Pencarian

Delapan Dewa Iblis 1

Delapan Dewa Iblis Kwi Sian Pat Karya Rajakelana Bagian 1


dunia-kangouw.blogspot.com
Sumber : indozone.net Karya : RajaKelana E-book : dunia-kangouw.blogspot.com
Lembah Sungai Huang sebelah utara kota Yinchuan musim semi tahun itu amatlah indah,
bunga-bunga bermekaran menebarkan aroma harum semerbak, nun jauh ke arah puncak
terdapat rerimbunan hutan yang cukup lebat, daerah memang jarang didatangi manusia,
karena hutanya yang belukar, dan juga lima tahun terakhir tersebar berita bahwa hutan itu
dihuni hantu. Awal isu dimulai oleh hilangnya tiga orang pemburu yang ketika itu memasuki hutan,
sebulan kemudian dua orang pemburu katanya memasuki hutan tersebut dan naasnya
keduanya pun hilang raib, keluarga korban sama-sama memastikan bahwa keluarga
mereka dipastikan hilang di dalam hutan, dari itu para wargapun menamakan hutan itu
dengan Hutan hantu bayangan, karena katanya pernah sebuah piuawkiok melewati
pinggir hutan, mereka melihat banyak bayangan berkelabat sangat cepat.
Dan sejak saat itu tidak ada seorangpun yang berani mendekati hutan itu, Dan fakta
sebenarnya benar bahwa hutan itu ada penghuninya, hanya saja bukan hantu melainkan
seorang manusia sakti yang sudah sepuluh tahun bertapa dalam sebuah goa jauh
didalam hutan. Orang tersebut adalah lelaki berumur enam puluh tahun yang hanya memiliki satu lengan
karena lengan kirinya sudah buntung, sepuluh tahun silam ia adalah seorang pimpinan
rampok yang memiliki anak buah yang banyak, namanya Ma-tin-bouw, sejaka ia merasa
terhina oleh Im-yang-sin-taihap, Ma-tin-bouw melenyapkan diri untuk mendawamkan
ilmunya. Empat belas tahun yang silam ia memasuki hutan dan menemukan goa yang dihuni oleh
tengkorak, dan dari buku peninggalan mereka, diketahui bahwa dulu ratusan tahun yang
silam, keduanya adalah sepasang suami istri dengan julukan sepasang iblis akhirat, dan
juga musuh bebuyutan mereka adalah she-taihap generasi kedua, cucu dari Kim-khongtaihap,
Dari buku peninggalan sepasang iblis akhirat Ma-tin-bouw memperoleh ilmu pedang yang
bernama"kwi-ban-lui-kong-kiam" (pedang kilat selaksa iblis) ilmu pedang ini dilatih selama
tujuh tahun, dan sebelumnya melatih ilmu pernafasan selama lima tahun, setelah dua
belas tahun berada didalam goa, Ma-tin-bouw keluar dan menawan lima orang pemburu
untuk dijadikan pelayan, lima pelayan itu dilatih sedemikian rupa sehingga memiliki
kesaktian yang hebat. Lima pelayan itu sering muncul dipinggir hutan, dan karena gerakan mereka yang luar
biasa cepat laksana bayang-bayang pada pandangan orang awam, lima pelayan itu
memenuhi segala kebutuhan Ma-tin-bouw baik hal makanan, dan pengumpulan ramuanramuan untuk membuat racun, Ma-tin-bouw memilki senjata rahasia berupa daun yang
sudah dilumuri racun ganas, dan ilmu melempar senjata rahasia ini diberi nama"beng-
dunia-kangouw.blogspot.com
toat-hio" (daun pencabut nyawa) tubuh yang tertancap senjata daun ini seketika akan
muntah darah kental kehitaman.
Ditempat lain tepatnya"krisan-hoa-Kok" (lembah bunga krisan) dilembah sungai Yang-tze,
ditengah lembah berdiri sebuah pondok kayu, pondok itu dihuni lelaki tua berumur enam
puluh tahun, dia adalah Bu-leng-ma yang dulunya adalah pasukan rampok yang dipimpin
Ma-tin-bouw, sejak mereka berpisah di kota Bao, Bu-leng-ma bertapa di lembah ini, dan
mendalami ilmu yang didapatinya dalam sebuah bokor.
Ketika itu Bu-leng-ma hendak menyeberangi sungai Yang-tze, dan malangnya sungai
Yang-tze tiba-tiba banjir dan menghantam perahunya hingga pecah dan tenggelam, Buleng-ma berjuang mati-matian melawan pusaran yang kuat, tangannya menggapai untuk
keluar dari pusaran, ketika rasa dadanya hendak meledak, tubuhnya terlempar keluar
pusaran, dan kepalanya terantuk pada sebuah bokor yang juga sedang berpusing hebat
didasar sungai. Bu-leng-ma secara reflek memegang kepalanya yang luka dan tepat kebetulan
menangkap bokor yang berpusing kuat hendak menghantam mukanya untuk kedua
kalinya, dengan erat bokor itu di pegangnya, dan dengan susah payah Bu-leng-ma
berusaha mencul kepermukaan, dan usahanya berhasil, lega rasa Bu-leng-ma saat
menghirup udara mengisi kembali paru-parunya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Bu-leng-ma berusaha mencapai tepian sungai, selama
hampir setengah hari Bu-leng-ma betarung dengan maut, dan akhirnya tangannya dapat
meraih sebuah akar pohon yang menonjol di pinggir sungai, dengan sekuat tenaga Buleng-ma menarik tubuhnya kedarat, sesampai didarat Bu-leng-ma tergeletak dengan
terlentang untuk memudahkan pernafasannya yang sesak karena lelah dan degupan
jantungnya yang kencang. Bu-leng-ma tetap telentang sampai tengah malam, keesokan paginya saat mentari
menyapa bumi dari ufuk sebelah timur, cahayanya yang gemilang menghangat tubuh Buleng-ma yang lusuh dan kumal, Bu-leng-ma bangun, dan rasa lelahnya telah hilang serta
degupan jantungnya sudah tenang, hanya sekarang perutnya merasakan lapar.
Bu-leng-ma melihat keadaan disekitarnya dan bokor yang ada dtangannya mulai menarik
perhatiannya, namun rasa laparnya lebih hebat memepengaruhinya, Bu-leng-ma
meletakkan bokor dibawah pohon dan berdiri lalu berjalan untuk mencari makanan,
serumpun buah jambu berwarna hijau menerbitkan liur Bu-leng-ma, lalu dia mengambil
ranting kayu, lalu melempat buah jambu, lemparan itu tepat dan menjatuhkan rumpun
buah jambu. Dengan lahap Bu-leng-ma memakan buah jambu yang ternyata mengandung air yang
banyak, setelah merasa kenyang, Bu-leng-ma kembali kepinggir sungai dan duduk sambil
mengambil kembali bokor yang didapatinya, Bokor tersebut berbentuk kendi dengan leher
yang yang panjang dan bagian bawah oval pipih, Bu-leng-ma membolak-balik bokor
tersebut, sambil meraba dan memutar-mutar leher bokor, bagian bawah bokor juga diraba
dan diputar, lalu Bu-leng-ma menemukan pada bagian bawah ada semacam lingkaran
cembung sebesar koin. Bu-leng-ma menekan-nekan bagian tersebut, dan kadang mencoba memutarnya, dan
tiba-tiba terdengar suara"klik" dan salah satu sisi bokor terbuka, isi bokor ternyata sebuah
dunia-kangouw.blogspot.com
kitab dan sebuah hauwce, Bu-leng-ma membuka kitab tersebut yang berisi pelajaran ilmu
pernafasan dan ilmu silat hauwce, dan pemilik ilmu tersebut dulunya bernama Tang-sanmo, seorang bangsawan pada zaman dinasti tang.
Bu-leng-ma dengan rasa suka cita menyimak gerakan pernafasan dan silat yang
terkandung pada kitab tersebut, kemudian saat hari sudah siang, Bu-leng-ma mencari
binatang buruan untuk pengisi perut, kemudian setelah menghabiskan seekor panggang
kelinci Bu-leng-ma mencari tempat yang nyaman untuk memulai pelajarannya.
Selanjutnya dibagian lain disebuah puncak sebuah bukit sebelah selatan kota Yiming
yang dikenal dengan sebutan"Liong-teng" (puncak naga) dihuni seorang lelaki tua
berumur lebih enam puluh tahun, dia adalah suma-xiau salah seorang rekan Ma-tin-bouw,
suma-xiau sudah berada selama sepuluh tahun menghuni liong-teng.
Lima belas tahun yang lalu Suma-xiau memasuki kota Yiming, saat ia sedang makan di
likoan, seorang lelaki kumal datang mendekati rumah makan
"heh..! enyah kamu dari sini!" bentak pelayan
"heh..pelayan, jaga mulutmu!" balas pengemis itu membentak, pelayan itu terperangah
"kamu disini pelayan dan aku jadi tamu, jadi cepat hidangkan makanan enak serta seguci
arak untukku." "tidak bisa! kamu ini pengemis, kamu pasti tidak akan sanggup membayar."
"heh..pelayan, kamu jangan menilai penampilan luar saya, saya ini dari perjalanan jauh,
pakaian saya memang kumal dan lusuh, tapi saya ini bukan pengemis."
"saya tidak percaya sampai engkau menunjukkan bahwa engkau memiliki uang untuk
membayar." "pelayan tidak tahu diri! plak.." bentak lelaki itu sambil melayangkan tamparan, pelayan itu
undur kebelakang sambil mengusap pipinya yang merah, pemilik likoan datang
"maaf..maaf tuan, silahkanlah duduk, heh..A-tung cepat bawakan pesan tuan ini!" ujar
pemilik likoan. A-tung dengan hati mengkal melangkah kebelakang untuk mengambil pesanan lelaki
kumal itu, setelah makanan dihidangkan, lelaki itu pun makan dengan lahap dan demikian
menikmati makan siangnya, setelah kenyang dan puas minum arak, lelaki itu
meninggalkan tempat tanpa membayar, pemilik likoan buru-buru mengejar lelaki itu.
"tuan! jangan pergi dulu, tuan belum bayara."
"heh"apa kamu tidak lihat diatas meja." sahut lelaki itu, pemilik likoan segera melihat
keatas meja dimana lelaki itu makan, dan ternyata sekeping uang perak tertancap di
permukaan meja "maaf"maaf.. tuan, baiklah kalau begitu, silahkan tuan melanjutkan perjalanan." ujar
pemilik likoan, lelaki itupun meninggalkan likoan.
dunia-kangouw.blogspot.com
Suma-xiau mengikuti lelaki itu, hingga sampai disebuah gang yang sepi, lelaki itu duduk
diemperan sebuah toko yang tertutup.
"kenapa kamu dari tadi mengikuti saya." ujar lelaki itu
"haha..haha"lagakmu boleh juga, aku adalah suma-xiau, dan ingin kenal dengan
manusia lagak sepertimu."
"hahaha".hahaha" anda jual saya beli, anda mau menjajal saya hadapi."
"sebutkan siapa namamu, aku tidak akan menghajar orang tidak bernama."
"hahaha..hahha" anda begitu percaya diri, camkan! namaku adalah Limudan
"baik, sekarang terimalah seranganku!" ujar Suma-xiau sambil menyerang, Limudan
dengan gesit menghindar dan membalas serangan dengan tidak kalah hebatnya.
Suma-xiau terkejut merasakan betapa kuatnya tenaga lawannya, setelah berkali-kali
beradu pukulan, suma-xiau mulai terpapar dan kuda-kudanya ambrol, dan desakan
Limudan kian gencar, pertempuran sudah berjalan lima puluh jurus, dan posisi suma-xiau
makin terpuruk dan tersudut, dan pada satu kesempatan sebuah tendangan menghantam
lambung suma-xiau, sehingga ia terlempar dan ambruk.
"hahaha..hahha.. bagaimana apa kamu masih mau melawan."
"sudah..aku mengaku kalah, dan mengakui keunggulanmu."
"nah..begitu lebih baik, sekarang enyah dari hadapanku."
"tunggu dulu twako.." sahut suma-xiau
"hmh..apa lagi, apa kamu mau saya hajar sampai mampus!?"
"tidak tuan Limudan"saya sudah kalah, dan saya harap tuan-limudan menjadi teman
saya." "hehehe..hehehe teman"..hmh..boleh juga."
"marilah kita duduk twako, untuk kenal lebih jauh" ujar suma-xiau gembira
"sebenarnya darimana asal twako?"
"aku ini orang Hui, dan kamu tentunya orang Han, kan?"
"benar twako, saya berasal dari wilayah timur tepatnya dikota Hailar
"wah jauh sekali, lalu untuk apa hingga sampai kewilayah barat ini?"
"saya sedang berkelana twako untuk menambah pengalaman dalam hal ilmu silat."
dunia-kangouw.blogspot.com
"Ilmu mu lumayan tinggi suma-te."
"tapi bila dibandingkan dengan twako, saya tidak ada apa-apanya."
"kamau jangan berkecil hati suma-te, aku akan mengajarimu."
"ah"terimaksih twako, aku senang sekali." sahut suma-xiau.
Suma-xiau dan Limudan menjadi akrab, dan sejak itu Limudan mengajari suma-xiau, dan
dalam jangka dua tahun ilmu suma-xiau meningkat pesat, Limudan sangat gembira
melihat kemajuan suma-xiau, Limudan orangnya sangat polos dan jujur, selama dua
tahun tinggal di kota Yimeng, Li-mudan telah membentuk piauwkiok yang bernama"Hui-to"
(golok terbang) dengan anggota tiga puluh orang.
Setelah tiga tahun belajar dengan Limudan, Suma-xiau sudah mampu mengimbangi
Limudan, ilmu istimewa Limudan adalah ilmu cicak, dengan pengerahan sin-kang dia
dapat merayap diatas dinding, dan ilmu ini juga diajarkan Limudan pada suma-xiau, dan
bahkan ilmu melempar golok juga telah dikuasai baik oleh suma-xiau.
Suatu hari keluarga song-ma-kun mendatangi piauwkiok Hui-to
"silahkan masuk song-loya, apa yang bisa kami Bantu?" ujar Limudan
"Limudan-sicu, kami hendak memakai jasa pengawalan Hu-to untuk membawa barang ke
kota lhasa." "ohh, dengan senang hati akan kami lakukan song-loya, kapan loya akan mengirimkan
barang tersebut. "barang tersebut berupa satu peti untuk yang akan diserahkan pada dalai lama di lhasa,
dan kalau bisa sudah berangkat besok lusa."
"baiklah loya, jangan khwatir, kami akan menjaga barang kiriman loya dan selamat
sampai tujuan." "baiklah Limudan-sicu, karena kita sudah sepakat saya permisi dulu, dan besok lusa saya
akan membawa barang itu kesini."
"baik loya, akan kami tunggu disini." sahut Limudan
Pada hari kesepakatan, song-loya datang membawa peti yang lumayan besar, peti
tersebut segera dimasukkan kedalam gerobak, setelah administrasinya selesai, piauwkiok
Hui-to berangkat, karena medan yang ditempuh daerah sulit berupa sahara yang luas,
maka rombongan itu dipimpin langsung oleh Limudan dan Suma-xiau.
Setelah tiga hari perjalanan, rombongan istirahat disebuah hutan, para piauwsu
mendirikan beberapa tenda untuk melewatkan malam,
"twako.. saya dengar bahwa song-loya memiliki hubungan dekat dengan dalai lama di
dunia-kangouw.blogspot.com
Lhasa, tentunya barang yang kita bawa ini adalah benda-benda berharga milik dalailama."
"mungkin saja Suma-te, hal itu tidak perlulah membuat kita penasaran, yang penting kita
laksanakan tugas dengan baik, dan bertanggung jawab dengan apa yang dipercayakan
orang lain." "benar twako, saya hanya mencari topik pembicaraan, jadi tidak usah dipikirkan" sahut
Suma-xiau, Suma-xiau, sejak menyempurnakan ilmu yang diajarkan Limudan, masih merasa kurang,
dan sikap arogan sebagai bekas rampok memenuhi benaknya, dan lintasan prilaku sesat
itu semakin menjadi dipicu oleh rasa penasaran akan isi peti yang berhubungan dekat
dengan dalai lama yang diketahui gudangnya ilmu.
Ketika larut malam, Suma-xiau mendekati peti, dan diam-diam ia membuka paksa kunci
peti, peti itu dibuka, dan nampaklah beberapa kitab sastra dan sejarah, Suma-xiau
membalik-balik kitab tersebut, dan pada tumpukan paling bawah, ada sebuah kitab yang
berjudul"thian-sian-jio" (tombak dewa langit), ketika kitab itu dibalik-balik, dua orang
anggota bangun dari tidurnya.
"pangcu".apa yang pangcu lakukan!?" tegur anak buahnya, Suma-xiau terkejut, dan
spontan ia mengirimkan pukulan jarak jauh, seorang dari anak buahnya masih sempat
menjerit sebelum tewas, dan suara itu cukup membangunkan Limudan.
Limudan keluar dari tendanya, dan melihat Suma-xiau memegang sebuah kitab, dan peti
sudah terbuka. "apa yang kamu lakukan Suma-te!?" bentak Limudan, Suma-xiau yang kepalang basah
menyerang Limudan, LImudan berkelit, dan membalas serangan Suma-xiau, pertempuran
sengit pun terjadi, lima belas anak buah merasa bingung melihat pertempuran seru antara
kedua pimpinannya. "manusia rendah yang tidak tahu diri, menyalahi kepercayaan orang lain dan bertindak
serakah," bentak Limudan marah, karena perlawanan Suma-xiau demikian hebat dan
terkesan berusaha menjatuhkannya, semua kemampuan sudah dikerahkan, dan sampai
saat itu keadaan masih seimbang, area pertempuran sudah porak-poranda laksana
dihantam angina topan, Karena Limudan dikauasi amarah dan kecewa pada perilaku sahabatnya ini, membuat Limudan melemah, dan nafsu membunuh Suma-xiau makin berkobar sehingga tenaga dan
gerakannya makin dahsyar, akhirnya Limudan terjerembab ketika kakinya digunting oleh
Suma-xiau, dan dengan cekatan Suma-xiau berjumpalitan dengan diiringi sebuah pukulan
sakti dan telak mengenai punggungung Limudan, LImudan memuntahkan darah segar,
sesaat ia megap-megap dan kemudian tewas.
"jika kalian ingin menuntut balas sekarang majulah, tapi jika tidak, kalian boleh pergi."
tantang Suma-xiau, lima anak buah itu tidak ada yang berani menentang Suma-xiau,
karena semuanya tertunduk, Suma-xiau meninggalkan tempat itu, para piawsu setelah
menguburkan jasad Limudan, tidak ada yang berani pulang ke Yinming, akhirnya
piauwkiok Hui-to ditutup.
dunia-kangouw.blogspot.com
Suma-xiau terus berlari mencari tempat yang dirasa baik untuk tempat mempelajari kitab
yang dicurinya. Dan dua bulan kemudian Suma-xiau mendapatkan tempat yang aman yaitu Liong-teng,
karena mmeiliki jurang-jurang curam dan berbahaya, di puncak itu Suma-xiau mulai
mempelajari ilmu tombak milik dalai lama, dan dalam kitab itu juga termaktub tenaga sinkang dan gin-kang.
Dengan tekun Suma-xiau mempelajari semua isi kitab, dan hasilnya sungguh luar biasa,
ilmu bertarungnya makin maju pesat, dalam latihan Suma-xiau menggunakan bambu
runcing, sudah sepuluh tahun ia melatih ilmunya, dan sudah mencapai tarap sempurna.
Kota Taiyuan daerah yang subur dan hijau dengan luasnya lahan pertanian,
masyarakatnya rata-rata hidup dengan bertani, kotanya juga demikian asri dan sejuk
dipandang, didalam kota yang indah itu ada sebuah bukoan yang bernama"sian-siangbukoan" (perguruan Dewa kembar).
Kauwsu dari sian-siang-bukoan adalah dua orang lelaki kembar berumur enam puluh
tahun, keduanya berambut lurus panjang dan sudah putih oleh uban, yang tua bernama
Gu-siang dan adiknya bernama Gu-liang, keduanya merupakan tokoh sakti dengan
kepandaian luar biasa. Mereka menetap dikota Taiyuan sudah hampir lima belas tahun, dan perguruan yang
mereka dirikan sudah berumur enam tahun, saat pertama keduanya memasuki kota
Taiyuan keduanya adalah merupakan bekas rampok dibawah pimpinan Ma-tin-bouw, dan
karena sumpah yang mereka ikrarakan bersama untuk mencari ilmu, maka sikembar itu
berkelana untuk mencari ilmu, dan langkah membawa mereka kekota Taiyuan.
Saat itu disebuah liokoan mereka saedang istirahat, ruangan itu riuh rendah oleh
pembicaraan para tamu, para pelayan yang hilir mudik untuk melayani para tamu,
disamping keduanya ada dua orang tamu yang juga sedang makan dengan lahap sambil
bercerita. "San-twako, kemarin ketika aku lewat hutan sebelah timur kota, rubah berekor buntung itu
melintas didepan saya."
"ah yang benar, lalu apakah kamu ikuti A-jin!?"
"tidak twako, rubah itu larinya cepat memasuki hutan, karena waktu itu sudah sore, dan
aku hanya sendirian, jadi aku takut."


Delapan Dewa Iblis Kwi Sian Pat Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"bodoh kamu A-jin, kamukan tahu bahwa sarang rubah itu katanya menyimpan harta yang
banyak, kalau akulah jadi kamu, akan saya masuk kehutan untuk mengikutinya, untuk
mengetahui sarangnya"
"nyaliku tidak sebesar twako, tapi apa memang benar cerita itu?"
"lah..iya benar dong, karena yang mengatakan itu kan Li-taijin, karena Li-taijin adalah
keturunan jendral pada dinasti sung, jadi cerita mengenai pangeran yang melarikan diri
dan membawa banyak harta kerajaan sudah pasti benar."
dunia-kangouw.blogspot.com
Gu-siang dan Gu-liang sangat tertarik mendengar cerita itu
"bagaimana menurut Siang-ko?"
"hal yang menarik dan patut untuk mencoba peruntungan, mana tahu kita akan menjadi
orang kaya dengan mendapatkan harta tersebut."
"saya juga sependapat dengan Siang-ko, lalu kapan kita lakukan mencari rubah itu."
"hari kita istirahat dulu, dan besok kita akan pergi kehutan sebelah timur kota." sahut Gusiang, setelah selesai makan, keduanya menyewa kamar.
Setelah matahari naik tinggi keesokan harinya, dua bersaudara itu pergi kehutan sebelah
timur, keduanya merambah hutan sampai jauh kedalam, namun sampai hari sudah sore,
rubah yang mereka cari tidak dijumpai, lalu keduanya kembali kepenginapan
"besok pagi akan kita cari lagi." ujar Gu-siang
"benar setidaknya seminggu kita akan terus mencari keberadaan rubah itu." Sahut Guliang, lalu merekapun istirahat.
Keesokan harinya, keduanya berangkat agak pagi, dan mereka merambah bagian lain
hutan sampai sore, namun rubah itu tidak kelihatan, lalu mereka kembali lagi
kepenginapan, demikian juga pada hari ketiga mereka berusaha menemukan rubah
berekor buntung, namun tetap hasilnya nihil, bahkan sampai seminggu mereka belum
juga berhasil menemukan rubah tersebut.
"sudah satu minggu kita mencari, namun tidak adapun hasilnya." ujar Gu-liang dengan
nada kecewa. "lebih baik kita lanjutkan perjalanan." sahut Gu-siang, dengan rasa kecewa keduanya
tidur, dan pada saat tengah malam Gu-liang terbangun, dan samara-samar ia mendengar
pembicaraan disamping kamar
"pangcu, bukankah sebaiknya kita menunggui hutan itu sehingga tidak kedahuluan orang
lain." "untuk apa kita disana, sementara bulan purnama tujuh hari lagi."
"lalu kapan kita akan kesana!?"
"kita akan kesana satu hari sebelum malam bulan purnama."
"tentunya orang-orang lain juga akan banyak berada dihutan itu."
"tidak juga, menurut yang saya dengar, selama ini yang mencari rubah itu hanya empat
perguruan dan dua piauwkiok, dan kita piuwkiok ketiga."
Gu-liang yang mendengar dari balik dinding merasa harapannya muncul kembali.
"hmh..ternyata bulan purnama baru rubah itu muncul, pantas dicari selama tujuh hari ini
dunia-kangouw.blogspot.com
hanya sia-sia." pikir Gu-liang dan kembali membaringkan badan diatas ranjang, Gu-siang
masih terlena dengan tidurnya sambil mendengkur.
Keesokan harinya Gu-siang sudah berkemas dan membangunkan Gu-liang
"Liang-te cepat bangun, kita akan melanjutkan perjalanan." teriaknya sambil menggoyang
tubuh adiknya, Gu-liang membuka matanya,
"Siang-ko apa kita akan meninggalkan kota ini?"
"benar..cepatlah mandi supaya kita berangkat."
"menurut saya kita disini saja dulu."
"heh..kenapa" tidak ada yang kita dapatkan disini."
"Siang-ko, semalam aku mendengar percakapan orang kamar disebelah."
"apa yang kamu dengar?"
"ternyata siang-ko, rubah itu muncul pada bulan purnama, nah,,bukankah baik kita
menunggu disini, dan saat malam purnama kita coba lagi menemukan rubah itu!?"
"apa kamu dengar demikian?" tanya Gu-siang meragu
"benar siang-ko, dan beberapa orang akan menjadi saingan kita dalam mencari rubah
tersebut." "oh ya lalu kenapa selama seminggu kita mencari, tidak ada pun orang dihutan itu?"
"karena mereka tahu rubah itu muncul saat bulan purnama."
"hmh..pantas kalau begitu, baiklah akan kita coba sekali lagi."
"dan juga siang-ko, menurut orang disebelah, saingan itu empat bukoan dan tiga piuwkiok
terhitung mereka." "baik, selama disini kita akan cari tahu tentang bukoan dan piuwkiok itu, mana tahu
mereka juga menginap disini." ujar Gu-siang, adiknya mengangguk, lalu pergi mandi,
setelah itu keduanya turun untuk makan, selama lima hari mereka terus memperhatikan
tamu-tamu yang datang, dan mereka mengetahui bahwa ada dua bukoan dan satu
piauwkiok yang satu tujuan dengan mereka dipenginapan itu.
Piauwkiok disebelah kamar mereka sudah berancang-ancang meninggalkan penginapan
untuk pergi kehutan, karena besok malam bulan purnama akan muncul, saudara kembar
itu pun dengan diam-diam mengikuti piauwkiok yang terdiri dari pangcu dan tiga orang
anak buahnya, keempat orang itu berlari cepat, dan dari gin-kang yang mereka miliki,
pangcu tersebut bukanlah saingan yang ringan, ketika Gu-siang dan Gu-liang melewati
pintu gerbang, dari sebuah gang muncul tiga orang yang juga hendak keluar dari gerbang,
kedua rombongan itu tanpa, kedua saudara kembar itu mengikutinya dari belakang.
dunia-kangouw.blogspot.com
Sesampai dihutan, tiga orang itu mendirikan tenda, dan mengeluarkan alat masak, Gusiang dan Gu-liang memasuki hutan dari sisi lain, keduanya masuk jauh kedalam hutan.
"tentunya saingan yang lain juga akan menginap di hutan ini!?" ujat Gu-siang
"benar siang-ko, sebaiknya kita mencari tempat yang ada pohon yang tinggi, hingga kita
dapat memantau keberadaan mereka."
"benar, Liang-te, dan pohon yang itu sangat tinggi." sahut Gu-siang, sambil menunjuk
pohon yang ada disamping mereka, lalu keduanya duduk dibawah pohon yang tinggi
tersebut. Setelah siang hari, Gu-liang memanjat pohon dan duduk diatas dahan yang tinggi, ia
menatap kearah kota Taiyuan, dan nampaklah tiga orang rombongan memasuki hutan
dari sisi yang berbeda, lalu ia turun kembali
"tiga rombongan sudah memasuki hutan." Ujarnya
"artinya sudah ada lima rombongan selain kita." sela Gu-siang
"kalau benar perkiraan pangcu yang ada disebelah kamar, setidaknya akan ada dua
rombongan lagi yang akan datang." ujar Gu-liang sambil meminum arak yang sudah
mereka persiapkan. Pada saat malam bulan purnama muncul, aktivitas dihutan itu kelihatan, beberapa
rombongan bergerak sambil membawa obor, saudara kembar itu juga mulai bergerak
mencari rubah ekor buntung, satu jam setelah keduanya merambah hutan, tiba-tiba
seekor rubah muncul, kedua saudara itu diam mengintai dan memperhatikan rubah yang
diterangi bulan purnama, dan benar rubah itu ekornya pendek sekali.
Rubah itu bergerak mencari makanan kesana kemari, dan mendekati rombongan lain,
keadaan makin sepi, dan dua rombongan yang pakai obor masih sibuk disebelah lain,
rubah it uterus bergerak kearah rombongan yang membawa obor, setelah dekat rubah itu
terkejut dan berlari cepat, rombongan yang menggunakan obor mematikan obor, suasana
samar sekitar tempat terakhir rubah itu sebelum menerobos semak-semak.
Tiba-tiba rombongan lain yang memakai obor padam, dan gerakan rubah muncul di
tempat pertama dia menghilang, kedua bersaudara itu mulai lagi mengikuti gerakan rubah
tersebut, dan tentunya rombongan yang lain melakukan hal yang sama, setelah rubah
mnerasa kenyang, rubah itu berlari kearah hutan sebelah barat, kelabatan bayangan para
pengintai bergerak kearah larinya rubah, satu jam kemudian rubah itu berhenti dibawah
pohon kayu sebesar empat pelukan lelaki dewasa, pohon itu tidak tinggi, hanya setinggi
tiga tombak, rubah itu mengelilingi pohon tersebut, dan menyusup pada sebuah lobang
dibawah akar pohon itu, tempat yang dipenuhi para pengintai hening beberapa saat.
"sarangnya disekitar pohon ini, mari kita cari."
"ya..mari kita cari.." sahut yang lain, empat orang melangkah mendekati pohon itu,
kemudian tiga orang muncul
"kita harus menentukan siapa yang akan menguasai area ini."
dunia-kangouw.blogspot.com
"hmh".baik jika kalian memang berani." sahut rombongan yang pertama
"tunggu dulu, kami juga ada disini." sela seorang dari tiga orang yang muncul, lalu
rombongan yang lain muncul, sehingga jumlah orang disekitar pohon itu ada dua puluh
orang yang terdiri dari tujuh rombongan.
"saya yakin masih ada diantara kita yang belum muncul, kalian keluarlah!" seru seorang
bertubuh besar dan jenggot yang lebat, Gu-siang dan Gu-liang muncul.
"apa maksudnya sekarang!?" tanya pangcu disebelah kamar saudara kembar
"kita memiliki maksud yang sama untuk mendapatkan isi sarang rubah, dan sarang rubah
itu ada disekitar pohon ini, jadi besok pagi kita akan mengadakan pibu untuk
memperebutkan tempat ini." sahut lelaki berjenggot lebat.
"baik, cara itu saya dukung." sahut lelaki muda berikat kepala.
"baik kita sepakat dengan itu, jadi mari kita ambil posisi masing-masing." sela lelaki yang
memegang tongkat berkepala ular sanca, lalu masing-masing mengambil posisi dan
duduk menantikan pagi. Ketika matahari muncul semuanya sudah siap menjalani pibu.
"saya adalah Cu-tung-hai pimpinan "tung-kiam" (pedang timur) piauwkiok, saya
menantang salah satu dari kalian untuk pibu, dan jika saya kalah, maka kami akan
meninggalkan tempat ini, dan jika saya menang, saya menunggu pemenang yang lain
untuk pibu." "sepakat, saya Lou-can pangcu"L:iong-thin" (naga langit) piauwkiok menantang Loupangcu." sela pangcu yang sepenginapan dengan si saudara kembar.
"baik, terimalah seranganku!" sahut Cu-pangcu dengan gerakan gesit menyerang.
Pertempuran tangan kosongpun terjadi, keduanya dengan gerakan-gerakan cepat dan
kuat berusaha saling merubuhkan, setelah tujuh puluh jurus, Cu-pang-cu mengeluarkan
cambuk dan menyerang Lou-pangcu, Lou-pangcu juga tidak mau kalah, maka tongkat
berkepala naga dilempar anak buahnya, pertempuran kian berlangsung seru, Lou-pangcu
memutar tongkatnya membendung senjata panjang dan lemas dari lawan, dan pada satu
kesempatan cambuk membelit kepala tongkat, dan dengan satu hentakan Lou-pangcu
membuat Cu-pangcu limbung karena kalah tenaga, lalu tiba-tiba satu sodokan mengenai
ulu hati Cu-pangcu. Cu-pangcu merasa langit berputar, nafasnya sesak lalu terduduk, setelah beberapa saat,
mukanya yang tadi pucat berangsur-angsur memerah
"saya mengaku kalah." serunya sambil berdiri dan mundur meninggalkan area tersebut.
"saya Coa-leng kauwsu"Sanca-Coa-tung" ( tongkat ular sanca) menantang salah satu dari
kalian." ujar lelaki tua bertongkat ular sanca.
dunia-kangouw.blogspot.com
"baik, saya Kui-lo-meng kauwsu"Lam-hong-kiam" (pedang angin selatan) akan meladeni
anda." Sahut lelaki separuh baya dan bertudung petani.
Kemudian keduanya mulai bertempur dengan seru, gerakan keduanya luar biasa cepat,
tongkat Coa-leng menderu mencecar tubuh lawannya, namun Kui-lo-meng tidak undur
bahkan membalas dengan tidak kalah gencarnya dengan gelombang kilatan pedangnya
yang menggiriskan. Pada saat memsuki jurus ke seratus, tongkat Coa-leng menghantam pundak Kui-lo-meng,
hingga pundaknya patah dan kemudian batang tombak menghantam dari bawah
mengenai siku, sehingga Kui-lo-meng menjerit dan pedangnya lepas, lalu dia pun mundur
dan tanpa bicara meninggalkan tempat dengan dua orang muridnya.
Enam orang sudah meninggalkan tempat, lalu lelaki muda berikat kepala itu maju
"saya Can-kui pangcu"Hui-kiam" pedang terbang piauwkiok mengajukan tantangan."
"saya Lie-tan kauwsu"sin-tiauw" (rajawali sakti) akan mencoba melayani." Sahutnya
sambil melangkah ketengah gelanggang.
"silahkan yang tua duluan menyerang." ujar Can-kui
"anda yang menantang, silahkan duluan menyerang." sahut Lie-tan
"baik..terimalah..!" sahut Can-kui sambil membuka serangan, keduanya memulai duel
dengan tangan kosong, tenaga Can-kui amatlah kuat dan cepat, Lie-tan dengan tenang
mengimbangi serangan, dan juga membangun serangan yang tidak kalah bahayanya, trik
dan pancingan dikerahkan, namun sampai seratus jurus keduanya imbang.
Setelah keduanya tidak ada yang menang, lalu pedang merekapun diadu, suara
beradunya pedang dan percikan bunga api membuat pertempuran itu amat menakjubkan
dan menegangkan, kilatan-kilatan pedang saling mengurung lawan, dan seratus juruspun
berlalu, namun keduanya masih imbang dan sulit menentukan kemenangan, akhirnya
lima puluh jurus kemudian, Can-kui harus mengakui bahwa daya tempur Lie-tan lama
dibandingkan dengan dirinya, dia sudah merasa lelah, dan hal itu dimamfaatkan baik oleh
Lie-tan, sehingga Can-kui terdesak hebat, dan akhirnya pedangnya jatuh karena
lengannya kena gores pedang Lie-tan, Can-kui dan anak buahnya meninggalkan tempat.
"Sekarang tinggal dua rombongan, saya Tio-dang kauwsu"coa-san-kok" (lembah bukit
ular)" ujarnya sambil melihat dua orang kembar."
"saya terima tanyangan anda." sahut Gu-liang, sambil melangkah ketengah gelanggang,
keduanya saling tatap dan mengukur keadaan, lalu secara bersamaan mereka saling
menyerang, pertempran dahsyatpun berlangsung seru, ilmu tangan kosong bekas rampok
ini adalah ilmu-ilmu pah-sim-sai-jin yang diturunkan Ma-tin-bouw, dan daya serangnya
amat cepat dan ganas, hingga dalam waktu lima puluh jurus, Tio-dang sudah terpuruk
dan terdesak, untungnya Tio-dang menyadari keadaan dan menghindar dengan
menjauhkan diri "saya mengaku kalah." serunya dengan nafas memburu, karena pengakuan itu Gu-liang
dunia-kangouw.blogspot.com
berhenti, dan menyimpan kembali tenaga yang sudah siap menewaskan Tio-dang dengan
pukulan"thian-te-cio-kang"
Setelah Tio-dang meninggalkan hutan, tinggal empat rombongan, lalu Coa-leng maju.
"siapakah diantara kalian yang akan melawan saya."
"saya yang akan meladeni anda." sahut Lou-pangcu, lalu keduanya pun mulai bertempur,
dua tongkat dengan kepala ular saling beradu dan mengaung, semakin lama
peretempuran itu makin gencar dan menegangkan, keduanya sama-sama cekatan
memainkan tongkatnya, saling hantam dan saling sodok, namun keduanya sama-sama
punya pertahanan yang kuat.
Pertempuran sudah berlangsung sangat lama, dan tidak terasa senja sore mulai datang,
namun pertempuran masih berkutat ulet, tiba-tiba Gu-liang menyerang Lie-tan,
"waktu kita hemat, marilah kita bertanding." Serunya.
Lie-tan yang sejak awal waspada, tidak gugup, dengan serangan ayunan pedang, dia
menyambut Gu-liang, Gu-liang dengan gerakannya yang lincah dan ganas mendesak Lietan, namun Lie-tan dengan alot bertahan dan mengerahkan ilmu pedang rajawalinya yang
luarbiasa,namun lawannya ini boleh dikatakan adalah cucu murid dari Pah-sim-sai-jin, dan
kali ini ilmu ganas"thian-te-cio-kang" mengambil nyawa, pada jurus kelima puluh, pukulan
yang mengarah perut tidak bisa dielakkan, karena sentilan Gu-liang pada siku Lie-tan
membuat tangan itu mati rasa, dan pedangnya jatuh, dan sebuah pukulan dahsyat
menghantam perutnya hingga pecah, tanpa bersambat Lie-tan tewas seketika.
Lou-pang-cu dan Coa-leng terkesima, dan lebih terkejut dua saudara kembar itu
menyerang keduanya, mereka yang sudah kepayahan, berusaha mengelak, namun
dalam lima gebrakan pukulan dahsyat warisan Pah-sim-sai-jin menghantam kepala
mereka dan otak mereka berhamburan, para anak buah tiga rombongan segera
menyerang, namun dua kali hentakan, anak buah dan murid itu terlempar dengan nyawa
melayang. Matahari pun tenggelam, hari yang suram seakan ikut menyatakan tragisnya
pembunuhan didalam hutan tersebut, dua saudara kembar itu melemparkan sepuluh
mayat itu kesebuah lembah dua tombak di sebelah pohon besar, dan kemudian mereka
bersandar istirahat pada pohon.
"besok kita lanjutkan pencarian sarang rubah itu." ujar Gu-siang sambil melorot
merebahkan diri, Gu-liang mengangguk dan merebahkan badan
"aku lapar, kita cari buruan Siang-ko."
"untuk apa capek-capek, buntalan she-lie itu ada dua panggang ayam, marilah kita
makan." sahut Gu-siang, lalu keduanya melahap ayam panggang milik Lie-tan.
Keesokan harinya, keduanya mulai mengorek-ngorek liang dibawah akar pohon besar,
tiba-tiba tangan Gu-siang mendapatkan tali dari dalam liang, lalu dengan sekali hentakan
tali ditarik dan ternyata tali itu mengarah pada sebuah semak, dan dibawah semak itu ada
dunia-kangouw.blogspot.com
sebuah batu yang runcing, lalu Gu-siang menarik batu, dan kemudian semak itu amblas
kebawah sedalam dua meter.
"Gu-liang menggali rerutuhan tanah yang amblas, dan akhirnya keduanya mendapatkan
sebuah peti seukuran setengah peti mayat, dengan wajah gembira Gu-liang membuka
peti, dan tiba-tiba, dua batang anak panah meluncur kearah perutnya, dengan gerakan
cepat Gu-liang menyamping, sehingga anak panah lewat didepan perutnya yang hanya
satu inci. Setelah peti terbuka, kilauan emas permata berkilau ditimpa cahaya mentari, Gu-liang
mengangkat peti dan diterima Gu-siang, keduanya bersandar sambil memperhatikan
tumpukan emas permata yang memenuhu peti, Gu-liang meraup benda itu dengan
senyum dan tawa gembira. "eh ada apa dibawa tumpukan emas ini." gumam Gu-siang, lalu dengan cepat ia meraup
lebih dalam dan ternyata sebuah kitab ilmu silat yang pada sampulnya tertulis"thian-teliong-kun-hoat" (ilmu pukulan naga jagad) dan"liong-Ban-Hai-hoat" (ilmu kibas seribu
naga) "hahaha..hahaha"liang-te, nasib kita sungguh mujur, disamping mendapatkan harta kita
juga mendapatkan kitab ilmu silat."
"benar sekali Siang-ko..hahaha..hahaha." sahut Gu-liang
"bagaimana menurutmu Liang-te, apa selanjutnya yang kita perbuat."
"bukankah lebih baik kita menikmati kemewahan dan mempelajari kitab ini, jadi kita
kembali ke Taiyuan dan hidup mewah sambil mempelajari kitab ini."
"hmh"demikian sangat tepat liang-te, mari kita kembali ke dalam kota." sahut Gu-siang,
lalu keduanyapun meninggalkan hutan dan memasuki kota Taiyuan, dalam jangka
sebulan mereka sudah menjadi orang kaya yang hidup berkecukupan dalam sebuah
rumah yang besar dan mewah.
Hari-hari demi hari mereka mempelajari isi kitab, hingga tidak terasa sembilan tahun ilmu
dalam kitab itu sempurna mereka kuasai, dan kemudian untuk menambah kekuatan dan


Delapan Dewa Iblis Kwi Sian Pat Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kewibawaan mereka dikota Taiyuan, kakak beradik itu membuka bukoan yang
bernama"sian-siang-bukoan"
Dalam menerima murid, keduanya sangat seleksi, mereka hanya menerima murid-murid
yang berbakat dan bertulang baik, dan dalam jangka enam tahun, mereka hanya memiliki
seratus orang murid, yang kesemuanya menjadi murid-murid yang luarbiasa, masyarakat
Taiyuan sangat takut dengan perguruan ini, karena disamping murid-muridnya yang hebat
dan sakti, mereka juga sangat arogan dan mau menang sendiri, tidak ada yang dapat
menentang mereka, murid-murid dengan bebas melakukan apa saja yang mereka
inginkan, main judi atau main sudah merupakan kebiasaan mereka.
"Swat-san-kok" (lembah bukit salju) terletak di kota Golmud wilayah barat, daerah bersalju
dan berhawa dingin, sepasang kakek dan nenek sedang kejar-kejaran menuju puncak
bukit, hawa dingin seakan tidak mereka rasakan, keduanya adalah sepasang kekasih
dunia-kangouw.blogspot.com
pada dua puluh tahun yang silam, keduanya aktif menjadi rampok dibawah pimpinan Matin-bouw.
Setelah Ma-tin-bouw membubarkan kelompoknya, Yang-ma-kiu menuju wilayah barat
bersama kekasihnya Zhang-kui-lan, tujuan dari sepasang kelana tersebut adalah untuk
menuntut ilmu yang lebih tinggi untuk membalas dendam pada she-taihap.
Hubungan sepasang kekasih seratus persen bersatu hati, namun tidak dengan tubuh,
tubuh mereka boleh meraih kenikmatan dengan lain pasangan, yang penting jika ada rasa
suka, masing-masing dapat melampiaskan keinginan nafsu badani mereka, pasangan itu
sangat serasi, karena zhang-kui-lan adalah perempuan yang berwajah cantik, dengan
tubuh yang sintal padat menggairahkan, sementara Yang-ma-kiu adalah lelaki tampan
dengan tubuh kekar dan gagah.
Setelah tiga bulan perjalanan, keduanya sampai dikota xining, ketika mereka sedang
berjalan-jalan menikmati suasana kota pada sore hari, keduanya berpapasan dengan
seorang koncu muda dan tiga rekannya yang juga sedang berjalan-jalan menikmati
susana sore, Zhang-kui-lan mengerling pemuda dengan senyum memikat, si kongcu
merasa jantungnya berdegup, kerlingan manja itu laksana gunting memutuskan tali
jantungnya sehingga darahnya berdesir menyesakkan dadanya.
Dengan gugup ia berhenti karena terpana akan wajah yang telah menggodanya
"kongcu! sedang menikmati suasana sore?" sapa Zhang-kui-lan dengan senyum semanis
madu, makin bergetar hati si kongcu
"benar nona, nona sedang melakukan hal yang sama juga, bukan?"
"benar kongcu, suasana kota xining sangat nyaman dikala sore hari."
"kenalkan nona saya adalah Phang-bouw-lam."
"hik..hik" saya Zhang-kui-lan." sahut Zhang-kui-lan sambil tertawa dengan menutup
bibirnya yang ranum basah, gerakan manja itu semakin membuat phang-kongcu
blingsatan. "lalu tuan ini siapakah?" tanya Phang-kongcu pada Yang-ma-kiu
"saya adalah Yang-ma-kiu, suhengnya."
"kalau begitu kalian tentunya adalah pesilat-pesilat tangguh."
"hmh".begitulah, dan kami sedang berkelana dan kebetulan lewat kota xining."
"wah..alangkah bagusnya nona menginap dirumah kami."
"ah"tentu itu merepotkan Phang-kongcu." tolak Zhang-kui dengan nada manja
"tidak merepotkan lan-moi."
"hik..hikk" apakah aku tepat menjadi adikmu!?"
dunia-kangouw.blogspot.com
"tentu, aku ini sudah berumur dua puluh tiga, sementara kamu setidaknya setahun lebih
muda dari saya." "hik..hik"baiklah lam-koko." sahut Zhang-kui-lan merasa lucu, tebakan Phang-kongcu
tentang umurnya sangat salah, karena umurnya sudah menginjak empat puluh tiga tahun.
"bagaimana suheng, apakah kita sebaiknya menginap ditempat kongcu yang tampan ini?"
"kalau tidak merepokan terserah kamu sajalah."
"baiklah Lam-koko, kami akan ikut kamu."
"kalau begitu marilah, rumah kami di sebelah selatan kota." sahut Phang-kongcu dengan
wajah gembira Kedatangan Phang-kongcu dan kedua temannya disambut para pengawal, Phang-kongcu
membawa kedua teman barunya keruang tengah, diruang tengah, Phang-loya dan
Phang-hujin sedang duduk beserta seorang lelaki dan dua orang perempuan lain, kedua
perempuan itu adalah adik dan kakak perempuan Phang-kongcu.
"siapa yang kamu bawa ini Lam-ji!?"
"kenalkan ayah, ibu, kedua temanku ini ahli silat, yang ini Yang-ma-kiu, dan yang ini
Zhang-kui-lan. "oo" kalau begitu silahkan duduk." ujar Phang-loya
"ya"marilah duduk Lan-moi, ini kedua ayahku, dan ini kakaku Phang-liu-cai dan ini suami
kakaku Sim-hak-lun, dan ini adik perempuanku namanya phang-lan-hui." ujar Phangkongcu memperkenalkan keluarganya.
Yang-ma-kui dan Zhang-kui-lan duduk sambil melempar senyum ramah.
"darimanakah asal kalian dan benarkah kalian ahli silat!?" tanya Phang-loya
"kami dari wilayah timur dan memang kami ahli silat." Jawab Yang-ma-kui.
"ayah"bukankah ayah cari ahli silat untuk mengawal rumah kita ini."
"benar, tapi apakah dua kawanmu ini mau bekerja dengan kita."
"tentu mau, mau kan Lan-moi!?" sela Phang-kongcu sambil menatap wajah Zhang-kui-lan.
"baiklah kalau keluarga Phang membutuhkan ahli, kami akan senang menerimanya."
"hahah..hahaha" bagus, aku gembira sekali ayah, Lan-moi sudah setuju." sela Phangkongcu.
"sudah kalau begitu, marilah kita makan dulu, dan baru kita bicarakan hal selanjutnya."
dunia-kangouw.blogspot.com
ujar Phang-loya, lalu mereka menuju ruang makan, Phang-kongcu demikian gembira dan
semangat, karena kehadiran Zhang-kui-lan yang telah menaklukkan hatinya.
Setelah selaesai makan, mereka kembali keruang tengah
"nona zhang, dan tuan Yan, rumah kami ini beberapa hari yang lalu didatangi pencuri, dan
mengambil barang antik berupa patung dewi kwam-im yang terbuat dari giok batu bintang,
patung itu warisan leluhur kami, dan kami sangat berharap patung itu didapatkan
kembali." "apakah maksud loya, kami bertugas mencari patung itu?" tanya Yang-ma-kui
"benar dan sambil menjaga rumah kami dari niat jahat pencuri."
"baiklah loya, kami berunding dulu, apakah pekerjaan ini akan sanggupi atau tidak, dan
besok akan kami ber jawaban." sahut Zhang-kui-lan."
"baiklah kalau begitu, dan sekarang silahkanlah istirahat, pelayan antara kedua pendekar
ini kekamarnya." ujar Phang-loya.
"Lan-moi, mari"saya antar kekamar." tawar Phang-kongcu dengan semangat, Zhang-kuilan tersenyum dan lalu mengikuti Phang-kongcu.
Pada malam harinya, dikamar Zhang-kui-lan, sepasang kekasih itu berembuk
"kalau hanya untuk melapiaskan birahi, untuk apa kita capek-capek bekerja pada
mereka." tegur Yang-ma-kui
"tidak mengapa, nanti kalau saya sudah bosan, kita tinggal pergi saja."
"kalau begitu benar, dan saya juga akan memangsa adiknya yang berwajah imut itu."
"hik..hik.. tentunya permainan kita ini sangat memuaskan."
"kalau begitu, pergilah ke ruang pustaka, nampaknya pemuda yang sudah birahi itu ada
disitu." "nanti sajalah, malam ini aku ingin kita berdua memadu kasih diatas ranjang empuk ini."
"hmh"nanti tengah malam saya akan mendatangimu." sahut Yang-ma-kui, sambil
meremas buah dada sambil melumat bibir Zhang-kui-lan, kemudian ia keluar dengan
senyum hangat. Keesokan harinya, Zhang-kui-lan dan Yang-ma-kui menghadap Phang-loya
"Phang-loya, kami sudah berembuk dan sepakat untuk menyanggupi tugas tersebut." ujar
Yang-ma-kui "baiklah kalau brgitu, kami senang mendengarnya." sahut Phang-loya
dunia-kangouw.blogspot.com
"hari ini kami ingin bicara dengan segenap pengawal maupun pelayan, untuk
membicarakan pencurian tersebut."
"demikian juga bagus, silahkanlah kalau begitu." sahut Phang-loya, lalu sepasang kekasih
itu pun menemui semua pengawal, dan tidak ketinggalan phang-kongcu dan adik
perempuannya yang berumur delapan belas tahun ikut dalam pertemuan itu, Phang-lanhui juga tertarik pada Yang-ma-kui, hanya karena Yang-ma-kui lebih tua darinya sehingga
ia masih dapat mengendalikan diri, tidak seperti kakaknya Phang-bouw-lam.
"tiga hari yang lalu rumah loya kedatangan pencuri, dan kami disini akan coba mengusut
kasus tersebut, jadi kepada semua yang hadir kami minta informasi dari orang yang
mungkin melihat pencuri tersebut."
"baiklah tuan Yang, ada tiga orang dari kami yang sempat melihat pencuri itu."
"ceritakanlah!"
"malam itu kami sedang berada dibelakang bagian pustaka, dan kami melihat jendela
pustaka sedikit terbuka, ketika kami melihat kedalam dua orang sedang menobrak-abrik
ruangan, lalu salah satu dari kami memukul kentungan sambil berteriak, kedua pencuri itu
panik dan keluar dari jendela, lalu kami menyerang keduanya dan berusaha
melumpuhkannya, tapi dua orang itu sangat kuat dan gesit, sehingga kami tidak berdaya,
beberapa kawan juga yang sudah mendatangi tempat itu, lumpuh dan tidak berdaya."
"apakah lopek mengenali wajahnya?"
"kami tidak kenal, karena keduanya pakai topeng
"lalu apakah ada cirri-ciri pada tubuh keduanya yang kalian ingat?"
"ada tuan yang, seorang dari mereka tanda hitam dilambungnya."
"bagaimana kamu dapat melihat tanda itu?"
"saat mereka keluar dari jendela, baju orang itu sobek dibagian bawah ketiak hingga
perut." "apakah orang itu gemuk atau besar?"
"orang itu memang besar dan baju yang dipakainya nampak kekecilan."
"baiklah, informasi sudah merupakan awal untuk menyelidiki, dan sekarang bubarlah."
ujar Yang-ma-kui, lalu semuanya bubar, Phang-kongcu masih berdiri menatap Zhang-kuilan.
"apakah kongcu menungguku!?"
"benar, marilah kita ke taman belakang, aku ingin bicara denganmu Lan-moi."
dunia-kangouw.blogspot.com
"baiklah, marilah." sahut Zhang-kui, Yang-ma-kui melirik Lan-hui yang sudah keluar dari
ruangan pertemuan itu. "phang-siocia"!" seru Yang-ma-kui sambil mempercepat langkahnya
"ada apa tuan yang?"
"kamu ada waktu, saya ingin membicarakan sesuatu."
"oh"apakah yang mau tuan Yang katakan?"
"sebaiknya kita duduk untuk membicarakannya." ujar Yang-ma-kui, lalu keduanya kembali
keruang pertemuan untuk duduk.
"apakah menurutmu ayahmu mempunyai musuh?"
"setahu saya tidak tuan Yang."
"apakah kamu ada hubungan dengan lelaki lain?"
"ah..saya belum memiliki pacar tuan Yang, aku masih delapan belas tahun." jawab
Phang-siocia dengan wajah bersemu merah.
"kenapa tuan Yang menanyakan hal itu?"
"wajahmu amat cantik siocia, dan tentunya banyak lelaki yang menaksir nona, jadi saya
kira entah ada mungkin lamaran yang ditolak sehingga menimbulkan dendam."
"tidak tuan yang, tidak ada orang yang datang melamarku, ayah juga belum mengungkitungkit masalah itu, karena Lam-ko belum juga mendapatkan istri."
"apakah kakakmu sedang mencari calon istri?"
"tidak tahu, tapi melihat sikapnya pada nona Lan, sepertinya lam-ko sangat menyukainya,
benarkan tuan Yang dan nona Lan tidak ada hubungan kecuali saudara seperguruan?"
"kami hanya saudara seperguruan, dan dia masih muda sementara saya kan sudah tua."
"tuan Yang memang sudah berumur, namun wajah tuan Yang sangat tampan."
"ah kamu mengejek aku phang-siocia," sahut Yang-ma-kui dengan senyum memikat, Lanhui yang melihat senyum itu dari dekat tak dapat tidak bergetar juga hatinya.
"berapakah umurmu tuan Yang?"
"menurutmu berepakah umurku phang-siocia?"
"ng"mungkin tiga puluh lima tahun."
"hahaha..hahaha" bagaimana bisa tebakanmu tepat nona?" tanya Yang-ma-kui sambil
dunia-kangouw.blogspot.com
senyum dan menatap mesra, namun dibalik itu hatinya cekikian karena umurnya sudah
empat puluh lima. "ah..itu hanya kebetulan tepat, lalu kenapa tuan Yang tidak menikah?"
"mungkin aku terlalu sibuk belajar sehingga lupa memikirkan perempuan, dan saat sudah
ingin ternyata sudah terlambat, dan perempuan yang aku sukai mungkin melihat aku
sudah berumur, hingga mereka menolak"
"benar, mungkin saja demikian." gumam Phang-lan-hui.
Sementara ditaman belakang terjadi percakapan
"Lan-moi, sejak kita bertemu, aku sudah terpikat oleh kecantikanmu."
"hik"hik"kongcu sangat terbuka dan membuat aku jadi malu."
"sungguh Lan-moi, aku tidak bisa lagi mengendalikan diriku, sejak semalam aku sangat
merindukanmu." "bagaimana yah" aku sebenarnya, ah..aku malu, sudahlah Lam-ko."
"apakah kamu takut Lan-moi!?"
"tidak, hanya aku harus mengerjakan tugasku, oh ya Lam-ko, ada berapakah bukoan dan
piauwkiok di kota ini?"
"persisnya aku tidak tahu Lan-moi, hanya bukoan yang saya tahu hanya dua dan tiga
piauwkiok, kenapa kamu menayakan hal itu?"
"Karena pencuri itu memiliki keahlian silat, dan karena itu bukoan dan piauwkiok patut
dicurigai." "ah"begitu rupanya, tapi Lan-moi jika kita bicara, bisakah kamu tidak menyinggung
tugasmu?" "tapi itu sudah tugasku untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkan patung yang
dicuri." "memang benar Lan-moi, tapi jika kita bertemu bicaralah tentang kita."
"Lam-ko, kamu demikian cepat mengajukan cintamu, membuat aku salah tingkah dan
malu." "Lan-moi, perasaan cintaku padamu laksana badai yang menghantam jiwaku, aku tidak
tahan, wajahmu demikian mempesona membuat aku rindu tidak terperi."
"lam-ko"aku"aku".senang koko."
"ah..kalau begitu kamu juga mencintaiku, lan-moi." sela Phang-kongcu gembira sambil
meraih tangan Zhang-kui-lan sehingga tubuh keduanya makin mempet, Phang-kongcu
dunia-kangouw.blogspot.com
yang melihat mata Zhang-kui-lan demikian bulat menyinarkan sedikit ketakutan tapi penuh
kemanjaan yang menggoda semakin tidak terkendali, bibirnya langsung menyergap bibir
Zhang-kui-lan, Zhang-kui-lan sedikit meronta jual mahal, hal itu membuat Phang-kongcu
semakin bernafsu "Lam-ko sudah".malu" nanti dilihat orang." bisik Zhang-kui-lan manja dengan desahan
nafas yang memburu, Phang-kongcu melihat sekitarnya dan baru menyadari mereka di
ruang terbuka "ah"kamu sangat menggemaskan sayang." desah Phang-kongcu sambil mencuri
remasan pada buah dada Zhang-kui-lan, Zhang-kui-lan menjerit kecil dengan kerlingan
marah tapi mau. "Lam-ko aku akan kembali kekamarku." ujar Zhang-kui-lan dengan senyum memikat,
"baiklah"Lan-moi." sahut Phang-kui dengan sejuta gejolak birahi dalam hatinya, hatinya
yakin bahwa zhang-kui-lan juga menginginkanya, dengan senyum bahagia Phang-kongcu
meninggalkan taman, kegembiraan sangat nyata di raut wajahnya.
"bagaimana menurutmu cerita pengawal tadi siang." tanya Yang-ma-kui
"menurutku, kita coba menyelidiki keluar yakni ditempat-tempat bukoan dan piauwkiok,
hanya untuk meyakinkan pada she-phang itu kita serius menaganinya."
"menurut saya juga demikian."
"lalu bagaimana dengan si kongcu?"
"si-kongcu sudah amat basah, hik..hik?"
"aku juga sudah melihat ketertarikan nona mungil itu kepadaku."
"baiklah besok kita akan keluar setengah hari, lalu kemudian kembali kesini." ujar Yangma-kui sambil berdiri meninggalkan Zhang-kui-lan.
Zhang-kui-lan memasuki kamarnya, dan membuka pakaiannya satu persatu hingga ia
telanjang, lalu menaiki ranjang dan menarik selimut, dengan senyum ia memajamkan
mata, hatinya meyakini bahwa phang-pangcu akan menerobos kamarnya, ia dapat
merasakan api birahi yang sangat berkobar pada pandangan Phang-kongcu, ia demikian
senang mempermainkan dan merasakan gejolak nakal sang kongcu.
Tepat tengah malam, Phang-kongcu melewati kamar Zhang-kui-lan, dengan hati-hati ia
menempelkan telinganya didaun pintu, merasa tidak ada gerakan, dan zhang-kui-lan
sepertinya sudah tidur, dengan nafsu yang meledak-ledak, ia mencoba memegang
gerendel dan ternyata tidak dikunci, peluang itu membuat birahi phang-kongcu makin
nanar, dengan langkah pelan ia memasuki kamar dan mendekati ranjang zhang-kui-lan.
Mata Phang-kui-lan terbeliak ketika melihat paha mulus zhang-kui-lan yang tersingkap,
matanya menatap lekat pada paha putih mulus yang tepangpang, dengan tangan gemetar
Phang-kongcu meraba dan mengelus paha zhang-kui-lan, terasa hangat dan lembut,
phang kongcu makin berani mencoba menyingkap selimut lebih lebar, dan nafasnya
berhenti ketika melihat zhang-kui-lan tidak memakai apa-apa, bagian bawahnya jelas
dunia-kangouw.blogspot.com
terpangpang, Phang-kongcu tidak kuasa lagi melihat pemandangan yang membuat
nafsunya menggelora, dengan hentakan nafsunya yang membludak, ia menindih tubuh
dan melumat bibir Zhang-kui-lan, beban tubuh itu membangunkan zhang-kui-lan, dan
dengan mata terbeliak ia menatap wajah Phang-kongcu yang memerah karena nafsu
"Lam-ko..ah"apa yang kamu lakukan?" tegurnya sedikit menolak
"ah"sayang..aku..aku tidak kuasa menahan hasratku, aku"aku ingin mencumbumu, oh
lan-moi sayang, aku akan curahkan cinta dan hasratku padamu." jawab Phang-kongcu
dengan terbata-bata dan nafas yang memburu.
"apakah orang semua sudah tidur?" bisik Zhang-kui-lan, mendengar bisikan itu makin
terbakar nafsu Phang-kongcu, bisikan itu berupa persetujuan terselubung dalam
pendengaran Phang-kongcu, selimut yang menghalangi disingkirkan, pakainnya dibuka
dengan cepat, dan dengan ketelanjangannya meraup tubuh hangat dan lembut Zhangkui-lan dalam dekapannya.
Phang-kongcu muncumbu zhang-kui-lan dengan segenap cinta dan birahinya, Zhang-kuilan yang sangat berpengalaman sangat pandai menyentak-nyentak birahi Phang-kongcu,


Delapan Dewa Iblis Kwi Sian Pat Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Phang-kongcu semakin semangat menunggang tubuh hangat Zhang-kui-lan, dibawah
Zhang-kui-lan bergerak erotis sambil melenguh dan mengerang menikmati permainan
Phang-kongcu, semuanya itu membuat Phang-kongcu semakin ganas dan kuat mendaki
puncak kenikmatan. Phang-kongcu dengan birahinya yang besar sangat memuaskan Zhang-kui-lan, Phangkongcu tuntas sebanyak tiga kali meraih puncak kenikmatan, satu pengalaman pertama
yang akan terus dia ingat, rasa sayang dan cintanya pada wanita dipelukannya ini
membuat hatinya bahagia dan keinginan untuk memilikinya semakin besar.
Menjelang pagi, Phang-kongcu meninggalkan kamar Zhang-kui, melewati kamar adiknya
dan terus masuk kamarnya, dengan tubuh lunglai dia merebahkan diri diatas ranjang dan
tertidur dengan rasa puas tergambar diwajahnya, malam itu juga terjadi hal yang sama
dikamar Yang-ma-kui, dimana Phang-lan-hui, mereguk kenikmatan sanggama yang
pertama dengan lelaki tampan yang matang dan penuh simpatik.
Awalnya ketika Yang-ma-kui pergi ketaman setelah meninggalkan Zhang-kui-lan,
sesampai ditaman ternyata Phang-lan-hui sedang duduk sambil menikmati bulan yang
berhiaskan bintang gemintang dilangit luas
"eh..phang-siocia ternyata, kenapa belum tidur?"
"tuan yang rupanya, aku"aku" kegerahan dan keluar untuk cari angin."
"hmh".malam ini ternyata sangat indah, bulan purnama demikian cemerlang bertabur
bintang." "apakah tuan Yang suka menikmati bulan purnama?"
"akhir-akhir ini sering saya menikmati munculnya bulan purnama, dan rasanya dapat
menimbulkan suasana hati yang nyaman dan melupakan kegersangan hidup."
dunia-kangouw.blogspot.com
"tuan Yang ternyata romantis juga."
"di usia seperti ini jujur memang aku laksana sahara yang mengharapkan turunya hujan,
romantismelah satu-satunya jalan untuk melembabkan hati yang kering, terlalu sulit
rasanya untuk mengembalikan waktu masa muda, namun disesalipun tiadalah guna."
"tuan Yang! kamu amat simpatik dan memikat hati."
"aku ini pemuda berumur, hanya Phang-siocia yang berkata demikian."
"aku sungguh-sungguh tuan-Yang."
"hmh"simpatik dan memikat"! kalau tawar karena usia, itu sama halnya, tetaplah hati
tidak pernah basah oleh curahan wanita yang mencinta."
"masih banyak wanita yang akan mengesampingkan usianmu tuan Yang."
"siapakah, dimanakah dan kapankah wanita itu aku jumpai" besar kemungkinan wanita
seperti itu hanya ilusi."
"tuan Yang bagaimanakah pendapatmu tentang saya?"
"Phang-siocia, tiada cacat cela yang saya temukan pada dirimu, kamu wanita muda yang
penuh semangat, wajahmu cantik menarik, tutur katamu sopan sangat meneyenagkan,
tubuh bagus dengan segala keindahan." rayuan maut Yang-ma-kui mulai menguasai hati
Phang-lan-hui yang baik dan polos, rasa simpatik yang ia rasakan saat bertemu dengan
Yang-ma-kui berubah menjadi iba, dan rayuan penuh pujian yang barusan ia dengar
membuat hatinya melambung dan senang.
"tuan Yang pandai berkata-kata." sahutnya sambil menundukkan kepala karena jengah
dengan pujian manis Yang-ma-kui.
"aku jujur mengungkapkan apa yang saya lihat dan rasakan, berbahagialah orang yang
mendapat perhatian dan cinta darimu Phang-siocia, sesal yang terlambat kita bertemu
dalam kondisi aku sudah berumur"
"ah..tuan Yang siapakah yang bisa menerka jodoh, bisa jadi kamu mendapatkan jodoh
diusia tua." "kata-katamu Phang-siocia menyejukkan hatiku yang gersang kerontang, setitik harapan
mencuat dari kepundan jiwaku, yah..jodoh siapakah yang dapat mengetahui?" sahut
Yang-ma-kui nada mendesah, mebuat Phang-lan-hui makin iba dan sayang, pandangan
usia yang mengganjal hatinya hancur menorehkan iba dan saya pada pemuda simpatik
dan tampan dihadapannya. Yang-ma-kui menghirup dalam udara malam sambil memajamkan mata, sikap itu
membuat Phang-lan-hui ingin menghiburnya dan menghangat hati yang ia tahu sangat
kering dan kesepian, pemuda tampan yang sudah berumur, tiba-tiba Phang-lan-hui
mendekati Yang-ma-kui, Yang-ma-kui menoleh dengan tatapan harap dan memalas,
semakin iba dan sayang hati Phang-lan-hui, keduanya diam saling bertatapan demikian
dunia-kangouw.blogspot.com
dekat, helaan nafas Yang-ma-kui yang menerpa halus wajah Phang-lan-hui menimbulkan
getaran hangat sekaligus meruntuhkan pertahanannya.
Yang-ma-kui meraih pundak Phang-lan-hui dan menariknya lebih dekat, hembusan nafas
keduanya makin mmeburu, Phang-lan-hui memejamkan mata dengan degup jantung
yang berguncang, dan bagaikan aliran listrik dengan tegangan tinggi, tubuh Phang-lan-hui
kejang dan lemas saat merasakan hangatnya bibir Yang-ma-kui yang melumat bibirnya,
pagutan-pagutan kecil yang yang ia rasakan membuat bulu romanya merinding, tapi
bukan rasa takut yang muncul melainkan rasa nyaman yang luar biasa, Phang-lan-hui
yang polos terlelap pada permainan seorang petualang yang sangat berpengalaman.
"rasa nyaman dalam hati Phang-lan-hui membuat ia enggan mengakhiri kemesraan yang
dipersembahkan Yang-ma-kui, remasan-remasan lembut Yang-ma-kui ia nikmati
sepenuhnya "Hui-mpi aku mau kembali kekamar." bisiknya mesra disela-sela ciuman dan remasannya
yang memabukkan, Phang-lan-hui tiba-tiba memegang erta tangan Yang-ma-kui karena
ia merasakan Yang-ma-kui hendak mengakhiri semua yang ia rasakan.
"bawalah aku kekamarmu, kemesraan dan kehangatan ini masih ingin kunikmati."
desahnya tanpa sadar "Hui-moi, rasanya tidak tega untuk membuat dirimu kecewa, aku sangat mencintaimu
sayang." bisikan mesra itu membuat rasa bahagia dihati Phang-lan-hui, Yang-ma-kui
dengan lembut menggendong Phang-lan-hui dan memasuki kamarnya.
Phang-hui terlalu polos dan sangat dalam terlelap akan rasa nikmat yang ia rasakan,
diranjang empuk dan hangat, keduanya melanjutkan belaian-belaian erotis, Phang-lan-hui
yang baru pertama hanya mendesah mengerang kenikmatan dalam permainan cinta
Yang-kui yang berpengalaman, Phang-lan-hui telah lupa daratan, kenikmatan itu terlalu
melelapkan, pengalaman baru itu terlalu memabukkan, dibawah tubuh Yang-ma-kui yang
telanjang, Phang-lan-hui mengerang dan mendesah meraih puncak kenikmatan berkalikali, lelaki bagor dan tampan itu memamah tubuh hangat dan lembut wanita polos yang
menggelinjang menerima tekanan tubuh Yang-ma-kui disaat Yang-ma-kui terhempas
pada hamparan nikmat yang melelahkan.
Keesokan harinya kedua putra putri she-pang mengalami hari-hari ceria, keduanya takluk
akan apa yang mereka rasakan semalam, sementara kedua pengelana asmara sedang
keluar untuk menunaikan tugas dengan niat sekedar mengelabui phang-loya, keduanya
bukan menyelidiki tapi bermesraan disebuah telaga indah dipinggir hutan, sepasang
kekasih itu saling berpilin di atas rerumputan, bersanggama dialam terbuka satu seni
bercinta yang sering mereka lakukan.
Zhang-kui-lan dengan tubuh telanjang memasuki telaga dan mandi, Yang-ma-kui juga
menyusul, dan keduanya mandi sambil bercanda, saling kejar-kejaran dan saling siramsiraman diiringi gelak tawa dan cekikan manja, setelah puas mandi dan badan terasa
segar, keduanya naik ketepian dan mengeringkan tubuh.
"apa rencanamu kita selanjutnya Lan-moi!?" tanya Yang-ma-kui, dan sebelum Zhang-kuilan menjawab. Keduanya mendengar derap kaki kuda dan dari kejauhan melihat dua
bayangan yang sedang memacu kuda dengan kecepatan tinggi, keduanya meninggalkan
dunia-kangouw.blogspot.com
telaga dan masuk lebih dalam kedalam hutan, lalu keduanya memanjat pohon yang tinggi
untuk mengintai kedua orang penunggang kuda.
"kita istirahat sebentar, ditepi telaga, saya hendak mengisi perbekalan air." ujar seorang
dari mereka yang bertubuh besar dan kekar, keduanya turun dan melepaskan beberapa
kantong kulit besar dari punggung kuda, ada tujuh kantong kulit kantong air pada masingmasing kuda.
"kita harus cepat, karena perjalanan kita masih panjang." ujar lelaki yang kekar tapi lebih
kecil dari rekannya. "tenang saja, hanya kita yang memiliki peta, jadi hanya kita yang mengetahui tempat itu."
"kenapa kamu demikian yakin Gak-suheng?"
"saya yakin she-phang yang punya patung kwan-im tidak mengetahui bahwa ada peta
didalam patung, terbukti sudah lima hari tidak ada reaksi untuk mencari patung tersebut."
"Gak-suheng, apakah peta itu memang menyimpan benda berharga?"
"sangat yakin Lu-sute, melihat keluarga Phang adalah keturunan jenderal dinasti sung,
jelas tempat dalam peta adalah penyimpanan harta, apakah kamu sudah selesai Lusute?"
"sudah"Gak-suheng."
"kalau begitu mari kita berangkat!"
"tunggu dulu, kalian tidak akan pergi kemana-mana!" sela suara, dan Yang-ma-kui muncul
bersama Zhang-kui-lan "siapa kalian..! menyingkir dari hadapanku!" bentak Gak-sui sambil menyerang, Yang-makui berkelit, dan serangan Gak-sui luput, namun serangan susulan tidak kalah bahayanya,
sampai lima jurus Yang-ma-kui berusaha mengelak dan tidak ada peluang untuk
membalas, ternyata lawannya kosen juga, hingga pada jurus ke dua puluh Yang-ma-kui
masih dalam situasi terdesak, Yang-ma-kui dengan hati marah mengerahkan
kemampuannya untuk mengimbangi seranga, dan dalam tiga jurus keadaan berimbang.
Yang-ma-kui berusaha kuat untuk mendesak, namun lawannya juga tidak mau kalah,
pertempuran seru semakin menegangkan, Zhang-kui-lan tiba-tiba menyerang Lu-gin,
namun luput karena Lu-gin juga sudah waspada, dua kelompok pertempuran berlangsung
di tepi telaga, gerakan empat bayangan itu sangat gesit dan kuat, sepertinya empat orang
itu memilki kemampuan yang seimbang, bahkan sampai sore pertempuran itu belum
mendapat penentuan siapa yang menang, walhal pertempuran sudah menggunakan
senjata. Saat malam empat orang itu berhenti karena kelelahan
"apa yang kalian inginkan!?" tanya Gak-sui
"kalian sedang mengincar benda berharga, dan kami juga menginginkannya."
dunia-kangouw.blogspot.com
"sial"kalian tidak akan mendapatkannya!"
"jika tidak, kita lanjutkan pertempuran sampai tuntas." tantang Yang-ma-kui
"kami juga tidak serakah, dibagi empat, kami dapat menerima." sela Zhang-kui-lan, sambil
duduk dan mengangkan kakinya persisis didepan Lu-gin, gerakan itu mengundang
perhatian, terlebih celana Zhang-kui-lan robek dibagian paha dan mempertontonkan
pahanya yang mulus, keduanya melirik kearah selengkangan Zhang-kui-lan dan paha
putih mulus yang sengaja digoyang.
Gerakan Zhang-kui-lan itu menggetarkan birahi Lu-gin dan Gak-sui, Zhang-kui-lan
memang benar-benar pandai memamfaatkan dirinya yang cantik menggairahkan
"bagaimana apa kita tuntaskan pertempuran ini atau kita sepakat bersama-sama mencari
tempat penyimpanan harta." ujar Yang-ma-kui, keduanya tersadar dari lamunan yang
ditimbulkan gerakan erotis Zhang-kui-lan,
"nampaknya mereka ingin hidup sengsara dengan luka parah atau kemungkinan tewas
daripada bersenang-senang." sela Zhang-kui-lan sambil berdiri
"apa maksudmu nona!?" tanya Lu-gin
"hik..hik"jika kalian setuju, aku akan senang melayani kalian dalam perjalanan, sehingga
perjalanan kita akan terasa indah dan menyenangkan." jawab Zhang-kui-lan sambil
membasahi bibirnya yang ranum merah, Lu-gin dan Gak-sui sangat mengerti maksud
perkataan itu, keduanya adalah murid yang melanggar aturan perguruan, yaitu
memperkosa anak perempuan orang, dan oleh suhu keduanya mereka diserahkan ke
pengadilan negeri dan ditahan dipenjara pemerintahan.
Satu tahun mereka dalam dipenjara, keduanya berusaha menjebol lantai tempat mereka
ditahan, dan satu ketika keduanya sedang melanjutkan penggalian, dan menemukan
sebuah peti yang berisi buku catatan didalam galian, isi catatan itu berupa nama-nama
pejabat kota xining masa lampau, dan catatn kekayaannya. dan salah satunya adalah
pejabat Phang, kekek buyutnya phang-loya, dalam catatn itu menceritakan bahwa patungkwan-im milik she-phang harta termahal dan terbesar keluarga Phang.
Sebulan kemudian mereka berhasil keluar melalui galian yang mereka usakan, dengan
mencuri dua stel pakaian, dan sayangnya Gak-sui terlalu besar sehingga pakainnya
sempit dipakai, namun daripada tidak keduanya melancarkan aksi, mereka berhasil
walaupun kepergok pengawal rumah she-Phang.
Ditempat persembunyian keduanya memperhatikan patung dewi kwan-im yang terbuat
dari giok batu bintang, dua hari kemudian mereka secara tidak sengaja memutar kepala
patung, dan ternyata kepala patung dapat copot, dan sebuah gulungan kertas berada
dalam tubuh patung, gulungan kertas itu berupa gambar gunung dan dibawahnya
hamparan bening, dan ada dua matahari, pertama dibawah hamparan dan kedua diatas
gunung, kemudian disisi gunung ada gambar sungai yang berliku
"apa maksud gambar ini Gak-suheng?" tanya Lu-gin bingung.
dunia-kangouw.blogspot.com
"ini adalah peta penyimpanan harta she-pang."
"tempatnya kira-kira dimana Gak-suheng.."
"jika melihat gambar ini, tempat penyimpanan harta berada ditempat yang bersalju, dan
daerah bersalju adanya di wilayah barat, kita harus kesana untuk mendapatkan harta itu."
jawab Gak-sui dengan raut wajah gembira.
Keesokan harinya menyelidiki kuda-kuda yang cepat dan kuat dan mengumpulkan
beberapa kantong air, setelah itu esok harinya merekapun keluar kota xining dengan
memacu kuda dengan kecepatan tinggi, namun apes mereka bertemu denga Zhang-kuilan dan Yang-ma-kui yang dengan tidak sengaja mengetahui rahasia mereka karena
mendengar pembicaraan mereka saat mengisi kantong air.
Dan kenyataan pahitnya mereka seimbang, dan tawaran wanita cantik didepan mereka
sangat menggugah selera, dalam benak Gak-sui timbul pemikiran, bahwa tidak ada
salahnya melakukan kesepakatan, sambil mengambil kesempatan disaat kedua saingan
ini lengah. "baiklah kalau begitu, kami terima tawaran kalian, tapi dengan satu syarat, peta hanya
saya yang pegang." "hik..hik" boleh saja, dan sepertinya adil, jika anda yang memegang, karena kalian yang
langsung mendapatkan peta." sahut Zhang-kui-lan.
"sesampai dikota terdekat sambil mencari kuda, tawaran nona akan saya tagih."
"hik..hik"jangankan sampai dikota terdekat, ditengah hutan ini saya sudah siap melayani,
terlebih hari sudah malam, aku merasa kedinginan." sahut Zhang-kui-lan dengan senyum
nakal menggoda, Lu-gin makin bergairah, Gak-sui semakin gemas
"karena kita sudah sepakat, siapakah nama kalian?" sela Yang-ma-kui
"saya adalah Gak-sui dan ini sute saya Lu-gin."
"saya Yang-ma-kui dan rekan saya yang cantik ini Zhang-kui-lan."
"bagaimana, apa kita melanjutkan perjalanan atau seperti kata rekan saya yang cantik
memikat ini kita lewatkan malam disini."
"aku mau kita lewatkan malam disini." sela Zhang-kui-lan sambil melirik Lu-gin dengan
senyum nakal menggoda. "baik, saya juga pikir lebih baik kita melewatkan malam disini, disini tempatnya indah dan
luas mata memandang permukaan telaga." sahut Lu-gin, lalu meraka mengambil tempat
bersandar, Zhang-kui-lan merebahkan badan dengan telentang, semua gerakan Zhangkui-lan mengandung pancingan yang memabukkan, Lu-gin tidak dapat mengendalikan
diri, lalu ia berdiri dan mendekati Zhang-kui-lan yang memejamkan mata dengan seulas
senyum manis pada garus bibirnya yang ranum.
dunia-kangouw.blogspot.com
"nona zhang.." bisiknya sambil mengelus pipi Zhang-kui-lan dengan nafas memburu,
Zhang-kui-lan membuka mata dan tersenyum hangat, ia menoleh kearah Gak-sui, lalu
menatap dalam kemata Lu-gin
"gak-suheng, kami ke sana dulu." ujar Lu-gin
"tunggu Lu-sute, saya adalah suhengmu, apakah patut menurutmu?"
"suheng, siapa duluan apakah akan kita permasalahkan?"
"hik..hik"aku ini bukan perawan, jadi tidak ada keistimewan siapa yang duluan."
"hahaha..hahaha".hahaha".benar sekali, sudahlah aku mau tidur, kamu ini memang
gatal Lan-moi." sela Yang-ma-kui sambil tertawa terbahak-bahak, Gak-sui dan Lu-gin
salah tingkah. "sudahlah, kalian pergilah." ujar Gak-sui, Zhang-kui-lan yang sudah melangkah duluan
disusul Lu-gin. Dibalik semak agak jauh dari tepi telaga, kemesuman zhang-kui-lan sijalang yang
memabukkan membuat kobaran nafsu yang menggila, rejangan Lu-gin yang setahun
tidak merasakan hubungan ini menunggang Zhang-kui-lan dengan rasa gemas yang
menggila, kecantikan dan runumnya tubuh Zhang-kui-lan memenuhi segala bayangan
nikmat Lu-gin, Zhang-kui-lan yang mendapat perlakuan ganas demikian ulet
mempermainkan gelora nafsu Lu-gin, gerakan yang erotis, erangannya yang menyentak
birahi, aroma kewanitaannya yang memabukkan membuat Lu-gin lupa daratan, yang ada
hanya rasa nikmat disetiap gesekan, pendakian semakin mengambang melelapkan,.
Saat Lu-gin mengalami hempasan kenikmatan, dengan pandainya Zhang-kui-lan
menerbitkan kembali birahi Lu-gin yang redup karena kenikmatan, dengan ciuman-ciuman
menggelitik, Lu-gin merasa dituntun kembali pada alur birahi, untuk kedua kalianya Lu-gin
berpacu dengan nafsunya yang membakar, dengan senyuman puas, dan erangan nakal,
Zhang-kui-lan mengimbangi rejangan Lu-gin yang semakin cepat, remasan dan gelinjang
zhang-kui-lan meledakkan birahi Lu-gin yang berada dipuncak, dan saat mata Lu-gin
terpejam dengan tubuh gemetar dan kaku dan tiba-tiba tubuh itu terasa lemas, sebuah
pukulan telak menghantam leher Lu-gin hingga patah.
Lu-gin tewas seketika tanpa ia sadari dipuncak kelemasan tubuhnya yang rasanya semua
tulangnya dilolosi karena kenikmatan, Zhang-kui-lan dengan senyum menggiriskan
membalikkan badan sehingga Lu-gin terguling kesamping, Zhang-kui-lan memakai
pakaiannya, hampir setengah jam ia belum beranjak dari mayat kaku Lu-gin, setelah
merasa siap, ia berdiri dan kembali ke pinggir telaga.
Setelah dekat, dia melihat Gak-sui duduk gelisah, sementara Yang-ma-kui, rebah
terbaring, Gak-sui cepat berdiri ketika melihat Zhang-kui-lan, dan sutenya tidak
bersamanya "kemana suteku!?" tanya nya cemas, tiba-tiba Yang-ma-kui bangun.
"sudah kamu bereskan Lan-moi!?"
dunia-kangouw.blogspot.com
"sudah, kamu ladeni ia sebentar, nanti aku susul." sahut Zhang-kui-lan
"sial, kalian penipu curang..!" teriak Gak-sui, namun teriakan itu dibalas sebuah serangan
dari Yang-ma-kui, pertempuran ditengah malam buta itu belangsung seru, dan pada jurus
ke empat puluh, Zhang-kui-lan memasuki kencah pertempuran, Gak-sui dikeroyok habishabisan.
Seorang dari lawannya saja hanya seimbang dengannya, dan kali ini dia dikeroyok, rasa


Delapan Dewa Iblis Kwi Sian Pat Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecewa dan marah membuat Gak-sui berusaha keras mempertahankan diri, Zhang-kuilan dan Yang-ma-kui dengan segenap kemampuan mendesak Gak-sui, wakapun
pertempuran itu tidak seimbang, namun tetap alot, sehingga saat matahari muncul diufuk
timur, barulah Gak-sui dapat dilumpuhkan, leher Gak-sui robek besar dibacok pedang
Zhang-kui-lan, sementara pedang Yang-ma-kui menusuk ulu hati, Gak-sui ambruk
bersimbah darah. Yang-ma-kui menggeladah tubuh Gak-sui dan mengambil gulungan kertas peta, dengan
menunggang kuda milik kedua korban, Zhang-kui-lan dan Yang-ma-kui meninggalkan
kota xining menuju wilayah barat, perjalanan penuh tantangan itu dengan medan yang
sulit sepasang kekasih itu lalui.
Enam bulan kemudian mereka sampai di kota Golmud yang dingin, keduanya mencari
tempat sesuai dalam gambar, dan ternyata gunung itu bernama"sian-san" (gunung dewa)
hamparan dibawah gunung merupakan telaga yang membeku dan memantulkan bola
matahari diatasnya, kemudian menurut peta, mereka akan mengikuti aliran sungai es,
sehari perjalanan mereka sampai pada areal hutan persik, dan dari hutan itu mereka
mendaki sebuah bukit dan dlereng bagian timur mereka menemukan sebuah goa dengan
lorong yang panjang, dalam jangaka dua jam perjalanan barulah mereka sampai pada
sebuah ruangan dengan altar yang megah, patung dewi Kwan-im duduk anggun diatas
altar, disisi dinding ruangan itu bolong sehingga ruangan itu terang.
Disamping patung dewi kwan-im terdapat dua buah peti yang lumayan besar, Yang-makui membuka peti dan isinya memang emas dan benda berharga dalam berbagai bentuk,
"hahah,,hahha kita memang berbasib mujur Lan-moi, kita akan menjadi orang kaya."
teriak Yang-ma-kui dengan gembira sambil meraup emas dalam peti, Zhang-kui-lan
membuka peti satunya dan isinya ternyata kitab dan dua buah golok dengan gagang yang
unik, gagang golok pertama sedikit melengkung dan ada tulisan berukir golok jantan, dan
gagang golok yang lain lurus tapi pada bagian tengah sedikit melebar dan pada gagang
golok itu terdapat tulisan golok betina.
"golok ini sepasang jantan dan betina Kui-ko."
"coba kita lihat isi kitabnya." sahut Yang-ma-kui, keduanya melihat tulisan pada sampul
dalam,"see-tung-sianli-to-siang-hoat" (ilmu sepasang golok dewi timur barat)
"isinya ilmu silat Lan-moi."
"benar, dan kita akan mempelajarinya sampai sempurna." sahut Zhang-kui-lan penuh
semangat. dunia-kangouw.blogspot.com
Sejak itu merekapun berdiam didalam goad an memepelajari isi kitab, yang terdiri dari
ilmu pernafasan untuk pembentukan tenaga sin-kang dan gin-kang, dan ilmu golok yang
mereka pelajari bernama"tung-sian-sin-hoat" (silat sakti dewa timur) dan see-sianli-sinhoat" (silat sakti dewi timur).
Dengan tanpa menegnal lelah keduanya terus berlatih, hingga dua belas tahun mereka
sudah mentempurnakan seluruh ilmu yang mereka pelajari, dan efek dari ilmu yang
mereka pelajari, setiap mereka selesai memadu kasih, petemuan mesra itu berakhir
dengan pertempuran dahsyat, dan setelah salah seorang terluka oleh golok barulah
keduanya berhenti sambil menangis, dan uniknya walapun mereka sudah demikian tua,
hubungan sanggama mereka layaknya sepasang kekasih yang lagi dipuncak daya sexual.
Hari itu mereka sedang menjalin asmara di tepi aliran sungai es, jalinan itu demikian
berkobar, dan ketika selesai, mereka kembali mengenakan pakaian, kenapa kamu kurang
bergairah?" tanya Yang-ma-kui
"sial dangkalan, aku sudah ngos-ngosan masih dibilang kurang, awas kamu, ciat"ciat.."
pertempuran pun berlansung dengan sengit, hutan persik laksana dilanda topan hingga
porak-poranda, serengah hari mereka bertempur akhirnya sebuah sabetan merobek paha
Zhang-kui-lan, dan melihat itu menagislah Yang-ma-kui sambil mengerung seperti anak
kehilangan mainan, Zhang-kui-lan pun menangis merintihkan lukanya, lalu keduanya
saling berpelukan. Yang-ma-kui mengobati dan membalut luka kekasihnya, setelah itu mereka kembali
berkejar-kejaran disepanjang sungai hingga sampai ke lereng sian-san, keduanya saling
melempar bola salju persis seperti dua anak kecil yang sedang bermain, sesampai di
lereng keduanya menjatuhkan diri dihamparan salju sambil tertawa-tawa, saat matahari
hendak turun keperaduannya, keduanya duduk berpelukan sambil menikmati
pemandangan yang luar biasa indah itu.
Kota Guangdong daerah padat penduduk dengan mata pencaharian rata-rata berdagang,
kesibukan kota demikian riuh dan hiruk pikuk, seorang lelaki tua berumur lima puluh
delapan tahun dengan jenggot tipis beruban, sementara rambutnya masih lebat dengan
dua warma diikat kebelakang meninjolkan wajah yang minyisakan garis ketampanan
dimasa mudanya, bajunya yang bersih dan rapi menunjukkan bahwa ia lelaki tua parlente
yang tua-tua keladi semakin tua semakin jadi, dengan mengibaskan kipas berwarna hitam
dengan gagang warna emas ia memasuki likoan, dipinggangnya terselip sebuah suling
perak warna putih berukir naga.
Lelaki pamogaran itu adalah Tan-lou-pang seorang jawara tidak terkalahkan di kota
Guandong dan sekitarnya, Tan-lou-pang bertempat di"Heng-sing-kok" (lembah awan
berarak) di sebelah utara kota Guangdong, semua orang kenal dengannya karena
kegarangannya yang tidak kenal ampun.
Dulu lima belas tahun yang silam, suhengnya Ma-tin-bouw membubarkan kelompok
mereka dan mereka berjanji akan membalas Im-yang-sin-taihap, diantara mereka
berdelapan Tan-lou-pang yang paling muda, setelah mereka berpencar dikota Bao, Tanlou-pang menuju wilayah timur dan memasuki wilayah selatan.
dunia-kangouw.blogspot.com
Selama empat bulan perjalanan, Tan-lou-pang sampai dikota Jangxi, ditengah kerumunan
orang seorang lelaki tua terkapar karena kelaparan, orang lalu lalang tidak mengacuhkan
lelaki tua itu, Tan-lou-pang mendekatinya
"orangtua apakah kamu kelaparan?"
"benar, sudah tiga hari saya tidak makan, tolonglah saya."
"kamu darimana" tampaknya kamu bukan orang sini, karena tidak ada pun orang yang
lalu lalang ini memperhatikanmu." ujar Tan-lou-pang, lelaki tua itu terdiam dengan wajah
meringis "baiklah orang tua, mari saya traktir makan bubur ayam dikedai itu." ujar Tan-lou-pang
sambil memapah orang tua itu kedalam kedai
"pelayan cepat sediakan bubur ayam dan seguci arak."
"baik tuan, silahkan duduk." sahut pelayan, tidak lama kemudian bubur ayam pun datang,
dengan lahap orang tua itu menghabiskan semangkok bubur ayam."
"terimakasih saudara muda, kamu telah menyelamatkan saya."
"tidak apa orang tua, jadi kamu darimana sebenarnya?" tanya Tan-lou-pang sambil
meminum arak. "saya dari Hanzhong hendak ke kota Fujian."
"perjalananmu jauh juga orangtua, dengan sendirian berjalan dengan umurmu yang lanjut
tentu sulit dan berbahaya."
"ketika berangkat dari Han-zhong saya bersama rombongan piauwkiok, namun ditengah
jalan kami dirampok dan seluruh piauwsu tewas dibantai perampok, dan barang milikku
dirampas." "bagaimana kamu bisa selama dari kebrutalan perampok itu?"
"sewaktu mereka sedang berkelahi aku menyapukan darah yang bersimbah dari para
piauwsu, dan berpura-pura mati, dan mereka mengira aku juga sudah tewas."
"lalu kenapa kamu tidak kembali ke Hanzhong tapi malah melanjutkan perjalanan?"
"di Han-zhong aku tidak punya siapa-siapa, dan kekayanku habis dirampok, karena
harapanku satu-satunya adalah cucuku yang berada di Fujian."
"jadi perjalananmu itu berniat untuk pindah."
"benar saudara muda, tapi ternyata beginilah yang saya hadapi dan jalani."
"apakah cucumu itu tahu bahwa engakau hendak pindah ke Fujian?"
dunia-kangouw.blogspot.com
"tidak, dia tidak tahu, andainya dari awal aku memberi tahu, tentu dia akan mengirim
orang menjemputku." "keluhan banyak orang tua, kalau memang nasib lagi apes, mau diapain juga tetap apes,
tapi hari kamu beruntung karena saya menolong dan mentraktirmu makan."
"benar saudara muda, dan saya ucapkan terimakasih."
"sudahlah tidak perlu basa-basi, saya juga sedang dalam perjalanan."
"hendak kemanakah kamu saudara muda?"
"saya tidak punya tujuan, saya berkelana untuk belajar ilmu silat, beberapa perguruan
sudah saya datangi, namun semuanya masih kalah dengan ilmu saya."
"oo, begitu, dulu ketika saya baru menikah, mertua saya pernah bercerita tentang sebuah
pulau yang disebut pulau naga, banyak orang sakti yang mencarinya untuk menambah
ilmu." "dimanakah tempat itu orangtua?"
"persisnya saya tidak tahu, kata mertuaku disebuah selat diseputar laut."
"laut mana dan dikota mana daerah pantainya"."
"aku juga tidak tahu, karena aku tidak begitu tertarik, aku tidak mau mendengar lagi."
"sudahlah orangtua, terus apa sekarang rencanamu?"
"aku tidak tahu, aku tidak mampu berbuat apa-apa, kecuali mengemis?"
"hmh" kalau begitu aku permisi dulu, orangtua."
"baiklah dan terimakasih." sahut lelaki tua itu, Tan-lou-pang meninggalkan kota Jangxi.
Sebulan kemudian Tan-lou-pang sampai disebuah hutan di pinggir kota Haizaang, dua
orang gadis petani menapaki jalan hendak pulang ke arah kota Haizaang, mereka terkejut
ketika melihat Tan-lou-pang, duduk dipinggir jalan, keduanya terdiam dan cemas
ketakutan. "kalian kenapa berdiri disitu?" tanya Tan-lou-pang, kedua gadis itu tanpa menjawab berlari
mellewati Tan-lou-pang, Tan-lou-pang senyum sinis
"ketika kedua gadis itu sampai ditikungan jalan, Tan-lou-pang sudah berada didepan
mereka, mereka terpaku dengan wajah pucat.
"hehehe..hahaha". gadis petani tentu sangat lugu, dan mungkin rasanya laksana madu."
ujar Tan-lou-pang sambil pringas-pringis, mendengar kata-kata itu, kedua gadis itu berlari
kebelakang, namun baru tiga tindak, Tan-lou-pang sudah melompat dan mendarat
didepan keduanya. dunia-kangouw.blogspot.com
"aouww"aouwww, toloooong?" teriak keduanya dengan gelisah dan ketakutan.
"diam kalian! kalau tidak aku akan membunuh kalian, mau saya bunuh!?" bentak Tan-loupang, kedua gadis itu menggigil sambil berpelukan.
"tuan..jangan aniaya kami, kami hanya anak petani yang lemah." ujar seorang dari
mereka dengan nada bergetar ketakutan.
"hehehe..hehehe". kalau tidak mau dianiaya, harus turut perintahku!"
"tuan.. kami akan menurut, tapi jangan hina dan membunuh kami."
"heheh..hehhe" aku tidak akan menghina kalian tapi sebaliknya akan mencintai kalian
dan lamunan kemearaan."
"tuan"kasihanilah kami?" ujar keduanya sambil berlutut memohon
"sial..kalian ini mau dikasih enak malah menolak." bentak Tan-lou-pang sambil
mencengkram kedua bahu gadis itu dan menotok keduanya hingga kaku, keduanya
dipondong ketengah hutan.
Tan-lou-pang menuntaskan nafsu syetanya pada tubuh kedua gadis itu, sejak sore
sampai pada keesokan harinya, Tan-lou-pang mempermainkan kedua gadis itu, keduanya
sudah lemah, dan kerongkongan mereka kering tak sanggup lagi berteriak kecuali
gerengan tersumbat dikerongkongan, kedua gadis itu pingsan direrumputan, dibiarkan
Tan-lou-pang yang sudah meninggalkan keduanya dengan tubuh telanjang, ketika keluar
dari hutan, serombongan orang berjalan terburu-buru
"saudara apa kamu melihat dua anak gadis lewat jalan ini?"
"tidak ada, saya tidak melihatnya." sahut Tan-lou-pang sambil lalu."
"heh..tunggu dulu, sepertinya kamu bukan orang sini." Tegur yang lain
"lalu maksudmu apa?" tantang Tan-lou-pang
"mungkin kamu yang telah mencelakai kedua gadis putri paman ini."
"kalau mau selamat jangan berurusan dengan saya."
"mari kita ringkus orang asing ini!" teriak mereka serempak, lalu tujuh orang itu
mengurung Tan-lou-pang, namun dengan empat kali gebrakan tujuh orang itu terpelanting
dihajar Tan-lou-pang, setelah tujuh orang itu tidak dapat bangkit karena luka dan patah
tulang, Tan-lou-pang meninggalkan mereka sambil tertawa jumawa.
Ditepi sebuah jurang seratus tombak dari pintu gerbang kota Haizaang, Tan-lou-pang
melihat seorang lelaki tua dengan sebuah keranjang sedang mencongkel-congkel batu,
Tan-lou-pang mendekati lelaki tua itu
"orang tua kamu sedang melakukan apa?" tanya Tan-lou-pang, lelaki tua itu menoleh.
dunia-kangouw.blogspot.com
"aku sedang mencari kelabang hitam."
"untuk apa mencari kelabang hitam?"
"untuk diramu jadi obat."
"apakah kamu seorang tabib?"
"benar"aku seorang tabib, dan kamu kenapa kesini?"
"aku hanya sedang lewat dan tertarik dengan apa yang kamu yang sedang mencongkelcongkel batu."
"maukah kamu membantu aku mencari kelabang hitam?"
"ah..aku masih harus melanjutkan perjalanan, teruskan saja usahamu mencari kelabang
hitam itu, aku mau pergi." sahut Tan-lou-pang.
"sudah kalau begitu." ujar tabib itu sambil melangkah menuruni jalan curam dan terus
measuk ke dalam hutan dibawah, Tan-lou-pang menurun jalan yang dilalui sitabib, entah
apa yang ada dipikiran bekas rampok ini.
Tabib itu memasuki pondok miliknya, yang berada ditengah hutan, ketika ia hendak keluar
lagi, Tan-lou-pang sudah berada dihalaman pondok.
"ada apa sicu, kenapa kamu mengikuti saya."
"saya mau menanyakan hal pengobatan padamu."
"sudahlah sicu, kamu pergilah jangan ganggu aku, aku mau pergi mencari obat-obatan."
"orang tua jangan macam-macam denganku, aku dengan mudah dapat membunuhmu."
ancam Tan-lou-pang, tabib itu terkejut."
"apakah kamu tidak punya aturan seenaknya mengancam orang!?" sahut tabib itu dengan
nada marah. "kamu kira aku hanya bicara kosong pak tua." ujar Tan-lou-pang sambil menyerang si
tabib, sitabib tanpa mampu mengelak terpukul dadanya dan terlempar dan melabrak pintu
rumahnya hingga hancur, tubuhnya tergeletak dilantai pondoknya dengan darah meleleh
dari mulutnya karena luka dalam, nafasnya tersengal-sengal, Tan-lou-pang masuk
kedalam pondok dan menendang tubuh renta itu hingga menjebol dinding, dan tubuhnya
ambruk kebelakang pondok dengan nyawa putus.
Tan-lou-pang mengobrak-abrik peralatan si tabib, dan dibawah dipan tempat tidur Tanlou-pang menemukan sebuah peti berukir indah, lalu ia membukanya dan didalam peti
Tan-lou-pang mengambil kitab berisi pengobatan, banyak cara-cara pengobatan dan jenis
ramuan yang tercatat didalamnya, demikian juga gambar titik akupuntur manusia, dan
pada halaman tengah kitab tebal itu, Tan-lou-pang membaca tentang pulau naga yang
dunia-kangouw.blogspot.com
tempat tumbuhnya akar yang disebut herbal naga, dan tempat pulau itu ternyata berada di
shanghai. Tan-lou-pang membawa kitab itu dan meninggalkan pondok yang sudah ditinggal tewas
penghuninya, dengan semangat bernyala-nyala Tan-lou-pang berlari memasuki kota
Haizaang, selama dua hari ia berada dikota Haizaang, dan kemudian ia melanjutkan
perjalanan menuju kota shanghai, sepanjang perjalanan Tan-lou-pang asyik mempelajari
buku catatan sitabib, dan dua bulan kemudian ia sampai di kota Shanghai.
Kota shanghai adalah kota padat yang dihuni oleh bangsa Han sebegai pribumi, ada juga
bangsa jepang, korea dan orang asing barambut perak, hari datangnya Tan-luo-pang,
para bukoan dalam kota shanghai sedang melakukan pibu tiga tahunan, pibu itu selalu
menarik hati warga untuk menonton, sehingga warga banyak tumpah ditengah alu-alun
kota. "Tan-lou-pang terseret arus warga yang menuju alun-alun kota, sepanjang perjalanan
peserta pibu menampilkan permainan baronsai menuju alun-alun kota, sesampai dialunalun kota bendera perguruan di pajang di pinggir panggung, dari jumlah bendera yang
terpajang ada enam belas perguruan yang mengikuti pibu.
"menurut perkiraan saya, pemenangnya tetap perguruan"Tiat-ciang" (tangan besi)
sebagaaimana tiga tahun lalu." Ujar seorang lelaki pada rekannya
"belum tentu, karena saya dengar perguruan pek-lek-twi" (tendangan halilintar) semakin
diminati karena kejadian dua tahun lalu, dimana seorang penantang asing mendatangi
lima bukoan, dan penantang itu mengaku kalah saat melawan pek-lek-twi."
"sudahlah, kita saksikan saja, tuh acara akan dimulai." sela rekannya yang lain, semuanya
menatap keatas panggung, Kao-tao sebagai pimpinan polisi kota menjadi pembawa
acara, dengan senyum rama ia melangkah ketengah panggung
"selamat kepada para sicu sekalian yang telah ikut hadir pada perayaan tiga tahunan,
sebagaimana kita ketahui, bahwa kontes ini salah satu ajang mempererat hubungan antar
perguruan, baiklah kita sambut Kungcu kita untuk memberi sambutan sekaligus membuka
pibu antar perguruan." ujar Kao-tao lantang dan penuh semangat, tepuk sorai pun
bergema menyambut Liu-kungcu yang melangkah ketengah panggung.
"para warga shanghai, saya ucapkan terimakasih atas rasa antusias dalam merayakan
kegiatan ini dengan aman, tertib dan terkendali, peserta pibu tahun ini sebanyak enam
belas perguruan, dan tentunya berusaha untuk meraih kemenangan, namun satu hal yang
penting bahwa semua peserta tidak mendahulukan kemenangan dan melupakan etika
dan wibawa moral, karena inti dari pibu ini adalah mempererat hubungan antar perguruan,
jadi tidak ada satupun dari peserta yang patut untuk dicurangi dan tidak ada satupun hak
dari peserta untuk berbuat curang."
"hidup"Liu-kungcu".benar"Liu-kungcu.." gemuruh suara menyambut sambutan dari
Liu-kungcu. "baik, mari kita mulai kontes ini dan terimakasih." ujar Liu-kungcu dan kembali ketempat
duduknya. dunia-kangouw.blogspot.com
Kao-tao pun kembali ketengah panggung
"baiklah para sicu sekalian, sekedar mengingatkan peraturan pibu akan saya sampaikan,
yang pertama masing-masing perguruan hanya diwakili satu peserta, dan tidak boleh ada
pergantian peserta setelah mendaftarkan diri, kemudian peserta yang jatuh sampai tiga
kali diatas panggung dinyatakan kalah, dan jika jatuh kebawah panggung walaupun sekali
juga dinyatakan kalah, dan terakhir bagi setiap peserta tidak diperbolehkan menyerang
bagian bawah perut."
Gemuruh tepuk tangan pun terdengar mendukung peraturan yang disampaikan.


Delapan Dewa Iblis Kwi Sian Pat Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"baik, kita mulai kontes ini dan kepada dewan juri kami serahkan memimpin pibu ini." ujar
Kao-tao dan kembali duduk, sorak sorai dan tepuk tangan dari para penonton mengawali
pemangilan para peserta pertama oleh dewan juri.
Pibu pun berlangsung dengan seru dan menegangkan, para peserta dengan semangat
mengerahkan segala kemampuan dalam menjalani pibu, akhirnya setelah masing-masing
peserta melakukan pibu, maka didapati delapan peserta untuk ikut pada tahapan
berikutnya, persaingan pada tahap ini semakin seru dan menegangkan, dan akhirnya
tahapan ini pun selesai, dan peserta tinggal empat peserta yakni, Lauw-leng dari Pengjiauw-bukoan (perguruan cakara garuda), Bao-yu-ping dari pek-lek-twi" (tendangan
halilintar), Song-bun dari Tiat-ciang" (tangan besi) dan Coa-gin-ma dari"coa-ciang"
(telapak ular). Pada pertandingan pertama Bao-yu-ping bertemu dengan Song-bun, kedua peserta ini
bertarung hebat, Bao-yu-ping mengerahkan ilmu tendangan yang beruntun, namun
dengan tangan besi dari Song-bun menghalau berbagai trik tendangan, pertarungan yang
indah dan mendebarkan, kedua muda itu saling serang, pergerakan tangan dan kaki dari
masing-masing petarung menyuguhkan gaya silat yang memukau penonton.
Gerakan tendangan Bao-yu-ping sangat cekatan dan kokoh, beradunya kaki dan tangan
yang sama diisi sin-kang, faktanya tangan tidak sekokoh kaki, akhirnya sebuah tendangan
telak menghantam dada song-bun dan dia terlempar ke bawah panggung, dan dinyatakan
kalah. Lalu pada pertempuran antara Lauw-leng dan Coa-gin-ma juga tidak kalah seru dan
mendebarkan, cakar garuda dan telapak ular saling beradu, Lauw-leng yang mangambil
sikap serangan garuda lebih dominan bermain diatas, saling tangkis dan pukul dua
petarung itu memainkan kembang silat yang amat indah, tak obahnya perteempran
guruda dan ular, liukan tangan dan patokan tangan Coa-ma-gin demikian luwes,
sementara hentakan, kibasan dan cakaran Lauw-leng demikian gesit dan kokoh.
Pada pertandingan ini dimenangkan oleh Lauw-leng, setelah itu Bao-yu-ping dan Lauwleng berhadapan untuk menentukan kemenangan, pertarungan final ini sangat mencekam
hati penonton, dua jawara perguruan dengan kembang gerakan yang jitu dan kuat saling
mengerahkan segenap kemampuan, pertepuran berlangsung alot dan mendebarkan,
pertempuran penentu ini berlansung lama, hingga menjelang sore keadaan di atas
panggung masih mencekam oleh gerak dua petarung yang berusaha saling merubuhkan.
Akhirnya Lauw-leng harus terhempas saat tendangan Bao-yu-ping menghantam
lambungnya, saat dia bangkit dan siap bertarung dengan tidak terduga, serangan
dunia-kangouw.blogspot.com
tendangan berantai membuat dia undur dan hampir ketepi pangung, ia berusaha untuk
tidak jatuh, namun serangan susulan dengan sebuah pukulan kilat menghantam dadanya,
hingga ia hilang keseimbangan dan jatuh kebawah.
Pibu itu dimenangkan oleh Bao-yu-ping, perguruan tendangan halilintar bersorak gembira
menyambut duta mereka pada pibu itu, dan sebuah patung budha yang terbuat dari giok
berwarna putih diserahkan Liu-kungcu pada Bao-yu-ping, warga kembali ketempat
masing-masing, Tan-lou-pang mencari penginapan untuk bermalam.
Keesokan harinya Tan-lou-pang menuju pantai, seorang lelaki tua sedang sibuk
memperbaiki jala dibawah balai-balai
"lopek"sebelah manakah pulau naga?"
"pulau naga!" saya tidak pernah dengar nama itu."
"apakah lopek bukan dari asli penduduk tempat ini?"
"bukan"saya dari Haizaang, tapi nelayan itu yang sedang menjaring ikan penduduk asli
sini." sahut lelaki tua itu sambil menunjuk dua orang yang sedang menarik jala.
"kapan dia akan naik kepanta?"
"nanti sore, dia turun sejak dinihari." Sahut lelaki tua itu
"selain dia apa ada lagi penduduk tempatan?"
"masih, dibelakang hutan bakau itu ada setumpuk rumah nelayan, rumah anak beranak
itu pun disana." "baiklah lopek, saya aka kesana." ujar Tan-lou-pang sambil melangkah ke arah hutan
bakau yang ditunjuk nelayan.
Sebuah kedai dan beberapa orang sedang minum arak dan makan bubur, Tan-lou-pang
memasuki kedai "mau minum apa tuan?" tanya pemilik kedai
"minuman apa saja yang ada?"
"arak ada, teh panas ada, kopi ada dan juga minuman herbal ginseng ada."
"sediakan sepoci arak." ujar Tan-lou-pang, pemilik kedai segera menghidangkan arak.
"lopek, kamu asli orang sini kah?"
"benar tuan, kenapa tuan bertanya?"
"saya hendak ke pulau naga, apakah lopek tahu pulau naga."
dunia-kangouw.blogspot.com
"wah pulau itu jauh ditengah lautan tuan, dan juga selatnya sangat dalam yang dipenuhi
ikan-ikan pembunuh."
"hmh"tapi tahukah lopek arah tempatnya?"
"arahnya, tuan naik perahu dari sini sampai kesebuah karang budha."
"karang budha, apa karang itu seperti budha?"
"benar tuan, dan dari karang itu, tuan mengarah kekanan sehingga sampai pada sebuah
muara sungai, dari muara sungai kearah kanan sampai pada sebuah selat, tuan masuki
selat tersebut, nah diujung selat itulah pulau naga."
"apakah ada orang yang pergi kesana?"
"dulu banyak orang yang mencoba kesana, namun hampir semuanya mati dimakan ikan
ganas didalam selat."
"baik dan terimakasih atas informasinya, dan araknya satu guci." ujar Tan-lou-pang sambil
mengansurkan dua tahil tembaga, Tan-lou-pang meninggalkan perkampungan dan
kembali ketempat sinelayan yang sedang memperbaiki jala.
Tan-lou-pang mengitari kampung nelayan tersebut, dia mengintai rumah-rumah yang
dilewatinya, dan ketika melewati sebuah rumah, wajahnya tersenyum karena ia melihat
dua ekor biri-biri, dengan cekatan dua ekor biri-biri itu dilempar dengan batu, dan tepat
mengenai kepala, dua ekor biri-biri itu tergeletak mati dengan tengkorak kepala pecah.
Tan-lou-pang segera mengambil dua ekor biri-biri dan cepat keluar dari kampung,
"lopek, saya beli perahumu dan ini uangnya." ujar Tan-lou-pang sambil memberikan dua
tahil perak, lalu melangkah kesebuah perahu, bankai dua ekor biri-biri di letakkannya.
"tuan saya tidak menjual perahu."
"aku tidak peduli, saya butuh perahu, dan anda masih untung, karena saya mau bayar."
"tapi tuan..!?"
tidak ada tapi-tapi"kamu mau mampus!?" ancam Tan-lou-pang, nelayan itu pucat pias,
sikap urakan pendatang ini sangat mengejutkannya, dalam hati ia merasa kesal.
Tan-lou-pang tanpa menggubris lagi si nelayan mendayung perahu milik sinelayan, dan
dengan dua kali dayung perahu meluncur cepat ketengah laut, sinelayan terbelalalak
melihat laju perahunya yang didayung pendatang kurangajar itu, dengan hati berdebar
sinelayan kembali kerumahnya, takut dan kecewa akan sikap si pendatang, jika dibayar
empat tahil perak masih impas, tapi hanya dua tahil perak, jelas ia rugi dan akan
kehilangan alat mata pencaharian.
Setelah empat hari Tan-lou-pang mendayaung dengan kecepatan luar biasa barulah ia
melihat karang budha, dari karang budha ia mengarah kekanan, dan dua hari kemudian ia
dunia-kangouw.blogspot.com
sampai pada muara sungai, dan dari muara ia mengarah kekanan dan menelusuri
pinggiran hutan bakau, selama satu hari ia menelusuri pinggiran bakau, sampailah pada
sebuah selat. Baru setengah hari ia memasuki selat, perahunya tiba-tiba bergoyang, dengan gigih ia
berusaha mempertahankan keseimbangan perahu, perahunya terpaksa berhenti
dipermainkan ombak, selama dua jam ia berkutat mempertahankan keseimbangan
perahu, dan ia berhasil, karena saat laut tenang perahunya tidak terbalik atau karam,
namun Tan-lou-pang belum bisa bernafas lega, karena serombongan ikan hiu datang
mendekatinya. Ada delapan ekor hiu yang mengelilingi perahunya, siripnya yang tajam muncul
dipermukaan seakan siap untuk menunggu dan memangsa korbannya diatas perahu,
Tan-lou-pang dengan sikap waspada di dan berkat keuletannya perahunya masih dapat
dipertahankannya.namun ombak diselat itu amat besar.
"dua ekor biri-biri yang dibawanya sudah membusuk, lalu Tan-lou-pang melemparkan
bangkai biri-biri ketengah laut, dan suara benda jatuh kepermukaan laut mengundang
perhatian hiu, delapan ekor hiu itu berenang kearah dua ekor bangkai dan menjauhi
perahu Tan-lou-pang, melihat hiu dapat dialihkan, Tan-lou-pang dengan tenaga sin-kang
mendayung perahunya, perahu pun melaju melejit melintas permukaan laut.
Didepannya sudah nampak daratan memanjang dan bentuknya persisis seperi naga, Tanlou-pang semakin mengerahkan seluruh tenaga untuk mendayung, tiba-tiba dari dalam
laut ikan terbang muncul menyerang Tan-lou-pang, secuil daging dipunggungnya disantap
ikan tersebut, luka bekas gigitan terasa perih, Tan-lou-pang tetap mendayung, beberapa
ikan laksana anak panah melintasi tubuhnya yang melajut diatas perahu.
Sesampai di pantai, tubuh Tan-lou-pang sudah bersimbah darah, karena luka bekas
gigitan ikan terbang, dan untungnya Tan-lou-pang masih selamat tiba dipantai, keadaan
Tan-lou-pang lemah, ia merebahkan diri untuk memulihkan diri, semalaman Tan-lou-pang
tidak bangkit, dan baru keesokan harinya ia merangkak memasuki hutan, dengan langkah
gontai Tan-lou-pang berjalan sambil berpegangan pada pepohonan, disamping rasa nyeri,
ia juga merasa lapar. Tan-lou-pang mencabut dan memakan beberapa ginseng yang banyak tumbuh didalam
hutan, tubuhnya merasa panas, dia menggelepar seperti ayam disembelih, dan disaat itu
seekor ular warna kuning mematuk kakinya karena terkejut, tiba-tiba tubuh Tan-lou-pang
diam dan kaku tidak sadarkan diri, selama dua hari ia pingsan dan saat sadarkan diri ia
merasa tubuhnya tidak merasakan nyeri dan namun lemas karena rasa lapar.
Luka ditubuh Tan-lou-pang sembuh tidak berbekas, ia bersandar disebuah pohon, rasa
laparnya luarbiasa, dan ketika seekor tikus lewat, dengan sisa tenaga yang ada, ia
melempar dengan pedangnya, namun luput, Tan-lou-pang merangkak mengambil
pedangnya, dan dibalik semak ia mendapatkan telur ular, dengan lahap ia memakan telurtelur itu, dengan terisinya perut yang kelaparan, maka ia kembali bertenaga.
Dengan tenaga yang masih lemah, Tan-lou-pang melangkah lebih dalam memasuki
hutan, ketika ia melihat seekor kera, ia melemparnya dengan pedang, kera itu jatuh, lalu
dengan rakus ia mamakan daging kera itu mentah-mentah, setelah daging mentah itu
tandas, ia merasakan kekuatannya pulih, sehingga ia sudah bisa melangkah cepat dan
dunia-kangouw.blogspot.com
berlari, selama sebulan ia merambah hutan ia tidak mendapatkan satu tanda pun hal yang
ia harapkan sebagaimana cerita si pengemis tua, timbul rasa sesal telah membuang
tenaga dan waktu mendatangi tempat berbahaya ini.
Saat menyesali diri, tiba-tiba hujan lebat turun berbareng dengan sambaran kilat dan
gemuruh petir, Tan-lou-pang diam bersandar membiarkan dirinya diguyur hujan, ia
memejamkan mata dan mengosongkan pikiran, hatinya sudah lemah dan pasrah, lalu tiga
kali ledakan terdengar disusul tumbangnya pepohonan, Tan-lou-pang membuka mata dan
duduk, tiga pohon disamping kanannya tumbang disambar petir, kemudian ia kembali
rebah dan memjamkan mata, suara-suara keras dan derunya hujan ia abaikan.
Hujanpun reda setelah pagi harinya, Tan-lou-pang bengkit dan merasa heran melihat
pada beberapa pohon yang tumbang, menyebabkan longsor dan dibawah bekaas
longsoran ia melihat mulut goa, dengan rasa penasaran Tan-lou-pang menuruni tempat
longsoran dan memasuki mulut goa.
Goa yang memiliki lorong yang panjang dan berliku, Tan-lou-pang terus menyusuri lorong
dan sepertinya liku-liku lorong selalu menurun, selama dua hari Tan-lou-pang baru
sampai kesebuah bagian bawah tanah itu yang dimasuki cahaya, dan ketika diperhatikan
berupa mulut goa juga disebuah dinding tebing, dibawah tebing ada ada aliran sungai
yang jernih. Tanpa pikir panjang Tan-lou-pang melompat kebawah
"byuarrr?" tubuhnya masuk kedalam air, rasa segar menerpa tubuhnya yang gerah kotor
dan kumal karena selama dua hari menerobos lorong, setelah membersihkan diri dengan
tubuh lemah ia keluar dari air, ditepi sungai itu banyak sekali pepohonan yang memiliki
buah, dengan sebatang kayu Tan-lou-pang menjolok buah hingga jatuh dan kemudian
memakannya dengan lahap. Hutan itu banyak sekali buah dengan aneka warna, semerbak aromanya juga sangat
segar, selam tiga hari Tan-lou-pang menjelajahi hutan penuh buah itu, dan akhirnya ia
menemukan sebuah bangunan kuno dan dipennya ada patung naga, Tan-lou-pang
memasuki bangunan tersebut, dan didalam hanya ada altar dan diatasnya ada peti
berukir naga, bagian-bagian dalam rumah itu sudah hancur berantakan dan perabotannya
Sembilan Pembawa Cincin 6 01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan 6
^