Pencarian

Jaka Pesolek Penangkap Petir 3

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir Bagian 3


memberontak merebut tahta! Hukuman mati adalah hukuman yang setimpal bagi setiap
pemberontak, dimanapun di muka bumi ini! Aku yakin tiga tahun lalu kau juga ikut
melakukan pengkhianatan terhadap Kerajaan! Kalau Raja Mataram tidak menangkapmu
saat ini, itu sudah satu berkah besar bagimu! Karena itu lekas angkat kaki dari
sini dan bebaskan Ratu Randang maka kau akan mendapat pengamp
una n! " Sinuhun Muda mendengus lalu meludah ke arah Eyang Dukun Umbut
Watukura. " Tua ba ngka be r mul ut bus uk! Ka u a da l a h ka c ung pe nj i l a t pa nt a t Ra j a Mataram. Tentu saja bicara yang bagus-bagus tentang Rajamu. Berapa ribu rakyat
tak berdosa yang telah kalian bunuh ketika terjadi peperangan di Mataram tiga
tahun lalu" Jika kau hendak menangkap diriku, mengapa tidak dilakukan sekarang j
uga "! " Habis berteriak begitu Sinuhun Muda sentakan gelungan usus babi yang
menjirat leher Ratu Randang hingga kepala perempuan tua ini tersentak, mulut
mengeluarkan suara tercekik dan mata sesaat terbuka membeliak. Dari mulut makin
banyak darah yang mengucur.
" Ra ka i Kayuwa ngi ..." Si nuhun Muda be r t er i a k. " Ma hl uk kur a ng a j a r ! J anga n be r a ni me nyebut na ma Ra j a Ma t ar a m s e l a nc a ng i t u! " Me mbentak Eyang Dukun Umbut Watukura.
Si nuhun Muda Gha ma Ka r a di pa me nyer i nga i l a l u me l uda h. " Bagi ku s e e kor anjing gila budukan adalah lebih mulia dan terhormat dari seorang Raja jahat pe
mba nt a i r a kya t ! " Mendengar dirinya dihina orang secara keterlaluan begitu rupa Rakai
Kayuwangi berteriak geram. Walau tahu di lereng bukit sebelah utara bahaya besar
mengancam, namun dia segera hendak melompat menyerbu.
" Ya ng Mul i a , ha r a p t e t a p di s i ni . Bi a r s aya ya ng me r obe k mul ut ma hl uk kur a ng a j a r i t u! " Ka t a Pe nde ka r 212 s a mbil menahan bahu Raja Mataram. Saat
itu, melihat kesengsaraan Ratu Randang, amarah murid Sinto Gendeng jadi tambah
menggelegak. Namun di sampingnya Eyang Dukun Umbut Watukura
sudah lebih dulu berteriak dan bergerak.
" Ma hl uk j a ha na m t e r kut uk! " Eya ng Dukun Umbut Watukura melompat ke atas
satu batu besar. Kumis dan janggut putihnya sampai berjingkrak mendengar ucapan
orang. Dari atas batu orang tua berjubah biru berikat kepala kain kuning ini
lepaskan satu pukulan maut ke arah Sinuhun Muda.
Selarik cahaya biru melesat ke arah lereng bukit sebelah utara yang hanya
terpisah sekitar dua puluh tombak. Cahaya ini berbentuk aneh karena di sebelah
ujungnya membuntal dua lingkaran yang berputar seperti gerinda raksasa.
" As t aga Me nga pa bi s a t e mbus "!

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Ana k l e l a ki yang dipanggil dengan sebutan
Kesatria Junjungan dan bernama Dirga Purana berseru kaget ketika melihat Eyang
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
44/61 Dukun Umbut Watukura bukan saja mampu bergerak tapi juga lancarkan
serangan pukulan sakti yang menembus ilmu Pembungkam Bumi berupa cahaya merah
kekuningan yang mengambang di atas lereng bukit. Dua tangan digosokkan ke
t e l i nga ki r i ka na n. " Si nuhun, a pa ka u me nde ngar s ua r a l once ng di ke j a uha n?" Wajah Dirga Purana tampak berubah dan suaranya bergetar.
Sinuhun Muda mendengus. Dia tidak perduli lagi.
" Se pa s a ng Ca kr a Bumi La ngi t . ! " Si nuhun Muda be r t e r i a k me nye but na ma i l mu ke s a kt i a n s e r a nga n Eyang Dukun Umbut Wa t ukur a . "I l mu ma i na n t ol ol ! Boc a h i ngus a n pun t i da k a ka n me na r uh t a kut ! " Sinuhun Muda sentakan kepala. Dari kening yang ada delapan benjolannya serta
merta mencuat delapan larik cahaya merah disertai suara gelegar dahsyat'
Serangan Delapan Arwah Sesat Menembus Langit!
" De l a pa n pe t i r me r a h! " Jaka Pesolek yang sejak tadi berdiam diri menyaksikan semua kejadian
berteriak girang.
Gadis berkumis halus ini agaknya tidak dapat membedakan mana petir mana
serangan. Dan dalam keadaan seperti itu dia jadi bingung sendiri. Dari delapan
petir yang berkiblat, yang mana yang akan ditangkapnya lebih dulu1
Di atas batu besar, ular hitam berkepala putih yang merupakan perujudan Dewi
Ular tiba-tiba berteriak marah. Potongan kemaluan babi betina yang barusan
dikembalikan ke moncongnya tiba-tiba lepas direnggut orang!
" Kur a ng a j a r ! Si a pa ya ng me r a mpa s ke ma l ua n ba bi be t i na di mul ut ku! " " De wi Ul a r ! Ma s i h unt ung or a ng t i da k me nga ni bil kenialuanniu sendiril Kalau
ka u s a mpa i ke c ol onga n di ma na me nc a r i pe ngga nt

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

i nya "! Hi k . . . hi k . . . hi k! " Ti ba - tiba ada orang berteriak disusul suara tawa cekikikan.
" Se t a n a l a s ! Si a pa be r a ni bi c a r a me mpe r ma i nka nku' "! Te r i a ka n s ua r a l a ki -laki, cekikikan sua r a pe r e mpua n! Pe muda ba nc i pa s t i ka u! " . Di atas batu besar sosok ular hitam kepala putih semburkan asap hitam beracun ke
arah suara orang yang berteriak dan tertawa cekikikan yaitu yang bukan lain
adalah Jaka Pesolek.
" De wi Ul ar ! Hi k . . . hi k! Aku ha nya bercanda. Ki t a di pi ha k ya ng s a ma me nga pa ka u me nyer a ng ka wa n s e ndi r i "! " J a ka Pesolek cepat melompat, mundur hindari serangan asap be racun.
" Si a pa pun ya ng ber a ni me nghi na da n me mper ma l uka n di r i ku pa s t i a ku ha j a r ! " " Oa l a ! J a nga n begi t u. Aku ha nya ber gur a u. Be rgurau adalah kembangnya
persahabatan. Main hajar adalah tanda kurang belajar! Hik ... hik ... hik!
Sobatku cantik, nanti saja kita bicara lagi. Aku mau menangkap petir dulu., Ada
petir ba gus mengge l egar di a t as buki t ! " Dewi Ular yang masih jengkel berusaha mengejar Jaka Pesolek yang berhasil lolos
dari serangan asap hitamnya. Kini dia berusaha mematuk. Namun saat itu dengan
gerakan kilat Jaka Pesolek kembali berhasil menghindar. Sebaliknya Dewi Ular
yang masih dalam ujud ular besar hitam kepala putih merasakan ada usapan lembut
tapi hangat di kepalanya sebelah kiri, membuat dadanya bergetar. Dan 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
45/61 aneh usapan ini membuat ujudnya kembali ke bentuk semula, seorang gadis cantik
berpakaian sutera hijau tipis.
" Gi l a ! " De wi Ul a r mer ut uk s a mbi l r a ba pi pi ki r i nya yang tadi diusap Jaka
Pesolek. 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
46/61 SEBELAS KETIKA delapan cahaya serangan Delapan Arwah Sesat Menembus Langit
yang dilancarkan Sinuhun Muda menggelegar ke arah cahaya biru pukulan Sepasang
Cakra Bumi Langit yang dilepas Eyang Dukun Umbut Watukura,
sewaktu Kesatria Junjungan Dirga Purana mendadak mendengar suara genta lonceng
dan berseru kaget melihat Ilmu Mega Kuning Sujud ke Bumi dan Ilmu Pembungkam


Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bumi miliknya sanggup ditembus serangan sang dukun, pada saat itu seseorang
tiba-tiba berkelebat ke udara.
Orang ini bukan lain Jaka Pesolek yang punya gerakan secepat kilat. Pemuda yang
berdandan dan bersifat seperti seorang gadis ini sempat bingung sendiri. Ada
delapan cahaya merah datang menyambar. Mana yang harus ditangkapnya"!
" He ba t t a pi a ne h! de l a pan s e ka l i gus! Apa ini benar-be
nar pe t i r "! " Bingung hanya sebentar. Otak Jaka Pesolek cepat bekerja. Seperti yang sudah-
sudah dia cepat menangkap salah satu dari sinar merah itu lalu digulungkan pada
tujuh sinar merah lainnya. Namun dia hanya berhasil menggulung lima cahaya
merah. Dua sisanya lolos menyambar ke arah Eyang Dukun Umbut Watukura yang
tengah melakukan serangan Ilmu Sepasang Cakra Bumi Langit.
Begitu berhasil menggulung lima cahaya merah, Jaka Pesolek kerahkan tenaga dalam
penuh. Lima cahaya diputar di atas kepala seperti titiran lalu dilempar ke
udara. Lima cahaya merah yang digulung ditambah dengan satu cahaya yang
menggulung meledak dahsyat antara lereng bukit sebelah utara dan sebelah barat,
menghambur kobaran api ke berbagai penjuru, membakar beberapa pohon.
Jaka Pesolek bersorak gembira namun berteriak kaget ketika belum sempat
menjejakkan kaki kembali di atas bukit, di bawahnya Eyang Dukun Umbut Watukura
menjerit keras. Dua larik cahaya merah sisa dari gempuran Delapan Arwah Sesat
Menembus Langit saling bentrok dengan ilmu Sepasang Cakra Bumi Langit yang tadi
dipakai untuk menyerang Sinuhun, Muda.
Jaka Pesolek kembali berteriak sambil berusaha menolong Eyang Dukun
Umbut Watukura. Namun takdir menentukan lain.
Satu letusan dahsyat menggelegar. Cahaya merah dan biru mencuat ke langit
menebar hawa panas. Bukit Batu Hangus laksana dihantam gempa. Beberapa batu
besar menggelinding longsor. Orang-orang terhuyung, banyak yang jatuh
terbanting. Beberapa diantaranya menemui ajal digilas atau terjepit batu. Ketika
tebaran cahaya kuning kemerahan dan biru sirna, beberapa orang termasuk Raja
Mataram menjerit keras.
Apa yang terjadi"!
Di atas sebuah batu besar yang telah rengkah tergeletak mengerikan sosok Eyang
Dukun Umbut Watukara dalam keadaan hangus hanya tinggal berupa
tulang belulang gosong hitam!
Jaka Pesolek memandang dengan wajah pucat. Setengah sesunggukan dia
be r ka t a . " Or a ng t ua , maa f ka n di r i ku. Aku t i da k ma mpu me nol ongmu. Rupa nya yang t a di i t u me ma ng buka n pe t i r . . . " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
47/61 " Si nuhun ke pa r a t ! Ka u ha r us me ngga nt i nyawa Umbut Watukura dengan
nyawa bus ukmu! " Ra j a Ma t a r a m be r t er i a k mar a h. Dua t a nga n di pe nt a ng da n mendadak sontak berubah menjadi hijau pertanda dia telah merapal aji kesaktian
Dewa Kembar Membalik Gunung. Namun belum sempat melepas serangan, dari lereng
bukit sebelah utara Kesatria Roh Jemputan alias Pangeran Matahari telah
menghantam dengan serangan
Lentera Iblis! Sinar hitam menggidikkan
menyambar panas dan ganas. itulah jurus kedua Lentera Iblis yang disebut Jurus
Api Akhirat! Melihat datangnya serangan, Raja Mataram cepat memutar badan. Pukulan Dewa
Kembar Membalik Gunung yang tadi hendak diarahkan pada Sinuhun
Muda kini sambil membuat gerakan melompat ke udara dihantamkan ke arah datangnya
serangan Api Akhirat.
" Ya ng Mul i a , s aya be r s a ma mu! " De wi Ul ar be r teriak dari atas batu lalu
tubuhnya melesat ke arah lereng utara Bukit Batu Hangus. Yang dituju adalah
Pangeran Matahari!
" Ka ka k Kunt i Ambi r i ! Aku i kut ka mu! " Dewi Kaki Tunggal yang tidak mau ketinggalan segera menyusul melesat ke udara
sambil dua tangan membuat gerakan Enam Belas Gerakan Tangan Bisu.
Enam belas larik cahaya biru menggebubu menyongsong serangan Api Akhirat.
" Ya ng Mul i a! De wi Kaki Tungga l ! Kunt i Ambi r i ! Ba t a l ka n s e r a nga n. Le ka s menghindar! Kalian tidak akan mampu menghadapi serangan Lentera


Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

I bl i s ! " Yang berteriak memberi ingat adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Namun terlambat.
" Wus s s ! " Ca haya hi t a m Api Akhi r a t be r ki bl a t . " Bl aa r ! Bl aa r ! " Raja Mataram yang melesat lebih dulu ke udara berseru kaget ketika melihat
serangan Lentera Iblis tahu-tahu sudah berada satu tombak di depan mata. Dua
tangan yang telah dipentang hendak melepas Pukulan Dewa Kembar Membalik Gunung
mendadak terasa kaku! Maut tidak dapat dielakkan lagi!
" De wa J a ga t Ba t ha r a ! Ke t i ka r a kya t s aya mas i h da l a m kea da a n di t i mpa sengsara ma l a pe t a ka a pa ka h s aya pa nt a s ma t i l e bi h dul u! " Sr i Ma ha r a j a Ra ka i Kayuwangi Dyah Lokapala berteriak seolah putus asa.
Hanya setengah tombak lagi cahaya hitam Api Akhirat Lentera Iblis akan
menghabisi Raja Mataram, tiba-tiba sebuah benda meluncur keluar dari lengan
kanan Raja yang ternyata sebuah tongkat kayu. Tongkat kayu ini adalah tongkat
sakti pemberian Eyang Dhana Padmasutra mahluk dari alam roh.
Se pe r t i di c e r i t a ka n da l am e pi s ode be r j udul " Empa t Maya t Ane h" Eyang Dha na Padmasutra adalah utusan Para Dewa yang membantu Raja Mataram ketika
tersesat di satu rimba belantara antara Prambanan dan Kali Dengkeng. Tongkat
bukan saja bisa dipergunakan sebagai penunjuk jalan untuk menemukan Sumur Api
tapi kesaktiannya juga akan menjadi pelindung Raja. Jika tongkat dipegang
terbalik, yaitu ujung yang lebih kecil digenggam sementara gagang tongkat
diarahkan ke bawah maka tongkat akan menyelamatkan Raja dari segala
marabahaya. Eyang Dhana Padmasutra berpesan jika kelak telah bertemu dengan 177
Jaka Pesolek Penangkat Petir
48/61 Kesatria Lonceng Dewa Mimba Purana, maka tongkat harus diserahkan pada anak
lelaki itu karena sesungguhnya tongkat sakti adalah pinjaman dari ibu kandung
Mimba Purana. (Mengenai kisah tongkat serta riwayat Mimba Purana harap baca
serial Kesatria Lonceng Dewa karangan Bastian Tito)
" Wut t t ! " Tongkat sakti melesat ke udara, berubah ujud menjadi besar laksana batang pohon
jati, lalu berputar seperti titiran raksasa! Merupakan tameng dahsyat melindungi
Raja Mataram. " B1aa r r ! " " Tr aa kk . . . t r a kkk . . . . t r a ak! " " Bi aa a r ! Bl a a ar ! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
49/61 DUA BELAS WALAU tongkat sakti yang membentuk tameng batang pohon jati hancur
berantakan, berhambur berkeping keping dikobari nyala api, namun Raja Mataram
Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala masih bisa selamat. Meski demikian terpaan angin
dan hawa panas Api Akhirat membuat Raja terlempar jatuh ke bawah.
Pakaian hangus dan mengepulkan asap di beberapa bagian. Sebelum tubuhnya
terbanting di atas sebuah batu besar, satu bayangan merah berkelebat secepat
kilat menangkapnya lalu dengan perlahan lahan diturunkan dan dibaringkan di
tanah. Si penolong bukan lain adalah Jaka Pesolek yang punya gerakan secepat kilat
menyambar! " Put us , na f a s ku! " ka t a J a ka Pe

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

s ol e k t e r e nga h e nga h. Ma kl um s a j a , t ubuh Ra j a yang t a di di ge ndongnya dua ka l i be s ar t ubuhnya . " Aduh bi yung, unt ung Ra j a masih s e l a ma t . " " Ke par a t j a ha na m! " Di l e r e ng buki t s e be l a h ut a r a Pa nger a n Ma t aha r i menyumpah marah melihat Raja Selamat dari serangan mautnya. Lentera Iblis kini
diarahkan pada Dewi Kaki Tunggal dan Dewi Ular yang tengah melesat ke arahnya.
Sekali menggerakkan lentera maka menderulah cahaya kuning pekat.
Inilah jurus ketiga Lentera Iblis yang disebut Liang Lahat Menunggu! Yang
merupakan jurus paling ganas dari tiga jurus cahaya serangan Lentera Iblis!
Masih terpaut jauh dari cahaya kuning, Dewi Kaki Tunggal dan Dewi Ular sudah
merasakan terpaan hawa panas. Seperti juga Raja Mataram tadi, Dewi Kaki Tunggal
dan ular besar kepala putih mendadak merasa tubuh mereka kaku. Ada gelombang
hawa aneh yang tidak bisa mereka tembus, yang bukan saja membuat keduanya tidak
mampu mendekati lawan tapi juga tidak bisa bergerak. Dalam keadaan seperti itu
serangan Liang Lahat Menunggu hanya tinggal sekejapan lagi di depan mata.
" Ce l a ka ! I ni pa s t i pe r bua t a n Si nuhun ke pa r a t i t u! Ta di s uda h bi s a di t embus mengapa sekarang .... Jangan-jang
a n. . . " Dewi Ul a r be r t e r i a k. Mendadak dua cahaya besar aneh muncul lebih benderang di lereng Bukit Batu
Hangus. Cahaya pertama berwarna kuning turun ke bawah dengan cepat disertai suara genta
lonceng. Cahaya kedua kuning kemerahan. Udara di atas bukit untuk beberapa
ketika menjadi redup. Lalu terdengar ledakan-ledakan dahsyat. Asap kuning dan
merah mengepul dimana mana. Hawa panas menebar di udara.
" Ke s a t r i a J unj unga n! Apa ka u t i da k me mbe r i ka n pe r l i ndunga n pa da ku! Ma na kehebatan Ilmu Pembungkam Bumi dan Ilmu
Me ga Kuni ng Suj ud Ke Bumi ! " Sinuhun Muda berteriak marah.
" Aku s uda h me l a kuka n! " J a wa b boc a h dua be l as t a hun di s a mpi ngnya yang t a mpa k be r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di r i t ega ng. "Ta pi a pa ka u t i da k mer a s a ka n s a udar a ke mba r ku Ke s a t r i a Lonce ng Dewa ber a da di s e ki t a r s i ni ?" " Pe r s e t a ndengan Kesatria Lonceng Dewa. Tiga tahun silam aku sudah minta
engkau membunuhnya! Kau tidak melakukan. Sekarang ini akibatnya! Dimana ma
na di a s e l a l u munc ul me nga c a uka n s ega l a r e nca na ! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
50/61 Ketika terjadi ledakan-ledakan keras, selagi hampir semua orang di lereng bukit
terhuyung-huyung dan banyak yang jatuh ke tanah, di atas sana sosok Pendekar 212
melesat ke arah Sinuhun Muda yang tegak tergontai-gontai sambil mencekal rantai
usus babi yang menjirat leher Ratu Randang. Di tangan kanan Wiro memegang
potongan kemaluan babi betina yang dirampasnya dari mulut ular hitam jejadian
Dewi Ular. Seperti yang dikatakan Dewi War, potongan kemaluan babi itu merupakan
penangkal untuk menyingkirkan rantai usus babi.
Karena tidak tahu bagaimana cara mempergunakan benda penangkal itu Wiro langsung
saja tempelkan potongan kemaluan babi betina pada rantai usus babi yang
melingkar di leher sebelah depan Ratu Randang.
" De s s ! " Wiro merasa tangan kanannya seperti dijalari api dan tubuhnya bergoncang keras.
Sinuhun Muda berteriak kaget dan marah luar biasa ketika dalam jarak sedekat itu
baru menyadari benda apa yang ada di tangan Wiro dan barusan ditempelkan ke
rantai usus babi di leher Ratu Randang!
" J a ha na m kur a ng a j a r ! Pa s t i i ni pe ke r j a a n ga di s i bl i s De wi Ul a r ! " Dengan cepat Sinuhun Muda sentakan tangan kanan yang memegang ujung
rantai usus babi. Dengan gerakan ini dia bermaksud untuk menghabisi Ratu Randang
saat itu juga. Jika maksud jahatnya itu berhasil maka leher Ratu Randang akan
putus dan kepalanya akan buntung!
Namun terlambat. Begitu potongan kemaluan babi betina menyentuh rantai usus
babi, berpijar satu sinar hitam. Saat itu juga rantai usus babi putus leleh
mengepulkan asap hitam berbau busuk. Sosok Ratu Randang keluarkan suara batuk-
batuk beberapa kali, mata yang sejak tadi terpejam mendadak membeliak, tubuh
menggeliat Jalu roboh ke tanah.
Sinuhun Muda keluarkan suara meraung seperti srigala terluka. Dua telapak tangan
dikembang lalu secepat kilat dihantamkan ke arah Pendekar 212 yang saat itu
tengah berusaha mengimbangi diri dari goncangan hebat. Telapak kiri mencari
sasaran di kening, telapak kanan melesat ke pertengahan dada. Ketika dua telapak
tangan menghantam, jari tengah sengaja ditekuk! Ternyata Sinuhun Muda
melancarkan serangan Delapan Sukma Merah yang sangat berbahaya dan paling
ditakuti! Mendapat serangan begitu rupa Wiro tidak tinggal diam. Tangan kanan
dikembang lalu ditiup. Di telapak tangan serta merta muncul gambar kepala
harimau putih bermata hijau! Di kejauhan menggelegar suara gerengan harimau.
Lereng bukit sebelah utara bergoyang laksana dilamun gempa!
Wiro bukan saja mengeluarkan ilmu pukulan yang disebut Pukulan Harimau Dewa
pemberian Datuk Rao Basaluang Ameh dari Pulau Andalas, serangannya itu disertai
pula aliran hawa sakti mengandung inti api yang berasal dari Kapak Maut Naga
Geni 212 yang ada di dalam tubuhnya.
" Pl a a ! Pl a a k! " " Bukk! Kr aa k! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
51/61 Wiro menjerit keras. Tubuhnya terpental hampir satu tombak lalu terbanting
tertelentang di tanah. Kening dan dada kanan terasa panas. Sehabis memukul
Sinuhun Muda mendadak melihat ada seekor harimau besar putih bermata hijau
menerkam ke arahnya. Entah harimau sungguhan entah jejadian. Dia tidak bisa
menduga duga lebih lama karena saat itu juga Pukulan Harimau Dewa
menghantam dadanya dengan telak.
" Bukk! Kr aa a k! " Sinuhun Muda terlempar dari lereng bukit sebelah utara. Tubuh mengepulkan asap
putih kehijauan. Di balik kepulan asap tampak dada yang hancur nyaris berlubang
sebesar kepala. Sebagian isi dada dan perut kelihatan menguak, mengerikan. Namun
anehnya tidak ada darah yang mengucur.
Sinuhun Muda meraung keras.
" Ke s a t r i a J unj unga n! Si nuhun Me r a h Pe nghi s a p Ar wa h ka l i a n di mana "! He kk! "' Te r i a ka

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

n Si nuhun Muda t e r he nt i . Te nggor oka nnya s e per t i di c e ki k sementara tubuhnya terus melayang ke bawah bukit.
Tidak ada suara jawaban. Yang terdengar justru suara aneh. Suara kucing
mengeong! Latu!
" Buummm! " Untuk kesekian kalinya di udara antara lereng barat dan lereng utara Bukit Batu
Hangus menggelegar dentuman keras. Cahaya kuning polos dan cahaya kuning
kemerahan membungkus udara hingga keadaan di tempat itu untuk
beberapa lama menjadi kelam. Begitu perlahan lahan dua cahaya di atas sana sirna
dan keadaan menjadi terang kembali, teriakan-teriakan keterkejutan terdengar di
lereng Bukit Batu Hangus sebelah barat.
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
52/61 TIGA BELAS DIDAMPINGI Jaka Pesolek, di atas sebuah batu besar Raja Mataram terbujur tak
bergerak. Walau akibat bentrokan Api Akhirat yang menyembur keluar dari Lentera
Iblis hanya membuat dirinya cidera ringan, pakaian hangus, namun saat itu Raja
juga merasa sekujur tubuhnya laksana luluh-lantak. Nafas mengengah engah dan
sepasang mata setengah terpejam.
" Ya ng Mul i a , baga i ma na ke a da a n Ya ng Mul i a . Apa a da ya ng di r a s a ka n s aki t ?" Jaka Pesolek bertanya sambil usap kening Raja, agak bingung karena tidak tahu
harus menolong bagaimana.
" Aku . . . a ku t i da k a pa -apa. Bagaimana yang lain-l
a i nnya ?" Ra j a Ma t a r a m justru mengawatirkan keadaan orang lain yang ada di lereng bukit. Rauh Kalidathi
satu-satunya orang Kerajaan ditempat berkepandaian tinggi yang masih ada di
tempat itu cepat mendatangi Raja Mataram. Nenek bermuka bundar tak punya alis
ini memeriksa lalu menotok tubuh Raka Kayuwangi di beberapa bagian.
" Ya ng Mul i a ,syukur Dewa melindungi. Yang Mulia tidak apa-apa. Tak
ada hawa beracun mengindap dalam tubuh Yang Mulia. Izinkan saya dan gadis ini me
nggot ong Ya ng Mul i a ke t e mpa t l e bi h a ma n. . . " Si ne ne k me mbe r i i s yar a t pa da Jaka Pesolek. Kedua orang ini lalu mengusung tubuh tinggi besar Raja Mataram
beberapa belas langkah ke bagian bawah lereng lalu membaringkan di balik sebuah
batu hitam. Di bagian lain lereng barat Bukit Batu Hangus Pendekar 212 terbujur di tanah tak
bergerak, mata terpejam dan ada darah meleleh dari sudut kedua mata. Di
keningnya ada tanda bekas telapak tangan kiri berjari empat! Di pertengahan dada
yang tersingkap juga kelihatan tanda telapak tangan kanan berjari empat. ltulah
Pukulan Delapan Sukma Merah yang secara kasat mata dilakukan oleh Sinuhun Muda
namun sebenarnya ada roh gaib lain yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah yang
memberi kekuatan dan merasuk masuk ke dalam tubuh Sinuhun Muda.
" Wi r o! Ka u! Ohh Sa ng Hyang J a ga t Ba t har a ! J anga n . . . " Satu jeritan perempuan terdengar lalu ada sosok seseorang meneduhi tubuh
Pendekar 212 dan mengusap kening serta dadanya berulang kali. Sambil
mengusap dia kerahkan tenaga dalam mengandung hawa sakti memancarkan
cahaya biru. " Wi r o, j a nga n ma t i ! Ka u t i da k bol e h ma t i ! " Orang yang tengah berusaha menolong Wiro adalah gadis berkaki satu
Sakuntaladewi alias Dewi Kaki Tunggal. Melihat Wiro masih tetap tidak bergerak
Dewi, Kaki Tunggal letakkan telinga kanannya di dada sang pendekar.
" De wa Ba t ha r a Agung! Aku t i da k me nde nga r s ua r a de t a k j a nt

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ung! " Wa j a h Sakuntaladewi berubah pucat. Lalu dia guncang tubuh Wiro keras-keras. Tiba-tiba
dalam keadaan antara sadar dan tiada, Wiro buka kedua mata, tidak cukup besar
dan pandangannya tidak cukup jelas. Namun hidungnya mencium bau harum.
Wiro pejamkan mata beberapa kali lalu memandang lagi. Perlahan lahan dua tangan
diangkat memegang wajah orang yang berada di atasnya. Dia melihat ada 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
53/61 cahaya biru. Lalu ada wajah cantik samar. Mulut berucap perlahan tapi cukup
jelas. " Bi da da r i Angi n Ti mur , ka u . . . " " Wi r o, ka u me nyebut na ma s i a pa " Aku. . . a ku Sa kunt a l a de wi . Aku ga di s berkaki satu yang punya kaul. Aku Dewi Kaki Tunggal! Kau calon suamiku! Kau
tidak boleh ma t i ! " Wiro terdiam, mulut ternganga. Mata dibuka lebih lebar. Bola mata membesar.
" De wi . . . . ka u, " s a ng pe nde ka r be r ka t a . " Pi ki r anku t i da k j e r ni h, ke pa l a da n da da t e r a s a pa na s . Pa ndanga n ma t a ka bur . . . " " Ka u, ka u t er ke na pukul a n De l a pa n Sukma Me r a h. Se harusnya kau sudah
menemui ajal saat ini! Para Dewa pasti telah menolongmu! Wiro, di kening dan
dadamu ada tanda telapak tangan berjari empat. Bekas pukulan Delapan Sukma Me
r a h..." Wiro mengusap kening lalu memperhatikan dadanya. Walau samar dia masih mampu
melihat bekas telapak tangan kanan berjari empat yang tertera di dada.
" Ke pa l a ku me ma ng t e r as a pa na s . Da da s a ki t , na f a s ku s e s a k . . . . Aku t i da k pe r na h me nga l a mi s e pe r t i i ni . Apa ka h . . . a pa ka h aku a ka n ma t i ?" " Ti da k, ka u t i da k a ka n ma t i

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wi r o! Aku a ka n. . . " Wajah puc a t s a ng pe nde ka r t e r s e nyum da t a r . " Se be l um ma t i a ku ha r us melakukan sesuatu. Aku telah membuat wajahmu yang cantik menjadi buruk. Aku a
ka n me nge mba l i ka n hi dungmu ke t e mpa t s e mul a. Ma a f ka n ka l a u a ku. . . " " J a nga n pi ki r ka n di r i ku. Ya ng pe nt i ng ka u har us s embuh lebih dulu. Kau telah
me mbe r i ka n i l mu i t u pa da ku. Aku bi s a me l a kuka n s e ndi r i na nt i . " " Ti da k, a ku ya ng me l a kuka n a ku ya ng ha r us menge mba l i ka n. " Wiro gerakkan tangan kanan ke hidung Sakuntaladewi yang ada di pipi kanan.
Hidung diusap lalu tangan dipindah ke pertengahan wajah. Ketika tangan diangkat
hidung gadis itu telah kembali ke tempat semula secara. sempurna. Namun selesai
melakukan hal itu, mungkin karena mengerahkan hawa sakti dikala tubuh cidera,
dua tangan sang pendekar terkulai, jatuh ke samping. Mulut keluarkan keluhan
pendek, mata kembali terkancing!
" Wi r o! " Sakuntaladewi terpekik. Dia pegang dua bahu Pendekar 212 lalu digoyang keras-
keras. Tubuh itu tidak bergerak, wajah tampak semakin pucat. Seperti tadi
Sakuntaladewi letakkan telinga. kanannya di dada Wiro. Dia tidak mendengar suara
detak jantung. Sakuntaladewi tempelkan dua telapak tangannya di atas dada Wiro
lalu ditekan dihentakkan. Satu kali, dua kali. Sampai beberapa kali Wiro tetap
diam tidak bergerak.
" De wa Agung t ol ong s aya. Tol ong s aya! " Sa kunt a l a de wi be r ka t a s e t enga h meratap. Lalu gadis ini menotok kening, dada dan urat besar di pangkal leher
kiri kanan Wiro. Setelah itu dia rundukkan kepala, jari-jari tangan kanan
menekap dua lobang hidung Wiro, jari-jari tangan kiri membuka mulut yang
terkatup. Lalu gadis itu tempelkan bibirnya ke bibir sang pendekar. Berulang
kali dia menghembuskan nafas hangat ke dalam mulut Wiro.
Tiba-tiba ada suara perempuan tertawa dan menegur!
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
54/61 " Hi k . . . hi k! Sa ha ba t ku i t u be l um ma t i . Me nga pa bur u-buru memberikan cium
pe r pi s a ha

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

n"! " Saat itu tiba-tiba saja Wiro sadar dari pingsannya. Sambil terbatuk-batuk dia.
nyalangkan sepasang mata. Di arah lain ada lagi suara orang perempuan berucap.
" Se ha r us nya a ku ya ng me mbe r i ka n pul uha n ba hka n r a t us a n c i uma n. Apa kalian tidak tahu kalau aku masih berhutang empat ratus enam puluh dua ciuman l
a gi pa da Pe nde ka r Pa nggi l a n"! " Sakuntaladewi angkat kepalanya. Memandang ke kiri dia melihat Kunti Ambiri alias
Dewi Ular tergeletak di tanah. Rambut hitam panjang tergerai lepas.
Mahkota perak hilang entah kemana. Tubuh bagian pinggang ke bawah termasuk
pakaian sutera hijaunya tampak hangus. Kelihatannya gadis alam roh ini hanya
mampu menggerakkan dua tangan dan sebagian tubuh sebelah atas saja.
Sementara tubuh pinggang ke bawah dalam keadaan lumpuh!
" Oa l a ! Sa ha ba t ku muda ! Na s i bku ce l a ka a ku t i dak pe r dul i . Ta pi ka l a u di r i mu yang sengsara aku sungguh sedih. Tidak ada yang bisa menghilangkan tanda telapak
tangan di kening dan dadamu selain dengan ciuman yang harus dilakukan oleh
Sinuhun Muda atau Sinuhun Merah Penghisap Arwah! Oala! Apakah kau ma
u di c i um ma hl uk ke par a t i t u. La l u a pa kah di a ma u me nc i ummu" Hi k . . . hi k ! " Wiro yang baru saja siuman dan mata masih menerawang ke langit mengenali suara
itu. " Ra t u . . . . Ra t u Ra nda ng . . . Ka uka h i t u! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
55/61 EMPAT BELAS SEORANG nenek berambut kusut masai tidak karuan, berdiri di samping Wiro yang
masih terbujur di tanah didampingi Sakuntaladewi. Sepasang matanya yang juling
menatap hiba memperhatikan Pendekar 212. Ternyata dia memang adalah Ratu Randang
si nenek yang sebenarnya berwajah cantik tapi kini dalam keadaan lebam bekas
dianiaya orang, salah seorang kepercayaan Sri Baginda Raja Mataram.
" Wi r o, a ku be r t e r i ma ka s i h ka u t e l a h me nye l a ma t ka n di r i da n nya wa ku da r i tangan jahat Sinuhun Muda. Tapi akibatnya sekarang kau malah yang jadi sengsara.
Bagaimana aku ganti menolong membalas budimu. Hutang empat ratus e
na m pul uh dua c i uma n s a j a ma s i h be l um l una s ! " Wiro yang masih menahan sakit di kepala dan di dada masih bisa tersenyum
mendengar ucapan sinenek, Mala
h di a ke mudi a n be r ka t

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a . " Ne k, j a nga n ber t e r i ma kasih padaku, tapi berterima kasih pada Kunti Ambiri. Dia yang membawa benda pe
na ngka l r a nt a i us us babi . . . " " Kunt i Ambi r i " Si a pa i t u" Aku t i da k pe r na h ke na l de nga n pe r e mpua n be r na ma s e pe r t i i t u. " Kata Ratu Randang pula.
" Kunt i Ambi r i a da l a h nama s e be nar nya dar i De wi Ul a r . Me ner a ngka n Wi r o. Ratu Randang terkejut. Ini kali kedua si nenek terkejut. Pertama ketika
mendengar disebutnya benda penangkal rantai usus babi dan kedua sewaktu
mendengar nama Dewi Ular.
" De wi Ular" Wiro, apa kau tidak salah bicara aku tidak salah mendengar"
Bukankah gadis iblis yang sama datang dari alammu itu adalah musuh besarmu dan
musuh orang-orang kerajaan" Semua orang tahu dia berpihak bahkan pasti sudah
digilir oleh Sinuhun Muda. dan Sinuhun Merah dan beberapa kali hendak me
mbunuhmu! " Si ne nek ke r nyi t ka n ke ni ng. " Se ka r a ng t i da k l agi Ne k. Ka l a u di a me mus uhi ki t a , t i da k a ka n ga di s i t u munc ul me mba wa be nda pe na ngka l . . . " Ratu Randang bergumam. Agak senyum-s
e nyum di a be r ka t a . "Benda penang ka l , ma ks udmu pot onga n ke ma l ua n ba bi be t i na ?" " Be t ul Ne k, " j a wa b Wi r o. " Ah...! Ra t u Ra nda ng me nghe l a na f a s pa nj a ng l

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a l u s a mbi l me na ha n t a wa c e ki ki ka n di a be r ka t a . "Aku t i da k he r a n. Ka l a u s oa l be nda -benda semacam yang
aku sebut tadi Dewi Ular memang ahlinya .
. . Hi k...hi k! Di ma na ga di s a l a m r oh i t u s e ka r a ng?" " Ne ne k t ua t a pi ma s i h c a nt i k da n mont ok, a ku di s i ni . Apa ka h ka u henda k me nol ong a t a u ma u me mbunuhku! Aku me nunggu a pa ma umu s a j a . . . " Satu suara menjawab dari depan sebuah batu besar. Tidak tunggu lebih lama Ratu
Randang segera melesat ke udara dan melayang turun di depan batu, dimana Kunti
Ambiri alias Dewi Ular tergeletak. Walau masih bisa bicara namun tubuhnya
sebelah bawah berada dalam keadaan hangus dan lumpuh. Ini bukan lain akibat
bentrokan sebelumnya dengan cahaya, serangan Lentera Iblis serta 177 Jaka
Pesolek Penangkat Petir
56/61 sapuan cahaya kuning kemerahan yang menyambar dari lereng bukit sebelah utara.
" Sa ha ba t , ka u me nga l ami c i de r a be r a t ! Kul i ha t t ubuhmu pi ngga ng ke ba wa h da l a m ke a da a n l umpuh. Aku ka wa t i r t i da k bi s a , me nol ongmu..." Dewi Ular tersenyum.
" Se be na r nya a ku t i da k mi nt a di t ol ong. Ka u mau me ma nggi l di r i ku dengan s e but a n s a ha ba t s uda h me r upa ka n s

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a t u ha l s a nga t me ngge mbi r a ka n bagi ku . . . " " J a nga n bi c ar a begi t u, " ka t a Ra t u Ra nda ng pul a s a mbi l c oba a l i r ka n t e na ga dalam dan hawa, sakti ke tubuh bagian bawah Dewi Ular. Di saat yang sama dia
merapal ilmu kesaktian bernama Tangan Langit Kaki Bumi. Dua larik sinar biru
memancar dari dua tangannya. Dua kaki Dewi Ular hanya tersentak sebentar lalu
diam lagi. Sampai sekujur tubuh si nenek keringatan tetap saja dia tidak bisa me
nol ong De wi Ul ar . " Aku me nyes a l . . . . " Uca p Ra t u Ra nda ng pul a. " Aku menduga ada satu kekuatan masih menolongmu sewaktu membantu Raja
me ngge mpur Ke s a t r i a Roh J e mput a n be r s e nj a t a l e nt e r a . " " Ah, t i da k s a ngka ka u me nge t a hui ha l i t u..." " Ke t i ka ma s i h di j e r a t r ant a i us us ba bi t a di or a ng me l i ha t dua ma t a ku ya ng lebam seperti terpejam. Tapi aku masih mampu menyaksikan apa yang terjadi.
Hanya saja saat ini aku berpikir-p
i ki r . . . " " Apa ya ng ka u pi ki r ka n Ne k " Si s a c i uma n yang ma s i h e mpat ratus enam
pul uh dua i t u ?" Ra t u Ra nda ng t e r per a nga h t a pi ke mudi a n t e r t a wa ge l a k-gelak. "I

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

t u me mang j a di pi ki r a n da n s a nga t pe nt i ng. Tapi ya ng s a a t i ni a ku pi ki r ka n ialah aku heran melihat keadaan gadis berkaki satu yang dipanggil Dewi Kaki
Tunggal itu. Dia ikut menyerang orang-orang di lereng bukit utara. Tapi mengapa
dia hampir tidak mengalami cidera sedikitpun" Apakah dia memang memiliki ke
s a kt i a n l ua r bi a s a ?" " Ya ng a ku t a hu di a ma s i h s e da r a h de nga n Si nuhun Muda . Ta pi t i da k be r ada di pihaknya. Lalu gadis kaki satu itu sebenarnya juga adalah cucu dari dua mahluk s
a kt i Se pa s a ng Ar wa h Bi s u. Na mun a ku . . . . As t a ga ! Aku i nga t s e s ua t u! " De wi Ul a r ber uc a p s e t e nga h ber s e r u l a l u di a m, . " He h ! Ka u i nga t a pa "! " Ra t u Ra nda ng bertanya tidak sabaran.
" Aku pe r na h t ahu kalau gadis berkaki satu itu membekal sebuah bunga sakti.
Sekuntum Bunga Matahari. Sebelum Sinuhun Muda dan Kesatria Roh Jemputan
melakukan serangan aku malah sudah memberi tahu dan mengingatkan dirinya ka
l a u bunga i t u bi s a di j adi ka n a nda l a n. . . " Belum selesai Dewi Ular dengan ucapannya, tidak menunggu lebih lama Ratu Randang
segera berkelebat ke atas lereng dimana Wiro dan Sakuntaladewi berada.
" Ana k ga di s , a pa ka h bunga yang a ku ke mba l i ka n pa da mu me l a l ui Ni Ga t r i s uda h ka

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

u t e r i ma ?" Ta nya Ra t u Ra nda ng begitu sampai di hadapan
Sakuntaladewi yang tengah menolong Wiro yang saat itu telah mampu duduk
bersandar ke sebuah batu besar.
" Me nga pa ka u me na nyaka n bunga i t u Ne k ?" Ba l i k be r t a nya Sa kunt a l a de wi . Lalu tiba-t i ba s a j a ga di s i ni i nga t . "' Hyang J a ga t Ba t har a Dewi Ular pernah
me nga t a ka n s e s ua t u ! " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
57/61 Dengan cepat Sakuntaladewi keluarkan Bunga Matahari dari balik pakaiannya.
Namun dengan cepat pula segera dirampas oleh si nenek. Dia hendak melesat turun
kembali ke tempat Dewi Ular tergeletak namun batal karena ingat akan keadaan
Pendekar 212. Bunga yang pernah dijampai oleh patung Nyi Roro Jonggrang di
kawasan Candi Prambanan ini segera disapukannya di kening Wiro dimana terdapat
tanda telapak tangan empat jari.
" Ka l a u a mpuh di s i ni , ma ka de nga n ke he nda k Yang Ma haKuasa akan mampu
unt uk me nol ong s e mua or a ng! " Uc a p Ra t u Ra ndang l a l u wus s ! Asap kuning kemerahan mengepul dari kening yang diusap Bunga Matahari.
Begitu asap sirna, tanda telapak tangan kiri berjari empat di kening Wiro lenyap
tidak berbekas! Ratu Randang dan Sakuntaladewi berseru gembira. Wiro
terbengong-bengong sambil meraba kening. Dia tentu saja tidak bisa melihat apa
yang terjadi dengan keningnya namun saat itu rasa sakit di kepalanya serta merta
lenyap begitu Bunga Matahari diusap di atas kening.
" Ne k . . . Ne k, ma s i h a da s a t u t a nda l agi , " ka t a Wi r o pa da Ra t u Ra nda ng s ambi l membuka bagian dada pakaiannya.
" Ke c i l ! " J a wa b s i ne ne k j a di s ombong. Se ka l i menya puka n Bunga Ma t a har i di dada Pendekar 212 maka tanda telapak tangan kanan berjari empat yang tertera di
dada itu juga lenyap setelah lebih dulu mengeluarkan asap kuning kemerahan!
Rasa sesak dan sakit di dada juga sirna!
" Te r i ma ka s i h Ne k, " ka t a Wi r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

o s a mbi l me ngul ur ka n t a nga n. Ti ba -tiba saja dia s uda h me r a ngkul Ra t i Ra nda ng. " Se ka r a ng bi ar a ku ba nt u me ngurangi hutang
c i uma nmu Ne k! " Wiro memagut punggung dan belakang kepala si nenek. Lalu cup ... cup ...
cup. Dia mengecup bibir si nenek berulang kali sampai si nenek megap-megap tapi
tidak mau melepaskan diri seolah memang suka dicium begitu rupa!
Tersengal-sengal Wiro hentikan ciuman. Dia melihat wajah si nenek yang bersemu
merah. Mata dipejam, bibir diruncingkan tanda masih ingin dan siap dicium. Wiro
berkata. " Suda h dul u Ne k. " Ratu Randang buka kedua mata dan usap bibirnya. Dia merasa ada kelainan.
" Oa l a , ke na pa bi bi r ku t er a s a l a i n" J a di l e bi h t e ba l . . . " Wiro memperhatikan. Ternyata bibir si nenek sudah melembung merah!
" Ka u . . . ka u me mbua t bi bi r ku j ont or ! " ka t a Rat u Ra nda ng. Ta nga n ki r i nya bergerak menjewer telinga Wiro. Lalu sambil membawa Bunga matahari di tangan
kanan nenek ini berkelebat menuruni bukit.
Di lereng bukit Wiro berteriak.
" Ne k, t a di a ku t i da k menghi t ung. Ta pi pa l i ng t i da k a da e mpa t pul uh ka l i a ku me nc i ummu. Be r a r t i hut a ng c i uma nmu ki ni t i ngga l e mpa t r a t us dua pul uh dua ! " Si nenek hentikan lari. Memutar tubuh ke arah Wiro sambil kepalkan tinju.
Sampai di hadapan Dewi Ular Ratu Randang berkata.
" De nga n bunga i ni a ku be r ha s i l me ngoba t i Wi r o. Muda h-mudahan bunga sakti
i ni j uga bi s a me nye mbuhka nmu . . . " 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
58/61 "

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

As t aga ! Se t a n ma na yang me nyedot bi bi r mu Ne k?" Ta nya De wi Ul a r bergurau padahal sebenarnya dia tadi sempat melihat apa yang terjadi.
" J a nga n me nggoda . Ka u ma u a ku t ol ong t i da k"! " Ka t a Ra t u Ra nda ng pul a . " Ne k, j a nga n pi ki r ka n di r i ku. Se ba i knya ka u l e ka s me nol ong Ra j a Ma t ar a m. Dia di sana ditema
ni ga di s ya ng a da kumi s ha l us nya i t u. " De wi Ul ar me nunj uk ke arah satu batu besar di belakang mana Raja berada bersama Jaka Pesolek.
Ratu Randang orangnya memang polos.
Karena sudah merasa bersahabat dengan
Dewi Ular, sebelum pergi
meninggalkan gadis alam roh itu, Bunga Matahari diusapkannya di atas perut,
punggung, pa nt a t da n dua ka ki De wi Ul a r . " Bi a r a ku t a mba hka n s a t u us a pa n l a gi s e baga i ha di a h! " Ka t a Ra t u Ra nda ng. La l u t a npa ba nyak c e r i t a l agi di a a ngka t bagian bawah pakaian sutera hijau Dewi Ular dan susupkan Bunga Matahari ke
bagian bawah perut gadis itu.
" Ha i ne k! Ka u i ni gi l a a pa "! " Te r i a k De wi Ul a r kege l i a n t a pi t i da k s e mpa t menghindar. Ratu Randang tertawa cekikikan.


Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Ka u bi l a ng a ku gi l a ! Na nt i l i ha t s a j a ! Pa s t i ba nyak l e l a ki yang t e r gi l a -gila pad a mu! Hi k. . . hi k . . . hi k ! " Ra t u Ra nda ng ke mba l i t e r t a wa pa nj a ng. " Ne k, baga i ma na ka l a u na nt i ka r e na kua l a t bunga i t u hi l a ng ke s a kt i annya . Pa da ha l ka u be l um me nol ong Ra j a ! " Walau lari terus ke arah dimana Raja dan Jaka Pesolek berada namun ucapan Dewi
Ular membuat Ratu Randang jadi berdebar dan dingin tengkuknya. Dia jadi punya
rasa kawatir kalau-kalau apa yang diucapkan Dewi Ular menjadi
kenyataan. Bunga Matahari hilang kesaktiannya karena tadi langsung diusapkan ke
bagian terlarang. Si nenek dekatkan Bunga Matabari ke hidungnya lalu mencium
dalam-dalam. " Ti da k a da ba u yang a ne h. . . " uc a p s i ne ne k da l a m ha t i . " Ta pi t a di a ku t i da k sempat melihat. Apa Dewi Ular pakai celana dalam atau tidak ya" Gadis seronok
itu! Jangan-j a nga n di a t i da k pa ka i ce l a na da l a m! " Jaka Pesolek terkejut ketika tahu-tahu Ratu Randang sudah berdiri di
hadapannya. " Ne k, ka u da t a ng me mba wa Bunga Ma t a ha r i . Kau ma u ber bua t a pa " Apa ka u bi s a me nol ong Ra j a ?" Ditegur begitu Ratu Randang hanya tegak terdiam. Dia masih memikirkan ucapan
Dewi Ular tadi.
"

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ka l a u per bua t a nku t a di me ma ng me nda t a ngka n kua l a t , be r a r t i Ra j a me ma ng tidak bisa ditolong. Celaka, bagaimana ini. Apa ada penangkal untuk
menghilangkan kualat" Tadi aku usapkan ke anunya Dewi Ular. Mungkin
penangkainya lawan dari yang itu .... He
mmm. " Lalu tiba-tiba sekali Ratu Randang rundukkan tubuh. Bunga Matahari yang ada di
tangan kanan diusapkan ke bagian bawah perut Raja Mataram.
" Ra t u Ra nda ng! Apa yang ka u l a kuka n"! " Te r i ak Ra j a Ma t a r a m. Ta pi a ki ba t usapan bunga sakti pada bagian bawah perutnya segala rasa sakit yang diderita
Raja menjadi lenyap. Malah setelah ada kepulan asap kuning kemerahan Raja 177
Jaka Pesolek Penangkat Petir
59/61 langsung melompat bangkit. Dua tangan ditekapkan ke bawah perut. Kepala
mendongak sementara sepasang mata berkedap-kedip meram melek dan lidah diulurkan
berulang kali membasahi bibir.
Melihat hal ini Jaka Pesolek dekati si nenek dan bertanya.
" Ne k, a pa ya ng ka u l a kuka n pa da Ra j a . Ke l i ha t a nnya Ya ng Mul i a s e pe r t i or a ng yang s e da ng ke e na ka n. Coba a ku l i ha t bunga i t u Ne k. " " J a nga n! Ka u t i da k s a ki t ! " Tapi Jaka Pesolek yang punya gerakan kilat sudah merampas Bunga Matahari dari
tangan Ratu Randang lalu dengan cepat bunga sakti itu diusap ditekan-tekan
berulang kali ke bawah perutnya sendiri!
Tiba-tiba Jaka Pesolek menjerit keras. Bunga Matahari terlepas jatuh dari tangan
kanan. Tubuh gadis ini jatuh tertelentang, Mata membeliak, bola mata berputar-
putar. Mulut senyum-senyum.
" Gi l a ! Apa ya ng t er j a di "! " Si ne ne k c e pa t me nga mbi l Bunga Ma t a ha r i yang tercampak di tanah dan berpikir pikir sambil menatap ke arah Raja, lalu
memandang pada Jaka Pesolek, setelah itu memperhatikan Bunga Matahari.
" He mmm. . . , . " Si ne ne k be r guma m. "Ka l a u t i da k aku l a kuka n s e ndi r i ma na a ku

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

t a hu a pa yang t e r j a di dan di r a s a ka n dua or a ng i t u. " Ti ba -tiba si nenek tekapkan
kuat-kuat Bunga Matahari sakti ke bagian bawah perutnya. Sesaat kemudian
sepasang mata si nenek tampak terbeliak, mulut menganga mengeluarkan suara
eranga dan lidah terjulur.
" Oa l a ! Oa l a ! " Ra t u Ra nda ng be r t e r i a k be r ul a ng ka l i . Lut ut nya goya h, t ubuh. limbung lalu jatuh tertelentang menggeliat geliat di atas sebuah batu.
" Ne k, " t i ba -tiba ada orang mendatangi dan bertanya. Ternyata Jaka Pesolek.
" Ne k, a ku c uma ma u t a nya. Apa ya ng ka u a l a mi s a ma de nga n ya ng a ku r a s a ka n. Aku merasa geli-geli aneh tapi enak di sebelah bawah tubuhku. Lalu sesekali s
e pe r t i a da t a nga n l e mbut ya ng me ngus a p a nuku . . . Hi k . . . hi k. . . . " " Ka l a u s uda h t a hu me nga pa ma s i h be r t a nya "! " Ra t u Ra nda ng me nda mpr a t . Lalu kembali berteriak Oala...Oaia Mata meram melek!
Jaka Pesolek tertawa panjang lalu jatuhkan tubuh melintang di atas tubuh si
nenek! " Ga di s l i a r ! Aku i ni pe r empua n! J i ka ka u ma u s e na ng-s e na ng c a r i l e l a ki s a j a ! " Ra t u Ra nda ng be r

Wiro Sableng 177 Jaka Pesolek Penangkap Petir di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

uca p ma r a h kar e na t ubuhnya di hi mpi t be gi t u r upa . " " Hi kk . . . hi k. . . " J a ka Pe s ol e k ke mba l i t e r t a wa ge l i c e ki ki ka n. " Apa ka u t idak t a hu Ne k " Aku i ni bi s a j a nt a n bi s a be t i na "! " " Hue kkk ! " Ra t u Randa ng ke l uar ka n s ua r a s epe r t i ma u munt a h. Lal u di a membentak. " Se t a n a l a s ! J a nga n mengga nggu! . J a nga n me mbua t a ku mar a h. Aku s eda ng ke e na ka n t a hu! " " Sa ma l agi Ne k, s a mmaaa . . . Aku j uga l agi . . . . uhuk...uhuk...i
hi k. . i hi k! " J a wa b Jaka Pesolek dan terus saja menindih tubuh si nenek sementara dua kakinya
bergerak melejang-lejang.
T A M A T 177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
60/61 Apakah perbuatan Ratu Randang yang tidak sengaja mengusap bagian bawah perut
Ratu Ular benar-benar telah mendatangkan kualat "
Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah tidak mau menerima kekalahan di Bukit
Batu Hangus begitu saja. Mereka menyusun satu rencana baru antara lain dengan
memanfaatkan Arwah Ketua, yang dikenal sebagai Raja segala arwah dan
Penguasa Candi Miring di Bhumi Mataram. Bagaimana pula dengan keberadaan Sinto
Gendeng yang tidak kunjung tersingkap"
Bagaimana kalau tiba-tiba Keris Kanjeng Sepuh Pelangi dipergunakan untuk
menggenang darah menebar maut"
Ikuti cerita selanjutnya berjudul :
TABIR DELAPAN MAYAT
177 Jaka Pesolek Penangkat Petir
61/61 Golok Bulan Sabit 4 Tiga Dara Pendekar Seri Thiansan Jiang Hu San Nu Xia Kang Ouw Sam Lie Hiap Karya Liang Ie Shen Kelelawar Hijau 6
^