Pencarian

Balada Padang Pasir 7

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 7


dan ikut tertawa. Sosoknya belum terlihat, namun dari kejauhan suaranya telah
terdengar, "Daging panggang yang sangat harum, dan
dipanggang dengan cara Xiyu pula, Qubing benar-benar tahu
cara menikmati hidup". Aku terkejut dan segera bangkit, namun
Huo Qubing menggeleng-geleng seraya tersenyum, "Tak apaapa, itu pamanku".
Kalau tahu sebelumnya, aku tak akan datang, dengan kesal aku
berkata, "Pamanmu" Kaisar juga pamanmu! Apakah itu Jenderal
Gongsun?" Huo Qubing mengangguk, lalu bangkit dan berjalan ke pintu
untuk menyambut sang paman, Gongsun Ao dan Gongsun He
berjalan dengan berendeng pundak, melihatku berdiri di belakang
Huo Qubing, rasa terkejut sekilas nampak di wajah mereka,
namun dengan amat cepat menghilang. Dalam hati aku memuji
mereka, ternyata mereka rubah-rubah tua, tak bisa dibandingkan
dengan kami. Ketika pulang ke rumah malam itu, walaupun suasana hatiku tak
riang gembira namun juga tak buruk, aku tak akan membiarkan
orang yang tak ada sangkut-pautnya denganku mempengaruhi
perasaanku, namun diam-diam aku menjadi lebih waspada.
Ketika melihat caraku memotong daging dengan pisau, Gongsun
He merasa terkejut dan bertanya apakah aku pernah hidup di
tengah bangsa Xiongnu, aku merasa tegang, tanpa banyak pikir,
aku menjawab bahwa aku tak pernah tinggal bersama mereka.
Gongsun He sendiri adalah orang Xiongnu, bagaimana ia bisa tak
melihat kemahiranku menggunakan pisau" Walaupun ia tak
bertanya-tanya lagi, tapi ia jelas tahu aku telah berbohong,
pandangan matanya kontan menjadi dingin. Kalau kupikirkan lagi
sekarang, seandainya saat itu aku dapat dengan tenang
menjawab bahwa aku pernah tinggal bersama para pengembala,
tak akan ada masalah. Akan tetapi karena menghindar aku malah
mengundang kecurigaan Gongsun He. Gongsun Ao sepertinya
lebih tak suka lagi padaku, bahkan sampai merendahkanku.
Huo Qubing menyadari perasaan mereka berdua, ia tak berkata
apa-apa, namun sikapnya padaku bertambah baik, ia bahkan
mengambil pisau dari tanganku dan mengiris daging sendiri, lalu
menaruhnya di hadapanku. Selamanya, aku selalu melihat Huo
Qubing dilayani orang, tak pernah melayani orang lain, Gongsun
He dan Gongsun Ao tercengang. Melihat sikap Huo Qubing itu,
Gongsun Ao yang tadinya bersikap sombong terpaksa bersikap
agak ramah padaku dan menekan rasa tak sukanya padaku.
-------------------- Beberapa hari ini, setiap saat makan, aku teringat akan daging
panggang yang lezat dan tukang masak yang pandai itu, lauk di
meja mendadak berubah hambar. Kalau Huo Qubing tahu bahwa
setelah makan hidangan lezatnya, aku dengan tamak mencari
akal untuk merampas tukang masak itu, entah ia akan
mengataiku seekor serigala rakus atau tidak.
Ketika aku sedang memimpikan makanan lezat, sambil
menangis, si gadis pelayan kecil Xin Yan memburu masuk,
"Fangzhu, cepat lihat, Tuan Muda Ketiga Li mengobrak-abrik
rumah kita, kami tak bisa menghalanginya. Aku didorong hingga
terjatuh, dan pakaian baru yang kupakai juga dirobek olehnya".
Sambil berbicara ia mengelus-elus bajunya yang robek, tangisnya
bertambah sedih, aku tertawa dan memberinya sehelai sapu
tangan untuk menyeka wajah, "Jangan menangis, bukankah itu
hanya sehelai pakaian saja" Aku akan memberimu pakaian,
besok panggil tukang jahit untuk membuatkan baju baru
untukmu". Xin Yan berhenti menangis dan tersenyum, dengan takut-takut ia
berkata, "Aku ingin memilih warnanya sendiri". Aku berkata, "Baik!
Sebenarnya apa yang terjadi?" Wajahnya nampak masih terkejut,
"Kami juga tak tahu mengapa, Tuan Ketiga Li adalah orang yang
sangat ramah dan terpelajar, bicaranya sopan, dan juga banyak
memberi hadiah, biasanya kami suka kalau ia datang. Tapi hari
ini begitu masuk ke rumah, ia langsung berteriak memanggil
Hong Gu, lalu sambil berbicara menghancurkan barang-barang,
kami hendak menghalanginya, tapi ia mendorong kami semua
pergi, dari wajahnya ia sepertinya ingin memukul orang, maka
kami langsung melarikan diri, sekarang ia pasti masih
mengamuk!" Ketika ia masih berbicara, Hong Gu berlari masuk dengan rambut
berantakan, aku tak bisa menahan diri dan tertawa terbahakbahak, dengan kesal Hong Gu memarahiku, "Kau masih bisa
tertawa saja, kalau ia terus mengamuk, tahun ini kita akan
kelaparan". Ketika ia berbicara, rambutnya yang berantakan
seperti sarang burung melambai-lambai, seakan sedang diacakacak oleh seekor burung, bahkan Xin Yan yang berada di sisiku
juga mengigit bibirnya menahan tawa. Hong Gu geram dan ingin
mencubit Xin Yan, namun aku memberi isyarat padanya, dan Xin
Yan pun cepat-cepat lari keluar ruangan.
"Baiklah, jangan marah, kalau Tuan Muda Li ingin
menghancurkan barang-barang, apa yang dapat kita lakukan"
Jangankan bicara tentang ilmu silatnya yang tak bisa kita lawan,
kalaupun dapat mengalahkannya, apakah kita berani
mengusirnya keluar dari rumah ini" Biarkan dia mengamuk! Kalau
sudah capai ia kan tak akan mengamuk lagi". Aku menarik Hong
Gu agar ia duduk di bangku, lalu mengambil cermin tembaga
agar ia dapat bercermin. Ia berteriak terkejut, lalu cepat-cepat
mengambil sisir dan merapikan rambutnya.
"Seumur hidupku aku belum pernah diperlakukan seperti ini,
didorong-dorong dan dimaki-maki oleh seorang pemuda sebagai
seorang wanita berbisa. Ia bertanya tentang masalah sapu
tangan itu dan aku berkata bahwa fangzhu benar-benar telah
menyelidiki masalah itu dan memberitahuku bahwa nona itulah
pemiliknya, ia berteriak minta kau menemuinya, namun kulihat
matanya penuh kebencian, dan bahwa keadaan agak runyam,
maka aku mengelak dengan berkata bahwa kau sedang keluar
rumah dan tak akan kembali untuk beberapa lama. Apakah Tuan
Muda Li sudah tahu bahwa Nyonya Li adalah wanita yang
dicarinya" Hal ini hanya diketahui oleh kau dan aku saja,
bagaimana dia bisa tahu" Sapu tangan itu bukannya sudah kau
bakar habis?", dengan wajah kesal, Hong Gu tak henti-hentinya
mengomel. "Aku juga tak tahu". Aku membantu Hong Gu merapikan
rambutnya, lalu membantunya membuat sanggul, "Hong Gu,
sejak hari ini, lupakanlah masalah sapu tangan itu, masalah ini
tak pernah ada, setelah ini, apapun yang terjadi, jangan
mengungkit-ungkitnya lagi". Pandangan mataku bertemu dengan
pandangan mata Hong Gu di cermin tembaga, untuk sesaat ia tak
berkata apa-apa, lalu seakan tak terjadi apa-apa, ia berkata, "Aku
sudah melupakannya".
Si gadis pelayan kecil masuk sambil membawa air panas, dengan
wajah khawatir ia berkata, "Tuan Ketiga Li masih mengamuk!"
Begitu mendengarnya, mata Hong Gu seakan mengalirkan darah.
Aku tertawa terkekeh-kekeh dan berkata, "Jangan sedih, tak usah
khawatir. Berapapun nilai benda yang dirusaknya, aku ingin ia
mengantinya". Dengan sangsi Hong Gu berkata, "Kau masih
berani minta ganti rugi padanya" Aku tak berani. Kalau ia
sekarang melihatmu, kaulah yang akan dihancurkannya".
Aku tersenyum dan berkata, "Untuk apa aku minta ganti rugi
padanya" Kata pepatah, "Anak kurang ajar, ayah membayar',
Jenderal Li Guang orangnya adil dan baik hati, kabarnya kalau
prajuritnya kelaparan ia tak mau makan dahulu, dan selalu
membagi hadiah yang diterimanya dengan para prajuritnya, orang
seperti ini masa akan ingkar janji" Asalkan kita mengirim bon
kerusakan pada Jenderal Li, masa ia tak akan menganti kerugian
kita?" Hong Gu berpikir sejenak, rasa cemas di wajahnya sirna, lalu ia
mengangguk sambil tersenyum, "Kedua kakak lelaki Li Gan
semua mati muda, kabarnya Jenderal Li sangat sedih karenanya,
oleh karenanya, Li Gan sangat berbakti pada ayahnya, tak
pernah membangkang, kalau Jenderal Li tahu tentang hal ini,
kurasa walaupun Li Gan sangat kesal ia tak akan berani
membuat masalah. Yu er, kau memang cerdas, membunuh ular
dari jarak tujuh cun".
Aku mengambil gincu dan memberikannya padanya, "Buat daftar
barang-barang yang rusak dan berikan padaku". Dengan
kebingungan Hong Gu memandangku, lalu mengangguk-angguk.
Li Yan, tak nyana kau telah menyalakan api yang begitu besar,
dan api itu telah berkobar di tempatku terlebih dahulu, maka kau
harus memberiku ganti rugi dua kali lipat untuk barang-barang
yang hancur itu. Jenderal Li adalah seorang yang murah hati, aku
segan mengambil keuntungan dari seorang jujur, maka aku
terpaksa minta kau membayar.
Apakah hari pertama tahun baru membuatku gembira" Gembira
apa" Perutku penuh amarah. Melihat sepasang alisku beradu,
dengan bimbang kakek memandang Xiao Feng, namun Xiao
Feng menggeleng untuk memberi isyarat bahwa ia tak tahu apaapa. Setelah duduk begitu lama aku benar-benar sudah tak tahan
lagi, aku melompat bangkit, menghormat pada kakek, lalu berlari
ke Pondok Bambu. Untuk pertama kalinya aku menendang pintu Pondok Bambu,
"Bruk!", suaranya terdengar dengan keras, pintu halaman terbuka
lebar-lebar. Aku belum bersuara, namun suara Jiu Ye yang
diiringi tawa sudah terdengar dari dalam rumah, "Apa kau Xiao
Yu?" Suaranya bagai obat panas dalam yang paling ampuh. Api
kemarahanku dengan serta merta padam tak berbekas. Aku
menghela napas dengan pelan, memperlambat langkah kakiku,
lalu mendorong pintu dengan pelan.
Jiu Ye duduk di depan meja, tangannya mengenggam sesuatu
dari bambu yang sedang diukir olehnya, aku berdiri di pintu
sambil memandangnya, ia pun menaruh benda dari bambu dan
pisau kecil yang sedang dipegangnya, lalu berpaling
memandangku, "Kenapa tak duduk?"
Aku berjalan ke kursi di sisinya dan duduk, lalu menunduk dan
memandang meja tanpa berkata apa-apa, Jiu Ye bertanya, "Kau
sedang marah, ya?" Aku masih diam seribu bahasa, Jiu Ye berkata, "Kelihatannya
bukan marah. Bagaimana perayaan tahun barumu" Kemarin
malam Tianchao memaksaku pergi bersama mereka......"
Sambil mengerutkan dahi, aku menatap meja tanpa berkedip, tapi
ia terus bicara tak henti-hentinya, tentang permulaan perjamuan
sampai bersulang, tentang bersulang sampai mabuk, tentang.......
Aku tak pernah melihatnya begitu suka bicara, aku berpaling
memandangnya seraya bertanya, "Aku sedang marah, masa kau
tak bisa melihatnya" Seharusnya dengan penuh perhatian kau
bertanya, 'Kenapa kau marah" Apa aku melakukan sesuatu yang
salah"'" Wajahnya nampak tak berdosa, sambil menahan tawa ia berkata,
"Oh! Kenapa kau marah" Apa aku melakukan sesuatu yang
salah?" Dengan kesal sekaligus tak berdaya aku menarik napas panjang,
dengan lemas aku menelungkup di atas meja, kenapa ia begitu
bebal" Sebenarnya, kenapa aku begitu memandang tinggi
dirinya" Sifatnya aneh, kelihatannya lembut dan ramah, namun
sebenarnya menghindari orang jauh-jauh. Walaupun
pengetahuannya luas dan paham tentang banyak hal, tapi aku tak
ingin menikah dengan buku. Identitasnya pun agak misterius,
sepertinya ia rakyat Han Agung, tapi sepertinya menentang
Dinasti Han.......aku berusaha memikirkan segala kekurangannya.
Wajahnya nampak tak berdaya dan kebingungan, "Aku sudah
bertanya, tapi kau tak menjawab, lantas aku harus bagaimana?"
Dengan kesal aku mengebrak meja, "Kau sedikitpun tak punya
ketulusan! Lebih baik tak usah bertanya. Kau terus saja bercerita
tentang pengalaman menarik tahun barumu!"
Ruangan itu menjadi sunyi senyap, untuk beberapa saat tak ada
suara terdengar, mendadak aku merasa khawatir, apakah ia
marah padaku" Ketika hendak mengangkat kepalaku, pandangan
mataku jatuh pada sesuatu dalam tangannya, yaitu sepasang
anting jasper bersepuh emas. "Entah kau anggap aku cukup tulus
atau tidak?" Aku menengadah memandangnya dan menerima anting itu.
Warna emasnya adalah pasir, warna jaspernya adalah air,
ternyata bentuknya seperti Yueya Quan yang terhampar di
tengah padang pasir. Namun yang lebih luar biasa lagi, ia
menggunakan namaku dan memberinya makna yang lebih
mendalam . Pertemuan pertama di padang pasir tak
berbatas, pertengkaran yang berubah menjadi persahabatan di
tepi ombak biru jasper. Mainan mungil seperti ini dapat dibuat
dengan begitu indah dan halus, kepandaian orang yang
membuatnya benar-benar luar biasa.
Aku memandangnya untuk beberapa saat, memakainya di
telingaku tanpa berkata apa-apa, lalu dengan wajah tanpa
ekspresi berkata, "Lumayan. Karena kau begitu murah hati,
sementara ini aku tak marah lagi".
Aku berkata dengan serius, namun senyum di sudut bibirku sulit
ditahan, sebelum selesai berbicara, senyum telah muncul di
wajahku, karena kegirangan, mataku memicing menjadi
berbentuk bulan sabit. Melihat mataku, rasa muram sekilas
muncul di wajahnya, ia pun cepat-cepat menghindari pandangan
mataku. Suara Shi Yu terdengar dari luar, lalu ia masuk sambil
mengusung baki. Aku memandang mangkuk di hadapanku, lalu
berkata dengan pelan, "Kau tak mengundangku, sehingga aku
mengira bahwa kau lupa dan tak menepati janjimu!"
Untuk beberapa lama Jiu Ye tak menjawab, lalu berbicara dengan
begitu pelan sehingga ia seakan tak berkata apa-apa,
"Bagaimana bisa sampai lupa" Bagaimanapun juga, hari ini kau
harus berbahagia". Sambil mengaduk-aduk mi ulang tahun di
dalam mangkuk itu, aku berbisik, "Bahagia atau tidak, semua
tergantung padamu". Setelah selesai makan mi, Jiu Ye menemaniku mengobrol sambil
mengambil bambu dan pisau kecil yang setipis daun pohon liu.
Melihatnya, aku bertanya, "Apa kau ingin membuat seruling
bambu?" Jiu Ye mendengus, "Bambu ini sengaja dibawa orang suruhanku
dari Jiuyi Shan, ia telah tumbuh di bawah naungan batu karang
selama sepuluh tahun, batangnya tebal, di segala cuaca,
nadanya tak akan berubah. Namanya sangat indah, yaitu Xiangfei
Zhu , suaranya pun lebih merdu dibandingkan dengan
bambu biasa". Aku segera mendekat untuk memperhatikannya, "Inikah bambu
yang termasyur itu" Benar! Bukankah bintik-bintik ini mirip
tetesan air mata" Sederhana namun anggun, benar-benar indah!"
Tubuh Jiu Ye menjadi kaku, tanpa terasa ia menjauhkan dirinya
dariku, lalu tersenyum dan berkata, "Aku sudah punya banyak
sekali seruling, tapi melihat bahan yang sukar di dapat ini,
tanganku jadi gatal ingin bergerak. Kalau kau suka, setelah


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selesai aku akan memberikannya padamu!"
Aku tertawa terkekeh-kekeh dan berkata, "Kebetulan aku orang
yang tak pernah bisa menolak hadiah".
Sambil tersenyum Jiu Ye menggeleng-geleng, tak berkata apaapa.
Setelah keluar dari Wisma Shi, secara kebetulan aku berpapasan
dengan Shenxing dan Tianchao, aku pun membungkuk memberi
hormat, "Selamat tahun baru pada kakak kedua dan ketiga Shi,
semoga sehat walafiat dan segala berjalan sesuai kehendak".
Mereka berdua membalas penghormatanku, untuk sesaat
pandangan mata Shenxing terpaku di telingaku, lalu dengan
tanpa ekspresi, ia mengalihkan pandangan matanya, namun
Tianchao terus memandangiku, lalu tiba-tiba tersenyum dan
berkata, "Jiu Ye bersusah payah sedemikian rupa, ternyata untuk
memberimu hadiah tahun baru".
Kudengar bahwa perkataannya mengandung makna yang
tersembunyi, mau tak mau aku meraba telingaku, aku pun
bertanya, "Apa maksudmu" Jiu Ye bersusah payah bagaimana?"
Tian Chao berkata, "Ketika masih kecil, Jiu Ye secara khusus
belajar mengukir batu kumala, tapi tak berlatih membuatnya
setiap hari, kali ini karena ia membuat sebuah benda mungil yang
halus, Jiu Ye secara khusus belajar pada seorang pengrajin tua,
tapi ia masih menghabiskan tak sedikit batu-batu kumala bagus.
Jiu Ye sangat berbakat membuat kerajinan-kerajinan seperti ini,
mulai dari senjata sampai keramik yang digunakan sehari-hari, ia
dapat membuat semuanya, tapi setelah melihatnya membuat
benda ini, aku baru tahu bahwa benda yang paling sukar dibuat di
kolong langit ini adalah perhiasan perempuan".
Aku tertegun sesaat, lalu dengan mengumam bertanya, "Katamu
benda ini dibuat oleh Jiu Ye sendiri?"
Tianchao tersenyum namun tak berkata apa-apa, ia membungkuk
padaku lalu pergi bersama Shenxing, namun aku hanya berdiri di
tempat dengan bengong. 'Aku tak tahu tahun ini aku sebenarnya umur berapa. Li Yan
sudah hamil, sebentar lagi akan punya anak, tapi aku masih
terombang-ambing di sini dengan galau. Kalau tak ada orang
yang cocok, aku belum tentu ingin menikah, tapi kalau ada orang
yang cocok, aku pasti akan meraih kesempatan itu. Andai A Die
tahu bahwa aku tak meraih segala yang diperlukan untuk
kebahagiaan diriku sendiri, ia pasti akan marah dan memakiku
sebagai seorang bodoh. Apakah aku seorang bodoh" Tentu saja
aku bukan seorang bodoh, aku adalah Jin Yu yang cerdas,
pandai, cantik dan menggemaskan, oleh karenanya walaupun
kau awan yang melayang-layang di angkasa, aku akan
menangkapmu. Kau suka padaku, benar bukan" Kau pernah
berkata bahwa kau dan aku tak sama, aku sudah mempelajari
dengan serius semua buku yang kau baca, kurasa aku dapat
disejajarkan denganmu. Kalau kau ingin menjadi burung Peng,
aku bersedia menjadi angin, menemanimu terbang tinggi; kalau
kau hanya ingin menjadi kupu-kupu bodoh, aku pun bersedia
menjadi kupu-kupu bodoh; kalau yang kau kagumi adalah seekor
keledai hitam yang berjalan keluar ke barat dari Hangu Guan
dan sejak saat ini tak kelihatan jejaknya lagi, maka kita
dapat membeli beberapa ekor kuda dan menghilang lebih cepat
dari Lao Zi, menghilang tanpa jejak; untung saja kau tak suka
pada Konghucu, walaupun aku menghormatinya, aku tak suka
padanya, tapi kalau kau benar-benar suka padanya, kita akan
mematuhinya?".' Aku mengigit tangkai kuas tulis erat-erat, dengan dahi berkerut
aku memandang berhelai-helai kain di atas beberapa meja itu.
Aku sedang memberi semangat padaku sendiri, namun kenapa
semakin banyak menulis hatiku malahan semakin jeri" Diam-diam
dalam hati aku berulangkali berkata pada diriku sendiri, ia suka
padaku, suka padaku?", aku tak berani menulis lebih banyak
dan menulis tanggal di sudut kain itu: Tahun Baru Tahun
Yuanshou, setelah selesai menulis aku cepat-cepat menyimpan
kain itu. ----------------------Setelah mengoyang-goyangkan tabung itu untuk beberapa saat,
sebatang tongkat ramalan terjatuh dari dalamnya, Huo Qubing
hendak memunggutnya, namun aku telah mengenggamnya eraterat, ia pun bertanya, "Apa yang kau kumohon?" Aku
menggeleng-geleng, "Aku tak mau memberitahumu".
Ia mendengus, "Apa yang ingin kau mohon" Kalau bukan urusan
usaha pasti urusan perjodohan, sekarang usaha sudah berada
dalam tanganmu, dengan watakmu yang seperti ini, hal yang
akan kau tanyakan pada orang lain pasti hanya urusan
perjodohan". Aku berkeras membantah, "Pasti bukan!"
Lelaki penafsir ramalan di sebelah kami memandang kami
dengan hati-hati, melihat kami berjalan melewatinya, ia segera
berdiri, aku mendadak menghentikan langkahku, lalu berjalan
menghindarinya sambil mengenggam tongkat ramalan itu. Huo
Qubing tertawa dan bertanya, "Kenapa kau tak menanyakannya?"
Sambil mengenggam tongkat bambu itu aku berjalan untuk
beberapa saat, lalu tiba-tiba membuang tongkat itu ke tengah
rerumputan di tepi jalan, "Aku tak mau bertanya, ia bisa tahu
peruntungan orang lain tapi tak tahu peruntungannya sendiri.
Begitu melihatmu memakai pakaian yang luar biasa, ia berharap
mendapat bayaran besar setelah meramal, tapi kenapa ia tak
dapat meramal apakah ia sendiri akan berhasil atau tidak?"
Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Paling tidak kau masih bisa
menahan diri, rupanya kau belum sampai putus asa".
Sekarang aku pun merasa bahwa diriku agak konyol, tapi saat itu
begitu melihat papan bertuliskan "Ramalan Perjodohan", tanpa
bisa ditahan kakiku melangkah masuk, karena putus asa aku
bersedia melakukan apapun. Hatiku amat jeri, namun wajahku
masih nampak penuh percaya diri, "Aku cuma ingin mencoba hal
baru, main-main saja".
Sambil menyengir Huo Qubing melirikku, ia malas berdebat
denganku dan menyerahkan segalanya padaku.
Angin bertiup, aku mencium-cium udara dengan sekuat tenaga,
"Harum sekali! Bunga apa ini?"
Huo Qubing berkata, "Bunga Huai".
Aku berpaling memandangnya, "Untuk apa kau mengajakku
pergi" Apa untuk mendaki gunung?"
Sambil berjalan ia berkata, "Kalau tak ada apa-apa, memangnya
aku tak boleh mengajakmu keluar" Jalan-jalan sesuka hati saja,
coba lihat bunga Huai di atas kepalamu itu?"."
Perkataannya setelah itu sama sekali tak kudengar, segenap
perhatianku terpusat pada kereta kuda di depanku, Huo Qubing
berpaling memandangku, lalu mengikuti pandangan mataku dan
memandang kereta kuda itu, kereta kuda itu pun berhenti di
depan sebuah rumah megah. Aku tersenyum kepadanya, "Tibatiba aku ada urusan, aku pergi dulu".
Ia mencengkeramku, "Tak boleh pergi!"
Dengan sekuat tenaga aku mengibaskan tangannya, "Kapankapan aku akan mencarimu dan minta maaf". Sebelum aku
sempat menyelesaikan perkataanku, aku sudah melayang ke
arah kereta itu, di belakangku ia berseru, "Xiao Yu!"
Tanpa berpaling, aku terus maju ke depan dan mendarat di sisi
kereta kuda itu, tangan Qin Li yang memegang cambuk
mendadak mengepal erat-erat, namun begitu melihatku ia
menjadi lega dan mengangguk sambil tersenyum. Aku
mengketuk-ketuk dinding kereta, Jiu Ye membuka tirai, ketika
melihatku, ia tersenyum dan bertanya, "Kenapa kau berada di
luar tembok kota?" Aku membungkuk dan menyingkapkan tirai untuknya, "Kau
bukannya juga berada di luar kota?" Setelah berbicara aku
memandang Qin Li dengan bimbang, melihat ekspresiku, Jiu Ye
berkata seraya tersenyum, "Nenekku bermarga Shi, nama
kecilnya Qing, rumah ini dinamai "Wisma Qing", rumah ini secara
khusus dibangun oleh kakekku di masa mudanya untuk nenek.
Aku sama sekali tak ingin merombaknya, oleh karenanya aku tak
membuatnya mudah dilewati kursi roda".
Aku berpaling memandang rumah itu, aku merasa sangat iri,
kakek ini ternyata begitu romantis. Dahulu aku tak paham, ia
jelas-jelas bermarga Meng, tapi menamai usahanya Perusahaan
Shi, selain itu semua anak yatim piatu yang dibesarkan
perusahaan Shi pun bermarga Shi, hari ini aku baru tahu bahwa
marga itu adalah marga wanita yang dicintainya.
Jiu Ye mengambil sebatang tongkat dari dalam kereta, itulah
tongkat yang sebelumnya kulihat di sudut kamar bacanya itu.
Dengan bertumpu pada tongkat ia berdiri di atas tanah,
seharusnya tongkat itu membuatnya nampak canggung, namun
tongkat yang tersembunyi di balik lengan baju dan jubahnya yang
lebar itu sama sekali tak nampak aneh. Karena untuk pertama
kalinya melihatnya berdiri tegak, aku malahan bengong, dengan
terpana aku memandanginya.
Ia menertawakan dirinya sendiri, "Memangnya aneh, ya?" Aku
cepat-cepat menggeleng, menggeleng keras-keras, "Tidak,
kau"..bagus sekali kelihatannya!"
Ia memandang ke arahku, aku cepat-cepat berkata, "Apakah
sebelum ini tak ada orang yang memberitahumu, seperti apa kau
di mata orang lain" Kau?"kau?"setiap gerakanmu
sangat?"." Aku semakin tegang dan semakin tak bisa
menemukan kata-kata yang tepat untuk mengambarkannya, dan
juga khawatir ia akan salah paham karena aku terus menatapnya,
sehingga aku hampir mengigit lidahku sendiri ketika berbicara.
Ia mengangsurkan tangannya dan merapikan rambutku yang
berantakan ditiup angin, sambil menatapku tanpa berkedip ia
berkata dengan amat lembut, "Yu er, tak usah bicara, aku paham
maksudmu". Aku tersenyum padanya, namun pandangan mataku melayang
melewati pundaknya, kulihat Huo Qubing masih berdiri di
tempatnya semula, memandangi kami dari kejauhan. Aku
merasakan suatu kepedihan yang sulit dikatakan dan cepat-cepat
menghindari pandangan matanya.
Sambil bertumpu pada tongkat, Jiu Ye berjalan, "Karena di
gunung ini banyak terdapat sumber air panas, kakek sengaja
membangun rumah di tempat ini". Aku berjalan dengan perlahan
di sisinya, lalu bertanya sembari tersenyum, "Apakah kau sengaja
datang ke sini untuk berendam air panas?"
Ia menjawab, "Benar, air panas berkhasiat untuk memperlancar
peredaran darah di kakiku". Dengan sembunyi-sembuyi aku
memandang kakinya, namun sayang kakinya tersembunyi di balik
jubahnya, sehingga aku tak bisa melihat apa penyakit yang
dideritanya, namun melihatnya berjalan, nampaknya ia tak perlu
bersusah payah. Sebelum masuk ke pintu, dengan tak sadar aku berpaling ke
kejauhan, sosok Huo Qubing masih tampak tak bergeming. Saat
itu akhir musim semi, bunga Huai di atas kepalanya sedang
rimbun-rimbunnya, seluruh pohon itu diselimuti warna putih salju.
Saat angin bertiup, kuntum-kuntum bunga luruh berguguran,
namun di tengah angkasa yang seakan penuh salju
berterbangan, dirinya yang selalu suka kebersihan tak nyana
sama sekali tak bergerak dan membiarkan kuntum-kuntum bunga
berjatuhan di atas kepala dan jubah brokatnya.
------------------Kuncup-kuncup bunga Yuanyang Teng mulai muncul, diantara
daun hijau, kuncup-kuncup bunga berwarna putih itu bermain
'petak umpet' denganku, kalau aku memperhatikan mereka
dengan teliti, aku baru dapat menemukan dimana kuncup-kuncup
baru bersembunyi. Kemarin ada sembilan kuncup, hari ini ada
lima belas, aku menghitungnya kembali untuk memastikan bahwa
aku tak salah menghitung, dengan kecepatan seperti ini, tak lama
lagi aku tak akan dapat menghitung mereka lagi.
Aku berdiri di depan ruji Yuanyang Teng seraya mengumam,
"Aku sudah menangkap banyak sekali cacing tanah, dan memberi
kalian tahi kerbau di awal musim semi, tahun ini kalian harus
membalas budiku! Kalian harus berbunga paling banyak dan
paling indah". Daun-daun Yuanyang Teng melambai-lambai ditiup angin,
seakan menjawab pertanyaanku. "Saat kalian sedang mekar
dengan indahnya, aku akan mengajaknya kemari untuk melihat
kalian". Aku mencium selembar daun yang baru tumbuh, "Kalian
berusaha keras, aku juga berusaha keras".
Ketika aku masuk ke Pondok Bambu, Tianchao nampak sedang
duduk di depan meja sambil menulis. Dengan heran aku
menunjuk kursi roda yang kosong di halaman sambil bertanya,
"Mana Jiu Ye" Sudah keluar rumah?"
Tianchao tersenyum dan berkata, "Pergi ke Rumah Anggrek
untuk menengok kakek Xiao Feng".
Aku mengangguk sambil memandang kursi roda, aku masih agak
heran. Tianchao menaruh kuas tulisnya dan berjalan ke sisiku, lalu
berkata sambil memandang kursi roda itu, "Salah satu kaki Jiu Ye
sama sekali tak bisa digerakkan, namun kaki yang satu lagi dapat
digerakkan, kalau menggunakan tongkat, ia dapat berjalan,
walaupun tak jauh. Setiap hari bergerak lebih baik bagi tubuh
daripada duduk saja".
"Hmm", kataku, untuk beberapa saat Tianchao diam, lalu kembali
berkata, "Saat kecil, walaupun Jiu Ye sulit berjalan, tapi ia suka
bergerak, ia selalu ingin tahu tentang hal-hal baru, selalu suka
mengikuti kami bermain, tapi waktu itu kami tak tahu apa-apa,
dan selalu menganggap bahwa mengajaknya merepotkan,
karena selalu harus menunggunya. Kami tak berani
menunjukkannya di depan dirinya, tapi di belakangnya selalu
mencari cara agar dapat meninggalkannya, bahkan orang yang
menemukan cara itu sampai dianggap paling pintar. Perlahanlahan, Jiu Ye menyadari maksud kami, ia menjadi semakin
pendiam dan semakin banyak menghabiskan waktu membaca
buku, mungkin karena teman-teman yang bisu itu tak mungkin
meninggalkannya. Pada suatu ketika, di belakang punggung
Tuan Tua, Jiu Ye keluar rumah seorang diri dengan tongkat dan
tak pulang sampai hari gelap. Tuan Tua yang cemas memakimaki kami, lalu menghukum kami dengan menyuruh kami berlutut
di atas batu jalan. Setelah itu Jiu Ye pulang, bajunya robek,
wajahnya biru lebam dan tangan serta kepalanya berlumuran
darah. Namun ketika ditanya tentang apa yang terjadi, ia tak mau
berkata apa-apa dan hanya berkata bahwa ia sendiri yang tak
berhati-hati, setelah itu ia mohon Tuan Tua memperbolehkan
kami bangkit". Tianchao memandang kursi roda sambil menghela napas
panjang, aku diam, hatiku pedih, berbagai perasaan bercampur
aduk dalam hatiku. "Saat itu kami benar-benar menyesal, kakak pertama memukuli
para berandal Chang'an untuk mengetahui apa yang terjadi.
Ternyata setelah Jiu Ye membaca tentang cara membuat senjata
di kitab Mo Zi, ia pergi ke jalan untuk melihat pandai besi
menempa besi, para berandalan yang sama-sama tak tahu apaapa seperti kami itu mengikutinya sambil menyanyi, 'Si cacat
berkaki tiga, jalannya goyang-goyang, orang lain selangkah dia
sepuluh langkah, membuatnya diomeli istri'. Sambil menyanyi
mereka meniru cara Jiu Ye berjalan dan mengundang tawa orang
banyak. Mereka dan Jiu Ye berkelahi, dan tentu saja Jiu Ye
kalah, kepalanya berdarah karena kena pukul. Kakak pertama
marah dan berkelahi dengan berandal-berandal itu. Kami ingin
mengajak Jiu Ye keluar untuk bermain, tapi sejak saat itu Jiu Ye
tak mau memakai tongkat di depan orang lain".


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Si cacat berkaki tiga, jalannya goyang-goyang, orang lain
selangkah dia sepuluh langkah, membuatnya diomeli istri'. Kata
siapa 'Manusia dilahirkan berwatak baik"'
Sepertinya perkataan Xun Zi bahwa 'Manusia dilahirkan berwatak jahat' lebih
masuk akal . Sekarang aku paham kenapa tongkat itu
diletakkan di sudut kamar baca, dan juga paham kenapa
walaupun diletakkan di sudut kamar, tongkat itu sama sekali tak
berdebu. Ia seorang tabib, tentunya ia tahu manfaat berolah raga
bagi kesehatannya sendiri, akan tetapi lagu dan ejekan orang itu
membuatnya hanya mau menggunakan tongkat kalau tak ada
orang. Tianchao berpaling memandangku dan bertanya, "Apakah kau
menyalahkan kami?" "Sedikit! Tapi kalau Jiu Ye sendiri tak memperdulikannya, aku
juga akan melupakannya, kalau tidak......." Sambil tersenyum aku
memandang Tianchao. Tianchao tersenyum dan berkata, "Yu er, watakmu memang
benar-benar terus terang, dan tak perduli pada urusan orang
lain". Aku mendongak dan bertanya, "Aku hanya ingin hidup dengan
baik, dan ingin orang yang kusayangi hidup dengan baik, aku tak
ingin mencelakai orang lain tanpa alasan, apakah ini salah?"
Tianchao cepat-cepat berkata, "Tak salah, tak salah! Tapi kau
jangan salah paham terhadap perkataanku. Kami bertiga sangat
bersyukur kau datang! Setelah Jiu Ye pulang dari Wisma Qing ia
tak lagi malu menggunakan tongkat di depan orang lain, tahu
tidak, bahkan kakak kedua yang sangat kalem matanya memerah
ketika melihat Jiu Ye menggunakan tongkat di depan kami. Batu
besar di hati Jiu Ye dan kami yang sudah membebani kami
bertahun-tahun lamanya akhirnya hilang karenamu".
Wajahku terasa agak panas, aku menunduk melihat ke tanah, lalu
dengan suara pelan menggerutu, "Qin Li sialan, kelihatannya
begitu penakut dan pendiam, tapi mulutnya tak bisa dipegang".
Tianchao tertawa terbahak-bahak, "Untung saja mulutnya tak bisa
dipegang! Kalau kau melihatnya menirukan wajahmu saat
memandang Jiu Ye dengan penuh kekaguman, kau akan tahu
bahwa tak memperkerjakannya di rumah hiburanmu adalah suatu
kesalahan! Saat itu kami tertawa sampai kaki kami lemas, kakak
pertama bahkan sampai mengebrak meja hingga patah karena
tak bisa menahan diri".
"Apa katamu" Ayo ulangi kalau berani!", teriakku sambil
mengoyangkan pinggul dan menendang ke arahnya.
Sebelum Tianchao sempat menjawab, Jiu Ye yang bertumpu
pada tongkat masuk ke halaman, "Perkataan apa yang harus
diulangi?" Aku memelototi Tianchao, lalu memburu ke sisi Jiu Ye, "Qin Li
nakal, kau harus menghukumnya dengan keras, kalau tidak,
serahkan saja dia padaku untuk dihukum".
Jiu Ye melirik Tianchao dan bertanya, "Kapan Qin Li
menyinggungmu?" Wajah Tianchao nampak cemas, ia memandangku dengan
memohon-mohon, setelah mendehem-dehem untuk beberapa
saat, dengan jengah aku menjelaskan, dengan nakal aku berkata,
"Menyinggung orang tak perlu ada alasannya, lagipula, akulah
yang disinggung olehnya".
Jiu Ye berjalan ke sisi kursi roda dan duduk, Tianchao cepatcepat menghampirinya sambil membawa sapu tangan, sambil
mengelap keringat di dahinya, Jiu Ye berkata, "Hukumannya
adalah menjadi kusir keretamu selama sebulan, terserah
bagaimana kau akan menghukumnya".
Dengan penuh kemenangan aku melirik Tianchao, Jiu Ye kembali
berkata, "Akhir-akhir ini kakak pertama, kedua dan ketiga banyak
menganggur, kulihat pabrik batu kumala di Lantian perlu diawasi,
menurut kakak ketiga siapa yang cocok melakukannya?"
Wajah Tianchao nampak makin cemas, dengan bersungguhsungguh ia berkata pada Jiu Ye, "Kakak ipar baru melahirkan,
kakak pertama tak mau meninggalkannya selangkah pun, untuk
membantu kakak pertama, kakak kedua mengurus semua
urusannya. Barusan ini aku merencanakan untuk memeriksa
kembali pembukuan semua usaha kita di Chang'an, lalu
memberikannya pada murid-murid kita Xiao Feng dan Xiao Yu
untuk dipelajari. Mentari dan rembulan menjadi saksi, demi
gunung dan sungai, kami benar-benar tak bermalas-malasan!"
Sambil bertumpu pada punggung kursi roda Jiu Ye, aku
menunduk sambil tersenyum, Jiu Ye menghela napas dengan
pelan, "Mendengar katamu sepertinya kalian memang benarbenar tak bermalas-malasan".
Tianchao segera berkata, "Kami memang benar-benar tak
bermalas-malasan! Kami cuma kadang-kadang minum teh
bersama, mengobrol seharian dan mendengarkan cerita, lain kali
peristiwa semacam ini tak akan terjadi lagi. Kami akan begitu
sibuk sampai tak punya waktu untuk mengobrol".
Karena sibuk bergurau, ternyata aku tak mendengar maksud
tersembunyi di balik perkataan Jiu Ye itu, setelah Tianchao
selesai berbicara, aku baru paham bahwa Jiu Ye telah menebak
apa yang sebenarnya dilakukan oleh Tianchao, hatiku terasa
agak jengah, girang dan manis, tanpa berkata apa-apa, aku
berdiri di samping Jiu Ye.
Dengan langkah-langkah lebar Jinyan berlari masuk ke halaman,
begitu melihatku senyum lebar muncul di wajahnya, "Yu er,
kenapa kau di sini" Kau datang menenggok Jiu Ye?"
Tianchao dengan cepat berjalan ke sisinya, lalu mendorongnya
keluar, "Minyak wangi yang baru datang kemarin belum kau
periksa, kau harus segera memeriksanya".."
Suara Jinyan terdengar dari luar halaman, "Tidak ada! Kan
katamu?"jangan bekap mulutku?"hah"
?"Apa?"Lantian".......Oh!........" Beberapa saat kemudian
suara Jinyan sudah tak kedengaran lagi, hanya terdengar
Tianchao berkata, "Jiu Ye, kitab pembukuan yang belum kusalin
akan kubawa besok, hari ini ada masalah mendesak yang harus
kami kerjakan dulu, kami pergi dulu". Setelah ia selesai berbicara
hanya terdengar suara langkah kaki yang berjalan dengan cepat,
tak lama kemudian halaman itu telah menjadi sunyi senyap.
Hatiku galau, rasa manis dalam hatiku bercampur rasa jengah,
aku tak tahu harus berkata apa, namun Jiu Ye seakan tak
merasakan apa-apa dan mendorong kursi rodanya masuk ke
dalam rumah, "Seruling dari bambu Xiangfei sudah selesai, urat
batangnya sudah bagus sehingga kalau ditambahi ukiran akan
terlalu berlebihan, maka aku cuma bermalas-malasan saja dan
tak mengukirnya. Apakah kau suka?"
Aku menerima seruling itu, "Aku tak paham hal-hal seperti ini,
kalau menurutmu bagus, maka kurasa seruling ini tentu bagus".
Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Di rumahmu tinggal seorang ahli
musik istana yang termasyur, banyak orang yang ingin berguru
padanya tapi tak bisa, apakah kau pernah minta ia mengajarimu
satu dua hal?" Karena ia menyebut nama Li Yannian, mau tak mau aku menjadi
teringat pada Li Guangli, dahiku pun berkerut, Jiu Ye bertanya,
"Kenapa?" Aku menghela napas, "Kalau berpikir tentang Li Guangli, aku
hanya bisa menghela napas dan berkata "Naga punya sembilan
putra, semuanya berbeda-beda[6]?".
Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Kau terlalu banyak pikiran, kalau
ia benar-benar menjengkelkan, usir saja dia, habis perkara".
Aku tersenyum tanpa berkata apa-apa, masalahnya tak
sesederhana itu, demi kau, aku tak bisa mengusirnya begitu saja.
Jiu Ye batuk-batuk pelan, "Akhir-akhir ini bisnis rumah hiburanmu
berkembang dengan sangat cepat, kudengar dari bawahanku
bahwa kau juga membuka usaha rumah bordil, apakah kau diamdiam?"..kau masih bisa membuka usaha lain, kenapa
melakukannya" Kalau kau hanya ingin mendapat keuntungan, tak
ada jeleknya kalau kau membuka usaha lain. Sekarang kau
terlalu terburu-buru bertindak".
Setelah terkejut, hatiku girang, sesuatu yang kupikir tak akan
diketahui orang lain ternyata tak bisa disembunyikan darinya,
kecuali?"kecuali kalau ia selalu mengamati setiap perbuatanku
dengan seksama, dengan terbata-bata aku berkata, "Aku punya
rencana tersendiri".
Ia terdiam, lalu tiba-tiba berkata, "Yu er, kau tahu tidak kenapa
aku sengaja tak pernah berjalan memakai tongkat di luar" Kalau
tak ada sesuatu yang luar biasa, aku hanya mau duduk di kursi
roda, dan selalu berusaha agar orang lain berpikir bahwa tubuhku
sangat lemah, bahkan Tianchao dan yang lainnya mengira bahwa
aku terlalu lemah untuk berjalan jauh dan sering sakit.
Sebenarnya kakiku memang cacat dan tubuhku memang lemah,
tapi tak separah kelihatannya".
Aku tertegun sesaat, apakah hal itu bukan disebabkan oleh rasa
rendah diri semasa kanak-kanak seperti yang diceritakan
Tianchao" "Kenapa" Untuk siapa kau berpura-pura?"
Jiu Ye mengangguk, "Untuk kaisar. Ibuku adalah cucu keponakan
Ibusuri Dou, waktu kecil ia sering bermain-main di istana, saat itu
hubungan kaisar dan ibu sebagai sepupu sangat baik, oleh
karenanya, selama Ibusuri Dou masih hidup, Perusahaan Shi
sangat dekat dengan Keluarga Dou. Setelah Keluarga Dou jatuh,
kaisar sangat mengkhawatirkan kekuatan Keluarga Dou. Setelah
ayah dan ibu meninggal dunia, Perusahaan Shi yang begitu besar
jatuh ke tanganku, kalau saja aku bukan seorang cacat yang
kelihatannya selalu sakit-sakitan, dan kalau saja usaha
Perusahaan Shi di tanganku tak sedikit demi sedikit mengalami
kemunduran, Perusahaan Shi tak akan dapat mengelak dari
kehancuran total". Untuk pertama kalinya ia mengambil inisiatif untuk menceritakan
latar belakang keluarganya, aku tertegun mendengarnya, saat itu
berapa umurnya" Di usia yang begitu muda ia harus bertanggung
jawab atas hidup begitu banyak orang dan berjaga-jaga terhadap
kaisar. Tapi ia hanya bercerita tentang hubungan keluarganya
dengan Dinasti Han, bagaimana hubungannya dengan Xiyu" Apa
tanggung jawabnya di sana" Seberapa berat segala beban yang
ditanggungnya" Ia menatapku dengan tajam, lalu berkata dengan perlahan, "Yu
er, kaisar sekarang penuh perhitungan dan waspada,
tindakannya sangat tegas, kalau diperlukan, ia dapat
memerintahkan siapapun dibunuh. Jangan menyinggung
keluarga kekaisaran, kalau kau ingin bersaing dengan
perusahaan lain di Chang"an, aku dapat?"tapi?"" Ia menelan
perkataan yang sudah berada di bibirnya, lalu berkata dengan
amat bersungguh-sungguh, "Yu er, kau harus memikirkan masakmasak setiap perbuatanmu".
"Bruk!", aku menghempaskan sumpit di atas meja. "Apa-apaan
ini, bakpao bagus seperti ini, kenapa isinya begini?"
Hong Gu melirikku, lalu kembali makan bakpao di tangannya,
"Bakpao yang dikukus dengan bunga Huai wangi baunya, aku
sengaja menyuruh dapur membuatnya. Beberapa hari yang lalu
aku menyeduh teh dengan bunga Huai dan kau marah-marah,
hari ini bakpao yang enak juga mengundang kemarahanmu,
memangnya kapan bunga Huai menyinggungmu, sehingga begitu
melihatnya amarahmu langsung berkobar?"
Dengan murung aku duduk, Hong Gu terus makan dan tak
menghiraukanku lagi. Bukan bunga Huai yang menyinggungku, melainkan akulah yang
tak mau memikirkan orang yang berdiri di bawah pohon Huai itu.
Setelah lama berbaring aku belum bisa tidur juga, maka aku
memakai baju dan membuka pintu sambil meraba-raba di tengah
kegelapan. Di bawah cahaya bintang yang berkelap-kelip, di
tengah malam gelap gulita, terlihat seseorang berdiri di bawah ruji
Yuanyang Teng, jantungku melompat begitu mengenalinya, untuk
sesaat aku tak bisa menemukan kata-kata yang tepat.
Huo Qubing berbalik dan memandangiku tanpa berkata apa-apa,
setelah beberapa saat ia tiba-tiba berkata, "Kau tak menepati
janjimu, katamu kapan-kapan kau akan mencariku, tapi sampai
sekarang kau belum datang mencariku juga".
Aku berjalan ke hadapannya, setelah diam sejenak, aku masih
belum dapat menemukan perkataan yang tepat, aku melihat ke
arah Yuanyang Teng, sekuntum bunga yang putih bersih sedang
mekar dengan malu-malu, aku terkejut sekaligus girang dan
berseru dengan spontan, "Lihat! Bunga itu sedang mekar, bunga
pertama yang mekar tahun ini!"
Huo Qubing berpaling memandang bunga itu, "Rupanya aku
adalah orang pertama yang melihatnya mekar".
Aku mengambil napas dalam-dalam, "Wangi sekali, kau bisa
menciumnya tidak?" Huo Qubing berkata, "Tahun lalu aku tak bisa melihat mereka
berbunga karena aku berada di Xiyu, tapi mereka tahu diri, tahun
ini bunga pertama mereka mekar untukku".
Aku tertawa dan berkata, "Tak kusangka kau begitu sombong,
sampai bunga juga mekar untukmu! Kau hanya kebetulan datang
di saat yang tepat saja".
Huo Qubing menatap bunga itu, dari wajahnya nampaknya ia
sedang berpikir, "Datang di saat yang tepat sangat sukar, dalam
beberapa hal, kalau datang lebih pagi semuanya akan berbeda".
"Satu, dua, tiga......", kepalaku terkubur diantara bunga dan
dedaunan, aku sedang menghitung kuncup bunga satu persatu,
Huo Qubing terkejut dan tertawa heran, "Masa kau ingin
menghitung semua kuncup bunga itu?"
Aku menghitung untuk beberapa saat, lalu berhenti dan
tersenyum, "Justru kalau tak bisa menghitungnya, aku gembira,
artinya mereka telah berusaha keras untuk berbunga".
Huo Qubing bertanya, "Kenapa mereka disebut Bunga Jinyin"
Warna peraknya aku tahu, yaitu bunga putih yang sekarang
terlihat, tapi mana warna emasnya?" Aku tersenyum dan berkata,
"Sekarang belum waktunya, aku tak mau memberitahumu,
datanglah beberapa hari lagi dan kau akan tahu". Huo Qubing
tersenyum, "Aku akan menganggapnya sebagai sebuah
undangan, aku pasti akan segera memenuhi undangan si cantik".
"Ah!", ujarku, lalu aku berkata dengan kesal, "Kau ini......."
Tiba-tiba ia menarik lenganku, lalu berjalan keluar, "Malam ini
langit penuh bintang, aku akan mengajakku ke suatu tempat yang
mengasyikkan". Aku ragu sejenak, namun melihatnya begitu
bersemangat, aku tak sampai hati menolaknya, tanpa berkata
apa-apa aku mengikutinya.
Karena Taman Shanglin tak dikelilingi tembok, pandangan
mataku tak terhalang dan dapat melihat kemegahannya. Aku
memandang istana kekaisaran yang terbentang di depanku,
pintunya beribu-ribu, aku menelan ludahku dan berkata, "Di
Taman Shanglin ada tiga puluh enam istana, kita akan pergi ke
istana yang mana?" Huo Qubing tertawa dan berkata, "Ternyata kau pemberani dan
tak lari ketakutan". Dengan kesal aku berkata, "Kalau akan mati
aku akan menyeretmu menjadi kambing hitam". Ia melirik
wajahku, "Apa kita ini termasuk sedang mati dan hidup
bersama?" Aku tertawa sinis, tak menghiraukan omongan
gilanya. "Kita akan pergi ke Panggung Shenming, bangunan tertinggi di


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Taman Shanglin, dari atasnya kita dapat melihat seluruh taman
dan sebagian besar Kota Chang'an. Kalau kita berbaring di sana
melihat bintang rasanya tak akan kalah dari melihat bintang di
padang pasir. Di seluruh Chang'an hanya aula depan Istana
Weiyang yang lebih tinggi, tapi sayang sekali, istana itu adalah
tempat tinggal kaisar sehari-hari, penjagaannya sangat ketat,
malam ini kita tak bisa kesana".
Dapat melihat segalanya" Pandangan mata sama sekali tak
terhalang" Hatiku tergelitik. Ia mengajakku melompati tembok
dan naik ke bubungan atap, di sepanjang jalan semua aman
sampai ke Panggung Shenming. Pertama, karena tak ada yang
tinggal di sini, dan kedua, karena tak ada benda berharga di
dalamnya, tak ada penjaga, hanya ada prajurit yang kadangkadang berpatroli.
Di tengah kegelapan, aku dan Huo Qubing merangkak naik
tangga, namun sebelum sampai di puncak, dua suara terdengar
dari atas, kami berdua berhenti melangkah, dengan berbisik, Huo
Qubing memaki, "Bangsat siapa itu?"
Aku berpaling dan tersenyum, "Memangnya cuma kau yang boleh
datang ke sini" Karena ada orang lain, ayo kembali!" Huo Qubing
berkata, "Kau cari tempat untuk bersembunyi, aku akan lihat
siapa bangsat itu dan mengusirnya pergi". Aku ingin menariknya
pergi, namun ia telah melompat ke depan.
Benar-benar seorang diktaktor! Tak heran orang-orang di
Chang'an tak berani menyinggungnya. Aku memandang ke
sekelilingku, ketika hendak bersembunyi di balik jendela, Huo
Qubing telah mendarat di sisiku tanpa suara, lalu langsung
menarik tanganku dan mengajakku turun, dengan heran aku
bertanya, "Memangnya di atas ada siapa, sampai kau turun
dengan terbirit-birit seperti ini?" Dengan hambar ia berkata,
"Kaisar". Sambil menutupi mulutku aku tertawa, lalu berkata dengan pelan,
"Ternyata dia si bangsat kaisar". Walaupun ia melirik untuk
memperingatkanku, seulas senyum nampak di wajahnya. Aku
mengibaskan tangannya, lalu berjalan ke depan, "Ayo kita pergi
melihat-lihat". "Apa bagusnya" Kalau sampai tertangkap aku tak mau
menolongmu", kata Huo Qubing, tubuhnya tak bergerak. Aku
mengayun-ayunkan lengannya sambil memohon dengan suara
pelan, "Suara tak mudah terdengar di sudut tembok tempat kaisar
itu, ayo kita pergi mendengarkan. Lagipula ia sedang........tak
waspada terhadap kita". Huo Qubing melirikku, menghela napas,
lalu menarikku ke atas tanpa berkata apa-apa.
Benar saja, Li Yan juga ada di sini. Di bawah cahaya bintang
yang memenuhi langit, Li Yan sedang duduk di lutut Liu Che, Liu
Che menyelimuti Li Yan erat-erat dengan jubah, namun ia sendiri
dengan sembarangan duduk di lantai. Mereka berdua duduk
saling berdempetan, untuk beberapa lama tak berkata apa-apa.
Dengan menempel erat di telingaku, Huo Qubing berbisik, "Kita
tak bisa mendengar mereka, tapi mungkin kita akan
melihat.......permainan.......asmara". Aku mencubitnya keraskeras, namun ia memelukku erat-erat dan tiba-tiba mengigit
telingaku. Tubuh kami berdua menempel dengan erat, aku ingin
menjerit dan meronta namun tak berani melakukannya, maka
dengan meraba-raba aku mengenggam tangannya erat-erat, ia
mengira aku hendak melancarkan jurus terhadap dirinya,
walaupun ia membiarkanku mengenggam tangannya, namun ia
mengerahkan tenaganya dan bersikap waspada. Oleh karenanya,
akhirnya aku hanya dapat mengayun-ayunkan tangannya saja
dengan pelan, seketika itu juga ia menjadi tenang dan
membuyarkan tenaga di tangannya, dengan lembut ia mencium
cuping telingaku, lalu melepaskan tanganku. Aku gemetar pelan,
tubuhku lemas, untuk sesaat aku tak berdaya. Ketika aku dapat
bereaksi dan hendak membalas, tiba-tiba terdengar suara lembut
Liu Che, "Istana Weiyang lebih tinggi dibandingkan tempat ini,
setelah kau melahirkan dan tubuhmu sudah pulih, kita akan naik
ke sana untuk melihat seluruh kota Chang'an".
Aku cepat-cepat mendengarkan bagaimana Li Yan menjawab,
"Istana Weiyang adalah tempat ratusan pejabat menghadap fujun
, qieshen tak berani pergi ke sana". Ternyata
ketika hanya berdua Li Yan dan Liu Che seperti suami istri biasa.
Ia tak memanggilnya Yang Mulia, melainkan suami, ia pun tak
menyebut dirinya hamba, melainkan selir. Huo Qubing yang
menempel erat di belakangku menghela napas panjang, dengan
lembut aku mengenggam tangannya.
Liu Che tertawa terbahak-bahak, "Kalau aku berkata kau boleh
pergi ke sana, kau boleh pergi ke sana, siapa yang berani
membantah?" Li Yan memeluk leher Liu Che dan menciumnya,
"Yang Mulia diam-diam membawa qieshen kemari untuk melihat
pemandangan dan bintang-bintang saja, qieshen sudah sangat
senang. Yang paling penting di sini hanya ada kita berdua, kau
suamiku dan aku istrimu. Ah! Salah, ada anak kita juga, kita
sekeluarga ada di sini, qieshen sudah sangat puas. Yang Mulia
hendak menyenangkan hatiku, maka hamba tak akan membuat
dahi Yang Mulia berkerut. Pergi ke istana itu tak penting bagiku,
tapi kalau dilihat orang, jangan-jangan mereka akan berbicara
yang tidak-tidak, walaupun Yang Mulia tak memperdulikannya,
namun Yang Mulia akan kesal. Aku tak ingin kau tak senang,
melainkan ingin seperti kau yang selalu ingin aku selalu
tersenyum". Setelah terdiam beberapa lama, Liu Che menjawab,
"Perasaanku terhadapmu pun sama". Setelah berbicara, Li Yan
menyusup ke dalam pelukannya.
Li Yan, oh Li Yan, lelaki seperti ini dengan tulus mencintaimu,
apakah hatimu dapat bertahan" Ketulusan atau sandiwara,
sandiwara atau ketulusan, mataku sudah menjadi berkunangkunang, apakah kau sendiri dapat membedakannya" Sebenarnya
kau sedang selangkah demi selangkah menyerang istana, atau
kau sendiri yang terjebak di dalamnya"
Aku ingin mendengarkan lebih lanjut, namun ketika teringat pada
Huo Qubing, aku mengurungkan niatku, aku mengoyangkangoyangkan tanganku untuk memberi isyarat bahwa kami akan
pergi. Namun ketika kami berdua baru saja berbalik, tanpa terasa
gaunku tersangkut sesuatu, "Krek!", bunyi kain robek terdengar
dengan jelas di tengah kesunyian.
Liu Che berkata dengan gusar, "Siapa itu?"
Dengan panik aku memandang Huo Qubing, ia menggeleng,
memberi isyarat agar aku tak usah khawatir, semua akan
dibereskan olehnya. Ia berbalik, lalu menarik tanganku dan
menaiki panggung. "Hamba pikir malam ini adalah saat yang baik untuk melihat
bintang, tak nyana, hamba kebetulan menganggu Yang Mulia dan
nyonya. Yang Mulia sama sekali tak membawa pengawal,
jangan-jangan Yang Mulia menyelinap masuk?" Huo Qubing
menghormat dan berbicara sambil tersenyum.
Ia sama sekali tak perduli bahwa kami telah masuk ke istana
tanpa izin dan bersikap seakan kami semua hanya kebetulan
berpapasan di jalan, Liu Che nampak tak bisa berbuat apa-apa,
tapi juga agak kagum, padangannya menyapu diriku yang sedang
berlutut, lalu ia tersenyum dan berkata, "Zhen belum menanyaimu
tapi kau malahan sudah menanyai zhen dahulu. Rupanya selain
hal yang kau sebutkan itu, kita punya pikiran yang sama. Semua
bangkit!" Aku bersujud dengan sungguh-sungguh, lalu ikut bangkit
bersama Huo Qubing. Liu Che melepaskan Li Yan, setelah
bangkit Li Yan menatapku dengan tajam, lalu memandang ke
lantai. Diam-diam aku menghela napas, berpikir untuk mencari
kesempatan untuk memberi penjelasan pada Li Yan.
Liu Che berkata, "Karena kau sudah datang untuk melihat
bintang, kau tak boleh menunduk terus, lalukanlah apa yang ingin
kau lakukan, kabarnya kau tumbuh besar di Xiyu, seharusnya kau
pemberani". Aku menunduk dengan sikap hormat seraya berkata,
"Baik!" Setelah berkata aku berpaling dan melihat ke kejauhan,
namun aku tak melihat apapun.
Dengan lembut Li Yan berkata, "Yang Mulia, kita sudah selesai
melihat pemandangan, sekarang malam pun sudah larut, hamba
merasa agak lelah". Liu Che melirik perut Li Yan yang membuncit,
lalu segera bangkit, "Kita memang sudah harus kembali, tempat
ini kita tinggalkan untuk mereka". Sambil tersenyum ia melirik Huo
Qubing, mengangkat lentera kulit domba yang tergeletak di lantai,
lalu berjalan ke tangga panggung sambil memapah Li Yan.
Huo Qubing dan aku berlutut untuk mengantar mereka pergi,
ketika sampai di tangga, Liu Che sekonyong-konyong berpaling
dan berkata pada Huo Qubing seraya tersenyum, "Malam ini aku
melepaskanmu, beberapa hari lagi jelaskan masalah ini pada
zhen". Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Siap, Yang Mulia".
Tiba-tiba Li Yan berkata, "Beberapa hari lagi kami akan melihat
teratai di Telaga Taiye, hamba hendak menyuruh Jin Yu ikut,
supaya kami dapat mengobrol mengusir bosan". Liu Che
mengangguk memberi izin, aku pun segera bersujud, "Hamba
akan mematuhi perintah niangniang".
Sosok Liu Che dan Li Yan menghilang di tangga panggung.
"Bangkitlah!", Huo Qubing menarikku hingga bangkit, "Ternyata
begitu melihat kaisar sikapmu seperti itu, kau lebih jinak dari
kelinci yang melihat harimau".
Aku berjalan ke tepi panggung, lalu bersandar pada langkan,
"Kalau begitu, menurutmu aku harus bagaimana kalau bertemu
kaisar" Apakah aku harus bicara dengan terus terang?" Huo
Qubing bersandar di sisiku, "Sikapmu sudah bagus, istana penuh
dengan wanita-wanita lemah lembut dan penurut, kaisar sudah
bosan melihat mereka. Wanita seperti Nyonya Li itu, yang tak
kehilangan sikap lemah-lembut seorang wanita, namun
sebenarnya pemberani dan agak liar, lebih dapat menambat
hatinya". "Bagaimana denganmu?" Aku memperhatikan pandangan
matanya, Huo Qubing tersenyum acuh tak acuh, "Aku sehari-hari
keluar masuk istana, kaisar sering bertindak sesuka hatinya, aku
bukannya tak pernah melihat kaisar bermesraan dengan istriistrinya, tapi bagimu seorang gadis yang belum menikah
melihatnya......" Aku memelototinya, "Tak usah beromong kosong, kau tahu yang
kutanyakan bukan itu". Walaupun sikapku tetap tenang, mau tak
mau wajahku terasa agak panas, dengan wajah tanpa ekspresi
aku memandang ke kejauhan.
Huo Qubing terdiam sesaat, lalu berkata, "Seperti yang
kukatakan, aku sudah sering tak sengaja melihat kaisar
bermesraan dengan berbagai wanita, tapi ini adalah untuk
pertama kalinya aku melihat kaisar menemani seorang wanita
duduk tanpa berkata apa-apa, mereka berdua hanya duduk
berdempetan dengan tenang, tak melakukan apapun, dan juga
untuk pertama kalinya mendengar kaisar dan seorang istrinya
hanya menggunakan kata aku dan kau, ketika mendengarnya,
diam-diam aku merasa kaget". Ia menghela napas, lalu kembali
berkata, "Kaisar juga seorang lelaki, kadang-kadang ia juga butuh
seorang wanita yang memperlakukannya sebagai orang biasa,
karena sudah terlalu banyak orang yang memujanya, kalau tidak,
kemanapun matanya memandang, ia hanya akan memandang
tempat kosong, bukankah sangat sepi" Bibi bukannya tak baik,
tapi wataknya terlalu lemah lembut dan penurut, dahulu, ketika
kaisar masih berada di bawah tekanan Ibusuri Dou dan
kedudukannya masih tak pasti, ditambah dengan watak
Permaisuri Chen yang licik dan susah diatur, di tengah
penderitaannya kaisar memang membutuhkan seorang wanita
seperti bibi, seseorang yang dapat dengan lemah lembut dan
penuh perhatian memujanya. Tapi kaisar sekarang adalah
seseorang yang pemberani dan kuat, ketika sedang menjalankan
rencana-rencana besar, ia membutuhkan seseorang yang dapat
tertawa bersamanya dan kadang-kadang memandangnya
sebagai orang biasa".
Aku tersenyum dan berkata, "Ternyata kau selalu membela
kaisar, pantas saja ia memperlakukanmu dengan istimewa". Huo
Qubing tersenyum dan berkata, "Sejak dahulu kala, bukankah
cinta seorang kaisar sering beralih" Bibi sangat mengerti prinsip
ini, maka ia tak memperdulikannya. Sekarang ada Nyonya Li,
beberapa tahun lagi pasti akan ada Nyonya Wang atau Zhao.
Apakah ia harus melawan mereka semua?"
Memang benar, seperti yang dikatakannya, Istana Belakang
selalu penuh bunga yang mekar tak lebih dari seratus hari, kalau
bukan Li Yan orang lain juga dapat mendapatkan cinta kaisar,
asalkan Li Yan tak menganggu kalian, kalian pun tak akan
melawannya. Akan tetapi kalau Li Yan melahirkan seorang anak
lelaki, untuk menghentikan serangan militer Dinasti Han ke Xiyu,
ia pasti akan mendukung putranya merebut kedudukan putra
mahkota, dan pertarungan diantara Li Yan dan keluarga Wei pun
tak dapat dihindari lagi. Untuk pertama kalinya aku menghela
napas dengan kepala pusing.
"Kau kenapa?" Huo Qubing bertanya.
Aku menggeleng-geleng, lalu mendongak memandang langit, hari
ini kami berdua duduk berendeng pundak mengagumi bintangbintang, namun di lain hari apakah kami akan bermusuhan dan
bersikap dingin satu sama lain" Kalau kehangatan ini akhirnya
berubah menjadi serpihan-serpihan yang terlupakan, aku hanya
dapat mengenang saat ini.
Sambil tersenyum aku menatapnya, lalu menunjuk ke Bima Sakti
di angkasa, "Apa kau tahu asal usul Bima Sakti?" Sambil mencibir
Huo Qubing berkata, "Walaupun aku tak suka membaca buku,
tapi aku sudah pernah mendengar cerita Niu Lang Zhi Nu
. Itu bintang Niu Lang, apakah kau bisa menemukan
bintang Zhi Nu?" Aku mencari-cari dengan seksama, "Yang itu,
ya?" Huo Qubing menggeleng, "Bukan".
"Yang itu, ya?" Huo Qubing kembali menggeleng, "Bukan". Aku
memandangnya dengan bimbang, "Yang ini pasti benar, apa kau
tak salah?" Huo Qubing tersenyum dan mengetuk dahiku, "Kau
sendiri yang bodoh tapi malahan meragukanku, masa aku bisa
salah" Dalam peperangan, menentukan arah berdasarkan
bintang-bintang adalah pelajaran dasar, sejak belum bisa berjalan
dengan benar, aku sudah duduk di pangkuan paman dan belajar
mengenali bintang-bintang".
Aku mengelus-elus dahiku, lalu dengan kesal berkata, "Aku
bodoh" Kau juga bukan orang pintar, kalau dua orang bodoh
saling memandang, mereka baru dapat......." Sebelum
menyelesaikan perkataanku dengan kesal aku menutup mulut,
bukankah aku ini seperti babi gendut yang berlari masuk ke
rumah penjagalan ---- sengaja mencari maut" Justru membuka
kelemahanku sendiri" Huo Qubing bersandar di langkan, lalu
melirikku, seakan tersenyum namun tak tersenyum. Dipandang
olehnya, jantungku berdebar-debar, aku pun memandang
angkasa dengan berpura-pura kalem, "Yang itu?" Ia tertawa
pelan, "Mukamu merah". "Sekarang musim panas, aku
kepanasan, memangnya kenapa?"
Pemandangan indah dan suasana menyenangkan, kami
mengagumi bintang-bintang dengan gembira, suara terputusputus kami berdua dengan sayup-sayup melayang-layang di
bawah langit penuh bintang, bintang-bintang pun berkelap-kelip,
seakan sedang diam-diam tersenyum.
-------------------Di danau bunga teratai mekar, di tepi danau ada si cantik, bunga
teratai bagai wajahnya, wajahnya bagai bunga teratai, bunga


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teratai dan wajahnya menjadi satu, membuat mataku berkunangkunang.
"Apa kau lihat wanita-wanita di Istana Belakang itu" Semuanya
berwajah cantik, aku sedang berpikir, ketika kaisar melihat begitu
banyak wanita yang berusaha menarik perhatiannya, apakah ia
merasa senang atau bosan?" Sambil dengan perlahan
mengayunkan kipas bundar berlukiskan wanita cantik dalam
genggamannya, Li Yan berkata dengan hambar.
"Sudah cukup asalkan kau adalah sekuntum bunga yang
tercantik, aku malas mengurus orang lain", kataku seraya
tersenyum. Li Yan menarik tanganku, sembari berjalan ia berkata,
"Kuharap kau berkata dengan tulus". Aku berhenti melangkah dan
berpaling ke arah Li Yan, lalu menjelaskan, "Hari itu saat
menunggu Adipati Guanjun, aku sama sekali tak tahu siapa dia,
setelah itu kami kebetulan bertemu di Chang'an, malam itu ketika
kau bertemu dengan kami pun kebetulan, diantara aku dan dia
sama sekali tak ada apa-apa".
Li Yan tersenyum, "Kau merasa tak ada apa-apa, tapi dia pasti
punya perasaan padamu, seperti apa watak Huo Qubing itu" Ia
tak pernah memandang orang, tapi saat memandangmu,
matanya terpaku padamu". Dengan tak berdaya aku berkata,
"Aku dianggapnya tuan penolongnya, ia selalu bersikap sopan
padaku, sedangkan mengenai caranya memandang orang, aku
tak bisa berbuat apa-apa tentangnya".
Sambil menatap mataku, Li Yan berkata, "Kabarnya kau
memanggil seorang guru untuk kakak keduaku, dan juga
mencarikan teman belajar untuknya. Walaupun kontrak penjualan
Fang Ru sudah tak ada di tanganmu, namun ia merasa
berterimakasih padamu, kalau kau tak berkata apa-apa, ia tak
akan pergi, dan kakak pertamaku akan terus menunggunya,
selain itu masih ada si tuan muda, Li.......", Li Yan berhenti
sejenak, lalu berkata dengan perlahan, "Kami semua sepertinya
adalah bidak-bidak caturmu, Jin Yu, sebenarnya apa yang kau
inginkan?" Aku terdiam seribu bahasa, sebenarnya apa yang kuinginkan"
Sebenarnya yang kuinginkan amat sederhana, lebih sederhana
dibandingkan yang diinginkan orang lain, bukan kekuasaan,
kekayaan atau kemasyuran, aku hanya ingin bersama Jiu Ye.
Andaikan Jiu Ye bersedia meninggalkan Chang'an, aku dapat
meninggalkan semua di Chang'an ini. Tapi ia sepertinya tak ingin
pergi, maka aku hanya dapat memilih untuk tinggal, dan dengan
sekuat tenaga menjadi sebatang pohon, membantunya menahan
hujan dan angin, dan bukan menjadi sekuntum bunga yang
bersembunyi di pucuk pohonnya sambil memancarkan
keharuman, tapi hanya dapat melihatnya menahan hujan dan
angin sendirian. Mungkin wajah seorang wanita yang cantik dan
polos adalah wajah yang paling membuat orang tergerak, tapi aku
lebih suka menjadi sebatang pohon yang tak cantik atau harum,
sehingga paling tidak dapat ikut menanggung beban di
pundaknya. Sambil mengayunkan kipasnya, Li Yan berjalan dengan anggun,
"Kau menggunakan tari dan nyanyi untuk mempengaruhi
Chang'an, dari rumah hiburanmu tak henti-hentinya muncul gaya
sanggul, pakaian dan perhiasan, membuat wanita-wanita
terkemuka Chang'an berbondong-bondong mengikutinya.
Kabarnya kau dan Hong Gu secara khusus membuka rumah rias
bertarif mahal yang hanya menerima wanita-wanita bangsawan,
kau nampaknya hanya seorang pengelola rumah hiburan, tapi
karena kau berkata bahwa aku adalah sahabat yang mengerti isi
hatimu, aku tak bisa mengecewakanmu. Hujan gerimis
tampaknya tak perlu ditakuti, namun kalau turun hujan setengah
tahun, jangan-jangan akan menimbulkan banjir. Tak semua anak
mau mendengarkan ayah ibunya, dan tak semua suami mau
mendengarkan istrinya, tapi mau mendengarkan dua diantara
sepuluh perkataan sudah sangat baik, lagipula wanita paling
cerewet, asalkan dapat menganalisa perkataan mereka, janganjangan kau tahu pikiran banyak pejabat di istana".
Nampaknya Li Yan sudah cukup berkuasa di istana. Saat aku
terakhir bertemu dengannya, ia hanya tahu desas-desus tentang
semua yang terjadi di luar istana, tapi sekarang ia sudah tahu
semuanya dengan jelas. "Kurasa kali ini aku sudah cukup berhatihati, untuk melakukan hal ini, aku sengaja membiarkan rumahrumah hiburan yang dipimpin Tianxiang Fang meniruku, bahkan
sampai membiarkan mereka mendahuluiku, lalu aku baru
mengikuti mereka, hal ini pun dapat kau ketahui".
Dengan kenes Li Yan memutar matanya, "Kau ini Jin Yu.
Terhadapmu aku tak bisa tak waspada. Selain itu, kau juga
sedikit demi sedikit membeli rumah-rumah bordil, saat tergila-gila,
rahasia apapun bisa dikorek dari mulut lelaki. Jin Yu, sebenarnya
apa yang hendak kau lakukan?"
Aku mengenggam tangan Li Yan dan berkata, "Aku berjanji,
apapun yang kulakukan, tujuan kita tak akan berlawanan". Li Yan
berkata, "Dari dulu aku selalu mempercayai hal ini, paling tidak
kau tak akan menghalangiku, tapi setelah aku tahu ada sesuatu
diantaramu dan Huo Qubing, aku tak terlalu merasa pasti lagi. Jin
Yu, masih ada sesuatu yang terlewatkan, kami semua bagai
bidak-bidak catur di tanganmu, tapi kenapa kau sengaja tak mau
melihat bidak catur terbesar di sampingmu" Kau selalu bersiasat,
maju selangkah demi selangkah, tapi kenapa kau melewatkan
Huo Qubing" Jangan berkata padaku bahwa kau tak sengaja
melewatkannya". "Aku........aku........", aku tak dapat menjelaskannya, hatiku seakan
disambar geledek, mendadak aku tak bisa memberikan
penjelasan pada Li Yan, bahwa selagi maju selangkah demi
selangkah, aku telah melupakan Huo Qubing. Tak nyana, aku
benar-benar telah melupakannya. Sambil tersenyum kecut aku
berkata, "Aku benar-benar tak bisa memberi penjelasan yang
dapat kau terima, mungkin aku merasa bahwa bidak catur ini
terlalu berharga dan tak bisa dengan sembarangan dijalankan".
Sambil tersenyum Li Yan melirikku, raut wajahnya nampak
gembira, dengan santai ia menikmati keindahan bunga teratai,
aku berpikir sejenak, lalu berkata, "Apa kau masih ingat sebelum
kau masuk istana aku pernah bertanya pada kakak pertamamu"
Kau jugalah yang mengajari aku Lagu Orang Yue itu". Li Yan
mendehem, lalu menatapku dengan tajam. "Aku mempelajari lagu
itu untuk majikan Perusahaan Shi. Aku tahu kau pasti telah
mencari tahu majikan Perusahaan Shi itu orang macam apa, tapi
kurasa informasi yang kau dapatkan sangat sedikit, apapun yang
ingin kau ketahui, aku dapat memberitahumu. Apakah sekarang
kau percaya bahwa diantara aku dan Huo Qubing tak ada apaapa?"
Dengan wajah tak berekspresi Li Yan menatapku dengan tajam
untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan mengangguk, "Jin Yu,
apakah kau mau bersumpah?" Aku menggeleng, "Aku tak bisa
bersumpah tak akan menjadi musuhmu, tapi aku tak akan
mendahului mencelakaimu, namun bagaimana kalau kau ingin
mencelakaiku?" Li Yan tertawa, "Jin Yu, bicaramu terus terang.
Aku tak ingin kau bersumpah tentang hal itu dan memaksamu
melakukan sesuatu yang tak kau kehendaki. Aku hanya ingin kau
bersumpah tak akan membocorkan identitasku dan
menggunakannya untuk menekanku di kemudian hari".
Pandangan mata kami saling beradu, aku tersenyum dan berkata,
"Kalau aku tak bersumpah padamu, jangan-jangan aku tak akan
bisa hidup dengan tenang!" Dengan hambar Li Yan tersenyum,
setelah berpikir dengan diam untuk beberapa saat, aku berkata,
"Aku bersumpah demi nyawaku sendiri untuk sama sekali tak
membocorkan identitasmu". Sambil tersenyum, Li Yan
menggeleng, "Jin Yu, apakah kau lupa pernah memujiku sebagai
sahabat yang mengerti isi hatimu" Yang terpenting dalam hatimu
bukan hidupmu, bersumpahlah demi orang yang kau sukai".
Dengan gusar aku menatap Li Yan, namun senyumnya tak
berubah, sambil menyeringai geram aku mengangguk-angguk, "Li
Yan, Li Niangniang, ternyata istana dapat mengubah seseorang
dengan begitu cepat. Sepertinya aku sudah tak ingin
mengenalmu lagi. Baik! Kuturuti keinginanmu, aku bersumpah
demi hidup Jiu Ye untuk sama sekali......." Li Yan menggeleng,
"Tidak, gunakan hidup orang yang kau sukai". Aku tersenyum
sinis, "Apa bedanya" Demi nyawa orang yang kusukai, aku
bersumpah untuk selamanya tak membocorkan identitasmu".
Li Yan tersenyum dan menunjuk ke langit, "Langit sudah
mendengarmu". Tanpa berkata apa-apa aku memandang daun
teratai yang rimbun di telaga, senyum di wajah Li Yan
menghilang, "Jin Yu, jangan salahkan aku, kau tak tahu betapa
sulitnya setiap langkah yang harus kujalani. Permaisuri Wei
menguasai Istana Belakang, di luar pun ada Jenderal Wei dan
Jenderal Gongsun, dan sekarang ditambah lagi dengan Huo
Qubing, walaupun sekarang aku sedang naik daun, tapi berapa
lama cinta kaisar dapat bertahan" Orang-orang istana angkuh,
watak Permaisuri Wei kelihatannya lemah lembut, sepertinya tak
mempertengkarkan apapun, tapi ia dapat berbuat demikian
karena orang-orang di sisinya dapat mengerjakan apapun
untuknya, maka ia dengan senang hati berlagak menjadi orang
baik". Ia memandang daun teratai di telaga dan menghela napas.
Kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing, tertegun tanpa
berkata apa-apa, tiba-tiba di belakang kami terdengar suara
lantang seorang lelaki, "Semoga niangniang panjang umur!" Aku
dan Li Yan pun berbalik. Dengan sikap hormat Li Gan membungkuk, dengan hambar Li
Yan pun berkata, "Bangkitlah!" Seketika itu juga Li Gan
mengangkat kepalanya, sinar matanya penuh kepedihan yang
berapi-api, namun ia segera menenangkan dirinya, sehingga
seakan matakulah yang salah lihat.
Tuan Muda Ketiga Li yang mahir ilmu sastra dan silat, walaupun
tak secemerlang Huo Qubing yang bagai mentari, adalah pria
impian gadis-gadis Chang'an. Sikap Huo Qubing terlalu keras,
membuat orang tak berani mendekat atau bersandar padanya,
dan bahkan tak bisa menebak kemana ia hendak pergi. Namun Li
Gan bagai sebuah gunung dan membuat hati wanita merasa
aman. Pandangan mata Li Gan menyapu ke arahku, ia tersenyum panik,
aku menghormat kepadanya, ia pun tertawa, "Tahun baru tahun
lalu kita bertemu, masih ingat?" Aku menjawab, "Ingat, Adipati
Guanjun mengajak hamba, atas perintah nyonya".
Tanpa kentara, Li Gan memandang Li Yan, walaupun agak
bingung ia tak banyak bertanya lagi, Li Yan tersenyum dan
berkata, "Sebutlah namanya, mungkin kau tak tahu siapa dia, tapi
kalau kukatakan bahwa ia adalah fangzhu Luoyu Fang, kurasa di
Chang'an ini tak banyak orang yang tak mengenalnya".
Wajah Li Gan sekonyong-konyong berubah, sinar matanya
menjadi dingin menyeramkan, menikam ke arahku bagai sebilah
pedang tajam, aku menghindari pandangan matanya dan
memandang ke arah Li Yan, sambil tersenyum manis, Li Yan
memandangku, sudut-sudut bibirnya sedikit bergerak, walaupun
tak berkata apa-apa, aku dapat menebak maksudnya, 'Kami tak
dapat selalu kau manipulasi, kau pun tak bisa selalu
mendapatkan apa yang kau inginkan'.
Aku menatapnya, lalu memutuskan untuk memandang ke lantai,
berlagak tak tahu apa-apa. Li Gan bosan memandangku dan tak
lagi menatapku, pandangan matanya langsung beralih ke arah Li
Yan, memberi isyarat agar Li Yan memandang sesuatu dalam
lengan jubahnya. Wajah Li Yan selalu tersenyum, namun begitu melihat huruf 'li'
yang seperti sulur-suluran tersulam di bagian dalam lengan jubah
Li Gan, senyumnya serta merta menjadi kaku, ia memberi isyarat
padaku dengan matanya, setelah semua ini selesai aku akan
mohon padamu, tapi di dunia ini mana ada hal yang begitu
gampang" Mata Li Gan penuh pisau es, namun mata Li Yan penuh
kelembutan, seperti seseorang yang sedang tenggelam,
senyumku amat cemerlang. Suara Huo Qubing yang dingin terdengar, "Li San, kau sedang
lihat apa?" Dari sudut pandang Huo Qubing, Li Gan nampaknya
sedang menatapku tanpa berkedip, tapi ia tak tahu dengan sinar
mata seperti apa Li Gan memandangku, ia hanya melihat
senyumku yang cemerlang, namun tak tahu bahwa aku sedang
bertarung dengan Li Gan. Li Gan ingin memberi penjelasan, namun bagaimana ia dapat
menjelaskan peristiwa ini" Masa ia harus memberitahu Huo
Qubing bahwa ia membenciku karena Li Yan" Li Gan berbicara
pada Huo Qubing dengan terbata-bata, namun wajah Huo Qubing
semakin lama semakin dingin, sebenarnya masalah apa yang
begitu sukar dijelaskan oleh Li Gan" Rupanya ia sudah
memikirkan berbagai kemungkinan.
Kejadian itu sangat lucu dan aneh, membuat orang mau tak mau
merasa geli. Pandangan mata Li Yan beralih ke wajahku, "Hah",
dengusnya, ia mengangsurkan tangan dan memapahku, lalu
tertawa terbahak-bahak. Untuk sesaat aku menahan diri, lalu tak
kuasa melakukannya lagi dan ikut tertawa. Li Gan berdiri tanpa
berkata apa-apa untuk beberapa saat, menghela napas panjang,
lalu menggeleng seraya tertawa tak berdaya. Hanya Huo Qubing
yang masih mengawasi kami bertiga yang tertawa-tawa dengan
pandangan dingin. Liu Che dan Putri Pingyang melangkah menghampiri kami, sambil
tersenyum ia bertanya, "Apa yang membuat kalian tertawa
dengan begitu gembira" Zhen jarang melihat nyonya tertawa
lepas seperti ini". Kami cepat-cepat menghormat ke arah mereka, sambil tersenyum
Putri Pingyang memandang Li Yan dan bertanya, "Sebenarnya
ada apa" Aku sangat ingin tahu".
Li Yan memelototiku, lalu dengan kalem berkata, "Barusan ini Jin
Yu menceritakan sebuah lelucon yang sangat lucu".
Kaisar dan sang putri memandang ke arahku, aku membuka
mulutku, namun tak berkata apa-apa, lalu kembali membuka
mulutku, dan masih tak bersuara. Dengan penuh kemenangan, Li
Yan tersenyum ke arahku, aku pun tersenyum, mengalahkanku
tak segampang itu, "Lelucon ini kudengar dari Tuan Muda Li,
lebih baik ia saja yang menceritakannya pada Yang Mulia dan
Putri". Li Yan mengerutkan dahinya, lalu melirikku dengan kesal, namun
aku memandangnya sambil tersenyum. Mengingat apa yang
dilakukannya padaku, tindakanku ini tidak keterlaluan. Kaisar dan
putri sama-sama memandang Li Gan, namun Huo Qubing
menatapku dengan dingin, aku mengerenyitkan dahiku ke
arahnya, si bodoh ini! Kapan aku punya kesempatan menjadi
begitu akrab dengan Li Gan sampai bisa mendengar
gurauannya" Setelah tertegun sejenak, Li Gan menghormat pada kaisar dan
putri, "Hamba unjuk kebodohan saja. Ada seorang kutu buku,
rumah tetangganya kebakaran, ibu pemilik rumah itu mohon
padanya agar ia cepat-cepat pergi memberitahu suaminya yang
sedang main catur dengan orang lain. Si kutu buku pergi dan
berdiri di samping dua orang yang sedang bermain catur itu,
setelah selesai bermain, si tetangga baru melihatnya, lalu segera
bertanya, "Saudara, kenapa mencariku?" "Oh", kata si kutu buku,
"Adik hendak memberitahukan sesuatu padamu, saudaraku yang


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik, rumahmu kebakaran". Si tetangga terkejut sekaligus marah,
"Kenapa tak bilang dari tadi?" Si kutu buku menyoja, lalu dengan
santai berkata, "Saudaraku yang baik, kau jangan marah, apakah
kau tak pernah mendengar pepatah kuno yang berbunyi,
'Bukankah seorang budiman sejati selalu diam ketika mononton
pertandingan catur"'"
Kaisar tersenyum, "Orang budiman yang paling lurus sering
melakukan perbuatan seorang picik, lelucon ini ada maksudnya,
yaitu menyindir orang yang ambisius". Mendengarnya, sang putri
bertanya sembari tersenyum, "Apakah di dunia ini benar-benar
ada orang seperti itu?"
Li Gan berkata, "Di dunia ini, tak sedikit orang egois yang rela
mengorbankan hidup orang lain untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Hamba tak menceritakan lelucon ini dengan baik,
Nona Jin Yu dapat menceritakannya dengan jauh lebih baik,
benar-benar membuat orang tertawa".
Aku merasa gusar, Li Gan diam-diam menyindirku, setiap
perkataannya jelas-jelas tertuju padaku. Selagi Li Gan berbicara,
Li Yan selalu memandang ke lengan jubah Li Gan, walaupun ia
berusaha sekuat tenaga menahan diri, namun wajahnya nampak
agak jengah, ia kembali memandangku sambil memohon, aku
mengangguk dan wajahnya pun perlahan-lahan nampak lega.
Dengan penuh perhatian, kaisar bertanya pada Li Yan, "Kau
merasa tak enak badan?" Li Yan menjawab, "Mungkin agak
terlalu lama berdiri". Putri Pingyang cepat-cepat berkata,
"Istirahatlah di paviliun di depan itu!" Kusangka Li Yan dan kaisar
akan mendahului pergi, namun tak nyana, sang putri telah
membuka mulut, maka Li Yan pun terpaksa berkata, "Terima
kasih, kakak". Sang kaisar memapah Li Yan, mereka berdua berjalan di depan
dengan perlahan, sedangkan kami mengikuti di belakang. Sambil
tersenyum sang putri menanyai Huo Qubing, namun Li Gan tak
berani berjalan di sebelahnya, dan sengaja memperlambat
langkahnya. Aku pun memperlambat langkahku sehingga aku
berada di sisinya, namun dengan wajah dingin ia menghindariku.
Huo Qubing berpaling dan menatapku dengan tajam, namun aku
mengerutkan dahiku dan tak memperdulikannya.
Paviliun sudah dekat, namun Li Gan sama sekali tak memberi
kesempatan padaku untuk berbicara dengannya. Aku mengambil
keputusan dan menyelinap ke sisi Li Gan, lalu menangkap lengan
jubahnya, namun reaksinya sangat cepat, ia segera melompat ke
samping untuk menghindariku. Akan tetapi, aku telah
mengantisipasi gerakannya dan mengikutinya, lalu sengaja
mengerahkan tenaga ke tanganku, kami berdua sama-sama
pesilat, maka dengan suara keras, lengan jubah Li Gan telah
berhasil kurobek. Keempat orang yang berjalan di depan
mendengar suara itu dan berpaling, memandangku dan Li Gan,
wajah Huo Qubing menjadi semakin tak enak dilihat.
Li Gan murka, ia menunjukku, aku segera berlari ke depannya
dan dengan wajah jengah minta maaf padanya, sekaligus
berpura-pura karena kebingungan menjatuhkan potongan lengan
jubah ke tanah, lalu dengan tak sengaja menginjak-injaknya,
sebenarnya aku sedang berusaha menghilangkan huruf 'li' yang
disulam dengan benang perak itu.
Huo Qubing sekonyong-konyong marah, "Kalian sedang main
apa" Apa di sini kalian boleh saling tarik menarik dan robek
merobek?" Sekarang Li Gan telah sadar kenapa aku sengaja
merobek lengan jubahnya, pandangannya beralih ke wajah Li
Yan, lalu ia berlutut di hadapan sang kaisar, "Hamba bersalah!"
Aku pun cepat-cepat ikut berlutut.
Li Yan hendak menolong kami, namun Liu Che tertawa sambil
menggeleng, lalu berkata pada sang putri, "A Zi, apakah kau ingat
kenakalanku waktu kecil?" Sang putri tersenyum dan berkata,
"Siapa yang tak pernah nakal atau berkelahi saat masih kecil"
Melihat mereka berdua aku jadi ingat saat aku masih gadis".
Sambil tersenyum, Liu Che mengalihkan pandangannya dari
wajah Huo Qubing ke wajahku dan Li Gan, "Semua bangkit! Li
Gan, pakaianmu robek, pulanglah dahulu". Li Gan bersujud,
memungut potongan lengan jubah dari tanah, lalu cepat-cepat
berbalik dan melangkah pergi.
Sambil tersenyum Putri Pingyang berkata pada Liu Che, "Yang
Mulia terlalu membela Qubing dan cepat-cepat mengusir Li Gan,
mengurangi keasyikan kita saja". Sambil tersenyum Liu Che
memandang wajah Huo Qubing yang dingin. "Kalau aku tak
mengusir Li Gan, masa kita harus menunggu mereka berkelahi"
Saat itu, menghukum mereka salah, tak menghukum mereka juga
salah, mau ditaruh di mana muka zhen si kaisar ini?" Putri
Pingyang tersenyum dan mengangguk, "Sebenarnya, dengan
wataknya yang seperti ini, Huo Qubing pasti akan
melakukannya". Suatu masalah yang dapat berubah menjadi bencana akhirnya
dapat diselesaikan, aku agak lelah dan ingin minta diri, namun tak
bisa menemukan alasan yang tepat, sambil menunduk aku duduk
tanpa berkata apa-apa. Wajah Li Yan nampak agak lesu, melihat
wajahnya, Liu Che merasa khawatir, ia menyuruh orang
memanggil tabib dan membawa Li Yan pulang ke istana, setelah
itu, kami dapat membubarkan diri.
Huo Qubing berjalan di sisiku, namun sama sekali tak
mengucapkan sepatah kata pun padaku. Aku ingin berbicara
dengan Li Yan, aku merasakan kekhawatiran yang sulit
dijelaskan, wajahku bagai papan kayu.
Setelah kami berdua meninggalkan taman, tanpa berkata apaapa aku menghormat padanya, hendak pergi, namun sambil
menahan amarah, ia berkata, "Aku akan mengantarmu pulang".
Aku menggeleng, "Tak usah. Aku masih ingin pergi ke tempat
lain". "Naiklah!" Huo Qubing melompat ke atas kereta kuda. Ia
memandangku dengan wajah dingin, sama sekali tak
mengizinkanku membantah. Dengan tak berdaya aku tersenyum,
lalu melompat ke kereta kuda, "Kau jangan marah padaku, aku
ingin pergi ke rumah Jenderal Li".
Untuk sesaat ia menatapku, lalu memerintah kusir kereta untuk
pergi ke wisma Jenderal Li. Aku memandangnya dan merasakan
perasaannya, hatiku terasa pedih, dengan lembut aku
menjelaskan, "Aku tak begitu kenal Li Gan, sejak kau mengajakku
ke markas pasukan Yulin, ini adalah untuk pertama kalinya aku
bertemu dengannya, hari ini adalah kali kedua kami bertemu".
Wajah Huo Qubing nampak agak lega, namun nada suaranya
masih dingin, "Baru dua kali bertemu kenapa seperti itu?" Aku
berkata, "Masalah itu ada sebabnya, bagiku Li Gan cuma seperti
kuaci kecil, kalau mataku sedang kabur aku tak bisa
menemukannya". Ujung-ujung bibir Huo Qubing terangkat, "Kalau begitu bagimu
aku ini apa?" Aku bimbang sesaat, lalu berkata sambil tertawa
cekikikan, "Kau seperti labu besar, puas tidak?" Namun ia tak
tertawa dan langsung bertanya, "Bagaimana dengan Meng Jiu?"
Senyum di wajahku membeku, aku berpaling, menyingkap tirai
kereta dan memandang keluar, berusaha mengacuhkan
pandangan mata membara yang membakar bagian belakang
kepalaku. Ketika sampai di wisma Jenderal Li, aku masih memikirkan
bagaimana aku dapat membuat Li Gan menemuiku, namun Huo
Qubing sudah masuk dengan jumawa, para pengawal sepertinya
sudah terbiasa dengannya dan hanya memberi hormat.
Aku cepat-cepat mengejarnya, "Akulah yang ingin bertemu Li
Gan, kenapa kau ikut?" Huo Qubing berkata, "Sekarang
sepertinya kaulah yang mengikutiku, bukan aku yang
mengikutimu. Kalau kau tak mau mengikutiku, kita pergi sendirisendiri saja. Kau boleh pergi ke pintu gerbang dan minta pelayan
membiarkanmu keluar".
Aku memelototinya, namun tak berkata apa-apa lagi dan
mengikutinya dengan tenang. Huo Qubing bertanya pada
seorang pelayan, ternyata Li Gan sedang berlatih memanah di
lapangan. Ia sudah hafal seluk beluk wisma Jenderal Li dan tak
perlu penunjuk jalan, setelah berbelok dan berputar-putar, kami
sampai di lapangan. Li Gan mengenakan pakaian ketat, sedang memanah di tengah
lapangan, kekuatan setiap anak panah yang dilepaskan
mengejutkan, dan langsung menembus sasaran. Dengan suara
lirih aku berkata, "Ilmu panah yang bagus, semua mengenai
sasaran, kau benar-benar pantas menjadi keluarga si jenderal
terbang". Begitu melihatku, pupil mata Li Gan mengkerut, tiba-tiba
ia membidikkan panahnya ke arahku.
Seketika itu juga aku tahu Li Gan tak sedang menakut-nakutiku,
matanya dingin menyeramkan, rasa benci di matanya sangat luar
biasa, ia benar-benar ingin membunuhku. Tubuhku menjadi kaku,
aku hendak bergerak namun tak berani bergeming, hendak
berbicara namun tak berani bersuara, khawatir perkataan yang
salah akan membuatnya murka. Kalau anak panah itu sampai
terbang ke arahku, dengan ilmu panah keluarga si jenderal
terbang yang termasyur di kolong langit, kesempatanku untuk
menghindarinya sangat kecil. Huo Qubing cepat-cepat melangkah
ke depan dan menghadang di hadapanku, sikapnya dingin, ia dan
Li Gan saling berhadapan tanpa berkata apa-apa.
Tangan Li Gan gemetar, tiba-tiba ia mengalihkan bidikan
busurnya ke papan sasaran, "Wus!", anak panah itu menembus
bagian tengah lingkaran merah, badan anak panah itu seluruhnya
menembus papan sasaran, di permukaan papan sasaran hanya
tersisa bulu-bulu putih yang bergetar pelan.
Aku menghembuskan napas yang selama ini tertahan di dadaku,
tubuhku lemas. Kedudukanku rendah, bagi putra-putra pembesar
ini aku bagai semut yang bisa mereka lumat tanpa banyak pikir.
Aku selalu bersiasat, tapi lupa bahwa hidupku dapat dengan
mudah dihabisi sebatang panah, apa gunanya siasatku di
hadapan mereka" Hari ini, untung saja Huo Qubing ikut, kalau tidak, kalau
tidak.........barusan ini dalam keadaan di antara mati dan hidup
aku tak takut dan justru setelah itu baru takut. Apakah Li Yan
benar-benar tak menduga reaksi Li Gan" Apakah ia sedang
memberiku sebuah peringatan" Atau apakah ia memang selalu
menginginkanku mati" Apakah di dunia ini ada rahasia yang
dapat dijaga lebih ketat dari rahasia orang mati"
Semakin memikirkannya, hatiku semakin jeri, Huo Qubing
berbalik dan memayangku, untuk pertama kalinya aku
mendahului mengenggam tangannya. Tanganku masih gemetar,
ia mengenggam tanganku erat-erat dengan kedua tangannya.
Karena sehari-hari menunggang kuda dan berlatih silat, telapak
tangannya penuh kapalan, kasar kalau diraba, penuh kekuatan
yang membuatku merasa aman, perlahan-lahan hatiku menjadi
tenang dan tanganku tak lagi gemetar.
Li Gan berjalan ke sisiku, lalu seakan tak terjadi apa-apa,
menyoja kepada Huo Qubing,
Ia kembali memandangku seperti biasa, lalu menggeleng dan
tersenyum, "Coba lihat apa lain kali kau masih berani mencari
Tuan Muda Ketiga Li". Aku hendak tersenyum tapi tak bisa
tersenyum, dengan terbata-bata aku berkata, "Kenapa tak
berani" Tapi......tapi aku minta kau temani".
Li Gan berjalan ke sisiku, lalu seakan tak terjadi apa-apa,
menyoja ke arah Huo Qubing, "Mohon maaf atas kekasaranku,
tapi kau tiba-tiba menghadang di depan anak panahku, sampai
aku mandi keringat dingin".
Huo Qubing berkata dengan dingin, "San ge, sejak bisa
merangkak kita sudah bersama tinggal di markas pasukan Yulin,
saat aku masih sangat kecil, Li Dage mengajariku ilmu memanah,
hubungan kita selalu baik, aku tak ingin setelah ini karena salah
paham kita jadi bermusuhan, maka hari ini aku memberitahumu
dengan sungguh-sungguh, bahwa kalau di kemudian hari kau
berani bersikap seperti itu lagi padanya, ilmu memanahku tak
kalah darimu". Dengan terkejut aku menatap Huo Qubing, berbagai perasaan
berkecamuk dalam hatiku, ternyata ia begitu habis-habisan
membela diriku. Li Gan juga terkejut, namun setelah itu ia
sepertinya paham dan menatapku dengan heran, lalu tersenyum
getir dan berkata, "Hari ini aku tak dapat mengendalikan diriku,
setelah ini tak akan terjadi lagi. Kuharap Nona Jin dapat
memakluminya". Sudut-sudut bibirku terangkat. Memakluminya" Lain kali aku akan
menempelkan pisau di lehermu, coba lihat apa kau dapat
memakluminya" Tapi aku hanya dapat berkata dengan hambar,
"Aku datang untuk berbicara denganmu". Sekarang Huo Qubing
malahan melangkah menjauh.
Sambil memandang Li Gan aku berkata, "Nyonya Li berasal dari
rumah hiburanku, semua yang kulakukan adalah untuk
melindunginya, kurasa, setelah kejadian hari ini, seharusnya kau
mempercayaiku. Aku tahu kau menyukainya, tapi apakah ia tahu
isi hatimu?" Li Gan terdiam sesaat, lalu menggeleng, "Ia tak tahu, dia sudah
menjadi selir kaisar, di matanya aku tak ada bedanya dengan
pejabat lain, aku pun tak ingin ia tahu, perasaanku ini hanya
perasaan pribadiku saja".
Benar seperti dugaanku, Li Yan hanya berlagak tak tahu apa-apa
dan menimpakan semuanya padaku. Sambil berpikir aku berkata,
"Aku bersumpah tak akan memberitahu Nyonya Li". Li Gan
mendengus dengan sinis, "Dahulu kau menyembunyikan suatu
hal yang seharusnya diketahui olehnya, aku benar-benar
mempercayai sifatmu ini. Aku jelas lebih dahulu bertemu
dengannya dari kaisar, tapi aku kalah selangkah darimu,
terlambat selangkah berarti luput seumur hidup, kau paham?" Di
dalam nada suaranya yang sedih muncul rasa geram.
Aku jeri mendengar nada suaranya, "Setelah aku menipumu,
bagaimana kau tahu bahwa Nyonya Li adalah wanita yang kau
cari?" Di mata Li Gan nampak rasa sedih dan girang sekaligus terkejut,
"Suatu hari ketika masuk istana, aku kebetulan melihatnya
memakai sehelai sapu tangan yang serupa, walaupun warnanya
tak sama, namun sulaman huruf "li" yang mirip sulur-sulurannya
persis sama. Saat itu aku seperti disambar geledek, tertegun tak
kuasa berkata apa-apa, saat itu aku baru sadar bahwa aku
sangat bodoh. Di dunia ini kecuali dirinya, apakah ada wanita
bermarga Li lain yang begitu menawan" Di mataku ia benarbenar bagai bidadari di tengah air, saat ia bersenda gurau
dengan cerdas dengan kaisar, aku sudah jatuh cinta padanya,
hanya saja saat itu?"hanya saja saat itu aku tak berani jujur
pada sendiri, sampai melihat sapu tangan itu, aku baru sadar
akan apa yang telah terlewatkan olehku, dan semua ini terjadi
karenamu, kenapa kau sengaja membohongiku" Langit telah
memperbolehkanku melihat huruf "li" itu, tapi kenapa begitu
terlambat" Jin Fangzhu, menurutmu seharusnya aku
membencimu atau tidak?"
Tubuhku terasa agak dingin. Saat itu aku tak memberitahunya
keadaan yang sebenarnya dan sama sekali tak menyangka
bahwa hari ini ia akan begitu marah. Andaikan seorang wanita
yang begitu cantik dapat bertemu dengan Li Gan, putra keluarga


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkemuka yang tampan dan berbakat, serta tergila-gila padanya,
entah ia akan memilih masuk ke istana yang berbahaya atau
tidak. Tapi Li Yan sama sekali bukan wanita biasa yang hanya
mencari seorang suami yang baik, ia tak akan memilih Li Gan.
Akan tetapi masalah ini berputar kembali, dan ternyata kembali ke
takdir yang telah digariskan. Aku tak lagi berani memandang
wajahnya, sambil menunduk aku berkata, "Karena keadaan
sudah seperti ini, semuanya tak bisa dikembalikan seperti
sediakala lagi, tapi kumohon padamu agar jangan mencelakai
Nyonya Li, tahukah kau bahwa huruf "li" di lengan bajumu hari ini
dapat mengundang bencana besar" Huruf 'li" itu sangat unik,
orang yang pernah melihatnya tak akan melupakannya. Aku tak
tahu kaisar pernah melihatnya atau tidak, tapi tak perduli apakah
ia pernah melihatnya atau tidak, kau tak boleh menempatkan
Nyonya Li yang tak tahu apa-apa dalam situasi yang begitu
berbahaya". Suara Li Gan terdengar murung, "Aku tak akan mencelakainya.
Hari ini aku ceroboh dan mengenakan pakaian yang salah, aku
akan membakar semua pakaian dan benda-benda lain yang
bersulamkan huruf "Li" itu, sejak saat ini huruf itu hanya akan
terukir dalam hatiku".
Aku cepat-cepat menghormat padanya, lalu segera berlari ke
arah Huo Qubing. Huo Qubing bertanya, "Wajah kalian berdua
sama-sama tak enak dilihat, sebenarnya bagaimana kau telah
membuat Li Gan tersinggung?" Aku menahan senyum, "Sedikit
salah paham, sekarang sudah dijelaskan". Huo Qubing
memandangku tanpa berkata apa-apa, di biji matanya yang hitam
legam sinar dan bayangan saling bercampur, entah apa yang
sedang dipikirkannya. Dengan mulus Li Yan melahirkan seorang putra, Han Wudi
memberinya nama Bo, selain itu ia memberi banyak hadiah pada
Putri Pingyang, serta Li Yannian dan Li Guangli kakak beradik.
Mengingat posisi putra mahkota masih kosong, orang-orang
ambisius di istana mau tak mau mulai menebak-nebak apakah
putra tertua yang dilahirkan Permaisuri Wei, Liu Ju, akan masuk
ke Istana Timur , atau Liu Bo yang begitu disayang itu.
Ada yang berpendapat bahwa karena kekuatan keluarga Wei di
istana besar, Liu Ju memiliki kesempatan yang lebih baik, namun
ada yang berpendapat sebaliknya, keluarga Wei bersandar pada
Permaisuri Wei yang memperoleh cinta kaisar sehingga perlahanlahan bisa menjadi besar seperti saat ini, namun di masa datang,
bukankah keluarga Li juga dapat melakukan hal yang sama"
Lagipula, watak sang putra tertua, Liu Ju, sangat berbeda dengan
kaisar, walaupun saat ini kaisar masih menyukainya, setelah ia
dewasa, mungkin kaisar tak akan suka padanya.
Arus bawah bergolak dengan liar di istana, namun keluarga Wei
tetap berdiam diri, semua berjalan seperti biasa, bahkan Jenderal
Wei Qing sampai masuk ke istana untuk memberi hadiah pada Li
Yan secara pribadi dan memberi selamat atas kelahiran Liu Bo. Li
Cai, Li Gan dan anggota keluarga-keluarga terkemuka lain di
istana pun tak berkata apa-apa dan hanya berebut memberi
selamat atas kelahiran Liu Bo.
Di tengah suasana yang ramai itu, ketika Liu Bo belum genap
berumur sebulan, Han Wudi mengumpulkan menteri-menterinya
dan mengumumkan bahwa sang putra tertua Liu Ju diangkat
menjadi putra mahkota. Kejadian itu terjadi dengan tiba-tiba,
namun masuk akal. Bagaimanapun juga perang dengan Xiongnu
dapat pecah sewaktu-waktu, kalau Liu Ju tak diangkat sebagai
putra mahkota, bagaimana Liu Che dapat memastikan bahwa
Wei Qing, Gongsun He dan Huo Qubing akan sepenuhnya setia
padanya" Maklumat pengangkatan putra mahkota baru saja diumumkan,
namun Li Yan yang belum lama melahirkan dan sedang
memulihkan diri tiba-tiba sakit keras, setelah tak sadarkan diri tiga
hari tiga malam ia baru dapat siuman dengan pertolongan tabib
istana. Karena putus asa, Liu Che bersedia melakukan apapun, dengan
tak berdaya ia menyuruhku masuk istana untuk membisikkan
nama Li Yan di telinganya. Saat ada orang, aku hanya berbisik,
"Niangniang", padanya, tapi saat tak ada orang, aku berkata, "Li
Yan, masa kau sudi berpisah dengan putra yang baru kau
lahirkan" Kau masih punya kesempatan, masa akan kau siasiakan begitu saja?"
Ketika Li Yan siuman, wajah Liu Che nampak amat girang, sangat
berbeda dengan wajahnya sebelum ini yang penuh kekhawatiran,
ia sama sekali tak menutup-nutupi kecemasannya. Kupikir bahwa
lelaki ini, lelaki yang menguasai seluruh kolong langit ini benarbenar mencintai Li Yan dan takut kehilangan dirinya. Saat
memandang Liu Che, Li Yan tersenyum sambil menangis, tak
nyana, ia sama sekali tak menghindari kami, ia mencium tangan
Liu Che dengan lembut dan menyusup ke dalam pelukannya,
enggan berpisah, dengan mengumam ia berkata, "Aku sangat
takut tak bisa bertemu denganmu lagi". Seketika itu juga, tubuh
Liu Che terguncang, ia memandang Li Yan dengan terpana,
pandangan matanya penuh kasih sayang, rasa kasihan dan
penyesalan. Mendadak tubuhku gemetar, aku menatap Li Yan,
apa kau........apa kau benar-benar sakit" Atau apakah kau
sengaja membuat dirimu sendiri jatuh sakit"
Aku baru saja kembali ke rumah, aku kecapaian dan ingin
langsung berbaring, akan tetapi tak nyana, Li Gan sedang
menungguku di dalam rumah, dengan tak berdaya, Hong Gu
yang menemaninya berkata, "Tuan Muda Li sudah menunggumu
seharian penuh". Aku mengangguk-angguk, lalu memberi isyarat
dengan mataku agar ia pergi.
Setelah melihatnya keluar, Li Gan segera bertanya, "Apa ia sudah
sadar" Apakah ia baik-baik saja" Dia?".." Suara Li Gan agak
gemetar, bicaranya terbata-bata. Aku segera berkata, "Sudah
sadar, kau jangan khawatir, kata tabib istana, ia hanya perlu
merawat diri dan dalam sekitar dua bulan tubuhnya akan pulih
kembali". Rasa khawatir yang memenuhi wajah Li Gan perlahan-lahan
menghilang, namun wajahnya masih nampak sedih. Hidup Li Yan
berada di ujung tanduk, namun dirinya hanya dapat duduk di sini
saja dan dengan khawatir menunggu kabar tentangnya.
Langit menjadi gelap, ruangan itu pun perlahan-lahan menjadi
gelap, namun ia terus duduk dengan tenang, tak bergeming dan
tak bersuara, aku pun terpaksa menemaninya. Setelah amat
lama, di tengah kegelapan terdengar seseorang mengumam,
suaranya amat lirih, namun amat tegas, "Kalau ini yang
diinginkannya, aku bersedia membantunya dengan sekuat tenaga
untuk mewujudkan keinginannya, asalkan ia tak jatuh sakit lagi".
Aku bersandar pada bantalan, diam tak bersuara. Li Yan, kalau
sakitmu ini hanya suatu kebetulan, Langit sepertinya
mengasihanimu, tak nyana, sakitmu ini membuat seorang lelaki
berhati baja merasa menyesal, dan membuat seorang lelaki lain
bersumpah setia padamu. Li Gan adalah putra satu-satunya
Jenderal Li Guang, kedudukannya di keluarga Li sangat penting,
keputusannya pasti akan memperngaruhi haluan politik seluruh
keluarga itu. Tapi kalau ini bukan hanya kebetulan belaka, maka siasat yang
kau jalankan ini benar-benar mengejutkanku, seseorang yang
baru saja menjadi seorang ibu, ternyata dapat mempertaruhkan
nyawanya. Seseorang yang begitu telengas, bahkan terhadap
dirinya sendiri" Dalam hatiku mulai muncul rasa jeri.
Ketika aku dan Li Yan masih tenggelam dalam pikiran masingmasing, sekonyong-konyong pintu ruangan itu didorong hingga
terbuka, aku dan Li Gan terkejut, lalu segera bangkit. Dengan
wajah masam, Huo Qubing memandang kami, lelaki dan
perempuan yang belum menikah berada dalam satu kamar saja
sudah cukup jelek, dan kami malahan sama sekali tak
menyalakan lentera, duduk saling berhadapan di kegelapan,
benar-benar sulit dijelaskan.
Li Gan memandang wajah Huo Qubing, di tengah kegelapan pun
muncul seulas senyum, ia tersenyum kepadaku sambil
menggeleng-geleng, setelah menjura untuk menghormat pada
Huo Qubing, tanpa berkata apa-apa ia langsung melangkah
keluar. Huo Qubing berusaha untuk mengendalikan dirinya, lalu
bertanya, "Kapan kalian menjadi begitu akrab" Kau sudah lama
begitu kelelahan di istana, masa beristirahat pun kau tak mau?"
Aku sudah tak tidur dua hari dan dua malam, aku amat kelelahan,
barusan ini karena Li Gan aku berusaha tetap bangun, tapi
sekarang tanpa memperdulikan apapun, tubuhku ambruk ke
belakang, dengan sembarangan aku menarik sehelai selimut dan
menutupi diriku dengannya, "Aku capai sekali, biarkan aku tidur
dulu, nanti kalau kau ingin memukul atau menghukumku,
terserah". Untuk sesaat Huo Qubing tertegun, lalu seulas senyum perlahanlahan muncul di wajahnya, ia melangkah ke sisi bangku dan
duduk. Ketika sedang setengah sadar, aku mendengarnya
berbisik di telingaku, "Kau begitu percaya padaku, tapi aku agak
tak percaya pada diriku sendiri, bagaimana kalau aku tak bisa
menguasai diriku sendiri, mungkin"..mungkin aku
akan"..mengerjaimu?"" Napasnya yang seakan ada dan tiada
menyapu wajahku, bibirnya sepertinya menempel di pipiku, tapi
aku begitu kecapaian sehingga tenggelam di alam mimpi yang
gelap, sama sekali tak bisa berpikir.
Saat terbangun, sudah tengah hari, aku memejamkan mataku
dan kembali tidur, namun pikiranku tiba-tiba melayang ke bisikan
yang seakan ada dan tiada kemarin itu, dengan terkejut aku tibatiba duduk di bangku. Aku menunduk, namun pakaianku masih
utuh, hanya sepatuku telah dicopot dan diletakkan di depan
bangku. Aku duduk sambil tertegun, sisi bangku telah kosong, sebenarnya
aku bermimpi atau tidak"
---------------------- Yuanyang Teng tak mengecewakanku, ruji penuh warna emas
dan perak, rimbun melimpah ruah, kesemarakannya membuat
para tukang kebun terkejut, mereka tak paham bagaimana caraku
memelihara mereka. Sebenarnya sangat mudah, setiap hari aku
memohon pada mereka, tanaman paham perasaan manusia,
mungkin mereka tahu perasaanku dan ikut menantikan
kedatangan lelaki itu, dan berharap harapanku menjadi
kenyataan. Jiu Ye mendorong kursi rodanya, aku berjalan dengan perlahan di
sisinya, menemaninya. Walaupun jalanku perlahan, namun
jantungku melonjak-lonjak seakan akan melompat keluar.
"Yu Jiejie!" Xiao Feng yang mengikuti di belakangnya berteriak
keras-keras, "Ah!", ujarku, aku menenggok memandangnya,
"Berisik! Memangnya aku tak punya kuping!"
"Kalau begitu, kenapa kau tak menjawab pertanyaan Jiu Ye?",
tanya Xiao Feng. Hatiku jeri, aku tak berani beradu mulut dengan Xiao Feng lagi,
dengan jengah aku memandang Jiu Ye, "Barusan ini aku tak
mendengarnya, apa yang kau tanyakan padaku?"
Dengan geli Jiu Ye bertanya, "Apa yang kau pikirkan" Aku
bertanya, kapan kau dan Tianchao dan yang lainnya menjadi
begitu akrab" Kau sendirian mengundangku, namun mereka
bertiga mendukungmu, seakan kalau aku tak berjalan-jalan di
tamanmu aku mengundang kemarahan semua orang".
"Entah kenapa mereka bertiga membantuku" Mungkin mereka
sedang menanam budi baik, dan kelak akan menggunakannya
untuk memerasku", Selagi berbicara, kami telah tiba di tamanku, aku berpaling
memandang Shi Feng, Shi Feng membuat wajah lucu ke arahku,
lalu berkata pada Jiu Ye, "Jiu Ye, sebelumnya ketika datang ke
tempat kakak Yu aku belum sempat melihat-lihat, hari ini aku
ingin pergi melihat-lihat ke tempat lain dulu, aku ingin melihat
rumah hiburan nomor satu di Chang"an sebenarnya seperti apa".
Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Pergilah!" Setelah membuat
isyarat tangan yang berarti uang ke arahku, Shi Feng berlari
pergi. Seluruh taman dipenuhi keharuman bunga, begitu mendorong
pintu hingga terbuka, Jiu Ye bertanya dengan suara pelan,
"Apakah kau menamam bunga Jinyin?" Aku tersenyum ke
arahnya dengan tegang, tak menjawab.
Yuanyang Teng daunnya rimbun dan bunganya mekar dengan
semarak. Di bawah sinar mentari musim panas, cemerlang bagai
emas, putih bagai perak, hijau bagai batu kumala, sinarnya
berkilauan, saling kontras satu sama lainnya, keindahannya
menggerakkan hati. Jiu Ye memandangnya dengan seksama untuk beberapa saat,
"Kau telah berusaha keras merawat mereka, untuk membuat
mereka mekar dengan begitu bagus tentunya kau telah tak sedikit
berjerih payah". Aku menatap bunga di ruji itu, ketegangan yang telah kurasakan
beberapa hari ini perlahan-lahan lenyap, pikiranku menjadi
tenang, "Bunga Jinyin mempunyai sebuah nama lain, apa kau
tahu?" Jiu Ye terdiam untuk beberapa lama, "Karena di musim dingin
mereka masih hijau, mereka juga disebut "Tahan Musim Dingin'.
Aku tersenyum getir, sambil bertumpu pada kursi rodanya, aku
perlahan-lahan berjongkok dan menatapnya dengan tajam,
"Sebenarnya apa yang kau hindari" Kenapa kau tak
menyebutkan nama lainnya" Karena bunga mereka saling
membelit, seperti sepasang bebek mandarin yang sedang
menari, orang menyebut mereka "Yuanyang Teng?".
Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Untuk sesaat aku lupa nama
mereka, hanya ingat namanya sebagai obat-obatan. Hari ini kau
mengundangku datang ke taman bukan hanya untuk melihat
bunga, bukan" Aku ingat pohon liu di tepi danau kalian indah, ayo
berjalan-jalan di tepi danau".
Aku mengenggam tangannya yang hendak memutar roda kursi
roda, "Aku benar-benar cuma mengundangmu melihat bunga,
aku tak perduli apakah kau akan menertawakanku atau tidak, hari
ini aku ingin memberitahukan isi hatiku padamu. Aku sengaja
menanam Yuanyang Teng ini untukmu, aku menanamnya musim
gugur dua tahun lalu, sekarang dua tahun sudah berlalu. Jiu Ye,
aku......aku suka padamu, aku ingin menikah denganmu, di
kemudian hari aku ingin melihat bunga bersamamu, dan bukan
aku sendirian yang melihat mereka menari bersama".
Tangan Jiu Ye gemetar pelan, jari-jarinya dingin bagai es, ia
menatap sepasang mataku, rasa sedih, iba sampai takut
bercampur aduk menjadi satu, aku tak bisa memahaminya.
Tanganku yang mengenggam tangannya berubah menjadi dingin.
Dengan memohon-mohon aku memandangnya, "Kuberikan
hatiku padamu, simpanlah baikbaik......simpanlah.......baik.......baik".
Mendadak, Jiu Ye menarik tangannya dari genggamanku, ia
menghindari tatapan mataku dan hanya menatap Yuanyang Teng
di hadapannya, ia berbicara dengan terbata-bata, dengan
perlahan dan sukar, seakan untuk mengucapkan setiap kata ia
harus menggunakan segenap tenaganya, "Aku tak biasa
menemani orang lain melihat bunga, kurasa kau akan dapat
menemukan seseorang yang dapat menemanimu melihat bunga".
"Bruk!", hatiku terjatuh dan seketika itu juga hancur berkepingkeping. Tanganku sudah terlanjur mengapai-gapai di udara, aku


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hendak meraih sesuatu namun telapak tanganku kosong, benarbenar sebuah postur yang aneh.
Ia mengangsurkan tangannya, hendak mendorong kursi roda,
namun tangannya seakan lemas tak berdaya, ia mendorong
beberapa kali, namun kursi roda sama sekali tak bergerak.
Aku mencengkeram lengan bajunya dan bertanya, "Kenapa"
Apakah selama ini aku bertepuk sebelah tangan" Apakah kau
sama sekali tak punya perasaan terhadapku" Apa yang kau
takuti" Kakimu" Aku tak pernah memperdulikan hal-hal seperti
itu. Jiu Ye, seseorang dapat berjalan jauh dalam hidupnya bukan
karena kakinya, melainkan karena hatinya".
Jiu Ye melengos, tak mau melihatku, sedikit demi sedikit ia
menarik keluar tangannya yang berada dalam genggamanku,
mulutnya terus menerus berkata, "Yu Er, kau begitu baik, pasti
akan ada orang yang bersedia menemanimu melihat bunga".
Aku memandang lengan jubahnya perlahan-lahan keluar dari
genggamanku, namun sama sekali tak berusaha mencegahnya.
Ternyata memang ada orang yang lebih sukar ditangkap dari
awan yang melayang-layang.
Sebuah suara yang amat dingin terdengar, "Sebenarnya memang
ada seseorang yang bersedia menemaninya melihat bunga".
Aku tak bergeming, hanya memandangi tanganku sendiri.
Bagaimana ia dapat menolakku dengan begitu kejam" Menolakku
dan menolakku lagi. Sebenarnya kesedihan terbesar bukanlah
patah hati melainkan rasa putus asa yang tiada akhir.
Huo Qubing berjalan ke hadapan Jiu Ye, "Meng Jiu majikan
Perusahaan Shi?" Sikapnya angkuh namun wajahnya pucat pasi.
Jiu Ye menjura ke arahnya, dengan ekspresi wajah yang rumit ia
melirikku, dengan wajah yang semakin pucat ia berpaling ke
arahku dan berkata, "Yu er, temanmu datang, aku pergi dulu". Ia
mendorong kursi rodanya, hendak berlalu.
Huo Qubing berkata, "Namaku Huo Qubing". Seketika itu juga,
kursi roda Jiu Ye yang sudah bergerak ke depan berhenti, "Aku
sudah lama mendengar nama besar anda, hari ini aku beruntung
dapat bertemu dengan anda, aku merasa sangat mendapat
kehormatan". Namun ia sama sekali tak berpaling.
"Dia sudah pergi", kata Huo Qubing dengan hambar. Aku masih
tak bergeming, Huo Qubing menarikku, namun aku mengibaskan
tangannya dan menjerit, "Jangan campuri urusanku! Siapa yang
memperbolehkanmu seenaknya masuk ke rumahku" Keluar!"
Tangan Huo Qubing mendadak mengepal, lalu menghantam ruji
Yuanyang Teng, "Apa kau lupa kau telah mengundangku melihat
bunga" Yuanyang Teng" Kau cuma memberitahuku bahwa
namanya Bunga Jinyin".
Batang-batang bambu patah, Yuanyang Teng bergoyang-goyang
lalu ambruk ke tanah dengan suara keras.
Dengan tak percaya aku menggeleng. Kenapa mereka ambruk"
Jerih payah selama dua tahun, kenapa bisa dengan begitu
mudah hancur" Apakah sebuah mimpi telah sirna"
Dengan penuh kebencian aku memandang Huo Qubing,
sepertinya ia pun terkejut, dengan terpana ia memandang sulur
yang terhampar di tanah itu, matanya nampak kebingungan, "Yu
er, apakah menurutmu sulur yang saling membelit ini seperti
hidup manusia?" ------------------Walaupun aku telah menyuruh tukang kebun untuk dengan
sebisanya menyelamatkan Bunga Jinyin, namun karena batang
utamanya telah terluka, bunganya satu demi satu melayu, dan
daunnya helai demi helai menguning. Aku melihat mereka dari
hari ke hari mati dan merasa bahwa hal-hal dalam hatiku yang
selama ini kupercayai pun sedikit demi sedikit lenyap.
Ketika Hong Gu melihatku hanya memandangi bunga saja dan
sama sekali tak menjawab pertanyaannya, ia memanggilku
dengan suara pelan. Dengan wajah tanpa ekspresi aku berkata,
"Suruh mereka pulang, aku tak ingin menemui tamu".
Dengan jengah Hong Gu berkata, "Mereka sudah datang tiga kali,
kali bahkan Tuan Wu yang sedang sakit pun datang. Yu er, kalau
kau memandang mukaku, temuilah mereka".
Aku menciduk air dari tahang air, lalu dengan hati-hati
menyiramkannya ke Yuanyang Teng. Maafkan aku, pertengkaran
diantara kami manusia telah membuat kalian yang tak berdosa ini
menderita. Hong Gu berjongkok di depanku, "Tuan Wu pernah menolongku,
Perusahaan Shi adalah majikan lamaku, sekarang tiga orang
terpenting di Perusahaan Shi sudah menunggu seharian di muka
pintu, di Chang"an belum pernah terjadi sesuatu seperti ini. Yu er,
kumohon padamu, cepat temui mereka".
Sepertinya kalau aku tak menjawab, Hong Gu akan terus
memohon-mohon. "Persilahkan mereka masuk". Aku
menyiramkan sisa air ke tanah.
Aku menghormat pada Jinyan, Shenxing dan Tianchao, begitu
Jinyan hendak berbicara, Shenxing meliriknya dan ia pun segera
menutup mulutnya. Tianchao berkata, "Xiao Yu, apakah kau ingin memisahkan diri
dari kami Perusahaan Shi, dan sejak saat ini tak mau menemui
kami lagi?" Aku sangat ingin menjawabnya sambil tersenyum, seakan tak
terjadi apa-apa, namun aku tak dapat bersikap acuh tak acuh.
Aku menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara
serak, "Tanpa memperdulikan keadaan keuangannya, Jiu Ye
Kutukan Manusia Sekarat 1 Diujung Jalan Sunyi Karya Mira W Api Di Bukit Menoreh 14
^