, kaum lelakinya akan habis dikirim ke medan
perang, beberapa puluh ribu lelaki yang muda dan kuat. Karena
sang pedang tajam sudi menyembunyikan diri dari dunia, aku
tentu saja dengan senang hati membantunya".
Benarkah" Alasanmu adalah salah satu dari banyak alasan,
namun tak mungkin satu-satunya alasan. Setelah berpikir
sejenak, aku bertanya, "Kenapa kalian sebelumnya tak mau
merundingkannya denganku dahulu?"
"Kami tak memberitahumu karena Huo Qubing merasa bahwa
kau pasti tak akan setuju ia terkena racun, selain itu, ia merasa
bahwa tak mungkin terjadi apa-apa".
Kami dikelilingi orang-orang semacam Wei Kang dan Ren An,
tentu saja aku tak dapat menyetujuinya, kalau lengah sedikit saja,
mereka akan memanfaatkannya. Akan tetapi kalau yang
mengelilingi kami semuanya orang sendiri seperti Zhao Ponu,
bagaimana mereka tak akan curiga" Apakah mereka akan
mempercayainya" Jiu Ye menunjuk salah satu pembantu yang mengikutinya,
"Namanya Cheng Yin, dia adalah tahanan Negara Yinai yang
akan dihukum mati, aku telah menjanjikan banyak uang untuk


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluarganya, mereka berjanji akan memperbolehkanku
menggunakannya". Aku tak paham perkataan Jiu Ye, Cheng Yin
pun segera menanggalkan jubah hitam yang menyelimuti sekujur
tubuhnya. "Yu er, coba lihat perawakan tubuhnya".
"Ia sangat mirip dengan Qubing, kalau ia kembali memakai
pakaian, tanpa melihat wajah dan kulitnya, yang palsu dapat
menjadi asli". "Racun yang kubuat dapat membuat kulitnya menjadi hitam
menjelang ajal, wajah dan panca inderanya akan mulai
membusuk, Racun Tujuh Wabah juga mempunyai efek seperti
ini". "Oleh karenanya kalian pun mengatur siasat ini, sejak Qubing
mengajukan permohonannya sampai datang ke Xiyu, ia telah
selangkah demi selangkah memancing Wei Kang, dan
memanfaatkan watak Wei Kang untuk menjalankan siasat ini
dengan sempurna, pada saat yang sama, mereka adalah saksi
mata yang paling kuat". Ketika berbicara sampai di sini, aku
teringat akan berbagai adegan yang terjadi beberapa hari
belakangan ini, petir berkelebat dalam benakku, semuanya
menjadi terang-benderang, "Tapi kalian justru dikalahkan oleh
kepintaran kalian sendiri, seekor kelinci yang terdesak saja dapat
menginjak-injak seekor elang, apalagi Wei Kang yang dilahirkan
sebagai seorang bangsawan" Tanpa sengaja, ia memanfaatkan
siasat kalian untuk menjalankan sebuah rencana pembunuhan
yang sempurna". Aku segera bangkit dan berjalan ke luar, "Aku akan pergi mencari
Wei Kang untuk mengambil obat penawar racun".
"Yu er!", Jiu Ye berseru menahanku, "Dia tak akan
memberikannya padamu. Kalau ia mengakui melakukannya,
berarti ia melawan kaisar dan pasti akan dihukum mati. Kaisar
sedang berusaha keras mencari kesempatan untuk memukul
keluarga Wei, kesempatan emas seperti ini, yang dapat membuat
permusuhan diantara Wei Kang dan Huo Qubing semakin dalam,
serta dapat memukul keluarga Wei, tak mungkin dilepaskan oleh
kaisar, ia pasti akan membuat Wei Kang bunuh diri. Oleh karena
pasti mati, Wei Kang tak akan mengaku. Lagipula, racun ini
adalah racun rahasia Xiyu, ia tak akan mempunyai obat
penawarnya". "Aku tak percaya kalau aku tak bisa memaksanya memberi
keterangan". "Yu er, ini markas tentara, walaupun Huo Qubing adalah Jenderal
Biaoqi, Wei Kang adalah putra tertua Wei Qing, di markas ini,
separuh pasukan mendukungnya, sedangkan yang separuh lagi,
walaupun hati mereka condong pada Huo Qubing, kalau kau
menyiksa Wei Kang dengan kejam tanpa bukti apapun, mereka
pasti akan memberontak. Saat itu, kedua belah pihak akan samasama tak mau mundur, obat penawar pun tak akan dapat
diperoleh, selain itu, hal itu akan membuat kita semakin lambat,
kita hanya punya enam hari".
Perasaan takut, duka dan marah bercampur aduk dalam hatiku,
tiba-tiba, aku berbalik menghadapnya dan berseru, "Katamu
begini tak bisa, begitu juga tak bisa, lantas bagaimana"
Bagaimana?".." Saat berkata, aku tak menahan air mataku,
tetes-tetes air mataku pun jatuh berderai-derai, di matanya
nampak rasa duka, iba dan pedih, "Di dalam hatimu, Huo Qubing
lebih penting dibandingkan dengan siapapun juga, bahkan
dibandingkan hidupmu sendiri, benarkah?"
Aku berbalik untuk menyeka air mataku, tak menjawab
pertanyaannya. Jiu Ye berkata di belakangku, "Yu er, jangan menangis, aku pasti
akan mengembalikan Huo Qubing padamu, beri aku lima hari
untuk membuat obat penawarnya, kalau setelah lima hari aku
masih tak dapat menemukan obat penawarnya, aku akan
membantumu melakukan apapun yang ingin kau lakukan".
Suaranya tenang dan acuh tak acuh, sama sekali tak tercampur
dengan perasaan apapun, bagai seorang tawanan yang sudah
putus asa menghadapi hukuman mati.
Bibirku bergerak, hendak berbicara, namun tak kuasa
mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menunduk, lalu berjalan ke
luar sambil bertumpu pada tongkatnya, "Beritahu Jenderal Zhao
Ponu untuk mengizinkanku keluar dari markas, lalu memberiku
sebuah tempat yang tenang, proses pembuatan obat penawar
memerlukan ketenangan yang absolut, kau tak boleh datang
mengangguku, setelah berhasil aku akan mencarimu".
Karena menyamar menjadi seorang tua, ia sengaja membungkuk,
namun saat ini aku merasa bahwa punggungnya yang bungkuk
itu bukan bagian dari penyamarannya, melainkan benar-benar
karena tak kuasa memikul beban berat.
Hatiku terasa pedih, aku baru saja hendak memanggil "Jiu Ye",
namun Huo Qubing di belakangku mendengus dengan pelan, aku
tak dapat berbicara pada Jiu Ye dan segera berbalik, memburu
ke arahnya. Dahi Huo Qubing berkerut, seperti sedang sangat
kesakitan, dengan lembut aku mengelus dahinya. Ketika aku
berpaling, Jiu Ye telah pergi, entah kapan.
?"?"?"?"?"
Seumur hidupku, aku tak pernah menderita seperti lima hari
belakangan ini, setiap kali melihat sang mentari tenggelam, aku
merasa bahwa harta karun paling berharga dalam hatiku sedikit
demi sedikit menghilang. Setelah mentari hari ketujuh terbenam,
apakah aku akan mengikuti sang mentari tenggelam dalam
kegelapan abadi" Setiap hari, ketika melihat sang mentari terbit, aku merasa bahwa
dalam hidup manusia selalu ada harapan, aku berulangkali
berkata pada diriku sendiri, Qubing berkata bahwa ia akan
melindungi diriku dan anak kami seumur hidup, sedangkan Jiu Ye
berjanji akan menyelamatkan nyawa Qubing, mereka tak mungkin
ingkar janji! Aku beberapa kali berjalan ke luar kamar Jiu Ye, namun tak
berani masuk, pada suatu kali aku mendengar erangan kesakitan
dari dalamnya, namun ketika aku hendak menerjang masuk,
Sasa'er yang datang bersama Jiu Ye telah menghadang di
hadapanku, ia tak berkata sepatah kata pun, hanya memberi
isyarat padaku agar pergi dengan sinar matanya yang murung.
Sambil berseru aku bertanya, "Jiu Ye, ada apa?"
Setelah beberapa lama, dari dalam kamar terdengar sebuah
suara yang kelelahan, "Aku sedang menggunakan Cheng Yin
untuk mencoba racun, tak bisa diganggu, kalau ada kabar, aku
akan menyuruh orang memanggilmu". Aku pun hanya dapat
berbalik dan berlalu. Di malam hari kelima, Sasa'er memberitahuku untuk
memindahkan Huo Qubing ke kediaman Jiu Ye, namun ia tak
mengizinkanku masuk, di luar kamar aku berseru, "Jiu Ye, Jiu Ye,
kenapa kau tak memperbolehkanku masuk" Apakah proses
menemukan obat penawar sangat menyakitkan" Tak perduli apa
yang terjadi, aku akan mendampingi Qubing".
Untuk beberapa lama, keadaan dalam kamar sunyi senyap,
setelah itu terdengarlah suara Jiu Ye, "Masuklah!"
Sasa'er menyingkir membuka jalan, aku berlari ke dalam dengan
cepat. Aku menyingkapkan tirai, ternyata keadaan dalam kamar
gelap gulita, ketika sedang merasa heran, hidungku mencium
suatu bau yang manis, tubuhku pun langsung lemas dan terjatuh
ke lantai. Selamanya tak terpikir olehku bahwa Jiu Ye akan menjebakku,
sebelum tak sadarkan diri, aku merasakan sepasang tangan
menyokongku, "Jiu Ye, ke.......kenapa?"
Entah berapa lamanya aku tak sadarkan diri, ketika setengah
sadar, pikiranku terus menerus dipenuhi dengan pertanyaan
'kenapa'. Untuk sesaat, aku tak menyadari apa yang sedang
kutanyakan pada diriku sendiri, lalu tiba-tiba teringat akan
semuanya, sambil menjerit 'kenapa', sekonyong-konyong aku
duduk. Sasa'er yang berjaga di dalam kamar dikagetkan oleh teriakanku,
dengan kesal ia memandangiku, aku memandang ke sekelilingku
dan hanya melihat seorang lelaki yang asing wajahnya berbaring
di sisiku, kami ditempatkan secara bersebelahan di atas dipan,
tangan kamipun saling bertumpukan.
Aku terkejut, namun segera mengenali Huo Qubing, dengan
lembut aku mengenggam tangannya, warna hitam di telapak
tangannya telah menghilang, napasnya tenang, agaknya racun itu
telah berhasil disembuhkan.
Saking bahagianya, aku tak tahu harus berbuat apa, hanya dapat
memandanginya dengan terpana, jelas bahwa racun itu sudah
dapat disembuhkan. "Yu er?", Huo Qubing perlahan-lahan membuka matanya, setelah
kebingungan sesaat, ia pun bereaksi, "Meng Jiu
menyelamatkanku?" Tiba-tiba aku memburu ke dalam pelukannya, air mataku pun
bercucuran, ia cepat-cepat menghapus air mataku, "Terjadi hal
tak terduga dalam rencana kami, maafkan aku, apakah kau
benar-benar ketakutan?"
Aku hanya dapat mencucurkan air mata, tak kuasa berkata
sepatah kata pun. Sasa'er di samping kami terbatuk-batuk keras, aku baru sadar
bahwa dalam kamar itu ada orang lain, aku segera menegakkan
tubuhku, "Mana Jiu Ye?"
Walaupun Sasa'er tak memahami perkataanku, namun ia dapat
menebak artinya, dengan wajah tanpa ekspresi, ia memberikan
sehelai kain sutra putih yang dilipat dengan rapi, lalu menunjuknunjuk Cheng Yin yang terbaring di sudut kamar, penampilan
Cheng Yin serupa dengan Huo Qubing saat sakit, kulit wajahnya
telah menjadi hitam legam, samar-samar tercium bau tak sedap.
Huo Qubing: Aku telah berusaha sebisaku, maksud tuan telah tercapai.
Awan putih berarak, peristiwa demi peristiwa berlalu, manusia
pun menjadi tua. Pasir kuning tak berbatas, setiap orang mencari kebebasan
sendiri-sendiri. Hari ini berpisah, tak akan berjumpa lagi.
Setelah selesai membacanya, tanpa berkata apa-apa, Huo
Qubing menyerahkannya padaku.
Di baris terakhir, ia menekan kuas kuat-kuat, hingga menembus
kain sutra itu. Tak nyana, Jiu Ye tak mengucapkan selamat tinggal"
Tak akan berjumpa lagi"
Ia membaringkan kami bersebelahan di atas dipan, lalu membuat
tangan kami saling mengenggam, apakah ini keinginan
terakhirnya bagi kami"
Aku terpana, hidungku seakan masih dapat mencium baunya,
akan tetapi aku tahu itu hanya halusinasi karena aku bersedih
saja. Kali ini, ia benar-benar telah pergi, ia benar-benar telah
meninggalkan segalanya dan pergi! Tak akan muncul dalam
hidupku lagi! Jin Yu, kau seharusnya merasa girang, hanya dengan
meninggalkan segalanya hari ini, mungkin ia dapat meraih
kebahagiaan yang akan muncul besok, atau lusa, atau......jauh di
kemudian hari. Tanpa meninggalkan segalanya hari ini,
bagaimana ia dapat meraih hari esok"
Jin Yu, kau seharusnya merasa girang.......
-------------------- Tabib-tabib yang datang dari Chang'an tak hanya tak tahu harus
berbuat apa, pada mulanya mereka juga tak percaya bahwa ia
keracunan, mereka justru berkata bahwa gejalanya mirip penyakit
aneh yang disebabkan karena wabah.
Dengan gusar aku mengusir semua tabib dari berbagai negara
Xiyu yang ditahan di markas, Sasa'er yang berasal dari Negara
Yinai pun pergi bersama Cheng Yin yang sekujur tubuhnya
terbungkus jubah hitam. Aku pun berjaga di sisi Huo Qubing yang wajahnya sudah mulai
membusuk dengan tertegun.
Suasana di markas penuh kecemasan, semua orang nampak
berduka, setelah para tabib pergi, kabar bahwa Huo Qubing
sedang sekarat pun dengan cepat tersebar luas di Xiyu, seluruh
Xiyu bergejolak, setelah kabar itu sampai di Xiongnu dan dibawa
kembali ke Chang'an, apa yang akan terjadi di seluruh negeri"
"Zhao Ponu, ayo pulang ke Chang'an! Qubing pasti ingin kembali
melihat Chang'an, tempatnya dilahirkan dan tumbuh dewasa".
Tak ada yang menentangku, Wei Kang bahkan nampak berusaha
menurutiku dan dengan cepat menuju Chang'an.
Di cakrawala, matahari terbenam yang merah menyala sedang
dengan perlahan tenggelam di barat, ketika sang mentari belum
seluruhnya tenggelam, Huo Qubing pun terlelap untuk
selamanya, dan tak akan bangun lagi.
Dewa perang yang tak terkalahkan di zamannya, setelah
mengusir bangsa Xiongnu keluar dari Gurun Gobi, pada usia
yang paling cemerlang dalam hidup manusia, wafat pada usia
dua puluh empat tahun, akan tetapi karena kegagahannya,
Jiuquan, Zhangye dan kota-kota lain akan selamanya mencatat
jasa-jasanya, seribu tahun mendatang, jejaknya akan masih
nampak di berbagai tempat di bumi Hexi.
Air dari salju Tianshan yang mencair mengalir di sungai yang
berkelak-kelok, bagai Bima Sakti yang jatuh dari langit ketujuh,
bergemuruh seribu li jauhnya, suaranya bagai ringkikan marah
selaksa ekor kuda. Lebih dari seribu prajurit berlutut, bahkan Ren An dan Wei Kang
pun nampak berduka, dengan wajah sedih, Ren An menghela
napas panjang dan berkata, "Putra kesayangan Langit, seorang
jenius zaman ini! Kematiannya membuat seantero negeri
berduka!" Sambil berlutut di hadapan jasad Huo Qubing, ia
bersujud berkali-kali dengan keras, ketika menengadah, dahinya
telah berlumuran darah. Zhao Ponu melihatku memeluk Huo Qubing, diriku seakan telah
berubah menjadi patung batu, duduk tak bergeming sepanjang
malam, ia terus berjaga di sampingku tanpa berkata apa-apa,
namun tak ada orang yang berani maju mengusikku.
Di langit sebelah timur, perlahan-lahan muncul seberkas cahaya,
setelah bimbang sejenak, Zhao Ponu maju ke depan dan berkata
dengan pelan, "Nona Jin, jenderal sudah pergi, sekarang cuaca
masih panas, kita harus segera pulang ke Chang'an, kau......kau
jangan......" Aku mengangkat kepalaku, mataku penuh berlinangan air mata,
setetes demi setetes, jatuh tanpa alasan, tak nyana semakin lama
semakin deras. Ia sudah pergi, ya, sudah pergi! Sejak ini selamanya kami tak
akan berjumpa lagi. Aku meletakkan Huo Qubing, lalu berjalan ke tepi sungai, orangorang lain tak bereaksi, masih berlutut, namun Zhao Ponu tibatiba bereaksi dan dengan cemas hendak menghalangiku. Aku
berbalik, sebilah pisau menempel di dadaku, sambil melangkah
mundur dengan cepat, aku menggeleng-geleng, memberi isyarat
agar ia tak mendekatiku. Dengan wajah penuh duka, Zhao Ponu berseru dengan cemas,
"Nona Jin, kau tak boleh melakukan perbuatan bodoh".
"Setelah kembali ke Chang'an, wakili aku bersujud tiga kali pada


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaisar, katakanlah, 'karena putra kami sudah dibesarkan Yang
Mulia, Jin Yu tak perlu puluhan tahun menderita menahan rindu di
dunia yang fana ini'".
Sambil berbicara, aku telah menikamkan pisau itu ke ulu hatiku,
setelah darah segar bercucuran, tubuhku terjatuh ke sungai dan
dalam sekejap mata hilang ditelan air sungai yang deras, dari tepi
sungai hanya terdengar raungan yang amat keras,
"Jin........Yu.......", sayup-sayup mengema di langit dan bumi.
Huo Qubing membopong diriku yang basah kuyup dan melompat
ke kereta kuda, lalu mengambil sehelai sapu tangan dan
mengeringkan rambutku, "Matamu begitu merah, rupanya kau
menangis dengan cukup sedih, semuanya tak bisa lebih
sempurna lagi, Wei Kang dan yang lainnya pasti tak akan curiga,
asal menangis saja sudah cukup, untuk apa kau susah-susah
bermain sandiwara?" Dengan perlahan, aku mengelus-elus pisau yang indah itu,
hadiah yang diberikan oleh Yu Dan bertahun-tahun yang silam,
entah bagaimana kembali ke tanganku, seakan hanya untuk
membantuku meraih kebahagiaan. Yu Dan, terima kasih!
"Qubing, kita pergi ke mana?"
"Pertama, pergi ke Hami untuk menjemput anak kita, setelah itu,
seperti burung yang terbang di langit luas atau ikan yang
menyelam di lautan luas, hidup sesuka hati kita. Tapi
sebelumnya, kita akan mencari Lang Xiong, usianya sudah lanjut,
daripada menunggu serigala lain menantangnya dua tahun lagi,
lebih baik sekarang mengundurkan diri sebagai raja serigala.
Setelah itu kita akan pergi ke Qilian Shan, satu-satunya janji yang
belum kupenuhi dalam hidupku ada di sana, di kaki Qilian Shan,
di hadapan makam ayahmu, dengan Lang Xiong dan istrinya
sebagai saksi, aku akan melangsungkan upacara pernikahan
denganmu, memenuhi janji yang kuucapkan bertahun-tahun yang
lalu, walaupun sudah bertahun-tahun terlambat, tapi......"
Sambil tertawa aku memukul tangannya yang memelukku, lalu
mencibir, "Seenak perutmu saja! Kenapa kau tak bertanya
apakah aku setuju atau tidak" Untuk masalah besar seperti
pernikahan saja kau sama sekali tak serius".
Ia segera membungkuk dan menjura, lalu bertanya dengan wajah
bersungguh-sungguh, "Yu er, apakah kau bersedia menikah
denganku?" Aku berpaling dan mencibir, namun tersenyum, tak menjawab.
"Aku mengharapkan seorang lelaki yang setia, tak berpisah
sampai rambut memutih". Oleh karena orang di sisiku ini, aku
tahu bahwa aku beruntung.
Setelah lama menunggu, ketika ia sedang tegang, aku
mengangguk dengan pelan, ia pun mengenggam tanganku,
senyum lebar merekah di wajahnya, secemerlang mentari pagi.
Di luar kereta kuda, bumi terbentang sampai ke cakrawala,
angkasa luas tak berbatas, mentari merah pun perlahan-lahan
terbit. Walaupun Wabah Tujuh hari dibuat dengan urutan pembuatan
yang tak sama, gejala yang ditimbulkannya serupa, perbedaan
diantaranya sangat tipis.
Walaupun perbedaannya sangat tipis, namun kalau cukup waktu,
dan dapat mencari orang untuk mencoba racun, dengan
mengamati gejala-gejala racun Huo Qubing dengan seksama, ia
pasti akan dapat menemukan obat penawarnya.
Dari ketujuh bahan racun itu, dapat dihasilkan lima puluh ribu
empat puluh macam campuran yang berbeda, kalau takarannya
berbeda pula, secara keseluruhan dapat dihasilkan lebih dari
sepuluh ribu kombinasi yang berbeda. Walaupun ada cukup
banyak orang yang bersedia mencoba setiap campuran itu pada
saat yang sama, namun reaksi tubuh setiap orang terhadap racun
berbeda-beda, selain itu, masih harus ada para tabib ahli yang
dapat memeriksa orang-orang itu, dan setelah itu membuat obat
penawar berdasarkan reaksi tubuh kelinci-kelinci percobaan itu.
Walaupun dapat menemukan lebih dari sepuluh ribu orang yang
dapat mencoba racun, masih diperlukan sedikitnya lebih dari
seratus orang tabib yang tinggi ilmunya untuk memeriksa mereka.
Namun sekarang hanya ada waktu lima hari, dan menemukan
obat penawar hanya dalam tempo lima hari dengan hanya
mencobanya tak mungkin dapat dilakukan,
Sambil memikirkannya, Meng Jiu tersenyum getir, kalau bisa,
tentunya Wabah Tujuh hari tak akan dianggap melanggar hukum
alam dan dengan keras dilarang oleh setiap negara di Xiyu.
Dalam benaknya, untuk sekilas muncul mata Yu er yang
berlinangan air mata, sambil tersenyum hambar, ia membulatkan
tekadnya. Memang harus begini! Ini adalah satu-satunya cara.
Dengan menggunakan tubuhnya sendiri untuk mencoba racun,
dengan merasakan akibatnya sendiri, ia baru dapat dengan cepat
merasakan perbedaan-perbedaan kecil dalam reaksi yang
ditimbulkan oleh racun itu, setelah itu, berdasarkan apa yang
dirasakannya, ia dapat menemukan racikan yang tepat. Namun
apakah ia akan dapat menemukan obat penawarnya, ia hanya
dapat separuh mengandalkan usaha manusia, dan separuh
menaati kehendak Langit. Sasa"er dan Cheng Yin berlutut di hadapan Jiu Ye sambil tak
henti-hentinya bersujud, "Shi Nantian, kalau anda ingin mencoba
racun itu, mohon anda menggunakan kami berdua, anda sama
sekali tak boleh mencoba Wabah Tujuh Hari".
Meng Jiu berbalik, nada suaranya datar, "Aku sudah mengambil
keputusan. Cheng Yin, siapkan peralatan membuat obat, Sasa"er,
berjagalah di luar, jangan biarakan siapapun masuk,
terutama"..wanita yang kau temui siang ini".
Dalam tempo lima hari, entah berapa banyak macam racun yang
dicobanya" Cheng Yin sudah tak dapat menghitungnya. Mungkin
Huo Qubing memang ditakdirkan untuk tak mati, mungkin
ketulusannya mengetuk hati Langit, ketika menemukan obat
penawar, ia tersenyum, akan tetapi mata Cheng Yin yang berhati
baja berlinangan air mata.
Obat biasa saja mengandung tiga bagian racun, apalagi obat
penawar racun" Kalau racun ditambah obat penawar, entah
berapa banyak racun yang telah dimakan oelh Shi Nantian"
Dalam lima hari ini Cheng Yin hanya mencoba belasan macam
racun, namun ia sudah merasa bahwa kelima organ tubuhnya
bagai dipilin-pilin, tak nyana, lebih mengerikan dibandingkan
dengan siksaan kejam yang dialaminya di penjara tahanan yang
akan dihukum mati. Akan tetapi, bagaimana Shi Nantian, lelaki
yang nampaknya bertubuh lemah itu, dapat menahannya" Di
dalam tubuhnya, tersembunyi jiwa yang seperti apa"
Setelah minum obat penawar, Meng Jiu duduk, lalu mengambil
tongkatnya, sambil bangkit, ia menyuruh Sasa"er pergi memanggil
Jin Yu. Namun sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, ia
telah ambruk ke lantai, Cheng Yin cepat-cepat memapahnya,
dengan lirih ia pun berkata, ?"Aku akan bangun sendiri".
Ketika Cheng Yin sedang bimbang, begitu mendengar suaranya
Sasa"er yang mengenal baik watak Meng Jiu segera menarik
mundur Cheng Yin. Meng Jiu mencoba untuk bangkit beberapa kali, namun tak dapat
bangkit, sepasang kakinya sama sekali tak mematuhi
perintahnya. Ia mengangkat jubahnya dan memperhatikan
kakinya, kakinya yang tadinya sehat sekarang sudah menghitam
mulai dari lutut ke bawah, sedangkan kaki yang urat-uratnya
memang sudah layu, kaki yang tak dapat berjalan dengan normal,
karena darah dan qi tak dapat beredar dengan normal, justru
lebih sedikit menghitam. Dengan hati-hati, Meng Jiu menekan titik-titik jalan darah di
kakinya, sambil memperhatikannya, wajahnya menjadi pucat
pasi. Sejak kecil Sasa"er telah belajar ilmu pengobatan bersama Meng
Jiu, begitu melihat kaki Meng Jiu, dan melihatnya memeriksanya
dengan berbagai cara, dalam hati ia paham bahwa akibat racun,
urat-urat di kaki Shi Nantian telah mati, dan kaki yang sehat itu
pun akan perlahan-lahan melayu.
Walaupun ilmu pengobatan Shi Nantian sangat tinggi, dan begitu
minum racun segera menyembuhkannya, namun dalam lima hari
ini ia telah mencoba terlalu banyak racun, obat penawar pun
terlalu banyak, sehingga racun menumpuk dalam tubuhnya, dan
terdorong ke kakinya oleh setiap racun yang diminumnya. Seribu
satu macam racun telah bercampur menjadi satu, saat ini janganjangan Tabib Bianque pun tak akan dapat menyembuhkan kaki
Shi Nantian. Ia ingin menghibur Shi Nantian, akan tetapi begitu
membuka mulut, air matanya bercucuran.
Wajah Meng Jiu pucat pasi, namun begitu mendengar tawa getir
Sasa"er, ia malahan tersenyum hambar, ia menunjuk-nunjuk
kursi, memberi isyarat agar Sasa"er mengambil kursi itu, "Dalam
lima hari ini, Langit mengizinkanku menemukan obat penawar
racun, mungkin ini adalah ongkos yang diminta oleh Langit,
sangat adil. Pergi dan minta Yu er membawa Jenderal Huo
masuk! Hadang dia di luar, jangan membiarkannya masuk".
Wajah Sasa"er nampak geram, siapa sebenarnya wanita itu" Shi
Nantian telah melakukan begitu banyak hal untuknya, dan begitu
banyak berkorban, namun sampai sekarang Shi Nantian masih
tak mau memberitahunya. Namun dalam hati ia sama sekali tak
berani menentang perintah Shi Nantian, dan hanya dapat
memanggil wanita itu sambil menekan seluruh rasa duka dan
geram dalam hatinya. Meng Jiu mendengar Yu er berteriak hendak masuk di luar, ia
pun tahu bahwa ia tak dapat menghalanginya masuk, maka ia
hanya dapat membiarkannya masuk. Akan tetapi, kalau saat
menyembuhkan racun, Yu er melihat keadaan dirinya, ia pasti
akan bertanya tentang kakinya.
Ia menyuruh Cheng Yin memadamkan lentera, begitu Yu er
masuk, ia pun melemparkan obat bius.
?"?"?"?"?"
Malam sudah lewat lebih dari separuh, racun di tubuh Huo
Qubing telah sepenuhnya hilang. Tanpa berkata sepatah kata
pun, Meng Jiu yang kelelahan memandang Huo Qubing dan Yu
er yang berbaring bersebelahan di atas dipan.
Angin bertiup dari luar kamar ke dalam, meniup lilin hingga
padam. Namun suasana dalam kamar tak terasa gelap, sinar
rembulan yang terang benderang masuk dengan deras, tepat
menyinari wajah Yu er, dan semakin menonjolkan kulitnya yang
bagai kumala. Jarak diantara mereka begitu dekat, sehingga begitu menjulurkan
tangan ia dapat menyentuhnya.
Namun mereka pun terpisah begitu jauh, begitu jauh hingga ia
selamanya tak akan tahu bahwa ia dan dirinya pernah begitu
dekat, begitu jauh hingga dalam kehidupan ini tak akan ada
kemungkinan bersatu lagi.
Saat bertemu untuk pertama kalinya, gadis berpakaian compang
camping yang tertawa keras-keras itu.
Saat kembali bertemu di Chang"an, wanita yang diam-diam
memperhatikan dan mengurus dirinya sambil mengobrol dan
tertawa itu. Ia mengagumi sang rembulan di atap rumah, sedangkan dirinya
meniup seruling di taman.
Wanita yang mengunjunginya di sebuah malam berbintang,
namun berdiri dengan diam di balik jendelanya dan tak masuk.
Wanita yang belajar meniup seruling demi dirinya, yang
menuangkan seluruh hatinya dalam Lagu Orang Yue.
Dari musim gugur hingga musim semi, dari musim semi hingga
musim dingin, ia menanam Yuanyang Teng, menanam hatinya,
dan menanam cintanya pada dirinya.
Hari itu, bercak-bercak darah di atas seruling, hatinya yang patah,
hanya dianggapnya sebagai suatu saat dalam hidup, namun tak
nyana menjadi patah hati seumur hidupnya".
Semuanya begitu jelas, seakan baru terjadi kemarin, ia menaruh
serulingnya dan berbalik, setiap langkahnya ketika ia keluar dari
hidupnya masih menginjak-injak kepedihan dalam hatinya"..
Di depan Yuanyang Teng, kenapa dengan kejam dirinya menarik
lengan bajunya dari genggamannya" Meng Ximo, kenapa
bertahun-tahun yang silam kau dapat bersikap begitu kejam
padanya" Begitu kejam pada dirimu sendiri" Kenapa kau tak
dapat menuruti kehendak hatimu untuk sekali saja"
?"". Andaikan ketika untuk pertama kalinya mendengar lagu itu,
dirinya berkata, "bagus".
Andaikan ketika ia menatap dirinya, dirinya tak menghindari
pandangan matanya. Andaikan ketika ia mengenggam lengan bajunya, dirinya tak
menariknya. Andaikan ketika ia melompati tembok, dirinya dapat membuka
mulut dan memberinya penjelasan.
Andaikan ketika dirinya sakit, dan ia memeluk dirinya, setiap
janjinya benar".. Andaikan"..andaikan".tapi dalam hidup tak bisa berandaiandai.
Entah berapa lama dirinya memandangnya dengan tergila-gila,
ketika suasana dalam kamar itu sedikit demi sedikit menjadi
temaram, dirinya baru tersadar.
Sang rembulan sudah hampir terbenam, ini adalah kegelapan
terakhir sebelum fajar. Hari yang baru akan segera dimulai, akan tetapi dirinya akan
selamanya keluar dari kehidupannya.
Huo Qubing dan dia pantas berjodoh.
Huo Qubing dapat menemaninya berkelana ke seluruh dunia,
mencongklang selaksa li, mendaki gunung tertinggi,
menyeberangi sungai yang paling deras"..
Namun dirinya sendiri?".
Meng Jiu menunduk memandang kakinya sendiri, sejak saat ini,
untuk seumur hidup ia hanya dapat mengandalkan kursi roda.
Sehelai kain sutra, namun berisi seribu satu pikiran.
Ia mengangkat kuas dan meletakannya, meletakannya dan
mengangkatnya, dan akhirnya masih tak dapat menulis kata 'Yu
er' itu. Dirinya tak dapat mengucapkan selamat tinggal padanya, hanya
dapat memulai suratnya dengan "Huo Qubing".
Begitu masuk ke kota Hami, Yu er akan dapat melihat papan
nama rumah obat berbentuk Yueya Quan yang warna emasnya
bagai padang pasir dan warna hijau kumalanya bagai air mata air,
persis seperti giwang yang dipakainya bertahun-tahun yang lalu,
dan Yu er pun akan segera tahu dimana harus menjemput Yi er.
Hari itu, ketika bertemu di bawah sinar rembulan di Yueya Quan,
karena Huo Qubing sengaja berkali-kali berkata bahwa mereka
adalah "suami-istri" di hadapan dirinya, dirinya agak kesal, dan
ingin melihat reaksi Huo Qubing ketika melihat Yu er memandang
papan nama itu, namun saat ini ia menyesal telah menggunakan
papan nama itu, sekarang ia lebih suka Yu er untuk selamanya
tak memikirkan dirinya. Ketika menulis "tak akan berjumpa lagi", di wajahnya muncul
seulas senyum aneh, namun di balik senyumnya itu hatinya
hancur berkeping-keping.

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu er, ini adalah hal terakhir yang dapat kulakukan. Dengan
watakmu yang seperti ini, kalau tahu bahwa demi menyembuhkan
racun Huo Qubing kakiku menjadi cacat seluruhnya, janganjangan kau tak akan dapat dengan tenang menjalani kehidupan
bahagiamu dengan Huo Qubing. Yang ingin kulihat adalah
engkau yang terbang di langit, aku tak ingin melihatmu
terbelenggu karena merasa bersalah dan berhutang budi.
Cahaya mentari pagi menerobos masuk ke dalam kamar, kedua
orang di atas dipan itu dikelilingi cahaya keemasan yang gilanggemilang.
Sambil tersenyum Meng Jiu berpikir, dunia mereka adalah milik
cahaya mentari. Meng Jiu mengenggam tangan Yu er, ia bimbang sejenak, lalu
dengan perlahan menunduk.
Bibirnya, dengan penuh perasaan jatuh di atas bibir Yu er.
Yu er, maafkan aku yang berbuat seperti seorang hina, maafkan
aku yang berbuat sekehendak hatiku"..
Bibirnya persis seperti yang dibayangkannya, manis, harum,
hangat, namun ciuman ini sama sekali tak seperti
bayangannya"..sakit sampai ke tulang sumsum?".kerinduan
diantara bibir ini, pesona diantara mulut dan lidah ini, penuh
keputusasaan?" Lama setelahnya?". Dirinya menengadah, menaruh tangan Yu er dalam tangan Huo
Qubing, dengan tegas berbalik, lalu mendorong kursi rodanya
keluar, tak akan berjumpa lagi!
......aku duduk di tanah kosong di depan pohon kapuk.
menerka-nerka isi hati Baya"er.
Duduk di bawah bayang-bayang pohon liu, menerka-nerka isi hati
Baya"er. Di balik tanaman kaoliang di barat,
aku memandang punggung Baya"er,
di balik tanaman kaoliang di utara,
aku memandang punggung Baya"er dari samping,
di balik tanaman kaoliang di timur,
aku memandang punggung Baya"er dari belakang.
Sosok yang terbaring di atas dipan itu masih belum sadarkan diri,
kali ini ia tak melihat dirinya pergi, dan dirinya pun tak berpaling
lagi. Dengan menaiki seekor unta, ia pergi seorang diri. Walaupun
unta Tianshan dapat berlari secepat kilat, namun sejak saat ini,
karena kakinya, ia tak dapat memacu unta yang sakti dan gagah
itu. Akan tetapi saat ini, ia lebih suka unta itu berjalan dengan sedikit
lebih lambat, lebih lambat lagi, tapi walaupun telah membuatnya
berjalan dengan lambat, unta salju itu masih akan selangkah
demi selangkah membawanya meninggalkannya jauh-jauh.
Langit biru terbentang selaksa li, rumput hijau bertemu dengan
langit, cahaya mentari terang-benderang mempesona. Kawanan
domba berwarna putih dan kuda pilihan berwarna hitam tersebar
bagai mutiara yang menghiasi permadani hijau yang indah.
Pengembala yang sehat dan gagah sedang mencongklang di
punggung kuda, nona jelita sedang menyenandungkan lagu
gembala, suaranya riang gembira, "Mega mengejar rembulan,
Baya"er menemani Yizhu, selaksa burung bulbul di padang
rumput tak henti-hentinya menyanyikan kebahagiaan mereka!"
Mau tak mau, ia berhenti dan mendengarkan dengan seksama.
Dalam kehidupan ini, kebahagiaan sudah jauh-jauh
meninggalkannya, akhirnya mereka saling melewatkan satu sama
lain. Hatinya bagai ditikam pisau, ia menunduk di atas punggung unta
dan terbatuk-batuk, untuk lama ia tak mengangkat kepalanya,
rasa manis bercampur amis terasa di mulutnya, sebelum sempat
bereaksi, bercak-bercak hitam dan merah telah jatuh di bulu unta
yang seputih salju itu, seharusnya darah segar berwarna merah,
namun bercak-bercak darah itu kehitaman.
Dengan hambar ia memandangnya, lalu mengibaskan lengan
bajunya dan membersihkan bulu unta itu.
Angin padang rumput yang bercampur wangi bunga dan tanaman
meniup tubuhnya, jubahnya yang lebih putih dari salju melambailambai, hanya ditemani bayangan hitam sebatang kara di tanah.
Warna-warni cemerlang mentari terbit telah sirna, saat ini awan
berarak yang terus menerus berkumpul dan berpencar di
cakrawala telah kembali menjadi putih. Tiba-tiba ia tersadar,
dengan lembut ia memukul untanya, menyuruhnya untuk berjalan
lebih cepat. Ia menarik seruling dari ikat pinggangnya, lalu
memainkan sebuah lagu mengiringi si wanita pengembala.
Pelangi yang muncul setelah hujan, mentari yang terbit di tengah
lautan awan, bunga yang bermekaran di musim semi, di dunia
yang fana ini, pemandangan indah kebanyakan sulit dimiliki, akan
tetapi, ketika berhenti melangkah dan dapat mengalami saat-saat
yang indah, sudahlah cukup.
Suara seruling merdu dan nyaring, menjulang ke angkasa
bersama suara sang gadis pengembala. Kepedihan masih
nampak di mata Meng Jiu, namun seulas senyum nampak di
wajahnya. Cinta yang mendalam, namun apa boleh buat, tak ditakdirkan,
akan tetapi.....tiada penyesalan.....hanya kerinduan semata.
?"" (TAMAT) Jaka Pesolek Penangkap Petir 3 Manusia Serigala Karya Abdullah Harahap Kitab Omong Kosong 2
^